mental disorder dalam al-qur’an -...

121
MENTAL DISORDER DALAM AL-QUR’AN (Tafsir Maudui’ Tentang Mental Disorder Ragam dan Penanggulanganya”) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin (S. Ud) Oleh : RAHMI MELDAYATI NIM : 106034001254 PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H./2010 M.

Upload: doancong

Post on 19-May-2019

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

MENTAL DISORDER DALAM AL-QUR’AN

(Tafsir Maudui’ Tentang Mental Disorder Ragam dan Penanggulanganya”)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ushuluddin (S. Ud)

Oleh :

RAHMI MELDAYATI NIM : 106034001254

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H./2010 M.

MENTAL DISORDER DALAM AL-QUR’AN

(Tafsir Maudui’ Tentang Mental Disorder Ragam dan Penanggulanganya”)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh :

RAHMI MELDAYATI NIM : 106034001254

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H./2010 M.

MENTAL DISORDER DALAM AL-QUR’AN

(Tafsir Maudui’ Tentang Mental Disorder Ragam dan Penanggulanganya”)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ushuluddin (S. Ud)

Oleh :

RAHMI MELDAYATI NIM : 106034001254

 

  

Di Bawah bimbingan :

Prof. Dr. Ahmad Mubarak , M.A. NIP. 150 050 741

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H./2010 M.

MENTAL DISORDER DALAM AL-QUR’AN

(Tafsir Maudui’ Tentang Mental Disorder Ragam dan Penanggulanganya”)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh :

RAHMI MELDAYATI NIM : 106034001254

 

  

Di Bawah bimbingan :

Prof. Dr. Ahmad Mubarak , M.A. NIP. 150 050 741

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H./2010 M.

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2 September 2010

Rahmi Meldayati

ABSTRAK

Ganggauan mental adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal,

baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan

tersebut tidak disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian-bagian anggota tubuh,

meskipun kadang-kadang gejalanya terlihat pada fisik. Dan juga bisa

mengakibatkan manusia melampaui batas keseimbangan/kewajaran mengantar

kepada terganggunya fisik, mental dan bahkan kepada tidak sempurnanya amal

seseorang. Sehingga menghalangi mereka bertaqarrub kepada allah Swt.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ganggaun kejiwaan dalam

al-Qur'an serta penyebab dan cara mengatasinya dengan cara mempelajari

gangguan kejiwaan dari segi Psikologi secara umum dengan cara mengumpulkan

data-data yang berkenaan dengan pembahasan ini.

PEDOMAN TRANSLITERASI

Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts ted an es ث

j je ج

h ح h dengan garis bawah

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r er ر

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis di ص

bawah

d ض de dengan garis di

bawah

t ط te dengan garis di

bawah

z zet dengan garis di ظ

bawah

vii  

koma terbalik di atas ‘ ع

hadap kanan

gh ge dan ha غ

f ef ف

q ki ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

apostrof ´ ء

y ye ي

Vokal

Vokal dalam Bahasa Arab, seperti vocal Bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong.

Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

� a

fathah

� i

kasrah

� u

dammah

viii  

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي � ai a dan i

و � au a dan u

Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ا� â a dengan topi di atas

ي� î i dengan topi di atas

و� û u dengan topi di atas

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti dengan syamsiyyah

maupun qamariyah. Contoh: al-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.

Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda ( _ ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,

yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. akan tetapi, hal

ix  

x  

Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/. Hal

yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t).

Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (isim), maka huruf

tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/.

KATA PENGANTAR

بسم اهللا الرحمن الرحيم

Dengan menyebut asma-Mu, Engkau adalah satu-satu Nya yang menjadi

tujuan hidup hamba dan rhido-Mu adalah satu-satunya yang hamba harapkan.

Setiap hembusan nafas senantiasa menyebut asma-Mu, mengagungkan dan

memuji kebesaran-Mu. Tasbih dan tahmid tertuju pada Dzat yang telah

menciptakan bumi seisinya dan segala kebesaran yang memancar dari-Nya.

Shalawat beserta salam senantiasa tercurah pada baginda Rasullah saw yang telah

memancarkan cahaya terang kenabiannya pada setiap kalbu seluruh umatnya, dan

cinta kasihnya yang memberikan syafaat pada setiap pengikutnya.

Dengan segala keterbatasan hamba sebagai seorang insan, penuh ketulusan

dan harapan hamba Mu yang hina ini tiada hentinya memanjatkan syukur

Alhamdulillah yang tiada taranya kepada-Mu ya Rabb. Yang telah menggerakkan

hati, jiwa dan pikiran sehingga dapat menyelasaikan skripsi ini ,yang tanpa

keredhoan-Mu pastilah hamba tidak akan mampu berbuat apa-apa. Terimaksih

atas beribu-ribu nikmat yang telah engkau berikan kepada hamaba mu yang

berlumur dosa ini, terimakasih telah memberikan hamba izin untuk masih bisa

menghirup berartinya udara kehidupan ini, dan berkenan memberikan kesempatan

kepada hamba untuk dapat memberikan senyum kebahagian untuk orang-orang

yang hamba cinta dan yang mencintai hamba

Rasa terimaksih yang sangat mendalam penulis haturkan kepada segenap

orang-orang yang berada disekeliling penulis, yang telah banyak membantu

i  

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Rasa ucapan terimakasih sebesar-

besarnya penulis haturkan kepada ;

• Bapak Prof. DR. Zainun Kamaluddin., MA selaku dekan Fakultas

Ushuluddin, bapak Bustamin.MA selaku ketua jurusan Tafsir hadis(terima

kasih atas segala bimbingan dan kerendahan hati bapak yang senantiasa

selalu tersenyum sepanjang hari), bapak Rifki Muhammad Fathi MA

selaku sekretaris jurusan TAFSIR hadis (terimaksih atas segala saran-saran

dan motivasi untuk penulis untuk sekolah lebih tinggi lagi).

• Bapak Prof. DR. Ahmad Mubarok selaku pembimbing penulis dan

keluarga , tiada kata yang dapat penulis ucapakan selain rasa terima kasih

yang amat mendalam atas kesedian bapak untuk meluangkan waktu mau

membimbing penulis dengan jadwal kegiatan bapak yang begitu padat.

Terimaksih pak..

• Terima kasih kepada bapak Eva Nugraha, MA selaku dosen akedemik

(terimaksih pak atas semua ilmu dan kritikan yang membangun untuk

kelancaran penulis dalam menulis skripsi ini, bapak DR. Suryadinatha,

MA (terimaksih pak yang senantiasa tiada lelah menjawab pertanyaan-

pertanyaan penulis dan nasihat-nasihat untuk penulis, bapak Rifki

Mukhtar, MA (terimaksih pak yang selalu memberikan penulis semangat

untuk segera menyelasaikan skripsi ini.) dan terima kasih kepada pak

muslim serta istri yang telah banyak memudahkan urusan penulis.

• Terimakasih kepada segenap dosen Fakultas Ushuluddin yang telah

berkenan memberikan ilmunya, yang telah berkenan menemani dalam

ii  

setiap langkah pencariaan ilmu dan bersedia mengajar penulis dalam

setiap janggal kebodohan, juga kepada sejumlah karyawan Perpustakaan

Utama, Perpustakaan Ushuluddin dan Perpustakaan Iman Jama' yang telah

bersedia membantu penulis.

• Kedua orang tua penulis yang sangat penulis cintai dan sayangi yang

menjadi semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini papa DR.

H. Dasril MA dan mama Dra. Hj. Herawati Johan, tiada kata yang dapat

penulis ucapakan selain uraian air mata yang tiada hentinya karna

melukiskan begitu tulus cinta dan kasih sayang mama dan papa yang

memberikan kepercayaan penulis sekolah jauh dari mama dan papa,

terimaksih ma..pa..atas keikhlasannya melepas anak mu untuk tidak

menghabiskan banyak waktu dengan mama dan papa karna menuntut

ilmu. terima kasih ananda hanturkan atas do'a, cinta dan kasih sayangnya.

Dan abang penulis Ahmad Fadhli , serta adik-adik penulis Hafiz Satia

Putra, Hafizah Srikandi Putri, Faiz Faidurrahman serta ponakan kecil ku

Aisyah Zhilan Zhalila (terimaksih atas motivasi dan cinta kasihnya

saudara-saudara ku tercinta )

• Pada para guru penulis. Ust. Awis Karni Husain, Ust. Metriadi, Bapak

Tubagus Wahyudi beserta keluarga dan pabak Fir'aun maulana yang

berkenan mendidik jiwa penulis, semoga Allah Swt melimpahkan cahaya

guruku kepadaku selamanya. Amien

• Pada sahabat tercinta dan terkasih penulis, Ulfa Adilla adik merangkap

sahabat penulis yang setia menuggu dan membantu penulis setiap waktu

iii  

iv  

hingga ttik terakhir skripsi ini (maksih Upeh…atas kesetiannya) Rika

Delfa Yona sahabat dalam suka dan duka, Vani, Putri, kak Amel, Mona,

Ziah, Via, Rida, Ijon, Resti, Mita, Ira, Isil, Itoh, Vika. Dan banyak lagi

yang sanagat nayak sekali kalau penulis jabarkan, (semoga allah

meberikan balasan kebaikan kepada kalian semua. Amien

• Kepada teman, sahabat terdekat penulis ''Eri Prima" yang selalu

memotivasi penulis untuk menjadi lebih baik lagi. thank for Ur time that

have been spent with me, may Allah Swt give U a merciful and easier life

in worldly paradise and real paradise in the day after, and hopefully all of

Ur dream will be achieved soon. Amien..

• Teman-teman Tafsir Hadis, HMI, keluarga besar Kahfi al-karim, teman-

teman KKN Lembang "Laskar Sunten Jaya" dan Himapokus Jakarta.

Akhir kata, penulis haturkan pula penghargaan setinggi-tingginya kepada

pihak yang tidak dapat dicantumkan satu persatu. Hanya doa dan harapan semoga

kehidupan yang lebih baik dapat menjadi balasan untuk semua kebaikan yang

kalian berikan kepada penulis. Jazakumullah ahsanul jaza.

Rahmi Meldayati

v

 

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................... 9

C. Kajian Pustaka ....................................................................... 10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 10

E. Metodelogi Penelitian dan Teknik Penulisan ...................... 12

F. Sistimatika Penulisan ............................................................ 13

BAB II MANUSIA DAN MENTAL DISORDER

A. Mental Disorder ................................................................... 17

B. Manusia sebagai Basyar ........................................................ 21

C. Manusia Sebagai Insan ....................................................... 24

1. Manusia Menurut Tinjauan Psikologi ............................. 26

2. Manusia Menurut Tinjauan Ruhani ................................ 31

BAB III. MACAM-MACAM MENTAL DISORDER

A. Neurosis ................................................................................ 43

B. Psikosis .................................................................................. 49

vi

 

C. Psikosomatik ......................................................................... 54

D. Depresi ................................................................................. 59

BAB IV. MENTAL DISORDER DAN PENAGGULANGANNYA

DALAM AL-QUR'AN

A. Macam-macam hati dalam al-Qur'an .................................... 62

B. Penyebab gangguan mental dalam al-Qur'an ........................ 66

C. Macam-macam gangguan mental dalam al-Qur'an dan

metode penanggulangannya .................................................. 69

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 98

B. Saran-Saran ........................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 100

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bukti kasih sayang Allah kepada hambanya adalah dengan adanya al-

Qur’an sebagai pedoman dalam segala aspek kehidupan dan juga memberikan

solusi atas segala permasalahan hidup manusia itu sendiri. Al-Qur`an

merupakan penyembuh dan rahmat bagi kaum mukminin. Yaitu

menghilangkan segala hal berupa keraguan, kemunafikan, kesyirikan,

penyimpangan, dan penyelisihan yang terdapat dalam hati. Al-Qur`an- lah

yang menyembuhkan itu semua. Di samping itu, ia merupakan rahmat yang

dengannya membuahkan keimanan, hikmah, mencari kebaikan dan

mendorong untuk melakukannya. Hal ini tidaklah didapatkan kecuali oleh

orang yang mengimani, membenarkan, serta mengikutinya. Bagi orang yang

seperti ini, al-Qur`an akan menjadi penyembuh dan rahmat.1

Pada hakikat nya semua manusia dan aktifitasnya senantiasa

mengharapkan efektif dan efisien. Untuk tercapainya harapan tersebut perlu

ditunjang oleh kondisi yang memadai, di antaranya fisik dan psikis harus

dalam keadaan sehat. Dengan demikian maka hidup sehat2 merupakan suatu

yang didambakan oleh setiap orang, namun yang dirasakan selama ini dengan

                                                            1 Abdullah bin Muha�mmad bin Abd al- Rahman bin Ishaq al-Syekh. Tafsir Ibnu Katsir,

Penerbit: , Pustaka Imam Syafi'I, hal 3/60 2WHO(1984) menyebutkan bahwa batasan sehat tidak hanya dalam arti fisik, psikologik

dan sosial tetapi juga sehat dalam arti spiritual/agama. Empat dimensi sehat mencakup : bio, psiko, sosio, spiritual ( Dadang Hawari Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. (Jakarta Dana Bhakti primayasa, 1996), hlm 12 

1

  2

perkembangan sains dan teknologi muncul gangguan penyakit yang semakin

beragam, muncul kondisi yang dapat mengakibatkan beban psikologis tidak

saja keluarga, masyarakat yang lebih luas tapi juga pribadi, demikian wabah

kegelisahan telah melanda masyarakat muslim modern.3 Menurut Kartini

Kartono,” bahwa tingkah laku dan sikap seseorang dianggap normal dan

abnormal tergantung pada lingkungan kebudayaan tempat tinggal tersebut.4

Sedangkan menurut Hossen Nasr sebagaimana yang dikutip oleh HM Yamin

Syukur dalam bukunya Zuhud Di abad Modern dinyatakan bahwa :

"Masyarakat modern yang mendewa-dewakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah kehilangan Visi Ilahi sehingga mengakibatkan timbulnya psikologis yakni adanya kehampaan spiritual. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta filsafat rasionalisme sejak abad XVIII kini dirasakan tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok manusia dalam aspek nilai-nilai transenden, satu kebutuhan dari itu tidak heran kalau akhir-akhir ini banyak dijumpain orang steres, bingung, resah gelisah gundah gulana dan setumpuk penyakit kejiwaan yang disebabkan karna tidak mempunyai pegangan dalam hidup.5 Memperkuat pendapat di atas Dadang Hawari mengatakan “

“Sebagai dampak modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pola gaya hidup masyarakat dan Negara maju sudah berubah, dimana nilai moral, etika, agam dan tradisi lam aditinggal kan karna dianggap usang. Kemakmuran materi yang diperoleh ternyata tidak selamnya membawa pada kesejahteraan. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Negara maju telah kehilangan aspek spiritual yang merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, apakah ia seorang beragama atau pun orang yang sekuler sekali pun kekosongan spiritual, kerohanian dan kehampaan keagamaan inilah yang menimbulkan permasalahan dibidang kesehatan jiwa, sehubungan dengan itu para ahli kini berpendapat bahwa

                                                            3 Hanna jumhana busthaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam Menuju Psikologi Islami,

(Yogyakarta,: pustaka pelajar, 1995) hlm21 4 Karini kartono, Pskologi Abnormal Dan Patologi Seks (bandung : mandar maju : 1989)

hlm 21 5 HM. Amin Syukur, Zuhud Diabad Modern ( Yogyakarta : pustaka pelajar, 2000) hlm

178 

  3

manusia bukanlah makluk biopsiko social melainkan juga biopsiko spiritual.6

Berangkat dari problema masyarakat modern di atas Islam datang

sebagai rahmatan lil a’lamin ajarannya tidak hanya menyangkut ibadah tetapi

juga mengandung sumber acuan dalam mengatasi gangguan jiwa.

Allah Swt berfirman (Q.S Yunus : 57)

⌦ ⌧ ☺

☺ Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Ganguan mental (mental disorder) merupakan salah satu bentuk

permasalahan yang sering juga dialami oleh umat muslim yang terkadang

mereka yang mengalaminya hanya terkukung dengan penderitaan yang ada

tanpa ada solusi nya karena mereka sendiri kadang tidak menyadari.

Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an beberapa ayat yang jelas

membicarakan gangguan mental dan dampaknya terhadap kesehatan fisik.

Penjelasan tersebut membuktikan bahwa ada hubungan antara jiwa dan

kesehatan fisik. Di samping itu Rasullah Saw juga melarang kita terlalu

terbawa emosi yang berlebihan agar kita bisa menikmati hidup dengan sehat

dan bahagia, dan Q.S Al-Nahl: 58 7

                                                            6 Dadang Hawari Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. ( Jakarta Dana

Bhakti primayasa, 1996), hlm 12 7 Thalbah, Hisyam dkk Enisklopedi Mu’jizat Al-Qur’an dan hadis,buku jilid 4 (pskoterapi

islam)hlm 3 

  4

⌧ “dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.”

Akan tetapi, segala sesuatu yang melebihi batas bisa berbalik menjadi

tidak berguna. Ketika kondisi tersebut dibiarkan menjadi kebiasaan, pelaku

akan menjadi orang yang selalu bersedih dan terbebani rasa gelisah dan derita.

Rasullah Saw mengingatkan kita terhadap sikap marah dalam

sabdanya “ Jangan Marah”, marah yang dimaksud disini bukanlah marah

biasa (cepat reda), tetapi marah yang terus menerus, melawati batas yang

lumrah, karena marah seperti ini merupakan salah satu pemicu gangguan

jantung kronis yang mematikan serta mengurangi sistim imun (kekebalan

tubuh), dan tentu saja akan berefek pada mental dan kejiwaan seseorang.8

Para ahli berpendapat bahwa sejumlah gangguan jiwa mempengaruhi

kondisi fisik. Penyakit-penyakit jiwa dan tekanan sosial yang terus menerus

berdampak pada imunitas tubuh dan tentu saja akan menimbulkan bermacam-

macam penyakit tertentu. Kondisi seperti ini juga menyebabkan berkurangnya

imunitas pada otak dan lain-lain.9

Q.S Al-Isra’: 82

⌦ ⌧

☺ ☺

                                                            

8 Thalbah, Hisyam dkk Enisklopedi Mu’jizat Al-Qur’an dan hadis,buku jilid 4 (pskoterapi islam, hal 5 

9Thalbah, Hisyam dkk Enisklopedi Mu’jizat Al-Qur’an dan hadis,buku jilid 4 (pskoterapi islam hal 7 

  5

“ dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”.

Nabi Saw. juga mengisyaratkan bahwa ada keluhan fisik yang

terjadi karena gangguan mental. Seseorang datang mengeluhkan penyakit

perut yang diderita saudaranya setelah diberi obat berkali-kali, tetapi tidak

kunjung sembuh dinyatakan oleh Nabi Saw. bahwa,

قتادة عن سعيد حدثنا األعلى عبد حدثنا الوليد بن عياش حدثنا اهللا صلى النبي أتى رجال أن: سعيد أبي عن المتوآل أبي عن ثم) . عسال اسقه( فقال بطنه يشتكي أخي فقال سلم و عليه اسقه( فقال الثالثة أتاه ثم) . عسال اسقه( فقال الثانية أتاه

بطن وآذب اهللا صدق( فقال ؟ فعلت قد فقال أتاه ثم) . عسال فبرأ فسقاه) . عسال اسقه أخيك

Seseorang mengadukan kepada Nabi Saw bahwa saudaranya sedang sakit perut, Nabi menyuruhnya untuk meminumkan madu kepada saudaranya tersebut, lalu dia pun memberikan madu itu, namun masih tetap sakit, Nabi Saw menjawab; Maha benar Allah dan telah berbohong perut saudaramu itu (maksudny belum sembuh sakitnya dan minumkan lagi hingga sembuh). "Perut saudaramu berbohong" (HR Bukhari).10

Penyakit-penyakit kejiwaan pun beraneka ragam dan

bertingkat-tingkat. Sikap angkuh, benci, dendam, fanatisme, loba, dan kikir

yang antara lain di sebabkan karena bentuk keberlebihan seseorang.

Sedangkan rasa takut, cemas, pesimisme, rendah diri dan lain-lain

adalah karena kekurangannya.11

                                                            10 M. Shihab Quraish, Wawasan Al-Qur’an, (Jakarta : Mizan,1996), hlm 189 11 M. Shihab Quraish, Wawasan Al-Qur’an, (Jakarta : Mizan,1996), 190 

  6

Psikologi12, sebagaimana ilmu-ilmu lain yang sejenis, selalu berpijak

pada hasil penelitian dari fenomena yang tampak, sementara manusia sebagai

objek penelitian psikologi sangatlah kompleks. Kompleksitas manusia secara

umum dapat dikaji dari dua sisi. Pertama menyangkut aspek jasmani atau

kebendaan. Kajian pada aspek ini tidak akan banyak mengalami kesulitan

dalam merumuskan berbagai teori ilmu pengetahuan karna objeknya dapat

diamati dengan jelas. Kedua menyangkut aspek rohani atau mental spiritual.

Pada aspek ini diperlukan suatu usaha yang lebih serius dan pendekatan

multidimensi. Pengamatan yang hanya didasarkan pada indra tidak menjamin

akurasi data atau informasi yang diperoleh sebagaimana pada objek jasmani

atau kebendaan yang dapat diamati dengan cermat, bahkan bisa menjadi data

atau informasi yang kurang tepat atau keliru. Pendekatan multidimensi pada

aspek rohani di antaranya dapat dilakukan melalui informasi profertik (wahyu

tuhan).bagi umat islam informasi profertik—yang termaktub dalam al-Qur’an

diyakini sebagai informasi yang absolut, karena bersumber dari Allah Swt

yang tentu saja paling tahu tentang manusia ciptaan-Nya.

Pendekatan melalui informasi profetik dalam membahas manusia

sangatlah penting mengingat informasi profertik bersumber dari Tuhan

dimana Tuhan sebagai pencipta manusia, siapa yang lebih tahu tentang

manusia selain pencipta manusia itu sendiri, Tuhan.

Memang banyak pakar psikologi mencoba melakukan kajian untuk

kemudian membuat suatu rumusan mengenai manusia. Dalam ranah ilmu

                                                            12Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak

mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.  

  7

psikologi terdapat empat aliran utama sebagai manusia : pertama aliran

behaviorisme, aliran ini dipeloporioleh Ivan Pavlov, Jonn B. Wasson dan B.F.

Skinner. Kedua, aliran psikoanalisis, aliran ini dikembangkan oleh Sigmund

Frued. Ketiga, humanistic, dipelopori oleh Abraham H. Maslow dan Carl

Ransom Rogers13. Dan keempat aliran transpersonal.14

Karenanya, untuk dapat menghasilkan suatu pandangan yang tepat dan

seimbang dalam memahami manusia terdapat dua model informasi yang dapat

digunakan sebagai analisis dalam mengkaji dan meneliti manusia. Pertama,

signal Allah Swt yang terdapat dalam jagad raya sebagai fenomena alam.

Biasa disebut ayat kauniyah, tanda kebesaran Allah Swt yang melekat pada

alam. Kedua, informasi yang diperoleh dari ayat-ayat Al-Qur’an. Biasa

disebut ayat qauliyah, tanda kebesaran allah yang diinformasikan melalui

firman-Nya. Kedua sumber ini pada dasarnya bersumber dan bertemu pada

satu titik. Karenanya, pada level tertentu kedua informasi ini memberikan

kepastian yang sama.15

Ayat Al-Qur’an dalam menyajikan informasi tentang ayat qauliyah

biasanya bersifat global, hanya beberapa hal saja yang bersifat terperinci, dan

tidak sedikit pula yang hanya memberikan motivasi atau ransangan untuk

melakukan penelitian terhadap fenomena alam. Manusia diberi motivasi agar

mengguanakan akalnya untuk memahami fenomena alam. Sebagaimana

firman Allah Swt :                                                             

13 Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam : Solusi Islam Atas Problem-Problem Psikologi. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995), cet II hal 66-69 

14 Hanna Jumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam, Menuju Psikologi Islam (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995) cet I hlm 49 

15 Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam : Solusi Islam Atas Problem-Problem Psikologi. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995), cet II hal 66-69 

  8

Q.S Al-Nur :43

⌧ ⌧

43. tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, Maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkan penglihatan.

☺ ☯

⌧ ☺

Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.

Manusia dirangsang untuk bertanya dan mencari jawab jika sesuatu

tidak diketahuinya, Q.S Al-Nahl ;43

  9

dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,

Bahkan manusia juga diransang untuk melakukan penelitian terhadap

diri manusia itu sendiri. Q.S Al-Dzariyat:21

Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?

Uraian yang mendetail mengenai gangguan mental banyak dijumpai

dalam kajian Psikologi. Sementara Al-Qur’an juga mempunyai kajian

mengenai gannguan mental dan penganggualangannya tetapi tidak

memberikan uraian secara mendetail tentang bagaimana sebenarnya gangguan

mental dan penanggulangannya sehingga membutuh kan penafsiran lebih

lanjut . Al-Qur’an hanya berbicara tentang manusia sebagai makhluk Allah

sejalan dengan kenyataan dan dinamika kehidupan manusia itu sendiri. oleh

sebab itu penulis ingin membahas apa saja gangguan mental dalam Al-Qur’an

dan bagaimana penanggulangannya sesuai dengan kajian Al-Qur’an.

Dan dari pemaparan diatas penulis tertarik untuk memebahas masalah

tersebut dalam skripsi yang berjudul “MENTAL DISORDER DALAM AL-

QUR’AN: Tafsir Maudui’ Tentang Ragam dan Penanggulanganya Dalam Al-

Qur’an”.

B. Pembatasan dan perumusan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini dapat terarah dan memiliki fokus dalam

pembahsannya maka penulis merasa perlu memberikan batasan masalah yang

  10

merupakan upaya menentukan aspek-aspek tertentu dari masalah yang akan

diteliti. Mengingat pembahasan mengenai gangguan jiwa/mental sangat luas

maka penulis membatasi pada pembahasan gangguan jiwa yang diantaranya:

psikosomatik16, neorosis(gelisah), depresi17 (sedih) dan psikosis18( gangguan

jin/makhluk halus lainnya) beserta pengendalian/ penaggulangannya

perspektif Al-Qur’an.

Berdasarkan pembatasan masalah sebagaimana penulis paparkan

diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan,

“bagaimana konsep al-qur’an dalam mengatasi gangguan mental/jiwa?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penulisan ini secara formal digarap dalm rangka memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar sarjana program Strata Satu (S-1) pada jurusan tafsir

hadis, adapun tujuan non formal kajian ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana sebenarnya gangguan jiwa/mental dipandang dari

Pskologi dan al-Qur’an.

2. Menggali berbagai petunjuk yang ditawarkan dalam al-Qur’an bagaimana

menanggulangi gangguan jiwa/mental?

D. Kajian Pustaka

                                                            16 Bersangkutan dengan jiwa dan raga, bersangkut paut dengan gangguan emosi,( J.S

Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia, hal 292 17 Gangguan terhadap jiwa seseorang yang membuatnya merasa sangat tertekan, sedih

dan murung 18 kelainan jiwa disertai dengan disintegrasi kepribadian dan gangguan kontak dengan

kenyataan. 

  11

Untuk menghindari terjadinya kesamaan pada skripsi ini dengan

skripsi yang lain, penulis terlebih dahulu menelusuri kajian-kajian yang

pernah dilakukan atau memiliki kesamaan. Selanjutnya hasil penelusuran ini

akan menjadi acuan bagi penulis untuk tidak mengangkat objek pembahasan

yang sama sehingga diharapkan kajian yang penulis lakukan tidak terkesan

plagiat dari kajian yang telah ada.

Setelah penulis melakukan penelusuran, tertanya tidak begitu banyak

pembahasan yang membahas permasalahan ini. Tetapi penulis menemukan

beberapa karya ilmiah yang terkait dengan pebahasan yang penulis garap,

yang bisa membantu penulis jadikan sebagai sumber sekunder dalam

penulisan skripsi ini, yaitu ;

1. Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung; Pustaka Setia, 2003). Focus

pembahasan ini adalah psikologi , mualai dari faedah mempelajari

psikologi, sejarah perjalanan psikologi sebagai ilmu pengetahuan, hingga

manusia sebagai objek materi psikologi.

2. M. Ustman Najati, psikologi Dalam Al-Qur’an; Terapi Qur’ani Dalam

Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, (Bandung Pustaka Setia, 2005). Ini

merupakan terjemahan dari buku aslinya Alqur’an Wa ‘Iil Al-Nafs. Dalam

buku ini kajaian tentang gangguan jiwa masih dengan pendekatan

psikologi, kalaupun bersumber dari Al-Qur’an jauh dari pendekatan

Maudhu’i.

  12

3. Emosi Manusia Dalam Al-Qur’an, oleh sholahuddin, Jurusan Tafsir Hadis,

UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2007. Fokus kajian skripsi ini fokus pada

emosi manusia dalam Al-Qur’an.

4. Takut Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, oleh Siti Mutmainnah

Zahra, Jurusan Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2003. Fokus kajian skripsi ini pada lafal khafa

dan khasya yang dikomparasikan dengan ilmu jiwa

5. Thalbah, Hisyam dkk Mu’jizat Al-Qur’an Dan Hadis,jilid 4 (Psikoterapi

Terapi Islam), dalam.buku ini membahas tentang macam-macam

gangguan mental secara singkat.

E. Metodologi Penelitian Dan Teknik Penulisan

1. Metode Pengumpulan Data

Penulisan skripsi ini menggunakan penelitian kepustakaan ( library

research) yaitu mengumpulkan data-data dari berbagai literatur,terdiri dari

buku-buku, kitab tafsir dan hadis, dan dengan menelaah artikel-artikel

yang mendukung dan memiliki relevansi dengan masalah yang penulis

bahas. Karena penulisan ini berkaitan dengan Al-Qur’an maka pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan metode tafsir yaitu metode tematik

(maudhu’i). adapun langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai

berikut;

a. Menentukan topik bahasan

b. Menghimpun dan menetapkan ayat-ayat yang membahas persoalan

tersebut;

  13

c. Menyusun bahasan dalam suatu kerangka;

d. Mempelajari semua ayat yang terpilih

2. Metode Pembahasan

Sebuah karya ilmiah pada suatu bidang ilmu dalam setiap

pembahasan pasti menggunakan metode tertentu dalam menganlisa

permasalahn-permasalahan yang sedang digeluti. Adapun metode

penelitian yang digunakan adalah deskriftif analitik, yaitu penulis

menggambarkan permasalahan dengan didasari data-data yang ada lalu

dianalisa untuk ditemukan kesimpulan.

3. Teknik Penulisan

Untuk penulisan skripsi ini secara umum penulis berpedoman pada

buku petunjuk “ pedoman penulisan skripsi, Tesis dan Disertasi “ yang

diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta,

2006, sedangkan untuk sistimatikannya mengacu pada “ Pedoman

akademik ‘ Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. Sedangkan untuk kutipan

Al-Qur’an dan terjemahannya mengacu kepada Qur’an in Word Ver 1.2.0

F. Sistimatika Penulisan

Skripsi ini disusun menggunakan sistimatika pembahasan bab \per bab.

Kemudian dijelaskan dalam sub-sub tema pembahasan. Adapun sistimatika

penulisan sebagai berikut :

Bab pertama, pendahuluan yang terdiri dari sub-sub bab yang

menjelaskan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

kajian putaka, metodologi penelitian dan sistimatiaka penulisan,

  14

Bab kedua, penulis menjabarkan tentng manusia, karna manusia adalah

objek penelitian dasar pada skripsi ini dan otomatis kita juga harus lebih tau

secara mendetail bagaimana sebenarnya manusia tersebut dan pengertian apa

itu gangguan mental, pada bab kedua ini juga dijabarkan manusia dari

pandangan pskologi dan rohani.

Bab ketiga, membahas macam-macam gangguan mental/jiwa yang

disejalankan dengan ilmu psikologi, neorosis(kegelisahan), depresi, psikosis,

psikomatik.

Bab keempat membahas bagaimana gangguan kejiwaan dalam al-

qur'ana konsep dan solusi Al-Qur’an bagaimana menanggulangi gangguan

jiwa/mental.

Terakhir, penutup, bab kelima berisi atas kesimpulan apa yang telah

dibahas berkenaan dengan gangguan mental pada manusia beserta saran-saran

serta rekomendasi untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

BAB II

MANUSIA DAN MENTAL DISORDER

Manusia adalah makhluk yang paling mulia dibanding makluk yang lain.

Manusia adalah pemimpin atau yang mengatur alam ini. Manusia adalah makhluk

yang mempunyai kepribadian yang unik. Karakteristik kepribadian yang unik ini

menjadikan manusia sulit untuk dipahami dibanding makhluk lain, sehingga

manusia menjadi makhluk yang “misterius” kemisteriusan ini menarik perhatian

manusia sepanjang zaman. Banyak para filosof dan ilmuwan mencoba

membangun konsep untuk mengungkap kemisteriusan manusia. Murtadha

Muthahhari misalnya, mengatakan bahwa manusia lebih luhur dan lebih gaib dari

apa yang dapat didefinisikan oleh kata-kata tersebut.1 Ahmad Mubarok dalam

bukunya, Psikologi Qur’ani, mengatakan bahwa sosok manusia memang

sophisticated, rumit, dan memerlukan kesungguhan ekstra kuat untuk

mengenalinya.

Di dalam al-Qur’an terdapat 12 istilah kunci yang digunakan untuk

menjelaskan manusia, yaitu, al-insa�n, al-uns, al-basyar, al-ru�h, al-qalb, al-

‘aql, al-nafs, bani� a�dam, al-na�s, al-una�s, dzurriyah a�dam, dan al-

fithrah. Dari 12 kata kunci yang terkandung di dalam ayat-ayat al-Qur’an ini

dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok. Pertama, kelompok yang

membicarakan manusia dari sisi fisik-biologisnya, yaitu kelompok yang

tergabung dalam istilah al-Basyar. Kedua, kelompok ayat yang membicarakan

                                                            1 Murtadha Muthahari, perspektif al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama (terj),

(Bandung: Mizan, 1994),h. 117 

15

  16

manusia secara totalitas fisik-psikis, yaitu ayat-ayat yang mengandung istilah al-

ins, al-insa�n, al-una�s, al-na�s, bani a�da�m,dzuriyyah a�da�m, dan al-

nafs. Ketiga, kelompok ayat yang membicarakan manusia dari segi psikisnya,

yaitu ayat-ayat yang tergabung dalam istilah al-aql, al-qalb. al-ruh. Dan al-

fithrah.2

Berdasarkan penelitian atas ayat-ayat-ayat tersebut dapat dirumuskan tiga

aspek utama pada diri manusia, yaitu aspek jismiah, aspek nafsiah, dan aspek

ruhaniah.aspek jismiah adalah keseluruhan organ fisik-biologis, sistem sel,

kelenjer dan sistem syaraf. Aspek nafsiah adalah keseluruhan kualitas insaniah

yang khas milik manusia, berupa pikiran, perasaan dan kemauan. Aspek ini

mengandung tiga dimensi, yaitu al-nafs, al-aql, dan al-qalb. Aspek ruhaniah

adalah keseluruhan potensi luhur psikis manusia yang memancar dari dua

dimensi, yaitu dimensi al-ruh dan dimensi al-fitrah.3

Melalui aliran psikologi yang telah dikembang Nampak bahwa sebenarnya

psikologi telah berupaya memahami kesejatian manusia. Hal ini nampak dari

perkembangan teori-teori yang telah dikembangkan oleh ilmuwan barat. Namun

jika dilakukan perbandingan antara teori psikologi (barat) dengan konsep atau

rumusan yang dihasilkan berdasarkan penelitian atas ayat-ayat al-Qur’an,

sebagaimana yang telah kami sebutkan diatas, nampak bahwa teori-teori yang

dikembangkan oleh ilmuwan barat masih bersifat parsial. Jika aliran humanistik

berkutat pada aspek nafsiah, tepatnya pada dimensi al-nafsu, al-aql, dan al-qalb,

yang memusatkan perhatian pada sisi kualitas kemanusian berupa pikiran,

                                                            2 Baharuddin, kata pengantar, Paradigma, h. xi-xii  3Baharuddin, kata pengantar, Paradigma h. xii 

  17

perasaan, dan kemauan, maka aliran psikoanalisis dan behaviorisme berkutat pada

aspek jismiah-nafsiah, terutama pada dimensi al-nafs, aspek ruhaniah, (dengan

dua dimensi, al-ruh dan al-fitrah) belum diakomodasi oleh psikologi (ilmuwan

Barat).

A. Pengertian mental disorder

Gangguan kejiwaan adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak

normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental.

Keabnormalan tersebut tidak disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian-

bagian anggota tubuh, meskipun kadang-kadang gejalanya terlihat pada fisik.4

Sedangkan dalam laporan tahunan organisasi psikiatri yang terbit pada

tahun 1952 dinyatakan bahwa gangguan kejiwaan adalah merupakan sejumlah

kelainan yang terjadi bukan pada kelainan jasmani, anggota tubuh atau

kerusakan pada sistim (walaupun gejalanya bersifat badaniah).5

Pendapat lain menyatakan, pribadi yang abnormal itu mempunyai

atribut secara relatif mereka itu jauh dari status integrasi. Ada tingkat atribut

inferior dan superior. Kompleks-kompleks inferior ini misalnya terdapat pada

penderita pikopat,neorosa dan psikosa dan komplek-komplek superior

terdapat pada kelompok kaum idiot sarant (kaum ilmuwan / cerdik pandai

yang bersifat idiot). Mereka ini mempunyai I.Q yang tinggi dan memiliki

bakat-bakat khusus yang luar biasa; misalnya dibidang musik, matematik,

teknik dan sebagainya, akan tetapi mereka menderita defekt atau defisiensi

mental secara total, sehingga tingkah lakunya aneh-aneh, kejam, sadistik atau                                                             

4. Zakiah Deradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1995), cet ke-16, h. 33 5 Musthafa Fahmi, Kesahatan Jiwa; Dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, Terj.

Zakiah Deradjat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1977), cet. I, h. 58 

  18

sangat abnormal. Pribadi yang abnormal ini selalu diliputi konflik batin,

miskin jiwanya, dan tidak stabil, tanpa perhatian pada lingkungannya, terpisah

hidupnya dari masyarakat, selalu gelisah dan takut, dan jasmaninya sering

sakit-sakitan.6

Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian gangguan kejiwaan atau

keabnormalan . Maslow dan Mittelman mendeskripsikan tentang pribadi

yang normal dengan mental yang sehat sebagai berikut:

1. "memiliki perasaan aman (sense of scurity) yang tepat. Dalam suasana

demikian dia mampu mengadakan kontak dengan orang lain dalam bidang

kerjanya, di lapangan sosial, pergaulan dan dalam lingkungan keluarga."

2. "memiliki penilaian diri (self evaluation) dan insight yang rasional. Juga

punya harga diri yang cukup dan tidak berkelebihan, memiliki perasaan

sehat secara mental, tanpa ada rasa-rasa berdosa. Dan memiliki

kemampuan untuk menilai tingkah laku manusia lain yang tidak sosial dan

tidak human sebagai fenomena masyarakat yang menyimpang.

3. "memiliki spontanitas dan emosionaloitas yang tepat. Ia mampu

menciptakan hubungan yang erat, kuat dan lama, seperti persahabatan,

komunikasi sosial dan relasi cinta. Dan mampu mengekspresikan rasa

kebencian dan kekesalan hatinya tanpa kehilangann kontrol terhadap diri

sendiri. Ia memiliki kesanggupan untuk ikut merasa dan ikut mengerti

pengalaman serta perasaan orang lain. Ia bisa bergembira dan tertawa. Ia

mampu menghayati arti penderitaan dan kebahagiaan tanpa lupa diri."

                                                            6 Kartini Kartono, “Psikologi Abnormal”, Bandung: Alumni, 1995, h. 2 

  19

4. "mempunyai kontak dengan realitas secara efesien." Yaitu kontak dengan

dunia fisik/materil, tanpa ada fantasi dan angan-angan yang berlebihan. Ia

punya kontak dengan dunia sosial, karena memiliki pandangan hidup yang

realistis dan cukup luas tentang dunia manusia ini. Ia memilki kemampuan

untuk menerima macam-macam cobaan hidup dan kejutan-kejutan hidup

dengan rasa besar hati. Selanjutnya ia memiliki kontrol yang real dan

efesien dengan diri pribadinya (internal word). Dan memiliki kemampuan

untuk mengadakan adaptasi, merubah dan mengasimilisikan diri, jika

lingkungan social dan dunia eksternal tidak dapat dirubahnya."

5. "dia memiliki dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniyah yang sehat, serta

memiliki kemampuan untuk memenuhi dan memuaskannya." Ada attitude

yang sehat terhadap tuntunan-tuntunan fungsi-fungsi jasmani tersebut. dan

ia mampu memenuhinya, akan tetapi tidak diperbudak oleh dorongan dan

nafsu-nafsu tersebut. Ada kemampuan untuk dapat menikmati kesenangan

hidup ini, yaitu menikmati benda-benda dan pengalaman-pengalaman fisik

(makan, minum, tidur, rekreasi) dan bisa cepat pulih dari kelelahan. Ia

memeilki nafsu seks yang sehat, seta ada kemampuan untuk memenuhiu

kebutuhan seks tersebut tanpa dibarengi oleh rasa takut dan berdosa, dan

tidak pula berlebih-lebihan. Ada kemampuan dan gairah untuk bekerja,

tanpa dorongan yang berlebih-lebihan, dan ia tahan menghadapai

kegagalan, kerugian-kerugian dan kemalangan-kemalangan.”

6. "mempunyai pengetahuan diri yang cukup." Antara lain bisa menghayati

motif-motif hidsupnya dalam status kesadaran. Menyadari nafsu-nafsu dan

  20

hasratnya, cita-cita dan tujuan hidupnya yang realistis, dan bisa mebatasi

ambisi-ambisi dalam batas-batas kenormalan. Juga tahu menggapai segala

pantangan-pantangan pribadi dan pantangan social. Ia bisa melakukan

kompensasi yang bersifat positif, mampu menghindari mekanisme

mepertahankan diri dengan cara yang tidak sehat, tidak real dan tidak tepat

sejauh mungkin dan bisa menyalurkan rasa inferiornya."

7. "mempunyai tujuan/objek hidup yang adekwat. "Dalam artian, tujuan

hidup tersebut bisa dicapai dengan kemampuan sendiri, sebab sifatnya

realistis dan wajar. Ditambah ia mempunyai keuletan un tuk mencapai

tujuan hidupnya. Ia memiliki tujuan hidup, dan aktifitas perbuatannya

berefek baik serta bermanfaat bagi masyarakat."

8. "Mempunyai kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya. Yaitu

ada kemampuan menerima dan mengolah pengalamannya tidak secara

kaku. Juga ada kesanggupan belajar secara spontan, serta bisa mengadakan

evaluasi terhadap kekuatan sendiri dan situasi yang dihadapinya, agar

supaya ia sukses. Ia akan menghindari metode-metode pelarian diri yang

keliru, dan memperbaiki metode kerjanya guna mencapaiu sukses yang

lebih besar."

9. “Adanya kesanggupan untuk bisa memuaskan tuntutan-tuntutan dan

kebutuhan-kebutuhan dari kelompiknya dimana ia berada. “sebabnya, ia

tidak terlalu berbeda dari anggota kelompok lainnya. Ia bisa mengikuti

adat, tata cara dan norma-norma dari kelompoknya."

10. “Adanya integrasi dalam kepribadian. “ Adanya perkembanagan dan

pertumbuhan jasmani dan rohani yang bulat. Ia bisa mengadakan asimilasi

  21

dan adaptasi terhadap perubahan sosial, dan mempunyai minat terhadap

macam-macam aktifitas. Disamping itu memiliki moralitas dan kesadaran

yang tidak kaku dan sifatnya fleksibel terhadap group dan masyarakatnya.

Adanya kemampuan untuk mengadakan konsentrasi terhadap satu usaha.

Dan tidak ada konflik-konflik yang serius di dalam dirinya sendiri.7"

Kriteria-kriteria tersebut diatas merupakan ukuran ideal. Dalam arti,

merupakan standar yang relative tinggi sifatnya. Seorang yang normal itu

tidak bisa diharapkan memenuhi dengan mutlak kriteria-kriteria tersebut.

Sebab pada umumnya manusia normal pasti memiliki kekrangan-kekurangan

dalam beberapa segi kepribadiannya. Namun demikian ia tetap memiliki

kesehatan mental yang cukup baik, sehingga bisa digolongkan dalam

kelompok orang yang normal, maka jika seseorang itu terlampau jauh

menyimpang dari kriteria-kriteria tersebut, dan banyak segi-segi

karakteristiknya yang deficient (rusak, tidak efisien), maka pribadi tersebut

digolongkan dalam kelompok abnormal.

B. Manusia Sebagai Basyar

Term basyar secara bahasa (lughawi, leksikal) berarti fisik manusia.8

Makna ini diambil dari beberapa uraian tentang makna basyar tersebut.

Diantara uraian Abu al-Husain Ahmad Bin Faris Zakariya dalam mu’jam al-

Maqayis fi al-Lughah bahwa semua kata yang huruf asalnya terdiri dari

ba’(ب), syin (ش), dan ra’(ر) berarti sesuatu yang nampak jelas dan biasanya                                                             

7 Kartini Kartono, “Psikologi Abnormal”, Bandung: Alumni, 1995, h 5-6 8 Musa Asy’ari, Manusia Pembentukan Kebudayaan dalam al-Qur’an. (Yogyakarta:

LESFI, 1992), h. 34 

  22

Al-Qur’an menggunakan term basyar untuk menjelaskan manusia

sebanyak 37kali. Dari 37 term basyarini di klasifikasikan kedalam lima

kelompokarti pemakaian, yaitu:

1. Menerangkan tentang kemanusian rasul dan nabi adalah basyar.

Sebagaimana manusia pada umumnya yang secara biologis mempunyai

ciri-ciri yang sama, seperti membutuhkan makan, minum, dan kebutuhan

biologis lainnya. Terdapat 24 ayat, yaitu surah Ali Imra�n, al-Ma�i'dah,

al-An’a�m, hu�d/11:27; Yusu�f/12;31; Ibrahim/14 :10,11; al-

Isra�/17:93; Al-Kahfi/18:110; al-Anbiya�/21:3,34 ; al-Mu’minun/23: 24,

33, 34, 47; al-Syua’ra/26:154, 186; Yassin/36: 15 ; Fusshilat/41: 6; al-

Syu’ara�/42; 51; al-Qomar/54: 24; al-Tagha�bun/64: 6 dan al-

Muddatstsir/74: 25.12

                                                            9 Abu al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakaria, Mu’jam al-Maqayis fi al-Lughah, (Beirut,

Libanon; Dar al-Fikr, 1994), cet I, h. 135 10 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta, Karya Agung, 1990), cet. VIII, h 65;

Lihat juga di dalam A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya:Pustaka Progersif,2002), cet XXV, h 86 

11 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir MaudhuiAtas Berbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1996), cet. II h. 279 

12 Dalam surah al-Kahfi/18: 110term basyar oleh Ibn Katsir ditafsirkan bahwa Muhammad sebagai basyar tidak mengetahui hala-hal yang gaib, tidak mengetahui pula data sejarah masa lalu dari bangsa-bangs ayang disebutkan dalam al-Qur’an. Apa yang disampaikan nabi bukan pengetahuannya, karna beliau basyar pengetetahuannya terbatas seperti keterbatasan basyar yang lain, hanya saja Allah Swt memberi beliau informasi tentang hal tersebut melalui wahyu. Lihat Muhamad al-Shabuny, Mukhtasar Tafsir Ibn Katsir, (Beirut: Dar al- Qur’an, 1981), jil. II, h. 440 

  23

2. Menerangkan tentang proses penciptaan manusia. Terdapat 5 ayat yaitu

surah : al-Hijr/15: 28,33;al-Furqa�n/25:54; al-Ru�m/30: 20 dan

Sha�d/38: 71.

3. Menerangkan tentang manusia pada umumnya. Terdapat 5 ayat, yaitu

surah al-Nahl/16: 103; Maryam/19: 17. 26; dan al-Muddasir/74: 31.36.

4. Berhubungan dengan masalah hubungan seksual. Terdapat dua ayat yaitu

surah Ali Imra�n/3: 47 dan Maryam/19: 20.

5. Menerangkan tentang kulit manusia.terdapat satu ayat, yaitu surah al-

Muddatstir/74: 29.13

6. Menerangkan bahwa manusia semuanya akan mati. Terdapat satu ayat

yaitu surah al-Anbiya�/21: 34.

Dilihat dari penggunaan kata basyar dalam seluruh ayat, sebagaimana

yang telah dipaparkan diatas, terlihat bahwa kata basyar digunakan untuk

menggambarkan manusia dari segi fisik-biologisnya, seperti kulit manusia,

kebutuhan biologisnya berupa makan, minum, berhubungan seks dan

sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia yang

dijelaskan dengan istilah basyar menekankan pada gejala umum yang melekat

pada fisik manusia yang secara umum relatif sama. manusia sebagai basyar

tidak lain adalah manusia yang dalam kehidupannya sangat tergantung pada

kodrat alamiahnya, seperti makan, minum, berhubuangan seks, tumbuh,

berkembang, dan akhirnya mati.

                                                            

13 Ayat ini diartikan kulit manusia sebagaimana pendapat ibn ‘Abbas dan al- Akhfasy. Lihat Shadiq Hasan Khan, Fath al-Bayn fi Maqashid al-Qur’an,(Kairo: mathaba’ah al-Ashimah, tt.), jil. 10, h. 134 

  24

C. Manusia Sebagai Insan

Term al-insa�n mempunyai tiga asala kata, pertama, berkata dari kata

anasa yang berarti abshara, yaitu melihat,’alima yang berarti mengetahui,dan

istilah isti’dza�n yang berarti meminta izin. Kedua, berasal dari kata nasiya

yang artinya lupa. Dan yang ketiga, berasal dari kata al-uns yang berrti jinak,

harmoni, dan tampak. Menurut Ibnu Zakariya, semua kata yang kata asalnya

terdiri dari huruf alif (ا), nun (ن) dan sin (س) mempunyai makna asli jinak,

harmonis, dan tampak dengan jelas.14 Manusia dengan term al-insan

menunjukkan pada ciri-ciri khasnya, yaitu jinak, tampak jelas kulitnya, juga

potensial untuk memelihara dan melanggar aturan sehingga ia dapat menjadi

makhluk yang harmonis (memelihara aturan) sekaligus kacau (melanggar

aturan).

Manusia sebagai insan jika ditinjau dari segi asal kata anasa yang

berarti melihat (abshara), mengetahui (a’lima), dan meminta izin

(isti’dza�n), maka ia memiliki sifat-sifat potensial dan aktual untuk mampu

berfikir dan bernalar. Dengan berfikir manusia mampu mengetahui mana yang

benar dan mana yang salah, yang baik baik dan yang buruk, sehingga dapat

melakukan pilihan untuk senantiasamalakukana hal yang benardan baik.

Manusia sebagia insan jika ditinjau dari asal kata nasiya yang berarti

lupa, menunjukkan bahwa manusia mempunyai potensi untuk lupa, bahkan

hilang ingatan atau kesadarannya. Sedangkan jika ditinjau dari asal kata al-uns

                                                            14 Ibn Mazhur, Lisan al-Ara�bi, (Kairo: Dar al-Ma'rif, tt.), jil.VII, h.306: Lihat juga

A.W.Munawir, al-Munawwir, h .43 

  25

atau anisa yang berarti jinak, menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk

yang jinak, ramah, serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Manusia (al-ins) sebagai makhluk yang jinak berkaitan dengan tujuan

diciptakannya agar senantiasa mengabdikan dirinya kepada allah Swt. Hal ini

sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut :

”dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(Q.S. al-Dzariyat/51: 56)

Jinak berarti juga dapat diatur secara tertib, sebagaimana disebutkan di

dalam al-Qur’an sebagaiman berikut:

⌧ ⌧

“ di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam.”(Q.S. al-Naml/27: 17)

Manusia sebagai insan juga merupakan makhluk pembangkang,

sehingga mendapatkan tantangan dari Allah Swt. Sebagaimana di sebebutkan

dalam ayat berikut:

” Hai jama'ah jin dan mAanusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”.(Q.S. al-Rahman/55: 33)

  26

Manusia sebagai makhluk jinak membawanya menjadi penghuni

surga, sedangkan sebagai makhluk pembangkang membawanya menjadi

penghuni neraka.

Manusia sebagai insan adalah totalitas fisik dan psikis. Jika aspek

fisik-biologis banyak dijelaskan dalam term al-basyar, maka pemhasan aspek

psikis manusia bisa ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek psikologi dan aspek

ruhani.

1. Manusia Menurut Tinjauan Psikologi

Pandangan tentang manusia jika di tilitik dari aspek psikologi tidak

terlepas dari paradigma psikologi yang bercorak antroposentrisme yang

menempatkan manusia sebagai pusat dari segala pengalaman dan relasi-

relasinya serta penentu utama segala peristiwa yang menyangkut masalah

manusia dan kemanusian.

Sampai dengan penhujung abad XX dalam ranah psikologi terdapat

empat aliran besar , yaitu psikoanalisis, behaviorisme (behavior

psychology), humanistic (humanistic psychology), transpersonal

(transpersonal psychology). Masing-masing aliran meninjau manusia dari

sudut pandang yang berbeda, dan dengan metodologi tertentu berhasil

menentukan berbagai dimensi dan asa tentang kehidupan

manusia,kemudian membangun teori dan filsafat mengenai manusia.15

                                                            15 Hanna Jumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam: Menuju Psikologi

Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 1995), cet. I, h. 49 

  27

Aliran psikoanalisis dipelopori oleh Sigmud Freud (1856-1039).16

Berangkat dari pengalaman dengan para pasien, Freud menemukan ragam

dimensi dan prinsip-prinsip mengenai manusia yang kemudian menyusun

teori psikologi. Dalam pandangan aliran ini kepribadian manusia terdiri

atas tiga sistem, yaitu id atau es (dorongan-dorongan biologis, libido

seksualita)17, ego atau ich (kesadaran terhadap realitas hidup), dan

superego atau uberich (kesadaran normative) yang berinterksi satu sama

lain dan masing-masing memiliki fungsi dan mekanisme yang khas.

Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan

biologis manusia. Id selalu berprinsip memenuhi keinginannya sendiri

(pleasure principle), termasuk di dalamnya naluri seks dan agresivitas.

Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dan tuntutan rasional dan

reaslistik. Ego-lah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan

hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional. Ia bergerak

berdasrkan prinsip yang realitas (reality principle). Sedangkan superego

berisi ata hati atau conscience. Kata hati ini berhubungan dengan

lingkungan sosial dan mempunyai nilai-nilai moral, sehingga merupakan

kontrol atau sensor terhadap dorongan-dorongan yang datang dari id.

Superego menghendaki agar dorongan-dorongan tertentu saja dari id yang

                                                            16 Freud dilahirkan pada 6 Mei 1856, dari sebuah keluarga Yahudidi Freiberg, Moravia,

sebuah kota kecil di Austria (kini menjadi bagian di Cekoslowakia). Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung; Pustka Setia, 2003), cet. I, h. 115  

17 Alex Sobur, Psikologi, h. 111-112 

  28

di realisasikan. Sedangkan dorongan-dorongan yang tidak sesuai dengan

nilai-nilai moral tetap tidak dipenuhi.18

Selain ketiga sistim tersebut, manusia memiliki tiga strata

kesadaran (struktur kejiwaan manusia), yaitu alam bawah sadar (the

conscious), alam prasadar (the preconscious),dan alam tak sadar (the

unconscious) yang secara dinamis berinteraksi satu dengan yang lainnya.

Tiga strata kesadaran ini dapat digambarkan-disederhanakan dan

diumpamakan sebagai “gunung es yang terapung disamudra” sebagian

kecil tampak dipermukaan (alam sadar), bagian terbesar tidak tampak,

karena ada didalam samudra (alam tak sadar), dan diantara keduanya ada

bagian yang karena gerak naik-turunnya gelombang kadang-kadang hilang

terendam dibawah permukaan kadang-kadang tampak di permukaan (alam

prasadar).19

Dalam hubungannya dengan jiwa seseorang, yang tampak dari luar

hanya sebagian kecil, yaitu “alam sadar”. Bagian yang terbesar dari jiwa

seseorang tidak bisa di lihat dari luar, dan ini merupakan “alam tak sadar”.

Antara kesadaran dan ketidaksadaran terdapat suatu perbatasan yang

disebut “alam prasadar”. Dorongan yang terdapat dalam “alam prasadar”

ini sewaktu-waktu dapat muncul kedalam kesadaran.

Aliran behaviorisme dipelopori oleh Jons Watson20 (1878-1958).

Aliran ini mendasarkan diri pada konsep stimulus-respons. Mereka

                                                            18 Alex Sobur, Psikologi h. 113-114 19 H. D. Bastaman, Integras, h. 50 20 Linda L, Davidoff, Psikologi:Suatu Pengantar . Penerjemah Mari Juniati. (Jakarta:

Erlangga, 1998), edisi II, jil. I, h. 15  

  29

memandang bahwa ketika dilahirkan pada dasarnya manusia tidak

membawa bakat apa-apa (netral). Manusia akan berkembang berdasarkan

stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang

buruk akan menghasilkan manusia yang buruk. Lingkungan yang baik

akan menghasilkan manusia yang baik. Pandangan ini beranggapan bahwa

apapun jadinya seseorang, satu-satunya yang menentukan adalah

lingkungannya. 21

Teori behaviorisme memberikan kontribusi penting ditemuaknnya

asas-asas perubahan perilaku manusia. Pertama, classical conditioning

(pembiasaan klasik): suatu ransangan (netral) akan menimbulkan pola reaksi

tertentu apabila rangsangan itu sering diberikan bersamaan dengan rangsangan

lain yang cara alamiah menimbulkan pola reaki tersebut. Prinsip pembiasaan

ini ditemukan oleh Ivan Pavlov dan dikembangkan oleh J. B. Watson.

Kedua, law of effect (hukum akibat): perilaku yang menimbulkan

akibat-akibat yang memuaskan si pelaku cendurung akan diulangi, sebaliknya,

perilaku yang menimbulkan akibat-akibat yang tidak memuaskan atau

merugikan cenderung akan dihentikan. Prinsip ini di temukan oleh Edwar

Thondike dan dikembangkan oleh B. F. Skinner.

Ketiga, operant conditioning (pembiasaan operant): suatu pola

perilaku akan menjadi mantap apabila dengan perilaku itu berhasil diperoleh

hal-hal yang diinginkan pelaku (penguat positif), atau mengakibatkan

hilangnya hal-hal yang tak diinginkan (penguat negative). Dilain pihak suatu

                                                            21 Alex Sobur, Psikologi, h. 123 

  30

pola perilaku tertentu akan menghilang apabila perilaku itu mengakibatkan

dialaminya hal-hal yang tidak menyenangkan (hukuman), atau mengakibatkan

hilangnya hal-hal yang menyenangkan si pelaku (penghapusan). Prinsip ini

dipelopori oleh B. F Skinner.

Keempat, modeling (peneladanan): dalam kehidupa sosial perubahan

perilaku terjadi karena proses peneladanan terhadap perilaku orang lain yang

disenangi dan di kagumi, prinsip ini dikemukakan oleh Albert Bandura.

Keempat asas perbahan perilaku ini berkaitan langsung dengan proses

belajar (learning process) yang melibatkan unsur-unsur kognisi (pemikiran),

afeksi (perasaan), konasi (kehendak), dan aksi (tindakan). Atau dengan istilah

lain cipta, rasa, karsa, dan karya.22

Aliran humanistic dipelopori oleh Abraham Maslow (1908-1970).

Aliran ini berasumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi-potensi

yang baik dan memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas

atas kehidupannya sendiri. Ia makhluk dengan julukan the self determining

being yang mampu sepenuhnya menentukan tujuan-tujuan yang paling

diinginkannya dan cara-cara mencapai tujuan itu yang dianggap paling tepat.23

Aliran ini sangat menghargai keunikan pribadi, penghayatan subyektif,

kebebasan, tanggung jawab dan kemampuan manusia dalam mengembangkan

dan mengaktualisasi diri (self actualization).24

                                                            22 H. D. Bastaman, Integrasi, h. 51-52 23H. D. Bastaman, Integrasi h. 52 24 Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam, h. 68-69; Linda L

Davidoff, Psikologi, h. 7-8 

  31

Aliran transpersonal (transpersonal psychology) merupakan kelanjutan

atau suatu bentuk pengembangan aliran humanistic (humanistic psychology).

Unsur penting yang menjadi sasaran telaah psikologi transpersonal adalah

potensi-potensi luhur (the highest potentials) dan fenomena kesadaran (state

of consciousness) manusia.

The state of consciousness atau lebih populer disebut the altered

states of consciousness adalah pengalaman-pengalaman alih dimensi,

memasuki alam-alam kebatinan, kesatuan mistik, komunikasi batiniah,

pengalaman meditasi, dan sebagainya.

Potensi luhur (the biggest potentials) manusia menghasilkan telaah-

telaah seperti altered states of consciousness, extra sensory perception,

transendensi diri,keruhanian, potensi luhur dan peripurna, dimensi diatas alam

kesadaran, pengalaman mistik, ekstasi, parapsikologi, paranormal, daya-daya

batin, pengalaman spiritual, dan praktek-praktek keagamaan.

Aliran transpersonal (transpersonal psychology) menaruh perhatian

pada dimensi spiritual manusia yang ternyata mengandung berbagai potensi

dan kemampuan luar biasa yang sejauh ini terabaikan oleh psikologi

kontemporer dan dianggap sebagai garapan kaum batiniah, agamawan, dan

mistikus.25

2. Manusia Menurut Tinjauan Ruhani

                                                            25Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam, h. 68-69; Linda L

Davidoff, Psikologi, , h. 53-54 

  32

”Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” Q.S. al-Hijr/15: 29)

Manusia adalah kesatuan antara dua unsur, yaitu unsur materi yang

kemudian menjadi raga dan jasad (atau dalam istilah Arab disebut Jism )

manusia yang berasal dari sari pati tanah dan unsur immaterial yang berupa

ruh (unsur suci) yang berasal dari Tuhan.

Penciptaan manusia dari unsur suci (ruh) dipertegas pula dengan ayat

lain yang menyatakan bahwa manusia diciptakan berdasarkan fitrah Allah

Swt. Dengan demikian manusia diharapkan tetap pada fitrah yang suci dalam

menjalani kehidupannya. Inilah yang menjadi keistimewaan manusia

dibandingkan dengan makhluk lain.

☺ “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) sfitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”(Q.S. al-Rum/30:30)

Pembahasan mengenai aspek ruhani manusia …ditilik melalului empat

unsur utama keruhanian manusia, yaitu kalbu (qalb), ruh (ruh), akal (aql), dan

nafsu (nafs).

Pertama, kalbu (qalb), adalah bentuk masdar dari qalaba yang artinya

berubah, berpindah, atau bertindak. Sedangkan kata qalb sendiri berarti hati

  33

atau jantung26, segumpal daging yang berbentuk lonjong seperti sebuah

shanaubar,27 terletak dalam rongga dada sebelah kiri yang terus-menerus

berdetak selama manusia masih hidup.

⌧ ⌧

“(yaitu) ketika mereka datang kepa�da�mu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.”( Q.S. al-Ahzab/ 33: 10)28

Sedangkan kalbu dalam pengertian ruhani adalah sesuatu yanag dapat

mengenal dan mengetahui segalanya serta menjadi sasaran perintah, cela,

hukuman, dan tuntutan dari Tuhan. Kalbu dalam pengertian ini merupakan

karunia Tuhan berupa subtansi halus dan indah, bersifat ruhaniah dan

ketuhanan (lathifah al-rabbaniyah) serta mempunyai hubungan khusus yang

sulit dipahami dengan organ jantung. Kalbu dalam pengertian inilah yang

menjadi hakikat kemanusian yang dapat menangkap pengertian, pengetahuan,

dan 'arif.

Dalam al-Qur’an kata qalb disebutkan sebanyak 122 kali yang tersebar

dalam 45 surah dan 112 ayat. Sesuai denagan namanya, qalb memiliki tabiat

tidak konsisten (sering berubah, taqalub). Ia suka berpaling, kecewa, dan

kesal, mengambil keputusan, berprasangka, menolak, menginkari, dapat diuji,

ditundukkan, diperlonggar dan dipersempit, dan bahwa ditutup rapat.

                                                            26 A. W. Munawwir, al-Munawwir, h. 1145; lihat juga Mahmud Yunus, Kamus Arab-

Indonesia, h. 353 27 Karenanya dalam bahasa Indonesia ada istlah "hati sanubari" 28 Lihat juga al-Mu'minun/40: 18 

  34

Qalb dalam al-Qur’an disebut juga istilah shadar, karena qalb

merupakan tempat terbitnya cahaya iman dan islam. Sebagaimana ditegaskan

dalam al- Qur’an:

Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata.(Q.S. al-Zumar/39: 22)

Disebut dengan fu’ad, karena menjadi tempat terbitnya ma’rifah

kepada Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut:

⌧ ⌧ ⌧ ☺

hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya[12. Maka Apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya?13. dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,14. (yaitu) di Sidratil Muntaha15. di dekatnya ada syurga tempat tinggal, (Q.S al-Najm/53: 11-15).

Disebut dengan lubb, karena qalb menjadi tempat terbitnya tauhid.

⌧ ⌧

  35

Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepa�da�mu,(Q.S al-Thalaq/65: 10)

Dan qalb disebut juga syaghaf, karena menjadi tempat munculnya

kecintaan terhadap sesama makhluk dan manusia.

⌧ ⌧

30. dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz[752] menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), Sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya Kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata." (Q.S. Yusuf/12: 30)

Qalb juga memiliki daya emosional yang dapat menampung penyakit-

penyakit jiwa.

⌦ ⌧

☺ ⌧

10. dalam hati mereka ada penyakit[23], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.( Q.S. al-Baqarah/2: 10)

Sebagaimana ‘aql, qalb juga memiliki daya intelektual. Bedanya, jika

‘aql lebih menekankan pada sisi fikir, maka qalb lebih menekankan pada sisi

zikir. Kesatuan antara fikir dan zikir tersebut merupakan daya jiwa khas

manusia, inilah yang dimaksud dengan dimensi insaniyah psikis manusia.

Pengembangan pikiran yang terlepas hubungannya dengan qalb akan

menghasilkan pengetahuan lahiriyah dari realitas yang ditangkap, sebaliknya,

  36

qalb yang terlepas dari pikiran (‘aql) akan membuat seseorang hanya

menangkap dimensi spiritual dari realitas yang ada. Karenanya manusia

dituntut untuk menghubungkan keduanya dalam hubungan yang porposional.

Hubungan keduanya dapat digambarkan sebagai berikut:

Pikir

‘Aql + Qalb

Zikir

Orang yang mampu mempertemukan antara ‘aql dan qalb dalam

menemukan kebenaran inilah yang diistilahkan al-Qur’an dengan ulul al-

bab.29

Kedua, roh (ruh). Dalam bahasa arab, disamping kata ruh juga dikenal

kata ruh yang artinya rahmat, dan kata ruh yang artinya angin. Ruh dalam

bahasa arab juga digunakan untuk menyebut jiwa, nyawa, nafas, wahyu,

perintah dan rahmat.30 Menurut Ibn Zakaria, kata ruh dan semua kata yang

memiliki kata aslinya terdiri dari huruf ra’, waw, ha’, mempunyai arti dasar

besar, luas, dan asli.31 Makna ini mengisyaratkan bahwa ruh merupakan

sesuatu yang agung, besar dan mulia, baik nilai maupun kedudukannya dalam

diri manusia.

                                                            29Abdurahhamn Saleh," Teori-Teor Pendidikan Berdasarkan Al-Qur'an", penerjemah

Arifin dan Zainuddin, (Jakarta: Rineka Cipta,19900, h. 97 30 Ibn Manzhur, Lisan Al- Arab, jil. II, h. 1763-1771 ; lihat juga Mahmud Yunus, Kamus

Arab-Indonesia, h. 149; A.W. Munawwir, al-munawwir, h.545 31 Abu Husain Ahmd bin Faris bin Zakariya, Mu'jam al-Maqayis, h.428 

  37

Term ruh yang ada di dalam al-Quran disebutkan sebanyak 24 kali

memiliki makna yang bermacam-macam. Ruh disebut sebagai nyawa yang

menyebabkan seseorang masih tetap hidup32, malaikat,33 rahmat Allah,34 dan

juga disebut sebagai (bermakna) al-Quran.35

Ruh Allah diciptakan kepada manusia melalui proses al-nafakh berarti

tiupan dan hembusan.36 Jadi Allah ‘meniupkan’ atau ‘ menghembuskan’

disini, menurut al- Zamakhsyari, adalah menghidupkan.37 Sedangkan menurut

al-Ghazali al-nafakh dapat dipahami dari dua sisi. Dilihat dari sisi Allah al-

nafakh adalah al-jud al-illahi (kemurahan Allah) yang memberikan wujud

kepada sesuatu yang menerima wujud. Al-jud ini mengalir dengan sendirinya

atas segala hakikat yang diadakan-Nya. Bila dari sisi al-nuthfah maka al-

nafakh berarti kesempurnaan kondisi untuk menerima, sehingga al-nafs

tercipta pada al-nuthfah itu oleh Allah tanpa terjadi sesuatu perubahan pada

diri Allah.38

Ruh merupakan dimensi jiwa manusia yang bernuansa ilahiyah.

Implikasinya dalam kehidupan manusia adalah aktualisasi potensi luhur batin

manusia berupa keinginan mewujudkan nilai-nilai ilahiyah yang tergambar

dalam nama-nama Allah (al-asma’ al-husna) dan berprilaku agama (makhluk

agamis). Ini sebagai konsekuensi logis dimensi ruh yang berasal dari Tuhan,

                                                            32 Q.S al-Isra'/17: 85 33 Q.S. al-Syua'ra'/26: 193 34 Q.S. al-Mujadillah/58: 22 35 Q.S. al-syura'/42: 52. Menurut al-Zamakhsyari (467-538 H/1074-1143), kalimat ruhan

min amrina dalam aya ini berarti wahyu. Wahyu disamakan dengan ruh karena keduanya sama-sama berfungsi untuk menghidupkan. Wahyu menghidupkan agama, sedangkan ruh menghidupkan jasad. Lihat al-Zamkhsyari, al-Kasysaf, (Beiru, Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1995), cet. I, juz. IV, h. 227 

36 Mahmud Yunus, kamus Arab-Indonesia, h. 360: A.W. Munawwir, al-Munawwir, h. 1442-1443; lihat juga Ibn Zakariya, Mu'jam Maqayis, h. 1040 

37 Al-Zamakhsyari, al-Khasyaf, h. juz. II, h. 555 38 Al- Ghazali, Mi'raj al-Salikin, (al-Qahirah: al-Tsaqafah al-Islamiyah, 1964)h. 173 

  38

maka ia memiliki sifat-sifat yang dibawa dari asalnya tersebut. Sedangkan

dalam hubungannya dengan dimensi jiwa manusia, maka ruh merupakan

dimensi spiritual yang menyebabkan jiwa manusia dapat dan memerlukan

hubungan dengan hal-hal yang bersifat spiritual.39

Ketiga, akal (‘aql). Kata ‘aql dalam al-quran tidak pernah disebutkan

dalam bentuk kata benda (isim), tetapi diungkapkan dalam bentuk kata kerja

(fi’il). Kata ‘aql dan berbagai bentuknya dalam al-quran disebutkan sebanyak

49 kali.’Aql adalah musytaq dari kata ‘aqala yang bermakna habasa yang

berarti mengikat, memahami, atau menahan40. Karenanya, seseorang yang

menggunakan akalnya disebut dengan ‘aqil, yaitu orang yang dapat mengikat

dan menahan hawa nafsunya. Ibn Zakariya (w. 395 H ) mengatakan bahwa

semua kata yang memiliki akar kata yang terdiri dari huruf ‘ain, qaf, dan lam

menunjuk kepada arti kemampuan mengendalikan sesuatu, baik berupa

perkataan, pikiran, maupun perbuatan.41

Berdasarkan analisis bahasa sebagaimana di atas. Maka dapat

dipahami bahwa orang yang menggunakan akalnya pada dasarnya adalah

orang yang mampu mengikat hawa nafsunya, sehinggga hawa nafsunya tidak

dapat menguasai dirinya. Ia mampu mengendalikan dirinya dari dorongan

nafsu dan juga dapat memahami kebenaran agama hanyalah orang-orang yang

tidak dikuasai nafsunya. Sebaliknya, orang yang tidak dapat menguasai hawa

                                                            39 Baharuddin, paradigma, h. 146 40 Mahmud Yunus, kamus Arab-Indonesia, h. 275: A.W. Munawwir, al-Munawwir, h.

956-957; lihat juga Ibn manzhur, lisanul 'Arab, jil. XIII, h. 485; lihat juga al-Raghib al-Asfhahaniy, Mu'jam Mufradhat, H. 354 

41 Ibn zakariya, Mu'jam Maqayis, h. 672 

  39

nafsunya tidak dapat menguasai hawa nafsunya tidak dapat memahami

kebenaran agama.

Menurut Ibrahim Madkur, akal juga dapat dipahami sebagai suatu

potensi ruhani untuk membedakan antara yang haqq dan bathil.42 Menurut

Abbaas Mahmud ‘Aqqad (1307-1383 H) akal adalah penahan hawa nafsu.43

Akal adalah petunjuk yang membedakan antara hidayah dan kesesatan. Akal

dalam pengertian ini bukanlah otak sebagai salah satu organ tubuh, tetapi,

daya pikir yang terdapat dalam jiwa manusia. Akal dapat memperoleh ilmu

pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitarnya. Akal merupakan potensi

gaib yang tidak dimiliki makhluk lain, meskipun makhluk tersebut memiliki

otak.

Penggunaan kata ‘aql dalam bentuk fi’il dalam al-quran menunjukkan

‘aql bukanlah suatu subtansi (jauhar) yang bereksistensi, melainkan aktivitas

dari suatu subtansi.44 Sedangkan mengenai substansi yang ber-‘aqal terdapat

perbedaan. Menurut al-Gazali, substansi yang berakal adalah Qalb.45

Sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran:

☺ ☺ ☺

                                                            42 Ibrahim Madkur, Mu'jam Al-Falsafi, (Kairo: al-Hai'ah al- Ammah li al-Syu'un al-

Muthabi' al-Amriyah,1979), h.120  43 Abbas Mahmud Aqqad, Al-Insan Fi Al-Qur'an Al- Karim, (Kairo: Dar al-Islam, 1973),

h.22 44 Baharuddin, paradigma, h. 118 45 Al-Ghazali, Ihya-'Ulum Ad-Din, juz.V, h. 290  

  40

46. Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada (Q.S. al-Hajj/22: 46)

Alasan yang dikemukan al-ghazali diantaranya adalah: (1) akal sering

disebut dengan nama qalb (Q.S al-Hajj/22:46; Al-A’raf/7: 179; dan Qaf/50:

37); (2) tempat kebodohandan lupa adalah qalb, dengan demikian maka qalb

merupakan tempat akal dan pemahaman (Q.S al-Baqarah/2: 7, 10; al- Nisa/4:

155; al-Taubah/9: 64; al-Fath/48: 11; al-Muthaffifin/83: 14; Muhammad/47:

29; dan al-Hajj/22: 46): (3) apabila manusia berfikir secara berlebihan maka

kalbunya akan terasa jenuh dan sesak, sehingga ia seperti terkena penyakit;

dan (4) qalb merupakan organ yang bersininim dengan aql.46

Wahbah Zukhaili mengatakan bahwa yang berakal adalah otak.47

Diantara alasanya mengataknnya adalah: (1) otak merupakan sistem

pengingat mnusia; (2) alat yang dapat mencapai daya kognisi adalah otak; (3)

apabila sistem otak rusak maka manusia menjadi gila; (4) dalam bahasa

sehari-hari orang yang sedikit kecerdasannya disebut “lemah otak” dan (5) aql

mampu mencapai puncak kemulian, karena itulah letaknya dikepala48.

Berdasarkan berbagai penggunaan kata aql, sebagai dimensi insaniyah,

sedikitnya mencakup dua makna, pertama, akal adalah instrument jiwa yang

membedakan manusia dengan makhluk lainnya; kedua, akal mampu

                                                            46 Baharuddin, Paradigma, h. 118-119 47 Wahbah al-Zukhaili, Tafsir al-Munir FI al-Aqa'id wa al-Syari'ah wa al-Manhaj, (Beirut: Dar al-Fikr,1991), juz. IX, h. 131-233 48 Baharuddin, Paradigama, h. 119 

  41

menemukan, mengembangkan, dan mengkontruksi hukum alam menjadi teori-

teori ilmu pengetahuan.49

Dan yang terakhir , keempat, adalah nafsu (nafs). Dalam bahasa arab

term al-nafs digunakan untuk banyak hal, seperti: roh, diri manusia, hakikat

sesuatu, darah,saudara, kepunyaan, kegaiban, ukuran samakan kulit, jasad,

kedekatan, zat, mata. Kebesaran, dan perhatian.50 Ada yang menunjukkna arti

totalitas manusia, ada yang menunjukkan pada apa saja yang terdapat dalam

diri manusia yang menghasilkan tingkah laku, dan ada pula yang

menunjukkan kepada diri tuhan. Dalam konteks pembicaraan tentang manusia,

disamping untuk menyebut totalitas manusia, nafs juga menunjuk pada sisi

dalam manusia yang mempengaruhi perbuatannya, berpotensi baik atau buruk.

Didalam al-Qur’an, kata nafs yang digunakan dalam berbagai bentuk

dan aneka makna, dijumpai sebanyak 297 kali, masing-masing dalam bentuk

mufrad (singular) sebanyak 140 kali,51 sedangkan dalam bentuk jama’

terdapat dua versi, yaitu nufus sebanyak 2kali, dan anfus sebanyak 153 kali,52

dalam bentuk fi’il ada dua kali.53

Penggunaan nafs untuk menyebut totalitas manusia dapat dijumpai

dalam ayat berikut:

                                                            49 Baharuddin, Paradigama,, h. 124 50 Ibn Manzhur, Lisanul A'rab, jil, VI, h. 4500-4501 51 Dalam hitungan Ahmad Mubarak sebanayk 142 kali, terdiri atas 77 tanpa idhafah dan

65 dalam bentuk idhafah. Lihat Ahmad Mubarak, Jiwa dalam al-Qur'an, (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 42 

52 I Ahmad Mubarak, Jiwa dalam al-Qur'an, (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 43 53 Baharuddin, Paradigma, h. 94 

  42

“oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain[411], atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya[412]. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu[413] sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”(Q.S al-Maidah/5:32)

Pada ayat ini term nafs digunakan untuk menyebutkan totalitas

manusia secara fisik dan psikis didunia, yakni manusia hidup yang bisa

dibunuh (mati). Berbeda dengan ayat diatas , pada surah Yassin/36: 54 term

nafs digunakan untuk menyebut manusia di alam akhirat . disamping dua ayat

diatas, term nafs yang digunakan untuk menyebut totalitas manusia juga dapat

di jumpai dalam surah al-Baqarah/2: 61, Yusuf /12: 54, al-Dzariyat/51:21,

dan an-Nahl/16:111.

Penggunaan term nafs untuk menyebut sisi dalam manusia terdapat

dalam surah al-Ra’d/13: 10 :

  43

“sama saja (bagi Tuhan), siapa diantaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan Ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari.”

Menurut Ahmad Mubarok, dalam bukunya yang berjudul Jiwa dalam

Al-Qur’an, kesanggupan manusia untuk merahasiakan dan berterus-terang

dengan ucapannya merupakan petunjuk adanya sisi dalam sisi luar manusia.

Jika sisi luar manusia dapat dilihat dari perbuatan lahirnya, maka sisi dalam

berfungsi sebagai penggerak.

Nafs sebagai sisi dalm manusia sangat erat kaitannya dengan nafs yang

berpotensi (sebagai) penggerak tingkah laku. Sebagimana yang dijelaskan

dalam ayat berikut :

“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada dirinya sendiri ” (Q.S al-Ra’d/13: 11)

Nafs sebagai penggerak tingkah laku di dalamnya terkandung gagasan,

pikiran, kemauan, dan tekad untuk melakukan suatu perbuatan.

BAB III

MACAM- MACAM GANGGUAN JIWA

A. Neurosis

Adalah Neurosis kadang-kadang disebut psikoneurosis dan gangguan

jiwa (untuk membedakannya dengan psikosis atau penyakit jiwa). Menurut

Singgih Dirgagunarsa (1978 : 143), neurosis adalah gangguan yang terjadi

hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya

masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa

belajar, dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.

Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu

kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih

ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang

kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang

perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik, dst.

Nurosis, menurut W.F. Maramis (1980 : 97), adalah suatu kesalahan

penyesuaian diri secara emosional karena tidak diselesaikan suatu konflik

tidak sadar.

Berdasarkan pendapat mengenai neurosis dari para ahli tersebut dapat

diidentifikasi pokok-pokok pengertian mengenai neurosis sebagai berikut:

1. Neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan.

2. Neurosis terjadi pada sebagian kecil aspek kepribadian.

43

  44

3. Neurosis dapat dikenali berdasarkan gejala yang paling menonjol yaitu

kecemasan.

4. Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan mampu

melakukan aktivitas sehari

5. Penderita neurosis tidak memerlukan perawatan khusus di rumah sakit

jiwa

Macam-macam neurosis

Kelainan jiwa yang disebut neurosis ditandai dengan bermacam-

macam gejala. Dan berdasarkan gejala yang paling menonjol, sebutan atau

nama untuk jenis neurosis diberikan. Dengan demikian pada setiap jenis

neurosis terdapat ciri-ciri dari jenis neurosis yang lain, bahkan kadang-kadang

ada pasien yang menunjukkan begitu banyak gejala sehingga gangguan jiwa

yang dideritanya sukar untuk dimasukkan pada jenis neurosis tertentu (W.F.

Maramis, 1980 : 258).

Bahwa nama atau sebutan untuk neurosis diberikan berdasarkan gejala

yang paling menjonjol atau paling kuat. Atas dasar kriteria ini para ahli

mengemukakan jenis-jenis neurosis sebagai berikut (W.F. Maramis, 1980 :

257-258).

1. Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)

a. Gejala-gejala neurosis cemas

Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan

kecemasan, tetapi bersifat mengambang bebas, apa saja dapat

menyebabkan gejala tersebut. Bila kecamasan yang dialami sangat

hebat maka terjadi kepanikan.

  45

1) Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala

ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan, dst.

2) Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi,

perasaan tidak mampu, dst.

b. Faktor penyeban neurosis cemas

Menurut Maramis (1998 : 261), faktor pencetus neurosis cemas

sering jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktor-

faktor yang menahun seperti kemarahan yang dipendam.

2. Histeria

a. Gejala-gejala histeria

Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-

reaksi emosional yang tidak terkendali sebagai cara untuk

mempertahankan diri dari kepekaannya terhadap rangsang-rangsang

emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan jasmaniah dapat

hilang tanpa dikehendaki oleh penderita. Gejala-gejala sering timbul

dan hilang secara tiba-tiba, teruma bila penderita menghadapi situasi

yang menimbulkan reaksi emosional yang hebat.

b. Jenis-jenis histeria

Histeria digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau

histeria minor dan reaksi disosiasi atau histeria mayor.

1) Histeria minor atau reaksi konversi

Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan

(sehingga disebut reaksi konversi) menjadi gangguan fungsional

  46

susunan saraf somatomotorik atau somatosensorik, dengan gejala :

lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta, tuli, dst.

2) Histeria mayor atau reaksi disosiasi

Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang yang

alami penderita demikian hebat, sehingga dapat memisahkan

beberapa fungsi kepribadian satu dengan lainnya sehingga bagian

yang terpisah tersebut berfungsi secara otonom, sehingga timbul

gejala-gejala : amnesia, somnabulisme, fugue, dan kepribadian

ganda.

c. Faktor penyebab histeria

Menurut Sigmund Freud, histeria terjadi karena pengalaman

traumatis (pengalaman menyakitkan) yang kemudian direpresi atau

ditekan ke dalam alam tidak sadar. Maksudnya adalah untuk

melupakan atau menghilangkan pengalaman tersebut. Namun

pengalaman traumatis tersebut tidak dapat dihilangkan begitu saja,

melainkan ada dalam alam tidak sadar (uncociousness) dan suatu saat

muncul kedalam sadar tetapi dalam bentuk gannguan jiwa.

3. Neurosis fobik

a. Gejala-gejala neurosis fobik

Neurosis fobik merupakan gangguang jiwa dengan gejala

utamanya fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat irasional,

terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia dapat menyebabkan

timbulnya perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual, panik,

berkeringat, dst.

  47

Ada bermacam-macam fobia yang nama atau sebutannya

menurut faktor yang menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya :

1) Hematophobia: takut melihat darah

2) Hydrophobia: takut pada air

3) Pyrophibia: takut pada api

4) Acrophobia: takut berada di tempat yang tinggi

b. Faktor penyebab neurosis fobik

Neurosis fobik terjadi karena penderita pernah mengalami

ketakutan dan shock hebat berkenaan dengan situasi atau benda

tertentu, yang disertai perasaan malu dan bersalah. Pengalaman

traumastis ini kemudian direpresi (ditekan ke dalam ketidak

sadarannya). Namun pengalaman tersebut tidak bisa hilang dan akan

muncul bila ada rangsangan serupa.

4. Neurosis obsesif-kompulsif

a. Gejala-gejala neurosis obsesif-kompulsif

Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke

dalam pikiran atau menguasai kesadaran dan istilah kompulsi

menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk

tidak dilakukan, meskipun sebenarnya perbuatan tersebut tidak perlu

dilakukan.

Contoh obsesif-kompulsif antara lain ;

1) Kleptomania : keinginan yang kuat untuk mencuri meskipun dia

tidak membutuhkan barang yang ia curi.

  48

2) Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan untuk membakar

sesuatu.

3) Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan untuk bepergian.

4) Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan secara terus

menerus.

b. Faktor penyebab neurosis obsesif-kompulsif

Neurosis jenis ini dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai

berikut1

1) Konflik antara keinginan-keinginan yang ditekan atau dialihkan.

2) Trauma mental emosional, yaitu represi pengalaman masa lalu

(masa kecil).

5. Neurasthenia

a. Gejala-gejala neurastenia

Neurasthenia disebutjuga penyakit payah. Gejala utama

gangguan ini adalah tidak bersemangat, cepat lelah meskipun hanya

mengeluarkan tenaga yang sedikit, emosi labil, dan kemampuan

berpikir menurun.

Di samping gejala-gejala utama tersebut juga terdapat gejala-

gejala tambahan, yaitu insomnia, kepala pusing, sering merasa

dihinggapi bermacam-macam penyakit, dst.

                                                            1 Yulia D., 2000 : 116-117. 

  49

b. Faktor penyebab neurasthenia

Neurasthenia dapat terjadi karena beberapa faktor (Zakiah

Daradjat, 1983 : 34), yaitu sebagai berikut.

1) Terlalu lama menekan perasaan, pertentangan batin, kecemasan.

2) Terhalanginya keinginan-keinginan.

3) Sering gagal dalam menghadapi persaingan-persaingan.

B. Psikosis

Psikosis adalah bentuk mental disorder atau kekalutan jiwa yang

dicirikan dengan adanya disintegrasi kepribadian, dan terputus hubungan

dirinya relitas.seorang yang terditeksi psikosis kepribadiannya terganggu,

kurang mampu mengusai diri dengan wajar, dan tidak sanggup memahami

problemnya. Seringkali orang yang sakit jiwa, tidak merasa bahwa ia sakit,

sebaliknya ia menganggap diri normal dan sehat, bahkan lebih baik, lebih

unggul dan lebih penting dari orang lain.2

Psikosis terbagi menjadi dua bagian psikosis organik dan psikosis

fungsional. Dalam pembahasan ini, penulis lebih memfokuskan pada psikosis

fungsional.

Psikosi fungsional

Ada mental disorder secara fungsional, yang non organis sifatnya.

Sehingga terjadi perpecahan pribadi, disintegrasi kepribadian ini diikuti oleh

maladjustment sosial yang berat. Penderita tidak mampu mengadakan

                                                            2 Zakiah D.., h 56 

  50

hubungan sosial dan dunia luar. Bahkan sering terputus sama sekali dengan

realitas hidup, lalu jadi inkompenten secara sosial. Hilang rasa tanggung

jawabnya dan fungsi intelektualnya.

Jika tingkah lakunya jadi begitu abnormal dan irrasional, sehingga

dianggap bisa jadi bahaya atau ancaman bagi keselamatan orang lain dan bagi

dirinya sendiri, maka secara hukum dinyatakan sebagai gila. Yang termasuk

psikosis fungsional sebagai berikut :

1. Skizofrenia

Psikosis adalah gangguan mental yang berat yang melibatkan

seluruh kepribadian tanpa ada kerusakan jaringan. Psikosis ini tidak

mempunyai fungi fisik yang dapat diamati,karna tidak memiliki dasar

organik, psikosis ini dianggap sebagai akibat dari hidup dengan stres

emosional selama bertahun-bertahun.

Menurut pendapat lain skizofrenia berarti “kepribadian yang

terbelah”, yaitu hilangnya sebagian besar hubungan kesadaran yang logis

antara tubuh dan jiwa (disintegrasi). Sehingga dalam beberapa keaadaan

perilakunya tidak sejalan dengan keadaan emosinya. Hal ini terjadi karena

secara mental, kepribadian penderita gangguan ini memang terbelah

sehingga mempunyai kecenderungan tubuhnya hidup pada satu dunia

tetapi jiwanya berada pada dunia yang lain yang menyebabkan penderita

cenderung dianggap “gila”.

Menurut situs resmi www.sizophrenia.com, skizofrenia adalah

penyakit yang diakibatkan gangguan susunan sel-sel saraf pada otak

  51

manusia. Skizofrenia merupakan gangguan yang ditandai dengan

disorganisasi kepribadian yang cukup parah, distorsi relita dan

ketidakmampuan berinteraksi dengan kehidupan sehari-hari. Seseorang

yang mengalami skizofrenia tanpa biasanya pikirannya tidak teratur, dan

mungkin mengalami delusi atau halusinasi pendengaran.

Skizofrenia mewakili suatu spektrum gangguan yang luas,

sehingga sulit sekali menarik kesimpulan secara umum tentang suatu jenis

skizofrenia tertentu. Tetapi terdapat suatu perbedaan yang berguna adalah

kategori skizofrenia akut, yang berhubungan dengan serangan gejala

psikotik yang barat. “psikotik” berhubungan dengan sutu keadaan pada

seseorang yang sama sekali tidak berhubungan dengan realitas dan tidak

mampu memisahkan antara kenyataan dan ketidaknyatakan.

Sebab-sebab skizofrenia

Terdapat beberapa sebab timbulnya skizofrenia, diantaranya :

a. Sebab organis, yaitu adanya perubahan pada struktur sistem saraf

sentral.

b. Tipe pribadi yang schizotime (pikiran yang kacau balau) atau

jasmaniyah yang asthenis dan mempunyai kecendrungan skizofrenia.

c. Gangguan kelenjer-kelenjer, adanya disfungsi pada endoktrin seks,

kalenjer adrenal, dan kalenjer pituitary (kalenjer didalam otak). Atau

akibat dari masa klimakterik atau menstruasi. Kadang-kadang karena

kalenjer-kalenjer thyroid dan andrenal yang mengalami athrofi.

  52

d. Adanya degenerasi pada energy mental. Hal ini didukung dengan lebih

dari separoh dari jumlah penderita skizofrenia mempunya keluarga

yang psikotis atau sakit mental.

Tanda-tanda fisik adalah sebagai berikut :

Gangguan motorik berupa retardasi jasmani dan lamban gerak-

geriknya, ada tngkah laku yang steoratipis, kadang-kadang ada gerak-

gerak motorik yang jadi lamban tidak teratur dan kaku, atau tingkah

lakunya yang sering-sering aneh-aneh (eksentrik).

Tanda-tanda fisiknya adalah sebagai berikut :

a. Intelek dan ingatannya jadi sangat mundur, menjadi sangat introver

dan menjadi pemimpi siang. Tidak ada kontak dengan lingkungan.

Besar tendensi untuk menyendiri dari realitas dan menjadi autistis.

b. Menjadi jorok dan kotor sekali.

c. Dihinggapi macam-macam halusinasi

d. Gangguan kepribadian, breakdown mental secara total. Sama sekali

tidak menghiraukan dirinya. Tiba-tiba ia dihinggapai perasaan

kebencian yang meluap-meluap, sehingga ia menjadi eksplosif sekali

dan sangat berbahaya. Dia bisa membunuh dan atau melukai orang-

orang sekitarnya.

2. Psikosis Paranoid

Paranoia ialah gangguan mental yang sangat serius yang dicirikan

dengan timbulnya delusi-delusi yang di sistimutisir dan banyak dihinggapi

idea fixed. 70% dari penderita paranoia ini adalah laki-laki. Pasien pada

  53

umumnya menganggap dirinya superior dan memiliki bakat yang luar

biasa, memiliki bakat ketuhanan atau kenabian. Banyak para pemimpin,

agitator dan reformer bersifat gelisah yang mempunyai tanda-tanda

paranoia ini.

Tanda-tanda paranoia :

a. Selalu diikuti oleh delusi-delusi, hayalan kemegahan, hayalan dikejar-

kejar dan iri hati. Biasanya-delusi-delusi tersebut idea-idea yang

disitematisir, merasa sebagi dewa, nabi atau pemimpin besar.

b. Kehidupan mentalnya tidak mengalami dementia, pikirannya masih,

tetapi idea-ideanya selalu salah , khususnya idea-idea sesat yang tegar,

sangkaan paksaan yang sesat.

c. Gangguan pada umumnya bersifat kompensatoris, yaitu ada rasa salah

dan ras berdosa, rasa inferior, cemburu, iri dan lain-lain yang

diproyeksikan pada orang lain, untuk membela egonya sendirinya.

Sebab-sebab psikosa paranoia adalah sebagai berikut :

a. Kecendrungan-kecendrungan homo seksual dan dorongan-dorongan

seksual yang tertekan, yang kemudian diproyeksikan (Freud).

b. Idea-idea yang syarat dimuati oleh efek-efek yang luar biasa kuatnya.

c. Kebiasaan berpikir yang salah, disebabkan oleh rasa iri hati, selfish,

egosentris, terlau sensitif dan kerap kali dihinggapi rasa curiga.

d. Merupakan bentuk konpensasi terhadap-terhadap kegagalannya dan

terhadap kompleks-kompleks inferior. Atau ada defence mechanism

terhadap rasa bersalah dan berdosa. Atau tumbuh perasaan-perasaan

super lain dari pada orang biasa dan sebagainya.

  54

Sebab-sebab yang menjadikan orang mengalami gangguan

kejiwaan yang membawa ketidak bahagian dalam hidup, tidak terlepas

dari pengalaman yang dilaluinya, terutama diwaktu kecil. Demikian pola

pendidikan yang diterima dari orang tua, dari sekolah dan suasana

keluarga yang membesarkannya, juga lingkungannya juga sangat

mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang. Karena itu, lingkungan rumah

tangga, sekolah dan masayarakat mempunyai peranan yang sangat penting

sekali dalam menciptakan ketenangan kejiwaan seseorang atau kesehatan

mentalnya, atau malah sebaliknya bisa menjadi penyebab timbulnya

gangguan kejiwaan seseorang.

C. Psikosomatik

Dinamakan gangguan psikosomatik pertama kali Johann Christian

Heinroth pada tahun 1818 yang kemudian dipopulerkan oleh Maximilian

jacobi, seorang dokter skitrik jerman. " psikosomatik" adalah gabungan dari

kata "Psyce" (interaksi jiwa) dan "soma" (tubuh) yang menakankan kesatuan

Kausatif atau pendekatan kholistik terhadap kedokteran, karena semua

penyakit dipengaruhi oleh faktor psikologis, suatu hubungan yang telah digali

oleh berbagai bidang kedokteran alternative.

1. Defenisi gangguan psikosomatik

Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang

memilki gejala fisik (seperti: nyeri, mual, dan pusing) dimana tidak

ditemukan penjelasan medis yang ade kuat berdasarkan pemeriksaan fisik

  55

dan laboratium. Atau disebut juga gangguan psikosomatik yang artinya

gangguan jiwa dan dimanifestasikan pada gangguan susunan saraf

vegetatif, karena manusia bereaksi secara kholistik maka gangguan jiwa

senantiasa sedikit atau banyak mempunyai komponen somatik.

Wanita dengan gangguan somatisasi melebihi jumlah laki-laki

sebesar 5 sampai lis dan tidak mendiagnosis gangguan somatisasi pada

laki-laki. Namun demikian dengan rasio wanita berbanding laki-laki

adalah 5 berbanding 1 prevalensi seumur gangguan ini bukan gangguan

yang jarang ditemukan.

Diantara pasien yang datang ketempat dokter umum dan dokter

keluarga, sebanyak 5 sampai 10 persen pasien mungkin memenuhi kriteria

diagnostik untuk gangguan somatisasi, biasanya gangguan tersebut

dimulai sebelum usia 30 tahun tetapi sering kali mulai selama usia belasan

tahun.

2. Etilogi

a. Faktor biologis

Suatu bidang baru riset neuro ilmiah dasar yang mungkin

relevan dengan gangguan somatisasi dan ganggguan somatoform

lainnya mempersalahkan sitokin (cytokines). Sitokin adalah melekul

pembawa pesan (messenger molecules) yang digunakan oleh sistem

kekebalan untuk berkomunikasi dalam dirinya sendiri dan

berkomunikasi dengan sistem saraf, termasuk otak (contohnya:

interleukin, faktor neklosis tumor, dan interferon).

  56

Beberapa penelitian mengarah pada dasar neuropsikologis

untuk gangguan somatisasi. Penelitian tersebut mengajukan bahwa

pasien memiliki gangguan perhatian dan kognitif karakteristik yang

dapat menyebabkan persepsi dan penilaian yang salah terhadap

masukan (input) somatosenrik.

Gangguan yang dilaporkan adalah distraktibilitas yang

berlebihhan, ketidakmampuan untuk terhadap stimulus yang berulang,

pengelompokan kontruksi kognitif atas dasar impresonistik, asosiasi

parsial dan sirkumstansial, dan tidak adanya selektivitas, seperti yang

dinyatakan oleh beberapa penelitian cetusan. Sejumlah penelitian

pencitraan otak telah melaporkan penurunan metabolisme di lobus

frontalis pada hemisfer nondominan.

b. Faktor psikologis

1) Stress umum

Suatu peristiwa atau situasi kehidupan yang penuh dengan

stress internal atau eksternal, aku atau kronis menciptakan

tantangan dimana ade kuat. Penelitian terakhir telah menemukan

bahwa orang yang menghadapi stress umum secara optimis

cenderung tidak mengalami gangguan psikomatik. Jika mereka

mengalaminya mereka mudah pulih dari gangguan. Contoh dari

stress umum adalah : perceraian, kematian pasangan, bencana, dan

lain-lain.

  57

2) Stress spesifik lawan non spesifik

Stress psikis spesifik dapat didefenisikan sebagai

kepribadian spesifik atau konflik bawah sadar yang menyebabkan

ketidakseimbangan yang berperan dalam perkembangan

gangnguan psikosomatik, konflik bawah dasar spesifik adalah

berhubungan dengan gangguan psikosomatik spesifik (sebagai

contohnya, konflik ketergantungan yang disadari

mempresdiposisikan seseorang pada ulkus peptikum).

Selain itu stress nonspesifik yang kronik, biasanya dengan

variabel kecemasan yang mengelilinginya, telah diperkirakan

memiliki korelasi psikologis yang dikombinasikan dengan

kerentanan atau debilitas organ genetik, mempredisposisikan orang

tertentu kepada gangguan psikosomatik.

Orang aleksitimik yaitu orang yang tidak mampu membaca

emosinya sendiri, mereka memiliki kehidupan fantasi yang miskin

dan tidak menyadari konflik emosionalnya, gangguan

psikosomatik mungkin berperan sebagai jalan keluar untuk

ketegangan mereka yang terkumpul.

Teori penyebab nonspesifik didukung oleh bukti-bukti

eksperimental di mana, dibawah stress kronis, binatang menderita

gangguan psikosomatik ( seperti ulkus peptikum), jelas binatang

tidak memiliki kepribadian tertentu atau konflik psikologis bawah

sadar yang dimiliki orang.

  58

c. Faktor sosial

gangguan melibatkan interpretasi gejala sebagai suatu tipe

komunikasi sosial, hasilnya adalah menghindari kewajiban

(sebagai contohnya, mengerjakan pekerjaan yang tidak disukai),

mengekpresikan emosi ( sebagai contohnya kemarahan pada

pasangan), atau untuk mensimbolisasikan suatu perasaan atau

keyakinan (sebagai contohnya nyeri pada usus seseorang).

3. Gambaran Klinis

Gangguan somatisasi mungkin memiliki banyak keluhan somatik

dan riwayat medis yang lama dan sulit. Mual dan muntah (selain selama

kehamilan), kesulitan menelan, nyeri di lengan dan tungkai, nafas pendek

yang tidak berhubungan dengan aktifitas, amnesia, dan komplikasi

kehamilan dan menstruasi adalah gejala yang paling sering. Keyakinan

bahwa seseorang telah sakit pada sebagian besar kehidupannya juga

sering.

Penderitaannya psikologis, masalah interpersonal, kecemasan dan

depresi adalah kondisi psikiatrik yang paling menonjol. Ancaman bunuh

diri yang sesungguhnya adalah jarang. Jika bunuh diri memang terjadi

maka sering kali disertai dengan penyalahgunaan zat. Riwayat medis

seringkali sepintas, samara-samar, tidak jelas, tidak konsisten, dan tidak

tersusun.

Berbicara dengan mendramatisir, emosional, dan berlebih-lebihan,

dengan bahasa yang gamblang dan bermacam-macam. Kadang mengacau

  59

akibat temporal dan tidak dapat membedakan dengan gejala lampau. Dapat

dirasa tergantung, berpusat pada diri sendiri, haus akan pujian atau

sanjungan, dan manipulatif.

D. Depresi

Depresi merupakan ganguan mental yang sering terjadi di tengah

masyarakat. Berawal dari stress yang tidak diatasi, anak seseorang biasa jatuh

ke fase depresi. Rathus (1991) menyatakan orang yang mengalami depresi

umumnya mengalami gangguan yang meliputi keadaan emosi, motivasi,

fungsional, dan gerakan tingkah laku serta kognisi. Menurut Atkinson depresi

sebagai suatu gangguan mood yang dicirikan tak ada harapan dan patah hati,

ketidakberdayaan yang berlebihan, tak mampu mengambil keputusan memulai

Sesutu kegiatan, tak mampu berkosentrasi, tak punya semangat hidup, selalu

tegang dan mencoba bunuh diri.3

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi adalah suatu

pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak ada harapan lagi. Dr.

jonathan trisna (dalam http://pmkt-ugm.tripod.com ) menyimpulkan bahwa

depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih biasanya disertai dengan

diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. 4

1. Gejala-gejala depresif

Depresif merupakan neurosis dengan gangguang utama pada

perasaan dengan ciri-ciri : kurang atau tidak bersemangat, rasa harga diri

                                                            3 Namora lumangga Lubis, Depresi tinjauan psikologis,h. 13 4 Namora lumangga Lubis, Depresi tinjauan psikologis,h. 14  

  60

                                                           

rendah, dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Gejala-gejala utama

gangguan jiwa ini adalah : 5

1) gejala fisik : senantiasa lelah, gangguan pola tidur

2) gejala psikologis : sedih, putus asa, cepat lupa, insomnia, anoreksia,

ingin mengakhiri hidupnya, kurang rasa percaya diri, sensitif, perasaan

bersalah, terbebani dst.

2. Faktor penyebab neurosis depresif

Menurut hasil riset mutakhir sebagaimana dilakukan oleh David D.

Burns (1988 : 6), bahwa depresi tidak didasarkan pada persepsi akurat

tentang kenyataan, tetapi merupakan produk “keterpelesetan’ mental,

bahwa depresi bukanlah suatu gangguan emosional sama sekali,

melainkan akibat dari adanya distorsi kognitif atau pemikiran yang negatif,

yang kemudian menciptakan suasana jiwa, terutama perasaan yang negatif

pula.

Burns berpendapat bahwa persepsi individu terhadap realitas tidak

selalu bersifat objektif. Individu memahami realitas bukan bagaimana

sebenarnya realitas tersebut, melainkan bagaimana realitas tersebut

ditafsirkan. Dan penafsiran ini bisa keliru bahkan bertentangan dengan

realitas sebenarnya.

 5 Namora lumangga Lubis, Depresi tinjauan psikologis,h h. 24 

BAB IV

MENTAL DISORDER DAN

PENANGGULANGANNYA DALAM AL-QUR’AN

Dalam psikologi dikenal istilah sakit jiwa dan gangguan kejiwaan/mental

disorder, ada yang disebabkan oleh faktor saraf, ada juga yang disebabkan oleh

faktor psikis (neorosis, psikoksis, psikosomatik, dan depresi.) dalam prespektif

Islam gangguan kejiwaan juga bisa terjadi dan ini disebabkan oleh faktor akhlak

yang rendah (yang setelah diteliti penulis dari bab sebelumnya memiliki kesamaan

penyebab) yaitu di antaranya ialah: riya, dengki, syirik, nifaq, tamak, takabur,

ujub dan al-wahn dan lain-lain.

Dalam bahasa agama jarang disebut dengan penyakit mental yang sering

disebut adalah penyakit hati (fi qulubihim maradh).di dalam al-Qur'an tidak

kurang dari sebelas kali menyebut adanya penyakit hati (fi qulubihim maradh).

1Dalam bahasa arab maradh (penyakit) antara lain didefinisikan sebagai "sesuatu

yang mengakibatkan manusia melampaui batas keseimbangan/kewajaran

mengantar kepada terganggunya fisik, mental dan bahkan kepada tidak

sempurnanya amal seseorang. Melampaui batas, satu sisi membawa implikasi

pada gerak berlebihan dan sisi lain membawa implikasi ke arah kekurangan.2

Akal yang sakitnya dari gerak berlebihan berwujud kelicikan, tetapi jika

sakitnya bersumber dari arah kekurangan (kurang pendidikan) maka sakitnya

berwujud ketidaktahuan. Ketidaktahuan akal membawa kepada keraguan dan

                                                            1 Ahmad Mubarok, "Psikologi Islam Kearifan Dan Kecerdasan Hidup", h, 187 2 M. Quraish. Shihb, " Wawasan Al-Qur'an" h. 189 

61 

62  

kebimbangan. Penyakit kejiwaan lain yang bersumber dari gerak berlebihan bisa

berujud, angkuh, benci, dendam, fanatisme, serakah dan kikir. Sedangkan

penyakit yang bersumber dari arah kekurangan bisa berujud pesimis, rendah diri,

kecut, cemas, takut dan sebagainya.3

A. Macam-Macam Hati Dalam Al-Qur'an

1. Hati Yang Sehat ( سلم قلب )

Hati yang sehat adalah hati yang selamat pada akhirat, seperti

dalam firman Allah swt.

88. (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,89. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (Q.S. Asy-syua'ra/26: 88-89)

Manusia berbeda ungkapan dalam mendefinisikan makna hati yang

sehat. Definisi universal tentang hati yang sehat adalah hati yang bersih

dari semua syahwat yang bertentangan dengan perintah Allah Swt ta'ala

dan larangan-Nya, bersih dari semua syubhat yang bertentangan dengan

wahyu Allah taa'la, bersih dari penyembahan dari selain Allah taa'la,

bersih dari berhukum kepada selain rasul-Nya, berharap kepada-Nya,

bertawakal kepada-Nya, inabah kepada-Nya, merendahkan diri kepada-

Nya, mengutamakan keridhaan-Nya dalam setiap kondisi, dan menjauh

dari kemurkaan-Nya, karena itu semua esensi ubudiyah yang tidak pantas

diberikan kecuali kepada Allah swt taa'la saja.4

                                                            3 M. Quraish. Shihb, " Wawasan Al-Qur'an, h. 189 4 Ibnu Qayim al-Jauziyah, ''Keajaiban Hati", h. 17 

63  

Salah satu dari generasi salaf berkata " semua perbuatan sekecil apa

pun pasti ditanya dua buku: kenapa anda melakukannya?, dan bagaimana anda

melakukannya?"Pertanyaan pertama tentang sebab, latar belakang dan

konsideran amal perbuatan; apakah ia hanya mengharapkan keuntungan dunia,

dan salah satu tujuan dunia adalah mendapat pujian dari mereka dan takut

kecaman mereka, atau untuk mendatangkan kesenangan dunia atau menolak

kerugian dunia? Ataukah motivasinya adalah karena ingin menunaikan hak

ubudiyah, mencari cintanya, berdekatan dengan-Nya, dan mencari perantara

kepada-Nya?

Poros pertanyaan tersebut ialah, apakah anda mengerjakan tindakan

tersebut karena Rabb mu atau anda mengerjakan karena hawa nafsumu?

Pertanyaan kedua ialah tentang ittiba' kepada rasullah dalam

ubudiyahnya. Maksudnya apakah amal perbuatan termasuk amal perbuatan

yang disyari’atkan Allah ta'la melalui rasulnya-Nya atau amal perbuatan yang

tidak disyariatkan dan tidak diredhai oleh-Nya.

Solusi dari pertanyaan pertama ialah dengan memurnikan ikhlas. Dan

solusi dari pertanyaan kedua ialah dengan mewujudkan ittiba kepada rasullah,

membersihkan hati dari segala keinginan yang bertentangan dengan ittiba'

kepada rasullah. Inilah esensi dari hati yang sehat yang menjamin

keselamatan, dan kebahagiaan.5

                                                            5Ibnu Qayim al-Jauziyah, ''Keajaiban Hati",, h. 18 

64  

2. Hati yang sakit (قلوبهم مرض)

Hati yang sakit ialah hati yang tidak sehat, tidak normal, dan keluar

dari garis keseimbangan, karena kerusakan yang terjadi kepadanya, akibatnya

pengetahuan dan gerakan badan menjadi rusak, bisa jadi pengetahuannya

hilang total seperti buta, tuli, dan lumpuh atau terkadang pengetahuannya

berkurang seperti melemahkan alat-alat pengetahuan, atau melihat sesuatu

seperti tidak dalam bentuk aslinya, seperti melihat manis sebagai hal yang

pahit, buruk sebagai kebaikan, dan kebaikan sebagai keburukan.

Imam al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin memberikan

pengertian sebagai berikut" adanya sifat dan sikap manusia, yang

mendorongnya untuk berbuat buruk dan merusak, yang menyebabkan

terganggunya kebahagiaan dan terhilangnya dia dari memperoleh keridhaan

Allah Swt.

Allah Swt menyatakan dalam firman-Nya memang ada manusia

memiliki sifat yang demikian:

19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.(Q.S. al-Ma'rij/70: 19).

54. dan Sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. (Q.S. al-Kahfi/18: 54)

65  

⌧ ☺

23. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (Q.S. al-Hadid/57: 23)

Jadi menurut ayat-ayat tersebut jelaslah bahwa manusia itu sudah ada

bibit penyakitnya, dan Allah swt tidak suka kalau penyakit itu berkembang.

Dr. Zakiyah Darajat dalam bukunya "Kesehatan Mental"

mendefinisikan bahwa Kesehatan Mental adalah terhindarnya orang dari

gejala-gejala gangguan jiwa (neorose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa

(psikosa).

Dr. Kartini Kartono dalam bukunya " Mental Hygine (Kesehatan

Mental)" membagi kekalutan mental itu dalam garis besar kepada :

a. Psikhopat

b. Psikhoneurose.

c. Skizofrenia

Menurut Dr. Hamzah Ya'kub, apa yang di kemukakan oleh Dr.

Zakiyah Derajat dan Dr. Kartini Kartono tersebut adalah akibat dari penyakit

rohani. Dr. Hamzah Ya'kub dalam bukunya tersebut di atas mengatakan:

kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit rohani itu amat banyak tetapi dapat

di simpulkan sebagai berikut:

a. Merongrong ketenangan

b. Menjauhkan diri dari Tuhan

c. Melumpuhkan daya kerja.

66  

d. Merusak jasmani.

e. Menimbulkan psiko-neurosa dan psikosa.

Maka rohani yang sehat ialah rohani yang tidak mempunyai sifat dan

sikap buruk sama sekali serta selalu mendorong manusia untuk berbuat yang

diredhai Allah.berbuat yang diredai Allah berarti berbuat seperti yang di

ajarka kitab suci Nya (al-Qur'an dan sunnah-Nya yang shahih).

B. Penyebab Gangguan Mental/Rohani

1. Nafsu

Sebab nafsu dikatakan sebagai penyebab timbulnya penyakit

mental/rohani adalah karena nafsu itu menumbuhkan sifat dan sikap yang

buruk dalam rohani manusia serta mendorongnya untuk berbuat jahat.

Allah Swt berfirman:

karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, (Q. S. Yusuf/12: 53)

Bahkan dari nafsu itu rusak segala-galanya, dalam firman Allah

Swt

71. andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. (Q.S. al-Mu'minun/23: 71)

67  

Dan nafsu yang menjadi sebab penyakit adalah nafsu amarah, dan

nafsu yang di rahmati Allah Swt adalah nafsu lawwamah dan Muthma-

Innah, dalam firman-Nya:

⌦ ⌧

karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (Q. S. Yusuf/12: 53).

2. Syetan

Sebabnya setan ini di nyatakakan sebagai penyebab timbulnya

penyakit rohani adalah karena seperti keadaannya nafsu, ia mendorong

manusia pula kepada berbuat jahat dan menghiasi dengan kejahatan itu.

Setan sendiri telah bersumpah kepada Allah Swt untuk melakukan

hal tersebut kepada manusia.

39. iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, (Q.S. al-Hijr/15:39).

3. Karena Rohani Tidak Diberi Makan

Al-Qur'an menyatakan bahwa makanan rohani itu ialah: "Mauizah

Tuhan". Hal ini dinyatakan dalam firman-Nya:

⌦ ⌧ ☺

68  

57. Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (Q. S. Yunus/10: 57).

4. Pengaruh Lingkungan

نه لسا عنه يبين الملة هذه على يولد اال مولد من ماTidaklah dilahirkan seorang anak, melainkan atas agama ini (Islam) hingga menjelaskan akan lidahnya (H.R. Muslim)

Fitrah islam itu adalah baik, maka kalau nanti anak menjadi buruk ,

itu karena pengaruh orang tuanya (lingkungannya).

Ahli-ahli pendidikan pun sudah mengakui besarnya pengaruh

lingkungan pada anak didik. Maka ditinjau dari segi ini, adanya penyakit

rohani/mental pada seseorang disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang

buruk, sehingga seseorang itu mempunyai sifat dan sikap yang buruk, dan

lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan manusia (pergaulan),

bukan lingkungan alam.

Lingkungan dunia modern ini adalah lingkungan yang

memperturutkan nafsu dan lingkungan rohani yang tidak diberi makan.

Karena itu tidaklah mengherankan kalau manusia modern mempunyai

penyakit rohani/mental yang cukup parah, akibat berbagai macam krisis

yang menimpa mereka.

C. Macam-Macam Gangguan Mental Dalam al-Qur'an dan Metode

Penanggulangannya

69  

1. Pesimis

Pesimisme adalah penyakit rohani yang berbahaya. Ia

menyebabkan banyak kerugian, penyesalan, dan kekecewaan. Pesimisme

adalah petaka menyedihkan yang menyiksa jiwa manusia dan

meninggalkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki pada kepribadian.

Ketika mengalami kepedihan atau musibah, orang cenderung

menjadi peka. Pada saat itu pesimisme dapat muncul sebagai akibat

pemberontakan yang kuat dalam emosi dan perasaan seseorang.

Pesimisme yang memasuki pikiran dengan cara meninggalkan

pengaruhnya pada proses pemikiran orang.

Al-Quran jelas menggolongkan pesimisme dan berpikir buruk

sebagai dosa dan perbuatan buruk, dan memperingatkan kaum muslim

agar tidak berpikir negatif terhadap sesamanya.

12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-

sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S 49:2)

70  

Agama Islam melarang kecurigaan apabila tak ada bukti yang

meyakinkan. Rasulullah Saw bersabda: "seorang muslim adalah suci bagi

muslim lainnya: darahnya, hartanya, dan (dilarang) bagi yang satu untuk

berpikir negatif terhadap yang lainnya." (Tirmidzi, bab 18; Ibnu Majah, bab 2;

muslim, bab 32; Ahmad, II, h.277 dan III, h.49)

Ia kemudian menjelaskan kerugian-kerugian dan titik pedih kecurigaan

dengan mengatakan, "berhati-hatilah terhadap curiga, karena kecurigaan

meruntuhkan ibadah dan memperbesar dosa." (Ghurar al-Hikam, h.154)

Ia bahkan menggambarkan curiga sebagai jenis penindasan,

"mencurigai orang (yang berbuat) baik adalah dosa terburuk dan bentuk

penindasan yang terjelek." (Ghurar al-Hikam, h.698)

Imam Ali juga mengatakan mengenai hal ini, "jauhilah kecurigaan

yang tak pantas, karena hal itu mengajak yang sehat menjadi yang sakit dan

yang tak berdosa menjadi sangsi ( Ghurar al-Hikam. H.152)

Ia juga menyatakan bahwa orang yang menderita rasa curiga akan

kehilangan kesehatan jasmani dan rohani. "orang yang suka curiga tak akan

pernah sehat." (Ghurar al-Hikam, h. 835)

Orang yang suka curiga takut kepada manusia, sebagai mana kata

Imam 'Ali, "orang pencuriga takut kepada setiap orang." (Ghurar al-Hikam,

h.152)

2. Dengki

Naluri, seperti kekikiran atau kesombongan, dapat merupakan akar-

akar kesengsaraan dalam kehidupan. Dengki adalah salah satu naluri semacam

71  

itu, ia menyelewengkan manusia dari jalan yang lurus dan memenjarakan

kesadaran untuk mencegah manusia mencapai harapan-harapan yang realistis.

Imam al-Ghazali dalam bukunya Ihyaulumuddin juga mengatakan bahwa

dengki adalah " mengharapkan lenyap kebahagiaan dari orang yang di dengki.

Orang yang dengki tak dapat melihat orang lain dalam naungan kebahagiaan.

Ia merasakan tekanan besar pada dirinya sendiri, yang lahir dari pandangan

pesimis terhadap kemauan baik orang lain. Socrates dilaporkan pernah

berkata,

"Orang dengki melewatkan hari-harinya sambil menghancurkan dirinya sendiri dengan merasa sedih sedih atas apa yang tak dapat dicapainya tetapi dicapai orang lain. Ia merasa sedih dan menyesal dan menghasratkan semua manusia hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan sambil membuat rencana jahat untuk merenggut kebahagiaan mereka".

Al-Qur'an mengindetifikasikan karekter dengki dengan ungkapan yang

sangat mengena :

120. jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya.(Q.S. Ali Imran/3: 120)

Orang yang dengki membuat keberuntungan orang lain sebagai

sasarannya. Ia menggunakan setiap cara untuk merenggut kebahagiaan orang

lain. Ia menjadi mangsa keinginan-keinginan rendahnya tanpa menyadarinya.

Orang dengki mewujudkan niat-niat buruknya dengan menyebarkan tuduhan

dan kebohongan tentang orang yang di dengkinya. Dan apabila ia merasa

bahwa hawa nafsunya tidak beroleh kepuasan dengan perbuatan itu, ia bahkan

72  

merongrong kebebasan orang yang di dengkinya atau bahkan merenggut

haknya untuk hidup semata-mata untuk memenuhi keinginannya yang tak

berkesudahan.

Bukan saja orang yang dengki tidak patut bergelar manusiawi, tetapi ia

juga lebih rendah dari hewan. Karena, orang yang tak peduli akan kepedihan

orang lain tak dapat menjadi perwujudan kemanusiaan yang sesungguhnya.

Penyebab terbakarnya jiwa orang ini dalam api kecemasan dan

keresahan, sudah jelas. Karena rezeki Ilahi kepada orang lain terus bertambah,

berlawanan dengan harapannya, ia terus menerus menderita kesedihan dan

kepedihan yang membayangi hatinya. Dengki ibarat badai kehancuran yang

menumbangkan pohon akhlak dari akar-akarnya, yang tak mungkin diperoleh

cara menghentikannya oleh si pendengki.

Walaupun merupakan watak manusia untuk mencintai dan mencari

kemaslahatan bagi dirinya sendiri, Allah Yang Maha Kuasa telah berfirman

dalam Al-Quran agar dia menyesuaikan diri dengan hukum, logika, akal, serta

kesejahteraan masyarakat ketika berusaha memenuhi tuntutan watak tersebut.

Karena itu, ketika Allah mengaruniai seseorang dengan suatu

kebajikan, tak ada seorang pun patut merampas atau merenggutnya demi

memenuhi nafsu dengkinya atau untuk mengambil keuntungannya.

Sebaliknya, manusia diharapkan mengikuti jalan yang patut dan yang mampu

membawa ke harapan-harapannya dalam hidup ini. Allah Yang maha kuasa

berfirman:

73  

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.(Q.S An-Nisa' : 32)

Jadi, kita harus berusaha sebisanya dan memohon kepada Allah untuk

mengaruniai kita dengan pembendaharaan abadi-Nya, untuk memudahkan

urusan kita, dan menuntun kita kepada tujuan dan harapan-harapan kita.

Sekiranya orang yang dengki, yang membiarkan pikiran dan perasaannya yang

melanggar batas, mengarahkan pikirannya kepada tujuan yang benar, maka

sinar kebahagiaan pasti akan menerangi jalannya.

Salah satu unsur yang menimbulkan dengki adalah pendidikan yang

buruk di rumah. Apabila orang tua lebih mencintai salah satu anak dan

melimpahinya dengan cinta dan kasih sayang yang khusus, tanpa memberikan

hal yang sama kepada yang lainnya, anak yang terbiar akan membangun

perasaan terhina dan memberontak. Jenis dengki yang menimpa kebanyakan

orang umumnya berasal dari rumah, dan menyebabkan kesedihan dan

malapetaka bagi sebagian besar masyarakat. Akibat semacam itu juga

merupakan hal yang wajar bilamana pemerintah dibangun di atas basis

ketidakadilan, penindasan, rasisme, sekretarianisme, dan sebagainya. Para

74  

anggota masyarakatnya akan dilanda perpecahan, api kebencian dan dengki

akan berkobar di hati mereka.

Sedangkan iri hati terhadap ha yang semisal dengan yang dimiliki oleh

orang lain, tidaklah tercela, bahkan al-Qur'an menganjurkan manusia untuk

berlomba-lomba memperoleh sesuatu yang diinginkan6 seperti yang

disebutkan dalam surat al-Muthaffin/83 ayat 26

hendaknya orang berlomba-lomba.

Dan al-Baqarah/2 ayat 148

⌧ ⌦ dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

3. Sombong

Bahaya yang paling fatal bagi kebahagiaan, dan musuh terbesar bagi

umat manusia, adalah kesombongan dan percaya diri yang berlebihan.

Kejengkelan orang atas suatu perangai buruk tidak sebesar kebencian mereka

atas kesombongan menyebabkan putusnya hubungan cinta dan keserasian,

tetapi juga mengubahnya menjadi rasa permusuhan, dan membuka pintu bagi

                                                            6.Ahmad Mubarak" Meraih Kebahagiaan Dengan Bertasawuf Pendakian Menuju Allah",

h. 22 

75  

kebencian khalayak terhadap si sombong. Ini berarti, orang yang

mengharapkan cinta dan hormat diri orang lain harus berusaha menghormati

mereka.

Bersikeras mengharapkan penghormatan orang itu tidaklah pantas,

karena sangat bertentangan dengan harapan orang dan menimbulkan

kebencian mereka atas perilakunya. Reaksi sosial semacam itu hanya akan

menyebabkan si sombong menderita kecemasan dan keresahan.

Akibat buruk lainnya dari kesombongan ialah kecurigaan dan

pesimisme si sombong merasa seakan-akan semua orang berniat

merugikannya. Tentulah ia akan dapat melihat tidak peduli, kebencian, dan

penghinaan orang yang berkelanjutan terhadap dirinya. Ia menderita, secara

sadar atau di bawah sadar, karena perlakuan semacam itu, dan ini

menimbulkan kebencian dan rasa dendamnya terhadap masyarakat. Jiwanya

tidak tenteram sebelum ia membalas dendam pada saat itu, revolusi rohaninya

berhenti.

Jahatnya kesombongan hanya akan mendekati hati nurani manusia

apabila yang bersangkutan menderita rasa rendah diri, yang merupakan

kelainan rohani. Kelainan ini menyakitkan dan merusak dirinya dapat muncul

banyak bahaya dan kejahatan, yang menyebabkan si sombong menderita lebih

banyak kesengsaraan.

Kebanyakan orang sombong adalah dulunya anak-anak berperangai

buruk yang dibesarkan dalam keluarga yang goyah, yang kemudian beroleh

kedudukan dalam masyarakat. Orang-orang ini berusaha mengkhayalkan diri

76  

sebagai berkarakter tinggi, dan berusaha mengungkapkan kehormatan khayali

yang diperolehnya dengan menunjukkan kesombongan dan kecongkakan.

Mudah bagi setiap orang untuk menemukan manusia semacam ini dimana-

mana.

Bagaimanapun juga, harus kita akui perbedaan yang amat besar antara

kerendahan hati dan penghinaan diri. Kerendahan hati merupakan perwujudan

suatu perangai mulia dan karakter percaya diri, sedang penghinaan diri timbul

dari kerendahan moral dan tidak adanya percaya diri.

Luqman al-Hakim memperingatkan putranya akan kesombongan

 

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri."(Q.S Luqman: 18)

Sekiranya Allah mengizinkan kesombongan bagi seorang hamba-Nya,

ia pasti telah mengizinkannya bagi para nabi dan wali-Nya yang terdekat,

tetapi Yang Maha Suci membuat mereka membenci kesombongan dan

menyukai kerendahan hati. Karena itulah mereka menjatuhkan pipi mereka ke

bumi. Melemparkan debu ke wajah mereka (dalam sujud), dan merendah

bersama kaum mukmin.

Rasulullah Saw mengatakan: "jauhilah puji diri karena seorang ahli

ibadah yang terus mengagumi diri sendiri, pada akhirnya akan dikatakan oleh

Allah Yang Maha Suci, catatlah hamba-Ku (itu) diantara orang-orang yang

sombong." (Nahj al-Fashahah, h.12)

77  

Orang sombong yang congkak selalu memuji dan medukung kata-kata

dan tindakannya sendiri. Lebih jauh, ia memandang kekurangannya sebagai

hal yang baik. Imam Musa bin Ja'far menerangkan, "Ada beberapa tingkat

kesombongan, di antaranya adalah perbuatan buruknya dihias-hiasinya

sehingga ia melihatnya sebagai hal yang baik, dan akhirnya ia pun percaya

bahwa ia memang berbuat baik." ( Wasa'il al-Syi'ah, I, h.74)

Imam Ali juga mengatakan, "orang yang pikirannya melemah,

kesombongan manguat (Ghurar al-Hikam, h. 651)

"kerendahan hati adalah puncak penalaran, dan kesombongan adalah

puncak kejahilan." (ghurar al-hikam, h.102)

Ia juga mengatakan, "kesombongan adalah penyakit yang

terkonsentrasi." (Ghurar al-Hikam, h. 678).

Kesombongan bisa di atasi dengan memperbayak pengetahuan dan

meperbanyak sudut pandang serta terus meyakini bahwa di atas langitmasih

ada langit. Prof. DR. Ahmad Mubarak juga mengatakan bahwa kesombongan

itu di perbolehkan apabila sesuai dengan kenyataan trelepas manusia adalah

makhluk yang lemah tempatnya khilaf dan lupa. 7

4. Ghadab (Marah)

Marah ialah bentroknya jiwa terhadap sesuatu yang tidak disukai.

Imam Ghazali telah menerangkan persoalan marah ini dalam bukunya Ihya

Ulumuddin dengan amat mendetail sekali, antara lain beliau menerangkan:

                                                            7 Hasil bimbingan penulis dengan prof. DR. Ahmad Mubarak 

78  

Allah Ta'ala menjadikan sifat marah itu dari api. Maka apabila

seseorang marah, berkobarlah api itu, menyebabkan bahagian-bahagian

tertentu dari tubuhnya menjadi merah.

Marah itu mempunyai bekas-bekas tertentu pada bahagian-bahagian

tertentu dari anggota (unsur) manusia. Bekas kemarahan pada lahir ialah:

berubah warna, bersangatan gemetar pada sendi-sendi badan, keluarnya

perbuatan tanpa tertib dan teratur, kacaunya gerakan dan perkataan. Sehingga

lahirlah buih di tepi mulut, merahlah biji mata, berbaliklah hidung, dan

berubahlah bentuk tubuh. (karena itu bentuk orang yang marah itu sangat

menakutkan. Bekasnya pada lidah ialah: lancarnya memaki dan perbuatan

keji. Bekasnya pada anggota badan ialah: pemukulan, penyerangan,

pengoyakan pakaian, pembunuhan dan penganiayaan. Bekasnya pada hati

ialah: dendam, dengki, menyembunyikan yang buruk, memaki-maki dengan

yang jahat, susah kalau yang dimarahi gembira, bercita-cita membuka rahasia,

merusak tabir yang menutup hal-hal yang memalukan yang dimarahi,

mengejek dan kekejian-kekejian lainnya.8

عن تحدث الدرداء أم سمعت قال عبلة أبي بن إبراهيم وعن يدخلني عمل على دلني اهللا رسول يا( قلت قال الدرداء أبي ) الجنة ولك تغضب ال قال الجنة

Aku bertanya: ya Rasulullah, tunjukkanlah aku kepada amal yang akan memasukkan aku kedalam syorga! Nabi menjawab: janganlah engkau marah. (H.R. Ibnu Abi Dunia dan Tabrani.

                                                            8 Syahminan Zaini" Penyakit Rohani dan Pengobatannya", h. 61 

79  

قرأت آالهما قاال حماد بن األعلى وعبد يحيى بن يحيى حدثنا هريرة أبى عن المسيب بن سعيد عن شهاب ابن عن مالك على الشديد ليس « قال -وسلم عليه اهللا صلى- الله رسول أن

.» الغضب عند نفسه يملك الذى الشديد إنما بالصرعة Artinya: "bukanlah bernama pemberani (kuat) orang yang mampu membanting orang, tetapi dikatakan pemberani adalah orang yang mampu menguasai dirinya waktu ia marah. (H.R. Bukhari dan Muslim. Menurut Abdul Hasan9 ada beberapa langkah untuk dapat mengendalikan

marah

a. Hindarilah marah dalam keadaan berdiri, upayakan untuk duduk. Jika

gejolak marah masih besar hendaknya berbaring. Lebih baik lagi jika

bersujud. Diriwayatkan dari abu zhar rasullah bersabda

أبى بن داود حدثنا معاوية أبو حدثنا حنبل بن أحمد حدثنا رسول إن قال ذر أبى عن األسود بن حرب أبى عن هند وهو أحدآم غضب إذا « لنا قال -وسلم عليه اهللا صلى- الله .» فليضطجع وإال الغضب عنه ذهب فإن فليجلس قائم

Jika ada salah seseorang di antara kalian marah dan ia dalam posisi berdiri, maka hendaknya ia segera duduk, maka kemarahannya akan segera hilang, namun, jika kemarahan itu tidak reda, maka hendaknya ia berbaring.(H.R. Abu Daud)

b. Dianjurkan berwudu. Diriwayatkan dari Urwah bin Muhamad al-Sa'di.

Rasullah pernah bersabda :

حدثنا قاال - المعنى - على بن والحسن خلف بن بكر حدثنا على دخلنا قال القاص وائل أبو حدثنا خالد بن إبراهيم فقام فأغضبه رجل فكلمه السعدى بن محمد بن عروة

                                                            9Dalam abdul hasib hasan" mengendalikan marah", majalah keluarga safina, No. 5/Th. I,

Juli 2003 

80  

Marah itu berasal dari setan, setan itu diciptakan dari api. Adapun apai dapat dipadamkan dengan air, maka jika seseorang diatara kalian marah, hendaknya segera berwudhu. "(H.R. Abu Daud)

c. Mengingat dan mengagungkan Allah Swt, Urwah bin Muhammad

berkata" ketika aku ditunjuk jadi gubernur Yaman, ayahku bertanya:

"kamu diangkat jadi gubernur?" aku jawab, "Ya" , lalu ayah ku berkata

"jika kamu marah pandanglah ke atas langit dan ke bumi kemudian

agungkan pencipta keduanya."

5. Hiqdu (Dendam)

Menurut Imam Ghazali dendam adalah hati terus merasa berat, marah

dan iri hati terhadap orang yang didendami, yang demikian itu terus menerus

berkekalan.

Menurut Drs. Barmawie Umarie dendam ialah dengki yang telah

mengakibatkan permusuhan, kebencian, memutuskan silaturahmi karena itu ia

tidak segan-segan lagi membukakan rahasia orang.10

Kemudian imam al-Ghazali menerangkan. Dendam itu adalah buah

dari marah. Dan dendam itu membuahkan delapan perkara :dengki, senang

(kalau orang yang didendami itu ditimpa bahaya/musibah, memutuskan

                                                            10 Prof.DR.Ahmad Mubarak" Meraih Kebahagiaan Dengan Bertasawuf Pendakian

Menuju Allah h. 62 

81  

silaturahmi, berusaha untuk menghinakannya, membukakan rahasianya,

mengejek dan menghina, menyakiti badannya, dan melarangnya dari haknya.

Nabi Muhammad Saw menetapkan orang mu'min tidak pendendam.

بحقود ليس المومنOrang mu'min itu tidak pendendam

6. Ujub

Ujub ialah mengherani diri atau membanggakan diri karena sesuatu

rahmat Allah yang cukup besar yang kita miliki (terima), seperti kekuatan,

kekayaan, kepintaran, jumlah yang banyak dan sebagainya.

Ujub ini bersumber dari takabur. Karena itu hal-hal yang terdapat pada

takabur akan terdapat pula pada ujub ini.

Allah pernah memberikan pelajaran yang cukup pahit kepada umat

islam pada waktu perang Hunaian karena mereka membanggakan diri dengan

jumlah yang banyak.11 Tetapi akhirnya mereka kalah. Allah menceritakan hal

ini dalam Al-Quran sebagai berikut:

⌧ "Dan (ingatlah) peperangan Hunain, Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, (Q.S At-Taubah: 25)

⌧ Artinya: "Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci".  (Q.S. An-Najm: 32).

7. Huzn (Duka Cita, Sedih)

                                                            11.Ahmad Mubarak" Meraih Kebahagiaan Dengan Bertasawuf Pendakian Menuju Allah

h. 66 

82  

Sedih artinya hati menjadi susah atau resah karena mengingat hal-hal

yang telah berlalu, apa musibah yang menimpa, kesulitan kesulitan yang

dialami, atau pengalaman-pengalaman pahit yang diderita dan sebagainya.

Allah melarang bersedih :

Artinya: "janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati." (Al-Imran: 139)

Allah mengajarkan pula, kalau terjadi sesuatu atas diri kita jangan

bersedih, tetapi serahkan kepada Allah, dengan ucapan:

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun." (Al-Baqarah: 156).

Kemudian Nabi Muhammad Saw mengajarkan satu do'a agar

kesedihan itu jauh dari kita yang hendaklah dibaca sehabis salam pada setiap

shalat.

8. Putus Asa

Putus asa artinya putus harapan untuk memperoleh sesuatu, setelah

usaha yang gigih atau sebelum berusaha karena dirasa ada penghalang-

penghalang yang tidak akan teratasi.12

                                                            

12.Ahmad Mubarak" Meraih Kebahagiaan Dengan Bertasawuf Pendakian Menuju Allah h.76 

83  

Artinya: "Ibrahim berkata: "tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat". (Q.S. Al-Hjr 56)

Seperti telah diketahui, rahmat Allah itu melimpah ruah, kenapa kita

harus berputus asa. Mungkin sekarang belum giliran kita, tetapi mungkin nanti

bahagian kita. Siapa tahu karena Tuhan yang mengatur semuanya. Tugas kita

hanyalah berusaha. Berhasil tidaknya Tuhan yang menentukannya. Tuhan

melarang kita berputus asa.

9. Penakut/ pencemas/ phobia

Takut artinya tidak berani melihat kenyataan. Penakut berarti orang

yang tidak berani melihat kenyataan Takut ini adalah salah satu naluri

manusia yang pokok untuk memperingatkannya dari bahaya yang

mengancam. Takut ini adalah salah satu naluri manusia yang pokok untuk

memperingatkannya dari bahaya yang mengancam.

Takut terbagi menjadi dua macam:

a. Takut yang positif ialah takut yang wajar takut untuk melindungi diri dari

bahaya, seperti takut melompat dari tempat yang tinggi, karena melompat

dari tempat yang tinggi itu membahayakan diri, karena dengan adanya

takut ini orang akan menjadi waspada dan hati-hati. Kehati-hatian dan

kewaspadaan sangat diperlukan dalam hidup. Degan demikian rasa takut

perlu dalam hidup, kehilangan rasa takut akan membahayakan hidup.

Orang akan mudah terseret ke dalam bahaya.

b. Takut yang negatif, ialah takut yang tidak wajar, takut yang kadang-

kadang tidak tahu sebab-sebabnnya atau takut yang berlebih-lebihan

(cemas atau gelisah). Takut seperti ini membahayakan, menghambat

84  

perkembanagan pribadi, meruntuhkan martabat sebagai manusia, takut ini

akan menimbulkan perbuatan-perbuatan yang tidak wajar, diluar batas-

batas ketentuan peri kemanusiaan dan agama. Takut inilah yang termasuk

penyakit rohani/mental.13

Karena itu Allah melarang orang beriman takut yang seperti ini

Kami berkata: "Janganlah kamu takut, Sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang).

Kenapa harus takut, segala sesuatu baru terjadi kalau sesudah di izin-

Nya.

tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan

ijin Allah; dan Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

  

Yang perlu iman diperteguh dan hidup secara hati-hati dan waspada.

10. Ragu/ bimbang

Ragu artinya tidak berani (mampu) mengambil keputusan. Ia

bersumber dari rasa takut. Orang yang ragu-ragu tidak akan sukses dalam

kehidupannya, dan sering mengalami penyesalan. Pepatah mengatakan: sesal

dahulu pendapatan, sesal kemudian tak ada guna.

                                                            13 I Ahmad Mubarak" Meraih Kebahagiaan Dengan Bertasawuf Pendakian Menuju

Allah, h.82 

85  

Hidup harus dihadapi dengan keberanian, ketabahan, kalau sudah

diambil keputusan, selanjutnya serahkan kepada Allah. Allah memerintahkan

demikian

kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkAllah kepada Allah. (Al-Imran: 159).

☺ ☺ Apa yang telah Kami ceritakan itu), Itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu Termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (Al-Imran: 60)

☺ ⌧

"Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri."

D. Pengobatan Penyakit Mental Dalam al-Qur'an

Setiap penyakit walaupun kecil harus diobati, karena seperti yang kita

ketahui setiap penyakit mempunyai akibat yang buruk dan merusak. Apalagi

penyakit mental yang bersumber dari hati yang sakit( sering disebut juga

penyakit rohani), akibat penyakit mental ini amat buruk dan merusak sekali

serta amat luas jangkauannya, baik bagi kehidupan jasmaniyah dan rohaniyah

manusia, maupun bgi kehidupan duniawiyah dan ukrawiyahnya.

Islam mengajarkan:

1. Setiap penyakit harus diobati. Nabi Muhammad saw bersabda

86  

" berobatlah kamu! Karena sesungguhnya Allah taa'la tidak mengadakan

suatu penyakit, melainkan telah mengadakan pula obatnya, hanya umur

tua( H.R Ahmad dan Ashabhusunan) .

2. Setiap penyakit ada obat nya sendiri-sendiri. Sebab bagi setiap penyakit

telah diadakan Allah Swt obat masing-masingnya. Nabi Muhammad saw

bersabda

" bagi tiap-tiap penyakit ada obatnya, sembuhlah ia dengan izin Allah”.

(H.R. Muslim)

"sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit melainkan telah

menurunkan pula obatnya, karena itu berobatlah kamu!" (H.R. Nasai dan

Hakim).

Dan Allah memang telah menurunkan obat tertentu bagi penyakit

rohani itu, sebagaimana dalam firman Allah swt: (Q.S. Yunus/10:57)

⌦ ⌧ ☺

Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Ayat ini tegas sekali menyatakan, bahwa agama itu diturunkan oleh

Allah adalah untuk pengobat penyakit rohani. Kemudian dalam surat; Q.S. al-

Maidah/5: 16.

87  

dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.

Dan Q.S. ar-Ra'du/13: 29:

orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.

Allah menegaskan pula, bahwa agama itu diturunkan Allah swt adalah

untuk membahagiakan manusia. Jadi jelaslah lah bahwa obat penyakit

mental/jiwa itu adalah agama Allah.

Agama Allah Swt itu adalah islam. Allah berfirman : (Q.S.Ali

Imran/3:19)

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam….

Dan Q.S. Ali Imran/3: 85

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.

Metode Penyembuhan Al-Qur'an Tehadap Gangguan Mental

88  

1. Zikir

Obat hati yang pertama adalah dzikrullah, yakni senantiasa berdzikir

dan mengingat-Nya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menggambarkan dzikir

bagi manusia seperti air bagi ikan. Apakah yang akan terjadi bila seekor ikan

dikeluarkan dan dipisahkan dari air? Tentu ia akan menggelepar dan akhirnya

mati. Demikian pula dzikir merupakan kebutuhan yang niscaya bagi setiap

manusia. Tanpa dzikir, hati manusia akan menjadi keras dan akhirnya mati.

Mengenai manfaat dzikir, Imam Ibnu Qayyim menulis dalam kitabnya

Al-Waabil Ash-Shayyib: ”Dzikir itu menguatkan hati dan ruh. Jika dzikir

hilang dari diri seseorang maka hilanglah pula kekuatan hati orang tersebut.

Diantara manfaat dzikir adalah: 1) mengusir dan menghancurkan syetan, 2)

menjadikan pelakunya diridhai oleh Allah, 3) menghilangkan kegundahan dan

kegelisahan, 4) mendatangkan kebahagiaan, ketenangan, ketenteraman dan

kegembiraan, 5) membuat hati dan wajah pelakunya menjadi terang dan

bersinar, 6) pelakunya akan dikaruniai kewibawaan dan kesumringahan, 7)

pelakunya akan mendapatkan kecintaan Allah, 8) pelakunya akan senantiasa

berada dalam pengawasan Allah, sebagaimana firman-Nya ”Ingatlah Aku

maka Aku akan mengingatmu.” Betapa banyaknya manfaat dzikir!

Dalam firman Allah Q.S 13:28 ar-Ra'd

89  

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

2. Usaha Penyucian Nafs (Tazkiyat al-Nafs)

Al-Quran mengisyaratkan bahwa jiwa yang tercemar masih dapat

diusahakan untuk menjadi suci kembali, baik dengan usdaha sendiri, melalui

pendidikan atau karena anugerah dan rahmat Allah seperti yang diisyaratkan

dalam al-Quran 9:103 dan al-Quran 3:164

☺ ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Q.S Al-Imran :164

☺ ☺

Artinya: sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

90  

Ayat-ayat al-Quran tersebut mengisyaratkan bahwa orang yang sesat

masih dimungkinkan untuk dibersihkan jiwanya usaha atau proses penyucian

jiwa itu disebut tazkiyat al-Nafs.

Tazkiyat bisa dilakukan karena dorongan sendiri, atau didorong oleh

orang lain, melalui dakwah, pendidikan atau bahkan paksaan. Menurut Quran

35:18 manusia dapat secara sadar melakukan perbuatan yang dimaksud untuk

menyucikan dirinya: ومن تزآى فاءنما يتزآى لنفسه . perbuatan yang dapat

mensucikan jiwa seseorang menurut al-Qur’an adalah:

a. Pengeluaran infaq harta benda, tersebut dalam Q 92:18

يتزآى له ما يؤتي الذيb. Takut terhadap azab Allah dan menjalankan ibadat shalat, tersebut dalam

Q 35:18:

c. Menjaga kesucian kehidupan seksual, tersebut dalam Q 24:18

d. Menjaga etika pergaulan, seperti yang diisyaratkan dalam Q 24: 27-29

لكم أزآى هو رجعوا فا جعوا ار لكم قيل انAl-Qur’an juga mengisyaratkan bahwa proses tazkiyah itu bisa terjadi

melalui ajakan orang lain. Ada empat yang menyebutkan bahwa apa yang

dilakukan oleh para Rasul kepada umatnya dengan mengajarkan al-Kitab dan

91  

al-Hikmah adalah merupakan pekerjaan yang membuat umatnya tersucikan

jiwanya, yakni Q 2:129, 151; Q 3:164, dan Q 62: 2.

Q.S Al-Imran: 164

☺ ⌧

Artinya: sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Tentang tazkiyat Al-Nafs, para mufassr mempunyai pandangan-

pandangan yang berbeda-berbeda:

a. Tazkiyah dalam arti para Rasul mengajarkan kepada manusia sesuatu yang

jika dipatuhi akan menyebabkan jiwa mereka tersucikan dengannya.

b. Tazkiyah dalam arti menyucikan manusia dari syirik, karena syirik itu oleh

al-Qur’an dipandang sebagai sesuatu yang bersifat najis.

c. Tazkiyah dalam arti mensucikan manusia dari syirik dan sifat rendah

lainnya

d. Tazkiyah dalam arti mensucikan jiwa dari dosa Tazkiyah dalam arti

mengangkat manusia dari martabat orang munafik kemartabat mikhlisin.

92  

Disamping tazkiyah sebagai usaha, al-Quran juga mengisyaratkan

adanya anugerah Allah keadaan manusia berupa tazkiyah. Dalam Q 24:21

disebutkan bahwa seandainya bukan karena anugerah Allah maka seseorang

selamanya tidak bisa mensucikan jiwanya, dan Allah memberikan anugerah

itu kepada orang yang dikehendakinya:

Dalam Q 4:49, ketika Al-Quran mencela tingkah laku manusia yang merasa dirinya telah suci, juga dtegaskan bahwa Allah-lah yang memebersihkan jiwa dari orang-orang yang dikehendaki-Nya.

☺ ⌧

Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih? sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak aniaya sedikitpun.

3. Penyadaran

Diamalkan dengan baik dan sungguh-sungguh. Karena itu penyadaran

berarti memberikan pengertian yang baik dan mendalam tentang Sesuatu,

kemudian memberiklan tuntunan pengalamannya agar dapat diamalkan

dengan baik dan sungguh-sungguh sehingga itu disadari.

a. Memberikan pengertian

93  

Dengan perantaraan kitab suci dan rasulnya, yang pertama sekali diberikan

oleh Allah kepada manusia adalah pengetahuan tentang ada obat yang

lebih maju tergadap kegelesihan dan kekhawatiran dari pada kepercayaan

kepada Tuhan.

Tentang tidak mengenal manusia Dr. Alexis Carie mengatakan

bodohnya ilmu pengetahuan akan hakikat manusia adalah sebab utama

yang telah membawa manusia kepada malapetaka. Cara-cara pendidikan

sekarang ini adalah bodoh. . . karena itu satu-satunya cara penyelesaiannya

yang mungkin adalah lebih memperdalam ilmu tentang manusia.

Sayyid Qutub mengatakan: bahwa yang menetukan garis

perjalanan hidup manusia ini dan menetapkan cara yang boleh

dipergunakan dalam merelisasi tujuan eksitensinya, ialah jika system

sosialnya tumbuh secara normal dan alami yang berdii dengan kokoh dan

sehat di atas sumber suatu konsepsi yang mencakup tentang hakikat alam

semesta , hakikat manusia, posisi manusia dalam alam semesta dan tujuan

adanya manusia ini.

Adapun tentang ilmu tidak usah dipersoalkan lagi. Berilmu baik.

Tidak berilmu pasti tidak baik. Yang perlu barang kali diingatkan ialah:

hal yang dipunyai dan diamalkan hanyalah ilmu sunatullah saja, maka

akan berakibat seperti orang barat seperti yang telah diungkapkan di atas.

Dan kalau yang dipunyai dan diamalkan hanyalah ilmu dinullah saja,

maka akan berarti sperti orang-orang islam sekarang ini yang diinjak-injak

oleh orang arab itu.

94  

Karena itu kedua-duanya harus dipunyai dan diamalkan secara

serempak dan seimbang.

b. Menuntun pengalaman

Setelah pengertian pengertian tentang Tuhan, manusia dan ilmu seperti

tersebut di atas, manusia dan ilmu tersebut di atas dikuasai manusia

dengan baik, segera Allah menuntunkan pengamalannya. Tuntunan

pengalaman yang pertama adalah shalat kenapa shalat seperti hadits Nabi

yang diriwayatkan oleh Baihaqi yang mana artinya: shalat itu adalah

tiang agama. Barang siapa yang sudah mendirikan shalat, sungguh ia

telah mendirikan agama. dan barang siapa yang telah meruntuhkan

shalat, sungguh ia telah meruntuhkan agama. (H.R. Bukhori)

Membentuk manusia yang berani berjihad dan berkorban untuk

menegakkan cita-cita, seperti terkandung dalam hakikat salam yang telah

diungkapkan di atas dan juga dari konsekuensi pengertian-pengertian yang

diberikan dan dihayati di dalam shalat itu.

Allah, dalam hal ini, cukup memberikan satu hakikat yang pendek

saja, yaitu:

⌧ ☺

Artinya: “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. 1) Dan akhirnya Allah dengan tegas sekali menyatakan, bahwa shalat

adalah sarana untuk ketentraman rohani ( kesehatan rohani).

95  

2) Sungguh hebat sekali penghayatan yang diatanamkan oleh shalat ini

apalagi ia dikerjakan lima kali dalam sehari semamalm dengan

pengaturan waktu yang sedemikian rupa.

4. Waspada (mawas diri)

Waspada artinya selalu memandang diri sendiri di dalam setiap gerak

geriknya, baik gerka gerik jasamani, maupun gerak gerik batin. Orang-orang

yang waspada akan selalu mencurahkan pengamatan dan perhatiannya kepada

dirinya sendiri dalam saat apapun dan dalam melalakukan perbuatan apapun.

Orang-orang yang seperti itu akan selalu tampak oleh nya perbuatan

apa yang sedang dilakukannya. Dan karena itu ia tidak akan berani melakukan

suatu perbuatan jahat yang bagaimanapun kecilnya.

5. Tobat

Setiap manusia pasti pernah mengalami diserang oleh penyakit rohani,

sebab:

a. Karena penyebabnyh a ada di dalam diri manusia itu sendiri.

b. Karena manusia adalah makhluk yang lemah yang mudah terpengaruh.

c. Karena ada oknum-oknum yang menghendaki agar rohani manusia

menjadi sakit

d. Karena ilmu manusia sangat terbatas sekali.

e. Karena penyakit rohani itu sering pula membawa kepuasan-kepuasan

tertentu kepada manusia umpamanya: dapat membalas dendam.

96  

Kalau kita sudah oernah diserang penyakit rohani itu, maka

pengobatannya harus dimulai dengan tobat.

Tobat artinya penyesalan atas sifat dan sikap buruk yang kita punyai

dan amalkan.

Tanda tobat sudah diterima:

a. Sudah hilang perasaan bersalah itu dari hati.

b. Bertambah besar kerinduan terhadap Allah.

c. Bertambah kebencian terhadap kejahatan.

Muhammad A. Arrahman Awad mengatakan, bahwa tobat akan:

a. Menghapuskan dosa ( penyakit rohani).

b. Menyebabkan melimpahnya rahmat Allah.

c. Membimbing ke surga.

Hal ini berdasarkan firman Allah:

Artinya:” Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah.”

Membetulkan iman dan memperbanyak amal shaleh.

Iman yang betul menurut islam adalah keyakinan yang mantap dalam

hati, diucapkan dengan lidah dan diamalkan dengan anggota.

97  

Kata orang sekarang satu anatara niat dengan ucapan dan perbuatan.

Sebagaimana sabda Nabi yang mana artinya: iman itu ialah kepercayaan

dalam hati, diucapkan dengan ludah, dan diamalkan dengan anggota badan

(H.R Muslim)

Memperbanyak amal shaleh ialah:

a. Memperbanyak kauntitas pengamalan aturan Allah. Mungkin sebelumnya

kuantitasnya kurang, sekarang ditambah dengan amalan-amalan sunnat.

b. Memperbaiki kualitas, mungkin sebelumnya kualitasnya kurang, seperti

napa yang dibaca dalam shalat belum dimengerti. Sekarang diperbaiki

dengan belajar arti dan maksud yang dibaca itu.

6. Berdo’a

Artinya memohon sesuatu kepada Allah dengan cara menyatakan

kerendahan diri dan ketundukan kepada-Nya.

Islam mengharuskan, agar kita selalu berdo’a kepada Allah. Sebabnya:

a. Manusia makhluk yang lemah

b. Makhluk yang punya ilmu hanya sedikit

c. Segala usaha manusia, ketentuan akhirnya adalah ditangan Allah.

Tanpa bantuan Allah manusia akan sengsara atau diliputi bermacam-

macam kritis, atau rohaniah akan sakit.

Kalau sudah memohon bantuan Allah, berarti kita juga harus

mematuhi peraturannya, yaitu mengerjakan segala yang baik menurut Allah

dan menjauhi segala yang buruk menurutnya. Hal ini membuat rohani menjadi

sehat. Sebab kalau tidak demikian Allah tidak akan menerima do’a kita itu. Ia

98  

hanya amau menerima do’a orang-orang yang mematuhi peraturannya

(taqwa). Sebagaimana fiman Allah Q.S Al-Maidah: 7

☺ ☺

Artinya: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".

Berdo’a berarti pula menyadarkan manusia akan Tuhannya, dirinya

dan ilmunya, sehingga ia mesti memohon bantuan Allah. Dengan demikian

do’a merupakan salah satu metode pengobatan penyakit rohani.

Menghiasi diri dengan budi pekerti yang baik

Budi pekerti yang baik yang terpenting inti adalah:

a. Selalu berkata berbuat yang baik b. Selalu bekerja dengan sungguh-sungguh c. Pemaaf d. Suka menolong e. Pandai bersyukur f. Sabar g. Malu berbuat yang kurang baik h. Tawakal i. Zuhud j. Selalu ingat Tuhan k. Selalu ingat mati l. Selalu mengoreksi diri m. Berani pada yang benar n. Merasa cukup dengan apa yang ada o. Mencintai sesama manusia p. Pandai menghormati orang lain q. Berbakti kepada orang tua

7. Sabar

Sabar disini kita Artikan dalam dua pengertian

99  

a. Tabah menahankan gejolak nafsu sehingga ia tidak tersalur kepada hal

yang buruk

b. Tabah menahankan segala macam musibah yang menimpa dirikarena itu

Allah memerintahkan kepada manusia untuk bersabar sebagaimana firman

Allah dalam surat al-Kahfi: 28

Artinya: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” 

 

“Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Q.S Luqman: 17).

 

  

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bab ini penulis berusaha untuk menyimpulkan beberapa hal yang

berkaitan dengan pembahasan yang telah penulis paparkan, namun demikian ini

bukanlah kesimpulan final. Disini penulis menyimpulkan beberapa point yaitu:

1. Dalam al-Qur'an jarang disebut gangguan mental yang sering disebut

adalah penyakit hati (fi kulubihim maradlhun). Hal ini berkitan dengn

perbedaan penekanan makna jiwa antara perspektif psikologi dan

psikologi agama. Psikologi lebih menekankan aspek berpikir, sedangkan

agama lebih menekankan aspek merasa. Dengan demikian maka ada

perbedaan penekanan antara penyakit mental dan penyakit hati. Dari

pemaparan tentang gangguan kejiwaan/ mental dapat disimpulkan bahwa

dalam al-Qur'an gangguan kejiwaan/mental bisa disebut juga dengan

penyakit hati, penyakit hati adalah segala seseuatu yang mengakibatkan

manusia melampaui batas keseimbangan/kewajaran dan mengantar kepada

terganggunya fisik, mental, dan bahkan kepada tidak sempurnanya amal

dan iman seseorang.

2. Sebagaimana yang telah termaktub dalam al-Qur'an bahwa al-Qur'an

mempunyai metode qur'ani dalam mengatasi gangguan jiwa serta

memberikan bahayanya gangguan kejiwaan apabila terdapat dalam diri

kita, apalai bagi seorang muslim, dan metode yang diantaranya ditawarkan

al-Qur'an adalah pertama ,Zikir dan Tazkiyat an-Nafs, Kedua, Penyadaran,

98  

  

yaitu dengan menyadari bahwa gangguan jiwa berasal dari akhlak yang

rendah dan itu bisa disembuhkan dengan metode-metode yang telah

ditawarkan dalam al-Qur'an, Ketiga, Waspada (mawas diri) dari hal-hal

yang akan mendekati gangguan mental, keempat, Tobat dan Kelima

berdo'a sungguh-sungguh kepada Allah Swt bahwa setiap penyakit pasti

bisa disembuhkan dengan izin Allah Swt.

B. Saran

Penelitian manusia selama ini banyak dilakukan oleh psikologi yang

berbasis pada realitas empiris. Sehingga banyak teori-teori tentang manusia

(termasuk didalamnya gangguan kejiwaan) yang lahir dari psikologi. Belum

banyak kajian tentang manusia yang bersumber dari al-Qur'an yang dapat

menghasilkan suatu yang teoritis, sistimatis dan aplikatif. Karenanya penelitian-

penelitian atau kajian-kajian terhadap al-Qur'an perlu lebih di galakkan lagi.

Dengan harapan islam mampu menghasilkan suatu teori sendiri tentang manusia

yang berbasis al-Qur'an yang teoritis, sistimatis dan aplikatif.

99  

  

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Al Baqiy, Muhammad Fu'ad. Mu'jam Mufahras li Alfazh al Quran al-Karim.

Beirut: Dar al-Fikr, 1981

'Aqqad, Abbas Mahmud, al-Insan fi al-Quran al-Karim. Kairo: Dar al-Islam,

1973

Al-Ashfahanny, al-Raghib. Mu'jam Mufradat Alfazh al-Quran. Beirut, Libanon:

Dar al-Fikr, t.t.

Asy'ari, Musa. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al-Quran. Yokyakarta:

LESFI, 1992

Asyarie, Sukmadjaja dan Yusuf, Rosy. Indeks al-Quran. Bandung: Pustaka, 1996

Bastaman, Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi

Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, 1998

Drewer, James. Kamus Psikologi. Penerjemah Nancy Simanjutak. Jakarta: Bina

Aksara, 1998

al-Ghazali. Mi'raj al-Salikin. al-Qohirah: al-Tsaqafah al-Islamiyah, 1964

Hady, Samsul. Islam Spriritual. Malang: UIN Malang Press. 2007

Hasan, Abdul Hasib, "Mengendalikan Marah", Majalah Keluarga Safina, No.

5/Th. I, Juli 2003

Hawari, Dadang. Al Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta:

Dhana Bhakti Primayasa. 1996

Hawwa, Sa'id bin Muhammad Daib. Mensucikan Jiwa: Konsep Tazkiatun Nafs

Terpadu. terj. Jakarta: Rabbani Press. 1999

100  

  

Ibn Manzhur, Lisan al-Arabi, Kairo: Dar al-MA'arif, t.t.

al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim. ad-Daa' wa ad-Dawaa'. terj. Jakarta: Pustaka Imam

Syafi'i. 2009

----------, Keajaiban Hati. terj. Jakarta: Pustaka Azzami. 1999

Kartono, Kartini. Psikologi Abnormal dan Pantologi Seks. Bandung: Mandar

Maju. 1981

Lari, Sayyid Mujtaba Musawi Sayyid. Menumpas Penyakit Hati. terj. Jakarta: PT.

Lentera Basritama. 1997

Lubis, Namora Lumangga. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana. 2009

Mubarok, Ahmad. Psikologi Qur'ani. Jakarta: Pustaka Fidaus, 2001

-----------. Jiwa dalam al-Quran. Jakarta: Paramadina, 2000

----------. Psikologi Keluarga. Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara bekerjasama

dengan The International Institute of Islamaic Thiugt Indonesia, 2005

Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progresif.

2002

Muthahari, Murtadha. Perspektif al-Quran tentang Manusia dan Agama. Terj.

Bandung: Mizan, 1994

Najati, M. Utsman. Psikologi dalam al-Quran: Terapi Qurani dalam

Penyembuhan Gangguan Kejiwaan. terj. Bandung: Pustaka SEtia. 2005

-----------. Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim. Penerjemah Gazi

Saloom, Bandung: Pustaka Hidayah. 2002

Nasution, Harun. Akal dan Wahyu dalam Islam. Jakarta: UI Press. 1985

Pulungan, Syahid Mu'ammar. Manusia dalam al-Quran. Surabaya: PT. Bina Ilmu.

t.t.

101  

  

102  

Purwanto, Yadi dan Mulyono, Rachmat. Psikologi Marah. Bandung: Reflika

Aditama. 2006

Shihab, M. Quraish. Wawasan al-Quran: Tafsir Maudhu'I Atas Berbagai

Persoalaan Umat. Bandung: Mizan, 1995

-----------, Membumikan al-Quran, Bandung: Mizan. 1995

Sobur, Alex. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia, 2003

Shaleh, Abdul Rahman dan Wahab, Muhbib Abdul. Psikologi Suatu Pengantar:

Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana. 2005

al-Shabuniy, Muhammad Ali. Mukhtashar Tafsir Ibn Katsir. Beirut: Dar al-

Quran. 1981

Syukur, Amin. Zuhud di Abad Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2000

Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Karya Agung. 1990

Zaini, Syahminan. Penyakit Rohani dan Pengobatannya. Jakarta: Kalam Mulia.

1996