mengembangkan filosofi konseling pribadilk3foundation.org/images/materi/pleno6.pdf• membangun...
TRANSCRIPT
MENGEMBANGKAN FILOSOFI KONSELING PRIBADI
Tindakan Konseling adalah produk dari:
•Filosofi hidup pribadi dari konselor
•Orientasi Teoretis - pendekatan teori
•Teknik Menolong - yang dikuasai
•Konsep diri konselor
MENGAPA PERLU?
1. Sebagai KERANGKA KERJA - memahami
perilaku & perkembangan hidup konseli
2. Menolong untuk MEMAHAMI perubahan
perilaku klien dapat muncul.
3. Menjadi PANDUAN - asesmen &
penanganan
•Konselor (terutama yang sedang training)
dituntut untuk mengembangkan suatu
pandangan personal (personalized view)
tentang diri sebagai KONSELOR
•Mencapai suatu pemahaman diri (self-
understanding) yang menyeluruh.
Mengembangkan
Personal Counseling Philosophy
Kita harus:
•Mengetahui asumsi2 tentang hakekat manusia
•Menggali secara mendalam nilai2, sikap, dan
keyakinan kita tentang hidup, diri sendiri, dan
orang lain.
•Mengenali model berpikir tentang individu yang
matang (mature) dan well-functioning sehingga
dapat dijadikan sebagai tujuan.
KOMPONEN FILOSOFI KONSELING
(Personal Counseling Philosophy)
•View of human nature - pandangan mengenai hakekat manusia
• Fully functioning person - pemahaman mengenai pribadi yang berfungsi secara penuh
• Sources of distress - apa yang menjadi sumber stress
•Distress to wellness - bagaimana menolong pemulihan
•Role of counselor - peran konselor
•Role of counselee - peran konseli
•Techniques used in your counseling style - teknik konseling yang digunakan
MANUSIA
• Memiliki dorongan bawaan – kebutuhan mendasar HARUS dipenuhi.
• Memiliki DORONGAN membentuk dan mempertahankan hubungan.
• Mencari hubungan daripada mencari kesenangan.
• Membutuhkan "obyek" untuk memenuhi kebutuhan akan hubungan.
Obyek = figure signifikan atau transisional
• Mengambil bagian dalam hidup orang lain melalui hubungan
• Membangun struktur diri yang kita internalisasikan kepribadian
• Hubungan awal dengan figur-figur penting selama masa kanak-kanak
menciptakan pola relasional.
ORANG TERTEKAN - DISTRESS
Disfungsi dan perilaku simtomatik merupakan:
usaha yang belum matang untuk mengatasi trauma dini
Kegagalan melepaskan diri dari ikatan dengan "objek"
Konflik yang tidak terselesaikan.
SEHAT
SADAR POLA RELASI MALADAPTIF
MENGEMBANGKAN POLA RELASI YANG
MATANG
BERGERAK MAJU DALAM PERKEMBANGAN
PSIKOLOGISNYA
PROSES RESOLUSI HUBUNGAN
DAPAT MENGATASI KONFLIK
BERFUNGSI PENUH
Telah berpindah dari pola relasional yang
bergantung dan manipulatif ke dalam pola
relasional yang jujur dan otonom.
Memiliki pola relasional yang matang untuk
membentuk dan memelihara hubungan dengan
orang lain (orang tua, pasangan, teman, rekan
kerja, dll).
HUBUNGAN KONSELOR & KLIEN
Konselor berperan sebagai "obyek" yang memberikan lingkungan
yang empatik di mana klien mampu menangani perkembangan
diri yang merusak dan berpindah dari kebutuhan
ketergantungannya menuju kemandirian dan berfungsi penuh.
Konselor menyediakan lingkungan yang aman yang akan
memungkinkan pola disfungsional muncul dan kemudian
menemukan cara empatik untuk menghadapinya.
Konselor menolak untuk masuk ke dalam pola relasional
maladaptif dari klien sehingga klien mencari cara baru yang lebih
sehat untuk menjalin hubungan.
TAHAPAN KONSELING
Bagaimana konselor memimpin klien dari kesusahan menuju kesejahteraan?
TUJUAN KONSELING:
1. membawa pola relasional maladaptif ke dalam kesadaran
sadar klien
2. membantu klien menemukan cara baru untuk
berhubungan.
3. Mengubah pola manipulatif ke pola yang jujur
Tahap 1
Diagnosis Awal Pola Relasional
penilaian pola relasional
tidak ada interpretasi
bersikap tidak menghakimi, jujur, dan empatik
mulai dari hubungan saat ini, terbaru, lalu
hubungan masa lalu
Tahap 2
Membangun Hubungan Terapeutik
(Therapeutic Alliance)
hadir bersama klien dan memiliki kesadaran akan
respon emosional pribadi
menjalin hubungan dengan klien dengan cara yang tidak
tersedia dalam hubungan lain
Tahap 3Mengidentifikasi Pola Relasi Maladaptif (PRM)
mendiagnosis PRM
sulit untuk diidentifikasi, klien dapat
menjadi manipulatif
sadar akan transferensi balik negatif dan
positif (counter-transference)
Tahap 4
Klien Mengungkapkan Pola Relasi Maladaptif
membantu klien menjadi sadar akan PRM
membantu klien untuk fokus pada hubungan dan
menyadari apa yang dia inginkan darinya
menentukan tingkat wawasan klien
membantu klien untuk menemukan PRM dengan terus
mengarahkan klien untuk mengeksplorasi sifat dari
hubungan terapeutik
klien harus mencapai tingkat kepercayaan dan wawasan
dan mampu mengenali dan menyatakan secara verbal
PRM-nya.
Tahap 5 & 6
Konfrontasi
Tahap 5: Terapis Melakukan Konfrontasi Empati
Konselor secara empatik menolak berpartisipasi dalam
manipulasi atau menjadi bagian dari PRM
Tahap 6: Bekerja Melalui Konfrontasi
mempersiapkan perlawanan, MRP tidak mudah
dihilangkan
Konselor harus tegas dalam melakukan konfrontasi
klien harus mencapai tingkat kejujuran-diri
Tahap 7
Generalisasi Hubungan Terapeutik
Berdasarkan komunikasi jujur yang terbuka
Konselor memberikan contoh komunikasi
yang terbuka dan jujur
Klien mencoba untuk mengembangkan
hubungan dengan anggota keluarga, teman,
rekan kerja dengan perspektif baru
Tahap 8Mengakhir konseling (Terminasi)
Terapis harus meminimalkan kecemasan akibat
terminasi
Membantu klien untuk mengidentifikasi dan
menangani kecemasan akan perpisahan
Penting bagi klien untuk menyadari bahwa dia
telah memiliki hubungan terapeutik yang sehat di
dalam dirinya.