masalah-masalah yang banyak dialami oleh
TRANSCRIPT
SURVAI MASALAH-MASALAH YANG BANYAK DIALAMI OLEH SISWA-SISWI KELAS V SD KANISIUS BACIRO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan Konseling
Disusun Oleh :
SHERLY YONATHAN
NIM : 021114024
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
i
Motto dan Persembahan
“Janganlah takut, sebab AKU menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab AKU ini ALLAHmu; AKU akan meneguhkan, bahkan akan menolong
engkau; AKU akan memegang engkau dengan tangan kanan-KU yang membawa kemenangan.” (Yesaya 41:10)
“Sungguh sulit jika aku terpaksa… dan begitu mudahnya jika aku mau.” “Daripada menghitung kesukaranmu, cobalah menjumlahkan berkat-berkat yang telah kamu terima.” Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Orangtuaku tercinta, papa William dan mama Martha yang sudah terus memotivasi dan mendukungku dengan cinta dan doa sehingga aku bisa menyelesaikan kuliah ini dengan baik.
SD Kanisius Baciro Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepadaku untuk membimbing seluruh siswa-siswi selama tahun ajaran 2006-2007.
Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai tempatku menimba ilmu.
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 November 2007
Penulis
Sherly Yonathan
v
ABSTRAK SURVAI MASALAH-MASALAH YANG BANYAK DIALAMI OLEH SISWA-SISWI KELASV SD KANISIUS BACIRO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN
2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
SHERLY YONATHAN
2007
Penelitian ini bertujuan untuk mendespkripsikan masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007. hasil penelitian digunakan sebagai acuan untuk menyusun usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk siswa-siswi kelas V di sekolah tersebut. Pertanyaan yang secara khusus dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) Masalah-masalah apakah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006-2007? (2) Usulan topik-topik bimbingan apakah yang sesuai dengan masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006-2007?
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survai. Subjek penelitian adalah seluruh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 yang berjumlah 78 orang. Instruman penelitian yang digunakan adalah “Kuisioner Masalah-masalah yang dialami oleh siswa SD”. Insrtumen tersebut disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan beberapa bidang masalah (Pribadi, Sosial, Belajar dan Karir) dengan mengacu pada kajian pustaka. Instrumen penelitian terdiri dari 55 item. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah membuat tabulasi skor dari masing-masing item, menghitung skor total dari masing-masing item, dan menentukan masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Yogyakarta berdasarkan kriteria Penilaian Acuan Norma (PAN) tipe I, yaitu M + 0,75 S.
Hasil penelitian antara lain: (1) Masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V Intrapersonal adalah siswa merasa kurang PD (percaya diri) jika diminta untuk berbicara di depan kelas atau di depan orang banyak; (2) Masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V Interpersonal adalah (a) siswa mudah marah atau kurang mampu mengendalikan diri dan (b) siswa kesulitan membagi waktunya untuk belajar dan kegiatan-kegiatan yang lain; (3) Masalah-masalah yang banyak dialami oleh seluruh siswa-siswi kelas V (Intrapersonal dan Interpersonal) adalah (a) siswa merasa kuatir tidak dapat memenuhi harapan orang tua atau orang yang menyantuni hidupnya; (b) siswa sering membalas perbuatan orang lain yang mengganggu/menyakiti hatinya; (c) siswa merasa takut nilai-nilai yang diperolehnya tidak memenuhi syarat untuk kenaikan kelas; (d) siswa mudah kecewa apabila gagal melakukan sesuatu.
Berdasarkan hasil penelitian, disusunlah suatu usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai bagi siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta.
vi
ABSTRACT A SURVEY ON THE MOST PROBLEM FACED BY THE FIFTH GRADE
STUDENTS OF KANISIUS BACIRO YOGYAKARTA PRIMARY SCHOOL IN THE ACADEMIC YEAR OF 2006/2007 AND THE IMPLICATIONS ON
THE CLASSICAL GUIDANCE TOPICS PROPOSAL
SHERLY YONATHAN 2007
This research was aimed at describing the problems dealt by the fifth grade students of Kanisius Baciro Yogyakarta Primary School during the academic year of 2006/2007. The result of this research was used as the reference in arranging the suitable classical guidance topics proposal for the fifth grade students of the school. The questions that particulary responded in this research were : (1) What kind of problems that were faced by the fifth grade students of Kanisius Baciro Yogyakarta Primary School during the academic year of 2006/2007? (2) What kind of classical guidance topics proposal that is suitable with the problems faced by the fifth grade students of Kanisius Baciro Yogyakarta Primary School during the academic year of 2006/2007? This research was descriptive in nature by using the survey method. The subject of the research covered the entire fifth grade students of Kanisius Baciro Primary School in the academic year of 2006/2007, wich consisted of 78 students. The research instrument was the “Questionnaire Asking for The Problems the Primary School Students Dealt”. That instrument, which consisted of 55 items, was based on several problems classifications (Individual, Social, Study, and Career), was prepared by referring to library research. The technique of data processing were the score tabulation and calculation the total score, and determination of the problems of the fifth grade students of Kanisius Baciro Yogyakarta Primary School based on the criteria of the Norms Referent Assessment (NRA) type I, i.e.: M+0.75S. The results of the research shows that (1) The problems of the fifth grade students on “Intrapersonal” was : The students don’t have confidence on himself/herself if they were asked to talk in front of class or people; (2) The problems of the fifth grade students on “Interpersonal” were : (a) The students was easy to get anggry or unable to control herself/himself, (b) The students get difficulty in sharing time for study and the other activity; (3) The problems of the fifth grade students on “Intrapersonal” and “Interpersonal” were : (a) The students were affraid if they can’t fulfill the parent’s hope; (b) The students often did revenge to someone else that hurt him/her; (c) The students were worried if they got bad results; (d) The students were often disappointed easily when they were failed. Based on the results of research, a suitable classical guidance’s topics proposal for the fifth grade students of Kanisius Baciro Yogyakarta Primary School could be well arranged.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kemurahan kasih, karunia
dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penyusunan skripsi ini sebagai wujud dari seluruh pengetahuan dan pengalaman
penulis selama kurun waktu lima tahun sebagai mahasiswa Universitas Sanata
Dharma dan satu tahun dipercaya sebagai salah satu tenaga bimbingan dan konseling
di SD Kanisius Baciro Yogyakarta. Penulis merasa terpanggil untuk menyumbangkan
sesuatu yang berharga bagi SD Kanisius Baciro, khususnya untuk meningkatkan
pelayanan bimbingan dan konseling bagi siswa-siswinya.
Penulisan skripsi ini tidak dapat berjalan tanpa bantuan dan dukungan banyak
pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku pembimbing yang telah mengarahkan
dan membimbing penulis dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini.
2. Suster Dra. C. L. Milburga, M.Ed. dan Ibu A. Setyandari S.Pd., Psi., M.A.
selaku dosen tamu yang juga ikut memberikan masukan-masukan yang positif
demi penyempurnaan skripsi ini.
3. Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling.
viii
4. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai pengetahuan dan
pengalaman selama penulis menimba ilmu.
5. Kepala sekolah, Koordinator SD dan Koordinator Bimbingan SD Tarakanita
Bumijo Yogyakarta yang telah memberikan ijin mengadakan uji coba
kuisioner.
6. Seluruh siswa-siswi kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun ajaran
2006-2007 yang telah bersedia mengisi kuisioner ujicoba.
7. Sr. M. Serafine, OP selaku Kepala sekolah SD Kanisius Baciro Yogyakarta
atas kepercayaan dan kesempatan bagi penulis untuk memberikan pelayanan
bimbingan dan konseling.
8. Seluruh siswa-siswi kelas V Intrapersonal dan V Interpersonal SD Kanisius
Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006-2007 yang dengan senang hati dan
antusias mengisi kuisioner penelitian dan memberi dukungan kepada penulis.
9. Teman-teman angkatan 2002 dari Prodi Bimbingan dan Konseling, khususnya
Nadia dan Prinses, terima kasih atas persahabatan, dukungan dan
pengertiannya.
10. My Lovely Hippo and Little Sweetie yang selalu “ready” mengetik,
menghitung, menggambar, mengedit, mengeprint, menemani, dan mendukung
penulis dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.
ix
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala dukungan,
perhatian dan bantuannya (Spesial buat semua keluarga besarku di Waingapu,
Sumba Timur, NTT).
Penulis berharap, semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
dan juga bagi siapa saja yang menaruh perhatian terhadap pelayanan Bimbingan
dan Konseling.
Yogyakarta, 20 November 2007
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………… v
ABSTRAK ………………………………………………………………….. vi
ABSTRACT ………………………………………………………………… vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………... xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….... xv
BAB I : PENDAHULUAN …………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah …………………………………………….. 4
C. Tujuan Penilitian ………………………………………………... 4
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………… 4
E. Batasan Istilah …………………………………………………… 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….. 7
A. Ciri–ciri Anak SD ……………………………………………..... 7
B. Tugas Perkembangan Anak SD ………………………………… 9
C. Kebutuhan Anak SD ……………………………………………. 12
D. Kurikulum SD …………………………………………………... 14
1. Kurikulum Berbasis Kompetensi ……………………………… 14
xi
2. Prinsip Pengembangan Kurikulum ……………………………. 15
3. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum ……………………………... .. 18
E. Bimbingan Konseling di SD …………………………………….. 20
1. Pengertian Bimbingan Konseling …………………………….. 20
2. Tujuan Bimbingan Konseling ………………………………… 22
3. Fungsi Bimbingan Konseling ………………………………… 22
4. Bidang Bimbingan …………………………………………… 24
5. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling ……………………….. 27
6. Asas-asas Bimbingan Konseling …………………………….. 29
F. Bimbingan Klasikal ……………………………………………. 34
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ………………………………… 37
A. Jenis Penelitian ………………………………………………… 37
B. Subyek Penelitian ……………………………………………… 37
C. Instrumen Penelitian …………………………………………… 38
D. Prosedur Pengumpulan Data …………………………………… 45
E. Teknik Analisis Data …………………………………………… 47
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………… 49
A. Hasil Penelitian ………………………………………………… 49
B. Pembahasan ……………………………………………………. 52
1. Masalah yang hanya dialami oleh siswa-siswi
kelas V Intrapersonal ………………………………………... 53
2. Masalah yang hanya dialami oleh siswa-siswi
Kelas V Interpersonal ……………………………………….. . 54
3. Masalah yang dialami oleh seluruh siswa-siswi kelas V …….. 58
BAB V : USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL …………. 73
A. Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal ………………………. 73
B. Satuan Pelayanan Bimbingan ………………………………….. 75
BAB VI : RINGKASAN, KESIMPULAN, DAN SARAN ……………….. 82
A. Ringkasan ……………………………………………………….. 82
xii
B. Kesimpulan ……………………………………………………... 86
C. Saran ……………………………………………………………. 87
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 89
LAMPIRAN ……………………………………………………………….. 91
xiii
TABEL
Halaman
Tabel 1 : Rincian Jumlah Siswa
Kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta ……………….. 38
Tabel 2 : Kisi-kisi Penyusunan Kuisioner Masalah Siswa
(Kuisioner belum final) ………………………………….. 39
Tabel 3 : Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas ……………….. 42
Tabel 4 : Kisi-kisi Kuisioner Penelitian
(Kuisioner sudah final) …………………………………… 42
Tabel 5 : Masalah-masalah yang paling banyak dialami oleh
siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta
tahun ajaran 2006/2007 …………………………………… 50
Tabel 6 : Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal Untuk kelas V
SD Kanisius Baciro Yogyakarta ………………………….. 73
xiv
LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Data Tabulasi Ujicoba ……………………………… 91
Lampiran 2 : Hasil Perhitungan Taraf Validitas ………………….. 97
Lampiran 3 : Kuisioner Penelitian ………………………………... 107
Lampiran 4 : Hasil Perhitungan Realibilitas ……………………… 111
Lampiran 5 : Rekapitulasi Hasil Penelitian
dan Perhitungan Standar Deviasi ……………………. 112
Lampiran 6 : Modul Pengembangan Diri …………………………. 114
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional dari istilah-
istilah pokok yang digunakan dalam penelitian ini.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan bertujuan untuk tercapainya perkembangan yang optimal
dari setiap individu sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, dan nilai-nilai
yang dianut oleh setiap peserta didik (Depdikbud, 1994). Undang-undang No.
20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 Ayat 1 sebagai berikut:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan di sekolah mengupayakan agar peserta didik
mengembangkan pemahaman, nilai dan sikap, serta ketrampilan yang
dibutuhkan sesuai dengan tugas perkembangannya. Pemahaman diupayakan
terutama melalui pengajaran, ketrampilan diupayakan terutama melalui
pelatihan, dan pembentukan nilai dan sikap diupayakan terutama melalui
pembimbingan.
2
Para siswa SD mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus
diselesaikan dengan baik. Pembimbingan intensif dari orang dewasa yang ada
di sekitarnya sangat mempengaruhi keberhasilannya dalam menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan.
Dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya, siswa
memerlukan bantuan dari orang lain yang lebih dewasa. Mereka
membutuhkan kehadiran orang lain yang mau mendengarkan dan menjadi
tempat untuk mencurahkan masalah yang mereka hadapi. Untuk membantu
siswa dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi, sekolah dapat
memberikan bantuan lewat penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling. Penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling oleh pihak
sekolah bagi para siswa dilaksanakan oleh guru pembimbing, berkenaan
dengan perkembangan bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir yang tersusun
dan terencana dalam suatu program bimbingan dalam jangka waktu tertentu.
Guru pembimbing dapat membantu siswa mengatasi permasalahan
mereka lewat konseling individual maupun kegiatan bimbingan kelompok
atau klasikal. Dalam kegiatan bimbingan kelompok atau klasikal, topik-topik
bimbingan mengacu pada tugas-tugas perkembangan siswa SD. Topik-topik
bimbingan akan lebih tepat sasaran dan efektif apabila disesuaikan dengan
kebutuhan dan permasalahan yang dialami oleh siswa.
Penulis saat ini bekerja sebagai salah satu tenaga bimbingan di SD
Kanisius Baciro, Yogyakarta. SD Kanisius Baciro Yogyakarta adalah salah
3
satu SD yang dikelola oleh Yayasan Santo Dominikus yang beralamat di jalan
Melati Wetan No:53 Yogyakarta. Pada tahun ajaran 2006/2007 sekolah ini
mulai memberlakukan kegiatan bimbingan klasikal. Sekolah menyediakan
satu sampai dua jam pelajaran untuk kegiatan bimbingan klasikal. Topik-topik
bimbingan disusun berdasarkan isi layanan bimbingan yang diambil dari buku
Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan Siswa di Sekolah Dasar yang
diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Penulis melihat dan mengalami sendiri bahwa penentuan topik-topik
dalam kegiatan bimbingan klasikal kurang tepat pada sasaran. Tenaga
bimbingan yang ada kurang mengetahui masalah-masalah apa yang dihadapi
oleh siswa-siswi. Pihak sekolah bersama guru bimbingan konseling belum
pernah secara sistematis berupaya untuk mengetahui masalah-masalah yang
banyak dialami oleh para peserta didiknya, agar dapat menyusun dan
memberikan topik-topik bimbingan klasikal yang tepat sasaran dan efektif.
Karena itu penulis ingin mengetahui permasalahan-permasalahan yang
banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro, Yogyakarta.
Berdasarkan permasalahan yang banyak dialami oleh siswa-siswi tersebut
maka penulis akan memberikan usulan topik-topik bimbingan yang sesuai.
Penulis khusus mengadakan penelitian terhadap siswa-siswi kelas V karena
dianggap sudah lebih mengerti akan suatu masalah yang dihadapinya dan
mampu mengungkapkan dirinya baik secara lisan maupun tulisan.
4
B. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini masalah-masalah yang akan dibahas adalah:
1. Masalah-masalah apakah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas
V SD Kanisius Baciro Yogyakarta, tahun ajaran 2006/2007 ?
2. Usulan topik-topik bimbingan apakah yang sesuai dengan masalah-
masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius
Baciro Yogyakarta, tahun ajaran 2006/2007 ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-
siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta, tahun ajaran
2006/2007.
2. Mengusulkan topik-topik bimbingan yang sesuai dengan masalah-
masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi V SD Kanisius Baciro
Yogyakarta, tahun ajaran 2006/2007.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Kepala Sekolah
Mendapatkan informasi mengenai masalah-masalah yang banyak
dialami oleh siswa-siswi kelas V. Berdasarkan informasi tersebut
5
diharapkan semakin menyadari pentingnya pelayanan bimbingan
konseling di sekolah.
2. Bagi Konselor Sekolah
Memperoleh informasi yang dapat dipergunakan untuk menyusun
rencana pelayanan bimbingan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan
permasalahan peserta didik.
3. Bagi para Siswa
Mendapatkan pelayanan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan dan
permasalahannya.
4. Bagi Peneliti
Peneliti sebagai salah satu tenaga bimbingan konseling di sekolah
tersebut dapat membantu pihak sekolah dalam memberikan pelayanan
bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan peserta
didik.
E. Batasan Istilah
1. Masalah yang banyak dialami adalah kesulitan yang banyak dialami
oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta,
sebagaimana yang disebutkan dalam butir kuisioner masalah siswa
SD.
6
2. Topik bimbingan klasikal adalah pokok bahasan yang diberikan
kepada siswa secara berkelompok dengan tujuan untuk membantu
siswa mengatasi masalah yang dialami.
3. Kelas V Intrapersonal dan kelas V Interpersonal adalah penamaan
kelas-kelas (mulai dari kelas I – VI) yang diambil dari daftar Multiple
Inteligensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ciri-ciri Anak Sekolah Dasar
Dalam Depdikbud (1994), siswa Sekolah Dasar pada umumnya
berusia antara 6 sampai dengan 13 tahun dan dalam tahap perkembangannya
sedang berada pada masa kanak-kanak. Pada masa ini anak mulai memasuki
lingkungan sekolah. Ada tiga ciri utama yang menonjol pada masa ini, yaitu:
1. Dorongan yang besar untuk berhubungan dengan kelompok sebaya yang
lebih luas dari lingkungan keluarga.
2. Dorongan ingin tahu tentang dunia sekitarnya.
3. Pertumbuhan fisik mendorong anak untuk menyenangi permainan yang
dapat mengarah pada dunia pekerjaan.
Selanjutnya, dalam ketiga ciri itu terdapat sejumlah tugas perkembangan yang
harus dipenuhi oleh siswa sekolah dasar yang mencakup aspek pribadi, sosial,
akademik, dan karier.
Pergaulan anak pada masa ini sudah menjadi luas, tidak hanya di
lingkungan keluarga tetapi juga dalam lingkungan sekolahnya. Sekolah
merupakan lingkungan yang memberikan pengaruh besar bagi perkembangan
dirinya. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah banyak mempengaruhi dan
membantu proses penyelesaian tugas-tugas perkembangan. Perkembangan itu
meliputi pertumbuhan fisik, perkembangan kejiwaan (psikis) dan sosial.
8
Dalam Hurlock (1997:146-148), anak-anak usia sekolah dasar
termasuk dalam periode akhir masa kanak-kanak. Orang tua, pendidik, dan
ahli psikologi memberikan berbagai label yang mencerminkan ciri-ciri
penting dari periode akhir masa kanak-kanak.
Label yang digunakan oleh orang tua disebut sebagai usia yang
menyulitkan (suatu masa dimana anak tidak lagi mau menuruti perintah dan
dimana ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya dari pada oleh
orang tua dan anggota keluarga lain), usia yang tidak rapih (suatu masa
dimana anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam
penampilan), dan usia bertengkar (suatu masa dimana banyak terjadi
pertengkaran antarkeluarga dan suasana rumah yang tidak menyenangkan
bagi anggota keluarga).
Label yang digunakan oleh para pendidik adalah usia sekolah dasar.
Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan
yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan
dewasa; dan mempelajari pelbagai ketrampilan penting tertentu, baik
ketrampilan kurikuler maupun ekstrakurikuler. Para pendidik juga
memandang periode ini sebagai periode kritis dalam dorongan berprestasi –
suatu masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak
sukses, atau sangat sukses. Sekali terbentuk, kebiasaan untuk bekerja di
bawah, di atas atau sesuai dengan kemampuan cenderung menetap sampai
dewasa.
9
Label yang digunakan oleh ahli psikologi adalah usia berkelompok,
suatu masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh
teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok, terutama kelompok yang
bergengsi dalam pandangan teman-temannya. Oleh karena itu, anak ingin
menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok dalam
penampilan, berbicara, dan perilaku. Keadaan ini mendorong ahli psikologi
untuk menyebut periode ini sebagai usia penyesuaian diri.
Para ahli psikologi juga menamakan masa akhir kanak-kanak dengan usia
kreatif, suatu masa dalam rentang kehidupan dimana anak menjadi
konformosis atau pencipta karya yang baru dan orisinal. Masa akhir kanak-
kanak seringkali disebut sebagai usia bermain, karena luasnya minat dan
kegiatan bermain.
B. Tugas Perkembangan Anak Sekolah Dasar
Havigurst (dalam Pakasi, 1985) merumuskan sebagai berikut:
Tugas-tugas dalam perkembangan adalah tugas-tugas yang timbul pada atau kira-kira pada masa perkembangan tertentu dalam kehidupan seseorang bilamana berhasil akan menimbulkan kebahagiaan dan akan diharapkan berhasil pada tugas perkembangan berikutnya. Sebaiknya bilamana gagal dia akan menimbulkan ketidak bahagiaan pada diri pribadi yang bersangkutan, tidak diterima oleh masyarakatnya, dan mengalami kesulitan untuk mencapai tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
Menurut Havigurst (Pakasi, 1985) tugas-tugas perkembangan ini bersumber
pada tiga hal yakni:
10
1. Kematangan fisik
2. Ransangan atau tuntutan dari masyarakat.
3. Norma pribadi mengenai aspirasi-aspirasinya.
Tidak semua anak akan lancar mencapai tugas-tugas perkembangan,
karena dalam kenyataannya gangguan dalam perkembangan akan selalu bisa
timbul. Kalau perkembangannya ternyata menyimpang dari norma-norma
yang ada, ini akan berakibat timbulnya kesulitan dalam penyesuaian diri
secara sosial, emosional dan kepribadiannya terhadap lingkungan hidupnya
(Pakasi, 1985).
Menurut buku Kurikulum 2004 tentang Pedoman Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Dasar, tugas-tugas perkembangan Sekolah Dasar,
Madrasah Ibtidaiyah dan Sederajat adalah:
a. Menanamkan dan mengembangkan kebiasaan serta sikap dalam
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengembangkan ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan
berhitung.
c. Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari- hari.
d. Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya.
e. Belajar menjadi pribadi yang mandiri.
f. Mempelajari ketrampilan fisik sederhana yang diperlukan baik untuk
permainan maupun kehidupan.
11
g. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman
perilaku.
h. Membina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan serta keindahan.
i. Belajar memahami diri sendiri dan orang lain sesuai dengan jenis
kelaminnya serta menjalankan peran tanpa membedakan jenis kelamin.
j. Mengembangkan sikap sosial terhadap kelompok, lembaga sosial, serta
rasa cinta terhadap tanah air, bangsa dan negara.
k. Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa
depan.
Penguasaaan tugas-tugas perkembangan tidak lagi sepenuhnya
menjadi tanggung jawab orang tua seperti pada tahun-tahun prasekolah.
Sekarang penguasaan ini juga menjadi tanggung jawab guru-guru dan
sebagian kecil juga menjadi tanggung jawab kelompok teman-teman.
Misalnya pengembangan berbagai ketrampilan dasar seperti membaca,
menulis, berhitung dan pengembangan sikap-sikap terhadap kelompok sosial
dan lembaga-lembaga merupakan tanggung jawab guru dan juga orang tua
(Hurlock, 1997:148). Menjadi anggota kelompok memberi kesempatan besar
untuk memperoleh pengalaman belajar, meskipun orang tua dapat membantu
meletakkan dasar penyesuaian diri anak dengan teman-teman sebaya.
12
C. Kebutuhan Anak Sekolah Dasar
Anak-anak yang sedang menjalankan tugas perkembangan memiliki
kebutuhan yang mendorong mereka untuk memenuhinya. Kebutuhan ini tidak
jauh beda dengan kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow (Atkinson, dkk.
1991:318) yang menggolongkannya menjadi tujuh tingkatan sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan yang paling dasar, paling kuat dan
paling jelas. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan mempertahankan
hidup secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan dan minuman.
2. Kebutuhan akan rasa aman yaitu kebutuhan agar terjamin bebas dari
bahaya atau serangan terhadap dirinya. Biasanya orang tidak suka jika
keamanannya jadi terancam.
3. Kebutuhan akan kasih sayang yaitu kebutuhan untuk berhubungan dengan
orang lain, misalnya menjalin persahabatan dan persaudaraan.
4. Kebutuhan akan penghargaan yaitu kebutuhan akan penilaian yang
mantap dari orang lain pada dirinya termasuk kemampuan yang
dimilikinya.
5. Kebutuhan akan pengetahuan yaitu kebutuhan untuk memperoleh
pengetahuan, pemahaman yang menyangkut berbagai bidang kehidupan,
dan pengembangan pengetahuan yang dimilikinya.
6. Kebutuhan akan keindahan yaitu kebutuhan untuk menikmati keindahan
yang menyebabkan orang merasa bahagia atau gembira serta rasa puas.
13
7. Kemampuan aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk mewujudkan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Anak SD memiliki kebutuhan yang tidak jauh berbeda dengan
kebutuhan yang digambarkan oleh Maslow. Sejak lahir seorang anak sudah
disadarkan bahwa ia adalah makhluk sosial. Ia membutuhkan rasa aman dan
kasih sayang dari orang tua, teman-teman, guru-guru di sekolah dan dari
semua orang yang hidup, bergaul dan bekerja dengannya. Dalam
kehidupannya bersama teman-temannya dalam kelompok ia membutuhkan
pengakuan, dihargai dan diterima oleh teman-temannya serta status atau
kedudukan dalam kelompok itu. Dengan bertambahnya usia, sifat
egosentrisnya semakin berkurang. Dia mulai menunjukkan perhatian kepada
orang lain, mengasihi disamping dikasihi, mengakui disamping diakui,
menghargai disamping dihargai, menerima disamping diterima (Pakasi,
1985:29).
Winkel (1997:160) juga menyebutkan kebutuhan pada anak sekolah
dasar, yang terutama berkisar pada kebutuhan mendapat kasih sayang dan
perhatian, menerima pengakuan terhadap dorongan untuk memajukan
perkembangan kognitifnya, serta memperoleh pengakuan dari teman sebaya.
Jika semua kebutuhan anak-anak tersebut dapat terpenuhi dengan baik,
maka pada umumnya perkembangan anak akan berjalan baik dan lancar.
Sebaliknya jika tidak terpenuhi, maka dia akan menggunakan cara-cara lain
14
seperti melawan, berkelahi, mengganggu teman untuk menarik perhatian
orang di sekitarnya (Pakasi, 1985:29-30).
D. Kurikulum Sekolah Dasar
1. Kurikulum Berbasis Kompetensi
Menurut Depdikbud (2004), kompetensi terkait dengan penguasaan
pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap dasar yang direfleksikan dalam
kemampuan berpikir dan bertindak yang bersifat dinamis, berkembang, dan
dapat diraih setiap waktu. Kemampuan berpikir dan bertindak secara
konsisten memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam menguasai
pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap-sikap dasar. Kemampuan berpikir
dan bertindak itu didasari oleh budi pekerti luhur baik dalam kehidupan
pribadi, sosial, kemasyarakatan, keberagamaan, dan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Budi pekerti luhur itu sesuai dengan kaidah-kaidah agama, adat-
istiadat, aturan keilmuan, hukum perundangan dan kebiasaan yang berlaku.
Kurikulum berbasis kompetensi berorientasi pada: (a) kemampuan
sebagai hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri siswa melalui
serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan (b) keberagaman kondisi
individu yang dimanifestasikan sesuai dengan potensi dan kebutuhannya
(Depdikbud, 2004).
Sekolah berkewajiban menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan
konseling terhadap siswa berkenaan dengan perkembangan pribadi, sosial,
15
belajar, dan karir mereka. Tugas perkembangan ini harus dicapai melalui
penguasaan kompetensi. Selain guru pembimbing, guru mata pelajaran dan
guru kelas di SD dan yang sederajat, serta personil sekolah yang lainnya di
bawah kepemimpinan Kepala Sekolah mempunyai peran masing-masing
dalam memberdayakan pelayanan bimbingan dan konseling. Mereka
diharapkan senantiasa berkoordinasi dan bekerjasama dalam rangka
pelaksanaan kurikulum yang berlaku (Depdikbud, 2004).
2. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Menurut Depdikbud (2006), kurikulum dikembangkan berdasarkan
prinsip-prinsip berikut:
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta
didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
16
b. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis
pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat,
serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi
komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri
secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang
bermakna dan tepat antarsubstansi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu
semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan
kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan,
dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan
17
keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial,
keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan
keniscayaan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan
secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan
formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan
tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan
manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional
dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah
harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka
Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
18
3. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum
Menurut Depdikbud (2006), pelaksanaan kurikulum di setiap satuan
pendidikan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan
kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi
dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan
pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk
mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.
b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:
(1) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(2) belajar untuk memahami dan menghayati, (3) belajar untuk mampu
melaksanakan dan berbuat secara efektif, (4) belajar untuk hidup bersama
dan berguna bagi orang lain, dan (5) belajar untuk membangun dan
menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.
c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan
yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan
potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap
memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang
berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
19
d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan
pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan
hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing
ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di
tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh
dan teladan).
e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi
dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip
alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang
di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta
dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).
f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial
dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan
muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran,
muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam
keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai
antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
20
Pengembangan diri yang bertujuan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk dapat mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan
kondisi sekolah, bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh
guru. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh
konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui
kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi
dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
E. Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Dalam Winkel (1997:158), bimbingan konseling di sekolah dasar
ditujukan pada penyiapan siswa untuk melanjutkan ke pendidikan menengah
atau memasuki lapangan kerja.
Terdapat tiga pandangan dasar mengenai bimbingan di sekolah dasar,
yaitu bimbingan yang terbatas pada pengajaran yang baik (instructional
guidance); bimbingan hanya diberikan kepada siswa yang menunjukkan
gejala-gejala penyimpangan dari laju perkembangan yang normal; dan
pelayanan bimbingan tersedia untuk semua murid, supaya proses
perkembangannya berjalan lebih lancar. Pandangan yang terakhir dewasa ini
diakui sebagai pandangan dasar yang paling tepat, meskipun suatu unsur
21
pelayanan bimbingan yang mengacu pada pandangan pertama dan kedua tidak
perlu diabaikan, misalnya dengan mengerahkan seorang tenaga professional di
bidang psikologi anak dan psikiatri anak (159-160).
Berdasarkan pasal 25 Peraturan Pemerintah Nomor 28/1990, dalam
buku Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Dasar: “Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menemukan pribadi,mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.
Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi siswa, dimaksudkan untuk
membantu siswa mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya.
Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan untuk
membantu siswa menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi,
budaya serta alam yang ada. Sedangkan bimbingan dalam rangka
merencanakan masa depan dimaksud untuk membantu siswa memikirkan dan
mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke SLTP dan kariernya di masa depan.
Menurut SK Mendikbud No. 025/O/1995, bimbingan dan konseling
adalah pelayanan bantuan untuk siswa, baik secara perorangan maupun
kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal melalui bimbingan
pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir, melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma
yang berlaku.
Dalam pengertian tersebut tersimpul hal-hal pokok bahwa:
a. Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan.
22
b. Pelayanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui kegiatan baik
perorangan maupun kelompok.
c. Arah kegiatan bimbingan dan konseling ialah membantu siswa untuk
melaksanakan kehidupan sehari-hari secara mandiri dan berkembang
secara optimal.
d. Bidang tugas perkembangan mencakup; bimbingan pribadi, sosial,
belajar, dan karir.
e. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui sembilan
kegiatan layanan dan ditunjang lima kegiatan pendukung.
f. Layanan bimbingan dan konseling harus didasarkan pada norma-norma
yang berlaku.
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling
a. Tujuan umum bimbingan dan konseling ialah memandirikan siswa dan
mengembangkan potensi mereka secara optimal.
b. Tujuan umum tersebut dijabarkan ke dalam tujuan yang mengarah kepada
keektifan hidup sehari-hari dengan memperhatikan potensi siswa.
c. Lebih khusus lagi, tujuan-tujuan tersebut dirumuskan dalam bentuk
kompetensi. (Depdikbud, 2004).
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban:
23
a. Fungsi pemahaman, dimaksudkan agar siswa memahami kekuatan dan
kelemahan yang ada pada dirinya. Pemahaman diri yang dimaksudkan
meliputi:
• Pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orangtua,
guru, dan pembimbing.
• Pemahaman tentang lingkungan siswa (termasuk di dalamnya
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitar), terutama oleh
siswa sendiri, orangtua, guru, dan pembimbing.
• Pemahaman tentang informasi termasuk di dalamnya informasi
pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan dan informasi budaya/nilai-
nilai, terutama oleh siswa.
b. Fungsi pencegahan, dimaksudkan agar siswa terhindar dari berbagai
permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat ataupun
menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam proses perkembangannya atau
permasalahan yang akan menimpa dirinya.
c. Fungsi pengentasan, dimaksudkan agar siswa mampu mengatasi berbagai
permasalahannya.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, dimaksudkan agar berbagai
potensi dan hal-hal positif yang ada pada diri siswa dapat dipelihara dan
ditumbuh-kembangkan, secara mantap dan berkelanjutan.
24
4. Bidang Bimbingan
Menurut Depdikbud (2004), bidang bimbingan di Sekolah Dasar,
Madrasah Ibtidaiyah dan sederajat:
a. Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi meliputi tujuan-tujuan umum tugas perkembangan
yang hendak dicapai sebagai berikut:
• Penanaman sikap dan kebiasaan dalam beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa
• Pengenalan dan pemahaman tentang kekuatan diri sendiri dan
penyalurannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif baik
dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun untuk perannya di
masa depan
• Pengenalan dan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta
penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang
kreatif dan produktif
• Pengenalan dan pemahaman tentang kelemahan diri sendiri serta usaha
penanggulangannya
• Pengembangan konsep yang perlu dalam kehidupan pribadi sehari-hari
• Pengembangan kemampuan mengambil keputusan sederhana dan
mengarahkan diri
25
• Perencanaan serta penyelenggaraan hidup sehat untuk diri sendiri dan
lingkungan serta keindahan
b. Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial meliputi tujuan-tujuan umum tugas perkembangan yang
hendak dicapai sebagai berikut:
• Pengembangan kemampuan berkomunikasi baik melalui ragam lisan
maupun tulisan secara efektif
• Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial,
baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat dengan menjunjung
tinggi tata krama, sopan santun serta nilai-nilai agama, adat istiadat,
peraturan dan kebiasaan yang berlaku
• Pengembangan hubungan yang dinamis dan harmonis serta produktif
dengan teman sebaya
• Pengenalan dan pemahaman peraturan dan tuntutan sekolah, rumah
dan lingkungan, serta kesadaran untuk melaksanakannya
• Pengembangan sikap sosial terhadap kelompok , lembaga sosial, dan
rasa cinta pada tanah air, bangsa dan negara
c. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar meliputi tujuan-tujuan umum tugas perkembangan yang
hendak dicapai sebagai berikut:
26
• Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar utnuk mencari berbagai
sumber informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap tanggap dan
kritis terhadap guru dan nara sumber lainnya, mengikuti pelajaran
sehari-hari, mengerjakan pekerjaan rumah (PR), mengembangkan
ketrampilan belajar, dan menjalani program penilaian.
• Pengembangan disiplin belajar dan berlatih baik secara mandiri
maupun kelompok.
• Pemantapan dan pengembangan penguasaan materi pelajaran di
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan sederajat.
• Orientasi untuk melanjutkan belajar ke Sekolah Menengah Pertama
(SMP).
d. Bimbingan Karier
Bimbingan karir meliputi tujuan-tujuan umum tugas perkembangan yang
hendak dicapai sebagai berikut:
• Pengenalan awal terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti melalui
koperasi atau kantin sekolah.
• Orientasi dan informasi karir pada umumnya, secara sederhana.
• Pengenalan dan pemahaman diri secara awal berkenaan dengan
kecenderungan karir yang hendak dikembangkan.
27
• Orientasi dan informasi sederhana terhadap pendidikan yang lebih
tinggi khususnya dalam kaitannya dengan karir yang hendak
dikembangkan.
5. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Menurut Prayitno (tanpa tahun), pelayanan bimbingan dan konseling
ada sejumlah prinsip, yaitu:
a. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan:
• Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang
umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi.
• Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku
individu yang unik dan dinamis.
• Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan
berbagai aspek perkembangan individu.
• Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada
perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
b. Prinsip-prinsip berkenaan dengan permasalahan yang dialami individu:
• Bimbingan dan konseling berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut
pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya
di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan
28
pekerjaan, dan sebalikyan pengaruh lingkungan terhadap kondisi
mental dan fisik individu.
• Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan factor
timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian
utama pelayanan bimbingan dan konseling.
c. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan:
• Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya
pendidikan dan pengembangan individu; oleh karena itu program
bimbingan dan konseling harus diselaraskan dan dipadukan dengan
program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
• Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaiakan
dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga.
• Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari
jenjang pendidikan yang terendah sampai tertinggi.
• Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu
diadakan penialaian yang teratur dan terarah.
d. Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan:
• Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan
individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam
menghadapi permasalahannya.
29
• Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan
akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu
sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari pembimbing atau
pihak lain.
• Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang
yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
• Kerjasama antara guru pembimbing, guru-guru lain, dan orang tua
amat menentukan hasil pelayanan bimbingan.
• Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling
ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran
dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan
dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.
6. Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Asas-asas bimbingan dan konseling meliputi:
a. Asas kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut
dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (klien)
yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh
atau tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing
berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan
itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin.
30
b. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien )
mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya.
Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan
mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
c. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran
layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam
memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima
berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan
dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan
keterbukaan peserta didik (klien). Keterbukaan ini amat terkait pada
terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri
peserta didik yang menjadi sasaran layanan/kegiatan. Agar peserta didik
dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka
dan tidak berpura-pura.
d. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi
secara aktif didalam penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. Dalam
hal ini guru pembimbingan perlu mendorong peserta didik untuk aktif
dalam setiap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang
diperuntukkan baginya.
31
e. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk
pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu: peserta didik (klien)
sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi
individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima
diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan serta mewujudkan dirinya sendiri. Guru pembimbing
hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan
konseling yang diselenggarakannya bagi perkembangan kemandirian
peserta didik.
f. Asas kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan
peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang
berkenaan dengan “masa depan atau kondisi dimasa lampaupun” dilihat
dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang dapat
diperbuat sekarang.
g. Asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama
kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang
serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya
dari waktu ke waktu.
h. Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan
32
konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain,
saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Untuk ini kerjasama antara
guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan
bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.
i. Asas kenormatifan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma-
norma yang ada, yaitu norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat,
ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau
kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan
apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan norma-norma yang
dimaksudkan itu. Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik
(klien) memahami, menghayati, dan mengamalkan norma-norma tersebut.
j. Asas keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas
dasar kaidah-kaidah professional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar
ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru
pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis
33
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan
kode etik bimbingan dan konseling.
k. Asas alih tangan kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan
layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan peserta didik (klien) mengalihtangankan permasalahan itu
kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih
tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain; dan demikian
pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru-guru
mata pelajaran/praktik dan ahli-ahli lain.
l. Asas Tut Wuri Handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan
dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman),
mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan
serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk
maju. Demikian juga segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling
yang diselenggarakan hendaknya disertai dan sekaligus dapat membangun
suasana pengayoman, keteladanan, dan dorongan seperti itu. Selain asas-
asas tersebut saling berkaitan satu sama lain, segenap asas itu perlu
diselenggarakan secara terpadu dan tepat waktu, yang satu tidak perlu
didahulukan atau dikemudiankan dari yang lain. Begitu pentingnya asas-
asas tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa asas-asas itu merupakan
34
jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan pelayanan bimbingan dan
konseling. Apabila asas-asas tersebut tidak dijalankan dengan baik,
penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan tersendat-sendat atau
bahkan terhenti sama sekali.
F. Bimbingan Klasikal
Bimbingan di lembaga pendidikan formal dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu, bimbingan individual dan bimbingan klasikal. Pelayanan
bimbingan di lembaga formal terlaksana dengan mengadakan sejumlah
kegiatan bimbingan, yang direncanakan dalam suatu program bimbingan.
Tujuan pelayanan bimbingan secara klasikal adalah agar siswa yang
dilayani mampu mengatur kehidupannya sendiri, mempunyai pandangan
sendiri dan tidak hanya mengikuti pendapat orang lain, mampu mengambil
sikap sendiri dan berani menghadapi resiko-resiko dari tindakannya ( Winkel,
1997:465 ).
Dengan pelaksanaan bimbingan klasikal siswa dan guru pembimbing
akan banyak menemukan manfaat. Siswa dapat berlatih untuk mengemukakan
pendapat, keinginan, dan menanggapi pendapat yang disampaikan orang lain.
Menurut Winkel (1997) manfaat bimbingan klasikal bagi guru pembimbing
dan siswa adalah sebagai berikut:
35
1. Guru pembimbing dapat:
a. Memperoleh kesempatan untuk secara langsung berinteraksi atau
berhubungan dengan seluruh siswa.
b. Lebih mengenalkan diri secara pribadi dengan siswa.
c. Menghemat waktu dan tenaga dalam kegiatan yang dapat dilakukan
dalam suatu kelompok.
d. Memperluas ruang geraknya terutama jika jumlah guru pembimbing di
sekolah yang bersangkutan masih sangat terbatas.
2. Siswa sekolah dapat:
a. Menjadi lebih sadar akar dan mengerti tantangan yang dihadapi,
sehingga siswa dapat memutuskan untuk berkonsultasi secara pribadi
dengan guru pembimbing.
b. Lebih rela menerima keadaan dirinya dan mencoba lebih
mengembangkan potensinya.
c. Lebih berani tampil dengan mengemukakan pandangan atau
pendapatnya sendiri di dalam kelompok.
d. Memperoleh kesempatan untuk mendiskusikan berbagai persoalan dan
bersama-sama mencari jalan keluar untuk menyelesaikan persoalan.
e. Lebih terbuka dan bersedia menerima masukan, pandangan dan
pendapat yang diutarakan oleh teman sendiri daripada pandangan atau
pendapat guru pembimbing.
36
f. Menyelesaikan persoalan yang dihadapi tanpa harus bertemu secara
pribadi dengan guru pembimbing.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan
metodologi penelitian yaitu jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen
penelitian, prosedur pengolahan data dan teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survai.
“Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan
gambaran/uraian atas suatu keadaaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan
terhadap objek yang diteliti” (Kountur, 2003 : 53).
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang
masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa kelas V SD Kanisius
Baciro. Berdasarkan hasil penelitian itu akan disusun suatu usulan topik-topik
bimbingan klasikal bagi siswa kelas V SD Kanisius Baciro.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah seluruh siswa-siswi kelas V SD Kanisius
Baciro, Yogyakarta, yang berjumlah 78 orang. Rinciannya disajikan dalam
tabel 1.
38
Tabel 1.
Rincian Jumlah Siswa Kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta
Kelas Jumlah V Intrapersonal 39 V Interpersonal 39
JUMLAH TOTAL 78
C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuisioner masalah yang
dialami oleh siswa SD. Kuisioner yang dipergunakan adalah kuisioner dengan
model tertutup yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden
tinggal memilih alternatif yang ada (Arikunto, 2002:128).
Kuisioner ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan beberapa bidang
masalah yang dikelompokkan menjadi empat bidang yaitu: (1) bidang pribadi;
(2) bidang sosial; (3) bidang akademik; (4) bidang karir, dengan mengacu
pada kajian pustaka.
Kuisioner disusun berdasarkan skala bertingkat atau rating scale yaitu sebuah
pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan.
Di bawah ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan kuisioner, antara
lain:
1. Skala Pengukuran
Skala pengukuran dalam penelitian ini yaitu skala Likert atau
bertingkat yang terdiri dari empat alternatif jawaban yaitu : Tidak
39
Mengalami (TM), Kurang Mengalami (KM), Mengalami (M), dan Sangat
Mengalami (SM).
2. Indikator Masalah
Ada empat bidang masalah, yaitu bidang masalah pribadi, bidang
masalah sosial, bidang masalah akademik/belajar, dan bidang masalah
karir.
Berikut disajikan kisi-kisi kuisioner masalah siswa.
Tabel 2.
Kisi-kisi Penyusunan Kuisioner Masalah Siswa
(Kuisioner belum final)
Bidang Masalah Jumlah item
Nomor-nomor item pada kuisioner
Masalah Pribadi
25 1, 5, 9, 13, 17, 21, 25, 29, 33, 37, 41, 44, 47, 50, 53, 56, 58, 60, 62, 64, 66, 67, 68, 69, 70
Masalah Sosial
20 2, 6, 10, 14, 18, 22, 26, 30, 34, 38, 42, 45, 48, 51, 54, 57, 59, 61, 63, 65
Masalah Akademik/Belajar
15 3, 7, 11, 15, 19, 23, 27, 31, 35, 39, 43, 46, 49, 52, 55
Masalah Karir 10 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40 Jumlah 70
3. Penilaian
Altenatif jawaban dan skor disediakan terhadap jawaban responden
adalah:
Skor 1: apabila siswa Tidak Merasakan/Mengalami (TM)
40
Skor 2: apabila siswa Kurang Merasakan/Mengalami (KM)
Skor 3: apabila siswa Merasakan/Mengalami (M)
Skor 4: apabila siswa sangat Merasakan/Mengalami (SM)
4. Validitas
Menurut Masidjo (1995:242) validitas suatu alat ukur dapat diartikan
sebagai taraf sampai dimana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang
seharusnya diukur. Menurut Furchan (1982:281) validitas suatu alat ukur
adalah derajat ketepatan dan ketelitian alat tersebut untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Suatu instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur
apa yang seharusnya diukur.
Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen digunakan uji analisis
konstruk (Construct validity) secara internal. Prosedur pengujian yang
dilakukan adalah mencari korelasi antara skor setiap item (X) dengan skor
total item (Y). Untuk menghitung koefisien korelasi antara skor butir dengan
skor total instrumen digunakan koefisien korelasi Product Moment (r) dengan
rumus angka kasar (Masidjo, 1995:246) sebagai berikut:
N ∑ XY − ∑ X ∑ Y r xy = − ————————————————————————————
√{ N ∑ X ² − ( ∑ X² )}{ N ∑ Y ² − ( ∑ Y) ²}
Dimana:
r xy : Koefisien korelasi antara X dan Y
41
X : Skor item tertentu yang diuji validitasnya
Y : Skor total aspek yang diuji validitasnya
N : Jumlah sampel
Untuk menentukan taraf validitas item, digunakan kriteria Azwar dan
Friedenberg (Barus,1999) yang menyatakan bahwa untuk skala psikologi
sebaiknya digunakan patokan koefisien korelasi minimal 0,30. Dengan
demikian item yang koefisien korelasinya < 0,30 dinyatakan perlu diperbaiki
atau digugurkan, item yang koefisien korelasinya ≥ 0,30 dianggap valid.
Proses penghitungan taraf validitas dilakukan dengan cara memberi
skor pada masing-masing item dan membuat tabulasi data uji coba.
Selanjutnya proses penghitungan dilakukan dengan komputer melalui
program SPSS. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap 70
item peryataan yang diujicoba, diperoleh 47 item yang taraf validitasnya ≥
0,30. Setelah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, 15 item dinyatakan
gugur sedangkan 8 item yang taraf validitasnya mendekati 0,30 tetap
dipertahankan untuk direvisi, dengan pertimbangan untuk mempertahankan
proposional jumlah item.
Data tabulasi ujicoba dapat dilihat pada lampiran 1, sedangkan hasil
penghitungan taraf validitas item kuisioner dapat dilihat pada lampiran 2.
Berikut dalam Tabel 3 disajikan rekapitulasi hasil penghitungan
validitas hasil ujicoba alat ukur.
42
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas
Bidang Masalah
Jumlah item
Item yang Valid
Item yang dipertahankan
Item yang gugur
Pribadi 25 13 3 9
Sosial 20 11 4 5
Belajar 15 14 - 1
Karir 10 9 1 -
Jumlah 70 47 8 15
Bersama dengan dosen pembimbing, peneliti memperbaiki struktur kalimat
dari item kuisioner yang dipertahankan. Jadi keseluruhan item yang
digunakan sebagai alat penelitian berjumlah 55 item.
Kuisioner penelitian dapat dilihat pada lampiran 3.
Kisi-kisi Kuisioner Penelitian disajikan dalam tabel 4.
Tabel 4
Kisi-kisi Kuisioner Penelitian
(Kuisioner sudah final)
No Bidang Masalah
Jumlah item
Nomor-nomor item pada kuisioner
1 Pribadi 16 1, 5, 9, 13, 17, 21, 25, 29, 33, 37, 41, 44, 47, 50, 53, 55
2 Sosial 15 2, 6, 10, 14, 18, 22, 26, 30, 34, 38, 42, 45, 48, 51, 54
3 Belajar 14 3, 7, 11, 15, 19, 23, 27, 31, 35, 39, 43, 46, 49, 52
4 Karir 10 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40 Jumlah 55
43
5. Reliabilitas Instrumen
Mengenai tingkat reliabilitas dari suatu alat ukur, Furchan (1982:295)
mengatakan bahwa “Reliabilitas suatu alat ukur adalah derajat keajekan alat
tersebut dalam mengukur apa saja yang akan diukurnya”. Jadi, realibilitas
menunjukkan apakah instrumen tersebut secara konsisten memberikan hasil
ukur pada waktu yang berlainan. Tujuan uji realibilitas adalah untuk
mengetahui sejauh mana pengukuran variabel dapat memberikan hasil relatif
tidak berbeda bila dilakukan kembali kepada subjek yang sama atau dengan
kata lain untuk menunjukkan adanya kesesuaian antara sesuatu yang diukur
dan jenis alat pengukur yang dipakai (Ginting, 2001).
Pengujian tingkat reliabilitas menggunakan metode belah dua (Split-
half Method). Metode ini digunakan untuk menguji reliabilitas suatu alat ukur
dengan satu kali pengukuran pada satu kelompok. Metode belah dua yang
dipakai adalah berdasarkan urutan nomor item yang bernomor gasal dan
bernomor genap.
Proses penghitungan taraf reliabilitas alat ukur dilakukan dengan cara
memberi skor pada tiap-tiap item dan menbuat tabulasi data uji coba.
Selanjutnya, skor-skor yang berasal dari item-item yang bernomer gasal
dijadikan sebagai belahan pertama (X) dan item-item yang bernomor genap
dijadikan sebagai belahan kedua (Y). Skor-skor dari belahan pertama
dikorelasikan dengan skor-skor belahan kedua menggunakan teknik korelasi
Product-Moment dari Pearson dengan rumus angka kasar untuk memperoleh
44
koefisien korelasi. Penghitungan koefisien korelasi dilakukan dengan bantuan
komputer program SPSS. Koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,8017.
Kemudian indeks koreksi tersebut dikoreksi dengan rumus koreksi dari
Spearman-Brown sebagai berikut:
2xrgg
rtt = ——— 1+rgg
Keterangan:
rtt = koefisien reliabilitas
rgg = koefisien korelasi item gasal-genap
Penghitungan realibilitas kuisioner dapat dilihat pada lampiran 4.
Untuk mempertegas status tingkat reliabilitas kuisioner digunakan
kriteria Guilford (Barus, 1999) yang menetapkan bahwa koefisien ≥ 0,70 – <
0,90 sebagai reliabilitas tinggi dan koefisien ≥ 0,90 – 1,00 sebagai reliabilitas
sangat tinggi.
Atas dasar taraf signifikan 1% untuk N = 40 dituntut rxy = 0,403.
Koefisien realibilitas yang diperoleh rtt = 0,8900 . Jadi taraf realibilitas
kuisioner ini ternyata signifikan terhadap taraf signifikan 1% ( rtt = 0,8900 >
45
rxy = 0,403) dan termasuk tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
alat penelitian yang digunakan adalah reliabel.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data meliputi beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan Ujicoba
Dalam tahap ini peneliti melakukan beberapa usaha sebagai persiapan
melakukan penelitian, yaitu:
• Mempelajari berbagai macam buku yang berkaitan dengan penelitian
• Mempersiapkan penyusunan kuisioner
• Konsultasi dengan dosen yang ditunjuk untuk mendampingi skripsi
• Membacakan kuisioner kepada beberapa siswa kelas V SD Kanisius
Baciro dengan maksud mengetahui apakah mereka memahami
kalimat-kalimat dalam kuisioner tersebut. Baik dosen pembimbing
maupun peneliti sedikit ragu dengan penyusunan kalimat-kalimat
dalam kuisioner apakah dapat dimengerti oleh siswa-siswi kelas V SD
atau tidak. Setelah membacakan kepada beberapa siswa, mereka
memahami dengan baik maksud dari setiap pernyataan yang
disediakan dalam kuisioner.
• Meminta ijin ujicoba instrumen ke SD Tarakanita Bumijo,
Yogyakarta.
46
• Melaksanakan uji coba kuisioner di SD Tarakanita Bumijo,
Yogyakarta, di kelas VB3 pada tanggal 28 Maret 2007, menggunakan
jam pelajaran BK, dengan jumlah responden sebanyak 40 orang.
Pelaksanaan ujicoba ini diawasi oleh peneliti dan seorang staf
administrasi yang bertugas piket saat itu karena guru pembimbing
berhalangan hadir. Pelaksanaan ujicoba berjalan dengan lancar dan
tertib. Para siswa mengerjakan atau mengisi kuisioner dengan tenang
dan antusias.
• Mengolah hasil uji coba. Berdasarkan data ujicoba, peneliti melakukan
analisis validitas dan reliabilitas.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
• Meminta ijin penelitian di SD Kanisius Baciro, Yogyakarta
• Melaksanakan penelitian di kelas V Interpersonal pada tanggal 21
April 2007, dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 38 orang, siswa
yang tidak hadir 1 orang, dan di kelas V Intrapersonal pada tanggal 1
Mei 2007 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 38 orang, yang
tidak hadir 1 orang.
Saat melaksanakan penelitian diawali dengan penjelasan
tentang maksud diadakan penelitian. Kemudian peneliti membagikan
lembar kuisioner serta menjelaskan petunjuk pengisian kuisioner dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-
47
hal yang belum jelas. Setelah itu peneliti memberikan kesempatan
kepada seluruh siswa untuk mengisi kuisioner. Selama proses
pengisian kuisioner, siswa diperkenankan untuk mengajukan
pertanyaan. Suasana selama pengisian kuisioner berjalan lancar dan
tenang. Siswa merasa senang karena mereka tidak perlu menuliskan
namanya di lembar kuisioner sehingga mereka merasa bebas dan mau
terbuka untuk menjawab setiap item pernyataan sesuai dengan apa
yang mereka alami dan rasakan.
• Mengolah hasil penelitian
E. Teknik Analisis Data
1. Peneliti membuat tabulasi skor dari item-item yang ada dari kuisioner dan
menghitung skor total untuk masing-masing item.
2. Peneliti menentukan masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa
berdasarkan kriteria Penilaian Acuan Norma (PAN) tipe I, yaitu:
M + 0,75 S ∑ X M ═ ——— n
1 ————————— S ═ — √ n ∑ X ² − ( ∑ X ) ² n
48
Keterangan:
M = Mean
∑X = Jumlah skor total item
n = Jumlah item kuisioner penelitian
S = Standard Deviation
Besarnya skor ditentukan oleh besarnya skor real yang dicapai oleh
kelompok siswa yang bersangkutan. Item masalah yang memperoleh skor
dengan kriteria M+0,75S ke atas dikelompokkan ke dalam masalah yang
banyak dialami (dirasakan) oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro
Yogyakarta. Semakin tinggi total skor item tertentu menunjukkan semakin
tinggi intensitas masalah tersebut dialami oleh siswa.
3. Peneliti mengelompokkan masalah-masalah yang banyak dialami siswa
kelas V Intrapersonal dan V Interpersonal SD Kanisius Baciro Yogyakarta
tahun pelajaran 2006/2007 ke dalam empat bidang masalah sesuai dengan
empat bidang bimbingan yaitu: bidang masalah pribadi, bidang masalah
sosial, bidang masalah belajar/akademik, dan bidang masalah karier.
4. Peneliti menyimpulkan masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-
siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta.
5. Berdasarkan hasil analisis ini, peneliti menyusun usulan topik-topik
bimbingan klasikal untuk siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro
Yogyakarta.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian tentang masalah-masalah yang
banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun
ajaran 2006/2007 beserta pembahasannya. Hasil penelitian ini merupakan jawaban
atas masalah penelitian, yaitu: Masalah-masalah apakah yang banyak dialami oleh
siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007?
Usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk siswa dan contoh Satuan
Pelayanan Bimbingan (SPB) sebagai implikasi penelitian ini akan diuraikan dalam
bab V.
A. Hasil Penelitian
Untuk menentukan masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi
kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 digunakan rumus
PAN tipe I, dengan kriteria: M + 0,75 S.
Dari hasil pengolahan data penelitian, diperoleh M (Mean), S (Deviasi Standar) dan
M + 0,75 S untuk masing-masing kelas sebagai berikut:
Kelas Intrapersonal: M = 89 S = 17 M + 0,75 S = 102
Kelas Interpersonal: M = 92 S = 13 M + 0,75 S = 102
Dari hasil pengelolaan data diatas peneliti menyimpulkan bahwa Mean untuk
kelas V Intrapersonal dan V Interpersonal tidak terlalu jauh berbeda rentangannya.
50
Rekapitulasi hasil penelitian dan penghitungan Standar Deviasi dapat dilihat pada
lampiran 5.
Berikut ini adalah masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi
kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 yang dijadikan dasar
penyusunan usulan topik-topik bimbingan klasikal. Rinciannya disajikan dalam tabel
5.
Tabel 5.
Masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius
Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007
Kelas V Intrapersonal Kelas V Interpersonal Nomor
Item
Bidang masalah
Skor (x) Peringkat Skor (x) Peringkat
6 Sosial 108 7 104 8
7 Belajar 134 1 124 2
8 Karir 107 8 104 8
11 Belajar 123 4 114 3
21 Pribadi 117 6 107 6
25 Pribadi 124 3 112 5
29 Pribadi 106 9 91 -
31 Belajar 99 - 102 9
33 Pribadi 103 10 113 4
37 Pribadi 97 - 106 7
46 Belajar 125 2 128 1
49 Belajar 119 5 124 2
51
Masalah-masalah yang dialami siswa seperti yang dimaksudkan dalam tabel
diatas (sesuai dengan nomor item) adalah:
6 : Saya sering membalas perbuatan orang lain yang mengganggu/
menyakiti hati saya.
7 : Saya merasa cemas ketika memperoleh nilai rendah.
8 : Saya mudah kecewa apabila saya gagal melakukan sesuatu.
11 : Di rumah saya selalu diperingati oleh orangtua untuk belajar.
21 : Saya merasa kuatir tidak dapat memenuhi harapan orang tua atau
orang yang menyantuni hidup saya.
25 : Saya merasa kuatir setelah melakukan perbuatan yang kurang baik.
29 : Saya merasa kurang PD (percaya diri) jika diminta untuk berbicara di
depan kelas atau di depan orang banyak.
31 : Saya kesulitan membagi waktu saya untuk belajar dan kegiatan-
kegiatan yang lain.
33 : Saya merasa cemas atau kuatir pada sesuatu yang belum pasti.
37 : Saya mudah marah atau kurang mampu mengendalikan diri.
46 : Saya merasa takut nilai-nilai yang saya peroleh tidak memenuhi syarat
untuk kenaikan kelas.
49 : Saya sukar berkonsentrasi apabila suasana di tempat belajar sangat
ramai.
52
Berdasarkan jumlah masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi
kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 dapat ditarik
kesimpulan bahwa jumlah masalah yang banyak dialami oleh masing-masing kelas
hampir sama sekalipun peringkat masalahnya berbeda.
Dalam tabel 5 dapat dilihat masalah-masalah yang dialami oleh seluruh siswa-
siswi kelas V. Ada masalah tertentu yang hanya dialami oleh siswa-siswi kelas V
Intrapersonal maupun V Interpersonal saja.
B. Pembahasan
Pada bagian ini peneliti secara berurutan akan membahas masalah yang
banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V Intrapersonal, masalah yang banyak dialami
oleh siswa-siswi kelas V Interpersonal, dan masalah-masalah yang banyak dialami
oleh seluruh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran
2006/2007.
1. Masalah yang hanya dialami oleh siswa-siswi kelas V Intrapersonal
• Bidang Pribadi
Nomor item 29, dengan skor 106
Pernyataan masalah: Saya merasa kurang (PD) percaya diri jika diminta
untuk berbicara di depan kelas atau di depan orang banyak.
Biasanya orang yang memiliki konsep diri positif biasanya akan lebih
percaya diri untuk tampil atau berbicara di depan umum, sedangkan orang
53
yang memiliki konsep diri negatif cenderung merasa diri tidak berharga,
merasa dirinya tidak mampu sehingga menimbulkan ketakutan untuk tampil
dan berbicara di depan umum (Centi:1993)
Kebanyakan siswa di kelas V Intrapersonal ini mengalami masalah
rasa kurang percaya diri jika diminta untuk berbicara di depan kelas atau di
depan umum. Masalah ini dapat disebabkan karena adanya pengalaman-
pengalaman di masa lalu yang kurang menyenangkan sewaktu tampil di depan
kelas atau di depan umum, kurangnya kesempatan dan latihan untuk tampil di
depan umum, kurangnya wawasan dan pengetahuan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan apa yang hendak dibicarakan.
Anak-anak cenderung menilai diri mereka sesuai dengan apa yang
dinilai oleh orang lain atau teman-temannya. Bila seseorang memujinya maka
anak bisa merasa bangga akan dirinya dan merasa diri berharga, layak dan
mampu; tetapi sebaliknya jika anak diejek dan dihina, maka anak memandang
dirinya buruk dan kurang berharga, tidak layak dan tidak mampu. Hal-hal
tersebut sangat berpengaruh dalam pembentukan konsep diri. Akhirnya
masalah ini dapat menghambat siswa untuk mengembangkan potensi, bakat
dan kemampuan yang dimiliki, serta hubungan dengan orang lain.
Untuk mengatasi masalah ini, guru pembimbing dapat membantu
siswa untuk menumbuhkan konsep diri yang positif dalam diri siswa melalui
kegiatan bimbingan secara kelompok maupun individual. Siswa dibimbing
54
agar dapat mengenal diri (kelebihan dan kekurangan diri), sehingga siswa
dapat menghargai dirinya sendiri dan menumbuhkan rasa percaya diri.
Peran orang tua dalam membentuk konsep diri yang positif dalam diri
anak sangatlah penting. Mereka dapat membantu meningkatkan rasa percaya
diri dalam diri anak dengan cara yang mudah, contohnya dengan memberikan
pujian apabila anak berani melakukan sesuatu dengan benar dan baik. Anak
dapat diarahkan untuk berpikiran positif saat anak merasa ragu untuk
melakukan sesuatu. Kepedulian orang tua akan kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki anaknya akan membantu anak untuk menerima dirinya dan
meningkatkan rasa percaya dirinya untuk melakukan sesuatu yang berguna
untuk perkembangan diri anak tersebut.
Usaha dari siswa sendiri antara lain: berusaha untuk ikut aktif dalam
kegiatan-kegiatan dalam suatu kelompok tertentu di sekolah (contohnya
kegiatan ekstrakurikuler), mempergunakan kesempatan untuk belajar dan
berlatih terus menerus sehingga keberanian untuk tampil di depan umum
semakin bertumbuh dan berkembang dalam dirinya. Siswa juga harus belajar
melihat kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan belajar memiliki pikiran
dan sikap yang positif terhadap diri sendiri.
2. Masalah yang hanya dialami oleh siswa-siswi kelas V Interpersonal
• Bidang Pribadi
55
Nomor item 37, skor 106
Pernyataan masalah: Saya mudah marah atau kurang mampu mengendalikan
diri.
Siswa pada usia ini termasuk dalam periode masa kanak-kanak akhir,
pada masa ini seringkali mereka seringkali mengalami emosi yang hebat. Hal
ini dapat disebabkan karena keadaan fisik dan/atau lingkungan. Kalau siswa
dalam keadaan sakit atau lelah, ia cenderung cepat marah, rewel, dan
umumnya sulit dihadapi (Hurlock:1997).
Suasana/kondisi rumah yang kurang menyenangkan, seperti
pengawasan orang tua terlalu ketat, perbedaan pendapat diantara anak dan
orang tua, larangan-larangan dalam berbagai hal yang tidak disertai
penjelasan, perlakuan orang tua yang kurang adil, sifat-sifat orang tua yang
kurang menyenangkan; dapat mempengaruhi siswa menjadi cepat marah.
Begitu pula dengan suasana/kondisi di tempat lain (di luar rumah), misalnya
di sekolah. Contohnya siswa yang dimarahi oleh orang tua di rumah, atau oleh
guru karena kesalahan yang diperbuatnya, atau juga sedang terlibat masalah
dengan saudara maupun teman; hal ini dapat mempengaruhi dirinya saat ber-
interaksi dengan orang lain.
Karena anak-anak sering mengalami kesulitan untuk mengekspresikan
diri, maka anak menjadi sulit mengelola kemarahannya. Kadang-kadang itu
sudah menjadi sifatnya. Hal ini berkaitan erat dengan suasana rumah. Anak
cenderung lebih mudah meniru kebiasaan buruk daripada kebiasaan baik.
56
Sebagai contoh, bila di rumah orang tua suka marah-marah, maka anakpun
cenderung mudah terbentuk menjadi orang yang mudah marah. Oleh karena
itu sebagai orang tua harus mempunyai rasa tanggung jawab dalam
memberikan contoh yang baik bagi anak-anak.
Akibat yang ditimbulkan dari sikap mudah marah atau kurang mampu
mengendalikan diri adalah anak menjadi kurang sabar, kurang menghargai
orang lain, dan egois. Hal ini akan menyusahkan dirinya sendiri, terutama
dalam pergaulannya dengan teman-teman di sekolah. Anak tidak disukai dan
cenderung dijauhi atau dimusuhi oleh teman-temannya ataupun orang lain
yang berinteraksi dengannya.
Perasaan mudah marah dapat diatasi dengan berbagai cara sesuai
dengan kondisi dan pengalaman seseorang. Di sekolah, guru pembimbing
dapat membantu siswa lewat layanan bimbingan klasikal dengan topik seputar
pengenalan emosi-emosi dalam diri dan bagaimana cara mengatasinya atau
mengekspresikannya sehingga tidak merugikan diri sendiri maupun orang
lain. Bagi siswa yang merasakan atau mengalami masalah ini (sulit
mengelola kemarahannya atau kurang mampu mengendalikan diri) cukup
serius, dapat dibantu lewat layanan konseling individual.
Selain memberikan contoh yang baik bagi anak, peran orang tua untuk
membantu anak mengatasi masalah ini adalah dengan membina komunikasi
dua arah dalam keluarga, agar anak-anak dapat mengungkapkan perasaan-
perasaan yang mereka alami, sehingga orang tua dapat mengarahkan mereka
57
untuk mengolah dan menyalurkan emosi-emosi dengan cara-cara yang dapat
diterima atau mengekspresikan lewat kegiatan-kegiatan yang bemanfaat bagi
perkembangan diri mereka.
Bagi siswa sendiri harus belajar untuk dapat mengenal, mengolah dan
mengekspresikan kemarahannya atau emosi-emosinya agar tidak merugikan
dirinya sendiri dan orang lain.
• Bidang Belajar
Nomor item 31, skor 102
Pernyataan masalah: Saya kesulitan membagi waktu saya untuk belajar dan
kegiatan-kegiatan yang lain.
Anak-anak lebih suka bermain dan melakukan hal-hal yang
menyenangkan bersama teman-teman. Akibatnya banyak kegiatan yang
penting untuk belajar dan perkembangan pribadinya tidak dapat dilaksanakan
dengan baik. Hal ini dapat mempengaruhi prestasi dan hasil belajarnya di
sekolah. Adapula anak-anak yang harus membantu orang tuanya bekerja,
sehingga di rumah tidak mempunyai waktu untuk belajar.
Guru pembimbing perlu memberikan bimbingan klasikal mengenai
cara mengatur waktu. Siswa diarahkan agar dapat belajar mengatur waktunya
sendiri untuk belajar, bermain, olah raga, dan kegiatan-kegiatan lain. Orang
tua dapat membantu mengatasi masalah ini dengan membuat jadwal harian di
rumah berdasarkan kesepakatan bersama seluruh anggota keluarga. Orang tua
58
juga adalah orang yang paling dekat untuk memantau kegiatan anak dan selalu
mengingatkan anak apabila mereka terlalu banyak menghabiskan waktu untuk
bermain. Bagi orang tua yang melibatkan anaknya untuk bekerja perlu
memahami dan memberikan waktu kepada anak untuk belajar.
Usaha dari siswa sendiri adalah belajar untuk dapat mengatur waktu
atau belajar disiplin dengan jadwal yang sudah ditentukan untuk belajar baik
di rumah maupun di sekolah. Siswa harus menyadari kewajibannya sebagai
pelajar dan menghargai waktu yang tersedia untuk belajar.
3. Masalah-masalah yang banyak dialami seluruh siswa-siswi kelas V SD
Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007
• Bidang Pribadi
a. Nomor item 21, skor 117 (V Intrapersonal), 107 (V Interpersonal)
Pernyataan masalah: Saya merasa kuatir tidak dapat memenuhi harapan orang
tua atau orang yang menyantuni hidup saya.
Anak-anak mudah menjadi kuatir karena takut mengecewakan orang
tua mereka yang sudah membiayai dan mencukupi kebutuhan mereka.
Mereka berusaha untuk selalu dapat memenuhi harapan orang tua mereka.
Orang tua sendiri terkadang dengan sadar atau tidak menaruh harapan yang
terlalu tinggi kepada anak tanpa melihat kemampuan/potensi dalam diri
anaknya. Anak dituntut untuk memenuhi harapan-harapan mereka.
59
Hal ini dapat menjadi beban tersendiri dalam diri anak sehingga
mereka menjadi cepat kuatir bila tidak dapat memenuhi harapan-harapan
orang tua. Akibatnya anak bisa menjadi frustrasi. Hubungan antara anak dan
orang tua bisa terganggu bahkan mempengaruhi prestasi mereka di bidang
yang lain.
Guru pembimbing dapat membimbing siswa dengan belajar untuk
bersikap jujur. Dalam masalah ini, jujur yang dimaksud adalah berani
mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakannya kepada orang tua apabila
tidak mampu memenuhi harapan-harapan mereka. Perlu ditekankan manfaat
dari kejujuran adalah untuk menghindari salah pengertian, kebingungan atau
konflik dengan orang tua mereka. Baik melalui bimbingan klasikal maupun
konseling individual, guru pembimbing dapat bekerjasama dengan guru
bidang studi agama dan pihak sekolah lainnya untuk mengadakan rekoleksi
sehingga anak dapat dibimbing untuk menghargai jerih payah orang tua
sehingga mereka termotivasi untuk berusaha dan sungguh-sungguh dalam
belajar dan bertanggung jawab atas waktu belajarnya.
Orang tua sendiri harus belajar mendengarkan anak mereka. Tidak
salah jika orang tua menaruh harapan yang tinggi terhadap anak mereka, tetapi
orang tua harus menyesuaikannya dengan potensi yang ada dalam diri anak
dan menghindari usaha pemaksaan pemenuhan harapan mereka dengan cara
yang berlebihan kepada anak.
60
Di rumah anak belajar untuk berani mengkomunikasikan dengan jujur
kepada orang tua mereka apabila merasa tidak mampu memenuhi harapan-
harapan orang tua. Jika anak merasa takut, anak bisa mencari orang dewasa
lain untuk membantunya mengatakan kepada orang tua. Di sekolah, anak
belajar untuk memanfaatkan guru pembimbingnya untuk membantunya
mengatasi masalah ini. Usaha lainnya adalah siswa harus berusaha untuk
belajar sungguh-sungguh, agar mendapat hasil yang baik dan tidak
mengecewakan orang tua.
b. Nomor item 25, skor 124 (V Intrapersonal), 112 (V Interpersonal)
Pernyataan masalah: Saya merasa kuatir setelah melakukan perbuatan yang
kurang baik.
Merasa kuatir setelah melakukan perbuatan yang kurang baik dapat
disebabkan karena siswa sudah terlanjur melakukan perbuatan yang melanggar
norma moral atau ajaran agama yang dianutnya. Misalnya berbuat atau
berbicara tidak jujur/berbohong, tidak mau memaafkan orang lain, mengambil
milik orang lain, atau merugikan orang lain tanpa sepengetahuan orang yang
bersangkutan. Dapat juga disebabkan kurangnya pengetahuan dan pemahaman
siswa akan norma-norma yang benar atau ajaran-ajaran dalam agamanya.
Anak-anak mudah terpengaruh untuk berbuat yang tidak baik, tetapi
karena adanya standar perilaku yang baik, maka anak-anak sudah dapat
menilai diri bahwa mereka telah melanggar standar tersebut sehingga
menyebabkan rasa kuatir timbul dalam diri mereka. Mereka kuatir perbuatan
61
mereka diketahui dan dihukum, karena mereka tahu ada sangsi bagi orang
yang melakukan perbuatan yang tidak baik. Rasa kuatir tersebut dapat
mempengaruhi interaksi anak dengan orang lain, anak bisa jadi pembohong.
Akibat lainnya jika rasa kuatir dibiarkan terus, anak menjadi stres. Ada pula
anak yang mungkin berusaha membuang jauh perasaan itu tanpa mengetahui
pengaruhnya bagi diri sendiri. Jika anak tidak dibimbing atau diarahkan untuk
mengolah perasaan-perasaan negatif yang dialaminya, maka akan
mempengaruhi tingkah laku anak. Perilaku anak yang kurang baik dapat
terulang kembali. Rasa kuatir adalah hal wajar yang dialami oleh semua orang,
tetapi bila rasa kuatir dialihkan atau dibuang begitu saja tanpa belajar untuk
menyikapinya dengan baik, maka rasa kuatir dapat mempengaruhi kepribadian
seseorang.
Masalah ini dapat diatasi dengan cara membantu siswa mengatasi
perasaan kuatir (bentuk lainnya adalah perasaan bersalah/berdosa) yang terus
menerus melalui kegiatan rekoleksi atau retreat. Guru pembimbing bersama
guru mata pelajaran agama dapat memberikan informasi yang mendalam
mengenai ajaran agama yang dianut, tentang moral dan etika. Dengan
membantu anak menyadari hal-hal yang benar dan apa yang harus mereka
lakukan dengan baik, maka mereka dapat menghindarkan diri dari perbuatan-
perbuatan yang tidak benar. Mereka tidak perlu merasa cemas dan kuatir
karena mereka tidak melakukan perbuatan yang tidak benar. Orang tua perlu
mengarahkan anak dengan memberi teladan tingkah laku yang baik dan benar,
62
serta kerelaan memaafkan anak apabila mereka melakukan kesalahan,
sehingga anak dapat belajar untuk tidak mengulangi perbuatan-perbuatan yang
tidak benar dan tidak baik untuk kebahagiaan diri mereka sendiri maupun
orang lain.
c. Nomor item 33, skor 103 (V Intrapersonal), 113 (V Interpersonal)
Pernyataan masalah: Saya merasa cemas atau kuatir pada sesuatu yang belum
pasti.
Cemas atau kuatir akan sesuatu yang belum pasti pada umumnya
dialami oleh semua orang. Perasaan ini dapat disebabkan karena seseorang
kurang mengetahui apa yang harus dilakukannya, apa yang akan terjadi akibat
perbuatannya. Rasa ini muncul dari rasa keraguan apakah yang telah
dilakukannya, benar atau salah, baik atau buruk, diterima atau tidak,
mendapat hasil yang memuaskan atau tidak, dan lain sebagainya.
Anak-anak belum bisa berpikir panjang, berpikir ke depan, sering
bereaksi spontan, mudah terpengaruh (misalnya ada teman yang cemas, dia
bisa jadi ikutan cemas). Akibatnya dapat mempengaruhi pikiran dan
tindakannya menjadi kurang berkonsentrasi, kurang tenang, mudah
terpengaruh, gegabah, asal bertindak, tidak bisa mengontrol/mengatasi diri
sendiri, sehingga mereka membutuhkan bantuan dari orang dewasa.
Untuk membantu mengatasi masalah ini, guru pembimbing dapat
memberikan topik mengenai cara mengatasi rasa cemas, dengan cara belajar
untuk berpikir positif, siswa juga dibimbing agar siswa dapat
63
mengembangkan komunikasi secara sehat dengan orang lain, contohnya
keterbukaan terhadap orang yang lebih dewasa di sekitarnya terutama kepada
orang tua di rumah, guru pembimbing atau wali kelas (orang yang dapat
dipercaya) di sekolah. Dapat juga dibantu lewat kegiatan rekoleksi atau
relaksasi untuk mengajarkan anak bersikap tenang dan berkonsentrasi
terhadap sesuatu sehingga dia tidak mudah terpengaruh atau dipengaruhi oleh
keadaan atau orang lain.
Orang tua dapat membantu dengan memantau setiap perubahan-
perubahan sikap yang terlihat pada anak sehingga dapat mendekati anak dan
menanyakan apa yang sedang dialaminya agar dapat dibantu, diarahkan, dan
mencari jalan keluarnya bersama.
Usaha dari siswa sendiri adalah belajar untuk bisa menenangkan diri
sendiri, berpikir positif dan mau terbuka kepada orang yang lebih dewasa
apabila merasa mengalami masalah yang tidak dapat diatasi sendiri, dan
belajar untuk tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitar atau sugesti
dari teman-teman di sekitarnya.
• Bidang Sosial
Nomor item 6, skor 108 (V Intrapersonal), 104 (V Interpersonal)
Pernyataan masalah: Saya sering membalas perbuatan orang lain yang
mengganggu/ menyakiti hati saya.
64
Anak-anak sering berbuat sesuatu tanpa berpikir lebih dahulu apa
akibatnya. Sifat egosentris jelas terlihat dalam diri anak, sehingga anak sering
berbuat seperti apa yang dikehendakinya. Jika seseorang
mengganggu/menyakitinya, maka dia akan membalas mengganggu/menyakiti
orang tersebut. Dengan keterbatasan berpikirnya, mungkin pembalasan
bukanlah suatu kesalahan, melainkan keadilan; “Aku disakiti, dia juga harus
disakiti, impas!”. Perilaku membalas orang yang menyakiti dirinya berkaitan
erat dengan nilai moral yang dipelajari oleh anak. Nilai moral tersebut dapat
dipelajari dari orang tua (keluarga), sekolah (teman-teman), dan masyarakat di
sekitarnya. Melihat fenomena dalam masyarakat, media massa, terutama
tayangan TV sekarang ini banyak sekali menyajikan tontonan yang kurang
mendidik dan berbau kekerasan. Anak mudah meniru apa yang dilihatnya.
Masalah anak membalas orang yang sudah menyakitinya bisa terjadi karena
meniru apa yang sering dilihatnya. Akibatnya sering terjadi perkelahian, baik
di rumah (dengan saudara) maupun di sekolah (dengan teman-teman). Anak
tidak hanya merugikan orang lain, tetapi merugikan diri sendiri, dan mungkin
menambah masalah baru lagi.
Untuk membantu mengatasi masalah ini, guru pembimbing dapat
memberi topik tentang pengampunan, mengajari anak agar rela memaafkan.
Guru pembimbing juga membimbing siswa dengan cara melatih mereka untuk
menyelesaikan konflik dengan damai. Lewat sosiodrama siswa dapat dibantu
untuk memahami cara penyelesaian konflik. Guru pembimbing bekerjasama
65
dengan guru mata pelajaran agama untuk mengadakan rekoleksi dengan topik
yang berkaitan dengan masalah siswa tersebut. Peran orang tua adalah
membimbing anaknya, dengan memberi teladan yang baik, menciptakan
suasana damai di rumah, dan tentunya membatasi dan memantau apa yang
dikonsumsi anak lewat media TV, orang tua perlu tegas dan ikut memilih
tayangan apa yang baik dan kurang baik bagi anak-anak.
Usaha dari siswa sendiri adalah berusaha menyelesaikan setiap
persoalan yang dihadapinya tanpa harus membalas perbuatan orang yang
sudah mengganggu/menyakitinya. Bila tidak mampu menyelesaikan sendiri,
siswa perlu meminta bantuan kepada orang yang lebih dewasa.
• Bidang Belajar
a. Nomor item 7, skor 134 (V Intrapersonal), 124 (V Interpersonal)
Pernyataan masalah: Saya merasa cemas ketika memperoleh nilai
rendah; dan
Nomor item 46, skor 125 (V Intrapersonal), 128 (V Interpersonal)
Pernyataan masalah: Saya merasa takut nilai-nilai yang saya peroleh tidak
memenuhi syarat untuk kenaikan kelas.
Nilai merupakan ukuran belajar yang banyak diperhatikan oleh setiap
orang. Tinggi rendahnya nilai yang diperoleh dapat mempengaruhi seseorang.
Nilai-nilai yang rendah dapat menyebabkan munculnya persoalan-persoalan
emosional dalam diri orang yang bersangkutan. Tentunya setiap siswa ingin
66
memperoleh nilai-nilai yang tinggi, sehingga mereka tidak perlu merasa
cemas dan takut, terutama takut tinggal kelas.
Nilai-nilai yang rendah dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara
lain: siswa mengalami kesulitan untuk memahami materi pelajaran yang
disampaikan guru, tidak siap menghadapi ujian/ulangan dan tugas-tugas yang
diberikan tidak diselesaikan dengan baik pada waktunya, belum mengetahui
atau belum mampu menerapkan cara-cara belajar yang baik, waktu belajar
kurang tersedia atau kurang dipergunakan dengan baik, kurang aktif dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Banyak siswa yang malas belajar tetapi ingin memperoleh nilai yang
tinggi. Ada pula siswa yang sudah berusaha tetapi masih tetap memperoleh
nilai yang rendah. Nilai itu sangat berpengaruh untuk menentukan apakah
siswa naik kelas atau tinggal kelas. Jika tinggal kelas siswa akan merasa malu
begitu juga dengan orang tua mereka. Karena itulah setiap siswa sangat cemas
dan takut saat memperoleh nilai rendah.
Akibat jika siswa terus merasa cemas dan takut karena memperoeh
nilai yang rendah dapat mematahkan semangat dan keberanian mereka
menjelang ujian kenaikan kelas.
Untuk itu guru pembimbing perlu melakukan pendekatan secara
pribadi kepada siswa-siswa yang mengalami masalah-masalah ini. Guru
pembimbing juga dapat memberikan layanan bimbingan klasikal mengenai
cara-cara belajar yang efektif dan pentingnya memiliki motivasi yang tinggi
67
dalam belajar. Siswa dapat dibimbing untuk mencari apa penyebab mereka
memperoleh nilai rendah atau kurang memuaskan, dan hambatan-hambatan
apa yang dialami dalam meningkatkan motivasi belajarnya. Setelah itu
bersama-sama mencari jalan keluar untuk mengatasi atau menanggulangi hal-
hal yang menjadi penyebab masalah tersebut. Dengan demikian diharapkan
hasil belajar atau nilai-nilainya dapat lebih baik dan memuaskan dan motivasi
belajarnya dapat meningkat. Guru pembimbing juga dapat membantu siswa
untuk membuat jadwal belajar yang teratur. Untuk menangani masalah ini
dibutuhkan kerjasama pihak sekolah dan orang tua untuk memantau kegiatan
belajar siswa dan membantu siswa untuk menerapkan cara belajar yang lebih
baik dan teratur. Peran orang tua di rumah jauh lebih penting dengan selalu
memperhatikan perkembangan belajar anaknya, agar masalah belajar anak
dapat diketahui sedini mungkin dan mencari jalan penyelesaiannya bersama.
Orang tua dapat membantu anak agar termotivasi dan mencintai belajar.
Hasilnya adalah untuk kebaikan anak dan juga orang tua itu sendiri.
Usaha yang perlu dilakukan siswa sendiri untuk mengatasi masalah ini
antara lain: membuat jadwal belajar secara teratur dan berusaha untuk
menepatinya, aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah,
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dengan baik dan tepat waktu.
b. Nomor item 11, skor 123 (V Intrapersonal), 114 (V Interpersonal)
Pernyataan masalah: Di rumah saya selalu diperingati oleh orang tua untuk
belajar.
68
Masalah ini dapat disebabkan karena anak belum sepenuhnya
menyadari tanggung jawab mereka sebagai pelajar dan betapa pentingnya
kegiatan belajar bagi perkembangan diri mereka dan masa depannya.
Akibatnya anak menjadi kurang disiplin dan kurang menghargai waktu
belajar yang seharusnya mereka pergunakan.
Guru pembimbing perlu membantu anak menyadari bahwa belajar
adalah hal yang penting bagi mereka. Lewat bimbingan klasikal mengenai
tanggung jawab dan kewajiban, siswa dibantu untuk sadar akan tanggung
jawab dan kewajiban mereka sebagai pelajar dan pentingnya disiplin dalam
belajar.
Orang tua perlu bersikap tegas kepada anak jika tidak menginginkan
anaknya menjadi orang yang kurang bertanggung jawab dan tidak disiplin.
Dengan adanya jadwal belajar yang sudah ditentukan bersama, akan
mempermudah mengingatkan anak untuk melakukan kewajibannya. Dalam
hal ini orang tua harus berani memberikan sanksi bila anak masih belum sadar
tanggungjawabnya akan waktu belajar yang harus digunakannya, dan
memberikan pujian atau hadiah bila anak melakukan tanggungjawabnya
dengan baik.
c. Nomor item 49, skor 119 (V Intrapersonal), 124 (V Interpersonal)
Pernyataan masalah: Saya sukar berkonsentrasi apabila suasana di tempat
belajar sangat ramai.
69
Suasana tempat belajar yang ramai menyebabkan siswa sukar
berkonsentrasi. Saat penelitian berlangsung, kondisi lingkungan sekolah
sedang dalam tahap perbaikan karena banyak gedung yang hancur akibat
gempa 27 Mei 2006. Aktifitas pembangunan menimbulkan suasana gaduh
sehingga dapat menggangu konsentrasi siswa dalam kegiatan belajar mereka.
Hal ini akan dialami semua siswa selama tahap perbaikan masih berlangsung.
Penyebab lainnya yaitu suasana gaduh dalam kelas itu sendiri maupun dari
kelas lain. Masih banyak siswa yang tidak tertib di dalam kelas. Mereka
belum dapat menenangkan diri sendiri selama proses belajar. Ada yang masih
suka mondar-mandir, mengganggu teman, berbicara dengan suara yang keras,
tertawa seenaknya atau suka berteriak saat berbicara dengan temannya. Hal itu
membuat suasana kelas menjadi ramai, terutama bila tidak ada guru di kelas.
Saat ada guru di dalam kelas pun, masih ada siswa yang kurang peduli untuk
menjaga ketenangan dalam kelas selama jam pelajaran berlangsung.
Akibatnya, konsentrasi anak menjadi terbagi, kurang fokus pada apa
yang sedang ia pelajari, perhatiannya menjadi tercampur sehingga informasi
penting yang seharusnya ia pelajari menjadi terhambat dalam prosesnya untuk
dimengerti. Anak menjadi kehilangan informasi. Hal itu dapat menyebabkan
hasil belajar menjadi kurang maksimal.
Untuk membantu mengurangi bahkan menghilangkan suasana ramai
saat belajar perlu ditingkatkan ketertiban dalam kelas dan siswa harus belajar
untuk saling menghargai. Guru pembimbing dapat membantu siswa untuk
70
belajar bersikap di dalam kelas, terutama saat jam belajar. Siswa perlu
disadarkan bahwa belajar di tempat yang tenang dapat membantu mereka
berkonsentrasi terhadap apa yang sedang mereka pelajari. Siswa dibantu
untuk belajar menghargai orang lain (teman-teman sekelas maupun teman
kelas lainnya). Untuk menciptakan ketenangan bersama di dalam kelas
dimulai dari ketenangan diri sendiri. Jadi, terlebih dahulu siswa dibimbing
untuk menenangkan diri sendiri, dan belajar menghargai guru yang berbicara
di depan kelas. Bila hal itu sudah terwujud, maka ketenangan yang sudah
tercipta di dalam kelas mampu membuat siswa berkonsentrasi saat belajar
bersama.
• Bidang Karir
Nomor item 8, skor 107 (V Intrapersonal), 104 (V Interpersonal)
Pernyataan masalah: Saya mudah kecewa apabila saya gagal melakukan
sesuatu.
Setiap orang pasti selalu mengharapkan apa yang dilakukannya
berhasil. Saat apa yang diharapkannya tidak sesuai dengan kenyataan, pasti
ada rasa kecewa. Kurangnya persiapan dalam melakukan sesuatu, atau kurang
mengetahui langkah-langkah/cara melakukan sesuatu supaya berhasil dapat
menyebabkan kegagalan.
Akibatnya siswa akan mudah patah semangat dan berhenti berusaha
untuk melakukan sesuatu. Siswa menjadi enggan mencoba lagi, akhirnya
71
siswa itu akan kehilangan kesempatan untuk membuktikan bahwa dirinya
mampu dalam melakukan sesuatu, dan akan berhasil jika mau terus mencoba.
Sikap kecewa hanya akan menghambat perkembangan potensi dirinya dan
merugikan dirinya sendiri. Terlebih lagi jika rasa kecewa yang dialaminya
adalah karena gagal melakukan sesuatu yang diharapkan atau dituntut oleh
orang tua mereka. Hal itu dapat membuat anak menjadi stress dan dapat
mempengaruhi perkembangannya.
Untuk membantu masalah siswa, guru pembimbing dapat memberikan
bimbingan klasikal dengan topik seputar mengatasi rasa kecewa. Siswa
dibantu agar memahami kekecewaan yang dialaminya sebagai suatu perasaan
yang wajar dan cara untuk menyikapi dan mengatasi perasaan tersebut agar
tidak menghambat perkembangan dirinya. Siswa juga dibantu agar dapat
meningkatkan semangat, mengembangkan sikap optimis, sikap keberanian
untuk menerima dan mengalami kegagalan dan kesulitan sebagai bagian dari
hidupnya, mengembangkan sikap solider mereka terhadap yang menderita dan
mengalami kesulitan dalam hidup, melatih siswa untuk belajar mandiri dan
tidak terlalu menggantungkan diri kepada orang lain. Selain itu perlu juga
siswa dibimbing untuk belajar mempersiapkan diri dalam melakukan sesuatu
agar kegagalan bisa dihindari sehingga siswa tidak perlu merasa kecewa
apabila gagal melakukan sesuatu. Guru bersama-sama siswa mencari tahu apa
penyebab kegagalan mereka dan berusaha mencari jalan keluarnya.
72
Orang tua di rumah perlu melakukan hal yang sama untuk membantu
anak mereka dalam mengatasi rasa kecewa apabila gagal melakukan sesuatu.
Sebagai orang yang terdekat dengan siswa, dorongan dari orang tua menjadi
semangat dan motivasi bagi anak. Orang tua perlu mengajari anak agar dapat
bersikap mengalami kegagalan dan segera bangkit untuk terus mencoba lagi
agar berhasil. Orang tua juga perlu bersikap tidak menuntut anak melebihi
kemampuannya karena akan membuat anak menjadi frustrasi dan kecewa
apabila gagal melakukan apa yang diharapkan oleh orang tua. Orang tua harus
mengarahkan anak sesuai dengan apa yang bisa ia capai sesuai dengan
kemampuannya dan tidak menguhukumnya terlalu berlebihan apabila anak
gagal melakukan sesuatu.
Usaha dari anak sendiri adalah dengan belajar mengolah perasaannya
sehingga tidak mempengaruhi dirinya yang akhirnya dapat membuat anak
tidak mau berusaha lagi dan terus larut dalam rasa kecewa. Anak harus belajar
memandang kegagalan adalah hal yang wajar dan dialami oleh semua orang.
Anak bisa belajar lewat kegagalan yang dialaminya sebagai proses
pembentukan kemampuannya menjadi lebih baik lagi.
BAB V
USULAN TOPIK - TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
Dalam bab ini akan disajikan uraian topik-topik bimbingan klasikal bagi
siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006-2007 beserta
contoh Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) sebagai implikasi dari hasil penelitian.
A. Usulan Topik-Topik Bimbingan Klasikal
Rincian usulan topik-topik bimbingan klasikal bagi siswa-siswi kelas V SD
Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006-2007, disajikan dalam tabel 6.
Tabel 6.
Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal Untuk kelas V
SD Kanisius Baciro Yogyakarta
No Bidang Bimbingan
Tujuan Pelayanan Bimbingan
No. Item
Topik-Topik
1. Pribadi Siswa menyadari kewajibannya sebagai anak dan dapat menghargai orang tua dengan menjalankan kewajibannya dengan sebaik mungkin
21 a. Peran orang tua dalam hidupku b. Kewajibanku sebagai anggota dalam keluarga c. Kewajibanku sebagai siswa SD
2. Pribadi Siswa menjadi sadar untuk menghindari perbuatan-perbuatan yang kurang baik
25 a. Perbuatan yang baik dan benar b. Perbuatan yang kurang baik dan tidak benar c. Akibat dari perbuatan yang kurang baik dan tidak benar d. Cara menghindarkan diri dari perbuatan yang kurang baik
74
dan tidak benar 3. Pribadi Siswa mengetahui
kelebihan-kelebihan dalam diri dan memiliki konsep diri yang positif sehingga rasa percaya diri semakin meningkat, siswa menjadi berani berbicara di depan umum/ di depan kelas
29 a. Mengenal kelebihan dan kekuranganku b. Mengembangkan kelebihan yang kumiliki c. Mengatasi kekurangan yang kumiliki d. Cara meningkatkan kepercayaan diri e. PD berbicara di depan umum/di depan kelas
4. Pribadi Siswa dapat mengembangkan cara berpikir positif dan bersikap tenang dalam menghadapi suatu masalah
33 a. Belajar berpikir positif b. Manfaat berpikir positif c. Cara menghadapi masalah
5. Pribadi Siswa dapat mengelola emosi-emosi negatif yang sedang dialaminya dan menyalurkannya dengan cara-cara yang dapat diterima, yang tidak menrugikan diri sendiri maupun orang lain
37 a. Emosi positif dan emosi negatif b. Pengaruh dari emosi positif dan emosi negatif c. Cara mengatasi dan menyalurkan rasa marah
6. Sosial Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan mampu memaafkan orang yang mengganggu atau menyakitinya
6 a. Rela Mengampuni b. Cara-cara Agar Rela Mengampuni c. Cara Mengatasi Konflik dengan Damai d. Kerjasama
7. Belajar Siswa dapat mengetahui penyebab-penyebab memperoleh nilai rendah dan mengetahui cara-cara mengatasinya
7, 46 a. Penyebab nilai rendah b. Akibat dari nilai yang rendah c. Usaha-usaha agar bisa memperoleh nilai yang tinggi d. Kebiasaan Belajar yang Baik
75
8. Belajar Siswa sadar akan kewajibannya sebagai pelajar baik di sekolah maupun di rumah dan mampu mengatur waktu belajarnya dengan baik.
11 a. Kewajibanku sebagai siswa SD b. Manfaat mengatur waktu belajar c. Membuat jadwal belajar
9. Belajar Siswa dapat mengatur waktunya untuk belajar, bermain, dan kegiatan-kegiatan lain dan mampu melaksanakan jadwal yang telah dibuat.
31 a. Tanggung jawab b. Disiplin mengatur waktu c. Membiasakan Diri Teroganisir
10. Belajar Siswa dapat mengatasi gangguan belajar sehingga dapat berkonsentrasi dalam belajar
49 a. Gangguan belajar dari dalam diri b. Gangguan belajar dari luar diric. Cara mengatasi gangguan belajar dari dalam diri d. Cara mengatasi gangguan belajar dari luar diri
11. Karir Siswa dapat memotivasi diri dan tidak mudah kecewa apabila mengalami kegagalan, siswa mengetahui cara mengatasi kekecewaan dalam hidupnya
8 a. Berpikir positif b. Manfaat berpikir positif c. Cara mengatasi rasa kecewa d. Aku pasti bisa (motivasi diri)
B. Contoh Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) untuk siswa Sekolah Dasar
Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) adalah persiapan tertulis yang dibuat oleh
guru pembimbing sebagai pedoman dalam melaksanakan layanan bimbingan klasikal.
76
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
1. Pokok Bahasan/Topik : Disiplin mengatur waktu
2. Bidang Bimbingan : Pribadi-Belajar
3. Standar Kompetensi : Siswa dapat disiplin dalam mengatur
waktunya.
4. Kompetensi Dasar : Siswa dapat memahami pentingnya disiplin
mengatur waktu.
5. Indikator :
a. Siswa dapat menyebutkan kegiatan-kegiatannya dengan baik dan
teratur ketika di sekolah maupun di rumah.
b. Siswa dapat menyebutkan penyebab siswa tidak dapat melaksanakan
kegiatan-kegiatannya dengan baik dan teratur.
c. Siswa dapat menyebutkan akibatnya bila siswa tidak melaksanakan
kegiatan-kegiatannya dengan baik dan teratur.
d. Siswa dapat merumuskan sikap dan tindakan yang dibutuhkan agar
dapat melaksanakan kegiatan-kegiatannya dengan baik dan teratur.
e. Siswa dapat merencanakan jadwal yang teratur untuk kegiatan-
kegiatannya.
f. Siswa dapat merumuskan manfaat kedisiplinan dalam mengatur
waktu.
6. Metode : Ice-breaker, Tanya jawab, Penugasan,
Reflektif
77
7. Waktu : 90 menit
8. Alat : Modul, Lembar kerja
(tercantum dalam lapiran)
9. Sumber :
a. Lewis, Barbara A (2004). CharacterBuilding untuk Anak-anak.
Jakarta: Kharisma.
b. Kristanto, Purnawan (2001). 77 Permainan Asyik 2. Yogyakarta:
Yayasan Andi.
Yogyakarta, … November 2007
Mengetahui,
Koordinator Bimbingan, Perencana Pelayanan,
( ………………… ) ( Sherly Yonathan )
78
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
1. Pokok Bahasan/Topik : Pengampunan (rela memaafkan)
2. Bidang Bimbingan : Pribadi-Sosial
3. Standar Kompetensi : Siswa mampu memahami dan
mengembangkan sikap mau mengampuni/rela
mengampuni orang lain dalam kehidupannya
4. Kompetensi Dasar : Siswa mampu menjelaskan arti
pengampunan dan cara-cara agar rela
memaafkan
5. Indikator :
a. Siswa mampu mengemukakan perlunya memiliki sikap yang mau
mengampuni/rela memaafkan orang lain.
b. Siswa mampu menjelaskan cara-cara agar rela memaafkan.
c. Siswa mampu menunjukkan hambatan-hambatan dalam mengembangkan
sikap mau mengampuni/rela memaafkan orang lain.
d. Siswa mampu membuat karya seni (puisi/doa/lagu/gambar/drama) dengan
tema pengampunan.
6. Metode : Cerita, Tanya jawab, Penugasan,
Reflektif
7. Waktu : 90 menit
8. Alat : Modul, Lembar kerja
79
(tercantum dalam lampiran)
10. Sumber :
a. Lewis, Barbara A (2004). Character Building untuk Anak-anak.
Batam:Kharisma.
b. Albin, Rochelle S. (1989). EMOSI. Bagaimana Mengenal,
Menerima, dan Mengarahkannya. Yogyakarta : Kanisius.
c. Efata, Tim Pelayanan. (2001). 80 Aktivitas Kreatif. Yogyakarta : Yayasan
Andi.
Yogyakarta, ... November 2007
Mengetahui,
Koordinator Bimbingan, Perencana Pelayanan,
( ………………… ) ( Sherly Yonathan)
80
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
1. Pokok Bahasan/Topik : Kebiasaan Belajar
2. Bidang Bimbingan : Belajar
3. Standar Kompetensi : Siswa menyadari kebiasaan-kebiasaan
belajarnya yang sudah baik dan kurang baik
serta dapat memperbaiki kebiasaan belajarnya
yang kurang baik.
4. Kompetensi Dasar : Siswa mampu menyebutkan kebiasaan-
kebiasan belajarnya yang baik dan yang
kurang baik.
5. Indikator :
a. Siswa dapat menyebutkan kebiasaan-kebiasaan belajar yang baik.
b. Siswa dapat menyebutkan kebiasaan-kebiasaan belajar yang kurang baik.
c. Siswa dapat menyebutkan akibat-akibat dari kebiasaan belajar yang
kurang baik.
d. Siswa dapat merumuskan sikap dan tindakan untuk
memperbaiki/mengatasi kebiasaan-kebiasaan belajar yang kurang baik.
6. Metode : Ice-breaker, Ceramah, Tanya jawab,
Penugasan, Reflektif
7. Waktu : 90 menit
8. Alat : Modul, Lembar kerja
81
(tercantum dalam lampiran)
9. Sumber :
a. De Porter, B.& Hernacki, M. (1999). Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Penerbit Kaifa.
b. Dryen, G, & Vos, J. (2000). Revolusi Cara Belajar. Bagian I dan II.
Bandung : Penerbit Kaifa.
c. Kristanto, Purnawan. (2001). 77 Permainan Asyik 2. Yogyakarta :
Yayasan Andi
Yogyakarta, … November 2007
Mengetahui,
Koordinator Bimbingan, Perencana Pelayanan,
( ………………… ) ( Sherly Yonathan)
BAB VI
RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini peneliti menyajikan ringkasan, kesimpulan dan beberapa saran.
Kesimpulan yang diberikan berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam
penelitian ini.
A. RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masalah-masalah yang banyak
dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro tahun ajaran 2006/2007. Hasil
penelitiannya digunakan sebagai acuan untuk penyusunan usulan topik-topik
bimbingan klasikal. Pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian ini adalah: (1)
Masalah-masalah apakah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius
Baciro Yogyakarta, tahun ajaran 2006/2007? (2) Usulan topik-topik bimbingan
apakah yang sesuai dengan masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi
kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta, tahun ajaran 2006/2007?
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survai. Subjek
penelitiannya adalah seluruh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro tahun ajaran
2006/2007 yang berjumlah 76 orang. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21
April 2007 dan 1 Mei 2007. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuisioner.
Kuisioner tersebut dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada tugas
83
perkembangan yang termuat dalam buku Pelaksanan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah Dasar, Kurikulum 2004, Depdikbud.
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui masalah-masalah yang
banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro tahun ajaran 2006-2007
berdasarkan rumus PAN tipe I.
Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa:
1. Masalah yang hanya dialami oleh siswa-siswi kelas V Interpersonal adalah: (a)
mudah marah atau kurang mampu mengendalikan diri; (b) kesulitan membagi
waktu untuk belajar dan kegiatan-kegiatan yang lain.
2. Masalah yang hanya dialami oleh siswa-siswi kelas V Intrapersonal adalah
merasa kurang (PD) percaya diri jika diminta untuk berbicara di depan kelas atau
di depan orang banyak.
3. Masalah yang banyak dialami oleh seluruh siswa-siswi kelas V SD Kanisius
Baciro adalah: (a) sering membalas perbuatan orang lain yang
mengganggu/menyakiti hatinya; (b) merasa cemas ketika memperoleh nilai
rendah; (c) mudah kecewa bila gagal melakukan sesuatu; (d) di rumah selalu
diperingati orangtua untuk belajar; (e) merasa kuatir tidak dapat memenuhi
harapan orang tua/orang yang menyantuni hidupnya; (f) merasa kuatir setelah
melakukan perbuatan yang kurang baik; (g) merasa kurang PD (percaya diri) jika
diminta untuk berbicara di depan kelas atau di depan orang banyak; (h) merasa
cemas/kuatir pada sesuatu yang belum pasti; (i) merasa takut nilai-nilai yang
84
diperoleh tidak memenuhi syarat untuk kenaikan kelas; (j) sukar berkonsentrasi
apabila suasana di tempat belajar sangat ramai.
Topik-topik bimbingan klasikal untuk mengatasi masalah-masalah yang
banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro antara lain:
• Peran orang tua dalam hidupku.
• Kewajibanku sebagai anggota dalam keluarga.
• Kewajibanku sebagai siswa SD.
• Perbuatan yang baik dan benar.
• Perbuatan yang kurang baik dan tidak benar.
• Akibat dari perbuatan yang kurang baik dan tidak benar.
• Cara menghindarkan diri dari perbuatan yang kurang baik dan tidak benar.
• Mengenal kelebihan dan kekuranganku.
• Mengembangkan kelebihan yang kumiliki.
• Mengatasi kekurangan yang kumiliki.
• Cara meningkatkan kepercayaan diri.
• PD berbicara di depan umum/di depan kelas.
• Belajar berpikir positif.
• Manfaat berpikir positif.
• Cara menghadapi masalah.
• Emosi positif dan emosi negatif.
• Pengaruh dari emosi positif dan emosi negatif.
85
• Cara mengatasi dan menyalurkan rasa marah.
• Rela mengampuni.
• Cara-cara agar rela mengampuni.
• Cara mengatasi konflik dengan damai.
• Kerjasama.
• Penyebab nilai rendah.
• Akibat dari nilai yang rendah.
• Usaha-usaha agar bisa memperoleh nilai yang tinggi.
• Kebiasaan belajar yang baik.
• Manfaat mengatur waktu belajar.
• Membuat jadwal belajar.
• Tanggung jawab.
• Disiplin mengatur waktu.
• Membiasakan diri terorganisir.
• Gangguan belajar dari dalam diri.
• Gangguan belajar dari luar diri.
• Cara mengatasi gangguan belajar dari dalam diri.
• Cara mengatasi gangguan belajar dari luar diri.
• Berpikir positif.
• Manfaat berpikir positif.
• Cara mengatasi rasa kecewa.
86
• Aku pasti bisa (motivasi diri).
B. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka peneliti menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Masalah yang hanya dialami oleh siswa-siswi kelas V Intrapersonal adalah : siswa
merasa kurang PD jika diminta berbicara di depan kelas atau di depan orang
banyak (bidang pribadi).
2. Masalah yang hanya dialami oleh siswa-siswi kelas V Interpersonal adalah : siswa
mudah marah atau kurang mampu mengendalikan diri (bidang pribadi), dan siswa
kesulitan membagi waktunya untuk belajar dan kegiatan yang lain (bidang
belajar).
3. Masalah-masalah yang dialami seluruh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro
adalah : siswa merasa kuatir tidak dapat memenuhi harapan orangtua atau orang
yang menyantuni hidupnya (bidang pribadi); siswa merasa kuatir setelah
melakukan perbuatan yang kurang baik (bidang pribadi); siswa merasa cemas atau
kuatir pada sesuatu yang belum pasti (bidang pribadi); siswa sering membalas
perbuatan orang lain yang mengganggu/menyakiti hatinya (bidang sosial); siswa
merasa cemas ketika memperoleh nilai rendah (bidang belajar); siswa merasa
takut nilai-nilai yang diperolehnya tidak memenuhi syarat untuk kenaikan kelas
(bidang belajar); di rumah siswa selalu diperingati oleh orangtua untuk belajar
87
(bidang belajar); siswa sukar berkonsentrasi apabila suasana di tempat belajar
sangat ramai; siswa mudah kecewa bila gagal melakukan sesuatu (bidang karir).
4. Jumlah masalah yang banyak dialami oleh masing-masing kelas hampir sama
sekalipun peringkat masalahnya berbeda
C. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Sekolah
• Kepala sekolah dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai masukan
dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan pelayanan bimbingan dan
konseling.
• Kepala sekolah dapat menyiapkan tenaga, sarana dan prasarana untuk
mendukung pelaksanaan peleyanan bimbingan dan konseling agar siswa dapat
terbantu.
2. Bagi Guru Pembimbing
Guru pembimbing berusaha untuk terus memberikan pelayanan bimbingan
yang tepat pada sasaran sehingga pelayanan bimbingan dan konseling dapat
mencapai hasil yang optimal.
3. Bagi Wali kelas dan Guru-guru mata pelajaran
88
Wali kelas dan guru-guru mata pelajaran bersedia bekerja sama dengan guru
pembimbing dalam melaksanakan layanan bimbingan terutama melalui mata
pelajaran yang diampunya.
4. Bagi Siswa
Siswa dapat memanfaatkan layanan bimbingan yang disediakan oleh sekolah
untuk perkembangan dirinya.
5. Bagi Peneliti lain
• Meninjau kembali kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini. Peninjauan
tersebut dilakukan dengan harapan mendapat pembaharuan untuk
meningkatkan kualitas kuisioner tersebut.
• Subyek hendaknya tidak hanya siswa kelas V (lima) saja, tetapi dapat
mencakup kelas IV (empat) dan VI (enam).
DAFTAR PUSTAKA
Albin, Rochelle S. (1989). EMOSI. Bagaimana Mengenal, Menerima, dan
Mengarahkannya. Yogyakarta : Kanisius.
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Atkinson, L Rita dkk. (1991). Pengantar Psikologi. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Barus, G. (1999). Tesis Kontribusi Pola-Pola Pengasuhan Orangtua dan
Kemandirian terhadap Pembentukan Identitas Vokasional Remaja.
Centi, Paul. J. (1993). Mengapa Rendah Diri. Yogyakarta : Kanisius.
De Porter, B. & Hernacki, M. (1999). Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Penerbit Kaifa.
Depdikbud. (1994). Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan Siswa di
Sekolah Dasar.
Depdikbud. (2004). Kurikulum 2004. Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Dasar.
Depdikbud. (2006). Standar Isi. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 22 Tahun 2006.
Djaali, Muljono, dan Ramli. (2000). Pengukuran Dalam Bidang
Pendidikan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Dryen, G, & Vos, J. (2000). Revolusi Cara Belajar. Bagian I dan II.
Bandung : Penerbit Kaifa.
Efata, Tim Pelayanan. (2001). 80 Aktivitas Kreatif. Yogyakarta : Yayasan
Andi.
Furchan, Arief. (1982). Penelitian dan Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Gunawan. Y. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling. Buku
Panduan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ginting, Yasinta Br. (2001). Masalah-masalah yang secara intens dialami
oleh siswa-siswi kelas I SMP Santa Maria Kabanjahe tahun pelajaran
2004- 2005 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik Bimbingan
Klasikal. Skripsi ( tidak diterbitkan ).
Hasan, I. (2002). Pokok-Pokok Materi dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Hurlock, E. B. (1997). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kountur, R. (2003). Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi & Tesis.
Jakarta: Penerbit PPM.
Kristanto, Purnawan (2001). 77 Permainan Asyik 2. Yogyakarta :
Yayasan Andi.
Lewis, Barbara A. (2004). Character Building Untuk Anak-Anak. Jakarta :
Kharisma.
Masidjo, Ign. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di
Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Pakasi. (1995). Anak dan Perkembangannya : Pendidikan Psikologi
Pedagogis Terhadap Generasi Muda. Jakarta: Gramedia.
Prayitno, dkk. ( ). Pelayanan Bimbingan dan Konseling, Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
Winkel, W. S. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Jakarta: Gramedia.
91
LAMPIRAN 1
no I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 I11 I12 I13 I14 I151 3 2 2 1 3 2 4 3 1 3 2 1 3 1 2 2 1 1 3 2 3 1 4 1 2 4 3 1 4 3 2 3 2 1 2 1 2 3 4 2 1 2 3 1 4 3 1 4 3 2 1 2 1 1 3 1 1 1 2 3 4 3 1 5 3 1 2 3 2 4 4 1 2 1 1 4 3 2 1 6 2 1 1 3 3 3 3 1 1 3 2 1 3 1 1 7 2 3 3 1 1 4 4 2 2 1 2 3 2 1 2 8 3 2 1 2 3 2 4 2 2 2 3 2 3 3 1 9 1 1 2 3 2 3 2 1 1 3 3 1 1 1 1
10 2 2 3 2 2 3 1 1 2 3 3 2 4 3 3 11 1 1 3 2 2 4 4 3 2 1 1 1 2 2 1 12 3 1 1 2 2 4 4 1 1 1 1 1 3 1 1 13 3 1 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 14 2 1 3 2 1 2 2 1 2 1 3 1 4 2 2 15 2 1 3 3 2 3 4 1 4 2 3 2 3 3 4 16 3 1 2 2 1 3 4 2 1 2 2 1 4 1 1 17 3 2 1 1 3 4 3 1 3 4 3 1 3 4 1 18 1 2 2 2 2 3 4 2 2 2 2 2 3 2 3 19 3 2 1 2 3 3 3 1 2 2 1 2 4 2 1 20 2 4 3 1 2 4 4 1 1 4 3 1 1 4 1 21 1 2 2 4 1 2 4 2 3 2 3 4 3 2 2 22 1 3 4 2 1 4 3 2 3 4 1 3 4 1 3 23 2 2 3 2 2 4 4 2 4 2 3 2 3 2 3 24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 2 1 3 2 2 4 2 1 2 3 4 3 2 1 2 26 3 2 3 2 3 4 4 2 3 4 4 3 3 3 3 27 1 2 1 3 3 2 4 2 1 3 1 1 3 4 1 28 1 1 1 3 1 3 4 1 3 1 4 3 4 1 3 29 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 3 1 1 30 2 1 2 2 2 3 3 2 2 4 2 4 1 3 1 31 4 2 2 1 2 1 4 2 2 3 3 3 4 4 1 32 1 1 3 1 1 1 4 3 3 3 4 3 4 1 2 33 1 1 2 3 1 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 34 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 35 2 1 3 2 1 3 4 1 1 1 4 3 1 2 1 36 3 3 2 2 2 3 4 2 2 3 3 2 4 2 1 37 3 2 3 2 2 4 4 3 3 3 4 1 4 3 2 38 3 1 3 2 3 3 4 1 4 1 3 1 4 1 1 39 3 1 3 3 1 4 4 1 3 1 4 1 3 1 3 40 3 1 1 2 1 3 3 1 1 2 1 2 4 4 1
Total 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
92
I16 I17 I18 I19 I20 I21 I22 I23 I24 I25 I26 I27 I28 I29 I30 1 1 3 3 1 1 1 2 3 3 1 2 4 4 3 1 1 1 3 1 1 1 2 4 1 1 3 1 3 3 2 1 1 2 1 1 2 2 1 3 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 2 4 1 4 4 3 4 1 3 1 1 2 1 1 4 2 2 1 2 4 1 3 4 3 2 2 1 1 1 3 1 1 1 3 2 1 1 3 3 3 4 1 2 2 4 1 4 2 4 1 1 4 4 4 1 1 1 3 2 2 3 1 1 1 1 2 2 3 2 2 2 1 2 3 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 4 2 3 1 2 4 1 3 1 2 1 1 3 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 3 2 2 3 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 3 3 2 4 3 4 1 3 4 1 3 1 1 2 3 1 1 1 2 4 2 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 3 3 3 4 4 3 3 3 1 3 2 1 3 3 1 1 1 1 1 2 2 2 3 1 1 1 1 2 3 2 2 2 1 4 2 1 1 2 3 1 4 1 1 4 4 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 1 3 4 3 3 2 1 3 1 1 1 4 4 3 1 4 1 3 4 1 4 1 2 2 1 1 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 4 2 3 1 1 2 2 1 2 2 2 1 4 3 2 3 1 3 1 2 3 4 3 4 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 4 3 3 3 1 1 1 4 1 1 3 4 1 4 4 1 3 4 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 3 1 1 2 2 2 1 2 3 3 2 3 4 1 2 2 1 1 4 3 1 3 2 3 3 2 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 3 1 3 1 1 1 3 2 1 3 1 3 1 2 3 2 2 1 2 3 2 2 1 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 4 1 3 2 3 1 3 3 1 3 2 1 1 2 1 1 3 2 1 4 1 4 4 2 1 2 3 3 3 1 1 4 3 1 2 3 3 3 2 3 3 4 3 4 1 1 4 2 1 2 1 3 4 1 2 1 4 1 3 1 3 3 1 3 3 3 3 3 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 3 2 1 1 4 2 1 1 1 1
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
93
I31 I32 I33 I34 I35 I36 I37 I38 I39 I40 I41 I42 I43 I44 I45 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 3 2 3 2 1 1 1 3 3 1 1 3 1 1 1 3 3 1 1 3 2 1 4 2 1 2 3 1 2 1 2 3 2 4 2 3 3 4 1 1 1 3 1 1 1 3 3 1 1 1 1 4 2 1 2 3 2 4 1 1 4 3 1 2 1 1 1 3 3 1 1 3 1 1 1 3 3 1 3 1 4 1 2 3 2 1 2 4 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 2 4 1 2 2 1 2 3 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 3 1 1 1 1 2 1 1 1 2 4 4 1 1 1 3 1 2 3 3 3 2 1 2 1 2 2 1 1 2 3 3 1 1 2 2 1 2 1 2 1 3 2 1 2 2 3 1 1 3 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 3 3 1 2 3 2 2 1 1 2 3 1 2 4 4 3 4 1 3 4 2 3 1 3 4 3 2 1 3 1 1 2 1 2 1 3 2 1 3 3 3 1 1 3 1 3 4 1 1 4 4 2 2 4 4 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 2 1 2 2 2 1 1 3 2 1 2 1 4 3 4 1 1 2 4 4 1 1 4 1 4 1 1 2 1 4 3 1 2 2 1 1 1 2 3 4 2 4 3 4 1 2 2 3 4 1 4 1 4 2 4 3 4 1 2 2 2 2 3 1 4 4 1 2 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 3 3 1 2 1 2 1 2 3 4 2 2 2 4 3 3 1 1 3 1 4 3 4 1 3 4 1 1 3 1 1 3 4 4 1 3 1 1 4 2 3 1 1 3 4 3 2 1 2 1 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 1 4 3 1 2 4 4 3 3 1 3 1 2 3 2 3 1 1 2 2 3 1 2 1 1 3 4 2 3 1 2 1 1 3 3 1 1 3 1 3 1 1 2 3 1 2 2 2 2 1 1 1 3 2 1 3 2 4 1 2 1 2 3 2 4 3 2 3 1 1 3 1 3 3 1 3 2 1 3 1 3 3 4 3 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 1 2 3 2 3 3 1 4 4 2 3 1 4 3 4 2 1 3 1 4 1 1 1 1 1 2 1 4 3 3 1 2 3 3 3 1 1 1 3 1 4 1 3 3 4 1 3 1 1 3 3 3 1 3 3 1 1 4 4 1 2 2
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
94
I46 I47 I48 I49 I50 I51 I52 I53 I54 I55 I56 I57 I58 I59 I60 4 4 4 4 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 2 4 1 1 4 1 1 4 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 3 4 4 1 2 1 2 1 4 2 3 3 1 1 4 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 4 4 4 1 1 3 1 1 1 2 1 3 3 3 3 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 4 4 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 3 2 2 3 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 3 1 1 4 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 4 1 1 4 1 1 3 4 1 2 1 3 1 1 1 4 2 3 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 4 2 1 3 4 2 2 1 2 3 1 2 4 3 3 4 3 1 3 2 1 2 1 1 1 2 1 3 3 1 4 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 4 4 3 4 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 3 3 4 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 4 3 2 4 3 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 4 1 4 4 4 1 4 4 1 1 1 1 2 3 4 4 4 2 4 3 1 1 2 1 2 1 2 3 1 2 3 4 1 3 2 1 1 1 4 3 1 3 4 2 1 3 3 2 3 3 1 2 3 1 2 4 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 3 4 4 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 4 3 2 3 2 1 3 2 1 2 1 3 2 3 1 4 1 3 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 4 3 3 1 3 4 1 3 1 1 1 1 1 3 2 1 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 3 3 3 3 4 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 3 3 2 4 3 2 3 2 1 3 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 3 2 3 4 3 1 1 3 1 4 3 2 4 3 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 3 2 1 4 2 4 4 3 1 2 1 2 1 2 1 4 3 2 4 2 1 2 4 1 3 1 4 1 1 1 4 3 2 3 3 1 2 2 3 1 1 4 1 1 1 4 4 3 4 2 1 3 2 1 3 1 3 1 1 4 4 4 1 1 3 1 1 4 1 1 1 1 3 1 1 4 3 3 4 3 1 3 3 1 4 2 4 4 4 1 1 4 3 3 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 3
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
95
I61 I62 I63 I64 I65 I66 I67 I68 I69 I70 TOTAL 1 4 2 4 4 1 1 4 2 2 147 1 1 1 4 1 2 1 1 4 1 132 1 4 2 3 1 3 2 1 1 2 142 4 4 1 4 4 2 4 1 1 3 140 1 4 1 2 4 1 1 4 2 2 153 3 3 3 4 3 4 3 1 1 1 136 3 4 2 2 4 1 4 1 2 1 162 2 3 4 4 2 3 3 1 1 1 144 1 3 3 2 2 2 3 1 3 1 112 1 4 2 4 3 1 2 1 1 2 151 2 3 1 3 1 1 3 1 3 1 121 1 2 1 4 2 1 1 1 2 1 115 1 2 1 3 1 1 2 1 2 1 86 1 3 1 4 3 1 2 1 1 1 135 1 3 1 4 3 2 3 1 3 4 176 1 3 1 3 1 1 1 1 2 3 127 1 4 4 4 3 1 1 1 4 1 167 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 120 2 4 3 3 2 1 4 1 1 1 136 1 4 3 2 3 4 4 1 4 3 170 4 3 1 3 3 1 4 1 3 3 163 4 4 1 2 1 1 4 1 2 1 171 2 2 3 3 2 3 3 1 3 4 164 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 70 4 3 1 1 2 1 3 1 3 1 135 3 2 4 4 3 1 2 1 1 2 173 1 4 4 4 4 4 4 1 1 4 153 4 4 1 4 3 4 1 4 4 1 165 2 3 2 3 3 2 2 1 2 1 123 1 4 3 2 4 2 4 2 3 4 161 2 3 3 3 2 1 2 2 2 4 157 4 2 1 3 4 1 1 4 3 1 142 1 2 2 3 3 2 3 3 2 1 141 2 4 3 4 1 2 3 4 1 2 186 1 4 1 4 3 3 2 3 3 4 157 1 4 2 3 2 1 2 2 1 1 153 1 4 2 4 2 3 4 1 3 1 184 1 1 1 1 2 2 3 1 2 2 140 3 4 3 3 1 1 3 3 1 4 175 1 2 1 4 4 1 1 1 2 1 130
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
96
LAMPIRAN 2 Correlations TOT I1 Pearson Correlation 0.193207 Sig. (2-tailed) 0.232284 N 40I2 Pearson Correlation 0.458779 Sig. (2-tailed) 0.002906 N 40I3 Pearson Correlation 0.458551 Sig. (2-tailed) 0.002922 N 40I4 Pearson Correlation 0.299858 Sig. (2-tailed) 0.060129 N 40I5 Pearson Correlation 0.143846 Sig. (2-tailed) 0.375871 N 40I6 Pearson Correlation 0.482623 Sig. (2-tailed) 0.00161 N 40I7 Pearson Correlation 0.479077 Sig. (2-tailed) 0.001763 N 40I8 Pearson Correlation 0.297536 Sig. (2-tailed) 0.062239 N 40I9 Pearson Correlation 0.604581 Sig. (2-tailed) 3.6E-05 N 40I10 Pearson Correlation 0.400741 Sig. (2-tailed) 0.010391 N 40I11 Pearson Correlation 0.53676 Sig. (2-tailed) 0.000356 N 40I12 Pearson Correlation 0.424809 Sig. (2-tailed) 0.00629 N 40I13 Pearson Correlation 0.205279 Sig. (2-tailed) 0.203831 N 40I14 Pearson Correlation 0.426437 Sig. (2-tailed) 0.006072 N 40I15 Pearson Correlation 0.481045 Sig. (2-tailed) 0.001677 N 40I16 Pearson Correlation 0.305711
97
Sig. (2-tailed) 0.055062 N 40I17 Pearson Correlation 0.124903 Sig. (2-tailed) 0.442535 N 40I18 Pearson Correlation 0.123112 Sig. (2-tailed) 0.449156 N 40I19 Pearson Correlation 0.347477 Sig. (2-tailed) 0.028027 N 40I20 Pearson Correlation 0.44765 Sig. (2-tailed) 0.003775 N 40I21 Pearson Correlation 0.303031 Sig. (2-tailed) 0.057338 N 40I22 Pearson Correlation 0.394796 Sig. (2-tailed) 0.0117 N 40I23 Pearson Correlation 0.491592 Sig. (2-tailed) 0.001276 N 40I24 Pearson Correlation 0.455909 Sig. (2-tailed) 0.003112 N 40I25 Pearson Correlation 0.46563 Sig. (2-tailed) 0.002463 N 40I26 Pearson Correlation 0.318598 Sig. (2-tailed) 0.045108 N 40I27 Pearson Correlation 0.423492 Sig. (2-tailed) 0.006471 N 40I28 Pearson Correlation 0.402025 Sig. (2-tailed) 0.010125 N 40I29 Pearson Correlation 0.27385 Sig. (2-tailed) 0.087282 N 40I30 Pearson Correlation 0.414078 Sig. (2-tailed) 0.007902 N 40I31 Pearson Correlation 0.5747 Sig. (2-tailed) 0.000105 N 40I32 Pearson Correlation 0.344391 Sig. (2-tailed) 0.029547 N 40
98
I33 Pearson Correlation 0.341629 Sig. (2-tailed) 0.030965 N 40I34 Pearson Correlation 0.19994 Sig. (2-tailed) 0.2161 N 40I35 Pearson Correlation 0.148349 Sig. (2-tailed) 0.36095 N 40I36 Pearson Correlation 0.383333 Sig. (2-tailed) 0.014622 N 40I37 Pearson Correlation 0.359888 Sig. (2-tailed) 0.022549 N 40I38 Pearson Correlation 0.295612 Sig. (2-tailed) 0.064031 N 40I39 Pearson Correlation 0.505432 Sig. (2-tailed) 0.000879 N 40I40 Pearson Correlation 0.315102 Sig. (2-tailed) 0.047652 N 40I41 Pearson Correlation 0.57765 Sig. (2-tailed) 9.5E-05 N 40I42 Pearson Correlation 0.417013 Sig. (2-tailed) 0.007429 N 40I43 Pearson Correlation 0.637265 Sig. (2-tailed) 9.79E-06 N 40I44 Pearson Correlation 0.228743 Sig. (2-tailed) 0.155687 N 40I45 Pearson Correlation 0.193832 Sig. (2-tailed) 0.230749 N 40I46 Pearson Correlation 0.557296 Sig. (2-tailed) 0.000187 N 40I47 Pearson Correlation 0.457838 Sig. (2-tailed) 0.002972 N 40I48 Pearson Correlation 0.344893 Sig. (2-tailed) 0.029295 N 40I49 Pearson Correlation 0.371674 Sig. (2-tailed) 0.018205
99
N 40I50 Pearson Correlation 0.315264 Sig. (2-tailed) 0.047531 N 40I51 Pearson Correlation 0.133315 Sig. (2-tailed) 0.412162 N 40I52 Pearson Correlation 0.458089 Sig. (2-tailed) 0.002955 N 40I53 Pearson Correlation 0.362125 Sig. (2-tailed) 0.021664 N 40I54 Pearson Correlation 0.056186 Sig. (2-tailed) 0.73058 N 40I55 Pearson Correlation 0.50653 Sig. (2-tailed) 0.000853 N 40I56 Pearson Correlation 0.11026 Sig. (2-tailed) 0.498213 N 40I57 Pearson Correlation 0.399881 Sig. (2-tailed) 0.010572 N 40I58 Pearson Correlation 0.220769 Sig. (2-tailed) 0.171015 N 40I59 Pearson Correlation 0.261047 Sig. (2-tailed) 0.103736 N 40I60 Pearson Correlation 0.232934 Sig. (2-tailed) 0.148046 N 40I61 Pearson Correlation 0.251814 Sig. (2-tailed) 0.117 N 40I62 Pearson Correlation 0.571311 Sig. (2-tailed) 0.000118 N 40I63 Pearson Correlation 0.354944 Sig. (2-tailed) 0.024613 N 40I64 Pearson Correlation 0.308505 Sig. (2-tailed) 0.052767 N 40I65 Pearson Correlation 0.274327 Sig. (2-tailed) 0.086709 N 40I66 Pearson Correlation 0.262072
100
Sig. (2-tailed) 0.102337 N 40I67 Pearson Correlation 0.374841 Sig. (2-tailed) 0.017166 N 40I68 Pearson Correlation 0.295179 Sig. (2-tailed) 0.06444 N 40I69 Pearson Correlation 0.169924 Sig. (2-tailed) 0.294516 N 40I70 Pearson Correlation 0.432337 Sig. (2-tailed) 0.005336 N 40TOT Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) . N 40
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
101
Hasil Uji Validitas, Ujicoba Kuisioner, responden siswa/i kelas V SD Tarakanita, Bumijo No PERNYATAAN Koefisien
korelasi Status
1 Saya merasa memiki badan terlalu kurus atau terlalu gemuk
0,193 Gugur
2 Saya tidak disenangi teman-teman 0,459 Valid 3 Saya kurang memiliki semangat yang tinggi
dalam belajar 0,459 Valid
4 Saya kurang menyadari peranan diri saya bagi orang lain
0,300 Valid
5 Saya merasa kurang cantik atau tampan 0,144 Gugur 6 Saya sering membalas perbuatan orang lain yang
menganggu/ menyakiti hati saya 0,483 Valid
7 Saya merasa cemas ketika memperoleh nilai rendah
0,479 Valid
8 Saya mudah putus asa atau patah semangat 0,298 Diperbaiki 9 Saya sulit melakukan perbuatan baik 0,605 Valid 10 Saya kurang mengetahui bagaimana cara
menarik perhatian orang yang saya senangi 0,401 Valid
11 Di rumah saya selalu diperingati oleh orang tua untuk belajar
0,537 Valid
12 Saya kurang mengetahui pentingnya semua mata pelajaran di sekolah bagi masa depan saya
0,425 Valid
13 Saya merasa kuatir setelah melakukan perbuatan yang kurang baik
0,205 Gugur
14 Saya kurang menyadari pentingnya menjaga sikap di depan orang lain
0,426 Valid
15 Saya malas belajar baik di sekolah maupun di rumah
0,481 Valid
16 Saya kurang mengetahui bakat dan minat saya 0,306 Valid 17 Saya malas menjaga kebersihan tubuh (contoh:
mandi, keramas, sikat gigi, dll) 0,125 Gugur
18 Orang tua saya membatasi pergaulan saya 0,123 Gugur 19 Saya merasa takut bertanya ketika saya kurang
mengerti penjelasan guru 0,347 Valid
20 Saya kurang menyadari pentingnya kegiatan ekstra kurikuler untuk mengasah bakat dan kemampuan diri
0,448 Valid
21 Saya malas membuang sampah pada tempat yang disediakan (tempat sampah)
0,303 Valid
22 Saya mudah dipengaruhi untuk melakukan perbuatan yang kurang baik oleh teman-teman/orang lain
0,395 Valid
23 Saya jarang mempersiapkan diri sebelum mengikuti ulangan/ujian
0,492 Valid
24 Saya bingung karena cita-cita saya selalu berubah-ubah
0,456 Valid
102
No PERNYATAAN Koefisien korelasi
Status
25 Saya suka melamun atau berkhayal 0,466 Valid 26 Saya kurang mampu bekerja sama dengan orang
lain 0,319 Valid
27 Saya belum mengetahui cara belajar yang efektif 0,423 Valid 28 Saya tidak mengetahui kelebihan dan
kekurangan dalam diri saya 0,402 Valid
29 Saya merasa kurang percaya diri 0,274 Diperbaiki 30 Saya sering merasa iri kepada teman-teman yang
lebih pintar dan populer di sekolah 0,414 Valid
31 Saya kesulitan membagi waktu saya untuk belajar dan kegiatan-kegiatan yang lain
0,575 Valid
32 Aturan-aturan di sekolah membuat saya merasa tidak bebas
0,344 Valid
33 Saya merasa cemas atau kuatir pada sesuatu yang belum pasti
0,342 Valid
34 Saya kurang memahami pengaruh dari perasaan saya terhadap tingkah laku saya
0,200 Gugur
35 Saya tidak senang belajar bersama (diskusi kelompok), saya lebih senang belajar sendirian
0,148 Gugur
36 Saya kurang mengetahui jenis-jenis pekerjaan di masyarakat
0,383 Valid
37 Saya mudah marah atau kurang mampu mengendalikan diri
0,360 Valid
38 Saya sulit memaafkan teman/orang lain yang sudah menyakiti/mengecewakan hati saya
0,296 Diperbaiki
39 Saya merasa kegiatan belajar itu membosankan 0,505 Valid 40 Saya jarang mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan di sekolah 0,315 Valid
41 Saya belum mengetahui cara-cara menghadapi stress, misalnya kekecewaan dalam hidup saya
0,578 Valid
42 Saya kurang mengetahui bagaimana cara mengatasi konflik/pertentangan yang timbul antara saya dengan orang lain
0,417 Valid
43 Saya jarang memusatkan perhatian saat mengikuti pelajaran yang tidak saya sukai
0,637 Valid
44 Saya kurang mengetahui cara-cara menjaga kebugaran tubuh
0,229 Gugur
45 Saya tidak peduli dengan kebutuhan dan perasaan orang lain
0,194 Gugur
46 Saya merasa takut nilai-nilai yang saya peroleh tidak memenuhi syarat untuk kenaikan kelas
0,557 Valid
47 Saya kurang mampu mengambil keputusan sendiri dan memecahkan masalah/kesulitan yang saya hadapi
0,458 Valid
103
No PERNYATAAN Koefisien Korelasi
Status
48 Saya kurang memahami pengaruh ucapan dalam pergaulan
0,345 Valid
49 Saya sukar berkonsentrasi apabila suasana di tempat belajar sangat ramai
0,372 Valid
50 Saya kurang mampu mengungkapkan pendapat/ pendirian saya sendiri
0,315 Valid
51 Saya lebih suka berteman dengan orang yang pintar dan kaya
0,133 Gugur
52 Saya jarang menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru tepat pada waktunya
0,458 Valid
53 Orang tua saya selalu menentukan apa yang harus saya kerjakan dirumah
0,362 Valid
54 Saya tidak suka berteman dengan orang yang tidak menuruti segala keinginan saya
0,056 Gugur
55 Saya merasa lelah, jemu, atau mengantuk saat pelajaran sedang berlangsung
0,507 Valid
56 Saya malas berdoa dan beribadah 0,110 Gugur 57 Saya sering bermain sendiri saat jam istirahat
sekolah 0,400 Valid
58 Saya gagap dalam berbicara 0,221 Gugur 59 Saya tidak suka membagikan apapun milik saya
kepada orang lain 0,261 Diperbaiki
60 Saya merasa diperlakukan tidak adil oleh orang tua dan saudara-saudara saya
0,233 Gugur
61 Saya tidak merasa kasihan/iba terhadap orang yang menderita
0,252 Diperbaiki
62 Saya merasa kuatir tidak dapat memenuhi harapan orang tua atau orang yang menyantuni hidup saya
0,571 Valid
63 Saya merasa kurang dibutuhkan oleh teman-teman saat kerja kelompok
0,355 Valid
64 Saya merasa kuatir setelah melakukan perbuatan yang kurang baik
0,309 Valid
65 Saya merasa sulit menyesuaikan diri dalam lingkungan baru
0,274 Diperbaiki
66 Saya belum memahami secara benar perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan
0,262 Diperbaiki
67 Saya tidak berani mengungkapkan keluhan atau masalah saya kepada guru pembimbing (guru BP) di sekolah
0,375 Valid
68 Saya kurang memahami akibat /pengaruh dari penggunaan narkotika, minuman keras, dan obat-obatan terlarang
0,295 Diperbaiki
69 Saya kurang mengetahui bagaimana cara mengisi waktu luang
0,170 Gugur
104
70 Saya merasa kuatir orang tua saya tidak mampu menyekolahkan saya setelah tamat SD
0,432 Valid
Jumlah Total : 70 item Valid : 47 item Diperbaiki : 8 item (3 item masalah pribadi; 4 item masalah sosial; 1 item masalah karir) Gugur : 15 item (9 item masalah pribadi; 5 item masalah sosial; 1 item masalah akademik/belajar)
105
LAMPIRAN 3
KUISIONER MASALAH-MASALAH YANG DIALAMI
OLEH SISWA SEKOLAH DASAR Jenis kelamin : Laki-laki/perempuan (coret yang tidak sesuai) Kelas : Tanggal mengisi : PENGANTAR Para siswa yang terkasih, mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuisioner ini. Maksud pengisian kuisioner ini adalah untuk mengetahui pendapat Anda mengenai berbagai masalah yang Anda alami dan rasakan. Sehubungan dengan pendapat tersebut, pihak sekolah dapat merencanakan hal-hal yang perlu dilakukan untuk membantu Anda mengatasi masalah tersebut. Mengingat pentingnya pendapat Anda, maka diharapkan Anda dapat mengisi kuisioner ini dengan jujur sesuai dengan apa yang Anda alami dan rasakan. Jawaban Anda akan dirahasiakan. Untuk itu Anda tidak perlu menuliskan nama agar Anda dapat mengungkapkan permasalahan denga bebas dan jujur. Terima kasih atas kesediaan, kejujuran dan kesungguhan Anda dalam mengisi kuisioner ini. PETUNJUK:
a. Di bawah ini ada sejumlah pernyataan. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan dalam kuisioner ini. Tanggapilah pernyataan-pernyataan yang ada dengan jalan memberikan tanda silang (X) pada “lajur pilihan” yang paling sesuai dengan keadaan dirimu.
TM : bila Anda Tidak Merasakan (Mengalami) masalah tersebut. KM : bila Anda Kurang Merasakan (Mengalami) masalah tersebut. M : bila Anda Merasakan (Mengalami) masalah tersebut. SM : bila Anda Sangat Merasakan (Mengalami) masalah tersebut. b. JANGAN membuat tanda silang lebih dari satu lajur. c. Bila kamu ingin mengganti jawabanmu, lingkarilah jawaban tersebut, lalu
berilah berilah tanda silang pada jawaban yang kamu anggap lebih sesuai dengan keadaanmu.
d. Tidak ada tanggapan yang benar atau salah. Tanggapanmu tidak mempengaruhi nilai rapor. Maka, tanggapilah dengan jujur, jangan ragu-ragu.
e. Tanggapilah semua pernyataan. Setelah selesai, periksalah kembali sebelum dikumpulkan.
SELAMAT MENGERJAKAN
106
No PERNYATAAN TM KM M SM 1 Saya sulit melakukan perbuatan baik 2 Saya tidak disenangi teman-teman 3 Saya kurang memiliki semangat yang tinggi dalam
belajar
4 Saya kurang menyadari peranan diri saya bagi orang lain
5 Saya malas membuang sampah pada tempat yang disediakan (tempat sampah)
6 Saya sering membalas perbuatan orang lain yang menganggu/ menyakiti hati saya
7 Saya merasa cemas ketika memperoleh nilai rendah 8 Saya mudah kecewa apabila saya gagal melakukan
sesuatu
9 Saya suka melamun atau berkhayal 10 Saya kurang mengetahui bagaimana cara menarik
perhatian orang yang saya senangi
11 Di rumah saya selalu diperingati oleh orang tua untuk belajar
12 Saya kurang mengetahui pentingnya semua mata pelajaran di sekolah bagi masa depan saya
13 Saya belum memahami secara benar perbedaan perkembangan tubuh antara laki-laki dan perempuan
14 Saya kurang menyadari pentingnya menjaga sikap di depan orang lain
15 Saya malas belajar baik di sekolah maupun di rumah 16 Saya kurang mengetahui bakat dan minat saya 17 Saya kurang memahami mengapa merokok, minum
minuman keras, menggunakan narkotika dan obat-obatan terlarang berdampak/berpengaruh buruk bagi kesehatan
18 Saya sering bermain sendiri saat jam istirahat sekolah 19 Saya merasa takut bertanya ketika saya kurang
mengerti penjelasan guru
20 Saya kurang menyadari pentingnya kegiatan ekstra kurikuler untuk mengasah bakat dan kemampuan diri
21 Saya merasa kuatir tidak dapat memenuhi harapan orang tua atau orang yang menyantuni hidup saya
22 Saya mudah dipengaruhi untuk melakukan perbuatan yang kurang baik oleh teman-teman/orang lain
23 Saya jarang mempersiapkan diri sebelum mengikuti ulangan/ujian
24 Saya bingung karena cita-cita saya selalu berubah-
107
ubah No PERNYATAAN TM KM M SM 25 Saya merasa kuatir setelah melakukan perbuatan
yang kurang baik
26 Saya kurang mampu bekerja sama dengan orang lain 27 Saya belum mengetahui cara belajar yang efektif 28 Saya tidak mengetahui kelebihan dan kekurangan
dalam diri saya
29 Saya merasa kurang PD (percaya diri) jika diminta untuk berbicara di depan kelas atau di depan orang banyak
30 Saya sering merasa iri kepada teman-teman yang lebih pintar dan populer di sekolah
31 Saya kesulitan membagi waktu saya untuk belajar dan kegiatan-kegiatan yang lain
32 Aturan-aturan di sekolah membuat saya merasa tidak bebas
33 Saya merasa cemas atau kuatir pada sesuatu yang belum pasti
34 Saya tidak suka membagikan milik saya kepada orang lain
35 Saya merasa lelah, jemu, atau mengantuk saat pelajaran sedang berlangsung
36 Saya kurang mengetahui jenis-jenis pekerjaan di masyarakat
37 Saya mudah marah atau kurang mampu mengendalikan diri
38 Saya sulit memaafkan teman atau orang lain yang sudah menyakiti, mengecewakan hati saya (bersalah kepada saya)
39 Saya merasa kegiatan belajar itu membosankan 40 Saya jarang mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
di sekolah
41 Saya belum mengetahui cara-cara menghadapi stress, misalnya kekecewaan dalam hidup saya
42 Saya kurang mengetahui bagaimana cara mengatasi konflik/pertentangan yang timbul antara saya dengan orang lain
43 Saya jarang memusatkan perhatian saat mengikuti pelajaran yang tidak saya sukai
44 Saya tidak berani mengungkapkan keluhan atau masalah saya kepada guru pembimbing (guru BP) di sekolah
45 Saya jarang merasa kasihan/iba terhadap orang miskin, pengemis, orang sakit, orang tertimpa musibah atau bencana, dll.
108
No PERNYATAAN TM KM M SM 46 Saya merasa takut nilai-nilai yang saya peroleh tidak
memenuhi syarat untuk kenaikan kelas
47 Saya kurang mampu mengambil keputusan sendiri dan memecahkan masalah/kesulitan yang saya hadapi
48 Saya kurang memahami pengaruh ucapan dalam pergaulan
49 Saya sukar berkonsentrasi apabila suasana di tempat belajar sangat ramai
50 Saya kurang mampu mengungkapkan pendapat/ pendirian saya sendiri
51 Saya merasa kurang dibutuhkan oleh teman-teman saat kerja kelompok
52 Saya jarang menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru tepat pada waktunya
53 Orang tua saya selalu menentukan apa yang harus saya kerjakan dirumah
54 Saya merasa asing dan sulit menyesuaikan diri jika berada di suatu tempat atau lingkungan yang baru
55 Saya merasa kuatir orang tua saya tidak mampu menyekolahkan saya setelah tamat SD
109
LAMPIRAN 4 Reliability R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T) Masalah masalah yang dialami oleh siswa Reliability Coefficients N of Cases = 40.0 N of Items = 70 Correlation between forms = .8017 Equal-length Spearman-Brown = .8900 Guttman Split-half = .8899 Unequal-length Spearman-Brown = .8900 35 Items in part 1 35 Items in part 2 Alpha for part 1 = .8354 Alpha for part 2 = .8126
110
LAMPIRAN 5 Data Penelitian Masalah-masalah yang paling banyak dialami oleh Siswa-siswi kelas V Intrapersonal SD Kanisius Baciro Tahun Ajaran 2006/2007 (Responden 38 orang) Nomor FREKUENSI
Item TM (1)
KM (2)
M (3)
SM (4) skor (X) χ²
1 4 26 7 1 81 6561 2 15 17 5 1 68 4624 3 9 10 16 3 89 7921 4 5 18 15 0 86 7396 5 24 8 4 2 60 3600 6 1 14 13 10 108 11664 7 1 2 11 24 134 17956 8 4 7 19 8 107 11449 9 11 8 6 13 97 9409
10 9 8 14 7 95 9025 11 1 5 16 16 123 15129 12 11 12 12 3 83 6889 13 15 10 7 6 80 6400 14 12 10 15 1 81 6561 15 18 12 5 3 69 4761 16 13 12 8 5 81 6561 17 23 6 3 6 68 4624 18 17 12 9 0 68 4624 19 12 12 10 4 82 6724 20 9 11 11 7 92 8464 21 2 7 15 14 117 13689 22 17 14 5 2 68 4624 23 16 10 10 2 74 5476 24 17 6 7 8 82 6724 25 2 3 16 17 124 15376 26 9 20 6 3 79 6241 27 5 14 14 5 95 9025 28 9 5 15 9 100 10000 29 7 6 13 12 106 11236 30 9 15 8 6 87 7569 31 8 9 11 10 99 9801 32 13 12 7 6 82 6724 33 6 7 17 8 103 10609 34 17 15 6 0 65 4225 35 16 15 5 2 69 4761 36 19 12 5 2 66 4356 37 5 13 14 6 97 9409 38 13 12 8 5 81 6561 39 21 9 8 0 63 3969 40 11 17 9 1 76 5776
8918.8955
4905===
= ∑
M
nX
M
( )
( )
17947.1609.932551
868790551
2405902524927815551
490545323355551
1
2
22
===
=
−=
−=
−= ∑
xS
S
S
xS
XXn
S
10275.010275.10175.1289
1775.08975.0
=+==+
+=+
SM
xSM
111
41 8 10 12 8 96 9216 42 12 10 14 2 82 6724 43 6 13 13 6 95 9025 44 10 6 15 7 95 9025 45 15 7 4 12 89 7921 46 6 2 5 25 125 15625 47 4 13 16 5 98 9604 48 13 9 13 3 82 6724 49 6 4 7 21 119 14161 50 8 17 12 1 82 6724 51 13 7 14 4 85 7225 52 10 12 14 2 84 7056 53 5 10 16 7 101 10201 54 11 4 14 9 97 9409 55 12 10 6 10 90 8100
JUMLAH 4905 453233
112
Data Penelitian Masalah-masalah yang paling banyak dialami oleh Siswa-siswi kelas V Interpersonal SD Kanisius Baciro Tahun Ajaran 2006/2007 (Responden 38 orang)
Nomor FREKUENSI SKOR (X) X²
Item TM (1)
KM (2) M (3)
SM (4)
1 8 15 9 6 89 7921 2 12 13 9 4 81 6561 3 7 11 15 5 94 8836 4 15 11 9 3 76 5776 5 14 8 13 3 81 6561 6 4 9 18 7 104 10816 7 2 5 12 19 124 15376 8 4 14 8 12 104 10816
9 11 8 11 8 92 8464
10 15 3 8 12 93 8649 11 4 7 12 15 114 12996 12 8 11 14 5 92 8464 13 11 14 11 2 80 6400 14 12 11 9 6 85 7225 15 11 10 10 7 89 7921 16 15 9 10 4 79 6241 17 21 5 3 9 76 5776 18 18 11 4 5 72 5184 19 10 14 9 5 85 7225 20 14 9 12 3 80 6400 21 6 6 15 11 107 11449 22 13 8 12 5 85 7225 23 12 9 11 6 87 7569 24 14 8 10 6 84 7056 25 5 6 13 14 112 12544 26 14 16 5 3 73 5329 27 7 10 17 4 94 8836 28 15 11 7 5 78 6084 29 11 11 6 10 91 8281 30 13 10 9 6 84 7056 31 4 10 18 6 102 10404 32 7 9 12 10 101 10201 33 1 11 14 12 113 12769 34 6 11 14 7 98 9604 35 8 11 14 5 92 8464 36 9 11 11 7 92 8464 37 3 11 15 9 106 11236 38 10 9 10 9 94 8836 39 15 12 8 3 75 5625 40 19 9 7 3 70 4900 41 9 9 10 10 97 9409
9261.9155
5039===
= ∑
M
nX
M
( )
( )
1310.1372155189.720
551
519694551
2539152125911215551
503947111355551
.1
2
22
====
=
−=
−=
−= ∑∑
xxS
S
S
xS
XXnn
S
10275.010275.10175.992
1375.09275.0
=+==+
+=+
SM
xSM
113
42 10 7 12 9 96 9216 43 10 11 13 4 87 7569 44 13 8 8 9 89 7921 45 16 8 7 7 81 6561 46 3 2 11 22 128 16384 47 7 13 12 6 93 8649 48 10 15 8 5 84 7056 49 0 8 12 18 124 15376 50 12 9 10 7 88 7744 51 11 9 8 10 93 8649 52 14 12 9 3 77 5929 53 9 9 9 11 98 9604 54 12 7 11 8 91 8281 55 16 7 5 10 85 7225
JUMLAH 5039 471113
114
MODUL PENGEMBANGAN DIRI
DISIPLIN MENGATUR WAKTU
115
KETERANGAN:
1. Pokok Bahasan/Topik : Disiplin Mengatur Waktu 2. Bidang Bimbingan : Pribadi-Belajar 3. Standar Kompetensi : Siswa dapat disiplin dalam mengatur
waktunya. 4. Kompetensi Dasar : Siswa dapat memahami pentingnya disiplin dalam mengatur waktu 5. Indikator :
a. Siswa dapat menyebutkan kegiatan-kegiatannya dengan baik dan teratur ketika di sekolah maupun di rumah.
b. Siswa dapat menyebutkan penyebab siswa tidak dapat melaksanakan kegiatan-kegiatannya dengan baik dan teratur.
c. Siswa dapat menyebutkan akibatnya bila siswa tidak melaksanakan kegiatan-kegiatannya dengan baik dan teratur.
d. Siswa dapat merumuskan sikap dan tindakan yang dibutuhkan agar dapat melaksanakan kegiatan-kegiatannya dengan baik dan teratur.
e. Siswa dapat merencanakan jadwal yang teratur untuk kegiatan-kegiatannya.
f. Siswa dapat merumuskan manfaat kedisiplinan dalam mengatur waktu.
6. Metode : Ceramah, Tanya jawab, Penugasan, Reflektif, Ice-breaker.
7. Waktu : 90 menit 8. Alat : Modul, Lembar kerja 9. Sumber :
• Lewis, Barbara A (2004). Character Building untuk Anak-anak. Batam: Kharisma.
• Kristanto, Purnawan. (2001). 77 Permainan Asyik 2. Yogyakarta: Yayasan Andi.
116
Permainan ini hanya sebagai penyegar suasana Orang dengan Orang Alat : - Peserta : Berpasangan Waktu : 10 menit
Pisahkan peserta laki-laki dan perempuan. Buatlah garis pemisah di tengah ruangan. Ajaklah kedua kelompok itu berpasang-pasangan. Laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan. Jika ada peserta yang tidak mendapatkan pasangan, mintalah ia menjadi pengawas. Jelaskan bahwa Anda akan memberikan perintah yang harus dikerjakan bersama oleh setiap pasangan. Ketika Anda memberi perintah: “Siku dengan siku”, setiap pasangan menempelkan siku masing-masing. Perintah yang lain bisa diberikan seperti: “Telinga dengan telinga”, “jempol dengan jempol”, “lutut dengan lutut”, “pantat dengan pantat”. Tetapi ketika Anda memberi perintah “Orang dengan orang” , semua peserta harus berganti pasangan untuk melakukan perintah lain.
Agar semakin seru, percepatlah jeda antara perintah satu dengan yang lain. Sebagai aturan tambahan, peserta tidak boleh berpasangan dengan orang yang sama.
117
Umpakanlah kamu mengetahui bahwa seharusnya kamu mampir di tempat guru les pianomu sepulang sekolah, membeli roti untuk adikmu di toko pojok jalan dekat rumahmu, mengerjakan tugas prakarya seni, memberi makan binatang peliharaanmu. Mungkin kamu berusaha melaksanakan semua itu. Tapi ternyata, kamu tidak mampu menyelesaikan tugas tersebut dengan baik.
Banyak anak yang tidak dapat menyelesaikan tugas atau kegiatan mereka- bukan karena mereka tidak mau, tetapi karena lupa! Oleh karena itu, mereka perlu membiasakan diri teratur dan membuat rencana.
Lembar Kerja Kegiatan yang aku lakukan di sekolah dan di rumah: ☺ ……………………………………………… ☺ ……………………………………………… ☺ ……………………………………………… ☺ ……………………………………………… ☺ ………………………………………………
Penyebab aku kurang dapat melaksanakan kegiatan di sekolah dan di rumah dengan baik: ☺ ……………………………………………… ☺ ……………………………………………… ☺ ……………………………………………… ☺ ……………………………………………… ☺ ………………………………………………
Akibatnya jika kegiatanku di sekolah dan di rumah tidak berjalan dengan baik dan teratur: ☺ ……………………………………………… ☺ ……………………………………………… ☺ ……………………………………………… ☺ ……………………………………………… ☺ ………………………………………………
118
Sekarang, aku mau membuat jadwal agar kegiatan-kegiatanku di sekolah dan di rumah dapat berjalan dengan baik dan teratur.
Hari-Tanggal Jam Kegiatanku Tempat
119
Sikap dan tindakan yang aku butuhkan agar jadwal/rencana yang sudah kubuat dapat berjalan dengan baik dan teratur:
……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ……………………………………… ………………………………………
Manfaat yang diperoleh jika aku dapat mengatur waktuku dengan baik dan teratur:
…………………………………………………………… …………………………………………………………… …………………………………………………………… …………………………………………………………… …………………………………………………………… …………………………………………………………… ……………………………………………………………
120
MATERI PENGEMBANGAN DIRI
PENGAMPUNAN (Rela Memaafkan)
121
KETERANGAN:
1. Pokok Bahasan/Topik : Pengampunan (rela memaafkan) 2. Bidang Bimbingan : Pribadi-Sosial 3. Standar Kompetensi : Siswa mampu memahami dan
mengembangkan sikap mau mengampuni/rela mengampuni orang lain dalam kehidupannya
4. Kompetensi Dasar : Siswa mampu menjelaskan arti pengampunan dan cara-cara agar rela memaafkan 5. Indikator :
a. Siswa mampu mengemukakan perlunya memiliki sikap yang mau mengampuni/rela memaafkan orang lain.
b. Siswa mampu menjelaskan cara-cara agar rela memaafkan. c. Siswa mampu menunjukkan hambatan-hambatan dalam
mengembangkan sikap mau mengampuni/rela memaafkan orang lain. d. Siswa mampu membuat karya seni (puisi/doa/lagu/gambar/drama)
dengan tema pengampunan. 6. Metode : Ice-breaker, Cerita, Tanya jawab, Penugasan, Reflektif 7. Waktu : 90 menit 8. Alat : Modul, Lembar kerja
9. Sumber : a. Lewis, Barbara A (2004). Character Building untuk Anak-anak. Batam:Kharisma. b. Albin, Rochelle S. (1989). EMOSI. Bagaimana Mengenal,
Menerima, dan Mengarahkannya. Yogyakarta : Kanisius. c. Efata, Tim Pelayanan. (2001). 80 Aktivitas Kreatif. Yogyakarta: Yayasan Andi.
122
Aku mencintaimu Peralatan : - Jumlah peserta : Bebas Waktu : 15 menit
Siswa duduk di kursi berselang-seling antara laki-laki dan perempuan dengan formasi lingkaran. Pemimpin mendekati salah seorang peserta yang berbeda jenis kelaminnya, lalu menyebutkan nama perserta yang bersangkutan sambil berkata (contoh), “Angel, apakah kamu mencintaiku?” Jika Angel mencintai, ia harus berdiri dan berkata, “Ihik… Ihik!…” Begitu mendengar jawaban tadi, seluruh peserta harus berpindah tempat dan pemimpin juga berusaha mendapatkan tempat duduk. Jika ada siswa yang tidak mendapatkan kursi berarti dia harus menggantikan posisi pemimpin di tengah lingkaran. Seandainya Angel menjawab tidak mencintai, ia harus menjawab dengan berdiri sambil membuang pandangan/muka dan membelakangi peminpin. Kemudian, pemimpin akan melanjutkan pertanyaan, “Kalau begitu, siapakah yang kamu cintai?” Jawaban terserah pada Angel, misalnya : “Yang aku cintai adalah laki-laki yang memakai jam tangan!” Setelah mendengar jawaban tadi, seluruh siswa laki-laki yang memakai jam tangan harus berpindah tempat dan pemimpin berusaha mendapatkan tempat duduk.
123
Maria yang berusia delapan tahun mulai sekolah tiga minggu lebih lambat daripada yang lain. Itu adalah karena orang tuanya adalah buruh
tani yang baru pindah, dan mereka harus mengikuti panen. Di bulan Agustus dan September mereka memetik tomat dan di musim semi, Maria terkadang harus berhenti sekolah lebih awal agar orangtuanya bisa pergi ke California memetik anggur.
Tampaknya bagi Maria bahwa semua anak di sekolah
sudah mempunyai teman. Ia merasa seperti buah persik terakhir di pohon, padahal yang lain telah dipetik. Yang lebih parah, ia sadar anak-anak lainnya memandang pakaian bekasnya. Seorang anak perempuan bernama Crystal menujuk sepatu Maria yang kebesaran dan menertawakannya.
Dua anak perempuan lainnya mengolok pakaian Maria yang sudah pudar warnanya dan usang. Anak-anak yang lain mengenakan celana jeans yang baru tampaknya.
124
Suatu hari Maria tidak sabar lagi ketika Crystal
mengoloknya. Ia demikian marahnya sehingga ia dorong Crystal ke dalam lumpur di arena bermain. Crystal pun menangis. Lalu semua anak perempuan dan beberapa anak laki-laki melumuri pakaian Maria dengan lumpur.
Malam itu Maria
menangis kepada Ibunya. Teapi Ibunya hanya mengatakan, “Maria, ingatlah bahwa tanpa batu-batuan, sungai itu akan kehilangan lagunya. Belajarlah memaafkan, Maria, maka kamu pun akan dimaafkan”.
Maria pun kembali sekolah. Ia putuskan untuk tetap
tenang. Ia abaikan segala godaan dan diam-diam mengamati anak-anak disekelilingnya. Setelah beberapa lama, ia melihat bahwa Crystal tidak pandai matematika, maka Maria pun menolongnya. Ia juga menolong Everett. Ketika makan siang, Maria membagikan persik yang sudah matang kepada Savannah. Lalu ketika istirahat, Crystal meminta Maria memegangi ujung talinya untuk melompat. Maka Maria pun tidak lagi merasa marah dan kesepian. >>>> … <<<<
125
Pengampunan- Apakah Artinya? Seeorang mungkin pernah memperlakukan kamu dengan tidak baik. Mungkin seseorang pernah bohong tentang kamu, atau menipumu, atau mengambil teman-temanmu atau PR mu, atau mengatakan kamu bodoh. Atau lebih parah lagi. Seharusnya itu tidak terjadi, tetapi nyatanya demikian.
Apakah yang bisa kamu perbuat ketika seseorang kejam atau menyakiti kamu? Seringkali, hal yang terbaik adalah menemukan cara untuk memaafkannya. Ketika kamu memaafkan seseorang, kamu lepaskan perasaan terluka atau marahmu sendiri. Kamu tidak lagi menyalahkannya karena bersikap tidak baik. Bagian dari pengampunan adalah mengatakan “Aku memaafkanmu”. Tetapi pengampunan adalah lebih dari itu. Ketika kamu benar-benar memaafkan seseorang, kamu bersungguh-sungguh dalam ucapanmu. Kamu lepaskan keterlukaan atau pemikiran marahmu terhadap orang itu. Kamu memaafkan orang itu bukan saja dengan kata-kata, melainkan juga dalam hati. Kamu mungkin mengatakan, “Tetapi kejam kan tidak baik. Untuk apa saya biarkan orang yang seperti itu?”. Pengampunan tidaklah harus berarti kamu tidak berbuat apa-apa ketika seseorang menyakitimu. Kamu juga tidak perlu menanggungnya diam-diam. Kamu bisa melaporkan apa yang terjadi kepada orang dewasa yang kamu percayai, seperti orang tua atau guru. Tetapi kamu tetap dapat memaafkan orang yang bersangkutan dan meninggalkan perasaan marahmu. Ketika kamu memaafkan seseorang, kamu sendiri akan merasa lebih baik. Renungkanlah. Ketika kamu marah kepada seseorang, kamu bisa menjadi uring-uringan sepanjang hari, atau merasa sedih dan kesal. Kamu bisa memikirkan hal-hal kejam untuk kamu balaskan. Bagaimana kalau kamu membalas? Maka ada satu hal lagi yang kamu sesalkan. Sungguh tidak menyenangkan, memikirkan hal-hal kejam
126
atau marah. Semua perasaan buruk itu malah melukaimu dan bahkan bisa membuatmu sakit! Melepaskan perasaan-perasaan itu benar-benar bisa membuatmu lega. “Tidak semudah itu” kamu mungkin mengatakan, dan kamu benar. Menjadi orang yang pemaaf membutuhkan keberanian. Tetapi kamu akan lebih bahagia kalau kamu belajar memaafkan. Ada lagi alasan lain untuk memaafkan sesamamu. Pertama, orang cenderung tidak mengganggumu lagi kalau kamu tidak bereaksi. Dan ketika kamu memaafkan sesamamu, mereka melihat cara bersikap yang baru. Mungkin lain kali mereka akan mengurungkan niat mereka kalau mau melakukan sesuatu yang kejam terhadapmu. Mungkin mereka akan senang dimaafkan. Bagaimana Caranya Agar Kamu Rela Memaafkan?
Terkadang sebelum kamu bisa memaafkan seseorang, kamu perlu bicara kepada orang dewasa yang kamu percayai. Kamu juga perlu melepaskan amarah yang kamu rasakan. Setelah itu, tiba saatnya untuk berbicara dengan orang yang menyakitimu. Ketika itu kamu akan lebih siap memaafkannya. Penting juga kamu memaafkan dirimu sendiri kalau kamu terlanjur melakukan sesuatu yang kamu sesalkan.
Bicaralah kepada orang dewasa yang kamu percayai Bicarakanlah tentang apa yang terjadi kepada
orang dewasa seperti Ibumu, Ayahmu, atau Gurumu. Kalau seseorang telah menyakiti kamu, janganlah mengabaikan atau pura-pura tidak terjadi. Kalau orang itu melanggar aturan di sekolah atau di rumah, katakanlah kepada guru atau orangtuamu. Kalau orang itu menyakitimu tanpa melanggar aturan, kamu mungkin masih perlu membicarakannya dengan orang dewasa. Seseorang yang kamu percayai bisa membantumu menemukan apa yang harus kamu perbuat agar kamu merasa lebih baik.
127
Lepaskanlah amarahmu Berusaha menuntut balas adalah seperti melemparkan kayu kering ke
dalam api. Kobaran apinya akan menyala semakin besar. Cara terbaik untuk menghentikan seatu pertengkaran adalah berhenti bertengkar. Cara terbaik untuk menghentikan perasaan marah adalah membuang amarahmu seperti bara panas. Sebab kalau tidak, amarah itu akan semakin menyakitimu. Amarah bisa membuatmu sakit. Amarah bisa menghalangimu dari melakukan hal-hal baik dan membuatmu kehilangan teman.
Kamu mungkin berpikir, “Bagaimana caranya saya melepaskan amarah saya?”. Ada banyak hal yang bisa kamu perbuat untuk melampiaskan amarahmu tanpa menyakiti siapapun atau apa pun. Berikut adalah beberapa idenya:
• Tuliskanlah bagaimana perasaanmu, atau gambarlah “gambar marah” • Lakonkanlah apa yang terjadi dan betapa marah perasaanmu.
Lakukan ini dengan seorang dewasa dengan siapa kamu merasa aman dan leluasa.
• Libatkanlah diri dalam suatu olahraga yang memungkinkan kamu
menggunakan seluruh enerjimu, seperti sepakbola, basket, tennis, atau karate.
• Mandilah agar lebih rileks • Beristirahatlah, dengarkanlah musik yang tenang, atau tidurlah.
128
• Lakukan sesuatu apa yang kamu sukai. Ini bisa menenangkanmu dan membantumu merasa lebih baik.
• Berolahragalah! Larilah, melompatlah, secepat dan sekeras mungkin. • Tinjulah bantalmu. Ia tidak akan sakit, dan ia tidak akan membalasmu. Bicaralah kepada orang yang menyakitimu Belajar memaafkan tidaklah berarti kamu tidak akan pernah membela diri. Itu tidaklah berarti kamu biarkan orang terus menyakitimu. Katakanlah bagaimana perasaanmu kepadanya. Kamu tidak perlu menggunakan kata-kata kejam atau marah. Umpamanya, mungkin temanmu membocorkan rahasiamu kepada anak-anak di sekolah. Kamu bisa mengatakan kepadanya, “Padahal aku mempercayakan rahasiaku itu kepadamu. Sekarang semua orang menggodaku. Aku sungguh sakit hati”. Kalau mau kamu juga bisa mengatakan apa yang kamu mau ia lakukan untuk meluruskannya. Terkadang ini mungkin, dan terkadang juga tidak mungkin. Kamu bisa saja mengatakan, “Aku mau kamu minta maaf”. Atau, “Aku minta kamu berjanji tidak mengulanginya lagi”. Dengarkanlah apa katanya. Terkadang orang tidak sengaja menyakiti sesamanya. Berilah kesempatan untuk menjelaskan.
129
Maafkanlah orangnya Kamu mungkin merasa tidak siap untuk langsung memaafkannya. Ketika kamu sudah siap, katakanlah, “Aku maafkan kamu”. Kalau kamu bersungguh-sungguh mengucapkannya, kamu seharusnya sudah merasa damai dalam hati. Lalu cobalah melakukan sesuatu yang menyenangkan baginya. Ini menunjukkan bahwa kamu bersungguh-sungguh dalam ucapanmu itu. Kamu bisa mengatakan, “Mau kue?” atau “Mau kusiapkan tempat duduk di les nanti?”. Penting! Penting sekali kamu mampu memaafkan. Tetapi terkadang ada masalah-masalah yang lebih besar dalam suatu hubungan. Mungkin kamu mempunyai teman yang terus-menerus kejam, atau yang menunutnmu untuk melakukan hal-hal yang kamu tahu tidak benar. Mungkin ada orang lain yang menyakiti atau manakutimu. Kalau itu terjadi, agar aman, kamu mungkin perlu memutuskan hubungan itu. Kamu bisa meminta tolong kepada Ayah atau Ibumu atau orang dewasa lainnya untuk membantumu menentukan apa yang harus kamu perbuat.
Akankah temanmu tetap menjadi teman yang baik setelahnya? Apakah ia tidak akan pernah menyakitimu lagi? Kamu tidak bisa memastikannya. Tetapi kamu bisa memutuskan bagaimana kamu akan bersikap. Kamu bisa memutuskan untuk rela memaafkan. Maafkanlah juga diri sendiri Bagaimana kalau kamu menyakiti orang lain? Kamu tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi, tetapi kamu bisa belajar dari sana. Dan kamu bisa memutuskan untuk melakukan kebenaran sekarang. Akuilah apa yang kamu perbuat. Janganlah menipu diri sendiri bahwa itu sepele. Katakanlah bahwa kamu menyesal. Tanyakanlah apa yang bisa kamu perbuat untuk mengkompensasikannya. Renungkanlah bagaimana kamu perlu bersikap lain kalinya. Kalau kamu butuh bantuan karena kamu sangat menyesal atau tidak tahu harus bagaimana, bicaralah kepada orang dewasa yang kamu percayai. Mintalah tolong kepadanya agar dapat menemukan cara untuk memaafkan diri sendiri.
130
Diskusikanlah bersama kelompokmu tentang bagaimana cara mengatasi situasi di bawah ini!
Temanmu berbohong tentangmu. Bagaimanakah kamu bisa memaafkan temanmu dan juga menghentikan kebohongan tersebut?
Saudaramu mencuri uang dari kamar tidurmu. Kamu memintanya tidak mengulanginya, tetapi ia terus saja mencuri. Apakah yang harus kamu perbuat untuk membantunya tidak lagi mencuri? Apakah yang bisa kamu perbuat untuk membantu dirimu sendiri agar bisa memaafkannya?
Suatu hari, kamu benar-benar marah kepada sahabat terbaikmu. Tanpa mikir, kamu mengucapkan sesuatu yang menyakiti perasaannya. Kamu melihat air mukanya, dan kamu menyesal kata-katamu itu. Kamu berusaha semampumu untuk minta maaf, dan sahabatmu mengatakan, “Tidak apa-apa. Sepele kok”. Tetapi kamu tidak bisa melupakan air mukanya itu. Dan kamu tidak percaya sampai mengucapkan kata-kata seperti itu kepada seseorang yang kamu pedulikan. Temanmu telah memaafkanmu. Bagaimana kamu bisa memaafkan dirimu sendiri?
131
MODUL PENGEMBANGAN DIRI
KEBIASAAN BELAJAR
132
KETERANGAN:
1. Pokok Bahasan/Topik : Kebiasaan Belajar 2. Bidang Bimbingan : Belajar 3. Standar Kompetensi : Siswa menyadari kebiasaan-kebiasaan
belajarnya yang sudah baik dan kurang baik serta dapat memperbaiki kebiasaan belajarnya yang kurang baik.
4. Kompetensi Dasar : Siswa mampu menyebutkan kebiasaan- kebiasan belajarnya yang baik dan yang kurang baik.
5. Indikator : a. Siswa dapat menyebutkan kebiasaan-kebiasaan belajar yang baik. b. Siswa dapat menyebutkan kebiasaan-kebiasaan belajar yang
kurang baik. c. Siswa dapat menyebutkan akibat-akibat dari kebiasaan belajar
yang kurang baik. d. Siswa dapat merumuskan sikap dan tindakan untuk
memperbaiki/mengatasi kebiasaan-kebiasaan belajar yang kurang baik.
6. Metode : Ice-breaker, Ceramah, Tanya jawab, Penugasan, Reflektif
7. Waktu : 90 menit 8. Alat : Modul, Lembar kerja 9. Sumber :
a. De Porter, B.& Hernacki, M. (1999). Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Penerbit Kaifa. b. Dryen, G, & Vos, J. (2000). Revolusi Cara Belajar. Bagian I dan II. Bandung : Penerbit Kaifa. c. Kristanto, Purnawan. (2001). 77 Permainan Asyik 2. Yogyakarta: Yayasan Andi.
133
☺ Mempunyai jadwal belajar yang tetap
☺ Berkonsentrasi terhadap apa yang sedang dipelajari
☺ Menyelesaikan tugas pada waktunya
☺ Membuat catatan yang jelas, rapi, dan mudah dibaca
134
☺ Membuat pertanyaan dan berusaha menjawab sendiri
☺ Bertanya kepada guru/teman bila ada hal-hal yang kurang dipahami
☺ Belajar di tempat yang tenang
☺ Belajar tanpa menonton TV
atau mendengarkan radio
☺ Belajar dengan sikap badan yang benar, tidak dengan makan atau tidur
135
☺ Cukup tidur dan olahraga agar tetap segar selama belajar
☺ Membersihkan meja belajar dari apa saja yang akan mengganggu belajar
☺ Mengusahakan lampu yang terang waktu
belajar
☺ Membatasi telepon/tamu bila sedang belajar
☺ Menjauhkan diri dari pengaruh
yang menganggu proses belajar
136
Tidak mempunyai jadwal belajar yang tetap
Tidak menyelesaikan tugas pada waktunya
Tidak mempunyai catatan yang lengkap, catatan tidak rapi sehingga sulit dibaca
Tidak mau bertanya kepada guru/teman bila ada hal-hal yang kurang dipahami
137
Belajar di tempat yang ramai
Belajar sambil menonton TV atau mendengar radio
Belajar sambil tiduran
Belajar sambil makan/minum
Tidak cukup tidur dan olahraga sehingga sering mengantuk saat belajar
138
Meja belajar tidak bersih dan rapi
Belajar di tempat yang kurang cahaya
Menerima telepon/tamu bila sedang belajar
139
LEMBAR TUGAS
Kebiasaan-kebiasaan belajarku yang sudah baik:
……………………………………………… ……………………………………………… ……………………………………………… ………………………………………………
……………………………………………… ………………………………………………
Kebiasaan-kebiasaan belajarku yang kurang baik dan harus diperbaiki:
……………………………………………… ……………………………………………… ……………………………………………… ……………………………………………… ……………………………………………… ………………………………………………
140
Permainan ini cocok dimainkan di akhir rangkaian kegiatan. Jelaskan bahwa setiap siswa diminta menuliskan janji untuk merubah kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik dalam hidupnya setelah kegiatan ini.
Kartu Janji Alat : Kertas ukuran kartu pos, bolpoin Peserta : Perorangan Waktu : 20 menit Berikan 2 lembar kertas kepada setiap siswa. Pada kertas pertama, siswa diminta menuliskan satu kebiasaan belajarnya yang kurang baik yang akan ditinggalkannya. Misalnya, “Saya akan berhenti malas mencatat pelajaran” atau “Saya akan berhenti menonton sambil belajar”. Pada kertas kedua, setiap peserta menuliskan alas an menghentikan kebiasaan itu. Contohnya, “Supaya tidak terus-menerus meminjam catatan teman”. Dengan demikian, bila kedua kertas itu tergabung akan terbaca demikian: “Saya akan berhenti malas mencatat pelajaran,” “Supaya saya tidak terus-menerus meminjam catatan teman”. Kumpulkan kertas pertama dalam satu tumpukan dan kertas kedua pada tumpukan yang lain. Acaklah susunan kertas pada tiap tumpukan. Lalu, ambillah selembar kertas pada tumpukan pertama. Bacalah dengan suara keras. Kemudian, lanjutkan dengan mengambil selembar kertas pada tumpukan kedua dan bacalah alasannya. Karena tumpukan itu sudah diacak, tentu saja antara kebiasaan buruk yang ingin dihilangkan dan alasannya sering tidak akur. Nah, disinilah lucunya permainan. Bagaimana tidak, jika ada pernyataan “Saya akan berhenti menonton sambil belajar”, tetapi alasannya “Supaya tidak keasyikan mengobrol dan menghabiskan pulsa”, apakah itu tidak ngaco?