manajemen pendidikan pondok pesantrendigilib.iain-jember.ac.id/316/1/manajemen...

168

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah
Page 2: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

MANAJEMEN PENDIDIKANPONDOK PESANTREN

Page 3: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah
Page 4: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

MANAJEMENPENDIDIKAN

PONDOKPESANTREN

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd

Page 5: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Copy right ©2017, Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. PdAll rights reserved

MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENDr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd

Editor: Ach. Barocky ZaiminaDesain Sampul: Ruhtata

Lay out/tata letak Isi: Tim Redaksi

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

x ii+ 154 halaman; 14 x 20 cmISBN: 978-602-50675-6-3

Cetakan Pertama: Januari 2017

Penerbit dan Distribusi:Bildung Pustaka Utama(CV. Bildung Nusantara)

Jl. Raya Pleret KM 2Banguntapan Bantul Yogyakarta 55791

Telpn: +6281227475754 (HP/WA)Email: [email protected]

Website: www.penerbitbildung.com

Anggota IKAPI

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip ataumemperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa seizin tertulis

dari Penerbit.

Page 6: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Buku ini adalah buku yang sudah banyak Anda temukanpada literatur lain yang membincang tentang pesantren.Isinya mungkin tak jauh beda bahkan nyaris sama, namun

sudah tentu ada yang sangat berbeda, karena karya ini adalahhasil dari refleksi dan pengkajian terhadap perjalanan pesantren.Pesantren sebagai agen perubahan sosial (social change), yangberada dalam atmosfir modernisasi dan globalisasi, dewasa inidituntut untuk mampu memainkan perannya secara dinamisdan proaktif. Kehadirannya diharapkan mampu membawaperubahan dan kontribusi yang berarti bagi perbaikan umatIslam, baik pada tataran intelektual teoretis maupun praktis.Pendidikan pesantren bukan sekadar proses penanaman nilai-nilai moral keagamaan guna membentengi diri dari ekses negatifglobalisasi. Lebih dari itu, yang paling urgen adalah bagaimananilai-nilai moral yang telah ditanamkan oleh pondok pesantrentersebut mampu berperan sebagai kekuatan pembebas (liberatingforce) dari himpitan kemiskinan, kebodohan, keterbelakangansosial budaya dan ekonomi masyarakat.

Pesantren adalah bagian dari infrastruktur masyarakatyang secara makro telah berperan menyadarkan komunitas

PENGANTAR PENULIS

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barkatuh

Page 7: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I vi

masyarakat untuk memiliki idealisme, kemampuan intelektualdan perilaku mulia (al-akhlaq al-karimah) guna menata danmembangun karakter masyarakat yang paripurna. Ini dapatdilihat dari peran strategis pesantren yang dikembangkan dalamkultur internal pendidkan pesantren. Bukankah dunia pesantrentelah lama memegang sebuah kaidah al-muhafazhah ‘ala al-qadimash-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah (memelihara hal-hallama yang baik dan mengambil sesuatu yang baru dan kekinianyang lebih konstruktif). Kaidah ini merupakan legalitas yang kuatatas segala upaya rekonstruksi. Kebebasan membentuk modelpesantren merupakan sebuah keniscayaan asalkan tidak terlepasdari bingkai al-ashlah (lebih baik). Begitu pula ketika duniapesantren diharuskan mengadakan rekonstruksi sebagaikonsekuensi dari akibat era multikulturalisme, aspek al-ashlahmenjadi kunci yang harus dipegang. Pesantern era multi-kulturalisme berarti pesantren yang selalu tanggap terhadapperubahan zaman, berwawasan masa depan, mengajarkan ideal-ideal inklusivisme, pluralisme dan saling menghargai perbedaan.

Perkembangan pesantren begitu cepat, apalagi denganmunculnya berbagai perguruan tinggi yang ada di dalam lokasipesantren, pesantren diharapkan mampu memberikan solusiterhadap problematika pendidikan di Indonesia yang masih“kering makna”. Pendidikan di Indonesia masih terkesanberorientasi “otot dan otak” dan belum menyentuh aspek “nilaidan nurani”, kalaupun ada, hanya sekadar “hiasan” saja. Nah,Perguruan Tinggi pesantren diharapkan mampu mencetakintelektual yang paham dengan tradisi seperti yang telahdikumandangkan oleh Clifford Geertz, bahwa pesantren sebagai“cultural broker”, penjaga dan pewaris nilai-nilai tradisi yang sahatau dalam pandangan Gus Dur mampu membumikan ajaranislam yang berakar pada tradisi.

Buku ini penulis selesaikan di tengah-tengah kesibukan,tentu saja. Untuk menyelesaikan naskah ini membutuhkan waktu

Page 8: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I vii

yang cukup panjang. Oleh karena itu, merupakan kebahagiaantersendiri ketika naskah ini akhirnya selesai, walaupun belumsempurna. Dan penulis harus mengatakan coretan buku ini,hanyalah urun rembuk dari pikiran-pikiran yang tidak pernahselesai, belum tuntas dan tidak akan pernah tuntas. Sekian.

Wallahu a’lam bi al-shawab.

Jember, 02 Januari 2017

Penulis

Page 9: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah
Page 10: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

PENGANTAR PENULIS ___vDAFTAR ISI ___ix

BAB I PENDAHULUAN ___1

BAB II MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN ___7A. Akuntabilitas ___7B. Manajemen Pendidikan ___12C. Transformasi dalam Masyarakat ___18D. Sistem Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren ___20

BAB III DINAMIKA PESANTREN DI INDONESIA ___23A. Definisi Pesantren ___23B. Tujuan dan Sistem Pendidikan Islam di Pesantren ___28C. Dasar-dasar Didirikannya Pondok Pesantren ___31D. Tipologi Pondok Pesantren ___35

1. Pesantren Salafi (Tradisional) ___362. Pesantren Khalafi (Modern) ___363. Pesantren Komprehensif ___37

E. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pesantren ___38

DAFTAR ISI

Page 11: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I x

1. Walisongo dan Pengaruhnya ___402. Masa Kerajaan Mataram ___433. Masa Penjajahan ___454. Masa Kemerdekaan dan Pembangunan ___49

BAB IV PESANTREN DAN GLOBALISASI ___53A. Pendahuluan ___53B. Globalisasi sebagai Tantangan ___54C. Eksistensi Pondok Pesantren dalam Rekaman Sejarah ___60D. Keberadaan Pesantren di Tengah Arus Globalisasi ___64E. Kiprah Riil Pondok Pesantren ___71F. Tantangan Global Pondok Pesantren ___72

BAB V KEPEMIMPINAN PONDOK PESANTREN ___77A. Kepemimpinan ___77B. Kepemimpinan Kiai Pesantren ___78C. Asas Kepemimpinan ___80D. Faktor-faktor dan Sifat-fifat Pemimpin ___81E. Tipe-tipe Kepemimpinan ___82F. Tipologi Kepemimpinan Kiai ___85

BAB VI PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN ___89A. Pendahuluan ___89B. Pengembangan Program ___96C. Pengembangan Anggaran ___98D. Prosedur dan Implementasi ___100E. Pesantren dan Perguruan Tinggi ___104

BAB VII KURIKULUM DAN PENGAJARAN DI PESANTREN ___111A. Pendahuluan ___111B. Metode Pendidikan Pesantren ___112C. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren ___115D. Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam ___116

Page 12: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I xi

E. Manajemen Pendidikan Islam ___118F. Manajemen Peserta Didik Pendidikan Islam ___126G. Asas-asas Kurikulum Pendidikan Islam ___134G. Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam ___139H. Prinsip Kurikulum Pendidikan Islam ___140

DAFTAR PUTAKA ___143BIODATA PENULIS ___153

Page 13: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah
Page 14: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

BAB IPENDAHULUAN

Pesantren atau pondok pesantren merupakan lembagapendidikan Islam tradisional tertua di Indonesia.Pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan wujud dari

proses perkembangan sistem pendidikan nasional. MenurutNurcholis Madjid, secara historis pesantren tidak hanya identikdengan makna keislaman tetapi juga mengandung maknakeaslian (indigenous) Indonesia.1 Karena, sebelum datangnyaIslam ke Indonesia pun lembaga serupa pesantren ini sudah adadi Indonesia dan Islam tinggal meneruskan, melestarikan danmengislamkannya. Jadi pesantren merupakan hasil penyerapanakulturasi kebudayaan Hindu-Budha dan kebudayaan Islamkemudian menjelma menjadi suatu lembaga yang kita kenalsebagai pesantren sekarang ini.

Akar historis keberadaan pesantren di Indonesia dapatdilacak jauh ke belakang, yaitu pada masa-masa awal datangnyaIslam di bumi Nusantara ini dan tidak diragukan lagi pesantrenintens terlibat dalam proses islamisasi tersebut. Sementaraproses islamisasi itu, pesantren dengan canggihnya telah

1 Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta:Paramadina, 1997), hal.3

Page 15: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 2

melakukan akomodasi dan transformasi sosio-kultural terhadappola kehidupan masyarakat setempat. Oleh karena itu, dalamprespektif historis, lahirnya pesantren bukan sekadar untukmemenuhi kebutuhan akan pentingnya pendidikan, tetapi jugauntuk penyiaran agama Islam. Menurut M. Dawam Raharjo, halitu menjadi identitas pesantren pada awal pertumbuhannya,yaitu sebagai pusat penyebaran agama Islam, di samping sebagaisebuah lembaga pendidikan.2

Pesantren merupakan sistem pendidikan tertua khasIndonesia. Ia merupakan sumber inspirasi yang tidak pernahkering bagi para pencita ilmu dan peneliti yang berupayamengurai anatominya dari berbagai demensi. Dari kawahnya,sebagai objek studi telah lahir doktor-doktor dari berbagai disiplinilmu, mulai dari antropologi, sosiologi, pendidikan, politik, agamadan lain sebagainya. Sehingga kita melihat pesantren sebagaisistem pendidikan Islam di negeri ini yang kontribusinya tidakkecil bagi pembangunan manusia seutuhnya.

Pesantren sebagai pranata pendidikan ulama (intelektual)pada umumnya terus menyelenggarakan misinya agar umatmenjadi tafaqquh fiddin dan memotifasi kader ulama dalam misidan fungsinya debagai warasat al anbiya. Hal ini terusdipertahankan agar pesantren tidak tercerabut dari akarutamanya yang telah melembaga selama ratusan tahun.Kemudian muncul tuntutan modernisasi pesantren, sebagaidampak dari modernisasi pendidikan pada umumnya, tentu halitu merupakan suatu yang wajar sepanjang menyangkut aspekteknis operasional penyelenggaraan pendidikan. Jadi,modernisasi tidak kemudian membuat pesantren terbawa arussekularisasi karena ternyata pendidikan sekuler yang sekarang

2 M. Dawam Raharjo, Perkembangan Masyarakat dalam Perspektif Pesantren,Pengantar dalam M. Dawam Raharjo (ed), Pergaulan Dunia Pesantren:Membangun dari Bawah (Jakarta: P3M, 1985), hal. vii.

Page 16: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 3

ini menjadi trend, dengan balutan pendidikan moderen, tidakmampu menciptakan generasi mandiri. Sebaliknya, pesantrenyang dikenal dengan tradisionalnya justru dapat mencetaklulusan yang berkepribadian dan mempunyai kemandirian.Pondok pesantren yang tersebar di pelosok-pelosok kepulauannusantara, turut pula menyumbangkan darma bakti dalam usahamulia ”character building” bangsa Indonesia.3

Banyaknya opini negatif terhadap eksistensi pesantren,bahwa pesantren dinilai tidak responsif terhadap perkembanganzaman, sulit menerima perubahan (pembaruan), dengan tetapmempertahankan pola pendidikannya yang tradisional (salafiyah)pesantren menjadi semacam institusi yang cenderung ekslusifdan isolatif dari kehidupan sosial umumnya. Bahkan lebih sinislagi ada yang beranggapan pendidikan pesantren tergantungselera kiai. Masih banyak orang yang memandang sebelah mataterhadap pesantren. Hal ini muncul karena memang banyakorang tidak mengenal dan tidak mengerti tentang pondokpesantren, sehingga mereka mempunyai penilaian yang salahterhadapnya.

Sesuai dengan Keputusan bersama Dirjen Binbaga IslamDepag dan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor: E/83/2000 danNomor: 166/C/Kep/DS/2000 tentang Tentang Pedoman PondokPesantren Salafiyah, Pondok Tradisional yang dalam bahasasering disebut sebagai Pesantren Salafiyah adalah salah satu tipepondok pesantren yang menyelenggarakan pengajaranpengajian Al-Qur’an dan kitab kuning secara berjenjang ataumadrasah Diniyah yang kegiatan pendidikan dan pengajarannyamenggunakan kurikulum khusus pondok pesantren.

Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah pesantrendi Indonesia di tengah kebijakan Pendidikan Nasional sejak masa

3 Faisal Ismail, Percikan Pemikiran Islam, (Yogyakarta: Bina Usaha, 1984), hal.69.

Page 17: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 4

penjajahan hingga era awal pemerintahan Orde Baru membawapesantren pada posisi termarjinalkan. Sehingga jika dikatakan,seandainya Indonesia tidak pernah dijajah, pondok pesantren-pondok pesantren tidaklah begitu jauh terperosok ke daerah-daerah pedesaan yang terpencil seperti sekarang, melainkanakan berada di kota-kota atau pusat kekuasaan dan ekonomi,sebagaimana terlihat pada awal perkembangan pesantren yangmerupakan lembaga pendidikan agama yang amat kosmopolitdan tentunya pertumbuhan sistem pendidikan di Indonesia akanmengikuti jalur-jalur yang ditempuh oleh pondok pesantren.Sehingga perguruan tinggi di Indonesia mungkin akan mewujuddan mengikuti nama-nama dari Pondok Pesantren seperti Al-Qodiri, As-Suniyyah, An-Nurriyah, Nurul Jadid, Bustanul Faizindan sebagainya.

Eksistensi Pesantren ternyata sampai hari ini, ditengah-tengah deru modernisasi, pesantren tetap bisa bertahan (survive)dengan identitasnya sendiri. Bahkan akhir-akhir ini parapengamat dan praktisi pendidikan dikejutkan dengan tumbuhdan berkembangnya lembaga-lembaga pedidikan pondokpesantren di tanah air ini. Pertumbuhan pesantren yang semularural based institution menjadi juga lembaga pendidikan urban,bermunculan juga di kota-kota besar. Di samping banyak jugapendidikan umum yang mengadopsi aspek-aspek tertentu darisistem pendidikan pesantren seperti yang di lakukan oleh SMUMadania di Parung, SMU Insan Cendekia-nya BPPT (sekarangMA Unggulan-nya Departemen Agama RI) di Serpong, Assalamdi Surakarta, ketiganya mengadopsi sistem asrama denganmenyebutnya boarding school. Sistem”boarding” tentu sajamerupakan salah satu karakteristik dasar sistem pendidikanpesantren.

Satu hal lagi yang perlu kita catat bahwa tidak sedikitpemimpin-pemimpin bangsa ini, baik pemimpin yang dudukdalam pemerintahan maupun yang bukan, formal atau informal,

Page 18: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 5

besar maupun kecil, dilahirkan oleh pondok pesantren, sepertiKH. Abdur Rahman Wahid (gus Dur), KH. Sahal Mahfudz, KHSaid Aqiel Siraj (Kang Said), Muhaimin Iskandar (Cak Imin),Mahfud MD, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan sebagainya Merekaini merupakan jebolan pesantren. Kalau demikian adanya, tidakberlebihan jika kita mengakui bahwasannya pendidikanpesantren mampu menciptakan generasi yang berinteregitastinggi, bertanggung jawab atas ilmu yang diperolehnya-meminjam istilah pesantrennya “berilmu amaliyah dan beramalilmiyah”, sadar akan penciptaannya sebagai kholifah di bumi.Maksudnya manusia dijadikan kholifah dibumi dan bertugasmemakmurkan atau membangun bumi ini sesuai dengan konsepyang ditetapkan oleh yang menugaskan, yaitu Allah. Sehinggaakan tetap berada dalam koridor pengabdian kepada Allah sejalandengan tujuan penciptaan manusia maksudnya agar manusiadan jin menjadikan tujuan akhir atau hasil segala aktivitasnyasebagai pengabdian kepada Allah, Sang Kholiq.

Ada beberapa nilai fundamental pendidikan pesantren yangselama ini jarang dipandang oleh kalangan yang menganggapdirinya modern, antara lain: (1) komitmen untuk tafaquh fi ad-din, nilai-nilai untuk teguh terhadap konsep dan ajaran agama;(2) pendidikan sepanjang waktu (fullday school); (3) pendidikanintegratif dengan mengkolaborasikan antara pendidikan formaldan nonformal pendidikan seutuhnya, teks dan kontekstual atauteoritis dan praktis; (5) adanya keragaman, kebebasan,kemandirian dan tanggungjawab; (6) dalam pesantren diajarkanbagaimana hidup bermasyarakat.4

Setelah melalui beberapa kurun waktu, pesantren tumbuhdan berkembang secara subur dengan tetap menyandang ciri-

4 Chabib Thoha, Mencari Format Pesantren Salaf, dalam Majalah BulananRindang No. 9 Th.XXVI April 2001, hal. 87

Page 19: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 6

ciri tradisionalnya. Sebagai lembaga pendidikan indigenous,menurut Azra, pesantren memiliki akar sosio-historis yangcukup kuat sehingga membuatnya mampu menduduki posisiyang relatif sentral dalam dunia keilmuan masyarakatnya dansekaligus bertahan di tengah berbagai gelombang perubahan.5

Sejak abad ke 20 hingga hari ini, sosok dan dunia pesantrentelah menarik perhatian para akademisi untuk dijadikan bahanstudi dan fokus telaah ilmiahnya dan telah terbit sejumlah karyatulis-karya tulis tentang pesantren dikaji dari berbagaisudutnya.[]

5 Azyurmardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam, (Jakarta: LogosWacana Ilmu, 1998), hal. 87.

Page 20: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

A.A.A.A.A. AkuntabilitasAkuntabilitasAkuntabilitasAkuntabilitasAkuntabilitas

Istilah akuntabilitas sebenarnya sudah dikenal sejak dahulukala. Namun skala penggunaanya di kala itu masih tidaksesering sekarang. Hanya ada beberapa pemimpin yang

mungkin dianggap “bijaksana” yang mempergunakan akuntabilitas.Pada masa sekarang bentuk-bentuk organisasi utamanyaorganisasi pendidikan pondok pesantren berbagai macam bentuksturktur organisasinya yang sudah dimodifikasi oleh pengelololapesantren masing-masing. Sehingga penggunaan akuntabilitasmenjadi semakin meningkat. Hal ini karena pemimpin (pengasuhpondok pesantren sebagai pendiri atau penerus) ditunjuk danmengemban tugas masyarakat. Hal ini menjadi menarik, karenapesantren merupakan organisasi pendidikan yang unik karenabentuk dan pola mengatur organisasinya berbeda antara satudengan lainnya.

1.1.1.1.1. PPPPPengerengerengerengerengertian Akuntabilitastian Akuntabilitastian Akuntabilitastian Akuntabilitastian AkuntabilitasKonsep tentang Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa

inggris biasa disebut dengan accoutability yang diartikan sebagai“yang dapat dipertanggungjawabkan”. Atau dalam kata sifatdisebut sebagai accountable. Lalu apa bedanya dengan respon-

BAB IIAKUNTABILITAS MANAJEMEN

PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN

Page 21: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 8

sibility yang juga diartikan sebagai “tanggung jawab”. Pengertianaccountability dan responsibility seringkali diartikan sama.Padahal maknanya jelas sangat berbeda. Beberapa ahlimenjelaskan bahwa dalam kaitannya dengan birokrasi,responsibility merupakan otoritas yang diberikan atasan untukmelaksanakan suatu kebijakan. Sedangkan accountabilitymerupakan kewajiban untuk menjelaskan bagaimana realisasiotoritas yang diperolehnya tersebut.

Accountability1 menurut Oxford Advance Learner’s Dictionary,Oxford University Press, adalah required or expected to give anexplanation for one’s action. Sementara dalam Kamus InggrisIndonesia accountability2 adalah keadaan untuk dipertanggung-jawabkan atau keadaan dapat dimintai pertanggungjawaban.Dapat dipahami bahwa dalam akuntabilitas terkandung kewajibanseseorang atau organisasi untuk menyajikan danmelaporkansegala tindak tanduk dan kegiatannya terutama di bidangadministrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi/atasan.Dalam hal ini terminologi akuntabilitas dilihat dari sudutpandang pengendalian tindakan pada pencapaian tujuan.

Pertanggungjawaban (accountability) secara tradisionalistilah tersebut memiliki makna sebagai “sebagai kemampuanuntuk memberikan jawaban terhadap perilaku atau tindakanseseorang (answerability for one`s actions or behavior).3

Akuntabilitas menurut Widodo didefinisikan sebagai perwujudankewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan ataukegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan

1 Oxford Advance Learner’s Dictionary (Oxford: Oxford University Press,2005), 20

2 John M. Echols dan Hassan Shadly, Kamus Inggris Indonesia cetakan XIV.(Jakarta :PT Gramedia Jakarta, , 1986), 31

3 Joseph. G. Jabbra dan O. P. Dwivedi. Publik Service Accountability, AComparative Perspective Connecticut : (Kumarian Press. Inc., 1989), 5

Page 22: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 9

dan sasaran yang telah ditetapkan melalui media pertanggung-jawaban yang dilaksanakan secara periodik.4

Menurut penjelasan Inpres No. 7 Tahun 1999, asasakuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiapkegiatan atau hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negaraharus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakatsebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai denganketentuan Peraturan Perundangan yang berlaku.5

Sedangkan pada buku karangan Wahyudi Kumorotomo6

menyatakan bahwa akuntabilitas atau pertanggungjawabandalam administrasi publik mengandung tiga konotasi yaitu:

1. Pertanggungjawaban sebagai akuntabilitas, akuntabilitasberperan jika suatu lembaga harus bertanggung jawab ataskebijakan-kebijakan tertentu. Dalam akuntabilitas ini terbagi duabentuk yaitu, akuntabilitas eksplisit dan akuntabilitas implisit.

2. Pertanggungjwaban sebagai sebab-akibat, muncul bilasuatu lembaga diharuskan untuk mempertanggungjawabkanjalannya suatu urusan.

3. Pertanggungjawaban sebagai kewajiban, muncul apabilaseseorang bertanggung jawab dalam artian kewajiban untukmelakukan sesuatu.

2. 2. 2. 2. 2. Prinsip-prinsip AkuntabilitasPrinsip-prinsip AkuntabilitasPrinsip-prinsip AkuntabilitasPrinsip-prinsip AkuntabilitasPrinsip-prinsip AkuntabilitasDalam penyelenggaraan akuntabilitas, perlu memperhatikan

prinsip-prinsip sebagai berikut:7

4 Joko Widodo. Good Governance : Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi.(Surabaya: Insan Cendikiawan, 2001), 30

5 LAN dan BPKP, Modul I. Akuntabilitas dan Good Governance. (2000), 66 Wahyudi Kumorotomo. Etika Administrasi Negara. Ed. 1 Cet 2. (Jakarta : PT

Raja Grafindo Persada, 1994), 145-1477 Depag RI. Akuntabilitas Dan Good Governance. (Jakarta : Sekretariat Jenderal

Biro Organisasi Dan Tatalaksana, 2006), 11

Page 23: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 10

a. Harus ada komitmen yang kuat dari pimpinan danseluruh staf;

b. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjaminkegunaan sumber-sumber daya secara konsisten denganperaturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dansasaran;

d. Harus berorientasi kepada pencapaian visi dan misi sertahasil dan manfaat yang diperoleh;

e. Harus jujur, objektif, dan inovatif sebagai katalisatorperubahan manajemen instansi pemerintah dalam bentukpemutakhiran metode dan teknik pengukuran kinerja danpenyusunan laporan akuntabilitas.

3.3.3.3.3. TTTTTipe Akuntabilitasipe Akuntabilitasipe Akuntabilitasipe Akuntabilitasipe AkuntabilitasBruce Stone, O.P Dwivedi, dan Joseph G. Jabbra, dalam

Rosemarie S.N,8 membagi tipe akuntabilitas sebagai berikut:

1) Akuntabilitas Moral.

Berkaitan dengan tanggung jawab moral seseorang secarapribadi. Akuntabilitas ini sulit untuk diukur karena berkaitandengan apa yang diyakini pribadi tersebut yang bisa berbedasatu dengan yang lainnya.

2) Akuntabilitas Politik.

Akuntabilitas politik adalah akuntabilitas dari pihakpemerintah, pelayan masyarakat, dan para politikus kepadamasyarakat umum dan kepada berbagai badan legslatif sepertikongres atau parlemen (di Indonesia seperti MPR dan DPR).

8 Rosemarie S.N. Akuntabilitas sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan(Bandung : Univ. Kristen Maranatha)

Page 24: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 11

3) Akuntabilitas Administratif.

Menjaga para pelayan masyarakat yang bekerja dalambidang administrasi pemerintahan untuk tetap dapat dikatakanakuntabel. Perlu ada berbagai mekanisme untuk melakukan halini, yaitu dengan dibuatnya berbagai peraturan dan normainternal dan juga dibentuknya berbagai komisi independen.

4) Akuntabilitas Pasar.

Banyaknya tuntutan akan desentralisasi dan privatisasikepada pihak pemerintah, menyebabkan berbagai bentukpelayanan yang tersedia di hari-hari ini menjadi lebih terfokuskepada kebutuhan konsumen (“customer-driven”) dan harustertuju untuk menyediakan kenyamanan dan berbagai pilihankepada warga negara.

5) Akuntabilitas dalam berbagai Hubungan Konstituen.

Dalam pandangan ini, organisasi tertentu atau pihakpemerintahan dapat dikatakan akuntabel jika suara dari berbagaikelompok dan institusi yang ada di luar sektor publik yangmewakili berbagai minat warga negara dalam bidang konstituensitelah terdengar.

6. Akuntabilitas Manajerial.

Akuntabilitas manajerial terpusat pada manajerial suatuorganisasi, efisiensi dan efektivitas penggunaan harta perusahaanyang berupa dana, sumber daya manusia, berbagai peralatan,dan lain-lain. Akuntabilitas ini juga melihat pada kinerja manajeratau pengawas dalam menangani masalah yang ada, menetapkansuatu proses yang berkelanjutan seperti perencaaan dan peng-anggaran, sehingga memungkinkan mereka memberikanpelayan publik yang terbaik.

7) Akuntabilitas Profesional.

Akuntabilitas profesional diperuntukkan bagi kaumprofesional dengan cara menetapkan suatu standar profesi dan

Page 25: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 12

berbagai kode etik. Dalam melaksanakan kegiatannya tetap dalamjalur norma-norma dan standar profesi tersebut. Jika merekamenaati semua standar profesi tersebut maka mereka dapatdikatakan akuntabel.

8) Akuntabilitas Legal/Yudisial.

Berkaitan dengan aspek hukum, di mana pelaksanaanhukum disesuaikan dengan produk dan jasa hukum yang memangdiminta oleh masyarakat/sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

B.B.B.B.B. MMMMManajemen Panajemen Panajemen Panajemen Panajemen Pendidikanendidikanendidikanendidikanendidikan

Manajemen dalam kamus Ilmiah Popular, diartikan sebagaipengelolaan usaha: kepengurusan, ketatalaksanaan penggunaansumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yangdiinginkan oleh direksi.9 Sedangkan dalam kamus Bahasa LengkapBahasa Indonesia, diartikan pimpinan atau direksi yangbertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi,penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapaisasaran.10 Kata manajemen sesungguhnya berasal dari bahasalatin, yaitu dari kata manus yang berarti tangan dan agere yangberarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi managereyang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalambahasa Inggris yang berarti to manage, dengan kata bendamanagement dan manager untuk orang yang melakukan kegiatanmanajeman. Akhirnya, management diterjemahkan orang kedalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan,dengan kata lain bahwa manajemen adalah seni melakukanpekerjaan melalui orang-orang.11

9 Widodo, dkk. Kamus Ilmiah Popular. (Yogyakarta: Absolut, 2002), 434.10 Anwar Dessy, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Karya Aditama,

2001), 274.11 Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan (Jakarta:

PT. Bumi Aksara, 2006), 3.

Page 26: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 13

Makna manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat danprofesional. Manajemen diartikan sebagai ilmu karenamerupakan suatu bidang pengetahuan yang secara sistematikberusaha memahai mengapa dan bagaimana orang bekerjasama. Manajemen diartikan sebagai kiat karena manajemenmencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lainmenjalankan dalam tugas. Adapun manajemen diartikan sebagaiprofesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untukmencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntutoleh suatu kode etik.12

Pada umumnya manajemen disamakan dengan administrasidalam arti yang luas, yakni proses kerjasama sekelompokmanusia dalam rangka mencapai tujuan kelompok/organisasisecara efektif dan efisien.13 Jika diterapkan dalam bidangpendidikan, pengertian administrasi pendidikan menurutNurhadi dalam bukunya Administrasi Pendidikan di Sekolah,menyatakan bahwa Administrasi Pendidikan adalah suatukegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaanusaha kerjasama sekelompok manusia yang bergabung dalamorganisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yangtelah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien.14

Dari definisi di atas dapat disimpulkan menjadi limapengertian pokok administrasi pendidikan, yaitu:

1. Merupakan proses kegiatan pengelolaan bidangpendidikan.

2. Bahwa proses kegiatan tersebut dilaksanakan melaluikerjasama.

12 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : RemajaRosdaKarya,1999),.1

13 Hendyat Soetopo, Manajemen Pendidikan, (Program Pascasarjana Universi-tas Negeri Malang, 2001), 1

14 Ibid., 2

Page 27: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 14

3. Bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan dalam suatuorganisasi pendidikan.

4. Bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangkamencapai tujuan pendidikan.

5. Bahwa tujuannya diharapkan dapat dicapai secara efektifdan efisien.15

Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yangditampilkan oleh seorang manajer/pimpinan, yaitu: Perencanaan(Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pemimpinan (Lead-ing), dan pengawasan (Controlling). Oleh karena itu, manajemendiartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpindan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknyaagar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.16

George R Terry juga mengemukakan bahwa prosesmanajemen dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning): Budgetting, Programming,Decision Making, Forcasting.

2. Pengorganisasian (Organizing): Structuring, Assemblingresources, Staffing.

3. Penggerakan (Actuating): Coordinating, Directing,Commanding, Motivating, Leading, Stimulating.

4. Pengawasan (Controlling): Monitoring, Appraising,Evaluating, Reporting.17

Selain pandangan tersebut di atas, telah berkembangpengertian manajemen dari para pakar yang berbeda-bedasecara redaksioanl, namun tampaknya ada unsur kesamaan

15 Ibid, hal. 3.16 Fattah, Landasan ..., hal. 1.17 George R Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Bumi Aksara, 2001), hal. 4.

Page 28: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 15

dalam substansi maknanya. Secara sederhana manajemenberarti mengatur, mengarahkan dan menggerakkan sumberdaya lainnya untuk mencapai tujuan yang diiinginkan olehorganisasi. Secara umum, pengertian manajemen adalahmerupakan proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakanperencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasanuntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatansumber daya manusia dan sumber daya lainnya.18

Istilah manajemen terkadang dapat diartikan sebagai ilmu,kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karenamanajeman dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yangsecara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimanaorang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat karena manajemenmencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang laindalam menjalankan tugas. Dipandang sebagai suatu profesikarena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untukmencapai suatu prestasi.19

Secara tidak langsung kegiatan manajemen diartikansebagai proses pengintegrasian sumber-sumber yang tidakberhubungan menjadi sistem total untuk menyelasaikansesuatu.20 Sumber-sumber yang dimaksud pada istilah ini adalahmencakup orang-orang, alat-alat, media, bahan-bahan, uangserta sarana dan prasarana.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwaistilah manajemen merupakan konsep yang secara umum sudahdipahami sebagai proses kegiatan yang meliputi tahapan

18 Ety Rochaety, dkk, Sistem informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta, BumiAksara, 2006, hal 4.

19 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: PT Remaja RosdaKarya,2000), hal 1.

20 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: PT. Bina Aksara,1998), hal 3.

Page 29: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 16

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pegendaliandalam rangka mencapai tujuan organisasi. Perencanaan(planning) adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnyauntuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangkamencapai tujuan yang ditetapkan. Perencanaan juga dapatdiartikan sebagai proses pemilihan dari sejumlah alternatiftentang penetapan prosedur pencapaian, serta pemikiransumber yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan. Yangdimaksud dengan sumber meliputi: sumber manusia, material,uang dan waktu.

Perencanaan juga dapat bermakna sebagai semacamprediksi terhadap apa yang akan terjadi pada masa datangdisertai dengan persiapan untuk menghadapi masa yang akandatang. Rencana adalah suatu arah tindakan yang sudahditentukan terlebih dahulu. Dari perencanaan tersebut akanmengungkapkan tujuan-tujuan organisasi dan kegiatan-kegiatanyang diperlukan untuk mencapai tujuan.

Dengan demikian secara umum, pada dasarnya tujuanperencanaan adalah sebagai pedoman untuk mencapai sasaranyang telah ditetapkan.21

Pengorganisasian (organizing) dapat diartikan sebagai prosespengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggungjawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatuorganisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalamrangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Termasuk didalam kegiatan pengorganisasian adalah penetapan tugas,tanggung jawab, dan wewenang orang-orang tesebut sertamekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin tercapainya

21 Soebagio Armodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: ArdadizyaJaya, 2005) 76.

Page 30: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 17

tujuan sekolah itu.22 Setelah melalui fase perencanaan danpengorganisasian, maka tahap berikutnya adalah tahappenggerakan (actuating). Penggerakan merupakan proses untukmenumbuhkan semangat pada karyawan agar dapat bekerjakeras dan giat serta membimbing mereka dalam melaksakanrencana untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.Penggerakan juga dapat dipahami sebagai suatu keseluruhanusaha, cara, tehnik dan metode untuk mendorong para anggotaorganisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkindemi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif danekonomis.23

Tahapan manajeman yang terakhir dalam suatu kegiatanadalah proses pengawasan (controlling). Kegiatan ini dimaksudkanuntuk mengendalikan semua unsur-unsur yang terkait dalamunsur kegiatan agar konsisten tehadap prinsip-prinsip kegiatanyang telah ditetapkan. Pengawasan juga dimaksudkan agarpihak-pihak yang bertanggung jawab menaati peraturan-peraturan yang ada. Pengawasan dapat dipahami sebagaitindakan mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan,menentukan sebab-sebab penyimpangan dan mengambiltindakan-tindakan korektif yang perlu. Fungsi pengawasan inijuga sangat erat kaitannya dengan fungsi perencanaan. Bisa jugadikatakan bahwa fungsi pengawasan dan perencanaan sepertikedua sisi gunting.24 Lebih lanjut Manajemen pendidikan adalahaktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusatdalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan

22 Suryo Subroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta,1997), 24

23 Sondang P Siagaan, Fungsi-Fungsi Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara, 1992),128

24 Soebagio Armodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: ArdadizyaJaya, 2005), 175.

Page 31: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 18

sebelumnya.25 Sedangkan Menurut Tilaar, manajemen pendidikanadalah mobilisasi segala sumberdaya pendidikan untuk mencapaitujuan pendidikan yang telah ditetapkan.26 Sedangkan menurutSulistyorini manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan ataurangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usahakerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalamorganisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yangtelah ditetapkan sebelumnya, agar efektif efisien.27

C.C.C.C.C. TTTTTransformasi dalam masyarakatransformasi dalam masyarakatransformasi dalam masyarakatransformasi dalam masyarakatransformasi dalam masyarakat

Transformasi dalam kamus ilmiah populer adalah perubahanbentuk atau perubahan rupa.28 Sedangkan sosial adalah segalasesuatu yang berhubungan dengan masyarakat.29 Jadi, transformasisosial adalah gerak atau dinamika masyarakat dari suatu tahapketahap tertentu, baik yang bersifat evolusioner maupunrevolusioner, dalam skala lokal maupun global yang terjadi karenafaktor internal atau eksternal.30

Transformasi sosial merupakan perubahan wajah danwatak masyarakat dari peradaban yang terus berkembang kearah yang lebih maju. Masalah transformasi sosial di pesantrendengan perspektif khasanah pemikiran keagamaan, menghadap-kan berbagai potensi dan kecenderungan baik yang positifmaupun negatif. Hal ini wajar karena setiap perubahan atau

25 Made Pidarta. Manajemen Pendidikan Indonesia. (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),4

26 Mastuhu. Dinamika ...., 3127 Sulistyorini. Manajemen Pendidikan Islam, Konsep, Strategi dan Aplikasi.

(Yogyakarta: Teras, 2009), 1328 Dahlan M Albarri, , Pius A Partanto. Kamus Ilmiyah Populer. (Surabaya:

Arkola, 1994), 75429 Ibid., 71830 A Halim., Manajemen Pesantren, (Yogyakarta: LKIS, 2005), 78

Page 32: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 19

pemunculan fenomena baru tentu menghadirkan pula harapan-harapan dan tantangan-tantangan baru. Sementara masyarakatmemandang sebagai hal yang positif sehingga konstruktif.Pendapat lain memandangnya sebagai hal yang negatif sehinggadestruktif terhadap perkembangan pesantren. Dalam hal iniadalah konsep normatif keagamaan dan peran kiai sebagai agentrasformasi sosial yang menjembatani dialektika yang terjadiantara ilmu dan agama dengan kehidupan ummat. Denganmengemukakan potensi-potensi positif.31

Proses transformasi sosial yang harus dikelola olehpesantren, setidaknya ada dua yang tidak dapat terpisahkan dariunsur pengembangan pesantren, yaitu pengembangan santridan pengembangan masyarakat. Dalam pengertiannya,pengembangan masyarakat atau pengembangan sumber dayamanusia diartikan sebagai memperluas horison pilihan bagimasyarakat banyak. Pada negara maju pengembanganmasyarakat tidak terlalu difokuskan pada penyediaan kebutuhandasar masyarakat (seperti layanan kesehatan, makanan, airbersih, pendidikan dasar dan menengah), tetapi lebih diarahkanpada mengembangkan proses demokrasi, memperbaiki prosesdemokrasi yang ada dan mengembangkan konklusi logis darimasalah-masalah yang ada. Tujuan utama pergerakan adalahpengembangan “harga diri“ dan kepuasan berpartisipasi. Padasisi lain, pada berbagai negara berkembang, fokus perhatian daripengembangan masyarkat lebih diarahkan pada peningkatankesehatan masyarakat, peningkatan kondisi ekonomi, komunitas,pembuatan fasilitas infrastrktur, membangun fasilitas rumahuntuk kelompok miskin, mengembangkan pendidikan dasar,menengah dan kejuruan, serta menyiapkan lapangan kerja.32

31 Irwan Abdullah dkk. Agama, Pendidikan Islam dan Tanggung Jawab SosialPesantren. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 51

32 http://aliciacomputer.blogspot.com , 2009

Page 33: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 20

D. D. D. D. D. SSSSSistem Mistem Mistem Mistem Mistem Manajemen Panajemen Panajemen Panajemen Panajemen Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pondok Pondok Pondok Pondok Pondok Pesantresantresantresantresantrenenenenen

Beberapa istilah yang berhubungan dengan termakuntabilitas sebagai rambu dan pembatas masalah. Istilahakuntabilitas dalam penelitian ini adalah diartikan sebagaipemberian informasi dari pesantren terhadap komunitaspesantren dan masyarakat luas tentang lembaga pesantren dalammerespon kebutuhan santri. Bukan laporan pertanggungjawaban yang sifatnya administratif. Melainkan pertanggungjawaban moral pada stakeholder. Isi dari akuntabilitas yangdimaksud adalah terselenggaranya pesantren, kualifikasi santri,kualifikasi asatidz, pelaksanaan pembelajaran, indikator hasilyang ditunjukkan dengan bukti konkrit kepada masyarakat.

Selanjutnya manajemen pendidikan pesantren sebagaiobjek kajian adalah pengelolaan, perencanaan lembaga pesantrendalam melaksanakan pemberdayaan terhadap santri danmasyarakat.karena masa depan pesantren sangat ditentukan olehfaktor manajerial. Karena pesantren kecilpun akan berkembangketika di kelola dengan manjerial yang apik. Begitu pulasebaliknya pesantren besar tatapi manajemennya amburadulakan mengalami kemunduran.

Sistem pendidikan adalah totalitas interaksi dari seperangkatunsur-unsur pendidikan yang bekerja sama secara terpadu dansaling melengkapi satu sama lain menuju tercapainya tujuanpendidikan yang telah menjadi cita-cita bersama parapelakunya.33 Sistem Pendidikan pesantren menurut M. Arifinadalah sarana yang berupa perangkat organisasi yang diciptakanuntuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalampesantren.34 Perengkat organisasi diawali dengan pemberdayaan

33 Mastuhu. Dinamika ...., 6.34 Ismail, Dinamika....., 8.

Page 34: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 21

terhadap sumber daya manusia untuk bisa menjalankan rodaorganisasi, ketika sumber daya manusia itu terwujud makatujuan pendidikan di pesantren bisa terlaksana.

Menurut Ismail pesantren merupakan sebuah diskursusyang kapanpun diperbincangkan tetap hangat, menarik danaktual. Banyak aspek yang mendukung wacana pesantren tetapaktual dalam setiap dimensi, kerena pesantren dengan eksistensitetap percaya diri dan penuh pertahanan diri dalam setiap arustantangan yang dihadapinya. Pesantren merupakan sistem yangmemang unik dan merupakan sistem pendidikan palingtradisional di negeri ini.35 Tetapi pesantren dalam perkembangan-nya memiliki dinamika tersendiri dalam sistem pendidikannnya.Menurut Mastuhu dinamika sistem pendidikan pesantren adalahgerak perjuangan pesantren di dalam memantapkan identitasdan kehadirannya ditengah-tengah kehidupan bangsa sebagaisub sistem pendidikan nasional. Artinya di satu sisi pesantrenmempertahankan identitasnya dan di sisi yang lain pesantrendiharapkan terbuka pada kemajuan teknologi, hal ini ditujukanuntuk tercapainya pendidikan nasional.36

Karena ketika pesantren tutup mata dengan perkembanganzaman yang dibarengi dengan era globalisasi, di mana era tersebutmerupakan era tanpa batas dengan pesatnya perkembanganteknologi informasi, maka dunia pesantren akan berada dalamketertinggalan. Bisa dikatakan pesantren tidur seperti paraashabul kahfi yang ketika bangun berada pada masa yang jauhtertinggal pada dari masa ia sebelum tertidur.

Lebih lanjut Mastuhu membagi unsur-unsur sistempendidikan pesantren yang dikelompokkan sebagai berikut:

35 Ibid., 17136 Mastuhu. Dinamika ...., 7.

Page 35: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 22

37 Ibid., 25.

1. Aktor atau pelaku: kiai, santri dan pengurus:

2. Sarana perangkat keras, seperti: masjid, rumah kiai,asrama, atau pondok, rumah kiai dan sebagainya.

3. Sarana perangkat lunak, seperti tujuan, kurikulum,metodologi pengajaran, evaluasi, dan alat-alat pendidikanlainnya.37

Page 36: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

A. DA. DA. DA. DA. Definisi Pefinisi Pefinisi Pefinisi Pefinisi Pesantresantresantresantresantrenenenenen

Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islamuntuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaranagama Islam (tafaqquh fiddin) dengan menekankan moral

agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari- hari.Secara etimologi, istilah pesantren berasal dari kata santri, yangdengan awalan pe dan akhiran an berarti tempat tinggal santri.Kata “santri” juga merupakan penggabungan antara suku kata sant(manusia baik) dan tra (suka menolong), sehingga kata pesantrendapat diartikan sebagai tempat mendidik manusia yang baik.1

Sementara, Dhofier menyebutkan bahwa menurut ProfesorJohns, istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti gurumengaji, sedang C C Berg berpendapat bahwa istilah tersebutberasal dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orangyang tahu buku-buku suci Agama Hindu, atau seorang sarjanaahli kitab suci Agama Hindu. Kata shastri berasal dari kata shastrayang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-bukutentang ilmu pengetahuan.2 Dengan kata lain, istilah santri

BAB IIIDINAMIKA PESANTREN DI INDONESIA

1 Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, terj. Butche B.Soendjojo, (Jakarta: P3M, 1986), hal.8

2 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren………,hal. 44

Page 37: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 24

mempunyai pengertian seorang murid yang belajar buku-bukusuci/ilmu-ilmu pengetahuan Agama Islam. Dengan demikian,pesantren dipahami sebagai tempat berlangsungnya interaksiguru- murid, kiai¯santri dalam intensitas yang relatif permanendalam rangka transferisasi ilmu-ilmu keislaman. Dalam hubungandengan usaha pengembangan dan pembinaan yang dilakukanoleh pemerintah (Departemen Agama), pengertian yang lazimdipergunakan untuk pesantren adalah sebagai berikut:

Pertama, pondok pesantren adalah lembaga pendidikan danpengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan danpengajaran tersebut diberikan dengan cara non-klasikal (sistemBandongan dan Sorogan) di mana seorang kiai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Araboleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, (SistemBandongan dan Sorongan) di mana seorang kiai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang tertulis dalam bahasa Araboleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedang parasantri biasanya tinggal dalam pondok/asrama dalam lingkunganpesantren tersebut.

Kedua, pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaranagama Islam yang pada dasarnya sama dengan pondok pesantrentersebut di atas tetapi para santrinya tidak disediakan pondokandikompleks pesantren, namun tinggal tersebar diseluruh penjurudesa sekeliling pesantren tersebut (Santri kalong), di mana caradan metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikandengan sistem wetonan, para santri berduyun-duyun pada waktu-waktu tertentu (umpama tiap hari jum’at, ahad, selasa atau tiap-tiap waktu shalat dan sebagainya).

Ketiga, pondok pesantren dewasa ini adalah gabungan antarasistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan danpengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan atauwetonan dengan disediakan pondokan untuk para santri yang

Page 38: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 25

berasal dari jauh dan juga menerima santri kalong, yang dalamistilah pendidiÿÿn modernrtemenuhi kriteria pendidikan nonformal serta menyelenggarakan juga pendidikan formalberbentuk madrasah dan bahkan sekolah umum dalam berbagaibentuk tingkatan dan aneka kejuruan sesuai dengan kebutuhanmasyarakat masing-masing.3

Pesantren atau pondok pesantren merupakan lembagapendidikan Islam yang cukup unik karen memiliki elemen dankarakteristik yang berbeda dengan lembaga pendidikan Islamlainnya. Elemen-elemen Islam yang paling pokok, yaitu: Pondokatau tempat tinggal para santri, masjid, kitab-kitab klasik, kiaidan santri.4 Kelima elemen inilah yang menjadi persyaratanterbentuknya sebuah pcsantren, dan masing-masing elementersebut saling terkait satu sama dengan lain untuk tercapainyatujuan pesantren, khususnya, dan tujuan pendidikan Islam, padaumumnya, yaitu membentuk pribadi muslim seutuhnya (insankamil). Adapun yang dimaksud dengan pribadi muslimseutuhnya adalah pribadi ideal meliputi aspek individual dansosial, aspek intelektual dan moral, serta aspek material danspiritual. Sementara, karakteristik pesantren muncul sebagaiimplikasi dari penyelenggaraan pendidikan yang berlandaskanpada keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian (menolong dirisendiri dan sesama), ukhuwwah diniyyah dan islamiyyah dankebebasan. Dalam pendidikan yang seperti itulah terjalin jiwayang kuat, yang sangat menentukan falsafah hidup para santri.5

3 Marwan Saridjo, dkk, Sejarah Pondok Persantren di Indonesia, (Jakarta:Dharma Bhakti, 1982), hal. 9-10

4 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren…….., hal. 445 Imam Zarkasyi, Pembangunan Pondok Pesantren dan Usaha Untuk

Melanjutkan Hidupnya dalam Al jami’ah No. 5-6 Th. Ke –IV Sept – Nop.1965 (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1965), hal. 24-25

Page 39: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 26

Penyelenggaraan pendidikan pesantren berbentuk asramayang merupakan komunitas tersendiri di bawah pimpinan kiaiatau ulama, dibantu seorang atau beberapa ustadz (pengajar)yang hidup ditengah-tengah para santri dengan masjid atau surausebagai pusat peribadatan, gedung-gedung sekolah atau ruang-ruang belajar sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar sertapondok-pondok sebagai tempat tinggal para santri. Kegiatanpendidikannya pun diselenggarakan menurut aturan pesantrenitu sendiri dan didasarkan atas prinsip keagamaaan. Selain itu,pendidikan dan pengajaran agaman Islam tersebut diberikandengan metode khas yang hanya dimiliki oleh pesantren, yaitu;

Rundongan atau Wetonan adalah metode pengajaran di manasantri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kiai yangmembacakan kitab tertentu, sementara santri menyimak kitabmasing-masing dan membuat catatan-catatan. Disebut denganistilah Wetonan, berasal dari kata wektu (istilah jawa untuk kata:waktu), karena pelajaran itu disampaikan pada waktu-waktutertentu seperti sebelum atau sesudah shalat fardhu yang limaatau pada hari-hari tertentu.

Sorogan, adalah metode pengajaran individual, santrimenghadap Kiai seorang demi seorang dengan membawa kitabyang dipelajarinya. Kiai membacakan pelajaran dari kitabtersebut kalimat demi kalimat, kemudian menerjemahkan danmenerangkan maksudnya. Santri menyimak dan mengesahkan(istilah jawa: ngesah), yaitu dengan memberi catatan padakitabnya untuk menandai bahwa ilmu itu telah diberikan kiai.Adapun istilah sorogan tersebut berasal dari kata sorog (jawa)yang berarti menyodorkan, maksudnya santri menyodorkankitabnya dihadapan kiai, sehingga terkadang santri itu sendiriyang membaca kitabnya dihadapan kiai, sedangkan kiai hanyamenyimak dan memberikan koreksi bila ada kesalahan daribacaan santri tersebut. Beberapa pesantren dalam perkemba-ngannya, di samping mempertahankan sistem tradisionalnya

Page 40: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 27

juga menggunakan sistem madrasi, baik sebagai basispendidikannya ataupun yang bersifat tambahan.

Pengertian pondok pesantren secara terminologi telahdiungkapkan oleh para ahli sebagai berikut:

1. Dhofier memberikan pengertian:

Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asramapendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggalbersama dan belajar di bawah bimbingan seorang (atau lebih)guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai. Asrama untuk parasiswa tersebut berada dalam lingkungan komplek pesantren dimana kiai bertempat tinggal juga menyediakan sebuah masjiduntuk beribadah, ruang untuk belajar dan kegiatan-kegiatankeagamaan yang lain.6

2. Daulay mendefinisikan:

Saat sekarang pengertian yang populer dari pesantrenadalah suatu lembaga pendidikan Islam di Indonesia yangbertujuan untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamal-kannya sebagai pedoman hidup keseharian atau disebut tafaqquhfiaddin dengan menekankan pentingnya moral dalam hidupbermasyarakat.7

3. Djamaluddin memberikan pandangan:

Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agamaIslam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengansistem asrama (kampus) yang santri-santrinya menerimapendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yangsepenuhnya berada di bawah kedaulatan dan kepemimpinan

6 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren………., hal. 197 Daulay, Haidar Putra, Hostorisitas dan Eksistensi Pesantren Sekolah Dan

Madrasah, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 2001) hal.8

Page 41: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 28

seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yangbersifat kharimatis serta independen dalam segala hal.8

4. Menurut A. Mukti Ali sebagaimana dikutip Hasbullah:

Pondok pesantren yaitu suatu lembaga pendidikan Islam,yang di dalamnya terdapat seorang kiai (pendidik) yang mengajardan mendidik para santri (anak didik) dengan sarana masjidyang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut,serta di dukung adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri.9

Dari beberapa batasan dan definisi para ahli di atas dapatdiketahui bahwa dalam pondok pesantren ada beberapa unsur-unsur yang perlu diperhatikan yaitu meliputi:Pondok, Masjid,Santri, Pengajian kitab-kitab Islam klasik dan Kiai.10 Dengandemikian pondok pesantren merupakan lembaga pendidikanIslam yang terdiri dari unsur kiai, asrama yang bertujuan untukmecetak kader-kader ulama‘dengan mendalami ilmu-ilmu agamasebagai bekal pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

B. B. B. B. B. TTTTTujuan dan Sujuan dan Sujuan dan Sujuan dan Sujuan dan Sistem Pistem Pistem Pistem Pistem Pendidikan Iendidikan Iendidikan Iendidikan Iendidikan Islam di Pslam di Pslam di Pslam di Pslam di Pesantresantresantresantresantrenenenenen

Pada dasarnya pesantren merupakan lembaga pendidikanIslam, karena di dalamnya terdapat seperangkat pengetahuanyang berhubungan dengan agama Islam. Apapun usaha yangdilakukan untuk meningkatkan pesantren dimasa kini dan masamendatang harus tetap pada prinsip ini, artinya pesantrensebagai lembaga pendidikan Islam dengan ciri khas, meskipunia banyak terlibat dalam berbagai masalah kemasyarakatan.Seperti pesantren dalam upaya menciptakan keadilan sosial

8 Djamaluddin dan Abdullah Aly, Kapita Slekta Pendidikan Islam, (Bandung:CV. Pustaka Setia,1999). hal.99

9 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhandan Perkembangan, (Jakatra: Raja Grafindo Persada. 1999), hal.24

10 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren…………., hal. 19

Page 42: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 29

karena bagaimanapun juga pada konsep keadialan sosial akanmenjadi tujuan dan idaman bagi setiap masyarakat.

Secara umum tujuan pendidikan di pesantren adalahmendidik produk yang mandiri. Meskipun tujuan pendidikan dipesantren belum secara rinci dan dijabarkan dalam suatu sistempendidikan yang lengkap dan konsisten, tetapi secara sistematisdi pesantren jelas menghendaki produk lulusan yang mandiridan berakhlak baik serta bertaqwa dengan memilahkan secarategas antara aspek pendidikan dan pengajaran yang keduanyasaling mengisi satu dengan lainnya, yang pada akhirnya dimensipendidikan dalam arti membina budi pekerti terhadap anakdidik di samping dimensi pengajaran yang membangun danmengembangkan daya kognetif bagi anak didik. Dengan adanyaharmonisasi antara dimensi pendidikan dan dimensi pengajaran,maka tujuan pendidikan di pesantren menjadi jelas.11

Tujuan pendidikan yang diselenggarakan dapat diketahuidengan jalan menanyakan langsung kepada para penyelenggaradan pengasuh pesantren atau dengan cara memahami fungsi-fungsi yang dilaksanakan baik dalam hubungannya dengan parasantri maupun dengan masyarakat sekitarnya. Berdasarkanwawancara dengan para pengasuh pesantren, Prof. Mastuhumenyimpulkan bahwa tujuan pendidikan pesantren adalah:

Menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim,yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa pada tuhan,berakhlak mulia, beranfaat bagi masyarakat atau berkhidmatkepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdimasyarakat sekaligus menjadi rasul, yaitu menjadi pelayanmasyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad SAW(mengikuti sunah Nabi), mapu berdiri sendiri, bebas dan teguhdalam keribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam

11 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren………..,hal. 21

Page 43: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 30

dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat (‘izzu-l-Islam wa-l-muslimin) serta mencintai ilmu dalam rangkamengembangkan kepribadian Indonesia.12

Dengan tujuan tersebut tampaknya pesantren merupakansistem pendidikan yang kaffah yakni tidak hanya sekadarbermodalkan semangat, ungkapan verbal, dan slogan melainkandidasarkan pada kometmen terhadap Islam dan adab-adabnyabahkan sunnah-sunnahnya.

Akan tetapi untuk menciptakan rumusan formal dari tujuanpesantren yang bersifat integral, komprehensive atau totalmeliputi segala jenis pondok dalam hubungannya dengan masapembangunan sekarang, jangan terlepas dari cita-cita tujuanbangsa kita. Oleh karena itu rumusan tujuan formal pendidikanpesantren perlu disesuaikan dengan tujuan pendidikan Nasionalyang pada BAB II pasal 4: Pendidikan Nasional bertujuanmencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusiaIndonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwaterhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani danrohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasatanggung jawab kemasyarakatan.13

Dengan demikian perumusan tujuan yang bersifat integralyang dapat menampung cita-cita negara dan ulama. Sepertidisebutkan oleh Djamaluddin dan Abdullah Aly, Tujuan tersebutdapat kita rumuskan sebagai berikut antara lain:

a. Tujuan Umum

Membentuk mubalig-mubalig Indonesia berjiwa IslamPancasilais yang bertakwa, yang mampu, baik rohaniah maupun

12 Ismail, Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset.2002) hal.46

13 Sekretariat Negara RI. UURI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem PendidikanNasional dan Penjelasannya, (Semarang, Raneka Ilmu, 1989), hal.4

Page 44: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 31

jasmaniah mengamalkan ajaran agama Islam bagi kepentingankebahagiaa hidup diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsaserta negara Indonesia.

b. Tujuan Khusus/Intermediair:

1) Membina suasana hidup keagamaan dalam (santri).

2) Memberikan pengrtian keagamaan melali pengajaranilmu agama Islam.

3) Mengembangkan sikap beragama melalui praktek-praktekibadah.

4) Mewujudkan ukhuwah islamiyah dalam pondok pesantrendan sekitarnya.

5) Meberikan pedidikan keterampilan civic dan kesehatan,olah raga kepada anak didik.

6) Mengusahakan terwujudnya segala fasilitas dalam pondokpesantren yang memungkinkan pencapaian tujuan umumtersebut.14

Dari tujuan pendidikan pesantren tersebut jelas bahwa cita-cita negara yang berupa tujuan Sistem Pendidikan Nasional dapattertampung dan terlaksana dalam tujuan pendidikan pesantren.

C. DC. DC. DC. DC. Dasar-dasar Dasar-dasar Dasar-dasar Dasar-dasar Dasar-dasar Didirikannya Pidirikannya Pidirikannya Pidirikannya Pidirikannya Pondok Pondok Pondok Pondok Pondok Pesantresantresantresantresantrenenenenen

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa pondokpesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan Islamtradisional yang tumbuh dan berkembang sejak zaman dahulu.Dan dengan demikian tentunya landasan yang digunakan dalamkegiatan sehari-hari tentunya landasan agama Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadits.

14 Djamaluddin dan Abdullah Aly, Kapita Slekta Pendidikan Islam, (Bandung:CV. Pustaka Setia, 1999), hal. 104

Page 45: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 32

Akan tetapi, dalam perkembangannya pondok pesantrensebagai upaya untuk menyamakan dinamika pondok pesantrense-Indonesia akhirnya tertuju kepada satu titik dan arah yangsama, dan akhirnya rumusan dari dasar pendidikan pondokpesantren mengalami suatu perkembangan.

Adapun yang dimaksud dengan landasan dasar pendidikanpondok pesantren adalah sebagai berikut:

a. Dasar Religius

Yang dimaksud dengan dasar religius dalam uraian iniadalah: Dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islamyang tertera dalam ayat Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Menurutajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan agama meru-pakan perintah dari Tuhan dan merupakan Ibadah kepada-Nya.15

Sebagaimana dapat kita lihat pada surat An-Nahl 125:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah danpelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan yang baik.Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentangsiapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahuiorang-orang yang mendapat petunjuk. (Q. S. An-Nahl: 125.16

Dari landasan di atas dapat dipahami bahwa sesungguhnyaajaran Islam pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan

15 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional,1993) hal. 23

16 Depag RI, Alqur’an DanTerjemahan, (Semarang: Toha Putra. 1989), hal.421

Page 46: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 33

kesejahteraan hidup, baik kehidupan di dunia maupun kehidupandi akhirat, dengan berusaha membangun kehidupannya yangseimbang antara dunia dan spiritual.

b. Dasar Yuridis (Hukum)

Dasar yuridis ini terdiri dari:

1. Dasar Ideal

Yaitu dasar dari Falsafah Negara: Pancasila, di mana silayang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandungpengertian, bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percayakepada Tuhan Yang Maha Esa, atau tegasnya harus beragama.17

Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, maka diperlukanPendidikan Agama kepada anak-anak, karena tanpa adanyaPendidikan Agama, akan sulit sekali untuk mewujudkan silapertama dari Pancasila tersebut.18

2. Dasar Kultural/Konstitusional

Selain dasar ideal yang telah disebutkan di atas jugaterdapat dasar kultural/konstitusional yakni yang terdapat dalamUUD 1945 dalam BAB XI pasal 29 ayat 1 yang berbunyi: Negaraberdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, yang mana bunyi pasaltersebut mempunyai makna yang terkandung di dalamnyabahwa bangsa Indonesia harus mempunyai agama. Di sampingitu juga dijelaskan bahwa negara melindungi umat yangberagama, untuk menunaikan agamanya dan beribadahmenurut kepercayaannya masing-masing. Oleh karena itu agarmereka bisa menjalankan agamanya tersebut maka diperlukanadanya pendidikan agama sebagai upaya untuk meningkatkantaraf kehidupan bangsa Indonesia yang sejahtera.

17 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional,1993) hal. 22

18 Ibid, hal.22

Page 47: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 34

3. Dasar Sosial Psikologi

Dalam seluruh kehidupan umat manusia tentunya dibutuh-kan pandangan hidup sebagai pegangan dalam kehidupannyayaitu agama. Maka dari itulah sangat diperlukan sekali bagiorang-orang Muslim adanya pendidikan agama Islam agarkehidupan orang Muslim tersebut menjadi tenang dan sejahterabaik di dunia dan akhirat, sebab tanpa adanya pendidikan agamaIslam akan mengakibatkan semakin jauhnya orang Muslimtersebut dari ajaran agama yang benar sehingga pada akhirnyaakan mengakibatkan kesengsaraan dalam hidupnya baik di duniamaupun di akhirat.

Secara konkret tujuan pondok pesantren belum dirumuskan,hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan daripondok pesantren itu sendiri yang semakin hari semakinberkembang. Ditinjau dari sistem pengajaran, besar kecilnyasantri, materi yang diajarkan maka akan kita dapati atau kitajumpai berbagai jenis pondok pesantren, baik itu berupa pondokpesantren salafi, pondok pesantren kholafi dan masih banyak jenispondok pesantren yang mana hal tersebut dipandang dari segikebutuhan dan perkembangan zaman.

Berdasarkan hal tersebut di atas yaitu beragamnya jenispondok pesantren, yang mana tentunya hal ini juga akanmempunyai ciri-ciri khusus yang berbeda-beda antara pondokpesantren yang satu dengan yang lainnya. Dan hal ini berakibatpula pada tujuan pondok pesantren yang belum diketahuiperumusannya secara jelas. Sedangkan tujuan pendidikanpondok pesantren adalah membentuk manusia hidup dengankekuatan diri sendiri tidak merupakan keharusan untuk menjadipegawai negeri.19

19 Imron Arifin, Kepemimpinan Kiai Studi Kasus Pondok Pesantren Tebu Ireng,(Jombang: Kalimasahadah,1993), hal.35

Page 48: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 35

Dalam penjelasan yang lain sebagaimana yang diungkapkanoleh Ahmad Tafsir tentang tujuan pendidikan pondok pesantrenyaitu:

1. Memiliki kebijaksanaan menurut ajaran Islam

2. Memiliki kebebasan yang terpimpin.

3. Berkemampuan mengatur diri sendiri.

4. Memiliki rasa kebersamaan yang tinggi.

5. Menghormati orang tua dan guru.

6. Cinta kepada ilmu.

7. Mandiri.

8. Kesederhanaan.20

C.C.C.C.C. TTTTTipologi Pipologi Pipologi Pipologi Pipologi Pondok Pondok Pondok Pondok Pondok Pesantresantresantresantresantrenenenenen

Pesantren seagai lembaga pendidikan Islam secara selektifbertujuan menjadikan para santrinya sebagai manusia yangmandiri serta diharapkan dapat menjadi pemimpin umat dalammenuju keridhoan Tuhan. Oleh karena itu pesantren bertugasuntuk mencetak para santrinya menjadi manusia yang benar-benar ahli di bidang agama dan ilmu pengetahuan kemasyarakatanserta berakhlak mulia.

Ada beberapa model dan bentuk pesantren, dalampandangan Dhofier ada dua model yang sangat berpengaruhyakni: pesantren salafi dan pesantren khalafi, pesantren salafimemberikan gambaran danya ortodoksi dalam mempertahankantradisi pengajaran kitab klasik sebagai inti pendidikannya.Sedangkan pesantren khalafi menggambarkan adanya pemasukan

20 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dan Perspektif Islam, (Bandung: RemajaRosda Karya. 1992), hal.201-202

Page 49: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 36

terhadap pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah yangdikembangkan atau membuka tipe-tipe sekolah umum dalamlingkungan pesantren.

a. a. a. a. a. PPPPPesantresantresantresantresantren Sen Sen Sen Sen Salafi (alafi (alafi (alafi (alafi (TTTTTradisional)radisional)radisional)radisional)radisional)Model pesantren salafi sampai saat ini masih memper-

tahankan sistem pengajaran sorogan, wetonan dan bandongankarena berpedoman pada hakekat tujuan pendidikan psantrenbukan mengajar kepentingan duniawi, tetapi ditanamkan padamereka bahwa belajar adalah semata-mata kewajiban danpengabdian kepada Tuhan.21

Implikasi dari suatu pengajaran yang demikian ini adalahjenjang pendidikannya di pesantren ini tidak hanya dibatasi parasantri hanya belajar kitab kuning secara bergantian, tinggirendahnya kedalaman ilmu seorang santri diukur lama tidaknyasantri tersebut berada di pondok pesantren, sehingga dapatlahdikatakan bahwa ada perbedaan nilai keilmuan di masing-masing santri.

bbbbb. . . . . PPPPPesantresantresantresantresantren Khalafi (Men Khalafi (Men Khalafi (Men Khalafi (Men Khalafi (Modern)odern)odern)odern)odern)Tipe pesantren khalafi sebagaimana telah dijelaskan di

bagian awal yang telah memasukkan pelajaran umum dalammadrasah pada lingkungan pesantren dan bahkan ada yang tidakmengajarkan kitab kuning klasik, akan tetapi pada umumnyapesantren menerapkan kedua-duanya yakni pesatren salafi dankhalafi.

Dalam Undang-Undang No.2 tahun 1989 dijabarkan bahwaada dua jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luarsekolah Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yangdiselenggarakan di sekolah melaui kegiatan belajar mengajarsecara berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan jalur

21 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren…………,hal. 21

Page 50: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 37

pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang dilakukanmelalui kegiatan belajar yang tidak harus berjenjang danberkesinambungan.

Pada model pesantren khalafi lembaga tersebut di sampingmemasukkan pelajaan-pelajaran umum juga mengikutiperkembangan kurikulum baik kurikulum lokal maupunkurikulum nasional, disebabkan kurikulum bukanlah sekadarmenentukan pelajaran yang harus dipelajari untuk menambahpengetahuan atau mengembangkan bakatnya melainkanmerupakan masalah memperbaiki dan meningkatkan mutukehidupan individu dan masyarakat, baik pada masa ini maupunmasa yang akan datang.

Pendidikan yang ada di pesantren khalafi, seperti halnyadalam satuan Sistem Pendidikan Nasional yaitu ada dua jalur yaitumelalui jalur pendidikan sekolah dan melalui jalur pendidikanluar sekolah seperti dijelaskan dalam UUSPN pasal 10 bahwa:

1. Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2(dua) jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikanluar sekolah.

2. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yangdiselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajarsecara berjenjang dan berkesinambungan.

3. Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikanyang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajarmengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan.22

c. c. c. c. c. PPPPPesantresantresantresantresantren Ken Ken Ken Ken KomprompromprompromprehensifehensifehensifehensifehensifSistem pesantren ini disebut komprehensif merupakan

sistem pendidikan dan pengajaran gabungan antara yang

22 Moejiono Hasibuan, Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Remaja Rosda Karya,1986), hal.23

Page 51: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 38

tradisional dan yang modern. Artinya di dalamnya diterapkanpendidikan dan pengajaran kitab kuning dengan metode sorogan,bandongan dan watonan, namun secara reguler sistem pesekolahanterus dikembangkan. Bahkan pendidikan keterampilan pundiaplikasikan sehingga menjadikannya berbeda dari tipologikesatu dan kedua.

B. SB. SB. SB. SB. Sejarah Pejarah Pejarah Pejarah Pejarah Pererererertumbuhan dan Ptumbuhan dan Ptumbuhan dan Ptumbuhan dan Ptumbuhan dan Perererererkembangan Pkembangan Pkembangan Pkembangan Pkembangan Pesantresantresantresantresantrenenenenen

Agak sulit untuk mengidentifikasi dan menerangkan kapandan bagaimana sesungguhnya pesantren itu lahir. Studi yangdilakukan oleh para sarjana kadang-kadang belum menemukantitik temu yang dapat dipakai sebagai sumber informasi yangbenar-benar dipercaya mengenai perjalanan kehidupanpesantren. Seperti dikemukakan oleh Geertz sebagaimana dikutipoleh Zamakhsyari Dhofier, bahwa:

Islam masuk ke Indonesia secara sistematis baru pada abadke-14, herpapasan dengan suatu kebudayaan besar yang telahmenciptakan suatu sistern politik, nilai-nilai estetika, dankehidupan sosial keagamaan ayang sangat maju, yangdukembangkan oleh kerajaan Hindu-Budha di Jawa yang telahsanggup menanamkan akar yang sangat kuat dalam kehidupanmasyarakat Indonesia”23

Apa yang dikemukakan Geertz24 tersebut hanya tentangIslam di kraton-kraton (pusat kekuasaan) di Jawa, sedangkan

23 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren…………, hal. 624 Cliffort Geertz seorang antropolog yang merintis penelitian dengan tema

Abangan, santri dan Priyayi dalam masyarakat Jawa dengan meminjamistilahnya Wolf. Melihat bahwa kiai di Jawa menepati posisi sebagai pialangbudaya (cultural Broker). Pada masa sesudah kemerdekaan, telah menjadiperubahan peran para kiai. Dari seorang kominikator yang menghubungkandunia Islam yang berpusat di Mekah dengan para petani di Jawa di pedesaan.Berubah peran menjadi seorang politisi yang mengageni pemerintah pusat

Page 52: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 39

yang menyangkut Islam dilingkungan pesantren tidak disinggungsama sekali. Sebenarnya Islam di pesantren merupakan upayakelanjutan dari masuknya Islam di Indonesia, khususnya di Jawa,yang dilakukan oleh pedagang Arab sejak abad ke-13. Geertz tidakmenyebut tentang Islam di lingkungan pesantren, padahal Islamdi lingkungan orang pesantren merupakan akar yang amat kuatyang dibentuk melalui pendekatan yang sangat manusiawi yangdisebarkan lewat pengajaran oleh guru dan murid berdasarkanatas kehidupan kekeluargaan. Sesungguhnya proses terbentuknyapesantren dapat dipastikan sebagai upaya untuk melembagakankegiatan agama, agar memiliki posisi dan peran yang berartidalam menangani dan menanggulangi berbagai permasalahankehidupan masyarakat.

Oleh karena itu, apa yang dilakukan oleh para pemulapenyebar agama Islam yang dilaksanakan melalui kegiatan nonformal dengan tatap muka yang kurang terjadwal berubah secaraberangsur-angsur menjadi kegiatan yang terorganisasi,terlembaga dalam wujud yayasan-yayasan pendidikanpesantren, dari pesantren dengan sistem pendidikannya yangmasih sangat sederhana hingga pesantren yang telah menerap-kan sistem pendidikan sebagaimana lembaga pendidikansekolah atau lebih dikenal dengan sebutan sekolah berasrama(Islamic Boarding School).

desa. Geertz berhasil menarik perhatian banyak ahli karena berhasilmengangkat kiai kepada posisi istimewa. Titik tekan pada penelitian Geertzadalah identifikasi antropologi terhadap keberadaan masyarakat muslim didaerah Mojokuto, dalam penelitiannya, Geertz merumuskan adanya trikotomidalam masyarakat Mojikuto, yaitu santri abangan dan Priyayi, dalam kerangkapenelitiannya ini, Geertz menguraikan tentang signifikansi peran kiai dalamkontruksi sosiologis-antropologis masya-rakat Jawa ketika itu. Pada titik inilahantropologi ini telah membuka peranan bagi penelitian terhadap peranankiai pada mas-masa berikutnya. Dalam Clillifort Geertz, Abangan, Santri danPriyayi dalam Masyarakat Jawa, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1983)

Page 53: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 40

1.1.1.1.1. WWWWWalisongo dan Palisongo dan Palisongo dan Palisongo dan Palisongo dan PengarengarengarengarengaruhnyauhnyauhnyauhnyauhnyaAsal-usul pesantren tidak bisa dipisahkan dari sejarah

pengaruh Walisongo pada abad ke-15–16 di Jawa. Pesantrenmerupakan lembaga pendidikan Islam yang unik di Indonesia.Lembaga pendidikan ini telah berkembang khususnya di Jawaselama berabad-abad.25 Maulana Malik Ibrahim (Tahun 1419 diGresik)–spiritual father Walisongo dalam masyarakat santri Jawabiasanya dipandang sebagai gurunya guru tradisi pesantren diTanah Jawa.26

Walisongo adalah tokoh-tokoh penyebar agama Islam diJawa abad ke-15–16 yang telah berhasil mengkombinasikanaspek-aspek sekuler dan spiritual dalam memperkenalkan Islampada masyarakat. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, SunanAmpel, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, Sunan Giri,Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati. “Wali” dalambahasa Inggris pada umumnya diartikan “saint”, sementara“songo” adalah istilah bahasa jawa yang berarti sembilan. Parasantri jawa berpandangan bahwa Walisongo adalah pemimpinumat yang sangat saleh dan dengan pencerahan spiritual religiusmereka, bumi Jawa yang tadinya tidak mengenal agama monotheismenjadi bersinar terang. Posisi mereka dalam kehidupan sosio-kultural dan religius di jawa demikian memikat.

Pada abad ke-15 para saudagar muslim telah mencapaikemajuan pesat dalam usaha bisnis dan dakwah mereka hinggamereka memiliki jaringan di kota- kota bisnis disepanjang pantai

25 Pesantren merupakan sebutan bagi lembaga pendidikan Isam tradisional diJawa pada umumnya. Sedangkan di Aceh dikenal dengan sebutan Rangkang,Dayah, meunaseh. Di Minangkabau di sebut Surau, dan di Sumatera padaumumnya di sebut madrasah. Lihat Karel A Steenbrink, Pesantren MadrasahSekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, 1986), h. 21

26 KH. Saefuddin Zuhri, Sejarah kebangkitan Islam dan perkembangannya diIndonesia, (Bandung: Al Ma’arif, 1979), hal. 263

Page 54: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 41

utara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di kota-kota inilah komunitasmuslim pada mulanya terbentuk. Komunitas ini dipelopori olehWalisongo mendirikan masjid pertama di Tanah Jawa, yaitumasjid Demak. Masjid ini kemudian menjadi pusat terpentingdi Jawa dan memainkan peran besar dalam upaya menuntaskanIslamisasi di seluruh Jawa termasuk daerah--daerah pedalaman.

Bagi komunitas muslim, Masjid Demak tentu bukan sajasebagai pusat ibadah (ritual keagamaan), tetapi juga sebagaiwahana pendidikan mengingat lembaga pendidikan Islam lebihdikenal dengan pesantren pada masa awal ini belum menemukanbentuknya yang final, bahkan masih sangat sederhana. Masjiddan pesantren sesungguhnya merupakan center of execellece yangsaling mendukung dan melengkapi dalam membentuk kepribadianmuslim. Sesungguhnya pula dakwah dan pendidikan tidak bisadipisahkan dalam sejarah dan ajaran dasar Islam.

Pendidikan Islam atau juga transmisi Islam yang dipeloporiWalisongo merupakan perjuangan brilliant yang diimplemen-tasikan dengan cara sederhana, yaitu menunjukkan jalan danalternatif baru yang tidak mengusik tradisi dan kebiasaan lokal,serta mudah ditangkap oleh orang awam karena pendekatan-pendekatan Walisongo yang konkrit realistik, tidak “jlimet” danmenyatu dengan kehidupan masyarakat.

Approach dan wisdom Walisongo agaknya terlembaga dalamsatu esensi budaya pesantren dengan kesinambungan ideologisdan kesejarahannya. Kesinambungan ini tercermin dalamhubungan filosofis dan keagamaan antara taqlid dan modelingbagi masyarakat santri. Melalui konsep modeling, keagunganMuhammad SAW, serta kharisma Walisongo, yang dipersonifi-kasikan oleh para auliya dan kiai, telah terjunjung tinggi darimasa ke masa. Barangkali karena modeling ini pula gagasanpesantren sederhana yang diperkenalkan Maulana Malik Ibrahimmampu eksis dan berekembang dari abad ke abad sampai kini.

Page 55: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 42

Untuk mengantisipasi dan mengakomodasi persoalan-persoalansosial keagamaan serta merekrut murid-murid baru, MaulanaMalik lbrahim tidak merasa kesulitan dalam mendirikanprototipe pesantren dalam bentuk embrio.

Pendirian pesantren ini dibarengi dengan keberhasilantokoh ini dalam menarik simpati massa, dan melengkapi diridengan modal materi pribadi yang digunakan untuk dakwahlslamiyyah sebagai “a traveling Muslim merchant” dan gurupanutan. Pada siang hari, sang guru membawa anak didik kesawah dan malam hari mengajarkan mereka ilmu-ilmu dasarseperti membaca A1-Qur’an. Karena rekayasa ini, tokoh inisering disebut sebagai “the father of early pesantren” di Jawa.Langkah beliau ini kemudian diikuti oleh para wali setelahnya,seperti yang dilakukan oleh Raden Rahmat atau lebih dikenaldengan Sunan Ampel dengan mendirikan pesantren di daerahKembang Kuning (Surabaya)27 sebagai pusat kegiatan dalammengajarkan dan mendakwahkan agama.28 Pesantren ini yangterdokumentasi dalam Babad Tanah Djawi sebagai awal mulaadanya sebuah lembaga yang disebut “pesantren”.29

Walisongo mendidik adalah tugas dan panggilan agama.Mendidik murid sama halnya dengan mendidik anak sendiri.Pesan mereka dalam konteks ini adalah “sayangi, hormati, danjagalah anak didikmu, hargailah tingkah laku mereka sebagaimanaengkau memperlakukan anak turunmu. Beri mereka makanandan pakaian, hingga mereka bisa menjalankan syari’at Islam danmemegang teguh ajaran agama tanpa keraguan.

27 Marwan Saridjo, dkk, Sejarah Pondok Persantren di Indonesia, (Jakarta:Dharma Bhakti 1982), hal 25

28 Identitas pesantren pada awal pertumbuhannya adalah sebagai pusatpenyebaran agama Islam lihat M. Dawam Raharjo.

29 Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, Cet. I (Jakarta: Logos, 1999), hal.145

Page 56: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 43

Sedangkan pola hubungan antara santri dan kiai lebihdiwarnai oleh ajaran dari kitab ta’lim al-Muta’allim karya Zarnuji,yang dianggap sebagai pedoman etika mencari ilmu yangmelibatkan peran kiai.

2. Masa Kerajaan Mataram2. Masa Kerajaan Mataram2. Masa Kerajaan Mataram2. Masa Kerajaan Mataram2. Masa Kerajaan MataramPada abad berikutnya setelah masa Walisongo, sekitar abad

ke-17, lembaga pendidikan pesantren semakin mendapatkanposisi di masyarakat, karena penguasa kerajaan saat itu mem-berikan perhatian besar terhadap pendidikan agama Islamdengan memelopori usaha-usaha untuk memajukan duniapendidikan dan pengajaran Islam.

Pengaruh Walisongo diperkuat oleh Sultan Agung yangmemerintah Mataram dari tahun 1613 sampai dengan 1645,Sultan Agung merupakan penguasa terbesar di Jawa setelahpemerintahan Majapahit dan Demak, yang juga dikenal sebagaiSultan Abdurrahman dan Khalifatullah Sayyidin Panotogomo IngTanah Jawi, yang berarti pemimpin dan penegak agama di tanahjawa. Sultan Agung adalah pemimpin negara yang salih danmenjadi salah satu rujukan utama bagi dunia santri. Sultan Agungmenjalin hubungan intim dengan kelompok ulama. Bersamamereka, Sultan Agung melaksanakan shalat jum’at dan diikutidengan tradisi musyawarah dan mendengar fatwa-fatwakeagamaan mereka.30 Sebagai wujud besarnya perhatian SultanAgung terhadap pendidikan Islam, beliau menawarkan tanahpendidikan bagi kaum santri serta menciptakan iklim sehat bagikehidupan intelektualisme keagamaan hingga komunitas iniberhasil mengembangkan lembaga pendidikan mereka tidakkurang dari 300-an pesantren. Tanah pendidikan, tanah denganbeberapa privileges adalah sebuah lokasi untuk kepentingankehidupan beragama yang dibebaskan dari pajak negara. Per-

30 Lihat KH. Saefudin Zuhri, Sejarah Kebangkitan….., hal. 534 – 535

Page 57: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 44

kembangan berikutnya menunjukkan bahwa tanah pendidikanmeluas menjadi sebuah kampong khusus yang memiliki fungsikeagamaan seperti menjaga tempat-tempat suci, merawat danmengembangkan pesantren serta menghidupkan Masjid.31

Pendidikan pesantren yang diselenggarakan pada masakerajaan Mataram, khususnya masa Sultan Agung, dapatdiklasifikasikan sebagai berikut:

a. Tingkat pengajian Al-Qur’an, yang terdapat dalam setiapdesa yang diajarkan meliputi huruf Hijaiyah, membaca Al-Qur’an,barjanji, Rukun Iman, Rukun Islam.

1) Tingkat pengajian kitab. Para santri yang belajar padatingkat ini adalah mereka yang telah khatam A1-Qur’an. Gurunyabiasanya modin terpandai di desa itu, atau didatangkan dari luardengan syarat-syarat tertentu. Guru-guru tersebut diberi gelarAbah Anom. Tempat belajar biasanya di serambi masjid danmereka umumnya mondok. Kitab yang dipelajari adalah kitab-kitab dasar, seperti Matan Taqrib, Bidayatul Hidayah. Sistem yangdigunakan adalah Sorogan.

2) Tingkat pesantren besar. Tingkat ini lengkap denganpondok dan tergolong tingkat tinggi. Gurunya diberi gelar KiaiSepuh atau Kanjeng Kiai dan umumnya para priayi “ulama kerajaan”yang tingkat kedudukannya sama dengan penghulu. Adapunpelajaran yang diberikan pada pondok pesantren tingkat ini padaumumnya berbentuk syarah dan hasyiyah dalam berbagaidisiplin ilmu agama seperti fiqih, tafsir, hadits, ilmu kalam,tasawuf, nahwu, sharaf dan lain-lain.

b. Pondok pesantren tingkat keahlian (takhassus). Pelajaranpada pondok pesantren tingkat takhassus ini adalah bersifat

31 Karel A Steenbrink, Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad ke – 19,(Jakarta: Bulan Bintang, 1984) hal. 165 -172

Page 58: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 45

memperdalam sesuatu fan atau disiplin ilmu pengetahuan agamaseperti hadits, tafsir, tarekat dan sebagainya.32

Sejalan dengan proses dinamis ini pendidikan Islam di Jawamasa kerajaan Mataram, khususnya pada masa Sultan Agung,dipandang oleh Mahmud Yunus, sebagai masa keemasan sistempendidikan Islam abad ke-19.

3. M3. M3. M3. M3. Masa Pasa Pasa Pasa Pasa PenjajahanenjajahanenjajahanenjajahanenjajahanKemajuan pendidikan dan pengajaran Islam yang pesat

pada masa kerajaan Mataram rupanya membuat pemerintahkolonial Belanda merasa khawatir. Sebab, dengan majunyapesantren, pada suatu saat akan mengancam kedudukan Belanda.Oleh karena itu, dikalangan pemerintah Belanda, muncul ada duaalternatif untuk memberikan pendidikan kepada bangsa Indonesia,yaitu mendirikan lembaga pendidikan yang berdasarkan lembagapendidikan tradisional, pesantren atau mendirikan lembagapendidikan dengan sistem yang berlaku di Barat waktu itu.

Pendidikan yang diselenggarakan secara tradisional dipesantren menurut pemerintah Belanda terlalu jelek dan tidakmungkin dikembangkan menjadi sekolah-sekolah modern. Olehkarena itu, mereka memilih alternatif kedua yaitu mendirikansekolah-sekolah sendiri yang tidak ada hubungannya denganpendidikan yang telah ada.33 Pendidikan Kolonial Belanda inisangat berbeda dengan pendidikan Islam Indonesia yangtradisional, bukan saja dari segi metode, tetapi lebih khusus darisegi isi dan tujuannya. Pendidikan yang dikelola oleh pemerintahkolonial Belanda ini khususnya berpusat pada pengetahuan danketrampilan duniawi, yaitu pengetahuan umum. Sedangkan

32 Mahmud Yunus, Sejarah pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:Mahmudiyah), hal. 196

33 Ibid,hal. 226 – 227

Page 59: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 46

lembaga pendidikan Islam lebih ditekankan pada pengetahuandan ketrampilan yang berguna bagi penghayatan agama.34

Tetapi ternyata dengan diselenggarakannya pendidikan olehpemerintah kolonial Belanda ini justru tidak lebih memberikankeleluasaan pendidikan pesantren yang dikelola orang-orangpribumi (umat Islam). Pemerintah kolonial berusaha menghalang-halanginya, terutama dengan mengeluarkan berbagai peraturandan kebijaksanaan yang dirasakan cukup menekan kegiatanpendidikan Islam di Indonesia. Dengan didirikannya lembagapendidikan atau sekolah yang diperuntukkan bagi sebagianbangsa Indonesia, terutama bagi golongan priyayi dan pejabat,oleh pemerintah kolonial tersebut maka sejak itu terjadilahpersaingan antara lembaga pendidikan tersebut dengan lembagapendidikan pesantren Meskipun harus bersaing dengan sekolah-sekolah yang diselenggarakan pemerintah kolonial, lembagapendidikan pesantren tetap eksis dan bahkan mengalamiperkembangan yang cukup signifikan. Jika pada awal abad ke-19, waktu Belanda mulai mendirikan sekolah-sekolah, jumlahpesantren di Jawa hanya sebanyak 1.853 buah, dengan jumlahsantri 16.556 orang. Tetapi pada akhir abad ke-19 jumlahpesantren mencapai 14.929 buah dan jumlah santri sebanyak222.663 orang.35

Persaingan yang terjadi tersebut bukan hanya segi-segiideologis dan cita--cita pendidikan saja, melainkan juga munculdalam bentuk perlawanan politis, bahkan perlawanan fisik.Hampir semua perlawanan fisik (peperangan) melawanpemerintah kolonial Belanda pada abad ke-19 bersumber ataupaling tidak mendapatkan dukungan dari pesantren. Perang-perang besar, seperti Perang Diponegoro, Perang Paderi, Perang

34 Karel A Steenbrink, Pesantren Sekolah, Madrasah………, hal. 2435 Zamakhsari Dhofier............, hal. 33

Page 60: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 47

Banjar, sampai perlawanan-perlawanan rakyat yang bersifatlokal tersebar di mana-mana, tokoh-tokoh pesantren ataualumni-alumninya memegang peranan utama.36

Menyaksikan kenyataan yang demikian menyebabkanpemerintah kolonial diakhir abad ke-19 mencurigai eksistensipesantren, yang mereka anggap sebagai sumber perlawananterhadap pemerintah kolonial. Oleh karena itu, pemerintahkolonial mulai mengadakan pengawasan dan campur tanganterhadap pendidikan pesantren dengan mengeluarkan ketentuan-ketentuan pengawasan terhadap perguruan yang mengajarkanagama, seperti pesantren dan guru-guru agama yang akanmengajar juga harus mendapatkan izin dari pemerintah kolonialdi wilayah setempat. Sejalan dengan perkembangan sekolah-sekolah Barat yang mulai menjangkau sebagian bangsa Indone-sia, pesantren pun mulai mengalami perkembangan yang bersifatkualitatif. Ide-ide pembaruan dalam Islam, termasuk dalambidang pendidikan mulai masuk ke Indonesia dan mulai merasukke dunia pesantren, serta dunia pendidikan Islam pada umumnya.Ide-ide pembaruan dalam dunia Islam itu timbul sebagai akibatkemunduran umat Islam dan merajalelanya penjajahan Barat.Umat Islam menyadari akan kelemahan dan ketertinggalannyadari Barat, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi maupunbudaya. Olah karena itu usaha pembaruan pada umumnyaditekankan pada pembaruan dalam dunia pendidikan.

Pada garis besarnya ide pembaruan dalam bidang pendidikanyang berkembang di dunia Islam, bisa digolongkan menjadi tigakelompok, yaitu:

a. Pembaruan pendidikan Islam yang berorientasi kepadasistem pendidikan yang berlaku di Barat, yaitu mengembangkanilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan. Ilmu

36 Sartono Kartodirjo, Sejarah Nasional, (Jakarta: Balai Pustaka, 1977), hal. 131

Page 61: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 48

pengetahuan dan teknologi yang berkembang di dunia Baratdipandang sebagai sumber kekuatan. Oleh karena itu kelompokini mengembangkan sistem dan isi pendidikan Barat.

b. Pembaruan pendidikan Islam yang berorientasi padaajaran Islam yang murni. Mereka berpandangan bahwasesungguhnya ajaran Islam sendiri merupakan sumber bagikemajuan dan perkembangan peradaban serta ilmu pengetahuan,sebagaimana telah dibuktikan oleh sejarah pada zamankeemasan Islam di masa lalu. Usaha pembaruan pendidikan bagimereka harus kembali kepada sumber ajaran Islam yang murniAl-Qur’an dan Al-Sunnah, yang tidak pernah membedakan antaraagama dan ilmu pengetahuan. Oleh karenanya ilmu pengetahuandan teknologi tidak boleh terpisah dari Islam. Pendidikan harusjuga mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologisebagimana yang dikembangkan oleh Barat.

c. Gerakan pembaruan pendidikan yang berorientasi padakekuatan-kekuatan dan latar belakang sejarah bangsa masing-masing. Dengan memperbaiki dan mengembangkan apa yangtelah ada, dengan menghilangkan kelemahan–kelemahannya,serta memasukkan unsur-unsur baru yakni ilmu pengetahuandan teknologi tentunya pesantren diharapkan akan membawakemajuan bagi bangsa yang bersangkutan.

Ketiga pandangan tersebut, tampaknya mempunyaipengaruh terhadap perkembangan dan pembaruan pesantrendan sistem pendidikan Islam di Indonesia menjelang abad ke-20. Sistem penyelenggaraan sekolah-sekolah modern klasikalmulai masuk ke dunia pesantren. Sementara itu, di beberapapesantren mulai memperkenalkan sistem madrasah, sebagaimanasistem yang berlaku di sekolah umum, tetapi pelajarannya dititik-beratkan pada pelajaran agama saja. Kemudian pada pcrkem-bangan berikutnya, madrasah-madrasah yang semata-matabersifat diniyah berubah menjadi madrasah-madrasah yangmengajarkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan umum.

Page 62: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 49

4. M4. M4. M4. M4. Masa kemerasa kemerasa kemerasa kemerasa kemerdekaan dan Pdekaan dan Pdekaan dan Pdekaan dan Pdekaan dan PembangunanembangunanembangunanembangunanembangunanPesantren dalam perjalanan sejarahnya sejak masa

kebangkitan nasional hingga masa perjuangan kemerdekaan,senantiasa tampil dan berpartisipasi aktif. Oleh karena itu, setelahIndonesia mencapai kemerdekaannya, pesantren masihmendapatkan tempat dihati masyarakat Indonesia. Ki HajarDewantoro yang dikenal sebagai tokoh pendidikan nasional dansekaligus Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RIyang pertama menyatakan bahwa pondok pesantren merupakandasar pendidikan nasional, karena sesuai dan selaras dengan jiwadan kepribadian bangsa Indonesia.37

Sejak awal kehadiran pesantren dengan sifatnya yang lenturternyata mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat sertamemenuhi tuntutan masyarakat. Begitu juga pada masakemerdekaan dan pembangunan, pesantren mampu menampil-kan dirinya berperan aktif mengisi kemerdekaan danpembangunan, terutama dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas. Meskipun demikian, pesantrenjuga tidak luput dari berbagai kritik terhadap kelemahan sistempendidikannya, dengan manajemen tradisional. Tetapi beberapapesantren dapat segera mengidentifikasi persoalan ini danmelakukan berbagai inovasi untuk pengembangan pesantren.Di samping pengetahuan agama Islam, diajarkan pula pengetahuanumum dan ketrampilan (vocational) sebagai upaya untukmemberikan bekal tambahan kepada santri agar selepas merekadari pesantren dapat hidup mandiri dan mapan di tengah-tengahmasyarakat. Beberapa pesantern juga telah menggunakansistem klasikal dengan saran dan prasarana pengajaransebagaimana yang ada di sekolah-sekolah umum. Bahkan ada

37 Ki Hajar Dewantara, Ki Hajar Dewantoro, Pendidikan, bagian Pertama, cet.2, (Yogyakarta: Majlis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1977) hal. 371

Page 63: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 50

juga pesantren yang lebih cenderung mengelola dan membinalembaga pendidikan formal, baik madrasah atau sekolah umummulai dari tingkat dasar, menengah hingga perguruan tinggi.

Transformasi kelembagaan pondok pesantren ini meng-indikasikan terjadinya keberlangsungan dan perubahan dalamsistem pondok pesantren. Dalam konteks ini, pesantren disamping mampu terus menjaga eksistensinya juga sekaligusbisa mengimbangi dan menjawab perubahan dan tuntutanmasyarakat. Ini menunjukkan bahwa tradisi pesantren memilikikelenturan budaya yang memungkinkannya bisa tetap hidup danberkembang di tengah masyarakat. Penting ditegaskan di sinibahwa transformasi tersebut pada kenyataannya tiak menggeserciri khas dan sekaligus kekuatannya sebagai lembaga pendidikanIslam.

Demikianlah pesantren yang telah ada di Indonesia sejakdua abad lalu tidak mengalami penurunan peran. Bahkan justrusemakin eksis dan diminati masyarakat. Ini bisa dilihat daripertumbuhan jumlah pesantren dalam tiga dasa warsa terakhir,sejak tahun 1970-an. Data Departemen Agama, misalnya,menyebutkan pada 1977 jumlah pesantren sekitar 4.195 buahdengan jumlah santri sekitar 677.384 orang. Jumlah tersebutmengalami peningkatan berarti pada 1981, di mana pesantrenberjumlah sekitar 5.661 buah dengan jumlah santri sebanyak938.397 orang. Pada 1985 jumlah pesantren mengalamikenaikan lagi menjadi 6.239 dengan jumlah santri mencapaisekitar 1.084.801 orang dan pada 1997/1998 DepartemenAgama telah mencatat 9.388 buah pesantren dengan santrisebanyak 1.770.768 orang.38

38 Data Potensi Pondok Pesantren Seluruh Indonesia tahun 1997 (Jakarta:Diroktoral Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam DepartemenAgama, 1997)

Page 64: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 51

Pertumbuhan dan perkembangan pesantren di Indonesiatampaknya cukup mewarnai perjalanan sejarah pendidikanIslam di Indonesia. Kendatipun demikian pesantren denganberbagai kelebihannya, tentunya juga tidak dapat menghindardari kritik terhadap kekurangannya. Di antara kelebihanpesantren terletak pada kemampuan menciptakan sebuah sikaphidup universal yang merata, yang diikuti oleh semua wargapesantren, dilandasi oleh tata nilai yang menekankan pada fungsimengutamakan beribadat sebagai pengabdian kepada SangKhalik dan memuliakan guru sebagai jalan untuk memperolehpengetahuan agama yang hakiki, yang dikejar adalah totalitaskehidupan yang diridhoi Allah. Sikap hidup yang demikianterlepas dari acuan-acuan struktural yang ada dalam susunankehidupan masyarakat di luar pesantren. Hal ini dapat membuatsantri mampu bersikap hidup tidak menguntungkan diri padalembaga mesyarakat yang manapun.

Sementara kekurangan-kekurangannya antara lain adalahtidak adanya perencanaan yang terperinci dan rasional atasjalannya pendidikan itu sendiri, tidak adanya keharusanmembuat kurikulum dalam susunan yang lebih rnudah dicernadan dikuasai oleh santri (anak didik), tidak adanya pembedaanyang jelas antara hal-hal yang benar-benar diperlukan dan yangtidak diperlukan dalam suatu tingkat pendidikan. Pedoman yangdigunakan tidak mengandung nilai-nilai pendidikan, akibatnyaadalah tidak adanya landasan filsafat pendidikan yang jelas danterperinci.39

Bagaimanapun keadaan pesantren dengan segala kelebihandan kekurangannya, kita mengakui besarnya arti pesantrendalam perjalanan bangsa Indonesia, khususnya Jawa, dan tidak

39 Abdurrohman Wahid, Menggerakkan Tradisi Esai-Esai Pesantren, (Yogyakarta:LKiS, 2001) hal. 56-59.

Page 65: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 52

berlebihan jika pesantren dianggap sebagai bagian historisbangsa Indonesia yang harus dipertahankan. Apalagi pesantrentelah dianggap sebagai lembaga pendidikan asli Indonesia yangmengakar kuat dari masa pra-Islam. []

Page 66: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

A.A.A.A.A. PPPPPendahuluanendahuluanendahuluanendahuluanendahuluan

Era globalisasi berpandangan bahwa dunia didominasi olehperekonomian dan munculnya hegemoni pasar duniakapitalis dan ideologi neoliberal yang menopangnya. Untuk

mengimbangi derasnya arus dan tantangan globalisasi, perludikembangkan dan ditanamkan karakteristik pendidikan Islamyang mampu berperan dan menjawab tantangan tersebut yaknipesantren. Istilah Globalisasi saat ini cukup familiar di masyarakat,baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Istilah ini memiliki artiyang cukup luas. Globalisasi bukanlah sekadar konsep sosiologihubungan internasional dalam pengertian tradisional. Jugabukan hanya interdepedensi ekonomi atau konvergensi negara-negara bangsa menjadi suatu masyarakat industri. Globalisasimerupakan proses strukturisasi dunia sebagai suatu keseluruhanyang menghadirkan dua kecenderungan yang saling bertentangan,yaitu proses penyeragaman (homogenization) dan pemberagaman(differenciation), sehingga membuat interaksi yang rumit antarahal-hal yang lokal dan global. Globalisasi mempunyai rangkaianpanjang yang saling terhubung dari berbagai aspek.

Globalisasi menjadikan kebudayaan Barat sebagai trendkebudayaan dunia. Kebudayaan Barat yang didominasi budaya

BAB IVPONDOK PESANTREN DAN

GLOBALISASI

Page 67: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 54

Amerika yang sarat dengan konsumerisme, hedonisme danmaterialisme menjadi kiblat bagi kebudayaan-kebudayaan dinegara-negara berkembang. Budaya global ini melanda duniaditandai dengan hegemonisasi food (makanan), fun (hiburan),fashion (mode), dan thought (pemikiran). Budaya-budaya initerkadang dipaksakan masuk ke dalam budaya lain, sehinggatidak jarang terjadi “benturan-benturan” kebudayaan karenaadanya perbedaan dan bahkan pertentangan.

Arus globalisasi yang kian deras berdampak cukup signifikanterhadap berbagai aspek kehidupan. Institusi pendidikansebagai institusi yang selalu berkembang seiring dengan denyutnadi perkembangan zaman tampaknya tidak terlepas daridampak globalisasi ini. Arus globalisasi juga melanda pondokpesantren yang merupakan institusi pendidikan tertua diIndonesia. Namun demikian, pondok pesantren terus berupayamengikuti dan mengimbangi irama dan alur perkembanganglobalisasi. Bagaimana pondok pesantren mengimbangiperkembangan zaman dan arus globalisasi, dan apakah denganmengimbangi perkembangan zaman ini ia tetap mempertahankaneksistensinya sebagai lembaga pendidikan non formal yangselalu menjunjung nilai-nilai moral.

B. GB. GB. GB. GB. Globalisasi sebagai lobalisasi sebagai lobalisasi sebagai lobalisasi sebagai lobalisasi sebagai TTTTTantanganantanganantanganantanganantangan

Globalisasi berasal dari kata globalisme, yakni paham kebijakan nasional yang memperlakukan seluruh dunia sebagailingkungan yang pantas untuk pengaruh politik.1 Proses tersebuttentunya penuh dengan dinamika yang menuntut setiap negaramenata rumah tangganya seideal mungkin. Atas nama “tatanandunia baru”2 itulah globalisasi dianggap menyatukan dunia dalam

1 Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: M2S, 1997), hal. 148.2 Jam’iah Al-Islah Al-Ijtima’i, Globalisasi dalam Timbangan Islam, (Solo:

Penerbit Era Intermedia, 2002), hal. 13

Page 68: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 55

satu bingkai dan menghapuskan batas-batas geografis yangmemisahkan antara negara satu dan lainnya. Tentunya didukungoleh adanya kebebasan mengakses informasi melalui berbagaimedia informasi dan telekomunikasi, khususnya internet.

John Tom Linson dalam tulisannya, Cultural Globalization:Placing and Displacing the West, sebagaimana dikutip oleh Ameral-Roubaie, mengintisarikan globalisasi sebagai berikut:

“Proses hubungan yang rumit antarmasyarakat yang luas dunia,antarbudaya, institusi dan individual. Globalisasi merupakanproses sosial yang mempersingkat waktu dan jarak daripengurungan waktu yang diambil baik secara langsung maupuntidak langsung,Jadi dengan dipersingkatnya jarak dan waktu, duniadilihat seakan-akan semakin mengecil dalam beberapa aspek,yang membuat hubungan manusia antara yang satu dengan yanglain semakin dekat.”3

Globalisasi terjadi pada setiap negara, tidak ada satuorganisai atau satu negara pun yang mampu mengendalikannya.Simbol dari sistem global adalah luasnya jaringan.4 Akbar S.Ahmed dan Hastings memberi batasan bahwa globalisasi padaprinsipnya mengacu pada perkembangan-perkembangan yangcepat di dalam teknologi komunikasi, transformasi dan informasiyang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh menjadihal yang bisa dijangkau dengan mudah.5

Teori globalisasi yang menandai dan menguji munculnyasuatu sistem budaya global terjadi karena berbagai perkembangan

3 Amer Al-Roubaie, Globalisasi dan Posisi Peradaban Islam, dalam jurnalIslamiyah Tahun I No. 4/Januari-Maret 2005 (Jakarta: Institute for Study ofIslamic Thought and Civilization [INSIST] dan Khoirul Bayan), hal. 11.

4 Louis P. Pojman, Global Political Philosophy, (New York: McGraw Hill,2003), hal. 198.

5 Ahmad Qodi Azizy, Melawan Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islam,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 19.

Page 69: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 56

sosial dan budaya, seperti adanya sistem satelit dunia, penggaliangaya hidup kosmopolitan, munculnya pola konsumsi dankonsumerisme global, munculnya even-even olahraga internasional,penyebaran dunia pariwisata, menurunnya kedaulatan negarabangsa, timbulnya sistem militer global (baik dalam bentuk peacekeeping force, pasukan multinasional maupun pakta pertahananregional dan lain-lain), pengakuan tentang terjadinya krisis-krisislingkungan dunia, berkembangnya problem-problem kesehatanberskala dunia (seperti AIDS), munculnya lembaga-lembagapolitik dunia (seperti PBB), munculnya gerakan-gerakan politikglobal, perluasan konsep demokrasi dan hak-hak asasi manusiadan interaksi rumit antara berbagai agama dunia.6

Bahkan lebih dari sekadar proses-proses di atas, globalisasimenyangkut kesadaran bahwa dunia ini adalah satu tempat milikbersama. Karena itu, globalisasi didefinisikan sebagai kesadaranyang tumbuh pada tingkat global bahwa dunia ini adalah sebuahlingkungan yang terbangun secara berkelanjutan, atau sebagaisuatu proses sosial di mana hambatan-hambatan geografisberkaitan dengan pengaturan-pengaturan sosial dan budayayang semakin surut.7

Menurut Qodri Azizy, istilah globalisasi dapat berarti jugaalat dan dapat pula berarti ideologi. Sebagai alat karenamerupakan wujud keberhasilan ilmu pengetahuan dan teknologiterutama sekali di bidang komunikasi. Sebagai alat, globalisasisangat netral. Ia berarti dan sekaligus mengandung hal-halposistif, ketika dimanfaatkan untuk tujuan yang baik. Sebaliknya,ia berakibat negatif, ketika hanyut ke dalam hal-hal yang negatif.Sedangkan sebagai ideologi sudah mempunyai arti tersendiri

6 M. Atho Mudzhar, Masyarakat Indonesia Baru dalam Perspektif Global, dalamjurnal Mukaddimah, No. 8 Tahun. V 1999, (Yogyakarta: Kopertais, 1999),hal. 43

7 Ibid.

Page 70: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 57

dan netralitasnya sangat berkurang. Oleh karena itu, tidak anehkalau kemudian tidak sedikit yang menolaknya. Sebab kondisiini berpotensi menimbulkan benturan nilai, antara nilai yangdianggap sebagai sebuah ideologi globalisasi dan nilai-nilaiagama, termasuk agama Islam. Baik sebagai alat maupun sebagaiideologi, globalisasi merupakan ancaman dan sekaligus tantangan.8

Pertama, sebagai ancaman. Dengan alat komunikasi sepertiHand Phone, TV, para bola, telepon dan internet, kita dapatberhubungan dengan dunia luar. Dengan para bola atau internet,kita dapat menyaksikan hiburan porno dari kamar tidur. Kitadapat terpengaruh oleh segala macam bentuk iklan yang sangatkonsumtif. Kedua, tantangan. Di pihak lain, jika globalisasimemberi pengaruh pada hal-hal, nilai dan praktik yang positif,maka seharusnya ia menjadi tantangan bagi umat manusia untukmampu menyerapnya, terutama sekali hal-hal yang tidakmengalami benturan dengan budaya lokal atau nasional,terutama sekali nilai agama.9

Memang, globalisasi merupakan proses rumit yangmelibatkan semua unsur kehidupan manusia seperti aspeksosial, politik, ekonomi, budaya, agama, bahasa dan teknologi.Hingga saat ini globalisasi tetap dianggap sebagai proses rumitbukan hanya karena definisinya yang tidak jelas, tetapi jugakarena dampak yang ditimbulkannya. Seperti yang dikatakanGiddens, globalisasi merupakan proses rumit dan merupakanproses tunggal. Proses-proses rumit itu juga berlangsung dalammodel berlainan dan berlawanan.10 Pada kenyataannya,globalisasi semakin mengarah kepada satu bentuk “imperialismebudaya” (culture imperialism) Barat terhadap budaya-budaya

8 Ahmad Qodri Azizy, Melawan……..., hal. 19-21.9 Ibid.10 Giddens, dalam Amer al-Roubaie, hal. 12.

Page 71: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 58

lain. Dalam sebuah makalah yang berjudul Herirtage, Culture andGlobalization, Amer al-Roubaie, seorang pakar globalisasi diInternational Institute of Islamic Thuoght and Civilization,International Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM) mencatat:

“Telah dipahami secara luas bahwa gelombang trend budayaglobal dewasa ini sebagian besar merupakan produk Barat,menyebar ke seluruh dunia lewat keunggulan teknologi elektronikdan berbagai bentuk media dan sistem komunikasi. Istilah-istilahseperti penjajahn budaya (culture imperialism), penggusurankultural (cultural cleansing), ketergantungan budaya (culturaldependency), dan penjajahan elektronik (electronic colonialism)digunakan untuk menjelaskan kebudayaan global baru sertaberbagai akibatnya terhadap masyarakat non-Barat.”11

Rekayasa informasi global terus berlangsung melaluimedia-media massa global. Masyarakat global mengalamiketidakberdayaan (disempowerment) menghadapi hegemoniinformasi dalam berbagai hal. Memang benar adanya slogan“Barangsiapa yang mampu menguasai informasi, dialah yang akanmenguasai dunia.” Seperti ungkapan salah seorang tokohglobalisasi Amerika Serikat, “kalau perjanjian diperlukan, kamiakan melakukannya. Jika penyerahan dibutuhkan, kami akanmenyerahkannya, jika informasi dibutuhkan, kami akanmemberikannya dan jika kekuatan dibutuhkan demi stabilitaskeamanan kami, kekuatan akan kami gunakan.”12

Pada dasarnya konsep globalisasi yang dirancang oleh Baratadalah upaya untuk mengonsolidasikan segala kekuatan;ekonomi, politik, militer dan pertahanan dalam satu sentral, yaituAmerika, Eropa, Jepang dan Cina. Jika ditelusuri lebih dalam,konsep globalisasi ini sebenarnya telah dirancang dan berjalan

11 Amer al-Roubaie dalam Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat: dariHegemmoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal, (Jakarta: Gema InnsaniPress, 2005), hal. 20.

12 Jam’iah Al-Islah Al-Ijtima’i, Globalisasi…….., hal. 28.

Page 72: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 59

cukup lama. Fenomena ini telah dimulai menjelang berakhirnyaPerang Dunia II di mana telah terjadi suatu titik balik dalammasalah-masalah global. AS sebagai kekuatan yang dominanmempersiapkan dirinya untuk melangkah pada suatu sisteminternasional yang bertujuan membawa bangsa-bangsa di duniake dalam suatu sistem dengan aturan-aturan dan norma-normayang disepakati bersama (collective scurity).13

Berbagai kemajuan dan kecanggihan teknologi informasi,komunikasi dan transportasi, menjadikan betapa era sekarangmerupakan era kesejagatan yang tak mengenal batas ruang.William Greider dalam bukunya yang berjudul One World Readyor Not: The Manic Logic of Global Capitalism (1997), mengisyaratkanbahwa saat ini dunia sudah masuk pada masa di mana tidak adalagi tempat untuk bersembunyi dari yang lain (there is no place tohide from the other), masa yang ditandai oleh semangat kapitalismedengan meningkatnya industrialisasi, informasi dan transformasi.Di samping itu zaman ini juga memaksa kita untuk bertemu satudengan lainnya dengan terjadinya cross cultural context. Segalabentuk perilaku manusia dapat dengan mudah dinilai orang lain,saling memengaruhi dan bahkan saling bertukar posisi secarabergantian. Semua aktivitas manusia mempunyai jaringan satusama lain misalnya jaringan buruh, perdagangan, pendidikandan kebudayaan.

Richard Hibart mengatakan bahwa Globalisasi merupakansesuatu yang sudah menjadi tradisi negara-negara industri majuatas dunia ketiga, dan untuk beberapa kurun waktu kitamenamainya dengan Imperialisme.14 Era ini juga ditandai olehdua proses sosial yang paradoks, yaitu proses homologisasi dan

13 Hasan Habib, Peta Politik Internasional dan Pengaruhnya terhadap KonstalasiPerpolitikan Indonesia, paper disampaikan pada Munas Alim Ulama DPPPKB, 28 Mei 2003.

14 Jam’iah Al-Islah Al-Ijtima’i. Globalisasi……, hal. 15.

Page 73: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 60

proses paralogisasi dengan semakin menguatnya kesatuan(increasing of unity) di satu pihak namun dipihak lain juga terjadipenguatan perbedaan (increasing of diversity). Hal itu juga akanberdampak pada institusi pendidikan, termasuk pondokpesantren. Orientasi agama yang sebelumnya datang dari sumberyang sangat terbatas, orang tua, keluarga dan lingkungan saja.sekarang diakses dari beragam sumber yang tak terbatas.

Dengan kecangihan sains dan teknologi, manusia bahkandapat menciptakan jalan kematiannya sendiri yang bisa dipilih.Di samping itu manusia semakin dimanjakan dengan produk-produk canggih yang bisa mengisolasikan dirinya dari orang lainkarena segala kebutuhannya telah terpenuhi. Manusia menjadisangat konsumtif dan disetir oleh semangat kapitalisme pasar.Ketergantungan terhadap produk baru sangat besar untuk hanyatakut dikatakan sebagi orang yang tidak gaul dan kuno. Semuakebutuhan materi telah tercukupi oleh kemudahan-kemudahanyang ditawarkan globalisasi. Yang lebih parah adalah terjadinyapergeseran ukuran kesuksesan, yaitu hanya dinilai dengankesuksesan harta dan kekuasaan.

C.C.C.C.C. EEEEEksistensi Pksistensi Pksistensi Pksistensi Pksistensi Pondok Pondok Pondok Pondok Pondok Pesantresantresantresantresantren dalam Ren dalam Ren dalam Ren dalam Ren dalam Rekaman Sekaman Sekaman Sekaman Sekaman Sejarahejarahejarahejarahejarah

Pondok Pesantren merupakan lembaga studi Islam yangpunya andil historis terhadap gerakan sosial keagamaan.Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan Islam tertua diIndonesia. Maka wajarlah apabila banyak kalangan yangmenyebutnya sebagai “Bapak” pendidikan Islam di negara yangmayoritas penduduknya muslim ini. Pondok pesantren lahirkarena adanya tuntutan dan kebutuhan masyarakat, karena padazaman dahulu belum ada lembaga pendidikan formal yangmengajarkan pendidikan agama.15

15 Lihat Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan HidupKiai, (Jakarta: LP3ES, 1994); Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, Islam Historis:

Page 74: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 61

Pondok pesantren lahir karena adanya tuntutan dankebutuhan masyarakat, karena pada zaman dahulu belum adalembaga pendidikan formal; dan meskipun ada hanya dapatdiikuti oleh kelompok-kelompok tertentu. Karena adanya tuntutandari umat, maka pondok pesantren selalu menjaga hubunganyang harmonis dengan masyarakat disekitarnya sehinggakehadirannya di tengah-tengah masyarakat tidak menjaditerasing. Dalam waktu yang sama segala aktivitasnya jugamendapat dukungan dan apresiasi dari masyarakat sekitar.16

Menurut data Departemen Agama, pada tahun 1948-1985diperoleh keterangan bahwa pesantren tertua didirikan padatahun 1062 di Pamekasan Madura, dengan nama pesantren JanTampes II.17 Namun keterangan ini kurang meyakinkan, karenaapabila ada pesantren Jan Tampes II maka ada pesantren JanTampes I yang lebih tua.18 Ada pula yang mencatat bahwa pondokpesantren muncul sejak munculnya masyaraka Islam diNusantara pada abad XIII.

Seiring dengan perjalanan waktu, pendidikan pondokpesantren mengalami perkembangan. Lembaga ini semakinberkembang secara cepat dengan adanya sikap non-kooperatifulama terhadap kebijakan “Politik Etis” pemerintah kolonialBelanda pada akahir abad XIX. Sikap non-koperatif dan silent

Dinamika Studi Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Galang Press, 2002), hal.65-82.

16 Hasan Basri, Pesantren: Karakteristik dan Unsur-unsur kelembagaan, dalamBuku Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga PendidikanIslam di Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2001), hal.101.

17 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996),hal. 41.

18 Dwi Priyanto, Inovasi Kurikulum Pesantren:(Memproyeksikan ModelPendidikan Alternatif Masa Depan dalam Mabda’ Jurnal Studi Islam danBudaya, (Purwokerto: Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M)Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokwerto, 2006), hal. 22.

Page 75: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 62

opposition para ulama itu kemudian ditunjukkan denganmendirikan pesantren di daerah-daerah yang jauh dari kotauntuk menghindari intervensi pemerintah kolonial sertamemberikan kesempatan kepada rakyat yang belum memperolehpendidikan.19 Pada masa penjajahan kolonial Belanda inilahpondok pesantren mendapat tekanan yang cukup berat.20

Proklamasi kemerdekaan Indonesia membawa angin segarbagi perkembangan pendidikan Islam, khusunya pesantren,karena berarti tidak ada lagi tekanan dari penjajah asing untukmenjalankan dan mengembangkan pendidikan agama Islam.Pada masa ini pesantren mulai menata diri dan memapankanposisinya sebagai lembaga pendidikan agama. MenurutAbdurrahman Wahid sebenarnya sejak tahun 1920-an pondokpesantren telah mulai mengadakan eksperimentasi denganmendirikan sekolah-sekolah di lingkungan pesantren sendiri.Kemudian pada tahun 1930-an, pondok pesantren sudahmemperlihatkan kurikulum. Puncaknya kemapanan sekolahagama negeri di lingkungan pondok pesantren terjadi sekitar1960-an meski saat itu juga terjadi percobaan isolasi di berbagaipondok pesantren, terutama menjelang G 30 S/PKI.21

Memasuki era 1970-an pondok pesantren mengalamiperubahan sangat signifikan. Perubahan dan perkembangan inibisi dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, pesantrenmengalami perkembangan kuantitas luar biasa, baik di wilayahrural (pedesaan), sub-urban (pinggiran kota), maupun urban

19 M. Sulthon Mashhud dan Moh. Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren,(Jakarta: Diva Pustaka, 2003), hal. 1-2.

20 Abdurrahman Mas’ud, Intelektual Pesantren, (Yogyakarta: LKiS, 2004 ), hal.77.

21 Abdurrahman Wahid, dalam Prolog Buku Pondok Pesantren Masa Depan:Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, (Bandung: PustakaHidayah, 1999), hal. 20.

Page 76: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 63

(perkotaan). Data Departemen Agama menyebutkan bahwa padatahun 1977 jumlah pondok pesantren masih sekitar 4.195 buahdengan jumlah santri sekitar 677.394 orang. Kemudian padatahun 1985 jumlah ini meningkat cukup drastis di mana jumlahpondok pesantren mencapai 6.239 buah dengan jumlah santrimencapai 1.084.801 orang. Pada tahun 1997, jumlah inimelonjak menjadi 9.388 buah dengan jumlah santri 1.770.768orang. Pada tahun 2001 jumlah pondok pesantren terus meningkatmencapai 11.312 buah dengan jumlah santri 2.737.805 orang.22

Perkembangan kedua menyangkut penyelenggaraanpendidikan. Sejak tahun 1970-an bentuk-bentuk pendidikanyang diselenggarakan di pondok pesantren sudah sangatbervariasi. Bentuk-bentuk ini dapat diklasifikasikan menjadiempat tipe, yaitu: pertama, pondok pesantren yang menyeleng-garakan pendidikan formal dengan menerapkan kurikulumnasional, baik yang hanya memiliki sekolah keagamaan maupunyang juga memiliki sekolah umum. Kedua, pondok pesantren yangmenyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentukmadrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meskipun tidakmenerapkan kurikulum nasional. Ketiga, pondok pesantren yanghanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk MadrasahDiniyah (MD). Keempat, pondok pesantren yang hanya menjaditempat melaksanakan pengajian.23

Dengan demikian, jelas bahwa pondok pesantren tidakhanya bisa bertahan, akan tetapi juga berkembang dan menempatiposisi penting dalam percaturan pendidikan di Indonesia. Dalammengembangkan pola pendidikan dan mentransformasikan dirimenjadi lembaga pendidikan modern, tampaknya pondokpesantren tidak tergesa-gesa dan cukup berhati-hati. Hal ini

22 M. Sulthon Mashhud dan Moh. Khusnurdilo, Manajemen……., hal. 4.23 Ibid., hal. 5.

Page 77: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 64

terlihat dari penerimaan dan penyesuaian pola pendidikan yanghanya dalam skala yang sangat terbatas pada hal-hal yangmendukung komunitas pesantren itu sendiri. Azyumardi Azraberpendapat bahwa pesantren pada mulanya hanya rural-basedinstitution yang kemudian menjadi lembaga pendidikan urban,yaitu munculnya sejumlah pondok pesantren di kota-kota.24

Ketika gerbang reformasi dibuka, peran dan kiprahpesantren semakin diperhitungkan dalam berbagai bidang. Daribidang pendidikan, ekonomi, politik hingga sosial. Dalam bidangpolitik misalnya, pesantren dilirik oleh kalangan elit politiksebagai aset yang dapat menjadi penunjang tujuan politik.Sentralitas kepemimpinan kiai dan banyaknya massa sang kiaimembuat pondok pesantren sering didekati dan dimanfaatkanoleh kalangan elit politik.

D. KD. KD. KD. KD. Keberadaan Peberadaan Peberadaan Peberadaan Peberadaan Pesantresantresantresantresantren di en di en di en di en di TTTTTengah Arengah Arengah Arengah Arengah Arus Gus Gus Gus Gus Globalisasilobalisasilobalisasilobalisasilobalisasi

Kelahiran pondok pesantren adalah karena adanya tuntutanmasyarakat untuk mendapatkan pendidikan. Karena lahir darituntutan umat, maka pondok pesantren selalu menjaga hubunganyang harmonis dengan masyarakat di sekitarnya sehinggakehadirannya di tengah-tengah masyarakat tidak menjaditerasing. Dalam waktu yang sama segala aktivitasnya jugamendapat dukungan dan apresiasi dari masyarakat sekitar.

Harus diakui bahwa pesantren merupakan institusipendidikan yang melekat dalam perjalanan kehidupan bangsaIndonesia sejak beratus tahun lalu. Sehingga Ki Hajar Dewantarapernah mencita-citakan model pesantren ini sebagai sistempendidikan Indonesia, karena pesantren sudah melekat dalam

24 Azyumardi Azra, Kuantitas dan Perubahan Pengantar Buku NurcholishMadjid, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Pemikiran Islam di Indonesia, (Jakarta:Paramadina, 1997), hal. XXII.

Page 78: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 65

kehidupan di Indonesia serta merupakan kreasi budayaIndonesia.25 Pondok pesantren adalah aset pendidikan bangsaIndonesia yang selama ini agak terabaikan. Selama ini, pondokpesantren cenderung dibiarkan berjalan sendiri, dan kurangbegitu diakomodir dalam sistem pendidikan nasional, padahalsumbangan yang diberikan oleh pesantren terhadap pengem-bangan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia sangatlah besar.Karakter khas pondok pesantren yang merakyat, merupakanpotensi yang seharusnya diperhatikan dan diberdayakan secaraberkelanjutan dan terprogram.

Meskipun pondok pesantren merupakan lembagapendidikan produk zaman klasik, di era modern seperti sekarangini, ia tetap tegar dan eksis. Ini terjadi karena adaptasi terhadaplingkungan dan perkembangan zaman. Pondok pesantren terusmenyesuaikan diri dan berkembang seiring dengan perputaranroda zaman.

Arus globalisasi yang kian hari semakin deras tidakmenggoyahkan nilai-nilai moral yang menjadi pegangan pokokbagi semua civitas dan warga pesantren. Bahkan tatanan moralyang dipegangi inilah yang membuat ia semakin eksis. Nilai-nilai moral tersebut menjadi pegangan dan acuan dalam segalaaktivitas dan menjadi titik pokok sistem pendidikan yangdikembangkan di dalamnya. Pendidikan pesantren memang unikdan eksklusif. Dalam banyak perspektif, pendidikan di pesantrenselalu menampakkan wajah yang terkesan tradisional, klasikserta apa adanya. Namun demikian, pesantren tetap mampumemikat sebagai komunitas masyarakat untuk tetap dijadikansebagai tempat menuntut ilmu. Karena itu, jika dilihat denganteleskop antropologis, pesantren bisa dibaca dalam berbagaiaspek. Sebagai lembaga pendidikan, namun di sisi lain pesantren

25 Lihat Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik…………….., hal. 121.

Page 79: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 66

juga bisa dibaca sebagai sebuah identitas masyarakat yangstrategis.26

Sebagai institusi pendidikan yang fungsional, pondokpesantren mampu memberi jawaban atas berbagai permasalahanyang dihadapi masyarakat. Pondok pesantren memang bukanhanya sekadar lembaga pendidikan. Pesantren juga merupakanmedium budaya dalam kehidupan masyarakat. Namun demikian,sebagaimana dikemukakan oleh Abdurrahman Wahid, jarangsekali orang yang berpandangan demikian. Pondok pesantrenbukan hanya lembaga pendidikan intelektual, akan tetapi juga,pendikan spiritual, pendidikan moral, dan sebagai lembagapendidikan sosial kemsyarakatan. Di sini, pesantren mendidiksantri kehidupan praktis di masyarakat tentang bagaimanamereka menjalankan peran sosial (social role) dalam masyarakat.Sebagai lembaga pendidikan dan medium kebudayaan masyarakat,pondok pesantren dapat berperan aktif dalam kehidupan sosialmasyarakat.

Hal di atas membuktikan bahwa sistem pendidikan pesantrensudah cukup antisipatif terhadap kebutuhan masyarakat. selainitu sistem pendidikannya juga dapat dengan mudah menyesuaikandengan sistem pendidikan formal dari pemerintah. Hal initerbukti dengan pengapdosian sistem pendidikan umum yangmerupakan proses timbal balik antara pola pendidikan dipondok pesantren dan sistem pendidikan umum yang ada di luarpesantren. Meskipun menurut Nurcholish Madjid pesantrentidak mengenal istilah kurikulum, terutama pada masa pra-kemerdekaan, pesantren telah memberikan materi pendidikanyang cukup terprogram dan bahkan memberikan materiketerampilan.

26 Mahfudz Ridwan, Mendorong Pesantren Sebagai Agen PendampingPerubahan Di Masyarakat, Digital Library Responsible DevelopmentInternational (RDI), 2005.

Page 80: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 67

Memang harus diakui, kebanyakan pesantren tidakmerumuskan dasar dan tujuan pesantren secara eksplisit dalambentuk kurikulum, karena tujuan pendidikan pesantrenditentukan oleh kiai, sesuai dengan perkembangan pesantrentersebut.27 Namun demikian, pesantren terbukti telah mampumempertahankan eksistensi meskipun perubahan zamanberjalan dengan pesat. Bukan hanya itu, sebagai lembagapendidikan, pondok pesantren mampu menyesuaikan diridengan berbagai situasi dan kondisi. Penyesuaian diri ini adalahkeikutsertaan sepenuhnya dalam arus pengembangan ilmupengetahuan (modern) dan teknologi.

Pondok pesantren selalu memodernisasi sistem pendidikan-nya dengan tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama saja, akantetapi juga mengajarkan mata pelajaran umum yang ada dalamsistem pendidikan nasional. Dengan sistem pendidikan sepertiini maka pondok pesantren tidak hanya dapat bertahan, akantetapi juga berkembang. Melihat perkembangan zaman yangsemakin pesat, pesantren segera menyesuaikan diri denganmelakukan proses urbanisasi intelektual. Santri-santri yangtadinya hanya membaca kitab kuning, memakai sarung, peci,sekarang merambah “dunia lain” dengan menjadi seorangpemuda yang membaca kitab putih, memakai jeans dan gayaperlente, menulis menggunakan komputer, dan tidur di gedung-gedung yang serba beton. Maka wajar apabila ada yang menyebut-nya dengan gejala “santri kota.”28 Bahkan, santri yang melanjutkanke Perguruan Tinggi mempunyai potensi intelektualitas yanglebih tinggi dibanding dengan yang lain.29 Tidak dapat dipungkiri

27 Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik……………., hal. 59.28 Mochamad Sodik, Gejolak Santri Kota: Aktivis Muda NU Merambah Jalan

Lain, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2000).29 Azyumardi Azra, Islam Substantif: agar Umat Tidak Jadi Buih, (Bandung:

Mizan, 2000), hal. 422.

Page 81: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 68

bahwa kalangan santri, khususnya yang telah berpendidikantinggi, ikut aktif dalam semua segi kehidupan nasional, termasukpemerintahan.30

Berdasarkan catatan di atas, tidak mengherankan jikapesantren telah banyak melahirkan intelektual atau cendekiawanyang berkiprah di tingkat nasional maupun internasional. Nama-nama seperti Hasyim Asy’ari, Wahid Hasyim, Fakih Usman,Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid, dan banyak lagi lainnyaadalah tokoh-tokoh yang berasal dari lingkungan pesantren.Tokoh-tokoh ini menurut Dawam Rahardjo disebut sebagai kiaiintelektual atau ulama cendekiawan.31

Ketika wacana Islam liberal mengemuka, pondok pesantrenjuga tidak mau tinggal diam. Tidak jarang pemikiran-pemikiranyang progresif dan di luar pemikiran mainstream muncul daripesantren. Bahkan santri-santri atau mahasiswa yang pernahmengenyam pendidikan pesantren tampak mempunyai pandangankeislaman yang lebih berani dibandingkan dengan mereka yangtidak pernah belajar di pesantren. Hal ini tidak terlepas dari perancivitas akademika pesantren yang mulai membuka diri denganmemperkaya literatur-literatur mereka dengan wacana Islamkontemporer seperti Syed Hussein Nashr, Fazlurrahman, HasanHanafi, Nashr Hamid Abu Zaid dan intelektual Islam kontemporerlainnya.

Dampak negatif globalisasi sejatinya dapat diimbangi olehpesantren dengan memanfaatkan kemudahan-kemudahanakses informasi yang ditawarkan untuk menunjang prosespembelajaran dan memperluas jaringan dakwah. Komputer,

30 Nurcholish Madjid, Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan, (Bandung: Mizan,1998), hal. 86.

31 Dawam Rahardjo, Intelektual Inteligensia dan Perilaku Politik Bangsa: RisalahCendekiawan Muslim, (Bandung: Mizan, 1996), hal. 28 dan 33.

Page 82: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 69

internet, dan alat-alat modern sudah dapat dijumpai di pondok-pondok pesantren. Para santri dibeberapa pesantren juga telahmengikuti pelatihan teknologi informasi untuk menambahwawasan agar mereka tidak gagap teknologi. Pelatihan inididukung penuh oleh lembaga-lembaga baik pemerintah maupunswasta. Seperti pelatihan yang diselenggarakan oleh PT Telkomdan harian umum Republika yang diluncurkan melalui programCorporate Social Responsibility (CSR) untuk kalangan pesantrenyang bertajuk ‘Santri Indigo’. Kegiatan ini bertujuan agar parasantri tidak gagap teknologi (gatek) internet. Kegiatan inidiharapkan dapat melahirkan santri-santri yang berkarya danberbudaya digital, mengedepankan mentalitas positif dalammencipta dan berkarya, dan membina silaturahmi denganmembentuk Indonesia Digital Community (Indigo).32

Pendidikan pesantren modern tidak boleh mengenyam-pingkan pendidikan teknologi. Terutama dalam menumbuhkanIslamic technological-attitude (sikap benar berteknologi secaraIslami) dan technological-quotient (kecerdasan berteknologi)sehingga santri memiliki motivasi, inisiatif dan kreativitas untukmelek teknologi. Suatu saat mereka diharapkan mampu merebutteknologi, dan mengembangkan teknologi tersebut dengan nilai-nilai kepesantrenan yang kental. Untuk itulah pendidikansemacam SMK didirikan di pesantren. Suatu usaha untukmencetak tenaga profesional di bidang IT tetapi berakhlaqsantri.33 Bahkan sudah ada pesantren yang menjadi mitrapenyelenggara Program Pendidikan Jarak Jauh berbasis Internetdari sebuah institusi di Jakarta. Untuk menindaklanjuti programtersebut, diselengarakan workshop yang bertema “Workshop

32 Agar Santri Tidak Gaptek. http://santri-indigo.org/?p=7 , diakses pada 11Maret 2008.

33 Assalaam, Blog Teknologi Informasi dan Komunikasi di Pesantren, http://www pondokassalaam.blogspot.com/, diakses pada 11 Maret 2008.

Page 83: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 70

Needs Assessment for Distance Learning for Islamic Transformationthrough Pesantren” yang dilanjutkan dengan “Curriculum Workshopfor Distance Learning for Islamic Transformation throughPesantren”. Arahnya memetakan kondisi di pesantren berkaitandengan pelaksanaan program dan perancangan kurikulum untukmelaksanakan program-program tersebut.

Santri pesantren diberi pelajaran untuk menyelesaikanpermasalahan dengan cara-cara yang elegan dan beradab.Dengan kata lain, Pesantren selalu mengajarkan santrinyabagaimana membangun keshalehan spiritual yang diambil dariberbagai sumber, mulai dari yang klasik sampai kontemporer.Penanaman nilai moral spiritual ini yang nantinya harusditransformasikan ke dalam masyarakat. Dengan demikian makaalumninya mempunyai tradisi klasik yang mungkin tidakdidapatkan dari lemabaga pendidikan lain. Tempaan disiplin danfilosofi yang membekas bagi para santri ketika mereka berkiprahdi tengah-tengah masyarakat.34 Inilah karakteristik unik yangselalu melekat pada pesantren dan setiap warganya.

Dari sini kita dapat melihat bahwa pendidikan pondokpesantren cukup terbuka dan tidak monoton atau kolot. Pesantrendapat menyesuaikan dan sekaligus membawa dirinya dalamsegala situasi dan kondisi. Namun demikian perubahan zamantidak dapat memudarkan eksistensi pesantren dan bahkanmenjadi momentum untuk mengembangkan pola pendidikanyang lebih mampu melahirkan pemikir-pemikir Islam yang siapterjun di masyarakat dalam kondisi dan situasi apapun.

34 Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, Wajah Baru Islam Indonesia, (Yogyakarta:UII Press, 2004), hal. 53-54.

Page 84: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 71

E.E.E.E.E. Kiprah Riil PKiprah Riil PKiprah Riil PKiprah Riil PKiprah Riil Pondok Pondok Pondok Pondok Pondok Pesantresantresantresantresantrenenenenen

Keberadaan pondok pesantren di Indonesia merupakanbagian yang tidak dapat dilepaskan dari sistem pendidikannasional. Sayangnya, selama ini pengembangan pendidikanpesantren sering kali luput dari perhatian pemerintah. Padahal,pesantren telah banyak melahirkan para ulama serta tokoh-tokohyang membantu tercapainya kemerdekaan bangsa Indonesia. Ditengah pergulatan masyarakat informasional, pesantren dipaksamemasuki ruang kontestasi dengan institusi pendidikan lainnya,terlebih dengan sangat maraknya pendidikan berlabel luarnegeri yang menambah semakin ketatnya persaingan mutululusan (out-put) pendidikan. Kompetisi yang semakin ketat itu,mendorong institusi pesantren untuk mempertaruhkan kualitasout-put pendidikannya agar tetap unggul dan tetap menjadipilihan masyarakat, terutama umat Islam. Ini mengindikasikan,bahwa pesantren perlu banyak melakukan pembenahan internaldan inovasi baru agar tetap mampu meningkatkan mutupendidikannya.

Dewasa ini pesantren berhadapan dengan arus globalisasidan modernisasi yang ditandai dengan cepatnya laju informasidan teknologi. Akibatnya, pesantren harus mau melakukanperubahan format, bentuk, orientasi dan metode pendidikandengan catatan tidak sampai mengubah visi, misi dan orientasipesantren. Artinya, perubahan tersebut hanya pada sisi luarnyasaja, sementara pada sisi dalam (ruh, semangat, pemahamankeagamaan, nilai-nilai, tradisi dan ideologi pesantren) masih tetapdipertahankan.

Dalam hal ini, Zastrawi mengatakan ada tiga pola sikappesantren dalam menghadapi arus modernisme dan globalisasi,yaitu; pertama, menolak secara total. Sikap ini dibuktikan denganmenutup diri secara total terhadap modernisme, baik pola pikirmaupun sistem pendidikan dengan cara menjaga otentisitas

Page 85: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 72

tradisi dan nilai pesantren secara ketat, baik dalam bentuk simbolmaupun substansi.

Kedua, menerima modernisme secara total, baik pemikiran,model maupun referensinya. Di sini tidak saja diajarkan nilai-nilai agama dengan referensi kitab klasik, tetapi juga diajarkanpengetahuan umum. Kurikulum yang digunakan juga kurikulumumum, tidak lagi kurikulum pesantren yang menggunakan kitabmu’tabar.

Ketiga, menerima modernisme secara selektif. Sikap ini adaproses kreatif dari kalangan pesantren dalam menerimamodernisme, yaitu menerima sebagian modernisme kemudiandipadu dengan tradisi pesantren. Pada pola ini pesantren menerap-kan metode modern dalam sistem pengajaran, memasukkanreferensi-referensi pengetahuan umum dalam pendidikan,maupun kitab-kitab klasik dengan pola pengajaran ala pesantrentetap diterapkan.

FFFFF. . . . . TTTTTantangan Gantangan Gantangan Gantangan Gantangan Global Plobal Plobal Plobal Plobal Pondok Pondok Pondok Pondok Pondok Pesantresantresantresantresantrenenenenen

Eksistensi pondok pesantren dalam menyikapi perkembanganzaman, tentunya memiliki komitmen untuk tetap menyuguhkanpola pendidikan yang mampu melahirkan sumber daya manusia(SDM) yang handal, kekuatan otak (berpikir), hati (keimanan),dan tangan (keterampilan), merupakan modal utama untukmembentuk pribadi santri yang mampu mengikuti per-kembangan zaman. Dalam menghadapi tantangan yang semakinkompleks dilingkungan masyarakat, maka pesantren harus beranitampil dan mengembangkan dirinya sebagai pusat pendidikanunggulan. Pesantren tidak hanya mendidik santri agar memilikiketangguhan jiwa, jalan hidup yang lurus, budi pekerti yangmulia, tetapi juga dibekali dengan berbagai disiplin ilmu.

Untuk mencapai tujuan di atas, para santri harus dibekalinilai-nilai keislaman yang terintegrasi dengan ilmu-ilmu mod-

Page 86: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 73

ern. Pembekalan ilmu-ilmu modern dapat ditempuh denganmempelajari tradisi ilmu pengetahuan agama dan penggaliandari teknologi ketrampilan umum dengan menjadikan al-Qur’andan al-Sunnah sebagai sumber inspirasi dan rujukan awal.Karena, tradisi keilmuan dan kebudayaan Islam sangat kaya,sebagaimana yang diungkapkan oleh Sayyid Kuthb;

Yang benar, bahwasannya agama (Islam) bukan menggantiilmu dan kebudayaan, bahkan bukan pula musuh ilmu dankebudayaan. Agama Islam merupakan bingkai ilmu dankebudayaan poros/sumbu untuk ilmu kebudayaan, begitu pulasebagai metode ilmu dan kebudayaan dan membatasi bingkaidan poros yang mampu memberi hukum (peraturan) bagi segalamasalah kehidupan.

Mencermati karakteristik umat Islam serta kecenderunganperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa kinidan mendatang, disertai dengan perkembangan kebudayaan,maka pilihan format pesantren harus lebih menekankan terhadapsains dan teknologi. Pesantren sesungguhnya menyimpankekuatan yang sangat luar biasa untuk menciptakan keseluruhanaspek lingkungan hidup dan dapat memberi informasi yangberharga dalam mempersiapkan kebutuhan yang inti untukmenghadapi masa depan. Oleh sebab itu pesantren harus mampumerespon dan tanggap atas semua itu.

Kiranya perlu disadari bersama, bahwa di era global ini,masyarakat tidak hanya dituntut piawai dalam bidang ilmuagama. Agama hanya difungsikan tak lebih sebagai bentengmoral. Agama bukan alat untuk merebut kemenangan dalamdunia yang semakin kompetitif ini. Masa kejayaan agama, kinitelah lewat. Karenanya, untuk menghadapi zaman yang tingkatkompetitifnya semakin “menjadi” ini, bukan benteng moral sajayang perlu dipentingkan, melainkan penanaman skill dan upaya-upaya pengembangan dalam sektor modern; seperti jasa,

Page 87: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 74

ekonomi, bisnis, politik, komputer, teknologi tepat guna, dansebagainya. Hal-hal inilah yang akan turut membantu masyarakatdalam menjawab tuntutan zaman modern ini. Hal inilah yangdisebut dengan dakwah dengan kiprah nyata (da’wah bi al-hal)yang harus dimainkan pesantren.

Di sinilah peran pesantren perlu ditingkatkan. Tuntutanglobalisasi tidak mungkin dihindari. Salah satu langkah yang bijakadalah mempersiapkan pesantren tidak “ketinggalan kereta” agartidak kalah dalam persaingan. Menyikapi hal ini, paling tidaktiga hal yang mesti digarap oleh pesantren agar tetap sesuaidengan jati dirinya. Pertama, pesantren sebagai lembagapendidikan pengkaderan ulama. Fungsi ini tetap harus melekatpada pesantren, karena pesantren adalah satu-satunya lembagapendidikan yang melahirkan ulama. Namun demikian, tuntutanmodernisasi dan globalisasi mengharuskan ulama memilikikemampuan lebih, kapasitas intelektual yang memadai,wawasan, akses pengetahuan dan informasi yang cukup sertaresponsif terhadap perkembangan dan perubahan.

Kedua, pesantren sebagai lembaga pengembangan ilmupengetahuan khusus agama Islam. Pada tatanan ini, pesantrenmasih dianggap lemah dalam penguasaan ilmu dan metodologi.Pesantren hanya mengajarkan ilmu agama dalam arti transfer ofknowledge. Karena pesantren harus jelas memiliki potensi sebagai“lahan” pengembangan ilmu agama. Ketiga, dunia pesantren harusmampu menempatkan dirinya sebagai transformasi, motivator,dan inovator. Kehadiran pesantren dewasa ini telah memainkanperannya sebagai fungsi itu meskipun boleh dikata dalam tarafyang perlu dikembangkan lebih lanjut. Sebagai salah satukomponen masyarakat, pesantren memiliki kekuatan dan “dayatawar” untuk melakukan perubahan-perubahan yang berarti.

Dari zaman ke zaman, generasi ke generasi peran pesantrenmelalui fungsi dan tugas santri adalah memperjuangkan tegaknya

Page 88: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 75

nilai-nilai religius serta berjihad mentransformasikannya kedalam proses pertumbuhan dan perkembangan masyarakat.Tujuan yang dimaksud adalah agar kehidupan masyarakatberada dalam kondisi berimbang (balanced) antara aspek duniadan ukhrawi.

Pondok pesantren selama ini selalu tampak dengan wajahyang terkesan tradisional, klasik dan apa adanya. Namun tidakdipungkiri, dengan citra wajah yang muncul seperti itulah, justrupesantren tidak lapuk dimakan zaman. Bahkan di tengahgempuran arus globalisasi yang kian menggila, pesantren tetapmampu tampil memikat masyarakat untuk tetap dijadikansebagai tempat menuntut ilmu. Bahkan menjadi lembagapendidikan alternatif yang paling diminati.

Arus globalisasi yang kian hari kian deras membawakebudayaan asing merasuk hampir ke seluruh aspek kehidupanmanusia dewasa ini. Derasnya arus globalisasi ini tidakmenggoyahkan eksistensi pondok pesantren sebagai institusipendidikan non-formal. Pondok pesantren mampu mengikutiirama gerak laju zaman tanpa harus terbawa dan tenggelam didalamnya. Pondok pesantren selalu memodernisasi sistempendidikannya dengan tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmuagama saja, akan tetapi juga mengajarkan mata pelajaran yangada dalam sistem pendidikan nasional. Dengan sistempendidikan seperti ini maka pondok pesantren tidak hanya dapatbertahan, akan tetapi juga berkembang dan tidak pernahtertinggal. Maka wajar apabila pesantren mampu mencetakbanyak pemikir Islam.

Seluruh civitas akademika pondok pesantren, termasuk kiaiyang menjadi “tuan” di dalamnya dituntut untuk berfikir dinamisdan kontekstual agar pondok pesantren dapat terus berkembangdan menyesuaikan diri dengan denyut nadi waktu yang terusmengalir. Hal ini dilakukan agar pesantren tidak tertinggal oleh

Page 89: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 76

kemajuan dunia modern. Pesantren harus dapat membuktikandiri bahwa ia bukanlah institusi pendidikan kelas dua yangterpinggirkan, kumuh, kolot dan anti kemajuan. Pesantren harusdapat memaksimalkan potensi yang telah dimilikinya; menambahwawasan dan berinteraksi secara maksimal dengan kemajuanzaman; berperan lebih aktif dalam ranah sosial masyarakat secaramaksimal; dan mengaktualisasikan diri dalam rangka membangunmasyarakat intelektual yang shalih sehingga masyarakat akanlebih cerdas dan dan tidak kaget dalam menerima kenyataanseperti modernisasi khususnya masyarakat pesantren. []

Page 90: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

A.A.A.A.A. KepemimpinanKepemimpinanKepemimpinanKepemimpinanKepemimpinan

Konsep kepemimpinan, Peter dan Yeni mengatakan bahwakata kepemimpinan, berasal dari kata pimpin. Pimpinsama arti dengan bimbing dan tuntun. Pemimpin adalah

mengetahui atau mengepalai rapat, perserikatan, pengarahandan lain sebagainya. Bimbingan berarti memberi petunjukpelajaran dan sebagainya. Sedangkan tuntun ialah memegangitangan seseorang sambil berjalan. Selanjutnya kata pimpin yangdiawali dengan ke dan diakhiri dengan an, adalah menunjukkanarti perihal memimpin.

Pemimpin adalah orang yang memimpin dan mengarahkanorang lain sehingga orang yang dipimpin itu mematuhi dengansukarela apa yang diperintahkannya. Pemimpin diartikan sebagaiseorang yang mempunyai wewenang untuk memerintah oranglain yang di dalam pekerjaanya untuk mencapai tujuan. Jadikepemimpinn adalah ketermpilan dan seni mengarahkan danmempengaruhi orang lain untuk melaksanakan tugas tertentudalam rangka mencapai tujuan bersama.1

BAB VKEPEMIMPINAN PONDOK PESANTREN

1 Anoraga, Pandji, Psikologi Kepemimpinan, (Renika Cipta: Yogyakarta, 1991),hal.1

Page 91: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 78

B.B.B.B.B. KKKKKepemimpinan Kiai Pepemimpinan Kiai Pepemimpinan Kiai Pepemimpinan Kiai Pepemimpinan Kiai Pesantresantresantresantresantrenenenenen

Menurut asal-usulnya, istilah kiai dalam bahasa Jawadipakai untuk tiga jenis gelar dengan peruntukan yang berbedasatu sama lain. Pertama, kiai sebagai gelar kehormatan bagibenda-benda yang dianggap keramat, misalnya Kiai GarudaKencana, sebagai nama bagi salah satu kereta kuda milik kratonYogyakarta. Kedua, sebagai gelar kehormatan untuk orang tuapada umumnya. Dan, ketiga, sebagai gelar yang diberikan olehmasyarakat kepada ahli agama Islam (ulama) yang memiliki ataumenjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab--kitab klasikkepada para santrinya.2

Secara lebih ringkas, warga NU memberikan beberapakriteria bagi seseorang untuk dihormati dan bisa dipanggil kiai:pertama, ia memiliki pesantren; kedua, bertakwa kepada Allah;ketiga, mengemban tugas utama mewarisi misi (risalah) rasul yangmeliputi ucapan, ilmu, ajaran, perbuatan, tingkah laku, mental,dan moralnya, dan keempat, tekun beribadah (baik yang wajibmaupun yang sunnah), zuhud (melepaskan diri dari ukuran dankepentingan materi duniawi), mempunyai ilmu akhirat (ilmuagama dalam kadar yang cukup), mengerti kemaslahatan umatatau masyarakat, dan mengabdikan seluruh ilmunya untuk Allahdengan dilandasi niat yang benar, baik dalam berilmu maupunberamal.3

Sedangkan menurut Quaraisy Shihab, ada empat tugas utamayang harus dijalankan oleh seorang kiai sesuai tugas kenabian:pertama, menyampaikan (tabligh) ajaran-ajaran-Nya, sesuaidengan perintah:

2 Zamahhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren....,hal.553 Ali Maschan Moesa, Nasionalisme Kiai: Konstruksi Sosial Berbasis Agama,

(LKIS: Yogyakarta, 2007), hal.58

Page 92: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 79

Wahai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dariTuhanmu (QS. al-Maidah [5]: 67).

Kedua, menjelaskan ajaran-ajaran-Nya, berdasarkan ayat:

Dan kami turunkan Al-Quran kepadarnu untuk kamu jelaskankepada manusia (QS. an-Nahl [I6]: 44).

Ketiga, memutuskan perkara atau problem yang dihadapimasya-rakat, berdasarkan ayat:

Dan Allah turunkan bersama mereka al-Kitab dengan benar, agardapat memutuskan perkara yang diperselisihkan oleh manusia(QS. al-Baqarah [2]: 213).

Keempat, memberikan contoh pengamalan, sesuai denganhadits yang diriwayatkan dari Aisyah r.a., yang menyatakanbahwa perilaku Âabi adalah praktik dari Al-Qur’an.

Terma kiai sering diidentikkan dengan kata ulama. Di dalamAl-Qur’an, kata ulama disebut dua kali: pertama, dalam konteksajakan Al-Qur’an untuk memerhatikan turunnya hujan darilangit, beraneka ragamnya buah-buahan, gunung, binatang, danmanusia, yang diakhiri dengan ayat: Sesungguhnya yang takutkepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama (QS.Fathir [35]: 28). Ayat ini menggambarkan bahwa yang dinamakanulama adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan tentangayat-ayat Allah yang bersifat kealaman (kauniyyah). Kedua, dalam

Page 93: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 80

konteks pembicaraan Al-Qur’an yang kebenaran kandungannyatelah diakui oleh ulama Bani Israil.

Kemudian, di dalam hadits Nabi disebutkan: “Sungguhnyapara ulama di bumi seperti bintang di langit, yang menerangi umatdalam kegelapan, baik di daratan maupun di lautan (HR. az-Zuhridari Anas).” Dalam hadits lain dinyatakan: “Sesungguhnya ulamaadalah pewaris para nabi.” Wahjosumidjo menyebutkan bahwakepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktivitaskelompok dalam rangka merumuskan dan pencapaian tujuan.Kimbal Young yang dikutip oleh K. Kartono mengatakan,4

Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari olehkemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau penerimaanoleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagisituasi khusus. Kepemimpinan ialah penggunaan kekuasaansecara cerdas dan peka sedangkan menurut Keating, kepemim-pinan adalah suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhiorang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuanbersama.5

Nawawi berpendapat bahwa kepemimpinan dapat diartikansebagai kemampuan mendorong sejumlah orang (dua atau lebih)agar bekerja sama dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yangterarah pada tujuan bersama.6

C.C.C.C.C. Asas KepemimpinanAsas KepemimpinanAsas KepemimpinanAsas KepemimpinanAsas Kepemimpinan

Asas-asas kepemimpinan yang baik menurut K. Kartono,(1) kemanusiaan, mengutamakan sifat-sifat kemanusiaan.

4 Kartono Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, (C.V. Rajawali Perss: Jakarta,1986), hal. 40

5 Keating. J. Charles, Kepemimpinan Teori dan Pengembangannya, (Kanisius:Yogyakarta, 1994), hal 9

6 Nawawi, Hadari 8. Martiwi.M, Kepemimpinan yang Efektif, (UGMPress,Yogyakarta. 1993), hal. 9

Page 94: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 81

Pembimbing manusia oleh manusia, untuk mengembangkanpotensi dan kemampuannya setiap individu, demi tujuan-tujuanhuman. (2) Effesiensi, effesiensi tehnis atau sosial, berkaitandengan terbatasannya sumber, material dan manusia, atasprinsip penghematan dan adanya nilai-nilai ekonomis, serta asas-asas managemen modern. (3) Kesejahteraan kebahagiaan lebihmerata, menuju taraf kehidupan yang lebih tinggi.7

Dalam kaitan ini Garungan, menyatakan bahwa tiap-tiappemimpin sekurang-kurangnya hendaknya memiliki tiga cirikemampuan yakni. (1) persepsi social, yang dimaksud adalahkecakapan untuk dapat melihat dan memahami perasaan-perasaan, sikap-sikap dan kebutuhan. (2) kemampuan berpikirabstrak, bahwa pemimpin-pemimpin itu mempunyai kecakapanuntuk berpikir abstrak yang lebih tinggi daripada rata-rataanggota kelompoknya. (3) kestasbilan emosi, bahwa kestabilandan kemantapan emosi merupakan faktor penting dalamkepemimpinan.

Sedangkan sifat yang harus dimiliki pemimpin sebagaimanayang katakan J. Slikboer yang dikutip oleh Fattah, Pemimpinhendaknya memiliki sifat-sifat: (1) dalam bidang intelektual, (2)berkaitan dengan watak, dan (3) berhubungan dengan tugasnyasebagai pemimpin. Cirri-ciri lain yang berbeda dikemukakanoleh Ruslan Abdulgani bahwa pemimpin harus mempunyaikelebihan dalam hal: (1) menggunakan pikiran; (2) rohani, dan(3) jasmani.

D. D. D. D. D. FFFFFaktor-Faktor-Faktor-Faktor-Faktor-Faktor dan Saktor dan Saktor dan Saktor dan Saktor dan Sifat-Sifat-Sifat-Sifat-Sifat-Sifat Pifat Pifat Pifat Pifat Pemimpinemimpinemimpinemimpinemimpin

Saksono, mengatakan bahwa dalam kepemimpinan terdapatempat faktor: yaitu pengikut, pemimpin, komunikasi dan situasi.Erat dengan praktik kepemimpinan terdapat istilah motivasi

7 Kartono Kartini, Pemimpin.................... , hal. 9

Page 95: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 82

yang berhubungan dengan ide gerakan dan apabila dinyatakandengan secara sederhana, maka sebuah motif merupakan halyang mendorong atau menggerakkan, untuk berperilaku, adalahmotivasi.

Motivasi yang digerakkan dan diupayakan dalam kepemim-pinan dapat dilihat dalam tipe kepemimpinan. Yang jelas tidakakan sama pemimpin dengan pemimpin yang lain, dalammengaktifkan gaya kepemimpinannya. Akan tetapi ada beberapasifat yang menonjol dalam konsep kepemimpinan yang meliputi:Keterarahan, seorang pemimpin selalu akan menemukan jalanuntuk maju. Ia akan menumbuhkan rasa keterarahan. Itumenckup pengidentifikasian sasaran baru.

Inspirasi, kepemimpinan berkaitan erat dengan inspirasi.Pendekatan pemimpin dan sikap yang diperlihatkannyamengobarkan motivasi. Membangun tim, seorang pemimpindengan sendirinya cenderung berpikir dalam kerangka tim.Kelompok-kelompok individu ditransformasikan kedalam tim.Teladan, Kepemimpinan pada dirinya sendiri adalah teladan,seorang pemimpin harus memiliki hasilnya sendiri atausumbangan langsung kepada tugas umum. Penerimaan, belumbenar-benar menjadi pemimpin jika pemimpin itu belumditerima dalam hati dan pikiran mereka.

E.E.E.E.E. TTTTTipe-Tipe-Tipe-Tipe-Tipe-Tipe Kipe Kipe Kipe Kipe Kepemimpinanepemimpinanepemimpinanepemimpinanepemimpinan

Tipe kepemimpinan dapat diartikan sebagai arah kebutuhanindividual yang mendorong prilaku dalam berbagai situasikepemimpinan. Sedangkan tipe atau tipologi kepemimpinanmenurut Sigian, beliau mengatakan dari gaya kepemimpinanyang ada meskipun belum ada kesepakatan bulat tentang tipologikepemimpinan yang secara luas, dikenal dewasa ini lima tipekepemimpinan yang diakui keberadaannya yaitu Otokratik,Paternalistik, Kharismatik, Laissez Faire dan Demokratik.

Page 96: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 83

1. 1. 1. 1. 1. TTTTTipe Oipe Oipe Oipe Oipe OtokratiktokratiktokratiktokratiktokratikPemimpin otokratik dalam prakteknya akan menggunakan

gaya kepemimpinan yang menuntut ketaatan penuh daribawahannya dalam menegakkan disiplin menunjukkan kekakuan,benada keras dalam pemberian perintah atau intruksi dan meng-gunakan pendekatan positif dalam hal terjadinya penyimpanganoleh bawahan.

Perilaku kepemimpinan ini menurut Nawawi, menunjukkanciri-ciri antara lain: (1) pelaksanaan tugas merupakan kegiatanterpenting, untuk itu ornag yang dipimpin harus diberi instruksi-instruksi agar melaksanakan tugasnya. (2) sanksi atau hukumandijadikan alat agar orang-orang yang dipimpinnya berusahamelaksanakan tugasnya tanpa membuat kekeliruan.8

2.2.2.2.2. TTTTTipe Pipe Pipe Pipe Pipe PaternalistikaternalistikaternalistikaternalistikaternalistikTipe paternalistik yaitu tipe kepemimpinan yang kebapakan.

sifat-sifat dalam kepemimpinan nini adalah (1) dia menganggapbawahannya sebagai manusia yang tidak atau belum dewasa.(2) dia bersikap terlalu melindungi. (3) jarang dia memberikankesempatan pada bawahannya untuk mengambil keputusannyasendiri. (4) dia hampir-hampir tidak pernah memberikankesempatan kepada bawahannya untuk berinisiatif. (5) tidakpernah memberikan kesempatan pada pengikutnya untukmengembangkan fantasi dan daya kreativitas. (6) selalu bersikapmaha tahu dan maha besar.9 Gaya kepemimpinan seorang yangpaternalistic lebih bercorak pelindung, bapak dan guru. Artinya,kebersamaan bagi para anggota organisasi sedangkan pemimpinyang bersangkutan berada di atas para anggota tersebut.

8 Nawawi, Hadari & Martiwi.M, Kepemimpinan yang Efektif, (Yogyakarta :UGM Press, 1993), hal. 85

9 Lihat Kartini, Kepemimpinan……………hal.54

Page 97: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 84

3.3.3.3.3. TTTTTipe Kharismatikipe Kharismatikipe Kharismatikipe Kharismatikipe KharismatikKepemimpinan yang kharismatik diartikan sebagai

kemampuan mengerakkan orang lain dengan mendayagunakankeistimewaan atau kelebihan dalam sifat atau aspek kepribadianyang dimiliki pemimpinan, sehingga menimbulkan rasamenghormati, segan dan kepatuhan terhadap pemimpin.

4.4.4.4.4. TTTTTipe Laisseipe Laisseipe Laisseipe Laisseipe Laissez Fz Fz Fz Fz FairairairairaireeeeeKartono, mengatakan tipe kepemimpinan kebalikan dari

tipe otokratik atau otoriter. Pada tipe kepemimpinan laissez faireini sang pemimpin praktis, sebab dia membiarkan kelompoknyaberbuat semua sendiri, pemimpin tidak berpatisipasi dalamkegiatan kelompoknya.10

Pemimpin semacam ini menurut Siagian, beranggapanbahwa para anggota sudah mengetahui dan cukup dewasa untuktaat kepada permainan yang berlaku. Seorang pemimpin sepertiini cenderung memilih peranan yang pasif dan membiarkanorganisasinya berjalan menurut temponya sendiri dan tanpamencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan dandigerakkan.

5. 5. 5. 5. 5. TTTTTipe Dipe Dipe Dipe Dipe DemokratisemokratisemokratisemokratisemokratisKepemimpinan demokratis menempatkan manusia

sebagai faktor utama dan yang terpenting dalam setiap kelompok.Tipe ini diwarnai dengan usaha mewujudkan dan mengembangkanhubungan manusiawi yang efektif berdasarkan prinsip salingmenghormati dan menghargai yang satu dengan yang lain. RalphWhite dan Ronald Lippi mengatakan sesuai yang dikutip olehWinardi tipe demokratis ini memiliki karakter sebagai berikut:

10 Ibid.

Page 98: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 85

1. Semua policis merupakan bahan pembahasan kelompokdan keputusan kelompokyang dirangsang dan diBantu olehpemimpin.

2. Perspektif aktivitas dicapai selama diskusi berlangsung.Dilukiskan langkah-langkah umum kearah tujuan kelompok danapabila diperlukan nasehat teknis, maka pemimpin itu menyaran-kan dua atau lebih banyak prosedur-prosedur alternatif yangdapat dipilih.

3. Para anggota bebas bekerja dengan siapa yang merekakehendaki dan pembagian tugas terserah kepada kelompok.

4. Pemimpin bersifat objektif dalam pujian dan kritiknya,ia berusaha menjadi anggota kelompok secara mental tanpaterlampau banyak melakukan pekerjaan tersebut.

FFFFF. . . . . TTTTTipologi Kipologi Kipologi Kipologi Kipologi Kepemimpinan Kiaiepemimpinan Kiaiepemimpinan Kiaiepemimpinan Kiaiepemimpinan Kiai

Turmudi mengklasifikasikan tipologi kiai menjadi empattipologi yaitu, kiai perantren, kiai tarekat, kiai politik, dan kiaipanggung.11 Ia menambahkan bahwa dalam kenyataannya seorangkiai dapat digolongkan dalam lebih dari satu kategori. Misalnya,ada seorang kiai politik yang terkenal karena ia menjadi anggotalegislatif di sebuah kota. Akan tetapi, ia juga tergolong kiaipanggung yang hampir setiap malam menyampaikan ceramahagama diberbagai tempat. Selain itu, ia juga tergolong kiai tarekatkarena ia adalah wakil mursyid dalam struktur ketarekatan.

Kiai pesantren adalah mereka yang memusatkan perhatian-nya pada aktivitas mengajar di pesantren untuk meningkatkankualitas SDM (Sumber Daya Manusia) masyarakat melaluipendidikan. Kiai model ini pada umumnya sangat ditaati oleh

11 Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan, (LKiS, Yogyakarta,2003), hal.32-33

Page 99: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 86

para santri, wali santri, dan masyarakat. Mereka berkeyakinanbahwa dengan mentaati para kiai maka akan terjamin eksistensimasa depannya.

Kiai tarekat adalah mereka yang memusatkan aktivitasnyadalam membangun kecerdasan hati (dunia batin) umat Islam.Oleh karena tarekat adalah sebuah lembaga formal makapengikutnya adalah juga anggota formal gerakan tarekat. Jumlahpengikut kiai model ini bisa lebih banyak dibanding pengikutkiai pesantren, tentunya jika kiai tarekat tersebut berkedudukansebagai mursyid. Sebab, melalui cabang-cabang yang ada diseluruh Indonesia para anggota tarekat secara otomatis menjadipengikut kiai tarekat.

Kiai politik adalah mereka yang mempunyai perhatian(concern) untuk mengembangkan NU (Nahdhatul Ulama) danpada umumnya terlibat dalam politik praktis. Pengembanganorganisasi NU dalam kurun waktu yang cukup lama dikelola olehkiai yang masuk dalam kategori ini. Kiai model ini juga memilikipengikut meskipun jumlahnya tidak sebanyak pengikut duatipologi kiai sebelumnya.

Kategori terakhir adalah kiai panggung. Mereka adalah parajuru dakwah (muballig-da’i) yang hampir setiap hari menyampai-kan ceramah agama di berbagai tempat. Mereka mengembangkandan menyebarkan Islam melalui kegiatan dakwah. Pengikut kiaisemacam ini juga sangat banyak dan tersebar di berbagaikabupaten dan propinsi. Terlebih lagi jika ia tergolong kiaipanggung yang amat populer di Indonesia. Akan tetapi, jumlahkiai panggung yang populer tidaklah banyak, dan umumnyaseorang kiai panggung hanya memiliki penga-ruh di tingkatkabupaten saja.

Semantara itu Warsono sebagaimana dikutip oleh AliMaschan Moesa, mengklasifikasikan tipologi kepimimpinan kiaijuga melakukan penelitian terhadap kiai menjadi tiga tipologi,

Page 100: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 87

yaitu kiai intelek-tual organik, kiai intelektual tradisional, dan kiaiintelektual simultan.12 Klasifikasi tersebut didasarkan pada hasilkajian terhadap fungsi kiai dalam menghadapi dominasi negaradalam era pemerintahan Gus Dur menurut perspektif Gramci.Dalam perspektif Gramcian, kiai termasuk sosok yang bisamemosisikan diri sebagai intelektual organik, yang bertugassebagai aparatur hegemoni. Akan tetapi, kiai juga dapat berfungsisebagai intelektual tradisional, yang berusaha menegakkankebenaran. Kedua fungsi tersebut bisa berjalam seiring, namuntidak jarang bertentangan antara yang satu dengan lainnya.Perbedaan kedua fungsi intelektual tersebut mengharuskan kiaiuntuk menentukan pilihan, apakah memilih sebagai intelektualorganik atau intelektual tradisional, atau menjalankan keduafungsi tersebut secara simultan.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kehadiran kiai intelektualorganik terkait dengan struktur produktif dan politik darikelompok yang sedang berkuasa (dominan). Mereka berfungsimenguniversali sasikan pandangan-pandangan kelompok yangberkuasa dalam rangka mengorganisasi kesepakatan kelompok-kelompok subordinat sehingga para penguasa mendapatkanlegitimasi. Mereka tampil sebagai juru kampanye dari penguasaatau kelompok yang berjuang untuk men-dapatkan kekuasaandalam rangka menyebarkan dan menanamkan ideologi yang telahterorganisir. Mereka yang tergolong dalam tipologi ini adalah parakiai yang mempunyai hubungan dekat dengan Gus Dur, namunkedekatannya bukan karena hubungan darah atau jabatan politis,melainkan karena hubungan kultural dan organisatoris.

Secara kultural, para kiai memiliki hubungan dan dekatdengan Gus Dur karena ia adalah seorang kiai dan berasal dari

12 Warsono, Wacana Politik Kiai,Pada Era Pemerintahan Gus Dur, ApakahSebagai Intelektual Organik atau Intelektual Tradisional, (Disertasi tidakDiterbitkan, Universitas Air Langga, Surabaya, 2003), hal. 66-68

Page 101: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 88

komunitas keluarga pesantren, terlebih lagi dia adalah cucu KH.Hasyim Asy’ari dan KH. Bisri Syamsuri, di mana keduanya adalahpendiri Nahdhatul Ulama. Sementara secara organisatoris, parakiai memiliki kedekatan dengan Gus Dur karena pada saatmenjadi presiden, ia masih men-jabat Ketua Umum PBNU(Pengurus Besar Nahdhatul Ulama). Sementara itu, yangdimaksud kiai intelektual tradisional adalah mereka yang memilikiotonomi dan tidak terkooptasi oleh kelompok yang dominan.Mereka menjalankan fungsi untuk menegakkan kebenaran yangdiyakininya, dan tidak terikat oleh otonomi manapun, kecualiotonominya sendiri. Mereka adalah para kiai yang menjaga jarakdengan kekuasaan dan umumnya hanya berkosentrasi mengajardi pesantren dan menjalankan transformasi masyarakat.

Adapun kiai intelektual simultan adalah mereka yangberfungsi sebagai intelektual organic, namun dalam situasi yanglain mereka bisa berubah fungsinya sebagai intelektualtradisional. Pada era pemerinahan Gus Dur, yang termasuk tipologiini adalah kiai-kiai yang menjadi Pengurus Besar NahdlatulUlama yang mempunyai latar belakang pendidikan pesantrendan pendidikan umum. []

Page 102: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

A.A.A.A.A. PPPPPendahuluanendahuluanendahuluanendahuluanendahuluan

Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang danakan mempengaruhi perkembangan sosial budayamasyarakat muslim Indonesia umumnya, atau pendidikan

Islam, termasuk pondok pesantren khususnya. Bahwamasyarakat muslim tidak bisa menghindarkan diri dari prosesglobalisasi tersebut, apalagi jika ingin survive dan berjaya ditengah perkembangan dunia yang kian kompetitif di masa kinidan masa depan.

Dilihat dari tuntutan internal dan tantangan ekternal global,maka keunggulan-keunggulan yang mutlak dimiliki bangsa danNegara Indonesia adalah penguasaan atas sains dan teknologidan keunggulan kualitas sumberdaya manusia (SDM). Penguasaansains dan teknologi, sebagaimana terlihat dalam pengalamanbanyak negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman dansebagainya, menunjukkan bahwa sains-teknologi merupakansalah satu faktor terpenting yang menghantarkan Negara-negaratersebut kepada kemajuan.

Sesuai dengan tujuan pembangunan Indonesia untukmewujudkan manusia yang sejahtera lahir batin, maka

BAB VIPENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN

Page 103: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 90

penguasaan atas sains dan teknologi memerlukan perspektif etisdan panduan moral. Sebab, seperti juga terlihat dalampengalaman Negara-negara maju, kemajuan dan penguasaanatas sains-teknologi yang berlangsung tanpa perspektif etis danbimbingan moral akan menimbulkan berbagai konsekuensi dandampak negatif, yang membuat manusia semakin jauh dariakses, dari pusat eksistensial-spritualnya. Ini pada gilirannyamenciptakan masalah-masalah kemanusiaan yang cukup berat,di antaranya krisis nilai-nilai etis, dislokasi, alienasi, kekosongannilai-nilai rohaniah, dan sebagainya.

Mempertimbangkan kenyataan ini, pengembangan danpenguasaan sains-teknologi di Indonesia seyogyanya berlandaskanpada wawasan moral dan etis, Indonesia mempunyai sejumlahmodal dasar yang memadai untuk mewujudkan cita-cita ini. Diantara modal dasar terpenting adalah kenyataan bahwa rakyakdan bangsa Indonesia adalah umat yang agamis, yang sangatmenghormati ajaran-ajaran agama. Peningkatan antusiasmekeberagamaan itu pada gilirannya juga menimbulkanperkembangan-perkembangan baru pula terhadap pondokpesantren, selama ini pondok pesantren dikenal sebagai lembagapendidikan tradisional Islam yang telah turut membina danmengembangkan SDM untuk mencapai keunggulan (excellence),meski selama ini dapat dikatakan relative “terbatas” pada bidangsosial keagamaan. Sebagai lembaga pendidikan Islam pondokpesantren sepanjang sejarahnya telah berperan besar dalamupaya-upaya meningkatkan kecerdasan dan martabat manusia.1

Sejak zaman penjajah, pondok pesantren merupakanlembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-

1 Azyumardi Azra, Sosialisasi Politik dan Pendidikan Islam, dalam Ismail SMdan Abdul Mukti (ed) Pendidikan Islam, Demokratisasi dan MsyarakatMadani, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2000), hal. 47

Page 104: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 91

tengah masyarakat, eksistensinya telah mendapat pengakuanmasyarakat. Ikut terlibat dalam upaya mencerdaskan kehidupanbangsa, tidak hanya dari segi moril, namun telah pula ikut sertamemberikan sumbangsih yang cukup signifikan dalampenyelenggaraan pendidikan. Sebagai pusat pengajaran ilmu-ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin) telah banyak melahirkanulama, tokoh masyarakat, muballigh, guru agama yang sangatdibutuhkan masyarakat. Hingga kini pondok pesantren tetapkonsisten melaksanakan fungsinya dengan baik, bahkansebagian telah mengembangkan fungsinya dan perannya sebagaipusat pengembangan masyarakat.2

Tugas pokok yang dipikul pondok pesanten selama ini padaesensinya adalah mewujudkan manusia dan masyarakat muslimyang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt, dalam kaitan inisecara lebih khusus lagi, pondok pesantren bahkan diharapkanberfungsi lebih dari pada itu; ia diharapkan agar memikul tugasyang tak kalah pentingnya, yakni melakukan reproduksi ulama.Dengan kualitas keislaman, keimanan, keilmuan dan akhlaknya,para santri diharapkan mampu membangun dirinya danmasyarakat sekelilingnya. Di sini, para santri diharapkan dapatmemainkan fungsi ulama dan pengakuan terhadap keulamaanmereka biasanya pelan-pelan tapi pasti datang dari masyarakat.Selain itu juga pondok pesantren juga bertujuan untuk menciptakanmanusia Muslim mandiri dan ini kultur pondok pesantren yangcukup menonjol yang mempunyai swakarya dan swadaya.

Dalam menghadapi era globalisasi dan informasi pondokpesantren perlu meningkatkan peranannya karena Islam yangdibawa oleh Nabi Muhammad saw sebagai agama yang berlakuseantero dunia sepanjang masa. Ini berarti ajaran Islam adalahglobal dan melakukan globalisasi untuk semua. Surat al-Hujurat:

2 Depag RI 2003, hal. 1

Page 105: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 92

13 kunci dari ayat di atas yakni setiap persaingan yang keluar sebagaipemenang adalah yang berkualitas, yaitu memiliki iman-takwa,kemampuan, ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan.3

Di sinilah peran pondok pesantren perlu ditingkatkan,tuntutan globalisasi tidak mungkin dihindari. Maka salah satulangkah bijak, kalau tidak mau dalam persaingan, adalahmempersiapkan pondok pesantren agar “tidak ketinggalankereta”. Azyumardi Azra mengatakan dengan demikian,keunggulan SDM yang ingin dicapai pondok pesantren adalahterwujudnya generasi muda yang berkualitas tidak hanya padaaspek kognitif, tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik.4

Tetapi, memandang tantangan-tantangan yang dihadapi bangsadan upaya dalam penguasaan sains-teknologi untuk turutmemelihara momentum pembangunan, muncul pemikiran dangagasan untuk mengembangkan pondok pesantren sekaligussebagai wahana untuk menanamkan apresiasi, dan bahkan bibit-bibit keahlian dalam bidang sains-teknologi. Selain itu, pengem-bangan pesantren kearah ini tidak hanya akan menciptakaninteraksi dan integrasi keilmuan yang lebih intens dan lebih paduantara “ilmu-ilmu agama” dengan “ilmu-ilmu umum”, termasukyang berkaitan dengan sains-teknologi.5 Dalam kerangka ini, SDMyang dihasilkan pondok pesantren diharapkan tidak hanyamempunyai perspektif keilmuan yang lebih integrative dankomprehensif antara bidang ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmukeduniaan tetapi juga memiliki kemampuan teoritis dan praktistertentu yang diperlukan dalam masa industri dan pasca-industri.

3 Rahim, 2001, hal.1604 Azyumardi Azra, Sosialisasi Politik……………,hal 485 Azyumardi Azra, Sosialisasi Politik dan Pendidikan Islam”, dalam Ismail SM

dan Abdul Mukti (ed) Pendidikan Islam, Demokratisasi dan MsyarakatMadani, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. 2000), hal 48

Page 106: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 93

Berkaitan dengan hal tersebut, Mulyasa mengatakan bahwapeserta didik (santri) harus dibekali dengan berbagai kemampuansesuai dengan tuntutan zaman dan reformasi yang sedangbergulir, guna menjawab tantangan globalisasi, berkontribusipada pembangunan masyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur,dan adaptif terhadap berbagai perubahan.6

Tantangan globalisasi pada satu pihak, dan kebutuhanmenciptakan SDM unggul khususnya dalam sains dan teknologisehingga mampu mendapatkan tempatnya dalam perkembangandewasa ini dan masa mendatang dipihak lain, sesungguhnyamenempatkan pondok pesantren ke dalam dilema yang sulit.Permasalahan seputar pengembangan model pendidikan pondokpesantren dalam hubungannya dengan peningkatan kualitassumberdaya manusia (human resources) merupakan isu aktualdalam arus perbincangan kepesantrenan kontemporer. Maraknyaperbincangan mengenai isu tersebut tidak bisa dilepaskan darirealitas empirik keberadaan pesantren dewasa ini kurangmampu mengoptimalisasi potensi yang dimilikinya. Setidaknyaterdapat dua potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu potensipendidikan dan pengembangan masyarakat.

Khusus dalam bidang pendidikan, misalnya, pesantrendapat dikatakan kalah bersaing dalam menawarkan suatu modelpendidikan kompetitif yang mampu melahirkan out put (santri)yang memiliki kompetensi dalam penguasaan ilmu sekaligus skillsehingga dapat menjadi bekal terjun kedalam kehidupan sosialyang terus mengalami percepatan perubahan akibat modernisasiyang ditopang kecangihan sains dan teknologi. Kegagalanpendidikan pesantren dalam melahirkan sumberdaya santri yangmemiliki kecakapan dalam bidang ilmu-ilmu keislaman dan

6 Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,2004), hal.vi

Page 107: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 94

penguasaan teknologi secara sinergis berimplikasi terhadapkemacetan potensi pesantren kapasitasnya sebagai salah satuagents of social change dalam berpartisipasi mendukung prosestransformasi sosial.7

Dikalangan pondok pesantren sendiri, setidaknya sejakdasawarsa terakhir telah muncul kesadaran untuk mengambillangkah-langkah tertentu guna meningkatkan kualitas SDM yangmampu menjawab tantangan dan kebutuhan transformasi sosial(pembangunan). Dari sinilah timbul berbagai modelpengembangan SDM, baik dalam bentuk perubahan kurikulumpondok pesantren yang lebih berorientasi kepada kekinian ataudalam bentuk kelembagaan baru semacam pesantren agribisnis,atau sekolah-sekolah umum dilingkungan pondok pesantren, danBahkan dibeberapa pondok pesantren telah mengadopsi denganteknologi maju, sudah mengajarkan berbagai macam teknologiyang berbasis keahlian dan pendidikan ketrampilan yangmengarah pada pendidikan profesi.

Penekanan pada bidang ketrampilan ini pondok pesantrensemakin dituntut untuk self supporting dan self financing. Karenaitu banyak pondok pesantren di antaranya seperti di pondokpesantren Sunan Drajat Lamongan mengarahkan para santrinyauntuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan vocational dalam usaha-usaha agribisnis yang mencakup pertanian tanaman pangan,peternakan, perikanan, kehutanan pengembangan industri dansebagainya. Bahkan pondok pesantren Sunan Drajat memilikibeberapa unit usaha sebagai wahana pembelajaran ketrampilanMelalui kegiatan ketrampilan ini minat kewirausahaan parasantri dibangkitkan, untuk kemudian diarahkan menujupengembangan pengelolaan usaha-usaha ekonomi bila sangsantri kembali ke masyarakat.

7 Masyhud, 2003, hal.17

Page 108: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 95

Pemikiran dan operasionalisasi menejemen pendidikanterpadu akan banyak ditentukan oleh tujuan dan arah keter-paduan, yang menyatakan bahwa arah pendidikan di PondokPesantren saat ini adalah dalam pembinaan IMTAQ, IPTEK danSkill fungsional atas dasar kebutuhan. Keterpaduan akanditekankan dalam menata manajemen dan implementasinyayang untuk saat ini harus dimiliki oleh lembaga pendidikanpesantren dengan strategi pengembangan pendidikan yangtelah dirumuskan.

Atas dasar beberapa pemikiran di atas, pembahasan kitaberfokus pada masalah Implementasi dari stategi pendidikanpesantren. Implementasi merupakan suatu proses penerapanide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktissehingga memberikan dampak, baik berupa perubahanpengetahuan, ketrampilan, maupun nilai, dan sikap.

Pada akhirnya akan membentuk pesantren yang merupakanbagian dari Sistem Pendidikan Nasional memiliki 3 unsur utamayaitu: 1) Kiai sebagai pendidik sekaligus pemilik pondok dan parasantri; 2) Kurikulum pondok pesantren; dan 3) Sarana peribadatandan pendidikan, seperti masjid, rumah kiai, dan pondok serta,sebagian madrasah dan bengkel-bengkel kerja keterampilan.

Di samping itu, sistem pendidikan pesantren melestarikanciri-ciri khas dalam interaksi sosialnya, yaitu:

1. Adanya hubungan yang akrab antara santri dengan kiaiserta taat dan hormatnya para santri kepada kiai yang merupakanfigur kharismatik dan menjadi contoh yang baik.

2. Semangat menolong diri sendiri dan mencintai dirisendiri dengan kewiraswastaannya.

3. Jiwa dan sikap tolong-menolong, kesetiakawanan, dansuasana kebersamaan dan persaudaraan sangat mewarnaipergaulan di pesantren.

Page 109: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 96

4. Disiplin waktu dalam melaksanakan pendidikan danberibadah.

5. Hidup hemat dan sederhana.

6. Berani menderita untuk mencapai suatu tujuan, sepertitirakat, shalat tahajud diwaktu malam, i’tikaf di masjid untukmerenungkan kebesaran dan kesucian Allah SWT) Merintis sikapjujur dalam setiap ucapan dan perbuatan.

B. B. B. B. B. PPPPPengembangan Pengembangan Pengembangan Pengembangan Pengembangan Prrrrrogramogramogramogramogram

Ketika arus global sudah merambah masyarakat secaramenyeluruh, pendidikan pesantren dituntut menjadi semakinterstruktur dan kurikulum pesantren menjadi lebih tetap,sehingga saat ini banyak pesantren selain kurikulum agama,sekarang ini kebanyakan pesantren juga menawarkan matapelajaran umum. Bahkan, banyak pesantren sekarangmelaksanakan kurikulum Depdiknas. Sekolah-sekolah Islam yangmelaksanakan kurikulum Depdiknas ini kebanyakan diMadrasah.

Dalam pengembangan program pendidikan di pesantrenada hal-hal yang harus di perhatikan oleh pengelola pesantren,yaitu, munculnya sekolah-sekolah terpadu (mulai tingkat dasarhingga menengah); dan penyelenggaraan sekolah bermutu yangsering disebut dengan boarding school. Nama lain dari istilahboarding school adalah sekolah berasrama. Para murid mengikutipendidikan reguler dari pagi hingga siang di sekolah, kemudiandilanjutkan dengan pendidikan agama atau pendidikan nilai-nilaikhusus di malam hari. Selama 24 jam anak didik berada di bawahdidikan dan pengawasan para ustadz pembimbing.

Di lingkungan sekolah ini mereka dipacu untuk menguasaiilmu dan teknologi secara intensif. Selama di lingkungan asramamereka ditempa untuk menerapkan ajaran agama atau nilai-nilai khusus tadi, tak lupa mengekspresikan rasa seni dan

Page 110: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 97

ketrampilan hidup di hari libur. Hari-hari mereka adalah hari-hari berinteraksi dengan teman sebaya dan para ustadz. Rutinitaskegiatan dari pagi hari hingga malam sampai ketemu pagi lagi,mereka menghadapi makhluk hidup yang sama, orang yangsama, lingkungan yang sama, dinamika dan romantika yangseperti itu pula. Dalam khazanah pendidikan kita, sekolahberasrama adalah model pendidikan yang cukup tua sebagaimanapesantren. Pengembangan progam pendidikan meliputiprogram jangka pendek. Tahun ke-1 sampai ke-3, menengah.Tahun ke-4 sampai ke-6, dan jangka panjang. Tahun ke-7 sampaike-10. Dalam implementasinya program tersebut bisa dijelaskansebagai berikut:

1. Kurikulum

a. Jangka pendek. Penerapan kurikulum dengan prosentaseyang proposional, yaitu 80 persen disusun oleh pusat, dan 20persen disusun ditingkat daerah atau disesuaikan denganmuatan lokal.

b. Jangka menengah. Pesantren atau sekolah memilikikelenturan dalam menentukan waktu serta pesantren bisamengubah beberapa pelajaran yang diangap penting.

c. Jangka panjang. Pembentukan standart inti kompetisiuntuk menjaga kualitas pendidikan dan menngfokuskan semuapelajaran untuk menjaga kesatuan bangsa dan Negara.

2. Sarana dan Prasarana

Pengadaan sarana dan prasarana ditentukan dengankebutuhan yang ada di pesantren atas kerjasama antara pesantrendan pemerintah, baik pusat maupun daerah.

3. Tenaga Pendidikan

1. Kepala sekolah atau pengelola pesantren pelatihan-pelatihan tentang prinsip-prinsip kependidikan secara umumsecara bertahap.

Page 111: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 98

2. Memiliki keluasan dalam pengelolaan manajemenpesantren.

3. Memiliki kemandirian serta kebijakan yang luas, jauh dariintervensi.

4. Ustadz atau asatidz seleksi yang disesuaikan dengankemampuan ustadz yang mengikuti standar pemerintah danpesantren pengangkatan dan penempatan penghargaan

5. Pengawas atau komite pesantren pelatihan-pelatihantentang prinsip-prinsip pendidikan dan kepengawasanmenumbuhkan profesionalitas pengawasan.

C. C. C. C. C. PPPPPengembangan Anggaranengembangan Anggaranengembangan Anggaranengembangan Anggaranengembangan Anggaran

Keberadaan pesantren sebagai bagian dari peran sertamasyarakat dalam pendidikan juga mendapat penguatan dariUU Sisdiknas 2003. Pasal 54 menjelaskan: (1) Peran sertamasyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan,kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasikemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutupelayanan pendidikan. (2) Masyarakat dapat berperan sertasebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.

Bahkan, pesantren yang merupakan Pendidikan BerbasisMasyarakat diakui keberadaannya dan dijamin pendanaannyaoleh pemerintah maupun pemerintah daerah. Pasal 55 menegas-kan: (1) Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikanberbasis masyarakat pada pendidikan formal dan nonformalsesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budayauntuk kepentingan masyarakat. (2) Penyelenggara pendidikanberbasis masyarakat mengembangkan dan melaksanakankurikulum dan evaluasi pendidikan, serta manajemen danpendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan. (3) Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapatbersumber dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah,

Page 112: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 99

pemerintah daerah dan sumber lain yang tidak bertentangandengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (4) Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperolehbantuan teknis, subsidi dana, dan sumber daya lain secara adildan merata dari Pemerintah dan pemerintah daerah.

Dalam implementasi angaran pesantren hal yang palingmendasar adalah memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

a) Dana pembangunan, pengeluaran dana ini diatur dandigunakan untuk pembangunan dan pembenahan sarana fisiklembaga, dana ini di sesuaikan dengan kebutuhan dan jumlahustadz serta peserta didik yang ada di lembaga pendidikantersebut.

b) Dana rutin, dana rutin adalah dana yang digunakan untukbiaya operasional satu tahun anggaran. Dana rutin pengunaanyameliputi pelaksanaan progam belajar mengajar, pembayarangaji ustadz maupun personil, serta pemeliharaan dan perawatansarana prasarana lembaga pendidikan.

Dari kedua prinsip ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Membangun unit belajar/ruang kelas baru berikutsarana-prasarananya termasuk sarana olahraga, yang ditempuhbaik melalui anggaran pemerintah (pusat dan daerah) maupunmelalui pemberdayaan pertisipasi masyarakat dengan pengelolaanyang efisien dan kontrol yang semakin ketat.

b. Mengembangkan model-model alternatif layananpendidikan yang efisien dan relevan bagi kelompok masyarakatyang kurang beruntung, baik kerena persoalan ketidakmampuanbiaya maupun persoalan konflik sosial politik, untuk selanjutyadioperasionalkan oleh pengelola pendidikan daerah.

c. Memberikan beasiswa kepada keluarga miskin dan kepadasiswa yang berprestasi dan bagi siswa yang secara sosialekonomis tidak beruntung, yang bersumber dari pemerintah dan

Page 113: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 100

masyarakat dengan memperhatikan prinsip pemberdayaan,kesempatan, pemerataan dan keadilan.

d. Berkerjasama denga lembaga -lembaga lain. Baik negerimaupun swasta dalam bentuk imbal swadaya, sehingga lebihberdaya dalam mengelola pendidikan serta memacu partisipasiyang semakin meluas dari instansi lainnya.

D. D. D. D. D. PPPPPrrrrrosedur dan Iosedur dan Iosedur dan Iosedur dan Iosedur dan Implimentasimplimentasimplimentasimplimentasimplimentasi

Dalam implementasinya pengembangan pendidikanpesantren harus mengacu pada UU yang telah ditetapkan olehpemerintah. Ketentuan dalam BAB III tentang Prinsip Penyeleng-garaan Pendidikan, pada Pasal 4 dijelaskan bahwa:

a) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis danberkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggihak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dankemajemukan bangsa.

b) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yangsistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.

c) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pem-budayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsungsepanjang hayat.

d) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas pesertadidik dalam proses pembelajaran.

e) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkanbudaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap wargamasyarakat.

f) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakansemua komponen masyarakat melalui peran serta dalampenyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Page 114: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 101

Semua prinsip penyelenggaraan pendidikan tersebutsampai saat ini masih berlaku dan dijalankan di pesantren.Karena itu, pesantren sebetulnya telah mengimplementasikanketentuan dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai denganSistem pendidikan nasional. Tidak hanya itu, keberadaanpesantren sebagai lembaga pendidikan yang didirikan atasperan serta masyarakat, telah mendapatkan legitimasi dalamUndang-undang Sisdiknas. Ketentuan mengenai Hak danKewajiban Masyarakat pada Pasal 8 menegaskan bahwaMasyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan,pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.Sedangkan dalam Pasal 9 dijelaskan bahwa Masyarakatberkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalampenyelenggaraan pendidikan. Ketentuan ini berarti menjamineksistendi dan keberadaan pesantren sebagai lembagapendidikan yang diselenggarakan masyarakat dan diakomodirdalam sistem pendidikan nasional. Hal ini dipertegas lagi olehPasal 15 tentang jenis pendidikan yang menyatakan bahwa Jenispendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik,profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Pesantren adalah salahsatu jenis pendidikan yang concern di bidang keagamaan.

Secara khusus, ketentuan tentang pendidikan keagamaanini dijelaskan dalam Pasal 30 Undang-Undang Sisdiknas yangmenegaskan: (1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan olehPemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama,sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Pendidikankeagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadianggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.(3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalurpendidikan formal, nonformal, dan informal. (4) Pendidikankeagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, danbentuk lain yang sejenis.

Page 115: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 102

Ketentuan mengenai lembaga pendidikan nonformal initermuat dalam Pasal 26 yang menegaskan:

a) Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi wargamasyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsisebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikanformal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

b) Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkanpotensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaanpengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangansikap dan kepribadian profesional.

c) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapanhidup, Pendidikan Anak Usia Dini, pendidikan kepemudaan,pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikankesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untukmengembangkan kemampuan peserta didik.

d) Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembagakursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatanbelajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikanyang sejenis.

e) Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakatyang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapanhidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkanprofesi, bekerja, usaha mandiri, dan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

f) Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara denganhasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaianpenyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah ataupemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasionalpendidikan.

Page 116: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 103

Untuk sampai pada kemampuan mengatur penyelenggaraandan pendidikan dengan baik disetiap satuan pendidikan tidakterkecuali pesantren diperlukan program yang sistematis denganmelakukan capasity building Untuk melakukan kegiatan capasitybuilding perlu tahapan-tahapan agar arahnya terarah danterukur. Ada empat tahapan yang perlu dilalui untuk kegiatantersebut. Masing-masing tahap pengembangan dilakukanterhadap setiap kelompok satuan pendidikan yang mempunyaikarateristik yang setara. Capasity building dilakukan untukmeningkatkan (up grade) suatu kelompok satuan pendidikanpada tahap perkembangan tertentu ke tahap berikutnya.

Keempat tahap tersebut adalah, Tahap pra format, ialahtahap di mana satuan pendidkan belum memiliki standar formalpendidikan masih belum terpenuhi sebagai sumber-sumberpendidikan dan perlu ditingkatkan ke tahap berikutnya. TahapFormalitas, ialah pesantren yang sudah memiliki sumber-sumberpendidikan secara minimal. Satuan pendidikan tersebut sudahmemiliki standar teknis minimal seperti kualifikasi ustadz,jumlah dan kualitas ruang kelas, kualitas buku serta jumlahkualitas pendidikan lainnya. Dengan capasity building pesantrendapat meningkatkan kemampuan administratur dan pelaksanaanpendidikandan dapat meningkatkan pembelajarannya lebihkreatif dan inovatif. Jika satuan pendidikan tersebut sudahberhasil ditingkatkan lagi ke tingkat transisional. Keberhasilantersebut dapat diukur dengan standar pelayanan minimumtingkat sekolah umum yang telah ada dan dikorelasikan denganpendidikan pesantren, terutama menyangkut output pendidikanseperti penurunan tingkat putus sekolah, mengulang kelas,kemampuan para siswa, tingkat kelulusan, serta tingkatmelanjutkan sekolah.

Tahap Transisional, ialah satuan pendidikan sudah mampumemberikan pelayanan minimal pendidikan yang bermutu,seperti kemampuan mendayagunakan sumber-sumber

Page 117: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 104

pendidikan secara optimal. Meningkatkan kreativitan ustadz,pendayagunaan perpustakaan, sekolah secara optimal. Tahapotonomi, pada tahap ini dapat dikatakan pesantren sudahmencapai tahap penyelesaian capasity building menujuprofesionalisme pendidikan ke pelayanan pendidikan yangbermutu. Satuan pendidikan sudah dianggap dapat memberikanpelayanan di atas Standar Pelayanan Minimal dan bertanggungjawab terhadap klien serta stakeholder pendidikan lainnya.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa perubahanparadigma itu antara lain:

1. Melaksanakan program menjadi merumuskan program.

2. Keputusan terpusat menjadi keputusan bersama.

3. Ruang gerak terbatas menjadi ruang gerak fleksibel.

4. Sentralistik menjadi desentralistik.

5. Individual menjadi kerjasama

6. Basis birokratik menjadi basis profesional

7. Diatur menjadi mandiri

8. Malregulasi menjadi deregulasi

9. Informasi terbatas menjadi informasi terbuka

10. Boros menjadi efisien

11. Pendelegasian menjadi pemberdayaan

12. Organisasi vertical menjadi organisasi horizontal.

E. PE. PE. PE. PE. Pesantresantresantresantresantren dan Pen dan Pen dan Pen dan Pen dan Pergurergurergurergurerguruan uan uan uan uan TTTTTinggiinggiinggiinggiinggi

Perguruan tinggi dan pesantren adalah dua tradisipendidikan yang mempunyai banyak perbedaan. Perguruantinggi merupakan gejala di perkotaan, sedangkan pesantrenmerupakan gejala di pedesaan; perguruan tinggi identik dengankemodernan, pesantren identik dengan ketradisionalan;

Page 118: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 105

perguruan tinggi lebih menekankan pendidikan yang bersifatliberal, pesantren lebih menekankan sikap konservatif yangbersandar karena berpusat pada figur sang kiai; dan seterusnya.Persepsi dualisme dikotomik semacam itu mungkin saja kurangbegitu tepat, karena pada kenyataannya banyak juga pesantrenyang telah melakukan perubahan baik secara struktural maupunkultural. Munculnya banyak pesantren dengan klaim pesantrenmodern, yang bisa saja terkesan supervisial bagaimanapun telahmenjadi petunjuk penting hahwa pesantren tidak selamanyamemperlihatkan perkembangan yang statis atau status quo. Makakalau perguruan tinggi sering diberi citra “wah”, tidak berartikeberadaannya lebih unggul dibandingkan pesantren. Bahkan,kalau dilihat dari sisi kemandirian, pesantren mempunyaikelebihan. Dan kalau mau jujur, sebenarnya lembaga yang palingbertanggung jawab terhadap munculnya fenomena masyarakatpendidikan berlebih (overeducated society) yang dapat dilihat padasemakin membludaknya pengangguran intelektual di kotasekarang ini, adalah Perguruan Tinggi (PT) itu.

Berbicara tentang sisi kelebihan pesantren, saya teringatpolemik kebudayaan yang berlangsung pada tahun 30-an.8 Salahseorang cendekiawan yang terlibat dalam polemik tersebut ialahDr. Soetomo. Yang menarik dari pemikiran Soetomo adalahanjurannya agar asas-asas sistem pendidikan pesantrendigunakan sebagai dasar pembangunan pendidikan nasionalIndonesia. Meskipun pemikiran Soetomo kurang mendapattanggapan yang berarti, tetapi patut digarisbawahi bahwa pal-ing tidak pesantren telah dilihat sebagai bagian yang takterpisahkan dalam proses pembentukan identitas budaya bangsaIndonesia. Dalam sejarah pertumbuhan dan perkembanganpendidikan di Indonesia, agaknya tidak dapat dipungkiri bahwa

8 Alfian, Persepsi Masyarakat Tentang Kebudayaan (Jakarta: Gramedia, 1987)

Page 119: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 106

pesantren telah menjadi semacam local genius. Dikalangan umatIslam sendiri, pesantren sedemikian jauh telah dianggap sebagaimodel institusi pendidikan yang mempunyai keunggulan baikpada sisi tradisi keilmuannya—yang oleh Martin van Bruinessendinilai sebagai salah satu tradisi agung (great tradition), maupunpada sisi transmisi dan internalisasi moralitas umat Islam.

Seandainya negeri kita ini tidak mengalami penjajahan,dalam Nurcholish Madjid, tentulah pertumbuhan sistempendidikan di Indonesia akan mengikuti jalur-jalur yangditempuh pesantren itu. Sehingga perguruan tinggi tidak akanberupa Ul, ITB, IPB, UGM, Unair, dan lain-lain, tetapi mungkin akanbernama Universitas Tremas, Krapyak, Tebuireng, Bangkalan,Lasem, dan sebagainya. Menurut Nurcholish Madjid, setelahmelihat dan membuat kias secara kasar terhadap pertumbuhansistem pendidikan di negara-negara Barat, di mana perguruan-perguruan tinggi terkenal di sana cikal bakalnya adalahperguruan-perguruan keagamaan. Mungkin juga, seandainyakita tidak pernah dijajah, pesantren-pesantren tidak begitu jauhterperosok ke dalam daerah pedesaaan yang terpencil sepertisekarang, rnelainkan tentunya akan berada di kota-kota pusatkekuasaan atau ekonomi, sekurang-kurangnya tidak terlalu jauhdari sana, sebagai halnya sekolah-sekolah keagamaan di Baratyang kemudian tumbuh menjadi universitas-universitas.

Pendapat Nurcholish Madjid di atas mungkin terkesan kliseatau gagasan yang utopis bagi orang yang sudah terlanjurterbingkai dalam wacana modernisme.9 Akan tetapi, denganmempertimbangkan kelebihan yang di milikinya, bukan tidakmungkin pesantren akan dilirik sebagai alternatif di tengah

9 Nurcholish Madjid, “Merumuskan Kembali Tujuan Pendidikan Pesantren”,dalam M. Dawam Rahardjo (ed.), Pergulatan Dunia Pesantren, Membangundari Bawah (Jakarta: P3M, 1985).

Page 120: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 107

pengapnya suasana pendidikan formal di Indonesia, termasukjuga perguruan tinggi sebagai jenjang pendidikan formal yangpaling tinggi. Pada dekade 70-an dan 80-an ketika LSM menjadimainstream gerakan pemberdayaan rakyat, pesantren seringkalidilibatkan sebagai mitra dalam pembangunan masyarakatpedesaaan. Kenapa pesantren, sebab jika dipandang dariperspektif people centered development—sebuah modelpembangunan alternatif yang pernah diintrodusir oleh David C.Korten—pesantren dinilai lebih dekat dan mengetahui seluk-beluk masyarakat yang berada dilapisan bawah. Maka dari ujungpulau Madura sebuah pesantren dikenal dengan nama An-Nuqayah, yang terdapat di desa Guluk-guluk, Sumenep, tampildengan rintisan Program Pengembangan Masyarakat yangmembawa perubahan yang luar biasa terhadap lingkungansekitarnya. Atas hasilnya itu, An-Nuqayah nendapatkan hadiahdan penghargaan Kalpataru karena prestasinya dalammenyelamatkan lingkungan.10

Namun demikian, tidak berarti pesantren lepas darikelemahan. Justru dalam zaman yang ditandai dengan cepatnyaperubahan di semua sektor dewasa ini pesantren menyimpanbanyak persoalan yang menjadikannya agak tertatih-tatih, kalautidak malah kehilangan kreativitas dalam merespon perkembanganzaman. Beberapa pesantren yang ada pada saat ini, masih sajasecara kaku (rigid) mempertahankan pola salafiyah yangdianggapnya masih sophisticated dalam menghadapi persoalaneksternal. Padahal sebagai suatu institusi pendidikan, keagamaan,dan sosial, pesantren dituntut melakukan kontekstualisasi tanpaharus mengorbankan watak aslinya. Kenapa ini bisa terjadi?Pertama, dari segi kepemimpinan pesantren secara kukuh masih

10 Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-TradisiIslam di Indonesia (Bandung: Mizan, 1995).

Page 121: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 108

terpola dengan kepemimpinan yang sentralistik dan hirarkisyang berpusat pada satu orang kiai. Ikhwal pendirian pesantrenmemang memiliki sejarah yang unik. Berdirinya pesantrenbiasanya atas usaha pribadi kiai. Maka, dalam perkembanganselanjutnya figur sang kiai sangat menentukan hitam putihnyapesantren. Pola semacam ini tak pelak lagi melahirkan implikasimanajemen yang otoritarianistik. Pembaruan menjadi hal yangsangat sulit dilakukan karena sangat tergantung pada sikap sangkiai. Tambahan pula, pola seperti ini akan berdampak kurangprospektif bagi kesinambungan pesantren bagi masa depan.Banyak pesantren yang sebelumnya populer, tiba-tiba hilangbegitu saja karena sang kiai meninggal dunia.

Kedua, kelemahan dibidang metodologi. Telah umumdiketahui bahwa pesantren mempunyai tradisi yang kuatdibidang transmisi keilmuan klasik. Namun, karena kurangadanya improvisasi metodologi, proses transmisi itu hanyamelahirkan penumpukan keilmuan. Menurut Martin vanBruinessen, ilmu yang bersangkutan dianggap sesuatu yangsudah bulat dan tidak dapat ditambah. Jadi, proses transmisi itumerupakan penerimaan secara taken for granted. MuhammadTholhah Hasan, salah seorang intelektual Muslim dikalanganNahdlatul Ulama (NU) pernah mengeritik, bahwa tradisipengajaran yang demikian memberikan dampak lemahnyakreativitas. Dan kalau yang mendapatkan penekanan di pesantrenitu adalah ilmu fiqh (fiqh orriented), maka penerapan fiqh menjaditeralienasi dengan realitas sosial keilmuan serta teknologikontemporer.

Ketiga, terjadinya disorientasi, yakni pesantren kehilangankemampuan mendefinisikan dan memposisikan dirinya ditengah realitas sosial yang sekarang ini terjadi perubahan yangdemikian cepat. Dalam konteks perubahan ini, pesantrenmengalami dilema antara keharusan mempertahankan dirinyadengan kebutuhan menyerap budaya baru yang datang dari luar

Page 122: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 109

pesantren. Kalau oleh M.M. Billah, pesantren diberi ciri kontekstual,yaitu ciri-ciri lingkungan sekitar (sosial dan fisik) di manapesantren berada, yang tersadap oleh dan memberi warna padaciri-ciri pesantren, maka ciri kontekstual tersebut terjadipemekaran sejalan dengan terjadinya urbanisasi dan industria-lisasi, yang juga sudah mulai merambah ke desa. Pesantrendituntut untuk melakukan reorientasi terhadap peran pendidikan,keagamaan, dan sosialnya.

Nah, kalau belakangan kita menyaksikan terjadinya sintesaatau konvergensi antara pesantren dengan perguru tinggi, hal itudapat dipandang sebagai perkembangan yang konstruktif.Seperti kita ketahui, banyak pesantren yang mendirikanperguruan tinggi, dan sebaliknya. Atau di beberapa kota mulaididirikan pesantren yang bernuansakan dunia perguruan tinggi,meskipun di dalamnya tidak ada pendidikan yang secara formaldisebut perguruan tinggi. Di Surakarta misalnya, terdapat pondokpesantren Hj. Nurriyah Sobron yang didirikan oleh UniversitasMuhammadiyah Surakarta (UMS). Contoh lainnya seperti PondokPesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, Pondok PesantrenSalafiyah Syafi’iah Sukerejo Asembagus Situbondo, PondokPesantren Al Qodiri Jember, Pondok Pesantren AssuniyahKencong Jember dan banyak perguruan tinggi yang lain yangsudah didirikan sebuah institute atau perguruan tinggi. Di Malangterdapat Pondok Pesantren Al-Hikam yang santrinya dari kalanganmahasiswa. Masih di Malang, Universitas Islam Malang (UNISMA)kabarnya sedang merencanakan pesantren mahasiswa. Yangmenarik lagi adalah ide dari CIDES tentang pendirian PondokPesantren Politeknik. Perkembangan lain yang juga menarikuntuk dicermati adalah pertumbuhan pesantren kilat yangsekarang sudah trend di beberapa kota di Indonesia, sepertiSurabaya dan Jakarta.

Page 123: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 110

Dari berbagai uraian Pesantren dan Perguruan Tinggi diatas, menyisakan masalah yang sangat prinsip yakni, apakahdengan didirikanya perguruan tinggi di pesantren-pesantrenmerupakan wujud dari sebuah pemikiran solutif dari perguruanTinggi di Indonesia yang telah gagal mempersiapkan danmencetak manusia Indonesia yang benar-benar asli Indonesiayang santun, saling tolong menolong, egalitarian, mandirisebagaimana watak dan corak pondok Pesantren? Atau jangan-jangan Pesantren hanya sekadar menangkap “gizi” yangdipersiapkan pemerintah, sehingga pesantren ikut latah ramai-ramai mendirikan perguruan Tinggi.

Kalau hal yang pertama sebagai asumsi dasar pemikiranya,mungkin “pesantren sekian puluh tahun lagi” akan mampumenggilas dan mengubah watak kapitalis manusia Indonesiayang selama ini mendominasi dijagat raya ini, dan pesantrenlahyang memang diharapkan bisa dan harus bisa menjadi jawabankegagalan pendidikan yang hanya mengandalkan “otak dan otot”tanpa memiliki “rasa” dan seni.

Namun jika asumsi dasar munculnya perguruan Tinggi didalam pesantren adalah yang kedua, maka amat celakalah kita,akar budaya masyarakat Indonesia akan habis digilas zaman danakan menjadi museum tua yang dijadikan kenangan, karenaperguruan Tinggi di pesantren dianggap tidak jauh beda denganperguruan tinggi lain yang telah berjalan persis produk pen-didikan gaya kapitalis?semoga bukan hal ini yang menjangkitipesantren. []

Page 124: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

A.A.A.A.A. PPPPPendahuluanendahuluanendahuluanendahuluanendahuluan

Berbicara tentang metode sangat di butuhkan dalam upayauntuk melakukan sebuah tindakan lebih-lebih pada duniailmiah. Dalam dunia akademis ada upaya ilmiah yang

disebut metode, yaitu cara kerja untuk memahami objek sasaranilmu yang sedang di kaji objek yang dimaksud adalah objekmaterial dari ilmu pengetahuan. Metode merupakan suatuprosedur atau cara untuk mengetahui dan memahami terhadapsegala sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis,serta komprehensif.1

Selanjutnya Dalam rangkaian sistem pengajaran, metodemenempati urutan sesudah materi. Penyampaian materi tidakakan signifikan tanpa melibatkan metode. Metode selalumengikuti materi, dalam arti mengadaptasikan dengan bentukdan coraknya, sehingga metode mengalami transformasi bilamateri yang sama dipakai metode yang berbeda-beda. Sebagailembaga Pendidikan Islam yang berpengalaman, Pesantren telah

BAB VIIKURIKULUM DAN PENGAJARAN DI

PESANTREN

1 Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam Dari Metode Rasional HinggaMetode Kritik (Jakarta : Erlangga, 2005), hal. 20.

Page 125: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 112

mengalami pergeseran dan perubahan baik terkait denganinstitusi maupun kurikulum karena pesantren berada di tengah-tengah masyarakat.

Seperti halnya penjelasan di atas tentang tujuan pondokpesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yaitu untukmendidik para santri agar kelak menjadi pemimpin umat bangsadan negara yang benar-benar dapat diandalkan kualitaskeilmuannya baik dalam disiplin ilmu keagamaan tradisionalmaupun dalam ilmu pengetahuan lainnya. Maka dari itu, PondokPesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mengadakanpengajaran kitab-kitab klasik yakni kitab kuning.

B. B. B. B. B. MMMMMetode Petode Petode Petode Petode Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pesantresantresantresantresantrenenenenen

Berikut penulis jelaskan pengertian metode-metodepengajaran yang ada di pondok pesantren, antara lain:

a. Metode a. Metode a. Metode a. Metode a. Metode SoroganSoroganSoroganSoroganSoroganImron Arifin berpendapat bahwa metode sorogan adalah

suatu metode di mana santri yang pandai mengajukan sebuhkitab kepada kiai untuk dibaca dihadapan kiai tersebut. Kalaudalam membaca dan memahami terdapat kesalahan makakesalahan tersebut langsung akan dibenarkan oleh kiai.2

Dalam pengembangan dan aplikasi dari metode ini akanmenuntut adanya kesabaran, kerajinan, ketelatenan dan disiplinpara santri. Sehingga dengan demikian metode ini dapat efektifdalam pelaksanaannya yang memungkinkan para kiai mengawasi,menilai dan membimbing santrinya dengan maksimal. Disamping pelakasanaan metode sorogan ini bisa juga dijadikan

2 Arifin, Imron, Kepemimpinan Kyai kasus Pondok Pesantren Tebu Ireng,(Jombang, Kalimasahadah, 1993), hal.38

Page 126: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 113

sebagai tolak ukur dari keberhasilan pendidikan pengajaranyang ada di pondok pesantren.

bbbbb. . . . . MMMMMetode etode etode etode etode WWWWWetonanetonanetonanetonanetonanSelain metode pengajaran dalam bentuk sorogan di pondok

pesantren juga terdapat metode wetonan dalam pengajarannya.Metode wetonan adalah kiai membaca suatu kitab dalam waktutertentu dan santri membawa kitab yang sama, kemudian santrimendengarkan dan menyimak bacaan kiai tersebut.3

Dalam metode pengajaran tersebut (wetonan) tidak adaikatan yang mengikat kepada santri untuk harus mengikuti haltersebut, artinya santri diberi kebebasan untuk datang danmengikutinya atau bahkan santri diberi kebebasan untuk tidakdatang ataupun tidak mengikutinya. Oleh karena itu dalammetode ini tidak ada penilaian terhadap santri dari para kiaitentang tingkat kepandaian dan tidak ada bentuk kenaikan kelas,akan tetapi santri yang telah melaksanakan atau menyelesaikankitab yang dipelajarinya dapat melanjutnya ke jenjang kitab yanglebih tinggi tingkatnya. Sehingga secara tidak langsung metodeini seolah-olah mempunyai tujuan untuk membentuk seorangsantri untuk selalu berfikir kreatif dan dinamis dalam rangkamengembangkan ilmu pengetahuannya.

c. Mc. Mc. Mc. Mc. Metode Metode Metode Metode Metode Mudzakarah/Dudzakarah/Dudzakarah/Dudzakarah/Dudzakarah/DiskusiiskusiiskusiiskusiiskusiSeorang santri yang dituntut untuk mampu mengembangkan

ilmu pengetahuan keagamaannya yang sampai saat ini dapatdibilang tradisional, maka agar tidak ketinggalan dengan ilmupengetahuan lainnya yang perkembangannya pesat sekali, olehkarena itu pertemuan-pertemuan ilmiah yang membahas danmemecahkan suatu permasalahan sering dilakukan dalam

3 Abd. Rachman Shaleh, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren, (Pendidikandan BKPP Depag, 1978), hal.17

Page 127: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 114

kegiatan di Pondok Pesantren. Metode mudzakarah/diskusi inimerupakan pertemuan ilmiah yang secara spesifik membahasmasalah diniyah, seperti ibadah (ritual), aqidah (teologi) sertamasalah agama pada umumnya.4

Metode mudzakarah/diskusi ini menurut Imron Arifindibagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:

1). Mudzakarah yang diselenggarakan oleh sesama santriuntuk membahas suatu masalah dengan tujuan mendetail. Parasantri agar terlatih dalam memecahkan persoalan denganmenggunakan kitab-kitab yang tersedia.

2). Mudzakarah yang dipimpin oleh kiai, di mana hasil darimudzakarah para santri diajukan untuk dibahas dan dinilaiseperti dalam suatu seminar.5

Berdasarkan keterangan di atas tersebut, jelas sekali bahwametode ini bertujuan dan berfungsi untuk menambah wawasandan cakrawala berpikir keagamaan para santri serta sekaligusuntuk meningkatkan daya intelektualitas para santri agar siappakai nantinya bila terjun dalam kehidupan bermasyarakat.

d. d. d. d. d. MMMMMetode Metode Metode Metode Metode Majelis ajelis ajelis ajelis ajelis TTTTTaaaaa’’’’’limlimlimlimlimMajelis Ta’lim adalah suatu media penyampaian ajaran

Islam yang bersifat umum dan terbuka. Perjama’ah terdiri daridari berbagai lapisan yang memiliki latar belakang pengetahuanyang bermacam-macam dan tidak dibatasi oleh tingkatan usiamaupun perbedaan kelamin. Pengajian semacam ini hanyadilakukan pada waktu-waktu tertentu saja.6

4 Arifin, Imron, Kepemimpinan Kyai kasus Pondok Pesantren Tebu Ireng,(Jombang, Kalimasahadah, 1993), hal.120

5 Ibid, hal. 1206 Arifin, Imron, Kepemimpinan Kiai..., hal.38

Page 128: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 115

Dalam pelaksanaannya, metode ini dilaksanakan biasanyahanya satu minggu satu kali dengan materi yang bersifat umumserta berisi nesehat-nasehat atau wejangan-wejangan keagamaanamar ma’ruf nahi munkar yang mana hal tersebut diambil darikitab-kitab tertentu. Jadi metode majelis ta’lim ini boleh diikutioleh masyarakat yang berminat untuk menuntut ilmu keagamaanyang berdomisili disekitar pondok pesantren tersebut.

e. e. e. e. e. MMMMMetode Petode Petode Petode Petode PerpaduanerpaduanerpaduanerpaduanerpaduanPenyerapan metode baru sebagai tambahan terhadap

metode yang bersifat tradisional tidak pernah seragam. Parapeneliti menemukan perbedaan pemakaian metode dikalanganPesantren, karena disebabkan oleh kecenderungan kiai sebagairefleksi otonominya. Oleh karenanya, pengamatan terhadapPesantren yang berbeda akan menemukan penerapan metodeyang berlainan pula.

Observasi yang cermat terhadap pelaksanaan prosesbelajar-mengajar di pesantren akan menemukan perubahanbentuk metode pendidikan yang amat beragam baik yang seringditerapkan maupun terbatas pada saat-saat tertentu. Parapimpinan pesantren yang tergabung dalam Rabithah Ma’ahidtelah memperaktekkan metode-metode yang sangat beragam,kemudian mereka menetapkannya dalam muktamar ke-1 padatahun 1959 yang meliputi, tanya jawab, Diskusi, imla’muthala’ah,proyek, dialog, karyawisata, hafalan, sosio-drama, widyawisata,problem solving, pemberian situasi, habituasi, dramatisasi,reinforcement, stimulus respons, dan sistem modul.

C.C.C.C.C. KKKKKurikulum Purikulum Purikulum Purikulum Purikulum Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pondok Pondok Pondok Pondok Pondok Pesantresantresantresantresantrenenenenen

Pengertian kurikulum yang sering kita kenal adalah seluruhusaha sekolah (lembaga pendidikan) untuk merangsang anakbelajar, baik dalam lingkungan kelas, di halaman sekolah atau diluar sekolah. Sedangkan istilah kurikulum masuk dalam dunia

Page 129: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 116

pondok pesantren sejak satu abad yang lalu, oleh karena itu dapatdikatakan bahwa dalam dunia pondok pesantren tidak mengenalistilah kurikulum. Hal ini disebabkan sampai saat ini belumterdapat rumusan secara eksplisit tentang tujuan pendidikanpondok pesantren. Sebagaimana yang diungkapkan oleh HabibHirzin:

Istilah kurikulum tidak dikenal dalam kamus sebagian pondokpesantren terutama dalam masa sebelum perang, walau materi-nya ada di dalam praktek pengajran, bimbingan rohani dan latihankecakapan dalam kehidupan sehari-hari di Pesantren, yangmerupakan kesatuan dalam proses pendidikan di pesantren.7

Sebagaimana yang dijelaskan di atas tentang pengetiankurikulum yang secara eksplisit tidak disebutkan dalam pondokpesantren, akan tetapi kalau kita tinjau lagi pengertian kurikulummodern maka dapat ditarik kesimpulan bahwa seperti halnyapengertian kurikulum dikaitkan dengan sekolah (lembagapendidikan) begitu juga kurikulum bila dikaitkan denganaktivitas pondok pesantren yang mana hal tersebut meliputiseluruh aktivitas atau kegiatan pondok pesantren baik pada waktujam pelajaran maupun di luar jam pelajaran. Secara sederhanadapat dikatakan bahwa kurikulum pondok pesantren merupakanpendidikan pesantren yang mengandung aktivitas ekstrakurikuler apabila hal tersebut dipandang sebagai kegiatan diluar jam pelajaran.

D. MD. MD. MD. MD. Manajemen Kanajemen Kanajemen Kanajemen Kanajemen Kurikulum Purikulum Purikulum Purikulum Purikulum Pendidikan Iendidikan Iendidikan Iendidikan Iendidikan Islamslamslamslamslam

Kata Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu currereyang berarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus ditempuhdalam kegiatan berlari mulai dari start hingga finish. Pengertian

7 Hirzin, Habib, Agama Dan Ilmu Pesantren dalam Dawam Raharjo PesantrenDan Pembaharuan, (Jakarta, LP3ES, 1988), hal. 38

Page 130: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 117

ini kemudian diterapkan dalam dunia pendidikan. Dalam bahasaArab, istilah kurikulum diartikan dengan Manhaj, yakni jalan yangterang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidangkehidupannya. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berartijalan terang yang dilalui oleh pendidik/guru dengan peserta didikuntuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikapserta nilai-nilai8. Pengertian kurikulum yang diungkapkan olehpara ahli ternyata sangat beragam, tetapi dari beberapa definisiitu dapat ditarik kesimpulan, bahwa di satu pihak ada yangmenekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah, dan di lain pihaklebih menekankan pada proses atau pengalaman belajar.

Pengertian lama tentang kurikulum lebih menekankan padaisi pelajaran atau mata kuliah, dalam arti sejumlah mata pelajaranatau kuliah di sekolah atau perguruan tinggi yang harus ditempuhuntuk mencapai suatu ijazah juga keseluruhan pelajaran yangdisajikan oleh suatu lembaga pendidikan, terbatas padapengetahuan-pengetahuan yang dikemukakan oleh guru atausekolah atau institusi pendidikan lainnya dalam bentuk matapelajaran-mata pelajaran yang dikaji begitu lama oleh pesertadidik dalam tiap tahap pendidikannya9.

Kurikulum adalah segala kegiatan dan pengalaman belajaryang direncana dan diorganisir untuk dilakukan dan dialami olehanak didik agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.10 Kurikulum juga dapat di artikan perangkat matapelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggarapendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan

8 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), 1-3

9 Ibid, 310 Muhammad Zein, Asas dan Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta:

Sumbangsih Offset, 1991), 3- 4.

Page 131: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 118

kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengankeadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalampenyelenggaraan pendidikan tersebut.

Dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar NasionalPendidikan dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkatrencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaranserta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraankegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikantertentu.11 Dan juga definisi kurikulum dalam UU Sisdiknas No.20/2003 dikembangkan ke arah seperangkat rencana danpengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta carayang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatanpembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.12

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangatpenting dalam pendidikan. Tanpa kurikulum, proses pendidikantidak akan berjalan mulus. Kurikulum diperlukan sebagai salahsatu komponen untuk menentukan tercapainya tujuan pendidikan.Di dalam kurikulum terangkum berbagai kegiatan dan polapengajaran yang dapat menentukan arah proses pembelajaran.Itulah sebabnya, menelaah dan mengkaji kurikulum merupakansuatu kewajiban bagi setiap guru yang berkutat dalam duniapendidikan.

E. ME. ME. ME. ME. Manajemen Panajemen Panajemen Panajemen Panajemen Pendidikan Iendidikan Iendidikan Iendidikan Iendidikan Islamslamslamslamslam

1. M1. M1. M1. M1. Manajemen Kanajemen Kanajemen Kanajemen Kanajemen Kurikulum Purikulum Purikulum Purikulum Purikulum Pendidikan Iendidikan Iendidikan Iendidikan Iendidikan IslamslamslamslamslamSebelum membahas lebih jauh mengenai manajemen

kurikulum dalam pendidikan Islam, penulis membatasi bahasan

11 Mulyasa, E, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KemandirianGuru dan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 2

12 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003

Page 132: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 119

pokok terkait hakikat kurikulum itu sendiri, kosakata kurikulumtelah masuk kedalam kosakata bahasa Indonesia, dengan artisusun rencana pengajaran. Kosakata tersebut berasal daribahasa latin, curriculum yang berarti bahan penngajaran, danada pula yang mengatakan courier dari bahasa prancis. Dalambahasa Arab, ada yang menggunakan kosakata al-manhaj untukkosakata kurikulum. Yang berarti jalan terang atau jalan terangyang dilalui manusia dalam kehidupannya. Selanjutnya dapatdijumai kurkulum yang dikemukakan para ahli pendidikan, yangsecara umum dapat dibedakan kedalam pengertian tiga tokoh:

1. Menurut Crow and crow adalah rancangan pengajaranyang isinya sejumlah mata pelajaran yang di susun secarasistematis, sebagai syarat untuk menyelesaikn suatu programtertentu.13

2. Abdurrahman Shalih, sejumlah mata pelajaran yangdipersiapkan berdasarkan rancangan yang sistematik dankoordinatif dalam rangka mencaai tujuan yang ditetapkan.

3. Dalam konteks pandangan tradisional dan modernterdapat pemisah pada pengetian secara maknawiyah kurikulumitu sebagai rencana pelajaran dalam arti modern sedngkan artimodern kurikulum adalah semua yang nyata terjadi dalam prosespendidikan di sekolah.14

4. Menurut hemat penulis kurikulum adalah Rancanganpelajaran yang memuat guru, siswa, sekolah dan keterlibatanstacholder tertentu secara sistematis dalam penyusuanannya danaplikatif dalam penggunaannya.

13 Abudin Nata, Manajemen Pendidikan (Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islamdi Indonesia) (Jakarta: Prenada Media, 2003), 122

14 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persepektif Islam, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2005), 53

Page 133: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 120

Dalam prakteknya, selama ini kurikulum dianggap sebagaipenentu keberhasilan pendidikan, termasuk Pendidikan Islam.Karena itu, perhatian para guru, dosen, kepala sekolah atausekolah/madrasah, ketua, rektor, maupun praktisi pendidikanterkonsentrasi pada kurikulum. Padahal, kurikulum bukanlahpenentu utama. Dalam kasus pendidikan di Indonesia misalnya,problem paling besar yang dihadapi bangsa ini sesungguhnyabukan berarti kurikulum tidak menimbulkan problem. Namun,masalah kesadaran merupakan problem yang paling besar. Yaitulemahnya kesadaran untuk berprestasi, kesadaran untuk meng-hilangkan kebodohan, maupun kesadaran untuk berbuat yangterbaik.

Dari segi pelakunya, kesadaran yang lemah itu terjadi padasemua pihak secara merata baik pada pemerintah, kepala sekolah/madrasah atau sekolah, guru, siswa, maupun masyarakat.Pemerintah kurang menghargai guru, dan dosen, terutama bagiyang berstatus tidak tetap, padahal mereka merupakan ujungtombak pendidikan. Kepala sekolah/madrasah lebih memerhati-kan urusan fisik sekolah atau sekolah/madrasah daripadakualitas pembelajaran. Para guru hanya mengerjakan rutinitasmengajar dan hamper tida pernah melakukan inovasi-inovasi.Sementara itu, masyarakat juga bersikap pragmatis dengancenderung mengejar pendidikan yang cepat selesai, tugas ringan,dan cepat kerja tanpa mempertimbangkan efek negatifnya.

Kurikulum pendidikan Islam memiliki ciri-ciri tertentu.Ciri-cirinya sebagai berikut:15

1. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagaitujuan, kandungan, metode, alat, dan tekniknya.

15 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam (Strategi Baru PengelolaanLembaga Pendidikan Islam), 149-151.

Page 134: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 121

2. Memiliki keseimbangan antara kandungan kurikulumdari segi ilmu dan seni, kemestian, pengalaman, dan kegiatanpengajaran yang beragam.

3. Memiliki perhatian yang luas dan kandungan yangmenyeluruh. Maksudnya ialah aspek pribadi siswa tepat padasasaran, terutama aspek pribadi, yaitu jasmani, akal, dan rohani.

4. Berkecenderungan pada seni halus, aktivitas pendidikanjasmani, latihan militer, pengetahuan teknik, latihan kejuruan,dan bahasa asing untuk perorangan maupun bagi mereka yangmemiliki kesediaan, bakat, dan keinginan.

5. Keterkaitan kurikulum dengan kesediaan, minat,kemampuan, kebutuhan, dan perbedaan perorangan di antaramereka.

Ciri-ciri ini menggambarkan adanya berbagai tuntutanyang harus ada dalam kurikulum pendidikan Islam. Tuntutan initerus berkembang sesuai dengan tantangan zaman yang sedangdihadapi. Tuntutan zaman Islam sekarang lebih kompleks. Olehkarena itu perlu adanya ciri-ciri permanen dan ciri-ciri responsifterhadap tuntutan zaman di dalam kurikulum pendidikan Islam.Di samping ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam, juga terdapatprinsip-prinsip umum yang menjadi dasar kurikulum pendidikanIslam, yaitu sebagai berikut.

1. Pertautan yang sempurna dengan agama, termasukajaran-ajaran dan nilai-nilainya.

2. Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dankandungan-kandungan kurikulum.

3. Keseimbangan yang relatif antara tujuan-tujuan dankandungan-kandungan kurikulum.

4. Ada pertautan antara bakat, minat, kemampuan, dankebutuhan pelajar.

Page 135: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 122

5. Pemeliharaan perbedaan individual di antara pelajardalam bakat, minat, kemampuan, kebutuhan, dan masalahnyaserta memelihara perbedaan di antara alam sekitar dan masyarakat.

6. Prinsip perkembangan dan perubahan.

7. Prinsip pertautan antarmata pelajaran, pengalaman, danaktivitas yang terkandung dalam kurikulum.

Di antara ketujuh prinsip tersebut terdapat prinsippengembangan dan perubahan. Prinsip ini menunjukkan adanyadinamika dari kondisi yang serba kekuarangan menuj kondisiyang lebih sempurna atau perubahan yang positif-konstruktif.Mengingat perkembangan sains dan teknologi telah tejadi per-ubahan-perubahan yang cepat sekali. Pada akhinya perubahanitu mempengaruhi konsep pendidikan tanpa mengenal batasakhir, sebab banyak persoalan yang harus dihadapi olehpendidikan. Dalam Al-Qur’an disebut watawasau bi al-haqqwatawasau bi al-shbar ( saling menasehati dalam kebenaran dansaling menasehat dengan kesabaran, sementara PBB mensosiali-sasikan long life education (pendidikan sepanjanga masa) padatahun 1970-an.

Berbicara konteks pengembangan kurikulum dapatdilaksanakan pada berbagai tingkat, mulai dari tingkat kelassampai tingkat nasional. Urutan tingkat tersebut dapat dipaparkansebagai berikut.

1. Pengembangan kurikulum pada tingkat guru kelas.

2. Pengembangan kurikulum pada tingkat kelompok gurudalam suatu sekolah.

3. Pengembangan kurikulum pada tingkat pusat guru.

4. Pengembangan kurikulum pada tingkat nasional.

Hal ini menunjukkan bahwa guru merupakan ujung tombakpendidikan. Karena itu, para guru dituntut mampu mengembang-

Page 136: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 123

kan kurikulum pembelajaran di kelas yang didasarkan padateori-teori pengembangan kurikulum dan pengalaman mengajardi kelas sebagai figur pelaksana kurikulum. Dalam hal ini penulismenguraikan pendapatt terkait peran guru sebagai pekerjaprofesional dalam artian guru dengan kompetensinya sebagaiseorang pendidik dan memiliki naluriah mendidik, bertindaksebagai generator pembangkit semangat siswa baik sebagaimotivator, fasilitator, innovator dn sebagainya mampumemberikan internalisasi berupa pembelajaran yang benar-benar sampai pada proses mendidik.16

Selanjutnya, Hamalik menyatakan bahwa pengemabangankurikulum harus dikaitkan dengan perkembangan komponen-komponen yang mendasari prencanaan dan pengembangankurikulum. Komponen-komponen adalah:

1. Perkembangan tujuan pendidikan.

2. Perekembangan teori belajar.

3. Perkambangan siswa.

4. Perkembangan kultur.

5. Perkembangan bentuk kurikulum yang digunakan.

Dalam pendapat lain Muhaimin mengatakan tentangkurikulum PAI (Pendidikan Agama Islam) memerlukan landasanjelas dan kokoh, sehingga tidak mudah terombang-ambing olehtransformasi dan inovasi pendidikan dan pembelajaran yangsangat dahsyat akhir-akhir ini. Apalagi inovasi tersebut cenderungTop Down melalui strategi Power corcieve (paksaan dari atasanyang berkuasa). Berbeda dengan kasus kurkulum PAI di sekolahatau sekolah/madrasah, maupun perguruan tinggi, pesantrenjuga memliki kebebasan yang seluas-luasnya dalam menentukan,

16 Zainal Arifin. Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam,(Jogjakarta: DIVA Press, 2012), 48

Page 137: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 124

memilih dan memberlakukan suatu jenis atau model kurikulumyang digunakan di pesantren. Dalam hal ini kurikulum sebagaiaset sekolah atau sekolah/madrasah yang ke seluruhnya harustersistem dengan baik dan benar, bersensi dasarkan edukasi yangmampu mengarahkan pada proses pembelajaran.

Selain itu muhaimin mengatakan, kurikulum sekolah/madrasah perlu dikembangkan secara terpadu. Yaitu denganmenjdikan ajaran dan nilai-nilai Islam sebagai petunjk dansumber konsultasi bagi pengembangan beberapa mata pelajaranumum., ang operasionalnya dapat dikembangkan engan caramengimplisitkan materi pelajaran Islam kepada bidang pelajaranumum (IPA, IPS dan sebagainya) sehingga kesan dikotomis tidakterjadi .

Selain itu untuk mewujudkan semua keunggulan itudibutuhkan upaya pengembangan tertentu dari segi kejiwaanatau psikologis. Maka, kurikulum atau program pendidikansekolah/madrasah, menurut Muhaimin, perlu dirancang dandiarahkan untuk mambantu, membimbing, melatih, sertamengajak dan atau menciptakan suasana agar para peserta didikdapat mengembangkan dan meningkatkan kualitas IQ (IntelligentQuotient). EQ (Emotional Quotient), CQ (Creativity Quotient), danSQ (Spiritual Quotient). Pendidikan IQ menyangkut peningkatankualitas head agar peserta didik menjadi orang yang cerdas, pintar,dan lain-lain. Pendidikan EQ menyangkut peningkatan kualitasheart agar peserta didik menjadi orang yang berjiwa pesaing,sabar, rendah hati, menjaga diri, berempati, cinta kebaikan, danlain-lain. Pendidikan CQ menyangkut peningkatan kualitas handagar peserta didik menjadi agent of change dan mampu mampumembuat inovasi. Sementara itu, pendidikan SQ menyangkutkualitas honest agar peserta didik menjadi orang yang berimandan bertakwa kepada Allah dan berakhlak mulia17.

17 Ibid, 48

Page 138: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 125

Upaya pengembangan kurikulum itu diaplikasikan melaluisuatu mekanisme tertentu. Menurut Hamalik, mekanismepengembangan kurikulum tersebut meliputi:

1. Studi kelayakan dan kebutuhan.

2. Penyusunan konsep awal perencanaan kurikulum.

3. Pengembangan rencana untuk melaksanakan kurikulum.

4. Pelaksanaan uji coba kurikulum di lapangan.

5. Palaksanaan kurikulum.

6. Pelaksanaan penilaian dan pemantauan kurikulum.

7. Pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian.

Adapun pada tahap pelaksanaan kurikulum meliputi tahapperencanaan, pengorganisasian, dan koordinasi, pelaksanaan,serta pengendalian, dengan perincian berikut:

1) Tahap Perencanaan

a. Menghitung hari kerja efektif dan jam pelajaran efektifuntuk setiap mata pelajaran, hari libur, hari untuk ulangan, danhari-hari tidak efektif.

b. Menyusun program tahunan (PROTA)

c. Menyusun program caturwulan

d. Program satuan pembelajaran

e. Rencana perencanaan pengajaran (RPP)

2) Tahap pengorganisasian dan kordinasi

a. Pembagian tugas mengajar guru

b. Penyuusunan jadwal pelajaran

c. Penyusuan jadwal kegiatan pengayaan dan perbaikan.

d. Penyusunan dalam kgiatan ekstrakurikuler

3) Tahap pelaksaanan

Page 139: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 126

Teutama tugas kepala sekolah adalah melakukan supervisiuntuk membantu guru mengemukakan dan mengatasi masalahyang dihadapi.

4) Tahap Pengendalian

Kepala sekolah perlu mengingatkan para guru bahwaevaluasi memiliki tujuan ganda, yaitu : untuk mengetahui tujuanpembelajaran khusus (TPK) dan mengetahui kesulitan siswa.Evaluasi benar-benar dimanfaatkana guru untuk memperbakikegiatan pembelajaran. Berdasrkan uraian tersebut di atas dapatditarik pemahaman bahwa manajemen kurikulum sebenarnyamenekankan pada strategi pengelolaan pembelajaran secaraefektif dan efisien untuk mencapai hasil pendidikan secaramaksimal. Ibrahim Bafadhal menegaskan bahwa pembelajaranunggulan bukanlah pembelajaran khsusus dan dikembangkanhanya untuk siswa yang unggul, melainkan lebih merupakanpembelajaran secara metodologis dan psikologis dapat membuatsemua siswa mengalami proses pembelajaran secara maksimaldengan memperhatikan kapasitas peserta didik. Selain itu penulisberpendapat seorang pendidik perlu memahami kriteria siswadan karakteristik siswa selama proses pembelajaran siswadisekolah itu, dengan demikian peserta didik dapat menyerappemahaman secara keseluuhn dan aplikasinya.

FFFFF. M. M. M. M. Manajemen Panajemen Panajemen Panajemen Panajemen Peseresereseresereserta Dta Dta Dta Dta Didik Pidik Pidik Pidik Pidik Pendidikan Iendidikan Iendidikan Iendidikan Iendidikan Islamslamslamslamslam

Mutu peserta didik di madrsah perlu dikembangkan denganmengacu pada karakteristik pendidika Islam itu sendiri. Pesertadidik disebut juga murid, yang berarti orang yang menginginkan(the willer), dan menjadi salah satu sifat Alah SWT yang berartimaha menghendaki. Seorang murid adalah seorang yangmenghendaki agar mendapatkan Ilmu pengetahuan, keterampilan,pengalaman, dan kepribadian yang baik untuk bekal hidupnyaagar berbahagia didunia dan diakhirat denan jalan belajar dengan

Page 140: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 127

sugguh-sungguh. Istilah murid digunakan dalam ilmu tasawufsebagai orang yang belajar mendalami ilmu tasawuf yangmendalami ilmu kepada seorang guru yang bernama syaikh.18

Selain itu kata murid sering dijumpai dalam pula kata al-Tilmidz yang juga berasal dari bahasa Arab, yang memiliki artipelajar. Kata ini digunakan untu menunjkan peserta didik yangbelajar di Sekolah/madrasah, dan istilah lain yang digunakanoleh Ahmad Tahalabi. Selanjutnya terdapat pula kata Al-Mudarris,yang berarti orang yang mempelajari sesuatu. Istilah lain yang,berkaitan dengan peserta didik adalah al-thalib yang berarti orangyang mencari sesuatu. Konsep ini dapat dipahami karena seorangpelajar adalah orang yang tengah mencari Ilmu pengetahuan,pengalaman, ketrampilan dan pembentukan kepribadian untukbekal kehidupannya dimasa depan agar berbahagia di dunia dandi akhirat. Istilah al-thalib lebih bersifat mandiri, kreatif, dansedikit bergantung kepada guru.

Selanjutnya, istilah yang berhubungan erat dengan pesertadidik yaitu al-muta’alim yang berarti orang yang mencari ilmupengetahuan. Istilah al-Muta’allim yang menunjukkan pesertadidik sebagai orang yang menggali ilmu pengetahuan merupakanistilah yang populer dalam karya-karya ilmiah para ahli pendidikanIslam.

Jika merujuk pada Al-Qur’an dan hadits, dapat dijumpaipenggunaan kata al-muta’alim untuk arti orang yang menuntutIlmu pengetahuan. Allah bertindak sebagai Al-Muallim (yangmengajar) dan Nabi Adam As. Berada dalam posisi Al-Muta’allim(yang belajar).

Allah SWT mengajarkan kepada manusia termasuk AdamAS. dari apa yang tidak diketahui menjadi diketahui, sehingga

18 Deden Makbulloh, Manajemen Mutu Pendidikan Islam (Model PengembanganTeori Dan Aplikasi Sistem Penjaminan Mutu), 157-158.

Page 141: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 128

terdapat prose dai tidak berpngetahuan menjadi pengetahuan.Istilah Al-Muta’allim bersifat universal, mencakup semua orangyang menuntut ilmu pada semua tingkatan. Peserta didik di sebutal-Muta’allim. Dalam Ilmu pendidikan Islam hakikat ilmu berasaldari Allah SWT. Belajar dapat dilakukan oleh diri sendiri ataumelalui orang lain. Oleh arena itu ilmu bersumber dari Allahsehingga didapati konsekuensinya adalah seorang peserta didikperlu mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menghiasi diridengan akhlak yang mulia yang disukai Allah dan sejauh mungkinmeninggalkan perbuatan yang tidak disukai Allah.

Ilmu itu hakikatnya cahaya dari Allah SWT dan hal itu hanyadiberikan kepada hambanya yang taat kepadanya. Peserta didikmerupakan unsur manusiawi yang sedang bersungguh-sungguhmencari Ilmu pengetahuan dan berusaha keras untuk mendapat-kannya. Kedudukan peserta didik dalam ajaran Islamditempatkan pada kedudukan yang terhormat dan dihormati.Oleh karenanya peserta didik dalam pendidikan Islammerupakan generasi awam dengan segala karakternya danperubahannya yang cepat. Dalam pendidikan Islam, kemuliaanpeserta didik itu karena kemuliaan ilmu itu sendiri, barukemuliaan pemilik ilmu itu sendiri. Peserta didik harus dipicuuntuk sedemikian rupa mengenali dirinya dan dunianya,terutama dalam menuntut ilmu yang merupakan proses kearahyang dituju. Oleh karenanya setiap peserta didik memahami ilmudan memperoleh ilmu dengan adab-adabnya. Peserta didik dalamlembaga formal (Sekolah/madrasah, pesantren atau sekolah)dapat diartkan sebagai siswa, oleh karenanya perlu diketahuimanajemen kesiswaan terkait pengelolaan dan pngeluaran hasilsiswa itu sendiri.

Berbicara mengenai Manajemen kesiswaan, perlu kitaketahui definisi dari Manajemen Kesiswaan itu sendiri.Manajemen Kesiswaan adalah pengelolaan kegiatan yangberkaitan dengan peserta didik mulai dari awal masuk (bahkan,

Page 142: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 129

sebelum masuk) hingga akhir (tamat) dari lembaga pendidikan4.Dalam konteks pendidikan Islam, Manajemen kesiswaanmemiliki makna relatif yang sama dengan manajemenkemahasiswaan dan manajemen kesantrian. Istilah yang terakhirkhusunya berlaku dikalangan pesantren, dan berbeda denganpengertian santri secara umum, yakni orang yang menjalankanibadah wajib terutama shalat.

Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagaikegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajarandi sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib, teratur sertamampu mencapai tujuan sekolah. Manajemen kesiswaan tidakhanya terbatas pada pengaturan siswa ketika mengikuti prosespembelajaran di sekolah, tetapi juga ketika mereka akan keluaruntuk studi pendidikan kejenjang yang lebih tinggi ataupun jikamereka memilih masuk dunia kerja.

Oleh karena itu manajemen kesiswaan pendidikan Islambisa dilihat dari segi tahapan dalam masa studi di sekolah atausekolah/madrasah dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

1. Penerimaan siswa baru

2. Proses pembelajaran, dan

3. Persiapan studi lanjut atau bekerja

Ketiga tahapan tersebut disebut tahap penjaringan,pemrosesan, dan pendistribusian. Menurut hemat penulis kesemuanya merupakan kesatuan proses dan harus dikelola secaramaksimal di mana penulis mengatakan sebagai proses input,transformasi, dan output serta outcome.berikut adalah uraianterkait mengenai pembahasan berikut:

1) Tahap Penerimaan Siswa Baru

Pada tahap penerimaan siswa baru, ada beberapa langkahyang perlu ditempuh yaitu sebagai berikut:

Page 143: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 130

a. Promosi atau publikasi yang dilakukan sepanjang tahun,terutama pada momen-momen penting.

b. Mengalokasikan dana yang memadai untuk publikasitersebut.

c. Memiliki media promosi pribadi, seperti radio, untuk lebihmemaksimalkan publikasi.

d. Membentuk group khusus sesuai dengan kecenderunganmasyarakat sekitar. Misalnya, jika masyarakat sekitar merekagemar sepak bola, sekolah atau sekolah/madrasah sebaiknyamembentuk klub sepakbola yang cukup kuat.

e. Melakukan pembinaan terhadap sekolah atau sekolah/madrasah di level yang lebih rendah yang kelak diharapkanmenjadi basis calon siswa.

f. Menjalin hubungan baik dengan pemimpin-pemimpinlembaga pendidikan di level yang lebih rendah.

g. Menjalin hubungan baik dengan tokoh-tokoh kunci (keyperson).

h. Bagi lembaga pendidikan yang cukup maju, seharusnyamau mencari beberapa siswa yang sangat pandai denganmemberikan pembebasan semua iuran belajar, bahkan merekadiberikan beberap fasilitas tambahan seperti buku, seragam danpelajaran tambahan privat. Mereka inilah yang diproyeksikanmampu meraih prestasi terbaik dalam ujian Akhir Negara (UAN),lomba cerdas cermat, atau olimpiade.

i. Sebaiknya lembaga pendidikan Islam menerima siswaatau mahasiswa atau santri dari semua lapisan intelektual, sosial,dan budaya meskipun masing-masing lapisan itu.

Manajer lembaga pendidikan Islam tidak perlu mengikutimanajer lembagas pendidikan lain yang cenderung menekankaninput yaitu dengan hanya menerima siswa atau mahasiswa yangberkualitas baik. Seorang manajer lembaga pendidikan harus

Page 144: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 131

mengedapankan proses untuk mewujudkan hasil yang maksimal.Oleh karenanya para siswa yang diterima dilapisan intelektualdapat diberdayakan secara maksimal untuk mencapai hasil yangmaksimal pada ranah kognitif, afektif, psikomotorik, bahkanmetakognitif.

Berkaitan dengan tahap penerimaan siswa baru, adabeberapa pendekatan yang perlu ditempuh: pendekatan formal,sosial, kultural, rasional-profesional, dan ideologis. Pendekatanformal ditempu dengan cara menyebarkan brosur, memasangspanduk dan baliho, serta siaran radio, televisi, dan media masa.Pendekatan sosial ditempuh dengan kepedulian sosial sepertipemberian santunan pada anak yatim piatu pada saat peringatanhari besar Islam. Pendekatan kultural ditempuh denganmenyesuaikan kultur masyarakat sekitar, seperti membentukgrup sepakbola yang kuat bagi lembaga pendidikan Islam yangberada ditengah-tengah masyarakat pecandu sepakbola.Pendekatan rasional-profesional ditempuh dengan menunjukkankelebihan-kelebihan lembaga pendidikan Islam yang sedangdikelola. Pendekatan ideologis ditempuh dengan menggunakan“bahasa agama” untuk menetukan lembaga pendidikan yangdipilih bagi umat Islam.

2) Proses pembelajaran

Ketika para siswa atau mahasiswa atau santri telah resmiditerima di lembaga pendidikan Islam, ada beberapa langkahlanjutan yang perlu ditempuh, yaitu : (1) pengelompokkansiswaatau mahasiswa atau santri secara homogon atau heterogen; (2)penentuan program belajar; (3) penentuan strategi pem-belajaran; (4) pembinaan disiplin dan partisipasi siswa dalamproses pembelajaran; (5) pembinaan kegiatan ekstrakurikuler;dan (6) penentuan kenaikan kelas dan/atau nilai prestasi belajar.

Sehubungan dengan langkah itu, ada empat prinsip dasardalam manajemen kesiswaan, yaitu sebagai berikut:

Page 145: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 132

a) Siswa harus diperlakukan sebagai subjek dan bukansebagai objek.

b) Kenyataan bhawa kondisi siswa sangat beragam baikdari segi fisik, intelektual, sosial, ekonomi, minat, dan sebagainya.

c) Siswa hanya termotivasi belajar jika mereka menyukaiapa yang diajarkan.

d) Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkutranah kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik, bahkanmetakognitif.

Oleh karena itu, siswa hendaknya diberikan peran yang lebihaktif lagi dalam berbagai kegiatan sekolah. Mereka bukan sajasebagai peserta, tetapi juga penggagas pelaksanaan suatukegiatan. Artinya, siswa pun diharapkan berperan aktif,berinisiatif, dan bereaksi dalam proses pembelajaran di sekolah.

Di samping itu, guru dan siswa harus menyadari bahwapotensi siswa jangan hanya dipandang dari sudut afektif danpsikomotoriknya. Cukup lazim siswa yang aspek kognitifnyamenonjol, aspek psikomotoriknya lemah. Sebaliknya, jika aspekpsikomotoriknya kuat, maka aspek kognitifnya lemah. Di sampingteradapat pengelolaan yang terkait dengan teknik pembelajaransiswa tersebut, pimpinan lembaga pendidikan Islam juga harusmengelola hal-hal yang terkait erat dengan proses yaitukedisiplinan. Dalam proses pembelajaran maupun ada aturan-aturan yang mengikat siswa untuk tunduk pada displin. Manakalasiswa melakukan pelanggaran harus dikenakan hukuman,meskipun hukuman yang bersifat pedagogis.

3) Persiapan studi lanjut atau bekerja

Pada tahapan ini masih banyak lembaga pendidikan yangtidak memperhatikan nasib siswa atau mahasiswa. Berdasarkanpenelusuran bakat dan minat, seharusnya pihak lembagapendidikan melalui guru Bimbingan dan Penyuluhan (BP)

Page 146: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 133

mengambil langkah-langkah startegis untuk mengelola mereka.Guru BP harus mengarahkan mereka untuk melanjutkan kejenjang pendidikan berikutnya yang sesuai dengan bakat, minat,dan kemampuan mereka, baik kemampuan intelektual maupunekonomi. adapun bagi sekolah kejuruan dan perguruan tinggi,sebaiknya ada upaya riil untuk menyalurkan, setidaknya sebagian,siswa/mahasiswa untuk memasuki dunia kerja terutama bagimereka yang berperestasi. Maka, lembaga pendidikan Islamperlu membangun jaringan kerja sama dengan paera pengusahamaupun instansi terkait.

Pengarahan bakat, minat, serta kemampuan siswa danpenyaluran para alumni untuk memasuki lapangan kerjamerupakan bentuk kepedulian lembaga pendidikan Islamterhadap siswa/mahasiswa maupun alumninya. Bila kepedulianini benar-benar dapat diwujudkan dengan baik dan merekadapat merasakan kemudahan, terutama dalam mendapatkanlapangan kerja, tentu dapat meningkatkan posisi tawar lembagapendidikan Islam tersebut di masyarakat secara luas. Sekarangini, rumus yang dipegang siswa/mahasiswa sangat pragmatis.Siapapun yang menjadi manajer dan apapun nama lebagapendidikannya, selama pihak lembaga dapat mempromosikanpara alumninya, maka lembaga tersebut akan mereka serbu.Orientasi siswa/mahasiswa baru dalam bersekolah atau kuliahadalah mendapatkan lapangan kerja yang mapan, bukan semata-mata mencari ilmu.

Kecenderungan pragmatis dari para siswa atau mahasiswasekarang inilah yang perlu dibaca, dipahami, dan diresponsmelalui pelaksanaan strategi pengembangan siswa, sehinggapara calon siswa tertarik memasuki lembaga pendidikan Islam.Sebaiknya harus dikondisikan agar siswa di lembaga pendidikanIslam merasakan berbagai kelebihan, antara lain: unggul dalamkepribadian, unggul dalam intelektual, unggul dalam kepedulian,dan keunggulan dalam mengakses lapangan kerja. Selanjutnya

Page 147: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 134

keunggulan-keunggulan tersebut secara tekhnis harus dirancangmelalui program-program kegiatan yang riil dan jelas serta harusdapat buktikan.

G.G.G.G.G.Asas-Asas KAsas-Asas KAsas-Asas KAsas-Asas KAsas-Asas Kurikulum Purikulum Purikulum Purikulum Purikulum Pendidikan Iendidikan Iendidikan Iendidikan Iendidikan Islamslamslamslamslam

Suatu kurikulum pendidikan, termasuk pendidikan Islam,hendaknya mengandung beberapa komponen utama sepertitujuan, isi mata pelajaran, metode mengajar, dan metode penilaian.Kesemuaannya harus tersusun dan mengacu pada suatu sumberkekuatan yang menjadi landasan dalam pembentukannya.Sumber-sumber tersebut dikatakan sebagai asas-asas pem-bentukan kurikulum pendidikan. Asas-asas umum yang menjadilandasan pembentukan kurikulum dalam pendidikan Islam adalah:

1. Asas Agama

Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuksistem pendidikannya harus meletakan dasar falsafah, tujuan,dan kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi aqidah,ibadah dan muamalah. Hal ini bermakna bahwa itu semua padaakhirnya harus mengacu pada dua sumber utama syariat Islam,yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Sementara sumber lainnya seringdikategorikan sebagai metode seperti ijma, qiyas dan istihsan.Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus diletakan padaapa yang telah digariskan oleh dua sumber tersebut dalam rangkamenciptakan mausia yang bertaqwa sebagai ‘abd dan khalifahdimuka bumi.

2. Asas Filosofis

Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusiayang “baik”. Faktor “baik” tidak hanya ditentukan oleh nilai-nilai,cita-cita, atau filsafat yang dianut sebuah negara, tetapi juga olehguru, orang tua, masyarakat, bahkan dunia. Kurikulummempunyai hubungan yang erat dengan filsafat suatu bangsa,terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakan

Page 148: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 135

sebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan formal.Kurikulum yang dikembangkan harus mampu menjaminterwujudnya tujuan pendidikan nasional dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak sertaperadaban bangsa yang bermartabat.19

Secara umum, dasar falsafah ini membawa konsekwensibahwa rumusan kurikulum pendidikan Islam harus beranjakdari konsep ontologi, epistemologi dan aksiologi yang digali daripemikiran manusia muslim, yang sepenuhnya tidak bertentangandengan nilai-nilai asasi ajaran Islam.

Filsafat sangat diperlukan dalam dunia pendidikan. MenurutNasution filsafat besar manfaatnya bagi kurikulum, yakni:20

a. Filsafat pendidikan menentukan arah ke mana anak-anakharus dibimbing. Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikanoleh masyarakat untuk mendidik anak menjadi manusia danwarga negara yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Jadi, filsafatmenentukan tujuan pendidikan.

b. Dengan adanya tujuan pendidikan ada gambaran yangjelas tentang hasil pendidikan yang harus dicapai, manusia yangbagaimana yang harus dibentuk.

c. Filsafat juga menentukan cara dan proses yang harusdijalankan untuk mencapai tujuan itu.

d. Filsafat memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan,sehingga tidak lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitasdalam perkembangan anak.

e. Tujuan pendidikan memberikan petunjuk apa yang harusdinilai dan hingga mana tujuan itu telah tercapai.

19 Tonipurwakarta, “azas-azas-kurikulum”, dalam http://tonipurwakarta.blogspot.com

20 Nasution, S . Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara. 2008), 28

Page 149: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 136

f. Tujuan pendidikan memberi motivasi dalam prosesbelajar-mengajar, bila jelas diketahui apa yang ingin dicapai.

3. Asas Psikologis

a. Ilmu Jiwa Belajar (Psikologi Belajar)

Pendidikan disekolah diberikan dengan kepercayaan dankeyakinan bahwa anak-anak dapat di didik. Anak-anak dapatbelajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat mengubahsikapnya, dapat menerima norma-norma, dapat mempelajarimacam-macam keterampilan. Kurikulum dapat di susun dandisajikan dengan jalan yang seefektif-efektifnya agar proseskeberlangsungan belajar berjalan dengan baik.21 Teori belajardijadikan dasar bagi proses belajar mengajar. Dengan demikian,ada hubungan yang erat antara kurikulum dan psikologi belajarjuga psikologi anak. Karena hubungan yang sangat erat itu makapsikologi menjadi salah satu dasar kurikulum.22

b. Ilmu jiwa anak

Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak,yakni menciptakan situasi-situasi di mana anak dapat belajaruntuk mengembangkan bakatnya. Selama berabad-abad, anaktidak dipandang sebagai manusia yang lain daripada orangdewasa. Hal ini tampak dari kurikulum yang mengutamakanbahan, sedangkan anak “dipaksa” menyesuaikan diri denganbahan tersebut dengan segala kesulitannya. Padahal anakmempunyai kebutuhan sendiri sesuai dengan perkembangannya.Pada permulaan abad ke-20, anak kian mendapat perhatianmenjadi salah satu asas dalam pengembangan kurikulum.Kemudian muncullah aliran progresif, yakni kurikulum yangsemata-mata didasarkan atas minat dan perkembangan anak

21 Zein, Asas, 22.22 Nasution, Kurikulum,13

Page 150: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 137

(child centered curiculum). Kurikulum ini dapat diapandangsebagai reaksi terhadap kurikulum yang diperlukan orangdewasa tanpa menghiraukan kebutuhan anak. Beberapa hal yangperlu diperhatikan dlam pengembangan kurikulum adalah:

1) Anak bukan miniatur orang dewasa.

2) Fungsi sekolah di antaranya mengembangkan pribadianak seutuhnya.

3) Faktor anak harus diperhatikan dalam pengembangankurikulum.

4) Anak harus menjadi pusat pendidikan/sebagai subjekbelajar dan bukan objek belajar.

5) Tiap anak unik, mempunyai ciri-ciri tersendiri, lain dariyang lain. Kurikulum hendaknya mempertimbangkan keunikananak agar ia sedapat mungkin berkembang sesuai denganbakatnya.

6) Walaupun tiap anak berbeda dari yang lain, banyak pulapersamaan di antara mereka. Maka sebagian dari kurikulumdapat sama bagi semua.

4. Asas Sosiologis

Asas ini berkaitan dengan penyampaian kebudayaan, Prosessosialisasi individu dan rekontruksi masyarakat. Dalam membinakurikulum, kita sering kali menemui kesulitan tentang bentuk-bentuk kebudayaan mana yang patut disampaikan serta kearahmana proses sosialisai tersebut ingin dikontruksi sesuai dengantuntutan masyrakat. Masyarakat mempunyai norma-norma, adakebiasaan yang mau tidak mau harus dikenal dan diwujudkananak-anak dalam kelakuannya. Disini juga harus dijagakeseimbangan antara kepentingan anak sebagai individu dengankepentingan anak sebagai anggota masyarakat, dan ini dapatdicapai apabila dicegah kurikulum yang semata mata bersifatsuciety-centered. Landasan sosial budaya ternyata bukan hanya

Page 151: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 138

semata-mata digunakan dalam mengembangkan kurikulum padatingkat nasional, melainkan juga bagi guru dalam pembinaankurikulum tingkat sekolah atau bahkan tingkat pengajaran.23

5. Asas Organisatoris

Asas ini mengenai bentuk penyajian bahan pelajaran, yakniorganisasi kurikulum. Ilmu jiwa asosiasi yang menganggapbahwa keseluruhan jumlah sebagian kurikulum merupakan matapelajaran yang terpisah-pisah, yang mempunyai keuntungandan juga kelemahan. Menurut Gestalt, prinsip keseluruhanmempengaruhi organisasi kurikulum yang telah di susun secaraunit, tidak diadakan batasan antar mata pelajaran.24

Dilihat dari organisasinya, ada tiga kemungkinan tipebentuk kurikulum:25

a. Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yangterpisah-pisah, (separatet subjec curriculum).

b. Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yangsejenis dihubung-hubungkan (correlated curiculum).

c. Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua/hampirsemua maka pelajaran (integrated curriculum).

Pada seperated subjeck curriculum, bahan dikelompokkanpada mata pelajaran yang sempit, sehingga banyak jenismatapelajaran dan menjadi sempit ruang lingkupnya. Sedangkancorrelated curriculum mata pelajaran itu di hubungkan antarasatu dengan yang lainya, sehingga tidak berdiri sendiri-sendiripada separated subject curriculum dan ini dibuat sebagai reaksi

23 Ancharyu,” asas-pengembangan-kurikulum” dalam ht tp: / /ancharyu.wordpress.com

24 Zein. Asas, 23- 2425 Ancharyu, Asas

Page 152: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 139

terhadap kurikulum yang di anggap kurang sempurna. Padaintegrated curriculum, kurikulum dipadukan secara menyeluruhdan dalam kesatuan, dan diharapkan dapat membentuk manusiayang utuh.

6. Asas Sosial

Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus mengacuke arah realisasi individu dalam masyarakat. Pola yang demikianini berarti bahwa semua kecenderungan dan perubahan yangtelah dan bakal terjadi dalam perkembangan masyarakatmanusia sebagai mahluk sosial harus mendapat tempat dalamkurikulum pendidikan Islam. Hal ini dimaksudkan agar out-putyang dihasilkan menjadi manusia yang mampu mengambilperan dalam masyarakat dan kebudayaan dalam kontekskehidupan zamannya.26

Keenam asas tersebut di atas harus dijadikan landasandalam pembentukan kurikulum pendidikan Islam. Perluditekankan bahwa antara satu asas dengan asas lainnya tidaklahberdiri sendiri-sendiri, tetapi harus merupakan suatu kesatuanyang utuh sehingga dapat membentuk kurikulum pendidikanIslam yang terpadu, yaitu kurikulum yang relevan dengankebutuhan pengembangan anak didik dalam unsur ketauhidan,keagamaan, pengembangan potensinya sebagai khalifah,pengembangan kepribadiannya sebagai individu dan pengem-bangannya dalam kehidupan sosial

H. H. H. H. H. Ciri-Ciri KCiri-Ciri KCiri-Ciri KCiri-Ciri KCiri-Ciri Kurikulum Purikulum Purikulum Purikulum Purikulum Pendidikan Iendidikan Iendidikan Iendidikan Iendidikan Islamslamslamslamslam

Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany menyebutkan limaciri kurikulum Pendidikan Islam. Kelima ciri tersebut secararingkas dapat disebutkan sebagai berikut:

26 Afifatin, “tinjauan-filsafat-pendidikan-islam” dalam http://afifatin.blogspot.com

Page 153: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 140

1. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagaitujuan-tujuannya dan kandungan-kandungan, metode-metode,alat-alat dan tekniknya bercorak agama.

2. Cakupannya luas dan menyeluruh kandungannya, yaitukurikulum yang benar-benar mencerminkan semangat,pemikiran dan ajaran yang menyeluruh. Di samping itu ia jugaluas dalam perhatiannya. Ia memperhatikan pengembangan danbimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segiintelektual, psikologis, sosial, dan spiritual.

3. Bersikap seimbang di antara berbagai ilmu yangdikandung dalam kurikulum yang akan digunakan. Selain itu jugaseimbang antara pengetahuan yang berguna bagi pengembanganindividual dan pengembangan sosial.

4. Bersikap menyeluruh dalam menata seluruh matapelajaran yang diperlukan oleh anak didik.

5. Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minatdan bakat anak didik.27

IIIII. . . . . PPPPPrinsip Krinsip Krinsip Krinsip Krinsip Kurikulum Purikulum Purikulum Purikulum Purikulum Pendidikan Iendidikan Iendidikan Iendidikan Iendidikan Islamslamslamslamslam

Secara prinsipil kurikulum pendidikan Islam tak terlepasdari keterkaitannya dengan dasar-dasar dan tujuan falsafatpendidikan Islam itu sendiri. Beberapa bagian materi kurikulumdapat saja dikembangkan sesuai dengan tuntutan zaman danlingkungan manusia, tetapi keterikatan hubungannya denganhakikat kejadian manusia sebagai khalifah dan pengabdi Allahyang setia, tidak dapat dilepaskan sama sekali. Secara garisbesarnya dalam kurikulum pendidikan Islam harus terlihatadanya unsur-unsur; (1) Ketauhidan; (2) Keagamaan; (3)

27 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1997), 127

Page 154: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 141

Pengembangan potensi manusia sebagai khalifah Allah; (4)Pengembangan hubungan antar manusia; dan (5) Pengembangandiri sebagai individu28.

Kurikulum Pendidikan Islam memiliki beberapa prinsipyang harus ditegaskan. Al-Syaibany dalam hal ini menyebutkantujuh prinsip kurikulum pendidikan Islam, yaitu:

Pertama, prinsip pertautan yang sempurna dengan agama,termasuk ajarannya dan nilai-nilainya. Setiap bagian yangterdapat dalam kurikulum, mulai dari tujuan, kandungan, metodemengajar, cara-cara perlakuan dan sebagainya harus berdasarpada agama dan akhlak Islam.Yakni harus terisi dengan jiwaagama Islam, keutamaan, cita-cita, dan kemauannya yang baiksesuai dengan ajaran Islam.

Kedua, prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuandan kandungan-kandungan kurikulum, yakni mencakup tujuanmembina akidah, akal, dan jasmaninya, dan hal lain yangbermanfaat bagi masyarakat dalam perkembangan spiritual,kebudayaan, sosial, ekonomi, politik termasuk ilmu-ilmu agama,bahasa, kemanusiaan, fisik, praktis, profesional, seni rupa, dansebagainya.

Ketiga, prinsip keseimbangan yang relatif antara tujuan-tujuan dan kandungan kurikulum.

Keempat, prinsip perkaitan antara bakat, minat, kemampuan-kemampuan, dan kebutuhan belajar.Begitu juga dengan alamsekitar baik yang bersifat fisik maupun sosial di mana pelajar ituhidup dan berinteraksi.

28 Jalaluddin & Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan PerkembanganPemikirannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), 51-52

Page 155: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 142

29 Abuddin Nata, Filsafat, 128.

Kelima, prinsip pemeliharaan perbedaan-perbedaanindividual di antara para pelajar, baik dari segi minat maupunbakatnya.

Keenam, prinsip menerima perkembangan dan perubahansesuai dengan perkembangan zaman dan tempat.

Ketujuh, prinsip keterkaitan antara berbagai mata pelajarandengan pengalaman-pengalaman dan aktivitas yang terkandungdalam kurikulum.29 []

Page 156: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

A Halim, Manajemen Pesantren, Yogyakarta: LKiS, 2005.

A. Malik Fajar 1999, Sintesa Antara Perguruan Tinggi dan Pesantren:Upaya Menghadirkan wacana pendidikan Alternatif.

____________, 1995, Pengembangan Pendidikan Islam, dalam Nafis(Ed), Konstekstualisasi Ajaran Islam: 70 Tahun Prof Dr.Munawir Sjadzali, MA, IPHI dan Paramadina, Jakarta.

Abd. Al Rohman Al Nahkawi,.1992, Ushul al tarbiyah al Islamiyahwa Asalibuha Damaskus, Dar al Fikr.

Abd. Rachman Shaleh, 1978, Pedoman Pembinaan PondokPesantren, Pendidikan dan BKPP Depag.

Abdurrahman Mas’ud, 2004, Intelektual Pesantren, LKiS,Yogyakarta.

Abdurrahman Wahid, 1999, dalam Prolog Buku Pondok PesantrenMasa Depan: Wacana Pemberdayaan dan TransformasiPesantren, Pustaka Hidayah, Bandung.

____________, 2001, Menggerakkan Tradisi Esai-Esai Pesantren, LKiSYogyakarta.

Abudin Nata, 1997, Filsafat Pendidikan Islam 1, Jakarta: LogosWacana Ilmu.

____________, 2003, Manajemen Pendidikan (Mengatasi KelemahanPendidikan Islam di Indonesia) Jakarta: Prenada Media.

DAFTAR PUSTAKA

Page 157: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 144

Afifatin, “tinjauan-filsafat-pendidikan-islam” dalam http://afifatin.blogspot.com

Agar Santri Tidak Gaptek. http://santri-indigo.org/?p=7, diaksespada 11 Maret 2008.

Ahmad Ludjito, 1996, Pendekatatan integratik Pendidikan agamapada sekolah di Indonesia, dalam H.M. Chabib Thohadkk(ed) Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam, PustakaPelajar, Semarang.

Ahmad Qodi Azizy, 2004, Melawan Globalisasi: ReinterpretasiAjaran Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Ahmad Tafsir, 1992, Ilmu Pendidikan dan Perspektif Islam, RemajaRosda Karya Bandung.

____________, 2005, Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam,Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Al Roghib Al Isfahani,. 1992, Mufrodat alfadz al Qur’an, Dar alQalam, Damaskus.

Ali Maschan Moesa, 2007, Nasionalisme Kiai: Konstruksi SosialBerbasis Agama, LKiS, Jogjakarta.

Amer al-Roubaie dalam Adian Husaini, 2005, Wajah PeradabanBarat: dari Hegemmoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal, Gema Innsani Press. Jakarta

____________, Globalisasi dan Posisi Peradaban Islam, dalam jurnalIslamiyah Tahun I No. 4/Januari-Maret 2005 (Jakarta:Institute for Study of Islamic Thought and Civilization[INSIST] dan Khoirul Bayan.

Anoraga, Pandji, 1991, Psikologi Kepemimpinan, Renika Cipta,Yogyakarta.

Anwar Dessy, 2001, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya:Karya Aditama.

Ari Ginanjar Agustian, 2001, Rahasia Sukses Membangun KecerdasanEmosi dan Spiritual ESQ Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5Rukun Islam, Arga, Jakarta.

Page 158: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 145

Assalaam, Blog Teknologi Informasi dan Komunikasi di Pesantren,http://www pondokassalaam.blogspot.com/diaksespada 11 Maret 2008.

Azyumardi Azra, 1997, Kuantitas dan Perubahan Pengantar BukuNurcholish Madjid, Bilik-bil ik Pesantren: SebuahPemikiran Islam di Indonesia, Paramadina, Jakarta.

____________, 1998, Esei-esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam,cet. I Logos, Jakarta.

____________, 2000, Sosialisasi Politik dan Pendidikan Islam, dalamIsmail SM dan Abdul Mukti (ed) Pendidikan Islam,Demokratisasi dan Msyarakat Madani, Pustaka Pelajar,Yogyakarta.

____________, 2002, Islam Substantif: Agar Umat Tidak Jadi Buih, MizanBandung.

Chabib Thoha, 1996, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Grafindo,Jakarta.

____________, 2001, Mencari Format Pesantren Salaf, dalam MajalahBulanan Rindang No. 9 Th.XXVI.

Clillifort Geertz, 1983, Abangan, Santri dan Priyayi dalamMasyarakat Jawa, Pustaka Jaya, Jakarta.

Dahlan M Albarri, 1994, Pius A Partanto. Kamus Ilmiyah Populer.Surabaya: Arkola.

Daulay, Haidar Putra, 2001, Hostorisitas dan Eksistensi PesantrenSekolah Dan Madrasah, Tiara Wacana, Yogyakarta.

Dawam Rahardjo, 1985, Perkembangan Masyarakat dalamPerspektif Pesantren, Pengantar dalam M. DawamRaharjo (ed), Pergaulan Dunia Pesantren: Membangundri Bawah,P3m, Jakarta.

____________, 1996, Intelektual Inteligensia dan Perilaku Politik Bangsa:Risalah Cendekiawan Muslim, Mizan, Bandung.

Page 159: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 146

Deden Makbulloh, Manajemen Mutu Pendidikan Islam (ModelPengembangan Teori dan Aplikasi Sistem Penjaminan Mutu)

Departemen Agama RI, 1993, Al-Qur’an dan Terjemahnya,Intermassa, Jakarta.

____________, 2006, Akuntabilitas Dan Good Governance. Jakarta:Sekretariat Jenderal Biro Organisasi Dan Tatalaksana,

Dhofier, Zamakhsyari. 1982, Tradisi Pesantren : Studi TentangPandangan Hidup Kiai, Cet I, LP3ES, Jakarta.

Djamaluddin dan Abdullah Aly, 1999, Kapita Slekta PendidikanIslam, CV. Pustaka Setia Bandung.

Dwi Priyanto, 2006, Inovasi Kurikulum Pesantren: (MemproyeksikanModel Pendidikan Alternatif Masa Depan dalam Mabda’Jurnal Studi Islam dan Budaya, (Purwokerto: PusatPenelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M)Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokwerto.

Endang Turmudi, 2003, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan, LKiS,Yogyakarta.

Ety Rochaety, dkk, 2006, Sistem informasi Manajemen Pendidikan,Jakarta, Bumi Aksara.

Faisal Ismail, 1984, Percikan Pemikiran Islam, Bina Usaha,Yogyakarta.

George R Terry, 2001, Prinsip-Prinsip Manajemen, Bumi AksaraJakarta.

H.A. Tilaar, 1997, Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam EraGlobalisasi, Grasindo, Jakarta.

Habib Hirzin, 1988, Agama Dan Ilmu Pesantren dalam DawamRaharjo Pesantren Dan Pembaharuan, LP3ES, Jakarta.

Hanun Asrohah, 1999, Sejarah Pendidikan Islam, Logos, Jakarta.

Hanun Asrohah,1999, Sejarah Pendidikan Islam, Cet. I, Logos,Jakarta.

Page 160: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 147

Hasan Basri, Pesantren: Karakteristik dan Unsur-unsur kelembagaan,dalam Buku Sejarah Pertumbuhan dan PerkembanganLembaga-lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:Grasindo, 2001), hal.101.

Hasan Habib, Peta Politik Internasional dan Pengaruhnya terhadapKonstalasi Perpolitikan Indonesia, paper disampaikanpada Munas Alim Ulama DPP PKB, 28 Mei 2003.

Hasbullah, 1996, Kapita Selekta Pendidikan Islam, J: Raja Grafindo,Jakarta.

____________, 1999, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia LintasanSejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, Raja GrafindoPersada, Jakatra.

Hendyat Soetopo, Manajemen Pendidikan, Program PascasarjanaUniversitas Negeri Malang.

Husaini Usman, 2006, Manajemen: Teori, Praktik dan RisetPendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Imam Zarkasyi, 1965, Pembangunan Pondok Pesantren dan UsahaUntuk Melanjutkan Hidupnya” dalam Al jami’ah No. 5-6Th. Ke-4 Sept–Nop. 1965 IAIN Sunan Kalijaga,Yogyakarta.

Imron Arifin, 1993, Kepemimpinan Kiai Studi Kasus PondokPesantren Tebu Ireng, Jombang, Kalimasahadah.

Irwan Abdullah, dkk. 2008, Agama, Pendidikan Islam dan TanggungJawab Sosial Pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ismail, 2002, Dinamika Pesantren dan Madrasah, Pustaka PelajarOffset, Yogyakarta.

Jalaluddin & Usman Said, 1999, Filsafat Pendidikan Islam: Konsepdan Perkembangan Pemikirannya, Jakarta: Raja GrafindoPersada.

Jam’iah Al-Islah Al-Ijtima’i, 2002, Globalisasi dalam TimbanganIslam, Penerbit Era Intermedia, Solo.

Page 161: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 148

John M. Echols dan Hassan Shadly, 1986, Kamus Inggris Indonesiacetakan XIV Jakarta: PT Gramedia Jakarta.

Joko Widodo. 2001, Good Governance: Akuntabilitas dan KontrolBirokrasi. Surabaya: Insan Cendikiawan.

Joseph. G. Jabbra dan O. P. Dwivedi. 1989, Publik ServiceAccountability, A Comparative Perspective Connecticut,Kumarian Press. Inc.

Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, 2002, Islam Historis: DinamikaStudi Islam di Indonesia, Galang Press, Yogyakarta.

____________, 2004, Wajah Baru Islam Indonesia, UII Press Yogyakarta.

Karel Steenbrink, 1984, Beberapa Aspek tentang Islam di IndonesiaAbad ke–19, Bulan Bintang. Jakarta.

Kartono Kartini, 1986, Pemimpin dan Kepemimpinan, C.V. RajawaliPerss, Jakarta.

Keating. J. Charles, 1994, Kepemimpinan Teori dan Pengembangan-nya, Kanisius, Yogyakarta.

KH. Saefuddin Zuhri, 1979, Sejarah Kebangkitan Islam danperkembangannya di Indonesia, Al Ma’arif, Bandung.

Ki Hajar Dewantoro, 1977, Pendidikan, bagian Pertama, cet 2,Majlis Luhur Persatuan Taman Siswa Yogyakarta.

LAN dan BPKP, 2000, Modul I. Akuntabilitas dan Good Governance.

Louis P. Pojman, 2003, Global Political Philosophy, New York,McGraw Hill.

M. Atho Mudzhar, 1999, Masyarakat Indonesia Baru dalam PerspektifGlobal, dalam jurnal Mukaddimah, No. 8 Tahun. VKopertais, Yogyakarta.

M. Sulthon Mashhud dan Moh. Khusnurdilo, 2003, ManajemenPondok Pesantren, Diva Pustaka, Jakarta.

Made Pidarta, 1998, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: PT.Bina Aksara.

Page 162: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 149

Made Pidarta. 2004, Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta:Rineka Cipta.

Mahfudz Ridwan, 2005, Mendorong Pesantren Sebagai AgenPendamping Perubahan Di Masyarakat, Digital LibraryResponsible Development International (RDI).

Mahmud Yunus,1991, Sejarah pendidikan Islam di Indonesia,Mahmudiyah, Jakarta.

Manfred Ziemek, 1986, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, terj.Butche B. Soendjojo, cet . P3M, Jakarta.

Marwan Saridjo dkk, 1982, Sejarah Pondok Persantren di Indonesia,Dharma Bhakti, Jakarta.

Mastuhu, 1996, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: SuatuKajian tentang unsur dan nilai Sintem pendidikan Pesantren,INIS, Jakarta.

Mochamad Sodik, 2000, Gejolak Santri Kota: Aktivis Muda NUMerambah Jalan Lain, Tiara Wacana, Yogyakarta.

Moejiono Hasibuan, 1986, Proses Belajar Mengajar, Remaja RosdaKarya, Bandung.

Muhaimin, 2007, Pengembangan Kurikulum Pendidikan AgamaIslam, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Muhammad al Naquid al Attas, 1990, Konsep Pendidikan Islam,Mizan, Bandung.

Muhammad Zein, 1991, Asas dan Pengembangan Kurikulum,Yogyakarta: Sumbangsih Offset.

Mujamil Qomar, 2005, Epistemologi Pendidikan Islam Dari MetodeRasional Hingga Metode Kritik, Erlangga, Jakarta.

____________, Manajemen Pendidikan Islam (Strategi Baru PengelolaanLembaga Pendidikan Islam).

Mulyasa, E, 2004, Manajemen Berbasis Sekolah, PT. RemajaRosdakarya Bandung.

Page 163: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 150

Mulyasa, E, 2008, Implementasi Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, Jakarta:Bumi Aksara.

Nanang Fattah, 1999, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung:Remaja RosdaKarya.

____________, 2000. Landasan Manajemen Pendidikan Bandung: PTRemaja Rosda Karya.

Nasution, S. 2008, Asas-asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara.2008.

Nawawi, Hadari Martiwi. 1993, Kepemimpinan Yang Efektif, (UGMPress,Yogyakarta.

Nurcholish Madjid, 1997, Bili-Bilik Pesantren: Sebuah PotretPerjalanan, Paramadina, Jakarta.

____________, 1998, Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan, Mizan,Bandung.

Oxford Advance Learner’s Dictionary. 2005. Oxford: Oxford Uni-versity Press.

Rosemarie S.N. Akuntabilitas sebagai Upaya Peningkatan KualitasPendidikan Bandung: Univ. Kristen Maranatha.

Sartono Karto Dirjo, 1977, Sejarah Nasional, Balai Pustaka, Jakarta.

Sekretariat Negara RI. UURI No. 2 Tahun 1989 Tentang SistemPendidikan Nasional dan Penjelasannya, Raneka Ilmu,Semarang.

Soebagio Armodiwirio, 2005, Manajemen Pendidikan Indonesia,Jakarta: Ardadizya Jaya.

Sondang P Siagaan, 1992, Fungsi-Fungsi Manajemen, Jakarta: BumiAksara.

Sulistyorini. Manajemen Pendidikan Islam, Konsep, Strategi danAplikasi. Yogyakarta: Teras, 2009

Suryo Subroto, 1997, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta:Rineka Cipta.

Page 164: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren I 151

Tim Redaksi, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT. BalaiPustaka, Jakarta.

Wahyudi Kumorotomo. 1994, Etika Administrasi Negara. Ed.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Warsono, 2003, Wacana Politik Kiai, Pada Era Pemerintahan GusDur, Apakah Sebagai Intelektual Organik atau IntelektualTradisional, (Disertasi tidak Diterbitkan, Universitas AirLangga, Surabaya.

Widodo, dkk. 2002, Kamus Ilmiah Popular. Yogyakarta: Absolut,

Yandianto, 1997, Kamus Umum Bahasa Indonesia, M2S, Bandung.

Zainal Arifin. 2012, Pengembangan Manajemen Mutu KurikulumPendidikan Islam, Jogjakarta: DIVA Press.

Zuhairini, 1993, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Usaha Nasional,Surabaya.

Page 165: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah
Page 166: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M.Pd. Lahir diBanyuwangi, 1 Desember 1965. Lulus SD NegeriKedunggebang I Banyuwangi (1979) danmelanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Negeri(MTsN) II Banyuwangi (1982), Melanjutkan keSMA Negeri Genteng Banyuwangi lulus 1985.Pada tahun 1990 menyelesaikan Strata Satu (S1)

di Universitas Jember (Unej), menempuh Program S2 di IKIPJakarta lulus tahun 1994 dan mendapat gelar doktor (S3) diUniversitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, lulus 2005.Semasa kuliah sangat rajin dan menjadi narasumber di berbagaiseminar, workshop. Pengalaman menjabat Kepala SMA UnggulanBPPT Darus Sholah Jember, Kepala Seksi Mapenda, KantorKementrerian Agama Kabupaten Jember dan aktif mengajar diIAIN Jember.

Penelitian yang dilakukan antara lain: Hubungan PenggunaanPendekatan Keterampilan Proses dengan Prestasi Belajar Siswa BidangStudi Fisika Kelas 1 Sekolah Menengah Atas Negeri GentengBanyuwangi Tahun Ajaran 1989-1990; Iklim Belajar dalam Kaitannyadengan Prestasi Belajar, 1994; Strategi Peningkatan Mutu MadrasahTsanawiyah (Penelitian Kualitatif terhadap strategi Peningakatn Mutu

BIODATA PENULIS

Page 167: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah

Dr. H. M. Hadi Purnomo, M. Pd I 154

MTs Negeri di Kabupaten Jember Jawa Timur) 2005; ImplementasiManajemen Perpustakaan (Studi Kasus di Perpustakaan STAI Al FalahAs Sunniyyah Kencong Jember (2016).

Selain itu, penulis juga produktif menulis buku dan jurnal.Karya bukunya adalah: (1) Kiyai dan Transformasi Sosial: DinamikaKiyai dalam Masyarakat, Edisi Revisi (ISBN 978-602-96063-1-7,Absolute Media Yogyakarta 2016); (2) Pendidikan Islam: IntegrasiNilai-Nilai Humanis, Liberasi, dan Transendensi: Sebuah GagasanParadigma Baru Pendidikan, Edisi Revisi, (ISBN 978-602-96063-2-4, Absolute Media Yogyakarta 2016). Adapun karya yang dimuatdi jurnal adalah: (1) “Peningkatan Manajemen Perpustakaandengan Sistem Otomasi (Upaya Pelayanan terhadap PenggunaPerpustakaan)”, Jurnal FALASIFA Vol.7, No.1 Maret 2016/ISSN2085-3815, E-ISSN: 2527-8711; (2) “Regulasi KebijakanPendidikan Agama Islam (Kajian Kritis terhadap RegulasiKebijakan PAI dalam Peningkatan Mutu)”, Jurnal Edumika, Vol.2,No.1 Juni 2016/ISSN 2442-3785; (3) “Manajemen StrategiMarketing Perguruan Tinggi,” Jurnal Edukasi, Vol.2, No. 1 April2016/ISSN 2085-5087; (4) “Strategi Manajerial Pemasaran(Studi atas Konsep Pemasaran dan Orientasi pada Masyarakat)”,Jurnal Edumika ISSN 2442-3785 Vol..3 Nomor 1 September 2016.

Page 168: MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTRENdigilib.iain-jember.ac.id/316/1/Manajemen pendidikan...menggunakan kurikulum khusus pondok pesantren. Di samping itu pula, perjalanan panjang sejarah