milcham chairun syah fakultas psikologi universitas...
TRANSCRIPT
PENGARUH MOTIVASI AKADEMIK, GAYA BELAJAR DAN
PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI TERHADAP
PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA TAHUN PERTAMA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh
Milcham Chairun Syah
(107070001571)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/ 2014 M
v
MOTTO & PERSEMBAHAN
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula
kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang
paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang
beriman. (Q.S. Al-Imran: 139)
there's nothing you can do that can't be done..... (John Lennon)
“Kawula mung saderma, mobah-mosik kersaning Hyang sukmo” (Kata Mutiara Jawa)
Berpikir positif pada diri sendiri, percaya bahwa kemampuan anda
melebihi apa yang anda pikirkan (Milcham Chairun Syah)
SKRIPSI INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK
AYAHANDA dan BUNDA TERCINTA
FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PARA DOSEN dan MAHASISWA
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
B) Agustus 2014
C) Milcham Chairun Syah
D) xiv + 132 halaman + lampiran
E) Pengaruh Motivasi Akademik, Gaya Belajar dan Penyesuaian Diri Di
Perguruan Tinggi terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Tahun Pertama.
F) Keberhasilan mahasiswa dapat dilihat dari kinerja pada awal semester,
dengan prestasi yang baik pada awal semester akan mencegah mahasiswa
untuk dropout. Prestasi akademik yang baik pada awal perkuliahan sangat
penting untuk motivasi berkelanjutan sampai mereka lulus. Faktor yang
mempengaruhi prestasi akademik, diantaranya motivasi akademik, gaya
belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi. Motivasi akademik terdiri
dari tiga dimensi, yaitu extrinsic motivation, intrinsic motivation dan
amotivation. Gaya belajar terdiri dari enam jenis, yakni independent,
avoidant, collaborative, dependent, competitive dan participant.
Penyesuaian diri di perguruan tinggi terdiri dari empat dimensi, yaitu
academic adjustment, social adjustment, personal-emotional adjustment
dan goal-commitment institutional attachment.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh motivasi akademik, gaya
belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi terhadap prestasi
akademik mahasiswa tahun pertama. Penelitian ini melibatkan 149
mahasiswa. Teknik pengambilan sampelnya adalah total sampling. Alat
pengumpulan data untuk prestasi akademik memakai nilai IP (Indeks
prestasi). Kemudian Instrumennya, menggunakan academic motivation
scale dari Vallerand (dalam Areepattamannil, 2011) untuk mengukur
motivasi akademik yang mengacu teori Deci dan Ryan (dalam Ayub,
2010), lalu The Grasha-Riechmann Student Learning Style Scales dari
Grasha dan Riechmann (1996) untuk mengukur gaya belajar, dan The
Student Adaptation to College Questionnaire (SACQ) dari Baker dan
Siryk (1989) untuk mengukur penyesuaian diri di perguruan tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis mayor penelitian
diterima dengan total sumbangan varians sebesar 20.1%, artinya motivasi
akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi signifikan
mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa tahun pertama. Kemudian
pada hipotesis minor, ada dua dimensi yang signifikan mempengaruhi
prestasi akademik, yaitu intrinsic motivation dan social adjustment.
Untuk penelitian selanjutnya, peneliti memberikan saran agar
mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi
akademik, seperti kecerdasan emosi, kepribadian, minat terhadap
lingkungan belajar, self-regulated learning dan inteligensi.
G) Bahan bacaan: 37; buku: 6 + jurnal: 27 + tesis: 2 + disertasi: 2
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, beserta para sahabat, keluarga, para pengikutnya, dan
para penerus perjuangan beliau hingga akhir zaman.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini tentunya peneliti dibantu oleh berbagai pihak
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si., Dekan Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Ibu Yufi Andriani, M.Psi., Pembimbing Akademik yang telah memberikan
pengarahan dan perhatian sampai penulis menyelesaikan studi di Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Bambang Suryadi, Ph.D., Dosen pembimbing I skripsi yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dari awal, memberikan ilmu
dan nasihat serta mengarahkan peneliti, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
viii
4. Ibu Mulia Sari Dewi, S.Psi., M.Si., Psi., Dosen pembimbing II skripsi
yang sudah meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya dengan penuh
kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, saran, dan nasihat
kepada peneliti dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan staf Fakutas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani perkuliahan dan
menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orang tua peneliti, Bapak Muhadzab dan Ibu Umroh yang tidak
hentinya memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa-doa
yang dipanjatkan agar peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
Bulek Atik dan Om Pangestu, Bude Unsiyatun dan Pakde Mustaqim, Juga
kepada saudara kandung peneliti (Mujib Hardiyan Syah) dan sepupu
peneliti: Mbak Yus, Mas Rizal, Mbak Mila dan Mas Andy. Terima kasih
atas perhatian dan semangatnya karena kalianlah yang membuat peneliti
bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Cahya Arini, yang tidak bosan-bosannya mengingatkan dan memberikan
semangat kepada peneliti, terima kasih untuk do’a, dukungan, motivasi,
kesetiaan yang tulus dan kesabarannya dalam mendampingi peneliti serta
mau meluangkan waktunya untuk mendengarkan semua keluh kesah
peneliti, sehingga skripsi ini selesai.
8. Para mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2013
yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penelitian.
Terima kasih yang tak terhingga peneliti ucapkan. Semoga ketulusan dan
ix
kejujuran dalam mengisi kuesioner, bermanfaat untuk perkembangan
pengetahuan.
9. Teman-teman seperjuangan di psikologi (Rizky, Nobel, Yono, Nelan,
Bahtiar, Ridwan, Januar, Hasnan, Diki, Feri, Dyah, Shinta, Safira, Amal,
Athun, Dewi, Ummi, Laras, Fatimah, Rika, Nina, Nia, Kiki) dan seluruh
teman-teman angkatan 2007 khususnya kelas A yang mengiringi serta
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Teman-teman Musik
(Adri, Anhari, Mas Putro, Bang Yeye, Bang Randy, Ade, Ipank, Bunda
Ririn, Tio, Aldi, Agung, Kak Dika, Azis, Roy, Wira, Fuad, Gugun, Utam,
Dimas, Gozali, Indra, Dwi, Mas Eki, Dandis, Diki), Kemudian teman-
teman Fighter (Muaz, Khalil, Serdo, Detri, Novri) yang kompak sampai
saat ini dan saling berbagi ilmu serta pengalaman.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini ada dari segala
keterbatasan dan jauh dari sempurna. Akhir kata peneliti berharap agar
skripsi ini dapat bermanfaat .
Jakarta, Agustus 2014
Peneliti
Milcham Chairun Syah
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG MUNAQASAH………………………..iii PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................. 8
1.2.1.Pembatasan Masalah .................................................................. 8
1.2.2. Perumusan Masalah .................................................................. 9
1.2.2.1. Perumusan Masalah Mayor ......................................... 9
1.2.2.2. Perumusan Masalah Minor ........................................ 10
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 12
1.3.1. Tujuan Penelitian .................................................................... 12
1.3.1.1. Tujuan Penelitian Mayor ........................................... 12
1.3.1.2. Tujuan Penelitian Minor ............................................ 12
1.3.2. Manfaat Penelitian .................................................................. 14
1.4. Sistematika Penulisan ........................................................................ 15
BAB 2. LANDASAN TEORI
2.1. Prestasi Akademik ............................................................................. 17
2.1.1. Definisi Prestasi Akademik ..................................................... 17
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik .......... 18
2.1.3. Dimensi-dimensi Prestasi Akademik ...................................... 23
2.1.4. Pengukuran Prestasi Akademik............................................... 26
2.2. Motivasi Akademik ........................................................................... 26
2.2.1. Definisi Motivasi Akademik ................................................... 26
2.2.2. Teori Motivasi Akademik ....................................................... 27
2.2.3. Dimensi-dimensi Motivasi Akademik .................................... 30
2.2.4. Pengukuran Motivasi Akademik ............................................. 33
2.3. Gaya Belajar ...................................................................................... 35
2.3.1. Definisi Gaya Belajar .............................................................. 35
2.3.2. Jenis-jenis Gaya Belajar .......................................................... 36
2.3.3. Pengukuran Gaya Belajar ........................................................ 40
2.4. Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi .............................................. 42
2.4.1. Definisi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi ..................... 42
xi
2.4.2. Teori Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi.......................... 43
2.4.3. Dimensi-dimensi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi ....... 45
2.4.4. Pengukuran Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi ............... 46
2.5. Kerangka Berpikir ............................................................................. 47
2.6. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 53
2.6.1. Hipotesis Mayor ...................................................................... 53
2.6.2. Hipotesis Minor ....................................................................... 54
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ........................ 56
3.1.1. Populasi Penelitian .................................................................. 56
3.1.2. Sampel Penelitian .................................................................... 56
3.1.3. Teknik Pengambilan Sampel................................................... 56
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ..................... 57
3.2.1. Variabel Penelitian .................................................................. 57
3.2.2. Definisi Operasional Variabel ................................................. 57
3.3. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................... 59
3.3.1. Skala Motivasi Akademik ....................................................... 60
3.3.2. Skala Gaya Belajar .................................................................. 63
3.3.3. Skala Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi ......................... 64
3.4.UJi Validitas Konstruk ....................................................................... 67
3.4.1. Uji Validitas Konstruk Motivasi Akademik ........................... 69
3.4.2. Uji Validitas Konstruk Gaya Belajar ...................................... 76
3.4.3. Uji Validitas Konstruk Penyesuaian Diri Perguruan Tinggi ... 92
3.5. Teknik Analisis Data ....................................................................... 103
3.6. Prosedur Penelitian .......................................................................... 105
BAB 4. HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Subjek Penelitian ........................................................... 107
4.2. Analisis Deskriptif ........................................................................... 107
4.3. Kategorisasi Hasil Penelitian ........................................................... 110
4.4. Hasil Uji Hipotesis........................................................................... 114
4.4.1. Uji Regresi Berganda ............................................................ 114
4.4.2. Pengujian Proporsi Varians Masing-masing Variabel
Independen ............................................................................ 120
BAB 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 124
5.2. Diskusi ............................................................................................. 124
5.3. Saran ................................................................................................ 131
5.3.1. Saran Teoritis ........................................................................ 131
5.3.2. Saran Praktis ......................................................................... 132
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 133
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Self-Determination Theory.................................................... 28
Tabel 3.1 Skoring Model Skala Likert.................................................. 60
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data.................................................... 60
Tabel 3.3 Blue Print Academic Motivation Scale (AMS) .................... 62
Tabel 3.4 Blue Print The Grasha-Riechmann Student Learning Style
Scales (GRSLSS)..................................................................
64
Tabel 3.5 Blue Print The Student Adaptation to College
Questionnaire (SACQ).........................................................
66
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Extrinsic Motivation............................. 70
Tabel 3.7 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item
Extrinsic Motivation..............................................................
71
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Intrinsic Motivation.............................. 73
Tabel 3.9 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item
Intrinsic Motivation...............................................................
74
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Amotivation.......................................... 75
Tabel 3.11 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item
Amotivation...........................................................................
76
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Independent.......................................... 78
Tabel 3.13 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item
Independent...........................................................................
78
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Avoidant............................................... 80
Tabel 3.15 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item
Avoidant................................................................................
81
Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Collaborative....................................... 83
Tabel 3.17 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item
Collaborative.........................................................................
83
Tabel 3.18 Muatan Faktor Item Dependent............................................. 85
Tabel 3.19 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item
Collaborative.........................................................................
86
Tabel 3.20 Muatan Faktor Item Competitive........................................... 88
Tabel 3.21 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item
Competitive............................................................................
89
Tabel 3.22 Muatan Faktor Item Participant............................................ 91
Tabel 3.23 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item
Participant.............................................................................
91
Tabel 3.24 Muatan Faktor Item Academic Adjustment........................... 93
Tabel 3.25 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item
Academic Adjustment ...........................................................
94
Tabel 3.26 Muatan Faktor Item Social Adjustment................................. 96
Tabel 3.27 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item Social
Adjustment ............................................................................
97
xiii
Tabel 3.28 Muatan Faktor Item Personal-Emotional
Adjustment.............................................................................
99
Tabel 3.29 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item
Personal-Emotional Adjustment...........................................
100
Tabel 3.30 Muatan Faktor Item Goal-Commitment Institutional
Attachment............................................................................
102
Tabel 3.31 Matriks Korelasi Kesalahan Pengukuran dari Item Goal-
Commitment Institutional Attachment..................................
102
Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden.............................................. 107
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian................................. 108
Tabel 4.3 Norma Skor Variabel............................................................ 110
Tabel 4.4 Kategorisasi Prestasi Akademik............................................ 110
Tabel 4.5 Kategorisasi Dimensi Academic Adjustment......................... 111
Tabel 4.6 Kategorisasi Dimensi Social Adjustment ……...................... 111
Tabel 4.7 Kategorisasi Dimensi Personal-Emotional Adjustment ...... 112
Tabel 4.8 Kategorisasi Dimensi Goal-Commitment Institutional
Attachment.............................................................................
112
Tabel 4.9 Kategorisasi Variabel Motivasi Akademik........................... 113
Tabel 4.10 Kategorisasi Variabel Gaya Belajar...................................... 113
Tabel 4.11 R square............................................................................... 114
Tabel 4.12 Anova ................................................................................... 115
Tabel 4.13 Koefisien Regresi ................................................................. 116
Tabel 4.14 Perhitungan Proporsi Varians Prestasi Akademik ............... 121
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir................................................ 52
Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Extrinsic
Motivation...................................................................
69
Gambar 3.2 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Intrinsic
Motivation...................................................................
72
Gambar 3.3 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi
Amotivation...................................................................
75
Gambar 3.4 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Jenis
Independent...................................................................
77
Gambar 3.5 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Jenis
Avoidant......................................................................
79
Gambar 3.6 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Jenis
Collaborative...................................................................
82
Gambar 3.7 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Jenis
Dependent...................................................................
84
Gambar 3.8 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Jenis
Competitive...................................................................
87
Gambar 3.9 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Jenis
Participant...................................................................
90
Gambar 3.10 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Academic
Adjustment...................................................................
92
Gambar 3.11 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Social
Adjustment...................................................................
95
Gambar 3.12 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Personal-
Emotional Adjustment......................................................
98
Gambar 3.13 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Goal-
Commitment Institutional Attachment.............................
101
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan manusia, prestasi merupakan hal yang ingin dimiliki setiap
individu. Prestasi dapat diraih dengan dua hal, yakni prestasi dalam pekerjaan dan
prestasi dalam pendidikan atau akademiknya. Menurut Choy (dalam Kuh, Kinzie,
Buckley, Bridges & Hayek, 2006) salah satu yang membuat seseorang sukses
dalam bidang akademiknya yaitu dengan melihat seberapa besar tingkat
ketertarikan individu terhadap lingkungan tempat belajarnya.
Kuh, Kinzie, Buckley, Bridges dan Hayek (2006) menyebutkan bahwa
keberhasilan akademik dapat dijadikan ukuran atau patokan dari prestasi
akademik yang diraih. Adapun yang dijadikan ukuran keberhasilan akademik
mahasiswa seperti nilai standar ujian masuk perguruan tinggi, nilai ujian semester
dan terdapat beberapa faktor lain yang mengukur aspek kesuksesan dalam belajar,
seperti pengalaman bersekolah sebelumnya, perasaan nyaman, serta keyakinan
akan lingkungan belajar. Astin (dalam Kuh, et.al., 2006) menyebutkan perasaan
nyaman atau kepuasan saat belajar di perguruan tinggi dapat menghasilkan nilai
yang sedang. Pascarella dan Terenzini (dalam Kuh, et.al., 2006) menyimpulkan
nilai yang bagus pada tahun pertama perkuliahan sangat penting untuk
keberhasilan akademik selanjutnya dan menyelesaikan gelar akademik. Prestasi
akademik yang kuat, tampaknya mengurangi kemungkinan siswa berhenti dan
meningkatkan kemungkinan tepat waktu dalam menyelesaikan gelar akademik.
2
Secara umum, prestasi akademik yang baik dapat diperoleh dengan belajar
sungguh-sungguh, kerja keras, memiliki motivasi untuk berprestasi, kemampuan
dalam memahami pelajaran, kepribadian yang baik, dan tersedianya fasilitas yang
mendukung. Menurut Warsito (2009) dalam penelitiannya, seseorang yang dapat
melakukan penyesuaian akademik dengan baik atau dapat memenuhi persyaratan
akademiknya dikampus dengan baik, maka mahasiswa tersebut akan dapat
mencapai prestasi akademik yang tinggi.
Akan tetapi pencapaian dalam meraih prestasi di tingkat jenjang
universitas bukan sesuatu yang mudah untuk diraih. Persaingan dalam dunia
kampus semakin ketat, mulai dari seleksi masuk perguruan tinggi, kapasitas mata
kuliah, sampai kepada kebijakan-kebijakan akademik yang dibuat oleh
universitas. Apalagi dengan mahasiswa tahun pertama di perguruan tinggi yang
terkait dengan berbagai perubahan dalam kehidupannya, seperti yang dialami oleh
mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Selain lingkungan
sosial mereka, mahasiswa juga dihadapkan dengan perubahan dalam situasi
prestasi bersaing mereka, misalnya peningkatan tingkat kesulitan beradaptasi di
lingkungan baru, tuntutan yang lebih tinggi berkaitan dengan pembelajaran
mandiri, serta transisi ke jenis kelompok sosial berbeda dibandingkan dengan
lingkungan di sekolah menengah (Pillay, Ngcobo, Schiefele, Streblow,
Ermgassen, Moschner dalam Dresel & Grassinger, 2013).
Berkaitan dengan masalah prestasi akademik di atas, menurut Tinto (dalam
Olani, 2009) tahun pertama menjalani perkuliahan adalah periode transisi kritis,
karena masa tersebut adalah waktunya mahasiswa untuk meletakkan dasar atau
3
pondasi yang selanjutnya akan mempengaruhi keberhasilan akademik. Awal
sebagai mahasiswa diperguruan tinggi akan menghadapi banyak transisi selama
semester pertama perkuliahan. Banyak penyesuaian yang harus dilakukan untuk
berhasil dalam lingkungan kampus. Mahasiswa yang tidak mampu membuat
penyesuaian ini dapat mengalami drop out (Alexander, Woosley, Truell & Zhao,
2010). Oleh sebab itu, IPK (indeks prestasi kumulatif) diawal perkuliahan dan
penyesuaian akademik yang baik sangat menentukan keberhasilan akademik di
semester selanjutnya.
Sejalan dengan penelitian beberapa tokoh di atas, Menurut Baker, Jay,
D'Augelli, Urani, Miller, Johnson dan Petzel (dalam Fowler, 2010) Awal periode
baru dalam kehidupan seseorang sebagai mahasiswa tahun pertama adalah masa
transisi. Untuk beberapa orang, mungkin mencakup banyak perubahan kehidupan
yang penuh dengan stres. Selama perubahan, individu diharapkan dapat
beradaptasi dengan banyak hubungan interpersonal, akademik, dan tuntutan
sosial.
Fowler (2010) dalam disertasinya, menemukan bahwa hal-hal yang dapat
menyebabkan stres secara umum bagi mahasiswa, yakni pindah ke kota baru,
meninggalkan rumah dan lingkungan keluarga, menjalani kehidupan yang
mandiri, membentuk hubungan baru, menghadapi masalah dalam diri sendiri,
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru, berurusan dengan ujian
semester, berbicara di depan umum, dan mencari pekerjaan. Hal-hal yang telah
disebutkan, membuat mahasiswa tingkat satu dapat mengalami kesulitan dalam
4
menjalani perkuliahan serta meraih prestasi akademiknya. Dengan demikian,
pencapaian dalam meraih prestasi akademik di tingkat universitas tidak mudah.
Dengan melihat fenomena-fenomena sulitnya pencapaian prestasi
akademik di atas, perlu kita ketahui faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung
pencapaian prestasi akademik. Menurut penelitian beberapa tokoh, ada beberapa
faktor yang dapat mendukung pencapaian prestasi akademik yang baik, yakni
motivasi akademik (Deci & Ryan dalam Ayub, 2010), gaya belajar (Kolb dalam
Cox, 2013 ; Grassa & Riechmann dalam Uzuntiryaki, 2007) dan penyesuaian diri
di perguruan tinggi (Baker & Siryk dalam Fowler, 2010).
Diawali dengan penelitian yang dilakukan oleh Turner, Chandler dan
Heffer (2009), menunjukkan bahwa motivasi akademik mempengaruhi kinerja
akademik, terutama motivasi intrinsik. Dalam hal ini, kinerja adalah hasil belajar
mahasiswa atau indeks prestasi kumulatif mahasiswa. Penelitian Turner, et.al.
diperkuat oleh penelitian Ayub (2010) yang mengemukakan bahwa motivasi
akademik berpengaruh positif terhadap prestasi akademik, terutama pada dimensi
motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Temuan dari Ayub menggambarkan
bahwa motivasi dapat meningkatkan kinerja akademik. Dengan demikian,
motivasi akademik ekstrinsik dan intrinsik merupakan pendorong bagi mahasiswa
dalam meraih prestasi akademik yang baik.
Selain motivasi akademik, faktor lain yang juga berpengaruh, yaitu gaya
belajar. Zin, Zaman dan Noah (dalam Damavandi, Mahyuddin, Elias, Daud &
Shabani, 2011) menerangkan bahwa ada perbedaan individu dalam gaya belajar.
Mengadaptasi bahan-bahan akademik untuk perbedaan individu itu akan
5
memfasilitasi proses dalam belajar dan membantu meningkatkan manfaat dari
belajar itu, terutama untuk individu yang prestasinya rendah dan sedang. Oleh
karena itu, pemahaman gaya belajar mahasiswa dan dampaknya terhadap prestasi
akademik adalah penting bagi pengajar untuk langkah awal dalam memastikan
mahasiswa berprestasi.
Dalam penelitian dari Damavandi, et.al. (2011) memaparkan bahwa
dampak gaya belajar pada prestasi akademik siswa sekolah menengah di Iran.
Alireza menggunakan alat ukur learning style model Kolb yang diberikan di
delapan sekolah umum di Teheran. Rata-rata hasil skor tes lima mata pelajaran,
yaitu bahasa Inggris, ilmu pengetahuan, matematika, sejarah dan geografi,
dihitung untuk setiap siswa dan digunakan sebagai ukuran prestasi akademik.
Sebanyak 285 siswa kelas 10 dipilih secara acak sebagai sampel dari penelitian
ini. Hasil menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan secara statistik
dalam pencapaian akademis siswa Iran, ternyata sesuai dengan empat gaya belajar
yaitu akomodasi, asimilasi, divergen, dan konvergen.
Penelitian Damavandi, et.al. di atas, juga didukung oleh penelitian Cox
(2013) yang menggambarkan hubungan antara gaya belajar siswa dan prestasi
akademik pada penyelesaian semester pertama ditahun pertama mereka. Sebagian
besar siswa (69,2%) diidentifikasi sebagai accommodators dan divergers.
Sedangkan 36% dari siswa dinilai sebagai Accommodators dalam gaya belajar
mereka. 32% dari siswa dinilai sebagai divergers dalam gaya belajar mereka.
Kemudian convergers (14,9%) dan assimilators (15,9%) menduduki peringkat
terendah dengan 1% perbedaan antara dua kelompok.
6
Penelitian gaya belajar dengan model lain yang dilakukan oleh
Uzuntiryaki (2007) mendapatkan hasil bahwa adanya pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi akademik. Ia menggunakan model Grasha and Riechmann
student learning style. Hasil temuan tersebut sekaligus menguatkan pernyataan
bahwa gaya belajar dapat berpengaruh terhadap keberhasilan akademik. Penelitian
gaya belajar yang terakhir dari Komarraju, Karau, Schmeck dan Avdic (2011)
menjelaskan bahwa gaya belajar memainkan peran penting dalam mempengaruhi
prestasi akademik. Oleh karena itu, gaya belajar merupakan faktor penting dalam
menunjang nilai-nilai hasil belajar mahasiswa, terutama indeks prestasinya. Dari
beberapa model gaya belajar di atas, akan peneliti gunakan dengan sampelnya
adalah mahasiswa.
Kemudian faktor yang mempengaruhi prestasi akademik selanjutnya, yaitu
penyesuaian diri di perguruan tinggi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Abdullah, Elias, Mahyuddin dan Uli (dalam Calaguas, 2011) penyesuaian
akademik memainkan peran penting dalam retensi perguruan tinggi dan
kesuksesan akademik dalam perguruan tinggi.
Ada lagi sebuah penelitian yang sama dilakukan pada mahasiswa tahun
pertama di Afrika Selatan juga ditemukan positif, yakni penyesuaian diri di
perguruan tinggi secara signifikan positif berpengaruh terhadap prestasi
akademik. Aspek-aspek penyesuaian diri di perguruan tinggi juga sangat penting
bagi mahasiswa, ketika mereka membuat transisi dari sekolah menengah hingga
perguruan tinggi (Baker dalam Fowler, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh
Baker, Siryk, Dahmus, Bernardin dan Sennett (dalam Fowler, 2010)
7
mengungkapkan bahwa penyesuaian akademik merupakan salah satu aspek yang
terbukti paling kuat memprediksi kinerja akademik perguruan tinggi di Inggris.
Selain motivasi akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri di perguruan
tinggi, peneliti juga akan melihat variabel demografi yang berpengaruh terhadap
prestasi akademik, yaitu jalur penerimaan mahasiswa baru seperti PTAIN,
SBMPTN, SNMPTN, dan SPMB Mandiri. Variabel ini diambil karena fenomena
jalur masuk yang semakin bervariasi dan nilai yang telah ditentukan untuk lulus
tiap perguruan tinggi semakin tinggi membuat mahasiswa harus lebih kompeten.
Hal itu dapat meningkatkan motivasi mahasiswa dalam belajar yang berpengaruh
terhadap prestasi akademiknya. Melihat fenomena tersebut, peneliti akan menguji
apakah jalur masuk berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik.
Berdasarkan fenomena dan beberapa penelitian yang telah dilakukan,
penelitian mengenai prestasi akademik mahasiswa tahun pertama yang berkaitan
dengan motivasi akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi
masih jarang dilakukan. Karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang motivasi akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi
yang berkaitan dengan prestasi akademik. Maka peneliti mengajukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Motivasi Akademik, Gaya Belajar dan Penyesuaian
Diri Di Perguruan Tinggi terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Tahun
Pertama”.
8
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1. Pembatasan Masalah
Peneliti hanya membatasi 3 faktor yang mempengaruhi prestasi akademik pada
lingkup internal, yakni motivasi akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri di
perguruan tinggi, kemudian lingkup eksternalnya peneliti memilih variabel
demografi, yakni jalur penerimaan mahasiswa baru. Faktor tersebut dipilih karena
menjadi prediksi besar dalam pengaruhnya terhadap prestasi akademik.
Pembatasan masalah ini dimaksudkan agar dalam penelitian tidak menyimpang
dari sasaran yang ingin dicapai, uraian lebih lanjut adalah sebagai berikut:
1. Motivasi akademik dalam penelitian ini dibatasi sebagai suatu hasrat atau
dorongan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang ingin diraih untuk
tercapainya suatu tujuan tertentu pada bidang akademiknya. Motivasi
akademik dalam penelitian ini juga dibatasi pada tiga dimensi yang meliputi
extrinsic motivation, intrinsic motivation dan amotivation, sebagaimana
dikemukakan oleh Deci dan Ryan (dalam Ayub, 2010).
2. Gaya belajar dalam penelitian ini dibatasi sebagai preferensi seseorang
dalam berpikir dan berinteraksi dengan mahasiswa lainnya di dalam
lingkungan kelas dan pengalaman yang berbeda. Gaya belajar dalam
penelitian ini juga dibatasi pada enam jenis yang meliputi independent,
avoidant, collaborative, dependent, competitive dan participant,
sebagaimana dikemukakan oleh Grasha dan Riechmann (dalam Uzuntiryaki,
2007).
9
3. Penyesuaian diri di perguruan tinggi pada penelitian ini dibatasi sebagai
sebuah bentuk usaha pada seorang individu dalam menyesuaikan dirinya
terhadap lingkungan kampus atau perguruan tinggi untuk terciptanya
keselarasan dalam proses belajar atau perkuliahan. Penyesuaian diri di
perguruan tinggi pada penelitian ini juga dibatasi oleh empat dimensi yang
meliputi academic adjustment, social adjustment, personal-emotional
adjustment dan goal-commitment institutional attachment, sebagaimana
dikemukakan oleh Baker dan Siryk (dalam Otlu, 2010).
4. Prestasi akademik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu tingkat
kompetensi mahasiswa pada mata kuliah tertentu yang ditandai dengan nilai
hasil tes atau ujian dari dosen. Prestasi akademik dalam penelitian ini adalah
indeks prestasi (IP) semester satu dari mahasiswa.
5. Variabel demografi pada penelitian ini adalah jalur penerimaan mahasiswa
baru seperti PTAIN, SBMPTN, SNMPTN, dan SPMB Mandiri.
6. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester 2 Fakultas
Psikologi UIN Jakarta tahun akademik 2013/2014 yang berjumlah 149
orang.
1.2.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1.2.2.1. Perumusan Masalah Mayor
Apakah variabel motivasi akademik (extrinsic motivation, intrinsic motivation
dan amotivation), gaya belajar (independent, avoidant, collaborative, dependent,
10
competitive dan participant), penyesuaian diri di perguruan tinggi (academic
adjustment, social adjustment, personal-emotional adjustment dan goal-
commitment institutional attachment) dan jalur penerimaan mahasiswa baru
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun
pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?
1.2.2.2. Perumusan Masalah Minor
1. Apakah dimensi extrinsic motivation pada variabel motivasi akademik
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun
pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?
2. Apakah dimensi intrinsic motivation pada variabel motivasi akademik
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun
pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?
3. Apakah dimensi amotivation pada variabel motivasi akademik berpengaruh
secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama
Fakultas Psikologi UIN Jakarta?
4. Apakah jenis independent pada variabel gaya belajar berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas
Psikologi UIN Jakarta?
5. Apakah jenis avoidant pada variabel gaya belajar berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas
Psikologi UIN Jakarta?
11
6. Apakah jenis collaborative pada variabel gaya belajar berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas
Psikologi UIN jakarta?
7. Apakah jenis dependent pada variabel gaya belajar berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas
Psikologi UIN Jakarta?
8. Apakah jenis competitive pada variabel gaya belajar berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas
Psikologi UIN Jakarta?
9. Apakah jenis participant pada variabel gaya belajar berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas
Psikologi UIN Jakarta?
10. Apakah dimensi academic adjustment variabel penyesuaian diri di perguruan
tinggi berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa
tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?
11. Apakah dimensi social adjustment pada variabel penyesuaian diri di
perguruan tinggi berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik
mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?
12. Apakah dimensi personal-emotional adjustment pada variabel penyesuaian
diri di perguruan tinggi berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi
akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?
12
13. Apakah dimensi goal-commitment institutional attachment pada variabel
penyesuaian diri di perguruan tinggi berpengaruh secara signifikan terhadap
prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?
14. Apakah jalur penerimaan mahasiswa baru pada variabel demografi
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun
pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta?
1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Mengacu kepada rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini terbagi
menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1.3.1.1. Tujuan Penelitian Mayor
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh motivasi akademik
(extrinsic motivation, intrinsic motivation dan amotivation), gaya belajar
(independent, avoidant, collaborative, dependent, competitive dan participant),
penyesuaian diri di perguruan tinggi (academic adjustment, social adjustment,
personal-emotional adjustment dan goal-commitment institutional attachment)
dan jalur penerimaan mahasiswa baru terhadap prestasi akademik mahasiswa
tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
1.3.1.2. Tujuan Penelitian Minor
Penelitian ini juga menguji seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh setiap
dimensi atau jenis dari masing-masing variabel terhadap prestasi akademik, lebih
lanjut uraiannya sebagai berikut.
13
1. Untuk menguji pengaruh dimensi extrinsic motivation pada variabel motivasi
akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas
Psikologi UIN Jakarta.
2. Untuk menguji pengaruh dimensi intrinsic motivation pada variabel motivasi
akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas
Psikologi UIN Jakarta.
3. Untuk menguji pengaruh dimensi amotivation pada variabel motivasi
akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas
Psikologi UIN Jakarta.
4. Untuk menguji pengaruh jenis independent pada variabel gaya belajar
terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN
Jakarta.
5. Untuk menguji pengaruh jenis avoidant pada variabel gaya belajar terhadap
prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
6. Untuk menguji pengaruh jenis collaborative pada variabel gaya belajar
terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN
Jakarta.
7. Untuk menguji pengaruh jenis dependent pada variabel gaya belajar terhadap
prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
8. Untuk menguji pengaruh jenis competitive pada variabel gaya belajar terhadap
prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
9. Untuk menguji pengaruh jenis participant pada variabel gaya belajar terhadap
prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta
14
10. Untuk menguji pengaruh dimensi academic adjustment pada variabel
penyesuaian diri di perguruan tinggi terhadap prestasi akademik mahasiswa
tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
11. Untuk menguji pengaruh dimensi social adjustment pada variabel penyesuaian
diri di perguruan tinggi terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama
Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
12. Untuk menguji pengaruh dimensi personal-emotional adjustment pada
variabel penyesuaian diri di perguruan tinggi terhadap prestasi akademik
mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
13. Untuk menguji pengaruh dimensi goal-commitment institutional attachment
pada variabel penyesuaian diri di perguruan tinggi terhadap prestasi akademik
mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
14. Untuk menguji pengaruh jalur penerimaan mahasiswa baru pada variabel
demografi terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas
Psikologi UIN Jakarta.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Selain memiliki tujuan, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara
teoritis maupun praktis, diantaranya:
a) Manfaat secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan teori-teori psikologi, khususnya yang berhubungan dengan
psikologi pendidikan.
b) Manfaat secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur atau
bacaan bagi para pembaca khususnya pembaca yang ingin menambah
15
pengetahuan mengenai motivasi akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri
di perguruan tinggi terhadap prestasi akademik. Penelitian ini juga diharapkan
dapat menjadi masukan bagi fakultas lain di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini mengacu pada dua pedoman, yaitu
pertama dengan pedoman APA (American Psychology Association)-stlye,
kemudian yang kedua adalah dengan pedoman penyusunan dan penulisan skripsi
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan ini dibagi menjadi beberapa bahasan seperti yang dijabarkan
sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Landasan teoritis memuat teori-teori yang digunakan dalam penelitian, yaitu berisi
definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, aspek-aspek atau dimensi dan
pengukuran yang akan digunakan, serta kerangka berpikir dan hipotesis
penelitian.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Berisi metode penelitian yang mengurai jenis penelitian, variabel penelitian
beserta definisi operasional, populasi dan sampel penelitian, instrumen
pengumpulan data, teknik analisis data dan prosedur penelitian yang digunakan.
16
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi hasil penelitian yang mengurai tentang pengolahan data yang
meliputi gambaran umum subjek, pengolahan statistik dan analisis terhadap data.
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN.
Kesimpulan ini dibuat berdasarkan hasil analisis. Pada bagian diskusi akan
dibahas hasil penelitian, serta saran-saran yang sesuai dengan hasil penelitian
untuk acuan penelitian selanjutnya.
17
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Prestasi Akademik
2.1.1. Definisi Prestasi Akademik
Prestasi adalah istilah umum untuk pencapaian keberhasilan suatu tujuan tertentu
yang membutuhkan usaha, pada umumnya ditandai dengan tanda yang diperoleh
dalam tes dan ujian, seperti yang dikemukakan oleh Chaplin (2011), achievement
atau prestasi merupakan pencapaian atau hasil yang telah dicapai. Satu tingkat
khusus dari kesuksesan karena mempelajari tugas-tugas, atau tingkat tertentu dari
kecakapan atau keahlian dalam tugas-tugas sekolah atau akademik. Secara
pendidikan atau akademik, prestasi merupakan satu tingkat khusus perolehan atau
hasil keahlian dalam karya akademik yang dinilai oleh guru-guru, lewat tes-tes
yang dibakukan, atau lewat kombinasi kedua hal tersebut.
Good (dalam Ambedkar, 2012) mendefinisikan prestasi akademik sebagai
sikap pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran di
sekolah, biasanya ditentukan oleh nilai tes atau dengan tanda yang diberikan oleh
guru atau oleh keduanya. Akibatnya, prestasi akademik dapat didefinisikan
sebagai persepsi diri dan evaluasi diri keberhasilan tujuan seseorang.
Sejalan dengan pendapat di atas, Howcroft (dalam Srivastava & Joshi,
2013) menjelaskan prestasi akademik dalam hal tanda aktual atau skor yang
diperoleh dalam pemeriksaan. Howcroft menggunakan tanda yang sebenarnya
dicapai untuk menggambarkan prestasi akademik, ditandai dengan sebuah nilai
yang dapat menggambarkan kinerja individu dalam situasi akademik. Menurut
18
Kang, Shumow dan Vandall (dalam Srivastava & Joshi, 2013) prestasi akademik
menggambarkan kompetensi diri akademik, perilaku dan nilai peserta didik atau
pelajar.
Latipah (2010) mengatakan bahwa prestasi akademik menunjukan pada
kinerja belajar seseorang yang pada umumnya ditunjukan dalam bentuk nilai rata-
rata yang diperoleh. Nilai rata-rata selanjutnya dimunculkan (diantaranya) dalam
bentuk indeks prestasi (IP).
Dari beberapa definisi prestasi akademik yang telah diungkapkan oleh
beberapa ahli, peneliti memakai definisi yang dikemukakan oleh Latipah,
dikarenakan bentuk-bentuk prestasi yang ditampilkan seperti indeks prestasi (IP)
bisa dijadikan acuan pengukuran prestasi akademik dan pengukuran itu sesuai
untuk sampel penelitian yang berlatarbelakang mahasiswa di Indonesia. Peneliti
memberi kesimpulan bahwa prestasi akademik merupakan suatu tingkat
kompetensi mahasiswa pada mata kuliah tertentu yang ditandai dengan nilai hasil
tes atau ujian dari dosen.
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik
Gage dan Berliner (1975) mengatakan, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pencapaian prestasi akademik, yakni kecerdasan dan bakat (bidang pendidikan),
kemudian adanya motivasi. Proses meraih prestasi, awalnya ditampilkan dengan
adanya kebutuhan individu akan pengetahuan (perkuliahan) dan kebutuhan untuk
mengerti terhadap pengetahuan yang sudah didapat, dari dua kebutuhan tersebut
dapat meningkatkan motivasi individu dalam berprestasi yang berdampak pada
19
kinerja akademiknya, dan hasilnya adalah nilai (indeks prestasi) yang baik atau
prestasi akademik yang optimal.
Menurut Syah (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik
dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu sendiri, karena dari
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar inilah, maka muncul peserta-peserta
didik yang high achiever (berprestasi tinggi) dan under achiever (berprestasi
rendah) atau gagal sama sekali. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian
prestasi akademik adalah sebagai berikut:
1. Faktor internal
Faktor internal sendiri meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis (yang
bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).
a) Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas individu dalam mengikuti
pelajaran. Kondisi organ-organ khusus individu, seperti tingkat
kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat
memengaruhi kemampuan individu dalam menyerap informasi dan
pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.
b) Aspek psikologis
Ada beberapa faktor dalam aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar atau prestasi
akademik individu. Namun, diantara faktor psikologis individu yang
20
pada umumnya dipandang lebih esensial, yakni tingkat kecerdasan
atau inteligensi, sikap, bakat, minat dan motivasi, uraiannya adalah
sebagai berikut:
a. Kecerdasan atau inteligensi
Inteligensi pada umumnya diartikan sebagai kemampuan psikologis
untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, inteligensi sebenarnya
bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-
organ tubuh lainnya. Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ)
individu tidak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat
keberhasilan belajar atau prestasi akademik individu.
b. Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang
relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif.
c. Bakat
Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki
bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
21
d. Minat
Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Pemusatan perhatian yang
intensif terhadap materi yang diajarkan dapat mempengaruhi
kualitas pencapaian hasil belajar atau prestasi akademik individu.
e. Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal seseorang yang mendorongnya
untuk berbuat sesuatu.
2. Faktor eksternal
Pada faktor eksternal terdiri atas dua macam, yakni faktor lingkungan sosial
dan faktor lingkungan nonsosial.
a) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial seperti teman-teman sekelasnya, pengajar dan
keluarga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi semangat
belajar dari seseorang. Para pengajar yang selalu menunjukkan sikap
dan perilaku simpatik serta memperlihatkan suri teladan yang baik
dan rajin, kemudian teman-teman sebayanya yang selalu mendukung
serta keluarga yang selalu mendidik dengan baik, maka berdampak
kepada perolehan hasil belajar atau prestasi akademik yang tinggi
pada seseorang.
22
b) Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung dan
lokasi tempat belajarnya, tempat tinggalnya, alat-alat belajar,
keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan oleh seseorang.
3. Faktor pendekatan belajar
Pendekatan belajar merupakan keefektifan segala cara atau strategi yang
digunakan pelajar dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar
materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti adalah seperangkat langkah
operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah
atau mencapai tujuan belajar tertentu.
Ada beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi akademik dan salah satu faktornya adalah motivasi
akademik. Penelitian motivasi akademik yang dilakukan oleh Turner, Chandler
dan Heffer (2009) dan Ayub (2010) menunjukkan pengaruh yang positif terhadap
prestasi akademik, terutama pada dimensi motivasi ekstrinsik dan motivasi
intrinsik. Kemudian gaya belajar juga dikatakan sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi prestasi akademik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Uzuntiryaki (2007) menunjukkan bahwa gaya belajar sebagai
preferensi atau pilihan belajar dari pelajar untuk memahami suatu materi demi
mencapai suatu proses pembelajaran yang maksimal. Penyesuaian diri di
perguruan tinggi juga disebutkan sebagai faktor yang kuat dalam pencapaian
prestasi akademik, seperti penelitian yang dilakukan oleh Baker, Siryk, Dahmus,
Bernardin dan Sennett (dalam Fowler, 2013) mengungkapkan bahwa penyesuaian
23
akademik merupakan salah satu aspek yang terbukti paling kuat memprediksi
kinerja akademik perguruan tinggi di Inggris.
Dari penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
akademik, maka dapat disimpulkan bahwa untuk meraih prestasi akademik yang
baik terdapat dua aspek yakni internal dan eksternal. Aspek internal dapat ditandai
dengan tingkat intelegensi seseorang, sikap, minat, bakat dan motivasi. Sedangkan
aspek eksternal itu tergantung pada lingkungan yang ada di sekitar individu yang
bersangkutan. Selain kedua aspek tersebut, ada juga yang mempengaruhi prestasi
seseorang dalam akademiknya, yakni pendekatan belajar. Dari pendekatan ini
sebenarnya mengacu pada aspek yang ada di dalam belajar yakni tenaga pengajar
(dosen) dan mahasiswa. Baik dosen maupun mahasiswa dapat bekerjasama dalam
proses belajar yang baik, sehingga menghasilkan hasil atau prestasi akademik
yang baik. Selain itu ada faktor lain yang secara teoritis mempengaruhi prestasi
akademik mahasiswa, yakni motivasi akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri
di perguruan tinggi. Ketiga faktor tersebut dipilih oleh peneliti untuk menjadi
prediksi yang kuat dalam mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa dan juga
sebagai faktor internal yang kuat pada diri seseorang dalam meraih prestasi
akademik yang baik.
2.1.3. Dimensi-dimensi Prestasi Akademik
Kunci pokok untuk memperoleh data hasil prestasi akademik peserta didik atau
mahasiswa adalah dengan mengetahui garis-garis besar indikator dikaitkan
dengan jenis prestasi yang hendak diukur.
24
Menurut Winkel (1996) indikator yang hendak diukur dalam prestasi
akademik peserta didik atau mahasiswa, berdasarkan teori taksonomi bloom
adalah sebagai berukut:
1. Ranah Kognitif
a. Pengetahuan: ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan
dalam ingatan.
b. Pemahaman: mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari
bahan yang dipelajari.
c. Penerapan: mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau
metode bekerja pada suatu kasus yang konkret dan baru.
d. Analisis: mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan dipahami dengan baik.
e. Sintesis: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau
pola baru.
f. Evaluasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai beberapa hal, dengan pertanggungjawaban pendapat itu.
2. Ranah Afektif
a. Penerimaan: mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan
kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu.
b. Partisipasi: mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
c. Penilaian/penentuan sikap: mencakup kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian.
25
d. Organisasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu system nilai
sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
e. Pembentukan pola hidup: mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-
nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga diinternalisasi dan menjadi
pegangan nyata dalam mengatur kehidupannya sendiri.
3. Ranah Psikomotorik
a. Persepsi: mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang
tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-
ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.
b. Kesiapan: mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam
keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
c. Gerakan terbimbing: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).
d. Gerakan yang terbiasa: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik dengan lancer, karena sudah dilatih secukupnya,
tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.
e. Gerakan kompleks: mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu
keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancer, tepat
dan efisien.
f. Penyesuaian pola gerakan: mencakup kemampuan untuk mengadakan
perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat
atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai
kemahiran.
26
g. Kreativitas: mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-
gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.
Indikator yang dipaparkan oleh peneliti menjadi landasan dalam penilaian
prestasi akademik di kampus, apabila seseorang mahasiswa dapat menguasai tiga
ranah tersebut maka besar kemungkinan mahasiswa akan mendapatkan nilai yang
optimal.
2.1.4. Pengukuran Prestasi Akademik
Latipah (2010) mengatakan bahwa prestasi akademik menunjukkan pada kinerja
belajar seseorang yang pada umumnya ditunjukan dalam bentuk nilai rata-rata
yang diperoleh. Nilai rata-rata selanjutnya dimunculkan dalam bentuk indeks
prestasi kumulatif (IP). Untuk itu, dalam pengukuran prestasi akademikpada
penelitian ini, peneliti mengambil data indeks prestasi (IP) semester satu
mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2013
sebagai tolak ukur tinggi atau rendahnya prestasi akademik mahasiswa.
2.2. Motivasi Akademik
2.2.1. Definisi Motivasi Akademik
Menurut Pintrich dan Zusho (dalam Areepattamannil, 2011) motivasi akademik
mengacu pada proses internal yang mendesak dan mempertahankan kegiatan yang
bertujuan untuk mencapai tujuan akademik tertentu. Motivasi akademik juga
dikemukakan oleh Plunkett dan Bamaca-Gomez (dalam Alfaro, Umana-Taylor &
Gomez, 2006) yaitu adalah karakteristik internal dari individu yang meliputi
upaya akademik, efikasi diri akademik, kehadiran, aspirasi pendidikan,
pentingnya sekolah, dan ketekunan.
27
Dari uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa motivasi akademik
adalah suatu hasrat atau dorongan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang
ingin diraih, demi tercapainya suatu tujuan tertentu pada bidang akademiknya.
2.2.2. Teori Motivasi Akademik
Sebelum mengkaji lebih dalam mengenai motivasi akademik, peneliti
mendeskripsikan terlebih dahulu beberapa pendekatan teori yang dirujuk dari
disertasi Areepattamannil (2011), sebagai berikut.
a. Self-determination theory
Teori determinasi diri (SDT) merupakan teori makro dari motivasi, emosi, dan
pengembangan manusia yang mengambil minat pada faktor-faktor yang
memfasilitasi atau mencegah proses asimilatif dan berorientasi pada pertumbuhan
seseorang. SDT melukiskan tiga jenis kebutuhan psikologis dasar, yakni
kebutuhan kompetensi, kebutuhan keterkaitan dan kebutuhan otonomi.
Kebutuhan kompetensi merupakan fasilitator dari motivasi intrinsik, yaitu
kebutuhan untuk mengalami kepuasan dalam meningkatkan kemampuan
seseorang. Kebutuhan akan keterkaitan merupakan fasilitator lain dari
motivasi intrinsik, yaitu kebutuhan untuk merasa terkait dengan orang lain
yang signifikan. Kemudian yang terakhir adalah kebutuhan otonomi, yaitu
kebutuhan untuk terlibat dalam perilaku mengatur diri (Deci & Ryan dalam
Areepattamannil, 2011).
Pusat untuk SDT adalah perbedaan antara motivasi yang otonom dan
motivasi yang dikendalikan. Motivasi otonom bertindak dengan penuh rasa
kemauan dan pilihan, meliputi keduanya motivasi intrinsik dan baik-
28
diinternalisasi (yaitu, terintegrasi) motivasi ekstrinsik. Sedangkan motivasi
yang dikendalikan, yaitu bertindak dengan rasa tekanan atau permintaan dan
termasuk regulasi oleh kontinjensi eksternal (misalnya, peraturan eksternal)
dan kontinjensi yang sebagian telah diinternalisasikan yaitu regulasi
introjected (Deci & Ryan dalam Areepattamannil, 2011).
Lebih khususnya, teori determinasi diri (SDT) adalah sebuah
pendekatan untuk motivasi manusia yang memahami pentingnya kebutuhan
psikologis untuk otonomi. Otonomi berarti bahwa individu mengalami pilihan
dalam inisiasi, pemeliharaan, dan regulasi perilaku mereka. Motivasi
akademik dalam pendekatan self-determination theory terdiri atas tiga aspek
atau komponen, yakni extrinsic motivation, intrinsic motivation dan
amotivation (Deci & Ryan dalam Areepattamannil, 2011), seperti pada tabel
berikut.
Tabel 2.1
Self-Determination Theory
Amotivation Extrinsic Motivation Instrinsic
Motivation
Lack of
Motivation Controlled Motivation Autonomous Motivation
Lack of
Regulation
External
Regulation
Introjected
Regulation
Identified
Regulation
Integrated
Regulation
Intrinsic
Regulation
b. Cognitive evaluation theory
Teori evaluasi kognitif menjelaskan efek dari faktor ekstrinsik atau peristiwa
sosial kontekstual (misalnya, persaingan, tenggat waktu, evaluasi, menentukan
goal, pujian, penghargaan) pada motivasi intrinsik, perilaku, dan pengalaman.
29
Hal ini paling berguna untuk perilaku belajar seseorang yang menunjukkan
minat atau motivasi (Deci & Ryan dalam Areepattamannil, 2011).
c. Organismic integration theory
Teori integrasi organisme menjelaskan bahwa perilaku regulasi eksternal
dapat diubah menjadi perilaku mandiri. Ini disebut konsep internalisasi utama
yang berkenaan dengan perkembangan motivasi ekstrinsik (Deci & Ryan
dalam Areepattamannil, 2011).
d. Causality orientations theory
Teori orientasi kausalitas diformulasikan untuk mengatasi perbedaan individu
secara global (level kepribadian) orientasi motivasi, menggambarkan
bagaimana orang-orang memasukkan pengaruh sosial ke dalam gaya motivasi
mereka (Deci & Ryan dalam Areepattamannil, 2011).
e. Goal contents theory
Teori konten tujuan menjelaskan dampak dari tujuan intrinsik dan ekstrinsik
pada motivasi manusia dan kesehatan (Kasser & Ryan dalam
Areepattamannil, 2011).
f. Basic needs theory
Teori kebutuhan dasar menentukan seperangkat kebutuhan psikologis dasar
universal yang merupakan zat-zat gizi penting untuk perkembangan optimal
manusia, fungsi-psikologis dan kesehatan fisik serta kesejahteraan sosial (Deci
& Ryan dalam Areepattamannil, 2011).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan self-determination
theory yang dikemukakan oleh Deci dan Ryan (dalam Areepattamannil, 2011)
30
untuk menjelaskan lebih dalam tentang motivasi akademik. Pendekatan tersebut
mengacu kepada cara seseorang dalam memperoleh sesuatu dengan dorongan
yang berasal dari dalam diri individu yaitu intrinsic motivation dan juga dari luar
yaitu extrinsic motivation. Jika kedua dorongan tersebut tidak dapat terpenuhi,
maka individu akan menolak untuk melanjutkan meraih sesuatu, disebutnya
amotivation.
2.2.3. Dimensi-dimensi Motivasi Akademik
Berdasarkan teori-teori mengenai motivasi akademik, peneliti memakai dimensi
yang dikemukakan oleh Deci dan Ryan (dalam Vallerand, Fortier, Pelletier,
Tuson, Briere & Blais, 1995) yang menyebutkan bahwa ada tiga dimensi penting
dalam motivasi akademik, yakni sebagai berikut:
1. Motivasi ekstrinsik (Extrinsik motivation)
Bertentangan dengan motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik itu berkaitan
dengan berbagai perilaku yang terlibat sebagai alat untuk mencapai tujuan dan
bukan untuk kepentingan mereka sendiri. Motivasi ekstrinsik dibedakan
menjadi lebih spesifik ke dalam 3 jenis, yaitu:
a. Pengaturan eksternal (External regulation)
Jenis motivasi ekstrinsik yang mengacu pada perilaku yang dikendalikan
oleh sumber eksternal, seperti imbalan atau kendala yang dikenakan oleh
orang lain.
b. Introyeksi (Introjection)
Dengan introyeksi, sumber eksternal sebelumnya dari motivasi telah
diinternalisasi sehingga kehadirannya sebenarnya tidak lagi diperlukan
31
untuk memulai perilaku. Sebaliknya, perilaku ini diperkuat melalui
tekanan internal seperti rasa bersalah atau kecemasan. Misalnya seperti
mahasiswa yang hadir tepat waktu dan tidak pernah terlambat pada mata
kuliah tertentu karena dia takut dimarahi oleh dosennya dan takut nilai
yang diberikan rendah, akhirnya dia rajin datang tepat waktu.
c. Identifikasi (Identification)
Jenis motivasi ekstrinsik yang ketika individu datang untuk menghargai
dan menilai perilaku penting dan juga karena individu melakukan itu dari
pilihan. Kegiatan tersebut masih dilakukan untuk alasan ekstrinsik
(misalnya, untuk mencapai tujuan pribadi), namun secara internal diatur
dan ditentukan sendiri. Misalnya seperti mahasiswa yang mengejar
prestasi yang tinggi untuk mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi.
2. Motivasi intrinsik (Intrinsik motivation)
Secara umum, motivasi intrinsik mengacu dalam kegiatan murni untuk
kesenangan dan kepuasan yang berasal setelah melakukan aktivitas. Ketika
seseorang termotivasi secara intrinsik atau dari dalam dirinya, ia akan
melakukan perilaku sukarela, tanpa adanya imbalan materi atau kendala dari
luar. Motivasi intrinsik dibedakan menjadi lebih spesifik ke dalam 3 jenis,
yaitu:
a. Motivasi intrinsik untuk mencari tahu (Intrinsic motivation to know)
Jenis motivasi intrinsik yang berkaitan dengan beberapa konstruksi seperti
eksplorasi, rasa ingin tahu, tujuan pembelajaran. Motivasi intrinsik untuk
belajar dan epistemik untuk mengetahui dan memahami. Dengan
32
demikian, motivasi intrinsik untuk mencari tahu dapat didefinisikan
sebagai suatu kegiatan untuk kesenangan dan kepuasan pada satu
pengalaman sambil belajar, menjelajahi, atau mencoba untuk memahami
sesuatu baru.
b. Motivasi intrinsik terhadap prestasi (Intrinsic motivation toward
accomplishments)
Individu berinteraksi dengan lingkungan untuk merasa kompeten dan
untuk menciptakan prestasi yang unik. Dengan demikian, motivasi
intrinsik terhadap prestasi dapat didefinisikan sebagai suatu yang terlibat
dalam kegiatan untuk kesenangan dan kepuasan yang dialami ketika
seseorang mencoba untuk mencapai atau menciptakan sesuatu. Mencoba
untuk menguasai teknik pelatihan yang sulit tertentu untuk mengalami
kepuasan pribadi.
c. Motivasi intrinsik untuk pengalaman stimulasi (Intrinsic Motivation to
Experience Stimulation)
Motivasi intrinsik untuk pengalaman stimulasi terjadi ketika seseorang
terlibat dalam suatu kegiatan untuk mengalami rangsangan sensasi
(misalnya, kesenangan indra, pengalaman estetika, serta kegembiraan dan
kesenangan) yang berasal dari keterlibatan seseorang dalam kegiatan
tertentu.
3. Amotivation
Bentuk dari ketidakberdayaan yang dipelajari, artinya termotivasi individu
tidak merasakan kontingensi antara tindakan mereka dan hasil dari tindakan
33
mereka. Mereka mengalami perasaan ketidakmampuan dan kurangnya
kontrol. Mereka tidak termotivasi secara intrinsik maupun ekstrinsik.
Mahasiswa yang memiliki motivasi akademik yang kuat (motivasi
intrinsik dan ekstrinsik) dalam mengerjakan suatu tugas di kampus, akan terus
bertahan dalam menghadapi dan mengatasi masalah apapun meskipun banyak
menghadapi tantangan. Sebaliknya, mahasiswa dengan motivasi yang lemah akan
lebih mudah frustasi dalam menghadapi berbagai rintangan atau hambatan yang
muncul bahkan bisa mundur dari tantangan yang dihadapi di kampus atau
mahasiswa tersebut tidak termotivasi lagi.
Dari ketiga dimensi motivasi akademik seperti intrinsic motivation,
extrinsik motivation dan amotivation akan peneliti gunakan sebagai acuan dalam
mengukur motivasi akademik.
2.2.4. Pengukuran Motivasi Akademik
Pada penelitian terdahulu tentang motivasi akademik, peneliti menemukan dua
alat untuk mengukur motivasi akademik, yaitu sebagai berikut:
1. The Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) yang
dikembangkan oleh Pintrich, Smith, Garcia, dan McKeachie pada tahun
1993 untuk mengukur validitas prediktif dari prestasi sekolah yang meliputi
dua jenis skala, yaitu motivation dan learning. Skala motivation meliputi:
intrinsic goal orientation, extrinsic goal orientation, task value, control
beliefs about learning, self-efficacy, dan test anxiety. Skala learning
meliputi: rehearsal, elaboration, organization, critical thinking, peer
learning, help seeking, metacognition, effort management, time and study
34
environment. Berbentuk skala model likert yang berisi 81 item. Reliabilitas
MSLQ mencapai koefisien alpha sebesar 0.86 (Buyukozturk, Akgun,
Ozkahveci & Demirel, 2004).
2. Academic Motivation Scales (AMS) yang dibuat oleh Vallerand pada tahun
1992. Alat ukur ini digunakan untuk mengukur kualitas atau jenis motivasi
seseorang. Alat ukur ini memiliki 28 item berbentuk skala model likert
dengan rentang pilihan jawaban 1 (tidak berhubungan sama sekali) sampai 7
(sesuai persis) yang mengukur tiga dimensi, yaitu intrinsic motivation,
extrinsik motivation dan amotivation. Alat ukur ini pernah dipakai oleh
Areepattamannil dan Freeman pada tahun 2008 di Negara Kanada.
Reliabilitas AMS mencapai koefisien alpha mulai dari 0.77-0.92 (Turner,
Chandler & Heffer, 2009).
Pengukuran motivasi akademik dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan alat ukur yang dibuat oleh Vallerand, bernama Academic
Motivation Scales (AMS) berbentuk skala model likert, dengan merujuk pada
dimensi atau aspek yang dikemukakan oleh Ryan dan Deci seperti intrinsic
motivation, extrinsik motivation dan amotivation. Peneliti menggunakan alat ukur
skala model likert dari Vallerand, dikarenakan alat ukur tersebut memiliki tingkat
reliabilitas yang lebih tinggi dibanding MSLQ, dengan koefisien alpha mulai dari
0,77-0,92. Dengan demikian, memungkinkan untuk mendapatkan signifikansi
hasil penelitian yang optimal.
35
2.3. Gaya Belajar
2.3.1. Definisi Gaya Belajar
Menurut Kolb, Honey dan Mumford (dalam Abidin, Rezaee, Abdullah & Singh,
2011) Gaya belajar sebagai cara pilihan individu atau kebiasaan pengolahan dan
transformasi pengetahuan. Atribut psikologis akibat perbedaan individu
menentukan pemilihan strategi tertentu seseorang saat belajar. Menurut Junko
(dalam Abidin, et.al., 2011) gaya belajar dipakai untuk mempengaruhi perilaku
belajar peserta didik. Peserta didik memiliki preferensi gaya belajar yang berbeda
akan berperilaku berbeda dalam cara mereka memandang, berinteraksi, dan
menanggapi lingkungan belajarnya.
Menurut Grasha dan Riechmann (dalam Baykul, Gursel, Sulak, Ertekin,
Yazici, Dulger, Aslan & Buyukkarci, 2010) gaya belajar adalah preferensi
mahasiswa dalam berfikir dan berinteraksi dengan mahasiswa lainnya di dalam
lingkungan kelas dan pengalaman yang berbeda.
Sejalan dengan beberapa definisi di atas, Garger dan Guild (dalam Raven,
Cano, Carton & Shelhamer, 1993) menjelaskan gaya belajar sebagai karakteristik
yang stabil dan meresap pada diri seorang individu, yang dinyatakan melalui
interaksi perilaku dan kepribadian seseorang sebagai salah satu pendekatan tugas
belajar.
Peneliti merujuk pada konsep yang dijelaskan oleh Grasha dan
Riechmann, dikarenakan definisi yang dijelaskan lebih mudah dipahami oleh
peneliti, yang akan dijadikan acuan dalam mengkaji mengenai gaya belajar. Jadi,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa gaya belajar adalah suatu pilihan atau cara
36
seseorang dalam berpikir dan bertindak pada proses belajarnya untuk memperoleh
ilmu pengetahuan.
2.3.2. Jenis-jenis Gaya Belajar
Menurut Grasha dan Riechmann (dalam Uzuntiryaki, 2007) gaya belajar dibagi 6
jenis yang berbeda, yakni sebagai berikut:
1. Gaya belajar dengan cara independen atau bebas (Independent learning styles)
Pelajar yang suka berpikir untuk diri mereka sendiri dan percaya diri dalam
kemampuan belajar mereka. Lebih memilih untuk belajar yang mereka anggap
penting dan akan lebih memilih untuk bekerja sendiri pada program-program
pembelajaran dibandingkan dengan pelajar lain.
2. Gaya belajar dengan cara penghindar (Avoidant learning style)
Pelajar penghindar yang tidak antusias untuk belajar dan tidak mau
menghadiri kelas. Mereka juga terlambat untuk berpartisipasi dengan pelajar
dan pengajar di kelas. Mereka tidak tertarik dan sering kewalahan dengan apa
yang terjadi dikelas.
3. Gaya belajar dengan cara bekerjasama (Collaborative learning style)
Pelajar yang merasa bisa belajar dengan berbagi ide-ide dan talenta. Mereka
bekerja sama dengan pengajar dan ingin bekerjasama dengan pelajar lain.
4. Gaya belajar dengan cara dependen atau terikat (Dependent learning style)
Pelajar yang ketergantungan dengan menunjukkan sedikit keingintahuan
intelektual dan hanya belajar seperlunya saja. Melihat pengajar dan teman-
temannya sebagai struktur sumber daya dan dukungan serta mencari sosok
yang berkuasa untuk pedoman tertentu pada apa yang harus dilakukan.
37
5. Gaya belajar dengan cara kompetisi atau bersaing (Competitive learning style)
Pelajar yang mempelajari materi dalam rangka untuk tampil lebih baik
daripada pelajar lain dikelas. Mempercayai bahwa mereka harus bersaing
dengan pelajar lain dalam suatu program pembelajaran untuk penghargaan
yang ditawarkan. Ingin menjadi pusat perhatian dan untuk menerima
pengakuan atas prestasi mereka di kelas.
6. Gaya belajar dengan cara mendalam (Participant learning style)
Menjadi pelajar yang baik di kelas, menikmati untuk pergi ke kelas dan
kemungkinan mengambil bagian dalam banyak kegiatan program
pembelajaran. Biasanya bersemangat untuk melakukan lebih banyak dari yang
diperlukan dan persyaratan program pembelajaran pilihan karena kemampuan
mereka.
Pendapat lain mengenai jenis-jenis gaya belajar menurut Felder dan
Soloman (1993) diklasifikasikan ke dalam 4 jenis yakni sebagai berikut:
1. Pembelajar aktif dan reflektif (Active and reflective learners)
Pembelajar atau mahasiswa yang aktif cenderung untuk mempertahankan dan
memahami informasi yang terbaik dengan melakukan sesuatu yang aktif
dengan membahas, menerapkan serta menjelaskan informasi atau materi
pelajaran kepada orang lain. Pembelajar atau mahasiswa yang reflektif lebih
suka berpikir tentang materi pelajaran secara diam-diam terlebih dahulu.
38
2. Pembelajar dengan cara penginderaan dan intuisi (Sensing and intuitive
learners)
Pembelajar atau mahasiswa dengan cara penginderaan cenderung menyukai
pembelajaran atau materi yang fakta. Pembelajar atau mahasiswa yang intuitif
biasanya lebih memilih menemukan kemungkinan-kemungkinan dan
hubungan.
3. Pembelajar visual dan verbal (Visual and verbal learners)
Pembelajar atau mahasiswa visual mampu mengingat dengan sangat baik apa
yang mereka lihat seperti gambar, diagram, diagram alur, garis waktu, film,
dan demonstrasi. Pembelajar atau mahasiswa verbal mampu mendapatkan
lebih banyak penjelasan dari kata, menulis dan berbicara.
4. Pembelajar sekuensial dan global (Sequential and global learners)
Pembelajar atau mahasiswa sekuensial cenderung untuk mendapatkan
pemahaman dalam langkah-langkah linier yaitu dengan mengikuti setiap
langkah logis yang bertahap dalam mencari solusi. Pembelajar atau mahasiswa
global cenderung belajar dalam lompatan besar, menyerap materi hampir
secara acak tanpa melihat koneksi, pembelajar atau mahasiswa global
mungkin dapat memecahkan masalah yang kompleks dengan cepat atau
meletakkan segala sesuatu bersama-sama dengan cara baru setelah mereka
memahami gambaran besar, tetapi mereka mungkin memiliki kesulitan dalam
menjelaskan untuk bagaimana mereka melakukannya.
39
Menurut Kolb (dalam Cox, 2013) gaya belajar dibagi menjadi 4 jenis
yakni sebagai berikut:
1. Akomodator (Accommodators)
Mereka atau mahasiswa ini mencari makna dalam pengalaman belajar dan
mempertimbangkan apa yang bisa mereka lakukan dan juga apa yang telah
dilakukan orang lain sebelumnya. Peserta didik atau mahasiswa ini senang
dengan kompleksitas dan dapat melihat hubungan antara aspek-aspek dari
sebuah sistem.
2. Asimilator (Assimilators)
Mereka atau mahasiswa ini suka akurat dengan pengiriman informasi yang
terorganisir dan mereka cenderung respek terhadap ilmu pengetahuan yang
sulit. Mereka tidak nyaman menjelajahi sistem secara acak dan mereka ingin
mendapatkan jawaban yang tepat untuk setiap masalah.
3. Konverger (Convergers)
Mereka atau mahasiswa ini termotivasi untuk menemukan relevansi atau
"bagaimana" dari situasi. Aplikasi dan kegunaan informasi meningkat dengan
pemahaman informasi rinci tentang sistem operasi.
4. Diverger (Divergers)
Siswa-siswa ini termotivasi untuk menemukan relevansi atau "mengapa" dari
sebuah situasi. Mereka ingin alasan dari sesuatu yang konkret, informasi
tertentu dan untuk mengeksplorasi system apa yang ditawarkan, dan mereka
lebih memilih untuk memiliki informasi yang disajikan kepada mereka secara
rinci, sistematis, dan beralasan.
40
Dari ketiga jenis gaya belajar yang dikemukakan oleh para ahli, peneliti
menggunakan jenis gaya belajar model Grasha dan Riechmann, dikarenakan jenis-
jenis gaya belajar yakni independent, avoidant, collaborative, dependent,
competitive dan participant learning style dapat diterapkan dalam perguruan tinggi
dibanding kedua model lain yang hanya mencakup siswa menengah artinya sangat
tepat untuk sampel dalam penelitian ini yang mempunyai latarbelakang
mahasiswa (Baykul, Gursel, Sulak, Ertekin, Yazici, Dulger, Aslan & Buyukkarci,
2010).
2.3.3. Pengukuran Gaya Belajar
Berdasarkan jurnal penelitian terdahulu, peneliti menemukan tiga alat untuk
mengukur gaya belajar, yaitu sebagai berikut:
1. The Grasha-Riechmann Student Learning Style Scales GRSLSS) yang
dikembangkan oleh Grasha dan Riechmann pada tahun 1996. Alat ukur ini
memiliki 60 item dan digunakan untuk mengidentifikasi preferensi
pembelajaran pelajar dalam gaya belajar mahasiswa. Alat ukur ini ideal
digunakan pada sampel mahasiswa dalam tingkat perguruan tinggi yang
berdasarkan enam jenis gaya belajar, yakni independent, avoidant,
collaborative, dependent, competitive dan participant. Alat ukur ini telah
dipakai oleh Uzuntiryaki pada tahun 2007 di Negara Turki. Reliabilitas alat
ukur ini mencapai koefisien alpha sebesar dari 0.89 (Baykul, Gursel, Sulak,
Ertekin, Yazici, Dulger, Aslan & Buyukkarci, 2010).
2. The Index of Learning Style (ILS) yang dibuat oleh Felder dan Solomon
pada tahun 1991, yang berisi 44 item pertanyaan yang dirancang untuk
41
menilai preferensi pada empat jenis model gaya belajar Felder-Silverman,
seperti active and reflective learners, sensing and intuitive learners, visual
and verbal learners dan sequential and global learners. Alat ukur ini pernah
dipakai dalam penelitian Felder & Spurlin pada tahun 2005. Reliabilitas alat
ukur ini mencapai koefisien alpha mulai dari 0.56-0.77 (Litzinger, Lee &
Wise, 2005).
3. Learning Style Inventory (LSI) yang dibuat oleh Kolb pada tahun 1985 yang
berisi 12 kalimat dengan empat pernyataan masing-masing dan digunakan
untuk mengevaluasi preferensi belajar mahasiswa pada empat jenis gaya
belajar, yaitu accommodators, assimilators, convergers dan divergers. Alat
ukur ini pernah dipakai oleh Damavandi pada tahun 2011 di Negara
Malaysia dan dalam penelitian Cox pada tahun 2013 di Universitas Florida
Negara Amerika. Reliabilitas alat ukur ini mencapai koefisien alpha sebesar
dari 0.73 (Alsa, Widhiarso & Susetyo, 2010).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur yang dikembangkan
oleh Grasha dan Riechmann yang bernama The Grasha-Riechmann Student
Learning Style Scales (GRSLSS). Peneliti memilih alat ukur ini dikarenakan alat
ukur tersebut memiliki tingkat keandalan yang lebih tinggi dibanding dengan The
Index of Learning Style dan Learning Style Inventory, yakni mencapai koefisien
alpha 0.89. Dengan demikian, maka akan membantu signifikansi hasil penelitian
mengenai pengaruhya terhadap prestasi akademik.
42
2.4. Penyesuain Diri Di Perguruan Tinggi
2.4.1. Definisi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi
Istilah “penyesuaian” digunakan secara bergantian dengan kata "adaptasi" untuk
menyimpulkan keberhasilan transisi ke perguruan tinggi. Menurut Schlossberg
(dalam Garcia, 2005) adaptasi terjadi ketika seorang individu mampu memadukan
transisi atau perubahan ke dalam hidupnya.
Zea, Jarama, dan Bianchi (dalam Garcia, 2005) mendefinisikan
keberhasilan adaptasi ke perguruan tinggi yaitu sebagai:
“being socially integrated with other students, participating in campus
activities,responding to academic requirements, and being attached and
committed to theeducational institution” Artinya keberhasilan adaptasi ke
perguruan tinggi adalah dapat memadukan perubahan secara sosial dengan
mahasiswa lain, berpartisipasi dalam kegiatan kampus, menanggapi persyaratan
akademik, dan melekat serta berkomitmen untuk lembaga pendidikan.
Sependapat dengan pendapat para ahli diatas, menurut Baker dan Siryk
(dalam Otlu, 2010) college adjustment adalah mahasiswa yang berhasil
menanggapi tuntutan akademik, memiliki interaksi sosial dengan staf fakultas,
mengambil bagian dalam kehidupan kampus, dan melekat serta berkomitmen
untuk universitas.
Penyesuaian diri di perguruan tinggi, seperti yang didefinisikan oleh
Hurtado, Carter, dan Spuler (dalam Garcia, 2005) melibatkan resolusi tekanan
psikologis dan trauma transisi.
43
Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
penyesuaian diri di perguruan tinggi adalah sebuah bentuk usaha pada seorang
individu dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan kampus atau
perguruan tinggi untuk terciptanya keselarasan dalam proses belajar atau
perkuliahannya.
2.4.2. Teori Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi
Untuk mengkaji lebih dalam mengenai penyesuaian diri di perguruan tinggi,
peneliti mendeskripsikan terlebih dahulu beberapa teori tentang penyesuaian yang
dirujuk dari tesis yang diteliti oleh Otlu (2010), yaitu sebagai berikut:
a. Culture learning theory
Dalam teori belajar budaya, adaptasi menurut Argyle dan Zhou (dalam Otlu,
2010) adalah saling terorganisir dan terampil dalam kinerjanya dan pendatang
perlu belajar keterampilan sosial budaya yang relevan untuk bertahan hidup
dan berkembang dalam pengaturan baru mereka. Variabel budaya tertentu
seperti jarak budaya, kompetensi bahasa atau komunikasi, dan pengetahuan
budaya yang saling berhubungan.
b. Stress, coping, and adjustment theory
Dalam perspektif stres dan coping, menurut Lazarus dan Folkman (dalam
Otlu, 2010) penyesuaian dipandang sebagai perubahan kehidupan yang penuh
stres dan pendatang perlu mengembangkan strategi coping tertentu untuk
mengatasi stres baik secara personal (kepribadian dan perubahan hidup)
maupun situasional (dukungan sosial).
44
c. Social identification theory
Dalam perspektif identifikasi sosial, menurut Deaux, Phinney dan Zhou
(dalam Otlu, 2010) identitas adalah hal yang mendasar bagi pendatang dan
penyesuaian mungkin melibatkan perubahan identitas budaya dan hubungan
antar kelompok. Pengetahuan tentang budaya lokal, saling menyikapi antara
warga negara tuan rumah dan pendatang, kesamaan budaya, dan identitas
budaya dipandang sebagai faktor yang efektif dalam proses penyesuaian.
d. Berry’s acculturation attitudes
Perspektif sikap akulturasi dari Berry, Kim, Power, Young dan Bujaki (dalam
Otlu, 2010) dapat menjelaskan proses adaptasi. Berry berpendapat bahwa ada
dua dimensi mendasar dari akulturasi, yakni pemeliharaan identitas budaya
sendiri dan pemeliharaan hubungan dengan kelompok-kelompok lain yang
menghasilkan empat strategi akulturasi yang pemaduan, pemisahan, asimilasi
dan marginalisasi.
e. College adjustment
Penyesuaian yang digambarkan oleh Baker dan Siryk (dalam Otlu, 2010) yaitu
penyesuaian mahasiswa internasional yang diujioleh empat jenis penyesuaian
utama, yakni penyesuaian akademik, penyesuaian sosial, penyesuaian personal
emosional, dan kelekatan atau komitmen terhadap universitas.
Dalam penelitian ini, peneliti memakai teori yang dikemukakan oleh Baker
dan Siryk yaitu pendekatan yang digunakan untuk menguji kemampuan adaptasi
pelajar atau transisi dari siswa ke mahasiswa di perguruan tinggi. Peneliti
menggunakan teori dari Baker dan Siryk dikarenakan aspek dalam teorinya
45
mencakup aspek yang dibutuhkan oleh peneliti yang akan dipakai dalam
penelitian ini sedangkan teori lain kurang relevan dengan aspek penyesuaian pada
penelitian ini.
2.4.3. Dimensi-Dimensi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi
Berdasarkan teori-teori tentang penyesuaian, peneliti memakai dimensi yang
dikemukakan oleh Baker dan Siryk (dalam Otlu, 2010) yang mengklasifikasikan
penyesuaian diri di perguruan tinggi pada 4 dimensi, yakni sebagai berikut.
1. Penyesuaian akademik (Academic adjustment)
Penyesuaian akademik meliputi motivasi (memiliki sikap terhadap tujuan
akademik, memiliki motivasi untuk melakukan pekerjaan akademik dan apa
saja yang ada di perguruan tinggi), aplikasi (seberapa baik motivasi diterapkan
untuk karya akademik dan memenuhi tuntutan akademik), kinerja
(keberhasilan dan efektivitas dalam fungsi akademik), dan lingkungan
akademik (kepuasan dengan lingkungan akademik).
2. Penyesuaian sosial (Social adjustment)
Penyesuaian sosial meliputi kemampuan menjangkau dan berpartisipasi
dengan kegiatan sosial, mampu berhubungan dengan mahasiswa lain, mampu
berurusan dengan relokasi sosial dan kepuasan terhadap aspek-aspek sosial
dalam lingkungan di perguruan tinggi.
3. Penyesuaian personal emosional (Personal-emotional adjustment)
Penyesuaian personal emosional dibagi menjadi dua bagian, yaknisecara
psikologis (mampu merasakan kesejahteraan psikologis) dan fisik (mampu
merasakan kesejahteraan fisik).
46
4. Kelekatan terhadap universitas (Goal-commitment institutional attachment)
Kelekatan terhadap universitas meliputi dua bagian, yakni secara umum
(memiliki perasaan dan kepuasan berada di perguruan tinggi) dan perguruan
tinggi (merasakan kepuasan dengan perguruan tinggi di mana mahasiswa
mengikuti).
Dari keempat dimensi penyesuaian diri di perguruan tinggi dari Baker dan
Siryk, akan peneliti pakai sebagai acuan untuk pengembangan alat ukur dalam
bentuk blueprint.
2.4.4. Pengukuran Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi
Berdasarkan jurnal yang peneliti dapatkan dari penelitian terdahulu, peneliti
menemukan dua alat untuk mengukur penyesuaian diri di perguruan tinggi, yaitu
sebagai berikut:
1. Adjustment Inventory For College Students (AICS) yang dikembangkan
oleh Sinha dan Singh pada tahun 1995. Alat ukur ini dirancang untuk
membedakan yang normal dari penyesuaian buruk pada mahasiswa. Skala
memiliki total 102 item yang mengukur penyesuaian mahasiswa pada lima
dimensi yaitu, rumah, kesehatan, sosial, emosional, dan pendidikan.
Reliabilitas alat ukur ini mencapai koefisien alpha sebesar 0.94. Alat ukur
ini pernah dipakai oleh Sharma di India pada tahun 2012 (Sharma, 2012).
2. The Student Adaptation to College Questionnaire (SACQ) yang
dikembangkan oleh Baker dan Siryk pada tahun 1989. Alat ukur ini
memiliki 67 item kuesioner dan dirancang untuk mengukur efektivitas
dalam mengevaluasi dan menerapkan penyesuaian diri dari pelajar ke
47
perguruan tinggi. Alat ukur ini ideal digunakan pada sampel mahasiswa
dalam tingkat perguruan tinggi yang berdasarkan empat dimensi, yaitu
academic adjustment, social adjustment, personal-emotional adjustment
dan goal-commitment institutional attachment. Reliabilitas alat ukur ini
mencapai koefisien alpha mulai dari 0.92-0.95. Alat ukur ini pernah
dipakai oleh Fowler pada tahun 2010 dalam penelitian di Negara Afrika
Selatan (Fowler, 2010).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur yang dikembangkan
oleh Baker dan Siryk yang bernama the Student Adaptation to College
Questionnaire (SACQ). Peneliti memakai alat ukur tersebut dikarenakan alat itu
memiliki tingkat reabilitas atau keandalan yang lebih tinggi dibanding dengan
Adjustment Inventory For College Students, yakni dengan koefisien alphamulai
0.92-0.95, dan selain itu sering digunakan dalam penelitian untuk mengukur
adjustment.
2.5. Kerangka Berpikir
Dalam kehidupan manusia, prestasi merupakan hal yang ingin dimiliki setiap
individu. Prestasi dapat diraih dengan dua hal, yakni prestasi dalam pekerjaan dan
prestasi dalam pendidikan atau akademiknya. Pascarella dan Terenzini (dalam
Kuh, Kinzie, Buckley, Bridges & Hayek, 2006) menyimpulkan, nilai yang bagus
pada tahun pertama perkuliahan sangat penting untuk keberhasilan akademik
selanjutnya dan menyelesaikan gelar akademik. Prestasi akademik yang kuat,
tampaknya mengurangi kemungkinan siswa berhenti dan meningkatkan
kemungkinan tepat waktu dalam menyelesaikan gelar akademik.
48
Akan tetapi pencapaian dalam meraih prestasi di tingkat jenjang
universitas bukan sesuatu yang mudah untuk diraih. Persaingan dalam dunia
kampus semakin ketat, mulai dari seleksi masuk perguruan tinggi, kapasitas mata
kuliah, sampai kepada kebijakan-kebijakan akademik yang dibuat oleh
universitas. Apalagi dengan mahasiswa tahun pertama di perguruan tinggi, yang
terkait dengan berbagai perubahan dalam kehidupannya. Selain lingkungan sosial
mereka, mahasiswa juga dihadapkan dengan perubahan dalam situasi prestasi
bersaing mereka, misalnya peningkatan tingkat kesulitan beradaptasi di
lingkungan baru, tuntutan yang lebih tinggi berkaitan dengan pembelajaran
mandiri, serta transisi ke jenis kelompok sosial berbeda dibandingkan dengan
lingkungan di sekolah menengah (Pillay, Ngcobo, Schiefele, Streblow, Ermgassen
& Moschner, dalam Dresel & Grassinger, 2013).
Prestasi akademik yang baik dalam tingkat jenjang universitas akan dapat
diraih jika individu memiliki motivasi akademik yang kuat. Motivasi akademik
ekstrinsik dan intrinsik merupakan pendorong bagi mahasiswa dalam meraih
prestasi akademik yang baik. Dengan motivasi akademik itu mahasiswa terdorong
untuk lebih bekerja keras dalam memahami pelajaran dan memiliki gairah dalam
belajar, masukan materi yang didapat oleh mahasiswa semakin banyak dan
memungkinkan mereka menjawab dengan baik saat ujian sehingga membuat nilai
mereka baik serta mendapat prestasi akademik yang tinggi. Seperti dalam
penelitian yang dilakukan oleh Turner, Chandler dan Heffer (2009), menunjukkan
bahwa motivasi akademik mempengaruhi kinerja akademik, terutama motivasi
intrinsik. Dalam hal ini, kinerja adalah hasil belajar mahasiswa atau indeks
49
prestasi kumulatif mahasiswa. Penelitian Turner, et.al. diperkuat oleh penelitian
Ayub (2010) yang mengemukakan bahwa motivasi akademik berpengaruh positif
terhadap prestasi akademik, terutama pada dimensi motivasi ekstrinsik dan
motivasi intrinsik. Temuan dari Ayub menggambarkan bahwa motivasi dapat
meningkatkan kinerja akademik. Dengan demikian, motivasi akademik ekstrinsik
dan intrinsik merupakan pendorong bagi mahasiswa dalam meraih prestasi
akademik yang baik. Adapun dimensi motivasi akademik yang memiliki peranan
penting dalam diri individu yaitu sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh
Deci dan Ryan (dalam Ayub, 2010) mengenai motivasi akademik (academic
motivation) yang terdiri dari 3 dimensi, yakni extrinsic motivation, intrinsic
motivation dan amotivation.
Selain itu, faktor gaya belajar akan sangat diperlukan untuk preferensi atau
pilihan mahasiswa dalam mengolah pikirannya atau cara berpikir mahasiswa pada
proses belajar yang sesuai dengan karakteristiknya demi menyerap informasi atau
materi dengan baik. Penelitian gaya belajar yang dilakukan oleh Uzuntiryaki
(2007) mendapatkan hasil bahwa adanya pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi akademik. Ia menggunakan model Grasha and Riechmann student
learning style. Adapun jenis gaya belajar yang memiliki peranan penting dalam
diri individu yaitu sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Grasha dan
Riechmann (dalam Uzuntiryaki, 2007) mengenai jenis gaya belajar (learning
style) yang terdiri dari 6 jenis, yakni independent, avoidant, collaborative,
dependent, competitive dan participant.
50
Kemudian faktor internal yang kuat pada mahasiswa dalam meraih prestasi
akademik, yaitu penyesuaian diri di perguruan tinggi. Penyesuaian ini adalah
kemampuan mahasiswa dalam membentuk dirinya di lingkungan yang baru (dari
lingkungan sekolah ke lingkungan kampus). Penyesuaian ini sangat diperlukan
karena penyesuaian yang baik akan memudahkan mahasiswa tersebut
bereksplorasi dan mencari serta mendapatkan informasi atau materi dalam mata
kuliah tertentu, dengan demikian memungkinkan mahasiswa meraih prestasi
akademik yang tinggi. Seperti dalam penelitian Abdullah, Elias, Mahyuddin dan
Uli (dalam Calaguas, 2011) penyesuaian akademik memainkan peran penting
dalam retensi perguruan tinggi dan kesuksesan. Ada lagi sebuah penelitian yang
sama dilakukan pada mahasiswa tahun pertama di Afrika Selatan juga ditemukan
positif, yakni penyesuaian diri di perguruan tinggi secara signifikan positif
berpengaruh terhadap prestasi akademik. Aspek-aspek penyesuaian diri di
perguruan tinggi juga sangat penting bagi mahasiswa, ketika mereka membuat
transisi dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi (Baker dalam Fowler,
2010). Penelitian yang dilakukan oleh Baker, Siryk, Dahmus, Bernardin dan
Sennett (dalam Fowler, 2010) mengungkapkan bahwa penyesuaian akademik
merupakan salah satu aspek yang terbukti paling kuat memprediksi kinerja
akademik perguruan tinggi di Inggris. Seperti yang diungkapkan oleh Baker dan
Siryk (dalam Otlu, 2010), yang menyebutkan bahwa penyesuaian diri di
perguruan tinggi memiliki empat dimensi penting, yakni academic adjustment,
social adjustment, personal-emotional adjustment dan goal-commitment
institutional attachment.
51
Selain motivasi akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri di perguruan
tinggi, peneliti juga akan melihat variabel demografi atau faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa, yaitu jalur penerimaan
mahasiswa baru seperti PTAIN, SBMPTN, SNMPTN, dan SPMB Mandiri.
Peneliti akan menguji apakah keempat jalur tersebut secara signifikan
berpengaruh terhadap prestasi akademik.
Pada penelitian ini, faktor motivasi akademik, gaya belajar dan
penyesuaian diri di perguruan tinggi dipilih sebagai faktor internal individu untuk
memprediksi seberapa besar pengaruhnya terhadap prestasi akademik. Begitupula
dengan variabel demografi, yakni jalur penerimaan mahasiswa baru, faktor ini
dipilih sebagai faktor eksternal individu yang akan memprediksi jalur mana yang
paling berkontribusi terhadap prestasi akademik. Dengan motivasi akademik, gaya
belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi yang kuat pada diri mahasiswa,
serta jalur penerimanaan mahasiswa baru maka dapat diprediksi akan mampu
meningkatkan prestasi akademik mahasiwa.
52
Secara singkat kerangka berpikir penelitian ini dapat diilustrasikan sebagai
berikut:
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berpikir
Motivasi Akademik
Prestasi Akademik
Gaya Belajar
Jalur Penerimaan Mahasiswa Baru
Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi
3. Amotivation
2. Intrinsic Motivation
1. Extrinsic Motivation
6. Participant
5. Competitive
4. Dependent
3. Collaborative
2. Avoidant
1. Independent
4. Goal-Commitment
Institutional Attachment
3. Personal-Emotional
Adjustment
2. Social Adjustment
1. Academic Adjustment
53
Berdasarkan gambar 2.1, peneliti ingin mencari pengaruh motivasi
akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi terhadap prestasi
akademik. Selanjutnya peneliti ingin mencari pengaruh dimensi-dimensi motivasi
akademik yang terdiri dari extrinsic motivation, intrinsic motivation dan
amotivation terhadap prestasi akademik. Kemudian jenis-jenis gaya belajar yang
terdiri dari dari independent, avoidant, collaborative, dependent, competitive dan
participant terhadap prestasi akademik. Lalu dimensi-dimensi penyesuaian diri di
perguruan tinggi yang terdiri dari academic adjustment, social adjustment,
personal-emotional adjustment dan goal-commitment institutional attachment
terhadap prestasi akademik. Terakhir yaitu jalur penerimaan mahasiswa baru.
2.6. Hipotesis Penelitian
Penelitian ini diuji dengan analisis statistik, maka hipotesis yang akan diuji adalah
hipotesis alternatif yang terdiri dari hipotesis mayor dan minor, yaitu:
2.6.1. Hipotesis Mayor
Ha : Ada pengaruh yang signifikan variabel motivasi akademik (extrinsic
motivation, intrinsic motivation dan amotivation), gaya belajar
(independent, avoidant, collaborative, dependent, competitive dan
participant), penyesuaian diri di perguruan tinggi (academic adjustment,
social adjustment, personal-emotional adjustment dan goal-commitment
institutional attachment) dan jalur penerimaan mahasiswa baru terhadap
prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN
Jakarta.
54
2.6.2. Hipotesis Minor
Ha1: Ada pengaruh yang signifikan dimensi extrinsic motivation pada variabel
motivasi akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama
Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
Ha2: Ada pengaruh yang signifikan dimensi intrinsic motivation pada variabel
motivasi akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama
Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
Ha3: Ada pengaruh yang signifikan dimensi amotivation pada variabel motivasi
akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas
Psikologi UIN Jakarta.
Ha4: Ada pengaruh yang signifikan jenis independent pada variabel gaya
belajar terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas
Psikologi UIN Jakarta.
Ha5: Ada pengaruh yang signifikan jenis avoidant pada variabel gaya belajar
terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi
UIN Jakarta.
Ha6: Ada pengaruh yang signifikan jenis collaborative pada variabel gaya
belajar terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas
Psikologi UIN Jakarta.
Ha7: Ada pengaruh yang signifikan jenis dependent pada variabel gaya belajar
terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi
UIN Jakarta.
55
Ha8: Ada pengaruh yang signifikan jenis competitive pada variabel gaya belajar
terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi
UIN Jakarta.
Ha9: Ada pengaruh yang signifikan jenis participant pada variabel gaya belajar
terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi
UIN Jakarta.
Ha10: Ada pengaruh yang signifikan dimensi academic adjustment pada variabel
penyesuaian diri di perguruan tinggi terhadap prestasi akademik
mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
Ha11: Ada pengaruh yang signifikan dimensi social adjustment pada variabel
penyesuaian diri di perguruan tinggi terhadap prestasi akademik
mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
Ha12: Ada pengaruh yang signifikan dimensi personal-emotional adjustment
pada variabel penyesuaian diri di perguruan tinggi terhadap prestasi
akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
Ha13: Ada pengaruh yang signifikan dimensi goal-commitment institutional
attachment pada variabel penyesuaian diri di perguruan tinggi terhadap
prestasi akademik mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi UIN
Jakarta.
Ha14: Ada pengaruh yang signifikan jalur penerimaan mahasiswa baru pada
variabel demografi terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama
Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
56
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester 2 Fakultas
Psikologi UIN Jakarta tahun akademik 2013/2014 yang berjumlah149 orang.
3.1.2. Sampel Penelitian
Jumlah sampel penelitian yang akan peneliti gunakan adalah seluruh mahasiswa
semester 2 Fakultas Psikologi UIN Jakarta tahun akademik 2013/2014, sebanyak
149 orang.
3.1.3. Teknik Pengambilan Sampel
Dari populasi sebanyak 149 mahasiswa, peneliti menetapkan seluruh jumlah
mahasiswa dalam populasi tersebut untuk dijadikan sampel atau disebut juga
dengan total sampling (Supranto, 2000). Penetapan jumlah sampel tersebut
disesuaikan dengan kemampuan peneliti berdasarkan beberapa pertimbangan,
yaitu semakin banyak sampel maka data yang dihasilkan akan semakin baik.
Selain itu, peneliti juga mempertimbangkan dari segi waktu, biaya dan tenaga
yang memungkinkan untuk melakukan penelitian dengan sampel sebanyak 149
mahasiswa.
57
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.2.1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Prestasi Akademik
2. Extrinsic Motivation
3. Intrinsic Motivation
4. Amotivation
5. Independent
6. Avoidant
7. Collaborative
8. Dependent
9. Competitive
10. Participant
11. Academic Adjustment
12. Social Adjustment
13. Personal-Emotional Adjustment
14. Goal-Commitment Institutional Attachment
15. Jalur Penerimaan Mahasiswa Baru
Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah
motivasi akademik (extrinsic motivation, intrinsic motivation dan amotivation),
gaya belajar (independent, avoidant, collaborative, dependent, competitive dan
participant), penyesuaian diri di perguruan tinggi (academic adjustment, social
adjustment, personal-emotional adjustment dan goal-commitment institutional
attachment), dan jalur penerimaan mahasiswa baru. Sedangkan yang menjadi
variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah prestasi
akademik.
3.2.2. Definisi Operasional Variabel
Untuk dapat mengukur konsep-konsep dalam penelitian ini, diperlukan definisi
operasional dari setiap variabel untuk mengoperasionalkan konsep tersebut
58
dengan cara menetapkan rincian indikator variabel dalam penelitian. Definisi
operasionalnya adalah sebagai berikut:
1. Prestasi akademik merujuk kepada kinerja belajar seseorang yang pada
umumnya ditunjukan dalam bentuk nilai rata-rata yang diperoleh. Nilai rata-
rata selanjutnya dimunculkan (diantaranya) dalam bentuk indeks prestasi
(Latipah, 2010). Peneliti memakai indeks prestasi semester satu.
2. Motivasi akademik merupakan suatu hasrat atau dorongan seseorang dalam
memperoleh sesuatu yang ingin diraih untuk tercapainya suatu tujuan tertentu
pada bidang akademiknya, yang diukur dengan menggunakan Academic
Motivation Scales (AMS) berdasarkan tiga dimensi motivasi akademik, yaitu
extrinsic motivation, intrinsic motivation dan amotivation (Deci & Ryan
dalam Ayub, 2010).
3. Gaya belajar merupakan preferensi seseorang dalam berpikir dan berinteraksi
dengan mahasiswa lainnya di dalam lingkungan kelas dan pengalaman yang
berbeda, yang diukur dengan menggunakan The Grasha-Riechmann Student
Learning Style Scales (GRSLSS) berdasarkan enam jenis gaya belajar, yaitu
independent, avoidant, collaborative, dependent, competitive dan participant
(Grasha & Riechmann dalam Uzuntiryaki, 2007).
4. Penyesuaian diri di perguruan tinggi merupakan sebuah bentuk usaha pada
seorang individu dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan kampus
atau perguruan tinggi untuk terciptanya keselarasan dalam proses belajar atau
perkuliahan, yang diukur dengan menggunakan The Student Adaptation to
College Questionnaire (SACQ) berdasarkan empat dimensi penyesuaian diri
59
di perguruan tinggi, meliputi academic adjustment, social adjustment,
personal-emotional adjustment dan goal-commitment institutional attachment
(Baker & Siryk dalam Otlu, 2010).
5. Jalur penerimaan mahasiswa baru adalah perbedaan jenis seleksi masuk
perguruan tinggi yang pengklasifikasiannya dibedakan menjadi empat jalur,
yaitu PTAIN, SBMPTN, SNMPTN dan SPMB Mandiri.
3.3. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner dalam bentuk skala likert. Untuk setiap pernyataan yang diberikan,
responden diharuskan memilih salah satu jawaban yang paling menggambarkan
dirinya. Responden menanggapi sebuah pernyataan yang menggunakan taraf
kesetujuan (favourable) atau ketidaksetujuan (unfavourable) dengan empat
kategori jawaban. Jawaban dari setiap instrumen ini memiliki gradasi dari
tertinggi (sangat positif) sampai terendah (sangat negatif), dengan 4 kategori
jawaban, yaitu “Sangat Sesuai” (SS), “Sesuai” (S), “Tidak Sesuai” (TS), “Sangat
Tidak Sesuai” (STS).
Skala 4 (empat) dipilih untuk menghindari terjadinya pemusatan (cental
tendency) atau menghindari respon ditengah-tengah (netral), yang dikhawatirkan
tidak akan menggambarkan keadaan responden yang sebenarnya. Masing-masing
alternatif jawaban menunjukkan kesesuaian yang diberikan dengan keadaan yang
dirasakan responden.
60
Setiap kategori diberikan skor tertentu, seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Skoring Model Skala Likert
Pilihan Pernyataan
Favourable
(F)
Unfavourable
(UF)
Sangat sesuai 4 1
Sesuai 3 2
Tidak sesuai 2 3
Sangat tidak sesuai 1 4
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian dirumuskan dalam
tabel berikut ini:
Tabel 3.2
Teknik Pengumpulan Data
Variabel Penelitian Alat Pengumpulan Data
Prestasi Akademik Nilai IP semester satu mahasiswa
angkatan 2013
Motivasi Akademik Academic Motivation Scale
(AMS)
Gaya Belajar The Grasha-Riechmann Student
Learning Style Scale (GRSLSS)
Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi The Student Adaptation to College
Questionnaire (SACQ)
Jalur Penerimaan Mahasiswa Baru Kuesioner
Berdasarkan tabel 3.2. pada teknik pengumpulan data, instrumen dalam
bentuk skala yang akan dipakai sebagai alat ukur utama dalam mengukur prestasi
akademik, yaitu: skala motivasi akademik, skala gaya belajar, dan skala
penyesuaian diri di perguruan tinggi.
3.3.1. Skala Motivasi Akademik
Instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk mengukur motivasi akademik
adalah modifikasi dari alat ukur yang dibuat oleh Vallerand (dalam
61
Areepattamannil, 2011) yaitu Academic Motivation Scale (AMS). Instrumen ini
mengukur tiga dimensi motivasi akademik, yaitu extrinsic motivation, intrinsic
motivation dan amotivation. Instrumen ini memiliki item sebanyak 28 item
kuesioner. Terdiri dari 12 item yang mengukur dimensi extrinsic motivation, 12
item mengukur dimensi intrinsic motivation, dan 4 item mengukur dimensi
amotivation.
Proses yang dilakukan oleh peneliti dalam mengadaptasi Academic
Motivation Scale ini, sebagai berikut:
1. Instrumen asli yang peneliti adaptasi menggunakan bahasa Inggris,
kemudian penulis menggunakan mesin penerjemah (google translator)
untuk menerjemahkan instrumen tersebut ke dalam bahasa Indonesia.
Setelah itu peneliti meminta beberapa rekan yang ahli bahasa Inggris dan
ahli bahasa Indonesia untuk memeriksa kembali instrumen yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini bertujuan agar tidak
terjadi salah penafsiran terhadap responden dalam menjawab instrumen
tersebut.
2. Peneliti melakukan modifikasi pada skala model likert, dimana pada skala
aslinya menggunakan skala model likert dengan rentangan tujuh poin
dimodifikasi menjadi rentang skala empat poin, yaitu dari “4” (sangat
sesuai), “3” (sesuai), “2” (tidak sesuai) dan “1” (sangat tidak sesuai). Hal
tersebut bertujuan untuk mempermudah subjek penelitian dalam merespon
item. Banyaknya alternatif pilihan jawaban yang ada akan mempersulit
subjek penelitian dalam menentukan respon jawaban dari item.
62
Adapun pembagian item-item tiap dimensi dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Blue Print Academic Motivation Scale (AMS)
No. Dimensi Sub-Dimensi
Indikator
Nomor
Item (F)
Jumlah
1 Extrinsic
Motivation
External Regulation
Introjection
Identification
Motivasi untuk
mendapat imbalan
Motivasi untuk
kehidupan yang baik
Motivasi untuk
menunjukkan diri
Motivasi untuk
persiapan dan
peningkatan karir
pribadi
1,8,22 3
15 1
7,14,21,28 4
3,10,17,24 4
2
Intrinsic
Motivation
Intrinsic motivation
to know
Motivasi dalam hal-hal
baru
Motivasi untuk hal
yang menarik
2,9
16,23
2
2
Intrinsic motivation
toward
accomplishments
Intrinsic Motivation
to Experience
Stimulation
Motivasi untuk
berprestasi
Motivasi untuk
kompeten
Motivasi untuk
penyaluran diri
Motivasi sensasi dari
suatu yang menarik
13 1
6,20,27 3
4,11,18 3
25 1
3
Amotivation
Powerlessness
Memiliki perasaan
tidak mampu
5,12,19,26 4
Total Item 28
63
3.3.2. Skala Gaya Belajar
Instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk mengukur gaya belajar adalah
modifikasi dari alat ukur yang dikembangkan oleh Grasha dan Riechmann (1989)
yaitu The Grasha-Riechmann Student Learning Style Scale (GRSLSS). Instrumen
ini mengukur enam jenis gaya belajar, yaitu independent, avoidant, collaborative,
dependent, competitive dan participant. Instrumen ini memiliki item sebanyak 60
item kuesioner. Terdiri dari 10 item yang mengukur jenis independent, 10 item
mengukur jenis avoidant, 10 item mengukur jenis collaborative, 10 item
mengukur jenis dependent, 10 item mengukur jenis competitive, dan 10 item
mengukur jenis participant.
Proses yang dilakukan oleh peneliti dalam mengadaptasi The Grasha-
Riechmann Student Learning Style Scale ini, sebagai berikut:
1. Peneliti menggunakan mesin penerjemah (google translator) untuk
menerjemahkan instrumen asli yang sebelumnya menggunakan bahasa
Inggris. Setelah itu, instumen tersebut peneliti diskusikan kepada beberapa
rekan yang ahli bahasa Indonesia dan ahli bahasa Inggris untuk memeriksa
kembali instrumen yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hal
ini bertujuan untuk mencegah terjadinya salah tafsir terhadap responden
dalam menjawab pertanyaan dalam instrumen ini.
2. Peneliti melakukan modifikasi pada skala model likert, dimana pada skala
aslinya menggunakan skala model likert dengan rentangan lima poin
dimodifikasi menjadi rentang skala empat poin, yaitu dari “4” (sangat
sesuai), “3” (sesuai), “2” (tidak sesuai) dan “1” (sangat tidak sesuai). Hal
64
tersebut bertujuan untuk mempermudah subjek penelitian dalam merespon
item. Banyaknya alternatif pilihan jawaban yang ada akan mempersulit
subjek penelitian dalam menentukan respon jawaban dari item.
Adapun pembagian item-item tiap jenis dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4
Blue Print The Grasha-Riechmann Student Learning Style Scale (GRSLSS) No. Dimensi Indikator Nomor Item (F) Jumlah
1 Independent Percaya pada kemampuan diri 1,7,25,31,37,43,55 7
Bekerja mandiri 19,49 2
Memilih materi yang penting 13 1
2 Avoidant Tidak antusias di dalam kelas 2,8,14,20,32,44,50,56 8
Kesulitan dalam perkuliahan 26,38 2
3 Collaborative Berbagi ide 9,15,21,33 4
Senang bekerja sama 3,27,45,51 4
Berpartisipasi dalam kelompok 39,57 2
4 Dependent Bergantung pada pengajar 10,16,34,40,52,58 6
Belajar sesuai aturan 4,22,28,46 4
5 Competitive Bersaing memperoleh sesuatu 5,11,17,47 4
Egois dalam bersaing 23,29,35,41,53,59 6
6 Participant Antusias dengan perkuliahan 6,12,18,24,30,36,60 7
Antusias dengan tugas 42,48,54 3
Total Item 60
3.3.3. Skala Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi
Instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk mengukur gaya belajar adalah
modifikasi dari alat ukur yang dikembangkan oleh Baker dan Siryk (1989) yaitu
The Student Adaptation to College Questionnaire (SACQ). Instrumen ini
65
mengukur empat dimensi penyesuaian diri di perguruan tinggi, yaitu academic
adjustment, social adjustment, personal-emotional adjustment dan goal-
commitment institutional attachment. Instrumen ini memiliki item sebanyak 67
item kuesioner. Terdiri dari 24 item yang mengukur dimensi academic
adjustment, 20 item mengukur dimensi social adjustment, 15 item mengukur
dimensi personal-emotional adjustment, dan 8 item mengukur dimensi goal-
commitment institutional attachment
Proses yang dilakukan oleh peneliti dalam mengadaptasi The Student
Adaptation to College Questionnaire ini, sebagai berikut:
1. Instrumen asli peneliti terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan mesin penerjemah (google translator), yang sebelumnya
menggunakan bahasa Inggris. Kemudian peneliti memeriksa kembali
instrumen yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
bantuan rekan yang ahli bahasa Indonesia dan Inggris. Hal ini bertujuan agar
instrumen tersebut tidak menjadi salah tafsir terhadap responden dalam
menjawab.
2. Peneliti melakukan modifikasi pada skala model likert, dimana pada skala
aslinya menggunakan skala model likert dengan rentangan sembilan poin
dimodifikasi menjadi rentang skala empat poin, yaitu dari “4” (sangat
sesuai), “3” (sesuai), “2” (tidak sesuai) dan “1” (sangat tidak sesuai). Hal
tersebut bertujuan untuk mempermudah subjek penelitian dalam merespon
item. Banyaknya alternatif pilihan jawaban yang ada akan mempersulit
subjek penelitian dalam menentukan respon jawaban dari item.
66
Adapun pembagian item-item tiap dimensi dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5
Blue Print The Student Adaptation to College Questionnaire (SACQ) No. Dimensi Sub-Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah
F UF
1 Academic
Adjustment
Motivation Memiliki tujuan
akademik
5,19,23,50 4
Tidak Relevan
dengan tujuan
akademik
32,58 2
Application Respek dengan
kegiatan akademik
3,44 2
Tidak perduli dengan
kegiatan akademik
17,29 2
Performance Kinerja baik pada
kegiatan akademik
6,13,27 3
Kinerja buruk pada
kegiatan akademik
10,21,25,
39,41,52 6
Academic
Environment
Kepuasan pada
lingkungan akademik
36,43,54,
62,66 5
2 Social
Adjustment
General Dapat menyesuaikan
lingkungan
1,8,9,18,37
,46,65
7
Other People Memiliki kontak
yang baik di kampus
4,14,33,63 4
Kesulitan bergaul 42,48,56 3
Nostalgia Rasa rindu di rumah 22,51,57 3
Social
Environment
Kepuasan pada
kegiatan akademik
16,26,30 3
3 Personal-
Emotional
Adjustment
Psychological Dapat mengendalikan
kecemasan
31 1
Kecemasan di dalam
kampus 2,7,12,20
,38,45,49
,64
8
Physical Merasakan manfaat
fisik
24,55 2
Merasakan kelelahan
fisik 11,28,35,
40 4
4 Goal-
Commitment
Institutional
Attachment
General Kelekatan terhadap
perguruan tinggi
67,15 2
Merasakan jenuh
pada perguruan tinggi
60,61 2
This College Harapan baik di
perguruan tinggi
53,47 2
Memilih ke
perguruan tinggi lain
34,59 2
Total Item 67
67
3.4. Uji Validitas Konstruk
Sebelum melakukan analisis data, peneliti terlebih dulu melakukan uji validitas
terhadap tiga instrumen yang digunakan, yaitu skala motivasi akademik, skala
gaya belajar, dan skala penyesuaian diri di perguruan tinggi. Untuk menguji
validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan software Lisrel 8.70. Adapun
langkah-langkah logika CFA menurut Umar (2012):
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
secara operasional sehingga dapat disusun pernyataan untuk mengukurnya.
Kemampuan ini disebut faktor sedangkan pengukuran terhadap faktor ini
dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu item saja, begitupun subskala
hanya mengukur satu faktor juga, artinya setiap item maupun subtes bersifat
unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.
Matriks korelasi disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks
dari data empiris yang disebut matrik S. Jika teori tersebut itu benar
(unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks S atau
bisa juga dinyatakan ∑ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi
square. Jika chi square tidak signifikan P > 0.05 maka hipotesis nihil tersebut
68
“tidak ditolak”. Artinya teori unidimensional tersebut dapat diterima bahwa
item ataupun subtes instrumen hanya mengukur satu faktor saja.
5. Adapun dalam memodifikasi model pengukuran dilakukan dengan cara
membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Hal ini
terjadi ketika suatu item mengukur selain faktor yang hendak diukur. Setelah
beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan untuk saling berkorelasi, maka
akan diperoleh model yang fit, maka model terakhir inilah yang akan
digunakan pada langkah selanjutnya.
6. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-value. Jika
hasil t-value tidak signifikan (t<1.96) maka item tersebut tidak signifikan
dalam mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian
didrop dan sebaliknya.
7. Selain itu apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus didrop. Sebab hal ini tidak sesuai
dengan sifat item yang bersifat positif.
8. Setelah mendapatkan item dengan muatan faktor signifikan (t>1.96) dan
positif, selanjutnya item-item signifikan dan positif diolah untuk didapatkan
faktor skornya. Adapun skor faktor diitung untuk menghindari estimasi bias
dari kesalahan pengukuran. Untuk kemudahan di dalam penafsiran hasil
analisis maka penulis mentransformasikan faktor skor yang diukur dalam
skala baku (Z score) menjadi Tscore yang memiliki mean = 50 dan standar
69
deviasi (SD) = 10 sehingga tidak ada responden yang mendapat skor negatif.
Adapun rumus T score adalah:
T score = (10 x skor faktor) + 50
3.4.1. Uji Validitas Konstruk Motivasi Akademik
a. Extrinsic Motivation
Peneliti menguji apakah dua belas item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar mengukur satu faktor atau tidak. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square
= 346.28, df = 54, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.191. Namun, setelah dilakukan
modifikasi terhadap model dengan kesalahan pengukuran pada beberapa item
yang dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1
Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Extrinsic Motivation
70
Berdasarkan gambar 3.1, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 41.10,
df = 30, P-value = 0.08524, RMSEA = 0.050. Karena P-value telah menghasilkan
nilai > 0.05 (signifikan) maka dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat
diterima, dan bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu extrinsic
motivation.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
diikutsertakan dalam analisis selanjutnya atau tidak (didrop). Maka dilakukan
pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Extrinsic Motivation No item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
1 0.32 0.08 4.10 V
3 0.63 0.07 8.40 V
7 0.72 0.07 10.00 V
8 0.65 0.07 8.95 V
10 0.51 0.08 6.36 V
14 0.81 0.07 11.60 V
15 0.79 0.07 11.26 V
17 0.86 0.07 12.25 V
21 0.41 0.08 4.98 V
22 0.50 0.08 6.15 V
24 0.68 0.07 9.45 V
28 0.72 0.07 10.09 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Dari tabel 3.6, dengan melihat bagian koefisien, diketahui bahwa seluruh
item memiliki koefisien muatan faktor yang positif. Kemudian pada bagian nilai t,
item 1, 3, 7, 8, 10, 14, 15, 17, 21, 22, 24 dan 28 signifikan, karena nilai t > 1.96.
Kemudian peneliti akan mencari apakah ada item yang mengukur selain
hal yang harus diukur, dengan cara melihat apakah tiap item berkorelasi dengan
71
item lain. Item yang bagus adalah item yang tidak memiliki kesalahan
pengukuran, dengan kata lain setiap item tidak berkorelasi satu sama lain.
Sedangkan item yang tidak bagus memiliki korelasi dengan item lainnya dan akan
didrop. Pada penelitian ini, item yang didrop adalah item yang memiliki korelasi
lebih dari tiga saja, seperti pada tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7
Matriks Korelasi antar Kesalahan pengukuran dari Extrinsic Motivation 1 3 7 8 10 14 15 17 21 22 24 28
1 1 X X X X
3 1 X X X X
7 1 X X X
8 1 X X X
10 1 X X X
14 1 X X X
15 1 X X
17 1
21 1 X X
22 1
24 1
28 1
Tanda X menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Pada tabel 3.7, ada empat item yang berkorelasi lebih dari tiga, yakni item
1, 3, 22 dan 28. Selain keempat item tersebut, tidak ada yang berkorelasi lebih
dari tiga dengan item lain. Dengan demikian berdasarkan hasil uji hipotesis nihil
dan korelasi kesalahan pengukuran, maka ada empat item dari dimensi extrinsic
motivation yang didrop, yakni item 1, 3, 22, dan 28. Selain item yang didrop dari
dimensi extrinsic motivation, dapat diikutsertakan pada analisis selanjutnya yaitu
penentuan skor faktor.
Analisis selanjutnya yaitu penentuan skor faktor. Skor faktor (true score)
dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Jadi
penghitungan skor faktor ini tidak menjumlahkan item-item variabel seperti pada
umumnya, tetapi dihitung true score pada tiap instrumen. Skor faktor yang
72
dianalisis adalah skor faktor yang bermuatan positif dan signifikan. Adapun
rumus T Score yaitu:
Tscore = (10 x skor faktor) + 50
Setelah didapatkan skor faktor yang telah dirubah menjadi T score, nilai
baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Perlu
dicatat, bahwa hal yang sama juga berlaku untuk semua variabel pada penelitian
ini.
b. Intrinsic Motivation
Peneliti menguji apakah dua belas item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar mengukur satu faktor atau tidak. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square
= 277.00, df = 54, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.167. Namun, setelah dilakukan
modifikasi terhadap model dengan kesalahan pengukuran pada beberapa item
yang dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
gambar 3.2 berikut.
Gambar 3.2
Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Intrinsic Motivation
73
Berdasarkan gambar 3.2, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 50.32,
df = 39, P-value = 0.10575, RMSEA = 0.044. Karena P-value telah menghasilkan
nilai > 0.05 (signifikan) maka dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat
diterima, dan bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu intrinsic
motivation.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
diikutsertakan dalam analisis selanjutnya atau tidak (didrop). Maka dilakukan
pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Intrinsic Motivation No item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
2 0.72 0.07 9.72 V
4 0.62 0.08 7.99 V
6 0.61 0.08 7.80 V
9 0.40 0.08 4.71 V
11 0.69 0.07 9.35 V
13 0.55 0.08 6.86 V
16 0.66 0.08 8.79 V
18 0.63 0.08 7.86 V
20 0.67 0.08 8.72 V
23 0.85 0.07 12.53 V
25 0.64 0.08 8.57 V
27 0.47 0.08 5.82 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Dari tabel 3.8, dengan melihat bagian koefisien, diketahui bahwa seluruh
item memiliki koefisien muatan faktor yang positif. Kemudian pada bagian nilai t,
item 2, 4, 6, 9, 11, 13, 16, 18, 20, 23, 25 dan 27 signifikan, karena nilai t > 1.96.
Kemudian peneliti akan mencari apakah ada item yang mengukur selain
hal yang harus diukur, dengan cara melihat apakah tiap item berkorelasi dengan
74
item lain. Item yang bagus adalah item yang tidak memiliki kesalahan
pengukuran, dengan kata lain setiap item tidak berkorelasi satu sama lain.
Sedangkan item yang tidak bagus memiliki korelasi dengan item lainnya dan akan
didrop. Pada penelitian ini, item yang didrop adalah item yang memiliki korelasi
lebih dari tiga saja, seperti pada tabel 3.9 berikut.
Tabel 3.9
Matriks Korelasi antar Kesalahan pengukuran dari Intrinsic Motivation 2 4 6 9 11 13 16 18 20 23 25 27
2 1 X X X X X
4 1 X X X
6 1 X X X
9 1 X
11 1
13 1 X
16 1 X
18 1
20 1 X
23 1
25 1
27 1
Tanda X menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Pada tabel 3.9, hanya ada satu item yang berkorelasi lebih dari tiga, yaitu
item 2. Selain item 2, tidak ada yang berkorelasi lebih dari tiga dengan item lain.
Dengan demikian berdasarkan hasil uji hipotesis nihil dan korelasi kesalahan
pengukuran, maka hanya ada satu item dari dimensi intrinsic motivation yang
didrop, yakni item 2. Selain item yang didrop dari dimensi intrinsic motivation,
dapat diikutsertakan pada analisis selanjutnya yaitu penentuan skor faktor.
c. Amotivation
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar mengukur satu faktor atau tidak. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square
= 30.48, df = 2, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.310. Namun, setelah dilakukan
75
modifikasi terhadap model dengan kesalahan pengukuran pada beberapa item
yang dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
gambar 3.3 berikut.
Gambar 3.3
Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Amotivation
Berdasarkan gambar 3.3, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 0.00, df
= 0, P-value = 1.00000, RMSEA = 0.000. Karena P-value telah menghasilkan
nilai > 0.05 (signifikan) maka dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat
diterima, dan bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu amotivation.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
diikutsertakan dalam analisis selanjutnya atau tidak (didrop). Maka dilakukan
pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.10 berikut.
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Amotivation No item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
5 1.12 0.10 10.90 V
12 0.53 0.08 6.39 V
19 0.77 0.08 9.21 V
26 0.95 0.08 11.29 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
76
Dari tabel 3.10, dengan melihat bagian koefisien, diketahui bahwa seluruh
item memiliki koefisien muatan faktor yang positif. Kemudian pada bagian nilai t,
item 5, 12, 19 dan 26 signifikan karena nilai t > 1.96.
Kemudian peneliti akan mencari apakah ada item yang mengukur selain
hal yang harus diukur, dengan cara melihat apakah tiap item berkorelasi dengan
item lain. Item yang bagus adalah item yang tidak memiliki kesalahan
pengukuran, dengan kata lain setiap item tidak berkorelasi satu sama lain.
Sedangkan item yang tidak bagus memiliki korelasi dengan item lainnya dan akan
didrop. Pada penelitian ini, item yang didrop adalah item yang memiliki korelasi
lebih dari tiga saja, seperti pada tabel 3.11 berikut.
Tabel 3.11
Matriks Korelasi antar Kesalahan pengukuran dari Amotivation 5 12 19 26
5 1 X X
12 1
19 1
26 1
Tanda X menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Pada tabel 3.11, tidak ada item yang berkorelasi lebih dari tiga dengan
item lain, berarti seluruh item bagus dan sudah valid. Dengan demikian
berdasarkan hasil uji hipotesis nihil dan korelasi kesalahan pengukuran, maka
seluruh item akan dipakai untuk analisis selanjutnya yaitu penentuan skor faktor
dari dimensi amotivation, yakni item 5, 12, 19 dan 26.
3.4.2. Uji Validitas Konstruk Gaya Belajar
a. Independent
Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar mengukur satu faktor atau tidak. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square
77
= 187.27, df = 35, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.171. Namun, setelah dilakukan
modifikasi terhadap model dengan kesalahan pengukuran pada beberapa item
yang dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
gambar 3.4 berikut.
Gambar 3.4
Analisis Faktor Konfirmatorik dari Jenis Independent
Berdasarkan gambar 3.4, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 31.41,
df = 24, P-value = 0.14225, RMSEA = 0.046. Karena P-value telah menghasilkan
nilai > 0.05 (signifikan) maka dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat
diterima, dan bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu independent.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
diikutsertakan dalam analisis selanjutnya atau tidak (didrop). Maka dilakukan
pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.12 berikut.
78
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Independent No item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
1 0.68 0.08 8.85 V
7 0.58 0.08 7.33 V
13 0.50 0.08 6.09 V
19 0.41 0.09 4.73 V
25 0.73 0.07 9.90 V
31 0.85 0.07 12.04 V
37 0.22 0.09 2.62 V
43 0.67 0.08 8.78 V
49 0.23 0.09 2.60 V
55 0.29 0.09 3.31 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Dari tabel 3.12, dengan melihat bagian koefisien, diketahui bahwa seluruh
item memiliki koefisien muatan faktor yang positif. Kemudian pada bagian nilai t,
item 1, 7, 13, 19, 25, 31, 37, 43, 49 dan 55 signifikan, karena nilai t > 1.96.
Kemudian peneliti akan mencari apakah ada item yang mengukur selain
hal yang harus diukur, dengan cara melihat apakah tiap item berkorelasi dengan
item lain. Item yang bagus adalah item yang tidak memiliki kesalahan
pengukuran, dengan kata lain setiap item tidak berkorelasi satu sama lain.
Sedangkan item yang tidak bagus memiliki korelasi dengan item lainnya dan akan
didrop. Pada penelitian ini, item yang didrop adalah item yang memiliki korelasi
lebih dari tiga saja, seperti pada tabel 3.13 berikut.
Tabel 3.13
Matriks Korelasi antar Kesalahan pengukuran dari Independent 1 7 13 19 25 31 37 43 49 55
1 1 X
7 1 X X
13 1 X
19 1 X X
25 1 X X
31 1 X
37 1 X
43 1
49 1 X
55 1
Tanda X menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
79
Pada tabel 3.13, ada dua item yang berkorelasi lebih dari tiga, yaitu item
37 dan 55. Selain kedua item tersebut, tidak ada yang berkorelasi lebih dari tiga
dengan item lain. Dengan demikian berdasarkan hasil uji hipotesis nihil dan
korelasi kesalahan pengukuran, maka ada dua item dari jenis independent yang
didrop, yakni item 37 dan 55. Selain item yang didrop dari jenis independent,
dapat diikutsertakan pada analisis selanjutnya yaitu penentuan skor faktor.
b. Avoidant
Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar mengukur satu faktor atau tidak. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square
= 335.64, df = 35, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.241. Namun, setelah dilakukan
modifikasi terhadap model dengan kesalahan pengukuran pada beberapa item
yang dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
gambar 3.5 berikut.
Gambar 3.5
Analisis Faktor Konfirmatorik dari Jenis Avoidant
Berdasarkan gambar 3.5, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 27.02,
df = 18, P-value = 0.07860, RMSEA = 0.058. Karena P-value telah menghasilkan
80
nilai > 0.05 (signifikan) maka dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat
diterima, dan bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu avoidant.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
diikutsertakan dalam analisis selanjutnya atau tidak (didrop). Maka dilakukan
pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.14 berikut.
Tabel 3.14
Muatan Faktor Item Avoidant No item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
2 0.70 0.07 9.70 V
8 0.53 0.08 6.61 V
14 0.89 0.07 13.00 V
20 0.02 0.09 0.29 X
26 0.91 0.07 13.73 V
32 0.30 0.09 3.38 V
38 0.55 0.08 6.91 V
44 0.61 0.07 8.27 V
50 0.64 0.08 8.41 V
56 0.60 0.08 7.58 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Dari tabel 3.14, dengan melihat bagian koefisien, diketahui bahwa seluruh
item memiliki koefisien muatan faktor yang positif. Kemudian pada bagian nilai t,
item 2, 8, 14, 26, 32, 38, 44, 50 dan 56, signifikan, karena nilai t > 1.96.
Sedangkan item 20 tidak signifikan karena nilai t < 1.96. Maka item 20 akan
didrop.
Kemudian peneliti akan mencari apakah ada item yang mengukur selain
hal yang harus diukur, dengan cara melihat apakah tiap item berkorelasi dengan
item lain. Item yang bagus adalah item yang tidak memiliki kesalahan
pengukuran, dengan kata lain setiap item tidak berkorelasi satu sama lain.
81
Sedangkan item yang tidak bagus memiliki korelasi dengan item lainnya dan akan
didrop. Pada penelitian ini, item yang didrop adalah item yang memiliki korelasi
lebih dari tiga saja, seperti pada tabel 3.15 berikut.
Tabel 3.15
Matriks Korelasi antar Kesalahan pengukuran dari Avoidant 2 8 14 20 26 32 38 44 50 56
2 1 X X X
8 1 X X X X
14 1 X X
20 1 X X X
26 1 X X
32 1 X X
38 1 X
44 1
50 1
56 1
Tanda X menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Pada tabel 3.15, ada dua item yang berkorelasi lebih dari tiga, yaitu item 8
dan 32. Selain kedua item tersebut, tidak ada yang berkorelasi lebih dari tiga
dengan item lain. Dengan demikian, berdasarkan hasil uji hipotesis nihil dan
korelasi kesalahan pengukuran. Maka ada tiga item dari dimensi avoidant yang
didrop, yakni item 20 karena nilai t < 1.96 yang berarti tidak signifikan, kemudian
item 8 dan 32 karena item memiliki korelasi lebih dari tiga dengan item lain.
Selain item yang didrop dari dimensi avoidant, dapat diikutsertakan pada analisis
selanjutnya yaitu penentuan skor faktor.
c. Collaborative
Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar mengukur satu faktor atau tidak. Pada jenis ini, awalnya path diagram tidak
muncul. Setelah dibaca output dari CFA, ternyata item nomor 9 mengganggu
penghitungan CFA karena memiliki korelasi yang banyak dengan item lain.
Sehingga item nomor 9 didrop terlebih dahulu sebelum mencari model fit dari
82
jenis collaborative. Setelah didrop, path diagram dapat muncul, namun hanya
dengan sembilan item yang tersisa. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square = 218.77,
df = 27, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.219. Namun, setelah dilakukan
modifikasi terhadap model dengan kesalahan pengukuran pada beberapa item
yang dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
gambar 3.6 berikut.
Gambar 3.6 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Jenis Collaborative
Berdasarkan gambar 3.6, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 21.21,
df = 15, P-value = 0.13038, RMSEA = 0.053. Karena P-value telah menghasilkan
nilai > 0.05 (signifikan) maka dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat
diterima, dan bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu collaborative.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
diikutsertakan dalam analisis selanjutnya atau tidak (didrop). Maka dilakukan
pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
83
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.16 berikut.
Tabel 3.16
Muatan Faktor Item Collaborative No item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
3 0.46 0.08 5.74 V
9 - - - X
15 0.27 0.08 3.26 V
21 0.68 0.07 9.48 V
27 0.74 0.07 10.35 V
33 0.33 0.08 4.05 V
39 0.74 0.08 9.62 V
45 0.68 0.08 8.30 V
51 0.86 0.07 11.49 V
57 0.32 0.08 3.75 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Dari tabel 3.16, dengan melihat bagian koefisien, diketahui bahwa seluruh
item memiliki koefisien muatan faktor yang positif. Kemudian pada bagian nilai t,
item 3, 15, 21, 27, 33, 39, 45, 51 dan 57 signifikan, karena nilai t > 1.96.
Kemudian peneliti mencari item yang berkorelasi dengan item lain. Item
yang bagus adalah item yang tidak memiliki kesalahan pengukuran, dengan kata
lain setiap item tidak berkorelasi satu sama lain. Sedangkan item yang tidak bagus
memiliki korelasi dengan item lainnya dan akan didrop. Item yang didrop adalah
item yang memiliki korelasi lebih dari tiga saja, seperti pada tabel 3.17 berikut.
Tabel 3.17
Matriks Korelasi antar Kesalahan pengukuran dari Collaborative 3 15 21 27 33 39 45 51 57
3 1 X X X
15 1 X X X X
21 1
27 1 X
33 1 X
39 1 X
45 1 X
51 1 X
57 1
Tanda X menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
84
Pada tabel 3.17, hanya ada satu item yang berkorelasi lebih dari tiga, yaitu
item 15. Selain item 15, tidak ada yang berkorelasi lebih dari tiga dengan item
lain. Dengan demikian berdasarkan hasil uji hipotesis nihil dan korelasi kesalahan
pengukuran, maka ada dua item dari jenis collaborative yang didrop, yakni item 9
dan 15. Selain item yang didrop dari jenis collaborative, dapat diikutsertakan pada
analisis selanjutnya yaitu penentuan skor faktor.
d. Dependent
Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar mengukur satu faktor atau tidak. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square
= 346.01, df = 35, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.245. Namun, setelah dilakukan
modifikasi terhadap model dengan kesalahan pengukuran pada beberapa item
yang dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
gambar 3.7 berikut.
Gambar 3.7
Analisis Faktor Konfirmatorik dari Jenis Dependent
85
Berdasarkan gambar 3.7, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 27.49,
df = 20, P-value = 0.12193, RMSEA = 0.050. Karena P-value telah menghasilkan
nilai > 0.05 (signifikan) maka dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat
diterima, dan bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu dependent.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
diikutsertakan dalam analisis selanjutnya atau tidak (didrop). Maka dilakukan
pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.18 berikut.
Tabel 3.18
Muatan Faktor Item Dependent No item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
4 0.87 0.10 8.73 V
10 0.55 0.07 7.57 V
16 0.48 0.07 6.90 V
22 0.50 0.08 6.05 V
28 -0.07 0.05 -1.58 X
34 0.60 0.08 7.65 V
40 0.65 0.08 8.19 V
46 0.24 0.05 4.46 V
52 0.16 0.07 2.44 V
58 0.84 0.07 11.45 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Dari tabel 3.18, pada bagian koefisien, diketahui bahwa item 4, 10, 16, 22,
34, 40, 46, 52 dan 58, memiliki koefisien muatan faktor yang positif. Sedangkan
item 28 memiliki koefisien muatan faktor yang negatif. Kemudian pada bagian
nilai t, item 4, 10, 16, 22, 34, 40, 46, 52 dan 58 signifikan, karena nilai t > 1.96.
Sedangkan item 28 nilai t < 1.96, maka item 28 tidak signifikan.
Kemudian peneliti akan mencari apakah ada item yang mengukur selain
hal yang harus diukur, dengan cara melihat apakah tiap item berkorelasi dengan
86
item lain. Item yang bagus adalah item yang tidak memiliki kesalahan
pengukuran, dengan kata lain setiap item tidak berkorelasi satu sama lain.
Sedangkan item yang tidak bagus memiliki korelasi dengan item lainnya dan akan
didrop. Pada penelitian ini, item yang didrop adalah item yang memiliki korelasi
lebih dari tiga saja, seperti pada tabel 3.19 berikut.
Tabel 3.19
Matriks Korelasi antar Kesalahan pengukuran dari Dependent 4 10 16 22 28 34 40 46 52 58
4 1 X X X X
10 1 X
16 1 X X X X X
22 1 X X
28 1 X
34 1
40 1 X
46 1 X
52 1
58 1
Tanda X menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Pada tabel 3.19, terdapat tiga item yang berkorelasi lebih dari tiga, yaitu
item 4, 16 dan 52. Selain ketiga item tersebut, tidak ada yang berkorelasi lebih
dari tiga dengan item lain.Dengan demikian berdasarkan hasil uji hipotesis nihil
dan korelasi kesalahan pengukuran, maka ada empat item dari jenis dependent
yang didrop, yakni item 4, 16, 28 dan 52. Selain item yang didrop dari jenis
dependent, dapat diikutsertakan pada analisis selanjutnya yaitu penentuan skor
faktor.
e. Competitive
Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar mengukur satu faktor atau tidak. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square
= 311.87, df = 35, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.231. Namun, setelah dilakukan
87
modifikasi terhadap model dengan kesalahan pengukuran pada beberapa item
yang dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
gambar 3.8 berikut.
Gambar 3.8
Analisis Faktor Konfirmatorik dari Jenis Competitive
Berdasarkan gambar 3.8, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 34.25,
df = 23, P-value = 0.06158, RMSEA = 0.057. Karena P-value telah menghasilkan
nilai > 0.05 (signifikan) maka dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat
diterima, dan bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu competitive.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
diikutsertakan dalam analisis selanjutnya atau tidak (didrop). Maka dilakukan
pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
88
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.20 berikut.
Tabel 3.20
Muatan Faktor Item Competitive No item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
5 0.78 0.07 10.51 V
11 0.79 0.07 11.55 V
17 0.77 0.07 11.19 V
23 0.31 0.08 3.95 V
29 0.62 0.07 8.37 V
35 -0.03 0.09 -0.37 X
41 0.10 0.08 1.24 X
47 0.71 0.07 9.45 V
53 0.61 0.08 7.57 V
59 0.28 0.08 3.64 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Dari tabel 3.20, dengan melihat bagian koefisien, diketahui bahwa item 35
memiliki koefisien faktor yang negatif. Sedangkan item lain pada jenis
competitive, koefisien faktornya positif. Kemudian pada bagian nilai t, item 5, 11,
17, 23, 29, 47, 53 dan 59 signifikan, karena nilai t > 1.96. Sedangkan item 35 dan
41 tidak signifikan, karena nilai t < 1.96.
Kemudian peneliti akan mencari apakah ada item yang mengukur selain
hal yang harus diukur, dengan cara melihat apakah tiap item berkorelasi dengan
item lain. Item yang bagus adalah item yang tidak memiliki kesalahan
pengukuran, dengan kata lain setiap item tidak berkorelasi satu sama lain.
Sedangkan item yang tidak bagus memiliki korelasi dengan item lainnya dan akan
didrop. Pada penelitian ini, item yang didrop adalah item yang memiliki korelasi
lebih dari tiga saja, seperti pada tabel 3.21 berikut.
89
Tabel 3.21
Matriks Korelasi antar Kesalahan pengukuran dari Competitive 5 11 17 23 29 35 41 47 53 59
5 1 X X X
11 1 X
17 1 X X X
23 1 X
29 1 X X
35 1 X X
41 1
47 1
53 1
59 1
Tanda X menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Pada tabel 3.21, tidak ada item yang berkorelasi lebih dari tiga, yakni item
5, 11, 17, 23, 29, 35, 41, 47, 53 dan 59. Dengan demikian berdasarkan hasil uji
hipotesis nihil dan korelasi kesalahan pengukuran, maka ada dua item dari jenis
competitive yang didrop, yaitu item 35 dan 41, karena item 35 memiliki koefisien
faktor yang negatif dan kedua item ini nilai t < 1.96 yang berarti tidak signifikan,
maka harus didrop. Selain item yang didrop dari jenis competitive, dapat
diikutsertakan pada analisis selanjutnya yaitu penentuan skor faktor.
f. Participant
Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar mengukur satu faktor atau tidak. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square
= 271.05, df = 35, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.213. Namun, setelah dilakukan
modifikasi terhadap model dengan kesalahan pengukuran pada beberapa item
yang dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
gambar 3.9 berikut.
90
Gambar 3.9
Analisis Faktor Konfirmatorik dari Jenis Participant
Berdasarkan gambar 3.9, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 29.46,
df = 19, P-value = 0.05905, RMSEA = 0.061. Karena P-value telah menghasilkan
nilai > 0.05 (signifikan) maka dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat
diterima, dan bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu participant.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
diikutsertakan dalam analisis selanjutnya atau tidak (didrop). Maka dilakukan
pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.22 berikut.
91
Tabel 3.22
Muatan Faktor Item Participant No item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
6 0.71 0.09 8.25 V
12 0.61 0.08 7.27 V
18 0.16 0.09 1.71 X
24 0.65 0.08 8.37 V
30 0.66 0.08 8.57 V
36 0.73 0.08 8.96 V
42 0.48 0.08 5.94 V
48 0.48 0.08 5.78 V
54 0.70 0.09 8.17 V
60 0.41 0.09 4.63 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Dari tabel 3.22, dengan melihat bagian koefisien, diketahui bahwa seluruh
item memiliki koefisien faktor yang positif. Kemudian pada bagian nilai t, item 6,
12, 24, 30, 36, 42, 48, 54 dan 60 signifikan, karena nilai t > 1.96. Sedangkan item
18 tidak signifikan, karena nilai t < 1.96. Maka item 18 harus didrop.
Kemudian peneliti mencari item yang berkorelasi dengan item lain. Item
yang bagus adalah item yang tidak memiliki kesalahan pengukuran, dengan kata
lain setiap item tidak berkorelasi satu sama lain. Sedangkan item yang tidak bagus
memiliki korelasi dengan item lainnya dan akan didrop. Item yang didrop adalah
item yang memiliki korelasi lebih dari tiga saja, seperti pada tabel 3.23 berikut.
Tabel 3.23
Matriks Korelasi antar Kesalahan pengukuran dari Participant 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60
6 1 X X X
12 1 X X X
18 1 X X X
24 1 X
30 1 X
36 1 X X
42 1 X
48 1 X
54 1 X
60 1
Tanda X menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Pada tabel 3.23, terdapat dua item yang berkorelasi lebih dari tiga, yaitu
item 54 dan 60. Dengan demikian berdasarkan hasil uji hipotesis nihil dan
92
korelasi kesalahan pengukuran, maka ada tiga item dari jenis participant yang
didrop, yakni item 18, 54 dan 60, ketiga item ini akan didrop terlebih dahulu
sebelum dimasukan ke analisis selanjutnya. Selain item yang didrop dari jenis
participant, diikutsertakan pada analisis selanjutnya yaitu penentuan skor faktor.
3.4.3. Uji Validitas Konstruk Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi
a. Academic Adjustment
Peneliti menguji apakah dua puluh empat item yang ada bersifat unidimensional.
Dari hasil awal analisis CFA, diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square =
351.79, df = 252, P-value = 0.00003, RMSEA = 0.052. Namun, setelah dilakukan
modifikasi maka diperoleh model fit seperti gambar 3.10 berikut.
Gambar 3.10
Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Academic Adjustment
93
Berdasarkan gambar 3.10, diperoleh model fit dengan Chi-Square =
285.34, df = 249, P-value = 0.05649, RMSEA = 0.031. Karena P-value telah
menghasilkan nilai > 0.05 (signifikan) maka dinyatakan bahwa model dengan satu
faktor dapat diterima, dan bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu
academic adjustment.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
diikutsertakan dalam analisis selanjutnya atau tidak (didrop). Maka dilakukan
pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.24 berikut.
Tabel 3.24
Muatan Faktor Item Academic Adjustment No item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
3 0.59 0.12 4.75 V
5 0.44 0.13 3.44 V
6 0.06 0.13 0.45 X
10 0.62 0.12 5.04 V
13 0.26 0.13 2.03 V
17 0.49 0.13 3.88 V
19 0.50 0.13 3.97 V
21 0.74 0.12 6.13 V
23 0.15 0.13 1.14 X
25 0.53 0.13 4.27 V
27
29
0.28
0.85
0.13
0.12
2.20
7.17
V
V
32 0.65 0.12 5.33 V
36 0.24 0.13 1.84 X
39 0.47 0.13 3.70 V
41 0.65 0.12 5.26 V
43
44
50
0.46
0.50
0.46
0.13
0.13
0.13
3.65
4.01
3.60
V
V
V
52
54
58
62
66
0.59
0.63
0.49
0.23
0.65
0.12
0.12
0.13
0.13
0.12
4.77
5.08
3.88
1.77 5.28
V
V
V
X
V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
94
Dari tabel 3.24, dengan melihat bagian koefisien, diketahui bahwa seluruh
item memiliki koefisien faktor yang positif. Kemudian pada bagian nilai t, item 3,
5, 10, 13, 17, 19, 21, 25, 27, 29, 32, 39, 41, 43, 44, 50, 52, 54, 58 dan 66
signifikan, karena nilai t > 1.96. Sedangkan item 6, 23, 36 dan 62 tidak signifikan,
karena nilai t < 1.96. Maka, item 6, 23, 36 dan 62 harus didrop.
Kemudian peneliti akan mencari apakah ada item yang mengukur selain
hal yang harus diukur, dengan cara melihat apakah tiap item berkorelasi dengan
item lain. Item yang bagus adalah item yang tidak memiliki kesalahan
pengukuran, dengan kata lain setiap item tidak berkorelasi satu sama lain.
Sedangkan item yang tidak bagus memiliki korelasi dengan item lainnya dan akan
didrop. Pada penelitian ini, item yang didrop adalah item yang memiliki korelasi
lebih dari tiga saja, seperti pada tabel 3.25 berikut.
Tabel 3.25
Matriks Korelasi antar Kesalahan pengukuran dari Academic Adjustment 3 5 6 10 13 17 19 21 23 25 27 29 32 36 39 41 43 44 50 52 54 58 62 66
3 1
5 1
6 1 X
10 1
13 1
17 1
19 1
21 1
23 1
25 1
27 1
29 1
32
1
36 1 X X
39
1
41 1
43 1
44 1
50 1
52 1
54 1
58 1
62 1
66 1
Tanda X menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
95
Pada tabel 3.25, tidak ada item yang berkorelasi lebih dari tiga dengan
item lain. Dengan demikian berdasarkan hasil uji hipotesis nihil dan korelasi
kesalahan pengukuran, maka ada empat item dari dimensi academic adjustment
yang didrop, yakni item 6, 23, 36 dan 62. Selain item yang didrop dari dimensi
academic adjustment, dapat diikutsertakan pada analisis selanjutnya yaitu
penentuan skor faktor.
b. Social Adjustment
Peneliti menguji apakah dua puluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar mengukur satu faktor atau tidak. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square
= 259.00, df = 170, P-value = 0.00001, RMSEA = 0.059. Namun, setelah
dilakukan modifikasi terhadap model dengan kesalahan pengukuran pada
beberapa item yang dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh
model fit seperti gambar 3.11 berikut.
Gambar 3.11
Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Social Adjustment
96
Berdasarkan gambar 3.11, diperoleh model fit dengan Chi-Square =
192.42, df = 165, P-value = 0.07085, RMSEA = 0.034. Karena P-value telah
menghasilkan nilai > 0.05 (signifikan) maka dinyatakan bahwa model dengan satu
faktor dapat diterima, dan bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu
social adjustment.
Selanjutnya, peneliti melihat signifikansi item dan menentukan apakah
item tersebut diikutsertakan dalam analisis selanjutnya atau tidak (didrop). Maka
dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item.
Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.26 berikut.
Tabel 3.26
Muatan Faktor Item Social Adjustment No item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
1 0.68 0.13 5.42 V
4 0.53 0.13 4.13 V
8 0.28 0.13 2.14 V
9 0.67 0.13 5.31 V
14 -0.05 0.13 -0.36 X
16 0.71 0.13 5.62 V
18 0.64 0.13 5.04 V
22 0.37 0.13 2.80 V
26 -0.08 0.13 -0.59 X
30 0.23 0.13 1.74 X
33 0.75 0.12 6.01 V
37 0.59 0.13 4.65 V
42 0.40 0.13 3.08 V
46 0.46 0.13 3.52 V
48 0.36 0.13 2.71 V
51 0.17 0.13 1.30 X
56 0.30 0.13 2.31 V
57 0.74 0.12 5.93 V
63 0.68 0.13 5.42 V
65 0.33 0.13 2.50 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Dari tabel 3.26, dengan melihat bagian koefisien, diketahui bahwa hanya
ada dua item yang memiliki koefisien faktor yang negatif, yaitu item 14 dan 26,
lalu sisanya positif. Kemudian pada bagian nilai t, item 1, 4, 8, 9, 16, 18, 22, 33,
97
37, 42, 46, 48, 56, 57, 63 dan 65 signifikan, karena nilai t > 1.96. Sedangkan item
14, 26, 30 dan 51 tidak signifikan, karena nilai t < 1.96. Maka, item 14, 26, 30 dan
51 harus didrop.
Kemudian peneliti akan mencari apakah ada item yang berkorelasi dengan
item lain. Item yang bagus adalah item yang tidak memiliki kesalahan
pengukuran, dengan kata lain setiap item tidak berkorelasi satu sama lain. Pada
penelitian ini, item yang didrop adalah item yang memiliki korelasi lebih dari tiga
saja, seperti pada tabel 3.27 berikut.
Tabel 3.27
Matriks Korelasi antar Kesalahan pengukuran dari Social Adjustment 1 4 8 9 14 16 18 22 26 30 33 37 42 46 48 51 56 57 63 65
1 1 4 1 X 8 1 9 1 14 1 16 1
18 1
22 1 X
26 1
30 1
33 1
37 1 X
42 1 X 46 1 X 48 1 51 1 56 1 57 1 63 1 65 1
Tanda X menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Pada tabel 3.27, tidak ada item yang berkorelasi lebih dari tiga dengan
item lain. Dengan demikian berdasarkan hasil uji hipotesis nihil dan korelasi
kesalahan pengukuran, maka ada empat item dari dimensi social adjustment yang
didrop, yakni item 14, 26, 30 dan 51. Selain item yang didrop dari dimensi social
adjustment, dapat diikutsertakan pada analisis selanjutnya yaitu penentuan skor
faktor.
98
c. Personal-Emotional Adjustment
Peneliti menguji apakah lima belas item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar mengukur satu faktor atau tidak. Dari hasil awal analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square
= 653.38, df = 90, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.206. Namun, setelah dilakukan
modifikasi terhadap model dengan kesalahan pengukuran pada beberapa item
yang dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
gambar 3.12 berikut.
Gambar 3.12
Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Personal-Emotional Adjustment
Berdasarkan gambar 3.12, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 65.67,
df = 51, P-value = 0.08116, RMSEA = 0.044. Karena P-value telah menghasilkan
nilai > 0.05 (signifikan) maka dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat
99
diterima, dan bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu personal-
emotional adjustment.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
diikutsertakan dalam analisis selanjutnya atau tidak (didrop). Maka dilakukan
pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.28 berikut.
Tabel 3.28
Muatan Faktor Item Personal-Emotional Adjustment No item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
2 0.03 0.08 0.37 X
7 0.84 0.07 12.13 V
11 0.49 0.08 6.17 V
12 -0.01 0.08 -0.10 X
20 0.59 0.07 7.97 V
24 0.45 0.08 5.51 V
28 0.31 0.08 3.89 V
31 -0.62 0.07 -8.51 X
35 0.30 0.09 3.29 V
38 0.57 0.08 7.54 V
40 0.55 0.08 7.04 V
45 0.40 0.08 5.27 V
49 -0.03 0.08 -0.36 X
55 0.10 0.08 1.18 X
64 0.58 0.07 7.84 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Dari tabel 3.28, dengan melihat bagian koefisien, diketahui bahwa ada tiga
item yang memiliki koefisien faktor negatif, yakni item 12, 31 dan 49, selain itu
positif. Kemudian pada bagian nilai t, item 7, 11, 20, 24, 28, 35, 38, 40, 45 dan 64
signifikan, karena nilai t > 1.96. Sedangkan item 2, 12, 31, 49 dan 55 tidak
signifikan, karena nilai t < 1.96. Maka, item 2, 12, 31, 49 dan 55 harus didrop.
Kemudian peneliti akan mencari apakah ada item yang mengukur selain
hal yang harus diukur, dengan cara melihat apakah tiap item berkorelasi dengan
100
item lain. Item yang bagus adalah item yang tidak memiliki kesalahan
pengukuran, dengan kata lain setiap item tidak berkorelasi satu sama lain.
Sedangkan item yang tidak bagus memiliki korelasi dengan item lainnya dan akan
didrop. Pada penelitian ini, item yang didrop adalah item yang memiliki korelasi
lebih dari tiga saja, seperti pada tabel 3.29 berikut.
Tabel 3.29
Matriks Korelasi antar Kesalahan pengukuran dari Personal-Emotional
Adjustment 2 7 11 12 20 24 28 31 35 38 40 45 49 55 64
2 1 X X X X X X 7 1 X X
11 1 X X X X X X
12 1 X X X X
20 1 X X X X 24 1 X X
28 1 X X X X
31 1 X X
35 1 X X
38 1 X X
40 1 X
45 1 X X X
49 1 X 55 1 64 1
Tanda X menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Pada tabel 3.29, terdapat sembilan item yang berkorelasi lebih dari tiga,
yakni item 2, 11, 12, 20, 28, 35, 45, 49 dan 64. Dengan demikian berdasarkan
hasil uji hipotesis nihil dan korelasi kesalahan pengukuran, maka ada sebelas item
dari dimensi personal-emotional adjustment yang didrop, yakni item 2, 11, 12, 20,
28, 31, 35, 45, 49, 55 dan 64. Selain item yang didrop dari dimensi personal-
emotional adjustment, dapat diikutsertakan pada analisis selanjutnya yaitu
penentuan skor faktor.
d. Goal-Commitment Institutional Attachment
Peneliti menguji apakah dua puluh empat item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar mengukur satu faktor atau tidak. Dari hasil awal analisis CFA yang
101
dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square
= 225.16, df = 20, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.263. Namun, setelah dilakukan
modifikasi terhadap model dengan kesalahan pengukuran pada beberapa item
yang dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti
gambar 3.13 berikut.
Gambar 3.13
Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Goal-Commitment Institutional
Attachment
Berdasarkan gambar 3.13, diperoleh model fit dengan Chi-Square = 18.53,
df = 11, P-value = 0.07001, RMSEA = 0.068. Karena P-value telah menghasilkan
nilai > 0,05 (signifikan) maka dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat
diterima, dan bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu goal-
commitment institutional attachment.
Selanjutnya, pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.30 berikut.
102
Tabel 3.30
Muatan Faktor Item Goal-Commitment Institutional Attachment No item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
15 0.42 0.08 5.20 V
34 0.65 0.08 8.39 V
47 0.94 0.06 14.79 V
53 0.91 0.06 14.34 V
59 0.73 0.07 10.05 V
60 0.37 0.08 4.62 V
61 0.27 0.08 3.33 V
67 0.59 0.08 7.48 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan
Dari tabel 3.30, dengan melihat bagian koefisien, diketahui bahwa seluruh
item memiliki koefisien faktor yang positif. Kemudian pada bagian nilai t, item
15, 34, 47, 53, 59, 60, 61 dan 67 signifikan, karena nilai t > 1.96.
Kemudian peneliti akan mencari item yang berkorelasi dengan item lain.
Item yang bagus adalah item yang tidak memiliki kesalahan pengukuran, dengan
kata lain setiap item tidak berkorelasi satu sama lain. Sedangkan item yang tidak
bagus memiliki korelasi dengan item lainnya dan akan didrop. Item yang didrop
adalah item yang memiliki korelasi lebih dari tiga saja, seperti tabel 3.31 berikut.
Tabel 3.31
Matriks Korelasi antar Kesalahan pengukuran dari Goal-Commitment Institutional
Attachment 15 34 47 53 59 60 61 67
15 1 X X X 34 1 X X X 47 1 53 1 X 59 1 X 60 1 X
61 1
67 1
Tanda X menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Pada tabel 3.31, tidak ada item yang berkorelasi lebih dari tiga. Dengan
demikian, menunjukkan bahwa semua item ini bagus dan valid. Sehingga seluruh
item dalam dimensi goal-commitment institutional attachment dapat
diikutsertakan pada analisis selanjutnya yaitu penentuan skor faktor.
103
3.5. Teknik Analisis Data
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian, yaitu apakah terdapat pengaruh
motivasi akademik, gaya belajar, penyesuaian diri di perguruan tinggi dan jalur
penerimaan mahasiswa baru terhadap prestasi akademik, dan untuk mengetahui
seberapa besar sumbangan yang diberikan masing-masing variabel terhadap
prestasi akademik, peneliti menggunakan metode statistika karena datanya berupa
angka-angka yang merupakan hasil pengukuran dan perhitungan. Dalam hal ini
berdasarkan hipotesis yang akan diukur, peneliti menggunakan teknik analisis
multiple regression atau analisis regresi berganda untuk mengetahui besar dan
arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Adapun persamaan analisis regresi berganda pada penelitian ini adalah:
Keterangan:
Y = dependent variable (dv) yaitu prestasi akademik
a = intercept (konstan)
b = Koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = Extrinsic Motivation
X2 = Intrinsic Motivation
X3 = Amotivation
X4 = Independent
X5 = Avoidant
X6 = Collaborative
X7 = Dependent
X8 = Competitive
X9 = Participant
X10 = Academic Adjustment
X11 = Social Adjustment
X12 = Personal-Emotional Adjustment
X13 = Goal-Commitment Institutional Attachment
X14 = Jalur Penerimaan Mahasiswa Baru
e = residual
Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+b10X10+b11X11
+b12X12+b13X13+b14X14+e
104
Melalui regresi berganda ini dapat diperoleh nilai R, yaitu koefisien
korelasi berganda antara prestasi akademik dengan motivasi akademik, gaya
belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi. Besarnya kemungkinan prestasi
akademik yang disebabkan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan tadi,
ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R². R² merupakan proporsi
varians dari prestasi akademik yang dijelaskan oleh motivasi akademik, gaya
belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi. Untuk mendapatkan nilai R²,
digunakan rumusan sebagai berikut:
= ���∑�²
Uji R² diuji untuk membuktikan apakah penambahan varians dari
independen variabel satu per satu signifikan atau tidak penambahannya.
Untuk membuktikan apakah regresi X pada Y signifikan atau tidak, maka
dapat diuji dengan menggunakan uji F, untuk membuktikan hal tersebut dengan
menggunakan rumus F, yaitu sebagai berikut:
� = �⁄− � − � −⁄
Pembagian disini adalah R² itu sendiri dengan df nya (yaitu k), ialah
jumlah independen variabel yang dianalisis, sedangkan penyebutnya (1 - R²)
dibagi dengan N – k – 1 dimana N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F yang
dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah variabel-variabel independen yang
diujikan memiliki pengaruh terhadap dependen variabel.
105
Kemudian untuk menguji apakah pengaruh yang diberikan variabel-
variabel independen signifikan terhadap dependen variabel, maka peneliti
melakukan uji t.
Uji t yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut:
� = �ь
Dimana b adalah koefisien regresi dan Sь adalah standar deviasi sampling
dari koefisien b. selama uji T, peneliti akan menulis R², signifikan tidaknya
dilakukan dengan menggunakan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya. Seluruh
perhitungan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0.
3.6. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
1. Sebelum turun ke lapangan, peneliti merumuskan masalah penelitian,
kemudian menentukan variabel penelitian yaitu prestasi akademik, motivasi
akademik, gaya belajar, penyesuaian diri di perguruan tinggi dan satu
variabel demografi yaitu jalur penerimaan mahasiswa baru. Setelah itu
mengadakan studi pustaka untuk melihat masalah tersebut dari sudut pandang
teoritis. Setelah mendapatkan teori-teori secara lengkap, kemudian peneliti
menyiapkan, membuat, dan menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam
penelitian ini, yaitu skala motivasi akademik, gaya belajar, dan penyesuaian
diri di perguruan tinggi.
2. Menentukan sampel penelitian, yaitu mahasiswa angkatan 2013 Fakultas
Psikologi UIN Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total
sampling, di mana sampel penelitian telah diketahui dengan jelas oleh
106
peneliti dan peneliti mengambil seluruh mahasiswa angkatan 2013 Fakultas
Psikologi UIN Jakarta yang berjumlah 149 orang.
3. Meminta izin dan persetujuan untuk penelitian kepada pembimbing skripsi
peneliti.
4. Selanjutnya, peneliti melakukan pengambilan data dengan cara memberikan
kuesioner pada tiap responden. Setelah mendapatkan data yang diinginkan,
peneliti melakukan skoring terhadap skala (kuesioner) yang telah terkumpul
untuk selanjutnya dilakukan pengolahan dan pengujian dari hasil skala yang
sudah didapatkan untuk dianalisis datanya dengan menggunakan software
Lisrel 8.70.
107
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester 2 Fakultas
Psikologi UIN Jakarta tahun akademik 2013/2014 yang berjumlah 149 orang.
Pada penelitian ini, sampel adalah keseluruhan populasi. Selanjutnya akan
dipaparkan penjelasan lebih rinci dalam tabel berikut mengenai subjek penelitian
berdasarkan jenis kelamin dan jalur penerimaan mahasiswa baru.
Tabel 4.1
Gambaran Umum Responden Jenis Kelamin Frekuensi %
Laki-laki 31 20.8%
Perempuan 118 79.2%
Jumlah 149 100%
Jalur Penerimaan Mahasiswa Baru Frekuensi %
SNMPTN 44 29.5%
SBMPTN 44 29.5%
PTAIN 1 0.7%
SPMB Mandiri 60 40.3%
Jumlah 149 100%
Berdasarkan tabel 4.1, terlihat 149 responden penelitian. Pada bagian jenis
kelamin, sebanyak 31 subjek (20.8%) berjenis kelamin laki-laki dan 118 subjek
(79.2%) berjenis kelamin perempuan. Selanjutnya pada jalur penerimaan
mahasiswa baru, paling banyak dari jalur SPMB Mandiri, yaitu sebanyak 60
subjek (35.24%). Kemudian dari jalur SNMPTN ada 44 subjek (29.5%) dan jalur
SBMPTN 44 subjek (29.5%). Sedangkan jalur PTAIN hanya 1 subjek (0.7%).
4.2. Analisis Deskriptif
Sebelum diuraikan secara lebih detail tentang beberapa sub bab selanjutnya, perlu
dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah skor faktor
108
yang dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Jadi,
penghitungan skor faktor pada tiap variabel tidak menjumlahkan raw score, tetapi
dihitung dengan true score. Item-item yang dianalisis adalah item yang bermuatan
positif dan signifikan. Adapun true score yang satuannya berbentuk Zscore. Untuk
menghilangkan bilangan negatif dari z-score, semua skor ditransformasi ke skala
T yang semuanya positif dengan menetapkan nilai mean = 50 dan standar deviasi
= 10. Langkah selanjutnya adalah melakukan proses komputasi melalui formula
T-score = 50 + 10.z.
Selanjutnya untuk menjelaskan gambaran umum tentang statististik
deskriptif dari variabel-variabel dalam penelitian ini, indeks yang menjadi patokan
adalah nilai mean, standar deviasi (SD), nilai maksimal dan minimal dari masing-
masing variabel. Nilai tersebut disajikan dalam tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2
Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
N Minimum Maximum Mean Std.Deviation
Extrinsic Motivation 149 30.59 67.18 50.0000 8.98038
Intrinsic Motivation 149 25.50 72.95 50.0000 9.08798
Amotivation 149 39.81 74.93 50.0000 9.42061
Independent 149 20.44 77.55 50.0000 8.94642
Avoidant 149 30.96 71.68 50.0000 9.23290
Collaborative 149 19.34 73.62 50.0000 8.23419
Dependent 149 24.55 67.04 50.0000 8.66656
Competitive 149 20.36 73.63 50.0000 8.96114
Participant 149 28.45 74.56 50.0000 8.74426
Academic Adjustment 149 27.91 75.51 50.0000 9.38766
Social Adjustment 149 28.77 72.82 50.0000 9.19463
Personal-Emotional Adjustment 149 25.43 69.46 50.0000 8.43728
Goal-Commitment Institutional Attachment 149 26.20 67.72 50.0000 9.29163
*Prestasi Akademik 149 34.19 71.84 50.8039 8.37436
Valid N (listwise) 149
*Dependent Variable (DV)
109
Dari tabel 4.2, dapat diketahui jumlah subjek penelitian sebanyak 149
orang dengan skor terendah dari prestasi akademik adalah 34.19 dan skor
tertingginya 71.84. Skor terendah dari dimensi extrinsic motivation pada variabel
motivasi akademik 30.59 dan skor tertingginya 67.18. Skor terendah dari dimensi
intrinsic motivation pada variabel motivasi akademik adalah 25.50 dan skor
tertingginya 72.95. Skor terendah dari dimensi amotivation pada variabel motivasi
akademik adalah 39,81 dan skor tertingginya 74.93. Skor terendah dari jenis
independent pada variabel gaya belajar adalah 20.44 dan skor tertingginya 77.55.
Skor terendah dari jenis avoidant pada variabel gaya belajar adalah 30.96 dan skor
tertingginya 71.68. Skor terendah dari jenis collaborative pada variabel gaya
belajar adalah 19.34 dan skor tertingginya 73.62. Skor terendah dari jenis
dependent pada variabel gaya belajar adalah 24.55 dan skor tertingginya 67.04.
Skor terendah dari jenis competitive pada variabel gaya belajar adalah 20.36 dan
skor tertingginya 73.63. Skor terendah dari jenis participant pada variabel gaya
belajar adalah 28.45dan skor tertingginya 74.56.
Skor terendah dari dimensi academic adjustment pada variabel
penyesuaian diri di perguruan tinggi adalah 27.91 dan skor tertingginya 75.51.
Skor terendah dari dimensi social adjustment pada variabel penyesuaian diri di
perguruan tinggi adalah 28.77 dan skor tertingginya 72.82. Skor terendah dari
dimensi personal-emotional adjustment pada variabel penyesuaian diri di
perguruan tinggi adalah 25.43 dan skor tertingginya 69.46. Kemudian yang
terakhir dari dimensi goal-commitment institutional attachment pada variabel
110
penyesuaian diri di perguruan tinggi, skor terendahnya adalah 26.20 dan skor
tertingginya 67.72.
4.3. Kategorisasi Hasil Penelitian
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-
kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan
atribut yang diukur. Pertama, peneliti mengelompokkan responden antara rendah
dan tinggi, variabelnya adalah prestasi akademik dan dimensi-dimensi pada
variabel penyesuaian diri di perguruan tinggi. Kedua, peneliti mengelompokkan
dimensi atau jenis tiap variabel dengan total responden, variabelnya adalah
motivasi akademik dan gaya belajar.
Sebelum mengkategorisasikan skor masing-masing variabel berdasarkan
tingkat rendah dan tinggi, peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor
dengan menggunakan nilai mean, standar deviasi dan berlaku pada semua
variabel. Adapun norma skor tersebut dapat digambarkan dalam tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3
Norma Skor Variabel
Kategori Rumus
Rendah X < x
Tinggi X ≥ x
Setelah kategori pada tabel 4.3 didapatkan, maka akan diperoleh nilai
persentase kategori untuk prestasi akademik, sebagaimana yang terdapat pada
tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4
Kategorisasi Prestasi Akademik
Kategori Frekuensi % Valid %
Rendah 72 48.3 48.3
Tinggi 77 51.7 51.7
Jumlah 149 100.0 100.0
111
Data pada tabel 4.4 diperoleh hasil persentase variabel prestasi akademik
sebanyak 72 responden (48.3%) pada kategori rendah dan 77 responden (51.7%)
pada kategori tinggi. Dengan demikian, sebagian besar responden dalam
penelitian ini memiliki prestasi akademik pada kategori yang tinggi. Hal ini
berarti, responden sebagian besar meraih prestasi yang tinggi terhadap bidang
akademik atau perkuliahannya pada semester satu ini.
Kemudian tabel berikutnya, akan menjelaskan sebaran dari dimensi
academic adjustment, social adjustment, personal-emotional adjustment dan goal-
commitment institutional attachment pada variabel penyesuaian diri di perguruan
tinggi.
Tabel 4.5
Kategorisasi Dimensi Academic Adjustment
Kategori Frekuensi % Valid %
Rendah 72 48.3 48.3
Tinggi 77 51.7 51.7
Jumlah 149 100.0 100.0
Data pada tabel 4.5 menunjukkan hasil persentase dimensi academic
adjustment sebanyak 72 responden (48.3%) pada kategori rendah dan 77
responden (51.7%) pada kategori tinggi. Dengan demikian, dari hasil sebaran
pada dimensi academic adjustment paling banyak berada pada kategori tinggi.
Tabel 4.6
Kategorisasi Dimensi Social Adjustment
Kategori Frekuensi % Valid %
Rendah 73 49.0 49.0
Tinggi 76 51.0 51.0
Jumlah 149 100.0 100.0
Data pada tabel 4.6 menunjukkan hasil persentase dimensi social
adjustment sebanyak 73 responden (49.0%) pada kategori rendah dan 76
112
responden (51.0%) pada kategori tinggi. Dengan demikian, dari hasil sebaran
pada dimensi social adjustment paling banyak berada pada kategori tinggi.
Tabel 4.7
Kategorisasi Dimensi Personal-Emotional Adjustment
Kategori Frekuensi % Valid %
Rendah 60 40.3 40.3
Tinggi 89 59.7 59.7
Jumlah 149 100.0 100.0
Data pada tabel 4.7 menunjukkan hasil persentase dimensi personal-
emotional adjustment sebanyak 60 responden (40.3%) pada kategori rendah dan
89 responden (59.7%) pada kategori tinggi. Dengan demikian, dari hasil sebaran
pada dimensi personal-emotional adjustment paling banyak berada pada kategori
tinggi.
Tabel 4.8
Kategorisasi Dimensi Goal-Commitment Institutional Attachment
Kategori Frekuensi % Valid %
Rendah 90 60.4 60.4
Tinggi 59 39.6 39.6
Jumlah 149 100.0 100.0
Data pada tabel 4.8 menunjukkan hasil persentase dimensi goal-
commitment institutional attachment sebanyak 90 responden (60.4%) pada
kategori rendah dan 59 responden (39.6%) pada kategori tinggi. Dengan
demikian, dari hasil sebaran pada dimensi goal-commitment institutional
attachment paling banyak berada pada kategori rendah.
Kemudian, tabel-tabel berikut akan menjelaskan tiga kategori motivasi
akademik pada total responden, yakni dimensi extrinsic motivation, intrinsic
motivation, dan amotivation.
113
Tabel 4.9
Kategorisasi Variabel Motivasi Akademik
Kategori Frekuensi % Valid %
Extrinsic Motivation 44 29.5 54.4
Intrinsic Motivation 47 31.5 45.6
Amotivation 58 38.9 38.9
Jumlah 149 100.0 100.0
Data pada tabel 4.9 menunjukkan hasil persentase dari total responden
sebanyak 149 orang. Pertama pada dimensi extrinsic motivation sebanyak 44
responden (29.5%), kemudian dimensi intrinsic motivation sebanyak 47
responden (31.5%), dan yang terakhir dimensi amotivation sebanyak 58
responden (38.95). Kelompok pada dimensi amotivation adalah paling banyak
diantara tiga dimensi motivasi akademik. Dengan demikian, sebagian besar
responden tidak memiliki motivasi dalam bidang akademiknya. Mereka sebagian
besar mengalami perasaan ketidakmampuan dan kurang kontrol.
Selanjutnya yang terakhir, tabel-tabel berikut akan menjelaskan enam
kategori gaya belajar pada total responden, yaitu jenis independent, avoidant,
collaborative, dependent, competitive dan participant.
Tabel 4.10
Kategorisasi Variabel Gaya Belajar
Kategori Frekuensi % Valid %
Independent 20 13.4 13.4
Avoidant 46 30.9 30.9
Collaborative 18 12.1 12.1
Dependent 29 19.5 19.5
Competitive 12 8.1 8.1
Participant 24 16.1 16.1
Jumlah 149 100.0 100.0
Data pada tabel 4.10 menunjukkan hasil persentase dari total responden
sebanyak 149 orang. Pertama pada jenis independent sebanyak 20 responden
114
(13.4%), kemudian jenis avoidant sebanyak 46 responden (30.9%), jenis
collaborative sebanyak 18 responden (12.1%), jenis dependent sebanyak 29
responden (19.5%), jenis competitive sebanyak 12 responden (8.1%), dan yang
terakhir jenis participant sebanyak 24 responden (16.1%). Kelompok pada jenis
avoidant adalah terbanyak dari enam jenis gaya belajar. Maka, sebagian besar
responden tidak antusias untuk belajar dan jarang menghadiri kelas. Mereka juga
terlambat untuk berpartisipasi dengan pelajar dan pengajar di kelas.
4.4. Hasil Uji Hipotesis
4.4.1. Uji Regresi Berganda
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis penelitian dengan teknik analisis
regresi berganda penghitungannya dibantu oleh software SPSS 16.0. Seperti yang
sudah disebutkan pada bab 3, dalam regresi ada 3 hal yang dilihat yaitu, melihat
besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians pada DV yang
dijelaskan oleh IV, kemudian uji hipotesis mayor, terakhir uji hipotesis minor.
Langkah pertama peneliti menganalisis besaran R square untuk
mengetahui berapa persen (%) varians pada DV yang dijelaskan oleh IV. Untuk
tabel R square, dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut.
Tabel 4.11
Tabel R square
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .449a .201 .118 7.86561
a. Predictors: (Constant), Jalur_Masuk, Compete, Pe_Adj, Amot, Indie,
Goal_Com, Avoid, Colla, Ex_Mot, In_Mot, Depen, Ac_Adj, Soc_Adj,
Participate
115
Dari data pada tabel 4.11, dapat kita lihat bahwa perolehan R square
sebesar 0,201 atau 20.1%. Artinya proporsi varians dari prestasi akademik yang
dijelaskan oleh semua variabel independen (extrinsic motivation, intrinsic
motivation, amotivation, independent, avoidant, collaborative, dependent,
competitive, participant, academic adjustment, social adjustment, personal-
emotional adjustment, goal-commitment institutional attachment dan jalur
penerimaan mahasiswa baru) adalah sebesar 20.1%, sedangkan 79.9% sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh IV terhadap
prestasi akademik dan sekaligus menjawab hipotesis mayor atau alternatif
penelitian ini. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut.
Tabel 4.12
Tabel Anova
Data pada tabel anova, menunjukan bahwa IV secara keseluruhan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademik. Hal tersebut
dikatakan signifikan karena besarnya p < 0.05, dilihat dari kolom Sig. = .005.
Jadi, hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan variabel
motivasi akademik (extrinsic motivation, intrinsic motivation dan amotivation),
gaya belajar (independent, avoidant, collaborative, dependent, competitive dan
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2088.947 14 149.211 2.412 .005a
Residual 8290.286 134 61.868
Total 10379.233 148
a. Predictors: (Constant), Jalur_Masuk, Compete, Pe_Adj, Amot, Indie,
Goal_Com, Avoid, Colla, Ex_Mot, In_Mot, Depen, Ac_Adj, Soc_Adj, Participate
b. Dependent Variable: Prestasi_Akademik
116
participant), penyesuaian diri di perguruan tinggi (academic adjustment, social
adjustment, personal-emotional adjustment dan goal-commitment institutional
attachment), dan jalur penerimaan mahasiswa baru terhadap prestasi akademik,
ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan variabel motivasi akademik
(extrinsic motivation, intrinsic motivation dan amotivation), gaya belajar
(independent, avoidant, collaborative, dependent, competitive dan participant),
penyesuaian diri di perguruan tinggi (academic adjustment, social adjustment,
personal-emotional adjustment dan goal-commitment institutional attachment),
dan jalur penerimaan mahasiswa baru terhadap prestasi akademik.
Langkah ketiga adalah melihat koefisien regresi tiap independen variabel.
Jika p < 0.05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa IV
tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap pestasi akademik. Adapun
penyajiannya ditampilkan pada tabel 4.13 berikut.
Tabel 4.13
Koefisien Regresi
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 43.329 12.320 3.517 .001
Ex_Mot -.054 .110 -.058 -.494 .622
In_Mot .331 .109 .359 3.028 .003
Amot .023 .092 .026 .254 .800
Indie -.174 .117 -.186 -1.486 .140
Avoid .003 .102 .003 .025 .980
Colla .029 .115 .029 .252 .801
Depen .124 .114 .128 1.087 .279
Compete .097 .099 .104 .980 .329
Participate -.045 .143 -.047 -.317 .752
Ac_Adj .189 .108 .212 1.752 .082
Soc_Adj -.328 .127 -.360 -2.589 .011
Pe_Adj .125 .092 .126 1.362 .176
Goal_Com -.169 .091 -.188 -1.865 .064
Jalur_Masuk -.023 .535 -.004 -.044 .965
a. Dependent Variable: Prestasi_Akademik
117
Dari tabel koefisien regresi, didapatkan persamaan sebagai berikut, dengan
tanda (*) yang artinya signifikan:
Prestasi Akademik = 43.329 - 0.054 Extrinsic Motivation + 0.331 *Intrinsic
Motivation + 0.023 Amotivation – 0.174 Independent +
0.003 Avoidant + 0.029 Collaborative + 0.124 Dependent
+ 0.097 Competitive – 0.045 Participant + 0.189
Academic Adjustment – 0.328 *Social Adjustment +
0.125 Personal-Emotional Adjustment – 0.169 Goal-
Commitment Institutional Attachment – 0.023 Jalur
Penerimaan Mahasiswa Baru + e
Dari data pada tabel 4.13, hanya koefisien regresi dimensi intrinsic
motivation dari variabel motivasi akademik dan dimensi social adjustment dari
variabel penyesuaian diri di perguruan tinggi yang signifikan, sedangkan yang
lainnya tidak. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-
masing IV adalah sebagai berikut:
1. Variabel Motivasi Akademik
a. Dimensi Extrinsic Motivation
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.054 dengan signifikansi 0.622
(p>0.05). Secara uji statistik berarti tidak ada pengaruh yang signifikan
dimensi extrinsic motivation terhadap prestasi akademik.
b. Dimensi Intrinsic Motivation
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.331 dengan signifikansi 0.003
(p<0.05). Secara uji statistik berarti ada pengaruh yang signifikan dimensi
intrinsic motivation terhadap prestasi akademik. Artinya, dengan arah yang
positif dinyatakan bahwa semakin tinggi intrinsic motivation mahasiswa,
maka semakin tinggi prestasi akademiknya.
118
c. Dimensi Amotivation
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.023 dengan signifikansi 0.800
(p>0.05). Secara uji statistik berarti tidak ada pengaruh yang signifikan
dimensi amotivation terhadap prestasi akademik.
2. Variabel Gaya Belajar
a. Jenis Independent
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.174 dengan signifikansi 0.140
(p>0.05). Secara uji statistik berarti tidak ada pengaruh yang signifikan
jenis independent terhadap prestasi akademik.
b. Jenis Avoidant
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.003 dengan signifikansi 0.980
(p>0.05). Secara uji statistik berarti tidak ada pengaruh yang signifikan
jenis avoidant terhadap prestasi akademik.
c. Jenis Collaborative
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.029 dengan signifikansi 0.801
(p>0.05). Secara uji statistik berarti tidak ada pengaruh yang signifikan
jenis collaborative terhadap prestasi akademik.
d. Jenis Dependent
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.124 dengan signifikansi 0.279
(p>0.05). Secara uji statistik berarti tidak ada pengaruh yang signifikan
jenis dependent terhadap prestasi akademik.
119
e. Jenis Competitive
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.079 dengan signifikansi 0.329
(p>0.05). Secara uji statistik berarti tidak ada pengaruh yang signifikan
jenis competitive terhadap prestasi akademik.
f. Jenis Participant
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.045 dengan signifikansi 0.752
(p>0.05). Secara uji statistik berarti tidak ada pengaruh yang signifikan
jenis participant terhadap prestasi akademik.
3. Variabel Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi
a. Dimensi Academic Adjustment
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.189 dengan signifikansi 0.082
(p>0.05). Secara uji statistik berarti tidak ada pengaruh yang signifikan
dimensi academic adjustment terhadap prestasi akademik.
b. Dimensi Social Adjustment
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.328 dengan signifikansi 0.011
(p<0.05). Secara uji statistik berarti ada pengaruh yang signifikan dimensi
social adjustment terhadap prestasi akademik. Artinya, dengan arah yang
negatif dinyatakan bahwa semakin rendah social adjustment mahasiswa,
maka semakin tinggi prestasi akademiknya.
c. Dimensi Personal-Emotional Adjustment
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.125 dengan signifikansi 0.176
(p>0.05). Secara uji statistik berarti tidak ada pengaruh yang signifikan
dimensi personal-emotional adjustment terhadap prestasi akademik.
120
d. Dimensi Goal-Commitment Institutional Attachment
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.169 dengan signifikansi 0.064
(p>0.05). Secara uji statistik berarti tidak ada pengaruh yang signifikan
dimensi goal-commitment institutional attachment terhadap prestasi
akademik.
4. Variabel Demografi (Jalur Penerimaan Mahasiswa Baru)
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.023 dengan signifikansi 0.965
(p>0.05). Secara uji statistik berarti tidak ada pengaruh yang signifikan jalur
penerimaan mahasiswa baru terhadap prestasi akademik.
4.4.2. Pengujian Proporsi Varians Masing-masing Variabel Independen
Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah signifikan tidaknya penambahan
(incremented) proporsi varians dari tiap IV, yang mana IV tersebut dianalisis
secara satu per satu untuk menguji pengaruhnya terhadap DV. Pengujian ini juga
melihat sumbangan varians secara rinci dari tiap-tiap IV terhadap DV.
Pada tabel 4.14, kolom pertama adalah IV yang dianalisis secara satu per
satu. Kolom ketiga merupakan total penambahan varians DV dari tiap IV yang
dianalisis satu per satu tersebut. Kolom keenam merupakan nilai murni varians
DV dari tiap IV yang dimasukkan secara satu per satu. Kolom ketujuh adalah
harga f hitung bagi IV yang bersangkutan. Kolom df adalah derajat bebas bagi IV
yang bersangkutan pula, yang terdiri dari numerator dan denumerator. Kolom
terakhir adalah kolom Sig F Change untuk mengetahui signifikansinya.
121
Apabila p < 0.05 maka IV memiliki sumbangan yang signifikan. Artinya
bahwa penambahan (incremented) proporsi varians dari IV yang bersangkutan,
dampaknya signifikan. Besarnya proporsi varians dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.14
Penghitungan Proporsi Varians Prestasi Akademik
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .042a .002 -.005 8.39541 .002 .259 1 147 .612
2 .168b .028 .015 8.31103 .027 4.000 1 146 .047
3 .169c .029 .009 8.33845 .000 .041 1 145 .839
4 .276d .076 .050 8.16105 .047 7.372 1 144 .007
5 .281e .079 .047 8.17699 .003 .439 1 143 .509
6 .285f .082 .043 8.19364 .003 .420 1 142 .518
7 .297g .088 .043 8.19261 .007 1.036 1 141 .311
8 .322h .104 .052 8.15165 .015 2.421 1 140 .122
9 .334i .111 .054 8.14612 .008 1.190 1 139 .277
10 .349j .122 .058 8.12777 .010 1.628 1 138 .204
11 .415k .172 .105 7.92087 .050 8.304 1 137 .005
12 .424l .180 .108 7.91026 .008 1.368 1 136 .244
13 .449m .201 .124 7.83648 .021 3.573 1 135 .061
14 .449n .201 .118 7.86561 .000 .002 1 134 .965
a. Predictors: (Constant), Ex_Mot
b. Predictors: (Constant), Ex_Mot, In_Mot
c. Predictors: (Constant), Ex_Mot, In_Mot, Amot
d. Predictors: (Constant), Ex_Mot, In_Mot, Amot, Indie
e. Predictors: (Constant), Ex_Mot, In_Mot, Amot, Indie, Avoid
f. Predictors: (Constant), Ex_Mot, In_Mot, Amot, Indie, Avoid, Colla
g. Predictors: (Constant), Ex_Mot, In_Mot, Amot, Indie, Avoid, Colla, Depen
h. Predictors: (Constant), Ex_Mot, In_Mot, Amot, Indie, Avoid, Colla, Depen, Compete
i. Predictors: (Constant), Ex_Mot, In_Mot, Amot, Indie, Avoid, Colla, Depen, Compete, Participate
j. Predictors: (Constant), Ex_Mot, In_Mot, Amot, Indie, Avoid, Colla, Depen, Compete, Participate, Ac_Adj
k. Predictors: (Constant), Ex_Mot, In_Mot, Amot, Indie, Avoid, Colla, Depen, Compete, Participate, Ac_Adj, Soc_Adj
l. Predictors: (Constant), Ex_Mot, In_Mot, Amot, Indie, Avoid, Colla, Depen, Compete, Participate, Ac_Adj, Soc_Adj, Pe_Adj
m. Predictors: (Constant), Ex_Mot, In_Mot, Amot, Indie, Avoid, Colla, Depen, Compete, Participate, Ac_Adj, Soc_Adj, Pe_Adj, Goal_Com
n. Predictors: (Constant), Ex_Mot, In_Mot, Amot, Indie, Avoid, Colla, Depen, Compete, Participate, Ac_Adj, Soc_Adj, Pe_Adj, Goal_Com,
Jalur_Masuk
o. Dependent Variable: Prestasi_Akademik
Dari tabel 4.14, maka dapat disimpulkan:
1. Dimensi extrinsic motivation dari motivasi akademik memberikan sumbangan
varians sebesar 0.2% pada prestasi akademik. Sumbangan ini tidak signifikan,
karena p > 0.05, dilihat dari nilai sig. F change = 0.612. Nilai F= 0.259 dan df
= 1.147.
122
2. Dimensi intrinsic motivation dari motivasi akademik memberikan sumbangan
varians sebesar 2.7% pada prestasi akademik. Sumbangan ini signifikan,
karena p < 0.05, dilihat dari nilai sig. F change = 0.047. Nilai F= 4.000 dan df
= 1.146.
3. Dimensi amotivation dari motivasi akademik tidak memberikan sumbangan
varians karena nilainya sebesar 0.0% pada prestasi akademik. Sumbangan ini
tidak signifikan, karena p > 0.05, dilihat dari nilai sig. F change = 0.839. Nilai
F= 0.041 dan df = 1.145.
4. Jenis independent dari gaya belajar memberikan sumbangan varians sebesar
4.7% pada prestasi akademik. Sumbangan ini signifikan, karena p < 0.05,
dilihat dari nilai sig. F change = 0.007. Nilai F= 7.372 dan df = 1.144.
5. Jenis avoidant dari gaya belajar memberikan sumbangan varians sebesar 0.3%
pada prestasi akademik. Sumbangan ini tidak signifikan, karena p > 0.05,
dilihat dari nilai sig. F change = 0.509. Nilai F= 0.439 dan df = 1.143.
6. Jenis collaborative dari gaya belajar memberikan sumbangan varians sebesar
0.3% pada prestasi akademik. Sumbangan ini tidak signifikan, karena p >
0.05, dilihat dari nilai sig. F change = 0.518. Nilai F= 0.420 dan df = 1.142.
7. Jenis dependent dari gaya belajar memberikan sumbangan varians sebesar
0.7% pada prestasi akademik. Sumbangan ini tidak signifikan, karena p >
0.05, dilihat dari nilai sig. F change = 0.311. Nilai F= 1.036 dan df = 1.141.
8. Jenis competitive dari gaya belajar memberikan sumbangan varians sebesar
1.5% pada prestasi akademik. Sumbangan ini tidak signifikan, karena p >
0.05, dilihat dari nilai sig. F change = 0.122. Nilai F= 2.421 dan df = 1.140.
123
9. Jenis participant dari gaya belajar memberikan sumbangan varians sebesar
0.8% pada prestasi akademik. Sumbangan ini tidak signifikan, karena p >
0.05, dilihat dari nilai sig. F change = 0.277. Nilai F= 1.190 dan df = 1.139.
10. Dimensi academic adjustment dari penyesuaian diri di perguruan tinggi
memberikan sumbangan varians sebesar 1.0% pada prestasi akademik.
Sumbangan ini tidak signifikan, karena p > 0.05, dilihat dari nilai sig. F
change = 0.204. Nilai F= 1.628 dan df = 1.138.
11. Dimensi social adjustment dari penyesuaian diri di perguruan tinggi
memberikan sumbangan varians sebesar 5.0% pada prestasi akademik.
Sumbangan ini signifikan, karena p < 0.05, dilihat dari nilai sig. F change =
0.005. Nilai F= 8.304 dan df = 1.137.
12. Dimensi personal-emotional adjustment dari penyesuaian diri di perguruan
tinggi memberikan sumbangan varians sebesar 0.8% pada prestasi akademik.
Sumbangan ini tidak signifikan, karena p > 0.05, dilihat dari nilai sig. F
change = 0.244. Nilai F= 1.368 dan df = 1.136.
13. Dimensi goal-commitment institutional attachment dari penyesuaian diri di
perguruan tinggi memberikan sumbangan varians sebesar 2.1% pada prestasi
akademik. Sumbangan ini tidak signifikan, karena p > 0.05, dilihat dari nilai
sig. F change = 0.061. Nilai F= 3.573 dan df = 1.135.
14. Jalur penerimaan mahasiswa baru dari variabel demografi tidak memberikan
sumbangan varians, karena nilainya sebesar 0.0% pada prestasi akademik.
Sumbangan ini tidak signifikan, karena p > 0.05, dilihat dari nilai sig. F
change = 0.965. Nilai F= 0.002 dan df = 1.134.
124
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini bahwa hipotesis mayor yang menyatakan ada pengaruh yang
signifikan dari motivasi akademik, gaya belajar, penyesuaian diri di perguruan
tinggi dan jalur penerimaan mahasiswa baru terhadap prestasi akademik
mahasiswa tahun pertama, diterima.
Berdasarkan proporsi varians, prestasi akademik yang dipengaruhi oleh
seluruh variabel independen, yakni motivasi akademik (extrinsic motivation,
intrinsic motivation dan amotivation), gaya belajar (independent, avoidant,
collaborative, dependent, competitive dan participant), penyesuaian diri di
perguruan tinggi (academic adjustment, social adjustment, personal-emotional
adjustment dan goal-commitment institutional attachment), dan jalur penerimaan
mahasiswa baru adalah sebesar 20.1%.
Kemudian hasil uji hipotesis minor yang menguji signifikansi masing-
masing koefisien regresi terhadap dependent variable, diperoleh hanya dua
dimensi yang signifikan mempengaruhi prestasi akademik, yaitu dimensi intrinsic
motivation dari motivasi akademik dan dimensi social adjustment dari
penyesuaian diri di perguruan tinggi.
5.2. Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, diketahui bahwa ada
pengaruh yang signifikan dari variabel tipe motivasi akademik (intrinsic
125
motivation) dan penyesuaian diri di perguruan tinggi (social adjustment) terhadap
prestasi akademik mahasiswa tahun pertama.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Turner, Chandler dan Heffer (2009) yang mengindikasikan bahwa motivasi
akademik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik
seseorang. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa individu yang memiliki
motivasi yang kuat di dalam dirinya dan murni berasal dari kesadaran dirinya,
maka akan menunjukkan kinerja yang baik terhadap bidang akademiknya. Dengan
demikian, seorang mahasiswa akan memperoleh prestasi yang tinggi terhadap
bidang akademiknya atau mendapatkan nilai yang optimal.
Penelitian Turner, et.al. juga sejalan dengan penelitian Ayub (2010),
bahwa motivasi akademik berpengaruh positif terhadap prestasi akademik,
terutama pada dimensi extrinsic motivation dan intrinsic motivation. Dua dimensi
ini merupakan faktor utama seseorang dalam meraih prestasi akademiknya. Dalam
penelitian ini, hanya dimensi intrinsic motivation yang berpengaruh positif,
sedangkan extrinsic motivation tidak berpengaruh terhadap prestasi akademik.
Selain itu, penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Baker (dalam Fowler, 2010) yang melakukan penelitian pada mahasiswa tahun
pertama di Afrika Selatan, yakni penyesuaian diri di perguruan tinggi secara
signifikan positif berpengaruh terhadap prestasi akademik. Aspek-aspek
penyesuaian diri di perguruan tinggi juga sangat penting bagi mahasiswa, ketika
mereka membuat transisi dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi. Dalam
penelitian ini, kontribusi dari dimensi social adjustment bersilangan dengan
126
penelitian yang dilakukan oleh Baker. Hasil menunjukkan bahwa penyesuaian
sosial pada seorang mahasiswa dalam menerima kondisi baru di kampus, mereka
yang kurang bersosialisasi atau pendiam dan tidak perlu banyak teman untuk
dikenal, maka prestasi akademiknya akan tinggi. Dengan demikian, penelitian ini
memberikan penjelasan baru mengenai pengaruh social adjustment terhadap
prestasi akademik, bahwa semakin rendah social adjustment pada mahasiswa,
maka semakin tinggi prestasi akademiknya.
Dari empat belas independent variable yang diteliti, hanya dua
independent variable yang berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik,
antara lain dimensi intrinsic motivation dari variabel motivasi akademik dan
social adjustment dari variabel penyesuaian diri di perguruan tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
dimensi intrinsic motivation dari motivasi akademik terhadap prestasi akademik.
Pada mahasiswa dengan intrinsic motivation yang tinggi, memiliki karakteristik
yang mandiri, memiliki keingintahuan yang tinggi, suka mencoba memahami
sesuatu yang baru dan senang berkompeten dengan yang lain. Sedangkan
mahasiswa dengan intrinsic motivation yang rendah, akan menjadi mahasiswa
yang malas, tidak mandiri, selalu mengandalkan orang lain, selalu butuh
dukungan dari orang lain dan menutup diri akan suatu hal yang baru (Deci &
Ryan, dalam Vallerand, Fortier, Pelletier, Tuson, Briere & Blais, 1995).
Oleh karena itu peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada penelitian ini,
mahasiswa yang memiliki karakteristik yang mandiri, memiliki keingintahuan
yang tinggi, suka mencoba memahami sesuatu hal yang baru dan senang
127
berkompeten dengan yang lain. Mereka akan semangat dalam meraih sesuatu dan
belajar sungguh-sungguh untuk dapat unggul di dalam perkuliahannya. Dalam
mencapai prestasi yang tinggi, maka mahasiswa akan sungguh-sungguh dalam
belajarnya dan memiliki target nilai yang tinggi.
Selanjutnya, dimensi social adjustment dari penyesuaian diri di perguruan
tinggi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademik, tetapi
dengan hasil koefisien regresi yang negatif. Hasil dalam penelitian ini
berseberangan dengan penelitian terdahulu yang memiliki hasil koefisien regresi
positif. Hal ini berkaitan dengan penyesuaian sosial mahasiswa di dalam
lingkungan yang baru atau masa transisi dari tingkat sekolah menengah atas ke
perguruan tinggi. Mereka beradaptasi terhadap mahasiswa lain dengan latar
belakang yang berbeda-beda. Jadi dalam penelitian ini, mahasiswa yang memiliki
social adjustment yang tinggi, akan mampu berhubungan pada mahasiswa lain
dengan baik, senang berpartisipasi dengan kegiatan sosial, dan dapat menguasai
lingkungan kampusnya dengan baik. Oleh karena itu, mahasiswa dengan social
adjustment yang tinggi akan terbawa dengan lingkungan sekitar, sehingga
membuat mereka larut dalam kesenangan dan bersifat santai terhadap
akademiknya. Sebaliknya, yang memiliki social adjustment yang rendah, akan
lebih senang menyendiri, menyelesaikan tugas secara mandiri, ulet, tekun, dan
fokus terhadap tugas. (Baker & Siryk, dalam Otlu, 2010).
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa semakin mahasiswa menyendiri,
menyelesaikan tugas secara mandiri, ulet, tekun, dan fokus terhadap tugas, maka
ia akan memiliki target yang tinggi dalam meraih prestasi, karena fokusnya
128
mereka terhadap perkuliahan atau akademiknya. Dengan ketekunan dan fokus
mereka, maka pelajaran yang didapatkan akan mudah diserap dan kinerja
akademikpun meningkat, sehingga pencapaian prestasi akademik akan lebih
mudah diraih. Maka, social adjustment yang tinggi belum tentu menghasilkan
prestasi yang tinggi, tetapi dalam penelitian ini dengan social adjustment yang
rendah mahasiswapun dapat meraih prestasi yang tinggi.
Selanjutnya akan dibahas independent variable yang tidak berpengaruh
atau tidak signifikan, antara lain dimensi extrinsic motivation dan amotivation dari
motivasi akademik, selanjutnya dimensi independent, avoidant, collaborative,
dependent, competitive dan participant dari gaya belajar, kemudian academic
adjustment, personal-emotional adjustment dan goal-commitment institutional
attachment dari penyesuaian diri di perguruan tinggi, dan yang terakhir jalur
penerimaan mahasiswa baru.
Secara umum, ketidaksesuaian / perbedaan yang dihasilkan dari penelitian
ini, baik dengan hasil penelitian terdahulu maupun dengan asumsi peneliti
mungkin disebabkan oleh prosedur penelitian yang kurang baik. Pada penelitian
ini, dimensi extrinsic motivation dan amotivation dari motivasi akademik tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademik. Hasil penelitian
ini berbeda dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Turner, Chandler dan
Heffer (2009) serta Ayub (2010) yang mengindikasikan bahwa seluruh aspek
motivasi akademik (extrinsic motivation, intrinsic motivation dan amotivation)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademik.
129
Berdasarkan teori motivasi akademik dari Deci dan Ryan (dalam
Vallerand, et.al., 1995), dimensi extrinsic motivation adalah keinginan individu
yang didorong oleh kepentingan dari luar dan bukan murni dari dalam dirinya,
seperti adanya timbal balik atau imbalan, kemudian karena adanya perasaan
bersalah atau kecemasan. Pada dimensi ini tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi akademik. Menurut asumsi peneliti, mahasiswa yang
mendapat dorongan extrinsic motivation bukan tidak akan mempengaruhi prestasi
akademiknya. Dorongan dari luar untuk mendapatkan sesuatu dan karena
kepentingan tertentu tidak akan bertahan lama, maka hal itu tidak akan
menentukan mahasiswa dalam pencapaian rendah atau tinggi terhadap prestasi
akademiknya. Mahasiswa dalam penelitian ini cenderung tidak fokus terhadap
dorongan yang diberikan, mereka mudah bosan.
Jadi, dari pembahasan hasil penelitian dan pengujian hipotesis dari
dimensi-dimensi pada variabel motivasi akademik.Dapat disimpulkan bahwa
motivasi atau dorongan mahasiswa dalam penelitian ini, yakni rata-rata mereka
mudah bosan dan mencari fokus lain dalam meraih sesuatu tetapi mereka masih
memiliki kontrol diri yang baik dan masih mampu untuk mengerjakan sesuatu
secara mandiri, dan semua itu karena kesadaran diri.
Kemudian, jenis-jenis dari gaya belajar, yakni independent, avoidant,
collaborative, dependent, competitive dan participant juga tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademik. Hal ini berbeda dengan
penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Uzuntiryaki (2007) yang
130
menyatakan bahwa seluruh aspek gaya belajar memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi akademik.
Dari pembahasan hasil penelitian dan pengujian hipotesis pada jenis-jenis
variabel gaya belajar. Dapat disimpulkan bahwa tipe gaya belajar mahasiswa
dalam penelitian ini, yakni rata-rata mereka tidak suka bekerja sama dan lebih
memilih mengerjakan tugas secara mandiri, tidak mengandalkan orang lain,
mencari pemecahan masalah sendiri, kurang partisipasi dalam kegiatan-kegiatan
kelas, dan sebagian besar masih termotivasi untuk mencari nilai saja.
Selanjutnya dimensi-dimensi dari penyesuaian diri di perguruan tinggi,
yakni academic adjustment, personal-emotional adjustment dan goal-commitment
institutional attachment yang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi
akademik. Hal ini berbeda dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh
Baker (dalam Fowler, 2010), yang menyatakan bahwa seluruh aspek gaya belajar
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademik.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan pengujian hipotesis dimensi-
dimensi variabel penyesuaian diri di perguruan tinggi. Dapat disimpulkan bahwa
penyesuaian diri mahasiswa dalam penelitian ini, yaitu rata-rata mereka fokus
terhadap akademiknya, sehingga mereka melupakan lingkungan sosial, fisik dan
psikologis mereka. Mereka rela sakit demi mendapatkan nilai yang tinggi.
Variabel terakhir, Jalur penerimaan mahasiswa baru juga tidak signifikan
dalam menentukan mahasiswa untuk pencapaian prestasi yang rendah atau tinggi
terhadap akademiknya. Menurut asumsi peneliti, mahasiswa dalam penelitian ini
memiliki latar belakang yang berbeda-beda, perbedaan suku tersebut
131
mengakibatkan banyak bias dan banyak faktor di luar ini yang dapat berpengaruh
terhadap prestasi akademik. Maka harus ada tes yang lebih mendalam untuk
mengkaji mengenai jalur masuk tersebut.
Selanjutnya, peneliti akan membahas mengenai kondisi prestasi akademik
seluruh responden. Dari hasil kategorisasi prestasi akademik, diperoleh hasil
persentase sebanyak 72 responden (48,3%) pada kategori rendah dan 77
responden (51,7%) pada kategori tinggi. Dengan demikian, sebagian besar
responden dalam penelitian ini memiliki prestasi akademik pada kategori yang
tinggi. Artinya, rata-rata responden memiliki prestasi yang tinggi terhadap bidang
akademiknya.
5.3. Saran
Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu
peneliti membagi saran menjadi dua, yaitu saran teoritis dan saran praktis. Saran
tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan meneliti
dependen variabel yang sama.
5.3.1. Saran Teoritis
a. Pada penelitian ini disarankan agar mempertimbangkan variabel-variabel lain
yang terkait dengan prestasi akademik yang tidak ikut dianalisis sebagai IV
seperti pengaruh kecerdasan emosi, kepribadian, minat terhadap lingkungan
belajar, self-regulated learning dan inteligensi.
b. Pada penelitian ini, jumlah sampel yang digunakan masih kurang yaitu hanya
149 mahasiswa dan hanya mengambil satu fakultas saja. Oleh karena itu pada
132
penelitian selanjutnya disarankan agar juga menggunakan responden pada
fakultas lain di UIN Jakarta.
c. Pada penelitian selanjutnya, disarankan untuk memperbaiki alat ukur dan
memperhatikan dengan hati-hati setiap pernyataan kuesionernya. Kemudian
melakukan pilot study terlebih dahulu agar validitas alat ukur semakin baik.
5.3.1. Saran Praktis
a. Disarankan kepada para mahasiswa untuk lebih banyak membaca buku
tentang kesuksesan seseorang, sering mengikuti seminar akademik, membuat
forum diskusi, agar motivasi dalam perkuliahan meningkat.
b. Disarankan kepada Badan Eksekutif Mahasiswa membuat program mentoring
untuk para mahasiswa baru, yang bertujuan mengenalkan siapa saja teman-
temannya di kampus dan apa saja itu komponen kampus, agar mencegah
kecanggungan mahasiswa dalam berinteraksi di kampus.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, M.J.Z., Rezaee, A.A., Abdullah, H.N., & Singh, K.K.B. (2011). Learning
style and overall academic achievement in a specific educational system.
International Journal of Humanities and Social Science, 1 (10), 143-152.
Alexander, M.W., Woosley, S.A., Truell, A.D., & Zhao, J.J. (2010). College
freshmen self-assessment of core academic behaviors: implications for
information systems faculty. Issues in Information Systems, 11 (2), 184-
190.
Alfaro, E.C., Umana-Taylor, A.J., & Bamaca, M.Y. (2006). The influence of
academic support on latino adolescents' academic motivation. JSTOR, 55
(3), 279-291.
Alsa, A., Widhiarso, W., & Susetyo, Y.F. (2010). Eksplorasi gaya dan strategi
regulasi belajar mahasiswa yang mendukung pembelajaran berpusat
mahasiswa. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Ambedkar, V. (2012). Achievement motivation and achievement in english of
higher secondary students. Golden Research Thoughts, 2 (6), 1-5.
Areepattamannil, S. (2011). Academic self-concept, academic motivation,
academic engagement, and academic achievement: a mixed methods study
of indian adolescents in canada and india. A Dissertation of Philosophy.
Ontario Canada: Queen’s University.
Ayub, N. (2010). Effect of intrinsic and extrinsic motivation on academic
performance. Pakistan Business Review. Karachi: Department of Social
Sciences College of Business Management.
Baker, R.W., & Siryk, B. (1989). The student adaptation to college questionnaire
(sacq). A Wps Test Report. Los Angeles, California: Western Psychology
Service.
Baykul, Y., Gursel, M., Sulak, H., Ertekin, E., Yazici, E., Dulger, O., Aslan, Y., &
Buyukkarci, K. (2010). A validity and reability study of grasha-riechmann
student learning style scale. International Journal of Human and Social
Science, 5 (3), 177-184.
Buyukozturk, S., Akgun, O.E., Ozkahveci, O., & Demirel, F. (2004). The validity
and reliability study of the turkish version of the motivated strategies for
learning questionnaire. Educational Scienses: Theory & Practice, 4 (2),
231-239.
Calaguas, G.M. (2011). Academic achievement and academic adjustment
difficulties among college freshmen. Journal of Arts, Science &
Commerce, 2 (3), 72-76.
Chaplin, James P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Cox, T.D. (2013). Learning styles and admission criteria as predictors of
academic performance of college freshmen. Institute for Learning Styles
Journal, 1, 1-10.
Dresel, M., & Grassinger, R. (2013). Changes in achievement motivation among
university freshmen. Journal of Education and Training Studies, 1 (2),
159-173.
Damavandi, A.J., Mahyuddin, R., Elias, H., Daud, S.M., & Shabani, J. (2011).
Academic achievement of students with different learning styles.
International Journal of Psychological Studies, 3 (2), 186-192.
Felder, R.M., & Solomon, B.A. (1993). Learning and teaching styles in
engineering education. Engineering Education, 78 (7), 674-681.
Fowler, G. (2010). Relationships between mental health, socioeconomic status
and Subjective social status in first-year students at four south African
Universities. A dissertation submitted in fulfillment of the requirements for
the award of the degree of Masters of Social Science (Psychology).
University of Cape Town: Department of Psychology Faculty of the
Humanities.
Gage, N.L., & Berliner David, C. (1975). “Educational Psychology”. USA-
Chicago: Rand Mc Nally College Publishing Company.
Garcia, G.A. (2005). The relationship of perceptions of campus climate and social
support to adjustment to college for latina sorority and nonsorority
members. Thesis submitted in partial fulfillmentof the requirements for the
degree of Master of Arts. University of Maryland, College Park: The
Faculty of the Graduate School.
Grasha, A.F., & Riechman Hruska, S. (1989). Grasha-riechmann student learning
style. Questionnaire.
Komarraju, M., Karau, S.J., Schmeck, R.R., & Avdic, A. (2011). The Big Five
personality traits, learning styles, and academic achievement. Journal of
Personality and individual differences, 51, 472-477.
Kuh, G.D., Kinzie, J., Buckley, J.A., Bridges, B.K., & Hayek, J.C. (2006). What
matters to student success: a review of the literature. National
Postsecondary Education Cooperative. Indiana: Bloomington University.
Latipah, E. (2010). Strategi self regulated learning dan prestasi belajar: kajian
meta analisis. Jurnal Psikologi, 37 (1), 110-129.
Litzinger, T. A., Lee, S.H., & Wise, J.C. (2005). A study of the reliability and
validity of the felder-soloman index of learning styles. American Society
for Engineering Education Annual Conference & Exposition. USA: Penn
State University.
Olani, A. (2009). Predicting first year university student’ academic succes. Electronical Journal of Research in Educational Psychology, 7 (3), 1053-
1072.
Otlu, F.N. (2010). College adjustment of international students: the role of gender,
acculturative stress, coping skills, cultural distance, and perceived social
support. A Thesis of Social Sciences. Middle East: Technical University.
Raven, M.R, Cano, J, Carton, B.L, Shelhamer, V. (1993). A comparison of
learning styles, teaching styles, and personality styles of preservice
montana and ohio agriculture teachers. Journal of Agricultural Education.
Montana: State University.
Sharma, B. (2012). Adjustment and emotional maturity among first year college
students. Journal of Social and Clinical Psychology, 10 (2), 32-37.
Srivastava, R.,& Joshi, S. (2013). Gender difference in academic achievement of
urban and rural adolescents in different types of school. International
Journal of Advanced Research, 1 (7), 591-599.
Supranto, J. (2000). Teori dan Aplikasi Statistik. Jakarta: Erlangga.
Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Jakarta: Rosda.
Turner, E.A., Chandler, M., & Heffer, R.W. (2009). The influence of parenting
styles, achievement motivation, and self-efficacy on academic
performance in college students. Journal of College Student Development,
50 (3), 337-346.
Umar, J. (2012). Mata Kuliah tidak diterbitkan. Jakarta: UIN Jakarta.
Uzuntiryaki, E. (2007). Learning style and high school students chemistry
achievement. Science Education International, 18 (1), 25-37.
Vallerand, R.J., Fortier, M.S., Pelletier, L.G., Tuson, K.M., Briere, N.M., & Blais,
M.R. (1995). Toward a new measure of intrinsic motivation, extrinsic
motivation, and amotivation in sports: the sport motivation scale (sms).
Journal of Sport & Exercise Psychology, 17, 35-53.
Warsito, H. (2009). Hubungan antara self-efficacy dengan penyesuaian akademik
dan prestasi akademik. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 9 (1), 29-47.
Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo.
LAMPIRAN
A. Kuesioner Penelitian
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Perkenalkan nama saya Milcham Chairun Syah, mahasiswa S1 Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan
penelitian untuk menyelesaikan tugas akhir (skripsi) mengenai Pengaruh Motivasi
Akademik, Gaya Belajar dan Penyesuaian Diri Dalam Perguruan Tinggi Terhadap
Prestasi Akademik Mahasiswa Tahun Pertama. Saya mohon kesediaan anda untuk
menjadi responden dalam penelitian ini, dengan mengisi kuesioner yang
terlampir.
Pada skala ini terdapat pernyataan-pernyataan yang harus diisi sesuai
dengan diri anda. Tidak ada penilaian salah atau benar, dan jawaban anda akan
dijaga kerahasiaannya.
Atas bantuan dan kerjasama anda dalam mengisi kuesioner ini, saya
ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
NIM :
Jenis Kelamin : ( L / P )
Jalur Masuk Perguruan Tinggi :
IP Semester Satu :
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET
Berikut ini terdapat butir-butir pernyataan, baca dan pahami baik-baik
setiap pernyataan. Setiap pernyataan memiliki empat pilihan jawaban. Anda
diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan tersebut sesuai atau tidak sesuai
dengan diri anda, dengan cara memilih salah satu dari empat pilihan jawaban yang
tersedia.
Jika jawaban anda Sangat Tidak Sesuai beri tanda silang (X) pada kolom STS
Jika jawaban anda Tidak Sesuai beri tanda silang (X) pada kolom TS
Jika jawaban anda Sesuai beri tanda silang (X) pada kolom S
Jika jawaban anda Sangat Sesuai beri tanda silang (X) pada kolom SS
Contoh :
No Item STS TS S SS
1 Saya orang yang pandai X
Tidak ada jawaban yang benar atau salah untuk setiap pernyataan. Seluruh
jawaban saudara benar selama itu sesuai dengan diri saudara.
Skala 1
Mengapa anda masuk perguruan tinggi?
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya tidak akan mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi
di kemudian hari dengan hanya tingkat SMA
2 Saya mengalami kepuasan sambil belajar hal-hal baru
3 Saya berpikir bahwa pendidikan tinggi akan membantu
saya lebih baik mempersiapkan diri untuk karir yang
telah saya pilih
4 Saya merasakan perasaan yang hebat ketika saya
menyalurkan ide-ide saya sendiri kepada orang lain
5 Saya benar-benar merasa membuang-buang waktu di
perguruan tinggi
6 Saya mengalami kesenangan saat melampaui diri dalam
perkuliahan saya
7 Untuk membuktikan pada diri saya sendiri bahwa saya
mampu menyelesaikan gelar sarjana saya
8 Dalam rangka untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih
bergengsi di kemudian hari
9 Untuk kesenangan yang saya alami ketika saya
menemukan hal-hal baru yang tidak pernah terlihat
sebelumnya
10 Karena akhirnya akan memungkinkan saya untuk
memasuki pasar kerja dalam bidang yang saya suka
11 Bagi saya, kuliah itu menyenangkan
12 Saya pernah punya alasan yang baik untuk masuk ke
perguruan tinggi, namun sekarang saya bertanya-tanya
apakah saya harus terus melanjutkan
13 Saya mengalami kesenangan ketika saya melebihi diri
saya di salah satu prestasi pribadi saya
14 Ketika saya berhasil di perguruan tinggi saya merasa
penting
15 Saya ingin memiliki kehidupan yang baik di kemudian
hari
16 Saya mengalami kesenangan dalam memperluas
pengetahuan saya tentang materi kuliah yang menarik
17 Perkuliahan akan membantu saya membuat pilihan yang
lebih baik tentang orientasi karir saya
18 Saya mengalami kesenangan ketika saya merasa benar-
Skala 2
benar menyerap apa yang dosen tertentu tuliskan
19 Saya tidak mengerti mengapa saya masuk ke perguruan
tinggi dan terus terang saya tidak peduli
20 Saya merasakan kepuasan ketika saya dalam proses
menyelesaikan kegiatan akademik yang sulit
21 Untuk menunjukkan diri, bahwa saya orang yang cerdas
22 Dalam rangka untuk memiliki gaji yang lebih baik di
kemudian hari
23 Perkuliahan memungkinkan saya untuk terus belajar
tentang banyak hal yang menarik minat saya
24 Saya percaya bahwa tambahan pendidikan beberapa
tahun akan meningkatkan kompetensi saya sebagai
seorang pekerja
25 Saya mengalami perasaan yang hebat saat membaca
tentang berbagai mata kuliah yang menarik
26 Saya tidak mengerti apa yang saya lakukan di perguruan
tinggi
27 Perguruan tinggi memungkinkan saya untuk mengalami
kepuasan pribadi dalam pencarian untuk keunggulan
perkuliahan saya
28 Saya ingin menunjukkan diri bahwa saya dapat berhasil
dalam perkuliahan saya
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya yakin atas kemampuan saya untuk belajar materi
perkuliahan yang penting
2 Saya sering melamun ketika kuliah sedang berlangsung
3 Mengerjakan tugas atau makalah bersama dengan teman
adalah sesuatu yang saya nikmati
4 Fakta yang disajikan dalam buku ajar dan perkuliahan
biasanya benar
5 Untuk dapat perhatian dari dosen, maka saya perlu
bersaing dengan mahasiswa lain
6 Saya ingin belajar tentang bidang materi perkuliahan
yang tercakup dalam kelas
7 Ide-ide saya tentang materi perkuliahan, sering lebih
baik seperti yang di buku ajar
8 Kegiatan perkuliahan di kelas umumnya membosankan
9 Saya menikmati untuk mendiskusikan ide-ide saya
tentang isi perkuliahan dengan teman-teman
10 Dosen adalah pembimbing terbaik dari apa yang penting
bagi saya untuk belajar dalam perkuliahan
11 Saya perlu bersaing dengan mahasiswa lain untuk
mendapatkan nilai
12 Sesi perkuliahan di kelas itu berharga
13 Saya belajar apa yang penting bagi saya dan tidak selalu
apa yang dikatakan oleh dosen
14 Saya jarang bersemangat tentang materi yang dibahas
dalam perkuliahan
15 Saya menikmati untuk mendengar apa yang teman-
teman pikirkan tentang permasalahan yang terjadi di
kelas
16 Dosen harus menyatakan apa yang diharapkan dari
mahasiswa
17 Selama diskusi di kelas, saya harus bersaing dengan
mahasiswa lain untuk mendapatkan ide-ide saya
18 Saya lebih banyak pergi ke kelas daripada tinggal di
rumah
19 Sebagian besar dari apa yang saya tahu, saya belajar
sendiri
20 Saya merasa seperti harus menghadiri kelas daripada
atas keinginan sendiri
21 Saya dapat mempelajari materi perkuliahan lebih lanjut
dengan berbagi ide-ide satu sama lain
22 Saya mencoba untuk melakukan tugas sesuai dosen
katakan
23 Saya harus menjadi agresif untuk jadi lebih baik di
kampus
24 Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk
mendapatkan materi perkuliahan sebanyak mungkin
25 Saya dapat menentukan sendiri materi penting dalam
perkuliahan
26 Memperhatikan perkuliahan selama sesi kelas
berlangsung adalah sulit bagi saya
27 Saya ingin belajar untuk ujian bersama teman-teman
28 Dosen membiarkan mahasiswa melakukan apapun yang
mereka tidak ingin lakukan
29 Saya ingin mendapatkan jawaban atas masalah atau
pertanyaan sebelum orang lain bisa
30 Kegiatan kelas umumnya menarik
31 Saya ingin mengembangkan ide-ide saya sendiri tentang
materi dalam perkuliahan
32 Saya menyerah dalam usaha untuk belajar sesuatu dari
kelas
33 Ide-ide dari teman-teman membantu saya untuk
memahami materi perkuliahan
34 Mahasiswa harus diawasi ketat oleh dosen saat
perkuliahan, presentasi dan ujian
35 Untuk maju di dalam kelas, maka saya perlu untuk
menginjak jari-jari kaki dari mahasiswa lain
36 Saya mencoba untuk berpartisipasi sebanyak yang saya
bisa dalam semua aspek perkuliahan
37 Saya punya ide sendiri tentang bagaimana perkuliahan
di dalam kelas harus berjalan
38 Sebagian besar perkuliahan saya, saya belajar cukup
sulit untuk mendapatkan materinya
39 Suatu bagian penting dari perkuliahan adalah belajar
untuk bergaul dengan orang lain
40 Catatan saya mengandung hampir semua yang dosen
jelaskan di kelas
41 Saya membuang peluang untuk nilai yang baik ketika
saya berbagi catatan dan ide-ide kepada teman-teman
42 Saya tertarik untuk menyelesaikan tugas perkuliahan
43 Jika saya ingin pokok pembicaraan, saya biasanya
mengetahui lebih lanjut tentang hal itu pada saya sendiri
44 Saya biasanya tergesa-gesa saat ujian
45 Belajar harus menjadi upaya kerjasama antara
mahasiswa dengan fakultas
46 Saya lebih suka sesi kelas yang sangat terorganisir
47 Untuk dapat berdiri di depan kelas, saya mencoba untuk
melakukan tugas yang lebih baik daripada mahasiswa
lain
48 Saya menyelesaikan tugas perkuliahan dengan segera
49 Saya lebih suka untuk bekerja sendiri dalam membuat
makalah dan mengerjakan ujian
50 Saya ingin guru mengabaikan saya di kelas
51 Saya membiarkan mahasiswa lain meminjam catatan
saya ketika mereka memintanya
52 Dosen harus memberi tahu saya, apa materi yang akan
dibahas untuk ujian
53 Saya ingin tahu, seberapa baik mahasiswa lain lakukan
saat ujian dan tugas perkuliahan
54 Saya menyelesaikan tugas membaca yang diperlukan
55 Ketika saya tidak memahami sesuatu, saya mencoba
untuk mencari tahu sendiri sebelum mencari bantuan
Skala 3
56 Selama di kelas, saya cenderung berbicara atau
bercanda dengan orang yang duduk di sebelah saya
57 Berpartisipasi dalam kegiatan kelompok kecil di kelas
adalah sesuatu yang saya nikmati
58 Dosen menguraikan catatan di papan tulis sangat
membantu saya
59 Saya meminta mahasiswa lain di kelas, apa nilai yang
mereka terima atau raih saat ujian dan tugas perkuliahan
60 Saya sering duduk ke arah depan ruangan kelas
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya merasa bahwa saya cocok dengan baik sebagai
bagian dari lingkungan kampus
2 Saya telah merasa tegang atau gugup akhir-akhir ini
3 Saya up to date dengan pekerjaan akademik saya
4 Saya bertemu banyak orang, dan saya membuat teman
sebanyak yang saya inginkan di kampus
5 Saya tahu kenapa saya masuk perguruan tinggi dan apa
yang saya inginkan di sini
6 Saya mencari pekerjaan akademik di universitas yang
sulit
7 Akhir-akhir ini saya telah banyak merasa sedih dan
murung
8 Saya merasa sangat terlibat dengan kegiatan sosial di
kampus
9 Saya dapat menyesuaikan diri dengan baik di perguruan
tinggi
10 Saya belum mampu mengatasi ujian
11 Saya telah merasa kelelahan yang banyak akhir-akhir ini
12 Berdiri di atas kaki saya sendiri, mengambil tanggung
jawab untuk diri sendiri, bagi saya tidak mudah
13 Saya puas dengan tingkat di mana saya belajar
perkuliahan
14 Saya telah memiliki informasi dan kontak pribadi
dengan dosen
15 Saya senang sekarang tentang keputusan saya untuk
pergi ke kampus
16 Saya senang sekarang tentang keputusan saya untuk
menghadiri perkuliahan di kampus ini khususnya
17 Saya tidak bekerja sekeras seperti yang seharusnya di
kampus
18 Saya punya beberapa orang yang merasa dekat dengan
saya di kampus
19 Tujuan akademik saya didefinisikan dengan baik
20 Saya belum bisa mengendalikan emosi saya dengan
baik akhir-akhir ini
21 Saya tidak benar-benar cukup pintar dalam mengerjakan
tugas-tugas akademik
22 Rindu atau jauh dari rumah adalah sumber kesulitan
bagi saya sekarang
23 Bagi saya mendapatkan gelar sarjana itu penting
24 Nafsu makan saya telah baik akhir-akhir ini
25 Saya belum sangat efisien dalam penggunaan waktu
belajar
26 Saya menikmati tinggal di asrama
27 Saya menikmati menulis makalah dalam perkuliahan
28 Saya telah mengalami banyak sakit kepala akhir-akhir
ini
29 Saya benar-benar tidak punya banyak motivasi untuk
belajar akhir-akhir ini
30 Saya puas dengan kegiatan ekstrakurikuler yang tersedia
di kampus
31 Saya mencari bantuan psikologis untuk diri saya akhir-
akhir ini
32 Akhir-akhir ini saya telah memiliki keraguan mengenai
nilai akademik saya di kampus
33 Saya bergaul baik dengan teman sekamar atau serumah
di perguruan tinggi
34 saya berharap berada di universitas lain
35 Saya kehilangan berat badan terlalu banyak akhir-akhir
ini
36 Saya puas dengan jumlah dan berbagai program studi
yang tersedia di universitas ini
37 Saya merasa bahwa saya memiliki kemampuan sosial
yang cukup untuk rukun dalam pengaturan di
universitas
38 Saya terlalu mudah marah akhir-akhir ini
39 Baru saja saya memiliki kesulitan berkonsentrasi dalam
perkuliahan atau ketika saya mencoba untuk belajar
40 Saya belum tidur nyenyak
41 Saya tidak melakukan kegiatan akademik cukup baik
untuk jumlah pekerjaan atau bobot sks yang saya pilih
42 Saya mengalami kesulitan merasa nyaman dengan orang
lain di kampus
43 Saya puas dengan kualitas program studi yang tersedia
di universitas
44 Saya menghadiri kuliah secara teratur
45 Kadang-kadang pemikiran saya akan kacau terlalu
mudah
46 Saya puas dengan sejauh mana saya berpartisipasi
dalam kegiatan sosial di kampus
47 Saya berharap untuk tetap di universitas ini untuk
mendapatkan gelar sarjana
48 Saya belum bergaul terlalu baik dengan lawan jenis
akhir-akhir ini
49 Saya khawatir banyak tentang biaya universitas saya
50 Saya menikmati pekerjaan akademik saya di universitas
ini
51 Saya telah merasa kesepian yang banyak di kampus
belakangan ini
52 Saya mengalami banyak kesulitan memulai dalam tugas
kampus
53 Saya senang untuk kuliah di universitas ini sampai saya
lulus
54 Saya puas dengan program kuliah saya untuk semester
ini
55 Saya telah merasa sehat akhir-akhir ini
56 Saya merasa saya sangat berbeda dari mahasiswa lain di
kampus dengan cara yang saya tidak suka
57 Saya lebih suka berada di rumah daripada di kampus
58 Sebagian besar hal-hal yang saya minati, tidak
berhubungan dengan pekerjaan kuliah saya di
universitas
59 Akhir-akhir ini saya sudah berpikir tentang pindah ke
universitas lain
60 Akhir-akhir ini saya berpikir untuk putus dari kuliah dan
untuk selamanya
61 Saya memberikan pemikiran yang cukup untuk
Harap periksa kembali jawaban anda, mohon tidak ada yang dikosongkan.
Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
mengambil cuti dari universitas dan menyelesaikannya
nanti
62 Saya sangat puas dengan dosen yang saya miliki
sekarang dalam perkuliahan saya
63 Saya punya beberapa teman baik atau kenalan di
universitas untuk berbicara tentang masalah yang saya
miliki
64 Saya mengalami banyak kesulitan mengatasi tekanan
yang diberikan pada saya di universitas
65 Saya cukup puas dengan kehidupan sosial saya di
kampus
66 Saya cukup puas dengan situasi akademik saya di
kampus
67 Saya merasa puas berada di universitas ini
B. Nilai IP Mahasiswa
No. IP Jalur Masuk
1 2,57 SBMPTN
2 2,33 SBMPTN
3 3,29 SBMPTN
4 2,9 SBMPTN
5 2,71 SBMPTN
6 2,62 SBMPTN
7 3 SBMPTN
8 3,43 SBMPTN
9 2,57 SBMPTN
10 3,24 SBMPTN
11 3,76 SBMPTN
12 2,38 SBMPTN
13 3,29 SBMPTN
14 2,81 SBMPTN
15 3,19 SBMPTN
16 2,95 SBMPTN
17 3,81 SBMPTN
18 3,52 SBMPTN
19 2,95 SBMPTN
20 2,81 SBMPTN
21 3,57 SBMPTN
22 2,67 SBMPTN
23 3,19 SBMPTN
24 2,95 SBMPTN
25 3,43 SBMPTN
26 3,29 SBMPTN
27 2,81 SBMPTN
28 2,71 SBMPTN
29 3,43 SBMPTN
30 2,52 SBMPTN
31 3,52 SBMPTN
32 2,81 SBMPTN
33 2,81 SBMPTN
34 2,9 SBMPTN
35 2,89 SBMPTN
36 2,29 SBMPTN
37 2,86 SBMPTN
38 2,19 SBMPTN
39 2,38 SBMPTN
40 3,57 SBMPTN
41 3,24 SBMPTN
42 3,05 SBMPTN
43 3,19 SBMPTN
44 2,81 SBMPTN
45 2,48 SNMPTN
46 3,24 SNMPTN
47 2,95 SNMPTN
48 2,86 SNMPTN
49 2,24 SNMPTN
50 2,62 SNMPTN
51 2,62 SNMPTN
52 2,76 SNMPTN
53 3,1 SNMPTN
54 3,24 SNMPTN
55 2,86 SNMPTN
56 2,38 SNMPTN
57 2,95 SNMPTN
58 2,67 SNMPTN
59 2,24 SNMPTN
60 2,81 SNMPTN
61 2,67 SNMPTN
62 2,43 SNMPTN
63 2,9 SNMPTN
64 2,62 SNMPTN
65 2,33 SNMPTN
66 2,93 SNMPTN
67 2,84 SNMPTN
68 2,95 SNMPTN
69 2,95 SNMPTN
70 3,05 SNMPTN
71 3,19 SNMPTN
72 3,05 SNMPTN
73 2,52 SNMPTN
74 3,67 SNMPTN
75 2,52 SNMPTN
76 3,05 SNMPTN
77 4 SNMPTN
78 3,67 SNMPTN
79 2,62 SNMPTN
80 2,67 SNMPTN
81 3,38 SNMPTN
82 3,24 SNMPTN
83 2,48 SNMPTN
84 4 SNMPTN
85 2,95 SNMPTN
86 2,86 SNMPTN
87 3,38 SNMPTN
88 4 SNMPTN
89 3,24 PTAIN
90 2,48 SPMB Mandiri
91 3,24 SPMB Mandiri
92 2,57 SPMB Mandiri
93 2,9 SPMB Mandiri
94 2,71 SPMB Mandiri
95 2,67 SPMB Mandiri
96 2,57 SPMB Mandiri
97 3,19 SPMB Mandiri
98 2,9 SPMB Mandiri
99 3,57 SPMB Mandiri
100 3,76 SPMB Mandiri
101 3,14 SPMB Mandiri
102 2,48 SPMB Mandiri
103 3,14 SPMB Mandiri
104 3,52 SPMB Mandiri
105 2,9 SPMB Mandiri
106 2,67 SPMB Mandiri
107 2,86 SPMB Mandiri
108 2,81 SPMB Mandiri
109 2,52 SPMB Mandiri
110 3,43 SPMB Mandiri
111 2,62 SPMB Mandiri
112 3,76 SPMB Mandiri
113 3,48 SPMB Mandiri
114 3,81 SPMB Mandiri
115 2,75 SPMB Mandiri
116 3 SPMB Mandiri
117 2,86 SPMB Mandiri
118 3,38 SPMB Mandiri
119 3,33 SPMB Mandiri
120 3,1 SPMB Mandiri
121 3,19 SPMB Mandiri
122 3,1 SPMB Mandiri
123 3,05 SPMB Mandiri
124 2,86 SPMB Mandiri
125 3 SPMB Mandiri
126 2,86 SPMB Mandiri
127 3,38 SPMB Mandiri
128 3,05 SPMB Mandiri
129 3,24 SPMB Mandiri
130 3,57 SPMB Mandiri
131 3,29 SPMB Mandiri
132 2,52 SPMB Mandiri
133 2,97 SPMB Mandiri
134 2,57 SPMB Mandiri
135 2,62 SPMB Mandiri
136 3,24 SPMB Mandiri
137 2,95 SPMB Mandiri
138 2,67 SPMB Mandiri
139 3,1 SPMB Mandiri
140 2,62 SPMB Mandiri
141 3,19 SPMB Mandiri
142 3,86 SPMB Mandiri
143 3 SPMB Mandiri
144 3,38 SPMB Mandiri
145 2,86 SPMB Mandiri
146 2,81 SPMB Mandiri
147 3,1 SPMB Mandiri
148 2,42 SPMB Mandiri
149 3,33 SPMB Mandiri