melihat strategi bisnis airasia dari perspektif service

18
Melihat Strategi Bisnis AirAsia dari Perspektif Service Science Tinggalkan komentar 20/05/2012 oleh doddyhw Selesai membaca buku berjudul ‘Tony Fernandes: Membawa AirAsia Menjadi Penerbangan Hemat Biaya Terbesar di Asia’ (cetak ulang cover baru dari buku sebelumnya berjudul ‘The AirAsia Story’), ada beberapa hal yang ingin saya ketahui lebih lanjut mengenai strategi bisnis AirAsia, sejak perjalanan awal untuk memperkenalkan konsep penerbangan murah (Low Cost Carrier/LCC) hingga menjadi maskapai (airline) LCC tersukses di kawasan Asia sekarang ini. Dengan mengusung tagline “Now Everyone Can Fly”, AirAsia berhasil menjalankan strategi bisnisnya sehingga siapapun dapat terbang tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar. Strategi bisnis AirAsia tersebut akan saya telaah berdasarkan sudut pandang Service Science, sebuah bidang studi multidisiplin yang saya pelajari pada saat melanjutkan studi Master di Karlstad University, Swedia. Service Science mengkombinasikan ilmu-ilmu sosial dan teknologi dalam sebuah pelayanan atau jasa kepada konsumen. Penerbangan Berbiaya Murah Maskapai penerbangan berbiaya murah (low cost carrier) merupakan sebuah maskapai penerbangan (airline) yang memberikan tarif rendah dengan cara menghapus beberapa layanan yang diterima penumpang pada umumnya dalam maskapai penerbangan lain. Konsep ini diperkenalkan oleh Sven Groß dan Alexander Schröder (2007) dalam bukunya “Handbook of Low Cost Airlines”. Sebuah maskapai penerbangan termasuk ke dalam maskapai penerbangan berbiaya murah apabila memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. Hanya memberikan satu kelas layanan penerbangan untuk

Upload: chenhuxin

Post on 27-Dec-2015

84 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Melihat Strategi Bisnis AirAsia Dari Perspektif Service

Melihat Strategi Bisnis AirAsia dari Perspektif Service   Science Tinggalkan komentar

20/05/2012 oleh doddyhw

Selesai membaca buku berjudul ‘Tony Fernandes: Membawa AirAsia Menjadi Penerbangan Hemat Biaya Terbesar di Asia’ (cetak ulang cover baru dari buku sebelumnya berjudul ‘The AirAsia Story’), ada beberapa hal yang ingin saya ketahui lebih lanjut mengenai strategi bisnis AirAsia, sejak perjalanan awal untuk memperkenalkan konsep penerbangan murah (Low Cost Carrier/LCC) hingga menjadi maskapai (airline) LCC tersukses di kawasan Asia sekarang ini. Dengan mengusung tagline “Now Everyone Can Fly”, AirAsia berhasil menjalankan strategi bisnisnya sehingga siapapun dapat terbang tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar. Strategi bisnis AirAsia tersebut akan saya telaah berdasarkan sudut pandang Service Science, sebuah bidang studi multidisiplin yang saya pelajari pada saat melanjutkan studi Master di Karlstad University, Swedia. Service Science mengkombinasikan ilmu-ilmu sosial dan teknologi dalam sebuah pelayanan atau jasa kepada konsumen.

Penerbangan Berbiaya MurahMaskapai penerbangan berbiaya murah (low cost carrier) merupakan sebuah maskapai penerbangan (airline) yang memberikan tarif rendah dengan cara menghapus beberapa layanan yang diterima penumpang pada umumnya dalam maskapai penerbangan lain. Konsep ini diperkenalkan oleh Sven Groß dan Alexander Schröder (2007) dalam bukunya “Handbook of Low Cost Airlines”. Sebuah maskapai penerbangan termasuk ke dalam maskapai penerbangan berbiaya murah apabila memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:1.    Hanya memberikan satu kelas layanan penerbangan untuk penumpang, yaitu kelas ekonomi2.    Hanya memiliki satu tipe pesawat yang digunakan untuk mengurangi biaya pelatihan dan biaya pengoperasian3.    Standar pemeliharaan pada pesawat adalah standar minimal4.    Tidak memberikan sistem pemesanan tempat duduk dan memungkinkan pemesanan lebih awal yang boleh memilih tempat duduk5.    Biaya penerbangan yang rendah dikarenakan biaya landasan di Bandara yang murah6.    Memiliki frekuensi penerbangan yang tinggi untuk memaksimalkan utilisasi pesawat dalam satu harinya7.    Rute yang sederhana (biasanya point to point) dikarenakan tidak terlalu banyak Bandara

Page 2: Melihat Strategi Bisnis AirAsia Dari Perspektif Service

yang digunakan untuk transit8.    Menekankan penjualan dengan menggunakan tiket secara langsung (tidak dijual melalui travel agent) dan lebih mengutamakan melalui call center dan internet untuk menekan biaya tiket9.    Lebih mengutamakan pada sistem tiket elektronik dan tidak menggunakan tiket konvensional10.    Awak pesawat bekerja ganda dan tanpa memberlakukan penanganan melalui ground handling sehingga dapat menghemat biaya tenaga kerja11.    Tidak menyediakan fasilitas makanan minuman atau snack dalam setiap penerbangan12.    Menerapkan pola tarif yang sangat sederhana pada satu tarif atau tarif sub kelas dengan harga mulai dari tarif promo/diskon

Perkembangan AirAsiaAirAsia pada awalnya adalah armada nasional, didirikan oleh DRB-Hicom Bhd pada akhir 1996. Armada itu lahir sejalan dengan rencana ekspansi yang sangat ambisius, tetapi rencana tersebut tertunda setelah pemilik awal DRB-Hicom, Tan Sri Yahya Ahmad, meninggal pada kecelakaan helicopter pada bulan Maret 1997. Kondisi saat itu adalah terjadi krisis di tubuh manajemen dan juga terjadi kerugian yang sangat besar akibat krisis ekonomi yang melanda Asia, khususnya Malaysia pada tahun tersebut. Akhirnya DRB-Hicom mencari pemilik baru untuk terus melanggengkan bisnis yang membawa prospek tersebut. Muncullah Tony Fernandes untuk membeli perusahaan itu.Tony Fernandes adalah orang yang terkenal di industri rekaman musik di Malaysia. Saat itu, dia menjabat sebagai Wakil Presiden Times Warner Music South-East Asia. Tanggal 8 Desember 2001, melalui perusahaan yang dia dan investornya dirikan, Tune Air, Toni Fernandes mengambil alih Air Asia dari DRB-Hicom sebesar 1 Ringgit Malaysia (saat itu Rp. 2.500,-), bersama 2 pesawat Boeing 737-300, jaringan rute kecil dan mempunyai utang hampir Rp. 100 milyar. Keputusan ini mengundang banyak pihak pesimis, dan mengatakan bahwa Tony Fernandes benar-benar gila. Salah satu alasannya karena saat itu potensi pasar sangat kecil dan saat itu karirnya di musik sangat menonjol. Namun Tony Fernandes memandang bahwa keputusannya adalah paling tepat karena peluang bisnisnya bertumbuh sangat besar. Berbekal semangat dan keyakinan yang dijalankan, Tony Fernandes perlahan-lahan dapat mengubah perusahaan tersebut dan mulai menghasilkan keuntungan di tahun 2002. Pemasukan AirAsia pada bulan Desember 2002 mencapai Rp. 285,5 milyar, keuntungan Rp. 48,5 milyar, penumpang yang diangkut mencapai 1,1 juta orang dan neraca perusahaan stabil.

AirAsia terus melakukan ekspansi. Setelah menjadikan Bandara Internasional Kuala Lumpur (Kuala Lumpur International Airport/KLIA) sebagai pusat operasional (hub), pada tahun 2003 AirAsia membuka hub kedua di Bandara Senai, Johor Bahru, yang letaknya berdekatan dengan Bandara Changi di Singapore. Tak hanya sampai disitu, ekspansi AirAsia selanjutnya adalah membuka rute penerbangan internasional ke Thailand dan

Page 3: Melihat Strategi Bisnis AirAsia Dari Perspektif Service

kemudian didirikanlah airline bernama Thai AirAsia, hasil kerjasama bisnis (joint venture) dengan Shin Corporation. Thai AirAsia terbang dari Bandara Don Mueang Bangkok ke Kuala Lumpur pada penerbangan pertamanya dan disusul penerbangan ke Singapore dari Bangkok. Selama lima bulan sampai dengan 30 Juni 2004, Thai AirAsia telah mengangkut sekitar 380.400 penumpang, 86,7 persen adalah penumpang dengan rute dalam wilayah Thailand dan 13,3 persen adalah penumpang dari dan ke Singapore. Pada tahun 2006, Thai AirAsia memindahkan pusat operasionalnya ke Bandara Suvarnabhumi di Bangkok.Ekspansi selanjutnya dilakukan oleh AirAsia dengan membuka cabangnya di Indonesia yang bernama Indonesia AirAsia. Alasannya Indonesia merupakan pangsa pasar yang sangat luar biasa dan AirAsia memiliki peminat yang sangat banyak di Indonesia. Pada tahun 2004, sebuah perusahaan penerbangan Indonesia bernama AWAIR diambil alih oleh AirAsia dengan 40 persen sahamnya. AWAIR sendiri didirikan pada September 1999 dan karena terbebani utang akhirnya berhenti beroperasi pada Maret 2002. Tony Fernandes mengambil alih AWAIR hanya sebesar USD 2. Mulai 1 Desember 2005, AWAIR berganti nama menjadi Indonesia AirAsia dan memperoleh kesempatan untuk memanfaatkan pasar penerbangan di Indonesia dengan populasi penduduk lebih dari 200 juta orang.AirAsia semakin melebarkan sayapnya dengan membuka penerbangan ke Makau yang dimulai pada Juni 2004, kemudian penerbangan ke daratan China (Xiamen) dan Philippine (Manila) pada April 2005. Penerbangan ke Vietnam dan Kamboja juga pada tahun 2005 dan ke Brunei dan Myanmar pada tahun 2006, kesemuanya dioperasikan oleh Thai AirAsia.Pada tahun 2007, AirAsia mendirikan AirAsia X sebagai airline LCC (budget airline) yang mengoperasikan penerbangan jarak jauh (long-haul) dengan tujuan dari Malaysia ke beberapa tujuan Asia, Oceania dan Eropa. AirAsia X yang sebelumnya dikenal sebagai FlyAsianXpress Sdn. Bhd mulai beroperasi pada tanggal 2 November 2007 dengan penerbangan dari KLIA Malaysia menuju Bandara Gold Coast di Australia. Tipe pesawat yang digunakan oleh AirAsia X adalah pesawat berbadan lebar seperti Airbus A330-200, A330-300 dan A340-300.Berturut-turut setelah itu ekspansi AirAsia dilanjutkan dengan mendirikan AirAsia Philippines pada bulan Desember 2010 dan mulai beroperasi pada bulan September 2011 dengan hub di Bandara Diosdado Macapagal, Clark. Selanjutnya yang terakhir adalah pendirian AirAsia Japan pada Agustus 2011 dengan kerjasama bisnis bersama All Nippon Airways, yang direncanakan akan mulai beroperasi pada bulan Agustus 2012 ini dengan menjadikan Bandara Narita, Tokyo sebagai hub.

AirAsia sebagai Low Cost Carrier (LCC)Low Cost Carrier (LCC) membidik pasar yang sangat besar yang menyukai harga tiket semurah-murahnya. Dulunya industri penerbangan hanya dapat dinikmati oleh orang-orang yang memiliki kemampuan keuangan atau dapat dikatakan bahwa industri penerbangan hanya diperuntukkan bagi kalangan menengah keatas. Namun seiring dengan munculnya LCC, sebagian besar pasar kalangan menengah kebawah telah berhasil dibidik, meskipun tidak jarang kalangan menengah ke atas juga memanfaatkan penerbangan seperti ini.

Karakteristik bisnis AirAsia mengikuti bisnis LCC pada

Page 4: Melihat Strategi Bisnis AirAsia Dari Perspektif Service

umumnya. Beberapa karakteristik tersebut akan saya deskripsikan disini. Pertama, AirAsia menggunakan satu tipe pesawat yang hampir serupa untuk setiap penerbangannya. Seluruh penerbangan AirAsia di Indonesia, Thailand dan Philippine diklaim hanya akan menggunakan satu tipe pesawat yaitu jenis Airbus A320. Dengan cara ini AirAsia pada umumnya dapat menghemat biaya untuk suku cadang, perawatan, dan pelatihan awak pesawat.Karakteristik kedua adalah bahwa AirAsia melihat peluang bahwa penumpang pesawat terbang tidak membutuhkan makan dalam penerbangan jarak dekat yang rata-rata hanya berdurasi selama 1 – 3 jam saja. Dengan cara ini AirAsia mampu mengurangi biaya lain yang dapat ditimbulkan untuk penyediaan konsumsi penumpang. Rute penerbangan AirAsia pun hanya merupakan rute penerbangan point to point dan tanpa transit. Sebagai contoh Indonesia AirAsia yang mengoperasikan rute domestik point to point yaitu Jakarta – Semarang pp, Denpasar – Bandung pp dan Medan – Surabaya pp.Untuk layanan kepada penggunanya, AirAsia menggunakan layanan kabin tunggal yaitu hanya layanan kelas ekonomi, dimana tidak ada kelas non-ekonomi (bisnis) yang ditawarkan. Hal ini disebabkan karena AirAsia fokus pada biaya rendah dan penggunanya yang relatif sensitif terhadap harga. Awak penerbangan AirAsia bekerja ganda dan tanpa memberlakukan penanganan melalui ground handling sehingga dapat menghemat biaya tenaga kerja di darat. Apabila Anda pernah terbang dengan AirAsia maka Anda akan menyaksikan adegan dimana sesaat sebelum pesawat mendarat, para Pramugari bekerja sendiri memunguti sampah seperti botol minuman, plastik, kertas tisu dan kotak karton yang ada di dalam pesawat. Inilah karakeristik lain dari bisnis AirAsia.

Service ScienceInteraksi kita dengan berbagai sistem layanan (service system) sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan sehari-hari. Kepuasan kita terhadap hasil interaksi jasa/layanan tidak lagi hanya berorientasi pada produk layanan yang dihasilkan oleh sistem, tetapi yang lebih penting adalah tanggapan terhadap kualitas layanan yang diterima.Service science adalah disiplin ilmu baru yang menjadi penting dan makin berkembang sehingga suatu interaksi dapat menghasilkan nilai (value) yang lebih baik. Service Science dikembangkan untuk meningkatkan pemahaman kita tentang jasa/layanan (baik formal maupun informal), dalam terminologi entitas, interaksi, dan nilai yang dihasilkan.Dalam silabus Service Science, tujuan mempelajari ilmu tersebut diantaranya adalah untuk:a.    Menganalisis bagaimana nilai-nilai bagi konsumen/pelanggan dapat dikembangkan dalam produksi jasa/layanan dan pemasaranb.    Memahami seberapa kuat hubungan pelanggan tersebut dibangun dan dikelolac.    Menganalisis bagaimana layanan baru dapat dikembangkan dan diperkenalkan di pasard.    Memahami peran manajemen sumber daya manusia dalam produksi jasa/layananAda 4 (empat) disiplin ilmu yang merupakan penjabaran dari Service Science tersebut, yaitu Value Creation through Service, Service Innovation, Service Simulation dan Human Resource and Development.Dalam tulisan ini, saya hanya akan melihat strategi bisnis AirAsia dari gabungan perspektif Value Creation through Service dan Service Innovation, yaitu layanan yang diciptakan oleh AirAsia kepada pelanggannya akan menghasilkan nilai yang lebih ketika layanan tersebut dengan didukung oleh inovasi-inovasi kreatif akan digunakan secara terus menerus dan berulang kali oleh pelanggan, sehingga tujuan dari layanan tersebut dapat diterima dengan baik.

Page 5: Melihat Strategi Bisnis AirAsia Dari Perspektif Service

Service Science dalam Strategi Bisnis AirAsiaService (layanan) itu tidak dapat diukur namun dapat dirasakan oleh konsumen/pelanggan. Setiap pelanggan yang membeli sebuah produk selalu berpikir tidak hanya membeli produk tersebut namun juga membeli layanan yang menyertai produk tersebut. Jika pelanggan puas dengan layanan yang disediakan, maka ia akan kembali membeli produk. Setelah beberapa pelanggan membeli produk tersebut, layanan yang menyertai produk ini akan menjadi suatu keharusan yang  menyertai barang yang dibeli. Hal inilah yang menjadikan layanan di sini tidak dapat dipisahkan dari produk yang dibeli.Pada masa sekarang ini kemajuan teknologi sangatlah pesat, perkembangannya kian hari kian meningkat dan persaingan pun kian ketat pula. Kemajuan teknologi pastinya juga bersentuhan dengan sistem komputerisasi. Dengan komputerisasi tersebut akan didesain berbagai sistem dan aplikasi yang canggih yang berguna untuk menciptakan keunggulan bisnis di suatu industri yang dapat dilakukan dengan bantuan internet. Sebagai contoh adalah belanja online, membayar tagihan, transaksi saham dan perbankan online yang kesemuanya dapat diakses dan dilakukan di tempat dimana kita berada. Cara ini diciptakan secara umum untuk mengatasi perkembangan kompleksitas dari kehidupan kita. Semuanya dilakukan sendiri oleh manusia yang sekaligus bertindak sebagai pembayar, pembeli dan pengguna. Self-service technology atau teknologi layanan mandiri memungkinkan pelanggan untuk memproduksi dan melakukan layanan secara mandiri, tanpa ada interaksi langsung dengan karyawan perusahaan. Pelanggan dapat memilih dan menentukan sendiri produk apa yang mereka inginkan.Layanan mandiri telah menciptakan perilaku/kebiasaan baru dan pola kompetisi baru dalam kehidupan konsumen/pelanggan. Dengan sistem online maka pelanggan akan dimanjakan dengan kemudahan-kemudahan, semisal tidak perlu repot antri saat membayar dan pelanggan akan menikmati kebebasan dalam menciptakan nilai yang mereka inginkan. Sistem online juga menciptakan kebiasaan baru. Intinya adalah melalui sistem online, orang tidak perlu datang ke toko untuk membeli makanan dan penjual tidak perlu memiliki toko untuk menjual makanan. Cukup transaksi melalui internet maka barang yang dipesan akan segera dimiliki pelanggan. Internet juga menciptakan pola persaingan. Intinya adalah bahwa dengan kemudahan mencari berbagai penyedia sehingga pelanggan dapat dengan mudah membandingkan produk yang paling diinginkan oleh ketentuan-ketentuan standar. Hal ini mendorong penyedia layanan untuk menjual barang dengan menyediakan pelayanan yang lebih baik untuk menarik pembeli.Teknologi layanan mandiri akan senantiasa berkembang mengikuti siklus dari perilaku dan pola kompetisi yang pada dasarnya ada andil dari pelanggan yang menciptakannya. Untuk mengejar perkembangan teknologi tersebut maka pelanggan harus mempunyai keterampilan yang memadai untuk dapat terus menggunakan teknologi tersebut. Dalam kata lain, perusahaan menyediakan layanan yang lebih baik dan pelanggan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk dapat memaksimalkan teknologi yang ada. Pada saat itu, baik dari pelanggan dan perusahaan akan sama-sama menciptakan nilai. Apabila nilai yang dirasakan oleh pelanggan adalah merupakan kepuasan dari layanan tersebut, maka pelanggan akan mengulangi untuk menggunakan layanan yang sama. Ini akan terjadi berkali-kali. Tetapi sebaliknya jika pada satu waktu pelanggan kecewa, ada kemungkinan mereka akan mencoba untuk melihat kemungkinan layanan dari kompetitor/pesaing untuk memenuhi kepuasan mereka. Jika ini terjadi maka pelanggan dapat beralih ke pesaing.Pelanggan yang berkali-kali akan menggunakan layanan yang sama dari penyedia, akan menciptakan loyalitas pada layanan tersebut. Apabila loyalitas pelanggan semakin meningkat pada layanan yang disediakan maka layanan itulah yang memang paling diinginkan oleh

Page 6: Melihat Strategi Bisnis AirAsia Dari Perspektif Service

pelanggan. Untuk memelihara loyalitas pelanggan, penyedia layanan dituntut untuk senantiasa memperhatikan keinginan pelanggan yang sifatnya selalu berubah menuju keadaan yang makin menyamankan dan memuaskan dirinya. Untuk itulah inovasi layanan harus terus dikembangkan untuk meningkatkan nilai yang diinginkan untuk dicapai.Kreasi baru melalui kemajuan teknologi diciptakan sebagai bentuk penawaran bagi pelanggan dalam memenuhi nilai yang diinginkan, seperti bentuk kemudahan layanan dan kenyamanan dalam menggunakan layanan tersebut. Hal tersebut berlaku pada bisnis yang memiliki tingkat persaingan/kompetisi yang sangat ketat, seperti halnya pada bisnis penerbangan. Berbagai maskapai penerbangan menawarkan strategi bisnis penerbangan berbiaya murah (LCC). Kesemuanya menawarkan berbagai pilihan nilai baru terhadap keinginan pelanggan yaitu penumpang penerbangan. Sebagai contoh kemudahan dan kenyamanan pada proses pemesanan tiket, self check-in di kios check-in, memilih sendiri harga tiket berdasarkan jadwal penerbangan hingga memilih sendiri tempat duduk di pesawat saat melakukan check-in.AirAsia mampu menjawab permintaan dan keinginan pelanggan yang menginginkan kemudahan dan kenyamanan pada saat menggunakan layanan penerbangan. Dengan layanan yang disediakan, penumpang dapat self-check-in secara online untuk penerbangan mereka, memilih lokasi tempat duduk sendiri dan pada saat itu pula dapat mencetak boarding pass mereka sendiri. Artinya mereka tidak perlu repot untuk datang lebih awal di Bandara untuk melakukan check-in di konter.Semua inovasi layanan seperti yang saya sebutkan di atas mengandung pemahaman bahwa AirAsia semaksimal mungkin mencoba untuk menggiring pelanggannya untuk terlibat dalam penciptaan nilai dari layanan yang disediakan. Semua layanan tersebut dilakukan melalui perkembangan teknologi informasi yang pada akhirnya semakin memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pelanggan AirAsia.AirAsia membuka semua channel atau saluran teknologi informasi sebagai akses untuk menikmati nilai dari layanan yang disediakan. Pendekatan AirAsia adalah sangat user-friendly dan menarik bagi pasar yang lebih luas dengan demografi bervariasi. Layanan yang disediakan AirAsia ini melebihi harapan pelanggan tentang definisi dari Low Cost Carrier yang mana identik dengan murah serta pelayanan minimal.

Saluran tradisional pada website airasia.com telah dikenal luas oleh pelanggan dan penumpang penerbangan yang biasa mencari tiket murah. AirAsia juga telah banyak berinvestasi di media lain seperti Facebook, Twitter dan layanan mobile phone bagi pelanggan. Sebagai contoh, aplikasi iPhone, yang memberikan pengalaman yang mampu dioptimalkan dengan baik oleh pelanggan dan ini telah terbukti sangat populer. Data menyebutkan bahwa layanan AirAsia pada aplikasi iPhone telah menghasilkan 2 juta unduhan, sehingga menjadikannya peringkat pertama pada aplikasi yang terjual di toko iPhone Apps untuk Malaysia, Thailand dan Indonesia.AirAsia juga telah menciptakan branding bahwa penerbangan murah mereka telah dikenal luas oleh konsumen. Sebuah inovasi lain dalam teknologi informasi pada layanan Google. Ketika

Page 7: Melihat Strategi Bisnis AirAsia Dari Perspektif Service

calon penumpang yang ingin mencari (googling) tiket murah, cukup hanya mengetik kata kunci “tiket murah” pada kotak pencarian Google, maka hasilnya website airasia.com berada pada posisi teratas sebagai layanan online pencarian tiket murah penerbangan. Semudah itulah AirAsia memberikan promosi dari layanan yang disediakan.Inovasi yang terakhir yang telah diciptakan oleh AirAsia adalah layanan fly-thru. Fly-thru adalah solusi inovatif AirAsia yang memberikan kemudahan untuk para penumpang yang ingin melakukan penerbangan lanjutan. Dengan layanan fly-thru, para calon penumpang juga akan dapat melakukan pemesanan atau pembelian tiket dengan lebih mudah karena hanya akan mendapatkan satu kode booking dan satu tiket untuk dua destinasi/tujuan sekaligus. Dengan begitu mereka akan dapat menikmati proses check-in yang lebih mudah dan cepat, ditambah lagi dengan adanya fitur self-check-in melalui website (web check-in). Mereka juga akan dapat menghemat biaya untuk aplikasi visa karena dengan layanan fly-thru, mereka akan dapat melakukan perjalanan tanpa perlu visa transit.Kelebihan atau manfaat utama dari layanan fly-thru adalah bagasi yang akan diproses langsung menuju destinasi akhir, yang berarti para penumpang tidak harus melakukan proses perpindahan bagasi dari destinasi awal menuju destinasi selanjutnya. Hal ini tentunya akan sangat menghemat waktu. Di samping itu, para penumpang juga akan terbebas dari proses immigration clearance.Dengan inovasi-inovasi dalam layanan AirAsia tersebut akan membuat AirAsia semakin dikenal luas sehingga layak pula AirAsia beberapa kali mendapatkan penghargaan sebagai “Best Low Cost Airline” dari berbagai lembaga atau institusi pada setiap tahunnya sejak tahun 2003 hingga tahun 2012 sekarang ini.Penjelasan dan beberapa contoh di atas cukup memberikan pemahaman bahwa layanan AirAsia telah mampu mengimplementasikan konsep dan teori mengenai Service Science dan telah pula dijalankan dengan baik sebagai sarana dalam memelihara interaksi antara pelanggan dengan layanan AirAsia tersebut. Selanjutnya akan sama-sama kita tunggu ke depannya, inovasi baru apa lagi yang akan diciptakan AirAsia untuk menjaring konsumen penerbangan dari semua kalangan dan pada akhirnya tetap setia memilih AirAsia sebagai partner mereka dalam melakukan perjalanan penerbangan. Now Everyone Can Fly.

Page 8: Melihat Strategi Bisnis AirAsia Dari Perspektif Service

STRATEGI DIBALIK KESUKSESAN AIR ASIA

image source: wikimedia common

Air Asia, 3 tahun berturut-turut maskapai ini memperoleh penghargaan Best Low Cost Carrier versi Skytrax. Air Asia dikenal di Indonesia lewat model bisnis low-cost-carrier (LCC). Mereka mampu memberikan tarif rendah kepada pelanggannya dengan tetap menjaga kualitas pelayanan, safety (keselamatan dan keamanan), on-time-performance, dan tentu saja profitability!

Menurut Air Asia, kunci untuk memberikan tarif rendah adalah secara konsisten menjaga biaya rendah. Mencapai biaya rendah membutuhkan efisiensi yang tinggi dalam setiap bagian dari bisnis dan menjaga kesederhanaan. Kompleksitas adalah momok efisiensi.

Dari pemaparan Air Asia, model bisnis LCC adalah sebagai berikut:

1.        Utilisasi Pesawat yang TinggiPesawat harus terbang sebanyak mungkin, penerbangan pertama dimulai sepagi mungkin dimana jadwal tersebut masih feasible secara komersial dan penerbangan terakhir biasanya berakhir pada tengah malam. Turnaround (perubahan haluan) yang cepat adalah penting untuk memastikan waktu yang dihabiskan di bandara dapat minimal – maskapai penerbangan menghasilkan uang ketika pesawat tersebut terbang, bukan ketika pesawat diparkir. Turnaround time pesawat Air Asia adalah 25 menit; bandingkan dengan 1 jam untuk Full Service Carriers (FSC). Rata-rata utilisasi per pesawat Air Asia adalah 12 jam per hari, FSC sekitar 8 jam per hari.

2.        Tidak Ada Embel-Embel LainBisnis yang mendasari LCC adalah untuk mendapatkan seseorang dari titik A ke titik B. Segala sesuatu yang lain dianggap barang mewah atau “embel-embel”, yang dapat diperoleh dengan biaya tambahan. Beberapa hal yang telah dilakukan Air Asia adalah:

Tidak ada makanan & minuman gratis. Penumpang dipersilahkan untuk membeli makanan dan minuman dengan harga terjangkau dari awak kabin.

Tidak ada tiket penerbangan. Lebih mudah bagi pelanggan, tidak perlu khawatir tentang membawa tiket sebelum melakukan perjalanan, ini juga lebih efisiensi untuk perusahaan penerbangan (tidak ada lagi biaya kertas, print, dan distribusi).

Tidak ada pengembalian uang. Airlines membuang banyak uang ketika penumpang tidak muncul untuk penerbangan karena pengembalian uang dan penjadwalan ulang. Apakah penumpang datang atau tidak, biaya penerbangan sama. LCC “tak kenal ampun” untuk penumpang yang tidak tiba di bandara tepat waktu dan mereka tidak menawarkan pengembalian uang untuk penerbangan yang kita batalkan mendadak.

Tidak ada program loyalitas. Air Asia percaya bahwa pelanggan setia kepada tarif rendah mereka, jadi tidak ada yang membutuhkan program frequent flyer.

Page 9: Melihat Strategi Bisnis AirAsia Dari Perspektif Service

3.        Operasi LeanProses yang sederhana mungkin merupakan kunci keberhasilan LCC.

Satu jenis pesawat.

Pilot, pramugari, mekanik untuk satu jenis pesawat, yang berarti, antara lain, bahwa tidak ada kebutuhan untuk pelatihan bagi staf hanya untuk mempertahankan pengetahuan dan skill staf untuk berbagai jenis pesawat, untuk pengetahuan dan keterampilan untuk mengoperasikan dan memelihara berbagai jenis pesawat dengan karakteristik yang berbeda-beda.

Satu kelas penumpang dan tempat duduk.

Hanya ada satu kelas tempat duduk, yaitu kelas satu. Jika Anda ingin memiliki hak istimewa untuk memilih kursi Anda, Anda dapat dengan membeli opsi ini pada saat pembelian tiket.

Standar Operasional Prosedur.

SOP penting untuk menjamin tingkat kompetensi yang sama antara semua staf. Dengan cara ini Air Asia dapat menjamin keseragaman layanan di seluruh perusahaan.

4.        Fasilitas DasarBandara Sekunder (Secondary).

Low cost carrier sebagian besar terbang ke dan dari bandara yang belum tentu paling sibuk, misalnya, London – Stanstead daripada London – Heathrow. Ini sering disebut sebagai bandara sekunder. Operasi dari bandara sekunder lebih murah daripada dari bandara utama yang lebih besar. Bandara sekunder banyak yang kurang padat dan “turnaround time” untuk pesawat lebih pendek. Misalnya, untuk meminimalkan biaya, Air Asia terbang ke Clark yang 70 km jauhnya dari Manila dibandingkan terbang ke bandara Ninoy Aquino, Manila.

Tidak ada pula fasilitas business-lounge yang memakan biaya besar, yang sebenarnya dibebankan kembali ke penumpang.

5.        Jaringan Point-to-PointLCC menggunakan jaringan point-to-point (titik ke titik ) sederhana. Hampir semua penerbangan Air Asia adalah jarak pendek (3 jam penerbangan atau kurang). Tidak ada kompleksitas pengaturan antar penerbangan ataupun dengan perusahaan penerbangan lain untuk connecting-flight, apalagi biaya dan waktu yang terbuang untuk memindahkan satu bagasi dari satu penerbangan ke penerbangan lain.

6.        Sistem Distribusi LeanSangat sering, FSC bergantung pada agen perjalanan dan dari kantor penjualan mewah mereka dalam proses penjualan dan distribusi tiket. Tidak hanya itu, FSC selalu merasakan beban biaya akibat rumitnya saluran distribusi dimana mereka harus mengintegrasikan sistem mereka dengan beberapa sistem distribusi global. LCC akan menjaga agar saluran distribusi mereka sesederhana mungkin. Sebagai contoh, Air Asia bisa melayani wisatawan Eropa yang paling canggih melalui internet. Dan pada saat

Page 10: Melihat Strategi Bisnis AirAsia Dari Perspektif Service

yang sama, Air Asia memiliki sistem untuk menjual tiket ke lokasi yang paling terpencil dan tanpa teknologi, seperti di Myanmar.

Penjualan Internet.

Sebagian besar dari penjualan (± 65%) dilakukan melalui situs web maskapai penerbangan, dimana tarif dibayar menggunakan kartu kredit. Ini adalah biaya distribusi saluran yang paling efektif.

Kantor penjualan.

Air Asia hanya memiliki beberapa kantor penjualan. Lebih jauh lagi, AirAsia tidak terpaku harus memiliki kantor penjualan di area kota yang mewah.

Agen Perjalanan.

LCC menghindari ketergantungan untuk penjualan melalui agen perjalanan. Ini berarti bahwa mereka tidak perlu membayar komisi kepada agen perjalanan. Juga, karena mereka tidak menggunakan agen perjalanan, mereka tidak perlu menggunakan sistem reservasi global yang kompleks dan dengan demikian menghemat biaya, yang lagi-lagi tercermin dalam harga mereka.

Call center.

Penjualan tiket dapat dilakukan melalui telepon, ini adalah metode sederhana dan efisien.

Demikianlah Low Cost Strategy yang dilakukan oleh Air Asia. Dengan konsisten menjalankannya dan dengan tetap menghindari kompleksitas berlebihan, Air Asia mampu memberikan tarif rendah kepada pelanggannya dengan tetap menjaga kualitas pelayanan, safety, on-time-performance, dan tentu saja profitability!

Page 11: Melihat Strategi Bisnis AirAsia Dari Perspektif Service

Keajaiban Bisnis Air AsiaPosted On Monday, August 5, 2013 By admin. Under Kisah Sukses  Tags: Air Asia, business model, entrepreneur, Ide bisnis murah, Indonesia, menghasilkan uang, peluang usaha, penerbangan, rencana bisnis, riset pasar, terkenal, wirausaha  

Mungkin Air Asia adalah satu dari keajaiban bisnis di awal abad ini. Mengapa saya sebut demikian? ini karena Air Asia mempunyai segala keajaiban yang membuatnya hebat sebagaimana Anda ketahui saat ini.  Boleh saya rincikan satu persatu :

Keajaiban  1 adalah Kepemimpinan , Tony Fernandes adalah pemimpin ajaib Air Asia, saya sebut ajaib karena Tony bukanlah orang lama penerbangan, latar belakangnya adalah di industri musik , terakhir dia adalah Wakil Presiden Times Warner Music untuk Asia Tenggara. Disinilah ajaibnya, Tony Fernandes berhasil memanfaatkan pengalamannya di industri musik ke dalam dunia penerbangan.  Tony mempunyai visi yang luar biasa dan sangat gigih dalam mewujudkan visinya itu. Hal itu ditunjukkan Tony saat tidak diijinkan membangun airline baru untuk mewujudkan mimpinya memiliki penerbangan murah oleh Mahathir Muhammad, PM Malaysia saat itu. Sebagai gantinya Tony diminta untuk mengakuisi Air Asia, yang saat itu adalah sebuah perusahaan yang hampir bangkrut. Tahu berapa nilai akuisisinya ? hanya 1 Ringgit (3000 rupiah)… Dengan nilai segitu dia mendapat dua pesawat Boeing 737-300 dan Hutang 100 Milyar :)…

Keajaiban 2 Adalah Business Model, sebagai AirAsia membangun model bisnis low cost airline dengantepat, untuk menyediakan layanan murah kepada penumpang yang lebih sensitif harga dan tidak terikat waktu maka Air Asia melakukan penghematan dengan:

1. Menjual tiketnya 100% online , meskipun saat ini sudah mulai dijual di kantor cabangnya.

2. Menggunakan 1 jenis pesawat – Airbus – sehingga teknisi dan pilot-nya dapat lebih flexible dalam pengaturan dan menghemat biaya perawatan

3. Rute point-to-point, sehingga tidak perlu biaya mengatur bagasi dan penumpang untuk penerbangan lanjutan.

Page 12: Melihat Strategi Bisnis AirAsia Dari Perspektif Service

4. Tidak ada makan minum gratis,  sehingga bisa jualan makanan dan lebih menguntungkan

5. Menggunakan Airport murah6. Pesawat lebih optimal, pergi pagi2, pulang malam-malam… optimal

Keajaiban 3 adalah Momentum,  Air Asia lahir pada saat yang tepat, dimana dunia penerbangan internasional sedang krisis pasca peristiwa 9/11 di tahun 2011. Krisis tersebut menjadikan banyak pesawat yang menganggur yang bisa disewa oleh Air Asia dengan murah , begitu juga dengan pasokan tenaga kerja mulai dari pilot, teknisi, pramugari dll… alhasil niatnya untuk membuat “Everyone Can Fly” dengan menyediakan layanan penerbangan murah bisa menjadi kenyataan Momentum lain adalah saat masuk ke Indonesia, karena melihat pasar Indonesia yang begitu luas maka Air Asia masuk melalui akuisisi AWAIR yang saat itu sedang collapse.

Sebenarnya tidak ada yang ajaib di dunia ini karena tentu saja semua kehendakNya. Manusia hanya diberi tugas untuk berfikir dan menggunakan energi positifnya untuk mewujudkan apa yang dicita-citakannya. Karena “AKU adalah sebagaimana persangkaan hambaKU kepadaKU”.

Yuk sebarkan mimpi positif dan sungguh-sungguh mewujudkannya