maraknya aksi demonstrasi
TRANSCRIPT
H. Engkon, “Tidak Ada Penganaktirian”
Maraknya Aksi Demonstrasi Merupakan Preseden Buruk
Saeppudin, SH. MH. H. Engkon Komara
CIAMIS (MB) – Inisiator Forum Ciamis Bersatu (FCB) yang merupakan Ketua
Pesatuan Pengacara Indonesia (Peradi) Ciamis – Banjar, Saeppudin, SH. MH. menyorot
tajam berbagai aksi-aksi demonstrasi yang terjadi belakangan ini. Menurutnya berbagai
aksi yang digelar oleh rekan mahasiswa, elemen LSM, elemen Ormas dan masyarakat
sebagai bentuk keprihatinan akan penegakan hukum oleh para penegak hukum dan
merupakan bentuk solidaritas sosial atas ketimpangan kesejahteraan yang terjadi di
masyarakat.
“Berbagai aksi demonstrasi yang digelar berbagai elemen masyarakat dalam
menuntut perbaikan infrastruktur yang dilakukan masyarakat kecamatan Langkaplancar
yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Langkaplancar (Ampel) belum lama ini menjadi
preseden buruk bagi mental masyarakat.
"Masyarakat menjadi pragmatis. Ketika menginginkan jalan di daerahnya diperbaiki,
dilakukan dengan unjuk kekuatan massa. Tanpa memperdulikan daerah lain yang
mengalami hal yang sama," ujarnya. Melihat banyaknya jalan yang rusak di Kabupaten
Ciamis, menurut kemungkinan besar demonstrasi akan terus berlanjut.
"Kondisi tersebut harus segera disikapi oleh Pemerintah dan DPRD dengan
meningkatkan porsi belanja modal pada APBD mendatang. Salah satunya, mengefisienkan
belanja pegawai melalui pemetaan kebutuhan pegawai dan perampingan struktur birokrasi
secepat mungkin. Sehingga anggaran pembangunan bisa lebih besar," ujarnya.
Tidak menganaktirikan
Bupati Ciamis, H. Engkon Komara menegaskan, Pemerintah Kabupaten Ciamis sama
sekali tidak menganaktirikan Kecamatan Langkaplancar. Semua Kecamatan terus
diupayakan mendapat porsi anggaran pembangunan sesuai dengan skala prioritas
pembangunan.
"Untuk pembangunan jalan di Kecamatan Langkaplancar sebetulnya sudah diang-
garkan secara bertahap, bahkan pada perubahan APBD tahun ini juga akan direhabilitasi.
Namun masyarakat mungkin menginginkan lebih cepat dan seluruhnya diperbaiki," ujar H.
Engkon usai menghadiri rapat Paripurna KUA PPAS 2012, di Gedung DPRD belum lama
ini.
Menurut H. Engkon, pemerintah juga sangat menginginkan jalan di Kabupaten
Ciamis semuanya bisa direhabilitasi. Namun menurutnya, biaya yang dibutuhkan sangat
besar, sementara anggaran pembangunan sangat terbatas.
"Kami sangat memahami keinginan masyarakat dan keprihatinan yang dialami
selama ini akibat jalan rusak. Dan kami terus mengupayakan agar pemerintah pusat
kembali menyalurkan anggaran lebih besar untuk Kabupaten Ciamis, agar infrastruktur
jalan bisa diperbaiki secara merata," ujarnya.
Oleh karena itu, kata H. Engkon, dukungan dari DPRD sebagai lembaga yang
bertugas menyusun anggaran sangat diperlukan. Apalagi saat desakan masyarakat sudah
terpolarisasi dalam gerakan demonstrasi, DPRD diharapkan bisa mengalokasikan anggaran
secara maksimal bagi kecamatan yang kondisi jalannya rusak parah. "Aksi demonstrasi
wajar-wajar saja dilakukan, namun jika setiap ada keinginan dilakukan dengan demo, itu
kurang baik," ujarnya. (mamay).
Kemarau Ancam Warga Rawan Pangan dan Daya Beli
Drs. H. Herdiat, S, MM
CIAMIS (MB) - Dampak kemarau yang berkepanjangan memang sudah cukup
mengkhawatirkan. Bencana kekeringan bukan hanya menyebabkan 10.830 hektare areal
pertanian yang tersebar di 36 kecamatan kering dan bahkan mengalami puso namun juga
puluhan ribu warga dilanda krisis air bersih atau gagal panen sudah tercatat 1.941 hektare.
Demikian diaungkapan Sekda Kabupaten Ciamis, Drs. H. Herdiat S, MM. usai
melakukan shalat Istisqo di lapangan Stadion Galuh Ciamis, Kamis (4/10). H. Herdiat
mengaku saat ini petani masih memiliki stok makan untuk beberapa bulan ke depan, namur
jika kemarau terus berlangsung dikhawatirkan akan menimbulkan dampak yang lebih parah
termasuk terjadinya rawan daya beli dan rawan pangan yang terjadi masyarakat Ciamis.
"Saat ini memang belum sampai terjadi rawan pangan dan rawan daya beli akibat
bencana kekeringan yang melanda selama sekitar tujuh bulan terakhir ini. Namun saya
benar-benar khawatir jika dalam waktu dekat hujan belum juga turun, tak menutup
kemungkinan rawan pangan dan rawan daya beli akan melanda” tutur H. Herdiat.
Kekhawatiran yang dirasakan, menurutnya sangatlah beralasan karean akibat
kekeringan petani tak bisa lagi menggarap dan menanami lahan pertaniannya. Karena
itulah, saat ini persediaan pangan Kabupaten Ciamis semakin menipis. "Sebenarnya hujan
bisa diupayakan melalui hujan buatan. Akan tetapi, upaya itu membutuhkan anggaran yang
sangat besar. Sementara anggaran yang dimiliki Pemkab Ciamis sangat terbatas. Maka dari
itu, kami melakukan shalat Istisqo berjamaah dengan harapan Allah SWT segera
menurunkan hujan,” ucapnya.
Disinggung mengenai antisipasi rawan pangan dan krisis air bersih akibat kemarau
berkepanjangan ini, H. Herdiat mengakui Pemerintah Kabupaten Ciamis telah melakukan
antisipasi. Salah satunya melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Ciamis
dengan cara menyalurkan bantuan pompa air ke daerah-daerah pertanian rawan kekeringan
serta menyalurkan air bersih menggunakan kendaraan tangki ke kawasan yang mengalami
krisis air bersih. (mamay).
Cadangan Beras Bulog Sub Divre CiamisHingga Februari 2013
Antisipasi rawan pangan Bulog Sub Divre Ciamis tingkatkan pengadaan stok beras untuk tahun 2012 dari 80 ton menjadi 90 ribu ton (Foto : Mamay)
CIAMIS (MB) - Program kemitraan Onfarm mandiri Bulog dengan kelompok tani
dalam pengelolaan lahan pertanian mampu menstabilkan produksi beras, khususnya di
Kabupaten Ciamis. Bahkan bulog akan memperluas kerja masa dalam pengelolaan sawah
dari 55 hektar menjadi 213 hektar.
Setelah di Kabupaten Ciamis, kerjasama dengan kelompok tani akan dilanjutkan di
Kabupaten/Kota Tasikmalaya, Kabupaten Garut dan Kota Banjar dengan sasaran lebih dari
1500 hektar lahan sawah. Hasil evaluasi terakhir petani di priangan timur layak mendapat
kepercayaan perbankan untuk bantuan permodalan asal diberikan pembinaan dan
bimbingan secara intensif.
Meski kekeringan masih berlanjut, Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divre Ciamis
justru menaikan target pengadaan beras tahun 2012 dari 80 ribu ton menjadi 90 ribu ton.
Bahkan target awal sebesar 80 ribu ton sudah tercapai sejak agustus lalu. Kenaikan tersebut
karena petani di Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Banjar sudah maju
dalam mengelola ketahanan pangan.
Menurut Kabulog Subdivre Ciamis Ali Ardi, tercapainya target pengadaan beras
karena pola ketahanan pangan petani saat ini lebih baik dengan tidak menjual beras
semuanya hasil panen pertama dan kedua, tapi disimpan untuk cadangan jika panen gadu
gagal.
Jika panen gadu berhasil petani baru berani menjual gabah, " ujar Ali saat ditemui
Media Bangsa di ruang kerjanya, Kamis (4/10). Ali tidak memungkiri, akibat kekeringan
ada sawah yang puso. Hal itu akibat lambat menanam padi karena disangka masih akan
berlangsung musim hujan dan seharusnya pada masa tanam ketiga bukan padi tapi
palawija. "Namun sebagian besar sawah di Priangan timur panen padi secara normal,"
ujarnya.
Cadangan beras Bulog Sub Divre Ciamis tahun ini menurut Ali, cukup hingga
Februari 2013. Dan jika terget 90 ribu ton berhasil, cadangan beras bisa sampai bulan maret
2013. "Besarnya cadangan beras bulog mampu menstabilkan harga beras di pasaran
sehingga harga masih normal. Namun seandainya ada kenaikan dan harus ada operasi
pasar, bulog sudah menyiapkan," katanya. (mamay).
Kader SGI Harus Miliki“Sense Of Crisis”
Para pengurus Sekretariat Golongan Independen (SGI) Kabupaten Ciamis berkomitmen untuk terus memajukan pembangunan demi kepentingan masyarakat (Foto : Mamay)
CIAMIS (MB) – Pembangunan bukan hanya tanggung jawab pemerintah tetapi
tanggung jawab semua elemen masyarakat. Oleh karena itu apa yang telah dilakukan
Sekretariat Golongan Independent (SGI) Kabupaten Ciamis, hendaknya menjadi pemicu
dan inovator bagi elemen masyarakat lainnya, sebagai kader pembangunan di daerah
masing-masing dan terlibat secara nyata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Semuanya harus bisa menggali potensi yang ada di daerah masing-masing dan
dikomunikasikan ke tingkat yang lebih tinggi. Kader SGI itu harus memiliki “Sense of
Crisis” kata Ketua SGI Kabupaten Ciamis yang merupakan mantan politikus dari Partai
Golkar, Jaja Hamara didampingi dewan Penasehat SGI, Ir. H. Heddy Suhendra, MA salah
satu ahli pertambangan yang dimiliki Kabupaten Ciamis, belum lama ini di Padepokan
Rengganis, Ciamis dalam acara silaturahmi keluarga besar SGI yang kelima.
Kader SGI di daerah ada di berbagai profesi strategis ini sangat menunjang program
pemeirntah yang saat ini terus digalakan dalam rangka mengentaskan angka kemiskinan.
Kader SGI ada yang menjadi pejabat, guru, nelayan dan petani. Posisi yang digeluti itu
harus mendatangkan kemanfaatan bagi kehidupan masyarakat dan pembangunan di daerah,
kata Jaja.
Berkaitan dengan hari jadi SGI yang kelima, momentumnya direpleksikan dengan tali
silaturahmi para pengurus dan kader SGI dengan berkomitmen untuk terus memajukan
pembangunan demi kepentingan masyarakat di daerah dalam rangka menyongsong hari
esok yang lebih baik, tambah H. Heddy (mamay).
Gara-gara Mengkonsumsi ObatSekujur Tubuh Tahriyah Melepuh
BANJAR (MB) – Baru saja tuntas permasalahan penculikan bayi dengan
terungkapnya tersangka pasangan suami istri Ny. Dede Wati (28) dan Yosi Arifin (40),
warga Dusun Karangsari RT 09/RW 03 Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota
Banjar yang menculik bayi perempuan Alifia Zahra Amalia Siti Khadijah anak dari
pasangan Ny. Oom Komariah (31) dan Andang Rustendi (30) warga RT 21/ RW 09 Dusun
Cibentang Desa Mekarharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar, kini pihak RSUD
diguncang lagi kasus dugaan mal praktek.
Kali ini nasib naas menimpa Tahriyah (65), warga kampung Ciaren RT 40 RW 13,
Desa Balokang, Kecamatan/Kota Banjar. Seluruh bagian tubuhnya terasa kaku, karena
hampir seluruh kulit di sekujur tubuhya melepuh.
Tak ayal, Tahriyah saat ini pun harus tergolek lemah di ruang Dahlia II RSUD Kota
Banjar. Sebagian kulit tubuhnya nyaris melepuh seperti luka bakar. Kondisi yang dialami
wanita paruh baya ini diduga akibat salah meminum obat yang diperoleh dari salah seorang
dokter RSUD Kota Banjar saat memeriksakan kesehatannya.
Menurut anak korban Herwati, musibah yang menimpa ibunya tercinta itu, terjadi
setelah mengonsumsi obat dari dokter Klinik RSUD Kota Banjar. Ceritanya, delapan hari
lalu, Tahriyah mengeluhkan kondisi perutnya sakit, dan berobat ke dokter spesialis
penyakit dalam di RSUD Kota Banjar, yakni dokter Eman Sulaeman SPPD.
Setelah mendapatkan pemeriksaan, korban akhirnya disuruh meminum empat jenis
obat dalam bentuk tablet untuk mengobati sakit perutnya. Lima hari berselang pasca
mengonsumsi jenis obat yang dianjurkan dokter itu, kondisi kesehatan Tahriyah tak
kunjung membaik. Malahan, hampir sebagian kulit tubuhnya melepuh seperti terkena luka
bakar. Tahriyah pun akhirnya dibawa kembali ke RSUD tersebut.
"Mamah saya dibawa kembali ke RSUD itu lima hari berselang sejak awal diperiksa.
Soalnya kulit tubuh mamah saya nyaris melepuh, seperti luka bakar," terang Herwati (32),
anak korban saat ditemui di kamar Dahlia II RSUD Kota Banjar, Senin, (1/10). Melihat
kondisi ibunya seperti itu, Herwati sempat membawa ibunya tersebut ke salah satu dokter
di Kota Banjar, yakni dokter Siska. "Hasil pemeriksaan dokter Siska, mama saya
mengalami keracunan obat," ungkap Herwati seraya menambahkan, dr. Siska memang
menganjurkan mamah saya harus segera mendapat perawatan kembali di rumah sakit.
Atas rujukan dan nasehat tersebut, Jum'at lalu ujar Herawati, ia rawat ibundanya di
rumah sakit Banjar. Tapi hingga kini kondisinya belum menunjukan perubahan. Pihak
keluarga mendesak, agar dr. Eman Sulaeman dan pihak RSUD bertanggung jawab
sepenuhnya, dan dapat mengembalikan kondisi korban sehat seperti sedia kala.
Dewan
Kasus dugaan kesalahan pemberian obat dari dokter sehingga kulit Tahriyah warga
Kampung Ciaren RT 40 RW 13 Desa Balokang, Kecamatan/Kota Banjar melepuh, menuai
reaksi dari sejumlah anggota DRPD Kota Banjar. Bahkan pihak DPRD berjanji akan
menindaklanjuti kasus tersebut hingga tuntas.
"Yang pasti, kita akan menindak lanjuti keluhan dari pasien. Dan kemungkinan,
minggu depan kita akan menyurati pihak rumah sakit untuk mencari tahu apa sebenarnnya
yang terjadi terhadap pasien. Baik, pengelola, maupun dokter yang menangani pasien itu,
akan kita panggil," kata Budi.
Dalam pertemuan nanti, papar Budi, apabila terbukti pihak rumah sakit maupun
dokter yang merawatnnya bersalah, maka pihak rumah sakit harus bertanggungjawab atas
penyakit yang diderita oleh pasien.
"Itu sebuah konswekuensi. Jika bersalah, kita akan memberikan peringatan kepada
rumah sakit. Selain itu, dokter vang melakuakan penanganan terhadap pasien juga diberi
sanksi dan bisa dibawa ke Mahkamah Kode Etik Kedokteran (MKEK). biar mereka yang
menentukan sanksi apa yang pantas diberikan," ujar Budi.
Alergi Obat
Direktur RSUD Kota Banjar, dr. Herman melalui Wadir Pelayanan RSUD,
dr. Aburrauf, K. MMR mengatakan, dari hasil rekam medik pasien, Tahriyah mengalami
alergi reaksi obat tablet. Meskipun demikian, penderita alergi reaksi obat tablet ini masih
bisa disembuhkan. Alasannya kata dia, terjadi hanya pada kulit, tidak sampai ke organ
tubuh di dalam.
"Saya jamin, ini bukan karena malpraktik. Melihat kondisinya, kemungkinan besar
akibat alergi reaksi obat, jadi proses penyembuhannya kita stop pemberian obat tabletnya,
dan diganti dengan obat yang lain," terang dr. Aburrauf, Rabu (3/l0), di ruang kerjanya.
Untuk proses penyembuhan, kata Aburrauf, diperlukan waktu sekitar 23 pekan.
"Malahan, sejak dirawat kembali di RSUD Banjar pada pekan kemarin hingga kini,
kondisi ibu Tahriyah berangsur membaik. Kita berikan pelayanan dan perawatan dengan
baik. Penanganannya kita kerjasamakan langsung dengan dr. penyakit kulit dan penyakit
dalam," kata Aburaauf.
Lebih jauh dr. Aburrauf menjelaskan, kejadian pasien kulitnya melepuh akibat alergi
obat kerap terjadi di tengah masyarakat, termasuk di Banjar. "Dan sekali lagi ini bukanlah
malpraktik. Hingga detik inipun kita sebagai dokter susah memprediksikan apakan pasien
yang datang ke kita ini alergi obat atau tidak, yang jelas kalau pasien mengalami alergi
obat, penggunaan obatnya pasti kita stop dulu dan diganti dengan obat lainnya”, ujar dr.
Aburrauf. (mamay).
Pembentukan DOB PangandaranTinggal Menunggu Sidang Paripurna DPR RI
Tim Pengkaji Lapangan, (TPL) Otonomi Daerah (Dirjen Otda) sedang melakukan kajian
lapangan tentang kesiapan Pangandaran menjadi Daerah Otonom Baru. (Foto : Mamay)
CIAMIS (MB) - Detik-detik lahirnya Kabupaten Pangandaran sebagai Daerah
Otonom Baru hanya tinggal sesaat lagi. Bahkan menurut informasi yang berkembang,
lahirnya Pangandaran tinggal menghitung hari.
Kabar baik yang dinanti-nanti oleh warga di daerah Ciamis Selatan ini tiba seiring
dengan kedatangan Tim Pengkaji Lapangan, (TPL) yang dipimpin oleh Dirjen Otonomi
Daerah (Dirjen Otda) Depdagri ke Pangandaran, Sabtu - Minggu (29-30) untuk melakukan
kajian tentang kesiapan Pangandaran menjadi daerah otonom baru.
Dari hasil kajian TPL ini, Pangandaran memang cukup layak menjadi daerah otonom
baru. Karena dari hasil kajian TPL, semua indikator yang menjadi syarat terbentuknya se-
buah daerah otonomi baru telah dimiliki oleh Pangandaran dengan nilai atau skor yang
memenuhi syarat.
Ketua TPL yang juga Direktur Dirjen Otda Depdagri, Budi Antoro menerangkan, ada
empat Indikator yang menjadi syarat lolos tidaknya sebuah daerah penjadi daerah yang
mandiri. Ke empat indikator itu adalah kependudukan, potensi daerah, potensi ekonomi,
dan potensi keuangan. "Hal ini diatur dalam PP No 79 tahun 2007 tentang persyaratan
teknis calon DOB," katanya.
Dari hasil kajian TPL, kata, Budi. skor yang diperoleh calon DOB Pangandaran
memang melebihi angka batas minimal. Untuk kependudukan, skornya 85 poin, potensi
daerah 60 poin, potensi ekonomi 70 poin, potensi keuangan 65 poin.
"Sedangkan batas minimal skoringnya adalah 60 poin. Bila skornya dibawah 60,
berarti tak memenuhi syarat. Melihat skor yang diperoleh DOB Pangandaran, dari empat
persyaratan teknis yang dinilai, hanya sektor potensi daerah yang berada pada ambang
batas 60 poin. Selebihnya diatas rata-rata” katanya.
Budi Antoro melanjutkan, dari hasil kajian TPL ini, kemudian akan dibawa dalam
rapat gabungan angara TPL Depdagri dengan pihak Komisi II DPR RI. Jadwal
pembahasannya dari 19 - 23 Oktober mendatang, dimana selain Pangandaran, TPL dan
Komisi II DPR RI juga mengkaji sejumlah calon DOB yang lain yang jumlahnya sebanyak
19 daerah. "Jadi atau tidaknya Kabupaten Pangandaran menjadi daerah otonom baru, akan
ditentukan dalam sidang paripurna DPR RI. Kami tidak menjanjikan Pangandaran lolos
menjadi DOB baru, namun kami akan bekerja sesuai mekanisme yang ada," terang Budi.
Sementara itu, Ketua Komisi II DPR RI, Agun Gunandjar Sudarsa menjelaskan, hasil
kajian TPL ini akan dibahas bersama-sama dengan Komisi II. "Tidak hanya Pangandaran
yang kami garap, tetapi 18 calon DOB lainnya di seluruh Indonesia," kata Agun.
Agun menegaskan, setelah dibahas bersama dari tanggal 19-23 Oktober, maka pada
tanggal 24 Oktober akan dilakukan sidang paripurna pengesahan calon-calon DOB untuk
tahap pertama. Jika masih ada sejumlah daerah yang masih dalam pembahasan, kata dia,
maka sidang paripurnanya akan digelar di sidang tahap dua yang digelar 16 Desember.
"Jadi untuk sidang paripurna pengesahan daerah otonom baru ini akan digelar dalam
dua tahap. Kalau Pangandaran telah siap, maka paripurnanya bisa Bulan Oktober ini.
Namun jika belum siap, maka paripurna untuk Pangandaran bisa di tahap ke dua," katanya.
Menanggapi masih adanya skor kecil untuk kajian Pangandaran, Ketua Presidium
Pembentukkan Kabupaten Pangandaran H. Supratman didampingi Sekretaris, Andis Sose
dan Koinfo Presidium, Sukirman menjelaskan, penyebab skor potensi daerah di calon DOB
Pangandaran cukup kecil, akibat beberapa sektor belum dimasukkan. "Kami menduga,
beberapa potensi daerah belum dimasukkan kedalam skor penilaian, seperti gula kelapa,
bandara Nusawiru, perikanan laut, dan bahan tambang, sehingga, skor dari potensi daerah
relatif kecil," kata Supratman.
Dana Hibah
Ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh Tim Pengkaji Lapangan (TPL) Dirjen
Otda Depdagri dalam mengkaji kesiapan Pangandaran menjadi daerah otonomasi baru.
Beberapa tahapan yang dilakukan diantaranya melakukan ekspos dengan sejumlah
komponen masyarakat Pangandaran dan juga para pejabat Pemkab Ciamis.
Selain itu, tim yang berjumlah delapan orang ini melakukan pemeriksaan bukti
administrasi, dan selanjutnya turun langsung ke lapangan untuk melihat bukti-bukti
kongkret. Untuk melakukan tahapan itu, tim berada di Pangandaran dan sekitarnya selama
dua hari, yaitu Sabtu dan Minggu (29-30/9).
Komponen yang dimintai keterangan yang diperlukan untuk kepentingan kajian yaitu
kalangan birokrasi, organisasi masyarakat dan masyarakat luas.
Kegiatan TPL diawali dengan menanyai kesanggupan Pemda Jabar dan Pemda
Ciamis dalam memberikan bantuan dana kepada pemerintahan Kabupaten Ciamis.
Kemudian, tim memeriksa persyaratan administratif cakupan wilayah, serta kajian lapangan
ke calon ibu kota Kabupaten Pangandaran.
Asda I Bidang Pemerintahan, Mahmud yang mewakili Bupati Ciamis menegaskan,
Pemda Ciamis akan memberikan dana bantuan sebesar Rp 14,5 miliar bagi Kabupaten
Pangandaran. Rinciannya untuk operasional pemerintahan sebesar Rp 10 miliar; dan untuk
Pemilukada sebesar RP 4,5 miliar.
"Untuk pemekaran Kabupaten Pangandaran, Pemkab Ciamis akan mengucurkan dana
hibah sebesar Rp 14,5 miliar. Peruntukannya, biaya operasional pemerintahan sebesar RP 5
miliar diberikan dua tahun berturut-turut, serta pembiayaan Pemilukada sebesar RP 4,5
miliar." kata Mahmud.
Mahmud menambahkan, dalam rangka mendukung pemekaran Pangandaran,
pihaknya juga siap melepas asset yang berada di wilavah calon DOB Pangandaran.
Diantaranya, kantor pemerintah, tenaga pegawai, kendaraan bermotor, dan benda tidak
bergerak lainnya, jika Kabupaten Pangandaran sudah disahkan.
Sementara Kepala Biro Otda Jabar, Dedi mewakili Gubernur Jabar menjelaskan,
Pemprov Jabar pun akan memberikan bantuan pendanaan sebesar RP 7,5 miliar dengan
rincian, untuk operasional pemerintahan RP 5 miliar dan Pemilukada 2,5 miliar.
Menurut Dedi, Pemprov Jabar sangat berkepentingan dengan calon DOB
Pangandaran, sebab idealnya dengan jumlah penduduk Jabar sekitar 44 juta jiwa Kabupaten
kota harusnya 35. Sementara saat ini baru ada 26 kabupaten/kota. "Akibatnya, pelayanan
kepada masyarakat belum optimal," katanya.
Ketua TPL yang juga Direktur Dirjen Otda Kemendagri Budi Antoro menjelaskan,
dari sisi administratif, perhatian TPL berfokus pada keberadaan peta wilayah calon DOB
Pangandaran. Menurut Budi Antoro, cakupan wilayah menjadi perhatian utama, karena
beberapa wilayah yang telah dimekarkan sebelumnya, banyak bermasalah dalam penetapan
batas wilayah kabupaten, batas wilayah kecamatan, bahkan batas wilayah antar desa.
"Cakupan wilayah calon DOB Pangandaran sudah jelas, terdiri dari 10 kecamatan
dengan batas-batas wilayah yang jelas, yaitu Kecamatan Mangunjaya, Kecamatan
Padaherang, Kecamatan Kalipucang, Kecamatan Pangandaran, Kecamatan Sidamulih,
Kecamatan Parigi, Kecamatan Cijulang, Kecamatan Cimerak, Kecamatan Langkaplancar,
dan Kecamatan Cigugur. Di beberapa daerah, cakupan wilayah sering menjadi masalah
karena peta wilayah yang tidak tepat," terang Budi Antoro.
Sementara itu, kajian lapangan yang dilakukan TPL dilakukan dengan kunjungan
lapangan ke beberapa tempat strategis di calon DOB Pangandaran, diantaranya meninjau
calon pusat pemerintahan KabupatenPangandaran, yaitu Desa Cintaratu, Kecamatan Parigi.
(mamay).
Walikota Banjar TersinggungGara-gara Sepeda Motor
H. Ahmad Dimyati H. Herman Sutrisno
BANJAR (MB) - Wakil Wali Kota Banjar, H. Ahmad Dimyati yang mengendarai
sepeda motor untuk menuju tempat kerjanya, yang kemudian mengalami gembos ban
sehingga harus mendorongnya, mendapat reaksi sinis dari Wali Kota Banjar, H. Herman
Sutrisno. Sikap Wakil Wali Kota untuk melakukan penghematan BBM tersebut, dipandang
Wali Kota sebagai sikap melecehkan dan mengkerdilkan institusi Pemkot Banjar. Apalagi,
Wakil Wali Kota sudah diberi fasilitas 3 unit mobil dinas dan tunjangan operasional sebesar
RP 50 juta perbulan. Menurut Wali Kota, jika Wakil Wali Kota berniat untuk pencitraan
meniru sikap Jokowi, bukanlah begitu caranya.
Aksi "nyeleneh" Wakil Wali Kota Banjar, H.Ahmad Dimyati naik sepeda motor
bebek sampai mendorongnya gara-gara gembos di sekitar area perkantoran Setda Banjar
belum lama ini, menuai protes Wali Kota Banjar, H. Herman Sutrisno.
Kata dia, atas nama Wali Kota dan atas nama Pemkot Banjar, aksi yang dilakukan
Wakil Wali Kota melaksanakan dinas menggunakan sepeda motor bahkan hingga didorong
karena gembos ban, sudah jelas melecehkan dan mengerdilkan Kota Banjar.
"Saya atas nama Pemkot Banjar merasa tersinggung. Dengan naik sepeda motor
seperti itu, terkesan. sudah mengerdilkan Kota Banjar. Jika terus demikian, dimungkinkan
tiga kendaraan dinas yang biasa dikondisi laik pakai.
"Mobil Camry itu masih milik Pemkot Banjar. Karena Wakil Wali Kota belum
melunasi proses dum itu,"ujar H. Herman Sutrisno dengan nada tegas seraya menjelaskan,
selain diberi fasilitas kendaraan dinas. Wakil Wali Kota Banjar rutin diberi dana
operasional RP 50 juta per bulan.
H. Herman kembali berujar “Jika mau meniru kesederhanaan Wali Kota Solo, Jokowi
yang saat ini menjadi Gubernur DKI Terpilih, bukan begitu caranya. Karena ujar
H. Herman, Jokowi memang karakter sehari-harinya yang sederhana. Lagi pula selama ber-
tugas di Solo, dia tetap naik dan menggunakan kendaraan dinas pemerintah.
“Dan jika benar mau efisensi BBM, oke saya setuju. Mari kita naik sepeda bersama-
sama di Kota Banjar," ujarnya dengan kening mengkerut sambil menunjukkan para pejabat
di lingkungan Pemkot Banjar sekarang ini pada naik mobil dan tidak ada yang naik sepeda
motor.
Sementara itu dikonfirmasi terpisah atas reaksi dari Wali Kota Banjar, H. Herman
Sutrisno, Wakil Wali Kota Banjar; H.Ahmad Dimyati yang akrab disapa Dim tersenyum.
Menurut Dim, ia mempersilahkan masyarakat Banjar yang menilainya. Ia malah heran,
seandainya tindakan dirinya naik sepeda motor dan melakukan efisiensi BBM itu
merupakan perbuatan salah, bukan berarti harus disikapi yang terlalu reaktif sehingga
memicu perpecahan di Kota Banjar.
"Pa Wali Kota dan saya sama-sama mempunyai niat baik. Adapun alasan saya suka
naik sepeda motor sebatas kepraktisan dalam bekerja saja. Dan perlu dicatat, itu bukan
pencitraan seperti yang difikirkan oleh pihak-pihak tertentu. Karena, di PDI Perjuangan tak
mengenal pencitraan atau tebar pesona,"kata Dim.
Pro Kontra
Buntut lontaran keras Wali Kota Banjar, H.Herman Sutrisno terhadap wakilnya,
H. Akhmad Dimyati yang naik sepeda motor ke kantor sehingga meretakkan "kemesraan",
menjadi buah bibir di Kota Banjar, baik di DPRD hinga warung kopi. Pro kontra pun
terlontar dari masyarakat, ada yang mendukung ungkapan Wali Kota ada pula yang
mendukung aktifitas Wakil Wali Kota pakai sepeda motor.
“Kalau kata saya mah tidak apa-apa memakai sepeda motor ke kantor asal jangan
mengharapkan pujian masyarakat. Tapi kalau memang tujuannya berharap pujian, silakan
marahi saja Pak Wali! Kata Lehan, warga Desa Bojongkantong Kecamatan Langensari
Kota Banjar, Kamis (4/10).
Berbeda dengan Lehan, warga lainnya, Maman menilai sudah pantas Wali Kota
memberikan teguran keras kepada Wakilnya. Karena Pemkot Banjar sudah memberikan
fasilitas yang layak kepada Wakil Wali Kota, tetapi hal itu disia-siakan begitu saja. Lagi
pula ujar Maman, apa yang dilakukan Wakil Wali Kota untuk menumbuhkan rasa simpatik
dari masyarakat jelang Pilwalkot 2013 itu hanya trik belaka menjelang perhelatan Pilkada.
Komentar lain datang pula dari gedung DPRD. Anggota F-PDIP DPRD Kota Banjar,
Anwar Hartono mengaku heran, gara-gara Wakil Wali Kota naik motor, ada pihak yang
merasa tersinggung.
"Padahal, aksi itu merupakan hal yang positif. Sekaligus bagian dari realisasi idiologi
PDI Perjuangan sekarang. Yakni, selaku kader terbaik mesti selalu merakyat," kata anggota
DPRD Banjar dari PDI Perjuangan, Anwar Hartono, Kamis (4/10).
Sikap yang dilakukan Dimyati dikatakan dia, sebagai bagian dari suri tauladan
kerakyatan untuk dicermati para pejabat di lingkungan Kota Banjar. Hal senada dikatakan
Anggota DPRD Banjar PKS sekaligus Ketua Komisi A Bidang Pemerintahan, Ustadz
Abdulah M Syafei. Menurut dia, banyak anggota DPRD Kota Banjar yang naik kendaraan
motor. Tetapi pihak eksekutif tidak reaktif dan melontarkan nada ketersinggungannya.
"Selama ini, kami jarang sekali menggunakan kendaraan dinas mobil fraksi atau
komisi. Makanya, semua mobil itu tetap disimpan di area parkir DPRD Banjar. Bahkan,
untuk berangkat kerja dari rumah ke DPRD sering naik sepeda motor. Tapi Kepala Daerah
tidak melontarkan tersinggung,"kata Abdullah.
Sayangnya, sejumlah anggota F-Golkar DPRD Kota Banjar salah satunya dari Suradi
enggan mengomentari terlalu jauh. Padahal dalam beberapa perbincangan melontarkan hal-
hal terkait keretakkan Herman-Dimyati.
Begitupun disampaikan H. Husin Munawar dari FPAN dan H. Muhtar Gozali dari
F-PPP lebih memilih berbicara normatif. "Kami optimistis pasca pagetreng antara Banjar
Satu dan Banjar Dua akan berakhir dengan sebuah kemesraan politik. Menurut hemat kami,
peristiwa seperti itu sudah terbiasa dan dijamin akur kembali,"ujar mereka.
Menjelang perhelatan, politik pilkada Banjar dan Pilgub Jabar saat ini memang situasi
politik di daerah menjadi sangat rawan. Tetapi bagaimanapun kondisinya, kita berharap
agar pelayanan terhadap publik tidak terganggu. Kepala daerah dan wakil kepala daerah
diharapkan masing-masing bisa tetap menjalankan fungsinya sesuai dengan aturannya.
Tidak ada upaya saling menyerobot kewenangan atau pun tidak ada upaya saling menjegal
atau mencitraburukkan satu sama lain.
Jika keduanya saling bertabrakkan, maka para pejabat di bawahnya pun tentu akan
bingung untuk melaksanakan kebijakannya. Jika para pejabat yang notabene sebagai
pelaksana teknis pembangunan dan pelayanan masyarakat bingung, maka yang akan terjadi
rakyat juga yang akan menjadi korban.
Dari kasus di atas, tentu kita tak bisa membenarkan atau pun inenyalahkan salah
satunya. Namun untuk menjaga situasi kondusif di daerah, kita berharap agar masing-
masing bersikap secara wajar dan tidak berperilaku atau berucap yang aneh-aneh yang bisa
berdampak geger politis. Apalagi, saat ini masyarakat sudah cerdas dalam menilai sepak
terjang para pelaku politik, yang memang seringkali melakukan akrobat politik demi
mencuri hati masyarakat. (mamay).
Disaat Masyarakat Membutuhkan Jasa Pelayanan Kesehatan Prima “Klinik Pratama Rawat Inap Budi Mulya” Terlahir
Suasana halal Bil Halal dan peresmian Klinik Pratama Rawat Inap Budi Mulya yang dibuka secara resmi oleh Camat Ciamis diwarnai dengan pemberian paket sembako dan santunan
kepada kaum fakir miskin dan duafa. (Foto : Mamay)
CIAMIS (MB) – Berangkat dari banyaknya masyarakat yang membutuhkan jasa pelayanan kesehatan prima dengan keterbatasan rumah sakit dan poliklinik yang ada di Kabupaten Ciamis yang tidak seimbang dengan jumlah penduduk Kabupaten Ciamis, dimana banyak masyarakat memilih untuk berobat keluar daerah seperti kota Banjar dan Kabupaten Tasikmalaya.
Tak jarang, karena terbatasnya sarana dan prasarana pendukung pelayanan-pelayanan kesehatan yang tidak seimbang tadi, mengakibatkan kejadian yang berujung fatal berakibat meninggalnya si pasien, karena tidak keburu tertolong oleh jasa medis.
Berangkat dari kenyataan tersebut “Klinik Pratama Rawat Inap Budi Mulya” terlahir. Klinik ini dirintis seorang Putra daerah asli kelurahan Linggasari, Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis, H. Iji Rustandi, S.Kep didukung sang istri tercinta Hj. Tatik Handayani Am.Keb yang sudah berpengalaman di bidang jasa pelayanan kesehatan sebagai perawat dan bidan, banyak sudah masyarakat tertolong oleh tangan dingin kedua pasangan suami istri ini, terutama masyarakat menengah ke bawah di sekitar lingkungan Ciamis bahkan ke Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.
Ditemui Media Bangsa di kantornya di jalan Karang Gedang No 81 RT 06/ RW 07 Lingkungan Cimanggu Kelurahan Linggasari Kecamatan / Kabupaten Ciamis, dalam acara Halal Bil Halal dan peresmian Klinik Pratama Rawat Inap “Budi Mulya” yang dipenuhi tamu undangan beserta masyarakat di sekitar lokasi, yang terdiri dari masyarakat umum pejabat Dinas Kesehatan, Camat dan Ketua MUI Kecamatan Ciamis serta para lurah di lingkungan Kecamatan Ciamis.
Sesuai acara Halal Bil Halal dan peresmian klinik, kepada Media Bangsa, H. Iji menuturkan perjuangannya dalam membangun Klinik Pratama Rawat Inap Budi Mulya. Menurutnya, Dusun Cimanggu Desa Linggasari jauh dari tempat pelayanan kesehatan.
Latar belakang hal itu agar masyarakat dapat memanfaatkan tempat pelayanan kesehatan di luar jam kerja puskesmas maka dibangunlah balai pengobatan bernama balai pengobatan Budi Mulya yang didirikan pada tahun 2003 dengan dokter penanggung jawab dokter Sutji Wulandari Ratnaningsih.
Dari tahun 2004 – 2006 dokter penanggung jawab berganti-ganti selepas dokter Sutji Wulandari Ratnaningsih karena ditugaskan ditempat yang tidak mungkin untuk menjadi dokter penanggung jawab dari mulai dokter Hezza Bigitha, dokter Hj. Mekar Yaris Senowaty dan pada tahun 2007 dokter penanggung jawab oleh dr. H. Bunyamin sekaligus pada tahun itu balai pengobatan resmi dibawah naungan Yayasan PPNI dengan aturan yang diharuskan maka dari balai pengobatan Budi Mulya menjadi Yayasan PPNI Budi Mulya sampai tahun 2010.
Dari tahun 2010 dokter penanggung jawab adalah dr. Yoyo sampai tahun 2012
sekarang. Selama berada di bawah naungan Yayasan PPNI jam pelayanan medis
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Seiring itu, sesuai dengan peraturan yang
diluncurkan kementrian kesehatan dimana semua balai pengobatan harus menjadi klinik,
baik itu klinik rawat jalan maupun rawat inap maka berlatar belakang hal tersebut Yayasan
PPNI Budi Mulya berubah menjadi klinik Pratama Rawat Inap Budi Mulya dengan dokter
penanggung jawab dokter Yoyo dan mulai resmi beroperasi 23 September 2012.
Selain itu atas tuntutan kebutuhan pelayanan kepada masyarakat klinik Pratama
Rawat Inap Budi Mulya menyediakan berbagai fasilitas pendukung diantaranya 7 ruang
rawat inap, UGD, laboratorium, ambulan dengan dukungan dokter umum, dokter Tri
Wulansari, praktek keperawatan Ujang Rahmat, S.Kep.Ners, 6 perawat, 2 apoteker, 1
pembantu apoteker, 3 tenaga administrasi, 1 tenaga keamanan serta lahan parkir yang
memadai didukung mushola dan tempat tunggu pasien yang representatif. (mamay)
Pemerintah Kabupaten Ciamis Dinas Pendidikan
Selamat Atas Dilantiknya Drs. H. Herdiat S.,MM.
Sebagai Sekda Kabupaten Ciamis Oleh Bupati Ciamis H. Engkon
Komara
Keluarga BesarMusyawarah Kerja
Kepala Sekolah (MKKS)
Ketua
Dr. H. Aning Efendi, M.Pd.
Pemerintah Kabupaten CiamisDinas Pendidikan
Selamat Atas Dilantiknya Drs. H. Herdiat S.,MM.
Sebagai Sekda Kabupaten Ciamis Oleh Bupati Ciamis H. Engkon
Komara
KELUARGA BESARKOMISARIAT 04 SMP CISAGA
Ketua Komisariat 04