mengenal tuhan secara pribadi - by john gilchrist

26
 Mengenal Tuhan Secara Pribadi Pesan Kristiani bagi Dunia Muslim Oleh: John Gilchrist Introduksi: Iman Sejati atau Monoteisme Formal?  Orang-orang Kristen dan Muslim memiliki banyak hal yang mirip. Mereka percaya kepada satu Tuhan, beribadah di tempat suci (Gereja dan Mesjid), memiliki kalender keagamaan tahunan yang mirip (Natal, Jumat Agung, Paskah bagi orang Kristen, Idul Fitri, Idul Adha, Laylatu’l Miraj dan Laylatu’l Qadar bagi orang-orang Muslim), dan mengkhususkan satu hari dalam seminggu bagi komunitas umum untuk melakukan ibadah bersama (masing-masing hari Minggu dan Jumat). Jika dilihat dari luar, kedua agama ini bisa terlihat sangat mirip. Ibadah mereka bisa menjadi sesuatu yang sangat formal dan merupakan pengulangan-  pengulangan. Shalat  bagi Muslim, secara khusus, mengikuti pola yang sama hari lepas hari, tahun lepas tahun, dekade lepas dekade, tanpa variasi.  Azan, panggilan untuk sembahyang,  juga tidak pernah berubah. Ibadah  Haji mengabadikan sebuah rangkaian yang sifatnya pasti dan merupakan praktek-praktek keagamaan yang telah dilakukan tanpa perubahan selama empat belas abad. Tidak berbeda dengan banyak gereja-gereja Kristen. Para imam Katolik dan Ortodoks mengucapkan doa-doa yang sama yang telah disusun sedemikian rupa, minggu lepas minggu, sama seperti yang dilakukan para imam Muslim. Beberapa tahun lalu ada seorang wanita Muslim yang berkata kepada saya, "Kapan saja saya  pergi ke pekuburan, saya melihat semua kuburan Muslim berada di satu sisi dan kuburan- kuburan Kristen di sisi lainnya, dan saya berkata kepada diri saya sendiri, apa bedanya?" Respon saya adalah,"Jika anda mencari yang hidup di antara orang mati, maka anda tidak akan menemukan banyak hal." Yudaisme pun tidaklah berbeda. Ketiga agama monoteisme telah melembagakan sistem-sistem keagamaan mereka, berjalan berkeliling sementara mereka kembali setiap tahun kepada rutinitas perayaan-perayaan dan hari-hari suci yang sama; semuanya didasarkan pada apa yang cocok pada bagian luar dari ibadah formal. Seorang penjaga toko di Yerusalem suatu kali berkata, "Hanya ada tiga bisnis besar di Yerusalem. Yang pertama adalah mengumpulkan uang pada hari Jumat, yang kedua pada hari Sabtu, dan ketiga pada hari Minggu." (Kutipan ini diambil dari video Discovery  Jerusalem: City Of Heaven). Apakah ini yang Tuhan inginkan? Sebuah komitmen seperti budak terhadap pengulangan-  pengulangan seremonial selama kita hidup? Sebuah ayat dari Alkitab memperlihatkan  bagaimana monoton dan sia-sianya hal ini. Saya akan menonjolkan kata-kata kunci untuk memberikan penekanan pada intinya: 'Dan sesungguhnya setiap imam terus menerus berdiri tiap-tiap hari untuk menyelenggarakan pelayanan dan dengan berulang-ulang mempersembahkan kurban-kurban yang sama, yang tidak pernah dapat menghapuskan dosa-

Upload: gilbert-hanz

Post on 04-Jun-2018

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    1/26

    Mengenal Tuhan Secara Pribadi

    Pesan Kristiani bagi Dunia Muslim

    Oleh: John Gilchrist

    Introduksi: Iman Sejati atau Monoteisme Formal?

    Orang-orang Kristen dan Muslim memiliki banyak hal yang mirip. Mereka percaya kepadasatu Tuhan, beribadah di tempat suci (Gereja dan Mesjid), memiliki kalender keagamaan

    tahunan yang mirip (Natal, Jumat Agung, Paskah bagi orang Kristen, Idul Fitri, Idul Adha,

    Laylatul Miraj dan Laylatul Qadar bagi orang-orang Muslim), dan mengkhususkan satu hari

    dalam seminggu bagi komunitas umum untuk melakukan ibadah bersama (masing-masing

    hari Minggu dan Jumat). Jika dilihat dari luar, kedua agama ini bisa terlihat sangat mirip.

    Ibadah mereka bisa menjadi sesuatu yang sangat formal dan merupakan pengulangan-

    pengulangan. Shalatbagi Muslim, secara khusus, mengikuti pola yang sama hari lepas hari,

    tahun lepas tahun, dekade lepas dekade, tanpa variasi. Azan, panggilan untuk sembahyang,

    juga tidak pernah berubah. Ibadah Hajimengabadikan sebuah rangkaian yang sifatnya pasti

    dan merupakan praktek-praktek keagamaan yang telah dilakukan tanpa perubahan selama

    empat belas abad. Tidak berbeda dengan banyak gereja-gereja Kristen. Para imam Katolikdan Ortodoks mengucapkan doa-doa yang sama yang telah disusun sedemikian rupa, minggu

    lepas minggu, sama seperti yang dilakukan para imam Muslim.

    Beberapa tahun lalu ada seorang wanita Muslim yang berkata kepada saya, "Kapan saja saya

    pergi ke pekuburan, saya melihat semua kuburan Muslim berada di satu sisi dan kuburan-

    kuburan Kristen di sisi lainnya, dan saya berkata kepada diri saya sendiri, apa bedanya?"

    Respon saya adalah,"Jika anda mencari yang hidup di antara orang mati, maka anda tidak

    akan menemukan banyak hal." Yudaisme pun tidaklah berbeda. Ketiga agama monoteisme

    telah melembagakan sistem-sistem keagamaan mereka, berjalan berkeliling sementara

    mereka kembali setiap tahun kepada rutinitas perayaan-perayaan dan hari-hari suci yang

    sama; semuanya didasarkan pada apa yang cocok pada bagian luar dari ibadah formal.Seorang penjaga toko di Yerusalem suatu kali berkata, "Hanya ada tiga bisnis besar di

    Yerusalem. Yang pertama adalah mengumpulkan uang pada hari Jumat, yang kedua pada hari

    Sabtu, dan ketiga pada hari Minggu." (Kutipan ini diambil dari video Discovery Jerusalem:

    City Of Heaven).

    Apakah ini yang Tuhan inginkan? Sebuah komitmen seperti budak terhadap pengulangan-

    pengulangan seremonial selama kita hidup? Sebuah ayat dari Alkitab memperlihatkan

    bagaimana monoton dan sia-sianya hal ini. Saya akan menonjolkan kata-kata kunci untuk

    memberikan penekanan pada intinya: 'Dan sesungguhnya setiap imam terus menerus berdiri

    tiap-tiap hari untuk menyelenggarakan pelayanan dan dengan berulang-ulangmempersembahkan kurban-kurban yang sama, yang tidak pernah dapat menghapuskan dosa-

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    2/26

    dosa' (Ibrani 10:11 KSILT*). Hal yang ironis tampak nyata di sini ketika anda

    membandingkan pengulangan-pengulangan dengan ketidakmampuan mereka untuk meraih

    apa pun: setiaptiap-tiap hariberulang-ulangyang samatidak pernah dapat!

    Islam menempatkan sebuah penekanan yang luar biasa terhadap ibadah formal yang

    dilaksanakan berulang-ulang. Tidak ada ruang bagi Dia (Tuhan) atau pujian yang bersifatspontan ketika mereka melakukan setiap rakaat. Seorang Muslim sejati tidak hanya

    memelihara janggut, tetapi mereka akan mengguntingnya sedemikian rupa hingga bentuk dan

    panjangnya sesuai dengan sunnah Muhammad. Sebuah topi dengan model tertentu harus

    dikenakan ketika sembahyang di sebuah mesjid. Sepatu harus dilepaskan. Gerakan yang sama

    saat mencuci anggota-anggota tubuh tertentu (wudhu) haruslah selalu mengikut apa yang

    sudah digariskan oleh Quran: 'Cucilah mukamu, dan tanganmu hingga ke sikut, dan seka

    kepala dan kakimu hingga ke tumit' (Sura 5:6). Setiap rakaat (membungkuk) dan sajdah

    (sujud) harus dilakukan secara berbarengan dengan jemaat lainnya yang hadir di mesjid itu,

    dengan cara yang sama, waktu yang sama, setiap hari. Selama qadah(posisi duduk), taslim

    yang sama harus diucapkan oleh setiap jemaat dimana mereka mengucapkan salam ke

    sebelah kiri dan kanannya. Sama sekali tidak diijinkan membuat variasi bagi seremoni ini.

    Islam mengklaim bahwa mereka sebenarnya hanya mempraktekkan kembali agama yang

    aslinya merupakan penundukan kepada Allah, sebagaimana yang telah diikuti dan

    dipraktekkan oleh semua nabi-nabi sebelumnya. Quran mengatakan bahwa ia datang hanya

    sebagai sebuah tasdiq, sebuah 'konfirmasi' (penegasan) dari apa yang ada sebelumnya (Sura

    10:37), dan bukan sebagai sebuah bentuk agama yang baru. Jika demikian, agama sejati dari

    Tuhan harus selalu berfokus pada hal yang formal, penundukan yang berulang-ulang,

    penghormatan dari seorang hamba kepada sesosok Tuan yang ilahi, yang tidak bisa dikenal

    dan dikasihi secara personal berdasarkan siapa Dia sesungguhnya.

    Alkitab menggambarkan sebuah lukisan yang sama sekali berbeda. Ia tidak melihat agama

    Tuhan sebagai sesuatu yang selalu sama, hanya sebagai sesuatu yang cocok dengan pola-pola

    ibadah tertentu yang tidak pernah dan tidak akan pernah berubah. Sebagaimana ia mencakup

    sejarah dari hubungan Tuhan dengan umatNya, ia memperlihatkan sebuah kemajuan dan

    ekspansi bagaimana Tuhan menarik diriNya lebih dekat lagi dengan umat kepunyaanNya,

    dan menyelesaikannya dengan sebuah klimaks yang penuh kemuliaan ketika Ia mengambil

    inisiatif untuk menebus umatNya dengan mengundang mereka kepada sebuah hubungan yang

    hidup, personal dengan diriNya. Bukan sebagai para pelayanan yang harus melakukan

    kewajiban-kewajiban mereka, tetapi sebagai anak-anak yang dilahirkan dari RohNya yang

    Kudus, yang dosa-dosanya diampuni, dan disimpan untuk kemuliaan yang kekal.

    Bergabunglah dengan saya dalam sebuah perjalanan dimana kami telah menemukan pesanKristiani kepada dunia Muslim.

    Kain dan Habel: Satu-Satunya Korban Yang Bisa Diterima

    Ada banyak agama di bumi kita ini. Termasuk di dalamnya Yudaisme yang ditemukan oleh

    Musa, Kekristenan oleh Yesus, Islam oleh Muhammad, Budhisme oleh Sidharta Budha

    Gautama, dan masih banyak yang lain seperti Hinduisme yang tidak diketahui siapa yang

    memulainya. Namun demikian, surga hanya melihat tiga hal. Yang pertama adalah anti-

    theisme. Ini adalah penyembahan kepada segala sesuatu selain Tuhan, menyembah ciptaan

    dan bukannya Sang Pencipta. Apakah itu penghormatan terhadap berhala-berhala pagan, roh-

    roh leluhur atau makhluk-makhluk lainnya, semua itu tidak ada bedanya. Semuanya samasaja dengan malaikat-malaikat di surga penyembahan terhadap sesuatu dan segala sesuatu

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    3/26

    selain dari penyembahan kepada Tuhan yang sejati. Alkitab menggambarkan anti-theis

    (orang-orang yang anti kepada Tuhan) dengan sempurna: 'Sebab sekalipun telah mengenal

    Elohim, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Elohim atau mengucap syukur, sebaliknya

    mereka diserahkan kepada kesia-siaan oleh pikiran-pikiran mereka, dan hati mereka yang

    tanpa pengertian telah digelapkan. Dengan mengaku diri bijak, mereka telah dibuat bodoh

    dan menukar kemuliaan Elohim yang tidak fana dengan keserupaan gambaran manusia yangfana dan burung-burung dan binatang berkaki empat dan binatang melata' (Roma 1:21-23).

    Definisi itu disimpulkan demikian: 'yang telah menukar kebenaran Elohim dengan kepalsuan,

    dan telah menyembah serta beribadah kepada makhluk ciptaan, selain yang menciptakan,

    yaitu yang terberkati sampai selamanya. Amin' (Roma 1:25).

    Hanya ada dua agama di bumi, menurut pandangan surga, yang merupakan agama-agama

    yang tertua yang pernah eksis. Kedua agama itu didirikan pada hari yang sama oleh dua

    bersaudara, dan pada penampakan luarnya kedua agama itu terlihat sangat mirip. Kedua

    bersaudara itu adalah Kain dan Habel, anak-anak Adam dan Hawa. Pada hari

    dilangsungkannya upacara religius yang pertama di muka bumi, Kain dan Habel masing-

    masing membawa persembahan kepada Tuhan. Kain telah menjadi seorang petani, seorangyang mengusahakan tanah. Maka ia membawa sebagian hasil kerjanya dan

    mempersembahkannya kepada Tuhan. Tetapi Habel menjadi seorang gembala, maka ia

    membawa persembahan yang berbeda, ia mempersembahkan anak dombanya dan bagian-

    bagian yang berlemak. Nampaknya tidak ada perbedaan yang jelas antara kedua jenis

    persembahan itu, namun Alkitab berkata 'Dan YAHWEH berkenan kepada Habel dan pada

    persembahannya. Dan kepada Kain dan pada persembahannya Dia tidak berkenan' (Kejadian

    4:4-5). Apa yang kemudian terjadi adalah peristiwa yang sangat tidak terlupakan: Kain

    menjadi marah dan memusuhi adiknya, membunuhnya di ladang.

    Quran mengkonfirmasi kisah tersebut: 'Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam

    (Habil dan Kabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban,

    maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain

    (Kabil). Ia berkata (Kabil): Aku pasti membunuhmu' (Sura 5:27). Kedua kitab suci (Alkitab

    dan Quran) tidak mengatakan mengapa persembahan Kain ditolak, tetapi Alkitab terus

    menunjukkan mengapa Habel disukai Tuhan. Alkitab mengatakan 'Dengan iman Habel telah

    mempersembahkan kepada Elohim kurban yang lebih baik daripada Kain; olehnya dia telah

    dijadikan kesaksian sebagai orang yang benar ketika Elohim memberi persetujuan atas

    persembahannya itu, dan melalui hal itu ia masih berbicara sesudah ia meninggal' (Ibrani

    11:4). Kata-kata kuncinya adalah dua kata pertama: Dengan iman Habel mendapatkan

    perkenanan Tuhan.

    Kurban Habel mengatakan pada anda apa itu iman. Ia mencurahkan darah anak dombanya.

    Habel mengasihi Tuhan, tetapi ia sangat menyadari bahwa ada kalanya ia pun dapat bersikap

    sedingin Kain abangnya. Ia menyadari bahwa ia juga termasuk ke dalam dosa orangtuanya di

    Taman Eden dan bahwa ia tidak dapat memberikan sesuatu kepada Tuhan dari hasil

    keringatnya untuk menebus dirinya sendiri. Bagaimanapun ia juga tahu, bahwa Tuhan telah

    memperingatkan si ular di Taman: 'Dan Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau

    dengan perempuan ini, dan antara keturunanmu dan keturunannya. Keturunannya akan

    meremukkan kepalamu dan engkau akan meremukkan tumitnya' (Kejadian 3:15). Pernyataan

    ini jelas mengatakan bahwa suatu hari Tuhan akan membangkitkan seorang Juruselamat dari

    keturunan Hawa yang akan sangat menderita demi keselamatan manusia, namun pada saat

    yang sama akan mencederai si ular dengan sangat fatal dan membebaskan keturunannya darikuasa si ular. Ini adalah harapan Habel. Kurbannya membawa pesannya sendiri: "Aku tahu

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    4/26

    dosaku dan dengan sarana religius apapun aku tidak dapat mendekatkan diriku kepada-Mu,

    tapi aku mengembalikan kepada-Mu sesuatu yang adalah milik-Mu sendiri, dibantai dalam

    darahnya sendiri, karena aku merasa bahwa penebusanku akan mempunyai harga yang pantas

    di hadapan-Mu". Habel adalah orang pertama yang memberikan iman yang sejati kepada

    Tuhan. Ini adalah agama kedua yang dilihat surga, dan inilah satu-satunya agama yang benar.

    Itu adalah agamaIman Habel.

    Namun Kain tidak mempunyai kasih yang sejati kepada Tuhan. Ia tidak percaya bahwa ia

    termasuk ke dalam dosa orang-tuanya. Ia juga mengatakan kepada Tuhan bahwa ia tidak

    percaya bahwa ia juga adalah penjaga saudaranya (Kejadian 4:9). Ia membunuh Habel

    dengan tangan dingin. Namun Kain telah disiapkan untuk mengakui Tuhan sebagai

    Penciptanya maka ia juga membawa persembahan, tetapi persembahannya tidak lahir dari

    hati, melainkan merupakan persembahan yang diberikannya dari kelimpahan hasil kerjanya.

    Kadang-kala mungkin saja ia juga ingin menyembah Tuhan, tetapi ia memandang hidupnya

    sebagai miliknya sendiri dan ia percaya bahwa ia bebas untuk mengeksploitasi bumi hanya

    untuk keuntungannya sendiri. Sebentar-sebentar ia akan datang untuk menghormati Tuhan,

    mungkin sekali seminggu atau untuk melakukan upacara panen sekali setahun, tapi tidaklebih dari itu. Kain adalah pendiri monoteisme formal, menyembah Tuhan tanpa sungguh-

    sungguh mengasihi-Nya. Inilah Agama Kain, agama ketiga yang dilihat surga, dan surga

    menganggap agama ini salah secara keseluruhan. Ini adalah agama terbesar di bumi saat ini

    dan meliputi semua ekspresi dari monoteisme formal, apakah itu Yudaisme, Kekristenan atau

    Islam. Tuhan sendiri meringkaskannya dalam kalimat berikut: '...bangsa ini mendekat dengan

    mulutnya, dan mereka menghormati Aku dengan bibirnya, tetapi hatinya menjauh daripada-

    Ku, dan rasa takutnya kepada-Ku adalah perintah yang diajarkan manusia' (Yesaya 29:13).

    Kemarahan Kain menunjukkan perbedaan antara dirinya dan adiknya. Boleh jadi ia berkata:

    "Aku mau saja datang sesering mungkin untuk menghormati-Mu, sekali seminggu jika

    memang harus demikian. Mengapa Engkau sangat menolak persembahanku yang pertama?"

    Jawaban Tuhan padanya kemungkinan besar seperti ini: 'Habel hanya memberikan satu kali

    persembahan, tetapi itu adalah sebuah komitmen hidupnya yang seutuhnya kepada-Ku, ia

    mempercayai-Ku untuk keselamatannya. Satu hari nanti dengan satu kali persembahan yang

    Kulakukan sendiri, Aku akan sekaligus menyempurnakan semua orang yang sudah

    dikuduskan dari segala waktu' (Ibrani 10:14). Iman Habel adalah satu-satunya agama yang

    benar yang pernah dikenal dunia atau akan dikenal dunia. Inilah agama yang hidup yang

    berlawanan dengan kenyamanan yang tampak dari luar saja dan (keberagamaan) yang kering.

    Agama ini tidak mempersembahkan kepada Tuhan apa-apa yang adalah miliknya sendiri, tapi

    mempercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan demi keselamatannya. Agama ini tidak

    memperhatikan penampilan luar dan berkata Apakah saya?(Apakah saya) seorang Muslim,Yahudi atau Kristen diidentifikasi melalui pakaian saya, janggut, kerudung, kehadiran tiap

    minggu dalam ibadah, dan sebagainya, menandakan keterlibatan saya pada suatu agama

    tertentu? Tidak, agama ini menanyakan pertanyaan yang mendasar Siapakah saya?Seberapa

    dalamnya jiwaku mengasihi Tuhan dan seberapa rela saya mengejar kejujuran-Nya yang

    sempurna, kekudusan, kasih dan kebenaranNya? Setelah pakaian keagamaan saya

    disingkirkan, janggut saya dicukur habis, jubah keimaman saya dibuang, apa yang masih

    tertinggal? Apa yang saya miliki dalam diri saya sendiri untuk dapat menghubungkan saya

    dengan Tuhan? Hanya ada satu agama yang sejati di bumi itulah iman manusia yang

    merespon kesetiaan Tuhan. Ini adalah tema yang akan banyak kita bicarakan selanjutnya.

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    5/26

    Abraham: Bapa orang beriman

    Semua orang Muslim menghormati Ibrahim alayhis-salam. Ia dipandang sebagai salah-satu

    dari utusan-utusan Tuhan yang terbesar. Orang-orang Kristen juga menghormatinya sebagai

    prototipe orang percaya sejati dan bapa orang beriman. Ia menganut iman yang sejati, yakni

    Iman Habel, dan orang-orang Kristen sejati dikatakan sebagai 'mereka yang memiliki imanAbraham karena ia adalah bapa kita semua' (Roma 4:16). Quran juga berbicara mengenai

    millata abikum Ibrahim, yaitu 'iman bapa Abraham' (Sura 22:78). Tetapi mengapa Abraham

    lebih dikenal dengan imannya dan bukan karena penyerahan/tunduknya dia kepada

    Tuhan?

    Quran melihat millah Abraham tidak lebih dari mempertanyakan kepasrahan kepada

    kehendak Allah. Dikatakan bahwa ia adalah salah-seorang muslimin, seorang yang 'tunduk'

    (Sura 3:67) dan dikatakan bahwa 'ketika Tuhannya berkata kepadanya Tunduk!, ia berkata

    aku tunduk kepada Tuhan atas dunia ini' (Sura 2:131). Perintah untuk 'tunduk' dalam teks itu

    adalahAslim!Dan ia menjawab aslamtu, 'aku telah tunduk'. Ketiga kata ini berasal dari akar

    yang sama yaitu islamdan muslim. Namun demikian ini bukanlah iman yang sejati. Ini tidaklebih daripada kepasrahan kepada kehendak Tuhan. Ini tidak mengandung iman sang nabi

    kepada kesetiaan Tuhan.

    Alkitab menunjukkan bahwa Tuhan memanggil Abraham ke dalam sebuah hubungan yang

    jauh lebih intim dengan-Nya daripada hanya sekadar tunduk kepada kehendak-Nya. Itu

    dimulai dengan sebuah janji sederhana yang Tuhan buat dengannya ketika ia mengeluh

    bahwa ia tidak mempunyai ahli waris untuk harta bendanya: 'Dan Dia membawanya keluar

    dan berfirman, Lihatlah ke langit dengan seksama, dan hitunglah bintang-bintang itu

    seandainya engkau dapat menghitungnya. Dan Dia berfirman kepadanya, Demikianlah kelak

    keturunanmu' (Kejadian 15:5). Yang berikutnya hanyalah menyatakan bahwa: 'Lalu

    percayalah dia kepada YAHWEH dan Dia memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai

    kebenaran' (Kejadian 15:6). Nampaknya itu terlalu mudahAbraham hanya berpegang pada

    janji Tuhan, dan karena ia percaya kepada Tuhan, ia dibenarkan di hadapan Tuhan. Ia tidak

    harus berdoa beberapa kali sehari, berpuasa berbulan-bulan, pergi berziarah atau

    menyumbangkan sejumlah besar uang kepada orang miskin untuk mendapatkan perkenanan

    Tuhan. Ia hanya percaya pada janji Tuhan dan langsung ditempatkan pada tempat yang dekat

    dengan Tuhan.

    Namun demikian imannya harus diuji berulangkali. Bertahun-tahun berlalu dan tidak terjadi

    apa-apa. Sarah istrinya, yang tidak pernah dapat melahirkan anak dan semakin hari semakin

    menjadi tua, mengatakan padanya untuk mendapatkan keturunan melalui Hagar budaknya(Kejadian 16:2). Ketika Ismail lahir, Abraham yakin bahwa dialah ahli waris yang dijanjikan

    Tuhan. Tetapi 13 tahun kemudian ketika Abraham berusia 99 tahun dan Sarah yang telah

    berusia 90 tahun masih mandul, Tuhan berkata kepadanya: 'Dan Aku telah memberkatinya

    dan Aku juga telah memberikan kepadamu seorang anak laki-laki daripadanya, dan Aku telah

    memberkatinya, dan dia akan menjadi bangsa-bangsa; raja-raja banyak bangsa berasal

    daripadanya' (Kejadian 17:16). Pada mulanya Abraham menertawakan kemungkinan itu, tapi

    kemudian ia menyadari bahwa Ismail bukanlah anak perjanjian. Maka ia berseru kepada

    Tuhan 'sekiranya Ismail dapat hidup di hadapan-Mu!' Tetapi Tuhan menjawab: '...Sara,

    istrimu, pasti akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau harus memanggil namanya

    Ishak, dan Aku telah membangun perjanjian-Ku dengannya, untuk suatu perjanjian yang

    kekal bagi keturunannya sesudah dia' (Kejadian 17:18-19).

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    6/26

    Ketika Ishak akhirnya dilahirkan, Sarah menuntut agar Abraham mengusir Hagar dan Ismail.

    Sang patriarkh ini sangat tertekan, tetapi Tuhan berpihak pada keinginan Sarah, dan

    menasehati Abraham pada saat yang sama bahwa Ia tetap akan membuat keturunannya

    menjadi bangsa yang besar. Abraham tetap diuji dengan berat ketika ia menyadari bahwa

    Ismail telah ditolak oleh Tuhan. Ketika Ismail berusia 14 tahun ia dibuang ke padang

    belantara.

    Bilamana Abraham melihat putranya yang kedua, setidaknya ia yakin bahwa inilah anak yang

    telah dijanjikan. Ia menantikan hari dimana Ishak akan bangkit sebagai penggenapan janji

    Tuhan bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa. Tetapi, ketika Ishak telah mencapai usia

    yang hampir sama dengan Ismail ketika ia dibuang, Tuhan akhirnya berbicara kepada sang

    patriarkh sekali lagi. 'Abraham!' tiba-tiba Ia memanggil (Kejadian 22:1). Abraham menjawab

    dengan segera, berharap untuk mendengar Tuhan menegaskan betapa anaknya akan menjadi

    berkat untuk generasi mendatang. Namun Tuhan berkata padanya: 'Dan Dia berfirman,

    bawalah sekarang anak laki-lakimu yang tunggal, yang engkau kasihi, yakni Ishak, dan

    pergilah engkau ke tanah Moria, dan persembahkanlah dia disana sebagai persembahan

    bakaran di atas salah-satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu' (Kejadian 22:2). (Quranmencatat insiden ini tapi tidak menyebutkan atau mengidentifikasi anak yang akan

    dikurbankan Sura 37:102. Namun demikian, Quran mengkonfirmasi bahwa garis

    nubuwwahkenabian, dan kitab, akan mengikuti garis keturunan IshakSura 29:27).

    Ini adalah ujian yang jauh lebih berat bagi sang patriarkh. Ketika Ismail mulai menjadi

    seorang pemuda, Tuhan mengatakan pada Abraham untuk menolaknya, tapi sekarang, saat

    Ishak mencapai saat yang menentukan dalam hidupnya, Tuhan berkata pada Abraham untuk

    membantai anaknya itu! Ini adalah ujian terbesar terhadap kasih seorang manusia kepada

    Tuhan mempersembahkan anaknya sendiri kepada Tuhan. Jika ia tidak menyayangkan

    anaknya sendiri, tentu ia akan memberikan pada-Nya semua yang ia miliki (bandingkan

    dengan Roma 8:32). Itu adalah persembahan terbaik yang dapat diberikan manusia kepada

    Tuhan.

    Tetapi Abraham masih akan menghadapi ujian yang jauh lebih dahsyat lagi. Tuhan telah

    berjanji padanya bahwa ia akan mempunyai keturunan sebanyak bintang di langit melalui

    Ishak anaknya itu. Bagaimana mungkin janji ini dapat digenapi jika ia harus mengurbankan

    anaknya sebagai kurban bakaran? Abraham pasti telah membayangkan kejadiannya

    anaknya dikremasi hingga menjadi debu setelah ia dikurbankan, dan datanglah angin lalu

    meniup abu jenazah anaknya itu, dan ia membayangkan dirinya dalam kesedihan besar 'janji

    Tuhan sudah hilang oleh tiupan angin'.

    Namun demikian, saat ini Abraham telah jauh melewati tahap sekadar tunduk kepada

    kehendak Tuhan tanpa bertanya apa-apa. Ketika Tuhan, pada suatu peristiwa belum lama dari

    kejadian ini, telah mengancam untuk menghancurkan kota Sodom dan Gomora oleh karena

    kejahatan mereka, sang patriarkh keberatan: 'Lalu Abraham datang mendekat dan berkata,

    "Apakah Engkau juga akan membinasakan orang benar bersama orang jahat? Seandainya ada

    limapuluh orang benar di tengah-tengah kota itu, apakah Engkau juga akan membinasakan

    dan tidak memperdulikan tempat itu demi kelimapuluh orang benar yang ada di tengah-

    tengahnya? Jauhlah kiranya dari Engkau untuk melakukan hal seperti demikian, yaitu untuk

    menghukum mati orang benar bersama orang durhaka, dan seolah-olah orang benar menjadi

    sama dengan orang durhaka; jauhlah kiranya dari Engkau. Apakah yang menghakimi seluruh

    bumi tidak akan memberlakukan keadilan?"' (Kejadian 18:23-25).

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    7/26

    Bagaimana bisa seorang nabi mempertanyakan keputusan Tuhan? Ini bukanlah sikap

    menundukkan diri dengan kerendahan. Tetapi Tuhan menghormatinya, bahkan akhirnya

    berjanji untuk tidak menghancurkan kota-kota itu jika ada 10 orang benar ditemukan disana.

    (Namun ternyata tidak ada, hanyalah Lot dan kedua putrinya yang akhirnya diselamatkan dari

    penghancuran itu).

    Masih ada lebih banyak lagi yang dapat dilihat. Abraham meminta Tuhan untuk jujur pada

    diri-Nya sendiri. Sambil percaya bahwa Tuhan itu setia, ia menaruh seluruh imannya dalam

    kesetiaan Tuhan. 'Semua perkataan Tuhan adalah benar' kata Alkitab (Amsal 30:5), dan

    Abraham menghadapi perintah untuk mengurbankan anaknya dengan dilema yang sama.

    Bagaimanakah janji Tuhan dapat digenapi jika ia harus mengurbankan Ishak? Mungkin saja

    ia berkata kepada dirinya sendiri: "Aku tidak tahu, tapi tak apalah. Tuhan telah

    memerintahkan aku untuk membunuhnya, maka aku akan melakukannya. Tanpa bertanya-

    tanya aku akan tunduk kepada kehendak-Nya. Masalah janji yang tidak digenapi adalah

    masalah Dia, bukan masalahku."

    Tetapi Abraham tidak berkata demikian. Ia tahu bahwa imannya, yang telah memberinyakebenaran di hadapan Tuhan, hanyalah sebuah refleksi dari kesetiaan Tuhan. Matahari

    memberikan sinarnya yang sangat terang. Bulan tidak dapat melakukan sesuatu yang lebih

    selain dari memantulkannya, tetapi saat bulan berhadapan dengan matahari, ia memantulkan

    cahaya matahari dengan sepenuhnya. Singkirkanlah bulan, maka akan terlihat bahwa cahaya

    matahari yang berkilauan itu sama sekali tidak terpengaruh oleh hilangnya bulan, namun jika

    matahari yang disingkirkan maka bulan sama sekali tidak akan bersinar. Jadi Tuhan

    menyinarkan kesetiaan sama seperti matahari yang memberikan cahayanya, tetapi iman

    Abraham bagaikan cahaya bulan tidak lebih dari sekadar sebuah refleksi dari kesetiaan

    Tuhan yang penuh kemuliaan.

    Namun Abraham berpegang kepada iman seperti itu. Sama seperti Habel, ia terus mengikuti

    satu-satunya agama sejati di dunia: 'iman yang sejati, dan juga seperti halnya Habel ia

    mengakuinya bahwa dengan iman, ketika diuji, Abraham telah mempersembahkan Ishak, dia

    yang mempersembahkan anak tunggalnya yang telah menerima janji-janji itu pula, yang

    tentangnya telah dikatakan, 'Di dalam Ishaklah, benihmu akan disebutkan', karena

    menganggap bahwa Elohim itu sanggup untuk membangkitkan pula dari antara yang mati,

    dari sanalah juga secara kiasan dia telah menerimanya kembali' (Ibrani 11:17-19).

    Tuhan menghormati Abraham dan mengembalikan anaknya kepadanya. Ia telah lulus dari

    ujian maha berat. Ia telah dengan rela hati mengembalikan berkat terbesar dalam hidupnya

    kembali kepada Tuhan, anak kandungnya satu-satunya, dan dengan ini ia menyempurnakanimannya, sambil percaya kepada Tuhan bahwa Tuhan akan menggenapi janji-Nya kepadanya

    dengan menghidupkan kembali anaknya. Untuk hal ini Abraham menerima sebuah gelar

    istimewa. Ia disebut Sahabat Tuhan. Yosafat, seorang raja Yehuda yang hidup benar

    berabad-abad lalu berdoa kepada Tuhan: 'Bukankah Engkau Elohim kami? Engkau

    menghalau penduduk negeri ini dari depan umat-Mu, Israel, dan memberikannya kepada

    keturunan Abraham, sahabat-Mu selama-lamanya' (2 Tawarikh 20:7). Tuhan sendiri pernah

    berkata mengenai bangsa Israel sebagai 'keturunan Abraham, sahabatku' (Yesaya 41:8).

    Yakobus, seorang murid Yesus dan saudara kandungnya, juga menulis tentang iman

    Abraham dan menambahkan 'ia disebut sahabat Tuhan' (Yakobus 2:23).

    Quran mengkonfirmasi gelar itu: 'Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya'(Sura 4:125). Kata bahasa Arab yang digunakan disini adalah khalilan, 'seorang sahabat', dan

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    8/26

    oleh karena itu dalam Islam Abraham telah dikenal sebagai khalilullah, Sahabat Tuhan.

    Namun demikian, Quran tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.

    Bagaimanapun, menurut catatan Alkitab, kita dapat melihat lebih banyak mengenai apa

    sebenarnya iman yang sejati itu. Tuhan ingin mempunyai hubungan yang hidup dengan umat-

    Nya. Ia lebih menginginkannya daripada ketaatan yang ketat terhadap rutinitas keagamaan,pelaksanaan seremoni-seremoni dan pengulangan pembacaan doa-doa, berapa kali harus

    berdoa, dan sebagainya. Dalam pembahasan kita selanjutnya hal ini akan menjadi lebih jelas.

    Namun saat ini, marilah kita memperhatikan simbol pengakuan Abraham iman yang sejati.

    Tuhan tidak dengan keras memproyeksikan kebenaran-Nya kepadanya, mengharapkannya

    untuk merespon dengan kebenaran sempurna dan ketaatan terhadap semua tuntutan-Nya. Tak

    peduli betapa religius, saleh, atau mengabdinya seseorang, ia tidak dapat mengimbangi

    kebenaran Tuhan yang sempurna. Dosanya akan menariknya turun jauh ke bawah.

    Tuhan memilih untuk memproyeksikan kesetiaan-Nya kepada Abraham dan bersukacita

    ketika nabi-Nya berespon secara konsisten dengan iman, dan akhirnya menyempurnakannya

    ketika ia diperintahkan untuk mengurbankan anaknya sebagai persembahan. Kita akan lebihbanyak membicarakan hal itu ketika kita tiba pada klimaks yang telah kita sebutkan

    sebelumnya. Kita akan melihat bagaimana persembahan iman Abraham hanyalah merupakan

    bayangan dari persembahan kasih Tuhan yang masih akan dinyatakan. Namun untuk saat ini,

    marilah kita belajar dari patriarkh besar berikutnya dalam sejarah Israel, yaitu Musa, dan

    melihat bagaimana rencana dan tujuan-tujuan Tuhan untuk umatNya terus berkembang dan

    bertumbuh.

    Musa: Orang yang melihat Tuhan muka dengan muka

    Lebih dari 400 tahun telah berlalu sebelum Tuhan bergerak lagi untuk berkomunikasi secara

    langsung dengan umat-Nya. Setelah 40 tahun kejayaannya sebagai seorang pangeran di

    Mesir, dan 40 tahun lagi di padang gurun Sinai sebagai seorang buronan, Musa tiba-tiba

    mendapati dirinya berhadapan muka dengan Tuhan orang Israel. Tuhan memanggilnya untuk

    membebaskan bangsa itu dari pemerintahan Firaun, dan setelah satu seri tulah yang akhirnya

    mematahkan pertahanan orang-orang Mesir, Musa memimpin bangsa itu ke padang gurun

    yang sama menuju ke tanah yang dijanjikan, yaitu Kanaan.

    Sebuah kecenderungan yang jelas sedang berkembang saat hubungan Tuhan dengan umat-

    Nya semakin mendalam. Habel telah mempersembahkan darah domba miliknya sebagai

    korban penebusan, ini merupakan bayangan akan pengorbanan yang lebih besar yang masih

    akan datang. Abraham rela mempersembahkan anaknya, Ishak, sebagai sebuah tanda daripersembahan yang lebih besar lagi yang akan terjadi. Kini umat Israel diperintahkan untuk

    melaburkan darah domba yang mereka kurbankan di pintu-pintu rumah mereka. Iman yang

    sejati mulai mewujudkan dirinya sendiri. Pengharapan umat Tuhan yang sejati, sepenuhnya

    mempercayai kemurahan-Nya dan bukan religiositas mereka, semakin terfokus pada

    penumpahan darah Anak Domba Yahweh yang akan datang. Orang-orang percaya yang sejati

    mengetahui akan hal ini, dan menempatkan iman mereka dalam karunia penebusan Tuhan

    yang kelak akan dinyatakan dengan sepenuhnya.

    Adegan terakhir dalam kisah yang terkenal ini harus dikisahkan kembali di sini. Firaun hanya

    menyerah ketika malaikat Tuhan membunuh anak-anak sulung dari semua keluarga di Mesir

    hanya dalam semalam. Yang terlepas dari tulah ini hanyalah orang-orang Israel yang menaatiperintah Tuhan untuk mempersembahkan domba Paskah. Mereka telah diperintahkan untuk

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    9/26

    '...dan dari darah yang dari dalam pasu itu kamu harus melaburkannya pada ambang pintu dan

    pada kedua tiangnya' (Keluaran 12:22). Dan lebih jauh lagi mereka diperintahkan untuk

    'memelihara hal ini sebagai ketetapan bagimu dan bagi anak-anakmu sampai selama-lamanya'

    (Keluaran 12:24). Malaikat maut kemudian akan melewatirumah mereka.

    Tak lama setelah mereka keluar dari tanah Mesir, Tuhan memerintahkan Musa: '...Pergilahkepada umat itu dan sucikanlah mereka pada hari ini dan besok, dan mereka harus membasuh

    pakaiannya. Dan bersiap-siaplah pada hari ketiga; karena pada hari ketiga YAHWEH akan

    turun di depan mata seluruh umat itu di gunung Sinai' (Keluaran 19:10-11). Pada hari ketiga

    umat gemetar saat hadirat Tuhan bermanifestasi di atas gunung. Disana Tuhan berbicara

    secara langsung kepada bangsa itu, memberikan kepada mereka 10 Perintah yang kemudian

    menjadi tulang punggung hukum moral Yahudi. Itu adalah sebuah peristiwa yang unik, yang

    telah disiapkan Tuhan selama berabad-abad.

    Musa tidak dikunjungi oleh malaikat yang bertindak sebagai mediator dari surga. Tuhan

    sendiri yang mendatangi sang nabi dan bangsa itu, mengekspresikan keinginan-Nya untuk

    berhubungan erat dengan umat Israel di kemudian hari. Untuk menyatakan kehadiran-Nyadiantara mereka, Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat sebuah tabut dengan tahta

    kemurahan di atasnya dan berkata: 'Maka Aku akan dapat ditemui olehmu di situ, dan Aku

    akan berbicara denganmu segala sesuatu yang akan Aku perintahkan kepadamu mengenai

    bani Israel, dari atas tutup pendamaian itu, dari antara kedua kerub yang ada pada tabut

    kesaksian' (Keluaran 25:22).

    Bangsa itu mendapatkan bukti yang dapat dilihat bahwa Tuhan sendiri hadir diantara mereka.

    Apabila Musa memasuki kemah suci yang telah dibangunnya sebagai sebuah tabernakel

    dimana tabut itu ditempatkan, 'tiang awan itu akan turun dan berdiri di pintu kemah itu, dan

    berbicaralah Dia dengan Musa' (Keluaran 33:9). Ketika umat melihat awan itu, mereka

    bangkit dan menyembah. Kisah itu diakhiri dengan: 'Dan YAHWEH akan berfirman kepada

    Musa muka dengan muka, seperti ketika seseorang berbicara kepada temannya' (Keluaran

    33:11). Musa sangat terharu karena Tuhan mau berhubungan secara langsung dengannya dan

    dengan umat dan memanifestasikan hadirat-Nya diantara mereka. Ia berkata kepada Tuhan:

    'Apakah tidak dengan-Mu yang berjalan bersama kami sehingga kami, aku dan umat-Mu,

    dapat dibedakan dari segala bangsa yang diatas muka bumi ini?' (Keluaran 33:16).

    Dengan lantang Musa berdoa: 'Aku mohon tunjukkanlah kepadaku kemuliaan-Mu. Dan Dia

    pun berfirman: "Aku akan menyebabkan seluruh kebesaran-Ku lewat di depanmu, dan Aku

    akan berseru dengan nama YAHWEH di depanmu. Dan Aku akan menunjukkan kemurahan

    kepada siapa yang akan Aku tunjukkan, dan Aku akan mengasihini kepada siapa yang akanAku kasihani"' (Keluaran 33:18-19).

    Dengan rasa hormat, bahkan pada tahap ini penyataan hadirat dan perkenanan Tuhan jauh

    melebihi segala sesuatu yang ada dalam Islam. Ada keintiman yang jauh lebih dalam, karunia

    dan kasih antara Tuhan umat milik-Nya sendiri, tetapi bahkan pada tahap ini hubungan antara

    Tuhan dan umat-Nya telah jauh melampaui pengharapan Muslim yang tertinggi. Tuhan

    sendiri terlihat hadir diantara mereka. Tiang awan yang adalah manifestasi istimewa dari

    kehadiran-Nya, melayang-layang di atas tahta kemurahan pada siang hari dan bersinar pada

    malam hari. Ketika awan itu bergerak, bangsa itu tahu bahwa mereka harus mengikutinya dan

    tinggal dekat dengan Tuhan karena Ia berdiam diantara umat-Nya.

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    10/26

    Ketika Musa turun dari gunung Sinai dengan 2 loh batu yang bertuliskan 10 perintah, yang

    ditulis oleh Tuhan sendiri, 'Musa tidak mengetahui bahwa kulit wajahnya telah bercahaya

    pada saat percakapan-Nya dengan dia' (Keluaran 34:29). Ketika ia selesai berbicara dengan

    Tuhan, 'bani Israel melihat wajah Musa bahwa kulit wajah Musa bercahaya' (Keluaran

    34:35). Quran mengkonfirmasi hubungan langsung dan unik antara Tuhan dan Musa: 'Dan

    Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung' (Sura 4:164). Quran tidak berbicaralebih jauh lagi, tetapi mengkonfirmasi adanya hubungan istimewa diantara keduanya. Kisah

    Musa di dalam Alkitab diakhiri dengan kalimat: 'Dan tidak pernah ada nabi seperti Musa

    yang bangkit di Israel, yang YAHWEH kenal dengan berhadapan muka' (Ulangan 34:10).

    Abraham disebut sahabat Tuhan. Musa berbicara dengan Tuhan muka dengan muka seperti

    orang yang berbicara kepada temannya. Disini kita melihat tujuan agung Tuhan semakin

    dinyatakan. Hadirat Tuhan dimanifestasikan secara dekat sehingga wajah Musa bercahaya

    ketika ia berbicara kepada-Nya. Tuhan melangkah jauh melampaui ketaatan melakukan

    kewajiban agama. Keinginan-Nya yang tertinggi adalah agar umat-Nya berhubungan secara

    pribadi dengan-Nya dan pengenalan secara langsung akan Dia semakin bertambah seiring

    berjalannya waktu.

    Sayangnya, kehadiran Tuhan secara langsung membawa ketegangan yang berkepanjangan

    dan konflik antara Tuhan dengan umat Israel. Berulangkali mereka tidak percaya dan

    memberontak pada-Nya. Sejak permulaan, ketika Tuhan memanggil bangsa itu untuk

    mendengarkan perkataan-Nya dan menerima ke-10 perintah-Nya, umat berkata kepada Musa:

    'Berbicaralah engkau kepada kami, dan kami akan mendengarkan. Dan jangan biarkan

    Elohim berbicara kepada kami agar kami tidak mati' (Keluaran 20:19). Kemudian Musa naik

    ke atas gunung untuk berunding dengan Tuhan selama 40 hari. Mereka membuat patung anak

    lembu emas dan menyembahnya, dengan sengaja melanggar semua perintah dengan segala

    daya mereka untuk mengatakan kepada-Nya apa yang mereka pikirkan mengenai Dia.

    Kemarahan Tuhan memuncak di dalam diri-Nya. Berulangkali Ia mengancam akan

    menghancurkan mereka. 'Aku telah melihat bangsa ini; dan sungguh inilah bangsa yang tegar

    tengkuk. Dan sekarang tinggalkanlah Aku sendirian, dan biarlah murka-Ku tersulut terhadap

    mereka' (Keluaran 32:9-10). Tuhan yang pemurah dan benar diantara umat yang tidak kudus

    dan fasik konflik itu tidak terhindarkan. Bangsa itu tidak ingin mendekat kepada Tuhan.

    Oleh karena ketidakpercayaan mereka Ia membiarkan mereka berkelana dengan hanya sedikit

    makanan dan air selama 40 tahun di padang gurun. Walaupun Ia sangat mengasihi mereka,

    mereka sama sekali tidak ingin mendekat pada-Nya. Ketika hidup berdampingan secara dekat

    dengan mereka, keberdosaan mereka dan kebebalan hati mereka dengan keras bertentangan

    dengan kebenaran dan kekudusan-Nya.

    'Dan sekarang, hai Israel, apakah YAHWEH, Elohimmu, telah meminta sesuatu darimu

    selain takut akan YAHWEH, Elohimmu, dengan hidup menurut segala jalan-Nya, dan

    dengan mengasihi Dia, dan dengan melayani kepada YAHWEH, Elohimmu, dengan segenap

    hatimu dan dengan segenap jiwamu, dengan memelihara perintah-perintah YAHWEH dan

    ketetapan-ketetapan-Nya, yang aku perintahkan kepadamu pada hari ini agar baik bagimu'

    (Ulangan 10:12-13). Disini Musa menyatakan tujuan utama Tuhan sebuah hubungan

    mutual yang berdasarkan pada kasih dan ketaatan kepada-Nya. Walaupun Ia memerintahkan

    berbagai bentuk seremoni religius dan kewajiban-kewajiban agama untuk senantiasa

    setidaknya memberikan cara penyembahan formal kepada-Nya, mereka berbalik menentang-

    Nya. Dari kedalaman hati mereka, mereka tidak ingin mendekat kepada-Nya dalamkemurnian, kejujuran, kesetiaan dan kasih. Secara sederhana, mereka lebih suka kembali

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    11/26

    kepada perbudakan yang dulu mereka alami di Mesir daripada hidup dengan iman dalam

    kesetiaan-Nya dan mengijinkan Roh-Nya untuk menguji kedalaman hati dan jiwa mereka.

    Di satu sisi, setelah setiap hari makan manna yang Tuhan kirim untuk mereka dari surga, para

    penghasut yang ada di tengah-tengah mereka memiliki hawa nafsu rakus; dan bani Israel juga

    berbalik dan menangis serta berkata: 'Siapakah yang akan memberi kami makan daging?Kami ingat akan ikan yang kami makan di Mesir dengan cuma-cuma, akan mentimun dan

    semangka, juga bawang prei dan bawang merah serta bawang putih, tetapi sekarang selera

    kami kering. Tidak ada sesuatu apapun kecuali manna yang tampak' (Bilangan 11:4-6).

    Generasi-generasi berikutnya menghormati manna dengan devosi religius sebagai roti dari

    surga itu sendiri, tetapi orang Israel pada waktu itu hanya mengeluh kepada Musa 'kami jemu

    pada roti yang memuakkan ini' (Bilangan 21:5).

    Ketika mereka telah memasuki tanah Kanaan, tiang awan di atas tahta kemurahan

    menghilang. Tidak ada lagi manna yang dikirim dari surga untuk mereka makan setiap hari.

    Tuhan dapat melihat bahwa mereka tidak mampu menandingi atau merefleksikan kebenaran-

    Nya dan hanya dapat menerima murka dan penghakiman jika ia terus memanifestasikanhadirat-Nya dengan sangat jelas pada mereka. Maka ia membiarkan bangsa itu pergi, Ia tetap

    tinggal diantara umat-Nya, tetapi menarik hadirat-Nya dari mata jasmani mereka untuk

    menghindarkan konflik muka dengan muka lebih lanjut lagi. Dengan sabar Tuhan

    memperhatikan dan menunggu generasi-generasi berikutnya datang dan pergi. Beberapa abad

    kemudian Tuhan kembali membuat hadirat-Nya dirasakan diantara orang Israel. Seseorang

    bangkit dengan kasih yang menyala-nyala kepada Tuhan, seorang yang kuat yang dapat

    mempersatukan bangsa itu, dan Tuhan bergerak untuk berhubungan dengannya karena

    pengharapan-Nya bagi bangsa itu akan mulai terwujud.

    Daud: seorang yang ada dalam hati Tuhan

    Ketika Daud menjadi raja Israel, Tuhan berkata: 'Aku telah menemukan Daud, anak Isai,

    seorang yang sesuai dengan hati-Ku, yang akan melakukan segala kehendak-Ku' (Kisah Para

    Rasul 13:22). Ia tidak sedang berbicara mengenai religiositas Daud, penampilan luar, atau

    penghormatan kepada hari-hari raya agama, Ia sedang berbicara mengenai manusia batinnya

    jiwanya yang benar, kasih kepada Tuhan, karakter yang murni, ketulusan pribadi dan iman

    yang dalam. Daud mengekspresikan pengabdiannya kepada Tuhan dalam banyak mazmur

    yang ditulisnya. Ia adalah seorang yang mempunyai kelemahan dan kegagalan yang besar,

    namun di balik semua ini ia merindukan Tuhan dan senantiasa mengarahkan hatinya kepada-

    Nya. Ia berdoa: 'Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku

    merindukan Engkau ya Elohim. Jiwaku haus kepada Elohim, kepada Elohim yang hidup'(Mazmur 42:2-3).

    Dalam lagu pujian lainnya, Daud menyatakan: 'Aku mengasihi-Mu ya YAHWEH

    kekuatanku. YAHWEH adalah batu karangku, dan bentengku dan penyelamatku, Elohimku

    batu karangku, aku berlindung pada-Nya, perisaiku dan tanduk keselamatanku, menaraku

    yang tinggi. Aku akan berseru kepada YAHWEH, yang layak dipuji, maka aku diselamatkan

    dari musuh-musuhku' (Mazmur 18:2-4). Ia tidak sedang membaca dari sebuah buku doa, ia

    sedang mengekspresikan kedalaman keyakinannya kepada Tuhan. Ia mengetahui bahwa iman

    yang sejati berasal dari dalam jiwa yang berpaling kepada Tuhan. Ia tidak memproyeksikan

    penampakan luar kesalehannya kepada dunia di sekitarnya sedangkan di dalam dirinya ia

    tidak bersih. Ia rindu menjadi murni dalam pikirannya, perkataannya dan perbuatannya. Iaberseru: 'Selidikilah aku ya Elohim, dan kenalilah hatiku; ujilah aku dan ketahuilah

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    12/26

    pikiranku; dan lihatlah apakah ada jalan yang jahat dalam diriku; dan bimbinglah aku di jalan

    yang kekal' (Mazmur 139:23-24).

    Ketika ia benar-benar gagal ia menguji hatinya dan berdoa: 'Lihatlah Engkau menyukai

    kebenaran di dalam batin; dan di dalam bagian yang tersembunyi Engkau menyatakan hikmat

    kepadaku' (Mazmur 51:8). Dan ia terus memohon: 'Ya Elohim ciptakanlah bagiku hati yangbersih, dan baruilah dalam diriku roh yang diteguhkan. Jangan membuang aku dari hadirat-

    Mu, dan jangan mengambil Roh-Mu yang kudus daripadaku. Pulihkanlah padaku sukacita

    keselamatan-Mu, dan topanglah aku dengan roh kerelaan' (Mazmur 51:12-14).

    Sikap rendah hati yang sejati di hadapan Tuhan juga muncul saat doanya berlanjut: 'Kurban

    bagi Elohim adalah roh yang remuk, hati yang remuk dan patah ya Elohim, tidaklah Engkau

    pandang hina' (Mazmur 51:19). Daud dipilih untuk memimpin Israel karena hatinya lurus di

    hadapan Tuhan. Ia memahami iman yang sejati. Ia tahu bahwa iman yang sejati adalah

    keinginan untuk mengejar pembaharuan batin, suatu tanggapan kepada kesetiaan Tuhan yang

    sempurna. Ketika Tuhan memerintahkan Samuel untuk mengurapi Daud menjadi raja Israel,

    Ia berkata kepadanya: 'Sebab manusia tidak melihat apa yang Dia lihat. Sebab manusiamemandang penampilan lahiriah, tetapi YAHWEH memandang hati' (1 Samuel 16:7). Daud

    mengetahui dan memahami hal ini.

    Selama hidupnya Daud berjuang untuk mempersatukan bangsa Israel dalam penyembahan

    kepada satu Tuhan yang benar. Ketika ia dapat beristirahat setelah mengalahkan musuh-

    musuhnya, Daud berkata kepada nabi Natan: 'Lihatlah sekarang aku tinggal di sebuah rumah

    yang terbuat dari kayu aras, dan tabut Elohim ditempatkan dalam kemah. Lalu Natan berkata

    kepada raja, Semua yang ada dalam hatimu, pergi, berbuatlah! Sebab YAHWEH akan

    bersamamu' (2 Samuel 7:2-3). Daud mengusulkan untuk membangun rumah yang besar bagi

    Tuhan, untuk membawa orang Israel senantiasa bersama-sama menyembah Tuhan dimana

    kemuliaan-Nya berdiam. Tetapi Tuhan mengatakan kepada Natan untuk berbicara kepada

    Daud dan berkata: 'Apabila umurmu sudah genap dan engkau berbaring bersama dengan

    leluhurmu, maka Aku akan membangkitkan benihmu sesudah engkau, yang akan keluar dari

    kandung benihmu, dan Aku akan mengukuhkan kerajaannya. Aku akan menjadi Bapa

    baginya dan dia akan menjadi anak bagi-Ku' (2 Samuel 7:12-14). Tuhan mengatakan padanya

    bahwa anaknya akan membangun rumah yang dia usulkan dan mengakhiri dengan janji: 'Dan

    keluargamu serta kerajaanmu akan dikukuhkan di hadapanmu selamanya. Tahtamu akan

    dikukuhkan untuk selamanya' (2 Samuel 7:16).

    Sebagaimana Tuhan telah menjanjikan seorang anak kepada Abraham, Kini Ia juga berbuat

    yang sama kepada Daud. Salomo adalah anak yang dijanjikan dan setelah kematian ayahnyaia bersiap untuk membangun bait suci Yahudi yang pertama. Dalam generasi-generasi

    berikutnya, orang Israel menyadari bahwa Salomo adalah anak yang dijanjikan. Nubuat juga

    berbicara mengenai seorang Putrayang masih akan datang. Tuhan telah meyakinkan Daud

    bahwa anak yang dijanjikan akan memerintah atas kerajaannya untuk selamanya. Ketika

    Salomo wafat orang mulai menyadari bahwa nubuat itu hanya akan digenapi sepenuhnya

    ketika Putra Daud yang lebih besar tiba dan mereka menantikan hari itu. Tuhan telah

    mengatakan kepada Daud bahwa putra Daud yang lebih besar yang akan datang adalah putra

    kandungnya sendiri.Tuhan juga menambahkan bahwa 'Aku akan menjadi Bapanya, dan ia

    akan menjadi anak-Ku'.

    Nubuat ini ditemukan dalam kitab suci orang Yahudi (Perjanjian Lama), bukan dalam kitab-kitab orang Kristen yang muncul kemudian. Sama seperti orang Muslim, orang Yahudi tidak

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    13/26

    pernah percaya bahwa Tuhan mempunyai Anak, tapi disini, dalam salah-satu kitab mereka

    sendiri (2 Samuel) yang dihormati sebagai Firman Tuhan oleh semua orang Yahudi dari

    generasi ke generasi sejak kitab itu ditulis, janji Tuhan bahwa anak-Nya sendiri akan datang

    ke dalam dunia untuk menegakkan kerajaan-Nya yang abadi dengan jelas dinubuatkan. Janji

    itu ditegaskan dalam bagian lain dalam kitab suci: 'Dia akan berseru kepada-Ku, ya Bapaku,

    Engkaulah Elohimku, dan gunung batu keselamatanku. Dan Aku akan menjadikannya anaksulung, lebih tinggi daripada raja-raja di bumi. Untuk selamanya Aku akan memelihara

    baginya kebaikan-Ku dan perjanjian-Ku yang diteguhkan kepadanya. Dan aku telah

    menetapkan keturunannya selamanya, dan tahtanya seperti umur langit' (Mazmur 89:27-30).

    Kutipan ini juga berasal dari kitab-kitab inti yang lain dari Kitab Suci Yahudi, yang ditulis

    seribu tahun sebelum kekristenan dimulai.

    Keduanya menjanjikan seorang anak yang akan datang, kepada Abraham dan Daud, yang

    akan datang tiba-tiba tanpa disangka-sangka atau diantisipasi. Ketika anda membaca Kitab

    Suci Yahudi anda akan terpesona melihat betapa dahsyatnya kedua nubuat itu karena apa

    yang ada di depan mata mereka tidak mereka sadari sebagai petunjuk akan apa yang akan

    datang. Tuhan memilih satu saat yang tepat untuk menyampaikan hal-hal yang akan datangsebagai tujuan-Nya untuk umat manusia dan rencana penebusan yang akan diungkapkan-

    Nya.

    Ketika Salomo telah menyelesaikan pembangunan Bait Suci dan para imam keluar dari

    dalamnya setelah menempatkan tabut perjanjian di ruang maha kudus: 'awan memenuhi bait

    YAHWEH, dan para imam itu tidak dapat berdiri untuk melayani oleh karena awan itu, sebab

    kemuliaan YAHWEH telah memenuhi bait YAHWEH' (1 Raja-raja 8:10-11). Sekali lagi

    Tuhan memanifestasikan hadiratNya di depan mata bangsa itu seperti yang telah dilakukan-

    Nya ketika Musa telah menyelesaikan pembangunan tabernakel di padang belantara. Islam

    tidak mempunyai apapun yang dapat dibandingkan dengan hal ini.

    Selama 40 tahun, saat orang Israel berkelana di padang gurun oleh karena ketidakpercayaan

    mereka, bangsa itu diambil dari lingkungannya yang subur dan tidak diberikan apa-apa selain

    manna untuk dimakan dan air minum. Orang-orang bersungut di bawah tekanan Tuhan saat

    Tuhan menguji mereka dengan keras untuk melihat apakah mereka akan setia kepada-Nya

    atau tidak. Ia memproyeksikan kebenaran-Nya dengan kuat pada mereka, ketika mereka tidak

    menaati-Nya, Ia langsung bereaksi dengan mengirim tulah dan api ke perkemahan mereka.

    Namun kini, Tuhan memberikan bangsa itu 40 tahun kedamaian dan kesejahteraan yang tidak

    ada bandingnya. Kali ini Ia membiarkannya, Ia bersukacita karena perjanjian yang telah

    dibuat-Nya dengan Musa akhirnya akan terwujud. Harapan-Nya terhadap bangsa itu telahmemuncak dan Ia mengijinkan mereka untuk mengalami sukacita besar. Bahkan musuh-

    musuh Israel berdamai dengan Israel. Ini adalah masa keemasan, sebuah simbol damai dan

    kemuliaan surgawi yang akan datang. 'Dan raja membuat perak di Yerusalem seperti

    banyaknya batu-batu, dan dia membuat pohon aras seperti pohon ara yang ada di dataran

    rendah banyaknya' (1 Raja-raja 10:27).

    Sayangnya bulan madu tidak berlangsung lama. Salomo gagal untuk memfokuskan imannya

    kepada Tuhan dan berpaling kepada kehebatan materi. Ia menikahi wanita-wanita asing yang

    memperkenalkan kebiasaan penyembahan berhala kepada bangsa itu. Salomo 'telah berpaut

    kepada mereka dengan cinta' (1 Raja-raja 11:2). Ketika ia menjadi tua, istri-istrinya

    'membelokkan hatinya kepada ilah-ilah lain, dan hatinya tidak sepenuhnya berpaut kepadaYAHWEH, Elohim, seperti Daud ayahnya' (1 Raja-raja 11:4). Setelah kematian Salomo,

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    14/26

    bangsa itu segera terbagi menjadi dua karena orang Yehuda mengikuti Rehabeam, anak

    Salomo, sebagai raja mereka, sedangkan suku-suku Israel di utara mengikuti Yerobeam yang

    menempatkan dua patung anak lembu emas di Dan dan Bethel untuk mengalihkan orang dari

    menyembah Tuhan di Yerusalem (1 Raja-raja 12:28-29).

    Tuhan berkata kepada Yerobeam: 'engkau telah melakukan yang jahat lebih dari semua orangyang mendahului engkau dan telah pergi dan membuat bagimu ilah lain dan patung-patung

    tuangan sehingga membangkitkan amarah-Ku, bahkan engkau telah membelakangi Aku' (1

    Raja-raja 14:9). Sederetan raja-raja jahat memimpin suku-suku Israel dalam semua bentuk

    penyembahan berhala dan kejahatan. Sejarah Yehuda juga memprihatinkan beberapa

    rajanya seperti Ahaz sama jahatnya dengan raja-raja Israel sementara yang lainnya seperti

    Yosafat tetap menjaga umat itu setia kepada Tuhan, tetapi tidak membutuhkan waktu yang

    lama bagi Yehuda untuk juga mengalami kejatuhan dan membuat Tuhan sangat marah.

    Harapan-Nya untuk bangsa itu telah sirna. Ia sangat murka pada mereka. Bisa saja Ia

    memanggil Israel dan semua bangsa di dunia, yang telah lama meninggalkan penyembahan

    kepada Tuhan untuk menjalani hari penghakiman terakhir. Tetapi Ia tidak melakukannya.Tuhan yang maha setia, yang kasih-Nya kepada umat-Nya juga telah memuncak,

    mempertimbangkan kemungkinan untuk membawa umat-Nya ke dalam hubungan pribadi

    yang lebih mendalam dengan-Nya. Ia mencari alternatif lain selain penghukuman. Apa yang

    harus dilakukan-Nyamenghakimi atau menebus? Kasih-Nya yang membara membuat-Nya

    memilih penebusan, tapi tidak setelah mempertimbangkan dengan mendalam harga yang Ia

    sendiri harus bayar untuk mencapai tujuan-Nya.

    Yeremia dan Yehezkiel; janji mengenai ikatan perjanjian yang baru

    Tidak kurang dari 17 dari 39 kitab dalam kitab suci Yahudi berasal dari jaman Salomo dan

    Daud. Tulisan-tulisan pada jaman ini, kecuali kitab Yunus, semuanya adalah kitab-kitab para

    nabi. Kitab-kitab itu penuh dengan nubuat mengenai masa depan dan fokus pada wahyu

    Tuhan yang lebih meluas dan klimaks menuju puncaknya. Namun beberapa kutipan dari

    kitab-kitab itu menunjukkan betapa dalamnya kemarahan Tuhan terhadap umat-Nya yang

    secara konsisten terus menolak Dia pada waktu itu.

    'Murka-Ku menyala-nyala terhadap yang menggembala, dan Aku akan memberi hukuman'

    (Zakharia 10:3). Kemudian Ia berkata: 'Celakalah mereka, karena mereka telah melarikan

    diri dari pada-Ku! Binasalah mereka, karena mereka telah memberontak melawan Aku.

    Meskipun Aku hendak menebus mereka, mereka masih berdusta melawan Aku' (Hosea

    7:13).Sekali lagi Ia mengatakan:'Sebab Aku telah mengetahui betapa sering pelanggaranmu,dan betapa banyak dosamu...Aku membenci, Aku memandang rendah hari-hari rayamu dan

    Aku tidak akan senang dengan pertemuan-pertemuan khidmatmu' (Amos 5:12,21).

    Namun bukan saja kemarahan yang membuat Tuhan berbicara dengan sangat keras, tapi juga

    duka mendalam karena bangsa yang telah dipilih-Nya dan kasihi dengan sangat mendalam

    telah dengan dinginnya menyingkirkan-Nya seperti yang kita lihat berikut ini: 'Seperti buah-

    buah anggur di padang belantara Aku telah menemukan Israel; seperti buah sulung pertama

    di pohon ara Aku telah melihat nenek moyangmu. Mereka telah datang ke Baal Peor dan

    mengabdikan diri kepada kehinaan. Dan mereka telah menjadi kebencian sama seperti

    kecintaannya' (Hosea 9:10). Oleh karena itu Tuhan berkata: 'Oleh karena kejahatan

    perbuatan-perbuatan mereka, Aku akan menghalau mereka keluar dari rumah-Ku. Aku tidakakan mengasihi mereka lagi. Semua pemimpin mereka adalah pemberontak' (Hosea 9:15).

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    15/26

    Tetapi di antara kedua kutipan ini, yang hanya merupakan suatu seleksi dari sejumlah

    pernyataan penghukuman, ada sejumlah besar teks yang sama dimana Tuhan mengumumkan

    kasih-Nya yang membara untuk umat-Nya dan keinginanNya untuk menebus mereka. 'Dan

    Aku akan memperkuat kaum Yehuda, dan Aku akan membuat kaum Yusuf selamat, dan Aku

    akan membawa mereka pulang kembali, karena aku berbelas-kasihan kepada mereka. Dan

    mereka akan menjadi seperti yang tidak pernah Ku-tolak, karena Akulah YAHWEH, Elohimmereka, dan Aku akan menjawab mereka' (Zakharia 10:6). Sekali lagi Ia berkata: 'Hati-Ku

    telah berbalik di dalam diri-Ku; belas kasihan-Ku berkobar bersama. Aku tidak akan

    melaksanakan kepanasan murka-Ku; Aku tidak akan kembali untuk menghancurkan Efraim.

    Sebab Aku adalah Elohim dan bukan manusia, Yang kudus di tengah-tengahmu. Dan Aku

    tidak akan melanda ke dalam kota' (Hosea 11:8-9). Banyak ayat lainnya yang menunjukkan

    emosi Tuhan dari kedalaman hati-Nya dan yang menjadi semakin intensif. Ia mengasihi

    umat-Nya dan belaskasih-Nya kepada mereka telah tiba di titik yang menentukan, tetapi

    murka dan kemarahan-Nya terhadap dinginnya hati mereka juga telah memuncak.

    Ini bukan hanya sekadar melempar koin dan mengundi siapa yang akan menang. Dalam

    keseluruhan Alkitab kita dapat menemukan bahwa sikap Tuhan terhadap dosa tidak dapatdiubah. Ia tidak memandang dosa yang dibuat manusia tidak lebih dari kesalahan, kelalaian,

    atau kecerobohan yang dapat dengan mudahnya diampuni. Semua itu bertentangan dan

    menghina kekudusan-Nya. Sejak pertama kali Adam dan Hawa memberontak terhadap

    Tuhan, Ia telah mempelakukan keberdosaan manusia sebagai sebuah kondisi pemberontakan.

    Hal itu menunjukkan bahwa manusia tidak sungguh-sungguh mengasihi-Nya, bahwa hati

    mereka dingin terhadap-Nya, dan bahwa mereka sama sekali tidak berminat untuk memasuki

    suatu hubungan yang akrab dengan-Nya dimana Roh-Nya bebas untuk menyelidiki

    kedalaman diri mereka dan membersihkan jiwa mereka. Ketaatan kepada jadwal doa yang

    telah ditentukan, melaksanakan puasa, pengakuan formal akan ritual-ritual dan upacara-

    upacara agama tidak dapat mengkompensasikan hati yang dingin terhadap-Nya. Kesalehan

    beragama seperti itu juga tidak dapat membuktikan adanya ketaatan yang berasal dari dalam

    hati.

    Ke-17 kitab yang ditulis pada masa krusial dalam sejarah Israel menunjukkan bagaimana

    perasaan Tuhan terhadap dosa manusia. Berikut ini adalah penilaian dasar Tuhan mengenai

    kondisi manusia: 'Hati yang penuh dusta melebihi semua yang sulit disembuhkan, siapakah

    yang dapat mengetahuinya? Aku YAHWEH yang menyelidiki hati, dan menguji pikiran

    manusia, untuk membalas kepada setiap orang sesuai dengan tingkah-lakunya dan sesuai

    dengan hasil perbuatannya' (Yeremia 17:9-10). Dua kutipan lain dari kitab-kitab yang ditulis

    pada waktu itu menceritakan tentang kekudusan Tuhan yang sempurna dan menunjukkan

    mengapa dosa membuat Dia marah dan mengapa dosa tidak dapat dengan mudahnyadiampuni: 'Elohim Yang Maha Kudus telah terbukti kudus dalam kebenaran' (Yesaya 5:16).

    Dan 'Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan tidak dapat memandang kelaliman'

    (Habakuk 1:13).

    Alkitab menunjukkan bahwa walaupun Tuhan mempunyai banyak atribut (seperti yang

    disebutkan dalam ke-99 nama Tuhan yang ada dalam Islam), ada dua yang paling menonjol.

    Sifat dasar-Nya adalah benar, itu adalah inti dari keberadaan-Nya. Sikap dan tindakan

    berdosa bertentangan dengan kebenaran Tuhan dan seperti dalam banyak catatan yang

    menunjukkan hari-hari pertama hubungan Tuhan dengan manusia, dosa diikuti dengan

    penghukuman yang mengerikan. Satan dan para malaikatnya yang turut jatuh dibuang ke

    dalam jurang yang dalam dan tidak pernah diampuni atau dibebaskan (2 Petrus 2:4), semuaanak sulung di Mesir dibunuh dalam semalam karena penolakan bangsa itu kepada Tuhan

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    16/26

    (Keluaran 12:29), sementara banyak orang Israel dibuang ke padang gurun ketika mereka

    menentang Musa dan menghina Tuhan (Bilangan 11:33, 16:35).

    Karakter Tuhan yang berikutnya adalah kasih-Nyayang sangat dalam terpatri di dalam diri-

    Nya sehingga Alkitab mengumumkan 'Tuhan adalah kasih' (1 Yohanes 4:8). Namun

    sementara kebenaran-Nya adalah yang merupakan inti dari keberadaan-Nya dengan segeraterlihat oleh mereka yang yang menghina-Nya di waktu-waktu lalu, kasih-Nya nampaknya

    memerlukan waktu untuk bertumbuh, berkembang dari kedalaman diri-Nya. Ini bukanlah

    kasih sayang yang bersifat natural bagi umat-Nya, namun sebuah hasrat mendalam untuk

    kesejahteraan terbaik mereka dengan tidakmempedulikankejahatan mereka kepada-Nya. Ini

    adalah kasih yang kuat untuk dunia yang secara konsisten terbukti tidak bisa dikasihi. Pada

    masa Yeremia dan Yehezkiel hal itu sudah mencapai puncaknya, dan walaupun Tuhan

    menurut keadilan-Nya dapat menghukum semua manusia oleh karena keberdosaannya, tetapi

    Ia lebih memilih untuk mengekspresikan kepenuhan kasih-Nya kepada mereka, membuat

    suatu pernyataan yang sangat penting yang akan mempertajam sikap-Nya terhadap umat

    manusia sepanjang masa: 'Aku telah mengasihimu dengan kasih yang kekal, oleh karena itu

    Aku telah menarik engkau dengan kasih setia' (Yeremia 31:3). Setelah refleksi dan keputusanbatin yang intens, Ia memutuskan untuk terus maju dan hampir saja mengumumkan

    bagaimana Ia berencana untuk mengubah hubungan antara Tuhan dengan manusia

    sepenuhnya dan membawa kedua belah pihak ke dalam sebuah cara yang baru, menyatukan

    mereka berdua dalam sebuah persekutuan yang sempurna, niat baik, pengenalan pribadi dan

    persahabatan mutual.

    Tuhan mengatakan: 'Lihatlah, hari-hari itu tiba, firman YAHWEH, bahwa Aku akan

    mengikat suatu perjanjian baru dengan isi rumah Israel, dan dengan isi rumah Yehuda, bukan

    seperti perjanjian yang telah aku ikat dengan leluhur mereka pada waktu Aku memegang

    tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir, yang terhadap perjanjian-Ku

    itu mereka telah memutuskannya, walaupun Aku telah menjadi suami bagi mereka, firman

    YAHWEH. Tetapi ini akan menjadi perjanjian yang Aku ikat dengan isi rumah Israel, setelah

    hari-hari itu, firman YAHWEH, aku akan meletakkan torat-Ku di dalam batin mereka, dan

    Aku akan menuliskannya di dalam hati mereka, dan aku akan menjadi Elohim mereka, dan

    mereka akan menjadi umat-Ku. Dan masing-masing mereka tidak akan lagi mengajar

    sesamanya, dan seorang terhadap saudaranya, dengan mengatakan: Kenallah akan

    YAHWEH, karena mereka semua akan mengenal Aku, dari yang terkecil bahkan sampai

    yang terbesar, diantara mereka, firman YAHWEH, karena Aku akan mengampunkan

    kesalahan kepada mereka, dan tidak akan mengingat dosa-dosa mereka lagi' (Yeremia 31:31-

    34penekanan ditambahkan).

    Janji ini tidak seperti biasanya Tuhan memberikan umat-Nya sebuah motivasi ilahi dan

    kuasa dari dalam hati untuk menaati hukum-hukum-Nya yang kudus, membuka pintu untuk

    semua umat-Nya untuk mengenal-Nya secara pribadi, dan menjamin bahwa Ia akan

    mengampuni semua dosa mereka sekarang juga. Ini bukanlah akhirnya. Melalui nabi

    Yehezkiel Tuhan meneruskan: 'Aku juga akan memberikan kepadamu hati yang baru, dan

    Aku akan menaruh roh yang baru di dalam kamu. Dan Aku akan menjauhkan hati batu dari

    tubuhmu, dan Aku akan memberikan kepadamu hati daging. Aku akan menaruh Roh-Ku di

    dalam kamu, dan akan membuat engkau berjalan dalam ketetapan-ketetapan-Ku, dan engkau

    akan memelihara peraturan-peraturan-Ku, dan melakukannya' (Yehezkiel 36:26-27). Dan Ia

    menambahkan: 'Dan mereka tidak akan dinajiskan lagi dengan berhala-berhala mereka atau

    ilah-ilah mereka yang menjijikkan, ataupun dengan segala pelanggaran mereka. Namun Akuakan melepaskan mereka keluar dari segala tempat tinggal mereka, yang didalamnya mereka

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    17/26

    telah melakukan dosa; dan Aku akan menahirkan mereka. Dan mereka akan menjadi suatu

    umat bagi-Ku' (Yehezkiel 37:23). Tidak seperti perjanjian yang pertama, dimana Tuhan

    secara konsisten telah memerintahkan umat-Nya dengan 'kamu harus' dan 'janganlah kamu',

    dan mewajibkan mereka untuk benar-benar menaati-Nya, kini Ia secara konsisten

    mengatakan 'Aku akan, Aku akan, Aku akan', sehingga mewajibkan diri-Nya sendiri untuk

    menjamin bahwa umat-Nya akan merespon dengan kesetiaan kepada-Nya.Iman yang Sejatitelah mencapai puncaknya. Kesetiaan Tuhan telah melangkah sangat jauh menjamin iman

    orang-orang yang mau berjalan memasuki pintu-Nya yang terbuka untuk masuk ke dalam

    hubungan pribadi yang lebih mendalam dengan-Nya.

    Namun demikian, para malaikat di surga pasti bertanya-tanya, bagaimanakah Ia akan

    meneruskan undangan yang terbuka ini dan merekonsiliasi kebenaran-Nya yang sempurna

    yang berseberangan dengan keberdosaan manusia. Bagaimanakah kebenaran sempurna

    akhirnya dapat memberikan anugerah dan kemurahan sempurna? Bagaimana mungkin Tuhan

    memberikan sebuah jaman keemasan yang baru kepada umat-Nya yang adalah pendosa berat,

    memberikan mereka pengampunan sehingga mereka dapat hidup dalam hubungan yang

    sangat kudus dengan-Nya sejak sekarang dan mengenal-Nya dari kedalaman hati mereka?Pendek kata, bagaimana mungkin Roh Kudus Tuhan dapat berdiam dengan nyaman dalam

    hati manusia yang tidak kudus? Tuhan menjawab mereka: 'Aku akan menampilkan hamba-

    Ku, Sang Tunas, ...Aku yang akan menghapuskan kesalahan negeri itu dalam satu hari'

    (Zakharia 3:8-9penekanan ditambahkan).

    Selama berabad-abad Ia telah merindukan umat-Nya untuk meresponi-Nya, mendekat

    kepada-Nya dan menaati perintah-Nya dari kedalaman hati mereka. Tetapi seiring dengan

    bertambahnya penolakan mereka, kasih-Nya bertumbuh hingga menginginkan sebuah

    persekutuan yang intim dengan mereka dan bukan hanya hubungan antara tuan dan hamba.

    Tuhan tahu bahwa satu-satunya cara agar Ia dapat menjembatani jurang antara karakter-Nya

    yang kudus sempurna dengan keberdosaan manusia yang tidak kudus akan mengharuskan-

    Nya membayar harga untuk memuaskan murka-Nya dan menegakkan kebenaran-Nya. Ia

    berjanji untuk mengirim seorang pembebas yang disebut-Nya Sang Tunas, yang akan

    membawa penebusan kepada umat manusia dalam satu hari. Tetapi jelas bahwa sang

    pembebas ini harus datang dari diri-Nya sendiri jika Ia harus benar-benar membayar harga

    mahal yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan pengampunan Tuhan bagi umat dan untuk

    melakukannya hanya dalam waktu beberapa jam.

    Tuhan mengingat kembali janji-Nya kepada Daud bahwa Ia akan memberikannya seorang

    putra yang akan memerintah atas kerajaannya selamanya. Ingatlah bahwa Tuhan berkata 'aku

    akan menjadi Bapanya dan ia akan menjadi anak-KU' (1 Samuel 7:14). Juga ingatlah sepertiyang telah ditunjukkan sebelumnya ini tidak berasal dari teks asli Kristen, namun ada

    dalam kitab suci Yahudi yang ditulis berabad-abad lalu sebelum era Kristen. Hal yang

    penting disini adalah bahwa Tuhan berkehendak untuk memberikan putra-Nya sendiri untuk

    mencapai tujuan-Nya yang tertinggipengudusan sempurna terhadap semua orang yang mau

    percaya kepada-Nya demi pengampunan dosa-dosa mereka dan dengan itu, memperoleh

    hidup kekal. Apa yang kita lihat disini adalah tujuan Tuhan yang tertinggi untuk

    menempatkan manusia ke dalam hubungan yang sedekat mungkindan apa yang telah siap

    dilakukan-Nya untuk mencapai hal ini. Pendek kata, Tuhan berkehendak mengutus putra-Nya

    sendiri demi keselamatan dunia sehingga kita tidak lagi menjadi hamba-hamba yang tidak

    berharga tetapi menjadi anak-anak tebusan Tuhan dan ahli waris kerajaan-Nya yang kekal.

    Tuhan rela memasuki bagian tergelap dalam dunia manusia sehingga kita dapat melihatterang-Nya yang penuh kemuliaan.

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    18/26

    Setelah melewati apa yang merupakan pengalaman yang sangat menyakitkan ketika

    mengambil keputusan untuk merobek hati-Nya demi menebus kita, Tuhan mengijinkan diri-

    Nya sendiri untuk mengambil waktu sejenak untuk menikmati hasil akhirnya. Dengan

    sukacita dan kelegaan besar Ia berkata: 'Dan mereka akan menjadi umat-Ku, dan Aku akan

    menjadi Elohim mereka. Dan aku akan memberikan mereka satu hati, dan satu jalan, supaya

    mereka takut kepada-Ku sepanjang waktu, untuk kebaikan mereka dan anak-anak mereka,sesudah mereka. Aku akan mengikat suatu perjanjian yang kekal dengan mereka, bahwa aku

    tidak akan meninggalkan mereka, dengan melakukan kebaikan kepada mereka, namun di

    dalam hati mereka Aku akan menaruh rasa takut kepada-Ku, supaya mereka tidak menjauh

    dari pada-Ku. Aku akan bersukacita atas mereka dengan melakukan kebaikan kepada mereka,

    dan akan sungguh-sungguh menanam mereka di negeri ini dalam kebenaran, dengan segenap

    hatiku dan dengan segenap jiwa-Ku' (Yeremia 32:38-41penekanan ditambahkan). Ia terus

    menegaskan pengampunan sempurna terhadap dosa-dosa mereka sehingga mereka dapat

    mengenal-Nya secara pribadi dan hidup dalam sukacita besar bagi pujian dan kemuliaan-

    Nya: 'Aku akan membersihkan mereka dari semua kesalahan yang mereka telah berdosa

    terhadap Aku, dan Aku akan mengampunkan semua kesalahan yang mereka telah berdosa

    terhadap Aku, dan yang mereka telah memberontak terhadap Aku' (Yeremia 33:8). Marilahkita terus membahas mengenai masa perjanjian baru yang penuh kemuliaan yang telah Tuhan

    janjikan.

    Yesus Kristus: Anak Daud, Anak Abraham

    Kekristenan memiliki pandangan yang sangat pesimistik tentang keberadaan manusia

    berdasarnya naturnyabahwa manusia diikat dengan dosa dan diperhamba olehnya sampai

    pada tingkatan dimana mereka tidak sanggup membebaskan diri mereka tetapi pada sisi

    yang lain, kekristenan memiliki pandangan yang sangat optimistik mengenai bisa menjadi

    seperti apakah pria dan wanita anak-anak Tuhan, yang dilahirkan dari Roh KudusNya,

    ditransformasikan ke dalam gambar diriNya, dan mewarisi kemuliaanNya dalam kekekalan.

    Namun ketika penebusan Tuhan yang dahsyat itu datang untuk meraih kesemuanya ini,

    manusia ciptaanNya itu salah mengartikanNya dan misiNya yang hingga hari ini masih terus-

    menerus ditolak oleh jutaan orang yang hidup dalam dunia.

    Ke 17 karya profetis ditulis pada masa ketika Tuhan menjanjikan datangnya Perjanjian Baru

    yang merupakan klimaks dari pewahyuan Tuhan kepada orang-orang Yahudi. Janji akan

    kedatangan seorang Mesias, seorang Penebus, akan menjadi pengharapan akhir dan yang

    paling tinggi dimana tujuan Tuhan bagi manusia akan digenapi. Setelah kitab-kitab ini, tak

    ada yang baru yang mengikutinya. Semuanya diam selama masa 400 tahun. Pada saat Yesus

    dilahirkan, bangsa Israel tengah menantikan dengan kerinduan yang sangat besar akandatangnya seorang Mesias. Periode diam yang sama, yaitu sekitar 400 tahun, juga mengikuti

    janji Tuhan kepada Abraham sebelum Perjanjian yang Pertama diperkenalkan melalui Musa.

    Masa bagi pemberlakuan Perjanjian Baru sekarang telah tiba. Israel menanti-nanti dengan

    cemas dan berharap bahwa Mesias akan datang pada saat itu. Namun ketika Ia datang, hanya

    sedikit orang yang mengakuiNya sementara bangsa itu secara keseluruhan tidak

    memahamiNya dan yang paling buruk lagi, menentang dan menolakNya.

    Tuhan telah menjanjikan kepada Daud seorang anak yang akan memerintah atas kerajaannya

    untuk selama-lamanya. Ketika suatu hari Yesus bertanya kepada orang Yahudi: 'Menurutmu

    siapakah Kristus itu? Anak siapakah Dia? Mereka menjawab "anak Daud' (Matius 22:42).

    Salomo, anak Daud, merupakan raja yang paling kaya dan berkuasa. Pada masa iamemerintah, Israel menguasai dunia yang ada di sekelilingnya. Juga ada damai pada masa itu.

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    19/26

    Bangsa itu sekarang merindukan datangnya seorang raja yang baru yang akan membawa

    pemerintahan yang sama dan merupakan seorang yang tidak akan pernah berakhir. Mereka

    berharap bahwa raja Mesias mereka akan membuat bangsa Yahudi menjadi bangsa yang

    paling kuat dan berpengaruh di bumi. Tetapi mereka melupakan satu poin yang sangat

    pentingdan tidak ada kata maaf untuk kekeliruan mereka. Tuhan telah menjanjikan kepada

    patriakh lainnya seorang anak, lama sebelum era Daud dan Salomo, yang juga merupakangambaran akan datangnya seorang Anak yang lebih agung dan mereka harus memberikan

    perhatian yang lebih besar kepadanyasebab ia akan muncul terlebih dahulu.

    Anda tidak perlu harus melihat jauh ke dalam kitab suci Kristen (Perjanjian Baru) untuk

    menemukan siapakah dia. Cukup dengan membaca ayat pertama dari Injil yang pertama yaitu

    Matius. Dalam Teks pembuka dari semua Alkitab Kristen, ditulis: 'Kitab silsilah YESUS

    Kristus, anak Daud, anak Abraham' (Matius 1:1). Yang pertama yang harus mereka antisipasi

    adalah Anak Abraham. Yang pertama kita terlebih dahulu melihat anak yang dijanjikan

    Tuhan kepada Abraham, yang bernama Ishak, anak laki-laki dari istrinya Sarah. Ketika

    Abraham membawanya untuk naik ke atas gunung Moria untuk mengorbankannya, Ishak

    berkata kepadanya 'Di sini ada api dan kayunya, tetapi dimanakah domba untuk persembahanbakaran itu?' (Kejadian 22:7). Abraham menjawab 'Elohim akan melihat domba untuk

    persembahan bakaran bagi-Nya, anakku' (Kejadian 22:8). Kata yang dipakai dalam bahasa

    Ibrani memberikan penekanan yang lebih kuat diterjemahkan sebagai berikut: 'Tuhan akan

    memberikan dari diriNya sendiri anak domba untuk korban bakaran.' Pada hakekatnya

    Abraham mengatakan kepada Ishak, 'Anakku, sebenarnya engkaulah yang harus

    dikorbankan, tetapi teguhkanlah hatimu. Engkau hanyalah sebuah simbol dari sesuatu yang

    akan datang. Suatu hari kelak Tuhan akan memberikan dari diriNya sendiri anak domba

    sebagai korban bakaran.'

    Yohanes Pembaptis (dalam Islam disebut Yahya), memandang kepada Yesus ketika suatu

    hari Yesus tengah berjalan; dan ia memproklamirkan 'Lihatlah anak domba Elohim, yang

    menghapuskan dosa seluruh dunia!' (Yohanes 1:29). Melalui kalimat ini Yohanes sedang

    mengidentifikasikan domba yang telah dikatakan oleh Abraham. Pada hari lainnya Yesus

    sendiri berkata kepada orang-orang Yahudi yang tengah berdebat denganNya: 'Abraham,

    bapakmu, bergembira karena dia dapat melihat hari-Ku, dan dia telah melihatnya dan

    bersukacita' (Yohanes 8:56). Ia dengan jelas memahami dalam pikirannya apa yang telah

    dikatakan oleh Abraham ketika ia mengatakan 'Tuhan akan menyediakan sendiri anak domba

    untuk korban bakaran, ya anakku.'

    Abraham telah meramalkan seluruh Injil Kristen. Ishak dilahirkan dari Roh dalam keadaan

    yang unik, jadi Abraham mengetahui bahwa Putra Elohim akan dilahirkan secara unik juga(Yesus dilahirkan oleh seorang perawan). Abraham merencakan untuk mempersembahkan

    Ishak, tahu bahwa Putra Elohim pun akan dipersembahkan juga. Abraham meyakini bahwa

    Ishak akan dibangkitkan dari kematian. Dengan melakukan hal ini, ia menubuatkan

    kebangkitan Putra Elohim. Tidak mengherankan bagaimana Alkitab mengatakan bahwa

    Alkitab 'telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham' (Galatia 3:8).

    Ketika pertanyaan berikut ditanyakan "Apakah pemberian terbesar yang pernah Tuhan

    berikan untuk menunjukkan kasihNya kepada anda?" Maka seseorang mungkin akan berkata

    'kesehatanku', yang lain 'anak-anakku', dan yang lainnya lagi mungkin berkata 'Ia menjawab

    doa-doaku dan menolongku ketika aku ada dalam situasi yang sangat sulit.' Semuanya itu

    adalah jawaban-jawaban yang baik karena mereka memperlihatkan kebaikan Tuhan dalammemenuhi kebutuhan-kebutuhan kita. Tetapi semua jawaban itu sama sekali tidak membuat

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    20/26

    Tuhan harus mengeluarkan sesuatu, karena semuanya itu tidak membuktikan kedalaman

    kasih di dalam hati Tuhan kepada kita. Tetapi Ia harus memberikan PutraNya untuk mati bagi

    kita supaya kita bisa menerima hidup yang kekal sebagai sebuah anugerah, diampuni dari

    dosa-dosa kita dan dimampukan untuk mengenal Tuhan secara pribadi. Inilah anugerah

    terbesar yang pernah Ia berikan sebab anugerah ini menyebabkan Tuhan harus

    mengeluarkan harga yang sangat mahal dari dalam diriNya sendiri. Dan inilah yangsesungguhnya terjadi ketika Yesus datang ke dalam dunia! Sebagai salah seorang dari murid-

    muridNya yang paling terkenal, rasul Paulus mengatakan demikian: 'Dia yang sungguh-

    sungguh tidak menyayangkan Putra-Nya sendiri, melainkan Dia telah menyerahkan-Nya

    ganti kita semua, bagaimana Dia tidak akan menganugerahkan segala sesuatu kepada kita

    bersama dengan Dia?' (Roma 8:32)

    Inilah harga tertinggi yang harus disediakan Tuhan untuk membayar harta tertinggi yang ia

    cari yaitu umat yang kudus, diampuni dosa-dosanya, dimana RohNya bisa diam di

    dalamnya dengan nyaman. Ketika Yesus mati di atas kayu salib, murka Tuhan terhadap dosa-

    dosa semua mereka yang sepenuhnya percaya kepadaNya telah dipuaskan. Masalah dosa dan

    kekudusan, yang menyebabkan trauma pada masa Musa dan pada masa generasi-generasiyang muncul setelah Musa, kini telah diselesaikan. Pintu telah dibukakan bagi penggenapan

    semua hal-hal indah yang Tuhan telah janjikan melalui Yeremia dan Yehezkiel.

    Orang Kristen sejati seharusnya tidak hanya mempercayai Tuhan, sebab jika demikian maka

    mereka tidak memiliki pesan yang khusus bagi saudara-saudara Muslim mereka yang juga

    meyakini konsep monoteisme. Tetapi mereka memiliki sebuah pesan yang sangat spesial bagi

    semua orang yang diam di bumi termasuk orang-orang Muslim. Yesus Kristus, Putra Elohim,

    telah menggenapi pengharapan dari semua orang percaya sejati ketika ia menyerahkan

    nyawaNya bagi penebusan mereka. Habel mengorbankan darah domba miliknya sebagai

    simbol pengharapan pada keselamatan Tuhan yang akan datang. Abraham dipersiapkan untuk

    mempersembahkan putranya dan membagikan darahnya sebagai sebuah bayangan dan

    gambar dari kasih Tuhan yang agung yang akan melakukan hal yang sama sebagai balasan

    untuk apa yang telah ia perbuat. Musa memerintahkan setiap keluarga Israel untuk

    memercikkan darah anak domba di ambang-ambang pintu rumah mereka, sebagai simbol

    penyaliban Putra Elohim yang kelak akan datang membawa pembebasan yang kekal.

    Pesan kita kepada orang-orang Muslim dan kepada seluruh dunia sebagai konsekuensinya

    adalah sebagai berikutdi dalam Yesus kita telah menerima keselamatan dari Tuhan, kepada

    kita juga telah diberikan pengampunan penuh dari dosa-dosa kita, kita telah menjadi anak-

    anak Tuhan, menerima Roh Kudus dari Tuhan, kita adalah pewaris dari kerajaanNya dan,

    yang paling penting, kita telah sampai pada pengenalan kita akan Tuhan sebagai umatNyayang telah diselamatkan dan ditebus.

    Ketika Tuhan telah selesai berbicara kepada Musa, maka wajah Musa pun bersinar,

    merefleksikan hadirat Tuhan yang ada di hadapannya dan di antara umatNya. Kemuliaan

    Tuhan dimanifestasikan dalam Bait Suci Yahudi yang pertama, ketika Salomo

    mendedikasikannya kepada Tuhan, sekali lagi hal itu membuktikan bahwa Tuhan hadir di

    antara umatNya dalam cara yang sangat spesial. Tetapi ketika Yesus, putra Tuhan, berdiri di

    hadapan umatNya, manifestasi itu tiba pada sebuah dimensi yang baru. Ia mengajak tiga

    orang dari murid-muridNya naik ke atas gunung untuk menjauh dan tiba-tiba Ia mengalami

    transfigurasi di hadapan mereka. Wajahnya bersinar seperti matahari, dan jubahnya menjadi

    putih seperti cahaya (Matius 17:2). Saat itu kemuliaan termanifestasi jauh lebih besardibandingkan dengan apa yang disaksikan oleh Musa dan Salomo, dan bahkan melangkah

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    21/26

    lebih jauh lagi. Yesus sendiri ditransfigurasikan. Kemuliaan bersinar melaluiNya. Ia tidak

    merefleksikannya atau melihatnya, ia menghadirkannya melalui diriNya sendiri dengan cara

    yang sangat mengagumkan. Ketika Putra Elohim mengambil tubuh manusia, maka Tuhan

    dan manusia menjadi satu untuk selama-lamanya. Kita akan melihatnya dengan segera

    bagaimana di dalam kekekalan, para pengikut Yesus juga akan memperlihatkan kemuliaan

    yang sama dari dalam diri mereka sendiri.

    Dalam semua agama-agama monoteistik, gambaran Tuhan hampir sama. Ia menyatakan

    hukum-hukumNya, menuntut ketaatan dari hamba-hambaNya, dan melipat tanganNya untuk

    menyaksikan dan menantikan apa yang akan terjadi. Ini adalah agama Kain dan ia melahirkan

    monoteisme formal. Tetapi, dalam penggenapan pengharapan Habel, Abraham dan Musa,

    dimana Tuhan menyebut mereka sebagai sahabat-sahabatNya, Tuhan meninggalkan

    tahtaNya, mengulurkan lenganNya, merangkul seluruh dunia dengan lengannya itu,

    merendahkan diriNya dan mengunjungi dunia kita. Tuhan rela membayar harga yang teramat

    sangat mahal untuk menunjukkan pada kita kasihNya yang kekal dan sempurna, serta

    memberikan kepada kita jaminan akan tempat yang mulia di kerajaan Surga milikNya.

    Orang-orang Yahudi salah dalam mengartikan anak Abraham. Mereka tidak bisa melihat

    bahwa Mesias harus datang terlebih dahulu sebagai anaknya, dalam kerendahan hati yang

    penuh, untuk dikorbankan bagi penebusan kita. Paulus menjelaskan hal itu dengan kata-kata

    berikut: 'Karena apa yang ada ada di dalam Kristus YESUS, biarlah itu dipikirkan olehmu

    juga. Dia, yang meskipun ada dalam rupa Elohim, tidak menganggap bahwa menjadi setara

    dengan Elohim adalah sesuatu yang harus dirampas. Sebaliknya, Dia sudah mengosongkan

    diri-Nya sendiri dengan mengambil rupa seorang hamba agar berada dalam keserupaan

    manusia. Dan supaya didapati dalam pola seperti manusia, Dia sudah merendahkan diri-Nya

    sendiri dengan menjadi taat sampai pada kematian, bahkan kematian di kayu salib.' (Filipi

    2:5-8)

    Nubuatan-nubuatan mengenai kematian korban dari Mesias bisa ditemukan dalam kitab-kitab

    suci orang Yahudi. Kebanyakan disampaikan oleh Daud dan Yesaya berabad-abad sebelum

    Yesus datang. Banyak yang meramalkan secara detil bagaimana Ia akan mati (Mazmur 22:1-

    21, 69:1-29), sementara yang lain menyampaikan apa tujuan dari pengorbananNya yaitu

    untuk menebus dunia dari keberdosaannya secara eksplisit, bahasa yang tidak bisa salah

    (Yesaya 53:1-12). Nabi-nabi tidak tahu persisnya apa yang sedang mereka ramalkan tetapi

    mereka tahu bahwa hal itu akan terjadi dalam generasi-generasi yang akan datang.

    Sebagaimana yang dikatakan oleh rasul Petrus: 'Berkenaan dengan keselamatan itulah para

    nabi telah mencari dan menyelidiki sambil bernubuat mengenai anugerah bagi kamu, seraya

    memeriksa mengenai apa, atau saat mana, Roh Kristus yang ada dalam diri merekamenjelaskan yang dipersaksikan sebelumnya, mengenai penderitaan Kristus dan kemuliaan

    sesudah hal-hal ini. Kepada mereka hal itu telah disingkapkan, bahwa bukan bagi diri mereka

    sendiri, tetapi bagi kita, mereka terus melayani hal-hal yang sama, yang sekarang telah

    diberitahukan kepadamu melalui mereka yang telah menginjili kamu, oleh Roh Kudus yang

    telah diutus dari surga, yang terhadap hal-hal itu para malaikat sangat ingin menyelidikinya.'

    (1 Petrus 1:10-12)

    Banyak prediksi mengenai pemerintahanNya yang mulia sebagai Anak Daud yang akan

    datang yang juga memenuhi halaman-halaman kitab suci yang sama. Kadang-kadang prediksi

    mengenai kedatangan Mesias sebagai anak Abraham yang menderita dituliskan oleh mereka

    yang meramalkan kemuliaan surgawiNya, sehingga orang Yahudi tidak lagi memiliki alasan.Di sini ada sebuah contoh yang jelas: 'Lihatlah! Hamba-Ku akan berlaku bijak, dia akan

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    22/26

    ditinggikan, dan disanjung, dan menjadi sangat tinggi. Ketika banyak orang tertegun atasmu,

    keburukan rupanya lebih daripada manusia mana pun, dan keburukan bentuknya lebih

    daripada anak manusia. Demikianlah dia membuat tercengang banyak bangsa. Mengenai dia,

    raja-raja akan menutup mulut mereka, karena mereka akan melihat apa yang tidak

    diberitahukan kepada mereka, dan mereka akan memahami apa yang tidak pernah mereka

    dengar.' (Yesaya 52:13-15)

    Setelah pertama-tama menunjukkan betapa besarnya anak Abraham itu, yaitu Yesus Kristus,

    yang tidak hanya telah merendahkan diriNya namun juga sedia untuk direndahkan melalui

    kematianNya di atas kayu salib, maka Paulus kemudian menyimpulkan sebagai berikut: 'Oleh

    karena itu pula Elohim telah meninggikan Dia dan menganugerahkan kepada-Nya Nama itu,

    yang di atas segala nama; supaya di dalam Nama YESUS, setiap lutut, yang surgawi dan

    duniawi dan yang di bawah bumi, akan bertelut, dan setiap lidah mengaku bahwa YESUS

    Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Elohim Bapa' (Filipi 2:9-11 penekanan

    ditambahkan).

    Yesus memberikan setiap indikasi kepada para pemimpin Yahudi mengenai siapakahsesungguhnya Ia, bahwa kedatanganNya telah dengan jelas dinubuatkan. Musa menulis

    tentang Dia (Yohanes 5:46). Abraham bersukacita ketika ia menyaksikan hari-hari Anak

    Manusia (Yohanes 8:56). Daud, yang diinspirasikan oleh Roh Kudus, memanggilNya sebagai

    Tuhanku (Matius 22:43). Seharusnya mereka telah mengenal dan mengakuiNya.

    Namun demikian, kepada murid-muridNya, pada malam sebelum Ia disalibkan Yesus

    berkata: 'Tidak ada orang yang mempunyai kasih lebih besar daripada ini, yaitu seseorang

    yang telah mempertaruhkan jiwanya demi sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-sahabat-

    Ku jika kamu melakukan apa saja yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak lagi memanggil

    kamu hamba, karena seorang hamba tidak mengetahui apa yang tuannya melakukannya.

    Namun Aku memanggil kamu sahabat, karena Aku memberitahukan kepadamu segala

    sesuatu yang telah Aku dengarkan dari Bapa-Ku' (Yohanes 15:13-15).

    Sekarang lingkaran perputaran yang diadakan oleh Tuhan telah lengkap. Ia menyebut

    Abraham sebagai sahabatNya. Ia telah berbicara dengan Musa muka dengan muka sebagai

    seorang manusia yang berbicara kepada temannya. Sebab itu sekarang Yesus sanggup

    berbicara kepada semua murid-muridNya yang ada di situ sebagai sahabat-sahabat Tuhan

    yang sejati. KematianNya yang akan datang dan kebangkitanNya, pada akhirnya untuk

    membuka pintu bagi semua umat Tuhan agar bisa mengenalNya secara personal, supaya

    dosa-dosa mereka bisa diampuni, untuk mengasihiNya dengan segenap hati mereka, dan

    untuk pada akhirnya bisa dipermuliakan pada tingkatannya sendiri. Inilah hal yang sangatdirindukan oleh Tuhan sendiri, yang mana Tuhan bersedia mengorbankan apa pun juga.

    Roh Kudus: Hadirat Tuhan Yang Tinggal Di Dalam Kita

    Setelah Yesus bangkit dari kematian, Ia menampakkan diri kepada murid-muridNya di

    berbagai kesempatan. Pada hari ke empat puluh Ia naik ke Surga setelah terlebih dulu

    memberitahukan kepada mereka 'Dan lihatlah, Aku mengirimkan janji Bapa-Ku kepadamu,

    tetapi tinggallah di kota Yerusalem sampai kamu diperlengkapi kuasa dari tempat tinggi'

    (Lukas 24:49). Ia mengidentifikasikan kuasa itu dengan sangat jelas: 'karena sesungguhnya

    Yohanes telah membaptis dalam air tetapi kamu akan dibaptis dalam Roh Kudus, tidak

    berapa hari lagi sesudah ini' (Kisah Para Rasul 1:5). Sepuluh hari setelah kenaikanNya keSurga, selagi para murid berkumpul bersama-sama di Yerusalem, 'Dan tiba-tiba datanglah

  • 8/14/2019 Mengenal Tuhan Secara Pribadi - By John Gilchrist

    23/26

    suatu bunyi dari langit seperti angin kencang yang menderu dan memenuhi seluruh rumah,

    tempat mereka sedang duduk. Dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti api yang

    bertebaran dan hinggap di atas mereka masing-masing. Dan mereka semua dipenuhi oleh Roh

    Kudus dan mulai berbicara dalam bahasa-bahasa yang lain, seperti yang Roh itu terus-

    menerus memberikan kepada mereka untuk mengucapkannya.' (Kisah Para Rasul 2:2-4)

    Kerinduan Tuhan yang terdalam adalah untuk masuk ke dalam hubungan yang sedekat

    mungkin dengan umatNya, digenapi ketika RohNya turun ke atas para murid Yesus. Inilah

    permulaan zaman keemasan dari Perjanjian Baru. Tuhan dan manusia sekarang dipersatukan

    satu sama lain untuk selama-lamanya! Klimaks dari tujuan Tuhan yang tertinggi telah

    tercapai. Ketika Yesus, Putra Tuhan berjalan dalam wujud manusia di antara umat Israel,

    Tuhan hadir bersama-sama dengan umatNya dengan cara yang sangat personal dengan

    intimasi yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan pada era Musa. Tetapi sekarang, ketika

    Roh Kudus datang untuk tinggal di dalam hati umatNya dan untuk tinggal di situ hingga

    Yesus datang kembali, Tuhan sekarang hadir di dalamumatNya, untuk tinggal di dalam hati

    mereka yang terdalam.

    Orang-orang Kristen sejati, yang dilahirkan dari Roh Tuhan, mengenal Tuhan secara pribadi.

    Mereka mengijinkan RohNya mencari kedalaman hati mereka, mencabut semua ketidak

    jujuran, arogansi, bangga pada diri sendiri, hawa nafsu, sombong rohani dan perasaan benci.

    Mereka memiliki sebuah jaminan mutlak akan hidup yang kekal. Mereka tahu bahwa semua

    dosa-dosa mereka sudah diampuni. Mereka mengasihi Tuhan dengan segenap hati mereka.

    Mereka tahu bahwa Tuhan itu sangat layak untuk mereka kasihi dengan sepenuh hati, karena

    Ia sudah menebus mereka dengan harga yang sangat mahal. Ketika mereka telah melihat

    kasih itu, disempurnakan dalam pengorbanan PutraNya, maka mereka menjadi bebas untuk

    mengasihiNya dengan segenap hati, jiwa dan pikiran mereka. Tak ada yang menghalangi di

    antara mereka dan kerajaan Surga.

    Rasul Paulus menyebut orang Kristen sejati yang pertama sebagai berikut: 'tetapi