menggugat hari kesaktian pancasila -...
TRANSCRIPT
1
Menggugat “Hari Kesaktian PANCASILA”
Roeslan: Dengan sikap yang mendua ini. saya menilai bahwa Jokowi bukanlah Seorang
pemimpin yang dapat dijadikan sebagai panutan, yang satunya kata-kata dan perbuatan.
Nesare: presiden yang seperti apa yang bung inginkan yang ada di Indonesia? Saya
menangkap pesan bung yang kelihatan ingin melihat presiden yang langsung yg
mengatakan iya thd Pancasila 1 juni, tidak kpd Pancasila 1 oktober. Begitu juga dari tulisan2
bung yang lain2 yang menginginkan NKRI seperti ini dan itu. Bung tidak melihat
menginginkan NKRI begini dan begitu itu tantangannya banyak. Bung Karno pun jatuh krn
dihajar habis2an. Saya pernah diskusi dengan yohanes sulaiman muridnya bill liddle dari
ohio state columbus dalam membela bung karno krn dikatakan bung karno goblok dalam
menata ekonomi Indonesia. Sebetulnya bukan begitu ceritanya. Sejarah yg saya pahami
adalah bung karno dikepung habis2an. Ini yg persis dikatakan oleh pak pram: “kita
dikepung”. Nah ketika seseorang tidak mampu melihat gambaran luasnya dan hanya
berkutak katik dalam hal yang kecil, dia akan terperangkap dalam metaphora yg penuh
dengan gambar2 imaginasi. Begitu juga ketika para pemuda yang menurunkan bung karno
itu tidak mampu melihat gambar besarnya shg yel yel tritura dan bung karno komunis
dikumandangkan oleh militer.
Roeslan: Lain halnya dengan almarhum Gus Dur, Gus Dur adalah seorang pejuang nasional,
yang berani mengorbankan kepentingan diri beliau demi kepentingan Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia. Gus Dur berani memecat Jendral militer fasis Wiranto
pedukung paling setia terhadap jendral militer fasis (TNI AD) Soeharto dari kedudukannya
sebagai penguasa tertinggi TNI (KSAD) . Gus Dur berani menuntut penghapusan Tap
MPRS XXV/1966, Gus Dur berani melenyapkan upacara sumpah setia didepan tugu
Kesaktian Pancasila; tanpa takut pada dampaknya yang bisa menyebabkan pengulingan
beliau sebagai Presiden NKRI. Penomena Gus Dur inilah yang kini tealah mempunyai andil
besar untuk membuka mata masyarakat kita untuk melihat kebohongan, dan pengkhianatan
rezim Orde baru terhadap Proklamasi Kemerdekaan nasional kita.
Nesare: hasilnya apa? Gus dur jatuh! Apakah ini yang ingin bung lihat utk presiden,
pemimpin2 indonesia nantinya? Kalau iya, artinya NKRI yang ingin bung lihat di jaman bung
Karno itu saya yakin tidak akan terjadi. Kenapa? Karena bung tidak mau melihat taktis
dalam menjalankan roda pemerintahan. Bung hanya mau melihat hasilnya. Sedangkan
hasil2 yang bung lihat: gus dur memecat wiranto, keinginan gus dur mencabut tap MPRS
XXV, gus dur tidak merayakan pancasil 1 oktober dst. Hasil2 ini ada korbannya: yaitu Gus
2
Dur dilengserkan! Bagi saya proses politik tidak semudah sebagian rakyat harapkan. Ada
pengorbanan yang harus dilalui. Saya yakin bung tahu bagaimana bung Karno bermuka dua,
mungkin bermuka 10 atau ada yang menyebutnya sebagai pembohong, diktator dlsbg
dalam membawa rakyat Indonesia merdeka dari mengelabui penjajah sampai ke rakyat
sendiri.
Roeslan: Lalu bagaimana dengan pendapat bung tentang Jokowi, yang telah mengangkat
Jendral militer fasis (TNI AD) Wiranto sebagai POLHUKAM, yang membendung
penyelesaian secara mendasar Genosida 1965-1966. Ini tercermin dalam penolakan rezim
Jokowi terhadap IPT (International People Tribun) Denhag 2016, dan penolakan rezim
Jokowi terhadap Symposium Tragedi 1955, yang diprakarsai oleh Letjen (Purn) Agus
Widjojo Gebernur Lembaga Pertahanan Nasional. Sungguh naaif jika bung juga ikutan
menolak dua penomena sejarah tersebut.
Nesare: itu pendapat bung. Saya melihat pengangkata wiranto adalah taktis politis saja
dalam merangkul semua kalangan. Jelas sekali keinginan Jokowi itu adalah “kerja”. Kalau
ada hambatan kerjanya itu susah! Lihat golkar sudah didiamkan walaupun cercaan yang
digunakan oleh lawan politiknya bergaung keras (Jokowi membela bakrie, papa minta
saham setya novanto dll). Sayang bung tidak bisa melihat gambaran besarnya. Bung
terpaku pada 1, 2 aksinya Jokowi.
Nesare: Saya juga setuju pemerintahan Jokowi adalah kapitalisme dan neolib. Pertanyaan
saya adalah siapa yang bisa merubah wajah kapitalisme dan neolib ini? jangankan di
Indonesia, diseluruh dunia sekarang ini juga wajahnya adalah kapitalisme dan neolib! Apa
yang ingin bung inginkan dari NKRI ini? NKRI seperti Tatiana, bung karno atau apa? Tatiana
jelas sekali pandangan kirinya yang saya sangat hargai. Pandangan Tatiana tidak sama
dengan bung karno. Bung karno tidak membenci kapitalisme. Bung karno bukan komunis.
Apa pandangan bung? Ini konteks ideology yang saya bilang saya tidak setuju dan
pertanyakan kepada bung sunny dan saya berani berargumen bahwa Jokowi tidak
seideologi dengan soeharto baik dari segi Pancasila maupun kapitalisme dan neolib! Ini
argument saya utk kapitalisme/neolib. (kutipan selesai ;dasar kuning dan huruf tebal dari
saya)
Roeslan : Pandangan bung tentang NKRI seperti yang sayakutib diatas, saya tanggapi
sebagai seorang pengikut faham Pasivisme, menyerah pada apa saja yang sudah terjadi.
Menurut penangkapan saya, seluruh Rakyat Indonesia yang cinta terhadap NKRI dituntut
untuk melakukan tujuan Prolkamasi Kemerdekaan. Karena Prolkamasi kemerdekaan kita
adalah merupakan kulminasi tuntutan-tuntutan kultural yaitu: Pembebasan (Kemerdekaan
3
sejati), Demokrasi Pancasila, harga diri dan jati diri sebagai bangsa yang mandiri dalam
suatu NKRI. Jadi Proklamasi kemerdekaan adalah merupakan tugas politik yang erat
kaitannya dengan misi-misi kultural, untuk mengangkat harkat dan martabat
manusia-manusia Indonesia. Proklamasi kita mengabsahkan dan memberi dimensi bagi
misi-misi kultural tersebut diatas.
Nesare: saya tidak pernah tahu ada faham pasivisme dalam politik. Yg saya tahu adalah
dalam agama yg berarti: cinta perdamaian seperti ahimsanya orang budha dan hindu dalam
arti: against war, kekerasan dll. Saya tidak tahu dimana bung bisa beranggapan saya pasif
dalam artinya menyerah begitu saja. Saya yakin jokowi itu kiri tetapi kirinya jokowi bukan
seperti kirinya lenin atau tatiana dan bung. Ini saja perbedaannya. Ketika bung melabelkan
jokowi sbg kapitalis, neolib dalam arti sangat kanan, saya berani bilang bung salah! Tetapi
jikalau bung mengatakan jokowi adalah kapitalis itu saya mengerti dan setujui. Ini yang saya
coba sampaikan bahwa dunia ini semuanya sudah kapitalis. Tempo hari rizal ramli juga
ngomong begitu: siapa yg tidak kapitalis?!! Munafik saja yang ngomong begitu??!!! Saya
mendukung jokowi krn dia jujur. Dia mau kerja. Program2nya sudah benar.
Bikin landasan yg kuat buat NKRI nantinya. Saya tidak pernah mimpi jokowi akan bikin
rupiah balik Rp. 2000. Yg mau begini adalah orang2 yg tidak mengerti ilmu ekonomi. Saya
sangat mengerti dalam menjalankan suatu perusahaan yg sangat rumit. Tantangan2nya
banyak. Ketika seseorang hanya terpaku didalam perusahaannya saja akan jatuh kalau
tidak dapat mengendalikan tantangan dari luar. Tidak penting bagaimana hebatnya dalam
managing perusahaan dari dalam tetapi tantangan dari luar dapat mematikan suatu
perusahaan dalam waktu singkat. Ini yg terjadi dengan blackberry dll yg tidak mengikuti
variabel dari luar. Suatu negara tidak akan bisa maju kedepan tanpa melihat tantangan2
diluar negerinya. NKRI itu tantangan2nya luar biasa banyaknya. Jangankan yg dari dalam
(masalah kebangsaan, separasi, korupsi dll), tantangan dari luar yg tidak kelihatan sangat
besar.
Roeslan: Saya tidak akan menguraikan 5 bagian dari Revolusi Indonesia, dalam konteksa
ini menurut pengamatan saya, Bung Karno memang membiarkan kapitalisme, yang
ditolak oleh bung Karno adalah menempatkan kedaulatan kapitalisme diatas kedaulatan
Rakyat. Juga dalam memahami Pasal 33 UUD 45. Perlu ditegaskan disini bahwa Pasal 33
UUD 45 tidak menolak sistem ekonomi pasar bebas kapitalis. Yang ditolak adalah
menempatkan sistem ekonomi pasar bebas kapitalis, lebih menggungguli kedaulatan
Rakyat, seperti yang kita saksikan dalam kasus BBM, dimana harga BBM di Indonesia
ditentukan oleh mekanisme politik pasar bebas di New York, ini berarti sistem ekonomi
pasar bebas kapitalis, lebih menggungguli kedaulatan Rakyat.
4
Nesare: bung disatu pihak bilang bung karno membiarkan kapitalisme, tetapi dilain pihak
bilang bung karno menolak ekonomi pasar bebas kapitalisme. Saya setuju dengan anti
kapitalisme krn harus diatas kedaulatan rakyat, tetapi dengan kalimat kontras itu
mepertentangkan antara kapitalisme dengan ekonomi pasar bebas. Bagi saya kapitalisme
itu = pasar bebas. Sekurang2nya begitulah teorinya. Praktik dilapangan juga begitu dan
sangat berlebihan. Disinilah gugatan atas kerakusan kapitalisme sah dilakukan! Ini yg
kelihatan bung gugat tetapi bukan kapitalisme tidak sama dengan pasar bebas.
Saya merasa dalam bhs inggris you imply bung mencelah Jokowi menganut pasar bebas
dan bung karno setuju kapitalisme. Apakah ini benar? Kalau benar bung menuduh Jokowi
menganut pasar bebas itu saya setujui. Begitu juga saya setuju bung karno bukan anti
kapitalisme/pasar bebas. Tetapi ketika bung menuduh Jokowi tidak melihat kedaulatan
rakyat, bung terlalu gegabah! Ketika infrastruktur yang adalah modal utama dalam
menggerakkan ekonomi. Tidak ada negara didunia ini bisa maju ekonominya tanpa sarana
dan prasarana yang memadai. Tidak ada! Seperti rumah itu tidak akan bisa berdiri kokoh
tanpa fondasi yang kuat.
Yang lain yg tidak saya komentari biasanya saya setuju dan saya anggap tidak penting utk
dikomentari utk menyingkat waktu.
Salam
Nesare
From: roeslan [mailto:[email protected]]
Sent: Wednesday, October 5, 2016 10:38 AM
Bls. Roeslan : Ini yang bung tulis dalam komentar bung dalam menanggapi
tulisana saya :
Nasere : ada 2 klaim bung roeslan yg tidak disetujuinya. Pertama Pancasila 1 juni.
Kedua: ideology neolib.
Yang mana yang bung setujui: Jokowi seideologi dengan Suharto karena tidak menerima
Pancasila 1 juni ataukah mereka sama2 berideologi neolib?
Ataukah bung ada ideology yang lain yg luput dari mata saya dalam membaca tulisan bung
5
Roeslan? (kutipan selesai)
Nesare: saya mengerti opini bung yang setuju/pro Pancasila 1 juni dan saya juga mengerti
opini bung yang tidak setuju dengan kesaktian pancasilanya orba . Dan saya sependapat
dalam hal ini. Saya tanya bung sunny ttg Pancasila itu krn saya mengatakan saya tidak
setuju ketika siapapun presiden Indonesia termasuk Jokowi dituduh sebagai satu ideology
dengan soeharto karena merayakan kesaktian Pancasila. Bung sudah tahu belum lama ini
juni 2016 jokowi sudah mengkepreskan 1 juni sebagai hari lahir Pancasila? Saya yakin
Jokowi mengikuti perayaan hari kesaktian Pancasila 1 oktober itu adalah taktis saja untuk
mendekati militer. Bung ini apakah buta bahwa militer itu masih begitu berkuasanya?!
Apakah bung juga tidak tahu Gus Dur jatuh itu salah satu penyebabnya adalah kekuatan
militer ini?! bagaimana bisa Jokowi yang sudah menetapkan 1 juni sebagai hari libur
nasional dikatakan seideologi dengan soeharto? Bung mengerti tidak konsekwensi kepres
nya ttg 1 juni ini dimata militer?! (latar belakang kunung dari saya)
Roeslan : Jokowi menurut pengamatan saya, beliau adalah seorang yang bermuka
dua. Disatu pihak kata-katanya mendukung Pancasila 1 Juni 1945 ciptaan Bung
Karno, Dan dipihak lain medukung Kesaktian Pancasila ciptaan jendral militer
fasis (TNI AD) Soeharto, yang digunakan sebagai payung hukum yang sakti untuk
melakukan Genosida di NKRI; Dan untuk meluruskan jalannya kudeta merangkak
dalam usahanya merebut kekuasaan politik di NKRI, dan membunuh Bung Karno
secara keji sesuai dengan untutan Imperialisme AS.
Dari sini akal sehat yang jujur pasti akan dapat melihat adanya dua penomena
yang sangat antagonis. Yang satu (Pancasila 1 Juni 1945) berjiwa perjuangan
untuk mejalankan tuntutan-tuntutan kulturan Proklamasi kemerdekaan RI; yaitu :
Kemerdekaan sejati, Domokrasi sejati, emansipasi,harga diri dan jati diri
sebagai bangsa yang mandiri dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
Yang kedua (Kesaktian Pancasila) berusaha untuk melakunan Genosida
(1965-1966), dan pembunuhan keji terhadap Presiden Soekarno sebagai Presiden
NKRI yang sah. Kemudian mejual semua kekayaan alam bumi Indonesia demi
menuruti kepnteingannya sendiri dan kroni-kroninya. Ini adalah fakta sejarah
yang tak terbantahkan, yang menunjukkan bahwa antara Pancasila 1 juni 1945
dan Kesaktian pancasia tidak dapat disamakan atau disejajarkan, karena sangat
berbeda kepentingannya dilihat dari sudut pandang Proklamasi Kemerdekaan
6
bangsa Indonesia 17 Agustus 945.
Dalam konteks ini saya ̀ `melihat`` bahwa dukungan Jokowi tanpa reserve terhadap
Kesaktian Pancasila Soeharto hanya sebagai taktik, seperti yang bung katakan,
itu ada betulnya, tapi banyak negatifnya terhadap pejuangan rakyat Indonesia
yang menuntut untuk tercapainya penuntasan tragedi kemanusiaan (Genosida
1965-1966), sampai keakar-akarnya. Harapan ini telah tertutup (jalan buntu)
setealah Jendral militer fasis (TNI AD) Wiranto ditempatkan dalam posisi sebagai
mentri POLHUKAM. Menaggapi penomena Wiranto sebagai memtri POHUKAM,
maka saya berpendapat bahwa kesetiaan Jokowi terhadap Kesaktian Pancasila
hanyalah taktik untuk mengamankan kepentingannya sendiri sebagai RI 1, dalam
menghadapi jendral-jendral militer fasis yang dia pasang sendiri disekelilingnya,
yang telah dipilihnya sebagai pembantu-pembantunya. Jadi kebijakan Jokowi
yang menjadikan 1 Juni sebagai hari besar nasional hanyalah kamuflase, untuk
menipu rakyat (janagn dilebih-libihkan). Secara filsawat, dalam konteks ini dapat
dikataakan bahwa ada sesuatu yang tidak baik buat diri Jokowi sendiri (an sich),
dalam kontek menjadikan 1 Juni sebagai hari besar nasional.
Dengan sikap yang mendua ini. saya menilai bahwa Jokowi bukanlah
Seorang pemimpin yang dapat dijadikan sebagai panutan, yang satunya
kata-kata dan perbuatan.
Lain halnya dengan almarhum Gus Dur, Gus Dur adalah seorang pejuang nasional,
yang berani mengorbankan kepentingan diri beliau demi kepentingan Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia. Gus Dur berani memecat Jendral militer fasis
Wiranto pedukung paling setia terhadap jendral militer fasis (TNI AD) Soeharto dari
kedudukannya sebagai penguasa tertinggi TNI (KSAD) . Gus Dur berani menuntut
penghapusan Tap MPRS XXV/1966, Gus Dur berani melenyapkan upacara
sumpah setia didepan tugu Kesaktian Pancasila; tanpa takut pada dampaknya
yang bisa menyebabkan pengulingan beliau sebagai Presiden NKRI. Penomena
Gus Dur inilah yang kini tealah mempunyai andil besar untuk membuka mata
masyarakat kita untuk melihat kebohongan, dan pengkhianatan rezim Orde baru
terhadap Proklamasi Kemerdekaan nasional kita.
Lalu bagaimana dengan pendapat bung tentang Jokowi, yang telah mengangkat
Jendral militer fasis (TNI AD) Wiranto sebagai POLHUKAM, yang membendung
penyelesaian secara mendasar Genosida 1965-1966. Ini tercermin dalam
penolakan rezim Jokowi terhadap IPT (International People Tribun) Denhag 2016,
dan penolakan rezim Jokowi terhadap Symposium Tragedi 1955, yang diprakarsai
7
oleh Letjen (Purn) Agus Widjojo Gebernur Lembaga Pertahanan Nasional. Sungguh
naaif jika bung juga ikutan menolak dua penomena sejarah tersebut.
Tentang Bung karno : Bung menulis, saya kutip:
…………… Saya juga setuju pemerintahan Jokowi adalah kapitalisme dan neolib.
Pertanyaan saya adalah siapa yang bisa merubah wajah kapitalisme dan neolib ini?
jangankan di Indonesia, diseluruh dunia sekarang ini juga wajahnya adalah kapitalisme dan
neolib! Apa yang ingin bung inginkan dari NKRI ini? NKRI seperti Tatiana, bung karno atau
apa? Tatiana jelas sekali pandangan kirinya yang saya sangat hargai. Pandangan Tatiana
tidak sama dengan bung karno. Bung karno tidak membenci kapitalisme. Bung karno
bukan komunis. Apa pandangan bung? Ini konteks ideology yang saya bilang saya tidak
setuju dan pertanyakan kepada bung sunny dan saya berani berargumen bahwa Jokowi
tidak seideologi dengan soeharto baik dari segi Pancasila maupun kapitalisme dan neolib!
Ini argument saya utk kapitalisme/neolib. (kutipan selesai ;dasar kuning dan huruf tebal
dari saya)
Roeslan : Pandangan bung tentang NKRI seperti yang sayakutib diatas, saya
tanggapi sebagai seorang pengikut faham Pasivisme, menyerah pada apa saja yang
sudah terjadi. Menurut penangkapan saya, seluruh Rakyat Indonesia yang cinta
terhadap NKRI dituntut untuk melakukan tujuan Prolkamasi Kemerdekaan.
Karena Prolkamasi kemerdekaan kita adalah merupakan kulminasi
tuntutan-tuntutan kultural yaitu: Pembebasan (Kemerdekaan sejati),
Demokrasi Pancasila, harga diri dan jati diri sebagai bangsa yang mandiri
dalam suatu NKRI. Jadi Proklamasi kemerdekaan adalah merupakan tugas
politik yang erat kaitannya dengan misi-misi kultural, untuk mengangkat
harkat dan martabat manusia-manusia Indonesia. Proklamasi kita
mengabsahkan dan memberi dimensi bagi misi-misi kultural tersebut diatas.
Tatiana dan Bung Karno.
Bahwa pendapt Tatiana tidak sama dengan pendapat Bung Karno itu bisa saja,
namun demikian kita harus juga melihat konteksnya, yaitu dalam konteks
apa yang sedang di diskusikan, karena Revolusi Indonesia itu dibagi-bagi dalam 5
Tingkatan, yang meliputi Persoalan-persoalan pokok Revolusi Indonesia, yaitu:
1. Dasar/Tujuan dan kewajiban-kewajiban Revilusi Indonesia
2. Kekuatan-kekuatan Sosial Revolusi Indonesia
3. Sifat Revolusi Indonesia
4. hari depan Revolusi Indonesia
8
5. Musuh-musuh Revolusi Indonesia.
Dalam tingkatan yang ketiga, yaitu dalam konteks Sifat Revolusi Indonesia, Bung
karno jelas mengatakan bahwa: Revolusi Indonesia bukanlah Revolusi prolletar
model 1917 di Rusia. Kewajiban Revolusi Inndonesia bukan mendirikan
kekuasaan kaum kapitalis untuk menindas rakyat pekerja dan bukan
mendirikan rezim kediktatoran yang manapun. Dalam konteks ini jelas
Bung Karno menentang keras kapitalisme.
Saya tidak akan menguraikan 5 bagian dari Revolusi Indonesia, dalam konteksa ini
menurut pengamatan saya, Bung Karno memang membiarkan kapitalisme, yang
ditolak oleh bung Karno adalah menempatkan kedaulatan kapitalisme diatas
kedaulatan Rakyat. Juga dalam memahami Pasal 33 UUD 45. Perlu ditegaskan
disini bahwa Pasal 33 UUD 45 tidak menolak sistem ekonomi pasar bebas
kapitalis. Yang ditolak adalah menempatkan sistem ekonomi pasar bebas
kapitalis, lebih menggungguli kedaulatan Rakyat, seperti yang kita saksikan
dalam kasus BBM, dimana harga BBM di Indonesia ditentukan oleh mekanisme
politik pasar bebas di New York, ini berarti sistem ekonomi pasar bebas kapitalis,
lebih menggungguli kedaulatan Rakyat.
Roeslan.
Von: [email protected] [mailto:[email protected]]
Gesendet: Dienstag, 4. Oktober 2016 00:29
Roeslan: Dalam tulisan bung , yang saya beri latar belakang warna kuning, terkesan kuat
bahwa bung secara sengaja hendak memanipulasi tulisan saya, dengan cara
mengaburkan antara Pancsila 1 Juni 1945, dengan Kesaktian Pancasila ciptaan orde
baru; Yang dua-duanya bung tanggapi sebagai Pancasila titik.
Nesare: saya mengerti opini bung yang setuju/pro Pancasila 1 juni dan saya juga mengerti
opini bung yang tidak setuju dengan kesaktian pancasilanya orba . Dan saya sependapat
dalam hal ini. Saya tanya bung sunny ttg Pancasila itu krn saya mengatakan saya tidak
setuju ketika siapapun presiden Indonesia termasuk Jokowi dituduh sebagai satu ideology
dengan soeharto karena merayakan kesaktian Pancasila. Bung sudah tahu belum lama ini
9
juni 2016 jokowi sudah mengkepreskan 1 juni sebagai hari lahir Pancasila? Saya yakin
Jokowi mengikuti perayaan hari kesaktian Pancasila 1 oktober itu adalah taktis saja untuk
mendekati militer. Bung ini apakah buta bahwa militer itu masih begitu berkuasanya?!
Apakah bung juga tidak tahu Gus Dur jatuh itu salah satu penyebabnya adalah kekuatan
militer ini?! bagaimana bisa Jokowi yang sudah menetapkan 1 juni sebagai hari libur
nasional dikatakan seideologi dengan soeharto? Bung mengerti tidak konsekwensi kepres
nya ttg 1 juni ini dimata militer?!
Roeslan: Tulisan bung yang saya beri latar belkang kuning itu bisa menyesatkan orang
banyak, orang bisa mengagap bahwa roeslan tidak setuju Pancasila. Pancasila bagi saya
hanyalah Pancasila 1 Juni 1945, ciptaan Bung Karno. Bukan Pancsila 1 juni titik; seperti
yang bung sebar luaskan dimilis ini.
Nesare: kalau yang baca mau berpersepsi demikian, saya tidak bisa apa. Tetapi saya tidak
mencoba menyesatkan orang lain berpikiran demikian.
Sekali lagi 1 juni sudah ditetapkan Jokowi sbg hari libur nasional dan akan berlaku
2017 http://kalender.web.id/2017.html
1 Juni
2017 Kamis
Hari Lahir
Pancasila
Hari Libur baru mulai 2017 sesuai keputusan presiden
Jokowi
Roeslan: Tentang ideologi Neoliberalisme. Betul jika bung katakan bahwa saya menolak
ideologi neoliberalisme, karena penurut ilmu pengetahuan empiris menunjukakn bahwa
ideologi neoliberalisme bisa masuk ke NKRI dibawah pajung hukum yang berpedoman
pada ideologi kesaktian pancasila, ciptaan diktator militer fasis (TNI AD) Soeharto.
Jadi ada saling hubungan yang erat antara kesaktian pancasila ciptaan orde baru
dengan idiologi neoliberalisme. Artinya menolak ideologi kesaktian pancasila, berarti
hasus menolak neoliberalsme; dan sebakiknya menerima kesaktian pancasila berarti
menrima ideologi neoliberalisme. Demikianlah yang kita saksikan di negara ini. Pernyataan
ini didukung oleh fakta bahwa Jokowi setiap tahun selalu melakukan upacara memuja-muja
kesaktian Pancasila, dibawah patung kesaktian Pancasila; yang di era almarhum Gus Dur
berkuasa sudah ditiadakan. Ini berarti bahwa Jokowi menerima secara legowo kesaktian
pancasila, dalam praktek politik konkrit Jokowi telah menerima secara legowo ideologi
neoliberalisme, oleh karana itulah dalam konteks ini saya menenilai bahwa rezim Jokowi
adalah rezim Neoliberal.
10
Jadi kesimpulannya saya menolak ideologi Kesaktian Pancasila ciptaan orde baru
dan juga menolak ideologi Neoliberalisme,ciptaan kaum kapitalis neolibearal yang
sudah menggelobal; yang dua-duanya telah di dukung secara legowo oleh Jokowi.
Nesare: setuju! saya dari dulu juga berpendapat begini. Begitu juga banyak orang mengerti
masalah ini bahwa ada perbedaan Pancasila bung karno 1 juni (lahirnya pancasila) dan
Orba 1 oktober (kesaktian Pancasila). Saya juga setuju kesaktian Pancasila adalah ciptaan
orba. Saya juga setuju dengan orba menjual hasil kekayaan negara. Saya juga setuju
pemerintahan Jokowi adalah kapitalisme dan neolib. Pertanyaan saya adalah siapa yang
bisa merubah wajah kapitalisme dan neolib ini?
Jangankan di Indonesia, diseluruh dunia sekarang ini juga wajahnya adalah kapitalisme dan
neolib! Apa yang ingin bung inginkan dari NKRI ini? NKRI seperti Tatiana, bung karno atau
apa? Tatiana jelas sekali pandangan kirinya yang saya sangat hargai. Pandangan Tatiana
tidak sama dengan bung karno. Bung karno tidak membenci kapitalisme. Bung karno bukan
komunis. Apa pandangan bung?
Ini konteks ideology yang saya bilang saya tidak setuju dan pertanyakan kepada bung
sunny dan saya berani berargumen bahwa Jokowi tidak seideologi dengan soeharto baik
dari segi Pancasila maupun kapitalisme dan neolib! Ini argument saya utk kapitalisme/neolib.
Dipermukaan memang Jokowi dan soeharto menerapkan kapitalisme. Begitu juga bung
karno dan seluruh dunia sekarang ini.
Tetapi ketika dipertanyakan kapitalisme seperti apa yang diterapkan oleh Jokowi dan
soeharto, kita bisa menganalisa lebih jauh. Begitu juga di USA Obama itu sangat berbeda
dengan presiden2 sebelumnya terutama dari sayap kanannya republican party. Jokowi
sudah memulai dengan universal healthcare dan pension plan yang sangat kiri. Setengah
mati dia menerapkan program ini yg sangat tidak popular krn perlu duit banyak. Sampai2
harus mengurangi subsidi BBM dan tax amnesty yg menjadi boomerang sampai sekarang.
Banyak orang bermimpi ingin melaksanaka program2 kiri tetapi semuanya hanya mimpi.
Ketika masuk ke praktisnya, lihat dibombardir, dikritik, dicerca dst.
Roeslan: Semua orang yang melek sejarah perjuangan Kemerdekaan Republik
Indonesia pasti tahu bahwa, ideologi Neoliberalisme itu ditolak oleh Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustus 1945), yang lazim disebut NKRI sekarang ini.
Nesare: kenapa? Saya tidak melihat founding fathers NKRI semuanya menolak kapitalisme.
Bung Karno pun tidak! yang saya tahu bung Karno begitu juga para dedongkot komunisme
seperti aidit dll itu anti imperialisme! Bukan anti kapitalisme! Apakah bung mengartikan
neolib itu lain dari kapitalisme? Saya menggampangkan istilah ini saja bahwa neolib itu
11
kepanjangan kapitalisme. Jadi saya samakan artinya secara umum.
Roeslan: Tentu saja pernyataan saya ini menyebabkan bung tersinggung dan marah,
sehingga kehilangan akal sehat, lalu menyebarkan berita fiitnah bahwa roeslan anti
Pancasila.
Nesare: saya kira concern bung ini sudah saya jawab seperti diatas dimana saya tidak
pernah beranggapan bahwa bung anti Pancasila melainkan bung sangat percaya atas
pancasilanya bung Karno 1 juni. Jadi bung tidak harus mengambil kesimpulan yang
gegabah sebelum bertanya ke saya. Diskusi saya dengan bung sunny saja belum jalan,
bagaimana bung bisa menuduh saya tersinggung dan marah bahkan menyebarkan fitnah.
Roeslan: Tapi apa boleh buat, karena sekarang ini sudah bukan zamannya Orede Baru,
sekarang ini kita bangsa Indonesia sudah masuk dalam suatu zaman yang katanya adalah
zaman REFORMASI, jadi seharusnya kita harus kembali pada Pancasila 1 Juni 1945, dan
membuang jauh-jauh kesaktian Pancasila yang telah memakan korban 3 juta Rakyat yang
tak bersalah.
Nesare: setuju! Seharusnya bangsa Indonesia harus kembali ke Pancasila 1 juni bukan 1
oktober yg digembar gemborkan oleh soeharto.
Roeslan: Satu pertanyaan, harus bung jawab. Bung menulis, saya kutip : Ataukah bung
ada ideology yang lain yg luput dari mata saya dalam membaca tulisan bung
Roeslan? Tanggapan saya, Kita ini mau bediskusi secara ilmiah atau debat kusir, kalau
ilmiah bung harus berani secara terus terang menyatakan dugaan bung, tentang adanya
idiologi lain yang saya sembunyikan, sehingga luput dari mata bung. Jika dalam konteks
dikusi Pancasila 1 Juni 1945 ini, bung tidak bisa menemukan itu, berarti itu hanya khayalan
dalam pikiran bung sendiri, atau hasil rekayasa pikiran bung, karena mungkin bung sudah
meindap apa yang disebut Schizophrene Psychosen (paranoide Symptomatik).
nesare: pertanyaan saya sederhana dalam kaitannya dengan yang ini. bung tidak mengerti
pertanyaan saya itu. Maksud saya apakah bung sunny ada ideology yang lain yg
dimaksudnya selain 2 ideology yg telah saya tulis: Pancasila dan neolib dimana saya luput
dalam mengartikan tulisan bung.
saya dari dulu selalu diskusi serius. Hanya 2 orang (ajeg dan jonathan) saja yang saya ikuti
eyel2an karena mereka memang ngeyel. Ini hanya masalah approach saja. tetapi
substansinya selalu saya jawab dengan serius.. Saya kira pertanyaan saya mudah. Lucunya
koq bagaimana bisa bung artikan saya beranggapan bung mempunyai ideologi lain?
Sedangkan sekali lagi pertanyaan saya ke bung sunny adalah apakah ada yg luput dari
12
pemahaman saya atas tulisan bung. Saya tidak tahu apakah bung sunny ada persepsi lain
ttg tulisan bung. Pertanyaan ini seharusnya bung tujukan kebung sunny bukan saya. Jadi
bung tidak seharusnya melabel saya sebagai Schizophrene Psychosen, kalau bung belum
mengerti maksud kalimat itu. Coba tanya baik2 sebelum melabel orang.
Kalau ada waktu akan saya tulis pendapat saya tentang Pancasila dari kacamata saya
sendiri.
Salam
Nesare
Von: [email protected] [mailto:[email protected]]
Gesendet: Sonntag, 2. Oktober 2016 21:26
Roeslan: Kutipan diatas saya tanggapi sebagai pengkhianatan rezim diktator militer fasis (orde
baru) pimpinan jendral militer fasis (TNI AD) Soeharto terhadap Pancasila 1 Juni 1945 ciptaan Bung
karno. Ironinya rezim neoliberal Jokowi-JK di era reformasi ini, tetap setia sepenuh hatinya terhadap
rezim diktator militer fasis pimpinan jendral militer fasis (TNI AD) Soeharto. Kesetiaan rezim
neoliberal Jokowi-JK terghadap orde baru ini tercermin dalam Upacara sumpah setia didepan
patung kesaktian pancasila ciptaan rezim militer fasis Soeharto pada tanggal 1 Oktober 2016.
Kesaktian Pancasila saya tanggapi sebagai dasar ideologi, yang digunakan oleh TNI AD dibawah
pimpinann jendral militer fasis (TNI AD) Soeharto, untuk menghalalkan pembantaian massal 3 juta
Rakyat Indonesia yang tak bersalah (genosida), pemenjaraan, penyiksaan dan pembuangan ke
Pulau Buru terhadap ratusan ribu Rakyat yang tak bersalah, yang setia membela Ideologi negara
yaitu Pancasila 1 Juni 1945; kecualai itu kesaktian Pancasila rekayasa politik Soeharto juga untuk
menghalalkan pembunuhan biadap, yaitu pembunuhan pelan-pelan terhadap Presiden
Soekarno pencipta Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi NKRI, proklamtor kemerdekaan
Republik Indonesia dan presiden pertama NKRI.
Dan selanjutnya dengan kesaktian Pancasila 1 Juni 1970 sebagai dasar ideologinya, Soeharto
memproklamirkan dirinya sendir sebagai presiden di NKRI. Demikian secara singkat proses kupdeta
merangkak klik militer fasis (TNI AD) pimpinan Jendral Soeharto; yang hingga saat ini di
tetap junjung tinggi oleh rezim neoliberal Jokowi-JK.
13
Nesare: ada 2 klaim bung roeslan yg tidak disetujuinya. Pertama Pancasila 1 juni. Kedua: ideology
neolib.
Yang mana yang bung setujui: Jokowi seideologi dengan Suharto karena tidak menerima Pancasila 1
juni ataukah mereka sama2 berideologi neolib?
Ataukah bung ada ideology yang lain yg luput dari mata saya dalam membaca tulisan bung Roeslan?
Nesare