metode perhitungan pph21 gross

61
METODE PERHITUNGAN PPH21 GROSS, NET, GROSS-UP & NON GROSS-UP Details Written By Super User Category: News Dalam praktek perhitungan PPH 21 perusahaan menggunakan berbagai macam metoda ada gross, net, gross-up, non gross-up. Mengapa terjadi demikian? Untuk lebih jelasnya mari kita bahas lebih detail. Metode Gross: Apabila PPh21 terutang dibayar sendiri oleh karyawan yang bersangkutan : Contoh : Si A (TK/0) Gaji sebulan = Rp. 2.000.000,- PPh 21 yang dibayar sendiri = Rp 30.000,- Take home pay = Rp.1.970.000,- Metode Net: PPh 21 dibayar/ditanggung pemberi kerja. Contoh : Si A (TK/0) Gaji sebulan = Rp. 2.000.000,- PPh 21 yang dibayar pemberi kerja = Rp. 30.000,- ---> merupakan kenikmatan, bukan biaya bagi pemberi kerja Take home pay = Rp. 2.000.000,- Metode Gross-Up: Karyawan diberikan tunjangan pajak (gajinya dinaikkan) sebesar pajak yang dipotong Contoh : Si A (TK/0) Gaji sebulan = Rp. 2.000.000,-

Upload: mpr-duda

Post on 19-Oct-2015

3.426 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

METODE PERHITUNGAN PPH21 GROSS, NET, GROSS-UP & NON GROSS-UPDetailsWritten By Super User Category:News Dalam praktek perhitungan PPH 21 perusahaan menggunakan berbagai macam metoda ada gross, net, gross-up, non gross-up. Mengapa terjadi demikian? Untuk lebih jelasnya mari kita bahas lebih detail.Metode Gross:Apabila PPh21 terutang dibayar sendiri oleh karyawan yang bersangkutan :Contoh :Si A (TK/0)Gaji sebulan = Rp. 2.000.000,-PPh 21 yang dibayar sendiri = Rp 30.000,-Takehomepay = Rp.1.970.000,-Metode Net:PPh 21 dibayar/ditanggung pemberi kerja.Contoh :Si A (TK/0)Gaji sebulan = Rp. 2.000.000,-PPh 21 yang dibayar pemberi kerja = Rp. 30.000,- --->merupakan kenikmatan, bukan biaya bagi pemberi kerjaTake home pay = Rp. 2.000.000,-

Metode Gross-Up:Karyawan diberikan tunjangan pajak (gajinya dinaikkan) sebesar pajak yang dipotongContoh :Si A (TK/0)Gaji sebulan = Rp. 2.000.000,-Tunjangan PPh = Rp. 30.000 -------> merupakan biaya bagi pemberi kerja sehingga bisa mengurangi pajak (deductable expense)Jumlah Gaji = Rp. 2.030.000,-Dipotong PPh 21 = Rp. 30.000,-Take home pay = Rp. 2.000.000,-

Metode Non Gross-Up:Sebenarnya adalah metode perhitungan PPH 21 Net (PPH ditanggung pemberi kerja) atau Gross (PPH ditanggung karyawan). Hanya soal penamaan saja.

Mengapa muncul berbagai metode tersebut?Salah satu tujuan penggajian adalah untuk memuaskan dan memotivasi karyawan. Ada perusahaan yang menggunakan metode gross up atau net karena dengan menggunakan strategi ini karyawan akan merasa puas dan termotivasi karena PPH 21 yang muncul ditanggung perusahaan. Karyawan merasa lebih diperhatikan. Perusahaan percaya motivasi dan kepuasan karyawan akan meningkatkan produktivitas. Sebaliknya ada perusahaan yang menggunakan metode gross saja karena PPH 21 itu sesuai peraturan perpajakan kan kewajiban karyawan. Perusahaan kewajibannya hanya menghitung, memotong dan menyetor PPH 21 tsb. Semua metode tersbut diatas diperbolehkan menurut undang-undang dan peraturan perpajakan. Jadi PPH 21 anda pakai metoda yang mana?

Tata Cara Penghitungan PPh 21 Metode Gross Up

Setiap perusahaan yang diwajibkan menghitung, menyetor dan melaporkan PPh Pasal 21 karyawannya. Beda perusahaan beda pula metode yang digunakan dalam menghitung PPh Pasal 21. Pada dasarnya terdapat 3 metode penghitungan PPh Pasal 21 yang dapat di terapkan perusahaan dalam menghitung PPh 21 Karyawan yaitu:1. NetMethod yaitu metode pemotongan pajak dimana perusahaan menanggung pajak karyawannya2. Gross Method yaitu metode pemotongan pajak dimana karyawan menanggung sendiri jumlah pajak penghasilannya.3. Gross Up Methode yaitu metode pemotongan pajak dimana perusahaan memberikan tunjangan pajak yang sama besar dengan jumlah pajak yang dipotong dari karyawanSeperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa metode gross up dimana jumlah tunjangan pajak dan jumlah pajak yang harus dibayarsama besardapat di ilustrasikan sebagai berikut.

Penghasilan = X Tunjangan Pajak =100 Totalpenghasilan bruto = 100+X Pengurang: - Biaya Jabatan : - Biaya Jamsostek : Total Pengurang Penghasilan =Y Jumlah Penghasilan Neto = 100+XY PTKP =Z PKP = 100+XYZ PPh terhutang =100

Dalam Menghitung PPh Pasal 21tarifyang digunakan adalah tarif progresif berdasarkan pasal 17UU No 36 Tahun 2008yaitu:

Bagaimana rumus matematis PPh 21 Gross Up?Secara matematis untuk menghitung PPh Gross Up tersebut adalah sebagai berikut:

Lapisan 1 :Untuk PKP 0 - 47.500.000 Tunjangan PPh = (PKP setahun - 0) x 5/95 + 0 Lapisan 2 :Untuk PKP 47.500.000 - 217.500.000 Tunjangan PPh = (PKP setahun - 47.500.000) x 15/85 + 2.500.000 Lapisan 3 :Untuk PKP 217.500.000 - 405.000.000 Tunjangan PPh = (PKP setahun - 217.500.000) x 25/75 + 32.500.000 Lapisan 4 :Untuk PKP > 405.000.000 Tunjangan PPh = (PKP setahun - 405.000.000) x 30/70 + 95.000.000Contoh Kasusnya sebagai berikut:Muthia Rianty berkerja sebagai dokter dengan gaji per bulan 25jt dengan status kawin TK/0, JKK & JKM 0,54% dari gaji sedangkan JTH 2% dari gaji. Hitunglah berapa tunjangan pajak yang harus diberikan per tahun jika PPh 21 dihitung berdasarkan metode gross up?

PKP nya adalah 265.320.000 maka masuk dalam kelompoklapisan 4Maka PPh 21 yang terhutang adalah Pembuktian kebenaran

jadi terbukti bahwa tunjangan pajak yang harus diberikan 48.440.000

So, Bagaimana membuat rumus PPh 21 Gross Up di excell?Terdapat 2 metode yang dapat kita dilakukan, yaitu1. Mengaplikasikan Formula Matematis Ke Excel Dengan soal yang sama dengan contoh diatas

Ditemukan hasil yang sama dengan contoh,formulayang digunakan adalah:

2. Mengaktifkan iterative calculation==>Salah satu cara yang paling mudah untuk menghitung PPh 21 Gross Up adalah dengan mengaktifkaniterative calculation. Mode ini dapat diaktifkan dengan cara: Pilih File > Excel Option>Klik Tab Formuls>Cheklist EnableiterativecalulationSetelah mengaktivakan iterativecalculation, cara pengaplikasian mode ini adalah sebagai berikut:

Sama halnya dengan contoh pertama kita masih menggunakan soal yang sama:

Dari soal tersebut akan ditemukan PPh 21 sebelum di Gross Up adalah:

Untuk Mencari PPh 21 Gross Up bagaimana?Mudah saja, tinggal masukan formula berikut padacelltunjangan dalam hal ini adalahD2

Dengan telah diaktifkannya Interation Calculation maka, akan ditemukan hasil sebagai berikut:

Jadi, seperti itulah 2(dua) cara yang dapat dilakukan untuk menghitung PPh Pasal 21 Gross Up dengan menggunakanexcell. Baik metode pertama maupun metode kedua memperoleh hasil yang sama yaitu 48.440.000. Tidak ada perbedaan hasil dengan menggunakan kedua metode tersebut.

Gross Up Tax Indonesia Income Tax(PPh21)January 1, 2008 harrypoeDalam perhitungan pajak penghasilan diIndonesia(PPh21), ada 3 metoda yg bisa digunakan, yaitu :1)Net MethodMerupakan metode pemotongan pajak dimana perusahaan menanggung pajak karyawannya2)Gross MethodMerupakan metode pemotongan pajak dimana karyawan menanggung sendiri jumlah pajak penghasilannya3)Gross-Up MethodMerupakan metode pemotongan pajak dimana perusahaan memberikan tunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang akan dipotong dari karyawan.Gross-Up MethodDi formulasikan untuk menyamakan jumlah pajak yang akan dibayar dengan tunjangan pajak yang di berikan perusahaan terhadap karyawannya.Illustrasi PerhitunganPenghasilan= XXXXTunjangan Pajak=1000TotalPenghasilan Brutto= XXXX +1000Pengurang:Biaya JabatanIuran PensiunTotal Pengurang= (XXXX)Total Penghasilan Netto= (XXXX)Penghasilan Tidak kena Pajak (PTKP)= (XXXX)Penghasilan Kena Pajak (PKP)= XXXXSetelah dikenakantarifprogresif pajak (5%,10% dst), diperolehPPH pasal 21 terutang=1000

Methoda Gross-Up, akan menghasilkan tunjangan pajak sama dengan jumlah pajak penghasilan terhutang.Untuk mendapatkan besaran tunjangan pajak tersebut, ada beberapa cara, sbb:1)Penghitungan IterasiIterasi pertama akan menghasilkan awal pajak terhutang yang akan dijadikan inisial besaran tunjangan pajak, yang akan merubah besaran penghasilan brutto kembali.Iterasi berikutnya akan menghitung kembali besaran pajak terhutang baru, untuk dihitung selisihnya dengan tunjangan pajak sebelumnya, jika masih ada selisih, update pajak terhutang baru menjadi komponen tunjangan pajak baru. Hitung kembali pajak terhutang baru, dan demikian seterusnya sampai tidak didapatkan selisihantarabesaran tunjangan pajak dengan pajak terhutang.Dengan metodeini, biasanya untuk mendapatkan hasil akhir dibutuhkan 3 sampai 15 iterasi (tergantung dari besaran penghasilan ybs).2)Penghitungan CepatFormulasi Gross-Up PPh Pasal 21 terbagi dalam 5 lapisan rentang PKP, sesuai dengan lapisan tarif yang terdapat dalam pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan (Tarif Progresif)A.Lapisan IUntuk PKP antara Rp. 1 hingga Rp. 23,750,000 atau 1 < X < 23,750,000.Tunjangan PPh = PKP setahun (-) Rp.0 X 5/95 + (0)B.Lapisan IIUntuk PKP antara Rp 23,750,000 hingga Rp 46,250,000 atau 23,750,000 < X < 46,250,000Tunjangan PPh = PKP setahun (-) Rp. 23,750,000 X 10/90 (+) Rp 1,250,000C.Lapisan IIIUntuk PKP antara Rp. 46,250,000 hingga Rp 88,750,000 atau 46,250,000 < X < 88,750,000Tunjangan PPh = PKP setahun (-) Rp 46,250,000 X 15/85 (+) Rp 3,750,000D.Lapisan IVUntuk PKP antara Rp 88,750,000 hingga Rp 163,750,000 atau 88,750,000 < X < 163,750,000Tunjangan PPh = PKP setahun (-) Rp 88,750,000 X 25/75 (+) Rp 11,250,000E.Lapisan VUntuk PKP diatas Rp 163,750,000 atau X > 163,750,000Tunjangan PPh = PKP setahun (-) Rp. 163,750,000 X 35/65 (+) Rp 36,250,000Aplikasi Formula Gross-Up dalam penghitungan Pasal 21Heru, seorang pegawai dengan penghasilan perbulan sebesar Rp 8,000,000 (take home pay). Status Heru adalah K/0 (kawin belum memiliki anak). Berapa tunjangan pajak yang harus, sehingga take home pay yang diberikan tetap Rp. 20,000,000Aplikasi rumus gross-up (jamsostek ditiadakan agar lebih mudah)Penghasilan Brutto setahun= 96,000,000Biaya jabatan setahun=1,296,000Penghasilan netto= 94,704,000PTKP= 14,400,000PKP setahun= 80,304,000Tunjangan pajak/PPh pasal 21 terhutang(gross-up formula lapisan III)= Rp 80,304,000 () Rp 46,250,000 X 15/85 (+) Rp 3,750,000= Rp 9,759,529 per tahun= Rp 813,294 per bulanSusunan Ulang dalam perhitungan pasal 21 akan menjadi:Penghasilan setahun= 96,000,000Tunjangan Pajak=9,759,529Total Penghasilan Brutto=105,759,529Biaya Jabatan (setahun)=1,296,000Penghasilan Netto=104,463,529PTKP= 14,400,000PKP Setahun= 90,063,529PPh Terutang=5% x Rp. 25,000,000 = Rp 1,250,00010% x Rp 25,000,000 = Rp 2,500,00015% x Rp 40,063,529 = Rp 6,009,529PPh pasal 21 terutang setahun= Rp 9,759,529AtauPPh pasal 21 terutang sebulan= Rp 813,294Bila dibandingkan dengan pemodelan iterasi, maka selisih 0 antara tunjangan pajak dengan pajak terhutang baru akan di dapat pada iterasi ke-8.Dari uraian diatas, secara sederhana dapat dikatakan bahwa tujuan gross-up dalam perhitungan pasal 21 adalah mencari tunjangan pajak yang jumlahnya sama dengan pajak terhutang. Dengan menggunakan rumus ini maka perusahaan dapat membebankan biaya tunjangan pajak sebagai deductible expenses, sehingga dapat mengurangi PPh badan perusahaan yang bersangkutan. Dengan catatan, selama didukung adanya penjurnalan biaya tunjangan pajak didalam pembukuan wajib pajak serta juga tercantum dalam slip gaji karyawan.

Formula Gross UpDiposkan oleh begawan5060onSabtu, 28 November 2009Meskipun sudah banyak yang paham dengan istilah Gross Up, namun ada baiknya hal ini saya tulis kembali terutama bagi rekan-rekan yang penasaran pengin tahun rumus/formulapenghitungan pemotongan PPh Pasal 21 Gross Up secara manual.Ada 3 macam metode pemotongan pajak dalamtax payrollmethod pegawai tetap, yaitu :1.Netmethod, merupakan metode pemotongan pajak di mana perusahaan menanggung pajak karyawannya.Pajak yang ditanggung pemberi kerja, bukan penghasilan bagi yang menerima dan bukan biaya bagi pemberi kerja.2.Gross Method, merupakan metode pemotongan pajak di mana karyawan menanggung sendiri jumlah pajak penghasilannya.3.Gross-up method, merupakan metode pemotongan pajak di mana perusahaan memberikan tunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang dipotong dari karyawan.Pemberian tunjangan pajak oleh pemberi kerja merupakan penghasilan bagi yang menerima dan merupakan biaya bagi pemberi kerja. Terdapat 2 jenis pemberian tunjangan pajak, yaitu :a.tunjangan pajak yang jumlahnya tetap, danb.tunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang seharusnya dipotong, atau populer dengan istilah gross up.

Skema penghitungan PPh Pasal 21 gross up :Penghasilan = aTunjangan PPh = 1.000,00Jumlah Penghasilan Bruto = (1.000,00 + a)Penguran Penghasilan Bruto = bJumlah Penghasilan Neto = (1.000,00 + a b)Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) = cPenghasilan Kena Pajak = (1.000,00 + a b c)PPh terutang = 1.000,00

Formula/rumus gross up PPh Pasal 21 atas pegawai tetapBerdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh baru) terbagi dalam 4 lapisan kena pajak, sesuai dengan lapisantarifyang terdapat dalam pasal 17 ayat (1) huruf a, dapat dijabarkan formula gross up PPh pasal 21, sebagai berikut :

Lapisan 1 :Untuk Penghasilan Kena Pajak = Rp. 1 sd. Rp. 47.500.000Tunjangan PPh = (PKP setahun - 0) x 5/95 + 0

Lapisan 2 :Untuk Penghasilan Kena Pajak = Rp. 47.500.000 sd. Rp. 217.500.000Tunjangan PPh = (PKP setahun Rp. 47.500.000) x 15/85 + Rp. 2.500.000

Lapisan 3 :Untuk Penghasilan Kena Pajak = Rp. 217.500.000 sd. Rp. 405.000.000Tunjangan PPh = (PKP setahun Rp. 217.500.000) x 25/75 + Rp. 32.500.000

Lapisan 4 :Untuk Penghasilan Kena Pajak = di atas Rp. 405000000Tunjangan PPh = (PKP setahun - Rp. 405.000.000) x 30/70 + Rp. 95.000.000

Contoh penggunaan :Badu (K/0) pegawai tetap dengan gaji sebesar Rp. 10.000.000,00 sebulan (takehomepay). Berapa tunjangan pajak yang harus diberikan, sehingga take home pay tetap sebesar Rp. 10.000.000,00Jawab (Jamsostek diabaikan) :Penghasilan bruto setahun = Rp. 120.000.000,00Biaya Jabatan = Rp. 6.000.000,00Penghasilan Neto setahun = Rp. 114.000.000,00PTKP (K/0) = Rp. 17.160.000,00Penghasilan Kena Pajak = Rp. 96.840.000,00 (termasuk dalam lapisan 2)Tunjangan PPh/PPh terutang = (96.840.000,00 47.500.000,00) X 15/85 + 2.500.000,00= Rp. 11.207,059,00

Pengujian :Penghasilan = Rp. 120.000.000,00Tunjangan PPh = Rp. 11,207,059,00Jumlah Ph Bruto setahun = Rp. 131.207.059,00Biaya Jabatan = Rp. 6.000.000,00Penghasilan Neto setahun = Rp. 125.207.059,00PTKP (K/0) = Rp. 17.160.000,00Penghasilan Kena Pajak = Rp. 108.047.059,00Tunjangan PPh/PPh terutang = Rp. 11.207.050,00

Namun demikian, rumus manual tersebut terdapat selisih, karena adanya pembulatan kebawah dalam ribuan rupiah dalam penerapan tarip.Lebih akurat menggunakan iteration dalam formula MsExcell.

Pemotongan dan Perhitungan PPh Ps 21 Dengan Methode GROSS UP

Ada 3methodePemotongan PPh Ps 21

1.NetMethod

Pajak ditanggung pemberi penghasilan. Dalam hal ini seluruh pajak penghasilan yang terutang akan dibayarkan oleh perusahaan .

Secara fiskal perlakuannya adalahi: Atas beban yang timbul bagi Pemberi Penghasilan bersifat non-deductable (tidak dapat menjadi pengurang penghasilan Perusahaan), artinya Pada waktu Perusahaan melaporkan SPT PPh Badan (P2 29), Beban ini tidak boleh dikurangkan dari Pendapatan, dan Beban PPh Ps 29 menjadi lebih besar.Atas fasilitas yang dinikmati Penerima Penghasilan (PEGAWAI) berupa pajak PPh Ps21 yang dibayarkan oleh Perusahaan tidak termasuk dalam perhitungan Penghasilan penerima penghasilan (non-taxable).

2.Gross Method

Pajak di tanggung oleh Penerima Penghasilan (PEGAWAI), Pemberi Penghasilan (Perusahaan) hanya berkewajiban memungut dari PEGAWAI dan melaporkan/ Menyetor ke Kantor Pajak atas Jumlah yang telah dipotong dari Pegawai.Bagi Perusahaan, bukan merupakan Biaya dan tidak berpengaruh terhadap Laporan Aktifitas/Profit Loss(Hanya sebagai Cash In Cash Out). Sedangkan bagi PEGAWAI merupakan Beban/ Kewajiban Pajak (Wajib Pajak Orang Pribadi) yang berakibat : mengurangi Penghasilan Bruto nya.

3. Gross Up Method

Pemberi Penghasilan (Perusahaan) memberikan Tunjangan Pajak kepada Penerima Penghasilan (PEGAWAI).

Tunjangan Pajak dapat diberikan secara Flat (tetap) maupun Gross Up (Jumlahnya tidak tetap melainkan disesuaikan dengan besarnya pajak yang harus dipotong dari penghasilan Pegawai Tetap tersebut atau proporsional).

Besarnya tunjangan pajak secara Flat biasanyaakan berbedadari PPh Pasal 21 yang sesungguhnya harus dipotong akibat fluktuasi penghasilan pegawai yang bersangkutan.

Besarnya tunjangan pajak yang diberikan secara Gross upakan samadari PPh Pasal 21 yang sesungguhnya. Metode Gross up memberikan tunjangan pajak sebesar 100% dari PPh yang harus dipotong.

Sekedar untuk diketahui, IstilahGross upsendiri sebenarnya tidak dikenal dan tidak disebutkan secara eksplisit di berbagai peraturan perpajakan secara formal. Gross up pada dasarnya hanyalah berkaitan dengan logika perhitungan yang dibuat sedemikian rupa sehingga sesuai dan tidak bertentangan dengan peraturan perpajakan yang ada.

Ketentuan Perpajakan hanya mengatur Gross up yang berkaitan dengan PPh Pasal 26, meskipun tidak menyebut secara eksplisit dengan istilah Gross up. Hal ini dinyatakan dalam pasal 4(d) PP No.138 Tahun 2000. Dasar inilah yang oleh praktisi perpajakan diartikan sebagai Gross up. Secara utuh Klausul dalam pasal 4(d) PP No.138 Tahun 2000 menandakan bahwa PPh Pasal 26 yang ditanggung perusahaan tersebut bisa menjadideductible expensesepanjang dihitung secara Gross up, dan itupun tidak berlaku untuk PPh Pasal 26 atas Dividen.

Dari ketentuan di atas maka dapat dianalogikan bahwa PPh Pasal 21 pun dapat dilakukan hal yang sama (Menghitung tunjangan pajak yang besarnya sama dengan PPh yang harus dipotong / gross up dilakukan dengan rumus khusus atau dengan bantuan software komputer.

Jadi penggunaan gross up sah-sah saja dan sama sekali tidak bertentangan dengan peraturan perpajakan kita.

Perlakuanfiscaldalam Methode Gross Up adalah:Atas Beban yang timbul bagi Pemberi Penghasilan (Perusahaan) merupakan biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan (deductable), Beban ini boleh dikurangkan dari Pendapatan (Deductable Expenses), dan Beban PPh Ps 29 menjadi lebih kecil.

Diakui sebagai tambahan penghasilan bagi penerima penghasilan (taxable). Dan Jumlah Yang Dipotong adalah sama dengan Jumlah Yang Di Tunjang.Methode ini merupakan Penghematan (Efisiensi) terhadap Besarnya Jumlah Pembayaran PPh Badan. Namun demikian, Perlu diperhatikan bahwa Methode Gross Up memperbesar Biaya apabila Perusahaan dalam keadaan DEFISIT/ LOSS.Maka dari itu, apabila Perusahaan anda dalam kondisi demikian, gak usah capek2 pake methode gross up ini. Dan sebaliknya, apabila perusahaan anda dalam kondisi finansial yang baik, artinya memang selalu Surplus/ Profit, WOW! Methode ini sangat optimal dan cukup besar dalam kontribusinya mengurangi PPh Badan, Namun sangat lah menguntungkan pegawai tentunya dimana kewajiban pribadinya di tanggung oleh perusahaan. Dan efek positifnya lagi, karyawan anda menjadi betah dan loyal di perusahaan anda bukan?

Nah, saya sendiri sudah lama hunting yang namanya Methode Gross Up ini, dari seluruh wacana yang saya dapat, ternyata tidak ada satupun yang diberikan dengan cuma-cuma. Website para ahli pajak selalu ada embel2nya.Hare Gene Gratisan??? Hahaaaa

Saya mencari buku di toko buku pun gak ada yang namanya Cara Menghitung PPh21 dengan Methode Gross Up ini....Kemudian datanglah penawaran Konsultan Perpajakan ke kantor tempat saya bekerja, Gila Gak sih....Masak untuk mendapatkan formula Gross Up aja ngemplang 300 juta...Wah Edan emang! Keahlian khusus emang mahal harganya. Emang sih si Konsultan itu menawarkan jasa mediator untuk sekaligus membuat sistem...tapi ngiler coy....300 juta....kayaknya gak rela aja, mendingan dananya buat tambahan THR Pegawai....

Mukjijat memang, aku ngoprek logika gross up ini dengan 3 Software: MS Excel, MS Access dan Crystal Report. Dan Amazingnya, justru dengan MS Excel lah yang sukses...selama 2 hari otak ku sampai keriting mikirin ini....Pas udah berhasil, dunia serasa indah....Excel itu ada yang namanya Iterative...atau orang sering bilang Iteration...Terjemahannya gimana ya....aku kasih contoh matematika sederhana aja ya,misal: Kolom a + Kolom B - Kolom c = Kolom D(Tapi, dalam hal ini kita sudah mengetahui angka Kolom A dan Kolom C, sedangkan Kolom B dan Kolom D adalah yang harus kita cari. Anehnya, antara 2 kolom ini saling berkaitan, artinya Kalau Kolom D sudah diketahui, Baru bisa menghitung Kolom B dan Sebaliknya Kolom D tidak mungkin bisa dihitung kalo Kolom B belum ketemu...)

Nah lo....klo otak kita pasti keriting ya, kecuali profesor kali...(cuma ngombak aja hahaaa)...hebatnya Excel, bisa melakukan itu semua dalam hitungan detik...yang canggih sofware Excel nya atau yang membuat si Excel atau yang bisa nemuin Gross Up ini hayoooooo......hahaa narsis again lah always.....Alhamdulillah banget, ternyata pd saat logika iterasi ini aku ceritakan ke sahabatku yang jago vb, dia bisa ngoprek cuma setengah hari....makanya kemudian aku membuatSi Perawan, yang aku posting sebelum ini....

Nah, aku gak mau pelit ilmu, karena ilmu adalah milik Allah, kita hanya dipinjami sementara aja....semoga aja formula gross up ini bisa bermanfaat untuk temen2 yang berkecimpung di dunia Akuntansi, Keuangan dan Perpajakan....

Lihat Contoh Excel-ku ini yaaaa

Wah gambarnya kok kurang gede yaa..punten ya, udah aku edit biar size nya gak terlalu gede...eh malah kekecilan nih....gampang lah kalo tertarik sih email aja..ntar aku kirimi excel aseli nya.Anggap aja anda punya 4 pegawai itu yg cantik dan keren-keren, makanya anda gak sayang memberikan tunjangan pajak buat mereka kan? daripada kehilangan asset berharga kan mendingan gak kehilangan tho...halah opo tho.

Kolom berikutnya adalah Status Perkawinan, kita yang udah biasa di Perpajakan pasti udah klik aja dengan TK, K/-,K/1 dsb (Untuk mengetahui Besarnya PTKP yang sudah ditetapkan Pemerintah)....Punten aku gak jelasin untuk yang awam ya, mungkin next time aku mau nulis juga yang basic banget...semacem apa itu PKP, apa itu PTKP, apa itu PPh 21, PPN dsb dsb...klo disini aku mau agak khusus mengulas GROSS UP aja yaa....Harap Maklum.....

Kolom berikutnya adalah Bruto Pegawai setelah di kalikan 12 bulan (Setahun), Bruto ini tentunya sudah termasuk tunjangan2 sesuai yg berlaku di perusahaan anda, Kecuali Tunjangan PPh 21....(Belum termasuk Tunjangan PPh21...krn Tunj ini yang akan kita hitung dengan methode Gross Up ini).

Kolom berikutnya adalah Kolom Tunjangan PPh21 (Kita kosongkan aja dulu), kemudian kita langsung ke Kolom berikutnya "Kolom Netto". Kolom ini adalah pengurangan Kolom Bruto dengan Kolom Tunjangan PPh21.

Next Column adalah Kolom PTKP Setahun ya, PTKP ini sesuai dengan angka yang ditetapka Pemerintah sesuai dengan Status Perkawinan Masing-Masing. Oiya, anggap aja semua jenis kelamin Pegawai tsb laki-laki ya, sayalupatuh klo Monalisa biasanya nama untuk perempuan. PTKP nya kan seharusnya tetep TK...heheee....OK Bro/Sis???

Nah Kemudian Kolom PKP, adalah Pengurangan Kolom Netto dengan Kolom PTKP. Eng Ing Eng.....Kemudian Kolom PPh 21.

Ini Formula klo di Excel (Tolong anggap aja Kolom PKP = Kolom H6 di Excel ya)

=IF(H6>500000000;(H6-500000000)*(30%)+(95000000);IF(H6>250000000;(H6-250000000)*(25%)+(32500000);IF(H6>50000000;(H6-50000000)*(15%)+(2500000);IF(H6>1;(5%*H6);0))))

Rumus ini adalah Rumus Cara Menghitung PPh 21 berdasarkan Peraturan Perpajakan yang masih berlaku tahun ini (2010), klo gak salah Undang-undang No 36 tahun 2008 tentang Perubahan UU PPh terhitung mulai 1 Januari 2009.....

Setelah Kolom Potongan PPh21 terisi di Excel anda, maka sekarang saatnya anda menulis formula untuk Kolom Tunjangan PPh21.

Rumusnya adalah sama persis dengan Rumus PPh 21 diatas: (Anggap Kolom PKP adalah Kolom H6 di Excel anda):

=IF(H6>500000000;(H6-500000000)*(30%)+(95000000);IF(H6>250000000;(H6-250000000)*(25%)+(32500000);IF(H6>50000000;(H6-50000000)*(15%)+(2500000);IF(H6>1;(5%*H6);0))))

Lihat, adakah yang berubah di Excel anda?Tentu, Kolom Potongan PPh 21 yang semula lebih kecil sebelum Kolom Tunj PPh21 Dihitung akan menjadi lebih besar Setelah Kolom Tunj PPh21 terhitung. Disinilah terjadi Looping yang dahsyat yang dilakukan oleh Excel dalam hitungan detik, di Excel kita kenal dengan istilah Iterative ini.

Dan Lihat!!! Kolom Tunjangan PPh21 akan = Kolom Potongan PPh21, Disinilah Letak Kebahagiaan....melihat 2 kolom yang angkanya sama...ini artinya Methode GROSS UP telah berhasil di hitung dengan EXCEL.

GROSS UP ini artinya adalah Jumlah TUnjangan PPh21 yang diberikan oleh Perusahaan sama dengan Jumlah PPh21 yang dipotong (Terhutang)....

OlehMoh. Makhfal Nasirudin, Pegawai Direktorat Jenderal PajakSeperti yang telah kita ketahui, mulai bulan Januari 2013, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) telah berubah. Sekarang untuk Wajib Pajak yang berstatus tidak kawin dan tidak mempunyai tanggungan jumlah PTKP-nya sebesar Rp 24.300.000,00 atau setara dengan Rp 2.025.000,00 per bulan. Dengan adanya perubahan itu, tatacara penghitungan PPh Pasal 21 juga mengalami perubahan. Perubahan itu diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.Dalam aturan baru tersebut, yang berkewajiban melakukan Pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah pemberi kerja, bendahara atau pemegang kas pemerintah, yang membayarkan gaji, upah dan sejenisnya dalam bentuk apapun sepanjang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan; dana pensiun, badan penyelenggara jaminansosialtenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua; orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar honorarium, komisi atau pembayaran lain dengan kondisi tertentu dan penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan.Penghitungan PPh Pasal 21 menurut aturan yang baru tersebut, dibedakan menjadi 6 macam, yaitu : PPh Pasal 21 untuk Pegawai tetap dan penerima pensiun berkala; PPh pasal 21 untuk pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas; PPh pasal 21 bagi anggota dewan pengawas atau dewan komisaris yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap, penerima imbalan lain yang bersifat tidak teratur, dan peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai yang menarik dana pensiun. Di kesempataniniakan dipaparkan tentang contoh perhitungan PPh pasal 21 untuk Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun Berkala.Penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap dan penerima pensiun berkala dibedakan menjadi 2 (dua): Penghitungan PPh Pasal 21 masa atau bulanan yang rutin dilakukan setiap bulan dan Penghitungan kembali yang dilakukan setiap masa pajak Desember (atau masa pajak dimana pegawai berhenti bekerja).Berikut disampaikan contoh sebagai mana tercantum dalam peraturan tersebut.Budi Karyanto pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp3.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Budi Karyanto membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Budi Karyanto ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp100.000,00, sedangkan Budi Karyanto membayar iuran pensiun sebesar Rp50.000,00. Pada bulan Juli 2013 Budi Karyanto hanya menerima pembayaran berupa gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2013 adalah sebagai berikut:Gaji3.000.000,00

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 15.000,00

Premi Jaminan Kematian9.000,00

Penghasilan bruto3.024.000,00

Pengurangan

1. Biaya jabatan

5%x3.024.000,00151.200,00

2. Iuran Pensiun50.000,00

3. Iuran Jaminan Hari Tua60.000,00

261.200,00

Penghasilan neto sebulan2.762.800,00

Penghasilan neto setahun

12x2.762.800,0033.153.600,00

PTKP

- untuk WP sendiri24.300.000,00

- tambahan WP kawin2.025.000,00

26.325.000,00

Penghasilan Kena Pajak setahun6.828.600,00

Pembulatan6.828.000,00

PPh terutang

5%x6.828.000,00341.400,00

PPh Pasal 21 bulan Juli

341.400,00 : 1228.452,00

Catatan: Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang mempunyai jabatan ataupun tidak. Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah memiliki NPWP. Dalam hal pegawai yang bersangkutan belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada bulan Juli adalah sebesar: 120% x Rp28.452,00=Rp 34.140,00*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi dimana penulis bekerja.

Cara Menghitung PPh Pasal 21 Dengan PTKP Terbaru 2013BYDWI UTOMO TUESDAY, 3 SEPTEMBER, 2013Mulai Januari 2014 alias tahun depan format SPT dan tata cara pelaporan SPT PPh Pasal 21 akan sedikit berbeda dari saat ini, karena telah terbit Per-14/PJ/2013 tentang BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BENTUK BUKTI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 jika masih belum tahu infonya bisa baca di artikeliniWalaupun begitu tidak ada perubahan terhadap tata cara menghitung pajak PPh 21 atau kadang orang umumnya bilang pajak gaji. Yang berubah hanya nilai PTKP dan pembaca bisa mengkopi daftar PTKP terbaru yang mulai berlaku Januari 2013 disiniKali ini akan saya bahas bagaimana cara menghitung PPh Pasal 21 untuk Pegawai tetap dan penerima pensiun berkala karena golongan inilah yang jumlahnya mayoritas ada di Indonesia.Secara umum rumus menghitung PPh 21 adalah:Penghasilan Bersih per bulanxxx

Penghasilan bersih disetahunkanxxx(x12 bulan)

PTKPxxx(-)

Penghasilan Kena Pajakxxx

PPh Terutang setahunxxx(x tarif PPh 21)

PPh Terutang per bulanxxx( 12 bulan)

Cukup sederhana ya hanya perlu menyetahunkan penghasilan sebulan kemudian dikurangi PTKP dan hasilnya dikali tarif pajaknya. Namun rumus diatas masih belum dirinci penghasilan yang seperti apa yg dihitung dan apa saja komponen dari rumus yg perlu untuk dimasukkan dalam perhitungan.Langsung masuk contoh soal ya biar mudah dipraktekkanPak Arifuddin karyawan PT. Traktor Timika dengan status menikah dan mempunyai 2 anak, memperoleh gaji sebulan Rp5.000.000,00. PT Traktor Timika mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan premi Jaminan Kematian (JK) dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Traktor Timika menanggung iuran Jaminan Hari Tua (JHT) setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Pak Arifuddin membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Traktor Timika juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Traktor Timika membayar iuran pensiun untuk Pak Arifuddin ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp100.000,00, sedangkan Pak Arifuddin membayar iuran pensiun sebesar Rp50.000,00. Pada bulan Juli 2013 Pak Arifuddin hanya menerima pembayaran berupa gaji.Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2013 adalah?Contoh soal diatas sulit untuk dipahami langsung karena penyajian soalnya yang kurang sistematis jadi akan saya uraikan per item dan kemudian akan saya kelompokkan item mana yang tidak boleh dimasukkan dalam perhitunganDiketahui:Status PTKP Pak Arif = K/2 (kawin, 2 tanggungan/anak) dengan nilai PTKP setahun=Rp.30.375.000 (masuk hitungan-huruf n)Gaji pokok/bulan = RP.5.000.000 (masuk hitungan-huruf a)Premi JKK dibayar perusahaan= 0.50% x 5.000.000 = 25.000 (penambah penghasilan,masuk hitungan-huruf b)Premi JK dibayar perusahaan= 0.30% x 5.000.000 =15.000 (penambah penghasilan,masuk hitungan-huruf c)Iuran JHT dibayar perusahaan= 3.70% x 5.000.000 = 185.000(tidak termasuk pengurang penghasilan,dikeluarkan dr hitungan)Iuran JHT dibayar karyawan= 2%x5.000.000 = 100.000(pengurang penghasilan,masuk hitungan-huruf g)Iuran pensiun dibayar perusahaan = 100.000 (tidak termasuk pengurang penghasilan,dikeluarkan dr hitungan)Iuran pensiun dibayar karyawan = 50.000 (pengurang penghasilan,masuk hitungan-huruf f)Hitungannya:Gaji 5.000.000a

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 25.000b

Premi Jaminan Kematian 15.000c

Penghasilan bruto 5.040.000d=a+b+c

Pengurangan

1. Biaya jabatan

5%x5.040.000252.000e

2. Iuran Pensiun 50.000f

3. Iuran Jaminan Hari Tua100.000g

402.000h=e+f+g

Penghasilan neto sebulan 4.638.000i=d-h

Penghasilan neto setahun

124.638.00055.656.000j

PTKP

- untuk WP sendiri24.300.000k

- tambahan WP kawin 2.025.000l

- tambahan 2 tanggungan 4.050.000m=l*2

PTKP K/230.375.000n=k+l+m

Penghasilan Kena Pajak setahun25.281.000o=j-n

PPh terutang

5%x25.281.000 1.264.050p

PPh Pasal 21 bulan Juli

1.264.050 : 12 105.338q

Cukup mudah bukan ?Kenapa ada yang harus dikeluarkan dari perhitungan?Premi asuransi jiwa, kesehatan dan kecelakan kerja karyawan yang ditanggung atau dibayarkan oleh perusahaan merupakan penghasilan bagi karyawan sehingga dikenakan PPh Pasal 21.Premi asuransi jiwa, kesehatan dan kecelakan kerja yang ditanggung karyawan melalui pemotongan gaji bukan merupakan pengurang penghasilan karyawan dalam menghitung PPh Pasal 21.Iuran THT dan atau JHT yang ditanggung atau dibayarkan oleh perusahaan bukan merupakan penghasilan bagi karyawan sehingga tidak dikenakan PPh Pasal 21.Iuran THT dan atau JHT yang ditanggung karyawan melalui pemotongan gaji boleh dijadikan pengurang penghasilan karyawan dalam menghitung PPh Pasal 21.

ontoh Cara Terbaru Menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Terhadap Penghasilan Pegawai Tetap BerNPWP dan Tidak Ber-NPWP Dengan Gaji BulananHendra Poerwanto

Dasar Hukum: Peraturan Menteri Keuangan PMK-162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan Atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa Dan Kegiatan Orang Pribadi

Berikut ini diberikan ilustrasi format dan contoh menghitung Pajak Penghasilan (PPh) 21 untuk pegawai dengan berbagai situasi dan kondisi. Meski sitasi dan kondisi masing-masing wajib pajak berbeda-beda satu dengan yang lain, namun prinsip menghitung PPh 21 sama.

Contoh 1Gendruwo pada tahun 20xx bekerja pada perusahaan PT Hantu Jaya dengan memperoleh gaji sebulan Rp2.500.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp100.000,00. Gendruwo menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan Januari penghasilan Gendruwo dari PT Hantu Jaya hanya dari gaji. Tentukan PPh Pasal 21 bulan Januari!

Pembahasan:Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Januari adalah sebagai berikut:GajiRp 2.500.000,00

Pengurangan:

1. Biaya Jabatan: 5% X Rp2.500.000,00Rp 125.000,00

2. luran pensiunRp 100.000,00(+)

Rp 225.000,00 (-)

Penghasilan neto sebulanRp 2.275.000,00

Penghasilan neto setahun adalah 12 x Rp2.275.000,00Rp27.300.000,00

PTKP setahun

- untuk WP sendiriRp 24.300.000,00

- tambahan karena menikahRp 2.025.000,00(+)

Rp26.325.000,00(-)

Penghasilan Kena Pajak setahunRp975.000,00

PPh Pasal 21 terutangsetahun5% x Rp975.000,00 = Rp 48.750,00

PPh Pasal 21 bulan JanuariRp48.750,00 : 12 = Rp 4.063,00Catatan: Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih danmemelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang mempunyai jabatan ataupun tidak. Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah memiliki NPWP. Dalam hal pegawai yang bersangkutan belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada bulan Januari adalah sebesar: 120% x Rp4.063,00= Rp4.875,00. Untuk contoh-contoh selanjutnya diasumsikan penerima penghasilanyang dipotong PPh Pasal 21 sudah memiliki NPWP, kecuali disebut lain dalam contoh tersebut.

Contoh 2Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Bagi Pegawai tetap Yang Baru Memiliki NPWP Pada Tahun Berjalan

Narto, status belum menikah dan tidak memiliki tanggungan keluarga, bekerja pada PT Rap dengan memperoleh gaji dan tunjangan setiap bulan sebesar Rp5.500.000,00, dan yang bersangkutan membayar iuran pensiun kepada perusahaan Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan setiap bulan sebesar Rp200.000,00. Narto baru memiliki NPWP pada bulan Juni 20xx dan menyerahkan fotokopi kartu NPWP kepada PT Rap untuk digunakan sebagai dasar pemotongan PPh Pasal 21 bulan Juni. Tentukan PPh 21 !

PembahasanPerhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap bulan untuk bulan Januari- Mei 20xx adalah sebagai berikut:Gaji dan tunjangan sebulanRp 5.500.000,00

Pengurangan:

1. Biaya Jabatan: 5% x Rp5.500.000,00Rp 275.000,00

2. luran pensiunRp 200.000,00(+)

Rp 475.000,00(-)

Penghasilan neto sebulanRp 5.025.000,00

Penghasilan neto setahun adalah 12 x Rp5.025.000,00Rp 60.300.000,00

PTKP setahun

- untuk WP sendiriRp 24.300.000,00(-)

Penghasilan Kena Pajak setahunRp 36.000.000,00

PPh Pasal 21 atas penghasilan setahun:5% x Rp36.000.000,00 = Rp1.800.000,00

PPh Pasal 21 atas gaji sebulanRp1.800.000,00 : 12 = Rp150.000,00

PPh Pasal 21yang harus dipotong karena tidak ber NPWP:120% x Rp150.000,00 = Rp180.000,00

yang dipotong dari Januari - Mei 20xx =5 x Rp180.000,00Rp 900.000,00

PPh Pasal 21 terutang apabila ber NPWP 5 x Rp150.000,00Rp 750.000,00(-)

Selisih (20% x 5 x Rp150.000,00)Rp 150.000,00

Penghitungan PPh Pasal 21 terutang dan yang harus dipotong untuk bulan Juni 20xx, setelah yang bersangkutan memiliki NPWP dan menyerahkan fotokopi kartu NPWP kepada pemberi kerja, dengan catatan gaji dan tunjangan untuk bulan Juni 20xx tidak berubah, adalah sebagai berikut:PPh Pasal 21 terutang sebulan (sama dengan Perhitungan sebelumnya)Rp 150.000,00

Diperhitungkan dengan pemotongan atas tambahan 20% sebelum memiliki NPWP (Januari-Mei 20xx)20% x 5 x Rp150.000,00Rp 150.000,00(-)

PPh Pasal 21 yang harus dipotong bulan Juni 20xxNihil

Apabila Narto baru memiliki NPWP pada akhir November 20xx dan menyerahkan fotokopi kartu NPWP sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk bulan Desember 20xx, dengan asumsi penghasilan setiap bulan besarnya sama dan tidak ada penghasilan lain selain penghasilan tetap dan teratur setiap bulan tersebut, maka perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada bulan Desember 20xx adalah sebagai berikut:PPh Pasal 21 terutang sebulan (sama dengan Perhitungan sebelumnya)Rp 150.000,00

pemotongan atas tambahan 20% sebelum memiliki NPWP (Januari-November 20xx) 20% x 11 x Rp150.000,00Rp 330.000,00(-)

PPh Pasal 21 yang harus dipotong bulan Desember 20xx(Rp 180.000,00)

Karena jumlah yang diperhitungkan lebih besar daripada jumlah PPh Pasal 21 terutang untuk bulan Desember 20xx, maka jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk bulan tersebut adalah Nihil. Jumlah sebesar Rp180.000,00 dapat diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 untuk bulan-bulan selanjutnya dalam tahun kalender berikutnya. Karena jumlah tersebut sudah diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 terutang untuk bulan-bulan berikutnya, jumlah tersebut tidak termasuk dalam kredit pajak yang dapat diperhitungkan oleh pegawai tetap dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi yang bersangkutan. Perhitungan PPh Pasal 21 terutang untuk tahun 20xx, dimana Narto baru memiliki NPWP pada akhir bulan November 20xx sebelum pemotongan PPh Pasal 21 bulan Desember 20xx adalah sebagai berikut:Gaji dan tunjangan setahun: Rp5.500.000,00 x 12Rp 66.000.000,00

Pengurangan:

Biaya Jabatan 5% x Rp66.000.000,00Rp 3.300.000,00

luran pensiun: Rp200.000,00 x 12Rp 2.400.000,00(+)

Rp 5.700.000,00(-)

Penghasilan neto setahunRp 60.300.000,00

PTKP setahun (TK/0)

- untuk WP sendiriRp 24.300.000,00(-)

Penghasilan Kena PajakRp 36.000.000,00

PPh Pasal 21 atas penghasilan setahun5% x Rp36.000.000,00Rp 1.800.000,00

PPh Pasal 21 yang telah dipotong

Bulan Januari November 20xx 11 x Rp180.000,00Rp 1.980.000,00

Bulan Desember 20xxRp 0,00(+)

Rp 1.980.000,00(-)

PPh Pasal 21 lebih dipotong untuk diperhitungkan pada bulan selanjutnya dalam tahun kalender berikutnya(Rp 180.000,00)

Karena jumlah sebesar Rp180.000,00 sudah diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 terutang bulan berikutnya oleh Pemotong PPh Pasal 21, maka jumlah yang dapat dikreditkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi pegawai yang bersangkutan sebesar Rp1.800.000,00.

Contoh 3Jabrik pegawai pada perusahaan PT Fiktip, menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp3.000.000,00. PT Fiktip mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Fiktip menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Jabrik membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Fiktip juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Fiktip membayar iuran pensiun untuk Jabrik ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp100.000,00, sedangkan Jabrik membayar iuran pensiun sebesar Rp50.000,00. Pada bulan Juli 20xx Jabrik hanya menerima pembayaran berupa gaji. Tentukan PPh 21 bulan Juli 20xx

PembahasanPenghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 20xx adalah sebagai berikut:

GajiRp 3.000.000,00

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 15.000,00

Premi Jaminan KematianRp 9.000,00 (+)

Penghasilan brutoRp 3.024.000,00

Pengurangan:

1. Biaya jabatan 5% x Rp3.024.000,00Rp 151.200,00

2. luran PensiunRp 50.000,00

3. luran Jaminan Hari Tua Rp 60.000,00(+)

Rp 261.200,00(-)

Penghasilan neto sebulanRp 2.762.800,00

Penghasilan neto setahun 12 x Rp2.762.800,00Rp 33.153.600,00

PTKP setahun (TK/0)

- untuk WP sendiriRp 24.300.000,00

- tambahan karena menikahRp 2.025.000,00(+)

Rp 26.325.000,00(-)

Penghasilan Kena PajakRp 6.828.600,00

PembulatanRp 6.828.000,00

PPh Pasal 21 terutangsetahun 5% x Rp6.828.000,00= Rp 341.400,00

PPh Pasal 21 bulan JuliRp341.400,00 : 12 =Rp28.450,00

Contoh 4Siyem adalah seorang karyawati dengan status menikah tanpa anak, bekerja pada PT Gembus dengan gaji sebulan sebesar Rp7.500.000,00. Siyem membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp50.000,00 sebulan. Berdasarkan surat keterangan dari Pemda tempat Siyem berdomisili yang diserahkan kepada pemberi kerja, diketahui bahwa suaminya tidak mempunyai penghasilan apapun. Pada bulan Juli 20xx selain menerima pembayaran gaji juga menerima pembayaran atas lembur (overtime) sebesar Rp2.000.000,00. Tentukan PPh 21 bulan Juli 20xx

PembahasanPenghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 20xx adalah sebagai berikut:GajiRp 7.500.000,00

Lembur (overtime)Rp 2.000.000,00(+)

Penghasilan brutoRp 9.500.000,00

Pengurangan:

1. Biaya Jabatan 5% x Rp9.500.000,00Rp 475.000,00

2. luran pensiunRp 50.000,00(+)

Rp 525.000,00(-)

Penghasilan neto sebulanRp 8.975.000,00

Penghasilan neto setahun 12 x Rp8.975.000,00Rp107.700.000,00

PTKP setahun (TK/0)

- untuk WP sendiriRp 24.300.000,00

- tambahan karena menikahRp 2.025.000,00(+)

Rp 26.325.000,00(-)

Penghasilan Kena PajakRp 81.375.000,00

PPh Pasal 21 setahun

5% x Rp50.000.000,00 =Rp 2.500.000,00

15% x Rp31.375.000,00 =Rp 4.706.250,00(+)

TotalRp 7.206.250,00

PPh Pasal 21 bulan Juli= Rp7.206.250,00: 12 =Rp 600.521,00

Catatan :Oleh karena suami Siyem tidak menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP Siyem adalah PTKP untuk dirinyasendiri ditambah PTKP untuk status kawin.

Contoh 5Gutri karyawati dengan status menikah dan mempunyai tiga anak bekerja pada PT Padam. Suami dari Gutri merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Gutri menerima gaji Rp3.000.000,00 sebulan. PT Padam mengikuti program pensiun dan jamsostek. Perusahaan membayar iuran pensiun kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, sebesar Rp40.000,00 sebulan. Gutri juga membayar iuran pensiun sebesar Rp30.000,00 sebulan, disamping itu perusahaan membayarkan iuran Jaminan Hari Tua karyawannya setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji, sedangkan Gutri membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 2,00% dari gaji. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji. Pada bulan Juli 20xx disamping menerima pembayaran gaji Gutri juga menerima uang lembur (overtime) sebesar Rp2.000.000,00. Tentukan PPh 21!

PembahasnPenghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli adalah sebagai berikut:Gaji sebulanRp 3.000.000,00

Lembur (overtime)Rp 2.000.000,00

Premi Jaminan Kecelakaan KerjaRp 30.000,00

Premi Jaminan KematianRp 9.000,00(+)

Penghasilan brutoRp 5.039.000,00

Pengurangan:

1. Biaya jabatan 5% x Rp5.039.000,00Rp 251.950,00

2. luran PensiunRp 30.000,00

3. luran Jaminan Hari TuaRp 60.000,00(+)

Rp 341.950,00(-)

Penghasilan neto sebulanRp 4.697.050,00

Penghasilan neto setahun 12 x Rp4.697.050,00Rp 56.364.600,00

PTKP setahun (TK/0)

- untuk WP sendiriRp 24.300.000,00(-)

Penghasilan Kena PajakRp 32.064.600,00

PembulatanRp 32.064.000,00

PPh Pasal 21 setahun5% x Rp32.064.000,00 = Rp 1.603.200,00

PPh Pasal 21 sebulanRp1.603.200,00 : 12 = Rp 133.600,00

Catatan :Karena suami Gutri menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP Gutri adalah PTKP untuk dirinya sendiri.

Contoh 6dr. Cabul (menikah dan mempunyai 3 anak kandung) merupakan dokter spesialis kandungan yang bekerja sebagai pegawai tetap di rumah sakit swasta Walafiat dengan gaji tetap sebesar Rp20.000.000,00. Jam praktik dr. Cabul mulai pukul 8.00 s.d 12.00 selama 5 hari dalam seminggu. Untuk bulan Agustus 2013 dr. Cabul menerima pembayaran dari Rumah Sakit Walafiat berupa gaji sebesar Rp20.000.000,00 dan menerima jasa medis sebagai dokter yang bersumber dari pasien sebesar Rp25.000.000,00. Dokter Walafiat membayar iuran pensiun sebesar Rp200.000,00 setiap bulannya. Tentukan PPh 21!

PembahasanPenghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan dr. Cabul dari Rumah Walafiat pada bulan Agustus adalah:Gaji sebulanRp 20.000.000,00

Penghasilan brutoRp 20.000.000,00

Pengurangan:

1. Biaya jabatan: 5% x Rp20.000.000,00 = Rp1.000.000,00

Maksimum diijinkanRp 500.000,00

2. luran PensiunRp 200.000,00(+)

Rp 700.000,00(-)

Penghasilan neto sebulanRp 19.300.000,00

Penghasilan neto setahun 12 x Rp19.300.000,00Rp 231.600.000,00

PTKP setahun (TK/0)

- untuk WP sendiriRp 24.300.000,00

- tambahan karena menikahRp 2.025.000,00

- tambahan tiga orang tanggunganRp 6.075.000,00(+)

Rp 32.400.000,00(-)

Penghasilan Kena PajakRp 199.200.000,00

PPh Pasal 21 setahun

5% x Rp50.000.000,00 =Rp 2.500.000,00

15% x Rp149.200.000,00 =Rp22.380.000,00(+)

TotalRp 24.880.000,00

PPh Pasal 21 sebulanRp24.880.000,00 : 12 = Rp 2.073.334,00

Catatan:Penghitungan PPh Pasal 21 atas jasa medis yang diterima oleh dr. Cabul dihitung tersendiri sebagai penghasilan yang diterima oleh bukan pegawai

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 06/PJ.233/1984

TENTANG

PENJELASAN LEBIH LANJUT ATAS BUKU PETUNJUK PEMOTONGAN PPh PASAL 21 (SERI PPh PASAL 21-03)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Sehubungan dengan banyaknya pertanyaan yang timbul berkenaan dengan pelaksanaan Buku Petunjuk Pemotongan PPh Pasal 21 (SK. Direktur Jenderal Pajak Nomor : Kep-1927/PJ.23/1983), bersama ini diberikan penjelasan sebagai berikut :1.Pemberian uang pesangon yang jumlahnya dihitung berdasarkan sekian bulan atau paling banyak satu tahun gaji, maka penghitungan PPh Pasal 21-nya sama seperti penghitungan gratifikasi dan sebagainya.

Pemberian uang pesangon seperti itu bukanlah merupakan penghasilan yang meliputi beberapa tahun yang diterima atau diperoleh sekaligus, melainkan merupakan penghasilan yang sifatnya tidak tetap atau diberikan sekali saja.

2.Untuk uang pesangon yang jumlahnya dihitung berdasarkan perhitungan lebih dari satu tahun gaji, maka penghitungan PPh Pasal 21-nya dilakukan dengan menerapkan tarif efektif rata-rata.

Contoh :Karyawati S dengan status kawin menerima gaji setiap bulan Rp. 400.000,-Sejak 1 Juni 1984 Karyawati S tersebut diberhentikan karena adanya penyusutan pegawai, dengan memperoleh pesangon sebesar 1 1/2 tahun gaji dari bulan terakhir, yakni 18 x Rp. 400.000,- = Rp. 7.200.000,- yang diterima pada tanggal 1 Juni 1984.

Penghitungan PPh. Pasal 21. Penghasilan berupa uang pesangon rata-rata setahun :12--- x Rp.7.200.000,-= Rp. 4.800.000,-18

Penghasilan teratur dalam tahun 1984 :5 x Rp. 400.000,- = Rp. 2.000.000,- _____________Jumlah= Rp. 6.800.000,-PTKP Rp. 960.000,- _____________PKP Rp. 5.840.000,-Tarif : 15% x Rp. 5.840.000,-= Rp. 876.000,-

Tarif efektif rata-rata : 876------- x 100% = 12,88% dibulatkan = 13%6.800

PPh Pasal 21 dari uang pesangon sebesar Rp. 7.200.000,- :13% x Rp. 7.200.000,-= Rp. 936.000,- ==========

3.Setiap pembayaran dengan nama apapun kepada orang pribadi atau persekutuan orang-orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan sehubungan dengan jasa atau pekerjaan yang dilakukan di Indonesia, dikenakan pemotongan PPh Pasal 26 dengan tarif 20% (dua puluh persen) dan bersifat final yang diterapkan atas penghasilan bruto.

Hal ini dicantumkan dalam Buku Petunjuk dengan maksud agar Pemotong PPh Pasal 21 tidak lupa akan kewajibannya untuk memotong juga PPh Pasal 26 atas pembayaran seperti tersebut di atas, karena pada umumnya Pemotong PPh Pasal 26 adalah juga Pemotong PPh Pasal 21.

4.Tabel tarif tahunan dan bulanan seperti dimuat dalam Lampiran I dan II Buku Petunjuk tersebut, dimaksudkan untuk mempermudah cara penghitungan PPh Pasal 21 yang terhutang, tanpa mencari PKP terlebih dahulu, melainkan langsung berdasar Penghasilan Netto-nya.Jumlah pajaknya dapat diketahui pada lajur status pegawai dan banyaknya tanggungan.

Tabel ini dimaksudkan untuk mereka yang kebetulan Penghasilan Netto-nya dalam ribuan rupiah, bagi yang tidak maka penghitungan PPh Pasal 21 tetap dilakukan seperti biasa yakni dengan menerapkan tarif Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan 1984 atas Penghasilan Kena Pajak yang telah disetahunkan.

5.Sesuai dengan maksud Pasal 6 Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 948/KMK.04/1983 bahwa Pemotong dan Pemungut pajak diharuskan memberikan tanda bukti pemotongan atau pemungutan kepada orang yang dibebani membayar PPh. yang dipotong atau dipungut, maka kepada orang pribadi yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 harus diberikan tanda bukti pemotongan baik diminta maupun tidak (Pasal 16 ayat 4 Buku Petunjuk).

Orang pribadi yang dimaksud adalah pegawai, karyawan atau karyawati yang bukan pegawai, karyawan atau karyawati tetap, karena bagi pegawai, karyawan atau karyawati tetap tanda bukti pemotongan tersebut hanya diberikan apabila diminta oleh yang bersangkutan (perhatikan kembali bunyi Pasal 6 Keputusan Menteri Keuangan No. 948/KMK.04/1983).

Demikian untuk mendapat perhatian Saudara sepenuhnya.

A.n. DIREKTUR JENDERAL PAJAKDIREKTUR PAJAK LANGSUNG

ttd

Drs. MANSURY

Pada bagian terakhir ini akan membahas lebih lanjut mengenai 2 (dua) sistem imbalan jasa untuk karyawan yaitu imbalan bruto atau take home pay, karena kedua hal tersebut menimbulkan implikasi perpajakan yang berbeda.Imbalan bruto berarti karyawan akan menerima imbalan sejumlah tertentu kemudian oleh perusahaan akan dipotong PPh 21 sesuai dengan tarip yang berlaku sehingga karyawan akan memperoleh uang sejumlah imbalan dikurangi PPh 21 yang harus dipotong.Take home pay berarti karyawan akan menerima imbalan sesuai dengan jumlah tertentu yang sudah disetujui pada awal bekerja dan perusahaan yang akan menanggung PPh 21 yang harus dipotong dan disetor. Ada dua alternative perlakuan dari transaksi tersebut diatas, yaitu : PPh 21 diakui sebagai natura/kenikmatan (pajak yang dibayar ditanggung perusahaan) perhitungannya akan sama dengan Imbalan bruto. Tunjangan PPh 21 yang disetor Non Taxable danNon Deductible PPh 21 diakui sebagai biaya perusahaan atau penghasilan dari karyawan, lebih dikenal dengan istilah gross up. PPh 21 yang disetor Taxable dan Deductible.Biasanya point a diatas diterapkan bagi perusahaan yang masih mengalami kerugian, sedangan point b lebih sering diterapkan bagi perusahaan yang untung.Pemilihan pengakuan diatas biasanya dilakukan berdasarkantax planningyang dibuat perusahaan sesuai dengan kondisi masing-masing perusahaan.Contoh perhitungan sbb :ABC

BrutoTunjanganGross Up

Penghasilan setahun

Gaji120.000.000120.000.000120.000.000

Tunjangan20.000.00020.000.00020.000.000

Tunjagnan Pajak23.301.250

Jumlah140.000.000140.000.000163.301.250

Pengurangan

Biaya Jabatan(1.296.000)(1.296.000)(1.296.000)

Iuran Pensiun(600.000)(600.000)(600.000)

Jumlah(1.896.000)(1.896.000)(1.896.000)

Penghasilan Netto138.104.000138.104.000161.405.250

PTKP (K/0)13.200.00013.200.00013.200.000

PKP124.904.000124.904.000148.205.250

Pajak Terutang17.476.00017.476.00023.301.250

Diterima Karyawan121.924.000139.400.000139.400.000

Dikeluarkan Perusahaan140.000.000157.476.000163.301.250

Keterangan : Perhitungan dengan metode Penghasilan Bruto Perhitungan dengan metode PPh 21 ditanggung perusahaan Perhitungan dengan metode Gross Up.Perhitungan berdasarkan asumsi karyawan laki-laki kawin belum punya tanggungan anak,Pemilihan metode perhitungan sangat tergantung dari kondisi masing-masing perusahaan, misalnya untuk Metode C, perbandingan adalah sbb : Tunjangan PPh 21 yang diakui menyebabkan tambahan biaya Rp 5.825.250 Penghematan yang diperoleh perusahaan sbb : Rp 6.990.375,- (Rp 23.301.250,- x 30%) jika keuntungan diatas Rp 100.000.000,-. Rp 3.495.187,50 (Rp 23.301.250,- x 15%) jika keuntungan diantara Rp 50.000.000,- s/d 100.000.000,- Rp 2.330.125,- (Rp 23.301.250,- x 10%) jika keuntungan dibawah Rp 50.000.000,-Jadi pada point b 1 menguntungkan perusahaan, sedang point b 2 dan 3 tidak secara langsung menguntungkan perusahaan, karena pengeluaran tambahan lebih besar dari penghematan yang didapat. Secara tax planning angsuran pajak tahun depan bisa lebih kecil jika menggunakan metode gross up ini (jika keuntungan perusahaan tahun depan lebih besar hal ini tidak perlu).Keputusan pemilihan metode perhitungan ini sangat tergantung pada masing-masing individu, kepentingan dan kebijakan WP.Bisa timbul selisih kurs karena adanya perbedaan konversi mata uang asing.< back to topIf you have anyquestions about taxand its problems, do not hesitate to contact us forfree consultationby phone : 021-70703758, 0815 875 1144, by fax : 021-5383952 or email us [email protected]

BAB IPENDAHULUANA.Latar belakang masalahSeiring dengan usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan tax ratio, sejak tahun 2001 pemerintah telah melakukan berbagai kegiatan untukekstensifikasi dibidang perpajakan. Selain melalui kegiatancanvassing, upaya eksensifikasi juga dilakukan DJP dengancara "memaksa" Wajib Pajak Orang Pribadi untuk memiliki NPWP secarasystem, misalnya kewajiban memiliki NPWP sebagai salah satu syaratdalam permohonan kredit perbankan bagi wajib pajak orang pribadi.Dalam siaran pers DJP tanggal 25 Agustus 2005 ditegaskan bahwaberdasarkan informasi dari Pusat Data Pajak dan sistem komputerisasipajak, DJP akan memberikan NPWP (secara jabatan) terhadap:1. Pemilik tanah dan bangunan mewah;2. Pemilik mobil mewah;3. Pemilik kapal pesiar atau yacht;4. Pemegang saham, baik di dalam negeri maupun di luar negeri;5. Orang asing;6. Pegawai tetap yang berpenghasilan di atas PTKP; dan lain-lain, yang belum ber-NPWP.B.Tujuan penulisanMakalah yang berjudul perpajakan ini bertujuan membahas tentang beberapa hal diantaranya sebagai berikut:1. Apa itu pajak?2. Apa saja jenis-jenis pembayaran pajak?3. Mengapa adanya pembayaran pajak?BAB IIPEMBAHASANA.Pengertianpajak dan landasan pajakPajak adalah iyuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.Pengetian pajak menurut bebetapa ahli :1. Prof Dr Adrianipajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan, yang terutang oleh wajibpajak membayarnya menurut peraturan derngan tidak mendapat imbalan kembali yang dapat ditunjuk secara langsung.2. Prof. DR. Rachmat Sumitro,SHpajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari kas rakyat ke sector pemerintah berdasarkan undang-undang)(dapatdipaksakandengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi)yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.Lima unsur pokok dalam defenisi pajak Iuran / pungutan Pajak dipungut berdasarkan undang-undang Pajak dapat dipaksakan Tidak menerima kontra prestasi Untuk membiayai pengeluaran umun pemerintahKarakteristik pokok dari pajak adalah: pemunngutanya harus berdasarkan undang-undang. diperlukan perumusan macam pajak dan berat ringannyatariff pajak itu, untuk itulah masyarakat ikut didalam menetapkan rumusannya.Ketentuan mengenai penghasilan tidak kena pajak (PTKP)1. untuk wajib pajak pertahun PTKP adalah Rp. 2.880.000;2. untuk istri dan suami Rp. 1.440.000;3. tambahan untu8k seorang istri Rp. 2.880.000; diberikan sapabila ada penghasilan istri yang digabungkan dengan penghasilan suami dalam hal istri.4. Rp. 1.440.000;tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah ,misalnya (ayah,ibu atau anak kandung atau semenda) dalam garis keturunan lurus sertaanak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya paling banyak tiga orang untuk ssetiap keluarga.Enam undang-undang hasil tax reform tahun 20001. UU RI NO 16 tentang prubahan kedua atas uu no. 6 thn 1983 yaitu tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan2. UU RI NO 17 tahun 2000 tentang perubahan kedua atas uuno 7 thn 1983 tentang pajak penghasilan3. UU RI NO 18 tahun 2000 tentang perubahan kedua atas uu no 8 thn 1983 tentang pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah4. UU RI NO 19 tahun 2000 tentang perubahan atas uu no 19 thn 1997 tentang penghasilan pajak dengan surat paksa5. UU RI NO 20 tahun 2000 tentang perubahan uu no 21 thn 1997 tentang peralihan hak atas tanah dan bangunan . kelima uu ini diundangkan pada tanggal 2 agustus 2000 dan berlaku sejak 1 januari 20016. UU RI NO 34 tahun 2000 tentangperubahan atas undang-undangno 18 thn 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Undang-undng ini diundangkan pada tanggal 20 Desember 2000 dan berlaku saat diundangkan.Satu undang-undang hasil tax reform tahun 19857. UU RI NO 17tahun 1985 tentang bea dan materialSatu undang undang hasil tax reform tahun 19948. UU RINO 17 thun 1994 tentang perubahan atas uu no 12 thn 1985 tentang pajak bumi dan bangunanSatu undang-undang hasil tax reform thn 20029. UU RI NO 14 tahun 2002 tentang pengadiloan pajak sebagai penhganti uu no 17 thn 1997 tentang badan penyelesaian sengketa pajak .Pasal 79 mencantumkan sunber pendapatan daerah terdiri dari:1. PAD (pendapatan asli daerah )Hasil pajak daerahHasil retribusi daerahHasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkanDan lain-lain penghasilan daerah yang sah2. dana perimbangan3. pinjaman daerahPasal 80 ayat 1Dana perimbangan sebagaimana dimaksut dalam pasal 79 terdiri atas bagian daerah dari penerimaan PBB, biaya perolehan hak atas tanah dan bangunan dan penerimaan atas sda dana alokasi umum dana alokasi khususAyat 2Bagian dari PBB sector pedesaan perkotaan serta perkebunan serta biaya perolehan hak atas tanah dan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diterima langsung oleh daeerah penghasil.Ayat3Bagian daerah dari sector pertambangan dan kehutanandan penerimaan SDA sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diterima oleh daerah penghasil dan daerah linnya untuk pemerataan sesuai dengan undang-undangAyat 4Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksu pada ayat 1,2 dan 3 ditetapkan undang undang.Berdasarkan UU NO 34 THN 2000 tentang perubahan atas uu no 18b thn 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah maka jenis pajak untuk profinsi kabupaten, kota adalah sebagai berikut:1)Jenis pajak propinsi terdiri dari:Pajak kendraan bermotor dengan kendraan atas air, bbn kendraan bermotor dan atas airPajak bahan bakar kendraan bermotorPajak pengeambilan dan pemanfaatan air bawh tanah dan permukaan2)Jenis pajak kabupaten kotaPajak hotel, restoran, hiburan , pajak reklame, pajak penerangan jalan , pajak pengambilan bahan galian golongan c , pajak parkirUntuk lebih mendalami mata kuliah perpajakan secara garis besar kita harus mengetahui:Siapa yang dikenakan pajak( subjek pajak)Apa yang dikenakan pajak ( objek pajak)Berapa pajaknya (tariff pajak)Bagaimana melaksanakan hukum pajak?Cara melaksanakan hukum pajak diantaranya sebagai barikut:1. Pajak dapat dipaksakanUndang-undang memberikan wewenang kepada fiskus untuk memaksa wp untuk mematuhi dan melaksanakan kewajiban pajaknya. Sebab undang undang menurut sanksi-sanksi pidana fiscal (pajak) sanksi administrative yang kususnya diatur oleh undang-undang no 19 tahun 2000 termasuk wewenang dari perpajakan untuk mengadsakan penyitaan terhadap harta bergerak/ tetap wajib pajak.Dalam hokum pajak Indonesia dikenal lembaga sandera atau girling yaitu wajib pajak yang pada dasarnya mampu membayar pajak namun selalu menghindari pembayaran pajak dengan berbagai dalih, maka fiskus dapat menyandera wp dengan memasukkannya kedalam penjara.2. Pajak tidak menerima kontra prestasiCiri kas pajak dibandiong dengan jenis pungutan lainnya adalah wajib pajak (tax payer ) tidak menerima jasa timbal yang dapat ditunjuk secara langsung dari pemerintah namun perlu dipahamibahwa sebenarnya subjek pajak ada menerima jasa timbal tetapi diterima secara kolektif bersama dengan masyarakat lainnya.3. Untuk membiayai biaya umum pemerintahPajak yang dipungut tidak pernah ditujukan untuk biaya khusus . dipandang dari segi hokum maka pajak akan terutang apabila memenuhi syarat subjektif dan syaratobjektif .Syarat objektif : ,yang berhubungan dengan objek pajak misalnmya adanya penghasilan atau penyeerahan barang kena pajak . syarat subjektif adlah syarat yang berhubungan dengan subjek pajak , apakah orang pribadi atau badan.Struktur pajak di Indonesia berdasarkan urian diatas adalah sebagai berikut:1. pajak penghasilan (PPh)2. pajak pertambahan nilaio barang dan jasa dan penjualan atas baeang mewah3. pajak bumi dan bangunan4. pajak daerah dan retribbusi daerah5. bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB)6. bea materaiUntuk mewujudkan pajak-pajak tersebut menjadi kenyataan, terdapat hokum pajak formal yaitu UU RI NO 16 thn 2000 tentang perubahan kedua dari uu no 6 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan.Bagi wajib pajak yang menghindari pajak uu no 19 thn 2000 tentang penagihan pajak dan surat paksa.Bagi wajib pajak yang banding berdasarkan uu no 17 thn 1997 tentang badan penyelesaian sengketa pajak BPSP tyelah disebutkan diatas telah diubah dan diganti dengan uu no 14 thn 2002 tentang penaagihan pajakB.Fungsi pajak1.Fungsi budgetairFungsi budgeteir merupakan fungsi utama pajak dan fungsi fiscal yaitu suatu fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkandana secara optimal ke kas negara berdasarkan undang-undang perepajakan yang berlaku segala pajak untuk keperkuan negara berdasarkan undang-undang.Yang dimaksud dengan memasukkan kas secara optimal adalah sebagi berikut:jangan sampai ada wajib pajak/subjek pajak yang tidak membayar kewajiban pajaknya.Jangan sampai wajib pajak tidak melaporkan objek pajak kepada fiskusJangan sampai ada objek pajak dai pengamatan dan perhitungan fiskkus yang terlepasDengan demikian maka optimalisasi pemasukan dana ke kas negara tercipta atas usaha wajib pajak dan fiskus.System pemungutan pajak suatu negara menganut dua system :1. Self assessment system; menghitung pajak sendiri2. official assessment system ;menghitung pajak adalah pihak fiscus.Factor yang turut mempengaruhi optimalisasi pemasukan dana kekas negara adalah:1)filsafat negaraNegara yang berideologi yang berorientasi kepada kesejahtraan rakyat banyak akan mendapat dukungan dari rakyatnya dalam hal pembayaran pajak. Untuk itu rakyat diikut sertakan dalam menentukanberat rinngannya pajak melalui penetapan undang-undang perpajakan oleh DPR sebaliknya dinegara yang berorientasi kepada kepenmtingan penguasa sangat sulit untuk mengharapkan partisipasi masyarakat untuk kewajiban pajaknya.2. Kejelasan undang-undang dan peraturan perpajakanYang jelas mudah dan sederhana serta pasti akan menimbulkan penafsiran yang baik dipihak fiscus maupun dipihak wajib pajak3. Tingkat pendidikan penduduk / wajib pajakSecara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pendidikan wajib pajak maka makin mudah bagi mereka untuk memahami peraturan perpajakan termasuk memahami sanksi administrasi dan sanksi pidana fiscal.4. Kualitas dan kuantitas petugas pajak setempatSangat menentukan efektifitas uu dan peraturan perpajakan . fiscus yang professional akan akan berusaha secara konsisten untuk menggali objek pajak yang menurut ketentuan pajak harus dikenakan pajak.5. Strategi yang diterapkan organisasi yang mengadministrasikan pajak di Indonesia, unit-unit untuk ini adalah:Kantor pelayanan pajakkantor pemeriksaan dan penyelidikan pajak yanmg dilakukan dirjen pajakPerwujudan fungsi budgetair dalam kehidupan kenegaraan dapat terlihat dalam APBN yang setiap tyahun disahkan dengan undang-undang. Penerimaan negara selalu meningkat dari tahun ketahun khususnya setelah reformasi uu perpajakan thn 1983/1984.2. Fungsi regulerendAtau fungsi mengatur dan sebagainya juga fungsi pajak dipergunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu , dan sebagainya sebagai fungsi tambahan karena fungsi ini hanya sebagai pelengkap dari fungsi utama pajak. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pajak dipakai sebagai alat kebijakan, mis : pajak atas minuman keras ditinggikan untuk mengurangi konsumsi fasilitas perpajakan sehingga perwujudan dari pajak regulerend yang terdapat dalam UU No I tahun 1967 tentang penanaman modal asing. Contoh:a)Bea materai modalb)Bea masuk dan pajak penjualanc)Bea balik namad)Pajak perseroane)Pajak devidentC.Yusdifikasi Pajak Dan Prinsip Pemungutan PajakDalam hal ini akan dikemukakan asas-asas pemungutan pajak dan alas an-alasan yang menjdi dasar pembenaran pemungutan pajak oleh fiskus negara, sehingga fiskus negara merasa punya wewenang untuk memungut pajak dari penduduknya.Teori asas pemungutan pajak:a)Teori ansuransiNegara berhak memungut pajak dari penduduk karena menurut teori ini negara melindungi semua rakyat dan rakyat membayar premi pada negara.b)Teori kepentinganBahwa negara berhak memungut pajak karena penduduk negara tersebut mempunyai kepentingan pada negara, makin besar kepentingan penduduk kepada negara maka makin besar pula pajak yang harus dibayarnya kepada negara.c)Teori baktiMengajarkan bahwa pwnduduk adalah bagian dari suatu negara oleh karena itu penduduk terikat pada negara dan wajib membayar pajak pada negara dalam arti berbakti pada negara.d)Teori gaya pikulTeori ini megusulkan supaya didalam hal pemungutan pajak pemerintah memperhatikan gaya pikul wajib pajak.e)Teori gaya beliMenurut teori ini yustifikasi pemungutan pajak terletak pada akibat pemungutan pajak. Misalnya tersedianya dana yang cukup untuk mrmbiayai pengeluaran umum negara, karena akibat baik dari perhatian negara pada masyarakat maka pemuingutan pajak adalah juga baik.f)Teori pembangunanUntuk Indonesia yustifikasi pemungutan pajak yang paling tepat adalah pembangunan dalam arti masyarakat yang adil dan makmurDisamping itu terdapat juga asas-asas pemungutan pejak seperti: Asas yuridis yang mengemukakan supaya pemungutan pajak didasarkan pada undang-undang Asas ekonomis yang menekankan supaya pemungutan pajak jangan sampai menghalangi produksi dan perekonomian rakyat Asas finansial menekankan supaya pengeluaran-pengeluaran untuk memungut pajak harus lebih rendah dari jumlah pajak yang dipungut.Prisip-prinsip pemungutan pajak:Menurut Era Saligman ada empat Prisip pemungutan pajak: Prisip fiscal Prinsip Administrative Prinsip ekonomi Prinsip EtikaD.Hukum PajakAdalah: Keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerinth untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat melalui kas negara. Sehingga hukum pajak tersebut merupakan hukum publik yang mengatur hubungan negara dan orang-orang atau badan-badan hukum yang berkewajiban membayar pajak.Hukum pajak dibedakan atas:1. Hukum pajak materialYaitu: memuat ketentuan-ketentuan tentang siapa yang dikenakan pajak dan siapa-siapa yang dikecualikan dengan pajak dan berapa harus dibayar.2. Hukum pajak formalYaitu: memuat ketentuan-ketentuan bagaiman mewujudkan hukum pajak material menjadi kenyataan.Kutipan beberapa definisi Pajak dari para pakar.Prof. Erwin R.A. Seligman dalam buku Esay in Taxation yang diterbitkan di Amerika menyatakan:Tax is compulsory Contribution from the person, to Government to depray the expenses incurred in the common interest of all, without reference to special benefit conperredSecara garis besar terlihat adanya kontribusi seseorang yang ditujukan kepada Negara tanpa adanya manfaat yang ditujukan khusus pada seseorang, bagaimanapun pajak itu ditujukan manfaatnya kepada masyarakat.Mr. Dr. N.J. Feldmann dalam bukunya De over heidsmiddelen Van Indonesia (terjemahan): Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontra prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.Menurut Nurmatu (2003) Pajak memiliki dua fungsi yaitu fungsi penerimaan (budgeter) dan fungsi mengatur (regular). Fungsi budgeter merupakan fungsi pajak sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Contoh: dimasukannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. Sedangkan fungsi regular merupakan fungsi pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan social. Sebagai contoh yaitu dikenakan pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras sehingga konsumsi minuman keras dapat ditekan.Ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah sebagai berikut:1.Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan2.Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh masyarakat3.Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah4.Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.5.Pajak dapat pula pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.6.Retribusi7.SumbanganE.Perbedaan Pajak Dan Jenis Pungutan Lainnya Pebedaan Hukum Pajak Materiil Dan Hukum Pajak FormalHukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiskus) selaku pemungut pajak dengan Wajib Pajak. Apabila memperhatikan materinya Hukum Pajak diedakan menjadi:1. Hukum Pajak MateriilMemuat norma-norma yang menerangkan keadaan, perbuatan , peristiwa hukum yang dikenakan pajak (objek-objek), siapa yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak yang dikenakan, segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hokum antara pemerintah dan wajib pajak sebagai contoh : Undang-undang penghasilan2. Hukum Pajak FormalMemuat bentuk/ tata cara untuk mewujudkan hokum materiil menjadi kenyataan, hokum pajak formal ini memuat antara lain1. Tatacara penetapan utang pajak.2. Hak-hak fiskus untuk mengawasi wajib pajak mengenai keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak.3. Kewajiban Wajib Pajak sebagai contoh menyelenggarakan pembukuan / pencatatan dan hak-hak wajob pajak mengajukan keberatan dan banding.Contoh : Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan.F.Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat, Dan Pemungutannya1. Menurut Golongana.Pajak LangsungPajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan. Sebagai contoh Pajak Penghasilan.b.Pajak Tidak LangsungPajak yang pembebannya dapat dilimpahkan ke pihak lain. Sebagai contoh Pajak Pertambahan Nilai (PPN)2. Menurut Sifata.Pajak SubjektifPajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan wajib pajak.Contoh : Pajak Penghasilanb.Pajak ObjektifPajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.Contoh: PPN dan PPn BM.3. Menurut Pungutana.Pajak PusatPajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM) Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.b.Pajak DaerahPajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.Contoh: Pajak reklame, dan pajak hiburan.G.Perbedaan Antara Penghindaran Pajak (Tax Avoidance), Penyelendupan Pajak (Tax Evasion) Dan Penghematan Pajak (Tax Saving)Suatu perencanaan pajak atau disebut juga sebagai perbuatan penghindaran pajak yang sukses, haruslah dibedakan secara jelas dengan perbuatan penyelundupan pajak. Pembahasan mengenai penghindaran pajak dan penyelundupan pajak telah banyak dilakukan dalam beberapa literature, namun hingga saat ini tidak ada satu pun yang memberikan indikasi dan rincian yang tegas tentang perbedaan dimaksud.Semua ahli sependapat bahwa sesungguhnya antara penghindara pajak dan penyelundupan pajak terdapat perbedaan yang fundamental, akan tetapi kemudian ternyata bahwa perbedaan tersebut menjadi kabur, baik secara teori maupun aplikasinya. Secara konseptual. Justru dalam menentukan perbedaan antara penghindaran pajak dan penyelundupan pajak. Kesulitanya terletak pada penentuan perbedaanya, akan tetapi berdasarkan konsep perundang-undangan, garis pemisahnya antar melanggar undang-undang (unlawful) dan tidak melanggar undang-undang (lawful).Penghindaran pajak yang juga disebut tax planning, adalah proses pengendalian tindakan agar terhindar dari konsekwensi pengenaan pajak yang tidak dikehendaki. Penghindaran pajak adalah suatu tindakan yang benar-benar legal. Seperti halnya suatu pengadilan yang tidak enghukum seseorang karena perbuatannya tidak melanggar hokum atau tidak termasuk dalam kategori pelanggaran atau kejahatan, begitu pula mengenai pajak yang tidak dipajaki, apabila tidak ada tindakan tindakan/transaksi yang dapat dipajaki. Dalam hal ini sama sekali tidak ada suatu pelanggaran hokum yang dilakukan dan malahan sebaliknya diperoleh penghematan (tax saving) dengan cara mengatur tindakan yang menghindarkan aplikasi pengenaan pajak melalui pengendalian fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga terhindar dari pengenaan pajak yang lebih besar atau sama sekali tidak kena pajak.Walaupun pada dasarnya antar penghindaran pajak dan penyelundupan pajak mempunyai sasaran yang sama, yaitu mengurangi beban pajak, akan tetapi cara penyelundupan pajak jelas-jelas merupakan illegal dalam usaha mengurangi beban pajak tersebut. Beberapa definisi tentang penghindaran pajak dan penyelundupan pajak sebagaimana dibawah ini:1. Menurut Harry Graham BalterPenyelundupan pajakmengandung arti sebagai usaha yang dilakukan oleh wajib pajak apakah berhasil atau tidak untuk mengurangi atau sama sekali menghapus hutang pajak yang berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai pelanggaran terhadap perundang-undangan perpajakan, sedangkanPenghindaran pajakmerupakan usaha yang sama, yang tidak melanggar ketentuan perundang-undangan perpajakan.2. Menurut Ernest R mortensonPenyelundupan pajak adalah usaha yang tidak dapat dibenarkan berkenaan dengan kegiatan wajib pajak untuk lari atau menghindarkan diri dari pengenaan pajak, sedangPenghindaran pajak berkenaan dengan pengaturan suatu peristiwa sedemikian rupa untuk meminimkan atau menghilangkan beban pajak dengan memperhatikan ada atau tidaknya akibat-akibat pajak yang ditimbulkan. Oleh karena itu penghindaran pajak tidak merupakan pelanggaran atas perundang-undangan perpajakan atau secara etik tidak dianggap salah dalam rangka usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimkan atau meringankan beban pajak dengan cara yang memungkinkan oleh perundang-undangan pajak1. Menurut Robert H. AndersonPenyelundupan pajak adalah penyelundupan pajak yang melanggar undang-undang pajak, sedangkanPenghindaran pajak adalah cara mengurangi pajak yang masih dalam batas ketentuan perundang-undangan perpajakan dan dapat dibenarkan, terutama perencanaan pajak.Selanjutnya dikemukakan bahwa suatu hal yang wajar apabila seseorang wajib pajak membayar pajaknya tidak melebihi apa yang menjadi kewajibannya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dengan mengingat asumsi yang dbuat pada waktu merencankan undang-undang pajak tersebut bahwa wajib pajak akan melaporkan semua penghasilannya dengan benar dan mengklaim semua potongan-potongan yang diperkenankan oleh undang-undang perpajakan, sehingga secara moral pun tianggap tidak salah, apabila pengurangan beban pajak melalui penghindaran pajak tersebut dianggap masih dalam batas ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.BAB IIIPENUTUPA.KesimpulanDari semua uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa:1.Pajak merupakan iuran wajib yang harus di bayar oleh setiap warga Negara Indonesia berdasarkan jenisnya masing-masing.2.Apabila terjadinya pelanggaran seperti tidak membayar iuran wajib pajak tersebut maka akan mendapatkan sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.3.Di dalam pembayaran iuran perpajakan tidak adanya toleransi.4.Ketentuan pembayaran pajak sesuai menurut jenisnya masing-masing.A.SaranMakalah yang berjudul perpajakan ini merupakan karya tulis berdasarkan himpunan material yang di ambil dari berbagai sumber. Oleh karena itu, jika ada kesalahan dalam penulisan dan dalam penyajian bahan penulis sangat mengharpakan kritik dan saran dari para pembaca demi terwujudnya kebenaran yang kita kehendaki semua dan demi kesempurnaan penyelesaian makalah pajak ini.DAFTAR PUSTAKAAbut, Hilarus.2005.PerpajakanJakarta. Diadit. MediaDjuanda, gustian. 2003.Pajak penghasilan orang pribadi.Jakarta. PT. Salemba empat.Gunadi. 2002. Ketentuan Dasar pajak penghasilan. Jakarta. PT. salemba empat.Indonesia, direktorat jendral pajak.2000. KMK 535KMK 03/2000. Tentang wajib pajak tertentu yang di kecualikan dari kewajiban menyampaikan pemberitahuan surat pemberitahuan tahunan. 22 Desember 2000.