minyak pala

Upload: hearty-salatnaya

Post on 06-Jul-2015

802 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • 5/7/2018 Minyak Pala

    1/15

    r Manajemen IKM, Februari 2010 (65-79)ISSN : 2085-8418 Vol. 5 No.1Strategi dan Prospek Pengembangan Industri Produk.Olahan Minyak PalaOaJam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bogor

    Lusianah * 1, Muhammad Syamsun2 dan Nurheni Sri Palupi31 PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

    2 Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogar3Departemen IImu dan Teknologi PangaD, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

    ABSTRACTNutmeg oil is one of essential oil productsof economically important nutmeg commodities. Many ofnutmeg oil's product were used for food's industry, such as astringent, cosmetics, soap, and medicines.The objectives of this research, were to get a good quality nutmeg oil as raw material for nutmeg oil'sdownstream industry, to analize thE),feasibility of the construction of the industry, and to formulatedeveloping strategy of nutmeg oil's downstream industry in Bogor Regehcy.The data were collected by experts use exponential comparisons method (MPE) to choose

    appropriate destilation method of nutmeg oil, a product that will be develop in Bogor and also potentiallocation to develop the industry's fabric. To know appropriate strategy to empower the Bogor Regency'ssociety by means of the industry, first it was necessary to know the position of downstream industry usingstrengths, weaknesses, opportunities and threats (SWOT) analysis and to formulate appropriate strategyusing Analytical Hierarchy Process (AHP).The appropriate destllatlon method of nutmeg oil that were choosen by experts is direct steammethod, the product that were choosen by experts is cosmetic's product, and the potential location isCiomas Regency. Based. on feasibility analysis nutmeg oil downstream industry has potencial prospect inBogor Regency. Market aspect shows that the industry is very needed in Bogor. The human resourceaspect also shows that there are a lot of productive ages that can be required in the industry. Financialaspect signed that investation of the industry bring profit based on Net Present Value (NPV) that is Rp.4.362.473.952, Internal Rate of Return (IRR) 47,2% per year with discount rate 16,5% and 8% per year,Payback Period (PBP) 11,5 month, and Benefit/Cost (B/C) rano 1,11. SWOT analysis showed thatnutmeg oil downstream industry located at second quadrant. It means that the industry supportedaggressive strategy, and by used this analysis we can formulate seven alternative strategies. Theappropriate strategy to empower The Bogor Regency's society by means cosmetic's industry isextensificatlon of nutmeg area and corporate community relationship.Key words: developing strategy, downstream industry, feasibility, nutmeg oil, prospect industry

    PENDAHULUAN .Pala (Myristica fragrans Houtt)

    merupakan salah satu komoditi perkebunan yangmemiliki nilai ekonomis tinggi, disam'ping berjenis-jenis komoditi perkebunan ekonomls lainnya.Sebagai tanaman rempah-rempah, .pala dapatmenghasilkan minyak etheris (rninyak atsiri) danlemak khusus yang berasal dari biji dan fuli. Bijipala menghasilkan 2 - 15% minyak etheris dan30 - 40% lemak, sedangkan fuli menghasitkan 7- 18% minyak etheris dan 20-30% Jemak (fuliadalah arie yang berwarna merah tua danmerupakan selaput jala yang membungkus biji).Oaging buah pala dapat digunakan sebagaimanisan, asinan, atau .jelly. Biji dan fuJinyabermanfaat dalam industri pambuatan sosia,makanan kaleng, pengawetan ikan, dan lain-lainnya. Minyak pala merupakan salah satu dari*) Korespondensi :Gd. BNIIt. 22 JI. Jend. Sudlrman Kav. 1 JakartaEmail: lusianah@bnLcojd; Telp. 0215701246 ext. 2304

    lima jenls minyak atsiri yang memberikankontribusi terbesar terhadap total nilai eksporminyak atsiri naslonal, Kontribusi kelima jenisminyak atsiri tersebut mancapai angka 70% darttotal nilai ekspor minyak atsiri nasional. Volumedan nilai ekspor lima janis minyak atsiri terbesarIndonesia pada tahun 2002 dapat dilihat padaTabel 1 berikut.Tabel 1. Volume dan nilai ekspor lima komoditasminyak atsiri terbesar Indonesia padatahun 2002 (BPS, 2003)Jenis Minyak 2002Atsiri Volume (kg) Nilai (US $)Minyak Nilam 1.295.379 22.526.142Minyak Pala 295.089 9.273.112Minyak Serai 106.315 775.564DappresMinyakAkar 75.714 1.078.451Wan_giMinyak Kayu 176 3.276Manis

  • 5/7/2018 Minyak Pala

    2/15

    66 Strategi dan Prospek PengembanganHasil pala Indonesia mempunyai keunggul-an dipasaran dunia karena memHiki aroma yangkhas dan memiliki rendemen minyak yang tinggi.beragam produk dapat dihasilkan melaluipenggunaan minyak pala. Minyak pala padaumumnya digunakan dalam industri makanan danminuman, industri parfum dan kosmetik, industrisabun, industri farmasi dan lain-lain (Purseglova

    et af. 1981). Hal tesebut menunjukkan potenslyang dimiliki oleh minyak pala.Sepuluh Kecamatan yang memiliki luasareal dan produksi perkebunan pala rakyatterbesar di Kabupaten Bogor, yaitu Cigudeg,D~an:aga,Ciomas, Taman Sari, Caringin, Cijeruk,Clawl, Nanggung, Sukajaya dan Sukaraja.. Pala merupakan salah satu komoditasyan~ tidak diatur tata niaganya oleh pemerlntsh,sehtngga harga pala di tingkat petani ditentukanoleh mekanisme pasar bebas. Petani pala diKabupaten Bogor bebas menjual hasil panennyakepada para ped~gang pengumpul, baik berupabuah pala (gelondong) maupun biji berikut full.Dari informasi pendahuluan di salah satukecamatan di kabupaten. Boger yakni DesaSukamantri Kecamatan Taman Sari, para pemilikkebun biasa .menjual hasil pala tanpamempertimbangkan dengan lebih fokus padaalternatif pemantaatannya dijadikan produkagroindustri yang memiliki nilai ekonomi lebihtfnggi, misalnya produkminyak atsiri.. Pengolahan pala di kabupaten Bogormas~h sederhana, yaitu dimanfaatkan sebagaimantsan dan bahan makanan lain ditingkatindustri rumah tangga. Pengolahan biji danfulipala sebagai penghasil minyak atsiri, belumbanyak mendapat perhatian series untukdikembangkan dan dimanfaatkan menjadi yangproduk bernilai tinggi.Beberapa faktor yang perlu diperhatikandalam upaya pengembangan produksi minyakatsiri, terutama untuk tujuan ekspor adalah produkyang ~i.hasilkan terjarnin mutunya, harganyakompetttif dan adanya kontinuitas produksi.Faktor lain yang perlu diperhatikan dalampengembangan produk olahan adalahpeningkatan teknologi, rekayasa proses teknikanalisis, serta rancang bangun alat ya~g tepatguna yang ditunjang secara kuat denganpenelitian dan pengembangan terapan (Lutonydan Rahmayati, 2002).Tujuan kajian ini : (1) Menentukan metadedestilasi minyak pala yang eflslen bagi industriproduk olahan unggulan minyak pala dan memilihlokasi potensial untuk industri terseut diKabupaten Bogar; (2) Menganalisis kelayakandan patens! usaha pengembangan industri produkolahan minyak pala di Kabupaten Bogor, serta{3} Merumuskan strategi pengembangan industriproduk olahan minyak pala di Kabupaten Bogar.

    LUSIANAH a t 8 /

    METODOLOGIFokus dari ruang lingkup penelitian iniadalah penentuan posisi industri produk olahanminyak pala, perumusan alternatif strategipengembangan industri, serta pemilihan strategiprioritas dalam pengembangan industri produkolahan minyak pala yang berlokasi di KabupatenBogor.

    Perientuari Metode Destilasi dan ProdukOlahanUnggulanMinyak Palaa. Penentuan kriteria dan alternatif :Diperlukan data primer berupa kriteria yangdigunakan dalam pemilihan produk unggulandan .altematif produk unggulan atau dataproduk olahan minyak pala, melaluiwawancara dan pengisian kuesioner olehresponden pakar, serta studi literatur.b. Pemilihan alternatifDilakukan justifikasi melalui penentuan bobottiap aternatif berdasarkan kepentingannyamelalUipengisian kuesioner, dan menyeleksibobot.c. Pemilihan kriteriaPengolahan data hasll penqisian kuesloner. dengan .menggunakan teknik MetodePerbandingan > Eksponensial (MPE) melaluipembobotan kriteria berdasarkan alternatif-nya, serta penggabungan pendapat pakar,Pihak-pihak yang dimintakan pendapat dansaran sebagai pakar adalah : (1) Kepala BidangEkonomi Badan Perencanaan Pembangunan

    Daerah . Kabupaten Bogar, (2) Kepala BidangPerkebunan Dinas Pertanian dan KehutananKabupaten Bogor, (3) Anggota Komisi B di DewanPerwaki!an Rakyat Daerah Kabupaten Bogor (4)Stat Dinas Perindustrian dan PerdaganganKabupaten Bogar, dan (5) Peneliti Utama padaBalai Besar Litbang Pascapanen Pertanian.Penentuan Lokasi Industri Produk OlahanUnggulan Mlnyak Pala . .. .

    Pihak yang dimintakan pendapat dan saransebagai pakar untuk mengidentifikasi macammetoda destilasi, serta pemilihan altematifmetode destilasi paling sesual, yakni salahseorang peneliti pada Balai Besar Industri Agro(BBIA) dan Peneliti Utama pada Balai BesarUtbang Pascapanen Pertanian.Analisls Kelayakan Industrl Produk OlahanMinyak Palaa. Kelayakan FinansialDigunakan data sekunder seperti kapasitasproduksi, kebutuhan bahan baku, jumlahtenaga kerja, fasilitas pendukung, danproyeksi harga-harga, serta asumsi-asumsiyang menjadi dasar perhitungan proyekmelalui telaah literatur dengan menggunaka~teknik analisis finansial terdiri dari penentuan. komponen cashflow industri dan asumsinya,menghitung Internal Rate of Return (lRR), Net

    ManaJemen IKM

  • 5/7/2018 Minyak Pala

    3/15

    Present Value (NPV), Benefit/Cost (B/C)Ratio dan analisis sensitivitas.b. Peluang Pasar, Infrastruktur dan 80MOigunakan data sekunder melaluf telaahliteratur dengan menggunakan teknikperamalan dan deskriptif.Penentuan Posisi Industri Produk OlahanMinyak Pala

    Oigunakan data primer seperti faktor-faktorinternal kekuatan dan kelemahan, serta faktor-faktor eksternal peluang dan ancaman melaluipengisian kuesioner oleh Pakar dalam rangkaInternal Factor Evaluation (IFE) dan ExternalFactor Evaluation (EFE) dan menentukan bobotdan rating.Pihak yang dimintakan pendapat dan saransebagai pakar untuk mengidentifikasi faktorinternal dan eksternal, yakni seorang Penelitipada Balai Besar Industri Agro, Manager TeknikLaboratorium Pengujian Balai PenelitianTanaman Obat dan Aromatik, serta Penelitf padaBalai Penelitian Tanaman Rempah dan AnekaTanaman Industri.Perumusan Strategi Sesuai dengan PosisiIndustriOjgunakan data primer berupa faktorinternal dan eksternai industri dari hasil pengisiankuesianer dan analisa peneliti denganmenggunakan metode Strengths, Weaknesses,Opportunities and Threats (SWOT) denganaltematifSO, ST, WO, dan wr, sehinggadiperaleh hasil pengolahan IFE dan EFE.Pemilihan Strategi PrioritasDigunakan data primer berupa penentuansasaran (goa!), faktar, tujuan, strategi dan datapenilaian responden pakar terhadap tingkatpengaruh masing-masing unsur, melaluipengisian kuesioner dan wawancara denganPakar. Melalui teknik Analytical Hierarchy Process(AHP) yang dibantu Expert Choice diperoleh hasHpengolahan berupa prloritas strategi yangdiperlukan dalam pemberdayaan masyarakatKabupaten Bogor melalui pengembangan industriproduk olahan minyak pala. Dalam hal ini, Pihak-pihak yang dimintakan pendapat dan saransebagai pakar dalam rangka pemilihan prioritasstrategi.Pengumpulan DataDalam membahas dan menganalisismasalah pada kajian ini dibutuhkan data primerdan sekunder, baik yang bersifat kualitatifmaupun kuantitatif. Data yang digunakan adaJah:a. Data produk olahan minyak pala yangdigunakan untuk menentukan pilihanterhadap produk olahan dari minyak pala,b. Data produksi dan lokasi berupa luas lahandan potensi lahan kebun pala per kecamatanc. Data mengenai metode berupa pilihanmetode dalam destilasi minyak pala,kelebihan dan kekurangan masing-masingmetode.Vol. 5 No.1

    Strategi dan Prospek Pengembangan 67d. Data finansial berupa biaya investasi industri,biaya-biaya produksi, pemasaran danadministrasi, penyusutan dan sebagainya.e. Data penduduk wan ita usia 15 - 64 tahun dlKabupaten Bogar, data jumlah apotik, salon,dan klinik kecantikan dan Dinas KesehatanKabupaten Bogor.f. Data patensi minyak atsin di Kabupaten

    Bagor, data perkembangan industri danjurnlah penduduk yang bekerja di sektorindustri di Kabupaten Bogor.g. Data kontribusi masing-masing sektorterhadap Produk Domestik Regional Bruto(PDRB) atas dasar harga berlaku dan hargakcnstan drKabupaten Bogor.Untuk mendapatkan data tersebut, digunakanteknik pengumpulan data, seperti wawancaraterstruktur menggunakan kuesioner, observasidan dokumentasi.

    Pengolahan dan analisa data yang dilakukanadalah:a. Analisis kelayakan usahaPerencanaan kebutuhan dana difakukansecara kuantitatif terhadap kebutuhan danamodal tetap dan dana modal operasional.Perhitungan perkiraan kebutuhan danainvestasi dilakukan berdasarkan standar hargapasar. Perencanaan kebutuhan dana jugaberkaitan dengan analisls secara deskriptifmengenai sumber-sumber penyediaan danayang dapat dimanfaatkan. Analisis kelayakanmenggunakan tnstrurnen seperti NPV, BICRatio dan IRR (Sutojo, 2000).b. Analisis permintaanMetode prakiraan produksi danpermintaan pemasaran dihitung denganmenggunakan metode peramalan kuatitatifberupa studi literatur (Sutojo, 2000).c. Analisis aspek teknis dan teknologiAnalisis aspek teknis dan teknologimeliputi penentuan kapasitas produksiekonomis, pemilihan teknologi, bahan baku,bahan pembantu dan pendukung lain sertapenentuan lokasi proyek dan letak pabrik(Ariyoto de/am Marlrnin 1993). Faktor yangdiperlukan untuk menentukan lokasi adalahfaktor ketersediaan bahan mentah, letak pasaryang dituju, tenaga listrik dan air, ketersediaantenaga kerja dan fasilltas transportasi yangcukup memadai perlu dijadikan dasar analisis(Husnan dan Suwarsono, 1999).d. Pengolahan hasllPengisian bobot untuk masing-masingkriterla (pemiJihan metode destilasi, produkolahan unggulan minyak pala, dan lokasipotensial pengembangan industri) mengguna-kan skala 1-5, yaitu mulai dari paling tidakpanting sampai paling penting. Sedangkanpenentuan skor altematif pada kriteria tertentudilakukan dengan memberi nilai setiapalternatif berdasarkan nilai kriterianya.

  • 5/7/2018 Minyak Pala

    4/15

    68 Strategi dan Prospek PengembanganPemberian bobot pada kriteria dan penentuanskor pada alternatif menggunakan skala 1-5.Skala 1 berarti paling tidak berpotensi, skala 2artinya tidak berpotensi, skala 3 artinya agakberpotensi, skala 4 artinya berpotensi, danskala 5 berarti paling berpotensi. Dasarpembagian ke dalam lima skala lni adalahpendapat yang menyatakan bahwakemampuan manusia untuk membuatperbedaan kualitatif secara baik disajikandalam lima atribut, yaitu equal, weak, strong,very strong dan absolut (Saaty, 1993). Datahasil pengisian kuesioner oleh ahil diolahdengan menggunakan metode MPE untukpenyaringan alternatif pemilihan metodedestilasi, produk olahan agroindustri minyakpala dan penentuan lokasl industri. Untukmendapatkan agregat dari pendapat pakaruntuk nilai alternatif didasarkan pada kriteriadengan menggunakan rataan geometrik.

    Untuk mengetahui kelayakan finansialdari agroindustri produk olahan minyak paladigunakan beberapa asumsi. Penentuanposisi agroindustri produk olahan minyakpala didapatkan darl hasil pengisian danpengolahan kuesloner berupa analisis faktorinternal dan eksternal. Selanjutnya dlolahdengan memakai Matriks lnternal-Eksternal(IE) dan analisis SWOT yang selanjutnyamenghasilkan alternatif strategi penqernoanq-an agroindustri produk olahan minyak pala.Untuk menentukan strategi prioritas dalamrangka pemberdayaan masyarakatKabupaten Bogor melalui pengembanganagroindustri produk olahan minyak pala,digunakan alternatif strategi yang telahdihasilkan sebelumnya diolah denganmenggunakan metode AHP dibantu softwareExpert ChOice 2000.

    HASIL DAN PEM BAHASANMetode Destilasi Minyak PalaAda beberapa kriteria yang menjadi aeuandalam memilih altematif metode destilasi dalarnrangka mencukupi kebutuhan ekan minyak pala,yakni metode perebusan, metode pengukusan,dan metode uap langsung.Dari hasll pengisian kuesioner olehresponden dan pengolahan data melalui metodeMPE, didapatkan hasil seperti terlihat pada Tabel2. Pada Tabel 2 terlihat responden memberikanbobot paling tinggi terhadap kriteria kemudahandan sesuai dengan dana yang tersedia.Metode destilasi uap langsung menjadipnoritas pilihan dari responden karena metodeuap langsung dianggap paling efisiendibandingkan metode lainnya, selain itu hasilminyak pala yang diharapkan berupa mutu danrendemen menjadi lebih baik. Apabiladibandingkan dengan metode pengukusan, hargaalat memang tidak terlalu mahal bila dibandingkan

    LUSIANAH et al

    dengan metode uap langsung, namun metodauap langsung tetap paling efisien dan relatif lebihbanyak digunakari untuk skala usaha besar,sedangkan pengukusan banyak digunakan untukskala usaha kecil seperti yang banyak dilakukanoleh petani.,Tabel2. Penentuan metode destilasi minyak palaNo. Kriteria Sobot Nilai Altematif Metodea* b c1 Kemudahan 5 4.00 3.50 4.002 Sesuai dana 5 3.50 4.00 4.00yang tersedia3 Sesuai tingkat 4 3.50 4.00 3.50penerimaanmasyarakat4 Sesuai tingkat 4 2.50 4.50 4.50pengetahuan.masyarakat5 Kebutuhan 3 3.50 4.00 3.50lahan minimum6 Pencemaran 3 3.00 3.00 3.00minimum

    Total 1.808 ,2.306 2.678Ranking 3 2 1

    *) a : perebusan; b : pengukusan; c : uap langsung

    Hasil pengujian yang dilakukan padapenggunaan alat penyuling dengan metode uaplangsung yang telah mengalami perbaikan,diketahui bahwa total produksi minyak biji paladengan waktu penyulingan 24 jam menqhasl lkanrendemen 8,5% v/b (volumelberat). Pengujianlaboratorium menunjukkan bahwa slsa minyakdalam ampas penyulingan sebesar 0,8% , b/v.Hasll tersebut menunjLikkan bahwa padapenyulingan selama 24 jam hampir seluruhminyak dalam biji pala sudah tersuling (91,4%)sehingga secara teknis kinerja alat penyulingdengan metoda uap langs!Jng yang sudahdiperbaiki cukup memadai. Blla pada penyulingantradisional lama penyulingan lebih dari 30 jam,maka metode Inl menggunakan waktupenyulingan 22 jam. Kadar myristisin dalamminyak hasil penyulingan 24 jam menjadi cukuptinggi (9,37%).Produk Olahan Unggulan Minyak PalaMinyak pala memiliki banyak sekalikegunaan. Minyak pala dan fuli digunakansebagai penambah flavor pad a produk-produkolahan daging, plkel, saus dan sup, serta untukmenetralkan bau yang tidak menyenangkan darirebusan kubis (Lewis da/am Ubrianto, 2004).Pada industri Parfum, minyak pala digunakansebagai bahan pencampur minyak wangi danpenyegar ruangan. Minyak pala yang berasal daribiji, fuli dan daun banyak digunakan untuk industriobat-obatan, serta parfum dan kosmetik. Akhir-akhir ini ada perkembangan baru pemanfaatanminyak atsiri pala, yaitu sebaqal bahan bakudalam aromaterapi. Di Jepang beberapaperusahaan menyemprotkan aroma minyak pal a

    M an aje me n IK M

  • 5/7/2018 Minyak Pala

    5/15

    rmelalui sistem sirkulasi udara untukmeningkatkan mutu udara dan lingkungan.Penggunaan dalam bentuk lain adalah potpourri,lilin beraroma, atomizer, dan produk-produkpewangi lainnya (Nurdjannah, 2007).Berdasarkan hasll pendapat pararesponden pakar, terdapat empat produk yangpaling potensial untuk dikembangkan diKabupaten Bogor sesuai kondisi sosial ekonomi,khususnya pemakai produk olahan yangberkembang di Bogor. Produk olahan minyak palaitu sendiri memHki batasan, yaitu minyak palayang dihasilkan dari bahan baku baik akanmenghasilkan kadar myristicin tertentu, biasanyalangsung diekspor karena memiliki nflai ekonomi .tinggi, sepanjang memenuhi standar yangditentukan. Sementara itu hasil produksi minyakpala yang berada di bawah mutu ekspor, nantinyadikembangkan . lebih lanjut pemanfaatannyamelalui strategi dan prospek pengembangan dariindustri produk olahan minyak pala.Setelah dilakukan inventarisasi terhadapproduk-produk unggulan dari minyak pala,selanjutnya dilakukan identifikasi terhadapproduk-produk unggulan olahan minyak pala yangdiperkirakan dapat dikembangkan dan dijadikanandalan dan berpotensi untuk dikembangkan diKabupaten Bogor, yaitu daging olahan, sabun,parfum dan kosmetik, serta obat-obatan.Pendekatan MPE .digunakan dengan kriteria-kriteria atas pertimbangan. pendapat responden.Pemberian bobot dengan metode ini sesuaidilakukan apabila responden adalah orang yangmengerti, paham, dan berpengalaman delammenghadapi masalah keputusan yang dihadapi(Ma'arif, 2001). Hasil pengisian bobot kriteriakemudian digabungkan dengan menggunakanrataan geometrik.Kriteria-kriteria yang digunakan dalampemilihan produk olahan unggulan dari mlnyakpala yang berpotensi dikembangkan di KabupatenBogor merupakan hasil jajak pendapat denganpara pakar yang telah disebutkan sebelumnya.HasHpengagregasian kuesioner/pendapat pakarmenunjukkan bahwa kriteria kemudahan pasar,nilai ekonomi, kegunaan dan kemudahanmenyerap tenaga kerja merupakan kriteria yangmenduduki peringkat empat teratas.Lokasi Potensial Pengembangan IndustrlProduk Olahan Minyak PalaKabupaten Bogor terdiri dari 40 Kecamatan.Namun berdasarkan data awal luas lahan danproduksi perkebunan pala di Kabupaten Bogortahun 2006 dan berdasarkan jajak pendapatdengan responden yang sama, ada lima lokasi(Taman Sari, Dramaga, Cijeruk, Ciomas, danCaringin) yang dinilai memenuhi kriteria. Kriteriayang digunakan telah disepakati responden untukmenjadi pertimbangan dalam strateg! dan prospekpengembangan industri produk olahan minyakpala.

    Vol. 5 No.1

    Strategi dan Prospek Pengembangan 69Hasil analisis pemilihan lokasi industriproduk olahan minyak pala ditetapkan denganmempertimbangkan kontinuitas industri produkolahan minyak pala yang mengacu kepadakecukupan bahan baku (Iuas lahan dankesesuaian agroklimat tanaman pala), kelancaranproduksi dari industri tersebut yang bergantungkepada fasilltas penunjang, keamanan berusaha

    dan pemasaran produk olahan minyak palanantinya yang bergantung kepada kemudahantransportasl dan akses konsumen.Berdasarkan hasH pengolahan kuesionermelalui MPE, didapatkan bahwa industri produkolahan minyak pala dikembangkan di daerahCiomas yang relatif masih memiliki kebun palacukup luas 43 Ha. Jarak Ciamas dari pusat kotamaupun kecamatan lain seperti Dramaga yangmemiliki potensi industri manisan pala relatif lebihdekat. Dengan pemanfaatan biji dan full pala yangberasal dari Dramaga dapat menjadi solusipemenuhan kelangkaan bahan baku industridalam pengembangannya.Kecamatan Ciomas memiliki wHayahterluasdibanding empat alternatif wilayah lainnya,sehingga jika perluasan areal tanaman paladiperJukan, Ciomas menjadi pilihan prioritasdengan luas wilayah 1: 6.373,62. Ha atau 63,73km2. Sarana transportasi di Kecamatan Ciomasdidukung oleh Jalan dan Jembatan yang dapatdilalui kendaraan roda empat sepanjang 58 kmdan relatif fengkap sarana jaringan telpon (10.824pelanggan), Jistrik PLN (23.891 pelanggan),jumlah telepon umum (175 unit) dan wartel (73unit) berdasarkan survei lapang tahun 2005(BAPPEDA Kab. Bogar, 2005).Analisis Kelayakan Industri Produk OlahanMinyak Pala

    1. Aspek Pasar dan PemasaranProduk olenanminyak pala yang terpilihmelafui metode MPE, yaitu kosmetik, sehinggaanalisls kelayakan yang dilakukan untukindustri kasmetik, termasuk parfum didalamnya sebagai produk olahan minyak pala,Selama ini belum ada data yangmemperlihatkan secara Jangsung besarnyakebutuhan kosmetik termasuk parfum diKabupaten Bogor. Namun besarnya kebutuhanakan produk kosmetik dan parfum dapatdiperkirakan dengan asumsi jumlah penggunaatau kansumen akhir, yakni penduduk wanitadewasa yang ada di Kabupaten Bogor.Berdasarkan data tahun 2007, jumlahpenduduk usia 15 - 64 tahun di KabupatenBogor adalah 2.879.380 jiwa, sedangkanjumlah penduduk berdasarkan jenis kelaminadalah 2.178.831 lakl-laki dan 2.059.131wanita. Jika rasio perbandingan antara jumlahpenduduk wanita dibandingkan total jumlahpenduduk dan dikalikan dengan jumlahpenduduk usia 15 - 64 tahun, maka diperolehprakiraan jurnlah penduduk wanita usia 15 -

  • 5/7/2018 Minyak Pala

    6/15

    70 Strategi dan Prospek Pengembangan64 tahun di Kabupaten Bogar sebanyak1.399.026 jiwa. Dari jumlah tersebutdiasumsikan 80% mengkonsumsi kosmetlkolahan dasar minyak pala Ini, dengan rataankonsumsi 15 9 per orang per bulannya.Berdasarkanasumsi dlatas, kebutuhankosmetik rata-rata di Kabupaten Bogarsebesar 16.788 kg per bulan.Dengan diketahuinya kapasitas praduksiper hari, maka dapat dihitung kebutuhan bijidan full pal a untuk memenuhi kebutuhan 823kg biji dan fuli pala (rendemen mesinpenyulingan 13,33% dengan waktupenyulingan 8 jam, penyulingan minyak 2kalilhari, mesin menghasilkan 165 liter atau110 kg minyak pala per hari).Kebutuhan biji dan fuli pata tersebutdipenuhi dari luasan kebun pala rakyatyangada di Kabupaten Bogar, yakni di KecamatanCiomas, Kecamatan Dramaga, KecamatanTaman sari dengan luasan masing-maslng 43ha, 37 ha, dan 46 ha. Kekurangan luasandipenuhi. seluas 14 ha dari 103,35 ha luasanyang ada dl Kecamatan Cijeruk. Berdasarkandata yang sarna produksi pala per hektarnyarataannya mencapai 7,92 ton. Total luasanyang dapat memenuhi kebutuhan bahan bakuindustri yang akan dikembangkan sekitar 140ha atau setara 14.000 bibit pohon paladiperaleh melalui bantuan Pemerintah DaerahKabupaten Bogar.Menurut Badan Kaordinasi PenanamanModal Prapinsi Maluku, hasil rataan dari 1pohon pala adalah masing-masing biji pala 8kg dan fuli 2 kg. Dari 140 ha tanah yangditanami 14.000 pohon pala memperoleh hasiluntuk 2 kali panen dalam 1 tahun, yaitu bijipala 201.600 kg dan fuli 50.400 kg (umurpahon yang menghasilkan atau siap panenadalan 8 tahun). Berat biji pala sekitar 1/5, 5bagian dari berat keseluruhan buah,sedangkan full 1/22 bagian dari beratkeseluruhan buah pala. Jumlah ini diperkirakancukup untuk keperluan industri dalam satutahun. Jika dilihat dari sisl persaingan, make halyang paling mengancam adalah produkkosmetik yang berasal dari bahan kimia.Pengusaha salon atau konsumen peroranganmasih banyak yang belum memperhatikanefek samping penggunaan kosmetik berbahandasar kimia untuk jangka panjang, terutamabahan kimia yang disinyalir badan sertifikasidan badan stadarisasi produk kosmetik sangatberbahaya, baik bagi kulit maupun organ tubuhlainnya seperti ginjal. Hal ini juga disebabkanbelum terlalu meluasnya atau tersosialisasinyaproduk kosmetik berbahan dasar herbal sepertiminyak pala misalnya. Padahal jika dilihat darisegi keamanan, minyak pala lebih amandibandingkan dengan bahan kimia yangbiasanya terdapat dalam kosmetik dan parfumberbahan dasar kimia.

    LUSIANAH a t al

    Menurut data terbaru dari DinasKesehatan Kabupaten Bogor jumlah apotik,salan kecantikan, dan klinik perawatan wajahdi Kabupaten Bogor berjumlah 172 buah,terdiri dari 170 buah apotek, dan 2 diantaranyaadalah satu salon di KecamatanCitereupdengan ijin terdafiar di Dinas Kesehatan, dansatu klinik perawatan kecantikan di wilayahKecamatan Gunung Puteri. Sedangkan datasalon-salon berskala kecil atau rumahan belumterdapat data yang pasti, mengingat usaha inibiasa berdiri tanpa disertai ijin resmi dari DinasKesehatan maupun Disperindag. Dari jumlahtersebut, dapat diperkirakan industri yang akandikembangkan kurang lebih dapat memasok10 kg kosmetik per bulan untuk satu apotik,salon atau klinik kecantikan. Jika diasumsikanproduk ini rataan dikemas 15 gper wadahkemasan, maka jumlah yang dapat dipasokrataan 27 buah wadah kemasan 15 9 per hariatau 648 wadah kemasan per bulan. Asumsitersebut belum menyentuh pasar yang ada diKodya Bogar, atau toko obat dan takakosmetik yang belum terdaftar di DinasKesehatan Kabupaten Bogar.

    2. Aspek Teknis dan TeknologiRencana pengembangan industrikosmetik dengan parfum didalamnyamerupakan produk olahan minyak palamembutuhkan .dua buah mesin penyulingandengan metode destilasi. Mesin ini terdjri darikomponen tungku pemanas, ketel, pendingin,dan tabung pemisah. Untuk penyullnganberkapasitas besar bahan di dalam keteldisusun secara difraksi (diberi antara), agaruap air dapat berpenetrasi dengan meratasehingga penyulingan lebih singkat danrendemennya lebih tinggi. Penyulingan cara itumembutuhkan waktu 8 jam dengan rendemenminyak 13,33% (Hemani dan Risfaheri da/amHadad et aI , 2006). Dari hasi1 analisis aspekteknologi, maka mesin destilasi yangdibutuhkan adalah sebanyak 2 buah denganrendemen 13,33%, lama penyulingan 8 jamper ketel, penyulingan minyak 1 kalilhari, satubulan 24 han kerja dan mesin dapatmenghasilkan 110 kg minyak pala per hari.Dari penyulingan tiap harinya diasumsikanhasil produk dengan kadar myristicin yangmemenuhi mutu untuk diekspor rata-ratasebesar 36%, sedang 64% merupakan mutulokal yang akan menjadi bahan bakupembuatan kosmetik.Dalam proses pembuatan kosmetikdibutuhkan alat pemanas pada suhu tertentuuntuk fasa air dan fasa minyak, mixer danpengaduk untuk memperoleh emulsi. Setelahpendinginan sampai mencapai suhu tertentuditambah emulgatar, pewarna dan pewangi(parfum), selanjutnya diemulsikan kembali.Setelah ditakukan viskositas dan pewarnaanyang sesuai standar, produk disimpan dalam

    Manajemen lKM

  • 5/7/2018 Minyak Pala

    7/15

    drum untuk kemudian dilsi dalam wadah dandikemas. Dari hasi! analisis sebelumnya,kapasitas kosmetik yang dibuat adalah 70 kgper hari, dapat mencukupi kebutuhan tokokosmetik, salon kecantikan, klinik perawatan,dan apotek di Kabupaten Bogor.3. Aspek Sumber Daya Manusia8trategi dan prospek pengembanganindustri kosmetik yang merupakan produkolahan minyak pala di Kabupaten Bogormembutuhkan SDM yang mengetahui tentangminyak pala dan juga tenaga-tenaga khususuntuk menjemur dan rnelepas biji kering daricangkangnya, serta menimbang danmenggiling biji pala yang akan disuling.Tenaga kerja yang direncanakan terbagimenjadi dua jenis yaitu tenaga kerja langsungdan tidak langsung. Tenaga kerja tidaklangsung terdiri dari satu orang direktur, satuorang manajer produksi dan perigendalianmutu serta satu orang manajer SDM, limaorang karyawan serta dua orang mandorlapang. Sedangkan tenaga kerja langsungterdiri dari 41 orang khusus pra penyulinganbiji dan fuJipala, dengan asumsi setiap orangmampu mengerjakan tugas tersebut sebanyak20 kg per hari selain juga bertugas menjeniur,empat orang operator mesin destilasi minyakpala, 7 orang bertugas membuat kosmetik, 5orang pada bagian pengemasan dan distribusi.Kebutuhantenagakerja dipenuhi darimasyarakat Kabupaten Bogor dan juga dariluar. Tenaga khusus pra penyulingan minyakpala diambil dari masyarakat. sekitar Kabu-paten Bogor, terutama masyarakat yang hidupdekat dengan lokasl industri kosmetik. Hal inidimaksudkan dalam rangka memberdayakanmasyarakat Kabupaten Bogor, serta adanyaindustri kosmetik dan prospek lain dari minyakpala ini diharapkan dapat merekrut tenagakerja produktif yang masih menganggur.Dalam rangka meningkatkan mutu dariproduk kosmetik yang dihasilkan, maka perluadanya peningkatan mutu 80M/tenaga kerjayang terkait dengan industri. Kerjasamadengan lembaga-Iembaga atau instansi-instansi yang berkaitan diharapkan mampumewujudkan peningkatan kualitas tersebut.Hal inilah yang perlu menjadi perhatianterutama bagi direktur dan manajer SDM.PeJatihan mengenai minyak pala maupunproduk-produk turunannya perlu diadakansecara rutin, mengingat minyak pala termasukhal yang masih baru bagi masyarakatKabupaten Bogor. Pelatihan Jain yang perJudiadakan adalah mengenai pengendalian danpeningkatan mutu produk atau tentangteknologi.

    Vol. 5 No.1

    Strategi dan Prospek Pengembangan 71Aspek Ekonomi dan Keuangan

    1. Biaya investasiBiaya investasi diperlukan untuk memulaiusahalproyek, yang meliputi biaya tanah,bangunan, mesin dan peralatan, fasilitaspenunjang, serta perizinan yang diperlukan.Biaya investasl ini bersifat tetap (fixed) danharus dikeluarkan ditahun ke-O sebelummelakukan usahalproyek. Jumlah biayainvestasi yang diperlukan pada tahun ke-Ountuk mendirikan industri kosmetik yangmerupakan produk olahan minyak pala Rp.493.206.000 (TabeI3).Tabel3. Kebutuhan biaya investasiNo. Komponen Investasi JumlahBiaya (Rp.)1 Perizinan 1175 0002 TanahlLahan 375000003 Bangunan 900000004 Mesin dan Peralatan 2294760005 Fasilitas Penunjang 250550006 Mobil 110000000Jumlah 493206000Komponen biaya investasi yang palingbesar digunakan untuk mesin dan peraJatanyang besarnya 46,53% dari seJuruhkebutuhanbiaya investasi industri kosmetik yangmerupakan produk olahan minyak pala.

    Komponen ini terdiri dari mesin dan peralatanpengolahan bahan baku minyak pala senilaiRp. 119.070.000, mesin dan peralatanpengolahan kosmetik senilai Rp. 110.406.000Menurut Nurdjannah (2007), prosespengolahan minyak pala dengan ten9gangwaktu 10 tahun dibutuhkan biaya investasimesin dan peralatan Rp. 119.070.000 dengankapasitas 21,5 ton minyak per tahun, sesuaidengan kapasitas industri pengolahan bahanbaku minyak pala yang akan didirikan.Sedangkan mesin dan peralatan pengolahankosmetik diasumsikan sesuai dengan industrikosmetik dan jamu tradisional yang ada diKulonprogo (SIPUK BI, 2008), mengingatbelum ada data industri kometik yangmerupakan produk olahan minyak pala.Fasilitas penunjang yang dimaksud adalahinstalasi telspon, Jistrik, air, komputer danperlengkapan kantor lainnya.

    2. Biaya OperasionaJBiaya operasional merupakan biaya yangdiperlukan dalam memproduksi kosmetikolahan dasar minyak pala. 8esarnya blayaoperasional ini tergantung pada jumlah yangakan diproduksi. Semakin banyak bahan bakuyang diproduksi maka biaya operasionalsemakin tinggi. Oleh karena itu, biayaoperasional umumnya merupakan biaya tidaktetap (variable cost) yang terdiri dari biaya

  • 5/7/2018 Minyak Pala

    8/15

    72 Strategi dan Prospek Pengembanganbahan baku dan tenaga kerja langsung. Selainbiaya tidak tetap, biaya operasional jugameliputi biaya overhead yang merupakanbiaya tetap yang harus dikeluarkan setiapbulannya dan sifatnya tidak langsung.Siaya variabel diproyeksikan denganasumsi bahwa pada tahun pertama usahaberoperasi pada kapasitas 85%, pada tahunkedua beroperasi pada kapasitas 95%, danbaru pada tehun ketiga; serta seterusnyaindustri beroperasi pada kapasitas penuh(100%). Kebutuhan biaya operasional untukindustri kosmetik pada kapasitas 100%besarnya mencapai Rp. 1.076.250.788.Sesarnya biaya operaslonal untuk masingmasing komponen sebagaimana tergambarpada Tabel 4.Tabel4. Kebutuhan biaya operasional per bulanNo. Biaya Operasional Jumlah Biaya(Rp.)_1. Siaya bahan baku dan 759.340.000TK langsung2. Siaya bahan pembantu 322.002.920dan penunjang3. Biaya overhead 41.114.788Jumlah 1.122.457.708

    Asumsi harga biji dan fuli pala per kiloadalah Rp. 35.000 Jika industri memiliki 2buah ketel dan masing-masing ketel dapatberoperasi 1 kali sehari dan hari kerja 24 hariper bulan, maka diperlukan biaya bahan baku412 kg x 1 penyulingan x 2 ketel x 24 hari xRp. 35.000/kg = Rp. 692.160.000 per bulan.Tenaga kerja langsung terdiri dari tenaga prapenyulingan dengan upah Rp. 2.000 untuksetiap kilogram proses pra penyulingan biji dantuli yang dikerjakan ditambah uang makan Rp.5.000 per hari, sedangkan operator mesinpenyulingan minyak pala dan mesin kosmetikdengan upah per bulan Rp. 1.750.000,pembuat kosmetik dengan upah Rp. 45.000per hari ditambah uang makan Rp. 5.000 perhari, serta pengemasan dan distrlbusi denganupah per bulan Rp. 1.500.000. Siayakeseluruhan untuk ketiga kelompok tenaga

    kerja ini adalah sebesar Rp. 67.180.000.Biaya bahan pembantu dan penunjang, yaitubahan emulgator bagi' kosmetik, pewangi,pewarnadan sebagainya, serta bahan bakardan kemasan. Siaya overhead yang bersitattetap (fixed cost) meliputi biaya tenaga kerjatidak langsung (direktur, manaJer, karyawan,mandor lapang), biaya pemasaran,administrasi, perawatan, biaya margin bank,penyusutan, dan pemeliharaan yang jumlahtotalnya adalah Rp. 41.114.788;

    3. 5l1mber dan Struktur PembiayaanBiaya investasi yang diperlukan dalamindustri kosmetik yang merupakan produkolahan minyak pala bersumber dari modalsendiri dan' pembiayaan perbankan.Pembiayaan darl perbankan terdiri dar!pembiayaan investasi danpernblayaan modalkerja. Diasumsikan besarnya margin pembia-yaan perbankan setara 16,5% per tahun,Jangka waktu pengembatian modal sesualdengan umur industri/proyek selama timatahun. Struktur pembiayaan investasi danmodal kerja dapat dilihat pada Tabel 5.

    Tabel 5. Struktur pernolayaan industri kosmetikNo. Sumber Pembiayaan Tahun ke-O(Rp.)1. Dana Investasia. Pambiayaan (65%) 320.563,900b. Dana Sendlri (35%) 172.622.100Jumlah Dana Invastasi 493.206.0002. Dana Modal Ke~aa. Pembiayaan (65%) 754.020.150b. Dana Sendiri (35%) 406.010.650Jumtah Dana Modal Kerja 1.160.031.0003. Total Biaya Proyeka. Pemblayaan (65%) 1.074.604.050b. Dana Sendiri (35%) 576.632.950Jumlah Biaya Proyek 1.653.237.000

    Besarnya jumlah angsuran adalah daripengembalian pokok pembiayaan ditambahmargin pambiayaan. Perhitungan rincimangenai jadwal pengambalian pambiayaandapat dilihat pada Tabel6.

    Tabel6. Angsuran pembiayaan investasi dan modal kerja industri kosmetikTahlln Jumlah Margin Pembayaran Angsuran (Rp) OutstandingPemblayaan (16,5%) Pokok (Rp) (Rp)1 1.074.604.050 132.982.251 179.100.675 312.082.926 762.521.1242 895.503.375 132.982.251 179.100.675 312.082.926 583420.4493 716.402.700 88.654.834 179.100.675 267.755.509 448.647.1914 537.302.025 88.654.834 268.651.013 357.305.847 179.996.1785 268.651.013 88.654.834 268.651.013 357.305.847 0

    4. Harga dan Prakiraan PenerimaanSesuai dengan asumsi semula bahwadan total minyak pala yang diproduksi setiapLUSIANAH et al

    harinya 36% adalah minyak pala bermutu baiksesuai standar yang ditentukan, sehingga tidakperlu dioiah menjadi produk olahan berupaManajemen lKM

  • 5/7/2018 Minyak Pala

    9/15

    kosmetik dan sisanya (64%) dijadikan bahanbaku produk olahan kosmetik. Harga minyakpala bermutu dan harga kosmetik ditentukandengan menggunakan metoda full costing.Berdasarkan perhitungan dengan mengguna-kan metode ini didapatkan harga pokok urituksatu kilogram minyak pala Rp. 294.468,sedangkan harga pokok 15 g kosmetik Rp.7.384 Nilai tersebut dihitung pada saat pabrikberproduksi pada kapasitas penuh. Harga jualditentukan dangan cara menambahkan hargapokok dengan keuntungan 20% untukkosmetik dan 2% untUkminyak pala, sehinggaharga jual untuk produk minyak pala mutu baikadalah Rp. 300 000:00 (pembulatan) per kgdan harga jual untuk produk kosmetik adalahRp. 8.860 (pembulatan) per 15 g atau Rp.590.725 per kg. Besarnya mark upini ditentu-kan atas pertimbangan perkiraan keurnunaanyang ingin didapatkan darihasll penjualan agarindustri menguntungkan secara finansial,khususnya bagi petani pala di KabupatenBogor yang selama ini mengalami kelesuan.Besarnya keuntungan yang diharapkantldak akan mengurangi kemampuan bersaingdan. produk kosmetik olahan dasarminyakpala. Harga jual tersebut berada di bawahpasaran kosmstlk non brand saat ini yangberkisar Rp. 10.000 - Rp. 15.000 untukkemasan 15 g, dengan mutu tidak kalahdengan kosmetik olahan dasar kimia danharga lebih murah. Penerimaan pada industrikosmetik ini diasumsikan konstan setiaptahunnya (tidak ada perubahari harga), makapada tahun pertama sampai kedua,penerimaan didapatkan belum pada kapasftaspenuh. Pada kapasitas penuh, prakiraanpenerimaan dari hasll penjualan kosmetik iniRp. 11.909.007.552.Untuk produk minyak pala mutu baik yangtidak diolah kembali menjadi produk kosmetik,namun langsung dijual ke pasaran, sehinggadinllai kurang memiliki prospek baik untukkondisi saat ini. Jika melihat dari harga pokokdan harga jual yang didapatkan dariperhitungan sebelumnya, maka produktersebut tidak akan memiliki kemampuanbersaing pada kapasitas produksi penuh,karena tingkat harga rataan pasaran minyakpala berkisar Rp. 270.000 per kg, bahkanharga pokoknya masih berada di atas hargapasaran yakni Rp. 294.468. Hal ini disebabkantingkat harga bahan baku biji dan fuli pala yangmasih tinggi berkisar Rp. 35.000 - Rp. 65.000per kg. Seperti yang telah dibahas pada babsebelumnya, bahwa kondlsl beberapa industripengolahan minyak pata di Kabupaten Bogorsaat ini sedang mengalami kelesuan danbeberapa sudah tidak berproduksi lagimemang menjadi bahan pemikiran untukmencari alternatif pengolahan lebih lanjut dari

    Vol. 5No.1

    Strategi dan Prospek Pengembangan 73minyak pala menjadi produk-produk yangmemilki prospek ke depan lebih baik. Selain itudengan adanya krisis global yang dialamidunia saat ini, beberapa komitment ekspor dariIndonesia mengalami pembatalan danberimbas pada lesunya situasiekspor saat ini.Tidak menutup kemungkinan diafami komoditiminyak pala. Sementara menunggu situasiekspor membaik, faktor ketahanan dari minyakpala itu sendiri kurang mendukung, hinggadiperlukan proses lebih lanjut menjadi produkolahan atau mencari solusi agar minyak yangdihasilkan dapat lebih tahan lama. Denganmark up harga pokok 2% pada kapasitaspenuh, prakiraan penerimaan dari hasi!penjualan minyak pala ini Rp. 3.456.000.000.

    5. Proyeksi Arus KasAliran kas dihitung dengan mengurang-kan kas masuk dengankas keluar. Aliran kasmasuk dalam industri kosmetik ini berasal darimodal sendiri, modal plruaman (pernblayaan),dan pendapatan hasH penjualan. Aliran kaskeluar terdiri dari biaya modal tetap dan modalkerja pada saat awal proyek dan angsuranpinjaman (pembiayaan).yang harus dikembali-kan. Asumsi yang digun~kan dalamperhitungan aspek keuangan dan proyeksipendapatan industri kosmetik yang merupakanproduk olahan minyak pala.Analisis proyeksi arus kas usaha industrikosmetik yang merupakan produk olshanminyak pala digunakan untuk memperolehgambaran finansial mengenai pendapatan danbiaya usaha, kemampuan usaha untukmembayar pinjaman (pembiayaan) dankelayakan usaha.Perhitungan tersebut memerlukan dasar-dasar perhitungan yang diasumsikan berdasar-kan hasi! studi literatur, dengan mempertim-bangkan kapasitas produksi yang sama atauperhitungan secara proporsional, mengingat diKabupaten Bogar belum terdapat industrikosmetik yang merupakan produk olahanminyak pala. Proyeksi pendapatan industri inidisajikan dalam Tabel7.Pada awal tahun pertama, arus kassudah menunjukkan angka positif, berarti sejaktahun pertama hingga tahun ke lima lndustrlmengalami surplus dan tidak mengalamikesulitan likuiditas.

    6. BEP Hasll perhitungan titik impasmenunjukkan bahwa perusahaan mencapaititik impas pada tingkat penjualan Rp.1.758.125.427 per tahun, seluruh biayaproduksi dapat tertutup. Supaya industriproduk olahan minyak pala dapatrnenguntungkan, rnaka tingkat penjualannyaharus lebih dari angka tersebut.

  • 5/7/2018 Minyak Pala

    10/15

    74 Strategi dan ProspekPengembanganTabel 7. Proyeksi pendapatan industri kosrnetik yang merupakan produk olahan minyak palaNo. Komponen Pendapatan Tahun.1 2 3 4 5A Kapasitas Produksi (%) 85 95 100 100 100B Penerimaan Penjualan 2.937,60 3.283,20 3.456 3.456 3.456MinyakPala (jutaan Rp)C Penerimaan Penjualan 10.112;66 11.313,55 11.909 11.909 11.909Kosmetik (jutaan Rp)

    7. PBP PBP disebut juga periode pengembalianadalah suatu periode yang menunjukkanlamanya modal yang ditanam dalam proyektersebut dapat.kembaH dan menggambarkanlamanya waktu agar dana yang telahdiinvestasikan dapat dikembalikan (Rangkuti2000). Hasil perhitungan menunjukkan bahwaindustri dapat mengembalikan modal dalamjangka waktu 11 bulan 15 hari.8. Kelayakan InvestasiKriteria investasi yang digunakan dalammenilai kelayakan industri kosmetik ini adalahNPV, IRR, dan Net SIC Ratio. Rekapitulasinilal kriteria kelayakan investasi untuk industrikosmetik ini dapat dilihat pada Tabal8.Tabel 8. Rekapitulasi Perhitungan NPV, IRR,PBP dan BIC RatioKriteria "Kelayakan -Satuan Ratio/NiiaiInvestasiNPV Rp 4.362.473.952IRR % 47,2PBP bin 11,5BIC Ratio kali 1,11

    Nilai NPV untuk industri kosmetik inidihitung pada tingkat suku bunga 16.5% pertahun yakni Rp. 4.362.473.952 Proyek industridinilai menguntungkan, sehingga dinyatakanlayak akibat nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa mendatanglebih besar daripada nilai sekarang investasi.Nilai IRR dari hasil perhitungandidapatkan 47,2% per tahun dengan tingkatdiscount rate 16,5% dan 8%, yangberpedoman pada tingkat suku bungapembiayaan yang berlaku dan tlngkat sukubunga Sertifikat Bank Indonesia (881). Proyekindustri 101 dinyatakan layak untuk"dilaksanakan, karena memiliki IRR lebih besardari nilai discount rate, artinya investasitersebut lebih memberikan manfaat

    LUSIANAH a t a/

    dibandingkan manfaat yang diberikan tingkatsuku bunga bank.Net BIC Ratio sering disebut sebagaiprofitability index yang merupakan perban-dingan antara keuntungan yang diperolehterhadapbiaya yang dikeluarkan. Industrikosmetik mempunyai nilai Net BlC 1,16. Hasllperhifunqan "ini menunjukkan bahwa industritersebut layak untuk dllaksanekan, karena nilaiNet BIC.lebih dari satu.9. Analisis SensitivitasAnalisis sensitivitas dilakukan terhadapkondisi paling umum yang mungkin terjadi,yaitu penurunan harga jual produk, kenaikanharga bahan baku danpenggabungan keduakondisi tersebut. Analisis sensitivitas dilakukandengan asumsi biaya lainnya tetap, .Berdasarkan hasil analisis sensitivitasterhadap kondisi pada saat bahan bakumengalami .kenaikan 10% industri kosmetikyang merupakan produk olahan minyak palamasih layak. Hal ini disebabkan kenaikanbahan baku tidakterlalu memberikan pengaruhterhadap biaya yang dikeluarkan, jikadibandingkan dengan penerimaan yangditerima. Pada kondisl harga jual produk turun5%, industri ini masih layak dipertimbangkan,karena berkurangnya penerimaan masih dapatmenutupi biaya-biaya yang ada sehingga tidakmenimbulkan dampak yang terlalu burukterhadap profit yang diterima perusahaan,Pada kondisi gabungan, yaitu bahan baku naik10% dan harga jual produk turun 5%, makaindustri masih layak untuk dipertimbangkan,karena turunnya harga jual maupun naiknyaharga bahan baku tetap tidak mempengaruhiposisi laba industri. Kondisi tersebut dapatterlihat pada Tabel 9.Dari Tabel 9 terlihat perbandingan duaskenario arus kas, dlrnana industri kosmetik inilebih sensitif terhadap kenaikan harga bshanbaku daripada penurunan harga jual, sehinggadapat menjadi pertimbangan bagi industriuntuk memilih strategi pemasaran melalui"perang harga."

    M an aJeme n IKM

  • 5/7/2018 Minyak Pala

    11/15

    Tabel9. Anafisis Sensitivitas Industri KosmetikStrategi dan Prospek Pengembangan 75

    Kriteria Kelayakan Kondisi HargaJual Bahan Baku Bahan Baku Naik 10%Proyek Normal Turun 5% Naik10% dan Harga Jual Turun 5%NPV (Rp.) 4.362.473.952 2.587.818.971 2.446.138.574 671.483.594IRR (%) 472 44,52 44,17 33,90PBP (tahun) 11,5 bulan 1,5 1,6 3,3B/C Ratio 1,16 1,10 109 104Status Kelayakan Layak Layak Layak LayakStrategi Pengembangan Industri ProdukOlahan Minyak Pala

    Penentuan Posisi Agroindustri Produk OlahanMinyak Pal a1. Identifikasi Faktor Internal dan EkstemalUntuk mengetahui faktor internal yangmsnladi kekuatan dan kelemahan dari industriyang dikembangkan dilakukan jajak pendapatfaktor internal yang menjadi kekuatan : (1)Potensi sumber daya lahan, (2) Tersedianyatenaga . ke~a yang cukup, (3) Kesesuaiantempat tumouh tanaman pala, (4) Kesesuaianagroklimat tanaman pala, (5) Budidaya palayang turun temurun, (6) Kedekatan denganpotensi pasar, (7) Kelancaran transportasi danketersediaan fasiUtas penunjang, dan (8)Kedekatan' dengan Pelabuhan dan Airportsebagai jalur transportasi antar daerah danantar negara.Faktor internal yang menjadi kelemahan :(1) Terbatasnya sumber daya yang memilikikeahlian tentang minyak pala, (2) Teknologimasih sederhana, (3) Sistem informasi yangbelum memadai, (4) Aspek kelembagaan yangTabel 10. Matriks IFE

    belum efektif, (5) Kurangnya bahan baku akibatkurangnya gairah petani pala, (6) Terbatasnyamodal petani pala, dan (7 ) Tidak adanya pol abapak angkat.Faktor eksternal yang menjadi peluang :(1) Prospek pasar delam negeri dan luarnegeri, (2) Kebijakan pemerintah yangmendukung pengembangan agroindustri, (3)Adanya perhatian dari litbang untuk pengem-bangan minyak pala, dan (4)' Meningkatnyakebutuhan masyarakat terhadap produkagroindustri. Ancaman faktor ekstemal : (1)Banyaknya pungutan-pungutan liar dan (2)Kebijakan pemerintah daerah atau pusat yangtidak konsisten antara satu dinas/instansidengan lainnya.

    2. Evaluasi Faktor IEDalam evaluasi ini digolongkan faktor-faktor lingkungan yangdihadapi oleh suatuindustri sebaqal kombinasi atas faktor kekuat-an dan peluang, kelemahan danancamanseperti yang disajikan dalam Tabel 10 dan 11.

    Faldor-Faktor Internal Bobqt Rating Skor(a) (b) (axb)I. Kekuatana. Potensi sumber daya lahan 0,124 2 0.248b. Tersedianya tenaga kerja yang cukup 0,117 2 0,234c. Kesesuaian tempat tumbuh tanaman pala 0,045 4 0,180d. Kesesuaian agroklimat tanaman pala 0,037 4 0,148e. Budidaya pala yang turun temurun 0,105 3 0,315f. Kedekatan dengan potensi pasar 0,019 3 0,057g. KeJancaran transportasi dan ketersediaan fasilitas 0,033 2 0,066penunianqh. Kedekatan dengan Pelabuhan dan Airport sebagai 0,033 2 0,066jalur transportasi antar daerah dan antar negaraJumlah (I) 0,513 1,314II. Kelemahana. Terbatasnya sumber daya yang memiliki keahlian 0,098 3 0,297tentang minyak palab. Teknologi penaolahan masih sederhana 0089 3 0,267c . Sistern informasl yang belum memadai 0,079 4 0,316d. Kelembagaan belum efektif 0079 4 0,316e. Kurangnya bahan baku biji dan fuli pala 0,101 3 0,303f. Terbatasnya modal petani pala 0,008 4 0,032g. Tidak adanya pola bapak angkat 0033 2 0066Jumlah (II) 0,487 1,594Total (I + II) 1,000 2,908

    Vol. 5 No.1

  • 5/7/2018 Minyak Pala

    12/15

    76 Strategi dan Prospek PengembanganTabel11. Matriks EFE

    Faktor-Faktor Ekstemal Bobot Rating Skor(a) (b) (axb)I. Peluanga. Pro~ekQ_asar dalam negeri dan luar neqeri 0,022 5 0,110b. Kebijakan pemerintah yang mendukung 0,155 4 0,620pengembangan agroindustric. Adanya perhatian dari Litbang untuk pengembangan 0,267 2 0,534minyak palad. Bertambahnya kebutuhan masyarakat terhadap produk 0,100 4 0,400agroindustri Jumlah (I) 0,544 1,664

    II. Ancamana. Banyaknya pungutan liar 0,267 3 0,801-b. Kebijakan pemerintah daerahJpusatyang tidak konsisten 0,189 3 0,567antar satu dinas/instansi denQanlainny_aJumlah (II) 0,456 1,368Total_(1+ III 1,000 3,0323. Matriks IEBerdasarkan analisis faktor-faktor internaldan ekstemal, diperoleh hasil berupa nilaimatriks yang menentukan posisiindustri produkolahan minyak pala, sebagai aeuan dalammemformulasikan alternatif strategi yangdiperoleh. Formulasi strategi ini tidak terlepasdari aspek lingkungan internal dan eksternal.Setelah matrik IFE dan EFE dibuat, langkahselanjutnya rnenyusun rnatriks IE yangmerupakan pamataan dari skor total matriksIFE dan EFE.Oari hasil pemetaan dengan matriks IEdidapatkan nilai skor IFE 3,032 dan EFE 2,908sehingga posisi industri produk olahan minyakpala berada pada kuadran II atau posisi sel dua(pertumbuhan) yang menunjukkan posisistrategi pertumbuhan melalui integrasihorizontal dengan kata lain industri produkolahan minyak pala mempunyai tingkatkeunggulan dalam faktor eksternal yangmerupakan kontribusi dari tingginya faktor-faktor peluang. Strategi yang disarankan padakondisi tersebut adaJah bahwa industrimerumuskan strategi pemasaran untukmenembus pasar, melakukan diversifikasiproduk dan mengembangkan wilayah pasaryang dikuasainya.4. Matriks SWOTBerdasarkan kombinasi faktor-faktorinternal dan eksternal, dapat disusun berbagaikemungkinan alternatif strategi yang dapatditerapkan oleh industri menurut matriksSWOT (TabeI12).

    LUSIANAH et at

    Prioritas Strategi Pengembangan IndustriProduk Olahan Minyak PalaUntuk memilih prioritas strategi pengem-bangan industri produk olahan minyak paladigunakan metode AHP. Dalam memformulasikanstrategi ini dilakukan wawancara dan diskusisecara terpisah dengan maslnp-rnaslnq duaorang responden pakar. Selain itu dilakukan jajakpendapat melalui alat bantu pengisian kuesionerdengan enam responden pakar.Dalam menyusun strategi pengembanganindustri produk olahan minyak pala di KabupatenBogor ada beberapa permasalahan yang perludipertimbangkan. Permasalahan tersebutdikelompokkan dalam lima unsur, masing-masingunsur terdiri dari beberapa hal yang perludipertimbangkan yang merupakan hasil jajakpendapat, dalam rangka pemberdayaanmasyarakat dl Kabupaten Bogor melalui strategidan prospek pengembangan industri produkolahan minyak pala.FokusfTujuan.Tujuan yang ingin dicapai adalah pemberdayaanmasyarakat di Kabupaten Bogor.FaktorBeberapa faktor yang harus dipertimbangkandalam rangka pemberdayaan masyarakat melaluistrategi dan prospek pengembangan industriproduk olahan minyak pala yaitu (a) ketersediaanbahan baku, (b) mutu bahan baku, (c)penguasaan teknologi, (d) permintaan/kondisipasar, (e) ketersediaan fasilitas dan saranaproduksi, (f) SOM yang berkualitas, (g) hargamenguntungkan, dan (h) ketersediaan dana danmodal.

    Man aje me n IKM

  • 5/7/2018 Minyak Pala

    13/15

    Tabel 12. Matriks SWOT industri produk olahan minyak PalaStrategi dan Prospek Pengembangan 77

    Kekuatan (8) Kelemahan (W)'Internal 1 . Tersedianya SO Iahan yang 1. Terbatasnya SO ahlicukupluas 2. Teknologi penqolehan masih2. Tersedianya tenaga kerja yang sederhanacukup 3. Sistem informasi belurn3. Kesesuaian tempat tumbuh memadai4. Kesesuaian agroklimat 4. Kelernbagaan belum efektif5. Budidaya pala yang telah lama 5. Kurarignya bahan baku akibatada (turun temurun) kurangnya gairah petani pala6 . Kedekatan dengan potensi pasar. 6. Terbatasnya modal7. Ketersediaan transportasi dan 7 . Tidak adanya pola bapakfasilitas penunjang angkat.Ekstemal 8. Kedekatan dengan pelabuhandan airportPeluang (0) Strategi S-O Strategi W-O

    1. Peluang pasar DN dan 1. Perluasan areal kebun pala 1. Peningkatan mutu SDM danLN 2. Pembangunan sentra produk akhlr teknologi melalui pelatihan2. Perhatian dari Litbang minyak pala . tentang minyak pala3 . Kebijakan yang mendu- 3. Pola kemitraan (petani pala, 2. Pembangunan pusat informasikung pengembangan pemda, pelaku industri dan palaagroindustri lembaga penelitian) 3. Penataan keJembagaan4. Meningkatnya kebutuhan 4. Memperluas jaringan pernasaran 4. Mengintensifkan penyuluhanmasyarakat terhadap dl sekltar sentra bisnis budidaya, subsidi benih danproduk agroindustri pengawasan hasil produksipetani pala .

    5. Pembentukan LK danpermodalanAncaman (T) Strategi S-T Strategi W-T1. Banyaknya pungutan liar 1. Perbaikan kebijakan yang 1. Penertiban pungutan liar oleh2. Kebijakan pemda atau mendukung industri instansi terkait.

    pusat yang tidak 2. Kerjasama yang saling mendukung 2. Perbaikan mutu SOM dankonsisten antar satu antar pelaku industri maupun dinas teknologidinas/instansi dgn lainnya terkait dalam pemanfaatan tiap 3. Perbaikan kebijakan danbagian dan buah Q_ala. kelembagaanAktorAktor-aktor yang perlu dipertimbangkan dalarnpengembangan industri produk olahan minyakpala dl Kabupaten Bogor adalah petani pela,pemerintah daerah, investor, pelaku industri,konsumen, lembaga keuangan, serta litbang.TujuanTujuan yang diidentifikasi adalah membukalapangan pekerjaan, memaksimalkan keuntung-an, perluasanldiversifikasi usaha, perluasanpangsa pasar dan peningkatan pendapatandaerahldevisa.Alternatif Strateai.Alternatif strategi berkenaan dengan kebijakan-kebijakan spesifik yang diprioritaskan untukmencapai sasaran utama, yaitu (1) perluasanareal kebun pala, pembangunan sentra produkolahan minyak pala, (2) pola kemitraan, (3)pemberdayaan lembaga permodalan dankeuangan yang ada di Kabupaten Bogor, (4)peningkatan mutu 8DM dan teknologi, (5)pembangunan pusat informasi pala dan produk-produknya, serta (6) perbaikan kebijakan dankelembagaan.

    Vol. 5 No.1

    8erdasarkan unsur-unsur dl atas, disusunsuatu hirarki untuk memformulasikan strategipengembangan industri produk olahan minyakpala di Kabupaten Bogor. 8erdasarkan hirarki inidilakukan penyusunan kuesioner yang diajukankepada para responden dan dianaJisis denganmetoda AHP yang pendapat respondennyamemilkl rasio konsistensi S 10% (4 pendapat yangdianallsa dari 6 responden, karena rasiokonsistensi S 10%). Hasll pembobotan danpemberian prioritas pad a unsur faktor dapatdilihat pada Tabel13.Dari Tabel 13 faktor yang paling pentinguntuk dipertimbangkan dalam strategi danprospek pengembangan industri produk olahanminyak pala dalam rangka pemberdayaanmasyarakat di Kabupaten Bogar adalahketersediaan bahan baku sebagai prioritaspertarna (bobot 0,171). Hal ini dikarenakan luasankebun pala rakyat yang benar-benar jauhberkurang dan dikhawatirkan tidak mampumencukupi kebutuhan industri produk olahanminyak pala,

  • 5/7/2018 Minyak Pala

    14/15

    78 Strategi dan Prospek PengembanganTabel13. Bobot dan prioritas unsur faktorpemberdayaan masyarakat Kabupatenbogor melalui pengembangan industriproduk olahan minyak Pala

    Unsut Faldor Bobot PrioritasKetersediaan Bahan Baku 0,171 1Mutu Bahan Baku 0,140 4Penguasaan Teknolon l 0,151 3PermintaanlKondisi Pasar 0,154 2Ketersediaan Fasilitas dan 0,083 8SaranaSDM mutu 0,098 6Harga Menguntungkan 0,109 5Ketersediaan Dana/Modal 0093 7.

    Dari Tabel 14. diketahui bahwa aktor yangmenduduki priorltas pertama adalah PemerintahDaerah dengan bobot sebesar 0.362.Berdasarkan penilaian beberapa responden pakaraktor yang dlnilal berperan sangat penting dalamstrategi dan prospek pengembangan lndustriproduk olahan minyak pala yang akandikembangkan di Kabupaten Bogor adalahPemerintah Daerah.Tabel 14. Bobot dan prioritas unsur aktorpemberdayaan masyarakat KabupatenBogor melalui pengembangan industriproduk olahan minyak Pala

    Unsur Aktor Bobot PrioritasPetani Pala 0,205 3Pemerintah Daerah 0,362 1Pelaku Industri 0,239 2Lembaga Penelitian dan 0,058 4PenaernbencanKonsumen 0,048 6Investor 0,051 5Lembaga Keuangan 0036 7Oari Tabel 15 diketahui bahwa tujuanpengembangan industri dalam rangkapemberdayaan masyarakat, berdasarkan hasilpenilaian responden dan pengolahan data adalah

    memaksimalkan keuntungan (0,289). Apabilasetiap pihak terutama petani pala dapatmerasakan keuntungan yang diperoleh denganadanya pengembangan industri produk olahanminyak pala, yaitu semangat memperbaiki mutukehidupan dan memacu pembangunanKabupaten Bogor, serta plhak-plhak lainmendukung pengembangan industri tersebutdalam memperoleh nilai tambah dari industri.Strategi yang menjadi prioritas dalampengembangan industri produk olahan minyakpala dalam rangka pemberdayaan masyarakat diKabupaten Bogar adalah perluasan areal kebunpala (0,185) seperti terlihat pada Tabel 16, karenamerupakan penghasil utama bahan baku industriproduk olahan minyak pala

    LUSIANAH et at

    Tabel 15. Bobot dan prior itas un sur tujuanpemberdayaan masyarakat KabupatenBogar melalui pengembangan industriproduk olahan minyak PalaUnsur Sub-Tujuan Bobot PrioritasMembuka Lapangan 0,269 2Pekerjaan

    Memaksimalkan 0,289 1KeuntunQanPerluasan/Diversifikasi 0,230 3UsahaPerluasan Pangsa Pasar 0,100 5Peningkatan Pendapatan 0,113 4Oaerah/Devisa .Tabel 16. Bobot dan prioritas unsur strategipemberdayaan rnasyarakat KabupatenBogar melalui pengembangan industrip~oduk olahan minyak PalaUnsur Alternatif Strategi Bobot PrioritasPerluasan areal kebun pal a 0,185 1Pembangunan sentra 0,180 3produk olahan minyak palaPola kemitraan 0,183 2Pemberdayaan lembaga 0,116 6permodalan dan keuanoanPenlnokatan mutu 80M 0,120 5Pembangunan pusat 0,130 4informasi tanaman palaPerbaikan kebijakan dan 0,084 7kelembagaanStrategi yang menjadi prioritas kedua dalampengembangan industri prod uk olahan rninyakpala dalam rangka pemberdayaan masyarakatKabupaten Bogar melalui pola kemitraan (0,183).Pola kemitraan ini melibatkan petani pala danstakeholder lainnya, yaitu Pemda, pelaku industridan lembaga penelitian melalui sistem dan usahaagribisnis.

    KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan1. Untuk menentukan minyak pala yang eflslen(baik) dalam menghasilkan bahan baku bagiindustri produk unggulan olahan minyak pala,Metode destilasi terpilih adaJah metode uaplangsung, sedangkan produk unggulanterpilih adaJah kosmetik dan lokasi industriterpilih adalah Kecamatan Ciomas.2. Strategi dan prospekpengembangan industriproduk olahan minyak pala memungkinkan

    untuk dikembangkan, khususnya bagipemberdayaan masyarakat di KabupatenBogar dengan memperhatikan analisiskelayakan pasar dengan kriteria peluangpasar (kebutuhan konsumen akan produkkosmetik dan sisl persaingan) analisis aspekteknologi dengan kriteria manajemenManajemen IKM

  • 5/7/2018 Minyak Pala

    15/15

    teknologi dan ketersediaan infrastruktur;analisis aspek SDM dengan kriteriapenyerapan tenaga kerja produktif danpeningkatan mutu SDM; dan kelayakanfinansial dengan kriteria kelayakan investasidiperoleh nilai NPV Rp. 4.362.473.952, IRR47,2%, PBP 11,5 bulan dan B IC ratio 1,11kali.3. Strategi yang tepat untuk dikembangkandalam rangka memberdayakan masyarakatKabupaten Bogar melalui pengembanganindustri kosmetik berbahan minyak palaadalah perluasan areal kebun pala dan polakemitraan.Saran

    Diperlukan kajian kelayakan yang lebihterfokus dan mendalam mengenai potensipengembangan industri produk alahan minyakpala, khususnya produk olahan unggulan sebagaiupaya pemberdayaan masyarakat KabupatenBogar.

    DAFTAR PUSTAKA[BAPPEDA Kab Bogar] Badan PerencanaanPembangunan Daerah Kabupaten Bogar.2005a. Rancangan Rencana PembangunanJangka Panjang Daerah (RPJPD)Kabupaten Bogar Tahun 2005-2025.

    [terhubung berkala].http://www.bogorkab.goJd [22 Agt 2008}.BPS. 2003. Statistik Perdagangan Luar NegeriIndonesia. Ekspor. Biro Statistik, Jakarta.Hadad, MEA, E. Randriani, C. Firman, dan T.Sugandi. 2006. Budidaya Tanaman Pa/a.Parung Kuda : Balai Penetitian TanamanRempah danAneka Tanaman Industri.Husnan, S dan Suwarsono. 1999. StudiKelayakan Proyek. UPP AMP YKPN,Yogyakarta.Librianto, B.Y. 2004. Ekstraksi Oleoresin Pala(Myristica Fragrans Hout) dari Ampas

    Vol. 5 No.1

    Strategi dan Prospek Pengembangan 79Penyulingan Minyak Pala MenggunakanPelarut Organic [Skripsi] pada FakultasTeknologi Pertanian, Institut PertanianBogar, Bogar.

    Lutony, T.L dan Rahmayati. 2002. Produksi danPerdagangan Minyak Atsiri. PenebarSwadaya, Jakarta.Ma'arif, S. 2001. Metode Perbandingan.Eksponential [Diktat Mata Kuliah ManajemenProduksi dan Operasi]. Magister ManajemenAgribisnis, Institut Pertanian Bogar, Bogar.Marimin. 1993. Pengembangan Sistem Pakaruntuk Perencanaan Industri Minyak Atsiri[Leporan Penelitian]. IPB Press, BogarNurdjanah, N. 2007. Teknologi Pengolahan Pala.Belai Besar Penelitian dan PengembanganPasca Panen Pertanian, Balai PeneJitiandanPengembangan Pertanian Departemen

    Pertanian, Bogar.Purseglove, J.W., E.G. Brown, G.L. Green, andS.R.J. Robbins. 1981. Spices Vol 1.Longman, New York.Rangkuti, F. 2000. Manajemen PersediaanAplikasl di Bidang Bisnis. Raja GrafindoPerkasa, Jakarte.Saaty, T.l. 1993. Pengambilan Keputusan BagiPara Pemimpin Proses Hirarki Analitik untukPengambHan Keputusan dalam Studi yang

    Kompleks (Terjemahan). PT.PustakaBinaman Pressindo, Jakarta.[SIPUK BI] Sistem Informasi TerpaduPengembangan Usaha Kecil BankIndonesia. 2008. Aspek Keuangan IndustriJamu Tradisional. Sistem Informasi PolaPembiayaanlLending Model UsahaKeci/.[terhubung berkala}.httpJJwww.bi.go.idJsipuklid/?id:::4&no:::51320&idrb:::45501[19 Feb 2009].Sutojo, S. 2000. Studi Kelayakan Proyek, Teori

    dan Praktek. Gramedia, Jakarta.

    http://www.bogorkab.gojd/http://httpjjwww.bi.go.idjsipuklid/?id:::4&no:::51320http://httpjjwww.bi.go.idjsipuklid/?id:::4&no:::51320http://www.bogorkab.gojd/