mikrobiologi
DESCRIPTION
mTRANSCRIPT
1. POSTULAT KOCH
Postulat Koch atau Postulat Henle-Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan Robert Koch
pada 1884 dan disaring dan diterbitkannya pada 1890. Menurut Koch, keempatnya harus
dipenuhi untuk menentukan hubungan sebab-musabab antara parasit dan penyakit. Ia
menerapkannyauntuk untuk menentukan etiologi antraks dan tuberkulosis, namun
semuanya telah diterapkan pada penyakit lain.
Robert Koch (1843-1910)
Sejarah
Postulat Koch berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan umum untuk
mengidentifikasi patogen yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu. Walaupun
dalam masa Koch, dikenal beberapa penyebab infektif yang memang bertanggung jawab
pada suatu penyakit dan tidak memenuhi semua postulatnya. Usaha untuk menjalankan
postulat Koch semakin kuat saat mendiagnosis penyakit yang disebabkan virus pada
akhir abad ke-19. Pada masa itu virus belum dapat dilihan atau diisolasi dalam kultur. Hal
ini merintangi perkembangan awal dari virologi. Kini, beberapa penyebab infektif
diterima sebagai penyebab penyakit walaupun tidak memenuhi semua isi postulat. Oleh
karena itu, dalam penegakkan diagnosis mikrobiologis tidak diperlukan pemenuhan
keseluruhan postulat.
Isi Postulat
Isi postulat Koch adalah:
Organisme (parasit) harus ditemukan dalam hewan yang sakit, tidak pada yang sehat.
Organisme harus diisolasi dari hewan sakit dan dibiakkan dalam kultur murni.
Organisme yang dikulturkan harus menimbulkan penyakit pada hewan yang sehat.
Organisme tersebut harus diisolasi ulang dari hewan yang dicobakan tersebut
Dasar postulat koch adalah untuk membuktikan bahwa bakteri adalah penyebab penyakit.
Bagaimanapun, harus diperhatikan bahwa Koch mengabaikan bagian kedua dari postulat
pertama (organisme penyakit tidak ditemukan pada hewan sehat), ketika ia menembukan
karier asimtomatik atau tak bertanda pada kolera. Kemudian karier asimtomatik
bertambah seiring ditemukannya virus seperti polio, herpes simpleks, HIV dan hepatitis
C. Postulat ketiganya pun tidak selalu terjadi.
Prosedurnya :
1. Koch menemukan bakteri Bacillus anthracis di dalam darah sapi yang mati karena
penyakit antraks
2. Koch menumbuhkan bakteri tersebut pada media bernutrisi
3. Koch menyuntikkan biakan bakteri tersebut pada sapi yang sehat
4. Ketika sapi ini menjadi sakit dan mati, Koch mengisolasi bakteri dan darah sapi tersebut
dan membadingkannya dengan biakan bakteri yang lebih dulu diisolasi.
5. Koch menemukan bahwa kedua kultur bakteri tersebut berisi bakteri yang sama.
2. MORFOLOGI BAKTERI DAN CONTOHNYA
Secara harafiah, morfologi berarti 'pengetahuan tentang bentuk' (morphos). Morfologi dalam
cabang ilmu biologi adalah ilmu tentang bentuk organisme, terutama hewan dan tumbuhan
dan mencakup bagian-bagiannya. Morfologi bakteri dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Morfologi makroskopik (Kolonial morfologi)
Karakteristik koloni : pengamatan pada plate agar
Colony's Shape, Ukuran, Edge / Margin, Chromogenesis / pigmentasi,
Opacity, Ketinggian, Permukaan, Konsistensi, Emulsifiability, Bau
2. Morfologi mikroskopis (Seluler morfologi)
Struktur sel bakteri : pengamatan di bawah mikroskop
dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula
penyimpanan, kapsul, flagelum, pilus(pili), klorosom, Vakuola gas dan
endospore
morfologi makroskopik
Populasi bakteri tumbuh sangat cepat ketika mereka disertakan dengan gizi dan kondisi
lingkungan yang memungkinkan mereka untuk berkembang. Melalui pertumbuhan ini,
berbagai jenis bakteri kadang-kadang akan menghasilkan koloni yang khas dalam
penampilan. Beberapa koloni mungkin akan berwarna, ada yang berbentuk lingkaran,
sementara yang lain tidak teratur. Karakteristik koloni (bentuk, ukuran, warna, dll) yang
diistilahkan sebagai "koloni morfologi". Morfologi koloni adalah cara para ilmuwan dapat
mengidentifikasi bakteri. Morfologi koloni dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu :
Shape : Bentuk
Edge : Tepi;pinggir
Elevation : Ketinggian
Size : Ukuran
Surface : Permukaan
Consistency : Kekentalan ; kepadatan
Odor : Bau
Opacity : Transparansi
Chromogenesis : Pigmentasi
Shape Edge Elevation
Bacillus subtilisBacillus subtilis ColonyColony shape and sizeshape and size: : irregularirregular
MarginMargin ( (edge)edge): : undulate undulate ((wavywavy))ElevationElevation: : umbonateumbonateColorColor: : white, dullwhite, dullTextureTexture: : dry dry ((or roughor rough).).
StaphylococcusStaphylococcus aureusaureus ColonyColony shape and sizeshape and size: : circularcircular
MarginMargin ( (edge)edge): : entireentireElevationElevation: : corvexcorvexColorColor: : yellowyellowTextureTexture: : butyrous butyrous ((butterybuttery))
Morfologi mikroskopik
Morfologi mikroskopik adalah karakteristik bakteri yang dilihat melalui pengamatan
dibawah mikroskop. Bentuk bakteri sangat bervariasi, tetapi secara umum ada 3 tipe, yaitu :
1. Bentuk batang / basil.
2. Bentuk bulat / kokus
3. Bentuk spiral / spirilium.
Variasi bakteri atau koloni bakteri dipengaruhi oleh arah pembelahannya, umur, dan
syarat pertumbuhan tertentu misalkan makanan, suhu, dan keadaan yang tidak
menguntungkan bakteri.
a) Bentuk basil (batang)
Dibedakan atas:
1. Basil tunggal, berupa batang tunggal, contohnya Escherchia coli dan Salmonella typi.
2. Diplobasil; berbentuk batang bergandengan dua – dua.
3. Streptobasil; berupa batang bergandengan seperti rantai, contohnya Streptobacillus
moniliformis dan Azotobacter sp.
b) Bentuk bulat (kokus)
Bakteri berbentuk bulat (kokus = sferis/tidak bulat betul) dibagi mejadi bentuk – bentuk
sebagai berikut:
1. Monokokus,berbentuk bulat, satu – satu, contohnya Monococcus gonorhoe.
2. Diplokokus, bentuknya bulat bergandengan dua – dua, misalnya Diplococcus pneumonia.
3. Streptokokus, memiliki bentuk bulat bergandengan seperti rantai, sebagai hasil
pembelahan sel kesatu atau dua arah dalam satu garis.
4. Tetrakokus, berbentuk bulat terdiri 4 sel yang tersusun dalam bentuk bujur sangkar
sebagai hasil pembelahan sel kedua arah.
5. Sarkina, berbentuk bulat terdiri atas 8 sel yang tersusun dalam bentuk kubus sebagai hasil
pembelahan sel ketiga arah, contohnya Sarcia sp.
6. Stafilokokus, berbentuk bulat, tersusun seperti kelompok buah anggur sebagai hasil
pembelahan sel ke segala arah.
7. Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
c) Bentuk Spiral
Di bagi menjadi:
1. Koma (vibrio); berbentuk lengkungan kurang dari setengah lingkaran, contoh nya Vibrio
coma, penyebab penyakit kolera.
2. Spiral; berupa lengkunagn lebih dari setengah lingkaran , contohnya Spirillium minor
yang menyebabkan demam dengan perantara gigitan tikus atau hewanpengerat lainnya.
3. Spiroooseta; berupa spiral yang halus dan lentur, contohnya Treponema pallisum,
penyebab penyakit sifilis.
Bentuk tubuh bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh
karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada
umumnya bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah
tua.
3. SPESIMEN
Jenis-jenis specimen
- Darah ( whole blood)
- Urine 24 jam
- Plasma
- Serum
4. FLORA NORMAL
5. EKOLOGI MIKROORGANISME
Sel-sel prokariotik mengadakan interaksi dengan sesamanya (dengan prokariotik lain),
dengan fungi, ganggang, tumbuhan, dan hewan. Reaksi interaksi antara bakteri atau
lawannya menghasilkan keadaan seperti berikut, yaitu: tidak ada efek, efek
menguntungkan, atau efek merugikan.
Dari ketiga macam keadaan tersebut dapat tercipta bermacam-macam hubungan hidup,
tetapi hubungan ini tidak selalu dapat ditentukan secara tetap.Khususnya tidak dapat
ditentukan interaksi semacam apa yang terjadi antara populasi mikroba dalam ekosistem
alam. Sebagian dari kesulitan untuk menentukan interaksi mikroba itu terletak pada tidak
adanya informasi mengenai distribusi sel-sel tersebut secara individual dalam ekosistem
dan secara kelompok seringkali habitat mikroba tidak diketahui, sehingga hampir tidak
mungkin dapat menentukan sejauh mana dua spesies mikroba dapat berinteraksi,
misalnya dalam tanah.
Untuk menentukannya, dilakukan eksperimen pembiakan secara teliti dengan
menumbuhkan dua populasi dalam biakan campuran, tetapi hasilnya masih diragukan
karena situasi eksperimen mungkin sangat berbeda dengan keadaan alam sebenarnya
yang tidak pernah diketahui.
Pola dan aspek ekologi
Ciri kehidupan yang menonjol adalah adanya saling ketergantungan antar organisme. Jadi
dapat dikatakan bahwa tidak ada organisme dapat bertahan hidup tanpa bantuan dari
bentuk kehidupan lain. Di alam bebas kita dapati banyak bakteri dari berbagai genus
maupun dari berbagai spesies hidup berkumpul di dalam suatu medium yang sama,
misalnya di dalam tanah, di dalam kotoran hewan, di dalam sampah-sampah, di dalam
kubangan dan lain sebagainya.
Lokasi atau tempat tinggal yang spesifik dari suatu organisme disebut habitat, sedangkan
suatu peranan atau fungsi yang spesifik dalam komunitas disebut niche. Adapun beberapa
habitat alam dari mikroorganisme tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tanah
Tanah merupakan sumber yang kaya akan mirkoorganisme. Kebanyakan mikroorganisme
di sini bersifat apatogfen bagi manusia. Bakteri pathogen yang terdapat di tanah adalah:
Clostridium tetani, Clostridium perfringens, Clostridium botulinum, Bacillus anthracis.
2. Air
Kebanyakan air tawar dan laut mengandung mikroorganisme. Mikroorganisme pathogen
di air adalah: Salmonella dan Shigella sp., Vibrio cholrae, Legionella, Entamoeba
histolytica, Escherichia coli.
3. Udara
Walaupun mikroorganisme sering ditemukan di udara, namun tidak berkembang biak di
udara. Udara dalam ruangan mungkin mengandung bakteri dan virus pathogen yang
berasal dari kulit, tangan, pakaian dan terutama dari saluran napas atas manusia.
4. Makanan
Susu dari sapi normal yang diperah secara asepsis masih mengandung 100 – 1000
mikroorganisme non pathogen per milliliter, dan kadang terdapat mikroorganisme
pathogen yang mungkin berasal dari sapi yang sakit atau dari proses pemerahan, seperti:
Mycobacterium tuberculosis, Salmonella, Streptococcus, Corynebacterium diptheriae,
Shigella, Brucella dan Staphylococcus penyebab keracunan makanan.
Interaksi mikroorganisme adalah hubungan timbal balik antara mikroba dengan mikroba
lainnya maupun dengan organisme yang lebih tinggi. Tidaklah mudah untuk menyelidiki
pengaruh atau hubungan hidup antar spesie itu, namun pengaruh timbale balik itu pastilah
ada, karena suatu spesies yang mencerna suatu zat makanan akan menimbulkan
perubahan kimia dalam komposisi substrat, seperti mengurangi persediaan oksigen,
mengubah pH, dan lain-lain yang mempengaruhi kehidupan spesies yang lain. Pengaruh
itu mungkin bersifat baik, mungkin bersifat buruk, mungkin juga tidak mempunyai efek
sama sekali.
Hubungan timbal balik antar makhluk hidup (mikroorganisme) tersebut dapat dibedakan
sebagai berikut:
1. Netralisme (tidak saling mengganggu)
Sangat boleh jadi di dalam tanah atau di dalam kotoran hewan terdapat banyak makhluk
hidup yang dapat hidup bersama dengan tidak saling merugikan, tetapi juga tidak saling
menguntungkan. Meskipun di dalam satu medium yang sama, namun masing-masing
spesies memerlukan zat-zat yang berbeda sehingga tidak perlu ada perebutan zat
makanan. Baik terpisah maupun terkumpul, mereka dapat hidup sendiri-sebndiri.
Hubungan yang demikian itu disebut netralisme.
2. Kompetisi (Persaingan)
Kebutuhan akan zat makanan yang sama dapat menyebabkan terjadinya persaingan antar
spesies. Sebagai contoh, bila persediaan oksigen dalam suatu medium berkurang, maka
bakteri aerob akan dikalahkan oleh bakteri fakultatif anaerob. Jika persediaan oksigen
habis sama sekali, maka pertumbuhan bakteri fakultatif anaerob tadi akan berhenti,
sedangkan bakteri anaerob akan tumbuh dengan subur. Pada umumnya bahwa dua
spesies yang hidup bersaing akan saling merugikan, jika ditumbuhkan di dalam suatu
tempat yang sama, dan akhirnya yang menanglah yang dapat bertahan sedangkan yang
kalah akan punah.
3. Antagonisme (hidup berlawanan)
Antagonisme menyatakan suatu hubungan yang asosial. Spesies yang satu menghasilkan
sesuatu yang meracuni spesies yang lain, sehingga pertumbuhan spesies yang terakhir
sangat terganggu karenanya. Beberapa bentuk antagonisme diantaranya adalah antara
Streptococcus lactis dan Bacillus subtilis atau Proteus vulgaris. Jika ketiga spesies
tersebut ditumbuhkan bersama-sama di dalam suatu medium, maka pertumbuhan Bacillus
dan Proteus akan segera tercekik karena adanya asam susu yang dihasilkan oleh
Streptococcus lactis.
Pseudomonas aeruginosa menghasuilkan suatu pigmen biru piosianin yang merupakan
racun bagi beberapa spesies bakteri dan juga beberapa hewan. Selanjutnya semua
pengobatan penyakit infeksi dengan menggunakan antibiotic didasarkan atas
antagonisme.
4. Mutualisme
Mutualisme adalah suatu bentuk simbiosis antara dua spesies dimana masing-masing
yang bersekutu mendapatkan keuntungan. Misalnya bakteri yang hidup di dalam usus
memperoleh nutrient dari makanan yang terdapat di usus. Sebaliknya bakteri dapat
menghasilkan zat yang berguna bagi tubuh manusia, seperti vitamin K.
5. Komensalisme
Jika dua spesies hidup bersama kemudian spesies yang satu mendapatkan keuntungan,
sedangkan spesies yang lain tidak diragukan olehnya, maka hubungan hidup antara kedua
spesies itu disebut komensalisme. Spesies yang beruntung disebut komensal, sedangkan
spesies yang memberikan keuntungan disebut inang (hospes).
Hubungan hidup yang terdapat antara Saccharomyces dan Acetobacter merupakan suatu
contoh komensalisme. Saccharomyces menghasilkan alcohol yang tidak diperlukan lagi,
sedangkan alcohol ini merupakan zat makanan yang mutlak bagi Acetobacter. Dan di
dalam usus tebal hewan maupun manusia banyak terdapat bakteri yang hidup sebagai
komensal.
6. Parasitisme
Jika satu pihak dirugikan sementara ia sendiri mendapatkan untung disebut parasitisme.
Bila parasit hidup di dalam jaringan atau sel hospes, maka disebut endoparasit (=infeksi).
Bila hidupnya pada permukaan kulit maka disebut ektoparasit (=infestasi).
Hubungan yang ada antara virus (Bakteriofage) dengan bakteri itu suatu hubungan yang
hanya menguntungan virus saja. Virus tidak dapat hidup di luar bakteri atau sel hidup
lainnya. Sebaliknya, bakteri atau sel lainnya yang menjadi hospes akan mati karenanya.
Kehidupan parasit berarti kematian hospes.
Suatu aspek ekologi bakteri yang penting adalah kesanggupan sel-sel itu melekat pada
benda-benda padat. Karena suatu cirri ekosistem alam menunjukkan bahwa bakteri jarang
ditemukan mengambang bebas dalam air. Bakteri biasanya ditemukan melekat pada
partikel-partikel tanah dan sisa-sisa bahan organik dalam tanah, bahan-bahan organik
yang tersuspensi dalam air laut, air danau, batu-batuan dalam sungai, kulit, gigi,
membrane epithelium hewan dan manusia serta pada kutikula tumbuhan.
Dalam banyak hal tidak diketahui apa yang menentukan derajat kespesifikan yang
menentukan bakteri apa yang akan melekat pada substrat tertentu. Juga tidak diketahui
mekanisme adhesi semacam apa yang tersangkut pada kejadian ini. Kadang-kadang dapat
dianggap karena adanya enzim hidrolisis yang memungkinkan bakteri itu melekat pada
polimer organic yang spesifik, misalnya bakteri yang menghasilkan selulosa melekat
pada serat-serat selulosa dan sebagainya.
Salah satu contoh dari adhesi spesifik yang tidak ada sangkut pautnya dengan enzim
adalah bakteri yang membentuk bercak (plaque) pada gigi. Streptococcus mutans
menghasilkan dekstran (suatu polimer glukosa) yang mengikat sel itu bersatu dan
memungkinnya melekat sangat kuat pada hidrosi apatit dari email gigi.
Inokulasi Streptococcus mutans pada hewan bebas kuman ini mendapat karies dentis.
Dalam keadaan normal, bakteri ini biasa ditemukan pada gigi berkaries. Streptococcus
mutans dapat membentuk dekstran bila terdapat sukrosa dalam makanannya, akibatnya
gigi akan rusak membusuk. Menghindarkan gula dalam diet atau perawatan dengan
dekstranase dapat mencegah kolonisasi Streptococcus mutans, tetapi tidak seluruhnya
menghindarkan karies, karena ada bakteri lain yang juga menyebabkan karies.
Keuntungan ekologis
Keuntungan ekologis untuk bakteri dapat tetap berada dalam bentuk kelompok (bersatu)
tidak selalu jelas; populasi campuran bersatu membentuk flokulasi yang stabil di bawah
suatu pengendalian keadaan yang tidak banyak diketahui. Sifat ini digunakan untuk
pengendalian keadaan yang tidak banyak diketahui. Sifat ini digunakan untuk
menjernihkan air dalam pengerjaan air gorong (riol). Dalam system pengaktifan lumpur,
sisa-sisa buangan dalam riol itu diudarakan secara aktif, kemudian dimasukkan ke dalam
tangki pengendapan. Bakteri-bakteri di dalamnya membentuk flokulasi dan mengendap
ke dalam lumpur tersebut. Salah satu dari bakteri yang turut dalam flokulasi ini adalah
Zoogloea ramigera. Bakteri ini menghasilkan lender yang berlebih untuk melekatkan sel-
selnya dengan sel-sel bakteri lain supaya bersatu. Kapasitas membentuk flokulasi yang
stabil ini dihubungkan dengan adanya polibetahidroksibutirat dalam sel-selnya. Kejadian
ini digunakan dalam usaha penyaringan air riol tingkat pertama. Dalam peristiwa ini,
flokulasi itu melekat pada batu-batuan dan air flokulasi sehingga yang melalui ini seolah-
olah melalui saringan, karena akan melekat bahan-bahan buangan yang tersuspensi di
dalamnya.
Pada ekosistem lain, yang ditemukan pada permukaan lumpur, terjadi hubungan yang
sama seperti tersebut di atas. Pada hubungan hidup ini timbul keadaan anaerob yang
sangat bedekatan dengan keadaan aerob. Potongan-potongan kecil bahan organic
dikolonisasi oleh bakteri yang menyerbunya, bakteri ini pada gilirannya dilingkungi oleh
bakteri lain dan dipusat keseluruhan kelompok ini akan cepat timbul kehabisan oksigen
yang memungkinkan bakteri anaerob dapat tumbuh di dalamnya. Gambaran kejadian ini
menjadi petunjuk terhadap perubahan-perubahan yang timbul dalam jumlah dan tipe
bakteri selang suatu periode waktu.
Dalam tiap system alam dimana terdapat bakteri, kemungkinan terjadinya adhesi,
flokulasi, dan produksi keadaan mikroanaerob adalah suatu urutan kejadian yang normal.
Flokulasi itu pecah bila bakteri yang berada di pusatnya mulai mengalami kehabisan
makanan dan otolisis. Otolisis adalah perombakan (penguraian) jasad mati oleh enzim
yang terdapat dalam jasad itu sendiri tanpa intervensi bakteri atau organisme lainnya.
Banyak hubungan antara bakteri dan lain-lain bentuk kehidupan didasarkan pada
makanan. Pada banyak ekosistem terjadi peredaran kembali (recycling) bahan-bahan
makanan tersebut, misalnya fosfat dalam danau. Siklus yang sama juga terjadi dalam
skala lebih luas di seluruh dunia dan dikenal sebagai siklus biogeologi. Siklus utamanya
adalah yang mengenai C, O, N, dan S. aktivitas bakteri yang meliputi seluruh dunia itu
dalam efeknya akan menentukan biosfer (semua kehidupan), litosfer (daratan), hidrosfer
(laut dan air segar), dan atmosfer (udara).
Hubungan ekologi dengan nutrisi bakteri membawa pada penggolongan mikroorganisme
itu dalam saprofit dan parasit. Mikroorganisme yang termasuk golongan saprofit ialah
yang memperoleh karbonnya dari persenyawaan organic yang kebetulan berada dalam
cairan di lingkungannya, atau dari hasil buangan dan sisa makanan organisme lain.
Banyak di antaranya mengambil peranan penting sebagai “penyapu bersih” kotoran di
permukaan dunia ini, karena dapat menguraikan, menghancurkan zat-zat organic yang
sudah mati, maka itu dinamakan saprofit (sapros: membusuk, menghancurkan).
Kerugian ekologis
Kerugian ekologis disebabkan oleh organisme golongan parasit yang pada mulanya
merupakan golongan saprofit, tetapi karena evolusi progresif, regresif, atau kedua-duanya
berubah menjadi golongan parasit. Organisme ini tidak hanya dapat hidup dari benda
mati atau sisa buangan bahan organic, tetapi juga memasuki dan merusak zat-zat yang
terdapat dalam sel atau jaringan hidup lain. Dengan demikian mengakibatkan gangguan
keseimbangan fisik atau kimia dari organisme yang diracuni atau yang didiaminya. Bila
organisme yang menjadi korban ini multiseluler, maka yang terkena adalah jaringannya.
Inilah yang dinamakan penyakit dan sering mengakibatkan kematian organisme yang
diserang. Organisme yang mengakibatkan penyakit disebut bersifat parasit dan pathogen.
Dalam evolusi selanjutnya, beberapa organisme parasit sudah sepenuhnya diadaptasikan
untuk hidup sebagai parasit, sehingga sebagian atau sepenuhnya tergantung pada cara
hidup seperti ini dan pada organisme yang ditumpanginya. Organisme ini rupanya sudah
kehilangan kesanggupan untuk hidup secara saprofit dan tidak dapat bermultiplikasi di
dunia luar. Karena terpaksa untuk hidup seluruhnya atau sebagian sebagai parasit maka
organisme ini disebut parasit obligat, misalnya semua virus, rickettsiae, spirochaeta,
Mycobacterium leprae.
6. STRUKTUR BAKTERI DAN FUNGSINYA MASING-MASING
Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:
1) Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)
Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula
penyimpanan
2) Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu)
Meliputi kapsul, flagelum, pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan endospora.
Struktur dasar sel bakteri
Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)
Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula penyimpanan
Struktur Bakteri yang khas
1. Dinding sel.. Kebanyakan dari bakteri mempunyai dinding sel, dinding sel tersebut terdiri
dari berbagai bentuk dan ukuran. Dinding sel ini berfungsi sebagai pertahanan bakteri
agar dapat bertahan hidup dalam lingkungannya serta mempertahankan tekanan osmotik
bakteri. Tekanan osmotik di dalam bakteri berkisar antara 5-20 atmosfir. Dinding bakteri
tersebut terdiri dsari lapisan peptidoglikan yaitu susunan yang terdiri dari polimer besar
dan terbuat dari N–asetil glukosamin dan asam N–asetil muramat yang saling berikatan
silang (cross linking) dengan ikatan kovalen. Dinding sel ditemukan pada semua bakteri
hidup bebas kecuali pada Mycoplasma. Dinding sel berfungsi untuk melindungi kerusakan sel
dari lingkungan bertekanan osmotik rendah dan memelihara bentuk sel. Dinding sel pada bakteri
tidak mengandung selulosa tetapi hemiselulosa dan senyawa semacam pektin yang mengandung
N. dinding sel dilapisiselaput seperti gelatin. Isis sel berupa protoplasma dan membran plasma.
Dengan adanya peptidoglikan ini, bakteri terbagi dua yaitu bakteri:
a. Gram positip yaitu bakteri yang bila diwarnai dengan kristal ungu atau jodium lalu
dicuci dengan alkoholakan tetap mempertahankan warna ungu setelah pewarnaan.
Hal ini terjadi karena bakteri gram positip mempunyai lapisan peptidoglikan yang
lebih tebal.
b. Gram negatip yaitu kebalikan gram positip di mana bakteri tersebut akan kehilangan
warna ungunya setelah dicuci dikarenakan peptidoglikan gram negatip lebih tipis.
Table perbedaan dinding sel gram posotif dan negatif
PropertyGram-
positive
Gram-
negative
Thickness of wallthick (20-80
nm)thin (10 nm)
Number of layers 1 2
Peptidoglycan (murein)
content>50% 10-20%
Teichoic acids in wall present absent
Lipid and lipoprotein content 0-3% 58%
Protein content 0 9%
Lipopolysaccharide content 0 13%
Sensitivity to Penicillin G yes no (1)
Sensitivity to lysozyme yes no (2)
Fungsi dinding sel :
1. Berperan dalam pembelahan sel.
2. Pelaksana biosintesa dinding sel itu sendiri.
3. Determinan antigen permukaan bakteri.
4. Pada gram(-) dinding sel mempunyai aktivitas endotoksin.
Gram positive bacteria
Gram negative bacteria
2. Membran plasma, adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan
fosfolipid dan protein. Selubung sel bakteri ini mengandung daerah transpor untuk untuk
menutrisi daaerah reseptor untuk virus bakteri dan baktreiosin., mempermudah interaksi inang-
parasit, disamping sebagai tempat reaksi komponen dan antibodi, dan sering mengandung
komponen toksik untuk inang. Membran Sel ini mempunyai sifat yang semipermeabel.
Fungsi membrane sel:
a. Transpor bahan makanan secara selektif.
b. Pada spesies aerob merupakan tempat transport electron dan oksidasi-fosforlasi.
c. Tempat ekspresi bagi eksoenzim yang hidrolitik.
d. Menagndung enzim dan molekul-molekul yang berfungsi pada biosintsa DNA.
e. Mengandung reseptor protein untuk system kemotaktik
3. Sitoplasma adalah cairan sel.
Komponen-komponen Sitoplasma
a. Materi inti
Materi inti suatu sitoplasma biasanya terdiri dari DNA dan RNA. Materi inti dapat dilihat dengan
mikroskop elektron. Penampakan materi inti sebagai suatu jaring DNA, tidak teratur dan sering
kali merupakan kumpulan pararel terhadap sumbu sel. Selama perbanyakan sel, DNA bakteri
tetap sebagai jaring kromatin yang tersebar dan tidak pernah berkumpul untuk membentuk sutau
kromosom yang jelas selama pembelahan sel, sifat sebaliknya dari kromosom eukariot. DNA
bakteri melekat pada septal mesosom. DNA dapat dilihat dengan pewarnaan Fulgen
sehinnga DNA dapat dilihat dengan mikroskop. Di dalam DNA terdapat benang DNA
yanmg disebut kromosom bila diekstrasi mempunyai berat molekul 2-3 x 109 dan panjang
kira-kira 1mm.
b. Ribosom
Ribosom merupakan suatu partikel sitoplasma.
Kumpulan polyribosom merupakan rantai ribosom 70S
(monomer) menempel pada m RNA. Jumlah ribosom
bervariasi sesuai dengan kondisi pertumbyhan, sel
tumbuh cepat dalam medium yang sesuai, mengandung
lebih banyak ribosom dibandingkan dengan sel tumbuh
lambat dalam medium yang kurang memadai. Ribosom
bakteri terletak menyebar di sitoplasma, hal ini
terjadi karena bakteri tidak mempunyai membrane
inti. Organel ini berfungsi sebagai tempat sintesis
protein.
c. Granula Sitoplasma( Granula Penyimpanan)
Granula berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan karena bakteri menyimpan
cadangan makanan yang dibutuhkan. Sama seperti ribosom, granula penyimpanan makanan
tersebar pada sitoplasma. Granula penyimpanan ini berfungsi untuk menyimpan makanan
pada beberapa bakteri.
d. Plasmid
Kebanyakan bakteri memiliki plasmid. Plasmid dapat dengan mudah didapat oleh bakteri.
Namun, bakteri juga mudah untuk menghilangkannya. Plasmid dapat diberikan kepada bakteri
lainnya dalam bentuk transfer gen horizontal. Plasmid merupakan Sebuah ekstrakromosomal
DNAGratis / terintegrasi dalam KromosomEdaran, kecil dan Self-direplikasiYang tidak penting
untuk kelangsungan hidup selTapi, sering membawa informasi genetik pentingDampak,
misalnya:penyebaran penyakit menularpenyebaran resistensi antibiotikRekayasa genetika
Struktur tambahan bakteri
1. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu,
bila
lapisannya tebal disebut kapsul dan bila
lapisannya tipis disebut lapisan lendir.
Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas
polisakarida dan air.
2. Flagelum atau bulu cambuk adalah
struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel. Flagela adalah
struktur kompleks yang tersusun atas bermacam-macam protein termasuk flagelin yang membuat
flagela berbentuk seperti tabung cambuk dan protein kompleks yang memanjangkan dinding sel
dan membran sel untuk membentuk motor yang menyebabkan flagela berotasi. . Flagela
digunakan bakteri sebagai alat gerak. Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel.
Hampir semua bakteri yang berbentuk lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan
adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus jarang sekali memiliki flagel. Ukuran flagel bakteri
sangat kecil, tebalnya 0,02 - 0,1 mikro, dan panjangnya melebihi panjang sel bakteri.
Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
1. Atrik : bakteri yang tidak mempunyai flagel / alat gerak
2. Monotrik : bakteri yang mempunyai satu flagel / alat gerak pada salah satu ujung
tubuhnya.
3. Lofotrik : bakteri yang memiliki sejumlah flagel / alat gerak pada satu ujung tubuh
bakteri.
4. Amfitrik : bakteri yang mempunyai sejumlah flagel / alat gerak pada kedua ujungnya.
5. Peritrik : bakteri yang mempunyai flagel / alat gerak pada seluruh permukaan
tubuhnya.
Contoh :
3. Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari
dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih
a. Bacillus cereus b. Vibrio cholerae c. Bacillus brevis.(CDC).
kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria
adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.
4. Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung
pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat
pada bakteri yang melakukan fotosintesis.
5. Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis. Dengan
mengatur jumlah gas dalam vakuola gasnya, bakteri dapat meningkatkan atau
mengurangi kepadatan sel mereka secara keseluruhan dan bergerak ke atas atau bawah
dalam air.
6. Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan
terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri.
Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding
endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap
kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan
menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.
7. KEBUTUHAN BAKTERI BERDASARKAN OKSIGEN DAN SUHU/
TEMPERATUR
Berdasarkan Oksigen
Bakteri seperti organisme laainnya memerlukan energi untuk melakukan proses-proses
kehidupannya. Energi tersebut diperoleh melalui pembakaran zat-zat organik dari proses
respirasi.
Berdasarkan sumber oksigen yang diperlukan dalam proses respirasi, bakteri dapat
dikelompokkan menjadi :
Bakteri aerob, yaitu bakteri yang menggunakan oksigen bebas dalam proses
respirasinya. Misalnya, Nitrosococcus, Nitrosomonas, dan Nitrobacter.
Bakteri anaerob, yaitu bakteri yang tidak menggunakan oksigen bebas dalam proses
respirasinya. Misalnya, strptococcus lactis.
Berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen, bakteri dapat dikelompokkan lagi menjadi :
Bakteri aerob obligat, yaitu bakteri yang hanya dapat hidup dalam suasana
mengandung oksigen. Misalnya, Nitrobacter dan Hydrogenomonas.
Bacillus anthracis
Clostridium perfringens
Cl. tetani
Bakteri anaerob obligat, yaitu baakteri yang hanya dapat hidup dalam suasana tanpa
oksigen. Misalnya, Clostridium tetani.
Bakteri anaerob fakultatif, yaitu bakteri yaang dapat hidup dengan atau tanpa
oksigen. Misalnya, Escherichia coli, Salmonella typhosa dan, Shigella
Berdasarkan Suhu Pertumbuhan
1) Bakteri psikorofil, bakteri yang hidup pada suhu rendah yaitu 0˚C-30˚C. Bakteri ini
banyak ditemukan di dasar lautan, di daerah kutub, dan pada bahan makanan yang
didinginkan.
2) Bakteri mesofil, bakteri yang hidup pada suhu 25˚C-40˚C. Bakteri ini terdapat pada
tanah, air, dan tubuh Vertebrata.
3) Bakteri termofil, bakteri yang hidup pada suhu 45˚C-75˚C. Bakteri ini banyak terdapat
di tempat-tempat bersuhu tinggi, di tanah, air laut, dan pada susu.
4) Bakteri hipertermofil, bakteri yang hidup pada suhu di atas 75˚C. Bakteri ini
ditemukan di sumber air panas.
8. PERTUMBUHAN BAKTERI DAN SIKLUSNYA
Pertumbuhan merupakan proses perubahan bentuk yang semula kecil kemudian menjadi besar.
Pertumbuhan menyangkut pertambahan volume dari individu itu sendiri. Pertumbuhan pada
umumnya tergantung pada kondisi bahan makanan dan juga lingkungan. Apabila kondisi
makanan dan lingkungan cocok untuk mikroorganisme tersebut, maka mikroorganisme akan
tumbuh dengan waktu yang relatif singkat dan sempurna.
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau subtansi atau masa zat suatu
organisme, misalnya kita makhluk makro ini dikatakan tumbuh ketika bertambah tinggi,
bertambah besar atau bertambah berat. Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan
sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang semakin
besar atau subtansi atau massa mikroba dalam koloni tersebut semakin banyak, pertumbuhan
pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri.
Pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari tersediannya air. Bahan-bahan yang terlarut dalam
air, yang digunakan oleh mikroorganisme untuk membentuk bahan sel dan memperoleh energi,
adalah bahan makanan. Tuntutan berebagai mikroorganisme yang menyangkut susunan larutan
makanan dan persyaratan lingkungan tertentu, sangat berbeda-beda. Oleh karena itu
diperkenalkan banyak resep untuk membuat media biak untuk mikroorganisme.
Mikroba merupakan mikroorganisme yang perlu diketahui kemampuannya untuk tumbuh dan
hidup sebab beberapa diantaranya sering dimanfaatkan untuk keperluan penelitian.Sampai
sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan terus menggali potensi apa yang terdapat di dalam
mikriba, oleh karena itu perlu diketahui seluk beluk dari mikroba itu sendiri. Salah satunya yaitu
faktor- faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhannya. Setiap mikroba memiliki
karakteristik kondisi pertumbuhan yang berbeda- beda. Pertumbuhan bakteri pada kondisi yang
optimum lebih cepat jika dibandingkan dengan jamur dan kapang. Hal ini disebabkan karena
bakteri memiliki struktur sel yang lebih sederhana, sehingga sebagian besar bakteri memiliki
waktu generasi hanya sekitar 20 menit jika dibandingkan dengan khamir dan kapang yang
struktur selnya lebih rumit dan waktu generasinya yang cukup lama.
Pengertian Pertumbuhan Mikroorganisme
Pertumbuhan pada mikroorganisme diartikan sebagai penambahan jumlah atau total massa sel
yang melebihi inokulum asalnya. Pertumbuhan merupakan suatu proses kehidupan yang
irreversible artinya tidak dapat dibalik kejadiannya. Pertumbuhan didefinisikan sebagai
pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan
ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan
parameter lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau pertambahan jumlah
sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba.
Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang berbeda, yang berturut-
turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Pada fase
kematian eksponensial tidak diamati pada kondisi umum pertumbuhan kultur bakteri, kecuali
bila kematian dipercepat dengan penambahan zat kimia toksik, panas atau radiasi.
Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta
kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri.
Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor
ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbeda dan
pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya.
Kebutuhan mikroorganisme untuk pertumbuhan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:
kebutuhan fisik dan kebutuhan kimiawi atau kemis. Aspek-aspek fisik dapat mencakup suhu, pH
dan tekanan osmotik. Sedangkan kebutuhan kemis meliputi air, sumber karbon, nitrogen
oksigen, mineral-mineral dan faktor penumbuh.
Pada organisme multiselular (banyak sel), yang disebut pertumbuhan adalah peningkatan jumlah
sel per organisme, dimana ukuran sel juga menjadi lebih besar. Pada organisme uniselular (bersel
tunggal) pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel, yang juga berarti pertambahan jumlah
organisme yang membentuk populasi atau suatu biakan. Pada organisme yang membentuk
soenositik (aselular), selama pertumbuhan ukuran sel menjadi besar, tetapi tidak terjadi
pembelahan sel.
Pada mikroorganime, pertumbuhan individu (sel) dapat berubah langsung menjadi pertumbuhan
populasi. Sehingga batas antara pertumbuhan sel dan pertumbuhan populasi, serta sebagai satu
kesatuan populasi yang kemudian terjadi, kadang-kadang karena terlalu cepat perubahannya,
sulit untuk diamati dan dibedakan.
Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta
lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara digunakan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan
pergerakkan. Lazimnya, medium biakan berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber
karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen serta unsur-unsur sekelumit (trace elements).
Media terbagi menjadi 2 golongan besar, yakni:
a. Media hidup
Media hidup umumnya dipakai dalam laboratorium virologi untuk pembiakan berbagai virus,
sedangkan dalam bakteriologi hanya beberapa jenis kuman tertentu saja dan terutama hewan
percobaan. Contoh media hidup antara lain: hewan percobaan (termasuk manusia), telur
berembrio, biakan jaringan, dan sel-sel biakan bakteri tertentu untuk bakteriofaga.
b. Media mati
(1) Berdasarkan konsistensinya
Media padat, terbagi media agar miring, agar deep, misalnya: agar buylon, agar endo,
agar ss, dan sebagainya.
Media setengah padat: agar buylon setengah padat (buylon=kaldu).
Media cair : air buylon, air pepton, deret gula-gula.
Media padat diperoleh dengan menambahkan agar. Agar berasal dari ganggang digunakan
sebagai bahan pemadat karena tidak diuraikan oleh mikroba, dan membeku pada suhu di atas 45o
C. Media setengah padat digunakan untuk melihat gerak kuman secara mikroskopik.
(2) Berdasar komposisi atau susunan bahannya
(a) Media sintetis
Yakni media yang mempunyai kadungan dan isi bahan yang telah diketahui secara
terperinci. Media sintetik sering digunakan untuk mempelajari sifat faal dan genetika
mikroorganisme. Senyawa anorganik dan organik ditambahkan dalam media sintetik
harus murni, sehingga harganya mahal. Contoh: cairan Hanks, Locke, Thyrode, Eagle.
Dalam (laboratorium virologi).
(b) Media non-sintetis
Merupakan media yang mengandung bahan-bahan yang tidak diketahui secara pasti baik
kadar maupun susunannya. Contohnya: ekstrak daging, pepton, ekstrak ragi, kaldu
daging. Seringkali dalam media ini ditambahkan darah, serum, vitamin, asam amino, atau
nukleosida.
(c) Media semi-sintetis
Misalnya, cairan Hanks yang ditambahkan serum (laboratorium virologi).
(3) Berdasar sifat fisiologik dan biologik kuman dan untuk tujuan isolasi
(a) Media persemaian (nutrient media), yaitu media yang sangat kaya akan zat
makanan dan mempunyai susunan bahan sedemikian rupa sehingga hanya menyuburkan
satu jenis kuman yang dicari saja. Contoh: perbenihan Kauffmann untuk persemaian
Salmonella typhi.
(b)Media eksklusif adalah media yang hanya memungkinkan tumbuhnya satu jenis
kuman saja, sedangkan yang lainnya dihambat atau dimatikan. Contoh: perbenihan
Dieudoune atau air pepton alkalis yang mempunyai pH yang tinggi sehingga kuman lain
tidak dapat tumbuh, kecuali Vibrio.
(c) Media selekti/ elektif yakni media yang mempunyai susunan bahan sedemikian rupa
sehingga kuman tertentu dapat tumbuh tetapi dengan masing-masing koloni yang sangat
khas. Contoh: agar endo, untuk kuman golongan coli (coliform) akan berwarna merah,
sedangkan Salmonella koloninya tidak berwarna.
Reproduksi Mikroorganisme
Perkembangan mikroorganisme dapat terjadi secara seksual dan aseksual yang paling banyak
terjadi adalah perkembangbiakan aseksual. Perkembangan biakan aseksual terjadi dengan
pembelahan biner, yakni satu sel induk membelah menjadi dua sel anak. Kemudian masing-
masing sel anak membentuk dua sel anak lagi, dan seterusnya. Tipe lain cara perkembangbiakan
aseksual disamping pembelahan biner (binaryfission) adalah pembelahan ganda
(multiplefission) dan perkuncupan (budding).
Pertumbuhan Bakteri dalam Biak Statik
Jika bakteri ditanam dalam suatu larutan biak, maka bakteri akan terus tumbuh sampai salah satu
faktor mencapai minimum dan pertumbuhan manjadi terbatas. Kalalu sepanjang peristiwa ini
tidak diadakan penambahan nutrient atau penyaluran keluar produk-produk metabolisme, maka
pertumbuhan dalam lingkungan hidup seperti ini disebut kultur statik. Pertumbuhan biak bakteri
dengan mudah dapat dinyatakan secara grafik dengan logaritme jumlah sel hidup terhadap
waktu. Suatu kurva pertumbuhan khas mempunyai bentuk sigmoid dan dapat dibedakan dalam
beberapa tahap pertumbuhan yang muncul secara teratur, sangat atau kurang menonjol: tahap
ancang-ancang (lag phase), tahap eksponensial (logaritmik), tahap stasioner dan tahap menuju
kematian.
Ada 4 fase kurva pertumbuhan mikroorganisme, yaitu :
1. Fase lag
2. Fase log
3. Fase stationer
4. Fase kematian
Kurva pertumbuhan mikroba :
FASE LAG/ADAPTASI. Jika mikroba dipindahkan ke dalam suatu medium, mula-
mula akan mengalami fase adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan
di sekitarnya. Lamanya fase adaptasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor,
diantaranya:
1. Medium dan lingkungan pertumbuhan
Jika medium dan lingkungan pertumbuhan sama seperti medium dan lingkungan
sebelumnya, mungkin tidak diperlukan waktu adaptasi. Tetapi jika nutrient yang tersedia
dan kondisi lingkungan yang baru berbeda dengan sebelumnya, diperlukan waktu
penyesuaian untuk mensintesa enzim-enzim.
2. Jumlah inokulum
Jumlah awal sel yang semakin tinggi akan mempercepat fase adaptasi. Fase adaptasi
mungkin berjalan lambat karena beberapa sebab, misalnya: (1) kultur dipindahkan dari
medium yang kaya nutrien ke medium yang kandungan nuriennya terbatas, (2) mutan
yang baru dipindahkan dari fase statis ke medium baru dengan komposisi sama seperti
sebelumnya.
FASE LOG/PERTUMBUHAN EKSPONENSIAL. Pada fase ini mikroba
membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva logaritmik. Pada fase ini
kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium tempat tumbuhnya seperti
pH dan kandungan nutrient, juga kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembaban
udara. Pada fase ini mikroba membutuhkan energi lebih banyak dari pada fase
lainnya. Pada fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan. Akhir fase
log, kecepatan pertumbuhan populasi menurun dikarenakan :
1) Nutrien di dalam medium sudah berkurang.
2) Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat
pertumbuhan mikroba.
FASE STATIONER. Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang
tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih
kecil karena sel tetap membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena
kekurangan zat nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda dengan
sel yang tumbuh pada fase logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan terhadap
keadaan ekstrim seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan-bahan kimia.
FASE KEMATIAN. Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami
kematian karena beberapa sebab yaitu:
1) Nutrien di dalam medium sudah habis.
2) Energi cadangan di dalam sel habis.
Kecepatan kematian bergantung pada kondisi nutrien, lingkungan, dan jenis
mikroba.
Pertumbuhan Bakteri dalam Biak Sinambung
Dengan memindahkan sel-sel berulang-ulang dan sering kedalam larutan biak baru, dapat
diciptakan kondisi yang mirip. Sasaran ini juga dapat dicapai secara lebih sederhana, dengan
menambahkan terus-menerus larutan biak baru pada populasi bakteri yang sedang tumbuh dan
dengan memindahkan suspensi bakteri dalam jumlah sama. Prosedur ini menjadi dasar biak
sinambung yang dilakukan dalam kemostat turbidostat.
Pertumbuhan dalam kemostat. Kemostat terdiri dari bejana biak, yang dimasuki larutan biak
dari bejana persediaan dengan kecepatan aliran tetap. Oleh aerasi dan pengadukan mekanik
diusahakan agar didalam bejana biak terdapat pemasokan O2 secara optimum, dan supaya selekas
mungkin terjadi distribusi merata dari nutrient yang dialirkan masuk sebagai larutan biak. Jumlah
larutan biak yang dimasukkan kedalam bejana biak, sama dengan jumlah suspensi bakteri yang
dikeluarkan.
Pertumbuhan dalam turbidostat. Sistem ini didasarkan pada kerapatan bakteri tertentu atau
kekeruhan tertentu yang dipertahankan konstan. Alat pengukur kekeruhan mengatur pemasokan
larutan nutrient melalui sitem penghubung. Di dalam bejana biak semua nutient terdapat dalam
jumlah berlebihan, dan bakteri tumbuh dengan kecepatan pertumbuhan maksimum.
Pengoperasian turbodistat teknis lebih mahal daripada kemostat.
Metode Pengukuran Pertumbuhan
Dalam pertumbuhannya bakteri memiliki suhu optimum dimana pada suhu tersebut pertumbuhan
bakteri menjadi maksimal. Dengan membuat grafik pertumbuhan suatu mikroorganisme, maka
dapat dilihat bahwa suhu optimum biasanya dekat puncak range suhu. Di atas suhu ini kecepatan
tumbuh mikroorganisme akan berkurang. diperlukan suatu metode. Metode pengukuran
pertumbuhan yang sering digunakan adalah dengan menentukan jumlah sel yang hidup dengan
jalan menghitung koloni pada pelat agar dan menentukan jumlah total sel/jumlah massa sel.
Selain itu dapat dilakukan dengan cara metode langsung dan metode tidak langsung. Dalam
menentukan jumlah sel yang hidup dapat dilakukan penghitungan langsung sel secara
mikroskopik, melalui 3 jenis metode yaitu metode pelat sebar, pelat tuang dan most-probable
number (MPN). Sedang untuk menentukan jumlah total sel dapat menggunakan alat yang khusus
yaitu bejana Petrof-Hausser atau hemositometer. Penentuan jumlah total sel juga dapat dilakukan
dengan metode turbidimetri yang menentukan volume sel mampat, berat sel, besarnya sel atau
koloni, dan satu atau lebih produk metabolit. Penentuan kuantitatif metabolit ini dapat dilakukan
dengan metode Kjeldahl.
9. PENGENDALIAN MIKROORGANISME SECARA FISIK DAN KIMIA
Alasan utama pengendalian mikroorganisme adalah :
1) Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi.
2) Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi
3) Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme.
Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan beberapa cara, dapat dengan diminimalisir,
dihambat dan dibunuh dengan sarana atau proses fisika atau bahan kimia.
Beberapa cara untuk mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme :
a. Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi
b. Desinfeksi
c. Antiseptis
d. Sterilisasi
e. Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya
f. Pengendalian Mikroba dengan Radiasi
g. Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi
h. Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia
a) Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi
Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah populasi
mikroorganisme pd suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi adalah men-
ciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan sumber nutrisi bagi per-tumbuhan
mikroba sekaligus membunuh sebagian besar populasi mikroba.
b) Desinfeksi
Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap per-alatan, lantai,
dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan
pada benda dan hanya berguna untuk membu-nuh sel vegetatif saja, tidak mampu
membunuh spora.
c) Antiseptis
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh untuk
melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan mikro-organisme dengan cara
menghancur-kan atau menghambat aktivitas mikroba.
d) Sterilisasi/suci hama
Proses menghancurkan semua jenis kehidup-an mikroorganisme sehingga menjadi steril.
Sterilisasi seringkali dilakukan dengan peng-aplikasian udara panas. Ada dua metode
yang sering digunakan, yaitu Panas kering dan Panas lembab :
1) Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat laboratorium.
Suhu efektifnya adalah 160oC selama 2 jam. Alat yang digunakan pada umumnya
adalah oven.
2) Panas lembab dengan uap jenuh berte-kanan. Sangat efektif untuk sterilisasi
karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat
dan kelem-baban sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel
mikroba yang menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121oC pada
tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu standar 15 menit. Alat yang digunakan : pressure
cooker, autoklaf (autoclave) dan retort.
e) Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya :
1) Tyndalisasi : Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman
kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa
merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang diproses.
Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit dalam waktu tiga hari berturut-
turut.
2) Pasteurisasi : Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu terkendali
berdasar-kan waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten untuk
dibasmi. Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh hanyalah bakteri patogen dan
bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri lainnya. Pasteurisasi
biasanya dilaku-kan untuk susu, rum, anggur dan makanan asam lainnya. Suhu
pemanasan adalah 65oC selama 30 menit.
3) Boiling : Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada suhu
100oC selama 10-15 menit. Boiling dapat membunuh sel vegetatif bakteri yang
patogen maupun non patogen. Namun spora dan beberapa virus masih dapat
hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll.
4) Red heating : Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar spiritus)
sampai berpijar merah. Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat yang
sederhana seperti jarum ose.
5) Flaming : Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas pembakar bunsen
dengan alkohol atau spiritus tanpa terjadinya pemijaran
f) Pengendalian Mikroba dengan Radiasi, Bakteri terutama bentuk sel vegetatifnya dapat
terbunuh dengan penyinaran sinar ultraviolet (UV) dan sinar-sinar ionisasi.
1) Sinar UV : Bakteri yang berada di udara atau yang berada di lapisan permukaan
suatu benda yang terpapar sinar UV akan mati.
2) Sinar Ionisasi : yang termasuk sinar ionisasi adalah sinar X, sinar alfa, sinar beta
dan sinar gamma. Sterilisasi dengan sinar ionisasi memerlukan biaya yang besar
dan biasanya hanya digunakan pada industri farmasi maupun industri kedokteran.
- Sinar X : Daya penetrasi baik namun perlu energi besar.
- Sinar alfa : Memiliki sifat bakterisidal tetapi tidak memiliki daya penetrasi.
- Sinar beta : Daya penetrasinya sedikit lebih besar daripada sinar X.
- Sinar gamma : Kekuatan radiasinya besar dan efektif untuk sterilisasi bahan
makanan
g) Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi : Ada dua filter, yaitu filter udara dan filter
bakteriologis.
1. Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel (High
Efficiency Particulate Air Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara
bersih ke dalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air
Flow)
2. Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yg tidak
tahan terhadap pemanasan, mis. larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll.
Teknik filtrasi prinsipnya menggunakan penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah
bakteri saja. Diantara jenis filter bakteri yang umum digunakan adalah : Berkefeld
(dari fosil diatomae), Chamberland (dari porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.
h) Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia
Agen kimia yang baik adalah yang memiliki kemam-puan membunuh mikroba secara
cepat dengan dosis yang rendah tanpa merusak bahan atau alat yang di-disinfeksi.
Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolong-kan menjadi :
1. Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.
Golongan Surfactants (Surface Active Agents), yaitu golongan anionik,
kationik dan nonionik.
Golongan fenol.
2. Agen kimia yg merusak enzim mikroba.
Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri dll
Golongan oksidator spt gol. halogen, hidrogen peroksida dan formaldehid.
3. Agen kimia yang mendenaturasi protein.
Agen kimiawi yg menyebabkan terjadinya koagulasi dan presipitasi protoplasma,
seperti alkohol, gliserol dan bahan-bahan asam dan alkalis. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi Efektivitas Agen kimia di dalam mengendalikan mikroba, yaitu :
Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasinya maka
efektivitasnya semakin meningkat.
Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang disterilkan
maka hasilnya akan semakin baik.
Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora resisten
dibandingkan yang tidak berkapsul dan berspora.
Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan organik dapat
menurunkan efektivitas agen kimia.
pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat berubah seiring dengan
perubahan pH.
3. ANTIBIOTIKA
Pengertian
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai
efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya
dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan
pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga
digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti
pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya
adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan
membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk
hidup. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri
lainnya, dan Setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis
bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang
spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan
antibiotik mencapai lokasi tersebut.
Antibiotika oral (yang dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotika intravena
(melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotika kadangkala dapat
digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep.
Riwayat penemuan antibiotika modern
Penemuan antibiotika terjadi secara 'tidak sengaja' ketika Alexander Fleming, pada
tahun 1928, lupa membersihkan sediaan bakteri pada cawan petri dan meninggalkannya di
rak cuci sepanjang akhir pekan. Pada hari Senin, ketika cawan petri tersebut akan
dibersihkan, ia melihat sebagian kapang telah tumbuh di media dan bagian di sekitar kapang
'bersih' dari bakteri yang sebelumnya memenuhi media. Karena tertarik dengan kenyataan
ini, ia melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kapang tersebut, yang ternyata adalah
Penicillium chrysogenum syn. P. notatum (kapang berwarna biru muda ini mudah ditemukan
pada roti yang dibiarkan lembap beberapa hari). Ia lalu mendapat hasil positif dalam
pengujian pengaruh ekstrak kapang itu terhadap bakteri koleksinya. Dari ekstrak itu ia diakui
menemukan antibiotik alami pertama: penicillin G
Macam-macam antibiotika
Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan sasaran kerja senyawa tersebut dan
susunan kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika dilihat berdasarkan target atau
sasaran kerjanya
Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan
Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;
Antimetabolit, misalnya azaserine. Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup
golongan Quinolone, misalnya rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid;
Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
Macrolida, Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnya gentamycin, chloramphenicol,
kanamycin, streptomycin, tetracycline, oxytetracycline;
Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya
oligomycin, tunicamycin
Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:
a. Golongan Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin,
sisomisin, streptomisin, tobramisin.
b. Golongan Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan
sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-
laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).
c. Golongan Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
d. Golongan Poliketida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin),
golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin,
klortetrasiklin).
e. Golongan Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
f. Golongan Kinolon (fluorokinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan
trovafloksasin.
g. Golongan Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.
h. Golongan Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.
i. Golongan Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.
Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme bagaimana antibiotik secara selektif
meracuni sel bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:
1. Mengganggu sintesa dinding sel, seperti penisilin, sefalosporin, imipenem,
vankomisin, basitrasin.
2. Mengganggu sintesa protein bakteri, seperti klindamisin, linkomisin, kloramfenikol,
makrolida, tetrasiklin, gentamisin.
3. Menghambat sintesa folat, seperti sulfonamida dan trimetoprim.
4. Mengganggu sintesa DNA, seperti metronidasol, kinolon, novobiosin.
5. Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin.
6. Mengganggu fungsi membran sel, seperti polimiksin B, gramisidin.
Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang dilawan dan jenis infeksi.
Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, dapat dibedakan antibiotik yang
membidik bakteri gram positif atau gram negatif saja, dan antibiotik yang berspektrum luas,
yaitu yang dapat membidik bakteri gram positif dan negatif.
Sebagian besar antibiotik mempunyai dua nama, nama dagang yang diciptakan oleh pabrik
obat, dan nama generik yang berdasarkan struktur kimia antibiotik atau golongan kimianya.
Contoh nama dagang dari amoksilin, sefaleksin, siprofloksasin, kotrimoksazol, tetrasiklin
dan doksisiklin, berturut-turut adalah Amoxan, Keflex, Cipro, Bactrim, Sumycin, dan
Vibramycin.
Setiap antibiotik hanya efektif untuk jenis infeksi tertentu. Misalnya untuk pasien yang
didiagnosa menderita radang paru-paru, maka dipilih antibiotik yang dapat membunuh
bakteri penyebab radang paru-paru ini. Keefektifan masing-masing antibiotik bervariasi
tergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.
Antibiotik oral adalah cara yang paling mudah dan efektif, dibandingkan dengan antibiotik
intravena (suntikan melalui pembuluh darah) yang biasanya diberikan untuk kasus yang lebih
serius. Beberapa antibiotik juga dipakai secara topikal seperti dalam bentuk salep, krim, tetes
mata, dan tetes telinga.
Penentuan jenis bakteri patogen ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Tehnik khusus
seperti pewarnaan gram cukup membantu mempersempit jenis bakteri penyebab infeksi.
Spesies bakteri tertentu akan berwarna dengan pewarnaan gram, sementara bakteri lainnya
tidak.
Tehnik kultur bakteri juga dapat dilakukan, dengan cara mengambil bakteri dari infeksi
pasien dan kemudian dibiarkan tumbuh. Dari cara bakteri ini tumbuh dan penampakannya
dapat membantu mengidentifikasi spesies bakteri. Dengan kultur bakteri, sensitivitas
antibiotik juga dapat diuji.
Penting bagi pasien atau keluarganya untuk mempelajari pemakaian antibiotik yang benar,
seperti aturan dan jangka waktu pemakaian. Aturan pakai mencakup dosis obat, jarak waktu
antar pemakaian, kondisi lambung (berisi atau kosong) dan interaksi dengan makanan dan
obat lain.
Pemakaian yang kurang tepat akan mempengaruhi penyerapannya, yang pada akhirnya akan
mengurangi atau menghilangkan keefektifannya.
Bila pemakaian antibiotik dibarengi dengan obat lain, yang perlu diperhatikan adalah
interaksi obat, baik dengan obat bebas maupun obat yang diresepkan dokter. Sebagai contoh,
Biaxin (klaritromisin, antibiotik) seharusnya tidak dipakai bersama-sama dengan Theo-Dur
(teofilin, obat asma).
Berikan informasi kepada dokter dan apoteker tentang semua obat-obatan yang sedang
dipakai sewaktu menerima pengobatan dengan antibiotik.
Jangka waktu pemakaian antibiotik adalah satu periode yang ditetapkan dokter. Sekalipun
sudah merasa sembuh sebelum antibiotik yang diberikan habis, pemakaian antibiotik
seharusnya dituntaskan dalam satu periode pengobatan.
Bila pemakaian antibiotik terhenti di tengah jalan, maka mungkin tidak seluruh bakteri mati,
sehingga menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik tersebut. Hal ini dapat
menimbulkan masalah serius bila bakteri yang resisten berkembang sehingga menyebabkan
infeksi ulang.
Efek Samping
Disamping banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dalam pengobatan infeksi, antibiotik
juga memiliki efek samping pemakaian, walaupun pasien tidak selalu mengalami efek
samping ini. Efek samping yang umum terjadi adalah sakit kepala ringan, diare ringan, dan
mual.
Dokter perlu diberitahu bila terjadi efek samping seperti muntah, diare hebat dan kejang
perut, reaksi alergi (seperti sesak nafas, gatal dan bilur merah pada kulit, pembengkakan pada
bibir, muka atau lidah, hilang kesadaran), bercak putih pada lidah, dan gatal dan bilur merah
pada vagina.
Resistensi Antibiotik
Salah satu perhatian terdepan dalam pengobatan modern adalah terjadinya resistensi
antibiotik. Bakteri dapat mengembangkan resistensi terhadap antibiotik, misalnya bakteri
yang awalnya sensitif terhadap antibiotik, kemudian menjadi resisten.
Resistensi ini menghasilkan perubahan bentuk pada gen bakteri yang disebabkan oleh dua
proses genetik dalam bakteri:
1. Mutasi dan seleksi (atau evolusi vertikal)
Evolusi vertikal didorong oleh prinsip seleksi alam. Mutasi spontan pada kromosom
bakteri memberikan resistensi terhadap satu populasi bakteri. Pada lingkungan
tertentu antibiotika yang tidak termutasi (non-mutan) mati, sedangkan antibiotika
yang termutasi (mutan) menjadi resisten yang kemudian tumbuh dan berkembang
biak.
2. Perubahan gen antar strain dan spesies (atau evolusi horisontal)
Evolusi horisontal yaitu pengambil-alihan gen resistensi dari organisme lain.
Contohnya, streptomises mempunyai gen resistensi terhadap streptomisin (antibiotik
yang dihasilkannya sendiri), tetapi kemudian gen ini lepas dan masuk ke dalam E.
coli atau Shigella sp.
http://biologi-nasyif.blogspot.com/2010/10/ekologi-mikroorganisme.html
http://www.scribd.com/ebill/d/74138537/38-Pengendalian-Mikroorganisme-Secara-Fisik
http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/11/pertumbuhan-bakteri/
http://www.scribd.com/ebill/d/74138537/23-Pengendalian-Mikroorganisme-Secara-Kimia
http://biologipedia.blogspot.com/2010/12/pertumbuhan-bakteri.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196611031991012-
YANTI_HAMDIYATI/Pertumbuhan_pada_mikroorganisme_II.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Postulat_Koch
http://misterway.wordpress.com/2011/01/19/postulat-koch/
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/mikrobiologi/morfologi-bakteri
http://id.wikipedia.org/wiki/Struktur_sel_bakteri
http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/17/bakteri-ciri-ciri-struktur-perkembangbiakan-
bentuk-dan-manfaatnya/
http://wapedia.mobi/id/Struktur_sel_bakteri