metode dakwah di kalangan masyarakat perkotaan … · 2015. 8. 6. · metode dakwah di kalangan...
TRANSCRIPT
METODE DAKWAH DIKALANGAN MASYARAKAT PERKOTAAN
DALAM PENGAJIAN EKSEKUTIF
UMMAHATUL MU’MININ INDONESIA (UMI)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
ALDILA SYAHFINA
NIM: 108051000052
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
Metode Dakwah Dikalangan Masyarakat Perkotaan
Dalam Pengajian Eksekutif
Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Aldila Syahfina
108051000052
Pembimbing
Dr. Fatmawati, MA
NIP. 197609172001122002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013M
i
ALDILA SYAHFINA
Metode Dakwah Dikalangan Masyarakat Perkotaan Dalam pengajian Eksekutif
Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI)
ABSTRAK
Dakwah yang diberikan oleh da’i untuk masyarakat perkotaan harus
beragam dan harus mengikuti kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat
perkotaan. Para da’i harus menyesuaikan gaya hidup masyarakat kota yang telah
terbiasa dengan kemajuan teknologi, maka metode dan model dakwah yang
disampaikan oleh pendakwah harus disesuaikan dengan kemajuan peradaban dan
cara berfikir manusia modern. Berdasarkan hal tersebut, dalam berdakwah banyak
sekali metode dan model dakwah yang digunakan sesuai dengan keadaan
masyarakatnya.
Dari konteks di atas, timbul pertanyaan: Bagaimana metode dakwah di
masyarakat perkotaan dalam pengajian eksekutif Ummahatul Mu’minin Indonesia
(UMI)? Bagaimana pengaruh pengajian eksekutif Ummahatul Mu’minin
Indonesia (UMI) bagi masyarakat perkotaan?
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan berupa observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Prosedur pemilihan subyek penelitian dengan menggunakan
purpossive sampling.
Teori yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dakwah Rasulullah
SAW. Dikutip dari buku Metode Dakwah karangan Munzier Suparta dan Harjani
Hefni metode dakwah Rasulullah yaitu: pendekatan personal, pendekatan
pendidikan, pendekatan diskusi, pendekatan penawaran, dan pendekatan misi.
Metode dakwah yang diterapkan di masyarakat kalangan menengah keatas
berbeda dengan kalangan kebawah. Sehingga da’i dan da’ia pun hatus
menyesuaikan diri dengn situasi dan kebutuhan para jama’ah. Metode yang
digunakan di pengajian Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI) adalah metode
dakwah pendekatan personal dan pendekatan diskusi. Dengan adanya pengajian
Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI) jama’ah dapat bersosialisasi dengan
sesama, meningkatkan ibadah dan tali silaturrahmi.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam
yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sebab hanya dengan karunia-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Metode Dakwah Dikalangan Masyarakat Perkotaan Dalam
Pengajian Eksekutif Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI)”.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa manusia dari kehidupan gelap dan suram menuju kehidupan yang terang benderang
dan penuh dengan Rahmatan Lil’alamin.
Dalam menyelesaikan skripsi ini tentu saja tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan dan bimbingannya, juga bantuan dan masukkan yang diberikan kepada
penulis. Maka dari itu pada kesempatan kali ini penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Kedua orang tua penulis yaitu, Ayahanda Almar Shofi, dan Ibunda Zalinar Noer yang
selalu memberikan dukungan, kasih sayang, serta tidak pernah putus untuk mendo’akan
penulis.
2. Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
beserta pembantu dekan dan jajarannya.
3. Drs. Jumroni, M.Si. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam beserta Ibu
Umi Musyarofah, MA. selaku Sekertaris Jurusan yang telah banyak membantu penulis.
iii
4. Dr. Fatmawati, MA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, pikiran,
tenaga, serta kesabarannya dalam membimbing serta memberikan arahan, petunjuk, juga
saran kepada penulis.
5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas segala ilmu yang telah
diajarkan kepada penulis.
6. Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang telah membantu
penulis dalam menemukan referensi-referensi untuk skripsi ini.
7. Ustadz Bahctiar Nasir, ibu Lia Yuliani dan para jama’ah pengajian Ummahatul Mu’minin
Indonesia (UMI) yang telah memberikan izin dan membantu penulis untuk mengadakan
penelitian skripsi dan telah memberikan waktunya untuk diwawancarai.
8. Kepada suami ku tercinta Rahman Suherman S.Si yang selalu setia mendampingi dan
menyemangati di setiap waktu.
9. Keluarga besar Nurjali yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan do’a kepada
penulis.
10. Sahabat terbaik: Dewi, Fitri, Nila, Usi, Li, dora, dede, dan aida. Terima kasih atas segala
waktu yang telah kita lewati bersama-sama, segala tawa juga candaannya. Selalu
mendampingi penulis dikala sedih dan susah selalu bersama.
11. Teman-teman seperjuangan KPI B angkatan 2008 kelas Istimewa, dan kawan-kawan
KKS MATAHARI, Terima kasih atas segala pelajaran kebersamaan dan kerja sama yang
telah kalian ajarkan.
12. Teman-teman seperjuangan dalam menuntut ilmu dan mendidik anak-anak di TPA Al-
Bayan yang selalu saling memotivasi agar cepat menyelesaikan skripsi.
iv
13. Dan pihak-pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas
segala bentuk bantuan dan dukungannya.
Sekali lagi, penulis ucapkan terima kasih kepada semuanya. Semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan kalian semua. Amin Amin ya Rabbal alamin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 12 Desember 2012
Aldila Syahfina
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 5
D. Metodologi Penelitian ....................................................... 6
E. Kajian Pustaka ................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ....................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Metode Dakwah ...................................... 11
1. Pengertian Metode Dakwah ........................................ 11
2. Macam-macam Metode Dakwah ................................ 15
a. Al-Hikmah ............................................................ 16
b. Mau’izhah Hasanah ............................................... 17
c. Al-Mujadalah Bi al-Lati Hiya Ahsan .................... 18
B. Masyarakat Perkotaan ....................................................... 27
C. Pengajian Eksekutif ........................................................... 30
BAB III GAMBARAN UMUM PENGAJIAN EKSEKUTIF
UMMAHATUL MU’MININ INDONESIA (UMI)
A. Sejarah Berdirinya Pengajian Eksekutif Ummahatul
Mu’minin Indonesia .......................................................... 32
vi
B. Visi, Misi dan Tujuan Pengajian Eksekutif Ummahatul
Mu’minin Indonesia ........................................................... 34
C. Struktur Organisasi Pengajian Eksekutif Ummahatul
Mu’minin Indonesia .......................................................... 35
D. Tujuan dan Aktivitas Kegiatan Pengajian Eksekutif
Pengajian Ummahatul Mu’minin Indonesia ..................... 36
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Metode Dakwah Dikalangan Masyarakat Perkotaan
Dalam Pengajian Eksekutif Ummahatul Mu’minin
Indonesia (UMI) ................................................................. 39
B. Pengaruh Pengajian Eksekutif Ummahatul Mu’minin
Indonesia (UMI) Terhadap Masyarakat Perkotaan ........... 45
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 51
B. Saran-Saran ....................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 53
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang dibekali dengan daya-daya
potensial yang disebut dengan fitrah. Diantara daya tersebut adalah daya
intelek, yang merupakan sebuah daya untuk mengenal siapa Tuhannya. Semua
daya itu adalah anugrah yang dipersiapkan untuk kepentingan pengaturan
hubungan dengan Allah, yang berupa naluri, perangkat inderawi, kemampuan
akal, fitrah agama yang jika dikembangkan melalui bimbingan akan
mengantarkan manusia mencapai sukses dalam kehidupannya sebagai
makhluk yang taat kepada penciptanya.
Dakwah merupakan pekerjaan mengomunikasikan pesan Islam kepada
manusia. Secara operasional, dakwah adalah mengajak atau mendorong
manusia kepada tujuan yang definitif, rumusannya dapat diambil dari al-
Qur’an dan Hadits atau dirumuskan oleh da’i sesuai dengan ruang lingkup
dakwahnya.1
Berdakwah merupakan tugas yang berat, namun sangat mulia disisi
Allah, karena para mubaligh itu adalah ahli waris dari para Nabi sebagai
pembawa agama yang benar. Agar umat manusia tidak terjerumus kedalam
lembah nista, yakni dalam kekafiran dan kemusyrikan. Di samping itu, dakwah
juga dapat dimaknai sebagai usaha dan aktivitas orang beriman dalam
1 Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006)
Cet ke-1, hal. vii
2
mewujudkan ajaran Islam dengan menggunakann sistem dan cara-cara tertentu
ke dalam kenyataan hidup.
Dakwah di jalan Allah SWT dapat dilakukan dengan menulis buku,
membangun lembaga pendidikan, mempresentasikan ceramah-ceramah di
pusat keilmuan, atau menyampaikan khutbah jumat, pengajian dan pengajaran
agama, di masjid dengan kalimat thayyibah, pergaulan yang baik dan
keteladanan. Ada pula berdakwah dengan menyediakan fasilitas-fasilitas
material demi kemaslahatan dakwah, bahkan dakwah melalui seni, baik seni
suara maupun seni musik.
Dalam berdakwah seorang da’i harus metode dalam meyampaikan
dakwahnya, hal tersebut bertujuan agar dakwah yang disampaikannya mudah
dipahami dan dicerna oleh mad’u (pendengar). Bukan hanya seorang da’i saja
yang memiliki metode dalam berdakwah, akan tetapi seorang Rasulullah pun
memiliki metode dalam mensyiarkan agama Islam.
Salah satu kegiatan dakwah adalah pengajian, pengajian merupakan
sebuah lembaga pendidikan non formal yang mana waktu belajarnya secara
berkala dan teratur. Mempunyai tujuan khusus yaitu memasyarakatkan ajaran
Islam, tempat memberi dan memperoleh ilmu serta mengadakan kontak sosial.
Secara umum pengajian tersebut diikuti oleh berbagai macam lapisan
masyarakat, baik dari masyarakat kalangan bawah, menengah sampai kalangan
atas. Hal tersebut dipengaruhi oleh tempat masyarakat itu menetap, jika di
daerah pedesaan atau daerah yang masih sederhana lingkungannya
dikategorikan kalangan bawah dan menengah. Sedangkan masyarakat yang
3
tinggal di kota dan telah terbiasa dengan kemajuan teknologi dan memiliki
pola pikir yang lebih maju dikenal dengan masyarakat perkotaan.
Pada akhir-akhir ini umat Islam di perkotaan banyak yang mengikuti
aktivitas-aktivitas kajian ilmu dan keagamaan. Jika untuk kalangan remaja dan
mahasiswa biasa kegiatan mereka terpusat di pusat-pusat kajian Islam, seperti
klub diskusi dan masjid-masjid kampus. Sedangkan, untuk kaum ibu-ibu
biasanya dilakukan di rumah-rumah, majlis ta’lim. Kegiatan keagamaan yang
ada di perkotaan adalah respon terhadap modernisasi pembangunan sekaligus
upaya untuk mempertahankan eksistensitasnya sebagai umat Islam.
Untuk menyesuaikan gaya hidup masyarakat kota yang telah terbiasa
dengan kemajuan teknologi, maka metode dan model dakwah yang
disampaikan oleh pendakwah harus disesuaikan dengan kemajuan peradaban
dan cara berfikir manusia modern. Berdasarkan hal tersebut, dalam berdakwah
banyak sekali metode dan model dakwah yang digunakan sesuai dengan
keadaan masyarakatnya.
Pengajian eksekutif adalah salah satu model dakwah yang ada pada
saat ini, banyak ibu-ibu kalangan menengah ke atas ingin mempelajari agama
Islam lebih dalam, terkadang mereka merasa segan jika bergabung dengan ibu-
ibu kalangan menengah ke bawah. Sehingga dibentuklah pengajian untuk
kalangan menengah ke atas dengan menggunakan alat-alat dakwah yang lebih
modern, dengan ustadz atau ustadzah yang mengemas dakwahnya lebih
modern pula.
Di kota-kota besar sekarang ini sudah banyak pengajian-pengajian
eksekutif, salah satu pengajian eksekutif yang ada di kota Jakarta adalah
4
pengajian Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI) yang bertempat Jl. Tebet
Utara 1 no. 40 Jakarta Selatan.2
Bermulanya pengajian Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI) dari
kesadaran betapa besarnya potensi perubahan sosial ke arah yang lebih positif
jika muslimah urban atau ibu-ibu muslimah Indonesia berkelas menengah ke
atas secara intelektual dan ekonomi ini bersatu dalam kebajikan. Pengurus dan
anggota pengajian eksekutif Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI) sangat
menyadari bahwa Islam tidak akan besar apabila ummatnya tidak dapat
menjaga hati dan berfikir besar untuk memberikan manfaat sebanyak-
banyaknya kepada Islam dan masyarakat Indonesia.3
Pada kenyataannya, banyak ibu-ibu dari kalangan menengah keatas
berbondong-bondong mulai menekuni ilmu agama. Karena mereka merasa
ilmu agama yang mereka dapat saat ini masih sedikit dan belum banyak yang
mereka ketahui tentang agama Islam.
Maka keberadaan pengajian eksekutif Ummahatul Mu’minin Indonesia
diharapkan dapat menjadi salah satu basis yang dapat dijadikan wahana dalam
rangka menggalan potensi di kalangan masyarakat perkotaan khususnya ibu-
ibu yang berintelek dan menengah keatas. Dengan berlandskan konsep Islam
dalam rangka memberikan pembelajaran dan pemahaman ajaran agama Islam
secara utuh.
Oleh sebab itu, saya sebagai penulis ingin mengetahui dakwah di
lingkungan masyarakat perkotaan dengan menelaah salah satu pengajian
eksekutif yaitu pengajian eksekutif Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI).
2 Arsip Pengajian Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI), (Jakarta: Kamis 21 Juni 2012)
3 Ibid
5
Dengan itu saya sebagai penulis melakukan penelitian dengan judul “Metode
Dakwah Dikalangan Masyarakat Perkotaan Dalam Pengajian Eksekutif
Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI)”
B. Batasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Pembahasan dilakukan agar terfokus pada suatu permasalahan,
maka penelitian ini dibatasi pada jama’ah yang mengikuti pengajian
eksekutif Ummahatul Mu’minin Indonesia.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana metode dakwah di masyarakat perkotaan dalam pengajian
Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI)?
b. Bagaimana pengaruh pengajian eksekutif Ummahatul Mu’minin
Indonesia (UMI) bagi masyarakat perkotaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui metode dakwah di masyarakat perkotaan dalam
pengajian eksekutif Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI).
b. Untuk mengetahui pengaruh pengajian eksekutif Ummahatul Mu’minin
Indonesia (UMI) bagi masyarakat pekotaan.
6
2. Manfaat Penelitian
a. Kegunaan Akademis
Secara akademis skripsi ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif dalam bidang komunikasi dan dakwah. Agar
mahasiswa pun lebih berkembang dalam wacana keilmuan Islam, dan
lebih mengetahui perkembangan dakwah dan ilmu komunikasi pada
saat ini. Diharapkan pula dengan adanya skripsi ini dapat menambah
referensi atau perbandingan bagi studi ilmu dakwah dan ilmu
komunikasi.
b. Kegunaan Praktis
Secara praktis skripsi ini diharapkan dapat memberikan
wawasan luas dalam perkembangan ilmu dakwah, dan memberikan
motivasi bagi para pelaku dakwah dalam menyebarkan dakwahnya di
pedesaan dan di perkotaan. Terutama bagi penulis untuk menambah
wawasan dalam bidang dakwah.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penulis menggunakan penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian
yang dihasilkan dari suatu data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
dan merupakan seuatu penelitian ilmiah. Bogdan dan Taylor yang dikutip
oleh Lexy J. Moleong mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskritif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang di amati.
7
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian dalam hal ini adalah peneliti memilih subjek
penelitian yang peneliti anggap dapat memberikan informasi data yang
diperlukan. Adapun subjek penelitian adalah pengajian Ummahatul
Mu’minin Indonesia (UMI) meliputi: ketua umum pengajian UMI, ustadz,
dan jamaah. Sedangkan objek peneliatian adalah metode dakwah dalam
pengajian Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI).4
3. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di tempat pengajian eksekutif Ummatul
Mu’minin Indonesia yang bertempat di Jl. Tebet Utara 1 no. 40 Jakarta
Selatan, dan waktu yang dibutuhkan adalah kurang lebih selama sembilan
bulan dari bulan maret-november tahun 2012.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi berarti pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
terhadap fenomena yang diselidiki.5 Observasi yang dilakukan oleh
peneliti adalah observasi partisipasi yaitu peneliti melakukan
pengamatan dengan mengikuti pengajian.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Berbentuk tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung. Pewawancara disebut interviewer yaitu yang mengajukan
4 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002), Cet ke- VI, hal. 244 5 Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, (Yogyakarta: Andi offset, 1992), Cet ke-2, hal. 129
8
pertanyaan, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewee
yang memberikan jawaban atas pertanyaan.6
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan ketua
umum pengajian UMI (ibu Lia), ustadz selaku pembina pengajian UMI
(Ustadz. Bachtiar Nasir), dan beberapa jamaah pngajian UMI.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui
dokumen-dokumen. Ini dilakuakn untuk memperoleh data-data
mengenai hal yang akan diteliti, dan juga berhubungan dengan objek
penelitian. Adapun dokumen yang peneliti peroleh yaitu dari buku,
profil pengajian UMI, dan foto-foto.7
5. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik penulisan
berdasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Kaya Ilmiah (Skripsi, Tesis,
dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality
Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
E. Kajian Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini sebelumnya penulis melakukan
penelitian dengan langkah awal yaitu menelaah terlebih dahulu skripsi
sebelumnya, yang memiliki judul hampir sama dengan skripsi yang akan di
6 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002), Cet ke- VI, hal. 186 7 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002), Cet ke- VI, hal. 3
9
tulis dan teliti. Tujuannya untuk mengetahui bahwa judul yang akan penulis
teliti tidak sama dengan judul-judul sebelumnya, dan menghindari hal
penduplikatan karya orang lain.
Penulis mengadakan kajian ke perpustakaan fakultas untuk mencari
tahu judul-judul skripsi yang sudah ada. Berikut judul skripsi yang hampir
mendekati judul skripsi penulis: yang pertama karya milik Yunawati, jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, judul: “Dakwah Dikalangan Selebritis Dalam
Meningkatkan Pengamalan Ibadah (Study Atas Pengajian ORBIT Lintas
Profesi)”. Skripsi ini menjelaskan dakwah di kalangan selebritis dalam
pengajian ORBIT lintas profesi.
Yang kedua karya milik Nur Husen Fahruddin, jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam, judul: “Metode Dakwah Melalui Program Terjemah Al-
Quran Sistem 40 Jam Di Masjid Al-Chasanah Cimanggis Depok”. Dalam
skripsi ini menjelaskan metode dakwah dalam program terjemahan yang
dilakukan di masjid Al-Chasanah Cimanggis Depok.
Sedangkan judul skripsi yang penulis susun berjudul:”Metode Dakwah
Dikalangan Masyarakat Perkotaan Dalam Pengajian Eksekutif Ummatul
Mu’minin Indonesia(UMI)”. Judul yang saya teliti lebih menjelaskan kepada
model dakwah dan aktivitas dakwah yang ada di kalangan masyarakat
perkotaan dalam pengajian eksekutif Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI).
F. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dalam skripsi ini bersifat sistematis, maka penulis
membagikannya menjadi lima bab pembahasan dengan rincian sebagai berikut:
10
BAB I PENDAHULUAN: yang meliputi Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Manfaat dan Tujuan
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika
Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIS: yang meliputi Ruang Lingkup Metode
Dakwah: Pengertian Metode Dakwah, Macam-Macam Metode
Dakwah, Masyarakat Perkotaan, Pengajian Eksekutif.
BAB III GAMBARAN UMUM: yang meliputi Sejarah Berdirinya
Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI), Visi Misi dan Struktur
Organisasi Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI), Tujuan dan
Aktivitas Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI).
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA: yang meliputi Metode
Dakwah Di Kalangan Masyarakat Perkotaan Dalam Pengajian
Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI), Pengaruh Pengajian
Eksekutif Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI) Bagi
Masyarakat Perkotaan.
BAB V PENUTUP: Kesimpulan dan Saran-Saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
11
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Metode Dakwah
1. Pengertian Metode Dakwah
Salah satu bagian yang harus ada dalam perangkat dakwah adalah
metode. Penggunaan metode dalam berdakwah akan memudahkan seorang
da‟i dalam melakukan misi dakwahnya. Untuk itu, da‟i harus memilih
metode yang sesuai dengan tingkat kebudayaan dan kecerdasan objek
dakwah, memilih tempat, keadaan, dan waktu dilaksanakan. Jika hal itu
tidak diperhatikan oleh seorang da‟i, maka dakwahnya akan ditanggapi
dengan apatis.
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta”
(melalui) dan “hodos” (jalan, cara), jadi metode dapatdi artikan sebagai
cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dalam
bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan.1
Menurut Paus A. Partanto dan M. Dahlan Al Barri mengartikan
metode adalah ”cara yang sistematis dan teratur untuk pelaksanaan sesuatu
atau cara kerja.”2
Sedangkan Nasarudin Razaq kata metode dalam bahasa Arab
adalah Thariqah artinya ”cara atau jalan, sistem atau ketertiban dalam
mengerjakan sesuatu.”3
1H. Munzier Suparta, H. Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Kencana Prenada Media
Group, 2009) Cet ke-3, hal. 6 2 Paus A. Partanto dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arloka, 1999) hal. 461
3 Nasarudin Razaq, Metodologi Dakwah (Semarang: Toha Putra, 1976) hal. 2
12
Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode adalah “cara atau
jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang
efektif dan efisien. Efektif artinya antara biaya, tenaga dan waktu
seimbang. Dan efisien artinya sesuatu yang berkenaan dengan pencapaian
suatu hasil.”4
Metode harus dilakukan secara bertahap, karena kemungkinan
besar hasil yang diraih dengan cara yang tidak bertahap tidak akan
maksimal. Oleh karena itu, metode yang telah terkonsep secara matang
sebaiknya dilaksanakan secara bertahap sesuai prosedur.
Dakwah diambil dari bahasa arab dakwah دعوة – يدعو – دعا
merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’ayang artinya seruan,
ajakan, panggilan atau jamuan.5 Sedangkan secara terminologi, dakwah
adalah upaya komunikator dakwah (da‟i) untuk mengajak orang lain
kepada ajaran Islam, dengan terlebih dahulu membina diri sendiri.
Pembinaan diri sendiri dalam upaya menyampaikan ajaran agama Islam
menjadi suatu yang mutlak karena dakwah membutuhkan keteladanan.
Adapun beberapa pengertian dakwah yang dirumuskan oleh para penulis,
di antaranya:
Menurut M. Quraisy Shihab dakwah adalah “seruan atau ajakan
kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi agar lebih baik dan
sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.”6 M. Quraisy Shihab
melihat bahwa dakwah bukan hanya sekedar amar ma’ruf nahi mungkar,
4 Asmuni Syukir, Dasar-dasar strategi dakwah Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 1983) hal. 99
5 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1989) hal. 127
6 Quraisy Shihab, Membumikan Al-Quran Fungsi dan Peranan Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1998) Cet ke 17, hal. 194
13
tetapi merupakan usaha penyadaran manusia terhadap keberadaan dan
keadaan hidup mereka, sehingga bersedia diajak kepada kehidupan yang
lebih baik dan sempurna.
Menurut Muhammad Husen Fadhullah dakwah adalah “ajakan
untuk menuju Allah dan mengikuti jejak Rasulnya yang berarti, ajakan
untuk menaati dan mengikuti ajaran agama Islam yang dikehendaki Allah
SWT untuk diikuti oleh manusia.”7
Menurut Samsul Munir dakwah adalah
“suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar dalam rangka
menyampaikan pesan-pesan agama Islam kepada orang lain agar mereka
menerima ajaran Islam tersebut dan menjalankannya dengan baik dalam
kehidupan individual maupun masyarakat untuk mencapai kebahagiaan
manusia baik di dunia maupun di akhirat dengan menggunakan media dan
cara-cara tertentu.”8
Menurut Arifin mengatakan bahwa dakwah
“mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan, baik dalam
bentuk tulisan, lisan, tingkah laku, sebagainya yang dilakukan secara sadar
dan terencana dalam usaha mempengaruhi orang lain secara individual
maupun kelompok, supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian,
kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama
sebagai pesan yang disampaikan kepadanya tanpa unsur paksaan.”9
Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah “satu proses
menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan
umat dari satu keadaan kepada keadaan lain yang lebih baik.”10
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dakwah merupakan
sebuah usaha untuk mengajak manusia mengikuti ajaran Islam dan
7 Muhammad Husen Fadhullah, Metodologi Dakwah Dalam Al-Quran (Jakarta: Lentera,
1997) hal. 11 8 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009) hal. 4
9 Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta:Bulan Bintang, 1997) hal. 54
10 H. Munzier Suparta, H. Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009) Cet ke-3, hal. 7
14
mengaplikasikannya dalam kehidupan yang dapat dilakukan dengan
berbagai metode dan sasaran yang digunakan sesuai syari‟at, dengan
tujuan mendapatkan kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun di
akhirat.
Pada hakikatnya dakwah merupakan
“aktualisasi imani (teologis) yang memanifestasikan dalam suatu
sistem kegiatan manusia yang beriman dalam bidang kemasyarakatan
dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara berfikir, bersikap,
dan bertindak. Dakwah bisa dilakukan melalui lisan (bil lisan), tulisan (bil
qolam), dan perbuatan (bil hal) tentunya bentuk metode ini memiliki
keunggulan dan kelemahan masing-masing sebagai pendekatan dalam
aktivitas dakwah.”11
Secara praktis dakwah dapat dikatakan sebagai upaya atau
perjuangan dalam menyampaikan ajaran agama yang benar kepada umat
manusia dengan cara yang simpatik, adil, jujur, tabah, sabar, dan terbuka.
Menghidupkan jiwa manusia dengan janji-janji Allah SWT tentang
kehidupan bahagia, serta menggetarkan hati hati dengan ancaman Allah
SWT terhadap segala perbuatan tercela melalui nasehat-nasehat dan
peringatan-peringatan.12
Jadi, pengertian metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang
dilakukan oleh seorang da‟i kepada mad‟u untuk mencapai suatu tujuan
atas dari hikmah dan kasih sayang.13
11
Suyuti Pulungan, Universalisme Islam, (Jakarta: PT Moyo Segoro Agung, 2002) Cet
ke1, hal. 65 12
Suraini, Manajemen Dakwah Dalam Kehidupan Pluralisme Indonesia, (Jakarta:
MSCC, 2005) hal. 23 13
H. Munzier Suparta, H. Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009) Cet ke-3, hal. 7
15
2. Macam-macam Metode Dakwah
Sumber utama rujukan sebuah dakwah adalah al-Qur‟an. Banyak ayat
al-Qur‟an yang mengungkap masalah dakwah, dari sekian banyak ayat yang
memuat prinsip-prinsip dakwah itu ada satu ayat yang memuat sandaran dasar
dan fundamen pokok bagi metodologi dakwah. Tentunya banyak para juru
dakwah menggunakan metodologi tersebut untuk kesuksesan dakwahnya.
Bagi sayyid Quthub metode dakwah tidak kalah pentingnya dengan
materi dakwah. Dalam pemikiran Sayyid Quthub pembicaraan mengenai
metode dakwah sekurang-kurangnya menyangkut tiga hal pokok, yakni:
kaidah umum dakwah Islam, prinsip-prinsip metode dakwah, dan sistem
pergerakan dakwah.14
Firman Allah SWT Q.S An-Nahl:125, yang berbunyi:
Atinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”
Dalam kitab tafsir mishbah pengarang M. Quraish Shihab, ayat diatas
dapat dipahami oleh beberapa ulama sebagai penjelasan tiga macam metode
dakwah yang harus disesuaikan dengan sasaran dakwah. Terhadap
cendikiawan yang memiliki pengetahaun tinggi diperintahkan menyampaikan
14
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, (Jakarta: Penamadani, 2008) Cet
ke-2, hal.235
16
dakwah dengan hikmah, yakni seorang da‟i berdialog dengan kata-kata bijak
sesuai dengan tingkat kepandaian para mad‟u. terhadap kaum awam.
Diperintahkan untuk menerapkan mau’izhah, yakni seorang da‟i memberikan
nasihat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf
pengetahuan para mad‟u yang sederhana. Sedangkan terhadap ahli kitab dan
penganut agama lain yang diperintahkan adalah mujadalah, yakni seorang da‟i
memberikan materi dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari
kekerasan dan umpatan.15
Metode dakwah yang meliputi tiga cakupan, yaitu:
a. Al-Hikmah
Kata “hikmah” dalam Al-Quran disebut sebanyak 20 kali baik
dalam bentuk nakiroh maupun ma‟rifat. Bentuk masdarnya adalah
“hukman” yang artinya secara makna asli adalah mencegah. Jika dikaitkan
dengan hukum berarti mencegah dari kezaliman, dan jika dikaitkan dengan
dakwah maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam
melaksanakan tugas dakwah.16
Menurut Syeikh Muhammad Abduh, hikmah adalah mengetahui
rahasia dari faedah segala sesuatu unsur yang tercakup dalam pelaksanaan
dakwah yaitu: isi dakwah, unsur manusia yang dihadapi, unsur kondisi
(ruang dan waktu), unsur bentuk dan cara dakwah (metode dakwah).17
Hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang
dilaksanakan atas dasar persuasif, karena dakwah bertumpu pada human
15
M. Quraish Shihab, Tafsir Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2005) Cet ke-4, hal. 384 16
H. Munzier Suparta, H. Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009) Cet ke-3, hal. 8 17
Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian,
2010) hal. 91
17
oriented maka konsekuensi logisnya adalah pengakuan dan penghargaan
pada hak-hak yang bersifat demokratis.18
Dalam dunia dakwah, hikmah adalah penentuan sukses atau
tidaknya dakwah dalam menghadapi mad‟u yang beragam tingkat
pendidikan, strata sosial, dan latar belakang budaya. Da‟i memerlukan
hikmah sehingga ajaran Islam mampu memasuki ruang hati para mad‟u
dengan tepat. Oleh karena itu, para da‟i dituntut untuk mampu mengerti
dan memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-
ide yang diterima dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan
menyejukkan kalbunya.
Da‟i tidak boleh hanya sekedar menyampaikan ajaran agama tanpa
mengamalkannya. Seharusnya da‟ilah orang pertama yang mengamalkan
apa yang diucapkannya. Kemampuan da‟i untuk menjadi contoh nyata
umatnya dalam bertindak adalah hikmah yang seharusnya tidak boleh di
tinggalkan oleh seorang da‟i. Para da‟i tidak sulit untuk berbicara banyak,
akan tetapi gerak mereka adalah dakwah yang jauh lebih efektif dari
sekedar berbicara.
b. Mau’izhah Hasanah
Secara bahasa, mau’izhah hasanah terdiri dari dua kata mau’izhah
dan hasanah. Kata mau’izhah berasal dari kata عظة - وعظا - يعظ - وعظ
berarti; nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan. Sementara hasanah
merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan lawannya
kejelekan.19
18
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009) hal. 98 19
H. Munzier Suparta, H. Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group: 2009) Cet ke-3, hal. 15
18
Menurut Abd.Hamid al-Bilali mau’izhah hasanah merupakan salah
satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah
dengan memberikan nasehat atau bimbingan dengan lemah lembut agar
mereka mau berbuat baik. Mau’izhah hasanah yang disampaikan dengan
lembut dan penuh pancaran kasih sayang akan menyisakan kebahagiaan
pada diri umat manusia.
Adapun menurut Ali Mustafa Yakup bahwa mau’izhah hasanah
adalah “ucapan berisi nasihat-nasihat baik dan bermanfaat bagi orang yang
mendengarkannya atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak
mad‟u dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh seorang da‟i.”20
Jadi, kesimpulan dari mau’izhah hasanah mengandung arti yaitu:
kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke
dalam perasaan dengan penuh kelembutan yang akan mudah melahirkan
kebaikan.
Seorang da‟i sebagai subjek dakwah harus mampu menyesuaikan
dan mengarahkan pesan dakwah sesuai dengan tingkat berfikir dan lingkup
pengalaman dari objek dakwahnya, agar tujuan dakwah sebagai ikhtiar
untuk mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam ke dalam kehidupan
pribadi atau masyarakat dapat terwujud.
c. Al-Mujadalah Bi al-Lati Hiya Ahsan
Dari segi etimologi (bahasa) lafadz mujadalah terambil dari kata
“jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada
huruf jim yang mengikuti wajan faa„ala, “jaadala” dapat bermakna
berdebat, dan “mujaadalah” perdebatan.
20
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009) hal 100
19
Kata “jadala” dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna
menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan
ucapan untuk meyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya
melalui argumentasi yang disampaikan.
Dari segi terminology (istilah) terdapat beberapa pengertian al-
mujadalah (al-Hiwar) berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh
dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan
lahirnya permusuhan di antar kedua nya. Sedangkan menurut Dr. Sayyid
Muhammad Thantawi ialah “suatu upaya yang bertujuan untuk
mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan
bukti yang kuat.”21
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa al-Mujadalah
merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis,
yang tidak dapat melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan
menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan
bukti yang kuat. Antara satu dengan lainnya saling menghargai dan
menghormati pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran, mengakui
kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut.
Al-Mujadalah merupakan cara terakhir yang digunakan untuk
berdakwah manakala kedua cara terakhir yang digunakan untuk orang-
orang yang taraf berfikirnya cukup maju, dan kritis seperti ahli kitab yang
memang telah memiliki bekal keagamaan dari para utusan sebelumnya.
Oleh karena itu, al-Qur‟an juga telah memberikan perhatian khusus kepada
21
H. Munzier Suparta, H. Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group: 2009) Cet ke-3, hal. 18
20
ahli kitab yaitu melarang berdebat dengan mereka kecuali dengan cara
terbaik.
Kemudian yang terakhir, Sayyid Qutub menambahkan satu
sehingga menjadi empat, yaitu selain dari tiga tersebut diatas ditambah
dengan Mu’aaqabat bi al- Miitsal sesuai firman Allah SWT dalam QS. an-
Nahl : ayat 126
Artinya: ”Dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan
balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.
Akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih
baik bagi orang-orang yang sabar”.
Jika ayat sebelumnya menjelaskan bagaimana sasaran dakwah yang
dapat menerima ajakan tanpa membantah atau bersikeras menolak, serta
dapat menerima ajakan setelah berdiskusi. Sedangkan ayat diatas
menjelaskan bagaimana menghadapi mad‟u yang membangkang dan
melakukan kejahatan terhadap pelaku dakwah (da‟i).22
d. Mu’aqabah bi al-Mitsl
Menurut Sayyid Quthub, Tiga metode yang telah disebutkan hanya
berlaku dan dipergunakan dalam kondisi normal. Ketiga metode tersebut
berubah atau tidak berlaku manakala terdapat permusuhan atau gangguan
terhadap para pelaku dakwah. Dalam kondisi demikian, maka umat Islam
dapat melakukan tindakan balasan yang setimpal demi kelangsungan
22
M. Quraish Shihab, Tafsir Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2005) Cet ke-4, hal. 387
21
dakwah Islam itu sendiri. Tindakan balasan dakwah dengan kekuatan dapat
diambil demi menjaga kemuliaan kebenaran, dan agar kebatilan tidak
mengalahkan kebenaran. Namun tindakan balasan ini harus seimbang dan
tidak boleh berlebihan atau melampaui batas.23
Pendekatan semacam itu disebut dengan pendekatan mu’aqabah bi
al-Mitsl yang artinya “dakwah dengan balasan setimpal”. Pendekatan
dakwah iniadalah untuk menolak fitnah terhadap dakwah Islam,
menghadirkan kebebasan beragama dan menumpas kesewenang-wenangan.
Sebagai pendekatan dakwah dengan basis kekerasan atau ketegasan,
dakwah mu’aqabah bi al-mitsl dalam praktiknya tidak menghendaki
perlakuan yang keras dengan diikuti oleh hawa nafsu, lebih dari itu tetap
diputuskan diatas hikmah dan moral Islami. Karena itu, dalam praktiknya
pendekatan dakwah ini dibatasi dengan banyaknya persyaratan yang ketat,
bahkan menurut ketentuan al-Qur‟an.24
Ada pun bentuk-bentuk dalam penyampaian dakwah diantaranya:
a. Bil Lisan
Dakwah adalah ajakan yang bersifat Islami sedangkan kata “lisan”
dalam bahasa Arab berarti “bahasa”. Maka dakwah bil lisan bisa diartikan
sebagai penyampaian pesan dakwah melalui lisan berupa ceramah atau
komunikasi langsung antara da‟i dan mad‟u.
Rasulullah SAW merupakan komunikator yang efektif , hal ini
ditandai dengan bisa diserapnya ucapan, dan perbuatannya. Keahlian dan
23
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, (Jakarta: Penamadani, 2008) Cet
ke-2, hal. 252 24
A. Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa membangun Agama dan
Peradaban Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) hal. 209
22
keliahaian Rasullullah SAW dapat berkomunikasi telah menarik banyak
manusia dizamannya untuk mengikuti ajaran Islam. Dalam menyampaikan
pesan dakwah, da‟i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan,
menyentuh dan komunikatif.25
Seperti dalam al-Qur‟an surat Al-Ahzab
ayat 70:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah
dan berkatalah dengan perkataan yang benar”
Perkataan yang benar (qaulan sadidan) pada yat diatas, dari sudut
bahasa mengandung arti: tepat mengenai sasaran. Al-Qasyani menafsirkan
kalimat قولا سديدا dengan makna “perkataan yang lurus (qawiman),
perkataan yang benar (haqqan), perkataan yang tepat (shawaban). Dari
penjelasan ini dapat disimpulkan, bahwa lisan yang harus digunakan dalam
berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan yang
dihadapi mad‟u, menyentuh kalbu, santun, menyejukkan, tidak agitatif dan
provokatif serta tidak mengandung fitnah.26
Dakwah bil lisan sebagai kegiatan penyampaian pesan-pesan
kebenaran yang bersumber dari al-Qur‟an dan as-Sunnah harus
memerlukan sebuah kemasan penyampaian pesan yang cermat, jitu, dan
akurat sehingga tepat mengenai sasaran.
b. Bil Qalam
Dakwah bil qalam adalah dakwah dengan menggunakan media
tulisan, seperti buku-buku, majalah, surat kabar, bulletin, brosur, dan jenis
25
Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian,
2010) hal. 42 26
Ibid. hal. 43
23
lainnya. Dalam memanfaatkan media ini, hendaknya ditampilkan dengan
gaya bahasa lancar, mudah dicerna, dan menarik minat publik.27
Dakwah bil qalam merupakan bentuk dakwah yang telah di
praktikan oleh Rasulullah SAW. Dakwah dalam tulisan yang dilakukan
oleh Rasulullah SAW adalah dengan mengirim surat-surat yang berisi
seruan, ajakan, atau panggilan untuk menganut ajaran Islam kepada raja-
raja dan kepala pemerintahan dari negara yang bertetangga dengan negara
Arab.28
c. Bil Hal
Kata al-hal secara etimologis berarti “keadaan”, artinya
menunjukkan realitas yang terwujud dalam perbuatan nyata. Dakwah bil
hal dapat diartikan mengajak atau menyeru ke jalan Allah untuk
kebahagiaan dunia dan akhirat melalui perbuatan nyata yang sesuai dengan
keadaan manusia.29
Dakwah bil hal merupakan aktivitas dakwah Islam yang dilakukan
dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan penerima
dakwah. Sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh penerima dakwah.
Dakwah bil hal harus menjadi teladan tindakan secara nyata bagi
seorang da‟i, karena da‟i akan menjadi contoh bagi pada mad‟u. Sasaran
dakwah bil hal mengacu kepada pengembangan masyarakat secara
27
Fathur Bahri An-Nabiry, Buku Meneliti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i,
(Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2008) Cet ke-1, hal 236 28
Siti Muriah, Metodelogi Dakwah Kontenporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002) hal.
72 29
Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian,
2010) hal. 60
24
keseluruhan. Dakwah bil hal bisa diperankan oleh siapa saja yang minat
menyebarkan dan mempraktikkan kebaikan, keadilan, kesejahteraan, dan
kecerdasan.30
Rasulullah SAW pun mempunyai beberapa pendekatan dalam
metode dakwah yang selalu dilakukannya, diantaranya:31
a. Pendekatan personal
Pendekatan ini terjadi dengan cara individual yaitu antara da‟i
dan mad‟u, dengan langsung bertatap muka sehingga materi yang
disampaikan langsung diterima. Pendekatan ini pernah dilakukan pada
zaman Rasulullah SAW ketika berdakwah secara rahasia, meskipun
demikian tidak menutup kemungkinan di zaman era modern seperti
sekarang ini pendekatan personal harus tetap dilakukan karena mad‟u
terdiri dari berbagai karakteristik.
Dalam ilmu komunikasi pendekatan personal dapat dikatakan
sebagai komunikasi interpersonal (antarpribadi). Situasi komunikasi
interpersonal adalah proses berlangsung secara dialogis. Komunikasi
yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik dari pada secara
monologis. Pendekatan personal atau komunikasi interpersonal yang
dilakukan oleh seorang da‟i kepada mad‟unya akan menumbuhkan
keakraban sesama.
b. Pendekatan pendidikan
Pada masa Nabi, dakwah lewat pendidikan dilakukan
beriringan dengan masuknya Islam kepada para kalangan sahabat.
30
Ibid. hal. 62 31
H. Munzier Suparta, H. Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2009) Cet ke-3, hal. 21-23
25
Begitu juga pada masa sekarang, dapat dilihat pendekatan pendidikan
teraplikasi dalam lembaga-lembaga pendidikan pesantren, yayasan
yang bercorak Islam atau perguruan tinggi yang di dalamnya tedapat
meteri-materi keislaman.
c. Pendekatan diskusi
Pendekatan diskusi pada era sekarang sering dilakukan lewat
berbagai diskusi keagamaan, da‟i berperan sebagai nara sumber.
Sedangkan mad‟u berperan sebagai pendengar atau penyimak. Tujuan
dari diskusi adalah membahas dan menemukan pemecahan semua
problematika yang ada kaitannya dengan dakwah sehingga apa yang
menjadi permasalahan dapat ditemukan jalan keluarnya.
d. Pendekatan penawaran
Pendekatan penawaran yang dilakukan Nabi adalah ajakan
untuk beriman kepada Allah SWT tanpa menyekutukan-Nya dengan
yang lain. Cara ini dilakukan Nabi dengan memakai metode yang tepat
tanpa paksaan sehingga mad‟u ketika meresponinnya tidak dalam
keadaan tertekan bahkan Nabi melakukannya dengan niat yang timbul
dari hati yang paling dalam.
e. Pendekatan misi
Pendekatan misi adalah pengiriman tenaga para da‟i ke daerah-
daerah di luar tempat domisili. Ada banyak organisasi yang bergerak di
bidang dakwah mengirimkan da‟i-da‟i untuk disebar luaskan ke
daerah-daerah yang minim akan ilmu agamanya.
26
Menurut Slamet Muhaimin Abda, metode dakwah dapat dilihat dari
berbagai segi, yaitu segi cara, jumlah, audiens dan penyampaian.32
Metode
dilihat dari dua segi cara:
a. Cara tradisional
Cara tradisional adalah sistem ceramah umum. Dalam metode
ini da‟i aktif berbicara dan mendominasi situasi, sedangkan komunikan
hanya pasif saja mendengarkan apa yang disampaikan da‟i. Komunikasi
hanya berlangsung satu arah (one way communication) yaitu dari
komunikator (da‟i) kepada komunikan (mad‟u) kelebihan metode ini
yaitu sangat tepat jika digunakan untuk menyebarkan suatu informasi
kepada masyarakat secara serentak. Kelemahan metode ini yaitu
komunikan atau mad‟u tidak dapat dimonitor atau dipantau sejauh mana
pemahaman informasi yang disebarkan da‟i.
b. Cara modern,
Cara modern seperti diskusi, seminar dan sejenis dimana terjadi
komunikasi dua arah (two way communication). Kelebihan dari metode
ini peserta dapat mengikuti diskusi dan seminar, peserta mempunyai
persepsi yang jelas tentang pokok persoalan yang telah dibicarakan.
Maka dari itu dalam metode ini terjadi nya dialog terbuka antara peserta
dan penyaji. Sedangkan kelemahan metode ini yaitu keterbatasan dalam
menampung peserta dalam jumlah banyak (masal), juga keterbatasan
dalam kecocokan dalam satu kalangan berpendidikan cukup dan
berwawasan luas.
32
Selamet Muhaimin Abda, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas,
1994), hal. 80
27
B. Masyarakat Perkotaan
Dalam bahasa Inggris masyarakat adalah society yang pengertiannya
mencakup interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan.Istilah
masyarakat disebut pula sistem sosial. Untuk pemahaman lebih luas tentang
pengertian masyarakat sebaiknya kita kemukakan beberapa definisi
masyarakat sebagai berikut:
Menurut Selo Soemardjan, masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama dan menghasilkan kebudayaan.
Menurut J.L. Gilin dan J.P. Gilin, masyarakat adalah kelompok yang
tersebar dengan perasaan persatuan yang sama.
Menurut Max Weber menjelaskan masyarakat sebagai suatu struktur
atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang
dominan pada warganya.
Karl Marx berpendapat bahwa Masyarakat adalah suatu struktur yang
menderita ketegangan organisasi ataupun perkembangan karena adanya
pertentangan antara kelompok-kelompok yang terpecah-pecah secara
ekonomis.
Masyarakat pun bisa diartikan dengan “sekumpulan manusia yang
hidup secara bersama dalam satu wadah karena adanya satu atau beberapa
ikatan yang disengaja atau tidak. Dalam wadah inilah manusia mengadakan
interaksi satu sama lainnya dan saling bantu membantu.”33
Dalam buku Ilmu Sosial Dasar
“kota adalah sebagai pusat pendomisi yang bertingkat-tingkat sesuai
dengan sistem administrasi negara yang bersangkutan. Kota juga merupakan
pusat dari kegiatan-kegiatan kebudayaan, ekonomi, dan komunikasi. Sehingga
dengan adanya sistem komunikasi dan transportasi yang baik, tidaklah aneh
33
Slamet Muhaemin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas,
1994) Cet ke-1, hal. 14
28
kalau kota tersebut merupakan jaringan ekonomi yang sangat berpengaruh
terhadap perkembangan kota itu sendiri bahkan negara pada umumnya.”34
Secara struktural menurut Hans Dieter Evers, kota “dapat dijelaskan
dengan tiga variabel pokok. Ketiga variabel ini adalah status sosial, segregasi
etnis dan budaya kota. Budaya berarti akal budi, pikiran, dan cara berprilaku.
Sementara kota adalah pusat perubahan sekaligus pusat urbanisasi.”35
Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community.
Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya
serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Masyarakat kota dengan ciri kemajuannya telah membentuk kepribadian
anggotanya lebih mengandalkan kemampuan diri sendiri dari pada orang
lain.36
Pribadi masyarakat kota yang bersifat individualistik adalah cenderung
menjadi ciri khusus, dan telah menjadi perbedaan yang menyolok
dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Hal ini menjadi motif bahwa
msyarakat kota condong melepaskan diri dari kepentingan orang banyak.
Kehidupan masyarakat kota umumnya heterogen. Heterogenitas
masyarakat kota pada satu sisi mempunyai peluang terciptanya kompetisi dan
kreasi-kreasi baru. Masyarakat kota umumnya banyak yang menikmati
pelayanan pendidikan yang madani, karena pendidikan yang bagus umumnya
ada di kota, walaupun terkadang memberatkan orang tua karena biaya tinggi.37
34
H. M. Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997) hal. 194 35
Acep Aripudin, Dakwah Antarbudaya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012) hal.
127-128 36
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997) hal. 52 37
Acep Aripudin, Dakwah Antarbudaya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012) hal.
128
29
Masyarakat kota memiliki akses informasi lebih cepat karena dekat
dengan pusat-pusat informasi. Antara masyarakat pedesaan dan masyarakat
perkotaan, terdapat perbedaan dalam perhatian, khususnya terhadap keperluan-
keperluan hidup. Ada beberapa ciri lagi yang menonjol pada masyarakat kota,
diantaranya:38
1. Kehidupan keagamaan di kota berkurang apabila dibandingkan dengan
kehidupan agama di desa, sebab cara berfikir masyarakat kota yang
rasional, didasarkan pada perhitungan eksak yang berhubungan dengan
realita masyarakat.
2. Orang kota umumnya dapat mengurus diri sendiri tanpa harus bergantung
pada orang lain. Hal yang penting di sini adalah manusia yang
perseorangan atau individu, kehidupan yang sukar untuk disatukan karena
perbedaan kepentingan, paham politik, agama, dan lainnya.
3. Pembagian kerja di antara warga kota juga lebih tegas dan punya batas-
batas nyata. Di kota terdapat orang-orang dengan aneka warna dan latar
belakang sosial pendidikan yang menyebabkan individu memperdalam
suatu bidang kehidupan khusus.
4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan, juga lebih
banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa karena sistem
pembagian kerja yang tegas.
5. Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan,
penyebabnya interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor
kepentingan dari pada faktor pribadi.
38
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
1982) hal. 139-140
30
6. Jalan kehidupan yang cepat di kota mengakibatkan pentingnya faktor
waktu, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting untuk dapat
mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, karena kota
biasanya terbuka menerima pengaruh luar. Hal ini sering menimbulkan
pertentangan antara golongan tua dengan golongan muda karena golongan
muda yang belum sepenuhnya terwujud kepribadiannya, lebih senang
mengikuti pola-pola baru dalam kehidupan.
C. Pengajian Eksekutif
Pengajian dalam bahasa Arab disebut asal kata التعليم تعليما- يعلم - علم
yang artinya mengajar, mengajarkan.Sedangkan menurut istilah berasal dari
kata “kaji” yang berarti pelajaran (terutama dalam hal agama), pengajian
adalah (1) pengajaran (agama Islam), (2) pembacaan Al-Quran.39
Pengajian merupakan kegiatan yang senantiasa berusaha untuk
menamkan nilai-nilai keagamaan, dan menanamkan pengetahuan keislaman
serta kecakapan dalam rangka mencari ridho Allah SWT. Demikian pengajian
adalah kegiatan Islam yang sederhana sebagai penyampaian dakwah yang
dilaksanaka secara berkala, teratur, dan diikuti oleh para jama‟ahnya.
Pengajian termasuk dalam pelaksanaan dakwah sebagai syi‟ar Islam
yang berlandaskan al-Quran dan hadits. Kedua dilihat dari segi strategi
pembinaan umat, pengajian merupakan wahana dakwah islamiah yang murni
ajarannya.
39
Poerwadarminta, KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), (Jakarta: Balai Pustaka,
2002) Cet ke-2 edisi 3, hal. 491
31
Dalam pengajian terdapat manfaat yang begitu besar positifnya,
didalam pengajian-pengajian manfaat yang dapat diambil menambah dari
salah satu orang yang biasa berbuat negatif dengan memanfaatkannya menjadi
positif. Hal seperti ini pada masyarakat muslim pada umumnya dapat
memanfaatkan pengajian untuk merubah diri atau memperbaiki diri dari
perbuatan yang keji dan mungkar. Fungsi pengajian sebagai pengajaran non
formal, dimana pengajoian itu mengadakan pengajaran yang fungsinya
menambah wawasan ke Islaman.
Sedangkan eksekutif berkenaan dengan pengurusan (pengelolaan,
pemerintahan) atau penyelenggaraan sesuatu.40
Eksekutif pun dapat di sebut
juga sebagai lembaga pelaksanaan perundang-undangan, lembaga pelaksana
undang-undangan, dan badan penyelenggara pemerintah.
Pengajian eksekutif adalah pengajian yang diikuti oleh orang-orang
menengah keatas, yang berintelektual, yang mana peserta atau jama‟ahnya
sibuk akan pekerjaan. Pengajian eksekutif biasanya dilakukan dengan
menggunakan fasilitas teknologi modern yang sedang berkembang pada saat
ini.
40
Poerwadarminta, KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) hal 288
32
BAB III
GAMBARAN UMUM PENGAJIAN EKSEKUTIF UMMAHATUL
MU’MININ INDONESIA (UMI)
A. Sejarah Berdirinya Pengajian Eksekutif Ummahatul Mu’minin Indonesia
(UMI)
Gagasan besar dibalik terbentuknya pengajian Ummahatul Mu’minin
Indonesia (UMI) bermula dari kesadaran betapa besarnya potensi perubahan
sosial ke arah positif jika muslimah masyarakat urban atau ibu-ibu muslimah
Indonesia berkelas menengah keatas secara intelektual dan ekonomi ini
bersatu dalam kebajikan. Ibu-ibu menengah keatas ini berharap dapat
membantu memecahkan masalah yang kompleks dalam kehidupan
masyarakat, yang dilandasi akhlak mulia buah dari iman yang benar dan
sungguh-sungguh dalam bimbingan ilmu al-Quran dan as-Sunnah sebagai
petunjuk hidup umat Islam. 1
Sejauh ini masyarakat kota khususnya ibu-ibu banyak menyerap ilmu
agama yang telah mereka kaji di majelis-majelis ilmu keislaman, ibu-ibu ini
juga telah menunjukkan kesungguhan kerja dan kualitas kinerjanya dalam
melakukan aksi-aksi amal sosial, lebih dari itu, ada kerinduan dari mereka
untuk bersatu dalam gerak dan langkah membangun Indonesia yang
Negeri yang baik dan mendapatkan ampunan dari Tuhan) بلدة طيبت ورب غفور
Maha Pengampun).
1 Arsip Pengajian ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI), (Jakarta: Kamis 21 Juni 2012)
33
Modernisme sosial yang jauh bukan saja dari nilai-nilai keislaman
bahkan ketimuran yang telah menyisakan limbah-limbah gaya dan sistem
kehidupan sosial, misal: materialisme, liberalisme, sekularisme, pluralisme,
feminisme, dan faham-faham sesat baik yang berdimensi Islam seperti: syiah,
tarekat sesat, kelompok zikir sempalan, dan faham-faham sempalan sesat
lainnya, atau yang tidak berdimensi Islam seperti: budaya permisif (serba
boleh) yang cenderung bebas nilai, pemujaan gender berbasis kebencian pada
teks-teks syariat, budaya sosialita kaum hedonis, dan lain-lain. Semua itu telah
menjadi musuh bersama komunitas Ummahatul Mu’minin Indonesia.
Ar-rahman Qur’anic Learning Center (AQL Centre) dibawah
pimpinan Ustadz Bachtiar Nasir berinisiatif membentuk komunitas muslimah
Indonesia sebagai pembawa perubahan menuju kejayaan Islam dan umat
Islam, komunitas ini bernama Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI), yang
mengandung arti "Ibunya Para Mu’minin". Dimana salah satu tujuan
utamanya adalah menjadi wadah bagi para muslimah seluruh Indonesia untuk
bersama-sama bergandengan tangan melakukan perubahan menuju kejayaan
Islam, karena ibu-ibu yang intelektual yakin dan percaya bahwa perempuan
Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam perjuangan kejayaan
Islam sebagai pemersatu, penegak dan pelaku perubahan sosial di masyarakat,
khususnya di masyarakat perkotaan.2
Pengajian UMI didirikan saat momentum Silaturahmi dengan seluruh
Majelis Ta'lim se-Jabodetabek tanggal 22 Desember 2011, bertepatan dengan
hari Ibu di masjid ALatief Pasaraya. Alhamdulillah respon muslimah
2 Ibid
34
Indonesia pada acara tersebut cukup besar, pertemuan itu dihadiri lebih dari
800 muslimah Indonesia yang berasal dari berbagai Majelis Ta'lim se-
Jabodetabek.
Pengurus dan anggota UMI sangat menyadari bahwa Islam tidak akan
besar apabila umatnya tidak dapat menjaga hati dan berpikir besar untuk
memberikan manfaat sebanyak-banyaknya kepada Islam dan masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu anggota UMI harus satukan hati melangkah,
dengan niat اياك وعبد واياك وستعيه dan berbekal ilmu dan keyakinan وويت لله تعا لى
akan selalu berada dalam pertolongan Allah SWT untuk dapatkan
.Amin اهدن الصراط المستقيم
B. Visi dan Misi Pengajian Eksekutif Ummahatul Mu’minin Indonesia
(UMI)
Sebagai sebuah lembaga dakwah Islam pengajian eksekutif
Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI) mempunyai visi yaitu menjadi
lembaga pemersatu komunitas muslimah urban se-Indonesia dalam
menegakkan nilai-nilai Islam. Bukan visi saja yang mereka punya, tapi
pengajian ummahatul Mu’minin Indonesia pun mempunyai misi yaitu:3
1. Menyelenggarakan kegiatan yang dapat menyatukan potensi-potensi
muslimah.
2. Mengajak muslimah-muslimah di perkotaan sebagai pelaku perubahan
sosial di masyarakat.
3. Menjadi pelopor dalam menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan
dunia muslimah.
3 Ibid
35
C. Struktur Organisasi Pengajian Eksekutif Ummahatul Mu’minin
Indonesia (UMI)
SUSUNAN PENGURUS
UMMAHATUL MU’MININ INDONESIA (UMI)4
4 Ibid
PEMBINA
Ust. Bachtiar Nasir Lc
KETUA UMUM
Lia Prasetyo
SEKERTARIS
Rati W
Caya NN
BENDAHARA
Titi
tutuy
KETUA 1
Hartina
KETUA 2
Nasrah
HUMAS
Nina
DAKWAH
Atje Wiriya
PENDIDIKAN
DAN SOSIAL
Ati Nadirsyah
ORGANISASI
Atik. M
DANA
Nita
USAHA
Eva
36
D. Tujuan dan Aktivitas Kegiatan Pengajian Eksekutif UMI
Tujuan pengajian UMI ingin mengajak masyarakat kota khususnya
ibu-ibu berintelek dan berwawasan luas yang ada di seluruh Indonesia
khususnya di kota Jakarta untuk menegakkan agama Islam. Memecahkan
persoalan-persoalan yang ada di kehidupan sehari-hari, menyangkut masalah
aqidah dan masalah-masalah lainnya. Aktivitas kegiatan pengajian UMI
adalah, sebagai berikut:5
1. Kegiatan Mingguan, Tadabbur al-Qur’an setiap hari Selasa di Masjid
Pondok Indah dan setiap hari Kamis di AQL Islamic Center, Tebet.
2. Kegiatan bulanan, setiap minggu ke tiga, Tazkiyatun Nafs (Penyucian
Jiwa) di Masjid Baitul Isan (BI), Jl. Budi Kemuliaan no. 23, Jakarta Pusat.
3. Talkshow interaktif “Perempuan dambaan Al Qur’an” pada tanggal 22
Desember 2011 di Masjid Al Latief Pasaraya Blok M.
4. Launching komunitas Ummahatul Mu’minin Indonesia, pada tanggal 22
Desember 2011.
5. Talkshow "Jejak Da'wah Ummahatul Mu'minin Indonesia Buah Hati
Rasulullah SAW" pada tanggal 26 Januari 2012 di Masjid Agung Al-
Azhar, Jakarta Selatan.
6. Talkshow interaktif “Perempuan Dambaan Al Qur’an” pada tanggal 11
Februari 2012 di Pusat Da’wah Islam (PUSDAI), Bandung, dan launching
Komunitas Ummahatul Mu’minin Indonesia di Bandung, sebagai salah
satu cara menyosialisasikan keberadaan UMI di masyarakat dan dalam
5 Ibid
37
rangka mengembangkan jaringan UMI untuk kemudian mulai merambah
ke beberapa kota di seluruh Indonesia.
7. Ikut berpartisipasi dalam Islamic Book Fair (IBF) tanggal 13 Maret 2012
di Istora Senayan, untuk mengisi acara di Panggung Utama, dalam bentuk
Talkshow dengan Tema “Ummy Khadijah Pejuang Da’wah”
8. Berda’wah di Lembaga Pemasyarakatan Pondok Bambu pada tanggal 22
Maret 2012, dengan mengisi acara tausiyah dalam rangka kepedulian UMI
kepada narapidana dengan tema “Menggapai Ampunan dan Ridho
Allah SWT”
9. Ikut berpartisipasi dalam Acara Tabligh Akbar Menolak RUU Gender
Liberal pada tanggal 8 April 2012 di Masjid Agung Sunda Kelapa yang
diselenggarakan oleh MIUMI (Majelis Intelektual & Ulama Muda
Indonesia)
10. Ikut berperan serta dalam menyelamatkan generasi muda, yaitu “Menolak
Kehadiran Lady Gaga” di Indonesia dengan melakukan kunjungan ke
sekolah-sekolah mengajak untuk melindungi remaja dari pornografi dan
pornoaksi melalui surat edaran dan pemasangan “Poster Tolak Lady Gaga”
berikut penjelasannya.
11. Kamis, tanggal 10 Mei 2012 mengadakan Talkshow “Qur’anic
Parenting” di Masjid Al-Azhar, Jakarta Selatan. Sesudah Talkshow
dibuka Pelatihan Qur’anic Parenting, agar bisa dijadikan pola asuh
keluarga.
12. UMI menyertai MUIMI (Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia”)
melakukan kujungan ke DPR RI pada hari Selasa, tanggal 22 Mei 2012,
38
dalam rangka menyampaikan aspirasi “Menolak Kehadiran Lady Gaga” di
Indonesia.
13. Kamis, tanggal 7 Juni 2012 mengadakan Talkshow “Qur’anic
Parenting” di Masjid Al Murabbi di Bandung.
14. Senin, tanggal 18 Juni 2012, UMI menyertai MIUMI (Majelis Intelektual
& Ulama Muda Indonesia) menghadiri Rapat, dengar pendapat dengan
Komisi VIII DPR RI tentang pembahasan RUU Kesetaraan dan Keadilan
Gender (KKG).
15. Tanggal 04 Agustus 2012, Grand Launcing IMAN-QU (Indonesia Menulis
Qur’an) di AQL Islamic Center, Tebet.
16. Tanggal 13 Agustus 2012, membantu korban kebakaran di kelurahan karet
tensin.
17. Tanggal 11 November 2012, berpartisipasi dalam acara Medical General
Chek-up dan donor darah di AQL Islamic Center, Tebet.
18. Tanggal 17 November 2012, berpartisipasi pada Acara Milad ke 4 Ar
Rahman Qur’anic Leraning di Mega Mendung.
19. Tanggal 20 Desember 2012, mengadakan acara bazar amal & lelang
barang-barang branded untuk da’wah di AQL Islamic Center, Tebet.
39
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Metode Dakwah Dikalangan Masyarakat Perkotaan Dalam Pengajian
Eksekutif Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI)
Metode dakwah yang digunakan para da’i berbeda-beda tergantung
dari situasi dan kondisi para mad’u yang menjadi sasaran dakwahnya para
da’i. Metode yang digunakan di Indonesia harus beragam, karena tidak bisa
dengan satu metode pendekatan saja khususnya dikalangan masyarakat
perkotaan.
Masyarakat perkotaan memiliki karakter yang berbeda dengan
masyarakat di desa seperti: Pertama, masyarakat kota lebih banyak
menggunakan fasilitas-fasilitas yang lebih modern. Kedua, masyarakat kota
memliki etos kerja yang tinggi. Ketiga, dalam berkomunikasi masyarakat kota
memakai bahasa yang lebih menasional. Keempat, masarakat kota memiliki
pengetahuan dan berwawasan luas. Kelima, masyarakat kota sangat heterogen
terlihat dari bagaimana mereka melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi.
Sehingga cara penyampaian dakwahnya pun harus lebih intelektual. Berbeda
dengan masyarakat kalangan menengah kebawah (masyarakat awam), cara
penyampaian dakwahnya dilakukan dengan disisipkan guyonan (bersifat
humoris), nada dan dakwah dari seorang da’i, sehingga mereka merasa
nyaman dan tertarik akan isi dakwah tersebut.
Keberhasilan dakwah sendiri tidak terlepas dari keberhasilan da’i
pertama yaitu Rasulullah SAW dalam menyampaikan risalahnya. Dalam
berdakwah Rasulullah menggunakan teknik, cara, metode, serta pendekatan-
40
pendekatan yang efektif dan efesien. Hal ini sejalan dengan ungkapan
teknik, cara, metode, atau pendekatan lebih penting dari الطريقة اهم من المادة
materi itu sendiri. Dalam dakwah meskipun yang disampaikan hanya satu ayat
tetapi melalui pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan kondisi mad’u maka
dakwah akan berjalan dengan baik dan berhasil.
Hal ini mengisyaratkan materi bukanlah segala-galanya bagi seorang
da’i. Sejatinya persyaratan utama dan pertama bagi seorang da’i adalah
kesedian untuk berjuang, ketulusan, berbakti, dan ketepatan metode serta
pendekatan dalam menjabarkan pesan-pesan Ilahi dalam realitas sosial.
Metode dakwah merupakan salah satu unsur pendukung dalam proses
penyampaian dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i kepada mad’unya, di
mana dalam hal ini diterapkan dalam salah satu pengajian eksekutif yang ada
di Jakarta yaitu pengajian Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI).
Salah satu pengajar di pengajian UMI yaitu ustadz Bachtiar Nasir
menggunakan beragam metode jika berdakwah dikalangan masyarakat
perkotaan, kecuali di masyarakat awam beliau tidak memerlukan teknik. Maka
dari itu ustadz Bachtiar mengikuti pola dakwah yang dilakukan Rasulullah
SAW, dengan memperkenalkan kepada masyakat perkotaan khususnya ibu-
ibu, bagaimana menjadi muslimah yang baik di dunia dan akhirat seperti yang
dilakukan oleh istri-istri Rasul.1
Para ustadz dan ustadzah yang memberikan materi di pengajian UMI
sangat tahu betul apa yang dibutuhkan oleh para jamaahnya. Karena dengan
beragam metode para jamaah akan merasa nyaman mendengar dan mengikutri
1 Wawancara, Bachtiar Nasir, Pembina Pengajian UMI , (Jakarta: Rabu 3 Oktober 2012)
41
pengajian tersebut. dalam pengajian UMI jamaahnya dari kalangan menengah
ke atas, yang memang orang-orangnya berintelektual dan kritis akan masalah
yang ada disekitar mereka.
Seperti dalam buku Metode Dakwah karangan Munzier Suparta dan
Harjani Hefni, Rasulullah mempunyai beberapa pendekatan dalam metode
dakwah yang selalu dilakukannya, diantaranya:2
1. Pendekatan personal
Pendekatan personal terjadi dengan cara individual yaitu antara da’i
dan mad’u, dengan langsung bertatap muka sehingga materi yang
disampaikan langsung diterima oleh mad’u. Apa yang dilakukan oleh Nabi
SAW ini mengisyaratkan bagi umatnya, khususnya para da’i yang akan
mewarisi tugas dakwah beliau, agar mereka waspada dan hati-hati dalam
menempuh upaya-upaya lahiriah. Di samping itu, dalam melakukan
dakwah seorang da’i haruslah mempertimbangkan situasi setempat.
Apabila situasi belum memungkinkan dilakukannya dakwah secara
terbuka, maka pendekatan personal melalui mulut ke mulut perlu ditempuh.
Pendekatan ini pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW, pada saat
itu beliau berdakwah secara rahasia. Meskipun demikian tidak menutup
kemungkinan di zaman era modern seperti sekarang ini seorang da’i
melakukan pendekatan personal, karena mad’u terdiri dari berbagai
karakteristik yang berbeda-beda. Seperti yang dikatakan Ustadz Bachtiar:
“Saya melakukan pendekatan personal kepada ibu-ibu pengajian
UMI, agar saya dan ibu-ibu lebih dekat dan akrab. Namanya juga ibu-ibu,
kalau saya memberikan materi harus lebih detail, dan harus pelan-pelan.
Karena kadang-kadang mereka suka kurang paham dengan apa-apa yang
2 H. Munzi er Suparta, H. Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Kencana Prenada Media
Group, 2009) Cet ke-3, hal. 21-23
42
saya sampaikan, makanya saya menggunakan pendekatan ini. Jadi kalau
dari mereka ada yang tidak paham bisa nanya dengan saya langsung”.3
Para ustadz dan ustadzah yang mengajar di pengajin UMI memang
melakukan pendekatan personal, di mana pendekatan personal dilakukan
secara face to face yaitu menggunakan komunikasi interpersonal
(antarpribadi). Hubungan interpersonal merupakan hubungan komunikasi
yang meliputi timbal balik yang didasarkan pada data psikologi.
Dalam pendekatan personal salah satu metode yang di gunakan
adalah metode tanya jawab. Karena metode tanya jawab dipandang efektif
apabila ditempatkan dalam usaha dakwah, karena objek dakwah dapat
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang belum dikuasai oleh mad’u.
Sehingga akan terjadi hubungan timbal balik antara subjek dakwah dengan
objek dakwah.
Biasanya dengan adanya kegiatan tanya jawab, mad’u akan lebih
terbuka untuk mengajukan pertanyaan, ide, dan hal-hal yang belum
dipahami atau dimengeti. Seperti hasil wawancara dengan ibu Lia salah
satu jama’ah pengajian UMI:
“Ustadz dan ustadzah yang mengisi materi di pengajian UMI baik-
baik, mereka pun sangat dekat dan akrab dengan kami para ibu-ibu,
malah……..kadang-kadang kami suka bercanda dengan mereka. Dengan
pendekatan personal yang dilakukan oleh para ustadz dan ustadzah sangat
bagus, jadi saya dan teman-teman dapat bertanya langsung dan secara
pribadi dengan para ustadz dan ustdzah. Sehingga kami bisa lebih nyaman
untuk mengutarakan hal-hal yang bersifat pribadi, seperti halnya masalah
keluarga. Dan para ustadz dan ustdzahnya pun sangat terbuka dengan apa
yang kami utarakan”.4
3Wawancara, Bachtiar Nasir, Pembina Pengajian UMI , (Jakarta: Rabu 3 Oktober 2012)
4Wawancara, Lia Yuliani, Jama’ah Pengajian UMI , (Jakarta: Kamis 26 Juli 2012)
43
Hasil dari pernyataan diatas peneliti menangkap, bahwa dengan
adanya pendekatan personal para jama’ah sangat senang karena dengan
pendekatan tersebut para ibu-ibu yang ada di pengajain UMI dapat
mengenal satu persatu dari ustadz dan ustadzah yang mengajar di pengajian
UMI.
2. Pendekatan diskusi
Diskusi adalah salah satu pendekatan dakwah persuasif yang
merupakan adu argument antara da’i sebagai pelaku dakwah dan mad’u
sebagai objek dakwah. Dari sini diharapkan akan lahir sebuah pendirian
yang meyakinkan, terutama bagi objek dakwah. Di sisi lain, dakwah
dengan diskusi juga akan menuntut adanya profesionalisme (keahlian) dari
para da’i. Seorang da’i akan dipaksa untuk memperbanyak lagi
pembendaharaan ilmu mereka, bukan hanya kemampuan berbicara yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Pendekatan diskusi pada era sekarang sering dilakukan lewat
berbagai diskusi keagamaan, da’i berperan sebagai nara sumber.
Sedangkan mad’u berperan sebagai audience. Tujuan dari diskusi ini
adalah membahas dan menemukan pemecahan semua problematika yang
ada kaitannya dengan dakwah sehingga apa yang menjadi permasalahan
dapat ditemukan jalan keluarnya.
Diskusi sering dimaksudkan sebagai bertukar pikiran (gagasan,
pendapat, dan sebagainya) antara sejumlah orang secara lisan, membahas
suatu masalah tertentu yang dilaksanakan dengan teratur dan bertujuan
untuk memperoleh kebenaran.
44
Seperti halnya dalam pengajian UMI pendekatan dengan cara
berdiskusi selalu dilakukan oleh para ustadz dan ustadzah. Ustadz dan
ustadzah yang mengisi materi di pengajian UMI selalu memenuhi
kebutuhan para mad’u yang masih belum mengerti dan memahami materi
yang disampaikan, dengan adanya diskusi jama’ah dapat menggali lebih
banyak hal-hal yang belum mereka ketahui. Seperti yang dikatakan Ustadz
Bachtiar Nasir:
“Saya memberikan materi kepada ibu-ibu di pengajian UMI dengan
jelas dan lugas sehingga mereka mengerti dengan isi materi yang saya
sampaikan. Para ustadz dan ustadzah juga sangat terbuka kepada ibu-ibu
yang memang belum memahami materi dakwah yang disampaikan.Saya
juga memberikan contoh kehidupan di sekitar agar mereka lebih mudah
memahami dan agar ibu-ibu dalam pengajian UMI berfikir lebih terbuka,
selain itu saya juga selalu memberikan sugesti yang positif agar mereka
berfikir lebih maju.Dalam pengajain ini saya juga membentuk kelompok-
kelompok diskusi sehingga mereka bisa saling berdiskusi, membicarakan
hal-hal yang belum di mengerti.Apabila mereka belum yakin dengan apa
yang mereka diskusikan maka mereka akan menanyakan kepada saya
secara langsung”.5
Melalui metode dakwah diskusi, para ustadz dan ustadzah di
pengajian UMI dapat mengembangkan kualitas mental dan pengetahuan
agama ibu-ibu dan dapat memperluas pandangan tentang materi dakwah
yang didiskusikan. Dakwah dengan menggunakan metode diskusi dapat
menjadikan ibu-ibu dalam pengajian UMI terlatih menggunakan pendapat
secara tepat dan benar, sehingga mereka akan terlatih berfikir secara
kreatif, logis dan objektif.
5Wawancara, Bachtiar Nasir, Pembina Pengajian UMI , (Jakarta: Rabu 3 Oktober 2012)
45
B. Pengaruh Pengajian Ummahatul Mu’minin Indonesia(UMI) Terhadap
Masyarakat Perkotaan
Dakwah merupakan aktivitas mengajak manusia kepada jalan Allah.
Dalam aktivitas dakwah terdapat beberapa unsur: da’i, mad’u, materi, metode,
sarana, dan efek. Aktivitas dakwah akan berjalan dengan baik apabila sasaran
dakwah itu tepat dan mencapai tujuan. Seorang da’i di tuntut agar dapat
memilih materi dakwah yang sesuai dengan kebutuhan dakwah dan
menggunakan sarana yang mempermudahsampainya pesan dakwah, sehingga
substansi dakwahnya mudah diterima oleh masyarakat. Dalam pengajian UMI
ustadz Bachtiar Nasir memberikan materi dengan cara mengenalkan pelajaran
yang mendasar untuk memperkenalkan agama Islam kepada ibu-ibu pengajian
UMI. Pelajaran dasar yang diberikan ustadz Bachtiar dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Ma’rifatullah
Ma’rifatullah berasal dari kata Ma’rifat dan Allah, ma’rifat artinya
mengetahui atau mengenal. Jadi Ma’rifatullah berarti mengenal Allah
SWT. Ma’rifatullah bukanlah mengenali dzat Allah, karena hal ini tidak
mungkin terjangkau oleh kapasitas manusia yang akal pikirannya terbatas.
Seseorang dianggap ma’rifatullah jika seseorang itu telah mengenali asma
Allah, mengenali sifat Allah dan perbuatan Allah yang terlihat dalam
ciptaan dan tersebar dalam kehidupan alam ini. Selain itu dengan bekal
pengetahuan, manusia dapat menunjukkan
a. Sikap shidiq (benar) dalam bermu’amalah (bekerja) dengan Allah
SWT.
b. Ikhlas dalam niatan dan tujuan hidup yakni hanya karena Allah SWT.
46
c. Pembersihan diri dari akhlak-akhlak tercela dan kotoran-kotoran jiwa
yang membuat diri bertentangan dengan kehendak Allah SWT.
d. Sabar dan menerima pemberlakuan hukum atau aturan Allah SWT.
e. Berdakwah atau mengajak mengikuti kebenaran agama Islam.
2. Ma’rifatunnas
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang terdiri atas jasad, ruh,
dan akal. Allah menciptakan manusia mempunyai maksud tertentu, yakni
selain agar beribadah kepada Allah diamanatkan sebagai Khalifah Fil
Ardhi sehingga tercipta masyarakat yang tentram serta sejahtera. Akan
tetapi, tugas yang diamanatkan kepada manusia sering kali dimanipulasi
sesuai kehendak hawa nafsu syaitan, sehingga fungsi sebagai khalifah
tidak dapat dilaksanakan dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya, jika
setiap manusia memahami akan maksud diciptakan Allah SWT ke dunia
ini, maka segala gerak langkahnya selalu disesuaikan dengan syariat
agama. Tujuan diciptakan manusia secara argumen yang ditegaskan Allah
SWT dalam surat ad-Dzariyat ayat 56:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembahKu"
Penjelasan firman Allah SWT tersebut sudah jelas dan tegas apa
yang seharusnya diperbuat oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu penghambaan secara totalitas kepada Al-Khaliq. Adapun pepatah
yang menyebutkan: من عرف نفسه فقد عرف ربه yang artinya "Barang siapa
47
mengenal dirinya niscaya ia akan mengenal Tuhannya". Maka sangat
wajar jika dikalangan umat manusia kurang menyadari hakekat untuk apa
diri ini diciptakan dan harus bagaimana melakukan aktivitas di dunia,
karena tidak mengenal akan dirinya sendiri. Padahal manusia diciptakan
lebih mulia dibandingkan dengan makhluk lainnya, yakni diberikan akal
hanya masalahnya akal itu tidak difungsikan sebagaimana seharusnya
sesuai dengan petunjuk dari sang Khaliq.
3. Ma’rifatuddin
Ketika Allah SWT menjadikan Islam sebagai jalan kehidupan bagi
kaum muslimin, tentulah Allah sudah mengetahui akan berbagai hal yang
akan dihadapi oleh manusia itu sendiri. Karena Islam menginginkan
adanya penyelesaian dan kedamaian atas segala hal yang menimpa
manusia dalam kehidupan mereka, seperti itulah sesungguhnya profil al-
Islam. Islam merupakan pegangan hidup manusia yang mampu
mengantarkan mereka pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di
akhirat, serta mampu menuntaskan segala problematika yang mereka
hadapi.
Dari segi bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari
kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata
aslama. Adapun dari segi istilah, Islam adalah ketundukan seorang hamba
kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya
Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum
atau aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan
yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.
48
Materi dasar yang diberikan ustadz Bachtiar sedikit demi sedikit mulai
dilakukan oleh ibu-ibu dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk diri mereka
sendiri maupun untuk sesama. Para ibu-ibu sekarang lebih rajin ibadahnya,
lebih mensyukuri segala sesuatu yang diberikan Allah dan lebih menghargai
ciptaan Allah. Kemudian dari kegiatan sosial ibu-ibu lebih aktif lagi mencari
informasi untuk menolong sesama umat muslim yang membutuhkan, dengan
adanya pelajaran dasar tersebut sekarang ibu-ibu lebih sabar untuk mengadapi
masalah yang kadang melanda diri mereka, lebih menghargai pendapat atau
masukan dari orang-orang yang ada disekitar mereka.
Selain memperkenalkan materi dasar ustadz Bachtiar pun
memperkenalkan para istri-istri Nabi yang sholeha, dan ashhabiyah yang akan
di jamin masuk syurga karena kesolehan mereka, ustadz Bachtiar
memperkenalkan istri-istri nabi dan para ashhabiyah dengan cara bercerita dan
memberikan contoh-contoh dari sifat yang dimiliki oleh istri-istri nabi dan
para ashhabiyah.6 Menurut ustadz Bachtiar dalam memberikan materi tiap
minggu:
“Saya memberikan materi-materi tersebut kepada ibu-ibu di pengajian
UMI atau di kalangan masyarakat perkotaan untuk mengenalkan kepada
mereka bagaimana mengenal Allah, mengenal manusia, dan mengenalkan
agama Islam. Dan saya ingin mereka juga menjadi wanita-wanita atau ibu-ibu
yang sholeha dan selalu taat ibadah”.
Dakwah pun mempunyai pengaruh yang sangat penting di kalangan
masyarakat perkotaan. Karena keberhasilan perjuangan menegakkan agama
Islam, hanya dapat berhasil kalau diperjuangkan dengan metode yang pernah
dipergunakan oleh Rasulullah SAW.
6Wawancara, Bachtiar Nasir, Pembina Pengajian UMI , (Jakarta: Rabu 3 oktober 2012)
49
Pengaruh pengajian UMI bagi masyarakat perkotaan sangat bagus.
Khususnya bagi ibu-ibu yang memang butuh ilmu agama, pengajian UMI
memberikan penyegaran baru bagi ibu-ibu kalangan menengah ke atas yang
ingin sekali mengaji. Selain itu sekarang mereka dapat mengaji dengan rasa
percaya diri tidak perlu malu dan minder lagi, karena pengajian ini di bentuk
untuk ibu-ibu kalangan menengah ke atas, yang memang ingin mempelajari
agama Islam lebih dalam. Ada beberapa afek positif yang di rasakan oleh ibu-
ibu di kalangan masyarakat perkotaan setelah mengikuti pengajian UMI,
diantaranya:7
1. Pertama, yang dirasakan yaitu tumbuhnya rasa persaudaraan. Karena
pengajian UMI dapat mempersatukan majlis-majlis ta’lim yang ada di
Indonesia, karena selama ini masing-masing majlis ta’lim memiliki tembok
sendiri-sendiri, sekarang tembok itu terasa runtuh jadi berbaur di dalam
pengajian UMI.
2. Kedua, dahulu sesama jamaah saling acuh tak acuh dan saling
mengasingkan diri, tetapi sekarang itu semua tidak terjadi lagi yang terjadi
sekarang persaudaraan sesama ibu-ibu semakin kuat, untuk satu tujuan
yaitu menuntut ilmu agama. Para jama’ah pengajian UMI pun selalu
mentransformasikan ilmu pengetahuan, kadang mereka pun berdialog atau
berdiskusi dengan sesama untuk membahas segala sesuatu yang mereka
bisa lakukan, dan kerja dakwah mereka pun semakin kencang. Seperti
kejadian kemarin pada saat terjadi kebakaran di Kuningan Jakarta, mereka
langsung menyebarkan informasi, membuat tenda dan kemudian membuat
7Wawancara, Bachtiar Nasir, Pembina Pengajian UMI , (Jakarta: Rabu 3 oktober 2012)
50
bantuan. Jadi mereka langsung cepat bergerak untuk melakukan itu semua
apalagi mereka tergolong dari kalangan menengah ke atas.
Dari beberapa ibu-ibu dalam pengajian UMI juga merasakan senang
setelah beberapa bulan mengikuti pengajian UMI, seperti yang di katakana ibu
Ati Nadirsyah:
“Banyak pengaruh yang masuk ke dalam diri saya, dari perilaku
saya yang lebih terjaga, dalam ibadah pun saya lebih rajin lagi, dan saya
dapat mengajak masyarakat atau teman-teman yang ada di lingkungan
rumah saya untuk belajar agama bersama. Pengajian UMI ini memang
bagus untuk ibu-ibu yang belajar agama lebih dalam lagi.8
Tidak hanya ibu Ati Nadirsyah saja yang merasakan perubahan setelah
mengikuti pengajian UMI, tapi ada beberapa anggota jama’ah UMI lagi yang
memang senang mengikuti pengajian tersebut salah satunya lagi adalah ibu
Rati, beliau mengatakan:
“Saya berusaha selalu di jalan Allah SWT sesuai dengan ajaran al-
Qur’an dan as-Sunnah, kini saya lebih rajin ibadahnya, ingin menjadi
wanita dan istri yang sholeha. Sekarang saya pun lebih menghargai orang
lain, bukan hanya itu saja sekarang saya mempunyai banyak teman dari
mana saja, saya dapat bersosialisasi dengan baik. Orang-orang yang ada
dipengajian UMI berbagai macam karakter dan sifat, disini lah kami
disatukan mempunyai visi dan misi yang sama untuk menuntut ilmu dan
menegakkan agama Islam”.
Dengan adanya pengajian UMI tersebut jamaah saat ini lebih
menghayati dan menghargai hidup dengan cara merubah perilaku hidup
mereka, lebih rajin melaksanakan ibadah dan mengaplikasikan hasil belajar
kedalam kehidupan sehari-hari, seperti mengajak masyarakat sekitar untuk
meningkatkan kualitas ibadah yang lebih baik. Selain itu mereka lebih
menghargai sesama baik dari kalangan bawah maupun dari kalangan menengah
keatas, yaitu dengan adanya kegiatan bakti sosial.
8Wawancara, Ati Nadirsyah, Jama’ah Pengajian UMI , (Jakarta: Kamis 26 Juli 2012)
51
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menganalisa berbagai permasalahan dari skripsi yang
berjudul: “Metode Dakwah Dikalangan Masyarakat Perkotaan Dalam
Pengajian Eksekutif Ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI)”, maka dapat di
tarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Metode dakwah dikalangan masyarakat perkotaan harus beragam, karena
mad’u atau pendengar merupakan kalangan menengah keatas yang
berwawasan luas (berintelektual) dan sangat kritis. Adapun metode
dakwah yang diterapkan dalam pengajian UMI menggunakan metode
dakwah Rasulullah SAW dengan pendekatan personal dan pendekatan
diskusi. Ustadz Bachtiar juga memperkenalkan kepada jama’ahnya dengan
pelajaran dasar untuk mengenal Islam, yaitu: ma’rifatullah, ma’rifatunnas
dan ma’rifatuddin.
2. Dengan adanya pengajian UMI jamaah dapat merubah pola kehidupan
yang mereka jalani, menumbuhkan rasa persaudaraan sesama umat
muslim, terjadinya persatuan sesama majlis ta’lim yang ada di perkotaan
dalam satu organisasi di pengajian UMI, serta menumbuhkan kepedulian
dan kepekaan sosial dikalangan jama’ah UMI. Dalam pengajian UMI
jama’ah pun selalu mentransforamasikan ilmu pengetahuan mereka
dengan cara berdiskusi.
52
B. Saran-saran
1. Sebaiknya seorang da’i dalam menyampaikan ceramahnya tidak hanya
menggunakan satu metode saja, karena seorang da’i harus mempunyai
beberapa metode dakwah untuk mengetahui situasi atau kondisi yang ada
di sekitarnya. Khususnya masyarakat perkotaan yang memang mereka
orang-orang berintelektual tinggi, selalu ingin mengetahui segala sesuatu
dengan alasan yang objektif.
2. Kepada pengurus pengajian UMI, hendaknya lebih meningkatkan
kegiatan-kegiatan dakwah yang selalu mencari informasi dengan cara
mengakses jaringan media elektronik untuk mengetahui keadaan dakwah
Islam yang belum terpenuhi.
3. Kepada ustadz dan ustadzah sebagai pengajar di pengajian eksekutif UMI
dalam memberikan materi sebaiknya memenuhi kebutuhan jama’ah
dengan menggunakan alat teknologi yang modern, seperti: power point,
gadget, dan alat elektronik lainnya sehingga mempermudah dalam
berdakwah dan berkomunikasi.
4. Kepada ibu-ibu yang ada di pengajian eksekutif UMI sebaiknya lebih
mempererat tali persudaraan, lebih rajin mengaji agar ilmu yang didapat
terus bertambah dan dapat dilakukan di kehidupan sehari-hari. Kemudian
dapat mengajak orang-orang yang ada disekitar untuk mengaji dan belajar
agama Islam bersama, agar mendapat pahala dan menegakkan agama
Islam mengikuti aturan al-Qur’an dan as-Sunnah.
53
DAFTAR PUSTAKA
Abda Selamet Muhaimin, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah. Surabaya: Al-
Ikhlas. 1994.
A. Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa membangun Agama
dan Peradaban Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2011.
Amin Samsul Munir , Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah. 2009.
Aripudin Acep, Dakwah Antarbudaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2012.
Arifin, Psikologi Dakwah. Jakarta:Bulan Bintang. 1997.
Bachtiar Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos. 1997
Fadhullah Muhammad Husen, Metodologi Dakwah Dalam Al-Quran. Jakarta:
Lentera. 1997.
Ghazali M. Bahri, Dakwah Komunikatif . Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. 1997.
Hadi Sutrisno, Metodologi Reseach. Yogyakarta: Andi offset. 1992.
Ismail A. Ilyas, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub. Jakarta: Penamadani. 2008.
Moleong Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002.
Munzier Suparta, Harjani Hefni. Metode Dakwah. Kencana Prenada Media
Group. 2009.
Muriah Siti, Metodelogi Dakwah Kontenporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka. 2002.
Nabiry Fathur Bahri, Buku Meneliti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i.
Jakarta: Sinar Grafika Offset. 2008.
Noor M. Arifin, Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Pustaka Setia. 1997.
Partanto Paus A. dkk, Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arloka. 1999.
Poerwadarminta, KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Jakarta: Balai Pustaka.
2002.
Pulungan Suyuti, Universalisme Islam. Jakarta: PT Moyo Segoro Agung. 2002.
Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Lembaga
Penelitian. 2010.
54
Shihab M. Quraish , Membumikan Al-Quran Fungsi dan Peranan Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan. 1998.
-----------------------. Tafsir Mishbah. Jakarta: Lentera Hati. 2005
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
1982.
Suraini, Manajemen Dakwah Dalam Kehidupan Pluralisme Indonesia. Jakarta:
MSCC. 2005.
Syukir Asmuni, Dasar-dasar strategi dakwah Islam. Surabaya: Al-ikhlas. 1983.
Yunus Mahmud, Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT Hidakarya Agung. 1989.
Arsip Pengajian ummahatul Mu’minin Indonesia (UMI). Jakarta: Kamis 21 Juni
2012.
Wawancara, Bachtiar Nasir, Pembina Pengajian UMI. Jakarta: Rabu, 3 Oktober
2012.
Wawancara, Lia Yuliani, Jama’ah Pengajian UMI. Jakarta: Kamis 26 Juli 2012.
Wawancara, Ati Nadirsyah, Jama’ah Pengajian UMI. Jakarta: Kamis 26 Juli
2012.
Wawancara, Ninuk, Jama’ah Pengajian UMI. Jakarta: Kamis 26 Juli 2012
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Nama : Ustadz H. Bachtiar Nasir Lc
Jabatan di UMI : Pembina dan Ustadz dalam pengajian UMI
Wawancara ustadz Bachtiar Nasir Lc
1. Tanya: Apa yang melatar belakangi ustadz untuk mendirikan pengajian UMI?
Jawab: Yang melatar belakangi saya mendirikan pengajian UMI, saya melihat di
Jakarta banyak pengajian-pengajian untuk kalangan menengah ke atas, akan tetapi
mereka masih terpecah-pecah kedalam kelompok-kelompok kecil. Program mereka
masih belum jelas karena tidak adanya susunan kepengurusan dan program kerja
yang nyata. Selain itu, keinginan ibu-ibu dikalangan menengah keatas untuk menuntut
ilmu agama sangat antusias. Mereka bisa membayar dosen, guru atau ustadznya
bahkan membayarkan tiket untuk mendatangkan guru dari luar. Menurut saya itu
menjadi sebuah potensi yang cukup besar untuk dikembangkan dan disatukan
pengajian-pengajian kecil tersebut kedalam satu wadah kelompok sehingga lebih jelas
program-program pengajiannya. Selain itu, ibu-ibu di kalangan menengah keatas
lebih senang mencari ilmu agama dengan cara metodelogi, andragogi, dialog, analitik
dan tanya jawab. Berbeda dengan masyarakat kalangan menengah kebawah mereka
lebih senang dengan ceramah-ceramah saja. Karena kalangan menengah keatas
adalah kalangan terpelajar dan lebih kritis dalam masalah kajian keagamaan. Maka
dari itu terbentuklah pengajian UMI, yaitu “Ummahatul Mu’minin Indonesia” yang
artinya “para ibu-ibu mu’min Indonesia”, karena pengajian ini menjurus kepada ibu-
ibu yang ada di Indonesia yang ingin mencari ilmu agama.
2. Tanya: Metode dakwah seperti apa yang ustadz berikan kepada masyarakat
perkotaan? Apakah metode dakwah yang ustadz berikan di pengajian UMI sama
dengan di tempat lain?
Jawab: Metode yang saya gunakan di kalangan masyarakat perkotaan di Indonesia
harus beragam tidak bisa dengan satu metode saja, kecuali di masyarakat awam
mereka tidak perlu teknik, yang mereka butuhkan dari seorang da’i yaitu humoris,
adanya nada dan dakwah. Maka dari itu saya mengikuti pola dakwah yang dilakukan
Rasulullah, yaitu dengan pendekatan personal dan pendekatan diskusi. Jika saya
memberikan materi di kalangan ibu-ibu menengah keatas di perkotaan seperti di
pengajian UMI, pertama dengan cara memperkenalkan mereka bagaimana menjadi
muslimah yang baik dunia akhirat seperti yang dilakukan oleh istri-istri Rasul. Selain
itu saya pun memberikan contoh-contoh, dengan memperkenalkan para ashabiyah
yang di jamin masuk syurga. Jadi ibu-ibu di pengajian UMI dapat mengikuti sifat dan
karakternya, agar ibu-ibu yang ada di masyarakat perkotaan atau di pengajian UMI
dapat memotivasi diri agar menjadi muslimah yang lebih baik. Ibu-ibu di kalangan
masyarakat pekotaan ini pun suka jika diberi contoh-contoh yang konkrit, dan nyata
yang memang ada di sekitar mereka. Mereka pun suka jika ustadz atau ustadzah
memberikan ceramah atau materi dengan menggunakan slide, makalah, atau hands
out. Maka dari itu saya menyajikan materi dengan menggunakan slide, hands out,
tanya jawab, dan berdiskusi sehingga apa yang yang saya sampaikan kepada mereka
dapat di mengerti dan di pahami. Kadang-kadang saya suka membuat grup untuk
mereka agar ibu-ibu tidak bosan dan jenuh. Ibu-ibu di kalangan menengah keatas ini
pun sering bergelut dengan yang namanya gadget seperti bbm (blackberry
massangers), email, twitter, dan whats up. Dengan adanya media komunikasi tersebut
dapat mempermudah ibu-ibu untuk berkonsultasi mengenai materi yang belum di
mengerti. Dengan fasilitas tersebut juga dapat terjadi proses persaudaraan dalam diri
mereka. Mereka juga tidak suka dengan dakwah yang terlalu teoritik dan filsafat.
Pengajian UMI adalah sebuah komunitas yang di dalamnya seorang ibu-ibu yang
ingin bersosialisasi dengan selevelnya, pemikiran mereka sama dan mempunyai
tujuan yang sama pula.
Perbedaan metode dakwah di pengajian UMI atau dengan di tenpat lain sama saja
tidak perbedaannya saya menggukan metode itu juga, dengan cara membuat grup,
dan sebagainya. Cuma bedanya di lihat dari materi, harus di sesuaikan dengan
mad’unya dan keadaan sekitar.
3. Tanya: Menurut ustadz sejauh mana pengaruh pengajian UMI terhadap masyarakat
perkotaan?
Jawab: Pengaruh pengajian UMI bagi masyarakat perkotaan sangat bagus.
Khususnya bagi ibu-ibu yang memang butuh ilmu agama, pengajian UMI
memberikan penyegaran baru bagi ibu-ibu kalangan menengah ke atas yang ini ingin
sekali mengaji.. Dengan adanya pengajain UMI ibu-ibu yang tadinya malas atau malu
mengikuti pengajian, sekarang malah lebih rajin untuk mengaji. Sebenarnya pengajian
UMI baru berjalan beberapa bulan, kalau ditanya pengaruhnya yang paling mereka
rasakan pertama yaitu rasa persaudaraan. Karena pengajian UMI mempersatukan
majlis-majlis ta’lim yang ada di Indonesia. Selama ini masing-masing majlis ta’lim
memiliki tembok sendiri-sendiri, sekarang tembok itu terasa runtuh jadi berbaur di
dalam pengajian UMI. Jadi efek pertama itu silaturahim mereka menjadi terbuka.
Yang kedua kalau dulu sesama jamaah saling acuh tak acuh dan saling mengasingkan
diri, tapi kalau sekarang itu semua tidak ada lagi. Malah persaudaraan mereka makin
kuat, untuk satu tujuan yaitu menuntut ilmu agama. Mereka pun selalu
mentransformasi ilmu pengetahuan, kadang mereka pun berdialog sesama untuk
membahas segala sesuatu yang mereka bisa lakukan, dan kerjakan. Dalam Berdakwah
sekarang mereka pun semakin kencang seperti: kejadian kemaren kebakaran di
kuningan Jakarta, mereka langsung broadcast kemudian membuat tenda dan bikin
bantuan. Jadi mereka langsung cepat untuk melakukan itu semua apalagi mereka dari
orang-orang berada, yang mereka pikir ini lah saatnya untuk membantu dan berbagi
sesama yang memang membutuhkan bantuan dari mereka. Para ibu-ibu ini pun selalu
mencari informasi yang memang mereka anggap penting dan harus di bantu.
4. Tanya: Menurut ustadz apa faktor pendukung dan penghambat pengajian UMI
terhadap masyarakat perkotaan?
Jawab: Faktor pendukung, ibu-ibu di pengajian UMI rata-rata kalangan menengah ke
atas, yang mana kebutuhan sosial mereka selalu terpenuhi. Jadi mereka berusaha
untuk lebih dekat dengan kalangan bawah khususnya kalangan yang tidak mampu.
Oleh sebab itu, mereka lebih mudah dan bersemangat dalam kegiatan sosial, dan
dengan adanya modal mereka pun menjadi lebih mudah untuk mengeluarkan dana
yang mereka punya untuk membiayai kegiatan sosial tersebut. Selain itu mereka juga
memiliki teman atau kerabat yang mempunyai posisi di suatu perusahaan sehingga
mereka dengan mudah mendapatkan sponsor untuk kegiatan sosial. Dengan adanya
kemajuan teknologi di bidang komunikasi, ibu-ibu pengajian UMI sangat
memanfaatkan sarana komunikasi yang bagi mereka merupakan suatu alat yang
penting. Karena dengan alat komunikasi tersebut mereka dapat berhubungan satu
sama lain dengan mudah dan tanpa memakan waktu yang lama. Sedangkan faktor
penghambat adalah berhubungan antara interen jama’ah, dimana masing-masing
jama’ah memiliki karakter dan sifat yang berbeda-beda. Sehingga perlu ditanamkan
rasa memiliki satu sama lain, maka akan timbul rasa saling menghargai.
5. Tanya: Apa saja materi yang ustadz berikan setiap minggu kepada jamaah UMI?
Tanya: Materi yang paling dasar saya berikan kepada ibu-ibu pengajian UMI adalah
pelajaran dasar. Di dalam dasar ini saya membagi menjadi tiga bagian, diantanya:
ma’rifatullah, ma’rifatunnas, ma’ritruddin. Saya memberikan materi dasar ini agar
mereka mengenal Allah SWT sebagai Tuhan mereka, mengenal sesama manusia yang
Allah SWT ciptakan, dan mengenal agama yang menjadi tumpuhan bagi kehidupan
mereka di dunia. Saya ingin mereka menjadi wanita-wanita atau ibu-ibu yang sholeha
dan selalu taat ibadah. Yang kedua, tadabbur Qur’an yaitu mengenal al-Qur’an.
Kalau di pengajian UMI saya mulai dari surat Al-Fatihah, jika di masjid pondok indah
di mulai dari surat An-Naas. Yang ketiga, saya memberikan materi mengenai istri-
istri Nabi yang sangat taat ibadah, taat kepada suami, dan sholeha. Agar ibu-ibu di
pengajian UMI dapat mencontoh istri-istri Nabi tersebut. Kemudian yang terakhir
saya juga mengenalkan kepada mereka sahabat-sahabat perempuan yang dijamin
masuk syurga dengan ketaatannya kepada Allah SWT.
Pewawancara Narasumber
(Aldila Syahfina) (Ustadz Bachtia Nashir Lc)
Nama : Lia Yuliani
Pekerjaan : -
Jabatan dalam pengajian UMI: Ketua Umum Pengajian UMI
WAWANCARA KETUA UMUM PENGAJIAN UMI
1. Tanya: Materi apa saja yang disampaikan dalam pengajian UMI?
Jawab: materi yang diberikan dalam pengajian ini bayak salah satunya
tadabbur al-Quran, fiqih,
2. Tanya: Metode dakwah apa saja yang digunakan oleh ustadz dan
ustadzah dalam pengajian UMI?
Jawab: Metode dakwah yang digunakan oleh ustadz dan ustdzah adalah
pendekatan personal, berdiskusi, dan tanya jawab. Dengan
menggunakan pendekatan personal saya dan teman-teman dapat
bertanya langsung dan secara pribadi dengan para ustadz dan ustadzah.
Ustadz dan ustadzah pun jika memberikan materi dengan penuh
kesabaran dan pelan-pelan, karena jama’ah pengajian UMI rata-rata ibu-
ibu yang memang harus perlahan untuk menyerap materi-materi yang
ada, sehingga kami dapat paham dengan materi yang di sampaikan.
Usatdz dan ustadzah di sini pun sangat terbuka dan ramah sehingga
kami tidak canggung kepada mereka, di sela-sela waktu kosong kadang
kami dapat mengobrol yang memang bukan urusan pengajian.
3. Tanya: Apakah setiap ustadz atau ustadzah yang mengisi dakwah di
UMI memakai metode dakwah yang sama atau berbeda?
Jawab: Metode dakwah yang digunakan ustadz dan ustadzah berbeda-
beda sesuai dengan kualitas dakwah yang mereka punya, mereka pun
menyampaikan materi sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.
4. Tanya: Bagaimana kriteria pemilihan ustadz atau ustadzah yang
mengajar di pengajian UMI?
Jawab: Ustadz dan ustadzah yang mengajar di pengajian UMI tidak
mempunyai kriteria yang khusus, mereka cuma mempunyai visi dan
misi yang sama yaitu menegakkan agama Islam, melalui nilai-nilai
agama dalam berbagai sisi kehidupan menurut aturan Allah SWT, al-
Qur’an dan as-Sunnah.
5. Tanya: Apa saja kegiatan yang diadakan oleh pengajian UMI?
Jawab:Pengajian yang diadakan UMI bermacam-macam salah satunya:
pengajian tadabbur al-Qur’an, pengajian tadabbur di lingkungan
masyarakat (penjara wanita pondok bambu), bersinergi dengan
lembaga-lembaga dakwah muslimah lainnya, dan pengajian UMI pun
berpartisipasi dalam memecahkan persoalan-persoalan yang ada di
masyarakat.
6. Tanya: Bagaimana respon masyarakat kota khususnya ibu-ibu terhadap
pengajian UMI?
Jawab: Respon masyarakat perkotaan khususnya ibu-ibu sangat bagus,
dan mereka antusias sekali dengan adanya pengajian ini. Ibu-ibu yang
ada di perkotaan ini pun sangat senang karena ada pengajian untuk
kalangan menengah keatas, sehingga mereka bisa mengenal Islam lebih
dalam dan mempelajari al-Quran dan as-Sunnah bersama-sama.
7. Tanya: Apa faktor pendukung dan penghambat pengajian UMI bagi
masyarakat perkotan (ibu-ibu)?
Jawab: Faktor penghambat mungkin dari waktu, yang rata-rata peserta
pengajian UMI adalah ibu-ibu rumah tangga. Faktor pendukung
pengajian UMI, banyak respon positif yang terus menambah, potensi
dakwah dengan bergabungnya jama’ah-jama’ah pada setiap pelaksanaan
kegiatan serta adanya sinergi yang lebih bermanfaat.
Pewawancara Narasumber
(Aldila Syahfina) (Ibu Lia Yuliani)
Nama : Ninuk
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Asal majlis : -
No Hp : -
WAWANCARA JAMA’AH PENGAJIAN UMI
1. Tanya: Sejak kapan ibu mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Sejak awal tahun 2009
2. Tanya: Apa yang membuat ibu tertarik mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Materinya yang sangat menarik mengkaji tentang Islam lebih
dalam.
3. Tanya: Materi apa saja yang ibu sukai selama pengajian UMI?
Jawab: Tadabbur al-Qur’an
4. Tanya: metode dakwah seperti apa yang ibu sukai pada saat ustadz atau
ustadzah mengisi materi di pengajian UMI?
Jawab: Saya menyukai talkshow yang menggunakan audio visual,
kemudian dilanjutkan tanya jawab dan konsultasi khusus kepada
ustadnya mengenai agama Islam.
5. Tanya: Dalam mengikuti pengajian UMI hambatan apa saja yang ibu
temui?
Jawab: Alat audionya yang suka tidak jelas, sedangkan hambatan
pribadi Alhamdulillah tidak ada.
6. Tanya: Apa keuntungan ibu mengikuti pengajian UMI?
Jawab:Alhamdulillah keimanan saya bertambah, dan bertambah pula
pengetahuan keislaman.
7. Tanya: Apa pengaruh pengajian UMI bagi kehidupan sehari-hari ibu?
Jawab: Alhamdulillah saya lebih rajin beribadah, semoga menjadi
wanita dan istri yang sholeha, yang selalu istiqomah sampai akhir hayat.
Semoga pula menjadi muslimah yang selalu menegakkan agama Allah
SWT, hati saya pun sekarang lebih tenang dengan mengikuti pengajian
UMI karena para ustadz dan ustadzahnya memberikan materi yang
sangan bagus dan baik, sehingga saya dapat mengerjakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Narasumber
(Ninuk)
Nama : Titi
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Asal majlis : Nurul Iman
No Hp : 081585001115
WAWANCARA JAMA’AH PENGAJIAN UMI
1. Tanya: Sejak kapan ibu mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Sejak tahun 2008
2. Tanya: Apa yang membuat ibu tertarik mengikuti pengajian UMI?
Jawab: yang membuat saya tertarik dengan pengajian UMI, karena kita
dapat mengamalkan ayat-ayat yang dikaji ke dalam kehidupan sehari-
hari
3. Tanya: Materi apa saja yang ibu sukai selama pengajian UMI?
Jawab: Tadabbur ayat-ayat Al-Quran dan Hadits
4. Tanya: Metode dakwah seperti apa yang ibu sukai pada saat ustadz dan
ustadzah mengisi materi di pengajian UMI?
Jawab: Metode dakwah yang interaktif yang menggunakan audio visual
dan dengan tema kajian ayat Al-Quran yang di dukung dengan cerita-
cerita dan sejarah perjuangan Islam.
5. Tanya: Dalam mengikuti pengajian UMI hambatan apa saja yang ibu
temui?
Jawab: Lebih kepada hambatan yang datang dari diri sendiri seperti
waktu yang sibuk dengan urusan rumah.
6. Tanya: Apa keuntungan ibu mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Lebih mempererat silaturrahim dan lebih sabar karena bertemu
dengan komunitas dan orang yang berbeda-beda.
7. Tanya: Apa pengaruh pengajian UMI bagi kehidupan sehari-hari ibu?
Jawab: Sekarang saya bisa belajar yakin atas ketentuan dan ciptaan
Allah, dan lebih rajin ibadahnya.
Narasumber
(Titi)
Nama : Ici
Pekerjaan : -
Asal majlis :MT. Annisa-Pulumas
No Hp : 08123005475
WAWANCARA JAMA’AH PENGAJIAN UMI
1. Tanya: Sejak kapan ibu mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Sejak tanggal 22-Desember-2011
2. Tanya: Apa yang membuat ibu tertarik mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Saya tertarik dengan pengajian UMI, karena tema pengajiannya
yang menarik dan ustadznya yang beragam jadi tidak hanya satu ilmu
saja yang digali.
3. Tanya: Materi apa saja yang ibu sukai selama pengajian UMI?
Jawab: Yang saya sukai materi fiqih biasanya tentang keluarga
4. Tanya: Metode dakwah seperti apa yang ibu sukai pada saat ustadz dan
ustadzah mengisi materi di pengajian UMI?
Jawab: Metode dakwah yang saya sukai dalam pengajian UMI seperti
menggunakan infocust dan biasanya juga diberi selembaran kertas yang
didalamnya adalah pembahasan materi seperti makalah.
5. Tanya: Dalam mengikuti pengajian UMI hambatan apa saja yang anda
temui?
Jawab: Alhamdulillah hampir tidak ada hambatan.
6. Tanya: Apa keuntungan anda mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Banyak sekali keuntungan yang saya dapatkan setelah
mengikuti pengajian UMI yaitu menambah ilmu, terutama ilmu-ilmu
agama.
7. Tanya: Apa pengaruh pengajian UMI bagi kehidupan sehari-hari anda?
Jawab: Dalam mengikuti pengajian UMI saya dapat pengaruh yang
sangat positif sekali bagi kehidupan sehari-hari, terutama pengetahuan
tentang agama Islam.
Narasumber
( Ici )
Nama : Wiena
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Asal majlis : MT Al-Ishlah
No Hp :081932105022
WAWANCARA JAMA’AH PENGAJIAN UMI:
1. Tanya: Sejak kapan ibu mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Sejak tahun 2009 bergabung dalam pengajian UMI
2. Tanya: Apa yang membuat ibu tertarik mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Karena pengajian UMI berbeda dengan majlis ta’lim lainnya,
pengajiannya lebih modern karena menggunakan alat-alat yang moder
seperti power point.
3. Tanya: Materi apa saja yang ibu sukai selama pengajian UMI?
Jawab: Materi tadabbur ayat-ayat al-Qur’an, dan fiqih.
4. Tanya: Metode dakwah seperti apa yang ibu sukai pada saat ustadz dan
ustadzah mengisi materi di pengajian UMI?
Jawab: Tadabbur al-Qur’an dengan cara mengupas ayat demi ayat dan
dikaitkan dengan hadits-hadits serta penerapannya pada keadaan yang
terjadi di masa lalu dan masa kini.
5. Tanya: Dalam mengikuti pengajian UMI hambatan apa saja yang ibu
temui?
Jawab: Hambatannya kadang-kadang dari waktu yang bentrok dengan
mengurus rumah.
6. Tanya: Apa keuntungan ibu mengikuti pengajian UMI?
Jawab: saya lebih mendalami ilmu al-Qur’an dan wawasan keagamaan
saya lebih bertambah dengan dakwah ustadz yang professional.
7. Tanya: Apa pengaruh pengajian UMI bagi kehidupan sehari-hari ibu?
Jawab: InsyaAllah membawa saya kearah yang lebih baik di
lingkungan keluarga sendiri, dan juga menambah syiar di lingkungan
masyarakat luar.
Narasumber
( Wiena )
Nama : Rati
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Asal majlis : -
No Hp : -
WAWANCARA JAMA’AH PENGAJIAN UMI
1. Tanya: Sejak kapan ibu mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Sejak pengajian UMI berdiri tahun 2008
2. Tanya: Apa yang membuat ibu tertarik mengikuti pengajian UMI?
Jawab:Karena materinya bagus dan kadang-kadang ustadz dan
ustadzahnya menggunakan contoh-contoh dari kehidupan sehari-hari
3. Tanya: Materi apa saja yang ibu sukai selama pengajian UMI?
Jawab: Tadabbur al-Qur’an
4. Tanya: Metode dakwah seperti apa yang ibu sukai pada saat ustadz dan
ustadzah mengisi materi di pengajian UMI?
Jawab: Metode dakwah dengan berdiskusi dan tanya jawab. Kadang-
kadang kami pun di buat kelompok untuk ber diskusi dengan teman-
teman.
5. Tanya: Dalam mengikuti pengajian UMI hambatan apa saja yang ibu
temui?
Jawab: Mungkin dari jalanan yang suka macet jadi kadang-kadang
membuat saya suka terlambat dalam mengikuti pengajian.
6. Tanya: Apa keuntungan ibu mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Lebih mempertebal keimanan dan keislam saya, sehingga selalu
ingin dekat dengan Allah.
7. Tanya: Apa pengaruh pengajian UMI bagi kehidupan sehari-hari ibu?
Jawab: Saya berusaha selalu di jalan Allah SWT sesuai dengan ajaran
al-Qur’an dan as-Sunnah, kini saya lebih rajin ibadahnya, ingin menjadi
wanita dan istri yang sholeha. Sekarang saya pun lebih menghargai
orang lain, bukan hanya itu saja sekarang saya mempunyai banyak
teman dari mana saja, saya dapat bersosialisasi dengan baik. Orang-
orang yang ada dipengajian UMI berbagai macam karakter dan sifat,
disini lah kami disatukan mempunyai visi dan misi yang sama untuk
menuntut ilmu dan menegakkan agama Islam.
Narasumber
( Rati )
Nama : Darinis
Pekerjaan : Wiraswasta
Asal majlis : Al-Mukminin
No Hp : 085810533568
WAWANCARA JAMA’AH PENGAJIAN UMI:
1. Tanya: Sejak kapan ibu mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Sejak tahun 2008
2. Tanya: Apa yang membuat ibu tertarik mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Materinya yang menarik dan bagus
3. Tanya: Materi apa saja yang ibu sukai selama pengajian UMI?
Jawab: Semua materi saya sukai seperti tadabbur al-Quran, fiqih, dan
hadits-hadits
4. Tanya: Metode dakwah seperti apa yang ibu sukai pada saat ustadz dan
ustadzah mengisi materi di pengajian UMI?
Jawab: Dengan menggunakan audio visual seperti power point.
5. Tanya: Dalam mengikuti pengajian UMI hambatan apa saja yang ibu
temui?
Jawab: Alhamdulillah tidak ada hambatan yang berarti, paling kalo
memang di rumah saya benar-banar repot baru saya tidak ikut pengajian
UMI.
6. Tanya: Apa keuntungan ibu mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Keuntungan yang saya dapatkan setalah mengikuti pengajian
UMI yaitu menambah keimanan dalam diri dan menambah teman dalam
mencari ilmu agama.
7. Tanya: Apa pengaruh pengajian UMI bagi kehidupan sehari-hari ibu?
Jawab: Banyak sekali pengaruhnya seperti hati saya menjadi tentram,
tambah rajin ibadahnya, dan akhlak saya pun lebih bisa terjaga dan lebih
baik dari sebelumnya.
Narasumber
( Darinis )
Nama : Poppy
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Asal majlis : Al-Muttaqim
No Hp : 0816872075
WAWANCARA JAMA’AH PENGAJIAN UMI
1. Tanya: Sejak kapan ibu mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Sejak Desember 2011
2. Tanya: Apa yang membuat ibu tertarik mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Syiar dakwahnya yang bagus, tidak hanya di daerah Jakarta saja
tapi ke kota-kota lain juga untuk menjalin ukhuwah Islamiyyah dan
untuk menambah jamaah.
3. Tanya: Materi apa saja yang ibu sukai selama pengajian UMI?
Jawab: Parenting qur’aning learning
4. Tanya: Metode dakwah seperti apa yang ibu sukai pada saat ustadz dan
ustadzah mengisi materi di pengajian UMI?
Jawab: Tadabbur al-Qur’an
5. Tanya: Dalam mengikuti pengajian UMI hambatan apa saja yang ibu
temui?
Jawab:Alhamdulillah tidak ada hambatan yang berarti dalam mengikuti
pengajian tersebut, mungkin hanya di waktu yang kadang-kadang suka
ngaret dan terlambat dalam mengikuti pengajian.
6. Tanya: Apa keuntungan ibu mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Ilmu dan wawasan saya makin bertambah dan menabah pula
persaudaraan sesama ibu-ibu yang lain.
7. Tanya: Apa pengaruh pengajian UMI bagi kehidupan sehari-hari ibu?
Jawab: Saya lebih rajin beribadah dan lebih memaknai esensi dari
sebuah ibadah tersebut agar selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Narasumber
( Poppy )
Nama : Intan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Asal majlis : -
No Hp : 082117526649
WAWANCARA JAMA’AH PENGAJIAN UMI:
1. Tanya: Sejak kapan ibu mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Desember 2011
2. Tanya: Apa yang membuat ibu tertarik mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Karena memiliki visi dan misi, selain itu kita belajar mengenai
pemahaman al-Qur’an kaitan dengan kehidupan sehari-hari.
3. Tanya: Materi apa saja yang ibu sukai selama pengajian UMI?
Jawab: Tadabbur al-Qur’an
4. Tanya: Metode dakwah seperti apa yang ibu sukai pada saat ustadz dan
ustadzah mengisi materi di pengajian UMI?
Jawab: Metode dakwah yang menggunakan power point sehingga saya
lebih memahami materi yang di berikan ustadz
5. Tanya: Dalam mengikuti pengajian UMI hambatan apa saja yang ibu
temui?
Jawab: Hambatan yang berkaitan dengan keperluan rumah tangga yang
jamnya bertabrakan dengan pengajian UMI
6. Tanya: Apa keuntungan ibu mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Menambah ilmu, dan menambah teman seperjuangan
menegakkan agama Islam
7. Tanya: Apa pengaruh pengajian UMI bagi kehidupan sehari-hari ibu?
Jawab: Selalu berusaha lebih baik lagi, kemudian mengaplikasikan al-
Qur’an dan as-Sunnah dalam kehidupan sehari-hari.
Narasumber
(Intan)
Nama : Ati Nadirsyah
Pekerjaan : Pensiunan
Asal majlis : MT Al-Muttaqin
No Hp : 0812105305
WAWANCARA JAMA’AH PENGAJIAN UMI
1. Tanya: Sejak kapan ibu mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Bulan desember 2011
2. Tanya: Apa yang membuat ibu tertarik mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Saya tertarik bergabung dengan pengajian UMI, karena dapat
menyebarkan syiar-syiar agama Islam
3. Tanya: Materi apa saja yang ibu sukai selama pengajian UMI?
Jawab: Pada umumnya semua meteri saya sukai tapi ada materi yang
paling saya sukai yaitu parenting qur’an
4. Tanya: Metode dakwah seperti apa yang ibu sukai pada saat ustadz dan
ustadzah mengisi materi di pengajian UMI?
Jawab: Dengan infocust saya lebih merasa cepat menangkap dan cepat
memahami materi yang sedang diterangkan oleh ustadz dan ustadzah
5. Tanya: Dalam mengikuti pengajian UMI hambatan apa saja yang ibu
temui?
Jawab: Alhamdulillah saya tidak ada hambatan karena saya sudah
menjadi pensiun, mungkin hanya dari pekerjaan rumah yang suka
bentrok dengan pengajian.
6. Tanya: Apa keuntungan ibu mengikuti pengajian UMI?
Jawab: Saya lebih dapat mengembangkan diri untuk bersosialisasi
dengan orang-orang yang baru, dan dengan mengikuti pengajian UMI
saya lebih rajin beribadah dan mendekatkan diri pada Allah.
7. Tanya: Apa pengaruh pengajian UMI bagi kehidupan sehari-hari ibu?
Jawab: Banyak pengaruh yang masuk dalam diri saya, dari perilaku
yang lebih terjaga, dalam ibadah saya lebih rajin lagi, dan saya dapat
mengajak masyarakat atau teman-teman yang ada di lingkungan rumah
saya untuk belajar agama bersama. Pengajian UMI memang bagus
untuk ibu-ibu yang ingin belajar agama lebih dalam lagi.
Narasumber
(Ati Nadirsyah)
Para PenguruspengajianUmmahatulMu’minin Indonesia (UMI)
UstadzahNinihMuthmainnah (Tehninih)menjadinarasumberdalamacaraTalkshow interaktif
“Perempuan Dambaan Al Qur’an” pada tanggal 11 Februari 2012 di Pusat Da’wah Islam
(PUSDAI), Bandung.
UstadzBachtiarNasirsedangmemberikanmaterikepadaibu-ibupengajianUmmahatulMu’minin
Indonesia (UMI)
PengajianrutinUmmahatulMu’minin Indonesia (UMI) setiapselasa di Masjid Pondok Indah Jakarta
FotobersamaUstadzBachtiarNasirsalahsatuUstadzdanpembina di pengajianUmmahatulMu’minin
Indonesia (UMI)