manik maya
DESCRIPTION
ManikmayaTRANSCRIPT
MANIKMOYO
Milik Departemen P dan K Tidak Diperdagangkan MANIKMAYA I Alih Aksara
dan Alih Bahasa SRI SUMARSIH Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
PROYEK PENERBITAN BUKU SASTRA INDONESIA DAE RAH JAKARTA -
1981
I I. PUPUH DHANDHANGGULO
01. Konon Mas Ngabei Ronggo di Penambangan ya ng mengepalai para abdi
dalem Kadipaten Mangkunegaran Surakarta, telah berhasil menyusun kisah tentang
kedatangan agama Islam di Pulau Jawa. Ceritera ini dimula i dari Sis Yanas
Nurcahyo, adalah keturunan Nabi Adam sampai dengan Sunan Giri.
02. Kisah yang disusunnya bersumber dari kitab suci Al Qur’an, tentang tonasube
(i lmu tasawuf). Ceritera itu diuraikan dalam bentuk ijina’ dan kias, menunjukkan
sif at : Maha Tunggal, Maha Pengasih dan Penyayang, Pemurah dan Pengampun
Tuhan seru sekalian alam.
03. Ceritera itu ditulis pada hari Sabtu Kliwon tanggal empat be las bulan
Jumadillawal tahun Ehe, wuku Warigalit, dalam masa kelima, dalam jangk a
windu, Windu Adi. Diberi sasmito sandi (Jawa: Sengkalan) Sirno Ening Sworo
Tun ggal. Jelasnya tahun 1740.
04. Demikianlah ceritera itu didahului dengan ucapan Bismiilahir rohman
anirohiem. Puji pujian itu berasal dari kitab Barubutun, kita b Barubu Laut, dan
kitab Barungala. Pertama (kidam) yang perlu diperhatikan urut urutan (tanayul)
doa dan kitab kitab itu jangan sampai terbalik balik, disertai lafal Illaha Illalloh
Muhammad Rasullullah.
05. Sebelum bumi dan langit dicipta kan maka keadaan alam semesta masih
hampa. Dialam yang kosong itu yang ada hanya lah sekumpulan roh. Kepada
sekumpulan roh itu disodorkan janji janji untuk menem puh jalan yang baik.
Setelah mendapat perjanjian sebagian diantara roh roh itu l alu ada yang menjadi
Nur (malaikat). Kemudian Tuhan memerintahkan kepada para ma laikat tadi untuk
bersujud kepada-Nya. Malaikat lalu menyembah lima kali kepada Yang Maha Esa.
06. Sejak itulah terjadi kebiasaan malaikat menyembah kepada Tuha n. Mereka
menjalankan sujud itu dengan pengertian dan mengindahkan ketentuan dan dalil.
Dalam menjalankan sujud itu mereka menjaga kebersihan lahir dan batin. D alam
menjalankan sujud itu mereka menjaga kebersihan lahir dan batin. Dalam menj
alankan sujud jangan sampai terpengaruh soal soal yang kotor baik jasmaniah
maup un rohaniah. Suatu ketika para malaikat habis menjalankan sujud dengan
khusuknya , mereka lalu menelentang. Dengan kesaktiannya pada waktu
menelentang itu keluar lah asap yang membubung tinggi. Dan asap akhirnya
terjadilah langit ketujuh ting kat dengan isinya.
07. Langit ketujuh tingkat beserta isinya itu menunjukkan rua ng lingkup
kekuasaan Tuhan. Disinilah merupakan tempat yang terjaga kesuciannya dan
tempat tersimpannya wahyu wahyu Illahi. Ketujuh langit ini lalu menjadi tera ng
dengan adanya matahari, bintang, dan bulan. Disinilah bertempat tinggal para
malaikat, jin, bidadari. Mereka adalah umat Tuhan Yang Maha Agung disana pula
te rletak neraka.
08. Setelah ketujuh langit selesai terbentuk malaikat lalu melaku kan sujud lagi
dengan posisi tengkurap. Saat itu lalu terbentuk bumi sebanyak tu juh buah
lengkap dengan isinya. Dari sikap tengkurap itu malaikat lalu tidur den gan posisi
miring. Saat itu terjadilah lembah, jurang, tebing, karang. Sesudah i tu malaikat
lalu duduk. Sikap ini nengakibatkan terjadinya gunung gunung. 1
09. Waktu duduk, malaikat itu mengeluarkan keringat. Dan kerigat inilah yang
men jadikan asal mula adanya samudera, mata air, sungai sungai besar, serta telaga.
Semua merupakan sumber dan air hujan. Kemudian kotoran badan (daki) menjadi
peng huni bumi yang terbagi atas binatang darat dan binatang air. Termasuk
binatang d arat yaitu binatang bangsa burung, binatang melata, serta binatang
merayap.
10. Kejap kejap mata malaikat menjadikan asal mulanya ada siang dan malam,
guruh, ki lat. Saat perjanjian dan kejapnya malaikat masih rahasia Tuhan Yang
Maha Esa.
11 . Alam arwah itu membutuhkan jangka waktu 70.000 tahun Dalam jangka
waktu itu te rkumpullah unsur unsur sehingga memungkinkan perubahan sifat
keadaan. Dikala itu Tuhan memfirmankan tentang adanya / lahirnya bumi dan
langit lengkap dengan ane ka macam isinya. Hal itu menurut Al Qur‘an teijadi
dalam waktu 6 hari.
12. Begitul ah kisah terjadinya tujuh buah langit dan tujuh buah bumi beserta
isinya. Panjan g lingkar keliling langit itu diceriterakan bila diukur dengan
kecepatan burung terbang baru akan selesai dalam jangka waktu 1.000 tahun.
13. Salah satu diantar a 7 buah langit itu lingkar kelilingnya cukup ditempuh
dengan kecepatan terbang burung yang tanpa berhenti selama 500 tahun. Ruang
keagungan dan kemegahan Tuhan dapat dilbaratkan sebagai sorga indah yang
berkotak kotak bagaikan kotak rumah lebah. Masing masing sorga indah itu
luasnya tak dapat dikatakan. Masing masing dijaga oleh bidadari.
14. Bidadari itu mempunyai empat jenis warna pokok yaitu h itam, putih, merah,
dan kuning. Warna pokok yang satu terhadap yang lain saling baur membaur.
Yang warna hitam agak keputihan, yang putih agak kemerah merahan b ercampur
kuning, yang merah agak hitam dan putih serta kuning, yang kuning agak kemerah
merahan, putih, hitam, dan merah.
15. Para bidadari itu mempunyai wajah yang cemerlang seolah olah masing masing
memaimerkan keunggulan sinarnya Lempara n pandangannya bagai meluncurnya
siraut (pisau tajam) jatuh. Kelihatan serba pan tas tiada setitikpun kejelekannya.
Tingkah lakunya aneka ragam lemah gemulai. Te lah menjadi kebiasaan gerak
gerik bidadari itu serba menarik membuat para pria m enjadi terpesona.
16. Dan berjuta juta dan puluhan ribu bidadari itu masing masi ng cantik molek
wajahnya para bidadari itu pantas jadi idaman istri para manusia yang mendapat
anugrah Tuhan masuk kesorga.
17. Masing masing kotak sorga itu uj udnya berbeda beda. Ada kelompok kotak
yang berujud mutiara semua. Kelompok kota k mutiara ini memancarkan sinar
cerah. Dilain tempat terdapat kelompok kotak sor ga intan. Pada kelompok ini
terdapat tanaman yang batang, daun, serta pucuknya s emuanya serba intan.
Memancarkan sinar yang seperti intan habis digosok.
18. Did alam surga keadaannya serba menarik. Dimana mana terdapat permata
mulia. Ada jam rut, mirah, nila widuri, ratna cempaka, beralaskan emas murni
berseling seling p erak memancarkan sinar aneka warna. Sinar sinar itu seolah olah
memamerkan seni serinya masing masing.
19. Sungguh mengasyikkan pemandangan disana sini terdapat sinar cemerlang
Tiada bedanya keadaan siang dan malam didalam surga. Nikmat nia n hidup
didalam surga. Keadaan seperti itu, baka langgeng tiada habisnya. Tak ada tolok
banding keindahan surga dibumi ini.
20. Rapal Laa ilaha illalloh dan Moh ainmad dan wa rosuuluh itu tertulis dalam
kitab suci. Kitab suci itu tersimpan d idalam makful yaitu tempat yang terjaga
untuk menyimpan ayat ayat suci. Lokil makful itu tidak dapat dibayangkan sampai
berapa luas tinggi dan dalamya
21. Tentang ujud Tuhan Yang Maha Esa itu tak dapat diga mbarkan. Hanya dapat
dikatakan lengkap penuh sempurna serba maha. Apa yang difir mankan terjadi.
Dan firman itu tidak pernah tidak ditepati. Sifatnya baka, tidak bertambah pun pula
tidak menyusut sesuai dengan sajaratil muntoha.
22. Pohon sa jaratil muntoha besar batangnya lipat tujuh kali besarnya bumi.
Daunnya bermacam macam ada kuning, merah, biru, dhadhu (warna pembauran
antara merah dan kuning) , campuran ungu dan kuning, ungu, hijau, hitam, dan
putih. Semua daun itu memanc arkan sinar merah bagaikan mutu manikam yang
semua memancarkan keindahan cahaya. Aneka warna daun itu mengkiaskan sifat
tabiat masing masing manusia.
23. Apabil a daun itu layu, ini mengkiaskan manusia jatuh sakit. Apabila daun
menjadi kerin g mengkiaskan manusia telah tua. Bila daun gugur mengkiaskan
manusia meninggal, badan rohaniah meninggalkan badan jasmaniah. Arwahmya
diterima oleh malaikat Ngi jrail yang menjaga dibawahnya lalu dilihat dan
dipertimbangkan amalnya.
24. Kala u sudah dipertimbangkan segala amal perbuatannya, bagi yang banyak
amal solehnya ditempatkan oleh malaikat Ngijrail di lohkil mahful. Mengenai
meninggalnya manu sia itu ada yang meninggal dalam usia tua, usia muda, masih
bayi, dan meninggal sebelum dilahirkan (abortus). Semua itu diatur oleh kekuasaan
Tuhan. Tentang gil iran kematian itu diatur oleh kebijaksanaan Tuhan,
digambarkan sebagai bunyi ira ma gamelan yang indah.
25. Irama gamelan yang indah membuat gembira bagi siapa p un yang
mendengarkan mengakibatkan badan menjadi segar, dan menghilangkan rasa l esu,
bagaikan rasa nikmatnya wanita yang dirayu oleh pria. Jumlah malaikat yang
mempunyai tugas sendiri sendiri itu amat banyak, berjuta juta bahkan wendran.
(1 endran = 10.000.000).
26. Yang dijadikan utusan Tuhan malaikat Jabarail, Mingkai l, Ngisrofil, dan
Ngijrail Malaikat ditugaskan mengepalai para malaikat tersebut . Jajil itu bertempat
tinggal disorga. Ia mendapat kepercayaan Tuhan sebagai wak il-Nya.
27. Tujuh bumi dan tujuh langit terjadi berpasang pasangan. Tujuh bumi d an tujuh
langit itu keadaannya bagaikan kembar. Keadaan atas dan bawah dari tuju h langit
dan tujuh bumi itu sama, begitu juga jarak antaranya dan susunannya Mas ing
masing bumi itu disangga oleh malaikat yang berujud ular naga. Ular naga itu
panjangnya sama dengan jarak ujung bumi sebelah timur hingga ujung bumi
sebelah barat.
28. Naga itu menyangga bumi dari ujung timur menyusur sampai keujung bar at
kemudian muncul dan permukaan bumi melambung, melengkung akhirnya
kembali keu jung bumi sebelah timur akibatnya kepala dan ujung ekornya bertemu.
Ular naga it u seolah olah kepalanya memangsa ekornya sendiri.
29. Konon naga itu disangga oleh lembu yang dinamakan lembu Gumarang.
Lembu Gumarang ini mempunyai 1.000 tanduk dan 1.000 telinga. Jarak antara
telinga yang satu dengan telinga yang lain sam a dengan jaraknya ujung timur dan
ujung barat. Lembu ini berdiri diatas batu pua lam (kumoloso) yang luasnya sama
dengan luas bumi. Batu pualam itu disangga oleh ikan Nun. Ikan Nun itu disangga
oleh lautan. Ikan Nun memangsa sesama ikan.
30. Ikan kecil yang menjadi mangsanya berdatangan sendiri seolah olah sudah
menjadi takdir Tuhan.
31. Bentuk permukaan bumi itu ada bermacam macam, ada yang itu mengeluarkan
air sehingga terjadilah mata air, sungai, dan sungai besar Kesemuanya itu kena
cahay a matahan kelihatan amat indah. Bintang bintang bertebaran diangkasa
32. Disamping bintang bintang yang bertebaran itu, terdapat pelangi berbentuk
lengkung yang ujung pangkalnya dikaki langit seolah olah kepala rusa sedang
minum air laut (b entuk pelangi yang melengkung itu digambarkan seperti rusa
yang sedang minum). D iangkasa yang luas itu.terdapat juga kilat yang saling
bermunculan.
33. Mengenai jenis binatang : ada binatang hutan, binatang yang hidup dijurang
jurang, binat ang yang hidup ditebing tebing, binatang yang hidup didalam air.
Semua binatang itu ujud dan keadaannya bermacam macam. Karena tak terhingga
banyak dan ragamnya maka orang tak mampu menuliskan.
34. Alkisah Tuhan Yang Maha Esa menciptakan seekor burung yang besar lagi
panjang, warnanya hijau. Burung itu amat tinggi. Makanan burung itu telah
tersedia, buah buahan yang terdapat didunia. Tumbuh tumbuh an didunia itu
bermacam macam. Yang dimakan burung itu tidak hanya buah buahan y ang besar
saja tetapi kecil sebesar biji sawi pun dimakan juga. Sesudah semua tu mbuh
tumbuhan itu habis dipatuk maka matilah burung itu.
35. Kemudian Tuhan berf irman kepada Ngijrail agar memasuki mutiara hijau
yang sebesar biji sawi. Ngijra il tidak sanggup alasannya bagaimana. Ia dapat
masuk, sebab mutiara itu tidak be rpintu lagi pula sangat kecil, jauh lebih kecil dari
badannya. Sedang bila ia se dang merentang sayapnya saja ruang diluar langit
dapat terpenuhi.
36. Malaikat Ngijrail menukik dari langit sampai dibumi masih bersifat malaikat.
Untuk dapat m elandas kebumi tidak dapat. bila tidak merubah keadaan dirinya
yang mirip dengan perujudan yang ada dibumi. Apalagi bagaimana hamba dapat
masuk kedalam mutiara yang sebesar biji sawi itu. Jawab Tuhan hanya
menekankan agar Ngijrail menjalani apa firman-Nya.
37. Karena takut dan patuh menjalani firman Tuhan akhirnya Ngijrail
melaksanakan apa firrnan Tuhan itu. Ia masuk kedalamnya. Ternyata didalamny a
amat luas. Ngijrail segera membentangkan sayapnya, kemudian terbang berkeliling.
Namun ia tak dapat mencapai dinding mutiara itu. Ia lalu melambung keatas, te
rnyata tidak juga mencapai tepi bagian atasnya. Ngijrail amat menyesal. Karena k
epayahan berterbangan itu ia mengurangi kecepatannya. Akhirnya ia berhenti
untuk bersujud menyatakan tobat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
II. PUPUH ASMORODONO
01. Tuhan Yang Maha Esa menanyakan kepada Ngijrail, apa yan g nampak
didepannya. Jawab Ngijrail bahwa segera ia melihat seekor burung berwar na hijau
tua sinarnya cemerlang.
02. Warna hijau itu bercampur kuning, biru dan putih. Tuhan berfirman kepada
Ngijrail disuruh segera masuk kedalam perut burung hijau itu.
03. Malaikat Ngijrail segera masuk kedalam perut burung hijau itu. P erut burung
itu amat luasnya andaikata ia terbang sejauh jauhnya tak mungkin men capai sisi
tepinya.
04. Malaikat Ngijrail dalam hati mengagumi Maha Kuasanya Tuh an yang tak
dapat dibayangkan sampai dimana luas dan puncak kekuasaan-Nya. Keane hannya
ia bertempat tinggal dalam sebuah rumah raksasa yang terletak didalam per ut
burung.
05. Malaikat Ngijrail bersujud dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Ia meng hiba
hiba minta belas kasihan kepada Tuhan. Tuhan berfirman malaikat Ngijrail di
suruh masuk kedalam rumah yang terletak didalam perut burung hijau itu.
Malaikat Ngijrail mengindahkan perintah Tuhan tersebut.
06. Tetapi ia tak mampu mendekat i. Ia pingsan, tubuhnya lemah tak berdaya. Ia
menyerah kepada segala maksud Tuha n. Tuhan seru sekalian alam berfirman
kepada malaikat Ngijrail itu semua tidak m enjadi persoalan, kamu tidak bersalah.
07. Didalam rumah raksasa yang berwarna h ijau yang terletak didalam burung
tersebut malaikat Ngijrail bertanya kepada Ill ahi, “suara apakah itu gerangan.”
08. Tuhan Yang Maha Esa memberi jawaban, “itu adalah suara insan kamil
(manusia sejati).” Malaikat Ngijrail menyambung pertanyaannya, “d i manakah
letak insan kamil itu.”. Tuhan Yang Maha Esa memberikan jawaban, “ia tidak
berada diluar ataupun didalam, tidak dibawah pun dan pula tidak diatasjauh jara
knya tak terhingga.
09. Namun terletak amat dekat dengan kau tetapi tidak bersin ggungan dengan
dirimu. Malaikat Ngijrail bertanya, sebelum alam semesta langit d an bumi ketujuh
ini tercipta dimanakah insan kamil itu berada.
10. Tuhan Maha Su ci berfirman kepada malaikat Ngijrail, sebelum segala sesuatu
tercipta (kablaseh i la akada) tak dapat dibayangkan bagaimana keadaan alam ini,
Alam semesta bersi fat hampa tanpa isi.
11. Tuhan Yang Maha Kuasa lalu menciptakan bumi dan langit. Sekali berfirman
terjadilah apa yang beliau kehendaki. Malaikat Ngijrail bertan ya kepada Tuhan
Semesta Alam, dimanakah tempat insan kamil (manusia sempurna).
12. Kira kira dala waktu 1.000 tahun malaikat Ngijrail masuk kedalam mutiara,
mak a Tuhan Yang Maha Esa menghendaki menciptakan Jin untuk penghuni bumi.
13. Jin i tu mempunyai laskar beratus ratus ribu berpasang pasangan pria dan
wanita. Para Jin itu beranak cucu turun temurun. Ujud raja Jin beserta laskarnya itu
tidak me nyerupai manusia melainkan bersifat roh halus. Ia berasal dan sari api.
14. Semu a Jin itu tabiatnya suka durhaka. Mereka mengingkari tentang segala
kekuasaan Tu han, tak sudi bertaqwa kepada Tuhan. Selama para Jin itu menghuni
bumi dalam wak tu puluhan ribu tahun mereka membiasakan hidup serba mewah.
15. Oleh karena itu mereka lalu mendapat murka Tuhan dan dilenyapkan dari bumi
dengan cara disambar petir sehingga punah beserta anak cucunya Kemudian Tuhan
Yang Maha Esa berhajad hendak menciptakan penghuni bumi lagi Umat baru yang
diciptakan itu diberi nama Ibnu Jan, berasal juga dan sari api.
16. Pengikut Ibnu Jan ada beratus ratus ribu, bersuami istri, beranak cucu turun
temurun, sifatnya masih roh halus. Ibnu Jan amat berwibawa Keadaan kerajaannya
aman sejahtera. Segala sesuatu yang diinginkan lekas ada.
17. Adat kebiasaannya suka menjalankan perbuatan durhaka, malas bekerja,
berbuat sekehendak hatinya, m engingkari segala sifat kebesaran Tuhan. Mereka
mendiami bumi sampai 80.000 tahu n, kemudian mendapat murka Tuhan.
18. Akibat dari pada murka ini negaranya menja di rusak. Ibnu Jan beserta
pengikutnya meninggal dilanda air. Sesudah itu yang m enjadi raja adalah malaikat
Ngijrail yang telah lama mengalami hidup mulia, temp at tinggalnya disorga.
19. Malaikat Ngijrail sebagai pimpinan para malaikat ingi n mengetahui keadaan
bawah langit. Dengan diantar 700.000 malaikat ia turun kebu mi, sampailah ia
dibawah langit yang pertama
20. Malaikat Ngijail bertakwa dihad apan Tuhan hingga 1.000 tahun. Sesudah itu
ia minta Izin kepada Tuhan Yang Maha Esa ingin mengetahui keadaan dibawah
langit maka ia diiringi oleh penganutnya ya ng berjumlah ratusan nbu itu turun
kebumi. Kisah sebelumnya malaikat Ngijrail it u bertempat tinggal disorga.
21. Genap 1.000 tahun malaikat Ngijrail menempati s ebuah bumi ia beserta
pengikutnya pindah kebumi yang lain. Selanjutnya ia pindah kebumi yang lain lagi.
Begitulah sampai ketujuh bumi pernah didiami. Masin masi ng bumi itu didiami
selama 1.000 tahun. Maka samapai meliputi bertempat tinggal ditujuh bumi makan
waktu 7.000 tahun. Masing masing pasangan bumi dan langit men yambut baik
kedatangan Ngijrail beserta pengikutnya.
22. Begitu Ngijrail sampai dibumi hatinya amat tertarik keadaan dibumi sehingga
keadaan disorga terlupakan. Ia pergi mengelilingi bumi melihat lihat hutan rimba.
belantara, gunung gunung dengan lereng serta tebingnya, dan laut samudera.
23. Ia amat terpesona kepada t ingkah dan gerak gerik binatang rimba. Mereka
berkejar kejaran. Disamping itu ia masih ingat juga bersujud kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
24. Ngijrajil suka memper hatikan saat terbenamnya matahari, sinar bulan
purnama dan bintang bertaburan ya ng gemerlapan diangkasa raya. Kesukaan
Ngijrail beserta pengikutnya mengembara m engelilingi bumi dari arah timur
sampai barat telah didatangi semua tak ada yang ketinggalan.
25. Sekali peristiwa dalam bepergian mengembara itu diantara pengi kutnya ada
yang mengingatkan Ngijrail, bahwa telah lama kami sekalian meninggalk an sorga,
menetap dibumi, jangan jangan dimarahi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
26. Ngijrail menerima baik peringatan dari penganutnya itu. Ia berterima kasih atas
p eringatan itu. Ia benjanji bila lama perjalanan mereka telah 7.000 tahun akan ke
mbali kesorga.
27. Para malaikat yang jumlahnya 700.000 itu sependapat dengan ke hendak dari
Ngijrail itu. Mereka patuh mengikuti perintah Ngijrail sampai dimana pun juga.
Alkisah Tuhan Yang Maha Esa menghendaki terciptanya manusia pertarna (Adam).
28. Tuhan memerintahkan kepada malaikat Jabarail mengambil tujuh jenis t anah
sebagai bahan untuk menciptakan adanya Adam. Malaikat Jabarail segera turun
kebumi. Pada saat ia menukik kebumi itu bumi bertanya.
29. Pertanyaannya itu me ngapa malaikat Jabarail mengambil tujuh macam tanah
sebagai bahan menciptakan Ad am. Bumi tidak rela jika sebagian dari padanya
diambil untuk dijadikan bahan Adam, karena ia tahu bahwa nantinya Adam akan
mene rima murka Tuhan Yang Maha Esa.
30. Jabarail sangat tidak menduga bahwa bumi tid ak mau diperlakukan
sebagaimana difirmankan Tuhan Yang Maha Esa. Ia segera kemba li menghadap
Tuhan menyatakan bahwa bumi tidak dapat menerima atas perlakuan itu . Bila
dipaksa juga bumi akan melawan.
31. Tuhan Yang Maha Esa beralih memerinta hkan kepada Mikail untuk
mengambil tujuh macam tanah. Mikail mengindahkan perint ah Tuhan itu. Segera
ia turun kebumi. Sebelum Mikail mengambil tujuh macam tanah itu, oleh bumi
kepadanya lebih dahulu disodori pertanyaan apa maksud kedatangan nya itu.
32. Lalu dikatakan bila Mikail mau mengarnbil sebagian dari padanya ia amat
tidak rela. Kalau toh dipaksa maka ia menjatuhkan laknat. Keadaan ini menja
dikan Mikail tidak berani menjalankan tugasnya. Ia kembali kehadapan Tuhan
melap orkan bahwa bumi amat tidak rela jika sebagian dari padanya diambil
meskipun pen gambilan itu atas perintah Tuhan Yang Maha Esa.
33. Tuhan Yang Maha Esa segera b erfirman kepada Ngisrafil memerintahkan agar
segera ia kebumi mengambil tanah. N gisrafil mengindahkan perintah Tuhan,
segera ia turun kebumi. Sebelum ia melaksa nakan perintah. Tuhan Yang Maha
Esa itu, bumi telah mendahului berkata seperti a pa yang pernah ia katakan kepada
Mikail dahulu.
34. Ngisrafil segera kembali men ghadap Tuhan, disana ia melaporkan bahwa bumi
tidak rela jika sebagian dari pada nya diambli oleh Ngisrafil. Maka Tuhan beralih
memerintahkan kepada Ngijroil.
II I. PUPUH PANGKUR
01. Tuhan memerintahkan kepada Ngijroil agar turun kebumi menga mbil tujuh
tanah (jenis tanah) berwarna merah, biru, hijau, dan merah jambu agak ungu
(kapuranta), dadu (warna coklat bercampur kuning contoh gambar pegunungan
dipeta), hitam, dan putih. Ngijroil segera berangkat, tak lama kemudian sampaila h
dibumi.
02. Sebelum Ngijroil mengatakan apa maksud kedatangannya, bumi telah m
endahului bertanya, apa maksudmu hendak mengambil sebagian dari padaku, aku
sung guh tidak merelakan. Apabila anda memaksanya aku akan mengutuk anda.
Maka segera kembalilah.”
03. Sahut Ngijroil, apa katamu hai bumi aku sekedar menjalani firman Tuhan.
Bagaimana akan menyanggahnya. Andaikata kamu meronta ronta sekalipun aku
sanggup menguasaimu. Segala kekuasaan ada padaku. Bumi tinggal diam saja. 04.
M alaikat Ngijroil segera mengambil tujuh jenis tanah dibawa terbang membubung
dia ngkasa. Serta Ngijroil sampai dihadapan Tuhan. Tuhan lalu berfirman,
“tiadakah kam u dikutuk oleh bumi tatkala mengambil tanah.”
05. Malaikat Ngijroil berdatang sembah kepada Tuhan bahwa bumi melemparkan
banyak kutukan kepadanya, tetapi tidak di hiraukannya. Terus saja Ngijroil
membawa tujuh jenis tanah bumi. Ternyata bumi t idak angkat bicara.
06. Selanjutnya Tuhan Yang Maha Esa menetapkan bahwa Ngijrai i nantinya
dipercayakan mengambil arwah semua dikelak kemudian hari apabila mere ka
meninggal dunia.
07. Lagi pula ia dipercayai mengepalai semua malaikat yang menjaga daun daun
saj aratil muntoha di lokil makful. Jumlah malaekat itu berjuta juta. Itu semua menj
adi anak buah Ngijrail. Mereka semua tergolong rnalaikat pengatur maut.
08. Tuju h macam tanah itu yang semula berwarna putih, merah, kapuranta, biru,
ungu, hijau, dan kuning lalu diremas menjadi satu. Tanah yang semula ada yang
kasar, sedan g dan halus Setelah dicampur dan dilumat lalu berubah bentuknya
menjadi menyerup ai lumpur.
09. Lumpur itu mengandung berbagai unsur yaitu ada unsur angin, unsur api, unsur
bumi, unsur air, dan unsur roh Muhammad. Segala umat Tuhan dikuasai oleh roh
Muhammad.
10. Tuhan Yang Maha Esa memberikan nasihat kepada Ngijroil ba hwa manusia
itu ditakdirkan didunia dalam keadaan berlain lainan, namun mereka d ihadapan
Tuhan serta di lokil mahful sama wewenangnya, meskipun diantara mereka itu
jasmaniahnya ada yang ditakdirkan buruk dan pula yang ditakdirkan baik.
11. Orang bangsawan maupun kebanyakan, orang miskin maupun kaya, cerdik
maupun bodoh , tinggi maupun rendah kedudukannya pria maupun wanita, mereka
itu juga sama dih adapan Tuhan. Kemudian adonan yang ujudnya menyerupai
lumpur tersebut lalu diben tuk sedemikian rupa sehingga ninyerupai bentuk tubuh
manusia. Jangka untuk membe ntuk tubuh ini membutuhkan waktu 40 tahun.
12. Ketika adonan lumpur itu selesai dibentuk menjadi tubuh manusia bertepatan
pada hari Jum’at. Tubuh manusia ini berw ajah sangat tampan. Tinggi badannya
mencapai 60 hasta. Kemudian Tuhan memerintah kan kepada malaikat Ngijroil
agar memanggang tubuh itu.
13. Adapun tempat pemang gangan itu didesa Jolokang yaitu antara Mekah dan
tanah Nglaib. Malaikat Ngijroi l mengindahkan perintah Tuhan itu. Penugasan
Tuhan terhadap malaikat Ngijroil in i dibantu oleh malaikat Jabarail, Mingkail, dan
Ngisrafil. Tubuh itu mereka bawa kebumi, terus diletakkan di Polongkang serta
dijaganya.
14. Tubuh itu mereka je mur ditengah terik matahari. Alkisah malaikat Ijajil demi
mendengar bahwa Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan tujuh Adam yang saat
itu sedang dijemur lalu ber kata dalam hati
15. Jika demikian Tuhan akan menciptakan bentuk umat lain disorg a yang
nantinya akan menggeser kerajaannya. Dan yang diangkat menjadi raja tentu nya
Adam. Malaikat Ijajil beserta pengikutnya lalu meninjau bentuk tapel Adam di
desa Tolongkang yang terletak diantara Mekah dan Nglaib.
16. Malaikat Ijajil tel ah menyaksikan keadaan tapel Adam yang sangat bagus serta
tiada bandingnya dari seluruh isi bumi itu. Ia terus masuk kedalam tapel Adam.
Sampai didalam malaikat Ijajil sempat mengelilingi kesegenap tapel Adam tersebut.
17. Setelah tubuh itu rata dikeilingi tahulah malaikat Ijajil akan kehebatan isi tubuh
tapel Adam itu . Ijajil melihat bahwa didalam perut tapel Adam tersebut terdapat
sebuah banguna n berbentuk rumah megah. Bangunan itu sangat indah bagikan
indahnya bunga tanjun g. Oleh Ijajil bangunan itu didekati dan ia berlutut disitu,
tetapi pada waktu a kan masuk ternyata rumah megah itu tidak berhasil dimasuki.
18. Oleh karena itu Ijajil lalu keluar dari tubuh tapel Adam tersebut. Ketika telah
tiba diluar Ijaj il lalu menceniterakan peristiwa yang baru dialami itu kepada
pengikutnya yaitu 700.000 malaikat. Dikatakan pula kepada para pengikutnya
bahwa sebagai raja yang pertama kali, dia belum pemah menyaksikan keadaan
yang seperti itu.
19. Isi badan tapel Adam memiliki sifat sifat yang serba lebih dari yang lain. P
adanya memiliki sifat sifat dan sifat besar sampai dengan sifat sekecil kecilnya .
Kemegahannya bagaikan kemegahan tujuh langit, yang menggambarkan
keagungan Tuh an. Kemegahan itu sama halnya dengan keagungan lokil mahful
(tempat yang indah d an terjaga, tempat penyimpanan ayat ayat wahyu Tuhan).
20. Isi tujuh buah langit yang berujud bintang bintang yang bertebaran, matahari,
dan bulan merata memenu hi angkasa. Lagi pula disana terdapat neraka. Itu semua
digambarkan sebagat ruma h megah yang tiada berpintu tidak dapat dimasukkinya
bahkan sebelum sampai didek at bangunan itu badan terasa lunglai tiada berdaya.
21. Jika dipaksakan untuk ma suk, bahkan badan merasa semakin lemah. Pada
hemat saya (Ijajil) itulah dikarena kan kesaktian Illahi. Karena kesaktian itu aku
tak mampu mendekatinya. Ijajil la lu minta pendapat para pengikutnya.
22. “Seandainya Tuhan memerintahkan menyembah kepada Adam apakah kalian
mau mengindahkan perintah itu?” Mendengar pertanyaan itu maka para malaikat
pengikut Ijajil yang jumlahnya 700.000 itu menjawab serentak , “Bagaimana kami
akan tidak mau menjalaninya, padahal itu memang sudah kuwajiban dari umat
Tuhan”.
23. Mau tidak mau perintah Tuhan itu harus dijalankan. Kata Ijaj il, “Bagiku
perintah itu tidak akan saya jalankan. Meskipun Tuhan memerintahkan dengan
sangat namun tetap tidak akan saya kerjakan, sebab menurut hematku perbuata n
semacam itu akan menurunkan martabatku.
24. Saya ini terjadi dari api. Oleh ka rena itu jika dipaksa menghormat kepada sari
bumi tidak akan mungkin mau. Padaha l bumi itu hanyalah tempat tumbuhnya
bermacam macam tumbuh tumbuhan, tempat tert ampungnya bau busuk, anyir dan
kotoran. Kesemuanya itu menjadi pengotor bumi bea ka. Hal itulah yang
menjadikan aku tidak mau menghormat Adam, andaikata dimarahi sekalipun aku
tetap tidak mau melakukan.”
25. Alkisah Tuhan Yang Maha Esa berkena n memerintahkan kepada keempat
malaikat yaitu Jabarail, Mikail, Ngisrofil dan Ng ijroil agar membawakan nyawa
Adam turun kebumi, dan nyawa itu diletakkan diatast alam emas.
26. Keempat malaikat tersebut lalu segera berangkat. Begitu sampai di
Longkangan nyawa yang mereka bawa itu langsung diletakkan dekat hidung tapel
Ad am. Berkat kekuasaan Tuhan maka tapel Adam itulalu dapat bergerak.
27. Selanjutn ya para malaikat tersebut bermaksud akan memasukkan nyawa tadi
pada tubuh Adam. Ketika tubuh Adam akan diangkat oleh malaikat ternyata terasa
terlalu berat. Ole h karena itu tubuh Adam lalu diangkat oleh dua malaikat,
anehnya tubuh Adam itu terasa semakin bertambah berat sehingga mereka tidak
berhasil mengangkatnya.
28. Tubuh tapel Adam yang sangat berat itu keadaan bagian dalamnya sangat
sempit. K etika nyawa tadi dipaksa dimasukkan kedalamnya ternyata tidak dapat.
Nyawa berke hendak masuk lewat lubang hidung. Pada waktu nyawa itu baru
menempel lubang hidu ng, tapel Adam itu lalu bersin.
29. Akibat dari bersin itu bagian bagian tubuh t apel Adam terlepas, kepala, bahu,
telapak tangan, siku, pantat, lutut, dan telap ak kaki lepas dari tubuh tapel Adam.
Tuhan Yang Maha Esa lalu memerintahkan kepa da keempat malaikat untuk
memasang / memulihkan kembali tubuh yang terpisah itu tadi.
30. Bagian tubuh yang lepas porak poranda itu segera dikumpulkan oleh mala ikat,
kemudian dipasang lagi sehingga pulih kembaliseperti sediakala. Tuhan Yang
Maha Esa mengajarkan kepada Adam setelah pulih akibat dari bersinnya iti untuk
mengucapkan Alhamdulillah.
31. pm.
32. Tuhan Yang Maha Kuasa memerintahkan kepada Adam agar mengucap Iyya k
a na’budu waiyya ka nasta’in. Saat itu tubuh Adam telah menjadi kuat, lengkap
dengan ruas ruasnya.
33. Udara keluar dan masuk melalui hidung, ini dikatakan pernafas an. Dengan
bernafas itu terjadilah hidup. Adam lalu dinobatkan menjadi Nabi berg elar Nabi
Adam. Padanya ada segala kekuasaan sejak yang besar sampai dengan keku asaan
yang terkecil. Nabi Adam dihadap semua malaikat. Tempat mereka menghadap a
da yang disebelah kanan, disebelah kiri, didepan, dan dibelakang.
34. Para malai kat terlalu sayang dan hormat kepada Nabi Adam. Mereka
mengucapkan tabarakallahu yang artinya Nabi Adam sangat berguna, dan mereka
pandang sebagai Nur Muhammad. Tuhan memerintahkan kepada para malaikat
agar mereka menganggapnya sebagai Nur Muhammad.
35. Ia aku jadikan manusia pertama yang menjadi nenek moyang para manu sia
seterusnya. Tentang rohnya adalah roh Muhammad yang kedudukannya sebagai
pen gejawantahan Tuhan Yang Maha Esa.
36. Tuhan Yang Maha Esa memerintahkan kepada J abarail agar mengambil
pakaian yang serba gemerlapan. Jabarail segera berangkat. Tak lama kemudian
Jabarail segera kembali membawa pakaian yang serba cemerlang. Pakaian tersebut
segera dikenakan kepada tapel Adam.
37. Makutho (pakaian pada kepala sebagai tanda kehormatan) serba keemasan
sehingga nampak indah. Dan makut ho ini terpancarlah cahaya cemerlang.
Dikenakan juga bebadhong (pakaian yang dip akai sebãgai penguat letaknya
makutho) yang bertahtakan mutiara mutu manikam, ulur ulur (pakaian semacam
pita emas yang dikalungkan pada leher memanjang sampai di depan perut)
bergelang kelat bahu (sejenis gelang yang diterapkan pada lengan at as), anting
anting yang dihiasi dengan mutu manikam, dan baju keemasan.
38. Semu a pakaian itu nampak gemerlapan. Ia menggunakan juga kampuh
(semacam kain yang d ibuat sampai empat kali lipat panjang kain biasa, berbentuk
seperti kain biasa) yang bersulamkan emas sehingga kelihatan sangat indah.
Mengenakan pula alas kaki (selop) yang dihiasi dengan warna yang indah molek
(her bumi her wewehan). Kein dahan serta keagungan pakaian kebesaran itu tak
dapat terkatakan. Begitulah kein dahan pakaian yang dikenakan pada tapel Adam.
39. Semua pakaian yang dikenakan p ada tapel Adam itu tiada yang menyamai
indahnya, baik mengenal jenis macamnya ma upun mutunya.
IV. PUPUH SINOM
01. Tuhan Yang Maha Esa memerintahkan kepada keempat malaikat agar
mengumpulkan semua malaikat yang bertempat tinggal diatas tujuh bumi dan tuju
h langit untuk mengantar Nabi Adam kesorga.
02. Setibanya disorga nan indah Nabi Adam dipersilakan duduk ditempat yang
penuh dengan perhiasan ratna mutu manikam , cahayanya amat cemerlang. Macam
macam mutu manikam itu : ada intan, jamrud, bi duri, mirah, semua mutu
manikam ini memancarkan cahaya sinar gemerlapan. Tak dap at dikatakan lagi
keindahan pakaian yang dikenakan pada tapel Adam itu yang sina rnya memenuhi
ruang tujuh langit.
03. Tuhan Yang Maha Esa bersabda kepada para m alaikat. Mereka diperintahkan
agar mau bersujud kepada Nabi Adam. Dialah yang ak u kuasakan sebagai waliKu,
mengatur segala sesuatu yang ada didalam sorga. Adam berkedudukan sebagai
nabi. Para malaikat lalu bersujud kepada Adam.
04. Para mal aikat itu amat patuhnya, mereka terus bersujud kepada Nabi Adam.
Demikianlah mer eka telah menjalani takwa selama 100 tahun. Hanya malaikat
Ijajil saja yang tak mau melaksanakan perintah Tuhan itu. Memang sikap ingkar ini
telah diniatkan sej ak waktu yang lampau. Ijajil menolak keharusan tunduk kepada
Nabi Adam. Malaikat Ijajil lalu mendapat murka serta kutuk Tuhan YangMaha Esa.
05. Selanjutnya Ngij ajil lau berubah ujud. Ia memiliki bentuk yang serba jelek.
Mukanya reot, mata m elotot bila melihat matanya berkedip kedip, sudut matanya
serong. Kepalanya meng ecil menjadi sebesar canthing. Dahinya lebar. Pundaknya
mengempis. Daun telingan ya kecil, lehernya besar dan panjang.
06. Dadanya sempit, perut buncit, pantat m enonjol, rambut tumbuhnya jarang lagi
pula warnanya merah. Jenggotnya tebal, dag unya runcing. Pangkal lengannya
kurus kering, jarinya sebesar pisang tanduk, kak inya sebesar buah betung.
Tubuhnya pendek lagi kecil. Bi!a berjalan jalannya mem bungkuk serta serong dan
reyot.
07. Kemudian Tuhan berfirman kepada Ijajil bahwa perubahan ujud itu hendaknya
diderita seumur hidup dan turun teniurun karena ía t elah berdosa, yaitu tidak mau
menjalani perintah Tuhan Yang Maha Esa. Lagi pula ia ditakdirkan bahwa kelak
dihari kiamat akan masuk neraka jahanam. Ia bermaksud akan menyanggah
perintah Tuhan itu namun akhirnya ia terpaksa menyerah. Sejak i tu ia lalu berjanji
bahwa untuk selanjutnya akan mengganggu keturunan Adam.
08. Ijajil memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diizinkan mencari teman
masuk ner aka. Tuhan Yang Maha Esa mengizinkan permohonan Ijajil itu, tetapi
dengan syarat hanya mereka yang ingkar kepadanya saja yang boleh diganggu.
Sedang mereka yang bertakwa kepada-Nya Ijajil sama sekaii tidak diperkenankan
mengganggu. Disampin g itu Tuhan memenintahkan bahwa Ijajil tidak
diperkenankan bertempattinggal bers ama manusia.
09. Untuk Ijajil disediakan tempat tinggal didalam jurang, didalam lumpur yang
sulit didatangi, atau didalam kayu kayuan dan perbatuan. Semua anak cucu Ijajil
adalah kafir, mereka digolongkan iblis laknat. Ijajil lalu diasihgka n mereka
digolongkan iblis laknat. Ijajil lalu diasingkan dibawah gunung yang te rletak
didalam neraka.
10. Disana ia tetap menjadi raja, tentaranya adalah para setan (bekasakan). Para
malaikat yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa merasa sangat jijik melihat
Ijajil setelah mendapat kutuk dari Tuhan itu. Sebab saat i tu Ijajil telah berubah
ujud menjadi sangat buruk yang tiada bandingnya, dan perubahan ujud mi a kan
diikuti anak keturunannya.
11. a. Para malaikat yang semula menjadi anak bua h Ijajil. tidak digolongkan kafir.
Mereka ini selalu bersujud. kepada Tuhan meny atakan rasa syukur. Dalam jangka
waktu 1.000 tahun kemudian para malaikat bekas pengikut Ijajil ini baru
diperkenankan berkumpul dengan para malaikat yaitu golo ngan malaikat yang
tetap bersujud kepada Tuhan. Kepada bekas pengikut Ijajil ini masing masing lalu
diberi tugas. b. Secara bergiliran para malaikat datang meng hadap Nabi Adam.
Sebenarnya didalam hati Nabi Adam merasa tidak senang karena ya ng datang
menghadap itu bukan sesama manusia.
12. Untunglah tidak lama kemudian Nabi Adam mendapat anugerah Tuhan. Tiba
tiba beliau menyaksikan bahwa dari tulan g rusuknya yang terakhir pada lambung
sebelah kiri muncul seorang wanita yang sa ngat cantik. Wanita yang baru saja
muncul ini terus duduk disamping Nabi Adam. S eketika itu Nabi Adam lalu
timbul nafsu birahinya.
13. Wanita itu bernama Ibu Ha wa kecantikan Ibu Hawa melebihi kecantikan para
bidadari yang berada disorga, ca haya kulitnya kuning bagaikan warna emas
diumpan (digosok). Seketika itu juga Na bi Adam mengulurkan tangan untuk
menjamah wanita, tersebut, akan tetapi dihalang i oleh Jabarail.
14. Jabarail mengatakan bahwa saat itu Ibu Hawa belum resmi men jadi istrinya
sehingga haram untuk dijamah. Jabarail menyarankan agar Ibu Hawa i tu dinikah
dahulu. Mendengar saran dari Ijajil itu Nabi Adam lalu menarik tangan nya
kembali. Maka malaikat Jabarail lalu ditunjuk menjadi kaum dalam pernikahann ya,
selanjutnya malaikat Jabarail lalu membimbing akad nikah antara Nabi Adam da n
Ibu Hawa.
15. Setelah pernikahan itu berlangsung Tuhan lalu berfirman yang isi nya
mengangkat Nabi Adam menjadi raja disorga. Tuhan lalu merestui apa yang menj
adi maksud dan tujuan Nabi Adam. Nabi Adam dn Ibu Hawa hanya dikenai satu
pantan gan yaitu tidak dilzinkan mengambil buah kuldi. Dan lagi diperingatkan
bahwa mer eka harus tahu bahwa Ijajil selalu akan menjalankan tipu muslihat dan
godaan. a. Nabi Adam dan Ibu Hawa menerima baik nasehat Tuhan itu. Selang
1.000 tahun kemu dian Ijajil mendengar berita bahwa Nabi Adam telah meniiliki
seorang istri naman ya Ibu Hawa. Saat itu Ijajil masih dipenjarakan dibawah
gunung.
16. Ijajil sanga t tidak senang setelah mengetahui bahwa Nabi Adam telah
dinobatkan menjadi raja disorga. Ia segera berangkat menuju sorga. Ijajil
bermaksud akan masuk sorga tet api tidak dapat karena tidak ada pintu yang
dibuka. Pada saat itu hanya ada sebu ah pintu tertutup yang dikunci lagi pula dijaga
oleh seekor burung merak.
17. Burung merak itu bertengger diataspintu yang dijaganya. Kepalanya terkulai
keluar sedang ekomya beracla didalam sorga. Melihat itu Ijajil tak kehabisan akal.
Ia l alu merubah ujudnya menjadi ulat tahun dan menjalar didepan burung merak
tadi. U lat itu segera dipatuk oleh merak itu kemudian ditelan sehingga masuk
didalam pe rutnya.
18. Setelah sekian lama Ijajil berada didalam perutnya maka merak penjag a pintu
sorga itu merasa akan berhajad besar. Ketika burung merak itu selesai be rhajad,
Ijajil ikut serta keluar terbawa bersama sama keluarnya tinja. Dibelakan g pintu
pertama dari sorga itu terdapat ruang lapis yang lebih dalam tetapi pintu masuknya
tertutup dan dikunci. Ijajil ingin masuk kedalam sorga ruang sebelah da lam itu. Ia
pergi mengelilingi dinding sorga itu tetapi disana tidak terdapat pi ntu yang terbuka.
Yang dijumpai hanya sebuah pintu tertutup yang dijaga oleh see kor naga. Kepala
naga itu terkulai diataspintu, lidahnya menjulur keluar berpija r meliuk liuk kesana
kemari.
19. Taring naga itu mencuat dan rahangnya, keluar d ari mulut. Taring itu sebesar
gading gajah, mengeluarkan air berbisa bercucuran bagaikan hujan lebat. Sedang
matanya membeliak bersinar bagaikan sinar matahari pada tengah hari.
Menghadapi naga yang demikian itu Ijajil merasa ketakutan, Ia tidak berani
mendekatinya. Maka Ijajil lalu mengucapkan manteranya, adapun khasi at dari
mantera ini dapat menghilang dari pandangan.
20. Sesudah itu Ijajil lalu merayap mendekati lubang mulut naga. Ia lalu
menghembus hembus mulut naga itu s ambil memberikan manteranya. Tidak lama
kemudian ular naga itu merasa mengantuk lalu tertidur. Kesempatan ini digunakan
oleh Ijajil untuk masuk kedalam mulut na ga tersebut selanjutnya lalu masuk
kedalam perut. Beberapa lama kemudian naga it u merasa akan berhajad besar.
21. Naga itu jadi berhajat besar. Bersama itu Ijaj il ikut serta terbuang keluar.
Setelah tiba diluar perut naga, Ijajil lalu menam pakkan diri lagi dan saat itu ia
menyamar sebagai malaikat penjaga sorga. Diluar dinding sorga ia berkaparan
sambil merintih menghiba hiba. Rintihan tangis ini membuat terkejut para bidadari
penghuni sorga.
22. Mereka menjadi keheran heran, karena didalam sorga itu pantang terdengar
tangis Dalam hati para bidadari timb ul pertanyaan siapakah gerangan yang
menangis itu. Para bidadari yang berdekatan dengan arah sumber tangis itu lalu
melongok ingin melihatnya. Sementara itu Ibu Hawa pun tertanik juga ingin
melihatnya.
23. Setelah berjumpa dengan yang menan gis, Ibu Hawa lalu bertanya malaikat
apakah dia dan kenapa menangis hingga bergu ling guling. Maka jawab yang
sedang menangis itu bahwa ia telah mendengar berita bahwa Nabi Adam dan ibu
Hawa diasingkan dari sorga serta dikeluarkan dari istan a Tuhan, Pada waktu
berkata itu malaikat Ijajil sambil terisak isak meangis.
24. Dikatakan bahwa ia sangat menaruh iba kepada Nabi Adam yang telah
mendapat kutu k Tuhan tersebut, karena Ibu Hawa dituduh menyeleweng, dengan
malaikat. Padahal apa yang dituduhkan itu tidak sesuai dengan martabat Ibu Hawa.
Selanjutnya Ijaji l yang menjadi pengadu itu menyatakan bahwa dirinya sangat iba
dan belas kasihan kepada Ibu Hawa.
25. Disamping itu pengadu itu mengatakan pula bahwa telah tens iar pula jika Ibu
Hawa itu terjadi dari tulang rusuk yang terakhir pada lambung sebelah kiri Nabi
Adam. Mendengar cerita pengadu yang demikian itu hati Ibu Hawa merasa sangat
terhina. Karena tidak sempat berpikir panjang maka berita itu sem ula terus
dipercaya begitu saja. Tetapi akhirnya Ibu Hawa lalu menanyakan tentan g
kesungguhan cenita itu.
26. Pengadu yang sebenarnya adalah samaran dari Ijajil itu lalu bersumpah apabila
ceriteranya itu tidak benar. mudah mudahan ia mendap at siksa Tuhan. Kemudian
pengadu itu mengatakan bahwa sebenarnya Ia tergolong ma laikat juga. Sumpah
pengadu yang demikian itu membuat Ibu Hawa mempercayai cerit era tersebut
karena dianggap tak mungkin pengadu itu mengingkari.
27. Dengan ter isak isak sambil menghapus air mata yang mengalir bercucuran
pengadu itu selanju tnya menyatakan bahwa karena begitu sayangnya ia kepada
Ibu Hawa maka Ibu Hawa lalu disuruh mengikuti sarannya. Ibu Hawa disarankan
rnak an buah kuldi. Dikatakan bahwa tindakan itu adalah sebagai sarat untuk
menjamin mempertahankan nama baiknya dihadapan Nabi Adam. Dengan
demikian Nabi Adam dan I bu Hawa akan terhindar dari kedurhakaan.
28. Ibu Hawa menyatakan bahwa saran yan g dikemukakan itu adalah larangan
Tuhan. Bagaimana ia akan melaksanakan saran it u, karena harus makan buah
kuldi. Apalagi Ibu Hawa belum pernah melihat sendiri bagaimana ujud buah kuldi
itu. Sambil menghapus air mata dan terisak isak malaik at pengadu itu
menasehatkan meskipun itu larangan tapi demi sarat untuk menghind ari kutuk
Tuhan maka hal itu boleh saja dilakukan.
29. Selanjutnya Ibu Hawa mint a kepastian apakah sarannya itu memang betul.
Malaikat pengadu itu lalu melanjut kan pembicaraannya. Sambil bersumpah ia
mengatakan dengan sungguh sungguh bahwa sarannya itu adalah benar. Rupanya
hasutan ini dapat mengenai sasaran dengan tep at sehingga Ibu Hawa lalu berubah
keyakinan. Ibu Hawa lalu timbul keinginannya u ntuk memakan buah kuldi.
Karena tidak tahu dimana buah kuldi itu. Ibu Hawa lalu bertanya kepada malaikat
pengadu tersebut
30. Dengan diantar oleh malaikat penga du itu Ibu Hawa terus berangkat. Sampai
disana malaikat pengadu lalu menunjukkan pohon kuldi yang dimaksud. Demi
melihat akan buah kuldi Ibu Hawa segera bangkit lah seleranya ingin memakannya.
31. Pada waktu berada dibawah pohon kuldi Ibu Ha wa terus menengadah keatas.
Ia lalu meraih kemudian memtik dua biji buah kuldi. Buah kuldi itu tatkala masih
berada dipohon, tingginya sama dengan tubuh Ibu Haw a. Dengan demikian pada
waktu akan memetik, ubun ubun Ibu Hawa dapat tersentuh b uah kuldi itu.
Selanjutnya buah kuldi yang telah dipetik itu lalu dimakan satu b uah.
32. Bagi Ibu Hawa buah kuldi itu terasa sangat enak rasanya. Pada waktu bua h
kuldi itu telah ditelan dan telah berjalan sampai didada, maka tiba tiba Ibu H awa
jatuh pingsan. Setelah siuman pada bagian dadanya terdapat dua tonjolan dagi ng
montok yang kemudian dinamakan buah dada. Bentuk buah dada itu amat indah.
Ak hirnya ibu Hawa menyadali bahwa perbuatannya yang baru saja dilakukan itu
adalah haram. Oleh karena itu lalu dicari sarana untuk menyucikan, rohaniah dan
jasman iahnya. Sejak saat itulah laiu terjadi ketentuan wudhu dan bersuci sebelum
menge rjakan sholat.
33. Adapun mulai terjadinya pelanggaran terhadap larangan Tuhan i tu dimulai
sejak Ibu Hawa menengadah keatas untuk melihat buah kuldi. Oleh karen a itulah
pada waktu berwudhu muka dibasuh tiga kali. Disamping itu tangan juga h arus
dicuci sebab tangan ini pernah dipakai untuk memetik buah kuldi. Adapun asa l
mulanya ubun ubun diusap tiga kali pada waktu wudhu, karena ubun ubun Ibu
Hawa itu pernah tersentuh buah kuldi.
34. Telinga diusap tiga kali karena telinga it u pernah dipergunakan untuk
menerima hasutan untuk makan buah kuldi dari iblis, musibat yang menyamar
sebagai malaikat sedang menangis. Kaki dibasuh tiga kali k arena dalam usaha
mengambil buah kuldi maka kaki itulah yang dipergunakan berjal an menuju
pohon kuldi. Demikianlah asal mulanya mengapa bagian bagian tersébut dib asuh
dulu sebelum menjalankan sholat.
35. Peristiwa peristiwa lain yang berhubun gan dengan akibat masuknya buah
kuldi kedalam tubuh adalah sebagai berikut. Kare na kecapaian tubuh lalu
mengeluarkan keringat padahal tubuh itu pernah kemasukan buah kuldi sehingga
badan perlu disucikan (jinabad) Wanita dewasa tiap bulan mengalami haid
mengelua rkan darah yang asal mulanya dari buah kuldi. Sehabis haid seorang
wanita wajib jinabad. Air susu juga berasal dari buah kuldi oleh karena itu sehabis
membeii a ir tetek wajib bagiwanita itu membersihkan teteknya. Nabi Adam selalu
mengagungk an nama Tuhan, memberikan : zakat fitrah, dan menjalankan ibadah
puasa.
36. Ibu Hawa setelah makan sebutir buah kuldi itu lalu pulang sambil membawa
buah kuldi yang satunya dan akan diberikan kepada Nabi Adam. Sedang Ijajil yang
selama itu selalu menyamar sebagai makhluk yang selalu menangis, tiba tiba lalu
berubah mem perlihatkan bentuk aslinya sepeninggal Ibu Hawa. Selanjutnya Ijajil
lalu kembali kegunung dasar.
37. Ibu Hawa setelah tiba dihadapan Nabi Adam lalu menyerahkan buah kuldi
yang satu itu. Seketika itu Nabi Adam lalu memperingatkan dengan pert anyaan
apakah ibu Hawa telah lupa akan larangan Tuhan pada beberapa waktu yang lalu.
Sehingga berani mengambil buah kuldi.
38. Ibu Hawa menjawab, bahwa ia tidak melupakan firrnanTuhan itu. Ibu Hawa
lalu menceriterakan tentang adanya malaika t yang datang menangis nangis, karena
sayangnya kepada Nabi Adam dan ibu Hawa. M alaikat itu menyeyogyakan agar
Nabi Adam dan Ibu Hawa mau makan buah kuldi, untu k menghindari murka
Tuhan.
39. Pada waktu menyampaikan pernyataan itu, malaikat pengadu berkata dengan
sungguh sungguh sambil menambah berbagai keterangan yang diukuti dengan
bersumpah. Dalam menguraikan hal tersebut, malaikat pengadu menya takan rela
dirinya mendapat siksaan Tuhan, apabila pernyataan itu tidak benar. I a
menambahkan penjelasan bahwa ia sendiri telah makan sebuah untuk penangkal
mur ka Tuhan .
40. Nabi Adam menerima baik permintaan Ibu Hawa itu. Ia lalu minta ag ar buah
kuldi diserahkan. Nabi Adam lalu memakannya dan dirasakannya buah itu sa ngat
nikmat. Pada waktu buah itu telah ditelan dan kira kira baru sampai pada ba gian
leher tiba tiba Nabi jatuh pingsan.
41. Sejak itu terjadilah benjolan pada lehernya yang kemudian benjolan itu
dinamakan jakun (kolomenjing). Sedang air bu ah kuldi itu berubah menjadi air
mani. Tidak antara lama Nabi Adam lalu siuman, saat itu Nabi Adam dan Ibu.
Hawa lalu mendapat murka Tuhan akibatnya pakaian yan g mereka kenakan hilang
dari tubuhnya.
V. PUPUH MASKUMAMBANG
01. Keadaan Nabi Ad am dan Ibu Hawa sangat mengibakan sebab sudah tidak
berbusana lagi, sehingga tingkah mereka serba malu malu. Kemana saja mereka
pergi jalannya selalu mengungsut .
02. Bila terkena terik sinar matahari tidak ada tempat berteduh bagi mereka, l agi
pula tidak ada daun untuk penutup auratnya.
03. Pohon pohonan selalu mencaci maki kepada Adam dan Hawa. Nabi Adam dan
Ibu Hawa tidak diperkenankan mendekati nya karena telah menjadi orang durhaka.
04. Pohon pohonan itu mengatakan bahwa N abi Adam dan ibu Hawa terlihat.
Dosa karena menuruti hasutan iblis. Oleh karena itu akibat buruknya biarlah
ditanggung sendiri, jangan sampai melibatkan orang lain.
05. Pohon pohonan itu melarang Nabi Adam dan Ibu Hawa mendekatnya karena
dikhawa tirkan jika akan menularkan dosanya. Karena tak ada yang mau didekati
maka kedua nya lalu pergi dengan cara mengingsut ingsut.
06. Rupanya lalu ada sebatang poho n yang menaruh iba kepada Nabi Adam dan
Ibu Hawa namanya pohon Ajir. Pohon ini m emperbolehkan Nabi Adam dan Ibu
Hawa untuk memetik daunnya.
07. Nabi Adam dan Ib u Hawa lalu mendekat kepada pohon ajir itu. Keduanya
terus memetik daun dan poho n itu kemudian dipergunakan untuk menutup
auratnya yaitu antara pusat sampai lut ut.
08. Sejak dipetik itu maka daun daun yang lain dan pohon ajir itu lalu mengg ulung,
selanjutnya pohon ajir itu lalu dinamakan pohon cemara.
09. Ada lagi poho n kayu lain yang menaruh belas kasihan kepada Nabi Adam dan
Ibu Hawa karena poho n ini menyaksikan sendiri bahwa kemana pun mereka
berjalan selalu tidak mendapat tempat untuk berteduh.
10. Pohon itu namanya pohon garu, ia memanggil manggil A dam dan Hawa
menyuruh berlindung dibawah rindangnya daun kayu yang amat lebat it u.
11. Anehnya pada saat Nabi Adam dan Ibu Hawa tiba didekatnya tiba tiba daun p
ohon itu menjadi musna sedang batangnya menjadi mengecil.
12. Tuhan Yang Maha Su ci memerintahkan Jabarail agar membawa Nabi Adam
dan Ibu Hawa turun kebumi.
13. Penurunan Nabi Adam dan Ibu Hawa kebumi itu disertai kayu naga merak,
kayu gatu, dan kayu ajir
14. Oleh malaikat Jabarail Nabi Adam diturunkan dipuncak gunung S randil
sedang Ibu Hawa diturunkan ditanah Siyem di Merak Naga ditengah hutan bel
antara.
15. Pohon pohon kayu yang diikut sertakan turun kebumi itu lalu ditempat kan
digunung gunung. Nabi Adam menjadi sangat bertaubat kepada Tuhan Yang Maha
E sa.
16. Gunung Srandil disebut juga tanah Selan. Kelak kemudian hari tanah Selan
menjadi sebuah negeri yang diberi nama negeri Srandil Selang Selan.
17. Siang d an malam Nabi Adam selalu menangis memikirkan perpisahannya
dengan istrinya yait u Ibu Hawa yang saat itu tidak diketahui dengan pasti dimana
ia berada.
18. Air mata Nabi Adam yang jatuh bercucuran bagaikan jatuhnya air hujan
kebumi itu lalu berubah ujud menjadi, mirah (Intan yang berwarna merah), maka
diseluruh tanah S elan lalu berserakan yang letaknya tersebar.
19. Mirah mirah itu kelihatan amat indah. Pada waktu Nabi Adam melihat
keangkasa maka ketujuh buah langit nampak de ngan jelas.
20. Langit itu sama sekali tidak kelihatan sebagai langit melainkan sebagai lohkil
mahful pada sajaratul mustoha.
21. Pada surat takdir Adam yang te rtera dalam kitab yang tersimpan di lohkil
mahful telah disebut nasib Nabi Adam. Disitu disebutkan bahwa Adam akan
mengalami luka nestapa, kesukaran, keprihatin an, dan kemudian sampai juga
kebahagiaannya.
22. Disitu tercatat juga segala kej adian sejak sebelum dilahirkan sampai dengan
meninggalnya dan kehidupan seseoran g. Dan tertera juga tentang suka dukanya.
23. Nabi Adam lalu bersujud ditanah. U ntuk mendapatkan belas kasihan dari
Tuhan ia berdoa mengucapkan ikrar Tuhan Maha Belas Kasihan.
24. Bunyi dari pada doa itu begini : Sala.mnna ampusana wain lam tagfir, lana
patar kamna, lalakumana minalki, sirin paning. Doa itu kiranya art inya begini.
25. Ya Tuhan hamba sendirilah yang telah berbuat khilaf, hamba mohon belas
kasih an dari paduka, Tuhan. Apa bila kami tidak Tuhan karuniai ampun niscaya
hamba ak an celakâ.
26. Hamba mohon belas kasihan dari paduka Tuhan. Pada saat Nabi Adam am at
tekun bersujud, berdoa karena mendapat murka dari Tuhan itu, yang berakibatka n
baginya diturunkan kebumi.
27. Peristiwa itu terjadi pada tanggal tiga bulan M uharam. Sejak itu, siang dan
malam Nabi Adam bersujud, berdoa mohon ampun.
28. A lkisah telah 100 tahun Nabi Adam berada dipuncak gunung Srandil tanah
Selan. Sua tu ketika tepatnya pada saat fajar Nabi Adam sedang melakukan sholat
dua rokaat kemudian salam.
29. Bersamaan waktu itu Tuhan Yang Maha Esa berfirman kepada mal aikat
Jabarail untuk memberikan ampun kepada Nabi Adam. Disamping itu malaikat J
abarail diperintahkan mencari Ibu Hawa sampai ketemu.
30. Tersebutlah keadaan Ib u Hawa ditanah Siyam. Disana ia sangat menderita
siang malam ia kerjanya hanya m enagis. Air matanya yang bercucuran itu
berjatuhan dibumi, dan berubah menjadi mirah.
31. Jabarail diperintahkan oleh Tuhan menjumpai Ibu Hawa untuk memberikan
ampun. Kepada Ibu Hawa Jabarail memberitahukan bahwa Nabi Adam berada di
Mekah
32. Kemudian malaikat Jabarail lalu mengantar Ibu Hawa ke Mekah. Pada masa itu
ke adaan bumi masih utuh, belum terpisah pisah oleh laut.
33. Dari timur sampai bar at tidak terdapat laut karena semuanya masih berujud
daratan. Peristiwa bumi ter pisah pisah oleh laut terjadi pada jaman Nabi Nuh.
Pada waktu itu terjadi gempa hebat sehingga mengakibatkan tanah terendam air.
34. Sejak adanya gempa itu bumi lalu terpisah pisah menjadi pulau pulau. Karena
kodrat Illahi pulau pulau itu a da yang luas dan ada pula yang kecil.
35. Alkisah Nabi Adam dan Ibu Hawa masing masing telah satu tahun lamanya
menempuh perjalanan menuju Mekah.
36. Keduanya b ertemu dipadang Tarwiyah dikaki gunung Arfat. Pertemuan ini
membuat mereka bersy ukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keduanya lalu
berpelukan sambil menangis.
37. S etelah Nabi Adam dan Ibu Hawa berhasil dikaki gunung Arfat maka malaikat
Jabarai l meninggalkan mereka
VI. PUPUH MEGATRUH
01. Nabi Adam dan Ibu Hawa menjelajahi tanah Arab bertamasya. Perjalanannya
diteruskan kebarat daya, sampai di Negeri Rum lalu keutara sampai dibukit Barjah.
02. Dari Barjah diteruskan ke Kasnia Male bar. Sampai disini keduanya lalu
berhenti. Berkat rahmat Tuhan disini mereka men emukan sebuah batu besar yang
berongga, mirip dengan sebuah gua.
03. Pada bagian dalam dari batu itu terdapat alat alat yang diperlukan dalam
kebutuhan hidup. D idalam rongga itu keadaannya sangat indah, berpetak petak
halus bagaikan pernah diketam lubang batu itu berpintu.
04. Pinta batu itu berbentuk sekeping batu pul a. Bagian atas dan bagian bawah
pintu itu seperti ada engselnya sehingga pintu i tu mudah untuk membuka dan
menutupnya. Disebelah kiri dan kanan pintu itu terdapat air mengalit yang berasa l
dari sebuah kolam yang terletak dibarat pintu tadi.
05. Adapun batu gua itu le taknya ditepi sungai yang airnya jernih, didataran pasir
yang luas ditengah teng ah hutan Dihutan itu terdapat pohon pohon besar yang
dihuni binatang rimba. Disi tulah Nabi Adam dan Ibu Hawa istirahat.
06. Sebagai insan yang takwa kepada Nabi (Maha Zul) Nabi Adam dan Ibu Hawa
lalu menjalankan kewajiban sembahyang. Pada s aat Nabi Adam sedang bersujud
itu tiba tiba mendekatlah malaikat Jabarail. Kedat angannya adalah atas perintah
Illahi yaitu untuk menyerahkan kembali pakaian keb esarannya semasa menjadi
raja disorga.
07. Pakaian kebesaran itu dalam keadaan l engkap, tak ada yang berkurang, dan
semuanya masih utuh, ujudnya ada makuta, bad hong, anting anting, kelat bau,
binggel, kampuh, seluar, dan baju kebesaran.
08. Tidak ketinggalan pula diserahkan kepada Ibu Hawa pakaian keputrian yang
juga d alam keadaan lengkap, Jabarail lalu menyampaikan firman Tuhan yaitu
mengangkat N abi Adam menjadi raja.
09. Bersamaan itu juga disampaikan anugerah dari Tuhan be rupa tanda bukti
sebagai raja. Barang ini kelak akan diwariskan kepada anak cucu Nabi Adam yang
beruntung diangkat menjadi raja.
10. Adapun tanda bukti kebesara n sebagai raja itu berupa sepuluh buah kitab.
Dipesankan hendaknya isi dari kita b kitab itu disebar luaskan kepada anak cucu,
para pegawai, serta para hamba sah aya. Dan lagi diamanatkan agar mereka tiap
tiap bulan melakukan puasa selama tig a hari yaitu pada akhir bulan.
11. Nabi Adam sangat mengindahkan amanat Tuhan ya ng disampaikan oleh
malaikat Jabarail itu. Selesai menyampaikan amanat dari Tuha n tersebut maka
malaikat Jabarail lalu meninggalkan tempat itu.
12. Dikisahkan b ahwa sesudah itu Nabi Adam tiap tahun berputerakan sepasang
bayi, yaitu seorang laki laki dan seorang lagi perempuan.
13. Setelah putranya genap empat puluh pas ang Nabi Adam ini berkehendak
mengawinkan putra putrinya secara selang seling de ngan tujuan yang kurang baik
wajahnya biar mendapat pasangan yang baik. Maksud N abi Adam mi ternyata
bertentangan dengan kehendak Ibu Hawa.
14. Ibu Hawa berkehe ndak bahwa putra yang berwajah baik dikawinkan dengan
yang baik pula, sedang yan g buruk dengan yang buruk pula. Antara Nabi Adam
dan Ibu Hawa sama sama teguh me mpertahankan pendapatnya.
15. Untuk mempertahankan pendapatnya Ibu Hawa mengguna kan dalih bahwa
hanya dia sendirilah yang membina dan mengasiuh putra putranya p ada waktu
masih bayi. Nabi Adam tak pernah membantu pekerjaan Ibu Hawa itu.
16. Nabi Adam menanggapi ucapan Ihu Hawa tersebut dengan kata kata yang enak
didenga r. Beliau mengutarakan suatu cerita untuk menentukan sikap apakah
diantara dia b erdua yang pantas menerima karunia Tuhan. Ibu Hawa meminta
hendaknya jangan meny angkal uraian ceriteranya Beginilah centera dari Nabi
Adam itu : a. Diceriteraka n bahwa keduanya telah mengeluarkan rahsa (darah)
kama yang kemudian lalu dimasu kkan kedalam suatu tempat yang disebut cupu
manik Astogino Cupu itu lalu disimpa n dengan baik. Kemudian Tuhan lalu
menemui mereka yang sedang berselisih paham i tu.
17. Setelah penyimpanan itu genap sembilan bulan maka cupu manik tersebut la lu
dibuka. Ternyata yang berasal dari Nabi Adam telah membentuk seorang orok tet
api hanya terdiri dari tulang dan otot saja.
18. Orok tadi berkelamin laki laki. Sedang yang berasal dari Ibu Hawa tidak menj
adi orok melainkan masih berujud onggokan darah. Pada saat itu juga
menghembusla h angin sepoi sepoi. Hanya sampai sekianlah perwujudan rahnat
Tuhan.
19. Karena hembusan angin yang sepoi sepoi itu maka karunia Tuhan untuk Adam
lalu menjadi l engkap ujudnya. Karunia Tuhan untuk Adam tersebut telah ada kulit,
daging, dan o tot darahnya sebingga terjadilah orok yang tampan rupawan.
Selanjutnya orok itu lalu diberi nama Baginda Sis. Sedang karunia Tuhan untuk
Hawa tetap saja keadaan nya.
20. Selanjutnya bertiuplah angin yang kian lama makin deras. Sesudah itu la lu
datang suara yang tidak diketahul asal dan ujudnya suara itu menggema kesegal a
arah.
21. Tentang sumber suara itu juga tidak menetap tempatnya, dan saat data ngnya
pada waktu lepas tengah malam. Adakalanya suara itu kedengaran jauh. Suara
tersebut disebut Rijalolah, merupakan suara gaib, dan tidak dapat disaksikan de
ngan indera. Cupu bekas tempat menaruh rahsa kama tersebut akhirnya hilang
terba wa angin.
22. Setelah cupu itu menghilang lalu datanglah seekor naga, dinamakan naga
Jatingarang, sebenarnya naga itu berasal dari kotoran cupu manik Astagina y ang
telah menghilang itu. Kemana saja Rijalolah itu pergi, naga itu selalu menge jar
akan memangsanya.
23. Untuk menghindari agar tidak dapat ditangkap oleh naga Jatingarang maka
Rijalolah menggunakan perisai cupu manik bekas tempat tercipta nya Baginda Sis.
Cupu tersebut adalah yang semula telah hilang terbawa angin. Cu pu manik yang
selalu dipergunakan sebagai perisai oleh Rijalolah, itu juga selal u dihembus oleh
topan badai dan akhirnya cupu manik itu terjatuh dibumi. Setelah sampai dibumi
cupu itu lalu berubah menjadi orang laki laki dan perempuan.
24. Yang laki laki keadaan tubuhnya besar lagi tinggi. Tingginya hampir setinggi
lan git. Apabila ia melewati samudera meskipun ditempat yang terdalam maka
hanya sam pai dipergelangan saja bagian kakinya yang terendam.
25. Lelaki yang sangat ting gi itu bernama Nunukkenangon. Ia kemudian menjadi
raja besar dinegeri Jabarin, l etaknya dikaki langit. Bala perjurit raja
Nunukkenangon adalah anak cucunya, yan g badan mereka sebesar gunung.
26. Mereka itu pada umumnya berumur panjang hingg a mencapai umur 4.000
tahun. Kelak kemudian hari mereka ini menjadi musuh nabi. Raja Nunukkenangon
menjadi raja hingga akhir hayatnya. Setelah raja Nunukkenango n ini meninggal
maka jenazahnya oleh malaikat Jabarail lalu dikalungi gunung yan g telah
berlubang.
27. + 28. Ibu Hawa melihat tanda karunia Tuhan miliknya telah hilang tak
berbekas karena dihembus angin. Kejadian ini membuat ia lalu menyera h dan
mengikuti apa kehendak Nabi Adam yaitu menjodohkan putra putrinya secara b
erseling seling. Sampai sekian berakhirlah cerita Nabi Adam kepada Ibu Hawa.
Lam a kelamaan Nabi Sis menjadi dewasa. Wajahnya tampan, cerah cahayanya
seperti bul an purnama.
28. Warna kulitnya kuning. Pandangan matanya jernih dan terang pikir annya
cerdik cendekia.
29. Pada suatu ketika ayahanda Nabi Sis berkata kepadanya memerintahkan agar
Nabi Sis mohon benih dari sorga mulia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Nabi Sis
mengindahkan perintah ayahnya itu. Ia lalu pergi kegunung untuk bersujud.
30. Dalam sujudnya itu dia berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar permo
honannya dikabulkan. Kemudian Jabarail memerintahkan kepada bidadari agar
membawa benih yang diletakkan diatas talam emas berhiaskan mutu manikam.
31 . Ada bermacam macam biji yang ditaruh diatas talam emas tersebut. Malaikat
Jaba rail menyampaikan salam kedatangannya kepada Nabi Sis. Nabi Sis lalu
menyambut s alam Jabarail itu. Kemudian Jabarail memberikan sebutir buah.
32. Selanjutnya ma laikat Jabarail mengajak pulang Nabi Sis karena ia ingin
bertemu dengan ayah Nab i Sis. Mereka lalu berangkat.
33. Setelah tiba ditempat yang dituju malaikat Jab arail lalu memberi salam kepada
Nabi Adam. Sesudah itu Nabi Adam lalu mempersila kan duduk kepada malaikat
Jabarail.
34. Malaikat Jabarail lalu menyatakan bahwa kedatangannya adalah atas perintah
Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menyerahkan biji kepada Nabi Sis. Disamping itu
pada kesempatan itu pula malaikat Jabarail juga m enyerahkan bidadari agar
dijadikan istri Nabi Sis. Menghadapi peristiwa ini Nabi Adam lalu mengambil
sikap tangannya untuk memegang kepala kemudian bersujud kep ada Tuhan Yang
Maha Kuasa.
35. Nabi Sis pun lalu mengikuti jejak ayahnya. Ia men yatakan terima kasihnya
kepada Tuhan yang telah berkenan memberi anugerah kepada nya. Bidadari itu
lalu segera dinikahkan dengan Nabi Sis. Sedang yang bertindak sebagai kaum
adalah malaikat Jabarail. Sejak itu bidadari yang cantik molek itu telah diserahkan
sepenuhnya dari Tuhan kepada Nabi Sis.
36. Mengenai kerukunan p erkawinan Nabi Sis dengan bidadari itu tidak
diceriterakan lebih lanjut. Sekali penistiwa Tuhan memerintahkan Jabarail untuk
menganugerahkan besi dan baja denga n pengharapan kedua benda itu setelah
dicampur akan menjadi senjata. Dengan senj ata tersebut maka apa yang mereka
inginkan akan terkabul.
37. Malaikat Jabarail lalu mengajarkan kepada Nabi Adam tentang bagaimana
caranya menjadi pandai besi. Kemudian malailkat Jabarail menyerahkan segala
alat alat untuk menjadi pandai besi. Nabi Adam lalu mulai menggunakan
kecakapannya sebagai pandai besi.
VII. PUP UH DURMO
01. Nabi Adam telah menjadi pandai besi. Para putranya membantu melayan i
beliau. Dalam melakukan pekerjaan itu malaikat Jabarail bertindak sebagai pela
tihnya. Api yang dipergunakan dalam pekerjaan itu diambilkan api dari neraka ole
h malaikat Jabarail. Sedang sebagai pelengkap persiapan air diambilkan air dari
tujuh buah laut.
02. Pada waktu belum biasa mereka tidak tahan mendekat api yang berasal dari
neraka itu, sebab api itu sangat panas. Masing masing anak cucu Ad am lalu diberi
tugas tertentu. Ada yang bertugas sebagai tukang membesarkan api, ada yang
bertugas sebagai tukang membuat benda benda tajam (panjak), dan ada la gi yang
bertugas mengikir dan menggerinda besi. Sehingga besi itu dapat menjadi senjata
tajam yang diinginkan.
03. Hasil dari pekerjaan itu ada yang menjadi sab it panjang (kudhi), cangkul,
sabit, pangot, pisau, sejenis pisau (seking), paran g, kampak, gobang, beliung,
pahat, penguthik. Sedang peralatan orang bersawah be rupa besi bajak, cangkul,
linggis (sula), dan wangkil. Setelah semua pekerjaan i tu dapat dilakukan oleh anak
cucu Adam maka malaikat Jabarail lalu pergi.
04. Anak cucu Nabi Adam lalu melakukan pertanian. Diantaranya ada yang
menanam p adi huma (padi gogo), ada lagi yang menanam padi sawah. Selain itu
mereka juga m enanam bermacam macam tanaman yang bijinya berasal dari sorga.
Setelah semua bij i yang berasal dari sorga tersebut telah ditebarkan lalu
tumbuhlah bermacam maca m tanaman. Diantaranya ada yang menjadi tanaman
yang hidup menjalar ditanah (pol o kesimpar), dan ada pula yang menjadi pohon
pohonan yang tidak berumur panjang serta buahnya berada diatas(polo gumantung).
05. Dimana saja semua biji itu dapa t tumbuh, dengan baik. Putra Nabi Adam telah
lengkap menjadi delapan puluh orang , mereka terdiri dan laki laki serta
perempuan dan berpasangan. Mereka ini semua nya telah beranak. Selanjutnya
mereka lalu diseyogyakan memilih tempat untuk kel uarganya sesuai dengan
keinginan masing masing.
06. Sejak itu ditanah tanah yang jauh sekalipun telah dihuni oleh anak cucu Nabi
Adam. Disana mereka membuat rum ah lengkap dengan halamannya, serta
mengadakan sawah ladang untuk ditanami benih . Mereka lalu membentuk
pedukuhan itu makin bertambah banyak sehingga perlu memb entuk pedukuhan
baru.
07. Karena makin bertambahnya desa desa baru., Maka Nabi A dam lalu
membentuk sebuah negeri, yaitu negeri Kusnia Malebari. Alkisah, sekali peristiwa
Ijajil yang beristana didasar gunung ingin mempersembahkan putrinya. P utri Ijajil
ini sedang menginjak usia remaja. Wajahnya cantik jelita.
08. Untuk mencapai tujuannya itu, Ijajil menampakkan diri sebagai orang tua
bangka. Ia ber pakaian secara pendeta gunung. Pakaiannya serba hijau, kelihatan
amat indah. Ia membawa tongkat ajimat. Pada tongkat itu terdapat senjata tajam,
kecil, serta me ngandung kesaktian (cis).
09. Ijajil lau memerintahkan kepada putrinya agar sege ra berbusana dan menghias
diri karena akan dipersembahkan kepada putra Nabi Adam . Dinasihatkan oleh
malaikat Ijajil agar ia pandai membawakan diri. Sesudah itu lalu berangkatlah
malaikat Ijajil mengantar putri remajanya.
10. Dalam waktu sek ejap mata saja malaikat Ijajil beserta anaknya telah sampai
dihadapan Nabi Adam. Ijajil segera memberi salam. Salam Ijajil itu disambut
dengan salam juga oleh N abi Adam. Kemudian Nabi Adam lalu mempersilahkan
Ijajil agar duduk didekatnya.
1 1. Setelah keduanya duduk bersama diatas kursi kebesaran. Ijajil lalu bersembah
kepada Nabi Adam. Selanjutnya ia lalu mengutarakan maksud kedatangannya
yaitu un tuk menyerahkan putri remajanya agar diperistri oleh Sis yaitu putra Nabi
Adam.
12. Saat itu Nabi Adam telah tahu apa kehendak Illahi berdasarkan pendidikan aga
ma (amanat tabliq). Diketahui bahwa Sis yang kelak menjadi wakil Tuhan akan
mempunyai keturunan yang memiliki mantera mantera jahat.
13. Putri haul yang indah i tu telah dipertemukan dengan Sis. Setelah putrinya
dinikah, Ijajil lalu minta di ri kepada Nabi Adam akan kembali ketempatnya yaitu
didasar gunung.
14. Kehidupan perkawinan Sis dengan kedua istrinya yaitu putri Ijajil dan bidadari
boleh dika takan saling berkasihan. Kedua istri Sis ini lalu hamil.
15. Setelah genap usia kehamilan maka keduanya lalu melahirkan pada saat pagi
hari bersamaan dengan ter bitnya matahari, putranya lalu dinamakan Yanas.
Sedang putri Ijajil melahirkan p ada waktu petang hari bersamaan dengan
tenggelamnya matahari, putranya tidak ber ujud bayi melainkan berujud cahaya.
16. Nabi Adam sangat gembira atas kelahiran kedua cucunya itu. Cucu yang kedua
i tu diberi nama Nurcahyo. Yanas lahir diantara waktu malam dan siang hari
sedang Nurcahyo lahir pada waktu antara siang dan malam hari. Kedua cucunya itu
sangat dikasih sayangi.
17. Kedua cucu tersebut diasuh oleh kakeknya hingga dewasa. Men genai
diasuhnya kedua orang cucu itu diceriterakan dalam kitab Ayul Lilin. Pada saat itu
Nabi Adam menjalani puasa lima kali.
18. Nabi Adam bertakhta menjadi ra ja dinegeri Malebari hingga 700 tahun,
Kemudian digantikan oleh anak, cucu, cici t, dan canggah. Dalam jangka waktu
7.000 tahun. Anak cucu Nabi Adam telah berkem bang biak hingga banyak sekali
jumlahnya.
19. Tersebutlah dalam ceritera bahwa s alah seorang putra Nabi Adam ada yang
ingkar terhadap peraturan ayahandanya yait u Abil, yang berwajah tampan. Abil
telah membunuh Kabil yang juga putra Nabi Ada m tetapi wajahnya jelek Setelah
Kabil terbunuh maka lalu istrinya diambil oleh A bil. Perbuatan Abil ini karena
hasutan Ijajil.
20. Abil membunuh Kabil dengan ca ra memukul dengan batu pada bagian
kepalanya hingga pecah. Karena perbuatannya i tu maka Abil lalu mendapat
hukuman Tuhan, ia lalu dihimpit bumi. Kemudian ada la gi dua pasang putra Nabi
Adam yang karena hasutan Ijajil lalu melarikan diri dar i lingkungan keluarga Nabi
Adam.
21. Mereka yang melarikan diri ini lalu menyemb ah kepada berhala. Selanjutnya
ada putra putra Nabi Adam yang lain, yang mengiku i perbuatan dua pasang putra
yang lain tersebut. Dengan demikian anak cucu Nabi Adam lalu merata ketanah
tanah yang terbentang dari timur sampai barat. Mereka l alu bergolong golong dan
mendirikan kerajaan.
22. Suatu ketika Tuhan memerintahk an malaikat Jabarail untuk menyebarkan
bermacam macam batu mutiara yang selanjut nya oleh anak cucu Nabi Adam batu
mutiara itu lalu dijadikan perhiasan. Penyebar an itu dibuat merata ditanah tanah
dari ufuk timur sampai ufuk barat.
23. Disamp ing itu disebarkan pula bahan baku untuk dijadikan emas, besi, dan
perak. Bahan bahan baku itu ada yang dijatuhkan digunung gunung, ada yang
dijatuhkan disungai sungai, dan ada lagi yang dijatuhkan dilaut laut. Masing
masing negeri mendapat bagian bahan baku yang disebarkan itu.
24. Suatu ketika Nabi Adam memanggil ked ua orang cucunya yaltu Yanas dan
Nurcahyo. Mereka diperintahikan naik sorga untu k menggambar keadaan disana
lengkap dengan isinya.
25. Keduanya diberitahu bahwa untuk kesorga itu jalan yang harus ditempuh
adalah melewati sungai Nil dari ara h muara terus menyusur kehulu. Dihulu sungai
itulah terletak sorga Kedua cucu Na bi Adam itu menyambut baik petunjuk Nabi
Adam tersebut. Mereka lalu berangkat, B egitu tiba disungai Nil mereka lalu
menyusur kearah hulu.
26. Akhirnya perjalana n mereka sampai dipersimpangan sungai Nil. Disini
terdapat dua cabang sungai, ya ng satu kearah kiri sedang yang satunya lagi kearah
kanan Cabang yang kiri alira nnya berasal dan neraka sedang yang kanan alirannya
berasal dari sorga. Kedua cucu Nabi Adam tersebut berhenti dipersimpangan
sungai ini. Kemudian Nurcahyo memi nta kepada Yanas agar bersedia menunggu
ditempat itu.
27. Tetapi usul Nurcahyo ini tidak dapat diterima oleh Yanas. Akhirnya Nurcahyo
lalu menyarankan bahwa ia akan menuju arah hulu lewat cabãng sungai yang
kekiri, s edang Yanas akan pergi kehulu lewat cabang sungai yang kekanan. Yanas
menyetujui saran Nurcahyo tersebut. Selanjutnya Yanas lalu mengemukakan pesan
bahwa siapa saja diantara mereka berdua yang lebih dulu tiba kembali agar
menunggu dipersimp angan sungai tersebut, jangan sampai meninggalkan.
28. Nurcahyo menyetujui pesan kakaknya itu. Sesudah itu mereka lalu berangkat
sesuai dengan rencana yang tela h diatur berdua. Tersebutlah kisah perjalanan
Nurcahyo, sejak berpisah dengan Ya nas. Ia terus bergerak kearah hulu lewat
cabang sungai yang kekiri. Dalam hati i a merasa heran kenapa semaikin kehulu
airnya semakin terasa panas. kemudian ia m elihat sebuah gunung yang tinggi dan
besarnya seolah olah menyentuh langit.
29. Puncak dari gunung itu merupakan tutup neraka. Dan puncak gunung yang
sangat bes ar itu keluarlah asap dan asap itu kemudian mengembun ditutup neraka.
Embun tadi akhirnya mengalir melingkari gunung menjadi sungai. Sekarang
Nurcahyo haru tahu mengapa air itu makin kehulu makin bertambah panas karena
menjadi kelanjutan da n tutup neraka diujung sungai Nil.
30. Air itu sangat panas, lebih panas dari ai r mendidih, serta mengeluarkan asap.
Gunung yang sudah diceriterakan itu. bernam a Selap. Disitu terdapat perbatuan
yang amat keras sekeras baja. Karena kerasnya batuan itu tidak dapat pecah
walaupun dipijit dengan apapun. Puncak gunung itu selalu kelihatan membara.
31. Air itu melewati tempat dibawah neraka. Itulah seb abnya keadaannya sangat
panas. Nurcahyo merasa bahwa dirinya tak tahan menderita panas itu sehingga ia
lalu mematung dan tak dapat berkata sepatah pun.
32. Dice riterakan bahwa Ijajil menjadi maharaja membawahi para raja yang
berjumlah tujuh juta orang raja, gelarnya Dhatu Muntha. Pada saat Ijajil melihat
cucunya dalam keadaan kepayahan ia lalu memanggil dari atas.
33. Dalam kata kata panggilannya itu Ijajil memberitahu kepada Nurcahyo bahwa
ia adalah kakeknya yang sedang meng harapkan kedatangannya. Nurcahyo demi
mendengar suara itu lalu memandang kepunca k gunung. Ia melihat bahwa yang
memanggil itu adalah seorang kakek yang berada d ipuncak gunung.
34. Nurcahyo lalu menanyakan siapakah dia yang berada dipuncak g unung
didalam api membara itu. Kemudian Nurcahyo menyatakan bahwa dirinya tidak
mampu mendatangi puncak gunung tersebut. Karena pernyataan Nurcahyo itu
maka Ija jil lalu menjulurkan tongkatnya yang dapat memanjang menyentuh bumi.
35. Nurcahy o segera menyambut tongkat yang dijulurkan itu. Ijajil segera menarik
kembali to ngkat itu sehingga dalam waktu sekejap saja Nurcahyo telah berada
didepan kakekn ya.
36. Ijajil menyambut kedatangan cucunya sambil memberi salam. Sesudah itu la lu
memberi tahu bahwa ia adalah kakeknya yaitu ayahnya ibu Nurcahyo. Dan dicerit
erakan pula bahwa dia menjadi raja yang istananya terletak didasar gunung.
37. Ijajil telah mengerti bahwa Nurcahyo dan Yanas ditugaskan oleh kakeknya
(Nabi Ada m) untuk menggambar suasana sorga. Pada waktu sampai
dipersimpangan sungai Nil m ereka menjadi bimbang, dan kemudian tejadi
perselisihan pendapat..
38. Akhirnya mereka lalu bersepakat yaitu Nurcahyo akan menempuh jalan lewat
cabang sungai ya ng kekiri sedang Yanas lewat cabang sungai yang kekanan.
Kemudian Ijajil memberi tahukan kepada Nurcahyo bahwa jalan yang ia tempuh
itu sesat, yang betul adalah jalan yang ditempuh Yanas. Dengan demikian
Nurcahyo tak mungkin dapat sampai sorga.
39. Demi mendengar pernyataan kakeknya itu Nurc ahyo menjadi sangat menyesal
dan susah hatinya. Ia lalu menundukkan kepalanya sa mbil menahan keluarnya air
mata. Ijajil pada waktu melihat cucunya bersusah hati itu lalu menghibur.
40. Dikatakan bahwa Nurcahyo tidak perlu bersusah hati seba b ia akan
mendampingnya Dan dijanjikan bahwa Nurcahyo akan diberi pelajaran mant era
mantera yang berasal dari anugerah Tuhan.
41. Ijajil menceriterakan bahwa di rinya telah dicipta lebih dahulu sebelum Tuhan
mencipta bumi dan langit. Karena Nurcahyo telah menangkap apa yang diuraikan
oleh kakeknya itu maka ia lalu menya takan bahwa dirinya tidak akan menyanggah
kehendaknya. Sesudah itu Nurcahyo lalu diberi pelajaran segala macam ilmu
kesaktian Berkat kecerdasannya maka Nurcahyo dapat menguasai pelajaran yang
diberikan oleh kakeknya itu.
42. Karena pelajara n yang diberikan oleh kakeknya itu maka ia mampu terbang,
dapat menghilang berga nti rupa, dapat masuk kedalam bumi, dapat masuk
kedalam air tanpa basah, dapat m asuk api membara tanpa merasa panas, pendek
kata segala kesukaran dapat diatasi.
43. Selanjutnya Ijajil lalu membuat gambaran sorga. Dalam waktu sebentar gambar
itu telah jadi dan hasilnya tepat dengan keadaan sorga yang sebenarnya, sedikit pun
tak ada selisihnya. Hal ini bisa terjadi karena Ijajil pernah menjadi raja di sorga.
Ijajil lalu menyerahkan keadaan gambar disorga itu kepada Nurcahyo.
44. Kemudian Ijajil memerintahkan Nurcahyo agar pulang menghadap kakeknya
(Nabi Adam) . Dikatakan bahwa gambar itu tidak berbeda dengan gambar yang
dibuat oleh Yanas.
45. Kepada Nurcahyo dipesankan agar apabila bertemu dengan kakaknya supaya
meng atakan bahwa gambar itu adalah anugerah Tuhan. Diberitahukan pula bahwa
Nurcahyo akan tiba lebih dahulu dipersimpangan sungai Nil, Tetapi Nurcahyo
diminta menun ggu kakaknya disitu agar dapat bersama sama menghadap Nabi
Adam. Nurcahyo mengin dahkan segala nasehat Ijajil tersebut. Ia lalu bersujud.
Dalam waktu singkat Nur cahyo telah tiba dipersimpangan sungai Nil.
46. Tersebutlah perjalanan Yanas yan g menuju hulu sungai Nil dengan mengambil
jalan cabang sungai yang kekanan. Wakt u itu telah tiba disorga ia terus
menggambar suasana disorga.
47. Yanas bertempa t tinggal diatas dinding jalal sambil memohon pertolongan
Tuhan dan mengucapkan rapal yang berbunyi Laillahaillalloh rasululloh. Setelah
pekerjaan menggambar it u selesai Yanas lalu keluar dari sorga.
48. Begitu Yanas keluar dari sorga maka ia telah berada dihulu sungai Nil kembali
Selanjutnya ia lalu bergerak kearah hi lir dan akhirnya sampailah ia
dipersimpangan sungai Nil Disitu Yanas tidak melih at adiknya, tetapi ia dapat
dengan jelas mendengar suara dan seseorang yang pada pokoknya memberi salam
atas kedatangannya serta menyatakan telah lama menunggu.
49. Yanas langsung dapat memastikan bahwa suara itu ialah suara adiknya, Nurcah
yo, Yanas lalu menanyakan mengapa Nurcahyo tidak terlihat. Tiba tiba Nurcahyo
la lu menampakkan diri dihadapan Yanas.
50. Seketika itu Nurcahyo lalu dipeluk Yana s. Kemudian. Yanas menanyakan
mengapa ia dapat menghilang, dan kemudian dapat me nampakkan diri
lagi.Nurcahyo lalu menerangkan bahwa ia baru saja bertemu dengan Tuhan Yang
Maha Esa.
51. Lebih lanjut Nurcahyo menerangkan bahwa dalam pertemuannya dengan
Tuhan itu ia dianugerahi kesaktian : sehingga ia dapat menghilang, dapat
menampakkan diri kembali, dapat terbang diangkasa, dapat masuk kedalam bumi,
dapat masuk dalam a ir tanpa basah, tahan masuk kedalam api membara tanpa
merasakan panas.
52. Yanas menanggapi ceritera adiknya dengan pernyataan rasa bersukur.
Kemudian Yanas menanyakan apakah Nurcahyo berhasil juga mendapatkan
gambar keadaan sorga, Nurcahyo menjawab bahwa atas karunia Tuhan maka ia
berhasil mendapatkan gambaran keadaan disorga.
53. Selanjutnya Nurcahyo lalu ganti bertanya kepada kakaknya apakah di a juga
tela mendapatkan gambaran keadaan disorga Yanas menjawab bahwa ia telah b
erhasil sampai disorga serta telah mendapatkan keadaan gambar disana.
54. Kemudi an Yanas lalu mengajak adiknya agar mereka berdua bersama sama
menghadap kakekny a (Nabi Adam) yang selama itu pasti telah menanti nanti
kedatangan mereka. Untuk mempercepat perjalanan menghadap kakaknya itu
maka Nurcahyo lalu menawarkan apa bila kakaknya bersedia maka ia akan dibawa
terbang.
55. Yanas tidak berkebeatan atas tawaran adiknya itu sehingga Nurcahyo lalu
terbang sambil membawa kakaknya. Dalam waktu yang pendek mereka telah
sampai dihadapan Nabi Adam.
VIII. PUPUH PU CUNG.
01. Yanas dan Nurcahyo bersama sama berdatang sembah kepada kakeknya.
Sedang Nabi Adam terus memeluk kedua cucunya itu sambil mengusap usap
kepalanya.
02. Pada waktu memeluk kedua cucunya itu Nabi Adam sambil mengucapkan
salam atas ke datangannya. Kedua orang cucu itu lalu mengucapkan terima kasih
yang sebesar bes arnya atas sambutan kakeknya itu.
03. + 04. Kemudian Yanas dan Nurcahyo lalu dip ersilahkan duduk didepan Nabi
Adam, serta disaksikan oleh anak keturunan Nabi Ad am yang lain.
04. pm.
05. Selanjutnya Nabi Adam lalu menanyakan tentang hasilper jalanannya pada
wãktu mereka ditugaskan menggambar keadaan disorga. Mereka menjawa b
bahwa berkat doa restu Nabi Adam maka selamatlah perjalanannya serta berhasil
menyelesaikan tugasnya.
06. Kernudian Yanas menceriterakan tentang sikap mereka pada waktu tiba
dipersimpangan sungai Nil yang akhinya Nurcahyo pergi kehulu menempuh
cabang yang kekiri sedang ia sendiri menempuh cabang yang kekanan.
07. Tem yata perjalanan mereka selamat tanpa mengalami halangan satu pun.
Mereka berdua sampai disorga. Masing masing disana menggambar apa saja yang
terlihat dengan le ngkap.
08. Yanas menyatakan pula bahwa Nurcahyo setelah sampai dihulu terus samp ai
disorga, Dan disana Nurcahyo dianugerahi Tuhan gambar keadaan disorga.
09. pm .
10. Saat itu anak keturunan Nabi Adam yang hadir lalu dipersilakan mengamati g
ambar sorga tersebut. Mereka lalu duduk memenuhi tempat itu dengan posisi
meling kar sehingga mengelilingi gambar sorga tersebut.
11. Kedua buah gambar itu dibuka lebar lebar. Keduanya diamati betul betul dari
bawah Sampai diatasmengenai bentuk dan coraknya. Ternyata gambar itu banyak
kemi ripannya.
12. Pada waktu mengamati gambar surgar milik Janas, mereka melihat ada nya
sinar memancar amat cemenlang dari gambar tersebut. Mereka lalu duduk meling
kar mengelilingi gambar tersebut.
13. Dalam gambar itu terbayang rasa kemegahan, keagungan (dinding jalal) Tuhan
Yang Maha Esa. Dinding jalal itu dapat dihayati dari nikmatnya kata kata mutiara
yang berbunyi Laa Illahaa Ilalah Mohammadar Ro sulullah.
14. Karena menghayati susunan kata mutiara itu, maka Nabi Adam dan ana k
cucunya selain mengagungkan asma Tuhan Robbil Alamin.
15. Kemudian Nabi Adani berkata kepada putranya yaitu Sis. Beliau menyatakan
bahwa gambar yang diserahka n diperoleh dari Nurcahyo, yaitu putra Sis dari
perkawnannya dengan putri dari I jajil atau Tamimasar Raja digunung dasar.
16. Gambar surga itu hanya minip denga n gambar hasil jenih payah yang dicapai
oleh Yanas putra Sis, atas perkawinannya dengan bidadari. Kekurangan mengenai
tidak lengkapnya gambar surga dari Nurcahy o (cucu Ijajil) yaitu dari gambar
Nurcahyo, tanpa memancarkan sinar gaib dan tan pa kata mutiara, penyanjung
kemegahan, keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
17. Dikata kan bahwa Ijajil memiliki mantera mantera yang berakibat pemilik
mantera itu mam pu menghilang, dapat menampakkan diri lagi, dapat terbang
diangkasa, dapat menye lam dalam air tanpa basah, tidak hangus terkena api, dapat
masuk kedalam bumi se hingga mampu menimbulkan gempa. Pokoknya semua
kepandaian Ijajil telah diajarkan kepada Nurcahyo.
18. Selanjutnya Nabi Adam memberitahukah kepada Sis (putranya) , menurut
pengamatan mata hatinya, terhadap langkah langkah yang ditempuh keyaki nannya
sendini, antara Nurcahyo dan Yanas sampai dengan terwaris kepada anak cuc u,
cicit dan seterusnya, kedua belah pihak akan selalu bermusuhan, berlawanan, b aik
langkah maupun pola berfikirnya.
19. Antara Nurcahyo dan Yanas, meskipun sam a sama putra Sis, namun sampai
dengan keturunannya, telah ditakdirkan kedua bela h pihak akan selalu terjadi
selisih pendapat, saling bermusuhan. Nurcahyo putra Sis atas pernikahannya
dengan anak Ijajil, dalam upaya menggambar surga mengambi l langkah kekiri.
Yanas putra Sis atas perkawinannya dengan bidadari, mengenai u paya untuk
tujuan yang sama, mengambil langkah jalan kekanan. Maka dalam usahany a
selalu bertolak belakang. Hanya dalam suasana surga sejati anugerah Illahi, de
ngan penghayatan perasaan jujur kedua belah pihak dapat menikrnati Surga
tersebut. Wallahu Alam bi sawab.
20. Keturunan Nurcahyo yang keenam kelak akan menduduk i takhta Kahyangan
Jonggring Saloko. Dialah yang nanitinya akan menentukan nasib (kodrat) manusia
dibumi sebagai Wakil dari Sang Hyang Widi serta bergelar Betar a Guru.
21. Adapun Nurcahyo sampai keturunannya yang kelima menjalani alam perja
njian, mereka tergolong petugas kaum petunjuk.
22. Oleh karena itu Nabi Adam lal u menasehatkan kepada Sis agar merelakan
perpisahan antara Nurcahyo dengan sauda ra saudaranya.
23. Nasihat itu dijawab oleh Nabi Sis bahwa mengenai hal tersebut ia menyerahkan
kepada takdir Hyang Widi. Ia menyetujui nasehat ayahandanya. Kem udian Nabi
Adam memberitahu kepada cucunya yaitu Nurcahyo.
24. Oleh kakeknya Nur cahyo disuruh beijalan kearah timur. Ditempat yang
ditunjuk itu terdapat wilayah yang masih kosong, letaknya tidak jauh dari tanah
Yam. Disanalah ia akan melanjutkan penyelesaian gambar yang telah
dianugerahkan Hyang Widi kepadanya.
25. Nurcahyo diminta mematuhi kehendak Hyang Widi untuk melengk api gambar
sorga miliknya, sebab pada gambar itu belum ada lapal yang isinya men
gagungkan asma Allah sebagaimana halnya gambar milik Yanas, Nabi Adam
memberitah u pula bahwa kelak ditempatnya yang baru itu segaa kehendaknya
akan terkabul.
26 . Nurchyo terus mengambil gambar miliknya. Sesudah itu ia bersujud kepada
kakekn ya kemudian ayah bundanya. Dengan Yanas ia berpelukan cukup lama.
27. Sesudah it u Nurcahyo lalu pergi. Dalam waktu singkat ia telah sampai
digunung dasar. Saat itu ia sangat bersedih hati karena harus berpisah dengan ayah
bunda dan saudaran ya.
28. Setelah Nurcahyo pergi Nabi Adam masih duduk diatassinggasana emasnya ya
ng bernama Padmasana, singgasana ini adalah anugerah Tuhan waktu disorga.
29. Si nggasana ini dihias dengan batu mulia yang menyinarkan cahaya
gemerlapan sehingg a menrangi segala arah. Cahaya Padmasana ini dapat
mengimbangi cahaya matahari.
30. Diatas Padmasana itu Nabi Adam lalu mengajarkan isi dan sepuluh buah kitab
m iliknya kepada para putranya. Selanjutnya pada tiap tiap hari isi dari sepuluh k
itab tersebut diajarkan kepada anak cucunya sehingga lama kelamaan isi kitab itu
telah mereka kuasai.
31. Kemudian isi dari sepuluh buah kitab itu lalu disebar luaskan. Nabi Sis diberi
lima puluh kitab oleh Tuhan.
32. Sesudah Nabi Sis mener ima lima puluh buah kitab itu Nabi Adam bermaksud
akan turun takhta. Putra yang ditunjuk menjadi penggantinya yaitu Kayumutu.
Sedang Nabi Sis lalu mendalami aga ma.
33. Tentang cenitera mengenai yang mengambil jalan kekanan yaitu Yanas, pema
hamannya diserahkan kepada para santri.
34. Konon ceniteranya mengenai yang meng ambil jalan lewat jalan kekiri yaitu
Nurcahyo, dalam peijalanannya telah bentemu dengan kakeknya yaitu Ijajil yang
bergelar Prabu Tamimasar.
35. Nurcahyo lalu b ersujud pada kaki kakeknya sambil menangis. Ia meratap
menghiba hiba.
36. Melihat cucunya yang sedang susah itu Prabu Tamimasar lalu menghibur,
Nurcahyo diberit ahu bahwa sudah lazim bagi orang yang ingin hidup harus
terlebih dahulu memulai dengan keprihatinan. Begitulah menurut pendapat
kakeknya.
37. Selanjutnya Nurcahyo disarankan agar mentaati amanat kakeknya yaitu Nabi
Adam. Jika amanat itu dil aksanakan mudah mudahan kelak mendapat kebahagiaan
sebagai karunia dari Tuhan.
38. Prabu Tamimasar lalu mengajak Nurcahyo ke Lulmat lebih dahulu. Lulmat
adalah tempat air penghidup. Disitulah Nurcahyo akan dimandikan agar tidak
mengalami ke matian.
39. Kemudian berangkatlah keduanya. Dalam waktu sekejap mata saja mereka
telah tiba diLulmat. Nurcahyo akan dimandikan dengan air yang mengakibatkan
keb al akan mati.
40. Tatkala sampai di Lulmat itu Ijajil terperanjat. Melihat bahwa penjaga Lulmat,
yaitu sumber air kebal mati itu, ternyata adalah para malaikat bekas anak buahnya.
Ia lalu berkata kepada cucunya.
41. Ia merasa malu kepada para malaikat yang tunggu disitu. sebab mereka itu ada
lah anak buahnya semasa ia menjadi raja disorga.
42. Oleh karena itu Nurcahyo di perintahkan datang sendiri ke Lulmat itu. Ijajil
menunjukkan bahwa air yang haru s dipakai untuk mandi itu adalah air yang
berwarna berkilau kilauan seperti sina r matahari.
43. Ijajil hanya bersedia mengawasi dari tempat ia berdiri itu saja. Nurcahyo pun
lalu berjalan sendirian menuju tempat air penghidup. Kedatangan Nurcahyo
ditempat air penghidupan itu dilihat oleh para malaikat yang tunggu.
44. Mereka melihat adanya perwujudan bercahaya ditepi air yang dijaganya. Para
malai kat itu lalu mendekati. Akan tetapi pada waktu akan dipegang tiba tiba
perwujuda n itu lalu menghindar.
45. Para malaikat lalu menanyakan kepada perwujudan yang bercahya itu apa
perlunya mandi ditepi Lulmat tersebut, pada hal perwujudan itu hanya berupa
cahaya. Para malaikat itu menduga bahwa perwujudan itu bukan bintan g, bukan
daru, tetapi adalah cahaya manusia belaka.
46. Tetapi andaikata perwuju dan itu cahaya manusia manakah perlengkapannya
yang disebut Nur Muhammad yang me mpunyai sinar cerah. Para malaikat itu lalu
bertanya siapakah sebenarnya dia.
47 . Nurcahyo lalu memberi jawaban bahwa kedatangannya adalah untuk mandi.
Jawaban itu membuat para malaikat tersebut lalu menyerang Nurcahyo sehingga
terpentallah ia.
48. Pada waktu terpental itu Nurcahyo lalu melepas api yang kemudian mengen ai
para rnalaikat, dan dengan mudah para malaikat itu terkena api.
49. Dengan suara lantang para malaikat yang tunggu itu menanyakan siapakah
nama dia yang bersikap terlalu berani itu. Pertanyaan itu terus dijawab bahwa dia
bernama Nurcahyo .
50. Kemudian Nurcahyo lalu melepas panahnya sehingga timbullah awan gelap.
Tin dakan ini ia lakukan dengan maksud agar para malaikat itu tidak mengetahui
tatkal a Nurcahyo sedang mandi.
51. Para malaikat yang menunggu Lulmat mengatakan bahwa Nurcahyo sedang
memperlihatkan kesaktiannya. Meskipun Nurcahyo dapat menunjukka n
kesaktiannya tetapi para malaikat itu yakin bahwa Nurcahyo tidak berhasil mand i
disitu.
52. Pada waktu para malaikat itu sedang mengepung Nurcahyo hendak mena
ngkapnya. Tiba tiba muncullah Ijajil yang kemudian membawa pergi cucunya.
53. Pa ra malaikat yang sedang mengepung Nurcahyo itu tak tahu kemana
menghilangnya Nur cahyo. Dengan demikian mereka tidak berhasil menangkap
Nurcahyo. Mereka lalu per gi kesana kemari untuk mencarinya. Para malaikat
tersebut lalu mengakui akan kes aktian Ijajil.
54. Dengan susah payah para malaikat itu mencari tetapi tidak ber hasil
menemukan dimana tempat Nurcahyo yang sakti itu berada.
55. Sementara itu Ijajil telah berhasil memandikan cucunya dengan air
penghidupan, dan peristiwa i tu tidak diketahui oleh para malaikat.
56. Sehabis memandikan cucunya Ijajil ter us pulang sambil membawa air
penghidupan yang diletakkan dalam cupu manik. Air penghidupan itu disediakan
untuk keturunannya yang keempat (canggah).
57. Canggah Ijajil inilah yang kelak akan menyatakan diri sebagai Tuhan. Ia akan
mampu meng atur kodrat dan menguasai dunia kecil (alam sahir). Ia akan
mengatur keadaan den gan seluas luasnya.
58. Keraton canggah Ijajil ini suasananya dibentuk seperti keadaan disorga. Hal ini
sesuai dengan gambar yang pernah diserahkan kepada Nabi Adam. Diharapkan ker
aton itu kelak dapat diwariskan kepada anak cucunya.
59. Istana yang dibentuk mi rip dengan keadaan sorga itu diberi nama Jonggring
seloko. Sedang canggah Ijajil tenebut bergeler Betara Guru (Gurunadi).
60. Selanjutnya Nurcahyo lalu dipersil akan berangkat kearah timur yaitu menuju
ketempat yang masih kosong. Sebelum ber angkat terlebih dulu Nurcahyo
menyembah kakeknya.
IX. PUPUH JURUDEMUNG
01. Dalam waktu sekejap mata saja Nurcahyo telah sampai ditempat yang dituju. Ia
lalu mas uk kedalam alam Akadiyat. Disana bumi dan langit tidak kelihatan.
Suasananya tid ak terang, tetapi tidak gelap.
02. Dialam Akadiyat itu tidak diketahui arah temp at, tidak diketahui arah selatan,
timur, utara, barat, bawah, dan atas. Keadaan itu terjadi setelah ia (Nurcahyo)
mengheningkan ciptanya. Waktu itu ia berada di dalam lingkup kekuasaan Hyang
Widi. Ia bergelar Prasaguntung.
03. Disitu ia berk umpul dengan para roh yang sesat jalan, mereka itu termasuk
juga umat Tuhan. Tan pa sebab ia menjadi menyala. Nurcahyo segera
mengheningkan cipta dengan sikap me nghentikan kerja panca inderanya, sesudah
itu ia melihat cahaya Illahi yaitu seb agai cahaya mutiara merah, kuning dan biru.
04. Nyalanya memenuhi alam semesta. Nurcahyo menempati ruang hampa itu
sampai seribu tahun. Sesudah itu Nurcahyo ber putra diberi nama Nuroso.
Nurcahyo berkata kepada putranya yaitu Nuroso.
05. Nuroso diperintahkan agar bertapa mencari wahyu raja. Nuroso mengindahkan
perintah itu lalu bertapa diwilayah lingkup kekuasaan Yang Widi.
06. Setelah genap seribu tahun Nuroso bertapa ia lalu melihat cahaya Rosullulloh.
Selanjutnya Nuroso lal u berputrakan dua orang semuanya laki laki. Kedua orang
itu wajahnya mirip. Yang Tua bernama Sang Hyang Wenang sedang yang bungsu
bernama Sang Hyang Wening.
07. Nuroso memerintahkan kepada Sang Hyang Wenang untuk melanjutkan idam
idaman aya hnya dengan jalan bertapa juga. Nuroso berjanji kepada Sang Hyang
Wenang bahwa s elama menjalani tapa ia akan dijaga dan dilindungi. Kemudian
gambar sorga lalu d iserahkan. Selanjutnya Sang Hyang Wenang lalu menjalani
tapa, tetapi pada waktu baru mendapat seratus tahun ia telah menghentikan tapanya.
08. Kemudian Sang Hya ng Wenang menyuruh adiknya yaitu Sang Hyang Wening
agar melanjutkan tapanya. Dal am melanjutkan tapanya itu adiknya (Sang Hyang
Wening) disuruh ganti nama Sang H yang Wenang. Sang Hyang Wenang (nama
baru dan Sang Hyang Wening) lalu menerima p enyerahan gambar sorga dari
kakaknya kemudian melanjutkan tapa hingga genap seri bu tahun.
09. Sang Hyang Wenang yang asli lalu berganti nama Dipoyono karena ia tidak
suka menjadi badan halus. Ia menginginkan menjadi badan jasmaniah. Nantiny a ia
akan mengasuh manusia manusia kekasih dewa.
10. Ia tidak menampakkan diri s ebagai roh halus (dewa) tetapi menyamar sebagai
manusia yang nantinya berganti n ama Semar Apabila telah cukup waktunya
mengasuh para kekasih dewa kemudian ia kembali menjadi badan halus lagi ke
Kedew ataan Sang Hyang Wenang.
11. Kepada semua manusia yang dikasihi Tuhan diizinkan menjalani kuwajiban
sebagai raja. Diceriterakan bahwa Sang Hyang Wenang (nama ba ru dari Sang
Hyang Wening) telah selesai melanjutkan tapa sehingga genap seribu tahun,
kemudian ia berkumpul dengan ayah andanya yaitu Nuroso.
12. Hyang Wenang berputra seorang laki laki yang rupawan diberi nama Sang
Hyang Wasesa. Sang Hyan g Wenang memerintahkan kepada Sang Hyang Wasesa
agar berusaha mengumpulkan para nenek moyangnya.
13. Untuk itu Sang Hyang Wasesa diperintahkan bertapa lamanya s eribu tahun
dan dalam keadaan berujud roh halus. Hyang Wasesa lalu mengindahkan perintah
ayahandanya itu yaitu Sang Hyang Wenang. Setelah menerima gambar sorga
Hyang Wasesa lalu mulai tapanya, tempatnya didalam lingkup kekuasaan Yang
Agung.
14. Setelah genap seribu tahun tapanya lalu datanglah leluhurnya yaitu Maharaja
Tamimasar dari gunung dasarl). Kedatangan maharaja Tamimasar itu diantar oleh
b ala tentaranya yang berujud jin sebanyak tujuh juta.
15. Maharaja Tamimasar memb eritahukan kepada Sang Hyang Wasesa bahwa
kedatangannya diperintahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk menyerahkan
anugerah. Augerah itu diberikan karena Sang Hya ng Wasesa bermaksud
mengumpulkan roh dan para nenek moyangnya.
16. Setelah tapan ya itu selesai dijalankan maka tak lama kemudian para roh nenek
moyangnya berhas il dapat terkumpul. Pada saat itu Sang Hyang Wasesa lalu
mendapat pahala yang be rupa kekuasaan Yang Mulia da diberi kekuasaan disisi
Tuhan.
17. Hyang Wasesa dip ercaya menguasai kaum roh tersebut. Oleh kanena itu raja
Tamimasar lalu menyogya kan Hyang Wasesa berganti nama Sang Hyang
Wisesaning Tunggal.
18. Karena tehah b erhasil menguasai Yang Tunggal (roh roh) maka raja
Tamimasar lalu menyerahkan an ugerah dari Yang Agung berujud air
penghidupan . Air tersebut dimasukkan didala m suatu tempat (cupu) yang
bernama cupu Astagina. Semua umat yang mempunyai kehe ndak dan keinginan
bila meninggal dapat dihidupkan kembali dçngan jalan memercikka n air tersebut
kepada umat yang mati itu.
19. Dan siapa saja yang telah minum ai r itu tak akan dapat meninggal, ia akan
hidup seterusnya. Apabila. ada yang mend erita sakit hingga meninggal dunia bila
diperciki air penghidupan itu akan menja di sehat kembali.
20. Dikatakan bahwa air itu tak akan ada habisnya. Hyang Wises a diminta
mewariskan air tersebut kepada keturunannya. Bethara Guru lalu memerin talikan
agar Hyang Wisesa melanjutkan tapanya.
21. Hyang Wisesa Tunggal lalu men gambil sikap bersidekap. Pada keadaan begitu
Hyang Suksma akan melindungi. Begit ulah amanat Hyang Suksma kepada Hyang
Wisesa.
22. Hyang Wisesa mengindahkan aman at tersebut. Sementara itu raja Tamimasar
telah menghilang bersama sama pengikut nya. Sedang Hyang Wisesa kembali
bertapa dengan melepas segala panca inderanya, sukmanya diarahkan kehadapan
Yang Agung.
23. Perhatiannya mulai dipusatkan kesan a. Tiba tiba terdengar suara gemuruh,
bagaikan suara guruh dari segala arah yang jumlahnya berpuluh puluh ribu.
Sesudah itu lalu terlihat ada sebuah permata sebesar telur yang berwarna putih c
emerlang.
24. Cemerlangnya permata itu tak menjadi pudar tatkala berada diantari ksa. Benda
itu lalu ditangkap. Kemudian permata itu lalu berubah menjadi tiga ma cam yaitu
menjadi bumi dan langit dengan segala isinya, dan yang ketiga menjadi cahaya.
25. Yang berupa cahaya lalu menjadi citra berkuasa yaitu Hyang Guru atau
Manikmoyo, dan Manikmoyo adalah pengejawantahan Hyang Wisesa. Oleh
Hyang Wisesa , oleh karena itu segala sesuatu yang dikerjakan dan diciptakan oleh
Manikrnoyo adalah atas nama Hyang Wisesa.
26. Selanjutnya Hyang Wisesa mengatakan bahwa ia memberikan kepercayaan
penuh akan segala pengaturan yang terjadi dibumi dan dila ngit.
X. PUPUH GURISO
01. Tersebutlah Manikmoyo bertanya kepada Hyang Wisesa men genai
keadaannya, “Ya Pukulun Dewa Yang Maha Kuasa. Mengapa wajah hamba ini
sangat jelek tak ada kebagusannya sedikitpun. Warna hamba yang hitam pekat
bagaikan we delan ini apakah maksudnya? Pertanyaan itu dijawab oleh Hyang
Wisesa agar Manikm oyo menerima saja nasibnya
02. Disarankan agar Manikmoyo jangan kecewa hati. Hya ng Wisesa segera
memegang gambar pemberian kakekndanya yaitu Nurcahyo. Oleh Hyan g Wisesa
gambar itu lalu diciptakan menjadi permata yang sangat rnulia Benda itu
diserahkan oleh Hyang Wisesa kepada Manikmoyo. Nama benda itu Retno
Dumilah art inya permata mulia.
03. Permata itu tidak ada yang menyaimai mutu kebaikkannya. Apabila permata itu
dimanterai maka apa yang diminta oleh pemilik benda itu akan terkabul. Retno
Dumilah tersebut lalu diletakkan diatasubun ubun Manikmoyo. Ada pun warna
hitam yang menyerupai wedelan itu merupakan perlambang kelanggengan (baka)
dan kekuasaan yang ada pada Manikmoyo, sama halnya sifat langgeng yang ada
pada Manikmoyo, sama halnya sifat langgeng yang ada pada bulan dan mata hari.
04 . Manik noyo dengan rendah hati dan rasa gembira menerima baik sifat
langgeng se bagai sifat matahari dan bulan itu. Manikmoyo bersujud kepada
Hyang Wisesa sebag ai tanda menyambut baik atas sabdanya itu. Warna hitam
menjadi petunjuk peringat an bahwa segala yang ada dapat berubah menjadi tidak
ada sedang yang salah dapat berubah menjadi benar.
05. Dan yang benar dapat berubah menjadi salah. Hati pem berani dapat berubah
menjadi penakut, hal yang pasti dapat berubah menjadi samar samar. Sang Hyang
Wisesa menyarankan agar Manikmoyo berganti nama Bethara Semar yang
menguasai segala kejadian dibumi. Bethara Semar (Manikmoyo) lalu diberi pe
ndidikan tentang menguasai dan mengatur semua kejadian dibumi.
06. Kemudian Hyan g Wisesa lalu pergi menghilang sementara itu Hyang Guru
(Manikmoyo) lalu tinggal seorang diri. Dalam hati Hyang Guru merenung
mengenai sempitnya bumi dan langit . Oleh karena itu bumi dan langit lalu
dipisahkan. Jarak antara bumi dan langit tak dapat diukur sejauh mana antaranya.
07. Bumi selalu menangis sedang langit merasa sangat haru meihat bumi terapung
a pung ditengah tengah samodra. Jika tertiup dari timur kebarat arahnya, yang dari
barat ketimur, dan jika ada angin berembus dari lain arah.
08. Bila bumi dihemb us angin dari selatan dia lalu bergeser keUtara. Bila angin
bersama sama datang dari segala arah maka bumi bergetar ditengah. Bumi selalu
terayun ayun ditengah tengah samodra. Melihat itu langit merasa amat iba.
Kemudian disusul angin dari arah atas bumi.
09. Bersamaan dengan saat itu mengembus pula angin dari bawah ke atas. Kilatpun
berseleweran diangkasa. Lingkup angin yang dan bumi seluas separo h bumi. Bumi
selalu terombang ambing, laut bagaikan digoncang, airnya berdeburan .
10. Gerakan air laut yang berdeburan itu mengakibatkan air laut menjadi masin
rasanya. Dengan perubahan air laut menjadi masin itu bumi merasa amat gembira.
D isamping itu terjadilah suara yang dahyat mengerikan, cahaya gaib yang terjadi d
iangkasa (tejo) tidak berjalan. Keadaan siang dan malam tak ada bedanya. Sang
Hy ang Guru berkata kepada tejo dan cahaya agar mau menerima penugasan yang
diberik an oleh Hyang Maha Esa.
11. Tugas yang diberikan ialah untuk menerangi dunia den gan cara bergantian. Si
cahaya akan berturut turut bertambah besar. Bila sudah l ima belas kali menerangi
bumi penuh sempurnalah besamya. Apabila sudah tiga pulu h hari sudah
sempurnalah tugasnya dan berhenti dalam air untuk selanjutnya menya mbung
tugas berikutnya.
12. Adapun matahari mempunyai tugas berjalan menyinari b umi pada waktu siang
hari. Sedang pada waktu malam bersembunyi didalam bumi. Hyang Guru lalu
menciptakan sembilan dewa dan para bidadari, wajahnya bermacam macam.
13. Mereka itu menjadi penghuni diatasbumi dan diangkasa. Masing masing
mempu nyai tugas sendini sendiri. Begitu pula yang mengatur segala sesuatu
dibumi adal ah para dewa dan bidadari juga. Yang berkedudukan diarah timur
bernama Yang Maha Dewa, Maha Dewa memuliakan hari pasaran Legi.
14. Hari pasaran Legi dewa pujaan nya adalah Maha Dewa. Lambang kotanya
perak. Lambang burungnya burung kuntul. La mbang lautnya laut santan.
Lambang huruf ha na ca ra ka. Yang duduk didunia kedewaan Bethara Sambu.
Sagnyana kota tembaga.
15. Lambang laut, laut darah. Lambang burung, burung elang. Hari Pahing,
lambangnya huruf da ta sa wa la. Dewa yang a da disebelah barat Hyang Kamajaya
namanya dengan istrinya Dewi Ratih. Lambang ko tanya kota emas, lambang laut
berair madu. Lambangnya burung, burung Kepodhang.
16. Hari pasaran Pon. Lambang hurufnya pa dha ja ya nya. Dewa yang berada
disebe lah utara bernama Hyang Wisnu dengan istri Sri. Lambang kotanya kota
besi. Lamba ng lautnya laut mia. Lambang burungnya burung gagak.
17. Hari pasaran Wage. Dewa yang ada ditengah tengah dunia bernama Bethara
Bayu, pendampingnya bernama Beth ari Sunthi. Hari pasaran Kliwon. Lambang
kotanya, kota perunggu. Lambang burung, burung gagak. Pantai wedang (air panas)
Lambang hurufnya ada sepuluh buah wa le pa nya ma ma i la pa.
18. Ada disebelah timur Emprit Anjala menjaga huruf pelen gkap rangkaian sesaji.
Dewa pujaannya ada disebelah tenggara, bernama Hyang Kuwe ra. Lambang
hurufnya ha ra sa nya. Yang ada dibarat daya bernama Maha Yekti, ada dibarat
daya Bethara Siwa.
19. Para dewa berjumlah delapan ditambah Dewa Sang H yang Bayu jumlahnya
jadi sembilan. Pada waktu itu pulau Jawa kadaannya goyah ter obang ambing oleh
air samodra. Yang Guru Nata lalu tegak berdiri diangkasa.
20. Yang Guru Nata terus melecit keatas. Terjadilah langit bersapsap tujuh lapis .
Yang Guru memandang kebawah. Nampak bumi tebal berlapis lapis. Lapis yang
pert ama dijaga oleh Begawan Kusiko.
21. Begawan Kusiko berputra tiga. Yang sulung be rujud Kowangan. Kedua
berujud garangan. Yang bungsu berujud ular. Ketiganya hidu p didalam bumi.
Begawan Kusiko bersebutan juga Yang Dherampalan. Apabila terleng ah dari
pengawasan ayahnya bagian tubuh ular digerogoti oleh kowangan dan garangan
22. Sekali peristiwa pada waktu garangan dan kowangan akan menggerogoti ular
diketahui oleh Yang Dherampalan. Ia sangat marah. Dua anaknya diusir.pergi.
Kepe rgian garangan dan kowangan meninggalkan kata kata pengutuk. Kata
kutukan itu me nyatakan bahwa diriya ular itu akan menjadi mangsanya. .
23. Betul, akhirnya ula r menjadi mangsanya kowangan dan garangan. Alkisah
lapisan bumi yang keenam dija ga oleh Yang Manikoro. Sedang bumi yang ketujuh
dijaga oleh Yang Ontoboga.
24. S emua dewa penjaga ketujuh lapisan bumi itu dikepalai oleh Sang Hyang
Ontoboga. S emua dibawah perintahnya. Isi bumi dan isi laut semuanya dibawah
kekuasaan Hyang Antaboga.
25. Sekali peristiwa Yang Guru Nata amat memikirkan pulau Jawa yang s elalu
goyah, terombang ambing oleh gelombang samudera. Amat iba hatinya. Segera
Yang Guru Nata turun di Pulau Jawa. Pulau Jawa yang selalu tak tetap letaknya, a
kan dibuat kokoh kuat dan tetap letaknya. Ia berdiri tegak menghadap kebarat, me
ngheningkan cipta, menciptakan adanya gunung. Maka terjadilah dipantai sebelah
b arat sebuah gunung yang amat besar lagi tinggi. Gunung itu diberi nama Gunung
Ja murdipa, tetapi dalam keadaan miring, pada bagian timur sangat terangkat
keatas.
26. Ujung pulau Jawa disebelah timur hampir hampir menyentuh langit, Yang
Guru sangat kecewa melihat kejadian itu. Yang Guru segera mengumpulkan para
dewa, mem usyawarahkan tentang nasib pulau Jawa. Para dewa lalu melaporkan
hasil penelitia nnya.
27. Adapun penyebab pulau Jawa menjadi miring itu, karena disebelah barat
terdapat sebuah gunung yang sangat besar lagi tinggi, letaknya ditepi pantai. Ya ng
Guru lalu memerintah agar gunung itu dibongkar.
28. Yang Guru memerintahkan k epada para dewa tersebut agar separo dari gunung
tersebut diangkat untuk diletak kan diujung sebelah thnur. Para dewa
mengindahkan perintah tersebut. Mereka bera ngkat beramai ramai, laki laki
perempuan, menjalankan perintah yang diberikan ol eh Yang Guru Nata.
XI. PUPUH GAMBUH
01. Tersebutlah ada seorang dewa yang oleh Hyang Guru diperinta hkan tinggal
ditempatnya, tidak ikut para dewa yang lain. Dewa itu bemama Empu Ramadi. Ia
mendapat tugas membuat alat senjata yang tangguh serta istimewa.
02. Kemudian ada seorang dewa lagi yang tak ikut serta para dewa yang lain, Ia
bernam a Dremojo. Saat itu ia sedang khidmat menantikan kelahiran putranya.
Akhirnya la hirlah putra yang dinantikan itu yaitu lahir pria yang anggun serta
tampan paras nya.
03. Putra yang baru lahir itu diberi nama Caturkenaka. Oleh ramandanya kemu
dian Caturkenaka diperintahkan agar bertapa. Dalam tapanya itu, dinasehatkan ole
h ramandanya agar mohon kepada Dewa Maha Tunggal untuk dikaruniai seorang
putra yang tampan perwira.
04. Nasehat ramanda itu diindahkan oleh Caturkenaka. Akhirn ya permohonannya
dikãbulkan, ia mendapat anugerah seorang putra yang bagus wajahny a, cerah
kecerdasannya, halus perasaan hatinya, diberi nama Kanekaputra.
05. Pada suatu hari ayahandanya menyerahkan sebuah pusaka yang diberi nama
Retno Dumila h. Pusaka itu amat keramat Kanekaputra diberi banyak ilmu oleh
ayahandanya. Kemu dian ia dinasehatkan kembali ketempat kakeknya, dipusat
samodera.
06. Disana ia tekun bertapa ia menyerahkan segala jiwa raganya kepada Hyang
Widi Tunggal. Bila ia merasa haus, lapar dan mengantuk, cukup mencium pusaka
mustika saja. Dengan mencium pusaka mustika itu, lapar, dahaga dan kantuknya
hilang.
07. Kasiyat dan pengaruh lain dari pusaka itu, meskipun terendam air, ia tidak akan
basah, bila masuk dalam api yang meruah membara sepanas api neraka, ia tak akan
hangus.
08. Alkisah para dewa telah tiba dikaki gunung Jamurdipa. Para dewa
memperbincangkan bagaimana mereka akan menyelesaikan tugas dari Yang Guru
Nata itu. Hyang Bromo sanggup menjadi salang.
09. Pembongkaran gunung Jamurdipa dimulai Hyang Wisnu me musatkan
perhatian, mengumpulkan segala kekuatan sambil mengatakan dalam hati ma ntera
yang dimiliki (tiwikrama) Tubuhnya menjadi besar dan tinggi, lebih besar d an
lebih tinggi dari gunung Jamurdipa yang hampir menyentuh langit itu.
10. Oleh Hyang Wisnu, gunung Jamurdipa dipotong separohnya, ditaruh
diatassalang, sedang pembungkusnya Yang Endra.
11. Yang Bayu dijadikan alat pemukul yang tidak lekan g dan luntur. Pemikulnya
ialah para dewa. Pada saat mulai mengangkat potongan gu nung Jamurdipa itu,
menggelegarlah suara guruh sebagai tanda penghormatan.
12. Bethara Suryo memancarkan sinar cerah, Ia mengamati para dewa yang
mengangkut pot ongan gunung tersebut. Para dewa pengangkut itu ditimpa sinar
matahari yang teri k. Mereka letih kehausan.
13. Mereka melihat air yang keluar dari lubang pada la mbung gunung Akibat
minum air dari lambung gunung tersebut para dewa jadi mati t ak ada yang hidup
seorang jua.
14. Yang Guru ikut minum air tersebut tetapi tatk ala baru sampai ditenggorokan
lalu dimuntahkan kembali. Ia menyatakan bahwa air itu beracun amat keras.
Selanjutnya akibat dari minum air itu pada bagian leher tempat tenggorokan Yang
Guru lalu berbelang putih.
15. Maka Yang Guru lalu disebut juga Yang Nilokontho, artinya memiliki cacat
tub uh belang pada leher. Sebenarnya air yang diminum oleh para dewa itu bukan
air b iasa melainkan air bisa yang sangat ampuh.
16. Adapun nama air racun tersebut ia lah Calakutha. Sementara itu Hyang Wisesa
turun dipuncak gunung, kedatangannya s ambil membawa cupu Astagina. Didalarn
cupu itu terdapat air penghidupan Cupu ter sebut lalu diletakkan diataspuncak
gunung. Bau dari air penghidupan itu semerbak harum, terbawa angin kesegala
tempat.
17. Bau itu mempengaruhi badan sehingga t erasa segar Yang Pramesthi Guru
berkata dalam hati, kiranya air inilah yang dise but tirta Marta Kamandhalu
Berkatalah Yang Wisesa kepada Yang Pramesthi, membenarkan apa yang
dipikirkan olehnya.
18. Air itu adalah air yng disebut Tirta Marta Kamandhalu. Khasiatnya dapat
menghidupkan kembali semua manusia yang mati, yang belum penuh takdir
hidupnya.
19. Semua makhluk yang memiliki kehendak dan keinginan bila minum air
tersebut akan kebal dari segala bisa dan kebal dari segala sakit.
20. Selain itu ada lagi sejenis tumbuh tumbuhan warna batangnya hitam, ber
cabang cabang, yang berkhasiat sebagai obat penghidupan. Nama tumbuh
tumbuhan in i Sambilata. Disitulah jin, setan dan para roh bertempat tinggal.
21. Raseksa dan riaseksi dan manusia yang mati, bila ditaruh Sambilata diatasnya,
mereka akan hidup kembali. Batang sambilata dapat menjadi alat penghidup umat
dibumi yang me ninggal
22. Begitu juga semua binatang air, binatang yang hidup dalam lubang dit ebing
tebing, yang sudah mati, bila bagian dari pohon sambilata ditaruh diatasny a, maka
hidup kembalilah semua itu.
23. Para Dewa dan Dewi tak dapat mati, hidup langgeng, karena mereka telah
minum air penghidupan itu.
24. Hyang Guru pun seg era menyambut cupu Astagina, meneguk air dari
dalamnya. Maka tubuhnya menjadi se gar karena telah kemasukan rasa manis nan
harum. Nyata nyata rasa itu raja dari segala rasa.
25. Cupu manik Astagina lalu dibawa oleh Hyang Guru. Hati Hyang Pra mesthi
amat gembira. Setibanya ditempat para dewa yang telah meninggal itu, lalu
dibukalah cupu itu.
26. Diatas bibir para dewa yang telah meninggal itu lalu di tetesi dengan air dari
dalam cupu tersebut. Seketika pan Dewa dan Dewi itu lalu hidup kembali, mereka
bergerak bangun, kemudian melanjutkan tugas masing masing.
27. Mereka bertugas memindahkan sebagian dari gunung Jamurdipa keujung
bagian t imur pulau Jawa. Dalam perjalanan itu terjadi berulang kali keguguran
dari bagia n gunung yang diusung tersebut. Kemudian dari guguran guguran itu
lalu teijadila h gunung baru.
28. Ada runtuhan sebesar buah kemiri, runtuhan ini kemudian. menj adi sebuah
gunung di Banten. Ada lagi runtuhan sebesar telur yang kemudian menja di
gunung Pajajaran. Gunung ini besar lagi tinggi, kelihatan dari jauh.
29. Pada waktu meneruskan perjalanan ketimur sampai dekat Cirebon runtuh lagi
sebesar bu ah kemiri yang kermuian menjadi gunung Careme. Kemudian beberapa
kali berguguran lagi, menjadi gunung gunung didaerah Cirebon.
30. Para Dewa berjalan terus. Sampai didekat Tegal runtuh lagi sebesar gendi yang
kemudian menjadi gunung terting gi dan terbesar dari gunung gunung yang sudah
ada.
31. Kaki gunung itu disebelah utara meliputi Daerah Tingkat dua Tegal, disebelah
selatan meliputi Kabupaten Banyumas Gunung itu dinamai Gunung Slamet.
Gunung di sampingnya dinamai gunung Pragota.
32. Runtuh lagi dua kali maing masing sebesar kepalan tangan. Jatuhnya
berdekatan, menjadi dua buah gunung yang mirip, diberi nama gunung Sundara
dan gunung Sumbing. Para Dewa lalu melepaskan lelah di Kedu .
33. Para Dewa mengeluarkan banyak keringat, mengakibatkan wilayah Kedu
menjadi murah air sampai kini. Para Dewa makin merasa letih. Mereka merasakan
bahwa dal am mengangkut beban itu terasa makin berat.
34. Untuk melampaui diatas dapur tem pat memasak besi untuk dijadikan alat
senjata (prapen) milik Empu Ramadi, tenaga para Dewa makin banyak terkuras,
hingga mereka amat kelesuan. Adapun tempat Empu Ramadi mengerjakan pandai
besi ada diudara.
35. Empu Ramadi menggunakan embusa n api dengan kidung, sedang tempat
untuk menempa besi menggunakan lutut, untuk m emanasi besi tidak
menggunakan bara api, melainkan cukup dipandangi dengan pandangan mata yang
panasnya tak kalah dibanding dengan api yang sedang membara. Air ludah dipakai
sebagai sepuh.
36. Besi yang dijadikan bahan untuk membuat senjata senjata itu, dari besi pilihan.
dinamai besi Bangka Mahanibu. Prapen Empu Ramad i telah menghasilkan banyak
senjata pusaka yang memiki kesaktian. Semua itu menj adi senjata para Dewa.
37. Senjata senjata pusaka itu adalah panah Cakra, panah Kunta tulup, busur
dengan ratusan ribu anak panahnya, dengan segala bentuknya, parang dan popor.
38. Demi para Dewa mengetahui bahwa Yang Ramadi tidak ikut sert a
mengerjakan pemindahan sebagian dari gunung Jamurdipa, mereka datang
bersama s ama mengerumuni Empu Ramadi.
39. Mereka menghujani pertanyaan atas anjuran siapa hingga melalaikan tugas
tidak ikut serta memindahkan bahagian dari gunung Yamur dipa itu.
40. Dianggapnya Empu Ramadi hanya mementingkan kebutuhan sendiri, meng
hadapi api yang membara, menggerinda, mengikir menempa besi, tanpa
menghiraukan tugas bersama. Padahal dengan sepenuh tenaga para Dewa telah
mengerjakan peminda han gunung Jamurdipa, sedang Empu Ramadi enak enak
ditempatnya. Keadaan ini memb uat para Dewa panas hatinya.
41. Hyang Condro berkata dengan lantang : sebaiknya Empu Ramadi dikenakan
hukuman berat. Kemudian Bethara Bayu menyambung pembicara an itu : tak perlu
banyak pikir, dikeroyok saja cukuplah.
42. Semua alat pekeija annya dirampas, pemiliknya diikat tangannya. Yang Condro
melangkah maju, menuju didepan Empu Ramadi. Ia mengatakan siapa yang berani
menghasut untuk mogok kerja .
43. Mogok kerja untuk bersama sama memindahkan bahagian Gunung Jamurdipa.
Meng apa Empu Ramadi enak enak bekerja untuk kepentingan pribadi dirumah,
Empu Ramadi lalu balik bertanya : apakah kalian tidak tahu bahwa banyak tugas
yang harus di selesaikan.
44. Para Dewa yang berdatangan itu lalu dipersilakan mengamati Yang Cokro dan
Yang Citragotra tak sabar lagi, segera menyerang. Empu Ramadi dilawan bertiga.
Yang Tembuni ikut membantu penyerangan. Ternyata Empu Ramadi betul betul
kuat dan tangguh.
45. Bahu Empu Ramadi ditarik kekiri, ditarik kekanan sambil digelut. Keringatnya
keluar dengan membawa rasa panas Serasa panasnya air mendidih,
menggelembung ge lembung bagaikan minyak mendidih.
46. Empu Ramadi segera meloncat Dewa Dewa yang merenggut bahu Empu
Ramadi berpelantingan. Ada yang jatuh tertelungkup, ada yang jat uh tertelentang
ada yang jatuh miring. Keempat Dewa lari tunggang langgang.
47. Sakri datang dengan amat marah. Empu Ramadi dihantam. Ia membalas
menyerang, ked uanya saling menarik, saling mengangkat, saling menendang,
kelihatan sama kuat. Sakri dilempar jatuh ditempat yang jauh.
48. Dalam keadaan bersempoyongan, Sakri ditangkap lagi. Ia kehabisan tenaga,
badannya lemah bagaikan kapuk. Melihat gel agat itu, Bethara Bayu membantu
menyerang. Empu Ramadi ditangkap pada pinggangny a, diangkat tinggi tinggi
lalu dilempar jauh.
49. Setelah jatuh Empu Ramadi bala s menyerang. Bethara Bayu dapat dipegang
ikat pinggangnya, lalu diangkat tinggi tinggi akhirnya dilemparkan, jatuh ditempat
yang jauh. Setelah terjatuh ditanah, ia lalu mengumpulkan kekuatan dan membalas
menyerang. Keduanya menganibil cara berkelahi yang lain. Mereka lalu bergulat.
Lama kelamaan Bethara Bayu kehabisan tenaga.
50. Bayu ditekankan kebumi. Ia tertancap kebumi sampai lututnya. Kini ia tak
dapat bergerak lagi, dia dihujani tinju. Tiba tiba Yang Bromo datang untuk
membantu, ia terus merebut Bethara Bayu.
51. Sambil merebut itu, Yang Bromo berk ata dengan kasar : Si Empu Ramadi
yang hanya seorang diri itu, tidak mungkin aka n mengalahkan para Dewa yang
sekian banyak. Dengan cara dikeroyok Empu Ramadi pasti hancur. Empu Ramadi
mendengar kata kata kasar dari Yang Bromo..
XII. PUPUH DURMO
01. Demi mengerti bahwa akan dikeroyok Empu Ramadi lalu mengambil panah. Ia
berseru kepada para dewa agar segera maju, mereka akan disambut dengan anak
panah ya ng dilepaskan.
02. Ramadi yakin para Dewa akan hancur lebur bagaikan air. Dia me nyatakan
bahwa ia membuat aneka warna senjata itu bukan dari kehendak sendiri, m
elainkan demi untuk mengindahkan perintah Hyang Pramesthi. Bila sudah selesai
di kerjakan, senjata senjata itu akan diperuntukkan para Dewa.
03. Dijanjikan oleh Hyang Pramesthi, apabila telah selesai seluruhnya, ia akan
dikaruniai air penghi dupan untuk diminum Khasiat dari air tersebut, dapat
menjadikan awet inuda, keba l terhadap sakit dan kematian.
04. Begitu para Dewa mengetahul bahwa.Empu Ramadi bekerja itu atas penugasan
dari Yang Pramesthi, maka mereka menghentikan perkel aiannya, mereka lalu
kembali menjalankan tugasnya.
05. Pada saat itu gugurlah du a gumpalan masing masing sebesar kepal tangan.
Benda itu terjatuh diatasdapur pe rapian sehingga menutup tungku Empu Ramadi.
Kemudian benda itu lalu berubah bent uk menjadi dua buah gunung yang
berdekatan letaknya.
06. Gunung yang disebelah s elatan diberi nama gunung Merapi, sedang yang
terletak disebelah utara dinamai M erbabu. Gunung Merapi selalu mengeluarkan
asap dan berapi. Empu Ramadi amat meny esali atas rusaknya dapur perapian
beserta tungkunya itu.. Segera ia lalu menciptakan dapur perapian lengkap dengan
tungkunya yang baru.
07. Empu Rarnadi sesudah itu memusatkan cipta dan perasaan , memanjatkan doa
agar dianugerahi seorang putra laki laki. Disamping itu ia men gharap kepada
Hyang Wasesa agar dikaruniai pamor, baja dan tembaga. Ternyata sem ua
permohonannya terkabul. Putranya lalu diberi nama Bromo Dhedhali.
08. Oleh ayahnya, Bromo Dhedhali telah diajarkan kecakapan sebagai pandai besi
diangkasa. L ututnya digunakan sebagai landasan untuk menempa besi. Untuk alat
penjepit memegang besi berpijar ia menggunakan jari jari tangan. Alat untuk
membuat besi ia me nggunakan kepalan tangannya. Untuk mengembus
membesarkan api digunakan embusan hidung.
09. Konon sesudah dewasa Empu Bromo Dhedhali beranak seorang laki laki, d
iberi nama Onggojali. Selanjutnya Onggojali beranak seorang laki laki diberi nama
Abusaka. Abusaka kemudian menjadi penganut Nabi Muhammad, beragama Islam.
Ia pergi ke pulau Jawa, menyebar luaskan agama Islam.
10. Abusaka inilah yang mencip takan hauf Jawa, yang dapat berubah ubah
suaranya dipengaruhi oleh tanda tanda s aksi. Abusaka mempunyai banyak ilmu
dan kepandaian, tabiatnya pemurah.
11. Terse butlah perjalanan Dewa yang terus ketimur. Kemudian ada lagi sebagian
tanah yang runtuh yang selanjutnya berubah menjadi gunung lalu diberi nama
gunung Lawu. Ru ntuh lagi sebesar biji kacang yang kemudian menjadi gunung
Wilis.
12. Tiba di Ke diri, sisa gunung Jamurdipa itu dipecah pecah dilempar keutara,
ketimur. yang di buang keutara menjadi gunung Muria dan gunung Bancak.
13. Ada yang nenjadi gunun g Sokarini, gunung Dhulanan. Ke timur gunung Kelud.
Puncaknya digunung Semeru, g unung tertinggi dan besar. Para Dewa lalu
menghadap Yang Pramesthi.
14. Sang Hya ng Jagad Nata mengumpulkan semua Dewa anak buahnya. Hyang
Jagad Nata menyatakan pendapatnya ingin membangun sebuah sorga indah. Para
Dewa diperintahkan mengumpu lkan kayu yang bercahaya, aneka batu dan tanah.
15. Maksud Yang Guru membangun b alai itu untuk melengkapi sebagai
kembarannya Balearas. Balai baru itu disebut B alai Marcukundha. Seperti halnya
Allah menciptakan surga, Yang Guru membangun Su rgaloka.
16. Allah menciptakan neraka Yang Pramesthi mengadakan kawah Candradimuka.
Wahelul neraka diimbangi lumpur panas (endhut Blegedaba). Allah menitahkan
Sirotol mustakin, Yang Guru mengadakan titian yang peka gerak (wot ogal agil).
17 . Kayu Sajarotul Muntaha, imbangannya pohon Dewa Daru dengan bunganya
Wijayakusuma. Daunnya bersinar dengan aneka warna cahaya. 18. Allah
mengadakan para malaek at, Yang Guru mengimbangj mengadakan Bethara. Allah
menciptakan bidadari sebanya k seratus ribu. Yang Guru mengadakan bidadari
sebanyak sakethi (seratus ribu) le bih satu yaitu Dewi Ratih.
19. Sang Hyang Guru ingin mempersunting seorang Betha ri bernama Uma.
Bethari Uma mempunyai tiga saudara dua diantaranya berujud denaw a. Mereka
itu adalah Sindubondo, Wuluculung.
20. Sedang adiknya yang nomer tiga bernama Lembu Andini. Lembu Andini
menjadi kendaraan Yang Pramesthi, Dengan demi kian Bethari Uma dengan adik
adiknya berjumlah empat orang. Pada mulanya Bethari adalah Dewa laki laki.
Kemaluan Bethara Uma direnggut oleh Hyang Pramesthi sampai putus selanjutn
ya dilempar keantariksa.
21. Diangkasa kemaluan Bethara Uma berubah ujud menjadi putaran angin yang
kuat (cleret tahun). Bila lepas dari pengawasan orang, clere t tahun itu menjulur
memanjang ditepi langit sampai dibumi mengadakan topan bada i disertai hujan.
Cleret tahun itu menerjang pohon pohonan dan rumah. Segala yan g diterjang jadi
roboh.
22. Konon Bethara Uma setelah dicabut kemaluannya, oleh Hyang Pramesthi
disabdakan menjadi seorang Bethari yang cantik molek. Tiada seor ang Dewi yang
menandingi kecantikan Bethari Uma. Karena cantik jelitanya itu, Dewi Uma
dipersunting oleh yang Guru Nata sebagai permaisuri Raja Dewa.
23. Bangun an sorga telah selesai dibangun. Bentuknya amat megah. Para Dewa
serta para Bida dari berkumpul dibalai Mercukunda.
24. Dibalai Mercukunda itu para Dewa mengadak an pesta bujana bersuka ria,
bemacam ragam ulah tingkahnya. Akhirnya dibagi bagi kan mereka minum tirta
Kamandalu.
25. Alkisah dalam pestanya itu Hyang Pramesthi mengamati sungguh sungguh
citra Bethari Uma.
26. Dia amat terpesona, bangkit na fsu birahinya, hingga mengeluarkan air kama
(air mani), menjelma menjadi seorang raksasa sakti, bersifat siluman (jin). Pada
saat pesta bojana berjalan, Wulucul ung melihat para Dewa minum tirta marta
Kamandalu, ia ingin juga minum. Dia turu n dari antariksa menyelinap ditengah
tengah para Dewa. Karena asyiknya para Dewa tidak mengetahui. Segera ia
mengambil air itu dan meneguknya. Peristiwa itu dik etahui oleh Bethara Candra.
27. Secara berbisik Hyang Candra melapor kepada Beth ara Wisnu bahwa selain
para Dewa, ada seorang raksasa yang mengelabui mata, berh asil ikut minum air
marta Kamandalu. Ia berkeyakinan, bila ini dibiarkan terjadi , raksasa itu tak
mungkin dikalahkan karena ia kebal terhadap mati. Bethara Wisn u segera
membidikkan panah Candradeksana.
28. Lepasnya anak panah mengenai sasar an, tepat pada lehernya dan kepalanya
terlepas dari tubuhnya. Untung air Kamanda lu belum sampai merasuk sampai
ketubuh. Maka hanya kepala saja yang masih hidup, badannya lalu mati, berubah
jadi lesung (alat penumbuk padi).
29. Kepala Wulucu lung melejit terbang kelangit. Karena dendamnya, pada segala
kesempatan ia mengg anggu bulan atau matahari. Ada kalanya matahari atau bulan
ditelan, terjadilah g erhana matahari atau gerhana bulan. Untuk menolong bulan
atau matahari, orang ba nyak memukul mukul lesung yang berirama.
30. Sekali peristiwa Yang Guru duduk be rduaan dengan permaisuri Bethari Uma.
Sambil merayu Yang Guru menasehatkan kepad a Bethari Uma bahwa wajib setiap
ikatan suami isteri memiliki keturunan sebagai penerus hayat.
31. Lengan Bethari Uma dipegang sambil dirayu, mencurahkan kata k ata penyalur
rasa. Sang Bethari bertangguh belum bersedia menjalani sanggana, ka rena merasa
belum memiliki ilmu wanita sejati.
32. Yang Guru memuja muja keayuan Dewi Uma. Diumpamakan Jelita Bethari
bagaikan jelitanya intan, ratna, intan mul ia. Yang Guru sangat menanti limpahan
kasih mesra asmara dari Sang Bethani.
XIII. PUPUH MIJIL
01. Hari Sang Bethari jadi agak ketakutan. Sikapnya meronta ro nta dipembaringan.
Betapapun tangkisan oleh Bethari namun perkasaan tak dapat di hindari. Kekuatan
pria lebih unggul dari kekuatan wanita. Sanggama telah terjadi .
02. Kama pria telah menyembul dari sasana. Ketika terjadinya rasa mulia, dan r
aksa kamani akan menyasar diraksa wadi. Bethari Uma mengelak sehingga raksa
kama dari Yang Pramesthi tidak mengenai sasaran.
03. Kama Hyang Guru jatuh dilaut, t erjadilah suara menggelegar, terjadilah gara
gara alam. Gelombang laut berdebura n, berpengaruh sampai di Surgaloka.
04. Balai Marcukunda bergoncang Yang Guru mi nta laporan dari para Dewa, apa
penyebab gara gara alam yang sangat dahsyat itu. Para Dewa segera memberikan
laporan kepada Hyang Pramesthi.
05. Para Dewa menya takan telah mengadakan pengamatan namun tidak dapat
menemukan. Yang Pratiwi meny atakan bahwa tiada seorang Dewa pun yang dapat
menebak apa penyebab gara gara itu.
06. Maka Yang Jagad Nata sendirilah bermaksud akan menyelidiki penyebab
adany a gara gara alam. Akhirnya dapat diketahul, penyebabnya adalah Sang
Kamasalah.
07. Yang Pramesthi Guru lalu memerintahkan kepada para Dewa membunuh Sang
Kamasal ah. Barang siapa tak mau berusaha membunuh tak akan diakui sebagai
putra Raja Dewa.
08. Para Dewa menjunjung tinggi perintah Hyang Pramesthi. Mereka berangkat b
ersama sama turun kebumi. Tiba disamudera tempat Kamasalah diam, para Dewa
mengh ujani anak panah.
09. Karena dihujani anak panah itu, Kamasalah yang semula masi h bayi orok,
cepat menjadi besar. Semua senjata yang mengenai tubuh bayi menambah
kekuatan dan kesaktian, Cakradaksana memperkuat muka. Limpung memperkuat
sumsu n tulang bahu. Gada memperkuat punggung. Bayi Kamasalah dapat duduk.
10. Para Dewa melihat bayi itu tidak musnah amat heran hatinya Hyang Bromo
melontarkan kata kata penghinaan kepada para Dewa : mengapa kalian mengaku
sakti. Ternyata tak m ampu memusnahkan si bayi.
11. Para Bethara berlari lari tak mampu menghancurkan si Kamasalah. Bethara
Bromo segera memegang senjata alugana. Namun dalam perkela hian ini Bethara
Bromo pun tak dapat unggul. Ia lari tunggang langgang dikejar Kamasalah.
12. Semua Dewa lari kehadapan Hyang Guru Nata mengadukan halnya Para B
ethara telah tiba dihadapan Hyang Guru Nata. Maka tegur Hyang Pramesthi :
mengap a Dewa sekalian berlari larian.
13. Mereka berdatang sembah. kepada Raja Dewa, m engatakan bahwa Kamasalah
adalah raksasa yang besar, dahsyat lagi sangat sakti. Karenanya mereka tak mampu
mengalahkan dan terus lari.
14. Dalam berhadap hadapa n, Kamasalah selalu menantang garang sambil
menggeram geram, hingga para Dewa takut melihatnya. Ia selalu menanyakan
siapa ayahnya. Hyang Guru mendengar ceriter a Dewa Dewa itu tertawa kecil, lalu
bertanya dimanakah tempat raksasa tersebut.
15. Pada saat Hyang Pramesthi menerima laporan para Dewa, diluar gaduh riuh
Dewa Dewa yang lain berlari larian naik balai Marcukunda.
16. Kamasalah telah tiba didepan Hyang Pramesthi rambutnya ikal mengijuk
terurai sampai diketiak. Gigi taringnya panjang runcing. Matanya bersinar, seperti
sina rnya matahari. Mukanya berkulit kasar sekasar batu karang.
17. Lubang hidungnya menyerupai sepasang lubang gua. Ia berjanggut dan
berkumis tebal. Dadanya ditumb uhi rambut panjang. Dipunggungnya tumbuh
rambut tebal merata. Bila ditempuh angi n suaranya gemeresak seperti suara hujan
bersama sama badai.
18. Didepan Hyang P ramesthi, Kamasalah menanyakan siapa ayahnya. Suaranya
besar mengguntur. Yang Guru Nata mengatakan dialah yang menguasai segala
makhluk hidup dibumi.
19. Mendengar pemyataan itu Kamasalah bertanya lebih lanjut : bila nyata nyata
menguasai s emua makhluk, tentu tahu siapa ayahnya.
20. Hyang Pramesthi sanggup memberitahuk an siapa ayah Kamasalah, asal dia
sanggup tunduk kepada semua kehendak Hyang Pra mesthi. Karnasalah
menyanggupi.
21. Hyang Guru menandaskan, yang dirnaksud tundu k akan segala kehendak,
ialah mau menjalani segala perintah, meskipun bagaimana juga penderitaannya
walau sampai mati sekalipun.
XIV. PUPUH PANGKUR
01. Hyang Pramesthi memberitahu, bila ingin mengerti siapa ayahnya, Kamasalah
harus mau bers ujud dihadapannya. Kamasalah menyanggupi tetapi ia minta janji,
bila tak dapat m enunjukkan Hyang Pramesthi harus mau menjadi mangsanya.
02. Hyang Guru Nata meng abulkan permintaan Kamasalah, bila tidak dapat
menunjukkan dia mau dimakan. Kamasalah berlutut dan bersujud.
03. Yang Jagad Nata cepat menarik rambut Kamasalah, putus dua helai rambutnya,
Kamasalah melihat keatas, menampakkan giginya. Kemudian dicabut dua buah
taringnya, bibiinya disobek.
04. Bisa yang ada dalam taring dikeluarkan, ditaruh didalam Wadah air
Kamandanu. Taring itu berubah bentuk jad i senjata limpung, dinamai limpung
Jenggala. Dua pusaka itu masing masing beratnya tujuh kwintal. Dua helai rambut
yang putus itu berubah menjadi batu hitam.
05 . Hyang Guru berkata kepada Kamasalah, ia diberi nama Sang Hyang Kala.
Kamasalah menerima baik pemberian nama itu. Hyang Guru sedikit marah kepada
Bethari Uma. Sebaliknya Bethari Uma juga agak marah kepada Hyang Pramesthi.
Tengkar mulut ter jadi.
06. Uma ditangkap dan diangkat dalam kedudukan kaki diatas kepala dibawah.
Bethari Uma memekik sambil menangis, air matanya bercucuran, berjatuhan
bagaika n hujan. Dewi Uma berubah wajahnya, jadi raksasa wanita. Ia berganti
nama Bethari Durga. Bethari Durga dan Bethara Kala diperintahkan oleh Hyang
Pramesthi kelua r dari Jonggring Saloka.
07. Keduanya diperintahkan menduduki Nusa Kambangan seb agai tempat
tinggalnya hidup damai disana. Karena menaruh marah, sekali peristiwa Hyang
Guru, menyuruh putranya yaitu Bethara Bromo dan Bethara Wisnu memusnahka n
Bethari Durga dan Bethara Kala yang dipandang sebagai pengotor bumi. Jangan ke
tinggalan Lembuculung beserta pengikutnya diikut sertakan.
08. Para Bethara yang mendapat tugas mengindahkan perintah itu. Mereka
menyembah lalu berangkat ketempat raksasa bertempat tinggal. Ampat puluh
orang raksasa berhasil dapat ditumpas.
09. Tinggal seorang raksasa yang menyerah. Ia bernama Put hut Jataka. Dia
mengambil jalan hidup baru sebagai pendeta, bertapa digunung Goh karna. Setelah
selesai tugasnya, Bethara Bromo dan Bethara Wisnu kembali ke Kahy angan
melaporkan keberhasilan menjalani tugasnya.
10. Pada suatu ketika Yang Guru melihat ditengah samodra terdapat sinar
cemerlang, lalu bertanya kepada para Dewa : sinar apakah itu gerangan. Para Dewa
tak dapat memberi keterangan.
11. Hya ng Pramesthi segera menyuruh kepada Bethara Temburu, mengamati apa
yang terjadi sehubungan dengan cahaya yang terdapat ditengah samodra tersebut.
Yang Temburu mengindahkan perintah. Ia berangkat menuju kesamodera yang
ditunjuk.
12. Disana Bethara Temburu melihat seorang yang sedang menjalani bertapa. Ia
kembali menghad ap Hyang Pramesthi. Tiba dihadapan Yang Guru ia
memberitahukan bahwa disamudera itu terdapat seorang yang sedang bertapa.
13. Yang Temburu menyatakan, bahwa ora ng pertapa itu meskipun terendam
dalam air, badannya tiada basah. Maka Hyang Pra mesthi segera memerintahkan
kepada para Dewa agar mengusik petapa yang sedang tekun menjalani tapanya itu.
Beramai ramai para Bethara dan Bidadari menuju ketempat pertapa sakti itu.
14. Perjalanannya berining iring menuju kesamudera yang be rcahaya tersebut.
Disana ia melihat Sang Tapa duduk hening, membisu, membatu.
15 . Meskipun telah lama para Dewa ada didepan Sang Tapa, namun sepatah
katapun tia da mendapat tegur sapa. Mereka menganggap pertapa itu bersikap
angkuh. gumam mereka : adat kebiasaan, dimana pun ada tamu datang, pasti
pemilik rumah menyampaik an tegur sapa. Lebih mulia lagi bila menyajikan kapur
sirih.
16. Para Bethara mengumpat sikap angkuh dari Sang Tapa. Mereka merasa sangat
dihina. Bethara Siwali menyatakan bahwa ia diperintahkan oleh Hyang Jagad Nata
datang ditempat Sang Tapa.
7. Kedatangannya disuruh memintakan obat mujarab untuk permaisuni Yang Guru
Nata yang sedang dalam keadaan gering. Namun Sang Tapa tak menjawab sepatah
kat a pun. Ia dicubit pipi dan mulutnya dari kanan dan dan kiri. Benganti ganti para
Dewa mengajak bicara, namun tak muncul kata sepatah jua.
18. Kemudian Hyang Bromo marah. Ia mencaci maki, Puthut Jantaka tak mau
menerima perlakuan baik dari p ara Dewa. Para Dewa mengumpat bahwa Puthut
Jantaka menempati wilayah kekuasaan Hyang Pramesthi tanpa seizin, untuk
tempat bertapa. Mereka memperingatkan. bahwa tak akan diridoi. Dia menjadi
pertapa liar.
19. Hyang Sambu datang sambil menjin jing gendi penuh air. Sang Tapa diguyur
dengan air gendi itu, tetapi tubuhmya ti dak basah, Hyang Candra marah juga. Ia
memegang tongkat Sang Tapa dipukulnya ber kali kali, namun Sang Tapa tetap
membatu, tak ada selembar bulu roma pun yang le pas dan kulitnya.
20. Bethara Bayu datang menyerang, Puthut Jantaka ditangkap, d iangkat tinggi
tinggi, diempaskan diatas batu karang. Batu karang batu karang tempat Puthut
Jantaka diempaskan, pecah berantakan menjadi tujuh bagian, Sang Tapa tetap tak
terusik. Hyang Bromo melafalkan mantera keramat. Lalu datanglah nyala api yang
amat besar dan tinggi bagaikan membakar langit. Namun api tak mampu mem
basmi Sang Tapa.
21. Perkiraan para Dewa, pasti Sang Kanekaputra hangus musnah d itelan api. Api
lama kelamaan mereda. Terus mereda, akhirnya padamlah api yang m engganas itu.
Setelah api padam seluruhnya, nampaklah Sang Tapa rnasih utuh dalam keadaan
tepekur. Sang tapa bertambah cemerlang cahaya, sebagai emas yang habis digosok.
22. Para Dewa mengangkat senjata. Ada yang memegang senjata Cakra, sen jata
Kunta, peralu, panah piling, nenggala, tombak, gada, trisula diarahkan ketu buh
Sang Tapa namun tiada yang mengenai tubuh Sang Tapa.
23. Para Bethara mender ita malu karena tak berhasil mengganggu tapa Puthut
Jantaka. Mereka kembali meng hadap Hyang Pramesthi, melaporkan bahwa tugas
yang diberikan oleh Hyang Guru tid ak berhasil. Sang Tapa sungguh sakti.
24. Mereka berkesal hati. Banyak akal usah a untuk menggagalkan tapanya Sang
Pertapa, tetapi tetap teguh tak tergoyahkan si kap Sang Tapa. Kemudian Hyang
Pramesthi sendiri berhasrat akan menggagalkan pend irian dan tujuan Sang Tapa.
Segera berangkatlah Hyang Pramesthi. 2
5. Tak terceri terakan bagaimana perjalanan Hyang Guru Nata. Sekejap mata, telah
tiba didepan Sang Tapa. Hyang Guru menanyakan : apa yang menjadi tujuan
bertapa itu. Diminta agar Sang Tapa suka mengatakan. Bila menghendaki kawin,
Hyang Guru akan mengabulkan.
26. Dikatakan oleh Hyang Jagad Nata bahwa padanya memiliki banyak putri rema
ja yang cantik jelita. Lagi pula mereka rajin rajin bekerja Sang Tapa dipersilak an
mengamati dan memilih menurut kepuasan seleranya. Sang Tapa tetap tak melepas
kan tapanya. Yang Guru menyambung penibicaraannya.
27. Dia mengutarakan tebakan kehendak dari Sang Tapa yaitu ingin menyamai
kedudukan serta kekuasaan Yang Jaga d Nata. Oleh Hyang Pramesthi : tak
mungkin maksud itu dapat terkabulkan sebab me mang asal kedudukkannya
berlainan.
28. Yang Guru Nata menyatakan meskipun Hyang Kaneka Putra bertapa sampai
seribu tahun sekalipun tak akan mungkin menyamai wib awanya. Meskipun ia tak
perlu bertapa. Telah ditakdirkan menjadi raja dari sernu a Dewa.
29. Tiada yang melebihi tuanya selain teja dan cahaya wening. Ada lagi y ang
lebih tua ialah Sang Hyang Wening Wasesa. Sang Kaneka Putra tertawa terbahak
bahak. Ia menyatakan bahwa semua hal yang diceniterakan itu, ia telah tahu.
30. Sang Kaneka Putra memberikan salam kepada.Hyang Pramesthi. Dia telah
mengetahui juga bahwa yang berhadapan muka adalah Yang Pramesthi Guru,yang
berkuasa atas segala Dewa. Kalau hanya tahu mengenai Hyang Wening Wasesa
saja, masih belum sempurna wibawanya.
31. Hyang Kaneka Putra katakan masih kurang sempurna wibawanya b ila masih
senang berbuat salah, tak mengerti bahwa perbuatan itu keliru. Salah pikiran dan
salah perbuatan akan mendapat hukuman dari Hyang Wening Wasesa.
32. H yang Kanekaputra mengajukan beberapa pertanyaan menjajaki pengertian
Hyang Jagad Nata. Sewaktu alam semesta masih bersifat alam hampa, belum ada
isi apa yang ada lebih dahulu. Dijawab : hanya suara gaib, yaitu suarajati dari
Hyang Wisesa. Itu suatu bukti telah adanya kekuasaan.
33. Siapa yang berkuasa itu. Yang Praimes thi tak dapat memberikan uraian
selanjutnya. Diminta oleh Hang Pramesthi mau, menjelaskannya. Ia berkakak
kepadanya
34. Hyang Kaneka diminta oleh Hyang Pramesthi, suka diajak ke Inderaloka,
diperc ayakan menguasai dan mengatur para Dewa sebagai, imbangan dan
kekuasaan Hyang Pr amesthi. Hyang Giri Nata memerintahkan agar patuh dan
tunduk kepada Hyang Kaneka putra.
35. Para Dewa mengindahkan perintah Hyang Pramesthi itu. Hyang Kaneka men
yambung penjelasan : apa yang terjadi dialam semesta ini serba berpasangan.
Maka maksud Hyang Wasesa memberikan kedudukan guna mengimbangi
kedudukan Hyang Giri Nata.
36. Seperti halnya yang terjadi, atas berpasangan dengan bawah, utara dan selatan,
barat dan timur, laut dengan daratan, api dengan air, gelap dengan tera ng, siang
dengan malam, matahari dengan bulan, bintang tak mempunyai pasangan.
37. Laki laki dan perempuan, ayah dengan ibu, kakek dengan nenek, paman
dengan bi bi, cantik dengan buruk, uwak tiada pasangannya.Telah menjadi takdir
Hyang Wasesa Wening, Sang Kanekaputra menjadi pendamping kekuasaan dari
Hyang Guru Nata . Sang Kanekaputra lalu diajak naik ke Surgalaya. Hyang
Kaneka mengindahkan.
38. Perjalanan Hyang Guru Nata diikuti Sang Kaneka tak dikisahkan. Keduanya
telah s ampai di Balai Marcukunda. Disana Hyang Pramesthi sangat
memperhatikan mengapa t angan Sang Kaneka selalu menggenggam.
39. Bertanyalah Hyang Pramesthi kepada Hya ng Kaneka, mengapa tangan anda
selalu tergenggam. Tak pernah terurai. Dijawab ol eh Yang Kaneka, bahwa
didalam genggamannya terdapat Retna Dumilah, Retna Dumilah adalah raja dari
segala mutu manikam.
40. Keramat dan kesaktian dari Retna Dumi lah dapat merubah keadaan, kebal dari
lapar dan kantuk, kebal dari basahnya air, kebal dari panasnya api. Hyang
Pramesthi mengharap penyerahan pusaka Retna Dumi lah, ia ingin mengetahui.
41. Hyang Kaneka memberitahukan bahwa Retna Dunulah sa kti dan tajam. Ia tak
dapat ditangkap. Bila dipegang mudah dapat lolos, atau men ghancurkan tangan.
Hyang Pramesthi minta segera diserahkannya Retna Dumilah.
42. Sang Kanekaputra segera mengabulkan permintaan Hyang Pramesthi, Retna
Dumilah s egera diserahkan diikuti peringatan agar bersikap hati hati. Retna
Dumilah akan dilempar keatas : diminta Yang Guru supaya menyambut dengan
kedua belah tangannya.
43. Dari atas Retna Dumilah meluncur kebawah, lalu disambut Hyang Pramesthi
dengan kedua belah tangannya, tetapi dapat lolos dari tangkapan. Lepas dari tangan
Hyang Pramesthi, dapat ditangkap Yang Sambu, tetapi Retna Dumilah yang
ditaruh dalam astagina itu terlepas juga. Berturut turut bergantian para Dewa
menyambut Astagina/Cupu Astagina tetapi selalu dapat lolos lepas.
44. Yang Kamajaya menya mbut tetapi segera lolos. Yang Wisnu segera
menangkap tetapi lepas juga. Sang Hy ang Bayu menangkap juga lepas. Hyang
Bayu menangkap dari bawah, lolos, diterima Hyang Bromo lepas lagi.
45. Berturut turut oleh Yang Citragatra, Hyang Kuwera, Emprit Anjala, tak ada
yang berhasil menangkapnya, terus saja lepas sampai dibawah bumi.
46. Sang Hyanq Pratiwi menangkap dari bawah tetapi lepas juga lolos kebawah
sampai bumi kedua. Begawan Kusika cepat menangkap dari bawah tetapi tak dapat
dikuasai sampailah kebumi ketiga. Sang Hyang Gagang Aking menangkap dari
bawah lepas juga terus kebumi keempat.
47. Yang Cindula tampil menerima dari bawah, terlepas. Segera ditangkap Hyang
Dh erampalan dari bawa, namun lolos juga, terus menerobos sampai bumi keenam.
48. Diterima Yang Manikara namun lolos juga sampai bumi ketujuh. Hyang
Antaboga menan gkap mulutnya menganga. Retna Dumilah masuk kemulut
Antaboga, mulutnya berbau ha rum. Cupu berjalan kedalam perut terus keekor.
49. Setiba diekor cupu membuka da n bersuara menggelegar, seperti suara benda
berat jatuh didalam air. Hyang Antab oga menutup mulutnya.
50. Tertidurlah Hyang Antaboga. Alkisah sehilangnya Retno Dumilah, Hyang
Pramesthi berkata kepada Hyang Kanekaputra
51. Menanyakan selanju tnya bagaimanakah kehendak anda setelah hilangnya
Cupumanik Astagina yang berisi Retno Dumilah. Dijawab ia akan mengadu
kepada Sang Hyang Wenang dan akan dicari walaupun sampai bumi ketujuh.
Hyang Pramesthi diajak serta Hyang Pramesthi meny anggupi.
52. Hyang Guru Nata menyatakan lebih lanjut: sia sia jika kembali sebel um
menemukan benda yang hilang itu. Hyang Pramesthi bersedia mengikuti usaha pen
carian Cupumanik sampai terdapat. Para Dewa diperintahkan ikut serta semua.
53. Perjalanan mereka sangat cepat tiba dibumi kesatu. Yang Pratiwi
menyeyogyakan te rus saja bumi kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam akhirnya
sampai kebumi ketu juh Para Dewa pengikut tetap mengikuti jejak Hyang Guru
dan Hyang Kanekaputra.
54. Setiba dibumi ketujuh Yang Kaneka bertemu dengan Hyang Antaboga sedang
tidur. Yang Antaboga segera dibangunkan. Dengan agak terkejut ia bangun
55. Serta sesu dah bangun Hyang Kaneka menyatakan kedatangan para Dewa ini
diperuitahkan oleh Hyang Pramesthi menyampaikan kehendak Hyang Wasesa
minta nyawa Antaboga. Ia sendi ri juga berkepentingan diperintahkan mencari
pusaka untuk Hyang Pramesthi yang b ernama Retno Dumilah.
56. Hyang Kaneka menanyakan: adalah kiranya Hyang Antaboga tahu. Jika anda
dapat menemukan, akan diberi karunia yang tinggi nilainya. Ia akan diangkat
mengepalai Dewa Dewa yang ada dibumi ketujuh.
57. Yang Antaboga ber kata dalam hati: ingin mencoba Dewa ( kesaktian). Maka
dijawabnya: memang betul Retno Dumilab berada disitu.
58. Dinyatakan Retno Dumilaii yang berada didalam c upu manik Astagina telah
bersenyawa dengan dia, tak dapat dipisahkan. Karena itu bila diminta, harus
bersama sama dengan tubuhnya. Karena ia sendiri tak mampu d atang sendiri di
Surgaloka, maka ia minta diangkut oleh para Dewa.
59. Yang Kane kaputra berkata dengan marah, menyatakan bahwa semua katanya
itu tidak nyata. Ma na mungkin para Dewa mengangkat tubuh Antaboga yang
seberat bumi itu. Yang Kanek a minta agar Antaboga berjalan sendiri.
60. Antaboga tiada menjawab: ia melingka rkan badannya, terus tidur. Tidur pulas
seperti meninggal. Tetapi denyut dan per nafasan masih berjalan terus. Ia telah
mengenyampingkan rasa, karsa, serta rasa takut.
61. Yang Kanekaputra bertanya mengapa ia pura pura tidur. Yang Wisnu tahu apa
sebenarnya yang dikerjakan oleh Antaboga itu. Itu hanyalah cemooh belaka,
sebaiknya dipaksa saja.
62. Yang Kaneka merasa dihina, panas hatinya. Lalu menyer ahkan kepada para
Dewa datang mengeroyok sambil berkata perkelahian yang akan te rjadi mudah
diatasi, umpama mentimun melawan durian.
XV. SINOM
01. Yang Kaneka mengingatkan kepada para Dewa : Jangan tinggal diam. M ereka
diajak memasuki perut Antaboga, karena tak dapat diangkut. Karena besar da n
panjangnya, dikatakan: tubuh Antaboga yang melingkar itu dikatakan melingkar b
umi dengan sempurna.
02. Lubang hidungnya ada sembilan puluh buah. Masing masing panjangnya dua
bulan perjalanan. Keajaiban takdir tak dapat diduga. Tingkah lak u para Dewa
didalam perut lalu lalang.
03. Mereka menyusur sepanjang tubuh ntabo ga, mengamati dengan teliti kalau
kalau Retno Dumilah disembunyikan dalam tubuh, tetapi tiada terdapat. Para Dewa
menjadi amat marah. Mereka bemaksud hendak mem bunuh Sang Antaboga.
04. Karena banyaknya yang ada didalam tubuh Antaboga, maka rongga tubuh
Yang Antaboga jadi penuh sesak. Mereka tak dapat bergerak bebas bah kan sering
terjadi kesalah pahaman antara mereka. Yang Temburu berselisih dengan Yang
Kuwera. Bethara Condro datang melerai. Tetapi lebih dahulu Bethara Temburu
telah terpental
05. Yang Condro berteriak teriak mengatakan ditempat itu. Retno Dumilah
tersembunyi. Para Dewa membantu mencarinya. Yang Antaboga menggeliat ge
liatkan tubuhnya. Para Dewa yang ada dalam perut Antaboga terbalik balik. Yang
T emburu dan Yamadipati berteriak teriak kesakitan. Dalam keributan itu
Yamadipati memijit mijit bulatan kemaluan Temburu, sambil menyerukan : ini dia
Cupumanik Astagina. Yang Temburu hanya membelalak kesakitan. Bethara
Wisnu mengumpat para Dewa karena berbuat tolol, dapat dipermainkan oleh
Antaboga. Para Dewa merasa malu.
06. Yang Kanekaputra menghina, kalian tak ada yang memiliki kesaktian. Yang K
aneka menasihatkan agar tubuh Antaboga diangkat bersama sama ke Inderaloka.
Cara mengangkutnya seperti ketika para Dewa mengangkut gunung Jamurdipa.
07. Hyang Bromo dijadikan salang. Yang Endra dijadikan tali. Bethara Bayu
dijadikan kayu pe mikul. Yang Wisnu yang memikul. Tubuh Antaboga telah
diletakkan diatas salang, k emudian diangkat bersama. Jalannya amat laju.
08. pm.
09. Perjalanannya melewati angkasa. Pada saat dipikul itu tubuh Antaboga
berangsur angsur mengecil. Kian l ama makin mengecil, sampai akhirnya tidak
nampak, hilang dari pemandangan. Yang Kanekaputra menjadi sangat marah.
10. Ia merasa dipermainkan oleh Antaboga, mera sa dibuat malu. Dia betul betul
malu. Hal tersebut akan dilaporkan kepada Hyang Pramesthi, akan dilaporkan
kejelekan kejelekan yang diperlakukan oleh Antaboga. Perjalanan Yang Kaneka
amat cepat. Sebentar saja sampailah ia didepan Yang Jagad Nata.
11. Baru saja Yang Kaneka akan melaporkan kejelekan kejelekan Antaboga,
ternyata yang akan dilaporkan itu telah menghadap Hyang Pramesthi, kepalanya
dija dikan tempat duduk. Dengan menunjuk kepada Yang Antaboga, Yang
Kanekaputra mencaci maki.
12. Dikatakan bahwa terlalu berani Antaboga menghina dan membuat susah
kepada para Dewa. Mungkin dia berperasaan tiada orang sakti kecuali Yang
Antabog a. Yang Pramesthi meredakan kemarahan Yang Kaneka, menyatakan
bahwa Antaboga telah mengakui kesalahannya didepan Hyang Guru Nata. Maka
kesalah an Antaboga itu dimintakan maaf oleh Hyang Pramesthi kepada Hyang
Kanekaputra serta para Dewa.
13. Yang Kaneka menghentikan kemarahannya, Hyang Jagad Nata lalu
memerintahkan kepada Antaboga, untuk lekas lekas mengeluarkan Retno Dumilah.
Ant aboga lalu menyerahkan Cupu manik kepada Hyang Pramesthi bagaimanapun
juga Hyang Jagad Nata membuka cupu itu, tiada juga dapat terbuka.
14. Cupu lalu diserahkan kepada Yang Kanekaputra, untuk dibukanya. Yang
Kanekaputera berusaha membuka de ngan segala akal dan kekuatannya, namun
Cupu tiada juga terbuka. Sesudah jelas i a tak dapat membuka Cupu tersebut, lalu
diserahkan kepada Bethara Wisnu untuk di buka.
15. Berganti ganti para Dewa berusaba membuka Cupu manik dengan segala aka l
dan upaya, namun tiada juga dapat terbuka. Hyang Pramesthi lalu bertanya kepad a
Yang Kaneka : bagaimana usaha selanjutnya.
16. Jawabnya: karena Cupu itu ada pemiliknya maka diserahkan saja kepada
Antaboga, biar dia yang membukanya. Tentu ia dapat : Hyang Pramesthi lalu
memerintahkan kepada Antaboga membuka Cupu manik . Antaboga menjawab :
bahwa ia sekedar sebagai pemilik saja. Dapat dan tidaknya membuka cupu itu dia
tak dapat memastikan.
17. Hyang Pramesthi diam sejenak memu satkan segala perhatiannya, mohon
kepada Hyang Wasesa Tunggal restu dapat membuk a Cupu manik. Cupu ditarik
diatas telapak tangan lalu diempaskan kebawah, Cupu hancur lebur tidak kelihatan.
Semusnah Cupu itu, tedapatlah seorang anak kecil pe rempuan, indah jelita
wajahnya. Besar dan usianya biasa orang mengatakan usia ba ginda putra.
18. Bersamaan dengan hancur leburnya Cupu manik, terjadilah sinar i ndah merata
diseluruh Balai Marcukunda. Oleh Hyang Pramesthi anak perempuan itu diberi
nama Dewi Trisnawati. Sehari hari Dewi Tisnawati selalu :bermain di Balai
Marcukunda atau Balai Marakata.
19. Lama kelamaan Dewi Tisnawati menginjak usia remaja., Wajahnya kelihatan
tambah cantik molek, mengimbangi wajah Uma dan Ratih. Sinar wajahnya, cerah
cemerlang bagaikan sinar bulan purnama. Siang dan malam wajah Tisnawati selalu
terbayang dirongga mata Yang Jagad Nata. Dewi Tisnawati dijadikan dayang
dayang agar selalu berdampingan dengan Hyang Jagad Nata.
20. Us ia Dyah Tisnawati mencapai empat belas tahun. Hyang Jagad Nata amat
tertarik aka n wajah sang Ayu Tisnawati sehingga lupa kepada Dewi Uma. Setiap
saat Dewi Tisna wati selalu mengganggu lubuk kalbunya, membangkitkan rasa
asmara. Hyang Guru ber maksud meperistri Kusuma Trisnawati.
21. Kata kata yang ditujukan kepada Sang Ay u selalu manis semanis madu. Puji
sanjung selalu ditujukan kepada tubuh Sang Rup awan dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Dyah Trisnawati menyambut dengan rasa terima kasih sebesar
besarnya atas puji sanjung buat dirinya itu.
22. Bila denga n sungguh sungguh Hyang Pramesthi menghendaki atas dirinya,
Dyah Trisnawati meng ajukan tiga sarat permohonan. Hyang Jagad Nata
menyanggupi persyaratan apapun ya ng akan disodorkan. Sang Ayu segera
menyatakan persyaratan tersebut. Yaitu : pertama, sandang busana yang tak pernah
usang, kedua : jenis makanan yang bila seka li makan, selamanya tak akan merasa
lapar, ketiga : mohon tabuh tabuhan sembaran gan tetapi selalu mengasyikkan
suara rasanya.
23. Hyang Pramesthi menyanggupi itu semua. Ia menyuruh Byang Citragatra,
memangg il karma maninya yang berganti ujud menjadi Kalagumarang, yang
dipercayakan meng asuh putera Yang Guru Nata, bernama Yang Kala, menempat
di Nusakambangan.
24. Yang Citragatra telah berangkat ke Nusakambangan. Perjalanannya amat laju,
dalam w aktu singkat telah bertemu dengan Yang Kala. Kepada Yang
Kalagumarang telah disa mpaikan pesan Hyang Pramesthi minta kedatanganYang
Kala dengan diantar oleh Kala gumarang. Akhirnya berangkatlah keduanya
mengikuti Yang Citragatra menuju ke Bal ai Marcukuda atau Balai Marakata
25. Setibanya didepan Hyang Pramesthi Guru, Kal agumarang segera berlutut dan
bersujud, kepada Hyang Guru Nata. Hyang Jagad Nata menerangkan bahwa
kepentingan memanggil Kalagumarang itu, akan ditugaskan mengu sahakan
mencari pakaian yang tak akan mengalami usang. Kedua mencari makanan yan g
sekali dimakan tak akan megalami lapar seterusnya Ketiga mengadakan tabuhan, a
sal tabuhan yang suaranya mengasyikkan.
26. Bila usaha ini dapat berhasil, namany a akan jadi termashur Kalagumarang
menyanggupi sebagaimana perintah Hyang Prames thi. Ia minta diri dan segera
berangkat.
27. Sampai diluar Marcu Marakata bertem u dengan para Dewa. Karena dimata
para Dewa diketahui bahwa Kalagumarang itu ada lah mani kotor dari Hyang
Pramesthi maka ia sangat dihina Ada yang menghantam, ada yang menendang, ada
pula yang meludahi. Pakaiannya disobek sobek. Para Dewa m engutuk semoga
dalam perujalanan Kalagumarang berubah ujud menjadi marga satwa d an tak
dapat kembali.
28. Bersamaan dengan kutukan itu datanglah deru suara dian gkasa yang dahyat.
Serta tahu bahwa Kalagumarang diperintah oleh Hyang Pramesthi mencari tiga
syarat permintaas DyahTisnawati. Bethara Wisnu turun ke Marcapada
menciptakan sebuah negeri dan diberi nama Mendhangkamulan.
29. Sebagai rajanya b ergelar Baginda Mangukuhan Permaisurinya bernama
Darmonastiti lalu diciptakan la gi manusia laki laki dan perempuan beratus ratus
sebagai hamba sahaya Raja Mangu kuhan.
30. Yang diangkat sebagai Patih, adiknya sendiri bernama Jaka Puring. Sejak itu
berganti alam ke Dewaan menjadi alam manusiawi. Negeri Medhangkamulan men
jadi negeri yang makmur sejahtera. Lama berdirinya hingga seribu tahun.
31. Mula i saat itu dibumi terdapat makhluk berujud insan dan roh halus, yaitu jin,
roh h alus yang memuliki sifat baik dan roh halus jahat yang disebut berkasakan.
Roh h alus wanita disebut peri prayangan Kerajaan Medhangkamulan itu kerajaan
insani y ang mula mula. Bethara Wisnu lalu menjelma kepada Sri Mangukuhan .
32. Sungguh indah istana kerajaan Mendhangkamulan. Alam sekitar negeri masih
berujud hutan ri mba belantara. Mengulangi kisah perjalanan Kalagumarang yang
mendapat tugas dari Hyang Pramesti, sampailah ia ditanah Banjaransari. Dia
melihat tubuh gemulai dari Dewi Sri yang sedang menikmati mandi seorang diri
ditaman pemandian. Kalagumar ang tak mampu menahan gejolak nafsu asmaranya.
33. Betapa ngerinya Dewi Sri melihat wajah Kalagumauang yang menakutkan itu.
Cepat cepat Dewi Sri lari menuju ketempat Sang Wisnu berada. Karena tergesa
gesa lari Pakaian Dewi Sri tertinggal di taman tidak dihiraukan. Tiba dihadapan
Sang Wisnu, Dewi Sri segera bersujud. Hyang Wisnu minta agar Dewi Sri
menceriter akan apa yang baru saja dialarni.
34. Dewi Sri mulai mengisahkan pengalaman wakt u sedang mandi ditaman
Banjaransari. Pada saat sedang asyiknya. Dewi Sri mandi d itaman pemandian, tiba
tiba seorang raksasa berwajah mengerikan datang mendekati degan maksud jahat.
Maka dengan tanpa berpikir panjang ia lari, dalam keadaan b usana tidak sempuma,
karena dikejar oleh rakasa itu. Tengah diceritakan raksasa tersebut telah datang
seraya bertanya. Siapa pemilik rumah itu
35. Dengan penuh rasa ketakutan ia tiba didepan Sang Wisnumurti. Mukanya pucat
pasi, tubuhnya lem ah tak berdaya.Tak lama antaranya disusul kedatangan
Kalagumarang, sambil menanyakan siapa memiliki istri yang cantik jelita yang
mandi d taman pemandian itu ta di. Sang Wisnu menjawab dialah suaminya.
36. Kalagumarang mengatakan ini merampa s hak istrinya. Sang Wisnu
menyatakan tidak berkeberatan asal yang bersangkutan suka menanggapi, bila
tidak jangan berani memaksa Kalagumarang minta agar SangWi snumurti mau
menanyakan keinginan tersebut.
37. Yang Wisnu lalu rnemanggil Dewi Sri, Setelah menghadap bertanyalah Yang
Wisnu, maukah Dewi Sri diperistri oleh Kalagumarang. Bila mau menerima
permintaan tersebut, Dewi Sri akan berbahagia karena bersuami pria yang ditakuti
orang. Dia adalah putraSang Hyang Jagad Nata
38. Dewi Sri rnenoak. kehendak Kalagumarang. Dia pantang menyerahkan dirinya.
Bila dipaksa lebih baik ia mati dikalang tanah. Betara Wisnu menyampaikan
pernyataan dari Dewi Sri bahwa ia tak mau menerima kehendak Kalagumarang.
39. Yang Kala men gatakan, telah menjadi kebiasaan, seorang wanita yang diminta
menerima akan perk awinan dari seorang pria, meski dalam halrnya mau, tetapi
pada pengutaraannya pu ra pura tidak mau. Sang Wisnu lalu memberi isyarat agar
istrinya lari menuju kenegeri Mendhangkamulan Disana dinasehatkan supaya
merasuk kebadan permaisuri Baginda.
40. Dewi Sri mengindahkan petuah Sang Wisnu. Bethara Wisnu melenyapkan diri
dari pemandangan. Kalagumarang menjadi amat marah. Kemaaa saja Dewi Sri lari,
s elalu saja dikejar oleh Kalagumarang. Hampir saja Dewi Sri dapat tertangkap.
Bet hara Wisnu tahu akan hal itu. Segera mengambil panah dibidikkan kepada
Kalagumar ang.
41. Selepasnya anak panah itu berubah menjadi akar rotan, lalu mengikat tub uh
Kalagumarang, akhirnya jatuh bergelimpangan. Dalam berlari lari itu Dewi Sri
mencaci maki, dikatakannya bertabiat seperti babi rusa. Berubahlahujud
Kalagumarang bertubuh sebagai babi hutan
42. Ia tak dapat berdiri sepeti manusia melainka n berdiri dan berjalan seperti
binatang berkaki empat. Dia ingin membuktikan melihat kedalam air, ingin tahu
bagaimana bentuknya sekarang. Ternyata badannya ber ubah menjadi babihutan. Ia
meratap didalam hati. Meskipun telah berubah menjadi babi hutan, ia tak akan
melepaskan maksudnya.
43. Dewi Sri tetap dalam pengejara n babi hutan. Tiba di Mendhangkamulan, Dewi
Sri lalu merasuk kepada tubuh permai suri Baginda. Baginda Mangukuhan, yaitu
Dewi Dermanastiti. Pada saat itu Kalagurnarang tak tahu lagi dimana Dewi Sri
berada.
44. Dia mencari kemana mana, meonat loncat untuk melampaui pematang tetapi
tidak berhasil. Bethara Wisnu segera men gambil.bambu runcing, selalu siap
ditangannya. Tatkala Kalagumarang melompat pem atang. Bambu runcing Bethara
Wisnu tepat diarahkan keperutnya. Menyemburlah darah dari perut Gumarang
yang terkena bambu runcing Sang Wisnu.
45. Darah yang menyernbur itu berubah me njadi aneka serangga, hama tanaman
sawah. Ada hama wereng, barmacam macam belala ng. Tubuh Gumarang menjadi
hama menthek, perusak tanaman tanaman padi yang sedang turun buah menghijau
46. Bethara Wisnu lalu merasuk pada tubuh Baginda Manguku han. Beliau Raja
Jawa yang pertama kali. Alkisah Sang Hyang Guru telah mendengar berita bahwa
utusannya telah berubah perujudannya. Sang Hyang Guru tidak rnenar uh sabar
hati lagi.
47. Kusuma Tisnawati dihujani banyak ciuman. Kelihatan gerak geriknya gejala
gejolak nafsu sanggama. Kusuma Tisnawati menyampaikan kata kata pereda nafsu
asmara kepada Hyang Guru Nata. Diharap kesabaran dari Hyang Jagad Nata
menanti sampai datang utusan yang ditugaskan mencari tiga persaratan.
48. H yang Pramesthi sangat mengharap tanggapan kasih mesra dari Dewi
Tisnawati. Bertu bi tubi Sang Dyah itu diciumi. Dyah Tisnawati mengingatkan ia
akan mati dalam am binan. Hyang Pramesthi bila ia tak dapat menahan nafsunya.
KataDewi Tisnawati be tul betul terjadi.
49. Melihat kejadian itu, Hyang Pramesthi jadi sadar diri men yesali perbuatannya.
Ia lalu memanggil Yang Kanecaputra, diperintahkan membawa j enazah Dewi
Tisnawati ke Marcapada, dinegeri Mendhangkamulan didalam hutan Krend
hawahana.
50. Hutan yang akan dijadikan tempat mengebumikan diperintahkan meneba ngi.
Batang batang tebangan itu disuruh keringkan oleh Sang Hyang Surya, selanju
tnya Hyang Bromo ditugaskan untuk membakar. Setelah cukup mengetahul
perintah Hy ang Pramesthi segera berangkat kehutan Krendhawahana, ditempat
yang direncanakan untuk mengebumilkan.
51. Hutan telah ditebangi. Ditempat itu dibuat lubang lahat. Termpat kuburan. Ken
Tisnawati diberi berpagar dengan kisi kisinya. Setelah cukup lama jenazah Dewi
Tisnawäti dikebumikan, ditanah tepat arah kepala keluarlah kelapa, didekat telapak
tangan keluar pisang.
52. Dan gigi tumbuh jagung, dari r ambut tumbuh padi, dan bulu mata tumbuh
palawija dari kaki tumbuh pala kependem (tanaman umbi umbian yang terpendam
didalam tanah.
53. Sesudah dari tubuh Tisnaw ati yang terpendam didalam tanah, turnbuh
bermacam rnacam tanaman pertanian, Hya ng Kanekaputra lalu datang menemui
Raja Mangukuhan, menyerahkan tumbuh tumbuhan yang tumbuh dimakam
Tisnawati, dengan anjuran bila buahnya telah tua supaya dipe rbanyak
penanamannya. Ki Buyut dan Ki Tuwa menjadi petani. Ki Pancakut menjadi
pemuka Raden Jaka Puring menjadi Patih
54. Tumbuh tumbuhan yang berasal dari tubuh Dewi Sri telah tumbuh tinggi.
Dewa yang mengikuti Hyang Kaneka, dan menanti sebelah timur laut bernama
Emprit Anjala, sampai sekian lama Hyang Kaneka tak memberi berita. Dalam hati
ia berpikir : kemanakah gerangan kanda Kanekaputra, maka telah cukup lama tidak
meninjau.
55. Dia lalu terbang tinggi. Diantaniksa ia men gamati kebawah nampak sebuah
negeri. Negeri itu adalah negeri Mendhangkamulan. Disana tumbuh bermacam
macam tumbuh tumbuhan pertanian yang telah cukup tua buahn ya. Dari angkasa
baunya mernbangkitkan selera Emprit Anjala segera terbang menukik.
56. Sampai dibawah, melihat aneka tumbuh tumbuhan, hatinya sangat tertarik.
Namu n pada saat itu Yang Kaneka telah tiada. Emprit Anjala lalu kembali naik ke
Kahy angan. Emprit Peking dan Gelatik pengikut Emprit Anjala ditinggalkannya.
Roh Dewi Sri telah bersama sama Roh Tisnawati merasuk ketubuh permaisuri
Baginda Manguk uhan Dyah Dremanastiti.
57. Alkisah burung Gelatik dan Emprit Peking telaih turun, makan buah padi
dengan lahapnya. Petani mengetahui itu lalu menghalau, dilemp ari dengan batu.
Burung burung itu beterbangan lalu hinggap dipohon pohon disekitarnya. Dimana
terdapat kelengahan si petani mereka turun lagi makan bulir bulir padi.
58. Ki Cakut melaporkan kerusakan hasil padi karena dimakan oleh burung burung
kecil kepada Jaka Puring. Segera JakaPuring datang mernbantu menghalau burung
burung kecil. Dilemparinya dengan batu, tiada yang terkena. Mereka beterbangan
hinggap dipohon pohonan.
XVI. DHANDHANGGULA
01. Berulang kali burung burung itu bila dilempari, mereka beterbangan lalu
hinggap bertampung dipohon. Pohon itu dinamai oleh Jaka Puning pohon
nanggung berarti bangunan tempat menunggu. Bila dilempari mereka terbang lalu
hinggap dipohon enau, menanti kelengahan petani, k emudian menyerang kembali
buah padi.
02. Kalau masih juga menjadi tempat penampu ngan burung burung hama padi.
Jaka Puring memerintahkan agar bunga enau itu dira ut, dipancung. Batang enau
masih menjadi tempat penampungan burung burung emprit dan gelatik. Maka
petuah Jaka Puring itu diaksanakan serta mayang enau dipancun g, keluar cairan,
lalu dicicip, rasanya manis sekali. Ki Tuwa segera memotong ba mbu pada sesisi
ruas. Ruas yang lain tidak terpotong. Air yang terus menerus dar i mayang enau
ditampung didalam tabung bambu.
03. Air mayang yang tertampung dal am tabung itu dibiarkan semalam didalani
tabung. Air itu dinamai air nira. Tabung nira itu dibuka sumbatnya, lalu diserahkan
kepada Jaka Puring. Bau niranya sem erbak membangkitkan selera Jaka Puring
menyatakan supaya nira tersebut dipersemb ahkan kepada Baginda.
04. Jaka Puring kembali keistana dengan membawa nira untuk dipersembahkan
kepada Baginda. Jaka Puring berdatang sembah, menyatakan bahwa y ang
diserahkan Baginda itu adalah hasil sadapan dari mayang batang nibun dalam w
ilayah kerajaan Baginda Mangukuhan.
05. Tabung nira segera diterima Baginda, sum bat tabung itu lalu dibuka. Bau nira
tersebut semerbak menyengat hidung. Raja Ma ngukuhan berkata kepada Yang
Kaneka, mempersilahkan membawa minuman dari nira ke Kahyangan untuk
Hyang Pramesthi. Yang Kaneka telah menerimanya, lalu berangkatl ah.
Perjalanannya amat cepat bagaikan kilat.
06. Dalam sekejap mata telah tiba d ihadapan Hyang Pramesthi. Hyang Jagad Nata
menyambut dengan salam kedatangan. Ia menanyakan maksud kedatangannya.
Yang Kanekaputra mengatakan, bahwa dipersilaka n menyampaikan minuman nira
yang ditaruh didalam tabung oleh Sri Mangukuhan dari negeri Mendhangkamulan.
07. Hyang Guru Nata mengharap penyerahan dari Yang Kane ka. Setelah ditenima
Yang Kaneka dimintai tolong, membuka tabung tersebut. Pada waktu membuka
sumbat, ada yang memercik dibibir Yang Kaneka, percikan itu dijilat jilatnya,
terasa sangat manis. Ia memberitahukan hal itu kepada Yang Pramesthi, bahwa
rasanya sangat manis. Hati Yang Pramesthi agak masgul. Ia berkata : jangan lah
bertingkah seperti anak kecil.
08. Yang Kaneka berubahlah bentuk tubuhnya. S emula bagus kemudian menjadi
jelek. Bibirnya tebal, gigi tidak rapi, perut bunci t pantatnya menonjol kebelakang.
Bila berbicara tersendat sendat. Ia sangat terkejut akan perubahan itu. Ia
mengambil sebuah cermin. Serta melihat bayangan tubu hnya didalam cermin amat
sedih hatinya. Kemudian mengadu kepada Hyang Pramesthi.
09. Dikatakannya bahwa perubahan tubuh tidak dapat berubah kembali. Itu sudah
m enjadi takdir Hyang Wasesa. Yang Kaneka diberi ganti nama Yang Narada,
artinya t erdapat ada agak cacat
10. Konon kisahnya, sesudah Dewi Tisnawati jadi dekat per gaulannya denga
Hyang Pramesthi, Dewi Uma merasa dikesampingkan. Ia lalu merasuk i kepada
batang padi. Selanjutnya buah padi menjadi makanan para Raja. Dalam hat i Dewi
Uma iri terhadap kecantikan Dewi Tisnawati.
11. Adapun Dewi Tisnawati set elah meninggal rohnya merasuk kebatang rumput
gajah. Prasukan itu bermaksud agar buahnya nantinya menjadi makanan para
bangsawan. Tetapi malang baginya, hasilny a tidak seperti yang diharapkan.
Rumput gajah hanya jadi makanan gajah, kendaraa n para Raja.
12. Alkisah Puthut Jantaka rnempunyai banyak anak, dalam aneka ujud . Yang
sulung berujud tikus, dinamai tikus Jinada, warnanya putih besarnya sebes ar
anjing. Ia merajai segala tikus. Anak yang kedua berujud babi hutan dinamai T
embalung, merajai semua jenis babi.
13. Hamba sahayanya beratus ratus ribu ekor babi. Anak selanjutnya berujud kera
dinamakan Kuthila. Laskarnya beratus ratus ribu juga. Adik Kuthila berbentuk
kerbau dinamakan Mahesa Danu. Adiknyalagi berujud banteng laki laki dan
perempuan. Adik adiknya lagi ada berujud kijang, ada be rujud rusa dinamai
Kirandhil ada bulus dan kura kura.
14. Semuanya kurus kering, disebabkan kurang makan. Siang malam mereka
meratap dan menangis kelaparan, sua ra tangisnya hiruk pikuk mengadu kepada
ayahnya. Melihat keadaan itu Puthut Jantaka amat iba hatinya. Anak anaknya
dikumpulkan, lalu diberi nasehat. Didalam hut an yang sesepi itu memang sangat
miskin adanya makanan.
15. Diluar hutan ada seb uah negeri yang amat makmur. Hasil makanan tumpah
ruah. diseyogyakan kepada anak anaknya supaya mereka mengungsi kesana guna
menyambung hayat. Mintalah belas ka sihan dari hamba sahaya dinegeri
Mendhangkamulan itu.
16. Dengan suara serentak para satwa, itu menyambut gembira nasihat ayahnya itu.
Ia berpesan jangan sekali kali berbuat curang. Makan hasil tanam yang ada tanpa
seijin mereka itu tidak benar. Mintalah belas kasihan dari mereka. Nasihat dari
Puthut Jantaka itu akan d iindahkan oleh anak anaknya. Maka berangkatlah mereka
menuju negeri Mendhangkamu lan.
17. Keberangkatannya disertai hujan lebat serta topan badai. Mereka berjala n
berkejar kejaran, amat cepat, secepat kilat. Tiba dinegeri Mendhangkamulan, te pat
waktu tengah malam. Penduduk negeri telah sama sama tidur nyenyak. Telah men
jadi watak dari raksasa dan saat yang sedang kelaparan, bila melihat makanan mer
eka melahap dengan rakus.
18. Tingkah para rakaasa seenaknya saja, renggut sana, renggut sini, berguling
guling, merusakkan tanam tanaman. Datangnya tikus dan k era serentak masuk
kenegeri Mendhangkamulan, suaranya bagaikan angin kencang di musim ketujuh.
Udara dalam keadaan mendung kelam. Maka penduduk negeri tidur dengan pulas.
19. Hanya Ki Tuwa yang terbangun, terkejut mendengar suara menderu deru. Ia
segera keluar rumah, membawa. pelita dan parang ditangannya kanan kiri. Betapa
terkejutnya Ki Tuwa ada babi datang menyerang.
20. Ki Tuwa menghindar kekiri sam bil mengayunkan parangnya tepat mengenai
kepala babi hutan, namun tak mampu melukai bahkan parang Ki Tuwa patah. Dia
berteriak teriak minta tolong. Orang orang tetangganya terbangun. Mereka bangkit
menuju tempat datangnya teriak, siap denga n penyuluh dan senjatanya. Jaka
Puring, Ki Buyut, Ki Cakut dan Ki Paniron datang membantu. Ada yang membawa
canggah, rantai, geranggang (bambu runcing), cula, tornbak. Karena banyaknya
penyuluh, terangnya bagaikan siang hari.
21. Semua binatang menyerang dengan garangnya. Orang orang
Mendhangkamulan banyak yang menderita luka karena serangan binatang. Ada
yang roboh diserang babi hutan. Binatang i tu dilawan dengan senjata tetapi tak
terluka. Orang orang Mendhangkamulan lari k etakutan.
22. Ki Buyut berkata kepada Dyan Jaka Puring, mengajak mengunduri perl awanan,
melapor kepada kakanda Baginda. Sungguh bukan tolok bandingnya, kesaktia n
lawan berpuluh puluh bahkan beratus ratus anggota pasukan menderita luka. Tak
mampu pasukan Mendhangkamulan mengimbangi serangan lawan. Akhirnya
pasukan Jaka Puring mundur.
23. Perjalanan mundur pasukan Mendhangkamulan telah sampai diista na. Jaka
Puring berdatang sembah kepada Baginda. Ia menyerahkan diri kepada Raja
karena tak mampu menghancurkan lawan yang berujud aneka satwa segala
tanaman ya ng ditanam disawah dalam wilayah kerajaan Baginda rusak musnah
diserang tiga pasukan dari tiga jenis binatang. Satu pasukan berupa raksasa
bertubuh perkasa.
24. Sepasukan lagi berujud babi hutan. Moncongnya runcing. Bulu badannya
jarang ber diri tegak. Ekornya hanya kecil pendek, jumlahnya lebih kurang tiga
ratus. Sepas ukan terakhir bentuknya mirip tubuh manusia, ekornya panjang.
Warna bulu badanny a kelabu. Tingkah lakunya cekatan. Jumlahnya beratus ratus,
nampak mengerikan.
25. Satu pasukan dengan dua ribu anggota pasukan. Mereka dipilih prajurit yang ta
ngguh serta lincah, Mereka berpakaian seragam putih. Semua memiliki keberanian
yang tinggi.
26. Baginda Mangukuhan rnemberikan isyarat kepada Jaka Puring menyia gakan
pasukan lengkap dengan persenjataannya untuk bertempur. Semua pria yang
memiliki tubuh yang kuat diwajibkan membela keselamatan negara dari serangan
hama tanaman. .
27. Jaka Puring mengindahkan perintah Baginda. Isyarat perang sudah d
ikumandangkan Raja Mangukuhan diikuti para Panglima bergerak bersama sama
anggot a pasukan menyerang musuh yang bersifat aneka satwa dan raksasa. Derap
langkahny a menyerupai alunan gelombang samudera. Gemerincingnya alat senjata
dan derap la ngkah tak dapat digambarkan dahsyatnya.
28. Suara tanda serangan yang diikuti gerak terjang sorak sorai pasukan bertalu
talu, bagaikan suara runtuhnya gunung. Lawan yang berujud aneka satwa dan
raksasa menjadi ganas dan garang. Kalian menye rang pasukan dari negeri
Mendhangkamulan. Meski seperti dihujani dengan senjata tajam, namun tak ada
yang mampu melukai tubuh lawan. Banyak anggota pasukan Baginda
Mangukuhan ya ng menderita luka dari amukan lawan.
29. Ada yang menderita uka akibat gigitan k era, ada yang menderita patah kaki,
ada yang terluka dari pagutan tikus, tetapi para pendenita tersebut belum sampai
menemui ajalnya. Mereka mengeluh kesakitan, mengerang memilukan. Baginda
Mangukuhan memberi isyarat mundur.
30. Babi hutan dan kera terus mengejar. Pasukan Mendhangkamulan mundumya
lalu lalang, masuk ked alam negeri. Tiba diistana Baginda Mangukuhan
mengadakan sidang istimewa dengan para pemegang pimpinan negara.
31. Akhirnya Jaka Puring ditunjuk oleh Baginda me nemui penasihat kerajaan
ialah Ki Andong Dhadhapan di Medhang Agung dan Ki Gadhing Pangukir, minta
petunjuk sehubungan dirusaknya tanaman dilingkup wilayah kerajaan, oleh aneka
satwa dan raksasa. Dipesan setibanya di Medhang Agung Jaka Puring
menyampaikan salam mesra dari Baginda. Selanjutnya menceriterakan medan laga.
Aneka satwa dan raksasa itu memiliki kesaktian tinggi, tiada pusaka yang bertua h
dapat melukai mereka, hingga pasukan Mendhangkamulan yang menjaga
keselamatan negara tak berhasil menumpasnya, bahkan terpaksa mundur ketakutan.
Pasukan Bagin da banyak menderita luka dari serangan lawan.
32. Jaka Puring menangkap sabda Ba ginda dengan Khidmat. Sesudah sempurna
sabda Baginda diberikan berangkatiah ia. Dalam perjalanan selalu ia merasa sedih
dan haru. Perjalanannya diperepat agar lekas sampai di Mendhang Agung.
33. Tiba disana kedapatan Ki Andong Dhadbapan sed ang berbincang bincang
santai dengan Ki Gadhing Pangukir. Putra Ki Andong Dhadha pan yang bernama.
Sangkan Turunan ikut menemani. Sedang asyiknya berbincang binc ang, datanglah
Jaka Puring. Ia menyampaikan salam, disambut dengan salam juga. Jaka Puring
dipersilahkan duduk. Setelah duduk sejenak Jaka Puring menyampaikan s alam
rindu dan salam takzim dari Baginda. Kedua penasehat tersebut menyambut han
gat salam dari Baginda. Dia merasa bangga atas tanggapan yang akrab dari
Baginda . Sangkan Turunan pun menyambut salam kedatangan Jaka Puring.
34. Seterusnya Jaka Puring menyampaikan khabar dari Baginda bahwa semua
tanaman sawah ladang dalam lingkup wilayah kerajaan Mendhangkamulan dirusak
oleh aneka satwa dan raksasa. Hama hama itu amat sakti, tak dapat pasukan
Baginda memusnahkannya. Bahkan banyak hamba sahya dari Mendhangkamulan
mendapat luka dari serangan mereka.
35. Sehub ungan dengan itu, Baginda minta pertolongan bantuan dan petunjuk
untuk memusnahk an hama tersebut. Hama yang berujud raksasa dan hama yang
berbadan sebagai manus ia, berkepala badak, hitam warnanya. Binatang ini sangat
sakti, kebal akan senja ta tajam.
36. Ada lagi kawanan tikus yang banyaknya tak terhitung. Ekornya mencuat dapat
dia pergunakan sebagai tongkat penopang tubuh. Kawanan binatang ini ama t
rakus. Karena jumlahnya amat besar maka amat cepat kerusakan tanaman dapat
dib uatnya. Itulah sebabnya cepat cepat Jaka Puring diperintahkan menghadap
penaseha t dan tetua kerajaan. Baginda amat sangat menanti turun tangan dari para
tetua. Baginda sangat menyayangkan nasib penderitaan petani penjamin persediaan
makan n egara.
37. Ki Andong Dhadhapan menerima laporan Jaka Puring dengan tenang dan pe
nuh kesabaran. Ia memberitahukan bahwa sebelum Jaka Puring datang Ki Andong
Dhadhapan dan Ki Gading Pangukir telah mengerti akan kejadian itu. Keduanya
telah siap membantu memusnahkan malapetaka Negara Mendhangkamulan. Putra
Ki A ndong Dhadhapan bemama. Sangkan Turunan dipanggilnya. Setibanya lalu
disuruh ole h pamannya Ki Gading Pangukir mengantar Jaka Puring pergi ke
Babadan, tempat tin ggal Ki Gading Pangukir.
38. Setelah mencakup pengertian segala pesan Ki Gading Pangukir, berangkatlah
keduanya. Mereka berjalan sangat laju. Dalarn waktu singk at telah tiba di
Babadan, Keduanya disuruh panggil Wayungyang dari Condromowo. Di Babadan
setelah bertemu dengan dua orang penganut Ki Gading Pangukir, segera
menyampaikan panggilan untuk kalian.
39. Wayungyang memiliki tubuh / bentuk tubuh Kakkong. Bahunya brojol seperti
bentuk leher botol. Perutnya buncit (besar), le her pendek, telinga tegak, selalu
mengeluarkan kopok (cairan busuk yang keluar d ari telinga), dahinya lebar
menonjol kedepan. Hidungnya kecil mungil, Kulitnya m ukanya kasar seperti kulit
limau sambal. Berkuncung panjang.
40. Condromowo bertubuh pendek kecil, Tinggi badan kakkong, lehernya panjang,
kepalanya kecil. Kema na saja ia pergi selalu mernbawa sabit diselipkan diantara
ikat piggang. Tak pernah dihunus dari punggung, bila tidak penting. kalau habis
diasah, dipertajam dengan cara diules uleskan diatas kuncung.
41. Setelah jelas ciri ciri tubuh dua o rang penganut Ki Gading Pengukir,
diberitahukan oleh Ki Andong Dhadhapan diperin tahkan berangkat. Sebagai bukti
bahwa keduanya sungguh sungguh menjalankan Ki Anidor Dhadhapan dan. Ki
Gading Pangukir, ia dierboehkan membawa talumpak (tombak bertangkai pendek)
yang biasa dipergunakan sebagai tongkat (ciri bentuk tombak / talumpak) tidak
diberitahukan.
42. Namun dinyatakan oleh Ki Andong Dhadhapan ba hwa tangkai dan sarung
talumpak masing masing mempunyai tuah wibawa. Jaka Puring dan Sangkan
berangkat. Dikatakan bahwa Baginda sangat menanti kedatangannya kem bali.
43. Jaka Puring dan Sangkan Turunan lalu minta doa restu, selanjutnya minta diri.
Ki Andong Dhadhapan berpesan : bila menghadapi bahaya, disuruhnya Jaka P
uring melepas sarung talempak diletakkan berdiri tegak didepannya. Kepada
Sangkan Turunan diberikan seruas bambu. Bila menghadapi mara bahaya
dinasihatkan seger a memukul tabung itu. Dengan segera ia akan datang.
44. Jaka Puring dan Sangkan Turunan mengindahkan segala petunjuk, lalu
berangkat. Perjalanan mereka sangat laju. Dalam waktu singkat telah tiba kembali
di Negara Mendhangkamulan. Segera me reka masuk kedalam istana, menghadap
Baginda. Pada saat itu Baginda sedang duduk duduk diberanda istana.
45. Serta melihat kedatangan Jaka Puring dan Sangkan Tu runan, Baginda segera
menjemput. Diajaklah keduanya masuk kedalam istana. Sesuda h sejenak duduk,
Jaka Puring berdatang sembah, menyampaikan hasil yang ditugaska nnya menemui
Ki Andong Dhadhapan. Ia menghadapkan kedua orang yang oleh Ki Andon g
Dhadhapan dipercayakan membantu memusnahkan hama yang menyerang
tanaman di Men dhangkamulan.
46. Menilik bentuk tubuhnya, Baginda menyayangkan kedua orang itu dapat
berhasil menumpas semua satwa hama. Kedua tamu kepercayaan itu segera dibe ri
jamuan minuman dan air putih. Wayungyang dan Condromowo lalu melahap
jamuan B aginda. Selesai minum Baginda memberi perintah pengumpulan pasukan.
47. Pasukan telah siaga lengkap dengan persenjataannya. Baginda lalu datang
meny aksikan pasukan yang telah siaga itu. Segenap pasukan kelihatan gembira
seolah o lah, menanti segera diberangkatkan. Tak lama kemudian lawan yang
terdiri aneka s atwa datang menyerang. Disambut dengan perlawanan yang Sengit
oleh pasukan dari Mendhangkamulan.
48. Sorak sorai datang bertalu talu dari kedua belah pihak Babi hutan mengamuk
sejadi jadinya. Ia kebal oleh senjata tajam, berkali kali kena u jung tombak, tetapi
tiada juga terluka. Pada saat itu Ki Wayungyang dan Condromowo sedang minum
air kelapa muda.
49. Sri Ratu Dremanastiti melihat pasukan Mendh angkamulan menderita
kerusakan, sedang Ki Wayungyang dan Condromowo sedang minum air kelapa
muda.
50. Sri Ratu Dremanastiti melihat pasukan Mendhangkamulan menderita
kerusakan, sedang Ki Wayungyang dan Condromowo masih belum kelihatan
membe ri bantuan, maka beliau sangat marah. Dicarinya ketempat Wayungyang
minum. Serta melihat kedatangan Sri Ratu. Wayungyang menyambut penuh
kesopanan.
51. Sri Ratu yang bersikap marah itu mengata ngatai Wayungyang. Sangat mencela
ia main mabuk mabukan saja, sedang kawan kawan banyak menderita luka.
Dikatakan tak seimbang susah payah Baginda mencari bantuan dari kalian,
ternyata ditengah medan laga ka lian hanya main mabuk mabukan. Ditekankan bila
memang tidak sanggup membantu, di suruh kembali, katakanlah Sri Ratu yang
memenintahkan kembali.
XVII. PANGKUR
01. Akibat caci maki dari Sri Ratu, Wayungyang dan Condromowo menangis
menyesali pe rbuatannya yang telah terjadi. Keduanya bersujud lalu berangkat
menyusul Baginda . Tiba dimedan laga Wayungyang dan Condromowo amat
kasthan melihat kerusakan pas ukan Mendhangkamulan.
02. Dari kepala sampai merata keseluruh tubuh disiram deng an air leri (air, yang
habis dipakai mencuci beras yang akan ditanak). Kakinya d ilumas dengan bahan
pelumas (Jawa: dilulur).
03. Akibatnya warnanya menjadi kela bu dari kepala sampai sepanjang punggung
dan ekor berbelang putih. Begitu juga d ari perut, leher dan moncong. Dia beri
sebutan Belang Wayungyang.
04. Kucing Con dromowo mengambil air kelapa muda, disiramkan dari kepala
merata sampai keseluru h tubuh. Badannya lalu dilumas dengan bahan pelumas.
Warnanya menjacli hitam pekat. Dari kepala sampai kesepanjang punggung, perut,
ekor dan mulut berwarna putih. Dia dijuluki Kucing Condromowo.
05. Belang Wayungyang dan Kucing Condromowo l alu diperintahkan segera
membantu perlawanan. Belang Wayungyang lincah lagi ceka tan memburu, babi
hutan dengan sebutan Tembalung. Tembalung dikejar keijar, tak dibeni
kesempatan istirahat.
06. Babi hutan dapat ditangkap, digigit sampai mati . Datang lagi babi hutan yang
lain, membantu serangan, tetapi mendapat perlawanan serangan ganas dari muka
dan dari belakang. Akhirnya babi hutan itu pun mampus juga. Datang menyusul
bantuan banyak babi hutan, tetapi semuanya dapat dimusnah kan oleh Belang
Wayungyang.
07. Diantaranya ada yang baru saja datang terus diserang sampai menemui ajalnya.
Bangkai babi hutan bertimbun timbun. Tembalung melihat anak pasukannya
banyak y ang menemui ajalnya, ia amat marah. Ia bermaksud membela sampai titik
darah peng habisan.
08. Belang Wayungyang mengganggu lagi dengan segenap kemampuannya. Tiba
tiba Tembalung dapat ditangkap moncongnya, digigit kuat kuat akhirnya matilah d
ia. 09. Tembalung beserta anggota pasukan dapat dimusnahkan oleh Belang
Wayungya ng. Pasukan kera serentak bersama membantu menyerang dari segala
arah. Tetapi sungguh Belang Wayungyang sangat sakti lagi tangguh ia membalas
serangan kesegala arah. Kepala pasukan kera akhirnya dapat dibunuh.
10. Anggota pasukan kera menjadi kacau balau, ibarat anak ayam kehilangan
induknya. Tata pasukan menjadi tidak karuan. Ada diantaranya yang memanjat
diatas batang pohon, kena salak Belang Wa lungyang saja telah jatuh ketanah,
menemui ajalnya.
11. Pasukan tikus mendapat p erlawanan dari kucing. Meskipun jumlah pasukan
tikus amat banyak, namun dapat di lawan dengan mudah oleh Condromowo.
Segala gerak geriknya dapat diimbangi. Akhim ya kepala pasukan tikus dapat
ditangkap dan dibunuh. Anak buahnya dikejar kejar sampai dimanapun juga,
banyak ditangkap dan dibunuh. Sisanya lari tunggang langgang mengungsi
ketempat lain.
12. Pasukan tikus pun dengan mudah dapat dihancur leburkan oleh Condromowo.
Maka riuh rendah sorak sorai prajurit Mendhangkamulan mendapat kemenangan
atas pasukan aneka satwa yang menjadi hama, perusak segala ta naman hamba
sahaya Mendhangkamulan setelah selesai penumpasan aneka satwa yang menjadi
hama tanaman petani Mendhangkamulan, disawah itu juga semua pasukan
Baginda dikumpulkan, termauk juga Belang Wayungyang dan Condrornowo
13. Baginda meman ggil Jaka Puring ditanyakan : apakah nama ciri bentuk tombak
yang oleh Gading Pa ngudkir dipersembahkan kepada Baginda. Jawab oleh Jaka
Puring bahwa Gading Pangu kir tidak memberikan nama tombak tersebut. Hal ini
diserahkan kepada Baginda.
14 . Karena Ki Gading Pangukir sendiri tidak memberi nama tombak tersebut,
maka Bag indalah yang memberi nama. Tombak itu dinamai Kyai Pecaksohang
Deder, amat indah dibuat seperti bambu gading. Penyerahan tombak tersebut
dijadikan lambang keakraban kekeluargaan terhadap Baginda. Terasa berat tombak
itu bila diagkatnya.
15. Batang tombak dibuat berwarna gading putih kekunang kuningan,
melambangkan jeja ka yang belum pernah mengkhayalkan nafsu sahwat.
16. Alkisah, sekali peristiwa Puthut Jantaka sedang duduk termangu mangu,
datanglah dua orang anaknya berujud l embu dan kerbau. Yang tua bernarna
Kalamurti, adiknya bernama Kalasrenggi. Kedua nya izin dari ayahnya, pergi
menyaksikan nasib saudara saudaranya.
17. Sepanjang berita mereka mendengar bahwa saudara saudaranya telah punah
terbunuh oleh psuk an dari kerajaan Mendhangkamulan. Bila khabar itu nyata,
mereka akan menuntut balas atas kematian saudara saudarnya itu Ayahnya
mengizinkan, tetapi kalian haris waspada.
18. Karena niat terburu nafsu, keduanya tidak memperhatikan peringatan ayahnya.
Dalam perjalanannya mereka penuh rasa dendam kesumat. Mendengar salak anjing
keduanya bertambah marah. Batu batu yang terdapat menghalang melintang di
angkat tinggi tinggi lalu dihempaskan keperbatuan. Hancur lebur batu batu itu. K
ekuatan Kalamurti amat dahsyat, seolah olah semua tulang belulangnya terdiri dar i
besi.
19. Batang batang pohon yang terdapat dikiri kanan jalan, dicabuti. Hati nya amat
panas, membara. Konon perjalanan Kalamurti dan Kalasrenggi nyaris tiba disawah
tempat saudara saudaranya bertempur melawan pasukan Mendhakaimulan.
20. Pada saat Baginda dihadap hamba sahaya, datanglah seorang penggawa
melaporkan bahwa ada dua ekor binatang yang besar lagi tinggi datang. Binatang
itu adalah ker bau dan lembu bertanduk panjang mengerikan. Baginda lalu
memberi perintah kepada Belang Wayungyang dan Condromowo siap
menyerangnya. Keduanya menyambut perintah Baginda dengan ikhlas lagi
gembira.
21. Setelah mendapat perintah Belang Wayung yang bersama Condromowo
menyerang. Kalamurti dan Kalasrenggi melawan, Wayungyang dapat diserang
dengan tanduk, terpental jauh, datang menyerang kembali, tetapi dapat disambut
dengan tanduk, diayunkan keatas jatuh kebumi, berulang kali diper mainkan
seperti bola, jatuh kebumi terus diinjak.
22. Wayungyang dan Condromowo tak ada kesempatan untuk melawan selalu
menjadi permainan oleh Kalamurti, hingga tidak mempunyai tenaga lagi, letih lesu.
23. Melihat nasib Belang Walungyang itu. Condromowo meloncat rnerebut
Wayungyang dibawa lari. Keduanya lalu mandi deng an air kelapa muda,
badannya digosok dengan daun buluh.
24. Sesudah mandi dengan leri itu tubuh Wayungyang jadi segar kembali.
Kekuatannya pulih kembali. Demulk ian juga setelah Condromowo memandikan
dengan air kelapa muda tubuhnya menjadi p ulih kuat.
25. Setelah itu tubuh mereka digosok dengan daun bambu pugag (batang pokoknya
telah ditebang). Bulu badannya dikibas kibaskan. Bulu Wayungyang bergug uran,
berubah menjadi anjing yang banyak jumlahnya, berwarna belang, ada yang be
rbelang hitam, putih, lurik. Dan bulu kucing yang rontok berubah menjadi kucing
yang beratus ratus banyaknya.
26. Semuanya mengatur sebuah pasukan, bergerak men uju tempat Kalamurti dan
Kalasrenggi. Lembu dan kerbau itu mengarnuk. Menanduk, menginjak injak,
menerjang tetapi tak mampu mengakibatkan luka dan cedera.
27. Serentak bergeraknya pasukan anjing dan kucing kelihatan seperti merayapnya
berat ur ratus ribu semut merah yang mulutnya beracun sedang mendaki gunung
tetapi Jaka Puring cepat mengambil seutas tabung, lalu dipukul pukulnya.
28. Sangkan Turun an mendengar lengking suara, ia merasa terpanggil, segera
berjalan menuju tempat Jaka Puring. Jaka Puring memberi salam kedatangannya.
Sangkan Turunan bersujud didepannya.
XVIII. ASMARADANA
01. Melihat bentuk tubuh nan tampan dan wajah Sangkan Turunan Baginda tertarik
hatinya
02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12. 13. 14.. Baginda pun berkata dengan
lembut menyampaikan permintaan bantuan guna menaklukkan musuh kerajaan.
Sangkan Turunan menerima perintah Baginda dengan ikh las gembira serta penuh
kesanggupan. Ia menyatakan segala jiwa raganya akan dipe rsembahkan untuk
keselamatan negara. Baginda berkenan mendengar kesanggupan Sang kan Turunan.
Sangkan Turunan berangkat menuju medan laga. Pada saat akan memulai
perlawanan kemaluannya diusap usap. Dakar (kemaluannya) mengeluarkan akar
sepan jang tujuh hasta, besarnya tiga jari. Bentuknya lurus halus bagaikan diraut.
Ora ng kuno menamakan benda itu akar dawa. Sekarang orang menamakan rotan
wuruk. Rot an wuruk memiliki khasiat dapat mempengaruhi kuda jafi penurut.
Kedua orang pemu da telah siaga berternpur. Rotan wuruk telah siap ditangannya.
Terhadap benda it u orang kagum melihatnya. Bila tegak berdiri nampak sebagai
teja. Bila teretak m elengkung kelihatan seperti pelangi. Kalau bergerak cepat
gemerlapan seperti kil at. Apabila diayunkan kesana kemari nampak sebagai kilat
sambung menyambung. Kal amurti melihat dua orang pemuda berdiri tegap, segera
menyerang dengan ganas dan garang. Sedikit pun tidak ada rasa takut. Kalasrenggi
ikut juga menyerang. Dala m serangan itu Kalamurti kena terpukul dengan rotan
wuruk kepalanya. Kalasrenggi menyusul menyerang, juga kena pukul kepalanya.
Keduanya jatuh tak bemafas lagi. Belang Wayungyang dan Condromowo cekatan
mengangkut Kalamurti dan Kalasrenggi, diikat erat erat dengan tambang enau atau
nibung, pada pergelangan tangannya. Pu thut Jantaka, seorang biku yang tajam
penglihatannya, mengerti bahwa semua anakn ya telah punah oleh pasukan
Mendhangkamulan hatinya amat sedih. Ia mengaduh kepa da Dewa, tak sanggup
hidup lagi didunia tanpa anak seorang pun. Dia merasa sia s ia hidupnya, Puthut
Jantaka berjalan tiada menentu arah tujuannya. Hatinya meran a. Sepanjang
perjalanan ia mengumpat akan nasib hidupnya. Perjalanan Ki Puthut J antaka tiba
disebuah batu raksasa terletak ditengah hutan. Besar batu itu sepulu h pemeluk
orang. Oleh biku sakti itu batu diangkat tinggi tinggi lalu diempaskan mengenai
kepalanya. Batu telah hancur lebur menimbulkan suara gemuruh mengerika n.
Karena kemarahannya seolah olah tubuh Puthut Jantaka lipat kali tambah besar.
Mukanya kelihatan kasar seperti batu karang. Matanya bersinar tajam bagaikan ma
tahari kembar. Taring memanjang. Lubang hidung nampak seperti pintu gua
berdampi ngan. Jambang kiri kanan bertemu menimbulkan pandangan yang sadis.
Bulu dada tum buh subur memenuhi dada, perut, sampai kepaha. Bulu jari jari
kakinya panjang pa njang. Puthut Jantaka kelihatan dahsyat, seperti dahsyatnya
raksasa penjaga pint u masuk surga, Cingkara Bala Upeta.
15. Lama lama sampailah Puthut Jantaka didekat Raja Mendhangkamulan.
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. Hamba sahaya Raja Mangukuhan
semuanya takut, lari cerai berai. Melihat itu Jaka Puring pergi menyambut dengan
membawa tombak. Begitu juga Raja Mangukuhan diikuti para kepala pasukan.
Belang Wayungyang dan Condromowo mengawalnya. Jaka Puring telah siaga,
sarung tombaknya berbentuk naga, mengeluarkan banyak ular. Ular sebesar batang
kelapa berkeliaran kesana sini sambil menyebar bisa. Lidahnya menjulur ke luar
menyerupai trisula. Kelihatan seperti Yang Antaboga, mengerikan hati. Puthu t
Jantaka melampiaskan kemarahannya, tingkah lakunya leluasa menakutkan.
Rambutn ya yang tebal mengurai, bergerak meruak ruak ditiup angin. Pasukan
Mendhang sang at ketakutan. Ki Tuwa hatinya berdebar debar menghadapi Puthut
Jantaka. Sama hal nya dengan Ki Buyut, ia juga amat ketakutan. Badannya
menggigjl mukanya puat les i. Semua pasukan Mendhang yang didatangi Puthut,
lari cerai berai krtakutan. Mer eka minta perlindungan Sang Raja. Baginda
mengheningkan cipta, minta bantuan dar i Dewa. Bethara Wisnu datang merasuk
ketubuh Raja Mangukuhan. Puthut Jantaka yan g datang melampiaskan amarahnya
itu disambut dengan pandangan tajam oleh Baginda . Puthut Jantaka tak kuasa.
menahan pandangan dari Raja Mangukuhan. Ia lari keta kutan. Raja Mangukuhan
datang mengejar, diikuti oleh segala pasukannya. Konon Puthut Jantaka
bersembunyi, membenamkan diri didalam pasir. Kemudian tak dapat tertangkap.
Laskar Mendhang menyebar diluar hutan mencari Puthut Jantaka, namun tia da
terdapat. Tunjung Randhi terkepung oleh pasukan Mendhangkamujan, akhirnya
dap at tertangkap. Karena Puthut Jantaka tak dapat dicari, maka Baginda
bermaksud in gin kembali keistana. Setelah keturunan Puthut Jantaka dapat
dipunahkan, Ki Tuwa senang hatinya. Ia mencaci maki tindakan Puthut Jantaka
dinyatakan tindakannya seperti orang gila. . Ki Tuwa berlaga sebagai orang
pemberani, jalannya lenggang kangkung. Ia katakan bahwaPuthut Jantaka lari
terbirit birit takut dikejar oleh nya. Dikatakan Puthut telah lari masuk hutan,
bersembunyi didalam goa. Sombongnya bukan main, ia katakan bila sudah
memuncak maralmya, jangankan hanya seorang s emacam Puthut Jantaka, bahkan
sampai dua orang seperti Puthut Jantaka, Ki Tuwa t akkan mundur selangkah.
Buyut mencemooh kesombongan Ki Tuwa, berlagak sebagai pe mberani.
Ejekannya : sekali saja bettemu pasti dia akan menggigil dan menyerah. Sangkal
Ki Tuwa : itu kan baru sekali, kalau sudah dua tiga kali takutnya akan h ilang.
Menghadapi raksasa saja ia tak takut, apalagi hanya menghadapi Puthut seo rang
diri mengapa menjadi takut. Andaikata ada seribu Puthut Jantaka sekalipun ia tak
akan takut. Begitu congkak kata Ki Tuwa. Jalan Ki Tuwa amat santai. Melihat
orang orang yang dipasang disawah ia bersikap angkuh. Ki Tuwa tak tahu bahwa
orang orangan itu ada isinya. Orang orangan ditarik tarik dan terus ditarik sepan
jang pematang. Puthut Jantaka terlepas dari orang orangan. Ki Cakut mengetahui
peristiwa itu, sangat ketakutan. Ki Tuwa diminta mau berpaling melihat
kebelakang . Dijawab oleh Ki Tuwa sambil agak masgul. Ia memperingatkan
jangan main main mengganggu orang
29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. yang sedang enak berjalan. Ki Buyut
melanjutkan kata peningatan tahu rasalah nan ti Ki Tuwa menoleh kebelakang.
Bukan main takut Ki Tuwa melihat Puthut Jantaka t elah ada dibelakangnya.
Wajahnya jadi pucat pasi, tak berdaya. Pasukan Mendhang ramai mengkhabarkan
bahwa Ki Tua si congkak itu telah mati disumbar Puthut Janta ka. Berita itu telah
sampai dimengerti oleh Baginda Mendhangkamulan. Raja Mangukuhan pergi
kembali menuji ketempat Puthut Jantaka berada. Serta Baginda datang k embali,
Puthut Jantaka berada serta Baginda datang kembali, Puthut Jantaka jadi cemas
hatinya. Berdiri tegak pun ia tak mampu, apalagi berlari. Ia duduk saja di tempat.
Baginda telah tiba, Ki Tua dapat direbutnya. Tubuh Ki Tua diangkut bersama.
Puthut Jantaka duduk mengujur ditanah. Baginda datang menghampiri Puthut Jan
taka. Ia dicaci maki, dia telah berbuat angkuh, mempertunjukkan keberanian didep
an umum. Itu brakibat Ki Tua tak sadarkan diri karena ketakutan yang tak
terhingga. Puthut Jantaka bersikap honnat lagi takut kepada Baginda, sampai tak
berani menatap muka Baginda. Ia menyatakan sama sekali tak ada maksud
berontak melawan Raja. Dia tetap patuh, bersedia mennjalani segala perintahnya,
bersikap sebagai sahaya. Suatu bukti kenyataan, dia tidak mau lari. Sebaliknya ia
menyambut horma t kepada Raja. Karena itu berjanji selanjutnya akan patuh setia
kepada Baginda. Baginda menghargai sikap baik dan Puthut Jantaka. Puthut
Jantaka tetap diakui se bagai seorang hamba sahaya yang baik budi, bersikap setia
terhadap Baginda. Dia diberi tempat di Lamongan, dipercayai menjaga semua
lumbung padi agar tiada mend erita kerusakan ataupun berkurang. Bila terdapat
para anak cucu Puthut Jantaka y ang berani mengganggu, merusak keselamatan
lumbung, ia dibeni wewenang mengetrap kan pidana terhadap mereka. Dimana
pun anak cucu berbuat curang, baik ditempat p enumbukkan, diluar dapur,
dihalaman, ditempat tempat tersembunyi, dijalan raya m aupun ditempat sampah.
Puthut Jantaka diserahi wewenang untuk membereskan. Ia me nyanggupi. Baginda
mengingatkan kepada hamba sahaya diharap tertib hati hati dal am hal merawat
beras. Bagi wanita yang sedang menanak nasi, jangan membiarkan na si
berceceran diatastungku. Bila sedang menumbuk padi jangan dibiarkan beras
berceceran dilesung. Bila kebetulan mencuci beras, jangan sampai beras bertebaran,
dimana mana. Jika sedang angi, jangan sampai diiyan, terdapat nasi berceceran.
Kecermatan itu mendatangkan keuntungan. Maka ditekankan: berhati hati dan
tertibl ah soal perawatan beras maupun padi. Kurang tertib dan hati hatinya
perawatan be ras dan padi akan berakibat mengganasnya hama padi. Ular sawah
akan mengganas, m enjelajah merusak tanaman padi. Ia hidup aman ditengah
tengah tanaman padi. Sete lah mengelilingi sawah sampai merata, ular sawah tidur
melingkar dipematang, akhirnya mati. Kejadian itu diketahui oleh Baginda. Beliau
sangat heran mengapa didalam lumbung terdapat walungsungan ular (kulit ular
yang mengelupas dari tubuhny a) Saat sesudah matinya ular sawah, ditempat dekat
bangkai kelihatan terdapat seorang wanita berparas cantik, secantik wajah bidadari,
berseri bagaikan bulan. Seolah olah terpisah dari kawan kawannya.
XIX. DHANDHANGGULO
01. Wanita itu masih dalam usia remaja. Tubuhnya memiliki ket inggian yang
memadai. Berpakaian serba lengkap. Berjamang (tambahan hiasan pada kalung)
berbentuk bunga jagung. Mengenakan mahkota nan indah, mengenakan penghia s
telinga berbentuk kuswaraga. Ia mengenakan kain secara belum sempuma
sebagaima na orang dewa memakai kain (pinjungan). Kain yang dikenakan berasal
dari kain su tera dengan hiasan aneka warna, bersubang emas. Senyum yang
tersembul dari bibir sungguh manis.
02. Gelang yang dikenakan dibuat daripada emas, berukit ukir. Su bangnya
berbentuk bapang, dihiasi dengan intan berselang seling mirah, menambah sinar
keayuan. Baginda Mangukuhan tertegun, terpesona melihatnya. Betul betul in dah
paras sang Remaja.
03. Oleh Baginda remaja itu dihampiri seraya menyampaikan tegur sapa penuh
sopan, dengan kata kata yang manis. Baginda menghimbau agar ma u diajak
bersama masuk keistana. Sang Kusuma Ayu menjawab sambil menyembah denga
n hormatnya.
04. Ajakan Baginda disambut baik, puteri remaja itu tiada keberatan . Ia
menandaskan: bila Baginda sungguh sungguh memengingini atas dirinya dia mem
ajukan persaratan, agar Raja bersedia sore dan pagi bercengkerama kesawah.
05. H abis menuturkan kata kata itu, putri. remaja musna dari pemandangan.
Baginda ama t menyesal atas peristiwa itu. Karena kecewanya Baginda mengajak
hamba sahayanya kembali keistana. Setibanya diistana para hamba sahaya
diperkenankan kembali ke rumah niasing masing. Sesudah itu kerajaan
Mendhangkamulan menjadi aman sentausa . Sangkan Turunan diizinkan kembali
ke Medhang Agung.
06. Tak ketinggalan, Belan g Wayungyang, Condromowo serta semua anak buah
yang terjadi dari bulu, pada saat bertempur dimedan perang, ikut serta semuanya.
Alkisah, Bethara Wisnu serta ist eri Dewi Sri lalu kembali ke Kahyangan.
07. Akhirnya kerajaan Mendhang lenyap. Penghuni seisi kerajaan menjadi roh
halus. Kerajaan Mendhangkamulan mengalami kej ayaan sampai seribu limaratus
tahun.
08. Sekali peristiwa HyangGuru Nata bertakh ta diatas singgasana, dihadap oleh
para putranya. Dari yang tertua Bethara Sambu lalu Bromo, Maha Dewa terakhir
Yang Wisnu. Bethara Bromo berputra Bremani. Brem ani berputra Tri Trustha. Tri
Trustha berputrakan Parikena.
09. Parikena berputr a Manumanasa. Bethara Bromo duduk dibelakang Hyang
Pramesthi Guru. Duduk dihadap an Hyang Jagad Nata adalah Yang Narada.
Berturut turut kebelakang : Yang Endra, Yang Bayu, Yang Candra, Hyang
Penyarikan, kemudian Yang Temburu.
10. Hyang Giri Nata, mernpersoalkan mengenai Dipoyono yang selalu
mengganggu para Dewa. Menggan ggu tata tertib. Membandel, tak suka
rnengindahkan perintah dan petunjuk para Dewa. Ia suka mandi mandi dikawah
Candradimuka, yang ditakuti dan disegani. Diperi ntahkan Yang Narada mau
memberi peningatan. Yang Narada tak sanggup memberi peringatan, karena itu
atas kehendak Sang Hyang Wenang.
11. Begitu pula si Dupara, bersikap angkuh, sombong, merasa ialah yang
terpandai . Tabiatnya suka dusta, tidak mengindahkan ketertiban. Bethara Narada
menyaranka n agar Dipoyono dan Dupara diturunkan saja kebumi.
12. Sebaiknya dipisahkan dari Kahyangan dan dilepas kedudukannya sebagai
Dewa, jadikanlah sebagai manusia bia sa. Tentang ini Yang Narada menghimbau
agar Bethara Kamajaya merayu supaya rela turun kemarcapada, mengasuh
Manumanasa.
13. Dialah nantinya yang mengadakan ketu runan sebagai raja dipulau Jawa. Telah
tiba saatnya dia turun kemacapada. Mengen ai Dupara, Yang Narada menyarankan
agar Yang Wisnu yang mengerjakan. Tempat yang layak untuk Dupara sebaiknya
diturunkan ke Atas Angin dinegeri seberang. Disana ia ditugaskan mengajarkan
tentang beberapa ilmu.
14. Hyang Pramesthi sangat men yetujui pendapat Yang Narada. Pendapat Yang
Narada didukung sepenuhnya oleh Hyan g Giri Nata. Pertemuan dipandang telah
paripurna, lalu diperintahkan bubaran. Ya ng Wisnu telah ditemui dan diberi tugas
oleh Hyang Pramesthi.
15. Dupara telah d itemui oleh Yang Wisnu. Dia diberi penjelasan, bahwa atas
perintah dan Yang Pram esthi, akan diturunkan kemarcapada ditanah Atas Angin.
Disana ia diberi tugas me nyempurnakan ilmu para brahmana yang kurang
sempurna ilmunya.
16. Dupara tak dap at berbuat lain kecuali sedia menjalani kehendak Hyang
Pramesthi itu. Yang Wisnu segera menurunnkan Dupara ke Atas Angin. Selesai
menyelesaikan tugas Yang Wisnu kembali ke Balai Marakata. Adapun Yang
Narada menuju ke Kahyangan Cakra Kembang menemui Yang Kamajaya.
17. Disana Bethara Narada menyampaikan penintah dari Hyang Pramesthi, yaitu
Yang Kamajaya ditugaskan dapat merayu Dipoyono untuk bersedi a diturunkan
dimarcapada mengasuh Manumanasa. Dialah nantinya yang berketurunan menjadi
raja. Bila ia memajukan permintaan apapun supaya dikabulkan.
18. Hyang N arada mengatakan, bila selesai menjalankan tugas itu, nantinya
dijanjikan Dewi Ratih akan dianugerahkan kepada Yang Kamajaya sebagai istri,
untuk balas jasanya. Setelah selesai menyampaikan perintah Yang Narada kembali
ke Kahyangan Suduk Pengudal udal. Yang Kamajaya pergi menemui Dipoyono.
19. Dikatakannya bahwa Hyang Pramesthi telah menugaskan padanya bertemu
muka, memusyawarahkan mengenai perset ujuan dari Dipoyono untuk sedia
diturunkan dimarcapada mengasuh Manumanasa seket urunannya.
20. Dinyatakan : dialah yang nantinya akan berketurunan sebagai raja raja.
Dipoyono tak keberatan menerima kuwajiban itu, tetapi ia memajukan persara tan.
Persaratan yang diminta ialah : Hyang Pramesthi harus sanggup mengabulkan d an
mengadakan apa yang diinginkan dan diminta oleh mereka yang diasuhnya.
21. Bi la keinginan tidak diizinkan, pemiintaan tidak diadakan maka ia akan naik
ke Suralaya. Suralaya akan diporak perandakan. Hal itu disanggupi oleh
Hyang Kamajaya. Tetapi Kamajaya memberi saran supaya Dipoyono rela memiliki
wajah dan tubuh tid ak baik, dan menjadi manusia biasa, tidak sebagai Dewa.
22. Dipoyono menyatakan tidak berkeberatan Dipoyono minta diciptakan sesosok
tubuh yang jelek, selanjutnya ia akan merasuk ketubuh itu. Kamajaya lalu
mengambil dhalung (periuk yang dib uat dan tembaga), dimanterai untuk dijadikan
bentuk sosok tubuh manusia. Sosok tubuh manusia telah tercipta, segera Dipoyono
merasuk tubuh ciptaan tersebut, yang jelek ujudnya.
23. Dipoyono lalu mengambil nama Semar, karena baik bentuk tubuh dan sifat
keada annya samar samar. Lagak ucapan dan suaranya pun berubah. Melihat segala
perubah an yang tenjadi pada diri Dipoyono ke Semar itu, Yang Kamajaya tertawa
geli. Ia menyetujui perubahan tersebut.
24. Semar minta dua orang teman, kepada Kamajaya, mereka membapa padanya.
Keduanya dapat dijadikan kawan mengasuh. Kamajaya lalu mengambil kreweng
(pecahan periuk) dan solet (alat pengaduk nasi tani) selanjutn ya diberi mantera
Kreweng berubah ujud menjadi orang, diberi nama Nala Gareng. S edang solet
berubah menjadi manusia diberi nama Dawala.
25. Dawala disebut juga Petruk, Kanthong Bolong. Yang Kamajaya dapat
memenuhi permintaan Ki Semar. Dua o rang itu diserahkan dan diterima oleh
Semar. Setelah itu Yang Kamajaya kembali k e Kahyangan.
26. Di Kahyangan Yang Kamajaya bertemu dengan Manumanasa. Yang Kama
jaya menyatakan telah diperintah Hyang Pramesthi, menyampaikan berita perintah
H yang Pramesthi, turun ke marcapada. Dia disuruh nantinya meneruskan
keturunan Yang Wenang menjadi raja raja di Jawa. Bagi dia diberikan pengasuh
turun ternurun, bernama Semar.
27. Manumanasa dapat menerima tunjukkan Yang Prarnesthi, lalu di turunkan ke
marcapada, dipuncak gunung Cipto Renggo atau Sapto Arga, didataran yang luas.
Ditumbuhi banyak batang kelapa, banyak terdapat mata air. Disana terda pat
banyak pemandangan yang mengasyikkan. Yang Kamajaya sesudah berbincang
binca ng lalu kembali ke Suralaya.
28. Sepergi Hyang Kamajaya kembali, Manumasa lalu b ersemadi. Dalam
semadinya ia mendapat ilham: mengatakan bahwa ia dapat menurunka n raja raja
bila memilki istri. Maka berkatalah Manumasa kepada Sernar mengenai ilham itu.
Ia meminta agar Semar rnau mencarikan putri sebagai istrinya. Semar m
enyanggupi.
29. Ia pergi kehutan, berusaha rnenghubungi Dewa, minta dikaruniai s eorang
wanita yang cantik, yang nantinya akan dijadikan istri Manumanasa. Dewa l alu
menurunkan seorang bidadari yang cantik molek. Tetapi bidadari itu merasuk t
ubuh seekor singa, tiba didepan Semar.
30. Semar terperanjat, lari tunggang lang gang menuju tempat Manumanasa.
Dikatakan dikaki gunung Sapta Arga ada seekor harimau, mengejar ngejar dia.
Diharapkan Manumanasa suka mengangkat panah untuk dibidikkan kepada
harimau tersebut. Tepat mengenai tubuh harimau, hilang musnah badan singa,
datanglah seorang bidadari cantik rupawan.
31. Bidadari itu pergi meng hampiri Manumanasa. Ia segera disambut dibawa
ketempat tinggalnya. Disana keduan ya mengikuti gejolak ulah asmara. Akhirnya
dianugerahi seorang anak laki laki ya ng anggun tampan, diberi nama Bambang
Sekutrem. Kemudian bidadari itu kembali ke Keinderaan.
32. Tinggallah Sekutrem bersama ayahnya yaitu Manumanasa, dan diasuh oleh
Semar dengan anak anaknya, Setelah dewasa Sekutrem minta izin ayahnya aka n
mengembara menjelajah hutan hutan. Maharsi Manumanasa mengizinkan. Semar
denga n anak anaknya diperintah mengawal. Untuk tiga orang itu yang bertindak
sebagai pengawal dan penghibur adalah Semar, Nala Gareng, dan Petruk patuh
mengikuti Sak utrem mencari wahyu raja
33. Dalam pengenbaraan mencari wahyu itu datanglah Yang Kamajaya menemui
Bambang Sakutrem, menyampaikan wahyu. Oleh Hyang Pramesthi dis erahkan
wahyu raja yang menguasai seluruh Jawa dan Blambangan sampai Banten, Bal i,
Madura dan Palembang dengan pusat kerajaan di Pulau Jawa.
34. Setelah itu Hyang Kamajaya lalu kembali menghadap Hyang Pramesthi,
melaporka n bahwa perintahnya telah selesai dikerjakan. Hyang Pramesthi segera
memberi perintah kepada Yang Narada serta diikuti para Dewa, turun ke
marcapada menciptakan para manusia.
XX. PANGKUR
01. Para Dewa lalu turun ke marcapada. Masing masing menciptakan empat puluh
pasangan pria dan wanita. Ada yang cantik, tampan, buruk .
02. Ada yang ditempatkan digunung gunung sebagai Maharsi serta penganut yang
b ertingkat tingkat kecakapan dan ilmunya. Ada puthut, cantrik, manguyu, serta
end ang (wanita kerabat pandita). Ada lagi yang ditempat tinggalkan didesa desa
seba gai petani. Mereka mengambil benih benih dari Mendhangkamulan.
03. Jangka masa p ada waktu itu disebut Jaman Tirta. Pada jaman itu manusia
hidup sealam dengan para roh halus. Antara manusia dan roh halus saling dapat
berhubungan perasaan. Me reka yang telah meninggal, rohnya masih dapat
bebubungan rasa dan karsa dengan y ang masih hidup.
04. Orang dibumi dapat berhubungan rasa dengan penghuni di Surg aloka. Begitu
pula sebaliknya. Hubungan rasa karsa itu dapat diadakan dengan jal an bersemadi,
penghening panca indera, melepaskan segala perasaan dari jasmani.
05. Pada Jaman Tirta manusia makan sekali sebulan. Manusia tahan hidup dalam
jan gka seribu tahun. Dari Jaman Tirta disambung Jaman Dupara. Pada jaman itu
manusi a tahan tiidup sampai lima ratus tahun. Manusia makan setengah bulan
sekali. Sam pai saat itu pandangan perasaan manusia peka dan tajam.
06. Sekali peristiwa Sak utrem dianugeralii penganut yaitu Puthut, Jejanggan,
Cantrik, manguyu dan endang . Sakutrem gembira hatinya. Ia lalu kembali
menghadap ayahnya.
07. Sampai ditemp at ayabnya bertapa Sakutrem melapor kepada ayahnya, bahwa
ia telah dianugerahiol eh Hyang Kaniajaya, bersifat : Puthut, Jejanggan, Cantrik,
Manguyu dan endang.
08. Sang Maharsi Manumanasa gembira hatinya, mendengar laporan dan putranya
itu. Sekutrem bertanya kepada ayahnya kepada siapa ia minta jodoh wanita yang
layak m enjadi istrinya.
09. Dijawab oleh ayahnya mintalah petunjuk kepada Semar. Ikutil ah segala
nasihatnya. Sekutrem diajaknya masuk hutan, disertai dua orang anak Ki Semar.
10. Ditengah hutan itu Semar bersçmadi mengheningkan panca indera, meminta
kan kepada Dewa, wanita yang pantas menjadi pendamping dan manusia
kesayangan dan asuhannya, yalta Sekutrem. Yang Kamajaya mengabulkan
permintaan tersebut. Ditur unkan bidadari dalam perujudan ular besar. Tiba
didepan Semar, ular itu menyerang Semar dengan garang. Semar amat terkejut. Ia
lari mendekati Bambang Sekutrem.
11. Dia mengadu bahwa ada ular besar datang menyerang pada saat ia bersemadil.
S emar minta agar ular itu dilepasi panah. Ular itu tepat terkena anak panah
Bambang Sekutrem, matilah ia. Dalam sekejap mata bangkai ular itu hilang
musnah, data nglah seorang bidadari yang molek rupawan.
12. Bidadari itu datang menghampiri B ambang Sekutrem. Bidadari itu
menyerahkan diri, bersedia memenuhi segala kehendak pria pujaannya. Bambang
Sekutrem pulang kembali dengan membawa bidadari karunia Dewa. Kepergiann
ya diikuti oleh Ki Semar dengan anak anaknya.
13. Oleh Manumanasa, anaknya: Saku trem dengan bidadari menantunya
ditempatkan dibangunan yang terletak disisi pade pokannya. Kemauan Sakutrem
mendapat seorang anak laki laki, yang tampan wajahnya . Oleh kakeknya diberi
nama Bambang Sakri. Setelah Sakri menjelang dewasa, Bidad ari meninggalkan
Sekutrem, kembali ke Inderaloka.
14. Bambang Sakri bertempat ti nggal bersama ayahnya, dalam asuhan Semar
dengan anak anaknya. Setelah dewasa Bambang Sakri menghimbau kepada
ayahnya untuk dicarikan seorang wanita, untuk dija dikan istri. Ayahnya lalu
menyuruh agar mencari diantara anak putri remaja dari para Resi, Pandita, Pertapa,
siapakah diantara mereka yang menjadi pilihannya.
15. Bambang Sakri tak dapat menerima anjuran ayahnya itu. Sakutrem tetap pada
pen diriannya, Sakri disuruh mencari sendiri. Akhirnya Sakri meminta diri kepada
ayahnya, pergi masuk hutan disertai Ki Semar, Nala Gareng dan Petruk.
16. Perjalanan Sakri naik gunung, tunun gunung, masuk jurang naik jurang,
menyuruk nyuruk hut an belukar, bagaikan tingkah ayam jalang ditengah hutan.
Malam hari melupakan ti dur, siang hari tak menghiraukan makan.
17. Alkisah kerajaan Tabela Suket rajanya bergelar Raja Partawijaya, seorang raja
Agung yang disegani negeri negeri teta ngganya. Negeri itu sedang diserang mala
petaka wabah penyakit. Banyak hamba sah aya yang terserang. Diserang pagi sore
meninggal, diserang petang paginya mening gal. Baginda Partawijaya amat
bersedih hati mengenang penderitaan rakyatnya.
17a . Baginda mempunyai seorang anak putri bernama Ratna Widawati,
wajahnya cantik j elita. Pada suatu malam ditengah sedang tidur, ia
bermimpi bertemu dengan seorang pria jejaka nan tampan rupawan
ditengah hutan. Pria itu bernama Bambang Sakri.
17b. Setelah mimpinya itu dikabarkan kepada ayahanda Baginda.
Diterangkan pula dalam mimpinya telah terjadi ulah asmara main
sanggama dengan pria yang terdapat dalam mimpi tersebut. Putri Widawati
dengan sangat mendesak kepada Baginda agar pemuda itu dicari.
17c. Ditambahkan penjelasan lagi, bahwa dengan dapat ditemuk annya
Bambang Sakri dibawa masuk keistana, malapetaka yang meraja lela
didalam n egeri akan musnah. Menanggapi uraian Ratna Widawati
seluruhnya, Raja Partawija terbangkit hasratnya untuk mencari. Segera
Baginda mengambil panah rantai emas, l alu terbang tinggi mengelilingi
angkasa. Tiba tiba kelihatan olehnya ditengah te ngah rimba raya ada teja
(nut) Teja itu lalu dihampiri. Ternyata setelah didekati cahaya itu lalu
lenyap.
18. Bekas tempat menghilangnya cahaya terdapat Seorang ksatriya yang bagus
wajahnya, dihadapannya duduk tiga orang sahaya kesayanganny a. Baginda
tergopoh gopoh menukik, terbang menuju satriya yang sedang duduk itu. 18a.
Baginda menegur dengan kata kata sopan dan suara lemah lembut. Sang Raja m
enyatakan : mengapa kalian berada ditengah hutan belantara. Apa maksudnya,
siapa namanya, serta dan mana asalnya.
19. Jawabnya : bahwa ia tidak mempunyai keinginan barang sesuatu kecuali
mencari jalan kearah mati. Baginda menaruh rasa sangat sayang. Kasihan orang
setampan itu meninggal sia sia ditengah hutan. Baginda memberitahukan bahwa
beliau adalah raja negeri Tabela Suket.
20. Sebutannya Sri Partawijaya, banyak negara tetangga yang berlindung dibawah
n aungan negeri Tabela Suket. Baginda mengutarakan bahwa beliau mempunyai
putri yang cantik molek parasnya, bernama Ratna Widawati. Pada suatu tengah
malam dalam keadaan tidur nyenyak, tiba tiba ia bermimpi bertemu dengan.
seorang satriya nan bagus. Diminta dengan sangat, ayahnya sudi mencarinya. Ia
menyatakan dalam mimp inya itu telah teijadi ulah asmara.
21. Menurut ciri ciri yang diterangkan semua nya ada pada anda. Oleh sebab itu
dengan rendah hati Baginda mengharap agar Bamb ang Sakri sudi datang melihat
dinegeri Tabela Suket. Apabila nantinya Ratna Wida wati tidak menghendaki, Raja
Partawijaya sanggup mengantar kembali ketengah rimb a ditempat semula.
Bambang Sakri tetap pada pendiriannya, yaitu hanya menginginkan mati.
22. Raja Tabela Suket tahu maksud sebenarnya yang terkandung dalam hati
Bambang Sakri yaitu ingin uji coba kesaktian. Karena itu segala permintaan yang
disertai rendah hati dan kata kata lemah lembut tiada diindahkan oleh Banibang
Sakri. Maka terjadilah adu kecakapan dan kesaktian. Kata kata jawaban dari
Bamba ng Sakri dirasa bagaikan membakar telinga.
23. Bambang Sakni akan diterkam, Sakr i menghindar hingga tangkapan tak
mengenai sasaran. Raja Partawijaya kena tendan g lalu terjatuh. Belum sempat
berdiri telah ditangkap dan dilempar sampai jauh. Sakri melempar Raja
Partawijaya dengan ringan, andaikan melempar selembar kapuk. Raja Partawijaya
merasa bahwa kecakapan serta kesaktiannya ada dibawah lawan: M aka Baginda
lalu rnembidikkan senjata rantai emasnya.
24. Setibanya diatas istan a, Raja Tabela Suket terbang menukik, mendarat didepan
istana. Kemudian keempatnya dibawa masuk keistana. Didalam istana ikatan
senjata rantai emas dilepas.
24a . Pada waktu Raja Partawijaya masuk istana putri Baginda Ratna
Widawati sedang duduk duduk dilantai. Segera ia dipanggil, Ratna
Widawati menghadap ayahanda, sambil bersujud.
24b. Baginda menunjukkan kepada putrinya sambil bersabda : inilali
putriku yang telah kukabarkan itu. Apabila tidak disukainya, maka Raja
Partawij aya akan mengantar kembali ketempat semula. Serta Sakri melihat
wajah Retno Wida wati hatinya sangat terpesona. Sakri amat berterima
kasih atas kerelaan Baginda rnenyerahkan putrinya.
24c. Sri Baginda memerintahkan supaya membawa Reno Widawa ti masuk
ke kamar peraduan. Apa yang terjadi pada malam itu tiada dikisahkan. Pa
gi harinya Baginda mengadakan pertemuaa di balai Agung.
24d. Dalam pertemuan itu Baginda rnengumumkan bahwa Bambang Sakri
diangkat sebagai Raja Muda yang nantinya akan dinobatkan diatas takhta
menggantikan ayah mertuanya. Pengangkatan itu dikumandangkan ke
negara negara tetangga. Payung tanda Raja Muda dikembangkan.
Keajaiban alam dari mengembangkannya payung itu, wabah yang melanda
kerajaan Tebela Suket hilang musnah. Yang menderita sakit cepat menjadi
sembuh.
25. Tersebutlah ceritera di Atas Angin, ada Pendita yang terkenal amat banyak
ilmu dan kesakti annya, Banyak para raja yang berguru tentang kekebalan dan
kesaktian, apalagi ulah keprajuritan. Pendita itu bernama Dupara.
26. Pandita Dupara tahu bahwa di Ja wa ada seorang Pandeta termashur, bertempat
tinggal di Ciptorenggo. Pendeta itu bernama Manumanasa. Ia tak mau berguru
kepadanya. Oleh sebab itu Pandita Dupara rnasgul hati.
27. Pandita Dupara menghasut para raja agar bersama sama menyerang pandita
dipul au Jawa yang bernama Manumanasa karena tak mau tunduk berguru kepada
Pandita Dup ara di Atas Angin.
28. Pandita Dupara mendirikan perguruan yang mengajarkan ilmu kekebalan serta
kesaktian. Para raja yang telah berguru kepada Pandita Dupara, mendukung
kehendak. gurunya. Para raja segera menyiapkan pasukan lengkap dengan
persenjataannya. Pada hematnya tak akan mendapat kesukaran menyerang Jawa.
29. Jalannya pasukan berbondong bondong. Sekeliling gunung Cipto Renggo telah
dikepung ketat.
30. Sang Maharsi Manumanasa tahu bahwa tempat pertapaannya telah siap dijaga
untuk diserang, lalu memanggil putranya Sekutrem. Putranya diberi tahu bahwa
pertapaannya Cipto Renggo terancam bahaya, dari serangan Pandita Dupara
beserta pengikutnya Raja raja dari Atas Angin.
31. Bambang Sakutrem mengindahkan sega la perintah dan petunjuk ayahandanya.
Ia menyiapkan diri dengan pasukan Cantrik, Puthut, Manguyu serta Jejanggan.
Setelah siap semuanya, Sukutrem minta doa restu untuk memimpin pasukannya,
dibawa turun kekaki gunung Disana kelihatan bahwa tempatnya telah terkepung
musuh yang siap dengan senjata ditangan masing masing.
32. Bambang Sakutrem lalu berdiri tegak, mengheningkan cipta memusatkan
pancaindera, mohon bantuari dari Dewa dalam serangan perlawananya terhadap
musuh. Maka turunlah hujan batu disegenap penjuru medan pertemputan. Hancur
leburlah pasukan lawan terkena serangan hujan batu. Tak ada seorang pun yang
dapat lolos dari ser angan hujan batu.
33. Kemudian berturut turut datang menyerang banjir besar dan topan badai.
Akhirnya Dupara dan segenap pengikutnya hanyut dilanda banjir dan t erpental
diembus topan badai sampai dinegeri masing masing, tiada seorang pun ya ng
ketinggalan.
34. Tersebutlah kisah ceritera mengenai Raja Tebela Suket yang s edang tertarik
perhatiannya terhadap Sang Maharsi di Cipto Renggo, termashur san gat tekun
menjalani tapanya. Baginda menetapkan pendiriannya, untuk pergi bergur u.
Segera Baginda terbang menuju Cipto Renggo.
35. Dalam perjalanan Baginda meng alami kebingungan. Tak tahu arah mana yang
harus ditempuh. Baginda lalu menukik kebawah, tepat dipertapaan Sang Dupana.
Begawan Dupara kebetulan sedang duduk du duk. Melihat kedatangnnya
seseorang lalu disambut tegur sapa.
36. Baginda menyat akan bahwa ia adalah Raja Tebela Suket bergelar Partawijaya.
Maksudnya hendak me nuju pertapaan Cipto Renggo dipulau Jawa. Sayang
ditengah perjalanan Baginda men derita kebingungan. Maksud dan tujuan Baginda
ingin berguru kepada Sang Begawan Cipto Renggo. Baginda minta petunjuk jalan
arah mana yang harus diternpuh, menuj u pertapaan Cipto Renggo itu.
37. Karena kebingungannya Baginda datang minta per tolongan. Atas kekhilafan
tersebut, Baginda dengan rendah hati meminta maaf. Sang Begawan
mempersilakan berhenti sejenak.
38. Ia memerintah kepada para sekabat menyiapkan jamuan buat Baginda. Dengan
sengaja Begawan Dupara mementaskan mukjijat keajaiban Hidangan telah
tersajikan pindang kambing yang telah disajikan diat as piring besar, piring sajian,
dapat tegak kembali dan lari lari. Lalu diganti dengan pindang ayam jantan, juga
dapat berdiri lagi sambil berkokok kokok.
39. Melihat peristiwa itu Baginda Tebela Suket tercengang cengang, memuji keajai
ban yang terjadi dipertapaan Dupara. Maka terlontarlah kata kata hinaan ditujuka n
ke Cipta Rengga. Dikatakan mana ada keajaiban seperti yang terjadi itu terdapa t di
Cipto Rengga. Apalagi disana, adalah daerah pegunungan. Mustahil dapat meng
imbangi di Atas Angin.
40. Baginda Tebela Sukt, lalu beralih. pandangan, tidak j adi berguru di Cipto
Rengga, melainkan akan berguru kepada Begawan Dupara. Tempat Begawan
Dupara, Raja Partawijaya diberi macam macam ilmu kejayaan dan kesaktian.
41. Sesudah mengetahui betul betul Raja Partawijaya berguru lahir maupun bati n
kepada Begawan Dupara, maka Dupara lalu memerintahkan Sri Partawijaya
menemui Sang Manumanasa, diminta baginya mau rnenyerah tunduk kepada
Begawan Dupara. Bila tidak mau, Raja Partawijaya diizinkan membunuhnya. Dia
dipandang mengganggu tegak berdirinya pertapaan Dupara.
42. Setelah perintah dan petunjuk diterima, ber angkatlah Sri Partawijaya menuju
Cipto Rengga. Beralih ceritera tentang Bambang Sekutrem. Sehabis menumpas
musuh, bermaksud mencari putranya Bambang Sakri.
43. Bambang Sakri minta kawin. Oleh ramanda : Sekutrem, diizinkan mencari
sendiri putri yang diidamkan. Sakri minta restu dari ayahnya, pergi masuk hutan.
Sekutrem mencari ditengah hutan. Ditengah hutan Sekutrem bertemu dengan Raja
Partawijaya
44. Raja Partawijaya berkakak kepada Sekutrem, Sekutrem beradik kepada Raja
Part awijaya. Raja Partawijaya menanyakan, adakah penganggapan sebagai
saudara tua itu dapat diterima oleh Sekutrem. Dijawab setuju oleh Sekutrem.
Partawijaya mengha rap semoga keakraban bersaudara itu lestari sampai akhir
hayat.
XXI. MEGATRUH
01 . Diulang lagi pertanyaan Raja Tebela Suket Apakah sungguh sungguh
Sekutrem mau mengulurkan tangan ajakan itu. Dijawab Lahir batin Sekutrem
dapat menerimanya.
02. Perjanjian telah mengikat keduanya. Partawijaya mengutarakan maksud atas
peni ntah Pandita Dupara, datang ke Cipto Rengga, minta agar Maharsi
Manumanasa mau m enyerah kepada Pandita Dupara.
03. Dalam hal ini Sekutrem tidak menyetujui sebab itu adalah ayahanda. Namun
Partawijaya sudah terlanjur menyanggupi. Sebab itu ia tak dapat merubah
kesanggupan Kalau demikian tak usah datang digunung cukup di sini saja. Toh
nanti digunung Cipto Renggo tetap akan berhadapan dengani Sekutrem.
04. Raja Partawijaya siap siap, ía menyingsingkan lengan baju, Sekutrem akan di
serangnya. Raja Tebela Suket dikatakan gerak geriknya menakutkan seperti
raksasa . Seketika itu juga Sri Partawijaya berubah sifat menjadi raksasa, berambut
tebal ikal. Ia pun menyesal, menangis sejadi jadinya. Tingkah lakunya menggaruk
garuk tanah dengan menggunakan tangannya.
05. alu dikatakan oleh Sekutrem tingkah la ku Partawya menyerupai babi hutan.
Berubah lagi tubuh Tebela Suket menjadi babi hutan.
06. Melihat perubahan bentuk badan yang kedua kalinya, ia sangat takjub. Ia
merasa malu. Baginda Partawijaya menyatakan sangat bertaubat kepada Sakutrern .
Dia mengharap tubuhnya dapat diubah kembali seperti semula.
6a. Diharap dengan sangat belas kasihanmu dari Sang Sekutrem agar mau
merubah wajah yang sekarang, kembali rnenjadi wajah manusia. Tidak
bermoncong. Raja Partawijaya berpendapat tiada orang lain yang mampu
memulihkan kembali berwajah manusia keculi Sang Sekutrem.
07. Sekutrem menaruh sangat kasihan terhadap Raja Partawijaya, setelah berwajah
babi hutan. Atas manteranya yang diucapkan, wa jah Raja Partawijaya berubah
menjadi wajah manusia kembali seperti semula. Baginda sangat berterima kasih.
08. Sekutrem menceriterakan kisah perjalanannya. Sebenarnya Ia adalah putra dari
Maharsi Manumanasa. Ia terpaksa rneninggaikan ayahan danya, karena mencari
putranya bernama Bambang Sakri : Ia telah lama meninggalkan pedhepokan.
09. Raja Partawijaya berganti mengkisahkan. Sejak putrinya bernama Retno
Widowati bermimpi sampai dengan Bambang Sakri diangkat sebagai Raja Muda
dinegeri Tebela Suket, dengan gelar Prabu Anom.
10. Baginda Partawijaya menyatakan : kanda tak usah mencari, menyusul ke
Tebela Suket. Raja Partawijaya sendiri akan menjalankan penyerahan rnenantunya
Bambang Sakri, putra Sang Sekutrem juga diikut sertakan putrinya sendiri : Retno
Widowati sebagai menantu Resi Sekutrem.
11. Pertemuan akrab diawali dengan kehangatan telah berakhir. Raja Partawijaya
minta diri dan minta restu dan Sang Sekutrem. Baginda terbang menuju negerinya.
Baginda singgah menemui Begawan Dupara di Atas Angin.
12. Beliau mengisahkan apa yang dialami oleh Raja. Meski dalam kekecewaan
Dupara tak dapat berbuat sesuatu pun. Raja Partawijaya kemudian minta diri
kepada Pandita Dupara, selanjutnya ke mbali kenegeri Tebela Suket.
13. Tiba diistana, setelah istirahat sejenak Bagind a memanggil putrinya : istri
Prabu Anom. Baginda menceriterakan segala pengalama nnya dalam perjalanan.
Sesudah itu Baginda memerintah putrinya supaya siap siap, ia beserta suaminya
akan diantar mengunjungi mertuanya, yaitu Sang Sekutrem put ra Maharsi di Cipto
Renggo.
14. Baginda sendiri bermaksud mengantarkan putra men antunya berdua kebukit
Cipto Renggo. Raja Partawijaya memberi perintah mengatur pasukan guna
mengantar Prabu Anom. Pasukan telah siap. Baginda memberi isyarat berangkat.
15. Baginda sendiri ikut serta mengantar ke Cipto Renggo. Setelah siap
berangkatlah keluarga istana Trebela Suket. Perjalanannya melalui angkasa.
16. Perjalanannya laju sebentar kemudian tibalah di Cipto Renggo. Disana
dijemput ol eh Sekutrem, kemudian bersama sama menghadap Sang Maharsi
Manumanasa.
17. Maharsi Manumanasa menyambut dengan hormat kedatangan Raja Trebela
Suket. Baginda diaj ak duduk bersama. Cucunya berdua duduk bersujud kepada
kakeknya. Sang Maharsi memerintahkan menghidangkan jamuan untuk Bagind.
Setelah bersujud Sekutrem dan put ranya, meninggalkan Maharsi.
18. Raja Pantawijaya minta menetap sementara dipade pokan, untuk mendapatkan
didikan ilmu kecakapan dan kesaktian. Baginda telah men erima banyak ilmu dan
kecakapan. Ilmu mengenai asal mula dan tujuan kehidupan te lah juga diajarkan.
19. Setelah cukup mendapat ilmu Baginda memohon izin serta p ertimbangan
Sang Maharsi untuk rnenobatkan Sakri sebagai Raja dinegeri Trebela S uket.
20. Baginda Partawijaya selanjutnya akan tekun berguru. kepada Sang Yogi M
anumanasa digunung Cipto Renggo. Mendengar pernyataan Partawijaya itu 70
Pandita Manumanasa tersenyum, merasa disanjung sanjung. Sang Yogi.
menyatakan te rima kasih.
21. Pandita Manumanasa berkata kepada Raja Partawijaya, minta agar S akri tetap
bertempat tinggal di Jawa. Adapun buat Baginda sendiri dipersilakan k embali
kenegerinya Tebela Suket. Diharap menyebarluaskan ilmunya.
22. Raja Parta wijaya akhirnya menerima baik petunjuk Sang Manumanasa.
Baginda menyerahkan Sakri beserta istri Ratna Widowati untuk mendapatkan
bimbingan dan petunjuk
23. Bagi nda lalu minta diri kepada keluarga Cipto Renggo, kembali beserta
penggawalnya ke Tebela Suket. Sakri dan Retno Widowati hidup damai aman
sentausa membina kerumah tanggaan.
XXII. PUCUNG
01. Hidup Sakri dengan istrinya selalu rukun. Segala p ersoalan dipecahkan
senantiasa dengan musyawarah. Mereka berdua dapat menikmati suasana di Cipto
Renggo.
02. Alam Cipto Renggo sungguh mengasikkan. Pohon pohona n berbuah tiada
keputusan. Sampai sampai banyak beruntuhan tiada diurusi. Bunga bungaan pun
beraneka warna.
03. Putri Widowati kerap kali turun kesawah melihat lihat adanya tanam tanaman
yang diusahakan oleh : Cantrik, Manguyu, Phuthut, Jajanggan.
04. Peninjauannya disawah Ratna Widawati selalu diantar oleh Sakri. Sampai
petang baru mereka pulang. Kemudian dari perkawinan Sakri dan Retno Widowati
itu dikaruniai seorang putra.
05. Wajahnya anggun. Ayah bundanya sangat cinta kasih sayang. Putranya diberi
nama Polosoro. Lama lama sampailah Polosoro mencapai usia dewasa.
06. Sekali peristiwa Manumanasa didatangi dua orang Dewa yaitu Yang Sambu
dan Yang Kamajaya..
07. Kedatangan kedua Dewa itu menyampaikan panggilan bagi Maharsi
Manumanasa, Sekutrem, Sakri dan Retno Widowati agar pindah ke Inderaloka.
08. Pandita Manumanasa beserta putra, cucu dan menantu Retno Widowati me
ngindahkan panggilan Dewa.
09. Manumanasa mencurahkan kepercayaan penuh kepada Semar untuk membina
cicitnya Polosoro. Buruk baik terletak ditangan Semar.
10. Se sudah cukup meninggalkan pesan kepada Semar, keempatnya berangkat
naik ke Indera loka.
11. Polosoro tinggal seorang diri di Cipto Renggo. Ayah bunda dan kakeknya telah
tiada. Ia jadi tidak tahan menetap di Cipto Renggo. Dia mengajak Semar da n anak
anaknya turun dari gunung, masuk hutan.
12. Dalam perjalanan ia menemukan sebuah bekas batang jati yang telah ditebang.
Dan tunggak jati itu, tumbuh bata ng batang baru. Dia menentukan pendapat,
tempat itu akan dijadikan tempat bertapa.
13. Ki Semar dan anak anaknya menjaga diluar dholog (batang jati yang masih k
ecil) yang tumbuh dan tunggak jati tersebut.
14. Tersebut dalam ceritera, Dewi D urgandini, putri Raja Mardewa, menderita
penyakit, badannya berbau amis. Ia sangat malu.
15. Bersama sama pembantu setianya, Dewi Durgandini meninggalkan istana
secara d iam diam pada tengah malam. Hidupnya mengembara dalam keadaan
merana.
16. Perjal anannya terhalang oleh sungai besar, didekat pantai lama nian Dewi
Durgandini me nunggu ditepi sungai itu. Lama lama kelihatan hanyut sebuah
perahu kosong lengka p dengan pengayuhnya. Perahu itu dikait, lalu diambilnya.
17. Dewi Durgandini di sertai embannya naik keatas perahu. Durgandini
memegang tongkat pengemudi, emban yang memegang kayuh.
18. Keduanya menjalankan perahu hilir mudik siang malam ti dak tidur. Jika ada
orang terhalang dalam perjalanan, dipersilakan naik perahu t anpa dipungut biaya.
19. Begitulah pekerjaan Durgandini tiap hari, memberi perto longan kepada siapa
pun yang terhalang perjalanannya. Pada malam harinya mereka berhenti sambil
tafakur, mohon ampun kepada Dewa Maha Tunggal semoga penyakitnya dapat
sembuh.
20. Bila ternyata penyakitnya tak dapat sembuh, ia rela mati dite lan air sungal.
Dan penyakitnya itu Dewi Durgandini merasa sangat menderita.
21. Alkisah, Polosoro telah lama menjalani tapa diatas tunggak jati. Kemudian
turun lah dari Inderaloka Hyang Pramesthi Guru bersama Hyang Narada.
Kedatangan mereka berujud burung pipit jantan betina. Mereka memasang sarang
diataskepala Sang Tapa.
22. Rambut Polosoro penuh dengan bahan baku sarang burung pipit beterbangan
disekitar sarangnya. Dengan mengintip intip Semar berusaha menangkap sepasang
bu rung pipit itu.
23. Pada waktu Semar menangkap burung itu, terperanjatlah Poloso ro, merasa
kepalanya dipegang dan rambutnya ditarik. Polosoro bertanya kepada Se mar,
mengapa ia berbuat begitu.
24. Semar menceriterakan adanya burung pipit yan g bersarang diatas kepala
Polosoro serta akan ditangkap, sepasang burung tersebu t terbang dan hinggap
dipohon kesambi.
25. Palasana menghentikan tapanya ia meng ambil panah. Kedua burung itu
dibidiknya. Sebelum anak panah itu dilepaskan sepa sang burung itu telah terbang
pergi. Berulang kali setiap Polosoro rnembidikkan panah, sebelum anak panah
dilepaskan, burung itu telah terbang pergi ketempat la in. Hati Polosoro jadi
penasaran. Kemana saja burung itu terbang, selalu diikuti .
26. Lama lama pengejarannya terhalang oleh sungai. Silugangga si Burung pipit
masih nampak hinggap disehuah pohon diseberang sungai.
27. Polosoro mondar mandi r mencari perahu yang mau menolong menyeberangi
sungai Gangga. Tiba tiba Polosor o melihat sebuah perahu segera dipanggil,
pengemudinya diminta tolong mengantark an diseberang sungai.
28. Pengemudi menyanggupi Polosoro serta pengikutnya naik diatas perahu. Diatas
perahu itu Polosoro mencium bau busuk. Ia bertanya bau apa kah yang dirasakan
itu.
29. Durgandini menyatakan bau busuk itu ditimbulkan oleh penyakit yang
mengendap pada tubuhnya. Dewa memberi isa rat bahwa untuk rnenghi langkan
bau busuknya ia harus rela menjadi pengemudi perahu memberi pertolongan
menyeberangkan siapa pun yang membutuhkan, nantinya akan hilanglah bau
busuk yan g terdapat pada tubuhnya.
30. Polosoro bersedia usaha menolong menghilangkan penyakit Dewi Durgandini.
Dur gandini dimandikan tiga kali sambil membaca mantera.
31. Kemudian hilanglah bau busuk yang selama itu mengendap pada tubuh
Durgandini. Ia pun berubah wajalmya m enjadi cantik molek. Cahayanya bagaikan
sinar bulan purnama. Bau badannya berubah menjadi harum semerbak. Polosoro
tercengang dan kagum melihat perubahan itu.
32. Dalam perahu tersebut Dewi Durgandini menjadi juru mudi, duduk didepan.
Emban sebagai tukang dayung. Polosoro dan pengikutnya duduk ditengah tengah
perahu.
33. Polosoro mengamati gerak gerik Dewi Durgandini. Hatinya sungguh terpesona.
Ti ba ditengah sungai, datanglah air pasang. Perahu menjadi miring kedudukannya,
ak hirnya terbalik.
34. Sebelum tenggelam Putri Durgandini dapat dikait oleh Poloso ro, diangkut
dibawa menepi. Pada waktu mengangkut ketepi air kama (main) dari Po losoro
jatuh dan hanyut diair.
35. Emban ditangkap Ki Semar dibawa menepi. Setib a diseberang sungai kalian
beristirahat dibawah batang kesambi, sambil mencari d ua burung pipit yang
mereka buru. Namun burung pipit telah tiada.
36. Konon bau busuk yang mengendap pada tubuh Dewi Durgandini larut hanyut
diair lalu diperebu tkan oleh ikan ikan sungai dan ikan laut.
37. Menjadi mangsa: badher, uceng, uda ng, palung, kepiting. Kama yang jatuh
diair, menjadi perebutan lima ekor ikan.
38. Dibawah batang kesambi itu Dewi Durgandini bersujud kepada Polosoro.
Karena s angat sedih ia menderita sakit aneh itu, ia mengeluarkan sumpah janji.
39. Sumpa h janji itu berbunyi : Barang siapa dapat rnenyembuhkan penyakitnya,
bila seoran g wanita akan dijadikan sahabat. Bila seorang pria ia akan
menyerahkan diri, sedia menjadi abdi setia, sanggup menjalani perintahnya, meski
selama hidup sekalipun.
40. Mendengar janji ucapan Durgandini itu, Polosoro bangga sekali. Ia tegak
berdiri memandang kearah sekitarnya. Dia dapat melihat pemandangan yang amat
luas. Terdampar dataran luas apalagi subur tanahnya.
41. Keindahan pandangan disitu sukar mendapat tolok bandingnya. Disebelah
selatan disebelah utara terdapat sam udera.
42. Polosoro berdoa agar sifat hutan rimba itu berubah, menjadi tempat ya ng dapat
didiami manusia. Juga ia menciptakan sebuah negeri yang elok.
43. Terka builah apa yang diminta oleh Polosoro. Hutannya berubah menjadi
negeri serta ist ana dengan bangunan sangat megah. Tiada bangunan istana
semegah negara dan istan a yang diciptakan oleh Polosoro. Benda benda kebesaran
kerajaan lengkap sempuma.
44. Dalam negeri itu banyak terdapat ragam bunga bungaan. Rumah rumah
dibangun berdekatan semua berpagar batu bata.
45. Bangunan Balai Pagelaran bangunan disek itar alun alu sangat menarik. Dapat
dimisalkan Balai Jonggring Salaka diturunkan ke Marcapada.
46. Sesudah istana sempurna diciptakan, Polosoro mengajak Dewi Durgandini dan
Semar beserta anaknya menyaksikan keadaan bangun bangunan istana. Ki Semar
dan anak anaknya melihat lihat bangunan bangunan diluar. Dewi Durgandini
dipersilakan melihat lihat kamar didalam istana.
47. Tiba diruang peraduan Dewi Durgandini dipersilakan menikmati keindahan
bangunan, sambil melepaskan lelah. Pada saat melihat lihat keindahan ruang
peraduan itu, Polosoro sempat mengamati bentuk tubuh Dewi Durgandini.
Terbangkitlah nafsu birahinya. Dalam kesempatan itu Polosoro dan Dewi
Durgandini menggunakan ulah asmara, main sanggama.
48. Selewatnya saat itu Polosoro pergi keluar menemui Kyai Semar. Kepada Ki
Semar dia minta pertimbangan.
49. Apakah ge rangan nama yang pantas diberikan untuk negeri yang habis saja
diciptakan yang memiliki istana indah, didepan terdapat laut dan pelabuhan yang
besar, dibagian belakang terdapat pegunungan yang indah pemandangannya.
50. Ki Semar menjawab minta tangguh sebab lebih dahulu akan mencari orang
sebagai saksi pemberian nama. Ki Semar pergi ketepi Sungal Silugangga.
51. Terdapat disana empat orang laki laki dan seorang wanita. Ki Semar datang
menemui kelima orang tersebut.
52. Kelima orang itu menyambut kedatangan Kiai Semar. Mereka menanyakan
mengapa seorang dir i datang ditepi sungai Gangga.
53. Kyai Semar memberitahukan namanya. Ia rnenerangkan berasal dari desa
Manatahu sebaliknya Semar bertanya apa maksud kalian berkumpul ditepi sungai
Silugangga.
54. Jawabnya : mereka berasal dari dalam air. M ereka adalah anak anak dan
binatang air. Kedatangan mereka ditepi sungai, mencar i pertolongan orang yang
mampu memberi nama bagi mereka.
55. Apabila Kyai Semar yang mampu memberi nama mereka masing masing akan
mengabdi kepadanya. Akan bersedia sehidup semati.
56. Mereka akan mengikuti kembali kerumahnya didesa Manatahu sebagai hamba
sahayanya. Kyai Semar rnenyanggupi. Lima orang tersebut diminta a gar
mengikuti kedesa Manatahu, disana mereka akan diberi nama.
57. Tak lama kemu dian tibalah kembali Kiai Semar didepan Sang Polosoro,
diikuti oleh lima orang. Polosoro menegur siapakah lima orang pengikut itu,
nampak gagah perkasa lagi cak ap cekatan sikapnya.
58. Diterangkan oleh Kiai Semar, kelima orang diantaranya s eorang wanita ini
berasal dari dalam tirta. Mereka adalah keturunan dari ikan, j uga mina tirta.
59. Mereka muncul kedarat untuk mencari keterangan, siapakah ger angan yang
mampu memberi nama yang layak bagi mereka. Bila berhasil mereka akan
mengabdi kepadanya.
60. Polosoro rnenyanggupi pemintaan mereka. Mereka telah pua s atas pemberian
nama bagi kalian. Selanjutnya merekapun mengabdi kepada Sang Polosoro.
XXIII. SINOM.
01. Kelima orang itu menyampaikan terima kasih sedalam dal amnya. Sang
Begawan minta diceriterakan siapa yang menurunkan kalian. Maka masin g
masing memberikan keterangannya. Yang tertua menyatakan ibunya adalah ikan
bad her.
02. Orang yang kedua menyatakan ibunya adalah seekor ikan palung. Adiknya l
agi ibuny adalah seekor ikan uceng. Sesudah itu menyatakan bahwa ibunya, adalah
ikan hiu, yang terakhir menyatakan bahwa ibunya adalah seekor kepiting. Menurut
ceritera para ibunya trjadinya mereka : itu pada mulanya ada seorang putri yang
rnengendarai sebuah perahu. Pada waktu perahu itu sampai ditengah tengah sungai
datanglah airbah. Perahunya menjadi terbalik. Dalam perahu itu ada seorang
penunipang lelaki. Pada kecelakaan itu melompat ia. Air kamanya jatu h kedalam
air.
03. Kama itu bercampur dengan bau busuk, lalu menjadi perebutan i kan ikan ibu
masing masing, sehingga air kama itu habis dimakannya. Sampai sekia n ceritera
itu disampaikan, Polosoro terasa didalam hati. Ia pun segera menyatak an bahwa
sesungguhnya mereka itu adalah putra dan putri dari Sang Begawan.
04. Oleh sebab tu oleh Polosoro diminta agar mereka bersujud kepadanya. Setelah
merek a masing masing bersujud, Sang Begawan berkata kepada kalian. Mereka
lalu diberi nama masing masing. Anak dari seekor badher diberi nama
Rupakencoko. Anak dari seekor palung diberi nama Bimokenco.
05. Putra dari seekor uceng diberi nama Kencoko. Anak dari seekor hiu diberi
nama Rojomolo. Anak dari seekor kepiting diber i nama Swagandini. Begawan
Polosoro memberikan nama negara yang baru saja dicipt akan : Negara Astina.
06. Rupokenco, Bimokenco, Kencoko, Rojomolo bersama sama m enyampaikan
hormat dan terima kasih atas pemberian nama itu demikian juga Swargandini,
Mereka sangat. memuji pemberian nama negara itu. Negara Astina
07. Pada tengah mereka berbincang bincang itu datanglah seorang putra raja
Maldewa yang be rnama Durgandono. Ia duduk menghadap Sang Polosoro dengan
hormat lagi khidmat. Melihat kedatangan Durgandono itu, sebelum ia mengatakan
sesuatu lebih dahulu tel ah dirangkul oleh Durgandini seraya menangis
08. Dewi Durgandini merangkul adiknya : Durgandono itu sambil meneriakkan
nama adiknya. Melihat peristiwa itu berta nyalah Polosoro kepada istrinya:
mengapa. ia merangkul seorang tamu itu sambil menangis. Dijawab oleh Dewi
Durgandini bahwa tamu itu adalah adiknya bernama Durg andono putra dari Raja
Maldewa.
09. Polosoro lalu memberikan salam kedatangan Durgandono. Ia menanyakan apa
maksudnya datang dinegeri Astina. Durgandono bersujud kepada Polosoro lalu
mengutarakan apa maksud kedatangannya. Ia mencari kakak perempuannya yang
telah pergi meninggalkan istana Maldewa tidak dengan sepengetah uan
ayahandanya. Kepergian kakaknya itu terjadi pada malam hari.
10. Para prajurit serta hamba sahaya dinegeri Maldewa telah disebar kesegala arah
untuk mencari kakaknya Dewi Durgandini namun tiada juga berhasil. Kini ternyata
didapati ada di Negeri Astina. Maka Durgandono menanyakan bagaimana awal
mulanya. Polosoro me mulai ceriteranya. Paaa waktu yang telah silam, Durgandini
mengalami pekerjaan s ebagai juru mudi perahu disungal Silugangga. Pada waktu
itu ia menderita sakit. Tubuhnya berbau busuk (amis). 11. Polosoro memberikan
pengobatan kepada Dewi Durgandini. Penyakit Dewi Dirgandini berhasil dapat
disembuhkan. Bahkan wajahnya be rubah menjadi cantik jelita. Akhirnya Dewi
Durgandini dipersunting menjadi istrinya. Pada waktu itu Durgandini telah dalam
keadaan hamil. Tibalah saatnya Durgandini melahirkan seorang putra. Putra itu
berwajah tampan lalu disambut oleh Begawan Polosoro.
12. Putra itu segera dimandikan sesudah itu diambil dengan kain. yang dipakainya.
Polosoro berkata kepada Durgandono ia diserahi dan menjaga tempat itu bersama
kakak perempuannya Durgandini. Begitu pula kepada Rupokenco besert a akik
adiknya.
13. Ia bermaksud akan pergi masuk hutan putranya ikut dlibawa pergi. Dia berusah
a agar jangan sarnpai ada orang yang menyusul. Kyai Semar dan anak anaknya
ikut mengantarkan. Anak bayi itu oleh Polosoro diberi nama: Birowo. Pada usia
dewasa ia bernama Abiyoso.
14. Polosoro melanjutkan bertapa ditengah hutan. Sekali peri stiwa Polosoro
dipanggil oleh Sang Yang Jagad Pratingkah naik ke Inderaloka ía ber pesan kepada
Semar : ia diharap sudi mengasuh anak tersebut sampai dewasa. Sesud ah itu
Polosoro meninggalkan Marcapada menuju Suralaya.
15. Polosoro berpesan ke padaSemar, jangan sampai memberitahukan mengenai
hal kepergiannya itu. Dia tetap akan membantu dari surga. Semar mengindahkan
segala amanat dari Polosoro itu.
16. Tersebut dalam cenitera Durgandono yang diserahi menempati serta menjaga
ista na karena telah lama meninggalkan ayahnya Raja Maldewa. Durgandono ingin
menengo k ayahnya. Kepergiannya diikuti oleh Durgandini, Bimokenco, Kencoko,
Rojomolo. Sedang saudara tertua yaitu Rupokenco diserahi menjaga negeri.
17. Tersebutlah da lam ceritera Negeri Maldewa. Pada waktu itu didatangi oleh
pasukan musuh. Bersam aan dengan itu datanglah Durgandono bersama sama
kakak perempuannya Durgandini
18. Durgandini diantar oleh Bimokenco, Kencoko, Rojomolo. Tiba dihadapan Raja
Mal dewa, Durgandini segera bersujud seraya menangis. Selanjutnya datang pula
Durgan dono berbakti kepada ayahnya.
19. Raja Maldewa bertanya kepada Durgandono, diman akah kakak putrinya
Durgandini diketemukan. Lagi pula ditanyakan siapakah seoran g putri remaja
yang datang bersama sama itu. Durgandono lalu menceriterakan kisa h lolosnya
kakak wanitanya. Ia telah sampai ditepi sungai.
20. Atas petunjuk Dew a ia menjadi pengemudi perahu disungai itu. Akhirnya
kakaknya diperistrikan oleh Pandita Polosoro. Polosoro lalu menciptakan sebuah
istana yang diberi nama Asti napura. Kini kakaknya telah berputra seorang anak
priya dan diberi nama Birowo.
21. Setelah Dewi Durgandini bersalin, Polosoro berkata Durgandono : Ia
menyerahk an kakak perempuannya. Sedang putranya yang masih bayi itu
dititipkan kepada Kyai Semar untuk dibinanya. Sesudah itu Polosoro lalu hilang
musnah. Begitulah ceniteranya. Adapun mereka yang ikut serta ini adalah :
Bimakenco, Kencoko, dan Rojomolo.
22. Sedang yang tertua Rupokenco dipercayakan menjaga keselamatan Istana A
stina. Raja Maldewa menyambut salam kedatangan kepada mereka yang baru
datang. Ketiganya menyambut gembira atas pemberian salam kedatangannya.
Sehabis makan be rsama itu dipersilakan makan bersama. Baginda Maldewa
bersama sama masuk keistana.
23. Tersebutlah dalam ceritera, dalam asuhan Kyai Semar Abiyoso cepat menjadi
besar ia telah tahu akan arti ibu. Bertanyalah ia kepada Semar siapa dan dimana
ibunya. Semar tidak memberikan jawaban atas pernyataan itu. Hanya mengenai
ibun ya ia dapat memberikan jawaban bahwa ibunya ada dinegeri Maldewa. Ia
adalah putri Raja Maldewa bernama Durgandini
24. Abiyoso minta kepada Kyai Semar agar disus ulka ibunya kenegeri Maldewa
Semar minta bertangguh. Abiyoso tidak puas akan pen angguhan Kyai Semar itu.
Ia menangis sejadi jadinya. Abiyoso mencaci maki kepada Kyai Semar.
25. Akhirnya Abiyoso didukung dan disusulkan kepada ibunya kenegeri Maldewa.
Tak lama kemudian tibalah mereka dinegeri Maldewa. Abiyoso diantarkan masuk
dari pintu belakang dan ia dilepaskan sendirian. Kyai Semar berpesan bila nanti
bertemu dengan anak yang mengaku juga ibunya, maka Semar menasehatkan
supaya melawannya. Mengenai ia sendiri akan menanti tinggal ditempat itu.
26. Alkisah mengenai Begawan Sentanu yang telah ditinggalkan mati istrinya, ia
bertempat t inggal disebuah gunung, Istri begawan Sentanu meninggalkan seorang
anak laki lak i yang tampan rupawan, namanya Sentani. Sekali peristiwa putra
Begawan Sentanu i tu menanyakan ibunya. Pada saat itu Sentanu telah mendengar
berita bahwa Durgand ini putra Raja Maldewa habis bersalin seorang putra.
27. Begawan Sentanu lalu membawa anaknya terbang menuju negeri Maldewa.
Setibanya dinegeri Maldewa segera masuk kedalam istana. Sentanu menunjuk
kepada Dewi Durgandini sambil menyatakan d ialah ibunya. Dia menyuruh
mendekatinya. Bila ditanyai siapakah dia itu disuruh menjawab bahwa ia adaah
putra dari Polosoro yang telah lama meninggalkan dirinya masuk kedalam hutan.
28. Begawan Sentanu sanggup mengawasi dari jauh ditempat i a terbang. Pada
waktu lari menuju Dewi Durgandini bersamaan pula Birowo berusaha
mendapatkannya. Setelah tiba didepan Durgandini kedua orang anak itu ditanyai s
iapa namanya dan darimana asalnya. Kedua anak itu mengaku bahwa ia anak dari
Polosoro. Dewi Durgandini berdiri dalam kebingungan.
29. Dewi Durgandini ragu ragu dalam menentukan, manakah sesungguhnya
anaknya sendiri itu. Kedua orang anak itu akhirnya berkelahi memperebutkan
ibunya. Keduanya saling menyerang, hantam meng hantam tolak menolak.
30. Dan atas Sentanu mengetahui akan kejadian itu. Demikia n juga Polosoro dan
Kahyangan mengetaui pula hal yang sama Polosoro segera turun ke Marcapada
dan menangkap Begawan Sentanu. Polosoro mengucap jangan ikut ikuta n campur
tangan melibatkan diri dalam perkelahian anak melawan anak. Sentanu dal am
keadaan tak berkutik.
31. Ia mengucapkan telah bertaubat dan minta belas kasi han agar perbuatannya itu
dapat diberi ampun. Ia mengakui telah berbuat salah. Sentanu lalu mengajak
pulang kembali Sentani ketempatnya.
32. Polosoro segera dat ang mendekati istrinya. Dewi Durgandini menyambut serta
bersujud. Polosoro lalu menemui mertuanya ialah Raja Maldewa. Ia menitipkan
putranya Birowo kepada Raja Maldewa. Raja Maldewa menyanggupi. Oleh
Polosoro dinyatakan bahwa putranya telah disediakan sebuah negeri ialah negeri
Astina.
33. Polosoro lalu pergi meninggal kan Maldewa menuju ke Suralaya. Syahdan
Raja Maldewa menasehatkan rnengangkat pu tranya menjadi raja di Astinapura.
Pengangkatan itu agar disaksikan oleh Dewi Durgandini sendiri. Maka
keberangicatannya diantar oleh Raja Maldewa. Keberangkatannya mengendarai
kereta kerajaan.
34. Akhirnya tiba di Negeni Astina. Lalu diatu r menurut tata tertib sebagaimana
kebiasaan pada saat diadakan pertemuan agung k erajaan. Raja duduk
diatassinggasana, dihadap oleh para para Menteri serta Maha Patih Baginda
Maldewa lalu angkat bicara.
35. Pembicaraannya bersifat pengumuman ditujukan kepada mereka yang hadir
dalam pertemuan agung, mengenai penobatan Pr abu Abiyoso sebagai Raja di
Astinapura sebagai pejabat pendamping adalah para cu cu cucunda yaitu yang
tertua Rupokenco beserta adik adiknya yaitu BimokencO, Kencoko dan Rojomolo.
36. Sesudah paripuna ada acara penobatan Raja di Astina itu. Baginda Maldewa
kembal i pulang kenegerinya. Dewi Durgandini tinggal di Negeri Astina bersama
putranya tinggal juga di Negeri Astina bersama putranya. Tinggal juga di Negeri
Astina Pa tih dari Maladewa bernama Yudonegoro diangkat sebagai Patih untuk
Negeri Astina.
XXIV. ASMARADANA
01. Polosoro yang telah berada di Kainderan mendengar berita b ahwa puteranya
Abiyoso telah dinobatkan sebagai Raja di Negeri Astina. Sedang pu tranya itu
masih belum berpemaisuri.
02. Maka turunlah Begawan Polosoro dari Kei nderaan membawa seorang bidadari
cantik benama Dewi Satari. Tiba diistana Astina terdapat Raja Abiyoso sedang
duduk duduk bersama saudara saudara.
03. Saudara S audara itu adalah : Rupokenco, Bimokenco, Kencoko, dan Rojomolo.
Ibunya duduk ti dak jauh dari mereka. Serta melihat kedatangan Begawan
Palasaara mereka lalu tur un dari tempat duduknya menghormat kedatangan
ayahanda. Polosoro dipersilahkan duduk.
04. Dewi Durgandini menyambut dan bersujud lalu berturut turut bersujud: B
aginda Raja Abiyoso, Rupokenco, Bimakenco, Kencoko.
05. Terakhir Rojomolo bersuj ud kepada Sang Begawan Polosoro. Setelah Dewi
Durgandini, diikuti para putranya, Raja Abiyoso, Rupokenco, Bimokenco,
Kencoko dan Rojomolo selesai bersujud, berbicaralah Begawan Polosoro
menyatakan maksud kedatangannya yaitu menyerahkan seor ang Bidadari yang
cantik rupawan, sebagai permaisuri Baginda.
06. Sang Begawan m emberi perintah kepada Dewi Durgandini agar menerima
Dewi Satari sebagai putra m enantu. Sesudaah selesai memberi perintah kepada
Dewi Durgandini, lalu berkata kepada putranya, Raja Abiyoso, bersifat amanat.
07. Isi amanat Raja Abiyoso diminta mengangkat Bimokenco. Sebagai Raja
dinegeri Mandura. Kencoko sebagai Raja Man daraka dan Rojomolo menjadi Raja
diseberang.
08. Bagi Rupokenco dinasihatkan sup aya tetap tinggal di Negeni Astina, sebagai
penghubung negara negara Mandura, Ma ndaraka, Wiratha.
09. Semua negara itu berlindung kepada negeri Astina. Raja Abi yoso
mengindahkan semua yang diamanatkan oleh Begawan Polosoro, Para putra :
tersebut menduduki negara masing masing sesuai dengan amanat Begawan
Polosoro.
10. Begawan Polosoro telah menciptakan negara negara : Mandura lengkap dengan
perlen gkapannya. Memiliki alun alun yang luas. Juga telah menciptakan negara
Mandaraka siap dengan istananya lengkap dengan segala alat alatnya.
11. Rajamala diperint ahkan oleh ayahanda mendirikan negeri sendiri diseberang.
Memiliki pasukan yang lengkap sempuma. Setelah itu selesai dikerjakan semua,
maka Polosoro lalu mening galkan tempat itu.
12. Polosoro pergi kembahi ke Kahyangan. Oleh para putranya : Dewi Durgandini
diminta untuk tetap tinggal di Astina bersama sama raja Abiyoso . Tetapi oleh
Begawan Abiyoso tidak diizinkan karena sudah saatnya dia harus meninggalkan
Marcapada menuju ke Suralaya. Para putra tak dapat menahannya.
13. Begawan Polosoro beserta Dewi Durgandini telah meningalkan Marcapada ke
Suralaya . Tinggallah Raja Abiyoso dengan permaisurinya Dewi Satari.
14. Alkisah Yang Jag ad Nata beserta Dewi Uma turun dari Suralaya kenegeri
Astina. Yang Jagad Nata lalu merasuk ketubuh raja Abiyoso. Sedang Dewi Uma
merasuk kepada Dewi Satari. Mak a antara Abiyoso dengan Dewi Satari
bangkitlah nafsu birahinya.
15. Abiyoso sang at terpesona kepada Dewi Satari demikian pula sebaiknya. Lalu
terjadilah ulah as mara antara Abiyoso dengan Dewi Satari.
16. Setelah terjadi peristiwa itu Yang G iri Nata serta Dewi Uma lalu bersama
sama kembali ke Kahyangan. Sesudah itu hami llah Dewi Satari. Setelah cukup
jangka waktunya, Dewi Satari melahirkan seorang bayi dalam keadaan terbungkus.
17. Bayi bungkus itu diambil serta bungkusnya dilepaskan. Terdapat tiga bayi yang
lekat menjadi satu. Bayi yang lekat itu lalu dipisahkan, menjadi tiga orang bayi
semuanya laki laki berwajah tampan. Hanya sayangnya masing masing
mempunyai cacad tubuh.
18. Yang tertua diberi nama Dhesthoro to kedua matanya buta. Putra yang kedua
diberi nama Pandhu Dewonoto mempunyai ca cad tubuh tengeng (lehernya tidak
berdiri tegak). Wajahnya sangat tampan.
19. Ya ng terakhir diberi nama Yomowiduro. Kakinya timpang. Setelah ketiganya
mencapai usia dewasa. Bidadari Satari kembalilah ke Suralaya.
20. Tersebutlah dalam cerit era, raja dinegeri Mandura dan Mandaraka masing
masing telah berputra. Raja Mandura mempunyai seorang anak putri yang cantik
rupawan diberi nama Kunthibujo.
21. Sekali peristiwa baginda raja Mandura, memanggil seorang pendeta dari
gunung Su domomanik. Pendeta itu dipercayakan mendidik dan memberi pelajaran.
Ilmu yang di berikan disebut ilmu Rosomulyo. Ilmu itu diberikan untuk
memelihara keturunan ya ng memiliki wahyu raja. Tetapi untuk memelihara ilmu
itu ada pantangannya yaitu apabila mandi harus dalam keadaan berbusana.
22. Setelah Dewi Kunthibujo dapat m enguasai ilmu itu, Sang Pendeta lalu kembali
kegunung Sudomomanik. Sekali perist iwa Dewi Kunthibujo ingin mandi. Ia pergi
ketempat pemandian.
23. Pada waktu Dewi Kunthibujo mandi itu, merendamkan tubuhnya tanpa
berbusana. Ia lupa akan pesan dari gurunya. Syahdan Sang Hyang Surya yang
sedang bertugas menyinari Macapada, melihat akan mandi Dewi Kunthibujo itu. Ia
sangat tertarik. Air kamanya terlepas dan mengenai Dewi Kunthibujo itu.
24. Sehabis mandi Dewi Kunthibujo segera men genakan pakaian kemudian pergi
kembali keistana, setelah peristiwa itu tejadi, maka hamillah Dewi Kunthibujo,
tetapi kejadian itu tidak disadari. Tiga bulan sesudahnya terjadilah perubahan
bentuk tubuh pada diri Dewi Kunthibujo.Hal itu diketahul oleh Baginda Raja
Mandura.
25. Raja Mandura bertanya kepada putrinya : si apakah seorang pria yang pernah
berhubungan dengannya. Raja Mandura merasa ditipu oleh putrinya. Maka raja itu
amat marah. Dipaksakan agar putrinya menceriterakan keadaan yang telah terjadi
apa adanya. Tetapi perintah ramandanya itu ditolak . Selanjutnya dengan gurunya
ia belum pernah berhubungan dengan seorang pria.
26. Ia hanya dapat menceriterakan bahwa sebagai wanita pewaris wahyu raja ia
diberikan ilmu yang bernama Rosomulyo. Pantangan dari ilmu itu, siapa pun yang
memiliki ilmu Resomulyo, bila sedang mandi dan merendamkan tubuhnya
kedalam air, tak diperbolehkan tanpa busana.
27. Tetapi pada suatu ketika ia terlupa mandi tidak mengenakan pakaian selembar
pun. Ia merendamkan diri didalam air cahaya sang Surya mengenai tubuhnya.
Sesudah itu ia merasa ada perubahan didalam tubuhnya. Raja Mandura segera
memanggil Pendeta digunung Sudomomanik. 2
8. Kemudian datanglah sang Pendeta menghadap raja Mandura. Kepada Pendeta
Sudomomanik Baginda bertanya agak marah, mengenial Dewi Kunthibujo yang
dididiknya, telah hamil tanpa hubung an dengan pria.
29. Raja Mandura menyatakan bahwa baginya merasa menderita sangat malu.
Beliau lalu memerintahkan sang guru agar berusaha melahirkan sang bayi dari
kandungan, tanpa melalui jalan pelahiran yang wajar.
30. Sang Pendeta menyan ggupi, ia membacakan sembilan kali manteranya.
Kehamilan sang Dewi berubah cepat seperti kandungan dalam usia sembilan bulan.
31. Sang Pendeta segera mengambil tangkai sirih dipergunakan untuk mengkilik
kilik, memancing keluarnya bayi lewat telinga. Berhasillah bayi keluar dari
kandungan melewati telinga sebelah kiri. Anak bayi lalu diambil, dimasukkan
didalam kendaga emas, selanjutnya dibuang kesungai Sulugangga.
32. Sang Dyah kembali menjadi perawan. Sesudah itu. Sang Pendi ta kembali ke
gunung Sudomomanik. Sesudah kejadian itu lewat, Baginda mengadakan
sayembara : barang siapa yang diingini oleh Dewi Kunthi, akan diambil menantu
oleh San Raja.
33. Sayembara pilihan itu diadkan dialun alun. Para putra pegawai istana dan putra
Adipati berdatangan dialun alun.
34. Sang Putri duduk dipanggung. Mereka yang ingin menunjukkan
ketampanannya berduyund uyun pergi datang, namu n tiada seorang pun yang
mengena dihati Dewi Kunthi.
35. Sayembara itu tidak saj a diikuti oleh para putra didalam negeri, bahkan para
raja dari negeri seberang pun banyak juga yang datang. Banyak para raja yang
mendirikan bangunan berderet deret dialun alun.
36. Alkisah tiga orang putra dari raja Astina telah berusia d ewasa. Dua orang
diantara tak dapat mengikuti sayembara, yaitu Dhesthoroto dan Yomowiduro.
Sedang putra yang kedua ialah Pandhudewonoto berjuang memperluas wila yah.
Pandhu Dewonoto adalah putra yang terbagus dan tercakap.
37. Kepergian kene geri seberang diikuti oleh Semar dan anak anaknya. Dalam
usaha perluasan pengaru h wilayah kerajaan tak ada negara negara yang mampu
mengimbangi kecakapan serta kesaktian Sang Pandhu.
38. Kembalinya Pandhu Dewonoto kenegerinya, membawa tanda takluk berupa
harta benda dan putri. Semua perolehan itu diserahkan kepada ayah anda Raja
Astina. Kemudian oleh ayahanda semua putri tanda takluk itu lalu diser ahkan
kembali kepada putranya.
39. Putri putri itu dibawa masuk kedalam istana o leh Pandu. Mula mula dibawa
masuk ketempatnya kakaknya yang tertua. Dipersilakan Dhesthoroto mengambil
yang diingini. Putri boyongan itu semuanya cantik cantik.
40. Dhesthoroto menerima baik tawaran dari adiknya. Karena tak dapat melihatnya
maka diharap, putri putri itu disiapkan didepannya. Dhesthoroto meraba raba waja
h para putri seorang demi seorang.
41. Dhesthoroto menentukan pilihannya kepada seorang putri dan Plosojenar,
bernama Dewi Gendari. Pada hematnya putri itu nant inya akan dapat melahirkan
banyak anak, maka pilihan dijatuhkan kepadanya. Pandu Dewonoto menyatakan
tidak keberatan, menyerahkan pilihan kakaknya itu.
42. Pand hu Dewonoto pergi menuju ketempatnya. Dewi Gendari, ditinggalkan.
Sepergi Pandhu Dewonoto hatinya sangat sakit sebab tak dapat menolak perintah
Pandhu Dewonoto. Dalam ketidak puasannya. Dewi Gendari melontarkan kata
kata kutukan untuk waktu waktu selanjutnya keturunan Dewi Gendari dan Pandhu
Dewonoto tak mungkhi terjad i kesesuaian pendapat, selamanya akan bermusuhan.
43. Dewi Gendari mengkiaskan p ergaulan keturunan mereka seperti anjing dengan
kucing. Setibanya ditempat Pandh u Dewonoto bertemu dengan adiknya ialah
Yomowiduro. Pandhu Dewonoto lalu menitip kan para putri boyongan.
44. Ia juga menawarkan kepada Yomowiduro, bila ada putri yang dikehendaki,
dipersilahkan memungutnya. Ia ingin pergi lagi kenegeri Mandura, ingin mengikuti
sayembara pilih. Adiknya menyetujui.
45. Keberangkatan Pand hu diantaroleh Semar serta anak.nya. Konon khabamya
Putra Raja Mandaraka ikut juga dalam perlombaan sayembara. Putra raja
Mandaraka itu bernama Norosoma.
46. Pe rjalanan Norosoma telah sampai dinegeri Mandura bersama sama dengan
raja raja da n negeri lain. Mereka mengambil tempat duduk masing masing, ada
yang duduk diseb elah selatan ada pula yang duduk disebelah utara ringin kembar.
Dewi Kunthi meng amati dari atas panggung.
47. Diantara para peserta sayembara pilih itu. Norosom alah yang dipandang oleh
Dewi Kunthi berkenan dihati. Raja raja peserta sayembara merasa kecewa hatinya.
Maka sayembara pilih dinyatakan selesai. Para raja pula ng kembali
kepemondokan masing masing.
48. Norosoma kembali ketempat pemondokann ya juga. Ditengah jalan bertemu
dengan Pandhu Dewonoto. Ia bertanya apa maksud k epergiannya itu. Adakah
ingin mengikuti sayembana, dinyatakan sayembara telah usai. Maka kepergiannya
akan sia sia. Norosoma menyatakan bahwa pilihannya jatuh pada dirinya. Pada
waktu itu Semar istirahat duduk diatas tunggak. Ia menasihatkan supaya tidak mau
mengindahkan anjuran itu.
XXV. DURMO
01. Kyai Semar mempering atkan, akan sia sia perbuatannya. Dinyatakan mereka
telah bersusah payah, menemp uh perjalanan dari Astina sampai Mandura, kalau
tak dapat ikut serta dalam perlo mbaan sayembara, malu bila menjadi tutur kata
buruk orang banyak. Sebaiknya teru skan saja maksudnya.
02. Pandhu Dewonoto mengucapkan berterima kasih atas anjura n kakaknya
Norosoma. Tetapi Pandhu Dewonoto pendiriannya : ingin mengikuti sayem bara.
Norosoma merasa tidak senang hatinya. Ia merasa bahwa Pandhu bersikap bera ni
terhadapnya.
03. Norosoma bertanya : kalau demikian Pandhu telah berani menentang
pendapatnya. Pandhu menjawab: terhadap saat kebenaran ia berani menentang.
04. Ia menyatakan bahwa kepergiannya khusus untuk memenuhi sayembara Raja
Mandura. Karenanya maksud tersebut tak dapat dirintangi. Dan perselisihan
pendapat ant ar keduanya, terjadilah perlawanan.
05. Ikat pinggang Pandhu dapat ditangkap, ia dilempar jauh jauh. Ia telah datang
kembali, dan dapat menangkap Norosoma, kakaknya. Norosoma dibanting lalu
dilemparkan, jatuh terbalik balik.
06. Norosoma me rasa kerepotan dalam menghadapi Pandhu itu. Ia segera
melafalkan mantera pujaann ya, bernama Condhobirowo. Dari dadanya keluarlah
beribu ribu raksasa.
07. Para raksasa itu mempertunjukkan ulah tingkah aneka ragam berjungkir balik,
membeliakk an mata, mempertunjukkan sikap mengerikan. Raksasa itu telah tiba
didepan Pandhu Dewonoto. Pandhu tetap tenang, tidak bergerak.
08. Segala gerak gerik Condhobir owo dibiarkan saja. Oleh karena tidak dihiraukan
semua tingah lakunya, Condobiro wo merasa tidak berhasil membangkitkan nafsu
amarah Sang Pandhu. Condhobirowo me njadi tak berdaya, lemah lunglai, merasa
tak mampu menghadapi kesaktian Pandhu Dewonoto Norosoma berkata : kalau
begitu halnya maka Condobirowo disuruh masuk ke mbali kedalam perut.
09. Mereka mengindahkan perintah Norosoma masuk kedalam per ut. Pandhu
Dewonoto segera menggunakan daya saktinya bernama Guwowijaya, dengan
mengusap usap dada sambil membaca mantera.
10. Pandhu mampu mengeluarkan topan badai. Pada saat badai mengamuk, Pandhu
berkata dalam hati, menyuruh badai menyer ang dan mempermainkan Norosoma
diudara.
11. Terjadilah angin taufan melanda diri Norosoma diudara, seperti apa yang
dikehendaki oleh Pandhu Dewonoto. Norosoma dipermainkan oleh angin, seperti
halnya angin rnempermainkan baling baling. Noro oma mengeluh berkepanjangan.
12. Dia menyampaikan rasa bertaubat kepada Pandhu Dewonoto dan minta maaf
sedalam dalamnya. Sebagai tanda bertaubat, bila Sang Pandhu menghendaki,
adiknya bernarma Dewi Madrim akan diserahkan.
13. Kegiatan angin Guwawijaya dihentikan. Pandhu Dewonoto menanggapi apa
kata Norosoma, ia minta agar Norosoma menghadirkan adik Norosoma
didepannya. Dia ingin tahu bagaimana raut muka dan perangainya.
14. Dengan kekuatan angin Guwowijoyo Norosoma diantar sa mpai keistana
Mondoroko bertemu dengan ayahanda dan Dewi Madrim, adiknya. Belum sampai
berbincang bincang secara leluasa, Dewi Madrim telah digandeng dan dibawa
secepat kilat kedepan Pandhu.
15. Sekejap mata Norosoma dan Dewi Madrim telah tiba didepan Sang Pandhu.
Norosoma berkata dan menyerahkan Madrirn, adik perempuannya.
16. Dewi Madrim lalu dimasukkan kedalam cupu manik Astagina oleh Pandhu
Dewonoto. Norosoma lalu mengajak Pandhu kenegeri Manduro. Berangkatlah
semuanya.
17. Dalam waktu dekat Norosoma telah tiba dibangunan panggung mengantarkan
Pandhu Dewonoto, seorang satria yang bagus lagi cakap. Melihat seorang tamu
jejaka tampan yang baru menampakkan diri itu hati Dewi Kunthi jadi gelisali resah
dirundung asmara.
18. Dewi Kunthi amat tertarik akan wajah Pandhu Dewonoto. Raja Mandura tahu
akan perubahan perasaan putrinya. Dewi Kunthi diajak ayahanda masuk kedalam
istana. Pandhu Dewonoto, dipanggil masuk bertemu dengan Dewi Kunthi.
19. Didalam istana Dyan Pandhu diizinkan masuk bersama dalam ruang peraduan.
Kedua insan yang berlainan jenis itu telah menikmati malam mulia. Pagi harinya
Dewi Ku nthi dan Pandhu dipanggil menghadap Raja Manduro.
20. Pandhu duduk bersujud diha dapan Baginda Mandura, lalu disusul Dewi
Kunthi berbuat sama. Sesudah itu Raja M andura lalu keluar dari istana menuju
kepagelaran.
21. Dipagelaran Baginda berte mu dengan Norosoma. Para raja dan negeri lain
telah mendengar berita bahwa Dewi Kunthi sudah dipersunting oleh Pandhu, maka
timbullah rasa iri hati, kemudian di ikuti rasa marah.
22. Untuk melampiaskan kemarahannya maka mereka mengamuk dipag elaran.
Mereka membuat gaduh, beramai ramai memukul tanda kesiap siagaan perang:
gendang, tambur dan gung. Radyan Pandhu lalu mengusap usap dada. sambil
membaca mentera.
23. Lalu bertiuplah badai Guwowijaya, dimanterai supaya melelanda Raja raja dari
negeri lain serta semua pasukannya. Mereka diembus angin terlempar sa mpai
kenegeri masing masing.
24. Seolah olah angin itu menjalani perintah Pandhu Dewonoto menyerang raja
raja dari luar negeri serta pasukannya. Tak ada seorang pun yang ketinggalan.
Mereka telah tiba ditempat masing masing. Akhirnya badai menjadi reda.
25. Sesudah tiada negeri yang memusuhi negeri Mandura, Pandhu dan Norosoma
pergi meninggalkan negeri Mandura. Sebetulnya mereka berdua masih terjailin
hubungan saudara. Pandhu berkakak kepada Norosoma.
26. Tiba diluar kota mer eka mengambil persimpangan jalan masing masing.
Norosoma mengambil jalan kearah negeri Mondoroko, Pandhu mengambil jalan
kearah Astina. Berpisahlah jalan keduan ya tidak diceniterakan bagaimana
perjalanan mereka. Telah tibalah Pandhu Dewonot o di Negeri Astina.
27. Ia segera menghadap ayahanda. Dia menyatakan bahwa telah mengikuti
sayembara yang diadakan oleh Baginda Raja Mandura. Pandhu telah berha sil
membawa Kunthi, Putri dari Raja Mandura.
28. Dewi Kunthi yang semula dimasuk kan kedalam cupu Astagina lalu
dikeluarkan. Ia segera bersujud kepada Raja Astin a lalu duduk bersimpuh
dihadapan Raja.
29. Baginda Abiyoso bersabda kepada putra nya : Pandhu Dewonoto,
memerintahkan agar ia mau menduduki takhta kerajaan Astina. Raja Abiyoso
bermaksud mau meninggalkan takhta, untuk bertapa digunung Rotawu . Ia ingin
mengenyampingkan keduniawian.
30. Pandhu Dewonoto menyambut baik aman at ayahanda. Ia ingin menitipkan
minyak Tolo yang disimpan dalam Cupu ratna. Dih arap cupu itu dibawa ketempat
ayahanda Abiyoso bertapa. Kelak bila telah memilik i seorang putra pria diharap
Cupu itu diberikan kepada cucunya.
31. Khasiat dan minyak Tala bila dilumaskan ketubuh, mengakibatkan orang
menjadi kebal akan sega la senjata. Semua putra laki laki dari Pandhu nantinya
dilumas dengan air Tala
32. Setelah Pandhu Dewonoto menduduki takhta Cupu Ratna berisi minyak Tala
disera hkan ayahandanya. Dalam acara penobatan Abiyoso mengumumkan, dari
kehendaknya se ndiri yang diangkat sebagai Raja di Astina, adalah putranya
Pandhu.
33. Sesudah dinobatkan. pandu bergelar Pandhu Dewonoto. Dia dipercayakan
menggan tikan kedudukan sebagai Raji Astina. Rupokenco menyetujui atas
penobatan untuk adiknya sebagai raja di Astina.
34. Sehabis pelaksanaan penobatan, Rupokenco mengumumkan pertemuan telah
paripurna dan rapat dibubarkan. Baginda Pandhu lalu masuk kedalam istana.
XXVI. KINANTHI
01. Didalam istana Sang Abiyoso memberikan aman at petunjuk kepada putranya,
supaya baik baik mengemudi haluan negara. Dinasihat kan supaya kasih sayang
kepada hamba sahaya.
02. Sang Abiyoso mendoakan mudah mud ahan Negeni Astina tetap dianugerahi
selamat sejahtera. Ia sendhi bertapa digunu ng, Sang tapa menjalani wadat.
03. Tiba digunung Rotawu Sang Abiyoso menekun. ta panya. Puncak gunung
Rotawu tempat Abiyoso bertapa itu, merupakan daerah yang su bur, banyak
terdapat mata air Pohon pohonan tumbuh rindang. Disekitar pertapaany a tumbuh
pohon manis jangan.
04. Dewi Kunthi permaisuni Raja Pandhu dan Dewi Mad rim istri kedua, semua
telah hamil.
05. Dewi Gendari yang telah diperisteri oleh kakaknya yaitu Sang Dhesthoroto
telah berputrakan seratus orang.. Yang tertua bernam Kurupati. Adiknya bernama
Dursasana. Adik adik kelanjutannya tidak lagi di ceriterakan seorang demi seorang.
06. Dikisahkan permaisuri Dewi Kunthi telah ha mil Sesudah sempuma usia
hamilnya, lahirlah seorang bayi pria keluar dari ubun u bun. Putera Baginda yang
baru lahir itu diberi nama Puntodewo.
07. Berikutnya la hirlah pula seorang bayi laki laki yang keluar dari lambung. Bayi
itu kedua belah ibu jarinya tumbuh kuku raksasa, disebut kuku Ponconoko, dia
diberi nama Broto seno. Sesudah dewa merniliki tubuh, kekar gagah perkasa.
08. Dewi Kunthi melahir kan lagi seorang bayi laki laki : lahir sebagai biasa bayi
lahir. Bayi itu berwa jah bagus, diberi nama Bambang Janawi atau Wijanarko.
Sesudah dewasa ia bertubuh langsing, mempunyai pandangan tenang lagi tajam.
Warna kulitnya kunings ayu. Ma tanya bersinar seperti bintang timur.
09. Dan Dewi Madrim Pandhu berputra dua orang anak laki laki kembar. Dua
orang bayi itu seorang lahir lewat betis kiri seorang lagi lahir lewat betis kanan.
Malang bagi Dewi Madrim. Sesudah melahirkan dua orang bayi kembar itu, dia
meninggal. Bayi yang pertama diberi nama Nakulo, yang kedua diberi nama
Sadewo.
10. Baginda Astina sangat cinta kasih sayang kepad a semuua puteranya. Sekali
peristiwa Raja Pandhu ditimpa sakit keras Baginda merasa maut telah nyaris
datang. Sang Pandhu mengharap kedatangan Dhesthoroto kakanda.
11. Berkatalah Baginda Raja kepada kakanda, rasa rasanya maut hampir tiba.
Maka Baginda menitipkan negeri Astina, sebab semua para putra masih kecil.
Nanti bila putranya telah dewasa harap negeri Astina diserahkan kepada para
putranya, dalam pengamatan Kunthi.
12. Menurut pandangannya sebagai pengganti dipercayakan kepada putra yang
tertua ialah Puntodewo. Adapun adik adiknya berkedudukan sebagai Pangeran.
13. Dhesthoroto sanggup menepati amanat adiknya itu. Sehabis menin ggalkan
amanat Baginda mangkatlah.
14. Didalam istana penuh ratap tangis para hamba sahaya menyiapkan segala
pelengkap acara pembakaran jenazah. Kayu bakar dan minyak telah tersedia cukup.
Sebelum jenazah dibakar, terlebih dahulu dihias dengan harum haruman.
15. Upacara pern bakaran jenazah dimulai, pelengkap saji sajian telah lengkap
tersedia. Dalam saa t pembakaran jenazah, mantera mantera dilafalkan sebagai doa
semoga arwahnya dit erima disisi Hyang Maha Esa. Selesai upacara pembakaran
sisa pembakaran jenazah dikumpulkan, diambil, dimasukkan kedalam cupu.
16. Abu sisa pembakaran jenazah y ang telah dimasukkan kedalam cupu itu dibawa
ketempat khusus digunung, sebagai t empat penyimpan abu semacam itu. Abu
Jenazah Raja Pandhu diantar oleh iringan hamba sahaya Kerajaan Astina menuju
kepuncak gunung Cipto Renggo. Disanalah abu di dalam cupu disemayamkan
17. BerdaSarkan amanat Baginda Pandhu pejabat Raja di As tina untuk sementara
adalah Dhesthoroto. Sekali penstiwa Dhesthoroto mengadakan rapat kerajaan. Para
putra ikut hadir dalam rapat tersebut. Mereka hadir dengan mengenakan pakaian
keperjuritan.
18. Duduk terdepan dihadapan Raja adalah Sengku ni lalu disambung para putra
Baginda dan para Pegawal Kerajaan. Banyak hamba sah aya yang ingin
menyaksikan adanya rapat kerajaan tersebut.
19. Raja Dhesthoroto minta Sengkuni datang mendekat. Sengkuni diperintah
mengumumkan secara resmi ata s dasar wasiat almarhum Baginda Raja Pandhu
Dewonoto pejabat sementara dinegeri Astina, dengan syarat setelah para putra
Pandhu akil balik agar dipindah alih. Pengmuman itu ditujukan kepada segenap
pejabat dan pegawai Kerajaan Astina, pun ju ga untuk diketahui diluar Kerajaan
Astina.
20. Segala amanat almarhum Baginda Pa ndhu telah diumumkan oleh Sengkuni
kepada para pejabat dan putra serta hamba sahaya kerajaan. Para pejabat
menyambut setuju tiada yang menyangkal.
21. Kepada Sengkuni diperintahkan agar Kunthi beserta anak anaknya dikeluarkan
dari istana. Oleh Sengkuni mereka ditempatkan ditengah hutan, ditempat yang
pernah sebagai per tapaan Sakri.
22. Perintah tambahan, Dhursosono dipercayakan memimpin pasukakan guna
mengasingkan Kunthi dengan putra putranya.
23. Mereka yang mendapat tugas l alu masuk kedalam menemui Dewi Kunthi,
menguraikan apa perintah baginda Desthoro tho. Dewi Kunthi amat takut.
24. Putra putranya dikumpulkan. Harya Brotoseno yan g terdapat. Dewi Kunthi
serta empat orang putra ditangkap masuk ketengah hutan y ang telah ditunjuk.
Dewi Madrim tidak ikut serta karena telah mangkat lebih dahulu.
25. Tempat pengasingan itu disebut Sendhang Surukan. Tempat tersebut selalu
diawasi dengan ketat secara bergilir. Perintah Raja Dhesthoroto selesai dikerjakan,
Sengkuni dan Dhursosono pun kembali keistana.
26. Disebutkan dalam ceritera sesudah selesai jalannya rapat kerajaan, Baginda
Dhesthoroto masuk keistana dengan diikuti adik adiknya dengan susah payah
mencari Brotoseno yang lolos dari penggerebegan.
27. Akhirnya Brotoseno dengan pengepungan para Korawa berhasil dapat
ditangkap. Beramai ramai para Korawa mengikat lalu memasukkan Brotoseno
dalam a lat perangkap. yang disebut: beronjong, kemudian dimasukkan ketengah
samudera ya ng dalam.
28. Tersebut dalam ceritera, Antaboga: penghuni didalam samudera tersebut
memiliki seorang anak wanita, sedang dalam usia remaja. Ia berwajah rupawan,
diberi nama Nogogini.
29. Pada suatu malam dalam keadaan tidur Nogogini berimimpi, telah melayani
ulah asmara dengan seorang pria, satria yang bagus gagah perkasa. Mimpi nya itu
diceriterakan kepada ayahnya. Dia minta kepada ayahnya untuk mencari. Antaboga
mencari apa yang diinginkan oleh putrinya keseluruh samudra. Dia mengenakan
pakaian ke Dewaan.
30. Kemudian Brotoseno terdapat. Dia dalam keadaan payah, hampir meninggal,
namun nafasnya menunjukkan masih ada tanda tanda hidup. Antaboga
memberikan pertolongan.
31. Brotoseno dikeluarkan dari dalam beronjong, dilep as tali pengikatnya.
Sesudah sadar ingatannya, Ia melihiat ada serorang Dewa. Dewa Antaboga
memberitahu kepada Brotoseno bahwa ia adalah Dewa penguasa samudera,
bernama Antaboga.
32. Dia mempunyai seorang anak perempuan bernama Dewi Nogogin i. Anaknya
itu menceriterakan bahwa pada suatu malam bermimpi telah bertemu deng an
seorang satria bagus gagah perkasa. Dia menceriterakan dalam mimpi itu telah
menjalankan sanggama dengan satria yang diceriterakan itu. Brotoseno diajaknya p
ulang.
33. Perjalanan Hyang Antaboga diikuti oleh Brotoseno telah tiba kembali dipusat
samudera. Brotoseno telah diketemukan dengan Dewi Nogogini. Dia diizinkan
bertempat tinggal bersama dengan putrinya. Lama kelamaan Dewi Nogogini hamil.
34. Sesudah lama tinggal disamudera. Brotoseno ingat akan nasib ibunya yaitu
Dewi Kunthi. Ia membayangkan penderitaan ibunya dengan empat orang putranya
diasingkan ditengah hutan belantara ketat penjagaannya.
35. Brotoseno minta izin mertuan ya, ingin menengok ibu dan adik adiknya dalam
pengasingan Hyang Antaboga mengizinkan, bahkan mengantarkan sendiri dalam
perjalanan. Perjalanannya melewati sumur jalatunda sampai didarat.
36. Setibanya didarat Hyang Antaboga kembali ketempatnya. Brotoseno
melanjutkan perjalanannya menuju tempat pengasingan. Dengan susah payah serta
segala tipu daya, berhasil menemui ibunda serta adik adiknya di Sendhang Surukan.
37. Pada suatu ketika Raja Dhesthoroto memanggil Kurupati : Putra tertua, dia
diperintahkan pergi menghadap kakekanda Begawan Abiyoso dipertapaan gunung
Rotawu. Maksud perintah itu, mohon minyak Tolo, peninggalan pamannya Pandhu
Dewonoto, dititipkan kepada Begawan Abiyoso. Sesudah jelas ia menangkap
perintah kakekanda, berangkatlah Kurupati diiringi oleh adik adiknya
38. Perjalanan mereka tiba dipertapaan Rotawu lalu masing masing bersujud
kepada kakeknya. Kuru pati menyampaikan pesan dari ayahnya untuk kakeknya,
yaitu disuruh meminta air T olo. Bila kakeknya memberikan akan dibawa kembali
ke Astina pada waktu itu juga. Ayahnya Raja Dhesthoroto mengatakan kepadanya,
minyak Tala tersebut titipan dar i pamannya Pandhu Dewonoto.
39. pm.
40. Begawan Abiyoso menyatakan bahwa ia tida k menyimpan benda itu. Kurupati
tidak percaya akan pernyataan kakeknya, bahkan s ampat mengata ngatai, bahwa
Abiyoso kakeknya berdusta tidak jujur, tidak pantas sebagai seorang Pandit a
berbuat demikian.
41. Kurupati, tetap mendakwa bahwa Abiyoso kakeknya menyimpan minyak Tala
itu Napsu amarah tak dapat dikendalikan. Kakeknya yang sudah lanjut usianya
diperlakukan sekehendak hatinya. Ia didorong dorong hingga jatuh berju ngkil
balik. Kopyah yang ada diatas kepala direbut. Cupu tempat menyimpan minyak
Tolo terlempar jatuh. Minyak Tolo yang ada didalamnya dapati diketahui oleh para
Korawa.
42. Cupu segera dirampas oleh Kurupati. Sedang kopyah penutup kepala S ang
Begawan dilempar jauh ketempat kakeknya. Sambil melempar kopyah itu,
Kurupati menyerahkan terimalah ii kopyah pendusta, si tua bangka..
43. Sesudah itu Kuru pati serta adik adiknya pergi meninggalkan Sang Begawan
kembali keistana. Tiba d iistana mereka, Cupu segera diserahkan kepada ramanda
Raja Dhesthoroto. Kurupati menceriterakan bagaimana cara perebutan cupu itu.
Sampai hati mereka rnemperlak ukan kakeknya yang telah tua renta. Ia
menyatakan kakeknya seorang Pandita pendu sta. Kakeknya mengaku tidak tahu
menahu tentang Minyak Tala
44. Kakeknya ditarik tarik tangannya, dibawa lari kencang. Raja Dhesthoroto
menenma minyak Tolo sambil tertawa, mentertawakan pei laku putra putranya
terhadap kakeknya Raja Dhestho roto menasihatkan kepad para putranya, mandi
dan berlangir didua tempat pertemua n dua sungai. Dikatakan bila kulit seluruh
tubuh telah betul betul bersih, maka minyak Tolo dapat sungguh sungguh masuk
kedalam kulit, akibatnya kesaktian kalia n akan lebih sempurna.
45. Dhesthoroto menjelaskan, pengaruh minyak Tolo akan me ndatangkan
kesaktian kepada pemakai minyak tersebut. Diharapkan supaya dia serta adik
adiknya dapat memanfaatkan minyak Tolo itu. Kurupati segera menguppulkan a
dik adiknya.
XXVII. PANGKUR
01. Dikhabarkan Begawan Abiyoso pertapa di Rotawu, s epergi cucunya Kurupati,
menderita gering. Geringnya itu akibat sebagal seorang tua bangka dibawa lari,
diperlakukan sekehendak cucu cucunya yang’rnasih muda belia.
02. Dewi Kunthi beserta putra putranya berangkat dari Sendhang Surukan menuju
ke Rotawu ketempat Sang Tapa. Tiba di Rottawu Dewi Kunthi segera bersujud
kepad a Sang Tapa, lalu diikuti oleh Puntodewo, berikutnya Arjuno, kemudian
Nakulo dan Sadewo.
03. Brotoseno tak dapat bersujud tanpa berkata sepatah pun, kakeknya di junjung
tinggi tinggi sambil tegak berdiri. Kernudian perlahan lahan kakeknya di dudukkan
kembali. Begitulah cara Brotoseno memberi sembah sujud.
04. Sang Abiyos o menyampaikan terima kasih atas kunjunganme mereka.
Kemudian menceriterakan ked atangan Kurupati dengan adik adiknya. Sikapnya
tidak sopan, Atas perintah Dhesth oroto ayahnya, Ia minta minyak Tolo,
peninggalan Pandhu. Karena mereka dirasa ti dak berhak mewarisi, maka tidak
diberikan. Dinyatakan dia tidak tahu menahu.
05. Kurupati dan adik adiknya meraba raba keseluruh tubuh tiada terdapat Dengan
ker as Sang Abiyoso didorong dorong dari depan. Abiyoso jatuh terlentang.
06. Kopiyahnya terjatuh, cupu tempat menyimpan minyak Tolo terpental, lalu
diamb il oleh Kurupati dibawa kenegeri Astina, Sang Abiyoso menyatakan
peristiwa terse but baharu saja terjadi. Maka diminta Brotoseno mengejar untuk
meminta kembali, diberitahukan kalianlah yang berhak mewarisi.
07. Sang Abiyoso memperingatkan ja ngan sampai cupu jatuh ketangan
Dhesthoroto. Alkisah Kurupati dan adik adiknya t elah mencari tempat pertemuan
dua buah sungai. Disitulah mereka sah melakukan ma ndi, jadi bukan sembarang
air sungai. Lagi pula mereka mandi harus hingga betul betul bersih.
08. Kelima orang cucu Abiyoso, Pandhu mengindahkan perintah kakekn ya.
Sebelum berangkat Abiyoso telah menjelaskan peri laku yang harus dijalankan.
Brotoseno didepan Dhesthoroto harus menyamar sebagai Kurupati, baik tingkah
laku maupun suaranya juga menyamar sebagai Dursosono.
09. Abiyoso mengingatkan bahw a Dhesthoroto itu buta, maka tak mungkin dia
mengetahuinya. Abiyoso berpesan den gan sungguh sungguh agar jangan sampai
dapat dirangkul, itu berbahaya. Setelah cukup diberi pesan pesan penting,
berangkatlah kelima orang cucunya itu. Perjalan annya diantar oleh Kyai Semar
serta anak anaknya.
10. Perjalanan masuk istana ma suk pintu belakang. Akhirnya sampailah dihadapan
Dhesthoroto. Brotoseno bertingk ah laku dan bersuara menyamar Kurupati. Ia
melaporkan bahwa telah mandi dan berl angir ditempat sesuai dengan petunjuk
Raja Dhesthoroto.
11. Pada saat Brotoseno berdatang sembah kepada Raja Dhesthoroto itu,
Puntodewo, Arjuno, Nakulo, Sadewo, Semar dan anak anaknya, menyamar
mengadakan suara mirip dengan suara para Koraw a. Suaranya riuh gaduh, seolah
olah suara datang orang banyak. Raja Dhesthoroto menanyakan apakah kalian
telah selesai mandi, Brotoseno menjawab sudah.
12. Miny al Tolo lalu diserahkan Brotoseno yang pada waktu itu menyamar
sebagai Kurupati menyambut cupu. Dia memberi tahu bahwa penerima cupu bukan
Kurupati, melainkan Brotoseno.
13. Meskipun merasa bahwa tertipu, namun Raja Dhesthoroto berkata deng an
nada pura pura. Baginda menyatakan hal itu bahkan kebetulan sekali, sehab bag
inda telah sangat rindu kepada para putra Pandhu adiknya. Kalian telah lama terp
isahkan. Dan sebab sangat rindunya Raja Dhesthoroto menyatakan ingin
merangkul tubuh Brotoseno untuk melampiaskan rindunya, Brotoseno lalu
mengambi batu besar, setinggi tubuhnya, diletakkan didepan Dhesthoroto
14. Sesudah itu ia rnundur sel angkah serta berkata kepada uwaknya,
mempersilakan merangkulnya. Dhesthoroto melangkah maju dengan maksud ingin
merangkul Brotoseno. Namun Brotoseno telah mundur beberapa langkah.
Akibatnya Brotoseno tak berhasil dapat dirangkul, yang dapat dirangkul adalah
batu besar setinggi Brotoseno. Karena terkena rangkul dan Dhes thoroto yang
sedang mengenakan kesaktiannya itu, maka batu tersebut menjadi hancur lebur.
15. Brotoseno tercengang melihatnya. Ia mengagumi kesaktian uwaknya.
Brotoseno melontarkan kata kata pendeta. Dia mengatakan bahwa uwaknya tidak
saja buta mata kepalanya, bahkan mata hatinya pun buta peka. Dikatakan uwaknya
tak ta hu berbuat kebajikan, tak rnau mensyukuri nikmat yang diberikan lain orang.
16. Brotoseno beserta saudaranya lalu minta diri meninggalkan Negeri Astina
menuju k egunung Rotawu. Setibanya didepan kakeknya Brotosenon menyerahkan
cupu tempat me nyimpan minyak Tolo. Sang Abiyoso menerima. Ia memerintah
cucu cucunya cepat cepat mandi. Setelah selesai mandi, diharap mereka segera
kembali, selanjutnya tubuh mereka dilumas dengan minyakTolo.
17. Puntodewop beserta adik adiknya mengindahkan semua petunjuk dari
kakeknya. Sehabis mandi mereka cepat cepat kembali. Dipertapaan tubuh mereka
masing masing dilumas dengan minyak Toto. Minyak Tolo telah digunakan tinggal
tempat penyimpannya saja . Para putra Pandhu behasil memiliki kekebalan dari
semua senjata.
18. Alkisah para Korawa sebanyak seratus orang telah mengindahkan petunjuki
petunjuk ramanda Raja DhesthOroto, yaitu mandi bersih bersih, dimana tempat
bertemunya sungai den gan laut. Sesudah itu mereka pergi kembali masuk keistana.
19. Diistana para Korawa sebanyak seratus orang, bertemu dengan ayahanda.
Kurupati meberitahukan bahw a para putra telah selesai mensucikan diri. Mereka
mengharap segera tubunya dilumas dengan minyak Tolo.
20. Dhesthoroto menyatakan penyesalaannya terhadap kejad ian yang telah
menimpa atas dirinya. Diceriterakan sepergi para Korawa menyucika n diri mandi
ditempat dengan laut, datanglah Brotoseno diiringi Semar beserta an ak anaknya.
Kedatangan mereka membuat suara aneka warna, dibuat mirip dengan sua ra.
BimoSeno datang mendekat menyamar tingkah dan suara Kurupati. Dhesthoroto
me nyatakan kena perangkap tipu daya. Minyak Tolo telah diserahkan kepada
Bimoseno yang menyamar sebagai Kurupati. Dia penyamar Kurupati menyatakan
bahwa para Kora wa telah selesai menyucikan diri, maka cupu tempat menyimpan
minyak Tolo diminta . Tanpa ragu ragu cupu diserahkan.
21. Dhesthoroto mengatakan bahwa dia tak dapa t mengamati wajah mereka yang
dapat diperhatikan hanyalah suara. Karena tipu daya mereka, maka cupu telah
diserahkan Bimoseno.
22. Dhesthoroto menceriterakan te ntang tipu daya balasan. Ia menyatakan seolah
olah tidak terdapat rasa kemasgulan, bahkan menyatakan rasa rindu kepada para
putra Pandhu yang sekian lama berpisah. Ingin dia merangkul Bimoseno. tetapi
keinginan ini tidak tercapai, bahkan me nderita malu. yang dapat dirangkul
bukannya Brotoseno, melainkan batu besar seti nggi tubuh Brotoseno. Batu hacur
menjadi pasir.
23. Kurupati serta adik adiknya, disuruh mengejar para putra Pandhu, merebut
kembali cupu yang telah lepas dari tangan ayahnya. Berangkatlah para Korawa
dibawah pimpinan Sengkuni, mengejar par a Pendhawa, Barisan Kurawa telah
hampir tiba dipertapaan Begawan Abiyoso. Brotos eno melihat gelagat pertapaan
Rotawu akan diserang lawan. Segera ia menyiapkan d iri untuk melawan.
24. Brotoseno lalu turun kelambung gunung menghadapi lawan. N akulo dan
Sadewo pun turun dari gunung tempat Begawan Abiyoso bertapa. Kepergian nya
diikuti oleh Kyai Semar. Mereka telah tiba dikaki gunung. Brotoseno telah be
rlaadapan dengan Kurupati. Keduanya telah saling menantang, Saling mencela.
Akhi rnya terjadilah perkelahian hebat.
25. Kurupati terlengah, dapat ditinju dengan keras, kena pada pelipisnya. Ia jatuh
terkapar, segera diangkut mundur. Dhursoso no datang membantu. Ia terlengah
dapat ditangkap disekap erat erat, selanjutnya dilemparkan jauh jauh, jatuh
bagaikan diempaskan ditanah. Dia tak sadarkan diri.
26. Para Korawa yang lain datang.rnengeroyok. Namun tak mendatangkan rasa
ketaku tan bagi Brotoseno. Korawa yang datang mengeroyok, seorang demi
seorang ditangka p dan dilempar. Tiada seorang pun dapat meloloskan diri.
27. Haryo Sengkuni meny aksikan rusaknya pasukan Korawa akibat amukan
Brotoseno. Ia amat iba hatinya, la lu minta belas kasihan dari Brotoseno, agar mau
meredakan amarahnya. Sengkuni me nunjukkan korban dari amukan,
bergelimpangan disana sini sambil merintih mengelu h kesakitan.
28. Sengkuni menyatakan orang berbuat dosa, para putra yang menanggung
akibatnya. Sengkuni mengakui dipihaknyalah sesungguhnya sumber kerusuhan. Ol
eh karena itu ia memintakan ampun untuk segenap pasukannya. Dia berjanji akan
me narik mundur pasukannya.
29. Mendengan kata pengiba iba dari Sengkuni, menjadi redalah kemarahan
Brotoseno. Cupu diserahkan kepada Sengkuni. Sengkuni rnenerima penyerahan
cupu tempat menyimpan minyak Tolo.
30. Tutup cupu dibukanya, ternyata isinya telah habis. Sengkuni mengambil sisa
minyak seadanya, dioleskan pada tubuhnya. Cupu lalu diisi dengan air. Kemudian
Sengkuni menarik mundur pasukannya. Mereka yang menderita kesakitan diangkut
dengan tandu.
31. Pasukan Astina yang d itarik mundur itu perjalanannya telah tiba dinegerinya.
Sengkuni lalu masuk keda lam istana. Ia melaporkan bahwa pengejaran para
Pandawa berhasil dapat dikejar, tetapi perlawanan pun terjadilah. Cupu dapat
dirappas, sayang keadaan sudali kosong. lsinya telah dipakai oleh para Pandawa.
32. Cupu kosong lalu diserahkan kep ada Raja Dhesthoroto. Baginda amat
menyesal lagi marah. Cupu diempaskan ketanah, Cupu pun jadi hancur. Hati
Dhesthoroto bingung tak menentu. Para Korawa dinasehatkan kembali.
33. Ceritera beralih mengenai para Pandawa. Sesudah Brotoseno ber hasil
memundurkan Korawa, ia beserta saudaranya kembali menghadap kakeknya. Tiba
dipertapaan Brotoseno memberikan laporan kepada Sang Begawan, hasil
penunaian tugas dari kakeknya Begawan Abiyoso puas hatmya.
34. Istirahat sejenak, Sang Abiyoso berkata kepada cucunya ia mengutarakan
pendapat, kalau keadaan seperti yang mereka alami itu berjalan berlarut larut,
bagaimana hasil kajian nanti. Ia menas ihatkan agar berani membuka rimba yang
terletak disebelah barat dari tempat pert apaan Sang Begawan. Rimba itu disebut
hutan Martani.
35. Para Pandawa menyanggupi perintah kakeknya, mereka lalu berangkat menuju
tempat hutan Martani. Kyai Semar dan Dewi Kunthi tak ketinggalan. Mereka lalu
membangun tempat istirahat ditepi sungai didekat pantai.
36. Sesudah tempat peristirahatan selesai dibangun, pek erjaan membuka hutan
dimulai siang hari sehabis menngerjakan membuka imba, ditempat itulah mereka
beristirahat. Malam hari mereka tidur ditempat itu pula. Apa yang dimakan, adalah
umbi umbian yang didapat dari hutan itu. .
37. Sepanjang cer itera, terdaptlah ceritera tentang Negeri Prnggadani dan Rajanya
bergelar Raja A rimba. Saudaranya ada empat orang. Adikk Raja Arimba, seorang
wanita, langsing b entuk tubuhnya, cantik paras mukanya Putri itu bernama Arimbi.
38. Adik laki laki Arimba tiga orang. Adik Arimbi bernama Brojodento, adik
Brojodento bernarna Brojolamatan, yang terakhir Brojumustika.
39. Konon Raja Arimba mengumumkan sayemb ara. Isi sayembara barang siapa
dapat megalahkan kesaktiannya, adiknya, Dewi Ari mbi akan diserahkan kepada
pemenang. Bila tak ada yang mampu mengalahkan. Arimbi dilarang kawin. Rasa
berat hatinya sama berat dengan bila dimadu.
40. Dewi Arimbi amat bersedih hati. Siang malam berdoa kepada Dewa agar
mendapat karunia suami. Hyang Pramesthi memerintah Bethara Narada turun
kemarcapada membawa berita yang harus disampaikan kepada Dewi Arimbi.
Hyang Narada memberi tahu bahwa calon suami Dewi Arimbi adalah seorang pria
bernama Werkudara. Diharap sabar menanti pertemuan itu akan terjadi didalam
hutan Martani.
41. Werkudoro sedang membuka hutan yang nantinya akan dijadikan kota.
Dijelaskan saudara tua dari Brotoseno ialah Puntodewo. Berturut turut adiknya
yartu Janawi, Nakulo Sadewo. Sesudah lengkap, Hyang Narada memberikan pe
njelasan, segera kembali ke Kahyangan.
42. Sepergi Hyang Narada, adik adik Arimb i bernama Brojodento, Brojokalpo dan
Brojomusthi dikumpulkan
43. Setelah berkumpul, mereka diberitahu bahwa Hyang Narada telah menjelaskan
bahwa calon suaminya seorang satria gagah perkasa bernama Brotoseno. Dia
sedang membuka hutan Martani . Pembantu tugas itu adalah empat orang
saudaranya. Penjelasan selanjutnya ia di wajbkan membantu Dewi Arimbi, minta
pendapat dari adik adiknya..
44. Adik adik A rimbi mendukung bila kakaknya bermaksud ingin membantu
pekerijaan Brotoseno. Dewi Arimbi minta pendapat tentang pemberitahuan kepada
kakaknya Raja Arimba. Adik adiknya merasa tidak perlu memberi tahu kepada
kakanda Raja Prmggodani. Menurut hematnya sayembara yang diadakan Raja
Arimba merugikan pihak lain, tak perlu dipatuhi.
45. Secara diam diam mereka meninggalkan Negeri Pringgadani. Konon mereka
yang membuka hutan Martani itu sedih hatinya. Kalau berhasil menebangi batang
didepan, pohon pohon dibelakangnya pulih kemball dengan subur. Mereka
berhenti di bawah pohon beringin sambil mengenang hasil kerja yang sangat
mengecewakan itu.
46. Tersebutlah dalam ceritera, kedatangan empat orang raksasa, seorang diantara
nya seorang raksasa perempuan, mereka berhenti didekat kelompok putra Pandhu.
Puntodewo menanyakan dari manakah asalnya, apa pula maksudnya. Puntodewo
menilal raksasa wanita itu cantik cakap, sayang wajahnya berujud wajah raksasa.
47. Dewi A rimbi menjelaskan mereka berasal dari negeri Pringgadani Rajanya
ialah saudara t ertuanya bernama Arimba. Kedatangan kalian memenuhi petunjuk
Dewa supaya membantu Brotoseno. Dewa mentakdirkan Brotoseno itulah calon
suami.
48. Dewa menyatakan dalam perkawinan dengan Brotoseno nanti akan mendapat
anugerah seorang putera y ang sakti perkasa. Puntodewo menyerahkan keputusan
pendapat dan Brotoseno sendir i mengenai setuju atau tidak.
49. Brotoseno menjawab tak mungkin jadi seorang ma nusia pria kawin dengan
seorang raksasa wanita. Ucapan Brotoseno itu bertujuan agar Dewi Arimbi
mengurungkan keinginan. Ternyata kejadian hasil sebaliknya.
50. Brotoseno mengajukan persaratan yang perlu mendapat tanggapan,
pertimbangan dan kesanggupan Brotosen bersedia memperistri kepada Dewi
Arimbi apabila sanggup dan dapat membersihkan semua batang yang tumbuh
dalam rimba Pringgadani dalam waktu tiga hari.
51. Dewi Arimbi menyanggupi. Adik adiknya dimintai bantuannya dengan
sungguh sungguh. Mereka mencabuti batang batang kayu dari udara. Dalam jangka
waktu tidak lama, hutan Martani telah merupakan tumpukan batang kayu. Arimbi
mendatangkan topan badai bersamaan dengan marak api. Batang batang kayu terb
akar api lalu dilanda topan. Seketika itu juga hutan Martani jadi bersih. Tiada
sepotohg kayu pun ketinggalan.
52. Syahdan Hyang Pramesthi menyuruh Yang Narada turun ke Marcapada
membawa Kalimasada untuk kelima bersaudara. Sebagai pemegang adalah
Puntodewo
53. Selain itu Hyang Pramesthi menganugerahkan juga gada raksasa pusaka untuk
Brotoseno. Sesudah bersih, hutan Martani dari pohon pohon pengganggu
pembangunan sebuah kota, maka Dewi Arimbi datang bersujud kepada Puntodewo.
54. Ia menagih janji yang telah diberikan kepadanya. Puntodewo melanjutkan
tuntutan janji yang telah diberikan kepada Arimbi. Puntodewo menjelaskan : tidak.
baik : orang mengingkar janji. Brotôseno mendengus dengus dan menarik nafas
panjang, tanda tak puas rasa hatinya.
XXVIII. DURMA
01. Hyang Narada datang kembali. Dia menyampaikan kata kata dan lagi ciri khas
dari Yang Narada bila memulai pembicar aan. Genjong waru doyong : janganlah
Brotoseno bersedih hati, Hyang Jagad Nata m emerintah membantu apa yang
menjadi kerepotan Arimbi.
02. Selain itu Yang Narada ditugaskan menyerahkan Kitab Kalimasada sebagai
benda pusaka bagi para Pandawa, hendaknya dipelihara baik baik. Puntodewo
sebagai putra pandu tertua dipercayak an menyimpan pusaka Kalimasada. Dia
dinobaatkan menjadi Raja.
03. Sesudah dinoba tkan, disarankan memakai gelar RajaYudhistira. Negara yang
sedang dibangun, kare na semula berujud hutan belantara bernama hutan Martani,
diseyogyakan diben nama Negeri Amarta. Hyang Pramestlu mentakdirkan Dewi
Arimbi jadi isteri Brotoseno.
04. Negeri Amarta selanjutnya akan jadi negara yang berwibawa, berpengaruh
besar kepada negara negara lain. Janaka diangkat sebagi satria mengatur kekuatan
dan Prajurit Negeri Amarta. Nakulo dan Sadewo dipercayakan menjaga
keselamatan Negeri.
05. Yang Narada lalu memanggil Dewi Arimbi. Ia dimanterai untuk diubah sifatn
ya menjadi manusia biasa. Karena bentuk badan aslinya memadai maka ia menjadi
se orang putri cantik sempurna.
06. Oleh karena tugas yang diberikan dan Hyang Giri Nata selesai dikerjakan,
maka Yang Narada pergi meninggalkan Negeri Amarta menu ju Suralaya.
Pertemuan disudahi.
07. Brotoseno kembali keternpatnya membawa Dewi Arimbi. Ditempat itu Arimbi
dimiminta menyiapkan diri menenima ulah asmara yang lain sifat kedaannya
dengan biasa terjadi. Dijelaskan pada saat ulah asmara yang ia jalankan tak akan
terdapat cumbu rayu, melainkan akan terjadi adegan adegan uji coba kesaktian.
Dewi Animbi mengalami diempaskan dan diinjak dibumi, hingga berakibat bumi
lekuk, diempaskan perbatuan, kebatang kayu yang besar. Terakhir Dewi Arimbi
diempaskan kebetis kiri dan kanan.
08. Namun segala penderitaan itu dirasa sebagai garam gulai, bumbu yang
menambah nikmatnya tidur Pagi dan sehabis bangun tidur. Dewi Arimbi bangun
dari tidurnya. Ia duduk badannya merasa letih lesu. Sehabis mandi, badannya
merasa segar, kekuatan pulih kembali.
09. Sekali peristiwa Arimbil menemui Brotoseno minta izin ingin mengunjungi
kakaknya Raja Pringgadani. Ia sudah lama tidak bertemu, rasa rindu mengendap
dilubuk kalbu. Apalagi pada saat berpisah tidak memberi khabar kepadanya. Ia
membayangkan kakaknya itu tentu bersusah payah mencari.
10. Brotoseno mengizinkaa permintaan dari Arimbi, bahkan ia sanggup mengantar,
dalam perjalanan. Brotoseno menentukan langkah sebaiknya. Arimbi dipersila
hkan mengambil jalan lewat udara, sedang ia sendiri akan menempuh jalan didarat.
Brotoseno yakin bahwa sampainya ditempat yang dituju akan bersamaan waktunya.
A rimbi menerima baik petunjuk dari Brotoseno. Ia menghadap kakanda Baginda
Puntod ewo minta izin dan restu akan meninggakan istana pergi melepaskan rindu
terhadap kakanda Baginda Raja Pringgadani.
11. Sri Yudhistira mengizinkan dan merestui k eberangkat Dewi Arimbi bersama
Brotoseno Semar serta anak anaknya diperintahkan mengiringi perjalanan
Brotoseno. Keberangkatan Brotoseno siap membawa gada raksa sanya. Perjalanan
mereka disertai angin ribut.
12. Arimbi telah berangkat lebih dahulu bersama sama tiga orang adik laki lakinya,
ialah Brojodento, Brojomusthi dan Brojokalpo. Mereka menghendaki tiba lebih
dahulu dari Brotoseno, dinegeri Pr inggoani, Setibanya di Negeri Pringgodani
mereka langsung menghadap Raja Arimba.
13. tas kedatangan wanita ayu yang turun dari angikasa itu. Raja Arimba sangat
tertegun. Arimba bertanya : Bidadari apakah yang baru saja datang itu. Arimbi be
rsujud, sesudah itu ia menyatakan bahwa dia adalah Arimbi, adiknya Dew Arimbi
me nceriterakan segala pengalaman dan langkah yang telah dijalankan.
Sebelumnya ia telah minta maaf lebih dahulu karena menjalankan segala sesuatu
tanpa sepengetahuan Raja Arimba.
14. Raja Arimba jadi amat marah. Baginda merasa tidak dihargai sebagai saudara
tua. Kecuali itu merasa dikesampingkan tidak dimintai pertimbang an untuk
menentukan sutu langkah yang akan diambil.
15. Dengan suara sentak lant ang, Raja Arimba menanyakan dimana suami Arimbi
berada. Dijawab oleh Arimbi masi h ada dalam perjalanan. Ia menjelaskan bahwa
jalan yang ditempuh berlainan. Dia menempuh jalan diudara sedang Brotoseno
menempuh jalan didarat.
16. Raja Arimba memerintahkan adik adiknya dengan suara lantang, memasang
pelana dipunggung gaja h peliharaan Baginda. Raja Arrimba bemaksud
melampiaskan kemarahannya, menyerang Brotoseno. Dia menggunakan kendaraan
gajah itu sebab dia memiliki kesaktian bila pengendaranya mati dalam medan laga
dapat hidup kembali karena dilompati tubuhnya.
17. Setelah gajah tersebut siap dengan membawa segala persenjataan, Baginda
naik diataspunggung gajah, kemudian berangkatlah. Jalannya gajah dipercepat.
18 . Tak lama kemudian bertemulah Raja Arimba dengan seorang yang bertubuh
gagah pe rkasa. Dia berkata dalam hati, kiranya Brotoseno sesuai dengan yang
telah diceri takan adiknya itu. Arimba segera menegur siapa namanya. Brotoseno
melancarkan pe rtanyaan balik siapa nama raksasa itu berani menghentikan
perjalanannya.
19. Ari mba memberi jawaban terhadap pertanyaan balik dari Brotoseno. Ia
menyatakan bahwa dia adalah Raja Negeri Pringgadani bernama Raja Arimba,
kakak dari Arimbi ia pun mengutarakan namanya. Arimba menyatakan : bila betul
Brotoseno itu suami Arimbi adiknya, dia diajak adu kesaktian sebagai uji coba.
20. Tantangan Arimba diterima oleh Brotoseno. Brotoseno berkali kali dipukul
dengan bindi, namun tidak dirasakan. Dalam kelengahan, Brotoseno dapat mrebut
gada dar i Raja Arimba.
21. Arimba mendapat serangan balasan dari Brotoseno, menggunakan bindi yang
lepas dari tangannya, mengenai tubuhnya Arimba jatuh dari punggung gajah yang
dikendarai, tak sadarkan diri. Melihat kejadian itu gajah kendaraan cep at cepat
melompati tubuh majikannya.
22. Arimba jadi sadar dan segar kembah. Segera ia naik diataspunggung gajah lagi.
Ia melancarkan serangan balasan. Brotoseno menjadi semakin marah ia mengambil
bindi sendiri pemberian dari Dewa. Keduanya saling menyerang.
23. Lama kelamaan Arimba lengah, terkena. pukulan bindi dari Brotoseno. Raja
Arimba dan gajahnya remuk redam. Brotoseno melanjutkan perjalanannya menuju
istana Pringgodani. Berita gugumya Raja Arimba melawan Brotoseno tersebut,
telah sampai diistana Pringgodani. Dewi Arimbi menyongsong kedatangan Brot
oseno.
24. Tiba diistana Brotoseno disambut oleh Arimbi, selanjutnya dipersilahkan
duduk bersama Adik adiknya Brojodento, Brojomusti dan Brojokalpo datang
menghadap.
25. Dalam bercakap cakap Brotoseno menceriterakan perlawanannya dengan Raja
Arimba. Atas persetujuan adik adiknya, untuk sementara sebagai Raja Pringgodani
ialah Dewi Arimbi didampmgi adik adiknya. Kelak bila Arimbi mempunyai putra
laki laki, dialah penerus penjabat Raja di Negen Pringgodani.
26. Setelah beberapa lama Brotoseno ada di Istana Pringgodani, ia minta kerelaan
hati Dewi Arimbi se rta adik adiknya, pergi menjenguk Puntodewo : kakaknya
beserta adik adiknya yang ditinggalkan di Wonomarta yang baru saja dibuka. Dia
mengkhawatirkan keselamata n saudara saudaranya tersebut.
27. Arimbi tidak keberatan meluluskan pemintaan suaminya Brotoseno lalu
berangkat. Perlanannya tak mendapat kesukaran. Dalam waktu singkat telah
sampai dihutan Martani. Hutan Martani dengan jarak luas tiga hari perjalanan itu
telah berhasil dibuka dan dijadikan negeri bernama Negeri Amarta.
28. Di Negeri Amarta Brotoseno bertemu dengan ibunda Dewi Kunthi sedang
ditemui kakanda Sri Yudhistira serta adik adiknya. Perkembangan pembangunan
Negeri Amarta amat cepat. Dari hasil pembukaan hutan Martani, penuh pohon
yang ditumbangkan porak peranda, cepat jadi bersih. Akhinnya cepat dibangun
istana lengkap dengan perlengkapannya. Ada alun alun cukup luas, bangunan
bangunan tempat kediaman para pangeran serta pegawai negeri.
29. Terletak dikanan kiri dan belakang istana dibangun rumah Pangeran
Werkudoro mendiami bangunan yang ada diistana, disebut Ki Pangeran Pamenang
(Tunggal Pamenang) Janawi menempati bangunan dikiri istana dinamai Pangeran
Madukoro.
30. Nakula dan Sadewo ditempatkan di Kepangeranan Sawojajar prajurit juga telah
disediakan tempat masing masing banyak pendatang dari luar negeri, ingin
menetap dinegeri karena tertarik oleh kemakmuran dan kesuburan Negara Amarta.
31. Karena kesuburan tanah di Amarta, segaia benih yang ditanam dengan baik.
Ditempat tempat sisa pembakaran, tanah dapat berbuah lebat. Tanaman padi
berbuah memuaskan. Buah buahan masak ranum diatas. Berjatuhan sendiri. Negeri
Amarta aman sejahtera.
32. Tercenitera Janaka berguru kepada seorang Pandita di Selamaya, bernama Kapi
Jembawan. Pendita ini amat tajam pengamatan hatinya. Tahu akan peristiwa
peristiwa jauh sebelum datang. Pendeta tersebut adalah pegawai dari Raja
Ramawija.
33. Konon ceriteranya, Ramawijaya sesudah menghancurka Negeri Alengka, lalu
meninggalkan kerajaan, ia bertapa para hamba sahaya hanyak yang mengikuti.
34. Pendita Kapi Jembawan mempunyai seorang anak wanita bemama Jembawati .
Akhirnya Endang Jembawati dipersaudarakan dengan Janaka. Sang Pandita sangat
kasih sayang kepada Arjuna. Banyak kesaktian serta kecakapan telah diajarkan
kepada Janawi.
35. Konon Noroyono ingin juga berguru kepada Kapi Jembawan.. Ia datang
dipertapaan Selapralaya diikuti adik perempuannya bernama Brotojoyo. Brotojoyo
adalah seorang wanita yang meniiiki wajah cantik jelita.
36. Karena ketajaman rnataliatinya, Pendeta Jembawan tahu bahwa nantinya
Noroyono akan mendapat wahyu kesaktian dari Bethara Wisnu Murti. Pengertian
itu disimpan dalam hati Pandita Jembawan.
37. Pendita Jembawan menenima baik kedatangan Noroyono dengan adiknya,
Dewi Brotojoyo Noroyono dipersilakan bertempat bersama dengan Arjuno adiknya.
Sa ng Pandita menyatakan bahwa Janawi diisi pengetahuan kecakapan dalam hal
ini keperjunitan.
38. Sekali penstiwa, sehabis waktu pelajaran Dyah Jembowati mengantar kan
santapan untuk Noroyono dan Arjuno. Sesudah santapan diterima oleh Janoko,
Jembowati pergi kembali.
39. Setelah melihat wajah Jembowati, pada saat sekembali nya ditempat. Noroyono
tak tahan mengekang rindu asmaranya. Karena menahan rindu nya itu Noroyono
jadi lemah lunglai seolah olah tak sadarkan diri. Noroyono seti ap waktu terbayang
wajah Endang Jembowati mutiara pertapaan Selopraloyo.
40. Pada suatu kesempatan Noroyono mengajak saling membantu Arjuno adalah
putra Pandhu Dewonoto, pamannya, suami dari bibi Kunthi, diminta bantuan
memudahkan jalan unt uk mempersunting Endang Jembowati yang sudah
dipersaudarakan dia.
41. Sebaiknya Noroyono sanggup mempermudah jalan usaha Arjuno untuk
mempersunting adiknya Brot ojoyo untuk jadi istrinya. Menanggapi ajakan
Noroyono itu Arjuno menyampaikan se nyum penuh arti.
42. Sebaiknya sejak kedatangannya di Selopraloyo. Arjuno telah menaruh
perhatian besar terhadapnya, tetapi disimpan dalam hati rapat rapat. Maka
persetujuan yang dinyatakan bersedia, asal tidak mengingkari janji. Jawab Noro
yono : jangan khawatir itu pasti.
43. Pandita Jembawan telah membau gejolak pera saan Noroyono itu. Dia
mengizinkan pergaulan anak wanitanya dengan Noroyono deng an Jembowati
dikukuhkan dengan ikatan perkawinan. Sesudah dalam perkawinan. Pandita
memberi wejangan mengenai dasar dasar kerukunan dan dasar dasar usaha
keselamatan hidup.
44. Brotojoyo telah disetujui pertunangannya dengan Arjuno. Seorang putra lalu
minta izin, meanjutkan tujuan, yaitu melaksanaknakan bertapa. Sang Pandita
merestui
XXIX. SINOM
01. Tersebutlah dalam ceritera, Arjuno menyuruh Brotojoyo masuk kedalam cincin.
Kemudian berangkat menuju ketengah rimba, diikuti Kyai Semar beserta anak
anaknya Disana Arjuno melaksanakan bertapa. Ia berganti nama: Dewa Asmara.
02. Beralih ceritera mengenai Raja Yudistira yang sudah lama menduduki
singasana Negeri Amarta, Baginda amat bersedih hati, karena belum mendapat
seorang wanita yang pantas menjadi permaisunya.
03. Hyang Narada turun ke Negeri Amarta, mende kati Raja Yudhistira. Yang
Narada memberi nasehat : Janganah bersedih hati. Dewa telah mentakdirkan
seorang wanita yang layak menjadi permaisurinya. Raja Negeri Capaka,
mempunyai anak wanita bernama Durpadi. Dia putri rupawan calon permaisu ri
Baginda. Wanita juga bernama Srikandhi. Adik berikutnya yang laki laki bemaina
Trustho Jumeno.
04. Putra sulung yaitu kakak Durpadi pria bernama Gondomono. Dia berbadan
gagah perkasa. Gondomono seorang satria sakti. Sukar dicari tolak bandingnya.
Pada suatu ketika Gondomono mengadakan sayembara. Isi sayembara : barang
siapa dapat menundukkan kesaktiannya, akan diserahi adiknya.