memori pada material culture tentang kematian studi …
TRANSCRIPT
1 UNIVERSITAS INDONESIA
MEMORI PADA MATERIAL CULTURE TENTANG KEMATIAN
STUDI KASUS: KOMPLEKS MAKAM BELANDA
PENELEH – SURABAYA
Salich Wicaksana Goeritman
Irmawati M-Johan
Program Studi Arkeologi
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
Abstrak
Skripsi ini membahas mengenai memori yang terdapat pada material culture mengenai
kematian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek kajian adalah inskripsi/teks dan lambang
kematian yang terdapat pada makam dan nisan abad 19 – 20 M awal. Pada analisis yang
dilakukan terhadap inskripsi/teks ditemukan penggunaan kosakata awalan, sebutan, kalimat
testimoni dan kutipan alkitab/injil. Selain itu, analisis terhadap lambang-lambang yang
ditemukan pada makam dan nisan merepresentasikan mengenai kematian, waktu, dan
keabadian. Melalui inskripsi/teks serta lambang kematian memperlihatkan bagaimana
seseorang yang telah meninggal dikenang dan memberikan gambaran mengenai adanya
kehidupan setelah kematian.
Kata kunci: inskripsi; makam; memori; nisan; lambang.
MEMORY IN THE MATERIAL CULTURE OF DEATH.
CASE STUDY: DUTCH CEMETERY
PENELEH – SURABAYA
Abstract
This thesis discusses the memory contained in the material culture concerning death. In this
research, the object of the study is the inscription or text and the symbol of death found in the
tombs and headstones originating from the 19th until early 20th century AD. The analysis
conducted towards the inscription/text has resulted in the usage of opening phrases, honorific
titles, testimonials, and quotes taken from the holy bible. In addition, the analysis for the
symbols engraved in the tombs and the headstones represent death, time, and eternity. Finally,
these inscription/text and the symbol of death show us how someone who has passed away at
that time is remembered and give us an overview of the existence of the afterlife.
Keywords: inscription; tomb; memory; headstone; symbol.
Memori pada..., Salich Wicaksana Goeritman, FIB-UI, 2013
2
UNIVERSITAS INDONESIA
Latar Belakang
Artefak, ekofak, dan fitur
merupakan basic symbols yang berasal dari
masa lalu (Hayden, 1993: 71). Makam
merupakan salah satu sumber data
arkeologi yang berupa fitur. Makam
sebagai material culture, merupakan hasil
kebudayaan manusia yang memiliki nilai-
nilai budaya tertentu bagi masyarakat
tertentu. Kemudian makam sebagai fitur
menyimpan data-data arkeologis yang
dapat digunakan untuk merekonstruksi
budaya masa lalu melalui: bentuk,
ornamen atau ragam hias, lambang atau
simbol, angka tahun, dan teks yang
tertuliskan atau terpahatkan pada nisannya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tinggalan
arkeologi berupa makam dapat
mengandung data-data penting yang dapat
digunakan dalam penelitian atau kajian
yang bersifat arkeologis.
Umumnya pada makam terdapat
atribut yang cukup penting, yaitu nisan.
Nisan dapat diartikan sebagai batu yang
dibaringkan di atas makam (Suratminto,
2008: 11). Nisan juga merupakan artefak
atau benda budaya tinggalan masa lalu
yang merupakan atribut atau komponen
dari suatu makam. Nisan merupakan
komponen penting pada suatu makam
karena mengandung data-data yang dapat
dikaji melalui penelitian arkeologi. Data-
data yang terdapat pada nisan, seperti
bentuk dari nisan itu sendiri, ornamen yang
menghiasinya, lambang ataupun simbol-
simbol tertentu yang menunjukkan suatu
identitas, dan pahatan teks/tulisan yang
memuat keterangan angka tahun kelahiran
dan kematian serta nama orang yang
dimakamkan.
Surabaya merupakan salah satu
wilayah yang memiliki tinggalan arkeologi
masa kolonialisasi bangsa Eropa di
Nusantara. Salah satu objek arkeologi yang
dijadikan objek pada penelitian ini adalah
nisan yang terdapat pada makam orang-
orang Eropa pada masa kolonialisasi
bangsa Eropa sekitar abad 19 – 20 M awal
di Surabaya. Pada masa kekuasaan Hindia
Belanda hingga abad 19 M di Surabaya
dilakukan perluasan daerah kekuasaan
dengan dibangun jalan-jalan dan
pembangunan kota Surabaya. Hal tersebut
mengakibatkan banyaknya komunitas
orang-orang Eropa yang tinggal di
Surabaya.
Komplek Makam Belanda Peneleh
– Surabaya terletak di Jalan Makam
Peneleh Kota Surabaya. Secara geografis,
kompleks makam tersebut terletak di
sebelah timur sungai Kalimas dengan jarak
+ 100 meter dari kali tersebut. Kompleks
makam tersebut memiliki luas area 4,5 Ha
yang dikelilingi oleh pagar beton setinggi
2,25 meter pada sisi sebelah barat dan
selatan karena berbatasan dengan
pemukiman penduduk, sedangkan sisi
Memori pada..., Salich Wicaksana Goeritman, FIB-UI, 2013
3
UNIVERSITAS INDONESIA
timur dan utara dibatasi dengan pagar
teralis setinggi 2,25 meter yang langsung
berbatasan dengan jalan. Makam yang
terdapat di Kompleks Makam Belanda –
Peneleh berjumlah + 2.500. Area tersebut
digunakan sebagai tempat/area/lokasi
pemakaman orang-orang Eropa yang
meninggal dunia di Surabaya sejak tahun
1846. Sebelumnya digunakan area
pemakaman di wilayah Krambangan yang
tidak mampu menampung lagi untuk
tempat pemakaman (Faber, 1931: 314).
Makam yang terdapat pada
kompleks makam Belanda Peneleh di
Surabaya memiliki variasi yang beragam.
Dari segi bentuk, nisan-nisan yang terdapat
pada makam kompleks makam tersebut
seperti persegi panjang, belah ketupat,
oval, dan penggabungan antara bentuk
persegi dengan setengah lingkaran serta
terdapat juga makam-makam dalam bentuk
monumen dan makam yang memiliki
patung (sculpture/effigy). Inskripsi/teks
yang terdapat pada nisan makam memberi
keterangan mengenai angka tahun, nama
jenazah yang dimakamkan, dan tulisan
lain. Angka tahun yang terpahatkan pada
nisan memberikan keterangan mengenai
data periode nisan tersebut digunakan.
Angka tahun pada nisan-nisan tersebut
memiliki periode waktu sekitar
pertengahan abad 19 – 20 M awal. Dari
segi ornamen, terpahatkan ornamen hias
seperti bunga dan sulur daun dan ikon
lainnya, seperti lambang atau tanda
kematian (Death’s Head, Cherub, Urn,
willow tree), serta lambang vanitas
„sesuatu yang sifatnya fana‟ atau yang
bersifat abadi, atau lambang kebangkitan
dengan variasi yang cukup beragam
(Suratminto, 2008: 63). Lambang vanitas
sebenarnya difungsikan untuk memberi
peringatan kepada yang hidup.
Memori merupakan hasil dari suatu
proses budaya, yaitu mengenang akan
sesuatu untuk selalu dapat diingat (Hallam
dan Hockey, 2001: 1). Dalam proses
budaya, memori adalah sesuatu yang ada
atau terjadi di masa lalu untuk diingat
ataupun dikenang pada masa sekarang
ataupun masa depan, sehingga memori
juga merupakan cara yang menunjukkan
eksistensi manusia masa lalu pada masa
sekarang dan masa depan (Hallam dan
Hockey, 2001: 3). Proses mengenang
(remembering) atau memori tidak lepas
hubungannya dari konteks antara proses
budaya, budaya materi, dengan konteks
waktu (time) dan hubungannya dengan
kondisi sosial suatu masyarakat.
Pada masyarakat Eropa, memori
berkaitan erat dengan kematian. Kematian
merupakan proses perubahan bentuk fisik
ke bentuk lainnya dalam proses sosial
budaya (Hallam dan Hockey, 2001: 1).
Kematian juga dapat didefinisikan sebagai
proses tranformasi dari kehidupan duniawi
yang bersifat fana menuju ke kehidupan
Memori pada..., Salich Wicaksana Goeritman, FIB-UI, 2013
4
UNIVERSITAS INDONESIA
yang abadi. Dalam kepercayaan Hindu,
kematian merupakan proses siklus
kehidupan atau reinkarnasi. Sedangkan
dalam kepercayaan Kristiani, kematian
merupakan pembebasan jiwa atau roh dari
tubuh yang telah mati (Hallam dan
Hockey, 2001: 132). Selain itu, hubungan
antara yang hidup dan yang mati memiliki
tujuan untuk bersatu kembali di akhirat
(Hallam dan Hockey, 2001: 85 – 86).
Dalam hal ini, memori mengenai kematian
merupakan proses mengingat atau
mengenang yang telah mati melalui
material culture. Memori tidak lepas
hubungannya dengan sesuatu yang pernah
eksis atau ada pada masa lalu dan
diwujudkan dalam bentuk benda atau
budaya materi.
Pada masa kolonial, masyarakat
Eropa golongan tertentu dimakamkan
dengan menggunakan simbol atau lambang
heraldik yang menjadi simbol kejayaan dan
lambang religius (Kristiani). Hal ini
memperlihatkan identitas dan status sosial
dalam komunitas masyarakat. Pemberian
simbol-simbol sebagai tanda dari identitas
tidak lepas dari kehidupan semasa hidup
dan saat telah menuju kematian. Selain itu,
memori akan sosok yang telah meninggal
wafat tertuliskan pada inskripsi/teks yang
terdapat pada makam ataupun nisannya.
Penggunaan atribut yang terdapat
pada nisan pada suatu makam dapat
menggambarkan identitas orang yang
dimakamkan. Atribut-atribut pada nisan
dapat memperlihatkan tanda-tanda
mengenai memori tentang kematian pada
material culture terhadap orang yang
dimakamkan menurut Elizabeth Hallam
dan Jenny Hockey (Hallam dan Hockey,
2001: 1). Hal yang menjadi masalah
penelitian adalah atribut inskripsi/teks dan
lambang kematian pada material culture
tentang kematian mengenai bagaimana
seseorang yang telah meninggal dikenang
yang merupakan proses dari memori; dan
apakah atribut-atribut tersebut mewakili
suatu identitas golongan masyarakat
tertentu, seperti jabatan, agama ataupun
status sosialnya di suatu komunitas
masyarakat.
Tujuan dari penelitian mengenai
atribut pada nisan dan makam di Kompleks
Makam Belanda – Peneleh adalah untuk
mengetahui atribut atau tanda yang
digunakan sebagai memori tentang
kematian, kemudian melalui penggunaan
atribut yang menggambarkan memori
tentang kematian, dapat mengungkapkan
bagaimana seseorang dikenang atau
dilupakan melalui artefak kematian.
Sehingga hal tersebut dapat memberikan
gambaran mengenai komunitas masyarakat
Eropa di Surabaya. Selain itu, penelitian
ini juga bertujuan untuk memperlihatkan
karakteristik dari nisan yang digunakan di
Kompleks Makam Belanda Peneleh pada
abad 19 – 20 M di Surabaya.
Memori pada..., Salich Wicaksana Goeritman, FIB-UI, 2013
5
UNIVERSITAS INDONESIA
Metode penelitian pada penelitian
ini dilakukan melalui tiga tahapan
penelitian arkeologi, yaitu: tahap
pengumpulan data (Observasi), tahap
pengolahan data (Deskripsi), dan tahap
penafsiran data (Deetz, 1967: 8). Tahapan-
tahapan penelitian tersebut digunakan
untuk menghasilkan suatu kesimpulan
serta menjawab permasalahan dan tujuan
penelitian yang dilakukan.
Pada tahap awal penelitian
dilakukan pengumpulan data (Observasi)
berupa materi-materi yang dapat
digunakan dan mendukung penelitian,
seperti data kepustakaan mengenai nisan-
nisan dan makam orang Eropa terutama
Belanda (VOC), lambang/simbol/heraldik
(coat of arms), historiografi kota Surabaya
abad 17 – 19 M, budaya dan gaya hidup
masyarakat Eropa, dan kepustakaan lain
yang dapat dijadikan data pendukung
dalam penelitian ini. Selanjutnya dilakukan
observasi lapangan terhadap objek yang
akan diteliti. Dalam observasi tersebut,
dipilih nisan-nisan yang akan dijadikan
objek penelitian karena tidak semua nisan
dapat dijadikan objek penelitian
disebabkan oleh kondisi tingkat keausan
dan kelengkapan atribut nisan. Pada
kegiatan observasi lapangan dilakukan
perekaman (recording) terhadap objek
yang diteliti berupa perekaman (recording)
secara verbal dan pictorial. Data-data yang
dikumpulkan dari kegiatan observasi
adalah data mengenai bentuk, ukuran,
bahan, angka tahun, hiasan/ornamen, dan
teks.
Tahap berikutnya adalah
pengolahan data. Pada tahap tersebut
dilakukan deskripsi terhadap objek yang
diteliti. Sebelum melakukan deskripsi
terhadap objek, terlebih dahulu dipilih
nisan dengan syarat tulisan/teks masih
dapat terbaca dengan jelas, terdapat
ornamen atau lambang selanjutnya
dilakukan deskripsi terhadap objek
tersebut. Dalam tahap deskripsi, Objek
dideskripsikan mengenai bentuk, ukuran,
bahan, tulisan/teks, lambang, serta
ornamen yang terdapat pada nisan.
Berdasarkan tulisan/teks diketahui
informasi mengenai angka tahun, nama
orang yang dimakamkan, dan informasi
lainnya mengenai identitas yang
dimakamkan, karena melalui teks didapat
suatu keterangan mengenai memori.
Setelah dilakukan deskripsi terhadap objek,
maka selanjutnya dilakukan tahap
penafsiran data. Dari hasil deskripsi data
yang telah dilakukan maka didapatkan
komponen-komponen data yang
selanjutnya digunakan untuk menjawab
pertanyaan mengenai atribut-atribut
memori pada nisan di Kompleks Makam
Belanda Peneleh – Surabaya. Tahap ini
juga dapat disebut dengan tahap analisis.
Tahap analisis yang dilakukan adalah
analisis terhadap teks yang ada dengan
Memori pada..., Salich Wicaksana Goeritman, FIB-UI, 2013
6
UNIVERSITAS INDONESIA
mencari kosakata ataupun kalimat yang
menggambarkan atau menceritakan sesuatu
yang merupakan memori mengenai
kematian ataupun kalimat ungkapan emosi
keagamaan. Selanjutnya adalah melakukan
analisis terhadap lambang, dan ornamen
yang ada pada objek yang diteliti.
Melakukan analisis terhadap lambang
sebagai tanda kematian, dan ornamen yang
sering muncul atau digunakan pada nisan
tersebut.
Pembahasan
Penelitian ini dilakukan pada lahan
Komplek Makam Belanda - Peneleh seluas
4,5 hektar. Objek penelitian ini merupakan
nisan pada makam yang berangka tahun
abad 19 – 20 M awal, karena kompleks
pemakaman tersebut baru digunakan pada
tahun 1846 sampai sekitar tahun 1955.
Pengkajian dan analisis terhadap makam
mengenai inskripsi/teks, lambang atau
tanda, dan ornamen terbatas pada nisan
yang terbuat dari bahan marmer, batu, dan
logam yang masih jelas terlihat. Analisis
dilakukan terhadap inskripsi/teks dan
lambang pada 10 makam dengan
monumen, 24 makam dengan nisan yang
terbaring diatasnya, dan 5 makam yang
terdapat patung (Sculpture/Effigy) (Tabel
1).
Tabel 1 Daftar data makam
Jenis
Makam No.
NAMA
Monumen 1.
G. F. Hornoff, H. C. Hornoff dan
E. Bayer
2. Mr. Daniel François Willem
Pietermaat
3. J. Welter
4. P. J. B. de Perez
5. Paul François Corneille &
Diederika Elizabeth
6. Martinus van den Elzen
7. G. J. C. Aveling & D. C. Schultz
8. H. G. J. G. Vriesman
9. Ruth Anna Marie Therese Rose
10. Rosalia Josepha Almerood
Nisan 11. Mr. Pieter Merkus
12.
Leonie Suzanne Charlotte van
Hogendorp & Carel Sirardus
Willem s‟Jacob
13. Robert Swaving & Elisabeth
d‟Abo
14. Johannes Barthelomeús van Gyën
15. Maria de Groot
16. Hendrika Louisa Krijgsman
17. Anna Magdalena Bisschop
18. Jelle Roelofs & Johanna Cornelia
Wilhelmina
19. Hendrika Johanna Immink
20.
Johanna Gerarda Maria Wynanda,
Richard Louis Alphons Emile,
Wynand Mari Johan Gerard, &
Mylany Eleonore
21. Margje Appel & Alida Clara de
Ruiter
22. F. J. H. Bayer
23. Elisabeth Magdalena
Schoutendorp
24. Johanna Wilhelmina de Lange
25. Mr. Abraham de Vries
26. A. B. du Cloux
27. Elisabeth Berben
28.
Johanna Maria Elisabeth Leyder,
Frederik Godfried Samuels, &
Johanna Carolina Samuels
29.
Carolina Catharina Maria Canter
Visscher & Maria Elizabeth
Augustina Mispelblom Beijer
30. Gustav Kirchner
Memori pada..., Salich Wicaksana Goeritman, FIB-UI, 2013
7
UNIVERSITAS INDONESIA
31. Daniël Cornelis
32. Michel Conraad Landtrecht &
Maria Landtrecht
33. J. R. C. Burgemeestre & B. C. P.
Peuer Im Hoff
34. J. W. Felix & A. Chr. Felix
Patung
(Sculpture/
Effigy)
35. Elize Henriette Diepenbroek &
Johanna Maria Halewun
36. Arie Teelkamp, Maria Gerarda
Teelkamp, & Elvier Wardenaar
37. Emile Caroline Kouthhofd &
Henry Ernest Kouthhofd
38.
Lize Butteling, Carl Ludwig
Maximiliaan Kühr, Paul Alfred
August Kühr, Louise Wilhelmina
Kühr, Hendrik Theodorus
Brugman, & Sonja Hilda Butteling
39. Vacarshak Avetik Owenjohn
Apcar
Analisis Teks
Pada umumnya, inskripsi/teks yang
tertulis pada nisan kubur berisi nama,
tempat dan tanggal kelahiran serta
kematian, penyebutan gelar ataupun
jabatan, dan tidak jarang dijumpai
testimoni serta kutipan yang diambil dari
ayat-ayat yang terdapat dalam alkitab atau
injil. Dalam analisis terhadap inskripsi/teks
pertama-tama dilakukan pendeskripsian
dengan melakukan penyempurnaan kata
yang merupakan singkatan dengan cara
menyisipkan huruf yang kurang di antara
tanda dalam kurung [...] dan kemudian
dilakukan alih bahasa atau penterjemahan.
Selanjutnya akan dilakukan analisis
terhadap kosakata yang digunakan sebagai
awalan, penggunaan sebutan/gelar dan
jabatan, serta dilakukan analisis terhadap
temuan kalimat ungkapan seperti testimoni
dan kutipan-kutipan dari ayat-ayat yang
diambil dari alkitab/injil.
Kosakata yang digunakan sebagai
awalan dari inskripsi/teks tersebut, seperti
penggunaan bentuk kosakata:
- Hier ligt het stoffelyk overschot ...,
“disini terbaring jenazah...” yang
ditemukan pada makam nomor 1
dan 22;
- Hier ligt begraven ..., “disini
dimakamkan...” yang ditemukan
pada makam nomor 6;
- Aan de nagedachtenis ..., ”untuk
mengenang...” yang ditemukan
pada makam nomor 7;
- Ter gedachtenis aan ..., “dalam
kenangan...” yang ditemukan pada
makam nomor 21;
- Rustplaats ..., “tempat
beristirahat...” yang ditemukan
pada makam nomor 2, 14, 34, dan
37;
- Hier rust ..., “disini beristirahat...”
yang ditemukan pada makam
nomor 5, 13, 16, 17, 18, 26, 27, dan
30;
- Hier rusten ..., “disini
beristirahat...” yang ditemukan
pada makam nomor 12, 29, dan 38;
- Hier rust het stoffelyk overschot ...,
“disini beristirahat jenazah...” yang
ditemukan pada makam nomor 4;
- Hier rusten onzen geliefde ouders
..., “disini beristirahat orang tua
Memori pada..., Salich Wicaksana Goeritman, FIB-UI, 2013
8
UNIVERSITAS INDONESIA
kami tercinta...” yang ditemukan
pada makam nomor 32;
- Hier rust onze geliefde vader ...,
“disini beristirahat Ayah kami
tercinta...” yang ditemukan pada
makam nomor 36;
- Hier rust onze geliefde moeder en
grootmoeder ..., ”disini beristirahat
Ibu dan Nenek kami tercinta...”
yang ditemukan pada makam
nomor 33;
- Hier rust mijn dierbare echtgenoot
en vriend ..., “disini beristirahat
suamiku dan teman tercinta...” yang
ditemukan pada makam nomor 3;
- Hier rust onze lieveling ..., “disini
beristirahat orang terkasih kami...”
yang ditemukan pada makam
nomor 20, 23, dan 31;
- Hier rust onze innig geliefde
dochter ..., “disini beristirahat putri
(anak perempuan) kami tercinta...”
yang ditemukan pada makam
nomor 35.
Selain itu ditemukan inskripsi/teks
dalam bahasa Inggris, seperti yang
ditemukan pada makam nomor 8 yang
menggunakan kosakata: In Memoriam ...,
“dalam kenangan..”; kemudian makam
nomor 39 yang menggunakan kosakata: In
Loving Memory of ..., “dalam kenangan
kepada...”; Sacred to the Memory of ...,
“kenangan suci dari...” yang terdapat pada
makam nomor 24; dan ditemukan juga
inskripsi/teks dalam bahasa Jerman, seperti
Liebe Aenny, “cinta (Aenny)” pada makam
nomor 9.
Beberapa makam ditemukan tanpa
menggunakan kosakata awalan pada
inskripsi/teks, seperti pada makam nomor
10, 11, 15, 19, 25, dan 28. Inskripsi/teks
langsung tertuliskan sebutan, gelar,
ataupun jabatan seseorang. Penggunaan
sebutan yang ditemukan pada
inskripsi/teks yang tertuliskan pada makam
atau nisan, seperti:
- Zijn Excellentie, yang diartikan
“Paduka Yang Mulia”, terdapat
pada makam nomor 11;
- H[oog] E[delen] G[eact] Heer,
yang diartikan “Yang Mulia”,
terdapat pada makam nomor 4;
- De Weleerwaarde, yang berarti
“Pendeta”, terdapat pada makam
nomor 6;
- Weledelgeb[oren]: Heer..., yang
diartikan sebagai “seorang
bangsawan: Tuan ...”, terdapat pada
makam nomor 22;
- Ing[enieur], sebutan untuk gelar
seseorang “Insinyur”, terdapat pada
makam nomor 8;
- Vader, sebutan untuk “Ayah”,
terdapat pada makam nomor 36;
- Echtgenoot, sebutan untuk
“Suami”, terdapat pada makam
nomor 18;
Memori pada..., Salich Wicaksana Goeritman, FIB-UI, 2013
9
UNIVERSITAS INDONESIA
- Zoon, sebutan untuk “Putra (anak
laki-laki)”, terdapat pada makam
nomor 13;
- Jongste Zoon, sebutan untuk “Putra
(anak laki-laki) bungsu”, terdapat
pada makam nomor 12;
- Vrouwe, sebutan untuk seorang
wanita dewasa yang berarti
“Nyonya”, terdapat pada makam
nomor 1, 5, 12, 16, 26, dan 33;
- Echtgenoote, sebutan untuk “Istri”,
terdapat pada makam nomor 7, 12,
17, dan 35;
- Wife, dalam bahasa Inggris yang
berarti “Istri”, terdapat pada makam
nomor 24;
- Weduwe, sebutan untuk seorang
“Janda”, terdapat pada makam
nomor 21 dan 28;
- Dochter, sebutan untuk “Putri
(anak perempuan)”, terdapat pada
makam nomor 35;
- Jongste kind, sebutan untuk “Putri
(anak perempuan) bungsu”,
terdapat pada makam nomor 18.
Pada inskripsi/teks yang tertuliskan
pada makam atau nisan, juga tertuliskan
jabatan atau profesi semasa jenazah hidup,
seperti:
- Gouvernour Generaal van
Nederlandsch Indie, atau jabatan
sebagai Gubernur Jenderal Hindia
Belanda, yang terdapat pada
makam nomor 11.
- Vice President van den raad van
Indie Gouvernement Kommissaris,
atau jabatan Wakil Presiden Dewan
Kommisaris Pemerintah Hindia,
terdapat pada makam nomor 4.
- Resident, atau seorang residen
(pejabat pemerintah), yang terdapat
pada makam nomor 2 dan 8;
- Kapt[ein], merupakan
jabatan/pangkat dalam kemiliteran
sebagai “Kapten”, yang terdapat
pada makam nomor 14;
- Luitenant Kolonel, merupakan
jabatan/pangkat kemiliteran
“Letnan Kolonel”, yang terdapat
pada makam nomor 5;
- Luitenant, merupakan
jabatan/pangkat kemiliteran
“Letnan”, yang terdapat pada
makam nomor 3
- Adm[iraal], merupakan
jabatan/pangkat kemiliteran
angkatan laut “Laksamana”, yang
terdapat pada makam nomor 36;
- Officier van Justitie, merupakan
sebutan untuk seorang “Jaksa”,
yang terdapat pada makam nomor
25;
- Pastoor, merupakan sebutan untuk
pelayan Tuhan (dalam Kristiani)
“Pastur”, yang terdapat pada
makam nomor 6;
Memori pada..., Salich Wicaksana Goeritman, FIB-UI, 2013
10
UNIVERSITAS INDONESIA
- Directrice, merupakan sebutan
untuk jabatan seorang “Direktur”,
dalam hal ini terdapat pada makam
nomor 10, dimana beliau seorang
perempuan yang menjabat sebagai
Direktur Sekolah Swasta khusus
Perempuan;
- Merchant (dalam bahasa Inggris),
merupakan sebutan untuk profesi
“Pedagang”. Terdapat pada makam
nomor 39.
Pada inskripsi/teks ditemukan tulisan
yang berisi testimoni dari orang yang
ditinggalkan. Tulisan tersebut
menggambarkan tentang perasaan orang
yang ditinggalkan dan sebagai memori
akan orang yang telah meninggal. Hal ini
mengungkapkan bagaimana seseorang
dikenang, seperti yang ditemukan pada:
- Makam nomor 4 (Foto 1), yang
bertuliskan:
HIJ WAS HOOG GEACHT EN BEMIND
BIJ ALLEN. ZIJN ONVERWACHT EN
PLOTSELING AFTERVEN IS EEN
GROOT VERLIES VOOR HET
VADERLAND, ONHERSTELBAAR
VOOR CADE EN KROOST, TREFFEND
VOOR ZIJNE VRIENDEN.
Terjemahan:
Beliau sangat dihormati dan dicintai
semua orang. Kepergiannya yang
mendadak dan tiba-tiba adalah kehilangan
besar untuk tanah air, kesedihan
mendalam untuk anak dan istri,
mengharukan untuk teman-teman beliau.
Foto 1 Inskripsi makam P.J.B. de Perez
- Makam nomor 5, yang bertuliskan:
HULDE VAN DE OFFICIEREN EN
VERDERE BEAMBTEN VAN DEN
ARTILLERIE CONSTRUCTIE WINKEL
AAN DE NAGEDACHTENIS VAN
HUNNEN HOOG GEACHTEN EN
BEMINDEN CHEF
Terjemahan:
Penghormatan dari para perwira/prajurit
dan pegawai lainnya dari artileri toko
konstruksi untuk mengenang atasan yang
sangat mereka hormati dan cintai.
Memori pada..., Salich Wicaksana Goeritman, FIB-UI, 2013
11
UNIVERSITAS INDONESIA
- Makam nomor 18, yang
bertuliskan:
WIE HEM KENDE WAS ZIJN VRIEND;
EEN VIJAND HAD HIJ NIMMER.
Terjemahan:
yang mengenal beliau adalah teman
beliau; beliau tidak memiliki musuh.
- Makam nomor 29, yang
bertuliskan:
TOT WEERZIENS GELIEFDE DE
DOODEN.
Terjemahan:
Sampai berjumpa lagi Almarhum tercinta.
- Makam nomor 32, yang
bertuliskan:
RUST ZACHT GELIEFDE OUDERS.
Terjemahan:
Beristirahatlah dengan tenang Orang Tua
kami tercinta.
- Makam nomor 33, yang
bertuliskan:
RUST IN VREDE LIEVE DOODE!
RUST ZACHT LIEVE DOODE!
Terjemahan:
Beristirahatlah dalam damai almarhumah
tersayang!
Beristirahatlah dengan tenang
almarhumah tersayang!
- Makam nomor 35, yang
bertuliskan:
MET HARE DOCHTER RUST HIER
JOHANNA MARIA HALEWUN INNIG
GELIEFDE ECHTGENOOTE VAN
ADRIANUS JOHANNES
DIEPENBROEK.
Terjemahan:
Bersama putrinya beristirahat disini
Johanna Maria Halewun Istri yang sangat
dicintai oleh Adrianus Johannes
Diepenbroek.
- Makam nomor 39, yang
bertuliskan:
A PROMISING ARMENIAN
MERCHANT
A BELOVED HUSBAND AND TRUE
FRIEND
Memori pada..., Salich Wicaksana Goeritman, FIB-UI, 2013
12
UNIVERSITAS INDONESIA
ERECTED IN AFFECTIONATE
REMEMBRANCE BY HIS BEREAVED
WIDOW.
"A GOOD LIFE HATE BUT A FEW
DAYS. BUT A GOOD NAME
ENDURETH FOR EVER."
Terjemahan:
Seorang Saudagar Armenia
Suami terkasih dan teman sejati
Dibangun dalan kenangan akan kasih
sayang dari Istri yang berduka.
“Sebuah kehidupan yang baik tidak akan
bertahan lama, tapi nama baik bertahan
selamanya.”
Selain itu, ditemukan kalimat yang
merupakan kutipan dari alkitab/injil,
seperti yang tertuliskan pada:
- Makam nomor 6, yang bertuliskan:
ZALIG ZIJN DOODEN DIE IN HEER.
STERVEN WANT HUNNE WERKEN
VOLGENHUN. APOC[alypse]. XIV. 13
Terjemahan:
Berbahagialah orang-orang mati yang mati
dalam Tuhan. Karena segala perbuatan
mereka menyertai mereka. Wahyu
(Relevation) 14:13. (dalam Kitab Katholik)
- Makam nomor 7, yang bertuliskan:
DE NACHT IS VOORBYGEGAAN EN
DE DAG IS NABYGEKOMEN
ROM[e] XIII VRS 12
Terjemahan:
Hari sudah jauh malam, telah hampir
siang.
Roma (Rome) 13:12. (dalam Kitab
Katholik)
- Makam nomor 12, yang
bertuliskan:
DE DOOD HAD DE MOEDER VAN
DEN ZUIGELING GESCHEIDEN, DE
DOOD HEEFT HEN BIJ GOD
VEREENIGD. WANT DERZULKEN IS
HET KONINGRIJK DER HEMELEN!!
Maath[éüs] XIX Vs 14h.
Terjemahan:
Almarhum adalah ibu yang terpisah
dengan bayinya, kematian telah
mempersatukan mereka dengan Tuhan..
Sebab orang-orang seperti itulah yang
Memori pada..., Salich Wicaksana Goeritman, FIB-UI, 2013
13
UNIVERSITAS INDONESIA
memiliki kerajaan Surga!! Matius
(Matthéüs) 19:14. (dalam Kitab Katholik)
- Makam nomor 13, yang
bertuliskan:
ZALIG ZYN DE DOODEN DIE IN DEN
HEERE STERVEN VAN NU AAN.
Terjemahan:
Berbahagialah orang-orang mati yang
mati dalam Tuhan mulai saat ini.
- Makam nomor 18, yang
bertuliskan:
DEN HEMEL NU TEN SIER, TE GOED
VOOR ‟T AARDSCHE LOT; DE
SCHELPEN LIGGEN HIER, DE PARELS
ZIJN BIJ GOD.
Terjemahan:
Surga sekarang telah dihias, terlalu baik
untuk nasib duniawi; cangkang kerang-
kerang berada disini (dunia), mutiara-
mutiara bersama Tuhan.
Dalam penulisan inskripsi/teks
yang terdapat pada nisan ataupun makam,
ditemukan pola-pola terstuktur mengenai
isi dari inskripsi/teks tersebut. Pola-pola
penulisan yang secara sederhana namun
syarat akan kelengkapan penulisan nama,
tempat dan tanggal kelahiran serta
kematian (Gambar 1); dan pola penulisan
secara lengkap yang meliputi kosakata
awalan, penyebutan gelar/sebutan, nama,
penyebutan jabatan/profesi, tempat dan
tanggal kelahiran serta kematian, dan
kalimat testimoni ataupun kutipan ayat-
ayat alkitab/injil (Gambar 2).
Gambar 1 Pola penulisan sederhana
Gambar 2 Pola penulisan secara lengkap
Analisis Lambang
Analisis pada lambang dilakukan untuk
mengetahui lambang-lambang yang
digunakan pada makam dan nisan kubur
abad 19 – 20 M awal di Kompleks Makam
Belanda, Peneleh – Surabaya. Analisis
dilakukan terhadap lambang-lambang
Memori pada..., Salich Wicaksana Goeritman, FIB-UI, 2013
14
UNIVERSITAS INDONESIA
kematian berupa figur, binatang, objek
benda, tumbuhan, dan bentuk geometrik.
Lambang digunakan sebagai elemen
dekoratif pada makam dan nisan kubur dan
dapat dikaitkan dengan hal-hal religius
atau keagamaan (Dethlefsen, 1966: 502).
Tabel 2 Populasi temuan lambang/simbol
Lambang/simbol Makam No:... Jumlah
Cherub 1, 7, 20, 23, 29, 31 6
Death’s Head; Tengkorak dan
Tulang 5, 13, 15, 16, 34 5
Heart Sacred; Jantung 15 1
Butterfly; Kupu-kupu 7, 12, 17, 18 4
Uroborus (Snake) 1, 7, 12, 17, 18 5
Chi Rho 4 1
Quatrefoil 9, 16 2
Anchor and Cross; Jangkar dan
Salib 26, 30 2
Compass and Square; Jangka &
Penggaris sudut 22 1
Hourglass; Jam Pasir 1, 32 2
Hourglass (Winged); Jam Pasir
Bersayap
12, 13, 14, 16, 17,
18, 21, 22, 24, 25, 28 11
Scythe; Sabit 24, 25 2
Sword; Pedang 14 1
Torch; Obor 4, 7, 14, 17, 18, 19,
21, 24, 25 9
Urn 3, 4, 27 3
Vase; Vas Bunga yang kosong 5 1
Achantus; Daun Akantus 5, 10, 11 3
Bell Flower 21 1
Dogwood Flower 1 1
Fleur de Lis 10 1
Garland; Karangan bunga 24, 25 2
Laurel; Daun Salam 4, 16 2
Lily of the Valley; Bunga Lily
lembah 9 1
Morning Glory 21 1
Olive Tree Branch; Ranting pohon
zaitun 8, 14, 15, 23 4
Passion Flower 29 1
Rose; Bunga Mawar 5, 19, 20, 28 4
Vine; Tanaman Rambat 29 1
Willow Tree; Pohon Willow 33 1
Padi-padian 28 1
Berdasarkan Tabel 2, ditemukan populasi
temuan lambang/simbol yang banyak
digunakan pada makam atau nisan, seperti:
Jam pasir bersayap (Winged Hourglass)
(Foto 2); Obor (Torch) (Foto 3); Cherub
(Foto 4); Death’s Head (Foto 5); Kupu-
kupu dan Ular (Uroborus) (Foto 6).
Kemudian penggunaan lambang/simbol
flora yang banyak digunakan, seperti:
bunga mawar (Rose); cabang pohon zaitun
(Olive tree branch); dan daun akantus.
Namun ditemukan pula penggunaan
lambang-lambang flora lainnya yang
cukup bervariasi.
Foto 2 Jam pasir bersayap
Foto 3 Obor (Torch)
Memori pada..., Salich Wicaksana Goeritman, FIB-UI, 2013
15
UNIVERSITAS INDONESIA
Foto 4 Cherub
Foto 5 Death’s Head
Foto 6 Kupu-kupu dan Ular (Uroborus)
Kesimpulan
Surabaya merupakan salah satu
kota yang mengalami masa kolonialisasi
bangsa Eropa di Nusantara sejak abad ke
16 – 20 awal. Kompleks Makam Belanda,
Peneleh – Surabaya merupakan salah satu
situs peninggalan bangsa Eropa yang
menyimpan banyak memori terhadap
komunitas bangsa Eropa di Surabaya, salah
satunya adalah memori mengenai
kematian. Memori mengenai kematian
diungkapkan melalui atribut inskripsi/teks
dan lambang yang terdapat pada makam
dan nisan kubur.
Berdasarkan hasil analisis terhadap
inskripsi/teks yang telah dilakukan
terhadap makam dan nisan kubur yang
terdapat di Kompleks Makam Belanda,
Peneleh – Surabaya, maka diketahui bahwa
pada abad 19 – 20 awal ditemukan
penggunaan kosakata awalan yang banyak
digunakan, seperti: Hier rust; Hier rusten;
Rustplaats; yang berarti „disini
beristirahat‟ atau „tempat beristirahat‟. Hal
ini berbeda dengan kosakata yang
ditemukan pada nisan-nisan abad 17 – 18
di Museum Taman Prasasti – Jakarta.
Kosakata awalan yang banyak ditemukan
pada nisan-nisan tersebut seperti: Hier
onder legt begraeven; Hier legt begraven;
Hier onder leyt begraven; yang berarti
“disini dimakamkan”. Dari kedua hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
kosakata yang digunakan pada
Memori pada..., Salich Wicaksana Goeritman, FIB-UI, 2013
16
UNIVERSITAS INDONESIA
inskripsi/teks abad 19 – 20 awal seolah-
olah orang yang telah meninggal tidak
mati, namun beristirahat atau tidur,
sedangkan pada inskripsi/teks yang
terdapat pada nisan abad 17 – 18 tersebut
lebih digunakan sebagai kosakata yang
menunjukkan makam sebagai tempat orang
yang telah mati dikuburkan. Hal ini
memperlihatkan perbedaan mengenai
pengertian kematian.
Pada inskripsi/teks yang telah di
analisis, ditemukan kosakata yang
digunakan untuk penyebutan seseorang,
misalnya penyebutan untuk perempuan
yang dihormati, dalam inskripsi digunakan
kosakata „Vrouwe‟ yang diartikan
„Nyonya‟; kemudian sebutan untuk
golongan bangsawan dengan sebutan
„Weledelgeb[oren]: Heer..‟, yang berarti
„seorang bangsawan: Tuan..; sebutan untuk
orang yang berpangkat atau memiliki
jabatan tinggi/penting, seperti „Zijn
Excellentie‟, yang berarti „Paduka Yang
Mulia‟, dan „H[oog] E[delen] G[eacht]
Heer‟, yang berarti „Yang Mulia‟.
Kemudian penggunaan kosakata untuk
sebutan gelar/profesi, seperti „Ing[enieur]‟,
atau yang berarti „insinyur‟; penyebutan
„De Weleerwaarde‟, yang digunakan untuk
penyebutan seorang pendeta atau tokoh
religius. Ditemukan pula kosakata yang
merupakan penyebutan jabatan/profesi
dalam pemerintahan, seperti: „Gouvernour
Generaal van Nederlandsch Indie‟,
„Gubernur Jenderal Hindia Belanda; „Vice
Presiden van den Raad van Indie
Gouvernement Kommissaris‟, „Wakil
Presiden Dewan Komisaris Pemerintah
Hindia‟; „Resident‟, „Residen‟; dan
„Officier van Justitie‟, „Jaksa‟. Berikutnya
penyebutan jabatan/profesi dalam
kemiliteran, seperti: „Kapt[ein]‟, „Kapten‟;
„Luitenant Kolonel‟, „Letnan Kolonel‟;
„Luitenant‟, „Letnan‟; „Adm[iraal]‟,
„Laksamana‟. Jabatan/profesi lainnya:
„Pastoor‟, „Pastur/Pendeta‟; „Directrice‟,
„Direktur‟; dan „Merchant (dalam bahasa
Inggris)‟, „Pedagang/Saudagar‟. Dari
kosakata tersebut dapat dilihat mengenai
identitas status seseorang dalam
masyarakat.
Kemudian pada inskripsi/teks pada
makam dan nisan kubur abad 19 – 20 awal
ditemukan kalimat-kalimat yang
merupakan testimoni dan kutipan
alkitab/injil. Testimoni yang ditemukan
dalam inskripsi/teks mengungkapkan
mengenai bagaimana seseorang yang telah
meninggal seperti keluarga atau kerabat
dekat dikenang pada saat setelah
meninggal atau mengalami kematian
melalui kalimat-kalimat yang terdapat
dalam testimoni. Kalimat-kalimat dalam
testimoni tersebut merupakan memori yang
diberikan kepada yang telah meninggal dan
peringatan kepada yang masih hidup untuk
dikenang di masa mendatang. Selain
kalimat testimoni, ditemukan kutipan-
Memori pada..., Salich Wicaksana Goeritman, FIB-UI, 2013
17
UNIVERSITAS INDONESIA
kutipan yang diambil dari ayat-ayat
alkitab/injil. Hal ini bersifat religius,
karena kutipan tersebut berisi mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan
kematian dan kepercayaan Kristiani.
Melalui analisis terhadap lambang
dan simbol mengenai kematian yang
terdapat pada kompleks makam tersebut,
sangat jarang ditemukan penggambaran
lambang heraldik, namun ditemukan
simbol-simbol lain mengenai kematian.
Lambang-lambang dan simbol mengenai
kematian yang paling banyak ditemukan
seperti: lambang jam pasir bersayap
(Winged Hourglass) yang melambangkan
waktu; Obor (Torch) yang melambangkan
kehidupan dan kematian; Cherub, yang
melambangkan spiritualitas; dan tengkorak
dengan tulang-belulang (Death’s Head)
yang melambangkan terpisahnya
tubuh/jasad dengan ruh. Lambang dan
simbol mengenai kematian lainnya yang
ditemukan seperti: lambang dan simbol
binatang kupu-kupu yang melambangkan
metamorfosis kehidupan dan ular
(Uroborus) yang melambang kehidupan
yang tidak berujung atau abadi; dan
lambang/simbol flora dan tumbuhan,
seperti: mawar (rose), ranting pohon zaitun
(Olive tree branch), dan Akantus yang
melambangkan keabadian. Lambang dan
simbol yang telah disebutkan dapat
disimpulkan sebagai penanda dari
kematian dengan pemaknaan seperti yang
telah diungkapkan.
Inskripsi/teks serta lambang-lambang
mengenai kematian dan simbol lainnya
yang ditemukan di Kompleks Makam
Belanda, Peneleh – Surabaya, pada
material culture mengenai kematian
merupakan representasi dari memori untuk
mengenang seseorang yang telah
meninggal. Melalui inskripsi/teks dan
lambang/simbol mengenai kematian
memperlihatkan bagaimana seseorang
dikenang secara baik dengan melupakan
keburukan dari sifat seseorang yang telah
meninggal dan memberikan gambaran
mengenai adanya kehidupan setelah
kematian. Hal tersebut juga merupakan
peringatan bagi yang masih hidup bahwa
kelak akan mengalami kematian
meninggalkan kehidupan dunia yang
singkat dan menuju ke kehidupan yang
abadi. Kematian dapat disimpulkan sebagai
pintu gerbang menuju keabadian.
Daftar Pustaka
Deetz, James.
1967 Invitation to Archaeology.
American Museum Science Books.
Dethlefsen, Edwin dan James Deetz.
1966 American Antiquity: Death’s
Heads, Cherubs, and Willow Trees:
Experimental Archaeology in
Colonial Cemeteries. Hal: 502 –
510.
Memori pada..., Salich Wicaksana Goeritman, FIB-UI, 2013
18
UNIVERSITAS INDONESIA
Faber, G. H. von,
1931 Oud Soerabaia. De Geschiedenis
van Indie‟s eerste koopstad van de
oudste tijden tot de instelling van
gemeenteraad (1906).
Hallam, Elizabeth dan Jenny Hockey.
2001 Death, Memory and Material
Culture. Berg: New York.
Hayden, Brian.
1993 Archaeology : The Science of Once
and Future Things. W.H. Freeman
and Company. New York.
Suratminto, Lilie.
2008 Makna Sosio-Historis Batu Nisan
VOC di Batavia. Wedatama Widya Sastra:
Jakarta.
Memori pada..., Salich Wicaksana Goeritman, FIB-UI, 2013