mi/rommy pujianto wajah hukum negeriku: enam … fileketua bidang pembangunan keumatan dpp pks ahmad...

1
PARTAI politik (parpol) mulai memasang ancang-ancang menghadapi Pemilu 2014. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) hendak menjadi partai tiga be- sar. Sementara Partai Amanat Nasional (PAN) menargetkan menggenjot perolehan suara menjadi dua digit. Ketua Bidang Pembangunan Keumatan DPP PKS Ahmad Zainuddin di Kupang, Nusa Tenggara Timur, kemarin, me- negaskan, niat untuk menjadi partai tiga besar secara nasion- al adalah tanggung jawab ber- sama semua kader partai. “Untuk itu, setiap pengurus dan kader PKS untuk melak- sanakan semua maksud dan tujuan perjuangan PKS sebagai partai Islam yang terbuka,” katanya. Secara terpisah, Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa juga menargetkan PAN mem- peroleh suara hingga dua digit pada Pemilu 2014. Karenanya, ia meminta kader partai untuk menjaga idealisme partai. “Jangan terlalu fokus pada kepentingan dan pendekatan yang bersifat pragmatis yang justru meninggalkan esensi idealisme, karena hal itu meru- pakan awal dari kehancuran partai,” kata Hatta di Bandar Lampung. Dalam Pemilu 2009, perole- han suara PKS dan PAN ada di posisi keempat dan kelima. Berdasarkan data Komisi Pemi- lihan Umum, PKS mendapat- kan 8,2 juta suara atau 7,88% dari total suara sah, sedangkan PAN meraih 6,2 juta suara (6,01%). Hanya ada tiga partai yang meraih suara tiga digit da- lam Pemilu 2009, yakni Partai Demokrat (20,85%), Partai Golkar (14,45%), dan PDIP (14,03%). (RM/Ant/P-1) P EMERINTAH dan DPR tidak mampu memperlihatkan ke- seriusan dan komit- men dalam pemberantasan korupsi. Indikatornya ialah persoalan yang melilit Komi- si Pemberantasan Korupsi (KPK). “Indonesia Corruption Watch (ICW) tidak menemu- kan strategi nasional yang komprehensif dalam pem- berantasan korupsi sehingga wajar jika dikatakan karakter pemberantasan korupsi ala pemadam kebakaran masih menonjol hingga akhir tahun pertama,” tutur Koordinator Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan ICW Febri Diansyah di Jakarta, kemarin. Kegagalan yang paling nya- ta, imbuhnya, adalah kasus yang menimpa dua pimpinan Komisi Pemberantasan Koru- psi (KPK) Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah. “Khususnya Presiden tidak memproteksi terhadap KPK untuk bisa bekerja maksimal. Kemenangan Anggodo Widjojo sudah berulang kali, sampai penolakan peninjauan kembali (PK) oleh Mahkamah Agung, SBY tidak berkomentar apa- apa,” keluh Febri. Bila melihat pidato Presiden, lanjutnya, terdapat kesenjang- an antara pernyataan dan re- alisasi. Ia menambahkan, ICW mencatat ada 17 pernyataan Presiden yang dikategorikan mendukung pemberantasan korupsi. Akan tetapi, hanya 4 poin atau 24% yang tereal- isasi. “Hal ini memperlihatkan karakter gaya politik kosmetik atau pencitraan dalam pembe- rantasan korupsi masih ter- jadi,” imbuh Febri. Sementara itu, DPR masih berutang dua hal dalam upaya pemberantasan korupsi. Menu- rut Wakil Ketua Komisi III DPR Aziz Syamsuddin, kedua utang itu adalah pemilihan komisioner Komisi Yudisial dan pimpinan KPK pengganti Antasari Azhar. Hanya saja, ia mengakui, belum ada persiapan untuk pemilihan dua lembaga itu meski nama kandidat sudah ada di DPR. Ia memastikan, persiapan seleksi untuk pengisian dua lembaga itu baru dilakukan setelah anggota Komisi III DPR membahas di pleno. Padahal, DPR sudah memasuki masa reses mulai Rabu, 27 Oktober hingga 15 November. Namun, ia menepis anggap- an DPR tidak berkomitmen untuk pemberantasan korupsi. “Hanya saja, semua harus me- lewati mekanisme dan aturan tata tertib,” kata Aziz. Sikap itu dikritik oleh sejum- lah pihak, seperti pakar hukum tata negara Irman Putrasidin, yang menilai DPR tidak boleh menunda pengambilan kepu- tusan. “Segera ambil putusan tegas untuk memilih dan me- nentukan apa yang dianggap terbaik,” tegasnya. Tidak digantung Wakil Ketua KPK Bibit Sa- mad Rianto berharap Kejak- saan Agung (Kejagung) segera mengambil keputusan dan tidak menggantung nasib ka- sus Bibit-Chandra. “Sehingga kalau tidak digantung, Al- hamdulillah. Ini kan sudah setahun,” kata Bibit. Apa pun langkah yang di- ambil Kejagung, Bibit siap saja. “Dalam pandangan saya kasusnya itu tidak ada.” (Rin/ Ant/P-1) [email protected] Politik & HAM | 3 SENIN, 25 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA Dinny Mutiah Pemerintah dan DPR tidak Serius Berantas Korupsi Pengisian posisi Antasari Azhar belum tuntas, sedangkan kasus yang menimpa dua pemimpin KPK lain masih menggantung. Parpol Mulai Pasang Target Hadapi Pemilu PIMPINAN DPR disayangkan tidak membatalkan perjalanan delapan anggota BK DPR yang hendak belajar etika ke Yu- nani. Menurut Ketua Badan Ke- hormatan (BK) DPR Gayus Lumbuun di Jakarta, kemarin, pembatalan hanya bisa dilaku- kan oleh pimpinan DPR. Diri- nya mengaku tidak bisa meno- lak meskipun perjalanan ke Yu- nani itu jelas tidak bermanfaat. Ia mengaku tidak memberi persetujuan perjalanan itu. Jadi, imbuhnya, seharusnya pimpinan dewan mengevalua- si tujuan kunjungan BK DPR yang tidak didukung unsur ketua. “Sebagai Ketua BK, saya tidak bisa mencegah secara langsung karena sifat pimpinan BK yang kolektif kolegial,” ungkapnya. Ia mencontohkan Wakil Ke- tua DPR dari F-PDIP Pramono Anung yang membatalkan rencana kunjungan Komisi V ke Turki. “Itu karena setelah dievaluasi, ternyata kurang bermanfaat,” tandasnya. Menurut rencana, sejak 24 Oktober hingga 30 Oktober, delapan anggota BK dari empat fraksi dan dua staf BK berang- kat ke Yunani. Rombongan itu dipimpin oleh Wakil Ketua BK dari F-PG Nudirman Munir. Kepergian anggota dewan ke luar negeri seperti silih ber- ganti. Setelah BK DPR, Komisi XI DPR juga bakal bepergian ke Benua Eropa dan Asia. Negara yang akan dikunjungi adalah Inggris, Jerman, Jepang, dan Korea. Dalam menyikapi mengenai penghabisan uang negara un- tuk kepergian anggota DPR, Staf Khusus Presiden Bidang Informasi dan Komunikasi Brigjen Ahmad Yani Basuki menyatakan esiensi anggaran negara yang dikemukakan Presiden Susilo Bambang Yu- dhoyono baru diawali dari Ista- na Kepresidenan dan instansi pemerintah, belum masuk ke lembaga pemerintahan yang lain. Ahmad Yani mengatakan Sekretariat Negara mengung- kapkan sudah melakukan penghematan 10,47% dari total anggaran atau sekitar Rp200 miliar. Penghematan itu, sambung- nya, diharapkan dapat menge- siensikan anggaran berdasar- kan program kerja yang jelas sehingga tidak ada lagi studi banding ke luar negeri yang tidak membawa hasil yang jelas. “Semua harus jelas ter- program,” ujar Ahmad Yani. (Rin/Ant/P-1) RUU Intelijen Segera Disosialisasikan DRAF Rancangan Undang-Undang (RUU) Intelijen versi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) diharapkan sudah rampung pekan ini dan akan segera dilempar ke publik untuk meminta masukan. Wakil Ketua Komisi I DPR dari F-PDIP TB Hasanuddin menge- mukakan hal itu di Jakarta, pekan lalu. Ia memperkirakan proses meminta masukan publik mungkin akan berlangsung selama beberapa bulan. “Kami sepakat bahwa aparat intelijen harus netral dan tidak masuk ke ranah politik atau dipakai untuk kepentingan politik,” lanjutnya. Terkait dengan hal itu, kata Hasanuddin, muncul wacana untuk membentuk suatu komisi yang nantinya bertugas menga- wasi aparat intelijen. DPR, menurutnya, akan meminta masukan masyarakat soal komisi baru ini. (Ide/P-4) MA Mutasi Hakim Komari DUGAAN pelanggaran kode etik Ketua Pengadilan Negeri (KPN) Yogyakarta, Komari, tengah diperiksa oleh Mahkamah Agung (MA). Komari diduga menerima uang suap dalam mengeluarkan penetapan pengadilan terkait kasus Bank Century. Setelah dicopot dari jabatannya sebagai KPN, Komari kini menjadi hakim biasa di Semarang. “Saat ini kasusnya diperiksa oleh Badan Pengawas MA,” ujar Ketua MA Harin Tumpa kepada wartawan di gedung MA, Jakarta, Jumat (22/10). Komari diduga menerima uang suap dalam mengeluarkan penetapan pengadilan yang berbeda dengan putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Isi putusan itu menga- bulkan tuntutan nasabah dan menghukum Bank Century untuk membayar ganti rugi Rp5,4 miliar. (NJ/P-4) DINAMIKA Pimpinan Dewan Semestinya Cegah BK MUSWIL III PAN: Ketua Umum PAN Hatta Rajasa menyampaikan pidatonya dalam pembukaan Musyawarah Wilayah (Muswil) III di Bandar Lampung, kemarin. Muswil tersebut dilakukan untuk pemilihan ketua dewan tingkat wilayah yang diselenggarakan selama 2 hari. WAJAH HUKUM NEGERIKU: (Dari kiri) Pengamat politik dari CSIS J Kristiadi, pengacara Bibit-Chandra, Achmad Rifai, moderator Nova Rini, Wakil Ketua Dewan Pembina Demokrat Ahmad Mubarok, dan Wakil Ketua KPK Bibit Samad Rianto pada diskusi Lembaga Penegakan Hukum dan Strategi Nasional di Jakarta, kemarin. Diskusi mengangkat tema Enam tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Wajah Hukum Negeriku. MI/ROMMY PUJIANTO MI/SUSANTO

Upload: vuongquynh

Post on 26-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PARTAI politik (parpol) mulai memasang ancang-ancang menghadapi Pemilu 2014. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) hendak menjadi partai tiga be-sar. Sementara Partai Amanat Nasional (PAN) menargetkan menggenjot perolehan suara menjadi dua digit.

Ketua Bidang Pembangunan Keumatan DPP PKS Ahmad

Zainuddin di Kupang, Nusa Tenggara Timur, kemarin, me-negaskan, niat untuk menjadi partai tiga besar secara nasion-al adalah tanggung jawab ber-sama semua kader partai.

“Untuk itu, setiap pengurus dan kader PKS untuk melak-sanakan semua maksud dan tujuan perjuangan PKS sebagai partai Islam yang terbuka,”

katanya.Secara terpisah, Ketua

Umum DPP PAN Hatta Rajasa juga menargetkan PAN mem-peroleh suara hingga dua digit pada Pemilu 2014. Karenanya, ia meminta kader partai untuk menjaga idealisme partai.

“Jangan terlalu fokus pada kepentingan dan pendekatan yang bersifat pragmatis yang justru meninggalkan esensi idealisme, karena hal itu meru-pakan awal dari kehancuran partai,” kata Hatta di Bandar Lampung.

Dalam Pemilu 2009, perole-han suara PKS dan PAN ada di posisi keempat dan kelima. Berdasarkan data Komisi Pemi-lihan Umum, PKS mendapat-kan 8,2 juta suara atau 7,88% dari total suara sah, sedangkan PAN meraih 6,2 juta suara (6,01%).

Hanya ada tiga partai yang meraih suara tiga digit da-lam Pemilu 2009, yakni Partai Demokrat (20,85%), Partai Golkar (14,45%), dan PDIP (14,03%). (RM/Ant/P-1)

PEMERINTAH dan DPR tidak mampu memperlihatkan ke-seriusan dan komit-

men dalam pemberantasan korupsi. Indikatornya ialah persoalan yang melilit Komi-si Pemberantasan Korupsi (KPK).

“Indonesia Corruption Watch (ICW) tidak menemu-kan strategi nasional yang komprehensif dalam pem-berantasan korupsi sehingga wajar jika dikatakan karakter pemberantasan korupsi ala pemadam kebakaran masih menonjol hingga akhir tahun pertama,” tutur Koordinator Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan ICW Febri Diansyah di Jakarta, kemarin.

Kegagalan yang paling nya-ta, imbuhnya, adalah kasus yang menimpa dua pimpinan

Komisi Pemberantasan Koru-psi (KPK) Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah.

“Khususnya Presiden tidak memproteksi terhadap KPK untuk bisa bekerja maksimal. Kemenangan Anggodo Widjojo sudah berulang kali, sampai penolakan peninjauan kembali (PK) oleh Mahkamah Agung, SBY tidak berkomentar apa-apa,” keluh Febri.

Bila melihat pidato Presiden, lanjutnya, terdapat kesenjang-an antara pernyataan dan re-alisasi. Ia menambahkan, ICW mencatat ada 17 pernyataan Presiden yang dikategorikan mendukung pemberantasan korupsi. Akan tetapi, hanya 4 poin atau 24% yang tereal-isasi.

“Hal ini memperlihatkan karakter gaya politik kosmetik atau pencitraan dalam pembe-rantasan korupsi masih ter-jadi,” imbuh Febri.

Sementara itu, DPR masih berutang dua hal dalam upaya pemberantasan korupsi. Menu-rut Wakil Ketua Komisi III DPR Aziz Syamsuddin, kedua utang itu adalah pemilihan komisioner Komisi Yudisial dan pimpinan KPK pengganti Antasari Azhar.

Hanya saja, ia mengakui, belum ada persiapan untuk pemilihan dua lembaga itu meski nama kandidat sudah ada di DPR.

Ia memastikan, persiapan seleksi untuk pengisian dua lembaga itu baru dilakukan setelah anggota Komisi III DPR membahas di pleno. Padahal, DPR sudah memasuki masa reses mulai Rabu, 27 Oktober hingga 15 November.

Namun, ia menepis anggap-an DPR tidak berkomitmen untuk pemberantasan korup si. “Hanya saja, semua harus me-lewati mekanisme dan aturan tata tertib,” kata Aziz.

Sikap itu dikritik oleh sejum-lah pihak, seperti pakar hukum tata negara Irman Putrasidin, yang menilai DPR tidak boleh menunda pengambilan kepu-tusan. “Segera ambil putusan tegas untuk memilih dan me-nentukan apa yang dianggap terbaik,” tegasnya.

Tidak digantungWakil Ketua KPK Bibit Sa-

mad Rianto berharap Kejak-saan Agung (Kejagung) segera mengambil keputusan dan tidak menggantung nasib ka-sus Bibit-Chandra. “Sehingga kalau tidak digantung, Al-hamdulillah. Ini kan sudah setahun,” kata Bibit.

Apa pun langkah yang di-ambil Kejagung, Bibit siap saja. “Dalam pandangan saya kasusnya itu tidak ada.” (Rin/Ant/P-1)

[email protected]

Politik & HAM | 3SENIN, 25 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Dinny Mutiah

Pemerintah dan DPR tidak Serius Berantas Korupsi

Pengisian posisi Antasari Azhar belum tuntas, sedangkan kasus yang menimpa dua pemimpin KPK lain masih menggantung.

Parpol Mulai Pasang Target Hadapi Pemilu

PIMPINAN DPR disayangkan tidak membatalkan perjalanan delapan anggota BK DPR yang hendak belajar etika ke Yu-nani.

Menurut Ketua Badan Ke-hormatan (BK) DPR Gayus Lumbuun di Jakarta, kemarin, pembatalan hanya bisa dilaku-kan oleh pimpinan DPR. Diri-nya mengaku tidak bisa meno-lak meskipun perjalanan ke Yu-nani itu jelas tidak bermanfaat. Ia mengaku tidak memberi persetujuan perjalanan itu.

Jadi, imbuhnya, seharusnya pimpinan dewan mengevalua-si tujuan kunjungan BK DPR yang tidak didukung unsur

ketua. “Sebagai Ketua BK, saya tidak bisa mencegah secara langsung karena sifat pimpinan BK yang kolektif kolegial,” ungkapnya.

Ia mencontohkan Wakil Ke-tua DPR dari F-PDIP Pramono Anung yang membatalkan rencana kunjungan Komisi V ke Turki. “Itu karena setelah dievaluasi, ternyata kurang bermanfaat,” tandasnya.

Menurut rencana, sejak 24 Oktober hingga 30 Oktober, delapan anggota BK dari empat fraksi dan dua staf BK berang-kat ke Yunani. Rombongan itu dipimpin oleh Wakil Ketua BK dari F-PG Nudirman Munir.

Kepergian anggota dewan ke luar negeri seperti silih ber-ganti. Setelah BK DPR, Komisi XI DPR juga bakal bepergian ke Benua Eropa dan Asia. Negara yang akan dikunjungi adalah Inggris, Jerman, Jepang, dan Korea.

Dalam menyikapi mengenai penghabisan uang negara un-tuk kepergian anggota DPR, Staf Khusus Presiden Bidang Informasi dan Komunikasi Brigjen Ahmad Yani Basuki menyatakan efi siensi anggaran negara yang dikemukakan Presiden Susilo Bambang Yu-dho yono baru diawali dari Ista-na Kepresidenan dan instansi

pemerintah, belum masuk ke lembaga pemerintahan yang lain.

Ahmad Yani mengatakan Sekretariat Negara mengung-kapkan sudah melakukan penghematan 10,47% dari total anggaran atau sekitar Rp200 miliar.

Penghematan itu, sambung-nya, diharapkan dapat menge-fi siensikan anggaran berdasar-kan program kerja yang jelas sehingga tidak ada lagi studi banding ke luar nege ri yang tidak membawa hasil yang jelas. “Semua harus jelas ter-program,” ujar Ahmad Yani. (Rin/Ant/P-1)

RUU Intelijen Segera DisosialisasikanDRAF Rancangan Undang-Undang (RUU) Intelijen versi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) diharapkan sudah rampung pekan ini dan akan segera dilempar ke publik untuk meminta masukan. Wakil Ketua Komisi I DPR dari F-PDIP TB Hasanuddin menge-mukakan hal itu di Jakarta, pekan lalu.

Ia memperkirakan proses meminta masukan publik mungkin akan berlangsung selama beberapa bulan. “Kami sepakat bahwa aparat intelijen harus netral dan tidak masuk ke ranah politik atau dipakai untuk kepentingan politik,” lanjutnya.

Terkait dengan hal itu, kata Hasanuddin, muncul wacana untuk membentuk suatu komisi yang nantinya bertugas menga-wasi aparat intelijen. DPR, menurutnya, akan meminta masukan masyarakat soal komisi baru ini. (Ide/P-4)

MA Mutasi Hakim KomariDUGAAN pelanggaran kode etik Ketua Pengadilan Negeri (KPN) Yogyakarta, Komari, tengah diperiksa oleh Mahkamah Agung (MA). Komari diduga menerima uang suap dalam mengeluarkan penetapan pengadilan terkait kasus Bank Century.

Setelah dicopot dari jabatannya sebagai KPN, Komari kini menjadi hakim biasa di Semarang. “Saat ini kasusnya diperiksa oleh Badan Pengawas MA,” ujar Ketua MA Harifi n Tumpa kepada wartawan di gedung MA, Jakarta, Jumat (22/10).

Komari diduga menerima uang suap dalam mengeluarkan penetapan pengadilan yang berbeda dengan putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Isi putusan itu menga-bulkan tuntutan nasabah dan menghukum Bank Century untuk membayar ganti rugi Rp5,4 miliar. (NJ/P-4)

DINAMIKA

Pimpinan Dewan Semestinya Cegah BK

MUSWIL III PAN: Ketua Umum PAN Hatta Rajasa menyampaikan pidatonya dalam pembukaan Musyawarah Wilayah (Muswil) III di Bandar Lampung, kemarin. Muswil tersebut dilakukan untuk pemilihan ketua dewan tingkat wilayah yang diselenggarakan selama 2 hari.

WAJAH HUKUM NEGERIKU: (Dari kiri) Pengamat politik dari CSIS J Kristiadi, pengacara Bibit-Chandra, Achmad Rifai, moderator Nova Rini, Wakil Ketua Dewan Pembina Demokrat Ahmad Mubarok, dan Wakil Ketua KPK Bibit Samad Rianto pada diskusi Lembaga Penegakan Hukum dan Strategi Nasional di Jakarta, kemarin. Diskusi mengangkat tema Enam tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Wajah Hukum Negeriku.

MI/ROMMY PUJIANTO

MI/SUSANTO