manajemen pendidikan.pdf
TRANSCRIPT
-
Manajement Pendidikan
STAIS DHARMA KUSUMA
Mata Kuliah : Manajement Pendidikan
Dosen : Dr. Sarwo Edy, S.Ag., MM
Oleh : Amelina Rabbani Azra
Jl. KH. Hasyim Asyari No 1 / 1 Segeran Kidul Kec. Juntinyuat
Kab. Indramayu 45282
-
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Manajemen Pendidikan, yaitu pembuatan makalah mengenai Konsep Dasar Manajemen
Pendidikan Islam, Prinsip Prinsip Dasar Manajemen Pendidikan Islam, Fungsi Fungsi Manajemen Pendidikan Islam, Total Quality Manajemen, Manajemen Berbasis Sekolah /
Madrasah, da Sistem Informasi Manajemen Berbasis Sekolah.
Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan, saya menyadari bahwa
laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang diberikan
akan saya sambut dengan kelapangan hati guna perbaikan pada masa yang akan datang.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para
pembacanya.
19 Oktober 2014
Penulis
-
Pendahuluan
Dunia Islam pada saat ini tengah menghadapi berbagai gejolak kehidupan umat sebagai buah
perkembangan pemikiran umat yang semakin dinamis dan kritis disertai arus globalisasi yang
semakin merajalela yang dominan mempengaruhi pola pikir umat. Isu-isu miring terkait
perilaku umat Islam semisal isu terorisme, secara tidak langsung telah turut serta
memberikan perspektif buram terhadap eksistensi umat Islam. Gejolak politik yang selalu
diikuti kerusuhan di beberapa negara Timur Tengah yang identik sebagai pusat umat Islam
di dunia juga tak kalah telah memberikan warna buram lain terhadap umat Islam di dunia.
Tentu hal ini harus disikapi secara arif oleh setiap umat Islam yang peduli dengan keberadaan
umat Islam di dunia saat ini. Misi rahmatan lilalamin sebagai patokan eksistensi keberislaman tentu tetap harus menjadi indikator utama dalam
mengimplementasikan pemahaman keberislaman tersebut.
Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia tentu tidak
lepas dari pencitraan umat Islam itu sendiri, sebab bagaimanapun perilaku umat Islam di
Indonesia juga menjadi salah satu fokus perhatian masyarakat dunia. Pasca kejatuhan orde
baru yang melahirkan orde reformasi, umat Islam di Indonesia dituntut untuk dapat
berkiprah dalam melakukan perubahan
terhadap kondisi bangsa Indonesia yang sedang terpuruk. Pemahaman secara benar tentang
arti reformasi patut dicermati secara bijak agar tidak melahirkan kebebasan berdemokrasi
yang kebablasan yang justru mencederai norma-norma demokrasi itu sendiri.
Gerakan reformasi yang telah berlangsung selama lebih dari 12 tahun di Indonesia secara
umum menyangkut tuntutan diterapkannya prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan, dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam berbagai sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara, termasuk didalamnya tuntutan pembaharuan dalam bidang pendidikan.
Pembaharuan dalam bidang pendidikan merupakan langkah strategis untuk mengobati krisis
multi dimensi yang kini tengah melanda perikehidupan bangsa, sebab pendidikan diyakini
merupakan wahana ampuh dan obat yang mujarab untuk membawa bangsa dan negara
Indonesia terlepas dari krisis multi dimensi yang berkepanjangan dan menjadi negara maju
dan terpandang dalam pergaulan bangsa-bangsa dan dunia internasional.
Keyakinan akan hal tersebut senada dengan apa yang dilontarkan Malik Fajar dalam
tulisannya yang dimuat dalam Mimbar Pendidikan (2001 : 41) yang menyatakan : Keyakinan
bahwa pendidikan merupakan wahana ampuh untuk membawa bangsa dan negara menjadi
maju dan terpandang dalam pergaulan bangsa-bangsa dan dunia internasional, boleh
dikatakan tidak ada keraguan lagi. Sampai-sampai John Nasbit dan Particia Aburdence,
melalui Megatrend 2000, mengatakan : Tepi Asia Pasifik telah memperlihatkan, negara miskin pun bangkit, tanpa sumber daya alam melimpah asalkan negara melakukan
investasinya yang cukup dalam hal sumber daya manusia.
Oleh karena itu, katanya lebih lanjut : terobosan yang paling menggairahkan dari abad ke-21 bukan karena teknologi, melainkan karena konsep yang luas tentang apa artinya manusia
itu. Maka, mendiskusikan pendidikan sebagai praksis pembangunan bangsa, meskipun terasa klise namun tetap menarik dan penuh makna. Lebih-lebih di tengah-tengah suasana krisis multi dimensi yang
berkepanjangan melanda bangsa dan negara, dimana peran pendidikan ikut dipertanyakan,
bahkan digugat.
Bagaimanapun, krisis multi dimensi yang tengah melanda bangsa Indonesia ini sebagaimana
dikatakan Tilaar (2000 : v) telah membawa hikmah, yaitu kita belajar dari kekeliruan-
kekeliruan masa lalu. Salah satu hikmah yang kita peroleh dari masa krisis adalah munculnya
kesadaran tentang betapa pentingnya arti pendidikan bagi kemajuan suatu bangsa.
Selanjutnya Tilaar (2000 : 1) juga mengungkapkan bahwa di dalam masa krisis dewasa ini
ada dua hal yang menonjol berkaitan dengan pendidikan, yaitu : pertama bahwa pendidikan
tidak terlepas dari keseluruhan hidup manusia di dalam segala aspeknya yaitu politik,
-
ekonomi, hukum, dan kebudayaan ; dan kedua bahwa krisis yang dialami oleh bangsa
Indonesia dewasa ini merupakan pula refleksi dari krisis pendidikan nasional.
Diakui atau tidak, salah satu faktor yang dianggap oleh sebagian pihak sebagai penyebab
keterpurukan bangsa ini adalah karena krisis mental, moralitas, dan etika yang melanda
bangsa ini. Dan ketika kita berbicara tentang mental, moralitas dan etika, maka kita tidak
bisa melepaskan diri dari pendidikan, sebab pendidikan sebagai salah satu elemen
pembangunan bangsa, adalah yang secara langsung berkaitan dengan pembangunan mental,
moralitas dan etika masyarakat (peserta didik). Hasil pendidikan mencerminkan keadaan
pribadi dan masyarakat. Jika kini kita mengeluh tentang kualitas dan perilaku peserta didik
atau masyarakat kita, maka tentulah ada yang salah dalam pendidikan kita, baik kesalahan
tersebut kita lemparkan pada kecanggihan iptek atau revolusi informasi dan semacamnya,
maupun karena kegagalan kita dalam mendidik atau bahkan memahami apa yang kita
maksud dengan pendidikan. Demikian disampaikan Quraish Shihab dalam salah
satu tulisannya yang dimuat Mimbar Pendidikan bertajuk Pendidikan Agama, Etika dan Moral (2001 : 19).
Munculnya kesadaran tentang arti pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan
dan kemungkinan yang lebih baik di masa yang akan datang telah mendorong berbagai upaya
dan perhatian seluruh lapisan masyarakat dan juga pemerintah bagi terciptanya perbaikan,
perkembangan, dan kemajuan dunia pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Diantara bukti nyata akan hal tersebut adalah dengan lahirnya
peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur tentang pengembangan
pendidikan di Indonesia, diantaranya dengan lahirnya Undnag-Undang No. 20 tahun 2003
tentang sisitem pendidikan nasional dan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen.
Lahirnya peraturan perundang-undangan yang secara konsen mengatur tentang pendidikan
tidak serta merta merubah kondisi pendidikan di Indonesia menjadi lebih maju. Faktanya
masih banyak kendala yang harus dihadapi, salah satunya adalah kelemahan moralitas dari
pelaku manajerial pendidikan. Diakui atau tidak, perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme
pasca runtuhnya orde baru tidak turut runtuh, namun malahan cenderung semakin
menyebar pada berbagai instansi, termasuk instansi pendidikan. Anggaran besar yang
disediakan pemerintah tentu menjadi suatu kesia-siaan jika dalam prakteknya tidak
mencapai sasaran dan banyak dikorupsi oleh berbagai elemen yang terkait dalam manajemen
pendidikan itusendiri.
Beberapa kenyataan tersebut diatas tentu menjadi suatu pertanyaan besar bagi kita kenapa
para manajer yang tidak sedikit diantaranya beragama Islam dan berpendidikan yang
notabene mengetahui dan memahami akhlak mulia, moral, dan kesusilaan, justru terjerumus
ke dalam lembah hitam yang sesungguhnya sangat bertentangan dengan essensi
kepemimpinan sebagai suatu amanah.
Tentu saja walaupun ini bukan menjadi gambaran secara umum dari kondisi para manajer
pendidikan kita, tapi dari beberapa kasus tertentu inilah kita harus banyak mengambil
pelajaran berharga.
Berangkat dari pemikiran di atas, maka pada dasarnya seorang manajer pendidikan dituntut
memiliki prinsip yang kokoh dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Sekolah
sebagai institusi terdepan dalam melaksanakan proses pembelajaran haruslah dipimpin oleh
seorang pemimpin yang memiliki prinsip yang kokoh agar tidak mudah tergoda oleh peluang-
peluang kecurangan dan pengkhianatan yang pasti akan muncul ketika akan merealisasikan
sebuah program,
apalagi jika program itu berkaitan dengan sejumlah anggaran yang besar. Oleh karena itu,
disinilah pentingnya bagi para manajer pendidikan memahami prinsip - prinsip manajemen
pendidikan Islam untuk diterapkan dalam konteks persekolahan.
-
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan
teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara
asal-asalan (Didin dan Hendri, 2003:1). Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan
Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara
semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah
manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan
efektif.
Pendidikan Agama Islam dengan berbagai jalur, jenjang, dan bentuk yang ada seperti pada
jalur pendidikan formal ada jenjang pendidikan dasar yang berbentuk Madrasah Ibtidaiyah
(MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), jenjang pendidikan menengah ada yang berbentuk
Madrasah Alyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan pada jenjang pendidikan
tinggi terdapat begitu banyak Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dengan berbagai
bentuknya ada yang berbentuk Akademi, Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas. Pada jalur
pendidikan non formal seperti Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak (TPA), Majelis
Talim, Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jalur Pendidikan Informal seperti pendidikan yang diselenggarakan di dalam kelurarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Kesemuanya itu perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya, sebab jika tidak
bukan hanya gambaran negatif tentang pendidikan Islam yang ada pada masyarakat akan
tetap melekat dan sulit dihilangkan bahkan mungkin Pendidikan Islam yang hak itu akan
hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya,
sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi.
Makalah sederhana ini akan membahas tentang pengertian dan fungsi-fungsi manajemen
pendidikan Islam, sebagai pengantar diskusi pekuliahan Mata Kuliah Manajemen Pendidikan
Islam di Universitas Ibnu Khaldul Bogor.
Dalam melaksanakan tugasnya menurut Isjoni (2009:1) Guru adalah kondisi yang diposisikan
sebagai garda terdepan dan posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Berkaitan dengan itu, maka guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, dan
tentunya tidak lain berkaitan dengan kinerja dan totalitas dedikasi dan loyalitas
pengabdiannya. Sorotan tersebut lebih bermuara kepada ketidakmampuan guru didalam
pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga bermuara kepada menurunnya mutu pendidikan.
Kalaupun sorotan itu lebih mengarah kepada sisi- sisi kelemahan guru, hal itu tidak
sepenuhnya dibebankan kepada guru, dan mungkin ada sistem yang berlaku, baik disengaja
ataupun tidak, akan berpengaruh terhadap permasalahan tadi. Dari keterangan tersebut
dapat difahami bahwa ketidakmampuan guru dalam melaksanakan pembelajaranmenjadi
masalah yang akan selalu diperhatikan. Baik atau tidaknya pelaksanaan pembelajaran yang
bisa dilakukan oleh guru atau disebut dengan kinerja guru menentukan proses pembelajaran
yang dilaksanakan. Posisi guru yang sangat menentukan pembelajaran akan selalu menjadi
perhatian semua orang. Selanjutnya Isjoni (2009:1) menjelaskan Bila kita amati di lapangan,
bahwa guru sudah menunjukan kinerja maksimal di 61 ISSN 1412-565X dalam menjalan
tugas dan fungsinya sebagai pendidik, pengajar dan pelatih. Akan tetapi barangkali masih
ada sebagian guru yang belum menunjukkan kinerja baik, tentunya secara akan
berkontribusi terhadap kinerja guru secara makro. Pada umumnya guru telah melakukan
dan berusaha untuk melakukan pembelajaran yang baik, tetapi kondisi guru yang tidak
semuanya bisa melaksanakan pembelajaran baik menjadikan kinerja umum guru masih
tampak kurang baik. Seorang kepala sekolah sebagai manajerial dituntut mampu memiliki
kesiapan dalam mengelola sekolah. Kesiapan yang dimaksud adalah berkenaan dengan
kemampuan manajerial kepala sekolah sebagai seorang pimpinan. Kemampuan manajerial
yang dimaksudkan di sini adalah berkenaan dengan kemampuannya dalam membuat
perencanaan (planning), mengorganisasikan (organizing), pelaksanaan (actuating), dan
pengawasan (controlling).
Dengan kemampuan semacam itu, diharapkan setiap pimpinan mampu menjadi pendorong
dan penegak disiplin bagi para karyawannya agar mereka mampu menunjukkan
produktivitas kerjanya dengan baik. Berangkat dari konsep Hersey (dalam Sumidjo, 2002:
99) yang menyatakan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas manajerial diperlukan tiga
-
macam bidang keterampilan, yaitu: technical, human dan conceptual. Dengan memiliki ketiga
keterampilan dasar tersebut di atas, kepala sekolah dapat melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sesuai dengan ketentuan, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang
bermutu. Maka dari itu kemampuan manajerial kepala sekolah ditandai oleh kemampuan
untuk mengambil keputusan (decision making) dan tindakan secara tepat, akurat dan relevan.
Ketiga kemampuan manajerial kepala sekolah tersebut ditandai dengan kemampuan dalam
merumuskan program kerja, meng-koordinasikan pelaksanaan program kerja, baik dengan
dewan guru maupun dengan yang lainnya yang terkait dalam pendidikan suatu kemampuan
dalam melakukan evaluasi terhadap program kerja sekolah yang telah dilaksanakan.
Menurut Anwar dan Amir (2002) menyatakan bahwa : Kepala sekolah sebagai salah satu
kategori administrator pendidikan perlu melengkapi wawasan kepemimpinan pendidikannya
dengan pengetahuan dan sikap yang antisipatif terhadap perubahan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat, termasuk perkembangan kebijakan makropendidikan.
Hal yang paling aktual saat ini yang merupakan wujud dari perubahan dan perkembangan
adalah makin tingginya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, dan gencarnya tuntutan
kebijakan pendidikan yang meliputi peningkatan aspek-aspek pemerataan kesempatan, mutu,
efisiensi dan relevansi. Sehubungan dengan aspek-aspek pemerataan kesempatan, mutu,
efisiensi dan relevansi tersebut, penguasaan teknologi informasi (TI) dalam bidang
pengelolaan administrasi mutlak diperlukan dalam manajemen sekolah. Pengolahan
administrasi yang dilakukan secara manual banyak sekali kelemahan antara lain menyita
waktu dan lambat dalam prosess penyampaianya, maka seiring dengan kemajuan teknologi
terutama tekhnologi informasi dimana internet tercakup di dalamnya diterapkan sangat perlu
dan mendesak untuk merubah pengelolaan data secara manual ke arah pengelolaan digital.
-
A. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Islam
1. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam
Kata Manajemen saat ini sudah banyak dikenal di Indonesia, baik di lingkungan swasta, perusahaan, maupun pendidikan. Demikian pula seminar tentang manajemen telah muncul
dimana-mana bak jamur dimusim hujan. Berdasarkan kenyataan-kenyataan ini
menunjukkan manajemen telah diterima dan dibutuhkan kehadirannya di masyarakat.
Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan
langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata
pimpinan. Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan
Shadily (1995 : 372) management berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus,
mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan.
Ramayulis (2008:362) menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat manajemen
adalah al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur)
yang banyak terdapat dalam Al Quran seperti firman Allah SWT :
Artinya : Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya
dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (Al Sajdah : 05).
Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah pengatur alam
(manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah swt dalam
mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah dijadaikan
sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-
baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.
Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas
kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbin
dan Coulter, 2007:8).
Sedangkan Sondang P Siagian (1980 : 5) mengartikan manajemen sebagai kemampuan atau
keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-
kegiatan orang lain.
Bila kita perhatikan dari kedua pengertian manajemen di atas maka dapatlah disimpulkan
bahwa manajemen merupkan sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya melalui
bantuan orang lain dan bekerjasama dengannya, agar tujuan bersama bisa dicapai secara
efektif, efesien, dan produktip. Sedangkan Pendidikan Islam merupakan proses
transinternalisasi nilai-nilai Islam kepada peserta didik sebagai bekal untuk mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Dengan demikian maka yang disebut dengan manajemen pendidikan Islam sebagaimana
dinyatakan Ramayulis (2008:260) adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang
dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun
lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif,
efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun
di akhirat.
Banyak penulis yang telah berusaha untuk memberikan definisi atau batasan tentang
pengertian manajemen. Berikut ini beberapa defenisi tentang manajemen sebagai berikut:
-
1. Sukanto Reksohadipprodjo, Manajemen adalah suatu usaha, merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkordinir serta mengawasi kegiatan dalam suatu organisasi agar tercapai
tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
2. Marry Papker Follett, Manajemen sebagai seni untuk mendapatkan sesuatu melalui sikap dan keterampilan tertentu.
3. James A.F. Stoner mengemukakan bahwa manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
4. Manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pendayagunaan sumber daya manusia
dan sumber daya lainnya secara efisien, efektif dan produktif dalam mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka manajemen dapat diartikan sebagai suatu
proses dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk
mencapai suatu tujuan.
Adapun Pendidikan dapat diartikan secara sempit, dan dapat pula diartikan secara luas.
Secara sempit pendidikan dapat diartikan: bimbingan yang diberikan kepada anak-anak sampai ia dewasa. Sedangkan penidikan dalam arti luas adalah segala sesuatu yang
menyangkut proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya
mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai bagi anak didik., sehingga nilai-nilai yang
terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian kepribadian anak yang pada gilirannya ia
menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat.
Pengertian pendidikan tersebut di atas masih bersifat umum. Adapun pendidikan Islam dapat
diartikan sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran
Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi
berlakunya semua ajaran Islam.
Istilah membimbing, mengarahkan dan mengasuh serta mengajarkan dan melatih,
mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi
setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan takwa dan akhlak serta
menegakkan kebenaran, sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi dan berbudi luhur
sesuai ajaran Islam.
Pendidikan Islam juga berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang
secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
Menurut Muhaimin, ia mengemukakan pengertian Pendidikan Islam dalam dua aspek,
pertama pendidikan Islam merupakan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan atau
didirikan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam.
Kedua, pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan dari dan disemangati
atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam.
Pengertian manajemen dan pendidikan Islam telah tersebut diatas. Sedangkan Manajemen
pendidikan Islam menurut para pakar diantaranya ialah; Sulistyorini menulis bahwa
manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses penataan/pengelolaan lembaga pendidikan
Islam yang melibatkan sumberdaya manusia muslim dan non manusia dalam
menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.
Sementara itu Mujamil Qomar mengartikan sebagai suatu proses pengelolaan lembaga
pendidikan Islam secara Islami dengan cara menyiasati sumber-sumber balajar dan hal-hal
lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.1[10]
Manajemen harus mengutamakan pengelolaan secara Islami, sebab disinilah yang
membedakan antara manajemen Islam dengan menejemen umum.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat di definisikan bahwa manajemen pendidikan Islam
sebagai suatu proses dengan menggunakan berbagai sumber daya untuk melakukan
-
bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani seseorang agar ia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
2. Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan Islam
Dasar manajemen pendidikan Islam secara garis besar ada 3 (tiga) yaitu: Al-Quran, As-Sunnah serta perundang-undang yang berlaku di Indonesia.
1. Al-Quran
Banyak Ayat-ayat Al-Quran yang bisa menjadi dasar tentang manajemen pendidikan Islam. Ayat-ayat tersebut bisa dipahami setelah diadakan penelaahan secara mendalam. Di antara
ayat-ayat Al-Quran yang dapat dijadikan dasar manajemen pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
( 211 )
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya (QS. At-Taubah: 122).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam menegaskan tentang
pentingnya manajemen, di antaranya manajemen pendidikan, lebih khusus lagi manajemen
sumber daya manusia.
3. As-Sunnah
Rasulullah SAW adalah juru didik dan beliau juga menjunjung tinggi terhadap pendidikan
dan memotivasi umatnya agar berkiprah dalam pendidikan dan pengajaran. Rasulullah SAW
bersabda:
Barang siapa yang menyembunyikan ilmunya maka Allah akan mengekangnya dengan kekang
berapi ( HR. Ibnu Majah).
Berdasarkan pada hadits di atas, Rasulullah SAW memiliki perhatian yang besar terhadap
pendidikan. Di samping itu, beliau juga punya perhatian terhadap manajemen, antara lain
dalam sabda berikut:
4. Perundang-undangan yang Berlaku di Indonesia
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan dalam Pasal 30
ayat 1 bahwa: Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Disebutkan pula dalam Pasal 30 ayat 2 bahwa Pendidikan keagamaan berfungsi menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai
ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
5. Tujuan Manajemen Pendidikan Islam
Manajemen pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam pengembangan
pendidikan. Dalam arti ia merupakan seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan Islam
untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien. Bisa juga diartikan
sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya
pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efesien.
Manajemen pendidikan lebih bersifat umum untuk semua aktifitas pendidikan pada
umumnya, sedangkan manajemen pendidikan lebih khusus lagi mengarah pada manajemen
yang diterapkan dalam pengembangan pendidikan Islam. Dalam arti bagaimana
-
menggunakan dan mengelola sumber daya pendidikan Islam secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan pengembangan, kemajuan dan kualitas proses dan hasil pendidikan Islam
itu sendiri. Sudah barang tentu aspek manager dan leader yang Islami atau dijiwai oleh ajaran
dan nilai-nilai Islam dan/atau yang berciri khas Islam, harus melekat pada manajemen
pendidikan Islam.
Dalam menjalankan setiap kegiatan tentunya dibutuhkan suatu usaha yang efisien dan
ekonomis karena alasan tersebut begitu dipegang teguh dalam setiap sistem organisasi.
Dengan kata lain tingkat pemborosan atau penyalahgunaan sangatlah bertolak belakang
dengan prinsip-prinsip organisasi.
Dengan mengetahui identitasnya dan juga kebutuhan tentang manajemen tentu akan dapat
menentukan apa tujuan manajemen itu sendiri. Mengingat manajemen sebenarnya adalah
alat dari suatu organisasi, maka adanya alat tersebut tentunya memiliki tujuan.
Lembaga pendidikan Islam bisa dikategorikan sebagai lembaga industri mulia (nobel industri)
karena mengembang misi ganda yaitu profit sekaligus sosial. Misi profit yaitu, untuk
mencapai keuntungan, ini dapat dicapai ketika efisiensi dan efektifitas dana bisa tercapai,
sehingga pemasukan (income) lebih besar daripada biaya operasional. Misi sosial bertujuan
untuk mewariskan dan menginternalisasikan nilai luhur. Misi kedua ini dapat dicapai secara
maksimal apabila lembaga pendidikan Islam tersebut memiliki modal human-capital dan
social capital yang memadai dan juga memiliki tingkat keefektifan dan efisiensi yang tinggi.
Itulah sebabnya mengelola lembaga pendidikan Islam tidak hanya dibutuhkan
profesionalisme yang tinggi, tetapi juga misi niat suci dan mental berlimpah, sama halnya
dengan mengelola noble industry yang lain, seperti rumah sakit, panti asuhan, yayasan sosial,
lembaga riset atau kajian dan lembaga swadaya masyarakat.
Sumber daya pendidikan Islam itu setidak-tidaknya menyangkut peserta didik, pendidik dan
tenaga kependidikan (termasuk di dalamnya tenaga adminstrasi), kurikulum atau program
pendidikan, sarana/prasarana, biaya keuangan, informasi, proses belajar mengajar atau
pelaksanaan pendidikan, lingkungan, output dan outcome serta hubungan
kerjasama/kemitraan dengan stakeholder dan lain-lain, yang ada pada lembaga-lembaga
pendidikan Islam.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen pendidikan Islam adalah agar segenap sumber,
peralatan ataupun sarana yang ada dalam suatu organisasi tersebut dapat digerakkan
sedemikian rupa sehingga dapat menghindarkan sampai tingkat seminimal mungkin segenap
pemborosan waktu, tenaga, materil, dan uang guna mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.
6. Ruang Lingkup Praktik Manajemen Pendidikan Islam
Sebagaimana definisi yang dikemukakan oleh Muhaimin, bahwa manajemen pendidikan
Islam merupakan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan dengan hasrat untuk
mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Dalam praktiknya di indonesia pendidikan
Islam setidak-tidaknya dapat dikelompokkan ke dalam lima jenis, yaitu:
1. Pondok Pesantren atau Madrasah Diniyah, yang menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional di sebut sebagai pendidikan kegamaan (Islam) formal, seperti
pondok pesantren/Madrasah Diniyah (Ula, wustha, Ulya, dan Mahad Ali). 2. PAUD/RA, BA, TA, Madrasah da pendidika lanjutan seperti IAIN, STAIN atau Universitas
Islam Negeri yang bernaung di bawah Kementerian Agama.
3. Pendidikan Usia dini, RA, BA, TA, sekolah/perguruan tinggi yang diselenggaraakan di bawah
naungan yayasan dan organisasi Islam.
4. Pelajaran agama Islam di sekolah/ madrasah/perguruan tinggi sebagai suatu mata pelajaran
atau mata kuliah, dan atau sebagai program studi; dan
5. Pendidikan Islam dalam keluarga atau di tempat-tempat ibadah, dan/atau di forum-forum
kajian keislaman, majelis taklim, dan institusi-institusi lainnya yang sekarang sedang
-
digalakkan oleh masyarakat, atau pendidikan (Islam) melalui jalur pendidikan nonformal,
dan informal.
Ruang lingkup praktik manajemen pendidikan Islam dalam definisi kedua yang
dikemukakan oleh Muhaimin, yaitu sistem pendidikan dari dan disemangati atau dijiwai oleh
ajaran dan nilai-nilai Islam. Dalam pengertian ini pendidikan Islam dapat juga mencakup;
1. Pendidik/guru/dosen kepala Madrasah/sekolah atau pimpinan perguruan Tinggi dan / atau
tenaga kependidikan lainnya yang melakukan dan mengembangkan aktivitas
kependidikannya disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam.
2. Komponen-komponen pendidikan lainnya seperti tujuan, materi/bahan ajar, alat/ media/
sumber belajar, metode, evaluasi, lingkungan/konteks, manajemen dan lain-lain yang
disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam atau yang bercirikhas Islam.
Dengan demikian lingkup praktik manajemen pendidikan Islam meliputi manajemen
kelembagaan dan program pendidikan Islam serta aspek spirit Islam melekat pada setiap
aktivitas pendidikan.
B. Prinsip Prinsip Manajement Pendidian Islam dalam konteks Persekolahan.
Pentingnya prinsip-prinsip dasar dalam praktik manajemen antara lain:
1) menentukan cara/metode kerja;
2) pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya;
3) pemilihan prosedur kerja;
4) menentukan bata-batas tugas;
5) mempersiapkan dan membuat spesifikasi tugas;
6) melakukan pendidikan dan latihan;
7) menetukan sistem dan besarnya imbalan.
Semua itu dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas kerja.
Dalam kaitannya dengan prinsip dasar manajemen, Fayol mengemukakan sejumlah prinsip
seperti yang dikutip oleh Nanang Fatah, yaitu : pembagian kerja, kejelasan dalam wewenang
dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan komando, kesatuan arah, lebih memprioritaskan
kepentingan umum/organisasi daripada kepentingan pribadi, pemberian kontra prestasi,
sentralisasi, rantai skalar, tertib, pemerataan, stabilitas dalam menjabat, inisiatif, dan
semangat kelompok. Keempat belas prinsip dasar tersebut dijadikan patokan dalam praktik
manajerial dalam melakukan manajemen yang berorientasi kepada sasaran (Management by
Objectives {MBO}), manajemen yang berorientasi orang (Managemnet by People {MBP}),
manajemen yang berorientasi kepada struktur (Management by Technique {MBT}), dan
manajemen berdasarkan informasi (Management by Information {MBI}) atas Management
Information System {MIS}.
Hendiat Soetomo dan Wasti Sumanto mengemukakan tentang prinsip Manejemen Pendidikan
Dengan menganut pola administrasi pendidikan modern yang berprinsip pada demokrasi
dengan ciri penghargaan terhadap potensi manusia, maka prinsip manajemen pendidikan
atau sekolah hendaknya:
1. Desentralisasi sistem dan anggota staf.
Yang dimaksud prinsip ini adalah otoritas dan tanggungjawab serta tugas yang harus
didelegasikan dalam konteks kerangka kerja policy yang diadopsikan di sekolah.
2. Mempertinggi penghargaan terhadap personal
Personal yang terikat dalam unit kerja harus diperhitungkan dan dihargai oleh pimpinan
yang disesuaikan dengan otoritas, dan tanggungjawab serta tujuan dan wewenang yang
dilimpahkan kepada personal tersebut.
-
3. Perkembangan dan pertumbuhan personal sekolah secara optimal
Mengembangkan dan menumbuhkan kemampuan serta keterampilan personal secara
optimal. Dengan kata lain masing-masing personal sekolah harus bisa menampilkan
potensinya dengan semaksimal mungkin.
4. Perlibatan personal
Setiap personal kerja sekolah senantiasa dilibatkan dari mulai perencanaan pengorganisasian
dan pengawasan sehingga semuanya menjadi tanggungjawab bersama.
Tambahan :
Oleh : Agus Fakhruddin
Persoalan manajemen termasuk salah satu persoalan yang sangat mendasar dalam
pengembangan sebuah organisasi. Maju dan mundurnya sebuah organisasi akan sangat
ditentukan oleh baik atau buruknya manajemen yang ada di dalamnya. Dalam konteks
budaya global saat ini, dimana teori-teori dan praktik-praktik manajemen mengalami
kemajuan yang pesat membutuhkan prinsip-prinsip dasar manajemen yang selaras dengan
karakter dan ideologi organisasi yang bersangkutan. Sekolah sebagai suatu organisasi
pendidikan, terutama sekolah-sekolah yang berada di bawah kelembagaan pendidikan Islam
atau di bawah pengelolaan orang-orang Islam dituntut untuk dapat beradaptasi dengan
perkembangan budaya global, termasuk perkembangan ilmu manajemen, namun juga tidak
boleh melupakan akar idelogi yang menjadi dasar keberagamaan. Oleh karena itu, sekolah
dituntut mampu memahami dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pendidikan Islam
pada organisasi yang dikelolanya agar organisasi yang dikelolanya itu tidak tergerus kepada
praktek-praktek manajerial yang terkadang terlalu fokus dengan kepentingan keduniawian
dengan melupakan nilai-nilai Ilahiyah. Beberapa diantara prinsip-prinsip manajemen
pendidikan Islam tersebut adalah ikhlas, jujur, amanah, adil, dan tanggung jawab.
LIMA PRINSIP DASAR MANAJEMEN ISLAM
1. Prinsip Mardhatillah, yaitu prinsip mencari keridhaan Allah, segala sesuatu hendaknya
dimulai dengan niat karena Allah dengan mengharapkan sidhoNya.
2. Prinsip Muhshinin, yaitu prinsip pilihan alternatif yang lebih baik, kalau diperhadapkan
pada dua pilihan atau lebih tentang kebajikan, maka pilihlah yang terbaik.
3. Prinsip as-shobru wa ginanul nafs, yaitu prinsip sabar dan memulyakan hati, kekayaan yang
hakiki adalah kemulyaan hati.
4. Prinsip Ittihad wa as-silaturahim, prinsip persatuan dan silaturahim, mengagungkan
silaturahim berarti mewujudkan akhlak Islami.
5. Prinsip syiar al-Islam, yaitu prinsip keteladanan dengan menunjukkan prilaku yang Islami
dimanapun berada.
C. Fungsi-fungsi manajemen Pendidikan
Manajemen adalah merupakan bagian dari proses pemanfaatan semua sumber daya melalui
orang lain, serta bekerja sama dengannya, Proses ini dilaksanakan untuk satu tujuan
bersama dengan efektif, serta efesien juga produktif.
Manajemen yang ada sekolah atau madrasah bisa diberi makna dari beberapa sisi sebagai
berikut:
a. Manajemen pendidikan adalah sebagai kerja sama untuk mencapai tujuan
b. Manajemen Pendidikan sebagai bagian dar proses untuk mencapai tujuan pendidikan itu
c. Manajemen pendidikan merupakan suatu sistem
d. Manajemen pendidikan sebagai bagian dari upaya pendayagunaan sumber-sumber yang
ada untuk mencapa tujuan pendidikan.
e. Manajemen Pendidikan sebagai bagian kepemimpinan manajemen.
-
f. Manajemen pendidikan sebagai proses untuk pengambilan keputusan
g.Manajemen pendidikan dalam pengertian yang sempit diartikan sebagai kegiatan
ketatausahaan.
Dalam aplikasinya, peranan manajemen sangatlah ditentukan oleh fungsi-fungsi manajemen.
Fungsi-fungsi inilah yang menjadi bagian inti dari manajemen itu sendiri, fungsi fungsi manajemen menurut ramayulis adalah sebagai berikut:
a.Perencanaan (Planing)
Perencanaan adalah langkah pertama yang harus benar-benar dilaksanakan oleh
manajerjuga para pengelola pendidikan Islam, sebab sistem perencanaan yang meliputi
tujuan, dan sasaran, serta target pendidikan Islam harus didasarkan pada situasi dan kondisi
sumber daya yang dipunyai. DiDalam menetapkan perencanaan perlu diadakan penelitian
terlebih dahulu secara seksama juga akurat. Kesalahan didalam menetukan perencanaan
pada Pendidikan Islam akan berakibat sangatlah fatal bagi keberlangsungan pendidikan
Islam itu sendiri. Perencanaan tersebut harus tersusun secara rafi dan sisitematis, juga
rasional. Agar muncul pemahaman yang sangat mendalam terhadap perencanaan itu sendiri.
Pemahaman yang demikian bisa diambil makna yang tersirat dari firman Allah sebagai
berikut:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
pada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S. Al Hasyr :18)
Perencanaan pada pendidikan Islam bukan hanya diarahkan pada kesempatan dan
pencapaian kesempurnaan dan pencapaian kebahagian di dunia semata namun lebih jauh
dari itu diarahkan pula kepada kesempurnaan ukhrawi secara berimbang.
Dalam manajemen Pendidikan Islam perencanaan itu meliputi:
- penelitian prioritas agar supaya pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, sesuai
dgn prioritas kebutuhan supaya melibatkan semua komponen yang terlibat langsung dalam
proses pendidikan itu.
- Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan juga sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan dan
hasil dari pendidikan.
- Formulasi prosedur sebagai bagian dari tahapan-tahapan rencana tindakan
- Penyerahan tanggung jawab baik kpd individu maupun kelompok-kelompok
b. pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian darim sistem pendidikan Islam merupakan implementasi dari perencanaan
yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pengorganisasian perlu dilihat semua kekuatan
serta sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia. Sumber daya manusia
ditentukan dalam struktur keorganisasian, pola tata cara kerja, prosedur, dan iklim
organisasi secara transparan. Dengan demikian dalam aktifitas operasionalnya mampu
berjalan dengan teratur juga sistematis.
-
Sebuah organisasi pada manajemen pendidikan Islam akan bisa berjalan dengan lancar dan
sesuai dengan tujuan apabila konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain perjalanan
organisasi. Adapun prinsip tersebut adalah:
(1) kebebasan,
(2) keadilan,
(3) musyawarah.
c. Penggerakan (actualing)
Penggerakan dalam bidang pendidikan Islam merupakan suatu upaya untuk memyuguhkan
arahan serta bimbingan dan dorongan kepada seluruh SDM dari personil yang ada di dalam
suatu organisasi mampu menjalankan tugasnya dengan penuh kesadaran yang tinggi.
Dalam ilmu manajemen ada beberapa istilah yang memiliki pengertian yang sama dengan
actuating. Motivating yaitu usaha memberikan motivasi kepada seseorang supaya mau
melakukan suatau pekerjaan, directing yaitu ialah menunjuk orang lain agar supaya mau
melaksanakannya, staffing menyimpan seseorang pada sustu pekerjaan supaya yang
bersangkutan memiliki kemauan mengerjakan perbuatan yang sudah menjadi tanggung
jawabnya, leading memberikan bimbingan juga arahan kepada seseorang sehingga orang
tersebut ingin melaksanakan pekerjaan tertentu.
Semua pekerjaan tersebut sangat erat kaitannya dengan motivasi. Sedang motivasi itu adalah
inti daripada actuating itu sendiri . Motivasi adalah inti kaadaan dalam diri seseorang
yang bisa mendorong, serta mengaktifkan, juga menggerakan, yang mengarahkan /
menyalurkan prilaku pada tujuan. Motivasi memiliki kaitan yang sangat erat dengan niat.
Keduanya mempunyai hubungan yang sama-sama mempengaruhi. Niat dalam Islam
memiliki dua fungsi, yaitu:
(1) mengesahkan amal ibadah. Dan
(2) membedakan suatu aktifitas ibadah dengan aktivitas bukan ibadah . Dengan adanya niat
aktivitas daklam ibadah muncul bukan diarahkan pada gaji, dan harta, ataupun benda
materil lainnya, akan tetapi diarahkan kepada keridaan Allah SWT.
d. Pengawasan (controlling)
Pengawasan adalah merupakan keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan
operasional guna menjamin bahwa semua kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah
dirumuskan sebelumnya. Pengawasan dalam manajemen merupakan fungsi yang terakhir
dalam sistem manajemen.
Pengawasan dalam pendidikan Islam merupakan pengawasan yang sangat komplek,
pengawasan material dan pengawasan spiritual, adanya keyakinan bahwa kehidupan ini
bukanlah dimonitor oleh seorang manajer ataupun atasan saja, namun merasa langsung
diawasi oleh Allah SWT.
Firman Allah SWT
Katakanlah: "Jikalau kamu Menyembunyikan apa yang ada didalam hatimu atau kamu
-
melahirkannya, pasti Allah akan Mengetahuinya". Allah mengetahui apa-apa yang ada di
langit dan apa-apa yang ada di bumi ini dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Q.S Ali
Imran : 29)
Sistem pengawasan atau pengendalian dari sistem manajemen dalam pendidikan Islam adalah
tindakan sistematis yang bisa menjamin bahwa aktivitas operasionalnya bener-benar
mengacu pada perencanaan yang sudah ada. Pengawasan ini bukan hanya berlangsung
ketika proses manajemen pendidikan Islam telah selesai. Akan tetapi pengawasan ini
senantiasa diberlakukan sejak menetukan perencanaan maupun melaksanakan proses
pengorganisasian itu. Hal ini merupakan bagian pengawasan berlangsung yang senantiasa
dilakukan kapanpun dan dimanapun.
Tambahan :
Oleh : A. Farhan Syaddad dan Agus Salim
Berbicara tentang fungsi manajemen pendidikan Islam tidaklah bisa terlepas dari fungsi
manajemen secara umum seperti yang dikemukakan Henry Fayol seorang industriyawan
Prancis, dia mengatakan bahwa fungsi-fungsi manajemn itu adalah merancang,
mengorganisasikan, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu
kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada
pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang.
Sementara itu Robbin dan Coulter (2007:9) mengatakan bahwa fungsi dasar manajemen yang
paling penting adalah merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan.
Senada dengan itu Mahdi bin Ibrahim (1997:61) menyatakan bahwa fungsi manajemen atau
tugas kepemimpinan dalam pelaksanaannya meliputi berbagai hal, yaitu : Perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
Untuk mempermudah pembahasan mengenai fungsi manajemen pendidikan Islam, maka
kami (kelompok 1) akan menguraikan fungsi manajemen pendidikan Islam sesuai dengan
pendapat yang dikemukan oleh Robbin dan Coulter yang pendapatnya senada dengan Mahdi
bin Ibrahim yaitu : Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/kepemimpinan, dan
pengawasan.
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam
bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan
hasil yang optimal. Demikian pula halnya dalam pendidikan Islam perencanaan harus
dijadikan langkah pertama yang benar-benar diperhatikan oleh para manajer dan para
pengelola pendidikan Islam. Sebab perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah
kesuksesan, kesalahan dalam menentukan perencanaan pendidikan Islam akan berakibat
sangat patal bagi keberlangsungan pendidikan Islam. Bahkan Allah memberikan arahan
kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain sebuah rencana apa yang akan
dilakukan dikemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam Al Quran Surat Al Hasyr : 18 yang berbunyi :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ketika menyusun sebuah perencanaan dalam pendidikan Islam tidaklah dilakukan hanya
untuk mencapai tujuan dunia semata, tapi harus jauh lebih dari itu melampaui batas-batas
-
target kehidupan duniawi. Arahkanlah perencanaan itu juga untuk mencapai target
kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga kedua-duanya bisa dicapai secara seimbang.
Mahdi bin Ibrahim (l997:63) mengemukakan bahwa ada lima perkara penting untuk
diperhatikan demi keberhasilan sebuah perencanaan, yaitu :
1. Ketelitian dan kejelasan dalam membentuk tujuan 2. Ketepatan waktu dengan tujuan yang hendak dicapai 3. Keterkaitan antara fase-fase operasional rencana dengan penanggung jawab
operasional, agar mereka mengetahui fase-fase tersebut dengan tujuan yang hendak
dicapai
4. Perhatian terhadap aspek-aspek amaliah ditinjau dari sisi penerimaan masyarakat, mempertimbangkan perencanaa, kesesuaian perencanaan dengan tim yang
bertanggung jawab terhadap operasionalnya atau dengan mitra kerjanya,
kemungkinan-kemungkinan yang bisa dicapai, dan kesiapan perencanaan melakukan
evaluasi secara terus menerus dalam merealisasikan tujuan.
5. Kemampuan organisatoris penanggung jaawab operasional.
Sementara itu menurut Ramayulis (2008:271) mengatakan bahwa dalam Manajemen
pendidikan Islam perencanaan itu meliputi :
1. Penentuan prioritas agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, prioritas kebutuhan agar melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam proses pendidikan,
masyarakat dan bahkan murid.
2. Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan dan sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan
3. Formulasi prosedur sebagai tahap-tahap rencana tindakan. 4. Penyerahan tanggung jawab kepada individu dan kelompok-kelompok kerja.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Manajeman Pendidikan Islam
perencanaan merupakan kunci utama untuk menentukan aktivitas berikutnya. Tanpa
perencanaan yang matang aktivitas lainnya tidaklah akan berjalan dengan baik bahkan
mungkin akan gagal. Oleh karena itu buatlah perencanaan sematang mungkin agar menemui
kesuksesan yang memuaskan.
2. Fungsi Pengorganisasian (organizing)
Ajaran Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu secara
terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi
akan dengan mudah bisa diluluhlantakan oleh kebathilan yang tersusun rapi.
Menurut Terry (2003:73) pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen
dilaksnakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur
manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.
Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan
pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pada
pengaturan mekanisme kerja. Dalam sebuah organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan
(Didin dan Hendri, 2003:101)
Sementara itu Ramayulis (2008:272) menyatakan bahwa pengorganisasian dalam pendidikan
Islam adalah proses penentuan struktur, aktivitas, interkasi, koordinasi, desain struktur,
wewenang, tugas secara transparan, dan jelas. Dalam lembaga pendidikan Isla, baik yang
bersifat individual, kelompok, maupun kelembagaan.
Sebuah organisasi dalam manajemen pendidikan Islam akan dapat berjalan dengan lancar
dan sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain perjalanan
organisasi yaitu Kebebasan, keadilan, dan musyawarah. Jika kesemua prinsip ini dapat
-
diaplikasikan secara konsisten dalam proses pengelolaan lembaga pendidikan islam akan
sangat membantu bagi para manajer pendidikan Islam.
Dari uraian di atas dapat difahami bahwa pengorganisasian merupakan fase kedua setelah
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pengorganisasian terjadi karena pekerjaan yang
perlu dilaksanakan itu terlalu berat untuk ditangani oleh satu orang saja. Dengan demikian
diperlukan tenaga-tenaga bantuan dan terbentuklah suatu kelompok kerja yang efektif.
Banyak pikiran, tangan, dan keterampilan dihimpun menjadi satu yang harus dikoordinasi
bukan saja untuk diselesaikan tugas-tugas yang bersangkutan, tetapi juga untuk menciptakan
kegunaan bagi masing-masing anggota kelompok tersebut terhadap keinginan keterampilan
dan pengetahuan.
3. Fungsi Pengarahan (directing).
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada rekan kerja sehingga mereka
menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Di dalam fungsi pengarahan terdapat empat komponen, yaitu pengarah, yang diberi
pengarahan, isi pengarahan, dan metode pengarahan. Pengarah adalah orang yang
memberikan pengarahan berupa perintah, larangan, dan bimbingan. Yang diberipengarahan
adalah orang yang diinginkan dapat merealisasikan pengarahan. Isi pengarahan adalah
sesuatu yang disampaikan pengarah baik berupa perintah, larangan, maupun bimbingan.
Sedangkan metode pengarahan adalah sistem komunikasi antara pengarah dan yang diberi
pengarahan.
Dalam manajemen pendidikan Islam, agar isi pengarahan yang diberikan kepada orang yang
diberi pengarahan dapat dilaksanakan dengan baik maka seorang pengarah setidaknya harus
memperhatikan beberapa prinsip berikut, yaitu : Keteladanan, konsistensi, keterbukaan,
kelembutan, dan kebijakan. Isi pengarahan baik yang berupa perintah, larangan, maupun
bimbingan hendaknya tidak memberatkan dan diluar kemampuan sipenerima arahan, sebab
jika hal itu terjadi maka jangan berharap isi pengarahan itu dapat dilaksanakan dengan baik
oleh sipenerima pengarahan.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa fungsi pengarahan dalam manajemen
pendidikan Islam adalah proses bimbingan yang didasari prinsip-prinsip religius kepada
rekan kerja, sehingga orang tersebut mau melaksanakan tugasnya dengan sungguh- sungguh
dan bersemangat disertai keikhlasan yang sangat mendalam.
4. Fungsi Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna
menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Bahkan Didin dan Hendri (2003:156) menyatakan bahwa dalam pandangan Islam
pengawasan dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah dan
membenarkan yang hak.
Dalam pendidikan Islam pengawasan didefinisikan sebagai proses pemantauan yang terus
menerus untuk menjamin terlaksananya perencanaan secara konsekwen baik yang bersifat
materil maupun spirituil.
Menurut Ramayulis (2008:274) pengawasan dalam pendidikan Islam mempunyai
karakteristik sebagai berikut: pengawasan bersifat material dan spiritual, monitoring bukan
hanya manajer, tetapi juga Allah Swt, menggunakan metode yang manusiawi yang
menjunjung martabat manusia. Dengan karakterisrik tersebut dapat dipahami bahwa
pelaksana berbagai perencaan yang telah disepakati akan bertanggung jawab kepada
manajernya dan Allah sebagai pengawas yang Maha Mengetahui. Di sisi lain pengawasan
dalam konsep Islam lebih mengutamakan menggunakan pendekatan manusiawi, pendekatan
yang dijiwai oleh nilai-nilai keislaman.
-
Penelitian ini secara fokus mengkaji kontribusi kemampuan manajerial kepala sekolah dan
sistem informasi kepegawaian terhadap kinerja mengajar guru pada sekolah menengah
pertama negeri.
Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analisis. Pelaksanaan penelitian dilakukan
pada guru sekolah menengah pertama negeri di Kecamatan Purwakarta yaitu sebanyak 128
guru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara
kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru pada kategori sedang
(45,10%) dan sistem informasi kepegawaian terhadap kinerja mengajar guru pada kategori
rendah (61,60%) dan kemampuan manajerial kepala sekolah dan sistem informasi
kepegawaian secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru pada kategori sedang
(65,30%).
D. Definisi, Unsur, Prinsip, Manfaat Program Total Quality Management (TQM)
1. Definisi TQM
TQM atau Total Quality Management (Bahasa Indonesia: manajemen kualitas total) adalah
strategi manajemen yang ditujukan untuk menanamkan kesadaran kualitas pada semua
proses dalam organisasi. Sesuai dengan definisi dari ISO, TQM adalah "suatu pendekatan
manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat pada kualitas, berdasarkan partisipasi
semua anggotanya dan bertujuan untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan
pelanggan serta memberi keuntungan untuk semua anggota dalam organisasi serta
masyarakat."
Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada
pelanggan dengan memperkenalkan perubahan manajemen secara sistematik dan perbaikan
terus menerus terhadap proses, produk, dan pelayanan suatu organisasi. Proses Total Quality
Management bermula dari pelanggan dan berakhir pada pelanggan pula.
Konsep Total Quality Management berasal dari tiga kata yaitu total, quality, dan
management. Fokus utama dari TQM adalah kualitas/ mutu. Mutu sebagai tercukupinya
kebutuhan (conformance to requirement).
Kata selanjutnya adalah total, yang dalam bahasa Indonesia sering dipakai kata menyeluruh
atau terpadu. Kata total (terpadu) dalam Total Quality Management menegaskan bahwa
setiap orang yang berada dalam organisasi harus terlibat dalam upaya peningkatan secara
terus menerus.
Unsur ketiga dari Total Quality Management, adalah kata management, yang merupakan
konsep awal dari TQM itu sendiri. Ada banyak definisi manajemen yang telah dikemukakan
oleh para pakar. Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa Inggris management
yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan.
Menurut Tjiptono, Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya. Singkatnya
TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan
berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.
Tujuannya adalah untuk menjamin bahwa pelanggan puas terhadap barang dan jasa yang
diberikan, serta menjamin bahwa tidak ada pihak yang dirugikan.
Total Quality Management (TQM) merupakan suatu konsep manajemen modern yang
berusaha untuk memberi kan respon secara tepat terhadap setiap perubahan yang ada, baik
yang didorong oleh kekuatan eksternal maupun internal organisasi. Dasar pemikiran peiunya
-
TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara terbaik agar dapat bersaing unggul dalam
persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas yang terbaik. Oleh karena itu, Total
Quality Management (TQM) merupakan teori ilmu manajemen yang mengarahkan pimpinan
organisasi dan personilnya untuk melakukan program perbaikan mutu secara
berkesinambungan yang terfokus pada pencapaian kepuasan para pelanggan.
Mendefinisikan mutu / kualitas memerlukan pandangan yang komprehensif. Ada beberapa
elemen bahwa sesuatu dikatakan berkualitas, yakni;[2]
1) Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan
2) Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
3) Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang dianggap berkualitas saat ini
mungkin dianggap kurang berkualitas pada saat yang lain).
4) Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Mutu terpadu atau disebut juga Total Quality Management (TQM) dapat didefinisikan dari
tiga kata yang dimilikinya yaitu: Total (keseluruhan), Quality (kualitas, derajat/tingkat
keunggulan barang atau jasa), Management (tindakan, seni, cara menghendel, pengendalian,
pengarahan). Dari ketiga kata yang dimilikinya, definisi TQM adalah: sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dengan kegiatan yang
diupayakan benar sekali (right first time), melalui perbaikan berkesinambungan (continous
improvement) dan memotivasi karyawan (Kid Sadgrove, 1995)[3]
Seperti halnya kualitas, Total Quality Management dapat diartikan sebagai berikut;
1) Perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun
berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan
pelanggan (Ishikawa, 1993, p.135).
2) Sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan
berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi
(Santosa, 1992, p.33).
3) Suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan
daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses,
dan lingkungannya.[4]
Pengertian lain dikemukakan oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U. mengatakan bahwa
Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang
mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas
produk, jasa, tenaga kerja, proses, dan lingkungannya.
Filosofi dasar dari TQM adalah "sebagai efek dari kepuasan konsumen, sebuah organisasi
dapat mengalami kesuksesan."
Kendaraan yang digunakan dalam TQM:
1. Manajemen Harian 2. Manajemen Kebijakan 3. Manajemen Cross-functional 4. Gugus Kendali Mutu 5. Manajemen Keselamatan Kerja
TQM telah digunakan secara luas dalam manufaktur, pendidikan, pemerintahan, dan
industri jasa, bahkan program-program luar angkasa dan ilmu pengetahuan NASA.
2. Unsur-unsur utama TQM
a) Fokus pada pelanggan.
b) Obsesi terhadap kualitas.
-
c) Pendekatan ilmiah.
d) Komitmen jangka panjang.
e) Kerja sama tim.
f) Perbaikan sistem secara berkesinambungan.
g) Pendidikan dan pelatihan.
h) Kebebasan yang terkendali.
i) Kesatuan tujuan.
j) Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.[5]
3. Prinsip-prinsip TQM
Ada beberapa tokoh yang mengemukakan prinsip-prinsip TQM. Salah satunya adalah Bill
Crash, 1995, mengatakan bahwa program TQM harus mempunyai empat prinsip bila ingin
sukses dalam penerapannya. Keempat prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a) Program TQM harus didasarkan pada kesadaran akan kualitas dan berorientasi pada
kualitas dalam semua kegiatannya sepanjang program, termasuk dalam setiap proses dan
produk.
b) Program TQM harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat dalam memberlakukan
karyawan, mengikutsertakannya, dan memberinya inspirasi.
c) Progran TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan
wewenang disemua tingkat, terutama di garis depan, sehingga antusiasme keterlibatan dan
tujuan bersama menjadi kenyataan.
d) Program TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua prinsip,
kebijaksanaan, dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah organisasi.
Lebih lanjut Bill Creech, 1996, menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam sistem TQM harus
dibangun atas dasar 5 pilar sistem yaitu; Produk, Proses, Organisasi, Kepemimpinan, dan
Komitmen.
Lima Pilar TQM :
1) Produk
2) Proses
3) Organisasi
4) Pemimpin
5) Komitmen
Produk adalah titik pusat untuk tujuan dan pencapaian organisasi. Mutu dalam produk tidak
mungkin ada tanpa mutu di dalam proses. Mutu di dalam proses tidak mungkin ada tanpa
organisasi yang tepat. Organisasi yang tepat tidak ada artinya tanpa pemimpin yang
memadai. Komitmen yang kuat dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung bagi semua
yang lain. Setiap pilar tergantung pada keempat pilar yang lain, dan kalau salah satu lemah
dengan sendirinya yang lain juga lemah.[6]
Pendapat lain dikemukakan oleh Hensler dan Brunnell (dalam Scheuing dan Christopher,
1993: 165-166) yang dikutip oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U. dalam bukkunya yang
berjudul Manjemen Mutu Terpadu, mengatakan bahwa TQM merupakan suatu konsep yang
berupaya, melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu, diperlukan
perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi. ada empat prinsip utama
dalam TQM, yaitu :
1) Kepuasan pelanggan.
2) Respek terhadap setiap orang.
3) Manajemen berdasarkan fakta.
4) Perbaikan berkesinambungan.[7]
4. Manfaat Program TQM
-
TQM sangat bermanfaat baik bagi pelanggan, institusi, maupun bagi staf organisasi.
- Manfaat TQM bagi pelanggan adalah:
1) Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau pelayanan.
2) Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih diperhatikan.
3) Kepuasan pelanggan terjamin.
- Manfaat TQM bagi institusi adalah:
1) Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan
2) Staf lebih termotivasi
3) Produktifitas meningkat
4) Biaya turun
5) Produk cacat berkurang
6) Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.
- Manfaat TQM bagi staf Organisasi adalah:
1) Pemberdayaan
2) Lebih terlatih dan berkemampuan
3) Lebih dihargai dan diakui
- Manfaat lain dari implementasi TQM yang mungkin dapat dirasakan oleh institusi di
masa yang akan datang adalah:
1) Membuat institusi sebagai pemimpin (leader) dan bukan hanya sekedar pengikut
(follower)
2) Membantu terciptanya tim work
3) Membuat institusi lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan
4) Membuat institusi siap dan lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan
5) Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih mudah
5. Persyaratan Implementasi TQM
Agar implementasi program TQM berjalan sesuai dengan yang diharapkan diperlukan
persyaratan sebagai berikut:
1) Komitmen yang tinggi (dukungan penuh) dari menejemen puncak.
2) Mengalokasikan waktu secara penuh untuk program TQM
3) Menyiapkan dana dan mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas
4) Memilih koordinator (fasilitator) program TQM
5) Melakukan banchmarking pada perusahaan lain yang menerapkan TQM
6) Merumuskan nilai (value), visi (vision) dan misi (mission)
7) Mempersiapkan mental untuk menghadapi berbagai bentuk hambatan
8) Merencanakan mutasi program TQM.[8]
6. TQM dalam Pendidikan
Manajemen Mutu Terpadu yang diterjemahkan dari Total Quality Management (TQM) atau
disebut pula Pengelolaan Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan mutu pendidikan
melalui peningkatan mutu komponen terkait. M. Jusuf Hanafiah, dkk (1994:4)
mendefinisikan Pengelolaan Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan yang sistematis,
praktis, dan strategis dalam menyelenggarakan suatu organisasi, yang mengutamakan
kepentingan pelanggan. pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengendalikan
mutu. Sedang yang dimaksud dengan Pengeloaan Mutu Total (PMT) Pendidikan tinggi (bisa
pula sekolah) adalah cara mengelola lembaga pendidikan berdasarkan filosofi bahwa
meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakukan oleh semua unsur lembaga sejak dini
secara terpadu berkesinambungan sehingga pendidikan sebagai jasa yang berupa proses
-
pembudayaan sesuai dengan dan bahkan melebihi kebutuhan para pelanggan baik masa kini
maupun yang akan datang.
Dalam MMT sekolah dipahami sebagai Unit Layanan Jasa, yakni pelayanan pembelajaran.
Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah ) adalah: 1)
Pelanggan internal : guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga administrasi, 2) Pelanggan
eksternal terdiri atas : pelanggan primer (siswa), pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah
dan masyarakat), pelanggan tertier (pemakai/penerima lulusan baik diperguruan tinggi
maupun dunia usaha).
Karakteristik Sekolah Bermutu Terpadu
7. Pengertian, Karakteristik, Dimensi Jasa Pendidikan
1. Pengertian Jasa Pendidikan
Jasa adalah meliputi segenap kegiatan ekonomi yang menghasilkan output (keluaran) berupa
produk atau konstruksi (hasil karya) nonfisik, yang lazimnya dikonsumsi pada saat
diproduksi dan memberi nilai tambah pada bentuk (form) seperti kepraktisan,
kecocokan/kepantasan, kenyamanan, dan kesehatan, yang pada initnya menarik cita rasa
pada pembeli pertama.
Sementara itu, jasa pendidikan merupakan jasa yang bersifat kompleks karena bersifat padat
karya dan padat modal. Artinya, dubutuhkan banyak tenaga kerja yang memiliki skill khussu
dalam bidang pendidikan dan padat modal karena membutuhkan infrastruktur (peralatan)
yang lengkap.
2. Karakteristik Jasa Pendidikan
a. Tidak Berwujud (Intangibility)
Jasa tidak berwujud seperti produk fisik, yang menyebabkan pengguna jasa pendidikan tidak
dapat melihat, mencium, meraba, mendengar, dan merasakan hasilnya sebelum mereka
mengkonsumsinya (menjadi subsistem lembaga pendidikan). untuk menekan ketidak pastina,
pengguna jasa pendidikan akan mencari tanda atau informasi tentan kualitas jasa tersebut.
Tanda maupun informasi dapat diperoleh atas dasar letak lokasi lembaga pendidikan,
lembaga pendidikan penyelenggara, peralatan dan alat komunkasi yang digunakan. Beberapa
hal yang akan dilakukan lembaga pendidikan untuk meningkatkan calon pengguna jasa
pendidikan adalah :
1. Meningkatkan visualisasi jasa yang tidak berwujud menjadi berwujud
2. Menekankan pada manfaat yang akan diperoleh (lulusan lembaga pendidikan)
3. Menciptakan atau membangun suatu nama merek lembaga pendidikan (education brand
name);
-
4. Memakai nama seseorang yang sudah dikenal unuk meningkatkan kepercayaan
konsumen.
b. Tidak Terpisahkan (Inseparability)
Jasa pendidikan tidak dapat terpisahkan dari sumbernya, yaitu lembaga pendidikan yang
menyediakan jasa tersebut. Artinya, jasa pendidikan dihasilkan dan dikonsumsi secara
serempak (simultan) pada waktu yang sama. Jika peserta didik membeli jasa maka akan
berhadapan langsung dengan penyedia jasa pendidikan. Dengan demikian, jasa lebih
diutamakan penjualannya secara langsung dengan skala operasi yang terbatas. Oleh Karen
itu, lembaga pendidikan dapat menggunakan strategi bekerja dalam kelompok yang lebih
besar, bekerja lebih cepat, atau melatih para penyaji jasa agar mereka mampu membina
kepercayaan pelanggannya (peserta didik).
c. Bervariasi (Variability)
Jasa pendidikan yang diberikan seringkali berubah-ubah. Hal ini akan sangat tergantung
kepada siapa yang menyajikannya, kapan, serta di mana disajikan jasa pendidikan tersebut.
Oleh Karen itu, jasa pendidikan sulit untuk mencapai kualitas yang sesuai dengan standar.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, lembaga pendidikan dapat melakukan beberapa strategi
dalam mengendalikan kualitas jasa yang dihasilkan dengan cara berikut. Pertama,
melakukan seleksi dan mengadakan pelatihan untuk mendapatkan SDM jasa pendidikan
yang lebh baik. Kedua, membuat standarrisasi proses kerja dalam menghasikan jasa
pendidikan dengan baik. Ketiga, selalu memonitor kepuasan peserta didik melalui sistem
kotak saran, keluhan, maupun survey pasar.
d. Mudah Musnah (perihability)
Jasa pendidikan tidak dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu atau jasa pendidikan
tersebut mudah musnah sehingga tidak dapat dijual pada waktu mendatang. Karakteristik
jasa yang cepat musnah bukanlah suatu masalah jika permintaan akan jasa tersebut stabil
karena jasa pendidikan mudah dalam persiapan pelayanannya. Jika permintaannya
berfluktuasi, lembaga pendidikan akan menghadapai masalh dalam mempersiapkan
pelayananya. Untuk itu, diperlukan program pemasaran jasa yang sangan cermat agar
permintaan terhadap jasa pendidkan selalu stabil.
3. Dimensi Kualitas Pelayanan pada Jasa Pendidikan
Kualitas jasa pendidikan dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi pelanggan
atas pelayanan yang diperoleh atau diterima secara nyata oleh mereka dengan pelayanan
yang sesungguhnya diharapkan. Jika kenyataan lebih dari yang diharrpkan, pelayanan dapat
dikatakan bermutu. Sebaliknya jika kenyataan kurang dari yang diharapkan, pelayanan
dapat dikatakan tidak bermutu Namun apabila kenyataan sama dengan harapan, maka
kualitas pelayanan disebut memuaskan. Dengan demikian, kualitas pelayanan dapat
didefinisikan seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan para pelanggan atas
layanan yang diterima mereka, dimensi jasa pendidikan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a) Bukti Fisik (tangible)
Bukti fisik berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan yang tercantum dalam pasal Pasal 42 bab VII Standar Sarana dan Prasarana
Pendidikan yang berisi sebagai berikut :
(1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
-
(2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas,
ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan,
ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya
dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan
ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
b) Keandalan (reliability)
Yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera atau cepat, akurat,
dan memuaskan.
c) Daya Tanggap (responsiveness)
Yaitu kemauan/kesediaan para staff untuk membantu para peserta didik dan memberikan
pelayanan cepat tanggap.
d) Jaminan (assurance)
Yaitu mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, respek terhadap peserta didik, serta
memiliki sifat dapat dipercaya, bebas dari bahaya dan keragu-raguan. Sebagaimana yang
tercantum dalam pasal 28 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, yang berisi :
(1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.[13]
e) Empati (empathy)
Yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi dengan baik, perhatian pribadi,
dan memahami kebutuhan peserta didiknya.
Dimensi kualitas pelayanan yang mempengarui harapan dan kenyataan
Menurut Maxwell ada enam dimensi kualitas jasa pendidikan.
1. Akses yang berhubungan dengan kemudahan mendapatkan jasa pendidikan yang
diperoleh di tempat yang mudah dijangkau pada waktu yang tepat dan nyaman.
2. Kecocokan dengan timgkat kebutuhan pelanggan, yaitu kecocokan akan profil tingkat
pendidikan populasi dan kelompok yang membutuhkannya.
3. Efektivitas yang berhubungan dengan adanya kemampuan penyaji jasa pendidikan (staf
pengajar) untuk melayani atau menciptakan hasil yang diinginkan.
4. Ekuitas yang berhubungan dengan distribusi sumber-sumber pelayanan lembaga
pendidikan yang adil dalam suatu sistem yang didukung secara umum.
5. Diterima secara social yang berhubungan dengan kondisi lingkungan, komunikasi dan
kebebasan, atau keleluasaan pribadi.
6. Efesiensi dan ekonomis yang mengacu kepada pengertian layanan terbaik untuk
besarnya biaya yang tepat.
-
Dalam MMT (Manajemen Mutu Terpadu) keberhasilan sekolah diukur dari tingkat kepuasan
pelanggan, baik internal maupun eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu
memberikan pelayanan sama atau melebihi harapan pelanggan. Dilihat jenis pelanggannya,
maka sekolah dikatakan berhasil jika :
1. Siswa puas dengan layanan sekolah, antara lain puas dengan pelajaran yang diterima,
puas dengan perlakuan oleh guru maupun pimpinan, puas dengan fasilitas yang disediakan
sekolah. Pendek kata, siswa menikmati situasi sekolah.
2. Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap anaknya maupun layanan kepada orang
tua, misalnya puas karena menerima laporan periodik tentang perkembangan siswa maupun
program-program sekolah.
3. Pihak pemakai/penerima lulusan (perguruan tinggi, industri, masyarakat) puas karena
menerima lulusan dengan kualitas sesuai harapan.
4. Guru dan karyawan puas dengan pelayanan sekolah, misalnya pembagian kerja,
hubungan antarguru/karyawan/pimpinan, gaji/honorarium, dan sebagainya. (Panduan
Manajemen Sekolah, 2000:193).
7. Pendekatan Kualitas Layanan Jasa Pendidikan
Mengevaluasi kualitas layanan jasa pendidikan diperlukan pendekatan yang komperhensif
karena jasa pendidikan merupaka jasa yang memiliki karakteristik cukup kompleks
dibandingkan jasa lainnya. Karena jasa pendidikan padat modal, investasi bidang pendidikan
yang berkualitas dan memiliki value dari pengguna jasa pendidikan. Saat ini memerlukan
modal yang sangat besar di samping padat karya (memerlukan tenaga SDM) yang memiliki
dedikasi, kapabilitas, maupun skill yang spesifik.
Terdapat dua pendekatan untuk memberikan pelayanan yang bermutu kepada pengguna jasa
pendidikan, yaitu sebagai berikut.
1. Pendekatan Segitiga Layanan (triangle Service)
Merupakan suatu model interaktif manajemen layanan yang mencerminkan hubungan antara
lembaga pendidikan dengan para pengguna jasa pendidikan (siswa/mahasiswa). Model
tersebut terdiri dari 3 elemen, yaitu :
a) Strategi Layanan (Service Layanan)
Suatu strategi untuk memberikan layanan dengan mutu yang sebaik-baiknya kepada para
pengguna jasa. Strategi layanan yang efektif harus didasari oleh konsep atau misi yang dapat
dengan mudah dimengerti oleh seluruh individu dalam lembaga pendidikan.
b) Sumber Daya Manusia yang Memberikan Pelayanan (people)
Dalam hal ini ada tiga kelompok SDM yang memberikan layanan, yaitu SDM kelompok
pertama adalah staf pengajar (guru, dosen) yang berhadapan secara langsung dengan
pelanggan dalam proses pembelajaran. Kelompok SDM kedua adalah mereka yang
menyiapkan sarana proses pembelajaran (alat untuk mempelancar proses pembelajaran) dan
kelompok SDM ketiga adalah penjaga keamanan sekolah. Tergolong dalam kelompok
manapun, SDM tetap diperlukan untuk memusatkan perhatian pada para pelanggan dengan
cara mengetahui siapa pelanggan lembaga pendidikan tersebut, apa saja kebuthan para
pelanggan, dan mencari tahu bagaimana cara memenuhi/memuaskan kebutuhannya.
c) Sistem Layanan (service system)
Prosedur atau tata cara untuk memberikan layanan kepada para pelanggan yang melibatkan
seluruh fasilitas fisik yang dimiliki dan sumber daya manusia yang ada. Sistem ini harus
layanan yang efektif adalah kemudahan untuk memberikan layanan dengan sistem yang
hampir tidak kelihatan oleh pelanggan.
2. Pendekatan Total Quality Service (TQS)
-
Total quality service atau layanan mutu terpadu adalah suatu keadaan ketika sebuah lembaga
pendidikan memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan bermutu kepada para
pelanggan maupun pemilik lembaga pendidikan (pemerintah atau yayasan) san pegawainya.
TQS ini memiliki 5 elemen yang saling terkait satu sama lain, yaitu :
a) Riset Pasar dan Pelanggan (market and customer research)
Riset pasar adalah kegiatan penelitian terhadap struktur dan dinamika pasar tempat lembaga
pendidikan berada yang meliputi identifikasi segmen pasar, analisis demografis, dan analisis
kekuatan yang ada di dalam pasar itu sendiri.
b) Perumusan Strategi (strategy formulation)
Suatu proses perancangan strategi untuk mempertahankan pelanggan yang ada dan meraih
pelanggan baru.
c) Pendidikan, Pelatihan, dan Komunikasi (education, traning and communication)
Pendidikan dan pelatihan sangat penting dalam pengembangan dan peningkatan mutu
layanan (pengetahuan dan kemampuan) sumber daya manusia agar mereka mampu
memberikan layanan yang bermutu kepada para pelanggannya. Adapun komunikasi
berperan dalam mendistribusikan informasi kepada setiap individu yang terlibat dalam
lembaga pendidikan.
d) Penyempurnaan Proses (process improvement)
Penyempurnaan proses merupakan berbagai usaha di setiap hierarki manajemen pendidikan
untuk secara berkesinambungan menyempurnakan proses pemberi layanan dan secara aktif
memberikan cara baru dalam memperbaiki layanan.
e) Penilaian, Pengukuran, dan Umpan balik (assessment, measurement, and feedback)
Penilaian, pengukuran, dan umpan balik berperan dalam menginformasikan kepada penyaji
jasa pendidikan seberapa jauh mereka mampu memenuhi keinginan dan harapan
pelanggannya. Hasil penilaian kinerja dan umpan balik dapat dijadikan dasar untuk
memberikan balas jasa kepada merka, serta memberikan isyarat kepada lembaga pendidikan
tentang apa yang masih harus diperbaiki, kapan diperbaiki, dan bagaimana cara
memperbaikinya.
Sumber: Karl Albrecht & Ron Zemke (1990)
Total Quality Service (TQS)
8. Kesenjangan dan Upaya-upaya Perbaikan dalam Layanan Lembaga Pendidikan
Kesenjangan yang terjadi pada lembaga pendidikan, yang dapat membuat lembaga
pendidikan tidak mampu memberikan layanan yang bermutu kepada para pelanggannya.
Ada 5 kesenjangan yang dapat membuat lembaga pendidikan tidak mampu memberikan
layanan yang bermutu kepada pelanggannya.
1) Kesenjangan 1: Kesenjangan antara harapan pelanggan dan persepsi manajemen
lembaga pendidikan. Kesenjangan tersebut terbentuk akibat pihak manajemen lembaga
pendidikan salah memahami apa yang menjadi harapan pelanggan lembaga pendidikan.
-
2) Kesenjangan 2: Kesenjangan antara persepsi pihak manajemen lembaga pendidikan
atas harapan pelanggan dan spesifikasi kualitas layanan. Kesenjangan tersebut terjadi akibat
kesalahan dalam menerjemahkan persepsi pihak ke dalam bentuk tolak ukur kualitas
layanan.
3) Kesenjangan 3: Kesenjangan antara spesifikasi kualitas layanan dan pemberian layanan
kepada pelanggan. Kesenjangan tersebut lebih di akibatkan oleh ketidakmampuan sumber
daya manusia lembaga pendidikan untuk memenuhi standar mutu layanan yang ditetapkan.
4) Kesenjangan 4: Kesenjangan antara pemberian layanan kepada pelanggan dan
komunikasi eksternal lembaga pendidikan. Kesenjangan ini tercipta karena lembaga
pendidikan tidak mampu memenuhi janjinya yang dikomunikasikan secara eksternal melalui
berbagai bentuk promosi.
5) Kesenjangan 5: Kesenjangan antara harapan pelanggan dan kenyataan layanan yang
diterima. Kesenjangan tersebut sebagai akibat tidak terpenuhinya harapan para pelanggan.
Menurut Zeithhaml ada beberapa cara untuk menghilangkan kesenjangan tersebut antara
lain:
1) Menghilangkan kesenjangan 1: memberikan kesempatan kepada para pelanggan untuk
menyampaikan ketidakpuasan mereka kepada lembaga pendidikan, mencari tahu keinginan
dan harapan para pelanggan lembaga pendidikan sejenis, melakukan penelitian yang
mendalam tentang pelanggan, membentuk panel pelanggan, melakukan studi komperhensif
tentang harapan pelanggan, memperbaiki kualitas komunikasi antarsumber daya manusia
dalam lembaga pendidikan, serta mengurangi birokrasi lembaga pendidikan.
2) Menghilangkan kesenjangan 2: memperbaiki kualitas kepemimpinan lembaga
pendidikan, mempertinggi komitmen sumber daya manusia terhadap mutu layanan,
mendorong sumber daya manusia lebih inovatif dan responsive terhadap ide-ide baru, serta
standarisasi pekerjaan yang ingin dicapai secara efektif.
3) Menghilangkan kesenjangan 3: memperjelas uraian pekerjaan, meningkatkan kesesuain
antara sumber daya manusia, teknologi dan pekerjaan, megukur kinerja dan balas jasa sesuai
dengan kinerja, membangun kerja sama antara sumber daya manusia, serta memperlakukan
pelanggan seperti bagian dari keluarga besar lembaga pendidikan.
4) Menghilangkan kesenjangan 4: memperlancar arus komunikasi antara unit dalam
organisasi lembaga pendidikan, memberikan pelayanan yang konsisten, memberikan
perhatian yang lebih besar pada aspek vital mutu layanan, menjada agar pesan yang
disampaikan secara eksternal tidak membentuk harapan para pelanggan yang melebihi
kemampuan lembaga pendidikan serta mendorong para pelanggan untuk menjadi pelanggan
yang lebih baik dan loyal.[16]
9. Strategi Peningkatan Mutu Layanan Pendidikan.
1. Fokus pada Pengguna Jasa Pendidikan (Pelanggan)
Kepuasan pengguna jasa pendidikan merupakan factor yang sangat penting dalam TQM.
Oleh sebab itu, identifikasi pengguna jasa pendidikan dan kebutuhan mereka merupakan
aspek yang krusial. Adapun langkah pertama TQM adalah memandang siswa/mahasiswa
sebagai pelanggan yang harus dilayani dengan baik.
2. Kepemimpinan
Kesadaran akan kualitas dalam lembaga pendidikan tergantung kepada faktor intangibles,
terutama sikap manajemen tingkat atas (pimpinan lembaga pendidikan dasar menengah,
kepala sekolah, dan pemimpin perguruan tinggi/rektorat) terhadap kualitas jasa pendidikan.
-
Pencapaian tingkat kualitas bukan hasil penerapan jangka pendek untuk meningkatkan daya
saing, melainkan melalui implementasi TQM yang mensyaratkan kepemimpinan yang
kontinyu.[17] Dewan sekolah, pengawas dan administrator berperan dalam memfokuskan
dan memberi arahan pada wilayah dan sekolah. Merekalah yang memiliki visi masa depan,
dan mereka jugalah yang berkemampuan mengajak para guru dan staf untuk mau menerima
visi itu sebagai miliknya. Ini mengacu pada tanggung jawab bersam. Para guru dan staf
memiliki komitmen untuk mewujudkan visi tersebut.[18] Pemimpin perlu memiliki
karakteristik pribadi yang mencakup dorongan, motivasi untuk memimpin, kejujuran dan
integritas, kepercayaan diri, inisiatif, krativitas/originalitas, adaptabilitas/fleksibikitas,
kemampuan kognitif, serta pengetahuan dan charisma. Kualitas manajerial pimpinan harus
dapat memberikan inspirasi pada semua jajaran manajemen agar mampu memperagakan
kualitas kepemimpinan yang sama, yang diperlukan untuk mengembangkan budaya TQM.
Oleh sebab itu, keterlibatan langsung pemimpin lembaga pendidikan sangat penting.
3. Perbaikan yang Berkesinambungan
Perbaikan yang berkesenimbangunan berkaitan dengan komitmen (continuous quality
improvement atau CQI) dan proses (continuous process improvement). Komitmen terhadap
kualitas dimulai dengan pernyatann dedikasi pada misi dan visi bersama, serta
pemberdayaan semua partisipan untuk secara inkremental mewujudkan visi tersebut (Lewis
dan Simth, 1994). Perbaikan yang berkesinambungan tergantung kepada dua unsur. Pertama,
mempelajari proses, alat, dan ketrampilan yang tepat. Kedua, menerapkan ketrampilan baru
pada small achieveable projects. Upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan dalam
lembaga pendidikan harus menggunakan pendekatan sistem terbuka atas fungsi inti lembaga
pendidikan, student learning. Ada tiga pendekatan yang digunakan untuk menjamin kualitas
lembaga pendidikan, yaitu (1) Pendekatan akreditas, (2) Pendekatan outcome assessment, dan
(3) Pendekatan sistem terbuka (Lewish & Smith, 1994).[19]
Penyempurnaan kualitas berkesinambungan dalam lembaga pendidikan
Perbaikan berkelanjutan merupakan hal penting untuk setiap organisasi mutu. Perbaikan
tersebut hanya dapat dicapai bila setiap orang disekolah atau wilayah bekerja bersama-sama
dan:
* Menerapkan roda mutu