manajemen resiko

11
Jurnal Akuntansi ISSN 2302-0164 Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 11 Pages pp. 10- 20 Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 10 PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Dini Attar 1 , Islahuddin 2, M. Shabri 2 1) Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2) Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Abstract: Aim of this study is to test influence of risk management application (credit, liquidity and operational) to banking financial performance listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). Population in this research is entire banks registered in BEI until 2011 and observation period is 5 years (2007-2011). Thus, total population is 150 (30 banks x 5 years). Analysis method used in this study is data panel regression and data processing using Eviews program 6. Result of this research reveals that application of risk management (credit, liquidity and operational) simultaneously affect banks financial performance in BEI. Whereas, partially, it is only application of risk management liquidity has no effect on the banking financial performance registered in BEI. Keywords: Application of credit risk management, application of liquidity risk management, application of operational risk management, financial performance. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan manajemen risiko (kredit, likuiditas dan operasional) terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perbankan yang terdaftar di BEI sampai dengan tahun 2011 dengan periode pengamatan selama 5 tahun (2007-2011). Dengan demikian total populasi adalah sebanyak 150 (30 perbankan x 5 tahun). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel dan proses pengolahan data menggunakan program Eviews 6. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan manajemen risiko (kredit, likuiditas dan operasional) secara simultan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di BEI. Sedangkan, secara parsial hanya penerapan manajemen risiko likuiditas yang tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di BEI. Kata kunci: Penerapan manajemen risiko kredit, penerapan manajemen risiko likuiditas, penerapan manajemen risiko operasional, kinerja keuangan

Upload: rima-isnaeni

Post on 06-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Contoh Penerapan Risk Manajemen

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen Resiko

Jurnal Akuntansi ISSN 2302-0164

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 11 Pages pp. 10- 20

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 10

PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Dini Attar1, Islahuddin

2, M. Shabri

2

1) Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

2) Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Abstract: Aim of this study is to test influence of risk management application (credit,

liquidity and operational) to banking financial performance listed in Indonesia Stock

Exchange (IDX). Population in this research is entire banks registered in BEI until 2011 and

observation period is 5 years (2007-2011). Thus, total population is 150 (30 banks x 5 years).

Analysis method used in this study is data panel regression and data processing using Eviews

program 6. Result of this research reveals that application of risk management (credit,

liquidity and operational) simultaneously affect banks financial performance in BEI.

Whereas, partially, it is only application of risk management liquidity has no effect on the

banking financial performance registered in BEI.

Keywords: Application of credit risk management, application of liquidity risk management,

application of operational risk management, financial performance.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan manajemen risiko

(kredit, likuiditas dan operasional) terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perbankan yang

terdaftar di BEI sampai dengan tahun 2011 dengan periode pengamatan selama 5 tahun

(2007-2011). Dengan demikian total populasi adalah sebanyak 150 (30 perbankan x 5 tahun).

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel dan proses

pengolahan data menggunakan program Eviews 6. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

penerapan manajemen risiko (kredit, likuiditas dan operasional) secara simultan berpengaruh

terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di BEI. Sedangkan, secara parsial hanya

penerapan manajemen risiko likuiditas yang tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perbankan yang terdaftar di BEI.

Kata kunci: Penerapan manajemen risiko kredit, penerapan manajemen risiko likuiditas,

penerapan manajemen risiko operasional, kinerja keuangan

Page 2: Manajemen Resiko

Jurnal Akuntansi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

11 - Volume 3, No. 1, Februari 2014

PENDAHULUAN

Bank merupakan suatu lembaga yang

berfungsi sebagai perantara keuangan (financial

intermediary) antara pihak yang memiliki

kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan

dana. Sebagai lembaga intermediasi, bank

berperan penting dalam menghimpun dana dan

menyalurkannya ke sektor riil dalam rangka

mendorong pertumbuhan ekonomi (Agent of

Development). Perbankan juga berperan sebagai

lembaga penyelenggara dan penyedia layanan

jasa-jasa di bidang keuangan serta lalu lintas

sistem pembayaran (Agent of Services). Dengan

peranannya tersebut, bank telah menjadi

lembaga yang turut mempengaruhi

perkembangan perekonomian suatu negara.

Oleh karena itu, perbankan harus mampu

mempertahankan kinerjanya agar dapat menjadi

suatu industri yang sehat.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia

(SEBI) No.13/30/DPNP/2011, untuk mengukur

tingkat kemampuan bank dalam memperoleh

keuntungan digunakan

rasio profitabilitas. Rasio tersebut

diantaranya terdiri dari ROA (Return on Asset)

dan ROE (Return on Equity). ROA adalah

perhitungan laba sebelum pajak dibagi dengan

total aset. Sedangkan, ROE adalah perhitungan

laba setelah pajak dibagi dengan modal inti.

Berfluktuasinya kinerja keuangan

perbankan pada periode 2007-2011, salah

satunya diakibatkan oleh krisis keuangan yang

terjadi di Amerika Serikat. Krisis keuangan

menyebabkan tingginya harga minyak dan

komoditas dunia, ekspor dan daya beli

masyarakat menurun sehingga pendapatan

pengusaha turun. Turunnya pendapatan

pengusaha menyebabkan turunnya kemampuan

dalam membayar kewajiban kepada bank.

Sehingga, bank pun mengalami kesulitan

likuiditas.

Purwanto (2011:3) menyebutkan ada

beberapa faktor yang berpengaruh terhadap

kinerja keuangan bank yaitu: melemahnya nilai

tukar rupiah, lemahnya kondisi internal bank

seperti manajemen yang kurang memadai dan

pemberian kredit kepada kelompok atau group

usaha sendiri telah mendorong tingginya risiko

kredit macet, tingkat kompleksitas usaha yang

tinggi akan meningkatkan risiko yang dihadapi

oleh bank dan modal yang tidak dapat menutupi

terhadap risiko-risiko yang dihadapi oleh bank

tersebut menyebabkan kinerja bank menurun.

Menurut Darmawi (2011:16-18), ada

beberapa risiko yang sering dihadapi bank

antara lain: risiko kredit, risiko likuiditas dan

risiko operasional. Risiko kredit merupakan

risiko yang timbul sebagai akibat dari

kegagalan nasabah dalam memenuhi

kewajibannya. Indikator yang digunakan untuk

mengukur risiko kredit adalah NPL (Non

Performing Loan) yaitu perbandingan antara

total kredit bermasalah dengan total kredit yang

diberikan bank kepada debitur.

Risiko likuiditas merupakan risiko yang

disebabkan oleh ketidakmampuan bank

memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo.

LDR (Loan to Deposit Ratio) adalah indikator

yang digunakan untuk risiko likuiditas. LDR

menggambarkan kemampuan bank membayar

Page 3: Manajemen Resiko

Jurnal Akuntansi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 12

kembali penarikan yang dilakukan deposan

dengan mengandalkan kredit yang diberikan

sebagai sumber likuiditas. LDR dirumuskan

dengan membandingkan jumlah kredit yang

disalurkan dengan dana pihak ketiga.

Risiko operasional merupakan risiko

yang disebabkan oleh kurang berfungsinya

proses internal bank, human error, kegagalan

sistem teknologi, atau akibat permasalahan

eksternal. Untuk risiko operasional indikator

yang digunakan adalah BOPO (Beban

Operasional terhadap Pendapatan operasional).

BOPO menunjukkan kemampuan manajemen

bank dalam mengendalikan biaya operasional

terhadap pendapatan operasional.

Dengan demikian, penelitian terhadap

faktor faktor yang mempengaruhi kinerja

perbankan yang diukur dengan NPL, LDR dan

BOPO adalah sangat penting, NPL yang tinggi

akan mengganggu perputaran dana perbankan

sehingga menyebabkan bank mengalami

kesulitan likuiditas. LDR yang tinggi

menunjukkan kesanggupan dan kesediaan bank

untuk mengatasi persoalan likuiditasnya,

sebaliknya rendahnya LDR menunjukkan bank

tidak mampu berperan sebagai lembaga

intermediasi sehingga hilangnya kepercayaan

masyarakat pada bank tersebut. BOPO yang

tinggi menunjukkan tidak efisiennya bank

dalam menjalankan usahanya sehingga

menyebabkan kerugian bagi bank.

Sebagai upaya dalam meminimalkan

risiko-risiko yang terjadi, bank harus

menjalankan fungsinya dengan berpegang teguh

pada prinsip kehati-hatian dalam mengelola

dana masyarakat. Oleh karena itu, setiap bank

wajib memiliki manajemen risiko yang mampu

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan

mengendalikan risiko, sehingga segala macam

risiko yang berpotensi untuk muncul dapat

diantisipasi dari sejak awal dan dicarikan cara

penanggulangannya.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan prestasi

kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam

suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan

keuangan perusahaan yang bersangkutan. Daft

(2002:15), mengemukakan bahwa kinerja

adalah kemampuan organisasi untuk meraih

tujuannya melalui pemakaian sumber daya yang

efisien dan efektif.

Menurut Bastian (2006:297), kinerja

keuangan dapat diukur dengan menggunakan

rasio profitabilitas yang terdiri dari: ROA dan

ROE. ROA merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur kemampuan manajemen bank

dalam memperoleh keuntungan dengan

memanfaatkan keseluruhan total aset yang

dimiliki dan ROE digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam memperoleh

keuntungan bersih dengan menggunakan modal

sendiri.

Penerapan Manajemen Risiko Kredit

Risiko kredit merupakan risiko yang

dihadapi bank karena menyalurkan dananya

dalam bentuk pinjaman kepada nasabah. Karena

berbagai hal, nasabah tidak mampu memenuhi

Page 4: Manajemen Resiko

Jurnal Akuntansi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

13 - Volume 3, No. 1, Februari 2014

kewajibannya seperti pembayaran pokok dan

bunga pinjaman, sehingga bank mengalami

kerugian karena tetap mengeluarkan beban

bunga untuk simpanan nasabah. Peningkatan

kredit bermasalah tersebut menyebabkan

pendapatan dan laba menurun, ROA dan ROE

juga mengalami penurunan (Purwanto,

2011:167). Oleh karena itu, perbankan perlu

meningkatkan pengelolaan terhadap terhadap

risiko kreditnya agar tingkat kredit bermasalah

atau NPLnya tidak melebihi dari ketentuan dari

Bank Indonesia (BI).

Bank Indonesia (PBI) No.13/3/2011,

menetapkan bahwa rasio NPL maksimal 5%

dari total kredit. Apabila rasio NPL berada

dibawah ketentuan BI menunjukkan bahwa

bank dapat mengelola risiko kreditnya dengan

baik karena mampu meminimalkan kredit

macetnya. Sebaliknya, kenaikan NPL diatas 5%

mengindikasikan bank kurang berhasil dalam

mengelola kredit bermasalahnya.

Penerapan Manajemen Risiko likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko yang

disebabkan ketidakmampuan bank

menyediakan dana untuk memenuhi penarikan

simpanan dan permintaan kredit serta

kewajiban lainnya yang telah jatuh tempo.

Risiko likuiditas merupakan masalah yang

sangat penting bagi bank untuk menjaga

kontinuitas usahanya. Ketidakmampuan

memperoleh pendanaan untuk memenuhi

kewajiban yang jatuh tempo akan

mempengaruhi kredibilitas bank karena

menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat.

Sebagai lembaga yang sumber dana terbesarnya

berasal dari masyarakat, bank tidak akan

mampu bertahan beroperasi tanpa adanya

kepercayaan tersebut.

Menurut Ali (2006:402) indikator yang

digunakan untuk mengukur penerapan

manajemen risiko likuiditas adalah LDR. LDR

mencerminkan kemampuan bank dalam

membayar kembali penarikan dana yang

dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit

yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Syamsuddin (2007:44), mengemukakan

bahwa semakin tinggi rasio likuiditas maka

semakin baik suatu perusahaan, karena semakin

tinggi rasio ini berarti jumlah kredit yang

diberikan meningkat sehingga menyebabkan

pendapatan bunga dan laba yang diterima

meningkat, akhirnya ROA dan ROE pun ikut

meningkat. Selanjutnya, Muljono (2002:127)

mengungkapkan bahwa LDR yang rendah akan

mengakibatkan bank dalam keadaan likuid

sehingga menyebabkan idle fund akibatnya

profitabilitas (ROA dan ROE) rendah.

Peraturan Bank Indonesia (PBI)

No.12/19/2010, menetapkan LDR bank umum

berada pada kisaran 78-100%. Apabila LDR

berada dibawah ketentuan BI menunjukkan

kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan

kredit sehingga hilangnya kesempatan untuk

memperoleh keuntungan. Sedangkan, LDR

yang berada diatas 100% menunjukkan kredit

yang disalurkan melebihi dari dana yang

dihimpun sehingga bank akan mengalami

kekurangan dana untuk mencukupi

kewajibannya.

Page 5: Manajemen Resiko

Jurnal Akuntansi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 14

Dengan demikian, bank harus benar-

benar memprioritaskan pengelolaan

likuiditasnya secara hati-hati sehingga

kegagalan usaha akibat salah mengelola

likuiditas sedapat mungkin dihindari yaitu

dengan menerapkan manajemen risiko

likuiditas secara efektif melalui penetapan limit

internal, pemeliharaan alat likuid yang cukup,

serta perbaikan internal control.

Penerapan Manajemen Risiko Operasional

Risiko operasional adalah risiko yang

antara lain disebabkan ketidakcukupan dan atau

tidak berfungsinya proses internal, kesalahan

manusia, kegagalan sistem, atau adanya

problem eksternal yang mempengaruhi

operasional bank.

Untuk meminimalkan risiko yang terjadi,

maka perbankan wajib menerapkan manajemen

risiko operasional agar risiko tersebut bisa

dideteksi, dikendalikan dan diatasi

kemunculannya. Menurut SEBI

No.5/21/DPNP/2003, proses penerapan

manajemen risiko operasional adalah

melakukan identifikasi terhadap faktor

penyebab timbulnya risiko operasional yang

melekat pada seluruh aktivitas fungsional,

produk, proses dan sistem informasi yang

berdampak negatif terhadap pencapaian sasaran

organisasi bank.

Rasio yang digunakan untuk mengukur

risiko operasional adalah BOPO. BOPO sering

disebut sebagai rasio efisiensi, yaitu rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam mengendalikan biaya

operasional terhadap pendapatan

operasionalnya.

Menurut Syamsuddin (2007:205)

profitabilitas diukur dengan jumlah keuntungan.

keuntungan perusahaan dapat ditingkatkan

dengan menekan biaya-biaya. Selanjutnya,

menurut Ali (2006:278), risiko operasional

merupakan jenis risiko yang dapat dikelola dan

dikendalikan dengan baik bila bank dapat

memperbaiki business efficiencynya. Salah satu

yang mempengaruhi profitabilitas adalah efisien

dalam menekan biaya operasi dan non operasi.

Bank yang efisien dalam menekan biaya

operasionalnya dapat mengurangi kerugian

sehingga pendapatan dan laba meningkat, ROA

dan ROE pun ikut mengalami peningkatan.

Berdasarkan SEBI No.6/23/2004, nilai

maksimal BOPO adalah sebesar 94%. Jika

suatu bank memiliki nilai BOPO lebih dari

ketentuan yang telah ditentukan maka bank

tersebut masuk dalam kategori tidak efisien,

karena semakin tinggi BOPO berarti

peningkatan biaya operasionalnya semakin

besar daripada peningkatan pendapatan

operasional sehingga laba yang diperoleh turun

dan ROA dan ROE pun menurun.

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran, maka

rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Penerapan manajemen risiko secara simultan

berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia

Page 6: Manajemen Resiko

Jurnal Akuntansi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

15 - Volume 3, No. 1, Februari 2014

2. Penerapan manajemen risiko kredit

berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

3. Penerapan manajemen risiko likuiditas

berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

4. Penerapan manajemen risiko operasional

berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode sensus dimana populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh perbankan

yang terdaftar di BEI sampai dengan tahun

2011 yaitu sebanyak 30 bank. Dari populasi

tersebut dihasilkan 150 pengamatan, yang

diperoleh melalui hasil perkalian dari jumlah

populasi (30 bank) dengan periode pengamatan

(5 tahun).

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Dependent Kinerja Keuangan (Diproksi dengan ROA)

ROA merupakan salah satu rasio

profitabilitas yang digunakan untuk mengukur

efektivitas perusahaan didalam menghasilkan

keuntungan dengan memanfaatkan total aset

yang dimilikinya. ROA dihitung berdasarkan

perbandingan laba sebelum pajak terhadap total

aset bank.

Kinerja Keuangan (Diproksi dengan ROE)

ROE merupakan rasio yang menunjukkan

kemampuan manajemen bank dalam mengelola

modal yang tersedia untuk mendapatkan laba.

ROE dihitung dengan cara membandingkan

laba setelah pajak dengan modal inti.

Variabel Independen

Penerapan Manajemen Risiko Kredit

(Diproksi dengan NPL)

Penerapan manajemen risiko kredit

merupakan serangkaian prosedur dan

metodologi yang dilakukan bank sehingga

dapat meminimalkan terjadinya risiko kredit.

Mengacu pada SEBI No.5/21/2003 parameter

yang digunakan dalam mengukur Penerapan

manajemen risiko risiko kredit salah satunya

adalah NPL, yang menunjukkan perbandingan

jumlah kredit bermasalah terhadap total kredit

yang dikeluarkan bank.

Penerapan Manajemen Risiko Likuiditas

(Diproksi dengan LDR)

Penerapan manajemen risiko likuiditas

merupakan serangkaian prosedur dan

metodologi yang dilakukan bank sehingga

dapat meminimalkan terjadinya risiko likuiditas.

Menurut Ali (2006:402) indikator yang

digunakan mengukur penerapan manajemen

risiko likuiditas adalah LDR. LDR adalah rasio

yang memberikan gambaran sejauhmana

simpanan yang dihimpun dapat mendukung

pinjaman yang dikeluarkan.

Penerapan Manajemen Risiko operasional

(Diproksi dengan BOPO)

Page 7: Manajemen Resiko

Jurnal Akuntansi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 16

Penerapan manajemen risiko operasional

merupakan serangkaian prosedur dan

metodologi yang dilakukan bank sehingga

dapat meminimalkan terjadinya risiko

operasional. Yuliani (2007) menggunakan rasio

BOPO untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam mengendalikan biaya

operasional terhadap pendapatan operasional.

Berdasarkan SEBI No.13/30/2011, BOPO di

rumuskan dengan membandingkan biaya

operasional terhadap pendapatan operasional.

Metode Analisis dan Rancangan Pengujian

Hipotesis

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian

ini digunakan metode regresi panel yang diolah

dengan program Eviews 6, dengan model

regresi sebagai berikut:

Yit = α + β1X1it + β2X2it + β3X3it + e it

Keterangan:

Y: Kinerja Keuangan (ROA dan ROE)

i: Bank

t: Tahun

α: Konstanta/Intercept

β: Koefisien Regresi

X1: Penerapan manajemen risiko kredit

X2: Penerapan manajemen risiko likuiditas

X3:Penerapan manajemen risiko operasional

e: Tingkat kesalahan penduga dalam penelitian

HASIL PEMBAHASAN

Hasil Pengujian Hipotesis

Tabel 1. Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko

Terhadap Kinerja keuangan (ROA)

Variabel Coefficients Prob t-

statistik

Konstanta 8,307 0,0000

NPL -0,156 0,0000

LDR 0,012 0,0520

BOPO -0,083 0,0000

Koefisien

Determinasi (R2)

= 0,938

Sig.F = 0,0000

Pengaruh penerapan manajemen risiko

terhadap kinerja keuangan (ROA) dapat

dituliskan dalam persamaan:

ROA= 8,307-0,156NPL+0,012LDR- 0.083BOPO+ e

Tabel 2. Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko

Terhadap Kinerja keuangan (ROE)

Variabel Coefficients Prob t-

statistik

Konstanta 108,590 0,0000

NPL -1,020 0,0006

LDR -0,085 0,2038

BOPO -1,025 0,0000

Koefisien

Determinasi (R2)

= 0,653

Sig.F = 0,0000

Pengaruh penerapan manajemen risiko

terhadap kinerja keuangan (ROE) dapat

dituliskan dalam persamaan:

ROE=108,590-1,020NPL-0,085LDR-

1,025BOPO+ e

1. Hasil pengujian hipotesis pertama yaitu,

penerapan manajemen risiko secara

simultan berpengaruh terhadap kinerja

keuangan (ROA dan ROE) dapat diterima,

yang ditunjukkan dengan tingkat

signifikansi ˂ 5%. Nilai koefisien

determinasi (R2) untuk kinerja keuangan

yang diukur dengan ROA bernilai 0,938,

Page 8: Manajemen Resiko

Jurnal Akuntansi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

17 - Volume 3, No. 1, Februari 2014

hal ini mengindikasikan bahwa 93,8%

perubahan pada kinerja keuangan (ROA)

dapat dijelaskan oleh variabel independen

secara bersama-sama. Sedangkan nilai R2

untuk kinerja keuangan yang diukur

dengan ROE bernilai 0,653, yang berarti

bahwa 65,3% perubahan pada kinerja

keuangan (ROE) dijelaskan oleh variabel

independen secara bersama-sama.

2. Hasil pengujian hipotesis kedua yaitu,

penerapan manajemen risiko kredit

berpengaruh terhadap kinerja keuangan

(ROA dan ROE) dapat diterima, yang

ditunjukkan dengan tingkat signifikansi ˂

5%.

3. Hasil pengujian hipotesis ketiga yaitu,

penerapan manajemen risiko likuiditas

secara bersama-sama berpengaruh

terhadap kinerja keuangan (ROA dan

ROE) ditolak, yang ditunjukkan dengan

tingkat signifikansi ˃ 5%.

4. Hasil pengujian hipotesis keempat yaitu,

penerapan manajemen risiko operasional

berpengaruh terhadap kinerja keuangan

(ROA dan ROE) dapat diterima, yang

ditunjukkan dengan tingkat signifikansi ˂

5%.

Pengaruh penerapan manajemen risiko

terhadap kinerja keuangan Hasil pengujian hipotesis menunjukkan

bahwa secara simultan penerapan manajemen

risiko (kredit, likuiditas dan operasional)

berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA

dan ROE). Hal ini mengindikasikan bahwa

perbankan telah berhasil menerapakan

manajemen risikonya yang ditunjukkan dengan

nilai rata-rata: NPL 3,13%, nilai tersebut masih

berada dibawah batas maksimum yang

ditentukan BI yaitu 5%, sedangkan LDR adalah

sebesar 75,91%, berada sedikit dibawah

ketentuan BI yaitu sebesar 78% dan BOPO

sebesar 84,99%, nilai tersebut masih berada di

bawah batas maksimum yang ditetapkan BI

yaitu sebesar 96%. Keberhasilan perbankan

dalam menerapkan manajemen risiko

berpengaruh terhadap kinerja keuangannya,

ditunjukkan dengan nilai ROA dan ROE yang

bernilai positif yaitu masing-masing sebesar

1,62% dan 11,73%. Nilai positif yang

ditunjukkan oleh ROA dan ROE mengandung

arti bahwa bank mampu menghasilkan laba

dalam kegiatan operasionalnya sehingga

menempatkan bank tersebut pada peringkat

yang baik berdasarkan kriteria dalam penilaian

tingkat kesehatan perbankan.

Pengaruh penerapan manajemen risiko

kredit terhadap kinerja keuangan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan

bahwa penerapan manajemen risiko kredit

(yang diproksi dengan NPL) berpengaruh

negatif terhadap kinerja keuangan yang di ukur

dengan ROA dan ROE. Pengaruh negatif yang

ditunjukkan oleh NPL mengindikasikan bahwa

semakin tinggi kredit macet (NPL), maka akan

menurunkan tingkat pendapatan dan laba bank

sehingga ROA dan ROE pun ikut menurun.

Oleh karena besarnya pengaruh tingkat

pengembalian kredit terhadap kinerja perbankan,

Page 9: Manajemen Resiko

Jurnal Akuntansi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 18

maka diperlukan adanya pengawasan aktif

dewan komisaris dan direksi dalam hal

pemisahan tugas antara fungsi penganalisa

permohonan kredit, pemberi persetujuan kredit

dan yang me-review kredit. Dalam menyalurkan

kreditnya bank juga harus melakukan analisis

terhadap kemampuan debitur dalam memenuhi

kewajiban. Bank harus melakukan peninjauan,

penilaian, dan pengikatan terhadap agunan

untuk memperkecil risiko kredit atau gagal

bayar debitur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perbankan telah berhasil menerapkan

manajemen risiko kreditnya dengan baik,

dimana mampu meminimalkan kredit macetnya

(NPL) yaitu rata-rata sebesar 3,13%. Nilai

tersebut masih dibawah batas maksimum NPL

yang disyaratkan oleh BI yaitu sebesar 5%,

sehingga dalam menjalankan kegiatan

operasionalnya bank mampu menghasilkan

kinerja yang baik.

Pengaruh penerapan manajemen risiko

likuiditas terhadap kinerja keuangan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan

bahwa penerapan manajemen risiko likuditas

(yang diproksi dengan LDR) berpengaruh

positif terhadap kinerja keuangan bank yang

diukur dengan ROA. Pengaruh positif yang

ditunjukkan oleh LDR mengindikasikan bahwa

bank memperoleh keuntungan dari kredit yang

disalurkan sehingga laba meningkat ROA juga

ikut meningkat. Sedangkan penerapan

manajemen risiko likuditas berpengaruh negatif

terhadap kinerja keuangan bank yang diukur

dengan ROE. Hal ini disebabkan karena

peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang

tidak diimbangi dengan peningkatan kredit

mengakibatkan bank harus menanggung beban

bunga yang melebihi dari pendapatan bunga

yang diterimanya, sehingga kerugian tersebut

akan mempengaruhi jumlah ekuitas dan

penurunan ROE. Selanjutnya, ketidaksignifikan

penerapan manajemen risiko likuiditas terhadap

kinerja keuangan baik yang diukur dengan

ROA maupun ROE karena rendahnya kredit

yang disalurkan bank, yang menyebabkan

sebagian dana menjadi idle fund (dana yang

menganggur yang tidak menghasilkan bunga)

sehingga hilangnya kesempatan bank untuk

memperoleh keuntungan yang maksimal.

Pengelolaan likuiditas sangat penting bagi

kelangsungan usaha perbankan. Likuiditas akan

mempengaruhi tingkat kepercayaan nasabah

dan pemegang saham di bank tersebut. Apabila

posisi likuiditas yang ditunjukkan LDR terlalu

rendah maka investor akan menganggap bank

tidak memiliki prospek yang menguntungkan di

masa depan sehingga hilangnya kepercayaan

untuk menanamkan modalnya. Sebaliknya, jika

LDR terlalu tinggi sehingga berada diatas

ketentuan maksimum yang telah ditetapkan

maka bank akan mengalami kesulitan dalam

memenuhi kewajibannya.

Dari hasil penelitian menunjukkan ada

15 bank yang kurang optimal dalam

menyalurkan kreditnya, dimana LDRnya

kurang dari 78% dan terdapat 1 bank yang

menyalurkan kreditnya diatas 100%.

Sehingga, diharapkan bagi pihak

Page 10: Manajemen Resiko

Jurnal Akuntansi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

19 - Volume 3, No. 1, Februari 2014

manajemen bank dapat menjaga besarnya

LDR sesuai dengan batas ketentuan BI

yaitu sebesar 78%-100%. LDR yang kurang

dari 78% menunjukkan kurang efektifnya

bank dalam menyalurkan kredit sehingga

hilangnya kesempatan bank untuk

memperoleh laba, Sedangkan LDR yang

lebih dari 100% menunjukkan bahwa

kredit yang diberikan melebihi dari dana

yang dihimpun. Akibatnya bank akan

mengalami kekurangan dana, karena dana

yang tersedia untuk memenuhi

kewajibannya sudah digunakan. Kedua

keadaan ini diharapkan tidak dialami oleh

perbankan karena akan mengganggu kinerja

keuangannya

Pengaruh penerapan manajemen risiko

operasional terhadap kinerja keuangan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan

bahwa penerapan manajemen risiko operasional

(yang diproksi dengan BOPO) berpengaruh

negatif terhadap kinerja keuangan yang diukur

dengan ROA dan ROE. Pengaruh negatif yang

ditunjukkan oleh BOPO mengindikasikan

bahwa semakin tinggi beban operasional yang

hampir menyamai atau melampaui pendapatan

operasional maka akan menurunkan laba bank

sehingga pada akhirnya ikut mempengaruhi

penurunan ROA dan ROE.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata

BOPO bernilai 84,99%. Nilai tersebut

mengindikasikan bahwa bank telah berhasil

meminimalkan terjadinya risiko operasional

karena dalam menjalankan kegiatannya mampu

melakukan efisiensi terhadap biaya.

Berdasarkan SEBI No. 6/23/DPNP/2004

tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank

umum, BOPO bernilai antara 94%-96%. Nilai

BOPO yang kurang dari 94% menunjukkan

bank efisien dalam menjalankan operasionalnya.

Walaupun dari hasil penelitian menunjukkan

rata-rata perbankan yang terdaftar di BEI

memiliki tingkat efisiensi yang baik, namun

bank harus terus melakukan pengawasan

terhadap risiko operasional dengan cara

menerapkan sistem pengendalian intern.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

maka dapat disimpulkan bahwa:

1) Penerapan manajemen risiko secara

simultan berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perbankan yang terdaftar di BEI

2) Penerapan manajemen risiko kredit

berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perbankan yang terdaftar di BEI

3) Penerapan manajemen risiko likuiditas

tidak berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perbankan yang terdaftar di BEI.

4) Penerapan manajemen risiko operasional

berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perbankan yang terdaftar di BEI,

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka

terdapat beberapa saran yang dapat penulis

kemukakan sebagai berikut:

Page 11: Manajemen Resiko

Jurnal Akuntansi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 20

1) Bagi Perbankan

a. Bagi beberapa bank yang mempunyai

NPL di atas ketentuan BI yaitu 5%

disarankan untuk memperkecil NPL

dengan melakukan reschedulling,

reconditioning dan restructuring

kreditnya.

b. Meningkatkan LDR melalui

penambahan kredit sehingga sesuai

dengan standar yang ditetapkan oleh BI.

c. Meminimalkan terjadinya risiko

operasional yang disebabkan oleh

human fraud dengan cara lebih

mengoptimalkan pengawasan, rotasi

kerja, memberi hukuman dan

penghargaan.

2) Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat

melakukan kajian lanjutan mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi kinerja

keuangan dengan menggunakan metode,

variabel, subjek yang berbeda dan periode

penelitian yang lebih panjang.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ali, M., 2006. Manajemen Risiko: Strategi

Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi

Tantangan Globalisasi Bisnis. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

Bastian, I., & Suhardjono, 2006. Akuntansi

Perbankan. Jakarta: Salemba Empat.

Daft, R.L., 2002. Manajemen. Jakarta: Erlangga.

Darmawi, H., 2011. Manajemen Perbankan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Purwanto, W.H., 2011. Risiko Manajemen

Perbankan. Jakarta: CMB PRESS.

Republik Indonesia, Surat Edaran Nomor

6/23/DPNP/2004, Tentang Sistem Penilaian

Kesehatan Bank Umum.

Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia

Nomor 13/3/PBI/2011, Tentang Penetapan

Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank.

Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia

Nomor 13/30/DPNP/2011, Tentang Pedoman

Perhitungan Rasio Keuangan.

Syamsuddin, L., 2007. Manajemen Keuangan

Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.