meningkatkan kemampuan siswa kelas v sd negeri 02 peusangan kabupaten bireuan dalam pembelajar ipa...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya
meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan
kualitas manusia yang lebih tinggi guna menjamin pelaksanaan dan kelangsungan
pembangunan. Peningkatan kualitas pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan
kualitas dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Pembaharuan
kurikulum yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa
mengesampingkan nilai-nilai luhur sopan santun dan etika serta didukung
penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, karena pendidikan yang
dilaksanakan sedini mungkin dan berlangsung seumur hidup menjadi tanggung
jawab keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah.
Di masa sekarang banyak orang mengukur keberhasilan suatu pendidikan
hanya dilihat dari segi hasil. Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh
dalam melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek, baik aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotorik, sehingga dalam pengukuran tingkat keberhasilannya selain
dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas yang telah dilakukan di sekolah-sekolah.
Mengacu dari pendapat tersebut, maka pembelajaran yang aktif ditandai
adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan siswa secara langsung,
komprehensif baik fisik, mental maupun emosi. Hal semacam ini sering diabaikan
oleh guru karena guru lebih mementingkan pada pencapaian tujuan dan target
1
kurikulum. Salah satu upaya guru dalam menciptakan suasana kelas yang aktif,
efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran yakni dengan menggunakan alat
peraga. Hal ini dapat membantu guru dalam menggerakkan, menjelaskan gambaran
ide dari suatu materi.
Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada pokok
tumbuhan hijau adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana
dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan
pencipta alam (Depdikbud, 1997:2). Pembelajaran IPA memiliki fungsi yang
fundamental dalam menimbulkan serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
kreatif dan inovatif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan
dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu melalui proses
dan sikap ilmiah.
Mutu pembelajaran IPA perlu ditingkatkan secara berkelanjutan untuk
mengimbangi perkembangan teknologi. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran
tersebut, tentu banyak tantangan yang dihadapi. Berdasarkan pengamatan awal di
SD Negeri 02 Peusangan Kabupaten Bireuen dengan jumlah 32 siswa yang terdiri
dari 12 anak laki-laki dan 20 anak perempuan. Dalam proses pembelajaran IPA (pada
pokok materi tumbuhan hijau) kurang adanya penggunaan pendekatan, media dan
metode yang tepat, sehingga cenderung guru yang aktif dan siswa pasif.
Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar dan mengajar, sehingga
terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Interaksi
tersebut sudah barang tentu akan mengoptimalkan pencapaian tujuan yang
2
dirumuskan. Usman (2000:4) menyatakan bahwa proses belajar dan mengajar adalah
suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar
hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu (1990:1). Senada dengan Usman, Suryosubroto (1997:19)
mengatakan bahwa proses belajar dan mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan
guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program
tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu
yakni pengajaran.
Seperti yang telah diutarakan di atas pada saat pembelajaran IPA disebutkan
bahwa fungsi metode mengajar dalam keseluruhan sistem pengajaran adalah
sebagaimana alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Metode Quantum Learning
sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran IPA yang membawa siswa belajar
dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan. Siswa akan lebih bebas dalam
menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat
tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa. Dalam kegiatan belajar siswa, guru berperan
sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima
atau yang dibimbing (Bobby dan Herrnacki, 2001: 14). Proses interaksi ini akan
berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru. Sehubungan dengan hal
tersebut, dalam kesempatan ini penulis akan mengadakan suatu penelitian yang
berjudul; Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas V Sd Negeri 02 Peusangan
Kabupaten Bireuan Dalam pembelajaran IPA pada pokok Materi Tumbuhan Hijau
Dengan Menggunakan Metode Quantum Learning.
3
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang yang dikemukakan diatas diperoleh beberapa
identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Adanya faktor Lingkungan sekolah yang kurang mendukung dalam proses belajar
mengajar.
2. Kurangya perhatian siswa dalam proses kegiatan pembelajaran.
3. Adanya karektristik siswa yang berbeda serta kelebihan dan kelemahan sehingga
mempengaruhi penerimaan mata pelajaran IPA dalam materi tumbuhan hijau.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang muncul
adalah:
1. Bagaimanakah penerapan metode quantum learning dalam pembelajaran IPA pada
pokok materi tumbuhan hijau di SD Negeri 02 Peusangan Kabupaten Bireuen?
2. Apakah dengan menggunakan metode quantum learning bisa meningkatkan
kemampuan siswa kelas V SD Negeri 02 Peusangan Kabupaten Bireuen dalam mata
pelajaran IPA pada pokok materi tumbuhan hijau?
3. Masalah atau kendala yang dihadapi di lapangan ketika memberikan pembelajaran
IPA pada pokok tumbuhan hijau di kelas V SD Negeri 02 Peusangan Kabupaten
Bireuen?
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan pokok di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
4
1. Untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa kelas V SD Negeri 02 Peusangan
Kabupaten Bireuen dalam mata pelajaran IPA pada pokok materi tumbuhan hijau.
2. Untuk meningkatkan motivasi dan pengetahuan tentang metode mengajar yang
tepat dan terarah.
3. Untuk menggunakan suatu media yang ada untuk digunakan dalam menunjang
proses belajar dan mengajar.
4. Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran IPA pada
pokok materi tumbuhan hijau di SD Negeri 02 Peusangan Kabupaten Bireuen.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan
manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan
yang mendukung peningkatan proses belajar dan mengajar siswa.
1. Manfaat teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi atau
masukan kepada pengajar (guru) dalam memberikan pelajaran yang dinilai sulit
dipahami oleh siswa dalam menerima pelajaran. Quantum Learning memberikan
cara belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa
akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
(1) Siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar IPA pada pokok materi tumbuhan
hijau.
(2) Hasil belajar siswa meningkat pada materi pokok tumbuhan hijau.
5
(3) Siswa lebih dapat mencintai alam sekitar.
b. Bagi Guru
(1) Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan metode Quantum Learning sebagai
metode pembelajaran.
(2) Guru lebih termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang
bermanfaat bagi perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran.
(3) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pembelajaran yang lebih
bervariasi, sehingga materi pelajaran akan lebih menarik.
c. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan
proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
d. Bagi Peneliti
Memberikan sumbangan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas.
1.6 Definisi Operasional
1. Meningkatan adalah Memberikan dorongan atau memberikan motivasi kepada
anak tentang pembelajaran tumbuhan hijau.
2. Kemampuan adalah tingkat penguasaan, tingkat kemahiran, kompetensi siswa
dalam materi tumbuhan hijau.
3. Siswa adalah murid atau pelajar, terutama pada tingkat sekolah dasar dan
menengah.
4. Tumbuhan hijau adalah tumbuhan yang mempunyai zat hijau daun
5. Metode quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah cara belajar
yang efektif untuk siswa di sekolah dan untuk semua tipe orang dan segala usia.
6
BAB II
LANDASARAN TEORITIS
2.1 Mata Pelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia yang
berupa pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep yang terorganisasi tentang alam
sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses kegiatan ilmiah
antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.
Lebih lanjut pengertian IPA menurut Fisher (1975) yang dikutip oleh Muh.
Amin (1987:3) mengatakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang didalamnya secara
umum terbatas pada gejala-gejala alam”di unduh dari www.indoblogspot.com.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA (sains) merupakan salah
satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajari
alam semesta, baik ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang
bernyawa ataupun yang tak bernyawa dengan jalan mengamatiberbagai jenis dan
perangkat lingkungan alam serta lingkungan alam buatan.
IPA (sains) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik
untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses
penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di SD bermanfaat bagi siswa
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada
pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan
kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga
7
dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
alam sekitar (Depdiknas 2004:33). Menurut Sumaji (1998:31), IPA (sains) berupaya
untuk membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan
pemahamannya mengenai alam sekitarnya. Mata pelajaran IPA adalah program
untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai
ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Sang pencipta
(Depdikbud 1993/1994: 97).
2.1.1 Fungsi Mata Pelajaran IPA
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar (Depdikbud 1993/1994:97- 98) Mata
Pelajaran IPA berfungsi untuk:
(1) Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan alam
dan lingkungan buatan yang berkaiatan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan
sehari-hari khususnya dalam mempelajari tumbuhan hijau.
(2) Mengembangkan keterampilan proses.
(3) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk
meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
(4) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling
mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan di
sekitarnya dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
(5) Mengembangkan kemajuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun
untuk melanjutkan pendidikannyake tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
8
2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA Pada Pokok Materi Tumbuhan Hijau
Tujuan pembelajaran pada pokok materi tumbuhan hijau
adalah untuk menjadikan siswa tidak sekedar tahu dan hafal
tentang materi tumbuhan melainkan harus menjadikan siswa
mengerti dan memahami materi tumbuhan hijau dan
menghubungkan keterkaitan materi tersebut untuk dapat
memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran guru mempunyai peranan penting
dalam menciptakan kondidi pembelajaran yang mendorong
keaktifan siswa. Usaha untuk menciptakan kondisi pembelajaran
yang dapat merlibatkan peran aktif siswa, membutuhkan
kemampuan siswa dalam menerapkan pendekatan dan strategi
pembelajaran yang sesuai dan bervariasi agar siswa tidak merasa
bosan. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk
memperbaiki proses pembelajaran adalah dengan menerapkan
pendekatan konstruktivisme melalui metode quantum learning.
Dalam pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme
melalui metode quantum learning guru membangun pengetahuan
dalam benak siswa dengan cara mengaitkan informasi baru dengan
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, sehingga memungkinkan
keingintahuan siswa untuk melakukan penyelidikan sehingga dapat
menemukan sendiri jawabannya.
2.2 Pengertian Tumbuhan Hijau
9
Tumbuhan hijau adalah tumbuhan yang mempunyai zat hijau daun. Pada
proses fotosintesa tumbuhan hijau mengambil CO2 dan mengeluarkan C6H12O6
serta peranan O2 yang sangat dibutuhkan makhluk hidup. Oleh karena itu, peranan
tumbuhan hijau sangat diperlukan untuk menjaring CO2 dan melepas O2 kembali ke
udara. Di samping itu berbagai proses metabolisme tumbuhan hijau dapat
memberikan berbagai fungsi untuk kebutuhan makhluk hidup yang dapat
meningkatkan kualitas lingkungan.
Setiap tahun tumbuh-tumbuhan di bumi ini mempersenyawakan sekira
150.000 juta ton CO2 dan 25.000 juta ton hidrogen dengan membebaskan 400.000
juta ton oksigen ke atmosfer, serta menghasilkan 450.000 juta ton zat-zat organik.
Setiap jam 1 ha daun-daun hijau menyerap 8 kg CO2 yang ekuivalen dengan CO2
yang diembuskan oleh napas manusia sekira 200 orang dalam waktu yang sama.
Setiap pohon yang ditanam mempunyai kapasitas mendinginkan udara sama dengan
rata-rata 5 pendingin udara (AC), yang dioperasikan 20 jam terus menerus setiap
harinya. Setiap 93 m2 pepohonan mampu menyerap kebisingan suara sebesar 8
desibel, dan setiap 1 ha pepohonan mampu menetralkan CO2 yang dikeluarkan 20
kendaraan.(Sarjan: 2004).
2.3 Tehnik Mengajar IPA Pada Pokok Materi Tumbuhan Hijau dengan Metode Quantum Learning
Teknik mengajar ilmu pengetahuan alam adalah aktivitas yang dilakukan oleh
seorang guru didalam kelas. Teknik mengajar IPA adalah tergantung apa jenis materi
yang di ajarkan. Guru IPA tentu mempunyai cara dalam mengajari siswa dalam
proses belajar mengajar. Berbeda guru berbeda juga cara mengajar. Maksudnya
10
bahwa cara yang digunakan didalam mengajar IPA pada pokok tumbuhan hijau
berbeda dengan guru-guru yang lain.Tiap-tiap guru berbeda cara melakukannya,
berbeda gaya dan berbeda latar belakang pendidikannya. Kita bisa melihat
kenyataan, belajar ilmu pengetahuan alam adalah aspek yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari.
Ada beberapa langkah mengajar IPA pada pokok tumbuhan hijau dengan
menggunakan metode quantum learning antara lain:
a. Melalui gambar
b. Melalui aspek lingkungan
c. Melalui CD
Langkah –langkah seperti ini sangat memudahkan siswa dalam melatih
kecepatan daya tangkap siswa dalam memahami jenis-jenis tumbuhan hijau. Setelah
siswa mendengar apa yang telah telah guru berikan, kemudian siswa memahami
kembali apa yang telah guru ceritakan berdasarkan materi yang telah guru ajarkan.
2.4 Kerangka Berpikir Penelitian
Dalam proses belajar dan mengajar apabila seorang guru menggunakan media
pendidikan sebagai alat bantu mengajar, dan dapat berkomunikasi dengan baik pada
saat menyajikan pelajaran, siswa akan lebih mudah menerima materi yang
disampaikan oleh guru. Dalam hal ini CD pembelajaran merupakan salah satu media
pembelajaran yang diharapkan akan menjadi media yang dapat menggugah minat,
perasaan dan pola pikir kritis bagi siswa kelas V sekolah dasar dalam hal pengamatan
dan praktikum permulaan pada mata pelajaran IPA dalam materi tumbuhan hijau.
Dalam CD pembelajaran terdapat bagaimana proses terjadinya fotosintesis pada
11
tumbuhan hijau dengan animasi. Penggunaan media CD pembelajaran dalam metode
pembelajaran Quantum Learning, anak akan merasakan gembira, serta mendapatkan
pengetahuan, keterampilan dalam pengalaman belajarnya.
Untuk kepentingan pembelajaran materi tumbuhan hijau penggunaan media
CD pembelajaran dapat membantu siswa dalam hal belajar pengamatan dan
praktikum permulaan. Penggunaan media pembelajaran yang dikemas sedemikian
rupa akan menimbulkan daya tarik tersendiri bagi yang menggunakannya. Kegiatan
belajar dan mengajar dengan menggunakan media CD pembelajaran dapat
menciptakan suasana belajar yang menarik dan materi akan terkesan pada diri siswa.
Hal ini siswa akan menjadi lebih jelas dalam menerima materi yang disampaikan
guru, sehingga hasil belajar IPA dalam materi tumbuhan hijau lebih meningkat.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat divisualisasikan dalam bentuk bagan
sebagai berikut:
Quantum Learning
• Membantu siswa mendapatkan konsep/gambaran yang jelas dan tepat• Bersifat konkrit• Menguatkan ingatan siswa• Menghindari kesalahpahaman
Suasana pembelajaran menyenangkandengan menggunakan CD Pembelajaran
Minat siswa meningkat(siswa tertarik untuk belajar IPA) dalam materi tumbuhan hijau
Efektivitas pembelajaran meningkat
12
Bagan 1 Kerangka Berpikir
2.5 Metode Quantum Learning
Menurut Porter dan Hernacki (2001: 15) Quantum Learning adalah
seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis
untuk semua tipe orang dan segala usia. Quantum Learning pertama kali digunakan
di Supercamp. Di Supercamp ini menggabungkan rasa percaya diri, keterampilan
belajar, dan keterampilan berkomunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan.
Quantum Learning didefinisikan sebagai interaksi-interaksi yang mengubah
energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam
fisika kuantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi.
Atau sudah biasa dikenal dengan E=mc². Tubuh kita secara materi di ibaratkan
sebagai materi, sebagai pelajar tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya;
interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya (Porter dan Hernacki
2001: 16). Quantum Learning berakar dari upaya Lozanov, seorang pendidik yang
berkebangasaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebut sebagai
“Suggestology” atau “Suggestopedia”. Prinsinyaadalah bahwa sugesti dapat dan
pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan
sugesti positif ataupun negatif, ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk
memberikan sugesti positif yaitu mendudukan murid secara nyaman, memasang
musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan media
pembelajaran untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan
13
Hasil belajar siswa naik
menyediakan guru-guru yang terlatih (Porter dan Hernacki 2001: 14). Menurut De
Porter dan Hernacki (2001: 16) Quantum Learning menggabungkan sugestologi,
teknik pemercepatan belajar, dan NLP (Program neurolinguistik) dengan teori,
keyakinan dan metode kami sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari
berbagai teori dan strategi belajar yang lain seperti:
1) Teori otak kanan atau kiri.
2) Teori otak 3 in 1.
3) Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinetik).
4) Teori kecerdasan ganda.
5) Pendidikan holistic (menyeluruh).
6) Belajar berdasarkan pengalaman.
7) Belajar dengan simbol (Metaphoric Learning).
8) Simulasi atau permainan.
Suatu proses pembelajaran akan menjadi efektif dan bermakna apabila ada
interaksi antara siswa dan sumber belajar dengan materi, kondisi ruangan, fasilitas,
penciptaan suasana dan kegiatan belajar yang tidak monoton diantaranya melalui
penggunaan musik pengiring. Interaksi ini berupa keaktifan siswa dalam mengikuti
proses belajar. Menurut De Porter dan Hernacki (2001: 12) dengan belajar
menggunakan Quantum Learning akan didapatkan berbagai manfaat yaitu:
1) Bersikap positif.
2) Meningkatkan motivasi.
3) Keterampilan belajar seumur hidup.
4) Kepercayaan diri.
14
5) Sukses atau hasil belajar yang meningkat.
2.6 Penerapan Quantum Learning Dalam Pembelajaran IPA Pada Pokok Materi Tumbuhan Hijau
Dalam kegiatan belajar di kelas, “Quantum Learning” menggunakan
berbagai macam metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, kerja
kelompok, eksperimen, dan metode pemberian tugas. Menurut Surachmad dalam
Sunaryo (2001: 3), metode ceramah bermanfaat untuk mengetahui fakta yang sudah
diajarkan dan proses pemikiran yang telah diketahui serta untuk merangsang siswa
agar mempunyai keberanian dalam mengemukakan pertanyaan, menjawab atau
mengusulkan pendapat. Metode demonstrasi membantu siswa dalam memahami
proses kerja suatu alat atau pembuatan sesuatu, membuat pelajaran menjadi lebih
jelas dan lebih konkret serta menghindari verbalisme, merangsang siswa untuk lebih
aktif mengamati dan dapat mencobanya sendiri. Metode kerja kelompok akan
membuat siswa aktif mencari bahan untuk menyelesaikan tugas dan menggalang
kerjasama dan kekompakan dalam kelompok. Metode eksperimen membantu siswa
untuk mengerjakan sesuatu, mengamati prosesnya dan mengamati hasilnya,
membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri. Metode
pemberian tugas akan membina siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi
dan komunikasi serta dapat membantu siswa untuk mengembangkan kreativitasnya.
Adapun langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui
konsep Quantum Lerning dengan cara:
a. Kekuatan Ambak
15
Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara
manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan (De Potter dan Hernacki 2001: 49).
Motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya motivasi maka
keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini siswa akan diberi motivasi
oleh guru dengan memberi penjelasan tentang manfaat apa saja setelah mempelajari
suatu materi.
b. Penataan lingkungan belajar
Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan lingkungan yang
dapat membuat siswa merasa betah dalam belajarnya, dengan penataan lingkungan
belajar yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri siswa.
c. Memupuk sikap juara
Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar
siswa, seorang guru hendaknya jangan segan-segan untuk memberikan pujian pada
siswa yang telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan pula mencemooh siswa
yang belum mampu menguasai materi. Dengan memupuk sikap juara ini siswa akan
lebih dihargai.
d. Bebaskan gaya belajarnya
Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa, gaya belajar
tersebut yaitu: visual, auditorial dan kinestetik. Dalam Quantum Learning guru
hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya dan janganlah
terpaku pada satu gaya belajar saja.
e. Membiasakan mencatat
16
Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika sang siswa
tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali apa yang
didapatkan menggunakan bahasa hidup dengan cara dan ungkapan sesuai gaya
belajar siswa itu sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan
simbolsimbol atau gambar yang mudah dimengerti oleh siswa itu sendiri, simbol-
simbol tersebut dapat berupa tulisan.
f. Membiasakan membaca
Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca. Karena dengan
membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah wawasan
dan daya ingat akan bertambah. Seorang guru hendaknya membiasakan siswa untuk
membaca, baik buku pelajaran maupun buku-buku yang lain.
Jadikan anak lebih kreatif
Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba dan senang
bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan mampu menghasilkan
ide-ide yang segar dalam belajarnya, sehingga membuat siswa lebih termotivasi
dalam proses belajar mengajar IPA pada pokok materi tumbuhan hijau.
g. Melatih kekuatan memori anak
Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga anak perlu
dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik dalam menerima mata
pelajaran.
17
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitin tindakan kelas (PTK). Penelitian ini
dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa
yang berkaitan proses pembelajaran dikelas, khususnya dalam meningkatkan
kemampuan pada pokok materi tumbuhan hijau dengan menggunakan metode
quantum learning.
Menurut Kassihani Hasbolah (1998:13), penelitian tindakan kelas merupakan
salah satu upaya guru atau fraksi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan
untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan belajar siswa dikelas. Penelitian
tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru
dilapangan. Artinya, penelitian tindakan kelas merupakan penelitian praktis yang
dilakukan dikelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada.
Menurut Suharsimi Arikunto, dkk, (2007:3), penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama-sama.
Tindakan tersebut diberikan oleh guru yang dilakukan oleh siswa. Berdasarkan
beberapa difenisi oleh para pakar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
18
tindakan kelas adalah segala daya dan upaya yang dilakukan oleh guru berupa
kegiatan penelitian tindakan atau arahan dengan tujuan dapat memperbaiki dan atau
meningkatkan kualitas pembelajaran dalam materi tumbuhan hijau.
3.2 Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian tindakan kelas kehadiran peneliti seluruhnya melibatkan
peneliti dalam mengkaji masalah-masalah yang ditemukan dalam pengamatan awal
yang penulis kaji. Masalah yang ditemukan kemudian penulis mencari cara supaya
masalah yang ditemukan bisa dipecahkan. Kehadiran peneliti dilokasi penelitian
merupakan syarat utama dikarenakan peneliti sebagai salah satu kunci utama dalam
memberikan tindakan, wawancara, dan pengamat. Sesuai dengan pendekatan dan
jenis jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif
dan kuantitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas.
3.3 Lokasi Penelitian
Penulis mengadakan penelitian tindakan kelas di SD Negeri 02 Kecamatan
Peusangan Kabupaten Bereuen, Penulis hanya mengambil satu kelas saja sebagai
subjek penelitian karena untuk memudahkan penulis dalam mengumpulkan data
dikelas tersebut. Penulis hanya memilih Kelas V saja sebagai sampel dalam
penelitian. Mengapa penulis mengambil satu kelas saja, dikarenakan dalam
penelitian tindakan kelas satu kelas merupakan sekelompok siswa dalam menerima
pelajaran yang dipaparkan oleh guru. (Asrori, 2008:5)
Penulis mengadakan penelitian disini karena penulis melihat tingkah laku
siswa dalam menerima mata pelajaran banyak mendapat kendala ketika proses
19
belajar mengajar sehingga penulis mengenal karakteristik siswa, dan model
pembelajaran yang digunakan atau media pembelajaran yang digunakan
dibandingkan di sekolah yang lain itu sangat berbeda. Penerapan pembelajaran IPA
pada pokok materi tumbuhan hijau di SD Negeri 02 Bireuen belum dilaksanakan
secara maksimal, sehingga akan dilaksanakan penelitian tindakan kelas tentang
pembelajaran IPA pada pokok materi tumbuhan hijau dengan menggunakan metode
quantum learning di sekolah SD Negeri 02 Peusangan Kabupaten Bireuen.
Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan + 3 bulan, yaitu pada awal
bulan Juli s/d akhir Agustus 2010, di kelas V SD Negeri 02 Peusangan Kabupaten
Bireuen .
Berikut ini adalah rencana kegiatan penelitian:
No Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Survey awal
2. Penyusunan proposal
3. Perjanjian
4. Pelaksanaan penelitianPengamatan awalSiklus I
Siklus II
5. Penulisan laporan
Bagan 2Rencana Kegiatan Penelitian
20
3.4 Data dan Sumber Data
a. Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian data kualitatif adalah beberapa kata –
kata tau tindakan. Kata – kata atau tindakan yang muncul pada pelaksanaan
pembelajaran ipa dalam materi tumbuhan hijau dengan menggunakan metode
quantum learning terekam dengan cara mengamati, wawancara, dengan sumber data.
Data ini diambil dari sumber kinerja guru dan akativitas siswa. Hasil wawancara
dengan siswa dan guru, temuan hasil observasi, catatan lapangan dan hasil tes, hasil
karya siswa dengan strategi pikir plus.
b. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian adalah siswa yang menjadi objek
peneliti, karena ketika menerapkan pembelajaran ipa dalam materi tumbuhan hijau
segala tindakan dan kata – kata guru dalam metode quantum learning direkam
diamati, diwawancara. Adapun siswa dijadikan peneliti ketika siswa mengalami
kesulitan dalam pembelajaran.
3.5 Tehnik Pengumpulan Data
1. Sumber data : sumber data penelitian ini adalah siswa dan guru
2. Jenis data :
a. Data kuantitatif:
21
1) Hasil belajar siswa
2) Hasil penilaian rangkuman (resume)
b. Data kualitatif:
1) Observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan Quantum
Learning sebagai metode pembelajaran
2) Keterampilan guru dalam menerapkan Quantum Learning sebagai metode
pembelajaran
3) tanggapan siswa selama proses pembelajaran
4) tanggapan guru dalam dengan menerapkan Quantum Learning sebagai metode
pembelajaran
3. Cara pengumpulan data
a. Data kuantitatif
1) Data tentang hasil belajar siswa diambil dengan memberikan tes kepada siswa
yang berupa soal pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban (option) yang berjumlah 20
soal pada setiap akhir siklus. 2) Data tentang hasil penilaian kegiatan siswa dengan
menggunakan lembar penilaian kegiatan siswa untuk setiap kelompok.
b. Data kualitatif
1) Data tentang efektivitas penerapkan Quantum Learning sebagai metode
pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar dengan memberikan tes kepada
siswa.
22
2) Data tentang observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dalam menerapkan
Quantum Learning sebagai metode pembelajaran dengan membuat lembar observasi
aktivitas siswa.
3) Data tentang tanggapan siswa selama proses pembelajaran diambil dengan
melakukan wawancara dan membuat angket siswa.
4) Data tentang tanggapan guru dalam menerapkan Quantum Learning sebagai
metode pembelajaran diambil dengan melakukan wawancara.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan untuk memahami keadaan kelas setelah adanya
penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan
adalah statistik nonparametik dengan menggunakan teknik chi-square (χ²) atau Chi-
Kuadrat untuk mengetahui perbedaan frekuensi hasil belajar per siklus. Statistik
nonparemetik meliputi: 1) chi-square untuk data nominal, 2) tes binomial, 3) tes tau
kendal, 4) tes Mann-Whitney U, dan 5) tes Wilcoxon (Arikunto 2004: 125). Analisis
data menggunakan Chi-Square dengan rumus:
( x1 – x)² x (f0 — fh)²X2 atau x2 ∑
X fh
Rumus χ² digunakan untuk menguji signifikan perbedaan frekuensi yang
diobservasi x1 atau f0 (frekuensi yang diperoleh berdasarkan data), dengan frekuensi
yang diharapkan x atau fh. Apabila dari perhitungan ternyata bahwa harga χ² sama
atau lebih besar dari harga kritik χ² yang tertera dalam tabel, sesuai dengan taraf
signifikansi yang telah ditetapkan, maka kesimpulan kita adalah bahwa ada
perbedaan yang meyakinkan antara x1 atau f0 dengan x atau fh. Akan tetapi apabila
23
dari perhitungan ternyata bahwa nilai χ² lebih kecil dari harga kritik dalam tabel
menurut taraf signifikansi yang telah ditentukan, maka kesimpulannya tidak ada
perbedaan yang meyakinkan antara x1 atau f0 dengan x atau fh.
3.7 Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menghindari dari kesalahan atau kekeliruan data yang terkumpul, perlu
dilakukan pengecekan keabsahan data. Pengecekan keabsahan data yang didasarkan
pada sesuatu diluar data untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding
terhadap data yang telah ada (Moleong, 2007).
3.8 Tahap-Tahap Penelitian
Tahap Persiapan awal• Observasi awal• Menyusun silabus, RP dan LKS• Menyusun lembar observasi• Analisis soal uji coba
Tahap Pelaksanaan• Pengenalan materi• Memberi pertanyaa awal dan motivasi siswa• Memperdengarkan musik pada siswa• Pemutaran CD Pembelajaran.• Presentasi hasil diskusi ttg proses fotosintesis pada tumbuhan hijau dari isi CD Pembelajaran tersebut• Pembahasan dan penjelasan bersama• Menyusun kesimpulan
Tahap perencanaan• Materi tentang tumbuhan hijau• Membentuk kelompok
24
Tahap Observasi dan Evaluasi• Merekam kegiatan siswa dan guru selama KBM• Pengisian lembar observasi, kinerja guru dan siswa• Tes siklus I• Analisis hasil tes dan lembar observasi
Tahap RefleksiKendala-kendala tahap I akan diperbaiki pada siklus berikutnya
Siklus
II
Bagan 1: Prosedur Penelitian
Menurut Kerlinger, rancang bangun penelitian adalah rencana dan struktur
penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat
memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. Desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan putaran spiral menurut
Kemmis dan Taggart (Simatupang, 2003: 483). Menurut Soedarsono (1996/1997:12),
model spiral yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart ini terdiri atas empat
komponen utama, yaitu:
1) Rencana : Tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan
atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. Kegiatan yang dilakukan adalah
membuat suatu instrument pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta
yang terjadi selama tindakan berlangsung.
2) Tindakan : Apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan,
peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Kegiatan yang dilakukan adalah
pengajuan laporan penelitian harus berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan
25
dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat, dalam refleksi,
keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara
seksama agar sinkron dengan maksud semula.
3) Observasi : Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan
atau dikenakan terhadap siswa. Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan
“pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Dalam
melakukan pengamatan balik ini, peneliti mencatat sedikit demi sedikit apa yang
terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk memperbaiki siklus berikutnya.
4) Refleksi : Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau
dampak dan tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti
bersama-sama guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal.
Kegiatan yang dilakukan adalah mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan dalam penelitian tindakan. Keempat tahap dalam penelitian tindakan
tersebut adalah unsure untuk membentuk sebuah siklus, yaitu suatu putaran kegiatan
beruntun, yang kembali ke langkah semula. Jadi, satu siklus adalah dari tahap
penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi.
Apabila dikaitkan dengan “bentuk tindakan” sebagaimana disebutkan dalam uraian
ini, maka yang dimaksud dengan bentuk tindakan adalah siklus tersebut. Jadi, bentuk
penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi selalu harus
berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus
(Arikunto 2006: 20).
26
27