mipa laporan penelitian hibah penelitian dipa · pdf filekualitatif (skrining fitokimia)...
TRANSCRIPT
LAPORAN PENELITIAN
HIBAH PENELITIAN DIPA UNINDRA
POTENSI TANAMAN TRADISIONAL Ruta angustifolia SEBAGAI
OBAT-OBATAN ALAMI
Shafa Noer, M.Si
Rosa Dewi Pratiwi, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TEKNIK, MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA
2016
MIPA
No Narna 1\nggota B dang Keahlian Progiam StudiI Rosa Dewi P, M.Pd K nIa Pend. Biologi
HALAMAN PEGESAHAN
2.
l. Judul Penelitian
Ketua Penelitia. Nama Lengkapb. Jenis KelarninC, NIDNd. Jabatan Strukturale. Jabatan Futigsionalf. Program Studi / Fakultasg. Pusat Penelitianh. Telepor-ri. Alamat Rumah
Anggota Peneliti
Jangka Waktu PenelitianPerlbrayaana. Biaya yang Diajukanb. Biaya yang Disetujui
IPend. Biologi
Poterrsi Tanantan Tradisional Rutaa ngus t ifb I ia S ebagai Obat-Obatan Alami,
Shafa Noer, M.SiPerempuan032 I 038603
Asisten AhliPend.Biologi / FTMIpALaboratoriurn Biologi UNINDRA08131 494705sJI.Raya Condet, Gg H.M.Izi No.67, 015/005,JakTim
: Oktober 201 5 - Jar-urari 2016
ttp 3.539.250Rp 2.200.000
Jakarta, 25 F-ebruari 2016
Ketua Peneliti
fi;L,uShafa Noer. M.Si
NIDN.0321038603
dan MIPA
J.
4.
5.
Mcnselahui,itian-i-eknik
iii
RINGKASAN
Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversity dengan keanekragaman
hayati tertinggi ke-2 setelah Brazilia. Dari 40.000 jenis flora yang ada di dunia, sebanyak
30.000 jenis dijumpai di Indonesia dan tidak kurang dari 1000 jenis diantaranya diketahui
berkhasiat sebagai obat yang telah dipergunakan dalam pengobatan tradisional secara
turun temurun oleh berbagai suku di Indonesia. Masyarakat Indonesia sudah sejak ratusan
tahun yang lalu memiliki tradisi memanfaatkan tumbuhan dari lingkungan sekitarnya
sebagai obat tradisional. Sejak lebih dari dua puluh tahun yang lalu masyarakat dunia,
tidak saja di negara-negara Timur melainkan juga di negara-negara Barat, mulai menoleh
kembali dan tertarik untuk menggunakan obat-obat alam, yang kita kenal sebagai gerakan
Kembali ke Alam atau Back to Nature. Tanaman Ruta angustifolia atau yang biasa disebut
dengan tanaman Inggu telah lama dipercaya dan digunakan oleh masyarakat Indonesia
sebagai obat untuk berbagai macam penyakit. Organ utama yang paling banyak digunakan
sebagai obat tradisional adalah daunnya. Penyakit yang dipercaya dapat diatasi dengan
ramuan daun Inggu meliputi penyakit gigi, demam, kejang pada anak, nyeri ulu hati,
merangsang haid, kecekukan, sakit kepala dan bisul. Dalam penelitian ini peneliti ingin
membuktikan apakah benar daun inggu mempunyai beberapa kandungan senyawa kimia
yang potensial digunakan sebagai obat. Dengan demikian, hasil penelitian diharapkan bisa
menjelaskan secara ilmiah manfaat alami dari daun inggu beserta hubungannya dengan
pengobatan beberapa penyakit. Kandungan senyawa kimia daun inggu yang diteliti secara
kualitatif (skrining fitokimia) meliputi steroid, flavonoid, alkaloid, saponin, tannin, kuinon
dan triterpenoid. Dari ketujuh senyawa yang diuji, daun inggu positif mengandung
senyawa steroid, flavonoid, tannin dan kuinon. Sedangkan ketiga senyawa lainnya yaitu
alkaloid, triterpenoid, dan saponin menunjukkan hasil yang negatif.
iv
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Sampul i
Halaman Pengesahan ii
Ringkasan
Prakata
iii
iv
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
v
vi
vii
BAB I. PENDAHULUAN 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3
II.1. Tanaman Obat di Indonesia 3
1. Penggunaan Tanaman Obat di Indonesia 4
2. Sumber Tanaman Obat 5
3. Tanaman Obat Hasil Bidudaya 6
4. Industri Obat Tradisional 7
5. Pemanfaatan Tanaman Obat di Indonesia 7
II.2. Ruta Angustifolia 8
1. Ciri-ciri Fisik Tanaman Ruta angustifolia 8
2. Klasifikasi 8
3. Nama Lokal dan Penyebaran 9
4. Manfaat 9
5. Penggunaan Secara Tradisional
6. Kandungan Kimiawi
10
11
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 12
BAB IV. METODE PENELITIAN 13
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 16
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 22
v
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1. Hasil Uji Kualitatif dari Ekstrak Daun Inggu 16
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Biodata Ketua Pengusul 22
Lampiran 2. Biodata Anggota Pengusul 24
Lampiran 3. Jurnal Publikasi 28
1
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversity dengan keanekragaman
hayati tertinggi ke-2 setelah Brazilia. Dari 40.000 jenis flora yang ada di dunia, sebanyak
30.000 jenis dijumpai di Indonesia dan tidak kurang dari 1000 jenis diantaranya diketahui
berkhasiat sebagai obat yang telah dipergunakan dalam pengobatan tradisional secara
turun temurun oleh berbagai suku di Indonesia.
Masyarakat Indonesia sudah sejak ratusan tahun yang lalu memiliki tradisi
memanfaatkan tumbuhan dari lingkungan sekitarnya sebagai obat tradisional. Sejak lebih
dari dua puluh tahun yang lalu masyarakat dunia, tidak saja di negara-negara Timur
melainkan juga di negara-negara Barat, mulai menoleh kembali dan tertarik untuk
menggunakan obat-obat alam, yang kita kenal sebagai gerakan Kembali ke Alam atau
Back to Nature.
Adanya kecenderungan pola hidup Back to Nature ini dipicu oleh keyakinan
bahwa mengkonsumsi obat alami relatif lebih aman dibanding dengan obat sintetik yang
memiliki banyak efek samping negatif. Itu sebabnya industri obat tradisional, baik di luar
negeri maupun di Indonesia makin meningkat jumlah dan pasarnya. Sayangnya
industrialisasi obat-obat alam menyebabkan harga obat alam semakin meningkat,
sehingga saat ini banyak obat tradisional alami yang harganya tidak kurang mahal
dibandingkan dengan obat-obat konvensional sintetis.
Untuk mensiasatinya, salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah
memberdayakan masyrakat agar dapat mengolah obat tradisional alaminya secara mandiri,
mulai menanam tumbuhan obatnya sampai mengolahnya menjadi ramuan obat siap pakai
dalam bentuk sederhana. Ramuan obat yang diolah segar tentu saja memiliki khasiat lebih
baik dibandingkan dengan yang sudah disimpan lama. Strategi ini tidak saja akan
berdampak pada semakin terjangkaunya biaya pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat
di segala lapisan, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan
keluarga. Atau dalam skala lebih besar dapat dimanfaatkan secara kolektif untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat di suatu daerah tertentu secara bersama-sama
(Sinaga, 2009 : 1).
2
Tanaman Ruta angustifolia atau yang biasa disebut dengan tanaman Inggu telah
lama dipercaya dan digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat untuk berbagai
macam penyakit. Organ utama yang paling banyak digunakan sebagai obat tradisional
adalah daunnya. Cara pengolahan daun sebelum menjadi ramuan obat berbagai macam,
namun yang paling sederhana adalah menggunakan daun langsung dengan
menghancurkannya dan menempelkan pada tempat yang sakit. Atau cara lain adalah
dengan merebus beberapa helai daun inggu sampai air menjadi setengahnya lalu diminum
secara rutin. Penyakit yang dipercaya dapat diatasi dengan ramuan daun inngu meliputi
penyakit gigi, semam, kejang pada anak, nyeri ulu hati, merangsang haid, kecekukan, sakit
kepala dan bisul.
Dalam penelitian ini peneliti ingin membuktikan beberapa kandungan senyawa
kimiawi dalam daun inggu dan beberapa aktivitas antibakterinya. Dengan demikian, hasil
penelitian diharapkan bisa menjelaskan secara ilmiah manfaat alami dari daun inggu
beserta hubungannya dengan pengobatan beberapa penyakit.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Tanaman Obat di Indonesia
Tanaman obat adalah tanaman yang mengandung bahan yang dapat digunakan
sebagai pengobatan dan bahan aktifnya dapat digunakan sebagai bahan obat sintetik
(WHO dalam Sofowora, 1982 : 53). Di Indonesia, tanaman obat dimanfaatkan sebagai
bahan jamu gendong, obat herbal, makanan penguat daya tahan tubuh, kosmetik dan bahan
spa serta bahan baku industri makanan dan minuman. Perkembangan industri berbahan
baku tanaman obat dalam 5 tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dan
omzet produksinya selama kurun waktu tersebut meningkat sebesar 2,5 – 30%/tahun. Pada
tahun 2000 nilai perdagangan tanaman obat di Indonesia mencapai Rp.1,5 trilyun rupiah
setara dengan US $ 150 juta, masih jauh di bawah nilai perdagangan herbal dunia yang
mencapai US $ 20 milyar; US $ 8 milyar dikuasai oleh produk herbal dari China
(Anon,2007 :2).
1. Penggunaan Tanaman Obat di Indonesia
Laju permintaan produk berbasis tanaman obat terkait erat dengan tingkat
penggunaan oleh masyarakat. Peningkatan penggunaan obat herbal mempunyai dua
dimensi korelatif, yaitu aspek medik terkait dengan penggunaannya yang sangat luas
diseluruh dunia, dan aspek ekonomi yang terkait dengan nilai tambah dan peningkatan
perekonomian masyarakat (Sampurno, 2007 : 18). Perkembangan terakhir menunjukkan,
peningkatan permintaan akan produk tanaman obat tidak hanya sebatas peningkatan
kuantitas tanaman yang telah biasa digunakan, akan tetapi juga berkembang ke arah
horizontal, yaitu bertambah jenis tanaman yang digunakan, dan secara vertikal, berupa
bertambahnya ragam produk yang dihasilkan. Akan tetapi, kurangnya informasi baik dari
sisi kuantitas, jenis dan kualitas produk yang diperlukan, serta panjangnya rantai tataniaga
dan kelembagaan pengguna yang tidak jelas, menyebabkan kesulitan untuk menduga
permintaan tanaman obat, baik di Indonesia maupun manca negara. Data permintaan, luas
areal dan produksi yang tersedia hanya sebatas pada tanaman temu-temuan yang sudah
dibudidayakan secara luas, seperti jahe, kencur, dan kunyit, padahal bahan baku industri-
industri obat sangat bervariasi jenisnya (Kemala et al, 2003 :61).
4
2. Sumber Tanaman Obat
Pada sisi pasokan, sebagian besar bahan baku obat yang berasal dari tumbuhan
dipanen secara langsung dari alam, hanya sebagaian kecil yang telah dibudidayakan.
Kendala yang dihadapi untuk tanaman obat yang telah dibudidayakan adalah fluktuasi
produksi disebabkan belum diterapkannya budidaya yang baik, mutu produk yang
bervariasi, serta skala usaha yang kecil dan terpencar-pencar. Sedangkan pemanenan
tanaman obat langsung dari habitat alaminya telah mengancam kelestarian beberapa jenis
tanaman obat (Karmawati et al, 1996:23). Menurut Sudiarto et al (2002), terdapat 55 jenis
tanaman obat yang mulai langka di Indonesia dengan status kelangkaan yang bervariasi,
yaitu : terkikis (indeterminate), seperti jinten (Cuminum cyminum), temu giring
(Curcuma heyneana Val.), jati belanda (Guazuma ulmifolia), bidara laut (Strychnos
ligustriana), jaha (Terminalia bellirica), dan bangle (Zingiber cassumunar); jarang
(rare), seperti pulai (Alstonia scholaris), pulasari (Alyxia reindwardtii), kayu rapat
(Parameria laevigata), dan kedawung (Parkia rogburhii ); rawan (vulnerable) dan
genting (endangered), seperti pasak bumi (Eurycoma longifolia).
Hutan tropika Indonesia diperkirakan mencapai 143 juta ha, merupakan tempat
tumbuh 80 persen dari tanaman obat yang ada di dunia di mana 28.000 spesies tanaman
tumbuh dan 1.000 spesies di antaranya telah digunakan sebagai tanaman obat (Pramono,
2002 : 19). Survey yang dilakukan oleh PT. Esai pada tahun 1986 menemukan bahwa di
Indonesia terdapat 7.000 spesies tanaman obat setara dengan 90 persen tanaman obat
yang tumbuh di seluruh Asia (Anon, 1986 : 348).
Menurut Badan POM (2006), 283 tanaman telah diregistrasi untuk penggunaan
obat tradisional/jamu; 180 jenis di antaranya merupakan tanaman obat yang masih
ditambang dari hutan. Sumber tanaman obat hasil hutan untuk industri di Pulau Jawa
sebagaian besar ditambang dari Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) dan KPH Saradan-
Madiun (Kemala et al, 2003 : 61). TNMB mempunyai luas areal 58.000 ha, terdiri atas
57.155 ha daratan dan 845 ha perairan, terletak di wilayah Kabupaten Jember 37.585 ha
dan di Kabupaten Banyuwangi 20.415 ha.
Potensi tanaman obat yang terdapat di TNMB mencukup 239 jenis tanaman obat
yang terbagi dalam 78 famili. Masyarakat di empat desa penyangga menambang 85 jenis
tanaman (Anon, 2002 : 80). Akibatnya, beberapa tanaman obat yang tumbuh di TNMB
5
telah mulai langka, seperti pulepandak (Rauwolfia serpentina Benth), joho (Terminalia
balerica Roxb.), bidara upas (Merremia mimmosa), jati belanda (Guazuma ulmifolia),
gadung (Dioscorea hispida Denn.), pulasari (Alyxia reinwardtii Bl.), kemukus (Piper
cubeba L.F.), dan patmosari (Rafflesia zollingeriana Kds.) (Anon, 2002). Penambangan
beberapa TO juga dilakukan oleh masyarakat di sekitar Perhutani Saradan di Kabupaten
Madiun dengan luas areal 600 ha; 200 ha di antaranya adalah areal Pengelolaan Hutan
Bersama Masyarakat (PHBM). Ada sekitar 44 jenis tanaman obat yang di tambang dari
daerah ini, baik berupa rimpang (bangle, jahe, kunci templek, kunyit merah/putih,
lempuyang, temu glenyeh, temu kunci jangan, kunci pepet, temu mangga/putih, dan
temugiring), biji (alba, cabe jamu, kayu ulet, kecipir, anyang, kedawung, kemukus,
lamtoro dan mahoni), daun (anyang, pepaya, poncosudo, sambiloto, sogok thuntheng,
sirih, teter, kemuning, pepaya, dan serai), dan kulit (kayu cendana, kayu rapet, pulasari,
pule, pule pandak, sintok lawang, sintok madu, bidara upas) (Kemala et al, 2003 : 61).
Volume dan kualitas tanaman obat hasil penambangan dari hutan sangat
berfluktuasi, tergantung pada ketersediaan bahan tanaman dan musim. Kebiasaan
masyarakat dalam menambang tanaman obat dari hutan juga beragam. Misalnya, bagi
masyarakat di sekitar KPH Saradan, penambangan hanya sebatas untuk memenuhi
keperluan hidup sehari-hari, yaitu untuk mendapatkan hasil senilai Rp. 15.000,- . Apabila,
diperkirakan telah terpenuhi sejumlah nominal itu, mereka menghentikan penambangan
pada hari itu. Cara ini dipandang cukup efektif dalam menjaga ketersediaan bahan tanaman
obat di daerah tersebut tetap lestari (Kemala et al, 2003 : 61). Namun, tidak ada peraturan
daerah yang mengatur sistem penambangan seperti ini sehingga tetap saja beresiko
terhadap kepunahan jenis-jenis tanaman obat tertentu, terutama yang pertumbuhannya
sangat lambat.
3. Tanaman Obat Hasil Budidaya
Hanya 13 dari 283 tanaman obat rekomendasi Badan POM telah dibudidayakan,
yaitu jahe, lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temu ireng, keji beling,
dringo, kapolaga, temukunci, mengkudu dan sambiloto. Sentra penanaman tanaman obat
tersebar di 15 provinsi di Indonesia, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo (BPS, 2003). Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan 3 provinsi terbesar penghasil tanaman
6
obat hasil budidaya, dengan produksi mencapai 70 - 90% dari total produksi nasional
(BPS, 2006).
4. Industri Obat Tradisional
Industri obat tradisional menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No.
246/MenKES/Per/ V/1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran
Obat Tradisional, terdiri atasi 4 kategori (Purwandari, 2000), yaitu (1) Industri Obat
Besar/Menengah Tradisional (IOT). Skala permodalan industri ini di atas Rp. 600 juta,
tidak termasuk harga tanah dan bangunan, dan memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang,
(2) Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT). Total aset IKOT tidak lebih dari Rp. 600 juta,
tidak termasuk harga tanah dan bangunan, (3) Usaha Jamu Racikan, yaitu usaha peracikan,
pencampuan atau pengolahan obat tradisonal dalam bentuk rajangan, serbuk, cairan, pilis,
tapel atau parem dengan skala kecil, dijual di satu tempat tanpa penandaan dan merek
dagang, (4) Usaha Jamu Gendong, yaitu usaha peracikan, pencampuran, pengolahan dan
pengadaan obat tradisonal dalam bentuk cairan, pilis atau parem, tanpa penandaan dan atau
merek dagang serta dijajakan untuk langsung digunakan.
Pada tahun 2002 terdapat 118 IOT dan 917 IKOT. Pada tahun 2007 jumlah IOT
bertambah menjadi 129 sedangkan IKOT berkurang menjadi 621. Selain IOT dan IKOT,
pada tahun 2005 terdapat 872 perusahaan yang terdaftar di Badan POM sebagai industri
yang menggunakan tanaman obat sebagai salah satu bahan bakunya dan 472 perusahaan
PMA yang memproduksi obat tradisional (Pribadi, 2008 : 162).
5. Pemanfaatan Tanaman Obat di Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan membagi pemanfaatan tanaman obat dalam
tiga strata, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Jamu dikembangkan dari
warisan yang dimiliki masyarakat suku bangsa Indonesia. Strata di atas jamu adalah obat
bahan alam atau obat herbal terstandar yang bahan bakunya sudah dalam bentuk ekstrak
dan aspek keamanan serta khasiatnya telah teruji pada hewan percobaan yang dikenal
sebagai uji praklinik (Pribadi, 2009 : 162).
Strata teratas dalam dalam industri OT atau farmasi adalah produk fitofarmaka,
dalam bentuk ramuan ekstrak, terutama untuk pelayanan kesehatan formal, dan telah
7
melalui uji klinik di instalasi pelayanan kesehatan formal Industri jamu menggunakan
lebih dari 94 persen bahan baku dari dalam negeri, kekurangannya diimport dari beberapa
negara.
Menurut Kemala (2003 : 61), Industri Obat Tradisonal (IOT) menghasilkan produk
yang sebagaian besar dalam bentuk jamu dan bahan baku yang digunakan masih bertumpu
ada tanaman yang mempunyai khasiat beragam, dibudidayakan dalam skala luas dan
sistem budidayanya relatif telah dikenal oleh petani diantaranya adalah temulawak, jahe,
kunyit, keji beling, akar manis, cabe jawa, temu kunci, kumis kucing dan sambiloto.
II.2. Ruta angustifolia
1. Ciri-ciri Fisik Tanaman Ruta angustifolia
Tanaman ini memiliki ciri : Herba bertahun,lebat di dasarnya, tinggi 0,3-1,5 m;
daun menyusun susunan spiral, 2-3-bertakuk menyirip, membundar telur sungsang,
lonjong-bundar telur sungsang di barisan luar, 4-15 cm x 2-9 cm, ruas pokok bundar telur
sungsang-melanset sampai agak lonjong sekitar 8-14 mm x 1,5-3,5 mm, beringgitan,
kelenjar tembus pandang, berbau kuat, daun di bagian bawah bertangkai pendek;
perbungaan terbatas, terminal atau di helaian bagian atas ketiak, sering mengkombinasi ke
dalam gundung, daun gagang melanset, kurang luas atau tidak luas dari pada dahan yang
tersubten, kelenjar biasanya berbulu halus; bunga 4(-5)-merous, daun kelopak mendelta-
bundar telur, 2-3 mm x 1-2 mm, meruncing terbenam (subacute), kelenjar berbulu halus,
daun mahkota lonjong, panjang 7-10 mm , berjumbai dengan bulu getar selebar daun
mahkota; kapsul gundul, ruas melancip. Di Asia Tenggara hanya dikenal untuk dikultivasi.
2. Klasifikasi
Klasifikasi tanaman ini meliputi :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
8
Famili : Rutaceae (suku jeruk-jerukan)
Genus : Ruta
Spesies : Ruta angustifolia (L.) Pers
3. Nama Lokal dan Penyebaran
Nama lokal tanaman ini adalah : Inggu (Sunda), godong minggu (Jawa). aruda
(Sumatera).; Anruda busu (Makasar).; Raute (Jerman), ruta (Italia), wijnruit (Belanda),;
Common rue herb, rue, herb of grace (Inggris).
Penyebaran Ruta angustifolia asli dari wilayah Mediterania, digunakan sebagai
obat-obatan dan bumbu masak sejak jaman dahulu. Telah diperkenalkan di Near East dan
India; di Asia tenggara tanaman ini dikultivasi sebagai tanaman pot di Malaysia, dan di
Vietnam dan Jawa, biasanya digunakan sebagai obat tradisional..
4. Manfaat
Tanaman ini rasanya pedas, agak pahit, dingin, berkasiat sebagai pereda demam
(antipiretik), obat sakit gigi, penghilang nyeri (analgesik), anti-radang, penawar racun
(antitoksik), peluruh kentut (karminatif, membuyarkan bekuan darah, pereda kejang
(antikonvulsan), peluruh haid (emenagog), abortivum, pembersih darah, stimulan pada
sistem saraf dan kandungan (uterus), antelmentik.
Seluruh herba dapat digunakan baik dalam bentuk segar atau yang telah
dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan cara dijemur memakai naungan.: Herba ini
dapat mengatasi: – demam, influenza, – batuk, radang paru, – kejang pada anak, ayan
(epilepsi), – kecikutan (singgultus, hiccup), kolik, – histeri (hysteria), – menghilangkan
nyeri, seperti nyeri ulu hati, dada, dan hernia, – hepatitis, – haid tidak teratur, tidak datang
haid (amenorrhoea), – ekzema pada anak, bisul, radang kulit bernanah, – memar akibat
terbentur benda keras, – gigitan ularberbisa dan serangga, – keracunan obat atau racun lain
yang mematikan, – radang vena (flebitis), pelebaran pembuluh darah balik (vena varikosa),
dan – cacingan.
9
5. Penggunaan Secara Tradisional
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tanaman ini dipercaya sejak lama
mempunyai berbagai khasiat dalam menyembuhkan penyakit. Salah satu bagian yang
paling banyak digunakan adalah daunnya.
Contoh cara penggunaannya adalah : herba sebanyak 10 – 15 g direbus, lalu minum.
Untuk pemakaian luar, herba segar digiling atau ditemas-remas, lalu dibubuhkan pada
bagian tubuh yang sakit seperti pengobatan pada sakit kepala, kejang pada anak, ketombe,
gudig, sakit telinga, sakit gigi, bisul, memar, dan rematik.
Oleh karena herba ini rasanya pedas maka pemakaian lokal yang terlalu banyak dapat
menyebabkan warna kulit menjadi merah, membengkak, dan kadang timbul lepuh (buila).
Minyak asirinya juga dapat digunakan sebagai minyak gosok untuk menghilangkan rasa
nyeri pada bagian tubuh yang sakit.
Contoh pemakaian berdasarkan penyakit yang ingin diatasi seperti pada uraian di
bawah ini :
1. Demam Sebanyak 1/2 genggam herba inggu segar dicuci bersih lalu direbus dengan
3 gelas air bersih sampai air rebusannya tersisa 3/4 bagian. Setelah dingin Lalu disaring,
dapat ditambah madu sebelum diminum. Sehari 3 kali, masing-masing 3/4 gelas.
2. Kejang pada anak a. Sebanyak 15 – 20 g daun inggu segar dicuci bersih Lalu
potong- potong seperlunya. Rebus dengan 2 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah
dingin disaring, dibagi untuk 2 kali minum, yaitu pagi dan sore hari. b. Sebanyak 10 lembar
daun inggu dicuci bersih dan digiling sampai halus. Tambahkan cuka seperlunya, remas
sampai merata. Setelah selesai, adonan tadi dipakai untuk mengompres ubun-ubun anak
yang sedang kejang.
3. Nyeri ulu hati : Sebanyak 1 5 g herba inggu segar dicuci dan direbus dengan 3 gelas
air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, Lalu diminum sekaligus.
4. Merangsang haid : Sebanyak 28 g herba inggu kering direbus dengan 3 gelas air
bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, siap untuk dirninum. Setiap kali
minum cukup 1/2 gelas.
5. Kecikukan : Sebanyak 3/5 genggam daun inggu dicuci, Lalu direbus dengan 3 gelas
air bersih sampai airnya menjadi 3/4 bagian. Setelah dingin disaring, siap untuk diminum.
Sehari 3 kali, masing-masing 3/4 gelas. Setiap kali minum dapat ditambah madu
secukupnya.
10
6. Sakit telinga Tiga genggam daun inggu segar dicuci bersih lalu dibilas dengan air
matang. Tumbuk sampai halus, kemudian peras dengan sepotong kain. Air perasannya
diteteskan pada telinga yang sakit.
7. Sakit kepala : Satu genggam daun inggu segar dicuci bersih lalu ditumbuk sampai
lumat. Hasilnya dibagi dua sama banyak, tempelkan pada kedua pelipis.
8. Sakit gigi : Tiga lembar daun inggu segar dicuci bersih Lalu dibilas dengan air
matang. Lumatkan dengan jari sampai lunak. Masukkan ke dalam lubang gigi lalu ditutup
dengan kapas.
9. Ketombe, gudig : Segenggarn daun segar, sepotong kunyit dan 1 sendok teh beras
dicuci bersih Lalu digiling halus sampai seperti bubur. Gosokkan pada kulit kepala atau
kulit yang terkena gudig.
10. Bisul Segenggam daun inggu dicuci bersih lalu digiling halus. Hasil gilingannya
diperas dan air perasannya ini dicampur dengan bubuk indigo. Gunakan untuk memoles
bisul.
11. Hepatitis ; Daun inggu segar sebanyak 1/3 genggam dicuci bersih, Lalu tambahkan
3 gelas air bersih kemudian direbus sampai aimya tersisa separo.
6. Kandungan Kimiawi
Kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman inggu antara lain metil-noniketon,
keton pinena, Ilimonena, ceneol, asam rutinat, kokusaginin, edulinin, rhamno glikosid,
kuersetin, xantotoksin, serta sedikit tannin (Agoes, 2010 :25). Dalam ekstrak etanol
tanaman inggu mengandung psoralen, bergapten dan isopimpinellin (Gunaydin dan Savci,
2005 : 203). Selain itu inggu juga mengandung kumarin kokusagin, fagarin dan glikosida
flavonol rutin (Wagner dan Bladt, 1995 : 126).
Ruta graveolens (Pandey, et al., 2011 : 92) dan Ruta chalapensis diketahui dapat
menghambat beberapa strain bakteri (Priya, et al., 2009 : 28). Kandungan rutin dan
kuersetin pada Ruta graveolens telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri (Asgarpanah
dan Khoskham, 2012 : 3942). Menurut Sabir (2005 : 36) flavonoid mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
11
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
I. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kandungan kimiawi berpotensi dari
daun Inggu.
II. Manfaat Penelitian
a. Ekstrak daun Inggu yang dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk
berbagai macam penyakit.
b. Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan bagi masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kualitas kesehatannya dan industri pada khususnya.
12
BAB IV
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan Oktober 2015 – Januari
2016. Tempat dilaksanakan penelitian yaitu Laboratorium Biologi UNINDRA, dan
Laboratorium Kimia Bahan Alam LIPI - Cibinong.
Langkah dalam penelitian ini mencakup 3 tahapan utama, yaitu:
1. Pembuatan Ekstraksi Daun Inggu
Preparasi Sampel : Daun inggu sebanyak 2 kg dicuci bersih dan ditiriskan, kemudian
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara langsung.
Pengeringan dilanjutkan dengan cara menjemur daun inggu di dalam screen house selama
5 hari tidak terkena sinar matahari secara langsung dengan suhu di ruangan 35°-37°C,
kemudian dihaluskan menggunakan blender sampai terbentuk serbuk. Serbuk daun inggu
ini disebut dengan sampel.
Metode Maserasi : Daun inggu kering dan berbentuk serbuk seberat 700 gr ditempatkan
pada bejana kaca untuk proses maserasi. Maserasi merupakan proses perendaman sampel
dengan pelarut organik, yang digunakan pada suhu ruangan. Proses ini sangat
menguntungkan dalam isolasi bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan
akan terjadi pemecahan dinding dan membrane sel akibat perbedaan tekanan didalam dan
diluar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman
yang digunakan. Serbuk daun inggu direndam dalam 14,7 L etanol 96% sampai simplisia
(bahan alam) terendam semua. Remaserasi dilakukan selama 4 hari sambil sesekali diaduk
kemudian hasilnya disaring dengan kain flannel bersih sehingga didapatkan filtrate etanol.
Filtrate yang diperoleh diuapkan dengan vacuum rotary evaporator dilanjutkan dengan water
bath untuk memperoleh ekstrak kental.
13
2. Identifikasi Senyawa Aktif Pada Daun Inggu (Franswort, 1996 : 225-265)
Uji fitokimia kandungan senyawa aktif dilakukan secara kualitatif. Uji kualitatif
dengan uji reagen dari ekstrak etanol daun inggu dilarutkan dengan sedikit pelarut,
kemudian dilakukan skrining fitokimia yang meliputi :
a. Uji Alkaloid
Sebanyak 0,5 g fraksi aktif ditambah 5 ml asam klorida 10 %, dikocok, dan ditambah 5
ml larutan amoniak 10 %. Diekstraksi dengan kloroform dan diuapkan. Residu sisa
penguapan ditambah 1,5 ml asam klorida 2% dan dibagi dalam dua tabung. Tabung
pertama ditambahkan 2-3 tetes pereaksi Mayer, Jika terbentuk endapan putih
kekuningan menunjukkan adanya alkaloid. Tabung kedua ditambah 2-3 tetes pereaksi
Dragendorff, jika terbentuk endapan merah bata menunjukkan adanya alkaloid.
b. Uji Steroid
Ekstrak etil asetat dimaserasi dengan beberapa mL eter lalu dipindahkan ke dalam
dropple plate untuk diuji dengan pereaksi Liebermann Bouchard (2 tetes asam asetat
anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat). Residu yang tidak larut dalam eter selanjutnya
dihidrolisis dengan HCl 2N di atas penangas air kemudian dilarutkan dalam eter dan
diuji kembali dengan pereaksi Liebermann Bouchard. Terbentuknya warna biru atau
hijau menunjukkan adanya steroid dan warna merah adanya terpen.
c. Uji flavonoid, saponin, tanin, dan kuinon
Sebanyak 0,5 g fraksi aktif dilarutkan dalam 10 ml air dan dipanaskan diatas penangas
air kemudian larutan tersebut dibagi kedalam empat tabung:
Tabung pertama: Sebanyak lebih kurang 100 mg serbuk magnesium dimasukkan
kedalam tabung pertama lalu ditambah 1 ml asam klorida pekat dan 3 ml amil alkohol,
dikocok kuat dan dibiarkan memisah. Warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil
alkohol menunjukkan adanya flavonoid.
Tabung kedua: Tabung kedua dikocok secara vertikal selama 10 detik, maka akan
terbentuk busa stabil, dibiarkan selama 10 menit, ditambahkan 1 tetes asam klorida 1%,
Jika busa tidak hilang maka menunjukkan adanya saponin.
Tabung ketiga: Tabung ketiga ditambahkan beberapa tetes natrium hidroksida 1 N,
adanya larutan warna merah menunjukkan adanya kuinon.
14
Tabung keempat: Taung keempat ditambahkan beberapa tetes larutan besi (III)
klorida 1%, terbentuknya larutan warna biru tua atau hijau kehitaman menunjukkan
adanya tanin.
15
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel daun Ruta angustifolia (inggu) dalam penelitian ini dipanen dari Kebun
Percobaan Balitro Monako, Lembang, Bandung. Sampel setengah kering sebanyak 1 kg
kemudian dikeringkan lebih lanjut menggunakan oven sampai tekstur daun menjadi serbuk
dan didapat sampel kering sebanyak 700 gr. Kendala yang dijumpai oleh peneliti adalah
susahnya mendapatkan sampel daun yang tersedia dalam jumlah banyak. Hal ini
dikarenakan pada saat pencarian, kondisi alam sedang mengalami kemarau sehingga
sangat sulit mendapatkan tanaman inggu yang siap panen dalam jumlah banyak.
Dari hasil penelitian ini telah berhasil didapat ekstrak pekat hasil maserasi daun
inggu menggunakan pelarut etanol sebanyak lebih kurang 500 mL. Setelah dikeringkan
lebih lanjut, didapat sebanyak 221,81 gr ekstrak. Dari hasil ekstrak pekat ini kemudian
dilakukan analisis kandungan kimiawi (skrining fitokimia ) secara kualitatif. Skrining
fitokimia yang dilakukan meliputi steroid, flavonoid, alkaloid, saponin, tannin, kuinon dan
triterpenoid. Berikut adalah hasil uji kulitatif dari ke 7 senyawa tersebut :
Jenis golongan senyawa Hasil Pengujian
Alkaloid - Steroid +
Triterpenoid -
Flavonoid +
Saponin -
Tanin +
Kuinon +
Tabel 1. Hasil Uji Kualitatif Ekstrak Daun Inggu
Dari ketujuh senyawa yang diuji, dapat dilihat bahwa daun inggu positif
mengandung senyawa steroid, flavonoid, tannin dan kuinon. Sedangkan ketiga senyawa
lainnya yaitu alkaloid, triterpenoid, dan saponin menunjukkan hasil yang negatif.
Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dihasil
reaksi penurunan dari terpena atau skualena. Steroid merupakan kelompok senyawa yang
penting dengan struktur dasar sterana dengan 17 atom karbon dan 4 cincin. Kortikosteroid
seperti prednison, deksametason, dan prednisolon umumnya diresepkan untuk
16
mengurangi peradangan. Kemampuan mereka untuk menekan peradangan telah
membantu dalam pengobatan berbagai kondisi peradangan termasuk rheumatoid arthritis,
PPOK, dan asma (Budisma, 2015).
Flavanoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam pelarut
polar seperti etanol, menthanol, butanol, aseton, dan lain-lain. (Markham,1998). Flavanoid
dalam tumbuhan terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavanoid, Gula yang
terikat pada flavanoid mudah larut dalam air (Harbone,1996). Flavanoid merupakan
golongan terbesar dari senyawa fenol, senyawa fenol mempunyai sifat efektif menghambat
pertumbuhan virus, bakteri dan jamur. Nurachman (2002) menambahkan bahwa senyawa-
senyawa flavanoid umumnya bersifat antioksidan dan banyak yang telah digunakan
sebagai salah satu komponen bahan baku obat-obatan. Senyawa flavanoid dan turunanya
memilki dua fungsi fisiologi tertentu, yaitu sebagai bahan kimia untuk mengatasi serangan
penyakit (sebagai antimikroba) dan anti virus bagi tanaman. Ditambahkan oleh De Padua,
et al., (1999) bahwa flavanoid mempunyai bermacam-macam efek yaitu, efek anti tumor,
anti HIV, immunostimulant, analgesik, antiradang, antifungal, antidiare, antihepatotoksik,
antihiperglikemik dan sebagai vasolidator.
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloid
mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen,
biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid sering bersifat racun
bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi
digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya terwarna, sering kali
bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan
(misalnya nikotina) pada suhu kamar (Harbone,1987). Alkaloid memiliki kemampuan
sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu komponen
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk
secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson, 1995)
Tanin merupakan golongan senyawa aktif tumbuhan yang bersifat fenol,
mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Secara kimia tanin
dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi atau tanin katekin dan tanin
terhidrolisis (Robinson,1995). Tanin terkondensasi terdapat dalam paku-pakuan,
gimnospermae dan angiospermae, terutama pada jenis tumbuh-tumbuhan berkayu. Tanin
terhidrolisis penyebaranya terbatas pada tumbuhan berkeping dua (Harbone, 1984) Tanin
memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar mekanismenya adalah dengan merusak
membran sel bakteri, senyawa astringent tanin dapat menginduksi pembentukan ikatan
17
senyawa kompleks terhadap enzim atau substrat mikroba dan pembentukan suatu ikatan
kompleks tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri.
(Akiyama, et al., 2001). Ajizah, (2004) menjelaskan, aktivitas antibakteri senyawa tanin
adalah dengan cara mengkerutkan dinding sel atau membran sel, sehingga mengganggu
permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat
melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhanya terhambat atau bahkan mati.
Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti
kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi
dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon. Warna pigmen kuinon di alam beragam, mulai
dari kuning pucat sampai ke hampir hitam, dan struktur yang telah dikenal jumlahnya
lebih dari 450. Untuk tujuan identifikasi kuinon dapat dibagi menjadi empat kelompok:
benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid. Senyawa kuinon yang
terdapat sebagai glikosida larut sedikit dalam air, tetapi umumnya kuinon lebih mudah
larut dalam lemak dan akan terekstraksi dari ekstrak tumbuhan kasar bersama-sama
dengan karotenoid dan klorofil. Senyawa antrakuinon dan kuinon mempunyai kemampuan
sebagai anti biotik dan penghilang rasa sakit serta merangsang pertumbuhan sel baru pada
kulit (Kristiana, 2008).
Dari pembahasan diatas dapat dilihat bahwa daun inggu terbukti mengandung
senyawa-senyawa kimia yang potensial digunakan sebagai obat-obatan. Penelitian
lanjutan untuk membuktikan dan mendukung hasil penelitian ini sangat diperlukan guna
mengembangkan daun inggu sebagai bahan obat yang aman dan efektif.
18
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
I. Simpulan
Ekstrak daun Ruta angustifolia positif mengandung steroid, flavonoid, tannin dan
kuinon yang potensial digunakan sebagai bahan dasar obat-obatan.
II. Saran
Perlunya dilakukan serangkaian penelitian lanjutan untuk mempertegas khasiat dan
menentukan dosis aman bagi tanaman Ruta angustifolia sebagai obat-obatan alami.
19
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A. 2010. Tanaman obat Indonesia, Buku 3, 25-26. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Akiyama, H. F., K. Iwatsuki, T. 2001. Antibacterial Action Of Several Tennis Agains
Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrobial Chemoterapy. Vol. 48: 487-91.
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella Typhimurium Terhadap Ekstrak Daun Psidium
Guajava L. Bioscientie, VOL 1 NO.1: 31-8 Bernasconi,G.1995. Teknologi kimia I.
Penerjemah; Handojo.L,Jakarta: PT.Prandya Paramitha.
Asgarpanah, J. and Khoshkam, R. 2012. Phytochemistry and pharmacological properties of
Ruta graveolens L., Journal of Medicinal Plants Research, Vol 6(23), 3942-3949.
Anonim. 2007. Pasar Biofarmaka : Agrofarmasi (Bagian 2).
file:///G:/Pustaka%20TO/bahan%20baku%20%C2%AB%20Pharmacy%20Business%3
b %20An%20Overview%20of%20Healthcare %20Industry.htm. 4 Nopember 2009.
Anonim. 1986.Medicinal Herb Indexs. P.T. Eisai Indonesia. 348p.
De padua. 1999. Senyawa Kimia. Http://www.tempo.co.id/medica/arsip/122002/art-3.htm
Franswort, N. R. 1996. Biological and Phytochemical Screenings of Plant. J. Pharm. Sci., 55
(3): 225-265.
Gunaydin, K. and Savchi, S. 2005. Phytochemical Studies on Ruta Chalapensis (Lam.)
Lamarck, Natural Product Research, Vol 19, No 3, 203-210.
Harborne, J.B.1996. Metode Fitokimia.Bandung:Institut Teknologi Bandung.
Karmawati, E., D.S. Effendi dan P. Wahid. 1996. Potensi, peluang dan kendala pengembangan
19edic19 asp19y tanaman obat. Dalam : Prosiding Forum Konsultasi Strategi dan
Koordinasi Pengembangan Agroindustri Tanaman Obat. Bogor, 28-29 Nopember 1996. Hlm :
23-37.
Kemala, S; Sudiarto, E. R.Pribadi, JT. Yuhono, M. Yusron, L. Mauludi, M. Raharjo, B.
Waskito, dan H. Nurhayati 2003. Studi Serapan, Pasokan dan Pemanfaatan Tanaman
Obat di Indonesia. Laporan teknis penelitian Bagian Proyek Penelitian Tanaman Rempah
dan Obat APBN 2003. 61 hlm.
Kristiana, Maryani, Herti. (2008). Khasiat dan Manfaat Rosela. Jakarta: PT Agro Media
Pustaka.
Markham, K.R.1998. Cara mengidentifikasi flavanoid. Bandung: penerbit ITB.
Nurachman, Z. 2002. Artoindonesianin Untuk Antitumor.http.www.chem-istrri.
20
Pandey, P., Mehta, A., Hajra, S. 2011. Evaluation of antimicrobial activity of ruta graveolens
stem extracts by disc diffusion method, Journal of Phytology, 3(3), 92-95.
Pribadi, E.R. dan M. Rahardjo. 2008. Efisiensi pemupukan NPK pada temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb.). Jurnal Littri. 14 (4) : 162-170.
Pribadi, E.R. 2009. Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta Arah Penelitian
dan Pengembangannya. Perspektif Vol. 8 No. 1 / Juni 2009. Hlm 52 – 64.
Priya, P.S., Sasikumar, J.M., Gowsigan, G. 2009. Antibacterial activity of methanol extract of
ruta chalapensis (L), quercus infectoria (Oliver) and canthium parviflorum (Lam),
Ancient Science of Life, 29(2), 28-31.
Robinson, T. 1991.Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, diterjemahkanoleh Prof.
Dr. Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB: Bandung.
Sabir, A. 2005. Aktivitas antibakteri flavonoid propolis 20 edic 20 asp terhadap bakteri
Streptococcus mutans, Majalah Kedokteran Gigi, Vol.36, No.3.
Sampurno. 2007. Jamu dan obat tradisional cina dalam perspektif 20edic dan bisnis. Makalah
pada Seminar Nasional Jamu dan Obat Tradisional Cina Dalam Realitas Medik dan
Prospek Bisnis, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta 20 Mei
2007. http://strategicmanage. Com/?p=18.
Sinaga, E. 2009. Mengenal dan Memanfaatkan Tumbuhan Obat untuk Pemeliharaan
Kesehatan Sehari-Hari. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat Universitas
Nasional.Jakarta
Sofowora. 1982. Medicinal Plant and Traditional Medicine in Africa.
http://www.mapbd.com/wmp.htm
Sudiarto, E.R Pribadi, M. Rahardjo, H. Nurhayati, Rosita SMD, and M. Yusron. 2002.
Strengthening farmer-industry linkage for sustainable utilization of medicinal plant
resources. Paper presented in International Conference on The Modernization of
Traditional Chinese Medicine, Chengdu, China, 3-5 November 2002.
Wagner, H. & Bladt, S. 1955. Plant drug analisis, a thin layer chromatography Atlas, Second
Edition, 126,129,144, Springer, Munich.
21
Lampiran 1
BIODATA KETUA PENELITI
A. Identitas Diri
1 Nama lengkap Shafa Noer, M.Si
2 Jenis Kelamin P
3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
4 NIK -
5 NIDN 0321038603
6 Tempat dan Tanggal Lahir Jakarta, 21 Maret 1986
7 E-mail [email protected]
8 Nomer telepon 081314947055
9 Alamat Kantor Jl. Raya Condet, Gg. H.M.Izi no 67, rt/rw 015/005,
JakTim
10 Lulusan yang Telah
dihasilkan
-
11 Mata Kuliah yang Diampu Biologi Terapan, Biologi Umum, Parasitolog, Anatomi
Tumbuhan
B. Riwayat Pendidikan
S1 S2
Nama Perguruan
Tinggi
Universitas Nasional Universitas Indonesia
Bidang Ilmu Biologi Industri Kimia-Bioteknologi
Tahun Masuk-Lulus 2004-2008 2009-2011
Judul Skripsi/Tesis Seleksi Bakteri Penghasil
Enzim Xilanase
Alkalotermofilik
Kloning Gen Xilanase
Alkalotermofilik pada E.coli dan
Karakterisasi Produk Gennya
Nama Pembimbing 1. Yulneriwarni, M.Si
2. Dr. Trismilah
1. Dr. Endang Saepudin
2. Dr. Is Helianti
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jumlah
1 2014 Pemanfaatan Kulit Durian Sebagai
Adsorben Biodegradable Limbah
Domestik Cair
DIPA
Unindra
Rp 2.500.000,00
2 2013-
2014
Efektifitas Pelatihan Insert-CT (In-
Sevice Training For Chemistry
Teachers) Terhadap Guru-Guru
Kimia di Jakarta Timur
Mandiri -
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jumlah
2015 Sosialisasi dan Pelatihan Pembuatan
Susu Fermentasi Yogurt Untuk
DIPA
UNINDRA
Rp. 1.700.000,00
22
Peningkatkan Kualitas Kesehatan dan
Keterampilan Masyarakat Kelurahan
Kalisari Jakarta Timur
2014 Sosialisasi dan Pelatihan Pembuatan
Susu Fermentasi Yogurt Untuk
Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan
Keterampilan Masyarakat Kelurahan
Marunda Jakarta Utara
DIPA
UNINDRA
Rp. 1.700.000,00
2013 Kegiatan Optimalisasi Kompetensi
Guru Kimia Sma Di Jakarta Timur
Melalui INSERT-CT (In-Service
Training For Chemistry Teachers)
Dengan Pemanfaatan Software
Chemoffice Sebagai Media
Pembelajaran
DIPA
UNINDRA
Rp. 1.700.000,00
E. Publikasi artikel ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul Penelitian Nama Jurnal Volume
1 Farmakogenetik : Paradigma Baru Dalam Terapi FARMASAINS Vol 2 No.3,
April 2014
2 Kegiatan Optimalisasi Kompetensi Guru Kimia Sma Di
Jakarta Timur Melalui INSERT-CT (In-Service
Training For Chemistry Teachers) Dengan
Pemanfaatan Software Chemoffice Sebagai Media
Pembelajaran
UNINDRA Dalam proses
3 The Applicaton of DNA Recombinant Technology on
Production of Xylanase Enzyme Which Will Be
Applied in Pulp and Paper Industries
Prosiding 2011-
Balai Besar
Pulp dan Kertas
F. Pemakalah Seminar (Oral Presentatition) dalam 5 Tahun Terakhir
No Nama Pertemuan Judul Waktu dan
Tempat
Abdimas Pembuatan
Yogurt
Kegunaan dan Kreasi Yogurt Rumahan
Pelatihan Pembuatan
Yogurt
Manfaat Susu Fermentasi bagi Kesehatan 22 Juni 2014,
Kelurahan
Marunda Baru
JakUt
2 Pelatihan Software
ChemOffice
Cara Penggunaan Software ChemOffice
dalam Kegiatan Belajar Mengajar
5 September
2013, Aula
SMAN 48
Jakarta Timur
3 Seminar Dosen Unindra Mewaspadai Ancaman Bioterorisme 25 Oktober
2013, Aula
Sasana Krida
Unindra
23
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hokum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup dikenai sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan hibah IbM.
Jakarta, 1 Februari 2016
Ketua Peneliti
Shafa Noer, M.Si
24
Lampiran 2
BIODATA ANGGOTA PENELITIAN
A. Identitas Diri
1 Nama lengkap Rosa Dewi Pratiwi, M.Pd
2 Jenis Kelamin P
3 Jabatan Fungsional Staff Pengajar
4 NIK -
5 NIDN 0311068802
6 Tempat dan Tanggal Lahir Surabaya, 11 Juni 1988
7 E-mail [email protected]
8 Nomer telepon 081392152537/ 085725170562
9 Alamat Kantor Jl. Raya Tengah, Kelurahan Gedong, Pasar Rebo,
Jakarta Timur
10 Lulusan yang Telah
dihasilkan
-
11 Mata Kuliah yang Diampu Kimia Dasar, Fisiologi Tumbuhan dan Biokimia
B. Riwayat Pendidikan
S1 S2
Nama Perguruan
Tinggi
Universitas Sebelas Maret Universitas Sebelas Maret
Bidang Ilmu Pendidikan Kimia Pendidikan Sains-Kimia
Tahun Masuk-Lulus 2006-2010 2011-2012
Nama Pembimbing Drs. Haryono, M.Pd Prof. Dr. Ashadi
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jumlah
1 2013 Pengaruh Pembelajaran Constructive
Controversy (CC) dan Modified Free
Inquiry (MFI) Terhadap prestasi dan
Higher Order Thinking Skills
Ditinjau dari Kemampuan Analisis
Mahasiswa
DIPA
UNINDRA
Rp. 2.300.000,00
2 2009 Modifikasi Montmorilonit Boyolali
dengan Surfaktan Amina Tersier
sebagai Adsorben Kinerja Tingkat
Tinggi
DIKTI Rp. 7.000.000,00
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jumlah
1 2013 Kegiatan Optimalisasi Kompetensi
Guru Kimia Sma Di Jakarta Timur
Melalui INSERT-CT (In-Service
Training For Chemistry Teachers)
Dengan Pemanfaatan Software
DIPA
UNINDRA
Rp.
1.700.000,00
25
Chemoffice Sebagai Media
Pembelajaran
2 2009 Pemberdayaan Perempuan
Kecamatan Jebres dalam
memanfaatkan Minyak Jelantah
sebagai Soufenir Cantik
DIKTI Rp.
7.000.000,00
3 2009 Penyuluhan Pemanfaatan Limbah
Udang Menjadi Chitosan Sebagai
Pengawet Makanan Alami di
Kelurahan Pucangsawit
DIKTI Rp.
7.000.000,00
E. Publikasi artikel ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul Penelitian Nama Jurnal Volume
1 Kegiatan Optimalisasi Kompetensi Guru Kimia Sma Di
Jakarta Timur Melalui INSERT-CT (In-Service
Training For Chemistry Teachers) Dengan Pemanfaatan
Software Chemoffice Sebagai Media Pembelajaran
2 Modifikasi Montmorilonit Boyolali dengan Surfaktan
Amina Tersier sebagai Adsorben Kinerja Tingkat Tinggi
3 Penerapan Pembelajaran Kooperatif TGT (Teams
Games Tournaments) Berbantuan Media Flash
Dilengkapi LKS untuk Meningkatkan Kualitas Belajar
Hidrokarbon Siswa Kelas X.7 SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta
Tahun Ajaran 2009/2010
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentatition) dalam 5 Tahun Terakhir
No Nama Pertemuan Ilmiah Judul artikel ilmiah Waktu dan
Tempat
1 Seminar Kegiatan Optimalisasi Kompetensi Guru
Kimia Sma Di Jakarta Timur Melalui
INSERT-CT (In-Service Training For
Chemistry Teachers) Dengan Pemanfaatan
Software Chemoffice Sebagai Media
Pembelajaran
UNINDRA,
14
Desember
2014
2 Seminar Nasional Pendidikan
Sains 2012
Penerapan Pembelajaran Kimia
Menggunakan Metode Free Inquiry dan
Constructive Controversy Ditinjau dari
Kemampuan Awal dan Berpikir Analisis
Siswa
Universitas
Sebelas
Maret, 3
November
2012
3 Seminar Nasional Pendidikan
Sains 2011
Penerapan Pembelajaran Kooperatif TGT
(Teams Games Tournaments) Berbantuan
Media Flash Dilengkapi LKS untuk
Meningkatkan Kualitas Belajar
Hidrokarbon Siswa Kelas x.7 SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta
Universitas
Sebelas
Maret, 5
November
2011
26
Tahun Ajaran 2009/2010
3 Seminar Nasional Lingkungan
Hidup
Modifikasi Montmorilonit Boyolali dengan
Surfaktan Amina Tersier sebagai Adsorben
Kinerja Tingkat Tinggi
UNISRI
Surakarta, 9
Juni 2010
G. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan
Tahun
1 Piagam Penghargaan Lulusan Terbaik UNS 2012
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hokum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup dikenai sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan hibah IbM.
Jakarta, 1 Februari 2016
Peneliti
Rosa Dewi Pratiwi, M.Pd
27
Lampiran 3. Publikasi Jurnal
UJI KUALITATIF FITOKIMIA DAUN RUTA ANGUSTIFOLIA
Shafa Noer1), Rosa Dewi Pratiwi2)
Program Studi Pendidikan Biologi, FTMIPA
Universitas Indraprasta PGRI
Abstrak. Masyarakat Indonesia sudah sejak ratusan tahun yang lalu memiliki tradisi
memanfaatkan tumbuhan dari lingkungan sekitarnya sebagai obat tradisional. Sejak lebih
dari dua puluh tahun yang lalu masyarakat dunia, tidak saja di negara-negara Timur
melainkan juga di negara-negara Barat, mulai menoleh kembali dan tertarik untuk
menggunakan obat-obat alam, yang kita kenal sebagai gerakan kembali ke alam atau back
to nature. Tanaman Ruta angustifolia atau yang biasa disebut dengan tanaman Inggu telah
lama dipercaya dan digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat untuk berbagai
macam penyakit. Organ utama yang paling banyak digunakan sebagai obat tradisional
adalah daunnya. Penyakit yang dipercaya dapat diatasi dengan ramuan daun Inggu
meliputi penyakit gigi, demam, kejang pada anak, nyeri ulu hati, merangsang haid,
kecekukan, sakit kepala dan bisul. Dalam penelitian ini penulis ingin membuktikan apakah
benar daun inggu mempunyai beberapa kandungan senyawa kimia yang potensial
digunakan sebagai obat. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan melalui skrining
fitokimia ternyata terdapat beberapa metabolit sekunder hasil ekstrak daun inggu yaitu
steroid, flavonoid, tannin, dan kuinon. Keempat senyawa tersebut adalah metabolit
sekunder yang berpotensial sebagai bahan baku obat.
Kata kunci : Ruta angustifolia , fitokimia, obat.
Abstrack. Indonesian Society already since hundreds of years ago had a tradition of
utilizing plants from the surrounding environment as a traditional medicine. Since more
than twenty years ago the world community, not just in Eastern countries but also in
Western countries, began to look back and keen to use drugs of nature, which we know as
movement Back to Nature or Back to Nature. Ruta angustifolia plant or commonly called
the Inggu plant has long been trusted and used by the people of Indonesia as a remedy for
various diseases. The main organs of the most widely used as a traditional medicine are
the leaves. Diseases that are believed to be overcome with a mixture of leaves inggu
include dental disease, fever, convulsions in children, heartburn, stimulates menstruation,
headaches and ulcers. In this study, researchers wanted to prove it leaves inggu have some
chemical compounds are of potential use as drugs. Thus, the results was expected to be
able to explain scientifically the natural benefits of leaf inggu and its relation to treatment
of several diseases. From the research that has been done through phytochemical screening turns
out there were some secondary metabolites inggu leaf extract that are steroids, flavonoids, tannins,
and quinones. Fourth compounds are secondary metabolites of potential if used as a medicine
precursors.
Key Words : Ruta angustifolia, phytochemical, drugs.
28
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversity dengan keanekragaman
hayati tertinggi ke-2 setelah Brazilia. Dari 40.000 jenis flora yang ada di dunia, sebanyak
30.000 jenis dijumpai di Indonesia dan tidak kurang dari 1000 jenis diantaranya diketahui
berkhasiat sebagai obat yang telah dipergunakan dalam pengobatan tradisional secara
turun temurun oleh berbagai suku di Indonesia.
Masyarakat Indonesia sudah sejak ratusan tahun yang lalu memiliki tradisi
memanfaatkan tumbuhan dari lingkungan sekitarnya sebagai obat tradisional. Sejak lebih
dari dua puluh tahun yang lalu masyarakat dunia, tidak saja di negara-negara Timur
melainkan juga di negara-negara Barat, mulai menoleh kembali dan tertarik untuk
menggunakan obat-obat alam, yang kita kenal sebagai gerakan Kembali ke Alam atau
Back to Nature.
Adanya kecenderungan pola hidup Back to Nature ini dipicu oleh keyakinan
bahwa mengkonsumsi obat alami relatif lebih aman dibanding dengan obat sintetik yang
memiliki banyak efek samping negatif. Itu sebabnya industri obat tradisional, baik di luar
negeri maupun di Indonesia makin meningkat jumlah dan pasarnya. Sayangnya
industrialisasi obat-obat alam menyebabkan harga obat alam semakin meningkat,
sehingga saat ini banyak obat tradisional alami yang harganya tidak kurang mahal
dibandingkan dengan obat-obat konvensional sintetis.
Untuk mensiasatinya, salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah
memberdayakan masyrakat agar dapat mengolah obat tradisional alaminya secara mandiri,
mulai menanam tumbuhan obatnya sampai mengolahnya menjadi ramuan obat siap pakai
dalam bentuk sederhana. Ramuan obat yang diolah segar tentu saja memiliki khasiat lebih
baik dibandingkan dengan yang sudah disimpan lama. Strategi ini tidak saja akan
berdampak pada semakin terjangkaunya biaya pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat
di segala lapisan, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan
keluarga. Atau dalam skala lebih besar dapat dimanfaatkan secara kolektif untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat di suatu daerah tertentu secara bersama-sama
(Sinaga, 2009 : 1).
Tanaman Ruta angustifolia atau yang biasa disebut dengan tanaman Inggu telah
lama dipercaya dan digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat untuk berbagai
macam penyakit. Organ utama yang paling banyak digunakan sebagai obat tradisional
29
adalah daunnya. Cara pengolahan daun sebelum menjadi ramuan obat berbagai macam,
namun yang paling sederhana adalah menggunakan daun langsung dengan
menghancurkannya dan menempelkan pada tempat yang sakit. Atau cara lain adalah
dengan merebus beberapa helai daun inggu sampai air menjadi setengahnya lalu diminum
secara rutin. Penyakit yang dipercaya dapat diatasi dengan ramuan daun inngu meliputi
penyakit gigi, semam, kejang pada anak, nyeri ulu hati, merangsang haid, kecekukan, sakit
kepala dan bisul.
Dalam penelitian ini peneliti ingin membuktikan beberapa kandungan senyawa
kimiawi dalam daun inggu yang potensial digunakan sebagai obat. Dengan demikian, hasil
penelitian diharapkan bisa menjelaskan secara ilmiah manfaat alami dari daun inggu
beserta hubungannya dengan pengobatan beberapa penyakit. Penelitian ini diharapkan
bisa menjadi dasar diadakannya penelitian lanjutan tentang potensi daun inggu bagi
kesehatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Ciri-ciri Fisik Tanaman Ruta angustifolia
Tanaman ini memiliki ciri : Herba bertahun,lebat di dasarnya, tinggi 0,3-1,5 m;
daun menyusun susunan spiral, 2-3-bertakuk menyirip, membundar telur sungsang,
lonjong-bundar telur sungsang di barisan luar, 4-15 cm x 2-9 cm, ruas pokok bundar telur
sungsang-melanset sampai agak lonjong sekitar 8-14 mm x 1,5-3,5 mm, beringgitan,
kelenjar tembus pandang, berbau kuat, daun di bagian bawah bertangkai pendek;
perbungaan terbatas, terminal atau di helaian bagian atas ketiak, sering mengkombinasi ke
dalam gundung, daun gagang melanset, kurang luas atau tidak luas dari pada dahan yang
tersubten, kelenjar biasanya berbulu halus; bunga 4(-5)-merous, daun kelopak mendelta-
bundar telur, 2-3 mm x 1-2 mm, meruncing terbenam (subacute), kelenjar berbulu halus,
daun mahkota lonjong, panjang 7-10 mm , berjumbai dengan bulu getar selebar daun
mahkota; kapsul gundul, ruas melancip. Di Asia Tenggara hanya dikenal untuk dikultivasi.
Klasifikasi
Klasifikasi tanaman ini meliputi :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
30
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae (suku jeruk-jerukan)
Genus : Ruta
Spesies : Ruta angustifolia (L.) Pers
Nama Lokal dan Penyebaran
Nama lokal tanaman ini adalah : Inggu (Sunda), godong minggu (Jawa). aruda
(Sumatera).; Anruda busu (Makasar).; Raute (Jerman), ruta (Italia), wijnruit (Belanda),;
Common rue herb, rue, herb of grace (Inggris).
Penyebaran Ruta angustifolia asli dari wilayah Mediterania, digunakan sebagai
obat-obatan dan bumbu masak sejak jaman dahulu. Telah diperkenalkan di Near East dan
India; di Asia tenggara tanaman ini dikultivasi sebagai tanaman pot di Malaysia, dan di
Vietnam dan Jawa, biasanya digunakan sebagai obat tradisional.
Manfaat
Tanaman ini rasanya pedas, agak pahit, dingin, berkasiat sebagai pereda demam
(antipiretik), obat sakit gigi, penghilang nyeri (analgesik), anti-radang, penawar racun
(antitoksik), peluruh kentut (karminatif, membuyarkan bekuan darah, pereda kejang
(antikonvulsan), peluruh haid (emenagog), abortivum, pembersih darah, stimulan pada
sistem saraf dan kandungan (uterus), antelmentik.
Seluruh herba dapat digunakan baik dalam bentuk segar atau yang telah
dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan cara dijemur memakai naungan.: Herba ini
dapat mengatasi: – demam, influenza, – batuk, radang paru, – kejang pada anak, ayan
(epilepsi), – kecikutan (singgultus, hiccup), kolik, – histeri (hysteria), – menghilangkan
nyeri, seperti nyeri ulu hati, dada, dan hernia, – hepatitis, – haid tidak teratur, tidak datang
haid (amenorrhoea), – ekzema pada anak, bisul, radang kulit bernanah, – memar akibat
terbentur benda keras, – gigitan ularberbisa dan serangga, – keracunan obat atau racun lain
yang mematikan, – radang vena (flebitis), pelebaran pembuluh darah balik (vena varikosa),
dan – cacingan.
(Hariana Arief, 2013: 126)
31
METODE
Pembuatan Ekstraksi Daun Inggu
Preparasi Sampel : Daun inggu sebanyak 2 kg dicuci bersih dan ditiriskan, kemudian
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara langsung.
Pengeringan dilanjutkan dengan cara menjemur daun inggu di dalam screen house selama 5
hari tidak terkena sinar matahari secara langsung dengan suhu di ruangan 35°-37°C,
kemudian dihaluskan menggunakan blender sampai terbentuk serbuk. Serbuk daun inggu
ini disebut dengan sampel.
Metode Maserasi : Daun inggu kering dan berbentuk serbuk seberat 700 gr ditempatkan
pada bejana kaca untuk proses maserasi. Maserasi merupakan proses perendaman sampel
dengan pelarut organik, yang digunakan pada suhu ruangan. Proses ini sangat
menguntungkan dalam isolasi bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan
akan terjadi pemecahan dinding dan membrane sel akibat perbedaan tekanan didalam dan
diluar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman
yang digunakan. Serbuk daun inggu direndam dalam 14,7 L etanol 96% sampai simplisia
(bahan alam) terendam semua. Remaserasi dilakukan selama 4 hari sambil sesekali diaduk
kemudian hasilnya disaring dengan kain flannel bersih sehingga didapatkan filtrate etanol.
Filtrate yang diperoleh diuapkan dengan vacuum rotary evaporator dilanjutkan dengan water
bath untuk memperoleh ekstrak kental.
Identifikasi Senyawa Aktif Pada Daun Inggu (Franswort, 1996: 225-265)
Uji fitokimia kandungan senyawa aktif dilakukan secara kualitatif. Uji kualitatif dengan uji
reagen dari ekstrak etanol daun inggu dilarutkan dengan sedikit pelarut, kemudian dilakukan
skrining fitokimia yang meliputi :
c. Uji Alkaloid
Sebanyak 0,5 g fraksi aktif ditambah 5 ml asam klorida 10 %, dikocok, dan ditambah 5 ml
larutan amoniak 10 %. Diekstraksi dengan kloroform dan diuapkan. Residu sisa penguapan
ditambah 1,5 ml asam klorida 2% dan dibagi dalam dua tabung. Tabung pertama
ditambahkan 2-3 tetes pereaksi Mayer, Jika terbentuk endapan putih kekuningan
32
menunjukkan adanya alkaloid. Tabung kedua ditambah 2-3 tetes pereaksi Dragendorff, jika
terbentuk endapan merah bata menunjukkan adanya alkaloid.
d. Uji Steroid
Ekstrak etil asetat dimaserasi dengan beberapa mL eter lalu dipindahkan ke dalam dropple
plate untuk diuji dengan pereaksi Liebermann Bouchard (2 tetes asam asetat anhidrat dan 1
tetes asam sulfat pekat). Residu yang tidak larut dalam eter selanjutnya dihidrolisis dengan
HCl 2N di atas penangas air kemudian dilarutkan dalam eter dan diuji kembali dengan
pereaksi Liebermann Bouchard. Terbentuknya warna biru atau hijau menunjukkan adanya
steroid dan warna merah adanya terpen.
e. Uji flavonoid, saponin, tanin, dan kuinon
Sebanyak 0,5 g fraksi aktif dilarutkan dalam 10 ml air dan dipanaskan diatas penangas air
kemudian larutan tersebut dibagi kedalam empat tabung:
Tabung pertama: Sebanyak lebih kurang 100 mg serbuk magnesium dimasukkan kedalam
tabung pertama lalu ditambah 1 ml asam klorida pekat dan 3 ml amil alkohol, dikocok kuat
dan dibiarkan memisah. Warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol
menunjukkan adanya flavonoid.
Tabung kedua: Tabung kedua dikocok secara vertikal selama 10 detik, maka akan terbentuk
busa stabil, dibiarkan selama 10 menit, ditambahkan 1 tetes asam klorida 1%, Jika busa tidak
hilang maka menunjukkan adanya saponin.
Tabung ketiga: Tabung ketiga ditambahkan beberapa tetes natrium hidroksida 1 N, adanya
larutan warna merah menunjukkan adanya kuinon.
Tabung keempat: Tabung keempat ditambahkan beberapa tetes larutan besi (III) klorida 1%,
terbentuknya larutan warna biru tua atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel daun Ruta angustifolia (inggu) dalam penelitian ini dipanen dari Kebun
Percobaan Balitro Monako, Lembang, Bandung. Sampel setengah kering sebanyak 1 kg
kemudian dikeringkan lebih lanjut menggunakan oven sampai tekstur daun menjadi serbuk
dan didapat sampel kering sebanyak 700 gr. Kendala yang dijumpai oleh peneliti adalah
susahnya mendapatkan sampel daun yang tersedia dalam jumlah banyak. Hal ini
dikarenakan pada saat pencarian, kondisi alam sedang mengalami kemarau sehingga
sangat sulit mendapatkan tanaman inggu yang siap panen dalam jumlah banyak.
33
Dari hasil penelitian ini telah berhasil didapat ekstrak pekat hasil maserasi daun
inggu menggunakan pelarut etanol sebanyak lebih kurang 500 mL. Setelah dikeringkan
lebih lanjut, didapat sebanyak 221,81 gr ekstrak. Dari hasil ekstrak pekat ini kemudian
dilakukan analisis kandungan kimiawi (skrining fitokimia ) secara kualitatif. Skrining
fitokimia yang dilakukan meliputi steroid, flavonoid, alkaloid, saponin, tannin, kuinon dan
triterpenoid. Berikut adalah hasil uji kulitatif dari ke 7 senyawa tersebut :
Jenis golongan senyawa Hasil Pengujian
Alkaloid - Steroid +
Triterpenoid -
Flavonoid + Saponin -
Tanin +
Kuinon +
Tabel 1. Hasil Uji Kualitatif Ekstrak Daun Inggu
Dari ketujuh senyawa yang diuji, dapat dilihat bahwa daun inggu positif
mengandung senyawa steroid, flavonoid, tannin dan kuinon. Sedangkan ketiga senyawa
lainnya yaitu alkaloid, triterpenoid, dan saponin menunjukkan hasil yang negatif.
Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dihasil
reaksi penurunan dari terpena atau skualena. Steroid merupakan kelompok senyawa yang
penting dengan struktur dasar sterana dengan 17 atom karbon dan 4 cincin. Kortikosteroid
seperti prednison, deksametason, dan prednisolon umumnya diresepkan untuk
mengurangi peradangan. Kemampuan mereka untuk menekan peradangan telah
membantu dalam pengobatan berbagai kondisi peradangan termasuk rheumatoid arthritis,
PPOK, dan asma (Budisma, 2015).
Flavanoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam pelarut
polar seperti etanol, menthanol, butanol, aseton, dan lain-lain. (Markham,1998). Flavanoid
dalam tumbuhan terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavanoid, Gula yang
terikat pada flavanoid mudah larut dalam air (Harbone,1996). Flavanoid merupakan
golongan terbesar dari senyawa fenol, senyawa fenol mempunyai sifat efektif menghambat
pertumbuhan virus, bakteri dan jamur. Nurachman (2002) menambahkan bahwa senyawa-
senyawa flavanoid umumnya bersifat antioksidan dan banyak yang telah digunakan
sebagai salah satu komponen bahan baku obat-obatan. Senyawa flavanoid dan turunanya
34
memilki dua fungsi fisiologi tertentu, yaitu sebagai bahan kimia untuk mengatasi serangan
penyakit (sebagai antimikroba) dan anti virus bagi tanaman. Ditambahkan oleh De Padua,
et al., (1999) bahwa flavanoid mempunyai bermacam-macam efek yaitu, efek anti tumor,
anti HIV, immunostimulant, analgesik, antiradang, antifungal, antidiare, antihepatotoksik,
antihiperglikemik dan sebagai vasolidator.
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloid
mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen,
biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid sering bersifat racun
bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi
digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya terwarna, sering kali
bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan
(misalnya nikotina) pada suhu kamar (Harbone,1987). Alkaloid memiliki kemampuan
sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu komponen
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk
secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson, 1995)
Tanin merupakan golongan senyawa aktif tumbuhan yang bersifat fenol,
mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Secara kimia tanin
dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi atau tanin katekin dan tanin
terhidrolisis (Robinson,1995). Tanin terkondensasi terdapat dalam paku-pakuan,
gimnospermae dan angiospermae, terutama pada jenis tumbuh-tumbuhan berkayu. Tanin
terhidrolisis penyebaranya terbatas pada tumbuhan berkeping dua (Harbone, 1984) Tanin
memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar mekanismenya adalah dengan merusak
membran sel bakteri, senyawa astringent tanin dapat menginduksi pembentukan ikatan
senyawa kompleks terhadap enzim atau substrat mikroba dan pembentukan suatu ikatan
kompleks tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri.
(Akiyama, et al., 2001). Ajizah, (2004) menjelaskan, aktivitas antibakteri senyawa tanin
adalah dengan cara mengkerutkan dinding sel atau membran sel, sehingga mengganggu
permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat
melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhanya terhambat atau bahkan mati.
Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti
kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi
dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon. Warna pigmen kuinon di alam beragam, mulai
dari kuning pucat sampai ke hampir hitam, dan struktur yang telah dikenal jumlahnya
lebih dari 450. Untuk tujuan identifikasi kuinon dapat dibagi menjadi empat kelompok:
35
benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid. Senyawa kuinon yang
terdapat sebagai glikosida larut sedikit dalam air, tetapi umumnya kuinon lebih mudah
larut dalam lemak dan akan terekstraksi dari ekstrak tumbuhan kasar bersama-sama
dengan karotenoid dan klorofil. Senyawa antrakuinon dan kuinon mempunyai kemampuan
sebagai anti biotik dan penghilang rasa sakit serta merangsang pertumbuhan sel baru pada
kulit (Kristiana, 2008).
Sejalan dengan hasil penelitian yang telah diperoleh, penelitian sebelumnya oleh
Fania (2013) menyatakan bahwa daun inggu mengandung senyawa aktif seperti alkaloid,
kumarin, flavonoid, dan terpenoid setelah diuji dengan KLT. Sedangkan Windy (2013)
menjelaskan bahwa ekstrak daun inggu mengandung metabolit sekunder yaitu
triterpenoid, flavonoid, saponin, tannin, polifenol dan alkaloid. Ekstrak daun inggu yang
dihasilkan ternyata memiliki aktivitas terhadap bakteri Eschericia coli. Dari uraian diatas
menunjukkan adanya kesamaan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dengan
penelitian sebelumnya yaitu ekstrak daun inggu memiliki senyawa aktif seperti flavonoid,
tanin, kuinon dan steroid yang berpotensial sebagai bahan baku obat.
Dari pembahasan diatas dapat dilihat bahwa daun inggu terbukti mengandung
senyawa-senyawa kimia yang potensial digunakan sebagai obat-obatan. Penelitian
lanjutan untuk membuktikan dan mendukung hasil penelitian ini sangat diperlukan guna
mengembangkan daun inggu sebagai bahan obat yang aman dan efektif.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak daun Ruta angustifolia positif mengandung steroid, flavonoid, tannin dan kuinon
yang potensial digunakan sebagai bahan baku obat-obatan.
Saran
Perlunya dilakukan serangkaian penelitian lanjutan untuk mempertegas khasiat dan
menentukan dosis aman bagi tanaman Ruta angustifolia sebagai obat-obatan alami.
DAFTAR PUSTAKA
Akiyama, H. F., K. Iwatsuki, T. 2001. Antibacterial Action Of Several Tennis Agains
Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrobial Chemoterapy. Vol. 48: 487-91.
36
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella Typhimurium Terhadap Ekstrak Daun
Psidium Guajava L. Bioscientie. Vol. 1 NO.1: 31-8.
Arief Hariana. 2013. 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Bernasconi, G.1995. Teknologi kimia I. Penerjemah; Handojo. L. Jakarta: PT. Prandya
Paramitha.
Budisma. 2015. Jenis-Jenis Steroid dan Fungsinya. Diakses tanggal 2 Februari.
http://budisma.net/2015/02/jenis-jenis-steroid-dan-fungsinya.html.
De padua. 1999. Senyawa Kimia. Diakses tanggal 2 Februari. http://www.tempo.co.id/medica/arsip/122002/art-3.htm.
Fania Putri Luhurningtyas. 2013. Aktivitas Larvasida Fraksi Non Polar Ekstrak Etanol
Daun Inggu Terhadap Larva Nyamuk Anopheles aconitus dan Anopheles maculatus
Beserta Profil Kromatografinya. Surakarta: UMS press. Diakses tanggal 20 Desember 2015.
http://repository.ums.ac.id
Franswort, N. R. 1996. Biological and Phytochemical Screenings of Plant. Journal of
Pharmacy Science. Vol: 55 (3): 225-265.
Harborne, J.B.1996. Metode Fitokimia. Bandung: ITB press.
Kristiana, Maryani, dan Herti. 2008. Khasiat dan Manfaat Rosela. Jakarta: PT Agro Media
Pustaka.
Markham, K.R.1998. Cara Mengidentifikasi Flavanoid. Bandung: ITB press.
Nurachman, Z. 2002. Artoindonesianin Untuk Antitumor.http.www.chem-istrri.
Robinson, T. 1991.Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, diterjemahkan oleh
Prof. Dr. Kosasih Padmawinata. Bandung: ITB Press.
Sinaga, E. 2009. Mengenal dan Memanfaatkan Tumbuhan Obat untuk Pemeliharaan
Kesehatan Sehari-Hari. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat
Universitas Nasional.Jakarta
Windy. 2013. The Antibacterial Activities Of The Extraxts Isolated From The Aruda
Leaf (Ruta Angustifolia) Digested In Polar Semipolar Dan Nonpolar Solvent. Journal
of applied chemistry science vol 2. No. 1. Deptartment of chemistry faculty of science
and enginerring Nusa Cendana University.
LAPORAN PENGGUNAAN ANGGARAN DAN LOGBOOK
HIBAH PENELITIAN DIPA UNINDRA
POTENSI TANAMAN TRADISIONAL RUTA ANGUSTIFOLIA SEBAGAI
OBAT-OBATAN ALAMI
Tim Peneliti:
Ketua : Shafa Noer, M.Si
Anggota : Rosa Dewi Pratiwi, M.Pd
Dibiayai oleh: Hibah UNINDRA melalui LPPM Semester Gasal Tahun
Anggaran 2015/2016 Sesuai Nomor Kontrak:
571/KP/LPPM/UNINDRA/X/2015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDRPRASTA PGRI JAKARTA
2016
CATATAN PENGGUNAAN ANGGARAN
PENELITIAN HIBAH UNINDRA
TAHUN 2015/2016
Judul penelitian : Potensi Tanaman Tradisional Ruta angustifolia Sebagai Obat-
Obatan Alami
Ketua Peneliti : Shafa Noer, M.Si
Fakultas : Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jumlah Dana : Rp. 3.539.250
Sisa : Rp. 0
Tanggal Uraian Pengeluaran Saldo
11.11 2015 Pencairan dana dari LPPM UNINDRA - 2.200.000
11.11.2015 Dana Pribadi - 1.339.250
27.11.2015 Pembayaran sampel daun Inggu 1 kg 650.000 2.889.250
29.11.2015 Sewa alat dan laboratorium serta bahan
kimia yang digunakan di LIPI Cibinong
689.250 2.200.000
26.11.2015 Perjalanan ke Manako, Lembang, Bandung
dengan travel
180.000 2.020.000
17.11.2015 Perjalanan PP Pencarian sampel ke Balitro
Bogor
400.000 1.620.000
17.11.2015 Perjalanan PP ke toko tanaman di Kuntum 400.000 1.220.000
2.12.2015 Perjalanan ke LIPI Cibinong mengantarkan
sampel daun Inggu
400.000 820.000
2.01.2016 Pulsa Modem 200.000 620.000
20.1.2016 Print dan Jilid Laporan Kemajuan 200.000 420.000
20.2.2016 Print dan Jilid Laporan Hasil 300.000 120.000
22.2.2016 Print LogBook 20.000 100.000
22.2.2016 Print Dokumen Penelitian
100.000 0
Jakarta, Februari 2016
Bendahara Penelitian Penanggungjawab Kegiatan
Rosa Dewi Pratiwi, M.Pd Shafa Noer, M.Si
LAPORAN PENGGUNAAN ANGGARAN
PENELITIAN HIBAH UNINDRA
TAHUN ANGGARAN 2015/2016
Judul penelitian : Potensi Tanaman Tradisional Ruta angustifolia Sebagai Obat-
Obatan Alami
Ketua Peneliti : Shafa Noer, M.Si
Fakultas : Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jumlah Dana : Rp. 3.539.250
Sisa : Rp. 0
I. Bahan/ Barang Habis Pakai
No Material Justifikasi
Pemakaian
Kuantitas Harga
Satuan
(Rp)
Harga Peralatan
dan Bahan habis
pakai (Rp)
1 Sample
Daun Inggu
Pelaksanaan
Penelitian
1 kg 650.000 650.000
2 Bahan Kimia Penelitian 1 paket
689.250 689.250
3 Materai Keabsahan 2 7.000 14.000
Sub Total 1.353.250
II. Perjalanan
No Nama yang
Bepergian
Tujuan Justifikasi Dana yang
dikeluarkan
1 Shafa Noer Balitro Bogor Mencari sample daun
inggu 250.000
2 Shafa Noer Kuntum Bogor Mencari sample daun
inggu 250.000
3 Rosa Dewi
Pratiwi
Balitro Bogor Mencari sample daun
inggu 200.000
4 Rosa Dewi
Pratiwi
Kuntum Bogor Mencari sample daun
inggu 200.000
5 Rosa Dewi
Pratiwi
Lembang,
Bandung
Mengambil sampel
Daun Inggu di Balitro
Manako, Lembang
500.000
6 Shafa Noer Tanaman Obat
Cipinang
Mengumpulkan
sampel daun inggu 200.000
7 Shafa Noer LIPI Cibinong Konsultasi sreening
fitokimia dengan
Kepala Lab Bahan
Alam
50.000
8 Shafa Noer LIPI Cibinong Mengantarkan sampel
kering daun Inggu 50.000
9 Rosa Dewi
Pratiwi
LIPI Cibinong Konsultasi sreening
fitokimia dengan
Kepala Lab Bahan
Alam
50.000
10 Rosa Dewi
Pratiwi
LIPI Cibinong Mengantarkan sampel
kering daun Inggu 50.000
11 Shafa Noer LIPI Cibinong Mengambil data hasil
screening fitokimia
ekstrak daun Inggu
50.000
Sub Total 1.850.000
III. Lain-Lain
No Materi Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Harga (Rp)
1 Pulsa
Modem
Penggunaan
Internet
2 buah 120.000 240.000
2 Print dan
Jilid
Laporan
Kemajuan
Laporan
Kemajuan
2 eks 10.000 20.000
3 Print dan
Jilid
Laporan
Hasil
Laporan Hasil 5 eks 12.000 60.000
4 Print
LogBook
LogBook 1 eks 1000 1.000
5 Print
Dokumen
Penelitian
Dokumentasi
Penelitian
2 lembar 5.000 10.000
6 Print
Laporan
penggunaan
dana
Laporan 1 eks 2.000 2.000
Sub Total 336.000
IV. Rekapitulasi Penggunaan Dana
No Jenis Jumlah (Rp)
1 Bahan/ Barang Habis Pakai 1.353.250
2 Perjalanan 1.850.000
3 Lain-lain 336.000
Total Biaya 3.539.250
Jakarta, Februari 2016
Mengetahui,
Kepala LPPM UNINDRA, Ketua Peneliti
Drs. H. Achmad Sjamsuri, M.M Shafa Noer, M.Si
NIK: 99140550011 NIDN : 0321038603
NERACA PENGGUNAAN DANA
HIBAH UNINDRA SEMESTER GENAP
TAHUN 2015/2016
Judul penelitian : Potensi Tanaman Tradisional Ruta angustifolia Sebagai Obat-
Obatan Alami
Ketua Peneliti : Shafa Noer, M.Si
Fakultas : Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jumlah Dana : Rp. 3.539.250
Sisa : Rp. 0
Pemasukan Jenis Jumlah (Rp)
Kas 3.539.250
I Bahan/ Barang Habis Pakai 1.353.250
II Perjalanan 1.850.000
III Lain-lain 336.000
Total Biaya 3.539.250
Saldo 0
Jakarta, Februari 2016
Mengetahui,
Kepala LPPM UNINDRA, Ketua Peneliti
Drs. H. Achmad Sjamsuri, M.M Shafa Noer, M.Si
NIK: 99140550011 NIDN : 0321038603
KUITANSI
Nomor : 1
Sudah terima dari : Rosa Dewi Pratiwi
Jumlah uang : Rp. 650.000,00
Untuk pembayaran : Sample daun inggu seberat 1 kg untuk kegiatan penelitian
yang berjudul Potensi Tanaman Tradisional Ruta
angustifolia Sebagai Obat-Obatan Alami.
Jakarta, 27 Oktober 2015
Penanggungjawab Kegiatan/ Ketua Barang sudah diterima dengan baik
Pelaksana Penerima
Shafa Noer, M.Si Rosa Dewi Pratiwi, M.Pd
KUITANSI
Nomor : 2
Sudah terima dari : Rosa Dewi Pratiwi
Jumlah uang : Rp. 689.250
Untuk pembayaran : Sreening fitokimia di LIPI Cibinong untuk kegiatan
penelitian yang berjudul Potensi Tanaman Tradisional Ruta
angustifolia Sebagai Obat-Obatan Alami.
Jakarta, 27 Desember 2015
Penanggungjawab Kegiatan/ Ketua Barang sudah diterima dengan baik
Pelaksana Penerima
Shafa Noer, M.Si Rosa Dewi Pratiwi, M.Pd
KUITANSI
Nomor : 3
Sudah terima dari : Rosa Dewi Pratiwi
Jumlah uang : Rp. 250.000,00
Untuk pembayaran : Perjalanan pencarian sampel daun inggu ke Balitro Bogor
oleh Shafa Noer untuk kegiatan penelitian yang berjudul
Potensi Tanaman Tradisional Ruta angustifolia Sebagai
Obat-Obatan Alami.
Jakarta, 10 Oktober 2015
Penanggungjawab Kegiatan/ Ketua Barang sudah diterima dengan baik
Pelaksana Penerima
Shafa Noer, M.Si Rosa Dewi Pratiwi, M.Pd
KUITANSI
Nomor : 4
Sudah terima dari : Rosa Dewi Pratiwi
Jumlah uang : Rp. 200.000,00
Untuk pembayaran : Perjalanan pencarian sampel daun inggu ke Kuntum Bogor
oleh Shafa Noer untuk kegiatan penelitian yang berjudul
Potensi Tanaman Tradisional Ruta angustifolia Sebagai
Obat-Obatan Alami.
Jakarta, 10 Oktober 2015
Penanggungjawab Kegiatan/ Ketua Barang sudah diterima dengan baik
Pelaksana Penerima
Shafa Noer, M.Si Rosa Dewi Pratiwi, M.Pd
KUITANSI
Nomor : 5
Sudah terima dari : Rosa Dewi Pratiwi
Jumlah uang : Rp. 200.000,00
Untuk pembayaran : Perjalanan pencarian sampel daun inggu ke Tanaman Obat
Cipinang oleh Shafa Noer untuk kegiatan penelitian yang
berjudul Potensi Tanaman Tradisional Ruta angustifolia
Sebagai Obat-Obatan Alami.
Jakarta, 8 Oktober 2015
Penanggungjawab Kegiatan/ Ketua Barang sudah diterima dengan baik
Pelaksana Penerima
Shafa Noer, M.Si Rosa Dewi Pratiwi, M.Pd
KUITANSI
Nomor : 6
Sudah terima dari : Rosa Dewi Pratiwi
Jumlah uang : Rp. 500.000,00
Untuk pembayaran : Pengambilan sampel daun Inggu di Balitro Manako
Lembang Bandung oleh Rosa Dewi Pratiwi untuk kegiatan
penelitian yang berjudul Potensi Tanaman Tradisional Ruta
angustifolia Sebagai Obat-Obatan Alami.
Jakarta, 27 Desember 2015
Penanggungjawab Kegiatan/ Ketua
Pelaksana
Shafa Noer, M.Si
KUITANSI
Nomor : 7
Sudah terima dari : Rosa Dewi Pratiwi
Jumlah uang : Rp. 200.000,00
Untuk pembayaran : Perjalanan pencarian sampel daun inggu ke Balitro Bogor
oleh Rosa Dewi Pratiwi untuk kegiatan penelitian yang
berjudul Potensi Tanaman Tradisional Ruta angustifolia
Sebagai Obat-Obatan Alami.
Jakarta, 30 Oktober 2015
Penanggungjawab Kegiatan/ Ketua
Pelaksana
Shafa Noer, M.Si
KUITANSI
Nomor : 8
Sudah terima dari : Rosa Dewi Pratiwi
Jumlah uang : Rp. 200.000,00
Untuk pembayaran : Biaya Perjalanan Rosa Dewi Pratiwi untuk pencarian
sampel daun inggu ke Kuntum Bogor untuk kegiatan
penelitian yang berjudul Potensi Tanaman Tradisional Ruta
angustifolia Sebagai Obat-Obatan Alami.
Jakarta, 30 Oktober 2015
Penanggungjawab Kegiatan/ Ketua
Pelaksana
Shafa Noer, M.Si
KUITANSI
Nomor : 9
Sudah terima dari : Rosa Dewi Pratiwi
Jumlah uang : Rp. 50.000,00
Untuk pembayaran : Perjalanan ke LIPI Cibinong oleh Rosa Dewi Pratiwi
mengantarkan sampel daun inggu untuk kegiatan penelitian
yang berjudul Potensi Tanaman Tradisional Ruta
angustifolia Sebagai Obat-Obatan Alami.
Jakarta, 27 Desember 2015
Penanggungjawab Kegiatan/ Ketua
Pelaksana
Shafa Noer, M.Si
KUITANSI
Nomor : 10
Sudah terima dari : Rosa Dewi Pratiwi
Jumlah uang : Rp. 50.000,00
Untuk pembayaran : Perjalanan ke LIPI Cibinong untuk konsultasi screening
fitokimia untuk kegiatan penelitian yang berjudul Potensi
Tanaman Tradisional Ruta angustifolia Sebagai Obat-Obatan
Alami.
Jakarta, 27 Desember 2015
Penanggungjawab Kegiatan/ Ketua Barang sudah diterima dengan baik
Pelaksana Penerima
Shafa Noer, M.Si Rosa Dewi Pratiwi, M.Pd
KUITANSI
Nomor : 11
Sudah terima dari : Rosa Dewi Pratiwi
Jumlah uang : Rp. 50.000,00
Untuk pembayaran : Perjalanan ke LIPI Cibinong mengambil data hasil sreening
fitokimia untuk kegiatan penelitian yang berjudul Potensi
Tanaman Tradisional Ruta angustifolia Sebagai Obat-Obatan
Alami.
Jakarta, 15 Januari 2015
Penanggungjawab Kegiatan/ Ketua Barang sudah diterima dengan baik
Pelaksana Penerima
Shafa Noer, M.Si Rosa Dewi Pratiwi, M.Pd
KUITANSI
Nomor : 12
Sudah terima dari : Rosa Dewi Pratiwi
Jumlah uang : Rp. 240.000,00
Untuk pembayaran : Pembelian modem 12 GB sebanyak 2 buah untuk kegiatan
penelitian yang berjudul Potensi Tanaman Tradisional Ruta
angustifolia Sebagai Obat-Obatan Alami.
Jakarta, 27 Oktober 2015
Penanggungjawab Kegiatan/ Ketua Barang sudah diterima dengan baik
Pelaksana Penerima
Shafa Noer, M.Si Rosa Dewi Pratiwi, M.Pd
KUITANSI
Nomor : 13
Sudah terima dari : Rosa Dewi Pratiwi
Jumlah uang : Rp. 20.000,00
Untuk pembayaran : Print dan jilid laporan kemajuan untuk kegiatan penelitian
yang berjudul Potensi Tanaman Tradisional Ruta
angustifolia Sebagai Obat-Obatan Alami.
Jakarta, 20 Februari 2016
Penanggungjawab Kegiatan/ Ketua Barang sudah diterima dengan baik
Pelaksana Penerima
Shafa Noer, M.Si Rosa Dewi Pratiwi, M.Pd
KUITANSI
Nomor : 14
Sudah terima dari : Rosa Dewi Pratiwi
Jumlah uang : Rp. 60.000,00
Untuk pembayaran : Print dan jilid laporan akhir penelitian untuk kegiatan
penelitian yang berjudul Potensi Tanaman Tradisional Ruta
angustifolia Sebagai Obat-Obatan Alami.
Jakarta, 22 Februari 2016
Penanggungjawab Kegiatan/ Ketua Barang sudah diterima dengan baik
Pelaksana Penerima
Shafa Noer, M.Si Rosa Dewi Pratiwi, M.Pd
KUITANSI
Nomor : 15
Sudah terima dari : Rosa Dewi Pratiwi
Jumlah uang : Rp. 14.000,00
Untuk pembayaran : pembelian materai 2 buah untuk kegiatan penelitian yang
berjudul Potensi Tanaman Tradisional Ruta angustifolia
Sebagai Obat-Obatan Alami.
Jakarta, 22 Februari 2016
Penanggungjawab Kegiatan/ Ketua Barang sudah diterima dengan baik
Pelaksana Penerima
Shafa Noer, M.Si Rosa Dewi Pratiwi, M.Pd
KUITANSI
Nomor : 16
Sudah terima dari : Rosa Dewi Pratiwi
Jumlah uang : Rp. 13.000,00
Untuk pembayaran : Print dan jilid logbook dan laporan penggunaan dana
penelitian untuk kegiatan penelitian yang berjudul Potensi
Tanaman Tradisional Ruta angustifolia Sebagai Obat-Obatan
Alami.
Jakarta, 22 Februari 2016
Penanggungjawab Kegiatan/ Ketua Barang sudah diterima dengan baik
Pelaksana Penerima
Shafa Noer, M.Si Rosa Dewi Pratiwi, M.Pd
KUITANSI
Nomor : 17
Sudah terima dari : Rosa Dewi Pratiwi
Jumlah uang : Rp. 90.000,00
Untuk pembayaran : Fotocopy laporan penelitian untuk kegiatan penelitian yang
berjudul Potensi Tanaman Tradisional Ruta angustifolia
Sebagai Obat-Obatan Alami.
Jakarta, 22 Februari 2016
Penanggungjawab Kegiatan/ Ketua Barang sudah diterima dengan baik
Pelaksana Penerima
Shafa Noer, M.Si Rosa Dewi Pratiwi, M.Pd
KUITANSI
Nomor : 18
Sudah terima dari : Rosa Dewi Pratiwi
Jumlah uang : Rp. 68.000,00
Untuk pembayaran : Scan warna dan print warna untuk kegiatan penelitian yang
berjudul Potensi Tanaman Tradisional Ruta angustifolia
Sebagai Obat-Obatan Alami.
Jakarta, 22 Februari 2016
Penanggungjawab Kegiatan/ Ketua Barang sudah diterima dengan baik
Pelaksana Penerima
Shafa Noer, M.Si Rosa Dewi Pratiwi, M.Pd
LOGBOOK
HIBAH PENELITIAN DIPA UNINDRA
TAHUN ANGGARAN 2015/2016
Judul penelitian : Potensi Tanaman Tradisional Ruta angustifolia Sebagai Obat-
Obatan Alami
Ketua Peneliti : Shafa Noer, M.Si
Fakultas : Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
No Tanggal Kegiatan
1 12.08.15 Penentuan Judul Penelitian
Mencari referensi terkait judul penelitian
Pembuatan proposal penelitian
Dokumen : Proposal Penelitian
2 30.09.15 Penentuan proposal yang akan didanai oleh
LPPM UNINDRA
Tandatangan kontrak penelitian bersama
LPPM
Dokumen: Surat kontrak
3 9.11.15 Rapat tim untuk list kebutuhan alat dan bahan
Dokumen: list kebutuhan alat dan bahan yang
dibutuhkan untuk penelitian
4 5.11.15 Survey harga bahan kimia
Dokumen: list bahan kimia dari PT INDOTAMA
5 10.11.15 Survey analisis kimiawi dan pembuatan ekstrak
di LIPI Cibinong.
Diskusi dengan Kepala Lab Bahan Pangan yaitu
Bapak Bustan terkait penyewaan laboratorium
dan pembelian bahan kimia.
Diskusi dengan Bapak Yadi selaku teknisi
laboratorium pembuatan ekstrak daun inggu.
Diskusi yang dimaksud disini adalah mengenai
metode pembuatan ekstrak dan screening
fitokimia apa saja yang akan dilakukan.
Dokumen : Nomer telp Bapak Bustanussalam
dan Yadi
6 13.11.15 Mencari sampel daun inggu di Taman Tanaman
Obat Cipinang.
Pencarian sampel daun inggu tidak berhasil
karena stok kosong (musim kemarau)
7 17.11.15 Mencari sampel daun inggu ke Balitro Bogor
Hasil : bertemu dengan bapak Yanto selaku
pengurus perkebunan di Balitro, namun di kebun
tersebut hanya ditemukan 1 pohon inggu
sehingga belum bisa dijadikan sampel.
Dari Bapak Yanto mendapatkan informasi bahwa
tanaman inggu banyak ditemukan di dataran
tinggi contohnya di Lembang, Bandung.
Bapak Yanto menghubungkan peneliti dengan
pengurus perkebunan di Lembang, Bandung.
Dokumen: Gambar 1. Pencarian sampel di
Balitro Bogor
8 17.11.15 Mencari sampel tanaman inggu ke Toko
Tanaman Obat Kuntum
Hasil : tidak ditemukan tanaman Inggu
dikarenakan musim kemarau
9 23-24.11.15 Memesan sampel ke Balitro Manako, Lembang,
Bandung via phone
10 26.11.15 Perjalanan ke Bandung menggunakan travel
11 26.11.15 Menginap 1 Malam di Hotel
12 27.11.15 Mengambil sampel setengah kering seberat 1 Kg
di Balitro Manako, Lembang, Bandung.
13 28.11.15-2.12.15 Pengeringan sampel dengan cara diangin-
anginkan
14 2.12.15 Mengantarkan sampel ke LIPI Cibinong
2.12.15 Pengerian daun inggu dengan oven
Dokumen : gambar 2. Pengeringan daun Iggu
dalam Oven
15 2.12.15 – 8.1.16 Pembuatan ekstrak pekat daun inggu
1. Maserasi selama 3 hari dengan etanol
2. Pemekatan ekstrak dengan vacuum rotary
selama 3 kali
3. Sreening fitokimia
Dokumen: Gambar 3-5. Ekstrak daun
inggu
16 14.1.16 Diskusi dengan Ketua Laboratorium Oral Biologi
FKG UI utk penelitian lanjutan yaitu efektifitas
ekstrak daun inggu terhadap antimikroba
17 15.1.16 – 20.1.16 Skrining Fitokimia di Lipi Cibinong (Steroid fan
Flavonoid)
18 20.1.16 Pengambilan data penelitian dan pengurusan
administrasi di Lipi Cibinong
19 21.1.16 Laporan Kemajuan Penelitian
20 21-28.1.16 Pengujian tannin, alkaloid, saponin, tannin,
kuinon dan kumarin.
21 28.1.16 – 20.2.16 Pembuatan Laporan Akhir Penelitian
Dokumen: Laporan Penelitian
21 21.2.16 Pembuatan LogBook
22 21.2.16 Pembuatan Laporan Penggunaan Dana
Penelitian
Dokumen: Laporan Penggunaan Dana
23 22.2.16 Pembuatan artikel/ paper untuk EKSAKTA
Dokumen: Artikel siap terbit
DOKUMEN PENELITIAN
Gambar 1. Survey dan Pencarian Sampel
Gambar 1. Proses pengeringan sampel dalam oven
Gambar 2. Pengeringan Daun Inggu dalam Oven
Gambar 3. Proses Maserasi Sampel
Gambar 4. Proses Evaporasi Sampel
Gambar 5. Ekstrak Pekat yang Didapat