materi aksp
TRANSCRIPT
KELOMPOK 5
2013
PEMBAHASAN AUDIT KEUANGAN
SEKTOR PUBLIK
S E K O L A H T I N G G I A K U N T A N S I N E G A R A
Oleh :
Atika Ratna Sari
Fahmi Abdul Malik
Karlina Madika
Mei Magdalena Tambunan
Muhammad Danan Hartarto
Rizky Adi Pradana
Yeni Farida
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 2
1. Ruang lingkup Keungan Negara
Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk
melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan, dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
2. Jenis jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan Keuangan : Memeriksa Laporan Keuangan, Memberikan keyakinan yang
memadai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umu di Indonesia atau basis komperehensif yang
berlaku di luar Indonesia.
Pemeriksaaan Kinerja : Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri
atas pemeriksaan aspek ekonomi, efisiensi dan efektifitas.
Pemeriksaaan dengan tujuan tertentu : Bertujuan unutk memberikan simpulan atas
suatu hal yang diperiksa. Dapat bersifat examining, reviu, atau prosedur yang
disepakati.
3. Dasar hukum yang digunakan BPK dalam melakukan pemeriksaan :
UUD-RI Tahun 1945
UU Nomor 17 Tahun 2003
UU Nomor 1 Tahun 2004
UU Nomor 15 Tahun 2004
SAP – BPK RI Tahun 1995
GAGAS 2003 – US-GAO
SPAP 2001 – IAI
Auditing Standards, INTOSAI
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 3
I KONSEPSI PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
I KONSEPSI PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
UU Nomor 15 Tahun 2006 GAAS 2002 – AICPA
Internal Control Standards 2001 –
INTOSAI
SPPIA – IIA, 2003
4. Intansi yang dijadikan obyek pemeriksaan oleh BPK :
Pemerintah Pusat, Pmerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan
Layan Umum, BUMN, BUMD,dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan
Negara,
5. Tujuan pemeriksaan keuangan adalah untuk :
Memberikan pendapat tentang kewajaran penyajian laporan keuangan
Mengidentifikasi kemungkinan adanya kelemahan dalam system pengendalian internal
Mengidentifikasikan kemungkinan adanya penyimpangan dari ketentuan perundangan,
kecurangan ( fraud), serta ketidakpatutan ( abuse).
6. Laporan keuangan yang dapat dilakukan pemeriksaan oleh BPK adalah :
Pemerintah Pusat, Pmerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan
Layan Umum, BUMN, BUMD,dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan
Negara,
7. Berdasarkan Peraturan BPK NO. 1 Tahun 2008 tentang penggunaan tenaga audit
di luar BPK :
Pasal 1
Dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan ini yang dimaksud dengan :
3. Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 4
tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK.
4. Pemeriksa di lingkungan aparat pengawasan intern pemerintah adalah orang
yang
ditugaskan pimpinan instansinya untuk membantu BPK melaksanakan tugas
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama
BPK.
5. Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri Keuangan
untuk memberikan jasa pemeriksaan dan terdaftar pada organisasi profesi.
6. Tenaga ahli adalah orang yang memiliki keahlian tertentu yang diperlukan dalam
suatu
pemeriksaan sesuai dengan persyaratan dan kebutuhan BPK.
Pasal 2
(1) Pemeriksaan keuangan negara yang meliputi pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara dilaksanakan oleh BPK.
.
Pasal 3
(1) Dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, BPK dapat menggunakan pemeriksa dan/atau
tenaga ahli dari luar BPK.
(2) Pengunaan pemeriksa dan/atau tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh BPK.
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 5
(3) Selain ditetapkan oleh BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penggunaan
pemeriksa dapat ditetapkan oleh pihak selain BPK apabila diatur dalam ketentuan
undang-undang.
Bagian kedua
Pemeriksa Dan/Atau Tenaga Ahli Dari Luar BPK
Pasal 4
(1) Pemeriksa dan/atau tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
meliputi
pemeriksa dari lingkungan aparat pengawasan intern pemerintah, akuntan publik pada
kantor akuntan publik, dan/atau tenaga ahli.
(2) Pemeriksa yang dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) adalah akuntan publik.
8. Sistematika SPKN :
Pendahuluan Standar Pemeriksaan
PSP 01 : Standar Umum
PSP 02 : Standar Pekerjaan Lapangan Pemeriksaan Keuangan
PSP 03 : Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuang-an
PSP 04 : Standar Pekerjaan Lapangan Pemeriksaan Kinerja
PSP 05 : Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja
PSP 06 : Standar Pekerjaan Lapangan Dengan Tujuan Tertentu
PSP 07 : Standar Pelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
9. Pengguna laporan hasil audit BPK adalah : DPR dan Pemerintah
10.Tahapan pemeriksaan keuangan :
Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan,
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 6
Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa,
Pemahaman Atas Entitas
Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sebelumnya,
Pemahaman Atas Sistem Pengendalian Intern,
Pemahaman dan Penilaian Risiko,
Penetapan Materialitas Awal dan Kesalahan Tertolerir,
Penentuan Metode Uji Petik,
elaksanaan Prosedur Analitis Awal dan
Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kegiatan Perseorangan
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 7
II ORGANISASI PEMERIKSA DAN KODE ETIK
II ORGANISASI PEMERIKSA DAN KODE ETIK
1. Pengertian pemeriksa menurut UU 15 tahun 2004
Menurut UU 15 Tahun 2004, Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama
BPK.
2. a. Organisasi Pemeriksa LK-PP
Organisasi dalam tim pemeriksaan LKPP terdiri atas tim pemeriksa yang dibentuk
pada Auditama Keuangan Negara II yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan
atas LK-PP yang disusun oleh Direktorat Akuntansi dan Pelaporan pada
Departemen Keuangan.
Organisasi pemeriksaan tersebut terdiri atas Pengarah, Penanggung Jawab,
Pengendali Teknis, Ketua Tim, Ketua Sub Tim dan Anggota Tim.
Organisasi Konsolidasi Pelaksanaan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan atas LK-PP dan
LK-KL
Organisasi dalam tim pemeriksaan atas konsolidasian LKPP melibatkan seluruh tim
pemeriksaan atas LKKL.
Dengan demikian pemeriksaan atas LKPP dan LKKL dilakukan dengan struktur tim:
Pengarah, Penanggung Jawab, Wakil Penanggung Jawab, Pengendali Teknis,
Koordinator Ketua Tim, Wakil Koordinator Ketua Tim, Ketua Tim Ketua tim
pemeriksaan LKPP dan LKKL sebagai anggota tim koordinator pada masing-masing
area
b. Organisasi Pemeriksa LK-KL
Organisasi dalam tim pemeriksaan LKKL terdiri atas tim pemeriksa yang dibentuk
pada masing-masing Auditama Keuangan Negara (AKN I, II, III, IV dan V) yang
bertugas untuk melakukan pemeriksaan atas masing-masing LK-KL yang menjadi
area pemeriksaannya.
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 8
Organisasi pemeriksaan tersebut terdiri atas Pengarah, Penanggung Jawab,
Pengendali Teknis (apabila diperlukan), Ketua Tim, Ketua Sub Tim (apabila
diperlukan) dan Anggota Tim
c. Organisasi Pemeriksa LK-PD
Organisasi dalam tim pemeriksaan LKPP terdiri atas tim pemeriksa yang dibentuk
pada perwakilan BPK-RI.
Organisasi pemeriksaan tersebut terdiri atas Penanggung Jawab, Pengendali Teknis
(jika diperlukan), Ketua Tim, dan Anggota Tim.
3. Kode Etik BPK, yang selanjutnya disebut Kode Etik, adalah norma-norma yang harus
dipatuhi oleh setiap Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK lainnya selama
menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas
BPK.
Landasan hokum yang mengatur kode etik bpk ialah peraturan BPK RI nomor 2 Tahun
2011, UU no 15 Tahun 2006.
4. Dalam Peraturan BPK RI nomor 2 Tahun 2011 Bab II yang berjudul Tujuan dan Ruang
Lingkup disebutkan pada pasal 3 bahwa “Kode Etik ini berlaku bagi Anggota BPK,
Pemeriksa, dan Pelaksana BPK Lainnya”.
5. Nilai dasar yang digunakan dalam kode etik anggota BPK dan Pemeriksa BPK ialah:
Independensi
BPK RI adalah lembaga negara yang independen di bidang organisasi, legislasi, dan
anggaran serta bebas dari pengaruh lembaga negara lainnya.
Integritas
BPK RI menjunjung tinggi integritas dengan mewajibkan setiap pemeriksa dalam
melaksanakan tugasnya, menjunjung tinggi Kode Etik Pemeriksa dan Standar
Perilaku Profesional.
Profesionalisme
BPK RI melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesionalisme pemeriksaan
keuangan negara, kode etik, dan nilai-nilai kelembagaan organisasi.
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 9
6. Contoh operasional pelaksanaan nilai dasar BPK baik bagi anggota BPK maupun bagi pemeriksa BPK
seperti:
Nilai Dasar Kewajiban Dilarang
ANGGOTA
BPKINDEPENDENSI 1. memegang sumpah
dan janji jabatan.
1. merangkap jabatan
dalam lingkungan
lembaga negara
yang lain, badan-
badan lain yang
mengelola
keuangan negara,
dan perusahaan
swasta nasional
atau asing.
2. bersikap netral dan
tidak berpihak.
2. menjadi anggota
partai politik.
3. menghindari
terjadinya benturan
kepentingan.
3. menunjukkan sikap
dan perilaku yang
dapat menyebabkan
orang lain
meragukan
independensinya.
4. menghindari hal-hal
yang dapat
mempengaruhi
obyektivitas.
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 10
INTEGRITAS1. bersikap tegas dalam
menerapkan prinsip,
nilai dan keputusan.
1. menerima
pemberian dalam
bentuk apapun baik
langsung maupun
tidak langsung yang
diduga atau patut
diduga dapat
mempengaruhi
pelaksanaan tugas
dan wewenangnya.
2. bersikap tegas dalam
mengemukakan
dan/atau melakukan
hal-hal yang menurut
pertimbangan dan
keyakinannya perlu
dilakukan.
3. bersikap jujur dengan
tetap memegang
rahasia pihak yang
diperiksa.
PROFESIONALISME
1. menerapkan prinsip
kehati-hatian,
ketelitian, dan
kecermatan.
2. menyimpan rahasia
negara dan/ atau
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 11
rahasia jabatan
3. menghindari
pemanfaatan rahasia
negara yang diketahui
karena kedudukan
atau jabatannya untuk
kepentingan pribadi,
golongan, atau pihak
lain.
4. menghindari
perbuatan di luar
tugas dan
kewenangannya
PEMERIKSA INDEPENDENSI 1. bersikap netral dan
tidak memihak.
1. merangkap jabatan
dalam lingkungan
lembaga negara
yang lain, badan-
badan lain yang
mengelola
keuangan negara,
dan perusahaan
swasta nasional
atau asing.
2. menghindari
terjadinya benturan
kepentingan dalam
melaksanakan
kewajiban
2. menunjukkan sikap
dan perilaku yang
dapat menyebabkan
orang lain
meragukan
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 12
profesionalnya. independensinya.
3. menghindari hal-hal
yang dapat
mempengaruhi
independensi.
3. tunduk pada
intimidasi atau
tekanan orang lain.
4. mempertimbangkan
informasi, pandangan
dan tanggapan dari
pihak yang diperiksa
dalam menyusun opini
atau laporan
pemeriksaan.
4. membocorkan
informasi yang
diperolehnya dari
auditee.
5. bersikap tenang dan
mampu
mengendalikan diri.
5. dipengaruhi oleh
prasangka,
interpretasi atau
kepentingan
tertentu, baik
kepentingan pribadi
Pemeriksa sendiri
maupun pihak-
pihak lainnya yang
berkepentingan
dengan hasil
pemeriksaan.
INTEGRITAS 1. bersikap tegas dalam
menerapkan prinsip,
nilai, dan keputusan.
1. menerima
pemberian dalam
bentuk apapun baik
langsung maupun
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 13
tidak langsung yang
diduga atau patut
diduga dapat
mempengaruhi
pelaksanaan tugas
dan wewenangnya.
2. bersikap tegas untuk
mengemukakan dan/
atau melakukan hal-
hal yang menurut
pertimbangan dan
keyakinannya perlu
dilakukan.
2. menyalahgunakan
wewenangnya
sebagai Pemeriksa
guna memperkaya
atau
menguntungkan
diri sendiri atau
pihak lain.
3. bersikap jujur dan
terus terang tanpa
harus mengorbankan
rahasia pihak yang
diperiksa.
PROFESIONALISME
1. menerapkan prinsip
kehati-hatian,
ketelitian dan
kecermatan.
1. menerima tugas
yang bukan
merupakan
kompetensinya.
2. menyimpan rahasia
negara atau rahasia
jabatan, rahasia pihak
yang diperiksa dan
hanya
2. mengungkapkan
informasi yang
terdapat dalam
proses pemeriksaan
kepada pihak lain,
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 14
mengemukakannya
kepada pejabat yang
berwenang.
baik lisan maupun
tertulis, kecuali
untuk kepentingan
peraturan
perundang-
undangan yang
berlaku
3. menghindari
pemanfaatan rahasia
negara yang diketahui
karena kedudukan
atau jabatannya untuk
kepentingan pribadi,
golongan, atau pihak
lain.
3. mengungkapkan
laporan hasil
pemeriksaan atau
substansi hasil
pemeriksaan
kepada media
massa kecuali atas
ijin atau perintah
Ketua atau Wakil
Ketua atau Anggota
BPK.
4. menghindari
perbuatan di luar
tugas dan
kewenangannya.
4. mendiskusikan
pekerjaannya
dengan auditee di
luar kantor BPK
atau kantor auditee.
5. mempunyai komitmen
tinggi untuk bekerja
sesuai dengan standar
pemeriksaan
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 15
keuangan negara.
6. memutakhirkan,
mengembangkan, dan
meningkatkan
kemampuan
profesionalnya dalam
rangka melaksanakan
tugas pemeriksaan.
7. menghormati dan
mempercayai serta
saling membantu
diantara Pemeriksa
sehingga dapat
bekerjasama dengan
baik dalam
pelaksanaan tugas.
8. saling berkomunikasi
dan mendiskusikan
permasalahan yang
timbul dalam
menjalankan tugas
pemeriksaan.
9. menggunakan sumber
daya publik secara
efisien, efektif dan
ekonomis.
7. a. Tanggung Jawab Entitas yang diperiksa:
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 16
Mengelola keuangan negara secara tertib, ekonomis, efisien, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Menyusun dan menyelenggarakan pengendalian intern yang efektif guna
menjamin: (1) pencapaian tujuan sebagaimana mestinya; (2)
keselamatan/keamanan kekayaan yang dikelola; (3) kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan; (4) perolehan dan pemeliharaan
data/informasi yang handal, dan pengungkapan data/informasi secara wajar.
Menyusun dan menyampaikan laporan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara secara tepat waktu.
Menindaklanjuti rekomendasi BPK, serta menciptakan dan memelihara
suatu proses untuk memantau status tindak lanjut atas rekomendasi
dimaksud.
b. Tanggung Jawab Pemeriksa:
Merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan untuk memenuhi tujuan
pemeriksaan
Mengambil keputusan yang konsisten dengan kepentingan publik dalam
melakukan pemeriksaan
Melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan derajat integritas
yang tinggi
Obyektif dan bebas dari benturan kepentingan dalam menjalankan tanggung
jawab profesionalnya
Menggunakan pertimbangan profesional dalam menetapkan lingkup dan
metodologi, menentukan pengujian dan prosedur yang akan dilaksanakan,
melaksanakan pemeriksaan, dan melaporkan hasilnya.
Pemeriksa bertanggung jawab untuk membantu manajemen dan para pengguna
laporan hasil pemeriksaan lainnya untuk memahami tanggung jawab
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 17
pemeriksa berdasarkan Standar Pemeriksaan dan cakupan pemeriksaan yang
ditentukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
c. Tanggung Jawab Organisasi Pemeriksa:
Independensi dan obyektivitas dipertahankan dalam seluruh tahap
pemeriksaan,
Pertimbangan profesional (professional judgment) digunakan dalam
perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan,
Pemeriksaan dilakukan oleh personil yang mempunyai kompetensi profesional
dan secara kolektif mempunyai keahlian dan pengetahuan yang memadai, dan
Peer-review yang independen dilaksanakan secara periodik dan menghasilkan
suatu pernyataan, apakah sistem pengendalian mutu organisasi pemeriksa
tersebut dirancang dan memberikan keyakinan yang memadai sesuai dengan
Standar Pemeriksaan.
8. a. Berdasarkan PSP No.1 paragraf 1 dan 2 dijelaskan bahwa Alasan kompetensi,
independensi, kemahiran professional, dan pengendalian mutu diatur dalam SPKN
ialah Standar umum ini berkaitan dengan ketentuan mendasar untuk menjamin
kredibilitas hasil pemeriksaan Kredibilitas sangat diperlukan oleh semua
organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan yang diandalkan oleh para
pejabat entitas dan pengguna hasil pemeriksaan lainnya dalam mengambil
keputusan, dan merupakan hal yang diharapkan oleh publik dari informasi yang
disajikan oleh pemeriksa.
Standar umum ini memberikan kerangka dasar untuk dapat menerapkan standar
pelaksanaan dan standar pelaporan secara efektif
b. Kompetensi yang harus dimiliki oleh pemeriksa secara kolektif ialah:
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 18
Pengetahuan tentang standar pemeriksaan yang sesuai dengan jenis
pemeriksaan yang ditugaskan
Pengetahuan umum tentang lingkungan entitas, program, dan kegiatan yang
diperiksa
Keterampilan berkomunikasi secara jelas dan efektif, baik secara lisan maupun
tulisan
Keterampilan yang memadai untuk pemeriksaan yang dilaksanakan, misalnya
sampling statistik, teknologi informasi dan teknik.
Khusus Pemeriksa Keuangan
memiliki keahlian di bidang akuntansi dan auditing, serta memahami prinsip
akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa
secara kolektif harus memiliki keahlian yang dibutuhkan serta memiliki
sertifikasi keahlian yang berterima umum
c. Gangguan Independensi dan Contohnya:
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 19
1. “Pekerjaan harus direncanakan secara memadai”
Dalam merencanakan pemeriksaan, pemeriksa harus mendefinisikan tujuan
pemeriksaan, dan lingkup serta metodologi pemeriksaan untuk mencapai tujuan
pemeriksaan tersebut.
Tujuan pemeriksaan mengungkapkan apa yang ingin dicapai dari pemeriksaan
tersebut. Tujuan pemeriksaan mengidentifikasikan obyek pemeriksaan dan aspek
kinerja yang harus dipertimbangkan, termasuk temuan pemeriksaan yang potensial
dan unsur pelaporan yang diharapkan bisa dikembangkan oleh pemeriksa.
Lingkup pemeriksaan adalah batas pemeriksaan dan harus terkait langsung dengan
tujuan pemeriksaan. Misalnya, lingkup pemeriksaan menetapkan parameter
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 20
III PERENCANAAN PEMERIKSAANIII PERENCANAAN PEMERIKSAAN
pemeriksaan seperti periode yang direviu, ketersediaan dokumen atau catatan yang
diperlukan, dan lokasi pemeriksaan di lapangan yang akan dilakukan.
Metodologi pemeriksaan mencakup jenis dan perluasan prosedur pemeriksaan yang
digunakan untuk mencapai tujuan pemeriksaan.
2. Alasan pemeriksa melakukan perencanaan pemeriksaan adalah untuk mempersiapkan
suatu program pemeriksaaan yang akan digunakan sebagai dasar bagi pelaksanaan
pemeriksaan.
Dengan adanya perencanaan, pemeriksa memiliki keyakinan memadai guna
mendeteksi salah saji yang diyakini jumlahnya besar, baik secara individual maupun
keseluruhan, yang secara kuantitatif berdampak material terhadap laporan keuangan.
3. Prosedur atau langkah-langkah tahap perencanaan:
1. Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan
Tujuan pemeriksaan adalah untuk memberikankeyakinan yang memadai
(reasonable assurance ) apakah LK telah disajikan secara wajar, dalam semua hal
yangmaterial sesuai dengan SAP dengan memperhatikan:
kesesuaian LKPD dengan Standar AkuntansiPemerintahan;
kecukupan pengungkapan;
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;
efektivitas sistem pengendalian intern.
Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, penugasan atas pemeriksaan keuangan
memiliki harapan-harapan(expectation ) dari pemberi tugas. Harapan penugasan
bukan membatasi pemeriksa pada aspek tertentu, tetapi harapan tersebut
merupakan fokus atausasaran yang harus diperhatikan pemeriksa
2. Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa
yaitu dengan menyusun tim auditor untuk melaksanakan penugasan audit atas
laporan keuangan. Tim auditor BPK terdiri dari penanggung jawab, pengendali
teknis, ketua tim dan anggota tim.
3. Pemahaman Atas Entitas
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 21
Pemahaman atas entitas diperoleh auditor dengan banyak cara salah satunya adalah
dengan membaca ketentuan Undang-Undang, mereviu KKP dan LHP tahun
sebelumnya, dan lain sebagainya.
4. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sebelumnya
Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya merupakan salah satu ciri
khas perencanaan audit BPK dimana tidak dijelaskan pada teori audit. Pemantauan
tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya dilaksanakan dengan mengevaluasi
tindak lanjut atas temuan yang terdapat ditahun sebelumnya
5. Pemahaman Atas Sistem Pengendalian Intern
Auditor menggunakan kelima komponen COSO dalam mendapatkan pemahaman
dan melakukan pengujian SPI entitas
6. Pemahaman dan Penilaian Risiko
Risiko audit yang ditetapkan oleh auditor yaitu AAR, IR, CR, dan DR. Penilaian risiko
audit dilakukan melalui metode kualitatif (judgment) maupun metode kuantitatif
(pembobotan nilai)
7. Penetapan Materialitas Awal dan Kesalahan Tertolerir
Auditor menetapkan materialitas kedalam tingkat laporan keuangan (PM) dan saldo
akun (TE). Auditor menggunakan rumus dalam menentukan PM dan TE.
8. Penentuan Metode Uji Petik
Auditor mengunakan metode non statistik dalam menentukan sampel yang akan
dipilih
9. Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal
Auditor melaksanakan prosedur analitis awal dengan menggunakan common size
financial analysis, analisa tren, analisis data secara vertikal maupun horizontal,
membandingkan realisasi dengan anggaran serta membandingkan informasi
keuangan dengan data non keuangan
10. Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kegiatan Perseorangan
Program pemeriksaan disusun untuk mengetahui dasar pemeriksaan, standar
pemeriksaan, tujuan, lingkup, langkah metode audit dan lain sebagainya. Program
pemeriksaan nantinya akan menjadi dasar dalam penyusunan Program Kegiatan
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 22
Perseorangan masing-masing anggota tim auditor. Program pemeriksaan dan
program kegiatan perseorangan digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan badan melalui prosedur audit yang digunakan auditor.
4. Pemahaman terhadap entitas yang diperiksa
a. Tujuan
Mendapatkan pemahaman yang lebih dalam mengenai proses kerja secara umum
dan risiko terkait dari tiap proses kerja spesifik entitas yang diperiksa, dan
Mengidentifikasikan dan memahami hal-hal penting yang harus dipenuhi oleh
entitas dalam mencapai tujuannya
b. Sumber informasi
Pengalaman sebelumnya dgn entitas & industri/lingkup kerjanya.
Diskusi dgn pegawai dan manajemen/pimpinan entitas.
Survei pendahuluan apabila entitas pertama kali diperiksa.
Peraturan perundang-undangan yg signifikan mempengaruhi entitas.
Laporan satuan pengawas intern
Database entitas.
Publikasi ttg organisasi yg berhub dgn industri/lingkup kerja entitas.
Entitas, lokasi dan fasilitas entitas yang diperiksa.
c. Langkah-langkah
Mendapatkan pemahaman yang mutakhir mengenai pengaruh lingkungan
terhadap entitas
Memperoleh pengetahuan mengenai pengaruh stakeholders utama terhadap
entitas.
Memahami tujuan dan sasaran entitas dan pengembangan strategi usaha untuk
mencapainya
Mengidentifikasi faktor sukses yang penting (critical success factors) bagi
pencapaian tujuan entitas
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 23
Mengidentifikasi dan mendapatkan gambaran umum proses kerja entitas
Memahami bagaimana manajemen mengendalikan proses kerja kritikalnya untuk
mencapai faktor sukses kritikal entitas.
Mengidentifikasi proses kerja kritikal entitas
Memahami bagaimana manajemen mengendalikan proses kerja kritikalnya untuk
mencapai faktor sukses kritikal entitas
5. Prosedur analitis awal
a. Pengertian
Prosedur analitis awal adalah bagian penting dalam proses audit yang meliputi
analisa terperinci dan perbandingan saldo yang tercatat dengan data-data lainnya
(seperti saldo keuangan tahun yang lalu, saldo akun-akun yang berhubungan, atau
pos-pos sejenis di tahun lalu).
b. Tujuan
Mendapatkan strategi untuk memahami dan mengevaluasi proses-proses
signifikan.
Membuat penilaian pendahuluan risiko secara gabungan
c. Langkah-langkah
1. Membuat tujuan.
Tujuan membantu dalam perancangan prosedur analitis yang efektif
2. Prosedur analitis yang tepat
Prosedur analitis yang tepat tergantung pada tujuan
3. Menggunakan data yang tepat
Data harus relevan
Dapat diandalkan
Diambil dari banyak tahun
4. Menerapkan aturan keputusan
Menyangkut keputusan yang diambil terhadap hasil pemeriksaan. Misalnya,
material atau tidaknya suatu temuan.
5. Melaksanakan pengujian
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 24
Pengujian dilakukan dengan membuat kertas kerja perhitungan
6. Analisis hasil
Menganalisa hasil analisis yang telah dilakukan.
7. Menarik kesimpulan
Kesimpulan dari pelaksanaan analisis.
6. Perbedaan analisis horizontal dengan analisis vertikal
Analisis Horizontal
Analisis dengan pembandingan beberapa pos laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah daerah secara sederhana. Biasanya digunakan antarpos
dalam satu jenis laporan
Analisis ini sering disebut sebagai analisis kecenderungan (trend), yang merupakan
suatu teknik analisis yang mencoba untuk mengidentifikasi pola-pola dari
kecenderungan (perubahan yang terjadi dalam beberapa periode yang telah lalu)
sebagai dasar dari evaluasi dan prediksi keadaan atau perubahan di masa
mendatang
Contoh: perbandingan antara pos anggaran dan pos realisasi, perbandingan suatu
akun dengan total akun
Analisis Vertikal
Analisis dengan pembandingan beberapa pos laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah secara sederhana. Perbandingan antarpos (perkiraan)
antarjenis laporan keuangan
Contoh: perbandingan pos pendapatan dengan pos belanja
7. “Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak
lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan berkaitan dengan tujuan pemeriksaan
yang sedang dilaksanakan”
a. Tujuan pernyataan standar di atas adalah untuk:
Mengidentifikasi tindak lanjut saran/rekomendasi BPK .
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 25
Menilai pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi BPK, apakah telah sesuai
dengan rekomendasi tersebut atau tidak.
Mengidentifikasi dampaknya pada pelaporan keuangan yang diperiksa.
b. Jenis informasi yang dibutuhkan:
Kertas kerja hasil pemeriksaan sebelumnya.
Surat tugas/keterangan atau rencana tindak lanjut (action plan) dari pejabat
entitas atau database entitas.
Laporan perkembangan tindak lanjut hasil pemeriksaan tahun sebelumnya dari
entitas.
Formulir Pemantauan Tindak Lanjut
Hasil pemahaman umum atas entitas.
c. Langkah-langkah:
1. Memantau kegiatan pelaksanaan rekomendasi entitas, misal melalui laporan-
laporan pelaksanaan rekomendasi yg diberikan entitas kepada pemeriksa,
2. Melakukan reviu yg lebih terperinci dg entitas, misalnya dg melakukan diskusi
atau pertemuan (Rapat Pra Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan) dengan entitas
untuk membahas pelaksanaan rekomendasi, dan
3. Sebuah pemeriksaan tindak lanjut yg dapat berupa pelaksanaan pemeriksaan
lapangan.
1. Tujuan dari tahap pemahaman risiko
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 26
IV PEMAHAMAN RISIKO DAN SPIPIV PEMAHAMAN RISIKO DAN SPIP
Untuk menentukan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi terhadap
pencapaian tujuan pemerintah
2. Jenis risiko yang harus dipertimbangkan
1. PDR = Risiko deteksi yang direncanakan (Planned Detection Risk)
2. AAR = Risiko audit yang dapat diterima (Acceptable audit risk)
3. IR = Risiko inheren (Inherent risk)
4. CR = risiko pengendalian (control risk)
Model risiko
Hubungan risiko
Terdapat hubungan yang erat antara risiko inheren (IR) dengan risiko pengendalian
(CR). Gabungan keduanya biasa disebut risiko salah saji yang material. Dan untuk
hubungan dengan PDR, CR memiliki kesamaan dengan IR, yaitu berbanding terbalik
dengan PDR. Risiko audit yang dapat diterima (AAR) berbanding lurus dengan
risiko deteksi yang direncanakan (PDR).
3. Hubungan antara risiko dengan langkah pengujian substantive
Pengujian substantif menguji kesesuaian laporan keuangan dengan standar
akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan, efektivitas sistem
pengendalian internal, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Sehingga semakin baik pengujian substantive, risiko akan semakin kecil.
4. Tahapan penilaian risiko yang harus dilakukan Pemeriksa
1. Menentukan tingkat risiko pemeriksaaan yang dapat diterima
2. Menghitung materialitas awal dan menghitung tolerable error untuk setiap
akun yang disajikan pada Laporan Keuangan
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 27
3. Mengidentifikasi dan menilai inherent risk untuk masing-masing akun dan
siklus terkait
4. Mengidentifikasi dan menilai control risk
5. Menyimpulkan risiko gabungan
6. Menetapkan risiko deteksiMengidentifikasi strategi pemeriksaan
7. Me-Link risiko yang teridentifikasi ke program pemeriksaan
5. Pengertian AAR (Acceptable Audit Risk)
Mengukur kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan mungkin
mengandung salah saji yang material setelah audit selesai, dan pendapat WTP telah
diterbitkan. Risiko 0 (nol) berarti yakin sekali terhadap laporan keuangan tidak
disalahsajikan secara material, sedangkan risiko 100 (Seratus) berarti auditor sama
sekali tidak yakin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya AAR
1. Tingkat ketergantungan pengguna terhadap laporan keuangan entitas
2. Kemungkinan kegagalan keuangan
3. Integritas manajemen
4. Geografis
5. Nilai aset
6. Anggaran yang dikelola
7. Jumlah satker
8. Hasil pemeriksaan tahun sebelumnya
9. Sistem informasi yang digunakan
6. Pengertian Risiko inheren (Inherent risk)
Mengukur penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji (kekliruan atau
kecurangan) yang material dalam segmen, sebelum memperhitungkan keefektifan
pengendalian internal. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan besar akan
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 28
ada salah saji degan, mengabaikan pengendaian internal, auditor akan
menyimpulkan bahwa risiko inherennya tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya IR
1. Sifat bisnis/ industri entitas
2. Hasil pemeriksaan sebelumnya
3. Integritas personel kunci
4. Penugasan pertama vs penugasan berulang
5. Hubungan dengan pihak-pihak terkait
6. Jenis-jenis transaksi (rutin/non-rutin) dan tingkat kompleksitasnya
7. Dorongan dan motivasi klien
8. Tingkat subyektivitas atas pertimbangan-pertimbangan yang disyaratkan
oleh standar akuntansi
9. Tingkat kerentanan terhadap pencurian/ penyalahgunaan aset
10. Faktor-faktor terkait dengan salah saji dikarenakan adanya kecurangan
terhadap laporan keuangan
7. Pengertian risiko pengendalian (control risk)
Mengukur penilaian auditor mengenai apakah salah saji yang melebihi jumlah yang
dapat ditoleransi dalam suatu segmen akan dicegah atau terdeteksi secara tepat
waktu oleh pengendalian internal auditee. Semakin efektif pengendalian internal,
semakin rendah faktor risiko yang dapat ditetapkan untuk risiko pengendalian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya CR
1. pengendalian internal entitas
2. prosedur pemeriksaan
3. pengalaman dan penilaian (judgement) khusus dari pemeriksa
8. Pengertian SPIP
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) merupakan pedoman dalam
melaksanakan Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 29
menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk
mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan
akuntabel
Unsur-unsur SPIP
1. Lingkungan Pengendalian
2. Penilaian Risiko
3. Kegiatan Pengendalian
4. Komunikasi Dan Informasi
5. Pemantauan Pengendalian Internal
9. Hubungan antara keandalan SPIP, risiko pengendalian, luas pengujian
Semakin andal SPIP maka risiko pengendalian akan semakin kecil sehingga
akibatnya luas pengujian semakin kecil pula
10.Pengertian fraud
Fraud(kecurangan)adalah satu jenis tindakan melawan hukum yang dilakukan
dengan sengaja untuk memperoleh sesuatu dengan cara menipu
Contoh fraud
Jenis kecurangan yang paling sering terjadi baik di Instansi Pemerintah maupun
BUMN dan BUMD adalah expense reimbursement scheme. Tindak kecurangan
yang paling sering terjadi di Instansi Pemerintah dan BUMN dan BUMD menurut
aktifitasnya adalah pengadaan barang dan jasa.
Pengertian abuse
ketidakpatutan adalah perbuatan yang jauh berada di luar pikiran yang masuk akal
atau di luar praktik-praktik yang lazim
Contoh abuse
Perbuatan mencari-cari alasan untuk memperlambat melakukan
kewajiban(chicane).
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 30
V MATERIALITASV MATERIALITAS
1. Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi
penghilangan atau salah saji dilihat dari keadaan yang melingkupinya mungkin
dapat merubah atau mempengaruhi pertimbangan pihak pembaca yang meletakkan
kepercayaan atas informasi tersebut.
2. Planning Materiality: materialitas untuk tingkat keseluruhan laporan keuangan.
Tolerable Error: materialitas terkait kelas-kelas transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan.
3. Langkah-langkah penetapan materialitas:
Penentuan dasar penetapan materialitas
Penentuan tingkat materialitas
Penetapan nilai materialitas awal (Planning Materiality)
Penetapan kesalahan yang dapat ditoleransi (Tolerable Error)
4. Hubungan antara tingkat materialitas, tingkat risiko audit, dan luas pengujian
bukti:
Bila tingkat materialitas tinggi (↑) maka tingkat risiko audit tinggi (↓)
sehingga pengujian bukti sempit.
Bila tingkat materialitas rendah (↓) maka tingkat risiko audit jugan rendah (↑)
sehingga pengujian bukti luas.
5. Jika opini wajar tanpa pengecualian (WTP) maka tingkat materialitas 3%-5%, jika
opini wajar dengan pengecualian (WDP) maka tingkat materialitas 1%-3%, jika
opini tidak wajar atau disclaimer maka tingkat materialitas 0,5%-1%.
6. Audit sampling adalah suatu uji yang dilakukan oleh pemeriksa untuk memberikan
keyakinan tentang kualitas informasi yang disajikan dan diungkapkan dalam
laporan keuangan. Pemeriksa memnetukan metode audit sampling berdasarkna
pertimbangan professional.
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 31
Metode audit sampling yang dilakukan dapat menggunakan metode statistic atau
non-satatistik.
Penentuan audit sampling dengan metode statistic dapat dilakuakn dengan
attribute sampling, monetary-unit sampling, dan classical variables sampling.
Penentuan audit sampling dengan metod enon-statistik ditentukan oleh
pertimbangan professional pemeriksa dengan memperhatikan cakupan dan lingkup
pemeriksaan, risiko, dan tingkat materialitas, system akuntansi yang
diselenggarakan oleh entitas yang diperiksa, serta dengan memperhatikan asas
anfaat (cost and benefit).
7. Audit sampling dapat dilakukan pada saat pengujian pengendalian maupun pada
pengujian substantif. Jelaskan metode audit sampling baik yang dilakukan pada saat
pengujian pengendalian maupun pengujian substantif.
Pengujian pengandalian adalah prosedur audit yang digunakan untuk menentukan
efektivitas kebijakan dan operasi pengendalian intern atau prosedur pengendalian
yang diterapkan untuk menilai control risk (risiko pengendalian)
Pengujian tersebut meliputi jenis prosedur audit sebagai berikut :
· Meminta keterangan dari personil klien
· Menguji dokumen, arsip, dan laporan
· Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian
· Melaksanakan kembali prosedur klien
Dua prosedur yang pertama sama dengan jenis bahan bukti yang diperoleh dalam
memahami struktur pengendalian intern. Sehingga, penetapan resiko pengendalian
dan pengujian atas pengendalian dapat dikatakan sebagai kelanjutan dari prosedur
audit yang digunakan untuk memperoleh pemahaman struktur pengendalian intern.
Perbedaan utama adalah bahwa dengan pengujian atas pengendalian tersebut,
tujuan menjadi lebih spesifik dan pengujian menjadi ekstensif.
Contoh:
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 32
Menyamakan invoice supplier dengan purchase order dan receiving report sebelum
menyetujui pembayaran invoice danMemeriksa kartu absensi karyawan sebelum
menyetujui pembayaran uang lembur
Pengujian substantif (Substantive Test) adalah perosedur yang digunakan untuk
menguji kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung
mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan. Kekeliruan tersebut sering
disebut dengan salah saji moneter (dalam satuan mata uang) yang merupakan
indikasi yang jelas terjadinya salah saji dalam saldo laporan keuangan.
Tujuan pengujian substantive atas transaksi adalah untuk menentukan apakah
transaksi akuntansi klien telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan diiktisarkan
dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku tambahan dengan
benar.
Pengujian atas transaksi :
Pengujian tersebut meliputi bagian deskriptif yang mendokumentasikan
pemahaman memperoleh sekitar pengendalian internal dan menyertakan uraian
tentang prosedur dan risiko pengendalian yang dinilai.
8. Tahap perencanaan pemeriksaan diakhiri dengan penyusunan program audit oleh
pemeriksa.
9. Jelaskan pengertian program pemerikasaan (audit program).
Standar Auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam merencanakan
audit, auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus
dilaksanakan serta harus mempersiapkan suatu program audit tertulis untuk setiap
audit.
Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis prosedur audit
yang akan dilaksankan selama audit berlangsung. Program audit tersebut
menyatakan bahwa prosedur audit yang diyakini oleh auditor merupakan hal yang
penting untuk mencapai tujuan audit. Program audit juga mendokumentasikan
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 33
strategi audit. Biasanya auditor berusaha menyeimbangkan prosedur audit top-
down dan bottom-up ketika mengembangkan suatu program audit.
10.Uraikan beberapa informasi yang harus diungkapkan dalam program kerja
pemeriksaan.
Program pemeriksaan merupakan daftar rincian prosedur audit mengenai suatu
area pemeriksaan yang mengungkapkan antara lain:
(1) dasar pemeriksaan,
(2) standar dan pedoman pemeriksaan,
(3) entitas yang diperiksa,
(4) tahun anggaran/tahun buku yang diperiksa,
(5) identitas dan data umum entitas yang diperiksa,
(6) tujuan pemeriksaan,
(7) metodologi pemeriksaan,
(8) sasaran yang diperiksa,
(9) pengarahan pemeriksaan,
(10) jangka waku pemeriksaan,
(11) susunan tim pemeriksaan,
(12) instansi penerima hasil pemeriksaan,
(13) kerangka isi laporan.
11. Uraikan 4 jenis pengujian yang dituangkan dalam program kerja
pemerikasaan serta teknik audit yang dilakukan untuk setiap pengujian
tersebut.
a. Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian dilaksanakan untuk menentukan apakah pengendalian
internal perusahaan sudah baik atau belum. Auditor antara lain membuat daftar
pertanyaan, memeriksa dokumen, mengobservasi pengendalian yang berkaitand
dengan kegiatan, serta memeriksa prosedur klien dalam tahap pengujian ini.
b. Pengujian Subtantif atas Transaksi
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 34
Pengujian subtantif atas transaksi dilaksankan untuk memastikan bahwa semua
transaksi telah telah diklasifikasikan secara tepat.
c. Prosedur Analitis
Prosedur analitis dilaksanakan untuk mengidentifikasi adanya kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam laporan keuangan.
d. Pengujian Saldo
Pengujian saldo berfokus pada saldo akhir pada laooran keuangan baik saldo
pada laba rugi maupun pada neraca.
12. Program kerja dapat disusun berdasarkan pendekatan siklus transaksi
maupun pendekatan per pos / akun laporan keuangan. Jelaskan kedua
pendekatan tersebut dan uraikan kapan kedua pendekatan tersebut digunakan.
Dalam melaksanakan program kerja, auditor dapat melilih untuk memakai
pendekatan siklus transaksi maupun per pos laporan. Semua pendekatan, baik
untuk dilakukan.
Pendekatan siklus adalah pendekatan dimana dalam mengaudit, dilakukan per
siklus yang ada dalam suatu lembaga, misalnya siklus pembelian, produksi,
penjualan, penggajian, SDM. Pendekatan siklus transaksi digunakan untuk
menyusun Program Pemeriksaan untuk Pengujian Pengendalian dan Transaksi.
Siklusnya antara lain :
Siklus pendapatan dan penerimaan uang
Siklus belanja dan pengeluaran uang
Siklus pembiayaan
Pendekatan pos akun dilakukan dengan memeriksa tiap akun yang adal dalam
laporan, seperti pos penjualan, pendapatan, pembayaran kas dll. Pendekatan ini
digunakan untuk menyusunan Program Pemeriksaan untuk Pengujian Saldo Rinci
Akunnya antara lain :
Kas
Piutang
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 35
Persediaan
Investasi
Aset tetap
Dana cadangan
Aset lainnya
dsb
13.“Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan
sifat, saat, lingkup pengujian, pelaporan yang direncanakan, dan tingkat
keyakinan kepada manejemen entitas yang diperiksa dan atau pihak yang
meminta pemeriksaan”.
Jelaskan pihak-pihak yang perlu dikomunikasikan tentang rencana pemeriksaan
teresebut.
Manajemen entitas yang diperiksa.
Lembaga/badan yang memiliki fungsi pengawasan terhadap manajemen atau
pemerintah seperti DPR/DPRD, dewan komisaris, komite audit, dan dewan
pengawas.
Pihak yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam proses pelaporan
keuangan.
1. Bukti audit dan jenis jenis bukti audit
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 36
IV BUKTI DAN KERTAS KERJA AUDITIV BUKTI DAN KERTAS KERJA AUDIT
Bukti audit adalah informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah
informasi kuantitatif yang sedang diaudit telah disajikan sesuai kriteria yang
ditetapkan.
Jenis-jenis bukti audit adalah :
a. bukti fisik, dapat diperoleh dari inspeksi langsung atau pengamatan yang dilakukan
oleh pemeriksa terhadap orang, aktiva, atau kejadian. Bukti tersebut dapat
didokumentasikan dalam bentuk memorandum, foto, gambar, bagan, peta, atau
contoh fisik.
b. Dokumenter, terdiri atas informasi yang diciptakan seperti surat, kontrak, catatan
akuntansi, faktur, dan informasi manajemen atas kinerja.
c. kesaksian (testimonial) , dapat diperoleh melalui permintaan keterangan,
wawancara atau kuesioner.
d. Analisis, meliputi perhitungan, pembandingan, pemisahan informasi menjadi
unsur-unsur, dan argumentasi yang masuk akal.
2. Pengertian bukti audit yang kompeten adalah apabila bukti tersebut valid, dapat
diandalkan, dan konsisten dengan fakta. Dalam menilai kompetensi suatu bukti,
pemeriksa harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti apakah bukti telah
akurat, meyakinkan, tepat waktu dan asli.
Berikut beberapa acuan dalam menilai kompeten atau tidaknya suatu bukti :
Bukti yang diperoleh dari pihak ketiga yang dapat dipercaya, lebih kompeten
dibandingkan dengan bukti yang diperoleh dari entitas yang diperiksa.
Bukti yang dikembangkan dari sistem pengendalian intern yang efektif, lebih
kompeten dibandingkan dengan yang diperoleh dari pengendalian yang lemah
atau yang tidak ada pengendaliannya.
Bukti yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik, pengamatan, perhitungan, dan
inspeksi secara langsung oleh pemeriksa lebih kompeten dibandingkan dengan
bukti yang diperoleh secara tidak langsung.
Dokumen asli memberikan bukti yang lebih kompeten dibandingkan dengan
fotokopi atau tembusannya.
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 37
Bukti kesaksian yang diperoleh dalam kondisi yang memungkinkan orang
berbicara dengan bebas lebih kompeten dibandingkan dengan bukti kesaksian
yang diperoleh dalam kondisi yang dapat terjadi kompromi.
Bukti kesaksian yang diperoleh dari individu yang tidak memihak atau
mempunyai pengetahuan yang lengkap mengenai bidang tersebut lebih
kompeten dibandingkan dengan bukti kesaksian yang diperoleh dari individu
yang memihak atau yang hanya mempunyai pengetahuan sebagian saja
mengenai bidang tersebut.
Syarat-syarat bukti yang kompeten adalah :
Relevan. Bukti disebut relevan, apabila bukti tersebut mempunyai hubungan
yang logis dan arti penting bagi temuan pemeriksaan yang bersangkutan.
Kecukupan. Bukti harus cukup untuk mendukung temuan pemeriksaan. Dalam
menentukan cukup tidaknya suatu bukti, pemeriksa harus yakin bahwa bukti
yang cukup tersebut akan bisa meyakinkan seseorang bahwa temuan
pemeriksaan adalah valid. Apabila mungkin, metode statistik bisa digunakan
untuk menentukan cukup tidaknya bukti pemeriksaan.
Independen. Bukti yang diperoleh benar-benar harus independen, terbebas dari
pengaruh spihak manapun.
3. Teknik audit :
Vouching
Tracing
Reconcile
Footing
Scanning
Konfirmasi
inquiring
counting
reperforming
CAAT
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 38
4. Hubungan antara teknik audit dengan bukti yang diperoleh: setiap teknik perolehan
bukti yg dilakukan pasti merupakan bagian dari salah satu jenis bukti audit, seperti :
Teknik Audit Bukti yang Diperoleh Berupa
Analytical procedure Bukti analitis
Tracing Bukti dokumentasi
Inspecting Bukti fisik
Vouching Bukti dokumentasi
Confirming Konfirmasi
Observing Bukti fisik
Inquiring Dokumentasi
Counting Bukti fisik
5. Kertas kerja audit adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan oleh auditor dalam
menjalankan pemeriksaan yang berasal dari (a) pihak klien, (b) analisis yang dibuat
oleh auditor, dan (c) dpihak ketiga.
6. KPP dapat disusun baik secara manual (tertulis) maupun secara elektronis. Jelaskan
kedua jenis penyusunan KPP tersebut!
KPP dapat disusun baik secara manual (tertulis) berarti KPP disusun menggunakan
media kertas, seperti surat konfirmasi, surat representasi, daftar uji (check list).
Sedangkan KPP disusun secara elektronis berarti KPP disusun menggunakan media
elektronis, seperti misalnya menggunakan e-mail.
7. Jelaskan fungsi dan manfaat KPP serta persyaratan KPP yang baik agar dapat
memenuhi fungsi dan manfaat tersebut!
Auditor menyiapkan kertas kerja untuk beberapa tujuan dan fungsi yang
berbeda:
- Mendukung Laporan Audit.
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 39
- Menyimpan informasi yang diperoleh melalui tanya jawab, penelaahan,
instruksi dan arahan, analisis sistim dan proses, pengamatan kondisi dan
pemeriksaan transaksi.
- Mengidentifikasikan dan mendokumentasikan temuan-temuan audit,
mengumpulkan bukti audit yang diperlukan untuk menentukan terjadi dan
luasnya kondisi-kondisi yang mengandung kelemahan.
- Mendukung pembahasan dengan karyawan operasi.
- Menjadi dasar bagi penyelia dalam menelaah kemajuan dan penyelesaian
audit.
- Memberi dukungan dan bukti untuk masalah-masalah, yang melibatkan
kecurangan, tuntutan hukum, dan klaim asuransi.
- Menjadi sarana bagi auditor eksternal dalam mengevaluasi pekerjaan audit
internal dan kemudian menggunakannya dalam penilaian mereka sendiri
atas sistem kontrol internal organisasi.
- Menjadi latar belakang dan data referensi untuk penelaahan selanjutnya.
- Untuk membantu memfasilitasi penelaahan rekan sejawat.
- Menjadi bagian dokumentasi yang disyaratkan oleh undang-undang praktik
korupsi luar negeri Amerika Serikat.
KPP yang baik sebaiknya:
Kertas kerja harus mengikuti bentuk dan susunan yang konsisten, tidak hanya
dalam setiap penugasan audit tetapi juga pada departemen audit internal.
Kepala bagian audit harus menerapkan kebijakan mengenai jenis-jenis kertas
kerja audit yang harus disimpan, sistem penempatan yang akan digunakan,
sistem pemberian indeks yang akan diikuti, dan hal-hal terkait lainnya.
– Menjaga Kerapian Kertas Kerja
Kertas kerja yang rapi mencerminkan pemikiran yang rapi. Kertas kerja seperti
ini memberikan kesan langsung mengenai kecermatan dan profesionalisme.
– Menjaga Keseragaman Kertas Kerja
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 40
Semua kertas kerja harus disiapkan pada kertas dengan ukuran tampilan yang
sama. Kertas dengan ukuran lebih kecil harus dilekatkan ke lembar kertas
berukuran standar. Kertas berukuran lebih besar seharusnya dilipat sehingga
memudahkan penelaahan yang akan dilakukan.
– Menyiapkan Kertas Kerja Agar Dapat Dipahami
Kertas kerja haruslah jelas dan dapat dipahami, tanpa membutuhkan informasi
tambahan. Setiap orang yang membaca kertas kerja tersebut harus dapat
memahami apa yang diputuskan auditor untuk dilakukan, apa yang telah mereka
lakukan, apa yang mereka temukan, apa kesimpulan yang diambil, dan apa saja
yang tidak diputuskan untuk diambil.
– Menjaga Kertas Kerja Yang Relevan
Kertas kerja sebaiknya dibatasi hanya pada masalah-masalah yang relevan dan
material, yang secara langsung terkait dengan tujuan-tujuan audit. Catatan yang
mungkin menarik tetapi tidak secara langsung relevan harus dihilangkan.
Program audit yang terorganisasi dengan baik dan instruksi penyelia yang
efektif bisa membantu memastikan dimasukkannya dokumen yang relevan saja.
– Menjaga Keekonomisan Kertas Kerja
Auditor harus menghindari daftar dan skedul yang tidak perlu. Untuk itu,
gunakan salinan dokumen klien atau hasil cetak komputer. Dokumen-dokumen
ini bisa menunjukkan langkah-langkah audit yang dilakukan menggunakan
tanda-tanda yang berbeda, juga mencatat tanggapan audir pada pinggir kertas.
– Menjaga Kecukupan Kertas Kerja
Kertas kerja sebaiknya diusahakan tidak ada hal-hal yang tertinggal. Tidak ada
pertanyaan yang diajukan yang dibiarkan tidak terjawab. Jika tersedia ruang
untuk referensi silang, maka harus diisi. Jika timbul pertanyaan, maka harus
dijawab atau alasan untuk tidak menjawabnya harus diberikan.
– Menjaga Kesederhanaan Penulisan
Kertas kerja haruslah dengan mudah dipahami bagi yang menelaah. Penggunaan
jargon harus dihindari. Jika digunakan, harus dijelaskan pada bagian terpisah
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 41
dari kertas kerja, pada daftar istilah, bersama dengan istilah-istilah teknis dan
kurang dikenal yang digunakan dalam aktivitas dan dalam kertas kerja.
– Gunakan Susunan Kertas Kerja Yang Logis
Kertas kerja harus disusun secara paralel dengan program audit. Setiap subjek
yang berbeda harus dimasukkan dalam bagian terpisah dari kertas kerja.
Hubungan yang sejajar antara program dan kertas kerja akan memudahkan
pangacuan selama dan setelah audit.
Untuk setiap segmen audit, auditor harus memberikan informasi umum
dalam bentuk narasi pada awal bagian. Informasi tersebut mencakup tujuan
operasi yang diaudit dan informasi latar belakang: organisasi, statistik volume,
dan sistem kontrol.
8. Uraikan informasi (isi) yang harus dimuat dalam KPP serta prinsip penyusunan KPP
yang baik!
Kertas kerja harus mencakup antara lain:
Perencanaan dokumen dan program audit.
Kuesioner induk, bagan alir, daftar pemeriksaan, dan hasil-hasil evaluasi
kontrol.
Catatan wawancara,.
Bagan organisasi, pernyataan kebijakan dan prosedur, serta deskripsi kerja.
Salinan kontrak-kontrak dan perjanjian penting.
Surat konfirmasi dan representasi.
Foto, diagram, dan tampilan grafis lainnya.
Uji dan analisis transaksi.
Hasil-hasil prosedur penelaahan analitis.
Laporan audit dan jawaban manajemen.
Korespondensi audit yang relevan.
9. Uraikan mekanisme penyusunan KPP mulai dari anggota tim pemeriksa, ketua
pemeriksaan dan pengendali teknis!
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 42
a. Penyusunan dokumentasi pemeriksaan dilakukan oleh anggota tim pemeriksa
dengan berpedoman pada juklak dan juknis yang relevan.
– Sebelum diserahkan kepada ketua tim/ketua sub tim, anggota tim
melengkapi dokumentasi pemeriksaan yang disusunnya dengan referensi
silang, yang menghubungkan antara indeks KKP yang satu dengan KKP
lainnya yang relevan.
– Hasil penyusunan disampaikan kepada ketua tim dan/atau ketua sub tim
untuk direviu.
– Pereviuan dokumentasi pemeriksaan dilakukan oleh ketua tim dan/atau
ketua sub tim.
b. Hasil reviu beserta dokumentasi pemeriksaan yang direviu disampaikan kepada
pengendali teknis untuk direviu dan disetujui.
c. Dalam rangka penyusunan laporan hasil pemeriksaan, hasil reviu yang telah
dilakukan oleh ketua tim dan pengendali teknis, disampaikan kepada
penanggung jawab untuk direviu dan disetujui (sesuai perannya).
d. Anggota tim menyerahkan dokumentasi pemeriksaan yang telah direviu oleh
ketua tim dan pengendali teknis, kepada ketua tim. Penyerahan dokumetasi
pemeriksaan dari anggota tim kepada ketua tim, selambatlambatnya lima hari
kerja setelah pekerjaan lapangan berakhir. Selanjutnya, dokumentasi
pemeriksaan yang telah direviu dan disetujui penanggung jawab, diserahkan
kepada pejabat pengelola KKP (kasubaud) sebagai bagian dari
pertanggungjawaban pekerjaan pemeriksaan. Penyerahan dokumetasi
pemeriksaan dari penanggung jawab kepada kasubaud selambat-lambatnya
sepuluh hari kerja setelah tanggal surat keluar diterbitkan. Selanjutnya
Kasubaud menyimpan KKP yang telah diserahkan kepadanya, selama dua tahun.
e. Dokumentasi pemeriksaan yang telah diserahkan kepada kasubaud,
dikendalikan untuk menjamin keamanan, penyimpanan, peminjaman untuk
keperluan pemeriksaan selanjutnya dan pereviuan untuk quality control and
assurance, pemindahan, pemusnahan, dan penggunaan lain sesuai ketentuan
penggunaan dokumentasi pemeriksaan ini.
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 43
10. Uraikan mekanisme pengelolaan KPP yang harus dilakukan organisasi pemeriksa
untuk menjaga keamanan dan kerahasiaan KPP!
a. Mekanisme Pengelolaan KPP:
- Keamanan dokumentasi pemeriksaan meliputi keamanan dari kerusakan
karena penyimpanan, kehancuran, kebakaran, kehilangan, ketidakteraturan,
dan penggunaan yang tidak sesuai ketentuan penggunaan dokumentasi
pemeriksaan.
- Penyimpanan dokumentasi pemeriksaan dilakukan secara manual dan
elektronis baik berupa pemindaian (scanning) dokumentasi pemeriksaan
manual maupun dokumentasi pemeriksaan elektronis. Penyimpanan
dokumentasi pemeriksaan dilakukan dalam suatu ruangan atau tempat atau
media yang menjamin keamanan, kemudahan akses, kerapian, dan
kebersihan.
- Peminjaman dokumentasi pemeriksaan dilakukan dengan persetujuan
pejabat penanggung jawab dokumen tersebut setelah memperhatikan
ketentuan penggunaan dokumentasi pemeriksaan.
- Penanggung jawab dan/atau pejabat pengelola KKP melakukan pemindaian
(scanning) KKP, sebagai dokumen cadangan (back up file) atas dokumentasi
hasil pemeriksaan.
- Pemusnahan dokumentasi pemeriksaan dilakukan oleh pejabat penanggung
jawab dokumentasi pemeriksaan sesuai ketentuan tentang pemusnahan
dokumentasi pemeriksaan.
- Penggunaan lain seperti peminjaman untuk proses penyelidikan dan/atau
penyidikan aparat penegak hukum dilakukan sesuai dengan ketentuan
penggunaan dokumentasi pemeriksaan. Penggunaan lain dokumentasi
pemeriksaan oleh pihak di luar organisasi pemeriksaan harus mendapat
persetujuan pimpinan organisasi tersebut.
b. Media Penyimpanan
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 44
- Kardus KKP menggunakan bahan kardus berwarna coklat yang tidak mudah
rusak dengan ketebalan bahan minimal 2 (dua) mm.
- Kardus KKP berbentuk kotak dengan ukuran panjang 38,5 cm, lebar 18,5 cm
dan tingginya 30 cm.
- Bagian atas kardus merupakan penutup dari kardus tersebut dengan kait
penutup kardus yang memiliki panjang 38,5 cm dan lebar 8 cm.
PEMBAHASAN KELOMPOK 5 AKSP Page 45