materi tot
DESCRIPTION
materi Training for trainerTRANSCRIPT
http://inasafe.org/id/training/index.html
Module 1: Adult LearningOverview
Basic Competency
Master how to implement adult learning
Indicators
1. Understand the principles of adult learning
2. Menganalisis karakteristik pembelajaran orang dewasa
3. Mengidentifikasi strategi, metode pembelajaran atau teknik yang digunakan dalam
pembelajaran orang dewasa
4. Mengevaluasi pembelajaran orang dewasa
Materials
Pembelajaran Orang Dewasa
1. Prinsip pembelajaran orang dewasa
2. Karakteristik pembelajaran orang dewasa
3. Strategies, teaching methods or techniques that apply in adult learning
4. Evaluasi pembelajaran orang dewasa
Learning Activities
1. Pembukaan dan informasi lokakarya
Waktu: 10 menit Material: Slide PPT Aktivitas:
1. Fasilitator mengucapkan selamat datang di pelatihan dan doa pembukaan
2. Informasi tata tertib pelatihan
3. Fasilitator menjelaskan topik dan tujuan sesi satu
2. Sesi Tanya Jawab tentang Karakteristik Pembelajaran Orang Dewasa
Waktu: 25 menit Material: Slide PPT Aktivitas:
1. Fasilitator mengajukan pertanyaan tentang pengertian ciri orang dewasa
2. Fasilitator menjelaskan pengertian pembelajaran orang dewasa
3. Fasilitator mengajukan pertanyaan karakteristik dan prinsip pembelajaran orang dewasa.
** 3. Diskusi Kelompok: Strategi Pembelajaran Orang Dewasa**
Waktu: 25 menit Material: Kertas Plano Aktivitas:
1. Fasilitator mengajak peserta untuk berhitung 1 sampai 4 satu demi satu dan membaginya
menjadi 4 kelompok. Mereka menyebutkan bentuk nomor yang sama satu kelompok.
2. Setiap kelompok memilih ketua kelompok dan sekretaris
3. Ketua kelompok memimpin diskusi strategi pembelajaran orang dewasa dan hasil diskusinya
dituliskan pada kertas plano oleh sekretaris.
4. Presentasi Kelompok
Waktu: 20 menit Material: Slide PPT/Kertas Plano Aktivitas:
1. Fasilitator meminta seluruh ketua kelompok maju ke depan dan melakukan undian.
Kelompok yang paling kalah menjadi presenter.
2. Fasilitator meminta kelompok lain untuk mengajukan pertanyaan atau komentar kepada
kelompok presenter; Fasilitator memfasilitasi tanya-jawab
3. Fasilitator melengkapi strategi pembelajaran orang dewasa yang belum disebutkan.
5. Diskusi Berpasangan
Waktu: 20 menit Material: Kertas HVS Aktivitas:
1. Fasilitator meminta peserta untuk berpasangan
2. Setiap pasangan diminta mendiskusikan bagaimana sebaiknya mengevaluasi orang dewasa
(evaluasi pembelajaran orang dewasa)
3. Hasil diskusi pasangan dipajang di depan kelas
4. Dengan menggunakan musik sebagai latar belakang, fasilitator memilih acak dengan
melempar bola kecil ke peserta, peserta yang menerima bola diminta melemparkan ke
kelompok lain. Ketika musik berhenti, kelompok dari peserta yang menerima bola menjadi
presenter
5. Fasilitator meminta kelompok lain untuk mengajukan pertanyaan atau komentar kepada
kelompok presenter. Fasilitator memfasilitasi tanya-jawab
6. Fasilitator melengkapi penjelasan tentang evaluasi pembelajaran orang dewasa
6. Refleksi dan Penutupan
Waktu: 5 menit Material: - Aktivitas:
Facilitator asks one of the participants to reflect on the proceeding of the first session.
Bahan Bacaan
Introduction
The participants of the training in Scenario Development for Contingency Planning using
OpenStreetMap (OSM) and QGIS/ InaSAFE software are adults. Their learning characteristics are
unique and different from those of children. As such, it is crucial that trainers learn about adult
learning characteristics. The understanding of adult learning characteristics is needed to determine
compatible and effective training strategies for training participants.
Pembelajaran atau Pendidikan Orang Dewasa dikenal dengan istilah Andragogi, sebagai lawan dari
pedagogi (pendidikan anak-anak). Andragogi berasal dari bahasa latin Andro yang berarti orang
dewasa (Adult) dan agogos yang berarti memimpin atau membimbing. Jadi andragogi adalah ilmu
bagaimana memimpin atau membimbing orang dewasa atau ilmu mengajar orang dewasa.
Pada dasarnya, pendidikan adalah proses memfasilitasi seseorang untuk mencari dan menemukan
ilmu pengetahuan yang dibutuhkan dalam kehidupan melalui proses belajar, sehingga semua
kegiatan manusia memiliki potensi yang dipergunakan untuk belajar. Andragogi menstimulasi orang
dewasa agar mampu melakukan proses pencarian dan penemuan ilmu pengetahuan yang mereka
butuhkan dalam kehidupan. Belajar orang dewasa dilakukan secara berlanjut dari pengalaman
kehidupan.
1. Adult Learning Characteristics
Pendidikan orang dewasa adalah suatu usaha yang ditujukan untuk pengembangan diri yang
dilakukan oleh individu tanpa paksaan legal, tanpa usaha menjadikan bidang utama kegiatannya
(Reeves, Fansler, dan Houle dalam Supriyanto, 2007). Menurut UNESCO (Townsend Coles 1977
dalam Lanundi (1982), Pendidikan orang dewasa adalah keseluruhan proses pendidikan yang
diorganisasikan apa pun isi, tingkatan, metodenya, baik formal atau tidak, yang melanjutkan maupun
menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang
membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya,
memperkarya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesuonalnya, dan
mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan
pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya yang
seimbang dan bebas. Sedangkan menurut Bryson dalam Supriyanto (2007) Pendidikan orang
dewasa adalah semua aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan
sehari-hari yang hanya menggunakan sebagian waktu dan tenaganya untuk mendapatkan
tambahan itelektual.
Definisi di atas menunjukkan bahwa:
Orang dewasa memiliki kemampuan mengarahkan diri sendiri.
Orang dewasa memiliki beragam pengalaman,
Orang dewasa dipersiapkan untuk belajar sebagai konsekuensi dari posisi mereka
dalam transisi pembangunan,
Orang dewasa lebih menyenangi belajar yang bersifat problem-
centered atau performance-centered.
Karakteristik belajar orang dewasa dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Orang dewasa memiliki kemampuan mengarahkan diri sendiri.
b. Orang dewasa mepunyai pengalaman yang banyak dan fungsi pengalaman bagi orang
dewasa sebagai sumber belajar.
c. Orang dewasa siap mempelajari sesuatu yang ia perlukan dan pengalaman terbangun dari
pemecahan masalah atau menyelesaikan tugas sehari-hari.
d. Orientasi belajar: Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan kemampuan diri, ilmu
dan keterampilan akan diterapkan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, orientasi belajar
terpusat pada kegiatan
Ciri-ciri belajar orang dewasa menurut Soedomo (1989) dalam Supriyadi (2007) adalah:
a. Memungkinkan timbulnya pertukaran pendapat, tuntutan, dan nilai-nilai
b. Memungkinkan terjadinya komunikasi timbal balik
c. Suasana belajar yang diharapkan adalah suasana yang menyenangkan dan menantang
d. Mengutamakan peran peserta didik
e. Orang dewasa akan belajar jika pendapatnya dihormati
f. Belajar orang dewasa bersifat unik
g. Perlu adanya saling percaya antara pembimbing dan peserta didik
h. Orang dewasa umumnya mempunyai pendapat yang berbeda
i. Orang dewasa memiliki kecerdasan yang beragam
j. Kemungkinan terjadinya berbagai cara belajar
k. Orang dewasa belajar ingin mengetahui kelebihan dan kekurangannya
l. Orientasi belakar orang dewasa terpusat pada kehidupan nyata
m. Motivasi dari dirinya sendiri
Karakteristik belajar orang dewasa dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Orang dewasa belajar karena adanya tuntutan tugas, tuntutan perkembangan atau
keinginan peningkatan peran. Berbeda dengan anak-anak yang cenderung menerima materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru, orang dewasa akan belajar manakala pembelajaran ini
dapat memenuhi tuntutan tugas, tuntutan perkembangan, dan tuntutan akibat peningkatan
peran. Karenanya dalam pembelajaran orang dewasa perlu dijelaskan kaitan antara materi
dengan tuntutan tugas, peran, dan tuntutan perkembangan mereka.
b. Orang dewasa suka mempelajari sesuatu yang praktis, dapat langsung diterapkan, dan
bermanfaat dalam kehidupannya. Orang dewasa kebanyakan telah kaya dengan
pengetahuan-pengetahuan teoritis. Karenanya materi pelatihan orang dewasa sebaiknya
dipilih yang praktis dan dapat diterapkan dalam kehidupannya.
c. Orang dewasa dalam proses belajar ingin diperlakukan sebagai orang dewasa/dihargai
d. Orang dewasa kaya pengalaman dan berwawasan luas, mempelajari sesuatu yang baru
berdasar pengalamannya. Setiap orang dewasa umumnya memiliki pengalaman yang sangat
luas utamanya dalam bidang yang ditekuninya. Sebaiknya cara mempelajari sesuatu yang
baru dimulai dari pengalaman-pengalaman mereka.
e. Orang dewasa belajar dengan cara berbagi pendapat bersama orang lain. Karena mereka
kaya pengalaman, berbagi pendapat merupakan salah satu cara efektif mereka dalam belajar.
f. Orang dewasa mempertanyakan mengapa harus mempelajari sesuatu sebelum mereka
mempelajari sesuatu. Jika anak-anak cenderung menerima topik pembelajaran, orang dewasa
perlu mengetahui bahwa hal-hal yang mereka pelajari merupakan hal yang bermanfaat
langsung bagi mereka.
g. Orang dewasa belajar dengan memecahkan masalah tidak berorientasi pada bahan
pelajaran Jika hal yang dipelajari dalam pelatihan dapat memecahkan masalah yang dialami,
maka mereka akan belajar dengan baik.
h. Orang dewasa menyukai suasana pembelajaran yang membangkitkan kepercayaan diri. Hal
ini berkaitan dengan keinginan untuk dihargai. Mulailah pembelajaran dengan hal-hal yang
mudah sehingga kepercayaan diri mereka meningkat.
i. Orang dewasa memerlukan waktu yang lebih panjang dalam belajar karena perlu
memvalidasi informasi baru. Orang dewasa tidak sekedar menerima informasi melainkan
memvalidasi informasi berdasarkan pengalaman-pengalaman mereka.
j. Orang dewasa akan melanjutkan proses belajar jika pengalaman belajar yang dilaluinya
memuaskan.
Perbedaan Pedagogi dan andragog
Aspek Pedagogi Andragogi
Konsep tentang diri peserta didik
Bersifat tergantungMemiliki kemampuan mengarahkan diri sendiri
Fungsi pengalaman peserta didik
1. Pengalaman sedikit
2. Pengalaman sebagai titik awal untuk membangun pengalaman
1. Pengalaman banyak
2. Pengalaman sebagai sumber belajar
Kesiapan Belajar
1. Diseragamkan berdasarkan usia
2. Diorganisasi dalam suatu kurikulum
1. Siap mempelajari sesuatu yang ia perlukan
2. Berdasarkan dari pemecahan masalah atau menyelesaikan tugas sehari-hari
Orientasi belajar
1. Pendidikan merupakan suatu proses penyampaian ilmu pengetahuan.
2. Ilmu tersebut baru bermanfaat di kemudian hari
3. Orientasi belajar ke arah mata pelajaran
1. Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan kemampuan diri
2. Ilmu dan keterampilan akan diterapkan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik
3. Orientasi belajar terpusat pada kegiatan
2. Principle of Adult Learning
Pendidikan orang dewasa memiliki prinsip yang membedakannya dengan jenis pendidikan yang
lain. Prinsip pendidikan orang dewasa tersebut, dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
efektif dan efisien. Prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Prinsip kemitraan: Prinsip kemitraan menjamin terjalinnya kemitraan di antara fasilitator dan
peserta. Dengan demikian peserta tidak diperlakuan sebagai siswa tetapi sebagai mitra belajar
sehingga hubungan yang mereka bangun bukanlah hubungan yang bersifat memerintah,
tetapi hubungan yang bersifat membantu, yaitu pengajar akan berusaha semaksimal mungkin
untuk membantu proses belajar peserta pelatihan.
b. Prinsip pengalaman nyata: Prinsip pengalaman nyata menjamin berlangsungnya kegiatan
pembelajaran pendidikan orang dewasa terjadi dalam situasi kehidupan yang nyata. Kegiatan
pembelajaran pendidikan orang dewasa tidak berlangsung di kelas atau situasi yang simulatif,
tetapi pada situasi yang sebenarnya.
c. Prinsip kebersamaan: Prinsip kebersamaan menuntut digunakannya kelompok dalam
kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa untuk menjamin adanya interaksi yang
maksimal di antara peserta dengan difasilitasi fasilitator.
d. Prinsip partisipasi: Prinsip partisipasi adalah untuk mendorong keterlibatan peserta secara
maksimal dalam kegiatan pembelajaran orang dewasa, dengan fasilitas dari peserta. Dalam
kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa semua peserta harus terlibat atau
mengambil bagian secara aktif dari seluruh proses pembelajaran mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
e. Prinsip kemandirian: Prinsip ini mendorong peserta untuk memiliki kebebasan dalam
mencari tujuan pembelajaran. Pembelajaran orang dewasa berusaha untuk menghasilkan
manusia independen mampu memainkan peran subjek atau aktor, kebutuhan untuk prinsip
kemandirian.
f. Prinsip kesinambungan: Prinsip yang menjamin adanya kesinambungan dari materi yang
dipelajari sekarang dengan materi yang telah dipelajari di masa yang lalu dan dengan materi
yang akan dipelajari di waktu yang akan datang. Dengan prinsip ini maka akan terwujud
konsep pendidikan seumur hidup dalam pendidikan orang dewasa.
g. Prinsip manfaat: Prinsip manfaat menjamin bahwa apa yang dipelajari dalam pendidikan
orang dewasa adalah sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh peserta. Orang dewasa
akan siap untuk belajar manakala dia menyadari adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.
Kesadaran terhadap kebutuhan ini mendorong timbulnya minat untuk belajar, dan karena rasa
tanggung jawabnya sebagai orang dewasa maka timbul kesiapan untuk belajar.
h. Prinsip kesiapan: Prinsip kesiapan menjamin kesiapan mental maupun kesiapan fisik dari
peserta untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran. Orang dewasa tidak akan dapat
melakukan kegiatan pembelajaran manakala dirinya belum siap untuk melakukannya, apakah
itu karena belum siap (fisiknya atau belum siap mentalnya).
i. Prinsip lokalitas: Prinsip lokalitas menjamin adanya materi yang dipelajari bersifat spesifik
local. Generalisasi dari hasil pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa akan sulit
dilakukan. Hasil pendidikan orang dewasa pada umumnya merupakan kemampuan yang
spesifik yang akan dipergunakan untuk memecahkan masalah peserta pada tempat mereka
masing-masing, pada saat sekarang juga. Kemampuan tersebut tidak dapat diberlakukan
secara umum menjadi suatu teori, dalil, atau prinsip yang dapat diterapkan dimana saja, dan
kapan saja. Hasil pembelajaran sakarang mungkin sudah tidak dapat lagi dipergunakan untuk
memecahkan masalah yang sama dua atau tiga tahun mendatang. Demikian pula hasil
pembelajaran tersebut tidak dapat diaplikasikan dimana saja, tetapi harus diaplikasikan di
tempat peserta sendiri karena hasil pembelajaran tersebut diproses dari pengalaman-
pengalaman yang dimiliki oleh peserta.
j. Prinsip keterpaduan: Prinsip keterpaduan menjamin adanya integrasi atau keterpaduan
materi pendidikan orang dewasa. Rencana pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa
harus meng-cover materi-materi yang sifatnya terintegrasi menjadi suatu kesatuan materi yang
utuh, tidak partial atau terpisah-pisah.
3. Adult Learning Strategy
Pemilihan strategi pembelajaran ditentukan berdasarkan tujuan yang akan dicapai. Berdasarkan
tujuan yang akan dicapai ada dua strategi belajar, yaitu: (a) Strategi belajar yang dirancang untuk
membantu orang membantu menata pengalaman masa lampau yang dimilikinya dengan cara baru
proses penataan pengalaman/penataan kembali, dan (b) strategi belajar yang dirancang untuk
memberikan pengetahuan dan keterampilan baru (proses perluasan pengalaman).
a. Proses penataan pengalaman/penataan kembali: Strategi ini diperuntukkan bagi peserta
pelatihan yang sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang apa yang akan
dilatihkan. Untuk itu peran fasilitator disini membantu peserta untuk membuat generalisasi
dengan memancing pegalaman yang sudah dimiliki dan memberi umpan balik. Sedangkan
peserta harus berperan banyak untuk mengungkapkan data mengenai pengalaan dan
pendapatnya, menganalisa pengalamannya, menggali alternatif dan manfaatnya. Hal ini akan
terjadi apabila ada suasana yang bebas dari ancaman, rasa kebutuhan dari peserta untuk
menemukan pendekatan baru dalam mengatasi masalah lamanya.
b. Proses perluasan pengalaman: Strategi ini diperuntukkan bagi peserta pelatihan yang belum
memiliki pengetahuan atau keterampilan tentang apa yang akan dilatihkan. Peran fasilitator
disini adalah memberikan data dan konsep yang baru, sedangkan peran peserta pelatihan
adalah memperoleh data dan konsep baru, mempraktikkannya. Dalam hal ini diperlukan
kejelasan penyajian baru dan memotivasi peserta untuk mengetahui relevansi bahan baru
tersebut dalam kehidupan.
Berdasarkan tujuan di atas diketahui bahwa dalam pembelajaran orang dewasa ada dua tujuan
dalam pembelajaran, yaitu bagi yang sudah mempunyai pengetahuan dan belum. Tetapi perlu
diingat orang dewasa telah memiliki bebrapa karakteristik yang perlu diperhatikan dalam
menetapkan strategi pembelajarannya. Berdasarkan karakteristik orang dewasa, maka strategi
yang efektif untuk pembelajaran orang dewasa. Secara umum pembelajaran orang dewasa
diharapkan menggunakan pembelajaran partisipatif, yaitu keterlibatan atau peran serta peserta
pelatihan dan pengaturan lainnya yang menyangkut materi pelatihan, waktu penyelenggaraan, dan
lain sebagainya. Pada prinsipnya pada pembelajaran partisipatif fasilitator tidak menggurui dan
selalu berceramah, tetapi selalu melibatkan peserta dalam kegiatan. Strategi yang dimaksud
antara lain sebagai berikut.
a. Pembelajaran yang praktis dan berpusat pada masalah
Salah satu karakteristik orang dewasa adalah orang dewasa belajar dengan memecahkan
masalah tidak berorientasi pada bahan pelajaran. Jika hal yang dipelajari dalam pelatihan dapat
memecahkan masalah yang dialami, maka mereka akan belajar dengan baik. Untuk itu, strategi
yang digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: Sebelum pembelajaran dimulai,
fasilitator harus mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan masalah mereka. Selanjutnya
pembelajaran sebaiknya dimulai dengan mengidentifikasi masalah-masalah otentik yang mereka
hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita perlu memperkenalkan teori atau informasi baru,
yakinkan bahwa semuanya dikaitkan dengan masalah yang dihadapi dan contoh-contoh nyata.
Dalam pemecahan masalah ini metode yang bisa digunakan antara lain tanyajawab, diskusi.
Diskusi dalam rangka memecahkan masalah terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Anggota kelompok sadar akan adanya masalah
2. Anggota secara individu mencari dugaan untuk memecahkan masalah sementara
3. Anggota kelompok mencari fakta atau pengalamannya untuk mendukung dugaannya.
4. Mendiskusikan dengan anggota kelompok atas pemecahan masalah
5. Membuat kesimpulan diskusi dalam memecahkan masalah.
Berkaitan dengan sesuatu yang praktis, dalam pembelajaran orang dewasa diperlukan praktik
lapang. Materi harus dipraktikkan untuk kepentingan praktis yang akan diterapkan. Rangkaian
metode yang cocok digunakan antara lain demonstrasi, simulasi dan praktik. Misalnya untuk
mencapai kompetensi Menggunakan GPS untuk menambah data di OSM, tidak ada artinya kalau
peserta hanya mengetahui dan paham tentang penggunaan GPS untuk menambahkan data OSM,
tetapi perlu didemonstasikan oleh fasilitator dan disimulasikan oleh sebagai peserta dan
dipraktikkan oleh semua peserta. Yang perlu dipraktikkan dalam kompetensi tersebut antara lain
menyalakan GPS dan melakukan pengaturan GPS saat pertama kali.
b. Orang dewasa menyukai pembelajaran yang mengintegrasikan informasi baru dengan
pengalaman-pengalaman mereka:
Dalam pembelajaran orang dewasa ada dua hal, yaitu proses penataan pengalaman/penataan
kembali dan proses perluasan pengalaman, untuk itu pembelajaran orang dewasa haruslah
membantu mereka mengungkapkan pengalaman-pengalaman mereka untuk mempelajari hal-hal
yang baru. Pembelajaran kelompok kooperatif juga dapat membantu mereka untuk berbagi
pendapat dengan peserta yang lain. Selanjutnya kita perlu membantu mereka dalam memahami
informasi yang baru. Metode yang sesuai diantaranya dengan tanyajawab dan diskusi. Misalnya
dalam mengajarkan materi “Pengoperasian OSM”, sebaiknya fasilitator tidak memberi ceramah
tentang:
1. Cara mengunjungi situs OpenStreetMap
2. Cara menavigasi Peta,
3. Cara menyimpan Gambar dari Peta OSM
4. Cara membuat Akun OpenStreetMap
5. Editing Peta OSM
tetapi fasilitator perlu menggali seberapa jauh pengalaman mereka atau pengetahuan mereka
tentang materi tersebut dengan tanyajawab. Setelah itu bisa didiskusikan untuk memecahkan
masalah kesulitan peserta terhadap materi tersebut, selanjutnya fasilitator dapat memberikan
tambahan materi yang dirasa belum diketahui oleh peserta dengan selalu menghubungkan
dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki sebelumnya.
c. Orang dewasa menyukai pembelajaran yang meningkatkan harga diri mereka
Agar orang dewasa percaya diri, kita dapat memulai dengan hal-hal yang sederhana dengan
tingkat kegagalan yang kecil. Selanjutnya pembelajaran semakin meningkat seiring dengan
kepercayaan diri mereka. Misalnya, ketika mengajarkan pengoperasian JOSM, diketahui peserta
belum begitu lancar dengan internet, maka dapat memulai dengan praktek-praktek keterampilan
yang ringan misalnya melakukan download JOSM dengan cara berpasangan, yang sudah bisa
mengajarkan kepada yang belum bisa dan dilanjutkan dengan mengerjakan secara individu. Hal
ini dimaksudkan agar tidak memberikan beban yang berat di awal pelatihan. Begitu selanjutnya
untuk belajar langkah lain dari pengoperasian JOSM. Yang penting disini, peserta tidak boleh
dipermalukan karena kekurangan mereka terhadap pengoperasian internet.
d. Orang dewasa menyukai pembelajaran yang menunjukkan perhatian secara individual
Ketahuilah kebutuhan-kebutuhan mereka, penuhi kebutuhan individual seperti rehat, makan,
minum dan sebagainya. Ajak mereka merencanakan target-target dan bantulah mencapai target
tersebut. Jangan segan pula untuk meminta masukan-masukan dari mereka baik secara tertulis,
dalam sesi-sesi maupun secara informal di luar sesi pelatihan. Mereka suka jika minat-minat
pribadi mereka diperhatikan.
Keberhasilan strategi belajar orang dewasa perlu didukung dengan suasan belajar yang kondusif.
Suasana belajar yang kondusif bagi orang dewasa menurut Suprijanto (2007) adalah
a. Mendorong peserta didik untuk aktif dan mengembangkan bakat
b. Suasana saling menghormati dan saling menghargai
c. Suasana saling percaya dan terbuka
d. Suasana penemuan diri
e. Suasana tidak mengancam
f. Suasana mengakui kekhasan pribadi
g. Suasana memperbolehkan perbedaan, berbuat salah, dan keraguan
h. Memungkinkan peserta belajar sesuai dengan minat, perhatian, dan sumber daya
lingkungannya
i. Memungkinkan peserta mengakui dan mengkaji kelemahan dan kekuatan pribadi, kelompok,
dan masyarakatnya
j. Memungkinkannya peserta tumbuh sesuai dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat
4. Adult Learning Evaluation
Evaluasi atau penilaian adalah suatu kegiatan untuk menetapkan seberapa jauh program
pembelajaran dapat diimplementasikan sesuai harapan. Dengan demikian penilaian atau evaluasi
difokuskan pada kegiatan untuk menentukan seberapa jauh keberhasilan program (mikro:
fasilitator, makro: lembaga). Menurut Fajar, A., (2002), penilaian dapat diartikan sebagai suatu
usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh
tentang proses dan hasil belajar, pertumbuhan serta perkembangan sikap dan perilaku yang
dicapai peserta. Pengetian di atas menunjukkan bahwa evaluasi dilakukan selama program
pelatihan, tidak dilakukan di akhir pelatihan saja. Evaluasi merupakan suatu proses untuk
menggambarkan perubahan dari diri peserta setelah pelatihan. Proses memberi arti bahwa
evaluasi dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, dengan cara tertentu sehingga
mendapat hasil sesuai yang diharapkan. Di sana juga digambarkan bahwa dalam penilaian
dilakukan dengan mengumpulkan kenyataan secara sistematis. Hal ini memperlihatkan bahwa di
dalam evaluasi diperlukan pengambilan data atau disebut pengukuran.
Teknik, metode atau alat evaluasi adalah segala macam cara atau prosedur yang ditempuh untuk
memperoleh keterangan-keterangan atau data-data yang dipergunakan sebagai bahan untuk
mengadakan penilaian. Dengan demikian teknik ini sangat mempengaruhi hasil yang akan
diperoleh. Pada dasarnya teknik atau metode penilaian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu teknik
atau metode tes dan teknik atau metode non tes. Pada aspek kognitif dapat digunakan soal-soal
tes, (baik lisan ataupun tertulis). Diharapkan aspek ini dapat meningkatkan aspek afektif peserta
pelatihan. Aspek afektif dapat dilakukan melalui observasi dan kuesioner, dan aspek psikomotorik
dapat dinilai melalui kegiatan dan hasil yang dicapai.
Teori evaluasi di atas sebenarnya sama antara pedagogi dan andragogi, hanya saja cara
mengevaluasinya yang berbeda. Dalam pendidikan orang dewasa metode evaluasinya harus
mencerminkan kebebasan, artinya evaluasinya harus datang dari yang belajar dan bukan
dipaksakan dari luar. Pengertian di atas menunjukkan bahwa orang dewasa harus dapat menilai
dirinya sendiri. Sehingga istilah “ujian” atau tes bagi orang dewasa lebih tepat digunakan istilah uji
diri. Contoh metode evaluasi yang cocok untuk orang dewasa adalah sebagai berikut.
a. Umpan balik: Setiap peserta diberi kesempatan untuk mengemukakan pikiran dan perasaan
mengenai pelajaran yang baru berlangsung.
b. Refleksi: Peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan refleksinya. Refleksi bersifat
subjektif yang khas pribadi, sehingga tidak perlu ditanggapi oleh fasilitator.
c. Diskusi kelompok: Peserta diberi kesempatan untuk mendiskusikan hasil evaluasi masing-
masing dan menuangkannya dalam sebuah laporan.
d. Questionnaire: Penilaian dengan disiapkan formulir pertanyaan yang telah disiapkan dan
diisi oleh peserta pelatihan.
e. Tim pengelola: Diantara peserta dibentuk sebuah tim yang terdiri dari moderator, pencatat,
dan evaluator. Tim ini bertugas untuk membuat laporan singkat padat dan menyusun evaluasi
dari acara seharian.
Cara di atas dapat dibantu degan Penilaian Unjuk Kerja/Performance. Penilaian Unjuk Kerja
mengamati kegiatan peserta dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk
menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta melakukan tugas tertentu seperti: praktek
dan simulasi. Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta untuk menunjukkan kinerja dari
suatu kompetensi.
Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat
diamati.
Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan.
Teknik Penilaian Unjuk Kerja
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat
pencapaian kemampuan tertentu. Untuk mengamati unjuk kerja peserta dapat menggunakan alat
atau instrumen berikut:
1. Daftar Cek / Check-list
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-tidak). Penilaian unjuk
kerja yang menggunakan daftar cek, peserta mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi
tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta tidak memperoleh nilai.
Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah,
dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek
lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar. Berikut contoh daftar cek.
Contoh checklists
No. Aspek yang dinilai Baik Tidak baik
1.
2.
3.
Skor yang dicapai
Skor Maksimum
2. Skala Penilaian / Rating Scale
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai
tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di
mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai
sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 =
sangat kompeten. Berikut contoh skala penilaian.
Skala Penilaian
No. Aspek yang dinilai Nilai
1 2 3 4
1.
2.
3.
Skor yang dicapai
Skor Maksimum 9
Keterangan penilaian:
1 = Tidak kompeten 2 = Cukup kompeten 3 = Kompeten 4 = Sangat kompeten
Jika seorang peserta memperoleh skor 16 dapat ditetapkan ”sangat kompeten”. Dan seterusnya
sesuai dengan jumlah skor perolehan. Penilaian unjuk kerja ini apabila dilakukan di persekolahan
bisa diisi oleh guru, tetapi untuk pembelajaran orang dewasa dapat diisi fasilitator bersama-sama
dengan peserta. Dan isian tersebut sebagai bahan untuk didiskusikan atau pencatatan oleh tim
pengelola.
Daftar Bacaan
Budimansyah, D. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio.
Bandung: Genesindo.
Degeng, N.S. 2003. Evaluasi Pembelajaran. Makalah disampaikan dalam acara TOT
AA dan Pekerti dosen Kopertis Wilayah VII tanggal 15-21 Juni 2003.
Lanandi, A.G. 1982. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT Gramedia.
Mc. Tighe, JU and Ferrara (1995). Assessing learning in the classroom.
Website: ttp://www.msd. net/Assessment/authenticassessment. html.
Phopham, W. James, 1995. Classroom Assessment: What Teachers Need to Know,
United States of America, Allyn & Bacon – Simon & Scuster Company.
Supriyanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa (Dari Teori Hingga Aplikasi),
Banjarbaru: Bumi Aksara
Zainudin. 1986. Andragogi. Bandung: Penerbit Angkasa
Padmowihardjo, S. (2006). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
http://ippamaradhi.multiply.com/journal/item/102/10-Prinsip-Pendidikan-Orang-Dewasa
Module 2: Communication SkillsOverview
Kompetensi Dasar
Mendemonstrasikan keterampilan berkomunikasi dalam pelatihan
Indicators
1. Mendeskripsikan prinsip-prinsip dari komunikasi efektif
2. Mendeskripsikan model-model komunikasi dalam pelatihan
3. Demonstrate nine basic skills components in teaching/ training
Materials
Communication Skills
1. The principles of effective communication
2. Communication models in training
3. Components of teaching / training basic skills
Activities
WAKTU KEGIATAN IKHTISAR MATERIAL
5 menit
Fasilitator mengucapkan selamat datang di pelatihan dan membuka pelatihan dengan doa pembukaan.
Menginformasikan tata tertib pelatihan
Fasilitator menjelaskan tentang topik dan tujuan dari sesi pertama
Informasi pembukaan PPT
20 menit
Fasilitator meminta dua orang peserta untuk berpartisipasi dalam diskusi singkat tanpa memberitahu terlebih dahulu mengenai topik yang dibahas dalam pelatihan
Setelah itu, mintalah 2 peserta untuk berdiskusi mengenai topik dan berikan mereka waktu untuk berdiskusi ringan terlebih dahulu
Para peserta diminta untuk menganalisis perbedaan dari kedua demonstrasi teknik berkomunikasi, untuk mendapatkan jawaban manakah yang mampu menciptakan komunikasi yang efektif
Pelatih menegaskan prinsip-prinsip dari komunikasi efektif
Demontrasi Pertanyaan & Jawaban
PPT
30 menit Fasilitator memberikan masalah dari model komunikasi dalam pelatihan untuk para peserta
Secara mandiri peserta diberi kesempatan 2-5 menit untukberfikir.
Ketika sudah selesai, mintalah mereka
Berpikir, berdiskusi, dan berbagi
PPT
WAKTU KEGIATAN IKHTISAR MATERIAL
untuk berdiskusi tentang masalah yang sama dengan rekan di sebelahnya selama 3-5 menit (berpasangan)
Akhirnya pilihlah satu pasangan untuk mengemukakan pendapat mereka di depan kelas (share).
Fasilitator menjelaskan tentang model-model berkomunikasi dalam pelatihan
30 menit
Pelatih menjelaskan materi tentang 9 keahlian dasar dalam mengajar
Peserta diminta berkelompok untuk membuat materi pelatihan untuk mempraktikkan 9 keterampilan dasar dalam mengajar
Dua kelompok dipilih untuk mensimulasikan keterampilan dasar mengajar
Peserta yang lain akan bertindak sebagai pengamat
Diskusikan hasil dari pengamatan
Fasilitator memberi penguatan tentang 9 keterampilan dasar mengajar
Simulasi PPT
5 menit Fasilitator meminta salah seorang peserta
untuk merefleksikan implementasi dari sesi pertama
Refleksi sesi pertama dan penutupan
Bahan Bacaan
Pendahuluan
Komunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki seorang pelatih. Ada beberapa hal yang
harus dipahami termasuk maksud dan tujuan dari komunikasi dan prinsip-prinsip yang tepat atau
komunikasi yang efektif. Hal yang sama juga diperlukan oleh pelatih Skenario Pembangunan
Rencana Kontinjensi menggunakan OpenStreetMap (OSM) dan QGIS / InaSAFE.
Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang sangat penting, hal ini
dikarenakan komunikasi memiliki fungsi untuk menghubungkan keinginan seseorang kepada orang
lain. Secara spesifik komunikasi menjalankan empat fungsi, yaitu: fungsi kendali, motivasi,
pengungkapan emosional dan informasi.
Komunikasi secara umum diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang
disampaikan. Kepentingan pelatih dalam melatih tentu saja diperlukan komunikasi efektif yang
digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan gagasan dan memotivasi seseorang untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan pelatihan. Gagasan yang akan disampaikan dalam
pelatihan ini adalah tentang kebencanaan khususnya pada Pengembangan Skenario untuk
Rencana Kontijensi dengan menggunakan OpenStreetMap (OSM) dan QGIS/InaSafe. Berkaitan
dengan hal tersebut yang harus dimiliki pelatih adalah keterampilan dasar mengajar atau melatih
karena pada prinsipnya melatih adalah mengajar kepada peserta untuk dapat melakukan sesuatu.
1. The principles of effective communication
Komunikasi secara umum diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang
disampaikan. Dalam hal ini komunikasi diperlukan sekurang-kurangnya 4 komponen atau unsur,
yaitu: (1) Pengirim atau pembawa pesan/ komunikator, (2) Isi Pesan , (3) Penerima
pesan/komunikan, (4) Media/saluran . Pada proses komunikasi yang efektif, komunikator dan
komunikan tidak hanya berkomunikasi yang bersifat linier, tetapi diharapkan juga bersifat sirkuler.
Linear communication model is a process that consists of two straight lines, where the
communication process starts from the communicator and ends at the communicant. The circular
model of communication, on the other hand, is a communication process that not only starts from the
communicator and ends at the communicant, but also pays attention to the feedback from the
communicant, making the model a full circle process. This means that the trainer can be the source
of information at one time and the recipient at another time, vice versa. Participants can be the
recipient of information but also the source of information. So communication is a simultaneous
notice or exchange.
The communication process indicates that the trainee can act both as the recipient of information/
message and the source of information/ message. But the trainer as the actor in the process of
communication still has to control the training process. Therefore the trainer remains as the
communicator, as communicator plays a very important part especially in controlling the course of
communication, so that the message is well received by the recipient (communicant) or the
participants. This is in accordance with the function of communication.
Fungsi komunikasi menurut Gordon I Zinmmerman dalam Thomas M. Scheidel (1976) adalah fungsi
isi, yg melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas kita, dan
fungsi hubungan, yg melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan
orang lain. Sedangkan fungsi komunikasi menurut Thomas M. Scheidel (1976) adalah: “Kita
berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak
sosial, mempengaruhi orang lain untuk merasa, berfikir dan bertindak seperti yg kita inginkan.
The two opinions above indicate that the purpose of communication is for the recipient to understand
and comprehend the message conveyed by the messenger. Trainers are expected to explain the
wish or the idea according to the purpose of the training to the participants with a simple but precise
or accurate way. Here communication process is expected to pay attention to the feedback from the
participants.
Communication is the message conveyed to the communicant (recipient) by the communicator
(source) through certain channels either directly/ indirectly for the purpose of giving impact/ effect to
the communicant as desired by the communicator. It goes through 5 stages, i.e. (1) Interpretation,
(2) Encryption, (3) Delivery, (4) Acceptance, and (5) Feedback. To achieve the objective of
communication, the principles of effective communication are also required. To have a smooth
communication, it is necessary to use the principle of effective communication. Principles include
Respect, Empathy, Audible, Clarity, and Humble.
a. Respek.
Respect adalah perasaan positif atau penghormatan diri kepada lawan bicara. Semua orang
ingin dihargai dan dihormati dan menjadi kebutuhan setiap individu. Untuk itu pelatih diharapkan
menghargai lawan bicara atau dalam hal ini adalah peserta pelatihan.
b. Empati.
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang tengah
dihadapi orang lain. Komunikasi akan terjalin dengan baik sesuai kondisi psikologis lawan
bicara. Ber-Empati artinya pelatih harus menempatkan diri sebagai pendengar yang baik,
bahkan sebelum orang lain mendengarkan kita. Dan pelatih harus mampu merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain dalam hal ini peserta pelatihan.
c. Audible/Dapat Didengar
1. Audible mengandung makna bahwa pesan harus dapat didengarkan dan dimengerti.
Dalam kepentingan ini yang harus dilakukan pelatih adalah:
2. Pesan harus mudah dipahami, menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hindari
bahasa yang tidak dipahami oleh lawan bicara.
3. Pesan disampaikan yang penting, dengan cara menyederhanakan pesan, langsung
saja pada inti persoalan karena sebagian besar orang tidak suka mendengar yang bertele-
tele.
4. Menggunakan bahasa tubuh. Mimik wajah, kontak mata, gerakan tangan dan posisi
badan bisa dengan mudah terbaca oleh lawan bicara.
5. Menggunakan ilustrasi atau contoh. Analogi sangat membantu dalam penyampaian
pesan. Dapat digunakan Ilustrasi dan contoh nyata.
d. Clarity/Jelas.
Clarity adalah kejelasan dari pesan yang kita sampaikan. Pada prinsip ini pelatih menetapkan
tujuan secara jelas sebelum pelaksanaan pelatihan dan menggunakan intonasi suara yang baik.
e. Humble/Rendah Hati
Sikap rendah hati memberikan pamor positif pada komunikator. Dalam kepentingan ini rendah
hati dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk berbicara terlebih dahulu
dan pelatih menjadi pendengar yang baik. Sikap ini membangun rasa hormat dan pada akhirnya
mengembangkan respek kepada peserta.
2. Communication models in training
Komunikasi dalam pelatihan adalah adalah proses penyampaian komunikasi yang dikondisikan
untuk tujuan pelatihan. Proses pelatihan pada hakekatnya adalah proses komunikasi yang
merupakan penyampaian pesan berisi materi-materi pelatihan. Berkaitan dengan hal tersebut dalam
pelatihan diharapkan menggunakan komunikasi model sirkuler, yaitu proses komunikasi yang tidak
hanya berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan, tetapi memperhatikan adanya
feedback dari komunikan, sehingga komunikasi bisa efektif.
Komunikasi efektif dalam pelatihan, diharapkan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal.
Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal/dengan kata atau
secara lisan. Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan tidak menggunakan
kata-kata, tetapi menggunkan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, kontak mata. Bisa juga
dengan penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut dan lain sebagainya.
Komunikasi non verbal akan membantu pelatih untuk menjadi pembicara yang menarik. Dalam
komunikas verbal atau lisan harus didukung dengan cara berbicara seperti intonasi, pemberian
tekanan, kualitas suara, gaya berbicara dan gaya emosi. Selain itu juga menggunakan gerak isyarat,
bahasa tubuh, ekspresi wajah, kontak mata. Dan didukung juga dengan penggunaan objek seperti
pakaian, potongan rambut dan lain sebagainya.
Metode Pelatihan
Pelatihan pada hakikatnya adalah suatu proses belajar mengajar yang mengandung tiga unsur,
yaitu input (bahan mentah yang akan diolah), process (kegiatan mengolah input) dan output (hasil
yang telah diolah). Input pelatihan adalah peserta sebelum mengikuti pelatihan, proses pelatihan
adalah interaksi antara komponen-komponen belajar mengajar yaitu tujuan, bahan, metode, peserta
pelatihan, fasilitas dan penilaian. Output dari pelatihan adalah peserta setelah menerima pelatihan.
Suatu proses dipandang baik apabila kualitas output lebih baik dari pada input. Proses belajar atau
pelatihan adalah suatu perubahan tingkah laku, yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Ini berarti,
hanya dapat dikatakan terjadi proses belajar apabila seseorang menunjukkan tingkah laku yang
tidak sama. Jika ia dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta baru atau ia bisa
melakukan sesuatu, yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Jadi, proses belajar
menempatkan seseorang dari status kemampuan atau kecakapan yang satu kepada
kemampuan/kecakapan yang lain.
Model komunikasi pelatihan merupakan salah satu komponen proses dalam pelatihan karena model
komunikasi pelatihan sebenarnya merupakan penggunaan metode dalam pelatihan. Untuk
memaksimalkan output dalam pelatihan diharapkan metode yang dipilih dalam pelatihanpun sesuai
dengan komponen yang lain, yaitu tujuan, bahan, peserta pelatihan, fasilitas dan penilaian. Jadi
untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada suatu pelatihan, metode pelatihan dan
komunikasi harus mendapat perhatian khusus dalam setiap proses pelatihan.
Pelatih yang baik seharusnya memahami karakteristik peserta pelatihan agar ia sukses dalam
melaksanakan peran mengajarnya. Pelatih diharapkan dapat merencanakan proses belajar
mengajar yang sesuai dengan keadaan dan kepribadian peserta pelatihan. Metode adalah cara
untuk mencapai tujuan sebaik-baiknya. Metode dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu metode
pembelajaran langsung, pembelajaran tidak langsung, pembelajaran interaktif, belajar melalui
pengalaman, dan pembelajaran mandiri.
a. Pembelajaran langsung: pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak
diarahkan oleh pelatih. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun
keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif. Contoh
metode dalam pembelajaran langsung adalah: ceramah, tanya jawab, demonstrasi latihan dan
drill.
b. Pembelajaran tidak langsung: Umumnya berpusat pada peserta pelatihan. Peranan
pelatih bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator. Pelatih mengelola lingkungan
belajar dan memberikan kesempatan peserta pelatihan untuk terlibat. Contoh metode
pembelajaran tidak langsung adalah: inkuiri, studi kasus, pemecahan masalah, peta konsep.
c. Pembelajaran interaktif: Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di
antara peserta pelatihan. Diskusi dan sharing memberi kesempatan peserta pelatihan untuk
bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan pengetahuan pelatih atau temannya
dan untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan merasakan. Contoh merode dalam
pembelajaran interaktif adalah: diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau projek, kerja
berpasangan.
d. Belajar melalui pengalaman: Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif,
berpusat pada peserta pelatihan, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang pengalaman
dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain merupakan faktor kritis
dalam pembelajaran empirik yang efektif. Contoh metode dalam pembelajaran empirik adalah:
bermain peran, observasi/survey, simulasi.
e. Pembelajaran mandiri: Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan
untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada
perencanaan belajar mandiri oleh peserta pelatihan dengan bantuan pelatih. Belajar mandiri
juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil. Contoh metode
dalam pembelajaran mandiri adalah: projek penelitian, belajar berbasis komputer.
a. Metode dalam pembelajaran langsung
Pembelajaran langsung biasanya diidentikkan dengan metode ceramah, dimana pembelajaran ini
disinyalir kurang mengaktifkan peserta. Namun demikian pembelajaran langsung masih dapat
digunakan dengan menggunakan metode tanyajawab, demonstrasi, dan latihan. Selanjutnya dapat
digunakan beberapa cara untuk lebih mengefektifkan pembelajaran langsung, misalnya:
Peserta mereview materi pelatihan yang telah dipelajari dan materi baru disajikan kepada
peserta:
o materi pelatihan telah diatur per bagian
o menggunakan media visual (penting untuk dibaca)
Para peserta berlatih dengan didampingi pelatih.
Para peserta berlatih sendiri-sendiri
Peserta dimonitor perolehan keterampilan/pengetahuannya secara periodik.
Berbagai macam metode yang dapat dikembangkan ketika siswa menerima penjelasan dari
guru antara lain:
1. Contoh dan analogi: Pelatih menyediakan contoh dan ilustarsi yang terkait dengan materi.
Pelatih juga dapat membuat perbandingan antara materi pelatihan dengan pengalaman peserta.
2. Permainan: Pelatih menggunakan permainan dalam pembelajaran. Permainan diharapkan
sesuai dengan topik pelatihan. Contoh permainan misalnya tebak gambar, tebak mesteri dalam
kotak, atau berbagai jenis kuis di TV dapat diterapkan di kelas pelatihan dengan beberapa
modifikasi (misalnya who wants to millioner, gamezone, permainan kata, dll).
3. Kartu respon: Pelatih meminta peserta untuk menjawab pertanyaan pada kartu atau
potongan kertas dengan tidak menuliskan nama atau identitas lain. Dapat dikembangkan
dengan kartu soal ataupun kartu jawab. Pada kartu soal peserta mendapatkan kartu pertanyaan
yang berbeda dan menjawab dengan angkat tangan; gunakan pertanyaan terbuka, produktif
atau imajinatif. Pada kartu jawab peserta mendapatkan kartu jawab, ia angkat tangan saat
kartunya cocok dengan pertanyaan pelatih; gunakan pertanyaan terbuka, produktif atau
imajinatif.
4. Poling: Pelatih melakukan survey yang singkat untuk memperoleh data secara cepat. Hal ini
dapat dilakukan dengan survey verbal misalnya dengan meminta peserta mengangkat tangan
atau mengangkat kartu jawaban
5. Permasalahan: Pelatih mengajukan permasalahan yang terkait dengan topik pelatihan.
6. Demonstrasi: Pelatih ataupun peserta dapat mendemonstrasikan sesuatu sesuai topik
dengan menggunakan gerak tubuh ataupun alat peraga.
7. Reviu koran atau berita: peserta diminta mereview koran atau berita pada bacaan lain.
8. Curah pendapat: peserta diminta untuk berpendapat tentang sesuatu sesuai topik
pelatihan. Pendapat-pendapat itu ditampung untuk diambil kesimpulan bersama tentang
permasalahan yang dibahas.
Metode yang dapat dikembangkan setelah peserta menerima penjelasan dari pelatih antara
lain:
1. Berbagi catatan: setelah serangkaian kegiatan peserta pelatihan membandingkan hasil
catatannya dengan catatan rekannya yang lain
2. Tanya jawab: peserta diberikan kesempatan untuk bertanya terkait dengan konsep dan
aplikasinya. Jika tidak ada pertanyaan dari peserta, pelatih dapat memancing dengan bertanya
pada peserta.
3. Headline: pelatih meringkas pelajaran dengan kata-kata kunci agar mudah diingat.
Metode untuk mengetahui penguasaan peserta terhadap konsep yang telah dipelajari
1. One minute paper: kegiatan ini dapat dilakukan di akhir pelatihan. Mintalah peserta
mengeluarkan secarik kertas. Ajukan sebuah pertanyaan terbuka atau tertutup terkait konsep
yang telah dipelajari. Berikan waktu satu atau dua menit bagi peserta untuk menjawabnya.
2. Refleksi: mintalah satu atau dua peserta maju di depan kelas dan menceriterakan kesan
terhadap pembelajaran. Refleksi juga dapat memancing perasaan dan kesulitan peserta dalam
mengikuti pembelajaran.
3. Quis: peserta mengajukan beberapa masalah atau soal terkait konsep dan meminta peserta
menjawabnya. Quis dapat dilakukan dengan menyertakan nama peserta maupun tidak
mencantumkan nama. Quis juga bisa digunakan dengan adu cepat, teka-teki atau sejenisnya.
Quis dapat dilakukan secara lisan; gunakan pertanyaan terbuka, produktif, imajinatif.
4. Turnamen: secara berkelompok peserta berkompetisi untuk menyelesaikan masalah yang
terkait dengan konsep yang telah dipelajari. Kelompok peserta yang memenangkan turnamen
mendapatkan reward tertentu.
5. Review: Minta peserta untuk mereview isi pelajaran dengan yang lain atau memberi mereka
tes skor review.
b. Pembelajaran tidak langsung
1. Metode Inkuiri: peserta melakukan pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan,
mengajukan mengajukan pertanyaan. Selanjutnya peserta merumuskan dugaan, dan
mengumpulkan data. Berdasarkan data yang diperoleh, peserta diminta untuk menyimpulkan.
2. Metode memecahkan masalah: Setiap peserta diminta untuk merumuskan masalah
dengan jelas dan ringkas. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan masalah.
Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan (fakta dan pengetahuan). Menentukan berbagai
pemecahan masalah. Memilih pemecahan yang paling sesuai. Menguji pemecahan masalah
yang dipilih. Menilai hasil pemecahan masalah.
3. Metode berdagang: Setiap peserta menuliskan satu hal (misal, pengalaman, ide kreatif,
pertanyaan, pendapat atau yang lain) pada sepotong kertas. Setiap peserta menempelkan hasil
tulisan pada bajunya. Berkeliling untuk menjual dan membeli (membaca) hasil teman lain.
Tetapkan aturan bahwa setiap hasil kerja harus dijual dan dibeli. Secara klasikal, secara
bergiliran peserta menyampaikan hasil perdagangannya. Penguatan oleh pelatih.
4. Analisa studi kasus: kepada peserta diberikan kasus yang harus dipecahkan baik secara
individual maupun secara berkelompok berdasarkan data, fakta atau konsep yang telah
dipelajari di kelas.
5. Mengevaluasi hasil kerja teman: dapat dilakukan setelah mengembangkan suatu produk.
Umumnya peserta menggunakan rubrik untuk mengevaluasi hasil kerja temannya
c. Metode dalam pembelajaran interaktif
1. Diskusi kelompok: Pelatih meminta peserta berkelompok dengan anggota tiga atau lebih
untuk berbagi informasi.
2. Think, pair and share: ajukan permasalahan pada peserta. Berikan kesempatan 2-5 menit
untuk berfikir sendiri think. Setelah selesai mintalah mereka mendiskusikan masalah yangsama
dengan peserta di sebelahnya selama 3-5 menit (pair). Akhirnya pilihlah satu pasangan untuk
mengemukakan pendapat mereka di depan kelas (share).
3. Metode Investigasi Kelompok: peserta membentuk kelompok. Pelatih memanggil ketua-
ketua kelompok untuk diberi materi/tugas yang berbeda.Setiap kelompok membahas tugas yang
diberikan secara kooperatif dan melakukan investigasi. Setelah selesai diskusi, lewat juru
bicaranya kelompok menyampaikan hasil pembahasan. Pelatih memberikan penguatan.
4. Metode TGT (Team Game Tournament): Pelatih menyajikan materi baru. Peserta
membentuk kelompok belajar secara heterogen. Setiap kelompok mengikuti turnamen
akademik. Setiap peserta mewakili kelompoknya pada kegiatan turnamen. Beri penghargaan
terhadap kelompok yang menang.
5. Metode Jigsaw: Pelatih menyiapkan tugas sebanyak jumlah kelompok. Peserta
berkelompok dengan jumlah anggota sama dengan jumlah kelompok (peserta harus hafal
anggotanya). Setiap peserta dalam kelompok diberi bagian materi yang berbeda. Peserta dari
berbagai kelompok yang memperoleh tugas yang sama membentuk kelompok baru dan
mendiskusikan bagiannya. Setelah selesai diskusi dengan kelompok ahli, tiap anggota kembali
ke kelompok asal dan bergantian mengajar/melaporkan hasil diskusi kepada anggota kelompok
yang lain. Secara acak peserta menyampaikan seluruh tugas yang diberikan pelatih. Penguatan
6. Metode Debat: Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lain
kontra. Setiap kelompok membaca materi yang akan didebatkan. Pelatih menunjuk satu
anggota pro untuk berbicara dan ditanggapi oleh anggota kelompok kontra, demikian
seterusnya. Pelatih menuliskan ide/gagasan dari setiap pembicaraan di papan tulis sampai
sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi. Pelatih menambahkan ide yang belum terungkap.
Dari data-data di papan tulis, pelatih mengajak peserta membuat kesimpulan/rangkuman yang
mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai.
7. Metode STAD (Student Team Achievement Division): Pembelajaran oleh pelatih. Peserta
membentuk kelompok. Tiap kelompok mendiskusikan permasalahan yang diterima (tiap peserta
harus memahami jawaban kelompoknya). Salah seorang dari setiap kelompok mengerjakan
soal-soal (kuis). Nilai setiap anggota menentukan nilai kelompok. Penguatan.
8. Kelompok belajar kolaboratif: peserta dibentuk dalam kelompok heterogen 3-6 orang.
Mintalah salah satu peserta menjadi pemimpinnya dan satu yang lain menjadi pencatat. Berikan
kesempatan pada peserta untuk belajar secara berkolaborasi. Hasil kelompok berupa laporan
tertulis.
9. Belajar berpasangan: Pelatih meminta peserta untuk mengerjakan tugas atau berdiskusi
dengan teman di dekatnya secara berpasangan. Belajar berpasangan cocok untuk mengerjakan
tugas yang rumit.
d. Metode belajar melalui pengalaman
1. Bermain peran: masing-masing kelompok diminta merancang permainan peran
berdasarkan konsep yang sedang dipelajari. Kelompok yang satu menanggapi hasil permainan
peran kelompok yang lain.
2. Simulasi/latihan praktek: setelah peserta belajar tentang keterampilan motorik tertentu,
secara acak peserta diminta untuk mempraktikkan keterampilan yang telah dipelajari di depan
kelas.
e. Metode pembelajaran mandiri
Metode Projek: Metode projek adalah suatu cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari masalah dimana pemecahannya memerlukan tinjauan dari berbagai segi. Dasar pemikiran penggunaan metode ini adalah masalah hanya bisa diselesaikan dengan berbagai segi atau ilmu. Untuk itu hanya pada masalah-masalah yang memerlukan pemecahan unit yang dapat digunakan metode projek.
3. Components of basic skills in teaching /
training
Pelatih dalam interaksi atau dalam tatap muka dengan peserta pelatihan memerlukan sejumlah
keterampilan dasar mengajar. Hal ini mutlak perlu untuk membantu pelatih dalam menjalankan
tugas pelatih dalam interaksi edukatif. Keterampilan dasar mengajar pelatih tidak bedanya dengan
guru yang mengajar di kelas. Keterampilan dasar yang harus dimiliki, yaitu:
a. Keterampilan dasar membuka dan menutup pelajaran.
b. Keterampilan dasar menjelaskan
c. Keterampilan dasar bertanya.
d. Keterampilan dasar membuat variasi.
e. Keterampilan dasar memberi penguatan.
f. Keterampilan dasar mengelola kelas.
g. Keterampilan dasar membimbing diskusi kelompok kecil.
h. Keterampilan dasar mengajar secara perorangan.
i. Keterampilan dasar kelompok kecil
a. Keterampilan Dasar Membuka dan Menutup Pelajaran
Pengertian dan Tujuan
Membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan pelatih untuk menciptakan suasana siap mental dan
menimbulkan perhatian peserta agar terpusat kepada apa yang akan dipelajari. Sedangkan
menutup pelajaran adalah kegiatan pelatih dalam mengakhiri inti pelajaran, yaitu memberikan
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari peserta, mengetahui peserta, dan tingkat
keberhasilan pelatih dalam proses pelatihan. Kegiatan membuka dan menutup pelajaran
mempunyai tujuan:
1. Menarik perhatian dan memotivasi dalam pengerjaan tugas yang dihadapi.
2. Memungkinkan peserta mengetahui batas tugas yang akan dikerjakan.
3. Peserta dapat mengetahui pendekatan yang akan digunakan.
4. Memungkinkan peserta mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang
dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.
5. Memberi kemungkinan peserta untuk menggabungkan fakta, keterampilan, dan konsep-
konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa.
6. Memungkinkan peserta mengetahui tingkat keberhasilannya.
Komponen Keterampilan Dasar Membuka Pelajaran
Membuka pelajaran dapat dilakukan dengan:
1. Menarik perhatian peserta.
Beberapa cara yang dapat digunakan pelatih untuk menarik perhatian peserta, antara lain:
a. Menggunakan variasi gaya melatih dan pola interaksi.
b. Penggunaan alat-alat bantu melatih.
2. Memotivasi.
Menimbulkan motivasi dapat dikerjakan dengan cara antara lain:
a. Menunjukkan kehangatan dan keantusiasan.
b. Menimbulkan rasa ingin tahu.
c. Mengemukakan ide-ide yang bertentangan.
d. Memperhatikan minat peserta.
3. Memberikan acuan
Memberikan acuan merupakan usaha memberikan gambaran yang jelas mengenai hal yang
akan dipelajari dengan cara memasukkan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif
yang relevan, dengan cara:
a. Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas.
b. Menyarangkan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok
yang akan dibahas.
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
4. Membuat kaitan.
Beberapa usaha pelatih dalam membuat kaitan antara lain:
a. Membuat kaitan antara aspek-aspek yang relevan dari materi pelatihan yang dikenal
peserta.
b. Pelatih membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang telah diketahui.
c. Menjelaskan konsepnya terlebih dahulu baru kemudian uraian secara rinci.
Komponen Keterampilan Dasar Menutup Pelajaran
Menutup pelajaran dimaksudkan untuk memperoleh gambaran utuh pada akhir kegiatan, dan untuk
mengetahui tingkat pencapaian peserta atau tingkat keberhasilan peserta. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan pelatih dalam menutup pelajaran, antara lain:
1. Meninjau kembali penguasan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat
ringkasan.
2. Mengevaluasi dengan berbagai bentuk evaluasi, misalnya:
a. Mendemontrasikan keterampilan.
b. Meminta peserta mengaplikasikan ide baru dalam situasi lain.
c. Mengeksplorasikan pendapat peserta sendiri.
d. Memberikan soal-soal tertulis.
Prinsip-prinsip Penggunaannya
Berapa prinsip yang perlu dipertimbangkan oleh pelatih dalam membuka dan menutup pelajaran
adalah:
1. Kebermaknaan
2. Untuk menarik perhatian atau motivasi peserta, pelatih harus memilih cara yang relevan
dengan isi dan tujuan pelajaran.
3. Berurutan dan berkesinambungan.
4. Aktivitas yang ditempuh pelatih dalam mengenalkan dan merangkum pokok-pokok pelajaran
hendaknya merupakan bagian yang utuh, kaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang
lain atau dengan pengalaman peserta harus jelas.
b. Keterampilan Dasar Menjelaskan
Pengertian
Menjelaskan/menerangkan adalah menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sismatik
untuk menunjukan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penekanan memberikan
penjelasan ialah proses penalaran peserta dan bukan indoktrinasi. Contohnya: memberikan
gambaran tentang suatu keadaan, mengungkapkan sebab-sebab suatu kejadian dan sebagainya.
Keberhasilan menerangkan ditandai oleh terbentuknya pengertian peserta terhadap suatu hal.
Struktur bahan pengajaran dalam rangka menerangkan biasanya direncanakan sedemikian rupa
agar dapat dikendalikan. Keterangan logika, keterampilan mengungkapkan bahan dan strategi
penyusunan bahan merupakan prosedur utama untuk menerangkan.
Menjelaskan tidak terlupa dari usaha mengadakan hubungan antara hal yang sudah diketahui dan
yang belum diketahui. Penjelasan yang lengkap selalu disertai bukti dan sebab akibatnya yang
didasarkan pada hubungan logis antara generalisasi, ketentuan-ketentuan, kenyataan-kenyataan
sesuai dengan sistem persepsi peserta. Tujuan keterampilan menjelaskan adalah:
Tujuan keterampilan menjelaskan adalah:
1. Memberikan pengertian kepada orang lain.
2. Membuat peserta berfikir secara logis dan sistematis.
3. Melatih peserta berfikir berdasarkan sebab-sebab dan alasan-alasan.
4. Melatih peserta mandiri di dalam mengambil keputusan.
5. Menanamkan sikap yakni bahwa cara berfikir benar.
6. Menuntun peserta kepada pengertian yang jelas dalam memecahkan pertanyaan: “Apa”
“Mengapa” dan “Bagaimana”.
7. Melibatkan peserta dalam berfikir memecahkan masalah.
8. Untuk memperoleh umpan balik dari peserta berdasarkan tingkat pengertiannya.
9. Membantu peserta menggunakan proses penularan dan bukti-bukti dalam memecahkan
masalah.
Komponen keterampilan dasar menjelaskan
Dalam merencanakan komponen keterampilan menjelaskan meliputi :
1. Merencanakan penjelasan
Merencanakan penjelasan perlu diperhatikan isi pesan yang akan disampaikan dan kesiapan
penerima pesan. Yang berhubungan dengan isi pesan (materi), mencakup :
a. Menganalisis masalah secara keseluruhan.
b. Menentukan jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur yang dikaitkan.
c. Menggunakan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang
telah ditentukan.
Yang berhubungan dengan penerima pesan (peserta), perlu diperhatikan adalah kepada siapa
penjelasan itu akan disajikan, misalnya usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosial,
dan lingkungan belajar peserta. Sehingga yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan
penerima pesan ini adalah :
d. Penjelasan harus cukup relevan dengan permasalahan peserta
e. Penjelasan harus mudah diterima oleh peserta.
f. Penjelasan harus cocok dengan khazanah pengetahuan peserta pada saatnya.
2. Menyajikan penjelasan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyajikan suatu penjelasan adalah:
a. Kejelasan, yang dapat dicapai dengan :
Bahasa yang diucapkan harus jelas kata-katanya, ungkapannya, maupun
suaranya.
Pembicaraan harus lancar dengan menghindari kata-kata yang tidak perlu,
misalnya “ee”, “aa”, dan lain sebagainya.
Kalimat disusun dengan tata bahasa yang baik dengan menghindari kalimat
yang tidak lengkap.
Istilah-istilah teknis atau istilah baru harus didefinisikan dengan jelas.
Menggunakan waktu diam sejenak (senyap) untuk melihat apakah yang
dijelaskan itu telah dimengerti oleh siswa.
b. Menggunakan contoh dan ilustrasi, meliputi penggunaan
Induktif : Contoh/ilustrasi konsep/generalisasi.
Deduktif: Konsep/generalisasi contoh/ilustrasi
c. Memberikan penekanan, meliputi penggunaan variasi suara, mimik, gerak, ikhtisar,
pengulangan, memberi tanda dan sebagainya.
d. Hal tersebut untuk menunjukan bagian yang penting yang perlu mendapat perhatian
dari pada orang lain.
e. Pengorganisasian, meliputi membuat hubungan antara contoh dan generalisasi yang
jelas serta memberikan ikhtisar selama atau pada akhir sajian.
f. Umpan balik, meliputinya adanya perubahan tingkah laku peserta dan memberikan
kesempatan kepada peserta untuk menjawab pertanyaan pelatih serta mengajukan
pendapat apakah penjelasan yang diberikan oleh pelatih memberikan manfaat bagi peserta.
Keterampilan Dasar Bertanya
Pengertian dan Tujuan
Bertanya dapat diartikan sebagai ucapan yang disampaikan dengan maksud meminta respon dari
orang lain. Dalam proses pengajaran respon yang diberikan mencerminkan sampai dimana tingkat
pengetahuan peserta. Jadi bertanya dalam pembelajaran penting karena tingkat kemampuan pelatih
dalam mengajukan pertanyaan yang efektif akan merupakan stimulus yang akan merangsang dan
akan mendorong kemampuan berpikir peserta.
Tujuan bertanya antara lain :
1. Merangsang kemampuan berpikir peserta.
2. Membantu peserta dalam belajar.
3. Mengarahkan peserta pada tingkat interaksi belajar yang mandiri.
4. Meningkatkan komponen berfikir peserta dari komponen berfikir tingkat rendah ke tingkat
yang lebih tinggi.
5. Membantu peserta dalam mencapai tujuan pelajaran yang disampaikan.
Komponen Keterampilan Dasar Bertanya
1. Keterampilan tingkat dasar
Komponen yang termasuk dalam keterampilan dasar bertanya meliputi:
a. Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat.
b. Perincian dalam, supaya peserta dapat menjawab dengan tepat, dalam mengajukan
pertanyaan pelatih perlu memberikan informasi-informasi yang menjadikan contoh
pertanyaan.
c. Pemusatan ke arah jawaban yang diterima
d. Pemusatan dapat dikerjakan dengan cara: memberikan pertanyaan yang luas
(terbuka) yang kemudian mengubahnya menjadi pertanyaan yang sempit.
e. Pemindahan giliran menjawab.
f. Pemindahan giliran menjawab dapat dikerjakan dengan cara meminta peserta yang
berbeda untuk menjawab yang sama.
g. Penyebaran pertanyaan
Untuk maksud tertentu pelatih dapat melemparkan pertanyaan ke seluruh kelas, ke peserta
tertentu atau menyebarkan peserta ke peserta yang lain.
h. Pemberian waktu berfikir
Dalam mengajukan pertanyaan pelatih harus berdiam diri sesaat sebelum menunjukkan
peserta merespon pertanyaannya.
i. Pemberian tuntunan
Bagi peserta yang mengalami kesukaran dalam menjawab pertanyaan strategi pemberian
tuntunan perlu dikerjakan. Strategi itu meliputi pengungkapan pertanyaan dengan bentuk
atau cara yang lain, mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana, dan mengulangi
penjelasan-penjelasan sebelumnya.
2. Keterampilan Tingkat Lanjutan, ditambahkan komponen:
a. Pengubahan tuntunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan.
b. Untuk mengembangkan kemampuan berfikir peserta diperlukan pengubahan
tuntunan tingkat kognitif pertanyaan (ingat, pemahaman, penerapan, analisis sistetis, dan
evaluasi)
c. Pengaturan urutan pertanyaan.
d. Pertanyaan yang diajukan haruslah mempunyai urutan yang logis.
e. Penggunaan pertanyaan pelacak.
f. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta yang berkaitan dengan
jawaban yang dikemukakan, keterampilan melacak perlu dipunyai oleh pelatih. Melacak
dapat dikerjakan dengan meminta peserta untuk memberikan penjelasan tentang
jawabannya, memberikan alasan, memberikan contoh yang relevan, dan sebagainya.
g. Keterampilan mendorong terjadinya interaksi antar peserta.
d. Keterampilan Dasar Memberi Penguatan
Pengertian dan Tujuan
Penguatan ada dua macam, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif
adalah tingkah laku pelatih dalam merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu dari peserta
yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali. Sedangkan penguatan negatif adalah
pengurangan hingga penghilangan suatu stimulus yang tidak menyenangkan untuk mendorong
terulang kembali suatu tingkah laku yang timbul yang sebagai akibat dari pengurangan atau
penghilangan tersebut.
Tujuan penguatan adalah:
1. Meningkatkan perhatian peserta.
2. Melancarkan/memudahkan proses pembelajaran.
3. Membangkitkan dan mempertahankan motivasi.
4. Mengontrol atau mengubah sikap dan tingkah laku yang mengganggu.
5. Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar.
6. Mengarahkan kepada cara berfikir yang baik/divergen dan inisiatif pribadi.
Pemberian penguatan diberikan pada saat:
1. Perhatian pada pelatih, kawan, atau objek diskusi.
2. Tingkah laku belajar, membaca, pekerjaan di papan tulis.
3. Penyelesaian hasil pekerjaan
4. Kualitas pekerjaan/tugas (kerapian, keindahan)
5. Perbaikan/penyempurnaan tugas.
6. Tugas-tugas mandiri
Komponen Keterampilan Dasar Penguatan
Penggunaan komponen keterampilan dalam kelas harus bersifat selektif berhati-hati, disesuaikan
dengan usia peserta, tingkat kemampuan, kebutuhan serta latar belakang, tujuan dan sifat tugas.
Pemberian penguatan harus bermakna dari peserta.
Beberapa komponen keterampilan memberi penguatan adalah:
1. Penguatan Positif
a. Penguatan verbal
Penguatan verbal dapat berupa kata-kata kalimat yang diucapkan guru. Contoh, “baik”,
“bagus”, “tepat”, “saya sangat menghargai pendapatan”, “pikiranmu sangat cerdas”, dan
lain-lain.
b. Penguatan gestural
Penguatan ini diberikan dalam bentuk mimik, gerakan wajah atau anggota badan yang
dapat memberikan kesan kepada siswa. Misal : Mengangkat alis, tersenyum, kerlingan
mata, tepuk tangan, anggukan tanda setuju, menaikkan ibu jari tanda “jempolan”, dan lain-
lain.
c. Penguatan dengan cara mendekati
Penguatan ini dikerjakan dengan cara mendekati siswa untuk menyatakan perhatian pelatih
terhadap pekerjaan, tingkah laku atau penampilan peserta. Misalnya: pelatih duduk dalam
kelompok, berdiri disamping peserta. Seringkali pelatih mendekati peserta diberikan untuk
memperkuat pengetahuan yang bersifat verbal.
d. Penguatan dengan sentuhan
Pelatih dapat menyatakan penghargaan kepada peserta dengan menepuk pundak peserta,
menjabat tangan peserta atau mengangkat tangan peserta.
e. Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan
Penguatan ini dapat berupa meminta peserta membantu temannya bila dia selesai
mengerjakan pekerjaan terlebih dahulu dengan tepat, peserta diminta memimpin kegiatan
dan lain-lain.
f. Penguatan berupa tanda atau benda
Penguatan bentuk ini merupakan usaha pelatih dalam menggunakan bermacam-macam
simbol penguatan untuk menunjang tingkah laku peserta yang positif. Bentuk penguatan ini
antara lain: komentar tertulis dalam buku pekerjaan, pemberian prangko, data uang koleksi,
bintang, persen dan sebagainya.
2. Penguatan negatif
Cara yang dilakukan dalam penguatan negatif sama dengan pemberian penguatan positif,
hanya saja yang dilakukan yang tidak menyenangkan bagi peserta supaya dapat mengurangi
atau menghilangkan tindakan peserta.
Cara menggunakan komponen:
1. Bervariasi
2. Pemberian penguatan lebih baik diberikan secara langsung dan segera.
3. Untuk keperluan tertentu penggunaan penguatan tidak pernah dapat diberikan. Misalnya
kepada peserta yang menjawab salah, penguatan diberikan pada usaha peserta dalam
menjawab dan bukan pada kualitas jawaban. Perbuatan pelatih ini segera dilanjutkan dengan
meminta peserta pertama untuk menirukan jawaban atau memberikan pertimbangan kepada
jawaban temannya.
4. Memberikan penguatan merupakan tingkah laku yang mudah untuk diucapkan dan sukar
dilakukan. Oleh karena itu, latihan-latihan yang intensif dikerjakan oleh calon pelatih.
e. Keterampilan Dasar Menggunakan Variasi
Pengertian dan Tujuan
Menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan pelatih dalam konteks proses pelatihan yang
bertujuan mengatasi kebosanan peserta, dalam mengikuti pelatihan, sehingga dalam proses
belajarnya peserta senantiasa menunjukan ketekunan, keantusiaan serta berperan secara aktif.
Kegunaan dalam kelas untuk:
1. Memelihara dan meningkatkan peserta terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek
belajar.
2. Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan
investigasi dan eksplorasi.
3. Membentuk sikap positif terhadap pelatih.
4. Kemungkinan dilayaninya peserta secara individual sehingga memberi kemudahann belajar.
5. Mendorong aktivitas belajar yang melibatkan peserta dalam berbagai kegiatan. Belajar,
menarik dan berguna dalam berbagai tingkat kognitif.
Komponen keterampilan mengadakan variasi
1. Variasi dalam gaya mengajar pelatih.
Variasi gaya mengajar pelatih meliputi komponen-komponen:
a. Variasi suara: keras lemah, cepat lambat, tinggi rendah, besar kecil.
b. Pemusatan perhatian. Pemusatan perhatian dapat dikerjakan secara verbal, isyarat
atau dengan menggunakan modal.
c. Kesenyapan. Pada saat pelatih menerangkan seringkali diperhatikan kegiatan
berhenti sejenak secara tiba-tiba.
d. Ada kalanya diam sejenak diperlukan apabila pelatih akan berpindah dari segman
mengajar ke segman mengajar yang lain.
e. Kontak Pandang. Untuk meningkatkan hubungan dengan siswa dan menghindari
hal-hal yang bersifat impersonal, maka kontak pandang perlu dikerjakan selama proses
pengajaran
f. Gerakan badan dan lirik: Perubahan ekspersi wajah, gerakan kepala, badan, sangat
penting dalam proses komunikasi
g. Perubahan posisi pelatih. Perhatian peserta dapat ditingkatkan melalui perubahan
posisi pelatih dalam proses interaksi komunikasi.
2. Variasi penggunaan media dan bahan pengajaran.
Variasi di dalam setiap jenis media atau variasi antara jenis media perlu diperhatikan dalam
proses belajar mengajar.
3. Variasi pola interaksi dan kegiatan peserta.
Rentangan interaksi dapat bergerak diantara dua kutup yang ekstrim yakni pelatih sebagai pusat
kegiatan dan peserta sebagai pusat kegiatan. Perubahan interaksi diantara kedua kutup tadi
akan berakibat pada pola kegiatan yang dialami peserta. Dari uraian tersebut di atas, jelas
bahwa keterampilan menggunakan variasi bersifat lebih luas jika dibandingkan dengan
keterampilan memberi penguatan dan keterampilan bertanya.
Prinsip-prinsip yang perlu dipahami
Prinsip-prinsip yang perlu alami penggunaan variasi antara lain:
1. Perubahan yang digunakan harus lancar dan tepat.
2. Pengguanaan teknik variasi harus lancar dan tepat.
3. Penggunaan komponen-komponen variasi harus benar-benar terstuktur dan direncanakan
sebelumnya.
4. Penggunaan komponen variasi harus fleksibel dan spontan berdasarkan feedback peserta
f. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengertian
Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pelatihan dapat
berlangsung secara optimal. Hal ini berbeda dengan pengelolaan pembelajaran, yaitu kegiatan
mengajar itu sendiri yang melibatkan secara lansung komponen materi, metode, dan alat bantu
mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran.
Contoh masalah pengelolaan pembelajaran misalnya tujuan pembelajaran tidak jelas, materi
pelajaran terlalu mudah atau terlalu sulit, media atau metode pembelajaran tidak sesuai, urutan
materi tidak sistematis, penilaian tidak jelas, dan lain sebagainya. Sedangkan contoh masalah
pengelolaan kelas adalah peserta mengantuk, peserta ramai, peserta tidak mengerjakan tugas,
peserta senang mengganggu teman, kursi banyak yang rusak, ruang kelas kotor, dan masih banyak
contoh lain.
Mengelole kelas merupakan fungsi pelatih sebagai manajer. Manajemen artinya sebagai
penyelenggaraan atau pengurusan supaya yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan
efesien. Sehingga dalam hal ini fungsi pelatih sebagai manajer adalah sebagai pengorganisasi atau
pengelola. Sedangkan tujuan mengelola kelas adalah: (1) ntuk menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal, (2) mengembalikan bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.
Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Macam-macam pendekatan pengelolaan kelas adalah :
1. Pendekatan perubahan tingkah laku.
2. Pendekatan iklim sosial.
3. Pendekatan kelompok.
Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku
Pendekatan pengubahan perilaku bertolak dari psikologi tingkah laku dengan anggapan dasar
bahwa tingkah laku manusia yang baik maupun yang buruk, dalam batas tertentu merupakan hasil
belajar. Dengan demikian maka tingkah laku manusia tersebut dapat dimodifikasi.
Modifikasi tersebut antara lain menggunakan teknik penguatan positif, penguatan negatif,
penghapusan, dan hukuman. Penguatan positif adalah respons terhadap suatu tingkah laku, yang
dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali tingkah laku tersebut. Penguatan negatif
adalah pengurangan hingga penghilangan stimulus yang tidak menyenangkan untuk mendorong
terulang kembali suatu tingkah laku yang timbul sebagai akibat dari pengurangan atau penghilangan
tersebut.
Prinsip penggunaan:
1. Menghindari pemberian stimulus yang menyakitkan.
2. Sasaran jelas
3. Pemberian penguatan dengan segera.
4. Menyajikan stimulus dengan bervariasi.
5. Rasa antusias
6. Dikombinasikan dengan teknik lain.
Pendekatan Iklim Sosial (Iklim Sosial-Emosional)
Pendekatan iklim sosial-emosional bertolak dari psikologi klinis dan konseling, dengan anggapan
dasar bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien apabila ada hubungan sosial-
emosional yang baik antara pelatih dengan peserta dan peserta dengan peserta. Hal tersebut dapat
diupayakan pelatih dengan cara:
1. Sikap terbuka.
2. Sikap menerima dan menghargai peserta
3. Sikap empati
4. Sikap membicarakan situasi pelanggaran dan pelaku pelanggaran.
5. Sikap demokratis
Pendekatan Proses Kelompok
Pendekatan proses kelompok bertolak dari psikologi sosial dan dinamika kelompok, dengan
anggapan dasar bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien berlangsung dalam
konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Untuk itu tugas pelatih disini adalah menciptakan
kelompok kelas yang mempunyai ikatan yang kuat serta dapat bekerja secara efektif dan efisien.
Untuk menciptakan suasana ikatan kelompok yang baik perlu adanya pembentukan tujuan yang
sama dalam kelompok, aturan yang jelas untuk mengikat peserta menjadi kelompok, dan
kepemimpinan pelatih dalam kelompok. Dan untuk memelihara suasana kerja kelompok yang sehat
pelatih perlu melakukan misalnya:
1. Mendorong dan memeratakan partisipasi
2. Mengusahakan kompromi.
3. Mengurangi ketegangan.
4. Memperjelas komunikasi.
5. Mengatasi pertentangan antar pribadi atau kelompok.
6. Menunjukkan bahwa kehadiran peserta adalah fisik dan psikis.
7. Menerangkan sangsi.
Daftar BacaanArend, Ricard. 1997. Classroom Instructional Management. New York: The Mc
Graw-Hill Company.
Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart.* 2013. Komunikasi dan Perilaku Manusia
(Edisi Kelima), terjemahan Ibnu Hamad. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Bahri Syaeful dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Budimansyah, D. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio.
Bandung: Genesindo.
Joyce, B. and Weil, M. (1980) Models of Teaching. Englewood Cliffs, New
Jersey: Prentice-Hall Inc.
Sanjaya Wina. 2007. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Thomas M. Sheidel. 1976. Speech Communication and Human Interaction. 2nd
Edition. Glenville, III. Scott, Foresman & Co.