metil ester
DESCRIPTION
kimiaTRANSCRIPT
PEMBUATAN METIL ESTER
PEMBUATAN METIL ESTER
Senin, 23 September 2013
#Silahkan Mendownload file Word nya DISINI
I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat memahami pembuatan metil ester
II. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan:
Gelas kimia 250ml 2 buah
Magnetic stirrer 1 buah
Hot plate 1 buah
Mortar 1 buah
Spatula 1 buah
Pipet ukur 25ml 1 buah
Bola karet 1 buah
Stopwatch 1 buah
Neraca analitik 1 buah
Corong pisah 500ml 1 buah
Piknometer 1 buah
Termometer 1 buah
Erlenmeyer 250ml 1 buah
Buret 50ml 1 buah
Aerometer 1 buah
Statif dan klem 1 buah
Pipet tetes 1 buah
Bahan
Minyak jelantah
NaOH
Metanol
Aquadest
Indikator PP
III. Gambar Alat : (terlampir)
IV. Dasar Teori
Metil ester merupakan ester asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi
dari asam lemak dengan methanol. Pembuatan metal ester ada empat macam cara,
yaitu pencampuran dan penggunaan langsung, mikroemulsi, pirolisis (thermal cracking),
dan transesterifikasi. Namun, yang sering digunakan untuk pembuatan metal ester
adalah transesterifikasi yang merupakan reaksi antara trigliserida (lemak atau minyak)
dengan methanol untuk menghasilkan metal ester dan gliserol.
Metil ester dapat diperoleh dari hasil pengolahan bermacam-macam minyak nabati,
misalnya di jerman diperoleh dari minyak rapessed, di Eropa diperoleh dari minyak biji
bunga mataharprni dan minyak rapessed, di prancis dari itali diperoleh dari minyak biji
bunga matahari, di Amerika Serikat dan Brazil diperoleh dari minyak kedelai, di
Malaysia diperoleh dari minyak kelapa sawit, dan di Indonesia diperoleh dari minyak
kelapa sawit, minyak jarak pagar, minyak kelapa, dan minyak kedelai (2,3,4). Selain
minyak-minyak tersebut, minyak safflower, minyak linsedd, dan minyak zaitun juga
dapat digunakan dalam pembuatan senyawa metal ester (4,5). Pada pengolahan
minyak nabati di atas juga di hasilkan gliserol sebagai hasil sampingnya.
Metil ester merupakan bahan baku dalam pembuatan biodiesel atau emollen dalam
produk kosmetika, sedangkan gliserol dapat digunakan sebagai bahan baku dalam
berbagai aplikasi industri seperti kosmetika, sabun, dan farmasi. Gliserol yang diperoleh
sebagai hasil samping pengolahan minyak nabati ini bukanlah gliserol murni, melainkan
gliserol mentah (crude glycerol), biasanya memiliki kemurnian kira-kira 95%.
Minyak jelantah merupakan minyak nabati yang telah mengalami degradasi kimia
dan/atau mengandung akumulasi kontaminan-kontaminan di dalamnya. Minyak ini
dapat didaur ulang menjadi metil ester dengan reaksi transesterifikasi, sehingga minyak
jelantah yang sebelumnya merupakan limbah yang berbahaya jika langsung dibuang ke
lingkungan dapat menjadi suatu produk yang mempunyai nilai ekonomis dan juga dapat
mengurangi jumlah limbah minyak jelantah yang ada. Keuntungan penggunaan minyak
jelantah dalam pembuatan metil ester adalah dapat direduksinya biaya operasional,
karena harga minyak jelantah pasti lebih murah daripada minyak bersih atau minyak
baru. Kekurangannya adalah komposisi asam lemak yang terkandung di dalam minyak
dapat berubah akibat pemanasan dan terikat dengan bahan makanan yang digunakan
pada proses penggorengan.
Senyawa metil ester dapat digunakan sebagai zat tambahan pada suatu formulasi
kosmetika, salah satu contohnya yaitu caprylic atau caprylic triglyceride yang telah
digunakan dalam formulasi kosmetika sebagai emolien. Oleh karena itu, tidak menutup
kemungkinan bahwa senyawa metil ester lainnya juga dapat digunakan sebagai zat
tambahan, baik sebagai emolien maupun fungsi lainnya.
Metil ester yang diperoleh dari reaksi transesterifikasi dapat dimurnikan dan
ditetapkan kadarnya. Ada tiga metode analisis untuk menetapkan kadar metil ester
yaitu kromatografi gas, kromatografi cair kinerja tinggi, dan kromatografi lapis tipis.
4.1. Reaksi Transesterifikasi dengan Katalis
Biodiesel dibuat melalui proses kimia yang disebut transesterifikasi.
Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil esters (biodiesel)/mono-alkyl
esters dan gliserin yang merupakan produk samping. Bahan baku utama untuk
pembuatan biodiesel antara lain minyak nabati, lemak hewani, lemak bekas/lemak daur
ulang.
Sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol. Pada pembuatan
biodiesel dibutuhkan katalis untuk prosesesterifikasi. Produk biodiesel tergantung pada
minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku serta pengolahan pendahuluan dari
bahan baku tersebut.Alkohol yang digunakan sebagai pereaksi untuk minyak nabati
adalah methanol, namun dapat pula digunakan ethanol, isopropanol atau butyl, tetapi
perlu diperhatikan juga kandungan air dalam alcohol tersebut. Bila kandungan air tinggi
akan mempengaruhi hasil biodiesel kualitasnya rendah, karena kandungan sabun, ALB
dan trigiserida tinggi. Disamping itu hasil biodiesel juga dipengaruhi oleh tingginya suhu
operasi proses produksi, lamanya waktu pencampuran atau kecepatan pencampuran
alkohol. Katalisator dibutuhkan pula guna meningkatkan daya larut pada saat reaksi
berlangsung, umumnya katalis yang digunakan bersifat basa kuat yaitu NaOH atau
KOH atau natrium metoksida. Katalis yang akan dipilih tergantung minyak nabati yang
digunakan, apabila digunakan minyak mentah dengan kandungan ALB kurang dari 2 %,
disamping terbentuk sabun dan juga gliserin. Katalis tersebut pada umumnya sangat
higroskopis dan bereaksi membentuk larutan kimia yang akan dihancurkan oleh reaktan
alkohol. Jika banyak air yang diserap oleh katalis maka kerja katalis kurang baik
sehingga produk biodiesel kurang baik. Setelah reaksi selesai, katalis harus di netralkan
dengan penambahan asam mineral kuat. Setelah biodiesel dicuci proses netralisasi
juga dapat dilakukan dengan penambahan air pencuci, HCl juga dapat dipakai untuk
proses netralisasi katalis basa, bila digunakan asam phosphate akan menghasil pupuk
phosphat (K3PO4)
4.2. Teori Transesterifikasi
Pembutan biodesel relatif sederhana dan mudah dikuasai dengan produk berupa
Fatty Acid Metyl Ester (FAME) yang melalui proses Transesterifikasi. Proses
Transesterifikasi adalah proses pertukaran antara gugus alkyl dari trigliserida dengan
gugus alkil dari Methanol (alcohol), sehingga terbentuk FAME dan gliserin.
CH2 – O – C – R1 CH3 – O – C – R1 CH2 – OH
KOH
CH – O – C – R2+3 CH3OH CH3 – O – C – R2 + CH – OH
Methanol
CH2 – O – C – R3 CH3 – O – C – R3 CH2 – OH
Triglyserida Fatty Acyd Metyl Gliserin
Ester (FAME)
4.3. Proses Uji Mutu
Beberapa jenis proses Analisa Uji Mutu dilakukan secara Kimia dan Fisika adalah
sebagai berikut:
Proses Uji Mutu secara Kimia
Analisa secara Kimia adalah sebagai berikut:
a. Kadar Air
b. FFA (Free Faty Acid)
c. Rancidity
d. Kandungan Logam
Proses Uji Mutu secara Fisika
Analisa secara Fisika adalah sebagai berikut :
a. Analisa Density (Massa Jenis)
b. Analisa Viscosity (Kekentalan)
a. Kadar Air
Keterangan:
a = sebelum di ovben
b = setelah di oven
b. FFA (Free Faty Acid)
Keterangan:
N= Konsentrasi NaOH (N)
V= volume NaOH terpakai (ml)
W= Massa sample minyak goreng bekas
200= Ms.Asam Laurat (C11 H23 COOH)
Tabel biodisel dari minyak bekas
No. Jenis Analisa Standar
1. Kadar Air 0,3 %
2. FFA 0,3 %
3. Rancidity 10 %
4. Kandungan logam Negatif
5. Viskositas 2,3 – 6,0 mm2/s
6. Density 0,85 – 0,89 gr/cm3
V. Prosedur Kerja
Pembuatan Metil Ester (Minggu Pertama)
1. Menimbang 1 gr NaOH yang telah dihaluskan dan melarutkan dengan 41 ml
methanol. Mengaduk dengan stirrer hingga semua NaOH larut semua. Menempatkan
pada gelas kimia 250 ml.
2. Memanaskan 200 ml sample minyak diatas hot plate dan mengaduk engan stiere
kira-kira 100 rpm hingga suhu 45-55oC.
3. Menambahkan larutan Natrium Metoksida yang telah dibuat pada langkah 1 ke dalam
minyak yang telah dipanaskan dan pertahankan suhu pengaduk 55oC. lakukan
penambhanan larutan ini sedikit demi sedikit. Menghitung waktu pengadukan hingga 45
menit. Setelah semua natrium metoksida bercampur.
4. Memindahkan metal ester ke dalam corong pisah dan didiamkan hingga terbentuk
dua lapisan selama 15 menit lalu mengeluarkan lapisan bawahnya,
5. Memasukkan metal ester ke gelas dan melakukan pemurnian dengan memanaskan
aquadest sebanyak 50% volume metal ester hinggu suhu 60oC. menuangkan metil
ester ke dalam aquadest, mengaduk perlahan selama 10 menit.
6. Memindahkan metil ester dan aquadest ke dalam corong pisah dan memisahkan
hingga terbentuk dua lapisan, kemudian lapisan bawahnya dikeluarkan.
7. Menghitung volume yield yang di dapat.
Analisa Produk (Minggu Kedua)
1. Pengujian Densitas
- Menimbang pikonometer kosong dan kering sebagai a gram
- Menimbang piknometer dengan aquadest sampai penuh total dan ditimbang sebagai
b gram.
- Menghitung volume piknometer.
- Dengan cara yang sama, piknometer dibersihkan dan diisi dengan metil ester.
- Menghitung dnsitas dari metil ester (gr metil ester/volume piknometer).
2. Pengujian Viskositas
- Membersihkan terlebih dahulu alat ostwald dengan contoh 2-3 kali.
- Memipet 5 ml sampel dan masukkan ke dalam alat Ostwald.
- Menetapkan berpa waktu yang diperlukan untuk megalirkan sampel dengan jalan
menghisapnya sampai melebihi tanda garis atas. Bila miniskus berhimpit perhitungan
dimulai lagi dengan tanda garis bawah.
- Pengamatan dilakukan berulang minimal 3 kali.
- Mencatat juga suhu pada saat pengamatan.
- Mengulangi langkah diatas dengan menggunakan aquadest.
3. Pengujian Asam Lemak Bebas
- Menimbang 5 gr metil ester, menambahkan larutan 50 ml methanol 95% netral dan 3
tetes indicator pp.
- Melakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna merah muda.
- Mencatat banyaknya NaOH yang digunakan.
4. Pembuatan Larutan
- NaOH 0,1 N 500 ml (sebanyak 2 gr NaOH dilarutkan dalam 500 ml aquadest).
- Methanol 95% netral (memasukkan methanol 95% sebanyak yang diperlukan ke
dalam Erlenmeyer, menambahkan 3 tetes indicator pp lalu titrasi dengan NaOH 0,1 N
sampai terbentuk warna merah muda).
- Indicator pp (larutkan 0,5 gr fenolftalein dalam 100 ml etanol).
VI. Data Pengamatan
Tabel.1 Pengamatan pada Minggu Pertama
Perlakuan Hasil
1 gr NaOH + 41 ml methanol
diaduk dengan kecepatan 50 rpm
Larutan berwarna keruh
Pemansan 200 ml sample
minyak + diaduk 75 – 150 rpm
Berwarna coklat
Penambahan natrium metoksida
dengan minyak yang telah
dipanaskan + diaduk pada suhu
50oC selama 45 menit
Larutan berwarna cokat
kemerahan
Terdapat endapan berwarna
hitam
Terdapat gelembung diatasnya
Terbagi 2 lapisan, diatas coklat
kemerahan dibawah berwarna
hitam
Pemisahan metil ester di dalam
corong pisah
Berbau menyengat
Terbagi 2 lapisan, lapisan atas
coklat kemerahan dibawah
berwarna hitam
Pemurnian metil ester dengan
penambahan 50% aquadest dari
volume ester + dipisahkan ke dalam
corong pisah dan didiamkan selama
beberapa menit
Minyak menjadi lebih jernih
Terbentuk dua lapisan, lapisan
atas berwarna coklat muda dan
lapisan bawah lebih bening
Volume metil ester di dapat
sebnayak 218 ml
Table 2. Pengamatan pada Minggu Kedua
DensitasAsam Lemak Bebas
Kadarml NaOH
0,893 gr/ml1 2 3
2,2 %5,5 5,5 5,5
VIII. Analisa Percobaan
Setelah melakukan percobaan “ Pembuatan Metil Ester” dapat dianalisa bahwa
bahan baku dalam praktikum ini yaitu minyak jelantah, metanol dan NaOH. NaOH
disina bertindak sebagai katalis pada pembuatan metil ester. Metil ester digunakan
sebagai biodisel atau bahan bakar alternatif menggunakan proses transesterifikasi.
Pada proses pengadukan dan pemanasan minyak diatass hot plate baik
menggunakan 75-150 rpm karena kecepatan putaran pengadukan berpengaruh
terhadap rendeman pada proses despicing dan netralisasi minyak goreng bekas atau
minyak jelantah.
Pada proses analisa produk, metil ester yang digunakan sebagai biodisel dilakukan
dengan menentukan densitas dan asam lemak bebas. Densitas metil ester yang
didapatkan dari praktikum yang kami lakukan adalah 0,893 gr/ml, sedangkan dari
reverenasi yang kami dapatkan densitas metil ester yang digunakan sebagai biodisel
adalah 0,85-0,89 gr/cm3. Dan FFA (Free Faty Acid) yang dihasilkan dari praktikum yang
dilakukan 2,2%. Sedangkan viskositas dan FFA yang digunakan untuk biodisel adalah
2,3-6 mm2/s untuk viskositas dan 0,3% untuk FFA.
IX. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
Proses pembuatan metil ester adalah transesterifikasi
Density metil ester secara praktikum adalah 0,893 g/ml
Nilai FFA yang dihasilkan secara praktikum adalah 2,2 %.
PEMBUATAN METIL ESTER
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat memahami pembuatan Metil Ester
II. BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN
Bahan yang digunakan :
· Minyak jelantah
· NaOH
· Indikator Phenolptalein
· Metanol
· Aquadest
Alat yang digunakan :
· corong pisah
· termometer
· gelas ukur
· gelas kimia
· hot plate
· pipet tetes
· pipet ukur
· buret
· piknometer
· erlenmeyer
· stpwatch
· stirrer
· viscometer ostwald
III. DASAR TEORI
Bahan bakar nabati (BBN) - bioethanol dan biodiesel - merupakan dua kandidat kuat
pengganti bensin dan solar yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin Otto
dan Diesel. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan pengembangan dan
implementasi dua macam bahan bakar tersebut, bukan hanya untuk menanggulangi
krisis energi yang mendera bangsa namun juga sebagai salah satu solusi kebangkitan
ekonomi masyarakat.
Saat ini pengembangan bahan bakar nabati untuk menggantikan bahan bakar fosil
terus dilakukan. Biofuel akan menggantikan premium, solar, maupun kerosin atau
minyak tanah. Pemerintah mentargetkan antara tahun 2009-2010 komposisi biofuel dan
bahan bakar fosil mencapai 15 persen berbanding 85 persen. Kebutuhan nasional
untuk bahan bakar nabati sedikitnya 18 miliar liter per tahun. Akan tetapi keterbatasan
bahan baku menjadi kendala utama karena harus berbagi dengan berbagai industri lain
Biodiesel adalah sebuah alternatif untuk bahan bakar diesel berbasis minyak bumi
yang terbuat dari sumber daya terbarukan seperti minyak nabati, lemak hewan, atau
alga. Ia memiliki sifat pembakaran yang sangat mirip dengan diesel petroleum, dan
dapat menggantikannya dalam menggunakan saat ini. Namun, yang paling sering
digunakan sebagai aditif untuk minyak diesel, meningkatkan pelumasan dinyatakan
rendah bahan bakar solar murni ultra rendah belerang. Ini adalah salah satu kandidat
yang mungkin untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama
dunia transportasi, karena merupakan bahan bakar terbarukan yang dapat
menggantikan solar pada mesin saat ini dan dapat diangkut dan dijual dengan
menggunakan infrastruktur sekarang ini. Semakin banyak stasiun bahan bakar yang
membuat biodiesel tersedia bagi konsumen, dan semakin banyak armada transportasi
yang besar menggunakan beberapa proporsi biodiesel dalam bahan bakar mereka.
Biodiesel terdiri dari asam lemak rantai panjang dengan alkohol terpasang, sering
berasal dari minyak nabati. Hal ini dihasilkan melalui reaksi minyak nabati dengan
alkohol metil atau etil alkohol dengan adanya katalis. Lemak hewani adalah sumber
potensial. Umumnya katalis digunakan adalah kalium hidroksida (KOH) atau sodium
hidroksida (NaOH). Proses kimia yang disebut transesterifikasi yang menghasilkan
biodiesel dan gliserin. Kimia, biodiesel disebut ester metil jika alkohol yang digunakan
adalah metanol. Jika etanol yang digunakan, disebut ester etil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan transesterifikasi :
1. Suhu
Kecepatan reaksi secara kuat dipengaruhi oleh temperatur reaksi pada ummnya
reaksi ini dapat dijalankan pada suhu mendekati titik didih metanol (65oC) pada
tekanan atmosfer. Kecepatan reksi akan meningkat sejalan dengan kenaikan
temperatur semakin tinggi temperatur berarti semakin banyak yang dapat digunakan
oleh reaktan untuk mencapai energi aktivasi.
2. Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka semakin banyak produk yang dihasilkan karena ini
akan memberikan kesempatan rektan untuk bertumbukan satu sama lain. Namun
setelah kesetimbangan tercapai tambahan waktu reaksi tidak akan mempengaruhi
reaksi. Penelitian yang menggunakan lama reaksi 3 jam (Azis., 2005 )
3. Katalis
Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan menurunkan energi aktivasi
reaksi namun tidak menggeser letak kesetimbangan. Tanpa katalis rekasi
transesterifikasi baru dapat berjalan pada suhu sekitar 250°C. Penambahan katalis
bertujuan untuk mempercepat reaksi dan menurunkan kondisi operasi. Katalis yang
dapat digunakan adalah katalis asam, katalis basa ataupu penukar ion. Dengan katalis
basa reaksi dapat berjalan pada suhu kamar sedangkan katalis.
4. Pengadukan
Pada reaksi transesterifikasi reaktan-reaktan awalnya membentuk sistim cairan dua
fasa. Reaksi dikendalikan oleh difusi diantara diantara fase-fase yang berlangsung
lambat. Seiring dengan terbentuknya metil ester ia bertindak sebagai pelarut tunggal
yang dipakai bersama oleh reaktan-reaktan dan sistim dengan fase tunggalpun
terbentuk. Dampak pengadukan ini sangat signifikan selama reaksi. Setelah sistim
tunggal terbentuk maka pengudukan menjadi tidak lagi mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap reaksi. Pengadukan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
campuran reaksi yang bagus. Pengadukan yang tepat akan mengurangi hambatan
antar massa. Pengadukan transesterifikasi 1500 rpm.
5. Perbandingan reaktan
Variabel penting lain yang mempengaruhi hasil ester adalah rasio molar antara
alkohol dan minyak nabati. Stoikiometri reaksi transesterifikasi memerlukan 1 mol
minyak trigliserida memerlukan 6 mol metanol menggunakan rasio molar alkohol-
minyak = 1 : 6. Terlalu banyak alkohol yang dipakai menyebabkan biodiesel mempnyai
viskositas yang rendah dibandingkan viskositas solar juga akan menurunkan titik nyala
(flas point). Hal ini disebabkan karena pengaruh sifat-sifat alkohol yang mudah terbakar.
Perbandingan alkohol minyak = 1 : 2,2 (etanol : minyak).
IV. LANGKAH KERJA
a. Pembuatan Metil Ester
· Menimbang 1 gram NaOH yang telah dihaluskan dan melarutkanya dengan metanol
p.a, mengaduknya dengan stirrer hingga semua NaOH larut semua. Menaruhnya di
dalam gelas kimia 250 ml.
· Memanaskan 200 ml minyak jelantah di atas hotplate dan mengaduknya
menggunakan stirrer kira-kira 750-1500 rpm hingga mencapai suhu 45-550C.
· Menambahkan larutan natrium metoksida yang telah dibuat pada langkah 1
kedalam minyak jelantah yang telah dipanaskan dan mempertahankan suhu
pengadukanya pada 550C. Melakukan penambahan larutanh ini sedikit demi sedikit.
Menghitung waktu pengadukan hingga 45 menit, setelah semua natriummetoksida
bercampur semua.
· Memindahkan metil ester kedalam corong pisah dan mendiamkanya hingga
terbentuk lapisan selama kurangn lebih 10 menit, lalu mengeluarkan lapisan bawahnya.
· Memasukkan metil ester kedalam gelas kimia dan melakukan pemurnian dengan
memanaskan aquadest sebanyak 50% volume metil ester hingga suhu 600C,
menuangkan metil ester kedalam aquadest dan mengaduknya perlahan selama 10
menit.
· Memindahkan metil esterdan aquadest kedalam corong pisah dan membiarkanya
sampai terbentuk dua lapisan, kemudian lapisan bawahnnya dikeluarkan.
· Menghiung volume metil ester yang diperoleh.
b. Prosedur analisa pengujian densitas
· Menimbang piknometer yang telah di bersihkan dalam keadaan belum ada isi
sebagai a gram
· Mengisi piknometer dengan sampel dan menimbangnya sebagai b gram
· Membersihkan piknometer yg telah digunakan dengan sabun dan alkohol
· Menghitung besar densitas yang diperoleh.
c. Pengujian viscositas
· Membersihkan gelas ukur 250 mL dan mengeringkanya dengan tissue.
· Memasukkan sampel keadalam geals ukur tersebut sampai ¾ volume gelas ukur,
lalu memasukkan viscometer ostwald kedalam gelas ukur berisi sampel
· Secara otomasis membaca viskositas yang tertera dalam alat tersebut.
d. Pengujian asam lemak bebas (ALB)
· Menimbang 2- 5 gram metil ester, menambahkan larutan metanol 95% sebanyak 50
ml dan 3 tetes indikator pp.
· Melaukakan titrasi menggunakan larutan NaOH 0.1 N sampai berwana merah
muda.
· Mencatat banyaknya volume NaOH yang terpakai.
Keterangan :
M = Berat molekul asam lemak (gr/mol)
T = Normalitas NaOH
m = Berat molekul asam lemak
Y = Volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi (mL)
e. Pembuatan Larutan
· NaOH 0.1 N 500 mL (sebanyak 2 gram NaOH dilarutkan dalam 500ml aquadest)
· Metanol 95 % netral (memasukkan metanol (95% sebannyak yang diperlukan
kedalam erlenmeyer, menambhkan 3 tetes indikator PP lalu titrasi dengan NaOH 0.1 N
sampai terbentuk warna merah muda)
· Indikator pp (melarurkan 0.5 gram fenolftalein dalam 100 ml etanol).
V. DATA PENGAMATAN
Data pengamatan pembuatan metil ester
No Perlakuan Pengamatan
1 Menghaluskan NaOH sebanyak 1 gr Sebuk putih, higroskopis, tidak berbau.
2 NaOH + 41 ml methanol Putih kekeruhan, volatile, dan tidak berbau.
3 Minyak jelantah + natrium metoksida
dan dilakukan pemanasan sampai 45
Terbentuk 2 lapisan yaitu atas berupa
warna putuh dan bawah berupa warna
menit dengan suhu 550C kekuningan.
- 5 menit awal bagian atas bercampur
dengan minyak dan berupa kuning pucat
sedangkan bagian bawah berupa warna
kuning.
- 10 menit berlanjut, bagian atas terdapat
gumpalan lemak, mirip dengan minyak
sedangkan bagian bawah berwarna
kuning.
- 15 menit kemudian bagian atas tidak
mengalami perubahan sedangkan bagian
bawah sama.
- 20 menit selanjutnya bagian bawah dan
atas sama- sama membentuk gelembung
dan warna sama.
- 25 menit kemudian bagian atas berupa
kuning keruh menggumpal, sedangkan
bagian bawah berupa minyak dengan
warna kuning.
- 30 menit selanjutnya baik bagian atas
maupun bawah tidak terjadi perubahan yag
mencolok, namun ester mulai terbentuk.
- 35 menit kemudian semakin banyak
ester yang terbentuk.
- 40 menit kemudian terdapat banyak
gelembung.
- 45 menit akhir bagian atas berwarna
kuning yaitu ester sedangkan bagian
bawah berupa kuning kecoklatan.
I. PERHITUNGAN
Data yang digunakan :
NaOH = 1 gram
Volume methanol = 41 mL
Volume minyak jelantah = 200 mL
Volume metil ester = 115 mL
1. Analisis Densitas
Berat piknometer kosong (a) = 42,5 gr
Berat pikno + isi (b) = 65 gr
Volume piknometer (c) = 25 ml
Densitas metil ester =
=
= 0.99 gr/mL
2. Analaisis viscositas
Dilakukan dengan membaca skala yang tertera dalam aerometer yaitu 0,802
3. Analisis Asam Lemak Bebas
Berat gelas kimia kosong = 89 gr
Berat gelas kimia + isi = 93 gr
Berat sampel = 4 gr
Volume titran = 4,7 mL
Bm = 283,77 gr/mol
Kadar FFA(ALB) =
=
= 6,6 x 10-6
II. ANALISIS PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan metil ester, dimana
metil ester itu merupakan ester asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi dari
asam lemak dengan metanol. Pembuatan metil ester dapat dilakukan melalui 4 cara
yaitu pencampuran dan penggunaan secara langsung, mikroemulsi, pirolisis, dan
transesterifikasi. Metode yang di gunakan pada percobaan kali ini adalah dengan cara
transesterifikasi. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan metil ester adalah
minyak goreng bekas.
Minyak goreng bekas merupakan minyak yang telah digunakan berulang kali untuk
proses penggorengan. Minyak goreng bekas ini tidak dibuang langsung karena masih
dapat dipergunakan kembali dan sekaligus untuk penghematan. Komposisi minyak
goreng bekas yang masih mengandung asam lemak bebas mempunyai potensi untuk
dimanfaatkan dalam pembuatan oleo kimia. Salah satu pemanfaatannya adalah
sebagai bahan baku untuk pembuatan methyl ester atau bahan bakar alternatif melalui
proses transesterifikasi atau esterifikasi.
Pada saat larutan NaOH dilarutkan kedalam minyak jelantah terbentuk dua lapisan
yaitu lapisan bawah berwarna putih dan lapisan atas berwarna kuning. Kemudian
dilakukan pengadukan selama 45 menit, selain itu dilakukan analisa metil ester yang
berupa analisis densitas, viskositas serta penentuan kadarasam lemak bebas (ALB).
Dari percobaan diperoleh densitas 0.99 gr/ml, viscositas 0.802 dan kadar asam lemak
bebas 6.6 x 10-6.
III. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa :
a. Metil ester adalah ester asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi dari
asam lemak dan metanol.
b. Data analisa :
· Densitas = 0.99 gr/ml
· Viscositas = 0.802
· ALB = 6.6 x 10-6.
Setelah melakukan percobaan “ Pembuatan Metil Ester” dapat dianalisa bahwa
bahan baku dalam praktikum ini yaitu minyak jelantah, metanol dan NaOH. NaOH
disina bertindak sebagai katalis pada pembuatan metil ester. Metil ester digunakan
sebagai biodisel atau bahan bakar alternatif menggunakan proses transesterifikasi.
Pada proses pengadukan dan pemanasan minyak diatass hot plate baik
menggunakan 75-150 rpm karena kecepatan putaran pengadukan berpengaruh
terhadap rendeman pada proses despicing dan netralisasi minyak goreng bekas atau
minyak jelantah.
Pada proses analisa produk, metil ester yang digunakan sebagai biodisel dilakukan
dengan menentukan densitas dan asam lemak bebas.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan metil ester, dimana
metil ester itu merupakan ester asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi dari
asam lemak dengan metanol. Pembuatan metil ester dapat dilakukan melalui 4 cara
yaitu pencampuran dan penggunaan secara langsung, mikroemulsi, pirolisis, dan
transesterifikasi. Metode yang di gunakan pada percobaan kali ini adalah dengan cara
transesterifikasi. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan metil ester adalah
minyak goreng bekas.
Minyak goreng bekas merupakan minyak yang telah digunakan berulang kali untuk
proses penggorengan. Minyak goreng bekas ini tidak dibuang langsung karena masih
dapat dipergunakan kembali dan sekaligus untuk penghematan. Komposisi minyak
goreng bekas yang masih mengandung asam lemak bebas mempunyai potensi untuk
dimanfaatkan dalam pembuatan oleo kimia. Salah satu pemanfaatannya adalah
sebagai bahan baku untuk pembuatan methyl ester atau bahan bakar alternatif melalui
proses transesterifikasi atau esterifikasi.
Pada saat larutan NaOH dilarutkan kedalam minyak jelantah terbentuk dua lapisan
yaitu lapisan bawah berwarna putih dan lapisan atas berwarna kuning. Kemudian
dilakukan pengadukan selama 45 menit, selain itu dilakukan analisa metil ester yang
berupa analisis densitas, viskositas serta penentuan kadarasam lemak bebas (ALB).
Dari percobaan diperoleh densitas 0.99 gr/ml, viscositas 0.802 dan kadar asam lemak
bebas 6.6 x 10-6.