meningkatkan hasil belajar roll depan melalui …... · saya dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ROLL DEPAN MELALUI
PEMANFAATAN ALAT BANTU BIDANG MIRING PADA
SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 PURWODADI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
APRILIA AYU KUSUMA WARDANI
K.4608095
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Aprilia Ayu Kusuma Wardani
NIM : K.4608095
Jurusan/Program Studi : JPOK UNS/Penjasorkes
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR ROLL DEPAN MELALUI PEMANFAATAN ALAT BANTU
BIDANG MIRING PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1
PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2011/2012”, ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicatumkan dalam daftar pustaka
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sangsi atas perbuatan saya.
Surakarta, Desember 2012
Yang membuat pernyataan
Aprilia Ayu Kusuma Wardani
NIM. K.4608095
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ROLL DEPAN MELALUI
PEMANFAATAN ALAT BANTU BIDANG MIRING PADA
SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 PURWODADI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh :
APRILIA AYU KUSUMA WARDANI
K.4608095
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Guru biasa berbicara, guru bagus menerangkan, guru hebat mendemostrasikan
dan guru agung memberi inspirasi
(Wiliam A. Ward/Modul PLPG Pengembangan Profesi Guru)
Tidak ada simpanan yang lebih berguna daripada ilmu, tidak ada sesuatu yang
lebih terhormat daripada adab dan tidak akan kawan yang lebih bagus
daripada akal.
(Al Imam Al Mawardi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
“Bapak dan Ibu tercinta”
Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak
terbatas dan kasih sayang yang tidak terbatas pula. Semuanya membuatku
bangga memiliki orang tua seperti kalian. Tiada kasih sayang yang seindah dan
seabadi kasih sayangmu.
Kakak aku tercinta’’
Endah Sri Susilowati Amd.Keb dan Dwi Megawati .S.Pd .Yang sudah
sayang sama aku dan selalu ngasih aku suprot.
“Teman-teman ku Angkatan 2008 FKIP JPOK UNS Surakarta”
Teman-teman Angkatan 2008 seperjuangan menempuh ilmu. Suka dan
duka bisa kita lalui bersama demi meraih cita-cita masa depan yang lebih baik.
“SMP Negeri 1 Purwodadi”
Kepada Kepala Sekolah dan Guru Penjasorkes SMP Negeri 1 Purwodadi
diucapkan terima kasih yang telah memberi bantuan dan bimbingan, sehingga
saya dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diterima di bangku kuliah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Aprilia Ayu Kusuma Wardani. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ROLL
DEPAN MELALUI PEMANFAATAN ALAT BANTU BIDANG MIRING
PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 PURWODADI TAHUN
PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Surakarta, Desember 2012.
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar roll depan pada
siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 melalui
pemanfaatan alat bantu bidang miring.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
dilaksanakan dua siklus, dengan tiap siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan
tikdankan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII C
SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 25 siswa.
Sumber data terdiri dua yaitu (1) data primer yaitu, hasil belajar dan proses
pembelajaran roll depan siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun
pelajaran 2011/2012, (2) data skunder yaitu, berupa RPP, Silabus dan dokumen.
Teknik pengumpulan data melalui tes kemampuan roll depan dan observasi dari
proses kegiatan pembelajaran. Validitas data menggunakan teknik triangulasi.
Analisis data menggunakan teknik deskriptif dengan menggunakan teknik
presentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, melaliu pemanfaatan alat bantu
bidang miring dapat meningkatkan hasil belajar roll depan pada siswa kelas VII C
SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012. Kondisi awal sebelum
dilakukan PTK, siswa yang tuntas hanya 1 siswa. Pada siklus 1 peningkatan hasil
belajar roll depan menjadi 88.00%. Pada siklus 2 meningkat menjadi 100%.
Pemanfaatan alat bantu bidang miring memberi kontribusi yang signifikan
terhadap peningkatan hasil belajar roll depan. Dengan memanfaatkan bidang
miring untuk membelajarkan roll depan memberi kemudahan untuk melakukan
gerakan roll depan.
Simpulan penelitian ini sebagai berikut: pemanfaatan alat bantu bidang
miring dapat meningkatkan hasil belajar roll depan pada siswa kelas VII C SMP
Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012. Ketercapaian ketuntasan hasil
belajar roll depan dari pra siklus ke siklus 1 sebesar 88.00%. Dari siklus 1 ke
siklus 2 sebesar 12.00%. Peningkatan ketuntasan hasil belajar secara keseluruhan
sebesar 88.00%.
Kata kunci: Alat bantu bidang miring, hasil belajar roll depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
Aprilia Ayu Kusuma Wardani. IMPROVING THE FORWARD ROLL
LEARNING ACHIEVEMENT USING OBLIQUE PLANE AID IN THE VII
C GRADERS OF SMP NEGERI 1 PURWODADI IN THE SCHOOL YEAR
OF 2011/2012. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty,
Surakarta Sebelas Maret University, December 2012.
The objective of research is to improve the Forward Roll Learning
achievement of the VII C graders of SMP Negeri 1 Purwodadi in the school year
of 2011/2012 using oblique plane aid.
This study was a Classroom Action Research (CAR). This study was taken
place in two cycles, each of which consisted of: planning, acting, observing and
reflecting. The subject of research was the VII C graders of SMP Negeri 1
Purwodadi in the school year of 2011/2012 comprising of 25 students. The data
source consisted of two: (1) primary data including forward roll learning
achievement and learning process of the VII C graders of SMP Negeri 1
Purwodadi in the school year of 2011/2012, (2) secondary data including RPP
(Learning Implementation Plan), syllabus and document. Techniques of collecting
data used were forward roll ability test and observation on the learning activity
process. Data validity used was triangulation technique. The data analysis was
done using a descriptive technique with percentage technique to see the tendency
occurring in the learning activity.
The result of research showed that the use of oblique plane aid could
improve the forward roll learning achievement the VII C graders of SMP Negeri 1
Purwodadi in the school year of 2011/2012. In prior condition, only 1 student
passed through successfully. In cycle 1 there was an increase in forward roll
learning achievement to 88.00%. The use of oblique plane contributed
significantly to the improvement of forward roll learning achievement. The use of
oblique plane to teach forward roll facilitated the students in performing forward
roll movement.
The conclusion of research was as follows: the use of oblique plane aid
could improve the forward roll learning achievement the VII C graders of SMP
Negeri 1 Purwodadi in the school year of 2011/2012. The passing gain of forward
roll learning achievement from pre-cycle to cycle 1 was 88.00%. The
improvement of learning achievement passing in cycle I was totally 88.00%.
Keywords: Oblique plane aid, forward roll learning achievement
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................…………………………………………………
PERYATAAN................................................................................................
PENGAJUAN ...............................………………………………………….
PERSETUJUAN .........................…………………………………………..
PENGESAHAN ..............................…………………………………………
MOTTO .....................……………………………………………………….
PERSEMBAHAN .............................………………………………………..
ABSTRAK…………………………………………………………………..
DAFTAR ISI ......................................……………………………………….
DAFTAR TABEL ...................………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ...................................……………………………….
DAFTAR LAMPIRAN ..............................…………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….
B. Perumusan Masalah…………………………………………….
C. Tujuan Penelitian……………………………………………….
D. Manfaat Penelitian………………………………………………
BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………
A. Tinjauan Pustaka………………………………………………..
1. Senam………………………………………………………..
a. Pengertian Senam………………………………………..
b. Ciri-ciri dan Kaidah Senam……………………………..
c. Jenis-jenis Senam………………………………………..
d. Senam Ketangkasan………………………………………
2. Belajar………………………………………………………..
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xiii
xiv
xv
xvi
1
1
4
5
5
6
6
6
6
8
8
10
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
a. Hakikat Belajar…………………………………………..
b. Prinsip-prinsip Belajar……………………………………
c. Ciri-ciri dan Tujuan Belajar…………………………….
d. Hasil Belajar……………………………………………...
3. Pembelajaran Senam Lantai Roll Depan……………………..
a. Hakikat Pembelajaran……………………………………
b. Pembelajaran Senam Lantai Roll Depan…………………
c. Kesalahan dalam Gerakan Roll Depan……………………
4. Alat Bantu Pembelajaran Senam…………………………….
a. Prasarana dan Sarana Senam…………………………….
b. Alat Bantu……………………………………………….
c. Alat Bantu Pembelajaran…………………………………
d. Modifikasi Alat Pembelajaran Senam Lantai Roll Depan
5. Pembelajaran Roll Depan dengan Alat Bantu Bidang Miring
a. Hakikat Pembelajaran Roll Depan dengan Alat Bantu
Bidang Miring……………………………………………
b. Pelaksanaan Pembelajaran Roll Depan dengan Alat
Bantu Bidang Miring…………………………………….
c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Roll Depan
dengan Alat Bantu Bidang Miring………………………
B. Penelitian yang Relevan……………………………………..
C. Kerangka Berpikir .......………………………………………
BAB III METODE PENELITIAN .............………………………………
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....………………………………..
B. Subjek Penelitian………………………………………………..
C. Data dan Sumber Data…………………………………………
D. Pengumpulan Data………………………………………………
E. Uji Validitas Data………………………………………………..
F. Analisis Data…………………………………………………….
G. Indikator Kinerja Penelitian……………………………………..
11
12
13
14
17
17
20
23
25
25
26
27
29
30
30
32
34
34
35
37
37
38
38
38
39
36
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
H. Prosedur Penelitian………………………………………………
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………….
A. Deskripsi Pra Tindakan…………………………………………
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus………………………….
C. Perbandingan Hasil Tindakan antar Siklus……………………..
D. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN.........……….………..
A. Simpulan..................……………………………………………
B. Implikasi ....................…………………………………………
C. Saran .........................…………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA .............................……………………………………
LAMPIRAN.........................…………………………………………………
40
43
43
44
49
53
54
54
54
55
56
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Jenis Senam………………………….................................................
Tabel 3.1. Rincian Jadwal Penelitian Tindakan Kelas……………....................
Tabel 3.2. Pengumpulan Data Penelitian Tindakan Kela……….......................
Tabel 3.3. Indikator Kinerja Penelitian………………………..........................
Tabel 3.4. Prosentase Target Ketercapaian Penelitian Tindakan Kelas….........
Tabel 4.1. Kondisi Awal Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan Siswa
Kelas VII C SMP Negeri 1 Purwadadi Tahun Pelajaran
2011/2012….....................................................................................
Tabel 4.2. Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan dari Kondisi Awal ke
Siklus 1 Siswa VII C SMP Negeri 1 Purwadadi Tahun
Pelajaran 2011/2012..........................................................................
Tabel 4.3. Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan Siswa Kelas VII
C SMP Negeri 1 Purwadadi Tahun Pelajaran 2011/2012
dari Siklu 1........................................................................................
Tabel 4.4. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan dari
Pra Siklus ke Siklus 1 .....................................................................
Tabel 4.5. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar dan Prosentase
Hasil Belajar Roll Depan Siswa Kelas VII C SMP
Negeri 1 Tahun Pelajaran 2011/2012.................................................
Tabel 4.6. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar dan Prosentase
Hasil Belajar Roll Depan Siswa Kelas VIIC SMP
Negeri setelah Siklus 1…………........................................................
9
37
38
40
42
44
47
48
50
51
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Rangkaian Gerakan Roll Depan Tungkai Bengkok………......
Gambar 2.2. Rangkaian Gerakan Roll Depan Tungkai Lurus.....................
Gambar 2.3. Ilustrasi Pembelajaran Roll Depan dengan Alat Bantu
Bidang Miring………….........................................................
Gambar 2.4. Konseptual Kerangka Berpikir………....................................
Gambar 4.1. Tindakan Siklus 1……………………......................…….......
Gambar 4.2. Histogram Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan dari
Pra Siklus,Siklus 1….............................................................
Gambar 4.3. Histogram Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan dari
Pra Siklus 1,Setelah Siklus 1 ..................................................
.
22
22
33
35
46
50
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Awal Hasil Belajar Roll Depan pada Siswa
Kelas VII SMP Negeri 1 Purwodadi Tahun
Pelajaran 2011/2012…...................................................................
Lampiran 2. Data Hasil Belajar Roll Depan pada Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Purwodadi Tahun Pelajaran 2011/
2012 setelah Siklus 1…………................................................... .
Lampiran 3. Rekap Tes Awal Hasil Belajar Roll Depan pada
Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Purwodadi Tahun
Pelajaran 2011/2012…....................................................................
Lampiran 4. Data Hasil Belajar Roll Depan pada Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Purwodadi Tahun Pelajaran 2011/
2012 setelah Siklus 1………...........................................................
Lampiran 5. Rekap Hasil Belajar Roll Depan pada Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Purwodadi Tahun
Pelajaran 2011/2012……..............................................................
Lampiran 6. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar pada Pra
Siklus, setelah Siklus 1 ................................................................
lampiran 7. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar pada Pra
Siklus, setelah Siklus 1 ................................................................
Lampiran 8. Petunjuk Tes Kemampuan Roll Depan………………................
Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran…..........................….…
Lampiran 10. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian……...……………............
Lampiran 11. Surat Iji Penelitian dari Universitas Sebelas
Maret Surakarta............................................................................
Lampiran 12. Surat Keteragan Penelitian dari SMP Negeri 1 Purwodadi.........
61
62
63
64
65
66
67
68
69
114
125
128
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan
penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi
berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd., sebagai pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, saran dan masukan, sehingga skripsi ini terselesaikan
5. Drs. H. Wahyu Sulistyo, M.Kes., sebagai pembimbing II yang telah memberi
semangat dan dorongan serta pembimbingan skripsi, sehingga skripsi dapat
tersusun dengan baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen JPOK FKIP UNS Surakarta yang secara tulus
memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.
7. Kepala SMP Negeri 1 Purwodadi yang telah memberikan ijin untuk
mengadakan penelitian.
8. Siswa kelas VII C SMP Negeri Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 yang
telah bersedia menjadi sampel penelitian.
9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap
semoga skripsi PTK ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para
pembaca.
Surakarta, Desember 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan salah satu bagian
pendidikan yang sangat berperan penting dan tidak dapat dipisahkan dari tujuan
pendidikan pada umumnya. Secara spesifik, pendidikan jasmani merupakan
pendidikan yang mengutamakan aktivitas gerak tubuh yang di dalamnya
terkandung banyak tujuan. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani
dikembangkan aspek fisik, gerak, mental, sosial dan emosional. Dengan
dikembangkan aspek fisik, gerak, sosial dan emosional, maka akan memberi
kontribusi terhadap pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan tunggal yang cakupannya
cukup luas. Upaya mencapai tujuan pendidikan jasmani, maka di dalam
kurikulum pendidikan jasmani diajarkan berbagai macam cabang olahraga.
Namun demikian materi yang diajarkan dalam pendidikan jasmani didasarkan
pada jenjang pendidikan masing-masing. Ini artinya, materi pendidikan jasmani
antara jenjang pendidikan paling bawah (Sekolah Dasar) berbeda dengan Sekolah
Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Kejuruan
(SMK).
Senam lantai merupakan salah satu cabang olahraga yang diajarkan pada
siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Senam lantai diajarkan pada kelas VII
semester 2. Standar kompetensi senam untuk siswa SMP yaitu, mempraktikkan
senam dasar dengan teknik dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
Sedangkan kompetensi dasar senam yaitu, mempraktikkan teknik dasar gerak
guling depan serta nilai kedisiplinan, keberanian dan tanggung jawab.
Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar materi senam kelas
VII semester 2 SMP tersebut, banyak aspek yang harus dikembangkan pada diri
siswa, baik aspek afektif, kognitif dan psikomotorik. Aspek yang harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dikembangkan dalam pembelajaran senam lantai depan yaitu: siswa dapat
melakukan senam lantai dengan benar, siswa dapat mengembangkan sikap
disiplin, keberanian dan tanggungjawab serta dapat menjelaskan teknik gerakan
lantai dengan benar. Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh
dan saling berkaitan, sehingga dalam pembelajaran pendidikan jasmani harus
dikembangkan secara serempak.
Salah satu jenis senam dasar yang diajarkan kelas VII semester 2 SMP
yaitu mempraktikkan teknik dasar guling depan atau roll depan. Berdasarkan cara
pelaksanaannya roll depan dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan awalan
jongkok dan berdiri. Dari cara pelaksanaan roll depan tersebut, roll depan yang
diajarkan pertama kali untuk siswa SMP yaitu roll depan dengan awalan jongkok.
Tujuan pembelajaran roll depan, baik aspek afektif, kognitif dan
psikomotortik telah dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Namun pada umumnya tujuan pembelajaran tersebut tidak dapat tercapai
semuanya, tetapi hanya aspek psikomotorik diprioritaskan. Hal ini terjadi karena
masih banyak guru Penjasorkes yang kurang memahami kurikulum Penjasorkes,
sehingga dalam melakukan penilaian atau evaluasi hanya aspek psikomotorik saja.
Dapat dikatakan bahwa, peserta didik yang dapat melakukan roll depan dengan
benar, berarti peserta didik tersebut telah tuntas. Kondisi ini hampir terjadi
disemua sekolah, termasuk di SMP Negeri 1 Purwodadi. Seharusnya ketuntasan
hasil belajar roll depan harus mencakup ketiga aspek, baik afektif, kognitif dan
psikomorik.
Ditinjau dari aspek psikomotorik pada pembelajaran roll, ternyata banyak
permasalahan yang dihadapi, seperti siswa kelas VII, seperti siswa kelas VII C
SMP Negeri 1 Puwodadi tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan pengamatan
saat pembelajaran roll depan berlangsung dan hasil wawancara peneliti dengan
guru Penjasorkes SMP Negeri 1 Purwodadi, permasalahan yang dihadapi siswa
kelas VII C antara lain: takut cidera, takut pusing, tidak memiliki keberanian,
sehingga siswa tidak mau melakukan roll depan terlebih lagi bagi siswa putri.
Dari permasalahan yang dihadapi siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi
tahun pelajaran 2011/2012 mengakibatkan banyak siswa yang tidak tuntas. Dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
jumlah siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012
sebanyak 25 hanya 1 (4%) siswa yang tuntas, sedangkan 21 (96%) siswa lainnya
tidak tuntas.
Permasalahan pembelajaran roll depan yang dihadapi siswa kelas VII C
SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 harus dicarikan solusi yang
tepat agar dapat tuntas secara optimal. Selama ini pembelajaran senam roll depan
pada bidang datar menggunakan matras. Dengan menggunakan bidang datar
menggunakan matras ternyata siswa banyak mengalami kesulitan. Kesulitan
dalam pembelajaran senam roll depan hanya sebatas dibantu oleh guru
Penjasorkes yang bersangkutan. Melalui bantuan guru pada saat siswa melakukan
roll depan sebagian siswa dapat melakukan roll depan, tetapi ada juga yang tidak
bisa bahkan tidak mau dibantu oleh gurunya.
Roll depan melalui bantuan guru memiliki sisi positif dan juga memiliki
sisi negatif. Sisi positif dari pembelajaran roll depan dengan bantuan (guru
Penjasorkes) siswa dapat melakukan roll depan. Sedangkan sisi negatifnya dapat
menimbulkan ketergantungan pada bantuan, jika tidak mendapat bantuan, siswa
tidak dapat melakukan roll depan. Untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran
roll depan, maka seorang guru Penjasorkes harus kreatif dan inovatif untuk
menciptakan bentuk pembelajaran roll depan yang menyenangkan dan memberi
kemudahan siswa untuk melakukan roll depan. Salah satu cara untuk memberi
kemudahan dalam pembeljaran roll depan dapat menggunakan alat bantu bidang
miring.
Pemanfaatan alat bantu bidang miring dalam penelitian ini dengan cara
merancang atau membuat bidang miring yang terbuat dari kayu/papan untuk
meletakkan matras. Pembuatan bidang miring dengan menggunakan kayu atau
papan dirancang sedemikian rupa dengan ketinggian 75 cm, lebar 1 meter dan
panjang 1,5 – 2 meter. Dengan ketinggian bidang miring 75 cm dari lantai, maka
bidang untuk berguling terlihat curam, sehingga akan memudahkan berguling ke
bawah untuk melakukan roll depan. Bisa dikatakan, roll depan dari atas matras
pada ketinggian 75 cm, dengan posisi siap melakukan roll depan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
menjatuhkan/berguling ke bawah, maka gerakan roll depan dapat dilakukan
dengan mudah.
Kesulitan atau permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran roll
depan harus dicarikan solusi yang tepat. Seorang guru Penjasorkes harus kreatif
dan inovatif dalam membelajarkan materi-materi dalam kurikulum Penjas,
termasuk senam lantai. Namun pada kenyataannya jarang sekali guru kurang
kreatif dan inovatif serta tidak peduli dengan kesulitan atau permasalahan yang
dihadapi siswa. Guru Penjasorkes bertele-tele atau bersusah payah bahkan harus
mengeluarkan uang untuk membuat bidang miring dengan menggunakan papan
atau kayu dengan berbagai alasan.
Membelajarkan senam khususnya roll depan dengan bentuk
pembelajaran yang tepat sangat penting dan harus didukung dengan sarana yang
memadai. Untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran roll depan dapat
dilakukan dengan pemanfaatan alat bantu bidang miring. Untuk mengetahui
apakah benar, pemanfaatan alat bantu bidang miring dapat meningkatkan hasil
belajar roll depan, maka perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul,
”Meningatkan Hasil Belajar Roll Depan Melalui Pemanfaatan Alat Bantu Bidang
Miring pada Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi Tahun Pelajaran
2011/2012 “.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah
pemanfaatan alat bantu bidang miring dapat meningkatkan hasil belajar roll depan
pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk: Meningkatkan hasil belajar roll depan pada siswa kelas
VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 melalui pemanfaatan
alat bantu bidang miring.
D. Manfaat Penelitian
Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat
memberi manfaat antara lain:
1. Manfaat bagi guru Penjasorkes SMP Negeri 1 Purwodadi
a. Untuk meningkatkan kreatifitas guru Penjasorkes dalam pembelajaran
Penjas agar diperoleh hasil belajar yang optimal.
b. Sebagai bahan masukan guru dalam pembelajaran Penjasorkes dengan
kreatifitas dan inovasi-inovasi untuk mengatasi kesulitan dalam
pembelajaran Penjasorkes.
c. Untuk meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugasnya secara
profesional, terutama dalam kreatifitas dan inovasi pembelajaran
Penjasorkes.
2. Manfaat bagi siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi
a. Menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan
meningkatkan peran aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran Penjas,
serta meningkatkan hasil belajar roll depan.
b. Dapat meningkatkan kemandirian siswa, keberanian siswa dan
menghilangkan rasa pesimis dalam mengikuti pembelajaran roll depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Senam
a. Pengertian Senam
Istilah senam merupakan terjemahan dari kata ”gymnastiek” dari
bahasa Belanda, sedangkan dalam bahasa Inggris yaitu ”Gymnastic”.
Memberikan batasan senam tidaklah mudah, karena di dalamnya
tekandung makna yang luas sesuai dengan perkembangan berbagai aliran
dan jenis senam yang berkembang. Berkaitan dengan senam, Sayuti
Sahana (2010: 1.4) mengatakan, “Senam atau gymnastic merupakan suatu
sistem latihan yang dilakukan untuk meningkatkan pengembangan fisik
melalui latihan tubuh” Menurut Agus Margono (2011:19) bahwa” Senam
ialah latihan tubuh yang dipilih dengan berencana, disusun secara
sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara
harmonis”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa senam
merupakan cabang olahraga dengan mengunakan latihan tubuh yang
dilakukan secara terencana dan disusun secara sistematis untuk
mengembangkan dan membentuk diri secara harmonis. Gerakan-gerakan
senam ini sengaja diciptakan untuk mencapai tujuan tertentu yang secara
sistematis berguna bagi kesehatan tubuh manusia. Menurut Loken &
Willoughby (1986: 14-15) bahwa,
Senam mempunyai banyak manfaat di antaranya:
(1) Mengembangkan otot besar, kelompok otot pundak, otot
lengan, otot dada, otot perut, serta otot kaki.
(2) Membangun kekuatan tenaga.
(3) Memperbaiki postur tubuh.
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
(4) Membantu kefitan fisik yang lain; seperti fleksibilitas,
koordinasi, keseimbangan.
(5) Menemukan kepuasan dan kebanggaan dalam berkompetisi
dan prestasi.
(6) Mengembangkan kreatifitas, keberanian, ketepatan,
kesiapsiagaan, kesabaran.
Hal senada dikemukakan Agus Margono (2011: 21) bahwa senam
mempunyai nilai-nilai kegunaan di antaranya:
(1) Untuk memberikan rangsang yang diperlukan bagi
pertumbuhan badan.
(2) Untuk mengembangkan cara bersikap dan bergerak dengan
sewajarnya.
(3) Untuk memperbaiki dan mencegah pengaruh buruk di
sekolah.
(4) Untuk mempertebal perasaan kebanggaan (dalam
perlombaan antar bangsa).
(5) Untuk memupuk keberanian dan percaya diri sendiri.
(6) Untuk memupuk rasa tanggungjawab terhadap kesehatan diri
sendiri dan masyarakat.
(7) Memupuk kesanggupan bekerjasama.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, banyak
manfaat atau kegunaan dari senam. Dalam olahraga senam tidak hanya
dikembangkan aspek fisik saja, melainkan aspek sosial dan emosinal juga
dikembangkan. Untuk memperoleh manfaat senam secara multilateral,
maka senam harus diajarkan dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah
dalam senam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Ciri-ciri dan Kaidah Senam
Senam merupakan salah satu cabang olahraga yang memiliki
karakteritik yang berbeda dengan cabang olahraga lain. Suatu olahraga
dikatakan sebagai olahraga senam jika memiliki ciri dan kaidah tertentu.
Agus Margono (2011: 19) menyatakan ciri dan kaidah dari senam yaitu:
(1) Gerakan-gerakannya selalu dibuat atau diciptakan dengan
sengaja.
(2) Gerakan-gerakannya harus selalu berguna untuk mencapai
tujuan tertentu (meningkatan kelentukan, memperbaiki sikap
dan gerak atau keindahan tubuh, menambah keterampilan,
meningkatkan keindahan gerak dan meningkatan kesehatan
tubuh).
(3) Gerakannya harus selalu terusun dan sistematis.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ciri dan kaidah cabang
olahraga senam yaitu, gerakannya diciptakan dengan sengaja, untuk
mencapai tujuan tertentu yaitu untuk meningkatkan kelentukan,
memperbaiki sikap dan gerak atau keindahan tubuh, meningkatkan
keterampilan, meningkatkan keindahan gerak dan kesehatan tubuh serta
gerakannya terusun dengan baik dan sistematis. Oleh karena itu, seseorang
yang menciptakan senam harus memiliki ciri dan kaidah seperti tersebut di
atas.
c. Jenis-jenis Senam
Berdasarkan jenisnya, senam dibedakan menjadi beberapa
macam. Agus Mahendra (2000: 11-12) menyatakan, ”FIG (Federation
Internationale de Gymnastique) dalam mengklasifikasikan senam menjadi
enam kelompok yaitu: (1) senam artistik (artistic gymnastics), (2) senam
ritmik sportif (sportive rhymic gymnastics), (3) senam akrobatik
(acrobatic gymnastics), (4) senam aerobik sport (sports aerobics), (5)
senam trampolin (trampolinning) dan (6) senam umum (general
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
gymnastics). Sedangkan dalam Blog Unnes (01 Agustus 2012)
menjelaskan macam-macam senam yang diperlombakan di Indonesia
yaitu:
Tabel 2.1. Jenis Senam
No. Jenis Senam Jarak
Pria Wanita
1. Senam Artistik Senam lantai
Palang sejajar
Meja lompat
Palang tunggal
Gelang-gelang
Kuda pelana
Senam lantai
Balok titian
Meja lompat
Palang bertingkat
2. Senam Ritmik - Alat Pita
Alat Gada
Alat Bola
Alat Simpai
Free hand
3. Senam Aerobik Sport 1. Single
2. Couple
3. Trio
4. Kwartet
4. Senam General 1. Senam SKJ
2. Senam areobik
3. Senam Jantung sehat
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, secara umum senam
dikelompokkan menjadi enam macam yaitu: senam artistik (artistic
gymnastics), senam ritmik sportif (sportive rhymic gymnastics), senam
akrobatik (acrobatic gymnastics), senam aerobik sport (sports aerobics),
senam trampolin (trampolinning) dan senam umum (general gymnastics).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Berkaitan dengan jenis senam tersebut, Penelitian Tindakan Kelas ini akan
mengkaji dan meneliti senam artistik atau senam ketangkasan.
d. Senam Ketangkasan
Senam ketangkasan atau sering disebut senam artistik
merupakan senam dengan gerakan-gerakan tertentu yang sudah
disusun atau dirancang dengan menggunakan alat atau tanpa alat.
Berkaitan dengan senam artistik Suyati & Agus Margono (2000: 58)
menyatakan, “Senam artistik adalah merupakan salah satu jenis
senam/macam cabang olahraga senam yang sering dipertandingkan
yang dipertandingkan. Dalam pertandingan senam artistik seorang
atlet/pesenam harus menguasai gerakan-gerakan yang sudah
disusun/dirangkai dari masing-masing alat dan ditetapkan sesuai
dengan peraturan pertandingan yang berlaku”. Sedangkan jenis senam
artistik yang dipertandingkan menurut Agus Mahendra (2000: 12)
yaitu:
(1) Artistik putra:
(a) Lantai (floor exercise)
(b) Kuda pelana (pommel horse)
(c) Gelang-gelang (rings)
(d) Kuda lompat (vaulting horse)
(e) Palang sejajar (parallel bars)
(f) Palang tunggal (horisontal bar)
(2) Artistik putri:
(a) Kuda lompat (vaulting horese)
(b) Palang bertingkat (uneven bars)
(c) Balok keseimbangan (balance beam)
(d) Lantai (floor exercise).
Senam artistik sebagai senam yang menggabungkan aspek
tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan efek-efek artistik dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
gerakan-gerakan yang dilakukan pada alat-alat. Efek artistik dihasilkan
dari besaran (amplitudo) gerakan serta kesempurnaan gerak dalam
menguasai tubuh ketika melakukan berbagai posisi. Gerakan-gerakan
tumbling digabung dengan dengan akrobatik yang dilaksanakan secara
terkontrol mampu memberikan pengaruh mengejutkan yang
mengundang rasa keindahan.
2. Belajar
a. Hakikat Belajar
Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak
pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika melaksanakan
aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok. Sebgaian besar
aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari kita merupakan kegiatan belajar.
Hal ini artinya, belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu,
karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar dan tidak
pernah berhenti.
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai
akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Berkaitan
dengan belajar, Slameto (2003: 2) menyatakan bahwa, “Belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut
Muhammad Ali (2004: 14) bahwa, “Belajar dapat diartikan sebagai proses
perubahan perilaku akibat interaksi dengan lingkungan”. Menurut Abdul
Kodir (2011: 21) bahwa, “Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan”.
Berdasarkan batasan belajar yang dikemukakan tiga ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa, kegiatan belajar merupakan suatu proses yang
terjadi di dalam diri masing-masing individu. Seseorang dikatakan telah
belajar sesuatu, apabila terdapat perubahan-perubahan yang bersifat lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
baik daripada sebelumnya. Perubahan tersebut antara lain keterampilan,
pengetahuan, kecakapan, kebiasaan dan sikap. Hasil belajar ini bersifat
permanen, sehingga tidak akan mudah hilang. Untuk mencapai hasil
belajar yang maksimal, maka perlu diterapkan prinsip-prinsip
pembelajaran yang tepat.
b. Prinsip-prinsip Belajar
Belajar merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
sistematis dan kontinyu untuk mendapatkan pengetahuan atau
keterampilan. Agar belajar dapat dilakukan dengan baik, maka harus
didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang tepat. Dimyati dan Mudjiono
(2006: 42) menyatakan, “Prinsip-prinsip belajar meliputi perhatian dan
motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan,
balikan dan penguatan serta perbedaan individual”. Pendapat lain
dikemukakan Nanang Hanafiah & Cucu Suhana (2010: 18-19) bahwa:
Belajar sebagai kegiatan sistematis dan kontinyu memiliki prisnip-
prinsip sebagai berikut:
(1) Belajar berlangsung seumur hidup.
(2) Proses belajar adalah kompleks, tetapai teroganisir.
(3) Belajar berlangsung dari yang sederhana menuju ke yang
kompleks.
(4) Belajar dimulai dari yang faktual menuju konseptual.
(5) Belajar mulai dari yang kongkret menuju abstrak.
(6) Belajar merupakan bagian dari perkembangan.
(7) Keberhasilan belajar diengaruhi oleh faktor bawaan (heredity),
lingkungan (environment), kematangan (time or maturation),
serta usaha keras peserta didik sendiri (endeavor).
(8) Belajar mencakup semua aspek kehidupan yang penuh makna,
baik dari sisi agama, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya
dan ketahanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
(9) Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu,
baik dalam lingkungan keluarga (hme schooling), sebagai
pendidikan awal (tarbiyatul ula), bagi lingkungan masyarakat
(non formal education) dan lingkungan sekolahnya (formal
education).
(10) Belajar berlangsung dengan guru atau pun tanpa guru.
(11) Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi
yang tinggi.
(12) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan lingkungan
internal dan eksternal.
(13) Kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bimbingan dari
orang lain, mengingat tidak semua bahan ajar dapat
dipelajari sendiri.
Berdasarkan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan dua ahli
tersebut menunjukkan bahwa, kedua ahli tersebut mempunyai pandangan
yang berbeda tentang prinsip-prinsip belajar. Namun pada hakikatnya,
prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan dua ahli tersebut menekankan
pada diri peserta didik. Dari kedua pendapat tentang prinsip-prinsip belajar
tersebut harus dipahami dan dimengerti oeh seorang guru agar diperoleh
hasil belajar yang optimal.
c. Ciri-ciri dan Tujuan Belajar
Belajar merupakan poses internal yang kompleks. Yang terlibat
dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses belajar yang internal pada diri
siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru. Proses belajar
tersebut tampak pada perilaku siswa dalam mempelajari bahan belajar.
Perilaku belajar tersebut merupakan respon siswa terhadap tindakan
mengajar atau tindakan pembelajaran dari guru. Perilaku belajar tersebut
ada hubungannya dengan desain instruksiona lguru, karena di dalamnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
desain instruksional guru mebuat tujuan instruksional khusus atau sasaran
belajar.
Siswa yang belajar bertiar menggunakan kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik. Menurut Bloom, Krathwol & Simpson yang
dikutip Aunurrahman (2012: 48-49) menggolongkan atau tingkatan jenis
perilaku belajar terdiri dari tiga ranah atau kawasan yaitu:
(1) Kognitif terdiri enam jenis perilaku yaitu: pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
(2) Ranah afektif terdiri lima perilaku yaitu: penerimaan,
partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan.
(3) Ranah psikomotor, terdiri tujuh perilaku yaitu: persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, ketiga
ranah tersebut bukan merupakan bagian-bagian yang terpisah, tetapi
merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Untuk mencapai
perubahan yang diharapkan, baik perubahan pada aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik, maka belajar hendaknya memperhatikan secara
sungguh-sungguh beberapa prinsip belajar yang dapat mendukung
terwujudnya hasil belajar yang optimal.
d. Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang pada akhirnya akan diperoleh
hasil belajar. Menurut Angkowo & Kosasih (2007:51) bahwa, “Hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh lima faktor yaitu: bakat belajar, waktu yang
tersedia untuk belajar, kemampuan individu, kualitas pengajaran, dan
lingkungan” (Harminingsih, 25 Nopember 2012). Menurut Agus
Suprijono (2009: 7) bahwa, “Hasil belajar perubahan perilaku secara
keseluruhan baik kognitif, afektif dan psikomotorik bukan hanya salah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
satu aspek potensi kemampuan saja”. Sedangkan Slameto (2003: 54)
menyatakan:
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan
menjadi 2 golongan yaitu:
(1) Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor
individu (Intern), yang meliputi: (1). Faktor biologis, meliputi:
kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu
dari faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil
prestasi belajar. (2). Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi,
minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir. (3). Faktor
kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan
jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus
serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat
dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan
dorongan untuk mengahsilkan sesuatu akan hilang.
(2) Faktor yang ada pada luar individu yang di sebut dengan faktor
(Ekstern), yang meliputi: (1). Faktor keluarga. Keluarga adalah
lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Merupakan
lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat
menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. (2). Faktor
Sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, hubungan
guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di
sekolah. (3). Faktor Masyarakat, meliputi : bentuk kehidupan
masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prsetasi belajar siswa.
Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa
akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar.
Berdasarkan pengertian belajar dan faktor yang mempengaruhi
hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan
perubahan perilaku secara keseluruhan baik aspek kognitif, afektif dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
psikomotorik yang lebih baik. Hasil belajar akan menjadi lebih baik
apabila faktor internal dan eksternal dapat terpenuhi dengan baik pula.
Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang dicapai peserta didik,
maka perlu dilakukan penilaian. Munawar (2009) 25 Nopember 2012
menyatakan,
Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan
pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan
tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang
selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk
pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik
lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan
perilaku kerja yang lebih baik.
Sedangkan pengertian penilaian menurut Nana Sudjana (2005: 111) yaitu:
Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan
pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu.
Proses belajar dan mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan
tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan
dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajar.
Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil
belajar.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa,
penilaian merupakan suatu bentuk hasil belajar yang didasarkan pada
kriteria tertentu. Melalui penilaian tersebut akan diketahui sejauh mana
hasil belajar yang dicapai peserta didik. Lebih lanjut Nana Sudjana (2005:
111) menyatakan, “Penilaian yang dilakukan terhadap proses belajar
mengajar memiliki fungsi yaitu: (1) untuk mengetahui tercapai tidaknya
tujuan pengajaran, (2) untuk mengetahui keefektifan proses belajar
mengajar yang telah dilakukan guru”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik menggambarkan
cerminan dari guru dan peserta didik. Hal ini maksudnya, hasil belajar
yang dicapai peserta didik menandakan peserta didik dapat menguasai
materi yang diterimanya. Sedangkan bagi guru, hasil belajar yang dicapai
peserta didik dapat diketahui tujuan pengajaran tercapai atau tidak atau
efektif tidaknya pengajaran yang telah dilakukan. Untuk itu penilaian
sangat penting dalam proses belajar mengajar.
3. Pembelajaran Senam Lantai Roll Depan
a. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran dewasa ini mengalami perubahan dan
perkembangan. Pembelajaran tidak hanya sekedar guru menyampaikan
ilmu pengetahuan atau keterampilan kepada siswa, tetapi pembelajaran
sekarang ini merupakan suatu proses agar siswa belajar sesuai dengan
kemampuannya. Pembelajaran sekarang ini lebih berorientasi bagaimana
seorang guru menciptakan lingkungan belajar yang baik, seperti penataan
lingkungan, menyediakan alat dan sumber pembelajaran dan hal-hal lain
yang memungkinkan siswa merasa senang, sehingga dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang dimiliki. M.
Sobry Sutikno (2009: 32) menyatakan, “Pembelajaran adalah segala upaya
yang dilakukan guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri
siswa”. Menurut Benny A. Pribadi (2009: 11) bahwa, “Pembelajaran
sebagai rangkaian peristiwa atau kegiatan yang disampaikan secara
terstruktur dan terencana dengan menggunakan sebuah atau beberapa
media”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, di dalam
kegiatan pembelajaran ada dua kegiatan memilih, menetapkan dan
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang
diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk
mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan
materi pelajaran dan mengelola pembelajaran. Dalam kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
pembelajaran seorang guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang
diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan
kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran
yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan
perencanaan yang matang. Dalam proses pembelajaran inilah, peran guru
dan siswa telah mengalami perubahan. Lebih lanjut M. Sobry Sutikno
(2009: 33-34) menyatakan:
(1) Peran guru telah berubah dari:
(a) Sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi,
ahli materi dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai
fasilitator pembelajaran, pelatih, kolabolator dan mitra
belajar.
(b) Dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek
pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan alternatif
dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses
pembelajaran.
(2) Peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan,
yaitu:
(a) Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif
dalam proses pembelajaran.
(b) Dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi
menghasilkan dan berbagi pengetahuan.
(c) Dari pembelajaran sebagai aktivitas individual menjadi
pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.
Dalam kegiatan proses pembelajaran siswa lebih dominan atau
berperan aktif. Siswa harus selalu berpartisipasi aktif, menghasilkan
berbagai macam pengatahuan dan harus mampu bekerjasama dengan
siswa lainnya. Sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator, memanage
berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa. Menurut Wina
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Sanjaya (2006: 79) karakteristik penting dari istilah pembelajaran yaitu:
“(1) Pembelajaran berarti membelajarkan siswa, (2) Proses pembelajaran
berlangsung di mana saja dan (3) Pembelajaran berorientasi pada
pencapaian tujuan”
Berdasarkan pengertian pembelajaran dan karakteristik
pembelajaran dapat disimpulkan, pembelajaran merupakan suatu kegiatan
yang dirancang oleh guru untuk membantu peserta didik mempelajari
suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis
melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran itu dikembangkan melalui pola
pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta peran pendidik dan
peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidik sebagai sumber belajar,
penentu metode belajar, dan juga penilai kemajuan belajar. Syaiful Sagala
(2005: 62) dijelaskan:
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru
untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat
meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik, serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru
sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap
materi pelajaran.
Berdasarkan pendpaat tersebut menunjukkan bahwa, pembelajaran
merupakan proses interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam
lingkungan belajar. Pendidik bertugas mengembangkan kreatifitas berfikir
peserta didik agar dapat meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik,
memiliki tabiat dan pembentukan sikap serta perilaku yang baik Dalam
kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai
tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan materi
pelajaran dan mengelola pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
seorang guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya
sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir
peserta didik dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat
merangsang kemampuan peserta didik untuk belajar dengan perencanaan
yang matang.
b. Pembelajaran Senam Lantai Roll Depan
Membelajarkan senam lantai pada siswa sekolah harus dilakukan
dengan tepat. Siswa harus diberi pemahaman yang tepat pengertian dari
senam lantai. Senam lantai roll depan merupakan jenis senam
ketangkasan. Dalam senam ketangkasan ini dibutuhkan beberapa
kemampuan, di antaranya kemampuan fisik yang baik dan keberanian. Aip
Syarifuddin & Muhadi (1992: 104) menyatakan, “Senam ketangkasan
adalah bentuk-bentuk gerakan yang harus dilakukan dengan kekuatan,
kecepatan, ketepatan, kelentukan, keberanian dan kepercayaan diri dalam
suatu rangkaian urutan yang terpadu”.
Memiliki kemampuan fisik yang baik dan keberanian serta
kepercayaan diri untuk melakukan sutau gerakan yang terpadu merupakan
syarat penting dalam senam ketangkasan. Senam ketangkasan ini disebut
juga dengan senam pertandigan atau senam artistik, karena bentuk-bentuk
gerakannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam
pertandingan baik mengenai sikap pada waktu akan melakukan keindahan
dan ketepatan serta keseimbangan pada sikap akhir.
Senam ketangkasan dapat dilakukan dengan alat dan tanpa alat.
Berkaitan dengan senam ketangkasan, roll depan merupakan jenis senam
tanpa alat yang sering disebut dengan istilah floor exercises atau disebut
juga dengan istilah tumbling. Suyati dan Agus Margono (2000: 101)
menyatakan:
Senam lantai dilakukan pada matras, unsur-unsur gerakannya
terdiri dari mengguling, melompat, berputar di udara, menumpu
dengan tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
atau pada waktu meloncat ke depan atau ke belakang. Bentuk-
bentuk latihannya juga merupakan gerakan dasar dari senam
perkakas (alat). Pada dasarnya bentuk-bentuk latihan bagi putra
dan putri adalah sama, tetapi untuk putri dimasukkan juga unsur-
unsur gerakan balet.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa,
senam lantai merupakan senam yang dilakukan di lantai beralaskan matras
dan tidak boleh menggunakan alat atau benda. Unsur dari gerakan senam
lantai yaitu, mengguling, melompat, berputar di udara, menumpu dengan
tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada waktu
meloncat ke depan atau ke belakang.
Berdasarkan unsur gerakan dari senam lantai, roll depan
merupakan jenis gerakan senam yang dilakukan dengan mengguling.
Menurut Eka Pribadi, Ono Sudiana & H.D. Lukman (1994: 35) bahwa,
“Gerakan roll depan yaitu: posisi badan membungkuk dengan kedua kaki
lurus dan kedua tangan lurus menempel pada matras. Kemudian posisi
kepala harus ditekuk ke bagian dalam, lalu menjatuhkan badan dengan
pundak diikuti oleh badan dan kedua tangan ditekuk untuk membantu
mengangkat badan dan kedua kaki mengikuti dengan lurus ke depan
hingga posisi duduk”. Sedangkan Suyati & Agus Margono (2000: 101-
102) membedakan gerakan roll depan menjadi dua macam yaitu, “(1)
Guling depan dengan tungkai bengkok dan (2) guling depan tungkai
lurus”.
Pelaksanaan guling depan dengan tungkai bengkok dan tungkai
lurus sebagai berikut:
(1) Guling depan tungkai bengkok:
(a) Sikap permulaan jongkok, pantat agak tinggi kedua lengan
lurus ke depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
(b) Luruskan tungkai, badan condong ke depan, tangan
menumpu pada matras selebar bahu, tarik dagu ke dada,
tengkuk letakkan pada matras.
(c) Mengguling ke depan mulai dari tengkuk, punggung, kaki
mengikuti gerakan badan
(d) Saat punggung mengenai matras, bengkokkan tungkai,
tarik paha ke dada, tangan menolak gerakan mengguling,
diteruskan hingga berakhir pada sikap jongkok, tangan
melekat pada tulang kering, pandangan lurus ke depan.
Gambar 2.1. Rangkaian Gerakan Roll Depan Tungkai Bengkok
(Sumber: Suyati & Agus Margono, 2000: 101)
(2) Guling depan tungkai lurus.
(a) Pelaksanaannya sama seperti pada nomor 1 guling depan
tungkai bengkok, saat punggung mengenai matras tangan
menolak, tungkai lurus, paha dekat dengan dada.
(b) Gerakan mengguling ke depan diteruskan lemparan tungkai
ke depan diikuti tolakan tangan, tumpuan tangan di
samping paha di depan pantat, badan condong ke depan
dagu dekat dada berakhir pada sikap berdiri, badan
membengkok.
Gambar 2.2. Rangkaian Gerakan Roll Depan Tungkai Lurus
(Sumber: Suyati & Agus Margono, 2000: 102)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Berdasarkan jenis gerakan roll depan baik dengan tungkai bengkok
maupun tungkai lurus, maka seorang guru Penjasorkes harus mampu
membelajarkan dengan benar. Jika siswa mengalami kesulitan dalam
pembelajaran roll depan, maka dapat melakukan modifikasi dalam bentuk
permainan. Dalam penelitian Ilmizizah (2009) 01 Agustus 2012 dijelaskan
modifikasi permainan senam lantai sebagai berikut:
(1) Pemain : 2-5 pasang, tidak terbatas.
(2) Peralatan : Tidak mengunakan peralatan
(3) Tempat : Gedung atau tempat bermain
(4) Keahlian : Kelenturan dan kelenturan tubuh
(5) Permainan : Tujuannya untuk mengetahui tim yang sampai
duluan di finis dengan sukses. Di lakukan secara berpasangan
dan orang pertama berdiri dan orang yang kedua berposisi
tidur dengan kedua kaki di tekuk, lalu orang pertama
memegang mata kaki orang kedua dengan cara membungkuk
dan orang kedua pun juga memegang mata kaki orang pertama.
Setelah itu dilakukan gulingkan roll depan secara berurutan
dan seirama dengan pasangan masing-masing.
(6) Sekor : Tim yang sampai duluan finish menjadi pemenang.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam
membelajarkan roll depan dapat dilakukan dalam bentuk permainan,
sebelum pada gerakan roll depan sesungguhnya. Hal ini dimaksudkan agar
siswa memiliki keberanian dan memiliki dasar berguling yang benar.
c. Kesalahan dalam Gerakan Roll Depan
Roll depan merupakan keterampilan yang sulit dan memiliki unsur
gerakan yang kompleks. Sehingga seringkali siswa melakukan kesalahan
dalam melakukan gerakan roll depan. Aip Syarifuddin & Muhadi (1992:
106) menyatakan:
Kesalahan umum dalam gerakan roll depan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
(1) Tidak mengangkat pinggul ke atas hingga kedua lutut tetap
tertekuk.
(2) Tidak membengkokkan siku ke samping tetapi ke belakang,
hingga sulit untuk memasukkan kepala ke antara kedua tangan
dan tidak membawa berat badan ke depan.
(3) Sebelum seluruh pundak mengenai matras sudah melompat
atau menolakkan kaki ke atas, akibatnya punggung jatuh ke
matras.
(4) Pada waktu memasukkan kepala ke antara kedua tangan,
pinggul tidak membantu mendorong badan ke depan, dan
tangan tidak menahan.
Kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam melakukan gerakan
roll depan di antaranya: tidak mengangkat pinggul ke atas, kedua siku
tidak dibengkokkan ke samping, sehingga sulit memasukkan kepala di
antara kedua lengan, melakukan lompatan sebelum seluruh pundak
menyentuh matras dan pinggul tidak membantu mendorong badan ke
depan. Kesalahan-kesalahan tersebut harus dihindari pada saat melakukan
gerakan roll depan. Untuk menghindari kesalahan-kesalahan seperti
tersebut di atas, maka dapat diberikan bantuan. Lebih lanjut Aip
Syarifuddin & Muhadi (1992: 106) memberikan tips cara memberikan
bantuan pada gerakan roll depan sebagai berikut:
(1) Pembantu berdiri pada salah satu lutut (kanan) kaki yang lain
(kiri) diletakkan sedemikian rupa hingga membantu kekuatan
dan keseimbangan.
(2) Tangan kanan pembantu memegang tengkuk, sedangkan
tangan kiri membantu mendorong paha atau pinggulnya.
(3) Pada waktu badan berguling, si pembantu membantu
mengangkat pundaknya agar kepala bagian belakang yang
melakukan tidak menyentuh matras.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Tips cara memberikan bantuan roll depan tersebut penting untuk
dipahami oleh seorang pembantu gerakan roll depan. Pemberian bantuan
yang benar akan lebih mempermudah gerakan roll depan. Tetapi
sebaliknya, pemberian bantuan yang salah justru akan dapat menimbulkan
rasa takut, bahkan cidera. Oleh karena itu seorang pembantu gerakan roll
depan harus betul-betul paham dan menguasai teknik memberi bantuan.
4. Alat Bantu Pembelajaran Senam
a. Prasarana dan Sarana Senam
Prasarana dan sarana pendidikan jasmani merupakan faktor penting
yang dapat mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Tersedianya
prasarana dan sarana yang memadai, baik dari segi kualitas dan jumlahnya
terhadap kebutuhan siswa akan memberikan kesempatan siswa untuk
memperagakan tugas ajar secara berulang-ulang, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Prasarana dan sarana olahraga merupakan daya pendukung yang
terdiri dari tempat berbentuk bangunan dan segala bentuk jenis peralatan
yang digunakan dalam memenuhi prasyaratan yang di tetapkan untuk
pelaksanaan program olahraga. Fungsi prasarana dan sarana olahraga yaitu
sebagai pendukung pelaksanan suatu kegiatan terutama dalam pengajaran
olahraga. Untuk menunjang kelancaran pembelajaran senam lantai, maka
prasarana dan sarana harus memadai. Dalam penelitian Ilmizizah (2009)
01 Agustus 2012 dijelaskan dalam membuat perencanan penyediaan
prasarana dan sarana pembelajaran senam harus memperhatikan 3 faktor
penting di antaranya:
(1) Kuantitas prasarana olahraga. Untuk menampung kegiatan
perlu dibutuhkan prasarana olahraga sesuai kebutuhan. Di
dalam gegiatan senam lantai di perlukan gedung atau gor
olahraga yang luas.
(2) Kualitas sarana olahraga. Guna menampung kegiatan
olahraga berprestasi maka diperlukan kualitas yang sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dengan syarat dan ketentuan masing-masing cabang olahraga.
Dalam cabang olahraga senam lantai diperlukan matras yang
luasnya 12 x 12 m dan dikelilingi matras selebar 1 m untuk
keamanan pesenam. Memenuhi standart internasional dan
ualitas bahan dan material harus memenuhi syarat
internasional.
(3) Pendanaan prasarana dan sarana olahraga. Untuk menujang
faktor di atas perlukan dana yang cukup besar sehingga dapat
disiapkan prasarana dan sarana yang mencukupi. Minimnya
dana akan menyebabkan kurangnya kemampuan unit kerja
terkait untuk mefasilitasi kegiatan olahraga
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, prasarana dan sarana
pembelajaran senam membutuhkan pendanaan yang besar. Karena
prasarana dan sarana pembelajaran senam membutuhkan dana yang besar
dan dari phak sekolah tidak dapat menyediakan, maka
dalammembelajarkan senam lantai dapat menggunakan alat bantu.
b. Alat Bantu
Keluhan umum para guru Penjasorkes dalam melaksanakan
pembelajaran Penjasorkes karena keterbatasan alat. Untuk mengtasi
keterbatasan alat pembelajaran Penjasorkes, maka dapat menggunakan alat
bantu. Berkaitan dengan alat bantu Sriyono Brotosuryo, Sunardi & M.
Furqon H. (1994: 294) menyatakan, “Alat bantu yaitu alat-alat yang
digunakan oleh guru sebagai sarana untuk membantu pelaksanaan
kegiatan mengajar”. Menurut H.J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto &
Sutijan (1998: 37) bahwa, “Alat bantu belajar atau pembelajaran adalah
semua alat yang digunakan dalam dalam kegiatan belajar mengajar dengan
maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber
(guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa)”.
Berdasarkan pengertian alat bant yang dikemukakan dua ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa, alat bantu yaitu, semua alat dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kegiatan pembelajaran yang berfyngsi untuk membantu menyampaikan
materi pelajaran. Alat bantu ini dapat menggunakan berbagai benda yang
berkaitan dengan materi pelajaran yang disampaikan. Sriyono Brotosuryo,
Sunardi & M. Furqon H. (1994: 294) menyatakan:
Jenis dan alat bantu mengajar yang dikembangkan di Indonesia
antara lain:
(1) Bahan-bahan cetakan atau bacaan
(2) Alat bantu mengajar/audio (dengar)
(3) Alat bantu tanpa proyeksi
(4) Alat bantu dengan proyeksi
(5) Lingkungan dan sumber-sumber masyarakat
(6) Kumpulan benda-benda.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, alat bantu pembelajaran
mencakup enam macam yaitu, bahan-bahan cetakan atau bacaan, alat
bantu audio (dengar), alat bantu tanpa proyeksi, alat bantu dengan
proyeksi, lingkungan dan sumber-sumber masyarakat dan kumpulan
benda-benda. Dari enam macam alat bantu tersebut, seorang guru dapat
memilihnya sesuai dengan kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran.
c. Alat Bantu Pembelajaran
Alat bantu pembelajaran sangat berperan penting untuk
mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Sriyanto (2010)
dalam blog sport-nya dikatakan, “Yang dimaksud alat bantu pendidikan
adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan
bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat
peraga karena berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam
proses pendidikan pengajaran”. Sedangkan M. Sobry Sutikno (2009: 106-
107) menyatakan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Ada beberapa fungsi penggunaan alat dalam proses pembelajaran
di antaranya:
(1) Menarik perhatian siswa
(2) Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses
pembelajaran.
(3) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitis
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan)
(4) Mengatasi keterbatasan ruang
(5) Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif
(6) Waktu pembelajaran bisa dikondisikan
(7) Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar
(8) Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu atau
menimbulkan gairah belajar
(9) Melayani gaya belajar siswa beraneka ragam.
(10) Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
Alat bantu pembelajaran memiliki fungsi yang sangat luas dalam
kegiatan belajar mengajar. Dengan menggunakan alat bantu pembelajaran
yang baik dan tepat, maka akan mendukung pencapaian hasil belajar yang
optimal. Oleh karena itu, seorang guru penjas harus mampu memanfaatkan
berbagai macam alat bantu pembelajaran, agar materi pembelajaran dapat
diterima oleh siswa secara optimal. Rusli Lutan & Adang Suherman
(2000: 46) menyatakan, “Terbuka kesempatan guru pendidikan jasmani
untuk membuat sendiri alat-alat sesuai dengan kebutuhan guna
menyampaikan bahan pelajaran”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, tidak ada ketentuan khusus
bahwa alat bantu yang digunakan harus alat yang lazim digunakan dalam
kegiatan olahraga sebenarnya. Oleh karena itu, seorang guru Penjasorkes
dituntut inovasi dan kreativitasnya untuk menciptakan atau menggunakan
alat bantu karena keterbatasan sarana pembelajaran Penjasorkes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
d. Modifikasi Alat Pembelajaran Senam Lantai Roll Depan
Ditinjau dari aspek-aspek modifikasi pembelajaran pendidikan
jasmani, modifikasi alat pembelajaran pendidikan jasmani dapat dilakukan
dari beberapa aspek, salah satunya modifikasi lingkungan pembelajaran.
Yoyo Bahagia & Adang Suherman (2000: 7) menyatakan, “Modifikasi
kondisi lingkungan pembelajaran meliputi: (1) peralatan, (2) penataan
ruang gerak dalam berlatih, (3) jumlah siswa yang terlibat dan, (4)
organisasi atau formasi berlatih”.
Pendapat tersebut menunjukkan, modifikasi lingkungan
pembelajaran pendidikan jasmani mencakup: peralatan, penataan ruang
gerak dalam berlatih, jumlah siswa yang terlibat dan, organisasi atau
formasi berlatih. Penggunakan bidang miring dalam pembelajaran roll
depan termasuk modifikasi peralatan dan penataan ruang gerak dalam
berlatih. Pemanfaat bidang miring dalam pembelajran roll depan berarti
mengurangi tingkat kesulitan dalam gerakan roll depan, sehingga siswa
lebih mudah melakukan roll depan. Pemanfaatan bidang miring perlu
dilakukan, jika penggunaan bidang datar siswa mengalami kesulitan untuk
melakukan roll depan. Lebih lanjut Rusli Lutan & Adang Suherman
(2000: 75) menyatakan:
Lakukan modifikasi peralatan, apabila peralatan diduga sebagai
penghambat keberhasilan Manakala kondisi sebenarnya menjadi
penghambat belajar keterampilan tertutup, rubahlah kondisi latihan
itu pada tingkat yang bisa dilakukan siswa selama perubahan
kondisi tersebut tidak merusak integritas skill yang dipelajarinya.
Memodifikasi peralatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani
pada prinsipnya sebagai solusi jika dalam pelaksanaan pembelajaran
pendidikan jasmani mengalami hambatan atau kesulitan. Ditinjau dari
prinsip-prinsip pembelajaran keterampilan, modifikasi peralatan
merupakan bentuk pembelajaran yang dilakukan dari cara yang mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
atau sederhana, yang selanjutnya secara bertahap ditingkatkan ke tingkat
yang lebih sulit atau kompleks. Seperti dikemukakan Sugiyanto (1996: 64)
bahwa:
Berdasarkan pertimbangan tingkat kesulitan dan tingkat
kompleksitas, penyusunan materi pelajaran hendaknya mengikuti
prinsip-prinsip:
(1) Dimulai dari materi belajar yang mudah dan ditingkatkan
secara berangsur-angsur ke materi yang lebih sukar.
(2) Dimulai dari materi belajar yang sederhana dan ditingkatkan
secara berangsur-angsur ke materi yang semakin kompleks.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan, memodifikasi alat
pembelajaran pendidikan sangat penting dilakukan dalam pembelajaran
pendidikan jasmani. Jika sarana atau peralatan sebenarnya siswa
mengalami kesulitan, maka sarana tersebut dapat dimodifikasi dengan
menggunakan sarana atau alat yang lebih sederhana atau menata alat
tersebut sedemikian rupa agar siswa mudah melakukan keterampilan yang
dipelajari.
5. Pembelajaran Roll Depan dengan Alat Bantu Bidang Miring
a. Hakikat Pembelajaran Roll Depan dengan Alat Bantu Bidang Miring
Pembelajaran roll depan dengan alat bantu bidang miring pada
dasarnya bertujuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa dalam
pembelajaran roll depan. Karena dengan matras mendatar siswa tidak
mampu berguling dengan baik dan benar. Dengan alat bantu yang ditata
miring akan memberi kemudahan siswa untuk melakukan gerakan roll
depan atau berguling.
Pembelajaran roll depan dengan alat bantu bidang miring
merupakan prinsip penataan lingkungan belajar. Rusli Lutan & Adang
Suherman (2000: 42) menyatakan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Penataan lingkungan pada prinsipnya adalah penataan
pembelajaran yang berhubungan dengan manusia, waktu, peralatan
dan lahan yang tersedia. Kadang-kadang penataan ini tercermin
secara eksplisit dalam tugas gerak dan kadang-kadang tidak.
Namun demikian penataan tersebut harus secara sengaja
direncanakan serta mempunyai tujuan yang jelas untuk
memperlancar proses belajar.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, penataan lingkungan
belajar sangat penting dan bagian yang harus direncanakan agar kegiatan
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Melalui alat bantu bidang miring, maka siswa akan merasa
mampu melakukan gerakan roll depan, siswa lebih aktif berpartisipasi
mengikuti tugas ajar dan memperbesar gerakan roll depan dapat dilakukan
dengan baik dan benar. Rusli Lutan (1988) yang dikutip Agus Kristiyanto,
Hanik Liskustyawati & Budhi Satyawan dalam Modul PLPG (2011: 20)
dijelaskan, “Tujuan modifikasi dalam pembelajaran Penjasorkes antara
lain (1) siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pembelajaran, (2)
meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan (3)
siswa dapat melakukan pola gerak secara benar”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, modifikasi sarana
pembelajaran banyak manfaat yang diperoleh di antaranya siswa menjadi
puas setelah mengikuti proses pembelajaran, akan mendukung
keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran dan siswa memiliki pola
gerak yang benar sesuai yang diharapkan. Hal ini artinya, modifikasi
pembelajaran Penjasorkes harus didasarkan beberapa pertimbangan.
Aussie (1996) yang dikutip Agus Kristiyanto dkk., (2011: 21)
menyatakan:
Pentingnya modifikasi pembelajaran Penjasorkes didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
(1) Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional
seperti orang dewasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
(2) Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi
akan mengurangi terjadinya cedera pada anak.
(3) Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan
keterampilan anak lebih cepat dibandingkan dengan peralatan
yang standar untuk orang dewasa.
(4) Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan
kesenangan pada anak-anak dalam situasi kompetetif.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, melalui modifikasi
pembelajaran dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran
Penjasorkes. Dengan memodifikasi pembelajaran mempertimbangkan
tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, karakteristik
peserta didik, sehingga berdampak pada peningkatan motivasi
keikutsertaaan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Roll Depan dengan Alat Bantu Bidang
Miring
Pembalajaran roll depan dengan pemanfaat alat bantu bidang
miring merupakan salah satu cara untuk memberi kemudahan siswa dalam
melakukan gerakan roll depan. Hampir sebagian besar siswa mengalami
kesulitan untuk membuat gerakan roll depan pada matras mendatar.
Dengan pemanfaatan alat bantu bidang miring akan memberi kemudahan
untuk melakukan gerakan roll depan. Soedarminto (1993: 79) menyatakan,
“Kecepatan gerak dan gesekan suatu benda dipengaruhi oleh bidang
permukaan”. Hal ini artinya, bidang matras yang diletakkan secara miring
akan dapat menjadikan gerakan roll depan lebih mudah dan cepat
menggelinding (berguling) ke bawah karena adanya tarikan gravitasi
bumi.
Alat bantu bidang miring penelitian ini dengan menggunakan
papan dari kayu. Biasworo Adisuryanto Aka (2009: 72)
menyatakan,”Kemiringan dalam pembelajaran roll depan yaitu, tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
bidang 75 cm, panjang 1,5 – 2 meter dan lebar 1 meter dengan sudut
kemiringan 40 derajat”.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka pembelajaran roll depan
dengan bidang miring yaitu, bidang miring dibuat dari papan kayu yang
telah dibuat sedemikian rupa diberi alas matras. Tinggi bidang miring 75
cm, lebar 1 meter dan panjang 2 meter. Pelaksanaan pembelajaran roll
depan dengan alat bantu bidang miring yaitu, guru menjelaskan teknik
gerakan roll depan dari sikap permulaan, gerakan berguling dan sikap
akhir. Selanjutnya guru memberikan contoh gerakan roll depan alat bantu
bidang miring. Untuk menjaga keamanan, di samping kanan dan kiri
bawah ditata matras/busa agar siswa tidak takut dan aman jika gerakan roll
depan tidak benar (jatuh ke samping kanan atau kiri).
Dari ketinggian 75 cm tersebut, selanjutnya ketinggiannya
dikurangi atau diturunkan menjadi 35 cm. Hal ini dimaksudkan agar siswa
dapat beradaptasi terhadap gerakan roll depan pada bidang datar. Untuk
lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi pembelajaran roll depan
dengan alat bantu bidang miring sebagai berikut:
1 m
75 cm
Sudut 40 derajat
1,5 – 2 meter
Gambar 2.3. Ilustrasi Pembelajaran Roll Depan dengan Alat Bantu Bidang Miring
(Sumber: Biasworo Adisuryanto Aka, 2009: 72)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Roll Depan dengan Alat
Bantu Bidang Miring
Berdasarkan panataan matras yang diletakkan secara miring,
pembelajaran ini bertujuan untuk memberikan kemudahan siswa untuk
melakukan gerakan roll depan. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran
roll depan dengan alat bantu bidang miring dapat diidentifikasi kelebihan
dan kelemahannya. Kelebihan pembelajaran roll depan dengan alat bantu
bidang miring antara lain:
1) Siswa menjadi lebih senang dan motivasi belajar meningkat.
2) Kesulitan-kesulitan siswa untuk berguling dapat teratasi.
3) Siswa merasa mampu dan mudah melakukan gerakan roll depan.
4) Dapat memberi dampak yang positif untuk beradaptasi pada gerakan
roll depan dengan matras mendatar.
Selain kelebihan seperti disebutkan di atas, pembelajaran roll
depan dengan pemanfaatan bidang miring juga memiliki beberapa
kelemahan. Kelemahan pembelajaran roll depan dengan pemanfaatan
bidang miring antara lain:
1) Siswa dapat terjatuh ke samping kiri atau kanan dari bidang miring,
sehingga dapat menimbulkan trauma dan cidera.
2) Siswa tidak mau melakukan pengulangan gerakan roll depan jika telah
mengalami jatuh.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang
dikemukakan. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan
khususnya yang terkait dengan pembelajaran senam roll depan dengan hasil yang
masih bervariasi atau beragam. Berikut ini disajikan penelitian yang relevan
sebagai berikut:
1. Penelitian Fitriyanto dengan judul, “Perbedaan Pengaruh Pemblajaran Roll
Depan dengan Mataras Mendatar dan Matras Miring terhadap Hasil Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Roll Depan Siswa Putri Kelas V SD Negeri Majenang 3 Sukodono Kabupaten
Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011”. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh
simpulan pembelajaran roll depan dengan matras miring mempunyai pengaruh
yang lebih baik terhadap hasil belajar roll depan siswa putri kelas V dan VI
SD Negeri Majenang 3 Sukodono Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2010/2011.
2. Penelitian Aswara, Agung Yuda. Dengan judul, “Peningkatan Hasil Belajar
Gerakan Senam Lantai Guling ke Depan dengan Menggunakan Media Matras
dan Variasi Pembelajaran pada Siswa Kelas VII B SMP N 2 Grati Kabupaten
Pasuruan”. Penelitian tersebut diperoleh simpulan media mtras dan variasi
pembelajaran yang diberikan oleh guru dapat meningkatkan proses
pembelajaran dan hasil belajar gerakan senam lantai guling ke depan pada
siswa kelas VII B SMP N 2 Grati Kabupaten Pasuruan.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat dibuat
skema kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.4. Konseptual Kerangka Berpikir
Akibatnya ke Siswa Kondisi Awal Masalah Guru dalam
Mengajar
Siklus pembelajaran roll depan dengan bidang miring
Pemanfaatan Alat Bantu Bidang Miring
Tindakan
Melalui Alat Bantu Bidang Miring dapat meningkatkan hasil belajar roll depan
Kondisi Akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Berdasarkan kerangka konseptual yang digambarkan tersebut bahwa,
dalam pembelajaran roll depan banyak kesulitan atau permasalahan yang dihadapi
siswa. Dari kesulitan atau permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran roll
depan, mengakibatkan hasil belajar roll depan tidak optimal.
Kesulitan atau permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran roll
depan antara lain: takut, merasa tidak mampu berguling, pusing dan lain
sebagainya. Pembelajaran roll depan pada umumnya dilakukan dengan matras
mendatar. Jarang sekali atau bahkan guru Penjasorkes melakukan inovasi atau
memiliki kreativitas dalam membelajarkan senam roll depan, jika siswanya
mengalami kesulitan. Guru Penjasorkes pada umumnya tidak mau bersusah
menciptakan alat pembelajaran senam yang bertujuan mengatasi kesulitan yang
dihadapi siswa.
Pembelajaran senam roll depan pada umumnya hanya sebatas dengan
memberi bantuan dorongan, itu pun hasilnya tidak optimal. Kesulitan yang
dihadapi siswa dalam pembelajaran senam roll depan seharusnya dicarikan solusi
yang tepat. Terbtasanya prasarana olahraga menuntut seorang guru Penjasorkes
harus memiliki kreatifitas dan inovasi-inovasi untuk mengatasi kesulitan siswa
dengan menciptakan alat bantu seperti membuat bidang miring untuk
membelajarkan roll depan.
Kreatifitas dan inovasi dalam membelajarkan materi Penjas termasuk roll
depan sangat penting agar diperoleh hasil belajar yang maksimal. Melalui
pemanfaatan bidang miring dalam membelajarkan senam roll depan, maka
kesulitan yang dihadapi siswa dapat teratasi. Pembelajaran senam roll depan
dengan pemanfaatanb bidang miring akan meningkatkan motivasi belajar siswa,
siswa merasa mampu dan mudah melakukan gerakan berguling (roll), siswa lebih
aktif melaksanakan tugas ajar. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa,
pemanfaatan alat bantu bidang miring dapat meningkatkan hasil belajar roll
depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lapangan olahraga SMP Negeri 1
Purwadadi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada bulan Mei
sampai dengan selesai.
Tabel 3.1. Rincian Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
No Kegiatan Penelitian
Tahun 2012
April Mei Juni Oktober-
Nopembe
r
Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 a) Koordinasi peneliti dengan
kepala sekolah dan guru
Penjasorkes
2 b) Diskusi dengan guru
Penjasorkes untuk
mengidentifikasi masalah
pembelajaran roll depan dan
merancang tindakan
3 Pengajuan judul PTK
4 Menyusun proposal PTK
5 Konsultasi Proposal PTK
6 Seminar
7 Revisi hasil seminar
8 PTK
9 Analisis data dan penyusunan
laporan
10 Konsultasi Hasil Penyusunan
PTK
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwadadi
tahun pelajaran 2011/2012.
B. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini yaitu aktivitas siswa selama kegiatan penelitian
berlangsung. Jenis data dari siswa selama kegiatan penelitian berlangsung
meliputi data afektif, kognitif dan psikomotorik. Sumber data diperoleh dari siswa
kelas VII C SMP Negeri 1 Purwadadi tahun pelajaran 2011/2012.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari tes dan
observasi.
1. Tes dipergunakan untuk mendapatkan data hasil belajar senam lantai roll
depan.
2. Observasi dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data tentang
aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar saat pembelajaran
senam lantai roll depan dengan pemnaftaatan bidang miring. Sedangkan alat
pengumpulan data yang digunakan penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.2. Pengumpulan Data Penelitian Tindakan Kelas
No Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Instrmen
1 Hasil belajar roll
depan
Siswa Tes praktik Tes
kemampuan
roll depan
2 Aktivitas guru Peristiwa kegiatan
belajar mengajar
Observasi Lembar
observasi
3 Keaktifan siswa Siswa Observasi Lembar
observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
4 Aktifitas siswa Peristiwa kegiatan
belajar mengajar
Observasi Lembar
observasi
5 Pemnafaatan
bidang miring
Peristiwa kegiatan
belajar mengajar
Obsevasi Lembar
observasi
E. Uji Validitas Data
Untuk menguji validatas data yang terkumpul menggunakan teknik
triangulasi. Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatifnya adalah skor perolehan roll depan, data kualitatif dalam penelitian
ini terdiri atas aktifitas guru, keaktifan siswa, aktifitas siswa, dan pemnafaatan
bidang miring dalam pembelajaran roll depan.
Data kuantitatif untuk menentukan ketuntasan belajar siswa dengan cara
N. Psikomotorik (50%) + N. Afektif (30%) + N. Kognitif (20%).
F. Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan
siklus PTK dianalisis secara deskriptif untuk melihat kecenderungan yang terjadi
dalam kegiatan pembelajaran.
1. Menganalisis rata-rata tes roll depan, kemudian dikategorikan dalam
klasifikasi skor yang telah ditentukan.
2. Menganalisis rangkaian gerakan roll depan, kemudian dikategorikan dalam
klasifikasi skor yang telah ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
G. Indikator Kinerja Penelitian
Untuk menentukan ketercapaian tujuan penelitian di bawah ini dirumuskan
indikator keberhasilan tindakan sebagai berikut:
Tabel 3.3. Indikator Kinerja Penelitian
Aspek yang diukur Persentase siswa
yang ditargetkan
Data
Cara mengukur
Kemampuan melakukan
roll depan
80% Diamati saat melakukan tes roll depan,
baik dari sikap permulaan, gerakan
pelaksanaan dan sikap akhir
Disiplin, keberanian dan
tanggung jawab
80% Diamati saat pembelajaran
berlangsung dengan melihat sikap
yang ditunjukkan siswa pada saat
pembelajaran roll depan dengan
pemanfaatan bidang miring
Menjelaskan teknik gerakan
roll depan
80% Diukur melalui kuis/pertanyaan
tentang teknik gerakan roll depan
H. Prosedur Penelitian
Untuk memperoleh hasil penelitian seperti yang diharapkan, prosedur
penelitian ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Rancangan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun sekenario
pembelajaran yang terdiri dari:
a) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetesi
dasar yang akan disampaikan peserta didik dalam pembelajaran roll
depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
b) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan
(treatment) yang diterapkan dalam PTK, yaitu pembelajaran senam
lantai roll depan dengan metode progresif.
c) Menyusun instrument yang digunakan dalam siklus PTK, penilaian
kemampuan roll depan.
d) Menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pembelajaran roll depan dengan menggunakan bidang miring.
e) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah
melaksanakan proses pembelajaran di lapangan dengan langkah-langkah
kegiatan antara lain:
1) Menjelaskan kegiatan pembelajaran roll depan dengan menggunakan
bidang miring.
2) Melakukan pemanasan
3) Melakukan pembelajaran roll dengan pemanfaatan alat bantu bidang
miring, dengan ketentuan pola gerakan yaitu:
a) Sikap permulaan roll depan sikap jongkok
b) Gerakan berguling
c) Sikap akhir
4) Menarik kesimpulan
5) Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, baik
aspek afektif, kognitif dan psikomotorik.
6) Melakukan pendinginan
c. Tahap Refleksi
Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan
perbaikan yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi siklus tindakan
berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Prosentase indikator pencapaian keberhasilan penelitian pada tabel berikut:
Tabel 3.4. Prosentase Target Ketercapaian Penelitian Tindakan Kelas
Aspek yang
diukur
Prosentase
Target Capaian
Cara mengukur
Hasil belajar
roll depan
80% Diukur dengan tes roll depan.
Petunjuk pelaksanaan terlampir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripisi Pra Tindakan
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan pada siswa kelas VII C SMP Negeri
1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 pada pembelajaran senam lantai roll
depan. Penelitian Tindakan Kelas senam latai roll depan dilakukan pada siswa
kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012, karena banyak
permasalahan yang dihadapai siswa yang berdampak rendahnya ketuntasan hasil
belajar.
Rendahnya ketuntasan hasil belajar pada materi senam lantai roll depan
siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012
disebabkan oleh beberapa faktor. Dari hasil survey di lapangan saat pembelajaran
roll depan siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012
dijumpai hal-hal sebagai berikut:
1. Siswa kurang memperhatikan saat guru Penjasorkes menjelaskan materi roll
depan. Dari kegiatan wawancara dengan guru Penjasorkes di sekolah yang
bersangkutan diperoleh informasi bahwa, siswa cenderung sulit diatur saat
pembelajaran Penjasorkes berlangsung. Hal ini dapat dibuktikan oleh peneliti
saat melakukan pengamatan. Saat mengikuti pembelajaran Penjasorkes, siswa
menunjukkan sikap seenaknya sendiri, tidak memperhatikan penjelasan guru,
tidak memperhatikan pelajaran sepenuhnya (sambil lalu), ada yang berbicara
dengan teman lainnya, bahkan ada yang bermain sendiri dengan temannya.
2. Prasarana dan sarana pembelajaran Penjasorkes yang terbatas.
Terbatasanya prasarana dan sarana pembelajaran Penjasorkes terbukti dengan
tidak memiliki lapangan olahraga dan sedikitnya alat-alat olahraga yang
dimiliki sekolah untuk pembelajaran Penjasorkes.
3. Kurangnya kreatifitas dan inovasi untuk menciptakan alat bantu pembelajaran
Penjasorkes.Pembelajaran Penjasorkes yang dilakukan monoton dan tidak
pernah membuat alat bantu untuk menyampaikan materi pelajaran Penjasorke.
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Sebelum diberi Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dilakukan tes awal (pra
siklus) roll depan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar. Berikut ini disajikan
kondisi awal ketuntasan hasil belajar roll depan siswa kelas VII C SMP Negeri 1
Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 sebagai berikut:
Tabel 4.1. Kondisi Awal Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan Siswa Kelas VII C
SMP Negeri 1 Purwodadi Tahun Pelajaran 2011/2012
No Nama Nilai Keterangan 1 Affin Enfira Cahyani S 68.2 Tidak Tuntas 2 Ainun Ilma 63.4 Tidak Tuntas 3 Alyayusa Hana Zahda 66.5 Tidak Tuntas 4 Ananda Heryunita P 63.3 Tidak Tuntas 5 Aulia Rahmani 66.6 Tidak Tuntas 6 Bagus Agung Yudha P 67.9 Tidak Tuntas 7 Bintang Viga Handika 67.8 Tidak Tuntas 8 Chikita Dian Rahma S 65.9 Tidak Tuntas 9 Daffa Ghafari Amirullah 59.8 Tidak Tuntas 10 Dianti Alzena Putra 66.0 Tidak Tuntas 11 Dwimara Pitaloka 61.7 Tidak Tuntas 12 Erni Widyanti 65.2 Tidak Tuntas 13 Maulana Rama Ardyansah 63.2 Tidak Tuntas 14 Muchamad Ikbar S.Q 65.2 Tidak Tuntas 15 Nur Sabila Rizky 56.7 Tidak Tuntas 16 Ricky Setiawan 70.3 Tuntas 17 Rinda Dwi Oktavia 64.4 Tidak Tuntas 18 Sabiilarrizqi Rochmatul U 68.6 Tidak Tuntas 19 Salsa Ayu Widyana 67.8 Tidak Tuntas 20 Sherin Vernanda Putri 64.9 Tidak Tuntas 21 Sukma Hayu K 65.8 Tidak Tuntas 22 Vinessa Andriyani 65.7 Tidak Tuntas 23 Wildanu Fauzi 64.0 Tidak Tuntas 24 Yosi Impiani 69.5 Tidak Tuntas 25 Anisa Setiorini 63.7 Tidak Tuntas Jumlah 1632.2 Rerata 65.29 SD 2.97 Tertinggi 70.3 Terendah 56.7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa, rata-rata hasil belajar roll
depan siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012
tidak tuntas. Rerata nilai hasil belajar senam lantai roll depan 65,29, sedangkan
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 75. Berdasarkan data tes awal (pra siklus)
hasil belajar roll depan siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun
pelajaran 2011/2012 yang mencapai ketuntasan belajar hanya 1 siswa atau 4.00%.
Sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 24 siswa atau 96.00%. Data
nilai ketuntasan hasil belajar roll depan pada tes awal (pra siklus) terlampir.
Berdasarkan tes hasil belajar roll depan siswa kelas VII C SMP Negeri 1
Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012, selanjutnya peneliti merencanakan
tindakan 1, meliputi kegiatan sebagai berikut:
2) Peneliti merancang pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar roll depan
dengan pemanfaatan alat bantu bidang miring. Langkah-langkah yang
dilakukan sebagai berikut:
a) Peneliti menjelaskan pembelajaran roll depan dengan pemanfaatan alat
bantu bidang miring.
b) Peneliti memberikan contoh gerakan roll depan dengan pemanfaatan alat
bantu bidang miring.
c) Peneliti dan siswa merefleksikan terhadap proses pembelajaran yang
dilakukan.
3) Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi
pembelajaran roll depan dengan pemanfaatan alat bantu bidang miring sesuai
dengan materi pada siklus 1.
1. Siklus 1
a) Perencanaan Tindakan I
Pelaksanaan PTK pembelajaran roll depan dengan pemanfaatan alat
bantu bidang miring meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan,
(3) observasi dan interprestasi, (4) analisis dan refleksi.
Pembelajaran roll depan dengan pemanfaatan alat bantu bidang
miring dilakukan selama dua (2) minggu sesuai dengan jadwal
pembelajaran Penjasorkes kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
pelajaran 2011/2012. Pembelajaran ini diberikan satu (1) kali dalam satu
minggu selama dua minggu.
b) Pelaksanaan Tindakan 1
Pelaksanaan pembelajaran roll depan dengan pemanfaatan alat
bantu bidang miring pada siklus 1 sebagai berikut:
(1) Bidang miring terbuat dari papan kayu yang dibuat sedemikian
rupa dengan ketinggian 75 cm, dan 35 cm lebar 1 meter dan
panjang 2 meter.
(2) Di atas papan kayu diberi alas matras dan untuk menjaga
keamanan, di samping kanan dan kiri bawah bidang miring ditata
matras/busa agar siswa tidak takut dan aman jika gerakan roll
depan tidak benar (jatuh ke samping kanan atau kiri).
(3) Siswa melakukan roll depan dari bagian ujung atas papan yang
telah dibuat dengan posisi miring. Roll depan yang dilakukan
dari atas pada posisi papan miring akan memudahkan untuk
melakukan gerakan berguling (roll)
1 m
Sudut 40 derajat
75 cm
35 cm 30derajat
t 1,5- 2meter
Gambar 4.1. Tindakan Siklus 1
c) Observasi dan Interprestasi
Setelah diberikan tindakan pada siklus 1 yaitu, pembelajaran roll
depan dengan pemanfaatan alat bantu bidang miring, selanjutnya dilakukan
tes roll depan pada matras mendatar dan penilaian ketuntasan hasil belajar.
Hasil tes roll depan dan nilai ketuntasan hasil belajar dari kondisi awal (pra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
siklus) ke siklus 1 siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun
pelajaran 2011/2012 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2. Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan dari Kondisi Awal ke
Siklus 1 Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Purwadadi Tahun
Pelajaran 2011/2012
No Nama Kondisi Awal Siklus 1 Nilai Keterangan Nilai Keterangan
1 Affin Enfira Cahyani S 68.2 Tidak Tuntas 78.4 Tuntas 2 Ainun Ilma 63.4 Tidak Tuntas 76.2 Tuntas 3 Alyayusa Hana Zahda 66.5 Tidak Tuntas 76.5 Tuntas 4 Ananda Heryunita P 63.3 Tidak Tuntas 68.9 Tidak Tuntas 5 Aulia Rahmani 66.6 Tidak Tuntas 77.7 Tuntas 6 Bagus Agung Yudha P 67.9 Tidak Tuntas 77.6 Tuntas 7 Bintang Viga Handika 67.8 Tidak Tuntas 76.7 Tuntas 8 Chikita Dian Rahma S 65.9 Tidak Tuntas 75.9 Tuntas 9 Daffa Ghafari Amirullah 59.8 Tidak Tuntas 78.7 Tuntas 10 Dianti Alzena Putra 66.0 Tidak Tuntas 76.5 Tuntas 11 Dwimara Pitaloka 61.7 Tidak Tuntas 77.5 Tuntas 12 Erni Widyanti 65.2 Tidak Tuntas 74.5 Tuntas 13 Maulana Rama Ardyansah 63.2 Tidak Tuntas 76.9 Tuntas 14 Muchamad Ikbar S.Q 65.2 Tidak Tuntas 76.6 Tuntas 15 Nur Sabila Rizky 56.7 Tidak Tuntas 63.3 Tidak Tuntas 16 Ricky Setiawan 70.3 Tuntas 78.3 Tuntas 17 Rinda Dwi Oktavia 64.4 Tidak Tuntas 75.3 Tuntas 18 Sabiilarrizqi Rochmatul U 68.6 Tidak Tuntas 78.2 Tuntas 19 Salsa Ayu Widyana 67.8 Tidak Tuntas 75.1 Tuntas 20 Sherin Vernanda Putri 64.9 Tidak Tuntas 74.4 Tuntas 21 Sukma Hayu K 65.8 Tidak Tuntas 77.5 Tuntas 22 Vinessa Andriyani 65.7 Tidak Tuntas 77.7 Tuntas 23 Wildanu Fauzi 64.0 Tidak Tuntas 77.5 Tuntas 24 Yosi Impiani 69.5 Tidak Tuntas 78.3 Tuntas 25 Anisa Setiorini 63.7 Tidak Tuntas 69.3 Tidak Tuntas Jumlah 1632.2 1893.5 Rerata 65.29 75.74 SD 2.97 3.49 Tertinggi 70.3 78.7 Terendah 56.7 63.3
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa, rata-rata hasil
belajar roll depan siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun
pelajaran 2011/2012 dari kondisi awal ke siklus 1 tuntas. Rerata nilai hasil
belajar roll depan 75,74. Berdasarkan data tes roll depan setelah siklus 1
siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 22 siswa atau 88.00%.
Sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 siswa atau 12.00%.
Dari kondisi awal ke siklus 1 ternyata mengalami peningkatan 84% Data
nilai ketuntasan hasil belajar roll depan dari pra siklus ke siklus 1 terlampir.
d) Analisis dan Refleksi Tindakan 1
Berdasarkan pembelajaran roll depan dengan pemanfaatan alat
bantu bidang miring pada siklus 1, ternyata peningkatan ketuntasan belajar
cukup tinggi, malampaui target yang ditetapkan, namun masih ada 3 (tiga)
siswa yang belum tuntas. Tiga siswa yang belum tuntas dalam
pembelajaran roll depan disebabkan antara lain:
1) Siswa kurang aktif dan tidak serius mengikuti pembelajaran.
2) Siswa kurang memahami maksud dan tujuan pembelajaran yang
dilakukan, sehingga perlu diberi penjelasan lagi lebih kongkrit.
3) Peneliti tidak memberi reward atau pujian kepada siswa. Misalnya
bagus sekali, baik sekali, tepat sekali dan lain sebagainya ataupun
memberi nilai tambahan kepada siswa yang melakasanakan
pembelajaran dengan serius.
Tabel 4.3. Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan Siswa Kelas VII C SMP
Negeri 1 Purwodadi Tahun Pelajaran 2011/2012 dari Siklus 1
No Nama Siklus 1 Nilai Keterangan
1 Affin Enfira Cahyani S 78.4 Tuntas 2 Ainun Ilma 76.2 Tuntas 3 Alyayusa Hana Zahda 76.5 Tuntas 4 Ananda Heryunita P 68.9 TidakTuntas 5 Aulia Rahmani 77.7 Tuntas 6 Bagus Agung Yudha P 77.6 Tuntas 7 Bintang Viga Handika 76.7 Tuntas 8 Chikita Dian Rahma S 75.9 Tuntas 9 Daffa Ghafari Amirullah 78.7 Tuntas
10 Dianti Alzena Putra 76.5 Tuntas 11 Dwimara Pitaloka 77.5 Tuntas 12 Erni Widyanti 74.5 Tuntas 13 Maulana Rama Ardyansah 76.9 Tuntas 14 Muchamad Ikbar S.Q 76.6 Tuntas 15 Nur Sabila Rizky 63.3 TidakTuntas 16 Ricky Setiawan 78.3 Tuntas 17 Rinda Dwi Oktavia 75.3 Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
18 Sabiilarrizqi Rochmatul U 78.2 Tuntas 19 Salsa Ayu Widyana 75.1 Tuntas 20 Sherin Vernanda Putri 74.4 Tuntas 21 Sukma Hayu K 77.5 Tuntas 22 Vinessa Andriyani 77.7 Tuntas 23 Wildanu Fauzi 77.5 Tuntas 24 Yosi Impiani 78.3 Tuntas 25 Anisa Setiorini 69.3 TidakTuntas
Jumlah 1893.5 Rerata 75.74 SD 3.49 Tertinggi 78.7 Terendah 63.3
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa, rata-rata hasil
belajar roll depan pada siklus 1 tuntas. Rerata nilai hasil belajar roll depan
siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012
pada siklus 1 yaitu 75,74. Berdasarkan data tes hasil belajar roll depan
siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012
yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 22 siswa atau 88.00%. Dari pra
siklus ke siklus 1 ternyata mengalami peningkatan 4.00% Data nilai
ketuntasan hasil belajar roll depan siswa kelas VII C SMP Negeri 1
Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 dari pra siklus ke siklus 1 terlampir.
C. Perbandingan Hasil Tindakan antar Siklus
Berdasarkan hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pembelajaran
roll depan dengan pemanfaatan alat bantu bidang miring pada siswa kelas VII C
SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 dari pra siklus, siklus 1
ternyata mengalami peningkatan yang komperhensif dan gradual. Berikut ini
dipaparkan perbandingan peningkatan hasil belajar roll depan pada siswa kelas
VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 dari pra siklus ke
siklus 1, siklus 1 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
1. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan dari Pra Siklus ke
Siklus 1
Perbandingan ketuntasan hasil belajar roll depan siswa kelas VII C
SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 dari pra siklus ke siklus
1 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan dari Pra Siklus
ke Siklus 1.
Ketuntasan Hasil Belajar roll
depan Pra Siklus
Ketuntasan Hasil Belajar Roll
Depan pada Siklus 1
4.00% 88.00%
Berikut ini disajikan grafik perbandingan ketuntasan hasil belajar roll
depan siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012
dari prasiklus ke siklus 1 sebagai berikut:
Gambar 4.2. Histogram Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan dari
Pra Siklus ke Siklus 1
Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa, ketuntasan hasil
belajar roll depan siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun
88.00%
4.00%
0.00%
10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00%
Pra Siklus Siklus 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
pelajaran 2011/2012 dari pra siklus ke siklus 1 mengalami peningkatan
88.00%.
2. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan Pra Siklus
Prosentase ketuntasan hasil belajar roll depan siswa kelas VII C SMP
Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 pra siklus sebagai berikut:
Tabel 4.5. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar dan Prosentase Hasil Belajar
Roll Depan Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi Tahun
Pelajaran 2011/2012 pada Pra Siklus.
Rentang
Nilai
Kriteria Keterangan Jumlah Anak Prosentase
>80 Tuntas Baik Sekali 0 0,00%
75 – 79 Tuntas Baik 0 0,00%
70 – 74 Tuntas Cukup 1 4,00%
65 – 69 TidakTuntas Kurang 15 60,00%
< 64 TidakTuntas KurangSekali 9 36,00%
Jumlah
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa, pada kondisi awal
ketuntasan hasil belajar roll depan siswa kelas VII C SMP Negeri 1
Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 dengan kategori cukup (tuntas)
sebanyak 1 siswa (4,00%), kategori kurang (tidak tuntas) sebanyak 15 siswa
(60.00%) dan kurang sekali (tidak tuntas) sebanyak 9 siswa (36.00%).
3. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan setelah Siklus 1
Rekapitulasi ketuntasan hasil belajar roll depan siswa kelas VII C SMP
Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 setelah siklus 1 disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 4.6. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar dan Prosentase Hasil Belajar
Roll Depan Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi Tahun
Pelajaran 2011/2012 setelah Siklus 1.
Rentang
Nilai
Kriteria Keterangan Jumlah Anak Prosentase
>80 Tuntas Baik Sekali 0 0,00%
75 – 79 Tuntas Baik 21 88,00%
70 – 74 Tuntas Cukup 1 4,00%
65 – 69 Tidak Tuntas Kurang 2 8,00%
< 64 Tidak Tuntas Kurang Sekali 1 4,00%
Jumlah
Gambar 4.3. Histogram Ketuntasan Hasil Belajar Roll Depan Pra Siklus, setelah
Siklus 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Berdasarkan gambar tersebut menunjukkan bahwa, setelah siklus 1
ketuntasan hasil belajar roll depan siswa kelas VII C SMP Negeri 1
Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 dengan kategori baik (tuntas) sebanyak
21 siswa (88.00%).
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan
menunjukkan bahwa, pembelajaran roll depan dengan pemanfaatan alat bantu
bidang miring dapat meningkatkan hasil belajar roll depan siswa kelas VII C SMP
Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012.
Dari hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa, sebelum
diberi perlakukan (action) siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun
pelajaran 2011/2012 yang tuntas hanya 1 siswa (4.00%). Selanjutnya pada siklus
1 mengalami peningkatan yang signifikan yaitu, sebanyak 22 siswa (88.00%).
Ditinjau dari kategori ketuntasan hasil belajar roll depan siswa kelas VII C
SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012 mengalami peningkatan
yang cukup baik. Pada pra siklus siswa yang tuntas dan memiliki kategori cukup
hanya 1 siswa. Pada siklus 1 kategori siswa mengalami peningkatan kategori
cukup 1 siswa, kategori baik 21 siswa.
Berdasarkan prosentase ketuntasan hasil belajar roll depan dan
kategorinya menunjukkan bahwa, pembelajaran roll depan dengan pemanfaatan
alat bantu bidang miring dapat meningkatkan hasil belajar roll depan siswa kelas
VII C SMP Negeri 1 Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012. Karena alat bantu
bidang miring memberi kemudahan wsiswa untuk melakukan gerakan roll depan.
Ditinjau dari biomekanika bahwa, kecepatan gerak suatu benda dipengaruhi oleh
bidang permukaan. Hal ini artinya, bidang permukaan yang dibuat miring sangat
efektif untuk membantu gerakan berguling (roll). Pembelajaran roll depan dengan
pemanfaatan alat bantu bidang miring yang dilakukan secara teratur akan
menguatkan respon siswa, sehingga siswa dapat mentransfernya dalam gerakan
roll depan pada bidang datar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan diperoleh
simpulan sebagai berikut: Pemanfaatan alat bantu bidang miring dapat
meningkatkan hasil belajar roll depan pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1
Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012. Ketercapaian ketuntasan hasil belajar roll
depan dari pra siklus ke siklus 1 sebesar 88.00%.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa,
keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa serta model pembelajaran dan alat
bantu pembelajaran yang digunakan.
Kemampuan guru dalam mengembangkan materi, menyampaikan
materi, mengelola kelas, metode yang digunakan dalam proses pembelajaran, alat
dan media pembelajaran yang tepat, serta teknik yang digunakan guru sebagai
sarana untuk menyampaikan materi. Faktor dari siswa yaitu, minat dan motivasi
dalam mengikuti proses pembelajaran, ketersediaan alat/media pembelajaran yang
menarik dapat membantu siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga akan
diperoleh hasil belajar yang optimal.
Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa, dengan
menggunakan pemanfaatan alat bantu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
baik proses maupun hasil. Bagi guru bidang studi Penjasorkes, hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam melaksanakan proses
pembelajaran Penjasorkes, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan hasil
belajar roll depan yang efektif dan menarik yang membuat siswa lebih aktif serta
menghapus persepsi siswa mengenai pembelajaran Penjasorkes yang pada
awalnya membosankan menjadi pembelajaran yang menyenangkan.
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal,
khususnya kepada para guru Pernjasorkes SMP Negeri 1 Purwodadi sebagai
berikut:
1. Guru hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam
mengembangkan materi, menyampaikan materi, serta dalam mengelola kelas,
sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat
seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya.
2. Guru hendaknya mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk
masukan, saran, dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki kualitas
mengajarnya.
3. Guru hendaknya lebih inovatif dalam menerapkan metode, penggunaan alat
dan media untuk menyampaikan materi pembelajaran.
4. Sekolah hendaknya berusaha menyediakan fasilitas yang dapat mendukung
kelancaran kegiatan belajar mengajar Penjasorkes.