media ilmiah teknologi pangan · 2017. 6. 4. · media ilmiah teknologi pangan volume 3, no. 1,...

13
ISSN: 2407-3814 (print) ISSN: 2477-2739 (e-journal) MEDIA ILMIAH TEKNOLOGI PANGAN Volume 3, No. 1, Maret 2016, Hal. 01 77 Jurnal Ilmiah Ilmu dan Teknologi Pangan Program Magister Ilmu dan Teknologi Pangan Program Pascasarjana - Universitas Udayana

Upload: others

Post on 14-Nov-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEDIA ILMIAH TEKNOLOGI PANGAN · 2017. 6. 4. · Media Ilmiah Teknologi Pangan Volume 3, No. 1, Maret 2016, Hal. 01-77 ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)Hasil Penelitian

ISSN: 2407-3814 (print) ISSN: 2477-2739 (e-journal)

MEDIA ILMIAHTEKNOLOGI PANGAN

Volume 3, No. 1, Maret 2016, Hal. 01 – 77

J u r n a l I l m i a h I l m u d a n Te k n o l o g i P a n g a n

Program Magister Ilmu dan Teknologi PanganProgram Pascasarjana - Universitas Udayana

Page 2: MEDIA ILMIAH TEKNOLOGI PANGAN · 2017. 6. 4. · Media Ilmiah Teknologi Pangan Volume 3, No. 1, Maret 2016, Hal. 01-77 ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)Hasil Penelitian

Vol.3, No.1, Maret, 2016, Hal.01-77 ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)

Media Ilmiah Teknologi Pangan

PEMIMPIN UMUM

Dr. Ir. I Nengah Kencana Putra, MS.

DEWAN REDAKSI

Ketua

Prof. Ir. Nyoman Semadi Antara, MP., Ph.D.

Anggota

Prof. Dr. Ir. I Ketut. Suter, MS.

Prof. Dr. Ir. GP Ganda Putra,MP

Ir. I Made Anom Sutrisna W., M.App.Sc., Ph.D.

Dr. Ir. Ida Bagus Putu Gunadnya, MS.

Dr. Ir. IDG. Mayun Permana, M.S.

REDAKSI PELAKSANA

Dr. Ir. Ni Made Wartini, MP

I Putu Suparthana, SP., M.Agr., Ph.D.

Made Insani Utami

PENGELOLA

Program Studi Magister Ilmu dan Teknologi Pangan

Program Pascasarjana-Universitas Udayana

ALAMAT REDAKSI

Jl. P.B. Sudirman, Denpasar-Bali

Telp. 0361-223797/0361-247962 ext: 128

E-mail: [email protected]

Page 3: MEDIA ILMIAH TEKNOLOGI PANGAN · 2017. 6. 4. · Media Ilmiah Teknologi Pangan Volume 3, No. 1, Maret 2016, Hal. 01-77 ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)Hasil Penelitian

Vol.3, No.1, Maret, 2016; Hal. 01-77 ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)

MITRA BESTARI

Prof. Ir. I N Semadi Antara,M.P., Ph.D.

Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana-Denpasar

HASHIMOTO, Masayuki., Ph.D.

Institute of Molecular Medicine and

Center for Infectious Disease and Signaling Research,

Medical School, National Chengkung University

Prof. Dr. Ir. I Ketut Suter, M.S.

Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana-Denpasar

Prof. Dr. Ir. GP Ganda Putra,M.P.

Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana-Denpasar

Dr. Ir. IDG. Mayun Permana, M.S.

Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana-Denpasar

Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc.,Ph.D.

Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana-Denpasar

Ir. I Made Anom Sutrisna W., M.App.Sc., Ph.D.

Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana-Denpasar

Ir. I.B.W.Gunam,M.P., Ph.D.

Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana-Denpasar

Dr. Ir. Luh Putu Wrasiati,M.P.

Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana-Denpasar

Ir. Ida Ayu Astarini, MSc., Ph.D.

Program Studi Magister Ilmu Biologi, Universitas Udayana,

Page 4: MEDIA ILMIAH TEKNOLOGI PANGAN · 2017. 6. 4. · Media Ilmiah Teknologi Pangan Volume 3, No. 1, Maret 2016, Hal. 01-77 ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)Hasil Penelitian

Media Ilmiah Teknologi Pangan

Volume 3, No. 1, Maret 2016, Hal. 01-77

ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)

Hasil Penelitian

Karakteristik Fisik dan Mekanik Bioplastik

(Studi Konsentrasi Tapioka dan Perbandingan Campuran Pemlastis)

Characteristic of bioplastic’s physical and mechanical (Study on Tapioca

Concentration and Composition Mixture of Plasticizer)

Bambang Admadi Harsojuwono, dan I Wayan Arnata

01 - 07

Strategi Pengembangan Produk dan Perluasan Pasar pada

Pengembangan Pangan Tradisional sebagai Produk Wisata Kuliner

di Bali

Product’s Development Strategy and Market Expansion in Development

of Traditional Food as Culinary Excursion in Bali

Luh Putu Wrasiati, Anak Agung Putu Agung Suryawan, W., I Made Anom S.

Wijaya, dan I Ketut Suter

08 - 18

Viability of Lactic Acid Bacteria Isolated from Kombucha Tea Against

Low pH and Bile Salt

Ketahanan Bakteri Asam Laktat yang Diisolasi dari Teh Kombucha

terhadap pH Rendah dan Garam Empedu

Ni Nyoman Puspawati and Ni Made Indri Hapsari Arihantana

19 - 26

Kajian Sifat Fungsional dan Kimia Tepung Kecambah Kacang

Merah (Phaseolus vulgaris l.)

Study of Functional and Chemical Properties of Red Bean (Phaseolus

vulgaris l.) Sprouts Flour

Ni Wayan Wisaniyasa, dan I Ketut Suter

27 - 35

Page 5: MEDIA ILMIAH TEKNOLOGI PANGAN · 2017. 6. 4. · Media Ilmiah Teknologi Pangan Volume 3, No. 1, Maret 2016, Hal. 01-77 ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)Hasil Penelitian

Potensi Aspergillus parasiticus dalam Memproduksi Aflatoksin B1

pada Tepung Maizena Selama Penyimpanan.

The Potent of Aspergillus parasiticus to Produce Aflatoxin B1 on the

Maize Flour During Storage

Duniaji A.S, Made Indri Hapsari A dan NN Puspawati

36 - 43

Pengaruh Penambahan Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi

L.) Terhadap Karakteristik Keju Mozzarella

Addition Effect of Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Extract to

Characteristic of Mozzarella cheese

I Wayan Rai Widarta, Herni Prayekti, dan Ni Wayan Wisaniyasa

44 - 45

Pengaruh Diet Rumput Laut Caulerpa sp. dan Gracilaria sp.

Terhadap Kadar Glukosa Darah dan Histologi Pankreas Tikus

Diabetik

The effect of dietary seaweed of Caulerpa sp. and Gracilaria sp. on blood

glucose levels and histological pancreas of diabetic rats.

N. L. Ari Yusasrini dan Luh Putu T. Darmayanti

46 – 53

Aktivitas Antioksidan Lactobacillus spp untuk Pengembangan

Antioksidatif Probiotik

Antioxidant Activity of Lactobacillus spp as for Development of

Antioxidantive Probiotic

Komang Ayu Nocianitri, I Nengah Sujaya, dan Yan Ramona

54 - 61

Aplikasi Bahan Pelapis Alami untuk Mempertahankan Mutu Buah

Manggis Kualitas Ekspor

Application of Natural Coat Material to Preserve the Quality of Export

Grade Manggoessteam

Ni Luh Yulianti, Wayan Widia dan Gede Arda

62 - 69

Analisis Nilai Gizi Beberapa Loloh Bali

Analysis of Nutritional Value of Various Loloh in Bali

Putu Ari Sandhi Wipradnyadewi, NM Indri Hapsari, dan NW Wisaniyasa

70 - 77

Page 6: MEDIA ILMIAH TEKNOLOGI PANGAN · 2017. 6. 4. · Media Ilmiah Teknologi Pangan Volume 3, No. 1, Maret 2016, Hal. 01-77 ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)Hasil Penelitian

Potensi Aspergillus parasiticus dalam Memproduksi Aflatoksin B1 pada Tepung

Maizena Selama Penyimpanan.

The Potent of Aspergillus parasiticus to Produce Aflatoxin B1 on the Maize Flour

During Storage

Duniaji A.S*, Made Indri Hapsari A dan, NN Puspawati

Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana

Bukit Jimbaran, Badung 80361; Telp/Fax : (0361) 701801

Diterima 19 Pebruari 2016 / Disetujui 04 Maret 2016

ABSTRACT

Aflatoxin B1 contamination caused by Aspergillus parasiticus and Aspergiluus

Aspergillus flavus is a great concern in maize production worldwide. A. parasiticus

infection and aflatoxin B1 contamination are usually found in maize and their processed

during storage, distribution and processing. Aflatoxin B1 contamination in food and feed

can cause the cancer diseases in animal and human.

This research was aimed to determinate the potency of A. parasiticus to produce

aflatoxin B1 in maize during storage 0, 5, 10 and 15 days. The research methods was

using Completed Random Design (CRD) with three replicated. The research was

investigation of a number of colony A. parasiticus in Petato Dextro Agar (PDA) and

Aflatoxin B1 content by using Enzym Linked Immunosorbant Assay (ELISA).

Result of research showed that A.parasiticus were susceptible to grow in maize flour

and produce aflatoxin B1 during storage. The population of A. parasiticus in maize flour

were 9.5 x 105 d in primary storage (0 days) that was the total colony were increasing

.7 x 106 (storage 5 days), 2.5 x 107 (storage 10 days) and 1.5 x 108 cfu/g with storage 15

days

A. parasiticus was a potent to produce aflatoxin B1 in myzena flour with total of

aflatoxin B1 is 66.50 ppb of mayzena flour during storage 5 days , 46.40 ppb with 10

days storage, 57.00 ppb during storage 15 days and was not found in 0 days.

Keywords: Aspergillus parasiticus, Aflatoxin B1, maize flour

36

*Korespondensi Penulis:

Email: [email protected]

Media Ilmiah Teknologi Pangan ©2016, PS Ilmu dan Teknologi Pangan

Vol. 3, No.1, 36–43, 2016 Prog. Pasca Sarjana, Univ. Udayana

ISSN : 2407-3814 (print) ISSN : 2477-2739 (e-journal)

Page 7: MEDIA ILMIAH TEKNOLOGI PANGAN · 2017. 6. 4. · Media Ilmiah Teknologi Pangan Volume 3, No. 1, Maret 2016, Hal. 01-77 ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)Hasil Penelitian

Duniaji, dkk.

efek toksik yang paling tinggi. Aflatoksin

ini bersifat karsinogenik, mutagenik dan

hepatotoksik (Herman dan Walker, 2001),

sehingga menjadi perhatian badan

kesehatan dunia (WHO) dan dikategorikan

sebagai penyebab karsinogenik golongan

1. Selain itu aflatoksin juga bersifat

immunosuppresif yang dapat menurunkan

sistem kekebalan tubuh (Boutrif, 1997;

Duniaji dan Subarjiati, 2002).

Kontaminasi kapang pada bahan

tepung sulit dibedakan oleh konsumen

karena warna miselium kapang yang

tumbuh pada tepung menyerupai warna

putih tepung dan perubahan warna

miselium serta spora kapang dengan

mudah dapat dibedakan. Akibat

kontaminasi ini akan berdampak pada

produksi aflatoksin B1 yang tidak terlihat

dengan kasat mata dan berbahaya bagi

kesehatan manusia. Berdasarkan hal

tersebut maka dilakukan penelitian

mengenai potensi A. parasiticus dalam

memproduksi aflatoksin B1 pada tepung

maizena selama penyimpanan.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di

laboratorium mikrobiologi pangan

Fakultas Teknologi Pertanian Universtas

Udayana dan Labratorium Biopestisida

Fakultas Pertanian Unversitas Udayana.

Bahan

Kultur murni A. parasiticus di peroleh

dari laboratorium Biopestisida Fakultas

Pertanian Universitas Udayana. Tepung

maizena dibeli di pasar Badung Kota

Denpasar.

37

MITP, ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)

PENDAHULUAN

Di Indonesia jagung merupakan

komoditas penting sebagai bahan pangan,

dan pakan serta produk olahannya, misal

tepung maizena. Menurut Syarief et al.

(2003), salah satu masalah yang dihadapi

industri pangan di daerah tropik adalah

terdapatnya aflatoksin pada bahan baku

pangan. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Dharmaputra (2000),

bahan baku jagung untuk tepung maizena

dapat terkontaminasi oleh aflatoksin.

Di Indonesia jagung yang baru

dipanen biasanya mempunyai kadar air

tinggi (30%) sehingga apabila tidak segera

dikeringkan, maka berbagai kapang dapat

berkembang, termasuk kapang A.

parasiticus. Menurut Pakki and Muis

(2007) A. parasiticus dapat ditemukan

pada tanaman jagung fase vegetative dan

fase generatif, serta pada pasca panen

jagung, sehingga menjadi sumber

inokulum pada biji jagung yang akan

disimpan.

A. parasiticus merupakan kapang

perusak bahan pangan pada jenis kacang-

kacangan dan serealia, serta produk

olahannya. Serangan A. parasiticus dapat

terjadi sejak komoditi tersebut ada

dilapangan, saat pemanenan dan setelah

pemanenan terutama pada daerah yang

beriklim tropis (Duniaji dkk., 2009).

A. parasiticus merupakan kapang

penghasil aflatoksin seperti aflatoksin B1,

B2, G1 dan G2, sementara A. favus

sebagai penghasil aflatoksin B1 dan B2

(Mariella et al., 2002). Aflatoksin

merupakan metabolit sekunder yang

bersifat toksik. Diantara ke empat jenis

aflatoksin tersebut aflatoksin B1 memiliki

Page 8: MEDIA ILMIAH TEKNOLOGI PANGAN · 2017. 6. 4. · Media Ilmiah Teknologi Pangan Volume 3, No. 1, Maret 2016, Hal. 01-77 ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)Hasil Penelitian

Vol.3, No.1, 2016

Rancangan Penelitian

Penelitian ini mempergunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) Data

dianalisis dengan uji BNT (Steel and

Torrie, 1993). Percobaan dalam penelitian

ini di lakukan ulangan sebanyak 3 kali.

Pada penelitian ini dilakukan

penyimpanan tepung maizena selama 15

hari dengan mengamati pertumbuhan A.

parasiticus dan kandungan aflatoksin B1

pada hari ke 0, 5, 10 dan 15 hari Pada

Penelitian ini A. parasiticus

diinokulasikan pada masing-masing

sampel tepung maizena yang sebelumnya

sudah dilakukan sterilisasi pada suhu

121oC selama 15 menit dan selanjutnya

dilakukan penyimpanan pada suhu ruang.

Persiapan Suspensi Spora

Biakan murni A. parasiticus

diremajakan pada media patato Dextro

Agar (PDA) di dalam cawan petri,

kemudian diinkubasi selama 3-5 hari pada

suhu ruang. Selanjutnya diambil satu oze

dan dipindahkan pada media PDA di

dalam tabung reaksi serta diinkubasi

selama 6 hari pada suhu ruang. Kultur

induk A. parasiticus ini kemudian diambil

satu oze untuk dimasukkan ke dalam 10

ml aquades steril. Sebanyak masing-

masing 1 ml selanjutnya dibuat suspensi

dalam aquades steril untuk dibuat seri

pengenceran dari 10-1 sampai pengenceran

10-4. Dari seri pengenceran tersebut,

suspensi dari pengenceran 10-4 disiapkan

untuk diinokulasikan ke dalam sampel

yang akan diuji masing-masing sebanyak

1 ml.

Perlakuan Sampel

Tepung maizena masing-masing

sebanyak 50 g dari 12 sampel ditempatkan

di dalam cawan Petri dan disterilisasi pada

autoclave pada suhu 121oC selama 15

menit. Selanjutnya, sampel didinginkan

dan diinokulasi 1 ml x 104 Cfu/ml A.

parasiticus. Maing-masing sampel

diinkubasi pada suhu 30°C selama 0, 5,

10, dan 15 hari. Pengamatan dilakukan

terhadap populasi A. parasiticus dan

kandungan aflatoksin B1 setelah 0, 5, 10,

dan 15 hari masa penyimpanan. Untuk

setiap lama penyimpanan dibuat tiga kali

ulangan.

Penentuan Populasi Aspergillus

parasiticus

Masing-masing 10 g dari 12 sampel

ditimbang dan ditambahkan aquades steril

90 ml, kemudian dilakukan penyaringan

dan filtratnya ditampung di dalam labu

Erlenmeyer 250 ml. Filtrat ini selanjutnya

diencerkan dari 10-1 sampai 10-8.

Sebanyak 0.1 ml suspensi dari masing-

masing pengenceran ditumbuhkan dengan

cara disebar pada cawan petri (diameter

12 cm) yang berisi media PDA, kemudian

cawan petri diinkubasi selama 5-7 hari

pada suhu 30°C. Populasi A. parasiticus

diamati dengan menghitung koloni yang

tumbuh pada masing-masing cawan petri

dengan coloni counter.

Penentuan Kandungan Aflatoksin B1

(Chinaphutti, 2012)

Penentuan kandungan aflatoksin B1

dilakukan dengan metode ELISA (Enzym

linked Immunosorbant Assay) (Ridascreen

Fast aflatoxin B1 Test Kit, 2010).

38

Potensi Aspergillus parasiticus dalam Memproduksi Aflatoksin B1 …

Page 9: MEDIA ILMIAH TEKNOLOGI PANGAN · 2017. 6. 4. · Media Ilmiah Teknologi Pangan Volume 3, No. 1, Maret 2016, Hal. 01-77 ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)Hasil Penelitian

39

Bahan pada cawan Petri yang telah

diaduk diambil 10g masing-masing

ditambahkan metanol:air (70:30 ),

dihomogenkan dengan cara diblender

selama 3 menit. Kemudian disaring

dengan kertas wahattman No 2.

Sebanyak 1 ml Filtrat ditampung dengan

mikrotube dan ditambahkan 1 ml

aquades steril.

Masing-masing larutan standar

aflatoksin ( 0, 0,1; 0,2; 0,5; 1,0 dan 2,0

ppb) dan sampel dipipet sebanyak 50 ul,

dimasukkan ke dalam masing-masing

wells. Wells yang telah berisi standar dan

sampel masing-masing ditambahkan

enzym konjugate untuk setiap wells

sebanyak 50 ul dan dicampur dengan

baik, kemudian disimpan selama 30

menit pada suhu ruang dan ruang gelap.

Cairan pada wells selanjutnya dibuang ke

luar dengan menghentakan pada kertas

tisu bersih dan dicuci dengan aquades

steril sebanyak 4 kali.

Substrat A mengandung 3,3’5, 5’-

Tetramethylbenzidine 0,4 g/l dalam basa

organik dan substrat B mengandung

0,02% H2O2 dalam buffer asam sitrat.

Substrat A dan B dicampur 30 menit

sebelumnya. Selanjutnya ditambahkan

sebanyak 100 ul ke dalam wells

dicampur dengan baik dan disimpan

selama 5 menit pada ruang gelap.

Larutan penghenti reaksi

mengandung 0,01 M asam fosfat

sebanyak 100 ul selanjutnya

ditambahkan ke dalam masing-masing

wells. Kegiatan selanjutnya pembacaan

absorbansi pada microwells dengan

ELISA Reader pada panjang gelombang

450 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi Aspergillus parasiticus

Hasil penelitian menunjukkan bawa

populasi Aspergillus parasiticus bervariasi

pada tepung maizena selama penyimpanan

0, 5, 10 dan, 15 hari pada suhu 30°C

disajikan pada Tabel 1.

Populasi A. Parasiticus pada tepung

maizena meningkat dengan semakin

lamanya penyimpanan (Tabel 1, Gambar

1). Populasi A. Parasiticus pada awal

penyimpanan adalah sebesar 9.5 x 105

cfu/g, selanjutnya setelah 5, 10 dan 15 hari

penyimpanan berturut-turut adalah 8.7 x

106, 2,5 x 107 dan 1,5 x 108 cfu/g. Kapang

Aspergillus spp memerlukan substrat yang

sesuai dengan kebutuhan pertumbuhanya.

Kapang Aspergillus parasiticus selama

pertumbuhannya memerlukan unsur

carbon (C) yang ada dalam bahan pangan.

Kapang Aspergillus mampu tumbuh pada

bahan pangan yang mengandung kadar

gula tinggi dan juga kebanyakan bahan

makanan mengandung kadar air walaupun

dalam kadar yang cukup rendah (Duniaji,

2009; Bankole, et al., 2005) Cemaran

kapang pada bahan biji-bijian

menyebabkan penurunan viabilitas,

perubahan warna, kehilangan bobot,

kontaminasi mikotoksin, dan kerusakan

total sehingga berpengaruh terhadap kadar

toksin pada bahan pangan tersebut

(Dharmaputra 2004).

Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa

populasi A. parasiticus pada tepung

maizena selama penyimpanan 0, 5, 10 dan

15 hari mengalami peningkatan. A.

parasiticus pada tepung maizena selama

15 hari penyimpanan populasinya adalah

sebesar 1,5 x 108 cfu/g.

Duniaji, dkk. MITP, ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)

Page 10: MEDIA ILMIAH TEKNOLOGI PANGAN · 2017. 6. 4. · Media Ilmiah Teknologi Pangan Volume 3, No. 1, Maret 2016, Hal. 01-77 ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)Hasil Penelitian

40

Tabel 1. Populasi Aspergillus parasiticus pada tepung maizena selama penyimpanan (cfu/g)

Keterangan : huruf yang sama di belakang rerata pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda

nyata pada taraf kesalahan 5%.

Gambar 1. Populasi A. parasiticus pada Maizena

Penyimpanan (hari) Populasi A. Parasiticus (Cfu/g)

0 9.5 x 105 d

5 8.7 x 106 c

10 2.5 x 107 b

15 1.5 x 108 a

P opulas i A. paras itic us

0,E +00

2,E +07

4,E +07

6,E +07

8,E +07

1,E +08

1,E +08

1,E +08

2,E +08

H0 H5 H10 H15

L a ma P enyimpa na n (ha ri)

Tota

l A.p

aras

itiku

s

(cfu

/gr)

Populasi A. parasiticus pada tepung

maizena semakin meningkat dengan

makin lamanya penyimpanan.

Pertumbuhan sebagian besar dipengaruhi

oleh berbagai faktor diantaranya

komposisi substrat, kadar air,

kelembaban relatif (RH), temperatur, dan

kehadiran mikroorganisme kompetitor

(Mishra dan Das, 2003). Kandungan

nutrisi pada tepung maizena antara lain

karbohidrat sebesar 85,0 g/100 g bahan,

protein 0,3 g/100 g bahan dan lemak 0

g/100 g bahan. Karbohidrat merupakan

nutrisi yang paling banyak terkandung

pada maizena dan dianggap penting bagi

pertumbuhan A. parasiticus. Dapat

diketahui bahwa pada proses

pertumbuhan terjadi proses pemecahan

dan penggunaan energi. Pada proses ini

terjadi penyusutan zat-zat organik seperti

gula-gula serhana (Dharmaputra, 2000).

Kandungan Aflatoksin B1

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pada tepung maizena terdapat variasi

kandungan aflatoksin B1 yang dihasilkan

selama masa penyimpanan 0, 5, 10 dan,

15 hari. Kandungan aflatoksin B1 pada

tepung maizena sebagai media tumbuh

berkisar dari 46.40 ppb - 66.50 ppb.

Kandungan aflatoksin B1 selama

penyimpanan disajikan pada Tabel 2.

Pada tepung maizena juga terjadi

variasi kandungan aflatoksin B1 selama

penyimpanan. Setelah 5 hari

penyimpanan kandungan aflatoksin B1

mencapai 66.50 ppb dan mengalami

penurunan pada masa penyimpanan

Vol.3, No.1, 2016 Potensi Aspergillus parasiticus dalam Memproduksi Aflatoksin B1 …

Page 11: MEDIA ILMIAH TEKNOLOGI PANGAN · 2017. 6. 4. · Media Ilmiah Teknologi Pangan Volume 3, No. 1, Maret 2016, Hal. 01-77 ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)Hasil Penelitian

41

Tabel 2. Kandungan Aflatoksin B1 pada tepung maizena selama penyimpanan.

Keterangan : huruf yang sama di belakang rerata pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda

nyata pada taraf kesalahan 5%.

Gambar 2. Kandungan aflatoksin B1 pada maizena

Penyimpanan (hari) Aflatoksin (ppb)

0 0 d

5 66.50 a

10 46.40 c

15 57.80 b

mencapai 10 hari yaitu menjadi 46.40

ppb. Peningkatan kandungan aflatoksin

B1 terjadi kembali pada masa

penyimpanan mencapai 15 hari yaitu

sebesar 57.80 ppb. Kandungan aflatoksin

B1 pada tepung maizena selama

penyimpanan dapat dilihat pada Gambar

2.

Produksi toksin bergantung pada

substrat tempat kapang tumbuh.

Kehadiran organisme lain yang bersaing

dapat menyebabkan kapang kehilangan

potensinya untuk menghasilkan toksin

(Williams 2004; Tuberose 2008). Secara

alamiah, sejumlah kapang menghasilkan

mikotoksin selama proses

metabolismenya. Namun Tidak semua

kapang dapat menghasilkan mikotoksin,

dan sejumlah kapang menghasilkan

toksin yang berbahaya bagi kesehatan.

Kandungan aflatoksin B1

dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya pertumbuhan A. parasiticus,

kesusuaian substrat dan intraksi A.

parasiticus dengan lingkungannya

(Bankole dan Mabekoje, 2004). Duniaji

dkk., (2009), menyatakan tidak ada

korelasi antara populasi A. parasiticus

dengan kandungan aflatoksin B1. A.

parasiticus yang tumbuh bukan

merupakan faktor penentu kandungan

aflatoksin B1 yang diproduksi. Aflatoksin

B1 merupakan metabolit skunder yang

diproduksi di awal fase pertumbuhan

stationer yang diawali dengan

menurunya komponen metabolit primer

(Heatcote dan Hibbert, 1978).

Mikotoksin bersifat racun bagi manusia;

beberapa di antaranya sangat beracun

Aflatiks in B 1

0

10

20

30

40

50

60

70

H0 H5 H10 H15

L a ma penyimpa na n (ha ri)

Afl

ato

ksin

B1

(pp

b)

Duniaji, dkk. MITP, ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)

Page 12: MEDIA ILMIAH TEKNOLOGI PANGAN · 2017. 6. 4. · Media Ilmiah Teknologi Pangan Volume 3, No. 1, Maret 2016, Hal. 01-77 ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)Hasil Penelitian

42

sehingga bila terkonsumsi dalam jumlah

sedikit dapat berakibat fatal. Spesifitas

dan potensi mikotoksin untuk sel target,

struktur sel atau proses sel bergantung

pada spesies dan strain toksin dari kapang

yang menghasilkannya (Bankole et al

2006).

KESIMPULAN

Populasi A. parasiticus yang paling

tinggi pada tepung maizena adalah sebesar

1,5 x 108 cfu/g cfu/g pada masa

penyimpanan 15 hari, sedangkan yang

paling rendah adalah 9,8 x 105 cfu/g

selama masa penyimpanan 0 hari. A.

parasiticus memproduksi Aflatoksin B1

tertinggi pada tepung maizena pada masa

penyimpanan 5 hari yaitu 66,50 ppb,

sedangkan terrendah pada masa

penyimpanan 10 hari yaitu sebesar 46,40

ppb serta tidak ditemukan pada masa

penyimpanan 0 hari

Saran

Dari hasil penelitian ini dapat

disarankan pentingnya dilakukan

pengawasan terhadap kandungan

aflatoksin B1 pada bahan makanan yang

ada dipasaran terutama berbagai jenis

tepung sebagai bahan baku pada makanan

olahan.

DAFTAR PUSTAKA

Bankole, S.A. and Mabekoje, O.O. 2004.

Occurent of aflatoxins and Fumonisins

in Preharvest Maize from sourtwestern

Nigeria. Food additive and

Contaminants, 21, 251-255

Bankole S.A., B.M. Ogunsanwo, A. Osho ,

G.O. Adewuyi . (2005) Fungal

contamination and aflatoxin B1 of

egusi melon seeds in Nigeria.

Department of Microbiology, Olabisi

Onabanjo University, PMB 2002, Ago-

Iwoye, Ogun State, Nigeria.

Department of Chemical Sciences,

Olabisi Onabanjo University, PMB

2002, Ago-Iwoye, Ogun State,

Nigeria. Food Control xxx (2005)

xxx–xxx

Boutrif, E. 1997. Prevention of Mycotoxin

in Pitachios. Division food quality and

standar service, FAO food and

nutrition, Pitachions ’97 conference,

Rome, Italy. Pp 1-12

Dharmaputra, O. S. 2000. Micotoxins in

Indonesia Foods and Feeds. National

Seminar, Current issues Food Safety

and Risk Assesment. Organized by

International Life Science Institute

(ILSI) Southeast ILSI Science

Institute, Manistry of Health-

Indonesia, Bogor Agricultural

Institute, In Collaboration with Food

and Agricultre Organization of the

United Nation.

Dharmaputra, O.S. 2004. Control of

Storage fungi. Training Course on

Prevention and Control of Mycotoxin

in Food and Feedstuff. SEAMEO

BIOTROP, Bogor, Indonesia, 21− 26

June 2004. 17 pp.

Duniaji, A.S dan Subarjiati, I. 2002.

Deteksi Aflatoksin dengan

Menggunakan Metode Enzym Linked

Immunosorbant Assay (ELISA)

Disajikan pada Seminar PATPI

bekerjasama dengan Universitas

Brawijaya Malang.

Vol.3, No.1, 2016 Potensi Aspergillus parasiticus dalam Memproduksi Aflatoksin B1 …

Page 13: MEDIA ILMIAH TEKNOLOGI PANGAN · 2017. 6. 4. · Media Ilmiah Teknologi Pangan Volume 3, No. 1, Maret 2016, Hal. 01-77 ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)Hasil Penelitian

43

Duniaji A.S, I G P Tengah, O. Pardita.

2009. The influence of garlic extract

in various solvent on the growth of

Aspergillus flavus and production of

aflatoxin B1. In the International

conference “Biotechnoly for a

Sustainable Future” 15-16 Sep 2009

Udayana University

Duniaji.A.S.. 2009. Pemberian kalsium

hidroksida sebagai penghambat

pertumbuhan Aspergillus flavus dan

pgaruhnya terhadap nutrisi kacang

tanah (Arachis hypogea) .Jurnal

Ilmu-ilmu Pertaian (Agritrop) 28 (1):

22-29 (2009)

Duniaji, A.S. 2009. Detection of

aflatoxin B1-Induced Cancer in

several fried peanut products. “3rd

Internaional Workshop on Food

Functional Clinical Research” 19

Sept 2009

Heatcote J.G and J.R. Hibbert. 1978.

Aflatoxin: Chemical and Biological

Aspect Elsivier Scientific Publishing

Company. Amsterdam-Oxford. New

York. P. 3-179

Herman, J.L. and R. Warker. 2001. Risk

Analysis of Mycotoxinby The Joint

FAO/WHO Expert Committee on

Food Additive(JECFA). International

Prgram on Chemical Safety, World

Health Organitation, Genewa

Switzerland Pp 1-12

Mislivec, P.B., L.R. Benchad and M.A.

Cousin. 1999. Yeast and Mold.

Confendium of Methods for The

Microbiological Examination of

Food. Third Ed. American Public

health Association Washington. 818p

Mariella E.M. Kuilman-Wahls 1, Monica

S. V, Lilian N.T, Roel F.M. M,

Johanna F.G (2002). Cyclopiazonic

acid inhibits mutagenic action of

aflatoxin B1. Department of

Veterinary Pharmacology, Pharmacy

and Toxicology, Faculty of Veterinary

Medicine, Utrecht University, PO

Box 80152, 3508TD Utrecht, The

Netherlands. Environmental

Toxicology and Pharmacology 11

(2002) 207–212

Mishra, H.N. and C. Das. 2003. A review

on biological control and metabolism

of aflatoxin. Critical Rev. Food Sci.

Nutrit. 43(3):245-264.

Pakki, S. dan Muis, A. 2007. Patogen

Utama jagung Setelah Padi

Rendengan di Lahan Sawah Tadah

hujan. Penelitian Pertanian Tanaman

Pangan. 26(1):55-61.

Saad, N. 2001. Aflatoxin Occurrence and

health Riosk. An Undergraduate

Sstudent cornell University for the

AS625 Class. Animal Science at

Cornell University. P 1-10

Syarief, R., La Ega, C.C.Nurwitri. 2003.

Mikotoksin Bahan Pangan. IPB

Press. 390 hlm

Steel, D.G. dan James H. Torrie. 1993.

Prinsip dan Prosedur Statistik. PT.

Gramedia Pustaka Utama

Williams, J. 2004. Top Ten Toxic Fungi

Infested Foods.

http://ezinearticles.com/? op- Ten-

Toxic-Fungi-Infested-

Foods&id=102859 [30 April 2008].

Duniaji, dkk. MITP, ISSN: 2407-3814 (print); 2477-2739 (e-journal)