web viewdalam perkembangannya komunikasi bermedia mengalami ... tengah antara komunikasi dan tatap...
TRANSCRIPT
Evolusi Komunikasi Massa (Internet)
Dosen : Yohanes Widodo, M.Sc
Tanggal Presentasi : 19 April 2017
Disusun oleh :
Fransisca Jovinca Mega Kristanti M. (160905866)
Cecilia Theodora Handoko (160905877)
Vigilius Andoyo Junrongo (160905879)
Riko Aji Pratama (160905887)
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2017
A. Sejarah Internet di Dunia
Internet didefinisikan sebagai interkoneksi pola atau sistem yang dapat mengacu
hubungan antara banyak jaringan dari komputer. Internet merupakan jaringan komputer
yang luas yang menghubungkan pemakai komputer dari satu negara ke negara yang lain
di seluruh dunia dan didalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai
yang statis hingga yang dinamis dan interaktif.
Drew Herwood (1996) menjelaskan bahwa sejarah internet bermula pada akhir
dekade 60-an ketika United State Department of Defense (DoD) memerlukan standar
baru untuk komunikasi internetworking. Standar tersebut mampu menghubungkan segala
jenis komputer di DoD dengan komputer milik kontraktor militer sehingga mampu
beroperasi didalam kondisi minimum akibat bencana atau perang. Kemudian muncul
local area networks (LANs) yang menghubungkan komputer dalam satu area dan wide
area networks (WANs) yang menghubungkan berbagai komputer ke berbagai wilayah
dunia yang luas. Hal ini dilakukan oleh Advance Research Projects Agency (ARPA).
Tahun 1969 ARPA bertugas untuk melakukan penelitian jaringan komputer
dengan menggunakan teknologi packet switching. Pada tahun 1969 ARPA berhasil
menghubungkan empat komputer di California dan Utah dengan ARPANet. ARPANet
kemudian menjadi backbone internetworking institusi pendidikan, penelitian, industri,
dan kontraktor terutama yang berkaitan dengan jaringan militer (MILNet).
Pengguna pertama internet adalah para peneliti-peneliti untuk memublikasikan
hasil penemuan mereka. Tahun 1982 pengguna internet meningkat tajam setelah National
Science Foundation (NSF) memberikan dukungan bagi pengguna internet di Amerika
Serikat (AS). Data terakhir yang diperoleh dari hasil survei Mary Meeker mengemukakan
bahwa negara dengan tingkat penetrasi internet tertinggi ialah AS, dengan jumlah
pengguna sebanyak 244 juta jiwa, tingkat penetrasi negara tersebut mencapai 78%.
Hal ini merupakan inovasi kunci dalam perkembangan komputer dengan
menggunakan TCP/IP (transmission control protocol/internet protocol) yang merupakan
metode transmisi data dan segala informasi dibagi ke dalam berbagai paket dan memiliki
address yang dapat diakses oleh pengguna. ARPANet kemudian dikenal secara formal
dengan nama internet pada tahun 1983.
Tahun 1986 ARPANet mulai dikomersialkan dengan mengisolasikan jaringan militer,
kemudian National Science Foundation membiayai pembongkaran backbone ARPAnet
menjadi backbone internet komersial dan dikelola oleh Advanced Network Service
(ANS), Andrew S. Tanenbaum (1996) berperan dalam perwujudan internet, yakni
tergabungnya jaringan regional seperti SPAN (Jaringan Fisika Energi Tinggi), BITNET
(Jaringan Mainframe IBM), EARN (Jaringan Akademis Eropa) dan ditambah dengan
beberapa link translantik yang beroprasi pada 64Kbps – 2Mbps pada tahun 1998.
B. Perkembangan Internet di Dunia
Tahun 1992 pengguna internet membentuk The Internet Society untuk
memperkenalkan internet. Tahun 1992 CERN dan MIT membentuk World Wide
Consortium (W3C) sebagai otoritas tunggal bagi pengguna WEB dan menetapkan standar
di dalamnya.
Awal dekade 90-an, Website hanya berjumlah sekitar 50 buah Uniform Resource
Locator (URL) yakni sistem alamat kios informasi di internet. Menurut Andrew S.
Tanenbaum (1998), pada akhir 1990 internet telah berkembang menjadi 3000 jaringan
dan 200 ribu computer. Pertumbuhan internet mencapai dua kali lipat setiap tahun
(Paxton, 1996). Kini WEB merupakan yang paling populer di internet yang mampu
menampilkan teks dan grafik (gambar, foto, animasi), suara, video, dan dimensi virtual
(3D). Tahun 1998, lebih dari 10 juta WEBsite dibangun dengan institusi pendidikan,
bisnis, pemerintahan, media massa, hiburan, militer, dll.
C. Perkembangan Internet di Indonesia
1.) Era 1990an: Generasi pertama
Internet di Indonesia bermula pada tahun 1990-an. Internet mulai dikenal
publik saat jasa layanan internet komersil pertama yaitu Indonet berdiri pada 1994.
Selanjutnya, tidak ada catatan yang akurat mengenai situs pertama Indonesia di dunia
maya.
Catatan tentang media pertama di internet yang jauh lebih pasti yaitu
Republika Online (www.republika.co.id) yang tayang perdana pada 17 Agustus 1994,
satu tahun setelah Harian Republika terbit. Berikutnya, pada 1996 pekerja tempo
yang “menganggur” karena majalah mereka dibredel rezim orde baru pada 1994
mendirikan tempointeraktif.com (sekarang www.tempo.co).
Bisnis Indonesia juga meluncurkan situsnya pada 2 September 1996.
Selanjutnya, jauh dari Jakarta, pada 11 Juli 1997, Harian Waspada di Sumatera Utara
meluncurkan Waspada Online (www.waspada.co.id). Tak lama setelah Waspada
Online, muncul Kompas Online (www.kompas.com) pada 22 Agustus 1997.
Website-website di atas merupakan generasi pertama media online di
Indonesia. Pada masa ini, internet belum begitu populer di tanah air. Media-media
online yang muncul pada tahun-tahun pertama hanya berupa salinan dari versi cetak,
kecuali tempointeraktif yang tidak lagi memiliki edisi cetak. Media tersebut belum
memiliki model bisnis yang dirancang untuk menghasilkan laba karena media ini
dilahirkan sebagai simbol prestise.
2.) Era 1998: Detik Sang Pelopor
Digagas oleh empat sekawan yaitu Budiono Darsono, Yayan Sopyan, Abdul
Rahman dan Didi Nugrahadi, www.detik.com diunggah pertamakali pada 9 Juli
1998. Detik.com berdiri sendiri tanpa media cetak yang menjadi induknya.
Meski menyandang nama Detik, tidak ada hubungan apapun antara detik.com
dengan Tabloid Detik dan Detak kecuali bahwa Budiono dan Yayan pernah menjadi
editor di Tabloid Detik. Momen perubahan sosial politik di tahun 1998 menggerakkan
Budiono untuk membuat sebuah media baru yang tidak mudah dibredel dan mampu
memberikan informasi secepat mungkin tanpa harus menunggu dicetak besok pagi.
Bersama tiga rekannya, ia meluncurkan detik.com dengan modal awal Rp 40 juta.
Tanpa dukungan media cetak, seperti media online generasi pertama,
www.detik.com mengenalkan jenis berita baru yang ringkas to the point. Kerap,
karena faktor kecepatan, berita detik.com tidak selalu lengkap dengan unsur 5W + 1H
layaknya pakem baku jurnalistik. Melalui detik.com, Budiono juga mengenalkan
running news, yakni sebuah penyajian berita serial yang meniru cara breaking news
stasiun berita CNN atau yang biasa juga diterapkan pada kantor-kantor berita asing
seperti AP, AFP, atau Reuters.
3.) Era 2000-2003: Booming Dotcom dan Kejatuhannya
Akhir 1990-an, dunia dilanda booming dotcom. Indonesia tak lepas dari
pengaruh gelombang baru ini. Situs-situs lokal bermunculan satu per satu, termasuk
situs-situs berita. Beberapa situs berita yang lahir pada era ini antara lain astaga.com,
satunet.com, lippostar.com, kopitime.com dan berpolitik.com. Mereka yang terjun ke
situs-situs berita ini adalah para pemodal berkantong tebal. Astaga dan Satunet
dimodali investor asing, sementara Lippostar adalah besutan Grup Lippo, perusahaan
papan atas di Indonesia. Kopitime.com juga menorehkan sejarah di era ini sebagai
media online pertama yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Di luar nama-nama itu, satu
persatu media online terus bermunculan. Euforia online di tanah air tidak bertahan
lama.
Memasuki tahun 2002, satu per satu media berguguran, tak mampu
mengongkosi biaya operasional. Kopitime pun tak lama menikmati lantai bursa. Pada
2003 saham Kopitime disuspensi di harga Rp 5 per lembar. Meski dilanda krisis,
detik.com tetap bertahan meski harus melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap
sejumlah karyawannya. Dua media online lain yang juga bertahan dari krisis adalah
kompas.com dan tempointeraktif.com. Dua terakhir ini tidak gugur karena ditopang
kokoh oleh media induknya yang berbasis cetak.
Namun, prahara dotcom kala itu belumlah dianggap sebagai kiamat. Masih
ada sebersit optimisme dari para pelaku media cetak untuk mempertahankan bahkan
memunculkan versi online mereka. Kompas.com yang kala itu di-branding sebagai
Kompas Cyber Media atau KCM terus dipertahankan meski roda bisnis terasa berat
berputar. Republika.co.id juga bertahan bahkan memperbaiki penampilannya pada
2003. Meski belum memiliki prospek bisnis, sejumlah media cetak pun masih
mempertahankan situs mereka seperti suarapembaruan. com, mediaindonesia.com,
dan bisnis.com.
4.) Era 2003 hingga sekarang
Prahara di sepanjang 2002 dan 2003 tak mengikis semangat juang para
pemilik modal. Awal 2003, muncul www.kapanlagi.com. Memasuki tahun 2006, grup
PT Media Nusantara Citra (MNC) yang memiliki tiga stasiun televisi yaitu RCTI,
Global TV, dan TPI yang kemudian berubah menjadi MNC menyiapkan situs
www.okezone.com . Okezone menjadi penanda bangkitnya lagi kegairahan pada
media online di Indonesia.
Tak lama setelah okezone. com, Grup Bakrie yang sedang mengonsolidasikan
dua stasiun televisinya dalam anak grup Visi Media Asia (VIVA) juga tertarik ikut
bermain di media online. Desember 2008, vivanews.com pun diluncurkan.
Melihat persaingan yang makin ketat, kompas.com melakukan perubahan
besar pada situsnya di tahun yang sama yaitu 2008. Situs yang dulu hadir dengan
nama Kompas Cyber Media atau KCM lahir baru dengan branding Kompas.com.
Perubahan signifikannya adalah mempraktikkan langkah sinergi dengan
mengkonvergensikan sejumlah media di bawah grup Kompas Gramedia ke dalam
kompas.com. Kompas.com juga menambahkan realitas dalam konten yang
disebarkan. Beberapa laporan Harian Kompas yang notabene cetak dimultimediakan,
seperti laporan ‘Ekspedisi Cincin Api’ dan ‘Ekspedisi Citarum’ yang memenangkan
penghargaan tingkat Asia.
Grup Tempo yang memiliki tempointeraktif.com juga melihat kegairahan baru
ini. Sejak 2008, Tempointeraktif mulai digarap serius: staf ditambah, format baru
dicari. Widiarsi menyebut, salah satu kendalanya ternyata persoalan teknis: nama
situs. Tempo.com sudah ada yang punya. Di sinilah awal munculnya peralihan dari
www.tempointeraktif.com menjadi www.tempo.co.
Selepas 2003, situs-situs berita yang mewarnai jagad maya tanah air tampil
lebih atraktif. Seiring perkembangan teknologi internet yang hadir dengan web 2.0-
nya, situs-situs itu mulai membuka ruang terjadinya interaksi antar pembaca di situs
mereka. Pembaca dapat memberikan komentar pada berita. Disediakan pula ruang
diskusi dalam forum. Partisipasi pembaca diberi ruang lebih luas dalam layanan
blogging. Detik. com menyediakan detikblog, sementara Kompas.com membuka
Kompasiana. Kemudian, tahun 2012 www.merdeka.com muncul sebagai situs berita
juga.
D. Internet Merupakan Media dalam Konteks Komunikasi Massa
Dalam perkembangannya komunikasi bermedia mengalami banyak perubahan
sesuai dengan kemajuan peradaban manusia. Perkembangan komunikasi bermedia
dimulai dari munculnya media cetak (print medium), penyiaran (broadcasting
medium), hingga penggunaan teknologi komunikasi yakni telekomunikasi/internet
(cyber medium) ketiganya merupakan fase dari perkembangan media komunikasi
massa.
Dalam dunia praktis, ketiga jenis media (media cetak, penyiaran, dan
telekomunikasi/internet) disebut sebagai alat pelaksana komunikasi massa, sehingga
penggunaan media identik dengan komunikasi massa. Para praktisi media massa
memanfaatan ketiga jenis media untuk menyampaikan berbagai macam gagasan
berupa informasi, hiburan, data dan fakta kepada khalayak.
Penggunaan hasil aplikasi teknologi seperti internet diharapkan dapat
melengkapi komunikasi antar manusia “human communication” dengan
perkembangan teknologi dan usaha memenuhi keinginan dalam upaya mempermudah
terciptanya komunikasi yang interaktif.
Komunikasi media merupakan bentuk komunikasi yang berada di tengah-
tengah antara komunikasi dan tatap muka dan komunikasi massa yang ditandai
dengan digunakannya teknologi (komputer), berlangsung dalam kondisi khusus,
pesannya relatif sedikit dan diketahui komunikator (termasuk faksimili, radio citizen
band, dan surat elektronik/e-mail).
Internet merupakan media yang secara cepat mengubah metode komunikasi
massa dan penyebaran data/informasi disamping itu, internet memiliki peran ganda
yaitu dapat digunakan untuk berkomunikasi secara interpersonal seperti dalam
penggunaan email dan kelompok diskusi sebagai sarana berkomunikasi secara
bersama. Peran lainnya adalah pengguna merupakan bagian dari khalayak luas dari
tujuan sebuah lembaga yang menyajikan berita atau perusahaan komersial penjualan
produk (e-commerce).
Penjelasan-penjelasan di atas dapat menjadi bukti bahwa internet dapat
dikategorikan sebagai media massa apabila dilihat dari definisi internet yang
merupakan penggunaan teknologi dan peralatan untuk menyebarkan informasi kepada
audience. Definisi internet tersebut mengandung tujuan yang sama dengan tujuan
media massa lama (tradisional). Dengan khalayak yang tidak saling mengenal,
heterogen, dalam jumlah banyak, dan menyebar domisili secara geografis.
Beberapa literatur memberikan penjelasan bahwa internet pada perkembangan
di masa depan dapat disejajarkan menjadi media massa lain karena internet
merupakan medium yang digunakan untuk menyampaikan pesan pada khalayak yang
luas, banyak, dan heterogen. Dengan kata lain, internet dapat mengintegrasikan
keseluruhan bentuk media massa lama.
E. Studi Kasus Internet
Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyatakan bahwa
pengguna internet di Indonesia sampai saat ini mencapai 82 juta orang. Hal ini
menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-8 di dunia. Pernyataan
tersebut dikatakan oleh Direktur Pemberdayaan Informatika, Direktorat Jenderal
Aplikasi Informatika (Aptika) Kementrian Kominfo dalam sambutannya pada acara
Sosialiasi Internet Sehat dan Aman, Kreatif dan Produktif (Incakap) dan bekerja sama
antara Kementrian Kominfo dengan relawan teknologi informasi dan komunikasi
Provinsi Lampung dan Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya di Bandar
Lampung.
Berdasarkan survei, jumlah pengguna internet tersebut 80 persen diantaranya
adalah remaja berusia 15-19 tahun. Hal ini mempengaruhi pendapatan yang diperoleh
oleh Google yang beroperasi di Indonesia sejak lama. Wakil Presiden Indonesia Jusuf
Kalla berharap masalah pajak Google dapat segera ditangani dengan cepat.
Pemerintah meminta Google Asia Pasific Pte. Ltd., perusahaan induk Google
Indonesia untuk menyepakati pembayaran pajak sesuai ketentuan. Menurut Kepala
Kantor Wilayah, sejak beroperasi di Indonesia pada tahun 2011 Google tidak mau
membayar pajak sesuai ketentuan di Indonesia. Mendengar pernyataan tersebut,
Google tak memberi komentar apapun. Google justru menyatakan bahwa mereka
telah membayar pajak sesuai ketentuan di Indonesia
Pada 2016, kesepakatan negosiasi pajak antara Ditjen Pajak dengan Google
tidak mencapai tujuan. Google tidak mau membayar pajak karena merasa total tagihan
hanya mencapai Rp. 337.405 miliar. Ditjen Pajak menghitung bahwa penghasilan
Google pada 2015 mencapai Rp. 6 triliun dengan penalti Rp. 3 triliun.
Ditjen Pajak meminta Google segera menyerahkan data-data elektronik yang
mendukung laporan keuangan mereka. Ditjen Pajak juga tidak menetapkan batas
waktu penyerahan dokumen dari Google karena masih dalam proses pemeriksaan
bukti permulaan. Dalam hal ini Google tidak mau menyerahkan data-data tersebut.
Menurut Haniv, apabila Google tak kunjung menyerahkan data-data elektronik terkait
penghasilannya di Indonesia, maka Ditjen Pajak akan meningkatkan kasus tersebut ke
tingkat penyidikan dan memberikan denda kepada Google sebesar 4 persen.
Pada hari Senin, 19 September 2016, Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) Jakarta Khusus, yakni Muhammad Haniv telah meningkatkan
pemeriksaan dari bukti permulaan hingga penyidikan. Hal ini dilakukan karena
terdapat indikasi pidana. Sebagai responnya, Google telah menunjuk kuasa hukum
untuk menghadapi DJP. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Pasal 29 Tahun
2007, mengenai UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), DJP berhak
memeriksa semua usaha di Indonesia. Kemudian dalam pasal 39 disebutkan bahwa
menolak pemeriksaan akan diancam hukuman pidana.
Pada tahap pemeriksaan terhadap bukti permulaan, Google diharuskan
membayar pajak terutang dan sanksi. Sanksinya sebesar 150 persen dari pajak
teutang. Sementara jika sudah masuk dalam proses hukum di pengadilan maka
ancaman hukumannya adalah penjara minimal enam bulan sampai dengan enam tahun
penjara. Pemerintah melakukan hal tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan
pendapatan dari pajak guna mengurangi defisit anggaran dan mendanai pogram-
program infrastruktur.
F. Pembahasan Kelompok
Google telah memanfaatkan celah dengan menggunakan jaringan internet dan
menggunakan beberapa iklan dari Indonesia, tetapi pajak yang dibayarkan belum
sebanding dengan aturan pemerintah Indonesia. Hal ini juga membuat pemerintah merasa
dilema untuk memblokir akses Google di Indonesia karena di sisi lain juga membantu
masyarakat Indonesia.
Sebaiknya pemerintah memberikan deadline laporan keuangan terhadap Google
supaya sengketa yang terjadi antara Google dan pemerintah Indonesia cepat diselesaikan
dan jelas. Pemerintah juga harus memiliki dasar penghitungan yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan dalam menentukan besaran pajak terutang yang harus dibayarkan
oleh Google. Sebagai warga negara Indonesia, kita dapat berpartisipasi dengan
menyumbangkan kreativitas kepandaian untuk membuat suatu program jaringan internet
yang sepadan dengan Google sehingga dapat menambah pendapatan pajak negara. Dalam
hal ini sebagai warga negara Indonesia kita memiliki dua pilihan yakni mendukung
pemerintah untuk memblokir Google apabila Google tidak menaati undang-undang
perpajakan dan kita akan kehilangan semua fasilitas yang membantu kegiatan sehari-hari
melalui Google, atau membiarkan Google tidak menaati peraturan asalkan kita bisa
menikmati fasilitasnya dan negara tidak mendapatkan pendapatan pajak yang seharusnya.
Daftar Pustaka
Budiargo, Dian. 2015. Berkomunikasi Ala Net Generation. Jakarta: Kompas Gramedia
Dominick, Joseph R.. 2004. Broadcasting, Cable, the Internet, and Beyond.
New York: Mc Graw Hill
Dominick, Joseph R.. 2008. The Dynamics of Mass Communication, Media in The
Digital Age. New York: Mc Graw Hill
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/466/jbptunikompp-gdl-sangrajuli-23260-2-02.babi-t.pdf
Margianto, J. Heru, Asep Syaefullah. Media Online: Pembaca, Laba, dan Etika. Jakarta
Pusat: Aji Indonesia
https://m.tempo.co/read/news/2016/12/24/090830256/kasus-pajak-google-kalla-google-harus-bayar
https://m.tempo.co/read/news/2017/01/10/087834516/punya-server-di-indonesia-google-harus-bayar-pajak
http://tekno.kompas.com/read/2016/09/20/14450077/kasus.google.di.indonesia.menuju.tindak.pidana
http://tekno.liputan6.com/read/2680486/penyelesaian-pajak-google-ke-indonesia-dianggap-terlalu-kecil
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2007_28.pdf