metopel 2

11
Ternak Kerbau Pendahuluan Sewaktu nenek moyang bangsa Indonesia yang berasal dari Indo China sampai di Nusantara yang saat ini dikenal dengan nama Indonesia, mereka melihat hewan yang sama dengan hewan yang ada di negeri asalnya. Hewan tersebut adalah hewan yang pada saat ini disebut kerbau. Fenomena ini menunjukkan bahwa kerbau sudah ada di negeri kita sudah sejak lama dan mungkin pula merupakan hewan asli Asia termasuk Indonesia. Dugaan ini didasarkan pada para pendatang dari Indo China tersebut telah mengenal kerbau di negeri asalnya dan menemukan hewan yang sama di negeri yang baru didatanginya. Kerbau (Bubalus bubalis) merupakan jenis hewan yang termasuk famili bovidae. Terbukti dari beberapa fragmen tulang dan giginya yang ditemukan pada ekskavasi beberapa situs di Indonesia. Kerbau dewasa dapat memiliki berat sekitar 300 kg hingga 600 kg. Kerbau liar dapat memiliki berat yang lebih, kerbau liar betina dapat mencapai berat hingga 800 kg dan kerbau liar jantan dapat mencapai berat hingga 1200 kg. Berat rata-rata kerbau jantan adalah 900 kg dan tinggi rata-rata di bagian pundak kerbau adalah 1,7 m. Salah satu ciri yang membedakan kerbau liar dari kerbau peliharaan untuk ternak adalah bahwa kerbau peliharaan memiliki perut yang bulat. Dengan adanya percampuran keturunan antara kerbau-kerbau antara populasi yang berbeda, berat badan kerbau dapat bervariasi.

Upload: ahmad-fajri

Post on 28-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas metopel

TRANSCRIPT

Page 1: metopel 2

Ternak Kerbau

Pendahuluan

Sewaktu nenek moyang bangsa Indonesia yang berasal dari Indo China sampai di

Nusantara yang saat ini dikenal dengan nama Indonesia, mereka melihat hewan yang sama

dengan hewan yang ada di negeri asalnya. Hewan tersebut adalah hewan yang pada saat ini

disebut kerbau. Fenomena ini menunjukkan bahwa kerbau sudah ada di negeri kita sudah

sejak lama dan mungkin pula merupakan hewan asli Asia termasuk Indonesia. Dugaan ini

didasarkan pada para pendatang dari Indo China tersebut telah mengenal kerbau di negeri

asalnya dan menemukan hewan yang sama di negeri yang baru didatanginya. Kerbau

(Bubalus bubalis) merupakan jenis hewan yang termasuk famili bovidae. Terbukti dari

beberapa fragmen tulang dan giginya yang ditemukan pada ekskavasi beberapa situs di

Indonesia.

Kerbau dewasa dapat memiliki berat sekitar 300 kg hingga 600 kg. Kerbau liar dapat

memiliki berat yang lebih, kerbau liar betina dapat mencapai berat hingga 800 kg dan kerbau

liar jantan dapat mencapai berat hingga 1200 kg. Berat rata-rata kerbau jantan adalah 900 kg

dan tinggi rata-rata di bagian pundak kerbau adalah 1,7 m. Salah satu ciri yang membedakan

kerbau liar dari kerbau peliharaan untuk ternak adalah bahwa kerbau peliharaan memiliki

perut yang bulat. Dengan adanya percampuran keturunan antara kerbau-kerbau antara

populasi yang berbeda, berat badan kerbau dapat bervariasi.

Klasifikasi kerbau masih belum pasti, beberapa autoritas mengelompokkan kerbau sebagai

suatu spesies Bubalus bubalis dengan tiga subspesies yaitu :

1. Kerbau sungai (B. bubalis bubalis) yang berasal dari Asia Selatan.

2. Kerbau rawa (B. bubalis carabanesis) dari Asia Tenggara.

3. Kerbau liar (B. bubalis arnee).

Pemanfaatan dalam kegiatan sosial-budaya masyarakat

A.    Peran Ternak Kerbau

Ternak kerbau memegang peranan yang sangat penting bagi status sosial dan budaya

masyarakat pedesaan. Sejak dahulu, masyarakat berpendapat bahwa apabila seseorang

memiliki ternak kerbau maka dianggap sebagai orang yang memiliki harta banyak dan

berderajat tinggi. Sehingga ternak kerbau dimanfaatkan pada acara-acara tertentu sebagai

simbol kebesaran seperti acara perkawinan yang dikenal dengan sebutan “potong kerbau”,

yang dilaksanakan secara adat setempat.

Page 2: metopel 2

Dapat dikatakan bahwa kerbau merupakan hewan yang mempunyai nilai penting

dalam kehidupan masyarakat dari dulu hingga kini. Melalui data ekofaktual yang ditemukan

di situs-situs mesolitik kemungkinan jenis hewan tersebut hidup liar di hutan Indonesia.

Hewan tersebut diburu dan dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan makanan manusia pada

masa itu. Berbagai tinggalan arkeologis di situs-situs megalit Sumatera Selatan, Jawa Timur,

dan Lampung menggambarkan peranan penting maupun pembudidayaan kerbau.

Peranan kerbau dalam kegiatan pertanian dapat dikaitkan dengan perkembangan

sistem pertaniannya. Sistem pertanian yang dikenal semula pada masa prasejarah adalah

pertanian lahan kering (perladangan), kemudian dkembangkan sistem pertanian lahan basah

(persawahan). Dengan demikian diperkirakan kerbau telah dimanfaatkan untuk membantu

kegiatan pertaniannya.

Kerbau merupakan hewan domestikasi yang sering dikaitkan dengan kehidupan

masyarakat bermatapencaharian di bidang pertanian. Kerbau digunakan sebagai sarana

transportasi (kendaraan), untuk membantu mengolah lahan pertanian, dan kotorannya dapat

dijadikan pupuk. Domestikasi kerbau dikaitkan dengan kebutuhan hewan itu dalam jumlah

banyak untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya seperti tersebut di atas, juga dikonsumsi

atau digunakan sebagai hewan kurban pada upacara adat.

Tradisi pengolahan lahan tanpa menggunakan bajak diketahui masih dilakukan hingga

kini oleh sebagian masyarakat di Barus dan Tapanuli Selatan, yaitu dengan menggiring

kerbau (sekitar 8 – 12 ekor) berkeliling pada lahan sawah secara berulang-ulang. Banyaknya

kerbau yang digunakan menggambarkan banyaknya populasi kerbau yang diternakkan oleh

satu keluarga inti di tempat tersebut. Sekalipun tidak banyak lahan sawah yang diusahakan di

Samosir tempat komunitas subetnis Batak Toba misalnya, populasi kerbau sebagai hewan

ternak juga cukup banyak. Hal ini disebabkan banyaknya kebutuhan kerbau sebagai hewan

kurban yang menyertai upacara adat yang diselenggarakan masyarakatnya.

Bagi masyarakat yang masih hidup dengan tradisi megalitiknya seperti Toraja,

Sumba, Dayak Ngaju, dan Batak, kerbau merupakan hewan yang sering dikorbankan pada

upacara-upacara adatnya seperti upacara kematian (Rambu Polo’, Marapu, Tiwah, Saur

Matua dan Mangokal Holi), atau pembangunan rumah adat. Pada umumnya banyaknya

kerbau yang disembelih pada suatu upacara adat menggambarkan kemampuan keluarga atau

tingginya status sosial seseorang di masyarakat. Kegiatan tersebut secara simbolis tergambar

pada banyaknya tanduk kerbau yang dipajang pada rumah adat.

Pada masyarakat Batak di Sumatera Utara dikenal upacara kematian seperti Saur

Matua, dan Mangokal Holi (menggali tulang) untuk memindahkan tulang dari kubur primer

Page 3: metopel 2

ke kubur sekunder. Sebagai rangkaian kegiatan upacara tersebut biasanya dilaksanakan pesta

syukuran adat yang disertai dengan pemotongan kerbau. Sebelum disembelih kerbau diikat

pada tiang yang disebut borotan serta diiringi dengan tarian tor-tor. Kemudian setelah kerbau

disembelih dagingnya dibagikan pada kerabat yang mengikuti upacara tersebut berupa jambar

juhut.

Demikian halnya pada upacara perkawinan, Horja Bius (acara penghormatan terhadap

leluhur), dan pendirian rumah adat, kerbau juga disembelih selain sebagai hewan korban juga

sebagai pelengkap adat dalam pembagian jambar. Pada pembagian jambar juhut (hewan

kurban) terdapat aturan tertentu yang disebut ruhut papangan, yaitu:

1. Kepala (ulu dan osang) untuk raja adat.

2. Leher (rungkung atau tanggalan) untuk pihak boru.

3. Paha dan kaki (soit) untuk pihak dongan sabutuha.

4. Punggung dan rusuk (panamboli dan somba-somba) untuk pihak hula-hula.

5. Bagian belakang (ihur-ihur) untuk pihak hasuhuton.

Adanya aturan yang memberi perlakuan khusus pada raja di masyarakat Batak

tersebut juga menjelaskan tentang keberadaan tanduk kerbau yang tersimpan pada rumah

adatnya. Perlakuan khusus kepada pemimpin adat berkaitan dengan pemberian bagian kepala

hewan kurban khususnya kerbau, juga ditemukan pada masyarakat Toraja.

Beberapa daerah di Indonesia yang secara sosial budaya berkaitan dengan kerbau

menunjukkan populasi kerbau yang tinggi. Keterkaitannya bisa berupa dalam adat istiadat

atau kebutuhan tenaga kerja lebih pada adat istiadat yang turun temurun. Kerbau mempunyai

arti sosial yang sangat khas sehingga ada rumah adat dan perkantoran pemerintah mempunyai

bentuk atap yang melengkung melambangkan bentuk tanduk kerbau. Diduga kata

“Minangkabau” berasal dari “Menang Kerbau”.

Kepemilikan kerbau menandakan prestise seseorang.  Semakin kaya dan tinggi status

seseorang ditandai seberapa banyak kepemilikan kerbaunya.  Dalam adat daerah tertentu,

kerbau digunakan untuk alat meminang seorang remaja putri. Kerbau cukup produktif, bisa

digunakan atau disewa untuk membajak sawah, menarik gerobak dan kerbau betina akan

menghasilkan anak, sebagai sumber penghasilan tambahan bagi petani.

Hal ini menunjukan bahwa budaya masyarakat sangat berperan terhadap

perkembangan populasi kerbau. Populasi kerbau di Indonesia terdapat di seluruh provinsi,

karena kerbau mempunyai daya adaptasi yang sangat tinggi. Kerbau bisa berkembang mulai

dari daerah kering di NTT dan NTB, lahan pertanian yang subur di Jawa hingga lahan rawa

di Sulawesi Selatan, Kalimantan dan daerah pantai utara Sumatera (Asahan sampai

Page 4: metopel 2

Palembang). Selain itu pengembangannya juga tidak akan menghadapi hambatan selera,

budaya dan agama.

B.     Fungsi Ternak Kerbau

Sebagai penghasil tenaga kerja untuk mengolah sawah.

Kerbau dipelihara oleh masyarakat Indonesia  secara turun temurun. Pada masyarakat pulau

Jawa, ternak kerbau digunakan sebagai hewan yang digunakan tenaganya untuk mengolah

sawah sejak dulu kala.  Sebelum ada traktor, kerbau memiliki fungsi amat besar dalam

produksi padi.   Meskipun ada mekanisasi pertanian menggunakan traktor, penggunaan

kerbau masih diperlukan untuk sawah dengan terasering yang berundak-undak.

Sebagai penghasil susu.

Di Sumatera banyak ditemui kerbau penghasil susu.  Di  Minangkabau,   susu kerbau juga

diolah menjadi dadiah  (sejenis yoghurt) dan  juga digunakan sebagai bahan keju Mozzarella.

Sebagai penghasil daging.

Daging kerbau muda cukup empuk.  Rendang  yang dimakan di Rumah Makan Padang

adalah  lebih banyak daging kerbau daripada daging sapi.  Kerbau pun digunakan sebagai

hewan kurban di beberapa daerah, selain sapi dan kambing.

Sebagai ternak yang bisa menghasilkan pupuk.

Kotoran kerbau dapat digunakan sebagai pupuk atau bahan bakar jika dikeringkan.  Semasa

booming ternak cacing tanah, kotoran kerbau dicari peternak cacing untuk media tumbuh

cacing tanah.  Orang berebut kotoran kerbau berbahan hijauan alami.

Sebagai tabungan jangka panjang.

Di beberapa desa, kerbau digunakan untuk alat menabung.  Petani menyimpan uangnya

dengan membeli kerbau, lalu menjual kerbaunya jika sedang membutuhkan uangnya.

Sebagai bahan tekstil (industri).

Kulit kerbau sering digunakan juga sebagai bahan sepatu, wayang kulit dan helm sepeda

motor.

Pemanfaatan kerbau sebagai alat transportasi diperkirakan berkaitan dengan

pengangkutan hasil-hasil pertanian seorang petani.

C.    Pentingnya Ternak Kerbau

Semakin meningkatnya penduduk Indonesia dan semakin meningkatnya pendapatan

masyarakat, maka meningkat pula konsumsi daging untuk memenuhi kebutuhan protein

hewani bagi tubuh. Pada umumnya, kebutuhan daging di Indonesia dipenuhi dari daging sapi

dan ayam . Oleh karena itu, salah satu untuk memenuhi kebutuhan daging selain daging sapi

Page 5: metopel 2

dan ayam yaitu daging yang berasal dari ternak kerbau. Dalam hal ini, menunjukkan bahwa

ternak kerbau penting di ternakkan sejak dini karena mempunyai potensi untuk

dikembangkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan daging bagi masyarakat Indonesia.

Produktivitas kerbau tidak lebih rendah daripada sapi potong . Berbagai hasil

penelitian yang ada diberbagai belahan dunia termasuk di Indonesia menunjukkan, tingkat

produksi kerbau tidak berbeda jauh dengan sapi. Dengan budidaya intensif, calving interval

atau selang beranak (waktu yang dibutuhkan antara dua kelahiran yang berturutan) dapat

mencapai 13 bulan. Meskipun, budidaya kerbau oleh petani secara tradisional dengan

melepas bebas di padang penggembalaan tanpa perlakuan pakan dan pengaturan perkawinan,

selang beranak dapat lebih dari 24 bulan.

Secara umum, ternak kerbau dan sapi adalah hewan yang berbeda baik jenis maupu

bangsanya. Tetapi dalam soal produk, dipasar tidak ada perbedaan antara daging kerbau

dengan daging sapi. Hampir di seluruh wilayah Indonesia daging kerbau dikenal sebagai

daging sapi. Maka ketika Presiden Republik Indoneasia mematok target swasembada daging,

daging kerbau yang cukup signifikan ada didalamnya. Dengan jumlah populasi kerbau pada

tahun 2007 yang mencapai 2,5 juta ekor sebesar 22 %. Angka kontribusi daging kerbau saat

itu adalah 41 ribu ton, sehingga kepentingan memasukkan daging ternak kerbau dalam suplai

daging sekitar 8 %.

Ditunjukkan pula dengan pertambahan berat badan, bahwa penggemukan ternak

kerbau oleh seorang peternak di Bogor mampu mendapatkan hasil pertambahan berat badan 1

kg/ekor/hari. Oleh karena itu, bahwa parameter yang relatif sama digunakan pada

penggemukan sapi potong. Dalam hal ini, menunjukkan bahwa dengan

budidaya/pemeliharaan kerbau yang baik atau budidaya secara intensif tidak kalah produktif

dengan ternak sapi. Maka dari itu, ternak kerbau mempunyai potensi sebagai penghasil

daging. Dimana ternak kerbau telah lama dikembangkan/dipelihara oleh masyarakat sebagai

salah satu mata pencaharian dalam skala usaha yang masih relatif kecil, untuk tujuan daging,

kulit dan tenaga kerja. Seperti jumlah populasi ternak kerbau tersebut diatas memberikan

kontribusi kebutuhan daging, maka ternak kerbau juga memiliki peran dalam menunjang

program kecukupan daging 2014.

Walaupun produktivitas ternak kerbau di Indonesia masih relatif rendah bila

dibadingkan dengan produktivitas sapi potong, namun demikian usaha ternak kerbau

memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan terutama di beberapa daerah/wilayah yang

memiliki sumberdaya pakan yang melimpah dan daerah dimana kerbau mempunyai fungsi

sosial yang sangat penting seperti di Tana Toraja.

Page 6: metopel 2

Daerah yang menjadi sentra pengembangan ternak kerbau saat ini adalah wilayah

yang cocok menjadi habitat untuk berkembang biak. Populasi ternak kerbau di dua wilayah

ini tercatat 54 % dari total populasi keseluruhan yang ada di Indonesia.

Dari pandangan etnik dan agama, bahwa pengembangan ternak kerbau tidak ada

penghalang, bahkan oleh suku tertentu, hewan ini mendapat tempat tersendiri. Kerbau dinilai

sangat tinggi dalam adat budaya Batak, Toraja dan beberapa suku lain. Dalam hal inilah,

ternak kerbau mempunyai potensi untuk dikembangakan baik di kawasan tersebut maupun

diwilayah lainnya. Dengan demikian pengembangan usaha peternakan kerbau dan wilayah

agribisnis kerbau sangat luas, hampir meliputi seluruh agroekosistem dan sosial-budaya yang

ada sehingga ternak kerbau mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai penghasil

daging. Kerbau dianggap memiliki kontribusi tinggi dan cukup banyak menginspirasi.

Ide permasalahan yang dapat diteliti

1. Pengaruh performans reproduksi kerbau lumpur terhadap produksi susu yang

dihasilkan setelah mengalami proses reproduksi seperti kawin, bunting dan

melahirkan.

2. Pengaruh kerbau terhadap strata sosial di Toraja.

Kelompok 12 :

Ardiyan Fatazani

Ridwan

Ahmad Fajri

Annisa Syar’i

Monalisa Lau Rendra

Page 7: metopel 2

DAFTAR PUSTAKA

Bamualim, A. dan M. Zulbardi. 2007. Situasi dan Keberadaan Kerbau di Indonesia. Pros. Semiloka Usaha Ternak Kerbau. Puslitbang Peternakan, Bogor.

Poro, A. 1995. Hubungan Ukuran-ukuran (Panjang Badan, Lingkar Dada, Lebar Panggul) Terhadap Berat Kulit Segar Kerbau Jantan di Rumah Potong Hewan Batu Sangkar Kabupaten Tanah Datar. Jurnal Peternakan vol 1 no 02, Februari 1995, hal 67-71.

Wiradnyana, Somba, Nani, 2005. Fungsi dan Makna Kerbau dalam Tradisi Megalitik di Sebagian Wilayah Indonesia. Makassar: Balai Arkeologi Makassar.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kerbau

http://id.shvoong.com/tags/fungsi-kerbau