model kamera unik - wonggisting.files.wordpress.com  · web view(makalah) disusun guna me. men. u....

18
MACAM-MACAM KAMERA SHOOTING (Makalah) Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Shooting and Editing SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) PRINGSEWU KAMPUS GISTING LAMPUNG 2010

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MACAM-MACAM KAMERA SHOOTING

(Makalah)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Shooting and Editing

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK)

PRINGSEWU KAMPUS GISTING LAMPUNG

2010

Macam-Macam Kamera Video

kamera film 35mm (FOV crop factor 1.5x)film 35mm (FOV crop factor 1.5x)

Macam-macam kamera video dilihat dari fungsinya dapat dibedakan menjadi :1. Camera Standar Broadcast2. Camera Semi Broadcast3. Camera Home Use4. Camera handy Cam

Pembagian berdasarkan format kamera video

1. Camcoder

Product Information

1/6" CCD imager with 290K effective pixels, 20X optical zoom lens with 990X digital zoom, 2.5" touch panel SwivelScreen LCD display, Memory Stick slot

2. Camcoder MiniDV

Product Information

1/6” Advanced HAD CCD imager with 340K effective pixels, 20X optical zoom lens with 800X digital zoom, Carl Zeiss Vario-Tessar lens, 2.5” touch panel SwivelScreen LCD display

3. Camcoder DVD

Product Information

1/6" Advanced HAD CCD imager with 800K Pixel still image capabilities, 20X optical zoom lens with 800X digital zoom, Carl Zeiss Vario-Sonnar lens, 2.5" touch panel Wide Hybrid LCD displaJenis/type lain dari Handycam :

Model Kamera Unik

Kalau orang membicarakan kamera, tidak akan jauh dari faktor-faktor seperti kecepatan, IQ (image quality), atau lensanya. Tapi kamera-kamera ini tidak bisa ditinjau dari faktor-faktor teknis itu. Secara estetika kamera-kamera ini memang aneh. Kalo menurut Anda kamera pertama dalam list ini sudah aneh, tunggu sampai Anda melihat list paling bawahnya.

1. Nikon D80 Transparan

Spoiler for 1:

Nikon D80 transparan ini terlihata pada ekshibisi Photokina tahun 2006. Sepertinya kamera ini juga berfungsi seperti halnya versi aslinya.

2. Pentax LX Special GOLD Edition, 1981

Spoiler for 2:

Pentax LX berlapis emas 18 karat nan indah ini diluncurkan pada tahun 1981 untuk merayakan 100 juta penjualan kamera standar LX SLR. Kamera ini hanya diproduksi sebanyak 300 buah, masing-masing dijual dalam sebuah box dari kayu dan di dalamnya ada sepasang sarung tangan sutera untuk memegangnya.

3. Pistol NIKKOR

Spoiler for 3:

Kamera di atas diberi nama DORYU 2-16 Pistol Camera dan merupakan video camera pistol 16mm keluaran kepolisian Jepang dengan lensa Cine-NIKKOR 25mm F1.4. Barang ini sangat jarang dan hampir tidak mungkin lagi didapatkan.

4. Kamera Third Eye

Seniman Wayne Martin Belger adalah orang dibalik dua kamera aneh berikut ini. Seniman ini membuat kamera berlubang di atas menggunakan material seperti alumunium, titanium, kuningan, perak, batu permata, dan tengkorak anak perempuan berusia 13 tahun. Gambar terakhir di atas diambil dengan kamera ini.

5. Kamera Untouchable

Kamera ini diciptakan oleh Mr Belger untuk mengabadikan para penderita HIV, jadi dia mengisikan bagian-bagian pada kameranya dengan darah yang positif terinfeksi HIV. Darah dipompa ke dalam kamera ke bagian depan lubang lensa dan menjadi filter merah nomor 25 milikku.

 

 

 

S3 IS itu kamera prosumer  6 MP. Features-nya menarik. LCD 2 inchi bisa muter alias swivel. Jadi kalau bidik dapat dari sudut-sudut yang susah.

 

Nikon D40 with included 18-55mm II lens.

16mm Camera

Kamera ini menggunakan pita seluloid yang diagonalnya 16mm. Jenis film 16mm ini dikembangkan oleh Eastman Kodak pada tahun 1923. Tujuannya pada saat itu adalah sebagai alternatif membuat film yang lebih murah dibandingkan dengan film 35mm. Biarpun pada awalnya ditujukan bagi filmmaker amatir, namun ke depannya kamera 16mm menjadi cukup populer di kalangan filmmaker, terutama yang budgetnya cukup ketat.

Di Indonesia sendiri, rata-rata iklan dan film yang menggunakan seluloid memakai kamera film 16mm. Variasi lain dari kamera 16mm adalah super 16mm, namun tidak terlalu banyak berbeda. Hanya ukuran diagonal framenya yang sedikit lebih besar.

35mm Camera

35mm Camera

Inilah jenis kamera yang sampai saat ini masih menjadi favorit banyak filmmaker (walaupun banyak juga yang sudah beralih ke High Definition). Lagi-lagi, 35 mm diambil dari ukuran diagonal pita seluloidnya. Ukuran pita ini sama dengan pita seluloid yang digunakan pada fotografi. Bedanaya, pada kamera foto posisi pita horizontal, sedangkan pada pita kamera film posisi pita vertikal.

Dasar dari kamera ini ditemukan oleh Lumiere bersaudara, sedangkan pita 35mm sendiri ditemukan oleh William Dickson dan Thomas Edison,berdasarkan film stock yang disuplai oleh George Eastman. 35 mm sudah mengalami beberapa modifikasi, dari yang tadinya hitam putih, menjadi bisa menerima warna, dan dari yang tadinya tidak bisa menangkap suara, menjadi bisa menerima sinyal suara.

35mm adalah ukuran standart di dunia film dan beberapa festival besar hanya menerima format akhir berupa 35mm. 35mm juga merupakan standart yang digunakan di bioskop-bioskop, sehingga film dengan hasil akhir 35mm bisa diputar di seluruh dunia. Namun dewasa ini, sudah ada bioskop-bioskop yang bisa memutar format digital.

Film-film berbudget besar masih cenderung memilih kamera 35mm untuk shooting, karena kualitas gambarnya masih belum ada yang mengalahkan. Selain itu juga ada perasaan gengsi tersendiri ketika shooting menggunakan kamera 35mm.

Kamera 65mm dan 70mm

Selain itu ada juga kamera dengan format 65mm dan 70mm. Namun kedua jenis ini tidak begitu populer karena biaya yang harus dikeluarkan untuk kedua jenis kamera ini sangatlah mahal. Film yang menggunakan jenis kamera ini biasanya adalah film-film IMAX.

Standart 8mm Camera

8mm camera

Kamera ini dikembangkan pada era Great-Depression oleh Eastman Kodak dan dirilis pada tahun 1932. Tujuan dari dirilisnya jenis kamera ini adalah untuk membuat film rumahan (home movie) yang lebih murah dari 16mm. 8mm mengacu pada jarak diagonal dalam sebuah frame pita seluloid itu. Rata-rata pita seluloid itu bisa merekam antara 3 sampai 4,5 menit, dan bergerak di kecepatan 12, 15, 16, dan 18 frames per second.

Kamera ini terhitung sudah cukup langka, namun film seluloidnya sendiri masih diproduksi.

Super 8 Camera

Super 8

Super 8 camera adalah pengembangan dari kamera 8mm dan dirilis pada tahun 1965. Pada masanya, ini adalah pilihan para filmmaker amatir. Gambar yang dihasilkan sedikit lebih bagus daripada kamera 8mm. Tidak terlalu banyak perbedaan antara kamera 8mm dengan Super 8.

Perbedaan yang mendasar hanya terletak pada ukuran materi yang digunakan. Untuk Super 8, ukuran materi seluloid yang digunakan sedikit lebih besar untuk setiap framenya. Selain itu, ukuran lubang di samping frame pada pita seluloid super 8 jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan pita 8mm.

Karena bentuknya yang kecil dan ringan , serta pengoperasiannya mudah, kamera 8mm dan kamera super 8 lebih banyak digunakan untuk keperluan shooting rumahan. Pada jamannya, kamera 8mm dan super 8 meyerupai consumer camcorder di jaman sekarang.

JENIS JENIS KAMERA

a) Kamera film, sekarang juga disebut dengan kamera analog oleh beberapa orang.

Format filmSebelum kita melangkah ke jenis-jenis kamera film ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu berbagai macam format/ukuran film.

1. APS, Advanced Photography System. Format kecil dengan ukuran film 16x24mm, dikemas dalam cartridge. Meski format ini tergolong baru, namun tidak populer. Toko yang menjual film jenis ini susah dicari di Indonesia

2. Format 135. Dikenal juga dengan film 35mm. Mempunyai ukuran 24x36mm, dikemas dalam bentuk cartridge berisi 20 atau 36 frame. Format ini adalah format yang paling populer, banyak kita temui di sekitar kita

3. Medium format

4. Large format

Jenis-jenis kamera Film 1. Pocket/compact. Kamera saku. Populer bagi orang awam, sederhana dan mudah dioperasikan. Menggunakan film format 35mm2. Rangefinder. Kamera pencari jarak. Kecil, sekilas mirip dengan kamera saku. Bedanya, kamera ini mempunyai mekanisme fokusing (karenanya disebut rangefinder). Umumnya menggunakan film format 35mm

3. SLR, Single Lens Reflex. Kamera refleks lensa tunggal. Populer di kalangan profesional, amatir dan hobiis. Umumnya mempunyai lensa yang dapat diganti. Menggunakan film format 35mm. Disebut juga kamera system

4. TLR, Twin Lens Reflex. Kamera refleks lensa ganda. Biasanya menggunakan format medium

5. Viewfinder. Biasanya menggunakan format medium

Kamera manual dan kamera otomatis. Kamera-kamera SLR terbaru umumnya sudah dilengkapi sistem autofokus dan autoexposure namun masih dapat dioperasikan secara manual.

b ) Kamera digitalMenggunakan sensor digital sebagai pengganti film 1. Consumer. Kamera saku, murah, mudah pemakaiannya. Lensa tak dapat diganti. Sebagian besar hanya punya mode full-otomatis. Just point and shoot. Beberapa, seperti Canon seri A, memiliki mode manual.

2. Prosumer. Kamera SLR-like, harga menengah. Lensa tak dapat diganti. Shooting Mode manual dan auto

3. DSLR. Digital SLR

Lensa Kamera

mata dari kamera, secara umum menentukan kualitas foto yang dihasilkan lensa memiliki 2 properties penting yaitu panjang fokal dan aperture maksimum.

Field of View (FOV)tiap lensa memiliki FOV yang lebarnya tergantung dari panjang fokalnya dan luas film/sensor yang digunakan.

Field of View Cropsering disebut secara salah kaprah dengan focal length multiplier. Hampir semua kamera digital memiliki ukuran sensor yang lebih kecil daripada film 35mm, maka pada field of view kamera digital lebih kecil dari pada kamera 35mm. Misal lensa 50 mm pada Nikon D70 memiliki FOV yang sama dengan lensa 75mm pada kamera film 35mm (FOV crop factor 1.5x)

Jenis-jenis Lensa a. berdasarkan prime-vario1. Fixed focal/Prime, memiliki panjang fokal tetap, misal Fujinon 35mm F/3.5 memiliki panjang fokal 35 mm. Lensa prime kurang fleksibel, namun kualitasnya lebih tinggi daripada lensa zoom pada harga yang sama2. Zoom/Vario, memiliki panjang fokal yang dapat diubah, misal Canon EF-S 18-55mm F/3.5-5.6 memiliki panjang fokal yang dapat diubah dari 18 mm sampai 55 mm. Fleksibel karena panjang fokalnya yang dapat diatur

b. berdasarkan panjang focal 1. Wide, lensa dengan FOV lebar, panjang fokal 35 mm atau kurang. Biasanya digunakan untuk memotret pemandangan dan gedung 2. Normal, panjang fokal sekitar 50 mm. Lensa serbaguna, cepat dan harganya murah3. Tele, lensa dengan FOV sempit, panjang fokal 70mm atau lebih. Untuk memotret dari jarak jauh

c. berdasarkan aperture maksimumnya1. Cepat, memiliki aperture maksimum yang lebar2. Lambat, memiliki aperture maksimum sempit

d. lensa-lensa khusus1. Lensa Makro, digunakan untuk memotret dari jarak dekat2. Lensa Tilt and Shift, bisa dibengkokan

Ketentuan lensa lebar/tele (berdasarkan panjang focal) di atas berlaku untuk kamera film 35mm. Lensa Nikkor 50 mm menjadi lensa normal pada kamera film 35mm, tapi menjadi lensa tele jika digunakan pada kamera digital Nikon D70. Pada Nikon D70 FOV Nikkor 50 mm setara dengan FOV lensa 75 mm pada kamera film 35mm

Peralatan bantu lain- Tripod , diperlukan untuk pemotretan dengan kecepatan lambat. Pada kecepatan lambat, menghindari goyangan kamera jika dipegang dengan tangan (handheld). Secara umum kecepatan minimal handhel adalah 1/focal.Membawa tripod saat hunting bisa merepotkan. Untuk keperluan hunting biasanya tripod yang dibawa adalah tripod yang ringan dan kecil.

- Monopod , mirip tripod, kaki satu. Lebih mudah dibawa. Hanya dapat menghilangkan goyangan vertikal saja.

- Flash/blitz/lampu kilat , untuk menerangai obyek dalam kondisi gelap

- Filter , untuk menyaring cahaya yang masuk. Ada banyak jenisnya :UV, menyaring cahaya UV agar tidak terjadi hazy pada foto2 landscape, sering digunakan untuk melindungi lensa dari debu.

PL/CPL (Polarizer/Circular Polarizar) untuk mengurangi bayangan pada permukaan non logam. Bisa juga untuk menambah kontras langit

Exposure

Jumlah cahaya yang masuk ke kamera, tergantung dari aperture dan kecepatan.- Aperture/diafragma . Makin besar aperture makin banyak cahaya yang masuk. Aperture dinyatakan dengan angka angka antara lain sebagai berikut: f/1,4 f/2 f/3,5 f/5.6 f/8. semakin besar angkanya (f number), aperture makin kecil aperturenya

- Shutter speed/kecepatan rana . Makin cepat, makin sedikit cahaya yang masuk

- ISO , menyatakan sensitivitas sensor/film. Makin tinggi ISOnya maka jumlah cahaya yang dibutuhkan makin sedikit. Film ISO 100 memerlukan jumlah cahaya 2 kali film ISO 200 Contoh: kombinasi diafragma f/5.6 kec. 1/500 pada ISO 100 setara dengan diafragma f/8 kec 1/500 atau f/5.6 kec. 1/1000 pada ISO 200.

Exposure meter , pengukur cahaya. Hampir tiap kamera modern memiliki pengukur cahaya internal. Selain itu juga tersedia pengukur cahaya eksternal

Exposure metering ( sering disingkat dengan metering )adalah metode pengukuran cahaya 1. Average metering , mengukur cahaya rata-rata seluruh frame 2. Center-weighted average metering , mengukur cahaya rata-rata dengan titik berat bagian tengah3. Matrix/Evaluative metering , Mengukur cahaya di berbagai bagian dari frame, untuk kemudian dikalkulasi dengan metode-metode otomatis tertentu 4. Spot metering , mengukur cahaya hanya pada bagian kecil di tengah frame saja

Exposure compensation, 18% grey . Exposure meter selalu mengukur cahaya dan menhasilkan pengukuran sehingga terang foto yang dihasilkan berkisar pada 18% grey. Jadi kalau kita membidik sebidang kain putih dan menggunakan seting exposure sebagaimana yang ditunjukan oleh meter, maka kain putih tersebut akan menjadi abu-abu dalam foto. Untuk mengatasi hal tersebut kita harus melakukan exposure compensation. Exposure kita tambah sehingga kain menjadi putih.

Under exposured = foto terlalu gelap karena kurang exposureOver exposured = foto terlalu terang karena kelebihan exposure

Istilah stopNaik 1 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 2 kali. Naik 2 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 4 kali.Turun 1 stop exposure diturunkan menjadi 1/2 kali.Turun 2 stop exposure diturunkan menjadi 1/4 kali.

Kenaikan 1 stop pada aperture sebagai berikut: f/22; f/16; f/11; f/8; f/5,6; f/4; f/2,8; f/2. Beda f number tiap stop adalah 0,7 kali (1/ akar2).

Kenaikan 1 stop pada kec. Rana sebagai berikut: 1/2000; 1/1000; 1/500; 1/250; 1/125; 1/60; 1/30; 1/15; 1/8; 1/4; 1/2; 1.Beda speed tiap stop adalah 2 kali

DOF , Depth of Field, kedalaman medan. DOF adalah daerah tajam di sekitar fokus.Kedalaman medan dipengaruhi oleh besar aperture, panjang fokal, dan jarak ke obyek.1. Aperture, semakin besar aperture (f number makin kecil) maka DOF akan makin dangkal/sempit2. Panjang fokal (riil), semakin panjang fokal, DOF makin dangkal/sempit3. Jarak ke obyek, semakin dekat jarak ke obyek maka DOF makin dangkal/sempit

Pemilihan DOF - Jika DOF sempit, FG dan BG akan blur. DOF sempit digunakan jika kita ingin mengisolasi/menonjolkan obyek dari lingkungan sekitarnya misalnya pada foto-foto portrait atau foto bunga.- Jika DOF lebar, FG dan BG tampak lebih tajam. DOF lebar digunakan jika kita menginginkan hampir seluruh bagian pada foto nampak tajam, seperti pada foto landscape atau foto jurnalistik.

Shooting modeMode auto , mode point and shoot, tinggal bidik dan jepret 1. Full auto, kamera yang menentukan semua parameter 2. Portrait, kamera menggunakan aperture terbesar untuk menyempitkan DOF 3. Landscape, kamera menggunakan aperture terkecil 4. Nightscene, menggunakan kecepatan lambat dan flash untuk menangkap obyek dan BG sekaligus 5. Fast shuter speed 6. Slow shutter speed

Creative zone 1. P, program AE. Mirip dengan mode auto dengan kontrol lebih. Dengan mode ini kita bisa mengontrol exposure compensation, ISO, metering mode, Auto/manual fokus, white balance, flash on/off, dan continues shooting. 2. Tv, shutter speed priority AE. Kita menetukan speed, kamera akan menghitung aperture yang tepat3. Av, aperture priority AE. Kita menentukan aperture, kamera mengatur speed4. M, manual exposure. Kita yang menentukan aperture dan speed secara manual

Komposisi dan AngleKomposisi adalah penempatan obyek dalam frame foto Angle adalah sudut pemotretan, dari bawah, atas, atau sejajar Komposisi dan angle lebih menyangkut ke seni dari fotografi. Faktor selera fotografer sangat besar pengaruhnya.

Jenis-jenis kamera

Kamera film, sekarang juga disebut dengan kamera analog oleh beberapa orang.

Format film

Sebelum kita melangkah ke jenis-jenis kamera film ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu berbagai macam format/ukuran film.

1. APS, Advanced Photography System. Format kecil dengan ukuran film 16x24mm, dikemas dalam cartridge. Meski format ini tergolong baru, namun tidak populer. Toko yang menjual film jenis ini susah dicari di Indonesia.

2. Format 135. Dikenal juga dengan film 35mm. Mempunyai ukuran 24x36mm, dikemas dalam bentuk cartridge berisi 20 atau 36 frame. Format ini adalah format yang paling populer, banyak kita temui di sekitar kita.

3. Medium format

4. Large format

Jenis Film

1. Film B/W, film negatif hitam putih.

2. Film negatif warna. Paling populer, sering kita pakai.

3. Film positif, biasa juga disebut slide. Lebih mahal dan rawan overexposure. Meski demikian warna-warna yang dihasilkan lebih bagus karena dapat menangkap rentang kontras yang lebih luas.

Jenis-jenis kamera

1. Pocket/compact. Kamera saku. Populer bagi orang awam, sederhana dan mudah dioperasikan. Menggunakan film format 35mm.

2. Rangefinder. Kamera pencari jarak. Kecil, sekilas mirip dengan kamera saku. Bedanya, kamera ini mempunyai mekanisme fokusing (karenanya disebut rangefinder). Umumnya menggunakan film format 35mm.

3. SLR, Single Lens Reflex. Kamera refleks lensa tunggal. Populer di kalangan profesional, amatir dan hobiis. Umumnya mempunyai lensa yang dapat diganti. Menggunakan film format 35mm. Disebut juga kamera sistem.

4. TLR, Twin Lens Reflex. Kamera refleks lensa ganda. Biasanya menggunakan format medium.

5. Viewfinder. Biasanya menggunakan format medium.

Kamera manual dan kamera otomatis. Kamera-kamera SLR terbaru umumnya sudah dilengkapi sistem autofokus dan autoexposure namun masih dapat dioperasikan secara manual.

Kamera digital. Menggunakan sensor digital sebagai pengganti film.

1. Consumer. Kamera saku, murah, mudah pemakaiannya. Lensa tak dapat diganti. Sebagian besar hanya punya mode full-otomatis. Just point and shoot. Beberapa, seperti Canon seri A, memiliki mode manual.

2. Prosumer. Kamera SLR-like, harga menengah. Lensa tak dapat diganti. Shooting Mode manual dan auto.

3. DSLR. Digital SLR.

Lensa, mata dari kamera, secara umum menentukan kualitas foto yang dihasilkan lensa memiliki 2 properties penting yaitu panjang fokal dan aperture maksimum.

Field of View (FOV) tiap lensa memiliki FOV yang lebarnya tergantung dari panjang fokalnya dan luas film/sensor yang digunakan.

Field of View Crop, sering disebut secara salah kaprah dengan focal length multiplier. Hampir semua kamera digital memiliki ukuran sensor yang lebih kecil daripada film 35mm, maka pada field of view kamera digital lebih kecil dari pada kamera 35mm. Misal lensa 50 mm pada Nikon D70 memiliki FOV yang sama dengan lensa 75mm pada kamera film 35mm (FOV crop factor 1.5x)

Jenis-jenis Lensa

a. berdasarkan prime-vario

1. Fixed focal/Prime, memiliki panjang fokal tetap, misal Fujinon 35mm F/3.5 memiliki panjang fokal 35 mm. Lensa prime kurang fleksibel, namun kualitasnya lebih tinggi daripada lensa zoom pada harga yang sama.

2. Zoom/Vario, memiliki panjang fokal yang dapat diubah, misal Canon EF-S 18-55mm F/3.5-5.6 memiliki panjang fokal yang dapat diubah dari 18 mm sampai 55 mm. Fleksibel karena panjang fokalnya yang dapat diatur.

b. berdasarkan panjang focal

1. Wide, lensa dengan FOV lebar, panjang fokal 35 mm atau kurang. Biasanya digunakan untuk memotret pemandangan dan gedung.

2. Normal, panjang fokal sekitar 50 mm. Lensa serbaguna, cepat dan harganya murah.

3. Tele, lensa dengan FOV sempit, panjang fokal 70mm atau lebih. Untuk memotret dari jarak jauh.

c. berdasarkan aperture maksimumnya.

1. Cepat, memiliki aperture maksimum yang lebar.

2. Lambat, memiliki aperture maksimum sempit.

d. lensa-lensa khusus

1. Lensa Makro, digunakan untuk memotret dari jarak dekat

2. Lensa Tilt and Shift, bisa dibengkokan.

Ketentuan lensa lebar/tele (berdasarkan panjang focal) di atas berlaku untuk kamera film 35mm. Lensa Nikkor 50 mm menjadi lensa normal pada kamera film 35mm, tapi menjadi lensa tele jika digunakan pada kamera digital Nikon D70. Pada Nikon D70 FOV Nikkor 50 mm setara dengan FOV lensa 75 mm pada kamera film 35mm.

Peralatan bantu lain

Tripod, diperlukan untuk pemotretan dengan kecepatan lambat. Pada kecepatan lambat, menghindari goyangan kamera jika dipegang dengan tangan (handheld). Secara umum kecepatan minimal handhel adalah 1/focal.

Membawa tripod saat hunting bisa merepotkan. Untuk keperluan hunting biasanya tripod yang dibawa adalah tripod yang ringan dan kecil.

Monopod, mirip tripod, kaki satu. Lebih mudah dibawa. Hanya dapat menghilangkan goyangan vertikal saja.

Flash/blitz/lampu kilat, untuk menerangai obyek dalam kondisi gelap.

Filter, untuk menyaring cahaya yang masuk. Ada banyak jenisnya.

· UV, menyaring cahaya UV agar tidak terjadi hazy pada foto2 landscape, sering digunakan untuk melindungi lensa dari debu.

· PL/CPL (Polarizer/Circular Polarizar) untuk mengurangi bayangan pada permukaan non logam. Bisa juga untuk menambah kontras langit.

Exposure, jumlah cahaya yang masuk ke kamera, tergantung dari aperture dan kecepatan.

· Aperture/diafragma. Makin besar aperture makin banyak cahaya yang masuk. Aperture dinyatakan dengan angka angka antara lain sebagai berikut: f/1,4 f/2 f/3,5 f/5.6 f/8. semakin besar angkanya (f number), aperture makin kecil aperturenya.

· Shutter speed/kecepatan rana. Makin cepat, makin sedikit cahaya yang masuk.

· ISO, menyatakan sensitivitas sensor/film. Makin tinggi ISOnya maka jumlah cahaya yang dibutuhkan makin sedikit. Film ISO 100 memerlukan jumlah cahaya 2 kali film ISO 200.

Contoh: kombinasi diafragma f/5.6 kec. 1/500 pada ISO 100 setara dengan diafragma f/8 kec 1/500 atau f/5.6 kec. 1/1000 pada ISO 200.

Exposure meter, pengukur cahaya. Hampir tiap kamera modern memiliki pengukur cahaya internal. Selain itu juga tersedia pengukur cahaya eksternal.

Exposure metering (sering disingkat dengan metering saja), metode pengukuran cahaya

1. Average metering, mengukur cahaya rata-rata seluruh frame.

2. Center-weighted average metering, mengukur cahaya rata-rata dengan titik berat bagian tengah.

3. Matrix/Evaluative metering, Mengukur cahaya di berbagai bagian dari frame, untuk kemudian dikalkulasi dengan metode-metode otomatis tertentu.

4. Spot metering, mengukur cahaya hanya pada bagian kecil di tengah frame saja.

Exposure compensation, 18% grey. Exposure meter selalu mengukur cahaya dan menhasilkan pengukuran sehingga terang foto yang dihasilkan berkisar pada 18% grey. Jadi kalau kita membidik sebidang kain putih dan menggunakan seting exposure sebagaimana yang ditunjukan oleh meter, maka kain putih tersebut akan menjadi abu-abu dalam foto. Untuk mengatasi hal tersebut kita harus melakukan exposure compensation. Exposure kita tambah sehingga kain menjadi putih.

Under exposured, foto terlalu gelap karena kurang exposure.

Over exposured, foto terlalu terang karena kelebihan exposure

Istilah stop. Naik 1 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 2 kali. Naik 2 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 4 kali. Turun 1 stop exposure diturunkan menjadi 1/2 kali. Turun 2 stop exposure diturunkan menjadi 1/4 kali.

Kenaikan 1 stop pada aperture sebagai berikut: f/22; f/16; f/11; f/8; f/5,6; f/4; f/2,8; f/2. Beda f number tiap stop adalah 0,7 kali (1/2).

Kenaikan 1 stop pada kec. Rana sebagai berikut: 1/2000; 1/1000; 1/500; 1/250; 1/125; 1/60; 1/30; 1/15; 1/8; 1/4; 1/2; 1. Beda speed tiap stop adalah 2 kali.

DOF, Depth of Field, kedalaman medan. DOF adalah daerah tajam di sekitar fokus.

Kedalaman medan dipengaruhi oleh besar aperture, panjang fokal, dan jarak ke obyek.

1. Aperture, semakin besar aperture (f number makin kecil) maka DOF akan makin dangkal/sempit.

2. Panjang fokal (riil), semakin panjang fokal, DOF makin dangkal/sempit.

3. Jarak ke obyek, semakin dekat jarak ke obyek maka DOF makin dangkal/sempit.

Pemilihan DOF

· Jika DOF sempit, FG dan BG akan blur. DOF sempit digunakan jika kita ingin mengisolasi/menonjolkan obyek dari lingkungan sekitarnya misalnya pada foto-foto portrait atau foto bunga.

· Jika DOF lebar, FG dan BG tampak lebih tajam. DOF lebar digunakan jika kita menginginkan hampir seluruh bagian pada foto nampak tajam, seperti pada foto landscape atau foto jurnalistik.

Shooting mode

Mode auto, mode point and shoot, tinggal bidik dan jepret.

1. Full auto, kamera yang menentukan semua parameter.

2. Portrait, kamera menggunakan aperture terbesar untuk menyempitkan DOF.

3. Landscape, kamera menggunakan aperture terkecil.

4. Nightscene, menggunakan kecepatan lambat dan flash untuk menangkap obyek dan BG sekaligus.

5. Fast shuter speed

6. Slow shutter speed

Creative zone

1. P, program AE. Mirip dengan mode auto dengan kontrol lebih. Dengan mode ini kita bisa mengontrol exposure compensation, ISO, metering mode, Auto/manual fokus, white balance, flash on/off, dan continues shooting.

2. Tv, shutter speed priority AE. Kita menetukan speed, kamera akan menghitung aperture yang tepat.

3. Av, aperture priority AE. Kita menentukan aperture, kamera mengatur speed.

4. M, manual exposure. Kita yang menentukan aperture dan speed secara manual.

Komposisi dan Angle.

Komposisi adalah penempatan obyek dalam frame foto

Angle adalah sudut pemotretan, dari bawah, atas, atau sejajar.

Komposisi dan angle lebih menyangkut ke seni dari fotografi. Faktor selera fotografer sangat besar pengaruhnya.