membaca dalam hati

30
PENGERTIAN DAN CONTOH DONGENG NAMA : VIKTORIA DELVIANA NO KELAS : 1 F PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDDIDIKAN ( STKIP ) ST. PAULUS RUTENG 2014/2015

Upload: yunita-jelina

Post on 27-Jul-2015

146 views

Category:

Engineering


4 download

TRANSCRIPT

PENGERTIAN DAN CONTOH DONGENG

NAMA : VIKTORIA DELVIANA NO

KELAS : 1 F

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDDIDIKAN ( STKIP ) ST. PAULUS RUTENG

2014/2015

Pengertian Dongeng, Jenis-Jenis Dongeng dan Ciri-Ciri Dongeng

Pengertian dongeng, Jenis-Jenis Dongeng dan Ciri-Ciri Dongeng - Dongeng merupakan warisan nenek moyang secara turun temurun yang mesti kita lestarikan. Meskipun kebenarannya masih dipertanyakan, namun dongeng termasuk karya sastra yang mampu membangun karakteristik anak sejak kecil untuk belajar berimajinasi. Selanjutnya penulis akan membahas mengenai pengertian dongeng menurut para ahli yaitu sebagai berikut.

 1. Pengertian Dongeng Menurut Liberatus Tengsoe(1988:166) mengemukakan : Dongeng adalah cerita

khayal semata yang sulit dipercaya kebenarannya. Dalam dongeng disajikan hal-hal yang ajaib, aneh, dan tidak masuk akal. Dahulu dongeng diciptakan untuk anak kecil, isinya penuh dengan nasihat. Dan karena dongeng muncul pertama kali pada zaman sastra Purba di Indonesia maka pada mulanya tergolong sastra orai atau sastra lisan, disampaikan dari mulut ke mulut.

Menurut Danandjaja (2007: 83), “Dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan. Selanjutnya dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran”.

Menurut Bascom dalam Danandjaja (2007:50) “Dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat.”

Dongeng termasuk kedalam foklor, karena foklor juga ilmu yang menjelaskan tentang kebudayaan yang berada di masyarakat seperti ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Didukung oleh Danandjaja (2007: 2) “Foklor adalah sebagian dari kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskanturun-temurun diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional, dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.”

Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa dongeng adalah cerita pendek berupa prosa yang tidak benar-benar terjadi dan diceritakan hanya untuk hiburan, walaupun di dalamnya berisikan pelajaran moral atau bahkan sindiran.

2. Jenis-jenis Dongeng

Dongeng terdiri dari beberapa jenis. Menurut Tjahjono (1988: 166)

Mite adalah dongeng yang menceritakan kehidupan makhluk halus, setan, hantu, ataupun dewa-dewi. Contohnya dongeng Nyi Rara Kidul dan Nyi Blorong.

Legenda adalah dongeng yang diciptakan masyarakat sehubugan dengan keadaan alam dan nama suatu daerah. Contohnya dongeng Malin Kundang dan Banyuwangi.

Sage adalah dongeng yang di dalamnya mengandung unsur sejarah, namun tetap sukar dipercaya kebenaranya karena unsur sejarahya terdesak oleh unsur fantasi. Contohnya dongeng Ciung Wanara dan Jaka Tarub.

Fabel adalah dongeng yang mengangkat kehidupan binatang sebagai bahan ceritanya. Contohnya Hikayat sang Kancil dan Hikayat Pelanduk Jenaka.

Parabel adalah dongeng perumpamaan yang di dalamnya mengandung kiasan-kiasan yang bersifat mendidik. Contohnya Sepasang Selot Kulit.

Dongeng orang pendir adalah jenis cerita jenaka yang di dalamnya dikisahkan kekonyolan-kekonyolan yang menimbulkan gelak tawa dari tingkah laku seseorang karena kebodohannya, bahkan sering kali karena kecerdikannya. Contohnya Si Kabayan dan Aki Bolang.

Dongeng terdiri dari beberapa jenis. Menurut Thomson yang dikutip Danandjaja (2007: 86), “Jenis-jenis dongeng ke dalam empat golongan besar yakni. (1) dongeng binatang (animal tales), (2) dongeng biasa (ordinary folktales), (3) lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes), (4) dongeng berumus (formula tales)”.

Danandjaja (2007: 86), “ Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar, seperti binatang menyusui, burung, binatang melata (reptilia), ikan, dan serangga. Binatang-binatang itu dalam cerita jenis ini dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia”.

Danandjaja (2007: 98), “Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seorang”. Di Indonesia dongeng biasa yang paling populer adalah yang bertipe Cinderella. Dongeng biasa yang bertipe Cinderella di Indonesia ada banyak. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur misalnya adalah dongeng Ande-ande Lumut dan Si Melati dan Si Kecubung, di Jakarta Bawang Putih dan Bawang merah, dan di Bali I Kesuna Ian I Bawang.

Selanjutnya, Danandjaja (2007: 117), “Lelucon dan anekdot adalah dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati, sehingga menimbulkan ketawa bagi yang mendengarkannya maupun yang meneritakannya. Walaupun demikian bagi kolektif atau tokoh tertentu, yang menjadi sasaran dongeng itu, dapat menimbulkan rasa sakit hati”.

Menurut Danandjaja (2007: 118), “ Perbedaan lelucon dan anekdot adalah: jika anekdot menyangkut kisah fiktif lucu pribadi seseorang tokoh atau beberapa tokoh, yang benar-benar ada, maka lelucon menyangkut kisah fiktif lucu anggota suatu kolektif, seperti suku bangsa, golongan, bangsa, dan ras”.

Anekdot dinyatakan Danandjaja (2007:118), “Dapat dianggap sebagai bagian dari riwayat hidup fiktif pribadi tertentu, sedangkan lelucon dapat dianggap sebagai sifat atau tabiat fiktif anggota suatu kolektif tertentu”.

Dongeng-dongeng berumus dinyatakan Danandjaja (2007: 139), “Dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan. Dongeng-dongeng berumus mempunyai beberapa subbentuk, yakni: a. dongeng bertimbun banyak (cumulative tales), b. Dongeng untuk

mempermaikan orang (catch tales), dan c. Dongeng yang yang tidak mempunyai akhir (endless tales)”.

3. Ciri-ciri Dongeng

Dongeng termasuk cerita rakyat dan merupakan bagian tradisi lisan yang disampaikan dari mulut ke mulut. Sastra lisan tersebut mempunyai beberapa tanda atau ciri-ciri yang menandakan dongeng atau sastra lisan sebagai berikut. 

Menurut Pudentia (1998:187) mengemukakan “Ada dua ciri pokok yang dapat digunakan, yaitu (1) dikatakan dan didengar, dan (2) situasi tatap muka.” Maksud dari pendapat tersebut, penulis jelaskan bahwa yang termasuk ciri-ciri sastra lisan yaitu ada yang menjadi pembicara untuk mengatakan atau menyampaikan dan ada pula yang menjadi pendengar dalam keadaan tatap muka tanpa ada panghalang waktu.Pendapat di atas, diuraikan lebih lengkap lagi menurut Danandjaja (2007: 3) yang mengemukakan bahwa ciri-ciri dongeng sebagai berikut :

penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat), dari satu generasi ke generasi berikutnya;

disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama;

ada dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebaran dari mulut ke mulut ( lisan);

bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi;

biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola seperti kata klise, ungkapan-ungkapan tradisional, kalimat-kalimat atau kata-kata pembukaan dan penutup baku;

mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif, sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial dan proyeksi keinginan yang terpendam;

bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang tidak sesuai dengan logika umum;

menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Hal ini disebabkan penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya;

bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti bahwa dongeng juga merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya 

Berdasarkan pendapat di atas penulis simpulkan bahwa ciri-ciri dari dongeng yaitu penyebarannya melaui lisan dari mulut ke mulut dan penciptanya tidak diketahui lagi sehingga menjadi milik bersama, serta mempunyai kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.

B.Contoh Dongeng:

AJI SAKA

Dahulu kala ada kerajaan bernama Medang kamulan yang diperintah oleh raja bernama Prabu

Dewata Cengkar yang buas dan menyukai daging manusia. Setiap hari sang raja memakan

seorang manusia yang dibawa oleh Patih Jugul Muda. Sebagian kecil rakyat yang resah dan

ketakutan mengungsi secara diam-diam kedaerah lain.

Di dusun Medang Kawid ada seorang pemuda bernama Aji Saka yang sakti, rajin,dan baik

hati. suatu hari, Aji saka berhasil menolong seorang Bapak tua yang sedang dipukuli oleh dua

orang penyamun. Bapak tua yang akhirnya diangkat Ayah oleh Aji Saka itu ternyata

pengungsi dari Medang Kamulan. Mendengar cerita tentang kebuasan Prabu dewata cengkar,

Aji Saka berniat menolong rakyat medang Kamulan. Dengan mengenakan serban di kepala

Aji Saka berangkat ke Medang Kamulan.

Perjalanan menuju Medang kamulan tidaklah mulus. Aji Saka sempat bertempur selama tujuh

hari tujuh malam dengan setan penunggu hutan, karena Aji saka menolak dijadikan budak

oleh setan penunggu selama sepuluh tahun sebelum diperbolehkan melewati hutan itu.

Tapi berkat kesaktiannya, Aji Saka berhasil mengelak semburan api dari si setan. Sesaat

setelah Aji saka berdoa, seberkas sinar kuning menyorot dari langit menghantam setan

penghuni hutan sekaligus melenyapkannnya.

Aji Saka tiba di Medang kamulan yang sepi. Di istana, Prabu dewata cengkar sedang murka

karena Pati Jugul Muda tidak membawa korban untuk sang Prabu.

Dengan berani, Aji saka menghadap prabu cengkar dan menyerahkan diri untuk disantap oleh

sang prabu dengan imbalan tanah seluas serban yang digunakannya.

Saat mereka sedang mengukur tanah sesuai dengan permintaan Aji Saka, serban terus

memanjang sehingga luasnya melebihi luas kerajaan Prabu Dewata Cengkar. Prabu marah

setelah mengetahui niat Aji Saka sesungguhnya adalah untuk mengakhiri kalalimannya.

Ketika Prabu Dewata Cengkar sedang marah, serban Aji Saka melilit kuat di tubuh sang

Prabu. Tubuh Prabu Dewata Cengkar dilempar Aji Saka dan jatuh ke laut Selatan kemudian

hilang ditelan ombak.

Aji saka kemudian dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan. Ia memboyong ayahnya ke

istana. Berkat pemerintahan yang adil dan bijaksana, Aji Saka mengantarkan Kerajaan

Medang Kamulan ke zaman keemasan, zaman di mana rakyat hidup tenang, damai, makmur

dan sejahtera.

Contoh 2 :

KERA JADI RAJA

Sang raja hutan “Singa” ditembak pemburu, penghuni hutan rimba jadi gelisah. Mereka tidak

punya raja lagi. Tak berapa seluruh penghuni hutan rimba berkumpul untuk memilih Raja

yang baru. Pertama yang dicalonkan adalah Macan Tutul, tetapi Macan Tutul menolak.

“Jangan, melihat manusia saja aku sudah lari tunggang langgang,” ujarnya. “Kalau gitu

Badak saja, kau kan amat kuat, “kata binatang lain. “Tidak-tidak, penglihatanku kurang baik,

aku telah menabrak pohon berkali-kali.” “Oh…mungkin Gajah saja yang jadi Raja, badan

kau kan besar.”ujar binatang-binatang lain. “aku tidak bisa berkelahi dan gerakanku amat

lambat,”sahut Gajah.

Binatang-binatang menjadi bingung, mereka belum menemukan raja pengganti. Ketika

hendak bubar tiba-tiba, Kera berteriak, “Manusia saja yang menjadi raja, ia kan yang sudah

membunuh Singa”. “Tidak mungkin,”jawab Tupai. “coba kalian semua perhatikan

aku….,aku mirip dengan manusia bukan?, maka akulah yang cocok menjadi raja.” ujar Kera.

Setelah melalui perundingan, penghuni hutan sepakat Kera menjadi raja yang baru. Setelah

diangkat menjadi Raja, tingkah laku Kera sama sekali tidak seperti Raja. Kerjanya hanya

bermalas-malasan sambil menyantap makanan yang lezat-lezat.

Penghuni Hutan menjadi kesal, terutama Srigala. Srigala berpikir, “bagaimana si Kera bisa

menyamakan dirinya dengan manusia ya ?, badannya saja yang sama, tetapi otaknya tidak”.

Srigala mendapat ide. Suatu hari, ia menghadap kera. “Tuanku, saya menemukan makanan

yang amat lezat, saya yakin tuanku pasti suka. Saya akan antarkan tuan ke tempat itu,” ujar

Srigala. Tanpa berpikir panjang, Kera, si Raja yang baru pergi bersama Srigala. Di tengah

hutan, teronggok buah-buahan kesukaan kera. Kera yang tamak langsung menyergap buah-

buahan itu. Ternyata, si Kera langsung terjeblos ke dalam tanah. Makanan yang disergapnya

ternyata jebakan yang dibuat manusia. “Tolong…tolong,” teriak Kera, sambil berjuang keras

agar bisa keluar dari perangkap.

“Ha..ha..ha…ha….! tak pernah kubayangkan, seorang raja bisa berlaku bodoh, terjebak

dalam perangkap yang dipasang manusia, raja seperti Kera, mana bisa melindungi

rakyatnya,” ujar Srigala dan binatang lainnya. Tak berapa lama setelah binatang-binatang

meninggalkan Kera, seorang pemburu datang ke tempat itu. Melihat ada Kera didalamnya, ia

langsung membawa tangkapannya ke rumah.

SAGE

A. Pengertian Sage

Sage merupakan cerita kepahlawanan.

B. Contoh Sage

Contoh I :

CIUNG WANARA

P

rabu Barma Wijaya Kusuma memerintah kerajaan Galuh yang sangat luas. Permaisurinya 2

orang. Yang pertama bernama Pohaci Naganingrum dan yang kedua bernama Dewi

Pangrenyep. Keduanya sedang mengandung. Pada bulan ke-9 Dewi Pangrenyep melahirkan

seorang putra. Raja sangat bersuka cita dan sang putra diberi nama Hariang Banga. Hariang

Banga telah berusia 3 bulan, namun permaisuri Pohaci Naganingrum belum juga melahirkan.

Khawatir kalau-kalau Pohaci melahirkan seorang putra yang nanti dapat merebut kasih

sayang raja terhadap Hariang Banga, Dewi Pangrenyep bermaksud hendak mencelakakan

putra Pohaci.

Setelah bulan ke-13 Pohaci pun melahirkan. Atas upaya Dewi Pangrenyep tak seorang

dayang-dayang pun diperkenankan menolong Pohaci, melainkan Pangrenyep sendiri. Dengan

kelihaian Pangrenyep, putra Pohaci diganti dengan seekor anjing. Dikatakannya bahwa

Pohaci telah melahirkan seekor anjing. Bayi Pohaci dimasukkannya dalam kandaga emas

disertai telur ayam dan dihanyutkannya ke sungai Citandui.

Karena aib yang ditimbulkan Pohaci Naganingrum yang telah melahirkan seekor anjing, raja

sangat murka dan menyuruh Si Lengser (pegawai istana) untuk membunuh Pohaci. Si

Lengser tidak sampai hati melaksanakan perintah raja terhadap Pohaci, permaisuri

junjungannya. Pohaci diantarkannya ke desa tempat kelahirannya, namun dilaporkannya telah

dibunuh.

Hiduplah seorang Aki bersama istrinya, Nini Balangantrang, tinggal di desa Geger Sunten

tanpa bertetangga. Sudah lama mereka menikah, tetapi belum dikarunia anak. Suatu malam

Nini bermimpi kejatuhan bulan purnama. Mimpi itu diceritakannya kepada suami dan sang

suami mengetahui takbir mimpi itu, bahwa mereka akan mendapat rezeki. Malam itu juga

Aki pergi ke sungai membawa jala untuk menangkap ikan. Betapa terkejut dan gembira ia

mendapatkan kandaga emas yang berisi bayi beserta telur ayam, Mereka asuh bayi itu dengan

sabar dan penuh kasih sayang. Telur ayam itu pun mereka tetaskan, mereka memeliharanya

hingga menjadi seekor ayam jantan yang ajaib dan perkasa. Anak angkat ini mereka beri

nama Ciung Wanara. Setelah besar bertanyalah Ciung Wanara kepada ayah dan ibu

angkatnya. Terus terang Aki dan Nini menceritakan tentang asal-usul Ciung Wanara. Setelah

mendengar cerita ayah dan ibu angkatnya, tahulah Ciung Wanara akan dirinya.

Suatu hari Ciung Wanara pamit untuk menyabung ayamnya dengan ayam raja, karena

didengarnya raja gemar menyabung ayam. Taruhannya ialah, bila ayam Ciung Wanara kalah

ia rela mengorbankan nyawanya. Tetapi bila ayam raja kalah, raja harus bersedia

mengangkatnya menjadi putra mahkota. Raja menerima dengan gembira tawaran tersebu.

Sebelum ayam berlaga, ayam Ciung Wanara berkokok dengan anehnya, melukiskan peristiwa

bertahun-tahun yang lampau tentang permaisuri yang dihukum mati dan kandaga emas yang

berisi bayi yang dihanyutkan. Raja tidak menyadari hal itu, tetapi sebaliknya Si Lengser

sangat terkesan akan hal itu. Bahkan ia menyadari sekarang Ciung Wanara yang ada di

hadapannya adalah putra raja sendiri.

Setelah persabungan, ayam baginda kalah dan ayam Ciung Wanara menang. Raja menepati

janji dan Ciung Wanara diangkat menjadi putra mahkota. Dalam pesta pengangkatan putra

mahkota, raja membagi 2 kerajaan untuk Ciung Wanara dan Hariang Banga. Selesai pesta

pengangkatan putra mahkota Si Lengser bercerita kepada raja tentang hal yang sesungguhnya

mengenai permaisuri Pohaci Naganingrum dan Ciung Wanara. Mendengar cerita itu, raja

memerintahkan pengawal agar Dewi Pehgrenyep ditangkap. Akibatnya timbul perkelahian

antara Hariang Banga dengan Ciung Wanara. Tubuh Hariang Banga dilemparkan ke seberang

sungai Cipamali yang sedang banjir besar. Sejak itulah kerajaan Galuh dibagi menjadi 2

bagian dengan batas sungai Cipamali. Di bagian barat diperintah oleh Hariang Banga. Orang-

orangnya menyenangi kecapi dan menyenangi pantun. Sedangkan bagian timur diperintah

oleh Ciung Wanara. Orang-orangnya menyenangi wayang kulit dan tembang. Kegemaran

penduduk akan kesenian tersebut masih jelas dirasakan sampai sekarang.

Contoh 2 :

JOKO DOLO

Joko Dolo adalah cerita yang bermula dari cinta segitiga antara Joko Taruna Anak Adipati

kediri dengan Pangeran Situbanda Anak Adipati Cakradiningrat Madura. Kedua Pangeran ini,

jatuh hati pada Dewi Purbawati, Anak adipati Surabaya yaitu Kanjeng Adipati Jayengrana.

Awal kisah, Pangeran Situbanda dan ayahnya Adipati Cakraningrat berlayar ke surabaya

untuk menemui Adipati Jayanegara guna melamar Dewi Purbawati. Kepergian mereka di

kawal oleh dua pengawal setia, Gajah seta dan Gajah Manggala.

Setelah sampai di Kadipaten Surabaya, Mereka pun melamar Dewi Purbawati. Sang adipati

Jayengrana tidak bisa memutuskan sendiri. Maka sang anak pun dipanggil, Dewi Purbawati

sulit untuk menolak padahal ia tidak menyukai perangai Pangeran Situbanda, sebab sang

ayah bersahabat baik dengan Adipati Cakraningrat. Singkat cerita, Dewi Purbawati akhirnya

menolak dengan cara halus. Ia mengatakan, bahwa dirinya bersedia menjadi istri Pangeran

Situbanda asal sang pangeran mampu membuka hutan surabaya. Setelah pangeran Situbanda

menyanggupi, Pangeran itupun pergi untuk membuka hutan Surabaya.

Selang beberapa hari kemudian, Pangeran Jaka Taruna putra Adipati Kediri datang ke

Kadipaten Surabaya. ia bermaksud melamar Dewi Purbawati juga. Adipati Surabaya itupun

memanggil anaknya Dewi Purbawati untuk memberitahu hal ini. Jawaban Dewi Purbawati

pun sama, "siapa yang bisa membuka hutan surabaya, akan menjadi suaminnya". Akhirnya,

Jaka Taruna pun bergegas menuju hutan yang dimaksud, dan mengerjakan apa yang menjadi

permintaan putri idamannya itu. begitu juga dengan Pangeran Situbanda yang sudah lebih

dulu bekerja membuka hutan surabaya.

Di tengah keasyikan beristirahat, pangeran Situbanda mendengar orang menebang kayu.

walaupun suaranya jauh dari tempatnya. ia pun bergegas mencari arah suara itu, Akhirnya ia

bertemu dengan Jaka Taruna. Pangeran Situbanda pun bertanya, pada Jaka Taruna tentang

ikhwal apa yang menyebabkan Jaka Taruna menebangi pohon di hutan surabaya. Maka

Taruna mengaku, telah ikut sayembara untuk memperebutkan Dewi Purbawati. Pangeran

Situbanda marah, karena merasa tersaingi. Akhirnya keduanya bertarung mati-matian. Dalam

pertarungan ini, Jaka Taruna Kalah, ia terlempar jauh ke tersangkut di pohon yang tinggi.

Sementara itu, pangeran Situbanda terus melakukan pekerjaannya.

Beberapa hari kemudian, muncullah Joko Jumput, seperti namanya "Jumput" (Artinya,

mengambil sedikit). Pemuda ini biasa mengambil kayu-kayu atau ranting dari hutan untuk

memasak. Jaka Jumput mendengar teriakan Jaka Taruna yang meminta tolong. Jaka Jumput

pun menolong dan menurunkan Jaka Taruna dari atas pohon. Kemudian, Jaka Jumput

menanyakan hal ikhwal mengapa Jaka Taruna bisa tersangkut diatas pohon. Jaka Taruna pun

menceritakan semuanya. tentang sayembara dan pertarungannya dengan pangeran Situbanda.

Jaka Taruna pun menawari Jaka Jumput untuk mengalahkan Pangeran Situbanda dengan

iming-iming hadiah.

"Hadiah apa yang akan kau berikan, jika Pangeran Situbanda bisa kukalahkan?", tanya Jaka

Jumput.

"Apapun yang kau minta akan kuberikan" Kata Jaka Taruna.

Kesepakatan pun terjadi, akhirnya mereka berdua mencari pangeran Situbanda yang sedang

bekerja menebang pohon. Akhirnya mereka pun bertemu. Jaka Jumput lalu menantang

Pangeran Situbanda, Pangeran Situbanda pun meladeni tantangan Jaka Jumput. Pertarungan

hebat pun terjadi, Karena kalah sakti, Pangeran Situbanda menjadi bulan-bulanan Jaka

Jumput. Melihat Pangeran Situbanda sudah dapat dipastikan kalah, Jaka Taruna segera pergi

ke kadipanten Surabaya. Melihat Jaka Taruna pergi, Jaka Jumput menghentikan pertarungan.

kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Pangeran Situbanda melarikan diri. (Pelairan ini

nantinya akan menghasillkan legenda Situbanda yang menjadi sebab munculnya daerah

bernama Situbondo). Dan tak ingin di tipu, Joko Jumput pun menyusul Jaka Taruna untuk

mengejar hadiahnya. Jaka Taruna sampai di kadipaten Surabaya, ia mengabarkan pada

Adipati Jayengrana bahwa dirinya telah mengalahkan Pangeran Situbanda. Tapi sebelum

sabda Adipati di ungkapkan, muncullah Jaka Jumput yang membantah keterangan Jaka

Taruna.

KETERAMPILAN MEMBACA

Membaca Dalam Hati

Pada saat kita membaca dalam hati, kita hanya mempergunakan ingatan

visual (visual memory), yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Tujuan

membaca dalam hati (silent reading) adalah untuk memperoleh informasi. Harus

disadari bahwa ketrampilan membaca dalam hati merupakan kunci bagi semua

ilmu pengetahuan. Pada saat membaca dalam hati sang anak mencapai

kecepatan dalam pemahaman frase-frase, memperkaya kosa katanya, dan

memperoleh keuntungan dalam hal keakraban dengan sastra yang baik. Setelah

membaca dalam hati, sang guru dapat menyuruh serta mendorong para pelajar

apa yang telah mereka baca, dan hal ini memudahkan pengujian pertumbuhan

daya pemahaman dan apresiasi mereka.

Sebagian terbesar dari kegiatan membaca dalam masyarakat selama kita

hidu adalah kegiatan membaca dalam hati. Dibanding dengan membaca

nyaring, maka membaca dalam hati ini jauh ledih ekonomis, dapat dilakukan di

segala tempat. Misalnya kita sering melihat orang membaca dengan asyiknya

dalam bus, kereta api, di kafetaria, di tempat tidur dan seterusnya tanpa

mengganggu rang lain. Ruang baca yang terdapat dalam perpustakaan umum

sebenarnya berarti ruang baca dalam hati, setiap orang dapat membca tanpa

mengganggu orang lain.

Dalam kehidupan yang sebunarnya di tengah-tengah masyarakat, setiap

anggota masyarakat akan membaca bahan bahan yang sesuai dengan selera atau

pilihannya masing-masing, tanpa paksaan dari pihak lain. Membaca secara

perorangan menurut selera masing-masing ini disebut personalized reading.

Kenyataan ini menuntut peningkatan pengajaran cara membaca serupa ini di

sekolah-sekolah. Pengajaran membaca perorangan atau personalized reading

instruction merupakan suatu falsafah pengajaran, merupakan suatu pendekatan

terhadap organisasi kelas. Berdasarkan atas konsep bahwa setiap anak, setiap

orang harus tahu mencari sendiri, memilih sendiri, melangkahsendiri, maju

sendiri, maka program membaca perorangan ini merupakan satu bagian dari

program keseluruhan yang mungkin mencakup program dasar, pengajaran

perorangan dan pendekatan pengalaman bahasa.

Dalam garis besarnya, membaca dalam hati dapat dibagi atas:

1. Membaca ekstentif

2.      Membaca intensif.

1.Membaca Ekstesif

Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Obyeknya meliputi

sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pengertian atau

pemahaman yang bersifat relatif rendah sudah memadai,karena memang

begitulah tuntutannya dan juga karena bahan bacaan itu sendiri memang sudah

banyak serta berlebih-lebihan, seperti halnya dengan laporan-laporan surat

kabar. Tujuan dan tuntutan kegiatan membaca ekstentif adalah untuk

memahami isi yang penting-penting dengan cepat dan dengan demikian

membaca secara efisien dapat terlaksana.

Membaca ekstentif ini meliputi pula:

a.      Membaca survei (survey reading)

b.     Membaca sekilas (skimming)

c.      Membaca dangkal (superficial reading)

a. Membaca survei

Sebelum kita mulai membaca maka kita terlebih dahulu meneliti bahan

bacaan yang akan dipelajari,yang akan ditelaah,dengan jalan:

Memriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat

dalam buku-buku,

Melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat

dalam buku-buku yang bersangkutan,

    Memeriksa, meneliti bagan, skema, outline, buku yang

bersangkutan, kecepatan serta ketepatan dalam mensurvei bahan

bacaan ini sangat penting, karena hal ini turut menentukan berhasil

atau tidaknya seseorang dalam studinya.

b. Membaca sekilas

Membaca sekilas adalah sejenis membaca yang membuat mata kita

bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tulisan untuk mencari

serta mendapatkan informasi atau keterangan.

Ada tiga tujuan utama dalam membaca sekilas ini, yaitu:

Untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku atau artikel, tulisan

singkat,

Untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan,

Untuk menentukan atau menempatkan bahan yang diperlukandalam

perpustakaan.

c . Membaca dangkal

Membaca dangkal pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh

pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu

bahan bacaan. Biasanya membaca seperti ini dilakukan bila ada waktu

senggang, misalnya cerita pendek, novel ringan, dan lain-lain.

Membaca Intensif

Yang dimaksud membaca intensif adalah membaca dengan seksama,

telaah teliti, da penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas

terhadsp suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap

hari. Yang termasuk kedalam kelompok membaca intensif adalah membaca

telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa (linguistic study

reading)

Ketrampilan yang dituntut pada membaca dalam Hati

Seprti halnya membaca bersuara, membaca dalam hati juga merupakan

suatu kegiatan yang menuntut aneka ragam ketrampilan. Berikut ini sejumlah

ketrampilan yang dituntut pada setiap kelas sekolah dasar khusus pada

membaca dalam hati, agar tujuan dapat dicapai.

Kelas I

Membaca tanpa bersuara, tanpa garakan-gerakan bibir, tanpa berbisik.

Membaca tanpa gerakan-gerakan kepala

Kelas II

Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala.

Membaca lebih cepat dengan cara membaca dalam hati daripada

membaca bersuara

Kelas III

Membaca dalam hati tanpa menunjuk-nunjuk dengan jari, tanpa gerakan

bibir.

Memahami bahan bacaan yang dibaca secara diam

Lebih cepat membaca dalam hati dari pada membaca bersuara.

Kelas IV

Mengerti serta memahami bahan bacaan pada tingkat dasar.

Kecepatan mata dalam membaca 3 kata per detik.

Kelas V

Membaca dalam hati jauh lebih cepat daripada membaca bersuara.

Membaca dengan pemahaman yang baik.

Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala dan tidak menunjuk-

nunjuk dengan jari tangan.

Menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati , lebih senang membaca

dalam hati.

Kelas VI

Membaca tanpa gerak-gerakan bibir atau tanpa komat-kamit.

Dapat mrenyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang

terdapat dalam bahan bacaan.

Dapat membaca 180 patah kata dalam satu menit pada bacaan fiksi pada

tingkat dasar.

Membaca Nyaring/ Oral Reading

1. Membacanya nyaring atau disebut juga membaca bersuara, dan membaca

lisan. Pada membaca nyaring, selain penglihatan dan ingatan, juga turut

aktif auditory memory (ingatan pendengaran) dan motor memory (ingatan

yang bersangkut paut dengan otot-otot kita). (Moulton, dalam Tarigan)

2. Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan

alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain

atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan

perasaan seorang pengarang.

Yang harus diperhatikan seorang pembaca nyaring

Mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan.

Mempelajari keterampilan-keterampilan penafsiran atas lambang-lambang

tertulis sehingga penyusunan kata-kata serta penekanan sesuai dengan ujaran

pembicaraan yang hidup.

Pembaca memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan mata yang

jauh.

Dapat mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas

maknanya bagi para pendengar.

Membaca nyaring  merupakan keterampilan yang serba rumit, kompleks dan

banyak seluk-beluknya.

Pertama pengertian terhadap aksara di atas halaman kertas dan sebagainya,

Kedua  kemudian memproduksikan suara yang tepat dan bermakna.

Orang yang melakukan membaca nyaring

Sedikit orang yang terlibat atau dituntut untuk membaca nyaring sebagai

kegiatan rutin setiap hari, seperti:

a. Penyiar radio

b. Pembaca berita

c. Pendeta

d. Pastor

e. Ulama

f. Aktor, dll.

Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring

Daftar keterampilan berikut sangat menolong para guru dalam menjalankan

tugasnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam membaca nyaring.

Kelas 1

Mempergunakan ucapan yang tepat;

Menggunakan frase yang tepat (bukan kata demi kata);

Mempergunakan intonasi yang wajar agar makna mudah terpahami;

Memiliki erawakan dan sikap yang baik serta merawat buku dengan baik;

Menguasai tanda-tanda baca sederhana, seperti: (titik, koma, tanda tanya,

dan tanda seru);

Kelas 2

Membaca dengan terang dan jelas;

Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi;

Membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa terbata-bata.

Kelas 3

Membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi;

Mengerti serta memahami bahan bacaan

Kelas 4

Memahami bahan bacaan pada tingkat dasar;

Kecepatan mata dan suara: 3 patah kata dalam satu detik.

Kelas 5

Membaca dengan penuh pemahan dan perasaab;

Aneka kecepatan membaca nyaring bergantung pada bahan bacaan;

Dapat membaca tanpa terus-menerus melihat pada bahan bacaan.

Kelas 6

Membaca nyaring dengan penuh perasaan dan ekspresi;

Membaca dengan penuh kepercayaan (pada diri sendiri) dan

mempergunakan frase atau susunan kata yang tepat.

Peningkatan keterampilan membaca nyaring

Agar dapat membaca nyaring dengan baik,

Seorang pembaca haruslah menguasi keterampilan-keterampilan persepsi

(penglihatan dan daya tanggap), sehingga dia mengenal atau memahami

kata-kata dengan cepat dan tepat. 

Seorang pembaca harus memiiki kemampuan mengelompokkan kata-kata

ke dalam kesatuan-kesatuan pikiran serta membacanya dengan baik dan

lancar.

http://rickypuspito.blogspot.com/2012/12/ragam-membaca.html

Cara-cara yang dapat dilakukan seorang pembaca nyaring

menyoroti ide-ide bru dengan mempergunakan penekanan yang jelas.

menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide lainnya.

menerangkan kesatuan-kesatuan kata-kata yang tepat dan baik.

Menguhungkan ide-ide yang bertautan dengan jalan menjaga suaranya

agar tinggi sampai akhir dan tujuan tercapai.

Menjelaskan klimaks-klimaks dengan gaya dan ekspresi yang baik dan

tepat.

PENILAIAN KECEPATAN MEMBACA

Sebelum menghitung, ada baiknya kita perhatikan kode yang akan digunakan

berikut ini.

a. K : Jumlah kata yang dibaca

b. Wm : Waktu tempuh baca dalam satuan menit

c. Wd : Waktu tempuh baca dalam satuan detik

d. B : Sekor bobot perolehan tes yang dapat dijawab dengan benar

e. SI : Sekor ideal atau sekor maksimal

f. kpm : Kata per menit

Kecepatan membaca seseorang dapat dihitung menggunakan rumus sebagai

berikut:

Membaca cepat bukan hanya untuk menyelesaikan bacaan sebanyak-banyaknya

dengan waktu yang secepat-cepatnya, melainkan juga dituntut untuk memahami

isi bacaan. Untuk itu muncullah apa yang disebut Kecepatan Efektif Membaca

(KEM). KEM yaitu perpaduan kemampuan motorik visual (kecepatan) dengan

kemampuan kognitif seseorang dalam membaca.

Menghitung Persentase Pemahaman Isi

Untuk mengetahui pemahaman isi seseorang atas apa yang dibacanya dapat

menggunakan rumus:

Kecepatan membaca di atas masih harus disertai pemahaman isi minimal 70%

Studi di Amerika didapat kecepatan membaca:

Tingkat SD : 200 kpm

Tingkat SMP : 200 – 250 kpm

Tingkat SMA : 250 – 350 kpm

Tingkat PT : 350 – 400 kpm

Jika harus disertai pemahaman isi bacaan minimal 70%, maka KEM-nya sbb:

Tingkat SD : 200 x 70% = 140 kpm

Tingkat SMP : 200 – 250 x 70% = 140 – 175 kpm

Tingkat SMA : 250 – 350 x 70% = 175 – 245 kpm

Tingkat PT : 350 – 400 x 70% = 245 – 280 kpm

Sumber : 1. Kompeten Berbahasa Indonesia,kelas X. Penerbit Erlangga

2.http://ketmembaca.blogspot.com/2013/11/a.html

runa.