mengetahui identifikasi kejadian partus lama pada ibu bersalin di ruang kebidanan rumah sakit umum...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan yang sulit dan ditandai dengan kemajuan persalinan yang
lambat. Kurangnya kemajuan baik pada persalinan spontan maupun distimulasi
telah menjadi dekskripsi yang sangat populer untuk persalinan yang tidak efektif.
Istilah ini digunakan untuk mencakup kurangnya kemajuan dilatasi serviks atau
kurangnya penurunan janin disebut persalinan lama/distosia. American College of
Obstetricians and Gynecologists menyatakan sekitar 60% kelahiran sesar primer
diakibatkan oleh distosia (Cunningham, 2012). Partus lama akan menyebabkan
infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi perdarahan
post partum yang dapat menyebabkan komplikasi dalam persalinan dan dapat
membahayakan ibu. Pada janin akan terjadi infeksi.
Jumlah persalinan di Rumah Sakit Umum (RSU) Prof. Dr. R. D. Kandao
Manado tahun 2010 tercatat berjumlah 2612 persalinan dengan 30 kasus (1,14%)
partus lama, sedangkan tahun 2011 tercatat berjumlah 4653 persalinan dengan 43
kasus (0,92%) partus lama.
Jumlah persalinan di Rumah Sakit Umum (RSU) Bahteramas porvinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2011 tercatat berjumlah 1467 persalinan dengan 34
kasus (2,3%) partus lama. Pada tahun 2012 tercatat berjumlah 1127 persalinan
dengan 44 kasus (3,9%) partus lama, sedangkan tahun 2013 periode Januari-
Agustus berjumlah 977 persalinan dengan 30 kasus (3,1%) partus lama (Buku
Register Persalinan RSU Bahteramas tahun 2011, 2012 dan 2013).
2
Jumlah persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abunawas
Kota Kendari pada tahun 2011 berjumlah 753 persalinan dengan 203 kasus
(26,96%) partus lama, kemudian pada tahun 2012 berjumlah 1184 persalinan
dengan 364 kasus (30,7%) partus lama. Sedangkan pada tahun 2013 periode
januari-oktober 1218 persalinan dengan 406 kasus partus lama (Rekam medik
RSUD Abunawas Kota Kendari 2011 sampai 2013).
Berdasarkan data di Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari
tahun 2011 tercatat ibu bersalin berjumlah 146 persalinan dengan 28 (5,2%) kasus
persalinan macet atau lama, Kemudian pada tahun 2012 jumlah persalinan 214
dengan 42 (5,0%) kasus persalinan macet. Sedangkan pada tahun 2013 terdapat
jumlah persalin 220 orang dengan jumlah persalinan lama sebanyak 47 (21,36%)
orang (Rekam medik Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari 2011 sampai
2013).
Data tersebut menunjukan bahwa kecenderungan kejadian partus lama di
RSU Santa Anna Kota Kendari yaitu tahun 2011 sampai 2013 (Januari-
September) Mengalami peningkatan. Hal ini diperkirakan akan terus meningkat
jika tidak dilakukan penanganan yang tepat.
Bidan didaerah pedesaan dengan polindesnya diharapkan dapat mengambil
bagian terbesar pada pertolongan persalinan normal dengan menggunakan
partograf WHO. Puncak kewaspadaan dilaksanakan dengan merujuk kepusat
pelayanan dengan fasilitas setelah melampaui garis waspada agar ibu diterima di
pusat pelayanan dalam keadaan optimal.
3
Dari latar belakang maka penulis tertarik untuk meneliti “Identifikasi
Kejadian Partus Lama Pada Ibu Bersalin di Ruang Kebidanan Rumah Sakit
Umum Santa Anna di Kota Kendari”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu “Bagaimanakah Identifikasi Kejadian Partus Lama Pada Ibu
Bersalin di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Santa Anna di Kota Kendari
pada tahun 2013”?
1.3 Tujuan Peneliti
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Identifikasi Kejadian Partus Lama Pada Ibu Bersalin di Ruang
Kebidanan Rumah Sakit Umum Santa Anna di Kota Kendari Tahun 2013.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengindentifikasi Inertia Uteri dengan kejadian partus lama pada ibu
bersalin diruang kebidanan Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari.
b. Untuk mengindentifikasi KPD dengan kejadian partus lama pada ibu
bersalin diruang kebidanan Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari.
c. Untuk mengindentifikasi Primigravida Tua dengan kejadian partus lama
pada ibu bersalin diruang kebidanan Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota
Kendari.
d. Untuk mengindentifikasi cephallo pelvic disproportion (CPD) dengan
kejadian partus lama pada ibu bersalin diruang kebidanan Rumah Sakit
Umum Santa Anna Kota Kendari.
4
e. Untuk mengindentifikasi Letak Sungsang dengan kejadian partus lama pada
ibu bersalin diruang kebidanan Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota
Kendari.
1.4 Manfaat penelitian
a. Merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan DIII di
akademi kebidanan Pelita Ibu Kendari.
b. Merupakan rangkaian kegiatan yang menambah wawasan dan pengalaman
berharga mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan konsep dan
pengtahuan dalam pengembangan penelitian.
c. Merupakan bahan masukan untuk proses penelitian selanjutnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang Persalinan
2.1.1 Definisi persalinan
Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya,
tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan
ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan
pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Manuaba, 2009 : 144 ).
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi janin atau
placenta yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau
dengan jalan lain ( Rustam, 2011 : 91).
Persalinan adalah proses dimana bayi, placenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan ( setelah 37 minggu ) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai ( inpartu ) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks ( membuka dan menipis ) dan berakhir dengan lahirnya
placenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks ( Hanifa, 2009:37).
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil
konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran
placenta ( Varney, 2007 : 673 ).
6
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau
placenta) yang dapat hidup di luar dunia kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan dengan kekuatan sendiri
( Manuaba, 2010 : 164 )
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri) yang dapat
hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain
(Mochtar, 2011:91).
2.1.2 Jenis – Jenis Persalinan
a. Persalinan Spontan
Persalinan spontan terjadi bila seluruh prosesnya berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri. Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses
lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat - alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam (Marmi, 2012).
b. Persalinan Buatan
Persalinan buatan adalah proses persalinan yang berlangsung dengan
bantuan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forcep atau di lakukan dengan
operasi section caesarea.
c. Persalinan Anjuran
Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang di perlukan untuk persalinan
yang di timbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya pemberian pitocin
dan prostaglandin.
7
2.1.3. Teori Penyebab Bermulanya Persalinan
Apa yang mnyebab kan timbulnya persalinan belum diketahui benar, yang
ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan
factor-faktor humoral, struktur rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi.
1) Teori penurunan hormone: 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi
penurunan kadar hormone estrogen dan progesterone.proigesteron bekerja
sebagai pemenang otot – otot polos rahim dan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbu his bila kadar progesterone turun.
2) Teori placenta menjadi tua: akan menyebabkan turunya kadar esterogen
dan progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini
akan menimbulkan kontraksi.
3) Teori distensi rahim: rahim yang menjadi besar dan merengang
menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi
utero-plasenter.
4) Teori iritasi mekanik: dibelakang serviks terletak ganglion servikale
(fleksus frenkenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya
oleh oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
5) Induksi partus (induction of labour): partus dapat pula ditimbulkan dengan
jalan:
a. Ganggang laminaria: beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser.
b. Amniotomi: pemecahan ketuban.
8
c. Oksitosin drips: pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus (mochtar,
2011:92).
2.1.4 Tanda-Tanda Permulaan Persalinan Dan Tanda-Tanda Inpartu
1) Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadi nya persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya
wanita memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala
pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai
berikut:
a. Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu
kentara.
b. Perut keliatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
d. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi
lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah biasa
bercampur darah (bloody show).
2) Tanda-tanda inpartu
a.Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat,sering dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
9
d. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
Seperti telah ditemukan terdahulu, factor-faktor yang berperan dalam
persalinan adalah:
a. Kekuatan mendorong janin keluar (power) : his (kontarksi uterus), kontraksi
otot-otot dinding perut, kontraksi diagfragma, dan ligmentous action terutama
ligmentaous rotundum
b. Faktor janin
c. Factor jalan lahir ( Mochtar, 2011:93).
2.1.5 Tahapan persalinan( kala I, II, III, IV)
Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu:
a. Kala 1 : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan
lengkap 10 cm
b. Kala 2 : kala pengeluaran janin,waktu uterus dengan kekuatan his ditambah
kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir.
c. Kala 3 : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri.
d. Kala 4 : mulai dari keluarnya uri selama 1-2 jam (Mochtar, 2011:94).
2.1.6 Mekanisme Persalinan Normal
Adapun mekanisme persalinan normal adalah sebagai berikut :
a. Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dalam keadaan sinklitismus,
yaitu bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas
panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah
sumbu kepala janin miring dengan bidang pintu atas panggul.
10
b. Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang
paling kecil.
c. Sampai didasar panggul kepala janin berada didalam keadaan fleksi maksimal.
d. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterin
disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan putaran paksi
dalam.
e. Didalam hal mengadakan rotasi, ubun-ubun kecil akan berputar kearah depan,
sehingga didasar panggul ubun-ubun kecil dibawah simpisis. Sesudah kepala
janin sampai didasar panggul dan ubun-ubun kecil dibawah simpisis maka
dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi
untuk dapat dilahirkan.
f. Pada setiap his vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak,
perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum.
Dengan kekuatan his suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan
gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.
g. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut,
tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu.
h. Setelah kepala lahir, kepala segera mengadakan putaran paksi luar untuk
menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
i. Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Didalam rongga
panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang
dilaluinya, sehingga didasar panggul apabila kepala telah dilahirkan bahu
akan berada dalam posisi depan belakang.
11
j. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu, baru kemudian bahu
belakang. Demikian pula dilahirkan trohanter depan terlebih dahulu, baru
kemudian trohanter belakang. Kemudian bayi lahir.
2.1.3 Fase-Fase dalam Kala Satu Persalinan
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur
dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap
(10cm).
Kala satu persalinan terdiri dari atas dua fase, fase laten dan fase aktif.
a. Fase laten dalam kala satu persalinan :
1. Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap
2. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
3. Pada umumnya, fase laten berlangsung hamper atau hingga 8 jam
b. Fase aktif dalam kala satu persalinan :
1. Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
( kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
2. Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm,
akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara)
3. Terjadi penurunan bagian terbawa janin (Hanifa, 2008 : 38)
12
2.2 Tinjauan Umum Tentang Partus Lama
2.1.1Pengertian partus lama
Persalinan umumnya pada primigravida (kehamilan pertama) berlangsung
dalam waktu 18-20 jam dan pada multi 12-14 jam.
Persalinan yang lebih dari 24 jam,disebut partus lama. Partus lama selalu
memberi resiko/penyulit baik bagi ibu atau janin yang sedang dikandungnya.
Kontraksi rahim selama 24 jam tersebut telah dapat mengganggu aliran darah
menuju janin, sehingga janin dalam rahim dalam kondisi berbahaya (Manuaba
2009:181).
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung
12 jam atau lebih, bayi belum lahir (Hanifa 2000:184).
2.1.1 Etiologi
Sebab-sebab terjadinya partus lama/distosia adalah sebagai berikut :
1. Kelainan tenaga/power (kelainan his).
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya memyebabkan
kerintangan pada jalan lahir sehingga tidak mampu menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks.
Jenis-jenis kelainan his :
a. Inersia uteri
Inersia uteri adalah his yang sifatnya lemah, lebih singkat dan lebih jarang
dibandingkan dengan his yang normal. Inertia uteri dibedakan atas inertia uteri
primer dan inertia uteri sekunder. Inertia uteri primer adalah kelemahan his
timbuk sejak dari permulaan persalinan sedangkan inertia uteri sekunder adalah
13
kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat teratur dan dalam waktu
yang lama (Rukiyah, 2010).
Inertia uteri dapat diketahui dari kontraksi paling besar di fundus dan menurun
sampai paling lemah di serviks tetapi tonus atau intensitasnya sangat buruk.
Tekanan yang dihasilkan sangat sedikit mendilatasi serviks. Hal tersebut dapat
menimbulkan persalinan yang memanjang (Varney, 2007).
b. Inkoordinasi kontraksi uterus
Keadaan dimana tonus otot uterus meningkat, juga diluar his dan kontraksinya
tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada singkronisasi kontraksi bagian-
bagiannya. Tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah, dan bawah
menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan (Saifuddin, 2010).
Ibu berumur < 20 tahun dan > 35 tahun dianggap beresiko terhadap kelainan his.
Usia < 20 tahun respon hormonal tubuh belum berfungsi maksimal oleh karena
fungsi sistem reproduksi yang belum siap menerima kehamilan. Penelitian oleh
Pavzner menyimpulkan bahwa induksi persalinan meningkat pada kasus nulipara
< 20 tahun oleh karena uterus kurang siap untuk persalinan sebagai contoh adalah
serviks belum matang. Usia > 35 tahun dapat menyebabkan kelainan his oleh
karena adanya kemunduran fungsi dan efisiensi kontraksi spontan miometrium
oleh karena menuanya jaringan reproduksi sehingga menyebabkan terjadinya
persalinan lama (Cunningham, 2012).
Kelainan his dipengaruhi oleh paritas ibu. Paritas adalah jumlah kelahiran
seluruhnya yang melahirkan bayi viable/mampu hidup (Widyatamma, 2011).
14
Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua
karena adanya abnormalitas jaringan lunak saluran reproduksi yang menjadi
hambatan untuk penurunan kepala janin. Pada multipara, dominasi fundus uteri
lebih besar dengan kontraksi lebih kuat dan dasar panggul yang lebih relaks
sehingga bayi lebih mudah melalui jalan lahir dan dengan demikian mengurangi
lamanya persalinan, Sedangkan pada grandemultipara, semakin banyak jumlah
janin, persalinan secara progresif menjadi semakin lama. Hal ini diduga akibat
perubahan otot-otot uterus atau suatu kondisi yang sering disebut keletihan pada
otot uterus (Varney, 2007).
Penelitian oleh Sokon, dkk. melaporkan bahwa 25% persalinan nulipara dipersulit
kelainan fase aktif, sedangkan pada multigravida 15%. Kelainan lebih banyak
ditemukan karena kontraksi yang kurang adekuat (Saifuddin, 2010).
2. Kelainan janin (passenger)
Persalinan dapat mengalami gangguan karena malpresentasi dan malposisi
serta kelainan dalam bentuk janin.
a. Malpresentasi dan malposisi
Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada disegmen bawah
rahim, bukan belakang kepala. Malposisi adalah penunjuk (ubun-ubun kecil) tidak
berada di anterior sehingga bagian janin ataupun diameter kepala yang melalui
rongga panggul menjadi lebih besar. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya paritas tinggi, plasenta previa, prematuritas, polihidramnion
serta riwayat presentasi bokong sebelumnya (Saifuddin, 2010).
15
Funch dalam penelitiannya menyatakan bahwa paritas tinggi adalah faktor
predisposisi adanya kelainan presentasi berhubungan dengan tonus otot abdomen
yang meregang dan melebar sehingga mampu mengakomodasi janin untuk
begerak bebas. Plasenta previa, polihidramnion, dan panggul sempit berperan
dengan cara yang serupa (Cunningham, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Cruikshank dan White menyatakan
perempuan yang pernah melahirkan empat kali atau lebih memiliki resiko 10 kali
lipat untuk terjadinya posisi melintang dibandingkan dengan nulipara. Relaksasi
abdomen dan berbentuk pendulum memungkinkan uterus untuk jatuh ke depan,
mengubah aksis panjang janin jauh dari aksis jalan lahir dan menjadi posisi
oblig/melintang (Cunningham, 2012).
Malpresentasi dan malposisi dapat mengakibatkan kegagalan kemajuan
persalinan, persalinan macet, dan disfungsi uterus hipotonik. Salah satu bentuk
kelainan yang sering ditemukan pada grandemultipra adalah letak sungsang yang
disebabkan oleh rungan dalam rahim membiarkan janin bergerak lebih leluasa,
sedangkan pada primigravida resiko terjadi letak sungsang lebih sering akibat
tidak ada fiksasi kepala janin oleh pintu atas panggul karena perbandingan besar
kepala janin tidak sesuai dengan pintu atas panggul sehingga persalinan
berlangsung lama (Saifuddin, 2010).
b. Makrosomia
Makrosomia atau janin besar adalah bila berat badan melebihi 4000 gram.
Makrosomia dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah herediter,
riwayat penyakit diabetes mellitus, pola hidup yang berpengaruh terhadap
kenaikan berat badan yang berlebihan (Cunningham, 2012).
16
Hasil penelitian Darwin menyatakan bahwa frekwensi distosia yang tinggi sebagai
akibat dari perubahan lingkungan yang berkembang jauh lebih cepat dari pada
seleksi alam. Manusia beradaptasi dengan buruk terhadap banyaknya makanan
modern yang mengakibatkan obesitas dan sebagai akibatnya adalah distosia
(Cunningham, 2012).
Pada panggul normal, janin dengan berat 2500-4000 gram umumnya tidak
menimbulkan kesukaran persalinan. Bayi yang besar dapat memberi tanda atau
peringatan terhadap kemungkinan terjadinya persalinan lama akibat sulitnya
pelahiran bahu (Mochtar, 2011).
c. Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah penimbunan cairan serebrospinalis dalam ventrikel otak,
sehingga kepala menjadi besar dan terjadi pelebaran sutura serta ubun-ubun.
Cairan yang tertimbun dalam ventrikel biasanya berkisar antara 500-1500 ml,
akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter. Karena kepala janin terlalu
besar dan tidak dapat berakomodasi di bagian bawah uterus, maka sering
ditemukan dalam keadaan sungsang. Bagaimanapun letaknya, hidrosefalus akan
menyebabkan disproporsi sefalopelvik dengan segala akibatnya (Cunningham,
2012).
3. Kelainan jalan lahir (passage)
Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan
persalinan atau menyebabkan kemacetan misalnya kelainan panggul ibu.
17
a. Kelainan panggul
CPD atau Cefalopelvic Disproportion adalah ketidaksesuaian ukuran panggul dan
ukuran janin, yakni ukuran pelvic tertentu tidak cukup besar untuk
mengakomodasi keluarnya janin melalui pelvic sampai terjadi kelahiran
pervaginam. Keadaan ini dapat mengakibatkan kegagalan kemajuan persalinan,
persalinan macet, dan disfungsi uterus hipotonik yang dapat memicu persalinan
lama.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya CPD diantaranya:
1) Kesempitan pada Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10 cm
atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Pada panggul sempit kepala memiliki
kemungkinan lebih besar tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga serviks uteri
kurang mengalami tekanan kepala.
2) Kesempitan pintu panggul tengah
Ukuran terpenting pada pintu tengah panggul adalah distansia interspinarum
kurang dari 9.5 cm, sehingga perlu diwaspadai kemungkinan kesukaran pada
persalinan jika diameter sagitalis posterior pendek pula.
3) Kesempitan pintu bawah panggul
Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm,
maka sudut arkus pubis juga mengecil (<80º) sehingga timbul kemacetan pada
kelahiran janin ukuran biasa.
Bentuk dan ukuran panggul dipengaruhi oleh :
1) Faktor perkembangan: herediter atau congenital.
18
2) Faktor nutrisi: malnutrisi menyebabkan panggul sempit.
3) Faktor seksual: androgen yang berlebihan menyebabkan bentuk panggul
android.
4) Trauma, penyakit, atau tumor pada tulang panggul atau tulang belakang
(Cunningham, 2012).
Cibils dan Hendricks melaporkan bahwa adaptasi mekanis dari janin terhadap
tulang jalan lahir memainkan peranan penting dalam menentukan efisiensi
kontraksi. Semakin baik adaptasi tersebut, semakin efisien kontraksi, dengan
demikian respon servikal terhadap persalinan memberikan prognostik terhadap
keluaran persalinan pada perempuan dengan panggul yang sempit (Cunningham,
2012).
b. Prolaps Funikuli
Prolaps funikuli adalah suatu keadaan dimana tali pusat berada di samping atau
melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah.
Pada presentasi kepala, prolaps funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap
saat tali pusat dapat terjepit diantara bagian terendah janin dengan jalan lahir
sehhingga mengakibatkan gangguan oksigenasi janin.
Prolaps funikuli menyebabkan gangguan adaptasi bawah janin terhadap panggul,
sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin tersebut
(Cunningham, 2012).
c. Obstruksi jalan lahir oleh karena adanya kista, tumor dan edema pada jalan
lahir sehingga mempengaruhi kemajuan persalinan yang memicu terjadinya
persalinan lama (Cunningham, 2012).
19
4. Faktor Penolong
Penolong persalinan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses
persalinan selain faktor ibu dan janin, Penolong persalinan bertindak dalam
memantau proses terjadinya kontraksi uterus dan memimpin mengejan hingga
bayi dilahirkan.
Seorang penolong persalinan harus dapat memberikan dorongan pada ibu
yang sedang dalam masa persalinan dan mengetahui kapan harus memulai
persalinan. selanjutnya melakukan perawatan terhadap ibu dan bayi. Oleh karena
itu, penolong persalinan seharusnya seorang tenaga kesehatan yang terlatih dan
terampil serta mengetahui dengan pasti tanda bahaya pada ibu yang melahirkan,
sehingga bila ada komplikasi selama persalinan, penolong segera dapat
melakukan rujukan.
Pimpinan yang salah dapat menyebabkan persalinan tidak berjalan dengan
lancar, berlangsung lama, dan muncul berbagai macam komplikasi (Cunningham,
2012).
Pelayanan antenatal sangat penting, salah satu manfaatnya adalah
memberikan pemahaman pada ibu hamil tentang pemilihan penolong persalinan.
Hal ini berhubungan dengan tingkat pemahaman ibu dalam rangka pemanfaatan
fasilitas kesehatan.
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pengetahuan erat kaitannya
dengan pendidikan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seeorang maka
semakin baik pula pengetahuannya tentang sesuatu. Ibu hamil dengan tingkat
pendidikan rendah, ketika tidak mendapatkan cukup informasi mengenai
20
kesehatannya maka ia tidak tahu mengenai bagaimana cara melakukan hal yang
baik bagi kehamilan dan persalinannya (Sulistyawati, 2009).
5. Faktor Psikis
Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus emosional
yang luar biasa bagi seorang wanita. Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan dari
aspek fisik satu sama lain. Bagi wanita kebanyakan, proses persalinan membuat
mereka takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan inilah yang dapat
menghambat suatu proses persalinan. Gangguan kecemasan ibu akan memberi
stimulus system saraf dalam menghasilkan hormone pemicu stress yaitu hormone
adrenalin yang dapat berpengaruh pada proses persalinan akibat terhambatnya
produksi oksitosin yang memberi pengaruh terhadap kontraksi uterus
(Cunningham, 2012).
Kunjungan antenatal sangat penting dilakukan oleh ibu hamil untuk mendapatkan
pelayanan sehubungan dengan kehamilannya, meliputi pemeriksaan kehamilan,
dukungan psikologis serta penyuluhan kesehatan sehingga dapat terbina hubungan
saling percaya. Tingkat kepercayaan ibu terhadap bidan dan keluarga juga sangat
mempengaruhi kelancaran proses persalinan (Sulistyawati, 2009).
Wanita hamil tetap dapat bekerja namun aktifitas yang dijalani tidak boleh terlalu
berat dan stress sebaiknya di hindari. Pekerjaan yang membutuhkan aktifitas fisik,
dianjurkan istrahat sesering mungkin. Menurut undang-undang perburuhan,
wanita hamil berhak mendapatkan cuti 1,5 bulan sebelum bersalin dan 1,5 bulan
sesudah melahirkan sehingga pada minggu – minggu menjelang persalinan ibu
dapat mempersiapkan kondisi fisik dan mentalnya (Sulistyawati, 2009).
21
Melalui persiapan antenatal yang baik, ibu hamil diharapkan wanita dapat
melahirkan dengan mudah, dapat beradaptasi dengan nyeri dan dapat menikmati
proses kelahiran bayinya (Cunningham, 2012).
6. Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya ketuban sebelum persalinan atau
sebelum kehamilan memasuki masa aterm (37 minggu). Hal tersebut disebabkan
oleh melemahnya kekuatan selaput ketuban yang ada hubungannya dengan
distensi uterus berlebihan, kontraksi rahim dan gerakan janin. Air ketuban
mempunyai fungsi melindungi janin terhadap trauma dari luar, memungkinkan
janin bergerak dengan bebas, melindungi suhu tubuh janin. Sehingga bila ketuban
pecah sedangkan belum ada tanda – tanda inpartu resiko terjadinya infeksi lebih
tinggi dan dapat mempengaruhi keadaan dalam vagina yang bisa menyebabkan
terjadinya partus lama (Saifuddin, 2010).
2.1.2 Klasifikasi
Distosia/partus lama dapat dibagi berdasarkan pola persalinannya. menjadi
tiga kelompok, yaitu :
1. Fase laten memanjang
Friedman dan Sachtleben mendefenisikan fase laten memanjang apabila lama fase
ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada ibu multipara. Keadaan yang
mempengaruhi durasi fase laten antara lain keadaan serviks yang memburuk
(misalnya tebal, tidak mengalami pendataran atau tidak membuka), dan persalinan
palsu. Diagnosis dapat pula ditentukan dengan menilai pembukaan serviks tidak
melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu dengan his yang teratur (Saifuddin, 2010).
22
2. Fase aktif memanjang
Friedman membagi masalah fase aktif menjadi gangguan protraction
(berkepanjangan/berlarut-larut) dan arrest (macet/tidak maju). Protraksi
didefenisikan sebagai kecepatan pembukaan dan penurunan yang lambat yaitu
untuk nulipara adalah kecepatan pembukaan kurang dari 1,2 cm/jam atau
penurunan kurang dari 1 cm/jam. Untuk multipara kecepatan pembukaan kurang
dari 1,5 cm/jam atau penurunan kurang dari 2 cm/jam. Arrest didefenisikan
sebagai berhentinya secara total pembukaan atau penurunan ditandai dengan tidak
adanya perubahan serviks dalam 2 jam (arrest of dilatation) dan kemacetan
penurunan (arrest of descent) sebagai tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam
(Saifuddin, 2010).
Fase aktif memanjang dapat didiagnosis dengan menilai tanda dan gejala yaitu
pembukaan serviks melewati kanan garis waspada partograf. Hal ini dapat
dipertimbangkan adanya inertia uteri jika frekwensi his kurang dari 3 his per 10
menit dan lamanya kurang dari 40 detik, disproporsi sefalopelvic didiagnosa jika
pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju,
sedangkan his baik. Obstruksi kepala dapat diketahui dengan menilai pembukaan
serviks dan turunnya bagian janin tidak maju karena kaput, moulase hebat edema
serviks sedangkan malpresentasi dan malposisi dapat diketahui presentasi selain
vertex dan oksiput anterior (Saifuddin, 2010).
3. Kala II memanjang
Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir dengan
keluarnya janin. Kala II persalinan pada nulipara dibatasi 2 jam sedangkan untuk
23
multipara 1 jam. Pada ibu dengan paritas tinggi, kontinuitas otot vagina dan
perineum sudah meregang, dua atau tiga kali usaha mengejan setelah pembukaan
lengkap mungkin cukup untuk mengeluarkan janin. Sebaliknya untuk ibu dengan
panggul sempit atau janin besar maka kala II dapat sangat panjang. Kala II
memanjang dapat didiagnosa jika pembukaan serviks lengkap, ibu ingin
mengedan, tetapi tidak ada kemajuan penurunan (Saifuddin, 2010).
2.1.5 Tanda Dan Gejala Partus Lama
a. Pada ibu
Ibu tampak gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,
dan pernapasan cepat. Di daerah local sering dijumpai edema vulva, edema
serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.
b. Pada janin
Denyut Jantung Janin (DJJ) cepat/ tidak teratur, air ketuban terdapat
mekonium kental kehijau-hijauan dan berbau, kaput suksedaneum yang besar,
moulage kepala yang hebat, kematian janin dalam kandungan, kematian janin
intra partal (KJIP) (mochtar, 2011:385).
2.1.4 Penanganan partus lama
a. Penatalaksanaan penderita dengan partus lama adalah sebagai berikut :
1) Suntikan cortone acetate: 100-200 mg intramuscular
2) Penisilin prokain: 1 juta IU intramuscular
3) Streptomisin: 1 gr intramuscular
4) Infus cairan: larutan garam fisiologis, larutan glukose 5-10% pada janin
pertama: 1 liter/jam,
24
5) Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk
segera bertindak.
b. Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, manual
aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, seksio seasarea
(Mochtar 2011:386).
2.1.5 Sikap bidan dalam menyikapi partus lama
Bidan khususnya di daerah pedesaan dengan polindesnya di harapkan dapat
menganbil bagian terbesar pada pertolongan persalinan normal dengan
menggunakan partograf WHO. Kewaspadaan dalam pertolongan persalinan sudah
dilakukan sejak semula, dengan melakukan observasi sehingga setiap saat
keadaan ibu dan janin dapat di ketahui dengan pasti.
Puncak kewaspadaan dilaksanakan dengan melakukan rujukan penderita
kepusat pelayanan dengan fasilitas setelah melampaui keadaan optimal. Bidan
diharapkan bekerja sama dengan dukun melalui pendidikan dukun sehingga dapat
mengenal penderita untuk dilakukan rujukan medis.
Persalinan kasep merupakan tingkat akhir persalinan lama dengan di serta
komplikasi sehingga bidan perlu melakukan tindakan medis:
a) Memberikan rehidrasi dan infus cairan pengganti.
b) Memberikan petrlindungan antibiotic-antipiretik.
c) Mengantar penderita, sehingga dapat memberikan keterangan atau dapat
memberikan keterangan tertulis.
d) Intervensi medis lainnya tidak perlu dilakukan sebab kemungkinan akan
menambah bahaya ibu maupun janin dalam rahim
25
Dengan demikian bidan melaksanakan fungsinya dalam menghadapi
persalinan lama sehingga mata rantai pelayanan dan pengayoman medis dapat
lebih bermutu dan menyeluruh (Chandranita, 2010).
2.3 Tinjauan Umum Tentang Penyebab Terjadinya Partus Lama Pada Ibu
Bersalin
2.3.1 Inersia Uteri
a. Pengertian inersia uteri
Inersia uteri adalah his yang sifatnya lemah, lebih singkat dan lebih jarang
dibandingkan dengan his yang normal (Mochtar, 2011:310). Inersia uteri dibagi
menjadi 2 yakni :
1. Inersia uteri primer yaitu kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan-
permulaan pesalinan
2. Inersia uteri sekunder yaitu kelemahan his yang timbul setelah adanya his
yang kuat teratur dalam waktu yang lama (Mochtar, 2011:310).
Diagnosis inersia uteri memerlukan pengalaman dan pengawasan yang teliti
tehadap persalinan. Pada fase laten, disgnosis akan lebih sulit, tetapi bila
sebelumnya telah kontraksi (His) yang kuat dan lama, maka diagnosis inersia uteri
sekunder akan lebih mudah (Mochtar, 2011:311).
Keadaan umum penderita biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa.
Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun
bagi janin, kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama dalam hal terakhir ini
morbilitas ibu dan mortalitas janin naik. Keadaan ini dinamakan inersia uteri
primer (Hanifa 2010:564).
26
Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan/sifatnya
menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat di atasi sehingga
menyebabkan persalinan macet. Timbulnya his adalah indikasi mulainya
persalinan, apabila his yang timbul sifatnya lemah, pendek dan jarang maka akan
mempengaruhi terunnya kepala dan pembukaan serviks yang dapat menyebabkan
sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau
pengusiran janin dari dalam rahim, pada akhirnya ibu akan mengalami partus
lama, tidak adanya kemajuan dalam persalinan (Nugroho, 2012:166).
b. Penyebab inersia uteri
Salah satu sebab unersia uteri yaitu apabila bagian bawah janin tidak
berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus seperti misalnya pada kelainan
letak janin atau pada disproporsi sevalo pelvic perengangan rahim yang
berlebihan pada kehamilan ganda maupun hidromion juga dapat merupakan
penyebab dari inersi uteri yang murni. Kelainan his ditemukan juga pada
primigravida, khususnya pada primigravida tua. Pada multipara lebih banyak
ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri (Nugroho, 2012:168).
c. Penanganan
Penanganan atau penatalaksanaan inersia uteri adalah :
1) Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian terbawah
janin dan keadaan janin.
2) Bila kepala sudah masuk PAP, anjurkan pasien untuk jalan-jalan
3) Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan
misalnya pada letak kepala:
27
a) Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dectroce 5%, dimulai
dengan 12 tetes permenit, dinaikkan 10-15 menit sampai 40-50 tetes permenit.
Tujuan pemberian oksitosin adalah supaya serviks dapat membuka.
b) Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus. Bila tidak memperkuat his
setelah pemberian oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan anjurkan ibu
untuk istirahat. Pada malam hari berikan obat penenang misalnya valium 10
mg dan esoknya diulang lagi pemberian oksitosin drips.
c) Bila inersia uteri desertai disproporsi sefalopelvis maka sebaiknya dilakukan
seksio seasaria.
d) Bila semua his kuat tetapi kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah,
dan partus telah berlangsung lebih dari 24 jam primi dan 18 jam pada multi
tidak ada diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan indikasi obstetric
lainnya (ekstraksi vakum, forcep, dan seksio seasaria) (Nugroho, 2012:169,
170).
2.3.2 Ketuban Pecah Dini
a. Pengertian KPD
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan
(Nugroho, 2012:150).
Menegakkan diagnosa Ketuban Pecah Dini secara tepat dan tepat sangat
penting. Hal ini menghindari adanya diagnose positif palsu ataupun diagnose
negative palsu. Adanya diagnose positif palsu berarti melakukan intervensi seperti
28
melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio secaria yang semestinya tidak
dilakukan tampa adanya indikasi yang tepat. Sebaliknya diagnose yang negate
palsu dapat meningkatkan resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan ibu
dan janin. Diagnose ketuban pecah dini ditegakakan dengan cara annamnesa,
inspeksi, pemeriksaan dalam dan melakukan pemeriksaan penunjang(Nugroho,
2012:152).
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan/sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang 3 cm dan
pada multi kurang dari 5 cm bila periode laten terlalu panjang pada ketuban
pecah, maka terjadi infeksi yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan
anak serta menyebabkan partus lama. Air ketuban juga mempunyai fungsi
melindungi janin terhadap trauma dari suhu tubuh janin, sehingga bila ketuban
pecah sedangkan belum ada tanda-tanda inpartu resiko terjadinya infeksi lebih
tinggi dan biasanya mempengaruhi keadaan dalam vagina yang biasa
mebnyebabkan terjadinya partus lama (Nugroho, 2012:150).
b. Penyebab KPD
Pada sebaian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan dan tidak dapat
ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebabkan factor-faktor yang
berhubungan dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit
diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah:
1. Infeksi
2. Servik yang inkompetensia
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat
29
4. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual
5. Kelainan letak misalnya sungsang (Nugroho, 2012:150-151).
c. Penanganan KPD
1. Konservatif
a) Rawat di rumah sakit
b) Beri antibiotika : bila ketuban pecah < 6 jam berupa : ampisilin 4 x 500 mg
atau Gentamycin 1 x 80 mg
c) Umur kehamilan < 32-34 minggu : dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d) Bila usia kehamilan <32-34 minggu, masih keluar air ketuban, maka usia
kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan (hal
sangat tergantung pada kemampuan perawatan bayi premature).
e) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intrauterine.
f) Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid selama untuk memacu
kematangan paru paru janin.
2. Aktif:
a) Kehamilan >35 minggu : induksi oksitosin, bila gagal dilakukan Seksio
Ceasaria.
1) Cara induksi : 1 ampul syntocinon dalam dektrose 5% dimulai 4 tetes/menit,
tiap ¼ jam dinaikkan 4 tetes sampai maksimum 40 tetes/menit
b) Pada keadaan cpd, letak lintang dilakukam seksio seasaria.
c) Bila ada tanda-tanda infeksi : beri antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri (Nugroho, 2012:155).
30
2.3.3 Primipara Tua
Primipara tua adalah usia lebih dari 35 tahun/lebih pada kehamilan pertama.
Persalinan primigravida tua adalah proses persalinan yang pertama kali di alami
wanita yang berusia lebih dari 35 pada jaringan alat-alat kandungan, ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan serviks yang kaku
atau inertia uteri ( kelemahan his ).
Usia di atas 35 tahun yaitu ibu yang berumur 35 tahun atau lebih, di mana
pada usia tersebut terjadi perubahan kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi.
a) Bahaya atau resiko yang akan terjadi pada kehamilan di usia diatas 35 tahun
pada kehamilan pertama yakni tekanan darah tinggi, ketuban pecah dini,
infertilitas yang lampau sering dan waktu yang tersedia untuk kehamilan
yang akan dating terbatas, kecenderungan untuk melahirkan secara secsio
ceasarea, persalinan yang lebih sulit dan lama.
b) Penanganan yang dapat dilakukan pada primigravida tua yaitu, perawatan
kehamilan yang teratur dan pada persalinan membutuhkan tindakan operasi.
Menurut winkjasastro salah satu penyebab kelainan his yang dapat
menyebabkan partus lama terutama ditemukan pada primigravida khususnya
primigravida tua, sedangkan pada muiltipara ibu banyak ditemukan kelainan yang
disebabkan inersia uteri. Pada ibu dengan usia lebih dari 35 tahun diketahui kerja
organ-organ reproduksinya sudah mulai lemah, dan tenaga ibu sudah mulai
berkurang, hal ini akan membuat ibu kesulitan untuk mengejan yang pada
akhirnya apabila ibu terus menerus kehilangan tenaga karena mengejan akan
terjadi partus lama (Hanifa 2010:566).
31
2.3.4 Cephallo Pelvic Disproportion (CPD)
Cephallo Pelvic Disproportion (CPD) adalah keadaan dimana ketidak
sesuaian ukuran kepala janin dengan panggul ibu sehingga persalinan tidak dapt
berlangsung secara spontan.
CPD adalah Ketidaksesuain antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu
sehingga persalinan tidak dapat berlangsung secara pervagiana, kelainan dalam
ukuran atau bentuk jalan lahir dapat menghalangi kemajuan persalinan atau
menyebabkan kemacetan (hanifa,2010:562). Disproporsi relative terjadi apabila
factor-faktor lain ikut berpengaruh. Pangggul yang sedikit sempit dapat di atasi
dengan kontraksi uterus yang efisien, kelongaran jaringan lunak, letak, presentase
dan kedudukan janin yang menguntungkan dan kemapuan kepala janin untuk
mengadakan moulage. Sebaiknya kontraksi yang jelek, jaringan lunak yang kaku,
kedudukan abnormal, dan ketidakmampuan kepala untuk mengadakan moulage
sebagaimana mestinya, semua dapat menyebabkan persalinan menjadi lama,
bahkan kemungkinan besar persalinan vagina tidak mungkin (Hanifa 2010: ).
CPD atau Cefalopelvic Disproportion adalah ketidaksesuaian ukuran
panggul dan ukuran janin, yakni ukuran pelvic tertentu tidak cukup besar untuk
mengakomodasi keluarnya janin melalui pelvic sampai terjadi kelahiran
pervaginam. Keadaan ini dapat mengakibatkan kegagalan kemajuan persalinan,
persalinan macet, dan disfungsi uterus hipotonik yang dapat memicu persalinan
lama.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya CPD diantaranya:
4) Kesempitan pada Pintu Atas Panggul
32
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10 cm
atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Pada panggul sempit kepala memiliki
kemungkinan lebih besar tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga serviks uteri
kurang mengalami tekanan kepala.
5) Kesempitan pintu panggul tengah
Ukuran terpenting pada pintu tengah panggul adalah distansia interspinarum
kurang dari 9,5 cm, sehingga perlu diwaspadai kemungkinan kesukaran pada
persalinan jika diameter sagitalis posterior pendek pula.
6) Kesempitan pintu bawah panggul
Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm,
maka sudut arkus pubis juga mengecil (<80º) sehingga timbul kemacetan pada
kelahiran janin ukuran biasa.
Bentuk dan ukuran panggul dipengaruhi oleh :
5) Faktor perkembangan: herediter atau congenital.
6) Faktor nutrisi: malnutrisi menyebabkan panggul sempit.
7) Faktor seksual: androgen yang berlebihan menyebabkan bentuk panggul
android.
8) Trauma, penyakit, atau tumor pada tulang panggul atau tulang belakang
(Cunningham, 2012:491-492).
Cibils dan Hendricks melaporkan bahwa adaptasi mekanis dari janin terhadap
tulang jalan lahir memainkan peranan penting dalam menentukan efisiensi
kontraksi. Semakin baik adaptasi tersebut, semakin efisien kontraksi, dengan
demikian respon servikal terhadap persalinan memberikan prognostik terhadap
33
keluaran persalinan pada perempuan dengan panggul yang sempit (Cunningham,
2012:492).
Sebenarnya panggul hanya merupakan salah satu faktor yang menentukan
apakah anak dapat lahir spontan atau tidak, Penanganan Pada CPD yakni partus
dapat direncanakan pervagina bila janin kecil, his baik, posisi kepala dan keadaan
serviks harus diperhatikan selama inpartu. Lakukan secsio ceasarea
(Mochtar,2011:328).
2.3.5 Letak Sungsang
a. Pengertian Letak Sungsang
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian
terendah ( presentase bokong). Dibagi menjadi dua yaitu :
1. Letak bokong murni (frank breec) yaitu bokong yang menjadi bagian depan,
kedua tungkai lurus keatas.
2. Letak bokong kaki (complete breec ) yaitu disamping bokong teraba kaki,
biasa disebut sebagai letak bokong kaki sempurna jika disamping bokong
teraba kedu kaki atau tidak sempurna jika disamping bokong teraba satu
kaki
3. Letak lutut
4. Letak kaki (incomplete breec presentation ) yaitu presentase kaki (Rukiyah,
2010:239).
Untuk menegakkan diagnosa letak sungsang pada umumnya tidak sulit.
Pada pemeriksaan luar, dibagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang
keras dan bulat, yaitu kepala dan kepala teraba difundus uteri. Kadang-kadang
34
bagian bokong janin teraba bulat dan dapat member kesan seolah-olah kepala,
tetapi bokong tidak dapat digerakkaan semudah kepala. Denyut jantung janin pada
umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada umbicis.
Kelainan letak janin merupakan salah satu penyebab terjadinya partus lama.
Pada janin yang mengalami kelainan letak janin mempunyai resiko terhadap
terjadinya partus lama seperti letak sungsang dan lintang, janin dengan letak
sungsang atau lintang mengakibatkan tidak adanya bagian terendah janin
menutupi pintu atas panggul yang dapatr mengurangi tekanan terhadap
membrane bagian bawah, sehinga dapat menyebabkan terjadinya persalinan
dengan partus lama (Hanifa, 2010:562)
b. Penyebabnya
Penyebab dari letak sungsang antara lain disebabkan oleh : prematuritas
karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala
relatif besar, hindromnion karena anak mudah bergerak, placenta previa karena
menghalangi turunnya kepala kedalam pintu atas panggul, bentuk rahim yang
abnormal, kelainan bentuk kepala seperti anensefalus dan hidrosefalus (Rukiyah
2010:241).
c. Penanganan
Ada 2 fase dalam menolong persalinan letak sungsang yakni : fase menunggu
yaitu sebelum bokong lahir seluruhnya jangan lakukan klisteller karena akan
memudahkan nuchal arm kemudian fase untuk bertindak cepat yaitu dilakukan
setelah badan janin sudah lahir sampai pusat diperlukan waktu 8 menit dan untuk
35
mempercepat lahirnya kepala janin dapat dilakukan manual aid (Rukiyah
2010:244).
2.4 Dasar Pemikiran Variabel Yang Di Teliti
2.4.1 Inersia Uteri
Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan/sifatnya
menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat di atasi sehingga
menyebabkan persalinan macet. Timbulnya his adalah indikasi mulainya
persalinan, apabila his yang timbul sifatnya lemah, pendek dan jarang maka akan
mempengaruhi terunnya kepala dan pembukaan serviks yang dapat menyebabkan
sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau
pengusiran janin dari dalam rahim, pada akhirnya ibu akan mengalami partus
lama, tidak adanya kemajuan dalam persalinan (Nugroho, 2012:166).
2.4.2 Ketuban Pecah Dini (KPD)
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan/sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang 3 cm dan
pada multi kurang dari 5 cm bila periode laten terlalu panjang pada ketuban
pecah, maka terjadi infeksi yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan
anak serta menyebabkan partus lama. Air ketuban juga mempunyai fungsi
melindungi janin terhadap trauma dari suhu tubuh janin, sehingga bila ketuban
pecah sedangkan belum ada tanda-tanda inpartu resiko terjadinya infeksi lebih
tinggi dan biasanya mempengaruhi keadaan dalam vagina yang biasa
menyebabkan terjadinya partus lama (Nugroho, 2012:150).
36
2.4.3 Primipara Tua
Primipara tua adalah usia lebih dari 35 tahun/lebih pada kehamilan
pertama. Persalinan primi tua adalah proses persalinan yang pertama kali dialami
wanita yang berusia lebih dari 35 tahun pada jaringan alat-alat kandungan, ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan serviks yang kaku
atau inersia uteri. Pada ibu dengan usia lebih dari 35 tahun diketahui kerja organ-
organ reproduksinya sudah mulai lemah, dan tenaga ibu sudah mulai berkurang,
hal ini akan membuat ibu kesulitan untuk mengejan yang pada akhirnya apabila
ibu terus menerus kehilangan tenaga karena mengejan akan terjadi partus lama
(Hanifa, 2010:566).
2.4.4 CPD
CPD merupakan salah satu penyebab terjadinya partus lama. Pada janin
besar atau janin yang mengalami ketidak sesuian dengan luas jalan lahir biasanya
banyak terjadi banyak komplikasi pada saat terjadi persalinan, hal ini terjadi
karena kepala terlalu besar tidak dapat memasuki panggul atau karena bahu yang
tidak dapat meleweati PAP. Kesukaran ini mengakibatkan terjadinya partus lama
pada saat persalinan karena tidak adanya bagian terendah yang menutupi PAP
sehinga mengakibatkan meningkatnya tekanan terhadap bagian bawah (Hanifa,
2009:187).
2.4.5 Letak Sungsang
Kelainan letak janin merupakan salah satu penyebab terjadinya partus
lama. Pada janin yang mengalami kelainan letak janin mempunyai resiko terhadap
terjadinya partus lama seperti letak sungsang dan lintang, janin dengan letak
37
sungsang atau lintang mengakibatkan tidak adanya bagian terendah janin
menutupi pintu atas panggul yang dapatr mengurangi tekananterhadap membrane
bagian bawah, sehinga dapat menyebabkan terjadinya persalinan dengan partus
lama (Hanifa, 2010:562)
38
2.5 Kerangka Konsep
Keterangan :
Variable independen : Inersia uteri, KPD, Primigravida tua,CPD, Letak Sungsang
Variable dependen : Partus lama
Inersia Uteri
KPD
Primipara Tua
CPD
Letak Sungsang
Partus Lama
39
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang dimaksud
untuk mendapatkan gambaran tentang Identifikasi Kejadian Partus Lama Pada Ibu
Bersalin Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari
(Sulityaningsih, 2010:82).
3.2 Waktu Dan Tempat
3.3.1 Waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Maret tahun 2014
3.3.2 Tempat penelitian
Penelitian akan dilakasanakan di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Santa
Anna Kota Kendari Tahun 2014.
3.3 Populasi Dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah semua Ibu Bersalin yang mengalami partus lama Di Ruang
Bersalin Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari pada tahun 2013 dengan
jumlah 47 orang ibu bersalin yang mengalami partus lama.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah semua Ibu Bersalin Yang Mengalami Partus Lama
Di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari tahun 2013
dengan jumlah 47 orang ibu bersalin yang mengalami patus lama. Teknik
pengambilan sampel diambil adalah total sampling.
40
3.4 Jenis Dan Sumber Data
3.4.1 Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu penelitian
menggunakan angka-angka dimulai dari pengumpulan data, amalisis data serta
penampilan dari hasil penelitian.
3.4.2 Sumber data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari
Buku Register Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Santa Anna kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara.
3.5 Pengolahan dan Penyajian Data
3.5.1 Pengolahan Data
Data di olah secara manual dengan mengunakan kalkulator sebelum
pengolahan data terlebih dahulu di lakukan.
a. Seleksi merupakan pemilihan data.
b. Editing, mengecek kembali data yang di kumpulkan dan melengkapi data
yang kurang.
c. Coding, pekerjaan membuat table data yang telah dijumlah, di presentasikan
kemudian di uraikan makna presentasenya.
3.5.2 Penyajian Data
X = fn
x K (100 % )
Keterangan :
F = Frekuensi variable yang diteliti
n = jumlah sampel peneliti
41
k = konstanta (100%)
X = presentase hasil yang di capai (Sulistyaningsih.2010: 82)
3.6 Definisi Operasional
1. Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primigravida dan lebih dari 18 jam pada multigravida (Mochtar 2011:384).
Partus lama juga merupakan persalinan lama yang di sertai komplikasi ibu dan
janin yang sedang di kandungnya (Manuaba 2009:181).
2. Inersi uteri adalah his yang sifatnya lemah, lebih singkat dan lebih jarang
dibandingkan dengan his yang normal (Mochtar, 2011:310).
3. Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan (Nugroho, 2012:150).
4. Persalinan primipara tua adalah proses persalinan yang pertama kali dialami
oleh wanita berusia 35 tahun.
5. Cephallo Pelvic Disproportion (CPD) adalah Ketidaksesuain antara ukuran
kepala janin dengan panggul ibu sehingga persalinan tidak dapat berlangsung
secara pervagina, kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir dapat
menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan (Hanifa,
2010:562).
6. Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian
terendah ( presentase bokong). (Rukiyah, 2010:239).
42
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, R.2010.Sinopsis Obstectric Fisiologis Dan Patologis. Jakarta:EGC.
Manuaba. 2002. ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Untuk Bidan. jakarta :EGC
Nugroho, T. 2012. Patologi Kebidanan.Yogyakarta : PT.Nuha Medika.
Rukiyah,A.2010.Asuhan Kebidanan IV Patologi. Jakartam: CV Trans info Media
Sulistyaningsih. 2010. Metodologi penelitian kebidanan.: graha mulia.
Varney et al .2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2.Jakarta:EGC
Wiknjosastro, H. 2009. Buku Paduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
--------------------2010.Ilmu Kebidanan.Jakarta : PT.Bina Husada Sarwono P.
Tim RSU Santa Anna, 2013. Rekam medic RSU Santa Anna. Kendari Sulawesi Tenggara.
Tim RSU Bahteramas 2013. Recam medic RSU Bahteramas. Kendari. Sulawesi Tenggara.
(http://yulielolipuplophe.blogspot.com/2011/07/kti-faktor2-yang-mempengaruhi -partus.html?m=1).
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1.1.1 Profil Rumah Sakit Umum Santa Anna
Rumah Sakit Santa Anna Kota Kendari terletak di JL. DR. Moh. Hatta No.
65A Kota Kendari dengan luas lahan 5.138 m2 dan luas bangunan 3.340 m2.
Rumah Sakit Santa Anna Kota kendari didiririkan tanggal 23 juli 1978 dan
diresmikan tanggal 08 agustus 1978, merupakan Rumah Sakit Swasta milik
Kongraese JMJ-Indonesia. Rumah Sakit Santa Anna Kendari mendapatkan
sertifikat penetapan kelas Rumah Sakit oleh Mentri Kesehatan dengan nomor:
HK.03.05/1/665 Tanggal 19 april 2012 dengan ketetapan Rumah Sakit Umum
Kelas D. Surat Izin Operasional tetap dari Walikota Kendari dengan nomor
56/IZN/XII/2012/001 tanggal 17 desember 2012 dengan jangka waktu 5 (lima)
tahun berlaku dari tanggal 17 desember 2012 sampai 17 desember 2017
1.1.2 Letak Geografis
Rumah Sakit Umum Santa Anna terletak di Kota Kendari tepatnya di jalan
poros jl. Dr. Moh. Hatta no. 65 A kelurahan sauna kecamatan kendari barat kota
kendari, lokasi ini sangat strategis karena mudah dijangkau dengan kendaraan
umum dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan jalan poros Dr. Moh Hatta
2. Sebelah timur berbatasan dengan jalan By Pass Kota Kendari
3. Sebelah selatan berbatasan dengan kantor UTDD Kota Kendari
4. Sebelah barat berbatasan dengan kantor koperasi.
44
1.1.3 Falsafah Dan Peranan Rumah Sakit
Falsafah dan peranan Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari adalah
siap sedia berperan serta dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
di wilayah Sulawesi tenggara dalam pelayanan yang baik kepada sesama.
Berdasarkan falafah dan peranan tersebut Rumah Sakit Umum Santa Anna
Kota Kendari mempunyai falsafah dan peranan tersebut Rumah Sakit Umum
Santa Anna Kota Kendari mempunyai peranan yaitu :
Meningkatkan SDM secara berkesinambungan sesuai dengan
perkembangan dan tuntunan masyarakat
Menyediakan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan bermutu.
1.1.4 Visi,Misi Dan Motto
a.Visi
Tahun 2015 RSU Santa Anna memberikan pelayanan terbaik di wilayah
Sulawesi Tenggara
b. Misi
Memberikan pelayanan kesehatan secara professional terhadap sesama
dilandasi cinta kasih kristus, sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
masyarakat dalam era globalisasi
c. Motto
Siap sedia berperan serta dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat di wilayah Sulawesi Tenggara dalam pelayanan yang baik ke sesame.
45
1.1.4 Fasilitas Gedung
a. Ruang poliklinik seperti Poliklinik Umum, Poli Kebidanan, Poli Tht, Poli
Bedah ortopedi, dan Poli Gigi.
b. Ruang UGD Buka 24 Jam
c. Ruang ICU
d. Ruang Kamar Bersalin
e. Ruang Administrasi seperti Perkantoran, Keuangan, Dan Aula/Diklat
f. Ruang Pelayanan Penunjang seperti Laboratorium, Radiologi,USG, EKG,
Ambulance
g. Ruang Instalasi Gizi
h. Ruang Laundry
i. Ruang Jenazah
j. kapasitas tempat tidur rumah sakit 63 tempat tidur
1.1.5 Jenis Pelayanan
Tenaga dokter yang ada :
a. spesialis bedah umum, part time 3 orang
b. spesialis bedah orthopedic full time 1 orang
c. spesialis kebidanan dan kandungan, part time 3 orang
d. spesialis penyakit dalam, full time 1 orang
e. spesialis anak, part time 1 orang
f. spesialis THT, part time 1 orang
g. spesialis saraf, part time 1 orang
h. spesialis anastesi,part time 1 orang
46
i. dokter radiologi, part time 1 orang
j. spesialis jiwa, part time 1 orang
k. dokter gigi, full time 1 orang
l. dokter umum, full time 1 orang
m. dokter umum, part time 5 orang
n. tenaga apoteker, full time 2 orang
1.2 Hasil Penelitian
Tabel 1. Distribusi Ibu Bersalin Dengan Partus Lama di RSU Santa Anna di Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2013
Jenis persalinan Jumlah (n) Presentase (%)Inersia uteri 22 46,80 %
KPD 12 25,53 %Primipara tua 6 12,76 %
CPD 4 8,51 %Letak sungsang 3 6,38 %
Jumlah 47 100 %
` Sumber : Data sekunder, Tahun 2013
Dari tabel 2 terlihat bahwa penyebab partus lama pada ibu bersalin
paling banyak adalah Inersia Uteri berjumlah 22 orang (46,80 %), KPD berjumlah
12 orang (25,53 %) , primipara tua berjumlah 6 orang (12,76 %), CPD berjumlah
4 orang (8,51 %) dan yang paling sedikit letak sungsang berjumlah 3 (6,38 %).
4.3 Pembahasan
1. Inersia uteri
Berdasarkan penelitian (tabel 2), dari 220 ibu bersalin dengan partus lama
yang di teliti diperoleh jumlah ibu bersalin dengan partus lama akibat inersia uteri
sebanyak 22 orang (46,80%).
47
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nursia Pilami
pada tahun 2012 yakni dari 330 ibu bersalin dengan partus lama yang diteliti
diperoleh jumlah ibu bersalin dengan partus lama akibat inersia uterisebantak 133
orang (40,3%)
Dari hasil penelitian di atas ditemukan penyebab utama dari partus lama
yakni inersia uteri. hal ini dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wiknjosastro,
(2007). Bahwa inersia uteri merupakan salah satu penyebab utama dari partus
lama di mana his yang sifatnya lemah, lebih singkat dan lebih jarang
dibandingkan dengan his yang normal. Timbulnya his adalah indikasi mulainya
persalinan, apabila his yang timbul sifatnya lemah, pendek dan jarang maka akan
mempengaruhi turunnya kepala dan pembukaan serviks yang dapat menyebabkan
sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau
pengusiran janin dalam rahim, pada akhirnya ibu akan mengalami partus lama
karena tidak adanya kemajuan dalam persalinan (Wiknjosastro, 2007)
Diagnosis inersia uteri memerlukan pengalaman dan pengawasan yang
teliti terhadap persalinan. Pada fase laten diagnosis akan lebih sulit, tetapi bila
sebelumnya telah ada kontraksi (his) yang kuat dan lama, maka diagnosis inersia
uteri sekunder akan lebih mudah. Inersia uteri menyebabkan persalinan akan
berlangsung lama dengan akibat-akibatnya terhadap ibu dan janin (Rukiyah,
2010).
48
2. Ketuban Pecah Dini (KPD)
Berdasarkan hasil penelitian (tabel 2), dari 220 ibu bersalin dengan partus
lama yang diteliti diperoleh jumlah ibu bersalin dengan partus lama akibat
ketuban pecah dini 12 orang (25,53%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nursia Pilami pada tahun 2012
yakni 330 ibu bersalin dengan partus lama yang diteliti diperoleh jumlah ibu
bersalin dengan partus lama akibat ketuban pecah dini 129 orang (39,1%).
Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wiknjosastro, bahwa
pecahnya ketuban dengan adanya serviks yang matang dan kontraksi yang kuat
tidak pernah memperpanjang persalinan, akan tetapi apabila pecahnya ketuban
pada saat serviks masih panjang, keras, dan menutup, maka sebelum dimulainya
proses persalinan sering terdapat periode laten yang lama. Hal ini dipengaruhi
dimana ketika terjadi kesempitan pintu atas panggul (PAP) yang akhirnya
berpengaruh terhadap persalinan yaitu pembukaan serviks lambat dan sering kali
tidak lengkap. Kerja uterus yang tidak efisien mencakup ketidak mampuan serviks
untuk membuka secara lancar dan cepat, disamping kontraksi rahim yang tidak
efisien pada akhirnya akan terjadi partus lama (Wiknjosastro, 2007).
Sujiyatini dkk, menyatakan bahwa air ketuban juga mempunyai fungsi
melindungi janin terhadap trauma dari suhu tubuh janin, sehingga bila ketuban
pecah sedangkan belum ada tanda-tanda inpartu risiko terjadinya infeksi lebih
tinggi dan biasanya mempengaruhi keadaan dalam vagina yang bias menyebabkan
terjadinya partus lama (Sujiyatini dkk, 2009).
49
3. Primipara tua
Berdasarkan hasil penelitian (tabel 2) dari 220 sampel ibu bersalin dengan
partus lama yang diteliti diperoleh jumlah ibu bersalin dengan partus lama akibat
primigravida tua sebanyak 6 orang (12,76%).
Hasil penelitian ini sejalan penelitian yang dilakukan Nursia Pilami pada
tahun 2012 yakni dari 330 ibu bersalin dengan partus lama yang diteliti dipetoleh
jumlah ibu bersalin dengan partus lama akibat primipara tua 68 orang (20,6%)
Hal ini seiring dengan teori yang dikemukakan oleh Wiknjosastro, (2007).
Bahwa salah satu penyebab kelainan his yang dapat menyebabkan partus lama
terutama ditemukan pada primipara khususnya primipara tua. Pada ibu dengan
usia lebih dari 35 tahun diketahui kerja organ-organ reproduksinya sudah mulai
lemah, dan tenaga ibu pun sudah mulai berkurang, hal ini akan membuat ibu
kesulitan untuk mengejan yang pada akhirnya apabila ibu terus menerus
kehilangan tenaga karena mengejan akan terjadi partus lama (Wiknjosastro,
2007).
Jika dilihat dari sisi biologis manusia 20-35 tahun merupakan tahun terbaik
wanita untuk hamil karena selain berusia ini kematangan organ reproduksi dan
hormon telah bekerja dengan baik juga belum ada penyakit-penyakit degeneratif
seperti hipertensi, Diabetes Melitus, serta daya tahan tubuh masih kuat. Tidak
semua ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dipastikan
mengalami partius lama akan tetapi pada sebagian wanita dengan usia yang
masih muda organ reproduksinya masih belum begitu sempurna dan fungis
hormon-hormon yang berhubungan dengan persalinan juga belum sempurna pula.
50
Ditambah dengan keadaan psikologi, emosional dan pengalamaman yang belum
perna dialami sebelumnya dan mempengaruhi kontraksi uterus menjadi tidak
aktif, yang nantinya akan mempengaruhi lamanya persalinan. Sedangkan pada ibu
dengan lebih dari 35 tahun diketahui kerja organ-organ reproduksinya sudah
mulai berkurang, hal ini akan membuat ibu kesulitan untuk mengejan yang pada
akhirnya apabila ibu terus menerus kehilangan tenaga karena mengedan akan
terjadi partus lama (Winkjasastro, 2006).
Salah satu penyebab kelainan his adalah dapat menyebabkan partus lama
terutama ditemukan pada primipara tua. Kehamilan pada usia yang terlalu muda
dan tua termaksud dalam kriteria kehamilan risiko tinggi dimana keduanya
berperang meningkatkan mordibitas dan mortalitas pada ibu maupun janin.
Kehamilan primigravida tua dapat berhubungan dengan meningkatnya kompliksi
medis dan komplikasi obstetrik yang terjadi selama kehamilan (Manuaba, IB,
2006).
4. CPD (Cefalopelvic Disproportion)
Berdasarkan hasil penelitian (tabel 2) dari 220 sampel ibu bersalin dengan
partus lama yang diteliti diperoleh jumlah ibu bersalin dengan partus lama akibat
CPD sebanyak 4 orang (8,51%).
Hal ini seiring dengan teori yang dikemukakan oleh hanifa wiknjosastro
bahwa Ketidaksesuain antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu sehingga
persalinan tidak dapat berlangsung secara pervagina, kelainan dalam ukuran atau
bentuk jalan lahir dapat menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan
kemacetan atau partus lama (hanifa,2010:562).
51
CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil. Bila dalam persalinan
terjadi CPD akan kita dapatkan persalinan macet.CPD merupakan salah satu
penyebab terjadinya partus lama. Pada bayi terlalu besar atau janin yang
mengalami ketidak sesuian dengan luas jalan lahir biasanya banyak terjadi banyak
komplikasi pada saat terjadi persalinan, hal ini terjadi karena kepala terlalu besar
tidak dapat memasuki panggul atau karena bahu yang tidak dapat melewati Pintu
Atas Panggul (PAP). Kesukaran ini mengakibatkan terjadinya partus lama pada
saat persalinan karena tidak adanya bagian terendah yang menutupi Pintu Atas
Panggul (PAP) sehinga mengakibatkan meningkatnya tekanan terhadap bagian
bawah (Hanifa, 2009:187).
5. Letak sungsang
Berdasarkan hasil penelitian (tabel 2) dari 220 sampel ibu bersalin dengan
partus lama yang diteliti diperoleh jumlah ibu bersalin dengan partus lama akibat
letak sungsang sebanyak 3 orang (6,38%).
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hanifa wiknjosastro
bahwa Kelainan letak janin merupakan salah satu penyebab terjadinya partus
lama. Pada janin yang mengalami kelainan letak janin mempunyai resiko terhadap
terjadinya partus lama seperti letak sungsang dan lintang, janin dengan letak
sungsang atau lintang mengakibatkan tidak adanya bagian terendah janin
menutupi pintu atas panggul yang dapatr mengurangi tekanan terhadap membrane
bagian bawah, sehinga dapat menyebabkan terjadinya persalinan dengan partus
lama (Hanifa, 2010:562)
52
4.4 Asuhan Kebidanan
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN
PADA NY ‘T’ DI RUANG BERSALIN DENGAN
KALA II LAMA DI RSU SANTA ANNA
TANGGAL 3-03-2013
Tanggal masuk : 3 -03- 2014
Tanggal Pengkajian : 3 -03-2014
Diagnose : Inpartu G 1P0A0
Nama pengkaji : Elsara Hardianti
I. Pengumpulan Data Dasar
A. Biodata Ibu / Suami
Nama : Ny “T” / Tn “M”
Umur : 21 Tahun / 29 Tahun
Suku : Tolaki / Tolaki
Agama : Kristen / kristen
Pendidikan : Sma / SMA
Pekerjaan : IRT / Swasta
Alamat : jln. Dr. moh hatta
Lama Menikah : 3 Tahun
A. Data Biologis/Fisiologis
Keluhan utama : ibu mengatakan hamil yang pertama kalinya dan ibu
mengeluh Nyeri perut tembus ke belakang dirasakan ibu sejak tanggal 3 maret
2014 pukul 10.45 wita disertai pelepasan lendir dan darah sejak pukul 17.45 wita
1. Riwayat keluhan utama
a. Timbul sejak : tanggal 03-03-2014 jam 10.45 wita.
53
b. Sifat keluhan : hilang - timbul
c. Pengaruh keluhan terhadap aktivitas : mengganggu
d. Usaha untuk mengatasi keluhan : ibu berbaring sambil mengelus –
elus pinggangnya.
2. Riwayat obstetric
1. Riwayat kehamilan sekarang : G IP0A0
a. HPHT : 24-05-2013.
b. TP : 03-03-2014.
c. Gerakan janin : sejak usia kehamilan 20 minggu.
d. Keluhan saat hamil muda : mual dan muntah di pagi hari.
e. Pemeriksaan kehamilan : sering lebih dari 4 kali di posyandu.
f. Imunisasi TT : perna 2x
TTI pada umur kehamilan 28 minggu.
TT2 pada umur kehamilan 32 minggu.
g. Obat yang dikonsumsi
Obat : SF, Kalak, dan Vit.C
Jamu : tidak ada.
2. Riwayat haid
Menarche : 15 tahun
Siklus : 28-30 hari
Lamanya : 5-7 hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut sehari
Dismenorhea : tidak ada
54
3. Tidak ada riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu.
4. Riwayat ginekologi
Tidak ada penyakit infertile, massa, penyakit menular seks, dan opersi.
5. Tidak ada riwayat KB
6. Riwayat penyakit yang lalu
Tidak ada penyakit Asma, TBC, Hepatitis B, Jantung, Hipertensi, Diabetes
Melitus, Penyakit lainnya.
7. Pola Nutrisi
a. Waktu makan terakhir : sebelum persalinan
b. Frekwensi makan : 3x sehari
c. Frekwensi minum : 7-8 gelas sehari
d. Pantangan makan : tidak ada
8. Pola eliminasi
1. BAK
a. Frekwensi : 4-5x sehari
b. Warna : kekuningan
c. Bau : khas amoniak
d. Masalah : tidak ada
1. BAB
a. Frekwensi : 1-2x sehari
b. Konsistensi : lunak
c. Masalah : tidak ada
55
9. Pola tidur dan istirahat
a. Malam : ± 8 jam
b. Siang : ± 2 jam
c. Masalah : tidak ada
10. Data social
a. Dukungan suami : respon suami sangat senang menunggu
kelahiran bayinya
b. Dukungan keluarga: respon keluarga sangat senang ditandai dengan
mereka berdoa untuk keselamatan ibu dan bayiny
c. Masalah : tidak ada
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum ibu : baik.
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70
Nadi : 84x/i
Suhu : 36,5 c
Pernapasan : 18x/i
4. Kepala
Rambut panjang, hitam dan lurus,tidak rontok tidak ada ketobe dan benjolan.
5. Wajah
Ekspresi wajah tampak meringis kesakitan, tidak ada kloasma dan odema.
6. Mata
Konjuntiva tdk pucat, sclera tidak ikterus dan penglihatan normal.
56
7. Mulut
Bibir lembab, lidah kotor dan ada gigi tanggal.
8. Leher
Tidak ada pembesaran vena jugularis dankelenjar tiroid
9. Payudara
Putting susu menonjol ada kolostrum sedikit.
10. Abdomen
a. Inspeksi
Sesuai umur kehamilan, Striae livide, Linea nigra
Lingkar perut 91 cm
TBJ = Lingkar perut x TFU
= 91 X 32 cm
= 2912
b. Palpasi
Tonus otot perut : tampak tegang
Leopold I : TFU 3 jrbpx ,bokong
Leopold II : puka
Leopold III : presentase kepala
Leopold IV : kepala sudah masuk PAP
c. Auskultasi
DJJ : Normal
Frekwensi : 140x/ menit
Irama : teratur.
57
Kekutan : jelas, kuat dan teratur
14. Genitalia dalam
Tidak ada varises, odema dan massa.
Pemantauan HIS :
Waktu Kontraksi
uterus
Durasi Nadi (mmHg) DJJ
18.50 3x 10 menit 20-40 dsetik 110/70 145 x/menit
19.20 3x 10 menit 20-40 detik 110/70 145 x/menit
19.50 3x 10 menit 20-40 dsetik 110/70 145 x/menit
20.20 3x 10 menit 20-40 detik 110/70 145 x/menit
21.20 4x 10 menit 20-40 detik 110/70 145 x/menit
21.50 3x 10 menit 20-40 detik 110/70 145 x/menit
22.20 4x 10 menit > 40 detik 110/80 148x/ menit
22.50 4x 10 menit > 40 detik 110/80 148x/ menit
23.20 4x 10 menit > 40 detik 110/80 148x/ menit
23.50 4x 10 menit > 40 detik 100/60 150x/ menit
00.20 4x 10 menit > 40 detik 100/60 150x/ menit
00.50 4x 10 menit > 40 detik 100/60 150x/ menit
15. Pemeriksaan dalam Pukul 18. 50 Wita
a) Vulva dan Vagina : Tidak ada kelainan
b) Portio : Lunak dan tipis
c) Pembukaan : 6 cm
d) Ketuban : Utuh
e) Presentase : Kepala, UUK depan
f) Molase : Tidak ada
g) Penurunan Kepala : H1- H II
h) Kesan panggul : Normal
i) Pelepasan : Lendir dan darah
16. Ekstremitas : Tidak ada oedema dan varices
58
16. Anus
Tidak ada hemoroid dan odema.
LANGKAH II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA /MASALAH AKTUAL
GIP0A0, umur kehamilan 40 minggu 1 hari, intra uterin, janin tunggal, janin hidup,
punggung kanan, presentase kepala, kepala sudah masuk PAP, keadaan ibu dan
janin baik kala I fase aktif dengan inersia uteri sekunder.
1. GIP0A0
DS : ibu hamil yang pertama kalinya.
DO : Tonus otot perut tegang, tampak strie livide dan linea nigra.
Analisis dan interpretasi.
- Tonus otot perut pada primigravida tampak tegang akibat belum perna
mengalami peregangan sebelumnya.
- Linea nigra timbul sebagai akibat tingginya kadar MSH (Melanocyte
Stimulating Hormone) yang dihasilkan oleh hipofisis anterior akibat
pengaruh hormon selama kehamilan sehingga linea alba pada garis tengah
abdomen bertambah hiperpigmentasinya. Striae livide timbul sebagai
akibat pembesaran rahih yang menimbulkan peregangan dan menyebabkan
robekan serabut elastic dibawah kulit
(Sulistyawati, A. 2009)
2. Umur kehamilan 40 minggu 1 hari
DS : HPHT 30-08-2013
DO : Tanggal kunjungan : 03-03-2014
Tafsiran persalinan : 03-03-2014
59
TFU pada Leopold I : 3 jari bawah px
Analisis dan interpretasi.
Dari HPHT 30-05-2013 sampai tanggal kunjungan 07-05-2014 umur
kehamilan 40 minggu 1 hari.dan pada palpasi Leopold I didapatkan 3 jari
bawah px.
(Sulistyawati, A. 2009)
3. Intra uterin
DS : - mulai merasakan pergerakan janinnya pada umur kehamialan 4 bulan
- Sejak tidak haid ibu tdak perna merasakan nyeri perut hebat
DO : - Perut membesar sesuai umur kehamilan
- tidak ada nyeri tekan pada palpasi abdomen
Analisis dan interpretasi
Selama kehamilan dari 16 minggu ibu merasakan pergerakan janin hingga
sekarang dan pada palpsi abdomen ibbu tidak merasakan nyeri tekan dan
didukung pembesaran perut yang sesuai dengan umur kehamilan (Hanifa,
2008).
4. Janin tunggal
DS : -
DO : S DJJ terdengar pada satu bagian abdomen ibu yaitu sebelah kanan dan
hanya teraba dua bagian besar janin.
S Pada pemeriksaaan Leopold I dan III hanya teraba masing-masing satu
bagian besar.
60
Analisis dan interpretasi
Pada pemeriksaan Leopold I teraba bagian lunak, tidak melenting dan susah
digerakan menandakan bokong janin dan pada pemeriksaan Leopold III terb
gagian bulat, melenting, keras dan mudah digerakan menandakan bagian
kepala janin. DJJ hanya terdengar pada satu sisi perut ibu saja berarti
menandakan janin tunggal (Sulistyawati, A. 2009)
5. Janin hidup
DS : Ibu mersakan pergerakan janinnyasejak umur kehamilan 16 minggu.
DO : DJJ terdengar kuat, jelas, teratur dengan frekuensi 140x/menit
Analisis dan Interpretasi
Gerakan janin dirasakan sejak umur kehamilan 16 minggu dengan DJJ terdengar
kuat, jelas dan teratur menandakan janin hidup. (Hanifa, 2008)
6. Punggung Kanan
DS : - Ibu merasakan pergerakan janinnya di bagian kiri perut ibu
DO :
- Pada palpasi Leopold II teraba punggung pada bagian kanan perut ibu
(rata seperti papan, keras dan ada tahanan)
- DJJ terdengar kuat, jelas, teratur dengan frekuensi 140x/menit di kuadran
kanan bawah perut ibu.
Analisis dan Interpretasi
Pada palpasi Leopold II untuk mengetahui bagian janin yang mengisi sisi
kanan dan kiri perut ibu. Ciri punggung adalah : keras, rata/datar seperti
papan panjang serta ada tahanan dan auskultasi DJJ terdengar di bagian
61
punggung janin yang mengisi sisi perut ibu bagian kanan. (Sulistyawati, A.
2009).
7. Presentase Kepala
DS : -
DO : Palpasi leopol I dibagian Fundus teraba bokong ( besar , buat dan lunak),
leopol III teraba kepala ( keras, besar, bulat melenting dan mudah
digoyangkan)
Analisis dan interpretasi
Leopol I bertujuan untuk menentukan TFU dan bagian yang mengisi fundus,
leopol III untuk menentukan bagian terendah janin / presentase Ciri kepala:
teraba keras bulat, besar melenting dan mudah digoyangkan jika belum masuk
PAP.( Sulistiyawati, A. 2009).
8. Bagian terendah janin sudah masuk PAP ( konvergen)
DS : -
DO : pada palpasi Leopol IV kepala sudah masuk masuk PAP ( diververgen)
Analisis dan interpretasi
Palpasi leopol IV bertujuan untuk mengetahui apakah bagian terendah janin
sudah masuk PAP atau belum jika sudah masuk (divergen) kedua tangan
pemeriksa yang diletakkan di dua belah pihak berlawanan pada bagian bawah
perut ibu tidak saling bertemu. ( Sulistiyawati. A. 2009 : ).
9. Keadaan janin bayi.
DS : Ibu merasakan pergerakan janinnya sejak usia 16 Minggu ( 4 bulan).
DO : Besar perut/ rahim sesuai umur kehamilan
DJJ terdengar kuat jelas dan teratur dengan frekwensi 140 x / menit
Analisis dan interpretasi
Pergerakan janin 10 X dalam 24 jam, auskultasi Djj terdengar kuat jelas dan
teratur dengan frekwensi 120 -160 x / menit yang menandakan janin dalam
keadaan baik. ( Sulistiyawati. A. 2009 ).
62
10. Keadaan Ibu baik.
DS : Ibu mengatakan keadaannya baik baik saja.
DO: KU ibu baik kesadaran ibu composmentris, pada pemeriksaanfisik tidak
ada kelainan, TTV
TD:110/ 80mmhg S :36,5 0 C
N :80 x / menit P: 20 x/ menit
Analisis dan intepretasi
TTV dalam batas normal menunjukkan keadaan ibu baik baik saja
Tekanan darah : Sistole kurang dari 130 – 90 mmhg.
Diastole kurang dari 80-70 mmhg
Nadi : 60 -100 x /menit
Suhu : 36, 5 -37,5 0c
Pernafasan : 12-22 x / menit
(dr. andy santosa, 2011)
11. Inersia uteri sekunder
DS :
DO : Pembukaan 6 cm hodge II
His 3 x 10 menit durasi 20 – 40 detik
Analisis dan Interpretasi
Protraksi didefenisikan sebagai kecepatan pembukaan dan penurunan yang
lambat yaitu untuk nulipara adalah kecepatan pembukaan kurang dari 1,2
cm/jam atau penurunan kurang dari 1 cm/jam. Untuk multipara kecepatan
pembukaan kurang dari 1,5 cm/jam atau penurunan kurang dari 2 cm/jam.
Jika his tidak adekuat (< 3 kali his dalam 10 menit lamanya kurang dari 40
detik) pertimbangkan adanya inersia uteri. Jika diagnosa inersia uteri
ditetapkan, harus diperiksa keadaan serviks, presentasi serta posisi janin,
turunnya kepala janin dalam panggul, dan keadaan panggul. Pada kasus
inersia uteri, dapat diberikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc
dekstrosa 5%, dimulai dengan 12 tetes permenit, dinaikkan setiap 10-15
menit sampai 40-50 tetes permenit.
63
LANGKAH III : IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
LANGKAH IV : EVALUASI TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian:
- Drips ocytoxin 5 unit dalam 500 cc RL dari 8 tetes /menit dinaikkan 4
tetes/30menit. Maksimal 40 tetes.
LANGKAH V : RENCANA ASUHAN
Tujuan :
a Keadaan umum ibu baik
b. Persalinan lancar.
c. Tidak terjadi komplikasi pada ibu dan janin
Kriteria keberhasilan:
a. TTV dalam batas normal dan
b. Tidak terjadi komplikasi/masah pada saat persalinan.
c. Tidak terjadi infeksi dan tanda-tanda gawat janin
Rencana Tindakan
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
Rasional :
Agar ibu dapat mengetahui keadaan serta perkembangan proses persalinannya
2. Observasi
Rasional :
Agar kemajuan persalinan dapat diketahui sehingga dapat ditentukan tindakan
selanjutnya
3. Berikan terapi sesuai dengan anjuran dokter obgyn yaitu:
- Drips ocytoxin 5 unit dalam 500 cc RL dari 8 tetes /menit dinaikkan 4
tetes/30menit. Maksimal 40 tetes.
Rasional
64
Maksud dari pemberian oksitosin adalah memperbaiki his sehingga serviks
dapat membuka.
4. Beri informasi tentang nyeri kala I yang dirasakan
Rasional :
Agar ibu mengetahui bahwa nyeri yang dirasakan disebabkan karena
membukanya jalan lahir disertai peregangan cukup kuat untuk timbulnya nyeri.
5. Beri dukungan pada ibu
Rasional :
Dukungan yang baik dan memberikan semangat dan sikap optimis seorang ibu
dalam menghadapi persalinan.
6. Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang menguntungkan bagi janinnya.
Rasional :
Hal ini dapat meningkatkan suplai oksigen ke janin karena tidur miring
mencegah penekanan vena cava superior oleh uterus yang berkontraksi
7. Siapkan partus set
Rasional :
Mempersiapkan alat partus untuk mempermudah menolong persalinan.
LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
Tanggal 03-03-2014
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2. Mengobservasi kemajuan persalinan
3. Memberikan terapi sesuai anjuran dokter obsgyn
- Drips ocytoxin 5 unit dalam 500 cc RL dari 8 tetes/menit dinaikan 4 tetes/30
menit. Maksimal 40 tetes
4.Memberikan informasi tentang nyeri kala I yang dirasakan
3. Memberikan dukungan pada ibu
4. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang menguntungkan bagi janinnya
dengan berbaring mirin gkiri atau kanan.
5. Menyiapkan partus
65
LANGKAH VII : EVALUASI
Tanggal 03-03-2014, pukul 18.50 WITA
1. Keadaan umum ibu dan janin baik
2. TTV dalam batas normal
TD : 110/70mmHg N : 80x/menit
S : 36,50c P : 20x/menit
3. Telah dilakukan observasi kemajuan persalinan DJJ dengan hasil 140xmenit
dengan irama teratur, his 3x/10 menit durasi 30 – 35 detik,VT:
Vulva/vagina : Elastis
Partio : Tebal
Pembukaan : 6 cm
Ketuban :
Presentase : Kepala
Molase : Tidak ada
Posisi UUK : UUK kanan depan
Penurunan kepala : Hodge II
Kesan panggul : Normal
4. Terpasang infus pada lengan sebelah kiri, cairan RL 500 cc + 5 unit ocytoxin
drips 8 tetes/menit dinaikkan 4 tetes/30 menit, maksimal 40 tetes
5. Ibu memahami dan mengerti semua anjuran bidan
6. Alat partus telah disiapkan
66
MANAJEMEN KALA II PERSALINAN
LANGKAH 1 IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. Data Subjektif
- Ibu merasakan sakit pada perut tembus belakang
- Kontraksi uterus terasa makin kuat
- Ibu memiliki keinginan kuat untuk meneran
B. Data Obyektif
- Keadaan umum ibu baik
- His : 4x/10 menit durasi : 40 -45 detik
- Vulva dan sfingter ani membuka
- Jam 00.50 wita.
Vulva/vagina : Elastis
Portio : Tidak teraba
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : -
Presentase : Kepala
Molase : tidak ada.
Posisi UUK : UUK depan
Penurunan kepala : Hedge IV
Kesan panggul : Normal
- DJJ 138x/menit.
1. LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAG Diagnosa: Inpartu kala II, keadaan Ibu
dan janin baik
DS:
- Ibu merasa ingin BAB
- Ibu merasa ingin meneran dan sudah keluar air-air dari jalan lahir
- Ibu merasa sakitnya bertambah kuat dan tembus belakang
DO:
- Ibu dengan inersia uteri setelah diberikan oksitasin drips tampak
ada perbaikan his. His 5 kali dalam 10 menit lamanya > 40 detik
- Dilatasi serviks 10 cm
67
- Vulva dan anus membuka, perineum menonjol
Analisis dan Interprestasi
- Dengan adanya His yang kuat mengakibatkan segmen atas rahim
berkontraksi dan mendorong isi uterus (janin) turun kesegmen bawah,
uterus yang merupakan gerakan positif janin
- Rasa nyeri diakibatkan oleh tekanan yang hebat pada otot dalam
panggul dan bagian terendah janin. Menelan fleksus saraf yang
mengakibatkan rasa nyeri
- Kontraksi yang timbul disertai rasa ingin mengedan pada Ibu yang
berlangsung secara reflex yang merupakan tanda dan gejala kala II
- Dilatasi serviks 10 cm dipengaruhi oleh adanya tekanan yang akurat
pada seviks
2. Keadaan ibu dan janin baik
DS : keadaan ibu baik
Ibu mengatakan masih merasakan pergerakan janin
DO :
TD : 100/70 mmHg
N : 84x/menit
S : 36,5°c
P : 20x/menit
Djj : 146x/menit
Analisis dan interpretasi :
Kondisi ibu dan janin baik, tanda-tanda vital dan Djj dalam batas
normal (120-160x/menit) (Hanifa Wiknjosastro, 2007)
NOSA/MASALAH AKTUAL
LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL.
LANGKAH IV : EVALUASI TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI.
Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan bila ada komplikasi pada kala II
dan proses persalinan
68
LANGKAH V RENCANA ASUHAN.
Tujuan :
1. Keadaan umum ibu baik
2. Kala II berlangsung normal
3. Bayi lahir spontan tanpa trauma, asfiksia, dan hipotermi
Kriteria :
1. Kala II berlangsung tidak lebih dari 15 menit
2. Bayi lahir spontan, langsung menangis kuat
3. TTV dalam batas normal
TD : 120 / 80 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,50C
P :20 x/menit
4. Tidak terjadi perdarahan
Rencana Asuhan
1. Pantau adanya tanda – tanda kala II
Rasional : dengan memastikan adanya tanda dan gejala kala II, saat
His Ibu sudah dapat dianjurkan mengedan
2. Pastikan kelengkapan alat, bahan dan obat – obatan
Rasional : kelengkapan alat, bahan dan obat – obatan dalam
persalinan akan memperlancar jalannya proses persalinan
3. Siapkan pelindung diri untuk menolong (pakai celemek)
Siapkan : dengan menggunakan celemek dapat melindungi tubuh
penolong dari kontaminasi darah dan lender pasien
4. Cuci tangan sebelum menolong
Rasional : mencegah penyebaran infeksi dari penolong ke pasien
5. Pakai sarung tangun DTT
Rasional : pengguna sarung tangan DTT untuk mencegah terjadinya
Infeksi
6. Siapkan oxytosin dalam spoit
Rasional : kesiapan oxytosin dapat memudahkan penolong saat
69
melakukan tindakan aktif kala II
7. Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT
Rasional : mencegah terjadinya infeksi jalan lahir akibat kuman yang
berasal dari vulva dan perineum
8. Lakukan pemeriksaan dalam
Rasional : untuk memastikan bahwa pembukaan sudah lengkap dan
memastikan tidak teraba bagian – bagian kecil janin serta
tali pusat menumbung
9. Dekontaminasi sarung tangan yang sudah dipakai
Rasional : untuk mencegah infeksi silang
10. Periksa DJJ
Rasional : untuk mengetahui kondisi janin
11. Beritahu Ibu jika pembukaan sudah lengkap
Rasional : agar Ibu mempersiapkan diri untuk mengedan saat ada His
12. Anjurkan kepada keluarga untuk membantu Ibu posisi setengah duduk
Rasional : posisi setengah duduk dapat mempercepat penurunan
kepala
13. Pimpin Ibu meneran jika ada His dan anjurkan Ibu untuk istrahat
diantara kontraksi (beri minum dan periksa DJJ)
Rasional : kekuatan Ibu dengan cara mengedan yang baik dapat
membantu mempercepat kelahiran dan istrahat diantara
His agar Ibu tidak kelelahan sehingga pada saat proses
persalinan Ibu tidak kehabisan tenaga
14. Anjurkan Ibu berjalan, jongkok atau mengambil posisi yang nyaman
Rasional : agar kepala bayi cepat turun dan Ibu merasa nyaman
15. Letakan handuk bersih di atas perut Ibu saat kepala membuka vulva 6
cm
Rasional : untuk mengeringkan bayi segera setelah lahir dan
mencegah terjadinya hipotermi
16. Letakan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong Ibu
Rasional : untuk mencegah infeksi silang dari tempat persalinan ke
70
pasien dan untuk menyokong perineum
17. Buka tutup Bak partus dan perhatikan kelengkapan alat dan bahan
Rasional : untuk memastikan kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
Rasional : untuk mencegah infeksi silang antara pasien dan penolong
19. Lahirkan kepala sambil menyokong perineum dan menahan puncak
kepala
Rasional : agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat yang dapat
menyebabkan ruptur puncak vagina dan rupture perimum
20. Periksa lilitan tali pusat
Rasional : lilitan tali pusat dapat menghambat kelahirann bahu
sehingga dapat menyebabkan bayi asfiksia
21. Tunggu kepala janin melakukan putaran paksi luar
Rasional : putaran paksi luar sempurna menjadikan kepala janin
searah dengan punggungnya sehingga memudahkan
kelahiran bayi
22. Lahirkan kepala secara biparietal
Rasional : mencegah terjadinya distosia bahu dan reptur perineum
23. Lahirkan seluruh badan bayi dengan sanggah susur
Rasional : untuk mencegah trauma pada bayi
24. Lakukan penilaian pada bayi
Rasional : untuk mengetahui apakah bayi asfiksia atau tidak sehingga
kita segera melakukan langkah reshsitasi
25. Keringkan bayi dengan segera
Rasional : untuk mencegah hypotermi pada bayi
26. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
Rasional : jika kehamilan ganda kalau disuntikan oxytocin akan
menyebabkan uterus berkontraksi yang akan menurunkan
oksigen kepada bayi sehingga terjadi hipoksia
27. Beritahu Ibu bahwa ia akan disuntik oxytocin
Rasional : agar uterus berkontraksi dengan baik
71
28. Jepit tali pusat dengan klem
Rasional : mencegah tidak terjadi perdarahan pada tali pusat
29. Potong tali pusat dan mengikat
Rasional : mencegah terjadinya perdarahan tali pusat
30. Letakan bayi tengkurap di dada Ibu agar terjadi kontak kulit Ibu dan
bayi
Rasional : agar Ibu dan bayinya merasakan ikatan batin yang kuat
31. Selimuti Ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala
bayi
Rasional : agar bayi tidak hypotermi
LANGKAH VI IMPLEMENTASI
2. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap
3. Menyiapkan Ibu, Menyipkan diri penolong, dan Menyiapkan alat
4. Menyipkan posisi ibu
5. Meminta ibu untuk meneran saat ada HIS
6. Menyokong perineum dan menahan puncak kepala
7. Melahirkan badan bayi dengan sangga susur, pukul 01.20 wita lahir
seorang bayi laki-laki, berat 3100 gram, PBL 49 cm, AS 8/10, bayi
menagis spontan, warna kulit kemerahan dan pergerakan aktif.
8. Melakukan penanganan bayi baru lahir
LANGKAH VII EVALUASI
1. Ibu tampak lelah.
2. Bayi berhasil diresusitasi, bernafas normal.
3. Kontraksi uterus baik.
4. Tidak terjadi perdarahan
72
MANAJEMEN KALA III PERSALINAN
LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. Data subejtif
1. Ibu mengataakan senang atas kelahiran bayinya me bagian bawah
meskipun merasa lelah.
2. Ibu mengatakan mules pada perut bagian bawah.
B. Data objektif.
1. Bayi lahir dengan ekstrasi vakum. Tanggal 03-03-2013, pukul 17.53 wita
2. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar.
3. Keadaan umum ibu baik.
4. Terpasang infuse RL 500 cc + 5 unit ocytoxin drips 8 tetes/menit.
LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH AKTUAL
Kala III Persalinan
DS: Ibu mengeluh nyeri perut pada bagian bawah.
DO: Plasenta blum lahir.
TFU 1 jari bawah pusat.
Analis dan interpretasi
Segera setelah bayi lahir dan air ketuban sudah tidak berada dalam uterus,
kontraksi uterus akan terus berlangsung dan ukuran rongga panggul akan
mengecil sehingga plasenta akan memisahkan diri dinding uterus.
LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Tidak ada data yang memdukung terjadinya masalah potensial.
73
LANGKAH IV EVALUASI PERLUNYA TINDAKAN SEGERA /
KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter obgyn.
LANGKAH V RENCANA ASUHAN
Tujuan
1. Kala III berlangsung normal
2. Kontraksi uterus baik.
3. Mencegah perdarahan.
Criteria
1. Plasenta lahir < 15 menit, plasenta lahir utuh dan lengkap.
2. Kontraksi uterus baik.
3. Suntik oxytosin , PPT dan melakukan massase fundus.
Rencana tindakan
1. Beritahu ibu bahwa plasenta akan segera dilahirkan.
Rasional : agar ibu mengetahui tindakan yang akan dilakukan.
2. Periksa ada tidaknya bayi kedua
Rasional : jika masih ada jani kedua, lahirkan janin kedua sebelum suntik
oxytocyn dilakukan.
3. Beritahu ibu bahwa akan disuntik oxytocyn 10 UI secara IM, dibagian
paha distal lateral
Rasional : untuk merangsang kontraksi uterus dan mencegah perdarahan.
4. Lakukan penegangan talipusat terkendali.
Rasional :
Membantu lahirnya plasenta secarah utuh dan mencegah perdarahan.
74
5. Lalakukan massase uterus.
Rasional untuk meerangsang kontraksi uterus setelah lahirnya plasenta.
LANGKAH VI IMPLEMENTASI
1. Memberitahu ibu bahwa plasenta akan segera dilahirkan.
2. Memeriksa ada tidaknya bayi kedua
3. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oxytocyn 10 UI secara IM,
dibagian paha distal lateral
4. Melakukan penegangan talipusat terkendali
5. Melakukan massase uterus.
LANGKAH VII EVALUASI
1. Kala III berlangsung normal.
2. Plasenta lahir lengkap
3. Kontraksi uterus baik.
4. Keadaan ibu dan janin baik.
75
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KALA IV PERSALINAN
LANGKAH I DATA DASAR
A. Data Subjektif
Ibu merasa lelah tetapi senang.
B. Data Objektif
1. Keadaan ibu baik.
2. TTV
TD : 180/90 mmhg, N: 86, S: 36,50C, P : 20x/menit
3. Kontraksi uterus baik
4. TFU 2 jari bawah pusat.
5. Masih terpasang infuse cairan RL 500 cc + 5 unit ocytoxin drips 8
tetes/menit
6. Kandung keming penuh.
7. Terdapat luka perineum derajat II
8. Perdarahan ± 50 cc
LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH AKTUAL
Kala IV Pengawsan
DS: Ibu merasa lemas tetapi senang
DO:
- Keadaan ibu baik
- TTV : TD: 180/90 mmhg, N: 86 x/menit, S: 36,5 0C, P: 20x/menit.
- TFU 2 jari bawah pusat
- Perdarahan ±100 cc.
Analisis dan interpretsi
76
Setelah janin lahir fundus uteri kira-kira setinggi pusat, setelah plasenta lahir
fundus uteri kira-kira 2 jari dbawa pusat. Kala IV adalah masa 2 jam setelah
plasenta lahir, pada kala IV ini, pasien masih membutuhkan pengawasan yang
intensif karena perdarahan aonia uteri masih dapat mengancam (Hanifa, 2010)
KALA III IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadi perdarahan.
DS: -
DO: Terdapat laserasi derajat II
Analisis dan interpretasi
Perdarahan uterus tidak berkontraksi dengan baik ataupun ada laserasi pada
jalan lahir, sehingga menyebabkan syok karena kurang cairan dari sirkulasi
darah (Manuaba, 2007)
LANGKAH IV EVALUASI PERLUNYA TINDAKAN SEGERA
/KOLABORASI.
LANGKAH V RENCANA ASUHAN
Tujuan
a. Keadaan umum ibu baik.
b. Tidak terjadi perdarahan.
Criteria keberhailan.
a. TTV dalam batass normal
b. Kontraksi uterus baik dan perdarahan dalam batas normal.
Rencana tindakan
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu.
Rasional : agar ibu mengetahui kondisinya.
77
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
Rasional : agar ibu mengetahui tindakan yang akan diberikan dan meminta
persetujuan dari ibu.
3. Jahit luka perineum derajat II
Rasional : untuk mencegah perdarahan akibat adanya pembuluh darah
yang terbuka.
4. Observaasi keadaan umum dan TTV
Rasional : Keadaan umum dan tanda-tanda vital dijadikan indicator untuk
mengetahuikeadaan ibu.
5. Observasi kontraksi dan TFU
Rasional : setelah plasenta lahir, fundus uteri diobservasi untuk
mengetahui keadaan kontraksi dan preses involusi terjadi atau tidak,kaera
perlambatan involusi dapat meningkatkan resiko endometritis.
6. Observasi jumlah perdarahan
Rasional : untuk mengetahui jumlah darah yang keluar sehingga dapat
diberikan tindakan secepatannya apabila ada tanda-tanda perdarahan.
7. Pasang kateter tetap
Rasional : untuk mengeluarkaan urin ibu.
8. Pasang tanpon vagina 2 buah
Rasional : untuk menyerap darah yang keluar.
9. Bersikan ibu dengan air DTT
Rasional : menjaga personal higyene ibu dan memberikan rasa nyaman.
10. Anjurkan keluarga untuk memberikan makan dan minum pada ibu.
78
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan pemulihan energy
pasca persalinan
11. Berikan obat- obatan pada ibu
Cefadroxile : 2x1
Metronidazole : 3x1
Asam Mefenamat: 3x1
Metil Ergomerti: 3x1
Rasional :
Cefadroxile untuk ,Metronidazole untuk , asam mefenamat sebagai
penghilang nyeri, metil ergometri untuk mengontrol perdarahan dan
merangsang kontraksi uterus.
12. Lakukan dokumentasi
Rasional : sebagai bukti tindakan yang dilakukan.
LANGKAH VI IMPLEMENTASI
1. Memjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu.
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
3. Menjahit luka perineum derajat II
4. Mengobservasi keadaan umum dan TTV
5. Mengobservasi kontraksi dan TFU.
6. Mengobservasi jumlah perdarahan
7. Memasang kateter tetap.
8. Memasang tampon vagina 2 buah
9. Membersikan ibu dengan air DTT
10. Menganjurkan keluarga memberikan makan dan minum pada ibu
79
11. Memberikan obat-obatan pada ibu
Cefadroxile : 2x1
Metronidazole : 3x1
Asam Mefenamat: 3x1
Metil Ergomerti: 3x1
12. Melakukan dokumentasi.
LANGKAH VII EVALUASI.
1. Keaada umum ibu baik
TTV : TD: 180/90 mmhg, N: 86 x/menit, S: 36,5 0C, P: 20x/menit.
2. TFU 2 jari bawah pusat.
3. Perineum telah dijahit.
4. Ibu sudah makan dan minum.
5. Perdarahan dalam batas normal ± 20 cc
6. Obat diberikan sesuai instruksi dokter dokumentasi telah dilakukan.
80
PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN
PATOLOGI PADA NY. T DIRUANG BERSALIN
RSU SANTA ANNA KOTA KENDARI
IDENTIFIKASI DATA DASAR.
1. Identitas istri/suami.
Nama : Ny “T” / Tn “M”
Umur : 21 Tahun / 29 Tahun
Suku : Tolaki / Tolaki
Agama : Kristen / kristen
Pendidikan : Sma / SMA
Pekerjaan : IRT / Swasta
Alamat : jln. Dr. moh hatta
Lama Menikah : 3 Tahun
Penilaian awal
Tanggal 03-03-2013.
Jam 18.00 wita
Subjektif (S) :
Seorang perempuan berumur 21 tahun hamil pertamaa datang ke RSU
Santa Anna untuk bersalin, haid terakhir 24-05-2013, mules sejak jam Tanggal 3
maret 2014 jam 10.45 wita disertai pelepasan lendir dan darah sejak pukul 17.45
wita
Objektif
Keadaan umum ibu baik,
TD: 180/100 mmHg, N: 103 x/m, S: 36,30C, P: 20 x/m,
81
konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterus,
TP : 06-05-2014,
TFU 3 jari bawah pusat, pungggung kanan, presentsi kepala,kepala sudah
masuk PAP,
Tanggal 3 Maret 2014, Pukul 01.32 wita,
Pemeriksaan dalam (VT) :
- Dinding vagina elastis,
- portio tipis,
- pembukaan 8 cm,
- ketuban negatif,
- presentase kepala,
- posisi UUK kanan depan,
- molase tidak ada,
- penurunan kepala hodge III,
- kesan panggul normal.
kontraksi 2x dalam 10 menit durasi 30-35 detik
DJJ 140x/menit, terdengar jelas kuat dan teratur.
ASESMENT (A)
GIP0A0, aterm dalam fase aktif kala I, keadaan ibu dan janin baik dengan
inersia uteri.
PLANNING (P)
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2. Memberikan informasi tentang nyeri kala I yang dirasakan dan memberikan
dukungan pada ibu
82
3. Menyiapkan alat partus
4. Mengobservasi kemajuan persalinan
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter obsgyn
a. a/dr memberi Drips ocytoxin 5 unit dalam 500 cc RL dari 8 tetes/menit
dinaikan 4 tetes/30 menit. Maksimal 40 tetes.
6. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang baik dan menganjurkan suami
dan keluarga untuk memberikan makan dan minum pada ibu jika tidak ada his.
7. Evaluasi: ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran bidan.
KALA I
Jam 18.50 wita
S : Ibu ingin meneran,
O: Pemeriksaan dalam
Tanggal 03-03-2014 pukul 13.00 wita.
Dinding vagina elastis,
portio tidak teraba,
pembukaan 10 cm, ketuban negatif,
presentase kepala,
posisi UUK bawah simfisis, molase tidak ada,
penurunan kepala hodge Iv,
kesan panggul normal peningkatan pengeluaran lendir darah.
DJJ 138 x/menit, terdengar jelas kuat dan teratur.
A : Fase aktif, keaadan ibu dan janin baik
P :
- Mengajarkan ibu cara meneran
83
- Menganjurkan suami mendampingi istrinya dan membantu posisi ibu semi
fowler,
- Menganjurkan suami dan keluarga untuk memberikan makan dan minum
pada ibu.
KALA II
17.53 Wita
S: Ibu merasa ingin meneran
O: vulva dan sfingter ani membuka, kontraksi 4x dalam 10 menit durasi 40-45
menit. DJJ 138x/menit.
A : Inpartu kala I fase aktif dengan inersia uteri hipotonik
P :
- Memberitahu hasil pemeriksaan
Tanggal 03-03-2014 jam pukul 01.20 wita lahir seorang bayi laki-laki, berat
3100 gram, PBL 49 cm, AS 8/10 bayi menagis spontan, warna kulit kemerahan
dan pergerakan aktif.
KALA IV
Jam 01.32 wita
S : Ibu merasa lelah tetapi senang.
O: TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih penuh,
perineum ada robekan derajat II, perdarahan 50 cc.
A : Perdarahan kala IV
P :
1. Memjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan tindakan yang akan
dilakukan
84
2. Menyiapkan alat hecting
3. Menjahit luka perineum derajat II
4. Memasang kateter tetap
5. Menganjurkan keluarga memberikan makan dan minum pada ibu,
6. Mengobservasi ulang kontraksi uterus setiap 15 menit pada 1 jam pertama
dan 30 menit pada 1 jam kedua.
7. Memberikan obat-obatan pada ibu
Cefadroxile : 2x1
Metronidazole : 3x1
Asam Mefenamat: 3x1
Metil Ergomerti: 3x1
8. Memberi penyuluhan mengenai :
a. Tanda – tanda bahaya pada ibu
b. Personal hygiene
c. Gizi
d. Istirahat
9. Evaluasi : telah dilakukan penjahhitan dengan tehnik jelujur L/D 2/2, KU
ibu baik.
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari 47 orang kejadian partus lama pada ibu
bersalin di Rumah Sakit Umum Santa Anna Kota Kendari tahun 2013
1. Jumlah kejadian partus lama pada ibu bersalin yang disebabkan oleh inersia
uteri yakni sebanyak 22 orang (46,80%).
2. Jumlah kejadian partus lama pada ibu bersalin yang disebabkan oleh KPD
yakni 12 orang (25,53%).
3. Jumlah kejadian partus lama pada ibu bersalin yang disebabkan oleh primipara
tua yakni sebanyak 6 orang (12,76%).
4. Jumlah kejadian partus lama pada ibu brsalin yang di sebabkan oleh CPD
(chepallo pelvic disproporsion) yakni 4 orang (8,51%)
5. Jumlah kejadian partus lama pada ibu bersalin yang disebabkan oleh letak
sungsang yakni sebanyak 3 orang (6,38%)
5.2Saran
1. Diharapkan bagi para tenaga kesehatan / bidan perlu memberikan informasi
tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan yang teratur selama hamil guna
mendeteksi secara dini kemungkinan adanya komplikasi dalam kehamilan
khususnya dapat menekan angka kejadian partus lama pada ibu bersalin.
2. Kepada ibu hamil agar selalu melakukan pemeriksaan kehamilan yang
dilakukan secara rutin guna mengindentifikasi masalah dalam kehamilan
3. Bagi peneliti selanjutnya diharap dapat menambah variabel yang dapat
mendukung terjadinya partus lama pada ibu bersalin.