mengembangkan-etos-kerja
DESCRIPTION
AGAMA ISLAMTRANSCRIPT
MENGEMBANGKAN ETOS KERJADALAM ISLAM
Oleh : Adi Putra Wijaya , Adit Ismail Shaleh, Ahmad Nur Siswanto
JTD 4C | POLINEMA | SEPTEMBER 2015
Tujan Bekerja dalam Islam Urusan dunia merupakan perkara yang paling banyak menyita
perhatian umat manusia, sehingga mereka menjadi budak dunia, bahkan lebih parah lagi, sejumlah besar Umat Islam memandang bahwa berpegang dengan ajaran Islam akan mengurangi peluang mereka dalam mengais rizki.
Ada sejumlah orang yang masih mau menjaga sebagian kewajiban syariat Islam tetapi mereka mengira bahwa jika ingin mendapat kemudahan di bidang materi dan kemapanan ekonomi hendaknya menutup mata dari sebagian aturan islam terutama yang berkenaan dengan etika bisnis dan hukum halal haram.
lanjutan Allah SWT berfirman:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkansupaya mereka menyembah-Ku.
Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan.
Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.
(QS. 51:56-58).
Manfaat Harta Halal Manfaat harta yang bersih dan halal di tangan orang salih sangat
banyak, ibarat pohonkurma yang tidak menyisakan bagian sedikitpun melainkan seluruhnya bermanfaat untuk manusia. Dengan hidup berkecukupan menuntut ilmu menjadi mudah, beribadah menjadi lancar, bersosialisasi menjadi gampang, bergaul semakin indah, berdakwah semakin sukses, berumah tangga semakin stabil dan beramal shalih semakin tangguh.
lanjutan Allah SWT berfirman:
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka
mereka mendapat pahala di sisi Rabbnya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.
(QS. 2:274)
Islam Mencela Pemalas dan Peminta-minta Islam sangat mencela pemalas dan membatasi ruang gerak
peminta-minta sertamengunci rapat semua bentuk ketergantungan hidup dengan orang lain, namun AlQur’an sangat memuji orang yang bersabar dan menahan diri dengan tidak memintauluran tangan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup karena tindakan tersebut akan menimbulkan berbagai macam keburukan dan kemunduran dalam kehidupan.
lanjutan Sebuah hadits dari Abdullah Ibnu Umar bahwasannya Nabi
bersabda :
Tidaklah sikap meminta-minta terdapat pada diri seseorang di antara kalian kecuali ia
bertemu dengan Allah sementara di wajahnya tidak ada secuil dagingpun.
(H.R Bukhari, Muslim dan Nasa’i dalam sunannya)
Etos Kerja Seorang Muslim Apabila kita mencermati kehidupan para ulama dan imam sunnah,
mereka telah memberikan contoh dan teladan sangat mulia dalam menyeimbangkan antara kepentingan mencari ilmu dan mencari nafkah.
Oleh karena itu, kita harus bisa meneladani mereka baik dalam menuntut ilmu maupun dalam mencari nafkah, janganlah malas bekerja dengan alasan tidak bisa menuntut ilmu.
Namun kemuliaan sebuah usaha sangat ditentukan oleh kehalalan dan benarnya jenis usaha dihadapan Allah serta terpuji dipandangan syareat.
Kesimpulan Ethos kerja seorang muslim ialah semangat menapaki jalan lurus,
mengharapkan ridha Allah SWT Etika kerja dalam Islam yang perlu diperhatikan adalah (1)
Adanya keterkaitan individu terhadap Allah sehingga menuntut individu untuk bersikap cermat dan bersungguhsungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. (2) Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan. (3) tidak memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja, semua harus dipekerjakan secara professional dan wajar. (4) tidak melakukan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah. (5) Professionalisme dalam setiap pekerjaan.
Saran Menjadi muslim yang memiliki etos kerja yang tangguh tak hanya
bermodal kecerdasan dan keuletan bekerja saja, namun butuh dilandasi oleh nilai-nilai ketakwaan kepada Allah SWT sehingga ridho Allah senantiasa tercurahkan pada hambanya dan apa yang dihasilkan dari pekerjaannya dapat menjadi berkah untuk dirinya, keluarganya maupun orang lain.