metabolisme obat pada lansia

Upload: novi-robbayanti

Post on 07-Jul-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Metabolisme Obat Pada Lansia

    1/7

    (SB 2) Metabolisme obat pada lansia

    1. Kenerja Farmakokinetika

    a. Keefektifan Absorpsi

    Keefektifan absorpsi suatu obat pada diri lansia mungkin dapat

     berubah. Keadaan ini disebabkan oleh terubahnya beberapa ubahan

    (variable) fisiologi penting selama proses menua. Yakni, menurunnya

    sekresi asam lambunt (25 – 35%), alir darah saluran erna, produksi tripsin

     pankreatik, gerakan saluran erna atau !aktu pengosongan lambung, dan

     "umlah sel pengabsorpsi atau luas permukaan "aringan (#humaher, $&'

    assoud, $&*).

    +ampak terubahnya beberapa ubahan fisiologi di atas dapat berupa

     penurunan la"u absorpsi, yang lebih lan"ut dapat memperlama mula ker"a

    efek famkologi obat terkait. eoritis keadaan ini perlu dipertimbangkan

     bila ingin memberikan obat yang mula ker"anya diharapkan epat

     berlangsung, seperti analgesik-antipiretika. eskipun demikian, kenyataan

    menun"ukkan bah!a untuk sebagian besar obat, baik la"u maupun

     besarnya obat yang diabsorpsi tidak terubah (assoud, $&* /01,

    $&5). enurunan keefektifan absorpsi hanya menun"ukkan mankna klinis

    yang nyata pada usia &' tahun ke atas (bagi obat yang absorpsinya melalui

    mekanisme difusi pasif). ada sisi lain, bagi obat yang absorpsinya

    diperantarai oleh mekanisme transport aktif, keefektifan absorpsinya dapat

    diprakirakan akan lebih nyata penurunannya. +idukung bukti terbatasnya

    absorpsi galaktosa, 3-metilglukosa, kalsium, tiamina, itamin 4$2, dan

     besi pada diri lansia (0ollo!ay, $* 6rooks dkk, $7).

    b. Keefektifan Distribusi

    8bahan fisiologi yang mempengaruhi keefektifan distribusi obat

    terkait dengan komposisi tubuh (airan tubuh, bobot tubuh tak berlemak,

    lemak tubuh) dan ikatan protein plasma, "aringan, atau organ. 9amun,

    untuk menilai perubahan keefektifan distribusi obat pada lansia, "uga perlu

    dipertimbangkan sifat keterlarutan obat bersangkutan.

    #elama proses menua, ter"adi perubahan yang besar dalam komposisi

    tubuh. #ebagian besar "aringan yang seara metabolik aktif, perlahan-lahan

    diganti oleh lemak. ada lelaki lemak tubuh meningkat $& – 37%,

    sedangkan pada !anita 33-*&% (rooks dkk, $7). :kibatnya, terdapat

  • 8/19/2019 Metabolisme Obat Pada Lansia

    2/7

     pengurangan bobot atau masa tubuh takberlemak. 1bat-obat yang sangat

    larut-lipid (misal didokaina, klordia;epoksida, dia;epam) akan

    menun"ukkan peningkatan olume distribusi (

  • 8/19/2019 Metabolisme Obat Pada Lansia

    3/7

    glukuronidasi, sulfatasi, asetilasi, glutationisasi), atas bantuan sistem

    en;im tertentu (Bibson dan #kett, $&7, Co!land dan o;er, $&).

    erdapat beberapa ubahan fisiologi penting yang terkait dengan

    keefektifan metabolisme obat. Yakni, daya tampung (kapasitas) en;im, alir 

    darah ke hati, dan dera"at ikatan obat-protein. ada lansia, daya tampung

    metabolisme obat di hati pada umumnya berkurang. 9amun, keberagaman

    hasil penelitiannya ukup tinggi (assoud, $&*).

    #eperti teringkas pada abel $, hari yang menua mengalami

     beberapa berubahan selulerD pengurangan la"u bersih metabolik (bersih hati

    intrinsik) yang beragam sekali di antara indiidu kehilangan masa (turun

    dari 2,5% bobot badan men"adi $,7%) pengurangan alir darah sekitar $2 – 

    *'% pada usia 75 tahun, atau ',3 – $,5% tiap tahun setelah usia 3' tahun)

     penurunan kadar albumin yang nyata, meskipun protein total relatif tidak 

     berubah (sekitar ',* – ',& g>l dari usia 2' sampai &' tahun) (

  • 8/19/2019 Metabolisme Obat Pada Lansia

    4/7

    (assoud, $&* /01, $&5 @amy, $'). erbukti beberapa peneliti

    menun"ukkan bah!a keterpauan sistem en;im sitokro, -*5' mikrosoma

    hati, men"adi kurang rentan terhadap efek pauan rokok. isal, bersih hati

    teofilina ditemukan 55% lebih tinggi pada indiidu de!asa yang merokok 

    daripada yang tidak merokok, sedangkan pada indiidu lansia yang

    merokok hanya *'% lebih tinggi daripada yang tidak merokok (6ursak 

    dkk, $&'). emuan ini didukung oleh adanya laporan berkurangnya angka

    ke"adian efek samping teofilina pada lansia yang merokok bila

    dibandingkan dengan yang tidak merokok (feifer dan Breenblatt, $&).

    +itin"au dari segi "alur mekanisme reaksinya, penurunan keefektifan

    metabolisme obat nampaknya lebih banyak terkait dengan penurunan "alur metabolisme tahap A, terutama yang dikatalis oleh sistem en;im sitokrom

    -*5' =1 mirosoma hati. +idukung oleh bukti bah!a bersih hati

    feno;on, klordia;epoksida, dan teofilina berkurang pada lansia. eskipun

    demikian, seberapa besar penurunan keefektifan metabolisme tersebut

    mempengaruhi kiner"a farmakologi dan>atatu toksikologinya, sampai saat

    ini belum banyak diungkapkan.

    4erbagai uraian di atas memperlihatkan bah!a pada lansia

    kemungkinan ter"adi penurunan keefektifan metabolisme obat. 9amun,

    untuk dapt mengealuasi besar penurunan maupun dampak klinisnya,

     perlu dipertimbangkan beberapa aspek penting. YakniD "enis obat dan harga

    nisbah penyarian hatinya serta faktor-faktor lain seperti lingkungan,

     penyakit, status gi;i, atau antaraksi obat.

    d. Keefektifan kskresi

    Bin"al merupakan "alur utama ekskresi sebagian besar obat, baik 

    dalam bentuk obatinduk (obat-utuh) maupun berbagai bentuk metabolitnya. :neka obat dan metabolitnya, munul dalam air kening

    sebagai konsekuensi filtrasi glomeruler, sekresi tubuler, dan reabsorpsi

    tubuler, atau kombinasi beberapa proses bersangkutan. #eperti hanya

    organ-organ lain, gin"al "uga mengalami perubahan fisiologi dan anatomi

    akibat proses menua. 4eberapa perubahan menerminkan adanya

     pengurangan urah "antung (alir darah-gin"al), sedangkan yang lain

  • 8/19/2019 Metabolisme Obat Pada Lansia

    5/7

    menerminkan perubahan dalam diri saluran gin"al (la"u filtrasi glomeruler 

    G B=C, sekresi aktif tubuler) (assoud, $&*).

    ada lansia, keefektifan filtrasi glomeruler akan berkurang. Keadaan

    ini sebagian terkait dengan hilangnya sekitar 35% nefron dan 3'% "umlah

    glomeruli yang berfungsi, serta sebagian karena berkurangnya alir darah-

    gin"al sekitar *5 – 53% pada proses menua. eskipun tidak linier, keadaan

    ini menyebabkan menurunnya B=C sekitar 7% tiap $' tahun setelah usia

    2' tahun, (dari usia 2' sampai ' tahun ter"adi penurunan B=C dari $2'

    men"adi 7' ml>menit>$,3 m2) (riggs dan 9ation, $5 #humaher,

    $&'). :kibatnya, keefektifan filtrasi glomeruler obat apa pun yang

    takterikat dengan protein-plasma, akan berkurang pada lansia (assoud,

    $&* /01, $&5).

    #etelah difiltrasi, obat mungkin akan direabsorpsi ke dalam plasma

    melintas tubulus gin"al (bergantung pada keterlarutan-lipid, p0 medium,

    gradien kadar, dan besar molekul obat terkait). ada proses menua, ter"adi

     pengurangan masa sel dan "umlah tubulus. #elain itu, "uga ter"adi

     penurunan daya tampung pemekatan dan pengasaman air kening.

    :kibatnya dapat mempengaruhi la"u dan besar reabsorpsi obat yang

     bersifat asam lemah (pKa 3 – ,5) atau basa lemah (pKa ,5 – $')

    (assoud, $&*).

    #ekresi aktif tubuler merupakan "alur penting mekanisme ekskresi

    sebagian besar obat. +alam hal ini, transport obat diperantarai oleh suatu

     protein-pemba!a dan tidak dipengaruhi oleh dera"at pengikatan obat

    dengan protein-plasma. Karenanya, kemunduran dalam fungsi tubulus

     pada lansia terbuksi penurunkan keefektifan ekskresi obat seperti penisilindan prokainamida (assoud, $&* /01,$&5).

    Eadi, keefektifan ekskresi obat pada lansia dapat mengalami

    kemunduran. :kibatnya, !aktu paruh eliminasi (t ) obat-utuh atau

    metabolitnya dapat diperpan"ang, lebih lan"ut keberadaan obat di dalam

    tubh. Keadaan ini "elas memungkinkan perpan"angan kiner"a farmakologi

    dan>atau toksikologi obat terkait. 4eberapa metabolit-toksik obat yang

    dapat menumpuk karena gangguan ekskresi gin"al pada lansia meliputi

  • 8/19/2019 Metabolisme Obat Pada Lansia

    6/7

    metildopa, oksifenbuta;on, spironolakton, leodopa, asetoheksamida, dan

    oksipurinal.

    4erukurangnya keefektifan ekskresi obat le!at gin"al pada lansia

    lebih banyak mendapat perhatian, karena dampak kinetika maupun

    klinisnya lebih nyata. #elain kemunduran fisiologi dalam filtrasi

    glumereler serta sekresi dan reabsorpsi tubuler, penderita lansia terutama

    mudah terkena gangguan gin"al karena dehidrasi, gagal "antung kongestif 

    hipotensi, atau karena patologi gin"al-intrinsik seperti nefropati-diabetik 

    atau pielonefritis, yang kesemuanya dapat mengubah keefektifan ekskresi

    obat le!at gin"al. 4erarti komplikasi penyakit pada lansia perlu mendapat

     perhatian yang lebih saksama, mengingat dapat merumitkan pemilihan

    obat maupun dosis dan aturan pemberiaanya, #elain itu, kemungkinan efek 

    yang parah dari la"ak takar beberapa obat seperti digoksin, litium,

    antibiotika aminoglikosida, dan klorpropamida "uga perlu dipertimbangkan

    sebelum memberikannya pada lansia. Karenanya, seara umum penderita

    lansia lebih baik diberi dosis yang lebih rendah daripada penderita de!asa,

    utamanya untuk aneka obat yang semata-mata diekskresi le!at gin"al

    (/01, $&5).

    2. Kinerja Farmakodinamika

    eskipun perbedaaan kiner"a farmakokinetika dapat men"elaskan

    sebagian besar masalah perubahan kiner"a famakologi atau toksikologi suatu

    obat pada lansia, terkadang masalah tersebut hanya dapat di"elaskan melalui

    adanya perbedaan kiner"a farmakodinamika obat terkait. isal, meningkatnya

    tanggapan (respons) lansia terhadap efek antikoagulan kumarin atau

     berkurangnya tanggapan lansia terhadap efek agonis adrenergik (esoproterenol) dan antafonisnya (propranolol).

    #ebagian obat memberikan efek farmakologi atau toksikologinya

    sebagai akibat antaraksi obat-reseptor. ada lansia mungkin ter"adi perubahan

    keefektifan antaraksi tersebut, karena kiner"a famakodinamika obat terkait

     pada tempat reseptor tertentu lebih besar atau lebih keil daripada yang ter"adi

     pada indiidu de!asa. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh penurunan atau

     peningkatan kepekaan reseptor terhadap dinamika obat, yang terkait dengan

  • 8/19/2019 Metabolisme Obat Pada Lansia

    7/7

     perubahan atau kereaktifan tempat ker"a reseptor. eskipun demikian, hal ini

    tidak dapat diberlakukan seara umum mengingat "umlah reseptor tidak pasti,

    tetapi diatur oleh se"umlah faktor yang meliputi keparahan penyakit tertentu

    (iskemia, hipertensi, gagal "antung, hipertropi kardiak), obat (glukokortikoid,

    hormon, agonis dan antagonis adrenergik), dan proses menua itu sendiri

    (@amy, $').

    ada lansia, sistem adrenoseptor-beta berubah. isal, pada lansia

    resisten terhadap agonis adrenergik (isoproterenol) dan antagonisnya

    (propranolol). Keadaan ini mungkin diperantarai oleh berkurangnya "umlah

    dan daya ikat (afinitas) reseptor bersangkutan. erbukti ada korelasi positif 

    antara proses menua dan aras (level ) norepinefrin-plasma. 4arangkali

    norepinefrin-sirkulasi berkompetisi dengan senya!a penyekat-beta dalam

    neduduki reseptorbeta, sehingga afinitasnya terhadap antagonis bersangkutan

    nampak berkurang. #elain itu, proses menua "uga berkorelasi positif dengan

    resistensi "antung terahadap tanggapan kronotropik isoproterenol. eskipun

    masih terdapat silang pendapat, ada yang menyarankan untuk meningkatkan

    dosis isoproterenol agar mampun menaikkan la"u "antung 25 beats>menit pada

    lansia, * – 7 kali lebih besar daripada dosis de!asa (@amy, $').

    8raian di atas memperlihatkan bah!a perubahan kiner"a

    famakodinamika "uga dapat berperan dalam mempengaruhi perubahan kiner"a

    famakologi obat tertentu pada lansia, asal faktor-faktor lainnya dapat

    diabaikan pengaruhnya.