materi uts.doc

23
MATERI UTS PAK ZAI MATERI 1 Pengertian Model Mengajar adalah tugas utama bagi seorang guru. Oleh karena itu keefektifannya akan banyak tergantung pada guru mampu melaksanakan aktivitas mengajar secara baik. Faktor yang mempengaruhi guru mengajar terutama faktor yang ada dalam diri guru itu sendiri. Dalam dunia pengajar telah dikenal berbagai model pengajar. Model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan atau Barang atau benda tiruan dari barang atau benda sesungguhnya, seperti globe. Model adalah pola atau desain. Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna model, desain, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Bentuknya dapat berupa model fisik (maket, bentuk prototipe), model citra (gambar rancangan, citra komputer), (Wikipedia, 2014). Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide- ide dalam bentuk yang disederhanakan dari kondisi atau fenomena alam. Model berisi informasi- informasi tentang suatu fenomena yang dibuat dengan tujuan untuk mempelajari fenomena sistem yang sebenarnya. Model dapat merupakan tiruan dari suatu benda, sistem atau kejadian yang sesungguhnya yang hanya berisi informasi- informasi yang dianggap penting untuk di telaah (Unhas, 2014). Model menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1984:75) adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan di buat atau dihasilkan. Sedangkan menurut Simamarta (1983: 11 – 12) adalah abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat prosentase yang bersifat menyeluruh.atau model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya. Jadi dapat saya simpulkan bahwa model adalah sebuah pola atau contoh abstraksi dari sistem realitas(sebenarnya) yang kemudian di gambarkan dengan sederhana yang hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan yang sebenarnya. 2.2 Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Keberhasilan pencapai tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Secara umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup.dapat dirumuskan bahwa pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran adalah upaya fasilitasi yang dilakukan oleh pendidik dan guru agar pebelajar (siswa) dengan mudah dapat belajar sendiri. Pembelajaran adalah proses membelajarkan peserta didik karena pembelajaran adalah “upaya fasilitasi”, maka peran guru (pendidik) adalah sebagai fasilitator, fasilitator adalah orang yang tugasnya memberikan kemudahan- kemudahan dalam proses peserta didik. (Sad’un Akbar, 2010. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran IPS). Pengertian Pembelajaran Menurut Beberapa Ahli: 1. Warsita (2008:85) “Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”. 2. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. 3. Sudjana (2004:28) “Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”. 4. Corey (1986:195) “Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons

Upload: ardy-candra

Post on 26-Dec-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MATERI UTS.doc

MATERI UTS PAK ZAI

MATERI 1Pengertian Model

Mengajar  adalah tugas utama bagi seorang guru. Oleh karena itu keefektifannya akan banyak tergantung pada guru mampu melaksanakan aktivitas mengajar secara baik. Faktor yang mempengaruhi guru mengajar terutama faktor yang ada dalam diri guru itu sendiri. Dalam dunia pengajar telah dikenal berbagai model pengajar. Model  dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan atau Barang atau benda tiruan dari barang atau benda sesungguhnya, seperti globe.

Model adalah pola atau desain. Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna model, desain, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Bentuknya dapat berupa model fisik (maket, bentuk prototipe), model citra (gambar rancangan, citra komputer), (Wikipedia, 2014).

Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide- ide dalam bentuk yang disederhanakan dari kondisi atau fenomena alam. Model berisi informasi- informasi tentang suatu fenomena yang dibuat dengan tujuan untuk mempelajari fenomena sistem yang sebenarnya. Model dapat merupakan tiruan dari suatu benda, sistem atau kejadian yang sesungguhnya yang hanya berisi informasi- informasi yang dianggap penting untuk di telaah (Unhas, 2014).

Model menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1984:75) adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan di buat atau dihasilkan. Sedangkan menurut Simamarta (1983: 11 – 12) adalah abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat prosentase yang bersifat menyeluruh.atau model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya. Jadi dapat saya simpulkan bahwa model adalah sebuah pola atau contoh abstraksi dari sistem realitas(sebenarnya) yang kemudian di gambarkan dengan sederhana yang hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan yang sebenarnya. 2.2 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Keberhasilan pencapai tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Secara umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup.dapat dirumuskan bahwa pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pembelajaran adalah upaya fasilitasi yang dilakukan oleh pendidik dan guru agar pebelajar (siswa) dengan mudah dapat belajar sendiri. Pembelajaran adalah proses membelajarkan peserta didik karena pembelajaran adalah “upaya fasilitasi”, maka peran guru (pendidik) adalah sebagai fasilitator, fasilitator adalah orang yang tugasnya memberikan kemudahan-kemudahan dalam proses peserta didik. (Sad’un Akbar, 2010. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran IPS).Pengertian Pembelajaran Menurut Beberapa Ahli:

1. Warsita (2008:85) “Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”.

2. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

3. Sudjana (2004:28) “Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”.

4. Corey (1986:195) “Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”.

5. Dimyati dan Mudjiono (1999:297) “Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.

6. Trianto (2010:17) “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.2.3 Pengertian Model Pembelajaran

Guru yang bijaksana akan mengatur pembendaharaan strategis yang tepat untuk menghadapi macam masalah-masalah belajar tertentu yang dihadapinya. Perbendaharaan model-model pada guru, merupakan sesuatu yang penting bila ia bertanggung jawab untuk mengajar banyak anak dalam bidang kurikulum.

Page 2: MATERI UTS.doc

Mengembangkan perbendaharaan model mengajar berarti mengembangkan keluwesan, karena keluwesan ini akan merupakan landasan bagi pemahaman dan kemungkinan pemilihan dalam pemilihannya. Perbendaharaan memuntut kecakapan untuk menumbuhkan dan memperluas potensi seseorang, dan kemampuan untuk mengajar dengan cara-cara yang lebih bervariasi dan menarik agar dapat menyesuaikan dengan tuntutan kebudayaan yang ada.

Model pembelajaran adalah pola yang diikuti untuk mendesain pembelajaran atau langkah-langkah pembelajaran dan perangkatnya untuk mencapai tujuan pembelajaran ada beberapa model pembelajaran yang sangat cocok untuk pembelajaran IPS diantaranya: Investigasi Kelompok, Bermain Peran (Role Playing) Kooperatif, IPS terpadu, Social Science Inquiry dan Model Pembelajaran yang dibangun berdasarkan pendekatan komprehensif untuk pendekatan nilai dan karakter.

Model pembelajaran merupakan cara/teknik penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa model-model pembelajaran seperti ceramah, diskusi, demonstrasi, studi kasus, bermain peran (role play) dan lain sebagainya. Yang tentu saja masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Metode atau model sangat penting peranannya dalam pembelajaran, karena melalui pemilihan model atau metode yang tepat dapat mengarahkan guru pada kualitas pembelajaran efektif.

Model Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara, contoh maupun pola, yang mempunyai tujuan menyajikan pesan kepada siswa yang harus diketahui, dimengerti, dan dipahami yaitu dengan cara membuat suatu pola atau contoh dengan bahan-bahan yang dipilih oleh para pendidik/guru sesuai dengan materi yang diberikan dan kondisi di dalam kelas. Joyce dan Weil (2000) mengatakan ada empat kategori yang penting diperhatikan dalam model mengajar yaitu model Informasi, model personal, model interaksi, dan model tingkah laku. Model mengajar yang telah dikembangkan dan di tes keberlakuannya oleh para pakar pendidikan dengan mengklasifikasikan model pembelajaran pada empat kelompok yaitu:

1. Model pemrosesan informasi (information Procesisng Models) menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta penggunaan simbol-simbol verbal dan non verbal. Model ini memberikan kepada pelajar sejumlah konsep, pengetesan hipotesis, dan memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Model pengelolaan informasi ini secara umum dapat diterapkan pada sasaran belajar dari berbagai usia dalam mempelajari individu dan masyarakat. Karena itu model ini potensial untuk digunakan dalam mencapai tujuan yang berdimensi personal dan sosial disamping yang berdimensi intelektual. Adapun model-model pemrosesan menurut Tom Final din (2001) terdiri atas:

a. Model berfikir Induktif. Tokohnya adalah Hilda Taba. Tujuan dari model ini adalah untuk mengembangkan proses mental induktif dan penalaran akademik atau pembentukan teori. Kemampuan-kemampuan ini berguna untuk tujuan-tujuan pribadi dan sosial.

b. Model Inkuiri Ilmiah. Tokohnya adalah Joseph J. Schwab. Model ini bertujuan mengajarkan sistem penelitian dari suatu disiplin tetapi juga diharapkan untuk mempunyai efek dalam kawasan-kawasan lain (metode-metode sosial mungkin

diajarkan dalam upaya meningkatkan pemahaman sosial dan pemecahan masalah sosial).

c. Model Penemuan Konsep. Tokohnya, Jerome Brunet. Model ini memiliki tujuaan untuk mengembangkan penalaran induktif serta perkembangan dan analisis konsep.

d. Model pertumbuhan Kognitif. Tokohnya, Jean Pieget, Irving sigel, Edmund Sulivan, dan Laawrence Kohlberg, tujuannya adalah untuk meningkatkan perkembangan intelektual, terutama penalaran logis, tetapi dapat pula diterapkan pada perkembangan sosial moral.

e. Model Penata Lanjutan. Tokohnya, David ausebel. Tujuannya untuk me-ningkatkan efisiensi kemampuan pemrosesan informasi guna menyerap dan mengkaitkan bidang-bidang pengetahuan.

f. Model memori. Tokohnya, harry Lorayne & Jerry Lucas. Model ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengingat.

2. Model personal (personal family) merupakan rumpun model pembelajaran yang menekankan kepada proses pengembangan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memungkinkan seseorang dapat memahami dirinya dengan baik, memikul tanggung jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Model ini memusatkan perhatian keada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif. Sehingga diharapkan Smanusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuannya. Adapun tokoh-tokohnya adalah:a. Model pengajaran nondirektif. Tokohnya, Carl Rogers. Tujuan dari model ini adalah

membentuk kemampuan untuk perkembangan pribadi dalam arti kesadaran diri, pemahaman diri, kemandirian, dan konsep diri.

b. Model latihan Kesadaran. Tokohnya adalah fritz Peris dan William schultz tujuannya adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk eksplorasi diri dan kesadaran diri. Banyak me-nekankan pada perkembangan kesadaran dan pemahaman antarpribadi.

c. Model Sinektik. Tokohnya adalah William Gordon model ini bertujuan untuk mengembangkan pribadi dalam kreativitas dan pemecahan masalah kreatif.

d. Model Sistem-sistem Konseptual. Tokohnya adalah, David Hunt tujuannya adalah me-ningkatkan kekompleksan dan keluwesan pribadi.

e. Model Pertemuan Kelas. Tokohnya adalah William Glasser. Bertujuan untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri dan kelompok sosial.

3. Model sosial (social family) menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan siswa agar memiliki ke-cakapan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai usaha membangun sikap siswa yang demokratis dengan menghargai setiap perbedaan dalam realitas sosial. Inti dari sosial model ini adalah konsep sinergi yaitu energi atau tenaga (kekuatan) yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan masyarakat. Dengan menerapkan model sosial, pembelajaran di arahkan pada upaya melibatkan peserta didik dalam menghayati, mengkaji, menerapkan dan menerima fungsi dan peran sosial. Model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama, membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah, mengumpulkan data yang relevan, dan mengembangkan serta mengetes hipotesis, oleh karena itu guru, seyogianya mengajarkan proses demokratis secara langsung jadi pendidikan harus diorganisasikan dengan cara melakukan penelitian

Page 3: MATERI UTS.doc

bersama (cooperative inquiry) terhadap masalah-masalah sosial dan masalah-masalah akademis.

4. Model sistem perilaku dalam pembelajaran (behavioral Model of Teaching) dibangun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah belajaar melalui penguraian perilaku kedalam jumlah yang kecil dan berurutan.

2.4 Model-Model Pembelajaran yang Digunakan dalam Pembelajaran IPS SDBanyak model-model pembelajaran baik yang bersifat khusus maupun yang besifat

umum. Begitu juga model pembelajaran yang berhubungan dengan pembelajaran IPS SD. Kosasih Djahiri mengemukakan beberapa model belajar-mengajar IPS seperti Model Lecturing yang disempurnakan, model ekspositori, model role playing, model inkuiri.1. Model Lecturing (Ceramah) yang disempurnakan

Lecturing pada hakikatnya memberikan pelajaran dengan jalan ceramh, dimana guru berada dimuka kelas, memimpin dan menentukan isi dan jalannya pelajaran serta mentransfersegala rencana pelajarannya yang menurutnya baik/perlubagi para siswa. Dan teknik ini kebanyakan digunakan guru dalam mengajar.

Tujuan Lecturing secara umum adalah mentrsansfer sejumlah pengetahuan dari guru kepada  siswa, menerangkan atau menjelaskan sesuatu dari bahn yang ada, mengajak siswa untuk berdialog ke dalam dirinya maupun dengan luar, dan mengekspresikanhal-hal yang tidak dapat dinyatakan secara tertulis ataupun ungkapan yang sederhana.

Kelemahan/keburukan Lecturing adalah bersifat satu arah sehingga lebih bersifat transferring ilmu, bila persiapan buruk konsep tidak diperhatikan dan cara membawakannya jelek maka pelaksanaannya menjadi kacau, menyulitkan siswa kehilangan arah, sering membosankan dan tidak tidak menarik bagi siswa, dan hasil belajar kurang baik/kurang mantap.2. Model Ekspositori/eksposisi

Ekspositori merupakan cara pengajaran yang diawali dengan peragaan dan diiringi dengan uraian/ulasan penjelasan lisan.

Manfaat dari model ini pelajaran menjadi hidup, siswa dapat ditarik perhatiannya  melalui visualisasinperagaan secara mulai menghidupkan perhatian imaginasi atau terkaannyadan disaat mendapat penjelasan maka timbul dialog serta suasana kelas menjadi terpusatkan ke bahan pelajaran melalui peragaan tsb.3.  Model Role Playing (Bermain Peran)

Role playing sebagai media atau teknik belajar sungguh besar peranannya, sebab dengan teknik ini di samping pengangkatan sesuatu keadaan/kejadian ke dalam ruang kelas, juga sebagai perasaan, keadaan dan perbuatan dari padahal tsb akan turut dirasakan siswa pelakunya.Role secara harfiahnya ialah peranan. Role playing bisanya diartikan memainkan peranan atau berperan sesuatu. Apabila role playing ini dipersiapkan secara baik sehingga benar-benar mendekati kejadian yang sebenarnya.

Tujuan dan kebaikan dari role playing antara lain untuk mengahayati suatu/hal/keajdian yang sebenarnyadalam realita kehidupan, menegnali peran-peran dari pada seseorang dalam suatu kehidupan/kejadian/keadaan, membantu siswa dalam mengklarifikasikan pola berfikir berbuat dan keterampilannya dalam membuat/mengambil keputusan.4.  Model Inquiry (inkuiri)

Inquiri adalah salah satu cara berlajar yang bersifat sesuatu secara kritis, analitis, argumental (ilmiah) dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang menyakinkan, karena didukung oleh data.

Pada kehidupan sehari-hari sering kita dihadapkan kepada suatu hal atau masalah.dan kita dihadapkan kepada: a. mempercayai hal tersebut atau tidak b. keharusan mengambil sikap, c. mengambil keputusan.

Gejolak kehidupan masyarakat sungguh cepat berubahnya maka siswa hendaknya dibekali senjata hidup yang ampuh ialah kemampuan menangkap sesuatu. Inquiri antara lain melatih hal tsb. Inquiri adalah teknik pemecahan masalah secara ilmiah.

Inkuiri atau discoveri dengan segala fariasinya serta problem solving atau pemecahan masalah, dalam IPS dianggap sebagai cara ilmiah yang paling cocok untuk dipergunakan sebagai car kerja atau metode IPS. Problem solving lebih menitik beratkan kepada terpecahnya suatu masalah yang menurut perkiraan rasio logis, benar atau tepat. Perbedaan lain ialah tingkatan dan cara kerjanya, dalam inquiri tingkatannya lebih tinggi serta lebih komplikatif atau ruwet. Inkuiri diterima para ahli IPS sebagai dari bendera IPS, maka mereka sangat menganjurkan cara kerja ini untuk banyak dipergunakan dalam pelajaran IPS dengan berbagai jenis tingkatan (dari yang sederhana sampai tingkat yang lebih tinggi), inkuiri yang paling sederhana menggunakan tanya jawab klasikal, dimana peran aktif tetap ditangan siswa. Guru hanya mengarahkan, membina, memancing jawaban dll. Inkuiri sederhana ini juga bisa dalam bentuk kegiatan perbuatan secara sederhana.

Tujuan atau kegunaan inquiri ialah mengembangkan sikap keterampilan siswa, mengembangkan kemampuan berfikir para siswa, kemampuan berfikir tersebut diproses di dalam situasi yang benar – benar dihayati dalam berbagai ragam alternatif, membina dan mengembangkan sikap penasaran dan cara berfikir objektif, mandiri, kritis dan analitis.

MATERI 2Pengertian Pembelajaran Tradisional

Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan, ketika berfikir informasi dan kompetensi apa yang dimaksud oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berfikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efesien. Ini sangat penting untuk dipahami oleh setiap guru, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Seorang guru dituntut untuk menguasai metode pembelajaran yang dilakukannya akan dapat memberikan nilai tambah bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari nilai proses pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal atau maksimal.

Definisi pendidikan tradisional sangat bervariasi dengan geografis dan periode sejarah. Pendidikan tradisional adalah untuk mengirimkan ke generasi berikutnya keterampilan, fakta, dan standar perilaku moral dan sosial yang orang dewasa anggap perlu untuk bahan generasi berikutnya dan keberhasilan sosial Sebagai penerima manfaat dari skema, yang. pendidikan progresif John Dewey digambarkan sebagai "yang dipaksakan dari atas dan dari luar", para siswa diharapkan untuk docilely dan taat menerima dan percaya jawaban ini tetap. Guru adalah instrumen dengan mana pengetahuan ini dikomunikasikan dan standar-standar perilaku ditegakkan.

Secara historis, teknik pendidikan utama pendidikan tradisional adalah zikir lisan sederhana: Dalam pendekatan khas, siswa duduk diam di tempat mereka dan mendengarkan satu orang demi satu membacakan pelajaran nya, sampai masing-masing telah dipanggil.

Page 4: MATERI UTS.doc

kegiatan utama guru adalah menugaskan dan mendengarkan bacaan tersebut, siswa belajar di rumah. Tes mungkin diberikan pada akhir unit, dan proses, yang disebut "tugas-studi-zikir-test", diulang. Selain penekanan yang berlebihan pada jawaban verbal, ketergantungan pada menghafal hafalan (menghafal tanpa upaya untuk memahami makna), dan terputus, tugas yang tidak berhubungan, itu juga penggunaan yang sangat tidak efisien dari siswa dan guru waktu. Hal ini juga menegaskan bahwa semua siswa diajarkan materi yang sama pada titik yang sama, siswa yang tidak belajar cukup cepat gagal, bukannya diizinkan untuk berhasil pada kecepatan alami mereka. Pendekatan ini, yang telah diimpor dari Eropa, didominasi pendidikan Amerika sampai akhir abad ke-19, ketika gerakan reformasi diimpor teknik pendidikan progresif dari Eropa

Pendidikan tradisional dikaitkan dengan unsur pemaksaan jauh lebih kuat daripada sekarang tampaknya diterima dalam budaya yang paling [rujukan?] Hal ini kadang-kadang mencakup: penggunaan hukuman fisik untuk menjaga disiplin kelas atau menghukum kesalahan; menanamkan agama yang dominan dan bahasa; memisahkan siswa sesuai. jenis kelamin, ras, dan kelas sosial, serta mengajar mata pelajaran yang berbeda untuk anak perempuan dan anak laki-laki. Dalam hal kurikulum ada dan masih tingkat tinggi perhatian pada pengetahuan akademik waktu dihormati.Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran tradisional yaitu pembelajaran yang masih bersifat tradisional dimana metode pembelajaran ini masih menggunakan metode ceramah.2.2 Ciri-ciri Pembelajaran Tradisional

Pendekatan pembelajaran ini kurang menggunakan alat atau media yang memadai, sehingga hasil belajar siswa kurang luas dan mendalam.Ciri-ciri pendekatan pembelajaran tradisional adalah sebagai berikut :1. Guru cenderung hanya menyampaikan informasi yang bersifat fakta dan kurang memberikan permasalahan dalam proses pembelajaran.2.Interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa lebih bersifat satu arah (hanya dari guru kepada siswa).3. Dalam proses pembelajaran guru kerap memberikan indoktrinasi kepada siswa. dan juga kurang memberikan kesempatan berfikir kritis dan kreatif.4. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih cenderung bersifat kognitif (pengetahuan) saja, kurang memberikan materi yang bersifat afektif dan psikomotor.5. Strategi, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan guru cenderung bersifat tunggal dan monoton.6. Penilaian lebih banyak menggunakan teknik tes, baik tertulis maupun lisan. Kurang menggunakan tes perbuatan(prilaku).

Pendekatan tradisional ini biasanya berpusat pada guru seperti metode ceramah yang mengajar dengan berpusat pada guru, yang umumnya ditemukan disekolah-sekolah diseluruh dunia. Metode ini sangat efektif (kelebihan) terutama untuk :

a) Share informasi jika diantara mereka sulit untuk mendapat informasi ditempat lain.b) Dapat menyajikan informasi yang lebih cepat.c) Membangkitkan minat akan informasi.d) Cocok untuk para siswa yang menikuti teknik belajar dengan cara mendengarkan.

Akan tetapi pembelajaran yang berpusat pada guru juga memberikan beberapa tantangan, yaitu :

1. Cara ini tidak dapat diterima oleh semua siswa dengan baik, hanya siswa yang dapat belajar baik dengan cara mendengarkan saja yang dapa menerima.

2. Mempertahankan minat siswa sering kali sangat sulit.3. Cara ini cenderung sedikit menggunakan pemikiran kritis.4. Pendekatan ini diasumsikan bahwa semua siswa belajar sama tidak bersifat pribadi.

Rooijakkers dan Mukminin mengemukakan bahwa belajar dengan pendekatan tradisional (tradisonal) adalah pendekatan belajar yang terutama dilakukan dengan komunikasi satu arah sehingga situasi belajarnya terpusat pada pengajar. Ini berati guru mengajar untuk informasi secara lisan dan data kepada anak tanpa ada usaha mengembangkan ketrampilan IPS. Guru juga mengajar hanya menggunakan dari buku sumber atau buku paket sehingga selama proses belajar mengajar berlangsung anak hanya berinteraksi dengan buku sumber dan guru.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran TradisionalPembelajaran Tradisional memang dilakukan secara tradisional dengan menggunakan

metode ceramah. Namun pembelajaran tradisional ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya, sebagai berikut:

a. Kelebihan pembelajaran tradisional1. Ceramah merupakan metode belajar yang murahkarena tidak memerlukan alat peraga

yanglengkap. Tidak seperti metode demonstrasi yangmemerlukan alat peraga yang lengkap.

2. Ceramah merupakan metode pembelajaran yangmudah, karena guru hanya memerlukan modalsuara ketika melakukan ceramah. Jadi tidak perlupersiapan yang rumit untuk melakukan metode ini.

3. Guru dapat membatasi dan mengatur seberapaluas materi pelajaran yang akan disampaikankepada muridnya sesuai dengan kebutuhan dantujuan yangingin dicapai.

4. Melalui metode ceramah ini guru dapatmengendalikan keadaan kelas dengan mudah, olehkarena sepenuhnya kelas merupakan tanggungjawab guru yang memberikan ceramah.

5. Jika guru dapat menguasai kelas dengan mudah,maka organisasi kelas pun dapat diatur secarasederhana.

b. Kekurangan pembelajaran tradisional1. Materi yang dapat dikuasai murid sebagai hasildari ceramah akan terbatas pada apa

yangdikuasai guru.2. Ceramah yang tidak disertai oleh peragaandapat mengakibatkan terjadinya

verbalisme. Halini dikarenakan dalam proses penyajiannya guruhanya mengandalkan bahasa verbal dan muridhanya mengandalkan kemampuan auditifnya.Sedangkan kemampuan setiap murid tidaklahsama, termasuk dalam ketajaman menangkapmateri melalui pendengarannya.

3. Guru yang kemampuan bertuturnya yangkurang baik, dapat membuat murid-muridnyamerasa bosan mendengarkan ceramahnya. Rasabosan itu akan membuat siswa tidak fokus,walaupun secara fisik murid ada di dalam kelas,namun secara mental murid tidak mengikuti samasekali proses pembelajaran.

4. Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahuiapakah seluruh siswa sudah mengetahui/mengertiapa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketikasiswa diberi

Page 5: MATERI UTS.doc

kesempatan bertanya, dan tidak adayang bertanya, semua itu tidak menjamin siswaseluruhnya sudah paham.

2.4 Perbedaan Pembelajaran Tradisional dengan Pembelajaran Modern Budaya belajar sudah bergeser. Dunia semakin dinamis, demikian pula yang terjadi pada dunia akademik. Mahasiswa sebagai pelajar, dalam paradigma Learner-centered dituntut untuk memiliki keterlibatan aktif dalam proses belajar. Pengetahuan tidak lagi ditransfer dari dosen/guru sebagai pengajar kepada mahasiswa, melainkan dibangun oleh para pelajar secara kolaboratif dan kooperatif dengan kelompok yang saling mendukung. Mahasiswa tidak lagi menjadi penerima informasi yang pasif. Penilaian pun menjadi bagian dari proses belajar sehingga sebagian tanggung jawab dosen memang sebagian berpindah ke mahasiswanya. Menurut Richard M Felder (1996), tujuan dari pendidikan adalah untuk membantu siswa membangun keterampilan mereka dalam memelajari hal yang disukai dan kurang disukai. Belajar dilakukan dalam berbagai cara, yaitu melihat dan mendengar, bekerja sendiri maupun dalam kelompok, memberikan alasan secara logis dan intuitif, serta mengingat, memvisualisasi dan memodelkannya. Proses belajar akan optimal jika pemelajar berperan aktif. Setidaknya ketika mahasiswa berpartisipasi dalam diskusi atau ketika mereka menyampaikan materi pada temannya, 70% dari seluruh materi belajar akan diingat.

Learner-centered learning adalah model pembelajaran yang menempatkan pemelajar sebagai fokus proses pemelajaran, berlawanan dengan model teacher-centered.Dalam pergeseran paradigma belajar ini, berbagai persiapan harus dilakukan oleh dosen maupun mahasiswa. Kedua pihak diharapkan sama-sama aktif dalam mengikuti perkembangan ilmu. Karena dosen tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi, maka peran dosen dalam hal ini adalah sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mandiri mahasiswanya. Mahasiswa bertanggung jawab pada apa yang akan dipelajari, bagaimana belajarnya dan bagaimana hasil pemelajaran tersebut dinilai. Umpan balik dari proses belajar ini akan didapatkan dari mahasiswa dan dosen untuk meningkatkan pembelajaran. Secara khusus, dalam tahapan selanjutnya dosen memanfaatkan masukan dari mahasiswa untuk perbaikan mata ajaran.

Learner-centered Learning, beberapa hal yang dikembangkan antara lain:- Keterampilan belajar (learning how to learn skill).- Keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kritis, reflektif, kreatif, analitis dalam

menyelesaikan masalah.- Keterampilan bekerjasama dalam tim.- Keterampilan komunikasi yang efektif.

Beberapa metode pembelajaran dengan pendekatan Learner-centered ini diantaranya adalah Problem Based Learning, Collaborative Learning, Project Based Learning, Cooperative Learning, dan lainnya. Semuanya adalah metode belajar aktif. Cara belajar aktif ini memiliki kelebihan diantaranya adalah mahasiswa mempelajari materi lebih banyak, memperoleh informasi lebih banyak, kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan, dan memungkinkan mahasiswa belajar dari temannya selain dari dosen. Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya berpusat pada dosen menjadi pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Melalui proses pembelajaran dengan keterlibatan aktif mahasiswa ini berarti dosen tidak mengambil hak anak untuk belajar dalam arti yang sesungguhnya. Dalam proses Student

Centered Learning, maka mahasiswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam , dan pada akhimya dapat meningkatkan mutu kualitas mahasiswa.

Pembelajaran yang inovatif dengan metode Student Centered Learning memiliki keragaman model pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif dari mahasiswa. Metode-metode tersebut diantaranya adalah:a) Berbagi informasi (Information Sharing) dengan cara: curah gagasan (brainstorming), kooperatif, kolaboratif, diskusi kelompok (group discussion), diskusi panel (panel discussion), simposium, dan seminar;(b). Belajar dari pengalaman (Experience Based) dengan cara simulasi, bermain peran (roleplay), permainan (game), dan kelompok temu;(c). Pembelajaran melalui Pemecahan Masalah (Problem Solving Based) dengan cara: Studi kasus, tutorial, dan loka karya. Metode Student Centered Learning kini dianggap lebih sesuai dengan kondisi eksternal masa kini yang menjadi tantangan bagi mahasiswa untuk mampu mengambil keputusan secara efektif terhadap problematika yang dihadapinya. Melalui penerapan Student Centered Learning mahasiswa harus berpartisipasi secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya kritis, mampu menganalisis dan dapat memecahkan masalah-masalahnya sendiri. Tantangan bagi dosen sebagai pendamping pembelajaran siswa, untuk dapat menerapkan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa perlu memahami tentang konsep, pola pikir, filosofi, komitmen metode, dan strategi pembelajaran. Untuk menunjang kompetensi dosen dalam proses pembelajaran berpusat pada mahasiswa maka diperlukan peningkatan pengetahuan, pemahaman, keahlian, dan ketrampilan dosen sebagai fasilitator dalam pembelajaran berpusat pada siswa. Peran dosen dalam pembelajar berpusat pada mahasiswa bergeser dari semula menjadi pengajar (teacher) menjadi fasilitator. Fasilitator adalah orang yang memberikan fasilitasi. Dalam hal ini adalah memfasiltasi proses pembelajaran siswa. Dosen menjadi mitra pembelajaran yang berfungsi sebagai pendamping (guide on the side) bagi siswa.

MATERI 3

MATERI 4Pengertian Teori Behaviorisme

Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah satu aliran psikologi. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Misalnya; siswa belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial jika dia belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti; kerja bakti, ronda dll.

Menurut teori ini yang terpenting adalah :

Page 6: MATERI UTS.doc

1.    Masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons.Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat perkalian, alat peraga, pedoman kerja atau cara-cara tertentu untuk membantu belajar siswa, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru tersebut.Teori ini juga mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

2.     Penguatan (reinforcement)Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Misalnya, ketika peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya, maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif dalam belajar, begitu juga sebaliknya.

2.2  Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori BelajarBehavioristika. Thorndike (koneksionisme).

Koneksionisme (connectionism), merupaakan rumpun yang paling awal dari teori beavioristik. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain dari suatu hubungan stimulus-respons. Siapa yang menguasai stimulus-respons sebanyak-banyaknya ialah orang yang pandai dan berhasil dalam belajar.Pembentukan hubungan stimulus-respons dilakukan melalui ulangan-ulangan.

Menurut Thorndike, belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi atara stimulus dan respons Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra.Stimulus adalah perubahan dari lingkungan exsternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi/berbuat.Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atua gerakan/tindakan.

Dari percobaannya yang terkenal (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respon, perlu adanya kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trial) dan kegagalan-kegagalan (Error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah Trial and Error learning atau selecting and conecting learning dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh thorndike ini sering disebut teori belajar koneksionisme atau asosiasi.

Edward L. Thorndike dalam teori connectionism,  menyatakan bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan panca indera dan inplus untuk bertindak atau terjadinya hubungan antara stimulus dan respon disebut Bond, sehingga dikenal dengan teori S – R Bond. Didalam belajar terdapat dua hukum, yaitu hukum primer dan hukum sekunder.Hukum primer terdiri dari :

1.      Law of Readiness, yaitu kesiapan untuk bertindak itu timbul karena penyesuaian diri dengan sekitarnya yang akan memberikan kepuasan

2.      Law of Exercise and Repetation, sesuatu itu akan sangat kuat bila sering dilakukan diklat dan pengulangan

3.      Law of Effect, yaitu perbuatan yang diikuti dengan dampak atau pengaruh yang memuaskan cenderung ingin diulangi lagi dan yang tidak mendatangkan kepuasan akan dilupakan

Hukum sekunder terdiri dari :1.      Law of Multiple Response, yaitu sesuatu yang dilakukan dengan variasi uji coba dalam

menghadapi situasi problematis, maka salah satunya akan berhasil juga.2.      Law of Assimilation, yaitu orang yang mudah menyesuaikan diri dengan situasi baru,

asal situasi itu ada unsur bersamaan3.      Law of Partial Activity, seseorang dapat beraksi secara selektif terhadap kemungkinan

yang ada di dalam situasi tertentu.

b. Edwin Guthrie  (Conditioning)

Azas belajar guthrie yang utama adalah hukum kontinguity. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan hanya sekedar melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.

Teori guthrie ini mengatakan bahwa hubungan stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karenanya dalam kegiatan belajar, peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stumulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa  hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

c. Skinner (Operant conditioning)

Skinner adalah seorang yang berkebangsaan Amerika yang dikenal sebagai seorang tokoh behavioris yang meyakini bahwa perilaku individu dikontrol melalui proses operant conditioning dimana seseorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan yang relatif besar.

Penguatan (reinforcement), merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori pengkondisian. Jika pada teori pengkondisian  (conditioning) yang diberi kondisi adalah perangsangnya (stimulus), maka pada teori penguatan (reinforcement) yang dikondisikan atau diperkuat adalah responsnya. Contohnya, soerang anak yang belajar dengan giat dan dia dapat menjawab semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian, maka guru memberikan penghargaan pada anak itu misal dengan nilai yang tinggi, pujian, atau hadiah. Berkat pemberian penghargaan ini,  maka anak itu akan belajar lebih rajin dan lebih bersemangat lagi untuk mengulang agar mendapat penghargaan lagi.

Menagement kelas menurut skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat. Operant Conditioningadalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.

Page 7: MATERI UTS.doc

Teori belajar behavioristik ini telah lama dianut oleh para guru dan pendidik, namun dari semua pendukuung teori ini, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar Behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-fktor penguat  merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh skinner.

Menurut skinner – berdasarkan percobaanya terhadap tikus dan burung merpati – unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah penguatan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respond akan semakin kuat bila diberi penguatan ( penguatan positif dan penguatan negatif).Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Sedangkan bentuk penguatan negatif adalah antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku tidak senang.

Skinner tidak percaya pada asumsi yang dikemukakan guthrie bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses pelajar. Hal tersebut dikarenakan menurut skinner :

1.     Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara2.     Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa

terhukum) bila hukuman berlangsung lama3.     Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar 

ia terbebas dari hukuman4.     Hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih

buruk dari pada kesalahan pertama yang diperbuatnya. Skinner lebih percaya dengan apa yang disebut penguatan baik negatif maupun positif.[6]

d. Pavlov  (Classic Conditioning)

Dalam pemikiranya Pavlov berasumsi bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang diinginkan. Berangkat dari asumsi tersebut Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihanya secara hakiki, manusia berbeda dengan binatang.Pavlov mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing. Sehingga keluar kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluar air liur anjing tersebut. Kemudian dalam percobaan berikutya sebelum  makanan diperlihatkan, diperlihatkanlah sinar merah terlebih dahulu, kemudian baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan demikian di lakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.

Makanan adalah rangsangan wajar, sedangkan merah rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Dari eksperimen tersebut, setelah pengkondisian atau pembiasaan, dapat di ketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat di gantikan oleh sinar merah sebagai stimulus yang dikondisikan (conditioned stimulus). Ketika sinar merah di nyalakan ternyata air liur anjing keluar sebagai

respon-nya. Pavlov berpendapat bahwa kelenjar-kelenjar yang lainpun dapat dilatih sebagaimana tersebut.

Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es creem Walls yang berkeliking dari rumah kerumah. Awalnya mingkin suara itu asing, tetapi setelah si penjual es creem sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur.Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.2.3 Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik

Untuk mempermudah mengenal teori belajar behavioristik dapat dipergunakan ciri-cirinya yakni1. mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis)2. mementingkan bagian-bagian (elentaristis)3. mementingkan peranan reaksi (respon)4. mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar5. mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu6. mementingkan pembentukan kebiasaan.7. ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan “mencoba dan gagal’ atau trial and error.

2.4 Prinsip-prinsip teori Pembelajaran BehavioristikDalam pembelajaran behaviorisme pembelajaran merupakan penguasan respons

(Acquisition of responses) dari lingkungan yang dikondisikan. Peserta didik haruslah melihat situasi dan kondisi apa yang yang menjadi bahan pembelajaran.Berikut ini adalah prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik Menekankan pada pengaruh lingkungan terhadap perubahan perilaku.

1. Mengunakan prinsip penguatan, yaitu untuk menidentifikasi aspek paling diperlukan dalam pembelajaran untuk mengarahkan kondisi agar peserta didik dapat mencapai peningkatan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran.

2. Menidentifikasi karakteristik peserta didik, untuk menetapkan pencapaian tujuan pembelajaran.

3. Lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses pembelajaran.

Dan Skinner juga memuat dalam bukunya tentang prinsip-prinsip behavioristik, berikut ini prinsip yang dikemukakan oleh skinner dalam bukunya yang berjudul The Behavior of Organism.Beberapa prinsip Skinner:

1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.

2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu

diubah, untukmenghindari adanya hukuman.5. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.

Page 8: MATERI UTS.doc

6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.

7. Dalam pembelajaran digunakan shaping. 

2.5 Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan PembelajaranAliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan

teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik.Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.

Demikian halnya dalam pembelajaran, pembelajaran dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.

Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat.Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar.Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku

teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar.Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya.Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual2.6 Implikasi Teori Belajar Behaviorisme

Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot.Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.

Kurikulum berbasis filsafat behaviorisme tidak sepenuhnya dapat diimplementasikan dalam sistem pendidikan nasional, terlebih lagi pada jenjang pendidikan usia dewasa. Tetapi behaviorisme dapat diterapkan untuk metode pembelajaran bagi anak yang belum dewasa.Karena hasil eksperimentasi bihavioristik cenderung mengesampingkan aspek-aspek potensial dan kemampuan manusia yang dilahirkan.Bahkan bihaviorisme cenderung menerapkan sistem pendidikan yang berpusat pada manusia baik sebagai subjek maupun objek pendidikan yang netral etik dan melupakan dimensi-dimensi spiritualitas sebagai fitrah manusia.Oleh karena itu behaviorisme cenderung antropomorfis skularistik.2.7 Tujuan Pembelajaran Behavioristik

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.

1.      Berkomunikasi atau transfer prilaku adalah pengambaran pengetahuan dan kecakapan peserta didik (tidak mempertimbangkan proses mental

2.      Pengajaran adalah untuk memperoleh keinginan respon dari peserta didik yang dimunculkan dari stimulus

3.      Peserta didik harus mengenali bagaimana mendapatkan respon sebaik mungkin pada kondisi respon diciptakan.

Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan

Page 9: MATERI UTS.doc

setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.

2.8 Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristika. Kelebihan Teori Behavioristik

Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi belajar. Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar

mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada guru yang bersangkutan.

Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan pengakuan positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang didasari pada prilaku yang tampak.

Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudha mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan lebih optimal.

Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilakan suatu prilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.

Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimuls yang lainnya dan seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.

Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan. 

Teori behavioristik juga cocok diterapakan untuk anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru, dan suka dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung.

b. Kekurangan Teori Behavioristik Sebuah konsekuensi untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah

siap. Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metode ini. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan

apa di dengar dan di pandang sebagai cara belajar yang efektif.  Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru

dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa. Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh

penguatan yang diberikan oleh guru. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelsan dari guru dan mendengarkan

apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif sehingga inisiatf siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa diselesaikan oleh siswa.

Cenderung mengarahakan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif, tidak produktif, dan menundukkan siswa sebagai individu yang pasif.

Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru(teacher cenceredlearning) bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.

  Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa, yaitu guru sebagai center, otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih, dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.

MATERI 5

MATERI 6

Model Pembelajaran KontemporerDalam pembelajaran kita mengenal berbagai macam teori belajar.  Teori belajar yang

akan dibahas kali ini adalah teori belajar kontemporer. Teori belajar kontemporer adalah teori yang belajar yang bersumber dari teori konstruktivisme. Karena pembelajaran merupakan aktivitas belajar mengajar antara guru dengan siswa, dalam teori konstruktivime ini menjadikan peran guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran, karena siswa dituntut untuk berperan aktif dalam mengelola informasi yang diperoleh.

Pembelajaran teori kontemporer adalah pembelajaran berdasarkan teori belajar konstruktivisme. Pembelajaran berfungsi membekali kemampuan siswa mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan dalam belajar. Sesuai dengan prinsip belajar teori konstruktivisme, maka dalam pembelajarannya nampak ada pergeseran fungsi guru dan buku sumber sebagai sumber informasi. Guru lebih berfungsi membekali kemampuan siswa dalam menyeleksi informasi yang dibutuhkan. Pembelajaran teori kontemporer menerapkan “Student-centered learning strategies”.

Pembelajaran konstruktivisme mengkritisi konsep pembelajaran yang selama ini, belajar mengajar dalam arti cenderung berpusat pada subjek belajar. Pengajar dan siswa sama-sama aktif, siswa aktif mengkonstruksi pengetahuan dan pengajar sebagai fasilitator. Bentuk pembelajaran “student-centered” dilaksanankan melalui belajar aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif dan kolaboratif, generative learning dan problem-based learning. Model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori konstruktivisme mencakup pembelajaran kontekstual dan kuantum.2.1.1 Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)

Dirancang dan dilaksanakan berdasarkan landasan filosofis konstruktivisme, yaitu suatu filosofis belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang dikembangkan oleh John Dewe pada awal abad 20 tahun yang lalu. Pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan amelibatkan 7 komponen utama pembelajaran efektif, yaiu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, permodelan dan penilaian sebenarnya. 

1. Konstruktivisme

Page 10: MATERI UTS.doc

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir yang dipergunakan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Dalam pandangan konstruktivis, “strategi memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan aseberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan : menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

2. Menemukan (Inkuiri)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CLT (contextual Learning and Teaching). Siklus inkuiri :observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan penyimpulan. Langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri) :

1)Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun), Bagaimanakah silsilah raja-raja majapahit?(sejarah), Bagaimanakah cara melukiskan suasana menikmati ikan bakar di tepi pantai kendari? (bahasa Indonesia), ada beberapa jeni tumbuhan menurut bentuk bijinya? (biologi), kota mana saja yang termasuk kota besar Indonesia? (geografi).

2)Mengamati atau melakukan observasi membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan informasi pendukung, mengamati, dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek yang diamati.

3)Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya.

4)Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain : bertanya jawab dengan teman memunculkan ide-ide baru, melakukan refleksi, menempelkan gambar, karya tulis, peta, dan sejenisnya di dinding kelas, dinding sekolah, majalah dinding, majalah sekolah, dsb.

3. Bertanya

Questioning (bertanya) merupakan strategi tahap pembelajaran yang berbasis CLT.bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, dan mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. 

4. Masyarakat belajar

Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CLT, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok yang anggotanya bersifat heterogen. Misalnya ahli internet, sablon dan sebagainya. “Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. “seorang guru yang mengajari siswanya” bukan contoh masyarakat belajar karen komunikasi

hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari oleh guru yang datang dari arah siswa. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi bila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.

5. Permodelan

Maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa di tiru. model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana cara belajar.

6. Refleksi

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu siswa mengedepankan apa yang baru di pelajarinya sebahai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pengetahuan yang bermakna di peroleh dari proses. Pengetahuan yang di miliki siswa di perluas melalui konteks pembelajaran, kemudian sedikit demi sedikit bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. 

7. Penilaian yang sebenarnya

Penilaian adalah proses pengumpulan data yang memberikan gambaran perkembangan siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu di ketahui oleh guru agar bisa memastikan siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasi siswa mengalami kemacetan belajar maka guru segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar karena gambaran tentang kemajuan belajar diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran tetapi di lakukan bersama secara integrer tidak terpisah dari kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang benar di tekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (Learning How To Learn) bukan di tekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran karena asses ment menekankan pada proses pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses bukan melulu hasil.

2.1.2 Media Pembelajaran Audio Visual Sebagai Media Pembelajaran KontemporerDalam pelaksanaanya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media yang modern atau

kontemporer turut memberi andil yang besar dalam menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran, karena pada dasarnya mempunyai dua fungsi utama, yakni media sebagai alat bantu dan media sebagai sumber belajar bagi siswa (Djamariah, 2002).

Dalam perkembangannya, pada abad ke-21, guru dituntut berorientasi kepada multimedia dalam kegiatan pembelajarannya. Hal ini berarti terjadi peralihan antara media pembelajaran manual (single media) menjadi multimedia. Multimedia disini bertujuan

Page 11: MATERI UTS.doc

menciptakan constructivist learning dan contemporary content. Multimedia disini dicontohkan seperti media audio, visual, maupun audio visual.

Media audio adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran. Dengan kata lain, media jenis ini hanya melibatkan indera dengar dan manipulasi unsur bunyi atau suara semata (Setyosari dan Sihkabuden, 2005). Sedangkan media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera penglihatan dalam wujud visual. Konotasi media visual dalam pengajaran memiliki pengertian yang sangat luas, karena pada dasarnya media pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran hampir semuanya dapat dinikmati oleh indera penglihatan kita.

Perpaduan antara kedua media diatas yang sering dipakai pada proses pembelajaran pada abad ke-21 ini adalah media audio-visual. Media audio visual disebut juga sebagai media video. Video merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam media video terdapat unsur audio visual tersebut yang memungkinkan siswa untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui pendengaran, sedangkan unsur visual memungkinkan penciptaan pesan belajar melalui bentuk visualisasi.

Menurut Ronald Anderson (1994, 99), media video adalah merupakan rangkaian gambar elektronis yang disertai oleh unsur suara dan unsur gambar yang dituangkan melalui pita video. Rangkaian gambar elektronis tersebut kemudian diputar dengan suatu alat yaitu video cassette recorder atau video player.

Seperti halnya dengan media lainnya, media audio visual (video) mempunyai beberapa karakteristik. Karakteritik tersebut terdiri dari kelebihan maupun kelemahan. Menurut Ronald Anderson (1994:103-105) bahwa dalam media video terdapat kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan media video adalah : dapat digunakan untuk klasikal atau individual, dapat digunakan seketika, digunakan secara berulang-ulang, dapat menyajikan materi secara fisik tidak dapat bicara kedalam kelas, dapat menyajikan objek yang bersifat berbahaya, dapat menyajiakan objek secara detail, tidak memerlukan ruang gelap, dapat diperlambat dan dipercepat, serta menyajikan gambar dan suara.

Sedangkan kelemahan dari media video ini adalah sukar untuk dapat direvisi, relative mahal, dan memerlukan keahlain khusus.

Pemilihan media video ini dapat disesuaikan dengan tujuannya secara umu dalam proses pembelajaran. Ronald Anderson (1994:102) mengemukakan tentang beberapa tujuan dari pembelajaran menggunakan media video, antara lain:Untuk tujuan kognitif :1.  Dapat mengembangkan mitra kognitif yang menyangkut kemampuan mengenal kembali

dan kemapuan memberikan rangsangan gerak dan serasi.2.  Dapat menunjukan serangkaian gambar diam tanpa suaru sebagai media foto dan film

bingkai meskipun kurang ekonomis.3.  Melalui video dapat pula diajarkan pengetahuan tentang hukum-hukum dan prinsip-prinsip

tertentu.4.   Video dapat digunakan untuk menunjukkan contoh dan cara bersikap atau berbuat dalam

suatu penampilan, khususnya yang menyangkut dengan interaksi siswa.

Tujuan Afektifnya seperti :1.  Video merupakan media yang baik sekali untuk menyampaikan informasi dalam matra

afektif.

2.  Dapat menggunakan efek dan teknik, video dapat menjadi media yang sangat baik dalam mempengaruhi sikap dan emosi.

Sedangkan tujuan psikomotorik seperti :1.  Video merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh keterampilan yang

menyangkut gerak. Dengan alat ini dijelaskan, baik dengan cara memperlambat maupun mempercepat gerakan yang ditampilkan.

2. Melalui video siswa dapat langsung mendapat umpan balik secara viual terhadap kemampuan mereka sehingga mampu mencoba keterampilan yang menyangkut gerakan tadi.

Demikian tadi paparan dari karakteristik media audio visual sebagai media pembelajaran kontemporer. Media tersebut sangat relevan dan efektif dalam proses pembelajaran pada masa kini. Karena dalam media tersebut sudah mencakup tujuan dari aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Media ini juga dapat dirancang sedemikian rupa agar strategi dalam mentransfer pengetahuan dari guru kepada mahasiswa dapat terjadi secara efektif dan efisien. Komunikasi juga dapat terjalin dengan efektif dengan mewakilkan gambar dan audio kedalam proses pembelajaran, sehingga dapat meberikan umpan balik secara langsung dan siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran. 2.2 Model Pembelajaran Inkuiri

nkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu.

Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.

Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuaan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental, emosi, maupun pribadinya. Oleh karena itu dalam proses perencanaan pembelajaran, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Pembelajaran adalah proses memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat sejumlah fakta).

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri, yaitu : (1) strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. (2) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. Dengan demikian strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. (3) tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis.

Page 12: MATERI UTS.doc

Tujuan utama pembelajaran melalui strategi inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.

Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif manakala : (1) siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan, (2) bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, (3) proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu, (4) guru akan mengajar sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir, (5) jumlah siswa yang belajar tidak terlalu banyak, dan (6) guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.2.3.1 Prinsip-prinsip Penggunaan SPI

SPI merupakan strategi yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Menurut Piaget perkembangan intelektual anak dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu :1.      Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu

proses pertumbuhan fisik yang meiputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak dan pertumbuhan sistem saraf.

2.      Physical experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Tindakan yang dilakukan individu memungkinkan dapat berkembangnya daya pikirnya.

3.      Social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Melalui pengalaman sosial, anak bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang lain, tetapi juga akan menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan lain disamping aturannya sendiri.

4.      Equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang ditemukannya.

Atas dasar penjelasan di atas, maka dalam penggunaan SPI terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu :1.   Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.

2.   Prinsip interaksiPembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.

3.  Prinsip bertanyaPeran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan SPI adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu kemampuan guru untuk bertanya dalam setiao langkah inkuri sangat diperlukan.

4.   Prinsip belajar untuk berpikirBelajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir, yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

5.   Prinsip keterbukaan

Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Oleh karena itu anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakn berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

2.2.2     Langkah Pelaksanaan SPISecara umum proses pembelajaran dengan menggunakan SPI dapat mengikuti langkah-

langkah sebagai berikut :1.  Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah ini guru harus merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting karena keberhasilan SPI sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi yaitu :-    Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang siharapkan dapat tercapai oleh siswa.-    Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai

tujuan.-    Menjelaskan pentingnya topic dan kegiatan belajar, hal ini dapat dilakukan dalam rangka

memberikan motivasi belajar siswa.2.  Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri.

Beberapa hal yang hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantara :-          Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa-         Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti-          Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih

dahulu oleh siswa3.    Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajikan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.4.   Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

Page 13: MATERI UTS.doc

5.   Menguji hipotesisMenguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai

dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.6.      Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebiknya guru mempu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

2.2.3     Kesulitan-Kesulitan Implementasi SPIDalam penerapan SPI terdapat beberapa kesulitan (1) SPI merupakan strategi

pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang bersandarkan kepada dua sayap yang sama pentingnya, yaitu proses belajar dan hasil belajar, (2) sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajarandari guru dengan demikian bagi mereka guru adalah sumber belajar yang utama, (3) berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang diangagp tidak konsisten. Misalnya sistem pendidikan menganjurkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya menggunakan pola pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir melalui pendekatan student active learning atau yang kita kenal dengan CBSA.

2.2.4    Keunggulan dan kelemahan SPI1.      KeunggulanSPI merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh karena strategi ini

memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :a.      SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna

b.      SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka

c.       SPI merupakan strategi yang diangap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman

d.      Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah belajar

2.   Kelemahana.       Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran maka akan sulit mengontrol kegiatan

dan keberhasilan siswab.      Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan

kebiasaan siswa dalam belajarc.       Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang

sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukand.      Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai

materi pembelajaran maka SPI akan sulit diimpelmentasikan oleh setiap guru

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif

Slavin (1994) menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”. Johnson & Johnson (1987) dalam Isjoni (2009:17) menyatakan bahwa “pengertian model pembelajaran kooperatif yaitu mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut”.

Menurut Rustaman (2003:206) dalam www.muhfida.com (2009) “pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional”.

Lie (2008:12) menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur”. Isjoni (2009:15) menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan terjemahan dari istilah cooperative learning. Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim”.

Hasan (1996) menyimpulkan bahwa kooperatif mengandung pengertian bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya.

Sugandi (2002:14) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok”.

Menurut Sugiyanto (2008:35) “pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.

Malik (2011) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis untuk sampai kepada pengalaman individual dan kelompok, saling membantu, berdiskusi, ber- argumentasi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman bersama”.

Menurut Wikipedia (2011) “pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antar siswa”.

Dari beberapa definisi diatas dapat diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Falsafah yang mendasari pembelajaran cooperative learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. 2.3.1 Unsur-Unsur dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Page 14: MATERI UTS.doc

1.  Saling Ketergantungan Positif Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang

memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Tiap siswa tergantung pada anggota lainnya karena tiap siswa mendapat materi yang berbeda atau tugas yang berbeda, oleh karena itu siswa satu dengan lainnya saling membutuhkan karena jika ada siswa yang tidak dapat mengerjakan tugas tersebut maka tugas kelompoknya tidak dapat diselesaikan.2. Tanggung Jawab Perseorangan

Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian individual tersebut selanjutnya disampaikan guru kepada kelompok agar semua kelompok dapat mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas yang berbeda secara otomatis siswa tersebut harus mempunyai tanggung jawab untuk mengerjakan tugas tersebut karena tugas setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang berbeda sesuai dengan  kemampuannya yang dimiliki setiap individu.

3. Interaksi Tatap Muka Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap

muka sehingga mereka dapat melalukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam ini memungkinkan siswa dapat sa- ling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi dan ini juga akan lebih memudahkan siswa dalam belajar. Adanya tatap muka, maka siswa yang kurang memiliki kemampuan harus dibantu oleh siswa yang lebih mampu me- ngerjakan tugas individu dalam kelompok tersebut, agar tugas kelompoknya dapat terselesaikan.4. Komunikasi antar Anggota Kelompok

Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi se- ngaja diajarkan dalam pembelajaran kooperatif ini.

Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi.Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi, karena tidak semua siswa mempuanyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk sa- ling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Adakalanya siswa perlu diberitahu secara jelas mengenai cara menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang lain.5. Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.

2.3.2 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

1. Dalam kelompoknya, siswa haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan”.

2. Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lainnya dalam kelompok, di samping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

3.  Siswa haruslah berpandangan bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

5. Siswa akan diberikan evaluasi atau penghargaan yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani di dalam kelompoknya.

2.4 Model Pembelajaran KonstruktivistikPembelajaran konstruktivistik merupakan suatu teori yang menganggap bahwa

belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Konsekuensinya pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Jadi, dalam hal ini siswa dituntut harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran konstruktivistik, yaitu:1) Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan,2) Mengutamakan proses,3) Menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial,4) Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.

Munculnya pembelajaran konstruktivistik di Indonesia disebabkan karena kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang berkembang begitu pesat dalam era globalisasi ini, membawa perubahan yang signifikan pada sistem pendidikan di Indonesia. Kita perlu mengubah fokus kita dan apa yang perlu dipelajari menjadi bagaimana caranya untuk mempelajari. Perubahan yang harus terjadi adalah perubahan dari isi menjadi proses. Belajar bagaimana cara belajar untuk mempelajari sesuatu menjadi suatu hal yang lebih penting daripada fakta-fakta dan konsep-konsep yang dipelajari itu sendiri. Oleh karena itu kita dapat menggunakan pembelajaran kostruktivistik yang membebaskan siswanya untuk bereksplorasi sesuai dengan kemampuannya, namun guru juga mengawasi dan mengontrol siswanya. Dengan pembelajaran ini, siswa lebih banyak mendapatkan pengalaman-pengalaman nyata dalam pembelajaran, daripada sebuah teori.2.4.1 Kelebihan Model Pembelajaran Konstruktivistik

Kelebihan Model Pembelajaran Konstruktivistik adalah sebagai berikut :1) Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.

Page 15: MATERI UTS.doc

2) Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.

3) Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.

4) Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.

5) Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.

6) Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

2.4.2 Kelemahan Model Pembelajaran KonstruktivistikKelemahan model pembelajaran konstruktivistik yaitu :

1) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli sehingga menyebabkan miskonsepsi.

2) Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.

3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.