materi - 2 - fiat justitia, et pereat mundus | … · web viewmembuat prediksi atau ramalan,...
TRANSCRIPT
MATERI - 2
PENELITIAN PADA UMUMNYA
Pengertian Penelitian (Ilmiah)
Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam
pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Hal ini
disebabkan karena penelitian ditujukan untuk mengungkapkan
kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten. Melalui
proses penelitian tersebut diadakan analisa dan konstruksi terhadap
data yang telah dikumpulkan dan diolah.1 Oleh karena penelitian
ilmiah merupakan sarana pengembangan bagi ilmu pengetahuan,
maka metode penelitian ilmiah yang diterapkan senantiasa
disesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya. Oleh
karena itu menurut Soerjono Soekanto, merupakan suatu yang
lazim jika terdapat sedikit perbedaan antara satu metode dengan
metode lainnya. Namun hal ini tidak berarti terdapat perbedaan
yang utuh antara satu metode penelitian yang dikembangkan satu
disiplin ilmu dengan metode penelitian yang dikembangkan oleh
disiplin ilmu lainnya. Perbedaan ini karena masing-masing ilmu
pengetahuan memiliki identitas masing-masing. Misalnya metode
penelitian dalam ilmu psikologi tidak selalu dapat dipaksakan
terhadap penelitian-penelitian juridis normative, karena kedua
bidang ilmu ini (psikologi dan hukum) masing-masing memiliki
karakter khusus. Psikologi meneliti masalah kejiwaan manusia
1 Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif ; Suatu Tinjauan Singkat, Edisi 1, Cetakan Ketujuh, Rajawali Press, Jakarta, 2003, Hal. 1
20
sedangkan ilmu hukum kebanyakan meneliti tentang hukum yang
mengatur tingkah laku manusia.2
Soejono dan Abdul Rahman dalam menjelaskan pengertian
penelitian ilmiah menyinggung dua dasar hukum yakni Surat Edaran
Bersama Kepala BAKN dan Ketuan LIPI tanggal 29 Januari 1983 No.
02/SE/1983 dan No. 75/Kep/J/10/1983 tentang Angka Kredit bagi
Jabatan Peneliti dan PP No. 30 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Tinggi.
Penelitian dalam Surat Edaran Bersama Kepala BAKN dan
Ketuan LIPI tanggal 29 Januari 1983 No. 02/SE/1983 diartikan
sebagai berikut :
“Penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan menurut metode ilmiah yang sistematik untuk menemukan informasi ilmiah dan teknologi yang baru, membuktikan kebenaran atau ketidak benaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan teori dan atau proses gejala alam dan atau gejala sosial.”3
Selanjutnya dalam PP No. 30 Tahun 1990 tentang Pendidikan, pada
Pasal 3 ayat (3) dan dipertegas dalam Penjelasan memberikan
pengertian penelitian sebagai berikut :
“Penelitian adalah kegiatan dalam upaya menghasilkan pengetahuan empiris, teori, konsep, metodologi, model atau informasi baru yang memperkaya ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian.”4
M. Solly Lubis mengatakan bahwa sistim inkuiri dalam arti
sempit adalah suatu metode untuk mengkaji kenyataan-kenyataan
mengenai sesuatu, dan atau untuk menyelidiki dan mengumpulkan
2 Ibid., Hal. 1- 2 3 Dikutip dalam Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian Hukum, Cetakan Kedua,
Rineka Cipta, , Jakarta, 2003, Hal. 59.4 Ibid., Hal. 59.
21
informasi mengenai sesuatu. Dengan pengertian sempit itu, system
inkuiri identik dengan sesuatu metode untuk meneliti sasaran
tertentu. Tapi dalam pengertian yang lebih luas, sistim inkuiri
berarti suatu kompleks kegiatan keilmuan (berfikir ilmiah dan
melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah) yang bertujuan untuk
mendapatkan sesuatu pengetahuan yang benar.5 Dengan demikian
penelitian adalah suatu wujud kebulatan dari serngkaian kegiatan
ilmiah.
Soerjono Soekanto menyatakan penelitian adalah usaha untuk
menghimpun serta menemukan hubungan-hubungan yang ada
antara fakta yang diamati secara seksama, sistematis dan
menggunakan metode-metode atau tehnik-tehnik tertentu. Dengan
demikian maka suatu kegiatan ilmiah adalah usaha untuk
menganalisa serta mengadakan konstruksi secara metodologis,
sistematis dan konsisten.6
Penelitian menurut Bambang Sunggono adalah upaya
pencarian kembali pengetahuan yang benar, bukan sekedar untuk
mengamati dengan teliti terhadap suatu objek yang mudah
terpegang di tangan. Penelitian untuk mencari kebenaran ada yang
dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dan non ilmiah.
Metode ilmiah dalam menemukan kembali kebenaran dilakukan
secara sistematis, objektif, rasional dan teruji.7
5 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, Hal. 3-46 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga, UI Press, Jakarta, 1986,
Hal. 3 7 Lebih lanjut Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta, 1998,
Hal. 45-47.
22
Dari sejumlah pengertian tentang penelitian tersebut diatas,
dapat dirumuskan sejumlah unsur penting yang terdapat dalam
pengertian penelitian, sebagai berikut :
1. serangkaian kegiatan. Suatu kegiatan penelitian terdiri dari
sejumlah kegiatan yang merupakan suatu kesatuan yang
bulat dan utuh. Kegiatan penelitian tidak cukup hanya sekedar
mengumpulkan data saja atau menganalisis data saja, atau
hanya merupakan kegiatan perumusan masalah dan hipotesis
atau pengambilan kesimpulan, akan tetapi seluruh kegiatan-
kegiatan tersebut harus dilakukan sebagai bagian yang
integral dari sebuah penelitian.
2. sistematis. Rangkaian kegiatan-kegiatan dalam penelitian
dilakukan secara sistematis dimulai dari perumusan masalah,
telaah pustaka untuk membantu penyusunan hipotesis,
menyusun kerangka berfikir untuk menguji hipotesis,
pengumpulan data, analisis data, penarikan kesimpulan.
Kegiatan ini dilakukan secara berurutan dan teratur
(sistematis).8
3. Objektif. Penelitian adalah sebuah kegiatan yang objektif
dimana si peneliti terlepas dari prasangka-prasangka tertentu
pada objek penelitian yang dapat mempengaruhi atau
mengarahkan pandangan peneliti.9
8 Namun meskipun demikian untuk jenis penelitian kualitatif dengan design yang lebih longgar antara satu jenis kegiatan dengan kegiatan lain dapat dilakukan secara bersamaan, misalnya pengumpulan data dapat dilakukan secara bersamaan dengan analisis data, karena dalam penelitian kualitatif analisis data dilakukan sepanjang penelitian, tidak harus menunggu selesainya pengumpulan data.
9 Meskipun demikian patut pula untuk dipahami bahwa dalam penelitian kualitatif subjektifitas si peneliti sangat mempengaruhi hasil penelitian, misalnya keahlian si peneliti dalam
23
4. Konsisten. Penelitian selain konsisten terhadap tahapan-
tahapan penelitian juga harus konsisten dengan kebenaran-
kebenaran terdahulu yang dihimpun dan dirumuskan baik
dalam kerangka teori atau tinjauan pustaka.
5. bertujuan mencari dan menemukan kebenaran. Setiap
penelitian apapun tipologinya, bagaimana pun metode yang
dikembangkannya hanya mempunyai satu tujuan yakni
menemukan kebenaran. Kebenaran disini adalah kebenaran
ilmiah yang teruji dan terukur.10
Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan sebuah penelitian adalah untuk mencari
atau menemukan kebenaran atau pengetahuan yang benar. Dalam
uraian yang lebih rinci, Satjipoto Rahardjo menjabarkan pandangan
Selltiz tentang tujuan penelitian dengan mengemukakan bahwa
suatu penelitian memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut :
1. mendapatkan pengetahuan tentang suatu gejala, sehingga
dapat merumuskan masalah secara tepat ;
2. memperoleh pengatahuan yang lebih mendalam tentang
suatu gejala, sehingga dapat merumuskan hipotesa ;
menafsir atau menganalisis sebuah fenomana berpengaruh besar pada hasil penelitian. 10 Suatu kebenaran ilmiah adalah bukan merupakan kebenaran yang bernilai absolute.
Kebenaran ilmiah bersifat relative atau mendekati kebenaran sesungguhnya. Relatifitas dari kebenaran ilmiah menyebabkan banyak pakar mengartikan kebenaran ilmiah sebagai sebuah konsensus masyarakat ilmiah dalam ilmu pengetahuan yang bersangkutan untuk satu masa tertentu. Jadi bisa saja sebenarnya consensus itu suatu saat tidak lagi diterima sebagai sebuah consensus atau tidak dianggap consensus oleh segolongan masyarakat ilmiah lainnya.
24
3. untuk menggambarkan secara lengkap karakteristik atau ciri-
ciri dari suatu keadaan, perilaku individu dan perilaku
kelompok ;
4. mendapatkan keterangan tentang frekwensi suatu peristiwa ;
5. memperoleh data mengenai hubungan antara satu gejala
dengan gejala lain ;
6. menguji hipotesa yang berisikan hubungan sebab akibat
(untuk sebuah penelitian yang didasarkan pada sebuah
hipotesa).11
Sunaryati Hartono menjelaskan lima tujuan penelitian, yakni :
1. menggambarkan secara jelas dan cermat hal-hal yang
dipersoalkan ;
2. menerangkan kondisi-kondisi yang mendasari peristiwa ;
3. menyusun teori, artinya mencari dan merumuskan dalil-dalil
hukum (hukum-hukum atau kausalitas mengenai hubungan
antara kondisi yang satu dan kondisi yang lain, atau hubungan
antara peristiwa dengan peristiwa yang lain ;
4. membuat prediksi atau ramalan, estimasi dan proyeksi
peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, atau gejala-gejala yang
akan timbul ;
5. melakukan pengendalian atau pengarahan, yaitu melakukan
tindakan-tindakan guna mengendalikan atau mengarahkan
peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala tertentu kearah yang
dikehendaki ;
11 Satjipto Rahardjo, Pengantar Penelitian Hukum, Op.cit, Hal. 9
25
Kelima tujuan ini sesuai dengan ucapan August Comte, bahwa ilmu
sesungguhnya mempunyai tugas praktis, karena katanya “savoir
pour prevoir, prevoir pour prevenir” (dengan mengetahui kita dapat
meramalkan, dank arena kita dapat meramalkan kita dapat
mencegah bahaya).12 Berdasarkan pandangan ini Sunaryati Hartono
berpandangan bahwa sebuah penelitian tidak berhenti pada
perumusan teori saja, akan tetapi harus mengembangkan prediksi
berdasarkan teori yang sudah dirumuskan.
Tipologi Penelitian
Pembicaraan tentang tipe penelitian, maka akan sangat
tergantung pada sudut pandang yang dipergunakan dalam
mengkategorikan penelitian. Berikut ini akan dikutipkan sejumlah
tipe penelitian berdasarkan sudut pandang tertentu :
1. dilihat dari sudut sifatnya, penelitian terdiri dari penelitian
eksploratoris, penelitian deskriptif dan penelitian eksplanatoris.
Penelitian eksploratoris dilakukan apabila pengetahuan
tentang suatu gejala yang akan diteliti masih sangat kurang bahkan
mungkin tidak ada., sehingga diperlukan penjelajahan lebih jauh.
Terkadang penelitian ini disebut dengan feasibility study, yang
bertujuan untuk memperoleh data awal. Penelitian jenis ini lebih
ditujukan untuk mengumpulkan data atau informasi sebanyak-
banyak tentang suatu gejala sehingga memungkinkan untuk
12 Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad Ke-20, Alumni, Bandung, 1994, Hal. 102-103.
26
merumuskan permasalahan secara tepat atau hipotesis secara
tepat dalam penelitian lebih lanjut.
Penelitian deskriptif adalah tipe penelitian untuk memberikan
data yang seteliti mungkin tentang suatu gejala atau fenomena.
Penelitian deskriptif sangat berguna untuk mempertegas sebuah
hipotesa, agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori yang
sudah ada, atau mencoba merumuskan teori baru.
Apabila pengetahuan, dalam arti data atau informasi sudah
cukup memadai, maka dipergunakan penelitian ekplanatoris yang
terutama ditujukan untuk menguji hipotesis-hipotesis tertentu.
Penelitian eksplanatoris sering disebut dengan istilah penelitian uji,
karena ditujukan untuk menguji hipotesis atau hubungan antar
variable penelitian.
2. dilihat dari segi bentuknya, penelitian terdiri dari penelitian
diagnostic, penelitian preskriftif dan penelitian evaluatif.
Penelitian diagnostic merupakan suatu penelitian yang
ditujukan untuk mendapatkan keterangan mengenai sebab-sebab
terjadinya suatu gejala atau beberapa gejala. Apabila sebuah
penelitian dilakukan untuk menemukan saran-saran atau alternative
penyelesaian atas satu atau lebih problem yang sedang terjadi,
maka penelitian tersebut dinamakan penelitian preskriftive.
Sedangkan apabila penelitian diarahkan untuk menilai program-
program yang tengah dijalankan, penelitian ini disebut dengan
penelitian evaluatif.
27
3. Penelitian dari sudut tujuannya
Dilihat dari segi tujuannya dikenal penelitian untuk
menemukan fakta belaka (fact finding). Penelitian semacam ini
dapat dilanjutkan dengan penelitian untuk menemukan masalah
(problem finding), untuk kemudian menuju pada problem
identification. Tidak jarang penelitian dilanjutkan kepada penelitian
yang bertujuan untuk mengatasi masalah (problem solution).
4. Penelitian dari sudut penerapannya, dibedakan atas penelitian
murni, penelitian yang berfokus masalah dan penelitian terapan.
Penelitian murni atau juga disebut dengan penelitian dasar,
pure research, basic research atau penelitian fundamental adalah
penelitian yang ditujukan untuk mengembangkan ilmu itu sendiri,
untuk keperluan pengembangan teori atau untuk keperluan
pengembangan metodologi penelitian. Penelitian ini mengkaji
masalah-masalah yang sangat mendasar dari sebuah ilmu, misalnya
tentang pengertian-pengertian yang dipergunakan dalam sebuah
ilmu.
Penelitian berfokus masalah adalah sebuah penelitian yang
difokuskan pada suatu masalah tertentu yang ditentukan atas dasar
kerangka teoritis. Selanjutnya penelitian terapan (applied research)
selalu diartikan sebagai penelitian yang tujuannya untuk
memecahkan masalah-masalah praktis dalam masyarakat.
28
Di samping tipe-tipe tersebut, sebenarnya dalam banyak
literatur bisa ditemukan sejumlah tipe-tipe lain yang perumusannya
didasarkan pada sudut pandang tertentu. Beberapa tipe penelitian
lain yang akan sering dijumpai misalnya penelitian kuantitatif,
penelitian kualitatif, penelitian mono disiplin, inter disiplin dan multi
disiplin, dan lain sebagainya.
Jenis Data dan Sumber Data Penelitian.
Pada umumnya dalam penelitian data dibagi dalam dua jenis
data, yakni data primer dan data sekunder. Data primer (primary
data) adalah data yang diperoleh peneliti langsung dari sumber
pertama, yakni perilaku individu atau masyarakat. Untuk
memperoleh data primer, peneliti melakukan pengumpulan data
langsung kepada masyarakat. Sejumlah cara dapat dilakukan untuk
mengumpulkan data primer, seperti wawancara, questioner/ angket,
pengamatan (observasi) baik secara partisipatif maupun non
patisipatif.
Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh dari sumber
pertama. Data sekunder bisa diperoleh dari dokumen-dokumen
resmi, buku-buku, hasil penelitian, laporan, buku harian, surat
kabar, makalah, dan lain sebagainya. Ciri-ciri umum data sekunder,
antara lain ;
29
1. pada umumnya data sekunder dalam keadaan siap tersaji dan
dapat segera dipergunakan oleh peneliti ;
2. baik bentuk maupun isi data sekunder, telah dibentuk dan
diisi oleh peneliti-peneliti terdahulu sehingga peneliti
kemudian tidak memiliki pengawasan terhadap pengumpulan,
pengolahan, analisis maupun konstruksi data.
Dari sudut tipe-tipenya, data sekunder dapat dibedakan
antara :
1. data sekunder yang bersifat pribadi, antara lain mencakup : (a).
dokumen-dokumen pribadi seperti surat-surat, buku harian, dan
lain-lain ; (b). data pribadi yang tersimpan dalam lembaga-
lembaga dimana pribadi yang bersangkutan pernah bekerja atau
sedang bekerja.
2. data sekunder yang bersifat public, antara lain : (a). data arsip,
yakni data yang dapat dipergunakan untuk kepentingan ilmiah
oleh para ilmuwan ; (b). data resmi pada instansi-instansi
pemerintah, yang terkadang tidak mudah untuk diperoleh, oleh
karena mungkin bersifat rahasia ; (c). data lain yang
dipublikasikan misalnya yurisprudensi Mahkamah Agung.
Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial dan sosiologi khususnya,
dikenal beberapa tipe data dan sub-klasifikasinya sebagai berikut :
1. perilaku manusia.
Data tentang perilaku manusia terbagi atas dua sub-klasifikasi,
yakni perilaku verbal dan perilaku nyata yang cirinya dapat
diamati. Perilaku verbal, adalah perilaku yang disampaikan
30
secara lisan dan kemudian dicatat. Misanya pencatatan hasil
wawancara yang dilakukan terhadap seorang responden. Perilaku
nyata yang cirri-cirinya dapat diamati, misalnya interaksi antara
dua orang, cirri-ciri badaniyah seseorang, pencatatan terhadap
frekwensi perbuatan-perbuatan tertentu, dan lain-lain.
2. hasil dari perilaku manusia dan cirri-cirinya, mencakup
peninggalan-peninggalan pisik masa lalu dan arsip (misalnya
data sensus, statistic vital, semua jenis data statistic, data
demografi, catatan harian dan sejarah hidup sesorang atau
kelompok, bahan-bahan mass media, surat kabar, majalah, film,
radio, dan lain-lain.
3. data simulasi, yakni data yang diperoleh dari hasil simulasi.
Sehubungan dengan tipe data tersebut diatas, HL. Manheim
lebih lanjut menggolongkan data berdasarkan tingkat kepercayaan
terhadap data tersebut (levels of data) yang dibedakan atas tiga
golongan, yakni :
a. first level data, yakni gejala yang secara langsung diteliti/
diamati oleh peneliti.
b. second level data, yang mencakup pengamatan yang dilakukan
peneliti terhadap gejala-gejala tertentu. Dalam hal ini hasil
pengamatan sangat dipengaruhi oleh persepsi dari si peneliti
yang bersangkutan.
c. third level data, yaitu data observasi yang tercatat.13
13 HL. Meinheim, dikutip dalam Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, op.cit., Hal. 7-9
31
Alat Pengumpul Data
Pada umumnya dalam penelitian dikenal tiga alat
mengumpulkan data, yakni studi dokumen atau bahan pustaka,
pengamatan atau observasi dan wawancara (interview).
Ad.1. Studi dokumen/ pustaka
Studi dokumen merupakan suatu alat pengumpulan data yang
dilakukan terhadap data-data tertulis dengan mempergunakan
metode content analysis. Dalam stdi pustaka/ dokumen seorang
peneliti terlebih dahulu harus memahami batas-batas masalah yang
menjadi objek penelitiannya. Kemudian diinventarisasi semua
subjek yang relevan dengan objek penelitian. Setelah itu dilakukan
penelusuran sumber-sumber dokumen tersebut, misalnya
perustakaan, atau instansi/ lembaga-lembaga yang urusannya
terkait dengan objek yang menjadi permasalahan penelitian. Data
yang sudah terkumpul, kemudian dipilih sedemikian rupa agar
diperoleh data yang benar-benar relevan dengan masalah yang
akan diteliti. Penelusuran kepustakaan mutlak didukung oleh
pengetahuan tentang prosedur atau tehnik penelusuran bahan-
bahan di perpustakaan.
Ad.2. Pengamatan/ observasi
Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan
dengan melihat dan mendengar suatu kebiasaan atau perilaku
seorang atau sekolompok individu tanpa mempengaruhi proses
32
tersebut dan selanjutnya melakukan interpretasi atas gejala-gejala
yang ditangkap selama pengamatan. Tujuan dari suatu kegiatan
pengamatan pada dasarnya adalah untuk mendapatkan data yang
menyeluruh dari perilaku individu atau sekelompok individu
sebagaimana terjadi sesuai kenyataannya, mendapatkan deskripsi
yang relative lengkap mengenai kehidupan sosial atau salah satu
aspeknya, dan untuk melakukan sebuah kegiatan penjelajahan
(eksplorasi) atas suatu gejala untuk mendapatkan data yang
lengkap.
Ciri-ciri pokok dari suatu proses pengamatan/ observasi antara
lain :
a. pengamatan mencakup seluruh konteks sosial alamiah dari
perilaku manusia yang nyata ;
b. menangkap gejala atau peristiwa yang penting, yang
mempengaruhi hubungan antara orang-orang yang diamati
perilakunya ;
c. menentukan apakah yang disebut sebagai kenyataan dari sudut
pandangan hidup atau falsafah pihak-pihak yang diamati ;
d. mengidentifikasikan keteraturan perilaku atau pola-polanya.
Dilihat dari perspektif keterlibatan si peneliti, maka pada
umumnya observasi dibedakan atas observasi partisipatif dan
observasi non pertisipatif. Dalam observasi yang partisipatif,
peneliti terlibat langsung dan menjadi bagian dari gejala yang
diamatinya, yang semula adalah pihak luar dari yang diamati.
Sebaliknya observasi non partisipatif, pengamat menempatkan
33
posisnya sebagai pihak luar sehingga pengamat tidak terlibat atau
terpengaruh dari objek yang tengah diamati.
Ad.3. Wawancara
Secara sederhana wawancara dapat diartikan sebagai14 untuk
mendapatkan sejumlah informasi.
Dalam wawancara dapat dipergunakan sejumlah alat bantu,
seperti pedoman wawancara seperti pokok-pokok yang diperlukan
untuk wawancara, wawancara questioner baik yang sifatnya terbuka
atau tertutup (wawancara terstruktur). Wawancara terstruktur
dengan menggunakan kuesioner penggunaannya dipengaruhi oleh
pengetahuan peneliti tentang seluk beluk populasi yang ia teliti dan
kemampuan peneliti untuk mengantisipasi sejumlah jawaban yang
mungkin diberikan oleh responden penelitian.
Pada questioner tertutup peneliti menyediakan secara
limitative jawaban-jawaban yang harus dipilih oleh responden. Cara
seperti ini umumnya dipergunakan jika si peneliti benar-benar
mengetahui populasi yang ia teliti dan mampu mengantisipasi
jawaban-jawaban yang mungkin diberikan oleh responden.
Sebaliknya jika peneliti tidak mengetahui benar tentang populasi
dan sulit merumuskan secara pasti tentang kemungkinan jawaban
14 Responden adalah orang yang memberikan informasi tentang sikap, tindakan, persepsi, tanggapan atau segala sesuatu menyangkut dirinya sendiri. Sedangkan informan adalah orang yang memberikan informasi mengenai sikap, tindakan, persepsi, tanggapan atau segala sesuatu tentang orang lain yang memiliki hubungan tertentu dengan dirinya.
34
yang bakal diberikan oleh responden, maka sebaiknya wawancara
terstruktur dengan questioner terbuka dijadikan pilihan. Dengan
cara terbuka ini, daftar jawaban sedikit lebih fleksibel, karena
responden dibenarkan untuk memberikan jawaban sendiri tanpa
terikat oleh pilihan-pilihan jawaban yang telah disediakan terlebih
dahulu oleh peneliti. Hanya saja wawancara terstruktur dengan
daftar pertanyaan yang terbuka juga memiliki sejumlah kekurangan,
antara lain adanya kesulitan dalam melakukan analisis data,
terutama dalam mengklasifikasikan jawaban responden. Disamping
itu cara ini juga membutuhkan waktu pengisian jawaban yang lebih
lama dan tak jarang sejumlah pertanyaan tersebut tidak dipahami
oleh responden/ informan.
Contoh pertanyaan terstruktur bersifat tertutup :
- 1. Apakah menurut Saudara perubahan status USU dari
Perguruan Tinggi Negeri menjadi BHMN dapat lebih
meningkatkan kualitas pelayanan dan lulusan ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak Mengetahui
Contoh pertanyaan terstruktur bersifat terbuka
- 1. Menurut Saudara factor-faktor apa saja yang menyebakan
pemilik modal tidak mau menanamkan modalnya di Indonesia ?
Jawaban :
……………………………………………………………………………..
35
Wawancara mendalam (indepth interview) merupakan salah
satu bentuk wawancara yang tidak terstruktur. Dalam wawancara
mendalam peneliti tidak dibatasi oleh sejumlah pertanyaan yang
disusun secara terstruktur, akan tetapi lebih merupakan diskusi
antara peneliti dan responden/ nara sumber/ informan. Dalam
wawancara mendalam peneliti bermaksud mencari informasi
sedalam-dalamnya tentang suatu gejala yang diteliti. Oleh karena
pewawancara dalam hal ini “mengejar” secara intensif sejumlah
informasi yang ingin ia dapatkan. Dalam wawancara ini dapat
dikatakan bahwa peneliti harus memiliki atau menguasai informasi
yang benar-benar cukup tentang subjek yang akan dijadikan focus
wawancara.
Sekali lagi ditegaskan bahwa bentuk-bentuk wawancara
tersebut diterapkan sesuai dengan keperluan peneliti dan
kemampuan peneliti.
Metode Sampling
Idealnya data penelitian dikumpulkan dari seluruh objek yang
dipermasalahkan. Hanya saja hal tersebut sulit dilaksanakan
mengingat keterbatasan waktu dan biaya penelitian. Oleh karena
itu, dalam suatu penelitian umumnya hanya dipergunakan sebagian
saja dari keseluruhan objek penelitian. Bagian dari objek yang
dijadikan sasaran pengumpulan data penelitian dikenal dengan
istilah sample penelitian, sedangkan cara pengambilan sample
penelitian disebut sampling.
36
Sampling merupakan salah satu bagian penting dari sebuah
penelitian. Sampling penting untuk menentukan validitas penelitian,
dalam arti seberapa jauh keberlakuan generalisasi hasil penelitian
tersebut. Sampling juga penting dalam penentuan derajat
kebenaran hasil penelitian. Umum disebutkan bahwa semakin besar
sampling penelitian, maka semakin dekat hasil penelitian tersebut
pada kebenaran yang sebenarnya.
1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri
yang sama. Populasi dapat berupa himpunan orang, benda,
kejadian-kejadian, kasus-kasus, putusan-putusan atau tempat yang
memiliki cirri yang sama. Contoh populasi adalah mahasiswa
fakultas hukum universitas sumatera utara, dosen fakultas hukum
USU, putusan-putusan pengadilan tentang perkara tertentu untuk
satu kurun waktu tertentu, dan lain-lain.
Secara umum dikenal beberapa pengertian tentang populasi
dalam penelitian, antara lain :
a. target population dan sampled population
Target population adalah populasi kepada siapa kesimpulan
akan diberlakukan atau digeneralisasikan. Sedangkan sampled
population adalah darimana sample diambil. Idealnya dalam sebuah
penelitian, target population identik dengan sampled population.
b. problem population dan data populasi
Problem population adalah populasi yang menjadi objek
penelitian, kepada siapa hasil penelitian diberlakukan atau
37
digeneralisasikan. Populasi ini pada umumnya sudah tercermin
dalam rumusan masalah penelitian.
Data populasi adalah populasi darimana data diperoleh
melalui sample populasi tersebut. Idealnya problem population
identik dengan data populasi.
Sample adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi
yang menjadi sumber pengumpulan data penelitian. Dalam sebuah
penelitian, pengamatan umumnya tidak dilakukan terhadap semua
populasi, mengingat adanya keterbatasan waktu dan biaya
penelitian. Disamping itu ada beberapa alasan mengapa dilakukan
pengambilan sample penelitian, antara lain :
a. apabila pengambilan sample didasarkan atas asas probabilitas,
maka penggunaan data dari sample untuk pengambilan
kesimpulan tentang populasi dapat dipertanggungjawabkan ;
b. apabila populasi homogen, maka sample adalah identik dengan
populasinya ;
c. apabila observasi atau eksperimentasi bersifat merusak unit
sample, maka apabila dipergunakan populasi akan sangat
merusak ;
d. apabila populasi jumlahnya tak terbatas, pemakaian populasi
adalah sesuatu yang tidak mungkin ;
e. apabila diperlukan adanya control atau pengaturan terhadap
variable tertentu atas populasi ;
38
f. lingkup penelitian dapat diperluas dan diperdalam oleh karena
jumlah yang diobservasi dan diberi perlakuan lebih sedikit,
dengan demikian informasi yang diperoleh akan lebih teliti.15
2. Teknik Sampling
Pada dasarnya teknik sampling dibedakan atas probabilitas
sampling atau random sampling dan nonprobabilitas sampling atau
non random sampling. Pada random sampling tiap-tiap unit atau
individu populasi mempunyai kesempatan atau probabilitas yang
sama untuk menjadi sample penelitian. Pada non random sampling
kesempatan tiap unit atau individu untuk menjadi sampling tidak
sama. Apabila pengambilan sample dilakukan dengan cara non
random, maka penggunaan statistika inferensial/ induktif
dipertanyakan keabsahannya.
2.1. Random Sampling
Beberapa tehnik dalam penentuan sample dengan tehnik
random sampling dapat diuraikan secara ringkas sebagai berikut :
a. simple random sampling
Cara ini dipergunakan apabila populasi dianggap homogen.
Tersedia daftar dari seluruh unit populasi, berikut nomor urut dari
seluruh unit populasi tersebut. Pengambilan unit sample dapat
dilakukan dengan melalui cara lotre atau dengan bilangan
random.
15 Bambang Sunggono, op.cit, Hal. 123
39
Keuntungan dari tehnik ini adalah harga rata-rata sample
merupakan estimator rata-rata populasi yang “unbias” dan
pelaksanaannya mudah. Sedangkan kelemahannya adalah
sample dapat menyebar pada jarak yang jauh atau justru akan
mengumpul pada area tertentu saja, memerlukan daftar populasi
yang lengkap;
b. Systematic random sampling
Cara ini dipergunakan untuk populasi yang dianggap
homogen. Tersedia daftar seluruh populasi berikut nomor
urutnya. Pengambilan sample pertama dilakukan dengan sama
dengan cara simple random sampling, sedangkan untuk sample
kedua, ketiga dan seterusnya, ditentukan secara sistematis,
yaitu meloncat ke nomor berikutnya dengan jarak tertentu.
Contoh akan diambil 20 sample dari 100 unit sample dalam
populasi. Dalam hal ini jarak besar loncatan ditetapkan sebesar
100 : 20 = 5. misalnya sample pertama jatuh ke unit nomor 5
(pengambilan dengan lotre), maka sample kedua dan seterusnya
akan jatuh pada nomor 10 (5 + 5), 15 (10+5), demikian
seterusnya sampai diperoleh 20 unit sample.
c. stratified random sampling
Cara ini digunakan apabila populasinya heterogen. Dalam
populasi yang heterogen tersebut ternyata terdiri dari lapisan/
tingkatan yang bersifat homogen. Apabila jumlah unit tiap
tingkatan sama, maka digunakan cara simple stratified random
sampling, akan tetapi apabila jumlah unit untuk tiap tingkatan
40
tidak sama, maka dipergunakan proportional stratified random
sampling. Cara ini diambil dalam rangka meningkatkan derajat
keterwakilan sample yang akan diambil terhadap populasinya.
Keuntungan cara ini adalah bahwa dengan adanya stratifikasi
akan meningkatkan presisi dari sample terhadap populasi, dan
realtif pelaksanaannya mudah, sedangkan kelemahannya adalah
sample dapat menyebar dengan jarak yang jauh dan diperlukan
daftar seluruh populasi beserta sifatnya.
d. cluster random sampling
Cara ini dipergunakan apabila populasinya heterogen, dimana
di dalamnya terdiri dari kelompok-kelompok (cluster) yang di
dalamnya masih mengandung unit populasi yang heterogen. Dari
cluster-cluster diambil secara acak dan selanjutnya dari cluster
terpilih diambil unit populasi secara random sehingga diperoleh
sample. Dalam hal ini heterogenitas sample diharapkan sama
dengan heterogenitas populasinya.
Cluster random sampling sering juga disebut area random
sampling. Area dalam hal ini dapat berupa suatu area
administratif, misalnya kecamatan, kelurahan, kabupaten, RT/RW
dan lain sebagainya. Dapat juga area dalam artian geografis,
seperti pantai, sungai, dataran tinggi, dataran rendah dan lain
sebagainya.
Kelemahan cara ini adalah sulit diperoleh cluster dengan
heterogenitas yang benar-benar sama, sehingga sample yang
diperoleh merupaka estimator yang kasar untuk populasinya.
41
Sedangkan keuntungannya adalah penyebaran unit populasi
dapat ditekan, dan tidak diperlukan daftar dari seluruh unit
populasi, akan tetapi cukup daftar unit populasi dalam cluster
atau area terpilih.
e. multistage random sampling
Cara ini merupakan kombinasi dari cara-cara diatas, yaitu
kombinasi antara simple stratified – cluster random sampling,
dengan urutan-urutan bervariasi
2.2. Non random sampling (non probability sampling)
Seperti diuraikan sebelumnya tehnik sampling ini
menyebabkan kesempatan setiap unit populasi untuk menjadi
sample tidak sama. Contoh penggunaan tehnik ini, misalnya tehnik
purposive sampling, yang banyak dipergunakan dalam penelitian
kualitatif. Tehnik ini tidak mengutamakan derajat keterwakilan
populasi dari sample, akan tetapi sample dipilih sesuai dengan
keperluan penelitian dan yang dianggap peneliti paling tepat untuk
memberikan informasi, data, atau pandangan yang terpercaya.
Dengan cara seperti, maka benar bahwa setiap unit populasi tidak
memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sample penelitian.
Hipotesis
Secara sederhana hipotesis selalu diartikan sebagai jawaban
sementara atas permasalahan-permasalahan (problems) penelitian.
Penyusunan hipotesis sangat didukung oleh masukan-masukan dari
penelaahan awal terhadap bahan-bahan pustaka atau teori-teori
42
yang menjadi kerangka acuan atau pisau analisis penelitian.
Hipotesis akan diuji pada saat analisis data. Sebagai kesimpulan
penelitian hipotesis dapat diterima ataupun ditolak oleh hasil
analisis data.
Meskipun demikian, bahwa tidak setiap penelitian wajib
memiliki hipotesis. Hipotesis diperlukan dalam penelitian-penelitian
yang bertujuan untuk menguji teori atau menguji keterkaitan antar
variable penelitian, atau pada penelitian-penelitian preskriftif yang
focus pada pemecahan problem yang terdapat dalam penelitian.
Analisis Data
Dalam penelitian-penelitian sosial umumnya dikenal dua
macam analisis data, yakni analisis kwantitatif dan analisisi
kualitatif. Perbedaan kedua bentuk analisis data ini dipengaruhi oleh
dua aliran penting dalam ilmu-ilmu sosial, yakni aliran positivis dan
aliran fenomenologi. Ajaran positivisme memandang bahwa yang
43
terpenting adalah meneliti fakta atau sebab-sebab terjadinya gejala-
gejala sosial tertentu. Oleh karena itu aliran ini berusaha untuk
mengumpulkan data melalui daftar pertanyaan yang terstruktur dan
lain alat pengumpulan data yang ditujukan untuk menghasilkan
data-data kuantitatif serta memungkin melakukan korelasi antara
gejala-gejala dengan mempergunakan bantuan statistic.
Sebaliknya ajaran fenomenologi memandang yang terpenting
dan utama adalah memahami perilaku manusia dari sudut
pandangan orang yang bersangkutan itu sendiri. Oleh karena itu
seorang peneliti fenomenolog akan berusaha mengumpulkan data
dengan menggunakan pengamatan partisipatif, pedoman
pertanyaan atau pedoman wawancara dan jika memungkinkan
menganalisis dokumen-dokumen yang bersifat pribadi. Oleh karena
itu penelitian kwalitatif sering disebut sebagai penelitian yang
holistic karena mencari informasi yang sedalam-dalamnya dan
sebanyak-banyaknya tentang aspek yang diteliti. Dengan ketentuan
bahwa data-data yang berbeda tersebut merupakan satu kesatuan
yang utuh dari objek yang diteliti.
Pendekatan kuantitatif pada dasarnya berarti penyorotan
terhadap masalah serta usaha pemecahannya yang dilakukan
dengan upaya-upaya yang banyak didasarkan pada aspek
pengukuran yang ketat yang dilakukan dengan memcahkan objek
penelitian ke dalam unsur-unsur tertentu untuk kemudian ditarik
suatu generalisasi yang seluas mungkin ruang lingkupnya.
Pendekatan kualitatif sebenarnya merupakan tata cara penelitian
44
yang menghasilkan data deskriftif, yaitu apa yang dinyatakan
responden secara lisan atau tertulis dan perilaku nyata dari
responden yang diamati. Penelitian dengan analisis kualitatif
mengkaji objek secara utuh.
I. Gadaourek menyatakan bahwa fungsi-fungsi analisis
kuantitatif sebagai berikut :
a. secara efesien menghimpun, mengolah dan menganalisa data
penelitian terutama dalam penerapan perencanaan penelitian
survey ;
b. dengan mengadakan kuantifikasi, secara lebih mudah untuk
mengadakan studi perbandingan dan menarik suatu
generalisasi ;
c. lebih mudah menerapkan metode induksi terhadap hasil
penelitian ;
d. penelitian kuantitatif lebih tepat diterapkan untuk menguji
hipotesis, terutama dalam penelitian-penelitian yang bersifat
eksplanatoris ;16
Sebagian ahli menyatakan bahwa analisis kwantitatiflah yang
merupakan analisis ilmiah dalam arti yang sebenarnya, karena
penelitian kwantitatif menerapkan tahapan-tahapan penelitian
ilmiah secara ketat dan terstruktur. Sementara penelitian kwalitatif
sering disebut dengan penelitian alamiah dan sangat dipengaruhi
oleh subjektifitas atau keahlian si peneliti. Design penelitian
kualitatif lebih fleksibel dari pada penelitian kuantitatif. Misalnya
16 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, op.cit, Hal. 31-32
45
dalam penelitian kualitatif analisis data dapat dilakukan sepanjang
penelitian dan design dapat dirubah sesuai keperluan apabila
ternyata ditemukan hal-hal spesifik yang dipandang penting oleh si
peneliti.
46