materi islam dan iptek - kemahasiswaan...
TRANSCRIPT
-
1
Islam, Sains, dan Teknologi
VIII. Prinsip Islam dalam Sains dan Teknologi
Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan untuk semata-mata
beribadah dan menghambakan diri kepada-Nya (Qs. Adzariyat/52:56). Supaya dapat
mencapai tujuan tersebut, manusia membutuhkan fasilitas hidup berupa pangan
untuk hidup, pakaian untuk menutup aurat, melindungi diri dari cuaca di sekitarnya,
dan papan sebagai tempat tinggal, tempat istirahat, menjaga keselamatan dari
gangguan makhluk lain. Untuk mendapatkan semua itulah Allah SWT membekali
manusia dengan akal dan kemampuan menjadi khalifah di muka bumi (QS. Al-
Anam/6: 165).
Dalam menjalankan hidup dan kehidupan di bumi sebagai hamba Allah dan
khalifah-Nya, manusia diperintahkan untuk mencari dan mengusahakan
kesejahteraan dan kebahagiaan baik di akhirat maupun di dunia sebagaimana
termaktub di dalam QS. Al-Qasash/28 ayat 77, sebagai berikut:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS.
Al-Qashash Ayat/28 : 77)
Pada ayat di atas, Allah memberikan arahan kepada manusia untuk
mengupayakan kebahagiaan akhirat tanpa mengabaikan kehidupan dunia. Selaras
dengan ayat alquran ini, Salah satu hikmah yang disampaikan oleh Imam Asy-
Syafii:
Comment [a1]: Bentuk dan ukuran font apa mungkin disamakan?
-
2
"Barangsiapa yang menginginkan kesuksesan dunia maka dia harus
memiliki ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan di akhirat maka
ia juga harus berilmu." (Majmu Syarh al-Muhadz-dzab, karya an-Nawawi dan
Mawa'izh al-Imam asy-Syafii, karya Shalih Ahmad asy-Syami)
Hal ini menunjukkan bahwa sebagai hamba Allah yang diciptakan untuk
hidup di bumi, manusia harus menguasai ilmu tentang Akhirat yang rinciannya ada
di dalam ayat-ayat qouliyah yakni kitab Allah dan sunnah Rasul, serta menguasai
ilmu keduniaan yang rinciannya berada di dalam ayat-ayat kauniyah yaitu alam
semesta.Sehubungan dengan keharusan manusia untuk mengenal alam sekitarnya
dengan baik, maka Allah SWT. memerintahkan dalam surat Yunus (10) ayat 101,
yaitu:
Katakanlah (wahai Muhammad SAW): "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan
di bumi. Tidaklah bermanfa`at tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang
memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman" (QS. Yunus (10):101)
Ayat ini menjelaskan perintah Allah SWT kepada rasul-Nya agar mengatakan
kepada kaumnya untuk memperhatikan segala sesuatu yang ada di langit dan di
bumi dengan mata kepala dan akal budi. Kemudian diikuti dengan
perenunganterhadap kebesaran Allah yang ditandai dengan keajaiban langit yang
penuh dengan bintang-bintang, matahari dan bulan, keindahan pergantian malam
dan siang, air hujan yang turun ke bumi, menghidupkan bumi yang mati,
menumbuhkan tanam-tanaman, dan pohon-pohonan dengan buah-buahan yang
beraneka warna dan rasa. Hewan-hewan dengan bentuk dan warna yang bermacam-
macam hidup diatas bumi, memberi manfaat yang tidak sedikit kepada
manusia.Demikian pula keadaan bumi itu sendiri yang terdiri dari gurun pasir,
lembah yang terjal, dataran yang luas, samudera yang penuh dengan berbagai ikan
yang semuanya itu terdapat tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah SWT bagi
orang-orang yang berfikir dan yakin kepada penciptanya.
-
3
Akan tetapi bagi mereka yang tidak meyakini adanya pencipta alam ini,
semua tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah di alam ini tidak akan bermanfaat
baginya.
Di dalam ayat lain di surat Al-Ghasyiyah 17 -20
Apakah mereka tidak memperhatikan (melakukan nazhor) pada unta
bagaimana ia diciptakan?Dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-
gunung bagaimana ia ditegakkan dipancangkan? Dan bumi bagaimana
dihamparkan ? (Q.S. al-Ghasyiyah: 17-20)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah SWT berfirman seraya
memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk melihat kepada makhluk ciptaan-Nya
yang menunjukkan kekuasaan dan keagungan-Nya.Maka apakah mereka tidak
memperhtikan unta bagaimana dia diciptakan? Sesungguhnya ia (unta) merupakan
ciptaan yang sangat menakjubkan dan susunan tubuhnya yang sangat
mengherankan di mana unta ini memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Namun
demikian ia sangat lentur untuk dijadikan sebagai sarana pengangkut beban yang
berat dan mengantarkan kusir yang lemah, dagingnya dapat dimakan kulitnya dapat
dimanfaatkan serta susunya dapat pula diminum. Mereka diingatkan mengenai hal
tersebut karena mayoritas binatang ternak yang dimiliki oleh masyarakat Arab
adalah unta. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditinggikan Artinya,
menjadikannya tertancap kuat sehingga benar-benar kokoh dan tangguh agar bumi
beserta penghuninya tidak menjadi goyang.Sedangkandidalamnya diberikan
berbagai manfaat dan juga barang tambang.
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan Maksudnya bagaimana bumi itu
dibentangkan, dihamparkan, dan di panjangkan. Dengan demikian Allah telah
mengingatkan orang Arab Badui untuk menjadikan sebagai bukti dari apa yang
-
4
sering mereka saksikan, yaitu unta yang sering ia naiki, langit yang berada diatas
kepalanya, gunung-gunung yang berada dihadapannya, dan bumi yang berada
dibawahnya, yang semuanya menunjukkan kekuasaan Pencipta semua itu, dan
bahwasanya Dia adalah Rabb yang Maha Agung, Pencipta, Raja, dan Pengendali.
Dan Dia adalah Ilah yang tidak ada Ilah yang berhak di-ibadahi dengan benar kecuali
hanya Dia.
Allah SWT secara lebih rinci menyebutkan ayat-ayat-Nya sebagai tanda
kekuasaan yang perlu kita perhatikan dalam QS.Al Baqarah : 164
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu
Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala
jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum
yang memikirkan. (QS Al Baqarah : 164)
Allah SWT yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya untuk
mendukung kehidupan manusia.Maka Sudah semestinya manusia memperhatikan
dan merenungkan ayat-ayat tanda kebesaran Allah ini untuk semakinmenambah
yakin pada kekuasaan dan keesaan Nya, menambah luas ilmu pengetahuannya
mengenai alam ciptaan Nya dan dapat pula dimanfaatkannya ilmu pengetahuan itu
sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah yang maha mengetahui. Hendaklah selalu
diperhatikan dan diselidiki apa yang tersebut dalam ayat ini, yaitu : (1) Bumi yang
-
5
dihuni manusia dan apa yang tersimpan didalamnya baik didarat maupun dilaut
sebagai bekal kehidupan manusia sampai waktu tertentu. (2) Langit dengan planet
dan bintang-bintangnya semua berjalan dan bergerak menurut orbit masing-masing
dantertib mengikuti aturan Ilahi. Tidak ada yang menyimpang dari aturan-aturan
itu. (3) Pergantian malam dan siang dan perbedaan panjang dan pendeknya pada
beberapa negeri karena perbedaan letaknya, kesemuanya itu membawa faedah dan
manfaat yang amat besar bagi manusia. (4) Bahtera berlayar dilautan untuk
membawa manusia dari satu negeri ke negeri yang lain dan untuk membawa barang-
barang perniagaan untuk memajukan perekonomian. (5) Allah SWT menurunkan
hujan dari langit sehingga dengan air hujan itu bumi yang telah mati atau lekang
dapat menjadi hidup dan subur, dan segala macam hewan dapat pula
melangsungkan hidupnya. (6) Pengendalian dan pengisaran angin dari suatu tempat
ke tempat yang lain adalah tanda dan bukti bagi kekuasaan Allah dan kebesaran
rahmatNya bagi manusia. (7) Demikian pula, harus dipikirkan dan diperhatikan
kebesaran nikmat Allah kepada manusia dengan bertumpuk-tumpuknya awan
antara langit dan bumi.
Ringkasnya, semua rahmat yang diciptakan Allah termasuk apa yang
tersebut dalam ayat 164 ini patut dipikirkan dan direnungkan bahkan dibahas dan
diteliti untuk meresapkan keimanan yang mendalam dalam kalbu, dan untuk
memajukan ilmu pengetahuan yang juga membawa kepada pengakuan akan keesaan
dan kebesaran Allah.
Dari ayat-ayat di atas nyatalah bahwa Allah SWT, memberikan bimbingan-
Nya lebih lanjut di dalam al-Quran, dengan memberikan contoh apa saja yang dapat
diamati dan untuk tujuan apa pengamatan itu dilakukan, agar manusia dapat
mengenal baik lingkungannya. Hal ini pulalah yang dilakukan orang dalam
pengembangan sains pada umumnya, yaitu melakukan observasi agar dapat
menjawab pertanyaan bagaimana gejala-gejala yang disebutkan itu berlangsung.
Setelah observasi dengan teliti, apa saja yang harus diperhatikan agar orang dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung, di dalam empat ayat surat Al-
Ghasyiyah itu. Di dalam Al-Quran sendiri petunjuk itu dengan jelas dinyatakan
dalam surat al-Qomar (54) ayat 49 yaitu:
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran.
-
6
Demikian pula perlakuan para ahli fisika dalam menangani masalah proses-
proses alamiah itu. Mereka mengadakan pengukuran atas besaran-besaran fisis
sistem yang diteliti, seperti panjang, berat, suhu, jarak, kelajuan, perlajuan,
kekakuan, dan sebagainya. Alam semesta dan proses-proses yang terjadi didalamnya
seringkali dinyatakan sebagai ayat-ayat Allah, maka memeriksa, meneliti atau
menazhor alam semesta dapat diartikan sebagai membaca ayatullah, sehingga dapat
merinci dan menguraikan serta menerangkan ayat-ayat di dalam al-Quran yang
pada umumnya merupakan garis-garis besar saja.
Ayatullah atau ayat-ayat Allah pada dunia sains modern sering diistilahkan
dengan hukum alam. Bagi ilmuwan Muslim hukum alam itu tidak lain adalah segala
aturan Allah swt., sunnatullah yang diberlakukan pada alam semesta, sesaat setelah
ia diciptakan untuk diikutinya. Selanjutnya dalam surat an-Nahl (16) ayat 11-12,
ditekankan tentang pentingnya peranan pikiran kritis dan penalaran yang rasional
bagi pengungkapan alam semesta. Ilmu pengetahuan atau sains, kemudian
dijabarkan penggunaannya sebagai teknologi, bagi pemanfaatan alam dan
pengelolaannya secara baik, sehingga lingkungan hidup yang lestari ini dapat
menjadi sumber penghidupan dan tempat berlindung bagi manusia yang
mengelolanya. Al-Quran mengajarkan lebih dari itu, seorang muslim harus menjadi
manusia yang utuh (insan kamil), tidak boleh menyebelah sebagaimana ditegaskan
dalam surat al-Qashash yang tersebut di atas.
Jika menguasai sains, maka akan mengetahui bagaimana dinamika alam
pada kondisi tertentu, akan dapat meramalkan bagaimana alam memberikan reaksi
terhadap tindakan yang dilakukan terhadapnya. Bermodalkan ilmu pengetahuan
kealaman yang dimilikinya, manusia dapat menimbulkan kondisi yang dipilihnya
sehingga alam menyambutnya dengan tanggapan yang menguntungkan. Manusia
memiliki kemampuanuntuk terbang, menyelam hingga dasar laut yang dalam,
bahkan dapat menghubungi teman-temannya yang berada dibelahan bumi yang lain,
sains yang ia kuasai dijadikannya sumber teknologi bagi kesejahteraannya dalam
memanfaatkan lingkungan yang dikelolanya dengan baik, sehingga pantaslah
disebut sebagai khalifah fil ardl, penguasa di bumi.
Untuk melaksanakan tugas sebagai khalifah di bumi, kita harus memiliki
teknologi untuk pemanfaatan alam yang berada disekeliling kita dan pelestariannya,
agar kita dapat hidup sejahtera secara berkesinambungan, dari generasi ke generasi.
-
7
Namun, untuk dapat memiliki teknologi itu, baik dengan mengembangkan sendiri
maupun dengan mengadopsinya dari bangsa lain, kita mau tidak mau harus
melengkapi diri dengan sains yang menjadi pendukungnya. Banyak sekali ilmu yang
harus kita miliki untuk keperluan itu, karena itu Rasulullah SAW memerintahkan
kepada setiap Muslim dan Muslimah untuk mencari ilmu. Namun karena seorang
Muslim harus merupakan manusia yang utuh, agar dapat memperoleh kebahagian di
dunia dan akhirat, maka disamping ilmu keduniaan tersebut harus juga mencari
ilmu keakhiratan.
Keharusan memiliki ilmu keakhiratan dan keduniaan secara utuh karena
diperlukan pada era globalisasi sekarang ini yang melanda seluruh dunia. Dimana
tidak ada lagi bangsa yang terisolasi, apa yang terjadi disalah satu sudut dunia ini
akan diketahui seluruh umat manusia, dan pengaruhnya akan menjalar kemana-
mana. Berita/informasi dan hiburan yang disiarkan melalui jaringan internet, radio
dan televisi keseluruh pelosok tanah air, baik yang bermutu, yang tidak bermutu
maupun yang berbau maksiat, terutama produk dari luar negeri. Hal ini akan
menimbulkan pergeseran nilai yang harus diwaspadai. Keimanan serta ketaqwaan
yang melandasi akhlak harus di pupuk dan dibina di lingkungan anak remaja,
dewasa, maupun orangtua. Sedangkan aqidah yang menjadi tumpuan segalanya
harus terus dijaga.
Dengan demikian perlu ada keseimbangan dan saling mendukung antara
Iptek (ilmu pengetahuan/sains dan teknologi) dan Imtaq (iman dan taqwa). Masalah
selanjutnya yang menjadi tantangan umat Islam masa kini adalah bagaimana cara
mengembangkan serta memperkuat perpaduan Imtaq dan Iptek tersebut, dengan
harapan mencetak orang-orang beriman yang berkemampuan Iptek, atau sebaliknya
yaitu ahli-ahli Iptek yang ber-Imtaq. Salah satu segi yang perlu dicermati benar
untuk mencapai cita-cita tersebut adalah melalui penyelenggaraan pendidikan
formal, khususnya perguruan tinggi, mengingat perguruan tinggi merupakan jenjang
pendidikan paling kompeten dalam melahirkan sarjana Iptek yang ber-Imtaq.
a. Batasan Sains dan Teknologi
Sebelum membahas lebih jauh tentang hubungan antara Islam dengan Iptek
(ilmu pengetahuan/sains dan teknologi), perlu diberikan batasan atau definisi dari
sains/Iptek, sehingga pembahasan tidak keluar dari koridor dan menyimpang dari
tujuan penulisan. Secara bahasa kata sains berasal dari science dalam bahasa inggris
-
8
yang bermula dari bahasa latin scientia yang memiliki makna knowledge atau
pengetahuan. Filsuf Bertrand Russel (1935) menjelaskan bahwa sains adalah
usaha/percobaan (the attempt) untuk menemukan (to discover), dengan piranti
obervasi (observation) dan pemikiran yang mendalam (reasoning) berdasarkan
pada hasil observasi tersebut, fakta-fakta tertentu tentang alam semesta dan hukum-
hukum yang menghubungkan satu fakta dengan fakta-fakta alam yang lain. Sains
hanya fokus pada dunia/alam secara fisika yang bertujuan untuk mendapatkan
penjelasan yang semakin akurat tentang fenomena di alam dan menggunakan hanya
ide-ide yang dapat diuji untuk mendapatkan penjelasan yang benar.Sains hanya
bergantung pada bukti fisik (physical evidence) yang bisa diamati dengan indera,
sehingga pada dasarnya kebenaran sains terikat oleh waktu dan bebas dari nilai-nilai
moral.
Adapun secara istilah, ilmu pengetahuan atau sains adalah ilmu pengetahuan
kealaman (natural sciences), yaitu ilmu pengetahuan mengenai alam dengan segala
isinya. Menurut Baiquni (1996), sainsadalah himpunan pengetahuan manusia
tentang alam yang diperoleh sebagai konsensus para pakar. Konsensus yaitu
kesepakatan pada penyimpulan secara rasional mengenai hasil-hasil analisis yang
kritis terhadap data-data pengukuran yang diperoleh dari observasi gejala-gejala
alam. Ilmu pengetahuan kealaman dapat dibagi menjadi ilmu kehidupan (life
sciences), yaitu ilmu pengetahuan mengenai makhluk hidup di alam, serta, ilmu
kebendaan (physical sciences) yaitu ilmu pengetahuan mengenai benda mati di
alam.
Sedangkan teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu pengetahuan
untuk memenuhi suatu tujuan, atau menurut istilah Baiquni (1996), yaitu himpunan
pengetahuan manusia tentang proses-proses pemanfaatan alam yang diperoleh dari
penerapan sains dalam kegiatan yang produktif ekonomis. Dalam hal ini teknologi
mempunyai 4 (empat) bentuk, yaitu technoware, humanware, infoware dan
orgaware. Technoware adalah teknologi dalam bentuk barang. Humanware adalah
teknologi dalam bentuk kemampuan yang tersimpan dalam manusia, yaitu dalam
bentuk pengetahuan, keterampilan, intuisi, dan lain-lain. Inforware adalah
teknologi dalam bentuk informasi seperti teori, jurnal profesi, buku-buku iptek, dan
lain-lain. Orgaware adalah teknologi dalam bentuk organisasi yang diperlukan
untuk melakukan proses transformasi pada kegiatan produksi.
Pada awalnya teknologi berkembang terpisah dari sains, namun pada zaman
-
9
modern teknologi semakin bergantung pada sains, sebaliknya sains maju pesat
berkat kemajuan teknologi.Dengan kata lain, pada zaman modern sekarang ini untuk
mengetahui bagaimana (how), semakin dituntut mengetahui apa (what), dan
apa sebabnya (why). Sebaliknya untuk mengetaui apa (what) dan apa
sebabnya (why), harus banyak tahu tentang bagaimana (how). Teknologi
seringkali dikaitkan dengan istilah rekayasa (engineering), yang ahli nya disebut
dengan Insinyur (engineer). Pada dasarnya rekayasa adalah suatu komponen
teknologi, yaitu komponen yang menyangkut bagaimana sumber daya alam diolah
agar bermanfaat bagi manusia. Sedang teknologi adalah totalitas cara untuk
menyediakan, berbagai objek yang berguna bagi kelangsungan hidup manusia.
Adapun mengenai objek ilmu pengetahuan, yaitu semua makhluk yang ada di
alam semesta ini, merupakan objek yang layak untuk diriset. Jumlah makhluk Allah
yang tersebar di alam semesta tidak dapat dihitung. Jika masing-masing makhluk
terkandung di dalamnya ilmu pengetahuan tentang makhluk itu berarti jumlah ilmu
pengetahuan juga tidak dapat dihitung. Jika jumlah ilmu pengetahuan yang ada
sejak dulu sampai sekarang masih dapat dihitung berarti manusia masih memiliki
peluang yang sangat besar untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru sebanyak
Makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Demikian pula karena teknologi bersifat
selalu mengiringi dan mengimbangi terhadap ilmu pengetahuan, maka jumlah
teknologi yang perlu ada juga tidak dapat dihitung.
b. Sunnatullah
Dalam konsep Islam, Allah adalah al-Khaliq (Pencipta), sedangkan manusia
dan alam semesta adalah al-Makhluq (yang diciptakan). Allah menciptakan manusia
dan alam semesta dengan karakteristik dan sifat tertentu, atau istilah al-Quran
dengan fitrah tertentu. Karena Allah yang menciptakan, maka Allah pulalah yang
mengetahui (al-Alim) segala karakteristik dan sifat makhluk ciptaannya. Dengan
demikian hanya Allah yang berhak membuat dan menentukan hukum (aturan) yang
berlaku bagi makhluk-Nya sesuai dengan fitrahnya.
Hukum/aturan Allah (sunnatullah) dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu:Pertama, ayat qauliyah adalah hukum Allah yang tertulis atau diwahyukan
(tersurat). Secara khusus, hukum Allah ini diberikan melalui jalan resmi. Artinya,
secara langsung Allah menurunkan wahyu kepada para Rasul. Ayat qauliyah ini
terhimpun dalam al-Quran dan al-Hadits. Karena ayat qauliyah ini merupakan
-
10
informasi yang datangnya langsung dari Allah SWT. melalui malaikat Jibril dan
diwahyukan kepada para Rasul, maka ayat ini merupakan sistem/konsep bagi
kehidupan manusia. Kebenaran sunnatullah ini bersifat kualitatif dan deduktif.
Artinya, secara kualitas dan secara lengkap ayat qauliyah ini benar, dibuktikan atau
tidak, kebenarannya mutlak. Menurut Al-Ghazali, interpretasi manusia terhadap
ayat qauliyah ini dikumpulkan dan disusun sehingga menghasilkan ilmu yang
disebut ulum naqliyah atau ulum syariyah; seperti 'ulu- mul-Quran, ulum al-
Hadits, usulfiqh, sirah al-Nabawiyah, dan sebagainya.
Kedua, ayat kauniyah adalah hukum Allah yang tidak tertulis atau tidak
diwahyukan (tersirat). Secara umum, hukum Allah ini diberikan melalui jalan yang
berbeda dengan ayat qouliyah. Allah memberikan ilham kepada manusia secara
inderawi atau lewat penelitian dan observasi (al-mubasyirah) untuk mengungkap
gejala-gejala/fenomena kauniyah. Fenomena kauniyah ini terdapat di alam semesta,
baik dari benda mati (abiotik) seperti: tanah, air, benda angkasa, dan lain-lain. Dan
makhluk hidup (biotik) seperti: manusia dan binatang. Ayat kauniyah ini hanya
merupakan sarana bagi kehidupan manusia (wasail al-hayah). Karena didapatkan
melalui penelitian dan observasi, maka kebenarannya bersifat kuantitatif dan
induktif. Artinya, kebenarannya tidak lengkap dan relatif, dapat berubah-ubah
tergantung kuantitas/banyaknya data dan fakta yang mendukung. Oleh karena itu
kebenarannya harus dibuktikan lebih dahulu secara empiris dan observatif dengan
percobaan-pecobaan ilmiah (misal: laboratoris). Kebenaran hukum Allah ini bersifat
praktis (al-haqiqah al-tajribiyah). Menurut Al-Ghazali, interpretasi manusia
terhadap ayat kauniyah ini dikumpulkan dan disusun sehingga menghasilkan ilmu
yang disebut ulutri aqliyah, ulum ghoiru syariyah. Ilmu ini dibedakan atas
kelompok ilmu-ilmu alam seperti: matematika, fisika, kimia, biologi, botani, zoologi,
kedokteran, dan lain-lain; Dan kelompok ilmu-ilmu sosial seperti: sejarah,
komunikasi, antropologi, psikologi, dan lain-lain.
Dengan demikian, jelaslah bahwa sains (ilmu pengetahuan) menurut Islam
bersumber dari Allah SWT., yang objeknya berupa wahyu dan alam semesta.
Sehubungan dengan ini, maka definisi sains menurut ahli pendidikan dan ahli ilmu
pengetahuan yang diakui oleh UNESCO, adalah segala ilmu yang dapat diketahui
dan dibuktikan dengan indera dan eksperimen. Menurut konsep Islam hal ini tidak
dibenarkan, karena pembatasan tersebut mengimplikasikan bahwa sesuatu yang
menyangkut Allah, akhirat dan para Nabi tidak dianggap sebagai suatu ilmu, dan
-
11
orang-orang yang mempelajarinya tidak disebut sebagai ilmuwan. Sehingga menurut
mereka membahas hal-hal tersebut termasuk ceritera-ceritera bohong. Oleh karena
itu seorang muslim harus menolak definisi sains menurut versi mereka. Seorang
muslim harus mengajukan alternatif definisi sains yang Islami dan tidak
menyimpang dari definisi dasar, yaitu sains adalah segala sesuatu yang dapat
diketahui dan dibuktikan melalui wahyu, indera (termasuk akal) dan eksperimen.
Jadi, ukuran ilmiah tidaknya hanya ditentukan dari aspek inderawi dan eksperimen
semata, tetapi juga dari segi wahyu. Dengan ukuran ilmiah seperti ini, maka seluruh
ajaran Islam adalah ilmiah. Pemahaman seorang muslim terhadap definisi sains
yang benar (Islami) merupakan hal yang sangat penting, karena keberhasilan dan
kegagalan proses pendidikan sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh definisi sains
yang dipegang oleh setiap pelaku pendidikan. Selain itu dalam mempelajari sains
seorang muslim harus memperhatikan prioritasnya. Karena ayat qauliyah atau al-
Qur,an merupakan konsep kehidupan, maka harus lebih diprioritaskan oleh setiap
individu (fardlu 'ain) daripada ayat kauniyah yang hanya merupakan sarana/fasilitas
kehidupan untuk kesejahteraan bersama (fardlu kifayah).
Dalam pandangan seorang muslim ayat qauliyah akan memberikan
petunjuk/isyarat bagi kebenaran ayat kauniyah, misalnya surat an-Nur (24): 43
mengisyaratkan terjadinya hujan, surat al-Mukminun (23): 12-14 mengisyaratkan
kejadian manusia, surat ar-Rahman (55): 7 mengisyaratkan tentang keseimbangan
dan kestabilan pada sistem tata surya, surat al- Ankabut (29): 20 mengisyaratkan
adanya evolusi pada penciptaan makhluk di bumi, surat az-Zumar (39): 5 dan surat
an-Naml (27): 88 mengisyaratkan adanya rotasi bumi dan bulatnya bumi.
Sebaliknya ayat kauniyah akan menjadi bukti (al-Bur- han) bagi kebenaran ayat
qauliyah (lihat Surat Fushshilat/41: 53). Kedua hukum Allah/sunnatullah (yaitu ayat
qauliyah dan kauniyah) tersebut berlaku pada kehidupan manusia. Oleh karena itu,
bagi seorang muslim mempelajari fenomena qauliyah dan kauniyah adalah dalam
rangka meningkatkan ibadahnya kepada Allah, dan menambah keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah swt.
Dengan demikian, Islam mengajarkan bahwa segala aturan, hukum, rumus
atau dalil yang berlaku di alam semesta, baik yang berkenaan dengan benda mati
(abiotik) maupun makhluk hidup (biotik) adalah pertama, hukum Allah/sunnatullah
yang berlaku pada makhluk-Nya yang bersumber dari al-Quran dan al-Hadits
(qauliyah) atau yang telah diobservasi dari alam semesta (kauniyah). Jadi bagi
-
12
seorang muslim gaya gravitasi Newton, molekul-molekul saling berikatan bukan
sekedar karena adanya ikatan kimia semata, arus mengalir dalam suatu tegangan
yang bertahanan bukan sekedar mengikuti hukum Ohm atau Kirchoff, kestabilan
sruktur kayu atau beton bukan sekedar mengikuti hukum-hukum mekanika teknik,
beredarnya planet mengelilingi matahari bukan karena sekedar tunduk kepada
hukum Kepler, tetapi kesemuanya itu adalah hukum Allah yang ditetapkan-Nya atas
seluruh benda yang diciptakannya (lihat Surat Fushshilat/41; 11). Newton, Ohm,
Kirchoff, Keppler atau siapapun yang menemukan aturan, rumus, hukum atau dalil
yang berkaitan dengan makhluk Allah hanyalah sebagai peneliti yang menemukan
dan mengidentifikasikan hukum Allah yang telah ada sebelumnya.
Kedua hukum Allah (qauliyah dan kauniyah) harus diintegrasikan dalam
diri seorang muslim. Mereka yang mengambil spesialisasi qauliyah harus menguasai
dasar-dasar berfikir kauniyah, sebaliknya mereka yang mengambil spesialisasi
kauniyah harus menguasai dasar-dasar berfikir qauliyah. Dengan demikian terdapat
himpunan irisan yang merupakan wilayah komunikasi antar ulama (mereka yang
hanya menguasai qauliyah) dan ilmuwan (mereka yang hanya menguasai kauniyah).
Semakin luas irisan keduanya semakin baik dan luas wilayah komunikasinya.
Pada dasarnya IPTEKS adalah bebas nilai moralsehingga bisa menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat (mashlahat) disatu sisi, sedangkan disisi lain bisa
menjadikan mudlarat bagi manusia. Oleh karena itu, Islam memandang teknologi
dari pemanfaatannya, untuk kemashlahatan atau kemadlaratan. Bahkan lebih jauh
lagi Islam telah membingkai seluruh aktivitas manusia dalam rangka beribadah
kepada Allah (lihat Surat adz-Dzariyat/51:56). Dengan demikian, penguasaan sains
dan teknologi mensyaratkan penguasaan dan pemahaman ayat-ayat qauliyah sebagai
kontrol pemanfaatan sains dan teknologi tersebut. Jika sains dan teknologi dikuasai
oleh mereka yang tidak memiliki basis pemahaman ayat qauliah, maka
pemanfaatannya cenderung liar, tidak terkontrol, dan sangat membahayakan
kehidupan manusia.
c. Landasan Filosofis dalam beriptek
Ditinjau dari sisi ilmu pengetahuan/sains, maka al-Qur,an sebagai petunjuk
(hudan) merupakan peletak landasan filosofis manusia dalam memandang dan
memahami alam semesta, al-Quran merupakan rumus/formula baku dan alam
semesta dengan segala perubahannya merupakan yang layak dan perlu dijawab. al-
-
13
Quran merupakan kamus alam semesta. Solusi tentang rahasia alam semesta, akan
terselesaikan dengan benar jika digunakan rumusan yang tepat yaitu al-Quran.
Dengan demikian ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat qauliyah akan berjalan secara
paralel dan seimbang. Ilmu pengetahuan seperti ini jika menjelma menjadi teknologi
maka akan menjadikan teknologi itu berbasiskan al-Quran atau teknologi yang
Quranik. Metode seperti ini disebut induksi al-Quran. Pada kondisi yang lain, tidak
menutup kemungkinan bahwa dengan melalui proses deduksi yaitu pengamatan
terhadap alam semesta, maka akan dihasilkan kesimpulan yang mengarah
kebenaran al-Quran.
Al-Qur,an adalah firman Allah yang diturunkan kepada manusia sebagai
petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Juga al-Qur,an merupakan produk iptek
Allah yang diturunkan kepada manusia untuk menuntun manusia akan jalur-jalur
riset yang perlu ditempuh, sehingga manusia memperoleh hasil yang benar. Pada sisi
ini fungsi al-Quran sebagai hudan memberikan kecerahan pada akal manusia,
sehingga manusia merasa lapang dihadapan Allah yang Maha Luas. Kebenaran hasil
riset ini dapat diukur dari kesesuaian antara akal dengan naql. Kerja akal yang sesuai
dengan naql ini dapat dikategorikan sebagai ibadah kepada Allah SWT. dan
sekaligus turut mengisi definisi ijtihad dalam arti umum yang memiliki nilai yang
sangat besar.
Usaha berkelanjutan untuk mengkaji al-Quran perlu dilakukan dan bahkan
hukumnya menjadi fardlu ain bagi setiap ilmuwan yang akan meriset terhadap alam
semesta, menciptakan produk teknologi merupakan hasil kerja dari orang-orang
yang taat kepada tata tertib al-Quran. Al- Quran juga merupakan sumber fenomena
yang layak untuk diriset, yang dimaksud disini bukan al-Qurannya itu sendiri yang
diriset, namun permasalahan riset dapat saja muncul setelah orang membaca dan
mengkaji al-Quran. Metode ini termasuk jenis induktif. Selain itu Islam juga
mempersilahkan kepada para periset untuk menggunakan metode deduktif. Oleh
sebab itu, jika periset merupakan orang yang beriman maka tidak ada masalah untuk
menggunakan metode riset, apakah itu induktif atau deduktif.
Sedangkan teknologi dalam Islam adalah bukan merupakan tujuan, tetapi
sebagai alat yang digunakan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah serta
bisa lebih memahami ayat-ayat Allah. Semakin maju teknologi, semakin banyak
informasi yang diperoleh. Penemuan-penemuan baru akan semakin membantu
kepada orang Islam untuk lebih mudah mengagungkan Allah sehingga baginya
-
14
benar-benar bahwa Allah itu Maha Besar, dan sebaliknya manusia merupakan
makhluk yang amat kecil. Dengan demikian, diharapkan akan semakin memperbesar
peran manusia sebagai khalifah Allah di permukaan bumi yakni memakmurkan
bumi dan mengusahakan kesejahteraan bagi segenap penghuni bumi.
IX. Sejarah PerkembanganSains dan Teknologi modern dan Kontribusi
Muslim
Prof. Cemil Akdogan (2005) memaparkan tentang asal usul sains modern
dan kontribusi muslim sebagai berikut:
Dewasa ini, dunia barat merupakan kiblat perkembangan sains dan teknologi
karena mereka lebih cepat dan kuat dibandingkan dengan peradaban-peradaban
lain. Hal ini tidak terjadi begitu saja secara tiba-tiba, akan tetapi merupakan hasil
pengembangan dan perubahan secara revolusioner yaitu revolusi ilmu, revolusi
perancis, revolusi industri dan disusul oleh-revolusi-revolusi abad 20 dalam bidang
IPTEK yang saling berkesinambungan sejak abad pertengahan yang pada akhirnya
tidak hanya mempengaruhi Barat itu sendiri, tetapi juga seluruh dunia. Faktor-
faktor yang paling signifikanpengaruhnya dalam revolusi-revolusi tersebut adalah
sains dan teknologi.Teknologi adalah pengetahuan praktis yang sudahdigunakan
oleh manusia sejak awal keberadaannya,sedangkan sains berkembangsejak sekitar
600 SM oleh para filosof Yunani.Akan tetapi, perkembangan sains timbul tenggelam
secara bergantian oleh peradaban-peradaban yang berbeda sebelum Revolusi llmiah
serta sebelum Revolusi Industri.Dalam perkembangan sains dan teknologisampai
dekade pertengahan abad ke- 19, keduanya mengikuti jalan-jalan yang berbeda dan
independen.Saat itu Teknologi berkembang tanpa suatu input ilmiah/sains. Setelah
sains benar-benar mempengaruhi teknologi, iatelah menjadi faktor pembeda utama
dalam memisahkan periode modern dengan periode pertengahan dan periode klasik.
Pada akhirnyasains maupun teknologi menjadi tiang utama dalam peradaban
Baratdalam mengukuhkan superioritasnya dan dominasinya atas peradaban
lainhingga saat ini.
Sains telah menjadi bagian penting, sebagai fondasi dan mesin pengembang,
dalam pengembangan teknologi yang canggih. Sains merupakan usaha keras yang
abstrak dan tak nampak, berhubungan dengan ide-ide dalam cara-cara yang abstrak,
berbeda dengan teknologi yang bertujuan memproduksi benda-benda yang dapat
digunakan untuk meningkatkan taraf hidup. Jadi teknologi merupakan aplikasi
pengetahuan ilmiah, dan tanpa pemahaman dan penguasaan Iandasan ilmiah. Kita
-
15
harus sadar bahwa sains itu bukan teknologi. Jika hanya memproduksi piranti-
piranti teknologis melalui imitasi produk-produk teknologi barat adalah sangat
berisiko, dan akan selalu tertinggal. Kalau bangsa-bangsa Muslim atau Timur tidak
mengambil alih kepemimpinan ilmiah dari Barat, supremasi Barat dalam teknologi
berbasis sains akan terus berlanjut.
Sejarah kebudayaan dan peradaban manusia oleh Kaum humanis Italia pada
periode Renaissance dibagi menjadi tiga periode yakni periode kuno, pertengahan,
dan modern.Periode modern diidentifikasikan dengan perubahan dan kemajuan
terutama di bidang sains dan teknologi.
Asal-usuldominasi Barat atas dunia laindalam bidang sains ditelusuri dengan
membahas perubahan dan kemajuan sains dalam periode pertengahan dan modern.
Namun, dalam melakukannya atau untuk mendapatkan gambaran besar bagi topik
ini, kita perlu membandingkan dan membedakan Islam dan Barat. Walaupun orang
Islam dahulu tidak ingin melepaskan diri dari paradigma-paradigma Aristoteles
dalam fisika, Ptolemy dalam astronomi dan Galen dalam ilmu kedokteran, mereka
menyiapkan landasan bagi Revolusi Ilmiah dan bahkan membuat kontribusi-
kontribusi yang sangat penting bagi fondasi utama sains modern. Orang-orang Barat
pertama-tama belajar danmengasimilasi apa yang telah dicapai umat Islam di semua
lapangan, kemudian melalui perubahan-perubahan revolusioner tertentu mengambil
alih kepemimpinan, terutama dalam teknologi dan sains, dan juga dalam urusan-
urusan militer dan politik. Ketika akhirnya mereka menggabungkan sains dan
teknologi pada abad kesembilan belas, mereka mengukuhkan kembali kekuasaan
mereka dan menjadi tak tertandingi.
Fakta sejarah menggambarkan bahwa asal-usul sains modern, atau Revolusi
Ilmiah, berasal dari atau minimal dipengaruhi oleh peradaban Islam.Sebagaimana
yang disampaikan oleh Prof. Thomas Arnold di dalam bukunya The Preaching of
Islamhal 131: Muslim Spain had written one of brightest pages in the history of
mediavel Europe. Her influence had passed through Provence into the other
countries of Europe, bringing into birth a new poetry and a new culture, and it was
from her that Cristian scholars received what of Greek Philosophy and science they
had to stimulate their mental activity up to the time of Renaissance (Muslim
Spanyol telah menuliskan dengan tinta emas dalam salah satu lembaran sejarah
eropa di abad pertengahan. Pengaruhnya telah jauh melewati wilayah Provence
menuju ke berbagai negara eropa, sehingga melahirkan sastra dan budaya baru,
-
16
serta dari merekalah Ilmuwan-ilmuwan Kristen menerima filsafat yunani, dan sains
yang mereka punya untuk memperkuat aktivitas mental mereka sampai pada masa
Renaissance) (Hamza Tzortzis, 2013).
Umat Islam melalui ilmuwan-ilmuwannya adalah pionir sains modern (D.C
Lindberg, 1976). Jikalau faktor-faktor yang menghambat perkembangan sains di
dunia islam tidak terjadi: seperti peperangan di antara sesama muslim, tentara
Kristen tidak mengusirnya dari Spanyol, dan orang-orang Mongol tidak menyerang
dan merusak bagian-bagian dari negeri-negeri Islam pada abad ke-13, Dunia islam
akan mampu menciptakan seorang Descartes, seorang Gassendi, seorang Hume,
seorang Copernicus, dan seorang Tycho Brahe, karena telah ditemukan bibit-bibit
filsafat mekanika, empirisisme, elemen-elernen utama dalam heliosentrisme, dan
instrumen-instrumen Tycho Brahe, dalam karya-karya Al-Ghazli, lbn Al-Shtir,
para astronom pada observatorium Maragha, dan karya-karya Takiyuddin.
Untuk memasuki suatu periode baru seperti Renaissance dan kemudian
untuk mencapai Revolusi llmiah; prasyarat pertama adalah mematahkan pegangan
pada pijakan sains dan filsafat sebelumnya, dalam hal ini pada Aristoteles, yang
dilakukan oleh Al-Ghazali secara menakjubkan dalam Tahafut al-Falsifah-nya di
penghujung abad ke- 11. Al-Ghazali, untuk pertama kalinya, menghancurkan otoritas
Aristoteles dan pada saat yang sama menabur bibit-bibit filsafat mekanika, fondasi
metafisika untuk sains modern. Maka kontribusinya itu tidak hanya destruktif, tetapi
juga konstruktif.
Setelah al-Ghazli, sains dalam Islam terutamanya dalam aritmetika dan
astronomi terus berkembang. Misalnya, sekitar dua puluh astronom bekerja sama
dalam observatorium Maragha di Timur pada abad ke- 13 dan mengumpulkan data
selama dua puluh tahun. Sejauh yang kita ketahui inilah observatorium terorganisir
yang pertama yang di dalamnya terkonstruksi instrumen-instrumen dan juga per-
pustakaan. Walaupun mereka bekerja di dalam kerangka astronomi Ptolemaik,
mereka juga melakukan kritik terhadapnya. Itulah mengapa kepala observatoriurn
ini, Nasir al-Din al-Tsi dan muridnya, Qutb al-Din al-Shirzi bekerja sama
membangun model yang lebih konservatif dalam menerima gerak seragam (uniform
motion) ketimbang sistem Ptolemaik. Belakangan, dalam sistem Copernican, kita
juga menemukan sikap konservatif yang sama. Pada abad keempat belas Ibn al-
Shtir, seorang astronom Damaskus, menyempurnakan model Tusi dan Shirzi
dengan mengembangkan model-model planet yang non-Ptolemaik dan teori lunar
-
17
(bulan).
Eropa sungguh beruntung dapat menikmati stabilitas politik dan
kemakmuran ekonomi setelah abad ke- 11. Jika saja orang-orang Mongol menginvasi
keseluruhan Eropa, yang mereka mampu lakukan, orang-orang Barat tidak akan
mendapatkan stabilitas dan kemakmuran yang cukup untuk bisa sukses
menyempurnakan Revolusi Ilmiah (Scientific Revolution). Seperti kita ketahui,
orang-orang Mongol, setelah mengambil Silesia pada tahun 1241, kembali ke negeri
mereka, sejak raja mereka di Mongolia mati dan mereka harus memilih pemimpin
baru mereka.
Dengan mewarisi pencapaian-pencapaian sains dan intelektual dunia Islam
dalam berbagai area melalui penerjemahan dan kontak personal dan juga dengan
peminjaman dan penggunaan kompas magnetik, mesiu, teknik-teknik pembuatan
kertas dan percetakan dari umat Islam, orang-orang Barat mulai membangun
struktur sains dan teknologi modern.
Pada permulaan abad ke-13 orang-orang Barat telah menerjemahkan hampir
seluruh buku Aristoteles, para filosof Yunani lain, dan para filosof, teolog dan
saintis-saintis Islam, dari Bahasa Arab ke Latin. Mereka menerima karya-karya
ilmiah teknis tentang astronomi, optik, astrologi, matematika, kimia dan kedokteran
secara antusias dan dengan keasyikan tersendiri, sejak itu mereka dapat menutup
jurang keterpisahan yang ada.
Di Barat, sains terus berkembang dan tidak pernah kehilangan peluang
seperti halnya kondisidi dunia Islam, terutamanya disebabkan oleh institusi-institusi
pendidikan khas yang disebut universitas. Komunitas filosof dan mahasiswa terbesar
pada Abad Pertengahan mempelajari ide-ide Aristoteles melalui interpretasi dan
kornentar-komentar lbn Sin dan lbn Rushd pada institusi-institusi ini dan mencoba
mengembangkannya lebih jauh. Dengan kata lain, disebabkan oleh matriks disiplin
yang sama, yaitu Aristotelianisme, para mahasiswa dilatih di dalam pandangan alam
(woridview) Aristotelian. Dengan demikian, sebagai hasil dan standardisasi
pendidikan, professor dan mahasiswa dapat berpindah dan satu universitas ke
universitas yang lain.
Zaman Renaissance
Renaissance, Abad Kelahiran Kembali, antara rentang tahun 1350 hingga
1550, pertama-tama dimulai di Italia dan belakangan menyebar ke Eropa Utara.
-
18
Menurut kaum humanis, Renaissance berlangsung sejak keruntuhan lmperium
Romawi, zaman kegelapan di Eropa berlangsung selama seribu tahun. Periode, yang
juga disebut Abad Pertengahan (Middle Ages), bersifat tidak produktif, mandeg, dan
gelap. Ini disebabkan oleh keringnya logika dan metafisika Aristotelian. Sebagai
reaksi melawan spekulasi yang gagal dan Skolastikisme dan Kristen, mereka
memfokuskan perhatian pada ide-ide tentang figur-figur klasik dalam sastra,
arsitektur dan seni. Tetapi tujuan mereka sebenarnya adalah untuk menciptakan
zaman baru.
Untuk mencapai zaman baru, orang-orang Eropa mulai menggunakan
teknologi. Setelah mengkonstruksi hukum-hukum dan membangun kapal-kapal
yang lebih canggih, mereka mulai mengeksplorasi dunia dan menemukan tanah-
tanah baru. Dengan perjalanan-perjalanan penemuan itulah mereka menemukan
emas, budak dan rempah-rempah di tanah-tanah baru dan, agar dapat
mengeksploitasi sumber-sumber dan orang-orang di tanah baru itu lebih lanjut,
mereka pun menjajahnya. Maka sejak abad kelima belas itulah mereka mulai
mendominasi dunia.
Dalam periode krisis ini, para pemikir, ilmuwan, dan filosof percaya bahwa
alam semesta (universe) merupakan satu organisme dan selalu terdapat kekuatan
gaib di mana-mana. Kekuatan-kekuatan superioryang dimiliki oleh organ-organ
langit dapat mempengaruhi kekuatan-kekuatan inferior. Dengan ide-ide inilah
Renaissance menjadi sebuah periode magis para excellence, sejak itu magis atau
anti-rasionalisme untuk pertama kalinya mendapatkan status intelektual. Dengan
demikian, periode ini, yang di dalamnya terjadi pemburuan para penyihir, bukanlah
serasional seperti yang biasa diperkirakan, dan sebenarnya periode ini adalah
periode anti-ilmiah.
Filsafat Mekanika
Pada abad ketujuh belas, Filsafat mekanika yang menjadi fondasi sains
modern muncul melawan animisme Renaissance. Filsafat mekanika sebagai
alternatif bagi Aristotelianisme maupun animisme pada akhirnya menjadi
paradigma dominan dan mencapai puncaknya pada masa Isaac Newton.Descartes,
Kepler, Galileo, Boyle dan para filosof mekanika lainnya membedakan antara
kualitas primer dan kualitas sekunder untuk mencopot animisme dari alam.
Menurut mereka, kualitas-kualitas primer (properti geometris) dimiliki alam, tetapi
-
19
kualitas-kualitas sekunder seperti warna, kehalusan, kekerasan, rangsangan, dan
rasa pahit hanya muncul dalam pikiran manusia (human mind).
Dengan cara inilah orang-orang Barat memisahkan alam dan pikiran dan Tu-
han agar dapat memahami dan memanipulasinya dalam kerangka Francis Bacon.
Maka, jika kita menggunakan istilah Alexander Koyre, alam menjadi dijinakkan
(devalorized). Sebagaimana Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas secara tepat
menggambarkannya: Revolusi Cartesian pada abad ke-17 rnenghasilkan dualisme
final antara materi dan spirit dalam cara yang membuat alam dibiarkan terbuka
untuk dikaji dan melayani sains sekular, dan meletakkan manusia dalam tingkatan
dimana tidaic ada yang lain kecuali dunia yang ada di tangannya.
Seperti yang diindikasikan sebelumnya, Descartes itu bukanlah satu-satunya
arsitek filsafat mekanika. Misalnya, filosof mekanika lain, Gassendi, membangkitkan
kembali dan mengknisteruisasi madzhab atomistik kuno dan menenima kesimpulan-
kesimpulan skeptisisme dengan menekankan kompleksitas alam. Berbeda dengan
Descartes, ia mengklaim bahwa Untuk memahami esensi sesuatu itu tidak mungkmn
dan bahwa satu-satunya yang dapat dibuat adalah mendesknipsikan penampakan-
penampakan (appearances).
Filsafat mekanika mempenganuhi Revolusi Ilmiah, yang pada gilirannya
memainkan peran penting baik pada masa Pencerahan maupun Revolusi Perancis,
tetapi sains mendapatkan kekuatan yang sebenarnya ketika ia mulai mempengaruhi
teknologi dalam artian yang riil.
Revolusi Ilmiah
Tahapan revolusi ilmiah dimulai dengan usaha membangun sains baru oleh
beberapa ilmuwan barat, diantarnya: Francis Bacon menulis Novuni Organum
(Instrumen Baru), Tartaglia menulis Nova Scientia (Sains Baru), Giambattista Vico
Nova Scienza (Sains Baru), Kepler Astronomia Nova (Astronomi Baru), dan Galileo
Two New Sciences (Dua Sains Baru).
Dalam Bidang Astronomi, Copernicus, Tycho Brahe, dan Keppler
merumuskan meletakkan dasar sains astronomi modern. Prestasi terbesar
Coppernicus adalah mematematisasi sistem heliosentris, tetapi ia masih memakai
model-model Ptolemaik, seperti epicycles on deferents (poros lingkar kecil benda
langit berorbit di garis lingkar besar bumi), eksentrika (keganjilan), dan epicycles
over epicycle (pergerakan dalam garis lingkar kecil).
-
20
Tycho Brahe mengumpulkan data akurat selama lebih dan dua puluh tahun
dengan bantuan instrumen-instrumen besar dan banyak asisten untuk dapat me-
mecahkan masalah-masalah astronomi teoretis dan praktis secara sekaligus. Kepler,
dengan~ menggunakan data Tycho, menemukan tiga hukum deskriptif bagi benda-
benda langit. Hukum pertamanyasebetulnya hukum kedua dalam proses
penemuan menyatakan bahwa planet-planet bergerak dalam orbit elips
mengelilingi matahari yang ia (matahari) sendiri menempati salah satu dan pusat
elips.
Kepler pertama-tama mencoba untuk mencocokkan data Tycho ke dalam
sistem Copernican, tetapi apapun yang ia kerjakan ia tidak menemukan kecocokan
yang sempurna antara orbit sirkular Mars dengan data Tycho. Setelah bergelut de-
ngan masalah ini, paling tidak selama enam tahun, ia menemukan bahwa orbit-orbit
planet itu elips. Dengan penolakan atas orbit-orbit sirkular yang telah tertanam
dalam pikiran manusia selama dua puluh abad, Kepler merevolusi astronomi.
Dalam fisika, Galileo menggagas gerak lamban (inertial motion) secara
orisinil dan revolusioner sehingga ia dapat mempertahankan sistem Copernicus dari
sudut pandang fisika. Menurut Galileo, jika bumi bergerak dan jika kita
menjatuhkan sebongkah batu dari atas menara, objek itu akan mendarat pada
bagian bawah menara, tetapi tidak ke jurusan barat sebagaimana diklaim oleh Tycho
Brahe dan anti-Copernican lainnya, karena objek itu akan mengikuti gerak bumi
atau ia akan mempunyai gerak lamban (gerak horizontal) dan mula hingga akhir.
Dengan cara ini, Galileo telah melepaskan salah satu dan keberatan-keberatan kaum
anti-Copernican.
Selanjutnya, Galileo menggunakan teleskop untuk tujuan-tujuan astronomi
untuk pertama kalinya dan membuat banyak observasi. Ia menemukan banyak bin-
tang baru, titik-titik di matahari, fase-fase Venus, satelit Jupiter, cincin Saturnus,
dan permukaan bulan yang kasar, dan secara sukses menggunakan semua observasi
ini untuk membela sistem Copernican. Misalnya, bulan itu seperti bumi. Ia penuh
dengan kawah, wilayah-wilayah gelap (sama seperti lautan di bumi), bukit-bukit dan
gunung-gunung. Maka bulan itu adalah besar, sangat besar, dan berat, dan, sejauh
kita ketahui, siapapun tidak keberatan dengan ide gerak bulan. Lantas mengapa
harus ada orang yang keberatan dengan ide gerak bumi, objek lain yang seperti
bulan?
Dalam babak akhir Revolusi llmiah, Isaac Newton menemukan heterogenitas
-
21
cahaya dan hukum kekuatan gravitasi. Dalam mekanika ia menambahkan kategori
ketiga, yaitu kekuatan (force) atas materi dan gerak, dan merumuskan hukum
gravitasi universal secara matematis, dan dengan memakai hukum baru itu ia dapat
menjelaskan seluruh gerak dalam alam semesta.Setelah prestasi besar Newton, para
pemikir periode Pencerahan mendewakan manusia dan mendasarkan segala sesuatu
pada kekuatan rasional. Maka, disebabkan oleh dampak Revolusi Ilmiah, pandangan
dunia mekanis dan sekular telah mencapai puncaknya dan mulai berdaulat penuh di
Barat. Dalam kata-kata Profesor Al-Attas: Dan abad ke-17 hingga ke-19 Pencerahan
Eropa dihubungkan dengan, dan memang merupakan kelanjutan dan, Renaissance.
Periode ini dicirikan dengan semangatnya untuk materialisasi dan sekularisasi
manusia ideal dalam masyarakat ideal. Para filosof naturalis menulis tentang hukum
alam, agama alamiah, dan menekankan pada kemanusiaan, kebebasan,
kemerdekaan, keadilan. Ide-ide mereka menjadi kenyataan di Amenika dan
dijadikan sebagai filsafat dasar bagi Independensi. Jika renaissance berarti terlahir,
dan enlightenment menandakan datangnya abad manusia Barat dan keadaan bayi
yang mana rasionya harus bergantung atas bantuan yang lain, kini disebut sebagai
telah matang dan penuh pengalaman untuk mengarahkan jalannya sendiri.
Profesionalisasi SainsPada abad kesembilan belas struktur institusional dan
sosial Sains berubah drastis, Revolusi ilmiah ke-2 ditandai dengan kernunculan sains
sebagai profesi. Hal ini memicu untuk menghasilkan teknologi berbasis sains dan
semakin mendekatkan pertautan universitas, pemerintah, dan industri. Untuk
memahami bagaimana revolusi ilmiah kedua ini, akan dibandingkan kesempatan-
kesempatan pendidikan dan profesi yang mempengaruhi perkembangan sains di
Inggris, Perancis, dan Jerman.
Pada abad sebelumnya, abad ketujuh belas dan kedelapan belas, ilmuwan-
ilmuwan di lnggris Datang terutamanya dan kelas atas (upper class), mereka mem-
punyai kekayaan dan waktu luang, dan bagi mereka sains adalah suatu hobi,
sehingga mereka tidaklah profesional. Pada masa in, Pengajaran dan kerja penelitian
aktual itu terpisah, para ilmuwan tingkat pertama lnggnis tidak berafiliasi dengan
universitas. Terlebih lagi, pemerintah Inggris secara finansial tidak mendukung
sains.Revolusi industri awal mula terjadi di lnggris pada tahun 1780-an dalam
industri tekstil, batu bara, dan industri besi, sebagai hasilnya Inggris menjadi negara
nomor satu dalam bidang industri-industri tensebut.Revolusi industri pertama in
tidak bersifat ilmiah, sehingga tentu saja tidak dapat dan tidak memprofesionalisasi
-
22
sains, tetapi mempengaruhinya secana massif. masyanakat ilmiah baru ben-
munculan di Leeds, Birmingham, Manchester, Bristol, dan Newcastle, Komunitas il-
muwan ini berusaha untuk memecahkan masalah-masalah industri dengan aplikasi
pengetahuan ilmiah/sains. Hal ini menjadikan sains mendapatkan bentuknya yang
utilitarian.Revolusi Industri juga berpengaruh terhadap asal-usul sosial (social
origin) para ilmuwan yang bergeser dari kelas atas (upper class) kepada kelas
menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class). Pada abad ketujuh belas, 47
persen dari para ilmuwan yang datang dan kelas menengah dan bawah, pada akhir
abad kedelapan belas, menjadi 82 persen. Walaupun Inggris tidak kekurangan
pakar-pakar sains seperti Herschel, Joseph Black, Davy Faraday, Dalton, Playfair,
Priestley, Cavendish, dan Brewster, negeri ini kekurangan sistem pendidikan untuk
melatih ilmuwan profesional atau ilmuwan kelas-dua.
Revolusi Perancis menyebabkan seluruh universitas dan sekolah yang
berafiliasi dengan gereja atau pendidikan klasik ditutup, dan diganti dengan sistem
pendidikan sentralistis baru yang disebut acole centrale. Pada sekolah-sekolah dan
universitas yang baru dibangun itulah penekanan ditumpukan pada ilmu-ilmu alam
seperti matematika, fisika dan kimia ketimbang bahasa Latin dan Yunani. Hara-
pannya, matematika dan fisika dapat menjadi penawar pada prasangka-prasangka
dan cara pikir lama dan ide-ide demokratis dan rasional dapat dimasukkan ke dalam
pemikiran mahasiswa.Memang, Revolusi Perancis merupakan upaya untuk
menerapkan ide-ide Pencerahan pada isu-isu sosial dan politik, tetapi apa yang lebih
menjadi perhatian kita adalah bahwa para arsitek revolusi itu telah memahami
secara benar peran utama dan fundamental sains murni sebagai fondasi
teknologi.Pemenintahan Perancis mendukung dan mengarahkan profesionalisasi
sains dengan menawarkan kerja kepada ilmuwan kelas-pertama pada sekolah-
sekolah dan universitas-universitas baru, dengan menyiapkan imbalan untuk
mendorong penelitian-penelitian yang berharga, dan dengan mengintegrasikan
pengajaran dan kerja penelitian aktualdua hal di Inggris yang memang
terpisah.Pendidikan ilmiah dalam artian modern itu tidak ada sebelum cole
Polytechnique didirikan pada tahun 1794 sebagai sekolah teknologi untuk memenuhi
kebutuhan praktis Republik tersebut. Sekolah unik ini berisi sains-sains teoretis dan
praktis dan untuk pertama kalmnya memperkenalkan laboratorium-laboratorium
penelitian untuk fisika dan kimia, sehingga dapat membangun tradisi baru yang
penting yang terus berlanjut hingga sekarang.
-
23
Di antara para professor cole Polytechnique, adalah ilmuwan terkenal
Perancis seperti Monge, Fourier, Lagrange, Laplace, Prony, Poinsot dan Berhollet.
Hal ini menarik banyak mahasiswa-mahasiswa luar negeri seperti Justus Liebig,
Count Rumford, Alexander von Humboldt, dan Volta datang ke sekolah
ini.Sentralisasi institusi keilmuan membuktikan dirinya berguna, tetapi ternyata
dikemudian hari ia menjadi penghalang kemajuan pendidikan ilmiah di Perancis.
Hal inilah yangmenjadi salah satu sebab Perancis kehilangan kepemimpinannya
dalam pendidikan ilmiah, kalah oleh Jerman setelah dekade pertama abad kesem-
bilan belas, terutama setelah Napoleon melakukan militerisasi cole Polytechnique
dan menyatukannya dengan universitas-universitas lain.
Sebelum Revolusi Industri, pengelola sekolah di Jerman yang berwawasan
jauh kedepan menginisiasi pembaruan sekolah-sekolah dengan sistem
desentralisasihal in karena didukung oleh struktur politiknya, sehingga kompetisi
sehat antara universitas-universitas dari berbagai negara bagian meningkatkan
kualitas pendidikan. Universitas-universitas tua agar tidak punah, orang-orang
Jerman membuka universitas-universitas baru yang menitikberatkan pada ilmu
alam agar mendukung universitas-universitas tua tersebut. Mereka juga mendirikan
sekolah-sekolah teknik baru atau Technisches Hochschulen, yang dipolakan
mengikuti cicole Polytechnique, yaitu untuk memenuhi kebutuhan industri dan
komersial masyarakat.Orang-orang Jerman memahami peran sentral sains dalam
teknologi dan untuk menitikberatkan poin tersebut mereka mengajarkan ilmu-ilmu
alam sekalipun di sekolah-sekolah teknik. Utamanya, kerja penelitian dalam kimia
dilakukan di laboratoriurn-laboratorium sekolah-sekolah praktis tersebut. Mengenai
penguasaan ilmu-ilmu alarn, kita juga melihat bahwa terdapat kompetisi yang tajam
antar universitas dan sekolah -sekolah teknik. Untuk berkompetisi secara efektif
dengan sekolah-sekolah teknik, universitas-universitas juga mengajarkan aplikasi-
aplikasi sains.
Maka tidaklah heran jika Jerman menikmati keunggulannya disebabkan
penggunaan laboratoriumn-laboratorium penelitian secara efektif di universitas-
universitas dan sekolah-sekolah teknik. Beberapa ilmuwan seperti Henry Rose,
Gustav Magnus, dan Purkinje mendirikan laboratorium-laboratoriurn penelitian di
tempat tinggal mereka. Terutama sekali, laboratoriurn penelitian kimia Justus Liebig
pada Universitas Giessen mendapatkan reputasi yang luas disebabkan oleh
pentingnya industri kirnia. Liebig dapat mengilhami dan mendorong antusiasmenya
-
24
kepada para rnahasiswa, dan sebagai hasilnya tesis-tesis doktoral pun mulai
membanjiri laboratoriumnya. Pada gilirannya, rnahasiswa yang dilatih oleh Liebig
rnenyebarkan pengajaran laboratoriurn tersebut ke banyak ternpat.
Para ilmuwanprofesional Jerman juga telah mendirikan masyarakat baru
dan mulai berkumpul di banyak kota setiap tahun dengan dukungan antusias dari
raja. Masyarakat ini, yang disebut Gesellschaft Deutscher Naturforscher und Artze
diuruskan semata-rnata oleh para ilmuwan profesional yang telah rnenerbitkan be-
berapa artikel selain disertasi doktoral mereka, dan para ketua masyarakat ini
diganti setiap tahun untuk membuat masyarakat tersebut tetap dinarnis. Dengan
kerja serius mereka para ilmuwan telah rnendapatkan perhatian publik dan
pernerintah dan rnendapatkan dukungan finansial yang cukup dan berbagai pihak.
Walaupun mereka rnendapatkan dukungan finansialnya terutarna dan pemerintah,
rnereka tetap rnenikrnati atrnosfir kebebasan yang luar biasa.
Dengan kondisi-kondisi yang menguntungkan inilah Jerman mampu men-
cetak banyak ahli kimia profesional, dengan kata lain, bukan para jenius, tetapi para
ilrnuwan kelas dua dan tiga yang dapat bekerja dalam laboratorium-laboratorium
industri. Sejak Inggris kekurangan ilmuwan profesional, Jerman dengan mudah
mengambil alih kepemimpinan industri pewarnaan (celup) dan untuk pertarna
kalinya rnernulai teknologi berbasis sains, yaitu pada perrnulaan sains-terapan,
antara tahun 1858 dan 1862. Para ahli kimia Jerrnan rnengganti celup binatang dan
tumbuhan dengan substansi-substansi yang diproduksi secara ilrniah. Secara lebih
khusus, mereka mendapatkan bahan-bahan celup sintetis yang lebih baik dan tar
batu bara yang diirnport yang kemudian diproses secara kirniawi. Setelah 1870
Jerman juga menjadi pemimpin dalarn industri-industri listrik, baja, minyak, kimia,
dan mesin pembakaran internal.
Dengan mengikuti model Jerman, Amerika Serikat pada akhir abad kesem-
bilan belas juga memprofesionalisasi sains. Sebagai indikasi dan perkembangan ini,
maka pada tahun 1890 didirikanlah American Associaton for the Advancement of
Science, sebagai masyarakat ilmuwan profesional pertarna. Menjelang tahun 1900
Arnerika Serikat berencana menjadi kekuatan industri dan ekonomi yang penting
dan, terutama setelah Perang Dunia Kedua, mengambil alih kepemimpinan hampir
di setiap bidang.
Dari paparan di atas, Teknologi berbasis sains menjadikan hubungan antara
universitas, pemerintah dan industri berkembang sangat pesat. Kini para ilmuwan
-
25
berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan pemerintahan ataupun industri-industri,
dan juga mendapatkan posisi-posisi tinggi pada hampir setiap cabang pemerintahan.
Misalnya, di Amerika Serikat mereka memberi nasihat kepada Presiden dan Kongres
tentang isu-isu penting (kebanyakannya bersifat ilmiah).
Sains betul-betul telah menjadi faktor pembeda utama dalam memisahkan
periode modern dengan periode pertengahan dan periode kiasik, terutama setelah ia
betul-betul mempengaruhi teknologi. Namun, kini kita juga menyadari bahwa sains
itu hanya merupakan instrumen yang diciptakan oleh para filosof dan ilmuwan. De-
ngan demikian, sains ataupun teknologi berbasis-sains sebagai instrumen buatan
manusia yang mempunyai keterbatasannya sendiri tidak dapat kita harapkan sebagai
obat mujarab bagi segala penyakit di dunia yang kini kita hadapi
-
26
X. Alquran dan Sains Modern
a. Mujizat Kebenaran Alquran
Lebih dari 14 abad yang lalu, Allah menurunkan Al- Qur'an kepada
Rasulullah Muhammad SAW.Kitab yang berfungsi sebagai petunjuk dan pedoman
hidup manusia yang penuh mengandung hikmah, menyeru manusia kepada
kebenaran dan untuk selalu mentaati nilai/norma/aturan yang termaktub dalam
kitab tersebut. Kitab ini telah dan akan senantiasa menjadi petunjuk yang
paripurna bagi manusia sejak diturunkan sampai hari qiyamah (Qur'an, 68:52).
Alquran memiliki bahasa yang mudah dipahami dan bisa diakses oleh semua
manusia sepanjang masa (Qur'an, 54:22).Kesempurnaan isi dan bahasa Al-quran
yang tidak tertandingi ini merupakan bukti kebenaran alquran sebagai
kalamullah.Mujizat kebenaran Alquran telah diakui luas baik oleh ilmuwan
muslim (Ulama) maupun yang non muslim / orientalis.
Beberapa ilmuwan barat orientalis yang menyatakan dan mengakui
keajaiban alquran diantarnya adalah:
i. Prof. Bruce Lawrence dalam bukunya: The Quran: A Biography. Atlantic
Books, p. 8: As tangible signs, Quranic verse are expressive of an
inexhaustible truth, they signify meaning layered with meaning, light upon
light, miracle after miracle.
ii. Hamilton Gibb, 1980. Islam: A Historical Survey, Oxford University Press, p.
28: the Meccans still demanded of him a miracle, and with remarkable
boldness and self confidence Mohammad appealed as a supreme
confirmation of his mission to the Koran itself. Like all Arabs they were the
connoisseurs of language and rhetoric. Well, then if the Koran were his own
composition other men could rival it. Let them produce ten verses like it. If
they could not (and it is obvious that they could not), then let them accept the
Koran as an outstanding evident miracle, pada kutipan lain: .As a literary
monument the Koran thus stands by itself, a production unique to the Arabic
literature, having neither forerunners nor successors in its own idiom.
Muslims of all ages are united in proclaiming the inimitability not only of its
contents but also of its style
-
27
iii. E H Palmer, as early as 1880, recognized the unique style of the Qur'an. But
he seems to have been wavering between two thoughts. He writes in the
Introduction to his translation of the Qur'an: That the best of Arab writers
has never succeeded in producing anything equal in merit to the Qur'an itself
is not surprising. In the first place, they have agreed before-hand that it is
unapproachable, and they have adopted its style as the perfect standard; any
deviation from it therefore must of necessity be a defect. Again, with them
this style is not spontaneous as with Muhammad and his contemporaries, but
is as artificial as though Englishmen should still continue to follow Chaucer
as their model, in spite of the changes which their language has
undergone. With the Prophet, the style was natural, and the words were those
in every-day ordinary life, while with the later Arabic authors the style is
imitative and the ancient words are introduced as a literary embellishment.
The natural consequence is that their attempts look laboured and unreal by
the side of his impromptu and forcible eloquence
iv. Alfred Guillaume, Islam, 1990 (Reprinted), Penguin Books, pp. 73-74: The
Quran is one of the world's classics which cannot be translated without grave
loss. It has a rhythm of peculiar beauty and a cadence that charms the
ear. Many Christian Arabs speak of its style with warm admiration, and most
Arabists acknowledge its excellence. When it is read aloud or recited it has an
almost hypnotic effect that makes the listener indifferent to its sometimes
strange syntax and its sometimes, to us, repellent content. It is this quality it
possesses of silencing criticism by the sweet music of its language that has
given birth to the dogma of its inimitability; indeed it may be affirmed that
within the literature of the Arabs, wide and fecund as it is both in poetry and
in elevated prose, there is nothing to compare with it
v. Paul Casanova : Whenever [Prophet] Muhammad [saas] was asked a
miracle, as a proof of the authenticity of his mission, he quoted the
composition of the Qur'an and its incomparable excellence as proof of its
divine origin. And, in fact, even for those who are non-Muslims nothing is
more marvellous than its language with such apprehensible plenitude and a
grasping sonority The ampleness of its syllables with a grandiose cadence
and with a remarkable rhythm have been of much moment in the conversion
of the most hostile and the most sceptic (From Paul Casanova's article,
-
28
"L'Enseignement de I'Arabe au College de France" [The Arab Teaching at the
College of France])
Adapun para ulama telah merangkum berbagai kemujizatan Alquran
sebagai bukti kebenarannya diantaranya adalah Ibnu Taymiyah, Almawardi, Imam
Fakhruddin, Al-Zamlakani, Al-Isfahani, Al-Sakaki, dan Syaikh Ali Ashobuniy serta
ulama-ulama lain, sebagai berikut:
1. Keindahan sastranya yang sama sekali berbeda dengan keindahan sastra
yang dimiliki oleh orang-orang Arab
2. Gaya bahasanya yang unik yang sama sekali berbeda dengan semua gaya
bahasa yang dimiliki oleh bangsa Arab
3. Kefasihan bahasanya yang tidak mungkin dapat ditandingi dan dilakukan
oleh semua makhluk termasuk jenis manusia
4. Keringkasan lafadz al-Quran, tapi sempurna maknanya
5. Kesempurnaan syariat yang dibawanya yang mengungguli semua syariat
dan aturan-aturan lainnya
6. Menampilkan berita-berita yang bersifat eskatologis yang tidak mungkin
dapat dijangkau oleh otak manusia kecuali melalui pemberitaan wahyu al-
Quran itu sendiri
7. Tidak adanya pertentangan antara konsep-konsep yang dibawakannya
dengan kenyataan kebenaran hasil penemuan dan penyelidikan ilmu
pengetahuan
8. Terpenuhinya setiap janji dan ancaman yang diberitakan al-Quran
9. Ilmu pengetahuan yang dibawanya mencakup ilmu pengetahuan syariat
dan ilmu pengetahaun alam (tentang jagat raya).
10. Menjelaskan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia
11. Dapat memberikan pengaruh yang mendalam dan besar pada hati para
pengikut dan musuh-musuhnya
12. Susunan kalimat dan gaya bahasanya terpelihara dari paradoksi dan
kerancuan.
13. Al-Quran mengumpulkan ilmu-ilmu yang tidak dapat diliputi oleh
manusia dan tidak dapat berkumpul pada seseorang.
14. Tidak ada umat yang sanggup menentang al-Quran
15. Terpelihara keasliannya, sedikit pun tambahan yang disisipkan atau
pengubahan lafadz-lafadznya dapat diketahui.
-
29
16. Al-Quran itu lebih tinggi dari segala martabat pembicaraan. Martabat
pembicaraan terbagi tiga:
a. Mantsur yang dapat dibuat oleh segenap manusia.
b. Syiir yang hanya dapat disusun oleh sebagian manusia
c. Al-Quran melampaui kedua martabat itu. Martabatnya tidak sanggup
dicapai oleh golongan a dan b.
b. Membaca Ayat-Ayat Allah SWT
Setelah kita mengenal adanya ayat qouliyah dan kauniyah, Lalu bagaimana
kita membaca ayat-ayat Allah?Kewajiban kita terhadap ayat-ayat qauliyah adalah
tadabbur (QS Muhammad ayat 24), yaitu dengan membacanya dan berusaha untuk
memahami dan merenungi makna dan kandungannya.Sedangkan kewajiban kita
terhadap ayat-ayat kauniyah adalah tafakkur (QS Ali Imran ayat 190 191) dengan
memperhatikan, merenungi, dan mempelajarinya dengan seksama.Allah telah
karuniakan kepada kita piranti untuk melakukan dua kewajiban tersebut, yakni
dengan menggunakan akal pikiran dan hati.
Adapun tujuan utama dan pertama dalam membaca ayat-ayat Allah adalah
untuk semakin mengenal Allah (marifatullah). Dengan semakin mengenal Allah
dengan baik, seorang hamba akan semakin takut, semakin beriman, dan semakin
bertakwa kepada-Nya. Apakah seseorang membaca ayat-ayat Allah dengan baik,
dapat terlihat dari beberapa indikator: yakni meningkatnya keimanan (QS Al-
Anfal: 2), ketakwaan, dan rasa takut kita kepada Allah Subhanahu wa Taala (QS Ali
Imran: 191).
Tujuan selanjutnya adalah agar dapat memahami sunnah-sunnah Allah
(sunnatullah), baik pada manusia dalam bentuk ketentuan syari (taqdir syari)
maupun pada ciptaan-Nya dalam bentuk ketentuan penciptaan (taqdir
kauni).Dengan memahami ketentuan syari, kehidupan ini bisa jalankan sesuai
dengan syariat yang Allah SWT kehendaki, dan dalam hal ini kita bebas untuk
memilih untuk taat atau ingkar.Namun, apapun pilihan kita, taat atau ingkar,
memiliki konsekuensinya dan akibat masing-masing.
Setelah memahami ketentuan penciptaan, baik itu mengenai alam maupun
sejarah dan ihwal manusia, kita bisa memanfaatkan alam dan sarana-sarana
kehidupan untuk kemakmuran bumi dan kesejahteraan umat manusia. Dengan
-
30
pemahaman yang baik mengenai ketentuan tersebut, kita akan mampu mengelola
kehidupan dengan ihsan tanpa melakukan perusakan.
Perpaduan antara taddabur ayat qouliyah dan tafakkur ayat kauniyah
semakin menguatkan bukti bahwa Al Quran sebagai mukjizat terbesar yang
diturunkan oleh Allah kepada manusia.Tadabbur dan tafakkur ayat-ayat qouliyah
yang termaktub di dalam alquran yang mengindikasikan ilmu pengetahuan/sains
menunjukkan adanya kesesuaian dengan bukti-bukti ilmiah empiris yang dicapai
oleh IPTEK modern. Ayat-ayat Al Quran yang diturunkan di abad ke 7 masehi di
mana ilmu pengetahuan belum berkembang, sangat sesuai dengan ilmu
pengetahuan modern yang dicapai oleh manusiadi abad 20-21 ini.
Namun sebagai bekal untuk memahami ayat-ayat qouliyahdalam Al Quran
yang berhubungan dengan sains perlu memperhatikan beberapa catatan penting
berikut ini:
1. Al Quran bukanlah kitab sains dan teknologi. Ia adalah kitab
Hidayah(petunjuk) bagi manusia untuk mencapai tujuan penciptaannya
terkhusus bagi orang-orang yang beriman. Sebagian besar Al
Quranmengandung ajaran Tauhid (keesaan Allah), Ibadah, Syariah dan
Akhlak disamping ilmu pengetahuan.
2. Beberapa ayat Al Quran memberikan Isyarat Ilmiah yang telah
terbuktikebenarannya oleh sains modern Abad 20/21.Hal in menunjukkan
bukti/dalil terbesar akan kebenaran Al Quran sebagai kalamullah yang
mengandung mukjizat Sains/Ilmiah.
3. Dalam memahami ayat yang mengandung isyarat sains tidak cukup hanya
dengan membaca Al Quran dan tafsirnya.Ungkapan Al Quran masih bersifat
global dan tidak terperinci, mengingat poin nomor 1 (satu) bahwa Alquran
bukan kitab sains dan teknologi.Sumber-sumber ilmiah lain yang lebih rinci
bisa digunakan sebagai rujukan untuk menjelaskan dan memahami ayat-ayat
tersebut.
4. Kebenaran mutlak/absolut hasil penemuan Ilmiah modern akan selalu
kompatibel dengan kebenaran mutlak tentang sains yang disebutkan Al
Quran. Penemuan ilmiyah yang masih diragukan yang bertentangan dengan
Alquran tidak bisa digunakan untuk menolak kebenarannya.termasukayat Al
quran yang masih diperselisihkan maksudnya (dzonniyyud dalalah) tidak
-
31
bisa dijadikan dalil bagi penemuan ilmiyah yang masih diragukan.
5. Ayat-ayat sains menunjukkan kebenaranayat Allah saw : Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa
Al Quran itu adalah benar. (QS. Fushshilat : 53). Ayat ini adalah ajakan
untuk beriman, berpengetahuan dan beramal serta dapat digunakan sebagai
sarana untuk berdakwah di kalangan para scientistdi manapun berada.
XI. Alquran dan Sains Modern:
Berikut adalah ayat-ayat Alquan yang mengandung isyarat sains yang kompatibel
dengan sains modern dan penjelasannya secara ringkas:
a. Penciptaan dan Konsepsi tentang Alam Semesta
Dalam hal penciptaan alam semesta dan segala isinya, Allah SWT mengajak
manusia untuk berpikir menggunakan akalnya, sebagaimana dalam QS. Ath-
Thur:35-36:
(35) "Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun, yang menciptakan
mereka (terjadi begitu saja)?, ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka
sendiri)? (36) "Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya
mereka tidak menyakini (apa yang mereka katakan)."
Dua ayat tersebut mengajak manusia untuk menggunkan nalarnya serta menjelaskan
bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini asala keberadaannya ada beberapa
kemungkinan:
1. Diciptakan atau tiba-tiba muncul dan ada begitu saja (out of nothing)
2. Menciptakan diri sendiri (self created)
3. Diciptakan oleh sesuatu yang diciptakan juga
4. Diciptakan oleh Dzat yang tidak dicipta.
Dari keempat macam konsep tersebut, berdasarkan argumen filosofis dan sains
modern maka kemungkinan keempatlah yang paling rasional (Hamza Tzortzis). Hal
-
32
ini sejak awal sudah dinyatakan dalam alquran bahwa Asal mula alam semesta
digambarkan dalam ayat berikut:
"Dialah pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an, 6:101)
Keterangan yang diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu
pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa
keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada
sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini,
yang dikenal dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15
milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan
satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang
merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan
mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi
ada.
Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi
ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya
mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini,
yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al
Qur'an 1.400 tahun lalu.
Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan
NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang.
Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan
penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan.
Adapun tentang konsepsi alam semesta, Isac Newton seorang ahli fisika
beranggapan bahwa jagad raya ini tidak terbatas dan besarnya tak terhingga; Sebab
kalau ia terbatas, bintang dan galaksi yang ada di tepi akan merasakan gaya tarik
gravitasi dari satu sisi saja, yaitu kearah pusat alam semesta, sehingga lama
kelamaan benda-benda langit itu akan mengumpul di sekitar pusat tersebut. Karena
kecenderungan semacam itu tidak pernah tampak pada pengamatan, maka orang
berkesimpulan bahwa alam ini tidak terbatas.
Tidak hanya itu saja konsepsinya; alam menurut para pakar fisika tidak
hanya tak berhingga besarnya dan tak berbatas, tetapi juga tidak berubah
keadaannya sejak waktu tak terhingga lamanya yang telah lampau sampai waktu tak
-
33
terhingga lamanya yang akan datang. Sebab menurut pengalaman para fisikawan di
laboratorium, materi itu kekal adanya. Apapun reaksi yang dialaminya, kimia atau
fisis, massanya tak pernah hilang atau paling akan berubah menjadi energi yang
setara. Dengan konsep bahwa alam ini kekal, astrofisika tidak mengakui adanya
penciptaan alam.Sudah barang tentu gagasan semacam itu tidak sesuai dengan
ajaran Islam sebagaimana ia terkandung dalam al-Quran yang mengatakan bahwa
Allahlah Yang Qadim dan Dia jualah Yang Baqa.
Newton melontarkan konsepsi tersebut pada akhir abad ke-17, kemudian
Lavoiser sekitar akhir abad ke-18 menegaskan kekekalan massa, dan diperluas oleh
Einstein dalam abad ke- 20 ini menjadi kekekalan massa dan energi atau secara
singkat kekekalan materi. Dari prinsir-prinsip dasar Einstein membuat suatu
perumusan matematis yang ia harapkan akan dapat melukiskan alam yang sesuai
dengan pengertian para ilmuwan pada waktu itu, namun Friedman mengungkapkan
bahwa model ini tidak melukiskan alam yang statis yang menjadi konsensus para
astronom-kosmolog pada waktu itu, melainkan jagad raya yang dinamis. Model ini
kemudian dikenal sebagai model Friedman. Hal ini tidak berkenan di hati Einstein
dan dengan kecewa ia mengadakan perubahan pada perumusannya dengan
menambahkan bilangan konstan padanya, sehingga hasilnya cocok menurut
seleranya, ia ternyata melukiskan alam yang statis. Padahal alam semesta yang
dilukiskannya bukan alam yang ada menurut ajaran Islam, yakni yang diciptakan
pada suatu waktu dan akan ditiadakan pada saat yang lain, melainkan alam
semesta yang tidak pernah diciptakan, yang qadim dan kekal, sesuai dengan
konsensus yang didasarkan pada kesimpulan yang rasional sebagai hasil analisis
yang kritis terhadap berbagai data yang diperoleh dari pengukuran dan pengamatan.
Pada tahap itu, fisika mempunyai konsepsi yang bertentangan dengan agama Islam.
Meskipun al-Quran diturunkan sekitar 14 abad yang lalu, yang mengandung
uraian garis besar tentang penciptaan alam semesta, namun umat yang awam tidak
mengetahui maknanya secara jelas, sebab rincian dari skenario kejadian itu terdapat
dalam al-Kaun sebagai ayatullah yang harus dibaca, dan Umat Islam tidak mampu
membacanya karena fisika dan sains pada umumnya telah dilepaskannya enam abad
yang lalu. Sehingga kita menjadi bodoh dalam membaca ayat-ayat kauniyah.
Pada tahun 1929 terjadi peristiwa penting yang menjadi awal pergeseran
pandangan di lingkungan para ahli tentang penciptaan alam, yang mengubah
secara radikal konsepsi para fisikawan mengenai munculnya jagad raya. Sebab pada
-
34
tahun itu, Hubble mempergunakan teropong bintang terbesar di dunia melihat
galaksi-galaksi disekeliling kita, yang menurut analisis spektrum cahaya yang
dipancarkannya menjauhi kita dengan kelajuan yang sebanding dengan jaraknya
dari bumi, yang terjauh bergerak paling cepat meninggalkan kita.Kejadian ini
merupakan pukulan berat bagi Einstein, karena observasi Hubble itu menunjukkan
bahwa alam kita ini tidak statis, melainkan merupakan alam yang dinamis seperti
model yang dikemukakan oleh Friedman.Karena observasi Hubble ini mendorong
para ilmuwan untuk berkesimpulan bahwa alam yang kita huni ini mengembang,
volume ruang jagad raya ini bertambah besar setiap saat.Sehingga timbul teori
universum berekspansi.Dari perhitungan mengenai perbandingan jarak dan
kelajuan gerak masing-masing galaksi yang teramati, para fisikawan-astronom
menarik kesimpulan bahwa semua galaksi di jagad raya ini semula bersatu padu
dengan galaksi kita yaitu Bimasakti, kira-kira 12 milyar tahun yang lalu.Gamow,
Alpher dan Herman mengatakan bahwa pada saat itu terjadi ledakan yang maha
dahsyat yang melemparkan materi seluruh jagad raya ke semua arah, yang kemudian
membentuk bintang-bintang dan galaksi. Karena tidak mungkin materi seluruh alam
itu berkumpul disuatu tempat dalam ruang alam tanpa meremas diri dengan gaya
gravitasi yangsangat kuat, hingga volumenya mengecil menjadi titik, maka
disimpulkan kemudian bahwa dentuman besar (big bang) itu terjadi ketika seluruh
materi kosmos kejuar dengan kerapatan yang sangat besar dan suhu yang sangat
tinggi dari volume yang sangat kecil. Alam semesta lahir dari singularitas fesis
dengan keadaan ekstrim. Nyata disini bahwa akhirnya fisika mengakui bahwa semua
alam tiada, tetapi kemudian sekitar 12 milyar tahun yang lalu tercipta dari ketiadaan,
sebab fakta dari hasil observasi yang menelorkan kesimpulan itu tidak dapat
disangkal.
Kalau kita bandingkan konsep fisika tentang penciptaan alam semesta itu
dengan ajaran al-Quran, kita dapatkan dalam surat al-Anbiya (21) ayat 30:
Dan tidaklah orang-orang kafir itu mengetahui bahwa langit (ruang alam)
dari bumi (materi alam) itu dahulu sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
-
35
keduanya itu. (Q.s. al-Anbiya: 30)
Keterpaduan ruang dan materi yang dinyatakan pada ayat di atas, hanya
dapat kita fahami jika keduanya berada disuatu titik, titik singularitas yang
merupakan volume yang berisi seluruh materi. Sedangkan pemisahan mereka terjadi
dalam suatu ledakan dahsyat atau dentuman besar yang melontarkan materi
keseluruh penjuru ruang alam yang berkembang dengan Sangat cepat sehingga
tercipta universum yang berekspans. Selanjutnya, mengenai ekspansi alam
semesta ini yang menaburkan materi paling tidak sebanyak 100 milyar galaksi yang
masing-masing berisi rata-rata 100 milyar bintang, kitab suci al-Quran mengatakan
dalam surat adz-Dzariyat (51) ayat 47 yaitu:
Dan langit (ruang alam) itu Kami bangun dengan kekuatan dan Kamilah
sesungguhnya yang melakukannya. (Q.S. adz- Dzariyat: 47)
Kekuatan yang terlibat dalam pembangunan alam ini, dan yang mampu
melemparkan kira-kira 10.000 milyar-milyar bintang yang masing-masing masanya
sekitar massa matahari keseluruh pelosok alam itu, tentu saja tidak dapat kita
bayangkan; yang timbul dari ucapan dan fikiran seorang mukmin hanyalah ucapan
pengagungan kepada Allah SWT. Dari perbandingan semacam ini dapat kita
ketahui bahwa pada akhirnya, fisika, yang dikembangkan untuk mencari kebenaran,
sampai juga pada fakta yang: ditunjukkan oleh al-Quran.
b. Hidrologi: Siklus Air
Dari hasil observasi dan penelitian yang berulang-ulang bahwa siklus
hidrologi atau sirkulasi air (hydrologic Cycle) dapat dijelaskan sebagai berikut:
-
36
Gambar Siklus Hidrologi (sumber: id.wikipedia.org)
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang terjadi akibat radiasi/panas
matahari, sehingga air yang berada di laut, sungai, danau dan tanah mengalami
penguapan ke udara (evaporation), dan juga air pada tumbuh-tumbuhan mengalami
penguapan ke udara (transpiration), sehingga dikenal sebagai evapotrans-piration,
lalu uap air tersebut pada ketinggian tertentu menjadi dingin dan terkondensasi
menjadi awan. Akibat angin, berkumpulah awan dengan ukuran tertentu dan
terbentuk awan hujan, karena pengarah berat dan gravitasi kemudian terjadilah
hujan (presipitation). Beberapa air hujan ada yang mengalir di atas permukaan,
tanah sebagai aliran limpasan (overland flow) dan ada yang terserap ke dalam tanah
(infiltration). Aliran limpasan selanjutnya dapat mengisi tampungan-cekungan
(depression storage). Apabila tampungan ini telah terpenuhi, air akan menjadi
limpasan permukaan (surface runoff) yang selanjutnya mengalir ke laut. Sedangkan
air yang terinfiltrasi, bila keadaan formasi geologi memungkinkan, sebagian dapat
mengalir lateral dilapisan tidak kenyang air (unsaturated Zone) sebagai aliran
antara (subsurface flow/inter flow). Sebagian yang lain mengalir vertikal yang
disebut dengan perkolasi (percolation) yang akan mencapai lapisan kenyang air
(saturated zone/aquifer). Air dalam akifer ini akan mengalir sebagai air tanah
(ground water flow/ base flow) ke sungai atau ketampungan dalam (deep storage).
Siklus hidrologi ini terjadi terus menerus atau berulang-ulang dan tidak terputus.
Pada penjelasan fenomena kauniyah, dapat kita tarik kesimpulan bahwa
siklus hidrologi memiliki 4 (empat) macam proses yang saling berkaitan, yaitu:
a. Hujan/presipitasi
b. Penguapan/emporasi
-
37
c. Infiltrasi dan perkolasi (peresapan)
d. Limpasan permukaan (surface runoff) dan limpasan air tanah
(subsurfacerzrnoff).
Isyarat adanya fenomena siklus hidrologiterdapat diQS An-Nur (24):43, yakni:
Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkannya antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakannya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkanNya dari siapa yang dikehendaki-Nya, Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatannya.(Q.S. an-Nuur: 43)
Pada ayat di atas, menunjukkan adanya dua proses inti yang sedang
berlangsung dan merupakan bagian dari proses siklus hidrologi. Kedua proses itu,
yaitu proses penguapan (evaparasi) yang ditunjukkan dengan kata awan dan
proses hujan (presipitasi) yang berupa keluarnya air dan butiran es dari awan.
Dimana awan adalah massa uap air yang terkumpul akibat penguapan dan kondisi
atmosfir tertentu. Menurut Prof. Sri Harto (2000) seorang pakar hidrologi, awan
dalam keadaan ini yang kalau masih mempunyai butir-butir air berdiameter lebih
kecil dari 1 mm masih akan melayang-layang di udara karena berat butir-butir
tersebut masih lebih kecil daripada gaya tekanke atas udara. Sehingga pada kondisi
ini awan masih bisa bergerak terbawa angin, kemudian berkumpul menjadi banyak
dan bertindih-tindih (bercampur), dalam ayat lain awan menjadi bergumpal-gumpal
seperti pada surat ar Rum (30) ayat 48:
Allah, Dia-lah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjauhkannya bergumpal-gumpal. Lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki Nya tiba-iba mereka menjadi gembira. (Q.s. ar-Ruum:48)
Demikian jelaslah bahwa dengan terbawanya awan oleh pergerakkan angin,
maka awan akan terkumpul menjadi banyak dan bergumpal-gumpal. Akibat
berbagai sebab klimatologis seperti pengaruh kondensasi, awan tersebut dapat
menjadi awan yang potensial menimbulkan hujan, yang biasanya menurut Sri Harto
-
38
(2000) terjadi bila butir-butir berdiameter lebih besar daripada 1 mm. Sehingga
pada ayat di atas hujan keluar dari celah-celahnya awan, maksudnya secara ilmiah
hujan turun tidak seperti menggelontornya air, melainka