mengenal ekosistem

Upload: aisyah-fathirin-nuril-jannah

Post on 07-Oct-2015

234 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Biologi dasar

TRANSCRIPT

LAPORAN BIOLOGI DASARACARA VIMENGENAL EKOSISTEM

Nama: AISYAH FATHIRIN NURIL JANNAHNIM: 120210101048Kelas: B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAJURUSAN PENDIDIKAN MIPAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS JEMBERSemester Genap 2012 2013 LAPORAN BIOLOGI DASARACARA VI

1. Judul Mengenal Ekosistem.

1. Tujuan Untuk mengenal komponen-komponen yang terdapat di dalam ekosistem dan kedudukannya dalam ekosistem.

1. Dasar TeoriOrganisme atau makhluk hidup apapun dan dimanapun mereka berada tidak akan mampu hidup sendiri. Kelangsungan hidup suatu organisme akan bergantung kepada organisme lain dan semua komponen lingkungan yang dipandang sebagai sumber daya alam untuk keperluan pangan, papan atau tempat berlindung, sandang, serta kegunaan lain sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, antarorganisme yang satu dengan yang lainnya serta dengan semoa komponen lingkungannya itu mempunyai hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan antara organisme yang satu dengan yang lainnya dan dengan semua komponen lingkungannya, yang sangat kompleks (rumit) dan bersifat timbal balik ini, disebut ekosistem (Indriyanto, 2010: 18). Ekosistem juga dapat diartikan sebagai satuan yang mencakup semua organisme di dalam suatu daerah yang saling mempengaruhi dengan lingkungan fisiknya sehingga arus energi mengarah ke struktur makanan, keanekaragaman biotik, dan daur bahan yang jelas (pertukaran bahan-bahan antara bagian-bagian yang hidup dan tak hidup) di dalam sistem (Odum, 1996: 10).Ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara organisme dengan lingkungannya (ekosistem) disebut dengan ekologi. Lapangan yang dipelajari oleh para ekolog adalah mengetahui dimana suatu organisme berada, berapa banyaknya organisme tersebut disana, dan mengapa ia berada disana. Kehidupan organisme tidak tersendiri, tetapi berinteraksi dengan faktor lainnya, seperti faktor kimia dan fisika dari lingkungan tempatnya hidup. Adanya interaksi itu sangat menentukan penyebaran dan kepadatan organisme tersebut. Pada kenyataannya, pengaruh faktor lingkungan terhadap organisme di ekosistem merupakan kerja dari semua faktor secara serentak dan bersama-sama, sehingga ruang lingkup dari studi ekologi adalah kajian ekosistem itu sendiri (Suin, 2012: 119).Di dalam ekosistem tidak ada batas yang nyata, baik dalam ruang maupun waktu. Seperti buah jeruk yang membusuk merupakan sebagian dari suatu ekosistem materi yang membusuk di permukaan tanah. Yang terakhir ini merupakan sebagian dari ekosistem yang mencakup pohon jeruk. Selanjutnya, pohon jeruk adalah bagian dari kebun (Soemarwoto, 1980: 38).Suatu ekosistem harus dipertahankan kelestariannya, karena memiliki dampak yang menentukan tingkat kehidupan manusiawi maupun organisme lain di dunia ini. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dipahami kaidah-kaidah umum yang berlaku bagi suatu ekosistem sebagai berikut: Bahwa suatu ekosistem itu diatur / dikendalikan secara alamiah. Suatu ekosistem mempunyai daya kemampuan yang optimal dalam keadaan berimbang. Antara unsur-unsur dalam lingkungan seluruhnya, terdapat suatu interaksi, saling mempengaruhi yang bersifat timbal-balik (crucial inter-relationship). Interaksi dilakukan antar unsur-unsur (komponen-komponen) lingkungan, yaitu: Komponen-komponen biotis dengan komponen-komponen abiotis dilain pihak. Komponen-komponen biotis sendiri. Sesama komponen abiotis pula. Interaksi itu senantiasa terkendali menurut suatu dinamika yang stabil, untuk mencapai suatu optimum mengikuti setiap perubahan yang dapat ditimbulkan terhadapnya dalam ukuran batas-batas kesanggupan. Setiap ekosistem memiliki sifat-sifat yang khas disamping yang fundamental (umum) yang secara bersama-sama dengan ekosistem lain yang ada, melakukan peranan terhadap keseluruhan ekosistem alam di bumi. Bahwa setiap ekosistem tergantung dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tempat, waktu atau masa waktu, dan masing-masing membentuk basis-basis perbedaan diantara ekosistem itu sendiri sebagai pencerminan sifat-sifatnya yang khas. Antara satu dengan lain, masing-masing ekosistem juga melibatkan diri untuk memilih interaksinya pula secara tertentu (Ryadi, 1981: 27-28).Berdasarkan energinya, ekosistem dibedakan menjadi ekosistem tertutup dan ekosistem terbuka. Sedangkan berdasarkan habitatnya, ekosistem dibedakan menjadi ekosistem daratan (hutan, padang rumput, semak belukar, ekosistem tegalan) dan ekosistem perairan (tawar, payau, asin) (Tim Dosen Pembina, 2013: 23).Dari segi makanan, ekosistem memiliki dua komponen (yang biasanya secara sebagian-sebagian terpisah dalam waktu dan ruang), yaitu komponen autotrofik dan komponen heterotrofik (Odum, 1996: 10).a. Komponen autotrofikKelompok organisme yang mampu membuat bahan makanan sendiri. Kelompok ini terbagi menjadi dua, yaitu: Holofit, ialah tumbuhan hijau yang mampu berfotosintesia, disebuut juga fototrofis. Kemotrof, ialah makhluk yang mendapat makanan atau sumber energi dengan merombak bahan anorganis, yang termasuk dalam kelompok ini adalah bakteri-S dan bakteri-Fe.b. Komponen heterotrofikKelompok organisme yang makanannya bergantung pada makhluk lain. Secara umum, kelompok ini dibagi menjadi tiga, yaitu: HolozoikPada umumnya, yang tergolong dalam kelompok ini adalah hewan, yaitu kelompok hewan yang memiliki saluran pencernaan dan setelah mengambil makanan, makanan dicernakan di dalam tubuh. Makanan itu bersumber dari tumbuhan atau hewan. SaprofitTumbuhan yang mencernakan makanan, berupa makhluk yang sudah mati, di luar tubuh. Setelah dicerna, makanan dimasukkan ke dalam tubuh. Tergolong kesini ialah bakteri pembusuk yang berperanan sebagai dekomposer dalam tanah, dan jamur. ParasitOrganisme (hewan dan tumbuhan) yang mendapat makanan dari tubuh makhluk lain yang masih hidup, yang tergolong kesini yaitu beberapa jenis Vermes, Arthropoda, Cyclostomata, bakteri, jamur, dan Protozoa.Menurut jenis makanannya, hewan heterotrof terdiri atas 5 yaitu: KarnivoraHewan pemakan daging, yang terkadang disebut binatang buas, pemburu mangsa. Mangsa itu dimakan segar dan dicerna langsung. Contohnya: macan, singa, anjing, dan lain sebagainya. HerbivoraHewan pemakan tumbuhan. Contohnya: sapi, kuda, kambing, dan lain sebagainya. OmnivoraHewan pemakan hewan maupun tumbuhan, pemakan segala. Contohnya: kera, dan beberapa hewan lainnya. InsektivoraHewan pemakan serangga. Contohnya: cecurut, tenggiling, dan beberapa hewan lainnya. ScavengerHewan pemakan bangkai atau hancuran tubuh makhluk hidup. Istilah scavenger ini berlaku bagi hewan rendah seperti kepiting, udang dan serangga (Yatim, 1987: 203-205).Menurut Wiegert dan Owens, komponen heterotrof dibagi menjadi dua, yaitu biofag-biofag (organisme-organisme yang memakan organisme hidup lainnya) dan saprofag-saprofag (organisme-organisme yang memakan bahan-bahan organik mati) (Odum, 1996: 10).Faktor-faktor atau komponen dalam suatu ekosistem yang berfungsi di dalam interaksi dapat dikelompokkan sebagai berikut:a. Komponen biotik, meliputi: produsen, konsumen, dan kelompok pengurai. ProdusenTumbuhan hijau disebut sebagai produsen, karena mampu menghasilkan makanan sendiri yaitu dari proses fotosintesis. Sebagai produsen, tumbuhan hijau sangat penting untuk organisme lain dalam jaringan kehidupan. Jika tumbuhan hijau punah, maka organisme lainnya (konsumen) juga akan punah satu-persatu (Soemarwoto, 1980: 208).Oleh karena setiap ekosistem memiliki tumbuhan hijau berklorofil yang mampu melakukan fotosintesis, maka semua tumbuhan hijau disebut produsen. Namun tidak selamanya produsen selalu berwarna hijau, tetapi ada pula tumbuhan dengan warna yang lebih gelap dari hijau juga sebagai produsen. Sebagai contoh dua kelompok besar dari algae, yaitu algae merah dan algae cokelat. Pada beberapa jenis tumbuhan tertentu, terdapat juga pigmen lain selain klorofil. Misalnya fikosianin, santofil, dan lain-lain yang cenderung menutup warna hijau. Pigmen ini juga menyerap energi cahaya yang memungkinkan melakukan fotosintesis, tumbuhan ini juga produsen. Selain produsen yang menggunakan energi cahaya untuk menghasilkan makanannya, juga terdapat produsen yang menggunakan energi kimiawi seperti beberapa jenis bakteri yang memperoleh energi berasal dari bahan kimia tertentu dari lingkungan sekelilingnya. Mereka menyusun dan menggunakan energ kimiawi dari nutrisi anorganik menjadi senyawa organik, sebagaimana tumbuhan menggunakan energi cahaya. Produsen yang menggunakan energi cahaya disebut produsen fotosintesis, sedangkan produsen yang menggunakan energi kimiawi disebut produsen kemosintesis (Sudarmadji, 2004: 23-25). KonsumenOrganisme yang memakan secara langsung atau tidak langsung pada produsen disebut konsumen. Konsumen adalah kelompok bebagai jenis organisme yang mempunyai hubungan sangat kompleks diantara mereka. Oleh karena itu konsumen dibedakan dalam beberapa sub kategori menurut hubungannya.Organisme yang memakan langsung produsen dinamakan konsumen primer (tingkat satu), biasanya disebut sebagai herbivora. Organisme yang memakan konsumen primer disebut konsumen sekunder (tingkat dua), biasanya disebut karnivora. Kelompok yang memakan keduanya, baik sesama hewan maupun tumbuhan disebut omnivora. Hewan yang memakan sesama hewan disebut predator, sedangkan hewan yang dimakan baik itu sebagai herbivora maupun karnivora, disebut mangsa. Keduanya dikatakan mempunyai hubungan fungsional antara pemangsa dan mangsanya. Selanjutnya, organisme yang memakan konsumen sekunder disebut konsumen tingkat tiga, organisme yang memakan konsumen tingkat tiga disebut konsumen tingkat empat, dan seterusnya.Parasit termasuk kelompok konsumen penting yang menyerap organisme lain sebagaimana konsumen lain lakukan. Parasit ini sangat bervariasi dan baik sekali pada mangsanya, ada yang memakan dalam kurun waktu yang lama dan tanpa membunuh mangsanya, melainkan memberikan sesuatu yang berbahaya. Tumbuhan atau hewan yang dimakan disebut inang (host). Parasit ini bermacam-macam, bisa tumbuhan, hewan ataupun mikroba, dan juga terdapat pula bermacam-macam hubungan antara parasit dan inangnya.Bagian tumbuhan dan hewan yang telah mati, maupun kotoran akan menyusun materi organik mati yang disebut detritus, yang masih dapat berfungsi sebagai sumber makanan bagi organisme lainnya. Contohnya cacing tanah, millipedia, rayap, semut, kumbang dan lain-lain. Kelompok organisme pemakan ini disebut pemakan detritus (Sudarmadji, 2004: 25-27). PenguraiDalam suatu ekosistem, sebenarnya banyak sekali detritus, khususnya dedaunan mati dan kayu, yang nampaknya tidak dimakan oleh pemakan detritus, melainkan melalui pembusukan dan hancur terurai. Proses pembusukan ini disebabkan oleh aktivitas pemakan organisme tertentu yang disebut makhluk pengurai (dekomposer).Makhluk pengurai terdiri atas dua kelompok organisme, yaitu fungi dan bakteri. Fungi meliputi organisme yang berwujud cendawan, jamur, dan berbagai jenis yang termasuk dalam kelompok fungi. Sedangkan bakteri adalah organisme satu sel mikroskopis yang memperoleh makanan sama seperti halnya fungi. Sebenarnya banyak jenis bakteri dan fungi yang memakan bahan organik mati, karena itu keduanya dimasukkan ke dalam golongan dekomposisi. Disamping itu, sebagian dari kelompok ini dapat menimbulkan penyakit, baik tumbuhan maupun hewan, karenanya disebut parasit. Meskipun demikian ada beberapa jenis bakteri yang bersifat fotosintesis atau kemosintesis, sehingga dapat dikategorikan sebagai produsen (Sudarmadji, 2004: 27-28)b. Komponen abiotik, seperti energi matahari, angin, suhu, udara, air, tanah, tempat tanam-tanaman tumbuh, tempat tinggal hewan, tempat tinggal manusia, dan sebagainya.Air merupakan tempat tinggal makhluk hidup air, sumber uap air di udara, sumber minuman untuk semua makhluk hidup.Udara merupakan sumber oksigen untuk bernafas dan untuk pembakaran, sumber karbon dioksida untuk bahan proses fotosintesis.Sinar matahari merupakan sumber pertama dari semua energi bagi makhluk hidup dan proses fotosintesis.Unsur-unsur iklim (suhu, energi matahari, curah hujan, angin, kelembaban atau kecepatan penguapan) menentukan corak dan jenis makhluk hidup pada suatu lingkungan (Zainuddin, 1982: 122).Alat yang digunakan untuk mengukur komponen abiotik ada beberapa macam, diantaranya higrotermeter (untuk mengukur kelembaban dan suhu udara), anemometer (untuk menguku kecepatan angin), soil tester (untuk mengukur PH tanah), luxmeter (untuk mengukur intensitas cahaya), dan masih banyak alat pengukur komponen abiotik yang lainnya (Tim Dosen Pembina, 2013: 23).Dari proses interaksi antara komponen-komponen dalam suatu ekosistem terjadilah perpindahan, pengaliran atau perputaran dari berbagai bahan dan tenaga seperti rantai makanan, aliran tenaga, siklus karbon, siklus nitrogen, siklus kalsium, dan lain-lain. Contoh interaksi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Matahari

Bahan anorganikProdusen

Fotosintesa

Konsumen

Sisa-sisa organikPengurai

(Zainuddin, 1982: 126).Rantai makanan merupakan transfer atau pemindahan energi dari sumbernya melalui serangkaian organisme yang dimakan dan yang memakan. Mengingat energi makanan itu ada dalam bentuk energi kimia atau energi potensial, dan di dalamnya mengandung energi dan materi, maka rantai makanan dapat didefinisikan sebagai transfer atau pemindahan energi dan materi melalui serangkaian organisme.Di dalam suatu ekosistem hanya tumbuhan hijau yang mampu menangkap energi radiasi matahari dan mengubahnya ke dalam bentuk energi kimia dalam tubuh tumbuhan, misalnya karbohidrat, protein dan lemak. Energi makanan yang dibuat oleh tumbuhan hijau itu sebagian digunakan untuk dirinya sendiri dan sebagian lagi merupakan sumber daya yang dimanfaatkan oleh herbivora. Herbivora ini, kemudian dimangsa oleh karnivora, dan karnivora dimangsa oleh karnivora lainnya, demikian seterusnya terjadilah proses pemindahan energi dan materi dari satu organisme ke organisme lain dan ke lingkungannya.Pada prinsipnya, rantai makanan dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok, sebagai berikut:1. Rantai pemangsa, yaitu pemindahan energi dan materi dari produsen ke binatang kecil, kemudian ke binatang yang besar, dan berakhir pada binatang yang paling besar.2. Rantai parasit, yaitu pemindahan energi dan materi dari organisme besar ke organisme kecil.3. Rantai saprofit, yaitu pemindahan energi dan materi dari organisme mati (bahan organik) ke mikroorganisme atau jasad renik (Indriyanto, 2010: 30-31).Selain rantai makanan juga terdapat jaring makanan, yaitu gabungan dari berbagai rantai makanan. Semua rantai makanan dalam suatu ekosistem tidak berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan antar rantai makanan. Dengan kata lain, jika tiap-tiap rantai makanan yang ada di dalam ekosistem disambung-sambungkan dan membentuk gabungan rantai makanan yang lenih kompleks, maka terbentuk jaring makanan. Jaring makanan dalam suatu ekosistem dapat menggambarkan kestabilan ekosistem tersebut. Oleh karena itu, untuk menjaga kestabilan ekosistem, di dalam setiap kegiatan pengelolaan sumber daya alam tidak diperkenankan memutuskan rantai makanan yang ada, apalagi menghilangkan satu atau lebih rantai makanan yang ada dalam ekosistem.Dalam ekosistem alam juga dikenal adanya tingkat trofik suatu kelompok organisme. Tingkat trofik, menunjukkan urutan organisme dalam rantai makanan pada suatu ekosistem. Oleh karena itu, berbagai organisme yang memperoleh sumber makanan melalui langkah yang sama dianggap termasuk ke dalam tingkat trofik yang sama. Berdasarkan atas pemahaman tingkat trofik, maka organisme dalam ekosistem dikelompokkan sebagai berikut.a. Tingkat trofik pertama, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai produsen. Semua jenis tumbuhan hijau membentuk tingkat trofik pertama.b. Tingkat trofik kedua, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai herbivora. Semua herbivora (konsumen primer) membentuk tingkat trofik kedua.c. Tingkat trofik ketiga, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai karnivora kecil (konsumen sekunder).d. Tingkat trofik keempat, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai karnivora besar (karnivora tingkat tinggi).e. Tingkat trofik kelima, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai perombak (dekomposer dan transformer) atau semua mikroorganisme (Indriyanto, 2010: 31-32).Jika diperhatikan dengan seksama bahwa pada rantai makanan akan ada sejumlah energi yang hilang karena tidak terasimilasi atau lepas sebagai panas, sehingga organisme yang berada pada ujung tingkat trofi akan memperoleh energi lebih kecil. Apabila energi yang tersedia dalam suatu rantai makanan tersebut disusun secara berurutan berdasarkan urutan tingkat trofi, maka membentuk sebuah kerucut yang dikenal dengan piramida ekologi. Piramida ekologi dapat digolongkan ke dalam tiga tipe piramida, yaitu:a. Piramida jumlah, yaitu piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan jumlah individu organisme pada tiap tahap tingkatan trofik. Bentuk piramida jumlah ini dapat digambarkan, sebagai berikut.

b. Piramida biomassa, yaitu piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan atau peningkatan biomassa organisme pada tiap tahap tingkatan trofik. Bentuk piramida biomassa pada ekosistem daratan, sama dengan bentuk piramida jumlah. Sedangkan pada ekosistem perairan memiliki piramida biomassa yang terbalik, dapat digambarkan sebagai berikut.

c. Piramida energi, yaitu piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan energi pada tiap tahap tingkatan tropik. Bentuk piramida energi sama dengan bentuk piramida biomassa pada ekosistem daratan dan piramida jumlah, yaitu berbentuk kerucut (Indriyanto, 2010: 32-35).

1. Metode Penelitian Alat dan Bahan1. Alata. Plot dari pipa-pipa yang disambungb. Higrotermometerc. Anemometerd. Alat tulis2. BahanEkosistem daratan (daerah sekitar kampus) Cara Kerja

Ekosistem daratan yang akan diamati ditentukan terlebih dahuluDengan menggunakan plot dari pipa-pipa yang disambung dibuat kuadran 1 x 1 m2 Dilakukan inventarisasi mengenai komponen abiotik dan biotik yang terdapat pada daerah pengamatanPlot dilemparkan secara acak untuk menentukan daerah pengamatan

Dibuat diagram yang menghubungkan komponen-komponen dalam ekosistem tersebut beserta daur energi yang ada di dalamnyaKelembaban, suhu udara, dan kecepatan angin diukur dan dicatat dengan alat (higrometer dan anemometer) yang telah disediakan

1. Hasil Pengamatan

KomponenJenisJumlah

Biotik1. Rumput A125

2. Rumput B75

3. Rumput C1

4. Rumput D5

5. Hewan A5

6. Hewan B (semut hitam)2

Abiotik1. Daun Kering376

2. Batu75

3. Tanah -

4. Suhu30o C

5. Intesitas Cahaya-

6. Angin -

7. Kelembaban76 %

Catatan: - Keadaan tanah: lembab dan berlumut, agak kasar, serta teksturnya liat berpasir. Keadaan cahaya: redup dan agak mendung Kecepatan angin: rendah

4. Gambar Hasil Pengamatan

Keterangan: plot berukuran 1 x 1 m2

4. Presentase Komponen Biotik dan Abiotik BiotikJumlah Tumbuhan = 206 buahJumlah Hewan= 7 ekorJumlah total biotik = tumbuhan + hewan= 206 buah + 7 ekor= 213 komponenPresentase : Rumput A: Rumput B: Rumput C: Rumput D: Hewan A: Hewan B : AbiotikJumlah daun kering= 376buahJumlah batu= 75buahJumlah total abiotik = jumlah komponen yang bisa dihitung= daun kering + batu= 376 buah + 75 buah= 451 komponenPresentase : Daun Kering: Batu: Tanah : - Suhu: - Kelembaban: - Kecepatan Angin: - Cuaca: -

4. Presentase dalam Tingkat TropikJumlah produsen= 206komponenJumlah konsumen= 7komponenPresentase : Produsen: Konsumen:

1. PembahasanPraktikum kali ini membahas tentang pengenalan ekosistem. Di dalam ekosistem yang dipilih sebagai pengamatan, terdapat dua komponen, yaitu komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik ini terdiri dari makhluk-makhluk hidup yang terdapat dalam ekosistem, sedangkan komponen abiotik terdiri atas komponen atau benda-benda tak hidup. Pengamatan kali ini dilakukan dengan cara membuat plot berukuran 1x1 m2 menggunakan pipa-pipa yang disambung, kemudian memilih daerah yang akan digunakan sebagai daerah pengamatan dengan cara melemparkan plot secara acak. Lalu mengamati benda-benda atau komponen-komponen yang ada di dalam daerah pengamatan. Setelah itu, mengidentifikasi komponen yang termasuk biotik dan abiotik.Dari pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa dalam daerah pengamatan terdapat dua jenis komponen biotik dan tujuh jenis komponen abiotik. Komponen biotik yang terdapat di dalam daerah pengamatan adalah tumbuhan dan hewan dengan jumlah total keseluruhan adalah 213 komponen. Total tumbuhan yang terdapat dalam daerah pengamatan berjumlah 206 buah dan terdiri atas empat jenis rumput, yaitu rumput A berjumlah 125 buah dengan presentase 58,69% terhadap jumlah total komponen biotik, rumput B berjumlah 75 buah dengan presentase 35,2% terhadap jumlah total komponen biotik, rumput C berjumlah 1 buah dengan presentase 0,47% terhadap jumlah total komponen biotik, dan rumput D berjumlah 5 buah dengan presentase 2,35% terhadap jumlah total komponen biotik. Total hewan yang berada dalam daerah pengamatan berjumlah 7 ekor dan terdiri atas dua jenis hewan, yaitu hewan A berjumlah 5 ekor dengan presentase 2,35% terhadap jumlah total komponen biotik dan hewan B (semut hitam) berjumlah 2 ekor dengan presentase 0,94% terhadap jumlah total komponen biotik. Presentase komponen-komponen biotik terhadap jumlah total komponen biotik tersebut, dihitung dengan rumus sebagai berikut: Presentase = Komponen Abiotik yang terdapat dalam daerah pengamatan memiliki jumlah total komponen yang dapat dihitung, yaitu 451 komponen dan terdiri atas tujuh jenis komponen, yaitu daun kering berjumlah 376 buah dengan presentase 83,37% terhadap jumlah total komponen abiotik, batu kerikil berjumlah 75 buah dengan presentase 16,63% terhadap jumlah total komponen abiotik, tanah di dalam daerah pengamatan merupakan tanah yang lembab, berlumut, agak kasar, dan bertekstur liat berpasir, suhu di daerah pengamatan adalah 30oC, keadaan cahayanya redup dan agak mendung, serta kecepatan anginnya rendah. Presentase komponen-komponen abiotik terhadap jumlah total komponen biotik tersebut, dihitung dengan rumus sebagai berikut: Presentase = Tanah, suhu, intensitas cahaya, angin, dan kelembapan udara tidak dapat dihitung presentasenya karena merupakan komponen yang tidak dapat dihitung atau tidak memiliki kwantitas jadi hanya dapat diterangkan atau dijelaskan sifat dan keadaannya saja.Komponen-komponen biotik dan abiotik yang ada dalam daerah pengamatan tersebut, memiliki hubungan atau keterkaitan satu sama lain, yaitu: Daun kering dapat menjadi tempat berteduh dari sengatan sinar matahari, baik bagi hewan A maupun hewan B karena kedua hewan tersebut memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil daripada daun kering yang ada dalam daerah pengamatan. Batu kerikil disini berguna tempat persembunyian dari hewan pemangsa lain, baik bagi hewan A maupun hewan B karena kedua hewan tersebut juga memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil daripada batu kerikil yang ada dalam daerah pengamatan. Tanah, berguna sebagai tempat perlindungan atau rumah bagi hewan A dan hewan B karena kedua hewan tersebut sama-sama membuat rumah di dalam tanah. Untuk tumbuhan, baik rumput A, B, C, maupun D, tanah berguna sebagai tempat berdirinya tumbuhan dan tempat mengambilnya air dan garam-garam mineral melalui akar yang dimiliki tumbuhan tersebut. Suhu dan kelembapan udara, sangat berguna bagi kehidupan tumbuhan maupun hewan yang ada di daerah pengamatan, baik itu rumput A, B, C, D, hewan A, maupun hewan B. Suhu dan kelembapan udara, dapat membantu hewan dan tumbuhan dalam mengatur suhu tubuh dan mengatur penguapan air yang keluar dari tubuhnya ketika terjadi proses metabolisme (hewan) dan fotosintesis (tumbuhan). Selain itu juga sangat berperan dalam laju reaksi kimia, baik itu untuk hewan maupun tumbuhan. Intensitas cahaya, bagi tumbuhan baik itu rumput A, B, C, maupun D, sangat berguna dalam proses fotosintesis. Sedangkan bagi hewan A dan B, berguna untuk melancarkan peredaran zat, melancarkan reaksi kimia dan meningkatkan suhu lingkungan sehingga proses metabolisme dalam tubuh dapat berjalan dengan normal. Angin, bagi tumbuhan baik itu rumput A, B, C, maupun D, dapat berfungsi untuk membantu proses penyerbukan. Sedangkan untuk hewan A dan B, dapat membantu dalam mencari makanan karena hewan A dan B merupakan hewan pemakan serpihan-serpihan seperti serpihan makanan manusia, dan serpihan-serpihan lainnya. Terkadang angin dapat membawa serpihan-serpihan tersebut sehingga membantu hewan A dan B dalam menemukan makanannya.Dalam tingkat tropik, komponen-komponen biotik memiliki kedudukan masing-masing. Kedudukan komponen biotik dalam tingkat tropik dapat dibagi menjadi tiga, yaitu produsen, konsumen, dan kelompok pengurai. Produsen merupakan kelompok komponen biotik yang dapat membuat makanannya sendiri, dalam hal ini biasanya merupakan tumbuhan. Konsumen merupakan kelompok komponen biotik yang memakan produsen, dalam hal ini biasanya merupakan hewan. Kelompok pengurai merupakan kelompok komponen biotik yang juga merupakan pemakan, namun dalam hal ini biasanya yang termasuk dalam kelompok pengurai yaitu bakteri dan fungi karena kelompok ini biasanya memakan makanannya dengan cara menguraikan makanannya tersebut atau biasanya disebut dengan proses pembusukan.Dalam pengamatan yang telah dilakukan di daerah pengamatan, dapat diketahui bahwa kedudukan komponen biotik terhadap daerah pengamatan hanya terbagi menjadi dua kelompok, yaitu produsen dan konsumen. Komponen biotik yang termasuk dalam kelompok produsen adalah rumput A, rumput B, rumput C dan rumput D, dengan presentase 96,71% terhadap jumlah total produsen dan konsumen. Sedangkan komponen biotik yang termasuk dalam kelompok konsumen adalah hewan A dan hewan B (semut hitam) dengan presentase 3,29% terhadap jumlah total produsen dan konsumen. Presentase kelompok produsen dan konsumen terhadap jumlah total kedua kelompok tersebut, dihitung dengan rumus sebagai berikut: Presentase = Produsen dan konsumen atau dua kelompok komponen biotik yang ada dalam daerah pengamatan, tidak memiliki hubungan dalam rantai makanan. Hal ini terjadi karena konsumen (hewan A dan hewan B) yang pengamat temukan dalam daerah pengamatan, merupakan hewan pemakan serpihan, bukan hewan pemakan tumbuhan (produsen). Namun interaksi atau hubungan lain yang dapat terjadi diantara kedua komponen biotik tersebut adalah hewan A dan hewan B dapat menjadikan rumput A, B, C, ataupun D, sebagai tempat perlindungan dari sengatan sinar matahari dan tempat perlindungan dari hewan pemangsanya.

1. KesimpulanDalam praktikum kali ini, kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa komponen-komponen yang terdapat dalam suatu ekosistem dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:6. Komponen abiotik, komponen ekosistem yang bersifat anorganik atau kebendaan. Contohnya, komponen abiotik yang ada dalam daerah pengamatan yaitu: suhu, kelembaban udara, angin, sinar matahari, batu, daun kering, dan tanah.6. Komponen biotik, komponen ekosistem yang bersifat organik atau hidup (makhluk hidup). Contohnya, komponen biotik yang ada dalam daerah pengamatan yaitu: tumbuhan, dan hewan.Kedudukan dari komponen-komponen tersebut dalam ekosistem, dapat terlihat dari interaksi-interaksi atau hubungan yang terjalin antara kedua komponen tersebut. Dalam ekosistem, komponen biotik terbagi menjadi tiga, yaitu produsen, konsumen, dan kelompok pengurai. Ketiga kelompok tersebut saling berhubungan satu sama lain dan juga berhubungan dengan komponen abiotik. Hal itu dapat terlihat dari beberapa interaksi yang terjadi, seperti berperannya sinar matahari (komponen abiotik) dalam proses fotosintesis sehingga tumbuhan (produsen) dapat membuat makanannya sendiri. Kemudian hewan herbivora (konsumen primer) memakan tumbuhan tersebut, lalu hewan karnivora (konsumen sekunder) memakan hewan herbivora tersebut, selanjutnya hewan karnivora yang lebih besar (konsumen tingkat tiga) memakan hewan karnivora (konsumen sekunder), dan seterusnya hingga dimakan oleh hewan karnivora yang terbesar (konsumen terakhir/paling tinggi). Kemudian ketika hewan (kosumen terakhir) mati, maka kelompok pengurai akan menguraikannya (terjadi pembusukan).Namun dalam pengamatan yang telah dilakukan di daerah pengamatan, dapat diketahui bahwa kedudukan komponen biotik dalam daerah pengamatan (ekosistem), hanya terbagi menjadi dua kelompok, yaitu produsen dan konsumen. Komponen biotik yang termasuk dalam kelompok produsen adalah rumput A, rumput B, rumput C dan rumput D. Sedangkan komponen biotik yang termasuk dalam kelompok konsumen adalah hewan A dan hewan B (semut hitam). Hubungan kedua kelompok (produsen dan konsumen) tersebut dalam rantai makanan pun tidak ada, karena konsumen (hewan A dan hewan B) yang pengamat temukan dalam daerah pengamatan, merupakan hewan pemakan serpihan.

1. Daftar PustakaIndriyanto. 2010. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi AksaraOdum, Eugene P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University PressRyadi, A. L. Slamet. 1981. Ecologi Ilmu Lingkungan Dasar-Dasar dan Pengertiannya. Surabaya: Usaha NasionalSoemarwoto, Idjah, dkk. 1980. Biologi Umum II. Jakarta: GramediaSudarmadji. 2004. Pengantar Ilmu Lingkungan. 2004. Jember: Universitas JemberSuin, Nurdin Muhammad. 2010. Ekologi Hewan. Jakarta: Bumi AksaraTim Dosen Pembina. 2013. Biologi Dasar. Jember: Jember University PressYatim, Wildan. 1987. Biologi Modern. Bandung: TarsitoZainuddin, A.M. 1982. Penuntun Kegiatan Dalam Biologi dengan Metode Inquiry. Ujung Pandang: Sastra Hudaya

A. Komponen Biotik

Rumput BRumput A

Rumput DRumput C

Hewan BHewan A

B. Komponen Abiotik

Daun kering

Batu kerikil

Tanah di daerah pengamatan