mendeskripsikan esensi dan urgensi penegakan hukum yang berkeadilan indonesia
DESCRIPTION
WawTRANSCRIPT
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Penegakan Hukum yang Berkeadilan Indonesia
Pernahkah Anda berpikir apa yang akan terjadi seandainya di sebuah bangsa tidak ada
peraturan hukum? Atau mungkin peraturan hukum sudah ada, namun apa yang akan terjadi
apabila di negara-bangsa tersebut tidak ada upaya penegakan hukum? Benarkah penegakan
hukum itu penting dan diperlukan? Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, bahwa sudah
sejak lama Cicero menyatakan Ubi Societas Ibi Ius, di mana ada masyarakat, di sana ada hukum.
Bahkan, apabila kita kaji kitab suci yang diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, Anda pasti
akan menemukan betapa banyak aturan-aturan yang dinyatakan dalam setiap ayat-ayat kitab suci
tersebut. Namun, tampaknya ada peraturan hukum saja tidak cukup. Tahap yang lebih penting
adalah penegakan dan kepastian hukum.
Penegakan hukum bertujuan untuk mewujudkan peraturan hukum demi terciptanya
ketertiban dan keadilan masyarakat. Apa yang tertera dalam peraturan hukum (pasal-pasal
hukum material) seyogianya dapat terwujud dalam proses pelaksanaan/ penegakan hukum di
masyarakat. Dengan kata lain, penegakan hukum pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
ketertiban dan kepastian hukum dalam masyarakat sehingga masyarakat merasa memperoleh
perlindungan akan hak-hak dan kewajibannya.
KASUS 1
KASUS 2
Kasus Sandal Jepit Ketidakadilan bagi Masyarakat Kecil
Ada sesuatu hal yang menarik yang terjadi di Negara ini dalam sidang
kasus ‘Sandal Jepit’’ dengan terdakwa siswa SMK di pengadilan Negeri
Palu. Sungguh ironi, ketika seorang anak diancam hukuman lima tahun
penjara akibat mencuri sandal jepit milik Briptu Ahmad Rusdi Harahap dan
Briptu Simson Sipayung, anggota Brimob Polda Sulteng pada Mei 2011
lalu. Sehingga terjadi gerakan pengumpulan 1.000 sandal jepit di berbagai
kota di Indonesia. Bahkan media asing seperti singapura dan Washington
Post dari Amerika Serikat menyoroti sandal jepit sebagai symbol baru
ketidakadilan di Indonesia dengan berbagai judul berita seperti
‘’Indonesians Protest With Flip-Flops’’,’’Indonesians have new symbol for
injustice: sandals’’, ‘’Indonesians dump flip-flops at police station in
symbol of frustration over uneven justice’’, serta ‘’ Indonesia fight
injustice with sandals’’.
Dari fakta tersebut sangat jelas bahwa keberadaan hukum dan upaya penegakannya sangat
penting. Ketiadaan penegakan hukum, terlebih tidak adanya aturan hukum akan mengakibatkan
kehidupan masyarakat “kacau” (chaos). Negara-Bangsa Indonesia sebagai negara modern dan
menganut sistem demokrasi konstitusional, telah memiliki sejumlah peraturan perundangan,
lembaga-lembaga hukum, badan-badan lainnya, dan aparatur penegak hukum. Namun, demi
kepastian hukum untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat, upaya penegakan hukum harus
selalu dilakukan secara terus menerus.
Hukuman Koruptor Terlalu Ringan
Sebagian besar vonis kasus korupsi selama ini pun belum memenuhi rasa
keadilan masyarakat karena terlalu ringan. Dalam catatan Indonesia
Corruption Watch (ICW) pada awal tahun ini, di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi Jakarta saja, dari 240 terdakwa yang diadili sejak 2005 hingga
2009, vonis yang dijatuhkan ringan, yaitu rata-rata hanya 3 tahun 6 bulan.
(Kompas, 19/1)
Bahkan, diskusi grup terfokus yang dilakukan beberapa kali oleh KPK, kata
Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja di Jakarta, Sabtu (7/9), menyimpulkan
bahwa ada kecenderungan semakin besar uang yang dikorupsi, hukuman
terhadap koruptornya semakin ringan. Hal ini berbanding terbalik dengan
prinsip tindak pidana korupsi dengan ancaman hukuman minimum sampai
maksimum.
”Tanpa mengurangi rasa hormat kami terhadap kemandirian hakim,
seyogianya hakim membuka diri terhadap pandangan berbagai kalangan
masyarakat, khususnya yang memiliki argumen yang dapat
dipertanggungjawabkan,” kata Adnan tentang hasil diskusi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://nasional.kompas.com/read/2013/09/09/1113063/Hukuman.Koruptor.Terlalu.Ringan
http://kuliahdaring.dikti.go.id/materiterbuka/open/dikti/Mata%20Kuliah%20MKU/pdf%20w
%20PKN/Bab%20VII%20Penegakan%20Hk_%20hasil.pdf