menggali inspirasi dari pertobatan rasul paulus...
TRANSCRIPT
i
MENGGALI INSPIRASI DARI PERTOBATAN RASUL PAULUS DEMI
PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh :
Christina Picca Yusmasari
NIM: 131124007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
S K R I P S I
MENGGALI INSPIRASI DARI PERTOBATAN RASUL PAULUS DEMI
PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KATEKIS ZAMAN SEKARANG
Oleh :
Christina Picca Yusmasari
NIM : 131124007
Telah Disetujui oleh :
Pembimbing
Drs. F.X Heryatno Wono Wulung, SJ. M.Ed Tanggal 12 Desember 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
S K R I P S I
MENGGALI INSPIRASI DARI PERTOBATAN RASUL PAULUS DEMI
PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KATEKIS ZAMAN SEKARANG
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Christina Picca Yusmasari
NIM : 131124007
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal 12 Januari 2018
Dan dinyatakan memenuhi syarat
SUSUNAN PANITIA PENGUJI
Nama Tanda tangan
Ketua : Dr. B.A. Rukiyanto, SJ ……………..
Sekretaris : Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd ……………..
Anggota : 1. Drs. F.X Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed ……………..
: 2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd ……………..
: 3. Dr. B.A. Rukiyanto, SJ ……………..
Yogyakarta, 12 Januari 2018
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Rohandi, Ph.D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada semua katekis yang masih berkarya dan
bersemangat untuk melayani Gereja, serta kepada orang tuaku Thomas Teguh
Sumardi dan Yustina Sri Lestari dan adikku Damianus Anang Setiawan
Yang selalu mendukung, peduli dan mendoakan usaha perjuanganku selama ini,
teman-teman PAK USD angkatan 2013, sahabat, dan pihak-pihak yang selalu
mendukung dalam memberikan semangat, perhatian dan doa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah
ia menjadi hambamu”
(Mat 20:26-27)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 12 Desember 2017
Penulis
Christina Picca Yusmasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta:
Nama : Christina Picca Yusmasari
Nim : 131124007
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang bagi
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul
MENGGALI INSPIRASI DARI PERTOBATAN RASUL PAULUS DEMI
PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KATEKIS ZAMAN SEKARANG
beserta perangkat lain yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Yogyakarta, 12 Januari 2018
Yang menyatakan,
Christina Picca Yusmasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “MENGGALI INSPIRASI DARI PERTOBATAN
RASUL PAULUS DEMI PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KATEKIS
JAMAN SEKARANG”. Judul skripsi ini dipilih berdasarkan keprihatinan
terhadap perubahan arus zaman yang menyebabkan tantangan pelayanan para
katekis semakin rumit dan kompleks. Tantangan zaman ini berakibat pada
menurunnya kesadaran bahwa panggilan Tuhan merupakan yang terpenting dalam
hidup pelayanan para katekis di segala tempat dan kondisi. Hal ini harus
ditanggapi secara bijaksana oleh para katekis. Bertolak dari kenyataan skripsi ini
dimaksudkan untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi para katekis.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah inspirasi macam apa yang dapat
digali dari pertobatan Rasul Paulus untuk mengembangkan spiritualitas para
katekis zaman sekarang. Persoalan tersebut ditanggapi dengan menggunakan studi
pustaka terhadap kisah pertobatan Rasul Paulus guna memperoleh inspirasi-
inspirasi dari pribadi Rasul Paulus ketika mengalami pertobatan. Inspirasi-
inspirasi yang dipaparkan kiranya dapat berguna bagi para katekis untuk
meneguhkan dan meningkatkan spiritualitasnya sebagai seorang katekis.
Paulus merupakan tokoh penting perkembangan Gereja. Ia merintis
terbentuknya umat, memelihara iman umat, membela umat melalui
pengalamannya serta surat-suratnya yang sangat menginspirasi banyak orang.
Pengalaman perjumpaannya dengan Kristus yang bangkit merupakan salah satu
kekayaan rohani Gereja. Hal ini sangat menarik untuk didalami dan dipelajari oleh
para katekis agar menjadi sumber inspirasi bagi spiritualitas mereka pada zaman
sekarang.
Katekis memiliki peran yang sangat vital bagi perkembangan Gereja.
Katekis akan menjadi sumur iman yang siap ditimba bagi umat. Maka pembinaan
dan pendampingan untuk katekis harus terus-menerus diupayakan. Oleh karena
itu, penulis menawarkan tugas akhir ini untuk menjadi bahan bacaan yang
membantu katekis agar dapat menemukan inspirasi-inspirasi yang mendukung
panggilannya sebagai katekis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This undergraduate thesis entitled “DIG INSPIRATION FROM ST
PAUL’S REPENTANCE FOR CATECHISTS SPIRITUAL DEVELOPMENT
TODAYS”. This title is chosen based on the concern of the change of the current
era which cause challenges to catechists services more complex. The challenges
in this era cause at the decreased consciousness that God vocation is the most
important thing in catechists services life at every places and conditions. This is
must be responded wisely by the catechists. Based on the fact, this thesis is
intended to bring inspiration to the catechists in order to develop their spirituality
as todays catechists.
The main problem in this thesis is what kind of inspiration which can be
digged from St Paul’s repentance to develop the spirituality as todays catechists.
The problem is processed by a literature study toward St Paul’s repentance
stories in order to gain some inspirations from St Paul while in his repentance.
Those inspirations might be useful to strengthen and improve the spirituality as
todays catechists.
Saint Paul is an important role model for the Church development. He
pioneered the formation of the people, keep the faith of the people, defended
people through his experience, and also his letters are very inspiring to many
people. His encounter experience with the Living Christ is the one of spiritual
wealth from St Paul’s experiences. This can be a very interesting thing to be
explored and learnt by the catechists in order to develop their spirituality as
todays catechists.
Catechists have the very vital role for the Church development. Catechists
will be the wells of faith which ready to be drawn for the people. Then the
coaching and mentoring for the catechists must be continuously pursued.
Therefore the author suggest this thesis to be reading material which helps the
catechists in order to find some inspirations which support their vocation.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih, atas kasih-
Nya yang besar memampukan penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul MENGGALI INSPIRASI DARI PERTOBATAN RASUL PAULUS
DEMI PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KATEKIS JAMAN
SEKARANG. Skripsi ini disusun berdasarkan keprihatinan penulis akan
menurunnya spiritualitas yang dihidupi oleh para para katekis di berbagai tempat
akibat tantangan zaman yang semakin rumit dan kompleks, maka katekis
membutuhkan inspirasi yang dapat mengembangkan spiritualitasnya.
Selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh
banyak dukungan dan perhatian dari berbagai pihak, untuk itu penulis dengan
tulus ikhlas menyampaikan banyak terimakasih kepada:
1. Drs. F.X Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed. selaku dosen utama yang
selalu memberikan perhatian dan motivasi. Dengan penuh kesabaran
mendampingi dan membimbing penulis dan selalu meluangkan waktunya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. B. A. Rukiyanto, SJ, selaku Kaprodi Pendidikan Agama Katolik dan
sekaligus dosen penguji III yang telah bersedia membaca, memberikan
kritik dan masukan, serta memberi dukungan kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Yoseph Kristianto, SFK., M. Pd, selaku dosen penguji II sekaligus sebagai
dosen pembimbing akademik yang dengan sepenuh hati mendukung,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
mendampingi, dan memberi semangat selama proses perkuliahan terkhusus
dalam proses penyelesaian skripsi.
4. Seluruh katekis-katekis yang sedang berkarya terkhusus para katekis di
Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu yang selalu menyemangati dan
memberikan inspirasi dalam proses penyelesaian skripsi
5. Orang tua Bapak Thomas Teguh Sumardi dan Ibu Yustina Sri Lestari, serta
adik Damianus Anang Setiawan yang selalu memberikan semangat, cinta,
perhatian dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan sampai
penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh staf perpustakaan Kolose St. Ignatius Kotabaru dan Perpustakaan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang begitu murah hati untuk
meminjamkan buku-buku yang penulis perlukan baik selama kuliah maupun
selama penulisan skripsi ini sampai selesai.
7. Sahabat-sahabat PAK USD angkatan 2013 yang selalu memberikan
semangat, motivasi, dorongan dan bantuan bagi penulis selama kuliah
hingga penyelesaian skripsi ini.
8. Kepala Sekolah, bapak-ibu guru dan karyawan/i serta siswa-siswi SMP
Budi Mulia Minggir yang telah memberikan semangat dan perhatian serta
telah banyak membantu kelancaran proses penyusunan skripsi ini.
9. Teman berjuang penulis Winantu Ginanjar Langgeng, yang dengan sabar
memberikan motivasi, perhatian serta inspirasi dalam studi dan proses
penyusunan skripsi. Serta untuk adik Esti Kinanti yang telah banyak
memberikan semangat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang dengan
tulus hati memberikan dukungan, memberi semangat dan perhatian sampai
selesainya penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga
penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, 12 Desember 2017
Penulis
Christina Picca Yusmasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................................. viii
ABSTRACT ................................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN............................................................................................. xvi
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan .................................................................................... 5
E. Metode Penulisan ..................................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ............................................................................... 6
BAB II. PAULUS DAN PENGALAMAN PERTOBATANNYA ............................... 8
A. Kisah Hidup Paulus .................................................................................. 9
1. Kisah Hidup Paulus secara Singkat ……………………… ................... 9
a. Paulus dari Tarsus …………………………………… ..................... 9
b. Pendidikan Paulus di Yerusalem …………………… ...................... 12
c. Paulus di kalangan Orang Yahudi …………………… .................... 13
d. Masa Tua Paulus ……………………………………. ...................... 18
2. Paulus sebagai Pewarta Injil …………………………… ...................... 19
a. Karya Pelayanan Paulus .................................................................. 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
b. Bangkit dari Kegagalan ................................................................... 23
c. Tawanan yang Memberikan Kesaksian Iman ................................... 25
d. Paulus Dipenjara demi Kristus ......................................................... 26
B. Pertobatan Paulus ..................................................................................... 29
1. Pertobatan Paulus menurut Kisah Para Rasul 9: 1-19a .......................... 30
a. Paulus Meminta Surat Kuasa dari Imam Besar ................................. 30
b. Perjalanan Paulus Menuju Damsyik ................................................. 31
c. Paulus Dibaptis oleh Ananias ........................................................... 34
2. Hal-hal Mendasar dari Pertobatan Paulus ............................................. 37
BAB III. SOSOK DAN SPIRITUALITAS KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG ...... 42
A. Sosok Katekis Zaman Sekarang .............................................................. 43
1. Identitas Katekis ............................................................................... 43
2. Panggilan Hidup Sebagai Katekis ..................................................... 46
3. Perutusan Katekis ............................................................................. 48
B. Spiritualitas Katekis Zaman Sekarang ..................................................... 50
1. Definisi Spiritualitas ......................................................................... 51
a. Spiritualitas menurut Dokumen Gereja ........................................ 51
1) Spiritualitas Katekis menurut Catechesi Trandendae ............. 51
2) Spitualitas Katekis menurut Evangelii Gaudium .................... 52
3) Spiritualitas Katekis menurut Redemptoris Missio ................. 52
4) Spiritualitas Katekis menurut hasil Pernas Katekis 2005 ....... 52
b. Spiritualitas menurut Para Tokoh ................................................ 55
2. Tantangan yang Dihadapi Katekis Zaman Sekarang .......................... 56
a. Sekularisasi dan Sekularisme ...................................................... 57
b. Pendangkalan Hidup dan Budaya Instan ..................................... 58
c. Ateisme dan Relativisme ............................................................ 59
d. Dampak Teknologi Digital .......................................................... 60
e. Pluralitas yang Diwarnai Fundamentalisme dan Radikalisme ...... 61
f. Pluralitas dan Globalisasi Budaya ............................................... 61
g. Rusaknya Keutuhan Ciptaan dan Lingkungan Hidup................... 62
h. Merebaknya Kemiskinan ......................................................... .. 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
3. Spiritualitas Katekis ......................................................................... 63
a. Hidup di dalam Roh .................................................................... 63
b. Keterbukaan terhadap Dunia ....................................................... 64
c. Keutuhan dan Keaslian Hidup ..................................................... 66
d. Devosi kepada Maria .................................................................. 66
BAB IV.MENGGALI INSPIRASI DARI PERTOBATAN RASUL PAULUS DEMI
PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KATEKIS ZAMAN SEKARANG .. 68
A. Katekis Menggali Inspirasi dari Pribadi Paulus dalam Pertobatannya ..... 69
1. Pribadi yang Tangguh ....................................................................... 70
2. Menjadi Saksi Iman yang Handal ..................................................... 71
3. Memiliki Kehidupan Rohani yang Mendalam ................................... 74
a. Berserah Diri kepada Tuhan ........................................................ 74
b. Memberi Diri Dipimpin oleh Roh ............................................... 76
c. Setia dalam Panggilan ................................................................. 77
d. Pribadi yang Mencintai Umat...................................................... 79
B. Pokok-pokok Spiritualitas Katekis di Zaman Sekarang yang dapat
Ditemukan Berdasarkan Inspirasi Pertobatan Rasul Paulus ..................... 80
1. Katekis Mempunyai Iman yang Mendalam….………….. ................. 80
2. Katekis yang Mempunyai Integritas .................................................. 81
3. Katekis merupakan Saksi Iman yang Handal .................................... 82
4. Mengandalkan Karya Tuhan Bukan Kemampuan Diri ...................... 84
BAB V. PENUTUP .......................................................................................... 87
A. Kesimpulan ................................................................................... 87
B. Saran .............................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikut Alkitab
Deuterokanonika © LAI 1976. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia,
ditambah dengan Kitab-kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan oleh
Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan diterima dan diakui oleh Konferensi Wali
Gereja Indonesia). Jakarta: LAI, 2001, hal.8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II
kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang
katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
EG : Evangelii Gaudium, Anjuran Apostolik Paus Fransiskus tentang
Sukacita Injil, 24 November 2013.
RM : Redemptoris Missio, Ensiklik Bapa Suci Yohanes Paulus II tentang
Amanat Misioner Gereja, 7 Desember 1990.
KHK : Kitab Hukum Kanonik, susunan atau kodifikasi peraturan kanonik
dalam Gereja Katolik, 25 Januari 1983.
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Gereja di Dunia Dewasa ini, 21 November 1964.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
Lih : Lihat
PERNAS : Pertemuan Nasional
CEP : Congregation for Evangelization of Peoples, Kongregasi
Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa, menerbitkan buku Pedoman
Untuk Katekis, 3 Desember 1993.
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
Prodi : Program Studi
LBI : Lembaga Biblika Indonesia
BKSN : Bulan Kitab Suci Nasional
Kan : Kanon
PAK : Pendidikan Agama Katolik
KAS : Keuskupan Agung Semarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menindaklanjuti Seruan Bapa Suci Paus Benediktus XVI yang menetapkan
Tahun Paulus dari tanggal 28 Juni 2008-29 Juni 2009 untuk memperingati 2000
tahun kelahiran Paulus, Konferensi Waligereja Indonesia dengan LBI-nya telah
menjadikan BKSN 2008 sebagai kesempatan untuk menggali kekayaan rohani dari
Santo Paulus (Eko Riyadi, 2012:3). Hal ini sangat tepat karena Paulus merupakan
tokoh yang penting dalam perkembangan Gereja. Salah satu kekayaan Paulus yang
dapat digali untuk dijadikan inspirasi umat adalah pertobatan Paulus. Semua umat
Katolik pasti mengenal siapa itu Paulus, bahkan tidak jarang juga umat Katolik
menjadikan Paulus sebagai teladan.
Pertobatan Paulus merupakan inisiatif Allah sendiri, “peristiwa keselamatan
dengan perantaraan Yesus Sang Juru Selamat sungguh-sungguh karya Allah, bukan
usaha manusia tetapi kasih karunia Allah” (Hari Kustono, 2012:19). Perjumpaan
dengan Kristus merupakan titik balik perubahan hidup Paulus. Paulus berubah dari
seorang penganiaya jemaat yang radikal menjadi pewarta Kristus yang radikal pula.
Peristiwa ini mendadak, karya Allah nampak nyata dalam pengalaman ini.
Kisah pertobatan Paulus ini terjadi dalam perjalanannya untuk mengejar orang
Kristen dari Yerusalem ke Damsyik. Banyaknya jemaat Yahudi yang menjadi
Kristen membuat kebencian Paulus terhadap pengikut Kristus semakin berkobar.
Bagi orang Yahudi, kebenaran hanya kepada Taurat. Yesus dan pengikutnya
dianggap melanggar Taurat. Orang-orang Yahudi menganggap Yesus yang mati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
disalib adalah kehinaan sebagai Mesias. Oleh karenanya Pauluspun memutuskan
untuk melakukan pengejaran terhadap warga Gereja Kristen perdana. Ketika
mendekati kota Damsyik, Paulus rebah ke tanah dan dikelilingi cahaya yang
menyilaukan (Kis 9:3). Saulus sendiri bersaksi bahwa cahaya itu ”menyilaukan”
(Kis 26:6) dan cahaya itu lebih terang dari cahaya matahari (Kis 26:13), serta
menyebabkan dirinya rebah ke tanah. Terdengarlah suara yang mengatakan
“Saulus, Saulus mengapa engkau menganiaya Aku? Akulah Yesus yang kau aniaya
itu” (Kis 9:4-5). Dixon (1981: 61) mengatakan “suara itu memakai bahasa Ibrani,
yang dimaksudkan di sini ialah bahasa daerah, yaitu bahasa Aram. Tuhan Yesus
bicara kepada Saulus dalam bahasa Saulus sendiri”.
Perubahan terjadi seketika itu juga, Saulus rebah ke tanah sebagai seorang
penganiaya Kristus dan ia bangkit dalam keadaan berubah yakni taat kepada
kehendak Kristus. Ketaatannya kepada Kristus ditunjukkan saat ia masuk ke kota
Damsyik dengan matanya yang buta dan dibimbing oleh pengiringnya ke kota.
Saulus bergumul dengan diri sendiri (Kis 22:10), menunggu selama tiga hari tanpa
pengelihatan dan juga tanpa makan atau minum (Kis 9:9). Tanpa makan atau
minum ini Paulus lakukan untuk mengetahui kehendak Allah serta merupakan salah
satu unsur pokok dari pertobatan.
Setelah pengalaman Damsyik, Paulus berusaha mengubah cara pandangnya.
Salib yang dahulu dianggapnya sebagai kebodohan bagi orang Yunani dan batu
sandungan bagi orang Yahudi sekarang diyakini sebagai kekuatan dan hikmat Allah
(1 Kor 1:22-24). Perjumpaan dengan Yesus membuat hidup Paulus dijungkir-
balikkan dan mengalami perubahan yang dahsyat (Lih. Flp 3:4-14). Perjumpaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
yang merupakan buah pertobatan membuat Paulus mengalami kepercayaan diri
penuh terhadap suatu hal tanpa membutuhkan bukti lagi. Kalau dahulu Paulus
bersemangat memegang Taurat sebagai satu-satunya keselamatan sehingga
menganiaya pengikut Kristus, sekarang Paulus bersemangat memegang Kristus dan
menolak Taurat. Paulus menjadi pewarta Kristus yang radikal. Paulus mewartakan
Kristus ke tempat orang-orang yang belum mengenal-Nya. Kesadaran akan
perutusannya membuat Paulus siap menghadapi segala tantangan yang datang
kepadanya bahkan hingga dipenjara, diancam dan dibunuh sekalipun.
Kesadaran bahwa panggilan menjadi katekis adalah panggilan Tuhan
merupakan hal yang penting bagi katekis dalam hidup pelayanannya di segala
tempat dan kondisi, agar para katekis mempunyai semangat pelayanan dan
semangat juang yang tinggi. Tingginya semangat pelayanan akan menggerakkan
katekis untuk melayani sepenuh hati, yakni dapat membawa orang mengenal
Kristus, percaya kepada Kristus serta semakin hidup menurut kehendak Kristus.
Oleh karena itu Pertemuan Nasional Katekis tahun 2010 merekomendasikan
peningkatan motivasi dan semangat pelayanan mengingat perlunya pembaharuan
semangat hidup pelayanan bagi katekis.
Spiritualitas katekis menyangkut hubungan pribadi katekis itu sendiri dengan
Allah. Sikap sedia diutus seperti yang dilakukan oleh Paulus sebagai buah refleksi
dari pertobatannya mengalir dari panggilan yang dikehendaki oleh Kristus sendiri.
Pada zaman sekarang tidak mudah untuk bisa menjadi orang seperti Paulus.
Kemajuan zaman dapat membuat orang lebih cenderung pada cara hidup yang
dangkal. Spiritualitas pelayanan menjadi hal yang sulit dihidupi oleh para katekis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
karena belum menemukan api yang menggerakan mereka dalam menjalani
panggilannya demi perkembangan Gereja masa kini. Sekarang ini katekis sedang
menghadapi berbagai macam tantangan, baik yang bersifat internal maupun
eksternal. Tantangan internal berasal dari dalam dirinya sendiri sedangkan eksternal
berasal dari luar dirinya (masyarakat, arus zaman, Gereja, dll).
Perubahan arus zaman menyebabkan tantangan pelayanan semakin rumit dan
kompleks. Dari pengalaman pribadi, penulis mendapat kesan bahwa pelayanan
katekis yang telah dilakukan belum relevan dengan situasi umat yang menghadapi
tantangan arus-arus zaman yaitu sekularisme, hedonisme, perkembangan digital,
pluralitas, fundamentalisme Direktorium Formatio Iman (art. 28). Secara tidak
langsung, hal tersebut akan menghambat perkembangan kehidupan rohani umat.
Untuk dapat menghadapi tantangan zaman, kiranya para katekis harus mempunyai
spiritualitas yang mendalam. Spiritualitas yang mendalam dapat diwujudkan
dengan hidup dalam Roh yang akan membantu para katekis untuk memperbaharui
terus-menerus identitas khusus para katekis. Katekis juga membutuhkan panutan
dan pegangan untuk dasar kepribadian dan semangat pelayanannya. Paus Yohanes
Paulus II mengatakan “Misionaris sejati adalah santo” oleh karena itu katekis diajak
untuk menghidupi panggilannya dengan semangat para santo (CEP, 1993: 22).
Layaknya virus yang dapat dengan cepat menular, diharapkan semangat juang
Paulus dapat menular dan menginspirasi para katekis agar selalu memiliki semangat
juang yang tinggi demi pengembangan spiritualitas sebagai seorang katekis. Maka
dari itu, penulis memberi judul skripsi ini, “MENGGALI INSPIRASI DARI
PERTOBATAN RASUL PAULUS DEMI PENGEMBANGAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
SPIRITUALITAS KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG”. Tujuannya adalah,
supaya katekis terinspirasi dan dapat melakukan karya kerasulan sebagai
konsekuensi dari pertobatannya serta memiliki api dalam dirinya sehingga dapat
mengembangkan kepribadian dan spiritualitasnya sebagai katekis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa
masalah, diantaranya adalah :
1. Siapa Paulus dan bagaimana pengalaman pertobatannya?
2. Seperti apa sosok dan spiritualitas katekis zaman sekarang?
3. Inspirasi macam apa yang dapat digali dari pertobatan Paulus demi
pengembangan spiritualitas katekis di zaman sekarang?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pada fokus penelitian di atas, tujuan dilakukan penelitian ini adalah
untuk mengetahui :
1. Menggambarkan tokoh Paulus serta pengalaman pertobatannya
2. Menggambarkan sosok dan spiritualitas katekis zaman sekarang
3. Menyampaikan inspirasi yang dapat dipetik dari pertobatan Paulus demi
pengembangan spiritualitas katekis di zaman sekarang.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Menambah wawasan baru kepada para katekis tentang tokoh Paulus serta
pengalaman pertobatannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Memberi pemahaman dan tolak ukur kepada katekis tentang sosok dan
spiritualitas mereka di zaman sekarang
3. Memberi inspirasi bagi para katekis dalam usaha mengembangkan
spiritualitasnya sebagai pewarta dan saksi Kristus sehingga dapat semakin
bersemangat melayani umat.
E. Metode Penulisan
Skripsi ini adalah studi pustaka. Penulis menggunakan metode deskripsi
intepretatif. Dengan metode deskripsi intepretatif ini penulis mengemukakan
pandangan para ahli, kemudian menjelaskan dan memaknainya. Berdasarkan judul
yang dipilih, penulis akan menggali inspirasi yang diperoleh dari pertobatan Rasul
Paulus kemudian memaknainya sebagai inspirasi yang diharapkan
mengembangkan spiritualitas katekis di zaman sekarang.
F. Sistematika Penulisan
Judul Skripsi ini adalah “ MENGGALI INSPIRASI DARI PERTOBATAN
RASUL PAULUS DEMI PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KATEKIS
DI ZAMAN SEKARANG” Dengan judul tersebut penulis ingin menggali
inspirasi dari pertobatan Rasul Paulus demi pengembangan spiritualitas katekis-
katekis di zaman sekarang. Untuk mencapai tujuan tersebut penulisan skripsi ini
terdiri dari lima bab yang isinya sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II membahas gambaran tokoh Paulus serta pengalaman pertobatannya
yang mencakup pembahasan kisah hidup Paulus dari masa muda, kisah pewartaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
sampai pada wafatnya dan pengalaman pertobatan Paulus menurut Kisah Para
Rasul dan Surat-suratnya.
Bab III membahas spiritualitas katekis di zaman sekarang. Pembahasan dalam
bab ini memberi gambaran tentang sosok dan spiritualitas katekis di zaman
sekarang yang mencakup pembahasan tentang sosok katekis zaman sekarang,
tantangan yang dihadapi katekis baik internal maupun eksternal, katekis yang
diharapkan umat serta memaparkan arti spiritualitas katekis yang ditinjau dari 3
perspektif yaitu spiritualitas katekis menurut Kitab Suci, menurut Dokumen Gereja
dan menurut beberapa tokoh.
Bab IV menyampaikan inspirasi-inspirasi yang dapat dipetik dari pertobatan
Paulus. Penulis akan mengemukakan inspirasi yang menarik dari pertobatan Paulus
dan memaknainya sebagai inspirasi bagi pengembangan spiritualitas katekis di
zaman sekarang. Bab ini ditutup dengan penyampaian beberapa pokok inspirasi dari
pertobatan Paulus yang dapat dikemukakan.
Bab V berisi kesimpulan dan saran. Dalam kesimpulan penulis
mengungkapkan beberapa hal penting berkenaan dengan pokok permasalahan
penulisan skripsi ini. Penulis memberikan saran guna memanfaatkan hasil karya ini
untuk mengembangkan spiritualitas katekis dengan belajar dan menggali inspirasi
dari pertobatan Rasul Paulus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
PAULUS DAN PENGALAMAN PERTOBATANNYA
Paulus merupakan tokoh besar dalam tradisi kekristenan sekaligus juga
merupakan tokoh penting bagi perkembangan Gereja. Ia merintis terbentuknya umat,
memelihara iman umat, membela umat melalui pengalamannya serta surat-suratnya
yang sangat menginspirasi banyak orang. Pengalaman perjumpaannya dengan Kristus
yang bangkit merupakan salah satu kekayaan rohani dari pengalaman Paulus. Hal ini
tentu sangat menarik untuk didalami dan dipelajari oleh para katekis agar menjadi
sumber inspirasi bagi spiritualitas mereka pada zaman sekarang.
Pada bab II ini, penulis akan memaparkan pembahasan yang terdiri dari 2 bagian
besar. Bagian pertama mengenai kisah hidup Paulus dan bagian kedua mengenai
pengalaman pertobatannya. Bagian pertama dibagi menjadi 2 topik. Topik 1 menyoroti
kisah hidup Paulus secara singkat, dari masa kecil Paulus hingga tua. Topik 2
menyoroti pertobatan Paulus yakni karya-karyanya dan pengalamannya dalam
mewartakan Injil. Sedangkan bagian kedua terdiri dari 2 topik, topik 1 yakni menggali
pertobatan Paulus dari Kisah Para Rasul dan topik terakhir yang akan menggali hal-hal
mendasar dari pertobatan Paulus yang menjadi inspirasi dalam pembahasan bab-bab
selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
A. Kisah Hidup Paulus
1. Kisah Hidup Paulus secara Singkat
a. Paulus dari Tarsus
Hari Kustono dalam buku kecil tulisannya yang berjudul Paulus dari Tarsus
mengisahkan kehidupan masa kecil Rasul Paulus. Paulus yang dahulu bernama Saulus
lahir di Tarsus, propinsi Kilikia, di luar wilayah Palestina, wilayah Asia Kecil sebelah
selatan (Kustono, 2012: 9). Kisah Para Rasul juga mengatakan bahwa Paulus berasal
dari Tarsus, “Aku adalah orang Yahudi, dari Tarsus, warga dari kota yang terkenal di
Kilikia…” (Kis 21:39 ; 22:3). Paulus lahir sekitar tahun 5-15 Masehi. Sejak kecil
Paulus sudah disunat, sebagai tanda bahwa ia dimasukkan ke dalam lingkungan iman
Abraham (Purwa Hadiwardoyo, 2012: 12).
Terkadang orang sering menerka-nerka seperti apa Paulus itu, kemudian mulai
membayangkan ciri-ciri dan bentuk fisik Paulus melalui gambarnya yang dipasang
pada lukisan, buku ataupun patung. Mengenai hal ini, William Barclay (1985: 2)
mengatakan bahwa Kitab Perjanjian Baru pun tidak menggambarkan bagaimana rupa
Paulus. Barclay (1985:2) juga menceritakan bahwa sekitar tahun 160 T.M.(Tarikh
Masehi) seorang Kristen dari Asia yang tidak disebutkan namanya menulis semacam
novel sejarah yang berjudul “Kisah Paulus”. Novel tersebut secara singkat
mengisahkan sosok Paulus. “Dia bertubuh pendek, rambutnya mulai menipis, kakinya
agak bengkok, perawakannya kekar, alisnya lebat hingga saling bertemu, hidungnya
sedikit lengkung dan tindak tanduknya anggun, kadang-kadang dia nampak sebagai
manusia, dan kadang-kadang wajahnya mirip seorang malaikat”. Dengan mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
rupa dan ciri-ciri Paulus seperti di atas, umat semakin dibantu untuk mengenali tokoh
Paulus dan ikut merasakan pengalaman Paulus dalam menjalani kehidupannya yang
dengan gigih mewartakan Yesus.
Paulus adalah seorang Yahudi, termasuk golongan orang Farisi. Dari ayahnya
Paulus mewarisi kewarganegaraan Romawi, tetapi ia dididik dalam budaya Yunani
(Helenis). Walaupun begitu, ia berpegang kuat pada imannya sebagai orang Yahudi
(Hari Kustono, 2012: 10). Ayah Paulus berasal dari suku Benyamin, maka dari itu ia
memberikan nama anak laki-lakinya Saulus, sama dengan nama raja pertama Israel
yaitu Saul yang juga berasal dari suku Benyamin. Kewarganegaraan Romawi yang
dimiliki orang tua Paulus barangkali karena bekerja untuk birokrasi di bawah
pemerintahan Romawi. Pada saat itu, orang-orang yang memiliki kewarganegaraan
Romawi memperoleh beberapa hak sipil seperti orang-orang keturunan Romawi,
misalnya di bidang pengadilan berhak naik banding sampai Mahkamah Agung di Roma
(Purwa Hadiwardoyo, 2012: 12).
Mempelajari kisah hidup Paulus bukan hanya sekedar mengenal pribadinya saja
tetapi juga diimbangi dengan mengetahui situasi yang membentuk diri Paulus. Oleh
karena itu, Purwa Hadiwardoyo (2012: 11-12) menggambarkan situasinya demikian:
Semenjak Israel utara dikalahkan Assyria pada abad ke-8 SM dan Israel selatan
dikalahkan Babilonia pada abad ke-6 SM, banyak orang Yahudi yang menetap
di luar Israel, salah satunya kedua orang tua Paulus. Mereka tinggal di Tarsus
(dulu disebut Silisia, sekarang disebut Turki). Mayoritas penduduk di kota
tersebut adalah orang-orang Yunani. Paulus serta kedua orang tuanya tetap
beragama Yahudi tetapi fasih berbahasa Yunani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Dalam hal ini terlihat jelas situasi yang membentuk pribadi Paulus. Kekalahan bangsa
Israel oleh Assyria dan Babilonia ini membuat Paulus fasih berbahasa Yunani karena
Paulus seketika itu menetap di Tarsus dan tinggal pada lingkungan yang mayoritas
adalah orang-orang Yunani.
Kota Tarsus berada di luar Israel. Setelah Israel Utara dan Selatan mengalami
kekalahan, Paulus beserta keluarga menetap di Tarsus. Eko Riyadi (2012: 23-24) juga
menggambarkan situasi tempat tinggal Paulus yang baru sebagai berikut:
Tarsus pada masa itu merupakan sebuah kota pelabuhan internasional.
Perdagangan internasional juga berkembang pesat di sana. Pada masa
pemerintahan Markus Antonius, Tarsus dijadikan ibu kota Kilikia dan menjadi
kota yang memiliki kebebasan. Banyak orang-orang Yahudi di Tarsus yang
hidup dengan bebas. Orang Yunani, orang Timur, orang Yahudi dan kaum
nomaden hidup berdampingan dalam kebebasan penuh. Selain perdagangan
internasional, Tarsus juga terkenal sebagai kota yang memiliki tradisi pedagogik
dan intelektual yang unggul. Pada abad pertama, kota Tarsus menjadi pusat
sekolah filsafat yang terkenal.
Dari sini kita tahu bahwa masyarakat Tarsus itu sangat maju. Kemajuan masyarakat
Tarsus selain dari perdagangan internasionalnya juga dari sikap masyarakat Tarsus
yang selalu dapat hidup bebas berdampingan dengan siapapun. Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat Tarsus bersedia belajar dari siapapun dan memiliki sikap terbuka.
Kota Tarsus pada abad pertama sudah mempunyai sekolah filsafat yang terkenal, maka
Tarsus juga dikatakan sebagai kota yang memiliki tradisi pedagogik dan intelektual
yang unggul karena Tarsus merupakan salah satu kota pelajar atau kota pendidikan
Yunani pada zaman itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
b. Pendidikan Paulus di Yerusalem
Berkaitan dengan pendidikan Paulus di Yerusalem, Kardinal Augustinus Bea
(1975: 9-10) mengatakan keluarga Paulus termasuk golongan orang Farisi yang sangat
terkenal akan penghayatan secara cermat hukum Musa. Mereka menyadari bahwa
hukum yang dihidupi masih terlalu keras dan kaku. Ayah Paulus melihat bahwa
putranya sangat berbakat. Oleh sebab itu, ayahnya ingin memberikan putranya suatu
pendidikan yang mendalam guna menjamin masa depan anaknya. Maka Pauluspun
segera dikirim oleh ayahnya ke Yerusalem. Yerusalem merupakan kota suci dan pusat
masyarakat Yahudi. Di daerah Yerusalem terdapat dua sekolah teologi yang terbaik,
yakni Hillel dan Shammai. Jika dibandingkan, sekolah Hillel lebih banyak diminati
oleh orang Yahudi saat itu, alasannya yakni sekolah Rabbi Shammai sangat keras dan
kaku dan cenderung nasionalistis, sedangkan sekolah Hillel mempunyai pengaruh yang
paling besar. Murid-murid Shammai yang keras menolak setiap kerja sama politik
dengan Roma. Mereka selalu merasa dirinya terpanggil untuk membela hukum Yahudi
dan memperjuangkan kemerdekaan Yahudi. Hal ini membuat murid-murid Shammai
tidak disenangai oleh kedua imam agung Annas dan Kaifas. Annas dan Kaifas berusaha
supaya disenangi dan mendapat penghargaan dari walinegeri yakni Ponsius Pilatus.
Kaifas berusaha keras menciptakan pengaruh sekolah Hillel di dalam Sanhendrin. Oleh
karena itu menjadi jelas mengapa para orang tua termasuk ayah Saulus lebih suka
memasukkan anak mereka di sekolah Hillel meskipun hal itu mungkin bertentangan
dengan wataknya dan pendidikannya dahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Sekolah Hillel mempunyai guru yang sangat terkenal yakni Rabbi Gamaliel.
Ketika menjadi guru di sekolah Hillel, Rabbi Gamaliel sudah tidak lagi muda. Ia
merupakan keponakan dari Hillel, pendiri sekolah itu. Bea (1975: 10) mengatakan
bahwa dalam Kisah Para Rasul, Rabbi Gamaliel dikenal sebagai seorang tokoh yang
bijaksana, saleh dan sangat dihormati oleh rakyat (Kis 5:34). Tetapi Paulus yang muda
itu tidak mengikuti jejak gurunya yang toleran dan luwes terhadap jemaat Kristen.
Kebencian Paulus terhadap jemaat Kristen cepat tumbuh dalam pribadi Paulus yang
masih muda itu. Ternyata sudah lama Paulus menunggu kesempatan untuk membela
hukum Musa terhadap para penganut Yesus yang Saulus yakini sebagai penghina
hukum dan ajaran serta meremehkan tradisi para rabi.
c. Paulus di Kalangan Orang Yahudi
Di dalam Kisah Para Rasul, Saulus muncul pertama kali sebagai seorang Yahudi
fanatik yang mengejar-ngejar jemaat Kristen untuk ditangkap dan diserahkan kepada
pengadilan Mahkamah Agung Yahudi. Menurut Eko Riyadi (2012: 12) Paulus tampil
pertama kalinya ketika ia hadir pada waktu orang-orang Yahudi membunuh Stefanus
(Kis 7). Paulus menyetujui bahwa Stefanus mati dibunuh. Menurut Eko Riyadi (2012:
13) Paulus setuju jika Stefanus dibunuh karena kemungkinan besar Paulus termasuk
orang yang sangat tertusuk hatinya karena mendengar khotbah Stefanus.
Pewartaan Stefanus yang bersemangat mengenai Kristus dan kritiknya terhadap
penghormatan akan kenisah dan Taurat tampaknya terarah pada kelompok Yahudi
hellenis yang lain (yang belum Kristen). Itulah sebabnya Stefanus mendapat tantangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
yang kuat bahkan kemudian diputuskan supaya Stefanus disingkirkan. Saulus
mendapatkan tugas untuk menjadi saksi atas peristiwa pembunuhan Stefanus
(Darmawijaya, 1997: 38)
Eko Riyadi (2012: 13) mengatakan bahwa mulai sejak itu, Saulus terlibat dalam
pengejaran dan penganiayaan terhadap jemaat Kristen dari Yerusalem sampai ke luar
wilayah Palestina. Hatinya berkobar untuk membunuh murid-murid Yesus (Kis 9:1).
Lalu Saulus datang kepada Imam Besar supaya ia mempunyai kekuatan legal untuk
menangkap pengikut Yesus. Saulus pun meminta surat kuasa yang akan dibawanya
kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik.
Eko Riyadi (2012: 14) mengatakan bahwa perhatian orang pada zaman dahulu
lebih mengarah pada figur Paulus sebagai seorang Yunani (Hellenis) karena cara
berfikir, cara hidup dan cara menulis Paulus merupakan cara-cara Yunani sehingga
perhatian para peneliti lebih terpusat pada elemen-elemen Yunani yang membangun
kekhasan diri Paulus. Tetapi sekarang, tekanan tidak lagi pada figur Paulus sebagai
seorang hellenis tetapi sebagai seorang Yahudi. Walaupun dia hidup dalam kebudayaan
dan cara hellenis tetapi Paulus pada dasarnya adalah seorang Yahudi.
Para ahli kemudian mencermati surat-surat Paulus, misalnya dalam suratnya
kepada jemaat di Filipi, ia menunjukkan identitasnya sebagai seorang Yahudi :
Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku
lebih lagi: disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin,
orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum aku orang Farisi, tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam menaati hukum Taurat
aku tidak bercela” (Flp: 3:4-6).
Dari ayat tersebut nampak bahwa Paulus menunjukkan hal-hal yang bersifat lahiriah
yakni hal yang kelihatan yang dapat menunjukkan statusnya sebagai seorang Yahudi.
Paulus juga mengatakan bahwa ia termasuk suku Benyamin (Rm 11:1; 2Kor 11:22).
Suku Benyamin adalah suku paling kecil di antara dua belas suku Israel, tetapi suku
Benyamin tetap setia kepada raja-raja dari wangsa Daud setelah perpecahan dua
kerajaan Israel dan Yehuda. Setelah pembuangan Babilonia, Benyamin dan Yudea
menjadi pusat keyahudian. Selanjutnya Paulus menyatakan diri sebagai orang Ibrani
asli. Dalam tulisannya Eko Riyadi (2012:16-17) mengatakan bahwa maksud dari
perkataan Paulus tersebut tidaklah langsung jelas, barangkali Paulus mau mengatakan
bahwa ia adalah seorang Yahudi sejati meskipun dilahirkan di Tarsus-Kilikia.
Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus juga menyatakan kualitas yang
dimilikinya sebagai seorang Yahudi, misalnya: Paulus mengatakan bahwa ia disunat
pada hari ke delapan. Eko Riyadi (2012:16) mengatakan bahwa sunat pada hari ke
delapan merupakan ketaatan religius berdasarkan ketetapan dalam Kej 17:10-12. Di
dalam kitab Kejadian itu, Allah menetapkan sunat sebagai tanda perjanjian antara Allah
dan Abraham (Kej 17:12).
Paulus adalah orang Yahudi yang berbahasa Ibrani yang dibedakan dari orang
Yahudi yang berbahasa Yunani dan tidak lagi berbicara dengan bahasa Ibrani. Menurut
Eko Riyadi (2012: 17) yang dimaksud dengan bahasa Ibrani adalah bahasa Aram yang
sudah menjadi bahasa sehari-hari orang Israel pada zaman itu. Paulus merupakan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Yahudi sinkretik atau hellenistik, yakni orang Yahudi yang dilahirkan di daerah
diaspora (di luar Palestina). Sosok Paulus dibedakan dengan orang-orang Yahudi yang
lahir di Palestina yang merasa diri menjadi Yahudi lebih asli. Tetapi Paulus di sini
justru menyatakan diri sebagai orang Yahudi yang masih berbahasa Ibrani meskipun
dia dilahirkan di luar Palestina. Inilah yang menjadi kekuatan Paulus.
Di dalam suratnya, Paulus menulis bahwa ia seorang Farisi terkait dengan
pendiriannya terhadap hukum Taurat (Flp 3:5). Menurut Eko Riyadi (2012:19) yang
dimaksud Taurat disini bukan hanya yang tertulis, tetapi juga Taurat lisan yang menjadi
pegangan bagi kelompok Farisi. Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Paulus
menyatakan bahwa ia sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangnya (Gal
1:14). Eko Riyadi (2012: 19) menyatakan bahwa adat istiadat digunakan untuk
menerjemahkan paradosis yang oleh orang Farisi dimengerti sebagai Taurat lisan.
Dalam suratnya, Paulus juga menyatakan bahwa ia adalah penganiaya jemaat
(Flp 3:6). Sebagai seorang Farisi, Paulus memusuhi Injil Yesus Kristus. Ia bahkan
menganiaya pengikut Yesus. Hal ini disebabkan oleh ketaatan Paulus terhadap hukum
Taurat serta keinginannya menjaga adat istiadat nenek moyang. Paulus menyatakan
ketaatannya terhadap Taurat tidak bercela (Flp 3:6). Kehendaknya untuk memelihara
adat istiadat nenek moyang mengantarnya pada konfrontasi total dengan inti iman
Kristen yang mengakui Yesus Kristus sebagai mesias, anak Allah (Eko Riyadi, 2012:
20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Paulus juga menulis tentang kualitas
ke-Yahudiannya yang tidak sembarangan (Gal 1:14; Kis 22:3). Dalam hal ini Eko
Riyadi (2012: 21) mengatakan :
Dari beberapa pernyataan Paulus, bisa dimengerti bahwa sebelum ia berjumpa
dengan iman Kristen, Paulus adalah seorang Yahudi yang unggul. Ia bukan orang
Yahudi yang setengah-setengah. Ia unggul dibandingkan dengan teman
sebayanya. Ia hidup dalam Yudaisme Perjanjian Lama. Allah yang imaninya
adalah Allah para leluhur yang dikenal dalam sejarah perjalanan bangsa Israel
sampai pada zamannya.
Semasa mudanya Paulus dididik dalam semangat dan tradisi Yahudi. Tak ada teman
sebayanya yang melebihi dia mengenai hukum Taurat dan ketaatannya. Kehebatan
yang dimilikinya itu membuat semangat Paulus berkobar terhadap kehidupan
agamanya sehingga ia dengan kejam menganiaya pengikut Kristus.
Semua itu berubah ketika perjumpaannya dengan Kristus di jalan menuju
Damsyik. Dan peristiwa itu ia tuliskan dalam suratnya kepada jemaat di Galatia “tetapi
waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh
kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku
memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaat pun aku tidak
minta pertimbangan kepada manusia (Gal 1:15-16)”. Di sini dapat dilihat bahwa Allah
telah merencanakan untuk memakai Paulus menjadi jurubicara-Nya yang khusus sejak
permulaan, sejak Paulus masih dalam kandungan. Paulus memahami bahwa semua ini
sudah rencana Allah dan ia pun juga telah memahami arti sepenuhnya dari
pengalamannya waktu bertobat. Ia harus mewartakan kabar gembira kepada orang
bukan Yahudi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Pada saat itu Paulus mengalami kesulitan. Paulus harus bergulat melawan orang
Kristen Yahudi yang konservatif (Jacobs, 2012: 24). Paulus juga mengalami penolakan
sehingga diusir dan ia harus pergi ke tempat baru lagi, bahkan ia sampai dipenjarakan.
Dengan mempunyai bekal iman akan Kristus yang kuat, Paulus tetap memberi
kesaksian mengenai imannya. Walaupun banyak tantangan, Paulus percaya dan yakin
bahwa Roh Kudus selalu menyertainya.
d. Masa Tua Paulus
Semua orang pasti mendambakan masa tua yang damai, tenang dan
membahagiakan. Tetapi tidak dengan yang dirasakan Paulus. Suharyo (2012: 35)
mengatakan bahwa Paulus mengalami masa tua yang kesepian. Suharyo mengajak
pembaca untuk mencermati beberapa baris dalam surat Paulus yang kedua kepada
Timotius :
Berusahalah supaya segera datang kepadaku, karena Demas telah mencintai
dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah
pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia. Hanya Lukas yang tinggal dengan aku.
Jemputlah Markus dan bawalah ia kemari, karena pelayanannya penting bagiku
… Aleksander tukang tembaga itu, telah banyak berbuat kejahatan terhadap aku.
Tuhan akan membalasnya menurut perbuatannya … Pada waktu pembelaanku
yang pertama tidak seorang pun yang membantu aku, semuanya meninggalkan
aku (2Tim 4:9-16).
Dalam kata-kata itu kita dapat merasakan kerinduan Paulus akan seorang teman ketika
Paulus berada di penjara. Dalam ayat tersebut juga terlihat bahwa Paulus kecewa
dengan teman-teman yang diharapkannya menyertai dia dalam keadaan sulit tetapi
malah pergi meninggalkannya. Suharyo (2012:36) juga menuliskan bahwa kekecewaan
Paulus yang pernah ia rasakan dahulu yakni harus sendirian membela diri dan teringat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Alexsander yang telah berbuat jahat kepadanya sehingga belum dapat mengampuni. Di
sini Suharyo (2012: 36) ingin mengatakan bahwa Paulus tidak mampu menghilangkan
ingatan tentang pengalaman ini dari lembaran hidupnya. Syukurlah Paulus mempunyai
sahabat seperti Barnabas dan jemaat-jemaatnya yang memulihkan semangat hidupnya
ketika Paulus merasa diri tidak berarti. Sahabat Paulus itu juga setia, menopangnya di
dalam karyanya dan menemani ketika Paulus merasa sendirian. Dengan dukungan dari
sahabatnya itulah, Paulus dapat memahami pengalaman ketidakberdayaannya itu.
Menurut Suharyo, pengalaman ketidakberdayaan ini membantu Paulus untuk bebas
dari kesombongan dan keterikatan pada masa lampau yang membelenggu dan
menjeratnya.
2. Paulus sebagai Pewarta Injil
a. Karya Pelayanan Paulus
Kardinal Augustinus Bea (1975: 13) mengajak pembaca untuk sejenak melihat
karya misioner Paulus dari dekat, yakni : kegiatan yang total demi kebenaran, kejujuran
radikal untuk membela keyakinannya, daya kerja yang tak kenal letih dalam usaha
melaksanakan rencana-rencananya serta pandangan luas yang mendorong dia melintasi
batas-batas kota atau wilayah. Menurut Kardinal Augustinus Bea (1975: 13) sifat-sifat
manusiawi dari Paulus ini memang sudah ada dalam kepribadian Paulus. Allah sendiri
yang telah memberikan sifat dan bakat tersebut sejak Paulus diciptakan. Paulus
dikodratkan memang untuk memiliki banyak bakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Di dalam Kisah Para Rasul, karya Paulus dijabarkan dengan sangat lengkap pada
Kis 13-21:26. Suharyo (2012: 24) secara singkat mengatakan bahwa “pola hidup dan
karyanya adalah: tiba di tempat baru, diterima untuk beberapa waktu, ditolak dan diusir
sehingga harus pergi ke tempat yang baru lagi”. Pada masa karyanya ini, Paulus
dihadapkan dengan berbagai macam tantangan yang harus ia hadapi demi menjadi
jurubicara Yesus. Paulus sudah siap batin untuk menghadapi berbagai macam
penderitaan. Bahkan Paulus pun sudah tahu sejak awal akan banyaknya penderitaan
yang akan ia alami karena Yesus.
Karya Paulus pasti akan dikaitkan dengan perjalanan misinya. Disini penulis
menggunakan buku karangan Mgr. Suharyo yang berjudul “Menjadi Manusia Dewasa,
Belajar dari Pengalaman Santo Paulus” sebagai sumber utama dalam mengisahkan
perjalanan misi Paulus. Pada misi pertama, Paulus mengawali dengan kotbah di
Antiokhia di Pisidia bersama dengan Barnabas (Kis 13:16-41). Suharyo (2012: 24)
mengatakan bahwa kotbah pertama Paulus ini mendapatkan kesan bagus, bahkan dapat
menarik perhatian. Bukti bahwa kotbah Paulus ini menarik yakni Paulus diminta untuk
berkotbah lagi pada hari sabat berikutnya dan ketika waktunya tiba hampir seluruh
masyarakat kota itu berkumpul untuk mendengarkan firman Allah (Kis 13:42-44). Ini
merupakan awal yang sangat baik dan membanggakan serta mendukung bagi karya
Paulus selanjutnya. Tetapi ternyata tidak begitu, tidak seperti yang dibayangkan.
Dalam kisah dilanjutkan bahwa setelah itu orang-orang Yahudi melihat orang banyak
yang berkumpul. Hal ini menimbulkan iri hati dan kecemburuan bagi orang-orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Yahudi terhadap Paulus. Kemudian orang Yahudi menghujat dan membantah
perkataan Paulus, kemudian menghasut perempuan-perempuan terkemuka dan
pembesar-pembesar di kota itu sehingga Paulus dan Barnabas dianiaya dan diusir dari
situ (Kis 13:45.50).
Paulus dan Barnabas melanjutkan perjalanan ke Ikonium. “Tetapi orang-orang
Yahudi yang menolak pemberitaan mereka, memanaskan hati orang-orang yang tidak
mengenal Allah dan membuat mereka gusar … mulailah orang-orang yang tidak
mengenal Allah dan orang-orang Yahudi bersama-sama dengan pemimpin mereka
menimbulkan suatu gerakan untuk menyiksa dan melempari kedua Rasul itu dengan
batu” (Kis 14:2.5). Pengalaman ini membawa mereka ke Listra dan Derbe (ay. 6). Di
sini Timotius juga turut serta dalam perjalanan Paulus (Kis 6:3). Tidak lama kemudian
musuh-musuh yang membenci mereka dari Antiokhia dan Ikonium terus mengejar
mereka. Kemudian musuh-musuh Paulus tersebut membujuk orang banyak untuk
memihak mereka dan melempari Paulus dengan batu kemudian menyeretnya ke luar
kota karena mereka mengira Paulus telah mati (ay. 19).
Perjalanan misi kedua, Paulus sudah tidak bersama dengan Barnabas lagi.
Walaupun sudah tidak bersama Barnabas lagi, Paulus tidak sendirian. Suharyo
(2012:26) mengatakan bahwa Paulus kini bersama dengan Silas (Kis 15:40), Timotius
(Kis 16:1-3), dan Lukas (Kis 16:10). Ketika mereka berada di Filipi, mereka duduk di
tempat sembahyang orang-orang Yahudi dan berbicara kepada perempuan-perempuan
yang berkumpul di situ (Kis 16:13-18). Suharyo (2012: 26) mengatakan bahwa hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
tersebut merupakan suatu keberhasilan awal Paulus beserta teman-temannya. Tetapi
setelah keberhasilan itu, Paulus mengalami nasib buruk lagi. Musuh Paulus menangkap
Paulus dan Silas lalu menyeret mereka ke pasar untuk menghadap penguasa lalu
mendera mereka dan melemparkan ke dalam penjara (Kis 16:19-23).
Setelah dibebaskan dari penjara dengan cara yang istimewa (Kis 25-26) Paulus
dan Silas sampai di Tesalonika. Di kota ini Paulus dan Silas dicari untuk dihadapkan
kepada sidang rakyat (Kis 17:5-9), sehingga mereka terpaksa lari lagi ke Berea dan
Paulus diganggu (Kis 17:13). Paulus pergi ke Atena dan dilecehkan oleh orang-orang
Atena (Kis 17:15-32). Kemudian ia melanjutkan perjalanan ke Korintus dan di sini pun
ia dihujat dan dimusuhi (Kis 18:1-6). Kemudian kembali ke Antiokhia (Kis 18:22).
Suharyo (2012: 27) mengisahkan perjalanan misi ketiga Paulus yang dimulai
tidak lama setelah Paulus sampai di Antiokhia dan mejelajah seluruh tanah Galatia dan
Frigia untuk meneguhkan hati semua murid (Kis 18:23). Tidak semua orang mau
mendengarkan Paulus, bahkan tidak sedikit orang juga yang mengumpatnya (Kis 19:9).
Perjalanan selanjutnya tidak berbeda jauh. Ia melanjutkan perjalanan ke Makedonia
dan orang Yahudi bermaksud untuk membunuh dia (Kis 20:3-4). Kemudian Paulus
melanjutkan perjalanan ke Troas (Kis 20:6), kemudian ke Miletus (Kis 20:15), Tirus
(Kis 21:3) dan akhirnya tiba di Kaisarea (Kis 21:8). Kemudian ia melanjutkan ke
Yerusalem (Kis 21:15) dan perjalanan Misi berakhir dengan penangkapan.
Buah misi Paulus adalah surat-suratnya yang oleh Purwa Hadiwardoyo (2012:20)
disebut Warisan Paulus. Ada 11 surat yang ditulis oleh Rasul Paulus untuk para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
jemaatnya di berbagai kota, masing-masing surat mempunyai kekhasannya. Ketujuh
surat itu adalah, surat kepada jemaat di Tesalonika 1 dan 2, surat kepada jemaat di
Galatia, surat kepada jemaat di Korintus 1 dan 2, surat kepada jemaat di Filipi, surat
kepada jemaat di Roma, surat kepada jemaat di Efesus, surat kepada jemaat di Kolose
dan di dalamnya terdapat ajaran iman, nasehat-nasehat pastoral dan nasehat-nasehat
moral bagi jemaatnya yang dituju.
b. Bangkit dari Kegagalan
Setiap manusia pasti pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya, begitu juga
dengan Paulus. Paulus pernah mengalami penolakan hingga kegagalan dalam
karyanya. Semua itu dapat dilihat dari surat-suratnya. Dalam suratnya itu Paulus
berkata “sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang
kami alami di Asia kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan
begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami”(2Kor 1:8). Surat
Paulus tersebut menunjukkan bahwa Paulus mengalami putus asa karena karyanya
yang tidak berhasil. Sekuat apapun hati seseorang, kegagalam merupakan pengalaman
yang menyesakkan dan sangat membebani.
Ungkapan putus asa juga dapat ditemukan dalam Galatia bab 4 ayat 11 “Aku
kawatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia”. Suharyo (2012:33)
menuliskan pendapatnya mengenai ayat tersebut, menurutnya kata-kata tersebut
merupakan ungkapan batin yang mencemaskan. Paulus berada di ambang
keputusasaan total karena karya yang gagal. Kemudian Suharyo (2012: 33)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
menemukan kesamaan nada dan bahasa dengan Petrus dalam peristiwa ketika Petrus
disuruh Yesus untuk pergi ke tempat yang dalam dan menebarkan jala. Waktu itu
Petrus menjawab “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak
menangkap apa-apa”(Luk 5:5). Ternyata bukan menangkap ikannya, tetapi tugas
perutusan yang tak kunjung tampak hasilnya. Melalui ayat ini, Suharyo (2012: 33)
ingin mengatakan kepada pembaca bahwa Paulus juga pernah mengalami situasi krisis
kerasulan yang amat mencekam. Sebelum menjadi murid Yesus, Paulus adalah orang
yang selalu berhasil tetapi sekarang Paulus harus berhadapan dan menerima kenyataan
yang berbeda. Ia tidak dapat berbuat lain kecuali menerima kenyataan yang pahit itu.
Dari hal tersebut, dapat diketahui bahwa Paulus merupakan seorang Rasul yang
tangguh dalam mewartakan Injil. Ketangguhannya terlihat dari cara Paulus
menghadapi dan menyikapi penderitaannya. Kegagalan takkan membuat semangatnya
padam untuk memberitakan Kristus. Di dalam Kisah Para Rasul terlihat jelas
bagaimana Paulus berkali-kali mengalami penderitaan selama mewartakan Injil.
Setelah pertobatannya, Paulus harus mengalami perlawanan dari pihak kaum
Yahudi di Damsyik maupun di Yerusalem (Kis 9:23-30), di Listra Paulus dilempari
batu dan diseret ke luar kota (Kis 14:19-20), pewartaannya di Athena ditolak (Kis
17:15-33), bahkan di Filipi, Yerusalem dan Kaisarea Paulus dipenjara (Kis 16:21-23).
Dari hal-hal semacam ini kita tahu bahwa Paulus mengalami kegagalan dalam
karyanya. Kegagalan Paulus bukan merupakan kegagalan yang ringan. Kegagalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
semacam ini jika Paulus tidak memiliki iman yang kuat kepada Allah dan percaya akan
penyertaan Allah, pasti ia sudah putus asa dan tidak melanjutkan karyanya.
c. Tawanan yang Memberikan Kesaksian Iman
Pada misinya yang ketiga, Paulus sedang melakukan perjalanan menuju
Yerusalem dengan maksud untuk memberikan bantuan (Rm 15:25). Tetapi rupanya
masalah yang terjadi di masa lalu antara dirinya dengan orang-orang Yahudi maupun
murid-murid Kristus belum selesai. Suharyo (2012:35) mengatakan bahwa Paulus
ketakutan dengan suatu hal yang akan menimpa dirinya. Paulus takut kalau orang
Yahudi yang pernah menuntut nyawanya akan menggunakan kesempatan ini untuk
melaksanakan niat mereka. Ternyata yang ditakutkan Paulus terjadi, Paulus ditangkap
di Yerusalem dan tidak ada sesama murid Kristus yang membela dirinya (Kis 21:27).
Suharyo (2012:28) mengatakan bahwa setelah Paulus ditangkap di Yerusalem,
Paulus tidak pernah menjadi orang yang bebas lagi. Tetapi Paulus tetap bersemangat
dan tetap berusaha memberi kesaksian imannya walaupun sekarang ia telah menjadi
tawanan. Tetapi orang-orang tidak mau menerima dan mengatakan “Enyahlah orang
ini dari muka bumi! Ia tidak layak hidup!” (Kis 22:22). Suharyo mengatakan Kisah
Para Rasul bab 21-28 sering disebut sebagai kisah sengsara Paulus. Sebagai tawanan
Paulus berusaha membela diri di hadapan Mahkamah Agama (Kis 23:1-11), diancam
akan dibunuh (Kis 23:12-22), dipindahkan ke Kaisarea dan berusaha menjelaskan
masalahnya di hadapan para penguasa Romawi (Kis 24-26) dan akhirnya naik banding
kepada Kaisar (Kis 25:11). Karena itu Paulus dibawa ke Roma (Kis 27-28).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
d. Paulus Dipenjara demi Kristus
Kisah Para Rasul dengan lengkap mengisahkan awal mula konflik Paulus
sebelum dirinya dimasukkan ke dalam penjara. Dixon (1981: 159) mengungkapkan
pandangannya tentang peristiwa sebelum Paulus dipenjara yang diawali dari usaha
Paulus membela diri di Kaisarea. Pembelaan Paulus ini merupakan pembelaan dalam
sidang pertama Rasul Paulus di hadapan Feliks (Kis 24:1-28; 28:11-31). Sidang
tersebut diadakan agar Paulus dapat mengungkapkan pembelaan-pembelaan
berdasarkan tuduhan-tuduhan yang dialami oleh Paulus di Kaisarea. Tuduhan-tuduhan
tersebut di antaranya seperti yang dikatakan Dixon (1981:171) yaitu Paulus dianggap
menimbulkan kekacauan, menyalahi ajaran resmi, dan juga dianggap sebagai orang
yang melanggar kekudusan Bait Allah.
Setelah peristiwa pertobatannya, Paulus kemudian mewartakan Kristus kepada
orang-orang non Yahudi. Hal tersebut membuat orang Yahudi yang lain nampak iri
hati. Bagaimana tidak, banyak orang yang menjadi Kristiani akibat pewartaan Paulus
ini. Orang-orang Yahudi mengganggap bahwa Kristus sebagai tokoh utama dalam
agama Kristen dianggap sebagai tokoh yang melanggar Taurat. Seperti Kristus, sebagai
pengikutNya Paulus juga dianggap demikian. Paulus juga dianggap sebagai orang yang
melanggar kekudusan Bait Allah. Paulus ditangkap dan dipenjara bukan karena Paulus
berbuat kejahatan tetapi karena ajarannya tentang Kristus itu melanggar ajaran yang
sudah berjalan baik disana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Pada suatu saat Kaisar Nero menggantikan Feliks dengan Festus. Orang Yahudi
kembali membawa perkaranya tersebut kepada Festus dan kemudian melakukan sidang
yang kedua. Kali ini tuduhan orang-orang Yahudi kepada Paulus semakin meluas.
Orang-orang Yahudi mengatakan bahwa Paulus menyebabkan banyak masalah di
antara orang Yahudi, bahwa ia menyembah kepada Allah dengan cara yang salah, dan
ia berusaha menjatuhkan pemerintahan Romawi. Karena ketidaktahuan Festus tentang
permasalahan dan tuduhan Paulus, Festus meminta agar Paulus dibawa kepada
Mahkamah Agama di kota Yerusalem. Tetapi Paulus menolak karena Paulus sudah
menduga bahwa dia tidak akan disidangkan secara adil di bawah pimpinan orang
Yahudi. Berkat kewarganegaraan yang ia warisi dari ayahnya, Paulus berhak menolak
untuk menghadap Mahkamah Agama. Paulus meminta naik banding kepada Kaisar.
Kemudian Paulus dibawa menghadap sidang dan Agripa memimpin persidangan
tersebut. Paulus berbicara dan menceritakan pengalamannya dari perjumpaannya
dengan Yesus di Damsyik hingga saat itu (Kis 25:22-27). Paulus mulai memberitakan
Firman tentang Yesus Kristus. Festus, Agripa dan semua yang hadir di situ menjadi
terkesan dan setuju bahwa Paulus tidak melakukan kesalahan yang setimpal dengan
hukuman mati, bahkan raja Agripa berbicara “Paulus, hampir saja kau yakinkan aku
menjadi seorang Kristen”(Kis 26:28).
Paulus diizinkan oleh Festus untuk memulai perjalanannya ke Roma. Ketika
mereka tiba di Roma semua tahanan kecuali Paulus dimasukkan ke dalam penjara.
Paulus dirantai bersama dengan seorang prajurit. Tetapi Paulus tinggal di dalam rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
sendirian dan teman-temannya boleh mengunjungi dia. Pada waktu itu terdapat banyak
orang Yahudi yang menetap di Roma. Tiga hari setelah Paulus tiba di kota itu, ia
mengundang orang-orang terkemuka bangsa Yahudi. Di Roma Paulus terus
memberitakan firman tentang Yesus Kristus (Kis 27:1-13).
Seto Marsunu (2012:46) mengatakan bahwa “menurut Kisah Para Rasul Paulus
pernah dipenjarakan di Filipi (Kis 16:23), Yerusalem (Kis 21:33-34), Kaisarea (Kis
23:25), dan Roma (Kis 28:16). Pemenjaraannya di Filipi dan Yerusalem berlangsung
singkat, hanya satu atau dua hari”. Paulus mengatakan bahwa pemenjaraannya itu
adalah karena Kristus (Flp 1:13) dan pemenjaraannya itu adalah untuk membela Injil
(Flp 1:16).
Ketika Paulus di Roma, ia dipenjara selama dua tahun. Semenjak ia dipenjara, ia
meluangkan banyak waktu menulis empat surat untuk menyapa umat-umatnya.
Keempat surat tersebut yakni : surat kepada jemaat di Filipi, Surat kepada jemaat di
Efesus, surat kepada jemaat di Kolose, surat kepada jemaat di Filemon. Surat-surat
tersebut mengandung ajaran iman, nasihat nasihat pastoral dan moral untuk umat yang
dituju dalam surat. Isi dari masing-masing pokok bahasan itu berbeda-beda
menyesuaikan kondisi dan situasi umat di mana surat itu akan diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
B. Pertobatan Paulus
Pertobatan merupakan proses pengubahan sikap yang meliputi: pengubahan hati,
pikiran, niat, sikap batiniah, dan sikap lahiriah (Purwa Hadiwardoyo, 2011:7). Purwa
Hadiwardoyo (2011:8) juga menyebutkan istilah umum yang sering digunakan dalam
Perjanjian Lama yakni “shub” yang artinya berbaliknya seseorang dari kedosaan
menuju Allah. Pertobatan semacam ini dapat terjadi hanya dengan bantuan dan
penyelenggaraan Ilahi.
Menurut Injil Markus (Mrk 1:15) dan Injil Matius (Mat 4:17), begitu tampil di
depan umum, Tuhan Yesus segera menyerukan pertobatan untuk menyongsong
kerajaan Allah yang mendekat. Purwa Hadiwardoyo (2011:17) mengatakan dari seruan
itu, terdapat kesan bahwa ajakan Yesus untuk bertobat berarti ajakan untuk percaya
kepadaNya. Inilah yang biasa disebut sebagai “pertobatan pertama” seorang Kristen,
yakni mulai percaya kepada Yesus sebagai Penyelamat dan bersedia mengikutiNya.
Pada bagian ini penulis akan mendalami peristiwa pertobatan Paulus menurut
Lukas dalam Kisah Para Rasul. Penulis merasa bahwa Kisah Para Rasul (Kis 9:1-19a)
dapat membantu penulis dalam mendalami pertobatan khas Paulus yang merupakan
tokoh yang istimewa dan inspiratif. Bertolak dari peristiwa Damsyik, Rasul Paulus
akhirnya percaya kepada Yesus dan bersedia mengikutiNya walaupun penuh dengan
perjuangan dan tantangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
1. Pertobatan Paulus Menurut Kisah Para Rasul (Kis 9: 1-19a)
Untuk menafsirkan pertobatan Paulus, penulis mengikuti struktur yang ada di
dalam Kisah Para Rasul. Perikop ini dibagi menjadi 3 bagian dan dijabarkan demikian:
a. Ayat 1 – 2 : Gambaran Paulus sedang menghadap Imam Besar dan
meminta surat kuasa untuk menganiaya jemaat Kristus.
b. Ayat 3 – 9 : Gambaran perjalanan Paulus menuju Damsyik.
Struktur ini merupakan inti dari pertobatan Paulus.
c. Ayat 10 – 19a : Gambaran Paulus dibaptis oleh Ananias
a. Paulus Meminta Surat Kuasa dari Imam Besar
1 Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh
murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar.
2 dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis
Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang
mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke
Yerusalem.
Peristiwa ini diduga terjadi kira-kira lima tahun setelah kematian dan
kebangkitan Yesus (Dixon, 1981: 60). Setelah meninggalnya Stefanus akibat dibunuh
oleh orang Yahudi karena dianggap ajaran Stefanus bertentangan dengan ajaran Taurat,
Saulus masih belum puas. Hati Saulus masih berkobar-kobar untuk membunuh murid-
murid Yesus lainnya. Saulus menghadap imam besar untuk meminta surat pengantar
supaya lebih berkuasa menganiaya orang-orang yang mengikuti Yesus. Menurut
kesaksian Saulus sendiri (lih. Kis 26:11) ia ingin memasukkan pengikut Kristus ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dalam penjara. Di Damsyik pada saat itu banyak orang Yahudi. Kepercayaan Imam
Besar kepada Saulus dalam tugas ini berarti Saulus sudah berpengaruh besar di antara
pemimpin-pemimpin agama Yahudi. Imam Besar memerintahkan Saulus untuk
memenjarakan pria dan wanita pengamat “jalan Tuhan” yang rupanya digunakan untuk
menyebut orang Kristen pertama (Dianne Bergant, 2006: 227).
b. Perjalanan Paulus Menuju Damsyik
3 Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba
cahaya memancar dari langit mengelilingi dia.
4 Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata
kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?"
5 Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang
kau aniaya itu.
6 Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan
kepadamu, apa yang harus kau perbuat."
7 Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka
memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang juga pun.
8 Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat
apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik.
9 Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan
dan minum.
Wiliam Barclay (1985:55) menjelaskan bahwa “Jarak Yerusalem ke Damsyik adalah
225km. Dengan transportasi modern perjalanan itu memakan waktu kurang dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
setengah hari. Tetapi bagi Paulus jarak tersebut harus ditempuh dengan jalan kaki dan
perjalanan itu memakan waktu kurang lebih seminggu”.
Dalam ayat-ayat di atas dijelaskan bahwa tiba-tiba cahaya memancar dari langit.
Cahaya yang memancar itu sangat menyilaukan (Kis 22:6). Cahaya itu menyebabkan
Saulus rebah ke tanah dan kemudian ia mendengar suara. Dalam Kisah Para Rasul bab
26 dikatakan “kami rebah ke tanah dan aku mendengar suatu suara”. Dalam
mengisahkan bagian ini, Lukas menggunakan kata “kami” pada yang rebah, dan “aku”
pada yang mendengar suara. Cahaya yang menyilaukan itu merebahkan Paulus beserta
teman-temannya dan suara itu hanya didengarkan oleh Paulus sendiri. Hal ini ingin
mengatakan bahwa betapa hebat cahaya yang memancar tersebut hingga merebahkan
beberapa orang termasuk Saulus. Tampaknya ada dua unsur peristiwa di sini: cahaya
dan suara. “Cahaya yang memancar dari langit barangkali memang dimengerti sebagai
tanda kehadiran yang Ilahi. Orang menyebutnya sebagai kemuliaan Allah yang
terpancar dan dikenali oleh manusia” (Eko Riyadi, 2012:46). Paulus yang hidup dalam
tradisi bangsa Israel juga mengenali cahaya terang tersebut sebagai tanda kehadiran
sosok Ilahi. Sebelum Saulus sempat mengerti akan pancaran cahaya yang ia alami itu,
terdengarlah suara yang menyapanya. Paulus tidak mengenali suara siapakah itu.
Menurut Eko Riyadi (2012:47) “Paulus juga belum sampai pada pengenalan akan
Yesus yang bangkit”. Tetapi kedua unsur tersebut membuat Saulus mengalami
kebutaan, kegelapan tentang apa yang terjadi.
Unsur cahaya dan suara yang dialaminya ternyata membuat Paulus merumuskan
pergulatannya dalam sebuah pertanyaan, “Siapakah Engkau Tuhan?”. Pertanyaan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
menunjukkan kekurang-kenalan Saulus akan Tuhan yang bicara itu. Saulus yakin suara
itu dari Tuhan, tapi Tuhan yang mana ia masih belum ada gambaran, sebab Paulus tidak
merasa bahwa ia menganiaya Tuhan karena Saulus menganggap Yesus bukan Tuhan.
Memang Saulus saat itu sedang dalam perjalanan untuk mengejar dan membinasakan
jemaat Kristen di Damsyik. Tetapi yang dianiaya adalah jemaat Kristen, mengapa
Yesus yang bangkit menyatakan dirinya sebagai Dia yang dianiaya itu? Mengenai
peristiwa ini, Eko Riyadi (2012:48) mengatakan bahwa :
Apakah pernyataan Yesus ini mengungkapkan gagasan Gereja sebagai tubuh
Kristus yang nanti juga akan sangat diperkembangkan oleh Paulus? Barangkali
peristiwa pernyataan diri Yesus yang bangkit itu menjadi fondamen bagi Paulus
untuk mengerti Gereja sebagai tubuh Kristus. Ketika ia menganiaya jemaat, ia
berarti menganiaya Kristus sendiri.
Dengan demikian, Yesus yang bangkit mengidentifikasikan diri-Nya dengan jemaat
yang sedang dianiaya oleh Paulus. Hal ini dibahas Paulus dalam surat-suratnya (1 Kor
15:8-9; Gal 1:12.16).
Dalam Kisah Para Rasul bab 9 ayat 7 dikatakan bahwa teman-temannya heran
tentang peristiwa tersebut karena mereka juga mendengar suara yang didengar oleh
Saulus tetapi tidak melihat apapun. Tidak tahu pasti apakah teman-teman seperjalanan
Paulus mendengar suara itu, karena Kisah Para Rasul bab 22 mengatakan teman-teman
Paulus tidak mendengar suara itu. Kisah Para Rasul bab 26 pun mengatakan bahwa
Paulus mendengar sendiri suara tersebut. Hal ini tidak terlalu menjadi persoalan karena
masing-masing bab pada Kisah Para Rasul mempunyai penekanannya. Kisah Para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Rasul bab 22 dan Kisah Para Rasul bab 26 ingin menekankan bahwa suara tersebut
merupakan panggilan Allah kepada Saulus dan juga merupakan awal perutusan Paulus.
Selama Saulus jatuh terbaring di tanah, ia menutup mata karena takut. Tetapi
ketika ia membuka matanya, ternyata Saulus buta. Saulus mengikuti perintah Tuhan,
ia masuk ke Damsyik dan menunggu di situ selama tiga hari. Ia tidak makan atau
minum, ini berarti ia puasa. Ia berpuasa dengan maksud tertentu yakni ingin
mengetahui kehendak Allah.
c. Paulus Dibaptis oleh Ananias
10 Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan
kepadanya dalam suatu penglihatan: "Ananias!" Jawabnya: "Ini aku, Tuhan!"
11 Firman Tuhan: "Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah
di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa,
12 dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias
masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat
melihat lagi."
13 Jawab Ananias: "Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu,
betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu
di Yerusalem.
14 Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk
menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu."
15 Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan
bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja
dan orang-orang Israel.
16 Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang
harus ia tanggung oleh karena nama-Ku."
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
17 Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan
tangannya ke atas Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah
menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku
kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus."
18 Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia
dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis.
19a Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya.
Dari murid-murid Yesus di Damsyik, Yesus memilih Ananias. Tuhan berbicara
dengan Ananias lewat suatu pengelihatan. Saulus menunggu di rumah teman Ananias.
Tuhan memberi tahu Ananias tentang rumah temannya itu dan menyuruh Ananias pergi
ke jalan lurus, mencari rumah Yudas dan bertemu dengan Saulus dari Tarsus. Dixon
(1981:62) mengatakan Yesus memberitahu Ananias tentang pengalaman Saulus bahwa
pada saat itu juga Saulus mendapat dua pengelihatan. Pengelihatan Saulus yang
pertama yakni ketika cahaya yang menyilaukan merebahkan Saulus dalam perjalanan
menuju Damsyik (Kis 9:3) dan pengelihatan yang kedua ketika Saulus melihat dalam
suatu pengelihatan bahwa Ananias datang kemudian menumpangkan tangan di atasnya
dan seketika itu ia dapat melihat lagi (Kis 9:12).
Di sini Ananias juga sangat berperan terhadap pertobatan Paulus. Ananias
memperoleh pengelihatan dari Yesus yaitu ditugaskan untuk menemui Saulus. Ananias
merupakan perantara berkat Allah untuk Saulus. Tugas perutusan yang diberikan Yesus
dalam ayat 11 adalah : Pergi ke jalan lurus, mencari rumah Yudas, bertemu dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Saulus dari Tarsus. Barclay (1985: 62) mengatakan bahwa ini merupakan kehormatan
besar bagi Ananias untuk menyambut Paulus masuk dalam Gereja Kristen.
Ananias berangkat menemui Saulus dengan penuh kasih. Kemudian Ananias
menyapa Saulus dengan kata-kata indah “Saulus, saudaraku”. Barclay (1985:62)
mengungkapkan bahwa kata-kata tersebut sangat mengesankan bagi Saulus. Saulus
benar-benar merasakan bahwa Allah hadir melalui sapaan Ananias itu. Barclay (1985:
62) mengatakan Ananias ingin memperlihatkan kepada Saulus bagaimana kehidupan
Kristen yang dapat mengampuni.
Ananias kemudian meletakkan tangannya ke atas Paulus dan Paulus pun sembuh.
Tindakan penumpangan tangan merupakan lambang berkat rohani dari seseorang
kepada yang lain. Penumpangan tangan (Kis 9:17) yang dilakukan Ananias kepada
Saulus merupakan tanda bahwa Ananias menyalurkan berkat yang ia dapatkan dari
Allah kepada Saulus. Tindakan penumpangan tangan yang dilakukan oleh Ananias
kepada Saulus ini membuat Saulus dapat melihat lagi dan dipenuhi dengan Roh Kudus.
Setelah itu Paulus pun dibaptis. “Baptisan pada masa itu berarti bahwa seorang
mengaku kepercayaannya dan menyatakan bahwa sejak saat itu ia adalah pengikut
Kristus” (Barclay, 1985:63). Kini Paulus lama yang merupakan penganiaya jemaat
telah mati, Paulus baru pun bangkit bersumpah menjadi hamba Yesus dan
menggantikan tempatnya (Rm 6:4-6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2. Hal-hal yang Mendasar dari Pertobatan Paulus
Paulus merupakan tokoh yang sangat inspiratif dan mengagumkan. Pengalaman-
pengalamannya yang luar biasa mampu dijadikan teladan dalam kehidupan rohani
umat. Pengalaman yang dialami Paulus ketika dalam perjalanan menuju Damsyik
sungguh menentukan kehidupannya. Lukas dalam Kisah Para Rasul mengisahkan
pengalaman tersebut sampai tiga kali yakni dalam Kis 9, Kis 22 dan Kis 26. Hal ini
menunjukkan bahwa betapa dalam dan kayanya misteri kasih Allah.
Perjumpaan merupakan titik balik perubahan hidup Paulus. Eko Riyadi (2012:32)
mengatakan bahwa pengalaman berjumpa dengan Yesus yang bangkit merupakan
unsur paling dasar dari perjalanan spiritual Paulus. Iman Paulus berkembang saat
berjumpa dengan Kristus. Perjumpaan ini menjadi fondamen bagi seluruh pengalaman
rohani Saulus sampai akhir hidupnya. Dalam hal ini, Bea (1975: 13) mengatakan :
rahmat perjumpaan telah menundukkan Paulus kepada suatu perubahan batin
yang total dan terang Ilahi menyinari seluruh rohnya. Dengan berubahnya Saulus
menjadi Paulus, seorang penganiaya jemaat menjadi rasul yang giat
menunjukkan bahwa rahmat Ilahi memenuhi hati Paulus ketika perjumpaannya
dengan Yesus yang bangkit. Rahmat ilahi tersebut menangkap Paulus pada saat
yang tidak terduga.
Karya Roh Kudus nampak nyata dalam perjumpaan Paulus dengan Kristus yang
bangkit. Maka Bea (1975:15) menamakan peristiwa ini sebagai peristiwa
tertangkapnya Saulus oleh Kristus. Rahmat Ilahi tentu saja bekerja dengan leluasa yang
dapat menangkap siapa saja dan kapan saja dengan cara yang luar biasa dan tidak
terduga. Rahmat Ilahi itu akan membawa manusia pada suatu misi besar yakni
mewartakan Kerajaan Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Pertobatan Paulus merupakan inisiatif Allah sendiri. “Peristiwa keselamatan
dengan perantaraan Yesus Sang Juru Selamat sungguh-sungguh karya Allah, bukan
usaha manusia tetapi kasih karunia Allah” (Hari Kustono, 2012:19). Inisiatif Allah
tersebut membuat Paulus menemukan api yang menggerakkannya. Yesus
menyadarkan Paulus di jalan menuju Damsyik dengan caranya sendiri pada waktu yang
tepat. Paulus dikelilingi cahaya (Kis 9:3) yang menyebabkan dirinya rebah ke tanah
dan mendengar suara menyapanya (Kis 9:4). Tuhan membuatnya rebah dan tersungkur
di hadapan kebenaran. Seketika itu Paulus menjadi buta dibuatnya (Kis 9:8).
Kardinal Martini (1989:39) mengatakan bahwa kebutaan sebagai jalan
pertobatan dan pantulan kecemerlangan Allah. Kebutaan yang dialami Saulus
merupakan akibat dari kedosaan yang telah ia perbuat. Kebutaan di sini dapat diartikan
sebagai hidup dalam kegelapan. Kardinal Martini (1989:39) mengatakan pengenalan
akan kemuliaan Kristus terpantul dalam pengenalan akan kegelapannya sendiri.
Melalui permenungan yang dilakukan Paulus selama menunggu kedatangan Ananias,
Paulus menyadari bahwa cahaya yang membuatnya rebah ke tanah dan buta itu
merupakan cahaya kemuliaan Kristus.
Kardinal Martini (1989:39) mengatakan kebutaan memantulkan secara negatif
kemuliaan Allah yang baru saja dinyatakan kepadanya. Sungguh ini merupakan
pertobatan yang khas. Manusia menyadari dirinya sebagai kegelapan karena kontaknya
dengan Yesus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Sebelum peristiwa Damsyik, kita tahu bahwa Paulus merupakan penganiaya
jemaat yang radikal. Paulus tidak segan-segan mengejar, menganiaya bahkan
membunuh para pengikut Kristus. Sebelum perjumpaannya dengan Kristus, hidup
Paulus mengarah kepada dunia, kepada dosa. Dengan kebutaan yang Paulus alami,
Paulus menjadi tidak dapat melihat dunia yang dapat memicunya berbuat dosa. Paulus
kemudian mengadakan refleksi. Martini (1989:40) mengatakan bahwa mengadakan
refleksi tentang kegelapan yang ada dalam hati manusia tidaklah semata-mata
mengadakan meditasi yang melukiskan sesuatu yang jauh dari kita, tetapi itu adalah
realitas yang ada dalam diri kita berdasarkan pengalaman pahit yang ada pada kita
masing-masing. Melalui refleksi Paulus terbantu untuk menemukan apa yang Tuhan
kehendaki dari dirinya. Pengalaman mendalam membutuhkan refleksi mendalam pula,
maka Paulus membutuhkan waktu selama tiga hari untuk merefleksikan semua
pengalamannya tersebut. Dalam keadaan Paulus yang buta dan dilingkupi kegelapan
tersebut, Tuhan menggunakan pengelihatan untuk membimbingnya hingga seorang
murid bernama Ananias yang menjadi utusan Tuhan datang menemuinya dan
menyembuhkannya dari kebutaan. Dari sejak itu Paulus merasakan Yesus Kristus tidak
layak untuk dianiaya tetapi untuk ia wartakan kepada seluruh penjuru bumi.
Dalam peristiwa Damsyik penulis terkesan dengan percakapan antara Saulus
dan Yesus ketika cahaya yang menyilaukan membuat Saulus rebah ke tanah. Saulus
bertanya “Siapakah Engkau Tuhan?”. Dalam hal ini Eko Riyadi (2012:46) mengatakan
bahwa Saulus mengenali kehadiran seseorang dalam peristiwa cahaya itu. Cahaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dimengerti sebagai tanda kehadiran Ilahi. Sebelum ia sempat mengerti semua peristiwa
itu, terdengarlah suara yang menyapanya “Saulus, Saulus, mengapa engkau
menganiaya Aku?”. Dari percakapan ini penulis berpendapat bahwa Yesus mengatakan
dirinya sebagai yang teraniaya. Eko Riyadi (2012:48) juga mengatakan bahwa Yesus
yang bangkit mengidentifikasi diriNya dengan jemaat yang sedang dianiaya.
Penganiayaan terhadap jemaat berarti penganiayaan terhadap Yesus sendiri. Dalam
peristiwa ini, Eko Riyadi (2012:48) mengatakan pendapatnya bahwa dengan Yesus
yang mengidentifikasi diri dengan jemaat menjadi dasar bagi Paulus untuk mengerti
siapa sebetulnya Gereja yakni tidak lain adalah Tubuh Kristus. Peristiwa ini menjadi
fondamen bagi Paulus untuk mengenali Gereja sebagai Tubuh Kristus.
Bea (1975:16) mengungkapkan pendapatnya mengenai peristiwa di jalan dekat
Damsyik tersebut. Beliau mengatakan rasionalisme dari abad yang lampau serta
naturalisme dan psikologisme modern sudah berusaha dan masih terus berusaha untuk
menjelaskan kejadian di jalan ke Damsyik tersebut dengan berbagai sarana alamiah,
namun sia-sia. Pembuktian doktrin filsafat yang menggunakan logika dan
menampilkan objek realistis serta pendapat para ahli yang sudah dilakukan ternyata
tidak dapat membantu menjelaskan peristiwa di jalan menuju Damsyik. Kardinal
Augustinus Bea (1975:16) mengatakan “sia-sia”. Mengapa demikian? Kardinal
Augutinus Bea menjelaskan :
Paulus yang merupakan tokoh utama dalam peristiwa ini memberi kesaksian
bahwa hal ini adalah suatu campur tangan Ilahi. Inilah yang menjadi titik tolak
kerasulannya yang penuh semangat menembus segala perbatasan dan pantang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
menyerah walau dihadapkan dengan tantangan dan penderitaan (2 Kor 11:23; 26-
27). Semua ini Paulus lakukan karena cinta Kristus terus mendorongnya (2 Kor
5:14). Paulus menyadari bahwa ia sekarang merupakan pembantu Allah dan
pewarta Kristus. Paulus penuh keyakinan bahwa dia terpanggil oleh rahmat Allah
yang telah berkenan “menyatakan PutraNya kepadaku, supaya aku
memperkenalkannya kepada bangsa-bangsa kafir”(Gal 1:15).
Melalui ungkapan Kardinal Augustinus Bea di atas dapat dikatakan bahwa iman hanya
dapat diungkapkan melalui suatu cara. Iman tidak bisa dipahami dengan logika.
Peristiwa tersebut merupakan pengalaman pribadi Paulus. Setiap pribadi mempunyai
kesan yang mendalam serta refleksi pribadi terhadap pengalaman tersebut. Orang lain
hanya mampu menilai, menerka-nerka kejadiannya dan itu belum tentu pas. Maka dari
kutipan suratnya 2 Kor 5:14 dan Gal 1:15 yang merupakan hasil refleksi pribadi Paulus
terhadap pengalamannya. Kita dapat mengerti bahwa betapa hebat karya rahmat Ilahi
yang menangkap hidup Paulus dan menggerakannya menjadi pewarta Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB III
SOSOK DAN SPIRITUALITAS KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG
Katekis merupakan ujung tombak Gereja, oleh karena itu kehadirannya untuk
melayani umat sepenuh hati selalu dirindukan oleh Gereja sampai saat ini. Dari
masa ke masa, keterlibatan para katekis sudah banyak memberikan kontribusi
positif bagi perkembangan Gereja. Bahkan ensiklik Redemptoris Missio (RM, 73)
juga menyebutkan bahwa katekis pantas dipuji karena jasanya yang begitu besar
dalam karya misioner, dengan jerih payah memberi bantuan yang istimewa demi
menyebarluaskan iman dan Gereja. Oleh karena jerih payahnya yang istimewa itu,
Gereja memberikan apresiasi serta dukungan kepada para katekis melalui usaha-
usaha yang dapat meningkatkan kualitas pelayanannya di zaman ini, misalnya
sekolah-sekolah untuk para katekis (RM, 73c).
Pada saat prakonsili Vatikan II, Gereja merasa banyak umat yang mulai
meninggalkan Gereja. Hal ini disebabkan karena Gereja lamban membaca tanda
zaman. Paus Yohanes XXIII dan Konsili Vatikan II mengajak Gereja untuk mulai
terbuka kepada persoalan dunia. Maka, sejak itu muncullah spiritualitas keterlibatan
dalam diri Gereja. Melalui peristiwa ini penulis ingin mengatakan bahwa
spiritualitas tidak dapat dipisahkan dari realitas zaman dan akan terwujud sesuai
dengan tuntutan zaman.
Tantangan zaman akan dihadapi oleh para katekis di berbagai tempat.
Menghadapi situasi dunia yang semakin berkembang, pewartaan dan pelayanan
katekis menjadi semakin berat dan sulit dihadapi. Dalam situasi seperti itu, para
katekis membutuhkan spiritualitas yang mantap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Bertolak dari hal tersebut, pembahasan bab III bermaksud memberi gambaran
keseluruhan namun secara singkat mengenai sosok katekis dan spiritualitasnya.
Pembahasan dalam bab III ini dibagi menjadi dua bagian utama. Bagian pertama
membahas sosok katekis zaman sekarang diikuti bagian kedua membahas
spiritualitas yang dibutuhkan katekis zaman sekarang. Bagian pertama membahas
3 topik. Topik pertama membahas identitas katekis, diikuti topik kedua membahas
panggilan hidup sebagai katekis, dan topik ketiga membahas tugas pengutusan
katekis. Kemudian bagian kedua juga membahas 3 topik, topik pertama membahas
definisi spiritualitas, topik kedua membahas tantangan-tantangan yang dihadapi
katekis dan topik terakhir membahas spiritualitas sebagai katekis yang menjadi
tolak ukur meningkatnya spiritualitas katekis-katekis zaman sekarang.
A. Sosok Katekis Zaman Sekarang
Ada berbagai macam pandangan tentang pengertian dan peranan para katekis,
di antaranya yang disebutkan dalam beberapa dokumen Gereja yakni Redemptoris
Missio, Catechesi Tradendae, Kitab Hukum Kanonik yang menjadi pegangan
pokok penulis dalam pembahasan bab ini.
1. Identitas Katekis
Yesus Kristus merupakan katekis yang pertama dan utama. Pelayanan
katekese sudah dimulai oleh Yesus Kristus pada zamannya. Yesuslah yang menjadi
panutan dan teladan kita semua. Setelah Yesus wafat, pelayanan katekese tersebut
diteruskan oleh para rasul hingga pada abad-abad selanjutnya diteruskan oleh para
uskup dan imam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Berdasarkan Kitab Hukum Kanonik (KHK 776) katekis utama adalah Pastor
Paroki yang dibantu oleh para klerus, tarekat hidup bakti dan serikat hidup
kerasulan, serta orang beriman awam Kristiani. St. Yohanes Paulus II dalam
anjuran Apostolik Catechesi Tradendae mengurutkan siapa itu katekis yaitu para
uskup (CT, 63), para imam (CT, 64), para religius pria dan wanita (CT, 65), dan
para katekis awam (CT, 66). Berdasarkan anjuran apostolik ini, yang dimaksud
dengan katekis ialah seorang yang menerima dan memberi pendidikan keagamaan
dan latihan bagi kehidupan seturut Injil (CT, 62). Ensiklik Redemptoris Missio
(RM, 73b) menggambarkan katekis sebagai spesialis, saksi-saksi langsung,
penginjil yang mewakili kekuatan utama komunitas-komunitas Kristiani, terutama
bagi Gereja-Gereja yang masih muda. Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-
Bangsa (1997:15) dalam penyusunan Pedoman Untuk Katekis, menekankan agar
semua orang Katolik yang telah dibaptis dipanggil untuk ikut serta dalam
menghadirkan Kerajaan Allah. Maka, panggilan menjadi katekis tidak terlepas dari
rahmat ketika menerima sakramen pembaptisan dan penguatan.
Dari gambaran tentang katekis di atas dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud
dengan katekis di sini bisa awam dan bisa juga religius baik pria maupun wanita,
karena panggilan religiusnya mereka dapat menjadi saksi yang khas dalam
kemampuan misi mereka, tetapi yang paling pokok dibahas di sini yakni katekis
awam. Sebagaimana disebutkan dalam Sidang Pleno CEP tahun 1970, yakni
“katekis adalah seorang awam yang ditunjuk secara khusus oleh Gereja, sesuai
dengan kebutuhan setempat, untuk memperkenalkan Kristus, dicintai dan diikuti
oleh mereka yang belum mengenal-Nya dan kaum-kaum beriman itu sendiri”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Panggilan tersebut merupakan panggilan kekudusan yang ditujukan semua umat
Katolik terlebih sebagai kaum awam. Katekis awam memperoleh legitimasi
langsung berupa izin resmi yang diberikan oleh para pastor. Katekis bukan sebagai
pengganti imam, melainkan seorang saksi Kristus dalam komunitas tersebut (CEP,
1997:15).
Begitu pentingnya peranan katekis awam bagi perkembangan Gereja di masa
yang akan datang, maka St. Yohanes Paulus II dalam anjuran Apostolik Catechesi
Tradendae (CT, 66) mengatakan demikian:
Sidang Umum IV Sinode tidak melupakan anda. Kami bergabung dengannya
mendorong anda, agar meneruskan kerja sama anda demi kehidupan
Gereja….Sepenuh hati kami mendorong mereka yang masih berkarya. Kami
nyatakan keinginan kami, agar banyak katekis lain menyusul mereka, dan
agar jumlah mereka makin bertambah demi karya yang begitu perlu bagi
daerah-daerah misi.
Melalui kutipan tersebut, dapat dikatakan bahwa para katekis awam sudah
mendapatkan tempat yang spesial di hati Gereja. Gereja Katolik Indonesia dalam
perkembangannya tidak akan melupakan para katekis awam karena peran serta
kontribusinya yang sangat vital bagi Gereja. Bahkan Gereja dengan berbagai
upayanya terus mendorong para katekis yang masih berkarya hingga sekarang.
Katekis awam merupakan tiang penyangga Gereja Katolik Indonesia. Kotan
(KWI:2014) mengatakan bahwa pada masa-masa sulit ketika para misionaris diusir
paksa bahkan ada yang dibunuh oleh kalangan tertentu. Para katekis pribumi
langsung mengambil alih peran para misionaris kala itu sebagai penyebar Injil dan
melayani kegiatan pastoral. Hingga saat ini para katekis awam masih terus
dibimbing oleh para misionaris untuk dilibatkan dalam karya-karya misi (KHK
Kan. 785). Perihal pelayanan misi harus melibatkan para katekis ini dikatakan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
ditegaskan berkali-kali karena itu sangat penting dan senyatanya katekis merupakan
teman sekerja imam dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah umat
dan masyarakat.
2. Panggilan Hidup sebagai Katekis
Menjadi katekis adalah suatu panggilan yang istimewa dan kudus. Katekis
perlu menyadari bahwa panggilan dan perutusannya dalam tugas penggembalaan
itu langsung dari Yesus Kristus “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah
yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan
menghasilkan buah dan buahmu itu tetap” (Yoh 15:16). Dengan menyadari
panggilannya sebagai panggilan Tuhan diharapkan katekis menjadi semakin
menyadari bahwa mereka merupakan unsur penting dalam hidup Gereja dan juga
menjadi tahan banting, maksudnya ialah tidak mudah kendor oleh tantangan dan
kesulitan yang dihadapinya
Katekis awam berarti semua orang Kristiani, kecuali para imam atau religius.
Dalam keadaan sebagai awam ada berbagai macam panggilan, yakni panggilan
bersifat khusus dan umum. Bersifat khusus yakni untuk tugas katekese, sedangkan
bersifat umum yakni untuk bekerja sama dalam pelayanan kerasulan apa saja yang
berguna untuk membangun Gereja (CEP, 2001:15).
Dalam Gereja status katekis awam sama dengan para religius yakni panggilan
khusus dari Roh yang bersifat adikodrati. Panggilan khusus sebagai katekis
ditekankan oleh Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa. Dalam buku
Pedoman Untuk Katekis (CEP, 1997:15) dikatakan bahwa setiap katekis harus
berusaha menemukan, menangkap secara jelas dan memupuk panggilannya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
khusus ini. Para katekis pun dituntut untuk menyadari makna adikodrati dari
panggilannya sehingga dapat menanggapi panggilan ini dengan tulus dan rendah
hati menyatakan diri “Ini aku, utuslah aku” (Yes 6:8).
Panggilan menjadi katekis adalah panggilan istimewa dan luhur yakni
mengambil bagian dalam tugas pengajaran Yesus Kristus di dunia sebagai
guru/nabi. Mengingat betapa luhurnya tugas katekis dalam Gereja, katekis perlu
menyadari perlunya pembaharuan semangat hidupnya. Dengan membaharui
semangat hidupnya secara terus-menerus maka katekis akan melaksanakan tugas-
tugasnya sebagai anugrah bukan sekedar kewajiban.
Katekis yang dimaksud di sini ialah katekis awam. Keistimewaan katekis
awam yakni sifat keduniaannya. Berdasarkan panggilan mereka yang khas, kaum
awam wajib mencari Kerajaan Allah, dengan mengurusi hal-hal yang fana dan
mengaturnya seturut kehendak Allah. Mereka hidup dalam dunia, artinya
menjalankan segala macam tugas dan pekerjaan duniawi, dan berada di tengah
kenyataan hidup berkeluarga dan sosial. Di situlah mereka dipanggil oleh Allah
untuk menunaikan tugas mereka sendiri dengan dijiwai semangat Injil dan dengan
demikian ibarat ragi membawa sumbangan mereka demi pengudusan dunia dari
dalam. Begitulah mereka memancarkan iman, harapan dan cintakasih terutama
dengan kesaksian hidup mereka yang istimewa yakni menyinari dan mengatur
semua hal-hal fana, yang erat-erat melibatkan mereka, sedemikian rupa, sehingga
itu semua selalu terlaksana dan berkembang menurut kehendak Kristus, demi
kemuliaan sang Pencipta dan Penebus. Dalam perkataan lain, katekis awam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
memiliki kepekaan khusus untuk mengejawantahkan Injil dalam kehidupan konkret
umat.
3. Perutusan Katekis
Katekis merupakan salah satu dari sekian banyak pekerja pastoral. Ia
mempunyai tugas perutusan tertentu dalam Gereja yaitu mengkomunikasikan dan
mengaktifkan komunikasi iman. Tugas perutusan katekis ini bukan saja suatu
keahlian akademis melainkan suatu karisma. Suatu karisma berarti suatu karunia
yang diberikan kepada orang tertentu oleh Tuhan demi pembinaan dan penghayatan
iman sejati umat. Berhubung suatu karisma, maka orang yang mendapatkannya
perlu selalu mengembangkannya dalam perjumpaan dialogis dengan Tuhan (LG,
8).
Dalam buku Pedoman Untuk Katekis (CEP, 1997:15) dikatakan bahwa “pada
sumber panggilan katekis, terlepas dari sakramen pembaptisan dan penguatan yang
telah mereka terima, ada panggilan khusus dari Roh Kudus, suatu “karisma khusus
yang diakui oleh Gereja”. Dokumen Redemptoris Missio (RM, 23) memperjelas
bahwa Roh lah yang akan menjadi daya pendorong karisma yang dimiliki. Dengan
begitu tugas perutusan dilandaskan pada kekuatan Tuhan bukan kemampuan
manusia.
Tugas perutusan universal Gereja lahir dari iman akan Yesus Kristus (RM,
4). Universalitas keselamatan dalam Kristus mencakup semua segi dari tugas
perutusan yakni rahmat, kebenaran dan perwahyuan-Nya (RM, 5). Maksudnya
ialah, Kristus merupakan satu-satunya pengantara Allah dan umat manusia. Oleh
sebab itu, tidak ada seorangpun dapat masuk ke dalam persekutuan dengan Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
tanpa melalui Kristus dengan karya Roh Kudus. Tugas perutusan merupakan
masalah iman, dimana mengharuskan adanya keterbukaan diri terhadap cinta
Kristus. Katekis tidak bisa memahami atau melaksanakan karya tugas perutusan
jika tidak mengarahkan tugas perutusan tersebut kepada Kristus sebagai orang yang
diutus untuk memberitakan Injil, karena tugas perutusan universal tersebut
merupakan tanda kematangan di dalam iman dan kehidupan Kristen yang
menghasilkan buah (RM, 77).
Roh Kudus sungguh merupakan penggerak utama dari seluruh tugas
perutusan para katekis (RM, 21 dan 30). Roh Kudus juga yang telah membuat para
katekis menjadi saksi-saksi dan nabi-nabi (RM, 24). Roh Kudus akan memampukan
mereka untuk berbagi pengalaman dan bersaksi tentang Yesus secara berani.
Pada mulanya tugas perutusan dipandang sebagai suatu komitmen, suatu
tanggung jawab dari Gereja setempat yang membutuhkan kehadiran para katekis
dan misionaris agar dapat berkontribusi bagi perkembangan Gereja (RM, 27). Salah
satu tujuan sentral tugas perutusan adalah mengumpulkan orang-orang untuk
mendengarkan Injil, dalam persekutuan persaudaraan dalam doa dan Ekaristi (RM,
26). Tujuan terakhir tugas perutusan adalah membuat orang mampu ambil bagian
dalam persekutuan yang ada antara Bapa dan Putra (RM, 23).
Dalam menjalankan tugas perutusannya, katekis pasti akan mengalami
kesulitan dan tantangan. Dokumen Redemptoris Missio (RM, 41 dan 87)
mengatakan berulang kali tentang tugas perutusan yang tunggal namun rumit.
Dapat dikatakan rumit karena menuntut katekis dapat berkembang melalui cara-
cara yang beraneka ragam. Cara-cara tersebut dikatakan dalam Redemptoris Missio
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
artikel 74 yakni dapat melalui petugas Gereja lainnya, antara lain: pemimpin doa,
koor dan liturgi, pemimpin komunitas-komunitas basis ataupun pengelola sumber-
sumber daya Gereja, para pemimpin kerasulan, para guru agama disekolah dan
sebagainya. “Semua anggota kaum awam harus membangkitkan sebagian dari
waktu mereka kepada Gereja, dengan menghayati iman mereka secara autentik”
(RM, 74).
B. Spiritualitas Katekis Zaman Sekarang
Dalam menjalani kegiatan misi, seorang katekis memerlukan suatu
spiritualitas khusus. Spiritualitas tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
para katekis. Ibarat darah, spiritualitas akan mengalir dalam kehidupan para katekis
selama para katekis masih terus menerus membaharui diri. Spiritualitas
menyangkut kehidupan dalam Roh. Spiritualitas inilah yang nantinya akan
mendorong katekis untuk siap sedia dibentuk oleh Roh. Roh Allah mampu
memotivasi dan menyemangati, memberikan kekuatan dan membimbing, menjiwai
serta meneguhkan seseorang agar tidak mudah putus asa dalam melaksanakan
setiap tugas dan tanggungjawabnya.
Heryatno (2014:75) dalam diktat PAK Sekolah mengatakan bahwa Gereja
Katolik yang mempelopori penggunaan kata spiritualitas itu. Kata spiritualitas
dahulu dipahami secara eksklusif yakni bagi para religius yang lebih menekankan
hidup rohani. Tetapi dalam kehidupan yang kompleks ini, kata spiritualitas semakin
mengandung banyak pengertian. Pada bagian ini penulis akan menjabarkan
definisi-definisi spiritualitas secara berbeda namun saling berkaitan. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
penjabarannya, penulis mengambil tiga sumber definisi spiritualitas, yakni:
menurut Dokumen Gereja, dan menurut para tokoh.
1. Definisi Spiritualitas
a. Spiritualitas menurut Dokumen Gereja
1) Spiritualitas Katekis menurut Catechesi Trandendae (CT)
Berkat Sakramen Baptis, kita diangkat menjadi anak-anak Allah, dirahmati,
dan dipanggil untuk mengambil bagian di dalam tugas perutusan Yesus Kristus
membangun Kerajaan kasih Allah. Bagi para katekis dan calon katekis, panggilan
itu ditanggapi antara lain dengan meneguhkan, mengasihi, menyemangati,
memperhatikan, mendampingi dan membantu hidup umat yang akan dipercayakan
kepada pengabdiannya demi perkembangan jiwa, iman dan hidup umat. Profesi
sebagai katekis dihayati sebagai anugerah atau sebagai panggilannya untuk penuh
hati menjadi murid-murid-Nya dan untuk mengaktualisasikan seluruh potensi hidup
sehingga berdasar rahmat-Nya hidup umat yang dilayani serta hidup katekis sendiri
terus bergerak maju dan berkembang sampai kepada kepenuhan dan kelimpahan
hidup.
Mengikuti Yesus Kristus sebagai murid-murid-Nya, yang dipahami sebagai
panggilan setiap orang Kristiani, merupakan inti dasar spiritualitas katekis.
Spiritualitas kemuridan adalah semangat, sikap dasar dan gaya hidup sebagai
murid-murid-Nya yang berakar pada relasi yang intim dan mendalam diri katekis
dengan hidup Yesus Kristus. Cara hidup yang sungguh diresapi oleh cinta Yesus
Kristus akan menghantar pada kepenuhan hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
2) Spiritualitas Katekis menurut Evangelii Gaudium (EG).
Evangelisasi sebagai satu cara untuk menyentuh hati manusia menyadarkan
kita akan makna Gereja sebagai seorang ibu yang senantiasa membuka hatinya
kepada setiap orang. Evangelisasi berbicara tentang semangat yang menjiwai
pewarta, yang bersumber pada perjumpaan dengan relasi pribadi yang intim dengan
Yesus. Inti dari pewartaan Gereja adalah membawa terang, berkat, penyembuhan,
kebangkiran, kebebasan dan bahkan kehidupan bagi orang lain, kendati dalam
kenyataannya kegiatan evangelisasi terkadang justru membuat kecewa,
membosankan, melelahkan dan putus asa, yang apabila tidak disikapi dengan tepat
dapat melumpuhkan usaha-usaha misi dalam Gereja. Pertumbuhan hidup rohani
dan pengalaman iman pribadi perlu mendapat perhatian serius.
3) Spiritualitas Katekis menurut Redemptoris Missio (RM)
Spiritualitas pertama-tama dihubungkan dengan hidup taat dan setia kepada
Roh. Sikap seperti itu dapat membantu katekis untuk menjadi lebih serupa dengan
Kristus. Oleh karena itu diharapkan agar katekis dalam memberikan kesaksian
tentang Kristus harus mencerminkan citra-Nya yang dihidupkan kembali di dalam
diri mereka berkat rahmat dan kekuatan Roh. Roh itu akan menuntun dan mengubah
para katekis menjadi pemberi kesaksian tentang Kristus yang berani dan membawa
terang.
4) Spiritualitas Katekis menurut hasil PERNAS KATEKIS 2005
Dalam pernyataan akhir PERNAS KATEKIS 2005 dikatakan bahwa katekis
ialah mereka yang memiliki spiritualitas kenabian, dengan ciri-ciri:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
a) Memiliki relasi erat dengan Allah Tritunggal dan mampu menafsirkan
kehendakNya bagi Gereja dan dunia.
Yesus Kristus merupakan pusat dari kehidupan para katekis. Katekis akan
menjadi contoh dan teladan hidup bagi umat beriman. Maka hidup katekis harus
sesuai dengan apa yang ia wartakan. Mewartakan Injil bukan semata-mata
pengajaran agama tetapi juga memberi kesaksian. Dalam memberi kesaksian
katekis dituntut memiliki kesatuan dan keselarasan dengan pribadi Kristus sendiri.
Gereja akan tetap tumbuh dengan kesaksian, walaupun para katekis sedang
dihadapkan pada tantangan zaman yang semakin rumit dan kompleks. Para katekis
harus menemukan cara yang tepat untuk tinggal bersama Kristus, berpusat pada
Kristus dan menghadirkan kehangatan Kristus di dalam hatinya sehingga mampu
menjadi pembawa damai serta menjadi garam dan terang bagi umatnya.
b) Memiliki relasi dengan umat beriman dan masyarakat
Perjalanan katekis tidak hanya sebatas pada lingkup Gereja saja, melainkan
juga keterlibatan dalam hidup bermasyarakat. Keterlibatan tersebut merupakan
bentuk dari kesaksian para katekis di tengah dunia yang semakin kompleks. Katekis
wajib melibatkan diri dalam dinamika masyarakat di mana mereka berada,
teristimewa bagi katekis yang menjadi ujung tombak Gereja. melalui gerak-gerak
Masyarakat inilah para katekis mengamalkan amanat Yesus untuk menggarami dan
menerangi dunia di tengah masyarakat yang beragam.
c) Mencintai tugasnya sebagai panggilan khusus, memiliki kegembiraan
dalam menjalankan panggilan dan perutusannya
Sikap selalu bersyukur merupakan salah satu ciri khas pengikut Kristus. Para
Katekis selalu bersyukur atas cinta Allah yang luar biasa untuk memakainya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
menjadi alat Tuhan. Menyadari bahwa dirinya dipanggil secara khusus oleh Tuhan
akan membawa kegembiraan bagi diri para katekis, meski ukurannya bukan dengan
nominal dan ekonomi. Panggilan ini adalah panggilan istimewa bagi katekis, karena
Tuhanlah yang mengutus secara langsung. Kegembiraan dalam menjalani
panggilan sebagai katekis akan membawa katekis kepada perwujudan pelayanan
yang sepenuh hati dan totalitas.
d) Memiliki daya pikat, keteladanan dan daya juang
Menjadi katekis berarti harus siap menjadi teladan. Keteladanan berkaitan
dengan memberi kesaksian hidup pribadi sang katekis sendiri. Kehidupan katekis
harus berpusat pada Kristus dan mengandalkan Kristus dalam setiap langkahnya.
Katekis diharapkan menjadi seorang pribadi yang matang dan menjalankan
perannya dengan penuh tanggung jawab.
Hal ini juga didukung oleh perayaan Yubelium Katekis di Seminari
Mertoyudan, yang menyampaikan bahwa katekis jangan mempunyai mentalitas
seperti BAKMI yang merupakan singkatan dari bener dewe, aras-arasen, keset,
mutungan dan itungan yang berarti merasa benar sendiri, kurang semangat, malas,
gampang tersinggung, dan perhitungan. Katekis diutus oleh Tuhan untuk
mewartakan Kabar Gembira, oleh karena itu katekis diharapkan mempunyai cinta
dan semangat sejati karena sang Kabar Gembira selalu berjalan bersamanya. Maka,
jangan sampai mentalitas BAKMI menjadi penghambat para katekis dalam
mewartakan Kabar Gembira tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Daya juang dapat dimiliki oleh para katekis dengan meneladani semangat
juang para rasul Kristus. Cinta Kristus membuat murid-murid Kristus berjuang
mewartakan Injil ke segala pejuru. Cinta Kristus itu juga yang akan memampukan
para katekis untuk berjuang menghadapi situasi zaman yang berkembang pesat ini.
e) Mau belajar terus menerus dan terbuka terhadap perkembangan zaman
yang cepat berubah
Katekis merupakan ujung tombak Gereja dan juga memiliki peran vital bagi
perkembangan Gereja. Masa depan Gereja ada ditangan para katekis. Agar katekis
dapat menjalankan tugasnya dengan baik, katekis perlu memiliki sejumlah bekal
yang dapat mendukung tugas panggilannya. Selain menguasai ilmu-ilmu Gerejawi,
katekis juga perlu terbuka dan mengambil sikap menghadapi perkembangan zaman
yang semakin pesat ini. Katekis harus melek teknologi dan dapat memanfaatkannya
dengan sebaik-baiknya. Para katekis juga akan terbuka dan peka terhadap
kebutuhan dunia, karena menyadari bahwa mereka dipanggil untuk bekerja di dunia
dan untuk dunia ini
b. Spiritualitas menurut Para Tokoh
Dalam diktat PAK Sekolah, Heryatno (2014:78) mengemukakan beberapa
definisi spiritualitas menurut para tokoh, yakni: C. Duquoc (1966) menegaskan
bahwa spiritualitas harus memiliki integritas antara seluruh daya dan unsur
kehidupan karena itu merupakan inti iman. Kemudian J. Macquarrie (1972)
menyatakan bahwa spiritualitas merupakan usaha manusia untuk menjadikan
dirinya seperti yang dikehendaki Allah. R. Panikkar (1973) berpendapat bahwa
spiritualitas merupakan cara pandang tertentu untuk mengatasi permasalahan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
manusia. R.P Hardy (1982) mengatakan juga bahwa spiritualitas merupakan sikap
yang tertanam secara mendalam dan akan membentuk seseorang untuk keluar dari
dirinya sendiri dengan cara membangun relasi dengan Tuhan dan sesamanya untuk
memperkembangkan diri. G. Wakefield (1983) mengemukakan pendapatnya bahwa
spiritualitas lebih berkaitan dengan sikap, kepercayaan, tindakan manusia yang
menyemangati hidup dan membantu mereka untuk mencapai apa yang menjadi
tujuan hidupnya.
Dari definisi-definisi tersebut terlihat bahwa spiritualitas merupakan tindakan
konkret seseorang berkaitan dengan relasinya dengan Allah dan sesamanya.
Heryatno (2014:78) mengatakan bahwa spiritualitas berkaitan dengan kedalaman
hidup atau inti jiwa yang membentuk sikap, menentukan cara seseorang
mempertimbangkan dan mengambil keputusan serta bertindak dan memnentukan
pilihan seseorang pada nilai-nilai yang dipegang, diwujudkan dan
diperkembangkan.
2. Tantangan yang Dihadapi Katekis Zaman Sekarang
Tantangan zaman pasti akan dialami oleh para katekis pada semua zaman dan
pada semua tempat. Perubahan arus zaman menyebabkan tantangan pelayanan
semakin rumit dan kompleks. Hal ini mengakibatkan menurunnya kehidupan rohani
umat dan meniadakan spiritualitas pada diri katekis. Spiritualitas tidak dapat
dipisahkan dari relaitas zaman, oleh karena itu, Direktorium Formatio Iman
(2014:11-17) menyebutkan dan membahas delapan tantangan arus-arus besar zaman
ini. Arus-arus besar itu di antaranya adalah sekularisasi dan sekularisme,
pendangkalan hidup dan budaya instan, ateisme dan relativisme, dampak teknologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
digital, pluralitas yang diwarnai fundamentalisme dan radikalisme, pluralitas dan
globalisasi budaya, rusaknya keutuhan ciptaan dan lingkungan hidup serta
merebaknya kemiskinan. Juga ditambahkan beberapa tantangan yang diambil dari
Evangelii Gaudium. Harapannya agar katekis dapat menghadapi dan menyikapi
tantangan-tantangan tersebut dengan bijaksana dan kritis.
a. Sekularisasi dan Sekularisme
Tindakan sekularisasi (sekularisme) adalah arus zaman yang mempengaruhi
manusia dalam bentuk mindset serta kebiasaan hidup manusia pada zaman ini yang
berdampak bagi kehidupan manusia. Sekularisasi juga termasuk proses penemuan
jati diri dunia menuju otonomi. Sekularisasi membuat manusia menjadi tidak
tergantung pada Allah (Direktorium Formatio Iman, 2014:11). Spiritualitas tanpa
Allah membuat hidup manusia menjadi dangkal dan tidak berakar. Manusia
menggunakan aturan-aturan tersebut sedemikian rupa tanpa memperhitungkan
keterlibatan sang pencipta dalam otonomi dunia. Hal ini jelas sudah berbelok dari
tujuan adanya otonomi dunia yakni demi selaras dengan sang pencipta.
Evangeli Gaudium (EG, 63) mengatakan situasi yang akan terjadi bersamaan
dengan kemunculan spiritualitas tanpa Allah tersebut, yakni munculnya gerakan-
gerakan keagamaan justru cenderung mengkerdilkan iman yang membuat Gereja
menjadi sekedar urusan pribadi dan menolak keberadaan Allah (EG, 64). Sikap
seperti ini akan menghasilkan kemerosotan etis yang semakin menjadi dan
pelemahan rasa dosa personal maupun kolektif.
Direktorium Formatio Iman (2014:11) mengatakan pandangan sekularisme
ini muncul karena ideologi tertutup yang memutlakkan otonomi dunia tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
keterbukaan kepada Yang Ilahi. Manusia bertindak dengan kehendaknya sendiri
tanpa menghiraukan Allah. Manusia berprilaku seolah-olah tidak ada Allah, dengan
tidak memperhitungkan kehadiran Allah dalam menentukan keputusan-
keputusannya.
b. Pendangkalan Hidup dan Budaya Instan
Proses sekularisme membawa dampak yang luar biasa pada kehidupan iman
umat. Manusia mengorbankan hidupnya demi kepentingan duniawi. Inilah
kenyataan manusia sekarang yang tidak lagi menghargai hidup. Anggapan bahwa
nilai hidup tergantung pada kekayaan manusia yang membuat manusia pada zaman
megapolitan mempunyai kecenderungan untuk berlomba-lomba mengumpulkan
harta duniawi. Mereka beranggapan bahwa harta duniawi dapat menjamin
keselamatan dan kebahagiaan hidup mereka. Melalui hal tersebut akan tercipta
sistem yang menguasai bukan melayani. Maka manusia tidak lagi ada kepekaan
untuk saling berbagi dan bekerja sama.
Direktorium Formatio Iman (2014:12) mengatakan bahwa keadaan sekarang
ini semakin diperparah oleh budaya instan atau cepat saji. Dalam situasi budaya
seperti ini akan banyak ditemukan manusia yang tidak mau menghargai proses.
Hidupnya tidak tahan dengan pergulatan dan hanya memikirkan hasil hingga
membuat manusia menghalalkan segala cara. “Manusia dipandang dan dihargai
sebatas sebagai sumber daya dan bukan sebagai citra Allah (Direktorium Formatio
Iman, 2014:12). Hal ini terjadi karena adanya tingkat permintaan (konsumsi) yang
meningkat dan para produsen secara otomatis juga akan meningkatkan persediaan
barang berdasarkan permintaan konsumen. Akibatnya para pekerja dipaksa kerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
ekstra untuk meningkatkan hasil agar tingkat permintaan masyarakat dapat
terpenuhi. Dalam hal ini Evangelii Gaudium (EG, 60) mengatakan bahwa
“mekanisme-mekanisme aktual mendorong tingkat konsumsi yang membabi buta.
Akan tetapi, konsumerisme tak terkendali yang berkoalisi dengan ketaksetaraan
akan menghasilkan perusakan rangkap atas jaringan sosial”.
Budaya yang serba instan ini akan banyak menimbulkan dampak negatif bagi
kehidupan manusia karena dalam budaya ini terjadi pendangkalan hidup.
Pendangkalan hidup tersebut akan membuat hidup manusia menjadi tanpa nilai dan
tanpa akar. Hal lain yang akan ditimbulkan yakni budaya kematian, kultur dan
sistem yang tidak menghargai nilai, solidaritas tidak lagi dianggap penting, tidak
lagi menghargai kepentingan bersama, penyingkiran kaum lemah (Direktorium
Formatio Iman, 2014:12).
Tingkat kebutuhan manusia semakin meningkat seiring berkembangnya
budaya yang instan dan cepat saji ini. Konsumerisme berkembang, manusia
semakin mengejar konsumsi. Padahal konsumerisme merupakan bahaya besar di
zaman ini. Tingginya tingkat konsumerisme ini akan menimbulkan krisis iman dan
krisis moral pada masyarakat. Tidak ada tempat untuk Allah, tidak ada tempat untuk
orang lain apalagi kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir.
c. Ateisme dan Relativisme
Ateisme merupakan bentuk pengabaian atau penolakan akan Allah. Ini
merupakan masalah besar untuk kehidupan zaman ini. Direktorium Formatio Iman
(2014:12) menyebutkan beberapa tindakan ateisme dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya: orang ikut kewajiban keagamaan hanya sebatas ritus upacaranya saja,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
namun dalam kehidupan sehari-hari justru menampakkan bahwa Allah itu tidak
ada. Manusia tidak lagi akrab dengan Allah.
Sikap ateisme ini mengakibatkan pendangkalan hidup tanpa nilai dan
tumpulnya hati nurani serta mendorong munculnya suatu relativisme etis. Tidak ada
lagi patokan kebenaran, semua menurut subjetivitasnya masing-masing. Manusia
bertindak semaunya sendiri dan berpegang pada kebenarannya sendiri-sendiri.
d. Dampak Teknologi Digital
Pada era generasi digital ini, manusia telah banyak hadir dan dibesarkan oleh
era digital dengan aneka teknologi yang sangat canggih. Sejak kecil manusia telah
akrab dengan gadget yang canggih, yang memiliki pengaruh secara langsung
maupun tidak langsung terhadap perkembangan prilaku dan kepribadiannya
(Direktorium Formatio Iman, 2014:13).
Pada generasi digital ini juga manusia disuguhkan kemudahan-kemudahan
misalnya dengan gadget manusia dapat mencari informasi dengan cepat dan
mudah, manusiapun dapat berkomunikasi dengan temannya di daerah yang
berbeda, manusiapun dapat dengan mudah mengekspresikan apa yang dirasa dan
dipikirkan dengan spontan. Hal ini terlihat sangat hebat karena digital mampu
multitasking, mampu menjalankan aktivitas secara bersamaan.
Dengan kemudahan-kemudahan yang disuguhkan di era digital ini, manusia
kadang tidak kritis dan cenderung larut dalam arus digital. Padahal kecanggihan
digital ini juga memiliki dampak negatif bagi kehidupan manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
e. Pluralitas yang Diwarnai Fundamentalisme dan Radikalisme
Pluralitas melekat pada kehidupan masyarakat. Sejak awal masyarakat sudah
memahami dan mengalami kemajemukan yang menjadi kekayaan dan menjadi
rahmat dalam kebersamaan. Indonesia merupakan negara yang kaya akan
keberagaman budaya, suku, ras, agama, etnis, dsb. Keragaman di Indonesia adalah
sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Selain keragaman budaya
kelompok sukubangsa, Indonesia juga memiliki keragaman daerah. Keragaman
daerah itu meliputi, pegunungan, pesisir, hutan, daratan rendah, pedesaan hingga
perkotaan. Selain keragaman budaya, Indonesia juga memiliki keragaman agama.
Kemunculan agama-agama di Indonesia turut mendukung perkembangan
kebudayaan di Indonesia. Agama masuk ke dalam masyarakat melalui budaya yang
ada dalam masyarakat itu.
Pluralitas agama merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam
kebersamaan. Direktorium Formatio Iman (2014:14) menyebutkan kemunculan
gerakan-gerakan primordialisme keagamaan yang membuahkan aksi-aksi
fundamentalisme dan radikalisme. Fundamentalisme yang tidak menghargai
dialog, mendorong berlakunya hukum agama sebagai hukum positif yang berlaku
bagi semua warganya.
f. Pluralitas dan Globalisasi Budaya
Pluralitas budaya merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat. Gereja selalu hidup dalam budaya-budaya karena melalui kebudayaan
pribadi-pribadi dapat berjumpa dengan Injil. Gerakan inkulturasi banyak digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
diberbagai Gereja dalam acara-acara tertentu sebagai tanda bahwa budaya
membantu umat untuk mengungkapkan iman mereka kepada Kristus.
Seiring dengan hidupnya budaya-budaya tradisional, berkat kemajuan
teknologi yang semakin pesat muncullah globalisasi budaya. Budaya popular
(modern) berjumpa dengan budaya tradisional. Maka muncullah ketegangan-
ketegangan yang saling tarik-menarik antara nilai-nilai pada kedua budaya tersebut.
g. Rusaknya Keutuhan Ciptaan dan Lingkungan Hidup
Gereja sadar benar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Hal ini sesuai
dengan tugas mendasar manusia yakni menjaga dan memelihara ciptaan. Paus
Fransiskus mengajak umat manusia untuk terlibat dalam menjaga dan melestarikan
lingkungan hidup melalui Ensiklik Laudato Sii. Apalagi saat ini keutuhan ciptaan
telah terancam karena ulah manusia atau karena faktor alam. Perilaku yang
menempatkan manusia sebagai subjek dan menjadikan alam sebagai objek untuk
dikeruk kekayaannya dan dicemari menjadi penyebab terbesar kerusakan
lingkungan saat ini. Keutuhan ciptaan yang telah rusak harus dipulihkan dan
diselamatkan.
h. Merebaknya Kemiskinan
Kemiskinan di Indonesia sudah bukan hal asing lagi untuk dibicarakan.
Kemiskinan ini setiap tahunnya akan selalu bertambah apabila manusia hanya
mengutamakan kekayaan pribadi, lahan-lahan hijau direbut dan dialihfungsikan
untuk pembangunan proyek-proyek besar yang tidak berpihak pada kaum kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Pertambahan angka kemiskinan juga bisa disebabkan dengan kenaikan harga-harga
bahan pangan dan BBM.
Budaya-budaya konsumerisme dan materialisme semakin memperparah
keadaan ini, ketidakadilan merajalela di mana-mana dan lagi-lagi orang yang
terpinggirkanlah yang menjadi korban. Kecenderungan-kecenderungan
materialism dan konsumerisme menghinggapi hidup masyarakat. Akibatnya terjadi
ketimpangan pengeluaran dan pemasukan dalam keluarga. lebih parahnya lagi
ketimpangan itu diatasi dengan hutang yang berbunga tinggi. Rakyat kecil akan
semakin dipermiskin
3. Spiritualitas Katekis
Pada zaman yang serba cepat ini, katekis juga dituntut untuk membangun dan
memperbaiki kualitas pelayanannya. Katekis diharapkan memiliki spiritualitas
yang mendalam. Spiritualitas katekis dikondisikan oleh panggilan kerasulannya.
Spiritualitas katekis memiliki ciri-ciri:
a. Hidup di dalam Roh
Seorang katekis yang berspiritualitas pasti akan hidup di dalam Roh. Apabila
seorang katekis hidupnya dijiwai dan digerakkan oleh Roh Kudus dan sungguh-
sungguh beriman kepada Kristus maka mereka akan berhasil menampakkan wajah
Kristus di tengah-tengah umat (menjadi alter Kristus). Seorang katekis yang
hidupnya dijiwai dan digerakan oleh Roh Kudus sungguh beriman pada Kristus
sehingga di tengah-tengah umat dapat menampakkan wajah kasih Kristus. Roh
Kristus menjiwai hidup seorang katekis. Buah-buah orang yang hidupnya dalam
Roh Allah adalah ketentraman, kesabaran, sukacita, pengorbanan dan cintakasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Ini berarti katekis membiarkan dirinya dipimpin oleh Roh Allah, mengikuti
bimbingan Roh kemanapun Roh menunjukan tempatnya walaupun berlawanan
dengan kehendak katekis sendiri. Roh memperbaharuhi, menyemangati dan
memperkembangkan hidup/jiwa seorang katekis.
b. Keterbukaan terhadap Dunia
Tugas katekis yang paling dasar adalah mewartakan sabda Tuhan. Dalam
mewartakan Kristus, para katekis harus memiliki beberapa sikap rohani untuk
mendukung panggilannya, salah satunya ialah siap untuk berjumpa dengan Kristus.
Perjumpaan pribadi dengan Kristus dalam sikap rohani yang mendalam ini juga
menuntut katekis untuk menjadi serupa dengan Kristus.
Kristus hadir dalam diri dunia, dalam masyarakat, dalam Gereja. Maka dari itu
katekis harus terbuka terhadap beberapa hal diantaranya:
1) Keterbukaan terhadap Karya Allah
Karya Allah berupa pengejawantahan diri Kristus sang Putra yang
menyampaikan sabda dari Allah. Maka katekis harus berakar dalam sabda Tuhan
yang hidup yakni Kristus sendiri. Roh Kudus akan senantiasa membimbing para
katekis dalam usaha untuk hidup berpusat pada Kristus. Dalam hal ini katekis akan
memiliki sikap batin yang membiarkan dirinya dibentuk oleh Roh dan diubah
menjadi saksi Kristus yang handal.
2) Keterbukaan terhadap Gereja
Keterbukaan terhadap Gereja terungkap dalam cinta, pengabdian terhadap
pelayanannya dan kesediaan untuk berkorban. Dengan terbuka terhadap Gereja,
katekis dimampukan untuk selalu sepenuh hati dan gembira dalam mewartakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Sabda. Taat terhadap pimpinan Gereja serta bertanggung jawab dalam menjawab
kebutuhan dunia, terutama bertanggung jawab dalam mengatasi permasalahan
zaman yang semakin berkembang dengan cepat dan terlibat dalam misi
keselamatan Gereja.
Supaya pelayanan Sabda sungguh kena sasaran, katekis hendaknya menyadari
konteks kehidupan umat dan kesaksian hidupnya. Setia kepada sabda Allah berarti
bertumpu kepada Sabda-Nya dan tetap setia terhadap Sabda Allah dan tradisi
Gereja untuk menjadi murid-murid Kristus yang sejati dan mengenal kebenaran-
Nya (bdk. Yoh. 8:31-32). Berdasarkan Surat Yakobus 1:17-27 umat beriman
didorong untuk tidak sekedar menjadi penikmat Sabda, namun melaksanakan apa
yang dibaca. Hal ini sesuai dengan amanat Paus Fransiskus dalam Evangelii
Gaudium, bahwa sukacita yang dibawa oleh Injil yang diwartakan mendorong
setiap orang untuk “keluar” dan ikut bersemangat berbuat kasih.
3) Keterbukaan terhadap Dunia
Keterbukaan ini menekankan bahwa katekis harus sepenuhnya terlibat dalam
kehidupan masyarakat di sekitar mereka. Disinilah kesempatan katekis untuk
menjadi saksi iman akan Kristus. Keberadaannya Kristus di dunia akan semakin
nyata melalui tindakan dan perbuatan para katekis. Katekis juga perlu untuk
menjawab tantangan zaman yang telah banyak membuat dampak-dampak yang
buruk bagi perkembangan Gereja dan dunia.
Kesadaran akan misinya sendiri untuk mewartakan Injil selalu harus
diungkapkan secara konkret dalam hidup berpastoral bagi seorang katekis. Para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
katekis hendaknya tahu bagaimana memanfaatkan seluruh sarana dan media
komunikasi untuk mewartakan Sabda Allah.
c. Keutuhan dan Keaslian Hidup
“Mewartakan Injil pertama-tama adalah memberi kesaksian” (Hasil Pernas
Katekis III, 2017:81). Bersaksi iman berarti memperkenalkan pribadi Yesus Kristus
melalui pengalaman hidup yang selalu dibimbing serta diselamatkan oleh Yesus.
Jadi, sebelum katekis mewartakan sabda, mereka harus menjadikan sabda itu milik
mereka sendiri dan menghayatinya. Maka dari itu dibutuhkan keutuhan dan
keaslian hidup. Kesaksian hidup dan gambaran hidup katekis yang baik akan
meneguhkan pesan yang telah katekis sampaikan.
d. Devosi kepada Maria
Bunda Maria merupakan Bunda Gereja yang memiliki ketaatan dan kesetiaan
kepada Roh Kudus, Roh kehidupan. Ketaatan Bunda Maria terlihat ketika Bunda
Maria dengan setia dan tegar mendampingi Yesus memanggul salib sampai pada
bukit Golgota. Bunda Maria menyertai Yesus dan mempersembahkan-Nya
dihadapan Allah.
Sesaat sebelum wafat-Nya, Yesus memberikan Bunda Maria kepada Yohanes,
murid yang dikasihi-Nya. Yesus berkata: “Ibu, inilah anakmu” kemudian kata-Nya
kepada Yohanes,”inilah ibumu!” dan semenjak itu para murid menerima Maria
sebagai ibunya (Yoh 19:26-27). Di sini Yesus ingin mengatakan kepada umat-Nya
agar dapat menerimanya sebagai ibu, sebab Yesus memberikannya kepada seluruh
umat untuk dikasihi, dihormati dan diteladani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Spiritualitas katekis, sebagaimana spiritualitas hidup orang-orang yang terlibat
dalam karya kerasulan akan diperkaya oleh devosi yang mendalam kepada Bunda
Maria sang Bunda Allah dan juga Bunda Gereja. Sebelum menjelaskan iman
keteladanan Bunda Maria kepada umat, maka katekis pun juga harus merasakan
kehadirannya dalam hati para katekis sehingga dapat memberi kesaksian yang
mendalam kepada umat. “Perawan Maria dalam hidupnya telah memberi contoh
mengenai kasih ibu yang harus membangkitkan semangat semua orang yang ikut
ambil bagian dalam misi Kerasulan Gereja demi kelahiran kembali umat manusia”
(CEP,2001:29). Keteladanan dari Bunda Maria dapat menjadi sikap dasar dalam
diri manusia yang semakin lama akan membentuk spiritualitas mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
BAB IV
MENGGALI INSPIRASI DARI PERTOBATAN RASUL PAULUS DEMI
PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG
Katekis merupakan umat beriman Kristiani yang dipanggil Allah untuk menjadi
pewarta sekaligus menjadi saksi iman akan Kristus di tengah masyarakat yang
multikultural (Hasil Pernas Katekis III, 80:2017). Katekis akan menjadi contoh dan
teladan hidup umat beriman, maka hidup katekis harus sesuai dengan apa yang ia
wartakan. Hal ini pun ditegaskan lagi dalam Yubelium katekis KAS yang mengajak
katekis untuk menjadi sumur iman yang siap ditimba bagi kehidupan.
Di dalam menjalani perannya yang vital bagi perkembangan Gereja, katekis juga
menghadapi perubahan arus zaman menyebabkan pelayanan semakin rumit dan
kompleks. Sekularisme, pendangkalan hidup dan budaya instan, ateisme, dampak
teknologi digital, fundamentalisme dan radikalisme, rusaknya globalisasi budaya,
rusaknya lingkungan hidup serta merebaknya kemiskinan yang semakin berkembang
memberikan dampak yang memprihatinkan bagi pelayanan para katekis. Melemahnya
daya juang dan semangat untuk melayani juga menjadi akibat dari arus arus
modernisasi. Oleh karena itu para katekis harus terus menerus membaharui diri serta
memperkaya pengalaman dari pertobatan Rasul Paulus agar sampai kepada spiritualitas
mendalam. Mengingat pentingnya peranan katekis bagi karya-karya Gereja, katekis
perlu diberi motivasi agar semangat melayani tetap membara, serta kiranya perlu
diberikan dukungan dan inspirasi agar para katekis tetap setia pada panggilannya
sebagai pelayan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Berdasarkan keprihatinan tersebut dan rekomendasi dari PERNAS Katekis 2010
untuk meningkatan motivasi dan semangat pelayanan demi pembaharuan semangat
hidup pelayanan bagi katekis, maka pembahasan dalam bab IV ini bermaksud untuk
memberi inspirasi kepada para katekis supaya lebih menghayati dan mencintai
panggilannya sebagai pewarta dan saksi Kristus. Secara khusus, pada bab IV ini penulis
ingin menyampaikan inspirasi-inspirasi dari pertobatan Rasul Paulus untuk
meningkatkan spiritulitas katekis zaman sekarang. Isi bab IV ini adalah pemaparan dan
pembahasan inspirasi-inpirasi yang dapat diteladani dari pribadi Rasul Paulus diikuti
dengan pokok-pokok dari inspirasi pertobatan Rasul Paulus yang didapatkan penulis.
Pembahasan bab IV ini terdiri dari dua bagian utama. Bagian pertama membahas
tentang isnpirasi pribadi Rasul Paulus bagi katekis diikuti bagian kedua yakni pokok-
pokok inspirasi yang dapat dikemukakan dari pertobatan Rasul Paulus. Bagian pertama
membahas tiga topik. Topik yang pertama membahas tentang pribadi yang tangguh,
diikuti topik yang kedua yakni menjadi saksi iman yang handal, diikuti topik ketiga
yakni memiliki kehidupan rohani yang mendalam. Bagian ketiga membahas empat sub
topik, sub topik yang pertama percaya sepenuh hati kepada Tuhan, diikuti sub topik
kedua memberi diri dipimpin oleh Roh, diikuti sub topik ketiga setia dalam panggilan,
diikuti sub topik keempat yakni pribadi yang mencintai umat.
A. Katekis Menggali Inspirasi dari Pribadi Paulus dalam Pertobatannya
Perkembangan Gereja sampai saat ini tidak lepas dari peranan para katekis
meskipun peran tersebut semakin ditantang oleh zaman yang cepat berubah. Padahal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
katekis diharapkan dapat menjadi sumur iman yang siap ditimba bagi kehidupan
(Darmaatmadja, 2017:108). Oleh karena itu, katekis perlu menggali pengalaman dan
menimba inspirasi yang meneguhkan panggilannya sebagai katekis. Salah satu
pengalaman yang dapat digali dan menjadi sumber inspirasi bagi katekis yakni
pertobatan Paulus.
Paulus merupakan tokoh penting bagi perkembangan Gereja. Ia merintis
terbentuknya umat, memelihara iman umat dan juga membela umat hingga diusir
bahkan dipenjarakan. Pengalaman perjumpaannya dengan Kristus yang bangkit
merupakan salah satu kekayaan rohani dari pengalaman pribadi Rasul Paulus. Hal ini
tentu sangat menarik untuk didalami dan dipelajari oleh para katekis agar menjadi
sumber inspirasi bagi spiritualitas mereka pada zaman sekarang. Berikut akan
dipaparkan beberapa inspirasi dari pribadi Rasul Paulus dalam pertobatannya yang
kiranya dapat membantu para katekis dalam meningkatkan spiritualitasnya sebagai
pelayan.
1. Pribadi yang Tangguh
Kardinal Augustinus Bea (1975: 9-10) mengatakan keluarga Paulus termasuk
golongan orang Farisi yang sangat terkenal akan penghayatan secara cermat hukum
Musa. Paulus menempuh pendidikan di sekolah Hillel yang terletak di Yerusalem di
bawah bimbingan Rabbi Gamaliel. Pendidikan ini merupakan bekal bagi Paulus untuk
membela hukum Musa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Paulus merupakan pribadi yang tangguh, ketangguhan Paulus terlihat dari kualitas
hidupnya yang ia tulis dalam suratnya kepada jemaat di Galatia (Gal 1:14; Kis 22:3).
Ketangguhan Paulus juga terlihat ketika Paulus muncul pertama kali sebagai seorang
Yahudi fanatik yang mengejar jemaat Kristen. Ketangguhan lainnya terlihat dari cara
Paulus menghadapi dan menyikapi penderitaannya. Kegagalan takkan membuat
semangatnya padam untuk memberitakan Kristus. Di dalam Kisah Para Rasul terlihat
jelas bagaimana Paulus berkali-kali mengalami penderitaan selama mewartakan Injil.
Paulus tetap mewartakan Injil walaupun ia mengalami penolakan, pengusiran, bahkan
sampai dipenjarakan.
Ketangguhan dan keberanian Paulus berasal dari Yesus sendiri. Paulus selalu
percaya dan yakin bahwa Roh Kudus selalu menyertainya. Paulus juga berusaha untuk
terus menerus menimba kekuatan dari Sabda Tuhan dan berdaya ubah. Paulus tidak
pernah takut ataupun kawatir ketika mewartakan Yesus walaupun banyak tantangan
yang harus ia hadapi. Paulus yakin bahwa Yesus senantiasa menyertainya dalam
perutusan. Hal ini sesuai dengan kutipan Mat 28:18-20 “Pergilah.. Aku menyertai
kamu” Inilah yang menjadi keindahan dan kekuatan Paulus dalam mewartakan Yesus.
Paulus pergi dengan cinta, semangat sejati karena Yesus selalu berjalan bersamanya.
2. Menjadi Saksi Iman yang Handal
Memberi kesaksian tentang Kristus tidaklah mudah, semua butuh usaha dan
perjuangan. Dalam hal ini penulis mengatakan “tidak ada kesaksian tanpa jerih payah”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Untuk menjadi saksi iman yang handal, Paulus juga menghadapi dan melewati
berbagai macam tantangan dan pengalaman yang sulit.
Menjadi saksi Kristus yang handal juga dapat dilihat dari perjalanan misinya.
Kardinal Augustinus Bea (1975: 13) mengajak pembaca untuk sejenak melihat karya
misioner Paulus dari dekat, yakni: kegiatan yang total demi kebenaran, kejujuran
radikal untuk membela keyakinannya, daya kerja yang tak kenal letih dalam usaha
melaksanakan rencana-rencananya serta pandangan luas yang mendorong dia melintasi
batas-batas kota atau wilayah.
Misi adalah perutusan untuk secara tegas dan jelas mewartakan Injil pertobatan
dan penyelamatan kepada orang lain, khususnya kepada mereka yang belum mengenal
Kristus (Nurwidi, 2017:93). Pada misi pertama, Paulus mengawali dengan kotbah di
Antiokhia di Pisidia bersama dengan Barnabas (Kis 13:16-41). Suharyo (2012:24)
mengatakan bahwa kotbah pertama Paulus ini mendapatkan kesan bagus, bahkan dapat
menarik perhatian. Bukti bahwa kotbah Paulus ini menarik yakni Paulus diminta untuk
berkotbah lagi pada hari sabat berikutnya dan ketika waktunya tiba hampir seluruh
masyarakat kota itu berkumpul untuk mendengarkan firman Allah (Kis 13:42-44).
Paulus dikodratkan memang untuk memiliki banyak bakat dan ketrampilan, terutama
ketrampilan komunikasi dalam mewartakan Kristus saat itu. Allah sendiri yang telah
memberikan ketrampilan dan bakat tersebut sejak Paulus diciptakan.
Perjalanan misi Paulus ternyata tidak berjalan dengan lancar. Orang Yahudi
melihat orang banyak yang berkumpul. Orang Yahudi iri dan langsung menghujat serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
membantah perkataan Paulus, kemudian menghasut perempuan-perempuan terkemuka
dan pembesar-pembesar di kota itu sehingga Paulus dan Barnabas dianiaya dan diusir
dari situ (Kis 13:45.50). Musuh-musuh yang membenci merekapun terus mengejar
mereka dari Antiokhia dan Ikonium. Kemudian musuh-musuh Paulus tersebut
membujuk orang banyak untuk memihak mereka dan melempari Paulus dengan batu
(Kis 14:2.5) kemudian menyeretnya ke luar kota karena mereka mengira Paulus telah
mati (ay. 19). Setelah kejadian itu, Paulus masih tetap bersemangat melanjutkan
perjalanan misinya.
Perjalanan misi kedua, Paulus tidak sendirian. Suharyo (2012:26) mengatakan
bahwa Paulus kini bersama dengan Silas (Kis 15:40), Timotius (Kis 16:1-3), dan Lukas
(Kis 16:10). Ketika sampai Filipi, mereka duduk di tempat sembahyang orang-orang
Yahudi dan berbicara kepada perempuan yang berkumpul di situ (Kis 16:13-18). Tetapi
yang terjadi musuh Paulus menangkap Paulus dan Silas lalu menyeret mereka ke pasar
untuk menghadap penguasa lalu mendera mereka dan melemparkan ke dalam penjara
(Kis 16:19-23). Setelah kejadian itu, Paulus masih tetap bersemangat melanjutkan
perjalanan misinya. Dalam perjalanan misi yang ketiga ini tidak semua orang mau
mendengarkan Paulus, bahkan tidak sedikit orang juga yang mengumpatnya (Kis 19:9),
malah orang Yahudi bermaksud untuk membunuh dia (Kis 20:3-4). Perjalanan misi
Paulus berakhir dengan penangkapan.
Suharyo (2012:28) mengatakan bahwa setelah Paulus ditangkap di Yerusalem,
Paulus tidak pernah menjadi orang yang bebas lagi. Tetapi Paulus tetap bersemangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
dan tetap berusaha memberi kesaksian imannya walaupun sekarang ia telah menjadi
tawanan. Hal serupa juga dialami Paulus ketika ia dipenjara di Roma selama dua tahun.
Ia meluangkan banyak waktu menulis empat surat untuk menyapa jemaat-jemaatnya.
Keempat surat tersebut yakni: surat kepada jemaat di Filipi, Surat kepada jemaat di
Efesus, surat kepada jemaat di Kolose, surat kepada jemaat di Filemon. Akhirnya
kehidupan Paulus hanya untuk mewartakan Kristus.
3. Memiliki Kehidupan Rohani yang Mendalam
Untuk bisa mendidik orang lain dalam hal iman, para katekis sendiri harus
mempunyai kehidupan rohani yang mendalam. Kongregasi Evangelisasi Bangsa-
Bangsa (CEP, 1997:45) mengatakan “Kehidupan rohani katekis harus didasarkan pada
persekutuan dalam iman dan cinta dengan pribadi Yesus”. Maksudnya ialah hidup
katekis harus berpusat pada Kristus (Kristosentris). Dengan meneladan hidup Rasul
Paulus diharapkan para katekis mampu memusatkan Kristus dalam hidupnya.
Dalam hal ini penulis ingin menjabarkan hal-hal yang harus dimiliki katekis untuk
hidup berpusat pada Kristus agar kehidupan rohaninya semakin mendalam. Ada
beberapa hal yang dapat diteladani dari pribadi Rasul Paulus ketika pertobatannya, di
antaranya yakni: berserah diri kepada Tuhan, memberi diri dipimpin oleh Roh, setia
dalam panggilan, pribadi yang mencintai umat.
a. Berserah Diri kepada Tuhan
Berserah berarti mempercayakan segala sesuatu kepada Allah, karena Allah akan
memberikan yang terbaik kepadanya. Dengan berserah berarti manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
mempersilahkan Tuhan untuk bercampur tangan dalam hidupnya. Dalam keadaan
berserah ini, manusia dengan penuh iman mempercayakan kepada Tuhan segala
pergumulannya, selalu berfikir positif, bersemangat dan selalu mengikuti kehendak
Tuhan.
Sikap penyerahan diri menjadi bukti untuk menunjukkan iman, ketaatan dan
kepercayaannya. Sikap penyerahan diri ini sudah diteladankan oleh rasul-rasul dan
Yesus sendiri. Yesus telah meneladankan sikap berserah yang sesungguhnya kepada
umat manusia. Pada malam sebelum Ia disalibkan Yesus menyerahkan diri pada
kehendak Allah. Yesus begitu banyak menderita atas rencana Allah dalam penebusan
dosa manusia. Begitu pula dengan Rasul Paulus, sikap penyerahan diri ini juga ia
teladankan kepada manusia dalam pertobatannya. Setelah Yesus menampakkan dirinya
kepada Paulus dalam perjalanannya menuju Damsyik, Paulus menyerahkan dirinya
secara total kepada kehendak Allah sejak awal ia mengalami kebutaan. Kebutaan yang
dialami Paulus membuat Paulus merasakan rencana Allah yang luar biasa untuk
memakai dirinya menjadi juru bicara-Nya. Allah memanggil Paulus menggunakan
cara-cara yang khas dan luar biasa. Seorang penganiaya jemaat diubahnya menjadi
pewarta Kristus yang radikal. Allah menyadarkan Paulus dengan merebahkan Paulus
ke tanah lalu membuatnya buta. Melalui kebutaan itulah akhirnya Paulus menyerahkan
dirinya dituntun oleh Allah dan mengikuti perintah-Nya.
Paulus ingin mengetahui kehendak Tuhan melalui puasa. Tiga hari lamanya Paulus
tidak makan dan minum. Paulus berani mengandalkan hidup sepenuhnya kepada Dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
yang telah memberikan rahmat panggilan, Allah sendirilah yang akan
menyelenggarakan sesuatu bagi hidup dan karya Paulus, tanpa perlu mencemaskan
berbagai hal.
b. Memberi Diri Dipimpin oleh Roh
Karya Roh Kudus berlangsung sepanjang zaman. Karya Roh Kudus tersebut
menuntut manusia untuk membuka diri dan hati sehingga Roh akan mengarahkan dan
membimbing manusia pada kehendakNya yang indah. Hal ini juga dikatakan dalam
Yohanes (14:25-26)
Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan
kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam
nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan
mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.
Melalui ayat tersebut, Yesus mengingatkan kepada kita tentang pentingnya peran Roh
Kudus dalam kehidupan setiap orang beriman. Allah Bapa dengan kasihNya mengutus
Roh Kudus untuk mengajarkan segala sesuatu dan untuk mengingatkan umat manusia
akan teladan-teladan Yesus.
Rasul Paulus juga menunjukkan dirinya dibimbing dan diubah oleh Roh Kudus
untuk dijadikan juru bicara Kristus. Roh Allah membantunya memutuskan untuk
meninggalkan masa lalunya dan mengenakan cara hidup yang baru. Karya Roh Kudus
nampak nyata dalam perjumpaan Paulus dengan Kristus yang bangkit (Bea, 1975:15).
Pertobatan Paulus yang mendadak merupakan proses yang tidak bisa dipahami kalau
tidak ada peran Roh Kudus di dalamnya. Peran Roh Kudus lebih nyata ketika Paulus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
dibaptis oleh Ananias melalui penumpangan tangan (Kis 9:17). Perlu kita sadari bahwa
peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang beriman sangatlah vital sehingga manusia
harus menyiapkan diri untuk menerima Roh Kudus dan bersedia untuk dibimbingnya.
Hal ini didukung oleh teladan Paulus yang di katakan dalam suratnya kepada jemaat
Galatia yakni “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah kita juga dipimpin oleh Roh” (Gal.
5:25).
Hidup dalam Roh berarti hidup dengan mewujudkan perbuatan yang menghasilkan
buah Roh dan juga menolak keinginan-keinginan daging. Hidup dalam Roh juga berarti
memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus dengan cara menyerahkan kehendak pribadi
kepada Roh Kudus agar dituntun dan diarahkan sesuai dengan kehendakNya. Tubuh
kita bukan sepenuhnya milik kita tetapi adalah milik Tuhan (1 Kor 6:20). Oleh karena
itu Tuhan ingin memakai masing-masing pribadi yang telah dilingkupi oleh Roh Allah
untuk mewartakan SabdaNya (1Kor. 14:12).
c. Setia dalam Panggilan
Allah begitu murah hati, Ia berkenan memanggil orang berdosa untuk bertobat
sekaligus untuk menjadi juru bicara-Nya. Allah begitu baik, Ia telah memberikan
rahmat kepada para katekis dan memampukan mereka untuk dapat menjadi saksi-Nya
di dunia ini. Allah yang memanggil maka Allah pula yang berkarya. Allah juga akan
selalu mendukung dan menyertai para katekis. Maka katekis perlu menyadari hal ini
agar dapat menghidupi panggilannya dengan penuh rasa syukur dan berani mengatakan
di dalam Dia hanya ada kata ‘ya’ (2 Kor 1:19).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Semasa hidupnya, Paulus selalu menunjukkan kesetiaannya terhadap orang yang
mengutusnya. Sebelum Paulus bertemu dengan Yesus yang bangkit, Paulus terlebih
dahulu menunjukkan kesetiaannya kepada Mahkamah Agama yang memberi tugas
untuk menganiaya jemaat Kristus. Inilah yang menunjukkan bahwa Paulus setia dalam
panggilan. Setelah peristiwa pertobatannya, Paulus juga menunjukkan kesetiaannya
yakni dengan menuruti perintah Tuhan untuk masuk ke Damsyik dan menunggu di
sana selama tiga hari (Kis 9:9). Kesetiaan Paulus juga terlihat pada pewartaannya yang
penuh tantangan dan penolakan, bahkan hingga diusir dan dipenjarakan, tetapi Paulus
tetap bersemangat untuk memperkenalkan Kristus kepada orang-orang non Yahudi
(Gal 1:15-16). Paulus merasakan bahwa ini merupakan panggilan Tuhan yang tidak
dapat ditawar, maka harus dilaksanakan dengan sepenuh hati.
Dari berbagai pengalaman Paulus tersebut, katekis harus menyadari betapa
pentingnya kesetiaan dalam panggilan hidupnya. Agar mencapai kesetiaan katekis
perlu bertekun di dalam panggilannya, percaya bahwa Tuhan akan berkarya dalam
perutusan manusia, dan sepenuh hati untuk menggembalakan domba-domba-Nya.
Oleh karena Tuhan telah mengangkat kelemahan menjadi sebuah karya yang indah
maka katekis akan dibentuk Tuhan menjadi bejana yang indah. Bejana sebagai
penampung rahmat Tuhan untuk dibagikan kepada sesama yang rindu dan ingin
mengenal dan mencintai jalan hidup Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Kehidupan Rasul Paulus kini tidak lagi ditutupi oleh kegelapan, jalan hidupnya
kini merupakan jalan limpah kasih Tuhan. Maka dari itu, katekis perlu menyadari setiap
pergulatan dan tantangan memberikan hasil dari buah perjuangan hidup.
d. Pribadi yang Mencintai Umat
Paulus merupakan orang Yahudi yang termasuk pada golongan Farisi. Dalam
Kisah Para Rasul, Saulus muncul pertama kali sebagai seorang Yahudi fanatik yang
membenci dan menganiaya jemaat Kristen (Flp 3:6). Sebagai seorang Farisi, Paulus
memusuhi Injil Yesus Kristus. Hal ini disebabkan karena ketaatan Paulus terhadap
Taurat (Flp 3:6) serta keinginannya menjaga adat istiadat nenek moyang.
Setelah Paulus bertemu dengan Kristus yang bangkit dan hidupnya berubah total,
Paulus menjadi pribadi yang membangun umat. Paulus mewartakan Injil Kristus
kepada masyarakat non Yahudi dan seketika itu juga ia mendapat tekanan dari
masyarakat Yahudi. Tak peduli dengan apa yang akan dilakukan orang Yahudi itu
kepadanya, ia tetap mewartakan Injil Tuhan, sekalipun ia harus mengalami penolakan,
pengusiran, penganiayaan bahkan hingga dipenjarakan sekalipun.
Cinta Paulus kepada umatnya dibuktikan dengan tulisan dari beberapa suratnya,
misalnya: dalam pembuka surat Roma ia mengucap syukur atas umatnya (Rm.1: 8;
1Kor.1: 4; Flp 1: 3; Kol 1: 3; Tes 1:2). Bahkan ketika di dalam penjara pun Paulus
masih mengingatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Di dalam suratnya kepada umat di Efesus (Ef 1:15-23) Rasul Paulus mengucap
syukur atas iman dan perbuatan umat Rasul Paulus yang hidup dalam karunia Roh dan
menghayati kasih Allah. Karena cintanya kepada para umatnya, Rasul Paulus tidak
hanya mewartakan melalui kata-kata imannya tetapi Paulus juga turut hadir dan terlibat
dalam pewartaan kasih Allah melalui tindakan nyatanya yakni mendoakan dan
meneguhkan umat agar selalu hidup dengan Roh. Kehadiran Paulus membuktikan rasa
cintanya kepada umat dengan cara memberikan diri.
B. Pokok-Pokok Spiritualitas Katekis di Zaman Sekarang yang dapat
Ditemukan Berdasarkan Inspirasi Pertobatan Rasul Paulus
1. Katekis Mempunyai Iman yang Mendalam
Kehidupan rohani yang mendalam merupakan aspek yang paling penting dalam
kehidupan katekis (Adisusanto, 2012:14). Kehidupan rohani katekis didasarkan pada
iman dan cintanya kepada pribadi Yesus Kristus yang memanggil dan mengutusnya
untuk menjadi pewarta sabda-Nya. Dengan ini katekis diharapkan dapat menjadi
teladan serta agen dalam mengembangkan kehidupan iman umat agar lebih mendalam.
Para katekis sekarang ini dihadapkan pada tantangan zaman yang semakin rumit.
Tantangan zaman mengakibatkan menurunnya kehidupan rohani umat dan meniadakan
spiritualitas dalam diri katekis. Padahal katekis tidak bisa dipisahkan dari realitas
zaman, harapannya katekis dapat menghadapi, menyikapi serta menjawab berbagai
macam tantangan zaman dengan bijaksana dan kritis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Rasul Paulus telah mengalami Kristus yang hebat dalam hidupnya. Baginya
Kristus adalah segalanya. Dalam suratnya kepada umat di Filipi secara keseluruhan
dapat diketahui bahwa Paulus menjadikan Kristus sebagai yang utama dalam hidupnya.
Dalam surat Filipi 1:21 disebutkan yang menjadi prinsip hidup Paulus “karena bagiku
hidup adalah Kristus”. Rasul Paulus meneladankan bahwa Kristuslah yang menjadi
tujuan hidup manusia.
Iman yang mendalam harus dimiliki oleh para katekis. Dengan memiliki iman
yang mendalam, katekis mampu untuk menjawab dan menghadapi tantangan zaman
secara bijaksana. Tantangan zaman seperti: sekularisme, pendangkalan hidup dan
budaya instan, globalisasi budaya dan merebaknya kemiskinan dapat dihadapi jika
katekis dapat membawa dirinya beserta umatnya untuk memiliki iman yang mendalam.
Selain itu, katekis juga harus memiliki kreatifitas dan ketrampilan. Memunculkan
trobosan-trobosan dalam menanggapi kebutuhan masyarakat. Katekis juga bisa
mengajak masyarakat dalam mencari dan menemukan trobosan untuk memenuhi
kebutuhan bersama.
2. Katekis yang Mempunyai Integritas
Katekis merupakan ujung tombak Gereja. Tugas pokok seorang katekis adalah
mewartakan sabda Allah melalui pengajaran agama, berbagai pengalaman iman
Kristiani dan penghayatan hidup beriman sehari-hari (Hasil Pernas Katekis III,
2017:81). Selain mewartakan sabda Allah, tugas katekis adalah memberi kesaksian.
Dalam memberi kesaksian katekis dituntut untuk memiliki kesatuan dan keselarasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
pribadi katekis dengan pribadi Kristus sendiri. Kongregasi Evangelisasi Bangsa-
Bangsa mengatakan “yang pertama dan utama ialah pribadi Yesus sendiri”(CEP,
1997:45).
Memberi kesaksian iman bukan hanya menyampaikan ajaran atau ritual saja tetapi
memperkenalkan suatu Pribadi, yakni Yesus Kristus yang dipersaksikan sebagai Dia
yang telah menorehkan suatu pengalaman yang membawa sukacita dan perubahan
mendalam bagi hidup sang pewarta (Hasil Pernas Katekis III, 2017:86-87). Agar
kesaksian dapat bertumbuh dengan subur maka apa yang diwartakan sungguh dapat
dihidupi dalam keseharian katekis. Inilah yang dimaksud sebagai integritas. Oleh
karena apa yang diwartakan ialah Kristus, maka akhirnya integritas itu sepenuh hati,
setia dan tidak mencari pujian atau kehormatan untuk diri sendiri.
Dalam diri Paulus dapat dilihat teladan kerendahan hati. Paulus tidak mencari
pujian dari pelayanannya. Demi mewartakan Kristus Paulus rela menderita, diusir
bahkan dipenjarakan. Dari sinilah kesetiaan dan kepenuhan hati dapat diteladankan
oleh pribadi Paulus. Hal tersebut akan menjadi daya yang menyemangati serta
menggerakkan untuk menghadapi segala macam tantangan terutama tantangan zaman
seperti: sekularisme, ateisme, relativisme, keutuhan ciptaan dan lingkungan hidup.
3. Katekis Merupakan Saksi Iman yang Handal
Tugas pokok katekis sesuai dengan panggilannya yang khusus adalah untuk
mengajarkan katekese (CEP, 1997:18). Untuk menjalankan tugasnya, katekis perlu
bekerja sama dengan para pastor di paroki dimana katekis tersebut berkarya. Mengajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
katekese disini bukan hanya sekedar mengajar dengan kata-kata tetapi katekis dituntut
untuk memberikan kesaksian hidup. Memberi kesaksian iman akan Kristus tidak hanya
terbatas pada warga Gereja saja tetapi dalam lingkup masyarakat juga. Di dalam CEP
(1997:15) juga dikatakan bahwa “Setiap orang Katolik yang telah dibaptis secara
pribadi dipanggil oleh Roh Kudus untuk memberikan sumbangannya bagi kedatangan
Kerajaan Allah”. Sumbangan itu tidak melulu dalam lingkup Gereja saja tetapi setiap
umat beriman Kristiani terutama katekis wajib melibatkan diri dalam dinamika
masyarakat di mana ia tinggal.
Menghadapi situasi zaman yang berubah dengan cepat serta tantangan zaman
seperti: pluralisme, fundamentalisme, radikalisme yang kian berkembang, katekis juga
mempunyai peran untuk menjadi pembawa damai serta menjadi garam dan terang
dunia seperti yang dimaksudkan dalam kotbah Yesus di bukit (Mat 5:13-16). Katekis
hadir untuk memberi diri bagi masyarakat sekitar yang membutuhkan kedamaian sejati.
Selain itu katekis juga diharapkan dapat menjadi saksi iman di tengah umat yang
beraneka ragam.
Menjadi saksi iman yang handal tidaklah mudah. Bersaksi iman berarti
memperkenalkan pribadi Yesus Kristus melalui pengalaman hidup yang selalu
dibimbing serta diselamatkan oleh Yesus. Bersaksi tentang seorang Pribadi bukan
tentang ajaran atau norma. Yesus Kristus dipersaksikan sebagai Dia yang telah
menorehkan suatu pengalaman sukacita yang membawa perubahan mendalam dalam
hidup sang pewarta (Hasil Pernas Katekis III, 2017:87). Katekis harus menjadikan
sabda itu milik mereka sendiri dan menghayatinya di dalam hidup sehari-hari. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
didukung dalam CEP (1997:26) yang mengatakan bahwa “karya para katekis
melibatkan seluruh hidupnya”. Maksudnya ialah yang diajarkan katekis tidak melulu
ajaran agama tetapi bagaimana yang diajarkan itu juga dihidupi.
Tugas utama katekis adalah menyampaikan sabda Tuhan kepada umat yang hidup
dalam situasi, tempat dan budaya tertentu (Adisusanto, 2012:15). Disamping
pengetahuan yang memadai, katekis juga harus mempunyai ketrampilan berefleksi dan
berkomunikasi (KWI, 2005:135). Selanjutnya katekis juga diharapkan untuk memiliki
kekayaan-kekayaan rohani, misalnya: perlu membiasakan diri untuk hidup yang
berakar pada tradisi Katolik, serta kedalaman hidup rohani. Hal ini yang akan menjadi
bekal para katekis dalam mewartakan Kristus.
4. Mengandalkan Karya Tuhan Bukan Kemampuan Diri
Di dalam kehidupan manusia, Allah tiada henti memberikan rejeki, pertolongan
dan kekuatan untuk hidup. Hal itu sering dimaknai oleh manusia sebagai kelebihan
yang ada pada pribadinya. Manusia lupa untuk menyerahkan diri serta usahanya
kepada Tuhan. Manusia lupa bahwa di dalam dirinya Tuhanlah yang selalu bekerja.
Kesuksesan, keuntungan tidak lain karena Tuhan ikut serta berkarya. Jerry Bridges
(2000:179) mengatakan bahwa manusia zaman sekarang hidup dalam dunia yang
memuja kebebasan dan kemandirian. Hal ini menyebabkan manusia individualis dan
sombong, bukan hanya kepada sesama tetapi juga kepada sang penciptanya.
Di dalam kompleksitas masalah yang dialami oleh masing-masing manusia,
sedikit manusia yang sadar akan kelemahannya kemudian berserah kepada Tuhan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
mengandalkannya dalam setiap proses kehidupan. “Saya adalah tuan atas nasibku; saya
adalah kapten dari jiwaku” Jerry Bridges (2000:179) begitulah semboyan masyarakat
sekitar. Semboyan tersebut tampaknya sudak berakar pada setiap masyarakat sehingga
mereka sering mengandalkan kekuatannya sendiri dalam melakukan berbagai macam
kegiatan bahkan kegiatan yang sangat membutuhkan pilihan serta menentukan
hidupnya. Maka dari itu Allah mengajarkan kepada manusia kesulitan, kesusahan,
kelemahan agar manusia dapat mengandalkan Tuhan, bersandar pada-Nya.
Rasul Paulus merupakan teladan manusia untuk selalu mengandalkan hidup pada
kuasa Tuhan. Tantangan, penderitaan dan pengalaman yang mengecewakan yang
dialami oleh Rasul Paulus membawanya untuk beserah penuh kepada Tuhan.
Penderitaan yang dialami menyadarkan dia bahwa keberhasilan dalam membangun
umat itu didapat bukan karena kepandaiannya tetapi Kristuslah yang berkarya di dalam
dia.
Mengandalkan diri kepada Allah seperti yang telah diteladankan oleh Rasul Paulus
menjadi kunci utama manusia untuk merasakan kasih Allah yang begitu luar biasa. Hal
ini juga dapat menjadi pegangan umat terutama para katekis ketika menghadapi zaman
yang semakin berkembang cepat dan membawa dampak-dampak yang berakibat buruk
pada karya pelayanan. Tantangan-tantangan itu diantaranya pendangkalan hidup dan
budaya instan, konsumerisme yang menyebabkan kemiskinan, globalisasi budaya,
keutuhan ciptaan dan lingkungan hidup dan fundamentalisme. Maka dalam
mengandalkan Allah dibutuhkan sikap penyerahan diri. Sikap penyerahan diri menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
bukti untuk menunjukkan iman, ketaatan dan kepercayaannya kepada Kristus. Dengan
sikap ini katekis dapat menghadapi tantangan zaman dengan bijaksana dan kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
BAB V
PENUTUP
Dalam usaha mencapai maksud penulisan skripsi yang berjudul “Menggali
Inspirasi dari Pertobatan Rasul Paulus demi Meningkatkan Spiritualitas
Katekis Zaman Sekarang”, pada bab V ini penulis akan menyampaikan
kesimpulan yang dapat memudahkan pemahaman terhadap seluruh karya tulis ini
dan juga memaparkan beberapa saran untuk meningkatkan semangat pelayanan
katekis zaman sekarang.
A. Kesimpulan
Paulus merupakan tokoh penting dalam Gereja serta dalam tradisi kekristenan.
Paulus yang dahulu bernama Saulus merupakan seorang Yahudi, termasuk
golongan orang Farisi. Paulus juga merupakan seorang tokoh yang memelihara adat
istiadat nenek moyang dan taat dengan Taurat. Dari ayahnya ia mewarisi
kewarganegaraan Romawi, dan dididik dalam budaya Yunani.
Saulus muncul pertama kali sebagai seorang Yahudi fanatik yang mengejar-
ngejar jemaat Kristen. Pada saat Saulus melakukan pengejaran jemaat ke Damsyik,
Saulus bertemu dengan Yesus yang bangkit. Yesus merebahkan Saulus ke tanah
dan seketika itu muncul cahaya yang menyilaukan yang membuat Saulus menjadi
buta. Belum sempat mengerti akan pancaran cahaya itu, terdengarlah suara yang
menyapanya. Unsur cahaya dan suara yang dialami Saulus membuat Saulus
merenungkan pergulatan hidupnya. Pergulatan hidup tersebut yang membawa
Saulus kepada perubahan hidup yakni menjadi pewarta Kristus. Inilah buah dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
pertobatannya yang khas. Setelah pertobatannya, Paulus dihadapkan dengan
berbagai macam tantangan yang harus ia hadapi, misalnya: adanya perlawanan dari
pihak Yahudi, ditolak, diusir bahkan dipenjarakan. Tetapi Paulus percaya bahwa
Kristus akan membimbing dia, memampukannya untuk mewartakan Injil. Maka ia
tak gentar untuk mewartakan Injil ke seluruh penjuru dunia.
Katekis mempunyai peran vital bagi perkembangan Gereja. Kehadirannya
untuk melayani umat sepenuh hati selalu dirindukan oleh Gereja sampai saat ini.
Akan tetapi, tantangan zaman yang kompleks membawa dampak bagi pelayanan
para katekis. Tantangan zaman tersebut haruslah segera disikapi oleh para katekis
secara bijaksana dan kritis. Oleh karena itu, maka sangatlah tepat bagi katekis untuk
menimba inspirasi dari Rasul Paulus agar dapat menanggapi tantangan zaman
dengan bijaksana.
Inspirasi yang dapat dipelajari oleh katekis dari sosok Rasul Paulus adalah
memiliki iman yang mendalam, katekis memiliki integritas kemudian katekis
menjadi saksi iman yang handal dan katekis juga mampu mengandalkan hidup
kepada Allah Sang Penyelenggara kehidupan.
B. Saran
Berikut ini penulis menyampaikan saran kepada:
1. Para katekis yang masih berkarya agar dapat menggali inspirasi dari sumber
lain dan tidak hanya terbatas oleh pemaparan penulis, masih banyak inspirasi
lain yang dapat digali sesuai kebutuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
2. Para pastor paroki diharapkan juga untuk selalu mendampingi dan memotivasi
para katekis di paroki tersebut agar pelayanan yang diberikan dapat sesuai
dengan apa yang menjadi tujuan bersama.
3. Lebih baik jika diakan retret atau rekoleksi bagi para katekis dengan tujuan
untuk memperdalam spiritualitas sebagai katekis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Barclay, William. (1985). Duta Bagi Kristus. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Bea, Agustinus. (1975). Paulus yang Tertangkap Kristus. Flores: Nusa Indah
Bergant, Dianne dan Robert J Karris (ed.). (2006). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru.
Yogyakarta: Kanisius
Bridges, Jerry. (2000). Berserah Kepada Tuhan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Darmaatmadja. (1997). Sekilas Bersama Paulus. Yogyakarta: Kanisius.
________. (2017). “Menjadi Sumur Iman yang Siap Ditimba” dalam Praedicamus,
h.108
Dewan Karya Pastoral KAS. (2014). Direktorum Formatio Iman, Menjadi Katolik
Cerdas-Tangguh dan Misioner Sejak Dini Sampai Mati. Semarang:
Keuskupan Agung Semarang
Didik Bagiyowinadi, F.X. (2012). Identitas dan Spiritualitas Katekis. Yogyakarta:
Yayasan Pustaka Nusata.
Dixon, R. (1981). Tafsiran Kisah Para Rasul. Malang: Gandum Mas.
Eko Riyadi, St. (2012). Hidup dalam Kristus. Yogyakarta: Kanisius.
Fransiskus. (2015). Evangelii Gaudium, Seri Dokumen Gerejawi No 94 (F.X.
Adisusanto & Bernadeta Harini Tri Prasasti, Penerjemah). Jakarta:
Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja
Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan tahun 2013)
________. (2017) “Dari Paus Fransiskus untuk Para Katekis” dalam Praedicamus,
h. 157
Hari Kustono, Antonius. (2012). Paulus dari Tarsus. Yogyakarta: Kanisius.
Hendro Budiyanto, St. (2011). Menjadi Katekis Volunter. Yogyakarta: Kanisius.
Heryatno Wono Wulung, FX. (2014) Diktat PAK Sekolah Universitas Sanata
Dharma. Yogyakarta. manuscrip
________. (ed). Secercah Lentera Kehidupan. (2012). Yogyakarta: Kanisius.
Jacobs, Tom. (2012). Paulus. Yogyakarta: Kanisius.
Kitab Hukum Kanonik. (1983). Dokumen Kitab Hukum Kanonik. Jakarta:
Konferensi Waligereja Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1983)
Komkat KWI. (2017). “Pertemuan Nasional Katekis III” dalam Praedicamus.
h.80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Konferensi Waligereja Indonesia. (2012). Iman Katolik: Buku Referensi dan
Informasi. Yogyakarta: Kanisius.
Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-bangsa. CEP. (2001). Pedoman untuk
Katekis.(Komisi Kateketik KWI, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius.
Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana,
Penerjemah). Jakarta: Obor (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966).
Kotan, Daniel Boli (2011) “Identitas, Panggilan danSpiritualitas Katekis” dalam
Praedicamus, Vol X, Edisi Juli - September. h. 15
Kristanto, J (ed). Bermenung Bersama Santo Paulus Guru Bangsa-Bangsa. (2012).
Yogyakarta: Kanisius.
Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius.
_______. (2009) “Kepribadian dan Spiritualitas katekis dalam Tantangan Zaman”
dalam Praedicamus, Vol VIII, Edisi Januari-Maret. h.12
Lembaga Alkitab Indonesia (2001). Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: LAI
_______. (1997). Tafsir Perjanjian Baru 3 Kisah Para Rasul. Yogyakarta:
Kanisius.
_______. (1983). Tafsir Perjanjian Baru 6 Surat-surat Paulus 1. Yogyakarta:
Kanisius.
_______. (1985). Tafsir Perjanjian Baru 7 Surat-surat Paulus 2. Yogyakarta:
Kanisius
_______. (1988). Tafsir Perjanjian Baru 8 Surat-surat Paulus 3. Yogyakarta:
Kanisius.
Martini, CM. (1989). Kesaksian Santo Paulus. Yogyakarta: Kanisius.
Nurwidi Pranoto, M. (2017) “Keluarga Misioner dalam Multikulturalisme
Indonesia” dalam Praedicamus, h.90.
Pertemuan Nasional Katekis II (2005). Identitas Katekis di Tengah Arus
Perubahan Jaman. Jakarta: Komisi Kateketik KWI.
Purwa Hadiwardoyo, Al.( 2012). Warisan Paulus bagi Umat. Yogyakarta:
Kanisius.
________. (2011). Pertobatan dalam Tradisi Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
Rangkuman dan Rekomendasi Pertemuan Nasional Katekis III. (2015). Jakarta:
Komisi Kateketik KWI.
Suharyo, Ignatius. (2012). Menjadi Manusia Dewasa. Yogyakarta: Kanisius.
Van Den Brink, Ds. (1960). Tafsir Kisah Para Rasul. Jakarta: Badan Penerbit
Kristen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae, Seri Dokumen Gerejawi No 28,
Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi
Waligereja Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979)
________. (2015). Redemptoris Missio, Seri Dokumen Gerejawi No 14, Jakarta:
Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja
Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1990)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI