menggagas pe ci raa berbasis e i lokal

29
MENGGAGAS PE CI RAA BERBASIS E I LOKAL ember 2 12 Jurusan IImu Komunikasi Fakultas IImu Sosial dan IImu Politik Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MENGGAGAS PE CI RAA

BERBASIS E I

LOKAL

ember 2 12

Jurusan IImu Komunikasi Fakultas IImu Sosial dan IImu Politik Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Jurusan IImu Komunlkasl Fa urtas I So·" a II u Pollnlc Universitas Jen eral Soeairman

JI. HR. Bunyami 0 993 PUIWO erto. ISBN 978·979·9204·63·9

Jawa Tengah 53122 Telp. (0281 J 636 992 ext 118 Fax. {02B 1J 636 992 komunosl un 0 d.oc Id 111111111'" ""1"111119 789799 204639

PROSIDING SEMINAR NASIONAL dalam rangka Dies Natalies Jurusan IImu

Komunikasi FISIP UNSOED ke-14

. :f

MENGGAGAS PENCITRAAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL

PROSIDING SEMINAR NASIONAL dalam rangka Dies Natalies Jurusan Hmu

Komunikasi FISIP UNSOED ke-14

Editor:

Dr. Toto Sugito, M.Si

Dr. Muh. Sultan, M.Si

Dr. Wisnu Widjanarko, M.Si

Editor Bahasa:

Bambang Widodo, M.Par

Penerbit:

Universitas Ienderal Soedirman

Erosid"in!J Seminar Nasiona{

Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan Menggagas Pendtraan Berbasis Kearifan Lokal

© Universitas Jenderal Soedirman

Cetakan Pertama, 2012

Hak bpta dilindungi Undang-undang

All Right Reseroed

Editor : Dr. Toto Sugito, M.Si

Dr. Muh. Sultan, M.Si

Dr. Wisnu Widjanarko, M.Si

Editor Bahasa : Bambang Widodo, M.Par

Perancang Sampul : Tim UPT. Percetakan dan Penerbitan Unsoed

Penata Letak : Tim UPT. Percetakan dan Penerbitan Unsoed

Pracetak dan Produksi : Tim UPT. Percetakan dan Penerbitan Unsoed

Penerbit

* ,~,~\ ~j

UNNERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Jalan Prof. Dr. H.R. Boenyamin 708 Purwokerto

Kode Pos 53122 Kotak Pos 115

Telepon 635292 (Hunting) 638337, 638795

Faksimile 631802

www.unsoed.ac.id

ISBN: 978-979-9204-63-9

xv +400 hal,15.5 em x: 23 on

Dilarang keras rnemfotokopi at~u memperbanyak sebagian atau seluruh buku ini

tanpa seizin tertulis dari penerbit

MENG(;

BERBAS

SUBTEMA:

Kearjfan Loka{dafam PtII

Mengem6an!JKan Strat~ J

Bahasa dan nud"aya iafa

Mem6angun Media Ber6.J

MengintegraSikan Nifai-Ni

Komunikasi PoUtik dan ~

Prositfi"9 SemiNar NcsioM£

MENGGAGAS PENCITRAAN

BERBASIS KEARIFAN LOKAL

i t

SUBTEMA:

Kearyan Loka{daGmt Pencitraan Insritusi Pemerintali

Mengem6angkan Stratl!ji Kefiumasan nerbasis Ktaryan Loka[

Bahasa dan Buaaya d"a(am Pencitraan

Mem6angun Media Berbasis Kearyan Loka(

Mengintegrasikan Ni(ai-Ni(ai Loka[da(am Perik(anan

Komunikasi Pofitik dan D!p(omasi Ber6asis Kearyan Loka(

Mt:nq!Jagas Prncitraan Berbasis Kalrifll1l Lofaf I iii

DAFTARISI

Prosid;ng Seminar N.-...f

Halaman

1. Komunikasi Politik Dan Diplomasi Berbasis Kearifan Lokal (Analisis PILKADA Dalam Proses Kampanye POIilik) Oleh: Dr. Afrina Sari.M.Si, Universitas Islam "45" (UNISMA) Bekasi..................................................................................... 1

2. Memadu LokaIitas Pariwara, Menggapai Kualitas Komunikasi Bermakna, Oleh: Agus Ganjar Runtiko. Universitas Jenderal Soedirman 19

3. Local Wisdom Media Udan Luar Ruang di Aceh Oleh:Ainol Mardhiah dan Ade Muana Husniati. Universitas Malikussaleh, Aceh 35

4. Pencitraan Kota Solo melalui Revitalisasi Busana Tradisional pada Pegawai Pemerintah Kota, Oleh: Alvika Hening Perwita, Poundra Swasty Ratu Maharani Senkit. Chatia Hastasari. Universitas Sahid Surakarta............................ 47

5. Strategi Media relations Perusahaan Multinasional di Tingkat LOkal (Strategi Media relations Hotel Sheraton Surabaya Terhadap Media Lokal di Surabaya), Oleh: Anastasia Yuni Widyaningrum. Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.................................................................... 67

6. Komunikasi Pemerintahan Daerah Berbasis Kearifan Lokal Oleh: Andy Corry Wardhani. Universitas Lampung ..... 77

7. Media Komunitas Dan Junalisme Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal (Studi pada Situs www.suarakomunitas.net dalam Pemberitaan lsu-isu Perubahan Iklim) Oleh: ARYO SUBARKAH EDDYONO, 5.50s. M.Si. Universitas Bakrie - Jakarta....................................... 89

8. Komunikasi Politik Berbasis Kearifan Lokal, Oleh: Aziz Taufik Hirzi. Universitas Islam Bandung....................................... 115

~!Jaqas Pencitraan Ba-6asis Kariftn I..obd I vii

Prosid"ing Seminar Nasiona{ 19. Simbol Visual Dalam I

9. Keberhasilan Citizenjounalism Dalam Pembangunan Gaga. Oleh: Ekky fanl Berbasis Kearifan Lokal, oleh: S. Bekti Istiyanto. Desain Komunikasi Vi Universitas Jenderal Soedirman ....................................................... 129

20. FiIsafat Kearifan Loki 10. Community Policing Polresta Surakarta. Oleh: Chatia Pengetahuan Barat 0

Hastasari, Alvika Hening Perwita, Poundra Swasty Ratu Unpad ............................_ Maharani Serikit. Universitas Sahid Surakarta.......................... 147

21. 'Eating Out' Makanan 11. Komunikasi Transendental dan Kearifan Lokal dalam Hidup Masyarakat Ur

Kesenian Tradisional Banyumas.,Oleh: Chusmeru. Universitas Multimed Universitas }enderal Soedirman ....................................................... 161

22. Pencitraan Pondok P. 12. Soesilo Bambang Yudhoyono: Sukses Merebut Hati Erik Setiawan. Univer

Rakyat Sebagai Pemimpin Yang Santun dan Berbahasa Indonesia Dengan Baik. Oleh: H.H. Daniel Tamburian.,M.5i. Fakultas Hmu Komunikasi Universitas Tarumanagara.......................................................................................... 173

23. Makna Logo Sebagai « ( Studi Deskriptif Pad Heriyani Agustina/Fa Universitas Swadaya I

13. Pendekatan Kearifan Si Tou Timautumoutou Dalam Meningkatkan Kinerja Birokrasi Di Sulawesi Utara. Oleh: Daud M. Liando. Fisip Universitas Sam Ratulangi ..................... 185

24. Bahasa Daerah Dan II RusdLUniversitas Tar

14. Mengusung Radio Komunitas Sebagai Basis Kearifan Lokal Oleh: Dede LHis Ch. & Nova Yuliati. Unisba. Bandung...................................................................................................... 197

25. Komunikasi Politik StJ Publik dengan Pendel STIKOM London Scho

15. Peluang Dan Tantangan Membangun Media Penyiaran Berbasis Kearifan Lokal Di Jawa Barat _Dr.Dedeh Fardiah,M.Si-FIKOM UNISBA .................................................................. 215

26. Forum Komunikasi ". Mengelcla Hutan Berj Herutomo. Unsged .._

16. Menggagas Periklanan Televisi Yang Santun Dengan Mengangkat Kearifan Lokal Bahasa Jawa. Oleh: Dian Marhaeni K. Universitas Islam Sultan Agung Semarang......... 231

t

27. Dialektika Panjang At Iklan Indonesia. Oleh: Komunikasi Universit

17. Harmonisasi Kearifan Lokal Dengan Jiwa Nasionaiisme Dalam Iklan Televisi. Oleh: Dicky Andika. Universitas fI.1ercu Huana-jakar..a ............................................................................. 247

28. Loca! Culture-based so. For Building Good CO'1 Agustiningsih. Institul

18. Penjahat Proletar Ala Bajuri (Realisme dalam Komedi Situasi Bajaj Bajuri), Edisi 'Jalani Lebaran dalam Tahanan') . Oleh: Djati. Akindo.......................................................... 257

29. Kota Baubau Sebagai Lestari Dalam Kearifa Hadiati. Universitas PI Jakarta......._ .......___

viii I Mettggagas Pencitraan Berbasis Kearifan LoU

Pn'sidln!l Se:ninar NtISimMf

19. Simbol Visual Dalam Proses Penandaan Penampihn Lady Gaga. Oleh: Ekky fardhy Satria Nugraha. Program Studi Desain Komunikasi Visual STIKOM Surabaya............................ 273

20. Filsafat Kearifan Lokal Etnik Sunda dan ilmu Pengetahuan Barat Oleh: E1vinaro Ardianto. Fikom Unpad ........................................................................................................... 285

21. 'Eating Out' Makanan Khas Daerah : Komoditas Gaya Hidup Masyarakat Urban. Oleh: Endah Murwani. Universitas Multimedia Nusantara .................................................. 301

22. Pencitraan Pondok Pesantren Dan Kearifan Loka!. Oleh: Erik Setiawan. Universitas Islam Bandung................................... 315

23. Makna Logo Sebagai Cerminan Citra Perusahaan ( Studi Deskrlptif Pada Logo Cirebon Televisi ). Oleh: Heriyani AgustinajFarida NurfalahjPopo Sutopo. Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon ................................... 329

24. Bahasa Daerah Dan Industri Radio. Oleh: Farid Rusdi.Universitas Tarumanagara, Jakarta .................................... 347

25. Komunikasi Politik Soekarno:Membangun Dukungan Publik dengan Pendekatan Budaya. Oleh: Felix Jebarus. STIKOM London School Publik Relations, Jakarta..................... 357

26. Forum Komunikasi " Rembug Desa Ca- Blaka " Dalam Mengelola Hutan Berkelanjutan Di Banyumas . Oleh: Ch. Herutomo. UnsQed ................................................................................. 371

27. Dialektika Panjang Atas Nilai-Nilai Lokal Dalam Ranah Iklan Indonesia. Oleh: G. Genep Sukendro -Fakultas IImu t Komullikasi Universitas Tarumanagara ....................................... 387

28. Loca! Culture-based Strategy on Public Relations Activities For Building Good Corporate Image. Oleh: Glorya Agustiningsih. lnstitut Bisnis dan Informatika Indonesia...... 397

29. Kota Baubau Sebagai Warisan Sebuah Peradaban Yang Lestari Dalam Kearifan Lokal Masyarakat Buton. Oleh: Hadiati. Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta_....._._._..._~ ..__..._~-_. 413

Men!l!J"!Jas Pencitraan Ber6asis Kea,yan Lo&f I ix

r

Prosiding Seminar Nasiona( '.

30. Integrasi dan internalisasi niiai kearifan lokal dalam propaganda kampanye politik dan citra diri. Oleh: Hascaryo Pramudibyanto - FISIP UT 429

@> Peranan Prajuru Desa Dalam Penyelesaian Sengketa Perebutan Tanah Kuburan (SETRP.) (Studi Kasus Di Desa Pakraman Kerobokan Dan Desa Pakraman Padang Sambian). Oleh: I Made Dedy Priyanto, I Wayan Suandi, Dewi Bunga, I Wayan Navy Pu~anto. Udayana. Bali 445

32. Membangun Inovasi Pengembangan Strategi Humas Melalui Kearifan Lokal. Intan Kemala, M. Si . Universitas Islam Negeri Sultan SyarifKasim Riau........................................... 461

33. Potensi Pengiklan Lokal Peluang Serta Tantangan Dalam Periklanan Radio. Oleh: Isbandi Sutrisno. FISIP UPN "Veteran" Yogyakarta............................................................................ 471

34. Kain Bentenan: Proses Pembentukan Identitas Budaya di Sulawesi Utara Oleh: Leviane jackeHn Hera Lotulung. Instansi Universitas Sam Ratulangi Manado............................... 493

35. Menggagas Pariwisata Berbasis Budaya Dan Kearifan Lokal. Oleh: Joko Sutarso. UMS. Surakarta 505

36. Citra l3angsa dalam Bingkai Media. Oleh: Kiki Zakiah. Unisba. Bandung...................................................................................... 517

37. Transformasi Manusia Indonesia Di Era Globalisasi Melalui Strategi Kehumasan 'Vlawasan Budi Luhur"Studi Kasus Pada Universitas Budi Luhur Jakarta. Oleh:Liza Dwi Ratna Dewi, Umaimah Wahid 531

38. Lokalisme vs Globalisme (Menjadi Global Tanpa Kehilangan Identitas Lokal). Oleh: Masrukin. Universitas Jenderal Soedirman, PUIwokerto..................................................... 545

39. Menjadikan Budaya Lokal Sebagai Komoditas Media Secara Arif: Analisis Kritis Terhadap Komodifikasi Wayang dalam Opera van Java. Oleh: Mite Setiansah FISIP Unsoed............................................................................................. 5$$

x I Mffl9gagas Pendtraan Berbasis Kearifan [()ka{

40. Kipprah Radio Komunit Masyarakat Oleh: Mocm

41. Pencitraan Media Dalam SukhoiSupe~et100.0k

Studi Desain Komunikas

42. Menolak Pemekaran un' Adat Istiadat : Sebuah U Diplomasi Berbasis Keal Desa Lapandewa SulawE Husain Universitas Halo

43. Pencitraan: Sebuah Tinjc Nana Sutikna. Unsoed. PI

44. Integrasi Nilai-Nilai KeaJ Anne Maryani, Nurrahm Bandung..........................._

45. Consumer Imagery bema Pemerintah Oleh: Prim Islam Bandung................_

46. Fashion Sebagai Pencitn Oleh:Rahmadya Putra HI

47. Media Dan Persepsi M3S,l Rasyuqa Asyira Hafiidh , Komunikasi Visual STfKl

48. Daya Tarik Emosionalild Ratih Hasanah Institut W. Bandung............................_

49. Pencitraan Pemerintah Il Game On-Line Yang Bern Oleh:Rini Darmastuti. Un

50. Kearifan Lokal Ssebagai. Dalam Komunikasi Pada Fenomenologi pada Pelal Oleh: Rini Rinawati. UniS

Prosid'ing Seminar NasiofMf

40. Kipprah Radio Komunitas Dalam Pemberdayaan Masyarakat Oleh: Mochamad Rochim. Fikom Unisba 565

41. Pencitraan Media Dalam Peristiwa Kecelakaan Pesawat Sukhoi Superjet 100. Oleh: Muh. Bahruddin. Program Studi Desain Komunikasi Visual STIKOM Surabaya................. 575

42. Menolak Pemekaran untuk Mempertahankan Sebuah Adat Istiadat : Sebuah Upaya Komunikasi Politik dan Diplomasi Berbasis Kearifan tokal dan Masyarakat Desa Lapandewa Sulawesi Tenggara. Oieh: M. Najib Husain Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara..... 589

43. Pencitraan: Sebuah Tinjauan Filsafat Komunikasi. Olen: Nana Sutikna. Unsoed. PuIWokerto................................................. 605

44. Integrasi Nilai-Nilai Kearifan tokal Dalam Iklan. Oleh: Anne Maryani. Nurrahmawati . Universitas I~lam

Bandung....................................................................................................... 615

45. Consumer Imagery berbasis Kearifan Lokal pada Institusi Pemerintah Oleh: Prima Mulyasari Agustini. Universitas Islam Bandung.......................................................................................... 627

46. Fashion Sebagai Pencitraan Diri Dan Identitas Budaya. Oleh:Rahmadya Putra Nugraha. UMB............................................. 643

47. Media Dan Persepsi Masyarakat Terhadap Islam Oleh: Rasyuqa Asyira Hafiidh Program Studi Desain Komunikasi Visual STIKOM Surabaya........................................... 653

48. Daya Tarik Emosional Iklan Berbalut Budaya Ratih Hasanah Institut Manajemen Telkom (IMT) Bandung. 663

49. Pencitraan Pemerintah Daerah Dengan Menggunakan Game On-Line Yang Berbasiskan Kearifan toka!. Oleh:Rini Darmastuti. Universitas Kristen Satya Wacana...... 675

SO. Kearifan Lokal Ssebagai Citra Din Perempuan Sunda Dalam Komunikasi Pada Kegiatan Pemberdayaan (Studi Fenomenologi pada Pelaksanaan P2KP di Kab. Bandung). OIeh: Rini Rinawati. Unisba __.- 689

Prosidln9 Seminar Nasiona{

51. Cara Berhukum Orang Banyumas Dalam Pengelolaan 60. Bhineka Tunggall Lahan Pertanian (Studi Berdasarkan Perspektif Azeharie Univel'Sl Antropologi Hukum). Oleh: Rini Fidiyani dan Ubaidillah Kamal. Fakultas Hulrum Universitas Negeri Semarang........... 701

61. Persepsi Pengajar Bahasa Menggunal

52. Mencari Bentuk Kampanye Politik K.has Indonesia: Budaya Barat (Stu Pencitraan Berbasis Dimensi Budaya. Oleh: Riris Loisa & Syaifur R{)chman. Yugih Setyanto Fakultas IImu Komunikasi Universitas Tarumanagara.~ ..._.____...........______._~..___. 719

62. Kearifan Lokal Dal Kinerja. OIeh: Tegw.

53. Fiiosofi Tungku Tigo Sajarangan dalam Sistem Pemerintahan Sumatera Barat Oleh: Rita Gani. Fikom Unisba .......................................................................................................... 733

63. Kearifan Lokal Dal Sebagai Lembaga I Umar. Unisba ....._

54. Pola Komunikasi Humas Pemda DKJ Jakart..a Dalam Menyosialisasikan Program EnjoyJakarta! (Studi Kasus Pada Kota jakarta meialui program EnjoyJakarta!). Oleh: Riyodina 'G. Pratikto. Universitas Budi Luhur, Iakart-..a...........................................................;.............................................. 749

64. Membangun Strati Lokal "TUNIUK AJJ Meminimalisir Ko: Islam Negeri SultaJ

55. Strategi Dinas Komunikasi Dan Infonnatika Pemerintah KotaBandung Dalam Melakukan City Branding Berbasis Kearifan tokal (Studi Kasus Pembangunan Sektor

65. Strategi Mengemz TV Lokal Oleh: Tri Soedirman .........._

Pariwisata di Kota Bandung. Iawa Barat). Oleh: Shinta 66. ASEAN Socia-Culm

Kristanty - Doddy Wihardi. Universitas Budi Luhur ................ 765 Pengembangan Oil

56. Kearifan Lokal Di Era Global. Oleh: Oieh: Shinta Tundjung Linggan

Prastyanti. Unsoed ................................................................................. 781 67. Cultural ProduetioJ

57. Menggagas Isu Kebutuhan Lokal Perempuan sebagai Massa Oleh: Tuti 'A

Materi Kampanye Calon dalam Pemilu Bupati dan Wakil 68. Mendongeng Me.. Bupati Banyumas Tahun 2013. Oleh: Sofa Marwah. Pendidikan Pra-Se1 Unsoed.......................................................................................................... 791 Mempertahankan I

58. Potensi Kearifan Local sebagai Salah Satu Sumber Soft LARASWATI. UniVi

Power untuk Mendukung Diplomasi Indonesia. Oleh: Sri 69. Kontruksi Nilai-Nil Wijayanti,SJP, M.Si. Unsoed .............................................................. 805 Strategi Jklan (Stili

59. Pariwisata Banyumas Menyambut Visit Iateng 2013. OIeh: Muh. Sultan. Universitas Ienderal Soedinnan, PUlWokerto ............................................................................................... 815

DAN DIKA"). OIeh: Widayatmoko . Pal Tarumanagara .._

xii I MeJ199agas PencitTaan BaVasis &arifan LoKaf

Prosuling Seminar Nasiolulf

60. Bhineka Tunggallka : Pencitraan Semata? OIeh: Suzy Azeharie Universitas Tarumanagara 829

61. Persepsi Pengajar Bahasa Inggris Terhadap Pengajaran Bahasa Menggunakan Metode Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Barat(Studi Kasus Di STAIN PUlWokerto).Oleh: Syaifur Rochman, Universitas jenderal Soedirman 839

62. Kearifan Lokal Dalam Pencitraan Institusi Berbasis Kinerja. Oleh: Teguh Ratmanto. UNISBA....................................... 851

63. Kearifan Lokal Dalam Pencitraan Institusi Pemerintah Sebagai Lembaga Pelayanan Publik OLEH:Tia Muthiah Umar. Unisba 863

64. Membangun Strategi Kehumasan Berbasiskan Kearifan Lokal "TUNJUKAJAR MELAYU" Dalam Upaya Meminimalisir Konflik. Oleh: Titi Antin. Universitas Islam Negeri Sultan SyarifKasim Riau........................................... 879

65. Strategi Mengemas Identitas Lokal dalam Pengembangan TV Lokal Oleh: Tri Nugroho Adi. Universitas Jenderal Soedirman.................................................................................................. 891

66. ASEAN Socio-Cultural Community; Peluang Bagi Pengembangan Diplomasi Berbasis Kearifan Lokal Olen: Tundjung LinggalWati. Unsoed .,....... 903

67. Cultural Production: Peran Media Pada Produksi Budaya Massa Oleh: Tuti Widiastuti. Universitas Bakrie. Jakarta....... 917

68. Mendongeng Menggunakan Bahasa Banyumas Dalam Pendidikan Pra-Sekolah Sebagai Salah Sstu Metode Mempertahankan Kearifan Loka!. Oleh: TUTUT LARASWATI. Universitas Jenderal Soedirman 939

69. Kontruksi Nilai-Nilai Kelyuarga Indonesia Dalam Strategi Iklan (Studi TVe Pepsodent Versi "AYAH ADI DAN DIKAH

). Oleh: Elisabeth Novena Winarta, WidayatInoko . Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara 951

ProsiJ"ig Seminar Nasionaf

70. Makna Corporate Social Responsibility Bagi Praktisi 81. Kearifan "Blaka Suta­

Public Relations DiBandung. OIeh: Yanti dan Lukiati. Oleh ()wi Pangastuti JI

UNPAD 967 82. Media Jembatan Pengl 71. Citra Jurnalis Indonesia. Oieh: Yermi Yuniati. Unisba.............. 979 Lokal (Studi Kasus di 1

Staf Pengajar Jurusan j72. Komodifikasi budaya lokal dalam iklan: analisis semiotik pada IkIan Kuku Bima Energi Versi Tari Sajojo. Oleh: Yoyoh Hereyah. Dosen Komunikasi Universitas \l.1ercubuana Jakarta :.:........................................................ 993

73. Strategi Komunikasi Me!alui Penaekatan Kelompok­kelompok Etnis LokaI (Studi mengenai community relations di PT Pupuk Kaltim) Oleh: Yugih Setyanto, Riris Loisa. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara 1003

74. Jakarta Punya!:Program Pengembanga:l Branding Jakarta Dengan Kearifan Lokal Industri Kreatif Oieh: Yuliandre Darwis Program studi IImu Komunikasi Universitas Andalas 1015

75. Memadukan Kearifan Lakal dan Modernitas dalam Pencitraan Suatu Bangsa : Studi Analisis Visual pada Majalah Nipponia No. 35/2005 Oleh: Yusida Lusiana dan Wisnu Widjanarko Universitas Jenderal Soedirman 1029

76. Surabaya City Guide: Media Informasi Budaya Surabaya Oleh: Yustiana C, Makdalena Fransilia, Camelia Ayu, Theresia Intan Unika Widya Mandala. Surabaya 1039

77. Pama/i Sebagai Nilai Tradisional Pencitraan Publik Figur MasyaraJr..at Banjar. Oleh: Zulfa Jamalie, Juhriyansyah Daile. lnsititut Agama Islam Negeri Antasari 1051

78. Representasi Kearifan Local dalam Film Oi Timur Matahari oleh lndiwan Seto Wahyu Wibowo Bmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara 1063

79. Meningkatkan Kejujuran Sebagai Nilai PositifIndustri Pariwisata. Oleh : Dra. Sri Pangestuti, M.Si. Unsoed 1079

80. Kearifan Lakal dalam Industri Hiburan Televisi Indonesia. Oleh: Wiwik Novianti. Universitas Jenderal Soedinnan, Purwokerto 1087

xiv I M~ Pen£itraan Berbasis Kearifan LoW

Prosidlnq Seminar NasiOJlll{----------------------=''---.

81. Kearifan "Blaka Suta" Dalam Mendukung Fungsi Humas Oleh Pwi Pangastuti Marhileni dan Bambang Widodo 1095

82. Media Jembatan Penghubung Pengembangan Kearifan Lokal (Studi Kasus di Yogyakarl.3) Oleh: SusBastuti Dwi N Staf Pengajar Jurusan Imu Komunikasi -Fisip UPNVY 1105

Mmggagas Pmcitraan nerbasis Kulrifan 1.DtJJJ- I xv

I Made Dedy Priyanto, I Wayan Suandi,

Dewi Buttya, Wayan Novy Purwanto

PERANAN PRAJURU DESA DALAM PENYELESAIAN

SENGKETA PEREBUTAN TANAH KUBURAN

(SETRA) (STUDI KASUS DI DESA PAKRAMAN KEROBOKAN DAN DESA

PAKRAMAN PADANG SAMBIAN)

I Made Dedy Priyanto, I Wayan Suandi, Dewi Bunga, I Wayan Novy Purwanto

Abstrak

Salah satu penyebab konflik adat di Bali disebabkan karena perebutan tanah kuburan/ setra. Sampai saat ini, konflik tersebut masih terjadi di beberapa desa pakraman, namun di Desa Pakraman Kerobokan dan Desa Pakraman Padang Sambian ditemukan fakta menarik yaitu diselesaikannya konflik penggunaan setra secara damai. Permasalahan dalam penelitian ini meliputi 1) bagaimanakah format ideal penyelesaian sengketa perebutan tanah kuburan {setra) dan 2) bagaimanakah peranan prajuru desa (pengurus desa) dalam mencegah dan menyelesaikan sengketa perebutan tanah kuburan {setra)? Penelitian ini merupakan penelitian yuridis empiris yang. Sumber data berasal dari data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dan data sekunder yang dikumpulkan melalui teknik studi kepustakaan. Data dianalisis dan disajikan secara deskriptif kualitatif.

Format ideal penyelesaian sengketa perebutan tanah kuburan {setra) mendahulukan tipe penyelesaian konflik yang berbasis kearifan lokal yakni dengan metode negosiasi dan mediasi. Penyelesaian konflik didasarkan pada hukum nasional dan hukum adat {awig-awig) yang berlaku. Prajuru desa (pengurus desa) memiliki peranan dalam mencegah dan menyelesaikan sengketa perebutan tanah kuburan {setra) yakni dalam mengkomunikasikan dan mereduksi potensi konflik. Dalam menyelesaikan konflik adat tersebut, prajuru adat berperan dalam memimpin musyawarah dengan mengakomodasikan kepentingan para pihak yang bersengketa. Dengan demikian peranan prajuru adat dalam menyelesaikan sengketa perebutan tanah kuburan perlu direvitalisasi.

Kata Kunci: Prajuru desa, Sengketa, Tanah Kuburan (setra).

Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal | 445

J Made Dedy Priyanto, IW ayan Suandi,

Dewi Punya, 'W ayan Novy Purwanto

PENDAHULUAN

Kehidupan masyarakat Bali yang semakin kompleks tidak dapat

terhindar dari nuansa konflik. Konflik di satu sisi dapat menjadi media

pembelajaran untuk berbenah diri, namun di sisi lain dapat

menimbulkan penderitaan yang sistemik. Wayan P. Windia mencatat,

konflik adat muncul akibat adanya pelanggaran terhadap norma

agama Hindu dan adat Bali. Lebih lanjut dikatakan, bahwa konflik adat

sebenarnya bukanlah hal yang baru melainkan sudah berlanjut sejak

dulu sampai sekarang, namun sejak tahun 1999 konflik semakin marak

(1 Wayan Sudantra dan AA Gede Oka Parwata (ed), tanpa tahun edisi:

134). Hingga kini konflik adat menjadi masalah krusial dalam tatanan

kehidupan di Bali.

Konflik adat di Bali, salah satunya disebabkan oleh perebutan

tanah kuburan {setra) antara desa pakraman. Permasalahan ini

sesungguhnya cukup sering terjadi dan menimbulkan korban

termasuk korban jiwa. Bentrokan di Desa Kemoning dan Desa Budaga,

Kecamatan Semarapura, Kabupaten Klungkung, Bali dipicu dari

adanya perebutan Pura Dalem, kuburan {setra), dan pura di dalam

kuburan (Prajapati) dan memunculkan pengerahan massa dua desa

tersebut. Kejadian dimulai sejak warga Kemoning membawa pelang

wewengkon atau tapal batas ke Jalan Flamboyan

(http://bali.antaranews.com/berita/14206/bentrokan-di-kemoning-

dan-budaga-tewaskan-warga). Bentrokan tersebut mengakibatkan

seorang warga tewas dan puluhan lainnya terluka.

Potensi konflik antara Desa Kemoning dan Desa Budaga

sebenarnya telah terdeteksi sejak pertengahan 2010. Saat itu berbagai

pihak yakni Pemerintah Kabupaten Klungkung, Polres, dan Majelis

Utama Desa Pakraman (MUDP) Provinsi Bali telah berusaha

mendamaikan dan mencarikan jalan yang terbaik. Upaya tersebut

rupanya tidak mampu mereduksi konflik adat ini. Fakta-fakta yang

terjadi di dua desa pakraman di atas ternyata berbanding terbalik

dengan fakta yang ada di desa pakraman lain di Bali. Desa Pakraman

Kebrobokan dan Desa Pakraman Padang Sambian menggunakan setra

bersama-sama secara damai. Kedua desa pakraman ini dapat

446 | Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal

I Mode Dedy Priyanto, I Wayan Stiandi,

Dewi Bunya, Wayan Novy Purwanto

menjadi contoh dalam menghindari konflik adat akibat perebutan

setra.

Di Bali hingga kini tercatat 1.453 desa pakraman, bertambah

dibanding sepuluh tahun sebelumnya yang tercatat 1.371 desa tersebar

di delapan kabupaten dan satu kota

(http://oase.kompas.com/read/2011/12/15/19221098/Konflik.

Adatyang.Tak.Pernah.Tuntas) Desa pakraman mempunyai potensi

dan sumber daya yang menjadi modal bagi pembangunan yakni dalam

menunjang pelaksanaan otonomi, aspek pemerintahan, aspek sosial

budaya dan aspek agama yang terintegrasi di dalam hukum adat atau

yang dikenal dengan istilah awig-awig (1 Nyoman Sirtha, 2008: 20).

Oleh sebab itu konflik adat antara desa pakraman ini tidak dapat

dibiarkan secara berlarut-larut Prajuru desa (pengurus desa pakraman)

memiliki peranan penting dalam menanggulangi sengketa perebutan

setra. Secara normatif, prajuru desa memiliki tugas-tugas dalam

mengusahakan perdamaian dan penyelesaian sengketa-sengketa adat

sebagaimana yang diatur dalam Pasal 8 c Peraturan Daerah Provinsi

Bali Nomor 3 Tahun 2001 yang telah diubah dengan Peraturan Daerah

Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2003.

Revitalisasi peran prajuru adat dalam menanggulangi sengketa

perebutan setra merupakan implementasi konsep penyelesaian

sengketa berbasis kearifan lokal. Konflik adat di Bali menjadi salah satu

katalisator disintegrasi bangsa sehingga potensi pemicu konflik adat

harus segera diredam. Revitalisasi peranan prajuru desa menjadi kunci

dalam upaya pencegahan dalam mereduksi konflik adat sebab prajuru

desa merupakan tokoh yang disegani oleh krama desa (anggota desa

pakraman). Mereka adalah pihak yang pertama mengetahui adanya

potensi konflik sehingga dengan adanya advokasi mengenai peranan

prajuru desa, prajuru desa dapat memposisikan dirinya sebagai tokoh

yang mampu mereduksi potensi konflik, bukan yang memprovokasi

krama desa.

Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal | 447

I Made Dedy Prujamo, I Wayan Suandi,

Dewi Btatya, Wmjmt Novy Purwanto

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian empiris.

Penelitian empiris mengandalkan pada data baik data primer maupun

data sekunder. Dalam penelitian empiris digunakan dua jenis data

yakni data primer dan data sekunder. Data primer yang dicari berupa

data potensi konflik adat di Bali dan data mengenai penggunaan setra

secara bersama-sama antara desa pakraman yang bersumber dari

observasi langsung di Desa Pakraman Padang Sambian dan Desa

Pakraman Kerobokan dan wawancara tidak terstruktur kepada

Bendesa. Data sekunder ini terdiri dari instrumen hukum dalam

menyelesaikan sengketa adat di Bali, literatur-literatur yang relevan

dengan topik yang dibahas, baik literatur hukum (buku- buku teks

(textbook) yang ditulis para ahli yang berpengaruh (de herseende leerj),

hasil penelitian, pendapat para pakar, jurnal dan artikel-artikel yang

diperoleh dalam media elektronik.

Penelitian ini dimulai dari tahap persiapan yakni dengan

melakukan pengumpulan data sekunder dan prasurvei untuk

menentukan lokasi penelitian. Setelah menentukan lokasi penelitian

maka dilakukan kajian komparatif antara desa pakraman yang dapat

menggunakan tanah kuburan (setra) dengan cara damai dan yang tidak

dapat melakukannya. Fakta tersebut menjadi dasar untuk menemukan

format ideal penyelesaian sengketa perebutan tanah kuburan (setra)

dan peranan prajuru desa dalam mencegah dan menyelesaikan sengketa

perebutan tanah kuburan (setra). Format ideal penyelesaian sengketa

perebutan tanah kuburan (setra) dan keberhasilan peranan prajuru desa

dalam mencegah dan menyelesaikan sengketa perebutan tanah

kuburan (setra) menjadi rekomendasi bagi desa pakraman yang

berkonflik akibat perebutan desa pakraman.

Teknik pengolahan data adalah kegiatan merapikan data hasil

dari pengumpulan data sehingga siap dipakai untuk dianalisis secara

kualitatif. Setelah melalui proses pengolahan yang selektif, kemudian

data tersebut dijabarkan secara deskriptif analisis, yaitu dijabarkan

448 | Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal

I Made Dedy Priyanto, I Wayan Suandi,

Dewi Bunya, Wayan Novy Purwanto

dalam bentuk uraian-uraian yang nantinya dapat menjawab

permasalahan yang dibahas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Format Ideal Penyelesaian Sengketa Perebutan Tanah Kuburan {Setra)

Konflik adat dalam sengketa perebuatan setra (tanah kuburan)

terjadi di sejumlah wilayah di Bali. Konflik antara desa pakraman

dalam perebutan tanah kuburan (setra) disebabkan karena otonomi

yang dimiliki oleh desa pakraman. Dalam menyelenggarakan

pemerintahannya sendiri, desa pakraman harus memiliki harta

kekayaan sebagai modal dalam melaksanakan pemerintahannya itu.

Pasal 9 ayat (1) Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Desa

Pakraman menyebutkan bahwa harta kekayaan desa pakraman adalah

harta yang menjadi milik desa pakraman.

Tanah kuburan (setra) adalah salah satu harta kekayaan desa

yang menunjukkan eksistensi desa pakraman sebagai kesatuan

masyarakat hukum adat yang ada di Bali. Hal ini menjadi salah satu

pemicu perebutan setra yang sebelumnya digunakan secara

bersama-sama. Menurut Surojo Wignjodipuro, dalam hukum adat, ada

dua hal yang menyebabkan tanah itu memiliki kedudukan yang sangat

penting yaitu:

a. Karena sifatnya.

Yakni merupakan satu-satunya benda kekayaan yang

meskipun mengalami keadaan yang bagaimanapun juga, toh

masih bersifat tetap dalam keadaannya, bahkan kadang-

kadang malahan menjadi lebih menguntungkan. Contohnya :

sebidang tanah itu dibakar, di atasnya bom-bom misalnya,

tanah tersebut tidak akan lenyap; setelah api padam ataupun

setelah pemboman selesai sebidang tanah tersebut akan

muncul kembali tetap berwujud tanah seperti semula. Kalau

Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal | 449

I Made Dedy Priyanto, IW ayan Suandi,

Dewi Bunya, Wayan Novy Purwanto

dilanda banjir misalnya, malahan setelah airnya surut muncul

kembali sebagi sebidang tanah yang lebih subur dari semula.

b. Karena fakta:

Yaitu suatu kenyataan, bahwa tanah itu:

Merupakan tempat tinggal persekutuan.

Memberikan penghidupan kepada persekutuan.

- Merupakan tempat dimana para warga persekutuan yang

meninggal dunia dikebumikan.

Merupakan pula tempat tinggal kepada dayang-dayang

pelindung persekutuan dan roh para leluhur persekutuan

(Surojo Wignjodipuro, 1982:197).

Latar belakang terjadinya konflik adat juga disebabkan oleh

adanya perubahan sosial yang tampak pada perubahan perilaku warga

masyarakat dan terjadinya pergeseran nilai budaya (1 Nyoman Sirtha,

2008: 75). Di masa lalu mereka selalu berpegang pada filosofi Tat Twam

Asi (aku adalah kamu), sehingga menyakiti orang lain sama dengan

menyakiti diri sendiri. Namun seiring dengan perkembangan zaman,

nilai-nilai itu semakin memudar. Budaya komunal sedikit demi sedikit

berubah menjadi budaya individualis.

Apabila terjadi sengketa perebutan tanah kuburan/ setra maka

permasalahan ini harus segera diselesaikan. Penyelesaian sengketa

perebutan tanah kuburan (setra) antara desa pakraman lebih baik jika

diselesaikan melalui metode penyelesaian sengketa di luar pengadilan

atau altemative dispute resolution (ADR). Penyelesaian sengketa melalui

alternative dispute resolution (ADR) kini menjadi the first resort yang

dipilih oleh para pihak yang bersengketa. Altschul mengartikan ADR

sebagai a trial of a case before a private tribunal agreed to by the parties so as to

save legal costs, avoid publicity and avoid lengthy trial delays (Joni Emerzon,

2004: 37). Penyelesaian sengketa di luar pengadilan menjamin

kerahasiaan perkara, menghemat uang, menghindari publikasi media

dan

450 | Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal

I Made Dedy Priyanto, IW ayan Suandi,

Dewi Bunga, Wayan Novy Purwanto

menghindari penundaan penyelesaian konflik. Berdasarkan Undang-

undang Nomor 30 Tahun 1909 Tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa, penyelesaian di luar pengadilan dapat

dilakukan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau

penilaian ahli.

Dalam penyelesaian sengketa perebutan tanah kuburan maka

ada dua metode yang dapat ditempuh yakni dengan negosiasi atau

dengan cara mediasi. Negosiasi diartikan sebagai komunikasi dua arah

yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah

pihak memiliki berbagai kepentingan yang sama maupun berbeda

(Suyud Margono, 2000: 59). Penyelesaian sengketa dengan metode

negosiasi dilakukan oleh kedua belah pihak tanpa bantuan pihak ketiga

yang netral sedangkan mediasi menurut Kovact adalah "facilitated

negotiation, it process by which a neutral third party, the mediator, assist

disputing parties in reaching a mutualty satisfaction solution" (Suyud

Margono, 2000: 59). Mediasi merupakan

mekanisme penyelesaian sengketa dengan bantuan pihak ketiga yang

netral. Pihak ketiga yang netral tersebut adalah mediator. Mediator

akan lebih baik jika berasal dari organisasi yang dihormati, misalnya

dalam sengketa perebutan tanah kuburan maka yang dapat diajukan

sebagai mediator adalah Majelis Umum Desa Pakraman yang

membawahi desa pakraman se-Bali.

Penyelesaian sengketa di luar pengadilan baik dengan cara

negosiasi atau mediasi diselesaikan melalui musyawarah dan mufakat.

Mengenai musyawarah mufakat ini Koesnoe mengemukakan:

Di dalam masyarakat adat, istilah ini mengandung suatu pengertian

yang isinya primair sebagai suatu tindakan seseorang bersama

orang-orang lain untuk menyusun suatu pendapat bersama yang

bulat atas sesuatu permasalahan yang dihadapi oleh seluruh

masyarakatnya. Dari itu musyawarah selalu menyangkut soal

hidupnya masyarakat yang bersangkutan. Sebagai suatu ajaran

musyawarah menegaskan bahwa di dalam hidup bermasyarakat,

segala persoalan yang menyangkut hajat

Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal | 451

I Mode Dedy Priyanto, IW ayan Suaitdi,

Dewi Bunya, Wayan Novy Purwanto

hidup dan kesejahteraan bersama harus dipecahkan bersama- sama

oleh para anggauta-anggautanya atas dasar kebulatan kehendak

mereka bersama (Moh. Koesnoe, 1979:45).

Apabila penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berhasil

maka desa pakraman dapat menyelesaikannya melalui pengadilan.

Pada sidang pertama di pengadilan maka agenda yang dilakukan

adalah mediasi.

Peranan Prajuru Desa Dalam Mencegah dan Menyelesaikan Sengketa

Perebutan Tanah Kuburan [Setra)

Prajuru desa memiliki peranan dalam mencegah terjadi

sengketa. Pencegahan dapat dilakukan dengan sikap reponsif terhadap

indikatsi-indikasi timbulnya konflik yakni dengan berkoordinasi antara

prajuru desa dengan warganya dan antara prajuru desa dengan prajuru

desa. Keberadaan prajuru adat sebagai pengurus desa pakraman

berfungsi sebagai negosiator dalam penyelesaian permasalahan adat

Kewenangan prajuru desa ini merupakan implementasi dari otonomi

desa pakraman. Wirtha Griadhi dan Widnyana mengemukakan bahwa

otonomi desa pakraman meliputi:

(1) Kewenangan menetapkan aturan hukumnya sendiri yang

disebut awig-awig;

(2) Kewenangan menyelenggarakan pemerintahan desa pakraman

secara mandiri; serta

(3) Mempunyai kewenangan persoalan-persoalan hukum (wicara)

yang terjadi di lingkungan wilayahnya, baik yang berupa

pelancaran hukum maupun sengketa (i Ketut Sudantra dan AA

Gede Oka Parwata (ed), tanpa tahun edisi: 38.)

Pendekatan antara prajuru desa ini merupakan kearifan lokal

yang dimiliki oleh masyarakat adat Dilihat dari karakteristik

452 | Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal

I Mode Dedy Priyanto, I Wayan Suandi, Dewi Bunga, Wayan Novy

Purwanto

sengketa pun, sengketa adat lebih efektif jika diselesaikan melalui

hukum adat. Dibandingkan hukum nasional yang State law itu, hukum

lokal yang folklaw itu memang tak mempunyai struktur- strukturnya

yang politik, namun kekuatan dan kewibawaannya memang tidak

tergantung dari struktur-struktur yang politik itu melainkan dari

imperativa-imperativanya yang moral dan kultural. Maka dalam

bingkai-bingkai kesatuan politik kenegaraan yang satu dan bersatu

dalam konteks-konteksnya yang nasional, tetap tertampakkanlah

pluralitas dan keragaman yang kultural dalam konteks-konteksnya

yang lokal dan subnasional (http://soetandyo.

wordpress.com/2010/07/13/masalah-budaya-

dalam-pembentukan-hukum-nasional/). Selanjutnya Bushar

Muhammad memberikan pengertian hukum adat sebagai berikut:

Hukum adat sebagai hukum yang mengatur tingkah laku manusia

Indonesia dalam hubungan satu sama lain baik yang merupakan

keseluruhan kelaziman, kebiasaan dan kesusilaan yang

benar-benar hidup di masyarakat adat karena dianut dan

dipertahankan oleh anggota masyarakat itu, maupun yang

merupakan keseluruhan peraturan-peraturan mengenai sanksi

atas pelanggaran yang ditetapkan dalam keputusan para

penguasa adat (mereka yang mempunyai kewibawaan dan

berkuasa memberi keputusan dalam masyarakat adat itu yaitu

dalam keputusan lurah, penghulu, wali tanah, kepala adat dan

hakim.) (Bushar Muhammad, 1984:27)

Secara filosofi, penyelesaian sengketa oleh prajuru adat adalah

implementasi dari filosofi Tri Hita Karana. Ajaran ini terdiri dari

parahyangan (hubungan antara manusia dengan Tuhan), pawongan

(hubungan antara manusia dengan manusia) dan palemahan (hubungan

antara manusia dengan alam) yang semuanya harus berlangsung secara

serasi dan selaras. Tri Hita Karana mengajarkan bahwa adanya

hubungan yang harmonis antara manusia dengan Hyang Widhi Wasa

(Tuhan yang Maha Esa), antara manusia dengan wilayah tempat

pemukiman dan alam sekitarnya, serta antara

Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal | 453

I Madi Dedy Priyanto, I Wayan Suarufi, Dewi Bunya, Wayan Novy

Purwanto

manusia dengan sesamanya, akan memungkinkan mereka untuk

menikmati kesejahteraan dan kebahagiaan yang dimaksud moksha dan

jagatdhita (I Wayan Surpha, 2002: 17). Dalam konteks ini, penyelesaian

sengketa perebutan tanah kuburan secara damai merupakan upaya

untuk menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan

manusia (ranah pawongan).

Secara yuridis, penyelesaian sengketa alternatif atau

penyelesaian sengketa non litigasi (JjOut of Court Settiement) didasarkan

pada Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun

2001 Tentang Desa Pakraman. Praktik ADR sebelum diundangkannya

Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa didasarkan pada Pasal 615 sampai

dengan Pasal 651 Reglemen Acara Perdata (Reglement op de Rechtsvordering,

Staatsblad 1847:52) dan Pasal 377 Reglemen Indonesia yang Diperbaharui

(Het Herziene Indonesisch Reglement, Staatsblad 1941:44) dan Pasal 705

Reglemen Acara Untuk Daerah Luar Jawa dan Madura (Rechtsreglement

Buitengewesten, Staatsblad 1927:227) serta dalam Pasal 3 ayat (1)

Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970.

Sengketa adat merupakan objek perkara yang dapat diselesaikan

melalui ADR sebagaimana yang diatur melalui beberapa ketentuan

dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa. Pada dasar menimbang disebutkan

bahwa "berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku,

penyelesaian sengketa perdata di samping dapat diajukan ke peradilan

umum juga terbuka kemungkinan diajukan melalui arbitrase dan

alternatif penyelesaian sengketa." Selanjutnya dalam Pasal 2 disebutkan

bahwa:

Undang-undang ini mengatur penyelesaian sengketa atau beda

pendapat antar para pihak dalam suatu hubungan hukum tertentu

yang telah mengadakan perjanjian arbitrase yang secara tegas

menyatakan bahwa semua sengketa atau beda pendapat yang

timbul atau yang mungkin timbul dari hubungan

454 | Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal

I Made Dedy Priyanto, I Wayan Suandi,

Dewi Bunya, Wayan Novy Purwanto

hukum tersebut akan diselesaikan dengan cara arbitrase atau

melalui alternatif penyelesaian sengketa.

Dalam Pasal 6 ayat (1) dikatakan Sengketa atau beda pendapat perdata

dapat diselesaikan oleh para pihak melalui alternatif penyelesaian

sengketa yang didasarkan pada itikad baik dengan mengesampingkan

penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri.

Pasal 6 huruf a Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2001 Tentang

Desa Pakraman menyebutkan bahwa “Desa Pakraman mempunyai

wewenang sebagai berikut: a. menyelesaikan sengketa adat dan agama

dalam lingkungan wilayahnya dengan tetap membinan kerukunan dan

toleransi antar krama desa sesuai dengan awig-awig dan adat kebiasaan.

Secara sosiologis, prajurit adat adalah tokoh-tokoh adat yang begitu

dihormati oleh masyarakat. Secara psikologi krama desa akan lebih patuh

pada penyampaian-penyampaian oleh prajuru desa daripada pihak

kepolisian yang bertugas meredam konflik. Dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh I Ketut Sudantra disebutkan bahwa penyelesaian

kasus-kasus perkara adat melalui kelembagaan adat dengan mekanisme

awig-awig umumnya lebih efektif jika dibandingkan mekanisme lain.

Hal ini disebabkan karena faktor- faktor sebagai berikut:

(1) Pada umumnya warga desa pakraman sangat patuh kepada

awig-awig;

(2) Penyelesaian secara musywarah mufakat yang menjadi ciri

penyelesaian sengketa adat masih dapat mengakomodasikan

kepentinga-kepentingan para pihak, sehingga secara logis

lebih menguntungkan bagi para pihak yang bersengketa (1

Ketut Sudantra dan AA Gede Oka Parwata (ed), tanpa tahun

edisi: 45).

Meskipun sebagian besar penggunaan tanah kuburan (setro) oleh

beberapa desa pakraman menuai konflik, namun hal ini tidak terjadi di

Desa Pakraman Kerobokan dan Desa Pakraman Padang Sambian yang

menggunakan Setra Batu Paras secara bersama-sama.

Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal | 455

I Matfe Detfy Priyanto, I Wayan Suatufi, Dewi Bunga, Wayan

Novy Purwanto

Tanah kuburan ini dipergunakan oleh Banjar Uma Klungkung dan

Banjar Kerobokan dari Desa Pakraman Kerobokan serta Banjar Pagutan

dan Banjar Batu Paras dari Desa Pakraman Padang Sambian. Kedua

desa pakraman ini berada pada wilayah kabupaten yang terpisah,

dimana Desa Pakraman Kerobokan masuk ke dalam wilayah

Kabupaten Badung, sedangkan Desa Pakraman Padang Sambian

masuk ke dalam wilayah Kota Denpasar.

Isu tentang sengketa perebutan tanah kuburan setra antara Desa

Pakraman Padang Sambian dan Desa Pakraman Kerobokan

sesungguhnya telah ada sejak tahun 1999 dan muncul kembali di tahun

2003. Menanggapi isu tersebut, prajuru desa masing-masing desa

pakraman menggunakan metode negosiasi untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut Jeremy G. Thorn mengemukakan pada

umumnya negosiasi bila:

a. kedua belah pihak akan melakukan suatu perjanjian;

b. terdapat perjanjian atau konflik di antara beberapa pihak;

c. terdapat variable untuk dipertukarkan melalui konsesi;

d. kedua pihak mempunyai wewenang untuk mengubah syarat-

syarat mereka;

e. apabila sesuatu yang luar biasa terjadi (I Ketut Sudantra dan

AA Gede Oka Parwata (ed), tanpa tahun edisi: 45].

Negosiasi dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil negosiasi

dilaporkan ke Pasamuhan Agung. Dalam negosiasi tersebut, prajuru

desa menyepakati bahwa setra Batu Paras tetap dipergunakan secara

bersama-sama. Tanah kuburan seluas 17 are tersebut dibagi menjadi

dua yakni di bagian utara dipergunakan oleh Desa Pakraman

Kerobokan dan bagian selatan dipergunakan oleh Desa Pakraman

Padang Sambian. Pihak Desa Pakraman Kerobokan dapat

menggunakan Pura Prajapati (Pura yang wajib ada di wilayah setra)

yang sudah ada dan Desa Pakraman Padang Sambian bersedia untuk

membuat Pura Prajapati dalam waktu kurang dari 40 hari sejak hari

kesepakatan.

456 | Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal

I Mode Dedy Priyanto, I Wayan Suandi, Dewi Bunga, Wayan Novy

Purwanto

Kesepakatan antara dua desa pakraman ini diambil dengan

penuh rasa tenggang rasa dan didasarkan atas kekeluargaan. Dilihat

dari sejarahnya, kedua desa pakraman ini sesungguhnya adalah

bersaudara. Bendesa Desa Pakraman Padang Sambian, I Gusti Putu

Gede Suwira menjelaskan, pada abad ke 17, 12 orang warga Kerobokan

(dahulu bernama Lambih Kauh) dititipkan di wilayah Padang Sambian

(dahulu bernama Lambih Kangin) untuk menjaga soroh kayu selem dari

serangan Badung. Atas dasar inilah masing- masing desa pakraman

mengurangi masing-masing ego demi mencari solusi bersama.

Kesepakatan tersebut kemudian dilaporkan ke Pesamuan Agung

Desa Kesepakatan penggunaan setra Batu Paras secara bersama-sama

oleh Desa Pakraman Krobokan dan Desa Pakraman Padang Sambian

dituangkan dalam kesepakatan tertulis yang berbentuk pararem penepas

wicara.

KESIMPULAN

Format ideal penyelesaian sengketa perebutan tanah kuburan

(setra] Batu Paras mendahulukan tipe penyelesaian konflik yang

berbasis kearifan lokal yakni dengan metode musyawarah untuk

mencapai mufakat, dalam hukum nasional hal ini dikenal dengan

negosiasi dan mediasi. Kearifan lokal haruslah diutamakan

dibandingkan format penyelesaian sengketa lainnya, hal ini sejalan

dengan hukum nasional yang mengedepankan penyelesaian sengketa

alternatif (non litigasi] dibandingkan format penyelesaian melalui

badan peradilan (litigasi].

Penyelesaian konflik tanah kuburan (setra] Batu Paras

didasarkan pada hukum nasional dan hukum adat (awig-awig] yang

berlaku, dalam hal ini Prajuru desa memiliki peranan dalam mencegah

dan menyelesaikan sengketa perebutan tanah kuburan (setra) yakni

dalam merespon, mengkomunikasikan dan mereduksi potensi konflik.

Dalam menyelesaikan konflik adat tersebut; prajuru adat berperan

dalam memimpin musyawarah dengan

Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal | 457

I Made Dedy Priyanto, I Wayan Suandi, Dewi Bunya, Wayan Novy

Purwanto

mengakomodasikan kepentingan para pihak yang bersengketa.

Dengan demikian peranan prajuru adat dalam menyelesaikan sengketa

perebutan tanah kuburan perlu direvitalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Bushar Muhammad, 1984, Asas-asas Hukum Adat Suatu Pengantar. Jakarta, Pradnya Paramita

Joni Emerzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

Koesnoe, Moh, 1979, Catatan-catatan Terhadap Hukum Adat Dewasa Ini, Surabaya. Airlangga University Press.

Sirtha, 1 Nyoman, 2008, Aspek Hukum Dalam Konflik Adat Bali. Denpasar, Udayana University.

Sudantra, I Wayan dan AA Gede Oka Parwata (ed), tanpa tahun edisi, Mcara Lan Pamidanda: Pemberdayaan Desa Pakraman dalam Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan, Edisi Revisi. Denpasar, Udayana University Press.

Surojo Wignjodipuro, 1982, Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat Jakarta, PT. Agung.

Surpha, I Wayan, 2002, Seputar Desa Pakraman dan Adat Bali, Denpasar, Bali Post

Suyud Margono, 2000, ADR dan Arbitrase, Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum. Jakarta, Ghalia Indonesia.

Antara, 2011, "Bentrokan di Kemoning dan Budaga Tewaskan Warga”<http://bali.antaranews.com/berita/14206/bentrokan -di-kemoning-dan-budaga-tewaskan-warga>

Soetandyo Wignjosoebroto, 'Masalah Budaya Dalam Pembentukan Hukum Nasional", <http://soetandyo.wordpress.com/2010/07/13/masalah- budaya-dalam-pembentukan-hukum-nasional/>

Sutika, 1 Ketut, 2011, "Konflik Adat yang Tak Pernah Tuntas," <http://oase.kompas.com/read/2011/12/15/19221098/Konf likAdatyang.Tak.Pernah.Tuntas>

458 | Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal

I Made Dcdy Priyanto, I W ayan Suandt, Dewi Punya, Wayan

Novy Purwanto

Nama Peneliti

Instansi

Telp/HP

Email

1 Made Dedy Priyanto,SH.,M.Kn (Peneliti

Utama)

Prof.Dr.I Wayan Suandi, Drs, SH.,M.Hum,

Dewi Bunga,SH.,M.H

1 Wayan Novy Purwanto,SH.,M.Kn

Universitas Udayana

(0361)7443670/081999941337

[email protected]

Menyyayas Pencitraan Berbasis Kearifan Lobai j 459