minat mahasiswa jurnalistik islam menjadi wartawanrepository.uinjambi.ac.id/3373/1/skripsi harfandy...
TRANSCRIPT
1
MINAT MAHASISWA JURNALISTIK ISLAM MENJADI
WARTAWAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Program SarjanaDiajukan Untuk Melengkapi Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S-1)
Dalam Jurnalistik Islam
Fakultas Dakwah
Oleh
HARFANDY SIREGAR
NIM. UJ. 131 212
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDDIN JAMBI
FAKULTAS DAKWAH
JURUSAN JURNALISTIK ISLAM
2019
2
3
4
5
MOTTO
يَاأيَُّهَا الَّذِينَ ءَامَنوُا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بنِبََأٍ فتَبََيَّنوُا أنَْ تصُِيبوُا قوَْمًا
بِجَهَالَةٍ فتَصُْبِحُوا عَلَى مَا فعََلْتمُْ نَادِمِينَ
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (QS. Al-Hujurat: 6)1
1 Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahanya. (Semarang: Asy-syifa’. 2010) 135
6
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi dengan adanya kegelisahan penulis mengenai
berkurangnya Minat Mahasiswa Jurnalistik Islam menjadi wartawan di Fakultas
Dakwah, UIN Sulthan Thaha Jambi, tentu berbagai faktor mengenai apa yang
melatar belakangi itu akan dijabarkan secara gambling pada skripsi ini.
Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripiskan Bagaimana upaya
Mahasiswa untuk mengenali dunia kewartawanan, Bagaimana Minat Mahasiswa
Jurnalistik Islam Fakultas Dakwah UIN STS Jambi Menjadi Wartawan, Apa
hambatan dan solusi untuk meningkatkan Minat Mahasiswa menjadi Wartawan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kebudayaan dan kualitatif deskriptif, menggambarkan dan menceritakan apa saja
pengalaman-pengalaman menarik dan alasan dan Minat Mahasiswa Jurnalistik
Islam Fakultas Dakwah UIN STS Jambi Menjadi Wartawan, data yang diperoleh
adalah hasil mendalam bertempat di Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha
Saifudin Jambi.
Hasilnya adalah Secara umum Minat Mahasiswa Jurnalistik Islam Menjadi
Wartawan, jika dikaji secara menyeluruh dan diambil berbagai sudut pandang,
masih minim karena beberapa faktor dan kendala yang ada seperti yang penulis
temukan pada saat melakukan penelitian, sejatinya minat akan didapatkan jika
mahasiswa memang serius dalam mendalami Ilmu tersebut, termasuk dalam
menjadi wartawan. Maka dari itu diperlukan berbagai upaya baik dari mahasiswa
itu sendiri atau semua yang berkepentingan, agar tercapai cita-cita menjadi
seorang Jurnalis yang baik dan berprestasi.
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul
“MINAT MAHASISWA JURNALISTIK ISLAM MENJADI WARTAWAN”.
Adapun maksud dari penulisan skripsi ini, adalah memenuhi persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana Ilmu Jurnalistik (S.Sos) pada Konsentrasi Ilmu
Jurnalistik (IJ) Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin (STS) Jambi.
Dalam Penulisan Skripsi ini, penulis merasa telah banyak mendapatkan
bimbingan, Motivasi dan masukan dari berbagai pihak yang sangat berharga dan
bermanfaat. Untuk itu pada kesempatan ini, perkenankan penulis untuk
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Bapak Dr. H. Su‟adi Asy‟ari, MA. Ph. D. Selaku Wakil Rektor I Bidang
Akademik dan Pengembangan Lembaga, Bapak Dr. Hidayat selaku Wakil
Rektor II Bidang Administrasi Umum, dan Ibu Dr. Hj. Fadlillah, M.Pd selaku
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN STS Jambi.
3. Bapak Samsu, S.Ag, M.Pd, Ph.D selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN STS
Jambi.
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH.,M.Hum selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik.
5. Bapak Drs. Sururuddin, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam (KPI) Konsentrasi Ilmu Jurnalistik (IJ).
6. Bapak Drs. Sururuddin, M.Pd, selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan motivasi.
7. Bapak Drs. S. Sagap, M.Pd selaku pembimbing I dan Bapak Drs. As‟ad Isma,
M.Pd selaku pembimbing II yang telah rela dan tulus meluangkan banyak
waktu dalam memberikan banyak bimbingandan pengarahan dengan penuh
kesabaran dan kecermatan hingga akhir penulisan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen, serta seluruh karyawan dan karyawati
Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
Penyusun menyadari bahwa kekeliruan akan sangat mungkin terjadi
dalam penulisan karya ilmiah ini, karenanya kritik dan saran konstruktif amat
diperlukan dari pembaca. Selebihnya, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
Akhirnya, kepada Allah SWT kita kembalikan kesadaran penuh, mengharap
keridhaan-Nya, semoga kita senantiasa mendapat hidayah-Nya. amin.
Jambi, Juli 2019
Penulis.
Harfandy Siregar
8
Nim.UJ.131 212
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................... i
NOTA DINAS ...................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................... iii
PENGESAHAN ................................................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR........................................................................................viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
PEDOMAN .......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Permasalahan ............................................................................................. 4
C. Batasan Masalah ........................................................................................ 4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................ 5
E. Kerangka Teori...............................................................................5
F. Metodologi Penelitian....................................................................15
G. Studi Relevan................................................................................23
BAB II PROFIL FAKULTAS DAKWAH UIN STS JAMBI
A. Profl Fakultas Dakwah UIN STS Jambi ................................................. 27
B. Sejarah Fakultas Dakwah ......................................................................... 27
C. Jurusan Prodi di Fakultas Dakwah UIN STS Jambi ............................. 28
D. Visi, Misi dan Program Fakultas Dakwah UIN STS Jambi .................. 29
E. Dosen dan Mahasiswa ............................................................................... 30
F. Sarana dan Prasarana ............................................................................... 31
vii
9
BAB III UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENINGGKATKAN
MINAT MAHASISWA MENJADI WARTAWAN
A. Upaya Mahasiswa Jurnalistik Mengenali Dunia Kewartawanan ......... 38
B. Minat Mahasiswa Jurnalistik Menjadi Wartawan ................................ 42
C. Faktor-faktor Meningkatkan Minat Mahasiswa Ilmu Jurnalistik
Menjadi wartawan ..................................................................................... 44
BAB IV HAMBATAN DAN SOLUSI UNTUK MENINGKATKAN MINAT
MAHASISWA MENJADI WARTAWAN
A. Hambatan dan Minat Menjadi Wartawan ............................................. 49
B. Solusi untuk Meningkatkan Minat Mahasiswa Dan Menjadi Jurnalis
Pintar .......................................................................................................... 52
C. Beberapa Permasalahan Serius Mahasiswa Ilmu Jurnalistik UN STS
Jambi ........................................................................................................... 53
D. Alternatif Peningkatan Kualitas dan Minat Mahasiswa Menjadi
Wartawan ........................................................................................................ 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 57
B. Implikasi Penelitian ................................................................................... 58
C. Saran-saran ................................................................................................ 58
D. Kata Penutup ............................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................
CURICULUM VITAE ........................................................................................
10
PEDOMAN TRANSLITERASI
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
1 2 3
Tidak dilambangkan ا
b ب
t ت
ts ث
j ج
ḥ h (titik bawah) ح
kh خ
d د
dz ذ
r ر
z ز
s س
sy ش
ṣ s (titik bawah) ص
ḍ d (titik bawah) ض
ṭ t (titik bawah) ط
ẓ z (titik bawah) ظ
Koma terbalik di atas „ ع
gh غ
f ف
q ق
k ك
l ل
m م
n ن
w و
h ھ
la لا
Apostrop ء
y ي
1. Vokal Tunggal
Tanda Huruf Latin Keterangan
A -
I -
ۥ U -
2. Vokal Rangkap
11
Tanda Huruf Latin Keterangan
- Ay ي .....
- Aw و .....
Contoh: حسين : Husayn
3. Maddah
Tanda Huruf Latin Keterangan
 a dan garis di atas ا
Î i dan garis di atas لى
Û u dan garis di atas لو
4. Ta‟ Marbutah
لمدينةالمورةا : al-Madînah al-Munawwarah
Fâtimah : فاطمة
Wizârat al-Tarbîyah : وزارةالتربية
5. Shaddah
Rabbana : ربنا
Nazzala : نزل
6. Kata Sandang
al-Syams : الشمش
al-Qalam : القلم
BAB I
12
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Realitas dunia Jurnalistik dewasa ini menjadi wartawan bukanlah suat hal
yang absurd, era modernisasi dan perkembangan teknologi yang begitu cepat
memudahkan para Jurnalis untuk mendapatkan data dalam proses kinerjanya.
Semua itu tidak lain dan tidak bukan demi mendapatkan kesempatan kerja di
dunia Jurnalistik, terkhurus menjadi wartawan, dibagian latar belakang ini penulis
menghantarkan kepada para pembaca melalui studi kasus yang penulis temukan di
kampus penulis sendiri yaitu UIN Sulthan Thaha Saifudin Jambi.
Perkembangan dan minat mahasiswa Ilmu Jurnalistik sebenarnya sudah
menjadi anomaly dimana minat menjadi wartawan terkhusus bagi jurusan Ilmu
Jurnalistik secara normatif sudah seharusnya setelah mereka selesai harus terjun
ke dunia Jurnalisme, tapi selama observasi awal penulis, minat mahasiswa Ilmu
Jurnalistik untuk menjadi wartawan tergolong kecil terlepas dari pengetahuan
mereka tentang ilmu-ilmu Jurnalis. Sebelum penjelasan penulis terlalu jauh dan
melebar berikut istilah jurnalisme yang penulis rangkum dalam beberapa refensi,
untuk menghantarkan kepada penulis, meneliti tentan minat mahasiswa Jurnalistik
Islam menjadi wartawan. Istilah Jurnalistik erat kaitannya dengan istilah pers dan
komunikasi masa. Jurnalistik adalah seperangkat atau suatu alat media massa.
Perngertian Jurnalistik dari berbagai literatur dapat dikaji definisi jurnalistik yang
jumlahnya begitu banyak. Namun Jurnalistik mempunyai fungsi sebegai
pengelolaan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan
sampai penyebarannya kepada masyarakat mengenai apa saja yang terjadi
didunia. Apapun yang terjadi baik peristiwa faktual (fact) atau pendapat seseorang
(opini), untuk menjadi sebuah berita kepada khalayak.2
Jurnalistik adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau
pelaporan setiap hari, jadi Jurnalistik bukan pers, bukan media massa. Menurut
2 Hikmat, Purnawa Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktek (Bandung: Remaja
Rosyadarkasya, 2009), 46.
13
kamus, Jurnlistik diartikan sebagai kegiatan menyiapakan, mengedit, dan menulis
surat kabar, majalah atau berkala lainnya.3
Sebaliknya kata Jurnalis ialah seorang penulis atau bisa dikatakan sebagai
wartawan yang berusaha memperoleh informasi berupa berita yang fakta, aktual,
menarik, dan komunikatif. Dengan adanya Jurnalis atau sering kita menyebutnya
wartawan seorang penyiar dan media massa akan mudah untuk menyampaikan
sebuah berita hangat.4Asal usul Jurnalisme, Kata Jurnalisme diambil dari bahasa
Prancis journal yang berasal dari istilah Latin diurnal atau diary.Acta Diurna
sebuah bulletin yang ditulis tangan dan berisi ulasan kejadian sehari-hari di
masyarakat.Acta Diurna Terbit Diromawi Kuno, dan menjadi cikal bakal surat
kabar. Istilah munculnya kata jurnalisme bisa ditelusuri pada zaman pemerintahan
Julius Caesar (100-22 SM) di Romawi Kuno.Pada waktu pemerintahannya, ada
beberapa perangkat negara seperti tentara, polisi dan Dewan Perwakilan
Politik.Sebagai seorang pemimpin, Caesar menyadari bahwa setiap keputusan
yang diambilnya sebisa mungkin bisa diketahui masyarakat.Maka pengumuman-
pengumuman yang berkaitan dengan kebijakan negaraan juga harus segera
mungkin diketahui rakyatnya.5
Dizaman yang serba global, media informasi mengalami peningkatan yang
sangat pesat dari segi jenis maupun dalam bentuk jumlahnya, oleh karena itu
media informasi harus dikelolah dengan orang-orang yang benar- benar
frofesional dalam bidangnya, sehingga media tersebut tetap disukai oleh
konsumen.
Profesi jurnalisme, di abad ke-20, telah menetapkan merek yang cukup
berpengaruh sebagai sebuah profesi. Ada empat faktor penting yang dipegangnya:
kekhususan pendidikan jurnalisme; pertumbuhan keilmuan sejarah, permasalahan
dan berbagai teknik komunikasi massa; dan perhatian sungguh-sungguh dari
tanggung jawab sosial kerja kewartawanan.6
3Ibid.,67.
4Ibid.,68.
5 Nurdin, Jurnalistik Masa Kini (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), 2.
6 Septiawan Santana, Jurnalistik Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2005),
13.
14
Perkembangan media informasi tidak bisa dibendung lagi, namun karena
kondisi perekonomian bangsa Indonesia banyak masyarakat tidak merasakan
media tersebut, namun media informasi diantara himpitan kesulitan ekonomi
tersebut masih ada media informasi yang murah dan mudah dan didapatkan oleh
masyarakat yaitu surat kabar yang dimana seorang wartawan disini sagat berperan
sekali dalam pencarian sebuah berita fakta dan actual untuk suratkabar salah
satunya.
Secara otomatis wartawan harus meningkatkan profesionalismenya dalam
menyajikan berita, yang mana berita harus menarik, actual, fakta, komunikatif dan
mudah dipahami. Supaya bisa diharapkan seperti hal di atas bukanlah sesuatu
yang mudah bagi wartawan, namun diperlukan minat yang kuat dan untuk berlatih
dan menulis dan juga dibutuhkan wawasan yang luas.
Sementara itu Jurusan Ilmu Jurnalistik Fakultas Dakwah di UIN Sultan Taha
Saifuddin Jambi, dalam proses belajar mengajar tentu saja ditekankan untuk
menjadi sarjana muslim yang mempunyai kemampuan yang propesional dalam
komunikasi baik melalui media cetak maupun elektronik. Untuk menjadi Jurnalis
propesional tentu saja membutuhkan segala sesuatu yang mendukung kearah
tersebut seperti skill, minat dan wawasan yang luas, yang dimana skill bisa
ditumbuhkan yang mana latihan-latihan dan dating dari minat yang kuat
sedangkan untuk wawasan kita dapat mengambil dari berbagai sumber
diantaranya buku-buku yang berhubungan dengan Jurnalis, berbagai macam
media baik media masa maupun media elektronik serta bekal mata kuliyah
Jurusan.
Pekerjaan seperti pemimpin redaksi, redaktur, Jurnalis atau reporter disebut
sebagai profesi. Seperti guru, pengacara,dan dokter, Profesi Wartawan adalah
yang bukan sekedar mengandalkan keterampilan seorang tukang. Jurnalis adalah
profesi yang watak, semangat dan cara kerjanya berbeda dengan tukang. Oleh
kareana itu, masyarakat memandang Jurnalistik sebagai profesional.
Melihat pembahasan diatas ada fenomena menarik menurut pengamatan
sementara, penulis melihat banyaknya mahasisiwa yang kurang berminat menjadi
Jurnalis dilihat ketika melaksanakan magang dan tugas pengurusan lokomotif
15
dari, dan hal ini jelas tidak banyak membantu dalam prosos pencapaian tujuan
untuk menjadi Jurnalis yang professional, itu terbukti ketika ada forum diskusi
terlihat fasif, kesulitan dalam membuat tugas artikel pembuatan blog dan
sebagainya.
Pada mata kuliah yang disediakan oleh Jurusan Ilmu Jurnalistik Fakultas
Dakwah akan mendukung Mahasiswa untuk memudahkan bergerak di bidang
komunikasi, baik media massa maupun media elektronik yaitu: Ilmu Komunikasi,
Teori Komunikasi, Jurnalistik, Penulisan Artikel dan Tajuk Rencana, Penulisan
Adventure, Penulisan Feature dan Editorial, Jurnalisme Foto, Jurnalistik
Investigasi dan Manajemen Produksi Radio,TV dan FI.
Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang
berjudul: Minat Mahasiswa Jurnalistik Islam Menjadi Wartawan
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka pokok yang
diangkat sebagai kajian utama penelitian ini adalah: Mengapa Mahasiswa
Jurnalistik Islam Kurang Berminat Menjadi Wartawan? Dalam proposal ini
penulis akan membatasi pokok masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya Mahasiswa untuk mengenali dunia kewartawanan?
2. Bagaimana Minat Mahasiswa Jurnalistik Islam Fakultas Dakwah dan Studi
Agama UIN STS Jambi Menjadi Wartawan?
3. Apa hambatan dan solusi untuk meningkatkan Minat Mahasiswa menjadi
Wartawan?
B. Batasan Masalah
Agar peneliti ini tidak menimbulkan kerancuan penulis hanya memfokuskan
tentang Minat Mahasiswa Jurnalistik Islam semester XI Menjadi Wartawan pada
Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penilitian ini secara umum diusahakan untuk mencapai dan mengetahui
bagaimana Minat mahasiswa menjadi Wartawan pada Mahasiswa Jurnalistik
Islam Di Fakultas Dakwah UIN STS Jambi. Lebih khusus penelitian ini
ditunjukan pula untuk:
16
Penelitian ini secara umum diusahakan untuk mencapai dan mengetahui
seberapa Minat Mahasiswa Jurusan Jurnalistik Islam Fakultas Dakwah UIN STS
Jambi menjadi Jurnalis atau wartawan.
1. Untuk mengetahui upaya Mahasiswa mengenali dunia kewartawanan pada
Mahasiswa Jurnalistik Islam Fakultas Dakwah UIN STS Jambi Menjadi
Wartawan.
2. Untuk mengetahui Minat Mahasiswa menjadi Wartawan pada Mahasiswa
Jurnalistik Islam Fakultas Dakwah UIN STS Jambi menjadi Wartawan.
3. Untuk mengetahui hambatan dan solusi dalam meningkatkan Minat Mahasiswa
Jurnalistik Islam Fakultas Dakwah UIN STS Jambi Menjadi Wartawan.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah: Pertama, Dari segi teoritik dapat
menjadi karya Ilmiyah yang mampu memperkaya wawasan pengetahuan Minat
Mahasiswa Menjadi Wartawan, Kedua,dari segi praktik, memberi sumbangan
pemikiran, bagi mahasiswa lain khususnya Mahasiswa Jurusan Jurnalistik Islam
Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, ketiga, bagi perkembangan dunia
kewartawanan, dengan penelitian ini akan semakin membantu Mahasiwa Jurusan
Jurnalistik Islam untuk mengatasi berbagai permasalahan yang menimpa dirinya.
D. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Minat
a. Pengertian Minat
Menurut W.J.S. Poerwadarmita, Minat adalah perhatian, kesukaan
(kecendrungan hati) kepada sesuatu keinginan. Minat dalam bahasa inggris
(interest) adalah suatu gejala atau pskis yang mempunyai hubungan erat dengan
dorongan dorongan.Minat perperan utama dari tindakan dan perbuatan pada
umumnyadan dalam pendidikan dan pengajaran pada khususnya. Menurut W.S
Winkel berpendapat, Minat adalah kecendrungan yang menetap dalam subjek
untuk merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.Sedangkan menurut Agus
Sudjanto, minat adalah suatu perasaan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir
17
dengan penuh kemauwannya dan tergantung dari bakat keinginanya dan
lingkungannya.7
Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat diambil suatu pengertian
bahwa minat suatu kecendrungan hati atau kesukaan dan dorongan dari diri
individu dengan mencurahkan perhatian, perasaan dan kemauan pada suatu
lingkungan yang mempunyai arti bagi dirinya yang mana hal itu sangat tergantung
dari bakat diri individu tersebut di lingkungan.
b. Unsur-Unsur Minat
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat diketahuiidentifikasi dari unsur-
unsur minat yaitu:
1) Adanya kecendrungan yang menetap dalam diri individu
2) Ada pemusatan perhatian dari dalam individu
3) Adanya rasa ketertarikan dari dalam diri individu terhadap objek
tertentu
4) Adanya kecendrungan untuk terlibat pada objek yang diminatinya
5) Nilai bakat diri.
Dari unsur-undur minat tersebut dapat penulis simpulkan pengertian minat
disini adalah kecendrungan jiwa seseorang memikirkan dan memusatkan
perhatiannya pada suatu keinginan untuk melibatkan objek yang diminatinya
disertaikeinginan mengetahui dan membuktikan lebih lanjut.
c. Bentuk-Bentuk Minat
Di dalam diri setiap individu terdapat dorongan yang menjadikannya
berbuat untuk mencapai tujuan. Dorongan-dorongan itu ada yang dari dalam juga
ada yang dari luar diri manusia, itu biasanya disebut dengan motif intrinsik
misalnya, manusia itu punya rasa ingin tahu, maka hal ini menimbulkan dorongan
psikis untuk mencari pengetahuan tersebut. Sedangkan dorongan yang datang dari
luar diri dikenal dengan motif extrinsik atau stimulan.
7Esti Dewi Akstari, “Minat Menjadi Jurnalistik pada Mahasiswa Komunikasi Penyiaran
Islam Fakultas Dakwah Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta”, Skripsi (Yogyakarta: Program Studi
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, 2010), 10.
18
Secara prinsip, manusia dalam kehidupannya senantiasa mendapat
pengaruh dari dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal yang timbul
karena pengaruh dorongan orang lain.
Menurut D. E. Super yang dikemukakan oleh neong muhajir dalam
bukunya Personal Management, membuat klasifikasi minat menjadi empat
macam yaitu:8
1) Interest sebagai Akspesi dimana seorang mengatakan suka atau tidak
suka pada suatu objek, tugas atau pekerjaan.
2) Interest sebagai Manifestasi, ini sinonim dari partisipasi dalam
aktifitas atau pekerjaan.
3) Tested Interest yaitu sebagai hasil tes obyektif pangkal pendapatannya
adalah interest seseorang berusaha mempelajari atau lebih mengenal
obyek itu.
4) Inveriet Interes, esensinya terletak pada penemuan residen dari
banyak kemungkinan yang diperoleh bukan estimasi subyektif
sebagaimana expressed interest.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Minat
Minat tidak dibawaa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian, minat
terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta
mempenngaruhi penerimaan-penerimaan minat-minat baru. Minat terhadap
sesuatu merupakan hasil belajar dengan menyokong belajar berikutnya, walaupun
minat terhadap sesuatu itu tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat
mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu
seseorang mempelajarinya.9
Jadi disini dapat dikatakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi minat
menjadi jurnalis dapat dibagi dua, pertama, faktor eksternal yakni hal-hal yang
datang dari luar diri seorng seperti keadaan lingkungan. Kedua, faktor internal
yakni segala sesuatu yang berasal dari dalam individu sendiri seperti kondisi fisik,
emosi dan sebagainya.
8Ibid., 12-14.
9Ibid., 15.
19
Upaya mahasiswa untuk mengali dunia kewartawanan salah satunya adalah
dengan banyak belajar mengenai dunia wartawan lebih bagusnya memilih jurusan
Jurnalistik saat duduk dibangku kuliah, selain itu juga mahasiswa juga
membutuhkan suatu wadah atau tempat untuk berkumpul, berdiskusi, saling
bertukar fikiran atau sebagai tempat untuk perlindungan dalam kegiatan menggali
dunia kewartawanan. Aktivitas sebagai wartawan dan menggali dunia wartawan
seiring berjalan waktu bisa sesuai asal dengan keinginan dan cita-cita
2. Kajian Jurnalistik
a) Pengertian Jurnalistik
Jurnalistik adalah istilah yang berasal dari bahasa Belanda “Journalistiek”
atau bahasa Inggris “Journalism”, yang bersumber pada perkataan “journal”
sebagai terjemahan dari bahasa Latin “diurna” yang berarti harian atau setiap hari.
Secara sederhana Jurnalistik dapat didefinisikan sebagai teknik mengelolah
berita mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada
khalayak.10
Menurut Mac Dougall dalam Zulkifli menyebutkan bahwa Jurnalistik adalah
suatu pengelolaan laporan harian yang menarik minat khalayak mulai dari
peliputan sampai penyebarannya kepada masyarakat.11
Astrid S. Susanto dalam bukunya komunikasi massa mengartikan jurnalistik
sebagai kejadian pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejadian
sehari-hari. A. W. Widjaja menyebutkan Jurnalistik adalah kegiatan yang
dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai peristiwa
sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu yang secepat-cepatnya. Lebih
ringkasnya lagi oleh mantan pimpinan umum harian Indonesia Ekspres, Djen
Amar dalam kustadi Suhandang mendefinisikan jurnalistik sebagai kegiatan
10
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 2003), 95. 11
Zulkifli M, Jurnalistik dalam Perspektif Islam (Makassar: Yayasan Fatiya, 2008), 1.
20
mengumpulkan, mengelolah dan menyebarkan berita kepada khalayak seluas-
luasnya dengan secepat-cepatnya.12
Sedangkan Jurnalistik menurut ilmu publistik adalah hal-hal yang berkaitan
dengan menyiarkan berita atau ulasan berita tentang peristiwa sehari-hari yang
umum dan aktual dengan secepat-cepatnya.13
Jadi Jurnalistik adalah suatu karya yang berkaitan dengan tulis menulis
berita yang memiliki nilai keindahan sehingga dapat menarik perhatian
khalayaknya untuk membaca berita tersebut.
b) Sejarah Perkembangan Jurnalistik
Berdasarkan pada sifat manusia yang selalu berusaha menghubungkan diri
dan mencari hubungan dengan sesama serta lingkungannya, hal ini menunjukkan
bahwa karya publistik mempunyai usia yang sama dengan umur manusia itu
sendiri.14
Pertama sekali para sejarawan memperhatikan bahwa zaman dahulu kala
ada orang yang khusus melakukan pekerjaan sebagai perantara dalam hal
melaksanakan komunikasi antar manusia. Untuk memenuhi keperluan orang
terhadap kabar atau berita tentang orang lain atau keadaan di sekelilingnya,
ataupun di tempat lain, terdapat orang-orang yang menjadi perantara agar orang
lain mengetahui informasi dari orang lain.
c) Jurnalistik dan Media Massa
Kegiatan Jurnalistik tidak bisa dipisahkan dari media massa, tanpa media
massa maka jurnalistik tidak akan dirasakan, karena media massa merupakan
sarana untuk menyebarluaskan karya-karya Jurnalistik ke masyarakat.
12
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik
(Bandung: Nuansa, 2010), 21-22. 13
Zulkifli. M, 27. 14
Wahyudi JB, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi (Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti, 2009), 23-24.
21
Media massa memiliki khalayak yang besar, heterogen dan anonim. Media
massa ada yang bersifat komersial dan ada yang bersifat nonkomersial. Media
massa yang ada saat ini, antara lain media cetak, radio, televisi, film, dan media
internet. Media massa yang menyiarkan berita atau informasi karya-karya
jurnalistik merupakan komponen utama dari pers.
Menurut Undang-Undang Pokok Pers pasal 1 ayat 1 dalam Paryati
Sudarman bahwa:
Pers didefinisikan sebagai lembaga sosial dan wahana komunikasi massa
yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengelola dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, gambar, suara gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya
menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis media yang
tersedia.15
Media massa secara umum, baik media cetak maupun elektronik keduanya
memiliki fungsi yang sama, yaitu:
1) Menyiarkan informasi, ini merupakan fungsi utama dari media massa,
sebab masyarakat menggunakan media massa tersebut karena
memerlukan informasi tentang berbagai hal baik informasi yang ada
disekeliling mereka ataupun informasi yang jauh dari tempat mereka
tinggal.
2) Mendidik, fungsi ini bahwa media massa menyajikan pesan-pesan atau
tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan serta sekaligus dapat
dijadikan media pendidikan massa.
3) Menghibur, media massa biasanya menyajikan rubrik-rubrik atau
program-program yang bersifat hiburan. Hal ini boleh jadi rubrik-rubrik
sengaja disajikan untuk menghibur atau yang lebih penting lagi yakni
untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel
yang dapat menguras perhatian dan pikiran pembaca.
15
Paryati Sudarman, Media di Media Massa (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), h. 14.
22
4) Mempengaruhi, melalui fungsi ini pers memegang peranan penting
dalam tatanan kehidupan masyarakat, sehingga masyarakat terpengaruh
oleh apa informasi yang disajikan.
5) Memberikan respons sosial, media massa dapat menanggapi fenomena
dan situasi sosial atau keadaan sosial yang terjadi.
6) Penghubung, media massa dapat menghubungkan unsur-unsur dalam
masyarakat yang tidak dapat dilakukan secara perseorangan, baik
langsung maupun tidak langsung.16
7) Transmisi budaya, media massa sebagai alat transmisi budaya sehingga
budaya yang ada bisa diperkenalkan kepada masyarakat luas dan
generasi selanjutnya.
8) Pengawasan, yakni media massa menunjuk pada pengumpulan dan
penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekitar
kita.
9) Pewaris sosial, media massa sebagai pendidik menyangkut pendidikan
formal maupun informal yang mencoba mewariskan pada generasi
selanjutnya.
10) Melawan kekuasaan dan kekuatan represif, media massa memberikan
informasi, tetapi informasi yang diungkapkan mempunyai motif-motif
tertentu untuk melawan kemapanan suatu kekuasaan, sehingga
diharapkan media massa mampu membantu menciptakan hubungan
yang harmonis antara masyarakat dengan pemerintah.17
d) Unsur-Unsur Komunikasi Massa
Unsur-unsur komunikasi massa pada dasarnya sama dengan unsur
komunikasi pada umumnya, unsur-unsur yang dimaksud antara lain:
1) Komunikator, komunikator dalam komunikasi massa sangat berbeda
dengan komunikator dalam bentuk komunikasi lain. Komunikator yang
dimaksud meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur dan staf teknis
termasuk para jurnalis di dalamnya. Dalam sebuah media massa
16
Sulistino, Senangnya Menjadi Wartawan (Yogyakarta: PT Citra Aji Parama, 2013), 15. 17
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), 74-
90.
23
komunikator meliputi redaktur, reporter, editor, fotografer, wartawan dll.
Sehingga tidak bisa dikatakan bahwa komunikator dalam media massa
adalah individu melainkan kumpulan-kumpulan individu yang saling
bekerja sama antara komunikator satu dengan komunikator yang
lainnnya dalam proses pembuatan sampai dengan penyebar luasan
informasi kepada masyarakat.
2) Isi atau pesan, biasanya berupa pesan verbal dan non verbal18
dan isi
dalam media massa berupa berita atau informasi dan masing-masing
media massa mempunyai kebijakan sendiri-sendiri dalam pengelolaan
isinya. Selain berita, media massa juga mengevaluasi dan menganalisis
setiap kejadian. Melalui keahlian dalam menginterpretasikan pesan dan
fakta-fakta dari lapangan.
3) Audience yakni audience yang bersifat anonim dan heterogen.
4) Umpan balik, ada dua umpan balik dalam komunikasi massa, yakni
umpan balik langsung dan tidak langsung (tertunda). Umpan balik
langsung terjadi jika komunikator untuk berbicara langsung misalnya
dalam radio dan televisi, sedang umpan balik secara tidak langsung,
misalnya bisa ditunjukkan dalam surat pembaca atau letter to the editor.
5) Gatekeeper, istilah untuk penapis informasi atau penjaga gawang suatu
informasi. Secara jelasnya bahwa gatekeeper adalah orang atau
organisasi yang memberikan izin suatu kegiatan juga mempengaruhi
keluar masuknya suatu informasi dalam media massa. Dengan demikian
mereka adalah direktur, reporter, editor berita, layouter atau orang lain
yang menentukan arus informasi yang disebarkan.
6) Pengatur, pengatur disini adalah orang-orang yang secara tidak langsung
ikut mempengaruhi proses aliran pesan media massa seperti pengadilan,
pemerintah, konsumen.
7) Filter adalah kerangka pikir melalui mana audience menerima pesan.
Ada beberapa filter antara lain fisik, psikologis dan budaya.19
18
Zulkifli Musthan, Teori-teori Komunikasi (Jakarta: Mazhab Ciputat, 2011), h.11. 19
Nurudin, op.cit, 96-135.
24
e) Bentuk Penerapan Jurnalistik Pada Media Massa
Setiap media massa memiliki strategi komunikasi masing-masing.
Media massa cetak memiliki pendekatan yang berbeda dengan media massa
elektronik. Perbedaan itu terutama dapat dilihat pada strategi penyusunan
pesan-pesan yang akan disampaikannya kepada khalayak. Berikut
penjelasannya antara lain:
1) Jurnalistik pada media cetak, media cetak merupakan media massa yang
diterbitkan dengan cara dicetak pada sebuah kertas dengan ukuran
tertentu. Contoh media massa cetak yang tidak asing bagi kita adalah
surat kabar, majalah dan tabloid. Berkenaan dengan sisi jurnalistik, maka
harus ada penetapan kebijakan editorial dan kebijakan perusahaan
dengan baik, sehingga dengan demikian masyarakat akan selalu
memercayai dan membeli karya-karya jurnalis yang ada. pesan
persuasifnya dialamatkan pada rasio atau fikiran. Karenanya, ia memiliki
daya persuasif yang relatif lebih tinggi dibanding media elektronik
seperti radio. Lewat media ini seorang penulis atau jurnalis medai cetak
dapat mengajak dialog untuk sedikit berpikir tentang suatu masalah
dengan para pembacanya.20
2) Jurnalistik media elektronik, media elektronik merupakan media massa
yang berbentuk elektronik, misalnya radio dan televisi. Bentuk jurnalistik
pada media elektronik seperti pada radio yang mempunyai keluwesan
untuk segera mengudarakan pemberitaan. Kelebihan radio sebagai media
massa yaitu dalam hal daya tembus. Informasi yang disiarkan radio
mempunyai nilai kesegaran dan keluwesan. Selanjutnya adalah media
televisi, media yang dapat dianggap sebagai media massa yang paling
hebat jika dibanding dengan media cetak, bahkan dibanding dengan
media radio pun, karakteristik yang paling utama dari media ini adalah
pada visualisasi. Gambar dan kata-kata merupakan hal penting dalam
jurnalisme televisi.
20
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik (Jakarta: Logos, 1999),
84-86.
25
3) Media internet adalah media yang sangat banyak diminati khalayak,
karena keluasan cakupan berita yang dapat dimuat di dalamnya. Internet
memungkinkan hampir semua orang di belahan dunia mana pun untuk
saling berkomunikasi dengan cepat dan mudah.21
Informasi yang
disajikan pun beragam, sehingga jurnalis internet harus mampu membuat
berita yang banyak mengundang minat baca khalayak yang sangat
banyak. Para ahli mengatakan kunci keberhasilan jurnalisme online sama
dengan berita tradisional, yaitu akurasi dan dorongan untuk berinovasi.22
f) Pentingnya Kode Etik Jurnalistik
Meski kebebasan pers dijamin oleh undang-undang, namun tidak ada satu
pun media massa yang bebas untuk melakukan suatu tindakan kesalahan,
kejahatan, penghinaan, pencemaran nama baik seseorang, kelompok, organisasi
dan instansi tertentu, baik disengaja maupun tidak, karena kelalaian atau
kesadaran.
Makna bebas dalam kegiatan jurnalistik yakni bebas bukan berarti
semaunya sendiri, bebas yang dimaksud adalah kebebasan yang mempunyai
batas-batas tertentu atau kata lainnya bebas yang dilengkapi dengan tanggung
jawab. Tanggung jawab dalam kewajibannya memelihara ketertiban dan
kesejahteraan masyarakat.23
Memelihara ketertiban dan kesejahteraan masyarakat adalah kewajiban pers
di manapun berada, agar dalam penyampaian informasi mengarah pada ketertiban
dan kedamaian hidup diantara pergaulan masyarakat sehingga tercipta kondisi
masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
g) Hubungan Minat dengan Intensi Profesi Jurnalis
Mahasiswa adalah agen of change, mahasiswa adalah tokoh perubahan,
maka seharusnya perubahan yang dibawanya adalah perubahan ke arah positif,
sehingga apa yang dilakukan mahasiswa menjadi hal yang bermanfaat bagi orang
banyak.
21
Werner J. Severin & James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode &Terapan
di Media Massa, Edisi 5 (Jakarta: Kencana, 2007), 444. 22
Sulistiono, op.cit., 20. 23
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik (Bandung: Nuansa, 2010), 209.
26
Kampus merupakan salah satu wadah mahasiswa untuk mencari kekayaan
ilmu-Nya, selain itu kampus juga menjadi salah satu tempat adanya pengalaman
bagi mahasiswa sehingga banyak pengetahuan-pengetahuan serta pengalaman-
pengalaman baik secara langsung maupun tidak langsung yang akan didapatkan
mahasiswa.
Kebanyakan mahasiswa fokus pada dunia akademiknya, sehingga
memprioritaskan kegiatan-kegiatan kampus dibanding dengan kegiatan-kegiatan
yang tidak ada kaitannya dengan kampus. Oleh karena itu kampus memiliki
pengaruh yang cukup besar dalam menjadikan lulusan-lulusan terbaik dan
bermanfaat kepada banyak orang. Sehingga dengan demikian kampus diharapkan
dapat menciptakan lingkungan-lingkungan yang menunjang kebutuhan mahasiswa
agar berdampak pada mutu dan kemampuan setelah lulus dari perguruan tinggi.
Kemampuan salah satunya dipengaruhi oleh minat, sehingga jika semakin
tinggi minat seseorang maka semakin bagus pula kemampuan terhadap suatu
pekerjaan, 24
sebaliknya jika minat tidak ada maka kemampuan dalam
melaksanakan pekerjaan pun dikerjakan secara asal-asalan sehingga hasilnya tidak
memuaskan bagi pelakunya.
Minat tidak secara sendirinya menjadi perilaku seseorang, karena masih ada
faktor lain yang diperkirakan dapat menghambat atau mendorong terwujudnya
suatu perilaku. Niatan mahasiswa untuk menjadi jurnalis akan semakin besar jika
berada dalam situasi, kondisi dan waktu tertentu yang dianggap mendorong untuk
memilih profesi jurnalis.
Minat profesi Jurnalis mahasiswa akan diwujudkan dalam bentuk
penyelesaian tugas-tugas yang berkaitan dengan komunikasi dan Jurnalistik secara
senang dan tepat waktu, memiliki buku bacaan yang berkaitan dengan komunikasi
dan Jurnalistik, juga sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
Jurnalistik termasuk selalu mengikuti perkembangan berita-berita update setiap
harinya adalah cerminan minat pada profesi Jurnalis. Sehingga dengan kebiasaan-
kebiasann yang sudah terlihat pada individu, maka ia akan terbiasa dan menyukai
24
Esti Dewi Akstari, op.cit.
27
apa yang menjadi minatnya yang kemudian akan diwujudkan dalam kehidupan
nyata dengan memilih menjadi profesi Jurnalis setelah lulus dari perguruan tinggi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat sangat
mempengaruhi intensi profesi Jurnalis mahasiswa, jika minat pada profesi Jurnalis
mahasiswa tinggi maka intensi memilih profesi jurnalis juga tinggi dan sebaliknya
jika minat profesi jurnalis mahasiswa rendah maka intensi profesi jurnalisnya pun
rendah.
3. Tujuan Tentang Jurnalis
a. Tujuan Umum Tentang Jurnalis
Istilah jurnalis dari kata jurnalistik yang berasal dari bahasa pranci”journal”,
berarti catatan harian. Jurnalistik bekaitan dengan catatan harian yang
dipublikasikan kepada pada masyarakat dan terbit secara teratur. “ journal” atau
de jour” berarti hari, dimana segala berita atau warta sehari itu termuat dalam
lembaran yang tercetak.Jurnalistik dapat didefinisikan sebagai kegiatan untuk
menyiapkan, mengedit dan menulis untuk sebuah surat kabar, majalah atau
penerbitan berkala lainnya. Jurnalistik adalah keseluruhan proses pengumpulan
fakta, penulisan, penyuntingan, dan penyebarluasan berita yang dilakukan oleh
Jurnalis. Dan paling penting adalah pengumpulan fakta, karena selain
merekonstruksikan realitas sosial, juga diperlukan interpretasi terhadap realitas
tersebut. Dalam hal ini diperlukan suatu kemampuan dari Jurnalis untuk
melakukan interpretasi terhadap realitas sosial.25
Berikut pemaparan tokoh-tokoh pakar Jurnalistik26
:
1) Adinegoro
Dalam buku “Hukum Komunikasi Jurnalistik“ yang diterbitkan pada tahun
1984, Adinegoro mendefinisikan Jurnalistik sebagai sebuah kepandaian dalam hal
mengarang (red: menyusun kata) yang tujuan pokoknya adalah untuk memberikan
kabar/ informasi pada masyarakat umum secepat mungkin dan tersiar seluas
mungkin. Menurut Adinegoro, Jurnalistik mempelajari seluk beluk penyiaran
berita, dalam berbagai media pers, termasuk juga dalam teater, film, atau rapat.
25
Ibid., 16-18. 26
Pengertian Jurnalistik Menurut Para Ahli, Internet, diakses melalui alamat http://jendelakomunikasi.wortdpress.com, diakses pada tanggal 16 Mei 2019.
28
2) Muis
Muis berpendapat bahwa cukup banyak definisi tentang jurnalistik, namun
secara umum definisi tersebut memiliki kesamaan; yaitu memasukan unsur media
massa, penulisan berita, dan waktu yang tertentu (aktualitas).
3) Asep Syamsul M. Romli
Dalam buku “Jurnalistik Dakwah” yang diterbitkan pada tahun 2003, Asep
Syamsul M Romli mengemukakan bahwa Jurnalistik merupakan sebuah proses
kegiatan dalam mengolah, menulis, dan menyebarluaskan berita dan atau opini
melalui media massa.
4) Astrid Susanto
Dalam buku “Komunikasi Massa” yang terbit pada tahun 1986, Astrid
Susanto memberikan pengertian Jurnalistik sebagai suatu kegiatan yang dilakukan
seseorang dalam mencatata dan melaporankan serta menyebarkan informasi
kepada masyarakat umum. Informasi yang dimaksud berkenaan dengan kegiatan
sehari-hari.
5) W. Widjaya
A.W. Widjaya berpendapat bahwa Jurnalistik merupakan suatu kegiatan
komunikasi. Kegiatan komunikasi ini dilakukan dengan cara menyiarkan berita
ataupun ulasan; berupa ulasan peritiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual dan
faktual. Penyiaran berita dilakukan dalam waktu yang secepat-cepatnya.
6) Djen Amar
Dalam buku “Hukum Komunikasi Jurnalistik” terbitan tahun 1984, Djen
Amar mengemukakan bahwa Jurnalistik merupakan suatu kegiatan untuk
mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita secepat mungkin dan seluas
mungkin kepada khalayak. Djen Amar juga mengatakan jurnalistik merupakan
usaha memproduksi kata dan gambar untuk dapat mentransfer suatu ide atau
gagasan.
29
7) A.S. Haris Sumadiria
Dalam buku “Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan feature, Panduan
Praktis Jurnalis Profesional” terbitan tahun 2005, Haris Sumadiria
menyatakan pengertian Jurnalistik sebagai suatu kegiatan yang menyiapkan,
mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita.
Dilakukan secara berkala, secepat mungkin dan seluas mungkin dan ditujukan
kepada masyarakat umum.
8) Edwin Emery
Edwin Emery berpendapat bahwa dalam jurnalistik selalu harus ada unsur
kesegaran waktu (timeliness atau aktualitas). Oleh sebab itu Jurnalis memiliki dua
fungsi utama, yaitu untuk melaporkan berita dan untuk membuat interpretasi serta
memberikan pendapat berdasarkan berita yang dilaporkannya.
9) Erik Hodgins
Dalam buku “Pengantar Jurnalistik, Seputara Organisasi, Produk dan Kode
Etik” terbitan tahun 2004, dikutip bahwa Erik Hodgins bependapat bahwa
Jurnalistik merupakan pengiriman informasi, dari suatu tempat ke tempat lain.
Pengiriman informasi ini dilakukan dengan benar, seksama, dan cepat dalam
rangka membela kebenaran dan keadilan berpikir yang selalu dapat dibuktikan.
10) Fraser Bond
Dalam bukunya “An introduction to Journalism” yang terbit pada tahun
1961, Fraser Bond menulis: “Jurnalism ambraces all the forms in which and
trough wich the news and moment on the news reach the public”. Yaitu bahwa
Jurnalistik mencakup semua bentuk cara/ kegiatan yang dilakukan hingga sebuah
ulasan/ berita dapat disampaikan kepada publik.
b. Berita dan Proses Kerja Jurnalis
Secara umum proses kerja Jurnalis terdiri dari dua tahap, yaitu peliputan dan
reportase, penulisan berita dan editting, namun sebelumnya perlu dibahas sedikit
tentang apa itu berita, sebab berita adah inti dari kegitan jurnalistik yang akan
30
dikerjakan oleh Jurnalis bahkan lebih dari 90% isi media cetak adalah berita yang
disediakan oleh Jurnalis. Meskipun untuk memberikan pengertian mengenai berita
tidakla mudah, tetaplah perlu untuk mencoba mencari pengertian yang tepat,
pengertian dan batasan mengenai berita merupakan bekal bagi Jurnalis karena
dengan pengertian yang dimiliki tentang berita akan sangat menentukan tingkat
kemampuan dan profesionalitas kewartawanan dalam menilai sesuatu sebagai
berita.
Dja‟far Assegaf yang mengabungkan beberapa pendapat dan menimbulkan
bahwa berita dalam arti teknik Jurnalistik adalah “laporan tentang fakta atau ide
yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang
dapat menarik penarik pembaca karena luar biasa, penting dari segi akibatnya.27
Berita yang ditampilkan media adalah rekonstruksi fakta yang menjadi fakta
media, artinya sebelum menjadi sebuah karya Jurnalistik, Jurnalis memerlukan
tahapan-tahapan. Tahapan pertama adalah peliputan dan reportakase, yaitu
aktifitas yang dilakukan ketika ada peristiwa/berita yang sudah terjadi atau baru
terjadi, sedang terjadi maupun yang akan terjadi, jurnalis harus siap melakukan
pengumpulan data atau fakta untuk disampaikan kepada publik sebagai bahan
informasi dalam keadaan apapun.
c. Beberapa Jenis Jurnalisme
Seiring dengan kemajuan/perkembangan zaman Jurnalismepun berkembang
dalam berbagai bentuknya. Ditinjau dari segi medianya yang terus berkembang,
ada Jurnalistik Pers (media cetak) dan Jurnalisme Elektronik (broadcast,
television, dan online jurnalisme).28
4. Wartawan
Menurut pasal 1 angka 4 undang-undang no. 40 tahun 1999 tentang pers
(yang selanjutnya kami sebut UU Pers) wartawan adalah orang yang secara teratur
melaksanakan kegiatan jurnalistik. Peraturan Dewan Pers juga memberi definisi
kedua yang tidak jauh berbeda dari penjabaran UU Pers tersebut, yang menyebut
wartawan sebagai “orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik
27
Dja’far Assegaf, Wikipedia, dikses pada tanggal 16 Mei 2019. 28
Ibid.
31
berupa mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengelola dan
menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan
gambar, serta data grafik, maupun dalam bentuk lainnya”. Kedua defini diatas
menegaskan bahwa unsur yang terdapat dalam pengertian wartawan adalah:
orang, yang melaksanakan kegiatan jurnalistik, dan kegiatan itu dilakukan secara
teratur.Pada dasarnya wartawan yang ada pada era moderen, memiliki dua status
yaitu sebagai pekerja (worker) dan profesi (prefesional). Indah Suryati dalam
teorinya menyebut wartawan adalah seorang profesional, seperti halnya dokter,
bidan, guru, dosen, psikolog, atau pengacara. Istilah profesional dalam persepsi
kewartawanan memiliki tiga arti yaitu kebalikan dari amatir, sifat pekerjaan
menurut pelatihan khusus dan norma-norma yang mengatur perilaku dititik
beratkan pada kepentingan khalayak pembaca.29
5. Kenali Propesi Wartawan
Gaya kerja wartawan tidak mengenal waktu dan tempat. Kapan dan di mana
pun ia berada, sebagian waktu habis dipergunakan di lapangan guna mencari dan
mengumpulkan informasi dari berbagai narasumber yang harus ia kejar dan
diperoleh sampai dapat. Tidak ada istilah wartawan hanya duduk manis di depan
meja. Untuk sekedar melepas keletihan setelah seharian melakukan tugas
jurnalistiknya (meliput dan mewawancarai narasumber) sebelum masuk masa
waktu deadline, mereka bisa berkumpul dan bersantai sejenak dengan rekan-rekan
lainnya, ia harus berkejaran dengan waktu untuk menulis laporan reportasenya
kedalam bentuk tulisan jurnalistik.30
Dalam sejarah pers Indonesia, wartawan dianggap sebagai orang yang
paling berjasa bagi penyebaran informasi kepada masyarakat.Tercatat banyak
orang yang berhasil menjadi wartawan professional dan sukses. Sebut saja, Jacob
Oetama yang sukses mengelola dan mendirikan harian Kompas, kemudian
Akmakusumah, yang letih malang-melintang sebagai wartawan senior, ia
membagi ilmu jurnalistiknya dengan mendirikan lembaga pendidikan pers. Arti
“sukses” dalam konteks pekerja pers adalah keberhasilannya menekuni dunia
29
Jafar Sodiq, Hukum Dan Wartawan, 2013,7. 30
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan (Yogyakarta: C.V. Andi Offset,
2005), 1.
32
Jurnalistik yang dimulai dari bawah (dari reporter hingga berhasil memiliki media
penerbit pers sendiri).
Dibawah ini ada beberapa alasan ketertarikan orang dalam menekuni profesi
kewartawanan, antara lain:31
a) Tantangan Dalam Pekerjaan
Tantagan yang dihadapi di lapangan ketika melakukan tugas peliputan
(mencari, mengumpulkan, dan mewawancarai narasumber). Berbagai tantangan
berlangsung, misalnya ketika harus melakukan tugas liputan di tengah krisis
perang antar daerah, meliput peristiwa di daerah bencana gempa bumi seperti
kasus tsunami yang terjadi di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatra
Utara, atau ketika harus mewawancarai korban yang terkena penyakit menular
seperti HIV/AIDS.
b) Bertemu Orang-Orang Penting
Di dalam melakukan tugas jurnalistik, wartawan memnag kerap bertemu
orang-orang penting seperti pejabat negara, pakar, orang top dan artis terkenal.
c) Menyalurkan Bakat Tulis Menulis
Seorang yang telah memilki minat atau bakat menulis semenjak masih
duduk di bangku sekolah dasar atau menengah mudah tergoda untuk memilih
profesi wartawan karena dianggap dapat menyalurkan bakat terpendam di bidang
tulis-menulis.Dengan menjadi wartawan, banyak pengetahuan dan keterampilan
baru yang mereka peroleh.
d) Bebas Berkarya dan Berbangga Atas Karya Tulisnya
Berhasil mewujudkan keinginan hatinya dalam berkarya di dalam membuat
sebuah pemberitaan yang baik aka menjadi kebanggaan tersendiri bagi individu
bersangkutan.Ia akan sangat puas saat melihat karya tulis/beritanya dimuat di
media tempatnya bekerja.
6. Minat dan Keberanian
Selain bakat menulis, dibutuhkan minat yang kuat dalam diri agar bisa
menjadi energi dan semangat saat menjalankan pekerjaan.Keberanian juaga harus
31
Ibid., 4.
33
ada untuk bisa menjalankan tugas wartawan yang penuh resiko.Seorang wartawan
harus berani dalam melakukan tugas perjalanan liputan keberbagai daerah dan
menghadapi segala tantangan selama bertugas.32
Untuk menumbuhkan “minat dan keberanian”, ingatlah nasihat yang
menyatakan bahwa “agar suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan baik dan bisa
berjalan dengan lancar, berusahalah untuk mencintai pekerjaan yang telah anda
pilih itu dengan segenap hati, dan lapangkan dada ketika muncul berbagai kendala
dan hambatan untuk menjegal langkah kaki anda. Sebab tidak ada pekerjaan yang
tidak beresiko ”.
Menjadi wartawan bukanlah hal yang mudah.Wartawan selalu dihadapkan
pada tantangan untuk terus bekerja secara professional sekaligus mengimbangi
kemajuan teknologi.Hal terpenting yang harus dimiliki wartawan adalah
keterampilan Jurnalistik, editoriall dan pengetahuan yang luas di berbagai bidang.
Pekerjaan wartawan adalah memburu dan meliput berita hingga kemudian
merangkainya menjadi suatu tulisan yang menarik dan enak dibaca oleh khalayak
publik. Adapun syarat-syarat menjadi wartawan professional adalah:33
a) Memiliki minat dengan profesi wartawan.
b) Punya kemahiran menulis.
c) Menguasai bahasa Indonesia dan inggris.
d) Memiliki bakat dan kreatif dalam melakukan reportase dan menulis
berita.
e) Saggup menemui berbagai individu di berbagai tingkat.
f) Saggup bekerja tampa memperhitungkan tempat dan waktu.
g) Memiliki pengetahuan luas dalam berbagai bidang.
h) Rajin menggikuti perkembangan berita di media cetak atau elektronika.
i) Menguasai teknik jurnalistik (teknik reportase, menulis, wawancara dan
melakukan editing berita dengan baik).
j) Menguasaibidang liputan. Misalnaya ketika harus meliput berita
ekonomi, wartawan harus paham dengan istilah ekonomi.
32
Ibid., 6. 33
Ibid., 7.
34
k) Menaati kode jurnalistik ( hindari dari kelompok wartawan amplop agar
nama baik anda tidak tercemar).
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Untuk menjelaskan temuan tentang tentang objek penelitian ini, maka
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik purposive
sampling. Menurut Beni, penelitian kualitatif meliputi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuan
penelitianya.34
Dengan pendekatakan kualitatif, peneliti berupaya membangun
argumentasi rasional tentang segala macam hal yang berkaitan dengan
permasalahan dalam penelitian ini.
2. Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian pada studi kasus ini menggunakan teknik purposive sampling.35
Mengenai lokasi penelitian ini adalah di Jurusan Jurnalistik Islam Fakultas
Dakwah UIN STS Jambi, Alamat: Jl. Jambi-Ma.Bulian UIN STS Jambi, Kampus
Sei. Duren, Kecamatan Jambi Luar Kota (JALUKO). Kabupaten Muaro Jambi.
Berhubung sepinya peminat Mahasiswa Jurnalistik Islam di Fakultas
Dakwah UIN Jambi, data ini penulis ambil setelah penulis melihat melalui
observasi awal. Maka subjek dalam penelitian ini yaitu Mahasiswa Jurusan
Jurnalistik Islam Fakultas Dakwah Studi Agama UIN STS Jambi pada semester
VI. Mengingat subjek yang baik adalah subjek yang terlibat aktif, cukup
mengetahui, atau berkepentingan dengan aktifitas yang akan diteliti, serta
memiliki waktu untuk memberikan informasi secara benar.
34Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 183-184.
35Kelompok yang dipilih secara cermat, dan kelompok yang terbaik, akan dipilih menjadi
responden penelitian, yang penulis tentukan sendiri dengan acak tentunya melalui nalar penulis
masing-masing. Oleh karena itu, purposive sampling juga memiliki istilah yang lain yaitu:
jugmental sampling, sebab dikatakan demikian adalah karena perlu adanya pertimbangan yang
matang untuk memilih kelompok utama menjadi sebuah sampling. Jadi purposive sampling adalah
pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan, dalam
bahasa sederhana purposive sampling itu dapat dikatakan sebagai secara sengaja mengambil
sampel tertentu (jika orang berarti orang-orang tertentu) sesuai persyaratan (sifat, karakteristik, ciri
dan criteria sampel).
35
3. Jenis dan Sumber Data
Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen dan
lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam
kata-kata dan tindakan serta sumber data tertulis.36
a. Jenis Data
Jenis data dibagi kedalam dua kategori, yakni data primer dan data
sekunder. Penjelasan kedua jenis data tersebut adalah sebagai berikut:
1) Data Primer
Data primer adalah data utama penelitian.37
Data primer dalam penelitian ini
adalah data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dengan subjek
penelitian, dan dokumentasi. Data primer akan peneliti catat dalam catatan
lapangan penelitian. Data Primer langsung penelitan dapatkan di jurusan
Jurnalistik Islam dan mahasiswa responden peneliti.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung penelitian.38
Data sekunder diperoleh
dari sumber berupa dokumentasi, arsip, serta peristiwa yang bersifat lisan maupun
tulisan dalam penelitian ini. Data sekunder pada penelitian ini adalah seperti surat
kabar, majalah yang berkaitan dengan minat mahasiswa menjadi wartawan.
b. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain ( Lofland dan
Lofland 1984:47). Sumber data adalah subjek di mana data yang bersangkutan
dengan penelitian itu di dapatkan.dalam proposal ini sumber datanya adalah:
a) Buku-buku yang bersangkutan dengan proposal ini seperti skiripsi-
skiripsi, jurnal, koran media online dan tulisan lainnya yang berhubungan
dengan skripsi ini.
36Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2010),157.
37Suaidi Asy‟ari (Ed), Panduan Penulisan Skripsi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
STS Jambi (Jambi, t.p, 2009), 19. 38
Ibid., 19.
36
b) Data yang di peroleh dari informan yaitu: kepala prodi Jurnalistik Islam,
staff, dan tentunya Mahasiswa Jurnalistik Islam semester VIII.
c) Dokumentasi, sumber data ini di ambil dari dokumentasi yang terdapat di
lapangan, lokasi Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat dan relevan di lapangan peneliti akan
menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu dengan beberapa cara
sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan cara memperhatikan atau
mengamati secara langsung. Metode ini satu pengumpulan data yang akan
dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan disetiap terjadinya
komunikasi, termasuk juga gejala-gejala yang tampak dalam objek penelitian
yang pelaksanaanya langsung pada tempat dimana suatu peristiwa, situasi dan
kondisi yang terjadi. Situasi kondisi dapat dibuat-buat namun ada juga yang
memang faktanya demikian.Sedangkan pengamatan di suatu tempat dapat
dilakukan dengan atau tanpa alat. Metode inipun akan peneliti lakukan guna
menggali informasi penting nantinya.
Hasil observasi dapat digunakan untuk melengkapi data yang berasal dari
wawancara dan sangat bermanfaat untuk memberikan informasi tambahan untuk
menjelaskan permasalahan di dalam penelitian ini.Observasi awal sangat perlu
dilakukan pada saat penelitian ini untuk melihat permasalahan awal yang timbul,
oleh minat mahasiswa Jurnalistik Islam Menjadi Wartawan Studi di Fakultas
Dakwah dan Studi Agama UIN STS Jambi.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu
dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan
dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan.39
Wawancara
atau interviewakan peneliti lakukan agar peneliti bisa mengetahui dan
mendapatkan data di lokasi penelitian. Wawancara ini akan penulis lakukan
39
Ibid., 135.
37
langsung berhadap-hadapan dengan merujuk kepada butir-butir pertanyaan
wawancara yang sudah peneliti persiapkan sebelumnya. Metode ini akan penulis
lakukan sewaktu melakukan penelitian kelak.
Informan-informan yang diwawancarai oleh peneliti dianggap mengetahui
dan objek permasalahan penelitian ini.Teknik pemilihan informan dilakukan
secara purposive sampling. Digunakanya teknik ini karena sebelum melakukan
penelitian, peneliti sudah melakukan pra-penelitian terlebih dahulu sehingga
informan-informan yang akanditeliti sudah diketahui kapasitasnya untuk
diwawancarai oleh peneliti.
Penulis mengadakan wawancara untuk memperoleh informasi yang tujukan
kepada kepala Mahasiswa Ilmu Jurnalistik Fakultas Dakwah UIN STS Jambi,
sesekali penulis coba mewawancarai para alumni mengenai keluhan apa saja yang
dialami alumni sehingga minat menjadi wartawan relatif kurang.
c. Dokumentasi
Dokumen adalah catatan kejadian yang sudah lampau yang dinyatakan
dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang.Studi
dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara. Peneliti menggunakan metode dokumentasi
untuk menunjang informasi-informasi yang telah didapat dengan melampirkan
data informasi tambahan sebagai bentuk dokumentasi. Dengan melampirkan
dokumentasi tersebut, maka peneliti merasa yakin akan kebenaran data informasi
yang didapat dilapangan.40
Hal-hal yang peneliti dokumentasikan adalah berupa meminta dokumen
mengenai profil Jurusan Jurnalistik Islam Fakultas Ushuluddin Studi Agama UIN
STS Jambi, jumlah Mahasiswa jurusan jurnalistik Islam smerter VI. Kemudian,
peneliti juga akan mengambil foto ketika melakukan wawancara dengan para
informan, dan ketika peneliti mengamati objek penelitian di lapangan.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam peneltian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini
40
Sugiyono, Memahami Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), 82.
38
Nasution sebagaimana dikutip oleh Sugiyono, menyatakan bahwa analisis telah
dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah. Sebelum terjun ke
lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data
menjadi pegangan bagi penelitian selanjutya sampai jika dimungkinkan teori yan
grounded. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan
selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.41
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data
model Miles dan Huberman. Analisis datanya dilakukan selama proses
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam
periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap
jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka
peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu diperoleh data
yang dianggap kredibel. Miles and Huberman mengatakan bahwa aktivitas dalam
analisa data kualitatif dilakuakan secara interaktif dan berlangsung cecara terus
menerus sampai tuntas.Sehingga datanya sudah jenuh.Teknik ini terdiri dari tiga
tahapan yakni analisis sebelum ke lapangan dan analisis ketika di lapangan.
Analisis data sebelum ke lapangan menurut Miles and Huberman adalah
peneliti menganalisis data terhadap hasil studi pendahuluan, atau data sekunder
yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus
penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti
memasuki lapangan penelitian. Analisis setelah di lapangan menurut Miles and
Huberman juga terdiri dari beberapa tahapan sebagaimana dijelaskan dalam
paragraf di bawah ini:
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci.42
Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya, dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
41Ibid.,90-91.
42
Beni Ahmad Saebeni, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 200.
39
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.43
Secara operasionalnya, dalam teknik reduksi data ini, sejumlah besar data
mentah yang peneliti peroleh dan kumpulkan di lapangan akan peneliti susun
dalam bentuk catatan lapangan, salinan wawancara, salinan dokumentasi. Setalah
dipilah seperti itu, maka peneliti akan mudah untuk melakukan proses reduksi dan
penyeleksian dari data mentah yang terserak itu lalu mengkerucut menjadi
sejumlah data yang penting-penting saja, dan berkaitan dengan penelitian.
b. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.Dalam hal ini
Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitan kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif.44
Peneliti melakukan teknik men-display-kan data ialah dengan tujuan
memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang sudah ditemukan tersebut. Secara
operasionalnya, setalah data direduksi, tahap selanjutnya peneliti akan merangkai
dan mensistematiskan data-data sesuai pada tempatnya menyesuaiakan dengan
kepentingan laporan penelitian. Sehingga data yang telah direduksi itu menjadi
suatu argumen-argumen yang menjelaskan dan mempunyai arti dan bermakna.
c. Verifikasi Data
Verifikasi dan penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses
analisis data penelitian kualitatif. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.45
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan
temuan baru yang sebelumnya berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
43Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2007), 338.
44
Ibid.,341.
45
Beni Ahmad Saebeni,Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 202.
40
sebelumnya masih samar-samar sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat
berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis, atau teori.46
6. Pemeriksaan Keabsahan Data
Peneliti menggunakan teknik trianggulasi untuk menguji tingkat
keterpercayaan data di lapangan. Trianggulasi adalah suatu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Hal ini
dapat tercapai dengan cara:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara.
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
3) Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang lain, orang biasa, ahli.
4) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi yang
berkaitan.47
7. Penyusunan Laporan
Bagian akhir sebuah proses penelitian adalah menyusun laporan. Kegiatan
penyusunan laporan ini sangat penting karena merupakan bukti konkrit telah
selesainya satu aktivitas penelitian hal yang harus diingat dalam proses
penyusunan laporan ini adalah menyajikan hasi-hasil temuan sebagaimana adanya
dan jangan pernah berfikir bahwa hasil penelitian ini hanya untuk peneliti. Artinya
buatlah laporan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh mereka yang
akan membacanya. Penggunaan bahasa Indonesia yang baku menjadi syarat
mutlak suatu penelitian.48
Dan juga penulis berusaha menyajikan secara sistematis
agar mudah dimengerti dan mudah di pahami oleh pembaca.
8. Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan dengan pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan
dengan perbaikan hasil seminar proposal skripsi. Setelah pengesahan judul dan
riset, maka penulis mengadakan pengumpulan data, verifikasi data dan analis data
46
Sugiyono,Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014), 345.
47
Lexy J. Moeleong, Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 1995), 178. 48
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta : Erlangga, 2009), hlm 205.
41
dalam waktu yang berurutan.Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan
pembimbing sebelum diajukan kepada siding munaqosah. Hasil sidang
munaqosah dilanjutkan dengan perbaikan dan pengadaan laporan skripsi.
42
F. Studi Relevan
Skripsi yang berjudul “Minat Menjadi Jurnalis pada Mahasiswa Komunikasi
dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”.yang
disusun oleh Esti Dewi Akstaria/NIM.02211277UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.Jenis penelitian inimengunakan metode penelitiansampel dengan
analisa tabel yang mengunakan suatu analisa yang mengunakan dengan membagi-
bagi variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar
frekuensi
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam UIN Sunan Kalijaga angkatan 2003-2004 yang berjumlah 120
orang. Jumlah sampel ditetapkan sebesar 25% atau 25 orang, karena jumlah ini
dapat mempresentasikan populasi.
Hasil dari penelitian ini adalah terdapat Minat Menjadi Jurnalis Pada
Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada
angkatan 2003-2004 sebesar 0,48% Mahasiswa yang menyatakan perasaan senang
sekali mengikuti mata kuliah Jurnalistik dan ada 0,68% Mahasiswa yang
menyatakan perasaan cukup senang.49
Selanjutnya, Skripsi yang berjudul “Minat Mahasiswa Ilmu Komunikasi
UIN Suska Riau dalam Menonton Program Acara Dunia Dalam Berita Di TVRI”
yang disusun oleh Ibnu Mutahir/NIM.10743000062 UIN Sultan Syarif Kasim
Riau Pekanbaru. Jenis penelitian ini adalah metode dekskriptif kuantitatif dimana
data akan diolah dalam bentuk angkadan setelah itu dideskripsikan dalam bentuk
klimat. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan
menginterpretsikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjdi atau ada (Mardalis,
2008:26).
Selanjutnya Skripsi yang berjudul “Jurnalistik dan Minat Mahasiswa Studi
Pengaruh Mata kuliah Jurusan Terhadap Minat Mahasiswa KPI IAIDA
Blokagung Bayuwangi Menjadi Jurnalis” yang disusun oleh Abdi Fauji Hadiono
49Esti Dewi Akstari, “Minat Menjadi Jurnalistik pada Mahasiswa Komunikasi
PenyiaranIslam Fakultas Dakwah Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta”, Skripsi (Yogyakarta:
Program Studi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga,
2010).
43
IAIDA Blokagung Bayuwangi. Pada penelitian ini penulis mengunakan metode
penelitian kuantitatif yang mengunakan pendekatan etik, dalam arti bahwa peneliti
mengumpulkan data dengan menetapkan terlebih dahulu konsep sebagai variable-
variabel yang berhubugan yang berasal dari teori yang sudah ada yang dipilih oleh
peneliti.
Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa hipotesis Ho diolak, yang
berarti kesimpulannya adalah: ada pengaruh yang sgnifikan antara mata Kuliah
Jurnalistik Terhadap Minat Mahasiswa KPI IAIDA Blokagung Bayuwangi
Menjadi Jurnalis.
Selanjutnya, Skripsi yang berjudul “Hubungan antara Minat dengan Intensi
Propesi Jurnalis Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin,
Adap dan Dakwah IAIN Kendari”. Yang disusun oleh Dewi Komairoh F.S/NIM.
11030101015 Fakultas Ushuluddin, Adab DABN Dakwah Institut Agama Islam
Negri (IAIN) Kendiri. Peneliti ini mengunakan Mixed Methods, yakni gabungan
antara penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan model mixed methods sequantial
(model yang mengembangkan hasil penelitian dari suatu metode dengan metode
lainnya dalam waktu yang berbeda). Penelian kuantitatif mengunakan metode
kuesioner dan dokumentasi dengan analisis data sttistik deskriptif dan inferensial,
sedangkan penelitian kualitatif mengunakan metode wawancara, observasi dan
dokumentasi dengan analisis data yaitu reduksi, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa minat prepesi Jurnalis
mahasiswa KPI IAIN Kendiri berkategori tinggi yakni rata-rata sebesar 77,14%
dengan rincian 42,85% (15 mahasiswa) yang memiliki minat sagat tinggi, 51,42%
(18 mahasiswa) memiliki minat tinggi yang hanya 5,71% (2 mahasiswa) memiliki
minat cukup. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat dan intensi
propesi Jurnalis mahasiswa yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal
berupa pandangan bahwa jurnalis adalah seorang yang mengetahui informasi lebih
awal dari masyarakat pada umumnya, tuntunan menjadi orang kreatif, memberi
banyak manfaat dan banyak tantangan pada profesi Jurnalis, untuk faktor
eksternalnya berupa lingkungan yang mendukung terkait kerja jurnalis,
44
pengetahuan tentang kerja jurnalis serta peluang yang ada ketika lulus dari IAIN
Kendari.50
Jadi, sebagaimana terlihat dari studi relevan ini belum ada antara kajian ini
membahas tentang Minat Mahasiswa Jurnalistik Islam Menjadi Wartawan Studi di
Fakultas Dakwah UIN STS Jambi. Karya-karya diatas adalah berbeda dengan
karya yang sedang penulis rampungkan. Melihat adanya perbedaan Setting, tentu
saja peneliti yang dihasilkanakan berbeda dengan yang lain.
50Dewi khormairoh F.S “Hubungan antara Minat dengan Intensi Propesi Jurnalis
Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin, Adap dan Dakwah IAIN Kendari”,
2015).
45
G. Jadwal Penelitian
Tabel 1.
JADWAL PENELITIAN
NO
TAHAP
PENELITIAN
BULAN DAN TAHUN
Jan
2019
Feb
2019
Mar
2019
Apr
2019
Mei
2019
Juni
2019
Juli
2019
1 Obeservasi awal dan
pencarian data
X
2 Pembuatan Proposal
Skripsi
X
3 Penunjukkan Dosen
Pembimbung
X
4 Konsultasi dengan
Dosen Pembimbing
X
5 Seminar Proposal X
6 Perbaikan Hasil
Seminar Proposal
X
7 Pengesahan Judul dan
Permohonan Riset
X
8 Pengumpulan Data X
9 Penyusuan Data X
10 Analisis Data X
11 Penyususna Draf
Skripsi
X
12 Penyusunan dan
Penggandaan
X
13 Ujian Skripsi
(Munaqosah)
X
46
BAB II
FROFIL FAKULTAS DAKWAH UIN STS JAMBI
A. Sejarah Fakultas Dakwah
Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada awalnaya merupakan salah
satu jurusan yang berada di Fakultas Ushuluddin ( sekarang Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama), yaitu Jurusan Dakwah, yang sudah ada sejak berdirinya IAIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi Pada tanggal delapan september seribu sembilan ratus enampuluh tujuh.
Ketika masih berada di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi, Jurusan Dakwah telah menjadi Jurusan favorit yang menarik minat para calon sarjana
dakwah dari berbagai daerah di Indonesia, khususnya Kabupaten/ kota di Provinsi Jambi,
bahkan dari luar Provinsi Jambi.
Pendirian Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi merupaka mandatory
Kementrian Agama RI sebagai akibat dari perubahan bentuk IAIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi menjadi Universitas Islam Negeri. Fakultas dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi berdiri pada tanggal duapuluh Juli dua ribu tujuh belas berdasarkan Peraturan Menteri
Agama (PMA) Nomor dua satu tahun dua ribu tujuh belas tentang Organisasi dan Tata Kerja
Universitas Islam Negri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Dalam Peraturan Menteri Agama tersebut, yaitu pada Bab II Bagian Kesatu, Paragraf
dua Pasal sebelas, Poin f, ditetapkan Fakultas Dakwah sebagai Fakultas mandiri di
lingkungan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Peraturan Menteri Agama tersebut
kemudian diperkuat oleh peratuaran Menteri Agama No tiga puluh tahun dua ribu tujuh belas
tanggal duapuluh enam september dua ribu tujuh belas tentang statuta Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, dengan stuktur organisasi, fungsi, tugas pokoknya
ditetapkan pada Bab II Bagian Kesatu, Paragraf dua, Pasal dua belas sampai dua puluh empat
PMA tersebut. Sejak itu, resmilah berdiri Fakultas Dakwah dengan Dekan pertamanya yaitu
Bapak Samsu, S.Ag., M.Pd., Ph.D.
B. Jurusan/Prodi di Fakultas Dakwah UIN STS Jambi
a. KPI (Komunikasi dan Penyiaran Islam)
47
Alumni Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), lulusannya terserap selain
ilmuwan dakwah (guru, peneliti), juga bekerja sebagai Mubaligh pada kantor-kantor swasta
dan pemerintah. Mubaligh sebagai peristiwa PHBI, upacara syukuran, walimah, juru
penerang Agama Islam pada Kementrian Agama dan Hankam, mubaligh pada industri media
baik cetak maupun elektronik, majalah dan buku, serta penyiaran melalui radio, televisi, dan
film.
b. BPI (Bimbingan Penyuluahan Islam)
Alumni Jurusan Komunikasi Penyuluhan Islam (BPI) terserap di Kemenag/KUA/BP4
sebagai: Guru, BP/BK, Pembimbing (Agama, Haji/Umrah, Pra Nikah, Keluarga Sakinah) dan
penyuluhan Agama; Diknas sebagai Guru, Guru BP/BK. BKKBN sebagai: Konselor Agama;
Pemuda sebagai: Bimbing Karir (Kepegawaian); Rumah Sakit sebagai; Perawat Rohani
Islam(Warois); Panti Rehabilitasi sebagai: Trapust; Perusahaan sebagai: Pembimbing Karir,
LSM sebagai: Aktifis Sosial Keagamaan: Penerbit Radio sebagai: Penulis, Penyuluh dan
Konselor.
c. JI (Jurnalis Islam)
Alumni Jurusan Jurnalis Islam, lulusnya terserap sebagai Ilmuwan (guru, peneliti,
analis); Praktisi (reporter, wartawan, editor, redaktur, kolumnis, penyiar radio/TV, penulis
naskah, ceramah, cameramen, speaker produser film/TV, produser Acara Radio/TV, dan lain-
lain); (diplomat, Negotiator/lobyst, comperence organizer, website creator, trainer instruktor,
comunication, specialist, dan lain-lain).
d. MD (Manajemen Dakwah)
Alumni Jurusan Manajemen Dakwah, lulusannya terserap selian sebagai ilmuwan
dakwah (guru, da‟i, peneliti), juga bekerja pada kementrian/ lembaga pemerintah yang ada
kaitannya dengan perencanaan dan pengelolaan pengembangan umat baik dari sisi
bimbingan, penyuluhan dan penyiaran Islam (da‟wah bi ahsani qawl) maupun dari sisi
dakwah bi ahsani‟amal (aksi rekayasa sosial); khusus untuk kementrian Agama dapat mengisi
kekurangan tenaga profesional dalam kegiatan perencanaan dan pengelolaan pengembangan
kehidupan dan kepemimpinan umat di semua direktorat dari pusat sampai ke daerah; pada
lembaga swasta layak untuk menjadi pemimpin eksekutuf (manajer) lwmbaga-lembaga
dakwah politik Islam (semua lembaga yang mengemban misi dakwah Islam); dampingan
manajemen pengembangan, manajemen lembaga-lembaga Islam baik pemerintah maupun
swasta, pendamping Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS), Bimbingan Ibadah
Haji dan Umrah, Dan manajer pemberdayaan gender islami.
48
C. Visi, Misi dan Program
1. Visi
Menjadikan Fakultas Dakwah UIN STS Jambi Sebagai Pusat Keunggulan dalam
melahirkan Sumber Daya Manusia Yang siap Menjadi Da‟I, Konselor, Penyiar, dan Jurnalis
Muslim Dalam memenuhi Pasar Kerja Nasional Tahun 2030
2. Misi
1) Menyiapkan calon da‟I, konselor, penyiar,dan jurnalis Muslim masa depan yang
menguasai ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta memiliki akhlak mulia( akhlakul
karimah);
2) Menumbuhkan minat, bakat, dan potensi mahasiswa di bidang akademik untuk
meraih perestasi pada tingkat lokal, nasional, dan internasional;
3) Melakuakan penguatan riset tehadap potensi pengembangan keilmuan dan lahirnya
calon Da‟I, konselor, penyiar, dan jurnalis yang memiliki kemampuan wirausaha,
Inovasi dan Syi‟ar Islam;
4) Melakukan pengeabdian kepada masyarakat dengan menekankan kepada peran
Syi‟ar Islam di bidang manajemen Dakwah, Konseling, Penyiar dan Jurnalisme;
5) Mendorong lahirnya profesi Da‟I, Konselor, Penyiar, dan jurnalis Muslim sebagai
lapangan wirausaha prospektif;
6) Menjadikan Fakultas Dakwah sebagai lembaga pendidikan yangmempunyai tata
kelola yang baik.
3. Program
1) Penataran kurikum berbasis KKNI dengan penguatan kurikulum Fakultas, prodi,
penguatan pembelajaran, dan peraktek-peraktek profesi yang mengarah pada
kemampuasn teoritis dan praktis mahasiswa dalam melahirkan Da‟I konselor,
penyiar dan, dan jurnalis muslim yang memiliki Akhlak mulia (Akhalakul karimah)
sesuai dengan prdi masing-masing;
2) Terlaksanya kegiatan pengembangan minat, bakat dan potensi mahasiswa di bidang
akademik;
49
3) Terlaksananya dan diseminasi Karya Ilmiah Dosen/Mahasiswa, konsersium Dosen,
berdirinya pusat studi dan kajian relevan dengan Prodi;
4) Peningkatan intensitas peran-peran Dakwah melalui media, event, serta aktivitas
keislaman;
5) Lahirnya profesi dan asosiasi Da‟i, konselor, penyiar dan jurnalis muslim sebagai
lapangan wirausaha prospektif yan di buktikan dengan surat keterangan pendamping
ijazah (SKPI), dan surat pengakuan profesi dari pihak yang berwenang;
6) Terlaksannya tata kelola Fakultas Dakwah dengan baik.
D. Dosen dan Mahasiswa
Pada awal berdirinya program studi Jurnalistik Islam, dosen yang diberdayakan
mengajar pada umumnya berasal dari media-media swasta dan dosen tetap Fakultas Dakwah.
Pertama, Mata kuliah komponen institut dan fakultas diampuh oleh dosen tetap Fakultas
Dakwah, Kedua, mata kuliah komponen jurusan/prodi diampu dosen luar biasa yang berasal
dari media dan lembaga, baik pemerintah maupun swasta.
Dalam rangka menutupi kekurangan dosen, baik pada awal berdirinya sampai sekarang,
fakultas telah membuka kerjasama dengan lembaga dan perusahaan media. Media yang
pernah diajak kerjasama antara:
1. Kantor Berita Antara Wilayah Jambi
2. Harian Media Jambi Ekspres
3. Perusahaan Jawatan TVRI Jambi
4. Perusahaan Jawatan RRI Jambi
Bentuk kerjasama awal berdirinya Jurnalistik perusahaan tersebut mengirim dan
merekomendasikan nama-nama tenaga dosen yang memiliki kompetensi mengajar sesuai
latar belakang keilmuan. Sedangkan fakultas menerima sebagai dosen luar biasa yang dibayar
sesuai ketentuan standar keuangan negara. Sebaliknya, prodi Jurnalistik Islam wajib
menempatkan mahasiswa praktikum pada keempat lembaga tersebut menjadi karyawan dan
karyawati tanpa bayar.
Sedangkan mahasiswa Prodi Jurnalistik Islam dalam lima terakhir dapat dilihat berikut
ini:
50
Grafik
Mahasiswa Baru 5 Tahun Pertama
Program Studi Jurnalistik Islam
Sumber: Bagian Akademik Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, 2018 (diolah)
Sumber: Bagian Akademik fakultas Dakwah UIN STS Jambi, 2018 (diolah)
Grafik tesebut memperlihatkan bahwa dalam lima tahun terakhir jumlah mahasiswa
baru yang masuk prodi jurnalistik terus mengalami peningkatan. Apalagi kini IAIN sudah
beralis status menjadi Universitas Islam Negeri, maka prodi jurnalistik semakin menemukan
bentuk keilmuannya, karena kini tidak berada di bawah Fakultas Ushuluddin tetapi sudah
memiliki fakultas sendiri yaitu Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
E. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana UIN adalah menjadi sarana yang dapat dipakai oleh program
studi mana saja di UIN STS Jambi.Sarana dan Prasarana merupakan penunjang kegiatan
pembelajaran yang ada di lingkungan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi antara lain sarana
bangunan/gedung (gedung perkuliahan, gedung perkantoran, auditorium, gedung
laboratorium dan sebagainya). Sarana pustaka dan sarana penunjang lainnya.
0
10
20
30
40
2013 2014 2015 2016 2017
Mahasiswa 34 21 38 22 23
51
Seiring dengan perkembangan zaman, memasuki kampus UIN STS Jambi sekarang ini
tentunya akan merasakan suasana yang jauh berbeda dengan keadaan prasarana kampus ini
telah berubah jauh dengan berdirinya gedung-gedung perkuliahan dan perkantoran yang
bertingkat serta dilengkapi pula dengan prasarana lain yang turut menunjang keindahan di
dalamnya, seperti taman – taman kampus dan akses jalan yang menghubungkan antara
gedung yang satu dengan gedung yang lainnya.
Tersedianya sarana dan prasarana kampus yang megah, nyaman dan asri tersebut tidak
terlepas dari upaya UIN STS Jambi menjadi lembaga pendidikan tinggi islam yang
kompetetif, baik ditingkat nasional atau internasional, terutama untuk meningkatkan mutu
pendidikan islam di Indonesia umumnya dan Jambi secara khusus. Oleh karena itu, arah
pengembangan dan pengadaan sarana dan di UIN STS Jambi dilakukan dalam rangka
meningkatkan daya guna dan hasil yang optimal, sesuai dengan visi dan misi yang
dicanangkan.UIN STS Jambi berupaya agar sarana dan prasarana yang di bangun itu dapat
menunjang program studi yang telah dibuka dan akan dibuka, seperti bangunan sarana pada
fakultas-fakultas yang dilengkapi dengan prasarana penunjangnya.
1. Daftar Bangunan UIN STS Jambi di Mendalo
UIN STS Jambi dalam beberapa tahun terakhir telah membangun unit-unit gedung baru
yang ditekankan pada kampus baru yang terletak di Simpang Sungai Duren, Kabupaten
Muaro Jambi di samping gedung-gedung lama yang terletak di Telanaipura. Adapun daftar
dan jumlah bangunan yang ada di UIN STS Jambi Simpang Sungai Duren adalah sebagai
berikut :
Tabel 1
Daftar dan Jumlah Bangunan UIN STS Jambi di Mendalo
No NAMA GEDUNG PERUNTUKAN
LUAS
(M2)
1. Kantor Rektorat Kantor 3.000
2. Auditorium Auditorium 1.000
52
3. Fak. Ushuluddin Kantor 600
4. Fak. Ushuluddin 1 Ruang Kuliah 640
5. Fak. Ushuluddin 2 Ruang Kuliah 600
6. Fak. Ushuluddin Ruang Kuliah 640
7. Laboratorium Terpadu Fak. Ushuluddin 400
8. Laboratorium Terpadu IAIN STS Jambi 480
9. Laboratorium Terpadu Fak. Syariah 300
10. Laboratorium
Microteaching
Fak. Tarbiyah 200
11. Perpustakaan Perpustakaan 1.440
12. Fak. Adab Kantor dan Ruang Kuliah 600
13. Fak. Adab Ruang Kuliah 600
14. Fak. Adab Ruang Kuliah 600
15. Fak. Syariah Kantor 600
16. Fak. Syariah Ruang Kuliah 1 600
17. Fak. Syariah Ruang Kuliah 2 600
18. Fak. Syariah Ruang Kuliah 3 600
19. Masjid Masjid As-Shabah 400
20. Student Center Mahasiswa 480
21. Fak.Tarbiyah Mahasiswa 480
22. Fak. Tarbiyah Kantor Adm 600
23. Fak. Tarbiyah Ruang Kuliah 1 480
53
24. Fak. Tarbiyah Ruang Kuliah 600
25. Fak. Tarbiyah Ruang Kuliah 640
26. Fak. Tarbiyah Kantor 72
27. Pendopo Pendopo Mahasiswa Putra 72
28. Pendopo Pendopo Mahasiswa Putri 72
29. Pendopo Pendopo Lurah Bumi
Perkemahan
120
30. Gapura Kampus Gapura Kampus 120
31. Taman Kampus Taman Kampus 72
32. Tower Panjat Tebing Mahasiswa 100
33. Lapangan Tenis IAIN Simp. Sei Duren 7213
34. Lapangan Sepak Bola IAIN Simp. Sei Duren 100
35. Pagar Kampus IAIN Simp. Sei Duren 2800
36. Pagar Kampus 2 Lanjutan IAIN Simp. Sei Duren 200
37. Pagar Kampus IAIN Simp. Sei Duren 150
38. Tempat Parkir Fak. Ushuluddin 27
39. Tempat Parkir Fak. Tarbiyah 27
40. Tempat Parkir Rektorat 63
41. Tempat Pengelola Ma‟had Ali 120
42. Gedung Arsip Rektorat 120
43. Tempat Diskusi Mahasiswa Fak. Syariah 13
44. Tempat Diskusi Mahasiswa Fak. Adab 13
54
45. Tempat Diskusi Mahasiswa Fak. Ushuluddin 13
46. Tempat Diskusi Mahasiswa Fak. Tarbiyah 13
47. Area Parkir Rektorat IAIN STS Jambi 1770
48. Area Parkir Rektorat IAIN STS Jambi 2390
JUMLAH 33.15
Dari daftar dan jumlah gedung diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa UIN STS
Jambi Terus berupaya meningkatkan kualitas serta jumlah sarana dan prasarana yang akan
menunjang kegiatan belajar mengajar. Sarana dan Prasarana yang tersedia di UIN STS Jambi
adalah sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar. Kenyamanan dalam proses belajar
mengajarpun akan semakin meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan
oleh UIN STS Jambi.
2. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan jantung perguruan tinggi yang ikut menunjang gerak dan
dinamika akademik sebuah perguruan tinggi.Perpustakaan merupakan unit pelaksana teknis
yang bertugas menyediakan dan mengolah bahan pustka, melakukan pelayanan referensi
untuk keperluan pendidikan, peneliti dan pengabdian pada masyarakat.
UIN STS Jambi memiliki dua unit gedung perpustakaan, satu unit terletak di kampus
Telanaipura (lantai dua), dan satu unit terletak di kampus baru Sungai Duren (lantai tiga)
serta ditambah dengan perpustakaan Program Pascasarjana (PPS).Secara keseluruhan
perpustakaan IAIN STS Jambi memiliki koleksi buku sebanyak 17. 886 judul dan koleksi non
buku 74.665 eksemplar dalam bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa
Daerah, dan Bahasa lainnya.
Tabel 2.
Koleksi Perpustkaan UIN STS Jambi
No Koleksi Umum Koleksi Islam Koleksi Referensi
1. Umum Islam (Umum) Skripsi / Thesia
2. Filsafat / Psikologi Ilmu Al-Qur‟an Laporan Penelitian
55
3. Agama Ilmu Hadits Karya Ilmiah
4. Sosial Ilmu Kalam Aqidah Terbitan Pemerintah
5. Bahasa Ilmu Fiqh Brosur
6. Ilmu-ilmu Murni Akhlak/Tasawuf Majalah
7. Ilmu Terapan Sosial Budaya Islam Buletin
8. Seni dan Olahraga Dakwah Pendidikan
Islam
Jurnal
9. Sastra Aliran dan Sekte Slide
10. Sejarah Sejarah Islam Koran
Dari tabel diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa perpustakaan UIN STS
Jambi juga menyediakan buku dari berbagai jenis ilmu, hal ini dapat memberikan membantu
dosen, mahasiswa maupun umum untuk menambah referensi dan wawasan yang luas tentang
Islam dan ilmu-ilmu lainnya.
3. Laboratorium
UIN STS Jambi telah memiliki beberapa unit labor, yaitu : satu unit Laboratorium
Terpadu yang terletak di kampus Sungai Duren (yang meliputi Laboratorium Kimia,
Laboratorium Fisika, Laboratorium Matematika, dan Laboratorium Biologi), satu unit
Laboratorium Bahasa yang terletak di kampus telanaipura, di tambah lagi dengan satu unit
laboratorium Micro Teaching yang ada di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang
dipersiapkan bagi mahasiswa dalam melakukan praktek kompetensi mengajar sebelum turun
langsung ke lokasi, dan yang terakhir yaitu Labor Jurnalistik Ushuluddin dan Labor Syariah.
4. Transportasi
UIN STS Jambi pada tahun 2013 telah memiliki berbagai jenis kendaraan, mulai dari
kendaraan dinas dan para pejabat, karyawan hingga angkutan mahasiswa.
56
5. Jurnal-Jurnal
UIN STS Jambi telah bertekad untuk selalu konsen atas penertiban jurnal-jurnal ilmiah
sebagai salah satu program publikasi terhadap karya tulis civitas akademika dalam rangka
memotivasi kegiatan pendidikan dan dalam penelitian ilmiah, baik internal maupun ekternal.
Jurnal yang dimiliki UIN STS Jambi terdiri sebagai berikut :
Tabel 3.
Daftar Nama Jurnal UIN STS Jambi
No Nama Jurnal Penerbit Mulai Terbit Volume Terbit
1. Media Akademik Pusat Penelitian 1968 4 x 1 tahun
2. Kontekstualita Pusat Penelitian 1998 2 x 1 tahun
3. Harakat an – nisa‟ Pusat Studi Wanita 2001 2 x 1 tahun
4. Paedagogy Fak. Tarbiyah 2001 2 x 1 tahun
5. Al – Risalah Fak. Syariah 2001 2 x 1 tahun
6. At-Tajidid Fak. Ushuluddin 2001 2 x 1 tahun
7. Nazharat Fak. Adab 2001 2 x 1 tahun
8. Innovatio Pascasarjana 2001 2 x 1 tahun
Berdasarkan tabel di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa UIN STS Jambi juga
menyediakan jurnal-jurnal yang dapat membantu serta memotivasi kegiatan belajar mengajar
57
serta membantu memberikan referensi untuk berbagai kegiatan penelitian ilmiah baik internal
maupun eksternal.
BAB III
UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT MAHASISWA
MENJADI WARTAWAN
1. Upaya Mahasiswa Ilmu Jurnalistik Mengenali Dunia Kewertawanan
Dalam kehidupan kita sehari-hari, Jurnalistik senantiasa hadir bersama kita. Hampir
setiap hari pula kita meyaksikan siaran berita di televisi. Hampir setiap hari pula kita
membaca berita di media cetak, apakah itu koran, majalah, atau tabloid. Namun, sejauh
manakah yang kita ketahui mengenai denyut nadi dunia Jurnalistik.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia upaya atau usaha; ikhtiar (untuk mencapai suatu
maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar).51
Secara konseptual, Jurnalistik dapat
dipahami dari tiga sudut pandang, yakni sebagai proses, teknik, dan ilmu. Sebagai proses
51
http://www.artikata.com/arti-355956-upaya.html/. Diakses 18/11/2018.
58
Jurnalistik adalah aktivitas mencari mengelolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi
kepada publik melalui media massa. Sebagai Ilmu, Jurnalistik adalah bidang kajian mengenai
pembuatan dan penyebarluasan informasi melalui media massa. Jurnalistik termasuk ilmu
terapan yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi serta dinamika masyarakat itu sendiri.52
1. Syarat-syarat menjadi wartawan profesional adalah: 53
a) Meimiliki minat dengan profesi wartawan .
b) Punya keahilian menulis.
c) Menguasai bahasa Indonesia dan Inggris.
d) Memiliki bakat dan keratif dalam melakukan reportase dan menulis berita.
e) Sanggup menemui berbagai individu di berbagai tingkat.
f) Sanggup bekerja tanpa memperhitungkan tempat dan waktu.
g) Memiliki pengetahuan yang luas dalam berbagai bidang.
h) Rajin mengikuti perkembangan berita di media cetak atu elektronika.
i) Menguasai teknik jurnalistik (teknik reportase, menulis, wawancara dan
melakukan editting berita dengan baik).
j) Menguasai bidang liputan. Misalnya ketika harus meliput berita ekonomi,
wartawan harus paham istilah-istilah ekonomi.
k) Menaati kode etik jurnalistik (hindari diri dari kelompok wartawan amplop agar
nama baik anda tidak tercemar.
Dari starat-syarat menjadi wartawan yang profesional maka Mahasiwa Jurnalistik Islam
Fakultas Dakwah UIN STS Jambi Harus memiliki minat, kemampuan serta keahlian dalam
biadang tulis-menulis dan bisa berbahasa indonesi dan inggris dan tidak mengenal waktu,
menguasai teknik jurnalistik dan mengetahui kode etik sebagai seorang wartawan, sehingga
akan menciptakan seorang jurnalistik yang profesional.
2. Ciri Khas Wartawan54
a) Menyukai tantangan
Seorang wartawan akan behasil menekuni profesinya jika iya tidak
mengenal kata menyerah saat narasumber yang dituju tidak kunjung berhasil
52
http://www.jurnalrozak.web.id/2014/10/pengertian-jurnalistik-secara-umum.html/. Diakses 18/11/2018. 53
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan (Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2005), 8.
54
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan (Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2005), 10.
59
ditemui. Untuk mengatasi hambatan, seorang wartawan tidak boleh cepat
berputus asa.Berusaha dan belajarlah mengatasi segala permasalahan yang anda
hadapi agar agar bisa menjadi pelajaran berharga di kemudian hari.Bagi
wartawan tantangan adalah “teman” yang menyenangkan bagi pekerjaannya.
b) Berani
Berani disini memiliki arti berani menghadapi resiko.
c) Memiliki daya tahan tinggi dalam menjalankan tugas jurnalistiknya. Seorang
wartawan harus bisa melakukan berbagai tugas liputan Jurnlistik dalam segala
medan penugasan dan tidak kenal waktu.
d) Memiliki kemampuan mengenali sumber informasi, Artinya iya memiliki
kemampuan mengarahkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk menembus
narasumber.
e) Memiliki minat dan bakat dalam menulis berita Semakin besar minatnya pada
bidang jurnalistik maka akan membuatnya semakin kreatif untuk mengasah
bakatnya dalam bidang tulis-menulis.
3. Tugas Jurnalistik Wartawan
Wartawan atau Jurnalis atau pewarta adalah seseorang yang melakukan kegiatan
Jurnalistik atau orang yang secara teratur menuliskan berita (berupa laporan) dan tulisannya
dikirimkan/dimuat di media massa secara teratur. Laporan ini lalu dapat dipublikasi dalam
media massa, seperti koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi, dan internet.
Wartawan mencari sumber mereka untuk ditulis dalam laporannya; dan mereka diharapkan
untuk menulis laporan yang paling objektif dan tidak memiliki pandangan dari sudut
tertentu untuk melayani masyarakat.55
Di dalam menjalankan tugas Jurnalistik, wartawan juga harus terampil mengatasi
liputan dengan tema diluar kebiasaannya.Misalnya, jika sebelumnya terbiasa melakuakan
tugas liputan mengenai masalah politik maka saat mendapat tugas untuk meliput masalah
kriminal atau budaya ke suatu daerah pedesaan, wartawan harus mampu menyesuaikan diri.
Untuk itu, wartawan perlu senantiasa mebuka telinga dan matanya untuk melahap berbagai
macam informasi disekelilingnya. Upaya tersebut berguna untuk menambah wawasan dan
55 https://id.wikipedia.org/wiki/Wartawan, diakses pada tanggal 18 Mei 2019.
60
pengetahuannya sehingga selalu mampu mengikuti perkembangan situasi. Kreativitas
wartawan dalam melakukan kegiatan peliputan juga sangat dibutuhkan, terutama dalam usaha
menembus narasumber. Sesulit apa pun, wartawan harus mendapatkan narasumber tersebut
Jadi, seorang wartawan harus tangguh dan tahan banting. Nyalinya tak boleh surut begitu
menghadapi hambatan saat menemui narasumber. Menjadi wartawan memang membutuhkan
keberanian dan kelincahan.56
Seorang Mahasiswa Ilmu jurnalistik harus memahami bagaimana proses pencarian
berita, teknik-teknik pengumpulan berita, dan ilmu-ilmu tentang jurnalistik dan cara
menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media, dan mengikuti perkembangan
media massa .
Diungkapankan oleh salah serorang Mahasiswa dalam wawancara berikut:
[S]eorang Mahasiswa harus memperbanyak membaca buku-buku tentang jurnalistik
dan harus berani terjun kelapangan untuk mempraktekkan ilmu tentang jurnalistik di
lapangan.57
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Mahasiswa dalam wawancara berikut :
[M]ahasiswa Jurnalistik Islam mengenali dunia wartawan itu penting bahkan sangat
penting dan upaya ada banyak hal, pertama mungkin dengan membaca berita dan
menganalisa semuannya apa perbedaan media yang satu dengan media yang lain dan
kita dapat mengetahui bagaiman dunia wartawan dari bahasa berita mereka, lalu diskusi
dengan wartawan yang telah lama mengeluti dunia kewartawanan juaga sangat penting
untuk menambah wawasan, selanjutnya memanfaatkan waktu magang untuk lebih
mendalami dunia kewartawanan.58
56
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan (Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2005), 15. 57
Mahasiswa Ilmu Jurnalistik, Devi Candra, Wawancara dengan Penulis, Jambi: 18 November 2018. 58
Mahasiswa Ilmu Jurnalistik, Zainul Asror, Wawancara dengan Penulis, Jambi: 18 November 2018.
61
4. Peran, Tugas, dan Keahlian yang Harus Dimiliki Wartawan59
Peran wartawan dapat disimpulkan dalam empat fungsi pers yang saya tafsirkan
sebagai berikut. Menjadi wartawan berarti memiliki peluang besar untuk berbuat baik:
a) To Inform. Meningkatkan pengetahuan masyarakat atas dinamika peradaban
manusia dengan menginformasikan apa yang terjadi secara aktual, faktual,
berimbang, dan cermat.
b) To Educate. Mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan wawasan dan
integritas moral masyarakat, dengan melakukan pendidikan melalui pemberitaan
atau opini yang ditulisnya di media massa.
c) To Entertain. Membuat masyarakat senang dan terhindar dari stres dengan
menghibur lewat medianya.
d) To Control. Melakukan pengawasan sosial (social control), meluruskan prilaku
masyarakat yang menyimpang dan mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak
populer. Wartawan dapat membentuk opini publik ke arah yang maslahat.
Tugas pokok (job desc) wartawan utamanya ada dua, yakni mencari informasi,
memburu dan menyusun berita, serta menyebarluaskannya kepada publik, atau menulis dan
menyebarkan berita melalui media.
Kemampuan, skills, atau keahlian yang harus dimiliki wartawan secara umum ada tiga,
yakni teknik jurnalistik (meliput dan menulis berita), menguasai bidang liputan, dan menaati
kode etik Jurnalistik.
Standar profesi wartawan sejati (real journalist) menurut saya setidaknya ada enam:
a) Well selected, maksudnya wartawan harus terseleksi dengan baik. Menjadi wartawan
semestinya tidak mudah karena harus memenuhi kriteria profesionalisme antara lain
keahlian (expertise) atau keterampilan Jurnalistik serta menaati kode etik jurnalistik.
b) Well educated, artinya terdidik dengan baik. Wartawan seyogianya melalui tahap
pendidikan kewartawanan, setidaknya melalui pelatihan jurnalistik yang terpola dan
terarah secara baik.
59 https://romeltea.com/sejauh-mana-sih-peran-seorang-wartawan/ diakses pada tanggal 20 Mei 2019.
62
c) Well trained, artinya terlatih dengan baik. Akibat kurang terlatihnya wartawan kita,
banyak berita muncul di media yang bukan kurang cermat, tidak enak dibaca, dan
bahkan menyesatkan.
d) Well equipped, maksudnya dilengkapi dengan peralatan memadai. Pekerjaan
wartawan butuh fasilitas seperti alat tulis, alat rekam, kamera, alat komunikasi, alat
transportasi, dan sebagainya. Wartawan tidak akan dapat bekerja optimal tanpa
dukungan fasilitas memadai.
e) Well paid, yakni digaji secara layak. Jika tidak, jangan harap “budaya amplop” bisa
diberantas. Kasus pemerasan dan penyalahgunaan profesi wartawan akan terus
muncul akibat “tuntutan perut”.
f) Well motivated, artinya memiliki motivasi yang baik ketika menerjuni dunia
kewartawanan. Motivasi di sini lebih pada idealisme, bukan materi. Jika motivasiya
berlatar uang, maka tidak bisa diharapkan menjadi wartawan profesional atau
wartawan sejati.
2. Minat Mahasiswa Jurnalistik Islam Menjadi Wartawan
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh. Sebagian Mahasiswa masih belum ada yang berminat menjadi wartawan
karena ada yang takut kerja 24 jam, ada yang tidak mau mengejar berita bahkan ada yang
tidak mau mengenal sama sekali dengan dunia Jurnalistik, mereka juga beranggapan bahwa
menjadi seorang Jurnalis itu membosankan. Mereka hanya mengikuti mata kuliah yang
mereka jalani di jurusan Ilmu Jurnalistik.beranggapan yang penting lulus mata kuliah
tersebut.
Hal tersebut menunjukan meskipun rendah mahasiswa menjadi seorang Jurnalis, masih
ada sedikit mahasiswa yang memenag benar-benar berminat menajdi seorang jurnalis
muslim. Walaupun fasilitas yang di miliki oleh pihak fakultas kurang memadai dan bahkan
tempat siaran radio meskipun ada di Fakultas hanya sebagian mahasiswa yang aktif
memanfaatkannya.Karena kurangnya minat mahasiswa menjadi Jurnalis pada Fakultas
Dakwah UIN STS Jambi.
Namun di Fakultas Dakwah sudah ada sebagian mahasiswa yang aktif menulis di media
surat kabar yang ada di Jambi. Akan tetapi rendah sekali yang telah meniplementasikan
minatnya tersebut. Mahasiswa Yang telah aktif tersebut perlu diapresiasi oleh Fakultas agar
Mahasiswa yang lain bisa termotivasi untuk mengikuti mahasiwa yang telah aktif di media
63
surat kabar tesebut. Adapun alasan Mahasiswa tersebut untuk berminat menjadi Jurnalis itu di
karenakan faktor yang mengutamakan yaitu, hobi yang dimiliki Mahasiswa tersebut, adapun
faktor potensi yang di milikinya untuk menyalurkan hobinya melalui media cetak, adapun
kemudian faktor yang mempengaruhinya dari niatnya yang suka dengan kegiatan menulis itu
sangat tepat untuk Mahasiswa tersebut menyalurkan di dalam bidang media cetak. Jika ada
mahasiswa yang memiliki potensi seperti ini tentu alangkah baiknya menyalurkan atau
mengikuti jejak mahasiswa tersebut. Mahasiswa diangkatan dua ribu tiga belas tidak hanya
terbatas pada surat kabar akan tetapi mahasiswa Jurnalistik islam ada juga yang aktif di media
online .
Sedikit sekali mahasiwa yang benar-benar berminat menajdi seorang Jurnalis. Padahal
seharusnya bukannya bertambah Mahasiwa Ilmu Jurnalistik semakin banyak peminatannya
akan tetapi ini malah sebaliknya, masih sama minat mahasiswa rendah.
Dengan alasan ketika masuk Jurusan Ilmu Jurnalistik tidak hanya minat menjadi seorag
Jurnalis saja akan tetapi minatya bisa yang lain. Seperti minat menjadi seorang Humas,
Marking, dan lain-lain. Dari keseluruhan Mahasiswa Jurnalistik Islam saat ini minatnya
hanya terbatas pada minat di media cetak yaitu surat kabar dan media elektronik Radio dan
TV. kenapa di media cetak tersebut tidak ada yang aktif di Tabloid dan Majalah karena untuk
bisa aktif di media tersbut sangatlah sulit dan mahasiswa benar-benar memahami ketika
menulis atau menyampaikan informasi. Analisa penulis keseluruhan bahwa mahasiswa
angkatan XI menunjukan minat mahasiswa di bidang Jurnalis baik itu cetak maupun
elektronik rendah, dengan alasan sebagai berikut: Menjadi Wartawan resiko kerja sangat
besar dan kerja wartawan tidak mengenal waktu bisa dikatakan dua puluh empat jam,
sehingga tidak sanggup mahasiwa, membosanka atau bisa dikatakan jenuh, dan bukan hobi
dari mahasiswa atau tidak gemar.
3. Faktor-Faktor Meningkatkan Minat Mahasiswa Jurnalistik Islam Menjadi
Wartawan
a) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat seseorang akan sesuatu atau hal tertentu tidak akan muncul secara tiba-tiba
akan tetapi minat muncul karena adanya suatu keinginan dan kebutuhan, sehingga minat
dapat juga disebut sebagai alat motivasi yang begitu penting. Dengan adanya minat maka
64
suatu pekerjaan akan berjalan dengan lancar dan hasilnya akan lebih memuaskan bagi
pelakunya, mengenai minat dapat ditumbuhkan dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan sehingga dia rela dalam melakukan
pekerjaan yang diminatinya.
2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau sehingga memudahkan
untuk menerima bahan pelajaran.
3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik dengan cara menyediakan
lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif.
4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.60
Menurut Crow and Crow dalam Sadirman yang menyebutkan bahwa ada tiga
faktor yang mendasari timbulnya minat seseorang yaitu :
1) Faktor dorongan yang berasal dari dalam, yakni berupa kebutuhan yang
berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.
2) Faktor motif sosial, timbulnya minat dari seseorang dapat didorong dari motif sosial
yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dan lingkungan mereka berada.
3) Faktor emosional, merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian
terhadap sesuatu kegiatan atau obyek tertentu.61
Secara garis besar minat bukan merupakan bawaan dari lahir akan tetapi diperoleh
ketika seseorang melakukan suatu aktifitas, sebagaimana yang di ungkapkan oleh Benard
dalam Sadirman bahwa timbulnya minat tidak terjadi secara spontan, melainkan timbul
akibat partisipasi, pengalaman dan kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja.62
60
Sadirman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), h. 95. 61
Ibid., h.11. 62
Ibid., h.53.
65
Selain itu timbulnya minat juga di pengaruhi oleh adanya praktek-praktek secara rutin
yang berkaitan dengan apa yang menjadi minat seseorang.63
Jadi dapat disimpulkan bahwa minat pada sesuatu dipengaruhi oleh dua faktor, yakni
faktor internal dan faktor eksternal yang saling berkaitan antara satu faktor dengan faktor
lainnya. Faktor internal meliputi segala sesuatu yang berasal dari individu seperti kondisi
fisik, mental, emosi, rasa ingin tahu, sedangkan faktor eksternal meliputi segala yang berasal
dari luar individu seperti kondisi lingkungan individu berada.
Menurut Taufani (2008:39) bahwa minat merupakan suatu kecenderungan yang
menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari atau mencoba aktivitas-aktivitas dalam
bidang tertentu. Minat bukan bawaan dari lahir, melainkan dapat dipengaruhi oleh bakat.
Minat diciptakan atau dibina agar tumbuh dan terasa sehingga menjadi kebiasaan. Menurut
Slameto (2010:180) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan, yaitu kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan
terus-menerus dan disertai dengan rasa senang. Minat dapat menjadi sebab suatu kegiatan dan
sebagai hasil dari keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Tidak adanya minat dapat
mengakibatkan siswa tidak menyukai pelajaran yang ada sehingga sulit berkonsentrasi dan
sulit mengerti isi mata pelajaran dan akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar. Minat
dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih
menyukai suatu hal daripada yang lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi
dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap objek tertentu cenderung untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek tersebut.64
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
Menurut Taufani (2008:38), ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat yaitu:65
63
Kembang Soca Paranggani, “Pengaruh Intensitas Mengkonsumsi Program Televisi Bermuatan
Jurnalisme Warga dan Partisipasi Coaching Citizen Journalism Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Jurnalis
Warga” (Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Dionegoro, Semarang, 2013), h.7.
64 https://kamriantiramli.wordpress.com/tag/faktor-faktor-yang-membangkitkan-minat-
belajar/,diakses pada tanggal 18 Mei 2019.
65 Ibid.
66
a) Faktor dorongan dalam, yaitu dorongan dari individu itu sendiri, sehingga timbul
minat untuk melakukan aktivitas atau tindakan tertentu untuk memenuhinya.
Misalnya, dorongan untuk belajar dan menimbulkan minat untuk belajar.
b) Faktor motivasi sosial, yaitu faktor untuk melakukan suatu aktivitas agar dapat
diterima dan diakui oleh lingkungannya. Minat ini merupakan semacam kompromi
pihak individu dengan lingkungan sosialnya. Misalnya, minat pada studi karena
ingin mendapatkan penghargaan dari orangtuanya.
c) Faktor emosional, yakni minat erat hubungannya dengan emosi karena faktor
emosional selalu menyertai seseorang dalam berhubungan dengan objek minatnya.
Kesuksesan seseorang pada suatu aktivitas disebabkan karena aktivitas tersebut
menimbulkan perasaan suka atau puas, sedangkan kegagalan akan menimbulkan
perasaan tidak senang dan mengurangi minat seseorang terhadap kegiatan yang
bersangkutan.
Di dalam minat mahasiswa di bidang ini ada bebrapa faktor yang di alami oleh
mahasiswa yaitu, faktor internal dan eksternal. faktor internal yaitu sesuatu yang membuat
seseorang berminat yang berasal dari dalam diri sendiri. Faktor internal tersebut antara lain;
pemusatan perhatian, keinggintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Faktor eksternal yaitu hal-hal
yang datang dari luar diri seseorang seperti keadaan lingkungan yang membuat mahasiswa itu
ingin menjadi wartawan seperti bergaul dengan wartawan yang aktif menjadi wartawan
Dari faktor tersebut Mahasiswa Jurnalistik Islam termotivasi minatnya menjadi
wartawan atau Jurnalistik. Hal tersebut menunjukan meskipun rendah mahasiswa menjadi
seorang jurnalis, namun ada sedikit Mahasiswa yang memang benar-benar berminat menjadi
seorang Jurnalis Muslim.
Ada dua faktor yang mungkin menghambat Minat Mahasiswa Jurnalistik Islam menjadi
wartawan, yaitu faktor internal semangat belajarnya yang kurang dan kemauan dalam diri
menjadi seorang wartawan ataupun mungkin memilih Jurusan Jurnalistik Islam bukan pilihan
pertama ketika masuk ke UIN STS Jambi, eksternalnya adanya terjadi resiko keselamatan
yang tinggi menjadi wartawan.
67
BAB IV
HAMBATAN DAN SOLUSI UNTUKMENINGKATKAN MINAT MAHASISWA
MENJADI WARTAWAN
A. Hambatan dan Minat Mahasiswa Menjadi Wartawan
68
Menjadi wartawan harus memiliki kempuan dibidang komunikasi yang baik dan bisa
membaca keadaan, apa keadaan itu aman atau keadaan itu sangat membahayakan dalam
mencari berita, Hambatan Mahasiwa Jurnalistik Islam menjadi wartawan yaitu dari pribadi
Mahasiswa itu sendiri, kurangnya motivasi, dan praktek sehingga kurannya kemauwan
menjadi seorang wartawan, dikarnakan tugas menjadi wartawan sagat berat, dan tidak
mengenal waktu. Menjadi seorang wartawan harus memiliki mental yang kuat dan berani
melaksanakan tugas dimanapun.
Berdasarkan hasil wawancara dari Mahasiswa Jurnalistik Islam Bagus Setiadi di UIN
Sulthan Thaha Jambi,
[M]ereka kurang berminat menjadi wartawan dikarenakan banyaknya lika liku pada
saat menjadi wartawan nantinya, contohnya hambatan saat berada dilapangna saat
menunggu narasumber untuk diwawancarai, hambatan tersebut sering kali dijumpai
oleh Jurnalis, terkadang narasumber juga enggan memberikan tanggapan, selain itu
juga tantangan menjadi seorang Jurnalis nanti ketika kita menjadi Jurnalis ditugaskan
seringkali kita tidak tau seperti apa medan yang harus kita lalui. 66
“[B]elum lagi untuk di daerah Jambi, masih minimnya akses jalan, komunikasi seperti
jaringan yang susah di tempat tertentu seperti dipelosok menjadi tantangan tersendiri jika kita
menjadi wartawan nanti”,67
belum lagi sebagian masyarakat didaerah terpencil seperti di
dusun-dusun daerah Jambi banyak orang diwawancarai belum bisa berbahasa Indonesia yang
baik dan benar. Sistem kejar targetpun sudah menjadi keharusan pada pekerjaan ini,
terkadang tekanan-tekanan sepert ini dari mahasiswa Jurnalistik sendiri menjadi enggan
untuk menjadi seorang warwatawan.
Untuk seorang wanita, menjadi wartawan juga adalah sebuah cita-cita mulia, akan
tetapi tentu tantantangannya lebih ekstra,68
ini sangat berkaitan dengan fisik ataupun mental
dari para wartawan, seperti penulis katakan diatas bahwa mayoritas akses komukasi dan jalan
selalu jadi penghambat menjadi wartawan di provinsi Jambi, dan apabila seorang wartawan
tidak memiliki fisik yang prima tentu ini menghambat jalannya suatu pekerjaan yang
berakibat pekerjaan kita tidak sempurna.
Setelah penulis amati hambatan yang sering membuat para Mahasiswa Jurnalistik Islam
STS UIN Jambi adalah mereka melihat adanya beberapa hambatan teknis, seperti kondisi
66 Wawancara dengan Bagus Setiadi selaku Mahasiswa Jurnalistik Semeter XI, pada tanggal 10
Desember 2018.
67
Wawancara dengan Devi Chandra selaku Mahasiswa Jurnalistik Semeter XI,pada tanggal 10 Desember
2018. 68
Wawancara dengan Sharli Aprianti selaku Mahasiswa Ilmu Jurnalistik Semeter XI, pada tanggal 12
Desember 2018.
69
dilapangan yang sulit, untuk di daerah terpencil kesulitan akses jalan, komunikasi dan
jaringan, untuk di kota mereka d hadapkan dengan kondisi jalan pada dan panasnya sebuah
kota akibat kurang ruang terbuka hijau, belum lagi ketika yang di wawancarai membatalkan
janji untuk diwawancarai.
Seperti penuturan Dwi Wahyudi selaku Mahasiswa Jurnalistik, ia mengatakan “[J]ika
ini terjadi kepada saya, saya jadi enggan untuk menjadi seorang Jurnalistik meskipun saya
kuliah dijurusan Jurnalistik Islam.”69
Menurut Bagus Setiadi juga,
[M]enjadi wartawan di daerah provinsi Jambi selain tantang akses jauh, jalan belum begitu
bagus, serta komunikasi yang agak sulit jika bertemu dengan orang dusun asli, bagi yang sudah
berkeluarga juga mereka harus membagi waktu dengan keluarga dan pekerjaan, apalagi ada
liputan mendadak, disuatu daerah terpencil didaerah jambi, pasti harus pisah dari keluarga
untuk sementara waktu. Mereka dihapkan pada dua tantangan pertama, harus berpisah
dengan keluarga, kedua, harus profisional agar berita yang didapat, dapat bermaat buat
orang banyak.70
Sebelum hambatan itu terjadi seorang wartawan harus dapat mengetahui bagaimana
cara menghindari hambatan tersebut, dengan cara tidak melanggar kode etik dengan kata lain
cara yang bersih, karena jika seorang Jurnalis melanggar tidak tidak hanya akan mendapatkan
sanksi tapi juga akan dipecat dari pekerjaanya. Tetapi ada cara yang dapat meminimalisir
hambatan tersebut, hambatan saat menghadapi narasumber yang tidak ingin diwawancarai
atau memberikan tanggapan, dengan cara menunggu dan dapat melihat peluang dari kata-kata
narasumber tersebut untuk dikutip di isi berita, itu untuk memimalisiri hambatan teknis .
Hambatan adalah sesutu yang menghalangi dan menghambat hal-hal yang sedang
dikerjakan atau ketika melakukan peliputan. Hambatan adalah rintangan saat menjalankan
tugas sebagai wartawan, hambatan yang sering terjadi sulitnya mewawancarai narasumber
terkait kasus atau untuk peliputan yang bersifat Bad News, sedangkan jika Good News
narasumber mudah ditemui dan sedang jika beritanya diterbitkan.
Sedangkan hambatan yang dialami mahasiswa Jurnalistik Islam UIN Jambi adalah
kurangnya skil yang didapat dari kampus, hari-hari sewaktu kuliah mereka hanya diberikan
teori, sedikit sekali diadakan praktek, padahal dengan adanya praktek para Mahasiswa
Jurnalistik bisa merasakan pengalaman sebelum menjadi Jurnalis. Agar mereka tau bahwa
69 Wawancara dengan Dwi Wahyudi selaku Mahasiswa Ilmu Jurnalistik Semester XI pada tanggal 12
Desember 2018. 70 Wawancara dengan Bagus Setiadi selaku Mahasiswa Jurnalistik Semeter XI, pada tanggal 12
Desember 2018.
70
banyak halangan dan rintangan yang pasti mereka lalui ketika mereka bekerja nanti, belum
lagi jika persoalan kurangnya tenaga wartawan, sehingga pembagian desk kurang efektif,
tetapi semoga itu semua menjadi motivasi bagi para calon Jurnalis Mahasiswa Jurnalistik
Islam UIN Jambi, agar mereka tetap bisa bersaing di dunia kerja nanti.
Cara yang selalu dipakai oleh Jurnalis Tribun Jabar yakni jika narasumber tersebut sulit
untuk ditemui maka menggunakan cara lain yaitu wawancara melalui telfon. Tidak semua
hambatan dapat diatasi tetapi karena hambatan adalah bagian dari pekerjaan seorang Jurnalis
tidak ada hambatan yang tidak bisa diatasi, selain itu Jurnalis mempunyai kode etik yang
menjadi pegangan dalam pekerjaanya, selain itu seorang Jurnalispun dapat terjerak hukum
jika seorang wartawan tersebut melanggar aturan yang berlaku. Selain itu seorang wartawan
juga harus professional, semua hambatan dapat di tangani selama jnurnalis tersebut bekerja
dengan professional dalam menjalankan tugasnya.
Ketika penulis bertemu dan ngobrol dengan salah satu wartawan jambi yang tidak mau
disebut namanya dalam skripsi ini, ia mengatakan hambatan tidak hanya dihadapi saat
dilapang ataupun saat menghadapi narasumber, tetapi hambatan bisa saja terjadi dengan
atasan yang ada dikantor, jika hal itu terjadi langkah yang harus dilakukan adalah berbicara
langsung menghadap dengan atasan, ditempat ia kerjapun ia tidak diminta untuk tidak ada
jarak antara atasan dan juniornya, semua itu dilakukan agar keharmonisan dalam bekerja
selalu terjaga, tidak ada kendala dalam pekerjaan, selain itu selalu berkoordinasi agar
kerjasama antara atasan dan junior terjaga dengan baik.
Hambatan yang dialami oleh wartawan perempuan berbeda dengan Jurnalis laki-laki,
hambatan yang dialami oleh wartawan perempuan jika ditempatkan disituasi peliputan yang
bersifat membahayakan, dan bertugas dimalam hari, jumlah wartawan perempuan lebih
sedikit disbanding Jurnalis laki-laki hal tersebut dapat mengungtungkan bagi Jurnalis
perempuan karena akan lebih dekat dengan narasumber lebih mudah mendapatkan informasi.
Hambatan saat dikantor yang dialami oleh wartawan perempuan saat mendapat tugas piket
hingga larut malam, fenomena ini juga terjadi di Jambi bahkan sampai ke mahasiswa
Jurnalistik Islam, bagi mereka yang perempuan rela memilih menikah terlebih dahulu,
akibatnya mereka kesulitan untuk bekerja jika sudah punya anak, apalagi jika mendapat
suami yang kebetulan melarangnya untuk jadi Jurnalis.
Untuk mengurangi hambatan seorang wartawan harus mempersiapkan segala sesuatu
yang dibutuhkan saat dilapangan, antisipasi waktu agar tidak terlambat saat bertemu dengan
narasumber, belajar dari pengalaman agar mendapat menghadapi hambatan apapun saat
dilapang dan dikantor. Ketikan hambatan yang teknis dan non teknis bisa teratasi, hambatan
71
yang lain seperti internal dan eksternal pun sebenarnya bisa diatasi, untuk hambatan internal
cara menanggulanginya dengan cara tetap bekerja dengan professional apapun hambatan
harus dijalani, untuk hambatan eksternal dengan cara mencari celah untuk mendapatkan
berita yang layak mendapatkan informan.
B. Solusi Untuk Meningkatkan Minat Mahasiswa dan Menjadi Jurnalis Pintar
1. Solusi Untuk Meningkatkan Minat Mahasiswa
a. Selalu Berdiskusi dengan Teman, Dosen ataupun Orang-Orang yang mengerti dunia
jurnalis agar wawasan selalu terbuka.
b. Perbanyak dunia peraktek selagi berada dibangku kuliah
c. Jangan segan untuk bertanya jika masih ada hal yang janggal mengenai dunia
kewartawanan.
d. Siap melakukan kompetisi dan tidak boleh minder.
e. Siap dengan semua resiko di dunia jurnalis.
2. Solusi Agar Menjadi Wartawan Pintar
a. Selalu Update
Jika menjadi seorang jurnalis, seorang wartawan haruslah update. Tidak hanya
Cuma soal isu politik dan nasional saja, tetapi juga isu-isu lain, seperti lingkungan,
music, olahraga dan lainnya.Dan ini bisa menjadikan kita terdepan dalam masalah
ini.Seorang wartawan harus menyukai semua isu yang berkembang, dan harus tau
dalam segala hal, tetapi tetap kita harus punya spesifikasi bidang atau isu jurnalistik
yang dikuasai.
b. Berlatih Disiplin
Deadline saat kuliah di Jurnalistik Islam UIN Jambi yang mepet soal tugas
atau kecepatan dalam membuat tugas, dan ini yang akan membuat kita lebih
disiplin. Ini penting untuk dunia kerja, selain disiplin soal waktu, saat kuliah di
Jurnalistik Islam UIN Jambi bikin kita disiplin verifikasi soal informasi. Sebelum
menelan informasi, kita akan berlatih untuk mencari rujukan referensi lain atau
bentuk verifikasi lain supaya tidak kena hoak
c. Banyak Relasi
Selama duduk di bangku kuliah Jurnalistik Islam UIN Jambi, saat ada peraktek
lapangan diharapkan kita memperbanyak relasi dengan temen-temen yang sudah
bekerja, minimal jika kita nanti setelah lulus ada penolong yang akan merangkul
72
kita nanti. Kalau butuh apa-apa juga lebih mudah lenataran jaring pertemanan sudah
luas.
C. Beberapa Permasalahan Serius Mahasiswa Jurnalistik Islam UIN Jambi
Sebenarnya ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama, tentu setelah meneliti beberapa
kekurangan-kerungan yang ada di jurusan Jurnalistik Islam akhirnya penulis tuangkan
kedalam tulisan skripsi yang kemungkinan kritikan tentang permasalahan serius yang ada di
jurusan Jurnalistik Islam UIN Jambi, berangkat dari situ juga makanya penulis mengambil
judul ini, tentunya nanti penulis berikan beberapa solusi yang mungkin bermanfaat bagi
jurusan Jurnalistik Islam maupun kepada penulis sendiri.
1. Rendahnya Kualitas Mahasiswa Jurnalistik Islam UIN Jambi.
Harus diakui bahwa lulusan Jurnalistik Islam UIN Jambi masih banyak yang belum
tepat sasaran dalam artian bahwa mereka kerja bukan sesuai Jurusan mereka sewaktu
kuliah, dan tentu ini bergeser dari rel yang diharapkan bagi Kajur dan semua steakholder
di lingkungan UIN Jambi. Harusnya juga sebagai lembaga pendidikan tinggi Prodi Ilmu
Jurnalistik harus sama-sama membangun agar jurusan ini tetap eksis. Jika kita lihat
sebenarnya kemampuan rata-rata baik alumni maupun Mahasiswa Jurnalistik Islam di
UIN Jambi berada pada level memprihatinkan, baik dari segi keterampilan menulis berita
faktual, actual, informatif mereka sangat kurang, dalam arti tingkat kemampuan mereka
sangat kurang memadai, dan hasilnya mereka kalah bersaing dalam dunia kerja bahkan
sebagian mahasiswa Jurnalistik Islam enggan untuk menjadi seorang wartawan.
2. Minimnya Sarana dan Prasarana Alat Pratikum Mahasiswa Jurnalistik Islam
UIN Jambi
Tak bisa dipungkiri rendahnya kualitas yang ada didiri mahasiswa bisa jadi mungkin
karena minimnya sarana dan prasana pratikum yang ada di UIN Jambi, belum lagi ada
diantara kita sebagai mahasiswa yang kurang serius dalam belajar dan tidak bisa
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya sewaktu kuliah, mereka memilih berleha-leha
termasuk si penulis. Sebenarnya dengan lengkapnya sarana dan prasarana yang tersedia
dan dengan seriusnya mahasiswa Jurnalistik dalam belajar mungkin bisa membawa daya
saing saya terjun didunia kerja nanti. Bagaimana juga nanti jika terjun didunia kerja si
wartawan atau jurnalis tadi kurang memiliki peralatan yang memadai akibat terbatasnya
peralatan dokumentasi seperti kamera dan alat rekam lainnya sehingga menyebabkan hasil
liputan menjadi tidak sempurna. Akhirnya, publikpun disajikan informasi dan data
publikasi apa adanya bahkan seadanya.
73
3. Opini Minimnya Upah Wartawan
Setelah mewawancarai beberapa temen mahasiswa Jurnalistik Islam UIN Jambi
mereka beranggapan bahwa menjadi wartawan itu kurang menghasilakan alias minim, dan
ini menjadi pengaruh terbesar mengapa ia enggan untuk menjadi seorang wartawan.
Akibatnya diluar sana mereka yang menjadi wartawan seringkali menjadi tidak netral
dalam melakukan pekerjaannya. Belum lagi himpitan ekonomi yang seakan tiada berubah
membaik dari waktu ke waktu menjadi persoalan klasik yang krusial.Terlebih mereka
yang sudah berkeluarga, tentu beban fikiran untuk mendapatkan penghasilan yang lebih
baik memadai menjadi faktor penghambat dalam mengahasilkan karya-karya jurnalistik
yang baik.Pada kondisi demikian, tidak jarang terjadi penurunan tingkat idealism para
jurnalis, yang bermuara kepada prilaku melenceng dari pribadi seorang jurnalis sejati.
Alhasil, ruang publikasi media massa kita baik cetak, elektronik, maupun online dipenuhi
dengan informasi kurang akurat, penuh kamuflase, bahkan jauh dari fakta dan kebenaran.
4. Kurangnya sinegritas antara Mahasiswa dan Seluruh Staekholder jurusan
Jurnalistik Islam UIN Jambi.
Untuk menjadi sebuah jurusan yang disegani dan lulusannya membangakan
bukanlah sesuatu yang mudah, tapi semua itu semua bisa diraih dengan kerja sama sama
dan kerja keras, memulai dari perbaikan silabus-silabus yang mengarah kepada otoritas
dan output dunia kerja bagi seorang alumni, kemudian mungkin diperbanyak lagi hal-hal
seperti praktek, dan sudah seharusnya peralatan-peralatan dunia kejurnalistikan harus
komplit dan tentu harus adanya semangat belajar dari mahasiswa itu sendiri.
D. Alternatif Peningkatan Kualitas dan Minat Mahasiswa Menjadi Wartawan
Berikut ini dipaparkan beberapa konsep yang mungkin dapat dijadikan bahan
pemikiran, bahasan, referensi dan acuan dalam menyiasati berbagai persoalan yang dihadpi
oleh mahasiswa agar berminat menjadi wartawan, sebagai berikut:
1. Pelatihan Jurnalistik secara Intensif.
Untuk mengatasi masalah rendahnya kemampuan para Mahasiswa Jurnalis UIN
Jambi, hal ini dapat diatasi dengan pengadaan beragam program pelatihan Jurnalistik, baik
dalam bentuk workshop, magang, pelatihan intensif, maupun tutor sebaya dalam lain-lain.
Peningkatan wawasan dan pengetahuan tentang Jurnalistik Islam juga merupakan hal
penting yang harus diagendakan bagi setiap mahasiswa. Penyelenggaraan seminar, forum
diskusi, kuliah umum Jurnalistik, dan berbagai bentuk pembelajaran, baik yang membahas
tentang Jurnalisme, dunia wartawan maupun bidang ilmu pengetahuan lainnya amat
penting diinisiasi sepanjang masa.
74
Setiap orang memiliki keterbatasan ingatan, keterbatasan memori untuk menampung
berbagai informasi dan data dalam benaknya. Upgrading, dan pengulang-ingatan atas
berbagai bidang ilmu, terutama yang terkait dengan dunia kewartawanan mutlak dilakukan
secara terus menerus. Perkembangan dunia informasi, media massa, sistem publikasi, dan
teknologi informasi yang begitu pesat, juga menjadi alasan kuat mengapa para wartawan
perlu diberikan sentuhan pelatihan dan magang secara intensif dikampus, demi
pengembangan wawasan para wartawan menjadi professional, handal, berkualitas,
bertanggung jawab, serta dapat bersaing di baik diwilayah provinsi Jambi maupun di
kanca nasional.
2. Perbanyak Fasiltas yang Menunjang Dunia Kewartawanan di UIN Jambi.
Ada baiknya untuk mendukung kemampuan para alumni dan mahasiswa Jurnalistik
Islam UIN Jambi para stakeholder mulai dari pimpinan sampai pada yang merasa punya
kepentingan untuk memperbanyak fasilitas yang ada demi menunjang keberhasil para
mahasiswa dan alumni setelah tidak berkuliah lagi di UIN Jambi. Jika mereka berhasil di
dunia kerja tentu ini semua menjadi kebanggan tersendiri bagi UIN Jambi.
3. Sinegritas Antara Mahasiswa dan Seluruh Staekholder Jurusan Jurnalistik Islam
UIN Jambi.
Perbanyak diskusi antara pimpinan dan mahasiswa, perbaikan silabus yang
mengarah kepada otoritas dan output dunia kerja bagi seorang alumni dan mahasiswa, dan
sudah seharusnya peralatan-peralatan dunia kejurnalistikan harus komplit dan tentu harus
adanya semangat belajar dari mahasiswa itu sendiri, dan tentunya punya visi misi dam
sinegritas serta punya semangat yang sama ingin membangun Jurnalistik Islam kearah
yang lebih baik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
75
Secara umum Minat Mahasiswa Jurnalistik Islam Menjadi Wartawan, jika dikaji secara
menyeluruh dan diambil berbagai sudut pandang, masih minim karena beberapa faktor dan
kendala yang ada seperti yang penulis temukan pada saat melakukan penelitian, sejatinya
minat akan didapatkan jika mahasiswa memang serius dalam mendalami ilmu tersebut,
termasuk dalam menjadi wartawan. Maka dari itu diperlukan berbagai upaya baik dari
mahasiswa itu sendiri atau semua yang berkepentingan, agar tercapai cita-cita menjadi
seorang jurnalis yang baik dan berprestasi.
B. Kata Penutup
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya berupa kesehatan dan kekuatan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.Dalam penulisan skripsi ini tentunya
banyak sekali terdapat kekurangan dan kesalahan serta jauh dari kesempurnaan.Oleh karena
itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi.
Akhirnya, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan berpartisipasi dalam menyelesaikan skripsi ini.semoga Allah SWT senantiasa
memberikan petunjuk dan rahmat-Nya kepada kita semua.Amin ya rabbal’alamin
Jambi, Mei, 2019
Penulis,
HARFANDY SIREGAR
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahanya, Semarang: Asy-syifa‟. 2010 135.
76
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Beni Ahmad Saebeni,Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Dewi khormairoh F.S “Hubungan antara Minat dengan Intensi Propesi Jurnalis Mahasiswa
Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin, Adap dan Dakwah IAIN
Kendari”, 2015.
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan, Yogyakarta: C.V. Andi Offset,
2005.
Esti Dewi Akstari, “Minat Menjadi Jurnalistik pada Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta”, Skripsi (Yogyakarta: Program
Studi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah UIN Sunan
Kalijaga, 2010), 10.
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan, Yogyakarta: C.V. Andi Offset,
2005.
Esti Dewi Akstari, “Minat Menjadi Jurnalistik pada Mahasiswa Komunikasi PenyiaranIslam
Fakultas Dakwah Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta”, Skripsi Yogyakarta: Program
Studi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah UIN Sunan
Kalijaga, 2010.
Hikmat, Purnawa Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja
Rosyadarkasya, 2009.
Nurdin, Jurnalistik Masa Kini, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009.
Septiawan Santana, Jurnalistik Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2005.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2010.
Suaidi Asy‟ari (Ed), Panduan Penulisan Skripsi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS
Jambi, Jambi, t.p, 2009.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kuantitatif,Bandung: Alfabeta, 2007.
Beni Ahmad Saebeni, Metode Penelitian, Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2007.
Sugiyono,Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2014.
Lexy J. Moeleong, Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, 1995.
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial,Jakarta : Erlangga, 2009.
Internet
http://www.artikata.com/arti-355956-upaya.html/. Diakses 18/11/2018
77
http://www.jurnalrozak.web.id/2014/10/pengertian-jurnalistik-secaraumum.html/.Diakses
18/11/2018
https://kamriantiramli.wordpress.com/tag/faktor-faktor-yang-membangkitkan-minat-belajar/
https://id.wikipedia.org/wiki/Wartawan, diakses pada tanggal 18 Mei 2019.
https://romeltea.com/sejauh-mana-sih-peran-seorang-wartawan/diakses pada tanggal 20 Mei
2019.
Wawancara
Mahasiswa Ilmu Jurnalistik, Devi Candra, Wawancara dengan Penulis, Jambi: 18 November
2018.
Mahasiswa Ilmu Jurnalistik, Zainul Asror, Wawancara dengan Penulis, Jambi: 18 November
2018.
Wawancara dengan Bagus Setiadi selaku Mahasiswa Jurnalistik Semeter XI, pada tanggal 10
Desember 2018.
Wawancara dengan Devi Chandra selaku Mahasiswa Jurnalistik Semeter XI, pada tanggal 10
Desember 2018.
Wawancara dengan Sharli Aprianti selaku Mahasiswa Jurnalistik Semeter XI, pada tanggal
12 Desember 2018.
Wawancara dengan Dwi Wahyudi selaku Mahasiswa Ilmu Jurnalistik Semester XI pada tanggal 12 Desember 2018.