metode bimbingan kelompok dalam membentuk sikap...
TRANSCRIPT
METODE BIMBINGAN KELOMPOK DALAM
MEMBENTUK SIKAP TOLERANSI SANTRI
DI PONDOK PESANTREN NURUL IMAN AL-BARKAH
KOTA TANGERANG BANTEN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos.)
Oleh
Muhammad Nafi’ Maula
NIM 1113052000035
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS I LMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H./2020 M
METODE BIMBINGAN KELOMPOK DALAM
MEMBENTUK SIKAP TOLERANSI SANTRI
DI PONDOK PESANTREN NURUL IMAN AL-BARKAH
KOTA TANGERANG BANTEN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos.)
Oleh :
Muhammad Nafi’ Maula
NIM : 1113052000035
Pembimbing
M. Jufri Halim, M.Si
NIP : 19730726 201411 1 002
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS I LMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H./2020 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Sekripsi berjudul METODE BIMBINGAN KELOMPOK DALAM
MEMBENTUK SIKAP TOLERANSI SANTRI DI PONDOK
PESANTREN NURUL IMAN AL-BARKAH KOTA TANGERANG
BANTEN telah diujikan dalam sidang Munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari rabu,
tanggal 24 Juni 2020. Sekripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Jurursan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
Jakarta, 24 Juni 2020
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang,
Noor Bekti Negoro, M.Si.
NIP: 19650301 199903 1 001
Sekretaris Sidang,
Artiarini Puspita Arwan, M.Psi.
NIP: 19861109 201101 2 016
Anggota
Penguji I,
Prof. Dr. Asep Usman Ismail, M.Ag.
NIP: 19600720 199103 1 001
Penguji II,
Nasichah, MA.
NIP: 19671126 199603 2 001
Pembimbing
M. Jufri Halim, M.Si.
NIP: 19730726 201411 1 002
i
PERYATAAN
Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Muhammad Nafi’ Maula
Nim : 1113052000035
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “METODE
BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEMBENTUK SIKAP
TOLERANSI SANTRI DI PONSOK PESANTREN NURUL IMAN AL-
BARKAH TANGERANG BANTEN” adalah benar merupakan karya saya
sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun
kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber
kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika teryata skripsi ini
sebagai atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini di buat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 9 juni 2020
Muhammad Nafi’ Maula
NIM 1113052000035
ii
ABSTRAK
Muhammad Nafi’ Maula, NIM : 113052000035
METODE BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEMBENTUK
SIKAP TOLERANSI SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL
IMAN AL-BARKAH KOTA TANGERANG BANTEN. Di bawah
bimbingan M. Jufri Halim, M.Si.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurangnya rasa bersemangat
santri pondok pesantren Nurul Iman Al Barkah dalam hal saling menghargai
atau berbeda pendapat. Bimbingan kelompok merupakan metode bagi
pengurus pondok pesantren dalam memebentuk sikap toleransi santri
terutama dalam saling menghargai satu sama lain.
Permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana
membentuk sikap toleransi santri di pondok pesantren Nurul Iman Al-Barkah
terutama dalam hal kurangnya sikap menghargai sesama teman. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan dan teknik yang digunakan
dalam metode bimbingan kelompok di pondok pesantren Nurul Iman Al-
Barkah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi,
wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan
(field research), yaitu suatu jenis penelitian yang berusaha untuk
mengumpulkan data dan informasi mengenai permasalahan di lapangan.
Informasi dalam penelitian ini berjumlah empat orang, terdiri dari dua ustadz
dan dua santri.
Hasil Penelitian ini ditemukan menunjukkan bahwa bimbingan
kelompok di ponpes ini sudah dikatakan baik, dimana pelaksanaannya yang
menyeluruh dan informatif. Membetuk sikap toleransi santri berupa
kemandirian, kepercayaan diri, toleransi, kebebasan berpendapat, serta
memiliki motivasi yang tinggi. Metode bimbingan kelompok sangat
mempengaruhi dalam membentuk sikap toleransi santri ke arah yang lebih
positif.
Kata Kunci : Bimbingan Kelompok, Sikap Toleransi, Santri
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya. Sholawat serta salam kepada nabi
Muhammad SAW yang telah membawa ummat-Nya dari zaman kebodohan
hingga zaman yang penuh dengan ilmu. Rasa syukur penulis haturkan
kepada Azzawajalla atas terselesaikanya skripsi yang berjudul “METODE
BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEMBENTUK SIKAP
TOLERANSI SANTRI DI PONSOK PESANTREN NURUL IMAN
AL-BARKAH KOTA TANGERANG BANTEN”
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua
penulis. Ayahanda Markum Thohari dan Ibunda Istiqomah yang sudah
memberikan dukungan baik secara moril maupun materil, yang senantiasa
ridho dengan setiap langkah yang penulis ambil, serta selalu mendukung
keputusan-keputusan yang penulis lakukan, yang tidak pernah berhenti
mengirimkan do’a, tidak pernah bosan meluapkan kasih sayang dan
cintanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dan penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, kepada :
1. Suparto, M.Ed, Ph.d. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. Siti Napsiah, MSW, selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Serta Dr.Sihabudin Noor, MA selaku Wakil Dekan II
Bidang Administrasi Umum, Serta Drs. Cecep Castrawijaya,MA
selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2. Ir. Noor Bekti Negoro, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
iv
3. Atriarini Puspita Arwan, M. Psi. selaku Sekertaris Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
4. M. Jufri Halim, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang sudah banyak
memberikan masukan dan bimbingan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. M, Lutfi, MA. selaku Dosen Penasehat Akademik, Jurusan
Bimbingan dan penyuluhan Islam, Kelas A, angkatan 2013
6. Seluruh dosen dan staff di lingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang
bermanfaat kepada penulis selama menempuh pendidikan di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu dakwah dan
Ilmu Komunikasi yang telah memberikan fasilitas untuk
mendapatkan referensi dalam menyusun skripsi.
8. Keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Iman Al-Barkah Tangerang,
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian, yang selalu ikhlas, sabar, dan penuh kesungguhan dalam
memberikan informasi.
9. Terimaksih juga kepada Istri Penulis Yulianti Rukamana yang
senantiasa memberikan doa, semangat dan dukungan, sehingga
menjadi motivasi untuk penulis agar segera menyelesaikan skripsi
ini.
10. Seluruh keluarga besar BPI terimaksih buat dukungan dan doanya
kepada penulis semoga persaudaraan yang kita jalani selama ini dapat
terus terjaga dengan baik
v
Akhir kata penulis mengucapkan terimaksih kepada semua pihak
yang telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semuanya.
Jakarta, 9 Juni 2020
Muhammad Nafi’ Maula
vi
DAFTAR ISI
PERYATAAN ....................................................................................... i
ABTRAK ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ....................................... 5
1. Batasan Masalah ......................................................... 5
2. Rumusan Masalah....................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Peneliti ........................................... 6
1. Tujuan Peneliti ............................................................ 6
2. Manfaat Peneliti .......................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka ............................................................. 7
E. Metodologi Penelitian ..................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ...................................................... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. LandasanTeori ................................................................. 19
B. Bimbingan Kelompok ..................................................... 19
1. Pengertian Bimbingan Kelompok ............................... 19
2. Kegunaan Bimbingan Kelompok ................................ 20
3. Tujuan Bimbingan Kelompok ..................................... 22
4. Teknik Bimbingan Kelompok ..................................... 23
5. Tahap-Tahap Bimbingan Kelompok ........................... 25
6. Metode Bimbingan Kelompok .................................... 28
7. Dinamika Kelompok ................................................... 31
C. Sikap ................................................................................ 33
1. Pengertian Sikap .......................................................... 33
2. Struktur Sikap .............................................................. 34
3. Pembentukan dan perubahan sikap ............................. 36
4. Analisis Sikap .............................................................. 36
5. Determinan Sikap ........................................................ 38
6. Ciri-Ciri Sikap ............................................................. 40
vii
D. Toleransi .......................................................................... 42
1. Pengertian Toleransi .................................................... 42
2. Toleransi Dalam Hubungan Bermasyarakat................ 42
E. Santri ............................................................................... 43
1. Pengertian Santri ......................................................... 43
2. Jenis-Jenis Santri ......................................................... 44
3. Tugas Santri ................................................................. 45
BAB III GAMABARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Pondok Pesantren ............................................... 48
B. Visi dan Misi Pondok Pesantren ..................................... 49
C. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren ...................... 50
D. Profil Pondok Pesantren .................................................. 50
E. Kegiatan Pondok Pesantren ............................................. 52
BAB IV TEMUAN DATA LAPANGAN
A. Deskripsi Informan .......................................................... 55
B. Temuan Lapangan ........................................................... 59
C. Kegiatan Bimbingan Kelompok ...................................... 61
D. Hasil Wawancara ............................................................. 61
E. Analisis ............................................................................ 66
BAB V PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Metode Bimbingan Kelompok ................... 67
1. Proses Bimbingan Kelompok ...................................... 68
2. Bimbingan Kelompok ................................................. 70
3. Analisis ........................................................................ 73
BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................... 75
B. Implikasi .......................................................................... 77
C. Saran ................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
LAMPIRAN...........................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesantren sebagai lembaga pendidikan, tetap
istiqomah dan konsisten dalam melakukan perannya sebagai
pusat pendalaman ilmu-ilmu agama (taffaquh fi ad-din).
Lembaga dakwah islamiyah, serta ikut mencerdaskan bangsa.
Hal ini, dibuktikan dengan keberhasilannya dalam mencetak
tokoh-tokoh agama, perjuangan bangsa, serta tokoh
masyarakat, baik pada masa pra-kemerdekaan, setelah
kemerdekaan, dan sampai zaman sekarang seperti KH. Hasim
Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, KH. Wahid Hasyim, Din
Syamsudin, KH. Hasyim Muzadi, Hidayat Nur Wahid dan
Nurcholis Madjid.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional
islam yang masih bisa survive sampai hari ini karena
kehadiran pesantren sebagai institusi yng mampu memberikan
sumbangan penting dan krusial dalam proses tranmisi ilmu-
ilmu islam, reproduksi ulama, pemelihara ilmu dan tradisi
islam, bahkan pembentukan dan ekpansi masyarakat muslim
santri. Hal itu berbeda dengan lembaga pendidikan tradisional
islam di kawasan duni muslim lainnya, dimana akibat
gelombang pembaharuan dan modernisasi yang semakin
kencang telah menimbulkan perubahan-perubahan yang
2
membawanya keluar dari eksistensi lembaga-lembaga
pendidikan tradisional.1
Kemampuan pesantren untuk tetap bertahan karena
karakter eksistensinya, yang dalam bahasa Nurcholis Madjid
disebut sebagai lembaga yang tidak hanya identic dengan
makna ke islamannya, tetapi juga mengandung makna
keaslian Indonesia (indigenous).2
Berdasarkan data statistic kantor wilayah Kementrian
Agama Provinsi Banten Tahun 2019, terdapat 3.122 Pondok
Pesantren yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi Banten,
dengan jumlah Santri 7.529 orang. Berdasarkan data statistik
tersebut, Kota Tangerang tercatat mempunyai 199 Pondok
Pesantren, 6.150 Santri.3
Data di atas menunjukkan bahwa pesantren yang ada
di Banten tergolong banyak dengan total jumlah 3.122
Pesantren, 7.529 Santri, sehingga dengan jumlah tersebut
pesantren mampu melakukan metode bimbingan kelompok
dan membentuk sikap toleransi santri dalam kehidupan
sehari-hari, serta menekan pentingnya sikap toleransi tersebut
dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
Kiai sebagai pemimpin pesantren memiliki pandangan
yang visioner sebab kiai merupakan elemen yang paling
penting yang mana kiai sebagai figur sentralistik dan otoritatif.
1 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi Dan Modernisasi
Menuju Melenium Baru (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h, 95. 2
Nurcholis Madjid, Blik-Blik Pesantren: Sebuah Proses
Perjalanan (Jakarta:Paramadina, 1997),h.3. 3 www.pendis.kemenag.go.ig data Pesantren Provinsi Banten di
akses pada 21 Desember 2019.
3
Kiai merupakan pemimpin tunggalyang megang peran utama
dalam pesantren.4
Keberadaan pesantren sebagai lembaga
pengajaran islam untuk memperkaya pemahaman dengan
pelajaran-pelajaran agama, untuk meningkatkan moral,
melatih dan mempertinggi semangat, menghargai sikap
toleransi dan kemanusiaan serta meningkatkan sikap toleransi
santri.
Menurut gazda yang di kutip oleh priyanto dan eman
amti dalam buku dasar-dasar bimbingan dan konseling,
bimbingan kelompok ialah layanan bimbingan yang di
berikan dalam suasana kelompok, dan merupakan kegiatan
informasi kepada sekelompok peserta didik untuk membantu
peserta didikmenyusun rencana dan keputusan yang tepat.5
Metode dapat dikatakan suatu jalur atau cara yang
harus dilalui untuk pencapaian suatu tujuan. Secara umum,
ada dua metode dalam bimbingan dan konseling, yaitu
pertama, metode bimbingan individual dan bimbingan
kelompok. Metode bimbingan kelompok dikenal dengan
group guidance sedangkan metode bimbingan individual
dikenal dengan individual counseling.6
Toleransi berasal dari bahasa Inggris yaitu tolerance,
berarti sikap membiarkan, mengakui dan menghormati
4 Peran utama kiai dalam pesantren yang maksud adalah hal yang
berkaitan dengan kepeimpinan, ilmupengetahuan dan misi pesantrenserta
mempertahankan pengajaran kitab islam klasik sebagai inti pendidikan
pesantren. 5 Priyanto, Erman Amti, Op.Cit. hlm.309
6 Gantina Komalasari & Eka Wahyuni, 2011, Teori dan Teknik
Konseling, (Jakarta: Indeks,), h. 55
4
keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Dalam
bahasa Arab yaitu tasamuh, berarti saling mengizinkan dan
saling memudahkan Sedangkan dalam bahasa Belanda, berarti
membolehkan dan membiarkan.7
Menurut W. J. S. Poerwadaminto, toleransi adalah
sikap interaksi sosial yang menegang berupa menghargai
serta membolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan
kepercayaan, maupun yang lainnya yang berbeda dengan
pendirian sendiri.8 Berdasarkan pendapat di atas, maka yang
dimaksud toleransi adalah sikap interaksi sosial yang terbuka
akan perbedaan, di mana seseorang menghargai atau
menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan.
Dalam hal mengarahkan untuk membentuk sikap
toleransi santri Pondok Pesantren Nurul Iman Al-Barkah
memberikan metode yang dianggap ampuh untuk membentuk
sikap toleransi santri yaitu layanan bimbingan kelompok.
Layanan bimbingan kelompok adalah suatu cara
memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu melalui
kegiatan kelompok.9
Dalam layanan bimbingan kelompok
harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang
bermanfaat bagi anak didik (santri) dalam pengembangan atau
pemecahan masalah individu yang menjadi peserta layanan
bimbingan kelompok.
7 Said Agil Husin Al Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama,
(Ciputat: PT Ciputat Press, 2005),h. 13. 8 W. J. S Poerdaminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta:
Balai Pustaka,1986) 9 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasah,
(Jakarta: Rajawali, 2009), h. 170
5
Sebab judul yang diangkat penulis erat kaitannya
dengan jurusan yang penulis tekuni, sehingga permasalahan
yang terdapat pada judul sekripsi ini diharapkan dapat di
analisis melalui pendekatan yang ilmiyah dengan
mengerahkan pada hasil yang sempurna.
Berdasarkan uraian diatas, maka muncul ketertarikan
penulis mengambil judul penelitian adalah: “Metode
Bimbingan Kelompok Dalam Membentuk Sikap Toleransi
Santri Di Pondok Pesantren Nurul Iman Al-Barkah Kota
Tangerang Banten”.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan
pada latar belakang msalah diatas, penulis membatasi masalah
yang akan diteliti untuk lebih terarah yaitu hanya mengenai
pelaksanaan bimbingan kelompok dalam membentuk sikap
toleransi santri, serta penggunaan metode bimbingan
kelompok dalam membentuk sikap toleransi santri.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis
dapat merumuskan masalah yang akan menjadi acuan
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana metode bimbingan kelompok dalam
membentuk sikap toleransi santri di Pesantren Nurul Iman
Al-Barkah Tangerang Banten?
6
D. Tujuan dan Manfaat Masalah
1. Tujuan Penelitian
Agar penelitian ini dapat terlaksana dengan baik
sesuai yang diinginkan, maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan kelompok
dalam membentuk sikap toleransi santri di Pesantren
Nurul Iman Al-Barkah Tangerang Banten
b. Untuk mengetahui penggunaan metode bimbingan
kelompok dalam membentuk sikap toleransi santri di
Pesantren Nurul Iman Al-Barkah Tangerang Banten.
2. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian di atas, maka manfaat
penelitian adalah:
a. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis ini muncul berlatarkan ketidak
puasan atau keraguan terhadap Metode Bimbingan
Kelompok dalam Membentuk Sikap Toleransi Santri
Di Pesantren Nurul Iman Al-Barkah Tangerang
Banten sehingga dilakukan penyelidikan manfaat
penelitian sebagai berikut:
1) Hasil penelitian ini dapat berguna untuk
menambah pengetahuan santri tentang ilmu
pengetahuan, khususnya layanan bimbingan
kelompok dalam membentuk sikap toleransi santri
di Pesantren Nurul Iman Al-Barkah Tangerang
Banten.
7
2) Bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk mengembangkan khazanah ilmu
pengetahuan, sebagai referensi atau rujukan, dan
pustaka pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan
kontribusi dalam metode bimbingan kelompok dalam
membentuk nilai-nilai spiritual santri di Pesantren Nurul
Iman Al-Barkah Tangerang Banten, adalah sebagai
berikut:
1. Menginformasikan tentang metode bimbingan
kelompok dalam membentuk sikap toleransi santri di
Pesantren Nurul Iman Al-Barkah Tangerang.
2. Penelitian ini juga sebagai bahan pembelajaran dalam
proses pembentukan sikap toleransi santri, khususnya
dalam bimbingan kelompok.
3. Penelitian ini juga memberikan pemahaman dan
masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut dan
juga praktisi di lembaga.
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka digunakan sebagai bahan
perbandingan terhadap penelitian yang ada, baik mengenai
kekurangan dan kelebihan yang ada sebelumnya. Selain itu
juga mempunyai pengaruh besar dalam rangka mendapatkan
suatu informasi yang ada sebelumnya tentang teori-teori yang
8
ada kaitan dengan judul yang digunakan untuk mendapatkan
suatu teori ilmiah.
Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji beberapa
penelitian yang pernah diteliti oleh beberapa peneliti. Peneliti
tersebut digunakan sebagai kajian pendukung dalam
penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu yang
berhubungan dengan masalah yang penulis angkat dalam
penelitian ini antara lain:
1. Eneng Fani Oktaviani (1113052000048), Program Studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2018 dengan judul
“Metode Bimbingan Agama Dalam Pembentukan
Kemandirian Anak Jalanan Di Yayasan Bina Anak
Pertiwi Jakarta Selatan”. Jenis penelitian yang dilakukan
penulis menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui metode bimbingan agama
dalam pembentukan kemandirian anak jalanan di Yayasan
Bina Anak Pertiwi. Berdasarkan hasil penelitian skripsi
ini memiliki upaya dalam memberdayakan anak binaan
agar memiliki kemandirian dengan fasilitasi beberapa
bidang program diantaranya bidang pendidikan, bidang
keagamaan dan bidang keterampilan. Metode bimbingan
keagamaan yang dilakukan dengan dua metode yaitu
individual dan kelompok.
2. Yunida (108052000019), Program Studi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
9
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dengan judul “Membentuk Sikap Toleransi Anak
Melalui Peran Orang Tua Di Ciputat-Tangerang Selatan”.
Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan penelitian
pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peran orang tua dalam membentuk sikap
toleransi anak.
3. Ahmad Yusuf Afifurrohman (1112052000022), Program
Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Pengaruh
Bimbingan Agama Terhadap Tingkat Kesadaran
Beragama Santri Di Pondok Pesantren Nurul Hikmah
Jepara Jawa Tengah”. Jenis pnelitian yang dilakukan
menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa tingkat
kesadaran beragama santri. Bagaimana pengaruh
bombingan agama terhadap kesadaran beragama santri di
Pondok Pesantren Nurul Hikmah Jepara.
F. Metode Penelitian
Dalam hal ini, penelitian yang penulis lakukan pada
metodologi penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan
representatif dalam penelitian ini maka, penulis menggunakan
10
metode kualitatif deskriftif analisis, yaitu metode yang
memiliki beberapa langkah penerapan.10
Langkah pertama adalah mendeskripsikan gagasan
primer yang menjadi bahan utama. Langkah kedua adalah
membahas gagasan primer yang pada hakikatnya adalah
memberikan penafsiran penulis terhadap gagasan yang
dideskripsikan.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berlokasi di Jalan H. Mansur
Nomor 02 Rt 001 Rw 005 Kampung Gondrong Udik
Kelurahan Gondrong Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang.
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang akan dijadikan subjek
penelitian sebagai informan adalah narasumber yang dapat
memberikan informasi yaitu sebanyak 2 orang yang terpacu
kepada pengasuh pondok pesantren dan santri.
b. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian ini adalah bagaimana
pelaksanaan metode bimbingan kelompok dalam membentuk
sikap toleransi santri di Pesantren Nurul Iman Al-Barkah
Tangerang Banten
4. Jenis Penelitian
Jenis yang digunakan penulis dalam penelitian yang
berjudul “Metode Bimbingan Kelompok Dalam Membentuk
10
Mastuhu, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, Tujuan Antar
Disiplin Ilmu, (Bandung: Pusjarlit Dan Nuansa, 1998), Cet.ke-1, h. 45
11
Sikap Toleransi Santri Di Pesantren Nurul Iman Al-Barkah
Tangerang Banten”. Yaitu menggunakan jenis penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan
Taylor metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.11
5. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah sumber subjek
dari mana data dapat diperoleh. Sumber data terdiri dari dua
macam yaitu data primer dan data sekunder.12
Untuk
menetapkan sumber data, penulis mengklasifikasikannya
berdasarkan jenis data yang dibutuhkan.
Untuk data primer penulis menghimpunnya dari
narasumber yang dapat memberikan informasi yaitu para
pengurus Nurul Iman Al-Barkah yang disajikan sebagai
subjek penelitian, kemudian data sekunder didapatkan dari
beberapa santri yang mendapatkan bimbingan kelompok di
Nurul Iman Al-Barkah. Selain itu, penulis juga
mengumpulkannya dari buku-buku dan berbagai literatur
yang berhubungan dengan pembuatan skripsi yang penulis
susun.
11
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 4 12
Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,
1991), h. 91
12
6. Teknik Pemilihan Subjek Penelitian
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif teknik
pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sample bertujuan (pupossive sample).13
7. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis
gunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang
paling alamiah dan paling banyak digunakan tidak hanya
dalam dunia keilmuwan, tetapi juga dalam berbagai aktivitas
kehidupan. Secara umum, observasi berarti pengamatan,
pengliatan. Sedangkan secara khusus, dalam dunia penelitian,
observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka
memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap
fenomena sosial-keagamaan (perilaku, kejadian-kejadian,
keadaan, benda, simbol-simbol tertentu) selama beberapa
waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi,
dengan mencatat, merekam, mempotret fenomena tersebut
guna penemuan data analisis.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
13
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
Remaja Roskakarya, 2009), h. 241
13
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.14
Alat penulis
menggunakan teknik wawancara adalah karena teknik
wawancara dianggap baik untuk memperoleh data langsug
dari responden, sehingga penulis mendapatkan data yang
akurat dan hal yang meragukan dapat dinyatakan dan
dibuktikan secara langsung.
c. Studi Dokumen
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
atau variabel-variabel yang berupa catatan, transkip nilai,
buku, pembelajaran dan lain-lain. Teknik dokumentasi
merupakan kegiatan pencatatan guna mengetahui hal-hal yang
berhubungan dengan orang yang diteliti.
8. Teknik Analisis Data
Metode Analisis data menggunakan metode analisis
deskriptif kualitatif. Deskriptif adalah metode yang
menggunakan pencarian fakta yang diinterpretasi dengan
tepat. Sementara analisis adalah menguraikan dengan cermat
serta terarah.15
Data yang telah dianalisis kemudian
dipaparkan dengan menggunakan metode deduktif yang
berangkat dari teori umum untuk menuju pada kesimpulan
yang merupakan jawaban dari rumusan masalah dalam
penelitian ini.
Sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik
analisis isi secara kualitatif (Qualitative content analysis).
Dalam analisis ini semua data yang dianalisis berupa teks.
14
Ibid, h. 186 15
Ibid, h. 3
14
Dalam hal ini, berupa teks-teks yang berkaitan judul
penelitian. Analisis isi kualitatif digunakan untuk menemukan,
mengidentifikasi dan menganalisis teks atau dokumen untuk
memahami makna, signifikansi dan relevansi teks atau setiap
dokumen yang diteliti.16
Sehingga dapat melahirkan
pemahaman dengan jelas. Disamping itu, refleksi intelektual
dan argumentasi logis yang didukung dengan data relevan
pun digunakan dalam penulisan skripsi ini, sehingga dapat
menghasilkan pemikiran yang bersifat masuk akal.
Dalam suatu penelitian analisis adalah merupakan
bagian yang sangat penting, karena merupakan garis besar
dari hasil penelitian yang datanya dapat disajikan dan dapat
diambil kesimpulan dari tuan akhir penelitian. Proses analisis
data dapat dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari sebagian sumber, yaitu dari wawancara,
pengamatan yang sudah ada dituliskan dengan catatan
lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi dan lain-lain.
Oleh karena itu, penelitian ini termasuk jenis
penelitian kualitatif serta data yang terkumpul juga berbentuk
kualitatif, maka dalam menganalisis data juga dilakukan
secara kualitatif pula. Yakni digambarkan dengan kata-kata
atau kalimat dilakukan dengan cara induktif dan deduktif
sebagai salah satu penelitian kualitatif. Dalam penelitian
kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses
lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
16
Rachmah Ida, Ragam Penelitian Isi Media Kuantitatif dan
Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 145
15
Setelah data yang diperlukan telah rampung, penulis
mengolahnya dengan menggunakan teknik analisis data
sebagai berikut:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan
dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari
penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu,
kalau peneliti melakukan penelitian, menemukan segala
sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki
pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti
dalam mereduksi data.
b. Penyajian Data
Setelah melalui reduksi data, langkah selanjutnya
mendisplaykan data. Penyajiannya dengan uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori yang bersifat naratif. Pada
langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan
sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan
memiliki makna tertentu. Prosesnya peneliti lakukan dengan
cara menampilkan dan membuat hubungan antara fenomena
untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang
perlu ditindak lanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.
c. Penarikan Kesimpulan
Setelah reduksi data dan penyajian data sudah
dilakukan, maka langkah terakhir adalah menarik kesimpulan.
Analisis ini menggunakan data observasi, wawancara dan
16
dokumentasi yang peneliti peroleh akan dianalisis dengan
analisis deskriptif. Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini
diharapkan merupakan temuan baru yang belum ada. Temuan
tersebut dapat berupa deskripsi suatu obyek yang sebelumnya
kurang jelas menjadi jelas setelah diteliti.
G. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Sistematika penulisan dari penelitian ini terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini merupakan Pendahuluan yang terdiri
dari Latar Belakang, Pembatasan Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI
Dalam bab ini mengemukakan teori-teori yang
melandasi dan mendukung penelitian. Dimana
dalam bab ini membahas tentang pengertian
bimbingan kelompok, kegunaan bimbingan
kelompok, tujuan bimbingan kelompok, teknik
bimbingan kelompok, tahap bimbingan kelompok,
metode bimbingan kelompok dan dinamika
kelompok. Serta membahas tentang pengertian sikap,
pembentukan dan perubahan sikap, ciri-ciri sikap,
serta pengertian toleransi, serta pengertian santri,
jenis santri dan tugas santri.
17
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN
NURUL IMAN AL-BARKAH
Pada bab ini penulis akan memaparkan gambaran
umum Pondok Pesantren Nurul Iman Al-Barkah ke
dalam beberapa aspek yang terdiri dari sejarah
berdirinya, visi dan misi serta tujuan, program
kegiatan, fasilitas dan sarana prasarana, struktur
organisasi.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini berisi uraian penyajian data dan temuan
peneliti.
BAB V ANALISI DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang temuan hasil Analisis
kegiatan Bimbingan Kelompok bentuk analisis
tentang data informan yang terdiri dari pelaksanaan
bimbingan kelompok dalam membentuk sikap
toleransi santri dan metode yang digunakan dalam
membentuk sikap toleransi santri, Pada Pondok
Pesantren Nurul Iman Al Barkah yang berlokasi di
Tangerang, Banten
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini yaiu bab terakhir yang meliputi tentang
kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis
penelitian dan saran yang dapat digunakan untuk
penelitian selanjutnya.
18
19
BAB I I
LANDASAN TEORITIS
A. Bimbingan kelompok
1. Pengertian Bimbingnan kelompok
Menurut gazda yang dikutip oleh Prayitno dan Erman
Amti dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,
Bimbingan kelompok ialah layanan bimbingan yang diberikan
dalam suasana kelompok, dan merupakan kegiatan informasi
kepada sekelompok peserta didik (konseli) untuk membantu
peserta didik (konseli) menyusun rencana dan keputusan yang
tepat.17
Bimbingan kelompok adalah bimbingan yang
dilakukan secara kelompok terhadap sejumlah Individu
sekaligus sehingga beberapa orang atau individu sekaligus
dapat menerima bimbingan yang di maksud.18
Menurut penulis bimbingan kelompok adalah suatu
layanan bimbingan yang diberikan secara bersama-sama dan
berkelompok untuk membahas suatu masalah yang sama dan
membantu peserta didik (santri) dalam menyusun rencana dan
keputusan yang tepat. Isinya bisa mencakup informasi
pengetahuan, pribadi, atau sosial.
17 Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2013),hlm,309 18 Siti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2009), hlm.4
20
2. Kegunaan Bimbingan Kelompok
Kegunaan bimbingan kelompok memang sangat besar
dan dapat dikemukaka antara lain :
a. Informasi yang dibutuhkan oleh murid dapat diberikan
secara kelompok dan cara tersebut lebih ekonomis dan
efisien.
b. Layanan bimbingan kelompok Interaksi anatar individu
anggota kelompok merupakan suatu yang khas, yang tidak
terjadi pada konseling perorangan.
c. Interaksi yang intensif dan dinamis selama
berlangsungnya layanan, diharapkan tujuan-tujuan
layanan (yang sejajar dengan kebutuhankebutuhan
individu anggota kelompok) dapat tercapai secara lebih
mantap.
d. Interaksinya anggota kelompok membawakan kondisi
pribadinya sebagai mana mereka tampikan dalam
kehidupan sehari-hari.19
e. Melalui bimbingan kelompok murid dilatih menghadapi
suatu tugas bersama atau memecahkan suatu masalah
bersama. Dengan demikian sedikit banyak dididik untuk
hidup secara bersama. Hal tersebut yang akan diperlukan
tau dibutuhkan selama hidup.
f. Berdikusikan bersama, murid didorong untuk berani
mengemukakan pendapat orang lain. Selain itu, beberapa
murid akan lebih berani membicarakan kesukaranya
19 Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm.307
21
dengan penyuluh setelah mereka mengerti bahwa teman-
temanya juga mengalami kesukaran tersebut.20
Di dalam Al-Qur’an Allah juga telah menjelaskan
bahwa sebagai manusia kita harus saling membantu dan
menasehti. Seperti dalam surat Al-Asr: 1-3 :
الحات وتواصوا وسان لفي خسر ﴿٢﴾ إل الذيه آمىوا وعملوا الص والعصر ﴿١﴾ إن ال
بر ﴿٣﴾ بالحق وتواصوا بالص
Artinya: Demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian. Kecuali orang orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.21
Sumber lain dijelaskan pula bahwa bimbingan kelompok
mempunyai kegunaan :
a. Menjadi lebih sadar akan tantangan yang dihadapi
sehingga mereka memutuskan untuk berwawancara secara
pribadi dengan konselor.
b. Lebih rela menerima dirinya sendiri bahwa teman-
temanya sering menghadapi persoalan, kesulitan dan
tantangan yang kerap kali sama.
c. Lebih berani mengemukakan pandangan sendiri bila
berada dalam kelompok dari pada dengan konselor yang
mungkin dianggap berbeda.
20 Siti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2009), hlm.8 21
Departemen Agama RI, Op,Cit, hlm.913
22
d. Diberikan kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu
bersama dan dengan demikian mendapat pelatihan untuk
bergerak dalam suatu kelompok yang akan dibutuhkan
selama hidupnya.
e. Mampu berfikir dewasa dalam membangun misi
kehidupan yang tidak hanaya bersumber pada akal logika
manusia tetapi bersumber juga pada sang pencipta.
f. Mendorong jiwa manusia untuk bergerak mencapai
visinya. Dorongan adalah kekuatan yang akan mendorong
pikiran, selanjutnya akan berubah lagi menjadi upaya
yang kongrit dalam mewujudkan citacitanya.
g. Lebih bersedia menerima suatu pandangan atau pendapat
bila dikemukakan oleh seorang teman.22
3. Tujuan Bimbingan Kelompok
Secara umum bimbingan kelompok dapat menjadi
tempat pengembangan keterampilan berkomunikasi dan
berinteraksi sosial setelah menerima layanan bimbingan
kelompok.23
Secara lebih khusus layanan bimbingan kelompok
bertujuan dalam mendorong pengembangan perasaan, pikiran,
persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan
tingkah laku yang lebih efektif, yaitu peningkatan kemampuan
berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal.24
22 W S Winkel, & Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di
Instutisi, (Yogyakarta: Media Abadi. 2004), hlm.565 23 Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm.308 24 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah
(Jakarta: Rajawali, 2009), hlm. 172
23
Tujuan bimbingan kelompok yaitu memberikan
layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok
dengan mempelajari masalah-masalah manusia pada umumnya,
menghilangkan ketegangan-ketegangan.25
Bimbingan kelompok dalam rangka membantu
mengembangkan kualitas kepribadian individu yang
dibimbing, membantu mengembangkan kesehatan mental
klien, membantu mengembangkan prilaku-prilaku yang lebih
efektif, membantu menanggulangi problema hidup dan
kehidupanya secara mandiri.26
Bimbingan kelompok pada umumnya berbentuk kelas
yang beranggotakan 15 sampai 20 orang. Informasi yang
diberikan dalam bimbingan kelompok itu terutama di
maksudkan untuk memperbaiki dan mengembangkan
pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain,
sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan yang tidak
langsung. Kegiatan bimbingan kelompok biasanya dipimpin
oleh seorang guru pembimbing (konselor) atau guru.27
4. Teknik Bimbingan Kelompok
Teknik bukan merupakan tujuan tertentu tetapi sebagai
alat untuk mencapai tujuan. Beberapa teknik yang bisa
digunakan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok yaitu:
25 Wela Asweda, “Efektifitas Bimbingan Kelompok Dalam
Mengurangi Kecemasan Berkomunikasi Pada Siswa,” Jurnal Ilmiah
Konseling, Vol, 1 No. 1, hlm.7 26 Ibid, hlm. 34 27 Mamat Supriyatna, Bimbingan Dan Konseling Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: Raja Wali Pers: 2013), hlm.98
24
a. Teknik pemberian informasi dapat memberikan informasi
secara lisan maupun tertulis. Sehingga, peserta didik meras
terdorong dalam menyesuaikan diri, menyalurkan dorongan
dorongan mereka, dan sebagainya. Teknik ini meliputi
kunjungan kelompok, orientasi, kegiatan club, organisasi
siswa, diskusi kelompok.28
Teknik informasi disebut juga
dengan metode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh
seorang pembicara kepada sekelompok pendengar.
Pelaksanan teknik pemeberian informasi mencakup tiga hal,
yaitu: perencanaan, pelaksanaan, penilaian.
Keuntungan teknik pemberian informai ini adalah : (a)
dapat melayani banyak orang, (b) tidak membutuhkan
banyak waktu ehingga efesien, (c) tidak terlalu banyak
memerlukan fasilitas, (d) mudah dilaksanakan disebanding
dengan teknik lain.
b. Beberapa teknik yang bisa digunakan dalam pelaksanaan
bimbingan kelompok yaitu:
1) Komunikasi multi arah secara efektif dinamis dan
terbuka.
2) Pemberian ransangan untuk menimbulkan inisiatif dalam
pembahasan, diskusi, analisis, dan perkembangan
argumentasi.
3) Dorongan minimal untuk memantapkan respon dan
aktivitas anggota kelompok.
4) Penjelasan, pendalaman dan pemahaman.
28 Hikmawati Fenti, “Bimbingan dan Konseling Perspektif Islam”,(Jakarta:
Rajawali Pers.2015), hlm.34
25
5) Pelatihan untuk membentuk tingkah laku yang baru yang
di kehendaki.
c. Permainan kelompok, permainan dapat dijadikan sebagai
salah satu teknik dalam layanan bimbingan kelompok
baik sebagai salingan maupun sebagai wahana yang
memuat materi pembinaan atau materi layanan tertentu
untuk memperkuat jiwa kelompok, memantapkan
pembahasan, dan atau relakasi. Permainan kelompok yang
efektif dan dapat dijadikan sebagai teknik dalam layanan
bimbingan kelompok harus memenuhi sebagai berikut :
a) Sederhana
b) Menggembirakan
c) Menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan
d) Meningkatkan Keakraban, dan
e) Diikuti oleh semua anggota kelompok.29
5. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok
Dalam dinamika kelompok, apabila diamati bagaimana
anggota kelompok mengalami kehidupan tahap demi tahap,
tahap pertumbuhan kelompok sebagaimana dikemukakan
Tuckman dkk dalam buku Sitti Hartinah :
a. Tahap forming (tahap pembentukan rasa kekelompokan),
Tahap pembentukan kelompok merupakan tahap awal
dalam pertumbuhan kelompok. Pada tahap ini setiap
individu dalam melakukan berbagai penjajagan terhadap
anggota lain mengenai hubungan antarpribadi yang
dikehendaki kelompok sekaligus mencoba berprilaku
29 Ibid, hlm. 173
26
tertentu untuk mendapatkan sebuah reaksi dari yang
lainnya.
b. Tahap storming (tahap pancaroba), pada tahap kedua ini,
upaya memperjelas tujuan kelompok mulai Nampak,
partisipasi anggota meningkat. Sadar atau tidak tahap ini
anggota mulai mendeteksi kekuatan dan kelemahan
masing-masing anggota kelompok melalui proses
interaksi yang intensif, ditandai dengan mulai terjadinya
konflik satu sama lain karena setiap anggota mulai makin
menonjolkan “aku”-nya masing-masing.
c. Tahap norming (pembentukan norma) Meskipun konflik
masih terus terjadi, anggota kelompok mulai melihat
karakteristik pribadi masingmasing secara lebih
mendalam, sehingga lebih memahami terjadi perbedaan
dan konflik. Pemahaman tentang bagaimana cara
berkomunikasi orang-orang tertentu, cara membantu
orang lain, cara memperlakukan orang lain dalam
kelompok akan meningkatkan ikatan (cohesi), rasa
percaya (trust), serta kepuasan hubungan dan konsesnsus
diantara anggota kelompok dalam pengambilan keputusan.
Kondisi akhir dari tahap pembentukan norma adalah
dengan terciptanya suasana penuh keharmonisan dalam
kelompok sehingga hubungan antar pribadi yang semula
penuh dengan keraguan keraguan dan konflik satu sama
lain akibat ketertutupan diri telah berubah menjadi sarana
untuk memecahkan masalah dan penyelesaian pekerjaan
kelompok , antar lain dengan adanya norma berprilaku
27
yang disepakati bersama oleh anggota kelompok, baik
secara lisan maupun tertulis. Selain itu, sudah jelas pula
peran apa yang harus dimainkan oleh setiap anggota
dalam menyelesaikan pekerjaan kelompok sesuai dengan
tugas dan fungsinya masing-masing.
d. Tahap performing (tahap berprestasi) Menginjak fase
berprestasi, kelompok sudah dibekali dengan suasana
hubungan kerja yang harmonis antara anggota yang satu
dengan lainnya. Norma kelompok telah disepakati, tujuan
dan tugas kelompok serta peran masing-masing anggota
telah jelas. Terdapat keterbukaan komunikasi dalam
kelompok dan keleluasaan dalam berinteraksi satu sama
lain. Dalam iklim kelompok seperti inilah, sinergi
kelompok akan kelompok akan tercapai sehingga
kelompok mampu menampilkan prestasi kerja yang
optimal.30
Sumber lain juga dijelaskan bahwa dalam
penyelenggaraan bimbingan kelompok memperlukan
persiapan dan praktik pelaksanaan kegiatan yang memadai
dari langkah awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjut
a. Langkah Awal
Langkah atau tahap awal diselenggarakan dalam rangka
membentuk kelompok sampai dengan mengumpulkan, para
peserta yang siap melaksanakan kegiatan kelompok. Langkah
awal ini dimulai dengan penjelasan tentang adanya layanan
30 Hatinnah Siti, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok,(Bandung: PT Refika
Aditama, 2009),hlm.34
28
bimbingan kelompok bagi para peserta didik, pengertian,
tujuan, dan kegunaan bimbingan kelompok, setelah penjelasan
ini, langkah selanjutnya menghasilkan kelompok yang
langsung merencanakan waktu dan tempat penyelenggaraan
kegiatan bimbingan kelompok.
b. Perencanaan Kegiatan
Perencanaan bimbingan kelompok meliputi penempatan
materi layanan, tujuan yang ingin dicapai, sasaran kegiatan,
bahan atau sumber bahan untuk bimbingan kelompok, rencana
penelitian, waktu dan tempat.
c. Evaluasi Kegiatan
Penelitian kegiatan bimbingan kelompok difokuskan
kepada perkembangan pribadi peserta didik dan hal-hal yang
dirasakan mereka berguna. Hasil penilaian kegiatan bimbingan
kelompok perlu di analisis untuk mengetahui lebih lanjut seluk
beluk kemajuan para peserta dan seluk beluk penyelenggaraan
bimbingan kelompok. Perlu dikaji apakah hasil-hasil
pembahasan atau pemecahan masalah sdah dilakukan sedalam
atau setuntas mungkin, atau sebenarnya masih ada aspek-aspek
penting yang belum dijangkau dalam pembahasan itu.31
6. Metode Bimbingan Kelompok
Cara ini dilakukan untuk membantu siswa (klien)
memecahkan masalah melalui kegiatan kelompok.
Penyelenggaraan bimbingan kelompok antara lain
dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah bersama
31 Mamat Supriyatna, Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Raja Wali Pers: 2013), hlm.99
29
atau membantu seorang individu yang menghadapi masalah
dengan menempatkan dalam suatu kelompok yang bisa
diterapkan dalam pelayanan bimbingan kelompok adalah:
a. Program Home Room
Program ini dilakukan disekolah dan madrasah (di
dalam kelas) diluar jam pelajaran untuk membicarakan
beberapa hal yang dianggap perlu. Tujuan utama program
ini adalah agar guru dapat mengenal para siswanya secara
lebih dekat sehingga dapat membantunya secara efesien.
b. Karyawisata
Melalui karyawisata para siswa memperoleh
kesempatan meninjau objek-objek yang menarik dan
mereka memperoleh informasi yang lebih baik dari objek
itu. Masing-masing kelompok bekerja sesuai
kelompoknya sesuai intruksi dari pembimbig. Melakukan
kegiatan sepertia itu, para siswa akan memperoleh
penyesuai dalam kehidupan kelompok misalnya dalam
berorganisasi, kerja sama, rasa tanggung jawab, dan
percaya pada diri sendiri.
c. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana
siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan
masalah secara bersamasama. Setiap siswa memperoleh
kesempatan untuk mengemukakan pendapat masing-
masing dalam memecahkan suatu masalah.
d. Kegiatan Kelompok
30
Kegiatan kelompok menjadi suatu teknik yang
baik dalam bimbingan, karena kelompok memberikan
kesempatan kepaa individu untuk berpartisipasi secara
baik. Melalui kegiatan kelompok dapat mengembangkan
bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan tertentu.
Selain itu, setiap siswa memperoleh kesempatan untuk
menyumbangkan pikiranya.
e. Organisasi Siswa
Melalui organisasi siswa banyak masalah-masalah
siswa baik sifat inividu maupun kelompok dapat
dipecahkan. Melalui organisasi siswa para siswa
memperoleh kesempatan untuk belajar mengenal berbagai
kehidupan aspek kehiupan sosial.
f. Sosiodrama
Sosiodrama merupakan suatu cara membantu
memecahkan masalah siswa melalui drama. Sesuai
namanya, masalah-masalah yang didramakan adalah
masalah sosial. Metode ini dilakukan melalui kegiatan
bermain peran. Pemecahan individu diperoleh melalui
penghayatan peran tentang situasi masalah yang
dihadapinya. Dari pementasan peran selanjutnya diadakan
diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalahnya yang
dihadapi oleh seorang individu sebagai anggota kelompok
atau yang dihadapi oleh sekelompok siswa.
g. Psikodrama
Hampir sama dengan sosiodrama, psikodrama
adaah upaya pemecahan masalah melalui drama. Bedanya
31
adalah masalah yang didramakan. Dalam sosiodrama,
yang didramakan adalah masalahsosial, sedangkan
psikodrama yang didramkan adalah masalahmasalah
psikis yang di alami individu. Dari pentasan peran
selanjutnya juga dadakan diskusi mengenai cara-cara
pemecahan masalah yang dihadapi oleh individu sebagai
anggota kelompok atau yang dihadapi oleh sekelompok
siswa.32
7. Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok adalah pengetahuan yang
mempelajari masalah-masalah kelompok.33
Oleh karena itu,
dinamika kelompok mencoba menerangkan perubahan-
perubahan yang terjadi didalam kelompok dan mencoba
menemukan serta mempelajari keadaan dan gaya yang dapat
mempengaruhi kehidupan kelompok. Beberapa aspek
kehidupan kelompok yaitu :
a. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok sangatlah berperan penting
pada dinamika kelompok. Dalam komunikasi akan terjadi
perpindahan idea atau gagasan yang diubah menjadi
simbol oleh komunikator kepada komunikan melalui
media.
32 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah
(Jakarta: Rajawali, 2009), hlm. 289 33 Siti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2009), hlm.62
32
b. Konflik didalam Kelompok
Konflik adalah suatu proses sosial dimana
individu-individu atau kelompok berusaha memenuhi
tujuan dengan menentang pihak lawan dengan ancaman
atau kekerasan. Sebab-sebab terjadinya konflik antara lain:
1) Adanya perbedaan penderian atau persaan antara
individu sehingga terjadi konflik diantara mereka.
2) Adanya perbedaan kepribadian diantara mereka yang
disebabkan oleh adanya perbedaan latar belakang
kebudayaan.
3) Adanya perbedaan kepentingan individu atau
kelompok diantara mereka.
4) Adanya perubahan-perubahan sosial yang cepat
dalam masyarakat karena adanya perubahan atau
sistem yang berlaku.
c. Kekuatan didalam kelompok
Terdapat kekuatan atau pengaruh dalam Interaksi.
Anggota kelompok menyesuaikan satu dengan lainya
dengan berbagai cara. Anggota kelompok yang
berinteraksi, secara tepat mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh penggunaan kekuatan untuk mencapai tujuan dan
memelihara kelompok. Minat-minat yang bertentangan
dan konflik tidak mungkin dapat diatur dalam
menggunakan kekuatan. Tidak ada komunikasi tanpa
pengaruh, yang berarti tidak ada komunikasi tanpa
kekuatan.
33
d. Kohesi Kelompok
Aspek pentig dari kelompok yang efektif adalah
kohesi yang merupakan faktor utama dari keberadaan
kelompok. Kohesi kelompok dapat didefinisikan sebagai
jumlah faktor yang mempengaruhi anggota kelompok
untuk tetap menjadi anggota kelompok tersebut.
Ketertarikan kelompok ditentukan oleh kejelasan
kelompok. Kejelasan keberhasilan mencapai tujuan,
karakteristik kelompok, yang mempunyai hubungan
dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi, kerja sama antar
anggota kelompok, dan memandang anggota kelompok
tersebut lebih menguntungkan dibandingkan kelompok
lain.
e. Pengambilan Keputusan
Kelompok yang efektif dapat menghasilkan
keputusan dengan kualitas baik. Keputusan yang
dihasilkan merupakan produk kesepakatan anggota-
anggota kelompok untuk melakukan sesuatu dan biasanya
merupakan hasil pemilihan dari beberapa kemungkinan
yang ada. Apabila, masih cukup kompleks, keputusan
yang diambil melalui kelompok cenderug lebih efektif di
bandingkan melalui keputusan perorangan.
B. Sikap
1. Pengertian Sikap
Puluhan definisi dan pengertian dari sikap, pada
umumnya dapat dimasukkan ke dalam salah satu diantara tiga
kerangka pemikiran. Pertama adalah kerangka pemikiran yang
34
diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone,
Lensis Likert, dan Charles Osgood. Menurut mereka, sikap
adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.34
Kelompok pemikiran yang kedua diwakili oleh para
ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead, dan Gordon
Allport. Menurut mereka sikap merupakan semacam kesiapan
untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu.
Kesiapan di sini merupakan kecenderungan potensial untuk
bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan
pada stimulus yang menghendaki adanya respon. Kelompok
pemikiran yang ketiga adalah kelompok yang berorientasi
kepada skema triadic (triadic scheme). Menurut kelompok ini
suatu sikap merupakan konstelansi komponen-komponen
kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam
memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap obyek.35
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk
reaksi perasaan atau respons atas stimulus sosial yang telah
terkondisikan dan berhubungan langsung dengan komponen
kognitif, afektif, dan konatif.
2. Struktur sikap
Mengikuti skema triadic, struktur sikap terdiri dari tiga
komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif
34 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori Dan Pengukuhannya,
Ed.II, Cet.XII (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm.4 35
Ibid, hlm.5
35
(cognitive), komponen afektif (affective), dan komponen
konatif (conative).
Berkaitan dengan hal-hal tersebut pada umumnya
pendapat yang banyak diikuti ialah bahwa sikap itu
mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap,
yaitu:
a. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu
komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,
pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan bagaimana orang mempresepsi terhadap objek
sikap.
b. Komponen afektif (komponen emosonal), yaitu komponen
yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak sennag
terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang
positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang
negatif. Komponen ini menunjukan arah sikap, yaitu
positif dan negatif.
c. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action
component), yaitu komponen yang berhubungan dengan
kecendrungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen
ini menunjukan intensitas sikap,yaitu menunjukan besar
kecilnya kecendrungan bertindak atau berperilaku
seseorang terhadap suatu objek sikap.
Komponen-komponen tersebut diatas merupakan
komponen yang membentuk struktur sikap. Analisis dengan
36
melihat komponen-komponen yang membentuk sikap disebut
analisis komponen atau analisis sturktur.36
3. Pembentukan dan perubahan sikap
Sikap timbul karena adanya stimulus. Terbentuknya
suatu sikap itu banyak dipengaruhi peranggsang oleh
lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya:keluarga, norma,
golongan, Agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga
mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap
putra-putrinya. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer
bagi anak merupakan pengaruh yang paling dominan.
Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang
tertentu, misalnya: ekonomi, politik, Agama dan sebagainya.
Di dalam perkembanganya sikap banyak dipengaruhi oleh
lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini mengakibatkan
perbedaan sikap antara individu satu dengan individu lain
karena perbedaanpengaruh atau lingkungan yang
diterima.Sikap tidak terbentuk tanpa interaksi manusia,
terhadap objek tertentu atau suatu objek.37
4. Analisis sikap
Sikap selain dianalisis dengan analisis struktur atau
analisis komponen, juga dapat dianalisis fungsi, yaitu suatu
analisis mengenai sikap dengan melihat fungsi sikap. Menurut
Katz sikap mempunyai empat fungsi, yaitu:
36
Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: C.V ANDI
OFFSET,2003), hlm.127-128 37
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta,2009),
hlm.156-157
37
a. Fungsi instrumental, atau fungsi penyesuain, atau fungsi
manfaat.
Fungsi ini adalah berkaitan dengan sarana-tujuan. Disini
sikap merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Orang
memandang sampai sejauh mana objek sikap dapat
digunkan sebagai sarana atau sebagai alat dalam rangka
mencapai tujuanya, maka orang akan bersikap positif
terhadap objek sikap tersebut, demikian sebaliknya bila
objek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan maka,
orang akan bersikap negatif terhadap objek sikap yang
bersangkutan. Karena itu fungsi ini juga disebut fungsi
manfaat (utility), yaitu sampai sejauh mana manfaat objek
sikap dalam rangka pencapaian tujuan.
b. Fungsi pertahanan ego
Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi
untuk mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini
diambil oleh seseorang pada waktu yang bersangkutan
terancam keadaan dirinya tau egonya. Demi untuk
mempertahankan egonya, orang yang bersangkutan
mengambil sikap tertentu. Misal orang tua mengambil
sikap tertentu untuk mempertahankan egonya, dalam
keadaan terdesak pada waktu diskusi dengan anaknya.
c. Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri sesorang merupakan jalan bagi
individu untuk mengespresikan nilai yang ada pada dalam
dirirnya. Dengan individu mengambil sikap tertentu
terhadap nilai tertentu, ini menggambarkan keadaan
38
sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan.
Sistem nilai apa yang ada pada diri individu dapat dilihat
dari sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan
terhadap nilai tertentu.
d. Fungsi pengetahuan
Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti,
dengan pengalaman-pengalamanya, untuk dapat
memeperoleh ilmu pengetahuan. Elemen-elemen dari
pengalamnya yang tidak konsisten dengan apa yang
diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah
sedemikian rupa hingga menjadi konsisten. Ini berarti bila
seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek ,
menunjukan tentang pengetahuan orang tersebut terhadap
objek sikap yang bersangkutan.
5. Determinan Sikap
Bila dilihat mengenai apa yang menjadi determinan
sikap, ternyata cukup banyak. Yaitu faktor fidiologis, faktor
pengalaman langsung terhadap objek sikap, kerangka acuan,
komunikasi sosial.
1. Faktor fisiologis
Faktor fisilogis seseorang akan ikut menentukan bagaimana
sikap seseorang. Berkaitan dengan ini ialah faktor umur dan
kesehatan. Pada umumnya orang muda sikapnya lebih
radikal dari pada sikap orang yang lebih tua, sedangkan
pada orang dewasa sikapnya lebih moderat. Dengan
demikian masalah umur akan berpengaruh pada sikap
39
seseorang. Orang yang sering sakit lebih beesikap
tergantung dari pada orang yag tidak sering sakit.
2. Faktor pengalaman langsung terhadap suatu objek sikap
Bagaimana sikap seseorang terhadap objek sikap akan
dipengaruhi oleh pengalaman langsung orang yang
bersangkutan dengan objek tersebut. Misal orang yang
mengalami peperangan yang sangat mengerikan, akan
mempunyai sikap yang berbeda dengan orang yang tidak
mengalami peperangan terhadap objek sikap
peperangan.Orang akan mempunyai sikap yang negatif
terhadap peperangan terhadap dasar pengalamnya.
3. Faktor kerangka acuan
Kerangka acuan merupakan faktor yang penting dalam
sikap seseorang, karena kerangka acuan ini akan berperan
terhadap pobjek sikap. Bila kerangka acuan tidak sesuai
dengan objek sikap , maka orang akan mempunyai sikap
yang negatif terhadap objek sikap tersebut. Misalnya
terhadap masalah hubungan seksual sebelum perkawinan.
4. Faktor komunikasi sosial
Faktor komunikasi sosial sangat jelas menjadi determinan
sikap seseorang,dan faktor ini banyak diteliti. Komunikasi
sosial berwujud informasi dari seseorang kepada orang lain
dapat menyebabkan perubahan sikap yang ada pada diri
seseorang yang bersangkutan.38
38
Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: C.V ANDI
OFFSET,2003), hlm.130
40
6. Ciri-ciri sikap
Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa sikap
merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat
mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Walaupun
demikian sikap mempunyai segi-segi perbedaan dengan
pendorong-pendorong lain yang ada dalam diri manusia itu.
Oleh karena itu untuk membedakan sikap dengan pendorong-
pendorong yang lain, ada beberapa ciri atau sifat dari sikap
tersebut. Adapun ciri-ciri sikap itu adalah:
a. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir
Ini berarti bahwa manusia pada waktu dilahirkan belum
membawa sikap-sikap tertentu terhadap suatu objek.
Karena sikap tidak dibawa sejak individu dilahirkan,
ini berarti bahwa sikap itu terbentuk dalam
perkembangan individu yang bersangkutan. Oleh
karena sikap itu terbentuk atau dibentuk , maka sikap
itu dapat dipelajari , dan karenanya sikap itu dapat
berubah.
b. Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap
Oleh karena itu sikap selalu terbentuk atau dipelajari
dalam hubunganya dengan objek-objek tertentu, yaitu
melalui proses persepsi terhadap objek tersebut.
Hubungan yang positif atau negatif antara individu
dengan objek tertentu , akan menimbulkan sikap
tertentu pula dari individu terhadap objek tersebut.
c. Sikap dapat tertuju pada satu objek saja , tetapi juga
dapat tertuju pada sekumpulan objek-objek
41
Bila seseorang mempunyai sikap yang negatif pada
seseorang, orang tersebut akan mempunyai
kecenderungan untuk menunjukan sikap yang negatif
pula kepada kelompok dimana seseorang tersebut
tergabung didalamnya. Di sini terlihat adanya
kecendurangan untuk menggeneralisasikan objek sikap.
d. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar
Kalau sesuatu sikap telah terbentuk dan telah
merupakan nilai dalam kehidupan seseorang, secara
relatif sikap itu akan lama bertahan pada diri seseorang
yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah,
dan kalupun dapat berubah akan memakan waktu yang
relatif lama, tetapi sebaliknya bila sikap itu belum
begitu mendalam ada dalam diri seseorang, maka sikap
tersebut secara relatif tidak bertahan lama dan sikap
tersebut akan mudah berubah.
e. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi
Ini berarti bahwa sikap terhadap sesuatau objek tertentu
akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat
bersifat positif (yang menyenangkan) terhadap objek
tersebut. Di samping itu sikap juga mengandung
motivasi, ini berarti bahwa sikap itu mempunyai daya
dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu
terhadap objek yang dihadapinya.
42
Ciri-ciri tersebut diatas merupakan ciri-ciri sikap yang
dapat digunakan untuk membedakan sikap dengan pendorong-
pendorong lain yang ada dalam diri manusia.39
C. Toleransi
1. Pengertian Toleransi
Toleransi berasal dari bahasa Inggris yaitu tolerance,
berarti sikap membiarkan, mengakui dan menghormati
keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Dalam
bahasa Arab menterjemahkan dengan tasamuh, berarti
berlapang dada menerima perbedaan dengan ikhlas.
Sedangkan dalam bahasa Belanda, berarti membolehkan dan
membiarkan.40
Dari pendapat di atas bahwa toleransi ialah sikap
bersabar dan menahan diri untuk tidak menggangu keyakinan
maupun aturan-aturan hidup seseorang dalam menentukan
kehendaknya masing-masing.
2. Toleransi Dalam Hubungan Bermasyarakat
Dalam berhubungan dengan sesama masyarakat baik
satu agama maupun berbentuk dalam berbagai macam
perbedaan, setiap orang harus memiliki sikap toleransi untuk
tidak memaksakan kehendak dan mengatur hidup seseorang.
Toleransi islam membolehkan hidup berdampingan
dalam bermasyarakat selama tidak memusuhi dan tidak
memerangi. Sejarah mencatat sikap toleran yang pernah
39 Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: C.V ANDI
OFFSET,2003), hlm.131-132 40
Said Agil Husin Al Munawwar, Fikih Hubungan Antar Agama,
(Ciputat: PT Ciputat Press,2005),hlm.13
43
ditunjukkan Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat, ia
tidak pernah menghalangi Bilal untuk menjadi muazin Rasul
SAW dan kaum muslim.41
Adapun cara orang tua untuk mengajarkan toleransi42
,yaitu:
a. Memberikan contoh-contoh bersikap menghargai
b. Berhati-hati dalam membicarakan kebiasaan orang-orang
yang berbeda.
c. Membantu anak dalam memahami nilai toleransi.
d. Menjawab dengan jujur apabila anak bertanya tentang
kebiasaan beragama dan berbudaya.
e. Memberikan anak untuk bersosialisasi,
f. Menjaga dan mengawasi anak dalam proses sosialisasinya.
D. SANTRI
1. Pengertian Santri
Santri adalah siswa atau murid yang belajar dipesantren.
Seorang ulama yang biasa disebut dengan kiyai kalau memiliki
pesentren dan santri yangtinggal dalam pesantren tersebut
untuk mempelajari ilmu-ilmu agama islam melalui kitab-kitab
kuning.43
Santri adalah orang yang mendalami agama islam.44
Agar terbentuk generasi yang bukan hanya cerdas secara
keilmuan, Ia juga mendapatkan moral yang baik dan akhlak
41
Muhammad Yasir,”Makna Toleransi Dalam Al Qur’an”, vol
XXII No.2, hlm.177 42
Kementria Pendidikan dan Kebudayaan “Menumbuhkan Sikap
Toleran Pada Anak”,(Jakarta: 2016), hlm.20-25 43
Amin Haedari dkk “Masa Depan Pesantren”,(Jakarta: IRD
Press,2004), hlm.35 44
http://KBBI.web.id/santri.htm (18 Februari 2020)
44
mulia.45
Yang, memiliki jiwa keagamaan yang memuat norma-
norma kesopanan kepada orang lain.46
Sedangkan Menurut penulis santri adalah siswa yang
belajar atau menempuh pendidikan di pesantren. Santri yang
belajar dipesantren tujuanya untuk memperdalam ilmu agama
agar memahami konsep kehidupan dan akhirat yang kekal.
2. Jenis-jenis Santri
Pada dasarnya santri terbagi dalam dua kategori yaitu:
a. Santri Mukmin, adalah murid-murid yang berasal dari
daerah yang jauh dan menetap dipesantren. Santri mukmin
yang paling lama tinggal (santri senior) dipesantren
tersebut merupakan satu kelompok tersendiri yang
memegang tanggung jawab mengajar santri-santri yunior
(pengabdian) tentang kitab-kitab dasar menengah.
b. Santri Kalong, adalah para murid yang berasal dari desa-
desa di sekitar pesantren. Mereka bolak-balik (nglajo) dari
rumah sendiri. Para santri kalong berangkat kepesantren
ketika ada tugas belajar (ngaji) dan aktifitas pesantren
lainya. Apabila pesantren memiliki banyak santri mukmin
daripada santri kalong maka pesantren tersebut adalah
pesantren besar yang telah memili prestasi dalam segala
bidang terutama agama.
45
Dawam Ainurrafiq, Ta’arifin Ahmad, “Manejemen Madrasah
Barbasis Pesantren”,(Listafariska Putra, 2005), hlm.27 46
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2009), hlm.287
45
3. Tugas Santri
Tugas murid (santri) yang belajar di pondok pesantren ada dua,
yaitu:
a. Memperdalam ilmu agama
Tugas santri di pondok pesantren adalah memperdalm
ilmu agama. Dalam tanda kutib menjadi seorang thalib
(orang yang mencari ilmu), bukan tilmidz (orang yang
menerima atau menumpang). Ilmu yang didapat oleh
thalib akan lebih melekat dibandingkan menjadi tilmidz.
Sebab ketia guru menyampaikan materi, tilmidz hanya
menerima dan menumpang penjelasan yang disampaikan
guru. Sedangkan ilmu yang didapatkan oleh thalib,
berasal dari muthala’ah sendiri. Bahkan akan mendapat
pengetahuan lain dari banyak referensi yang dikaji.
Selain dari buku, kitab dan bertanya kepada gurunya,
internet juga bisa menjadi sumber ilmu bagi thalib untuk
menambah pengetahuan lebih luas.
b. Memberi peringatan
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an “dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
telah kembali kepadanya”. Ayat ini mengisyaratkan
bahwa setelah menyelesaikan studinya di pondok
pesantren, tugas santri adalah menjadi mursyidul ummah
(seorang pembimbing bagi umatnya). Pada tahap ini,
lingkungan yang dihadapi santri bukan seperti pondok,
melainkan kehidupan masyarakat. Dimana permasalahan
yang dihadapi tentu berbeda dan lebih kompleks.
46
55
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Pondok Pesantren Nurul Iman Al Barkah
Latar belakang pondok pesantren Nurul Iman Al
Barkah pada awalnya hanyalah sebuah majelis ta’lim kecil
yang di asuh oleh orang tua dan guru kami KH. Abdillah dan
di mulai sekitar pada tahun 1960, dengan istiqomah beliau
mengajar dengan salfiyah dengan santri kalong dengan
jumlah yang kadang banyak kadang sedikit, beliau mengajar
khusus al qur;sn seperti tajwid, makhroj. Berjalannya waktu
pada tahun 2007 beliau wafat, dan saat itu putra putri beliau
masih dalam kondisi belajar, dan ada juga yang masih
menyelesaikan kuliahnya. Barulah setelah 2014 di antara puta
beliau menyelesikan pendidikannya, kemudian di resmikan
tempat pendidikan ini menjadi lembaga pondok pesantren
formal dan non formal, di antar pendidikan tersebut mulai
dari Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Diniyah.
Pondok Pesantren Nurul Iman Al Barkah adalah
sebuah lembaga pendidikan yang fokus terhadap pengkajian
Agama melalui kajian kitab kuning, Arab Melayu, Praktek
Dakwah, Tahlil, Dzikir dan Hafalan Al- qur’an, Syistem
pengkajian ini dengan harapan santri mampu memahami
Agama dan praktek dakwah dengan benar dan komprehensif.
Harapan kita semua tentunya kiprah Pondok Pesantren
Nurul Iman Al Barkah di dunia pendidikan bisa memberikan
warna dan prestasi pendidikan pesantren, khususnya di
48
wilayah tangerang dan provinsi Banten dan umumnya untuk
seluruh ummat Islam.
Dengan peningkatan secara bertahap serta pembinaan
yang fokus, untuk Madrasah Tsanawiyah (Setara SMP)
dilanjutkan Madrasah Aliyah (setara SMA) dan juga di iringi
Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (fokus
memperdalam ilmu Agama).47
B. Visi dan Misi Pondok Pesantren Nurul Iman Al Barkah48
a. Visi
Menjadikan pesantren terbaik melalui budaya (Jati Diri,
Ciri Khas dan Keunggulan) Berakhlak dan Berprestasi.
b. Misi
1. Melaksanakan pendidikan Pesantren secara utuh
terpadu dan sempurna untuk membangun akhlakul
karimah, siswa dan semua civitas akademika.
2. Melaksanakan pendidikan agama dan umum secara
utuh, terpadu dan sempurna untuk meraih prestasi
santri dan civitas akademika dalam berbagai bidang
pendidikan.
47 Wawancara langsung dengan pimpinan pondok pesantren Kiai
Abdul Rohman, S.Pd.I, pada tanggal 28 Februari 2020 48 Wawancara langsung dengan pengasuh pondok pesantren
Ustadz Harun Arrasyid, S.Pd.I, pada tanggal 28 Februari 2020
49
C. Setruktur Kepengurusan Pondok Pesantren Nurul Iman
Al Barkah49
1. Pelindung : Kiai Rofi’uddin,M.Pd
2. Pimpinan Pon-Pes : Kiai Abdul Rohman,S.Pd.I
3. Sekertaris : Ust. Sadam Husen,S.Pd.I
4. Bendahara : Ust. Ahmad Hudori
5. Seksi Bidang Pendidikan : Ust. Harun Arrasyid,S.Pd.I
6. Seksi Bidang Sarana Prasana : Ust. Dede Saputra
7. Seksi Bidang Humas : Ust. Syaiful Anugrah
9. Seksi Bidang Pembangunan : Ust. Junaidi
D. Profil Pondok Pesantren Nurul Iman Al Barkah
1. Kiai
Pondok Pesantren Nurul Iman Al Barkah di pimpin
oleh seorang kiai bernama Kiai Abdul Rohman,S.Pd.I, beliau
di lahirkan dari keluarga sederhana, namun hal itu tidak
menjadi penghalang baginya untuk selalu memupuk semangat
dirinya dalam berusaha dan belajar. Sikapnya yang tegas,
lugas, berani sederhana, mandiri, dan berdisiplin tinggi yang
menjadi ciri khasnya yang telah terbentuk sejak kecil.
Masa kecil dan pendidikan beliau dari sekolah dasar
sampai perguruan tinggi di pondok pesantren lirboyo, Kediri,
Jawa Timur. Sebelum menjadi pemimpin di Pondok
Pesantren Nurul Iman Al Barkah, beliau menjadi Sekjen
49 Wawancara langsung dengan pengasuh pondok pesantren
Ustadz Harun Arrasyid, S.Pd.I, pada tanggal 28 Februari 2020
50
Majelis Dhuhaa Nasional dan sebagai Mubaligh. Beliau juga
aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan maupun sebagai
pembicara di berbagai forum diskusi.50
2. Mushola
Pondok pesantren Nurul Iman Al Barkah terdapat satu
buah mushola yang berfungsi untuk kegiatan ubudiyah
(kegiatan perbadatan) maupun kegiatan pesantren lainnya.
Kegiatan utama yang dilakukan di mushola adalah sholat
berjamaah masing-masing santri diwajjibkan untuk shalat
fardhu berjamaah di mushola. Dari mulai pengarahan dan
peringatan pada tiap-tiap waktu shalat sampai iqob atau
sankdi bagi santri yang tidaak mengikuti shalat beramaah
tanpa alasan yang jelas pun di lakukan oleh pengurus santri.
Selain di pergunakan untuk shalat berjamaah mushola
pun digunakan untuk kegiatan para santiawan dan santriawati,
adapun kegiatan-kegiatan tersebut adalah halaqoh Al-Qur’an,
pengajian kitab kuning, dan pelatihan muhadoroh, ketiga
kegiatan tersebut dilaksanakan oleh santriawan dan
santriawati secara mandiri, namun tetap pengawasan wali
asrma mereka.51
3. Asrama
Pondok peantren memiliki dua asrma, yaitu asrama
putra dan asrama putri, masing-masing asrma yang disebut
50 Wawancara langsung dengan pengasuh pondok pesantren
Ustadz Harun Arrasyid, S.Pd.I, pada tanggal 28 Februari 2020 51 Wawancara langsung dengan pengasuh pondok pesantren
Ustadz Harun Arrasyid, S.Pd.I, pada tanggal 28 Februari 2020
51
pengasuhan putra dan pengasuhan putri. Kepengurusan
Organisasi Santri Nurul Iman Al Barkah (OSNIA) Secara
kepengurusan bersifat independen yang bertanggung jawab
mengawasi semua kegiatan santri dan masing-masing
pengurus secara oprasional melaksanakan peraturan dan
melaksanakan sanksi secara mandiri dalam pengawasan para
ustadz dan ustadzah.52
4. Program Dan Kegiatan Pondok Pesanten53
a) program Unggulan
1. Lembaga Tilawah Al-Qur’an
2. Lembaga Kajian Kitab Kuning, Arab Melayu dan
Praktek Dakwah
3. Program Leadership
4. Jam’iyah Al-Huffazh
5. Pembentukan Karakter
b) kegiatan harian
Tabel. 1
Kegiatan Harian Santri Pondok Pesantren Nurul Iman Al Barkah
NO JAM KEGIATAN
1. 04.00 – 06.00 Tahajjud, Sholat Subuh dan
Pengajian Kitab Kuning/Tahsin
52 Wawancara langsung dengan pengasuh pondok pesantren
Ustadz Harun Arrasyid, S.Pd.I, pada tanggal 28 Februari 2020 53 Wawancara langsung dengan pengasuh pondok pesantren
Ustadz Harun Arrasyid, S.Pd.I, pada tanggal 28 Februari 2020
52
Al-Qur’an
2. 06.00 – 07.00 Sarapan, Persiapan Sekolah,
Sholat Dhuhaa
3. 07.00 – 12.00 Pendidikan Formal Mts
4. 12.00 – 14.00 Sholat Zhuhur, Makan Siang dan
Istirahat
5. 14.00 – 15.30 Madrasah Diniyah Takmiliyah
Awaliyah (MDTA)
6. 15.30 – 16.00 Sholat Ashar
7. 16.00 – 17.00 Jam’iyyah Al-Huffazh
8. 17.00 – 17.30 Kebersihan Agama
9. 17.30 – 18.00 MCK (persiapan Sholat
Maghrib)
10. 18.00 – 19.30 Sholat Maghrib dan Halaqah Al-
Qur’an
11. 19.30 – 20.00 Sholat Isya
12. 20.00 – 20.30 Makan Malam
13. 20.30 – 22.30
Wajib Belajar, Pemberian Kosa
kata Bahasa Arab dan Sorogan
Kitab
14. 22.30 – 04.00 Istirahat / Tidur
53
Hasil data Pondok Pesantren Nurul Iman Al Barkah, Dikutip
Pada Februari 2020.
Tabel. 2
Kegiatan Mingguan Santri Pondok Pesantren Nurul Iman Al
Barkah
NO HARI KEGIATAN
1. Malam Jum’at
Tilawah Suroh Yasin, Tahlil,
Rotib, Sholat Tasbih.
2. Jum’at Sore Seni bela diri, komputer, seni
Hadroh, Marawis.
3. Malam Sabtu Pembacaan Maulid nabi
Muhammad SAW.
4. Sabtu Sore Tahsin dan Seni Qiroat
5. Malam Minggu Jam’iyyahan (Praktek dakwah)
Hasil data Pondok Pesantren Nurul Iman Al Barkah, Dikutip
Pada Februari 2020
Tabel. 3
Fasilitas Pondok Pesantren Nurul Iman Al Barkah
NO BENTUK
FASILITAS JUMLAH KETERANGAN
1. Kamar Tidur 6
2 Santriawan
2 Santriawati
1 Pengurus Putra
1 Pengurus Putri
54
2. Kamar Mandi 8
4 Santriawan
2 Santriawati
1 Pengurus Putra
1 Pengurus Putri
3. Kelas 3 Ruang Belajar
Mengajar
4. Mushola 1 Tempat Sholat
5. Kantor 1 Sekertariat Pondok
6. Dapur 1 Tempat Masak
7. Kasur + Bantal 84 Unit 80 Santriawan/I
4 Pengurus
8. Makan 3x Sehari
Makan Pagi
(Sarapan)
Makan Siang
Makan Malam
9. Komputer 20 Unit -
10. Printer 2 Unit -
55
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Informan
1. Latar Belakang Pembimbing
Ustadz Harun Arrasyid merupakan salah satu
pembimbing yang berada di Pesantren Nurul Iman Al
Barkah, yang sudah memberikan ilmunya di Pesantren
Nurul Iman Al Barkah tersebut, ustadz Harun Arrasyid
tinggal di dalam Pesantren tersebut.
Ustadz Harun Arrasyid ini merupakan lulusan S1
Pendidikan, Beliau juga pernah mengenyam pendidikan
pesantren di pondok pesantren Darullughah Wadda’wah,
dan di pondok pesantren Nurul Iman Al Barkah beliau di
percaya sebagai kepala pengasuh, untuk membimbing dan
mendidik santri yang di mana mereka dipersiapkan untuk
bermanfaat di masyarakat.54
Berdasarkan pemahaman beliau diatas, beliau selalu
mengajarkan dan menebarkan dakwah, dan ajaran-ajaran
serta aturan-aturan Allah S.W.T.
Selain di pondok pesantren ini beliau juga
melaksanakan dakwah dimana-mana, di sekitaran
rumahnya, di pengajian-pengajian, bahkan di kampus-
kampus pun beliau juga sering mengisi, dan berbagi
pegetahuan tentang agama, dengan sikap toleransi beliau
54 Wawancara pribadi dengan Ustadz Harun Arrasyid, S.Pd.I di
Pondok Pesantren Nurul Iman Al Barkah, pada 28 Februari 2020
56
juga pernah ngisi di tempat orang yang berbeda agama
untuk peresmian tokonya.
Suka duka yang beliau rasakan adalah karena pada
dasarnya perilaku dan sifatnya manusia tidak sama, oleh
karena itu dalam pembiasaan bimbingan kelompok dan
ada bimbingan individu. Jika melihat factor pendukung
yaitu keinginan kita sebagai pengasuh disini agar santri
dapat menjadi lebih baik lagi dan dari diri santri memiliki
rasa berubah ke arah yang lebih baik lagi.
Teknik-teknik yang beliau lakukan di pondok
pesantren ini adalah dengan bimbingan kelompok,
biasanya mereka di berikan waktu untuk saling mengenal
dan menerima kekurangan dalam diri mereka masing-
masing, kadang juga dengan ceramah agar santri-santri
lebih termotivasi lagi dalam bimbingan kelompok untuk
membentuk sikap toleransi.
Jumlah santri di Pondok Pesantren Nurul Iman Al-
Barkah adalah delapan puluh santri, dan semua santri
yang ada di pondok pesantren adalah laki-laki dan
perempuan yang belajar di Pondok Pesantren Nurul Iman
Al Barkah.55
Pelaksanaan Bimbingan Kelompok ini terbagi menjadi
7 kelompok, 3 kelompok putra dan 4 kelompok putri,
mempunyai dua sesi yaitu halaqoh al qur’an oleh ustadz
Harun Arrasyid dan yang ke dua belajar Kitab Ta’lim
Muta’alim oleh Kiai Abdul Rohman, dan kegiatan
55 Hasil observasi pada 28 Februari 2020
57
Halaqoh ini dilaksnakan setiap hari ba’da mahgrib dan
belajar kitab Ta’lim Muta’alim setiap malam sabtu.
Selanjutnya Kiai Abdul Rohman beliau di sini,
menjadi pimpinan pondok pesantren beliau juga sebagai
pendakwah, beliau juga melaksanakan dakwah dimana-
mana, beliau mengajarkan mengajarkan Kitab Ta’lim
Muta’alim kepada santri-santri.
Untuk kajian kitab Ta’lim Muta’alim diajarkan setiap
malam sabtu, dengan adanya kajian kitab Ta’lim
Muta’alim ini santri-santri agar lebih bisa mengedepankan
akhlaknya, baik di pesantren maupun di luar pesantren,
karena dengan akhlak santri-santri bisa lebih santun dalam
berperilaku, terutama dalam membentuk sikap toleransi.
Permasalahan yang mengalami kesulitan membentuk
sikap toleransi adalah Santri itu ibarat murid baru dan
sekolah baru, mereka yang awalnya bisa bebas dan gak
terikat jadi sekarang terikat dan harus mematuhi peraturan.
Kemudian mereka yang awalnya tinggal sama keluarga
atau sekamar sendiri sekarang harus hidup bersama dan
dipaksa untuk bisa berdampingan, kadang ada konflik
ataupun tidak percaya diri dan canggung dengan
lingkungan pondok56
56 Wawancara pribadi dengan Kiai Abdul Rohman,S.Pd.I di
Pondok Pesantren Nurul Iman Al Barkah, pada 28 Februari 2020
58
2. Santri
Penulis mewawancarai 2 orang santri, alasannya
adalah karena santri yang saya wawancarai ini, yang
paling bisa bersahabat dengan penulis, atau dengan kata
lain paling bisa untuk diajak wawnacara, dan juga yang
direkomendasikan oleh pengasuh pondok pesantren
tersebut.
Adapun santri yang sudah penulis wawancarai adalah:
a. Ahmad Hidayat (santri), yang lahir di Tangerang pada
bulan juni tahun 2005. Ahmad Hidayat sekarang
berumur 15 tahun, dia berada di pesantren ini sudah 3
tahun, dia bisa berada disini awalnya karena keinginan
orang tuanya untuk menuntut ilmu agama, awalnya
dia merasa terpaksa saat masuk pesantren, di tahun
pertama sempat dia tidak betah di pesantren karena
tidak terbiasa dengan kehidupan pesantren dengan
adanya peraturan dan kedisiplinan, di tahun kedua
sampai sekarang malah merasa sangat nyaman karena
banyaknya teman dan bimbingan dari para pengasuh
pesantren.
b. Selanjutnya adalah Ghesa Arda Wangsa, lahir di
Bekasi pada bulan Agustus 2005 ini berasal dari
Bekasi, dia berusia 15 tahun, dia berada di pesantren
ini sudah 3 tahun, dia bisa berada disini awalnya
karena keinginan dirinya sendiri dan orang tuanya
mendukung keinginan sang anak mau masuk
pesantren. Dia masuk pesantren ini selain menimba
59
ilmu agama, dia bercita-cita ingin menjadi pendakwah.
Karena lingkungan dirumahnya teman-temanya
banyak yang berperilaku kurang bagus, maka diaber
keinginan masuk pesantren, selama dipesantren
banyak lah cobaan yang dia hadapi, gak betah, suka
dijahilin temannya tetapi dengan tekatnya yang kuat
dan bimbingan dari para pengsuh alhamdulillah
merasa nyaman tinggal di pesantren.
B. Temuan Lapangan
Penyajian data yang akan saya paparkan di sini adalah
kegiatan-kegiatan yang saya lakukan selama melakukan
penelitian demi menunjang skripsi yang akan saya buat
sebagai berikut:57
Pada awalnya saat penulis pertama kali izin untuk
melakukan penelitian di pesantren tersebut, Alhamdullilah
langsung bisa bertemu dengan pimpinan pesantren, pengasuh
pesantren dan para santri yang bisa penulis wawancarai,
namun penulis perlu ikut ke semua kegiatan yang ada agar
para santri mengenal dan mau untuk diwawancarai oleh
penulis. Dan berikut kegiatan- kegiatan yang penulis ikuti
selama melaksanakan penelitian di pesantren ini.
Kegiatan yang pertama adalah Shalat berjamaah bersama
para santri khusus untuk shalat dzuhur dan ashar dengan
tujuan menanamkan kepada santri manfaat untuk
57 Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis di Pondok
Pesantren Nurul Iman Al-Barkah Tangerang, Banten
60
menumbuhkan minat untuk beribadah dan juga agar
membiasakan para santri agar terbiasa melaksanakan shalat
berjamaah, tidak hanya shalat berjamaah tapi juga mengajak
atau menyerukan shalat.
Yang berikutnya adalah mengikuti kegiatan halaqoh Al-
Qu’an tepat pada pukul 18.30 yang dilaksanakan setiap hari
Senin-Jum’at, kegiatan halaqoh Al-Qu’an meliputi setoran
hafalan, tahsin al-qur’an, danpembenahan ilmu tajwid.
Dilaksanakannya kegiatan halaqoh Al-Qu’an ini bertujuan
agar mempermudah setoran hafalan, dan memperbaiki
bacaan al-qur’an memberikan pengetahuan dan kemampuan
kepada para santri agar bisa menjadi hafidz qur’an, dan
bacaan al-qur’anya pun lebih bagus sesuai ilmu tajwidnya
selepas nyantren di pesantren ini. Penulis juga
mengobservasi dan meneliti santri mana saja yang meman
mengikuti kegiatan halaqoh al-qur’an ini dengan sungguh-
sungguh itu menandakan bahwa dia ingin berubah dengan
menerima dan menyerap semua ilmu-ilmu yang di berikan.
Selain itu, setiap malam sabtu penulis mengikuti kajian
kitab Ta’lim Muta’alim pada pukul 20.00 – 21.30 yang
dilakukan oleh Kiai Abdul Rohman, yang menjelaskan
tentang akhlak, didalam kitab Ta’lim Muta’alim menjelaskan
tentang bagaimana menghormati seorang guru/ustadz, dan
menjelaskan tentang bagaimana santri agar bisa menjaga
perilaku baik kepada guru maupun teman, agar para santri
bisa menanamkan akhlak di dalam perilaku sehari-harinya.
61
Yang terakhir penulis ikut serta dalam kegiatan
muhadhoroh yang diadakan pada malam minggu pukul 20.00
– 21.30 Yang diharapkan dari kegiatan ini adalah santri di
ajarkan untuk melatih mental agar lebih bisa percaya diri
dalam berbicara di depan umum, ada yang jadi mc, ada yang
menjadi qori’, dan ada juga yang ceramah. agar mengenal
satu sama lain, dan juga menghargai temannya yang
berbicara di depan. 58
C. Kegiatan Bimbingan Kelompok
Setelah memperoleh data dan informasi, penulis
mendapatkan temuan-temuan lapangan. Temuan lapangan
yaitu kegiatan Bimbingan Kelompok di Pondok Pesantren
Nurul Iman Al-Barkah Tangerang sebagai berikut:
1. Bimbingan Kelompok tentang Halaqoh Al-Qur’an di
Pondok Pesantren Nurul Iman Al-Barkah Tangerang.
Kegiatan Bimbingan Kelompok ini laksanakan
Ustadz Harun Arrasyid.
2. Adalah tentang kajian kitab Ta’lim Muta’alim dengan
metode ceramah yang diberikan oleh Kiai Abdul
Rohman.
D. Hasil Wawancara
Yang pertama adalah hasil wawancara yang saya lakukan
dengan para santri. Sebelum melakukan wawancara saya harus
58
Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis di Pondok
Pesantren Nurul Iman Al-Barkah Tangerang, Banten
62
melaksanakan pendekatan dahulu kepada para santri, karena
mereka cenderung tidak berkata jujur apabila kita tidak
melakukan pendekatan terlebih dahulu, bahkan bukan tidak jujur
namun mereka tidak akan menjawabnya.
Yang saya tanyakan adalah yang pertama saya tanyakan
adalah siapa nama panjang anda, anda berasal dari mana, dan
setelah itu penulis bertanya bagaimana kamu bisa berada di
pesantren ini. Baru setelah itu saya tanya tentang masalah apa
yang saya ingin ambil sebagai contoh Apakah pelaksanaan
bimbingan kelompok dapat membantu kamu dalam membentuk
sikap toleransi santri. Maka dari itu akan saya jabakan hasil
wawancaranya sebagai berikut:
1. Siapa nama panjang anda: Ahmad Hidayat59
Tinggal di mana anda: di Tangerang
Anda tinggal dengan siapa: orang tua
Bagaimana ceritanya anda bisa berada di pesantren ini:
awalnya karena keinginan orang tuanya untuk menuntut
ilmu agama, awalnya dia merasa terpaksa saat masuk
pesantren, di tahun pertama sempat dia tidak betah di
pesantren karena tidak terbiasa dengan kehidupan
pesantren dengan adanya peraturan dan kedisiplinan, di
tahun kedua sampai sekarang malah merasa sangat
nyaman karena banyaknya teman dan bimbingan dari
para pengasuh pesantren. Apa yang saudar ketahui
tentang bimbingan kelompok? Jawab: Menurut saya
59 Hasil Wawancara pribadi dengan santri Ahmad Hidayat di
Pondok Pesantren Nurul Iman Al Barkah, pada 28 Februari 2020
63
bimbingan kelompok adalah upaya agar santri dapat
menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan
merencakan masa depan. Bagaimana pelaksanaan
bimbingan kelompok dalam membentuk sikap toleransi
santri? Jawab: alhamdulillah sangat menyenangkan
karena dimana saat pelaksanaan bimbingan kelompok,
kita semua di kumpulkan bersama di ajak sharing
bersama dan menyatukan pemikiran dari berbagai macam
pemikiran dan bisa menyelesaikan sesuatu bersama-sama.
Apakah pelaksanaan bimbingan kelompok dapat
membantu kamu dalam membentuk sikap toleransi santri?
Jawab: sangat membantu sekali karena dmna kita bisa
saling tolong menolong, dan saling membantu dalam
kesusahan maupun kesulitan. Apa saja kendala saudara
dalam melaksanakan bimbingan kelompok? Jawab:
kadang sulitnya menyatukan presepsi sama teman-teman
yang lain karena berbeda pendapat. Upaya apa saja yang
saudara lakukan untuk mengatasi kendala dalam
pelaksanaan bimbingan kelompok? Jawab: membantu
dan bekerja sama dalam menyelesaikan suatu masalah
untuk mendapatkan solusinya. Bagaimana anda
menanggapi pendapat atau pandangan yang berbeda
untuk anda dari santri yang lain? Jawab: Pendapat teman-
teman harus di hargai, karena di pondok sama-sama
menuntut ilmu. apakah ada pendapat yang kurang bahkan
tidak anda terima dari santri lain? Jawab: Sering, salah
satunya masukan dari teman-teman untuk setoran hafalan
64
tahfidz qu’an, dan biasanya caramembaca saya yang
menurut teman saya kurang tepat. apakah anda pernah
melakukan hal-hal yang kurang baik kepada santri yang
lain dan bagaimna tindakan anda? Jawab: Pernah,
mengolok santri yang lain, disaat ada yang kurang baik
dengan saya, saya akan mendatanginya dan memberikan
peringatan kepadanya.
2. Yang kedua saya melakukan pertanyaan yang sama.60
Siapa nama panjang anda: Ghesa Arda Wangsa
Tinggal di mana anda: di Bekasi
Anda tinggal dengan siapa: orang tua
Sudah berapa lama mondok disini: sudah 3 tahun
Bagaimana ceritanya anda bisa berada di pesantren ini:
awalnya karena keinginan dirinya sendiri dan orang
tuanya mendukung keinginan sang anak mau masuk
pesantren. Dia masuk pesantren ini selain menimba ilmu
agama, dia bercita-cita ingin menjadi pendakwah. Karena
lingkungan dirumahnya teman-temanya banyak yang
berperilaku kurang bagus, maka diaber keinginan masuk
pesantren, selama dipesantren banyak lah cobaan yang
dia hadapi, gak betah, suka dijahilin temannya tetapi
dengan tekatnya yang kuat dan bimbingan dari para
pengsuh alhamdulillah merasa nyaman tinggal di
pesantren. Apa yang saudar ketahui tentang bimbingan
kelompok? Jawab: Menurut saya bimbingan kelompok
60 Hasil Wawancara pribadi dengan santri Ghesa Arda Wangsa
di Pondok Pesantren Nurul Iman Al Barkah, pada 28 Februari 2020
65
adalah tempat kita meminta saran atau pendapat tentang
curhatan yang kita alami, dan disitulah kita bisa
berproses dalam mecari solusi. Bagaimana pelaksanaan
bimbingan kelompok dalam membentuk sikap toleransi
santri? Jawab: suka dan menyenangkan karena berupaya
membantu menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan
untuk menghadapi dan mengatasai persoalan melalui
pengembangan pemahaman, sikap keyakinan, dan
perilaku dengan cara memanfaatkan bimbingan
kelompok. Apakah pelaksanaan bimbingan kelompok
dapat membantu kamu dalam membentuk sikap toleransi
santri? Jawab: iya betul mambantu, karena dimana kita di
ajarkan untuk saling menghargai pendapat teman-teman
yang lain. Apa saja kendala saudara dalam melaksanakan
bimbingan kelompok? Jawab: tidak ada, karena
bimbingan kelompok ini sangat membantu untuk bekerja
sama dalam menyatukan visi misi. Upaya apa saja yang
saudara lakukan untuk mengatasi kendala dalam
pelaksanaan bimbingan kelompok? Jawab: saling tolong-
menolong dan gotong royong dalam menghadapi
persoalan yang kesulitan. Bagaimana anda menanggapi
pendapat atau pandangan yang berbeda untuk anda dari
santri yang lain? Jawab: karena tinggal bersama-sama
sudah wajar banyak pendapat dari teman-teman, dan
harus saling mengingatkan ketika teman berbuat salah
atau berbeda pendapat. Apakah ada pendapat yang
kurang bahkan tidak anda terima dari santri lain? Jawab:
66
Ada, pendapat teman saya yang mengomentarin
penampilan saya, karena teman saya mengejek sayadan
mengeluarkan kata yang tidak sopan. Apakah anda
pernah melakukan hal-hal yang kurang baik kepada santri
yang lain dan bagaimna tindakan anda? Jawab: Pernah,
seperti mengolok-olok seperti daerah teman,
mengganggu teman saat belajar atau istirahat, maka saya
akan memberikan peringatan atau teguran kepadanya.
E. Analisis
Berdasarkan contoh hasil wawancara yang saya jabarkan
diatas, bisa kita lihat bahwa bimbingan kelompok itu membantu
mereka dalam membentuk sikap toleransi, disitulah mereka
tumbuh rasa saling menghormati, menghargai pendapat orang
lain, saling tolong-menolong, dan bekerja sama dalam hal
kebaikan, selalu adanya pantauan dan bimbingan dari para
pengasuh santri dalam perilaku santri sehari-hari.
75
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam bab ini membahas tentang pembahasan analisis yang
dilakukan penulis di lapangan, terkait pelaksanaan Metode
Bimbingan Kelompok Dalam Membentuk Sikap Toleransi Santri
Di Pondok Pesantren Nurul Iman Al-Barkah Tangerang Banten.
Peneliti akan memaparkan secara naratif mengenai temuan
lapangan, sebagai hasil wawancara dengan informan dan
observasi selama melakukan penelitian. Peneliti menyajikan data
dengan cara menerangkan, memberi gambaran dan
mengklasifikasi data yang sudah terkumpul sesuai dengan fakta
yang ada di lapangan kemudian data tersebut disimpulkan.
A. Metode Bimbingan Kelompok Dalam Membentuk Sikap
Toleransi Santri Di Pondok Pesantren Nurul Iman Al-Barkah
Tangerang Banten.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan, tetap istiqomah
dan konsisten dalam melakukan perannya sebagai pusat
pendalaman ilmu-ilmu agama (taffaquh fi ad-din). Lembaga
dakwah islamiyah, serta ikut mencerdaskan bangsa. Hal ini,
dibuktikan dengan keberhasilannya dalam mencetak tokoh-tokoh
agama, perjuangan bangsa, serta tokoh masyarakat, baik pada
masa pra-kemerdekaan, setelah kemerdekaan, dan sampai zaman
sekarang seperti KH. Hasim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, KH.
Wahid Hasyim, Din Syamsudin, KH. Hasyim Muzadi, Hidayat
Nur Wahid dan Nurcholis Madjid.
68
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional islam
yang masih bisa survive sampai hari ini karena kehadiran
pesantren sebagai institusi yng mampu memberikan sumbangan
penting dan krusial dalam proses tranmisi ilmu-ilmu islam,
reproduksi ulama, pemelihara ilmu dan tradisi islam, bahkan
pembentukan dan ekpansi masyarakat muslim santri. Hal itu
berbeda dengan lembaga pendidikan tradisional islam di kawasan
duni muslim lainnya, dimana akibat gelombang pembaharuan dan
modernisasi yang semakin kencang telah menimbulkan
perubahan-perubahan yang membawanya keluar dari eksistensi
lembaga-lembaga pendidikan tradisional.61
1. Adapun Proses Bimbingan Kelompok
Proses Bimbingan Kelompok yang dilakukan di Pondok
Pesantren Nurul Iman Al Barkah ini adalah bertujuan untuk
membantu siswa (klien) memecahkan masalah melalui kegiatan
kelompok. Penyelenggaraan bimbingan kelompok antara lain
dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah bersama atau
membantu seorang individu yang menghadapi masalah dengan
menempatkan dalam suatu kelompok yang bisa diterapkan dalam
pelayanan bimbingan kelompok.
a. Analisis pelaksanaan kegiatan Bimbingan Kelompok
Menurut penulis kegiatan yang dilakukan oleh Pondok
Pesantren Nurul Iman Al Barkah, ini sudah baik karena
metode bimbingan kelompok ini membantu mereka dalam
membentuk sikap toleransi, disitulah mereka tumbuh rasa
61
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi Dan Modernisasi
Menuju Melenium Baru (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h, 95.
69
saling menghormati, menghargai pendapat orang lain, saling
tolong-menolong, dan bekerja sama dalam hal kebaikan,
selalu adanya pantauan dan bimbingan dari para pengasuh
santri dalam perilaku santri sehari-hari.
b. Analisis Sikap Toleransi
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, sikap
toleransi dalam berhubungan dengan sesama masyarakat baik
satu agama maupun berbentuk dalam berbagai macam
perbedaan, setiap orang harus memiliki sikap toleransi untuk
tidak memaksakan kehendak dan mengatur hidup seseorang.
Toleransi islam membolehkan hidup berdampingan
dalam bermasyarakat selama tidak memusuhi dan tidak
memerangi. Sejarah mencatat sikap toleran yang pernah
ditunjukkan Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat, ia
tidak pernah menghalangi Bilal untuk menjadi muazin Rasul
SAW dan kaum muslim.
c. Analisis Metode Bimbingan Kelompok Dalam Membentuk
Sikap Toleransi
a. Sikap Toleransi
Pada umumnya dapat dimasukkan ke dalam salah
satu diantara tiga kerangka pemikiran. Pertama adalah
kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi
seperti Louis Thurstone, Lensis Likert, dan Charles
Osgood. Menurut mereka, sikap toleransi adalah suatu
bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. yang kedua diwakili
oleh para ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead,
dan Gordon Allport. Menurut mereka sikap toleransi
70
merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap
suatu obyek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan di sini
merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi
dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada
stimulus yang menghendaki adanya respon. Kelompok
pemikiran yang ketiga adalah kelompok yang berorientasi
kepada skema triadic (triadic scheme). Menurut kelompok
ini suatu sikap toleransi merupakan konstelansi
komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang
saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan
berperilaku terhadap obyek.
Adapun cara untuk mengajarkan toleransi yaitu:
1. Memberikan contoh-contoh bersikap menghargai
2. Berhati-hati dalam membicarakan kebiasaan orang-orang
yang berbeda.
3. Membantu anak dalam memahami nilai toleransi.
4. Menjawab dengan jujur apabila anak bertanya tentang
kebiasaan beragama dan berbudaya.
5. Memberikan anak untuk bersosialisasi,
6. Menjaga dan mengawasi anak dalam proses sosialisasinya.
Sedangkan teori Bimbingan Kelompok adalah sebagai berikut :
Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok ialah layanan bimbingan yang
diberikan dalam suasana kelompok, dan merupakan kegiatan
informasi kepada sekelompok peserta didik (konseli) untuk
71
membantu peserta didik (konseli) menyusun rencana dan
keputusan yang tepat.62
Bimbingan kelompok adalah bimbingan yang dilakukan
secara kelompok terhadap sejumlah Individu sekaligus sehingga
beberapa orang atau individu sekaligus dapat menerima
bimbingan yang di maksud.63
Dari teori teori yang ada diatas dapat kita analisis sebagai
berikut:
Pelaksanaan Metode Bimbingan Kelompok yang dilakukan
di Pondok Pesantren Nurul Iman Al Barkah tersebut sebagai
berikut:
a. Diskusi Kelompok
b. Kegiatan Kelompok
c. Organisasi Santri
d. Halaqah
e. Ceramah
Berdasarkan keterangan-keterangan yang sudah penulis jabarkan
diatas, maka analisis yang ada adalah sebagai berikut :
Diantara para santri yang sudah saya wawancarai mereka
merasa kegiatan yang di lakukan di Pondok Pesantren Nurul
Iman Al Barkah tersebut sudah baik, karena memotivasi mereka
untuk bisa bersikap mandiri dan percaya diri bahwa mereka bisa
melakukan sesuatu yang lain selain apa yang mereka lakukan
sebelumnya, dan juga mereka diajarkan untuk disiplin, dan selalu
62 Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2013),hlm,309 63 Siti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2009), hlm.4
72
menghargai teman satu asrama, dan serta selalu diajarkan untuk
saling tolong-menolong. Hanya saja mungkin yang kurang adalah
SDM atau pegawai yang ada untuk mengawasi setiap gerak-gerik
santri, serta kurangnya SDM utuk mendorong dan menyerukan
agar santri mau untuk selalu ikut dalam semua kegiatan baik yang
bersifat agama maupun yang non agama, karena banyak dari
santri ini sering tidak hadir dalam kegiatan-kegiatan yang
diadakan, saat penulis tanya apa alasannya kenapa kamu tidak
mau ikut ke kegiatan, mereka menjawab bahwa dia malas dan
juga dia lelah setelah melaksanakan kegiatan sebelumnya. Oleh
karena itu di butuhkan pengawas asrama yang memang bisa
diandalkan dan tegas terhadap santri disana.
Analisis yang saya dapatkan di lapangan berdarkan dari
diri santri:
A. Ahmad Hidayat Bimbingan kelompok yang diterima
Ahmad Hidayat, dia melakukan bimbingan kelompoknya
dengan sepenuh hati dan dia menerima semua yang
diberikan, sehingga informasi-informasi dan juga ilmu-
ilmu yang diberikan dapat di serap dan dilaksanakan
dikemudian hari, Karena mengikutinya dengan sepenuh
hati maka dia meningkatkan sikap toleransinya sendiri
dengan menghargai dirinya dan orang lain.
B. Ghesa Arda Wangsa ini juga mengikuti kegiatan
Bimbingan Kelompok dengan kemauan dan keinginan
yang tinggi untuk berubah, karena dia memiliki motivasi
yang tinggi untuk berubah, selain itu karena metode
bimbingan kelompok selalu dapat membuat dia nyaman
73
dalam belajarnya. Selain itu juga walaupun ustadznya atau
temannya yang paling dia percaya di Pondok Pesantren
Nurul Iman Al Barkah tersebut sedang sakit dia tetap
mengikuti kegiatan karena memang dia ingin berubah
menjadi lebih baik lagi.
Berdasarkan analisis diatas diadapatkan hasil yaitu
Yang pertama berdasarkan analisis bimbingan kelompok
para santri dapat di pengaruhi oleh kegiatan bimbingan kelompok
apabila di dalam dirinya menginginkan sebuah perubahan, dan
apabila dia mengikuti kegiatan di Pondok Pesantren Nurul Iman
Al Barkah dengan sungguh-sungguh dan juga senang hati, tanpa
adanya rasa malas.
Yang kedua sikap toleransi di Pondok Pesantren Nurul
Iman Al Barkah ini adalah lumayan berperan dalam
meningkatkan bimbingan kelompok terhadap santri ke arah yang
lebih positif, karena ini merupakan kegiatan yang rutin dilakukan
di Pondok Pesantren Nurul Iman Al Barkah ini, dan juga mereka
memang butuh disadarkan dari segi agama, karena para santri
bisa mulai menerima diri mereka di Pondok Pesantren Nurul
Iman Al Barkah tersebut maka mereka mulai mengikuti kegiatan
dengan sepenuh hati, dan dapat menyerap materi yang diberikan
sehingga biasa merubah pemikiran-pemikiran negatif menjadi
positif.
Yang ketiga adalah kegiatan-kegiatan bimbingan
kelompok semuanya yang mempengaruhi sikap toleransi santri
karena kegiatan atau materi-materi yang disampaikan berkaitan
74
satu sama lain dan saling terhubung satu sama lain. Agar dapat
lebih maksimal diharapkan santri bisa mengikuti semua materi-
materi yang disampaikan.
75
BAB VI
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian analisis yang saya lakukan maka
mendapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan pelaksanaan bimbingan kelompok yang
merupakan salah satu bimbingan yang ada di Pondok
Pesantren Nurul Iman Al Barkah, bimbingan kelompok
ini sendiri memberikan dukungan atau motivasi santri di
Pondok Pesantren Nurul Iman Al Barkah. Selain itu juga
bimbingan kelompok ini juga mengajarkan mereka untuk
saling bekerja sama dan bertukar pikiran satu sama lain.
2. Sikap Toleransi Santri di Pondok Pesantren Nurul Iman
Al Barkah ini meningkat ke arah yang lebih baik, karena
ustadz sangat berpengaruh dalam membentuk sikap
toleransi santri di Pondok Pesantren Nurul Iman Al
Barkah. Ustadz merupakan contoh pertama bagi santri
dalam membentuk sikap toleransi berbentuk peran sebagai
pengawas dan pembimbing.
Metode yang dapat diterapkan oleh ustadz dalam
membentuk sikap toleransi santri antara lain:
1. Membiasakan anak untuk bertutur kata sopan dan
bersikap yang santun
2. Membiarkan anak untuk berinteraksi dengan
teman sebayanya
76
3. Memberikan kesempatan kepada anak untuk
bersosialisasi dengan orang lain maupun orang
yang lebih tua darinya.
3. Dukungan sosial, dukungan keluarga, dukungan
emosional dari pembimbing, dan dukungan dari ustadz
yang ada merupakan sebuah kunci untuk santri untuk bisa
bekerja sama dan berkelompok dengan baik lagi, bagi
masyarakat, dan juga dimata agama, dibutuhkannya
motivasi dan juga dukungan dari semua pihak agar bisa
belajar lebih sungguh-sungguh lagi.
4. Pelaksanaan bimbingan kelompok terhada sikap toleransi
santri, pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok ini
sesungguhnya sudah sangat bagus, dan bermanfaat serta
dapat meninngkatkan sikap toleransi para santri, hanya
saja selain mengikuti kegiatan ini, disini para santri juga
membutuhkan niat dan hati yang tulus bahwa kita mau
belajar sungguh-sungguh, karena apabila para santri tidak
berniat untuk bersungguh-sungguh materi apapun yang
disampaikan tidak akan bisa diserap, dan diamalkan serta
ditanamkan dalam dirinya, sehingga tidak terulang
kembali, namun sebaliknya apabila dia memang ingin
sungguh-sungguh, dari hati maka materi semenyeramkan
apapun pasti akan bisa diterima oleh akal dan hatinya,
karena segala seuatu yang kita laksanakan menggunakan
niat yang tulus, tekad serta hati yang baik maka hasilnya
akan baik pula.
77
B. Implikasi
Ternyata tidak mudah memberikan metode bimbingan
kelompok agar membentuk sikap toleransi santri meningkat,
itu tergantung pada kemauan dan keinginan dan keseriusan
seorang mengikuti dan menerima semua informasi yang
diberikan. Dibutuhkan pembimbingan yang intens atau
dibutuhkannya pendekatan oleh masing-masing pembimbing
atau yang di sana disebut dengan ustadz.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, penulis
memiliki saran yaitu,
SDM yang memadai atau sumber daya manusianya di
tambahkan karena menurut penulis semakin banyak sumber
daya yang berkualitas maka akan ada kesempatan untuk
pembimbing mengawasi anak-anaknya dengan intens dan
juga dapat mendengarkan keluh kesah mereka dengan baik,
sehingga para santri bisa merasa memiliki seseorang yang
dapat diandalkan. Apabila pembimbing memegang 2 atau 3
santri, waktu dan perhatiannya akan terbagi dan tidak bisa
berfokus pada masalah salah satu santri, sehingga para santri
merasa pembina bukan merupakan sebagai ibu pengganti
yang bisa membuat mereka bergantung padanya selama di
Pondok Pesantren Nurul Iman Al Barkah ini.
78
79
DAFTAR PUSTAKA
Ainurrafiq Ta’arifin Ahmad, Dawam, Manajemen Madrasah
Berbasis Pesantren, (Jakarta: Listafariska Putra, 2005)
Anwar, Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2014)
Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,
1991)
Hendrik, Amin, Masa Depan Pesantren, (Jakarta:IRD Press,
2004)
Ida, Rachmah , Ragam Penelitian Isi Media Kuantitatif dan
Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004)
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2009)
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
Remaja Roskakarya, 2009)
Mastuhu, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, Tujuan Antar
Disiplin Ilmu, (Bandung: Pusjarlit Dan Nuansa, 1998)
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi Dan Modernisasi
Menuju Melenium Baru (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999)
Nurcholis Madjid, Blik-Blik Pesantren: Sebuah Proses
Perjalanan (Jakarta:Paramadina, 1997)
Romlah, Tatiek, Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok,
(Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang, 2001)
80
Sartinah, Siti, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2009)
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasah,
(Jakarta: Rajawali, 2009)
Said Agil Husin Al Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama,
(Ciputat: PT Ciputat Press, 2005)
Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2013)
Siti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2009)
Departemen Agama RI, Op,Cit
W S Winkel, & Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Instutisi,
(Yogyakarta: Media Abadi. 2004)
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah
(Jakarta: Rajawali, 2009)
Wela Asweda, “Efektifitas Bimbingan Kelompok Dalam
Mengurangi Kecemasan Berkomunikasi Pada Siswa,”
Jurnal Ilmiah Konseling, Vol, 1 No. 1
Mamat Supriyatna, Bimbingan Dan Konseling Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: Raja Wali Pers: 2013)
Hikmawati Fenti, “Bimbingan dan Konseling Perspektif
Islam”,(Jakarta: Rajawali Pers.2015)
Hatinnah Siti, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok,(Bandung: PT
Refika Aditama, 2009)
Mamat Supriyatna, Bimbingan Dan Konseling Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: Raja Wali Pers: 2013)
81
Siti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2009)
Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: C.V ANDI
OFFSET,2003)
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta,2009),
Said Agil Husin Al Munawwar, Fikih Hubungan Antar Agama,
(Ciputat: PT Ciputat Press,2005)
Muhammad Yasir,”Makna Toleransi Dalam Al Qur’an”, vol
XXII No.2
Kementria Pendidikan dan Kebudayaan “Menumbuhkan Sikap
Toleran Pada Anak”,(Jakarta: 2016)
Amin Haedari dkk “Masa Depan Pesantren”,(Jakarta: IRD
Press,2004)
Dawam Ainurrafiq, Ta’arifin Ahmad, “Manejemen Madrasah
Barbasis Pesantren”,(Listafariska Putra, 2005)
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2009)
Sumber dari Internet :
www.pendis.kemenag.go.ig data Pesantren Provinsi Banten di
akses pada 21 Desember 2019.
http://KBBI.web.id/santri.htm (18 Februari 2020)
Sumber Wawancara :
Wawancara dengan pimpinan Pondok Pesantren Nurul Iman Al-
Barkah Tangerang Banten, Pada 28 Februari 2020
Wawancara dengan pengasuh santri Pondok Pesantren Nurul
Iman Al-Barkah Tangerang Banten, Pada 28 Februari
2020
82
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA KEGIATAN BIMBINGAN
KELOMPOK DALAM MEMBENTUK SIKAP TOLERANSI
SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL IMAN AL-
BARKAH TANGERANG BANTEN
A. Wawancara Pimpinan Pondok
1. Bagaimana awal berdirinya Pondok Pesantren Nurul Iman Al-
Barkah kiai?
2. Bagaimanakah Latar belakang santri yang memiliki
permasalahan yang mengalami kesulitan membentuk sikap
toleransi kiai?
3. Permasalahan apa yang biasanya pada masa- masa santri awal
kiai?
4. Faktor pendukung dan penghambat diberikannya bimbingan
kelompok ini kiai?
B. Wawancara Pengurus Pondok
1. Apa saja kah permasalahan santri didalam pondok?
2. Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan kelompok dalam
membentuk sikap toleransi santri?
3. Berapa kali bimbingan kelompok dilaksanakana?
4. Apakah lembaga (Nurul Iman) melakukan evaluasi dari
kegiatan bimbingan kelompok ini?
5. Apa saja kendala dan bagaimana cara mengatasi kendala dalam
melaksanakan bimbingan kelompok?
6. Apa metode cara yang dilakukan lembaga dalam membentuk
sikap toleransi terhadap santri?
7. bimbingan kelompok yang dilakukan lembaga apakah ada
berkaitan dengan pembentukan sikap toleransi?
8. Apa saja yang menjadi tolak ukur dari bimbingan kelompok ini?
Agar santri dapat dikatakan sudah bersikap toleran terhadap
sesama?
C. Wawancara Santri
1. Apa yang saudar ketahui tentang bimbingan kelompok?
2. Bagaimana pelaksanaan bimbingan kelompok dalam
membentuk sikap toleransi santri?
3. Apakah pelaksanaan bimbingan kelompok dapat membantu
kamu dalam membentuk sikap toleransi santri?
4. Apa saja kendala saudara dalam melaksanakan bimbingan
kelompok?
5. Upaya apa saja yang saudara lakukan untuk mengatasi kendala
dalam pelaksanaan bimbingan kelompok?
6. Bagaimana anda menanggapi pendapat atau pandangan yang
berbeda untuk anda dari santri yang lain?
7. apakah ada pendapat yang kurang bahkan tidak anda terima dari
santri lain?
8. apakah anda pernah melakukan hal-hal yang kurang baik
kepada santri yang lain dan bagaimna tindakan anda?
Hasil Wawancara Pimpinan Pondok
Kiai Abdul Rohman, S.Pd.I
Pertayaan
1. Bagaimana awal berdirinya Pondok Pesantren Nurul Iman Al-
Barkah kiai?
Jawab: Latar belakang pondok pesantren Nurul Iman Al Barkah
pada awalnya hanyalah sebuah majelis ta’lim kecil yang di asuh
oleh orang tua dan guru kami KH. Abdillah dan di mulai sekitar
pada tahun 1960, dengan istiqomah beliau mengajar dengan
salfiyah dengan santri kalong dengan jumlah yang kadang
banyak kadang sedikit, beliau mengajar khusus al qur;sn seperti
tajwid, makhroj. Berjalannya waktu pada tahun 2007 beliau
wafat, dan saat itu putra putri beliau masih dalam kondisi
belajar, dan ada juga yang masih menyelesaikan kuliahnya.
Barulah setelah 2014 di antara puta beliau menyelesikan
pendidikannya, kemudian di resmikan tempat pendidikan ini
menjadi lembaga pondok pesantren formal dan non formal, di
antar pendidikan tersebut mulai dari Madrasah Tsanawiyah dan
Madrasah Diniyah.
2. Bagaimanakah Latar belakang santri yang memiliki
permasalahan yang mengalami kesulitan membentuk sikap
toleransi kiai?
Jawab: Santri itu ibarat murid baru dan sekolah baru ya mbak,
mereka yang awalnya bisa bebas dan gak terikat jadi sekarang
terikat dan harus mematuhi peraturan. Kemudian mereka yang
awalnya tinggal sama keluarga atau sekamar sendiri sekarang
harus hidup bersama dan dipaksa untuk bisa berdampingan,
kadang ada konflik ataupun tidak percaya diri dan canggung
dengan lingkungan pondok.
3. Permasalahan apa yang biasanya pada masa- masa santri awal
kiai? Jawab: Masalah awal itu biasanya sulit menyesuaikan /
mengatur jadwal, berat untuk bangun malam tahajud, merasa
liburnya kurang panjang..
4. Faktor pendukung dan penghambat diberikannya bimbingan
kelompok ini kiai?
Jawab: Pastinya ada hambatan dan juga pendukungnya juga,
karena pada dasarnya perilaku dan sifatnya manusia tidak sama,
oleh karena itu dalam pembiasaan bimbingan kelompok dan ada
bimbingan individu. Jika melihat factor pendukung yaitu
keinginan kita sebagai pengasuh disini agar santri dapat menjadi
lebih baik lagi dan dari diri santri memiliki rasa berubah ke arah
yang lebih baik lagi.
Wawancara Pengurus Pondok
Ustadz Harun Arrasyid, S.Pd.I
Pertanyaan
1. Apa saja kah permasalahan santri didalam pondok?
Jawab: Permasalaham yang biasa di hadapi santri ini banyak,
misalnya kedisiplinan baik di pondok atau di lingkungan,
manajemen waktu, kemandirian dan membentuk sikap toleransi,
karena kan semua santri disini berasal dr berbagai daerah jadi
mereka harus bisa berbaur dan menyesuaikan diri dan sosial
dengan lingkungan pondok, setiap permasalahan yang ada disini
harus diselesaikan segera, karena kita semua tinggal satu
lingkungan seperti ini, jadi harus segera terselesaikan masalah
sekecil apapun. biasanya kita itu mengadakan bimbingan
kelompok untuk menyelesaikan permasalahan.
2. Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan kelompok dalam
membentuk sikap toleransi santri?
Jawab: Bimbingan kelompok disini (1) kita kumpulin semua
santri tapi dipisah antara putera dan puteri, (2) setelah
terkumpul kedua kami mengidentifikasi masalah dan
mengelompokkan santri berdasarkan permasalahan yang
mereka hadapi, (3) setelah dikelompokkan kami
mempersilahkan santri untuk bercerita dan sharing
permasalahan yang mereka hadapi, (4) kemudian pengasuh
mengambil alih untuk memberikan motivasi dan memberikan
arahan untuk menyatukan mereka terutama santri dengann
permasalahan membentuk sikap toleransi, untuk membentuk
sikap toleransi terkait dengan pembentukan karakter, atau
terkadang memberikan solusi kepada teman yang kesulitan
dalam memahami pelajaran.
3. Berapa kali bimbingan kelompok dilaksanakana?
Jawab: Bimbingan kelompok disini biasanya dilakukan sekali
dalam satu minggu.
4. Apakah lembaga (Nurul Iman Al-Barkah) melakukan evaluasi
dari kegiatan bimbingan kelompok ini?
Jawab: Betul, melakukan evaluasi, agar bimbingan kelompok
tersebut, beteul-betul berfungsi sebagaimana tujuan awal.
5. Apa saja kendala dan bagaimana cara mengatasi kendala dalam
melaksanakan bimbingan kelompok?
Jawab: Kendalanya itu biasanya waktu santri yang sangat padat
dengan kegiatan di pondok tapi tetap kita langksanakan dengan
cara yang terbaik. Terkadangan kita memang memberitahu pada
santri dengan tiba-tiba sih. Karena saking banyaknya urusan,
kita terpaksa melakukan itu, itu juga termasuk kendala kita,
dalam soal waktu, memberitahu pada santri dengan dadakan.
Untuk mengatasinya kami memberitahukan jauh – jauh hari
agar santri dapat menyesuaikan jadwalnya.
6. Apa metode cara yang dilakukan lembaga dalam membentuk
sikap toleransi terhadap santri?
Jawab: Biasanya mereka di berikan waktu untuk saling
mengenal dan menerima kekurangan dalam diri mereka masing-
masing.
7. Bimbingan kelompok yang dilakukan lembaga apakah ada
berkaitan dengan pembentukan sikap toleransi?
Jawab: Betul terkait dengan pembetukan karakter, atau
terkadang untuk memberikan solusi santri yang merasa
kesulitan dalam memahami pelajaran.
8. Apa saja yang menjadi tolak ukur dari bimbingan kelompok ini?
Agar santri dapat dikatakan sudah bersikap toleran terhadap
sesama? Jawab: Jika yang di maksud tolak ukur bimbingan
kelompok membentuk sikap toleransi santri, maka tolak
ukurnya adalah, semua hal yang dirasa sulit dijalani,
bisamendapatkan solusinya.
Nama : Ahmad Hidayat
Asal : Tangerang
Kelas : IX
1. Apa yang saudar ketahui tentang bimbingan kelompok?
Jawab: Menurut saya bimbingan kelompok adalah upaya agar
santri dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan
merencakan masa depan.
2. Bagaimana pelaksanaan bimbingan kelompok dalam
membentuk sikap toleransi santri?
Jawab: alhamdulillah sangat menyenangkan karena dimana saat
pelaksanaan bimbingan kelompok, kita semua di kumpulkan
bersama di ajak sharing bersama dan menyatukan pemikiran
dari berbagai macam pemikiran dan bisa menyelesaikan sesuatu
bersama-sama.
3. Apakah pelaksanaan bimbingan kelompok dapat membantu
kamu dalam membentuk sikap toleransi santri?
Jawab: sangat membantu sekali karena dmna kita bisa saling
tolong menolong, dan saling membantu dalam kesusahan
maupun kesulitan.
4. Apa saja kendala saudara dalam melaksanakan bimbingan
kelompok?
Jawab: kadang sulitnya menyatukan presepsi sama teman-teman
yang lain karena berbeda pendapat.
5. Upaya apa saja yang saudara lakukan untuk mengatasi kendala
dalam pelaksanaan bimbingan kelompok?
Jawab: membantu dan bekerja sama dalam menyelesaikan suatu
masalah untuk mendapatkan solusinya.
6. Bagaimana anda menanggapi pendapat atau pandangan yang
berbeda untuk anda dari santri yang lain?
Jawab: Pendapat teman-teman harus di hargai, karena di pondok
sama-sama menuntut ilmu.
7. apakah ada pendapat yang kurang bahkan tidak anda terima dari
santri lain?
Jawab: Sering, salah satunya masukan dari teman-teman untuk
setoran hafalan tahfidz qu’an, dan biasanya caramembaca saya
yang menurut teman saya kurang tepat.
8. apakah anda pernah melakukan hal-hal yang kurang baik
kepada santri yang lain dan bagaimna tindakan anda?
Jawab: Pernah, mengolok santri yang lain, disaat ada yang
kurang baik dengan saya, saya akan mendatanginya dan
memberikan peringatan kepadanya.
Nama : Ghesa Arda Wangsa
Asal : Bekasi
Kelas : IX
1. Apa yang saudar ketahui tentang bimbingan kelompok?
Jawab: Menurut saya bimbingan kelompok adalah tempat kita
meminta saran atau pendapat tentang curhatan yang kita alami,
dan disitulah kita bisa berproses dalam mecari solusi.
2. Bagaimana pelaksanaan bimbingan kelompok dalam
membentuk sikap toleransi santri?
Jawab: suka dan menyenangkan karena berupaya membantu
menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan untuk
menghadapi dan mengatasai persoalan melalui pengembangan
pemahaman, sikap keyakinan, dan perilaku dengan cara
memanfaatkan bimbingan kelompok.
3. Apakah pelaksanaan bimbingan kelompok dapat membantu
kamu dalam membentuk sikap toleransi santri?
Jawab: iya betul mambantu, karena dimana kita di ajarkan untuk
saling menghargai pendapat teman-teman yang lain.
4. Apa saja kendala saudara dalam melaksanakan bimbingan
kelompok?
Jawab: tidak ada, karena bimbingan kelompok ini sangat
membantu untuk bekerja sama dalam menyatukan visi misi.
5. Upaya apa saja yang saudara lakukan untuk mengatasi kendala
dalam pelaksanaan bimbingan kelompok?
Jawab: saling tolong-menolong dan gotong royong dalam
menghadapi persoalan yang kesulitan.
6. Bagaimana anda menanggapi pendapat atau pandangan yang
berbeda untuk anda dari santri yang lain?
Jawab: karena tinggal bersama-sama sudah wajar banyak
pendapat dari teman-teman, dan harus saling mengingatkan
ketika teman berbuat salah atau berbeda pendapat.
7. apakah ada pendapat yang kurang bahkan tidak anda terima dari
santri lain?
Jawab: Ada, pendapat teman saya yang mengomentarin
penampilan saya, karena teman saya mengejek sayadan
mengeluarkan kata yang tidak sopan..
8. apakah anda pernah melakukan hal-hal yang kurang baik
kepada santri yang lain dan bagaimna tindakan anda?
Jawab: Pernah, seperti mengolok-olok seperti daerah teman,
mengganggu teman saat belajar atau istirahat, maka saya akan
memberikan peringatan atau teguran kepadanya.
Dokumentasi Wawancara
Wawancara Kiai Abdul Rohman, S.Pd.i. Selaku Pimpinan Pondok
Pesanter Nurul Iman Al-Barkah
(Sumber hasil dokumentasi peneliti)
Wawancara Ustadz Harun Arrasyid, S.Pd.i. Selaku Pengasuh Pondok
Pesanter Nurul Iman Al-Barkah
(Sumber hasil dokumentasi peneliti)
Wawancara santri Ghesa Arda wangsa
(Sumber hasil dokumentasi peneliti)
Wawancara Santri Ahmad Hidayat
(Sumber hasil dokumentasi peneliti)
Kajian Kitab Ta’lim Muta’ali
(Sumber hasil dokumentasi peneliti)
Kegiatan Halaqoh
(Sumber hasil dokumentasi peneliti)