manajemen persediaan
DESCRIPTION
Prosedur Penerimaan, Penyimpanan, Pengawasan Serta Inventarisasi PersediaanTRANSCRIPT
PROSEDUR PENERIMAAN, PENYIMPANAN, PENGAWASAN PERSEDIAAN, PEMBUKUAN SERTA
INVENTARISASI PERSEDIAAN
Makalah
Sebagai tugas kelompok untuk Mata Kuliah
Manajemen Persediaan
Pada Program Studi Manajemen Pemasaran
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
Oleh
KELOMPOK 4
ANDINA NARUMDANA (1101002010003)
NANDA KHALISA (1101002010005)
MIFTAHUL RIZMI (1101002010012)
MIRZA IRWANDA (0901002010077)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMASARAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM- BANDA ACEH
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu sumber penyebab terjadinya pemborosan dalam suatu organisasi atau
perusahaan adalah tidak dilaksanakannya inventarisasi barang secara teliti, tertib, dan
benar. Dengan tidak adanya ketelitian dan ketertiban dalam inventarisasi persediaan,
maka keberadaan dan penggunaan persediaan yang telah diadakan maupun telah
disalurkan kepada unit-unit kerja tidak dapat dikontrol secara optimal sehingga tidak
terjaminnya keamanan dan keselamatan persediaan. Ketidaktelitian dan ketidaktertiban
dalam inventarisasi persediaan juga bisa menimbulkan proses kerja yang tidak efektif
dan efisien pada setiap unit kerja dalam suatu organisasi. Dampak dari hal tersebut
tentunya akan meninbulkan inefisiensi organisasi secara keseluruhan.
Dengan demikian, kegiatan inventarisasi barang merupakan kegiatan yang tidak
boleh diabaikan dalam manajemen persediaan, bahkan harus mendapat perhatian secara
proporsional dan diimplementasikan secara lebih optimal.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana Prosedur penerimaan persediaan?
2. Bagaimana Prosedur penyimpanan persediaan?
3. Bagaimana Prosedur Pengawasan Persediaan?
4. Bagaimana pembukuan serta inventarisasi persediaan?
3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, tujuan penulisan ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur penerimaan suatu persediaan
2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur penyimpanan persediaan
3. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pengawasan persediaan
4. Untuk mengetahui bagaimana sistem pembukuan serta inventarisasi
persediaan.
4. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada banyak pihak,
diantaranya:
1. Bagi penulis, hasil makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
dalam bidang Manajemen persediaan.
2. Bagi perusahaan, hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
atau masukan yang bermanfaat dalam proses administrasi persediaan.
3. Bagi pihak akademik, hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai referensi atau
studi kasus.
4. Bagi pihak lain, hasil penulisan ini dapat menambah ilmu pengetahuan orang
lain yang berkaitan dengan Manajemen persediaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prosedur Penerimaan Persediaan
Prosedur penerimaan persediaan dilakukan oleh fungsi penerimaan. Prosedur yang
dilakukan oleh fungsi penerimaan yaitu melakukan pemeriksaan mengenai jenis,
kualitas, mutu barang yang diterima dari pemasok dan memperjelas apakah penerimaan
barang sudah tepat waktu, kemudian membuat laporan penerimaan barang untuk
menyatakan penerimaan barang dari pemasok tersebut. Laporan penerimaan barang
berisi deskripsi tentang barang, jumlah yang diterima, tanggal penerimaan.
Departemen penerima barang bertanggung jawab untuk menerima barang yang
dikirim oleh pemasok. Setelah barang diterima kemudian dilaporkan ke manager bagian
gudang, informasi tentang penerimaan barang yang dipesan harus dikomunikasikan ke
fungsi pengawas persediaan, untuk memperbarui catatan persediaan.
Dokumen yang berkaitan dengan penerimaan persediaan adalah tembusan surat order
pembelian dan laporan penerimaan barang. Laporan penerimaan barang terdiri dari :
Laporan penerimaan asli, yang akan dikirim ke fungsi pembelian.
Tembusan pertama yang akan dikirim kepada fungsi gudang dikirim bersama
barang kedalam gudang.
Tembusan kedua dikirim kepada fungsi akuntansi untuk dicatat dalam kartu
persediaan.
Tembusan ketiga sebagai arsip fungsi penerimaan.
Berikut contoh surat laporan penerimaan barang
Resiko atau potensi kecurangan dari prosedur peneriman adanya potensi
ketoledoran karyawan, pencurian dan penyalah-gunaan persediaan, dikarenakan tidak
adanya pemisah wewenang antara bagian penerimaan dan bagian penyimpanan. Oleh
karena itu fungsi penerimaan harus independen dari fungsi gudang dan akuntansi.
Prosedur Penerimaan yang memenuhi aturan adalah :
Penerimaan barang dilakukan oleh fungsi penerimaan
Barang yang diterima oleh fungsi penrimaan harus sesuai dengan surat order
pembelian
Adanya laporan penerimaan barang sebagai bukti barang telah diterima fungsi
penerimaan.
Laporan penerimaan didistribusikan kebagian pembelian, bagian gudang,dan
bagian akuntansi.
Setiap barang yang diterima dari departemen penerimaan barang, barang tersebut
harus dihitung dan diperiksa kembali, apakah barang yang diterima sudah sesuai
dengan laporan penerimaan barang dan mencatat ke dalam kartu gudang,
kemudian barang disimpan digudang berdasarkan nama, jenis dan spesifikasi
barang. Demikian juga untuk barang yang dikembalikan kepada pemasok dan
barang yang akan dijual mutasinya harus dicatat dalam kartu gudang.
Contoh Kartu Gudang
2.2 Prosedur Penyimpanan Persediaan
Bagian yang bertugas pada tahap penyimpanan adalah bagian gudang. Setelah
menerima laporan penerimaan barang bersama-sama barangnya dari departemen
penerimaan barang, gudang akan memeriksa dan menghitung barang, kemudian
menandatangani laporan penerimaan barang dan meneruskan laporan tersebut ke bagian
utang.
Dalam kegiatan penerimaan barang ada 3 kemungkinan yang dihadapi :
1. Menerima barang dalam jumlah berbeda dengan jumlah yang dipesan.
2. Menerima barang yang rusak.
3. Menerima barang dengan kuantitas rendah.
Biasanya pemasok akan memberikan kesempatan kepada pembeli untuk mengoreksi
faktur pembelian terhadap barang-barang yang tidak sesuai dengan pesanan.
2.2.1 Tugas Pokok Gudang
Tugas Pokok dari gudang yaitu :
1. Menerima barang dan melaporkan penerimaan tersebut.
2. Menyimpan barang sebaik-baiknya dan menjaga keamanan atas barang tersebut.
3. Mengeluarkan barang-barang atas dasar bon permintaan perintah pengeluaran.
4. Menyampaikan secara periodik laporan pertanggung jawaban mengenai
penerimaan,penyimpanan,pengeluaran atas barang tersebut.
5. Prosedur penyimpanan persediaan dilakukan oleh fungsi gudang yang dikepalai
oleh kepala gudang. Kepala gudang bertanggung jawab atas kuantitas dan
kualitas persediaan.
6. Prosedur penyimpanan persediaan dimulai dari penerimaan barang dari fungsi
penerimaan disertai dengan laporan penerimaan barang yang ditembuskan ke
gudang. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya pencurian barang. Persediaan
barang dikelompokan menurut jenis, ukuran, sifat, standar sehingga
memudahkan apabila diperlukan. Melakukan dan melaporkan pengisian kartu
gudang.
7. Dokumen dalam penyimpanan barang adalah tembusan laporan penerimaan
barang dari fungsi penerimaan, dan kartu gudang.
Resiko atau potensi kecurangan dari prosedur penyimpanan adalah adanya pencurian
barang yang disebabkan karena tidak adanya pemisahan fungsi penerimaan dan fungsi
gudang. Selain itu, kerusakan barang dapat terjadi apabila perusahaan tidak memiliki
standar tentang cara penyimpanan terhadap persediaan.
Prosedur Penyimpanan yang Memenuhi aturan adalah :
Penyimpanan dilakukan oleh fungsi gudang. Fungsi gudang terpisah dari
fungsi penerimaan.
Barang yang disimpan sesuai dengan laporan penerimaan persediaaan.
Barang disimpan dan dikelompokan menurut jenis,ukuran,sifat persediaan
yang dimiliki perusahaan.
Barang yang masuk dicatat dalam kartu gudang dan dilakukan oleh fungsi
gudang.
2.3 Prosedur Pengawasan Persediaan
Perusahaan harus dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimal
sehingga dapat menjamin kebutuhan bagi kelancaran kegiatan dalam jumlah dan mutu y
ang tepat serta dengan biaya yang serendah-rendahnya.
2.3.1 Syarat-syarat dalam sistem pengawasan persediaan
Syarat dalam sistem pengawasan persediaan adalah:
1. Gudang yang luas
2. Sentralisasi kekuasaaan dan tanggung jawab dibagian gudang
3. Sistem pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan barang
4. Pencatatan jumlah barang yang dipesan, barang keluar dan sisa barang
5. Perencanaan untuk mengganti barang yang keluar, rusak,usang dan barang lama
(out of date)
6. Pengecekan untuk menjamin efektivitas kegiatan rutin
2.3.2 Tujuan Pengawasan Persediaan
Tujuan Pengawasan Persediaan:
1. Menjaga agar persediaan selalu ada, sehingga kegiatan produksi tidak terhenti
2. Pembentukan persediaan tidak besar, sehingga biaya yang timbul juga tidak
besar.
2.3.3 Pengawasan Persediaan yang Baik dan Efektif
1. Pengadaan dan Penyimpanan untuk memenuhi kebutuhan dalam kuantitas dan
kualitas
2. Memininumkan penanaman modal/investasi bahan
3. Terjaminnya barang yang diterima sesuai dengan spesifikasi pesanan
pembelian
4. Terlindung dari pencurian, kerusakan dan kerusakan mutu
5. Dapat melayani produksi dengan bahan-bahan yang dibutuhkan pada waktu,
tempat serta mencegah penyalah gunaan dan penyelewengan
6. Pencatatan persediaan yang akurat tentang barang masuk, keluar dan
penggunaannya.
2.3.4 Catatan Penting dalam Pengawasan
Catatan yang penting dalam pengawasan adalah:
1. Permintaan untuk dibeli
2. Laporan penerimaan
3. Catatan persediaan
4. Daftar permintaan bahan
5. Perkiraan pengawasan
2.4 Pembukuan dan Inventarisasi Persediaan
2.4.1 Proses Pembukuan Persediaan
Sistem Pembukuan Persediaan ada 2, yaitu:
1. Sistem Persediaan Periodik (Periodic inventory system)
Jika perusahaan menggunakan periode ini dalam pencatatan persediaan barang,
maka perhitungan persediaan barang dagangan akan dilakukan pada akhir periode
berjalan. Persediaan tersebut dihitung pada interval waktu tertentu, misalnya tiap
pekan atau setiap akhir bulan. Kerugian sistem ini adalah kurangnya pengendalian
langsung. Contoh yang sering dilakukan pada pencatatan dengan sistem ini adalah
pada toko kelontong atau warung tradisional, dimana perusahaan seperti SOSRO
dan PT. Coca Cola Company melakukan sistem persediaan periodik pada warung-
warung tradisional.
2. Sistem Persediaan Perpetual (Perpetual Inventory system)
Pada sistem pencatatan perpetual ini, maka perhitungan persediaan barang
dagangan dilakukan setiap saat terjadi perubahan persediaan barang dagangan,
yaitu ketika terjadi transaksi baik penjualan maupun pembelian. Contoh yang sering
dilakukan pada metode ini adalah sistem check out terkomputerisasi dengan laser
scanner di supermarket. Dengan sistem ini, scanner akan membaca barcode
product pada kemasan produk, dan transaksi dicatat secara langsung dan tingkat
persediaan diperbaharui.
2.5 Inventarisasi Persediaan
2.5.1 Pengertian inventarisasi persediaan
Inventarisasi persediaan merupakan kegiatan untuk memperoleh data atas
seluruh persediaan yang dimiliki oleh sebuah perusahaan guna mendukung proses
pengendalian dan pengawasan persediaan, serta mendukung efektivitas dan efisiensi
dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan.
Inventarisasi persediaan akan menyediakan berbagai informasi berkaitan dengan
keberadaan persediaan. Informasi tersebut selain dapat digunakan sebagai sarana untuk
melakukan pengawasan dan pengendalian persediaan, juga dapat digunakan sebagai
instrumen pengambilan keputusan berkaitan dengan tindakan-tindakan manajemen
persediaan. Tindakan manajemen persediaan tersebut antara lain dalam pengadaan,
distribusi ataupun penghapusan persediaan.
2.5.2 Manfaat Inventarisasi Persediaan
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan dilakukannya inventarisasi
persediaan secara baik, yakni sebagai berikut:
1. Memberikan informasi/ keterangan bagi yang membacanya
Dengan adanya pencatatan atas persediaan yang dimiliki perusahaan maka dapat
diketahui kekayaan persediaan dalam suatu perusahaan, baik berkaitan dengan jenis
dan spesifikasinya, jumlahnya, waktu pengadaannya, umur, kondisi, maupun
niainya.
2. Menjamin Keamanan Persediaan
Dengan adanya pencatatan seluruh persediaan yang dimiliki/ dikuasai atau diurus
secara tertib dan baik, keberadaan dan keadaan barang setiap saat dapat di cek atau
dikontrol, sehingga resiko kehilangan atau diselewengkan akan bisa dikurangi atau
dihindari.
3. Memberikan masukan untuk pengambilan keputusan dalam manajemen
persediaan
Dengan adanya inventarisasi persediaan secara tertib dan benar, organisasi dapat
melakukan pemantauan persediaan, baik terhadap masuk dan keluarnya persediaan,
kondisi, maupun biaya operasional persediaan. Oleh karena itu, dengan adanya
inventarisasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan waktu pengadaan
persediaan, jenis dan tipe persediaan yang akan diadakan, jumlah pengadaan
persediaan, sistem pengadaan persediaan yang diterapkan, dan sistem pengendalian
atau pengawasan persediaan yang diterapkan.
4. Sebagai alat pertanggung jawaban
Dengan inventarisasi persediaan yang tertib dan benar dapat menyediakan bukti-
bukti administratif dalam penyelenggaraan pengelolaan persediaan sehingga
sewaktu-waktu diminta ataupun terjadi permasalahan berkaitan dengan
penyelenggaraan persediaan, dengan segera pegawai pengelola persediaan dapat
mempertanggung jawabkannya dengan memanfaatkan bukti-bukti administratif
yang ada.
2.5.3 Klasifikasi, nomor kode barang, dan nomor inventaris barang
Untuk mempermudah pencatatan persediaan, sekaligus mempermudah untuk
pengenalan maupun pengklasifikasian persediaan, persediaan yang dimiliki perusahaan
harus dikelompokkan atau digolongkan menurut jenisnya. Pada dasarnya penggolongan
atas barang-barang dalam perusahan bergantung pada jenis usaha dan kegiatan
operasional perusahaan tersebut.
Untuk mempermudah dalam pengelompokan barang-barang persediaan perusahaan,
persediaan tersebut terlebih dahulu dibedakan atas barang habis pakai (tidak tahan lama)
dan barang tahan lama.
1. Barang habis pakai adalah barang berwujud, yang biasanya habis dikonsumsi dalam
satu atau beberapa kali pemakaian, atau umur ekonomisnya kurang dari satu tahun.
Contoh : Kertas, tinta, gula, garam, minyak makan
2. Barang tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama
dengan banyak pemakaian ataupun umur ekonomisnya untuk pemakaian normal
adalah satu tahun atau lebih. Contoh: kulkas, meja, kursi, piring, mesin.
Kemudian setelah mengenal pengelompokan barang secara luas tersebut, dapat
dilakukan penggolongan barang menurut jenisnya sesuai dengan bidang usaha
organisasi. Untuk mempermudah dalam pengenalan, pencatatan barang, dan
pengendalian barang, tiap-tiap jenis barang harus memiliki nomor kode barang. Nomor
kode barang diperoleh dari proses pengklasifikasian dan penomoran klasifikasi barang
tersebut. Kegiatan tersebut dimulai dari penggolongan barang berdasarkan jenisnya
yang kemudian diberi nomor jenis barang. Setelah itu, masing-masing jenis barang
dibagi atas kelompok-kelompok barang yang tercakup didalamnya. Kemudian masing-
masing kelompok barang tersebut harus pula diberi nomor (nomor kelompok barang).
Berikut ini contoh penomoran barang menurut jenis (nomor jenis) dan kelompok
barang (nomor kelompok) yang diambil dari perusahaan swasta yang bergerak di
bidang kesehatan, yaitu rumah sakit.
No Jenis barang Jenis barang Nomor Kelompok Kelompok barang
01 Barang Perawatan
01
02
03
04
05
Kain
Seprei
Selimut
Sarung bantal
Kain lap
02 Alat rumah tangga
01
02
03
04
05
Alat makan
Alat minum
Alat dapur
Alat olah raga
Alat kerja
03 Alat tulis dan kantor
01
02
03
04
Buku pendaftaran
Kuitansi
Nota pelayanan
Buku/ formulir
04 Perabot Kantor
01
02
03
04
Meja
Kursi
Lemari
Lemari arsip
05 Barang Bahan cuci
01
02
03
Bahan cair
Bahan bubuk
Bahan batangan
Berdasarkan tabel diatas, dapat dituliskan nomor kode masing-masing
barang, dan sebagai contoh untuk sprei nomor kode barangnya adalah 01.02 dan selimut
kode barangnya adalah 01.03. untuk contoh tersebut, nomor 01 menunjukkan nomor
jenis barang, sedangkan 02 dan 03 menunjukkan pada nomor kelompok barang.
Khusus untuk barang-barang tahan lama, untuk mempermudah pemantauan
dan pengawasan atau pengendalian persediaan, penting diberi nomor inventaris barang.
Sehubungan dengan hal itu, pedoman pokok dalam pemberian nomor inventaris barang
harus sampai pada penomoran barang yang bersifat spesifik, maksudnya penomoran
barang tersebut harus sampai menunjuk pada suatu keberadaan barang tersebut. Dengan
demikian, dalam pemberian nomor tidak berhenti sampai pada nomor kelompok barang,
tetapi sampai pemberian nomor urut barang.
Adapun cara pemberian dan penulisan nomor inventaris barang tersebut
adalah dengan urutan sebagai berikut: Nomor jenis barang, nomor kelompok barang,
nomor urut barang/ kode unit kerja/ kode institusi/ tahun inventarisasi. Contoh: sebuah
rumah sakit swasta Teuku Umar melakukan klasifikasi barang, dan salah satu klasifikasi
barang berdasarkan jenisnya adalah “Perabot Kantor”, kemudian perabot kantor ini
dibedakan lagi menjadi beberapa kelompok barang yang meliputi meja, kursi, lemari
arsip. Perabot kantor berada di unit sekretariat. Jumlah lemari arsip yang dimiliki dua
buah, dan keduanya dibeli pada tahun 2003. Sehubungan dengan hal ini, pemberian
nomor inventarisasi khusus untuk lemari arsip adalah sebagai berikut:
Unit lemari arsip 1: 04.04.01/SEK/TU/03
04 Nomor Jenis barang - Barang perabot kantor
04 Nomor kelompok barang - Lemari arsip
01 Nomor urut barang - Lemari arsip pertama
SEK Unit kerja tempat barang - Sekretariat
TU Kode institusi - Teuku Umar
03 Tahun Inventarisasi - Inventarisasi tahun 2003
2.5.4 Teknik Inventarisasi Barang dengan Kartu Barang
Yang dimaksud teknik inventarisasi barang dengan kartu barang adalah cara
pencatatan barang dengan menggunakan kartu barang. Kartu barang adalah suatu
lembaran atau formulir yang berisi informasi suatu barang dan secara fisik dibuat dari
kertas yang relatif yang lebih tebal.
2.5.5 Teknik Inventarisasi untuk Barang Habis Pakai
Inventarisasi terhadap barang habis pakai dengan menggunakan sistem kartu
barang lebih ditujukan pada upaya pemantauan persediaan barang, dan penggunaan
barang.
Adapun beberapa ketentuan inventarisasi barang habis pakai adalah:
a. Setiap satu jenis barang, dibuatkan satu kartu barang
b. Kartu barang disimpan didalam kotak atau file khusus, dan diurutkan secara
alfabetis sesuai dengan nama barang.
c. Setiap ada perubahan jumlah persediaan, baik karena adanya pemasukan barang
maupun pengeluaran barang harus secepatnya dicatat.
d. Setiap kartu barang harus dapat menunjukkan persediaan barang pada saat itu.
e. Untuk unit pemakai barang, setiap ada pemasukan barang harus disertai bukti
penerimaan barang yang berupa bon pengeluaran barang atau surat penyerahan
barang atau bon gudang. Bon gudang juga berfungsi sebagai surat penyerahan
barang oleh bagian gudang kepada users dari unit gudang, dan harus dicatat
tanggal penerimaan, rencana penggunaan, jumlah barang yang masuk, dan jumlah
sisa barang. Sementara untuk setiap terjadi sisa barang harus dicatat tanggal
pengeluaran, jumlah barang yang dikeluarkan, dan penggunaan barang, serta
jumlah sisa barang.
f. Untuk unit penggudangan dan distribusi, setiap ada barang yang masuk, harus
disertai bukti pemasukan barang yang dapat berupa kwitansi, nota,, surat pengantar
barang, ataupun tanda terima. Disamping itu, penting juga dicatat tanggal masuk
barang, sumber, jumlah dan total persediaan. Sementara untuk pengeluaran barang,
harus juga disertai bukti pengeluaran barang yang dapat berupa surat penyerahan
barang atau bon gudang.
g. Setiap bukti pemasukan barang maupun bukti pengeluaran barang harus diberi
nomor kode yang diurutkan berdasarkan urutan kronologis transaksi maupun
pengeluaran barang guna mempermudah untuk pengecekan barang. Nomor bukti
tersebut harus dituliskan secara jelas.
h. Bukti pemasukan barang disimpan pada suatu tempat khusus yang berisi bukti
penerimaan persediaan.
i. Bukti pengeluaran barang harus disimpan dalam tempat atau map khusus yang
berisi bukti-bukti pengeluaran barang.
2.5.6 Teknik Inventarisasi untuk Barang Tahan Lama
Inventarisasi barang untuk barang tahan lama dengan menggunakan sistem kartu
barang ditujukan untuk kepentingan pemantauan atas keamanan dan keselamatan
barang.
2.5.7 Buku Induk Barang Inventaris, Buku Golongan Barang Inventaris
Salah satu upaya untuk melakukan pengawasan atau pengendalian persediaan,
khususnya untuk barang-barang tahan lama melalui kegiatan inventarisasi barang adalah
dengan melakukan pembuatan buku Induk Inventaris Barang dan Buku Golongan
Barang Inventaris. Dengan adanya beberapa buku tersebut, setiap saat dapat dilakukan
pengecekan terhadap setiap barang yang ada.
Contoh Formulir: Buku induk barang Inventaris
Buku Induk Barang Inventaris
No. urut
Tgl pembukuan
Kode barang
Nama Barang
Spesifikasi barang
Nama satuan
jlh Thn pembuatan
Asal brg
Tgl penyerahan
Keadaan brg
harga Keterangan
Buku induk barang inventaris merupakan buku yang dipakai untuk mencatat semua
barang inventaris tak habis pakai menurut tanggal penerimaannya. Informasi yang harus
ada dalam buku itu adalah nomor urut, tanggal pembukuan, kode barang, nama barang,
spesifikasi barang (merek, tipe dan sebagainya), jumlah, nama satuan, tahun pembuatan,
asal barang, tanggal penyerahan, keadaan barang,dan harga. Pencatatan kedalam buku
induk barang inventaris dilakukan setelah proses pengadaan persediaan dilakukan, atau
secara khusus apabila pengadaan persediaan dengan cara pembelian, berarti pencatatan
dilakukan setelah proses pembelian selain ataupun setelah terjadi penerimaan barang.
Buku golongan barang inventaris adalah buku pembantu tempat mencatat barang
inventaris menurut golongan barang yang telah ditentukan. Data buku golongan
inventaris diambil dari buku induk barang inventaris. Tiap golongan barang dicatat
dalam satu buku tersendiri. Selain golongan barang, informasi yang harus dicantumkan
pada buku ini adalah nomor urut, nomor urut buku induk, kode barang, nama barang,
spesifikasi, jumlah, nama satuan, tahun pembuatan, keadaan barang, harga, lokasi dan
keterangan. Kemudian untuk melakukan pemantauan dan pengendalian terhadap
masing-masing barang yang tercantum dalam daftar buku golongan barang inventaris
ini dapat dilakukan dengan teknik inventarisasi barang dengan kartu barang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, ada beberapa hal penting
yang dapat kami simpulkan, antara lain:
1. Ketika proses administrasi persediaan yang dilakukan perusahaan yang dimulai
dari proses penerimaan, penyimpanan, pengawasan dan inventarisasi dilakukan
dengan sebaik mungkin dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, maka
kegiatan manajemen persediaan akan berjalan dengan sangat efektif dan efisien.
2. Dengan adanya pembukuan serta inventarisasi persediaan, maka hal tersebut
akan memudahkan pihak manajemen dalam menilai dan memantau sejauh mana
tingkat persediaan yang mereka miliki, serta membantu manajemen dalam
proses pengambilan keputusan terkait dengan persediaan.