metode pembelajaran kitab kuning di …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1294/1/skripsi...
TRANSCRIPT
i
METODE PEMBELAJARAN KITAB KUNING
DI PONDOK PESANTREN SUNAN GIRI
KRASAK KEC. ARGOMULYO KOTA SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
Untuk memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
MUHAMMAD TAUFIK
NIM: 111 12 220
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
vii
Motto
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”
(Q.S. An-Nahl: 125)
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan:
1. Bapak dan Ibu serta Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi dan
doanya dengan ikhlas.
2. KH. Maslihuddin Yazid, KH. Muslimin Al-Asy‟ari, dan K. Sa‟dullah sebagai
guru spiritual dan pencerah hati.
3. Seluruh Ustadz Pondok Pesantren Sunan Giri yang telah mendidik dalam
memahami agama.
4. Seseorang yang oleh Allah akan dipertemukan penulis dengan rahmat dan
anugerah-Nya, semoga kita bersama-sama menggapai cinta dengan Ridho-
Nya.
5. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan Pondok Pesantren Sunan Giri.
6. Sahabat-sahabat IAIN Salatiga angkatan tahun 2012 IAIN Salatiga.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang maha memberikan pengampunan, rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya kepada kita. Semoga kita selalu mensyukurinya. Solawat dan
salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, para tabi‟in, para ulama, para guru kita dan kepada kita semua, Amin.
Syukur Alhamdulillah penulis telah menyelesaikan karya ilmiah ini dengan
berbagai macam usaha, demi menyelesaikan tugas, tanggungjawab, dan kewajiban
supaya memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI). Maka penulis membuat karya ilmiah ini dengan judul “METODE
PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN SUNAN GIRI
KRASAK KEC. ARGOMULYO KOTA SALATIGA” . Tentunya bantuan dari
berbagai pihak ikut serta terselesainya karya ini, maka penulis ucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK).
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
x
4. Ibu Dra. Urifatun Anis M.Pd.I., selaku pembimbing skripsi, yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan dukungan kepada
penulis, sehingga penulisan skripsi ini berjalan lancar sampai selesai.
5. Ibu Dra. Jamiatul Islamiyah M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik yang
telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan selama masa kuliah.
6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian skripsi
ini.
7. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan
serta bantuan.
8. Kedua orang tua penulis Bapak Bahrudin Khumaidi dan Ibu Tri Rahayu, yang
senantiasa membimbing, mendidik dengan sabar dan penuh kasih sayang,
serta doa yang tidak pernah luput untuk penulis.
9. KH. Maslihudin Yazid, KH. Muslimin Al-Asy‟ari, K. Sa‟dullah, sertapara
Ustadz Pondok Pesantren Sunan Giri yang telah membantu banyak hal baik
doa maupun usaha, terutama dalam hal pemberian informasi mengenai
penulisan skripsi ini.
Semoga bantuan bapak dan ibu diatas menjadi amal saleh dan mendapatkan
imbalan yang setimpal dari Allah SWT.
Kritik dan saran pembaca yang budiman akan hadir pada setiap kata dan
kalimat. Karena penulis menyadari karya ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
xi
xii
ABSTRAK
Muhammad Taufik. 2016. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren
Sunan Giri Krasak Kec. Argomulyo Kota Salatiga. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Dra. Urifatun Anis, M.pd.I.
Kata Kunci: Metode Pembelajaran, Kitab Kuning, Pondok Pesantren Sunan Giri
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui metode-metode
pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri. Pertanyaan yang ingin
dijawab pada penelitian ini adalah (1) Apa sajakah metode pembelajaran kitab kuning
yang diterapkan di Pondok Pesantren?, (2) Bagaimana penerapan metode
pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri?, (3) Apa saja faktor
pendukung dan penghambat pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan
Giri?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif-kualitatif dengan rancangan studi penelitian lapangan (field
research). Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi, wawancara,
dan dokumentasi sebagai alat pengumpulan data dari sumber data primer maupun
sekunder.
Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah: (1) Metode
Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren yang digunakan berupa metode
klasikal, bandongan, sorogan, diskusi, hafalan, ceramah, tanya jawab, dan
demonstrasi. (2) Penerapan metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren
Sunan Giri sesuai dengan metode warisan turun temurun dari para ulama salaf yakni:
metode klasikal (perpaduan metode konvensional) yang pembelajaranya berjenjang
dan berkelas-kelas, metode bandongan yakni santri menyimak apa yang disampaikan
ustadz, metode sorogan yakni ustadz menyimak apa yang disampaikan santri, metode
diskusi sebagai pemecahan masalah, metode hafalan sebagai pengingat materi ajar.
(3) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran kitab kuning di Pondok
Pesantren Sunan Giri, pertama faktor pendukung berupa pengajian keilmuan dengan
waktu yang cukup lama, materi ilmu alat (nahwu dan sorof) yang dikaji secara rinci
dan mendalam, peraturan pondok yang cukup ketat, dan ustadz yang mengajar adalah
alumni PPSG yang terpilih, kedua faktor penghambat berupa materi dan metode yang
serba klasik terkadang membuat santri mudah bosan, kurangnya sarana dan prasarana,
serta sulitnya pentranslitan (penerjemahan) bahasa kitab.
Berdasarkan penelitian ini Pesantren Sunan Giri telah menggunakan metode
pembelajaran kitab kuning sesuai dengan metode-metode adat kepesantrenan. Akan
tetapi dukungan baik dari dalam maupun dari luar pesantren sangat dibutuhkan demi
berlangsungnya pembelajaran, agar tujuan pendidikan di Pondok Pesantren Sunan
Giri berjalan dengan lancar dan sukses.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN BERLOGO .......................................................................... ii
HALAMAN DEKLARASI ....................................................................... iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................. vi
MOTTO..................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ..................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
ABSTRAK ................................................................................................ xii
DAFTAR ISI ............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 4
D. Kegunaan Penelitian ..................................................... 5
E. Penegasan Istilah ........................................................... 6
F. Metode Penelitian ......................................................... 10
G. Sistematika Penulisan ................................................... 15
xiv
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Metode Pembelajaran ...................................... 17
B. Pengertian Kitab Kuning ................................................... 19
C. Jenis-Jenis Kitab Kuning................................................... 19
D. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren. 24
1. Metode Bandongan..................................................... 25
2. Metode Sorogan ......................................................... 26
3. Metode Diskusi........................................................... 28
4. Metode Hafalan .......................................................... 30
5. Metode Klasikal ......................................................... 31
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Umum Pondok Pesantren Sunan Giri .................. 33
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Sunan Giri ...... 33
2. Latar Belakang Pendirian Pondok Pesantren Sunan Giri. 37
3. Data Pengurus Pondok Pesantren Sunan Giri ............ 39
B. Penyelenggaraan Pembelajaran ......................................... 40
1. Visi dan Misi Pondok Pesantren Sunan Giri .............. 40
2. Kurikulum Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok
Pesantren Sunan Giri .................................................. 40
3. Pengajar Kitab Kuning ............................................... 45
4. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok
Pesantren Sunan Giri .................................................. 46
xv
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran
kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri............ 49
6. Solusi Untuk Mengatasi Hambatan Dalam
Melaksanakan Pembelajaran ...................................... 51
BAB IV ANALISIS DATA
A. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren
Sunan Giri .......................................................................... 53
1. Kurikulum Pembelajaran ............................................ 53
2. Metode Pembelajaran ................................................. 55
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Kitab
Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri ........................... 57
C. Upaya Untuk Mengatasi Faktor-Faktor Penghambat
Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan
Giri ..................................................................................... 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 60
B. Saran .................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Agenda Harian………………………………………………….. 43
Tabel 2: Agenda Mingguan………………………………………………. 44
Tabel 3: Agenda Bulanan………………………………………………… 45
Tabel 4: Pengajar Kitab Kuning………………………………………….. 45
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbicara tentang metode pembelajaran berarti berbicara dunia
pendidikan, didalam dunia pendidikan, guru sebagai salah satu komponen
pendidikan dan merupakan suatu bidang profesi, mempunyai peranan yang
sangat vital didalam proses belajar mengajar untuk membawa anak didiknya
kepada kedewasaan dalam arti yang sangat luas. Bahkan boleh dikatakan
bahwa keberhasilan suatu proses belajar mengajar ini terletak ditangan guru.
Pembelajaran sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap, atau
perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman atau
pelatihan (Darmansyah, 2003: 3). Baik oleh orangtua, guru, dan masyarakat.
Oleh karena itu proses belajar mengajar yang dibabaki oleh guru tidak
akan pernah tenggelam atau digantikan oleh alat atau lainnya. Pembelajaran
pada intinya suatu proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar (Majid, 2014: 37). Maka hal itu perlu
adanya metode-metode pembelajaran yang dijadikan pedoman untuk guru
agar proses belajar mengajar lebih menarik yang nantinya mampu membentuk
anak didiknya karena kedewasaan seperti yang diharapkan.
Di Indonesia sejauh ini telah memiliki perhatian yang tinggi terhadap
masalah pendidikan mulai dari tingkat dasar bahkan pra sekolah (TK atau
2
PAUD) sampai pada Perguruan Tinggi yang telah berkembang dan berperan
dalam mencerdaskan anak bangsa. Lain halnya dengan pendidikan formal,
masih banyak pendidikan non formal yang tetap memiliki eksistensi yang
tinggi dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik yang bersifat tradisional
maupun yang bersifat modern, semua mengalami perkembangan dan
kemajuan yang pesat, serta selalu mendapatkan perhatian dari pemerintah
Indonesia, yang salah satunya adalah lembaga pendidikan pondok pesantren.
Pesantren sebagai bentuk lembaga pendidikan non formal merupakan
salah satu jenis lembaga pendidikan Islam di Indonesia bersifat tradisional,
yang tujuan pendidikannya adalah untuk mendalami ilmu-ilmu agama dan
mengamalkanya sebagai pedoman dalam hidup sehari-hari atau disebut
dengan Tafaqquh Fiddin.
Penyelenggaran lembaga pendidikan pesantren berbentuk asrama yang
merupakan komunitas tersebut diasuh oleh kiyai atau ulama dan dibantu oleh
para ustadz. Tujuan pendidikan di pesantren adalah untuk membentuk watak
dan peribadi yang berbudi, berakhlakul karimah, serta sebagai penerus dan
penegak agama dan negara. Ini sebabnya pesantren telah diakui sebagai
lembaga pendidikan yang telah ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam sejarah pendidikan disebutkan bahwa pesantren adalah sebagai
bukti awal kepedulian masyarakat Indonesia terhadap pendidikan, sehingga
pesantren juga disebut sebagai lembaga pendidikan pribumi tertua di
3
Indonesia (Depag RI, 2003: 1), dan pesantren telah menjangkau hampir
seluruh lapisan masyarakat muslim yang mampu menampung berjuta santri.
Semakin banyaknya pesantren yang berdiri yang bersifat modern, tidak
menjadikan lemahnya eksistensi pesantren yang masih bersifat Salaf. Terbukti
pada salah satu pesantren yang berada dikawasan Kota Salatiga, yaitu Pondok
Pesantren Salaf Sunan Giri Krasak, Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota
Salatiga yang tetap mempertahankan eksistensinya sebagai pondok pesantren
yang masih menerapkan metode-metode pembelajaran yang bersifat salafiyah
(klasik) seperti metode pembelajaran sorogan, bandongan, musyawaroh, dan
sebagainya.
Pesantren ini tentunya memiliki keunikan tersendiri dalam proses
pembelajaran yang membuat peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam
tentang metode pembelajaran yang telah diterapkan. Pesantren ini juga telah
menghasilkan lulusan yang dapat mengembangkan ilmu agama di daerah
masing-masing, diantaranya mendirikan pondok pesantren, mendirikan TPA,
dan mendirikan majlis ta‟lim.
Kajian kitab kuning di Pesantren Sunan Giri mengajarkan kitab besar
yang hanya dipelajari di pondok ini se kota Salatiga, semisal kitab „Uqudu Al-
Juman (sastra arab) dan masih banyak lainya.
Pesantren ini terbagi menjadi dua asrama yaitu asrama putra dan asrama
putri dengan pengasuh serta pola bimbingan, pengajaran, dan pembelajaran
yang sama.
4
Realita yang ada ini, menjadikan ide pokok bagi penulis untuk
membedah eksistensi pondok pesantren salaf, dengan memfokuskan pada hal-
hal yang mendasar yang ada pada pondok pesantren tersebut. Sehingga
penulis hendak melakukan penelitian dengan judul “METODE
PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN SUNAN
GIRI KRASAK KEC.ARGOMULYO KOTA SALATIGA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penelitian ini
difokuskan pada rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah metode pembelajaran kitab kuning yang diterapkan di
Pondok Pesantren?
2. Bagaimana penerapan metode pembelajaran kitab kuning di Pondok
Pesantren Sunan Giri Krasak Kec. Argomulyo Kota Salatiga?
3. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses
pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kec.
Argomulyo Kota Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui metode pembelajaran kitab kuning yang diterapkan
di Pondok Pesantren.
5
2. Untuk mengetahui implikasi metode pembelajaran kitab kuning yang
diterapkan di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kec. Argomulyo
Kota Salatiga.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
proses pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri
Krasak Kec. Argomulyo Kota Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi
semua pihak baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Kegunaan Secara Teoritis
a. Untuk menambah wawasan dalam rangka pengembangan pesantren
sebagai salah satu lembaga pendidikan yang masih eksis di negeri
ini.
b. Untuk menambah pengetahuan tentang berbagai macam metode
pembelajaran kitab kuning di pesantren sebagai sarana dalam proses
pembelajaran.
c. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai reverensi
bagi peneliti berikutnya.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi peneliti, sebagai bahan pengetahuan dan pengalaman tentang
bagaimana pembelajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren
Sunan Giri Krasak Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga.
6
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak Pondok Pesantren Sunan
Giri Krasak Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga untuk lebih
memperbaiki metode pembelajaran kitab kuning yang ada.
c. Sebagai masukan bagi masyarakat pada umumnya untuk lebih
memperhatikan putra-putrinya dengan mengarahkan pada
pendidikan yang menciptakan Akhlakul Karimah seperti Pondok
Pesantren Sunan Giri Krasak Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari adanya salah penafsiran dan supaya mudah dalam
memahami penelitian ini yang berjudul “METODE PEMBELAJARAN
KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN SUNAN GIRI KRASAK
KEC. ARGOMULYO KOTA SALATIGA”, maka penulis perlu memaparkan
penegasan istilah-istilah dalam judul tersebut.
1. Metode Pembelajaran
a. Metode
Berikut penjelasan tentang pengertian kata metode:
1) Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih (2008: 39) menjelaskan
bahwa metode berasal dari bahasa latin meta yang berarti
melalui dan hodos yang berarti jalan ke atau cara ke. Dalam
bahasa Arab, metode disebut tariqoh, artinya jalan, cara, sistem
atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Menurut istilah,
7
metode ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-
cita.
2) Metode menurut Abudin Nata (1997: 91) dapat berarti cara atau
jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Kesimpulan peneliti dari pemaparan metode menurut tokoh
diatas bahwa metode adalah cara/jalan menuju tujuan.
b. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang
belajar (Depdiknas, 2008: 17).
Menurut Aminudin Rosyad (2003: 11) pembelajaran merupakan
proses yang terjadi yang membuat orang atau sejumlah orang, yaitu
peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana
pengajaran yang telah diprogramkan.
Pengertian tentang metode dan pembelajaran diatas penulis
menyimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara atau jalan
dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang untuk
menjadikan orang belajar sesuai tujuan yang diprogramkan.
2. Kitab Kuning
Pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, terutama
karangan-karangan ulama yang menganut faham Syafi‟iyah, merupakan
satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan
pesantren (Dhofier, 1994: 50). Wolfgang Karcher menyebutkan
8
sebagian besar pelajaran pesantren memfokus pada kitab-kitab lama dan
bahasa arab (kitab kuning) dan kajian-kajian kontroversi didalamnya
(trj. Sonhaji, 1988: 254). Pada umumnya kajian kitab kuning di pondok
pesantren berupa nahwu, sorof, fiqih, aqidah, tasawuf, hadis dan lain
sebagainya. Dinamakan kitab kuning karena memang kertas yang
digunakan dalam kitab-kitab tersebut berwarna kuning. Maklum saja
istilah ini bertujuan memudahkan orang dalam menyebut. Sebutan kitab
kuning ini adalah khas Indonesia. Ada juga yang menyebutnya kitab
gundul. Ini karena disandarkan pada kata perkata dalam kitab yang tidak
berharokat, bahkan tidak ada tanda bacanya sama sekali, tak seperti
layaknya kitab-kitab belakangan. Istilah kitab kuno juga sebutan lain
kitab kuning (Ali Yafi, 1988: 3).
Penggalian hazanah budaya Islam melalui kitab-kitab klasik salah
satu unsur yang terpenting dari keberadaan sebuah pesantren dan yang
membedakan dengan lembaga pendidikan lainnya. Maka pengajaran
“kitab-kitab kuning” telah menjadi karakteristik yang merupakan ciri
khas dari proses belajar mengajar di pesantren (Ismail, 1997: 116-117).
Kesimpulanya bahwa kitab kuning merupakan kitab-kitab Islam
klasik atau kitab-kitab lama dalam bahasa arab karangan ulama yang
menganut faham Syafi‟iyah (dicetak menggunakan kertas berwarna
kuning) yang merupakan ciri khas dalam proses belajar mengajar di
pondok pesantren.
9
3. Pondok Pesantren
a. Pondok
Pondok yang digunakan dalam bahasa jawa berarti madrasah
dan asrama sebagai tempat mengaji dan belajar agama Islam
(Purwodarminto, 2006: 906).
Pondok berasal dari bahasa arab funduq, yang berarti hotel,
asrama, rumah dan tempat tinggal sederhana (Hasbullah, 1996: 138).
Pada intinya pondok merupakan tempat tinggal para santri,
berbentuk rumah yang berkamar-kamar yang digunakan demi
kelangsungan proses belajar mengajar.
b. Pesantren
Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe
dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri (Dhofier, 1994: 18).
Sedangkan asal usul kata “santri”, dalam pandangan
Nurcholish Madjid dapat dilihat dari dua pendapat. Pertama,
pendapat yang mengatakan bahwa “santri” berasal dari perkataan
“sastri”, sebuah kata dari bahasa sansekerta yang artinya Melek
Huruf. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri
sesungguhnya berasal dari bahasa jawa, dari kata “cantrik”, berarti
seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini pergi
menetap (Yasmadi, 2002: 61-62).
10
Pesantren adalah asrama dan tempat murid-murid belajar
mengaji dan menuntut ilmu terutama yang berkaitan dengan agama
Islam (Purwodarminto, 2006: 884).
Pondok pesantren berarti asrama dan madrasah yang digunakan
untuk tempat belajar mengaji dan menuntut ilmu dalam bidang agama
Islam yang pembelajaranya masih menggunakan model-model dan
metode-metode pembelajaran terdahulu (tradisional).
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu proses penelitian
yang menghasilkan data deskriptif yang berupa ucapan atau tulisan dan
perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri
(Bogdan & Taylor, 1992: 21-22). Dengan kata lain dapat dijelaskan
bahwa penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang
dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan sebagainya) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tepat sebagaimana adanya.
Adapun landasan pemikiran adalah berdasarkan pada suatu gejala
yaitu fenomenologis. Pendekatan fenomenologis berusaha memahami
arti peristiwa dan kaitanya terhadap orang-orang biasa dalam situasi
tertentu (Moleong, 2002: 9).
11
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian pada skripsi ini adalah di Pondok Pesantren Sunan
Giri yang beralamatkan di Jl. Argowilis, Dsn. Krasak, Kel. Ledok, Kec.
Argomulyo, Kota Salatiga.
3. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human
instrumen, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas
data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas
temuanya (Sugiyono, 2009: 220).
Seluruh proses dalam penelitian yang melakukanya adalah peneliti
itu sendiri.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2009: 225). Sedangkan
sumber data primer yang langsung didapat oleh peneliti adalah kiyai,
ustadz, dan para santri Pondok Pesantren Sunan Giri.
12
b. Data Sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau lewat dokumen (Sugiyono, 2009: 225). Dokumen yang didapat
dari lokasi pondok, profil pondok, sejarah pondok, visi-misi pondok.
Data sekunder merupakan data penguat untuk melengkapi informasi
yang telah ditemukan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data tentang metode pembelajaran kitab
kuning yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Sunan Giri, peneliti
menggunakan beberapa metode, yaitu:
a. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu metode penelitian yang
digunakan dengan jalan pengamatan suatu obyek dengan seluruh
indra. Jadi observasi dapat dilakukan melalui penglihatan,
pendengaran, peraba dan pengecap (Arikunto, 1999: 146).
Metode observasi ini merupakan metode yang utama yang
digunakan dalam penelitian, lebih mendominasikan pengamatan
secara langsung terhadap Pondok Pesantren Sunan Giri. Penelitian
secara langsung memberikan gambaran data yang lebih baik dengan
langsung terjun dilapangan.
13
b. Metode Interview
Interview adalah kegiatan pengumpulan data dengan cara
bertanya secara langsung kepada responden (Furchan, 1992: 23).
Peneliti secara langsung menemui narasumber dan memberikan
pertanyaan-pertanyaan terkait dengan tema yang diangkat.
Dalam penelitian ini tentunya yang menjadi narasumber adalah
kiyai, ustadz, dan para santri Pondok Pesantren Sunan Giri, dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan metode
pembelajaran kitab kuning yang telah diterapkan di pesantren.
Metode pengumpulan data interview ini merupakan pendukung
dari metode pengamatan, jadi sekali terjun ke lapangan peneliti juga
mewawancarai narasumber yang terkait.
c. Metode Dokumentasi
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang (Sugiyono, 2009: 240). Dokumentasi
memberikan informasi yang lebih konkrit mengenai sejarah, letak
geografisnya, visi-misi, stuktur organisasi dan lain sebagainya.
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun dalam
14
pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri
maupun orang lain (Sugiyono, 2009: 244).
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk memperoleh keabsahan data, maka peneliti menggunakan
teknik trianggulasi, adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2009: 331). Ada dua macam
trianggulasi yang digunakan, yaitu:
a. Trianggulasi Sumber Data
Trianggulasi sumber data berarti untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono,
2011: 241).
b. Trianggulasi Metode
Trianggulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa
sumber data dengan metode yang sama (Moleong, 2011: 331).
8. Tahap-tahap Penelitian
Menurut Moleong (2009: 127-148) tahap-tahap penelitian kualitatif
harus memuat:
15
a. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan yaitu memperhatikan segala macam
persoalan dan segala macam persiapan sebelum peneliti terjun
kedalam kegiatan penelitian, berupa: menyusun rancangan
penelitian, mengurus perizinan kepada pihak pondok pesantren,
menjajaki dan menilai keadaan, memilih dan memanfaatkan
informasi, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini peneliti harus bersungguh-sungguh dalam
memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri dengan segala
daya dan upayanya, memasuki lapangan dengan berperan serta
sambil mengumpulkan data.
c. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini dikemukakan konsen analisis data juga
dipersoalkan bahwa analisis data itu dibimbing oleh usaha untuk
menemukan data dan kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dalam lima bab, secara sistematis dapat digambarkan
sebagai berikut:
16
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
2. Bab II Landasan Teori
Landasan teori pada bab ini meliputi: Pengertian metode
pembelajaran, Pengertian kitab kuning, Jenis-jenis kitab kuning, Metode
pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kec.
Argomulyo kota Salatiga.
3. Bab III Hasil Penelitian
Pada bab ini berisi: Kondisi umum pondok pesantren dan
penyelenggaraan pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan
Giri Krasak kec. Argomulyo kota Salatiga.
4. Bab IV Analisis Data
Penganalisisan data pada skipsi ini adalah Metode pembelajaran kitab
kuning, faktor pendukung dan penghambat pembelajaran kitab kuning,
dan upaya untuk mengatasi faktor-faktor penghambat pembelajaran kitab
kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak kec. Argomulyo kota
Salatiga.
5. Bab V Penutup
Pada bab lima meliputi: Kesimpulan, Saran-saran.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa “metode”
adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksana kegiatan guna
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dari definisi tersebut dapat dikatakan
bahwa metode mengandung arti adanya urutan kerja yang terencana,
sistematis dan merupakan hasil eksperimen ilmiah guna mencapai tujuan
yang telah direncanakan (Armai, 2002: 87). Sementara itu pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Oemar Hamalik menjelaskan pembelajaran
merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi
dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran (2001: 57).
Menurut Uno (2009: 65) metode pembelajaran adalah cara-cara yang
digunakan pengajar atau instruktur untuk menyajikan informasi atau
pengalaman baru, menggali pengalaman peserta belajar, menampilkan unjuk
kerja peserta belajar, dan lain-lain. Dengan demikian dapat disimpulkan,
bahwa metode belajar adalah suatu cara yang ditempuh dalam menyajikan
materi atau pelajaran yang akan disampaikan untuk mencapai tujuan tertentu.
18
Pentingnya penggunaan metode dalam mengajar diungkapkan oleh
Zuharini (1983: 79), yaitu karena metode merupakan salah satu komponen
dari pada proses pendidikan, metode merupakan alat mencapai tujuan yang
didukung oleh alat-alat bantu mengajar, dan metode merupakan alat kebulatan
dalam suatu sistem pendidikan.
Dalam pemilihan suatu metode yang hendak digunakan dalam
pembelajaran, Abu al Ainain (dalam Nafi‟, 2007: 70) mengingatkan ada 6
prinsip untuk menentukan baik tidaknya metode pendidikan Islam dilihat dari
filsafat pendidikan Islam, yaitu:
1. Bersumber dan diambil dari jiwa ajaran dan akhlak Islam yang mulia,
sehingga menjadi bagian terpadu dengan materi dan tujuan pendidikan
Islam.
2. Fleksibel, dapat menerima perubahan dan penyesuaian dengan keadaan
dan suasana proses pendidikan.
3. Selalu menghubungkan teori dengan praktik, proses belajar dengan
amal, dan harapan dengan pemahaman secara terpadu.
4. Menghindarkan cara-cara mengajar yang bersifat meringkas, karena
ringkasan-ringkasan itu merusak kemampuan-kemampuan rinci
keilmuan yang berguna.
5. Menekankan kebebasan peserta didik untuk berdiskusi, berdebat dan
berdialog dengan cara sopan dan saling menghormati.
19
6. Menghormati hak dan kedudukan pendidik untuk memilih metode yang
menurutnya sesuai dengan watak pelajaran dan warga belajar yang
mengikutinya.
B. Pengertian Kitab Kuning
Pengajaran kitab-kitab Islam klasik, terutama karangan-karangan ulama
yang menganut faham Syafi‟iyah, merupakan satu-satunya pengajaran formal
yang diberikan dalam lingkungan pesantren (Dhofier, 1994: 50).
Sistem pembelajaran Islam dengan melalui budaya kitab-kitab klasik
salah satu unsur yang terpenting dari keberadaan sebuah pesantren dan yang
membedakanya dengan lembaga pendidikan yang lainnya. Pesantren sebagai
lembaga pendidikan Islam tradisional tidak dapat diragukan lagi berperan
sebagai pusat transmisi dan desiminasi ilmu-ilmu ke-Islaman, terutama yang
bersifat kajian-kajian klasik (Yasmadi, 2002: 67). Hal inilah yang menjadikan
ciri khas pesantren, yakni sebagai sebuah lembaga pendidikan dengan materi-
materi yang diajarkan adalah hasil karya-karya ulama kuno.
Pada intinya kitab kuning merupakan kitab-kitab Islam klasik atau kitab-
kitab lama dalam bahasa arab karangan ulama yang menganut faham
Syafi‟iyah yang merupakan ciri khas dalam proses belajar mengajar di pondok
pesantren.
C. Jenis-Jenis Kitab Kuning
Menurut Said Aqil Sirajd (2004:335) kitab kuning diklarifikasikan
dalam empat kategori: Dilihat dari kandungan maknanya, dilihat dari kadar
20
pengajianya, dilihat dari kreatifitas penulisanya, dan dilihat dari penampilan
urainnya.
1. Dilihat Dari Kandungan Maknanya
Kitab kuning dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
a) Kitab yang berbentuk penawaran atau penyajian ilmu secara polos
(naratif) seperti sejarah, hadis, dan tafsir.
b) Kitab yang menyajikan materi yang berbentuk kaidah keilmuan,
seperti nahwu, sorof, ushul fiqih, dan mustalah hadis (istilah-istilah
yang berkenaan dengan hadis).
2. Dilihat Dari Kadar Pengajianya
Kitab kuning dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a) Mukhtasar yaitu kitab yang tersusun secara ringkas dan menyajikan
pokok-pokok masalah, baik muncul dalam bentuk nadhom atau
syi‟ir (puisi) maupun dalam bentuk nasr (prosa).
b) Syarah yaitu kitab yang memberikan uraian panjang lebar,
menyajikan argumentasi ilmiah secara komparatif dan banyak
mengutip ulasan para ulama dengan argumentasi masing-masing.
c) kitab kuning yang penyajian materinya tidak terlalu ringkas dan
juga tidak terlalu panjang (mutawasithoh).
21
3. Dilihat Dari Kreatifitas Penulisanya
Kitab kuning dapat dikelompokkan menjadi tujuh macam, yaitu:
a) Kitab yang menampilkan gagasan baru, seperti kitab Ar- Risalah
(kitab ushul fiqih) karya Imam Syafi‟i, Al-„Arud Wa Al-Qowafi
(kaidah-kaidah penyusunan sya‟ir) karya Imam Khalil bin Ahmad
Farahidi, atau teori-teori ilmu kalam yang dimunculkan oleh Washil
bin „Atho‟, Abu Hasan al Asy‟ari, dan lain-lain.
b) Kitab yang muncul sebagai penyempurnaan terhadap karya yang
telah ada, seperti kitab nahwu (tata bahasa arab) karya Imam
Sibawaih yang menyempurnakan kitab Abu Aswad Ad-Duwali.
c) Kitab yang berisi keterangan (syarah) terhadap kitab yang telah ada,
seperti kitab hadis karya Ibnu Hajar Al-Asqolani yang memberikan
komentar terhadap kitab Shahih Bukhari.
d) Kitab yang meringkas karya yang panjang lebar, seperti kitab Lubb
Al-Usul (buku tentang ushul fiqih) karya Zakariya Al-Ansori
sebagai ringkasan dari Jam‟u Al-Jawami‟ (buku tentang ushul fiqih)
karya As-Subki.
e) Kitab yang berupa kutipan dari berbagai kitab lain seperti „Ulumu
Al-Quran (buku tentang ilmu-ilmu Al-Quran) karya Al-„Aufi.
f) Kitab yang memperbarui sistematika kitab yang telah ada, seperti
kitab Ihya‟ „Ulumu Ad-Din karya Imam Al-Ghozali.
22
g) Kitab yang berisi kritik, seperti kitab Mi‟yaru Al-„Ilmi (sebuah buku
yang meluruskan kaidah-kaidah logika) karya Al-Ghozali.
4. Dilihat Dari Penampilan Urainnya
Kitab memiliki lima dasar, yaitu:
a) Mengulas pembagian sesuatu yang umum menjadi khusus, sesuatu
yang ringkas menjadi terperinci, dan seterusnya.
b) Menyajikan redaksi yang teratur dengan menampilkan beberapa
pernyataan dan kemudian menyusun kesimpulan.
c) Membuat ulasan tertentu ketika mengulangi uraian yang dianggap
perlu, sehingga penampilan materinya tidak acak-acakan dan pola
pikirnya dapat lurus.
d) Memberikan batasan-batasan jelas ketika penulisnya menurunkan
sebuah definisi.
e) Menampilkan beberapa ulasan dan argumentasi yang dianggap
perlu.
Sedangkan dari cabang keilmuanya Nurcholis Madjid mengemukakan
kitab ini mencakup ilmu-ilmu: fiqih, tauhid, tasawuf, dan nahwu sorof. Atau
dapat juga dikatakan konstrentasi keilmuan yang berkembang di pesantren
pada umumnya mencakup tidak kurang dari 12 macam disiplin keilmuan:
Nahwu, sorof, balaghoh, tauhid, fiqih, ushul fiqih, qawaid fiqhiyah, tafsir,
hadis, musthalihul hadis, tasawuf, dan mantiq (1997: 28-29).
23
Martin Van Bruinessen (dalam Yasmadi,2002: 69-70) merinci kekayaan
hazanah kitab-kitab klasik yang dipelajari di pondok pesantren yang sesuai
dengan kategori keilmuan sebagai berikut:
1. Dalam ilmu fiqih dipelajari kitab-kitab sebagai berikut: Fathu Al-Mu‟in,
I‟anatu Ath-Tholibin, Taqrib, Fathu Al-Qorib, Kifayatu Al-Akhyar,
Bajuri, Minhaju Ath-Tholibin, Minhaju Ath-Thulab, Fathu Al-Wahab,
Minhaju Al-Qowim, Safinah, Kasyifatu As-Saja, Sullamu Al-Munajat,
„Uqudu Al-Lujain, Sittin, Muhadzab, Bughyatu Al-Mustarsyidin,
Mabadi Fiqhiyyah, dan Fiqhu Al-Wadhih. Untuk kelengkapan ilmu fiqih
biasanya juga dikenal ilmu ushul fiqih yang mempelajari kitab-kitab:
Lathaifu Al-Isyarat, Jam‟u Al-Jawami‟, Faroidu Al-Bahiyyah, Waroqot,
Al-Asybah wa Al-Nadlair, Bayan, dan Bidayatu Al-Mujtahid.
2. Dalam ilmu sorof mempelajari: Kaylani (syarah Kaylani), Maqshud
(syarah Maqshud), Amtsilatu Al-Tashrifiyah, dan Bina‟.
3. Dalam ilmu nahwu: Al-Imriti (syarah Al-Imriti), Al-Jurumiyah (syarah
Al-Jurumiyah), Mutammimah, Asymawi, Al-Fiyah Ibnu Malik,Al-
FiyahIbnu „Aqil, Dahlan Al-Fiyah, Qothru Al-Nada, Awamil, Qawaidu
Al-I‟rob, Nahwu Wadlih, dan Qawaidu Al-Lughoh.
4. Sedangkan dalam ilmu balaghoh: Jauharu Al-Maknun, „Uqudu Al-
Juman, dan lain sebagainya.
5. Dalam bidang tauhid: Ummu Al-Barahin, Sanusiyah, Daqusi, Syarqawi,
Kifayatu Al-Awam, Tijanu Adh-Dhurari, Aqidatu Al-Awam, Nuru Al-
24
Zulam, Jawahiru Al-Kalamiyah, Husnu Al-Hamidiyah, Aqidatu Al-
Islamiyah.
6. Dalam ilmu tafsir: Al-Jalalain, Tafsir Al-Munir, Tafsir Ibnu Katsir,
Tafsir Baidhawi, Jami‟u Al-Bayan, Al-Maraghi, dan Tafsiru Al-Manar.
7. Dan kitab-kitab hadis: Bulughu Al-Maram, Subulu As-Salam, Riyadhu
As-Sholihin, Shahih Bukhari, Tajridu As-Shorih, Jawahiru Al-Bukhari,
Shahih Muslim, Arba‟in An-Nawawi, Majalishu As-Saniyah, Duratu An-
Nashihin, dan lain-lain.
8. Dalam ilmu tasawuf: Ta‟limu Al-Muta‟alim, Washaya, Akhlaqu Li Al-
Banat, Akhlaqu Li Al-Banin, Irsyadu Al-„Ibad, Minhaju Al-Abidin, Al-
Hikam, Risalatu Al-Mu‟awanah wa Al-Mudzaharah, Bidayatu Al-
Hidayah, Ihya‟ Ulumu Ad-Din, dan lain sebagainya.
D. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren
Metode pembelajaran kitab kuning merupakan cara-cara yang
digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar demi tercapainya tujuan
pembelajaran kitab kuning. Metode-metode pembelajaran diharapkan agar
sesuai dengan keadaan dan kondisi suatu lembaga pendidikan, kiyai, maupun
santri itu sendiri.
Berikut akan dijelaskan macam-macam metode pembelajaran kitab
kuning yang biasa berlaku di pondok pesantren:
25
1. Metode Bandongan
Metode pembelajaran ini biasanya berlangsung satu jalur
(monolog), yakni kiyai membacakan, menerjemahkan, dan kadang-
kadang memberi komentar, sedang santri atau anak didik mendengarkan
penuh perhatian sambil mencatat makna harfiah (sah-sahan)-nya dan
memberikan simbol-simbol I‟rob (kedudukan kata dalam struktur
kalimat)-nya (Barizi, 2002: 65).
Armai (2002: 154) mengungkapkan dalam bukunya bahwa metode
bandongan adalah kiyai menggunakan bahasa daerah setempat, kiyai
membaca, menerjemahkan, menerangkan kalimat demi kalimat kitab
yang dipelajarinya, santri secara cermat mengikuti penjelasan yang
diberikan oleh kiyai dengan memberikan catatan-catatan tertentu pada
kitabnya masing-masing dengan kode-kode tertentu sehingga kitabnya
disebut kitab jenggot karena banyaknya catatan yang menyerupai
jenggot seorang kiyai.
Lebih lanjut Armai juga menjelaskan tentang kelebihan dan
kekurangan metode bandongan yaitu:
a. Kelebihan metode bandongan
1) Lebih cepat dan praktis untuk mengajar santri yang jumlahnya
banyak.
2) Lebih efektif bagi murid yang telah mengikuti sistem sorogan
secara intensif.
26
3) Materi yang diajarkan sering diulang-ulang sehingga
memudahkan anak untuk memahaminya.
4) Sangat efisien dalam mengajarkan ketelitian memahami kalimat
yang sulit dipelajari.
b. Kekurangan metode bandongan
1) Metode ini dianggap lamban dan tradisional, karena dalam
penyampaian materi sering diulang-ulang.
2) Guru lebih kreatif dari pada siswa, karena proses belajarnya
berlangsung satu jalur (monolog).
3) Dialog antara guru dan murid tidak banyak terjadi sehingga
murid cepat bosan.
4) Metode bandongan ini kurang efektif bagi murid yang pintar
karena materi yang disampaikan sering diulang-ulang sehingga
terhalang kemajuanya (2002: 155-156).
2. Metode Sorogan
Metode sorogan adalah pengajian yang merupakan permintaan dari
seorang atau beberapa orang santri kepada kiyainya untuk diajari kitab
tertentu, pengajian sorogan biasanya hanya diberikan kepada santri-
santri yang cukup maju, khususnya yang berminat hendak menjadi kiyai
(Madjid, 1997: 28).
Zamakhsyari Dhofier menjelaskan Metode sorogan adalah seorang
murid mendatangi guru yang akan membacakan beberapa baris Al-
27
Quran atau kitab-kitab bahasa arab dan menerjemahkan kata demi kata
kedalam bahasa tertentu yang pada giliranya murid mengulangi dan
menerjemahkan kata perkata sepersis mungkin seperti yang dilakukan
gurunya (1994: 28).
Adapun kelebihan dan kekurangan metode sorogan adalah sebagai
berikut:
a. Kelebihan metode sorogan
1) Terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru dengan
murid.
2) Memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai
dan membimbing semaksimal kemampuan seorang murid dalam
menguasai bahasa arab, serta murid mendapatkan penjelasan
yang pasti tanpa harus mereka-reka tentang interpretasi suatu
kitab karena berhadapan dengan guru secara langsung yang
memungkinkan terjadinya tanya jawab.
3) Guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai
muridnya.
4) Santri yang IQ nya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran
(kitab), sedangkan yang IQ nya rendah ia membutuhkan waktu
yang cukup lama.
28
b. Kekurangan metode sorogan
1) Tidak efisien karena hanya menghadapi beberapa murid (tidak
lebih dari 5 orang), sehingga kalau menghadapi murid yang
banyak metode ini kurang begitu tepat.
2) Membuat murid cepat bosan karena metode ini menuntut
kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi.
3) Murid kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata
terutama mereka yang tidak mengerti terjemahan dari bahasa
tertentu.
3. Metode Diskusi
Metode diskusi dapat diartikan sebagai jalan untuk memecahkan
sesuatu permasalahan yang memerlukan jawaban alternatif yang dapat
mendekati kebenaran dalam proses belajar mengajar (Armai, 2002: 149-
150). Didalam forum diskusi atau munadhoroh ini, para santri biasanya
mulai pada jenjang menengah, membahas atau mendiskusikan suatu
kasus dalam kehidupan masyarakat sehari-hari untuk kemudian dicari
pemecahanya secara fiqih. Dan pada dasarnya para santri tidak hanya
belajar memetakan dan memecahkan suatu permasalahan hukum namun
didalam forum tersebut para santri juga belajar berdemokrasi dengan
menghargai pluralitas pendapat yang muncul dalam forum (Nafi‟ dkk,
2007: 69).
29
Berikut kelebihan dan kekurangan metode diskusi menurut Armai
(2002: 148-149):
a. Kelebihan metode diskusi
1) Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian
atau pikiranya kepada masalah yang sedang didiskusikan.
2) Dapat menaikkan prestasi kepribadian individu, seperti sikap
toleransi, demokrasi, berfikir kreatif, sistematis, sabar dan
sebagainya.
3) Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami oleh siswa atau
santri, karena mereka mengikuti proses berfikir sebelum sampai
kepada suatu kesimpulan.
b. Kekurangan metode diskusi
1) Kemungkinan ada siswa yang tidak ikut aktif, sehingga diskusi
baginya hanyalah merupakan kesempatan untuk melepaskan
tanggungjawab.
2) Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang
dipergunakan untuk diskusi cukup panjang.
4. Metode Hafalan
Suatu teknik yang dipergunakan oleh seorang pendidik dengan
menyerukan anak didiknya untuk menghafalkan sejumlah kata-kata
(mufrodad), atau kalimat-kalimat maupun kaidah-kaidah. Tujuan teknik
ini adalah agar anak didik mampu mengingat pelajaran yang diketahui
30
serta melatih daya kognisinya, ingatan dan fantasinya (Muhaimin, 1993:
276).
a. Kelebihan metode hafalan
1) Cara baik untuk mengingat pelajaran sekaligus melatih daya
ingat santri.
2) Bagi santri yang menyukai metode ini akan mendukung
pemahaman terhadap kitab.
b. Kekurangan metode hafalan
1) Memungkinkan akan terjadi kebosanan pada diri santri jika
metode ini dijalankan terus menerus.
2) Bagi santri yang ingatanya minim akan menyita banyak waktu,
karena waktu belajar hanya digunakan untuk menghafal.
5. Metode Klasikal
Metode klasikal di pondok pesantren merupakan penyesuaian dari
perkembangan sekolah formal modern. Metode ini hanya mengambil
sistem sekolah umum dengan model berjenjang seperti Sekolah Dasar
(Madrasah Diniyah Ibtidaiyah), Sekolah Menengah Pertama (Madrasah
Diniyah Tsanawiyah), Sekolah Menengah Atas (Madrasah Diniyah
Aliyah), dan Perguruan Tinggi (Ma‟had Ali).Akan tetapi materi yang
diajarkan pada pesantren tetap menggunakan kitab kuning dengan
perpaduan metode bandongan, sorogan, hafalan, musyawarah dan
sebagainya.
31
Abdurrahman Wahid akrab dengan panggilan Gus Dur menjelaskan
bahwa pemberian pengajaran tradisional ini dapat berupa pendidikan
formal di sekolah atau madrasah dengan jenjang pendidikan yang
bertingkat-tingkat, maupun pemberian pengajaran dengan sistem
halaqoh (lingkaran) dalam bentuk pengajian weton dan sorogan. Ciri
utama dari pengajian tradisional ini adalah cara pemberian pengajaranya
yang ditekankan pada penangkapan harfiyah (letterlijk) atas suatu kitab
(teks) tertentu. Pendekatan yang digunakan ialah menyelesaian
pembacaan kitab (teks) tersebut, untuk kemudian dilanjutkan dengan
pembacaan kitab (teks) lain. Ciri utama ini masih dipertahankan hingga
dalam sistem sekolah atau madrasah, sebagaimana dapat dilihat dari
mayoritas sistem pendidikan di pesantren dewasa ini (2010: 71).
Meskipun pemberian pengajaran bersitem sedemikian rupa, Gus
Dur nampaknya masih berpendapat bahwa pemberian pengajaran
tradisional di pesantren masih bersifat non klasikal (tidak didasarkan
pada unit mata pelajaran), walaupun di sekolah atau madrasah yang ada
di pesantren dicantumkan juga kurikulum klasikal (2010: 71-72). Akan
tetapi paling tidak madrasah yang ada di pesantren telah berjalan dan
berkurikulumkan klasikal.
6. Metode Tanya Jawab
Suatu metode di dalam pendidikan dimana guru bertanya dan murid
menjawab tentang materi yang ingin diperolehnya (Armai, 2002: 135-
32
136). Metode Tanya jawab ialah penyampaian pelajaran dengan cara
guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab.
7. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penerangan atau penuturan secara lisanoleh
guru terhadap kelas (Rama, 2001: 133). Metode inilah yang selama ini
seringdigunakan dalam pengajaran di dalam kelas pada pesantren.
Metode ceramah dalam pengajaran kitab kuning di lembaga
pendidikan formal dapat digunakan apabila guru ingin menyampaikan
hal-hal baru yang merupakan penjelasan atau generalisasi
darimateri/bahan pengajaran yang disampaikan. Menurut Nana Sudjana,
metode ceramah ini wajar digunakan apabila guru ingin mengajarkan
topik baru, tidak ada sumber bahan pelajaran pada siswa, dan
menghadapi sejumlah siswa yang cukup banyak (Sudjana, 2000: 78).
8. Metode Demonstrasi
Metode ini merupakan suatu metode mengajar dimana guru atau
orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan
pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan
sesuatu (Zuharini, 1993: 82). Metode demonstrasi dapat diterapkan oleh
pengajar kitab kuning untuk mendemonstrasikan materi-materi yang
telah diajarkan, seperti sholat, wudlu, dan sebagainya.
33
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Umum Pondok Pesantren Sunan Giri
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Sunan Giri
Pondok Pesantren Salafiyah Sunan Giri ini terletak di kota Salatiga,
tepatnya di Jl. Argowilis No. 15-16 Krasak Ledok Argomulyo Salatiga.
Pesantren ini pada mulanya dirintis oleh Kiyai Muslimin Al-Asy'ari
pada tahun 1992, dengan jumlah santri yang sedikit yakni delapan
orang. Pesantren ini belum diberi nama, belum memiliki tempat
menetap (pondok), belum memiliki tempat belajar. Sehingga segala
aktifitas para santri belum sesuai dengan adat kepesantrenan. Para santri
sendiri masih tinggal bersama dirumah kiyai dan di masjid.
Ditahun yang sama Kiyai Muslimin berinisiatif mengajak
musyawarah dengan para kiyai setempat yakni Kiyai Maslihuddin,
Kiyai Zumrani, dan Kiyai Sa‟dullah supaya mendirikan sebuah lembaga
pendidikan yang berasaskan Islam. Pada musyawarah itu akhirnya
memutuskan nama pesantren sekaligus kepengurusan dewan masyayikh.
Pesantren ini dinamakan dengan Sunan Giri. Nama Sunan Giri
sendiri diambil (ngalap berkah) dari Pondok Pesantren dan Madrasah
Hidayatul Mubtadiin (PP-MHM), Ngunut, Tulungagung, Jawa timur.
Nama Sunan Giri merupakan usulan dari salah satu masyayikh sekaligus
34
ditunjuk sebagai ketua masyayikh, beliau merupakan alumni PP-MHM
Ngunut, yakni Kiyai Maslihuddin.
Kiyai Maslihuddin merupakan alumni Pondok Pesantren Madarasah
Hidayatul Mubtadiin Ngunut, Tulungagung, Jawa Timur, beliau ketika
masih menyantri di PP-MHM merupakan pimpinan (lurah pondok) di
salah satu unit pondok yakni Unit Sunan Giri, Pesantren Hidayatul
Mubtadiin. Alasan inilah yang membuahkan hasil diberikanya nama
pesantren yang berada di dukuh krasak argomulyo dengan nama Sunan
Giri. Nama ini pun telah disepakati oleh para dewan masyayikh.
Peresmian Pondok Pesantren Sunan giri pada tahun 1992, di
resmikan langsung oleh KH. Ali Shodiq Umam, pengasuh PP-MHM
Ngunut, Tulungagung, Jawa Timur, dengan simbol peletakan batu
pertama.
Adapun nama-nama dewan masyayikh Pondok Pesantren Sunan
Giri adalah :
a. Romo Kiyai H. Maslikhuddin Yazid
b. Romo Kiyai H. Muslimin Al-Asy'ari
c. Romo Kiyai H. Zumroni
d. Romo Kiyai Sa'dulloh
Sampai saat ini, jumlah santri yang belajar ilmu agama di Pondok
Pesantren Sunan Giri sudah mencapai 373 orang. Bisa dikatakan pondok
ini sangat kecil jika dilihat dari jumlah santri yang ada pada saat ini.
35
Namun pembelajaran yang diberikan di pondok ini tidak kalah
dibandingkan dengan pondok lain yang ada di wilayah Salatiga dan
sekitarnya.
Adapun kitab yang saat ini dikaji, antara lain :
a. Awwamil Al-Jurjani
b. Al-Jurumiyah
c. Al-Imriti
d. Alfiyah Ibnu Malik
e. Jauharu Al-Maknun
f. 'Uqudu Al-Juman
Pengkajian kitab di Sunan Giri tidak hanya itu saja, namun masih
banyak lagi kemungkinan kurikulumnya sama dengan kitab-kitab yang
dikaji di pondok-pondok yang lainnya.
Berikut adalah identitas lengkap lembaga pendidikan Islam Pondok
Pesantren Sunan Giri:
a. Nama Pondok Pesantren : Sunan Giri
b. Status : Yayasan
c. Nomor Telp /Hp : (0298)322179
d. Alamat : Jalan Argowilis No. 15-16Krasak,
Ledok, Argomulyo, Salatiga
1) Kelurahan : Ledok
2) Kecamatan : Argomulyo
36
3) Kota : Salatiga
e. Nama Pendiri :
1) KH. Muslimin Al-Asyari
2) KH. Maslihuddin Yazid
3) Alm. KH. Zumroni
4) K. Sa‟dullah
f. Tahun Berdiri : 1992
g. Nama Pengasuh :
1) KH. Maslihuddin Yazid
2) KH. Muslimin Al-Asyari
3) K. Sa‟dullah
h. Nama Yayasan : Sunan Giri
i. Status Yayasan : Diakui
j. Waktu Belajar : Ba‟da Maghrib
k. Tempat Belajar : Gedung Madrasah
l. Status Tempat Belajar : Milik Sendiri
m. Status Tanah Rencana
Gedung : Milik Sendiri
n. Luas Tanah : 627 m2
o. No. Sertifikat Tanah : 110311061003542
p. Luas Bangunan : 300 m2
q. Rombongan Belajar : 13 rombongan belajar
37
r. Keadaan siswa :
1) Laki – laki : 223 Orang
2) Perempuan : 150 Orang
s. Sumber dana : 1. Swadaya Santri
2. Para Donatur Masyarakat
3. Pemerintah Daerah
4. Kementerian Agama
5. Usaha lain yang halal
2. Latar Belakang Pendirian Pondok Pesantren Sunan Giri
Kebutuhan akan pengetahuan ilmu agama pada zaman modern ini
harus tetap dikembangbiakan, mengingat generasi muda saat ini telah
banyak mengikuti budaya-budaya luar yang keluar dari garis syariat
Islam.
Perkembangan teknologi justru tidak dapat digunakan dan
dimanfaatkan sesuai kebutuhan yang semestinya, rusaknya moral anak
bangsa yang telah membuat keresahan masyarakat, serta pemilihan
teman bergaul yang tidak baik, inilah yang membuat lembaga
pendidikan Islam Pondok Pesantren Sunan Giri berbulat tekat ingin
sekali membantu, membimbing, mendidik dan menunjukkan jalan yang
baik kepada generasi bangsa sesuai tuntunan ajaran syariat agama Islam.
Berikut ini merupakan alasan berdirinya Pesantren Sunan Giri
berdasarkan data yang diperoleh peneliti. Berdasarkan Anggaran Dasar
38
dan Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) Pondok Pesantren Sunan Giri,
alasan berdirinya pondok pesantren ini adalah:
a. Pesantren ini didirikan berdasarkan sumber hukum Islam yang
empat dan juga perundangan negara, sesuai pada AD-ART bab II
(Visi, Misi, Landasan, Asas, dan Prinsip), Pasal 4 berbunyi:
Pesantren ini berlandaskan kepada Al-Qur‟an, Hadis, Ijma‟,
Qiyas serta perundangan yang berlaku.
b. Pada bab III (Fungsi, Peran, Tujuan, dan Usaha), pasal 7:
Pesantren berfungsi sebagai pusat tholabu al-`ilmi,
pembinaan akhlaqu al-karimah, kegiatan dakwah, pengembangan
keterampilan, dan kepedulian sosial di lingkungan Pondok
Pesantren Sunan Giri dan masyarakat pada umumnya.
c. Pasal 8, Pesantren berperan :
1) Merintis, menyelenggarakan dan membina kegiatan-kegiatan
pendidikan dakwah dan kegiatan sosial di Pondok Pesantren
Sunan Giri
2) Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka
kegiatan kepesantrenan.
3) Mempublikasikan seluruh kegiatan yang ada dalam binaan
Pondok Pesantren Sunan Giri.
d. Pasal 9:
1) Terwujudnya generasi yang ber akhlaqu al-karimah.
39
2) Terbentuknya generasi yang berpengetahuan luas dan
berkhidmat pada masyarakat.
3) Melindungi secara legal terhadap kegiatan-kegiatan
positif yang ada didalam dan diluar lingkungan pesantren.
4) Meningkatkan kualitas akhlak, ibadah, skill, dakwah para
santri dan para alumni.
3. Data Pengurus Pondok Pesantren Sunan Giri
a. Pengasuh : KH. Maslihuddin Yazid
: KH. Muslimin Al-Asy‟ari
: K. Sa‟dullah
b. Ketua Umum : Musbichin Wahid
c. Sekretaris : Abdul Aziz
d. Bendahara : Ma‟mun Zuhri
e. Kepala Bagian
1) Pendidikan : Muhammad Toni Azka
2) Keamanan : Ridholillah
3) Humas : Mutakalim
4) Perlengkapan : Agus Rohani
5) Kebersihan : Solahuddin Al-Ayubi
40
B. Penyelenggaraan Pembelajaran
1. Visi dan Misi Pondok Pesantren Sunan Giri
Visi:
a. Pesantren merupakan syiar tholabu al-„ilmi dan sumber
pengetahuan Islam untuk mencapai Ridho Allah SWT.
b. Mencetak kader-kader ulama dan menciptakan masyarakat Islami
yang berhaluan ahlu as-sunnah wa al-jama‟ah.
Misi:
a. Mempersiapkan pribadi umat yang berilmu pengetahuan, berakhlak
mulia, dan berkhidmat kepada agama, masyarakat dan negara.
b. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum menuju
terbentuknya kader ulama yang taqwa.
2. Kurikulum Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren
Sunan Giri
Kurikulum pembelajaran di Pondok Pesantren Sunan Giri tentunya
masih berkisar pada kajian ke-Islaman. Pengkajian kitab-kitab
dipesantren ini ada dua jenis, yaitu: Madrasah Diniyah (formal) dan
pengajian kitab diluar madrasah (non formal).
Adapun pembelajaran di Madrasah Diniyah juga dibagi menjadi
dua: Madrasah Diniyah sore yang dimulai pukul 15:00-16:30 WIB
(untuk jenjang Ibtidaiyah kelas 1-5)dan Madrasah Diniyah malam
41
dimulai pukul 18:30-21:00 WIB (untuk kelas 6 Ibtidaiyah, jenjang
Tsanawiyah, dan jenjang Aliyah).
Berikut ini merupakan mata pelajaran (kitab-kitab) yang dikaji
sesuai jenjang pendidikan berdasarkan data yang diperoleh peneliti:
a. Madrasah Diniyah (Formal)
1) Madrasah Diniyah Ibtidaiyah
a) Kelas 1 mempelajari: Tahaji, Fasholatan, Doa‟iyah, Yan
Bu‟a,danAl-Quran.
b) Kelas 2 mempelajari: Fasholatan, Al-Quran, Do‟aiyah,
Tarikh Islam, Bahasa Arab,danYan Bu‟a.
c) Kelas 3 mempelajari: Fasholatan, Al-Quran, Tauhid Jawi,
Tarikh Islam, Bahasa Arab, dan Yan Bu‟a.
d) Kelas 4 mempelajari: Hidayatu As-Sibyan, Al-Quran, Alaa
laa, Mabadi Fiqh, Akhlaq Jawi,dan Aqidatu Al-Awam.
e) Kelas 5 mempelajari: Tashilu Al-Mubtadi, Tuhfatu Al-
Athfal, „Izzu Al-Adab, Khoridatu Al-Bahiyah, Taisiru Al-
Kholaq, dan Tuhfatu Al-Mubtadiin.
f) Kelas 6 mempelajari: Al-Jurumiyah, Qo‟idatu As-
Sorfiyah(juz 1), I‟lal, Tasrif Isthilahi, Nuru Al-Yaqin,
Sulamu At-Taufiq, Washoya,dan Hidayatu As-Sibyan.
42
2) Madrasah Diniyah Tsanawiyah
a) Kelas 1 mempelajari: Al-Imriti, Tashrif Lughowi, Al-
Maqsud, Qo‟idatu As-Sorfiyah (juz 2), Al-I‟lal, Tahliyah,
Fathu Al-Qorib,dan Jawahiru Al-Kalamiyah.
b) Kelas 2 mempelajari: Al-Fiyah Ibnu Malik (juz 1),
Qowa‟idu Al-I‟rob, I‟rob, Fathu Al-Qorib, Ta‟limu Al-
Muta‟alim, dan Mukhtaru Al-Ahadis.
c) Kelas 3 mempelajari: Al-Fiyah Ibnu Malik (juz 2), Kifayatu
Al-„Awam, Rohabiyah, Waroqot, Mushtholahu Al-hadis,
Mukhtaru Al-Ahadis, danFathu Al-Mu‟in.
3) Madrasah Diniyah Aliyah
a) Kelas 1 mempelajari: Jawaharu Al-Maknun, Jam‟u Al-
Jawami‟, Faroidu Al-Bahiyah, Fathu Al-Mu‟in, Sulamu Al-
Munawwaroq, dan „Ilmu Al-„Urudh.
b) Kelas 2 mempelajari: „Uqudu Al-Juman, Fathu Al-Mu‟in,
Lathoifu Al-Isyarot, Jam‟u Al-Jawami‟, dan Kifayatu Al-
Atqiya‟.
c) Kelas 3 mempelajari: „Uqudu Al-Juman, Fathu Al-Mu‟in,
Jam‟u Al-Jawami‟, Durusu Al-Falakiyah, dan Kifayatu Al-
Atqiya‟.
43
4) Ma‟had Ali
Tingkatan Ma‟had Ali merupakan jenjang pendidikan
tertinggi di Sunan Giri. Tingkatan ini diperuntukkan bagi para
ustadz dan pengurus yang telah menyelesaikan pendidikan
dijenjang Aliyah. Adapun kitab yang dikaji yakni kitab
Mau‟idhotu Al-Mukminindan Waroqot. Waktu pembelajaran
Ma‟had Ali dimulai pukul 18:45 WIB sampai pukul 20:00 WIB.
b. Pengajian Kitab Kuning Diluar Madrasah (Non Formal)
Pembelajaran kitab kuning diluar madrasah ini dibagi menjadi
tiga agenda: yakni agenda harian, agenda mingguan, dan agenda
bulanan. Berikut ini adalah jadwal pengajian kitab kuning non
formal berdasarkan data yang diperoleh dari Sie Pendidikan Pondok
Pesantren Sunan Giri:
1) Agenda Kegiatan Harian
Tabel 1: Agenda Harian
No Waktu Peserta Qori’ Kitab Tempat
1 Ba‟da
Subuh Sorogan Al-quran
2
Ba‟da
Soroga
n
5 Ibtidaiyah U.AnasMukh
lison
Mabadi
Fiqh
Aula
bawah
6 Ibtidaiyah U.NurKholis
Yazid
Fiqh
Wadlih
Serambi
Masjid
1,2,3Tsana
wiyah K. Sa‟dulloh
Tuhfatu
t
Thulab
Masjid
1,2,3
Tsanawiyah
KH.
Muslimin Al-
Jawahi
r Masjid
44
Asy‟ari bukhori
1, 2, 3
Aliyah dan
Ma`had Aly
KH.
Maslikhudin
Yazid
Ihya‟
Ulumud
din
Madrasa
h
3 07:30
WIB
2
Tsanawiyah
ke-atas
KH.
Muslimin Al-
Asy‟ari
Tanwir
ul
Iqbas
Masjid
2
Tsanawiyah
ke-bawah
Nyai. Hj.
Fatimah Puji
Rahayu
Arbain
Nawaw
i
Ndalem
4 08:30
WIB Umum
KH.
Maslikhudin
Yazid
Akhlaq
ul
Banin
Madrasa
h
5 Ba‟da
Dluhur
3
Tsanawiyah
ke-atas
KH.
Maslikhudin
Yazid
Fathul
Wahab
dan
Dahlan
Ndalem
Alfiyah
awalke
bawah
K. Sa‟dulloh Tankih
ul Qoul
Madrasa
h
6 16.00 Umum
KH.
Muslimin Al
Asy`ari
Mabadi
1 Fiqh Masjid
7 16:30 Syawir madrasah
8
Ba‟da
Maghri
b
Madrasah
9 Ba`da
Dirosah Umum
U. H. Abdul
Qodir
Tibbun
Nabi Masjid
2) Agenda Kegiatan Mingguan
Tabel 2: Agenda Mingguan
No Waktu Jenis
Kegiatan
Kelas Pembimbing
1 Malam
Selasa
Musyawarah
Kamar
Ibtidaiyah Sie Pendidikan
dan 2,3 Aliyah
Pendalaman Tsanawiyah KH. Maslihuddin
Diskusi Aliyah Sie Pendidikan
2 Malam Pendalaman Aliyah KH. Maslihuddin
45
Sabtu Diskusi Tsanawiyah Sie Pendidikan
Ibtidaiyah
3 Kamis
Sore
Pengajian
Ta‟lim
Umum KH. Maslihuddin
4 Malam
Jumat
Jam‟iyyah Santri Sunan
Giri
Sie Jam‟iyah
5 Kondisi
onal Sorogan kitab
Santri Sunan
Giri
Sie Pendidikan
6 Kondsi
onal
Setoran
Nadlom
Santri Sunan
Giri
Sie Pendidikan
7 Jumat
pagi Lalaran
Santri Sunan
Giri
Sie Pendidikan
3) Agenda Kegiatan Bulanan
Tabel 3: Agenda Bulanan
No Jenis Kegiatan Waktu
1 Diklat Sabtu Pon
2 Bahsul Matsail Kondidional
3. Pengajar Kitab Kuning
Berikut adalah keadaan pengajar kitab kuning di Pesantren Sunan
Giri berdasarkan data yang diperoleh peneliti:
Tabel 4: Pengajar Kitab Kuning
No Pengajar No Pengajar
1 KH. Maslihuddin Yazid 15 Ustadz H. Abdul Qodir
2 KH. Muslimin Al-Asy‟ari 16 Ustadz Nur Kholis Yazid
3 K. Sa‟dullah 17 Ustadz Jamali
4 Ustadz Slamet Rosyidi 18 Ustadz Musbihin Wahid
5 Ustadz Yasin 19 Ustadz Nurtadho
6 Ustadz Muhlison 20 Ustadz Slamet Ihsan
7 Ustadz Anas Muhlison 21 Ustadz Dzawil
8 Ustadz Nadhir 22 Ustadz Sanusi
9 Ustadz Mutho‟un 23 Ustadz Mutakallim
46
10 Ustadz Misbah 24 Ustadz Ma‟mun Zuhri
11 Ustadz Yahya Hanafi 25 Ustadz Eka Setia Budi
12 Ustadz Mufid 26 Ustadz Nur Wahid
13 Ustadz Fauzan 27 Ustadz Imam Qusayri
14 Ustadz Musta‟in 28 Ustadz Da‟i Sholih
29 Ustadz M. Rosyidi 39 Ustadz Burhanudin
30 Ustadz Ratno Mustofa 40 Ustadz Ridho Lillah
31 Ustadz Ali Mustofa 41 Ustadz Sholahuddin
32 Ustadz Hasan Ali 42 Ustadz Ali Mahfudz
33 Ustadz Agus Rohani 43 Ustadz Yasin Mustofa
34 Ustadz Yusuf 44 Nyai Hj. „Aidah Shodaqoh
35 Ustadz Abdul Aziz 45 Ustadzah Hj. Fatimah Puji
36 Ustadz Ibnu Rosyadi 46 Ustadzah Isma
37 Ustadzah Atina AS 47 Ustadzah Asiyah
38 Ustadz Kalim
4. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan
Giri
Metode pembelajaran merupakan cara berlangsungnya proses
kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kaidah pembelajaran.
Sedangkan Pesantren Sunan Giri sendiri telah menerapkan metode
pembelajaran sesuai dengan ciri khas kepesantrenan.
Menurut lurah pondok yakni Ustadz Musbichin Wahid mengatakan
bahwa metode pembelajaran yang digunakan di Pesantren Sunan Giri
masih menggunakan sistem ala pesantren (klasikal, bandongan, hafalan,
sorogan, musyawaroh) sejak dulu hingga sekarang.
Berikut adalah hasil wawancara dengan Ustadz Musbichin yang
dilaksanakan pada tanggal 22 juli 2016, di kantor PPSG, tentang metode
pembelajaran kitab kuning yang diterapkan di Pesantren Sunan Giri:
47
Peneliti : Menurut Pak Ustadz metode apa saja yang digunakandi
Pesantren ini?
Narasumber : Yaaa…seperti pesantren yang lain juga kang…ada
bandongan, hafalan, klasikal, trusss
sorogan,musyawarah juga…
Peneliti : Metode bandongan sendiri itu yang bagaimana?
Narasumber : Kayak gini kang…semisal didalam mesjid itu (isyaroh ke
masjid Darunnajah di lokasi pesantren)mbah yai
membaca kitab trus kita memberikan makna…istilahnya
ngesahi….
Peneliti : Kemudian yang metode hafalan bagaimana pak?
Narasumber : Kalu hafalan ya biasa…santri cuma disuruh menghafal
pelajaran atau nadhoman yang kemaren dipelajari atau
yang besok dipelajari…trus nanti disetorkan ke ustadz
yang ngajar…
Peneliti : Yang klasikal sendiri bagaimana pak?
Narasumber : Klasikal itu kayak di sekolah umum...formal…tapi
tetepkitabkuning yang dipelajari….pembelajaranya di
kasih kelas-kelas atau jenjang…jadi ada jenjang
ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah…
48
Peneliti : Kemudian sorogan itu apa Pak?
Narasumber : Naaahhh….kalu yang metode ini saya lebih suka…sebab
guru tau betul perkembangan santrinya...mereka pada
belajar apa gak….kan modelnya gini kang…santri itu
disuruh ngadep ustadznya...trus santri itu baca kitab,
menerangkan apa yang dibaca tadi…kemudian nanti
ditanya-tanya alasan, kok dibaca gini kenapa...i‟robnya
gimana, tasrifnya gimana…macem-macem….jadi santri
dirusuh betul serius belajar kitab…
Peneliti : Terakhir dari yang dikatakan njenengan tadi Pak, yakni
metode musywaroh. Bagaimana keterangan njenengan
tentang metode musyawaroh?
Narasumber : Metode ini juga bagus kang….jadi santri berkumpul
membahas suatu pelajaran...nanti ada yang mimpin satu
sampai empat anak…itu nanti bergilir….smua santri
dapet jatah….intinya metode ini untuk pemecahan
masalah bagaimana mereka paham dengan
pelajaranya…
49
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran kitab kuning di
Pondok Pesantren Sunan Giri
a. Faktor Pendukung
Dalam melaksanakan proses pendidikan di Pondok Pesantren
Sunan Giri terdapat beberapa faktor pendukung antara lain,
kesabaran para Kiyai dan Ustadz dalam membimbing para murid,
ketekunan dan keuletan para santri dalam mengikuti pelajaran, dan
dukungan dari masyarakat disekitar pondok pesantren yang
mempunyai kerja sama yang baik.
Begitu pentingnya faktor tersebut, sehingga pembelajaran tidak
akan dapat berjalan dengan baik jika hanya dengan menggunakan
peralatan seadanya, seperti pena dan kertas saja.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan narasumber Ustadz
Abdul Aziz sebagai sekretasis Pondok Sunan Giri pada tanggal 22
Juli 2016, di kamar 13 PPSG:
Peneliti : Menurut pak Aziz, faktor apa yang mendukung
terlaksananya pembelajaran di Pesantren Sunan
Giri?
Narasumber : Yang jelas jenjang pendidikan yang cukup
lama….memungkinkan santri belajar kitab kuning
lebih dalam dan paham…sebagaimana yang
diutarakan kitab ta‟limu al muta‟alim “nak golek
50
ilmu iku seng sue mangsane (kalau cari ilmu itu
harus lama)”…biar paham betul..
Peneliti : Kira-kira masih ada faktor lain gak pak selain
tadi?
Narasumber : Banyak lah…antara lain ustadz yang mengajar di
Pesantren ini ya alumni sini juga, jadi tahu betul
keadaan pondok,,, ada semangat ustadz, semangat
santri…dan sebagainya…
b. Faktor Penghambat
Dalam melaksanakan proses pembelajaran dipesantren
tentunya terdapat beberapa hambatan yang dirasakan oleh pengurus
pondok, ustadz, maupun oleh para santri. Diantaranya adalah
kurangnya sarana dan prasarana, dan karakter santri yang berbeda
dalam proses belajar mengajar.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ustadz Burhanudin
pada tanggal 23 Juli 2016, di Kantor PPSG:
Peneliti : Faktor apa saja, yang menghambat terlaksananya
kegiatan belajar mengajar kitab kuning di Pondok
ini?
Narasumber : Banyak kang Topik…antaranya Sarana prasarana,
Ruang belajar sedikit dan sempit buat menampung
jumlah santri 35 dalam kelas dengan ukuran
51
4X6…..hal ini kurang efisien.., kemudiankeadaan
santri yang kadang ada yang nyambungan dan
kadang juga ada yang gak nyambungan…disini guru
sulit mengkondisikan kelas…, Kemudian media
pembelajaran, papan tulis yang masih pakek kapur
itu juga kurang relevan hehehe
6. Solusi Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Melaksanakan
Pembelajaran
Dalam kegiatan proses pembelajaran tentunya banyak permasalahan
yang memperlambat target atau tujuan pendidikan, seperti yang telah
dipaparkan diatas. Hambatan-hambatan tersebut bisa teratasi dengan
cara/solusi yang tepat. Solusi itu bisa timbul dari dalam maupun dari
luar lembaga pesantren.
Solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan pembelajaran di
Pondok Pesantren Sunan Giri diantaranya menjalankan aturan-aturan
atau undang-undang pesantren yang telah berlaku, menjalankan
kurikulum sesuai dengan semestinya, dan menjalankan syarat-syarat
mencari ilmu bagi santri sebagaimana disebutkan dalam kitab
ta‟limmuta‟alim (cerdas, ada kemauan, sabar, memiliki bekal, adanya
pengajar, waktu belajar yang lama).
52
Berikut hasil wawancara peneliti dengan narasumber Ustadz Abdul
Aziz dan Ustadz Burhanudin pada tanggal 24 Juli 2016, di kamar 13
PPSG:
Peneliti : Menurut bapak-bapak ini solusi apa untuk mengatasi
hambatan atau kendala dalam proses kegiatan belajar
mengajar di Pondok Sunan Giri ini? Di mulai dari Pak
Burban dulu, kemudian baru Pak Aziz.
Ustadz Burhan : Kalau saya kang…kembalikan lagi pada kitab ta‟lim
lagi… syarat supaya hasil dalam mencari ilmu itu
adalah cerdas, ada kemauan, sabar, memiliki bekal,
ada yang mengajar, waktu belajar itu lama…saya kira
kalau itu dicermati sudah cukup….
Ustadz Aziz : Kalau saya ya kang, sebagai pengurus….pesantren ini
tentunya ada aturan-aturan atau undang-undangnya
lah…ya kita tinggal tegakkan aja bareng-bareng aturan
itu…kurikulum yang ada tinggal dijalani semestinya
aja….
53
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri
1. Kurikulum Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses interaksi, pentransferan ilmu
pengetahuan dan pengalaman oleh pendidik kepada peserta didik. Begitu
juga dalam dunia pesantren, proses pembelajaran di dunia pesantren
melalui interaksi antara kiyai dan santri, tentunya dengan menggunakan
metode khusus ala pesantren bersifat klasik. Merupakan ciri khas
pesantren dalam penyampaian materi bahwa kitab kuning karangan para
ulama dari dulu hingga sekarang masih eksis dan semakin digemari
didunia pesantren. Kitab-kitab yang diajarkan di pesantren ini pada
umumnya karangan dari ulama yang bermazhab Syafi‟iyah. Alasan
pesantren menggunakan kitab-kitab karangan ulama Syafi‟iyah
dikarenakan hampir seluruh masyarakat muslim di Indonesia adalah
bermazhab Syafi‟iyah. Hal ini lah yang menyebabkan mazhab Syafi‟iyah
akan semakin kuat di Indonesia yang didukung melalui pesantren-
pesantren diseluruh tanah air.
Jika dilihat dari tampilan kitab-kitab yang dikaji di pesantren
semuanya berbahasa arab. Materi ini tentunya menunjukkan arti bahwa
tujuan pendidikan pesantren adalah bagaimana para santri mampu
54
memahami sumber hukum Islam yang utama (al-Quran dan Hadis). Ilmu
nahwu, tasrif, balaghoh, tafsir dan ilmu-ilmu lainya dipesantren hanya
berupa materi pendukung pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadis.
Berikut ini materi pendukung untuk memahami isi Al-Quran dan
Hadis:
a. Ilmu alat (nahwu dan sorof), tujuan pembelajaran pada materi ini
adalah agar para santri mengetahui susunan dan makna bahasa arab
dimulai dari perkata (mufrodanya) hingga perkalimat-kalimat,
maupun mengetahui asal usul dan perubahan-perubahan sebuah
kata dan kalimat. Dari pembelajaran ini diharapkan agar santri
mengetahui secara dalam makna yang diharapkan dari kata tersebut.
b. Ilmu balaghoh dan mantiq, kajian pada ilmu balaghoh dan mantiq
ini ditujukan agar para santri tidak membaca mentah-mentah makna
yang terkandung dalam bahasa arab, dikarenakan bahasa arab sering
kali menggunakan kata majas, atau menggunakan pinjaman kata,
sehingga sering kali kelompok tertentu salah mengartikan dan
menafsirkan Al-Quran dan Hadis.
c. Ulumul Quran (ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Quran)
termasuk didalamnya: tafsir, asbabun nuzul, tajwid, qiro‟ati, nasikh
mansukh dan lainya. Ilmu-ilmu ini termasuk pedukung dalam
memahami teks dalam Al-Quran. Agar santri mengetahui betul
alasan, tujuan diturunkannya ayat demi ayat Al-Quran.
55
d. Ilmu hadis, termasuk Mustholahu Al-Hadis dan Hadis-Hadis
(Shohih Bukhori, Shohih Muslim, Sunan Ibnu Majah, Mukhtaru Al-
Hadis dan sebagainya) yang mendukung menafsirkan isi Al-Quran.
e. Ilmu ushul fiqih dan ilmu fiqih. Ushul fiqih yakni ilmu pengambilan
dalil dan menggali hukum dari suatu ayat. Sedangkan ilmu fiqih
merupakan hukum-hukum hasil dari para ulama yang diambil dari
Al-Quran dan Hadis.
Setidaknya, keilmuan diatas mampu mendukung untuk memahami
Al-Quran dan Hadis, sehingga santri mengetahui aturan, perintah, dan
larangan Allah. Sebagaimana tujuan kehidupan manusia untuk beribadah
kepada Allah SWT.
Bahan ajar diatas adalah karangan ulama masa kejayaan
Islam.Berbeda dengan materi yang diajarkan disekolah umum, materi
yang diajarkan bersifat kreatif, artinya ada pembaruan dalam materi.
2. Metode Pembelajaran
`Selanjutnya mengenai metode yang diterapkan di sekolah umum
dan di pesantren pun sudah berbeda. Di sekolah umum metode yang
digunakan adalah metode–metode baru, sesuai dengan perkembangan
zaman, yang disesuaikan dengan keadaan siswa, sedangkan di pesantren,
metode yang digunakan adalah metode klasik (warisan para ulama) berupa
metode bandongan, sorogan, klasikal dan sebagainya yang menolak
metode pembaruan. Didunia pesantren yang dipentingkan adalah
56
bagaimana menumbuhkan jiwa santri yang berakhlakul karimah sesuai
dengan aturan syariat Islam sekaligus menghidup-hidupkan (nguri-uri dan
ngalap berkah) dari para ulama dahulu.
Justru dari pembelajaran yang bersistem klasik inilah pesantren
terbukti mampu mendidik anak menjadikan pribadi yang baik. Pesantren
telah mampu mendidik anak menjadi diri yang soleh dan solehah.
Pembelajaran dipesantren meskipun bersifat klasik, namun santri
tidak hanya disuruh untuk belajar mampu membaca sebuah kitab saja,
akan tetapi santri dituntut langsung untuk mengamalkan isi dari kitab
tersebut, sehingga antara belajar dan praktek berjalan bersamaan, seperti
kata pepatah arab “al-„ilmu bilaa „amalin kasy-syajaroti bilaa tsamrotin”,
nampaknya pepatah ini sangat tepat ditujukan kepada pesantren, yang
telah mampu menerapkan ilmu sekaligus bagaimana cara pengamalan
ajaran kitab.
Sebuah kritikan perlu disampaikan bahwa didunia pesantren
nampaknya agak tidak peduli dengan perkembangan dunia yang serba
menggunakan elektronik (bukan berarti tidak peduli sama sekali). Adanya
pesantren menolak perkembangan zaman bukan tidak beralasan, bahwa
pesantren telah mengetahui dampak dari kemajuan zaman yang merusak
moralitas anak bangsa. Nampaknya dalam hal ini pesantren lebih
mengutamakan pendidikan dan pengetahuan tentang agama secara
mendalam dibandingkan dengan perkembangan dunia modern.
57
Lebih dasar lagi, demi terlaksananya metode pembelajaran yang
efektif, guru merupakan tokoh utama atau yang bertanggung jawab besar
dalam tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu guru harus mampu
menguasai materi belajar sekaligus mampu menguasai metode
pembelajaran. Dalam hal ini tentunya tertuju pada penguasaan metode
pembelajaran kitab kuning yang biasa terlaku di pesantren.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Kitab Kuning di
Pondok Pesantren Sunan Giri
1. Faktor Pendukung
Peneliti setuju jika pesantren harus tetap melaksanakan proses
belajar dengan menggunakan ke-khasan dari pesantren. Faktor pendukung
yang benar-benar sebagai penentu kemajuan dan perkembangan lembaga
pendidikan adalah terletak bagaimana lembaga itu sendiri mengelola
pesantren, disamping ustadz sebagai tokoh utama keberhasilan suatu
pendidikan.
Selain itu, perlu dingat bahwa pesantren sangat erat kaitanya
dengan istilah “barokah”, entah bagaimana proses barokah itu berjalan,
akan tetapi pesantren telah mengakuinya dan meyakininya bahwa barokah
adalah bagian yang sangat penting dalam penentuan keberhasilan seorang
santri. Meskipun santri sendiri tidak paham isi kitab, tapi jika santri telah
mendapatkan barokah atau ridho dari kiyai, maka santri menjadi paham
58
materi kitab. Hal ini peneleti meyakininya jika barokah itu disertai dengan
usaha keras dari santri.
2. Faktor Penghambat
Faktor penghambat pembelajaran kitab kuning dikembalikan lagi
pada sistem kerja pesantren atau aturan-aturan pesantren.
Pada penelitian ini Pesantren Sunan Giri dalam masalah
kepengurusan nampak masih sulit untuk melaksanakan dan
mengembangkan program kerja pondok. Hal ini dikarenakan santri yang
belajar ilmu di Pesantren Sunan Giri datang dengan berbagai macam latar
belakang yang berbeda-beda, membuat pesantren ini kesulitan untuk
mengatur dan menjalankan aturan yang ada.
C. Upaya Untuk Mengatasi Faktor-Faktor Penghambat Pembelajaran
Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri
Berbagai komplek persoalan-persoalan proses pembelajaran yang
timbul dari berbagai arah, baik dari kelembagaan, pengajar, maupun dari
santri. Persoalan-persoalan ini bukan tidak ada jalan keluar, begitu banyak
solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Semisal, metode bandongan yang
diterapkan pada proses pembalajaran di pondok pesantren, metode ini dalam
pemahaman kitab kurang begitu relevan, karena pengajar hanya membacakan
kitab, mendektekan kata perkata yang diikuti santri dengan jumlah banyak,
dan hanya sedikit menjelaskan isi dari kitab yang diajarkan. Menurut peneliti
metode bandongan ini harus tetap dilaksanakan, demi menjaga adat
59
kepesantrenan, akan tetapi disela-sela pembacaan kitab kuning yang dibaca,
juga harus dijelaskan secara mendetail sehingga murid paham betul isi
kandungan yang disampaikan didalam kitab. Karena menurut peneliti metode
bandongan bagi santri terasa keberatan jika tidak ada penjelasan dari pengajar
tentang masalah-masalah yang telah disampaikan.
Sebenarnya hambatan-hambatan yang dirasakan Pesantren Sunan Giri
bisa teratasi melalui sistem kelembagaan itu sendiri, bagaimana pesantren
menjalankan programnya, bagaimana ketegasan dan kebijakan pesantren,
harus diberjalankan sesuai dengan semestinya.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri (PPSG)
Krasak kec. Argomulyo kota Salatiga telah berjalan sesuai dengan adat
kepesantrenan yang serba klasik, materi yang diajarkan adalah kitab karangan
ulama kuno yang bermazhab Syafi‟iyah.
1. Metode Pembelajaran Kitab Kuning pada pondok pesantren yang biasa
digunakan adalah metode klasikal, bandongan, sorogan, diskusi, hafalan,
tanya jawab, ceramah, dan demonstrasi.
2. Penerapan metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan
Giri sesuai dengan metode warisan turun temurun dari para ulama salaf
yakni: a) metode klasikal (perpaduan metode konvensional) yang
pembelajaranya berjenjang dan berkelas-kelas, b) metode bandongan
yakni santri menyimak/mengikuti apa yang disampaikan ustadz, c) metode
sorogan yakni ustadz menyimak/mengikuti apa yang disampaikan santri,
d) metode diskusi sebagai pemecahan masalah, dan e) metode hafalan
adalah metode untuk mengingat materi ajar.
61
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran kitab kuning di Pondok
Pesantren Sunan Giri
Faktor Pendukung yaitu: Pengajian keilmuan dengan waktu yang
cukup lama, materi ilmu alat (nahwu dan sorof) yang dikaji secara rinci
dan mendalam, peraturan pondok yang cukup ketat, dan ustadz yang
mengajar adalah alumni PPSG yang terpilih.
Faktor Penghambat yaitu: Materi dan metode yang serba klasik
terkadang membuat santri mudah bosan, kurangnya sarana dan prasarana,
sulitnya pentranslitan (penerjemahan) bahasa kitab.
B. Saran
1. Bagi Pondok Pesantren Sunan Giri
Telah diketahui materi ajar (kitab kuning) dan metode pembelajaran
yang diterapkan di Pesantren Sunan Giri keduanya bersifat klasik dan
konvensional, maka diharapkan lembaga melakukan ide yang inovatif agar
pembelajaran berjalan dengan lancar dan juga melakukan pengembangan
dana keuangan pondok semisal pengembangan KOPONTREN.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini masih bersifat global yang hanya berkisar pada
metode pembelajaran saja. Maka diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar
meneliti secara lebih rinci terutama pada perkembangan pondok, ustadz
dan para santri.
62
3. Bagi Masyarakat Umum
Diharapkan agar orangtua lebih mempertimbangkan pendidikan
anaknya, karena pendidikan sangat berpengaruh kepada perkembangan
dan moral anak. Seperti menyerahkan putra putrinya di pesantren yang
sesuai dengan ajaran syariat Islam.
63
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Armai, Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Perss.
Barizi, Ahmad. 2002. Pendidikan Integratif: Akar Tradisi & Integrasi Keilmuan
Pendidikan Islam. Malang: UIN Maliki Press.
Darmansyah, Dasim. 2003. Model Pembalajaran Berbasis Portofolio Sosiologi.
Bandung: Genesindo.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Dhofier, Zamakhsyari. 1994. Tradisi Pesantren, studi tentang pandangan hidup kyai.
Jakarta: LP3ES.
Furchan, Arief. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha
Nasional.
Hamalik, Oemar. 2001. Cetakan Ketiga. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hasbullah. 1996. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintasan Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan.
Ismail, Faisal. 1997. Paradigma Kebudayaan.
Karcher, Wolfgang. trj. Sonhaji Saleh. 1988. Dinamika pesantren: kumpulan
makalah seminar internasional “the role of pesantren in education and
community development in indonesia”. Jakarta: P3M.
Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:
Paramadina.
Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: edisi revisi. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
64
Muhaimin, dan Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda
Karya.
Nata, Abudin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Rosyad, Aminudin. 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press.
Sirajd, Said Aqil. 2004. Pesantren Masa Depan. Cirebon: Pustaka Hidayah.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
Syafaat, Aat, Sohari Sahrani & Muslih. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam
Dalam mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency). Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Uno, B. Hamzah. 2009. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar
Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahid, Abdurrahman. 2010. Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren.
Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
Yasmadi. 2002. Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholish Madjid Terhadap
Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press.
Zuharini. 1993. Metodologi Pendidikan Agama. Solo: Ramadhani.
65
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Muhammad Taufik
Tempat, Tanggal lahir : Banyuasin, 24 Februari 1994
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Dana Mulya, Kec. Pulau Rimau, Kab. Banyuasin,
Prov. Sumatera Selatan
B. Jenjang Pendidikan
1. SD Negeri 9 Sumber Rejeki, Banyuasin, lulus pada tahun 2006
2. MTs Darul Muttaqin, Banyuasin, lulus pada tahun 2009
3. SMA Islam Darul Muttaqin, Banyuasin, lulus pada tahun 2012
66
LAMPIRAN: CONTOH KITAB KUNING
A. Kitab ihya‟ „Ulumi Ad-Din
B. Kitab „Uqudu Al-Juman
67
68
C. Kitab Al-Fiyah Ibnu Malik
69
LAMPIRAN: GAMBAR PONDOK PESANTREN SUNAN GIRI
70
LAMPIRAN: PEDOMAN WAWANCARA
1. Wawancara Tentang Metode Pembelajaran Kitab Kuning
Peneliti : Muhammad Taufik
Narasumber : Ustadz Musbichin Wahid
Hari, Tanggal : Jumat, 22 September 2016
Tempat : Kantor PPSG
Hasil wawancara :
Peneliti : Menurut Pak Ustadz metode apa saja yang digunakan di
Pesantren ini?
Narasumber : Yaaa…seperti pesantren yang lain juga kang…ada
bandongan, hafalan, klasikal, trusss sorogan, musyawarah
juga…, tapi umumnya ya 5 itu.......
Peneliti : Metode bandongan sendiri itu yang bagaimana pak?
Narasumber : Owhhh itu kayak gini kang…semisal didalam mesjid itu
(isyaroh ke masjid Darunnajah di lokasi pesantren) mbah yai
membaca kitab trus kita memberikan makna…istilah tepatnya
ngesahi….
Peneliti : Kemudian yang metode hafalan bagaimana pak?
Narasumber : Kalu hafalan ya biasa…santri cuma disuruh menghafal
pelajaran atau nadhoman yang kemaren dipelajari atau yang
besok dipelajari…trus nanti disetorkan ke ustadz yang ngajar…
Peneliti : Yang klasikal sendiri bagaimana pak?
Narasumber : Klasikal itu kayak di sekolah umum...formal…tapi tetep kitab
kuning yang dipelajari….pembelajaranya di kasih kelas-kelas
atau jenjang…jadi ada jenjang ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah…
Peneliti :Kemudian sorogan itu apa Pak?
Narasumber : Naaahhh….kalu yang metode ini saya lebih suka…sebab guru
tau betul perkembangan santrinya...mereka pada belajar apa
71
gak….kan modelnya gini kang…santri itu disuruh ngadep
ustadznya...trus santri itu baca kitab, menerangkan apa yang
dibaca tadi…kemudian nanti ditanya-tanya alasan, kok dibaca
gini kenapa...i‟robnya gimana, tasrifnya gimana…macem-
macem….jadi santri dirusuh betul serius belajar kitab…
Peneliti : Terakhir dari yang dikatakan njenengan tadi Pak, yakni
metode musywaroh/diskusi. Bagaimana keterangan njenengan
tentang metode ini?
Narasumber : Metode ini juga cukup bagus kang….jadi santri berkumpul
membahas suatu pelajaran...nanti ada yang mimpin satu sampai
empat anak…itu nanti bergilir….smua santri dapet
jatah….intinya metode ini untuk pemecahan masalah
bagaimana mereka paham dengan pelajaranya…
2. Wawancara Tentang Faktor Pendukung Pembelajara Kitab Kuning
Peneliti : Muhammad Taufik
Narasumber : Ustadz Abdul Aziz
Hari, Tanggal : Jumat, 22 September 2016
Tempat : Kamar 13 PPSG
Peneliti : Menurut pak Aziz, faktor apa yang mendukung terlaksananya
pembelajaran di Pesantren Sunan Giri?
Narasumber : Yang jelas jenjang pendidikan yang cukup
lama….memungkinkan santri belajar kitab kuning lebih dalam
dan paham…sebagaimana yang diutarakan kitab ta‟limu al
muta‟alim “nak golek ilmu iku seng sue mangsane (kalau cari
ilmu itu harus lama)”…biar paham betul tentang materinya..
Peneliti : Kira-kira masih ada faktor lain gak Pak selain tadi?
Narasumber : Banyak lah…antara lain ustadz yang mengajar di Pesantren
ini ya alumni sini juga, jadi tahu betul keadaan pondok, tau
72
keadaan santri,,, trus ada semangat ustadz, semangat
santri…dan sebagainya…
3. Wawancara Tentang Faktor Penghambat Pembelajaran Kitab Kuning
Peneliti : Muhammad Taufik
Narasumber : Ustadz Burhanudin
Hari, Tanggal : Sabtu, 23 September 2016
Tempat : Kantor PPSG
Peneliti : Faktor apa saja, yang menghambat terlaksananya kegiatan
belajar mengajar kitab kuning di Pondok ini?
Narasumber : Banyak kang Topik…antara lain Sarana prasarana, Ruang
belajar sedikit dan sempit buat menampung jumlah santri 35
dalam kelas dengan ukuran 4X6…..hal ini kurang efisien..,
kemudian keadaan santri yang kadang ada yang nyambungan
dan kadang juga ada yang gak nyambungan…disini guru sulit
mengkondisikan kelas…, Kemudian media pembelajaran,
papan tulis yang masih pakek kapur itu juga kurang relevan
hehehe......
4. Wawancara Tentang Solusi Untuk Mengatasi Hambatan Dalam
Melaksanakan Pembelajaran Kitab Kuning
Peneliti : Muhammad Taufik
Narasumber 1 : Ustadz Burhanudin
Narasumber 2 : Ustadz Abdul Aziz
Hari, Tanggal : Minggu, 24 September 2016
Tempat : Kantor PPSG
Peneliti : Menurut bapak-bapak ini solusi apa untuk mengatasi
hambatan atau kendala dalam proses kegiatan belajar mengajar
di Pondok Sunan Giri ini? Di mulai dari Pak Burban dulu,
kemudian baru Pak Aziz.
73
Ustadz Burhan : Kalau saya kang…kembalikan lagi pada kitab ta‟lim lagi…
syarat supaya hasil dalam mencari ilmu itu adalah cerdas, ada
kemauan, sabar, memiliki bekal, ada yang mengajar, waktu
belajar itu lama…saya kira kalau itu dicermati sudah cukup….
Ustadz Aziz : Kalau saya ya kang, sebagai pengurus….pesantren ini
tentunya ada aturan-aturan atau undang-undangnya lah…ya
kita tinggal tegakkan aja bareng-bareng aturan itu…kurikulum
yang ada tinggal dijalani semestinya aja….
74
SKK
Nama : Muhammad Taufik
Nim : 11112220
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Dosen PA : Dra. JamiatulIslamiyah, M. Pd.
NO NAMA KEGIATAN PELAKSANAN SEBAGAI NILAI
1 OPAK STAIN Salatigadengantema:
ProgresifitasKaumMuda, KunciPerubahan
Indonesia
Oleh DEMA STAIN Salatiga
5-7 September
2012
Peserta 3
2 OrientasiPengenalanAkademikdanKemahasis
waan (OPAK)JurusanTarbiyah STAIN
Salatiga,dengantema:
MewujudkanGerakanMahasiswaTarbiyahSeb
agaiTonggakKebangkitanPendidikan
Indonesia
Oleh HMJ TarbiyahSTAIN Salatiga
8-9 September
2012
Peserta 2
3 Seminar Regional: Indonesia Satu
Oleh MENWA STAINSalatiga
29 Oktober 2012 Pesarta 4
4 Tabligh Akbar Bertajuk:
TafsirTematikDalamUpayaMenjawabPersoal
an Israel danPalestina. LandasanQS. Al-Fath:
26-27
Oleh JQH STAIN Salatiga
1 Desember 2012 Peserta 2
5 Seminar Nasional:
KepemimpinandanMasaDepanBangsa
Oleh HMI CabangSalatiga
23 Februari 2013 Peserta 8
6 Seminar Nasional:
AhlussunnahWaljamaahdalamPerspektif
Islam Indonesia
OlehDemaSTAINSalatiga
26 Maret 2013 Peserta 8
7 Tes Semester Dua
Oleh Madrasah DiniyahSalafiyahSunanGiri
14 Juni 2013 Peserta 2
75
8 Talk Show: How to be a Successful Creative
Preneur to Face ASEAN Economic
Community 2015
Oleh CEC STAIN Salatiga
7 April 2014 Peserta 2
9 Tes Semester Dua
Oleh Madrasah DiniyahSalafiyahSunanGiri
16 Mei 2014 Peserta 2
10 SarasehanPesantrenDenganTema:
MengukuhkanPeranSantriPondokPesantren
di Era GlobalisasiMelaluiDakwahdanSeni
Oleh PP-MHM
9 Juni 2014 Peserta 2
11 PemasyarakatanPemahamanKoperasiMelalui
GerakanKewirausahaanNasional
OlehDeputiBidangPengembanganSumberDay
aManusia
21 Juni 2014 Peserta 2
12 Monitoring
danEvaluasiPascaPelatihanCalonWirausaha
OlehDeputiBidangPengembanganSumberDay
aManusia
21 Juni 2014 Peserta 2
13 KajianIntensifMahasiswa:Fenomena Islam di
Salatiga
Oleh LDK DarulAmalSalatiga
28 November 2014 Peserta 2
14 PotretKebudayaan Papua Bagian Dari
Kekayaan Indonesia
Oleh FORMASI
11 Desember 2014 Peserta 2
15 FestifalSeni Islam Santri (FSIS)
OlehIttihadulMubtadi-ien
26 Mei 2015 Peserta 2
16 PiagamPenghargaan:
DalamRangkaLombaPraHaflahMuwada‟ahA
khirussanah PP-MHM
OlehPondokPesantrenHidayatulMubtadi-ien
26 Mei 2015 Peserta 2
17 Seminar Nasional: KesehatanIslami
Oleh WISATAHATI
10 Agustus 2015 Peserta 8
18 Seminar Nasional:
JiwaMudaBeraniBerwirausaha
Oleh DISPERINDAGKOP & UMKM
Salatiga
30 Oktober 2015 Peserta 8
19 PiagamPenghargaan: Seminar
PeluangdanTantanganPengembangan Green
6 November 2015 Peserta 2
76
Bussinessbagi KUKM
Oleh Biro Perencanaan
20 PelatihanKewirausahaanPembuatanAbonIkan
OlehPondokPesantrenSunanGiri
6-8 Januari 2016 Panitia 3
21 PelatihanKewirausahaanPertukangan
OlehPondokPesantrenSunanGiri
17-19 Januari 2016 Panitia 3
77
78