mind-body therapies
DESCRIPTION
mind-body therapiesTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Respon klien terhadap sakitnya akan berbeda satu sama lain. Klien bersifat
unik, oleh karena itu perawatan kesehatannya pun dilakukan secara holistik
komprehensif. Klien hidup dalam suatu komunitas kebudayaan yang akan
mempengaruhi cara mereka menyelesaikan masalah kesehatannya. Berbagai jenis
pengobatan berkembang pada era globalisasi, sehingga keputusan pengobatan yang
dipilih semakin beragam. Selain pengobatan medis konvensional, dewasa ini terapi
komplementer banyak diminati oleh masyarakat. Fenomena tersebut memberikan
peluang terhadap tenaga kesehatan khususnya perawat untuk mengembangkan
kompetensinya sebagai terapis maupun sebagai pendamping klien dalam memilih
pengobatan dan perawatan yang tepat. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai
kompetensi tersebut salah satunya dengan memperdalam pengetahuan tentang
terapi komplementer, khusus nya terapi tubuh-fikiran (Mind body intervention).
Mind body intervention merupakan pendayagunaan kapasitas pikiran untuk
mengoptimalkan fungsi tubuh. Fokus terapi ini adalah menciptakan keseimbangan
antara pikiran, emosi, dan pernapasan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalah dari latar belakang di atas adalah:
1. Apakah pengertian dari Terapi Tubuh-Fikiran (Mind-Body Therapies)?
2. Apa saja Tipe-tipe Terapi Tubuh-Fikiran (Mind-Body Therapies)?
3. Apa saja Terapi Tubuh-Fikiran (Mind-Body Therapies) yang Dapat Diakses
Dunia Keperawatan?
4. Apa Umpan Balik Biologis dari Terapi Tubuh-Fikiran (Mind-Body Therapies)?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari terapi Pengertian Terapi Tubuh-Fikiran
(Mind-Body Therapies).
1
2. Untuk memahami Tipe-tipe Terapi Tubuh-Fikiran (Mind-Body Therapies)
3. Untuk mengetahui Terapi Tubuh-Fikiran (Mind-Body Therapies) yang Dapat
Diakses Dunia Keperawatan
4. Untuk memahami Umpan Balik Biologis dari Terapi Tubuh-Fikiran (Mind-
Body Therapies
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Terapi Tubuh-Fikiran (Mind-Body Therapies)
Mind body intervention merupakan pendayagunaan kapasitas pikiran untuk
mengoptimalkan fungsi tubuh. Fokus terapi ini adalah menciptakan keseimbangan
antara pikiran, emosi, dan pernapasan.
2.2 Tipe-tipe Terapi Tubuh-Fikiran (Mind-Body Therapies)
Intervensi tubuh dan pikiran menggunakan berbagai teknik yang dibuat
untuk meningkatkan kapasitas pikiran untuk memengaruhi tubuh
a. Terapi Seni : penggunaan seni untuk mendamaikan konflik emosional,
meningkatkan kewaspadaan diri, dan mengungkapkan masalah yang tidak
dikatakan dan disadari klien tentang penyakit mereka.
b. Umpan balik biologis : suatu proses yang memberikan individu dengan
informasi visual dan suara tentang fungsi fisiologis otonom tubuh, seperti
tegangan otot, suhun tubuh, dan aktivitas gelombang otak, melalui penggunaan
alat-alat.
Intervensi Tubuh-Pikiran-Menggunakan Berbagai Teknik yang Dibuat
untuk Meningkatkan Kapasitas Pikiran guna Memengaruhi Fungsi dan Gejala
Tubuh
a. Terapi dansa : sarana memperdalam dan memperkuat terapi karena merupakan
ekspresi langsung dari pikiran dan tubuh. Terapi ini mampu mengobati individu
dengan masalah sosial, emosional, kognitif, atau fisik.
b. Terapi pernapasan : menggunakan segala jenis pola pernapasan untuk
merelaksasi, memperkuat, atau membuka jalur emosional.
c. Imajinasi terbimbing : teknik terapeutik untuk mengobati kondisi patologis
dengan berkonsentrasi pada imajinasi atau serangkaian gambar.
d. Meditasi : praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaksasi tubuh dan
menenangkan pikiran menggunakan ritme pernapasan yang berfokus.
e. Terapi musik : menggunakan musik untuk menunjukan kebutuhan fisik,
psikologis, kognitif, dan sosial individu yang menderita cacat dan penyakit.
3
Terapi memperbaiki gerakan dan atau komunikasi fisik, mengembangkan
ekspresi emosional, memperbaiki ingatan, dan mengalihkan rasa nyeri.
f. Usaha pemulihan (doa) : berbagai teknik yang digunakan dalam budaya
menggabungkan pelayanan, kesabaran, cinta, atau empati dengan target doa.
g. Psikoterapi : pengobatan kelainan mental dan emosional dengan teknik
psikologi.
h. Yoga : teknik yang berfokus pada susunan otot, postur, mekanisme pernapasan,
dan kesadaran tubuh. Tujuan yoga adalah memperoleh kesejahteraan mental dan
fisik melalui pencapaian kesempurnaan tubuh dengan olahraga,
mempertahankan postur tubuh, pernapasan yang benar, dan meditasi.
a. Terapi Meditasi
Meditasi terapi didefinisikan oleh Merta Ada (1999) sebagai suatu teknik
untuk mengkonsentrasikan pikiran agar lebih waspada dan bijaksana, serta dapat
digunakan untuk mencegah maupun menyembuhkan penyakit. Teknik ini dapat
digunakan oleh semua orang tanpa dibatasi oleh agama dan kepercayaannya.
Ada empat tahapan meditasi terapi yaitu:
1. Meditasi Usada I : Mengelola getaran dan menyehatkan diri sendiri.
2. Meditasi Usada II : Mengelola unsur materi dan menyehatkan diri sendiri.
3. Meditasi Usada III: Mengelola ppikiran dan menyehatkan diri sendiri.
4. Meditasi Usada IV: Menelusur penyakit orang dan menyehatkan diri sendiri
Pada dasar nya meditasi terapi merupakan usaha sadar untuk mengelola
system di otak. Ada tiga sistem yang bekerja di otak. Yang pertama adalah
system sensoris yang berkaitan dengan sel saraf yang menerima rangsang dari
luar. Rangsangan tersebut ditangkap oleh panca indera baik oleh penglihatan,
pendengaran, penciuman, peraba, dan pengecap. Kedua adalah sistem motorik
yang terdiri atas sel-sel saraf yang memerintah dan menggerakkan bagianbagian
atau organ tubuh seperti kaki, tangan dan lain-lain. Ketiga adalah system
asosiasi yaitu sel saraf yang menghubungkan atau menggabungkan segala
sesuatu yang diperoleh dari apa yang telah dipelajari, dialami, atau diingat.
Ketiga sistem ini berada pada lapisan Cortex.
4
Sel saraf pada salah satu indera menerima rangsangan atau stimulus dari
luar. Stimulus tersebut akan diteruskan ke sel berikutnya, begitu seterusnya
sehingga sampai pada sel dalam otak. Selanjutnya stimulus tersebut akan diolah
secara integratif, koordinatif, dan asosiatif dengan simpanan pengalaman dan
keinginan yang telah ada, untuk diputuskan respon apa yang harus diberikan.
Menurut Anand Krishna (2002) hubungan stimulus-respon tresebut tidak
lepas dari instink. Instink yang dimiliki oleh hewan atau sering dikenal dengan
instink hewani meliputi:
1. Kebutuhan makan untuk mengatasi rasa lapar
2. Kebutuhan seks untuk mengatasi gejolak nafsu
3. Kebutuhan tidur untuk mengatasi rasa kantuk
4. Kebutuhan rasa nyaman.
Untuk mengatasi rasa takut atau khawatir, binatang bisa berbuat
kekerasan atau bahkan membunuh. Apabila dikaitkan dengan Kundalini dan
Chakra, maka kebutuhan makan berkaitan dengan chakra pertama. Kebutuhan
seks berkaitan dengan chakra kedua, dan kebutuhan tidur serta rasa nyaman
berkaitan dengan chakra ketiga. Chakra keempat atau lapisan kesadaran cinta
merupakan inti kemanusiaan dalam diri manusia. Chakra kelima sampai dengan
ketujuh dikaitkan dengan keilahian. Dengan demikian tiga lapisan pertama
bersifat hewani, lapisan keempat bersifat manusiawi, dan lapisan kelima sampai
dengan ketujuh bersifat ilahi.
Dalam teknik meditasi disadari bahwa fisik atau raga yang terbuat dari
makanan itu hanya merupakan mesin yang dipakai oleh "mind" untuk
mengoperasikan dunia fisik. Jadi kesadaran yang fundamental untuk
perkembangan spiritual manusia adalah menyadari bahwa: "Aku bukanlah badan
ini". Manusia terdiri atas berlapis-lapis. Lapisan pertama adalah badan yang
terbuat dari makanan atau sering disebut dengan anna-maya-kosha, lapisan
berikutnya merupakan lapisan energi yang disebut dengan praana-maya-kosha.
Lapisan mental/emosional sering disebut dengan mano-maya-kosha. Lapisan
intejensia disebut vigyaana-maya-kosha, dan lapisan spiritual disebut
Aanadmaya- kosha. Stimulus atau rangsangan yang diterima oleh indera
manusia dapat berupa gelombang cahaya yang ditangkap oleh penglihatan,
5
getaran suara oleh pendengaran, getaran mekanik oleh perabaan, dan zat kimia
oleh rasa kecap lidah.
Selanjutnya saraf indera manusia mengubah semua itu menjadi aliran
listrik, dan diteruskan ke jaringan saraf berikutnya. Peristiwa ini disebut
transmisi impuls. Transmisi impuls diselenggarakan oleh pembawa (carrier)
yang sesungguhnya merupakan molekul protein, dan disebut sebagai neuro
transmitter. Neuro transmitter ini berada dalam synap yang dipancarkan dan
diterima oleh membran reseptor. Membran reseptor memiliki potensi ganda.
Bagian dalam membran bermuatan ion negatif, dan bagian luar bermuatan
positif. Hal ini sering disebut dengan polarisasi. Neuro transmitter menyebabkan
terjadinya depolarisasi, berarti muatannya diubah dan dalam sekejap berubah
kembali menjadi polarisasi. Perubahan depolarisasi maupun polarisasi kembali
ini diteruskan atau ditransmisikan ke sepanjang serabut saraf ke sel saraf
berikutnya, sehingga sampai pada sel saraf di otak. Kemudian proses yang sama
terulangi kembali untuk menyampaikan respon otak kepada bagian tubuh yang
bersangkutan.
Transmisi ini berbentuk aliran listrik atau bio-electric. Transmisi
berkecepatan 50m per detik. Bila tinggi orang dua meter, maka dari ujung kaki
sampai ke otakdibutuhkan waktu 1/25 detik. Sirkuit antara penerimaan-
transmisi-respon sangat berkaitan dengan kesadaran diri. Alam kesadaran kita
dalam hidup sehari-hari disebut conscious mind, bawah sadar disebut
subconscious mind yang penuh dengan memori maupun referensi baik dari
kehidupan ini maupun kehidupan sebelumnya. Diatas ini masih ada
superconscious mind atau cosmic mind. Selama masih belum lepas dari
subconscious mind seseorang tidak bias memasuki superconscious mind.
Pengalaman setiap orang terhadap meditasi bersifat khas karena "irama
symphoni" getaran "Medan Energi Bio Electric" pada tingkat conscious mind
seseorang berbeda satu dengan yang lain. Irama symphoni dapat dilihat dengan
menggunakan EEG (Electro Encephalo Graphy).
Biasanya tampak gelombang dengan amplitudo dan frekuensi yang tidak
teratur. Gambaran disetiap lobus otak juga berbeda. Gelombang dan frekuensi
yang kacau atau tidak sinkron akan melemahkan energi manusia. Gelombang
6
EEG yang kacau dan menunjukkan kegelisahan disebut "gelombang beta".
Dalam alam meditasi, jika seseorang mulai mencapai ketenangan,
gelombangnya akan berubah menjadi gelombang alpha. Pada gelombang alpha
frekuensi siklus per detik menjadi semakin jarang dan amplitudonya semakin
datar. Pada saat tidur, conscious mind sudah tidak aktif, sehingga beribu macam
aktivitas sel dan organ menjadi sinkron satu sama lain. Frekuensi nafas menjadi
teratur. Dalam keadaan tidur pulas, EEG akan menunjukkan gelombang delta,
namun begitu ada mimpi, gelombangnya akan berubah dan kembali menjadi
seperti beta. Semakin dalam kita memasuki alam meditasi, rekaman EEG
berubah menjadi gelombang theta yang frekuensinya hanya empat siklus per
detik.
Jika frekuensi menurun lagi hingga satu siklus per detik, alat EEG akan
menunjukkan gelombang delta. Pada saat tidur pulas atau relaksasi total, rasio
nafas dan denyut jantung adalah 1:3. Tiga kali jantung berdenyut terjadi satu kali
penarikan nafas. Pada keadaan ini semua organ bahkan molekul menjadi
sinkron. Keadaan ini akan memicu tubuh untuk mengeluarkan antibodi,
melatonin, dan endorphin. Hal ini merupakan efek samping meditasi, karena
pada dasarnya meditasi tidak dimaksudkan untuk kesehatan fisik, namun untuk
meningkatkan kesadaran diri.
Iringan musik sebagai sarana memasuki alam meditasi dipandang penting
karena akan mempengaruhi emosi seorang meditator. Emosinya mengalami
pelembutan dan menjadi tenang. Proses ini terjadi di bagian otak yang
disebutlimbic system. Lymbic sistem ini mempunyai hubungan sirkuit serabut
synap saraf dengan semua lobus atau cortex otak, sehingga terjadi sinkronisasi
getaran secara serentak di setiap sel dalam tubuh. Musik lembut, tenang dengan
rasio 1:3 akan sangat membantu. Begitu pula apabila terus diulangi dua suku
kata yang disesuaikan dengan penarikan dan pembuangan nafas. Kata-kata
tersebut merupakan kata bermakna yang dapat diresapi. Pengulangan kata dan
perhatian pada nafas pada dasarnya dilakukan untuk membuat pikiran kita
menjadi fokus.
Dengan demikian sasaran utamanya adalah memusatkan perhatian kita
hanyapada satu hal, pada satu saat dengan segala daya yang dimiliki.Tampaknya
7
melakukan satu tindakan pada satu saat dapat membebaskan pikiran dari konflik.
Jika otak dianalogikan sebagai komputer maka otak (brain) adalah perangkat
kerasnya, sedangkan pikiran (mind) adalah perangkat lunaknya. Seluruh
pancaindra kita merupakan keyboard atau piranti masukan bagi otak, sedangkan
perkataan, tindakan, dan sikap adalah keluarannya (out put). Kegiatan elektrik di
otak dapat direkam dengan EEG. Alat ini akan mengukur getaran / gelombang
energi yang dihasilkan otak pada saat aktif dengan satuan Hertz (Hz) atau cps
(cycle per second). Gelombang energi otak manusia dapat dibagi menjadi empat
keadaan yaitu: beta, alpha, theta, dan delta. Keadaan beta (13 - 28 cps) adalah
keadaan gelombang otak yang sedang aktif bertindak atau sadar. Keadaan alpha
(7 – 13 cps) adalah keadaan saat otak kita sadar namun rilex dan tenang.
Keadaan alpha ini sangat penting untuk membuka jalan menuju kekuatan pikiran
bawah sadar.
Keadaan theta (3,5 - 7 cps) adalah keadaan dimana pikiran menjadi
kreatif dan inspiratif. Keadaan ini juga terjadi pada saat tertidur dan mimpi.
Keadaan delta (0,5 - 3,5 cps) adalah keadaan gelombang otak pada saat kita
tertidur lelap (deep dreamless state). Pada keadaan ini terjadi penyembuhan
alami dan peremajaan sel-sel tubuh. Gelombang energi otak dibawah 0,5 cps
adalah keadaan koma, dan jika nilainya 0 cps manusia dapat dinyatakan
meninggal secara klinis. Manusia memiliki bagian lain dari sistem otak yang
disebut sistem limbic yaitu "otak kecil" diatas tulang belakang, dibawah tulang
tengkorak. Sistim limbic ini memiliki tiga fungsi yaitu mengontrol emosi,
mengontrol seksualitas, dan mengontrol pusat kenikmatan. Emosi merupakan
hal yang paling penting dalam perkembangan otak seseorang. Seperti otak yang
terbagi menjadi dua bagian kanan dan kiri, pikiran terbagi menjadi pikiran sadar
dan bawah sadar. Pikiran sadar adalah pikiran yang digunakan untuk berpikir
sehari-hari dan berinteraksi secara aktif. Pikiran bawah sadar mempunyai tiga
fungsi yaitu: mengendalikan seluruh sistem tubuh, menjadi gudang memori yang
sangat besar, dan member tuntunan, arahan, maupun panduan (Aribowo, 2002).
b. Terapi Imajinasi Terbimbing
Imajinasi terbimbing atau imajinasi mental merupakan suatu teknik
untuk mengkaji kekuatan pikiran saat sadar maupun tidak sadar untuk
8
menciptakan bayangan gambar yang membawa ketenangan dan keheningan
(National Safety Council,2004).
Imajinasi terbimbing adalah sebuah teknik relaksasi yang bertujuan
untuk mengurangi stress dan meningkatkan perasaan tenang dan damai serta
merupakan obat penenang untuk situasi yang sulit dalam kehidupan.
Imajinasi merupakan bahasa yang digunakan oleh otak untuk
berkomunikasi dengan tubuh. Segala sesuatu yang kita lakukan akan diproses
oleh tubuh melalui bayangan. Imajinasi terbentuk melalui rangasangan yang
diterima oleh berbagai indera seperti gambar aroma, rasa suara dan sentuhan
(Holistic-online, 2006). Respon tersebut timbul karena otak tidak mengetahui
perbedaan antara bayangan dan aktifitas nyata. Penelitian membuktikan bahwa
dengan menstimulasi otak melalui imajinasi dapat menimbulkan pengaruh
langsung pada system saraf dan endokrin (Tusek, 2000).
Manfaat dari teknik ini pada umumnya sama dengan manfaat dari teknik
relaksasi yang lain. Para ahli dalam bidang teknik imajinasi terbimbing
berpendapat bahwa imajinasi merupakan penyembuh yang efektif. Teknik ini
dapat mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan dan membantu tubuh
mengurangi berbagai macam penyakit seperti depresi, alergi dan asma (Holistic-
online,2006).
Dalam prosesnya imajinasi terbimbing merupakan suatu teknik yang
menuntut seseorang untuk membentuk sebuah bayangan/imajinasi tentang hal-
hal yang disukai. Imajinasi yang terbentuk tersebut akan diterima sebagai
rangsang oleh berbagai indra, kemudian rangsangan tersebut akan dijalankan ke
batang otak menuju sensor thalamus. Ditalamus rangsang diformat sesuai
dengan bahasa otak, sebagian kecil rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala
dan hipotalamus sekitarnya dan sebagian besar lagi dikirim ke korteks serebri,
dikorteks serebri terjadi proses asosiasi pengindraan dimana rangsangan
dianalisis, dipahami dan disusun menjadi sesuatu yang nyata sehingga otak
mengenali objek dan arti kehadiran tersebut.
Hipotalamus berperan sebagai penentu sinyal sensorik dianggap penting
atau tidak sehingga jika hipotalamus memutuskan sinyal yang masuk adalah
penting maka sinyal tersebut akan disimpan sebagai ingatan. Hal – hal yang
9
disukai dianggap sebagai sinyal penting oleh hipotalamus sehingga diproses
menjadi memori. Ketika terdapat rangsangan berupa bayangan tentang hal – hal
yang disukai tersebut, memori yang telah tersimpan akan muncul kembali dan
menimbulkan suatu persepsi dari pengalaman sensasi yang sebenarnya,
walaupun pengaruh / akibat yang timbul hanyalah suatu memori dari suatu
sensasi (Guyton&Hall, 1997).
Amigdala merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat
bawah sadar. Amigdala berproyeksi pada jalur system limbic seseorang dalam
hubungan dengan alam sekitar dan pikiran. Berlandaskan pada informasi ini,
amigdala dianggap membantu menentukan pola respon perilaku seseorang
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan setiap keadaan. Dari hipotalamus
rangsangan yang telah mempunyai makna dikirim ke amigdala. Amigdala
mempunyai serangkaian tonjolan dengan reseptor yang disiagakan untuk
berbagai macam neurotransmitter yang mengirim rangsangan kewilayah
sentralnya sehingga terbentuk pola respons perilaku yang sesuai dengan makna
rangsangan yang diterima (Guyton&Hall, 1997)
Berdasarkan pada penggunaannya terdapat beberapa macam teknik
imajinasi terbimbing (holistic-online.2006) :
1. Guided Walking Imagery
Teknik ini ditemukan oleh psikoleuner. Pada teknik ini pasien dianjurkan
untuk mengimajinasikan pemandangan standar seperti padang rumput,
pegunungan, pantai dll. kemudian imajinasi pasien dikaji untuk mengetahui
sumber konflik.
2. Autogenic Abeaction
Dalam teknik ini pasien diminta untuk memilih sebuah perilaku negatif yang
ada dalam pikirannya kemudian pasien mengungkapkan secara verbal tanpa
batasan. Bila berhasil akan tampak perubahan dalam hal emosional dan raut
muka pasien
3. Covert sensitization
Teknik ini berdasar pada paradigma reinforcement yang menyimpulkan
bahwa proses imajinasi dapat dimodifikasi berdasarkan pada prinsip yang
sama dalam modifikasi perilaku.
10
4. Covert Behaviour Rehearsal
Teknik ini mengajak seseorang untuk mengimajinasikan perilaku koping
yang dia inginkan. Teknik ini lebih banyak digunakan.
c. Terapi Telaksasi
Relaksasi adalah satu teknik dalam terapi perilaku untuk mengurangi
ketegangan dan kecemasan. Relaksasi merupakan suatu terapi relaksasi yang
diberikan kepada pasien dengan menegangkan otot-otot tertentu dan kemudian
relaksasi (Smeltzer and Bare, 2002).
1. Relaksasi otot (progresive muscle relaxation)
Relaksasi progresif yaitu teknik merelaksasikan otot dalam pada
bagian tubuh tertentu atau seluruhnya melalui teknik program terapi
ketegangan otot.
Teknik relaksasi progresif memusatkan perhatian pada suatu aktifitas
otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan
keteganagan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan
perasaan rileks.
Relaksasi progresif dapat digunakan untuk penatalaksanaan masalah
fisik dan psikososial, termasuk didalamnya masalah nyeri. Relaksasi yang
dihasilkan oleh metode ini dapat bermanfaat untuk menurunkan kecemasan,
kontraksi otot dan memfasilitasi tidur.
Tujuan dari terapi ini adalah:
a. Membantu pasien menurunkan stres tanpa pharmakologi
b. Memberikan dan meningkatkan pengalaman subjektif bahwa ketegangan
fisiologis bisa direlaksasikan sehingga relaksasi akan menjadi kebiasaan
berespon pada keadaan-kaadaan tertentu ketika otot tegang
c. Menurunkan stess pada individu, relaksasi dalam dapat mencegah
manifestasi psikologis maupun fisiologis yang diakibatkan stress.
Banyak manfaat nyata dari latihan relaksasi progresif. Burn dalam
Utami (2002) melaporkan beberapa keuntungan yang diperoleh dari
relassasi progresif, antara lain : menurunkan ketegangan otot
mengurangi tingkat kecemasan, masalah-masalah yang berhubungan
dengan stress seperti hipertensi, sakit kepala, insomnia.
11
Indikasi
Teknik relaksasi membantu pasien berkoping dari cemas, panik gejala fisik
lain (Mc Cann, 2003). Indikasi lain untuk nyeri otot, cemas, depresi ringan.
Kontraindikasi
Pasien yang sedang marah.
Prosedur Teknik Relaksasi
A. Persiapan
Identifikasi tingkat cemas klien, daerah nyeri, tingkat nyeri dan
kekakuan otot dsb. Kaji kesiapan pasien, perasaan pasien.
B. Alat-alat
1 Ruang yang sejuk, tidak gaduh dan alami
2 Tempat tidur atau kursi dengan sandaran rileks ada penopang untuk
kaki dan baku
C. Tindakan
a. Jelaskan kembali tujuan terapi dan prosedur yang akan dilakukan
b. Pasien berbaring atau duduk bersandar (ada sandaran untuk kaki dan
bahu)
c. Lakukan latihan nafas dalam dengan manarik nafas melalui hidung
dan dihembuskan melalui mulut
d. Bersama pasien mengidentifikasi (pasien dianjurkan dan dibimbing
untuk mengidentifikasi) daerah-daerah otot yang sering tegang
misalnya dahi, tengkuk, leher, bahu, pinggang, lengan, betis
e. Bimbing pasien untuk mengencangkan otot tersebut selama 5 sampai
7detik, kemudian bimbing pasien untuk merelaksasikan otot 20
sampai 30 detik.
1 Kencangkan dahi (kerutkan dahi keatas) selama 5-7
detik,kemudian relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan
rileksnya.
2 Kencangkan bahu, tarik keatas selama 5-7detik, kemudian
relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya dan
rasakan aliran darah mengalir secara lancar.
12
3 Kepalkan telapak tangan dan kencangkan otot bisep selama 5-7
detik, kemudian relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan
rileksnya dan rasakan aliran darah mengalir secara lancar.
4 Kencangkan betis, ibu jari tarik kebelakang bisep selama 5-7
detik, kemudian relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan
rileksnya dan rasakan aliran darah mengalir secara lancar.
f. Selama kontraksi pasien dianjurkan merasakan kencangnya otot
dan selama relaksasi anjurkan pasien konsentrasi merasakan
rilaksnya otot.
2. Tenik Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan,
Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah
(Smeltzer & Bare, 2002).
Tujuan
Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi
napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara
pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk,
mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan
intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
Prosedur teknik relaksasi napas
Menurut Priharjo (2003), bentuk pernapasan yang digunakan pada
prosedur ini adalah pernapasan diafragma yang mengacu pada pendataran
kubah diagfragma selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran
abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk selama
inspirasi.Adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam adalah
sebagai berikut :
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
13
2. Usahakan tetap rileks dan tenang
3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
4. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks
5. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan
7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
10.Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
11.Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
12.Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan
cepat.
2.3 Terapi Tubuh-Fikiran (Mind-Body Therapies) yang Dapat Diakses Dunia
Keperawatan
Menurut Fontaine (2005) beberapa terapi dan teknis medis alternatif dan
komplementer bersifat umum dan menggunakan proses alami (pernapasan, pikiran
dan konsentrasi, sentuhan ringan, pergerakan, dan lain-lain) untuk membanti
individu merasa lebih baik dan beradaptasi dengan kondisi akut dan akut. Berikut
jenis-jenis terapi yang dapat diakses keperawatan, yaitu :
a. Terapi Relaksasi
Respon relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum kognitif,
fisiologis, dan stimulasi perilaku. Relaksasi juga melibatkan penurunan
stimulasi. Proses relaksasi memperpanjuang serat otot, mengurangi pengiriman
impuls neural ke otak, dan selanjutnya mengurangi aktivitas otak juga sistem
tubuh lainnya. Relaksasi membantu individu membangun keterampilan kognitif
untuk mengurangi cara yang negatif dalam merespon situasi dalam lingkungan
mereka. Keterampilan kognitif adalah seperti sebagai berikut :
14
1. Fokus (kemampuan untuk mengidentifikasi, membedakan, mempertahankan
perhatian pada, dan mengembalikan perhatian pada rangsangan ringan untuk
periode yang lama).
2. Pasif (kemampuan untuk menghentikan aktivitas analisis dan tujuan yang
tidak berguna).
3. Kesediaan (kemampuan untuk menoleransi dan menerima pengalaman yang
tidak pasti, tidak dikenal, atau berlawanan).
Tujuan dari relaksasi jangka panjang adalah agar individu memonitor
dirinya secara terus-menerus terhadap indikator ketegangan, serta untuk
membiarkan dan melepaskan dengan sadar ketegangan yang terdapat di berbagai
bagian tubuh.
b. Meditasi dan Pernapasan
Meditasi adalah segala kegiatan yang membatasi masukan rangsangan
dengan perhatian langsung pada suatu rangsangan yang berulang atau tetap
(Rakel dan Faas, 2006). Ini merupakan terminasi umum untuk jangkauan luas
dari praktik yang melibatkan relaksasi tubuh dan ketegangan pikiran.
Menurut Benson, komponen relaksasi sangat sederhana, yaitu :
1. Ruangan yang tenang,
2. Posisi yang nyaman,
3. Sikap mau menerima, dan
4. Fokus perhatian.
Praktik meditasi tidak membutuhkan seorang pengajar, banyak individu
mempelajari prosesnya dari buku atau kaset, dan mudah untuk diajarkan
(Fontaine, 2005). Sebagian besar teknik meditasi melibatkan pernapasan,
biasanya pernapasan perut yang dalam, relaks, dan perlahan. Meditasi
menimbulkan keadaan santai, menurunkan konsumsi oksigen, mengurangi
frekuensi pernapasan dan denyut jantung, serta menghasilkan laporan penurunan
kecemasan.
Ada banyak indikasi untuk meditasi, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kecemasan atau suasana yang menegangkan
2. Rasa kehilangan yang kronis
15
2. Sindroma kelelahan kronis
3. Rasa nyeri kronis
4. Penyalahgunaan obat (alkohol atau tembakau)
5. Hipertensi
6. Kegelisahan
7. Harga diri rendah atau menyalahkan diri
8. Depresi ringan
9. Gangguan tidur
Meskipun meditasi telah menunjukan perbaikan dalam bebragai penyakit
psikologis, meditasi merupakan kontraindikasi bagi beberapa individu. Sebagai
contoh, individu yang memiliki ketakutan akan kehilangan kontrol dapat
menerima meditasi sebagai bentuk pengontrolan pikiran dan mungkin menolak
untuk mempelajari teknik tersebut.
c. Imajinasi
Imajinasi atau teknik visualisasi yang menggunakan kesadaran pikiran
untuk menciptakan gambaran mental agar menstimulasi perubahan fisik dalam
tubuh, memperbaiki kesejahteraan, dan meningkatkan kesadaran diri.
Imajinasikan sering menimbulkan respons psikofisiologis yang kuat seperti
perubahan dalam fungsi imun (Fontaine, 2005). Banyak teknik imajinasi
melibatkan imajinasi visual, tapi mereka juga melibatkan indera pendengaran,
proprioseptif, pengecap, dan penciuman.
Visualisasi kreatif adalah satu bentuk imajinasi yang ditujukan pada diri
yang didasari pada prinsip hubungan tubuh-pikiran. Imajinasi memiliki aplikasi
pada sejumlah populasi klien. Imajinasi telah digunakan untuk visualisasi sel
kanker yang telah dihancurkan oleh sel sistem imun, untuk mengontrol atau
mengurangi rasa nyeri, dan untuk mencapai ketenangan dan ketentraman.
Imajinasi juga membantu dalam pengobatan kondisi kronis seperti asma,
hipertensi, gangguan fungsi berkemih, sindrom prementasi dan menstruasi,
gangguan gastrointestinal ulceratif colotis, dan rheumatoid arthritis (Fontaine,
2005).
16
2.4 Umpan Balik Biologis
Merupakan suatu proses yang memberikan individu dengan informasi visual
dan suara tentang fungsi fisiologis otonom tubuh, seperti tegangan otot, suhu tubuh,
dan aktivitas gelombang otak, melalui penggunaan alat-alat.
Selain digunakan untuk intervensi relaksasi, teknik umpan balik biologis
juga dapat membantu individu dalam mempelajari bagaimana mengontrol respons
sistem saraf otonom tertentu. Umpan balik biologis (biofeedback) merupakan suatu
kelompok prosedur terapeutik yang menggunakan alat elektronik atau
elektromekanik untuk mengukur, memproses, dan memberikan informasi bagi
individu tentang aktivitas sistem saraf otonom dan neuromuskular. Informasi, atau
umpan balik, diberikan dalam bentuk tanda fisik, fisiologis, pendengaran, dan
umpan balik (Rakel dan Faas, 2006).
Umpan balik biologis merupakan penambahan yang efektif pada program
relaksasi karena dapat menunjuk dengan cepat kepada klien kemampuan mereka
untuk mengontrol beberapa respons fisiologis. Berbagai bentuk umpan balik
fisiologis diaplikasikan dalam berbagai situasi. Umpan balik biologis telah berhasil
mengobati migraine headache, rasa nyeri lainnya, stroke, dan berbagai kelainan
gastrointestinal dan traktus urinarius.
Meskipun umpan balik biologis telah menunjukan efektifitas pada sejumlah
populasi klien, ada beberapa tindakan pencegahan. Selama relaksasi atau latihan
umpan balik biologis, emosi atau perasaan yang ditekan terkadang memperlihatkan
bahwa klien tidak dapat beradaptasi dengan dirinya sendiri. Karena alasan ini,
praktisi yang menawarkan umpan balik biologis harus melatih metode psikologis
atau memiliki profesional yang berkualitas yang berguna untuk rujukan (Potter,
Perry. 2009)
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terapi tubuh-pikiran merupakan terapi yang menggunakan berbagai teknik
yang dibuat untuk meningkatkan kapasitas pikiran guna memengaruhi fungsi dan
gejala tubuh. Jenis-jenis terapi yang dapat diakses keperawatan seperti: terapi
relaksasi yang merupakan bagian dari penurunan umum kognitif, fisiologis, dan
stimulasi perilaku. Relaksasi juga melibatkan penurunan stimulasi. Selain itu juga
ada terapi meditasi dan pernapasan serta terapi Imajinasi atau teknik visualisasi
yang menggunakan kesadaran pikiran untuk menciptakan gambaran mental agar
menstimulasi perubahan fisik dalam tubuh, memperbaiki kesejahteraan, dan
meningkatkan kesadaran diri.
Dari terapi ini akan ada umpan balik biologis seperti berhasil
mengobati migraine headache, rasa nyeri lainnya, stroke, dan berbagai kelainan
gastrointestinal dan traktus urinarius. Meskipun umpan balik biologis telah
menunjukan efektifitas pada sejumlah populasi klien, ada beberapa tindakan
pencegahan. Selama relaksasi atau latihan umpan balik biologis, emosi atau
perasaan yang ditekan terkadang memperlihatkan bahwa klien tidak dapat
beradaptasi dengan dirinya sendiri. Karena alasan ini, praktisi yang menawarkan
umpan balik biologis harus melatih metode psikologis atau memiliki profesional
yang berkualitas yang berguna untuk rujukan
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan bisa menjadi tambahan referensi
bagi pembaca untuk bisa lebih mengembangkan berbagai jenis terapi pikiran-tubuh
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
18