materi buku pancasila kel 4

223
BAB I KORELASI PANCASILA DENGAN AGAMA A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama. Sejak dari jaman dahulu kehidupan beragama sudah ada di Indonesia. Ini dibuktikan dengan adanya kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut masayarakat indonesia dari jaman dahulu. Kepercayaan animisme dan dinamisme ada jauh sebelum agama masuk ke Indonesia. Bahkan masuknya agama yang pertama di Indonesia yaitu Hindu, animisme dan dinamisme masih lebih dulu ada dan berkembang. Di Indonesia sendiri ada beberapa agama yang diakui secara sah yaitu Islam, Hindu, Kristen, Katolik, Budha dan Konghuchu. Saat ini keberagaman agama di indonesia diwarnai dengan munculnya banyak organisasi-organisasi atau aliran-aliran dari beberapa agama. Ada yang ditentang dan ada pula yang disetujui. Hal tersebut memang tak lepas 1

Upload: isa-tri-edi

Post on 09-Aug-2015

283 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Materi Buku Pancasila Kel 4

BAB I

KORELASI PANCASILA DENGAN AGAMA

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama. Sejak dari jaman

dahulu kehidupan beragama sudah ada di Indonesia. Ini dibuktikan dengan

adanya kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut masayarakat

indonesia dari jaman dahulu. Kepercayaan animisme dan dinamisme ada

jauh sebelum agama masuk ke Indonesia. Bahkan masuknya agama yang

pertama di Indonesia yaitu Hindu, animisme dan dinamisme masih lebih

dulu ada dan berkembang.

Di Indonesia sendiri ada beberapa agama yang diakui secara sah

yaitu Islam, Hindu, Kristen, Katolik, Budha dan Konghuchu. Saat ini

keberagaman agama di indonesia diwarnai dengan munculnya banyak

organisasi-organisasi atau aliran-aliran dari beberapa agama. Ada yang

ditentang dan ada pula yang disetujui. Hal tersebut memang tak lepas dari

faktor yang melatar belakanginya, yaitu perbedaan.

Setiap agama memeliki pedoman untuk mengatur penganutnya.

Pedoman tersebut berisi nilai-nilai yang akan membenarkan atau

menyalahkan tindakan manusia. Agama sebagai sesuatu yang bisa terlepas

dari bangsa Indonesia mempengaruhi perilaku manusia. Pedoman yang

dimiliki oleh setiap agama mengatur berbagai hal sebagai berikut :

mengatur kehidupan manusia dengan tuhan,manusia dengan manusia,dan

1

Page 2: Materi Buku Pancasila Kel 4

manusia dengan lingkungan. Tidak ada nilai keburukan yang dibawa oleh

suatu agama. Untuk itu, kita perlu mengetahui hubungan antara agama

dengan pancasila.

B. PEMBAHASAN

Dalam Bab ini, akan di bahas mengenai hubungan antara agama yang ada

di Indonesia dengan pancasila, yaitu :

1. HUBUNGAN ISLAM DENGAN PANCASILA

1. Sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa bermakna

bahwa bangsa Indonesia berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Warga

negara Indonesia diberikan kebebasan untuk memilih satu

kepercayaan, dari beberapa kepercayaan yang diakui oleh negara.

Dalam konsep Islam, hal ini sesuai dengan istilah hablun min Allah,

yang merupakan sendi tauhid dan pengejawantahan hubungan

antara manusia dengan Allah SWT. Al-Qur’an dalam beberapa

ayatnya menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada umatnya

2

Page 3: Materi Buku Pancasila Kel 4

untuk selalu mengesakan Tuhan. Di antaranya adalah yang

tercermin di dalam Al-Qur’an:

a. Q.S Al-Baqarah ayat 163.

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan

melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS

2:163). Dalam kacamata Islam, Tuhan adalah Allah semata,

namun dalam pandangan agama lain Tuhan adalah yang

mengatur kehidupan manusia, yang disembah.

b. Q.S Al-Ikhlas ayat 1.

“Katakan Muhammad bahwa Allah itu Esa”.

c. Q.S Asy-Syuura ayat 11.

“(Dia) pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari

jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan jenis binatang ternak

pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang

biak dengan jalan itu tidak ada sesuatupun yang serupa dengan

Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.

d. Q.S Saba’ ayat 1.

“Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan apa

yang di bumi dan bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dia-

lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”

e. Q.S Al-Hasyr ayat 22 – 24.

“Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain

Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang

Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah Yang tiada

Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci,

3

Page 4: Materi Buku Pancasila Kel 4

Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang

Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang

Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang

mereka persekutukan. Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang

Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-

Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di

langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana. “

f. Q.S Al-Maa-idah ayat 73.

“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan:

“Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali

tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang

Esa.”

g. Q.S Al-Baqarah ayat 256.

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang

sesat.”

h. Q.S Al-Baqarah ayat 21-22

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu

dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah

yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit

sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu

Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai

rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-

sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”

4

Page 5: Materi Buku Pancasila Kel 4

2. Sila kedua yang berbunyi Kemanusiaan yang Adil dan Beradab bermakna

bahwa bangsa Indonesia menghargai dan menghormati hak-hak yang

melekat pada pribadi manusia. Dalam konsep Islam, hal ini sesuai

dengan istilah hablun min al-nas, yakni hubungan antara sesama

manusia berdasarkan sikap saling menghormati. Al-Qur’an dalam

beberapa ayatnya menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada

umatnya untuk selalu menghormati dan menghargai sesama. Di

antaranya adalah yang tercermin di dalam Al-Qur’an:

a. Q.S Al-Maa’idah ayat 8.

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-

orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,

menjadi saksi dengan adil dan janganlah sekali-kali

kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk

berlaku tidak adil. Berlaku adil lah, karena adil itu lebih dekat

kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya

Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

b. Q.S Ar-Rahman ayat 8.

“Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu”.

Artinya tegakkanlah timbangan dengan keadilan dan jangan

sekali-kali kamu berlaku curang dalam timbangan.

c. Q.S At-Tin ayat 4.

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya.”

d. Q.S Al-Israa’ ayat 70.

5

Page 6: Materi Buku Pancasila Kel 4

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami

angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka

rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan

kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah

Kami ciptakan.”

e. Q.S Al-Hujuraat ayat 11.

“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum

mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang

diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan

jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain

(karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan)

lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu

mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil

dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah

(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang

tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. “

f. Q.S Al-Maa’idah ayat 2.

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan

dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa

dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,

sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”

g. Q.S Al-Insaan ayat 8 – 9

“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada

orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.

Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah

6

Page 7: Materi Buku Pancasila Kel 4

untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki

balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. “

h. Q.S Al-Baqarah ayat 224.

“Jangahlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu

sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan

mengadakan ishlah di antara manusia. Dan Allah Maha

Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

i. Q.S Luqman ayat 18.

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia

(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi

dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang

yang sombong lagi membanggakan diri.”

j. Q.S Al-Hujaraat ayat 10

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu

damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu

dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”

k. Q.S Al-Hujaraat ayat 13

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-

mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu

disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

7

Page 8: Materi Buku Pancasila Kel 4

3. Sila ketiga berbunyi Persatuan Indonesia bermakna bahwa bangsa

Indonesia adalah bangsa yang satu dan bangsa yang menegara. Dalam

konsep Islam, hal ini sesuai dengan istilah ukhuwah Islamiah

(persatuan sesama umat Islam) dan ukhuwah Insaniah (persatuan

sesama umat manusia). Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya

menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu

menjaga persatuan. Di antaranya adalah yang tercermin di dalam Al-

Qur’an:

a. Q.S Ali-Imron ayat 103.

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,

dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat

Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahilliyah)

bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu

menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang

bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu

Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah

menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat

petunjuk.” Artinya berpegang teguhlah kamu dengan agama

Allah dan jangan kamu berpecah belah.

b. Q.S Al-Hujuraat ayat 13.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal

mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara

kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara

8

Page 9: Materi Buku Pancasila Kel 4

kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Mengenal. “

c. Q.S Al-Hujuraat ayat 9.

“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang

maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua

golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka

perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan

itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah

kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara

keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah

menyukai orang-orang yang berlaku adil.”

d. Surah Al-Hujuraat: 10

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena

itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah

kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. “

e. Surah Annisaa’: 59

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan

pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah

(Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman

kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama

(bagimu) dan lebih baik akibatnya. “

f. Q.S An-Nisaa’ ayat 59.

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan

9

Page 10: Materi Buku Pancasila Kel 4

pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah

(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar

beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih

utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

g. Q.S Ali ‘Imran ayat 200.

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan

kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di

perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya

kamu beruntung.”

h. Q.S Al-Maa’idah ayat 35.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah

pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.”

i. Q.S At-Taubah ayat 111.

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri

dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.

Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau

terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam

Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati

janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual

beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang

besar.”

4. Sila keempat berbunyi Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmad

Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan bermakna bahwa

dalam mengambil keputusan bersama harus dilakukan secara

10

Page 11: Materi Buku Pancasila Kel 4

musyawarah yang didasari oleh hikmad kebijaksanaan. Dalam konsep

Islam, hal ini sesuai dengan istilah mudzakarah (perbedaan pendapat)

dan syura (musyawarah). Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya

menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu

selalu bersikap bijaksana dalam mengatasi permasalahan kehidupan

dan selalu menekankan musyawarah untuk menyelesaikannya dalam

suasana yang demokratis. Di antaranya adalah yang tercermin di dalam

Al-Qur’an:

a. Q.S Ali Imron ayat 159.

“Maka disebabka rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah

lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi

berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.

Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi

mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu

(urusan peperangan dan hal-hal duniawiah lainnya, seperti urusan

politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya). Kemudian

apabila kamu telah membulatkan tekat, maka bertawakallah

kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakal kepada-Nya.”

b. Q.S An-Nahl ayat 125.

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah (ialah

perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara

yang hak dengan yang batil) dan pelajaran yang baik dan

bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-

mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

11

Page 12: Materi Buku Pancasila Kel 4

jalannya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk.” Artinya Ajaklah atau Dakwahilah itu kepada

agama Tuhanmu dengan penuh hikmah dan pengajaran yang

baik.

c. Q.S Asy-Syuura ayat 38.

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan

Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka

menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada

mereka.”

d. Q.S Al-Mujaadilah ayat 11.

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:

“Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya

Allah akan memberi kelapangan untukmu.”

e. Q.S Al-Mujaadilah ayat 9.

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan

pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang

membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan

bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan

bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan

dikembalikan.”

f. Q.S Ali ‘Imron ayat 159.

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah

lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi

berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.

12

Page 13: Materi Buku Pancasila Kel 4

Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi

mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan

itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka

bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

g. Q.S An-Naml ayat 32.

“Berkata dia (Balqis): “Hai para pembesar berilah aku

pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan

sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku).”

h. Q.S Asy-Syuura ayat 38.

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan

Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka

menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada

mereka.”

5. Sila kelima berbunyi Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia bermakna

bahwa Negara Indonesia sebagai suatu organisasi tertinggi memiliki

kewajiban untuk mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Dalam

konsep Islam, hal ini sesuai dengan istilah adil. Al-Qur’an dalam beberapa

ayatnya memerintahkan untuk selalu bersikap adil dalam segala hal, adil

terhadap diri sendiri, orang lain dan alam. Di antaranya adalah yang

tercermin di dalam Al-Qur’an:

a. Q.S An-Nahl ayat 90.

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang

13

Page 14: Materi Buku Pancasila Kel 4

dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi

pengajaran kepadamu agar kamuj dapat mengambil pelajaran.”

b. Hadits sahih Al-Bukhari.

“Rasulullah SAW bersabda Setiap pemimpin itu diminta

pertanggungjawabannya.”

c. Q.S An-Nahl ayat 71.

“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang

lain dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan

(rezekinya itu) tidak mau memberikan rezeki mereka kepada

budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan)

rezeki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah? “

d. Q.S Ali ‘Imran ayat 180.

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang

Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa

kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu

adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan

dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan

Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan

Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. “

e. Q.S Al-Furqaan ayat 67.

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka

tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah

(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. “

f. Q.S Al-Hadiid ayat 11.

14

Page 15: Materi Buku Pancasila Kel 4

“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang

baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu

untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak, “

g. Q.S Adz-Dzaariyaat ayat 19.

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang

meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian. “

h. Q.S Al-Maa’uun ayat 1, 2 & 3.

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang

yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi

makan orang miskin.”

i. Q.S An-Nisaa’ ayat 135.

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang

benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah

biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum

kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu

kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu

karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu

memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka

sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang

kamu kerjakan.”

j. Q.S An-Nisaa’ ayat 58.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila

menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan

dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang

15

Page 16: Materi Buku Pancasila Kel 4

sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha

Mendengar lagi Maha Melihat.”

k. Q.S Al-Maa’idah ayat 8.

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang

yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi

dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap

sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku

adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan

bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

apa yang kamu kerjakan.”

l. Q.S An-Nahl ayat 90.

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang

dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi

pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

m. Q.S An-Nisaa’ ayat 36-37.

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya

dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-

bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,

tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat,

ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-

banggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh

orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang

16

Page 17: Materi Buku Pancasila Kel 4

telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah menyediakan

untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan.”

2. HUBUNGAN PANCASILA DENGAN AGAMA BUDHA

Agama Buddha biasanya lebih dikenal dengan sebutan Budha

Dhamma. Seluruh ajaran Sang Budha merupakan ajaran yang membahas

tentang hukum kebenaran mutlak, yang disebut Dhamma. Dhamma adalah

kata dalam bahasa Pali. Dhamma artinya kesunyataan mutlak, kebenaran

mutlak atau hukum abadi. Dhamma tidak hanya terdapat di dalam hati

sanubari atau di dalam pikiran manusia saja, tetapi juga terdapat di seluruh

alam semesta.

Agama Buddha adalah sebuah agama dan filsafat yang berasal dari

anak benua India dan meliputi beragam tradisi kepercayaan, dan praktik

yang sebagian besar berdasarkan pada ajaran yang dikaitkan dengan

Siddhartha Gautama, yang secara umum dikenal sebagai Sang Budha

(berarti “yang telah sadar” dalam bahasa Sanskerta dan Pali). Sang Budha

hidup dan mengajar di bagian timur anak benua India dalam beberapa

waktu antara abad ke-6 sampai ke-4 SEU (Sebelum Era Umum). Beliau

dikenal oleh para umat Buddha sebagai seorang guru yang telah sadar atau

tercerahkan yang membagikan wawasan-Nya untuk membantu makhluk

hidup mengakhiri ketidaktahuan/kebodohan (avidyā), kehausan/napsu

rendah (taṇhā), dan penderitaan (dukkha), dengan menyadari sebab

musabab saling bergantungan dan sunyatam dan mencapai Nirvana (Pali:

Nibbana).

17

Page 18: Materi Buku Pancasila Kel 4

Setiap aliran Buddha berpegang kepada Tripitaka sebagai rujukan

utama karena dalamnya tercatat sabda dan ajaran sang hyang Buddha

Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikasikan

ajarannya dalam 3 buku yaitu Sutta Piṭaka (kotbah-kotbah Sang

Buddha),Vinaya Piṭaka (peraturan atau tata tertib para bhikkhu)

dan Abhidhamma Piṭaka (ajaran hukum metafisika dan psikologi).

Kebanyakan penganut agama Buddha berada di Jakarta walaupun

ada juga di lain provinsi seperti Riau,Sumatra Utara,dan Sumatra Selatan.

Pada tahun 2008, jumlah penganut agama Buddha sekitar 1.3 juta penduduk

dari 217,346,140 penduduk Indonesia atau sekitar 0.6%. Pada tahun 2010,

jumlah penganut agama Buddha sekitar 961.086 penduduk dari 240,271,522

penduduk Indonesia atau sekitar 0.4%.

1. Sila Ke- 1 Ketuhanan yang Maha Esa

Dalam setiap agama konsep Ketuhanan yang Maha Esa merupakan

sebuah bagian pokok. Tanpa adanya Tuhan maka tidak dapat disebut

sebagai agama. Semua agama mengajarkan bahwa Tuhan itu tunggal.

Konsep Ketuhanan yang Maha Esa mempunyai penafsiran berbeda diantara

satu agama dengan agama yang lain.

Pernyataan Sang Buddha yang terdapat dalam Sutta pitaka, Udana

VIII: 3 “Ketahuilah para bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan,

Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta,Yang Mutlak .Duhai para Bikkhu,

apabila Tidak ada Yang Dilahirkan,Yang Tidak Menjelma,Yang Tidak

Diciptakan, Yang Mutlak,amaka tidak mungkin kita dapat bebas dari

kelahiran,penjelmaan,pembentukan,pemunculan dari sebab yang lalu.

18

Page 19: Materi Buku Pancasila Kel 4

Tetapi para bikkhu karena ada Yang Tidak Dilahitkan,Yang Tidak Menjelma,

Yang Tidak tercipta, Yang Tidak Mutlak maka ada kemungkinan untuk

bebeas dari kelahiran,penjelmaan, pembentukan, pememunculan dari sebab

yang lalu.”. Memberi penjelasan bahwa konsep Ketuhanan yang Maha Esa

dalam agama buddha adalah sebagai berikut : “Atthi Ajatang Abhutang

Akatang Asamkhatang” yang artinya “suatu Yang Tidak Dilahirkan,Tidak

Dijelmakan,Tidak Diciptakan,dan Yang Mutlak”. Ketuhanan Yang Maha Esa

adalah suatu yang tanpa aku (Anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan

dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan

adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang

berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan

(samsara) dengan cara bermeditasi.

Dalam Kitab suci Tripitaka, Konsep Ketuhanan agama Buddha

berbeda dengan Konsep Ketuhanan dalam agama lain. Konsep agama

Buddha yang berlainan dengan agama lain antara lain mengenai : Alam

Semesta,Kejadian Bumi dan Manusia,Kehidupan Alam Semesta, Kiamat dan

Keselamatan atau Kebebasan.Perbedaan tersebut merupakan ciri khas yang

ada dalam agama Buddha. Segala keyakinan tersebut

bersumber Tripitaka sebagai rujukan utama karena dalamnya tercatat sabda

dan ajaran sang Hyang Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian

mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam 3 buku yaitu Sutta

Pitaka (kotbah-kotbah Sang Buddha),Vinaya Pitaka (peraturan atau tata

tertib para bhikkhu) dan Abhidhamma Pitaka (ajaran hukum metafisika dan

psikologi).

19

Page 20: Materi Buku Pancasila Kel 4

Berdasarkan Pernyataan Sang Buddha yang terdapat dalam Sutta

pitaka, Udana VIII: 3 dapat ditarik kesimpulan bahwa pancasila khususnya

sila 1 mempunyai korelasi dengan ajaran agama buddha. Konsep Ketuhanan

Yang Maha Esa dalam pancasila tidak bertolak belakang dengan ajaran agam

Buddha.

2. Sila Ke-2 Kemanusian yang Adil dan Beradab

Salah satu sila dalam pancasila berisi tentang kemanusian. Berbicara

mengenai kemanusian maka kita akan melihat dari dua sisi,jasmani dan

rohani. Begitu pentingnya pengakuan dan perlindungan terhadap

kemanusiaan sehingga muncul istilah HAM ( Hak Asasi Manusia ). HAM

sering kali diterjemahkan menjadi perlindungan untuk kebebasan.

Dalam perumusan pancasila tentulah sudah dipikirkan secara matang

mengapa memasukan aspek kemanusian dalam dasar negara. Karena

sesungguhnya dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea 4 tujuan negara

Indonesia sendiri adalah untuk manusia. Sila ke-2 darpi pancasila

menekankan pada aspek kemanusian yang adil dan beradab.

Konsep penghormatan terhadap kemanusian dalam agama Buddha

ditandai dengan adanya lima aturan yaitu menjauhi diri dari

pembunuhan,pencurian,perilaku seks yang menyimpang,berbohong dan

mengkonsumsi bahan-bahan beracun.

Pertama adalah aturan menahan diri dari pembunuhan. Aturan ini

berkenaan dengan pembunuhan yang dilakukan secara langsung oleh diri

sendiri atau dilakukan secara tidak langsung dengan menyebabkan orang

lain membunuh. Aturan ini dibangun secara kuat atas dasar pengakuan

kesamaan hakiki dari semua makhluk hidup dan saling timbal balik

20

Page 21: Materi Buku Pancasila Kel 4

hubungan. Sang Buddha mengajarkan prinsip tanpa kekerasan dan

mendorong orang untuk meninggalkan niat jahat dan kemarahan.

Kedua adalah aturan menahan diri dari pencurian. Mencuri secara

langsung yaitu dilakukan oleh diri sendiri atau menyebabkan orang lain

mencuri.Umat buddha diperingati untuk menghindari keserakahan dan

keinginan untuk memiliki yang berlebihan.Aturan ini menjaga agar sikap ini

tidak diekspresikan dalam tindakan yang akan mengakibatkan

ketidakbahagiaan bagi semua orang.

Ketiga adalah aturan untuk menahan diri dari perilaku seksual yang

menyimpang. Perilaku seksual yang menyimpang pada dasarnya oleh hasrat

yang berlebihan atau keserakahan.

Keempat adalah aturan menahan diri dari kebohongan.Kebohongan

bisa karena niat jahat dan kemarahan karena ingin merusak nama baik

orang lain,atau karena nafsu atau keserakahan dalam rangka memperoleh

benda yang diinnginkan.

Kelima adalah aturan menahan diri dari mengkonsumsi ( makanan

atau minuman ) bahan-bahan beracun. Mengkonsumsi barang-barang

beracun mencuptakan keadaan yang dapat melanggar sila yang lain. Selain

itu, jika melanggar keempat aturan pertama secara langsung melukai orang

lain, melanggar aturan kelima secara langsung melukai diri sendiri.

Pelaksanaan kelima aturan tersebut membantu orang untuk

menanam lima kebaikan mulia yang berkaitan denngan masing-masing

aturan. Mengembangkan belas kasihan,kedermawanan dan

ketidakmelaratan,rasa puas,kebenaran, penuh dan kejernihan pikiran.

21

Page 22: Materi Buku Pancasila Kel 4

Dari lima aturan tersebut menggambarkan bahwa konsep

penghormatan terhadap kemanusian ada dalam aturan agama buddha

dimana fungsinya adalah melindungi individu tersebut sebagai manusia dan

melindungi manusia yang lain.

3. Sila Ke-3 Persatuan Indonesia

Semua agama termasuk budha mengajarkan kepada umatnya untuk

selalu bersatu dan menjaga kesatuan dan persatuan.Rasa saling

menghormati ini akan menciptakan kerukunan dan persatuan. Agama Budha

dalam Dhamma banyak dijumpai nasihat sebagai dukungan atas persatuan

dan. “ Kerukunan dalam kelompok memberikan kebahagian” ( Dhammpada

194 ). “Babi-babi hutan yang bersatu bahkan mampu membunuh

harimau,karena batinnya berpadu.” ( Angguttara Nikaya )

Selain dalam Dhamma nasihat persatuan yang diajarkan agama

budha juga terdapat dalam Angguttara Nikaya,Chakkanipita yaitu

Saraniyadhamma Sutta atau ‘Sutta tentang hal-hal yang membuat

dikenang,menyebutkan enam cara untuk mencapai kerukunan yaitu:

“Terdapat enam hal yang membuat saling dikenang,saling dicintai,saling

dihormati; menunjang untuk saling menolong untuk kecekcokan,kerukunan

dan kesatuan.” Enam hal tersebut adalah sebagai berikut : point 1-3,

memiliki perbuatan,ucapan,dan pikiran berdasarkan cinta kasih didepan

maupun dibelakang oarang lain; point 4, mau berbagi miliknya dengan orang

lain; point 5 ; melaksanakan kemoralan yang sama sewaktu ia sendirian

maupun di depan umum; point 6,memiliki pandangan yang benar dikala

sendirian maupun bersama.

22

Page 23: Materi Buku Pancasila Kel 4

Nasihat persatuan dalam agama Budda di terapkan oleh penganutnya

terselenggaranya kongres Umat Buddha di yogyakarta pada tanggal 7-8 Mei

1978. Dalam Kongres ini terbentuklah Perwalian Umat Budha Indonesia

( WALUBI ) sebagai wadah tunggal umat budha di Indonesia yang berbentuk

federasi.Nama Perwalian Umat Buddha sendiri diberikan oleh menteri

agama, Alamsyah Ratu Perwiranegara.

Dengan adanya dhamma yang menjelaskana tentang nasihat untuk

tetapa nersatu menjalin kerukunan dan terbentuknya WALUBI dapat

disimpulkan bahwa adanya nilai persatuan dan kesatuan yang diajarkan

agama Buddha.

4. Sila Ke-4 Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

Menurut Aganna Sutta, Buddha menunjukan bahwa fenomena

Demokrasi dam kedaulatan ditangan rakyat. Pada mulanya manusia

dilahirkan tanpa perbedakan kedudukan, semua masyarakat dapat

memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,

tetapi kehidupan yang damai mulai terganggu ketika manusia yang serakah

mencuri, yang licik menipu, yang kuat menindas yang lemah.

Didalam khotbahnya sang Buddha mengajarkan atau menjelaskan

syarat-syarat kesejahteraan suatu bangsa, yang merupakan ciri dnegara

demokrasi yaitu :

a) Sering berkumpul mengadakan musyawarah

b) Dalam musyawarah selalu menganjurkan perdamaian.

c) Menetapkan peraturan baru dan menentukan pelaksanaan baru dan

peraturan-peraturan lam yang baik

23

Page 24: Materi Buku Pancasila Kel 4

d) Menunjukan rasa hormat dan bhakti kepada orang tua.

e) Melarang keras penculikan terhadap gadis-gadis dari keluarga baik-baik.

f) Menghargai dan menghormati tempat suci serta sering melaksanakan

puja bhakti.

g) Menghargai dan melindungi orang-orang suci dengan seyogyanya

(D.II.16).

Konsep musyawarah mufakat telah diajarkan waktu Buddha masih

hidup, upaya untuk menghindari terjadinya ketegangan hubungan antar

agama, dengan membina toleransi antar umat beragama di India, yakni

antar agama Buddha dengan agama Hindu, benar-benar diperhatikan oleh

Sang Buddha. Hal ini terbukti dengan adanya kotbah Sang Buddha dalam

Upali Sutta yang isinya:"Upali adalah seorang yang sangat terpandang

dalam masyarakatnya. Ia menjadi siswa dari Nighanta, Nataputta, guru

besar agama Jahina. Upali diutus oleh guru besar-Nya untuk berdialog

dengan Buddha tentang hukum Karma. Setelah dialog itu selesai, Upali

menyatakan dengan jujur, bahwa ajaran Buddha tentang hukum karma

adalah yang benar. Upali lalu memohon kepada Buddha untuk

menerimanya menjadi siswa dan penganut Buddha".Terbentuknya WALUBI

dapat dijadikan bukti bahwa umat buddha mengaplikasikan masihat Sang

Buddha tentang musyawarah.

5. Sila Ke-5 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Kehidupan masyarakat akan berkembang bila ada kebebasan bagi

seluruh anggota masyarakat untyk menempatkan dirinya sederajat dan

mengambil peran masing-masing secara demokratis. Buddha memberikan

sejumlah petunjuk untuk mengembangkan masyarakat yang merdeka dan

24

Page 25: Materi Buku Pancasila Kel 4

sejahtera,yang menempatkan kesucian dan nilai-nilai luhur diatas kekuasaan

. Agama yang mengajarkan kebebbasan,persamaan derajat dan

persaudaraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

( Mukti,2003:495 )

Prinsip-prinsip keadilan sosial menurut Agama Buddha.Di dalam

membicarakan mengenai keadilan sosial maka prinsip yang terkait erat

adalah mengenai penyelenggaraan pemerintahan.Pemerintah bertujuan

untuk mewujudkan keadilan sosial bagi rakyatnya.Di dalam berbagai Sutta

dan Sutra Sang Buddha banyak membahas mengenai hal ini.Di dalam

Kutadanta Sutta yang merupakan Sutta ke 5 dari Digha Nikaya dikatakan

demikian:"Brahmana yang baik, dengar dan perhatikanlah apa yang akan

Saya katakan.” "Baik," jawab Brahmana Kutadanta."Dahulu kala ada

seorang raja bernama Mahavijito yang memiliki harta dan kekayaan yang

besar sekali; memiliki gudang-gudang emas dan perak serta hal-hal yang

menyenangkan, barang-barang serta panen yang baik; lumbung dan

penyimpanan harta yang penuh.Pada suatu hari ia sedang duduk sendiri,

merenung dan berpikir:"Saya memiliki segala sesuatu yang dapat dinikmati

oleh manusia. Seluruh dunia menjadi milikku karena saya taklukkan. Suatu

hal yang baik jika saya melakukan upacara korban yang besar guna

memantapkan kesejahteraan dan kejayaanku saya untuk kemudian hari."

Raja memanggil brahmana penasehat spiritualnya dan mengatakan

apa yang telah dipikirkannya dengan berkata: "Saya akan senang

sekali melakukan upacara pengorbanan yang besar demi

kejayaan dan kesejahteraanku untuk masa yang lama. Katakan padaku

bagaimana caranya?"

25

Page 26: Materi Buku Pancasila Kel 4

Penasehat raja menjawab: "Kerajaan sedang dalam

kekacauan. Ada perampok yang merajalela di desa-desa dan kota-kota dan

mengakibatkan jalan-jalan tidak aman. Bilamana hal itu masih seperti itu,

lalu raja akan menarik pajak, maka raja akan bertindak salah. Namun

bilamana raja berpendapat, akan segera menghentikan perampok-

perampok itu dengan cara penangkapan, mendenda, mengikat dan

menghukum mati!' Tetapi kejahatan itu tidak akan lenyap dengan seperti

itu. Karena penjahat yang tak tertangkap akan tetap melakukan

kejahatan. Ada sebuah cara yang dapat dilakukan untuk menghentikan

kekacauan ini. Siapa saja dalam kerajaan yang hidup sebagai peternak dan

petani, Raja berikan makanan dan bibit kepada mereka.”

Orang-orang itu melaksanakan pekerjaan mereka masing-

masing, maka pendapatan negaraakan meningkat, kerajaan akan aman dan

damai, rakyat akan senang dan bahagia, mereka akan menari dengan anak-

anak mereka dan mereka hidup dengan rumah yang aman.Demikianlah,

rakyat hidup melaksanakan tugas mereka masing-masing, akibatnya

kejahatan lenyap.

Dari Kutadanta Sutta yang merupakan Sutta ke 5 dari Digha Nikaya

kita dapat melihat bahwa keadilan sosial telah diajarkan oleh Sang Budda.

26

Page 27: Materi Buku Pancasila Kel 4

3. HUBUNGAN KRISTEN PROTESTAN DENGAN PANCASILA

Di negara Indonesia terdapat suatu agama kepercayaan Kristen

masyarakatnya yaitu agam Kristen. Agama Kristen adalah sebuah

kepercayaan yang berdasarkan pada ajaran, hidup, sengsara, wafat dan

kebangkitan Yesus Kristus atau Isa Almasih. Agama Kristen pertama kali

dating ke Indonesia pada abad ke-7. Melalui gereja Assiria (Gereja Timur)

yakni berdiri di dua tempat : Pancuran (sekarang wilayah dari Deli Serdang)

dan Barus (sekarang wilayah Tapanuli Tengah) di Sumatera (645 SM).

Pancasila sebagai pemersatu bangsa Indonesia ternyata nilai-nilai yang

terkandung didalamnya tidak terlepas dari ajaran-ajaran yang ada pada

agama Kristen. Disini terdapat kolerasi antara nilai dalam ajaran Kristen dan

pancasila. Disini dijabarkan bahwa tiap butir pancasila terdapat kolerasi

yangdikatakan diatas tadi.

Butir demi butir dari kelima sila Pancasila dalam penjelasannya jelas

tidak bertentangan dengan Al-Kitab, dalam pelaksanaannya secara

keseluruhan dapat mendukung pengembangan kegiatan setiap agama yang

ada di Indonesia. Penjelasan butir demi butir dari kelima butir Pancasila yang

erat hubungannya dengan Al-Kitab adalah:

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila ini dapat memberikan suatu kebebasan ruang gerak bagi

kemerdekaan beragama, setiap orang harus meyakini adanya Tuhan Yang

maha Esa dan memberikan kebebasan untuk memeluk agamanya masing-

masing.

27

Page 28: Materi Buku Pancasila Kel 4

Penjelasan Al-Kitab: Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha

Kuasa, sebagai mana jelas dalam tindakannya Penciptaan langit dan bumi.

(Kejadian 1:1-27). Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Kasih (1

Yohanes 4:8). Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Maha Penolong,

Tuhan Khalik Langit dan Bumi beserta segala isinya (Mazmur. 121:1-2)

2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab

Sila ini menjelaskan bahwa Bangsa Indonesia harus meningkatkan

martabat manusia, dan dapat menikmati hak-haknya dan melaksanakan

tanggung jawabnya.

Penjelasan Al-Kitab:

Manusia itu agung dan mulia karena manusia adalah satu-satunya

mahluk hidup yang dibentuk atau diciptakan Allah (Kejadian: 1:22)

3. Sila Persatuan Indonesia

Sila ini menjelasakan untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan

demi keselamatan bangsa dan negara, mendahulukan kepentingan

masyarakat dari kepentingan pribadi walaupun berbeda-beda kita tetap

satu.

Penjelasan Al-Kitab:

“Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya

sendiri…” (Roma 14:7a)

4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan

Sila ini menjelaskan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain,

mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan, musyawarah

untuk mancapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

28

Page 29: Materi Buku Pancasila Kel 4

Penjelasan Al-Kitab:

“Kasih itu sabar, Kasih itu murah hati……” (I. Korintus. 13:14)

“Tidak mengambil keuntungan diri sendiri” (I. Korintus. 13:5)

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sila ini menjelaskan, untuk bersikap adil, suka memberikan

pertolongan kepada orang lain.

Penjelasan Al-Kitab:

“Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim

belalah hak orang-orang yang sengsara dan orang yang kekurangan”.

(Mazmur 82:3)

Dengan demikian menurut orang Kristen sila-sila dalam Pancasila

tidak bertentangan dengan Al-Kitab bahkan dalam pelaksanaannya secara

konsekuen/mendukung apa yang terdapat dalam Al-Kitab.

4. KORELASI PANCASILA DENGAN AGAMA KONGHUCHU

Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu

Tze atau Konfusius) dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao (儒

教 ) yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan

berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan

beliau hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum

kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan: “Aku bukanlah pencipta

melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut”.

Ajaran ini dikembangkan oleh muridnya Mensius ke

seluruh Tiongkok dengan beberapa perubahan. Kong Hu Cu disembah

sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi agama baru, meskipun dia

sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar biasa akan Kong

29

Page 30: Materi Buku Pancasila Kel 4

Hu Cu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama dengan

diadakannya perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Cu.

Korelasi Pancasila dengan Agama Konghuchu :

1. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

- Dalam Ketuhanan Yang Maha Esa, Tentang Tuhan dalam budaya

Tionghoa atau mau digunakan kata Gaya Misterius (Istilah father Van

Schie). Dan konsep keTuhanan budaya Tionghoa itu seperti konsep

budaya India maupun Yunani pra penghancuran agamanya oleh agama

lain. Bahkan beberapa pandangan ada yang mirip-mirip dengan agama-

agama yang diyakini di sebagian Eropa. Buktinya adalah “Diempat

penjuru lautan semua manusia bersaudara” (SABDA SUCI XII : 5).

Artinya : semua manusia sederajat dan berkesempatan sama di hadapan

Tuhan, siapa saja mengamalkan kebaikan dan mengembangkan

kodratnya sebagai makhluk TUHAN pada dasarnya IA adalah seorang

KONGHUCU.

- Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan

antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita

melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian

Dao) yang disebut dengan istilah "Tian" atau "Shang Di".

- Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:

a. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)

b. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)

c. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)

d. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)

e. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)

30

Page 31: Materi Buku Pancasila Kel 4

f. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu

Duo)

g. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing

Shu)

h. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)

2. Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

- Dalam Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, Budaya Tionghoa mengenal

kata "ren" yang berarti adalah kemanusiaan. Bahkan kata keadilan dan

beradab sudah tertuang dalam banyak aliran filsafatnya.

- Lima Hubungan Sosial (Wu Lun):

a. Hubungan antara Pimpinan dan Bawahan

b. Hubungan antara Suami dan Isteri

c. Hubungan antara Orang tua dan anak

d. Hubungan antara Kakak dan Adik

e. Hubungan antara Kawan dan Sahabat

- Berdasarkan kitab Zhong Yong agama adalah bimbingan hidup karunia

Tian/Tuhan Yang Maha Esa (Tian Shi) agar manusia mampu membina diri

hidup di dalam Dao atau Jalan Suci, yakni "hidup menegakkan Firman

Tian yang mewujud sebagai Watak Sejati, hakikat kemanusiaan". Hidup

beragama berarti hidup beriman kepada Tian dan lurus satya

menegakkan firmanNya.

- Budaya Tionghoa mengenal kata "ren" yang berarti adalah kemanusiaan.

Bahkan kata keadilan dan beradab sudah tertuang dalam banyak aliran

filsafatnya. Seorang umat KONGHUCU bercita–cita menjadi seorang

KONGHUCU, SUSILAWAN, INSAN KAMIL yang tidak menunjukkan

31

Page 32: Materi Buku Pancasila Kel 4

tentang suatu golongan atau kelompok atau suku, melainkan seorang

yang benar–benar bercita–cita senantiasa menjunjung tinggi kebajikan

(SABDA SUCI VI : 13).

3. Sila ketiga: Persatuan Indonesia

- Dalam Persatuan Indonesia, adalah salah pandangan beberapa orang

Tionghoa yang kebetulan beragama lain ( Ini bukan bertujuan

meributkan agama, tapi fakta yang tertulis dalam sejarah ) pada masa

ORLA yang beranggapan bahwa agama Khong Hucu berkiblat pada negri

leluhur. Kong Zi tidak pernah mengatakan harus berkiblat pada negri

leluhur, tapi mengabdilah pada negara tempat kamu tinggal dan menjadi

warga negaranya dan jagalah. Arti kata guo yang berarti adalah tembok

wilayah, satu orang memegang tombak sudah bermakna harus menjaga

keutuhan wilayah atau negara. Jika anda perhatikan, jauh sebelum

konsep republik Indonesia sudah ada banyak tokoh-tokoh Tionghoa yang

berjuang bahu membahu dengan tokoh-tokoh suku lain menentang

penjajahan Belanda. Buktinya adalah “Tanah air harus dijaga dari

generasi ke generasi, tidak boleh ditinggalkan sekedar pertimbangan

pribadi, bersiaplah untuk mati, tetapi jangan pergi”. (BINGCU I B : 15 : 3)

4. Sila keempat: Kerakyatan Yang dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/ perwakilan

- Dalam Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam

Permusyawaratan/Perwakilan, terdapat di konsep Ru Jiao terhadap

masalah negara dan masyarakat. Buktinya adalah “Di dalam menjalankan

5 perkara diatas nabi KONGHUCU memberikan 3 pusaka sebagai

32

Page 33: Materi Buku Pancasila Kel 4

kebajikan yang harus dilaksanakan yaitu KEBIJAKSANAAN, CINTA KASIH,

BERANI”. (Tengah Sempurna : XIX : 8).

- Mensius adalah seorang filsuf Tiongkok. Ia adalah penerus

ajaran Khonghucu/Kongzi yang hidup sekitar 300 tahun setelah wafatnya

Khonghucu sering melakukan pembicaraan dengan para Raja atau

penguasa pada masa itu untuk meyakinkan mereka agar supaya menjadi

pemimpin yang benar dan bermoral. Disamping itu pula beliau

mengajarkan tentang demokrasi dalam pemerintahan, karena seorang

Raja atau pemimpin itu dipercaya mendapatkan mandat dari Tian

(Langit) atau disebut dengan Tian Ming. Dia harus bertindak sebagai ayah

bunda rakyatnya. Ditegaskannya pula bahwa :"Tuhan melihat seperti

halnya rakyat melihat, dan Tuhan mendengar seperti halnya rakyat

mendengar".

5. Sila kelima: Kesejahteraan sosial bagi seluruh rahyat indonesia

- Dalam Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia , bisa dilihat konsep

min yi shi wei tian, juga prinsip menghargai sesama yang diajarkan Kong

Zi. Buktinya adalah “Apa yang diri sendiri tiada inginkan, janganlah

diberikan kepada orang lain” (SABDA SUCI XII : 2), “Seorang yang berperi

Cinta Kasih ingin dapat tegak maka IA berusaha agar orang lainpun tegak,

IA ingin maju maka IA harus berusaha agar orang lainpun maju” (SABDA

SUCI VI : 20)

- Agama konghucu di Indonesia tidak hanya mengajarkan kepada

penganutnya bagaimana seseorng berbakti kepada Tian (Tuhan yang

maha esa) orang tua, orng yang lebih tua, para pemimpin, tapi juga

33

Page 34: Materi Buku Pancasila Kel 4

mengajarkan tata cara melakukan ibadah kepada Tian, Nabi, orang-orang

suci, leluhur dan lain-lain.

E. HUBUNGAN PANCASILA DENGAN AGAMA HINDU

1. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

a Eko Narayanad Na Dwityo 'Sti Kaccit artinya hanya satu Tuhan sama

sekali tidak ada duanya.

b Ekam Sat Viprah Bahuda Wadanti artinya hanya satu (Ekam) Hyang

Widhi (sat=hakekat) hanya orang yang bijaksana (Viprah)

menyebutkan (Wadanti) dengan banyak nama (Bahuda). Sesuai

dengan fungsinya Hyang Widhi Wasa juga disebut dengan Tri Sakti

yang terdiri dari Brahma adalah fungsinya sebagai pencipta

(Utpatti), Wisnu yang fungsinya sebagai pelindung, pemelihara

dengan segala kasih sayangnya (Shiti) dan Siwa fungsinya sebagai

melebur (Pralina) dunia beserta isinya dan mengembalikan dalam

peredarannya ke asal (sangkan paran) yaitu kembali ke asal.

2. Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

a Baba (1995 : 2) menekankan bahwa kebutuhan dan kewajiban

utama dalam hidup manusia adalah menjadi manusiawi. Apa pun

kesarjanaan, kedudukan atau wewenang kita, janganlah

mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

b Konsep tri semaya yakni persepsi orang Bali terhadap waktu.

Menurut orang Bali masa lalu (athita), masa kini (anaghata) dan

masa yang akan datang (warthamana) merupakan suatu rangkaian

waktu yang perbuatan saat ini juga menentukan kehidupan di masa

yang akan datang.

34

Page 35: Materi Buku Pancasila Kel 4

c Dalam kutipan sloka suci ditegaskan bahwa melakukan sesuatu

yang terbaik, termulia, terhormat tidak dapt dipisahkan satu

dengan lainnya. Kehidupan manusia pada saat ini ditentukan oleh

hasil perbuatan di masa lalu, dan , terbijaksana dimulai dan diri

sendiri yang pada akhirnya untuk dipersembahkan selain untuk diri

sendiri tetapi juga untuk pihak lain, orang lain, warga lain, sesama

lain, suku lain, adat lain, negara lain, bangsa lain dan sebagainya

d Dalam agama Hindu hubungan-hubungan harmonis ini disebut Tri

Hita Karana. Hubungan yang harmonis antara manusia dengan

Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan

alam lingkungan dimana ia hidup dan mencari kehidupan.

Manusia yang manusiawi adalah manusia yang anti kekerasan.

"Ahimsa paramo dharmah" Ahimsa atau pantang-kekerasan adalah

agama atau kebenaran tertinggi.

3. Sila ketiga: Persatuan Indonesia

a. Menghayati dan mengamalkan ideologi bangsanya serta tunduk

dan patuh menjalankan ketentuan konstitusional yang berlaku.

Ketentuan ini dinyatakan di dalam Veda Smrti adhyaya VII sloka 13,

14 dan 18 yang berbunyi sebagai berikut:

b "Tasmaddharmam anistesu sa vyavasyennaradhipah, anistam

capyanistesu

tam dharmam na vicalayet "

c Tasyarthe sarvabhutanam goptaram dharmamatmajam, brahma

tejomayam dandam asrjat purva isvarah "35

Page 36: Materi Buku Pancasila Kel 4

d "Dandah sasti prajah sarva danda evabhiraksati, danda suptesu jagarti

danda dharmam vidurbudhah "

Artinya :

a " Karena itu hendaknya jangan seorangpun melanggar undang-undang

yang dikeluarkan oleh raja baik karena menguntungkan seseorang

maupun yang merugikan pihak yang tidak menghendaki "

b " Demi untuk itu, Tuhan telah menciptakan Dharma, pelindung semua

mahluk, penjelmaannya dalam wujud undang-undang, merupakan

bentuk kejayaan Brahman Yang Esa"

c " Sangsi hukum itu memerintah semua mahluk, hukum itu yang

melindungi mereka, hukum yang berjaga selagi orang tidur, orang -

orang bijaksana menyamakannya dengan dharma "

d " Dalam lontar Sutasoma disebutkan juga bahwa Bhineka Tunggal Ika, tan

hana Dharma mangrwa, yang artinya berbeda-beda tetapi satu tidak ada

dharma yang dua.

4. Sila keempat: Kerakyatan Yang dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/ perwakilan

a "Semoga musyawarahmu mencapai mufakat, semoga sidangmu

mencapai tujuan bersama, bersama dalam pikiran, dan pikiran-pikiran itu

menjadi satu. Tujuan bersama Kuletakkan di depanmu. Dan memuja

dengan persembahan bersama. Semoga tujuanmu sama, dan hatimu

dalam satu pertujuan, dan semua kamu dalam satu pikiran. Dengan

demikian kamu akan hidup sejahtera bersama." Rig Veda 10.191., 2-4

b. "Marilah kita rukun dan damai dengan orang kita, dan damai dengan

orang asing di antara kita. Tuhan yang suci menciptakan di antara kita

36

Page 37: Materi Buku Pancasila Kel 4

dan orang-orang asing sebuah persatuan hati. Semoga kita bersatu

dalam pikiran, bersatu dalam tujuan-tujuan kita, dan tidak berperang

terhadap jiwa suci dalam diri kita. Semoga teriakan perang tidak muncul

di tengah-tengah orang yang terbunuh. Dan tidak ada anak panah jatuh

di fajar menyingsing." Atharva Veda 7. 53, 1-2.

5. Sila kelima: Kesejahteraan sosial bagi seluruh rahyat indonesia

Budaya Ngarap, berdasarkan Tattwa- Tattwa dalam Sarasamuçcaya dan

Itihasa Bharatayuda adalah suatu rangkaian kerja gotong royong dalam

upacara pitra yadnya yang dilakukan pada waktu pengusungan sawa /

jenazah dan balai ke tempat pembersihan / mepeningan, kemudian dari

tempat pembersihan ke balai, dan balai ke tempat pengusungan (wadah,

bade, papaga, dan lain- lain) kemudian pengangkatan sawa / jenazah dari

wadah ke tempat pembasmian / penguburan.

37

Page 38: Materi Buku Pancasila Kel 4

BAB II

KORELASI PANCASILA DENGAN BUDAYA INDONESIA

A. LATAR BELAKANG

Masyarakat Indonesia yang majemuk terdiri dari berbagai

budaya, karena adanya kegiatan dan pranata khusus. Perbedaan ini justru

berfungsi mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi sosial

masyarakat tersebut. Pluralisme masyarakat, dalam tatanan sosial,

agama dan suku bangsa, telah ada sejak nenek moyang, keragaman

budaya yang dapat hidup berdampingan, merupakan kekayaan dalam

budaya Nasional. Kebudayaan dalam Pancasila dapat dimengerti dari sila

“PersatuanIndonesia” yang berarti sebuah pluralisme, dan teosentrisme

dari semangat sila yang pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Demokrasi Kebudayaan itu harus mampu memberikan masa depan

yang lebih baik. Menurut bahasa sansekerta Pancasila berasal dari dua kata

yakni “panca” yang berarti “lima” dan “sila” yang berarti “asas atau prinsip”.

Sehingga dapat disimpulkan pancasila mengandung arti lima buah prinsip

atau asas. Sedangkan kebudayaan menurut Selo Soemardjan dan

Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan

cipta masyarakat.

Kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan yang berdasarkan

pancasila. Karena dari segi Pancasila terkandung kebudayaan yang

menekankan persatuan. Selain itu, dari segi pengertian Pancasila juga

38

Page 39: Materi Buku Pancasila Kel 4

merupakan lima butir prinsip atau asas yang harus dijunjung tinggi

oleh kita sebagai bangsa Indonesia. Sedangkan kebudayaan merupakan

sarana hasil sebuah karya, rasa, dan cipta masyarakat. Sehingga Pancasila

tercipta berdasarkan Kebudayaan. Kaitan diantara keduanya begitu erat

sehingga timbal balik antara Pancasila dn Kebudayaan dapat terjadi

dengan signifikn karena keduanya saling berhubungan

SILA 1: Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Minang, Sumatera Barat

Indonesia jaman dahulu adalah untuk upacara keagamaan.

Menhir di gunakan sebagai pemujaan arwah nenek moyang. Pemujaan

arwah nenek moyang ini merupakan salah satu ibadah kepercayaan

animisme. Pada zaman dahulu nenek moyang orang minang menganut

kepercayaan animism. Dalam kepercayaan animism, mereka percaya

bahwa roh orang yang telah meninggal mempunyai pengaruh yang

kuat terhadap kehidupan jalan masyarakat, termasuk kesejahteraan

dan kesejahteraan tanaman. Untuk pemujaan ini di bangunlah sebuah

menhir. Dengan begitu mereka menjadikan menhir tersebut untuk

menyembah para arwah nenek moyang.

Pada zaman sekarang, menhir tidak lagi di gunakan sebagai

sarana untuk menyembah para roh atau arwah nenek moyang, hal ini

disebabkan karena orang jaman sekarang terutama masyarakat

Minangkabau sangat wajib menganut agama islam. Masyarakat

Minangkabau telah maju. Sejak masuknya agama islam ke

Minangkabau, menhir sudah lama di tinggalkan. Masyarakat mulai

menyadari agama yang benar adalah agama islam.

39

Page 40: Materi Buku Pancasila Kel 4

Dan orang Minang wajib menyembah Allah swt. Meskipun

sekarang ini menhir tidak berguna lagi untuk beribadah, melainkan

menhir sekarang dugunakan untuk wisata juga sebagai penelitian

sejarah bagi para peneliti. Untuk menjaga nilai sejarah masyarakat

Minangkabau membiarakan menhir-menhir tersebut di tempatnya

berada sesuai yang telah di tempatkan oleh masyarakat atau nenek

moyang kita pada zaman dahulu. Dan juga membiarkan dalam bentuk

aslinya supaya mudah di pelajari.

2. Bima, NTT

Kepercayaan Makakamba – Makakimbi

Kepercayaan ini merupakan kepercayaan asli penduduk Dou

Mbojo. Sebagai media penghubung manusia dengan alam lain dalam

kepercayaan ini, diangkatlah seorang pemimpin yang dikenal dengan

nama Ncuhi Ro Naka. Mereka percaya bahwa ada kekuatan yang

mengatur segala kehidupan di alam ini, yang kemudian mereka sebut

sebagai “Marafu”. Sebagai penguasa alam, Marafu dipercaya

menguasai dan menduduki semua tempat seperti gunung, pohon

rindang, batu besar, mata air, tempat-tempat-tempat dan barang-

barang yang dianggap gaib atau bahkan matahari. Karena itu, mereka

sering meminta manfaat terhadap benda-benda atau tempat-tempat

tersebut. Selain itu, mereka juga percaya bahwa arwah para leluhur

yang telah meninggal terutama arwah orang-orang yang mereka

hormati selama hidup seperti Ncuhi, masih memiliki peran dan

menguasai kehidupan dan keseharian mereka. Mereka percaya, arwah-

40

Page 41: Materi Buku Pancasila Kel 4

arwah tersebut tinggal bersama Marafu di tempat-tempat tertentu

yang dianggap gaib.

Masyarakat asli juga memiliki tradisi melalui ritual untuk

menghormati arwah leluhur, dengan mengadakan upacara pemujaan

pada saat-saat tertentu. Upacara tersebut disertai persembahan

sesajen dan korban hewan ternak yang dipimpin oleh Ncuhi. Tempat-

tempat pemujaan tersebut biasa dikenal dengan nama “Parafu Ra

Pamboro”.

3. Batak

Sebelum Injil masuk, suku Batak adalah suku penyembah

berhala. Kehidupan agamanya bercampur, antara menganut

kepercayaan animisme, dinamisme dan magi. Ada banyak nama dewa

atau begu (setan) yang disembah, seperti begu djau (dewa yang tidak

dikenal orang), begu antuk (dewa yang memukul kepala seseorang

sebelum ia mati), begu siherut (dewa yang membuat orang kurus

tinggal kulit), dan lainnya.

Sebelum masuknya pengaruh agama

Hindu, Islam, dan Kristen ke tanah

Batak, orang Batak pada mulanya

belum mengenal nama dan istilah

‘dewa-dewa’. Kepercayaan orang Batak

dahulu (kuno) adalah kepercayaan

kepada arwah leluhur serta

kepercayaan kepada benda-benda mati. Benda-benda mati dipercayai

memiliki tondi (roh) misalnya: gunung, pohon, batu, dll yang kalau

41

Page 42: Materi Buku Pancasila Kel 4

dianggap keramat dijadikan tempat yang sakral (tempat sembahan).

Orang Batak percaya kepada arwah leluhur yang dapat menyebabkan

beberapa penyakit atau malapetaka kepada manusia. Penghormatan

dan penyembahan dilakukan kepada arwah leluhur akan

mendatangkan keselamatan, kesejahteraan bagi orang tersebut

maupun pada keturunan. Kuasa-kuasa inilah yang paling ditakuti dalam

kehidupan orang Batak di dunia ini dan yang sangat dekat sekali

dengan aktifitas manusia.

Sebelum orang Batak mengenal tokoh dewa-dewa orang India

dan istilah ‘Debata’, sombaon yang paling besar orang Batak (kuno)

disebut ‘Ompu Na Bolon’ (Kakek/Nenek Yang Maha Besar). Ompu

Nabolon pada awalnya bukan salah satu dewa atau tuhan tetapi dia

adalah yang telah dahulu dilahirkan sebagai nenek moyang orang

Batak yang memiliki kemampuan luar biasa dan juga menciptakan adat

bagi manusia. Tetapi setelah masuknya kepercayaan dan istilah luar

khususnya agama Hindu; Ompu Nabolon ini dijadikan sebagai dewa

yang dipuja orang Batak kuno sebagai

nenek/kakek yang memiliki kemampuan luar biasa. Untuk

menekankan bahwa ‘Ompu Nabolon’ ini sebagai kakek/nenek yang

terdahulu dan yang pertama menciptakan adat bagi manusia, Ompu

Nabolon menjadi ‘Mula Jadi Nabolon’ atau ‘Tuan Mula Jadi Nabolon’.

Karena kata Tuan, Mula, Jadi berarti yang dihormati, pertama dan yang

diciptakan merupakan kata-kata asing yang belum pernah dikenal oleh

orang Batak kuno. Selanjutnya untuk menegaskan pendewaan bahwa

Ompu Nabolon atau Mula Jadi Nabolon adalah salah satu dewa

42

Page 43: Materi Buku Pancasila Kel 4

terbesar orang Batak ditambahkanlah di depan Nabolon atau Mula Jadi

Nabolon itu kata ‘Debata’ yang berarti dewa (=jamak) sehingga

menjadi ‘Debata Mula Jadi Nabolon’.

4. Bali

Agama Hindu

berkembang ke seluruh

dunia dengan kitab

sucinya Weda,

disesuaikan dengan

budaya lokal (local

genius). Sebagai payung

dalam perkembangannya. Di Bali Agama Hindu berkembang sesuai

dengan pola kehidupan masyarakat Bali yang mayoritas sebagai petani.

Sebelum Agama Hindu masuk ke Bali, masyarakat Bali telah memiliki

kepercayaan yang disebut dengan Agama Nusantara atau

Agama nenek moyang. Agama nenek moyang ini meletakan

dasar pada hal-hal mistik yang mampu melindungi masyarakat Bali.

Sebagai wadah untuk meyakini kepercayaan ini dibuktikan dengan

adanya sekta-sekta yang berkembang di Bali. Sekta-sekta tersebut

adalah :

a. Sekta Pasupatya, ditandai dengan Lingga sebagai perlambang

Dewa Siva.

43

Page 44: Materi Buku Pancasila Kel 4

Lingga tersebut banyak dijumpai pada pura atau tempat-tempat

suci atau tempat-tempat yang sudah kuno. Dan Matahari sebagai

manifestasi Tuhan dan surya sewana sebagai penghayatannya.

b. Sekta Bairawa, pada umumnya ditandai dengan perwujudan Dewa

Siva yang berwajah angker yang menyeramkan. Penghayatannya

lebih ditujukan kepada Dewa Durga. Sering juga disebut

Tantrisme, selanjutnya kita kenal aliran Niwerti Marga atau

Tanrisme kiri dan Prawerti atau Tantrisme kanan. Tandanya suka

makan darah, tuak, daging (lawar), komoh (daging mentah

dicampur air darah mentah).

c. Sekta Waisnawa mempunyai ciri-ciri pemujaan terutama ditujukan

kepada Dewi Sri, Dewa Wisnu sebagai lambang kemakmuran,

sumber kehidupan Dewa Wisnu (Wisnu Padha).

d. Sekta Budha atau Sogatha ditandai dengan ciri-ciri suatu mantram

disebut Tipeyetha mantram, disimpan di Pejeng dalam bentuk

tulisan stupika. Juga ditemikan Bodhisatwa di Bedulu, di Pura

Genuruan, Arca Bodhisatwa di Pura Galang Sanja Pejeng, arca-arca

di Goa Gajah. Semua bukti-bukti itu sebagai tanda bahwa sekta

tersebut telah ada jauh sebelum Empu Kuturan

datang ke Bali.

e. Sekta Pertapa di Bali, tidak jelas lagi terlihat karena telah menyatu

dengan Sekta Siva Sidhiyanta dengan ditandai kitab Manawa

Dharma, Purwa Digama, Adigama, Kutara dan lainnya.

f. Sekta Rsi, pada umumnya pengikutnya berasal dari kesatria wangsa,

kemudian berdwijati menjadi Dewa Rsi, Raja Rsi atau raja-raja

44

Page 45: Materi Buku Pancasila Kel 4

yang kemudian berwanaprasta selanjutnya menjadi Rsi atau

Pandita. Kelompok ini semua disebut Brahmana karena telah

disumpah Sastra Weda.

g. Sekta Pasupateya, pada umumnya aliran ini memuja Surya.

Pemujaan ini dilakukan pada waktu matahari terbit dan matahari

terbenam, terkenal dengan istilah surya sewana, dan tata

aturannya termuat di dalam lontar, semua apa yang telah

dilakukan di dalam melakukan surya sewana tersebut merupakan

bukti bahwa seseorang telah melakukan yadnya menurut

Pasupatiya.

h. Sekta Ganapatya, pada umumnya pemujaan itu ditujukan pada

Ganesa atau Dewa Angin dan pada tempat-tempat yang sangat

berbahaya tersebut ditempatkan patung Ganesa (Ganesa = angin).

i. Sekta Budha Mahayana, dimana Empu Kuturan sebagai penganut

utamanya juga akan melebur kesatu bentuk yang dikenal dengan

paham Tri Murtinya, dimana semuanya tercakup di dalamnya dan

saling mengisi dengan yang lainnya. Ciri-ciri lainnya sudah tidak

tampak lagi. Demikianlah asal usul dari terciptanya paham ajaran Tri

Sakti hingga mengalami perkembangan dari masa ke masa hingga

saat ini (Manik Mas dkk., tt : 10-11). Empu Kuturan

mengharmoniskannya menjadi konsep Tri Murti yaitu Brahma

Wisnu, dan Siva yang distanakan pada desa adat dengan Tiga

Parahyangan yang disebut dengan Kahyangan Tiga yaitu Pura Puseh

untuk pemujaan Dewa Wisnu, Pura Desa untuk pemujaan Dewa

Brahma, dan Pura Dalem untuk pemujaan Dewa Siva.

45

Page 46: Materi Buku Pancasila Kel 4

5. Papua

A. Suku Asmat

Orang Asmat yakin

bahwa mereka

adalah keturunan

dewa yang turun dari

dunia gaib yang

berada di seberang

laut di belakang ufuk,

tempat matahari

terbenam tiap hari. Menurut keyakinan orang Asmat, dewa nenek-

moyang itu dulu mendarat di bumi di suatu tempat yang jauh di

pegunungan. Dalam perjalanannya turun ke hilir sampai ia tiba di

tempat yang kini didiami oleh orang Asmat hilir, ia mengalami

banyak petualangan.

Konsep tradisional orang Asmat tentang hidup

didasarkan pada keyakinan akan adanya suatu daerah di seberang

ufuk terurai tadi. Kerena itu apabila nenek-moyang mengendaki

kelanjutan keturunan, mereka mengirimkan suatu ruh tertentu ke

bumi melalui seberkas sinar matahari, yang mendarat di atas atap

rumah tempat tinggal wanita yang telah ditakdirkan menjadi ibu

anak asal ruh tadi. Wanita itu akan hamil dan kemudian melahirkan

bayi. Walaupun orang Asmat tahu bahwa hubungan seks berkaitan

dengan kelahiran bayi, fungsinya hanya untuk memberi bentuk

sebagai manusia kepada ruh yang masuk ke dalam kandungan ibu

46

Page 47: Materi Buku Pancasila Kel 4

itu. Dalam hal ini peranan ayah si bayi sama dengan seorang

pemahat patung yang memberi bentuk kepada kayu yang

disediakan oleh alam kepadanya (Zegwaard 1953).

Orang Asmat yakin bahwa di lingkungan tempat tinggal

manusia juga diam berbagai macam ruh yang mereka bagi dalam

tiga golongan, yaitu:

yi-ow, atau ruh nenek moyang yang sifatnya pada dasarnya

baik, terutama bagi keturunannya.

osbopan, atau ruh jahat yang membawa penyakit dan bencana.

dambin-ow atau ruh jahat orang yang mati konyol (Zegwaard

1953)

Ruh-ruh yi-ow adalah penjaga hutan-hutan sagu, danau-

danau dan sungai-sungai yang penuh ikan dan hutan-hutan yang

penuh binatang buruan. Orang Asmat berkomunikasi secara

simbolis dengan para yi-ow dengan berbagai upacara sajian

berulang yang biasanya dipimpin oleh ndembero, atau pemuka

upacara.

Ruh-ruh ozbopan dianggap menghuni beberapa jenis

pohon tertentu, gua-gua yang dalam, batu-batu besar yang

mempunyai bentuk khusus, tetapi juga hidup dalam tubuh jenis-

jenis binatang tertentu. Sakit dan bencana biasanya disebabkan

oleh ruh jahat, yang juga harus dipuaskan oleh manusia dengan

berbagai macam upacara sajian. Berbeda dengan upacara-upacara

sajian untuk berkomunikasi dengan para yi-ow, upacara sajian

kepada para osbopan tak dilakukan secara berulang, tetapi hanya

47

Page 48: Materi Buku Pancasila Kel 4

kalau ada orang yang sakit dan bila terjadi bencana. Ruh-ruh itu

diupayakan agar tidak terlampau sering mendekati tempat tinggal

manusia, dengan melakukan serangkaian pantangan, dan kadang-

kadang dengan ilmu gaib protektif.

B. Suku Arso

Dasar religi orang

Arso adalah

penghormatan pada

roh-roh nenek

moyang yang

upacaranya

dipusatkan pada pesta dansa, atau yages. Orientasi, konsep-konsep

serta kegiatan-kegiatan keagamaan ditujukan kepada upacara terima

kasih atas keselamatan dan minta pertolongan untuk mengatasi

kegagalan-kegagalan dalam pelbagai segi kehidupan.

Konsep keagamaan orang Arso yang terpenting adalah

sebutan terhadap Tuhan utamanya, yang mereka puji dan sembah,

yaitu Chaimbo, dewa yang dianggap menciptakan dan memiliki langit,

bumi dan segala isinya, termasuk manusia dan pada fowor, atau roh.

Menurut hirarkinya, Tuhan membawahi tiga makhluk halus, yaitu

fowor, atau manusia ruh, keti dan yonggoway. Chaimbo menjelma

menjadi mata air, gunung, dan hutan, di samping menjaga agar hak

kekuasaannya tidak bisa pindah kepada orang lain. Orang Arso paling

48

Page 49: Materi Buku Pancasila Kel 4

takut akan yonggoway, karena roh itu bertugas untuk mencabut

nyawa orang.

6. Baduy-Banten

Dasar religi orang

Baduy ialah

penghoramatan ruh

nenek moyang dan

kepercayaan kepada

satu kuasa, Batara

Tunggal. Keyakinan

mereka itu disebut Sunda Wiwitan atau agama Sunda Wiwitan.

Orientasi, konsep-konsep dan kegiatan-kegiatan keagamaan

ditujukan kepada pikukuh agar supaya orang hidup menurut alur itu

dalam menyejahterakan kehidupan Baduy dan dunia ramai (orang

Baduy dari hirarki tua dan dunia ramai keturunan yang lebih muda).

Mereka bertugas menyejahterakan dunia melalui tapa (perbuatan,

bekerja) dan pikukuh apabila Kanekes sebagai inti jagat selalu

terbelihara baik, maka seluruh kehidupan akan aman sejahtera.

Gangguan terhadap inti bumi ini berakibat fatal bagi

seluruh kehidupan manusia di dunia. Konsep keagamaan dan adat

terpenting yang menjadi inti pikukuh Baduy tanpa perubahan apa

pun, seperti dikemukakan oleh peribahasa “lojor teu meunang

49

Page 50: Materi Buku Pancasila Kel 4

dipotong, pondok teu meunang disambung” (panjang tak boleh

dipotong, pendek tak boleh disambung). Konsep-konsep itu tidak

berada dalam diri orang Baduy sendiri yang kekuatannya tergantung

dari tindakan atau perbuatan seseorang. Konsep pikukuh merupakan

pengejawantahan dari adat dan keagamaan yang ditentukan oleh

intensitas konsep mengenai karya dan keagamaan. Dengan

melaksanakan semuanya itu orang akan dilindungi oleh kuasa

tertinggi, Batara Tunggal, melalui para guriang yang dikirim oleh

karuhun dan Batara Tunggal karena orang tidak patuh kepada

pikukuh, hakikat agama Sunda Wiwitan.

7. Kalimantan

A. Suku Dayak

Masyarakat

Dayak memiliki

keyakinan tentang

wujud tertinggi

dimana segala

kekuatan yang ada

di jagad raya berasal dari Yang Tunggal. Wujud tertinggi itu

menguasai manusia, dewa, roh halus, dan roh leluhur. Dewa dan

roh halus diberi tugas untuk menjaga dan menguasai suatu tempat

tertentu dalam dunia ini, sehingga untuk mewujudkan keyakinan

tersebut, orang Dayak senantiasa melakukan hubungan religius

dengan Jubata, roh leluhur, dan roh halus yang banyak memberikan

pertolongan dalam kehidupan mereka.

50

Page 51: Materi Buku Pancasila Kel 4

Kebanyakan orang Dayak tidak mengabdi kepada Tuhan

Yang Maha Esa (zaman dulu-penulis), namun sikap keyakinannya

tidak dapat dikategorikan dalam animisme, sebab agama justru

berkembang dari asumsi dasar bahwa di dalam alam terdapat daya

hidup atau kekuatan hidup dalam benda-benda tertentu atau

gejala-gejala alam, seperti sungai yang mengalir deras dan

bergemuruh, gunung yang tinggi, pohon besar, matahari yang

bersinar terang, kilat dan petir yang menyambar dahsyat. Daya

hidup atau kekuatan penghidup itulah yang dinamakan roh. Roh itu

kemudian dihubungkan dengan benda-benda dan kemudian dipuja.

Alam dipandang sebagai suatu kekuatan yang mengerikan,

sekaligus mempesonakan. Keindahannya bukan pertama yang

diperhatikan, melainkan kedahsyatan dan kekuasaan tertinggi yang

terkandung dalam fenomena alam tersebut. Setiap benda atau

beberapa benda tertentu dianggap mempunyai suatu kesakralan

yang dapat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Kekuatan

sakral tersebut dapat pula digunakan untuk membantu beberapa

kegiatan atau pekerjaan manusia, seperti digunakan pamaliatn

(dukun) untuk memanggil roh halus yang kemudian digunakan

untuk membantunya dalam ritual pengobatan. Kekuatan-kekuatan

seperti ini merupakan sebagian dari hierophany yang dimaksud.

Masyarakat Dayak menyebut Tuhan Yang Maha Kuasa

dengan sebutan Ene’ Daniang (sebagian masyarakat Dayak di

Kalbar-penulis) atau Jubata, yakni penguasa jagad raya beserta

isinya. Jubata berada di langit ketujuh. Ia mempunyai enam

51

Page 52: Materi Buku Pancasila Kel 4

bawahan, yaitu; Ne’ Pangedaong, Ne’ Patampa’ yang dipercaya

membuat patung-patung dari tanah liat bentuk menyerupai

manusia. Ne’ Amikng dan Ne’ Pamijar yang memberi napas kepada

manusia. Ne’ Taratatn memberi kesegaran jasmani maupun rohani.

Ne’ Pangingu memberikan berkat perlindungan, sedangkan Ne’

Pajaji dipercaya yang menjadikan manusia berbudi dan memelihara

hidupnya sampai pada semua keturunannya.4. Menurut kisah

penciptaan nama-nama bawahan itu adalah nama lain dari Jubata,

maksudnya satu pribadi pencipta dengan beberapa nama atau satu

nama dengan berbagai sifat-sifat kekuasaanNya. Hal ini sama hal

nya dengan nama Allah dalam agama Islam yang mempunyai 99

nama sesuai dengan kekuasaan dan kesempurnaannya.

8. Sulawesi Selatan

Suku Kajang adalah suku yang mendiami desa-desa di

Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Desa suku Kajang yang utama

adalah desa Tana Toa. Selebihnya, mereka tersebar di desa Bonto Baji,

Malleleng, Pattiroang, Batu Nilamung, dan Tambangan.

Ajaran tentang menjaga lingkungan dan kesederhanaan hidup

tersebut tertuang dalam ajaran agama Patuntung, agama suku Kajang.

Patuntung, secara bahasa, berarti penuntun. Penuntun untuk mencari

sumber kebenaran.

Ajaran utama agama Patuntung adalah jika manusia ingin

mendapatakan sumber kebenaran maka manusia harus menyandarkan

diri pada tiga pilar utama: menghormati Turiek Akrakna (Tuhan), tanah

52

Page 53: Materi Buku Pancasila Kel 4

yang diberikan Turiek Akrakna (tana toa atau lingkungan secara umum),

dan nenek moyang (To Manurung atau Ammatoa).

Percaya pada Turiek Akrakna adalah hal mendasar dalam agama

Patuntung. Suku Kajang percaya bahwa Turiek Akrakna adalah sang

Maha Kekal, Maha Mengetahui, Maha Perkasa, dan Maha Kuasa.

Turiek Akrakna menurunkan perintahnya kepada masyarakat

Kajang melalui passang (pesan atau wahyu) yang diberikan kepada

manusia pertama yang diturunkan ke dunia, To Manurung atau yang

kemudian disebut Ammatoa.

SILA 2: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

1. Bangsa Indonesia terkenal ramah tamah, sopan santun, lemah lembut

dengan sesama manusia, bukti-buktinya misalnya bangunan padepokan,

pondok-pondok, semboyan aja dumeh, aja adigang adigung adiguna, aja

kementhus, aja kemaki, aja sawiyah-wiyah, dan sebagainya, tulisan

Bharatayudha, Ramayana, Malin Kundang, Batu Pegat, Anting Malela,

Bontu Sinaga, Danau Toba, Cinde Laras, Riwayat dangkalan Metsyaha,

membantu fakir miskin, membantu orang sakit, dan sebagainya,

hubungan luar negeri semisal perdagangan, perkawinan, kegiatan

kemanusiaan; semua meng-indikasikan adanya Kemanusiaan yang adil

dan beradab.

2. Saling menolong antarwarga

a. Jawa

Saling membantu antar warga di daerah Gamping, Yogyakarta sikap

saling membantu ini sering diterapkan apabila ada orang yang sedang

53

Page 54: Materi Buku Pancasila Kel 4

melaksanakan hajatan atau orang yang terkena musibah, selain

membantu dalam bentuk materi mereka juga membantu dalam bentuk

tenaga, misalnya ikut dalam membersihkan rumah orang yang terkena

musibah tersebut, membantu menyiapkan jamuan untuk para tamu,

mereka membantu sampai tuntas sehingga orang yang terkena

musibah tersebut tidak terlalu merasa keberatan. Selain itu

masyarakatnya juga kompak untuk membuat desanya terlihat bersih

dengan melaksanakan kerja bakti secara rutin.

b. Minang, Sumatera Barat

Orang minang identik dengan sifat saling tolong menolong

antar warganya, hal ini dibuktikan dengan Undang-Undang Nagari.

Barek samo dipikul, ringan samo dijinjing

Saciok bak ayam, sadanciang bak basi,

Sakik basilau, mati bajanguak

Salah batimbang, hutang babayie

Undang-undang dalam Nagari mengatur tata hubungan warga

masyarakat dalam sebuah nagari. Sistem yang dipakai adalah tipikal

masyarakat komunal, dengan ciri-ciri:

Setiap orang secara alami langsung menjadi warga Nagari

Demokrasi langsung, karena para Penghulu sangat dekat dengan

masyarakatnya, musyawarah dan mufakat dilaksanakan tanpa

diwakilkan.

Gotong royong. Kebersamaan dalam menghadapi segala masalah

dalam Nagari

54

Page 55: Materi Buku Pancasila Kel 4

Social safety net, semua warga Nagari, dapat mengandalkan bahwa

dirinya akan dibantu secara bersama-sama oleh masyarakat jika dia

mengalami kesusahan yang mendesak.

Untuk menjaga hubungan yang harmonis dan saling tolong

menolong antar semua warga, anggota masyarakat Nagari selalu

berusaha berkomunikasi dengan semua orang dengan bahasa yang

tidak langsung, disebut baso-basi.

Selain itu, pada rites of passage seperi kelahiran, khitanan,

perkawinan, dan kematian selalu diadakan acara adat dengan format

yang khusus dan baku, tetapi dapat sedikit berbeda antara satu Nagari

dengan Nagari lainnya, sesuai dengan prinsip adat selingkar Nagari.

SILA 3: Persatuan Indonesia

A. Ikatan Marga

1. Orang Batak Toba Sumatera Utara

Marga adalah istilah orang Batak

Toba untuk menyebut leluhur induk

dari silsilah keluarga dan

kekerabatan mereka. Sebagai

sebuah tradisi, marga telah menjadi

identitas dan status social orang

Batak Toba yang masih bertahan

hingga saat ini.

Orang Batak menganut falsafah kekeluargaan dan

kekerabatan yang disebut dengan Tungku nan Tiga (tungku tiga kaki).

55

Page 56: Materi Buku Pancasila Kel 4

Dalam bahasa Batak Toba, falsafah ini disebut Dalihan na Tolu (tungku

posisi duduk). Falsafah ini mengajarkan kepada orang Batak Toba

bahwa sejak lahir hingga meninggal kelak, orang Batak harus jelas

struktur hubungan kekeluargaan dan kekerabatannya. Falsafah

Dalihan na Tolu berisi tiga kedudukan penting orang Batak Toba

dalam kekerabatan, yaitu hula-hula, tondong, dongan tubu atau sinna

dan boru.

Orang Batak Toba meyakini bahwa bentuk kekerabatan

berdasarkan garis ketururunan ini didasarkan pada silsilah (Tamboro)

yang berujung pada si Raja Batak. Berdasarkan keyakinan ini maka

semua orang Batak diyakini pasti memiliki marga.

Kekerabatan orang Batak Toba yang ditentukan berdasarkan

wilayah pemukiman terlihat dari terbentuknya kesepakatan terhadap

tradisi adat-istiadat yang ada di setiap wilayah. Sebagai contoh, orang

Batak yang bermukim diwilayah Mandaililng, mereka akan

membentuk suatu tradisi adat-istiadat yang memiliki corak sendiri

dibandingkan dengan adat-istiadat suku Batak yang bermukim di

Toba. Hala ini dapat terjadi meskipun orang Batak yang bermukim ini

memiliki daya rekat yang sama kuat dengan kekerabatan yang

berdasarkan keturunan. Hal ini tergambar dalam peribahasa Batak

Toba yang berbunyi “jonok dongan partubu jonokan do dongan

parhundul” yang artinya semua orang menakui bahwa hubungn garis

keturunan adalah sudah pasti dekat, tetapi dalam system kekerabatan

Batak lebih dekat lagi hubungan karena bermukim di satu wilayah.

56

Page 57: Materi Buku Pancasila Kel 4

2. Papua Bagian Barat

Suku Biak merupakan suku

Melanesia terbanyak yang

menyebar di pantai utara Papua,

karena itu bahasa Biak juga

terbanyak digunakan dan dianggap

sebagai bahasa persatuan Papua.

Akibat hubungan daerah-daerah

pesisir Papua dengan Sultan-Sultan Maluku maka terdapat beberapa

kerajaan lokal (pertuanan) di pulau ini, yang menunjukkan masuknya

sistem feodalisme yang merupakan bukan budaya asli etnik Papua.

Kerajaan-kerajaan tersebut diantaranya :

a. Kerajaan Waigeo

b. Kerajaan Misool/Lilinta (marga Dekamboe)

c. Kerajaan Salawati (marga Arfan)

d. Kerajaan Sailolof/Waigama (marga Tafalas)

e. Kerajaan Fatagar/(marga Uswanas)

f. Kerajaan Rumbati (marga Bauw)

g. Kerajaan Atiati (marga Kerewaindżai)

h. Kerajaan Sekar (marga Rumgesan)

57

Page 58: Materi Buku Pancasila Kel 4

i. Kerajaan Patipi

j. Kerajaan Arguni

k. Kerajaan Wertuar (marga Heremba)

l. Kerajaan Kowiai/kerajaan Namatota

m. Kerajaan Aiduma

n. Kerajaan Kaimana

3. Seluruh Indonesia

Orang Indonesia memberikan nama Indonesia kepada anak-

anak mereka dengan berbagai cara. Dengan lebih dari 17.000 pulau

dan beragam budaya dan bahasa daerah, Indonesia tidak memiliki

satu aturan tertentu dalam pemberian nama. Beberapa suku tertentu

memiliki nama marga yang diturunkan dari orang tua ke anaknya.

Suku-suku lain tidak mengenal nama keluarga.

Konsep nama keluarga tidak dikenal dalam beberapa budaya

Indonesia, misalnya budaya Jawa. Karena itu, banyak orang sampai

saat ini hanya memiliki satu nama, yaitu nama pemberian. Apabila

mereka kemudian pergi atau menetap di negara-negara yang

mengharuskan setiap penduduknya untuk memiliki minimal dua nama

(nama pemberian dan nama keluarga), kesulitan dapat terjadi.

Pemecahan yang biasanya diambil adalah mengulang nama tersebut

dua kali.

Beberapa budaya lain memiliki peraturan mengenai nama

keluarga atau nama marga. Dalam budaya Batak dan Minahasa

misalnya, nama marga ayah diwariskan kepada anak-anaknya

(patrilineal) secara turun-temurun. Dalam budaya Minangkabau, pria

58

Page 59: Materi Buku Pancasila Kel 4

yang sudah menikah akan diberikan gelar di belakang namanya,

sedangkan untuk wanita pada umumnya tidak bergelar. Orang Arab-

Indonesia juga memberikan nama keluarga di belakang namanya,

misalnya Hambali, Shihab, Assegaf, dan lain-lain.

Kemudian orang Jawa, Bali, dan beberapa orang Madura,

serta Sunda juga sering menggunakan nama yang berasal dari bahasa

Sanskerta. Sejak kebijakan pemerintahan Soeharto di zaman Orde

Baru, orang-orang Tionghoa dilarang menggunakan nama Tionghoa

dalam administrasi negara. Sehingga mayoritas dari mereka memilki

nama Indonesia di samping nama Tionghoa. Dalam nama

Indonesianya, orang Tionghoa sering menyelipkan nama marga dan

keluarganya. Beberapa contoh: Sudono Salim (marga: Liem), Anggodo

Widjojo (marga: Ang)

SILA 4: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam

Permusyawaratan Perwakilan

Sila ke empat yang berbunyi

“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan” memiliki nilai hikmat dan

musyawarah mufakat. Bangsa Indonesia

sendiri jauh sebelum adanya Pancasila

sudah mengenal system pemecahan

masalah dengan musyawarah mufakat.

Mulai dari masyarakat Sumatera sampai bumi Papua.

59

Page 60: Materi Buku Pancasila Kel 4

1. Budaya Musyawarah Masyarakat Jawa

Dalam perspektif Jawa, sudah menjadi ketetapan adat manakala sedang

ada masalah, maka penyelesaian masalahnya didekati dengan pendekatan

kemanusiaan yang adil dan beradab. Leluhur orang Jawa mengajarkan “yen

ana dirembug, nanging olehe ngrembug nganti sareh”. Apabila diartikan ke

dalam Bahasa Indonesia yaitu jika sedang menyelesaikan masalah yang

menyebabkan perselisihan hendaknya dilaksanakan dengan hati tenang

dan kepala yang dingin (Tinarbuko, 2011)

2. Budaya Musyawarah Masyarakan Minangkabau

Produk budaya Minangkabau yang cukup menonjol ialah sikap demokratis

pada masyarakatnya. Sikap demokratis pada masyarakat Minang

disebabkan karena sistem pemerintahan Minangkabau terdiri dari banyak

nagari, dimana pengambilan keputusan haruslah berdasarkan pada

musyawarah mufakat. Selain itu tidak adanya jarak antara pemimpin dan

rakyat, menjadi faktor lain tumbuh suburnya budaya demokratis di tengah

masyarakat Minang. Hal ini terdapat dalam pernyataan adat bahwa

"pemimpin itu didahulukan selangkah dan ditinggikan seranting".

Dalam budaya Minang juga terdapat pusat gelanggang yang disebut

pemedenan atau gelanggang. Pemedenan yaitu suatu lapangan luas yang

terletak di luar perkampungan, digunakan untuk menyelesaikan

persengketaan antara perorangan, antar kaum,, dan antara nagari yang

tidak dapat diputuskan oleh penghulu masing-masing.

3. Budaya Musyawarah masyarakat Lombok

Penduduk asli pulau Lombok adalah suku Sasak. Mereka berperawakan

seperti layaknya orang Indonesia, berkulit sawo matang (kalaupun sedikit

60

Page 61: Materi Buku Pancasila Kel 4

gelap itu karena pengaruh sinar matahari). Penduduk Sasak Asli masih

banyak ditemukan di pelosok-pelosok pulau Lombok, khususnya di kaki-

kaki Gunung Rinjani sebelah utara yang rimbun.

Masyarakat suku Sasak sudah menerapkan musyawarah mufakat sejak

sebelum Pancasila sila ke-4 diproklamirkan. Dalam memilih kepala dusun

masyarakat Sasak sudah mengenal musyawarah. Dari hasil musyawarah

dengan penduduk dusun maka kepala dusun terpilih akan menjabat selama

8 tahun kepengurusan. Selain itu adalah adanya tradisi begundem dan

sangkep yang bisa membuktikan jika masyarakat Sasak sudah mengenal

musyawarah sebelum lahirnya Pancasila. Begundem merupakan kegiatan

musyawarah yang dipimpin oleh seorang kepala dusun (jeroarah) yang

berguna untuk menyelesaikan masalah dalam wilayah dusun. Sedangkan

sangkep adalah kegiatan musyawarah yang dipimpin oleh kepala kampung

(keliang) yang berguna untuk menyelesaikan masalah dengan skala yang

lebih luas dari begundem.

4. Budaya Musyawarah Masyarakan Tana Toraja

Masyarakat Toraja memiliki lembaga dan organisasi sosial yang mengelola

kehidupan di lingkungan permukiman pedesaan. Setiap daerah adat besar

terdiri dari beberapa kelompok adat yang dikuasai oleh satu badan

musyawarah adat yang disebut Kombongan Ada’. Setiap Kombongan Ada’

memiliki beberapa penguasa adat kecil disebut Lembang. Di daerah

lembang masih terdapat penguada adapt wilayah yang disebut Bua’.

5. Budaya Musyawarah masyarakat Bali

Masyarakat Bali mengenal budaya banjar yaitu budaya musyawarah yang

dipimpin oleh ketua adat dan melakukan musyawarah rutin di aula atau

61

Page 62: Materi Buku Pancasila Kel 4

alun-alun di tiap desa. Kegiatan dalam setiap banjar yaitu pembicaraan

seputar upacara adat, ceramah agama, maupun sosialisasi kegiatan

lainnya. Orang-orang yang datang ke Banjar bukan hanya para tetua adat

tetapi seluruh penduduk yang tinggal dalam banjar tersebut.

6. Budaya Musyawarah Masyarakat Papua

Suku Asmat

Masyarakat Asmat mengenal sistem kemasyarakatan disebut Aipem.

Pemimpin Aipem biasanya mengambil prakarsa untukmenyelenggarakan

musyawarah guna membicarakan suatu persoalan atau pekerjaan.Syarat

untuk dapat dipilih menjadi pemimpin Aipem yaitu harus orang-orang

yangpandai berkelahi, kuat dan bijaksana.

SILA 5: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Bukti-bukti adanya korelasi antara nilai sila kelima pancasila, Keadilan

Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, dengan kebudayaan tradisional Indonesia

sudah tampak mulai jaman purba. Hal itu tercermin dari adanya upaya

menimbun hasil tani untuk kepentingan bersama dan bukti-bukti berupa

bangunan misalnya bendungan air, tanggul sungai, tanah desa, sumur

bersama, lumbung desa yang semuanya bisa dimanfaatkan dan digunakan oleh

seluruh penduduk desa dengan adil. Bukti-bukti berupa tulisan berisi karangan,

cerita sejarah misalnya sejarah kerajaan Kalingga, sejarah Raja Air Langga,

Sunan Kali Jaga, Ratu Adil, Jaka Tarub, Tiga Piatu, To Mampatawine To Kai

62

Page 63: Materi Buku Pancasila Kel 4

Langi Mai, dan lain-lain. Bukti-bukti berupa perbuatan misalnya menolong fakir

miskin, adat menerima tamu. Contoh bukti lainnya yaitu :

1. Batak

- Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah

dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan

marga. Setiap kelurga mendapat tanah tadi tetapi tidak boleh

menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki

perseorangan.

- Adanya nilai kebudayaan di Batak yang dikenal dengan uhum dan

ugari. Nilai uhum orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam

menegakkan keadilan sedangkan ugari terlihat dalam kesetiaan

akan sebuah janji.

2. Bali

- Adanya sistem irigasi Subak di Bali yang mengatur pengairan

sawah para petani secara bergiliran, yang penentuan giliran

tersebut melalui proses musyawarah.

3. Jawa

- Menyediakan air kendi di muka rumah bagi orang yang

membutuhkan, selamatan waktu mengetam padi, selamatan

waktu mempunyai hajat tertentu,

4. Bugis, Kalimantan

Masyarakat Bugis memiliki tradisi khusus pada pola panen hasil

sawahnya. Mulai dari turun ke sawah, membajak, sampai tiba

waktunya panen raya. Ada upacara appalili sebelum pembajakan

tanah. Ada Appatinro pare atau appabenni ase sebelum bibit padi

63

Page 64: Materi Buku Pancasila Kel 4

disemaikan. Ritual ini juga biasa dilakukan saat menyimpan bibit padi

di possi balla, sebuah tempat khusus terletak di pusat rumah yang

ditujukan untuk menjaga agar tak satu binatang pun lewat di atasnya.

Lalu ritual itu dirangkai dengan massureq, membaca meong palo

karallae, salah satu epos Lagaligo tentang padi.

Dan ketika panen tiba digelarlah katto bokko, ritual panen raya yang

biasanya diiringi dengan kelong pare. Setelah melalui rangkaian ritual

itu barulah dilaksanakan Mapadendang. Di Sidrap dan sekitarnya ritual

ini dikenal dengan appadekko, yang berarti adengka ase lolo, kegiatan

menumbuk padi muda. Appadekko dan Mappadendang konon

memang berawal dari aktifitas ini.

Bagi komunitas Pakalu, ritual mappadendang mengingatkan kita pada

kosmologi hidup petani pedesaan sehari-hari. Padi bukan hanya

sumber kehidupan. Ia juga makhluk manusia. Ia berkorban dan

berubah wujud menjadi padi. Agar manusia memperoleh sesuatu

untuk dimakan, yang seolah ingin menghidupkan kembali mitos

Sangiyang Sri, atau Dewi Sri di pedesaan Jawa, yang diyakini sebagai

dewi padi yang sangat dihormati.

5. Minahasa, Maluku

Rumah nenek moyang masyarakat Minahasa dibangun dalam bentuk

rumah panggung dengan ukuran yang besar. Rumah panggung

tersebut dapat menampung lebih dari satu keluarga. Semua aktivitas,

mulai dari tidur, makan, dan memasak dilakukan di rumah panggung

ini. Semua keluarga yang tinggal dalam rumah panggung ini saling

membantu, mulai dari berbagi makanan, ruang tamu dan lain-lain.

64

Page 65: Materi Buku Pancasila Kel 4

Sikap tenggang rasa dan saling peduli sangat dibutuhkan agar tercipta

perasaan damai sehingga meminimalisir timbulnya konflik.

DAFTAR PUSTAKA

M.C. Ricklefs,(terj) 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta:

Serambi. hal, 314.

http://togadebataraja.blogspot.com/2012/04/kepercayaan-asli-kuno-suku-

batak.html

http://indonesia-life.info/kolom2/msgview/250/58199/no/58199.html

http://emzokombozo.freevar.com/index.php?page=berita_baru&data=36

http://uun-halimah.blogspot.com/2007/12/sistem-kepercayaan-orang-

baduy-jawa.html

Koentjaraningrat, dkk. (1993). Masyarakat Terasing di Indonesia. Jakarta.

Gramedia.

http://aligufron.multiply.com/journal/item/19/

Sistem_Kepercayaan_Orang_Asmat_di_Papua_Selatan

Referensi: Koentjaraningrat, dkk. 1993. Masyarakat Terasing di Indonesia.

Jakarta: Gramedia.

Sumber tulisan: http://uun-halimah.blogspot.com/2008/10/sistem-

kepercayaan-orangarso-papua.html

http://banuadayak.blogspot.com/2010/08/kepercayaan-dan-agama-orang-

dayak.html

http://sosbud.kompasiana.com/2011/05/16/mengenal-suku-kajang

65

Page 66: Materi Buku Pancasila Kel 4

http://research.amikom.ac.id/index.php/DTI/article/view/5630

http://almuzakky.blogspot.com/2011/10/penerapan-sila-kemanusiaan-yang-

adil.html

http://dc159.4shared.com/doc/A9eWDHOr/preview.html

BAB III

PANCASILA DAN IDEOLOGI-IDEOLOGI LAIN

A. Latar belakang

Sebagai dasar Negara Indonesia Pancasila memegang peranan

penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila pada

hakikatnya merupakan hasil penuangan atau pemikiran seseorang atau

sekelompok orang. Pancasila diangkat dari nilai – nilai adat istiadat

kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup

masyarakat Indonesia. Melalui pendidikan Pancasila warga Negara Republik

Indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisis dan menjawab

masalah – masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara

berkesinambungan dan konsisten dengan cita – cita dan tujuan nasional

seperti digariskan di dalam pembukaan UUD 1945.

Pancasila adalah ideologi Bangsa Indonesia. Dengan pedoman

Pancasila para pedahulu kita bisa mempersatukan berbagai golongan dan

kelompok. Selain ideologi Pancasila ada banyak ideologi lain yang

berkembang didunia yaitu ideologi Liberalisme, Kapitalisme, Komunisme

66

Page 67: Materi Buku Pancasila Kel 4

dan Sosialisme. Semua itu memiliki banyak perbedaan dengan ideologi

Pancasila. Maka dari itu makalah ini akan membahas berbagai perbedaan

ideologi Pancasila dengan beberapa ideologi yang berkembang didunia.

B. PEMBAHASAN

Ideologi berasal dari kata “iden” dan “logos”. Ideologi diartikan

sebagai ilmu tentang idea atau gagasan. Seperti dikemukakan oleh 1)

Destutt de Tracy seorang filsuf Prancis bahwa ideologi merupakan ilmu yang

mempelajari gagasan atau ide manusia beserta kadar kebenarannya. 2) W.

White merumuskan bahwa ideologi merupakan cita-cita politik atau

doktrin/ajaran dari suatu lapisan masyarakat atau sekelompok manusia yang

dapat dibeda-badakan. 3) Oetoyo Oesman dan Alfian mendefinisikan bahwa

ideologi berintikan serangkaian nilai/norma atau sistem nilai dasar yang

bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh suatu

masyarakat/bangsa sebagai wawasan atau pandangan hidup.

Umumnya ideologi dianut oleh sekelompok masyarakat, bangsa atau

negara. Pengertian ideologi mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Ideologi

merupakan keseluruhan pemikiran, cita, rasa, serta segala upaya di bidang

politik.; 2. Ideologi merupakan falsafah hidup maupun pandangan hidup

suatu bangsa.; 3. Ideologi merupakan asas pendapat atau keyakinan yang

dicita-citakan sebagai dasar pemerintahan negara.; 4. Ideologi merupakan

merupakan sistem nilai sekaligus kebulatan ajaran yang memberikan

motivasi dalam kehidupan.; 5. Ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide,

keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang memberikan arah

67

Page 68: Materi Buku Pancasila Kel 4

dan menyangkut tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam berbagai

bidang kehidupan.

Dapat disimpulkan bahwa ideologi bangsa adalah suatu paham atau

ajaran yang dihasilkan dari pemikiran manusia. Ideologi melandasi cara berpikir,

bersikap dan bertindak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara guna

mewujudkan kehidupan yang dicita-citakan. Dalam sebuah ideologi terkandung

tiga unsur yaitu : 1. Adanya nilai-nilai yang diyakini.; 2. Adanya cita-cita; 3.

Adanya upaya mewujudkan ideologi tersebut dalam kenyataan.

Suatu negara yang berdiri tentu memiliki tujuan, cita-cita serta bentuk

kehidupan yang didambakan. Di samping adanya tujuan, setiap bangsa memiliki

kewajiban untuk menjaga keberadaan bangsa dan negara tersebut agar tetap

kokoh berdiri di tengah percaturan internasional.

Ideologi sebuah negara yang berisi rumusan atau konsep tentang

berbagai bidang kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial budaya, maupun

hankam, dapat menunjang keutuhan negara tersebut di dalam pergaulan

internasional. Rumusan tersebut diwujudkan dalam cara berpikir dan bertindak

dalam kehidupan bernegara.

Ideologi sangat penting bagi sebuah negara dalam rangka : 1) Memberi

landasan tentang cara berpikir dan bertindak bagi segenap bangsa dalam

mencapai tujuannya; 2) Membentuk identitas atau jati diri melalui nilai-nilai

yang diyakini sehingga tidak mudah terombang-ambing oleh keadaan zaman; 3)

Memberi arah bagi negara dalam mewujudkan cita-cita dan kehidupan yang

diinginkan; 4) Memberi pegangan bagi bangsa dan negara agar tidak mudah

terpengaruh dan terbawa oleh arus negara lain; serta 5) Sarana mempersatukan

bangsa dan negara dalam rangka menjaga kedaulatan negara.

68

Page 69: Materi Buku Pancasila Kel 4

Tanpa ideologi yang jelas suatu bangsa akan mudah goyah dan

terombang-ambing oleh pengaruh dunia internasional. Bahkan, tanpa ideologi

bangsa tersebut tidak akan mampu bertahan dan berdiri kokoh.

a Ideologi Liberalisme

Ideologi Liberal adalah aliran pikiran perseorangan atau individualistic.

Ideologi ini tidak dibatasi oleh ajaran – ajaran filsafah.Ajarannya bertitik

tolak dari hak asasi yang melekat pada manusia sejak lahir, dan tidak dapat

diganggu gugat oleh siapapun termasuk penguasa , kecuali atas

persetujuan yang bersangkutan.

Ciri – ciri Ideologi Liberal , antara lain adalah mempercayai adanya

Tuhan, mengakui persamaan dasar manusia dan menghargai pemikiran

manusia, lebih mengutamakan kepentingan individu. Berikut ciri-ciri negara

yang menganut ideologi liberalism, sekulerisme, artinya adanya negara

sama sekali tidak mengatur kehidupan beragama; masyarakat cenderung

individualistis; kegiatan ekonomi cenderung kapitalis yang mengutamakan

pengembangan modal sebesar-besarnya; kepemilikan alat produksi dan

kegiatan ekonomi diserahkan pada setiap individu; kekuasaan dalam

negara antara lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif dipisahkan secara

tegas; kegiatan koperasi sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat.;

paham liberalisme tidak melarang ateisme/tidak beragama.

Inti ajaran liberalisme adalah kebebasan individu, sehingga cenderung

terjadi free fight liberalisme atau persaingan bebas dalam segala bidang

kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya. Negara

69

Page 70: Materi Buku Pancasila Kel 4

liberal cenderung terbentuk masyarakat yang individualistis atau

mementingkan kepentingan sendiri dan kapitalis. Kapitalis artinya

mengutamakan pengembangan modal dan laba sebesar-besarnya.

Contoh negara yang menganut ideologi liberalisme, yaitu Inggris,

Prancis, Amerika Serikat, dan Kanada.

Jika dibandingkan dengan ideologi Pancasila yang secara khusus

norma-normanya terdapat di dalam Undang-Undang Dasar 1945, maka

dapat dikatakan bahwa hal-hal yang terdapat di dalam Liberalisme terdapat

di dalam pasal-pasal UUD 1945, tetapi Pancasila menolak Liberalisme

sebagai ideologi yang bersifat absolutisasi dan determinisme.

b Ideologi Komunisme

Ideologi Komunis merupakan penerapan ajaran sosialis radikal

marxisme-leninisme. Pokok-pokok ajaran ideologi ini adalah tidak

mempercayai adanya Tuhan(atheisme), menyanggah persamaan manusia

dan tidak terdapat pengakuan terhadap hak asasi manusia, legalitas

tindakan kekerasan, sistem perekonomian yang sentralistik (diatur oleh

pusat), kekuasaan dipegang oleh satu golongan, omunisme bersumber dari

ajaran Marxisme-Leninisme. Marxisme yang berasal dari gagasan Karl Marx.

Komunisme sebagai anti Kapitalisme menggunakan sistem Sosialisme

sebagai alat kekuasaan sebagai prinsip semua adalah milik rakyat dan

dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Komunisme

sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya sehingga Komunisme juga

disebut anti Liberalisme.

70

Page 71: Materi Buku Pancasila Kel 4

Ideologi komunisme merupakan kebalikan dari liberalisme. Segala

kegiatan ekonomi, alat produksi, sosial budaya sepenuhnya dikuasai oleh

negara. Setelah dikembangkan oleh Lenin, ide-ide komunisme berkembang

menjadi ajaran Leninisme. Leninisme berawal dari gerakan revolusi dengan

dukungan kaum buruh dan demokrat di Eropa Barat. Gerakan tersebut

kemudian berkembang di Rusia dan menyebar ke penjuru dunia. Semboyan

gerakan ideologi komunisme adalah proletar sedunia bersatulah. Dalam

ideologi komunisme, tidak ada jaminan kehidupan beragama. Penerapan

sistem pemerintahan dalam ideologi komunisme cenderung diktator.

Ideologi komunisme dianut oleh negara RRC, Rusia, Polandia, Hongaria,

Republik, Ceko dan Kuba. Negara yang menganut ideologi komunisme

memiliki ciri-ciri antara lain adalah penghapusan hak-hak individu; negara

tidak mengakui agama, kehidupan beragama diserahkan setiap individu.

bahkan negara membolehkan paham atiagama; penguasaan atas alat

produksi kegiatan ekonomi sepenuhnya dikuasai negara (etatisme), dan

tidak memberi kesempatan kepada peran swasta; berbagai bidang

kehidupan, pendidikan, sosial dan budaya dikuasai negara; sistem

pemerintah cenderung diktator; kekuasaan negara dikuasai satu partai

dominan, yaitu Partai Komunis; kurangnya jaminan perlindungan hak asasi

manusia dalam UUD Negara.

Dalam Komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai

Komunis. Jadi perubahan sosial dimulai dari buruh, namun

pengorganisasian buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah

dominasi partai.

71

Page 72: Materi Buku Pancasila Kel 4

c Ideologi Agama

Ideologi Agama adalah ideology yang bersumber pada falsafah agama

yang termuat dalam kitab suci suatu agama . Ciri-ciri ideologi agama antara

lain adalah urusan Negara dan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan

hukum agama, hanya ada satu agama resmi dalam suatu Negara, negara

berlandaskan agama.

Agama Sebagai Ideologi pada tataran individu, etika berfungsi sebagai

proses awal pembentukan indentitas. Konstruksi identitas akan

memberikan kesadaran untuk mempercayai segala kebenaran yang

disampaikan oleh suatu agama. Jika seorang penganut agama sudah punya

kesadaran tentang identitasnya dalam suatu agama, maka komitmennya

pada agama tidak akan diragukan lagi. Dapat dikatakan bahwa militansi

seorang penganut agama berawal dari pembentukan identitas pada dirinya.

Adanya identifikasi spesifik di antara anggota kelompok. Termasuk masalah

komitmen di antara mereka dapat kita lihat pada cerita kepahlawanan

ataupun perilaku yang menidentikan perlawanan antara yang baik dan

jahat. Tradisi keagamaan selalu menunjukkan bahwa Tuhan tidak suka pada

beberapa perilaku yang dianggap salah dan juga memberikan restu pada

perilaku yang dianggap benar. Konsep ini juga memberikan pemahaman

untuk memberikan reward pada pelaku agama, yang benar diberikan

pahala sedangkan yang salah diberikan dosa.

Identitas kelompok (agama) inilah yang menjadikan awal ideologisasi

agama bagi pemeluknya. Ideologi sendiri berfungsi untuk mempengaruhi

kehidupan suatu kelompok agar sesuai dengan apa yang telah digariskan

sejak awal oleh agama tersebut. Di sisi lain pada tingkat lebih lanjut

72

Page 73: Materi Buku Pancasila Kel 4

identitas agama memberikan harapan besar bagi masyarakat untuk maju,

karena membentuk moral personal dan juga solidaritas bagi masing-masing

pemeluk agama. Namun demikian, sebagaimana ideologi, agama tidak

akan serta-merta dipercaya oleh para penganutnya, dalam keadaan ini

konstruksi identitas memberikan pengamanan akan keraguan tersebut.

Hingga penerimaan akan sebuah kepercayaan mutlak dan mesti dilakukan.

Pada dataran inilah kebanyakan pemerhati keagamaan memetakan asal-

mula tindakan kekerasan atas nama agama muncul. Menurut penulis

sendiri agama sebagai Ideologi tidaklah menjadi pokok persoalan, ketika

ideologisasi ini mampu memberikan kenyamanan dan keamanan bagi

hidup di dunia dan akhir nanti. Karena memang setiap agama menawarkan

rasa aman kepada pengikutnya. Tentunya perasaan seperti inilah yang

dicari oleh setiap pengikut agama. Rasa aman memberikan ketenangan

kepada manusia akan kehidupan setelah mati, seperti apa yang selalu di

informasikan oleh setiap agama di dunia ini. Permasalahannya adalah

pembenaran tindak kekerasan terhadap kelompok lain.

Negara yang menganut ideologi berdasar agama dinamakan teokrasi

atau negara agama. Negara agama adalah negara yang dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan mendasarkan diri pada

hukum agama tertentu. Contohnya : Saudi Arabia berdasarkan Islam dan

Vatikan Roma berdasarkan Kristen. Negara teokrasi sulit dilaksanakan bila

dalam sebuah terdapat keanekaragaman agama.

d Ideologi Pancasila

73

Page 74: Materi Buku Pancasila Kel 4

Ideologi Pancasila adalah Ideologi yang bersumber dari seluruh nilai-

nilai Pancasila yang terdapat pada sila yang satu dengan sila yang lainnya.

Ciri-ciri Ideologi ini antara lain adalah percaya kepada Tuhan Yang Maha

Esa, pemerintahan berdasarkan persetujuan rakyat, dan negara

berdasarkan atas hukum.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Alfian (BP7 Pusat,1991 : 192),

Pancasila telah memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka khususnya di

Negara Republik Indonesia. Sebagai ideologi terbuka Pancasila memberikan

orientasi ke depan, mengharuskan bangsanya untuk selalu menyadari

situasi kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya, terutama

menghadapi globalisasi dan era keterbukaan dunia dalam segala bidang.

Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki dimensi-dimensi idealitas,

normatif, dan realitas.

Ideologi yang dianut oleh bangsa Indonesia adalah ideologi Pancasila.

Pancasila digunakan sebagai landasan dalam berpikir, bersikap, dan

bertindak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ideologi Pancasila

bersumber dan digali dari kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Prinsip

ideologi Pancasila adalah terwujudnya keselarasan, keserasian dan

keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan bangsa dan

negara.

C. PENUTUP

a. Kesimpulan

74

Page 75: Materi Buku Pancasila Kel 4

Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pancasila

adalah bagian dari Ideologi bangsa yang diangkat dari nilai – nilai adat

istiadat kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan

hidup masyarakat Indonesia. Ideologi dapat diartikan sebagai suatu

gagasan dan buah pikiran yang dikembangkan secara keseluruhan yang

tersusun secara sistematis untuk mewujudkan tujuan dan cita- cita suatu

Negara. Pancasila sebagai Ideologi bangsa menunjukkan adanya

keseimbangan ide dan gagasan serta tidak bersifat absolute dalam

memandang manusia dan kehidupan bernegara, sedangkan Liberalisme,

Komunisme lebih bersifat mutlak atau totaliter. Keduanya juga

cenderung menutup mata akan adanya dampak individualisme dan

persaingan. Selain itu, jika dibandingkan dengan Pancasila, Sosialisme

sering dikatakan sebagai antitesa Kapitalisme, yang tingkah laku ekonomi

dikuasai oleh kepentingan untuk memperoleh keuntungan maksimal

lewat persaingan bebas, sistem pasar, dan harga.

b. Saran

Pancasila sebagaimana kita yakini merupakan jiwa, kepribadian

dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Kerena Pancasila merupakan

ideologi dari negeri kita. Dengan adanya persatuan dan kesatuan tersebut

jelas mendorong usaha dalam menegakkan dan memperjuangkan

kemerdekaan. Ini membuktikan dan meyakinkan tentang Pancasila sebagai

suatu yang harus kita yakini karena cocok bagi bangsa Indonesia.

Jadi, Indonesia saat ini sangat membutuhkan sebuah idiologi

dalam menjalankan pemerintahan ini ke depan. Tidak lain ideologi itu

75

Page 76: Materi Buku Pancasila Kel 4

adalah Pancasila. Sebelumnya melangkah lebih jauh, sangat perlu kita

memahami apa arti dari ideologi dan apa itu Pancasila sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Setiadi, Elly M. 2003.Pendidikan Pancasila. Jakarta : Gramedia

Purwastuti, L. Andriani.2002.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta : UNY Press

http://thehilmanscoy.blogspot.com,Perbandingan Ideologi Pancasila dengan

Ideologi lainnya

http://slowdownthing.blogspot.com,”Perbedaan Ideologi Pancasila, Komunis

dan Sosialis”

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2276673-ideologi-

bangsa/#ixzz2DWvWvskm

76

Page 77: Materi Buku Pancasila Kel 4

BAB V

PAPARAN TENTANG IDEOLOGI AGAMA MERUPAKAN POTENSI ANCAMAN

TERHADAP KEDERADAAN IDEOLOGI PANCASILA

DI PROVINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM

A. LATAR BELAKANG

Aceh yang terletak di posisi strategis (dekat dengan Selat

Malaka), menjadi pusat perdagangan dan wilayah pemeluk Islam yang

pertama di Nusantara. Masa kejayaan kesultanan tahun 1610 dan 1640

membawa Aceh menjadi bangsa yang masyur dan berdaulat. Pada

masa kejayaan kesultanan ini terjadi konflik menentang Belanda yang

ingin menguasai wilayah Aceh. Hal ini menimbulkan perlawanan rakyat

sehingga terjadi perang panjang (1873-1904) dan secara sporadis

hingga tahun 1942.

Di masa penjajahan Jepang, konflik sengaja diciptakan.

Belanda dengan politik devide et imperanya membuat kelompok

77

Page 78: Materi Buku Pancasila Kel 4

uleebalang (bangsawan tuan tanah) dan kaum ulama berseteru.

Kemenangan kaum ulama yang dipimpin Daud Beureurh menciptakan

masyarakat lebih religius, dengan menjalankan syariat Islam dan

mengembalikan Aceh pada masa kejayaan kesultanan.

Pada masa kemerdekaan Indonesia, kuatnya gerakan

kemerdekaan Indonesia yang dipimpin Soekarno-Hatta, mendorong

rakyat Aceh mendukung gerakan tersebut. Bahkan, rakyat Aceh

bersedia menyumbangkan pesawat Dakota untuk kepentingan

perjuangan Republik pada tahun 1948; kemudian ini menjadi cikal

bakal perusahaan penerbangan Garuda.

Setelah penyerahan kedaulatan Belanda ke Republik, Aceh

digabungkan dengan Sumatera Timur. Walaupun Daud Beureueh

diangkat sebagai gubernur militer RI di daerah ini, Daud merasa

kecewa dengan penggabungan ini dan muncul konflik baru. Faktor lain

pemicu konflik adalah kecurigaan terhadap pemerintah pusat yang

menempatkan seorang komandan militer di Aceh yang dianggap

komunis dan terhadap kabinet baru (PNI) yang tidak menerima

permintaan Daud Beureueh untuk status khusus bagi Aceh dalam

penerapan syariat Islam.

Kekecewaan itu melahirkan gerakan perlawanan untuk

membentuk Negara Islam Indonesia/Darul Islam (NII/DI) yang dipimpin

langsung Daud Beureueh dan didukung sebagian rakyat Aceh.

Perlawanan ini diatasi oleh pemerintah dengan mengangkat perwira

asal Aceh untuk menjadi pimpinan militer tertinggi sekaligus berperan

sebagai penyebar gagasan pemerintah terhadap penyelesaian

78

Page 79: Materi Buku Pancasila Kel 4

perlawanan DII/NI, memberi status khusus pada Aceh sebagai daerah

otonomi luas terutama dalam urusan agama, pendidikan dan adat

istiadat serta terpisah dari Sumatera Timur. Pemberlakuan ini tidak

lama bertahan karena ketika Orde Lama diganti Orde Baru, kebijakan

pembangunan industrialisasi multinasional dilakukan. Ini mendorong

Aceh ke arah daerah yang sekuler. Peraturan syariat Islam dan lembaga

adat seperti Tuha Peut, Gampong, Keuchik, Sago dan Mukim dihapus,

diganti dengan peraturan yang diseragamkan dari pusat ke semua

daerah Aceh. Kebijakan yang sentralistis ini menimbulkan jurang lebar

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Situasi ini

mendorong beberapa kalangan di masyarakat Aceh berkeinginan untuk

menjadikan Aceh sebagai negara makmur, berdaulat dan islami.

Keinginan inilah sebagai cikal bakal berdirinya Gerakan Aceh Merdeka

yang dipimpin Hasan Tiro.

Pemerintah Orde Baru kemudian melakukan tindakan yang

sangat represif. Pemerintah menghancurkan gerakan ini melalui

operasi militer. Yang terjadi selanjutnya adalah pemberlakuan Aceh

sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) sejak 1989 hingga 1998. Selama

DOM berbagai pelanggaran HAM telah terjadi. Tercatat 534 korban

jiwa dan 114 yang diculik (YAPPIKA, Aceh). Pelanggaran HAM terjadi

dengan alasan bahwa korban adalah anggota Gerakan Aceh Merdeka

(GAM). Kekerasan demi kekerasan terjadi, pencabutan status DOM

tahun 1998 tidak berpengaruh pada berkurangnya berbagai

pelanggaran HAM di Aceh.

B. LANDASAN HUKUM

79

Page 80: Materi Buku Pancasila Kel 4

1. Islam secara expressiv verbis terdapat Eksistensi ideologi pada

Pembukaan UUD 1945 sekaligus sebagai Pancasila yaitu,

“Ketuhanan yang Maha Esa” yang terkesan mengutip ayat pada

Q.S. Al-Ikhlas ayat (1) yaitu: “Katakanlah bahwa Allah adalah

Tuhan Yang Maha Esa”.

2. Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 disebutkan yaitu “Negara berdasar

atas Ketuhanan Yang Maha Esa” sehingga dapat disimpulkan

bahwa UUD 1945 mempunyai nilai keislaman yan tinggi yang

berhubungan dengan aqidah (keyakinan) dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara di Indonesia.

3. Ketetapan MPR RI No. IV/MPR-RI/1999 tentang GBHN, Bab IV,

Arah Kebijakan, A. Hukum, butir 2, menetapkan bahwa hukum

Islam, hukum Adat, hukum Barat adalah sumber pembentukan

hukum nasional.

4. Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” mencerminkan sifat bangsa yang

percaya bahwa terdapat kehidupan lain di masa nanti setelah

kehidupan di dunia sekarang. Ini memberi dorongan untuk

mengejar nilai-nilai yang dianggap luhur yang akan membuka jalan

bagi kehidupan yang baik di masa nanti.

5. Undang-Undang nomor 44 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh.

6. UU No. 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Propinsi

Daerah Istimewa Aceh sebagai Propinsi Nanggroe Aceh

Darussalam (selanjutnya UU PNAD) membawa perkembangan

baru di Aceh dalam sistem peradilan. Pasal 25 –26 UU PNAD 80

Page 81: Materi Buku Pancasila Kel 4

mengatur mengenai Mahkamah Syar’iyah NAD yang merupakan

peradilan syariat Islam sebagai bagian dari sistem peradilan

nasional.

C. KEJADIAN-KEJADIAN PENTING DI ACEH

Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) adalah propinsi

yang berdasarkan pada syariat Islam di Indonesia, mengingat mayoritas

penduduknya memeluk agama Islam. Keberadaan Aceh sebagai daerah

otonom yang bersyariat Islam tidak mudah di dalam negara kesatuan

Republik Indonesia yang pluralistik. Apalagi adanya konflik bersenjata

antara tentara Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Konflik

yang memporakporandakan ekonomi, politik, sosial dan budaya Negeri

Serambi Mekah ini belum juga berujung perdamaian.

Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang berjuang untuk

memisahkan diri dari Indonesia muncul pada tahun 1976 dan terus

berlanjut maju mundur hingga ditandatanganinya perjanjian

perdamaian di Helsinki pada tanggal 15 Agustus 2005. Pada pokoknya

pemberontakan tersebut selalu bersifat nasionalis dan pemimpin GAM

tidak pernah menunjukkan ketertarikan yang serius untuk bekerja

sama dengan sesama kelompok Muslim di tempat lain.

Lampu hijau untuk menerapkan hukum Islam pada tahun

1999 merupakan bagian dari sebuah upaya setelah jatuhnya Presiden

Soeharto untuk mendapatkan sebuah penyelesaian politik atas konflik

yang terjadi di Aceh. Hal ini lebih didasarkan atas penilaian dari elit

politis Jakarta dan Aceh mengenai apa yang dapat meredam sebuah

daerah yang menderita oleh konflik, pelanggaran HAM dan eksploitasi

81

Page 82: Materi Buku Pancasila Kel 4

ekonomi selama bertahun-tahun. Hukum Islam mendapatkan

dukungan, khususnya karena sistem peradilan biasa yang jarang sekali

memberikan keadilan bagi masyarakat Aceh, sudah tidak berfungsi

sama sekali akibat perang. Syariat dipromosikan sebagai sebuah obat

mujarab: banyak yang berharap syariat akan mampu menghapuskan

penyakit sosial, menghasilkan sebuah masyarakat yang egalitarian atau

sederajat, dan meminjam kata-kata yang dipakai oleh seorang

akademis, membuat rakyat Aceh menjadi "jujur, hemat, rajin belajar

dan bekerja, setia, cerdas serta matang secara emosi.“

Aceh adalah salah satu daerah dalam wilayah Republik

Indonesia yang memiliki keistimewaan untuk menerapkan syariat Islam

secara kaffah. Legitimasi ini diberikan oleh pemerintah pusat untuk

memenuhi harapan masyarakat Aceh yang menginginkan daerah ini

berlaku hukum syariat sebagaimana dahulu kala di masa kesultanan

Aceh. Akhirnya pemerintah pusat menyetujui dengan membuat UU

No. 44 tahun 1999 yang antara lain mengatur tentang syariat Islam di

Aceh. Selanjutnya untuk mengatur tentang pelaksanaan syariat Islam

tersebut, dibuatlah Perda No. 5 tahun 2000.

Perda No. 5 tahun 2000 tentang Pelaksanaan Syariat Islam

menyatakan bahwa seluruh aspek syariat akan diterapkan, termasuk

yang berhubungan dengan ‘aqidah, ibadah, transaksi ekonomi, akhlak,

pendidikan dan dakwah agama; baitu al-mal; kemasyarakatan,

termasuk cara berbusana bagi Muslim; perayaan hari raya Muslim;

pembelaan Islam; struktur peradilan, peradilan pidana dan

warisan.Membentuk wilayatu al-hisbah (WH) sebagai badan

82

Page 83: Materi Buku Pancasila Kel 4

pengawasan dan penegakan syariat, tetapi tidak ada perincian

mengenai bagaimana ia berfungsi.

D. HIKMAH YANG DAPAT DIAMBIL

1. Negara Indonesia adalah termasuk sistem Negara yang ketiga,

yaitu yang mengakui syariat dan sistem hukum nasional berlaku

bersama-sama dalam suatu Negara. Sebagaimana diketahui,

Indonesia bukanlah negara yang berideologi Islam, melainkan

Pancasila. Berdasarkan hal tersebut, ada suatu pertanyaan yang

memerlukan analisis mendalam tentang kedudukan Daerah

Istimewa Aceh.

2. Ada semacam Negara di dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Hal ini dapat memicu timbulnya keinginan-keinginan

yang serupa di daerah lain, dengan mayoritas agama yang lain

pula.

3. Hukum positif yang berlaku di Indonesia agar tetap efektif dalam

menghadapi perubahan dan perkembangan dinamika masyarakat,

haruslah menjadi hukum yang hidup di masyarakat dengan

menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup

di masyarakat. Dengan kata lain, hukum positif baru akan berlaku

secara efektif apabila berisikan atau selaras dengan hukum yang

hidup dalam masyarakat. Hal ini berdasarkan dari tujuan hukum

itu sendiri, yaitu : 1. Kepastian (hukum harus ditegakkan: jika

hukum yang ditegakkan dibuat tidak bersumber dari aspirasi

masyarakat luas, maka penegakan hukum menjadi semu); 2.

Ketertiban (hukum harus dipaksakan: jika hukum yang dipaksakan

83

Page 84: Materi Buku Pancasila Kel 4

dibuat tidak berdasarkan aspirasi masyarakat luas, maka

pemaksaan menjadi otoriterisme); 3. Kedamaian (tolok ukur

kedamaian apabila kepentingan dan hak semua pihak terlindungi);

DAFTAR PUSTAKA

Apriansyah Bintang, http://diskursusislam.wordpress.com/tag/luar-

biasa-penduduk-aceh/, diakses tganggal 28 Nopember 2012

Rasyid Rizani KEDUDUKAN QANUN JINAYAT PROPINSI NANGGROE

ACEH DARUSSALAM DALAM SISTEM HUKUM NASIONAL

84

Page 85: Materi Buku Pancasila Kel 4

BAB V

KEGIATAN KENDURI DIKAITKAN DENGAN NILAI PANCASILA

A. Latar Belakang

Kenduri adalah suatu ritual selamaten yakni

berdoa bersama yang dihadiri para tetangga

yang dipimpin oleh pemuka adat atau tokoh

yang dituakan di satu lingkungan Biasanya

disajikan tumpeng lengkap dengan lauk

pauknya yang nantinya akan dibagikan kepada

yang hadir. Nasi tumpeng, atau yang banyak dikenal sebagai ‘tumpeng’

saja merupakan salah satu warisan kebudayaan yang sampai saat ini masih

dipercaya untuk dihadirkan dalam perayaan baik yang sifatnya simbolis

maupun ritual. Dimulai dari masyarakat di pulau Jawa, Madura dan Bali,

kini penggunaan tumpeng sudah menyebar ke bagian pelosok nusantara

lainnya bahkan ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura bahkan

Belanda. (dikenal dengan nama rijstafel).

85

Page 86: Materi Buku Pancasila Kel 4

Di balik tradisi tumpeng yang biasa dipakai dalam acara

‘selametan’, terdapat nilai-nilai yang sifatnya filosofis. Tumpeng

mengandung makna-makna mendalam yang mengangkat hubungan

antara manusia dengan Tuhan, dengan alam dan dengan sesama manusia.

Asal muasal bentuk tumpeng ini ada dalam mitologi Hindu Bentuk

tumpeng yang berupa kerucut dan mempunyai satu titik pusat pada

puncaknya dipercaya melambangkan Gunung. Gunung, dalam

kepercayaan Hindu adalah awal kehidupan, karenanya amat dihormati.

Acara-acara selamatan dimana tumpeng digunakan selalu dikaitkan

dengan wujud syukur, persembahan, penyembahan dan doa kepada

Tuhan. Kehidupan orang Jawa sangat lekat dengan alam, mereka sadar

bahwa hidup mereka bergantung dari alam. Nasi tumpeng yang berbentuk

kerucut ditempatkan di tengah-tengah dan bermacam-macam lauk pauk

disusun di sekeliling kerucut tersebut. Penempatan nasi dan lauk pauk

seperti ini disimbolkan sebagai gunung dan tanah yang subur di

sekelilingnya.

Puncak sebuah upacara dimana terdapat tumpeng didalamnya

ditandai dengan pemotongan bagian teratas atau terlancip kerucut nasi

tumpeng tersebut. Pemotongan ini biasanya dilakukan oleh orang yang

paling dituakan. Ini menyiratkan bahwa masyarakat Jawa adalah

masyarakat yang masih memegang teguh nilai nilai kekeluargaan dan

memandang orang tua sebagai figur yang sangat dihormati, kemudian

dibagikan kepada yg hadir.

B. KEGIATAN KENDURI DIKAITKAN DENGAN NILAI PANCASILA

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

86

Page 87: Materi Buku Pancasila Kel 4

Dengan kegiatan kenduri terdapat :

a. Mengakui bahwa berkah dan rejeki berasal dari tuhan

b. Kegiatan yang nyata berupa : memuji kebesaran Tuhan dan

memanjatkan do’a

(QS 112 Al-Ikhlas:1) “Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.”

(QS 2 Al Baqarah: 163) “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak

ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”

(QS 2 Al Baqarah: 21-22) “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah

menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,

Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai

atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan

dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu

janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu

mengetahui.” (QS 2:)

(Surah Saba’: 1) “Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan

apa yang di bumi dan bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dia-lah Yang

Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”

(Surah Alhasyr: 22 – 24) “Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak

disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dia-lah

Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan

(yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha

Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang

Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha

Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dia-lah Allah Yang

Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai

87

Page 88: Materi Buku Pancasila Kel 4

Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit

dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. “

(Al-Quran Al-Karim Surah An-Nahl [16]: ayat 18) “Dan jika kamu

menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan

jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.”

2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

a. Semua orang diajak, tanpa membedakan kaya dan miskin

b. Tidak membedakan status

c. Terdapat rasa menghargai dan menghormati

(QS 49:13) “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang

yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

lagi Maha Mengenal.”

(QS:al kafirun1-6) “Katakanlah: “Hai orang-orang kafir,aku tidak akan

menyembah apa yang kamu sembah.dan kamu bukan penyembah Tuhan

yang aku sembah.dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu

sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku

sembah. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”

(Q:S al-Hujurat ayat: 10, 11 dan 13)

88

Page 89: Materi Buku Pancasila Kel 4

10.orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu

damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan

takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki

merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih

baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan

kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah

suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang

mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang

buruk sesudah imandan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka

Itulah orang-orang yang zalim.

13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang

yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha

Mengenal”.

3. Sila Persatuan Indonesia

Kegiatan melibatkan lingkungan sekitar sehingga dapat mempersatukan

setiap masyarakat

(Surat Ali Imron ayat 103 dan 105)

103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan

janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu

ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah

mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-

89

Page 90: Materi Buku Pancasila Kel 4

orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu

Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan

ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

105. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan

berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka

Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.

(surat ke-42 asy-Syura;13) “Dia Telah mensyari’atkan bagi kamu tentang

agama apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah

kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada

Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu

berpecah belah tentangnya.

4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmad Kebijaksanaan Dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

a. Dalam pengadaan kenduri terdapat musyawarah antara anggota yang

mengadakan kenduri

b. Ada pembagian tugas pada pengadaanya : seperti konsumsi, undangan

c. Dalam kegiatan palaksanaannya di pimpin oleh tokoh masyarakat /

agama

d. Sebelum acara dimulai, dapat menjadi forum komunikasi antar

masyarakat

e. Dalam kondisi tertentu, maka ada gotong royong saat pengadaan

kenduri. Misalnya pada kegiatan kenduri pada selamatan rumah baru,

kelahiran anak, peringatan orang meninggal terdapat kegiatan masak

bersama, ada tetangga datang membawa sesuatu baik berupa barang

atau uang.

90

Page 91: Materi Buku Pancasila Kel 4

(surat Ali 'Imran (3): 159)

Maka disebabkan rahmat dari Allahlah, engkau bersikap lemah lembut

terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap kasar dan berhati keras,

niscaya mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu,

maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan (tertentu). Kemudian

apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-

Nya.

(QS. Asy-Syura: 38)

"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan

Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka (putuskan)

dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan

sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka”.

5. Sila Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

a. Pembagian kenduri ada azas sama rata à tidak ada perbedaan bagi

setiap orang

b. Saat orang tidak datang tetap mendapatkan pembagian kenduri

(Surah Annahl: 71) “Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari

sebahagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang

dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezeki mereka kepada

budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezeki

itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah? “

91

Page 92: Materi Buku Pancasila Kel 4

(Surah Al-Imran:180) “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil

dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya

menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya

kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan

itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan

Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah

mengetahui apa yang kamu kerjakan. “

(Surah Al-Furqaan: 67) “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan

(harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah

(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. “

(Surah Al-Hadiid: 11) “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah

pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan)

pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak, “

(Surah Adz-dzaariyaat: 19) “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk

orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat

bahagian. “

(Surah Al-Maa’uun: 1, 2 & 3)

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang

menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang

miskin. “

92

Page 93: Materi Buku Pancasila Kel 4

BAB VI

KONSEP INFORMED CONCENT DALAM PANCASILA

A. Pengertian Informed Consent

Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang

efektif antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang

apa yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien.

Informed consent dilihat dari aspek hukum bukanlah sebagai perjanjian

antara dua pihak, melainkan lebih ke arah persetujuan sepihak atas layanan

yang ditawarkan pihak lain.

Definisi operasionalnya adalah suatu pernyataan sepihak dari orang yang

berhak (yaitu pasien, keluarga atau walinya) yang isinya berupa izin atau

persetujuan kepada dokter untuk melakukan tindakan medik sesudah

orang yang berhak tersebut diberi informasi secukupnya.

93

Page 94: Materi Buku Pancasila Kel 4

B. Tiga elemen Informed consent

1. Threshold elements

Elemen ini sebenarnya tidak tepat dianggap sebagai elemen, oleh

karena sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu pemberi consent haruslah

seseorang yang kompeten (cakap). Kompeten disini diartikan sebagai

kapasitas untuk membuat keputusan medis. Kompetensi manusia

untuk membuat keputusan sebenarnya merupakan suaut kontinuum,

dari sama sekali tidak memiliki kompetensi hingga memiliki

kompetensi yang penuh. Diantaranya terdapat berbagai tingkat

kompetensi membuat keputusan tertentu (keputusan yang reasonable

berdasarkan alasan yang reasonable).

Secara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten) apabila telah

dewasa, sadar dan berada dalam keadaan mental yang tidak di bawah

pengampuan. Dewasa diartikan sebagai usia telah mencapai 21 tahun

atau telah pernah menikah. Sedangkan keadaan mental yang dianggap

tidak kompeten adalah apabila mempunyai penyakit mental

sedemikian rupa sehingga kemampuan membuat keputusan menjadi

terganggu.

2. Information elements

Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan) dan

understanding (pemahaman). Pengertian ”berdasarkan pemahaman

yang adekuat membawa konsekuensi kepada tenaga medis untuk

memberikan informasi (disclosure) sedemikian rupa sehingga pasien

dapat mencapai pemahaman yang adekuat. Dalam hal ini, seberapa

94

Page 95: Materi Buku Pancasila Kel 4

”baik” informasi harus diberikan kepada pasien, dapat dilihat dari 3

standar, yaitu :

a. Standar Praktik Profesi

Bahwa kewajiban memberikan informasi dan kriteria ke-adekuat-

an informasi ditentukan bagaimana BIASANYA dilakukan dalam

komunitas tenaga medis.

Dalam standar ini ada kemungkinan bahwa kebiasaan tersebut di

atas tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial setempat, misalnya resiko

yang ”tidak bermakna” (menurut medis) tidak diinformasikan,

padahal mungkin bermakna dari sisi sosial pasien.

b. Standar Subyektif

Bahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut

oleh pasien secara pribadi, sehingga informasi yang diberikan

harus memadai untuk pasien tersebut dalam membuat keputusan.

Kesulitannya adalah mustahil (dalam hal waktu/kesempatan) bagi

profesional medis memahami nilai-nilai yang secara individual

dianut oleh pasien.

c. Standar pada reasonable person

Standar ini merupakan hasil kompromi dari kedua standar

sebelumnya, yaitu dianggap cukup apabila informasi yang

diberikan telah memenuhi kebutuhan umumnya orang awam.

3. Consent elements

Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan,

kebebasan) dan authorization (persetujuan).

95

Page 96: Materi Buku Pancasila Kel 4

Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan, misrepresentasi

ataupun paksaan. Pasien juga harus bebas dari ”tekanan” yang

dilakukan tenaga medis yang bersikap seolah-olah akan ”dibiarkan”

apabila tidak menyetujui tawarannya.

Consent dapat diberikan :

a. Dinyatakan (expressed)

1) Dinyatakan secara lisan

2) Dinyatakan secara tertulis. Pernyataan tertulis diperlukan

apabila dibutuhkan bukti di kemudian hari, umumnya pada

tindakan yang invasif atau yang beresiko mempengaruhi

kesehatan penderita secara bermakna. Permenkes tentang

persetujuan tindakan medis menyatakan bahwa semua jenis

tindakan operatif harus memperoleh persetujuan tertulis.

b. Tidak dinyatakan (implied)

Pasien tidak menyatakannya, baik secara lisan maupun tertulis,

namun melakukan tingkah laku (gerakan) yang menunjukkan

jawabannya.

Meskipun consent jenis ini tidak memiliki bukti, namun consent

jenis inilah yang paling banyak dilakukan dalam praktik sehari-hari.

Misalnya adalah seseorang yang menggulung lengan bajunya dan

mengulurkan lengannya ketika akan diambil darahnya.

C. Proxy Consent

Adalah consent yang diberikan oelh orang yang bukan si pasien itu sendiri,

dengan syarat bahwa pasien tidak mampu memberikan consent secara

96

Page 97: Materi Buku Pancasila Kel 4

pribadi, dan consent tersebut harus mendekati apa yang sekiranya akan

diberikan oleh pasien, bukan baik buat orang banyak).

Umumnya urutan orang yang dapat memberikan proxy consent adalah

suami/istri, anak, orang tua, saudara kandung, dst.

Proxy consent hanya boleh dilakukan dengan pertimbangan yang matang

dan ketat.

D. Konteks dan Informed Consent

Doktrin Informed Consent tidak berlaku pada 5 keadaan :

1. Keadaan darurat medis

2. Ancaman terhadap kesehatan masyarakat

3. Pelepasan hak memberikan consent (waiver)

4. Clinical privilege (penggunaan clinical privilege hanya dapat dilakukan

pada pasien yang melepaskan haknya memberikan consent.

5. Pasien yang tidak kompeten dalam memberikan consent.

Contextual circumstances juga seringkali mempengaruhi pola

perolehan informed consent. Seorang yang dianggap sudah pikun, orang

yang dianggap memiliki mental lemah untuk dapat menerima kenyataan,

dan orang dalam keadaan terminal seringkali tidak dianggap “cakap”

menerima informasi yang benar – apalagi membuat keputusan medis.

Banyak keluarga pasien melarang para dokter untuk berkata benar kepada

pasien tentang keadaan sakitnya.

Sebuah penelitian yang dilakukan Cassileth menunjukkan bahwa dari

200 pasien pengidap kanker yang ditanyai sehari sesudah dijelaskan, hanya

60 % yang memahami tujuan dan sifat tindakan medis, hanya 55 % yang

dapat menyebut komplikasi yang mungkin timbul, hanya 40 % yang

97

Page 98: Materi Buku Pancasila Kel 4

membaca formulir dengan cermat, dan hanya 27 % yang dapat menyebut

tindakan alternatif yang dijelaskan. Bahkan Grunder menemukan bahwa dari

lima rumah sakit yang diteliti, empat diantaranya membuat penjelasan

tertulis yang bahasanya ditujukan untuk dapat dimengerti oleh mahasiswa

tingkat atas atau sarjana dan satu lainnya berbahas setingkat majalah

akademik spesialis.

Keluhan pasien tentang proses informed consent :

1. Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan terlalu teknis

2. Perilaku dokter yang terlihat terburu-buru atau tidak perhatian, atau

tidak ada waktu untuk tanya – jawab.

3. Pasien sedang dalam keadaan stress emosional sehingga tidak mampu

mencerna informasi

4. Pasien dalam keadaan tidak sadar atau mengantuk.

Keluhan dokter tentang informed consent

1. Pasien tidak mau diberitahu.

2. Pasien tak mampu memahami.

3. Resiko terlalu umum atau terlalu jarang terjadi.

4. Situasi gawat darurat atau waktu yang sempit.

E. Hubungan Informed consent dengan Pancasila

Sila 1: Ketuhanan Yang Maha Esa

Informed consent merupakan suatu kesepakatan kedua belah pihak,

dimana Allah sebagai saksi sebagaimana sesuai dengan

kepercayaannya.

Surah Saba’: 1

98

Page 99: Materi Buku Pancasila Kel 4

“Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di

bumi dan bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dia-lah Yang Maha

Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”

Sila 2: Kemanusiaan yang adil dan beradab

Informed consent menempatkan pasien sesuai dengan martabat

kemanusiaan, yang dilayani sesuai dengan Standar Prosedur

Operasional.

Surah Al-Israa’: 70

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami

angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari

yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang

sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”

Sila 3: Persatuan Indonesia

Informed consent menempatkan orang-orang yang berkaitan dalam

kedudukan yang sama.

Surah Alhujuraat: 10

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu

damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah

supaya kamu mendapat rahmat. “

99

Page 100: Materi Buku Pancasila Kel 4

Sila 4: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam

Permusyawaratan/ Perwakilan.

Informed consent mengandung persetujuan atau tidak setuju yang

sebelumnya sudah ada penjelasan dan pemahaman diantara kedua

belah pihak.

Surah Asysyuura: 38

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya

dan mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan

musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari

rezeki yang Kami berikan kepada mereka. “

Surah Almujaadilah: 9

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan

pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang

membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan

bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah

kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan.”

Sila 5: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Informed consent mengandung suatu keadilan bagi kedua belah pihak

yaitu penerima dan pemberi pelayanan.

Surah Al-Hadiid: 11

100

Page 101: Materi Buku Pancasila Kel 4

“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,

maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya,

dan dia akan memperoleh pahala yang banyak, “

Daftar Pustaka

Yusuf Alam Romadhon. Informed Consent.

http://yusufalamromadhon.blogspot.com/2008/01/informed-

consent.html diakses tgl 29 nop 2012

101

Page 102: Materi Buku Pancasila Kel 4

BAB VI

NILAI – NILAI PANCASILA DI DUNIA

A. Latar Belakang

Eksistensi Indonesia beberapa tahun belakangan ini mulai tidak

diperhitungkan oleh negara-negara lain. Berbagai kebijakan (policy) dari

negara tetangga seringkali melukai perasaan masyarakatnya, yang dianggap

merendahkan, melecehkan, seperti kasus Ambalat, TKI di Malaysia, kasus

Sutiyoso di Australia, dan lainnya. Orang lalu mencoba melihat kelemahan

bangsa ini terletak pada lemahnya implementasi nilai-nilai Pancasila dalam

kehidupan pemerintah dan masyarakat, sehingga belakangan ini eksistensi

Pancasila mulai digugat. Penulis mencoba melihat prospek Pancasila dalam

102

Page 103: Materi Buku Pancasila Kel 4

menghadapi masa depan. Tawaran penulis adalah bahwa Pancasila itu

memang tidak sesuatu hal given, hal sudah jadi, melainkan sesuatu yang

diusahakan. Besar tidaknya pengaruh yang diberikan Pancasila bagi proses

kehidupan berbangsa akan ditentukan oleh sejauhmana rakyat ini mau

mengaplikasi nilai-nilai itu dalam kehidupan nyata.

Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan

mempunyai peranan yang penting dalam proses kehidupan berbangsa.

Sebagai perawat materi yang sangat penting dan menentukan adalah

memahami konsep caring dan mampu menanamkan dalam hati, disirami

dan dipupuk untuk mampu memperlihatkan kemampuan soft skill sebagai

perawat, yaitu empati, bertanggung jawab dan tanggung gugat, dan mampu

belajar seumur hidup. Dan itu semua akan berhasil dicapai oleh perawat

kalau mereka mampu memahami apa itu caring. Saat ini, caring adalah isu

besar dalam profesionalisme keperawatan, dimana perawat akan

mendalami konsep sebagai dasar ilmu keperawatan. Diharapkan perawat

mampu memahami tentang pentingnya perilaku caring sebagai dasar yang

harus dikuasai oleh perawat / ners.

Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care,

mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang

diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan

melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi

kesanggupan pasien untuk sembuh. Lebih lanjut Mayehoff

memandang caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada tujuan

membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. Mayehoff

juga memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar, jujur, rendah hati.

103

Page 104: Materi Buku Pancasila Kel 4

Sedangkan Sobel mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli, hormat

dan menghargai orang lain. Artinya memberi perhatian dan mempelajari

kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berpikir, bertindak

dan berperasaan.

Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien,

seorang perawat harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat

adalah juga manusia. Perawat harus memperhatikan pasien dan bertindak

sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien. Ini harus dilakukan

karena perawat adalah membantu proses penyembuhan pasien bukan

memperburuk keadaan. Dengan etika yang baik diharapkan seorang

perawat bisa menjalin hubungan yang lebih akrab dengan pasien. Dengan

hubungan baik ini, maka akan terjalin sikap saling menghormati dan

menghargai di antara keduanya.

Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan

dalam menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran,

sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya dalam masyarakat

dan lingkungan perawatan. Dengan demikian, nilai pancasila sangat

mendunia, hal ini dibuktikan dengan adanya Theory Human Care yang

memiliki nilai – nilai dasar dari pancasila.

B. TEORI

1. Caring pada perawat

Perawat merupakan salah satu profesi yang mulia. Betapa

tidak, merawat pasien yang sedang sakit adalah pekerjaan yang tidak

104

Page 105: Materi Buku Pancasila Kel 4

mudah. Tak semua orang bisa memiliki kesabaran dalam melayani

orang yang tengah menderita penyakit. Pengalaman ilmu untuk

menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian

sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan

kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan

intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam

perilaku caring atau kasih sayang/cinta (Johnson, 1989) .

Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan

cara seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan

dengan orang lain. Caring dalam keperawatan dipelajari dari berbagai

macam filosofi dan perspektif etik .

Human care merupakan hal yang mendasar dalam

teori caring. Menurut Pasquali dan Arnold (1989) serta Watson

(1979), human care terdiri dari upaya untuk melindungi,

meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan

dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan,

dan keberadaannya serta membantu orang lain untuk meningkatkan

pengetahuan dan pengendalian diri .

Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care,

mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang

diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan

dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian

mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Lebih lanjut

Mayehoff memandang caring sebagai suatu proses yang berorientasi

pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan

105

Page 106: Materi Buku Pancasila Kel 4

diri. Mayehoff juga memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar,

jujur, rendah hati. Sedangkan Sobel mendefinisikan caring sebagai

suatu rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain. Artinya memberi

perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan

bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan

berperasaan. Caring sebagai suatu moral imperative (bentuk moral)

sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik

dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang

mempertahankan martabat dan menghargai pasien sebagai seorang

manusia, bukan malah melakukan tindakan amoral pada saat

melakukan tugas pendampingan perawatan. Caring juga sebagai

suatu affect yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas

kasih atau empati terhadap pasien yang mendorong perawat untuk

memberikan asuhan keperawatan bagi pasien. Dengan demikian

perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya mereka

bisa merawat pasien .

Marriner dan Tomey (1994) menyatakan

bahwa caring merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik

keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring bukan semata-

mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan

memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang

bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil

meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999)

Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat

baik. Caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam

106

Page 107: Materi Buku Pancasila Kel 4

aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien

dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan

merupakan esensi keperawatan. Dalam memberikan asuhan, perawat

menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan,

memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan

bersikap caring sebagai media pemberi asuhan (Curruth, Steele,

Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para perawat dapat

diminta untuk merawat, namun tidak dapat diperintah untuk

memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring .

Spirit caring seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri

perawat dan berasal dari hati perawat yang terdalam. Spirit

caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat yang

bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh

karenanya, setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang berbeda

ketika memberikan asuhan kepada klien .

Beberapa ahli merumuskan konsep caring dalam beberapa

teori. Menurut Watson, ada tujuh asumsi yang mendasari

konsep caring. Ketujuh asumsi tersebut adalah

a. Caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktekkan

secara interpersonal,

b. Caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam

membantu memenuhi kebutuhan manusia atau klien,

c. Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan

keluarga,

107

Page 108: Materi Buku Pancasila Kel 4

d. Caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak

hanya saat itu saja namun juga mempengaruhi akan seperti apakah

seseorang tersebut nantinya,

e. Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung

perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam

memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri,

f. Caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan

antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai

perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat

kesehatan dan membantu klien yang sakit,

g. Caring merupakan inti dari keperawatan (julia,1995).

h. Watson juga menekankan dalam sikap caring ini harus tercermin

sepuluh faktor karatif yang berasal dari perpaduan nilai-nilai

humanistik dengan ilmu pengetahuan dasar. Faktor karatif

membantu perawat untuk menghargai manusia dari dimensi

pekerjaan perawat, kehidupan, dan dari pengalaman nyata

berinteraksi dengan orang lain sehingga tercapai kepuasan dalam

melayani dan membantu klien. Sepuluh faktor karatif tersebut

adalah sebagai berikut.

2. Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistic.

Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan

sesuatu kepada klien. Selain itu, perawat juga memperlihatkan

kemampuan diri dengan memberikan pendidikan kesehatan pada

klien.

108

Page 109: Materi Buku Pancasila Kel 4

Memberikan kepercayaan-harapan dengan cara memfasilitasi dan

meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di samping itu,

perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan

kesehatan

Menumbuhkan kesensitifan terhadap diri dan orang lain.

Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien,

sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap

wajar pada orang lain.

Mengembangkan hubungan saling percaya.

Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan

sikap empati yaitu turut merasakan apa yang dialami klien.

Sehingga karakter yang diperlukan dalam faktor ini antara lain

adalah kongruen, empati, dan kehangatan.

Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif

klien. Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan

semua keluhan dan perasaan klien.

Penggunaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk

pengambilan keputusan. Perawat menggunakan metoda proses

keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada

klien.

Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal,

memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan

memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.

109

Page 110: Materi Buku Pancasila Kel 4

Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual

yang mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan

internal dan eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi

penyakit klien.

Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi.

Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif diri dan klien.

Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih

ke tingkat selanjutnya.

Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis agar

pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai.

Kadang-kadang seorang klien perlu dihadapkan pada

pengalaman/pemikiran yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah

agar dapat meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang diri

sendiri (Julia, 1995).

Dari kesepuluh faktor karatif tersebut, Watson merumuskan

tiga faktor karatif yang menjadi filosofi dasar dari konsep caring. Tiga

faktor karatif tersebut adalah: pembentukan sistem

nilai humanistik dan altruistik, memberikan harapan dan kepercayaan,

serta menumbuhkan sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang lain

(Julia, 1995).

Kesepuluh faktor karatif di atas perlu selalu dilakukan oleh

perawat agar semua aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga

asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat diwujudkan.

Selain itu, melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat

110

Page 111: Materi Buku Pancasila Kel 4

belajar untuk lebih memahami diri sebelum memahami orang lain

(Nurahmah, 2006).

Leininger (1991) mengemukakan teori “culture care diversity

and universality”, beberapa konsep yang didefinisikan antara lain

Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik

dan signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada

klien adalah hubungan perawat-klien yang bersifat profesional dengan

penekanan pada bentuk interaksi aktif antara perawat dan klien.

Hubungan ini diharapkan dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan

memotivasi keinginan klien untuk bertanggung jawab terhadap kondisi

kesehatannya.

3. Budi pekerti pada perawat sebagai pengamalan pancasila

Yang dimaksudkan dengan budi pekerti itu umumnya kelakuan

dan akhlak seseorang yang diterapkan oleh tradisi, adat, dan

kebiasaan. Budi pekerti dalam perawatan khususnya berarti tata

susila yang berhubungan dengan cita – cita adat dan kebiasaan yang

mempengaruhi seorang perawat dalam menunaikan pekerjaannya.

a. Manfaat Budi Pekerti Bagi Perawat

Dasar – dasar budi pekerti yang sehat sangat dibutuhkan untuk

kepribadian yang baik. Bagi anggota perawat, kepribadian yang baik

adalah penting, karena perawat adalah seorang yang memberikan

pelayanan / perawatan baik terhadap orang sakit maupun terhadap

orang sehat. Perawatan bukan saja merupakan keahlian untuk

111

Page 112: Materi Buku Pancasila Kel 4

sekedar mencari nafkah, akan tetapi mengingat tujuannya juga

merupakan pekerjaan yang suci.

b. Manfaat Budi Pekerti Yang Luhur Bagi Penderita

Seorang perawat yang mempunyai budi pekerti yang luhur dan

menjalankan pekerjaannya dengan baik, tak akan luput pengaruh

baiknya pada penderita yang dirawatnya. Amal jasmani dan rohani

yang diberikan dengan penuh kerelaan oleh perawat kepada

penderita, merupakan faktor penting untuk kesembuhan penderita

tersebut. Seringkali perawat diajukan pertanyaan – pertanyaan

yang bertalian dengan pengertian akhlak dan kerohanian oleh

penderita. Dalam hal ini, perawat bias menjadi penolong yang

berguna untuk memberi kekuatan jiwa terutama kepada mereka

yang tidak mempunyai harapan sembuh.

4. Senyum tulus perawat merupakan pengamalan pancasila.

a. Makna senyuman

Senyum merupakan sikap yang mudah, ceria, ringan dan

sederhana untuk dilakukan. Senyuman mengandung samudera

hikmah atau kemanfaatan yang luar biasa baik bagi pemberi

maupun penerimanya. Tanadi Santoso menyebutkan keluarbiasaan

senyuman sebagai sebuah kekuatan universal yang menarik sekali.

Disebutnya demikian, karena ia berpandangan bahwa senyuman

akan menunjukkan hal yang positif. Senyum yang tulus dengan hati

terbuka akan memancarkan sikap mental yang positif. Akan

memancar kehangatan dari orang tersebut. Sebuah perasaan

(feeling) yang mudah menular. Juga menunjukkan keterbukaan

112

Page 113: Materi Buku Pancasila Kel 4

dengan orang lain. Terasa sebuah perasaan keyakinan (confident)

akan hidup dan yang terasa lainnya, apapun yang dikatakan akan

terasa lebih manis, enak didengar dan menyenangkan bagi orang

lain.

Soejitno Irmim dan Abdul Rochim dalam bukunya

“Penampilan Pribadi yang Simpatik”, menyatakan bahwa disamping

senyum itu murah, tidak usah membeli dan persediannya luar biasa

banyaknya, senyum ternyata memiliki daya ajaib seperti senyum

dapat membangkitkan jiwa-jiwa yang lemah dan semangat yang

terkoyak-koyak. Senyum dapat mengubah impian menjadi

kenyataan.

Seorang perawat juga hendaknya memiliki senyuman yang

tulus yang mampu memotivasi pasien-pasien yang ditanganinya.

Selain itu senyuman merupakan modal utama bagi seorang

perawat dalam bersosialisasi dengan lingkungan rumah sakit atau

lingkungan kerja. Seyum seorang perawat terhadap pasiennya

sangat penting karena senyum perawat membuat pasien nyaman

dalam menjalani pengobatan.

Perhatian yang diberikan perawat merupakan salah satu

factor yang penunjang dalam bisnis dibidang pelayanan kesehatan.

Zig Zaglar mengatakan bahwa “bila kita cukup memberikan apa

yang diinginkan oleh orang lain, maka kita akan mendapatkan

apapun yang kita inginkan”. Memberikan apa yang diinginkan orang

lain berarti menciptakan nilai tambah bagi orang tersebut, siapapun

dan bagaimanapun rupanya, orang tersebut akan merasa sangat

113

Page 114: Materi Buku Pancasila Kel 4

dihargai. Bentuk pemenuhan kebutuhan ini tidak saja dengan terapi

medikamentosa, namun lebih dari itu adalah sikap yang ramah

tamah, penuh kesabaran dan perasaan serta senyum polos yang

tidak dibuat-buat.

b. Senyuman Perawat dalam Menangani Pasien sebagai Pengamalan

Pancasila

Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang

terapeutik dan signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang

diberikan kepada klien adalah hubungan perawat-pasien yang

bersifat profesional dengan penekanan pada bentuk interaksi aktif

antara perawat dan pasien. Hubungan ini diharapkan dapat

memfasilitasi partisipasi pasien dengan memotivasi keinginan

pasien untuk bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.

Salah satu motivasi seorang perawat maupun mahasiswa

keperawatan dalam menangani pasiennya, yaitu dapat mengambil

dari pengamalan Pancasila. Pancasila merupakan rumusan dan

pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat

Indonesia. Di dalam Pancasila terdapat butir-butir yang memuat

seluruh pedoman dalam menjalani kehidupan sebagai manusia

yang memiliki bangsa dan negara yang telah merdeka.

Setiap masyarakat Indonesia dituntut untuk dapat

mengamalkan beberapa dari butir-butir pengamalan Pancasila

tersebut. Salah satu profesi yang menuntut agar berpedoman pada

Pancasila dalam menjalankan tugasnya yaitu seorang perawat

maupun mahasiswa keperawatan. Perawat atau mahasiswa

114

Page 115: Materi Buku Pancasila Kel 4

keperawatan dituntut dapat mengamalkan beberapa pengamalan

Pancasila sebagai upaya dalam merawat pasien. Hal ini dikarenakan

seorang perawat maupun mahasiswa keperawatan bekerja untuk

sosial, berkecimpung di bidang kesehatan masyarakat, serta

bersosialisasi dengan masyarakat. Perawat maupun mahasiswa

keperawatan dituntut mampu mengayomi masyarakat yang sedang

menjalani pengobatan (pasien).

Dalam butir pancasila sila kedua dalam pengamalannya

disebutkan “mengembangkan sikap saling mencintai sesama

manusia”. Ini berhubungan dalam bidang keperawatan. Karena

dalam keperawatan seorang perawat harus memiliki sifat saling

mencintai dalam penyembuhan pasien. Sifat saling mencintai dapat

menumbuhkan jati diri seorang perawat dalam menjalankan

tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Dalam butir pancasila sila

kelima ’’mengembangkan sikap adil terhadap sesama’’. Jadi

seorang perawat harus dapat menerima keadaan setiap pasien

yang ditanganinya baik itu dari golongan bawah maupun golongan

atas.

c. Senyum Tulus Perawat untuk Penyembuhan Pasien

Keramah tamahan merupakan hal yang sangat utama

dalam pelayanan kesehatan. Impian masyarakat untuk

mendapatkan pelayanan yang ramah dari pelaku kesehatan sangat

tinggi, Namun kondisi ini sangat bertentangan dengan kenyataan

dalam kehidupan sehari-hari, dalam hal ini adalah pelayanan

115

Page 116: Materi Buku Pancasila Kel 4

kesehatan di rumah sakit. Dalam kenyataannya, pelaku kesehatan

telah menomorduakan pasien dan yang menjadi perhatian utama

adalah bagaimana caranya untuk mendapatkan keuntungan

sebesar-besarnya dari pelayanannya.

Sebagaimana dijelaskan bahwa Quality Assurance (QA)

adalah usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. QA

ini merupakan salah satu faktor penting dan fundamental bagi

manajemen rumah sakit itu sendiri dan para stakeholder. Dampak

dari QA menentukan hidup matinya sebuah rumah sakit. Bagi

rumah sakit, adanya QA yang baik tentu saja membuat rumah sakit

mampu untuk bersaing dan tetap exist di masyarakat. Mengacu

pada konsep ini, apabila para perawat yang merupakan jumlah

terbanyak dalam rumah sakit tersebut dalam pelayananannya

menunjukkan sikap tidak profesional dengan “tidak tersenyum”

saja maka sebenarnya rumah sakit tersebut sudah kalah bersaing

dengan rumah sakit lainnya.

Bagi pelaku kesehatan, dengan adanya QA para pelaku

kesehatan dituntut untuk semakin teliti, telaten, dan hati-hati

dalam menjaga mutu pelayanannya. Ternyata senyuman saja pun

membawa dampak yang sangat besar bagi sebuah rumah sakit.

Selain Djajendera (2008), yang mengatakan bahwa senyum tulus

Anda adalah mahakarya kebaikan, Purwodadi, S. H. (2008) juga

mengungkapkan beberapa hal tentang senyum. Diantaranya

adalah:

116

Page 117: Materi Buku Pancasila Kel 4

Senyum itu murah, tetapi menciptakan banyak hal yang

baik. Senyum itu menguntungkan bagi yang menerima, tanpa

merugikan yang memberiSenyum itu terjadi sekejap dan kesannya

kadangkala tidak akan pernah berakhir selamanya, artinya senyum

yang hanya sekejap diperlihatkan itu mempunyai kesan yang

mendalam seolah tidak akan bisa terlupakan. Agar suatu rumah

sakit terhindar dari sebutan rumah sakit yang tidak ramah, perlu

adanya beberapa langkah konkrit untuk mencapai QA dalam

hospitality in nursing services, seperti yang ditawarkan oleh

Purwodadi, S.H (2008), yaitu: Mulailah dengan Senyum.

Senyuman yang dimaksud adalah senyuman yang murni

dan tulus dari dalam lubuk hati, bukan senyum yang dibuat-buat.

Watson menekankan dalam sikap caring ini juga harus tercermin

sepuluh faktor kuratif yaitu: Pembentukan sistem nilai humanistic

dan altruistik. Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu

memberikan sesuatu kepada klien. Selain itu, perawat juga

memperlihatkan kemapuan diri dengan memberikan pendidikan

kesehatan pada klien.

Memberikan kepercayaan – harapan dengan cara

memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik.

Di samping itu, perawat meningkatkan prilaku klien dalam mencari

pertolngan kesehatan. Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dan

orang lain. Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan

kepada klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif,

murni, dan bersikap wajar pada orang lain.

117

Page 118: Materi Buku Pancasila Kel 4

Mengembangan hubungan saling percaya. Perawat

memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap

empati yaitu turut merasakan apa yang dialami klien.Meningkatkan

dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien. Perawat

memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan

perasaan klien. Penggunaan sistematis metoda penyalesaian

masalah untuk pengambilan keputusan. Perawat menggunakan

metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan

asuhan kepada klien.

Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal,

memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan

memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.

Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual

yang mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruhi lingkungan

internal dan eksternal klien terhadap kesehatan kondisi penyakit

klien.

Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan

manisiawi. Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri

dan klien. Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai

sebelum beralih ke tingkat selanjutnya. Mengijinkan terjadinya

tekanan yang bersifat fenomologis agar pertumbuhan diri dan

kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-kadang seseorang

klien perlu dihadapkan pada pengalaman atau pemikiran yang

bersifat profokatif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan

pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri.

118

Page 119: Materi Buku Pancasila Kel 4

Kesepuluh faktor karatif ini perlu selalu dilakukan oleh

perawat agar semua aspek dalam diri klien dapat tertangani

sehingga asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat

diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan faktor karatif ini perawat

juga dapat belajar untuk lebih memahami diri sebelum mamahami

orang lain.

5. Peran dan manfaat keperawatan dari segi ideologi pancasila

Perawat profesional pemula mempunyai peran dan funsgi

sebagai berikut:

“Melaksanakan pelayanan keperawatan profesional dalam suatu

sistem pelayanan kesehatan sesuai kebijakan umum pemerintah yang

berlandaskan pancasila, khususnya pelayanan atau asuhan

keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas

berdasarkan kaidah-kaidah” yaitu :

a. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam

mengelola asuhan keperawatan.

b. Berperan serta dalam kegiatan penelitian dalam bidang

keperawatan dan menggunakan hasil penelitian serta

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk

meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan atau asuhan

keperawatan.

c. Berperan secara aktif dalam mendidik dan melatih pasien dalam

kemandirian untuk hidup sehat.

119

Page 120: Materi Buku Pancasila Kel 4

d. Mengembangkan diri terus menerus untuk meningatkan

kemampuan profesional.

e. Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang

sesuai dengan etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya.

Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang reaktif, produktif,

terbuka untuk menerima perubahan serta berorientasi kemasa

depan, sesuai dengan perannya.

DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul Hidayat. 2004. Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta :

Salemba Medika.

Black M. Joyce&Jane H. Hawks. 2005. Medical Surgical Nursing : clinical

management for positive outcome. 7th edition. St Louis : Elseiver Inc.

Elly Nurachmah. Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit.

http://pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=786&tbl=artikel.

(diakses 27 Agustus 2006).

120

Page 121: Materi Buku Pancasila Kel 4

Farland M&Leininger M. 2002. Transcultural Nursing, Concept, Theories,

Research & Practice. Mc. Grow-Hill Companies.

George B. Julia. 1995. Nursing Theories : The Base Professional Nursing Practice.

4th edition. Connecticut : Appleton&Lange.

Kidd Pamela Stinson. 2001. High Acuity Nursing. 3rd edition. New Jersey :

Prentice Hall.

Leininger M. Madeline. Culture Care Diversity and Universality : a theory of

nursing. 1991. New York : National league for nursing press.

M. Margaretha Ulemadja Wedho. Modalitas Perawat Adalah Empati (Refleksi

Memperingati Ulang Tahun Ppni).

http://www.indomedia.com/poskup/2005/03/16/edisi16/1603pin1.h

tm. (diakses 29 Agustus 2006).

Meidiana Dwidiyanti. 1998. Aplikasi Model Konseptual Keperawatan. Edisi 1.

Semarang : Akper Depkes Semarang.

Munir Kamarullah. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Perawat.

http://risetdua.tblog.com/. (diakses 27 Agustus 2006).

Nila Ismani. 2000. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika.

Potter A. Patricia&Anne G. Perry. 2001. Fundamentals of Nursing. 5th edition. St

Louis : Mosby, Inc.

Rawin. 2005. Action Research Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan

Perilaku Caring Perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang.

Universitas Diponegoro Semarang. Tidak dipublikasikan.

Rokiah Kusumapradja. Pelayanan Prima Dalam Keperawatan.

www.pdpersi.co.id/mukisi/hospex/rokiah.ppt. (diakses 29 Agustus

2006).

121

Page 122: Materi Buku Pancasila Kel 4

Roswita Hasan. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia.

http://www.pjnhk.go.id/asuhankeperawatan3.htm. (diakses 27

Agustus 2006).

BAB VIII

PROSPEK MASA DEPAN PANCASILA TETAP “ EKSIS” DENGAN ADANYA

PENDIDIKAN KARAKTER

A. Latar Belakang

Pengembangan karakter bangsa ialah rangkaian usaha

pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar

122

Page 123: Materi Buku Pancasila Kel 4

oleh seluruh warga suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju

modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Ada

beberapa karakter bangsa Indonesia akhir-akhir ini yang mulai berubah ke

arah yang memprihatinkan. Misalnya sikap religius, santun sabar, saling

menghormati, dan mengutamakan musyawarah. Sekarang cenderung ke

arah yang destruktif dalam melakukan aktivitas bermasyarakat.

Karakter menentukan tingkah laku manusia. Sehingga salah satu

faktor penyebab yang lazim dijadikan “kambing hitam” terjadinya tingkah

laku warga negara yang tak terpuji ialah karakter bangsa yang mulai

bergeser, bahkan menurun kualitasnya. Kondisi demikian dipengaruhi oleh

tren dunia yakni globalisasi, yang memungkinkan informasi dapat masuk

dengan tidak terbatas (borderless information). Di dalam situasi yang

seperti ini terjadilah proses lintas budaya (trans-cultural) dan silang

budaya (cross cultural) yang kemudian mempertemukan nilai-nilai budaya

satu dengan yang lainnya.

Pertemuan nilai - nilai budaya (cultural contact) dapat

menghasilkan dua kemungkinan, yaitu: (1) asimilasi, pertemuan tanpa

menghasilkan nilai-nilai baru yang bermakna; dan (2) akulturasi,

pertemuan yang membuahkan nilai-nilai baru yang bermakna. Pendidikan

123

Page 124: Materi Buku Pancasila Kel 4

merupakan faktor dominan dalam mengembangkan karakter bangsa.

Pendidikan sebagai proses transformasi budaya merupakan kegiatan

pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain (Tirtarahardja

dan Sulo, 2005:33).

Pendidikan merupakan proses pemanusiaan untuk menjadikan

manusia memiliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa, dan

manusia seutuhnya agar mampu menjalankan dan mengembangkan

budaya. Kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup

bermasyarakat yang berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama anggota

manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat. Salah satu fungsi

dari pendidikan formal mencakup fungsi sosial. Pendidikan formal dalam

menjalankan fungsi sosial harus mampu mensosialisasikan peserta didik,

sehingga mereka nantinya bisa mengubah diri mereka dan masyarakatnya.

Eksistensi Indonesia beberapa tahun belakangan ini mulai tidak

diperhitungkan oleh negara-negara lain. Berbagai kebijakan (policy) dari

negara tetangga seringkali melukai perasaan masyarakatnya, yang

dianggap merendahkan, melecehkan, seperti kasus Ambalat, TKI di

Malaysia, kasus Sutiyoso di Australia, dan lainnya. Orang lalu mencoba

124

Page 125: Materi Buku Pancasila Kel 4

melihat kelemahan bangsa ini terletak pada lemahnya implementasi nilai-

nilai Pancasila dalam kehidupan pemerintah dan masyarakat, sehingga

belakangan ini eksistensi Pancasila mulai digugat. Penulis mencoba

melihat prospek Pancasila dalam menghadapi masa depan. Tawaran

penulis adalah bahwa Pancasila itu memang tidak sesuatu hal given, hal

sudah jadi, melainkan sesuatu yang diusahakan. Besar tidaknya pengaruh

yang diberikan Pancasila bagi proses kehidupan berbangsa akan

ditentukan oleh sejauhmana rakyat ini mau mengaplikasi nilai-nilai itu

dalam kehidupan nyata.

Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan

mempunyai peranan yang penting dalam proses kehidupan berbangsa.

Sebagai perawat materi yang sangat penting dan menentukan adalah

memahami konsep caring dan mampu menanamkan dalam hati, disirami

dan dipupuk untuk mampu memperlihatkan kemampuan soft skill sebagai

perawat, yaitu empati, bertanggung jawab dan tanggung gugat, dan

mampu belajar seumur hidup. Dan itu semua akan berhasil dicapai oleh

perawat kalau mereka mampu memahami apa itu caring. Saat

ini, caring adalah isu besar dalam profesionalisme keperawatan, dimana

perawat akan mendalami konsep sebagai dasar ilmu keperawatan.

125

Page 126: Materi Buku Pancasila Kel 4

Diharapkan perawat mampu memahami tentang pentingnya

perilaku caring sebagai dasar yang harus dikuasai oleh perawat / ners.

Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam

menghadapi pasien, seorang perawat harus mempunyai etika, karena yang

dihadapi perawat adalah juga manusia. Perawat harus memperhatikan

pasien dan bertindak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien.

Ini harus dilakukan karena perawat adalah membantu proses

penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan. Dengan etika yang

baik diharapkan seorang perawat bisa menjalin hubungan yang lebih akrab

dengan pasien. Dengan hubungan baik ini, maka akan terjalin sikap saling

menghormati dan menghargai di antara keduanya.

Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan

dalam menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran,

sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya dalam

masyarakat dan lingkungan perawatan.

Dengan demikian, para perawat dapat mengusahakan kemajuannya

secara sadar dan seksama. Oleh karena itu dalam perawatan teori dan

126

Page 127: Materi Buku Pancasila Kel 4

praktek dengan budi pekerti saling memperoleh, maka 2 hal ini tidak dapat

dipisah – pisahkan.

Selain dengan tujuan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa

nama baik rumah sakit antara lain ditentukan oleh pendapat / kesan dari

masyarakat umum. Kesehatan masyarakat terpelihara oleh tangan dengan

baik, jika tingkatan sikap caring perawat dan pegawai-pegawai kesehatan

lainnya. Sebab akhlak yang teguh dan sikap caring merupakan dasar yang

penting untuk segala jabatan, termasuk bagi perawat.

B. TINJAUAN TEORI

1. Merekonstruksi Pendidikan

Pendidikan harus mengetahui dan mengembangkan potensi yang

dimiliki peserta didik yang beragam. Pendidikan memiliki tugas

mengembangkan potensi manusia secara maksimal yang terhimpun dalam

jasmani dan rohani. Apa saja potensi yang dimiliki manusia? Potensi

manusia telah terancang dengan baik di dalam otak. Otak merupakan pusat

berpikir. Manusia yang “berotak” akan selalu berpikir guna menyelesaikan

permasalahan kehidupan. Otak manusia terbagi menjadi empat bagian,

yakni: otak kanan, otak kiri, otak kecil, dan God Spot. Keempat bagian otak

itulah bermuara potensi-potensi manusia. Otak kanan merupakan pusat

127

Page 128: Materi Buku Pancasila Kel 4

emotional qoutient, berpikir acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Otak

kanan menyimpan potensi moral qoutient, adversity qoutient, mampu

merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Emotional qoutient lebih

berpusat pada rekonstruksi hubungan yang bersifat horizontal (sosial). Otak

kiri merupakan pusat intelligence qoutient, berpikir logis, memecahkan

persoalan, linear, dan rasional. Otak kiri menyimpan potensi mengetahui

problem serta kondisi baru, berpikir abstrak, dan menerima hubungan yang

kompleks.

Otak kecil merupakan pusat penyeimbang, cerebellum qoutient,

dan taat. Otak kecil menyimpan potensi orang yang rendah hati, tawaduk,

sederhana, dan ketaatan. God Spot bagian otak yang menjadi pusat spiritual

qoutient, kebermaknaan. Potensi God Spot ialah pengembangan kejiwaan

yang berdimensi ketuhanan, hubungan yang bersifat vertikal atau sering

disebut spiritual qoutient. Manusia berbeda antara satu dengan lainnya,

hanya disebabkan perbedaan fisik, mental, dan kecerdasan, sehingga

manusia mampu menerima pengetahuan tentang alam semesta ini sesuai

dengan kemampuannya masing-masing. Pendidikan berupaya

menggabungkan emotional qoutient, intelligence qoutient, cerebellum

qoutient dan sehingga diharapkan dapat mengembangkan potensi menjadi

128

Page 129: Materi Buku Pancasila Kel 4

manusia yang moral qoutient, adversity qoutient, dan religious qoutient.

Bagaimana memproses keseluruhan domain dan segenap potensi agar

menjadi integral dalam dunia pendidikan?

Sebuah pedoman dalam mengembangkan segenap potensi

manusia yang merujuk pada Al Quran, merupakan sebuah upaya yang nyata

(Gunawan, 2011:32). Al Quran surat Al A’raaf ayat 205 merupakan “konsep

otak” dan prototipe tujuan pendidikan. Al Quran surat Al A’raaf ayat 205:

Artinya: Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan

diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan

petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. “Dan sebutlah

(nama) Tuhanmu”: menyebut berarti manusia sadar, ingat Tuhan, dzikir

menjadi kepribadiannya, merupakan intelligence qoutient yang “tertinggi”.

Keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia menjadi dasar pembentukan

kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun memungkinkan

semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman, takwa, dan

akhlak mulia. “Dalam hatimu”: merenungi di hati, berpikir hakikat

penciptaannya, dan melahirkan spiritual qoutient. Spiritual qoutient sebagai

potensi kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna. Hanya manusia

yang memiliki potensi spiritual qoutient.

129

Page 130: Materi Buku Pancasila Kel 4

“Dengan merendahkan diri”: rendah hati, tidak menyombongkan

diri, merupakan dampak dari “kesadaran” tujuan penciptaanya melalui

proses berpikir, “merenung dengan hati”, dan hasilnya ketaatan kepada

Tuhan. “Dan rasa takut”: membentuk emotional qoutient dan lebih rendah

hati. Manusia akan memiliki kejujuran dan integritas, bertanggung jawab,

hormat pada aturan dan hukum masyarakat, dan hormat pada hak

orang/warga lain. “Dengan tidak mengeraskan suara”: berbisik, hatinya

diam-diam berdoa, doanya diam-diam, penuh harapan, selalu optimis,

berserah diri, banyak ide, dan banyak pendapat. Manusia yang

“berbisik/bersuara” memiliki bahan untuk dibicarakan, dikaji, didiskusikan,

dan bertukar ilmu, ide, gagasan, dan pendapat. “Di waktu pagi dan petang”:

tanpa mengenal ruang dan waktu dalam berpikir, dan tidak terputus-putus.

Manusia berpikir setiap kejadian dan setiap kesempatan, tidak terbatas

ruang dan waktu. “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”:

tidak lalai, sadar secara jiwa dan raga, sadar diri. Manusia akan sadar secara

totalitas jiwa dan raganya, sehingga dalam bertindak sesuai dengan

tuntunan Tuhan. Manusia yang selalu “ingat Tuhan” dalam setiap langkah,

denyut jantung, dan helakan nafas; mengetahui hakikat penciptannya; selalu

rendah hati, tidak sombong akan ilmunya; memiliki rasa takut, kejujuran dan

130

Page 131: Materi Buku Pancasila Kel 4

integritas; selalu optimis, berserah diri, dan banyak pendapat; berpikir setiap

kejadian dan setiap kesempatan; dan sadar secara jiwa dan raga; maka akan

tercipta manusia seutuhnya. Manusia yang memiliki emotional qoutient,

intelligence qoutient, dan spiritual qoutient.

Pendidikan melalui kegiatan pembelajaran diharapkan

menggabungkan keseluruhan potensi otak peserta didik sehingga

membentuk kebermaknaan (GodSpot). Segenap potensi tersebut secara

fitrah dianugerahkan Tuhan kepada manusia dalam kedudukannya sebagai

insan, manusia seutuhnya, dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga.

Pendidikan perlu terus ditingkatkan, dioptimalkan, dan masih

memungkinkan untuk ditingkatkan. Sehingga perlu adanya perubahan

dalam pemikiran para pendidik yang cenderung pada transfer pengetahuan

belaka. Pendidikan pada akhirnya dapat kembali pada fitrahnya, yang

memanusiakan manusia dalam kedudukannya sebagai insan.

2. Pendidikan Karakter

Pendidikan adalah elemen penting dalam pembangunan bangsa

karena melalui pendidikan, dasar pembangunan karakter manusia dimulai.

Karakter merupakan sifat yang melekat pada setiap manusia, sebagai faktor

penentu seseorang untuk bersikap dan bertingkah laku, dengan dipengaruhi

131

Page 132: Materi Buku Pancasila Kel 4

oleh situasi, kondisi, dan yang dirasakan dalam hati seseorang. Karakter

lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap atau

melakukan perbuatan yang menyatu dalam diri manusia sehingga ketika

muncul tidak perlu dipikirkan lagi. Wynne berpendapat karakter merupakan

nilai kebaikan dalam bentuk tingkah laku (Zuhdi, 2009:10). Sementara itu

Kamus Bahasa Indonesia (2008:639) mengartikan karakter sebagai tabiat;

sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang

dengan yang lain. Sedangkan Kemendiknas (2010) menyatakan karakter

sebagai suatu moral excellence atau akhlak dibangun di atas berbagai

kebajikan (virtues) yang pada gilirannya hanya memiliki makna ketika

dilandasi atas nilai-nilai yang berlaku dalam budaya (bangsa).

Pendidikan karakter merupakan salah satu hal penting untuk

membangun dan mempertahankan jati diri bangsa. Pendidikan karakter

memiliki makna yang luas daripada pendidikan moral, karena bukan sekedar

mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah,tetapi lebih dari itu.

Pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik,

sehingga peserta didik menjadi paham (domain kognitif) tentang mana yang

baik dan mana yang buruk, mampu merasakan dan menghayati (domain

afektif) nilai baik, dan biasa melakukannya (domain psikomotorik). Lickona

132

Page 133: Materi Buku Pancasila Kel 4

(1992) berpendapat adanya moral absolute, yang harus diajarkan kepada

generasi muda, agar mereka memahami dan melakukan mana yang baik dan

menjauhi yang buruk. Lebih lanjut Lickona tidak sependapat dengan cara

pendidikan moral reasoning dan value clarification yang diajarkan di

Amerika Serikat, karena sesungguhnya terdapat nilai moral universal yang

bersifat absolut yang bersumber dari ajaran agama-agama di dunia yang

disebut dengan the golden rule. Nilai moral tersebut seperti: saling

menghormati, jujur, bersahaja, saling menolong, adil, dan bertanggung

jawab. Sedangkan Wynne berpendapat karakter merupakan nilai kebaikan

dalam bentuk tingkah laku (Zuhdi, 2009:10). Karakter apa yang harus

ditanamkan kepada siswa?

Terdapat delapan karakter yang dapat dikaitkan dalam kegiatan

pembelajaran, yakni:

1. Cinta Allah dan Rasul

2. Cinta orangtua dan guru

3. Cinta sesama

4. Cinta keunggulan

133

Page 134: Materi Buku Pancasila Kel 4

5. Cinta diri sendiri

6. Cinta ilmu pengetahuan dan teknologi

7. Cinta alam sekitar

8. Cinta bangsa dan negara

Karakter pada manusia dikreasikan dan ditambahkan dengan nilai-

nilai (created). Setelah itu direkatkan, diinternalisasi, dan terdapat

pembiasaan dalam bertingkah laku seseorang (embedded). Karakter setelah

diinternalisasi, dikembangkan lagi (developed), hal ini terkait kedinamisan

budaya. Karakter yang terbentuk dan baik dipelihara (ultimately

manipulated), dipertahankan keberadaannya. Karakter yang telah terbentuk

tersebut diarahkan (managed), menjadi sebuah nilai budaya. Proses tidak

pernah selesai, dan begitu seterusnya.

Nilai – nilai tersebut berintegrasi dalam mata pelajaran,

antarpelajaran, dan kurikulum, sehingga tidak harus diajarkan dalam mata

pelajaran tersendiri. Proses ini harus menjadi daya tarik dan membangkitkan

rasa ingin tahu mahasiswa. Dosen menjadi inspirasi, pembelajaran harus

menyenangkan, penguatan isi, dan metode yang mencerahkan siswa.

Interaksi yang terjadi antara guru dan siswa ialah interaksi edukatif, dialogis,

dengan prinsip-prinsip demokrasi, kesetaraan, keberagaman, dan

134

Page 135: Materi Buku Pancasila Kel 4

penghargaan. Nilai-nilai dasar kemanusiaan sebagai inti pendidikan karakter

dibangkitkan, ditanamkan, dipelihara, dan direfleksikan melalui sikap,

pemikiran, dan perilaku, sehingga menjadi budaya kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan Karakter Bangsa Berdasarkan Kearifan Lokal

Karakter sebagai suatu moral excellence atau akhlak dibangun di

atas berbagai kebajikan (virtues) yang pada gilirannya hanya memiliki makna

ketika dilandasi atas nilai-nilai yang berlaku dalam budaya bangsa

(Kemendiknas, 2010). Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang

dimiliki warga negara Indonesia berdasarkan tindakan-tindakan yang dinilai

sebagai suatu kebajikan berdasarkan nilai yang berlaku di masyarakat dan

bangsa Indonesia. Pancasila sebagai inti karakter bangsa Indonesia,

mengandung lima pilar karakter, yakni:

1. Transendensi, menyadari bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang

Maha Esa. Dari-Nya akan memunculkan penghambaan semata-mata

pada Tuhan. Kesadaran ini juga berarti memahami keberadaan diri dan

alam sekitar sehingga mampu memakmurkannya;

2. Humanisasi, setiap manusia pada hakikatnya setara di hadapan Tuhan

kecuali ketakwaan dan ilmu yang membedakannya. Manusia diciptakan

sebagai subyek yang memiliki potensi;

135

Page 136: Materi Buku Pancasila Kel 4

3. Kebinekaan, kesadaran akan ada sekian banyak perbedaan di dunia. Akan

tetapi, mampu mengambil kesamaan untuk menumbuhkan kekuatan;

4. Liberasi, pembebasan atas penindasan sesama manusia. Oleh karena itu

tidak dibenarkan adanya penjajahan manusia oleh manusia;

5. Keadilan, merupakan kunci kesejahteraan. Adil tidak berarti sama, tetapi

proporsional. Nilai-nilai Pancasila digunakan sebagai parameter tingkah

laku pemerintah, masyarakat, dan individu. Pancasila memiliki

kedudukan yang jelas dan tegas. Inti sila-sila Pancasila menjadi norma

dan tolak ukur bagi kegiatan kenegaraan, kemasyarakatan, dan

perseorangan. Perbuatan manusia dianggap bermoral (beretika) atau

mempunyai nilai etik, jika memenuhi tolak ukur Pancasila. Pembangunan

karakter bangsa dengan demikian juga tidak lepas dari nilai-nilai dasar

Pancasila.

Kearifan lokal didefinisikan sebagai sintesis budaya yang

diciptakan oleh aktor-aktor lokal melalui proses yang berulang-ulang,

melalui internalisasi, dan interpretasi ajaran agama dan budaya yang

disosialisasikan dalam bentuk norma – norma dan dijadikan pedoman

dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat. Kearifan lokal merupakan

gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh dan

136

Page 137: Materi Buku Pancasila Kel 4

berkembang secara terus-menerus dalam kesadaran masyarakat dari

yang sifatnya berkaitan dengan kehidupan yang sakral sampai dengan

yang profan (bagian keseharian dari hidup dan bersifat biasa-biasa saja).

Kearifan lokal ialah koleksi fakta, konsep, keyakinan, dan persepsi

masyarakat terhadap lingkungan mereka. Kearifan lokal dipahami

sebagai segala sesuatu yang didasari pengetahuan, diakui akal, dan

sesuai dengan ketentuan agama. Local genius adalah juga cultural

identity, merupakan identitas bangsa yang menyebabkan bangsa

tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai

dengan watak sendiri. Unsur budaya daerah potensial sebagai local

genius karena teruji kemampuannya untuk bertahan.

Karakteristik kearifan lokal ialah: (1) terbangun berdasarkan

pengalaman; (2) teruji setelah digunakan selama berabad-abad; (3)

dapat disesuaikan dengan budaya sekarang; (4) lazim dilakukan oleh

individu dan masyarakat; (5) bersifat dinamis; dan (6) sangat terkait

dengan sistem kepercayaan. Kearifan lokal berwujud tata aturan yang

menyangkut: (1) hubungan sesama manusia, seperti perkawinan; (2)

hubungan manusia dengan alam, sebagai upaya konservasi alam, seperti

hutan milik adat; dan (3) hubungan dengan yang gaib, seperti Tuhan dan

137

Page 138: Materi Buku Pancasila Kel 4

roh gaib. Kearifan lokal dapat berupa adat istiadat, institusi, kata-kata

bijak, dan pepatah. Seperti dalam kebudayaan Jawa terdapat parian dan

tembang.

Tembang Gugur Gunung yang diciptakan oleh Bapak Ki

Nartosabdo misalnya, dalam tembang ini terdapat nilai-nilai filosofis dan

kaya makna. Teks tembang Gugur Gunung seperti berikut ini.

Ayo (ayo) … kanca (kanca) …

Ngayahi karyaning praja

Kene (kene) … kene (kene) …

Gugur gunung tandang gawai

Sayuk-sayuk rukun bebarengan ro kancane

Lila lan legawa kanggo mulyaning negara

Siji (loro) telu (papat) … maju papat papat

Diulung-ulungake mesthi enggal rampunge

Holobis kuntul baris, holobis kuntul baris ( 2x )

Teks tembang Gugur Gunung mengajak semua orang untuk

melakukan tugas-tugas bangsa dan negara. Sejak kalimat pertama teks vokal

menunjukkan betapa pengarang memiliki kecintaannya yang besar terhadap

bangsa dan negara. Orang lain diajak untuk melakukan hal yang sama

138

Page 139: Materi Buku Pancasila Kel 4

dengan cara mengerjakan tugas dan membuat karya sesuai keahliannya.

Kehidupan masyarakat terorganisasi secara rapi, dalam masyarakat Jawa

tercermin dalam nilai-nilai budaya hormat dan rukun. Konsep keseimbangan

tercermin dalam terjaminnya pemerataan distribusi kesempatan dan

sumber daya ekonomi, sosial, politik, dan budaya secara adil, serta

terpeliharanya hubungan selaras dengan lingkungan alam.

Nilai budaya keserasian hidup bersama menjadi filosofi dasar

masyarakat Jawa, yaitu cita-cita yang berupa tatanan sosial terorganisasi

secara rapi dalam keseimbangan. Manusia dalam posisi hidup

bermasyarakat, tidak dapat bersifat individual yang di mana seseorang

tersebut dihadapkan pada pranata sosial yang berlaku pada kelompok

masyarakat tersebut. Seseorang hidup bermasyarakat tentunya harus

mengikuti dan menaati tatanan sosial yang berlaku dalam kelompok

masyarakatnya. Kegiatan gotong-royong terdapat proses timbal balik yang

merupakan hubungan sebab dan akibat dari aktivitas tersebut. Apabila

seseorang melakukan pekerjaan pribadinya secara gotong-royong, berarti

orang ini telah mengajak orang lain – masyarakat – untuk bekerja bersama-

sama menyelesaikan pekerjaan pribadinya. Dengan demikian orang yang

mengajak ini juga harus siap membantu pekerjaan orang lain yang diadakan

139

Page 140: Materi Buku Pancasila Kel 4

secara gotongroyong. Sehingga dalam proses ini terjadi saling membantu

dan dibantu antarwarga masyarakat. Kerja gotong-royong ini lazim sering

digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan untuk kepentingan

sosial atau bersama.

Kearifan lokal bukan pada fokus budaya regional (kabupaten, kota,

provinsi), melainkan penerapan nilai. Misalnya orang Banjar yang lama

tinggal di Jawa akan terbawa budaya Jawa. Kearifan lokal dapat berubah

dalam aspek nilai, seiring kedinamisan masyarakat dan keyakinan. Guna

mengembangkan karakter bangsa berdasarkan kearifan lokal, perlu

melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengembangkan modal sosial untuk mengaktualisasikan nilai-nilai luhur

budaya bangsa dalam menghadapi derasnya arus budaya global, dengan

mendorong terciptanya ruang yang terbuka dan demokratis bagi

pelaksanaan dialog kebudayaan;

2. Mendorong percepatan proses modernisasi yang dicirikan dengan

terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia modern yang

berkelanjutan dan menguatnya masyarakat sipil;

3. Menyelesaikan peraturan perundang-undangan di bidang kebudayaan

dan peraturan pelaksananya;

140

Page 141: Materi Buku Pancasila Kel 4

4. Mendorong reaktualisasi nilai-nilai kearifan lokal sebagai salah satu dasar

pengembangan etika pergaulan sosial untuk memperkuat identitas

nasional;

5. Mengembangkan kerja sama yang sinergis antarpihak terkait dalam upaya

pengelolaan kekayaan budaya;

6. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkepribadian, berbudi luhur,

dan mencintai kebudayaan Indonesia dan produk-produk dalam negeri.

4. PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER

Pendidikan karakter diterapkan pada sekolah – sekolah, salah satunya yaitu

SDIT, kurikulum SDIT :

Sebagai lembaga formal yang bernaung di bawah Depdiknas,

kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Nasional yang ditetapkan

Depdiknas yang berlaku saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Berdasarkan rambu-rambu yang ditetapkan Depdiknas tersebut

kemudian dijabarkan ke dalam program-program pembelajaran yang

disesuaikan dengan Visi dan Misi serta Strategi SDIT ATTAQWA PUSAT.

Sebagai sekolah Islam maka Kurikulum Agama menjadi bagian yang

terpenting dari proses pembelajaran dan menjadi program unggulan,

disusun secara terpisah dengan mengacu dan meramu beberapa model

141

Page 142: Materi Buku Pancasila Kel 4

kurikulum agama baik dari Depdiknas, Depag dan Pesantren Modern yang

ada di Indonesia sehingga menjadi KURIKULUM SDIT ATTAQWA PUSAT.

Untuk kurikulum Muatan Lokal, disamping menyesuaikan dengan

program pemerintah Propinsi Jawa Barat juga menyesuaikan dengan

kebutuhan masyarakat di lingkungan SD Islam Terpadu ATTAQWA PUSAT

berada dan kebutuhan masyarakt era globalisasi.

Sebagai gambaran berikut ini disajikan tabel struktur program SD Islam Terpadu

ATTAQWA PUSAT:

KOMPONENKELAS DAN ALOKASI WAKTU

I II III IV V VI

A. Mata

PelajaranX X X X X X

1. Pendidikan

Agama IslamX X X X X 3

2. Pendidikan

Kewarganegara

an

1 1 2 2 2 2

3. Bahasa

Indonesia5 5 5 5 5 6

4. Matematika 7 7 7 7 6 6

5. Ilmu 2 2 4 4 5 6

142

Page 143: Materi Buku Pancasila Kel 4

Pengetahuan

Alam

6. Ilmu

Pengetahuan

Sosial

2 2 3 3 3 3

7. Seni Budaya

dann Sosial2 2 2 2 2 2

8. Penjaskes 2 2 2 2 2 2

9. Bahasa

SundaX X X X X 2

B. Muatan

LokalX X X X X X

1. Aqidah

Akhlak1 2 2 2 2 X

2. Qur’an

Hadist

(Kandungan

dan hadits)

X 2 2 2 2 X

3. Fiqih 1 1 2 2 2 Xk

4. Tarekh 1 1 2 2 2 Xm

5. Bahasa Arab 2 2 2 2 2 3

6. Bahasa

Inggris2 3 3 3 3 3

7. Tahfidz 2 2 3 3 3 3

143

Page 144: Materi Buku Pancasila Kel 4

8. Tahsin

(Tajwid)4 4 4 4 4 4

9. Komputer 1 1 2 2 2 2

Jumlah 35 39 47 47 47 47

SISTEM PEMBELAJARAN

Rutinitas

Setiap pagi diawali dengan pembiasaan Sholat Dhuha.

Berdoa sebelum dan sesudah belajar.

Tadarus selama 30 menit di pagi hari.

Penulisan/pengecekan buku penghubung.

Pembiasaan keberanian berbicara di depan orang banyak.

Pembiasaan menggunakan kalimat – kalimat thoyyibah untuk kejadian

sehari hari.

Metode Proses Pembelajaran

Menggunakan pendekatan lintas kurikulum dalam berbagai

penugasan.

Pengenalan dan pemanfaatan berbagai sumber belajar mulai dari yang

paling sederhana sampai yang kompleks baik di lingkungan rumah,

sekolah, maupun masyarakat.

Senantiasa berusaha membuat kegiatan belajar nyaman,

menyenangkan, dipahami.

144

Page 145: Materi Buku Pancasila Kel 4

Berusaha selalu menggunakan interaksi yang edukatif.

Menerapkan beragam cara menghargai dan menerima sesama

manusia sesuai usia perkembangan anak didik

Memberi kesempatan baik siswa maupun guru untuk

mengaktualisasikan diri dalam berbagai kompetensi pada setiap mata

pelajaran

Mengamati secara kontinyu perkembangan fisik anak didik.

Mencermati bentuk tulisan anak didik sebagai dasar tulisannya kelak

Menggunakan proses penulisan yang benar sebagai dasar pembiasaan

ekspresi tertulis

Memberi penugasan penelitian perpustakaan, wawancara,

pengamatan lingkungan dan penulisan laporan

Menekankan pembiasaan kemandirian melalui berbagai kesempatan di

kelas, memimpin upacara, memimpin do'a, membersihkan kelas,

berdiskusi, berdebat, bercerita secara individual, presentasi kelompok.

Memberi kesempatan leluasa untuk mengadakan percobaan IPA, IPS,

untuk mencapai pemahaman konsep tertentu.

Mencermati pembiasaan menulis dan kaidah-kaidah umum yang harus

ditaati bersama (huruf besar/kecil, jarak, tata penulisan dst)

Memberi kesempatan mendapatkan materi secara langsung melalui

karyawisata

Memberikan kesempatan anak didik untuk menemukan pemahaman

mengenai emosi diri dan lingkungan serta mengembangkan

kecerdasan emosi melalui berbagai kegiatan bersama

145

Page 146: Materi Buku Pancasila Kel 4

Memberikan informasi berantai pada guru kelas jenjang berikutnya

agar kemampuan murid bisa digali semaksimal mungkin.

Sarana dan Fasilitas Sekolah

Gedung milik sendiri 3 lantai

Masjid

Ruang kelas

Laboratorium komputer

Perpustakaan Sekolah

Sarana dan fasilitas olah raga (Futsal, Bola Basket, & Bulu Tangkis)

Toko sekolah dan kantin prasmanan

UKS (Unit Kesehatan Sekolah)

Kegiatan Ko Kurikuler

Kegiatan kokurikuler dilakukan sebagai kegiatan yang menunjang secara

langsung proses pembelajaran di kelas (intra kurikuler) dan sebagai aplikasi atau

penerapan hasil pembelajaran yang tidak dapat dipraktekkan di kelas atau

memerlukan waktu yang relatif lama, diantaranya :

Salat Berjamaah, Kegiatan ini dilakukan setiap hari Senin s.d. Kamis untuk salat

Zuhur dan hari Jumat untuk salat Jumat dengan tujuan :

Memupuk keimanan siswa.

Melatih dan membiasakan gerakan-gerakan salat yang benar.

Membiasakan diri untuk melaksanakan salat lima waktu.

Membiasakan sikap tertib/disiplin terhadap waktu.

Kebiasaan Beramal

146

Page 147: Materi Buku Pancasila Kel 4

Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa memiliki kepekaan terhadap

permasalahan di lingkungan sekitarnya. Kegiatan beramal dilakukan

pada hari Jumat atau peristiwa tertentu dalam bentuk, pengumpulan :

Dana amal, kurban, dan teman asuh.

Pakaian layak pakai.

Alat-alat belajar (buku pelajaran, alat tulis, dan lain-lain) layak pakai.

Orientasi Siswa Baru

Kegiatan ini dilakukan satu tahun sekali pada awal tahun pelajaran dalam

bentuk dinamika kelompok, pengenalan fasilitas sekolah, rutinitas yang

dilakukan siswa serta kesepakatan peraturan di kelas/sekolah.

Kunjungan Pustaka

Untuk menumbuhkan rasa kecintaan membaca pada siswa, sekolah

menjadwalkan satu minggu sekali kegiatan kunjungan pustaka dengan

mengaitkan pada jadwal pelajaran.

Siswa berkunjung ke perpustakaan untuk membaca serta bisa

meminjam buku-buku yang disukai untuk dibawa pulang. Dalam hal ini

dibutuhkan kerjasama dan bantuan orangtua untuk mengingatkan anak

mengembalikan buku yang dipinjamnya tepat waktu.

Pembiasaan ini dapat membantu siswa untuk menggunakan bahan

pustaka secara maksimal. Selain itu siswa bisa mengambil beberapa jawaban

dari tugas yang diberikan oleh guru. Kunjungan ke perpustakaan ini tidak hanya

dapat dilakukan seminggu sekali namun dapat dilakukan juga ketika ada

penugasan dari guru atau pada waktu - waktu lain.

147

Page 148: Materi Buku Pancasila Kel 4

Pentas Akhir Tahun

Pementasan diadakan dengan tujuan untuk memberi pengalaman pada murid,

baik pengalaman pementasan, menari, menyanyi, menghafal sesuatu, maupun

pengalaman menonton pentas itu sendiri. Dalam acara ini orang tua diharapkan

selalu hadir untuk memberikan apresiasi terhadap kreatifitas dan ekspresi diri

putra-putrinya.

Amaliah Ramadhan

Kegiatan ini dilakukan setiap awal bulan puasa Ramadhan untuk memperkaya

pemahaman keagamaan secara praktis (pelaksanaan ritual ibadah) dan

kontekstual (kegiatan kreatif). Pelaksanaannya dilakukan dengan pendekatan

kelompok dan minat, serta melibatkan seluruh siswa kelas I s.d VI.

Kegiatan Ekstra Kurikuler

Untuk memberikan wadah kepada anak didik dalam mengembangkan bakat

dan minatnya serta sebagai wujud dari program pengembangan Diri (Dalam

Struktur Program Kurikulum ekuivalen dengan 2 jam pelajaran), SDIT ATTAQWA

PUSAT memberikan banyak pilihan kegiatan ekstra kurikuler, diantaranya :

Ekstra kurikuler Wajib

Kegiatan ini berupa KEPRAMUKAAN /PANDU SIT yang wajib diikuti oleh seluruh

siswa kelas III – V. Bentuk kegiatannnya berupa latihan rutin seminggu sekali

dan setiap akhir periode untuk kenaikan tingkat diadakan semacam ujian

melalui kegiatan perkemahan.

148

Page 149: Materi Buku Pancasila Kel 4

Ekstra kurikuler Pilihan

Sebagaimana sifatnya, pelaksanaan kegiatan ini dikelola dengan beberapa

ketentuan keikutsertaan peserta sebagai berikut :

Setiap siswa memilih eks-kur sesuai dengan minat dan bakatnya.

Periode pemilihan berlaku untuk sekurang-kurangnya satu semester.

Macam Ekstra kurikuler :

Drumband

Sepak Bola/Futsal

Pencak Silat

Bulu Tangkis

Sanggar Seni

Qiroah dan Tilawah

Karate

149

Page 150: Materi Buku Pancasila Kel 4

ateri buku ini adalah kumpulan bahan mata kuliah yang diajarkan

selama satu semester di Universitas Diponegoro, Semarang.MBuku ini mengulas tentang Pancasila di Indonesia

150