mikrobiologi

63
1. POSTULAT KOCH Postulat Koch atau Postulat Henle-Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan Robert Koch pada 1884 dan disaring dan diterbitkannya pada 1890. Menurut Koch, keempatnya harus dipenuhi untuk menentukan hubungan sebab-musabab antara parasit dan penyakit. Ia menerapkannyauntuk untuk menentukan etiologi antraks dan tuberkulosis, namun semuanya telah diterapkan pada penyakit lain. Robert Koch (1843-1910) Sejarah Postulat Koch berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan umum untuk mengidentifikasi patogen yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu. Walaupun dalam masa Koch, dikenal beberapa penyebab infektif yang memang bertanggung jawab pada suatu penyakit dan tidak memenuhi semua postulatnya. Usaha untuk menjalankan postulat Koch semakin kuat saat

Upload: prinita-rahmi-putri

Post on 30-Dec-2015

68 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

Page 1: mikrobiologi

1. POSTULAT KOCH

Postulat Koch atau Postulat Henle-Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan Robert Koch

pada 1884 dan disaring dan diterbitkannya pada 1890. Menurut Koch, keempatnya harus

dipenuhi untuk menentukan hubungan sebab-musabab antara parasit dan penyakit. Ia

menerapkannyauntuk untuk menentukan etiologi antraks dan tuberkulosis, namun

semuanya telah diterapkan pada penyakit lain.

Robert Koch (1843-1910)

Sejarah

Postulat Koch berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan umum untuk

mengidentifikasi patogen yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu. Walaupun

dalam masa Koch, dikenal beberapa penyebab infektif yang memang bertanggung jawab

pada suatu penyakit dan tidak memenuhi semua postulatnya. Usaha untuk menjalankan

postulat Koch semakin kuat saat mendiagnosis penyakit yang disebabkan virus pada

akhir abad ke-19. Pada masa itu virus belum dapat dilihan atau diisolasi dalam kultur. Hal

ini merintangi perkembangan awal dari virologi. Kini, beberapa penyebab infektif

diterima sebagai penyebab penyakit walaupun tidak memenuhi semua isi postulat. Oleh

karena itu, dalam penegakkan diagnosis mikrobiologis tidak diperlukan pemenuhan

keseluruhan postulat.

Page 2: mikrobiologi

Isi Postulat

Isi postulat Koch adalah:

Organisme (parasit) harus ditemukan dalam hewan yang sakit, tidak pada yang sehat.

Organisme harus diisolasi dari hewan sakit dan dibiakkan dalam kultur murni.

Organisme yang dikulturkan harus menimbulkan penyakit pada hewan yang sehat.

Organisme tersebut harus diisolasi ulang dari hewan yang dicobakan tersebut

Dasar postulat koch adalah untuk membuktikan bahwa bakteri adalah penyebab penyakit.

Bagaimanapun, harus diperhatikan bahwa Koch mengabaikan bagian kedua dari postulat

pertama (organisme penyakit tidak ditemukan pada hewan sehat), ketika ia menembukan

karier asimtomatik atau tak bertanda pada kolera. Kemudian karier asimtomatik

bertambah seiring ditemukannya virus seperti polio, herpes simpleks, HIV dan hepatitis

C. Postulat ketiganya pun tidak selalu terjadi.

Prosedurnya :

1. Koch menemukan bakteri Bacillus anthracis di dalam darah sapi yang mati karena

penyakit antraks

2. Koch menumbuhkan bakteri tersebut pada media bernutrisi

3. Koch menyuntikkan biakan bakteri tersebut pada sapi yang sehat

4. Ketika sapi ini menjadi sakit dan mati, Koch mengisolasi bakteri dan darah sapi tersebut

dan membadingkannya dengan biakan bakteri yang lebih dulu diisolasi.

5. Koch menemukan bahwa kedua kultur bakteri tersebut berisi bakteri yang sama.

2. MORFOLOGI BAKTERI DAN CONTOHNYA

Secara harafiah, morfologi berarti 'pengetahuan tentang bentuk' (morphos). Morfologi dalam

cabang ilmu biologi adalah ilmu tentang bentuk organisme, terutama hewan dan tumbuhan

dan mencakup bagian-bagiannya. Morfologi bakteri dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

Page 3: mikrobiologi

1. Morfologi makroskopik (Kolonial morfologi)

Karakteristik koloni : pengamatan pada plate agar

Colony's Shape, Ukuran, Edge / Margin, Chromogenesis / pigmentasi,

Opacity, Ketinggian, Permukaan, Konsistensi, Emulsifiability, Bau

2. Morfologi mikroskopis (Seluler morfologi)

Struktur sel bakteri : pengamatan di bawah mikroskop

dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula

penyimpanan, kapsul, flagelum, pilus(pili), klorosom, Vakuola gas dan

endospore

morfologi makroskopik

Populasi bakteri tumbuh sangat cepat ketika mereka disertakan dengan gizi dan kondisi

lingkungan yang memungkinkan mereka untuk berkembang. Melalui pertumbuhan ini,

berbagai jenis bakteri kadang-kadang akan menghasilkan koloni yang khas dalam

penampilan. Beberapa koloni mungkin akan berwarna, ada yang berbentuk lingkaran,

sementara yang lain tidak teratur. Karakteristik koloni (bentuk, ukuran, warna, dll) yang

diistilahkan sebagai "koloni morfologi". Morfologi koloni adalah cara para ilmuwan dapat

mengidentifikasi bakteri. Morfologi koloni dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu :

Shape : Bentuk

Edge : Tepi;pinggir

Elevation : Ketinggian

Size : Ukuran

Surface : Permukaan

Consistency : Kekentalan ; kepadatan

Odor : Bau

Opacity : Transparansi

Chromogenesis : Pigmentasi

Page 4: mikrobiologi

Shape Edge Elevation

Bacillus subtilisBacillus subtilis ColonyColony shape and sizeshape and size: : irregularirregular

MarginMargin ( (edge)edge): : undulate undulate ((wavywavy))ElevationElevation: : umbonateumbonateColorColor: : white, dullwhite, dullTextureTexture: : dry dry ((or roughor rough).).

StaphylococcusStaphylococcus aureusaureus ColonyColony shape and sizeshape and size: : circularcircular

MarginMargin ( (edge)edge): : entireentireElevationElevation: : corvexcorvexColorColor: : yellowyellowTextureTexture: : butyrous butyrous ((butterybuttery))

Page 5: mikrobiologi

Morfologi mikroskopik

Morfologi mikroskopik adalah karakteristik bakteri yang dilihat melalui pengamatan

dibawah mikroskop. Bentuk bakteri sangat bervariasi, tetapi secara umum ada 3 tipe, yaitu :

1. Bentuk batang / basil.

2. Bentuk bulat / kokus

3. Bentuk spiral / spirilium.

Variasi bakteri atau koloni bakteri dipengaruhi oleh arah pembelahannya, umur, dan

syarat pertumbuhan tertentu misalkan makanan, suhu, dan keadaan yang tidak

menguntungkan bakteri.

a) Bentuk basil (batang)

    Dibedakan atas:

1. Basil tunggal, berupa batang tunggal, contohnya Escherchia coli dan Salmonella typi.

Page 6: mikrobiologi

2. Diplobasil; berbentuk batang bergandengan dua – dua.

3. Streptobasil; berupa batang bergandengan seperti rantai, contohnya Streptobacillus

moniliformis dan Azotobacter sp.

b) Bentuk bulat (kokus)

    Bakteri berbentuk bulat (kokus = sferis/tidak bulat betul) dibagi mejadi bentuk – bentuk

sebagai berikut:

1. Monokokus,berbentuk bulat, satu – satu, contohnya Monococcus gonorhoe.

2. Diplokokus, bentuknya bulat bergandengan dua – dua, misalnya Diplococcus pneumonia.

3. Streptokokus, memiliki bentuk bulat bergandengan seperti rantai, sebagai hasil

pembelahan sel kesatu atau dua arah dalam satu garis.

4. Tetrakokus, berbentuk bulat terdiri 4 sel yang tersusun dalam bentuk bujur sangkar

sebagai hasil pembelahan sel kedua arah.

5. Sarkina, berbentuk bulat terdiri atas 8 sel yang tersusun dalam bentuk kubus sebagai hasil

pembelahan sel ketiga arah, contohnya Sarcia sp.

6. Stafilokokus, berbentuk bulat, tersusun seperti kelompok buah anggur sebagai hasil

pembelahan sel ke segala arah.

Page 7: mikrobiologi

7. Mikrococcus, jika kecil dan tunggal

c) Bentuk Spiral

Di bagi menjadi:

1. Koma (vibrio); berbentuk lengkungan kurang dari setengah lingkaran, contoh nya Vibrio

coma, penyebab penyakit kolera.

2. Spiral; berupa lengkunagn lebih dari setengah lingkaran , contohnya Spirillium minor

yang menyebabkan demam dengan perantara gigitan tikus atau hewanpengerat lainnya.

3. Spiroooseta; berupa spiral yang halus dan lentur, contohnya Treponema pallisum,

penyebab penyakit sifilis.

Bentuk tubuh bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh

karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada

umumnya bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah

tua.

3. SPESIMEN

Jenis-jenis specimen

- Darah ( whole blood)

Page 8: mikrobiologi

- Urine 24 jam

- Plasma

- Serum

4. FLORA NORMAL

5. EKOLOGI MIKROORGANISME

Sel-sel prokariotik mengadakan interaksi dengan sesamanya (dengan prokariotik lain),

dengan fungi, ganggang, tumbuhan, dan hewan. Reaksi interaksi antara bakteri atau

lawannya menghasilkan keadaan seperti berikut, yaitu: tidak ada efek, efek

menguntungkan, atau efek merugikan.

Dari ketiga macam keadaan tersebut dapat tercipta bermacam-macam hubungan hidup,

tetapi hubungan ini tidak selalu dapat ditentukan secara tetap.Khususnya tidak dapat

ditentukan interaksi semacam apa yang terjadi antara populasi mikroba dalam ekosistem

alam. Sebagian dari kesulitan untuk menentukan interaksi mikroba itu terletak pada tidak

adanya informasi mengenai distribusi sel-sel tersebut secara individual dalam ekosistem

dan secara kelompok seringkali habitat mikroba tidak diketahui, sehingga hampir tidak

mungkin dapat menentukan sejauh mana dua spesies mikroba dapat berinteraksi,

misalnya dalam tanah.

Untuk menentukannya, dilakukan eksperimen pembiakan secara teliti dengan

menumbuhkan dua populasi dalam biakan campuran, tetapi hasilnya masih diragukan

karena situasi eksperimen mungkin sangat berbeda dengan keadaan alam sebenarnya

yang tidak pernah diketahui.

Pola dan aspek ekologi

Ciri kehidupan yang menonjol adalah adanya saling ketergantungan antar organisme. Jadi

dapat dikatakan bahwa tidak ada organisme dapat bertahan hidup tanpa bantuan dari

Page 9: mikrobiologi

bentuk kehidupan lain. Di alam bebas kita dapati banyak bakteri dari berbagai genus

maupun dari berbagai spesies hidup berkumpul di dalam suatu medium yang sama,

misalnya di dalam tanah, di dalam kotoran hewan, di dalam sampah-sampah, di dalam

kubangan dan lain sebagainya.

Lokasi atau tempat tinggal yang spesifik dari suatu organisme disebut habitat, sedangkan

suatu peranan atau fungsi yang spesifik dalam komunitas disebut niche. Adapun beberapa

habitat alam dari mikroorganisme tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tanah

Tanah merupakan sumber yang kaya akan mirkoorganisme. Kebanyakan mikroorganisme

di sini bersifat apatogfen bagi manusia. Bakteri pathogen yang terdapat di tanah adalah:

Clostridium tetani, Clostridium perfringens, Clostridium botulinum, Bacillus anthracis.

2. Air

Kebanyakan air tawar dan laut mengandung mikroorganisme. Mikroorganisme pathogen

di air adalah: Salmonella dan Shigella sp., Vibrio cholrae, Legionella, Entamoeba

histolytica, Escherichia coli.

3. Udara

Walaupun mikroorganisme sering ditemukan di udara, namun tidak berkembang biak di

udara. Udara dalam ruangan mungkin mengandung bakteri dan virus pathogen yang

berasal dari kulit, tangan, pakaian dan terutama dari saluran napas atas manusia.

4. Makanan

Susu dari sapi normal yang diperah secara asepsis masih mengandung 100 – 1000

mikroorganisme non pathogen per milliliter, dan kadang terdapat mikroorganisme

pathogen yang mungkin berasal dari sapi yang sakit atau dari proses pemerahan, seperti:

Mycobacterium tuberculosis, Salmonella, Streptococcus, Corynebacterium diptheriae,

Shigella, Brucella dan Staphylococcus penyebab keracunan makanan.

Interaksi mikroorganisme adalah hubungan timbal balik antara mikroba dengan mikroba

lainnya maupun dengan organisme yang lebih tinggi. Tidaklah mudah untuk menyelidiki

Page 10: mikrobiologi

pengaruh atau hubungan hidup antar spesie itu, namun pengaruh timbale balik itu pastilah

ada, karena suatu spesies yang mencerna suatu zat makanan akan menimbulkan

perubahan kimia dalam komposisi substrat, seperti mengurangi persediaan oksigen,

mengubah pH, dan lain-lain yang mempengaruhi kehidupan spesies yang lain. Pengaruh

itu mungkin bersifat baik, mungkin bersifat buruk, mungkin juga tidak mempunyai efek

sama sekali.

Hubungan timbal balik antar makhluk hidup (mikroorganisme) tersebut dapat dibedakan

sebagai berikut:

1. Netralisme (tidak saling mengganggu)

Sangat boleh jadi di dalam tanah atau di dalam kotoran hewan terdapat banyak makhluk

hidup yang dapat hidup bersama dengan tidak saling merugikan, tetapi juga tidak saling

menguntungkan. Meskipun di dalam satu medium yang sama, namun masing-masing

spesies memerlukan zat-zat yang berbeda sehingga tidak perlu ada perebutan zat

makanan. Baik terpisah maupun terkumpul, mereka dapat hidup sendiri-sebndiri.

Hubungan yang demikian itu disebut netralisme.

2. Kompetisi (Persaingan)

Kebutuhan akan zat makanan yang sama dapat menyebabkan terjadinya persaingan antar

spesies. Sebagai contoh, bila persediaan oksigen dalam suatu medium berkurang, maka

bakteri aerob akan dikalahkan oleh bakteri fakultatif anaerob. Jika persediaan oksigen

habis sama sekali, maka pertumbuhan bakteri fakultatif anaerob tadi akan berhenti,

sedangkan bakteri anaerob akan tumbuh dengan subur. Pada umumnya bahwa dua

spesies yang hidup bersaing akan saling merugikan, jika ditumbuhkan di dalam suatu

tempat yang sama, dan akhirnya yang menanglah yang dapat bertahan sedangkan yang

kalah akan punah.

3. Antagonisme (hidup berlawanan)

Antagonisme menyatakan suatu hubungan yang asosial. Spesies yang satu menghasilkan

sesuatu yang meracuni spesies yang lain, sehingga pertumbuhan spesies yang terakhir

sangat terganggu karenanya. Beberapa bentuk antagonisme diantaranya adalah antara

Streptococcus lactis dan Bacillus subtilis atau Proteus vulgaris. Jika ketiga spesies

Page 11: mikrobiologi

tersebut ditumbuhkan bersama-sama di dalam suatu medium, maka pertumbuhan Bacillus

dan Proteus akan segera tercekik karena adanya asam susu yang dihasilkan oleh

Streptococcus lactis.

Pseudomonas aeruginosa menghasuilkan suatu pigmen biru piosianin yang merupakan

racun bagi beberapa spesies bakteri dan juga beberapa hewan. Selanjutnya semua

pengobatan penyakit infeksi dengan menggunakan antibiotic didasarkan atas

antagonisme.

4. Mutualisme

Mutualisme adalah suatu bentuk simbiosis antara dua spesies dimana masing-masing

yang bersekutu mendapatkan keuntungan. Misalnya bakteri yang hidup di dalam usus

memperoleh nutrient dari makanan yang terdapat di usus. Sebaliknya bakteri dapat

menghasilkan zat yang berguna bagi tubuh manusia, seperti vitamin K.

5. Komensalisme

Jika dua spesies hidup bersama kemudian spesies yang satu mendapatkan keuntungan,

sedangkan spesies yang lain tidak diragukan olehnya, maka hubungan hidup antara kedua

spesies itu disebut komensalisme. Spesies yang beruntung disebut komensal, sedangkan

spesies yang memberikan keuntungan disebut inang (hospes).

Hubungan hidup yang terdapat antara Saccharomyces dan Acetobacter merupakan suatu

contoh komensalisme. Saccharomyces menghasilkan alcohol yang tidak diperlukan lagi,

sedangkan alcohol ini merupakan zat makanan yang mutlak bagi Acetobacter. Dan di

dalam usus tebal hewan maupun manusia banyak terdapat bakteri yang hidup sebagai

komensal.

6. Parasitisme

Jika satu pihak dirugikan sementara ia sendiri mendapatkan untung disebut parasitisme.

Bila parasit hidup di dalam jaringan atau sel hospes, maka disebut endoparasit (=infeksi).

Bila hidupnya pada permukaan kulit maka disebut ektoparasit (=infestasi).

Hubungan yang ada antara virus (Bakteriofage) dengan bakteri itu suatu hubungan yang

hanya menguntungan virus saja. Virus tidak dapat hidup di luar bakteri atau sel hidup

Page 12: mikrobiologi

lainnya. Sebaliknya, bakteri atau sel lainnya yang menjadi hospes akan mati karenanya.

Kehidupan parasit berarti kematian hospes.

Suatu aspek ekologi bakteri yang penting adalah kesanggupan sel-sel itu melekat pada

benda-benda padat. Karena suatu cirri ekosistem alam menunjukkan bahwa bakteri jarang

ditemukan mengambang bebas dalam air. Bakteri biasanya ditemukan melekat pada

partikel-partikel tanah dan sisa-sisa bahan organik dalam tanah, bahan-bahan organik

yang tersuspensi dalam air laut, air danau, batu-batuan dalam sungai, kulit, gigi,

membrane epithelium hewan dan manusia serta pada kutikula tumbuhan.

Dalam banyak hal tidak diketahui apa yang menentukan derajat kespesifikan yang

menentukan bakteri apa yang akan melekat pada substrat tertentu. Juga tidak diketahui

mekanisme adhesi semacam apa yang tersangkut pada kejadian ini. Kadang-kadang dapat

dianggap karena adanya enzim hidrolisis yang memungkinkan bakteri itu melekat pada

polimer organic yang spesifik, misalnya bakteri yang menghasilkan selulosa melekat

pada serat-serat selulosa dan sebagainya.

Salah satu contoh dari adhesi spesifik yang tidak ada sangkut pautnya dengan enzim

adalah bakteri yang membentuk bercak (plaque) pada gigi. Streptococcus mutans

menghasilkan dekstran (suatu polimer glukosa) yang mengikat sel itu bersatu dan

memungkinnya melekat sangat kuat pada hidrosi apatit dari email gigi.

Inokulasi Streptococcus mutans pada hewan bebas kuman ini mendapat karies dentis.

Dalam keadaan normal, bakteri ini biasa ditemukan pada gigi berkaries. Streptococcus

mutans dapat membentuk dekstran bila terdapat sukrosa dalam makanannya, akibatnya

gigi akan rusak membusuk. Menghindarkan gula dalam diet atau perawatan dengan

dekstranase dapat mencegah kolonisasi Streptococcus mutans, tetapi tidak seluruhnya

menghindarkan karies, karena ada bakteri lain yang juga menyebabkan karies.

Keuntungan ekologis

Keuntungan ekologis untuk bakteri dapat tetap berada dalam bentuk kelompok (bersatu)

tidak selalu jelas; populasi campuran bersatu membentuk flokulasi yang stabil di bawah

suatu pengendalian keadaan yang tidak banyak diketahui. Sifat ini digunakan untuk

Page 13: mikrobiologi

pengendalian keadaan yang tidak banyak diketahui. Sifat ini digunakan untuk

menjernihkan air dalam pengerjaan air gorong (riol). Dalam system pengaktifan lumpur,

sisa-sisa buangan dalam riol itu diudarakan secara aktif, kemudian dimasukkan ke dalam

tangki pengendapan. Bakteri-bakteri di dalamnya membentuk flokulasi dan mengendap

ke dalam lumpur tersebut. Salah satu dari bakteri yang turut dalam flokulasi ini adalah

Zoogloea ramigera. Bakteri ini menghasilkan lender yang berlebih untuk melekatkan sel-

selnya dengan sel-sel bakteri lain supaya bersatu. Kapasitas membentuk flokulasi yang

stabil ini dihubungkan dengan adanya polibetahidroksibutirat dalam sel-selnya. Kejadian

ini digunakan dalam usaha penyaringan air riol tingkat pertama. Dalam peristiwa ini,

flokulasi itu melekat pada batu-batuan dan air flokulasi sehingga yang melalui ini seolah-

olah melalui saringan, karena akan melekat bahan-bahan buangan yang tersuspensi di

dalamnya.

Pada ekosistem lain, yang ditemukan pada permukaan lumpur, terjadi hubungan yang

sama seperti tersebut di atas. Pada hubungan hidup ini timbul keadaan anaerob yang

sangat bedekatan dengan keadaan aerob. Potongan-potongan kecil bahan organic

dikolonisasi oleh bakteri yang menyerbunya, bakteri ini pada gilirannya dilingkungi oleh

bakteri lain dan dipusat keseluruhan kelompok ini akan cepat timbul kehabisan oksigen

yang memungkinkan bakteri anaerob dapat tumbuh di dalamnya. Gambaran kejadian ini

menjadi petunjuk terhadap perubahan-perubahan yang timbul dalam jumlah dan tipe

bakteri selang suatu periode waktu.

Dalam tiap system alam dimana terdapat bakteri, kemungkinan terjadinya adhesi,

flokulasi, dan produksi keadaan mikroanaerob adalah suatu urutan kejadian yang normal.

Flokulasi itu pecah bila bakteri yang berada di pusatnya mulai mengalami kehabisan

makanan dan otolisis. Otolisis adalah perombakan (penguraian) jasad mati oleh enzim

yang terdapat dalam jasad itu sendiri tanpa intervensi bakteri atau organisme lainnya.

Banyak hubungan antara bakteri dan lain-lain bentuk kehidupan didasarkan pada

makanan. Pada banyak ekosistem terjadi peredaran kembali (recycling) bahan-bahan

makanan tersebut, misalnya fosfat dalam danau. Siklus yang sama juga terjadi dalam

skala lebih luas di seluruh dunia dan dikenal sebagai siklus biogeologi. Siklus utamanya

adalah yang mengenai C, O, N, dan S. aktivitas bakteri yang meliputi seluruh dunia itu

Page 14: mikrobiologi

dalam efeknya akan menentukan biosfer (semua kehidupan), litosfer (daratan), hidrosfer

(laut dan air segar), dan atmosfer (udara).

Hubungan ekologi dengan nutrisi bakteri membawa pada penggolongan mikroorganisme

itu dalam saprofit dan parasit. Mikroorganisme yang termasuk golongan saprofit ialah

yang memperoleh karbonnya dari persenyawaan organic yang kebetulan berada dalam

cairan di lingkungannya, atau dari hasil buangan dan sisa makanan organisme lain.

Banyak di antaranya mengambil peranan penting sebagai “penyapu bersih” kotoran di

permukaan dunia ini, karena dapat menguraikan, menghancurkan zat-zat organic yang

sudah mati, maka itu dinamakan saprofit (sapros: membusuk, menghancurkan).

Kerugian ekologis

Kerugian ekologis disebabkan oleh organisme golongan parasit yang pada mulanya

merupakan golongan saprofit, tetapi karena evolusi progresif, regresif, atau kedua-duanya

berubah menjadi golongan parasit. Organisme ini tidak hanya dapat hidup dari benda

mati atau sisa buangan bahan organic, tetapi juga memasuki dan merusak zat-zat yang

terdapat dalam sel atau jaringan hidup lain. Dengan demikian mengakibatkan gangguan

keseimbangan fisik atau kimia dari organisme yang diracuni atau yang didiaminya. Bila

organisme yang menjadi korban ini multiseluler, maka yang terkena adalah jaringannya.

Inilah yang dinamakan penyakit dan sering mengakibatkan kematian organisme yang

diserang. Organisme yang mengakibatkan penyakit disebut bersifat parasit dan pathogen.

Dalam evolusi selanjutnya, beberapa organisme parasit sudah sepenuhnya diadaptasikan

untuk hidup sebagai parasit, sehingga sebagian atau sepenuhnya tergantung pada cara

hidup seperti ini dan pada organisme yang ditumpanginya. Organisme ini rupanya sudah

kehilangan kesanggupan untuk hidup secara saprofit dan tidak dapat bermultiplikasi di

dunia luar. Karena terpaksa untuk hidup seluruhnya atau sebagian sebagai parasit maka

organisme ini disebut parasit obligat, misalnya semua virus, rickettsiae, spirochaeta,

Mycobacterium leprae.

6. STRUKTUR BAKTERI DAN FUNGSINYA MASING-MASING

Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:

1) Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)

Page 15: mikrobiologi

Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula

penyimpanan

2) Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu)

Meliputi kapsul, flagelum, pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan endospora.

Struktur dasar sel bakteri

Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)

Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula penyimpanan

Struktur Bakteri yang khas

Page 16: mikrobiologi

1. Dinding sel.. Kebanyakan dari bakteri mempunyai dinding sel, dinding sel tersebut terdiri

dari berbagai bentuk dan ukuran. Dinding sel ini berfungsi sebagai pertahanan bakteri

agar dapat bertahan hidup dalam lingkungannya serta mempertahankan tekanan osmotik

bakteri. Tekanan osmotik di dalam bakteri berkisar antara 5-20 atmosfir. Dinding bakteri

tersebut terdiri dsari lapisan peptidoglikan yaitu susunan yang terdiri dari polimer besar

dan terbuat dari N–asetil glukosamin dan asam N–asetil muramat yang saling berikatan

silang (cross linking) dengan ikatan kovalen. Dinding sel ditemukan pada semua bakteri

hidup bebas kecuali pada Mycoplasma. Dinding sel berfungsi untuk melindungi kerusakan sel

dari lingkungan bertekanan osmotik rendah dan memelihara bentuk sel. Dinding sel pada bakteri

tidak mengandung selulosa tetapi hemiselulosa dan senyawa semacam pektin yang mengandung

N. dinding sel dilapisiselaput seperti gelatin. Isis sel berupa protoplasma dan membran plasma.

Dengan adanya peptidoglikan ini, bakteri terbagi dua yaitu bakteri:

a. Gram positip yaitu bakteri yang bila diwarnai dengan kristal ungu atau jodium lalu

dicuci dengan alkoholakan tetap mempertahankan warna ungu setelah pewarnaan.

Hal ini terjadi karena bakteri gram positip mempunyai lapisan peptidoglikan yang

lebih tebal.

b. Gram negatip yaitu kebalikan gram positip di mana bakteri tersebut akan kehilangan

warna ungunya setelah dicuci dikarenakan peptidoglikan gram negatip lebih tipis.

Page 17: mikrobiologi

Table perbedaan dinding sel gram posotif dan negatif

PropertyGram-

positive

Gram-

negative

Thickness of wallthick (20-80

nm)thin (10 nm)

Number of layers 1 2

Peptidoglycan (murein)

content>50% 10-20%

Teichoic acids in wall present absent

Page 18: mikrobiologi

Lipid and lipoprotein content 0-3% 58%

Protein content 0 9%

Lipopolysaccharide content 0 13%

Sensitivity to Penicillin G yes no (1)

Sensitivity to lysozyme yes no (2)

Fungsi dinding sel :

1. Berperan dalam pembelahan sel.

2. Pelaksana biosintesa dinding sel itu sendiri.

3. Determinan antigen permukaan bakteri.

4. Pada gram(-) dinding sel mempunyai aktivitas endotoksin.

Gram positive bacteria

Gram negative bacteria

Page 19: mikrobiologi

2. Membran plasma, adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan

fosfolipid dan protein. Selubung sel bakteri ini mengandung daerah transpor untuk untuk

menutrisi daaerah reseptor untuk virus bakteri dan baktreiosin., mempermudah interaksi inang-

parasit, disamping sebagai tempat reaksi komponen dan antibodi, dan sering mengandung

komponen toksik untuk inang. Membran Sel ini mempunyai sifat yang semipermeabel.

Fungsi membrane sel:

a. Transpor bahan makanan secara selektif.

b. Pada spesies aerob merupakan tempat transport electron dan oksidasi-fosforlasi.

c. Tempat ekspresi bagi eksoenzim yang hidrolitik.

d. Menagndung enzim dan molekul-molekul yang berfungsi pada biosintsa DNA.

e. Mengandung reseptor protein untuk system kemotaktik

3. Sitoplasma adalah cairan sel.

Komponen-komponen Sitoplasma

a. Materi inti

Materi inti suatu sitoplasma biasanya terdiri dari DNA dan RNA. Materi inti dapat dilihat dengan

mikroskop elektron. Penampakan materi inti sebagai suatu jaring DNA, tidak teratur dan sering

kali merupakan kumpulan pararel terhadap sumbu sel. Selama perbanyakan sel, DNA bakteri

tetap sebagai jaring kromatin yang tersebar dan tidak pernah berkumpul untuk membentuk sutau

kromosom yang jelas selama pembelahan sel, sifat sebaliknya dari kromosom eukariot. DNA

bakteri melekat pada septal mesosom. DNA dapat dilihat dengan pewarnaan Fulgen

sehinnga DNA dapat dilihat dengan mikroskop. Di dalam DNA terdapat benang DNA

yanmg disebut kromosom bila diekstrasi mempunyai berat molekul 2-3 x 109 dan panjang

kira-kira 1mm.

Page 20: mikrobiologi

b. Ribosom

Ribosom merupakan suatu partikel sitoplasma.

Kumpulan polyribosom merupakan rantai ribosom 70S

(monomer) menempel pada m RNA. Jumlah ribosom

bervariasi sesuai dengan kondisi pertumbyhan, sel

tumbuh cepat dalam medium yang sesuai, mengandung

lebih banyak ribosom dibandingkan dengan sel tumbuh

lambat dalam medium yang kurang memadai. Ribosom

bakteri terletak menyebar di sitoplasma, hal ini

terjadi karena bakteri tidak mempunyai membrane

inti. Organel ini berfungsi sebagai tempat sintesis

protein.

c. Granula Sitoplasma( Granula Penyimpanan)

Granula berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan karena bakteri menyimpan

cadangan makanan yang dibutuhkan. Sama seperti ribosom, granula penyimpanan makanan

tersebar pada sitoplasma. Granula penyimpanan ini berfungsi untuk menyimpan makanan

pada beberapa bakteri.

d. Plasmid

Kebanyakan bakteri memiliki plasmid. Plasmid dapat dengan mudah didapat oleh bakteri.

Namun, bakteri juga mudah untuk menghilangkannya. Plasmid dapat diberikan kepada bakteri

lainnya dalam bentuk transfer gen horizontal. Plasmid merupakan Sebuah ekstrakromosomal

DNAGratis / terintegrasi dalam KromosomEdaran, kecil dan Self-direplikasiYang tidak penting

untuk kelangsungan hidup selTapi, sering membawa informasi genetik pentingDampak,

misalnya:penyebaran penyakit menularpenyebaran resistensi antibiotikRekayasa genetika

Struktur tambahan bakteri

Page 21: mikrobiologi

1. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu,

bila

lapisannya tebal disebut kapsul dan bila

lapisannya tipis disebut lapisan lendir.

Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas

polisakarida dan air.

2. Flagelum atau bulu cambuk adalah

struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel. Flagela adalah

struktur kompleks yang tersusun atas bermacam-macam protein termasuk flagelin yang membuat

flagela berbentuk seperti tabung cambuk dan protein kompleks yang memanjangkan dinding sel

dan membran sel untuk membentuk motor yang menyebabkan flagela berotasi. . Flagela

digunakan bakteri sebagai alat gerak. Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel.

Hampir semua bakteri yang berbentuk lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan

adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus jarang sekali memiliki flagel. Ukuran flagel bakteri

sangat kecil, tebalnya 0,02 - 0,1 mikro, dan panjangnya melebihi panjang sel bakteri.

Page 22: mikrobiologi

Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:

1. Atrik : bakteri yang tidak mempunyai flagel / alat gerak

2. Monotrik : bakteri yang mempunyai satu flagel / alat gerak pada salah satu ujung

tubuhnya.

3. Lofotrik : bakteri yang memiliki sejumlah flagel / alat gerak pada satu ujung tubuh

bakteri.

4. Amfitrik : bakteri yang mempunyai sejumlah flagel / alat gerak pada kedua ujungnya.

5. Peritrik : bakteri yang mempunyai flagel / alat gerak pada seluruh permukaan

tubuhnya.

Contoh :

3. Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari

dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih

a. Bacillus cereus b. Vibrio cholerae c. Bacillus brevis.(CDC).

Page 23: mikrobiologi

kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria

adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.

4. Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung

pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat

pada bakteri yang melakukan fotosintesis.

5. Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis. Dengan

mengatur jumlah gas dalam vakuola gasnya, bakteri dapat meningkatkan atau

mengurangi kepadatan sel mereka secara keseluruhan dan bergerak ke atas atau bawah

dalam air.

6. Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan

terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri.

Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding

endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap

kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan

menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.

Page 24: mikrobiologi

7. KEBUTUHAN BAKTERI BERDASARKAN OKSIGEN DAN SUHU/

TEMPERATUR

Berdasarkan Oksigen

Bakteri seperti organisme laainnya memerlukan energi untuk melakukan proses-proses

kehidupannya. Energi tersebut diperoleh melalui pembakaran zat-zat organik dari proses

respirasi.

Berdasarkan sumber oksigen yang diperlukan dalam proses respirasi, bakteri dapat

dikelompokkan menjadi :

Bakteri aerob, yaitu bakteri yang menggunakan oksigen bebas dalam proses

respirasinya. Misalnya, Nitrosococcus, Nitrosomonas, dan Nitrobacter.

Bakteri anaerob, yaitu bakteri yang tidak menggunakan oksigen bebas dalam proses

respirasinya. Misalnya, strptococcus lactis.

 

Berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen, bakteri dapat dikelompokkan lagi menjadi :

Bakteri aerob obligat, yaitu bakteri yang hanya dapat hidup dalam suasana

mengandung oksigen. Misalnya, Nitrobacter dan Hydrogenomonas.

Bacillus anthracis

Clostridium perfringens

Cl. tetani

Page 25: mikrobiologi

Bakteri anaerob obligat, yaitu baakteri yang hanya dapat hidup dalam suasana tanpa

oksigen. Misalnya, Clostridium tetani.

Bakteri anaerob fakultatif, yaitu bakteri yaang dapat hidup dengan atau tanpa

oksigen. Misalnya, Escherichia coli, Salmonella typhosa dan, Shigella

Berdasarkan Suhu Pertumbuhan

1) Bakteri psikorofil, bakteri yang hidup pada suhu rendah yaitu 0˚C-30˚C. Bakteri ini

banyak ditemukan di dasar lautan, di daerah kutub, dan pada bahan makanan yang

didinginkan.

2) Bakteri mesofil, bakteri yang hidup pada suhu 25˚C-40˚C. Bakteri ini terdapat pada

tanah, air, dan tubuh Vertebrata.

3) Bakteri termofil, bakteri yang hidup pada suhu 45˚C-75˚C. Bakteri ini banyak terdapat

di tempat-tempat bersuhu tinggi, di tanah, air laut, dan pada susu.

4) Bakteri hipertermofil, bakteri yang hidup pada suhu di atas 75˚C. Bakteri ini

ditemukan di sumber air panas.

8. PERTUMBUHAN BAKTERI DAN SIKLUSNYA

Pertumbuhan merupakan proses perubahan bentuk yang semula kecil kemudian menjadi besar.

Pertumbuhan menyangkut pertambahan volume dari individu itu sendiri. Pertumbuhan pada

umumnya tergantung pada kondisi bahan makanan dan juga lingkungan. Apabila kondisi

makanan dan lingkungan cocok untuk mikroorganisme tersebut, maka mikroorganisme akan

tumbuh dengan waktu yang relatif singkat dan sempurna.

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau subtansi atau masa zat suatu

organisme, misalnya kita makhluk makro ini dikatakan tumbuh ketika bertambah tinggi,

bertambah besar atau bertambah berat. Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan

Page 26: mikrobiologi

sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang semakin

besar atau subtansi atau massa mikroba dalam koloni tersebut semakin banyak, pertumbuhan

pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri.

Pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari tersediannya air. Bahan-bahan yang terlarut dalam

air, yang digunakan oleh mikroorganisme untuk membentuk bahan sel dan memperoleh energi,

adalah bahan makanan. Tuntutan berebagai mikroorganisme yang menyangkut susunan larutan

makanan dan persyaratan lingkungan tertentu, sangat berbeda-beda. Oleh karena itu

diperkenalkan banyak resep untuk membuat media biak untuk mikroorganisme.

Mikroba merupakan mikroorganisme yang perlu diketahui kemampuannya untuk tumbuh dan

hidup sebab beberapa diantaranya sering dimanfaatkan untuk keperluan penelitian.Sampai

sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan terus menggali potensi apa yang terdapat di dalam

mikriba, oleh karena itu perlu diketahui seluk beluk dari mikroba itu sendiri. Salah satunya yaitu

faktor- faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhannya. Setiap mikroba memiliki

karakteristik kondisi pertumbuhan yang berbeda- beda. Pertumbuhan bakteri pada kondisi yang

optimum lebih cepat jika dibandingkan dengan jamur dan kapang. Hal ini disebabkan karena

bakteri memiliki struktur sel yang lebih sederhana, sehingga sebagian besar bakteri memiliki

waktu generasi hanya sekitar 20 menit jika dibandingkan dengan khamir dan kapang yang

struktur selnya lebih rumit dan waktu  generasinya yang cukup lama.

Pengertian Pertumbuhan Mikroorganisme

Pertumbuhan pada mikroorganisme diartikan sebagai penambahan jumlah atau total massa sel

yang melebihi inokulum asalnya. Pertumbuhan merupakan suatu proses kehidupan yang

irreversible artinya tidak dapat dibalik kejadiannya. Pertumbuhan didefinisikan sebagai

pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan

ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan

parameter lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau pertambahan jumlah

sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba.

Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang berbeda, yang berturut-

turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Pada fase

Page 27: mikrobiologi

kematian eksponensial tidak diamati pada kondisi umum pertumbuhan kultur bakteri, kecuali

bila kematian dipercepat dengan penambahan zat kimia toksik, panas atau radiasi.

Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta

kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri.

Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor

ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbeda dan

pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya.

Kebutuhan mikroorganisme untuk pertumbuhan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:

kebutuhan fisik dan kebutuhan kimiawi atau kemis. Aspek-aspek fisik dapat mencakup suhu, pH

dan tekanan osmotik. Sedangkan kebutuhan kemis meliputi air, sumber karbon, nitrogen

oksigen, mineral-mineral dan faktor penumbuh.

Pada organisme multiselular (banyak sel), yang disebut pertumbuhan adalah peningkatan jumlah

sel per organisme, dimana ukuran sel juga menjadi lebih besar. Pada organisme uniselular (bersel

tunggal) pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel, yang juga berarti pertambahan jumlah

organisme yang membentuk populasi atau suatu biakan. Pada organisme yang membentuk

soenositik (aselular), selama pertumbuhan ukuran sel menjadi besar, tetapi tidak terjadi

pembelahan sel.

Pada mikroorganime, pertumbuhan individu (sel) dapat berubah langsung menjadi pertumbuhan

populasi. Sehingga batas antara pertumbuhan sel dan pertumbuhan populasi, serta sebagai satu

kesatuan populasi yang kemudian terjadi, kadang-kadang karena terlalu cepat perubahannya,

sulit untuk diamati dan dibedakan.

Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta

lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara digunakan oleh

mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan

pergerakkan. Lazimnya, medium biakan berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber

karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen serta unsur-unsur sekelumit (trace elements).

Media terbagi menjadi 2 golongan besar, yakni:

Page 28: mikrobiologi

a. Media hidup

Media hidup  umumnya dipakai dalam laboratorium virologi untuk pembiakan berbagai virus,

sedangkan dalam bakteriologi hanya beberapa jenis kuman tertentu saja dan terutama hewan

percobaan. Contoh media hidup antara lain: hewan percobaan (termasuk manusia), telur

berembrio, biakan jaringan, dan sel-sel biakan bakteri tertentu untuk bakteriofaga.

b. Media mati

(1) Berdasarkan konsistensinya

Media padat, terbagi media agar miring, agar deep, misalnya: agar buylon, agar endo,

agar ss, dan sebagainya.

Media setengah padat: agar buylon setengah padat (buylon=kaldu).

Media cair : air buylon, air pepton, deret gula-gula.

Media padat diperoleh dengan menambahkan agar. Agar berasal dari ganggang digunakan

sebagai bahan pemadat karena tidak diuraikan oleh mikroba, dan membeku pada suhu di atas 45o

C. Media setengah padat digunakan untuk melihat gerak kuman secara mikroskopik.

(2) Berdasar komposisi atau susunan bahannya

(a) Media sintetis

Yakni media yang mempunyai kadungan dan isi bahan yang telah diketahui secara

terperinci. Media sintetik sering digunakan untuk mempelajari sifat faal dan genetika

mikroorganisme. Senyawa anorganik dan organik ditambahkan dalam media sintetik

harus murni, sehingga harganya mahal. Contoh: cairan Hanks, Locke, Thyrode, Eagle.

Dalam (laboratorium virologi).

(b) Media non-sintetis

Merupakan media yang mengandung bahan-bahan yang tidak diketahui secara pasti baik

kadar maupun susunannya. Contohnya: ekstrak daging, pepton, ekstrak ragi, kaldu

Page 29: mikrobiologi

daging. Seringkali dalam media ini ditambahkan darah, serum, vitamin, asam amino, atau

nukleosida.

(c) Media semi-sintetis

Misalnya, cairan Hanks yang ditambahkan serum (laboratorium virologi).

(3) Berdasar sifat fisiologik dan biologik kuman dan untuk tujuan isolasi

(a) Media persemaian (nutrient media), yaitu media yang sangat kaya akan zat

makanan dan mempunyai susunan bahan sedemikian rupa sehingga hanya menyuburkan

satu jenis kuman yang dicari saja. Contoh: perbenihan Kauffmann untuk persemaian

Salmonella typhi.

(b)Media eksklusif adalah media yang hanya memungkinkan tumbuhnya satu jenis

kuman saja, sedangkan yang lainnya dihambat atau dimatikan. Contoh: perbenihan

Dieudoune atau air pepton alkalis yang mempunyai pH yang tinggi sehingga kuman lain

tidak dapat tumbuh, kecuali Vibrio.

(c) Media selekti/ elektif yakni media yang mempunyai susunan bahan sedemikian rupa

sehingga kuman tertentu dapat tumbuh tetapi dengan masing-masing koloni yang sangat

khas. Contoh: agar endo, untuk kuman golongan coli (coliform) akan berwarna merah,

sedangkan Salmonella koloninya tidak berwarna.

Reproduksi Mikroorganisme

Perkembangan mikroorganisme dapat terjadi secara seksual dan aseksual yang paling banyak

terjadi adalah perkembangbiakan aseksual. Perkembangan biakan aseksual terjadi dengan

pembelahan biner, yakni satu sel induk membelah menjadi dua sel anak. Kemudian masing-

masing sel anak membentuk dua sel anak lagi, dan seterusnya. Tipe lain cara perkembangbiakan

aseksual disamping pembelahan biner (binaryfission) adalah pembelahan ganda

(multiplefission) dan perkuncupan (budding).

Page 30: mikrobiologi

Pertumbuhan Bakteri dalam Biak Statik

Jika bakteri ditanam dalam suatu larutan biak, maka bakteri akan terus tumbuh sampai salah satu

faktor mencapai minimum dan pertumbuhan manjadi terbatas. Kalalu sepanjang peristiwa ini

tidak diadakan penambahan nutrient atau penyaluran keluar produk-produk metabolisme, maka

pertumbuhan dalam lingkungan hidup seperti ini disebut kultur statik. Pertumbuhan biak bakteri

dengan mudah dapat dinyatakan secara grafik dengan logaritme jumlah sel hidup terhadap

waktu. Suatu kurva pertumbuhan khas mempunyai bentuk sigmoid dan dapat dibedakan dalam

beberapa tahap pertumbuhan yang muncul secara teratur, sangat atau kurang menonjol: tahap

ancang-ancang (lag phase), tahap eksponensial (logaritmik), tahap stasioner dan tahap menuju

kematian.

Ada 4 fase kurva pertumbuhan mikroorganisme, yaitu :

1. Fase lag

2. Fase log

3. Fase stationer

4. Fase kematian

Kurva pertumbuhan mikroba :

Page 31: mikrobiologi

FASE LAG/ADAPTASI. Jika mikroba dipindahkan ke dalam suatu medium, mula-

mula akan mengalami fase adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan

di sekitarnya. Lamanya fase adaptasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor,

diantaranya:

1. Medium dan lingkungan pertumbuhan

Jika medium dan lingkungan pertumbuhan sama seperti medium dan lingkungan

sebelumnya, mungkin tidak diperlukan waktu adaptasi. Tetapi jika nutrient yang tersedia

dan kondisi lingkungan yang baru berbeda dengan sebelumnya, diperlukan waktu

penyesuaian untuk mensintesa enzim-enzim.

2. Jumlah inokulum

Jumlah awal sel yang semakin tinggi akan mempercepat fase adaptasi. Fase adaptasi

mungkin berjalan lambat karena beberapa sebab, misalnya: (1) kultur dipindahkan dari

medium yang kaya nutrien ke medium yang kandungan nuriennya terbatas, (2) mutan

yang baru dipindahkan dari fase statis ke medium baru dengan komposisi sama seperti

sebelumnya.

FASE LOG/PERTUMBUHAN EKSPONENSIAL. Pada fase ini mikroba

membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva logaritmik. Pada fase ini

kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium tempat tumbuhnya seperti

pH dan kandungan nutrient, juga kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembaban

udara. Pada fase ini mikroba membutuhkan energi lebih banyak dari pada fase

lainnya. Pada fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan. Akhir fase

log, kecepatan pertumbuhan populasi menurun dikarenakan :

1) Nutrien di dalam medium sudah berkurang.

2) Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat

pertumbuhan mikroba.

FASE STATIONER. Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang

tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih

Page 32: mikrobiologi

kecil karena sel tetap membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena

kekurangan zat nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda dengan

sel yang tumbuh pada fase logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan terhadap

keadaan ekstrim seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan-bahan kimia.

FASE KEMATIAN. Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami

kematian karena beberapa sebab yaitu:

1) Nutrien di dalam medium sudah habis.

2) Energi cadangan di dalam sel habis.

Kecepatan kematian bergantung pada kondisi nutrien, lingkungan, dan jenis

mikroba.

Pertumbuhan Bakteri dalam Biak Sinambung

Dengan memindahkan sel-sel berulang-ulang dan sering kedalam larutan biak baru, dapat

diciptakan kondisi yang mirip. Sasaran ini juga dapat dicapai secara lebih sederhana, dengan

menambahkan terus-menerus  larutan biak baru pada populasi bakteri yang sedang tumbuh dan

dengan memindahkan suspensi bakteri dalam jumlah sama. Prosedur ini menjadi dasar biak

sinambung yang dilakukan dalam kemostat turbidostat.

Pertumbuhan dalam kemostat. Kemostat terdiri dari bejana biak, yang dimasuki larutan biak

dari bejana persediaan dengan kecepatan aliran tetap. Oleh aerasi dan pengadukan mekanik

diusahakan agar didalam bejana biak terdapat pemasokan O2 secara optimum, dan supaya selekas

mungkin terjadi distribusi merata dari nutrient yang dialirkan masuk sebagai larutan biak. Jumlah

larutan biak yang dimasukkan kedalam bejana biak, sama dengan jumlah suspensi bakteri yang

dikeluarkan.

Pertumbuhan dalam turbidostat. Sistem ini didasarkan pada kerapatan bakteri tertentu atau

kekeruhan tertentu yang dipertahankan konstan. Alat pengukur kekeruhan mengatur pemasokan

larutan nutrient melalui sitem penghubung. Di dalam bejana biak semua nutient terdapat dalam

Page 33: mikrobiologi

jumlah berlebihan, dan bakteri tumbuh dengan kecepatan pertumbuhan maksimum.

Pengoperasian turbodistat teknis lebih mahal daripada kemostat.

Metode Pengukuran Pertumbuhan

Dalam pertumbuhannya bakteri memiliki suhu optimum dimana pada suhu tersebut pertumbuhan

bakteri menjadi maksimal. Dengan membuat grafik pertumbuhan suatu mikroorganisme, maka

dapat dilihat bahwa suhu optimum biasanya dekat puncak range suhu. Di atas suhu ini kecepatan

tumbuh mikroorganisme akan berkurang. diperlukan suatu metode. Metode pengukuran

pertumbuhan yang sering digunakan adalah dengan menentukan jumlah sel yang hidup dengan

jalan menghitung koloni pada pelat agar dan menentukan jumlah total sel/jumlah massa sel.

Selain itu dapat dilakukan dengan cara metode langsung dan metode tidak langsung. Dalam

menentukan jumlah sel yang hidup dapat dilakukan penghitungan langsung sel secara

mikroskopik, melalui 3 jenis metode yaitu metode pelat sebar, pelat tuang dan most-probable

number (MPN). Sedang untuk menentukan jumlah total sel dapat menggunakan alat yang khusus

yaitu bejana Petrof-Hausser atau hemositometer. Penentuan jumlah total sel juga dapat dilakukan

dengan metode turbidimetri yang menentukan volume sel mampat, berat sel, besarnya sel atau

koloni, dan satu atau lebih produk metabolit. Penentuan kuantitatif metabolit ini dapat dilakukan

dengan metode Kjeldahl.

9. PENGENDALIAN MIKROORGANISME SECARA FISIK DAN KIMIA

Alasan utama pengendalian mikroorganisme adalah :

1)  Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi.

2)  Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi

3)  Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme.

Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan beberapa cara, dapat dengan diminimalisir,

dihambat dan dibunuh dengan sarana atau proses fisika atau bahan kimia.

Page 34: mikrobiologi

Beberapa cara untuk mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme :

a. Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi

b. Desinfeksi

c. Antiseptis

d. Sterilisasi

e. Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya

f. Pengendalian Mikroba dengan Radiasi

g. Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi

h. Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia

a) Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi

Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah populasi

mikroorganisme pd suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi adalah men-

ciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan sumber nutrisi bagi per-tumbuhan

mikroba sekaligus membunuh sebagian besar populasi mikroba.

b) Desinfeksi

Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap per-alatan, lantai,

dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan

pada benda dan hanya berguna untuk membu-nuh sel vegetatif saja, tidak mampu

membunuh spora.

c) Antiseptis

Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh untuk

melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan mikro-organisme dengan cara

menghancur-kan atau menghambat aktivitas mikroba.

d) Sterilisasi/suci hama

Proses menghancurkan semua jenis kehidup-an mikroorganisme sehingga menjadi steril.

Sterilisasi seringkali dilakukan dengan peng-aplikasian udara panas. Ada dua metode

yang sering digunakan, yaitu Panas kering  dan Panas lembab :

Page 35: mikrobiologi

1) Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat laboratorium.

Suhu efektifnya adalah 160oC selama 2 jam. Alat yang digunakan pada umumnya

adalah oven.

2) Panas lembab dengan uap jenuh berte-kanan. Sangat efektif untuk sterilisasi

karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat

dan kelem-baban sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel

mikroba yang menyebabkan sel hancur.    Suhu efektifnya adalah 121oC pada

tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu standar 15 menit. Alat yang digunakan : pressure

cooker, autoklaf (autoclave) dan retort.

e) Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya :

1) Tyndalisasi : Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman

kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa

merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang diproses.

Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit dalam waktu tiga hari berturut-

turut.

2) Pasteurisasi : Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu terkendali

berdasar-kan  waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten untuk

dibasmi. Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh hanyalah bakteri patogen dan

bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri lainnya. Pasteurisasi

biasanya dilaku-kan untuk susu, rum, anggur dan makanan asam lainnya. Suhu

pemanasan adalah 65oC selama 30 menit.

3) Boiling : Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada suhu

100oC selama 10-15 menit.  Boiling dapat membunuh sel vegetatif bakteri yang

patogen maupun non patogen. Namun spora dan beberapa virus masih dapat

hidup. Biasanya dilakukan  pada alat-alat kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll.

4) Red heating : Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar spiritus)

sampai berpijar merah. Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat yang

sederhana seperti jarum ose.

5) Flaming : Pembakaran langsung alat-alat laboratorium  diatas pembakar bunsen 

dengan alkohol atau spiritus tanpa terjadinya pemijaran

Page 36: mikrobiologi

f) Pengendalian Mikroba dengan Radiasi, Bakteri terutama bentuk sel vegetatifnya dapat

terbunuh dengan penyinaran sinar ultraviolet (UV) dan sinar-sinar ionisasi.

1) Sinar UV : Bakteri yang berada di udara atau yang berada di lapisan permukaan

suatu benda yang terpapar sinar UV akan mati. 

2) Sinar Ionisasi : yang termasuk sinar ionisasi adalah sinar X, sinar alfa, sinar beta

dan sinar gamma. Sterilisasi dengan sinar ionisasi memerlukan biaya yang besar

dan biasanya hanya digunakan pada industri farmasi maupun industri kedokteran.

-   Sinar X : Daya penetrasi baik namun perlu  energi besar.

-   Sinar alfa : Memiliki sifat bakterisidal tetapi    tidak memiliki daya penetrasi.

-   Sinar beta : Daya penetrasinya sedikit lebih  besar daripada sinar X.

-   Sinar gamma : Kekuatan radiasinya besar  dan efektif untuk sterilisasi bahan

makanan

g) Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi : Ada dua filter, yaitu filter udara dan filter

bakteriologis.

1. Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel (High

Efficiency Particulate Air Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara

bersih ke dalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air

Flow)

2. Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yg tidak

tahan terhadap pemanasan, mis. larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll.

    Teknik filtrasi prinsipnya menggunakan penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah

bakteri saja.     Diantara jenis filter bakteri yang umum digunakan adalah : Berkefeld

(dari fosil diatomae), Chamberland (dari porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.

h) Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia

 Agen kimia yang baik adalah yang memiliki kemam-puan membunuh mikroba secara

cepat dengan dosis yang rendah tanpa merusak bahan atau alat yang di-disinfeksi.

Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolong-kan menjadi :

1. Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.  

Golongan Surfactants (Surface Active Agents),  yaitu  golongan anionik,

kationik dan nonionik.

Golongan fenol.

Page 37: mikrobiologi

2. Agen kimia yg merusak enzim mikroba.

Golongan logam berat seperti arsen,                 perak,  merkuri dll

Golongan oksidator spt gol. halogen, hidrogen peroksida dan formaldehid.

3. Agen kimia yang mendenaturasi protein.

Agen kimiawi yg menyebabkan terjadinya koagulasi dan presipitasi protoplasma,             

seperti  alkohol, gliserol dan bahan-bahan asam dan  alkalis. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi Efektivitas Agen kimia di dalam mengendalikan mikroba, yaitu :

Konsentrasi agen kimia yang digunakan.  Semakin tinggi  konsentrasinya maka

efektivitasnya semakin meningkat.

Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang disterilkan

maka hasilnya akan semakin baik.

Sifat dan jenis mikroba.  Mikroba yang berkapsul dan berspora resisten

dibandingkan yang  tidak berkapsul dan berspora.

Adanya bahan organik dan ekstra.  Adanya bahan-bahan organik dapat

menurunkan efektivitas agen kimia.

pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat  berubah seiring dengan

perubahan pH.

3. ANTIBIOTIKA

Pengertian

Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai

efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya

dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan

pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga

digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti

pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya

adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan

membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk

hidup. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri

lainnya, dan Setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis

Page 38: mikrobiologi

bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang

spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan

antibiotik mencapai lokasi tersebut.

Antibiotika oral (yang dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotika intravena

(melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotika kadangkala dapat

digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep.

Riwayat penemuan antibiotika modern

Penemuan antibiotika terjadi secara 'tidak sengaja' ketika Alexander Fleming, pada

tahun 1928, lupa membersihkan sediaan bakteri pada cawan petri dan meninggalkannya di

rak cuci sepanjang akhir pekan. Pada hari Senin, ketika cawan petri tersebut akan

dibersihkan, ia melihat sebagian kapang telah tumbuh di media dan bagian di sekitar kapang

'bersih' dari bakteri yang sebelumnya memenuhi media. Karena tertarik dengan kenyataan

ini, ia melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kapang tersebut, yang ternyata adalah

Penicillium chrysogenum syn. P. notatum (kapang berwarna biru muda ini mudah ditemukan

pada roti yang dibiarkan lembap beberapa hari). Ia lalu mendapat hasil positif dalam

pengujian pengaruh ekstrak kapang itu terhadap bakteri koleksinya. Dari ekstrak itu ia diakui

menemukan antibiotik alami pertama: penicillin G

Macam-macam antibiotika

Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan sasaran kerja senyawa tersebut dan

susunan kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika dilihat berdasarkan target atau

sasaran kerjanya

Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan

Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;

Antimetabolit, misalnya azaserine. Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup

golongan Quinolone, misalnya rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid;

Page 39: mikrobiologi

Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan

Macrolida, Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnya gentamycin, chloramphenicol,

kanamycin, streptomycin, tetracycline, oxytetracycline;

Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;

Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya

oligomycin, tunicamycin

Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:

a. Golongan Aminoglikosida

Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin,

sisomisin, streptomisin, tobramisin.

b. Golongan Beta-Laktam

Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan

sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-

laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).

c. Golongan Glikopeptida

Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.

d. Golongan Poliketida

Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin),

golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin,

klortetrasiklin).

e. Golongan Polimiksin

Diantaranya polimiksin dan kolistin.

f. Golongan Kinolon (fluorokinolon)

Page 40: mikrobiologi

Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan

trovafloksasin.

g. Golongan Streptogramin

Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.

h. Golongan Oksazolidinon

Diantaranya linezolid dan AZD2563.

i. Golongan Sulfonamida

Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.

j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.

Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme bagaimana antibiotik secara selektif

meracuni sel bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:

1. Mengganggu sintesa dinding sel, seperti penisilin, sefalosporin, imipenem,

vankomisin, basitrasin.

2. Mengganggu sintesa protein bakteri, seperti klindamisin, linkomisin, kloramfenikol,

makrolida, tetrasiklin, gentamisin.

3. Menghambat sintesa folat, seperti sulfonamida dan trimetoprim.

4. Mengganggu sintesa DNA, seperti metronidasol, kinolon, novobiosin.

5. Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin.

6. Mengganggu fungsi membran sel, seperti polimiksin B, gramisidin.

Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang dilawan dan jenis infeksi.

Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, dapat dibedakan antibiotik yang

membidik bakteri gram positif atau gram negatif saja, dan antibiotik yang berspektrum luas,

yaitu yang dapat membidik bakteri gram positif dan negatif.

Page 41: mikrobiologi

Sebagian besar antibiotik mempunyai dua nama, nama dagang yang diciptakan oleh pabrik

obat, dan nama generik yang berdasarkan struktur kimia antibiotik atau golongan kimianya.

Contoh nama dagang dari amoksilin, sefaleksin, siprofloksasin, kotrimoksazol, tetrasiklin

dan doksisiklin, berturut-turut adalah Amoxan, Keflex, Cipro, Bactrim, Sumycin, dan

Vibramycin.

Setiap antibiotik hanya efektif untuk jenis infeksi tertentu. Misalnya untuk pasien yang

didiagnosa menderita radang paru-paru, maka dipilih antibiotik yang dapat membunuh

bakteri penyebab radang paru-paru ini. Keefektifan masing-masing antibiotik bervariasi

tergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.

Antibiotik oral adalah cara yang paling mudah dan efektif, dibandingkan dengan antibiotik

intravena (suntikan melalui pembuluh darah) yang biasanya diberikan untuk kasus yang lebih

serius. Beberapa antibiotik juga dipakai secara topikal seperti dalam bentuk salep, krim, tetes

mata, dan tetes telinga.

Penentuan jenis bakteri patogen ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Tehnik khusus

seperti pewarnaan gram cukup membantu mempersempit jenis bakteri penyebab infeksi.

Spesies bakteri tertentu akan berwarna dengan pewarnaan gram, sementara bakteri lainnya

tidak.

Tehnik kultur bakteri juga dapat dilakukan, dengan cara mengambil bakteri dari infeksi

pasien dan kemudian dibiarkan tumbuh. Dari cara bakteri ini tumbuh dan penampakannya

dapat membantu mengidentifikasi spesies bakteri. Dengan kultur bakteri, sensitivitas

antibiotik juga dapat diuji.

Penting bagi pasien atau keluarganya untuk mempelajari pemakaian antibiotik yang benar,

seperti aturan dan jangka waktu pemakaian. Aturan pakai mencakup dosis obat, jarak waktu

antar pemakaian, kondisi lambung (berisi atau kosong) dan interaksi dengan makanan dan

obat lain.

Pemakaian yang kurang tepat akan mempengaruhi penyerapannya, yang pada akhirnya akan

mengurangi atau menghilangkan keefektifannya.

Page 42: mikrobiologi

Bila pemakaian antibiotik dibarengi dengan obat lain, yang perlu diperhatikan adalah

interaksi obat, baik dengan obat bebas maupun obat yang diresepkan dokter. Sebagai contoh,

Biaxin (klaritromisin, antibiotik) seharusnya tidak dipakai bersama-sama dengan Theo-Dur

(teofilin, obat asma).

Berikan informasi kepada dokter dan apoteker tentang semua obat-obatan yang sedang

dipakai sewaktu menerima pengobatan dengan antibiotik.

Jangka waktu pemakaian antibiotik adalah satu periode yang ditetapkan dokter. Sekalipun

sudah merasa sembuh sebelum antibiotik yang diberikan habis, pemakaian antibiotik

seharusnya dituntaskan dalam satu periode pengobatan.

Bila pemakaian antibiotik terhenti di tengah jalan, maka mungkin tidak seluruh bakteri mati,

sehingga menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik tersebut. Hal ini dapat

menimbulkan masalah serius bila bakteri yang resisten berkembang sehingga menyebabkan

infeksi ulang.

Efek Samping

Disamping banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dalam pengobatan infeksi, antibiotik

juga memiliki efek samping pemakaian, walaupun pasien tidak selalu mengalami efek

samping ini. Efek samping yang umum terjadi adalah sakit kepala ringan, diare ringan, dan

mual.

Dokter perlu diberitahu bila terjadi efek samping seperti muntah, diare hebat dan kejang

perut, reaksi alergi (seperti sesak nafas, gatal dan bilur merah pada kulit, pembengkakan pada

bibir, muka atau lidah, hilang kesadaran), bercak putih pada lidah, dan gatal dan bilur merah

pada vagina.

Resistensi Antibiotik

Salah satu perhatian terdepan dalam pengobatan modern adalah terjadinya resistensi

antibiotik. Bakteri dapat mengembangkan resistensi terhadap antibiotik, misalnya bakteri

yang awalnya sensitif terhadap antibiotik, kemudian menjadi resisten.

Page 43: mikrobiologi

Resistensi ini menghasilkan perubahan bentuk pada gen bakteri yang disebabkan oleh dua

proses genetik dalam bakteri:

1. Mutasi dan seleksi (atau evolusi vertikal)

Evolusi vertikal didorong oleh prinsip seleksi alam. Mutasi spontan pada kromosom

bakteri memberikan resistensi terhadap satu populasi bakteri. Pada lingkungan

tertentu antibiotika yang tidak termutasi (non-mutan) mati, sedangkan antibiotika

yang termutasi (mutan) menjadi resisten yang kemudian tumbuh dan berkembang

biak.

2. Perubahan gen antar strain dan spesies (atau evolusi horisontal)

Evolusi horisontal yaitu pengambil-alihan gen resistensi dari organisme lain.

Contohnya, streptomises mempunyai gen resistensi terhadap streptomisin (antibiotik

yang dihasilkannya sendiri), tetapi kemudian gen ini lepas dan masuk ke dalam E.

coli atau Shigella sp.

http://biologi-nasyif.blogspot.com/2010/10/ekologi-mikroorganisme.html

http://www.scribd.com/ebill/d/74138537/38-Pengendalian-Mikroorganisme-Secara-Fisik

http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/11/pertumbuhan-bakteri/

http://www.scribd.com/ebill/d/74138537/23-Pengendalian-Mikroorganisme-Secara-Kimia

http://biologipedia.blogspot.com/2010/12/pertumbuhan-bakteri.html

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196611031991012-

YANTI_HAMDIYATI/Pertumbuhan_pada_mikroorganisme_II.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Postulat_Koch

http://misterway.wordpress.com/2011/01/19/postulat-koch/

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/mikrobiologi/morfologi-bakteri

http://id.wikipedia.org/wiki/Struktur_sel_bakteri