meningkatkan kemampuan bermain drama melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw...
TRANSCRIPT
1
A. JUDUL
“MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW
PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BONGKOK KECAMATAN PASEH
KABUPATEN SUMEDANG.”
B. BIDANG KAJIAN
Bidang kajian dalam penelitian ini adalah tentang penerapan model
pembelajaran, model yang diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif teknik
jigsaw untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa kelas V SD Negeri
Bongkok kecamatan Paseh.
C. PENDAHULUAN
Dalam kurikulum pendidikan dasar salah satu mata pelajaran yang diajarkan
di SD adalah bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia dimaksudkan
untuk mengembangkan keterampilan berbahasa dan menanamkan sikap positif
terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai bahasa yang komunikatif.
Keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia terdiri dari empat aspek yaitu aspek mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis. Keempat aspek yang diajarkan tersebut berhubungan satu
sama lain, jika seseorang mendengarkan pasti ada orang yang berbicara, begitu
pula orang yang membaca berarti ia menikmati dan menghayati tulisan orang lain.
Keempat keterampilan berbahasa sebagai alat untuk berkomunikasi harus dikuasai
2
oleh setiap orang. Proses komunikasi itu sendiri terdiri dari komunikasi lisan dan
komunikasi tulisan.
Berbicara merupakan proses komunikasi secara lisan, hal itu sejalan dengan
pendapat yang dikemukakan Haryadi dan Zamzani (1997: 54), bahwa “Berbicara
adalah suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga maksud tersebut dapat dipahami
orang lain.” Berbicara sebagai salah satu proses penyampaian maksud kepada
orang lain secara lisan, keberhpasilannya ditentukan oleh kemampuan pembicara.
Kemampuan tersebut salah satunya bisa berbentuk terhadap makna pesan yang
hendak disampaikan.
Seorang pembicara yang memiliki kemampuan menyampaikan pesan berupa
ide, pikiran, isi hati orang lain dengan baik maka isi pesan tersebut akan mudah
dipahami oleh orang yang menerima pesan tersebut. Oleh karena itu, untuk
mencapai kemampuan tersebut maka keterampilan berbicara perlu dilatihkan dan
dipelajari baik melalui lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Proses pencapaian keterampilan berbicara siswa perlu mendapatkan
bimbingan dari guru melalui berbagai latihan pengembangan kemampuan
kognitif, apektif, dan psikomotor. Djago Tarigan (dalam Djuanda, 2008: 61-62)
mengemukakkan bahwa:
Keterampilan berbicara harus dibina oleh guru melalui latihan: (1)
pengucapan, (2) pelafalan, (3) pengontrolan suara, (4) pengendalian diri, (5)
pengontrolan gerak gerik tubuh, (6) pemilihan kata, kalimat dan pelafalannya,
(7) pemakaian bahasa yang baik, dan (8) pengorganisasian ide.
Salah satu latihan pengembangan keterampilan berbicara adalah bermain
drama. Bermain drama merupakan kegiatan memerankan tokoh yang ada dalam
3
cerita yang berbentuk dialog. Menurut Akhadiah, S. dkk (1991: 130) bermain
drama adalah “Peragaan tingkah laku manusia secara mendasar yang dihayati oleh
pemainnya dan diterima oleh penonton yang merasakannya sebagai suatu
kenyataan.”
Dengan bermain drama beberapa kemampuan dapat dikembangkan seperti
kemampuan berkomunikasi, kemampuan menghafal, dan kemampuan
mengaktualisasikan diri ke dalam situasi yang dihadapi. Selain itu dengan bermain
drama beberapa sikap dapat ditumbuhkan, misalnya percaya diri, berani
menghadapi orang banyak, bertanggung jawab terhadap tugas, dan memiliki jiwa
artistik yang merupakan salah satu sendi kehidupan manusia.
Dalam memerankan drama seorang pemain harus dapat membayangkan latar
dan tindakan pelaku dan dapat menggunakan suara sesuai dengan pemahamannya
terhadap perasaan dan pikiran pelaku. Bermain drama yang merupakan
pengembangan keterampilan berbicara harus dapat dilatihkan dengan sungguh-
sungguh kepada siswa sekolah dasar melalui kegiatan pembelajaran.
Untuk mengembangkan keterampilan bermain drama seorang siswa, tentunya
guru harus memiliki dan memahami berbagai metode, teknik, dan model
pembelajaran sehingga pembelajaran bermain drama dapat dipahami oleh siswa,
dan menumbuhkan rasa antusias siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan .
Untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran bermian drama yang
terjadi di lapangan, maka penulis melakukan penelitian pada hari Selasa tanggal
20 Januari 2009 di kelas V SD Negeri Bongkok kecamatan Paseh kabupaten
4
Sumedang. Pembelajaran berbicara yang sedang dilaksanakan pada waktu itu
adalah pembelajaran bermain drama dengan kompetensi dasar Memerankan tokoh
drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat dan indikatornya
memerankan tokoh drama pendek anak-anak dengan lafal, intonasi, penghayatan,
dan ekspresi yang sesuai karakter tokoh.
Dari penelitian tersebut peneliti memperoleh data hasil tes awal kemampuan
bermain drama siswa kelas V SD Negeri Bongkok kecamatan Paseh dengan
jumlah siswa sebanyak 24 orang, data tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1. 1
Data tes awal kemampuan bermain drama
siswa kelas V SD Negeri Bongkok kecamatan Paseh
No Nama Siswa
Aspek yang Dinilai
Skor Nilai Lafal Intonasi Penghayatan Ekspresi
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
1. Asep Angga √ √ √ √ 5 4.2
2. Adi Suryana √ √ √ √ 6 5
3. Acep Sandi √ √ √ √ 10 8.3
4. Andi Nugraha √ √ √ √ 5 4.2
5. Asti Patimah √ √ √ √ 12 10
6. Anisa Putriana √ √ √ √ 10 8.3
7. Cici Destriana √ √ √ √ 8 6.6
8. Dini Agustini √ √ √ √ 8 6.6
9. Dede Yoga √ √ √ √ 4 3.3
10. Dede Fajar √ √ √ √ 9 7.5
11. Enur Robiah √ √ √ √ 5 4.2
12. Fitri √ √ √ √ 5 4.2
13. Gugun √ √ √ √ 8 6.6
14. Hildayanti √ √ √ √ 10 8.3
15. Indriyani √ √ √ √ 10 8.3
16. Jajang Juanda √ √ √ √ 5 4.2
17. Maemunah √ √ √ √ 6 5
18. Nandi √ √ √ √ 4 3.3
19. Fajar Gumelar √ √ √ √ 8 6.6
5
20. Sofia √ √ √ √ 6 5
21. Tita Herawati √ √ √ √ 4 3.3
22. Yanti Yusroh √ √ √ √ 6 5
23. Yuli Rohaeti √ √ √ √ 4 3.3
24. Dadan √ √ √ √ 5 4.2
Jumlah 8 12 4 9 5 10 1 6 17 1 6 17 135.5
Prosentase (%) 33.3 50 16.7 37.5 20.8 41.7 4.2 25 70.8 4.2 25 70.8
Rata-rata nilai 5.6
Hasil studi awal penelitian proses pembelajaran bermain drama di kelas V SD
Negeri Bongkok, sebagian besar siswa belum mampu bermain drama dari segi
pelafalan, intonasi, penghayatan, dan ekspresi yang sesuai karakter tokoh. Secara
rinci data hasil tes awal kemampuan bermain drama berdasarkan data tabel 1.1
dijabarkan sebagai berikut:
Dari aspek lafal, dari 24 siswa ada 8 siswa atau 33.3% siswa yang mampu
melafalkan kata dengan jelas dan tepat, ada 12 orang atau 50% dari 24 siswa yang
melafalkan kata dengan jelas tapi tidak tepat atau melafalkan kata dengan tepat
tapi tidak jelas, dan ada 4 orang atau 16.7% dari 24 siswa yang melafalkan kata
tidak jelas dan tidak tepat. Dari aspek lafal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar siswa masih kesulitan melafalkan kata dengan tepat dan jelas.
Dari aspek intonasi, dari 24 siswa ada 9 siswa atau 37.5% siswa yang
intonasinya jelas dan tepat, ada 5 orang atau 20.8% dari 24 siswa yang intonasinya
jelas tapi tidak tepat atau intonasinya tepat tapi tidak jelas , dan ada 10 siswa atau
41.7% dari 24 siswa yang intonasinya tidak jelas dan tidak tepat. Dari aspek
intonasi dapat disimpulkan bahwa siswa masih kesulitan mengintonasikan kata
dengan jelas dan tepat
Dari aspek penghayatan, dari 24 siswa ada 1 siswa atau 4.2% siswa yang
melakukan penghayatan sesuai dengan karakter tokoh, ada 6 orang atau 25% dari
6
24 siswa yang melakukan penghayatan menyimpang dari karakter tokoh, dan ada
17 orang atau 70.8% dari 24 siswa yang melakukan penghayatan tidak sesuai
dengan karakter tokoh. Dari aspek penghayatan sebagian besar siswa kesulitan
melakukan penghayatan yang sesuai dengan karakter tokoh yang diperankan.
Dari aspek ekspresi, dari 24 siswa ada 1 siswa atau 4.2% siswa yang
berekspresi sesuai dengan karakter tokoh, ada 6 orang atau 25% dari 24 siswa
yang berekspresi menyimpang dari karakter tokoh, dan ada 17 orang atau 70.8%
dari 24 siswa yang berekspresi tidak sesuai dengan karakter tokoh. Dari aspek
ekspresi disimpulkan bahwa sebagian besar siswa masih kesulitan melakukan
ekspresi tokoh sesuai dengan karakternya.
Batas lulus yang ditetapkan untuk menentukan lulus atau tidak lulus siswa
dalam pembelajaran bermain drama adalah 6.5. Dari data yang telah diuraikan di
atas dapat diketahui bahwa hanya 10 orang siswa atau 41.7% dari 24 siswa yang
dinyatakan lulus dan 14 orang atau 58.3% dari 24 siswa yang dinyatakan tidak
lulus.
Dari data hasil tes awal tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan bermain
drama siswa kelas V SD Negeri Bongkok masih rendah. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa pembelajaran bermain drama di kelas V SD Negeri Bongkok
mengalami permasalahan yaitu siswa belum mampu bermain drama dengan lafal,
intonasi, penghayatan, dan ekspresi yang sesuai karakter tokoh.
Berdasarkan hasil observasi pada saat pembelajaran bermain drama di kelas V
SD Negeri Bongkok dan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri Bongkok
7
maka diketahui faktor penyebab siswa belum mampu bermain drama dengan lafal,
intonasi, penghayatan, dan ekspresi yang sesuai karakter tokoh, diantaranya yaitu:
1. guru melakukan pembelajaran bermain drama melalui metode penugasan,
dimana guru membentuk kelompok belajar dan menugaskan kepada siswa
pada tiap-tiap kelompok untuk membaca teks drama dan menghafalkannya.
Dalam kegiatan ini guru kurang memberikan bimbingan terhadap tugas yang
harus dilakukan siswa sehingga sebagian besar siswa kebingungan dalam
mempelajari karakter tokoh yang akan diperankan.
2. guru kurang memberikan petunjuk yang jelas kepada siswa dalam melakukan
kegiatan kelompok
3. siswa hanya membaca dan menghafalkan naskah dramanya saja, tanpa
berusaha memahami karakter tokoh yang akan diperankannya.
4. siswa kurang mengetahui cara-cara mengekspresikan dan menghayati karakter
tokoh yang akan diperankan.
Dari faktor penyebab kesulitan siswa dalam bermain drama di atas maka
diperlukan suatu tindakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi selama
berlangsungnya pembelajaran bermain drama di kelas V SD Negeri Bongkok.
Upaya yang dilakukan peneliti adalah dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif teknik jigsaw. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian tindakan kelas (PTK).
Model pembelajaran kooperatif menurut Karli dan Margaretha (2004: 48)
adalah “Suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur
8
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih
untuk memecahkan masalah.”
Sedangkan Lie (2002: 68) mengemukakan bahwa “Teknik jigsaw adalah suatu
teknik kooperatif yang memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman
siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata tersebut agar bahan pelajaran
lebih bermakna.” Melalui teknik ini siswa dituntut untuk berbicara karena siswa
memiliki tugas yang akan menentukan dalam menyelesaikan tugas kelompok.
Teknik ini dimaksudkan agar siswa terlatih dari segi keberanian dan keterampilan
berbicara yang diawali dari kelompok kecil. Keterbatasan pemahaman siswa
terhadap materi akan teratasi karena dengan teknik jigsaw ini ada proses
pengolahan informasi yang melibatkan siswa secara berkelompok yang disebut
dengan kelompok ahli.
D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH
1. Perumusan Masalah
Siswa kelas V SD Negeri Bongkok seharusnya harus mampu bermain drama
dengan lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresi yang sesuai karakter tokoh.
Tetapi pada kenyataan di lapangan kelas V SD Negeri Bongkok belum mampu
memiliki kemampuan bermain drama tersebut, hal itu disebabkan oleh beberapa
faktor yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran bermain drama,
diantaranya yaitu guru melakukan pembelajaran bermain drama melalui metode
penugasan, dimana guru membentuk kelompok belajar dan menugaskan kepada
siswa pada tiap-tiap kelompok untuk membaca teks drama dan menghafalkannya.
9
Dalam kegiatan ini guru kurang memberikan bimbingan terhadap tugas yang
harus dilakukan siswa sehingga sebagian besar siswa kebingungan dalam
mempelajari karakter tokoh yang akan diperankan; guru kurang memberikan
petunjuk yang jelas kepada siswa dalam melakukan kegiatan kelompok; siswa
hanya membaca dan menghafalkan naskah dramanya saja, tanpa berusaha
memahami karakter tokoh yang akan diperankannya; siswa kurang mengetahui
cara-cara mengekspresikan dan menghayati karakter tokoh yang akan diperankan.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut maka diperlukan sebuah
model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah yang terjadi di kelas, model
yang diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw.
Dari permasalahan tersebut, maka rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan secara umum yaitu
bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran dan hasil pembelajaran bermain
drama dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw?.
Secara khusus rumusan masalah yang diajukan tersebut diperinci sebagai
berikut:
a. Bagaimanakah proses pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif
teknik jigsaw dalam meningkatkan kemampuan bermain drama siswa kelas V
SD Negeri Bongkok?
b. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw
dapat meningkatkan kemampuan bermain drama siswa kelas V SD Negeri
Bongkok?
10
2. Pemecahan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan yang muncul pada siswa kelas V SD
Negeri Bongkok dalam bermain drama adalah siswa belum mampu bermain
drama dengan lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresi yang sesuai karakter
tokoh. Untuk mengatasi masalah tersebut maka peneliti mengambil tindakan
berbentuk model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif teknik
jigsaw.
Peneliti berkeyakinan bahwa dengan menerapkan model kooperatif teknik
jigsaw maka masalah-masalah yang menyebabkan siswa belum mampu bermain
drama dengan lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresi yang sesuai karakter
tokoh akan teratasi karena model ini memberikan keuntungan bagi guru dan
siswa. Berdasarkan teori yang dibaca, model kooperatif teknik jigsaw ini
memberikan langkah-langkah kegiatan yang banyak memberikan kesempatan bagi
setiap siswa untuk bertukar informasi dan menggali informasi melalui kegiatan
kelompok, sehingga dengan bentuk kegiatan seperti itu maka akan menimbulkan
banyak pengalaman belajar pada diri siswa. Oleh karena itu melalui model
kooperatif teknik jigsaw ini siswa banyak terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran bermain drama, yang akhirnya membuat siswa menjadi terlatih dan
dapat memahami karakter tokoh yang akan diperankannya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Rofiudin-Darmiyati (1999: 27) bahwa “Anak-anak harus dapat
memahami karakter pelaku yang akan diperankannya sehingga dapat
memerankannya dengan baik.”
11
Selain itu model kooperatif teknik jigsaw ini memiliki keunggulan yaitu
pembagian tugas pada setiap kelompok dapat dipariasikan, siswa memperoleh
kesempatan untuk mengungkapkan pengetahuannya tentang informasi yang
dipelajari melalui kegiatan kelompok, baik kelompok asal maupun kelompok ahli.
Siswa terlibat dalam kerjasama kelompok sehingga siswa yang berkemampuan
rendah memiliki tanggung jawab yang sama terhadap kesuksesan hasil kerja
kelompoknya, hal itu akan mengakibatkan siswa bekerja keras mengerjakan
tugasnya untuk memberikan hasil yang terbaik bagi kelompok.
Berdasarkan pada langkah-langkah penerapan teknik jigsaw dalam
pembelajaran yang dikemukakan oleh Lie (2002: 69-70), maka dalam
pembelajaran bermain drama di kelas V SD Negeri Bongkok kecamatan Paseh,
langkah-langkah pembelajarannya peneliti kembangkan sebagai berikut:
a. siswa dibagi menjadi 6 kelompok (kelompok asal) setiap kelompok terdiri dari
4 orang
b. setiap kelompok terdiri dari siswa yang berkemampuan baik, sedang, dan
kurang
c. setiap siswa memperoleh naskah drama
d. guru menentukan tokoh yang harus diperankan masing-masing siswa
e. setiap siswa dalam kelompok asal memperoleh peran tokoh yang berbeda
f. setiap siswa mempelajari tokoh yang harus diperankannya
g. setiap siswa yang berasal dari kelompok yang berbeda yang memiliki peran
yang sama setelah mempelajari tokoh yang akan diperankan berkumpul dalam
12
kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan tokoh yang akan
diperankan mereka
h. guru membagikan LKS
i. setelah selesai diskusi dalam kelompok ahli, setiap siswa kembali ke dalam
kelompok asal dan secara bergiliran menginformasikan hasil diskui dari
kelompok ahli kepada teman-teman satu kelompok dan siswa lainnya
mendengarkan dengan seksama
j. siswa dalam kelompok asal melakukan latihan bermain drama
k. setiap kelompok secara bergantian mementaskan drama di depan kelas
Alur proses pembentukan kelompok ahli dalam pembelajaran bermain drama
di kelas V SD Negeri Bongkok kecamatan Paseh dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 1. 1
Kelompok Asal Kelompok Ahli Kelompok Asal
Kelompok I
1 2 3 4
Kelompok IV
1 2 3 4
Kelompok V
1 2 3 4
4 4 4 4 4 4
3 3 3 3 3 3
1 1 1 1 1 1
Kelompok II
1 2 3 4
Kelompok III
1 2 3 4 2 2 2 2 2 2
Kelompok VI
1 2 3 4
Kelompok I
1 2 3 4
Kelompok II
1 2 3 4
Kelompok III
1 2 3 4
Kelompok IV
1 2 3 4
Kelompok V
1 2 3 4
Kelompok VI
1 2 3 4
13
Dari gambar 1.1 tugas kelompok asal yaitu mempelajari naskah drama
mengenai para pelakunya (tokohnya), sifat-sifatnya (karakternya), mempelajari
cara pengintonasian dan pelafalan para pelaku sesuai dengan sifat-sifatnya. Tugas
yang harus dilakukan oleh kelompok ahli adalah mendiskusikan tokoh drama
yang akan diperankan, selanjutnya tugas dalam kelompok asal yaitu secara
bergantian menginformasikan hasil diskusi dari kelompok ahli kepada teman-
teman satu kelompoknya.
Dalam penerapan tindakan ini, peneliti merumuskan indikator keberhasilan
tindakan yang diterapkan, indikator tersebut yaitu jika setelah tindakan diterapkan
siswa dapat bermain drama dengan lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresi yang
sesuai karakter tokoh. Rumusan yang dikemukakan berdasarkan pada rumusan
indikator yang tercantum dalam kurikulum. Untuk mengukur keberhasilan
indikator yang telah dirumuskan, maka peneliti melakukan teknik pengukuran
keberhasilan pencapaian indikator berdasarkan pendapat Rakhmat dan Suherdi
(1998/1999: 175) dengan rumus PG = Mean + 0,25 x SB, skor ideal (Si) yang
ditetapkan dalam penelitian ini adalah 12.
Jadi untuk menentukan siswa yang dikatakan berhasil dalam mencapai
indikator yang telah ditetapkan berdasarkan rumus yang dipakai adalah sebagai
berikut.
PG = Mean + 0,25 x SB
M = 1 x Si
2
SB = 1 x M
3
Diketahui skor ideal (Si) = 12
14
M = 1 x 12
2
= 6
SB = 1 x 6
3
= 2
PG = 6 + 0,25 x 2
= 6.5
Keterangan :
PG = Passing Grade (batas lulus)
M = Mean (rata-rata)
SB = Simpangan Baku
Si = Skor Ideal
Berdasarkan penghitungan batas kelulusan tersebut maka siswa dikatakan
berhasil (lulus) dalam pembelajaran bermain drama di kelas V SD Negeri
Bongkok kecamatan Paseh maka siswa yang harus dicapai siswa adalah ≥6.5
Berdasarkan rumusan masalah dan pemecahan masalah yang telah
dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “Jika
guru dalam pembelajaran bermain drama menerapkan model kooperatif teknik
jigsaw, maka kemampuan bermain drama siswa kelas V SD Negeri Bongkok
kecamatan Paseh akan meningkat.”
E. TUJUAN PENELITIAN
Memperhatikan rumusan masalah yang telah peneliti rumuskan sebelumnya,
maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk :
15
1. Mendapatkan gambaran yang jelas tentang penerapan model pembelajaran
kooperatif teknik jigsaw dalam meningkatkan kemampuan bermain drama
siswa kelas V SD Negeri Bongkok Kecamatan Paseh.
2. Meningkatan kemampuan bermain drama siswa kelas V SD Negeri Bongkok
Kecamatan Paseh melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik
jigsaw.
F. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Siswa
a. dapat melatih siswa dalam memerankan tokoh drama sesuai dengan
karakter tokoh yang diperankan
b. dapat menumbuhkan minat siswa dalam bermain drama
2. Bagi Guru
a. dapat memperluas dan menambah wawasan guru mengenai model
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengajaran bermain drama
b. dapat memudahkan guru dalam mengajarkan bermain drama
3. Bagi Lembaga Sekolah
Diharapkan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat memberikan
konstribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dasar.
16
G. BATASAN ISTILAH
Untuk menghindari kesalahpahaman pembaca terhadap pokok masalah yang
diteliti, berikut ini akan dijelaskan secara operasional beberapa istilah yang perlu
diketahui kejelasannya.
1. Bemain drama adalah memerankan tokoh cerita drama
2. Model Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu
diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang
terdiri atas dua orang atau lebih untuk memecahkan masalah
3. Teknik jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran kooperatif yang terstruktur
didasarkan atas kerjasama dan tanggung jawab yang jelas.
H. KAJIAN PUSTAKA
Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka
peneliti menyusun dasar teoritis sebagai kerangka berpikir yang sistematis sebagai
berikut :
1. Hakikat Berbicara
a. Pengertian Berbicara
b. Tujuan Berbicara
c. Jenis-jenis Berbicara
2. Hakikat Drama
a. Pengertian Drama
b. Jenis-jenis Drama
17
c. Istilah-istilah dalam Drama
d. Unsur-unsur Drama
e. Unsur-unsur Pementasan Drama
3. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
c. Teknik-teknik Pembelajaran Kooperatif
d. Teknik Jigsaw
1. Pengertian Teknik Jigsaw
2. Langkah-langkah Teknik Jigsaw
3. Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw dalam bermain drama
I. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
1. Rencana Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi tempat peneliti melaksanakan penelitian adalah di SD Negeri Bongkok
yang beralamat di dusun Bakanjati desa Bongkok kecamatan Paseh kabupaten
Sumedang
b. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri
Bongkok yang berjumlah 24 orang, terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 13
orang siswa perempuan.
c. Lamanya Penelitian
18
Lamanya penelitian ini diperkirakan selama 5 bulan.
2. Prosedur Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka
pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2004: 4)
mengemukakkan bahwa:
Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang
individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh
mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi
perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Jadi proses penelitian yang dilakukan akan tergambarkan dengan jelas dan
rinci dengan menggunakan kata-kata untuk memberi gambaran penyajian laporan
penelitian tersebut. Data tersebut berasal dari hasil wawancara, observasi, catatan
lapangan, photo, catatan-catatan, dan dokumen resmi lainnya.
Pendekatan penelitian kualitatif ini memiliki peran dalam menentukan
pengumpulan data yang terjadi di lapangan pada saat pembelajaran bermain
drama sesuai dengan yang diperlukan dalam penelitian ini, serta memberi
petunjuk bagaimana langkah-langkah penelitian tersebut akan dilaksanakan.
b. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas.
Hal ini didasarkan pada pendapat Kasbolah (1999: 22-25), bahwa karakteristik
penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
19
Pertama, penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru sendiri. Sebagai
pengelola program di kelas guru merupakan sosok yang benar-benar mengenal
lapangan tempat dia mengajar. Oleh karena itu, guru kelas inilah yang
mengetahui dan mengenal situasi kelasnya termasuk masalah yang ada di
dalamnya.
Kedua, penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan praktik
faktual. Permasalahan faktual adalah permasalahan yang timbul dalam
kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru.
Ketiga, adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang bersangkutan.
Didasarkan pada pendapat di atas, maka dalam rancangan penelitian tindakan
kelas diperlukan pengetahuan tentang model penelitian tindakan kelas. Oleh
karena itu penelitian ini mengacu pada siklus kegiatan model spiral refleksi yang
dikembangkan Kemmis dan Mc Taggart yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.
Gambar spiral refleksi yang dikembangkan Kemmis dan Mc Taggart
(Wiriaatmadja, 2005: 66) seperti gambar di bawah ini:
Model spiral menurut Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2005: 66)
20
Perencanaan (plan) tindakan disusun berdasarkan pada masalah yang hendak
dipecahkan dan hipotesis tindakan yang diajukan agar terjadi perubahan dan
peningkatan dalam pembelajaran bermain drama dengan menerapkan model
kooperatif teknik jigsaw. Langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan
direncanakan secara rinci dan sistematis sehingga dapat dijadikan pegangan dalam
melaksanakan tindakan. Langkah-langkah tersebut adalah mengidentifikasi aspek-
aspek dan hasil proses pembelajaran dalam pembelajaran bermain drama dengan
menerapkan model kooperatif teknik jigsaw sebagai dampak pelaksanaan
tindakan. Pada perencanaan tindakan diidentifikasi faktor pendukung maupun
faktor penghambat pelaksanaan tindakan.
Pelaksanaan tindakan (act) merupakan kegiatan pelaksanaan langkah-langkah
yang telah disusun, yaitu model kooperatif teknik jigsaw dalam pembelajaran
bermain drama di kelas V SD Negeri Bongkok Kecamatan Paseh. Pelaksanaan
tindakan didasarkan atas pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang
diperoleh dapat meningkatkan pembelajaran bermain drama.
Kegiatan pengamatan (observe) merupakan kegiatan mengamati proses dan
hasil penerapan model kooperatif teknik jigsaw dalam pembelajaran bermain
drama di kelas V SD Negeri Bongkok kecamatan Paseh. Kegiatan pengamatan
diperlukan untuk pengumpulan data atau informasi tentang proses dan perubahan
dalam pembelajaran bermain drama dengan menerapkan model kooperatif teknik
jigsaw sehingga data yang diperoleh akurat.
Refleksi (reflect) merupakan proses analisis, sintesis, dan interpretasi terhadap
semua informasi yang diperoleh dari hasil pelaksanaan penerapan model
21
kooperatif teknik jigsaw dalam pembelajaran bermain drama di kelas V SD
Negeri Bongkok kecamatan Paseh. Refleksi merupakan bagian yang amat penting
untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran
bermain drama dengan menerapkan model kooperatif teknik jigsaw.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga siklus kegiatan pembelajaran. Hal
tersebut didasarkan pada tingkatan peningkatan proses dan hasil pembelajaran
bermain drama dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw
di kelas V SD Negeri Bongkok kecamatan Paseh.
Siklus I, siklus II, dan siklus III saling berhubungan dimana siklus I untuk
menguji keefektifan langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan, siklus II
merupakan penyempurnaan dari pelaksanaan siklus I, dan siklus III adalah tindak
lanjut dan perbaikan dari siklus II.
c. Tahapan Penelitian
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Tahap-tahap yang dilalui dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
- pendekatan kepada kepala sekolah SD Negeri Bongkok agar memberikan ijin
dan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian
- peneliti mengadakan penelitian awal pada proses pembelajaran bermain drama
di kelas V SD Negeri bongkok kecamatan Paseh, hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh data-data awal berupa permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran bermain drama beserta faktor-faktor penyebabnya.
- peneliti berdiskusi dengan guru kelas V SD Negeri Bongkok, membicarakan
tentang permasalahan yang dirasakan dan dialami ketika melakukan kegiatan
22
pembelajaran bermain drama dan berdiskusi tentang kesulitan-kesulitan yang
dialami siswa dalam bermain drama.
- setelah mencapai kesepakatan peneliti menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran bermain drama menggunakan model kooperatif teknik jigsaw di
kelas V SD Negeri Bongkok Kecamatan Paseh
- peneliti mengadakan kolaborasi dengan praktisi mengenai cara melakukan
tindakan dan sekaligus mengenalkan model pembelajaran kooperatif teknik
jigsaw dalam pembelajaran bermain drama di kelas V SD Negeri Bongkok
kecamatan Paseh.
- peneliti menyiapkan instrumen pengumpul data untuk digunakan dalam tahap
pelaksanaan tindakan, diantaranya berupa lembar observasi (kinerja guru dan
aktifitas siswa), lembar wawancara (guru dan siswa), catatan lapangan.
- menetapkan cara pelaksanaan refleksi dan pelaku refleksi
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pada tahap ini adalah pelaksanaan kegiatan pembelajaran
sebagaimana tugas keseharian yang dilaksanakan oleh guru di kelas. Tahap
pelaksanaan tindakan ini yaitu pelaksaaan kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dalam pembelajaran
bermain drama di kelas V SD Negeri Bongkok kecamatan Paseh, baik kegiatan
yang dilakukan guru maupun siswa.
Siklus I
- melaksanakan prosedur pembelajaran bermain drama dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dengan indikator keberhasilan yang
23
dicapai yaitu bermain drama dengan lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresi
yang sesuai karakter tokoh.
- melakukan observasi keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif
teknik jigsaw yang diakukan peneliti dan praktikan dalam meningkatkan
kemampuan bermain drama
- menganalisis data hasil belajar yang diperoleh dari hasil observasi
- peneliti berdiskusi dengan praktikan mengenai proses dan hasil pembelajaran
bermain drama untuk merencanakan tindakan perbaikan pada tahap selanjutnya
- melakukan kegiatan refleksi siklus I untuk memperbaiki dan merancang
pembelajaran bermain drama menggunakan model pembelajaran kooperatif
teknik jigsaw untuk pelaksanaan pada siklus II
Sklus II
- pelaksanaan kegiatan pada siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I, yaitu
melaksanakan prosedur pembelajaran bermain drama dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dengan indikator keberhasilan
yang dicapai yaitu bermain drama dengan lafal, intonasi, penghayatan, dan
ekspresi yang sesuai karakter tokoh.
- melakukan observasi keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif
teknik jigsaw yang diakukan peneliti dan praktikan dalam meningkatkan
kemampuan bermain drama
- menganalisis data hasil belajar yang diperoleh dari hasil observasi
- peneliti berdiskusi dengan praktikan mengenai proses dan hasil pembelajaran
bermain drama untuk merencanakan tindakan perbaikan pada tahap selanjutnya
24
- melakukan kegiatan refleksi siklus II untuk memperbaiki dan merancang
pembelajaran bermain drama menggunakan model pembelajaran kooperatif
teknik jigsaw untuk pelaksanaan pada siklus III
Siklus III
- pada siklus III ini, kegiatan pembelajaran masih sama yaitu melaksanakan
prosedur pembelajaran bermain drama dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif teknik jigsaw dengan indikator keberhasilan yang dicapai yaitu
bermain drama dengan lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresi yang sesuai
karakter tokoh.
- melakukan observasi keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif
teknik jigsaw yang diakukan peneliti dan praktikan dalam meningkatkan
kemampuan bermain drama
- menganalisis data hasil belajar yang diperoleh dari hasil observasi
- peneliti berdiskusi dengan praktikan mengenai proses dan hasil pembelajaran
bermain drama pada siklus III ini.
3. Observasi
Pendapat Suyanto (1997: 16) bahwa, “Observasi adalah mengamati atas hasil
atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.”
Pendapat yang lain tentang observasi adalah “Teknik atau cara untuk
mendapatkan informasi dengan mengamati suatu keadaan atau kegiatan tentang
tingkah laku siswa dan kemampuannya selama kegiatan observasi berlangsung.”
(Depdiknas, 2003 :34).
25
Kegiatan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan,
hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kinerja guru dan keterlibatan
siswa dalam pembelajaran bermain drama serta untuk mengumpulkan atau
merekam data dan membuat catatan lapangan yang lengkap mengenai hal-hal
yang terjadi selama proses pembelajaran bermain drama berlangsung.
4. Refleksi
Adapun langkah-langkah dari kegiatan refleksi ini adalah sebagai berikut:
- analisis, sintesis, dan interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh dari
pelaksanaan tindakan
- melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan
- memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan dan pelayanan
pembelajaran secara berkelanjutan
Dengan kegiatan refleksi seperti ini, para pelaku (peneliti, praktisi) yang terlibat
dalam kegiatan penelitian tindakan mempunyai banyak kesempatan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam bermain drama.
d. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh kebenaran yang objektif dalam pengumpulan data,
diperlukan adanya instrumen yang tepat sehingga masalah yang diteliti akan
terefleksi dengan baik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Lembar Observasi
Observasi yaitu suatu metoda pengumpul data dengan cara mengamati langsung
kegiatan yang diteliti dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai kinerja
26
guru dan aktifitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran bermain drama.
Melalui data hasil observasi ini maka dapat ditentukan rencana tindakan
selanjutnya. (terlampir)
2. Lembar Wawancara
Wawancara berisi pertanyaan yang diajukan kepada orang yang dianggap dapat
memberikan informasi yang diperlukan. Wawancara ini dilakukan oleh peneliti
terhadap kejadian, kegiatan, perasaan, motivasi, dalam kegiatan pembelajaran
bermain drama menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw.
Peneliti mengadakan wawancara dengan guru dan siswa tentang peningkatan
kemampuan bermain drama dan hambatan-hambatan yang dialaminya pada saat
pembelajaran bermain drama menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
jigsaw. (terlampir)
3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan peneliti untuk mencatat kejadian-kejadian selama
berlangsungnya proses pembelajaran bermain drama dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik jigsaw. (terlampir)
e. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
“Pengamatan, wawancara, catatan lapangan, dan cara lainnya.” (Moleong,
2004:157). Dalam pelaksanaannya, teknik tersebut digunakan secara proporsional
sesuai dengan jenis data yang diperlukan peneliti dalam penelitian ini.
2. Analisis Data
27
Analisis data yang digunakan bersifat kualitatif, data yang diperoleh
dikategorikan dan diklasifikasikan berdasarkan analisis kaitan logisnya kemudian
ditafsirkan dan disajikan secara aktual dan sistematis dalam keseluruhan
permasalahan dan kegiatan penelitian. Selanjutnya untuk menganalisis data hasil
tindakan yang dilakukan peneliti bersama guru sebagai praktikan disajikan secara
bertahap sesuai dengan siklus yang telah dilakukan serta jenis dan bentuk tingkah
laku yang telah dilakukan guru dan para siswa beserta dampak yang
ditimbulkannya.
Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2004: 248) berpendapat bahwa: analisis
data kualitatif itu adalah:
“Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.”
f. Validasi Data
Untuk menetapkan keabsaan data diperlukan teknik pemeriksaan data,
Meleong (2004 : 324) mengatakan ada empat kriteria yang digunakan untuk
menetapkan keabsahan data, yaitu “Derajat kepercayaan (creadibility), keteralihan
(transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability)
teknik validasi data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Triangulasi
Triangulasi menurut Meleong (2004 : 330) adalah : “Teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.
28
Triangulasi ini dilakukan untuk memeriksa kebenaran data dengan
menggunakan sumber lain, yaitu guru dan siswa.
2. Member Cek
Rochmadi (dalam Ruskandi, 2005 : 62) berpendapat bahwa “Member cek
dilakukan untuk meninjau kembali kebenaran dan kesahihan data penelitian
dengan mengkonfirmasikan pada sumber data”.
Dalam proses ini, informasi tentang seluruh pelaksanaan tindakan yang
diperoleh peneliti dan mitra dikonfirmasikan kebenarannya kepada guru kelas V
SD Negeri Bongkok melalui diskusi balikan.
3. Audit Trail
Audit trail atau penelusuran audit adalah cara pemeriksaan keabsahan data
dengan cara diskusi, dalam hal ini audit (peneliti) dengan berbekal catatan-catatan
pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi, kemudian dikonfirmasikan
kepada auditor (peserta diskusi) dalam hal ini adalah orang yang ahli dan
memahami permasalahan serta menguasai metode penelitiannya.
Hal ini dilakukan dengan cara mendiskusikan kebenaran data beserta prosedur
pengumpulannya dengan guru lain pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan
guru-guru lain.
J. JADWAL PENELITIAN
Penelitian ini direncanakan memerlukan waktu pelaksanaan selama enam
bulan, yaitu mulai bulan Januari sampai bulan Juni 2009. Perincian jadwal
kegiatannya adalah sebagai berikut :
29
No. Uraian Kegiatan
Januari
2009
Februari
2009
Maret
2009
April
2009
Mei
2009
Juni
2009
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
1. Pembuatan
Proposal √ √ √ √
2. Seminar Proposal √
3. Perencanaan √ √
4. Pelaksanaan
Siklus I √ √ √
Siklus II √ √ √
Siklus III √ √ √
5. Remidial √ √ √
6. Pembuatan
Laporan dan revisi
√ √ √ √ √
7. Sidang Skripsi √ √
K. DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, S. dkk. 1991. Bahasa Indonesia III. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Djuanda, D. 2008. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di SD.
Bandung: Pustaka Latifah.
Haryadi-Zamzani. 1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Jakarta: Depdikbud.
Karli, H-Margaretha. 2004. Model-model Pembelajaran. Bandung: CV Bina
Media Informasi.
Kasbolah, K. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud.
Lie, A. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
30
Moleong, L. J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Rakhmat-Suherdi. 1998/1999. Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Dedikbud.
Rofi`uddin, A-Zuchdi, D. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Tinggi. Jakarta: Depdikbud.
Ruskandi, Kanda. 2005. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS di SD Melalui
Pengembangan Model Cooperative Learning. Bandung: Jurnal Pendidikan
Dasar UPI.
Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan PTK. Yogyakarta: Depdikbud.
Wahyudin, Uyu. dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: UPI
dan Rosdakarya.
L. LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TEKNIK JIGSAW
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Tema : Peristiwa
Kelas/Semester : V (Lima) / II (Dua)
Waktu : 3 x 35 menit
31
I. Standar Kompetensi
Berbicara
Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan
bermain drama
II. Kompetensi Dasar
Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat
III. Indikator
Memerankan tokoh drama pendek anak-anak dengan lafal, intonasi,
penghayatan, dan ekspresi yang sesuai karakter tokoh
IV. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu memerankan tokoh drama dengan lafal sesuai karakter
tokoh dengan tepat
Siswa mampu memerankan tokoh drama dengan intonasi sesuai karakter
tokoh dengan tepat
Siswa mampu memerankan tokoh drama dengan penghayatan sesuai
karakter tokoh dengan tepat
Siswa mampu memerankan tokoh drama dengan ekspresi sesuai karakter
tokoh dengan tepat
V. Materi dan Sumber Belajar
a. Materi
Drama adalah karya sastra dalam bentuk dialog yang ditampilkan atau
dipentaskan.
32
Untuk memerankan drama, terlebih dahulu harus memahami naskah
tersebut, antara lain tentang:
- para pelakunya (tokohnya)
- sifat-sifatnya (karakternya)
- tempat kejadiannya di mana dan kapan
- akhir ceritanya.
b. Sumber Belajar
- KTSP Bahasa Indonesia kelas V tahun 2008
- Buku paket gemar berbahasa Indonesia 5 untuk kelas V SD dan MI
VI. Metode dan Model Pembelajaran
a. Metode Pembelajaran
- Ceramah
- Penugasan
- Tanyajawab
b. Model Pembelajaran
Model Pembelajaran kooperatif teknik jigsaw
VII. Kegiatan Pembelajaran
A. Kegiatan Awal (± 5 menit)
1. mengucapkan salam
2. berdoa
3. mengabsen
4. mengkondisikan siswa kearah suasana pembelajaran yang baik
dengan cara mengatur tempat duduk siswa
33
5. melakukan apersepsi dengan pertanyaan “Siapa yang pernah melihat
pertunjukan drama?”
B. Kegiatan Inti (± 60 menit)
1. siswa dibagi menjadi 6 kelompok (kelompok asal) setiap kelompok
terdiri dari 4 orang
2. setiap kelompok terdiri dari siswa yang berkemampuan baik, sedang,
dan kurang
3. setiap siswa memperoleh naskah drama
4. guru menentukan tokoh yang harus diperankan siswa
5. siswa dalam kelompok asal memperoleh peran tokoh yang berbeda
6. siswa mempelajari tokoh yang akan diperankan
7. siswa yang berasal dari kelompok yang berbeda yang memiliki peran
yang sama setelah mempelajari tokoh yang akan diperankan
berkumpul dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
mendiskusikan tokoh yang akan diperankan mereka
8. guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok ahli
9. setelah selesai diskusi dalam kelompok ahli, tiap siswa kembali ke
dalam kelompok asal dan secara bergantian menginformasikan hasil
diskusi dari kelompok ahli kepada teman-teman satu kelompok, dan
siswa yang lainnya memperhatikan dengan seksama
10. siswa dalam kelompok asal melakukan latihan bermain drama
11. tiap kelompok secara bergiliran mementaskan drama di depan kelas
12. siswa yang lain memperhatikan
34
C. Kegiatan Akhir (± 40 menit)
1. guru melakukan evaluasi
2. guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi
3. guru mengucapkan salam
VIII. Penilaian
a. Prosedur Penilaian : Post tes
b. Bentuk Penilaian : Perbuatan
c. Alat Penilaian : Format Penilaian
Format Penilaian Bermain Drama
No. Nama
Siswa
Aspek yang Dinilai Jml
Skor Nilai
Tafsiran
Lafal Intonasi Penghayatan Ekspresi L TL
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
Jumlah
Prosentase
Rata-rata nilai
Keterangan:
Untuk mengisi format penilaian, kolom lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresi
diisi dengan membubuhkan tanda ceklis (√ ) pada kolom skor yang sesuai.
Deskriptor
1. Lafal
Skor 3 jika siswa melafalkan kata dengan jelas dan tepat
35
Skor 2 jika siswa melafalkan kata dengan jelas tapi tidak tepat atau melafalkan
kata tidak jelas tapi tepat
Skor 1 jika siswa melafalkan kata dengan tidak jelas dan tidak tepat
2. Intonasi
Skor 3 jika intonasi siswa jelas dan tepat
Skor 2 jika intonasi siswa jelas tapi tidak tepat atau intonasi siswa tepat tapi
tidak jelas
Skor 1 jika intonasi siswa tidak jelas dan tidak tepat
3. Penghayatan
Skor 3 jika penghayatan siswa sesuai dengan karakter tokoh yang diperankan
Skor 2 jika penghayatan siswa menyimpang dari karakter tokoh yang
diperankan
Skor 1 jika penghayatan siswa tidak sesuai dengan karakter tokoh yang
diperankan
4. Ekspresi
Skor 3 jika ekspresi siswa sesuai dengan karakter tokoh yang diperankan
Skor 2 jika ekspresi siswa menyimpang dari karakter tokoh yang diperankan
Skor 1 jika ekspresi siswa tidak sesuai dengan karakter tokoh yang diperankan
Nilai akhir = skor perolehan x 10
skor ideal (12)
Prosentase = X/M x 100%
Keterangan: X = Jumlah murid yang benar
M = Jumlah murid seluruhnya
36
Kriteria Tafsiran
L = Lulus
TL = Tidak Lulus
Kriteria Batas Lulus (PG)
PG = Mean + 0,25 x SB
M = 1 x Si
2
SB = 1 x M
3
Diketahui skor ideal (Si) = 12
M = 1 x 12
2
= 6
SB = 1 x 6
3
= 2
PG = 6 + 0,25 x 2
= 6.5
Keterangan :
PG = Passing Grade (batas lulus)
M = Mean (rata-rata)
SB = Simpangan Baku
Si = Skor Ideal
Jadi siswa dikatakan lulus dalam pembelajaran bermain drama jika nilai yang
diperolehnya ≥ 6.5.
Untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajaran bermain drama maka
jumlah nilai dirata-ratakan. Rumus rata-rata yang digunakan yaitu menurut
Wahyudin, Uyu (2006: 22), dengan rumus:
37
X = ∑ x
N
Keterangan:
X = Rata-rata
∑ x = Jumlah nilai
N = Jumlah siswa
38
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU
Yang diamati : Sikap dan perilaku guru dalam melaksanakan pembelajaran
Hari / tanggal :
Waktu :
No. Aspek yang Diamati Kemunculan
Ya Tidak
1. Mengkondisikan siswa
2. Mengadakan apersepsi
3. Menyampaikan topik pembelajaran
4. Pembagian kelompok
5. Membagikan naskah drama
6. Menjelaskan pembelajaran kooperatif teknik
jigsaw dalam bermain drama
7. Membimbing kegiatan siswa
8. Merespon perilaku yang ditimbulkan siswa
9. Hubungan dengan siswa
10. Melakukan penilaian
Jumlah
Prosentase
Paseh,…………..2009
Observer
…………………..
39
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
Yang diamati : Aktivitas siswa selama proses pembelajaran
Hari / tanggal :
Waktu :
No. Nama Siswa
Aspek yang Diamati
Jml
Skor
Interpretasi Tanggung
jawab Perhatian Kerjasama
3 2 1 3 2 1 3 2 1 B C K
Paseh,…………..2009
Observer
…………………..
Keterangan:
Kolom aspek tanggung jawab, perhatian, dan kerjasama diisi dengan
membubuhkan tanda ceklis (√ ) pada kolom skor yang sesuai.
Deskriptor
Tanggung jawab
a. siswa melaksanakan perintah guru
b. siswa mempelajari bagian tugas kelompok yang ditugaskan
40
c. siswa mengikuti kegiatan kelompok
Perhatian
a. siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan guru
b. siswa memperhatikan petunjuk guru
c. siswa memperhatikan penjelasan teman
Kerjasama
a. siswa saling memberikan ide dan gagasan dalam kegiatan diskusi kelompok
b. siswa saling membantu kesulitan teman sesama kelompok
c. siswa bekerjasama mempelajari tugas kelompok
Keterangan pengisian skor:
Skor 3 = Apabila semua indikator muncul
Skor 2 = Hanya 2 indikator yang muncul
Skor 1 = Hanya 1 indikator yang muncul
Rentang skala
7 – 9 = Baik (B)
4 – 6 = Cukup (C)
1 – 3 = Kurang (K)
41
Lampiran 4
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU
Nama guru :
Waktu wawancara :
No. Pertanyaan Ringkasan jawaban
1. Bagaimana menurut Ibu apabila dalam
pembelajaran bermain drama
diterapkan teknik jigsaw?
2. Apakah menurut Ibu pembelajaran
menggunakan teknik jigsaw dapat
memberikan kemudahan dalam
mengajarkan drama kepada siswa?
3. Bagaimana pendapat ibu dengan
pembelajaran yang menggunakan
teknik jigsaw?
42
Lampiran 5
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SISWA
Nama siswa :
Waktu wawancara :
No. Pertanyaan Ringkasan jawaban
1. Apakah kamu mengetahui tentang
drama?
2. Apakah kamu pernah bermain drama?
3. Apakah pembelajaran bermain drama
menurut kamu menyenangkan?
4. Bagaimana apabila dalam kegiatan
bermain drama, proses pelaksanaan
diskusi kelompoknya menggunakan
teknik jigsaw?
5. Melalui proses diskusi kelompok
dengan teknik jigsaw apakah dapat
membantu kalian dalam bermain
drama?
6. Apakah pembelajaran bermain drama
dengan menggunakan teknik jigsaw
menyenangkan? Apa alasannya?
43
Lampiran 6
LKS
Nama : ………….
Kelompok : …………
Kelas : ………….
Bacalah naskah drama yang telah dibagikan, kemudian tuliskanlah karakter tokoh
yang akan diperankan. Setelah diketahui karakternya kemudian diskusikan cara
pelafalan, pengintonasian, pengahayatan, dan pengekspresian tokoh sesuai dengan
karakternya.
Nama Tokoh Karakter atau Sifat-sifatnya
………………………………...
………………………………...
………………………………………………
………………………………………………
44
Lampiran 7
CATATAN LAPANGAN
Hari/tanggal :
Pertemuan ke :
Waktu :
Fokus : Langkah-langkah teknik jigsaw
No. Fokus Deskripsi Proses
Pembelajaran Komentar
1 Siswa membentuk kelompok asal
a. siswa dibagi menjadi 6 kelompok
(kelompok asal) setiap kelompok
terdiri dari 4 orang
b. setiap kelompok terdiri dari siswa
yang berkemampuan baik,
sedang, dan kurang
c. guru membagikan naskah drama
kepada siswa pada masing-
masing kelompok
d. guru menentukan tokoh yang
harus diperankan siswa
e. siswa mempelajari tokoh yang
akan diperankan
f. guru membimbing kegiatan siswa
2. Siswa membentuk kelompok ahli
a. siswa membentuk kelompok ahli
yang beranggotakan siswa yang
45
memiliki peran yang sama, dalam
kelompok ini siswa mempelajari
dan mendiskusikan mengenai cara
melafalkan, mengintonasikan,
menghayati, dan
mengekspresikan karakter tokoh
yang akan diperankan.
b. siswa berlatih melakukan
pemeranan tanpa membaca teks
dengan masukan-masukan dari
sesama teman dalam kelompok
ahli
c. siswa berlatih secara bergiliran
dan berulang-ulang
3. Siswa kembali ke dalam kelompok
asal
a. siswa menginformasikan hasil
diskusi dalam kelompok ahli
kepada teman-teman satu
kelompoknya
b. siswa melakukan latihan untuk
menciptakan kerjasama kelompok
berdasarkan hasil diskusi dan
masukan-masukan dalam
kelompok ahli
4. Siswa mementaskan drama dalam
kelompok asal
46
Lampiran 8
Naskah Drama pendek anak-anak dengan judul “Pingsan”
Pingsan
Ibu : Tolong itu, Pak sekalian. Turunkan karung-karung itu ke sini!
Sopir : (Sambil menurunkan barang) Ya Bu, saya angkatkan.
Ibu : Agak cepat, ah!
Sopir : Ya, sabar sedikit. Tak perlu tergesa-gesa.
Ibu : Alah, cepat sedikit! (Beberapa karung selesai diturunkan)
Sopir : Sudah, Bu. Sudah selesai.
Ibu : (Sambil mengambil uang untuk upah) Ini uangnya, ambil. Seperti
biasanya, bukan?
Sopir : Oh, terima kasih. Terima kasih. (Menolak)
Ibu : (Agak kesal dan marah) Apa? Tidak mau terima? Ini kan, seperti
biasanya. Sopir-sopir yang lain mau menerima. Ini sudah biasa.
Tiap pagi saya biasa naik kendaraan, uangnya biasa sekian.
Sopir : Sudah, sudahlah. Terima kasih, terima kasih.
Ibu : Ah, sombongnya sopir ini. Minta tambah, ya! Kurang, bayaran
saya? Uuhh…! Jadi…., kamu tidak mau menerima uang ini?
(Tanpa menjawab sopir itu langsung pergi) Alah, sopir macam
apa itu. Dari Paseh ke sini biasa dibayar sekian. Sombongnya,
tidak mau terima! (Sementara itu, datang seorang pejalan kaki
dan seorang polisi mendekat)
Pejalan kaki : Ada apa, Bu, rebut-ribut dengan sopir tadi?
47
Ibu : Entah itu! Sopir sombong. Biar sekalian tidak terima uangnya.
Malah kebetulan, saya tidak rugi.
Pejalan kaki : Pembayaran Ibu sudah seperti biasanya?
Ibu : Yaaa, seperti biasa. Artinya, seperti orang lain juga begitu.
Memang sopir yang tadi itu sombongnya minta ampun!
Polisi : (Datang mendekati Ibu) Ada apa ini, kelihatannya terus marah-
marah? Heh, ibu! Apakah Ibu tahu sopir tadi?
Ibu : (Masih marah) Alah, Pak, sopir, ya, sopir. Masak saya harus
berkenalan? dia sopir, habis perkara! Memang sopir tadi agak
aneh!
Polisi : (Sedikit senyum) Nah….., kalau Ibu belum tahu, sekarang saya
beri tahu
Ibu : Siapa dia?
Polisi : Sopir tadi adalah….. Yang terhormat Bapak Don Murdono,
bupati Sumedang
Ibu : (Pejalan kaki terbelalak karena terkejut) Astaga! Alaaah, Bapak
Bupati? Ooooooh h……… (Langsung jatuh pingsan)
Polisi : Bagaimana ini, ayo kita rawat (Polisi dan pejalan kaki sibuk
merawatnya) Kita angkat ke sana yang agak longgar. (Ibu itu
menyesali sikapnya. Ia merasa telah bersikap kurang ajar
terhadap Bapak Bupati).
Dikutip dari buku paket bahasa Indonesia 5 dengan pengubahan.
48