miopia bahan preskas

4
MIOPIA Manifestasi Klinis Penglihatan untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat miopia terlalu tinggi, sehingga letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka kedua mata selalu harus melihat dalam posisi konvergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan (astenovergen). Mungkin juga posisi konvergensi menjadi menetap, sehingga terjadi strabismus konvergen (esotropia) (Hamurwono et al., 2010). Apabila terdapat miopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain, dapat terjadi ambliopia pada mata yang miopianya lebih tinggi. Mata ambliopia akan menggulir ke temporal yang disebut strabismus divergen (eksotropia) (Hamurwono et al., 2010). Penegakan diagnosis Sinar – sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi akan dibiaskan di depan retina pada orang dengan miopia. Pemeriksaan tajam penglihatan (visus) selalu kurang dari 5/5 atau 6/6. Pemeriksaan tajam penglihatan menggunakan huruf/angka/gambar pada kartu snellen. Jarak antara kartu snellen dengan mata adalah 5 m atau 6 m. Tajam penglihatan diperiksa satu persatu, misalkan mata kanan terlebih dahulu, kemudian

Upload: annisa-hafika

Post on 06-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: MIOPIA bahan preskas

MIOPIA

Manifestasi Klinis

Penglihatan untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat miopia

terlalu tinggi, sehingga letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka

kedua mata selalu harus melihat dalam posisi konvergensi, dan hal ini mungkin

menimbulkan keluhan (astenovergen). Mungkin juga posisi konvergensi menjadi

menetap, sehingga terjadi strabismus konvergen (esotropia) (Hamurwono et al.,

2010).

Apabila terdapat miopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain,

dapat terjadi ambliopia pada mata yang miopianya lebih tinggi. Mata ambliopia

akan menggulir ke temporal yang disebut strabismus divergen (eksotropia)

(Hamurwono et al., 2010).

Penegakan diagnosis

Sinar – sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi akan

dibiaskan di depan retina pada orang dengan miopia. Pemeriksaan tajam

penglihatan (visus) selalu kurang dari 5/5 atau 6/6. Pemeriksaan tajam penglihatan

menggunakan huruf/angka/gambar pada kartu snellen. Jarak antara kartu snellen

dengan mata adalah 5 m atau 6 m. Tajam penglihatan diperiksa satu persatu,

misalkan mata kanan terlebih dahulu, kemudian mata kiri dan hasil pemeriksaan

dinyatakan dalam pembilang/penyebut. Pembilang adalah jarak antara kartu

snellen dengan mata, sedangkan penyebut adalah jarak dimana suatu huruf

tertentu yag seharusnya dapat dilihat (Hamurwono et al., 2010)

Penderita miopia dengan tajam penglihatan kurang dari 5/5 atau 6/6 mempunyai

arti bahwa penderita dengan jarak 5 m atau 6 m tidak bisa melihat jelas

huruf/angka/gambar pada kartu snellen yang seharusnya dapat dilihat pada jarak 5

m (untuk tajam penglihatan normal 5/5) atau 6 m (untuk tajam penglihatan normal

6/6) (Hamurwono et al., 2010).

Page 2: MIOPIA bahan preskas

Gambar 1. Macam – macam kartu snellen.

Penatalaksanaan

Penderita miopia dikoreksi dengan lensa sferis negatif (S -) yang terkecil agar

dapat berakomodasi dengan baik (Hamurwono et al., 2010).

Prognosis

Prognosis penderita miopia sangat baik. Tetapi, semua tergantung kepada derajat

miopia, ada tidaknya astigmat, anisometropia, dan daya akomodasi penderita.

Tajam penglihatan mungkin dapat membaik dengan koreksi. Apabila tidak

terdapat perbaikan setelah dilakukan koreksi, perlu dicurigai adanya kerusakan

pada organ lain (Goss et al., 2006).

Komplikasi

Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya ablasi

retina dan juling. Juling biasaya esotropia atau juling ke dalam akibat mata

berkonvegerensi terus menerus. Bila terdapat juling keluar mungkin fungsi satu

mata telah berkurang atau terdapat ambliopia (Ilyas dan Yulianti, 2012).

Page 3: MIOPIA bahan preskas

Gambar 2. Eksotropia (kiri) dan esotropia (kanan)

Daftar Pustaka :

Goss DA, Grosvenor TP, Keller JT, Norton TT, Zadnik K (2006). Optometric

clinical practice guideline : care of the patient with myopia. USA :

American Optometric Association, pp : 39.

Ilyas S, Yulianti SR (2012). Tajam penglihatan dan kelainan refraksi penglihatan

warna. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Badan Penerbit FKUI, pp :

76 – 78.

Hamurwono GB, Marianas M, Ramatjandra I, Marsetio M, Sarwono D,

Sastradiwiria I, Barlianta L et al. (2010). Optik dan refraksi. Dalam : Ilmu

Penyakit Mata untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : Sagung

Seto, pp : 43 – 47.