m.fauzan maulana-fkik.pdf
TRANSCRIPT
VALIDASI KUESIONER LITTLEARS BERBAHASA
INDONESIA PADA ANAK USIA 19-24 BULAN
DI JAKARTA
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
M.FAUZAN MAULANA
NIM: 1110103000064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan nikmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat belajar hingga
tepat pada waktunya penulis harus menuliskan laporan penelitian ini. Penulis
menyadari, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka penelitian ini
tidak akan pernah terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Prof. DR (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, dr. M. Djauhari Widjajakusumah,
DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Dra. Farida Hamid, MA selaku Dekan dan
Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menggali ilmu
di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Fikri Mirza Putranto, SpTHT-KL selaku pembimbing 1 yang telah
memberikan masukan judul penelitian dan banyak mencurahkan waktu,
pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam melakukan penelitian
dan menyusun laporan penelitian ini.
4. dr. Erike A. Suwarsono, MPd selaku pembimbing 2 yang telah banyak
mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam
melakukan penelitian dan menyusun laporan penelitian ini.
5. dr. Alyya Shidqia, Sp.FK selaku Pembimbing Akademi yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
6. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab modul Riset
yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan penelitian
disetiap pertemuan modul Riset.
7. dr. Mohamad Baharuddin, SpOG, MARS dan Ibu Kiki selaku direktur RS
Budi Kemuliaan dan Perawat RS Budi Kemuliaan yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan wawancara kepada pasien di RS Budi
Kemuliaan.
vi
8. Segenap responden penelitian ini yang telah bersedia diwawancarai mengenai
perkembangan pendengaran pada putra-putrinya.
9. Kedua orang tua tercinta, Ayah DRS. H.Maulana Yusuf, MA dan Ibu
Hj.Nurhayinawati,S.Ag Yang tidak kenal lelahnya selalu mensupport dan
mendoakan putranya dalam studi di kampus kedokteran ini
10. Adik tersayang: Nurhasanah Maulana, M. Nu’man Maulana, M.Nur Maulana,
dan M. Zein Maulana. Terimakasih atas doa dan dukungan yang telah
diberikan.
11. Teman-teman satu kelompok penelitian: Hana Fadhilah, Ilham Ibrahim
Marpid, Manda Pisilia, dan Hafidhu Nalendra. Terimakasih atas kerja sama
yang luar biasa selama melakukan penelitian dan penyusunan laporan.
Semoga kerja sama kita dapat berlanjut hingga batas waktu yang tidak
ditentukan.
12. Erry Juhairiah, Fajri Nugraha, Ainun Naimah, Karlina Sari Sujana, Ummi
Habibah, Fitriyah.Yang sudah mau meluangkan waktunya untuk membantu
mencari responden.
13. Rekan Sejawat kontrakan Rumah Dokter Muslim (RDM) yang selalu
mendukung dan membantu dalam penyelesaian makalah ini.
14. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik di PSPD, BEM FKIK, BEMJ
Pendidikan Dokter dan teman-teman lain yang penulis kenal namun tidak
sempat tersebutkan.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran di Indonesia. Amiin.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.
Ciputat, 19 September 2014
Penulis
vii
ABSTRAK
M. Fauzan Maulana. Program Studi Pendidikan Dokter. Validasi Kuesioner
LittlEARS Berbahasa Indonesia pada Anak usia 19-24 bulan. 2013.
Pendengaran merupakan salah satu proses pertumbuhan yang harus diperhatikan
semua orang tua terhadap anaknya, gangguan pendengaran pada anak akan
menyebabkan gangguan bicara, bahas, dan kognitif. Tujuan penelitian ini untuk
melakukan validasi kuesioner LittlEARS yang diharapkan dapat menjadi alternatif
deteksi dini pendengaran pada anak. Desain yang digunakan cross sectional
dengan teknik pengambilan sampel secara consecutive sampling. Tempat
pengambilan sampel di Jakarta selama Januari - Juli 2013. Pada penelitian ini
didapatkan 26 sampel pada usia anak umur 19-24 bulan. Laki-laki 13 anak,
perempuan 13 anak. Pada uji validitas menggunakan cronbach’s alpha sebesar
0,310 dapat disimpulakan bahwa kuesioner ini valid untuk digunakan pada anak
usia 19-24 bulan di Jakarta.
Kata Kunci : Kuesioner LittlEARS
ABSTRACT
M. Fauzan Maulana. Medical Education Study Program. Validation the
Indonesian Version of the LittlEARS Questionnaire in Children Age 19-24
Months at Jakarta.
Hearing is part of development process that important to monitor by all parents.
Hearing loss in children will cause speech and language disabilities and cognitive
impairment. The aim of this research is to evaluate the validity of the LittlEARS
auditory questionnaire that become the alternative method for early detection of
hearing loss in children. This research design is cross sectional while sampling
method is consecutive sampling. This research takes place in Jakarta during
January-July 2013. This research involves 26 respondents with children age 19-24
months, 13 boys and 13 girls . Test of validity using cronbach’s alpha. The result,
alpha value is 0,310 This conclude that this questionnaire is valid for using in
children age 19-24 months.
Keyword : LittlEARS questionnaire
viii
DAFTAR SINGKATAN
APGAR : Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration
ABR : Auditory Brainstem Response
BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah
CMV : Cytomegalovirus
EHDI : Early Hearing Detection Infant
NICU : Neonatal Intensive Care Unit
OAE : Otoacoustic Emissions
WHO : World Health Organization
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................ vii
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Pertanyaan Penelitian ........................................................... 2
1.3 Hipotesis ............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ................................................................... 4
2.1.1 Embriologi Telinga .................................................. 4
2.1.2 Anatomi Telinga ........................................................ 5
2.1.3 Tumbuh Kembang Anak ............................................. 8
2.1.4 Gangguan Pendengaran di Indonesia .......................... 11
2.1.5 Early Hearing Detection Infant (EHDI) ..................... 12
2.1.6 Kuesioner LittlEARS ................................................... 14
2.2 Kerangka Konsep ............................................................... 15
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ................................................................... 17
3.2 Waktu Penelitian ................................................................ 17
3.3 Tempat Penelitian ................................................................. 17
3.4 Populasi Penelitian ............................................................. 17
3.4.1 Populasi Terjangkau ................................................... 17
3.4.2 Populasi Target ............................................................ 17
3.5 Sampel Penelitian dan cara Pemilihan Sampel .................. 17
3.6 Besar Sampel ..................................................................... 18
3.7 Variabel Penelitian ............................................................. 18
x
3.8 Kriteria Inklusi dan Eklusi ................................................. 18
3.9 Analisis Statistik ................................................................... 19
3.10 Cara Kerja ........................................................................ 19
3.11 Definisi Operasional ........................................................... 20
BAB 4. HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Deskriptif ..................................................................... 21
4.1.1 Karakteristik Responden ............................................... 21
4.2 Statistik Analitik ................................................................... 21
4.2.1 Sebaran Skor Pendengaran ........................................... 21
4.3 Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 22
BAB 5. DISKUSI HASIL
5.1 Karakteristik Responden ...................................................... 24
5.2 Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 26
5.3 Keterbatasan Penelitian ......................................................... 30
BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan ................................................................................. 31
6.2 Saran ......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 32
LAMPIRAN ............................................................................................. 34
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perkembangan mental gerakan-gerakan kasar & halus,
emosi, perilaku dan bicara ..................................................... 9
Tabel 2.2. Tahap perkembangan bicara .................................................. 10
Tabel 2.3. Perkembangan bicara dan pendengaran normal..................... 11
Tabel 2.4. Perkiraan adanya gangguan pendengaran
pada anak dan bayi ................................................................. 12
Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian ............................................. 20
Tabel 4.1. Karakteristik Responden ........................................................ 21
Tabel 4.2. Statistik Reliabilitas Cronbach’s alpha ................................. 22
Tabel 4.3. Nilai Validitas dengan pearson dan Corrected
item-total correlation ............................................................. 23
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Anatomi Telinga ................................................................. 5
Gambar 2.2. Anatomi Telinga Dalam ..................................................... 8
Gambar 2.3. Kerangka Konsep ............................................................... 15
Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian..................................................... 19
Gambar 4.1. Grafik Sebaran skor kuesioner .......................................... 22
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Telinga mempunyai peran yang besar dalam kehidupan sehari-hari kita,
karena mendengar dapat menyerap 20% informasi, lebih besar dibandingkan
dengan membaca yang hanya menyerap 10% informasi. Bagi ibu yang baru
melahirkan mengetahui proses pendengaran pada masa bayi sangat penting,
karena gangguan pendengaran dapat berakibat kepada proses bicara anak. Ada
pula banyak faktor resiko yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada
bayi, diantaranya: faktor tingginya kadar bilirubin (jaundice), obat-obatan yang
berbahaya pada pendengaran anak, APGAR score yang rendah, Meningitis, Bayi
lahir prematur, dan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Penyakit virus ketika
kehamilan, seperti Rubella atau Cytomegalovirus (CMV) dapat menyebabkan
gangguan dengar. 1,2
Berdasarkan survei yang telah dilakukan Departemen THT FKUI pada
tahun 2009 di 6 Rumah Sakit di Jakarta dan sekitarnya, angka kejadian gangguan
pendengaran pada bayi baru lahir antara 1-2 bayi per 1000 kelahiran .3
Untuk mendeteksi awal gangguan pendengaran bayi, dianjurkan bagi orang tua
untuk memeriksakan pendengaran bayinya sebelum dipulangkan ke rumah.
Program skrining pendengaran ini direncanakan untuk mendeteksi pendengaran
bayi sedini mungkin. The Joint Committee on Infant Hearing tahun 2007
merekomendasikan skrining pendengaran dilakukan sebelum usia 3 bulan dan
intervensi telah diberikan sebelum usia 6 bulan.
Beberapa komisi Nasional yaitu The National Institutes of Health, The
American Academy of Otolaryngology, dan The America Academy of Pediatrics
merekomendasikan identifikasi gangguan pendengaran pada bayi sesegera
mungkin pada 6 bulan pertama agar dapat diberikan terapi.4
Dua metode yang berbeda untuk mendeteksi pendengaran adalah Auditory
Brainstem Response (ABR) dan Otoacoustic Emissions (OAE). Namun
pemeriksaan dengan ABR dan OAE masih banyak memiki kekurangan, karena
tidak semua rumah sakit memiliki alat untuk menggunakan pemeriksaan tersebut.
2
Dilihat dari sisi finansialnya, harga untuk melakukan pemeriksaan tersebut cukup
mahal. Oleh karena itu di Indonesia masih sedikit rumah sakit atau orang tua yang
melakukan skrining pendengaran pada anak dengan menggunakan alat tersebut. 2
Kuesioner LittlEARS merupakan suatu instrumen untuk menilai proses
perkembangan pendengaran pada anak hingga usia 2 tahun, bertujuan sebagai
alternatif untuk deteksi gangguan pendengaran. Disamping penggunaan kuesioner
ini memerlukan biaya yang minimal, dapat dilakukan disemua kalangan, dan
kuesioner ini mudah dimengerti. Kuesioner ini sudah diterjemahkan kedalam 21
bahasa dengan nilai validitas yang baik. Sedangkan untuk bahasa Indonesia
sendiri belum ada yang menerjemahkan dan meneliti nilai validitas kuesioner ini.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk meneliti validitas kuesioner
littlEARS dalam bahasa Indonesia.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Apakah kuesioner LittlEARS berbahasa Indonesia valid untuk digunakan
pada anak usia 19-24 bulan di Jakarta?
1.3 Hipotesis
Kuesioner LittlEARS berbahasa Indonesia valid untuk digunakan pada
anak usia 19-24 bulan di Jakarta
1.4 Tujuan Penelitan
Untuk mengetahui validitas kuesioner LittlEARS berbahasa Indonesia pada
anak usia 19-24 bulan di Jakarta
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Penelti
Menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dokter
di FKIK Syarif Hidayatullah Jakarta
Menjadi salah satu bentuk perwujudan peneliti dalam
melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi
Memberikan pengetahuan pada peneliti tentang validitas kuesioner
LittlEARS berbahasa Indonesia pada bayi usia 19-24 bulan di
Jakarta
3
1.5.2 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Menambah referensi penelitian di FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta di bidang kedokteran
Menjadi dasar untuk melakukan penelitian lanjutan dengan tema
serupa di masa depan
1.5.3 Bagi dunia kedokteran
Menjadi dasar untuk diaplikasikannya kuesioner LittlEARS di
Indonesia untuk deteksi dini pendengaran pada bayi
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. LANDASAN TEORI
2.1.1 EMBRIOLOGI TELINGA
Embriogenesis adalah proses pembentukan organ dari tahap embrio
sampai menjadi organ yang dapat berfungsi. Pada orang dewasa, telinga
membentuk suatu unit anatomis yang memiliki fungsi pendengaran dan
keseimbangan. Namun pada mudigah, telinga terbentuk dari tiga bagian yang
berbeda : (a) Telinga luar, Organ pengumpul suara; (b) Telinga tengah, suatu
penghantar suara dari telinga luar kedalam; dan (c) Telinga dalam yang mengubah
suara menjadi impuls saraf dan mendeteksi perubahan keseimbangan 5,6
Telinga dalam seluruhnya berasal dari plakoda otika. Liang telinga berasal
dari celah brankial pertama ektoderm. Membran timpani mewakili membran
penutup celah tersebut. Selama satu stadium perkembangannya, liang telinga
akhirnya akan tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tepi
kemudian terbuka kembali, namun demikian kejadian ini mungkin merupakan
suatu faktor penyebab dari beberapa kasus atresia. Pinna berasal dari pinggir-
pinggir celah brankial pertama dari arkus brankialis pertama dan kedua. Aurikula
dipersyarafi oleh cabang aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf
aurikularis mayor dan oksipitalis minor yang merupakan cabang pleksus
servikalis 2
Rongga telinga tengah berasal dari celah brankial pertama endoderm.
Rongga berisi udara ini meluas kedalam pleksus tubotimpanikus yang selanjutnya
meluas disekitar tulang-tulang dan saraf dari telinga tengah dan meluas kurang
lebih ke daerah mastoid. Osikula berasal dari rawan arkus brankialis. Plakoda
otika ektoderm terletak pada permukaan lateral dari kepala embrio. Plakoda ini
kemudian tenggelam dan membentuk suatu lengkukan otika dan akhirnya
terkubur dibawah permukaan sebagai vesikel otika.2
5
2.1.2 ANATOMI TELINGA
Telinga terdiri dari tiga bagian : Telinga Luar, Tengah, dan Dalam. Bagian
luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam
yang berisi cairan, dimana energi suara mengalami penguatan dalam proses ini.
Telinga dalam berisi dua sistem sensorik berbeda: Koklea, yang mengandung
reseptor untuk mengubah gelombang suara menjadi impuls saraf sehingga kita
dapat mendengar; dan Aparatus Vestibularis, yang penting bagi sensasi
keseimbangan. 7
Telinga luar atau pinna (aurikula = daun telinga) merupakan gabungan dari
tulang rawan yang diliputi kulit. Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian
lateral namun bertulang disebelah medial. Seringkali ada penyempitan liang
telinga pada perbatasan tulang rawan ini. 2
Gambar 2.1 Anatomi Telinga 7
a. Membran Timpani
Membran timpani atau gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk
kerucut dengan puncaknya, Umbo, mengarah ke medial. Membran timpani
umumnya bulat. Membran timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis dibagian
luar, lapisan fibrosa dibagian tengah dimana tungkai maleus dilekatkan, dan
lapisan mukosa dibagian dalam. Lapisan fibrosa tidak terdapat diatas prosesus
lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian membran timpani yang disebut
Membran Shrapnell menjadi lemas (flaksid). 7
6
b. Telinga Luar
Telinga luar mengumpulkan gelombang bunyi ke Meatus Auditorius
Eksternus. Dari meatus, Kanalis auditorius eksternus berjalan kedalam menuju
membran timpani (gendang telinga) 7,8
Telinga luar terdiri dari pinna (daun telinga), meatus auditorius eksternus
(saluran telinga) dan membran timpani (gendang telinga). Pinna, lipatan menonjol
tulang rawan berlapis kulit mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya
ke saluran telinga luar. Pintu masuk saluran telinga dijaga oleh rambut-rambut
halus. Kulit yang melapisi saluran mengandung kelenjar keringat modifikasi yang
menghasilkan serumen (kotoran kuping), suatu sekresi lengket yang menjebak
pertikel-partikel kecil asing. Baik rambut-rambut halus maupun serumen
membantu mencegah partikel di udara mencapai bagisan dalam saluran telinga,
tempat partikel dapat menumpuk atau mencederai membran timpani dan
gangguan pendengaran. Membran Timpani yang membentang merintangi pintu
masuk ke telinga tengah, bergetar ketika terkena gelombang suara. Daerah-daerah
bertekanan tinggi dan rendah yang berselang-seling dan ditimbulkan oleh
gelombang suara menyebabkan gendang telinga yang sangat peka melekuk ke
dalam dan keluar seiring dengan frekuensi gelombang suara. 8
c. Telinga Tengah
Telinga tengah adalah rongga berisi udara di dalam tulang temporalis yang
terbuka melalui tuba auditorius ke nasofaring dan melalui nasofaring ke luar.
Tuba biasanya tertutup, tetapi selama mengunyah, menelan, dan menguap saluran
ini terbuka, sehingga tekanan udara dikedua sisi gendang telinga seimbang. 7
Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membran timpani ke cairan
telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya tiga tulang pendengaran
atau osikulus (maleus, inkus, dan stapes) yang dapat bergerak dan membentang
ditelinga tengah. Tulang pertama, maleus, melekat ke membran timpani ,dan
tulang terakhir stapes, melekat ke jendela oval/ oval window, pintu masuk ke
dalam koklea yang berisi cairan. Sewaktu membran timpani bergetar sebagai
respon terhadap gelombang suara, rangkaian tulang-tulang tersebut ikut bergerak
dengan frekuensi yang sama, memindahkan frekuensi getar ini dari membran
7
timpani ke jendela oval. Tekanan yang terjadi di jendela oval yang ditimbulkan
oleh setiap getaran akan menimbulkan gerakan cairan telinga dalam mirip
gelombang dengan frekuensi yang sama seperti gelombang suara asal, tapi harus
membutuhkan getaran yang besar supaya dapat mengetarkan cairan.7
Sistem osikulus memperkuat tekanan yang ditimbulkan oleh gelombang
suara diudara melalui dua mekanisme agar cairan dikoklea bergetar. Pertama,
karena luas membran timpani jauh lebih besar dari pada luas jendea oval maka
terjadi peningkatan tekanan ketika gaya yang bekerja pada membran timpani
disalurkan oleh osikulus ke jendela oval. Kedua, efek tuas osikulus juga
menimbulkan penguatan. Bersama-sama kedua mekanisme ini meningkatkan gaya
yang bekeja pada jendela oval sebesar 20 kali. Penambahan tekanan ini sudah
cukup untuk menggetarkan cairan di koklea.7
Beberapa otot halus ditelinga tengah berkontraksi secara reflex sebagai
respon terhadap suara keras (lebih dari 70 dB), menyebabkan membran timpani
mengencang dan membatasi gerakan rangkaian osikulus. 7
d. Telinga Dalam 7,8
Bagian koklea labirin adalah saluran melingkar pada manusia panjangnya
35 mm dan membentuk 2 ¾ kali putaran. Koklea yang seukuran kacang polong
dan berbentuk mirip rumah siput ini adalah bagian telinga dalam yang
“mendengar” dan merupakan sistem tubulus yang bergulung yang terletak jauh di
dalam tulang temporal. koklea terdiri dari tiga tuba melingkar yang saling
bersisian :
1) Skala Vestibuli ( kompartemen atas)
2) Skala Media ( Duktus Koklearis buntu, yang membentuk kompertamen
tengah ) ,
3) Skala Timpani (kompartemen bawah)
Skala vestibuli dan skala media dipisahkan satu sama lain oleh Membran
Reissner (disebut juga membran vestibular). Skala timpani dan skala media
dipisahkan satu sama lain oleh Membran Basilar. Membran basilaris sangat
penting karena mengandung Organ Corti, yaitu organ indra untuk pendengaran.7,8
8
Cairan yang berada didalam skala media disebut Endolimfe, skala
vestibuli dan skala timpani cairan yang terkandung didalamnya adalah Perilimfe.
Pada daerah luar ujung skala media tempat cairan skala vestibular dan skala
timpani bertemu disebut Helikotrema.
Organ corti, terletak diatas membran basilaris diseluruh panjangnya,
mengandung sel rambut yang merupakan reseptor suara. Sebanyak 16.000 sel
rambut didalam masing-masing koklea tersusun menjadi empat baris sejajar di
seluruh panjang membran basilaris, satu baris sel rambut dalam dan tiga baris sel
rambut luar. Dari permukaan masing-masing sel rambut menonjol sekitar 100
rambut yang dikenal sebagai stereosilia, yaitu mikrovilus yang dibuat kaku oleh
adanya aktin. Sterosilia ini berkontak dengan membran tektorium, suatu tonjolan
mirip tenda yang menutupi organ corti diseluruh panjangnya 7
Gambar 2.2 Anatomi telinga dalam 7
2.1.3 Tumbuh Kembang Anak
Perkembangan anak sebenarnya merupakan kesatuan utuh yang bertujuan
untuk mengantarkan anak menjadi manusia dewasa dengan fungsi optimal.
Perkembangan anak dibagi dalam beberapa domain yaitu : motorik kasar, motorik
halus, bicara dan bahasa, kognitif atau intelegensi, perilaku, sosial - personal,
pendengaran dan pengelihatan. 9
9
Tabel 2.1. Perkembangan Mental Gerakan - Gerakan Kasar & Halus, Emosi,
Perilaku dan Bicara. 6
Usia Tumbuh Kembang
Dari lahir sampai 3 bulan Belajar mengangkat kepala
Belajar mengikuti objek dengan matanya
Melihat kemuka orang dengan tersenyum
Bereaksi terhadap suara/bunyi
Mengenal ibunya dengan pengelihatan, penciuman,
pendengaran dan kontak
Menahan barang yang dipegangya
Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
Dari 3 samapi 6 bulan Mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada dengan
menompang tangan
Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dari
jangkauannya
Menaruh benda-benda dalam mulutya
Berusaha memperluas lapang pandang
Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak main
Mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang
Dari 6 sampai 9 bulan Dapat duduk tanpa dibantu
Dapat tengkurep dan berbalik sendiri
Dapat merangkak meraih benda-benda atau mendekati
seseorang
Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang
lainnya
Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
Bergembira dengan melempar benda-benda
Mengeluarkan kata-kata yang tanpa arti
Mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada
orang asing
Mulai berpartisipasi dalam bermain tepuk tangan dan
sembunyi- sembunyian
Dari 9 sampai 12 bulan Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu
Dapat berjalan tanpa dituntun
Menirukan suara
Mengulangi bunyi yang didengarnya
Belajar menyatakan satu dan dua kata
Mengerti perintah sederhana atau larangan
Memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi
sekitarnya, ingin menyentuh apa saja dan memasukkan
benda-bend ke dalam mulutnya
Berpartisipasi dalam permainan
Dari 12 sampai 18 bulan Berjalan dan mengeksprolasi rumah dan sekelilig rumah
Menyusun 2 atau 3 kotak
Dapat mengatakan 5-10 kata
Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
Dari 18 sampai 24 bulan Naik turun tangga
Menyusun 6 kotak
Menunjuk mata dan hidungnya
Menyusun dua kata
10
Belajar makan sendiri
Menggambar garis di kertas atau di pasir
Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air
kecil
Menaru minat dengan apa yang dikerjakan oleh orang-orang
yang lebih besar
Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main
dengan mereka
Perkembangan auditorik pada manusia sangat erat hubungan dengan
perkembangan otak. Neuron dibagian korteks mengalami proses pematangan
dalam waktu 3 tahun pertama kehidupan, dan masa 12 bulan pertama kehidupan
terjadi perkembangan otak yang sangat cepat. Perkembangan bicara erat kaitanya
dengan tahap perkembangan mendengar, oleh karenanya dengan memahami tahap
perkembangan bicara dapat diperkirakan adanya gangguan pendengaran. 9
Tabel 2.2. Tahap Perkembangan Bicara
Usia Kemampuan
Neonatus Menangis (reflex vocalization)
Mengeluarkan suara mendengkur seperti suara burung
(cooing)
Suara seperti berkumur (gurgles)
2-3 bulan Tertawa dan mengoceh tanpa arti (babbling)
4-6 bulan Mengeluarkan suara yang merupakan kombinasi hurup hidup
(vowel) dan hurup mati (konsonan)
Suara yang berupa ocehan yang bermakna, seperti
“pa..pa,da..da”
7-11 bulan Dapat menggabugkan kata suku kata yang tidak mengandung
arti, terdengar seperti bahasa asing
Usia 10 bulan mampu meniru suara sendiri
Memahami arti “tidak” , mengucapkan salam
Mulai memberikan perhatian terhadap nyanyian atau musik
12-18 bulan Mampu menggabungkan kata atau kalimat pendek
Mulai mengucapkan kata pertama yang mempunyai arti
Usia 12-14 bulan mengerti instruksi sederhana, menunjukkan
bagian tubuh dan nama mainannya
Usia 18 bulan mampu mengucapkan 6-10 kata
Pusat bicara pada anak dengan tangan kanan dan 2/3 anak dengan tangan
kiri terletak pada hemisfer otak kiri. Maturasi sinaps perkembangan bicara reseptif
di area wernicke terjadi pada usia 15-24 bulan. Seharusnya seorang anak diatas 2
tahun sudah dapat bicara dengan baik. Adanya gangguan perkembangan hemisfer
otak kiri pada anak usia dibawah 2 tahun akan menyebabkan keterlambatan
bicara. 9
11
Perkembangan bicara normal melalui beberapa tahapan yaitu cooing,
babbling, echolalia, jargon, kata dan kombinasi kata. Dan pembentukan kalimat
(tabel 2.3). Dengan mengetahui pola perkembangan bicara reseptif (bicara
seseorang) dan ekspresif (mengucapkan kata-kata), diharapkan keterlambatan
bicara dapat dideteksi dengan cepat.
Tabel 2.3 Perkembangan Bicara dan Pendengaran Normal. 9
Usia Pendengaran dan Pengertian Bicara
4 – 6 bulan Mata bergerak ke arah suara
Respon terhadap suara
Perhatian terhadap mainan yang
mengeluarkan bunyi
Perhatian terhadap musik
Babbling dengan
berbagai huruf awal
“b” “p” “m”
Suara kegembiraan
atau sedih
suara saat sendiri atau
bermain
7 bulan - 1 tahun Mengerti permainan “cilukba”
Menoleh dan melihat kearah
suara
Mendengar saat orang berbicara
Mengerti beberapa kata : sepatu,
gelas
Respon terhadap permintaan
sederhana “kesini” “mau lagi”
Babbling dengan kata
panjang dan pendek
seperti “tata” “bibibi”
Menggunakan kata
atau suara untuk
mendapatkan
perhatian
Mengucapkan 1-2 kata
1 - 2 tahun Menunjuk anggota tubuh
Mengikuti perintah dan
permintaan yang mudah
Mendengar cerita sederhana,
lagu dan irama
Menunjuk gambar sesuai
dengan namanya
Kata-kata bertambah
tiap bulan
Menggunakan 1-2
kata Tanya
Mengucapkan 2 kata
bersamaan
Mengucapkan 10 kata
saat usia 19 bulan
2-3 tahun Mengerti perbedaan dengan arti
Mengikuti 2 tahap perintah
“ambil buku itu dan letakkan
dimeja”
Mempunyai kata
untuk semua benda
Berbicara dengan 2-3
kata dalam kalimat
2.1.4 Gangguan Pendengaran di Indonesia
Di Indonesia sampai saat ini belum ada data, karena belum dilakukan
program skrining pendengaran. Data menurut survei Kesehatan Indra
Pendengaran di 7 provinsi tahun 1994-1996 didapatkan prevalensi gangguan
pendengaran dan ketulian di Indonesia adalah 16,8% dan 0,4%. Menurut WHO
tahun 2007, prevalensi gangguan pendengaran pada populasi penduduk Indonesia
diperkirakan sebesar 4,2%, sehingga berdasarkan data tahun 2002 bila jumlah
12
penduduk Indonesia sebesar 221.900.00 maka 9.319.800 penduduk Indonesia
diperkirakaan menderita gangguan pendengaran. 10
Terdapat tiga klasifikasi gangguan pendengaran, yaitu tuli konduktif, tuli
sensorineural, dan tuli campuran. Sebagian besar kejadian gangguan pendengaran
merupakan tuli sensorineural yaitu sebanyak 90%. Gangguan pendengaran dapat
disebabkan karena faktor genetik dan faktor didapat, antara lain masalah perinatal
seperti prematuritas, hipoksia berat, dan hiperbilirubinemia.
Gangguan pendengaran pada masa bayi akan menyebabkan gangguan bicara,
berbahasa, kognitif, masalah sosial, dan emosional. Identifikasi gangguan
pendengaran secara dini dan intervasi yang sesuai sebelum usia 6 bulan terbukti
dalam mencegah segala konsekuensi tersebut. The Joint Committee on Infant
Hearing tahun 2007 merekomendasikan skrining pendengaran dilakukan sebelum
usia 3 bulan dan intervensi telah diberikan sebelum usia 6 bulan.9,11
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang tua terhadap
kemungkinan adanya gangguan pendengaran pada bayi dan anak 9
Tabel. 2.4. Perkiraan Adanya Gangguan Pendengaran Pada Anak dan Bayi
Usia Kemampuan bicara
12 bulan Belum dapat mengoceh (babbling) atau meniru bunyi
18 bulan Tidak dapat menyebut satu kata yang mempunyai arti
24 bulan Perbendaharaan kata yang kurang dari 10 kata
30 bulan Belum dapat merangkai 2 kata
2.1.5 Early Hearing Detection Infant (EHDI) 1
Terdapat 2 metode berbeda dalam mendeteksi pendengaran secara dini pada anak
a. Otoacoustic Emissions (OAE)
b. Auditory Brainstem Response (ABR)
a. Otoacoustic Emissions (OAE)
Prinsip pengunaan OAE ini dengan memasang probe (sumbat) dari bahan
pons berisi mikrofon mini ke dalam liang telinga untuk memberikan stimulus
akustik dan untuk menerima emisi yang dihasilkan oleh koklea tersebut. Sistem
kerja OAE yaitu, gerakan sel rambut luar koklea yang sangat kecil, memproduksi
energi mekanik yang diubah menjadi energi akustik sebagai respon terhadap
13
getaran dari organ ditelinga tengah. Bila terdapat gangguan pada saat suara
dihantarkan dari luar telinga seperti serumen/ debris, gangguan pada telinga
tengah seperti otitis media, maka stimulus akustik yang sampai ke koklea akan
terganggu dan akibatnya emisi yang dibangkitkan oleh koklea juga akan
berkurang.
Sebelum melakukan pemeriksaan OAE perlu dilakukan timpanometri,
dengan tujuan mengetahui keadaan kavum timpani, misalnya ada cairan ditelinga
tengah, gangguan rangkaian tulang pendengaran, kekakuan membran timpani, dan
membran timpani yang sangat lentur. Karena keadaan semua itu dapat
mengahasilkan pemeriksaan OAE positif palsu.
Kelebihan dan kekurangan Tes Otoacoustic Emissions (OAE) :
Tidak membutuhkan tenaga terlatih untuk menjalankan alat
maupun mengiterpretasikan hasil
Lebih cepat dan lebih nyaman
Lebih murah
Penilaian klinik telinga perifer/ jalur preneural
Sensitivitas OAE sebesar 98-100% dan spesifitas 94%
b. Auditory Brainstem Response (ABR)
Auditory Brainstem Response merupakan suatu pemeriksaan untuk menilai
fungsi nervus VIII dan jalur pendengaran di batang otak. Prinsip pemeriksaan
ABR ini adalah menilai perubahan potensial listrik diotak setelah pemberian
rangsangan sensoris berupa bunyi. Rangsangan bunyi yang diberikan melalui
head phone atau insert probe akan menempuh perjalanan melalui koklea
(gelombang I), nukleus koklearis (gelombang II), nukleus olivarius superior
(gelombang III) lemnikulus lateralis (gelombang IV), kolikulus inferior
(gelombang V) kemudian menuju korteks auditorius dilobus temporalis otak,
yang penting dicatat adalah gelombang I,III,V.
Cara pemeriksaan ABR dengan merekam potensial listrik yang
dikeluarkan sel koklea selama menempuh perjalanan melalui telinga dalam hingga
nukleus tertentu di batang otak. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan
elektroda permukaan yang dilekatkan pada kulit kepala atau dahi dan prosesus
mastoid atau lobus telinga.
14
Kelebihan dan kekurangan Auditory Brainstem Response (ABR):
ABR membutuhkan waktu yang lebih lama
Membutuhkan tenaga terlatih dalam mengoprasikan alat maupun
mengiterpretasi hasil
ABR tidak dipengaruhi oleh debris diliang telinga luar dan tengah
Bayi harus dalam keadaan tenang atau tidur.
Harganya Mahal
Dapat mendeteksi adanya tuli konduktif dan tuli sensorineural
Sensitivitas ABR dilaporkan sebesar 100% dan spesifitas 97-98%.
2.1.6 Kuesioner LittlEARS
Kuesioner LittlEARS merupakan kuesioner pendengaran yang didesain
untuk menilai perkembangan pendengaran anak yang menggunakan koklea
implant atau menggunakan alat bantu dengar. Kuesioner ini merupakan bagian
dari Evaluation of Auditory Responses to Speech (EARS) Family yang terdiri dari
3 kuesioner turunan yaitu LittlEARS (digunakan untuk anak usia dibawah 2 th);
EARS ( untuk anak diusia lebih dari 2th); TeenEARS ( untuk remaja). 12
EARS family disusun oleh Medical Electronic (MED-EL) pada tahun 1995
dengan tujuan menyediakan tes untuk menilai persepsi pendengaran anak-anak
disemua usia bagi audiologis, ahli terapi wicara dan bahasa, guru dengan murid
tuna rungu dan profesi bidang rehabilitasi. Kuesioner littlEARS pada awalnya
dibuat dalam bahasa jerman dan telah diterjemahkan kedalam berbagai macam
bahasa. 12
Kuesioner LittlEARS terdiri dari 35 pertanyaan tipe “ya” atau “tidak”, yg
di desain untuk menilai proses pendengaran pada anak usia 0-24 bulan. Setiap
butir pertanyaan disertai contoh agar pertanyaan lebih akurat dan mudah dipahami
oleh responden. Tiap responden menjawab "ya" jika responden mengamati
perilaku anaknya paling sedikit 1 kali. Dan responden akan menjawab ""tidak"
jika responden sama sekali tidak pernah mengamati atau ragu dengan jawabanya.
Untuk menginterpretasikan hasil skor total dibandingkan dengan nilai kritikal
minimum dan nilai yg diharapkan. Skor rata2 dari tiap bulan usia diperkirakan
berdasarakan hasil yang didapatkan pada kelompok usia pada proses validasi. 13,14
15
2.2. Kerangka Konsep
Gambar 2.3. Kerangka konsep
Pendengaran pada anak merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan oleh
seluruh orang tua. Ketika seorang anak mengalami gangguan pendengaran pada
masa bayi akan menyebabkan masalah pada tumbuh kembang anak tersebut, maka
anak tersebut dapat mengalami gangguan bicara, berbahasa, kognitif, masalah
sosial, dan emosional. Faktor resiko yang dapat menyebabkan bayi mengalami
gangguan pendengaran bisa berasal dari beberapa aspek, misalnya dilihat dari
aspek anaknya sendiri, dilihat dari usia anak tersebut dan apakah ada pola asuh
yang kurang dari orang tuanya sendri, dan kita juga bisa melihat dari aspek orang
tua, misalnya pekerjaan orang tua, tingkat pendidikan orang tua dan tingkat
seberapa kepedulian orang tua terhadap tumbuh kembang sang anak.
Di Indonesia deteksi pendengaran secara dini untuk bayi dapat dilakukan
dengan OAE atau ABR, akan tetapi pemeriksaan ini hanya dapat diperiksa bagi
bayi yang memiliki faktor resiko atau bayi yang masuk NICU. Pemeriksaan atau
deteksi pendengaran ini masih banyak memiliki kekurangan, misalnya terdapatnya
16
keterbatasan alat yang dimiliki karena tidak semua rumah sakit memiliki alat
tersebut dan harga untuk melakukan pemeriksaan deteksi ini cukup mahal. Maka
alhasil terjadinya peningkatan gangguan pendengaran anak yang tidak
mendapatkan deteksi dari awal dan ini akan berpengaruh terhadap proses
pendidikan anak yang mengalami gangguan pendengaran. Maka dari LittlEARS
sebagai alternatif untuk mendeteksi gangguan pendengaran sejak dini dengan
menggunakan kuesioner, diharapkan dengan menggunakan alternatif ini bisa
menjadi pengganti pemeriksaan pendengaran yang lain dapat mengurangi angka
gangguan pendengaran pada anak.
17
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian uji validitas dengan desain cross
sectional untuk mengetahui validitas kuesioner LittlEARS berbahasa Indonesia
pada anak usia 19-24 bulan di Jakarta
3.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai Januari – Agustus 2013
3.3. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RS. Budi Kemuliaan dan Ciputat
3.4. Populasi Penelitian
3.4.1. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau penelitian ini adalah anak dengan usia 19-24 bulan
dengan pendengaran yang normal
3.4.2. Populasi Target
Populasi target penelitian ini adalah anak dengan usia 19-24 bulan di
Jakarta
3.5. Sampel Penelitian dan Cara Pemilihan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak usia 19-24 bulan
dengan metode pemilihan sampel yaitu consecutive sampling.
Sampel adalah Anak yang berusia 19-24 bulan.
Responden adalah Orang tua anak yang mengisi kuesioner.
18
3.6. Besar Sampel
3.6.1. Perhitungan Besar Sampel
N = {𝒁𝜶+𝒁𝜷
𝟎,𝟓𝒍𝒏[(𝟏+𝒓)/(𝟏−𝒓)]}𝟐
+ 𝟑
Keterangan :
Zα : derivat baku alfa
Zβ : derivat baku beta
r : korelasi
N = {𝟏,𝟔𝟒+𝟏,𝟐𝟖
𝟎,𝟓𝒍𝒏[(𝟏+𝟎,𝟗𝟏)/(𝟏−𝟎,𝟗𝟏)]}𝟐
+ 𝟑
=7
3.6.2. Sampel yang diambil
Berdasarkan perhitungan rumus diatas, maka besar sampel minimal
untuk melakukan validasi sebanyak 30 responden.
3.7. Variabel Penelitian
3.7.1. Variabel terikat
Usia Anak 19-24 bulan
3.7.2. Variabel bebas
Total Skor Kuesioner
3.8. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.8.1. Faktor Inklusi
- Anak usia 19-24 bulan
- Anak yang tidak memiliki faktor resiko ganguan pendengaran
3.8.2. Faktor Eksklusi
- Anak dengan gangguan dengar sejak lahir
- Anak dengan riwayat kuning
- Anak dengan riwayat kejang
- Infeksi saat hamil
- Orang tua yang tidak bersedia mengisi kuesioner
19
3.9. Analisis Statistik
3.9.1. Uji Validasi
Pada penelitian kali ini uji validasi yang digunakan adalah dengan
melihat cronbach’s alpha pada SPSS
3.10. Cara Kerja
3.10.1. Alur Penelitian
Gambar 3.1.Diagram Alur Penelitian
3.10.2. Alat dan Bahan
Menggunakan kuesioner LittlEARS berbahasa inggris yang telah
diterjemahkan kedalam bahasa indonesia oleh translator tersertifikasi, setelah itu
kuesioner berbahasa Indonesia di ujikan kebeberapa responden apakah ada
kesulitan dalam bahasa kuesioner.
Kuesioner awal Bahasa Inggris
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia
oleh penerjemah
Diterjemahkan kembali dari Bahasa Indonesia ke Bahasa
Inggris oleh penerjemah berbeda
Dibandingkan
Kuesioner Bahasa
Inggris asli dengan
hasil terjemah
Bahasa Inggris
kedua Ditelaah oleh pakar THT
Diuji coba pada responden
Perizinan Penelitian (Informed Consent)
Pengumpulan Data
20
3.11. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian
Variabel
yang diukur
Pengukur Alat Ukur Cara Pengukuran Skala
Pengukuran
Usia Anak Penelitian Wawancara
menggunakan kuesioner
karakteristik responden
Menghilangkan
rentang waktu
antara kelahiran
anak sampai
kuesioner
diisi.Output berupa
satuan waktu dalam
bulan,pembulatan
kebawah
Numerik
dalam
satuan
bulan
Skor
kuesioner
LittlEARS
Peneliti Wawancara
menggunakan kuesioner
perkembangan
pendengaran anak
LittlEARS
Skor didapat
dengan menghitung
jumlah jawaban ya
Numerik
dalam
rentang 0-
35
Jenis
kelamin
Peneliti Wawancara
menggunakan kuesioner
karakteristik responden
Mengkelompokkan
anak berdasarkan
jenis kelaminnya
Kategorik
Durasi
interaksi
orangtua
kepada anak
Peneliti Wawancara
menggunakan kuesioner
karakteristik responden
Mengkelompokkan
anak berdasarkan
lamanya durasi
orangtua diatas 8
jam dan dibwah 8
jam
Kategorik
Pendidikan
terakhir
orangtua
Peneliti Wawancara
menggunakan kuesioner
karakteristik responden
Mengkelompokkan
orangtua
berdasarkan
pendidikan akhir
Kategorik
21
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Statistik Deskriptif
4.1.1 Karakteristik Responden
Pada penelitian ini didapatkan 30 responden dengan karakteristik yang
terlampir dibawah ini. Akan tetapi hanya 26 responden yang dapat dilakukan uji
statistik
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Karakteristik Persentase
(n=26)
Jenis Kelamin Anak
Laki-Laki 50% (13)
Perempuan 50% (13)
Pendidikan Terakhir Responden
SD-SMP 11% (3)
SMA 35% (9)
D3 19% (5)
S1-S2 35% (9)
Durasi Responden Berinteraksi dengan Anak dalam Sehari
≥8 jam 77% (20)
<8 jam 23% (6)
4.2. Statistik Analitik
4.2.1. Sebaran Skor Pendengaran
Untuk mengetahui suatu penelitian disebut distribusi normal atau tidak
dapat menggunakan uji Kolmogorov-smirnov atau Shapiro-wilk. Uji Kolmogorov-
smirnov digunakan untuk sampel yang besar ( lebih dari 50) sedangkan uji
Shapiro-wilk untuk sampel yang sedikit ( kurang atau sama dengan dari 50). 15
22
Gambar 4.1. Grafik sebaran skor kuesioner
Pada uji Shapiro-Wilk didapatkan bahwa nilai p= 0,173 (P>0,05) dapat
disimpulkan bahwa distribusi skor pada penelitian ini normal.
4.3. Validitas dan Reliabilitas
Tabel 4.2. Statistik Reliabilitas Cronbach’s alpha
Cronbach’s alpha Jumlah Pertanyaan
0,310 35
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil cronbach’s alpha sebesar 0,310,
ini menunjukkan bahwa penelitian ini bersifat reliabel.
Untuk mengetahui kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya
kita dapat melakukan uji validitas. Ada beberapa metode yang digunakan dalam
uji validitas seperti korelasi Pearson Product Moment atau melihat nilai
Corrected Item Total Correlation pada pengujian reliabilitas.
23
Tabel. 4.3. Nilai Validitas dengan Pearson dan Corrected item-total correlation
Butir pertanyaan
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Pertanyaan butir 1 0 0
Pertanyaan butir 2 0 0
Pertanyaan butir 3 0 0
Pertanyaan butir 4 0 0
Pertanyaan butir 5 0,173 0,274
Pertanyaan butir 6 -0,153 0,334
Pertanyaan butir 7 0,153 0,282
Pertanyaan butir 8 -0,103 0,355
Pertanyaan butir 9 0,173 0,274
Pertanyaan butir 10 -0,280 0,368
Pertanyaan butir 11 0,042 0,307
Pertanyaan butir 12 0,032 0,315
Pertanyaan butir 13 0,030 0,311
Pertanyaan butir 14 0,244 0,279
Pertanyaan butir 15 0,417 0,194
Pertanyaan butir 16 0,042 0,307
Pertanyaan butir 17 0,042 0,307
Pertanyaan butir 18 0,153 0,282
Pertanyaan butir 19 -0,057 0,321
Pertanyaan butir 20 -0,096 0,345
Pertanyaan butir 21 0,288 0,242
Pertanyaan butir 22 0,216 0,267
Pertanyaan butir 23 0,409 0,206
Pertanyaan butir 24 -0,145 0,343
Pertanyaan butir 25 -0,346 0,379
Pertanyaan butir 26 0,032 0,315
Pertanyaan butir 27 0,173 0,274
Pertanyaan butir 28 0,287 0,223
Pertanyaan butir 29 -0,135 0,373
Pertanyaan butir 30 0,145 0,280
Pertanyaan butir 31 0,145 0,280
Pertanyaan butir 32 -0,153 0,334
Pertanyaan butir 33 0,153 0,282
Pertanyaan butir 34 -0,103 0,355
Pertanyaan butir 35 0,173 0,274
Nilai validitas tiap item kuesioner didasarkan bila r hitung lebih besar dari r tabel
yaitu 0,404 . Berdasarkan tabel diatas, pertanyaan yang valid adalah pertanyaan
nomer 15 dan 23
24
BAB 5
DISKUSI HASIL
5.1. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini didapatkan 26 sampel anak, dengan karakteristik anak
yang akan dibahas adalah umur anak, jenis kelamin, pendidikan terakhir orang
tua, dan lamanya durasi orang tua menemani anak.
Pada penelitian ini mengambil variabel umur anak, karena perkembangan
dan pertumbuhan seorang anak akan berbanding lurus dengan usia anak dan pada
setiap umur akan memiliki respon pendengaran yang berbeda pula.
Terdapat empat aspek fungsional yang mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan anak yaitu : motorik kasar, motorik halus dan pengelihatan,
berbicara/ bahasa dan pendengaran, sosial, emosi, dan perilaku. Keempat aspek
tersebut memiliki keterkaitan satu dengan lainnya, dimana apabila terdapat
kekurangan dari salah satu aspek tersebut maka akan mempengaruhi aspek yang
lain.
Berdasarkan umur sampel yang didapat pada penelitian rata-rata umur
anak adalah 20 bulan, dan total skor yang didapatkan pada anak usia ini sesuai
dengan proses perkembangannya diusia 19-24 bulan.
Proses tumbuh kembang anak pada usia 19-24 bulan. Pada tahun pertama
pertumbuhan fisik, pendewasaan, pencapaian kemampuan, dan reorganisasi
psikologi terjadi dengan cepat. Selain itu terdapat perkembangan pada daerah
motorik kasar, motorik halus dan perkembangan kognitif perkembangan fisik.
Perkembangan motorik merupakan suatu kemajuan pada usia ini (19-24 bulan)
dengan perkembangan dibidang keseimbangan dan kelincahan serta munculnya
kemampuan untuk berlari dan menaiki tangga. Perkembangan bahasa pun
berkembang secara dramatis pada periode ini. Pada usia ini anak mampu
memberikan nama obyek bertepatan yang kedatangan pemikiran simbolistik, dan
anak mungkin menunjuk suatu benda dengan jari telunjuk bukannya dengan
semua jari, seolah-olah mencari perhatian terhadap obyek tersebut. Setelah
menyadari bahwa kata-kata dapat berarti benda, perbendaharaan kata anak
berkembang dari 10-15 kata-kata, dan pada usia 18 bulan dan menjadi 100 atau
25
lebih pada usia 2 tahun. Pada usia ini anak sudah mulai belajar makan sendiri,
menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar dan
dia juga sudah mulai memperhatikan minat kepada anak lain dan bermain-main
dengan mereka. 11
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam
tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua
dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak
yang baik dan bagaimana menjaga kesehatan. Selain itu orang tua dengan
pendidikan yang baik dapat membantu proses validasi kuesioner ini.
Pada penelitian ini didapatkan pendidikan terakhir orang tua anak
bervariasi dari bermacam-macam tingkat pendidikan dari SD sampai S2 dengan
rincian sebagai berikut SD-SMP (3 responden), SMA (9 orang), D3 (5 orang), S1-
S2 (9 orang). Sejauh peneletian ini tidak terdapat keluhan orang tua dalam
pengisian kuesioner ini dikarenakan setiap butir-butir pertanyaan disertai oleh
contoh maksud dari butir pertanyaan tersebut.
Pada penelitian ini, didapatkan responden yang bersedia mengisi kuesioner
lebih banyak dari kalangan yang pendidikan akhirnya SMA dan S1-S2, hal ini
dikarenakan tingkat pemahaman dan kesadaran orang tua dalam memperhatikan
proses tumbuh kembang anak.
Tingkat pendidikan orang tua yang rendah merupakan resiko
keterlambatan perkembangan anak. Hal ini disebabkan karena pengetahuan dan
kemampuan dalam memberikan stimulus kurang dibandingkan ibu dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan seorang ibu sangat
mempengaruhi pola asuh terhadap anaknya, perilaku hidup sehat, pendidikannya
dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di Thailand, anak
yang diasuh oleh orang tua yang berpendidikan rendah memiliki resiko tiga kali
mengalami keterlambatan perkembangan dibandingkan orangtua yang
berpendidikan tinggi.16
Berdasarkan laporan penelitian Fakultas Pertanian IPB tahun 1994 bahwa
faktor sumber daya dalam keluarga berupa pendidikan terbukti berpengaruh besar
terhadap perbaikan keadaan gizi. Waktu interaksi ibu dan anak serta dukungan
emosional ibu juga berpengaruh terhadap gizi anak. Anak dari kelompok keluarga
26
berpendidikan lebih tinggi memiliki skor IQ yang lebih tinggi pula. Hal ini
menunjukan bahwa tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap IQ dari anaknya. 10
Berdasarkan Jenis kelamin, didapatkan pada penelitian kali ini sebanyak,
laki-laki 13 anak dan perempuan 13 anak . Jenis kelamin didalam tumbuh
kembang ini dapat dilihat dari umur anak, dimana anak perempuan pacu
tumbuhnya lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki, tetapi pertumbuhan
anak perempuan akan lebih cepat berhenti. Jenis kelamin antara laki-laki dan
perempuan pada masa pertumbuhan balita dapat dibedakan berdasarkan umur.
Lamanya durasi berinteraksi sama anak sangat penting karena akan
berpengaruh terhadap sejauh mana orang tua mengetahui perkembangan anaknya,
dan hal ini juga nantinya akan berpengaruh terhadap proses pengisian kuesioner
littlEARS, oleh karena itu dalam pengisian kuesioner ini dibutuhkan orang yang
selalu berinteraksi bersama sang anak.
Pada penelitian ini didapatkan durasi interaksi orang tua dengan anaknya
sebanyak 20 orang tua yang menemani anaknya diatas 8 jam dan 6 orang tua yang
menemani anaknya dibawah 8 jam.
Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua, akan menimbulkan
keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka terhadap orang tuanya, sehingga
komunikasi bisa dua arah dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama
karena adanya keterdekatan dan kepercayaan antara orang tua dan anak. Adapula
interaksi tidak ditentukan oleh seberapa lama orang tua terhadap anak, tetapi lebih
ditentukan oleh kualitas dari interaksi tersebut yaitu pemahaman terhadap
kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut
yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi. 17
5.2 Validitas dan Reliabilitas
Uji validasi dilakukan untuk mengetahui apakah suatu instrumen alat ukur
telah menjalankan fungsi ukurnya. Menurut Sekaran (2003) validitas menunjukan
ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu
instrumen disebut valid bila instumen tersebut melakukan apa yang seharusnya
dilakukan dan mengukur apa yang seharunya diukur.18
27
Dalam melakukan uji validitas suatu kuesioner dilakukan dengan 2 cara.
Yang pertama dengan melakukan validitas keseluruhan kuesioner dengan cara
melihat nilai reliabilitas dan yang kedua dengan cara melakukan validasi perbutir
kuesioner dengan menggunakan metode korelasi product moment pearson atau
melihat corrected item total correlation.18
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa butir pertanyaan 1,2,3,4 memiliki
nilai r hitung 0, hal ini dikarenakan saat pengisian kuesioner semua responden
menjawab dengan jawaban yang sama “ya” atau “tidak”. Seperti pada butir
pertanyaan 1-4 semua responden menjawab “ya”, dikarenakan pada kuesioner
littlEARS ini disusun berdasarkan pola tumbuh kembang anak dari 0-24 bulan.
Oleh karena itu, berdasarkan teori anak normal pada usia 19-24 bulan, yang
dimana anak sudah dapat menunjuk anggota tubuh, anak sudah mulai mengikuti
perintah dan permintaan yang mudah, mendengarkan cerita sederhana, lagu dan
irama, dan menunjuk gambar sesuai dengan namanya. Dan perkembangan bicara
pun berkembang pada usia ini, anak akan mampu mengucapkan 2 sampai 10 kata
pada usia 10-15 bulan. Kemampuan ini akan bertambah 1 kata tiap minggu,
sehingga pada usia 18 sampai 20 bulan anak mampu mengucapkan 20 kata
tunggal atau 2 kata sekaligus. 11
Untuk melakukan validitas perbutir item pertanyaan, dapat dilihat dari
nilai Corrected Item Total Correlation. Butir pertanyaan akan dikatakan valid
apabila nilai r hitung lebih besar dengan r tabel, dengan nilai r tabel sebesar 0,404
Dari hasil output didapatkan pada tabel 4.3 bahwasanya butir item yang dikatakan
valid hanya 2, pertanyaan butir 15 (0,417) dan butir 23 (0,409). Untuk beberapa
butir pertanyaan yang tidak valid yang memiliki nilai r tabel kurang dari 0,404
maka disarankan untuk diganti bahasanya supaya dapat lebih dimengerti oleh
responden agar memudahkan dalam pengisian, atau selama pengisian kuesioner
didampingi oleh orang yang paham dengan pertanyaannya baik dari dokter atau
pemberi kuesioner.
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu alat
ukur. Pada uji reliabilitas berikatan dengan masalah adanya kepercayaan terhadap
instrumen. Suatu instrumen memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi (konsisten)
jika hasil dari penguji instrumen tersebut menunjukan hasil yang tetap atau sama.
28
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu alat ukur/
instrumen. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila digunakan beberapa kali
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif
sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek tidak berubah.18
Hasil nilai reliabilitas dapat dilihat dari nilai cronbach’s alpha. Pada
penelitian ini didapatkan nilai cronbach’s alpha sebesar 0,310. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini reliabel, akan tetapi dengan
nilai reliabilitas yang rendah. Pada penelitian ini didapatkan nilai reliabilitas yang
rendah, hal ini disebabkan karena sampel yang diambil tidak homogen atau
sampel yang diambil dari 2 tempat yang berbeda yang satu dari RS.Budi
Kemuliaan dan satu lagi dari Posyandu. Sehingga, dengan sampel yang tidak
homogen ini bisa berkaitan dengan latar belakang pendidikan responden yang
mengisi kuesioner ini karena responden yang memiliki pendidikan yang tinggi
dapat mempengaruhi terhadap nilai reliabilitas. Selain itu, tidak adanya variasi
yang signifikan dalam proses tumbuh kembang anak pada usia 18-24 tahun ini
juga bisa menjadi penyebab rendahnya nilai reliabilitas pada penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian ini, kuesioner ini hanya dapat digunakan pada
satu penelitian tunggal (pada usia 19-24 bulan) sehingga kuesioner ini tidak bisa
dijadikan alat pre-screening kedepannya.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan validasi kuesioner littlEARS
berbahasa Indonesia. Adapun sumber kuesioner awal adalah berbahasa Inggris.
Metode yang digunakan dengan metode “back-translation” yang dimana proses
penerjemahan kuesioner awal menjadi kuesioner berbahasa Indonesia melalui 3
tahap yaitu, Pertama, menerjemahkan kuesioner awal menjadi kuesioner
berbahasa Indonesia oleh penerjemah. Kedua, menerjemahkan ulang dari bahasa
Indonesia ke bahasa inggris. Ketiga, perbandingan antara kuesioner bahasa inggris
awal dengan hasil dari terjemahan tahap kedua. Apabila terdapat perbedaan
makna atau maksud maka perlu diberkan informasi tambahan dan diulangi langka
kedua dan ketiga sampai tidak ditemukan perbedaan yang signifikan 14
29
Kuesioner littlEARS telah diterjemahkan kedalam 21 bahasa, diantaranya
bahasa Hibrani (Israel), Arab, Polandia, dan lain-lain. Di negara Arab, Penelitian
ini juga telah dilakukan oleh, Dor M. Geal, dkk dengan cara melakukan validasi
kuesioner littlEARS kepada anak yang memiliki pendengaran normal dan untuk
melihat progress pendengaran pada kelompok anak yang menggunakan koklea
implant. Responden yang mereka dapatkan sebanyak 70 orang tua dari Hebrew
(Israel/Yahudi) dan 97 orang tua dari Arab dengan rentang usia anak 1-24 bulan,
sedangkan orang tua yang berbahasa arab didapatkan dari 4 daerah yang berbeda
yang memiliki logat bahasa yang berbeda. Responden yang diminta dari teman
atau orang yang berkunjung ke sekolah perawat/ tempat penitipan anak.
Disamping itu mereka telah melakukan evaluasi untuk menilai keakuratan pada
kuesioner littlEARS ini, skor kuesioner littlEARS ini pun telah dibandingkan
dengan Category of Auditory performance (CAP) dan Speech Intelligibility Rating
(SIR) dan keduanya digunakan secara rutin di klinik, selain itu telah dibandingkan
dengan data audiometri yang tersedia. Ini menunjukan bahwa hasil kuesioner ini
valid, karena terdapat korelasi yang tinggi antara skor kuesioner dengan hasil dari
tes audiologi. Berdasarkan hasil study yang mereka dapatkan bahwa didapatkan
kurva transit kuesioner berbahasa Hebrew dan Arab itu sama dan sesuai dengan
kuesioner yang telah diterjemahkan dengan bahasa yang lain. Pada kelompok
anak yang menggunakan koklea implant pola perkembangannya sedikit berbeda
dengan anak pendengaran yang normal, yang dimana pada awalnya terdapat
peningkatan perkembangan dan selanjutnya meningkat secara perlahan. Oleh
karena itu kuesioner littlEARS pada kedua bahasa tersebut telah digunakan untuk
memantau perkembangan pada anak yang menggunakan koklea implant, serta
dapat juga digunakan untuk menentukan terapi dan rehabilitasi yang seharusnya
diberikan.13
Di negara Cina, Penelitian serupa dilakukan oleh Wang L, dkk, yang
bertujuan untuk mengadaptasi kuesioner littlEARS kedalam bahasa Mandarin.
Metode yang mereka gunakan dengan metode “back-translation”. sedangkan
responden yang digunakan 157 orang tua yang berbahasa mandarin yang anaknya
dengan pendengaran normal dengan usia sampai dengan 24 bulan. Hasil yang
didapatkan yaitu nilai Cronbach alpha sebesar 0,945, menunjukan bahwa alat
30
ukur ini bersifat reliabel, sehingga kuesioner ini dapat dijadikan alat ukur untuk
menilai perkembangan bahasa anak-anak mandarin pada usia 1-24 bulan .19
Di Negara Turkey, penelitian serupa dilakukan oleh Kosaner J, Sonuguler
S, Olgun L, dan Amann E yang bertujuan untuk melakukan assessment
penggunaan kuesioner LittlEARS untuk membantu audiologi dalam memantau
proses perkembangan anak di Turkey yang menggunakan koklea implant . 20
5.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan,antara lain :
1. Desain penelitian
Pada penelitian ini saya menggunakan desain cross sectional, yang dimana
desain ini kita tidak dapat mengetahui perkembangan anak secara spesifik
2. Asal populasi responden
Penelitian ini mengambil sampel di RS.Budi kemuliaan dan sekitar ciputat,
tetapi dengan minimnya kemauan orang tua untuk mengisi kuesioner,
maka saya mendapatkan minimnya responden yang bersedia untuk
mengisi kuesioner, jadi saya mengambil sampel didaerah sekitar Ciputat
dan posyandu - posyandu
31
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Kuesioner littlEARS berbahasa Indonesia valid pada butir pertanyaan 15 dan 23.
6.2. Saran
Disarankan untuk peneliti selanjutnya :
1. Melakukan uji validitas pada sampel homogen dan sampel lebih banyak.
2. Melakukan uji sensitivitas / stabilitas untuk kepentingan diagnostik bagi
kuesioner.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi, EA., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Restuti, RD. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan kepala dan Leher. Edisi 6.
Jakarta: FKUI. 2007
2. Boeis, LR., Adams, GL., Higler, PA. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT.
Edisi 6. Jakarta: EGC.1997
3. Bashiruddin, J. Newborn Hearing Screening in Six Hospital in Jakarta an
Surroundings. Majalah kedokteran Indonesia. Volume 59, Nomor 2,
Februari 2009
4. Joint Committee on Infant Hearing: Official Journal of The American
Academy of Pediatric. Year 2007 Position Statement: Principles and
Guideline for Early Hearing Detection and Intervention Programs.
Pediatric 2007; 120-898. Diunduh dari
http://pediatrics.aappublication.org/content/120/4/898.full.html pada
tanggal 13 Januari 2013
5. Sadler, TW. Langman Embriologi Kedokteran. Edisi 10. Jakarta:
EGC. 2009
6. Kosim, MS. Buku Ajar Neonatologi. Edisi pertama. Jakarta: IDAI. 2010
7. Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta:
EGC. 2012
8. Guyton, AC., Hall, JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC. 2008
9. Tjandrajani, Anna. A Journey to Child Neurodevelopment: Application in
Daily Practice. Jakarta: IDAI. 2010
10. Wahyuni, TF. Skripsi: Pengaruh Faktor Biologis dan Faktor Keluarga
Terhadap Tumbuh Kembang Bayi dan Balita di Desa Rantau Panjang
Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2003. Medan:
Universitas Sumatera Utara. 2003
11. Behrman, W., Kliegman, R., Arvin, A. Nelson Ilmu Kesehatan Anak.
Edisi 15. Volume 3. Jakarta: EGC. 2000
12. Pediatric Assessment Children. Medical Electronic. Diunduh dari
http://medel.com/data/pdf/20344.pdf pada tanggal 13 Januari 2013
33
13. Geal-Dor, M., Jbrah, R., Meilijson, S., Adelman, C., Levi, H. The Hebrew
and The Arabic Version of The Littlears Auditory Quetionnaire for The
Assessment of Auditory Development: Result in Normal Hearing Childern
and Children With Cochlear Implant. International Journal of Pediatric
Otorhinology 75. 2011: 1327-1332. Diunduh dari
http://elsevier.com/locate/ijporl pada tanggal 13 Januari 2013
14. Obrycka, A., Garcia, J-L. P., Pankowska, A., Lorens, A., Skarzynski, H.
Production and Evaluation of a Polish Version of The LittlEars
Questionnaire for The Assessment of Auditory Development in Infant.
International Journal of Pediatric Otorhinology 73. 2009: 1035-1042.
Diunduh dari http://elsevier.com/locate/ijporl pada tanggal
13 Januari 2013
15. Dahlan, Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika. 2009
16. Isaranurug, S., Nanthamongkolchai, S., Kaewsiri, D. Factors Influencing
Development of Children Aged One to Under Six Years Old. Journal of
the Medical Association Thailand. 2005
17. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. 1995
18. Azwar R. Reabilitas dan Validitas. Edisi 4. Yogyakarta. 2012
19. Wang L., Sun X., Liang W., Chen J. Validation of the Mandarin version of
The LittlEARS Auditory Questionnaire. International Journal of Pediatric
Otorhinology. 2013
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : M. Fauzan Maulana
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 02 Februari 1993
Alamat : Jl. Tanjung Barat Selatan (Gg.100) Rt.02 Rw.02 No.14
Lenteng Agung Jakarta Selatan
No. Hp : 0856 9431 2640
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. TK Pritiwi, Jambi ( 1996 – 1998 )
2. SD At-Taufieq, Jakarta ( 1998 – 2004 )
3. SMP Daar El-Qolam, Tangerang ( 2004 – 2007 )
4. SMA Daar El-Qolam, Tangerang ( 2007 – 2010 )
5. PSPD FKIK UIN Jakarta ( 2010 – Sekarang )