materi islamic business coaching #4 (a) jakarta

25
ISLAMIC BUSINESS COACHING 4 H. DWI CONDRO TRIONO, Ph.D

Upload: islamicbusinesscoaching

Post on 17-Jan-2017

419 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

ISLAMIC BUSINESS COACHING 4

H. DWI CONDRO TRIONO, Ph.D

Page 2: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

SOLUSI EKONOMI ISLAM PARSIAL

Page 3: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

Bagaimana solusi ekonomi Islam yang parsial?

Page 4: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

Dengan mensyari’ahkan jantung ekonominya

Page 5: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

PRINSIP DASAR OPERASIONAL BANK KONVENSIONAL

MASYARAKATKELEBIHAN

DANA

LEMBAGAINTERMEDIASI

BANK KONVENSIONAL

MASYARAKATKEKURANGAN

DANA(PENGUSAHA)

MENABUNG MEMINJAMKAN

MEMBERIKAN % BUNGAMEMBERIKAN % BUNGA

MENDAPAT SPREAD

Page 6: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

PRINSIP DASAR OPERASIONAL BANK SYARI’AH

MASYARAKATKELEBIHAN

DANA

LEMBAGAINTERMEDIASI

BANK SYARI’AH

MASYARAKATKEKURANGAN

DANA(PENGUSAHA)

INVESTASI PEMBIAYAAN

MEMBERIKAN % BAGI HASILMEMBERIKAN % BAGI HASIL

MENDAPAT % BAGI HASIL

PENGHIMPUNAN DANA PENYALURAN DANA

Page 7: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

AQAD PENGHIMPUNAN DANA:

•BANK KONVENSIONAL:1. GIRO2. TABUNGAN3. DEPOSITO

• BANK SYARI’AH:1. GIRO WADHI’AH2. TABUNGAN MUDHARABAH3. DEPOSITO MUDHARABAH

Page 8: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

1. TABUNGAN DAN DEPOSITO MUDHARABAH

• Menurut Imam Al Mawardi, syarat akad mudharabah yang diakui ada tiga:

1. Harus ada salah satu pihak yang secara khusus berkontribusi dalam modal (mal).

2. Harus ada pihak yang lain yang secara khusus berkontribusi dalam melakukan pengelolaan (‘amal).

3. Kedua pihak tahu bagian (nisbah) keuntungan masing-masing.

Page 9: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

KONSEKUENSINYA:

• Pihak bank yang berposisi sebagai pengelola (mudharib) disyaratkan adalah pihak yang dapat melakukan tasharruf (pengelolaan) secara langsung terhadap dana yang telah diserahkan kepadanya. • Dana yang telah diserahkan kepada pihak bank ini tidak boleh

diserahkan pada pihak lain untuk dikelola. • Jika dana tersebut kemudian diserahkan kepada pihak lain, maka

status bank sebagai mudharib secara otomatis akan hilang.• Menurut Syaikh An-Nabhany, dalam akad mu’amalah pihak yang

menjadi subyek akad tidak boleh diwakilkan. Yang boleh dilakukan hanyalah dalam hal mewakilkan akad-nya saja.

Page 10: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

BAGAIMANA JIKA MENGGUNAKAN AKAD WAKALAH?

• Jika penyerahan dana dari bank kepada pihak lain itu dengan menggunakan akad wakalah (perwakilan), maka hal ini juga tidak relevan, karena dana tersebut sudah diserahkan kepada pihak bank (mudharib) untuk dikelola. • Apabila akad wakalah itu tetap diberlakukan, maka hak pada

dana itu akan berpindah kepada pihak lain, di luar pihak bank syari’ah. • Sehingga, apabila pengelolaan dana oleh pihak luar tersebut

menghasilkan keuntungan, maka pihak bank syari’ah sesungguhnya tidak berhak untuk mendapatkan bagian dari keuntungan tersebut (tidak berhak mendapatkan bagi hasil).

Page 11: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

DI SISI LAIN…

• Karena dana yang diterima bank syari’ah disalurkan kepada pihak lain dengan akad mudharabah juga, maka dalam posisi ini, pihak bank akan bertindak juga sebagai shahibul maal. • Dalam kondisi ini bank syari’ah akan menjalani dua posisi sekaligus,

yaitu sebagai mudharib, sekaligus sebagai shahibul maal, sehingga bank syari’ah memerankan akad ganda (multi akad) yang dilarang. • Dalilnya dari Hadits:

صفقتين • عن م وسل عليه ه الل صلى ه الل رسول نهىواحدة صفقة في

• “Rasulullah SAW telah melarang dua kesepakatan (akad) dalam satu kesepakatan (akad)” (HR. Imam Ahmad Bin Hanbal).

Page 12: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

2. TABUNGAN DAN GIRO WADHI’AH

• Untuk akad wadhi’ah (titipan), maka dalam akad ini seharusnya tidak boleh ada tambahan atau imbalan apapun dari pihak bank syari’ah kepada nasabah penitip. • Adapun pemberian berupa bonus (‘athaya) yang bersifat sukarela

dari pihak bank kepada nasabah, maka bonus tersebut tidak boleh bersifat mengikat. • Jika pemberian itu bersifat mengikat dan selalu diberikan kepada

nasabah penitip, maka hal itu jelas menjadi tidak sukarela. • Oleh karenanya, bonus seperti itu menjadi tidak boleh.• Merubah aqad tabaru’at menjadi aqad tijariyat itu tidak

diperbolehkan, namun jika sebaliknya, hukumnya boleh.

Page 13: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

AQAD PENYALURAN DANA:

1. BAGI HASIL (PROFT SHARING)a. AL-MUDHARABAHb. AL-MUSYAROKAH

2. JUAL BELI (SALE AND PURCHASE)a. BAI’ AL-MURABAHAHb. BAI’ AS-SALAMc. BAI’ AL-ISTISHNA’

3. SEWA (OPERATIONAL LEASE AND FINANCIAL LEASE)a. AL-IJARAHb. AL-IJARAH AL-MUNTAHIA BIT-TAMLIK

4. JASA (FEE-BASED SERVICES)a. AL-WAKALAHb. AL-KAFALAHc. AL-HAWALAHd. AR-RAHNe. AL-QARDH

Page 14: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

1. AQAD AL-MUDHARABAH

• Dalam penyaluran dana dengan menggunakan akad mudharabah, maka posisi Bank tidak dapat dianggap sebagai shahibul mal, sebab dana tersebut bukanlah dana milik bank, tetapi dana tersebut milik shahibul mal yang sesungguhnya, yaitu pihak nasabah penabung atau deposan. • Pihak bank justru posisinya sebagai mudharib. • Oleh karena itu, akad mudharabah ini menjadi tidak sah,

karena nasabah penerima penyaluran dana yang akan bertindak sebagai mudharib itu akan mengelola dana yang bukan haknya, sehingga tidak boleh dikelola.

Page 15: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

JIKA DANANYA DARI NASABAH PENITIP:

• Jika bank menyalurkan dana yang berasal dari dana nasabah penitip (dengan akad wadhi’ah), maka sesungguhnya boleh saja bagi bank syari’ah untuk memanfaatkan dana tersebut atas ijin dari pemiliknya. • Namun demikian, jika pemanfaatan tersebut kemudian disalurkan

kepada nasabah dengan akad syirkah mudharabah, maka pihak bank juga tidak dapat diposisikan sebagai shahibul mal, karena bank hanyalah wakil dari shahibul mal yang sesungguhnya, yaitu nasabah penitip.• Jika penyaluran dana dengan akad mudharabah ini memperoleh

keuntungan, maka keuntungan tersebut bukanlah hak dari bank syari’ah, melainkan hak dari nasabah penabung atau deposan penitip (muwaddi’).

Page 16: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

BAGAIMANA JIKA MENGGUNAKAN AKAD WAKALAH BIL UJROH?

• Jika landasan yang digunakan oleh bank untuk mengambil keuntungan adalah wakalah bil ujrah, maka landasan tersebut juga tidak dapat diterima. • Ujrah (upah) yang diterima, sesungguhnya bukanlah hak dari

bank syari’ah, karena pihak bank dalam posisi akad ini tidak melakukan aktivitas apapun, yang layak untuk disebut sebagai ajir (pekerja).• Definisi ijarah:

بعواض • المنفعة على عقض هي أإلجرة• “Al-ijarah adalah aqad atas manfaat dengan imbalan (upah)”

Page 17: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

2. AQAD AL-MUSYAROKAH

• Dalam akad musyarakah, maka ada ketentuan bahwa masing-masing pihak, yaitu pihak bank dan nasabah penerima dana, harus terlibat dalam dua posisi sekaligus, yaitu penyertaan dana, sekaligus terlibat dalam pengelolaan proyek bisnis secara langsung. • Namun pada praktiknya, pihak bank ternyata tidak ikut

berperan secara langsung terhadap terhadap proyek-proyek bisnisnya. • Yang terlibat secara langsung dalam pengelolaan proyek

bisnis hanyalah pihak nasabah penerima dana.

Page 18: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

BAGAIMANA JIKA PIHAK BANK DIANGGAP SEBAGAI ‘AMIL?

• Apabila aktivitas pengelola (‘amil) dari pihak bank adalah: “Melakukan review, meminta laporan dan bukti-bukti dari hasil usaha yang dibuat oleh pihak nasabah berdasarkan bukti pendukung yang dapat dipertanggungjawabkan”, maka aktivitas tersebut tetap belum layak disebut sebagaiaktivitas pengelola (‘amil).

• Menurut Ibnu Qudamah: “Bagi ‘amil, wajib mengurus sendiri apa yang biasanya memang harus ditangani sendiri oleh pengelola.

• Pihak pengelola juga tidak berhak dibayar, karena haknya adalah mendapatkan kompensasi dari bagi hasil.

• Hal itu juga diperkuat dengan ketentuan UU Perbankan, bahwa institusi perbankan tidak boleh melakukan kegiatan ekonomi riil secara langsung, seperti aktivitas jual beli, mengelola proyek dan sebagainya.

Page 19: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

3. AQAD AL-MURABAHAH

• Ketentuan murabahah yang mengharuskan pihak bank syari’ah membiayai sebagian atau seluruh harga yang disepakati kualifikasinya, hal itu dapat dianggap bertentangan dengan fakta bahwa posisi bank syari’ah adalah sebagai penjual. • Padahal, ketentuan bagi pihak penjual adalah menjual barang

yang telah dimiliki kepada pihak pembeli, yaitu nasabah. • Jika dalam praktiknya pihak bank syari’ah akan membiayai

sebagian, dan sebagian yang lain harus dibayar oleh pembeli sendiri, maka bank syari’ah sesungguhnya telah bertindak sebagai pihak yang menghutangi pembeli, bukan menjadi pihak penjual.

Page 20: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

KONSEKUENSINYA...

• Dalam akad murabahah tersebut yang berlaku bukanlah jual beli dengan hutang, namun hutang-piutang murni, sehingga pihak bank syari’ah tidak boleh menetapkan harga beli ditambah keuntungannya. • Sebab, statusnya adalah utang-piutang, maka pembayarannya

harus sama dengan jumlah hutangnya. Jika ada tambahan, maka hal itu dapat dikategorikan sebagai riba.• Dalil Haditsnya sebagai berikut:

ربا • فهو منفعة جر قرض كل• “Setiap utang-piutang yang menghasilkan manfa’at adalah riba”

(HR. Baihaqi).

Page 21: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

4. AQAD AL-IJARAH

• Dalam akad ini, Bank Syari’ah bertindak sebagai Ajir (pekerja) dan nasabah sebagai musta’jir (pengguna manfa’at). • Karena Bank tidak bergerak di bisnis riil, maka jasa (manfa’at) tersebut

diberikan oleh pihak lain, kemudian “dijual” kepada nasabah. • Dalam transaksi ini jasa tersebut belum ada dan masih dalam bentuk

dzimmah maushufah (tanggungan yang terdeskripsikan), sehingga jasa tersebut tidak dapat diserahkan kepada musta’jir .• Maka, akad tersebut adalah akad jual beli hutang dengan hutang, sehingga

hukumnya haram.• Dalilnya dari Hadits sebagai berikut:

• - بالكالئ - الكالئ بيع عن نهى وسلم عليه الله صلى بى الن أن• “Bahwa Nabi SAW melarang menjual hutang dengan hutang.” (HR. Imam

Ad-Daraquthni).

Page 22: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

5. AQAD IJARAH MUNTAHIA BIT-TAMLIK

• Akad Ijarah Muntahiyah bit-Tamlik dapat disamakan dengan akad sewa beli. • Sewa dan beli adalah dua akad yang berbeda, maka jika disatukan

akan menjadi akad yang fasid (rusak).• Dalilnya dari Hadits:

صفقتين • عن م وسل عليه ه الل صلى ه الل رسول نهىواحدة صفقة في

• “Rasulullah SAW telah melarang dua kesepakatan (akad) dalam satu kesepakatan (akad)” (HR. Imam Ahmad Bin Hanbal).• Dalam akad ini juga terdapat syarat-syarat yang membatasi

pemanfaatan (intifa’) dan tasharruf atas kepemilikan barang yang disewabelikan, sehingga akadnya menjadi rusak (fasid).

Page 23: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

6. AQAD JASA (FEE-BASED SERVICES)

• Akad jasa, seperti akad Al-Wakalah, Al-Kafalah, Al-Hawalah, Ar-Rahn dan Al-Qardh termasuk dalam kelompok akad tabarru’ atau akad untuk kepentingan sosial kemanusiaan. • Hubungan akad ini menggunakan prinsip tolong-menolong (ta’awun).• Sudah menjadi kesepakatan ulama’ bahwa akad tabarru’ tidak boleh

berubah menjadi akad tijarah (komersial). Sedangkan untuk sebaliknya adalah boleh.• Salah satu dalilnya adalah dari Hadits. Nabi SAW bersabda:

في • يرجع كالكلب هبته في يعود ذي ال وء الس مثل لنا ليسقيئه

• “Tidak ada orang yang menandingi kejelekan orang yang menarik hibahnya di antara kita, selain seperti anjing yang menjilat ludahnya” (HR. Imam Bukhari).• Pengambilan fee (uang jasa) dalam akad-akad diatas tidak diperbolehkan.

Page 24: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

Apa kesimpulannya...?

Jantung ekonomi kapitalisme sangat sulit disyari’ahkan

Page 25: Materi Islamic Business Coaching #4 (A) Jakarta

Bagaimana solusi yang sistemik...?Jangan kemana-mana...Tetaplah bersama kami...Bersambung...

وبركاته الله ورحمة عليكم الم الس و