media 2012-11-03 sistim pendidikan lukman al hakim

27
م س ب له ل ا ن م ح ر ل ا م ي ح ر ل اBAB I PENDAHULUAN Tulisan ini saya beri judul: “SISTIM PENDIDIKAN LUKMAN AL HAKIM”, mengambil sebuah kisah seorang yang diberi hikmah oleh Allah, bernama Lukman, dan diabadikan oleh Allah di dalam al Qur’an surat Lukman, sebagai seorang ayah yang memiliki kemampuan mendidik anak- anaknya. Pendidikan Lukman ini menurut penulis sangat penting untuk dijadikan study komparatif terhadap sistim pendidikan nasional kita yang berlaku sekarang ini, karena bangsa Indonesia khususnya ummat Islam tidak banyak yang mengapresiasi terhadap esensi pokok pendidikan yang dilakukan oleh Lukman al Hakim, sebagai suatu sistim pendidikan Islam, yang sangat relevan bagi pendidikan di Indonesia yang masyoritas penduduknya beragama Islam. Karena pendidikan Lukman ini memperhatikan tingkat perkembangan jiwa sang anak, dan menggambarkan suatu sistim pendidikan yang berjenjang dan berkelanjutan, menyeluruh menyangkut kehidupan manusia secara utuh, bahkan dapat kita pastikan bahwa inilah sistim pendidikan seumur hidup (long life education). Dunia makin maju dan kompleks, begitu pula perkembangan teknologi makin tambah pesat, kini anak- anak lebih cepat menyerap perubahan teknologi dibandingkan dengan para orang tua, akibatnya mudah terjadi krisis kewibawaan orang tua dalam rumah tangga, dan anak berjalan mengikuti arus global menuju arah yang negatif. Di sisi lain kita melihat modus kejahatan manusia makin hari makin canggih dan brutal, karena moral sudah mulai terkikis oleh pengaruh kemewahan 1

Upload: muhammad-arif

Post on 15-Sep-2015

44 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

luqmanul hakim

TRANSCRIPT

PENDIDIKAN ANAK MODEL LUKMAN AL HAKIM

BAB I

PENDAHULUAN

Tulisan ini saya beri judul: SISTIM PENDIDIKAN LUKMAN AL HAKIM, mengambil sebuah kisah seorang yang diberi hikmah oleh Allah, bernama Lukman, dan diabadikan oleh Allah di dalam al Quran surat Lukman, sebagai seorang ayah yang memiliki kemampuan mendidik anak-anaknya. Pendidikan Lukman ini menurut penulis sangat penting untuk dijadikan study komparatif terhadap sistim pendidikan nasional kita yang berlaku sekarang ini, karena bangsa Indonesia khususnya ummat Islam tidak banyak yang mengapresiasi terhadap esensi pokok pendidikan yang dilakukan oleh Lukman al Hakim, sebagai suatu sistim pendidikan Islam, yang sangat relevan bagi pendidikan di Indonesia yang masyoritas penduduknya beragama Islam. Karena pendidikan Lukman ini memperhatikan tingkat perkembangan jiwa sang anak, dan menggambarkan suatu sistim pendidikan yang berjenjang dan berkelanjutan, menyeluruh menyangkut kehidupan manusia secara utuh, bahkan dapat kita pastikan bahwa inilah sistim pendidikan seumur hidup (long life education).

Dunia makin maju dan kompleks, begitu pula perkembangan teknologi makin tambah pesat, kini anak-anak lebih cepat menyerap perubahan teknologi dibandingkan dengan para orang tua, akibatnya mudah terjadi krisis kewibawaan orang tua dalam rumah tangga, dan anak berjalan mengikuti arus global menuju arah yang negatif. Di sisi lain kita melihat modus kejahatan manusia makin hari makin canggih dan brutal, karena moral sudah mulai terkikis oleh pengaruh kemewahan duniawi. Agama makin terpinggirkan, bahkan orang tua sudah tidak memiliki bahan dan bahkan kesempatan untuk mendidik anak-anaknya dalam rumah tangga, karena rendahnya kualitas iman serta kesibukan mencari kebutuhan hidup yang serba sulit. Kondisi demikian ini tidak mungkin kita biarkan berjalan terus, karena akan terjadi kehancuran total akibat perbuatan manusia yang tidak memiliki kendali moral, termasuk anak-anak keturunan kita.

Dalam tulisan ini saya ingin memberikan informasi tentang bagaimana usaha yang seharusnya kita lakukan bersama anak-anak kita agar selamat hidup di dalam kancah kesemrawutan yang serba chaos ini, dengan cara memantapkan ilmu dan meningkatkan mutu keimanan dan agama. Kita dan anak-anak kita harus cerdas mengelola diri, memperkuat keyakinan akan pertolongan Tuhan dalam menempuh segala kesulitan dan rintangan, di kancah kehidupan yang serba materi dan individualistis ini. Setiap keluarga wajib menjadi tempat pendidikan bagi anak-anaknya, keluarga harus mampu menjadi filter terhadap pengaruh negatif dari globalisasi, dan keluarga harus sadar bahwa teknologi, globalisasi tidak dapat dibendung atau di matikan, pasti dan pasti akan terus berkembang. Hendaknya kita mampu memanfaatkan perkembangan teknologi dari sisi mempermudah manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu saya ingin mengajak para orang tua untuk memantapkan pendidikan keimanan anak-anaknya sekaligus mengantarkan anak-anak menjadi manusia berilmu pengetahuan luas.

Dalam mendidik anak Allah mengabadikan dalam al Quran seorang bernama Lukman al Hakim, sebagi pendidik keluarga yang baik, ditinjau dari segi aqidah, ilmu pengetahuan, sikap dan sosial kemasyarakatan bagi anak-anaknya. Untuk itu isi pokok uraian ini adalah firman Allah dalam surat Lukman: 12 19, yang akan saya urai satu demi satu, saya lengkapi dengan hadits dan pengalaman sepanjang hidup saya sebagai seorang guru. Semoga bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan untuk menjadikan anaknya menjadi anak yang sholeh, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.

: , , ()

(Apabila manusia meninggal dunia, maka tereputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: Sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak yang sholeh yang mendoakannya).

Untuk memperoleh anak yang sholih maka orang tua berkewajiban memenuhi hak-hak anak, terutama hak memperoleh pendidikan. Sebab tanpa pendidikan yang baik, maka sangat tidak mungkin anak akan menjadi sholih, dan apabila anak menjadi orang jahat maka orang tua sebagai penyebab utama, sebagaimana sabda Nabi saw.

( )

(Tidak ada seorang anakpun kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fitrah atau suci, maka kedua orang tuanya yang menjadikan anaknya yahudi, atau nasrani, atau majusi).

Hal itu disebabkan kesalahan orang tua tidak memberikan hak pendidikan yang baik terhadap anak-anaknya. Oleh karena itu setiap orang yang siap mempunyai anak, harus siap fisik dan mental sebagai pendidik yang baik terhadap anak-anaknya.

Penulis mempunyai harapan agar kiranya para orang tua dalam rumah tangga mampu menjadi Lukman-Lukman yang bijaksana dalam mendidik anak-anaknya, sehingga menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah, yang berguna bagi nusa, bangsa, agama dan kedua orang tua, atas petunjuk Allah. Aamiin.BAB II

LUKMAN AL HAKIM

Dalam surat Lukman: 12 Allah berfirman:

*

(Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: Bersyukurlah kepada Allah, dan barang siapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji).

Ada beberapa pendapat ahli tafsir tentang siapa Lukman itu? An Nukhas menyatakan: Lukman bin Baurok bin Nahur bin Tarah, yaitu bapak Nabi Ibrahim, begitu pula pendapat Muhammad bin Is-haq (Saya pikir ini salah sebab ayah Ibrahim adalah penyembah berhala). Ada yang menyatakan: Lukman bin Unuqok bin Sirwan, demikian penjelasan as Sahily. Menurut Wahhab: Lukman anak saudara perempuan Nabi Ayub. Muqotil menyatakan: Lukman anak bibi Nabi Ayub. Al Waqidy menyatakan: Lukman adalah seorang Hakim Agung Bani Israil. Saib bin Musayyab menyatakan: Lukman adalah orang kulit hitam dari Sudan berlidah hitam, yang diberi hikmah oleh Allah Taalaa, dan bukan Nabi. Oleh karena itu Jumhur ulama ahli takwil menyatakan: Lukman adalah seorang wali bukan Nabi. Yang benar Lukman adalah seorang laki-laki yang hakim (bijak) mendapat hikmah dari Allah, dia benar dalam aqidah, dan ahli di bidang agama dan cerdas akalnya, dia seorang Hakim Agung Bani Israil. Ibnu Umar menyatakan: Saya mendengar Rasululah saw. bersabda:

, , , .( )

(Lukman bukanlah seorang Nabi, tetapi dia seorang hamba yang banyak berfikir dan memiliki keyakinan yang baik, dia mencintai Allah Taalaa, dan Allah mencintainya. Allah menganugerahinya hikmah, dan Allah memilihnya untuk dijadikan kholifah atau pemimpin untuk menetapkan hukum dengan benar).

Tentang pekerjaan Luqman ada beberapa pendapat: Said Ibnul Musayyab menyatakan; Dia seorang penjahit. Menurut Kholid ar Rubaie: Dia seorang tukang kayu. Dari pendapat lain: Lukman adalah seorang tukang kayu, orang miskin berkulit hitam dari Sudan, yang diberi hikmah oleh Allah setingkat dengan kenabian. Hikmah menurut bahasa, terdapat dalam Kamus Munjid: Kalimat yang sesuai dengan kiebenaran, filsafat, urusan yang benar, keadilan, ilmu, ketulusan. Menurut Ibnu Abbas, hikmah adalah: Ilmu, kefahaman, serta kebenaran dalam ucapan dan tindakan. Dalam pemakaian sehari-hari hikmah adalah: Kearifan dan kebijaksanaan. Ahmad al Maroghie dalam Tafsirnya menyatakan: Hikmah adalah akal sehat atau kecerdasan, dan telah banyak kata-kata mutiara hikmah dari Lukman, sebagai upaya mendidik anak-anaknya antara lain: Wahai anakku sesungguhnya dunia ini ibarat sebuah lautan yang dalam, dan telah menenggelamkan banyak manusia, oleh karena itu jadikanlah taqwa kepada Allah sebagai perahumu, iman sebagai muatannya, dan tawakal sebagai layarnya, maka engkau akan selamat. Kata mutiara lainnya: Barang siapa yang memiliki kendali diri, maka akan mendapatkan penjagaan dari Allah, dan barang siapa yang adil terhadap dirinya sendiri, maka Allah berkenan menambah kemulyaan baginya. Meremehkan ketaatannya kepada Allah, maka berarti mendekati Allah dengan maksiyat. Kata mutiara lainnya: Wahai anakku, jangan terlalu manis, maka kamu akan ditelan orang, dan jangan terlalu pahit, maka kamu akan dimuntahkan orang. Kata mutiara Lukman yang lain: Hai anakku, apabila engkau hendak berteman dengan seseorang, maka buatlah dia marah, bila dia bertindak adil kepadamu, ketika dia marah, maka jadikanlah dia temanmu, bila tidak, maka jauhilah dia.

Dan Lukman sebagai orang yang diberi hikmah diperintah bersyukur kepada Allah, karena siapa orang yang diberi hikmah berarti diberi anugerah yang teramat banyak dan besar, sebagaimana firman Allah dalam surat al Baqoroh 269:

*

(Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tidak ada orang yang dapat mengambil pelajaran akan hal itu, kecuali orang-orang yang berakal sehat). Orang yang diberi hikmah adalah mendapatkan anugerah yang sangat besar dari Allah, oleh karena itu wajib bersyukur kepada Allah atas anugerah hikmah tersebut. Orang yang diberi hikmah oleh Alah, tampil sebagai pribadi yang berakhlakul karimah, adil, arif dan bijaksana, terhadap segala urusan baik urusan dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, atau terhadap sesama makhluk hidup. Orang tersebut akan tampak sebagai hamba kekasih Allah, kehidupannya terhormat, dan taat menjalankan semua perintah Allah dan sanggup menjauhi semua larangan Allah. Inilah pribadi muttaqin menurut pandangan Islam.BAB III

ESENSI POKOK PENDIDIKAN LUKMAN AL HAKIM

Lukman al Hakim seorang pendidik terutama terhadap anak-anaknya, sehingga diabadikan di dalam al Quran tentang hal-hal yang esesnsi dalam sistim pendidkan Lukman, yakni berupa rumusan tujuan pendidikan yang jelas, menggambarkan sistimatika pendidikan serta penjenjangan yang berkelanjutan, sejak lahir sampai anak menjadi manusia seutuhnya (long life education). Dengan jelasnya tujuan pendidikan Lukman al Hakim ini, maka pakar pendidikan Muslim diharapkan mampu merumuskan kurikulum, teknik, metodologis dalam proses pendidikan yang baik, agar anak mampu mencapai tujuan pendidikan dimaksud. Adapun esensi pendidikan Lukman berupa rumusan lima tujuan pendidikan, yang diharapkan akan menjadi tujuan pendidikan Nasional tertuang dalam Undang-Undang sistim pendidikan nasional Indonesia di masa yang akan datang.

A. PENDIDIKAN AQIDAH TAUHID

Pendidikan aqidah tauhid merupakan pendidikan pertama dan utama yang harus diberikan kepada anak-anak, agar anak sejak dini mengenal Tuhan yang menciptakan alam semesta termasuk manusia dan diri anak itu sendiri. Pendidikan tauhid bertujuan agar anak menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Perlu dijelaskan bahwa yang dilarang ialah mempersekutukan Allah dengan sesuatu, tetapi kena apa justeru yang dibahas tentang pendidikan tauhid? Dalam Islam ada satu kaidah hukum yang menyatakan (Larangan terhadap sesuatu itu berarti perintah terhadap kebalikan sesuatu itu). Jadi kalau yang dilarang musyrik, maka orang diperintah mentauhidkan (mengesakan) Allah. Larangan musyrik terhadap anak sudah barang tentu sebelumnya sudah melaui proses pembentukan keimanan yang kokoh kuat melalui pendidikan. Sebab tidak mungkin orang melarang orang lain terutama anaknya terhadap sesuatu perbuatan tanpa diketahui terlebih dahulu tentang hal dilarangnya.

Sejak baru lahir anak telah dikenalkan dengan Tuhan Allah, dengan cara mebiisikkan kalimat adzan pada telinganya, sebagai pendidikan utama dan pertama setelah lahir didunia, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi saw., yang diriwayatkan oleh Abu Rofi ia menyatakan bahwa dia menyaksikan Rasulullah saw.:

( )

(Saya melihat Rasulullah saw. melakukan adzan pada telinga al Hasan bin Ali ketika baru dilahirkan oleh Fathimah, seperti adzan untuk sholat).

Setelah anak mulai bisa berbicara, beraktivitas mandiri diperkenalkan dengan sifat-sifat Allah terutama sifat kasih sayang Allah kepada manusia terutama anak-anak, dengan menghafalkan surat al Ikhlas dan sebagainya. Anak diajak mengenal ciptaan Alah dalam wujud alam semesta yang berada disekitar kehidupan anak, pepohonan yang hijau, sawah terbentang luas, buah-buahan yang nikmat cita rasanya, semuanya anugerah Allah untuk manusia. Dan pada gilirannya anak akan mengenal jati dirinya, kedudukanannya di hadapan Allah dan di hadapan sesama manusia dan makhluk lainnya. Sebagaimana tersebut dalam ayat: 13 surat Lukman:

*

(Tatkala Lukman berkata kepada kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepada anaknya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedhaliman atau kejahatan yang besar). Pernyataan hai anakku, menunjukkan bahwa pendidikan Lukman menggunakan pendekatan cinta kasih. Ahmad Musthofa al Maroghie menyatakan: Dholim adalah: meletakkan sesuatu bukan peda tempatnya. Kedholiman besar ketika orang menyamakan antara Dzat yang tidak ada kenikmatan kecuali dari pada-Nya, yakni Allah SWT. dengan makhluk yang tidak mampu memberi kenikmatan kepada siapapun, yakni patung atau berhala.

Aqidah (keimanan yang kuat) adalah kunci dari keberagamaan seseorang, dan itu akan diperoleh melalui pendidikan dan latihan secara tekun dan terus menerus, baik melalui pendidikan keluarga, atau pendidikan formal, misalnya di Madrasah, Sekolah, pesantren, bisa juga melalui pengajian di majelis-majelis talim.

Aqidah yang kuat akan menjauhkan manusia dari syirik atau mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan lainnya. Dan manusia dalam hidupnya memiliki prinsip yang tegas sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi saw. dan kita ucapkan setiap saat: (Aku rela Allah Tuhanku, Islam agamaku, dan Nabi muhammad adalah nabi dan utusan Allah). Sebagaimana hadits dari al Abbas bin Abdul Mutholib, bahwasanya dia mendengar Rasulullah saw. bersabda, diriwayatkan oleh Muslim:

,

(Akan menikmati lezatnya beriman orang yang rela bahwa Allah Tuhannya, Islam agamanya, dan Muhammad adalah utusan Allah).

Aqidah yang baik akan membawa manusia menjadi baik, sebagai tanda bahwa manusia itu baik adalah paham akan agama Islam dengan baik pula. Sebagaimana sabda Rasululah saw.

( )

(Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang baik, maka Allah memberikan kemampuan memahami tentang seluk beluk agama).`````````

Banyak orang lalai terhadap pendidikan aqidah untuk anak-anaknya, mereka menganggap itu kurang penting dan bahkan akan mengganggu perkembangan kepribadian anak dan menurunkan prestasi anak dalam pendidikan. Realita menunjukkan bahwa banyak orang tua tidak memiliki bekal untuk mengantar anaknya menjadi manusia yang baik, yang berguna bagi mereka nanti, baik di masa tua atau sesudah meninggal dunia.

B. PENDIDIKAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA

Salah satu tujuan pernikahan: agar memperoleh anak keturunan yang baik, sebagai tugas melestarikan kehidupan jenis manusia di muka bumi ini. Setelah keluarga memiliki anak, maka Islam mengatur hak-hak anak terhadap orang tua dan hak-hak orang tua terhadap anak. Berbicara tentang pendidikan anak, maka tekanannya adalah bagaimana mendidik anak agar menyadari bahwa dia banyak berhutang budi kepada kedua orang tua terutama ibu, ibu sebagai perantara dia lahir ke dunia, maka dia wajib menghargai dan menghormati kedua orang tua sebagai manusia yang paling berjasa terhadap dirinya sehingga dia lahir dan hidup di dunia ini. Anak dididik memiliki sopan santun, etika, dan hormat kepada orang tua dan yang lebih tua dari padanya. Allah sangat bijaksana dalam mengantar pendidikan ini, Allah sendiri langsung yang memerintahkan, dengan firman-Nya dalam ayat 14 15 surat Lukman: * *

(Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbakti kepada ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dalam keadaan lemah dan makin tambah hari makin tambah lemah, dan memisahkannya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua ibu bapakamu, hanya kepada-Kulah kamu akan kembali. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah tempat kembalimu, maka Kutunjukkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan).

Dari ayat ini ada beberapa pelajaran:

1. Anak wajib berbakti kepada kedua ibu bapaknya, dan haram hukumnya melawan atau menentang kedua orang tua, kapan saja di mana saja, dalam kondisi apa saja. Karena jasa-jasa keduanya yang tak mungkin terbalas oleh anak manapun. Bahkan Allah secara tegas berfirman dalam surat al Isrok: 23:

*

(Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai usia lanjut dan berada dalam tanggungjawabmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan: ah dan janganlah kamu menghardik mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulya). Banyak cerita tentang bencana yang akan diterima oleh orang yang tidak berbakti kepada kedua orang tua (uquuqul walidain), kata orang Jawa "kuwalat". Oleh karena itu wajib bagi anak berusaha untuk mendapat ridlo orang tua agar Allah meridloinya, sebagaimana sabda Nabi saw: Ridlo Allah itu terletak pada keridloan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah itu terletak pada kemurkaan kedua orang tua.2. Dilarang mengikuti perintah orang tua yang mengajak mempersekutukan Allah dengan yang lain, atau bermasiyat kepada Allah, dan wajib bergaul dengan baik walaupun agama kedua orang tua bukan orang Islam. Karena anak telah memahami bahwa menyekutukan Allah dengan yang lain adalah kedholiman yang besar. Dalam satu riwayat bahwa ayat ini diturunkan meyangkut tentang Saod bin Abi Waqosh, ia berkata: Ketika saya masuk Islam, ibuku bersumpah, dia tidak akan makan dan minum, pada hari pertama dia mogok makan saya memanggilnya untuk makan, dia tidak mau dan dia bertahan, pada hari kedua saya panggil untuk makan, dia menolak, pada hari ketiga, saya panggil lagi, dia tetap menolak. Lalu saya berkata kepadanya: Demi Allah seandainya ibu memiliki seratus nyawa, maka seratus nyawa itu akan melayang sebelum saya meninggalkan agamaku ini. Ketika ibu tahu bahwa saya tidak akan melakukan apa yang dikehendaki agar saya kembali musyrik, maka dia mau makan.

3. Dan setiap anak wajib menempuh jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang menuju kepada Tuhan Allah, yakni jalan orang-orang sholeh yang rajin beribadah kepada Allah, dengan kesadaran bahwa dia akan kembali kepada Allah dan menerima balasan apa yang telah mereka perbuat di dunia. Inilah pendidikan anak tentang syariah agama yang dianutnya.

Dalam kaitannya berbakti kepada kedua ibu bapak, Abu Hurairoh berkata: Datang seorang laki-laki menghadap Rasulullah saw. dan bertanya:

: , : : , : : , : : ( )

(Hai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk saya pergauli dengan baik? Beliau menjawab: Ibumu. Ia bertanya lagi: Lalu siapa? Beliau menjawab: Ibumu. Ia bertanya lagi: Lalu siapa? Beliau menjawab: Ibumu. Ia bertanya lagi: Lalu siapa? Beliau menjawab: Ayahmu). Tepat sekali bunyi ayat di atas menyebut ibu yang mengandung dan menyusui selama dua tahun terrhadap anaknya, karena betapa penting peran seorang ibu terhadap perkembangan kepribadian seorang anak.

Dalam hal berbakti kepada kedua orang tua, secara langsung diperintah oleh Allah, oleh karena sangat tidak mungkin seorang ayah atau ibu menyatakan kepada anaknya: Kamu harus berbakti kepadaku. Oleh karena itu sangat penting peranan guru atau pembimbing rohani untuk menjelaskan tentang berbakti kepada dua orang tua dimaksud. Banyak kita jumpai seseorang lebih hormat kepada gurunya dibanding kepada kedua orang tuanya, hal ini dimungkinkan anak tidak diserahkan kepada pendidik yang memiliki kapasitas dan kompetensi yang tepat.

Di Indonesia sudah ada Undang-Undang perlindungan anak, orang tua dapat dihukum karena menelantarkan anaknya, tetapi belum ada undang-undang perlindungan orang tua, oleh sebab itu bila ada anak menelantarkan orang tuanya, tidak dijerat oleh hukum, banyak kasus orang tua telantar, bahkan di Situbondo ada dua orang anak yang bapaknya sejak sakit sampai meninggal dunia di rumah sakit tidak mau menjenguk dan mengambil jenazah bapaknya, ini anak kurang ajar, tetapi tidak dapat dijerat oleh hukum. Hal ini sangat timpang dan perlu mendapatkan perhatian semua pihak, agar segera ada UU tentang perlindungan orang tua.

Dalam UU Sisdiknas Nomor: 20 Tahun 2003, tujuan pendidikan nasional adalah: untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sama sekali tidak menyentuh kebaktian seorang anak terhadap kedua orang tuanya, sehingga sangat sulit dalam pendidikan kita untuk mengembangkan budi pekerti, karena pangkal utama budi pekerti itu adalah hormat terhadap kedua orang tua atau lain yang berjasa. Untuk itu perlu ditinjau kembali UU Sisdiknas kita di masa mendatang, dengan mempertimbangan unsur pokok pendidikan Lukman.

C. PENDIDIKAN DISIPLIN DAN TAAT TERHADAP HUKUM

Anak dididik berdisiplin dan taat hukum, character building (pembangunan mental) dan basic personality (dasar-dasar kepribadian) anak, maka harus melalui penanaman disiplin yang tinggi, agar anak memiliki kekuatan jiwa, atau mental yang tinggi, tidak mudah menyerah dengan keadaan. Dan anak dilatih untuk taat terhadap hukum yang berlaku, anak dididik mengenal reward and punishment (ganjaran dan hukuman), agar anak memiliki tanggung jawab terhadap apa saja yang ia kerjakan dan lakukan, baik dalam bentuk ucapan atau perbuatan. Sebagaimana yang diajarkan oleh Lukman dalam surat Lukman: 15:

*

(Hai anakku, sesungguhnya jika ada suatu perbuatan seberat biji sawi, yang berada di dalam batu, atau di langit atau di perut bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya atau membalasnya. Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui).

Anak dilatih untuk melakukan yang terbaik, agar mereka sadar bahwa semua yang dilakukan sekecil apapun baik atau buruk, pasti akan dibalas oleh Allah. Anak dilatih untuk tidak melanggar peraturan dan perundang-undangan yang berlaku lebih-lebih syariat yang ditetapkan oleh Tuhan Allah, kata orang sekarang menjunjung tingi supremasi hukum. Karena dengan tegaknya hukum, maka kehidupan masyarakat dan negara akan menjadi sebagaimana digambarkan oleh Allah dalam surat as Sabak: 15: (Negeri yang baik, dengan ampunan dari Tuhan yang Maha Pengampun). Anak dilatih melakukan kewajiban dengan tertib dan baik, karena kesemuanya itu akan kembali kepada diri mereka sendiri, sehingga oleh anak kewajiban dipandang sebagai kebutuhan diri sendiri yang mutlak. Apabila setiap orang tua menyadari betapa pentingnya pendidikan disiplin dan taat hukum ini, maka pasti akan ada program khusus dalam rumah tangga tentang pendidikan tersebut, dan tentu akan terwujud keteladanan setiap orang tua bagi anak-anaknya tentang disiplin dan taat hukum ini. Anak sudah memahami akan hak dan kewajiban, dan hukum sebab akibat, sebagaimana pepatah; Siapa yang menanam dialah yang akan menuai, Siapa menebar angin akan menuai badai. Sehingga anak memiliki disiplin pribadi yang kuat.

D. PENDIDIKAN PRIBADI MANDIRI DAN BERTANGGUNG JAWAB

Lukman al Hakim mendidik anaknya untuk menjadi manusia yang berkepribadian mandiri dan bertanggung jawab terhadap profesi. Sebagaimana firman Allah dalam surat Lukman: 17:

*

(Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik, dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah).

Ada tiga hal yang diharapkan oleh Lukman al hakim terhadap anaknya:

1. Agar anaknya tekun melaksanakan sholat, sebagai tanggungjawabnya sebagai makhluk individu, sholat bisa dimaknai sebagai sholat secara harfiyah, tetapi juga sholat sebagai simbul dari ibadah secara keseluruhan. Sholat dalam arti harfiyah, bahwa sholat itu mampu mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar, sedangkan bila sholat dimaknai sebagai simbolis dari seluruh ibadah, maka anak diharapkan memiliki pribadi yang teguh sebagai hamba Allah yang tugas pokoknya berbakti hanya kepada Allah semata. Perintah sholat sudah didahului dengan simpul-simpul tahapan, ketika anak umur tujuh tahun, ketika anak sudah umur 10 tahun, dan ketika anak sudah baligh mukallaf, dia bertanggung jawab menerima beban hukum terutama sholat. Menurut sabda Nabi saw. bahwa anak sudah diperintah melakukan sholat sejak umur tujuh tahun, dan setelah umur sepuluh tahun, harus dipukul bila lalai terhadap sholatnya.

.( )

(Perintahlah anakmu sholat ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka bila lalai setelah umur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka).

Anak diperintah pada usia tujuh tahun dan dipukul pada usia sepuluh tahun, bukan berarti Lukman baru berbicara tentang sholat ketika anak sudah berumur tujuh tahun, tetapi jauh sebelum itu anak telah dididik untuk sholat.2. Anak yang sudah dewasa dan mandiri bertanggung jawab sebagai makhluk sosial, untuk beramar maruf nahi anil mungkar di tengah masyarakat luas. Menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap lingkungannya, pergaulannya, dan masyarakat sekitarnya, artinya diharapkan menjadi pemimpin bagi orang yang bertaqwa kepada Allah. Sebagaimana doa kita setiap selesai sholat, dalam surat al Furqon: 74:

*

(Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa). Betapa banyak cerdik pandai, gagah perkasa, tetapi tidak memiliki kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya, mereka hanya sibuk mengurusi kebutuhan sendiri-sendiri, dan itulah kondisi bangsa kita saat ini, sangat memprihatinkan sekali.3. Dididik menjadi manusia yang sabar menghadapi semua rintangan dan tantangan hidup, termasuk dalam menjalankan tugas amar maruf nahi anil mungkar, melalui keteladanan dalam hidup Lukman sebagai manusia yang diberi hikmah kebijaksanaan. Karena sadar bahwa itu semua adalah suatu kewajiban mulia yang harus dipikul dan tidak mungkin kehormatan yang diberikan Tuhan itu dilepaskan, dan yakin Tuhan pasti akan memberikan jalan keluar dari segala kesulitan yang dihadapinya, itu pasti dan pasti, karena Tuhan Allah tidak akan menipu, dan itulah yang dinamakan dalam islam ruhul jihad atau semangat juang yang tinggi.

E. PENDIDIKAN AKHLAQUL KARIMAH

Lukman mendidik anaknya agar memiliki akhlaqul karimah, memiliki rasa sosial kemasyarakatan yang tinggi, memiliki human relationship yang kuat, tidak sombong dan congkak, ketika nanti sudah menjadi manusia yang berstatus di masyarakat, hidup dalam kecukupan atau bahkan memiliki status atau posisi penting di tengah masyarakat. Dalam surat Lukman: 18 19 Lukman berkata kepada anaknya:

* *

(Dan janganlah kemu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong, dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai).

Sombong dan congkak itu pada kebiasaannya dilakukan oleh orang yang sudah mapan dalam kehidupannya, sudah memiliki status atau kedudukan di masyarakat, sekalipun tidak menutup kemungkinan orang yang tidak memiliki kemapanan juga ada yang sombong, hal itu luar biasa. Gejala kesombongan itu dapat terlihat dalam ekspresi wajah, ekspresi sikap, cara berjalan, cara berbicara, dan bentuk-bentuk lainnya, yang menggambarkan sikap merendahkan atau meremehkan orang lain, karena merasa dirinya lebih dalam segala hal. Islam sangat menekankan akhlaqul karimah, karena Nabi Muhammad saw. di utus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang baik, sesuai dengan sabda beliau saw.: Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

Nabi saw. bersabda:

, , ( )

(Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berbuat baik kepada tetangganya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah menghormati tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada Alah dan hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau diam).

Dalam kesempatan lain beliau bersabda:

( )

(Tidak dinyatakan beriman sempurna seseorang di antara kamu, sampai mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri).

Uraian dalam ayat ini menggambarkan pendidikan bagi anak-anak setelah dewasa nanti dan memiliki status sosial yang mapan, kedudukan yang lumayan, maka hendaknya jangan berbuat dholim terhadap siapapun saja terutama terhadap profesinya, dan berkhianat terhadap amanat yang diberikan kepadanya.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Lima pilar pokok sebagai tujuan pendidikan model Lukman al Hakim dan itulah pendidikan Islam, akan membentuk pribadi manusia muslim yang paripurna, berilmu, bertanggung jawab, amanat, dan tegak berdiri sebagai manusia berpribadi luhur atau bertaqwa. Menggambarkan suatu sistim pendidikan berjenjang dan berkelanjutan, sejak lahir sampai dengan menjadi manusia seutuhnya yang bertaqwa dan berkualitas tinggi, sebagai pendidikan seumur hidup (long life education). Anak manusia yang demikian tidak akan goyah oleh badai pengaruh globalisasi negatif sebesar apapun, biar berdekatan dengan porno grafi, porno aksi baik lewat media tulis, media elektronika, internet, baik berdekatan dengan narkoba sekalipun, berdampingan dengan manusia korup, dia tetap tangguh mampu mempertahankan identitas sebagai pribadi muslim yang muttaqin, karena telah memiliki kekebalan tubuh dan daya tangkal yang hebat. Dan bahkan anak manusia yang demikian ini mampu mengadakan perubahan terhadap lingkungannya ke arah yang lebih baik. Pribadi anak manusia yang demikian tidak gentar menghadapi segala bentuk rintangan, ancaman baik terhadap harta dan jiwa raganya, karena kuatnya keyakinan atas pertolongan Allah. Pribadi anak manusia yang demikian inilah yang mampu mengemban amanat nusa, bangsa dan agamanya, yang mampu mengantarkan kedua orang tuanya ke derajat yang mulia dan bahagia, masuk ke dalam surga.

Itulah sosok pribadi masnusia yang digambarkan oleh Allah dalam surat al Furqon: 63 76:

* * * * * * * * * * * * * *

(Dan hamba-hamba yang dikasihi Tuhan Allah ialah orang-orang yang apabila berjalan di muka bumi dengan rendah hati dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan. Dan orang-orang yang menghabiskan malam hari untuk bersujud dan berdiri beribadah kepada Tuhan mereka. Dan orang-orang yang menyatakan: Ya Tuhan kami, jauhkanlah kami dari siksa neraka jahannam, sesungguhnya siksanya itu adalah kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat tinggal, dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan hartanya tidak berlebih dan tidak pula kikir, dan mereka itu membelanjakan harta sedang-sedang saja atau wajar. Dan orang-orang yang tidak menyembah kepada tuhan yang lain bersama-sama dengan menyembah Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia menadapat pembalasan ata dosa-dosanya. Akan dilipat gandakan siksa untuknya pada hari qiyamat dan dia akan kekal dalam siksa itu dalam keadaan hina dina. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal sholeh, maka kejahatan mereka itu akan diganti oleh Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan barang siapa yang bertaubat dan beramal sholeh, maka sesungguhnya dia benar-benar bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan yang tidak ada mafaatnya, mereka itu lewat dengan tetap menjaga kehormatan dirinya. Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka itu tidak menghadapinya seperti orang yang tuli dan buta. Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa. Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi dalam surga, karena kesabaran mereka, dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya. Mereka itu di dalam surga. Dan surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman).

Yang dimaksud dengan ibaadur Rohman adalah manusia yang menjadi kekasih Allah, dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Berjalan di muka bumi penuh santun dan merendahkan diri, tidak angkuh.

2. Apabila dikata-katai orang bodoh, dia merespon dengan kalimat yang adil dan benar.

3. Rajin melakukan sholat malam (sholatul lail).

4. Selalu berdoa kepada Allah agar diselamatkan dari siksa api neraka.

5. Dermawan, tidak boros dan tidak kikir, tetapi sedang-sedang saja.

6. Tidak melakukan dosa besar, yaitu musyrik, membunuh, dan berzina, karena sadar bahwa akan mengantar dia masuk neraka jahannam, kekal di dalamnya.

7. Tidak menjadi saksi palsu, dan selalu menjaga kehormatan dirinya.

8. Bila mendengar ayat atau firman Allah, ia penuh perhatian, tidak membisu dan membuta.

9. Selalu berusaha dan berdoa untuk diri keluarga dan anak cucunya, agar menjadi manusia berguna dan pemimpin bagi orang yang bertaqwa.

Generasi penerus yang memiliki sembilan ciri atau karakter kuat seperti itulah yang kita dambakan, terutama dalam era yang serba tidak menentu ini. Untuk membangun generasi yang sehebat itu, diperlukan perjuangan, dan kerja keras, pengorbanan yang besar, serta ketekunan dan kesabaran yang tinggi. Dan sungguh alangkah indahnya bila semangat membangun generasi penerus ini dimiliki secara kolektif oleh seluruh ummat Islam Indonesia, niscaya dapat kita gambarkan kejayaan nusa bangsa di masa mendatang.

B. SARAN-SARAN

1. Pilihlah tempat pendidikan bagi anak-anak kita sesuai dengan esensi pokok pendidikan Lukman al Hakim, terserah apakah Sekolah umum, Madrasah, Pasantren, atau kursus, apakah perguruan tinggi umum atau agama, yang penting mampu mengantar anak kita menjadi manusia yang mandiri baik kehidupan duniawi terutama kehidupan ukhrowi.

2. Jadilah contoh dan pendidik yang baik bagi anak-anak, agar anak memiliki idola yang tepat, yakni ayah dan ibunya sendiri, tidak mencari idola di luar rumah.

3. Bersabarlah dalam mendidik anak, karena suatu investasi berharga dunia dan akhirat, dan oleh karena itu memerlukan perjuangan yang serius, sabar dan kontinu.

4. Jangan memanjakan anak, karena memanjakan anak akan mematikan kreativitas, dan setelah dewasa nanti dia tidak memiliki kemampuan untuk mandiri, daya juangnya rendah, dan mudah menyerah.

5. Untuk membangun karakter anak bangsa, maka sebuah keniscayaan Berbakti kepada dua orang tua dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan, sekaligus secara eksplisit tertuang di dalam tujuan pendidikan nasional.

Semoga Allah senantiasa menuntun dan menolong kita, agar kita tetap konsisten dalam mendidik anak-anak kita sebagai amanat dari Allah, dan semoga kita mampu menjadi contoh terbaik bagi anak-anak kita. Aamiin.

.Malang, 5 Juni 2008.

Penyusun,

Drs. H. Kusnan A.

DAFTAR PUSTAKA

Departenen Agama RI. Al Quran dan Terjemahnya. Jakarta.

Abu Thohir bin Abas. 1995. Tanwirul Miqbas min Tafsir Ibnu Abbas.

Darul Fikri,Beirut, Libanon.

Al Qurthubie, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al Anshorie, 1994.

Al Jamiu li ahkaamil Quran. Darul Fikri, Beirut, Libanon.

Al Maroghie, Ahmad Musthofa. 1994. Tafsir al Maroghie.Darul Fikri,

Beirut, Libanon, 1974.

Al Atsqolanie, Ahmad bin Alie bin Hajar. 1993. Fat-hul Barie syarah Shohih

al Bukhorie. Darul Fikri, Beirut, Libanon.

Muslim, Abu al Husain. 1993. Shohih Muslim. Darul Fikri, Beirut, Libanon.

As Suyuthie, Al Imam Jalaluddin Abdur Rohman. 1967. Al Jamiu as

Shoghir. Darul Kitab al Arobie, Kairo.

An Nawawie, Abu Zakariya Yahya bin Syarof, tt. Riyadlus sholihin. Salim

Nabhan, Surabaya.

Al Hasyimie Bek, As Sayyid. 1948. Mukhtarul ahaadits an Nabiwiyah.

al Hidayah, Surabaya.

Abdul Hamid Hakim. tt. As Sulam. Al Maktabah as Sadiyah, Jakarta.

Al Munjid. 1986. Qamus al Munjid fi al lughoh wal alam. Darul Masyriq, Beirut,

Atabik, Ali Ahmad Zuhdi Muhdlor. 1996. Kamus kontemporer Arab-Indonesia.

Yayasan Ali Maksum, Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.

Compac Disc (CD). Al Mausuah al Hadits as Syarif al Kutubut tasiah

(Ensiklopedi sembilan kitab Hadits as Syarif).

Abdul Baqie, Muhammad Fuad. tt. Al Mujamu al Mufahros. Angkasa, tt.

Undang-Undang SISDIKNAS (SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL) 2003

(UU RI NO. 20 TH. 2003), Sinar Grafika, Jakarta, 2005.

As Sayyid Ahmad al Hasyimie Bek, Mukhtarul ahaaditsi an Nabawiyyah wal Hikami Muhammadiyyah, Al Hidayah, Surabaya, hal. 156.

Ibid, 157.

Abu Abdillah Muhamad bin Ahmad al Anshorie al Qurthubie, Al Jamiu li ahkaami al Quraani (Tafisr al Qurthubie), jilid VII, Bagian ke XIV, Darul Fikri, Beirut, Libanon, 1994, hal. 56.

Ibid, 57.

Ahmad Musthofa al Maroghie, Tafsir al Maroghie, jilid 7, Juz: 21, Darul Fikri, Beirut, Libanon, hal: 78.

Abu Thohir bin Abbas, Tafsir Ibnu Abbas, Darul Fikri, Beirut, Libanon, 1995, hal: 412.

Ahmad Musthofa al Maroghie, Loc. Cit.

Abdul Hamid Hakim, As Sulam, Juz II, As Sadiyah Putra, Jakarta, hal. 14.

Copmac Disc (CD) Mausuah al Hadits as Syarif al Kutubut Tasiah, Sunan Abu dawud, hadits no. 4441.

Ahmad Musthofa al maroghie, Op. Cit, hal. 81

Abil Husain Muslim bin al Hajjaj al Qusyairie an Naisaburie, Shohih Muslim, Juz: I, Darul Fikri, Beirut, Libanon, hal: 41.

As Sayyid Ahmad al hasyimie Bek, Mukhtarul ahaaditsi an Nabawiyyah wal Hikami al Muhammadiyah, Op. Cit. 175.

Ahmad Musthofa al Maroghie, Op. Cit, hal:83.

Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syarof an Nawawie, Riyadlus Sholihin min kalami Sayyidil Mursalin, Salim Nabhan wa aulaadih, Surabaya, hal. 116.

Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) 2003 (UU RI NO. 20 TH. 2003), Sinar Grafika, Jakarta, hal. 5 6.

Al Imam Jalaluddin Abdur Rohman bin Abi Bakar as Suyuthie, Al Jamiu as Shoghir, Darul Kaatib al Arobie wat Thobaah wan nasyar bil Qohiroh /Darul Qolam (Kairo), tahun 1967, hal. 291.

As Sayyid Ahmad al Hasyimie Bek, Op. Cit, hal. 173.

Ibid, 138.

117